Anda di halaman 1dari 14

PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG DEMOKRASI PLURALISTIK

DAN PENGARUHNYA DI INDONESIA

Wirdatul Jannah
Email: wirdatulj7@gmail.com

Pembimbing: Dr. H. Ali Yusri, MS

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Riau
Program Studi S1 Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293-
Telp/Fax. 0761-63277

Abstract
This study aims to find out the thoughts of Abdurrahman Wahid about pluralistic
democracy and its influence in Indonesia. Pluralistic democracy is a theory initiated by Robert
A. Dahl. Therefore, the formulation of the problem in this research is what Abdurrahman
Wahid's thinking about pluralistic democracy and its influence in Indonesia. This research uses
qualitative research approach with descriptive research type with data collection is done by
method of research library.
From the results of the research shows that Abdurrahman Wahid is an Indonesian
intellectual figure who expressly accepted democracy as a final preference for a political or
state system especially in Indonesia which has a diversity of ethnic groups. Abdurrahman
Wahid stated that democracy must be accompanied by the recognition of plurality, social
justice, economically, politically, and legally so that the unity of Indonesia remains intact
within the Unitary State of the Republic of Indonesia. Democratic values such as social justice,
freedom, recognition of individual rights, and social norms and local wisdom of the Indonesian
nation must be fought for the life of the nation.

Keywords: Pluralistic Democracy, Abdurrahman Wahid, Political Thought

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018


Page 1
Pendahuluan
Kajian pemikiran politik dalam kelembagaan baru, namun tidak diikuti
khasanah ilmu politik, bukanlah merupakan perubahan perilaku yang demokratis,
sesuatu hal yang baru. Cakupan kajian bahkan dalam perjalanan selanjutnya dapat
pemikiran politik tidak hanya terfokus pada mendelegitimasi atau menghilangkan
konsep Negara, akan tetapi pada kajian kepercayaan pada institusi demokrasi yang
lainnya seperti partai politik, kelompok dibangun.2
penekan, pendapat umum, hubungan antar Menurut Robert Dahl, Negara
lembaga negera, kebijakan negara dan demokrasi yang maju adalah suatu Negara
demokrasi. yang dinamikanya MDP (Modern,
Diterimanya demokrasi sebagai Dynamic, Pluralist). Menurut Dahl ada
sistem terbaik dari sebuah negara beberapa aspek yang menyebabkan
dikarenakan demokrasi mampu untuk demokrasi menguntung bagi suatu tatanan
menyatukan kemajemukan seluruh pemerintahan yaitu: pertama, menuntut
golongan dan berprinsip agar seluruh rakyat adanya pembagian kekuasaan, pengaruh,
di suatu negara dapat hidup saling wewenang, dan pengawasan sehingga tidak
berdampingan antara satu dengan yang terpusat di suatu pusat dan terbagi pada
lainnya tanpa adanya diskriminasi ras, bermacam-macam pribadi, kelompok,
agama maupun golongan. Ketiadaan pekumpulan, dan organisasi. Kedua,
demokrasi dengan sendirinya merupakan masyarakat plural mengandalkan sikap dan
ketidakadilan dalam soal hak dan kekuatan kepercayaan yang menguntungkan
politik.1 gagasan-gagasan demokrasi. Meskipun
Perkembangan praktik demokrasi di demokrasi dan pluralistas merupakan
beberapa Negara menunjukkan bahwa konsep yang tumbuh secara mandiri,
kehidupan bersama dalam masyarakat keduanya saling menguntungkan.
plural bisa berdiri jika ditopang oleh Lebih lanjut Robert Dahl
beberapa pilar. Pilar pertama adalah adanya menyatakan bahwa, sebuah negara disebut
konstitusi. Konstitusi Negara demokratis demokrasi pluralis, jika: negara tersebut
dicirikan dengan adanya pembagian merupakan demokrasi dalam arti poliarki
kekuasaan di antara institusi- institusi dan organisasi-organisasi penting lainnya
pemerintahan, prinsip akuntabilitas yang relatif bersifat otonom. Mengenai
mengontrol perimbangan kekuasaan, dan demokrasi yang diidentikkan dengan
penerimaan/ pengakuan hak- hak warga poliarki, Dahl menyatakan bahwa poliarki
Negara (hak sipil, politik, social, ekonomi, adalah sistem politik yang bercirikan suatu
kultural). Sementara konstitusi dan hukum kompetisi yang bebas dan wajar di antara
menjadi aturan- aturan formal warga kelompok minoritas yang berpengaruh dan
Negara. mempunyai kekuasaan untuk membuat
Pilar kedua adalah suatu kultur kebijakan.3
kewargaan yang dihidupi warga negera. Poliarki bukan hanya mencakup
Pilar ini perlu ditekankan secara khusus, kebebasan memilih dan berkontestasi untuk
karena dalam banyak kasus, proses jabatan publik tapi juga kebebasan
demokratisasi tidak dapat berjalan berbicara dan mempublikasikan
berkelanjutan ketika tidak ditopang oleh pandangan-pandangan yang berbeda,
kultur kewargaan. Dalam situasi itu, kebebasan membentuk dan bergabung
demokratisasi hanya menghasilkan

