Anda di halaman 1dari 3

Studi Kasus (2020)

© ICRC – tidak untuk konsumsi publik

Akses Bantuan Kemanusiaan: Suatu Studi Kasus

1. Republik Federal Jumbo (RF Jumbo) adalah negara dengan penghasilan menengah yang terdiri
dari 8 negara bagian, dengan Dr. Lily sebagai presidennya. Sebagai presiden, Dr. Lily menjabat
sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Sementara itu, setiap negara bagian dipimpin
oleh seorang gubernur, yang dipilih langsung oleh penduduk di masing-masing negara bagian.

2. Jumbo memiliki total populasi sebanyak 50 juta orang, dengan 4 latar belakang etnis yang
berbeda: Merah (30 juta orang), Kuning (10 juta orang), Biru (8 juta orang), dan Hijau (2 juta
orang). Secara umum, orang-orang dari seluruh etnis tinggal bersama dan tersebar di 8 negara
bagian yang berada di Jumbo. Meskipun begitu, sebagian besar kalangan etnis Hijau tinggal di
Greenfield –negara bagian termiskin di negara tersebut. Orang-orang dari kalangan etnis Merah
tinggal tersebar di seluruh 8 negara bagian di Jumbo, dan merupakan mayoritas penduduk di
Greenfield.

3. National Geographic melaporkan pada tahun 2006 bahwa orang-orang dari kalangan etnis Hijau
cenderung melakukan pekerjaan kasar dengan penghasilan rendah. Sebagian kecil orang Hijau
menduduki jabatan pemerintahan, dan mayoritas dari kalangan etnis ini bekerja sebagai petani,
buruh bangunan, supir, atau pembersih. Sebaliknya, orang-orang dari kalangan etnis Merah
banyak menduduki jabatan pemerintahan, dan Dr. Lily dianggap sebagai tokoh figur dari orang-
orang Merah di Jumbo. Kalangan etnis Biru sudah lama terkenal dengan keahliannya di bidang
teknologi, sehingga mereka mengendalikan sektor usaha di Jumbo. Sementara itu, kalangan
etnis Kuning mengendalikan pusat hiburan Jumbo yang dikenal sebagai Yellowood.

4. Pada bulan Maret 2019, RF Jumbo mengalami krisis ekonomi karena kesalahan pengelolaan
sumber daya alam. Dr. Lily disudutkan oleh kalangan etnis Hijau karena kegagalannya untuk
mengatasi korupsi yang merajalela di jajaran pemerintahan. Di bulan Agustus 2019, Bapak Jack
(pemimpin kalangan etnis Hijau secara de facto dan juga Wakil Gubernur negara bagian
Greenfield) menyerukan kepada seluruh orang-orang Hijau di Jumbo untuk ‘bergerak melawan
pemerintah federal’ dengan memblokir akses ke kantor pemerintah secara nasional. Akibat
seruan ini, BBC melaporkan setidaknya 50.000 orang-orang Hijau menggelar protes di
Greenfield. Khawatir keadaan menjadi di luar kendali, Polisi Federal Jumbo mengambil langkah
keras terhadap para pemrotes dan menahan 200 orang. Perhimpunan Bulan Sabit Merah Jumbo
mencatat bahwa hampir 1.000 demonstran dan 50 petugas kepolisian memerlukan perawatan
medis. Bentrokan serupa terjadi selama dua minggu selanjutnya di mana lebih dari 1.500 orang
Hijau ditahan, termasuk putra dari Bapak Jack.

5. Sebulan setelah bentrokan keras antara Polisi Federal Jumbo dan pemrotes dari Hijau, Bapak
Jack menggelar konferensi pers, di mana ia mengumumkan pembentukan Otoritas Sementara
Negara Hijau (Provisional Authority of Green Nation atau PRAGEN). Pada kesempatan yang
sama, ia juga mendeklarasikan dirinya sebagai Pimpinan Agung PRAGEN dan menunjuk
beberapa tetua Hijau ke dalam ‘kabinet’-nya. Dengan dukungan kuat dari orang-orang Hijau,
pada bulan November 2019, Bapak Jack membentuk sayap militer PRAGEN agar dapat
bertarung melawan RF Jumbo secara lebih menyeluruh.

6. Barisan Militer PRAGEN dipimpin oleh Kolonel Leo, dengan Mayor Aries sebagai wakilnya.
Karena karisma dan pidato penuh semangat Bapak Jack, lebih dari 40.000 orang Hijau yang
telah memasuki usia dewasa bergabung dalam Barisan Militer PRAGEN. Setelah bergabung,
mereka diberikan pelatihan militer dasar, senjata, dan seragam hijau.

7. Pada bulan Januari 2020, Barisan Militer PRAGEN sukses menjalankan operasi mereka
melawan tentara Jumbo dan berhasil mengambil kendali beberapa pangkalan militer di ibukota
Greenfield. Sebelum bulan Februari 2020 berakhir, Barisan Militer PRAGEN berhasil
mengendalikan 25% wilayah Greenfield. Di bulan Maret 2020, Bapak Jack mengumumkan
bahwa PRAGEN berhasil mengendalikan ibukota Greenfield, yang kemudian didaulat menjadi

1
Studi Kasus (2020)
© ICRC – tidak untuk konsumsi publik

ibukota PRAGEN. Ribuan penduduk sipil meninggalkan Greenfield karena pertarungan antara
Barisan Militer PRAGEN dan tentara Jumbo. Di Greenfield, masih terdapat sekitar 900.000
penduduk.

