Anda di halaman 1dari 4

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daya juang berarti 

kemampuan mempertahankan atau mencapai sesuatu yg


dilakukan dengan gigih.

Banyak hal yang berubah dengan kemajuan jaman. Berawal dari kehidupan yang serba sulit menjadi serba mudah. Berawal dari
kepenatan menjadi kenyamanan. Berawal dari keterbatasan menjadi ketersediaan yang melimpah. Segalanya dapat diakses
dengan cepat dan mudah. Perubahan peradaban ini menjadikan semuanya tampak sangat indah, menyenangkan dan memuaskan.
Kita menyaksikan hampir disemua lini, perubahan demi perubahan terjadi.

Tidak terkecuali, berubahnya culture masyarakat yang mempengaruhi kebiasaan dalam pola pikir dan gaya hidupnya. Lebih khusus
lagi, perubahan mental, terlihat sangat jelas pada generasi muda yang lahir di jaman digital seperti saat ini. Kehidupan serba ada,
serba cepat, serba instan mendorong mereka menjadi pengagum dan penikmat fasilitas, yang berakibat tidak optimalnya fungsi
otak dan mental.
Generasi muda menjadi sasaran empuk perkembangan jaman, mereka menjadi obyek tehnologi, bahkan tidak jarang menjadi
budak tehnologi. Sehingga tidak mengherankan, bermunculan penyakit-penyakit mental seperti; malas berusaha, mudah putus asa,
tidak bertanggung jawab, tidak disiplin, bangga dengan fasilitas mewah, tidak mampu menyelesaikan masalah, menyerah dengan
keadaan dsb.
Akibatnya potensi intelektual yang mereka bawa sejak lahir menjadi mandul, IQ tinggi tidak menjamin mereka untuk dapat struggle
dalam kehidupan. Mereka memiliki banyak teman, pandai bersosialisasi, tapi lari dari kenyataan ketika berhadapan dengan
masalah. Narkoba, miras, bunuh diri menjadi solusi pilihan.
Untuk itu generasi muda harus meningkatkan imunitasnya sehingga memiliki kekebalan terhadap problem-problem kehidupan yang
melingkupinya. Dengan pendidikan ketrampilan problem solving, maka mereka akan menjadi survive ditengah kompleksitas jaman.

Adversity Quotient = Daya Juang


Dalam dunia psikologi kita mengenal istilah IQ, EQ, SQ. Selama beberapa tahun, ketiga kecerdasan ini menjadi primadona yang
selalu diperbincangkan, dibahas dalam seminar dan pelatihan. Mengapa demikian, karena ketiga hal ini diyakini sebagai jaminan
kunci kesuksesan setiap individu.
Namun, dalam perkembangannya ketiga kecerdasan tersebut dipandang tidak cukup untuk menjadikan individu sukses tanpa
memiliki Adversity Quetiont (AQ). AQ adalah kecerdasan yang diperlukan oleh setiap individu untuk mengatasi masalah atau
kesulitan agar berhasil dalam kehidupan ini.
Berdasarkan penelitian Stoltz, tidak semua orang yang otaknya encer (IQ diatas rata-rata) memiliki daya juang yang tinggi,
demikian pula tidak ada jaminan orang yang friendly mampu menghadapi masalah-masalah yang menghadang. Setiap individu
memiliki kemampuan mengatasi masalah yang berbeda-beda. Perumpamaannya seperti orang yang mendaki gunung. Stoltz
membedakannya menjadi 3 tipe :
1. Tipe Qiutters (mereka yang berhenti dan menyerah)

Adalah orang yang bila sedang mendaki gunung, akan memilih berada ditempat yang paling bawah. Kemampuan mendakinya
hanya cukup sampai di kaki gunung.
Orang tipe ini biasamya berusaha menjauh dari permasalahan, rasa takut dan kuatir lebih kuat dari rasa keinginan bertindak
(action). Saat melihat atau menghadapi kesulitan, ia akan memilih mundur, dan tidak berani menghadapi permasalahan.

2. Tipe Campers (mereka yang berkemah)


Adalah orang yang belum mencapai puncak gunung tapi sudah merasa puas dengan hasil yang telah dicapainya saat ini. Ia tak
mau mendaki lebih tinggi karena risiko yang terlalu besar. Pendaki tipe ini pada umumnya lebih menyiapkan diri untuk jalan aman
kembali turun dari pada memikirkan bagaimana strategi naik ke puncang gunung.
Biasanya cepat puas atau selalu merasa cukup berada di posisi tengah. Cenderung mengabaikan kemungkinan, peluang atau
kesempatan baru yang bisa didapat, bila melangkah lebih tinggi dan lebih jauh.