1 3
Amarty Sen, Demokrasi Bisa Memberantas Robert A Dahl, Demokrasi dan Para Pengkritiknya.
Kemiskinan (Bandung: Mizan, 2000) (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992)
2
Zainal Abidin, Pluralisme Kewargaan. (Bandung:
Mizan, 2011)
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 2
dengan organisasi dan akses terhadap yang dapat diapresiasi dan digali dari
sumber-sumber informasi alternatif.4 pemikiran Abdurrahman Wahid.
Demokrasi pluralistik menekankan Abdurrahman Wahid menyatakan
pada upaya pencapaian kebaikan bersama bahwa pluralitas yang tidak diiringi dengan
dalam kehidupan politik. Dalam demokrasi keadilan sosial, baik secara ekonomi,
pluralistik, dihadirkan konsensus dengan politik, dan hukum akan sangat
tujuan agar tidak tercipta konflik politik. membahayakan integrasi bangsa, bahkan
Dalam mewujudkan pemerintahan lebih jauh lagi telah mencederai demokrasi.
yang demokratis, ada konteks pluralitas Nilai-nilai demokrasi seperti keadilan
yang tidak semestinya diabaikan, namun sosial, kebebasan, diakuinya hak-hak
nyatanya luput diperhatikan dalam individu, serta norma-norma sosial dan
demokratisasi di Indonesia. Sebut saja pada kearifan lokal bangsa Indonesia, terkadang
praktik demokrasi di zaman Orde Baru telah diabaikan untuk mendapatkan jabatan
yang ditandai dengan adanya dominasi tertentu, maupun keuntungan finansial.
Presiden. Tercipta pemusatan kekuaaan di Abdurrahman Wahid membumikan
tangan Presiden, Presiden Soeharto pemikirannya terkait demokrasi pluralistik
menjelma sebagai seorang tokoh yang melalui NU, Fordem, dan Partai
paling dominan dalam sistem politik Kebangkitan Bangsa (PKB) yang lahir dari
Indonesia pada zaman Orde Baru. Rahim NU.
Abdurrahman Wahid merupakan Sosok Abdurrahman Wahid yang
cendekiawan Indonesia yang secara tegas merupakan figur penting pada PKB, yang
menerima demokrasi sebagai preferensi membesarkan PKB, yang mampu menata
final bagi sebuah sistem politik atau hubungan Islam dengan politik pada PKB,
kenegaraan. serta sosok yang mempu membawa NU
Pemikiran dan pembelaan menembus dan membebaskan batas-batas
Abdurrahman Wahid terhadap demokrasi, orientasi, visi, dan wawasan
hak-hak asasi manusia dan nilai-nilai tradisionalisme NU untuk masuk ke wacana
kemanusiaan yang lain, sepenuhnya modern, liberal, dan cosmopolitan seraya
bersumber dari khazanah keilmuan tetap menjaga kelestarian tradisi klasik
pesantren.5 Islam, dan berpegang teguh pada upaya
Visi pemikiran Abdurrahman Wahid penegakkan demorkasi yang menghargai
dalam diskursus demokrasi Indonesia nilai-nilai pluralis membuat peneliti tertarik
sangat terasa pengaruhnya, khususnya sejak mengkaji “Pemikiran Abdurrahman
awal 1990-an. Abdurrahman Wahid Wahid tentang Demokrasi Pluralistik
merupakan tokoh dengan ciri pemikiran dan Pengaruhnya di Indonesia.”
yang neo-modernis, dan terlihat pada
sikapnya yang menerima dan menghormati Rumusan Masalah
pluralisme dan nilai-nilai demokratisasi Berdasarkan latar belakang
termasuk hubungan agama dan negara. permasalahan yang peneliti uraikan di atas
Selain itu, nilai-nilai pluralistik telah maka maka peneliti merumuskan masalah
dirujuk ke dalam struktur iman (Islam) dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
sebagai nilai inti Islam itu sendiri. Cita-cita “Seperti apa pemikiran Abdurrahman
demokratisasi, persamaan hak, kebebasan Wahid tentang demokrasi pluralistik
berpendapat, dan menjunjung tinggi nilai dan pengaruhnya di Indonesia?”.
pluralistik merupakan ide-ide pemikiran