8. Agar tidak kehilangan muka di tengah-tengah perkembangan ini, Dr. Lily memerintahkan Mayor
Jenderal Stark (Komandan Tentara Jumbo) untuk mengambil seluruh langkah yang perlu
dilakukan untuk mengambil kembali kendali atas Greenfield dari PRAGEN. Pada bulan Mei 2020,
Mayor Jenderal Stark memerintahkan pasukannya untuk memblokir seluruh akses ke Greenfield.
Karena baku tembak terjadi terus menerus di antara tentara Jumbo dan Barisan Militer PRAGEN,
pasukan Mayor Jenderal Stark baru berhasil melakukan blokade penuh atas seluruh akses ke
Greenfield di bulan Juni 2020. Tidak ada seorangpun yang diizinkan masuk atau meninggalkan
Greenfield setelah blokade tersebut. Sebelum blokade penuh ini, 200.000 orang berhasil
meninggalkan Greenfield dengan mengungsi ke negara bagian lain – namun sekitar 700.000
orang masih berada di dalam Greenfield.

9. Di bulan Agustus 2020, video-video yang diunggah di media sosial oleh pelajar-pelajar yang
masih berada di dalam Greenfield menunjukkan bahwa orang mengantri berjam-jam hanya untuk
mendapat dua potong roti. Video lain menunjukkan bahwa rumah sakit terbesar di Greenfield
harus menggelar Unit Perawatan Intensif (ICU) darurat di halamannya. Sebagian besar orang
yang dirawat di sana menderita luka tembakan dan penyakit lainnya. Media lokal di Jumbo
melaporkan bahwa meskipun terdapat blokade penuh, anggota PRAGEN tetap bertarung
melawan tantara Jumbo.

10. Pada tanggal 10 September 2020, media lokal melaporkan bahwa dua pekerja penyalur bantuan
dari kalangan etnis Hijau ditahan oleh anggota tentara Jumbo di salah satu pos pemeriksaan
yang meninggalkan Greenfield. Juru bicara Mayor Jenderal Stark memberitahu media bahwa
pekerja penyalur bantuan diduga memiliki niatan buruk. Pisau dan batu diduga ditemukan di tas
pekerja penyalur bantuan. Pada tanggal 11 September 2020, Sekretaris Jenderal Perhimpunan
Bulan Sabit Merah Jumbo menggelar konferensi pers di mana ia mengkonfirmasi bahwa pekerja
penyalur bantuan yang ditahan adalah sukarelawan dari Perhimpunan Bulan Sabit Merah Jumbo,
namun membantah tuduhan bahwa mereka membawa pisau dan batu. Sumber anonim dari
tentara Jumbo menyatakan ke media bahwa pisau dan batu tersebut ditaruh oleh tentara.

11. Pada tanggal 17 September 2020, Perhimpunan Bulan Sabit Merah Jumbo dan ICRC
mengingatkan seluruh pihak untuk menghormati kewajiban mereka berdasarkan hukum
humaniter internasional dan memberikan perhatian penuh terhadap kebutuhan kemanusiaan dari
populasi yang terkena dampak di Greenfield. Kedua organisasi tersebut juga mengingatkan
seluruh pihak untuk memberikan akses terhadap bantuan kemanusiaan ke Greenfield dan untuk
segera melepaskan dua sukarelawan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Jumbo.

12. Karena terus menerima tekanan dari komunitas internasional, di bulan Oktober 2020, Dr. Lily
menginstruksikan Mayor Jenderal Stark untuk mencari jalan agar bantuan kemanusiaan dapat
masuk ke Greenfield. Instruksi Dr. Lily mencakup suatu syarat, yakni bahwa bantuan
kemanusiaan tersebut tidak boleh menganggu blokade ke Greenfield. Mayor Jenderal Stark
mengusulkan kepada Bapak Jack untuk saling melakukan gencatan senjata selama 24 jam
sehingga kedua belah pihak (Jumbo dan PRAGEN) dapat membicarakan akses bantuan
kemanusiaan dan pelepasan dua sukarelawan.

13. Setelah menegosiasikan tata cara negosiasi, Mayor Jenderal Stark dan Kolonel Leo sepakat
bahwa perwakilan mereka akan bertemu tanggal 17 November 2020 untuk merundingkan akses
bantuan kemanusiaan ke Greenfield dan pelepasan para sukarelawan.

Panduan diskusi:

2
Studi Kasus (2020)
© ICRC – tidak untuk konsumsi publik

a. Apa kerangka hukum yang dapat Anda rujuk untuk akses bantuan kemanusiaan ke
Greenfield? Apakah akses/bantuan kemanusiaan yang bebas dan independen diizinkan
berdasarkan HHI dan kerangka hukum lainnya, termasuk hukum Islam dan yurisprudensi?
b. Apa yang dapat dianggap sebagai bantuan kemanusiaan berdasarkan HHI dan kerangka
hukum lainnya yang berlaku, termasuk Hukum Islam dan yurisprudensi? Siapa yang dapat
mengantarkan bantuan kemanusiaan dalam keadaan tersebut?
c. Apakah perlindungan pekerja kemanusiaan di konflik bersenjata mutlak? Apakah mereka
berhak untuk secara bebas masuk ke mana saja?
d. Apa pilihan kebijakan yang dapat anda usulkan terkait akses bantuan kemanusiaan ke
Greenfield? Apakah Anda akan mempertimbangkan untuk melibatkan pimpinan agama/suku
dalam negosiasi tersebut?
e. HHI berlaku dalam studi kasus ini dan situasi dianggap sebagai konflik bersenjata non-
internasional. Oleh karena itu, karakteristik konflik dan keberlakuan HHI tidak untuk
didiskusikan.

***AKHIR SKENARIO UNTUK PESERTA ***

***

Anda mungkin juga menyukai