Https://Lincemagriasti.Wordpress.Com/ Diunggah
4
Penerapan Demokrasi Di Amerika Serikat oleh Lince Magriasti Pada 11 Maret 2009
(Demokrasi Liberal Yang Mengakui Pluralisme)
5
Diakses di Laman Ibid., hal. 8
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 3
Tujuan Penelitian Jenis Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif
ini adalah sebagai berikut: dengan model analisa deskriptif
a. Untuk mengetahui latar (descriptive reseach). Penelitian deskriptif
belakang dan pemikiran merupakan tipe penelitian yang bertujuan
Abdurrahman Wahid tentang untuk menggambarkan karakter suatu
demokrasi pluralistik. variable, kelompok atau gejala social yang
b. Untuk mengetahui pengaruh terjadi di masyarakat. Penelitian ini
pemikiran Abdurrahman merupakan penelitian lanjutan setelah
Wahid tentang demokrasi penulis melakukan penelitian eksploratif.
pluralistik di Indonesia Penelitian ini juga disebut
Kerangka Teoritik menggunakan metode penelitian
Dalam pandangan Dahl, Negara kepustakaan (library research).
demokrasi yang maju adalah suatu Negara
yang dinamakan MDP (modern, dynamic, Pembahasan
pluralist). Menurut Dahl, dalam negara
demokrasi yang pluralis harus ada Abdurrahman Wahid lahir pada 4
pluralisme organisasi yaitu adanya Sya'ban 1359 Hijriah atau 7 September
pluralisme sebagaian besar organisasi atau 1940. Abdurrahman Wahid adalah putra
subsistem yang secara relative bersifat dari Mantan Menteri Agama RI pertama
otonom di dalam wilayah sebuah negara. K.H. Wahid Hasyim dan Ny. Hj. Sholehah.
Pluralisme berpegangan bahwa demokrasi
didalilkan pada keberagaman kepentingan Keterlibatan pertama Gus Dur
dan penyebaran kekuasaan. 6 dalam dunia politik dimulai ketika
Menurut Crowder dalam Handbook Pemilihan Umum legislatif 1982. Gus Dur
Teori Politik, untuk mewujudkan negara menjadi juru kampanye untuk Partai
yang pluralis ketika pengambilan Persatuan Pembangunan (PPP), sebuah
keputusan diperlukan: partai Islam yang dibentuk sebagai hasil
 Toleransi keanekaragaman diakui secara gabungan 4 partai Islam termasuk NU.
lembaga.
Pada tahun 1984 pada Muktamar
 Kebebasan pilihan individu dilindungi,
NU ke-27 di Situbondo, Jawa Timur Gus
terutama karena relasi individu dengan
Dur dipilih secara aklamasi oleh tim Ahl
sesamanya, dengan adanya pelimpahan
Hall wa al-‘Aqli yang diketuai oleh K.H.
tanggung jawab, harus dijadikan dasar
As’ad Syamsul Arifin untuk menduduki
untuk persetujuan bersama dan
jabatan Ketua Umum PBNU.
keuntungan timbal balik.
Pada awalnya terpilihnya Gus Dur
 Tiap-tiap individu punya kesempatan
sebagai Ketua Umum dinilai positif oleh
untuk mengembangkan dan
rezim soeharto. Bahkan Gus Dur dijadikan
menggunakan keindividualannya,
sebagai indoktrinator Pancasila pada tahun
kekhasan, dan ketidaktergantian dirinya
1985. Pada tahun 1987, Gus Dur
diakui secara sosial.
menunjukkan dukungan lebih terhadap
 Tiap-tiap individu punya kesempatan rezim Soeharto dengan mengkritik PPP
untuk mengembangkan dan dalam Pemilu legislatif dan meperkuat
menggunakan otonominya sebagai agen Golkar. Bahkan, Gus Dur menjadi anggota
moral. MPR mewakili Golkar. Hubungan Gus Dur
Metode Penelitian
6
Dahl, Robert A, Dilema Demokrasi Pluralis Antara
Otonomi dan Kontrol, (Jakarta: Rajawali, 1985),
hal. 8
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 4
dan rezim Soeharto mulai merenggang Kontemporer yang dapat diapresiasi dan
sejak Gus Dur tak segan-segan mengkritik digali dari pemikiran Gus Dur.9
pemerintah terkait proyek Waduk Kedung
Ombo yang didanai oleh Bank Dunia. Menurut Gus Dur, ada tiga hal
Hubungan keduanya mulai membaik ketika pokok demokrasi yaitu, kebebasan,
kedunya “berjabat tangan” dalam acara keadilan, dan musyawarah. Kebebasan
Musyawarah Kerja Nasional Rabitah adalah kebebasan individu sebagai warga
Ma’abid Islamiyah 2 November 1996 di PP negara dan hak kolektif dari masyarakat.
Zainal Hasan, Genggong, Probolinggo. 7 Keadilan merupakan landasan demokrasi,
Gus Dur memulai aliansi politik dalam arti terbuka peluang bagi semua
dengan Megawati Soekarnoputri dari PDI. komponen masyarakat untuk mengatur
Pada Desember 1996, Gus Dur bertemu hidupnya sesuai kehendak masing-masing.
dengan Amien Rais, anggota ICMI untuk Oleh karena setiap orang punya hak dan
merencanakan penggulingan rezim kesempatan untuk mengatur hidup dan
Soeharto.8 kehidupannya sehingga harus diberi jalan
yang mudah dan tidak dipersulit, seperti
Pada saat menjabat sebagai Ketum beberapa kasus yang terjadi pada saat Orde
PBNU, Gus Dur dan PBNU mengeluarkan Baru. Pokok demokrasi yang ketiga adalah
pandangan yang dikenal dengan “refleksi Syura atau musyawarah, artinya bentuk
reformasi NU” pada 22 Oktober 1999. atau cara memelihara kebebasan dan
Selain pandangan tersebut, Abdurrahman memperjuangkan keadilan itu lewat jalur
Wahid yang aktif dalam kelompok permusyawaratan. Gagasan demokratisasi
Ciganjur, yaitu kelompok yang terdiri atas Gus Dur telah dilempar ke publik jauh
tokoh-tokoh nasional, Megawati sebelum menjadi presiden RI.10
Soekarnoputri, Amien Rais, dan Sri Sultan Citra Gus Dur sebagai cendekiawan
Hamengkubuwono X, mengeluarkan muslim yang berwatak liberal, sekuler,
sebuah deklarasi monumental yang dikenal berwawasan inklusif, dan selalu bersikap
dengan “Deklarasi Ciganjur” yang berisi humanis, toleran terhadap kelompok
tentang tuntutan dikembalikannya minoritas serta menaruh perhatian pada
kedaulatan rakyat, pengutuhan persatuan kelompok yang tertindas, tetap saja melekat
dan kesatuan, dan ditegakkannya pada dirinya.
demokrasi. Menurut Gus Dur dalam konteks
negara pluralistik seperti Indonesia,
Ciri pemikiran Gus Dur yang neo- menjadikan agama apapun sebagai ideologi
modernis terlihat pada sikapnya yang negara hanya akan memicu disintegrasi
menerima dan menghormati pluralisme dan bangsa, karena menurutnya sangat tidak
nilai-nilai demokratisasi termasuk mungkin memberlakukan formalisme
hubungan agama dan negara. Selain itu, agama tertentu dalam komunitas agama
nilai-nilai pluralistik telah dirujuk ke dalam masyarakat yang sangat beragam.
struktur iman (Islam) sebagai nilai inti Berkaitan dengan ideologi
Islam itu sendiri. Cita-cita demokratisasi, Pancasila, Gus Dur juga menyatakan bahwa
persamaan hak, kebebasan berpendapat, tanpa Pancasila negara Indonesia akan
dan menjunjung tinggi nilai pluralistik bubar, ideologi ini merupakan asas negara
merupakan ide-ide pemikiran Islam yang harus dimiliki dan diperjuangkan,
tidak peduli apakah ia dikebiri angkatan

7 9
Soebachman, Agustina, “7 Spirit Presiden RI” Ma’mun Murod Brebesy. Ibid.
10
(Yogyakarta: Syura Media Utama, 2015), Hal.125 Muh.Rusli, Ibid
8
Soebachman, Agustina, ibid. Hal.126
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 5
bersenjata, dimanipulasi umat Islam, atau ini, bahkan dengan sesama Umat
malah disalahgunakan oleh keduanya. manusia. Sejak kecil itu saya
Menurut Gus Dur dalam masyarakat rasakan, walaupun saya tinggal di
demokratis, semua warga negara lingkungan Pondok Pesantren,
kedudukannya sama di muka hukum, yang hidup di kalangan keluarga Kyai.
berperan adalah kedaulatan hukum bukan Tetapi tidak pernah sedetik pun
kedaulatan kekuasaan, kebebasan saya merasa berbeda dengan yang
berpendapat dibuka seluas-luasnya, dan lain.”12
adanya pemisahan yang tegas dalam fungsi Menurut Gus Dur yang didambakan
yang tidak boleh saling mempengaruhi rakyat Indonesia adalah hadirnya sebuah
antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. demokrasi, kebebasan dan pelaksaan
Disebutkan pula bahwa pada sebuah hukum dalam kehidupan sehari-hari, tanpa
negara yang demokratis adalah yang mempedulikan perbedaan agama, adat-
mampu menjamin hak-hak dasar manusia, istiadat, pandangan hidup dan sebagainya.
yang meliputi, jaminan keselamatan fisik, Dalam salah satu wawancara
jaminan keselamatan keyakinan agama, dengan media, Abdurrahman Wahid
jaminan kehidupan keutuhan rumah tangga, menyatakan,
jaminan keselamatan hak milik dan jaminan "Demokrasi itu kebebasan,
keselamatan akal.11 keadilan, serta persamaan di muka
Abdurrahman Wahid menyatakan hukum. Demokrasi mesti
bahwa demokrasi mensyaratkan adanya, berlandaskan kedaulatan hukum
pertama, rasa tanggung jawab pada serta kesamaan tiap-tiap warga
kepentingan bersama, kedua, kemampuan negara tanpa ada membedakan
menilik masa depan, dan ketiga, kesediaan latar belakang ras, suku agama
berkorban demi masa depan. Yang tak serta asal muasal, di muka undang-
kalah pentingnya, masyarakat juga dituntut undang. Demokrasi tidak sekedar
untuk siap berdemokrasi. Jadi, bukan berhenti pada tataran prosedural
sebatas institusinya saja, seperti adanya belaka. Demokrasi mesti dapat
lembaga legislatif (DPR, MPR), dan partai mewujudkan kemaslahatan untuk
politik. Hal terpenting menurut rakyat, terlebih mereka yang paling
Abdurrahman Wahid yang popular disapa lemah, papa, miskin, serta tertindas.
Gusdur ini, masyarakat harus memulai Pro-kontra merupakan esensi
untuk berdemokrasi. demokrasi. Bila anda melarang ada
Toleransi dan transparansi Gus Dur pro-kontra, anda calon diktator,
terhadap semua golongan menyebabkan bukanlah Pancasilais. Perjuangan
bisa bergaul dengan semua kalangan, mulai menegakan masyarakat pluralistik
kalangan nasionalis, tokoh agama, dan tanpa ada memakai kekerasan serta
sosialis. Keyakinan agama Gus Dur yang bertumpu pada ketabahan untuk
kuat sehingga tak pernah khawatir dan menegakkan pandangan yang
curiga terhadap niat jelek kelompok lain. objektif serta dengan sendirinya
Gus Dur pada suatu kesempatan ketika pluralistik pada kebenaran yaitu
menghadiri perayaan Natal di Balai Sidang satu-satunya jalan untuk
Senayan mengatakan bahwa: menegakkan demokrasi. Serta,
“Saya adalah seorang yang demokrasi itu bebas memiliki
meyakini kebenaran agama saya. pendapat serta beda pendapat.
Tetapi ini tidak menghalangi saya
untuk merasa bersaudara dengan
orang yang beragama lain di negeri

11 12
Dikutip dari M.Rusli, hal. 62 Dikutip dari M.Rusli, hal. 64
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 6
Serta dasarnya yaitu kejujuran Desember 1990. Baharuddin Jusuf Habibie
serta keterbukaan.”13 merupakan ketua ICMI yang pertama.15
Dalam pandangan Abdurrahman
Wahid, dalam dunia modern demokrasilah Kelahiran ICMI menurut Gus Dur
yang dapat mempersatukan beragam arah sarat akan nuasa sektarian. Nuansa itu
kecenderungan kekuatan kekuatan bangsa. menurutnya cukup mengganggu kehidupan
Demokrasi dapat mengubah ketercerai- berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
beraian arah masing-masing kelompok Respon atas penolakannya ditunjukan
menjadi berputar bersama-sama menuju dengan sikapnya yang menolak bergabung
kedewasaan, kemajuan dan integritas dengan ICMI dan mendirikan Forum
bangsa. Dalam upaya mencapai kehidupan Demokrasi.
yang demokratis seluruh elemen  Posko Pengaduan
masyarakat harus bertindak, bukan hanya
Pasca politik “sapu bersih”
menyerhakan sepenuhnya pada
14 pemerintah dalam Peristiwa 27 Juli 1996.
Pemerintah.
Suara-suara kritis yang tadinya begitu
Sepak terjang Gus Dur dalam
keras, hilang seketika. Politik kembali ke
memperjuangkan demokrasi dan pluralitas
titik nol. Dalam peristiwa, yang berawal
tidaklah mudah.
dari pendudukan kantor PDI dari kelompok
 Pencabutan SIUPP Monitor 1990 Pro-Mega tersebut, banyak korban jiwa,
Dalam kasus pencabutan SIUPP luka-luka, bahkan ada yang hilang tak tentu
Monitor 1990. Di kala hampir semua umat rimbanya tak terhitung harta benda yang
Islam mengecam, justru gus Dur mengecam rusak dan terbakar. Tak ada suara protes
keras pembredelan Monitor. Pada saat atas sikap militer yang keras saat itu,
orang ramai yang Gus Dur bukan tidak bahkan sekadar untuk klarifikasi.
marah atas kasus “penghinaan terhadap Dalam suasana yang mencekam, Gus
Nabi Muhammad SAW”, namun karena Dur tampil dengan mendirikan “posko
membredel Monitor menurutnya pengaduan” bagi mereka yang merasa
bertentangan dengan demokrasi. kehilangan sanak keluarganya, mengalami
 Menolak Bergabung dengan ICMI kerugian fisik maupun harta benda. Gus
ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Dur bersama dengan beberapa rekan aktivis
Indonesia) merupakan organisasi hak asasi manusia, seperti "membebaskan
cendekiawan muslim di Indonesia yang masyarakat dari rasa takut" dengan
bertujuan mewujudkan tata kehidupan membuat posko pengaduan bagi mereka
masyarakat madani yang diridhoi Allah yang merasa kehilangan keluarga dan
subhanahu wata'ala dengan meningkatkan mengalami kerugian fisik maupun harta
mutu keimanan dan ketaqwaan, benda. Gus Dur sendiri menjadi anggota
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, relawan dari posko tersebut.16
kecendekiawanan dan peran serta  Mendukung Penganut Kong Hu Cu
cendekiawan muslim se-Indonesia. ICMI
Selama tahun 1990-an terjadi
dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di
ketegangan di kalangan etnis Tionghoa.
sebuah pertemuan kaum cendekiawan
Banyak pihak yang melarang etnis tersebut
muslim di Kota Malang tanggal 6-8
merayakan perayaan mereka. Pada tahun
1996, terjadi perusakan dan pembakaran

13 14
Dikutip dari laman Dialog Bersama Gusdur Tayang pada 23 Januari
http://www.9mediaislam.com/2016/10/belajar- 2001diakses melalui channel youtube: Kick Andy
demokrasi-dari-gus-dur.html, pada 22 Februari yang diakses pada 12 Maret 2017
15
2017 http://www.icmi.or.id/
16
Tabayun Gus Dur, (LKiS)
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 7
rumah ibadah di Timtim, Surabaya, Bekasi, pembelaan terhadap petani dlaam sengketa
Situbondo dan lain-lain. Gus Dur berusaha tanah, Gus Dur menyatakan bahwa Fordem
membuat masyarakat menerima kalangan bekerja demi demokratisasi dengan
etnis namun membutuhkan waktu lama. mencoba memberikan kerangka kerja bagi
Kelompok ini sering dibela Gusdur, petani, buruh, pedagang kecil, dan bahkan
kendati negara tidak mengakui keberadaan pegawai pemerintah untuk menyalurkan
negara ini khususnya pada masa Orde Baru, dan menata diri mereka sendiri.
pembelaan dan pengakuannya terhadap hak Alasan Gus Dur mendirikan Fordem
minoritas ini merupakan wujud nyata dari bersama agamawan-agamawan ialah
tanggung jawab sosial kebangsaan dan baginya dorongan untuk memperjuangkan
praktek demokrasi. demokrasi dan persamaan merupakan
Peristiwa gugatan pasangan penganut bagian dari perintah agama. Perjuangan
Kong Hu Cu ke PTUN Surabaya, karena menegakkan demokrasi menjadi inti
tidak diakuinya perkawinan mereka kehidupan Gus Dur. Termasuk menghargai
berdasar kepercayaan yang mereka anut setiap hak asasi warga negara.18
menarik perhatian Gus Dur. Dalam sidang- Fordem mendapat tekanan dari rezim.
sidang pengadilan tersebut, Gus Dur datang Selama kampanye pemilu Mei 1992, setiap
memberikan dukungan moral terhadap upaya pertemuan fordem dilarang. Fordem
kedua pasangan tersebut. Kehadiran dan sebenarnya memiliki potensi untuk
dukungan Gus Dur memang tidak berhasil berkembang menjadi sebuah organisasi
memenangkan gugatan kedua pasangan itu, yang lebih berorientasi masyarakat,
tetapi sekali lagi, Gus Dur dengan peristiwa organisasi berbasis massa, sehingga
itu menunjukkan perhatiannya terhadap menjadi embrio oposisi di Indonesia. Tetapi
kalangan minoritas, dan perlawanan setelah pemilu 1992 suara Fordem hilang
terhadap gejala persekutuan segelintir dari permukaan.19
kalangan dan negara untuk mendefinisikan,  Nahdlatul Ulama
"yang berarti ingin menguasai, mengatur
dan membatasi" ruang batin orang lain, Greg Borton menyebutkan bahwa
menyangkut spiritualitas dan keyakinan.17 semenjak menjadi Ketua Umum PBNU
 Forum Demokrasi pada 1984, retorika Gus Dur tampak
semakin bebas dan progresif. Yang
Pada Maret 1991, unsur-unsur tergambar dari berbagai gagasannya,
intelektual terkemuka membentuk seperti pribumisasi Islam, rukun tetangga,
kelompok prodemokrasi, Forum serta gagasan bahwa non-muslim juga
Demokrasi yang dipimpin oleh Gus Dur boleh menjadi presiden Indoensia yang
yang juga merupakan Ketum NU. Di merupakan konsekuensi dari praktek
belakang Gus Dur berdiri sekitar 45 demokrasi dan upaya menghargai pluralitas
intelektual terkemuka. Forum Demokrasi di Indonesia.20
bukan merupakan kelompok aktivis. Sejak terpilih kembali sebagai Ketua
Menurut Gus Dur, anggota-anggota Umum PBNU pada Muktamar NU ke-28 di
Fordem ingin mendiskusikan dan Yogyakarta pada 1989, sikap Gus Dur
merenugkan parameter-paremeter semakin kritis. NU di bawah
demokrasi, batas-batas kekuasaan, dan kepemimpinan Gus Dur menjadi ormas
bagaimana kita dapat memajukan proses yang sering mengktitik, mendorong, dan
demokratisasi dengan cara yang berbagai tindakan menolak kebijakan rezim
memuaskan. Meskipun forum ini tidak Orba.
secara aktif menudkung pemogokan dan

17 19
_, Tabayun Gus Dur. (LKis), hal. 7 Ibid., hal. 175
18 20
Ibi.d, hal. 24 Ma’mun, Ibid, hal. 108
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 8
NU menjadi ormas terbesar di era dihindari adanya pemaksaan kehendak.
Orba, yang menimbulkan keresahan di Kecerobohan dalam hal ini, hanya akan
kubu penguasa, sehingga penguasa melahirkan perpecahan dan disintergrasi
melakukan intervensi dengan yang akan merugikan kita semua sebagai
menempatkan Cholid Mawardi sebagai warga bangsa.
Ketua Umum dan Slamet Effendy Yusuf Kelima, kasus-kasus pelanggaran
sebagai Sekjen PBNU.21 HAM di masa lalu harus disikapi secara arif
Pada tahun 1998 pasca reformasi, dan bertanggung jawab. Pengungkapaan
Gus Dur yang saat itu masih aktif menjabat kasus-kasus tersebut harus dilakukan
ketua umum PBNU. Dalam merespon melalui jalur hukum sebagai bagian dari
proses reformasi yang sedang bergulir, demokrasi, jujur, dan bertanggung jawab.
PBNU menyampaikan beberapa Keenam, TNI hendaknya segara
pandangan: mewujudkan gagasan redefinisi,
Pertama, sebagai bagian dari reaktualisasi, dan refungsionalusasi konsep
bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai dwifungsi yang dijalankan selama Orde
Ketuhanan, menghormato martabat Baru.
kemanusiaan serta mendambakan tetap Ketujuh, Kejaksaan Agung beserta
kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa, jajarannya harus segera melakukan
segenap elemen memiliki tanggung jawab langkah-langkah yang serius untuk
moral untuk turut menjaga agar reformasi memberantas KKN yang hanya tidak
berjalan ke arah yang lebih tepat. ditunjukkan kepada kelompok tertentu
Kedua, rekonsiliasi nasional, tetapi juga diberlakukan kepada mantan
rembuk nasional, silaturahmi nasional atau pajabat maupun pejabat pemerintah yang
apapun istilah yang digunakan jika sedang berkuasa dari pusat hingga daerah.
dilaksanakan harus ditujukan untuk merajut Kedelapan, monopoli harus segera
kembali persaudaraan kebangsaan dibasmi tuntas dalam setiap praktik
dirancang kea rah penataan sistem ekonomi.22
kebangsaan dan kenegaraan yang lebih  Partai Kebangkitan Bangsa
demokratis, jujur dan berkeadilan. PKB bisa dikatakan sebagai
Ketiga, agenda-agenda politik penjelmaan Partai NU yang di tahun 1970-
bangsa yang diajukan oleh kalangan pro an difusikan dengan tiga partai Islam
reformasi dan masyarakat Indonesia pada lainnya (MI, Parmusi, Perti) menjadi PPP.
umumnya, hendaknya tetap menjadi agenda Misi PKB adalah menegakkan komitmen
bersama yang harus dilaksanakan agar bangsa yang demokratis.
reformasi tidak berhenti di tengah jalan,
sehingga dapat menjangkau terbentuknya Ketika Abdurrahman Wahid secara
tatanan baru dalam kehidupan berbangsa resmi baik politik maupun hukum menjadi
dan bernegara. Ketua Dewan Syuro PKB, hampir seluruh
Keempat, penyampaian berbagai gerakan PKB mulai dari perencanaan dan
gagasan yang dikemukan untuk menjadi memperkokoh ideologi PKB sampai
wahana publik seperti pendapat tentang pelaksaan mempengaruhi konstituen,
Negara federasi, pendapat tentang nasib Abdurrahman Wahid mempunyai pengaruh
suatu daerah yang sepenuhnya diserahkan yang sangat kuat.
kepada penduduk setempat melalui Gus Dur juga merupakan ideolog
referendum dan sejenisnya, hendaknya PKB. Gus Dur merupakan figur penting
dilakukan dengan hati-hati, penuh kearifan pada PKB, karena dengan perangkat
dan didasari komitmen bersama, serta ketokohan intelektualitas dan reputasi baik

21 22
Ma’mun, Ibid, hal.94-95 Bahrul ‘Ulum, “Bodohnya NU apa NU dibodohi?”
(Jawa Tengah: Ar-Ruzz Press, 2002), Hal. 129
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 9
yang dimiliki Gus Dur, ia mampu mendekati Islam subtansial dalam rangka
membesarkan PKB, yang mampu menata memperjuangkan aspirasi masyarakat.23
hubungan Islam dengan politik pada PKB. Indentitas nasionalis-religius yang
Tanpa Gus Dur, PKB rasanya sulit untuk disandang PKB pada dasarnya merupakan
tumbuh dan berkembang. kritalisasi dari gagasan, sejarah, dan tradisi
Visi dan kebijakan-kebijakan Islam Indonesia yang terbuka dan dialogis.
politik PKB akan selalu dibawah bayangan Posisi ideology dengan perspektif teologi
Gus Dur, karena Gus Dur yang yang kental itu selaras dengan gagasan
mengarahkan dan bahkan menentukan cerdas nan agung founding father Indonesia
keputusan- keputusan politik yang telah dan yang merumuskan Pancasila sebagai dasar
akan diambil oleh PKB. Selain sebagai negara. Pilihan yang disokong penuh oleh
pengayom dan pemberi restu bagi ulama-ulama ahlusunnah wal jama’ah itu
berdirinya PKB, Gus Dur secara intelektual sangat relevan dengan realitas kebangsaa
memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk Indonesia yang majemuk dan berbudaya.
mengarahkan kebijakan atau keputusan- Dalam AD PKB disebutkan bahwa
keputusan politik yang harus diambil oleh tujuan PKB adalah mewujudkan cita-cita
PKB. kemerdekaan RI sebagaimana dituangkan
Gus Dur juga merupakan seseorang dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu
yang diakui sebagai pembela kebebasan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
dan HAM yang memiliki reputasi bagus di secara lahir batin, material spiritual, dan
tingkat nasional dan internasional. Tentu mewujudkan tatanan politik nasional yang
saja ini memberikan kontribusi yang sangat demokratis, bersih dan terbuka, bersih dan
signifikan bagi PKB. Karena itu pengaruh ber-akhlaqul karimah.
Gus Dur dalam PKB sangat dominan. Maka Menempatkan kepentingan bersama
ideologi Gus Dur akan selalu menjadi pola (nasional) di atas kepentingan sebagian atau
anutan dan acuan PKB dalam mengambil parsial secara pasti merupakan perjuangan
kebijakan-kebijakan dan keputusan yang dilandasi semangat keberagaman
politiknya. yang tinggi. Gerakan politik PKB sama
Gus Dur juga merupakan seseorang sekali tidak mengenyampingkan agama,
yang diakui sebagai pembela kebebasan, melainkan justru meluhurkannya. Muara
demokrasi dan HAM yang memiliki dari semua gerakan politik PKB ialah
reputasi bagus di tingkat nasional dan mewujudkan Indonesia yang adil, makmur,
internasional. Tentu saja ini memberikan demokratik, dan berbilang budaya atau
kontribusi yang sangat signifikan bagi multicultural, dimana Islam menjadi
PKB. Karena itu pengaruh Gus Dur dalam landasan etik bagi kehidupan berbangsa dan
PKB sangat dominan. Maka ideologi Gus bernegara.
Dur akan selalu menjadi pola anutan dan Sebagai wadah penyaluran aspirasi
acuan PKB dalam mengambil kebijakan- politik kaum Nahdliyin khusunya, PKB
kebijakan dan keputusan politiknya. dalam memiliki cita-cita yang bersumber dari
konteks PKB Gus Dur juga selalu landasan politik NU. Cita-cita politik yang
mengedepankan toleransi, inklusif dan dimaksud adalah terwujudnya masyarakat
menjunjung tinggi pada aspek humanisme, dan bangsa Indonesia yang adil dan
hingga dengan demikian gerakan Gus Dur makmur, merdeka, dan berdaulat, yang
didalam PKB secara nasional tidak terjamin hak-hak asasinya, yaitu hak-hak
meletakkan Islam struktural tetapi yang berkaitan dengan keselamatan dari

23
Risna Alvia. 2015. “Pemikiran Politik Setelah Era Reformasi 1998-2009”. Jakarata: UIN
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Pengaruhnya Syarif Hidatullah
Terhadap Politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 10
pemaksaan agama, perusakan keturunan Komitmen PKB menjadi partai
serta kebebasan harta benda secara sah.24 yang terbuka membuktikan bahwa PKB
Cita-cita yang demikian itu akan bukan partai aliran meski didirikan oleh
dapat dicapai oleh PKB melalui pemimpin elit NU. Sehingga hubungan NU
keterlibatan dalam penetapan kebijakan sebagai organisasi sosial keagamaan
publik, yakni melalui jalur kekuasaan yang dengan PKB tetap ada jarak, sama dengan
mempengaruhi proses pengambilan partai politik lainnya.
keputusan tentang pemberdayaan PKB mencantumkan perjuangan
masyarakat lemah dan terpinggirkan, menegakkan hak asasi manusia, keadilan
perlindungan terhadap kelompok serta demokrasi.
masyarakat minoritas, serta penegakan PKB tetap memperjuangkan
sistem ekonomi, politik dan budaya yang tegaknya ajaran Islam, tetapi tidak melalui
berlandaskan kedaulatan rakyat. pelaksanaan hukum Islam dalam sebuah
Gus Dur menyatakan bahwa PKB negara. Artinya, menurut Gus Dur, PKB
menjadikan dirinya sebagai partai terbuka memperjuangan tegaknya ajaran Islam
atau partai yang bersifat nasionalis. PKB melalui pendidikan dan dakwah, melalui
terbuka untuk siapa saja, untuk seluruh penegakkan moralitas atau akhlak bangsa.27
komponen bangsa Indonesia. PKB bertekad PKB berdasarkan pada Ketuhanan
akan melibatkan semua komponen bangsa Yang Maha Esa, yang terbuka untuk siapa
yang ada di negara Indonesia.25 saja, untuk seluruh komponen bangsa. PKB
Pemikiran Gus Dur tentang bertekad akan membentuk pemerintahan
demokrasi pluralistik juga berpengaruh dengan melibatakan semua komponen
dalam platform PKB (Mabda’ Siayasiy) bangsa yang ada di negara ini.
PKB. Ketika proses pemilihan presiden
Gus Dur memberikan kontribusi RI di MPR tahun 1999, poros tengah yang
yang sangat signifikan bagi PKB. Dalam digalang oleh lokomotif reformasi Amien
konteks PKB, Gus Dur selalu Rais, menggiring beberapa partai untuk
mengedepankan toleransi, inklusif, dan menggolkan Gus Dur menjadi presiden,
menjunjung tinggi pada aspek humanism, dan berhasil mendudukan Gus Dur sebagai
hingga dengan demikian gerakan Gus Dur presiden pertama dalam masa reformasi
di dalam PKB secara nasional tidak mengalahkan Megawati dalam Sidang
meletakkan Islam structural tetapi Umum MPR 20 Oktober 1999.
mendekati Islam subtansional dalam rangka Keran demokratisasi yang dibuka
memperjuangkan aspirasi masyrakat.26 lebar-lebar sejak awal 1999 dimanfaatkan
Nurcholish Madjid menilai bahwa oleh berbagai kalangan untuk mendirikan
kehadiran PKB dalam percaturan politik partai politik dan mengikuti pemilu, tak
nasional tidak lagi menunjukkan diri terkecuali PKB yang ikut serta dalam
sebagai partai politik yang mengedepankan pemilu 1999.
politik aliran. PKB bersifat terbuka dan
tidak sectarian, mengingat bangsa  Kebijakan Selama Menjadi Presiden
Indonesia yang pluralis, maka PKB tidak
identik dengan NU. Kabinet Persatuan Nasional yang
dibentuk Gus Dur memiliki komposisi yang

24
Asmawi, “PKB Jendela Politik Gus Dur”, Politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Setelah Era
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999), hal. 55 Reformasi 1998-2009. UIN Syarif Hidaytullah
25
Abdurrahman Wahid, “Membangun Demokrasi”, Jakarta
27
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 14 Ibid, hal. 39
26
Alvia, Risna. Pemikiran Politik Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) dan Pengaruhnya Terhadap
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 11
beragam, terdiri atas wakil partai-partai, Indonesia mengingat keanekaragaman
elemen teknokrat, militer, utusan daerah, bangsanya.
dan kelompok fungsional.
Pembelaan terhadap minoritas juga Daftar Pustaka
dilakukan Gus Dur dengan mencabut Inpres Buku:
Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama Abidin, Zainal. 2011. Pluralisme
yang Sah dan Agama Terlarang. Kewargaan. Bandung: Mizan
Ada beberapa perundangan- Al-Brebesy, Ma'mun Murod. 1999.
undangan di Indonesia yang lahir pada Menyingkap Pemikiran Politik
masa Pemerintahan Gus Dur, yang Gusdur Dan Amin Rais Tentang
ditujukan untuk melindungi hak asasi Negara. Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo
manusia dan menghukum pelanggar hak Persada
asasi manusia sebenarnya mendekati Anderson, Benedict, dkk. 1999. Mencari
lengkap. Selain hukum pidana yang telah Demokrasi. Midas Surya Grafindo
ada, pemerintah juga memberlakukan Asmawi. 1999. PKB Jendela Politik Gus
Undang-Undang Hak Asasi Manusia Dur. Yogyakarta: Titian Ilahi Press
Nomor 39 Tahun 1999 sejak September Barton, Greg. 2017. Biografi Gus Dur.
1999, dan Undang-Undang tentang Jakarta: Mahabbah
Pengadilan Hak Asasi Manusia Nomor 26 Batubara, Palar. 2009. Bongkar Pasang
Tahun 2000 sejak November 2000. Konstruksi Politik Indonesia A la 6
Ketentuan-ketentuan tentang perlindungan Presiden. Gratama Manangka
hak asasi manusia juga ditetapkan di dalam Budiardjo, Miriam. 2013. Dasar-Dasar Ilmu
amandemen UUD 1945 yang dihasilkan Politik. Prima Grafika: Jakarta
oleh Sidang Tahunan MPR tahun 2000. Dahl, Robert A. 1992. Demokrasi dan Para
Pengkritiknya. Jakarta: Yayasan Obor
Kesimpulan Indonesia
Abdurrahman Wahid merupakan tokoh Dahl, Robert A. 1985. Dilema Demokrasi
intelektual Indonesia yang secara tegas Pluralis Antara Otonomi dan
menerima demokrasi sebagai preferensi Kontrol. Jakarta: Rajawali
final bagi sebuah sistem politik atau Dahl, Robert A. 2001. Perihal Demokrasi.
kenegaraan. Abdurrahman Wahid Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
menyatakan bahwa negara demokrasi harus Efriza. 2015. Studi Parlemen Sejarah,
menjunjung pluralitas, keadilan sosial, Konsep, dan Lanskap Politik
penegakkan hukum. Apalagi Indonesia Indonesia. Malang: Setara Press
yang memiliki beranekaragam suku bangsa. Eko, Sutoro. 2003. Transisi Demokrasi
Indonesia Runtuhnya Rezim Orde
Saran Baru. Yogyakarta: APMD Press
Hasil penelitian ini pada akhirnya Fatah, Eep Saefulloh. 2000. Pengkhianatan
melahirkan saran yang diharapkan Demokrasi A La Orde Baru Masalah
bermanfaat bagi pihak-pihak yang tertarik dan Masa Depan Demokrasi
pada kajian yang sama. Pertama, Terpimpin Konstitusional. Bandung:
Abdurrahman Wahid atau yang lebih Remaja Rosdakarya Offset
dikenal dengan Gus Dur merupakan sosok Gaus, Gerald F, Chandran Kukathas. 2004.
pejuang demokrasi dan pluralisme yang Handbook Teori Politik. Bandung:
patut ditiru langkah-langkahnya dalam Nusa Media
memperjuangkan kebebasan, keadilan, dan Hadiwinata, Bob Sugeng. 2010. Demokrasi
persamaan di muka hukum. Kedua, di Indonesia Teori dan Praktik.
demokrasi pluralitik merupakan sistem Yogyakarta: Graha Ilmu
yang baik dan layak untuk diterapkan di Iqbal, Muhammad. Nasution, 2015. Amin
Husein. Pemikiran Politik Islam Dari
JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018
Page 12
Masa Klasik Hingga Indonesia Sen, Amartya. 2000. Demokrasi Bisa
Kontemporer Edisi Ketiga. Jakarta: Memberantas Kemiskinan. Bandung:
Prenadamedia Group Mizan
Shofan, Moh, dkk. 2008. Menegakkan
Irawan, Bambang. 2000. Supremasi Sipil? Pluralisme. Yogyakarta: LSAF
Agenda Politik Militer Gusdur. Slamet, Ina E. 2005. Yang Berkuasa, Yang
Yogyakarta: Tarawang Press Tersisih, Yang Tak Berdaya:
Ismulyadi. Kamar, Samsul. Dkk. Demokratisasi yang Bagaimana di
2000.Otonomi Daerah Demokrasi Indonesia?. Bandung: Yayasan
dan Civil Society. Yogyakarta: Forum Akatiga
Komunikasi Keluarga Soebachman, Agustina. 2015. Pasang
Lalobo, Muhadam, Teguh Ilham. 2015. Surut NKRI dari Pak Karno Hingga
Partai Politik Dan Sistem Pemilihan Pak Jokowi. Yogyakarta: Syura
Umum di Indonesia. Jakarta: Media Utama
Grafindo Persada Suharko. 2005. Merajut Demokrasi
Marijan, Kacung. 2010. SPI Konsolidasi Hubungan NGO, Pemerintah, dan
Demokrasi Pasca Orde Baru. Jakarta: Pengembangan Tata Pemerintahn
Kencana Prenada Media Grup Demokratis (1996-2001). Yogyakrta:
Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Tiara Wacana
Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Sundari, E, Endang Sumiarni. 2010. Hukum
Persada yang Netral bagi Masyarakat Plural.
Masoed, Mohtar. 2000. Supremasi Sipil? Bandung: Karya Putra Darwati
Agenda Politik Militer Gus Dur. Suseno, Franz Magnis. 2015. Kebangsaan,
Yogyakarta: Elstreba Demokrasi, Pluralisme. Jakarta:
Mufti, Muslim. 2013. Kekuatan Politik di Gramedia
Indonesia. Bandung: Pustaka Setia Thoha, Miftah. 2014. Birokrasi dan Politik
Oemar, Nadjmuddin, dkk. 2001. di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo
Demokrasi, Kekerasan Disintegrasi. Persada
Jakarta: Kompas Unde, Andi Alimuddin. 2014. Televisi dan
Pambudi, Himawan S, Siti Fikriyah. 2003. Masyarakat Pluralistik. Jakarta:
Menuju Demokrasi Terkonsolidasi. Prenada
Yogyakarta: Pondok Pustaka Jogya Wahid, Abdurrahman. 1999. Islam,
Parera, Frans M, T. Jakob Koekerits. 2001. Negara, dan Demokrasi. Jakarta:
Demokratisasi dan Otonomi Gelora Aksara Pratama
Mencegah Disintegrasi Bangsa. Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku Islam
Jakarta: Kompas Anda Islam Kita Agama Masyarakat
Priyono, B. Herry, dkk. 2012. Kratos Minus Negara Demokrasi. Jakarta: Wahid
Demos Demokrasi Indonesia. Jakarta: Institude
Pustaka Obor Indonesia Wahid, Abdurrahman. 2000. Membangun
Rasyid, Muhammad Ryaas, dkk. 2007. Demokrasi. Bandung: Remaja
Transformasi Nasionalisme dan Rosdakarya
Demokrasi di Era Reformasi. Jurnal :
Pekanbaru: KPU-UNRI Press Abdullah, Taufik. 2010. Refleksi Selintas
Rauf, Maswadi, dkk. 2007. Pemantapan Tentang Primordialisme, Pluralisme,
NKRI dalam Masyarakat Plural. Dan Demokrasi Analisis Konsep
Pekanbaru: Unri Press Pluralisme Abdurrahman Wahid
Ruhpina, Said. 2005. Menuju Demokrasi Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Pemerintahan. Yogyakarta: Nuansa Masyarakat & Budaya, Volume 12
Aksara No. 2 Tahun 2010.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018


Page 13
Badarussyamsi.2014. Khazanah Visi Politik 2, Oktober 2014; ISSN 2089-0109
Muslim Indonesia. Fakultas Islam Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Ushuluddin IAIN STS: Jambi. UIN Sunan Ampel Surabaya
TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli- Subaidi. 2014. Politik Kultural Kh.
Desember 2014 Abdurrahman Wahid Dalam
Demokratisasi. Fakutas Syari’ah Dan
Badu, Muhammad Nasir. 2015. Demokrasi
Hukum UIN Sunan Kalijaga
dan Amerika Serikat Democracy and
Yogyaarta Asy-Syir’ah Jurnal Ilmu
the United States of America. The
Syari’ah Dan Hukum Vol. 48, No.
Politics: Jurnal Magister Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin Volume 1, 1, Juni 2014
Number 1, January 2015 Ubaidillah, Achmad. Muslim Humoris
Fikri, Hamdani Khaerul. 2015. Konsep Pejuang Demokrasi. Pusat Studi
Pendidikan Multikultural (Eksistensi Pesantren: Bogor
Dan Nilai-Nilai Urgensinya Di
Indonesia). Volume VIII Nomor 1 Internet
Januari-Juni 2015 Tazkiya Jurnal http://kbbi.web.id/plural
Keislaman, Kemasyarakatan dan http://santrigusdur.com/2014/05/persaudar
Kebudayaan Vol. 16 No. 2 Juli- aan-dan-pluralitas/
Desember 2015 https://lincemagriasti.wordpress.com/
://www.9mediaislam.com/2016/10/belajar-
Nugroho, Anjar. Darodjat. Yuspy G, demokrasi-dari-gus-dur.html,
Lendra. Islam Dan Demokrasi (Studi https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme
Pemikiran Amien Rais Dan
Abdurrahman Wahid)
Rusli, Muh. Pemikiran Keagamaan &
Kebangsaan Gus Dur. Farabi ISSN
1907- 0993 E ISSN 2442-8264
Volume 12 Nomor 1 Juni 2015
Halaman 50-71 Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Salleh, Kamarudin. Khoiruddin Bin


Muhammad Yusuf. 2014. Gus Dur
Dan Pemikiran Liberalisme. Ar -
Raniry: International Journal of
Islamic Studies Vol. 1, No.2,
Desember 2014. Malaysia: Fakulti
Pengajian Islam Universiti
Kebangsaan
Santalia, Indo. 2015. K.H. Abdurrahman
Wahid: Agama Dan Negara,
Pluralisme, Demokratisasi, Dan
Pribumisasi. Jurnal Al-Adyaan,
Volume I, Nomor 2
Saoki. Islam Dan Negara Menurut M.
Natsir Dan Abdurrahman Wahid. Al-
Daulah: Jurnal Hukum Dan
Perundangan Islam Volume 4, Nomor

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018


Page 14

Anda mungkin juga menyukai