3. Tipe Climbers ( mereka pendaki gunung sejati)


Adalah anak yang mempunyai tujuan, punya impian, punya target atau sasaran, atau paling tidak sudah punya sesuatu yang ingin
diwujudkan. Dan, untuk merealisasikan ide itu, mereka memiliki kemauan dan mampu mengusahakannya dengan ulet, tekun dan
gigih.
Pendaki tipe ini memiliki rasa ingin tahu atau rasa “Penasaran” yang besar. “Wah, pasti
seru nih!” demikian kira-kira mindset dalam benak mereka. Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar, keberanian menghadapi
sesuatu yang baru serta disiplin yang tinggi. “Aku harus selesaikan apa yang telah aku mulai” demikian tekad dalam diri mereka.
Dari ketiga tipe maka tipe climbers inilah yang tergolong memiliki AQ yang baik.
Tingkatkan Daya Juang
Kecerdasan mengatasi masalah bukan sesuatu yang diperoleh dengan instan. Bukan juga bawaan sejak lahir melainkan sesuatu
yang dapat dilatih, dibentuk atau diciptakan. Untuk menumbuhkannya diperlukan suatu proses yang tidak singkat, dengan melalui
pengajaran dan latihan yang melibatkan segenap potensi yang kita miliki. Dengan optimalisasi potensi belajarnya (otak dan alat
indra) serta stimulasi yang tepat terhadap gaya belajarnya (Visual, Auditori, Kinestetik) , anak akan memiliki pengalaman-
pengalaman yang berharga dalam hidupnya. Banyaknya pengalaman itulah yang akan menjadikan anak memiliki ketangguhan
dalam mengatasi masalah.

Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menumbuhkan daya juang :


Dongeng
Mendongeng adalah metode yang luar biasa dampaknya, karena isi dongeng akan tersimpan dengan baik dalam otak anak, apalagi
ketika disampaikan dengan semangat dan ekspresif. Dalam dongeng tersimpan pesan akhlak, nilai-nilai moral dan pesan mental
pada setiap tokohnya.
Bermain lompat tali
Umumnya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Selain melatih kelenturan fisik, juga melatih diri untuk tetap TENANG saat
menghapi tekanan. Karena biasanya pihak yang mendapat giliran memutar karet akan mempercepat putarannya, jika pihak
pelompat karet bisa terus mengatasi tingkat tantangan yang diberikan. Misal: batas dengkul, batas paha, batas pinggang, batas
pundak, batas kepala dan batas kepala plus satu jengkal tangan atau disebut batas “MERDEKA!!!”
Permainan Kelereng
Dengan beberapa kombinasi tantangan atau tingkat kesulitan tertentu, membuat anak-anak harus meningkatkan kemampuannya,
kalau tidak akan kalah. Nah, saat kalahpun ini adalah latihan yang baik untuk anak-anak dalam mengatasi rasa kalah. Memilih
menyerah atau malahan makin giat berlatih?
Olah Raga
Adalah pilihan terbaik untuk melatih ketangguhan anak-anak, karena ada saat-saat mereka harus melawan rasa sakit dan ini sangat
penting serta menjadi kekuatan mereka di masa depan, sehingga mereka akan memiliki toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit
yang mungkin saja semakin meningkat dengan tantangan yang lebih berat.

Cara meningkatkan daya juang :

 Memiliki citra diri positif


Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa
dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya
jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun
untuk mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi
yang muncul dari orang dengan citra diri positif.

 Mengingat orang orang yang anda cintai


Mengingat orang-orang yang kita cintai juga merupakan salah satu cara meningkatkan daya juang, karena cinta akan
menumbuhkan daya juang dan motivasi.

 Mampu memotivasi diri

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara daya juang dengan motivasi

berprestasi. Hal ini berarti semakin tinggi daya juang siswa, maka akan semakin tinggi juga motivasi berprestasinya. Sebaliknya,

semakin rendah daya juang siswa, maka akan semakin rendah juga motivasi berprestasinya.

Esensi daya juang

Bagi perusahaan, daya juang harus terus digelorakan bagi segenap personil perusahaan terutama untuk maksud sebagai berikut:

1. Kewaspadaan

Kompetitor bisa tiba-tiba muncul dan hilang dalam waktu singkat. Lingkungan bisnis juga bisa berubah cepat seperti datangnya
kilat. Perusahaan dan personelnya perlu terus membangun kewaspadaan dengan terus menggelorakan daya juang pada situasi

darurat.

2. Memotivasi

Memompa daya juang dengan menyiapkan diri menghadapi situasi darurat akan memotivasi personel perusahaan untuk berbuat

yang terbaik agar perusahaannya tidak sampai menghadapi situasi darurat. Sekaligus juga memberi dorongan daya juang karena

akan timbul kesadaran mensyukuri situasi ‘normal’ yang sedang dialami.

3. Kebersamaan

Berlatih menghadapi keadaan ‘darurat perang’ juga akan memacu daya juang melalui pengembangan perasaan ‘senasib

sepenanggungan’. Kalau perusahaan lagi ‘enak’, sikap individualistis biasanya mengemuka. Semua orang ingin tampil sebagai

‘pahlawan’. Pada situasi seperti itu, membangun daya juang melalui kebersamaan menjadi kebutuhan mutlak. Perusahaan harus

hidup karena individu yang hebat dan tim kerja yang kompak.

4. Panjang umur

Lahir, tumbuh, dewasa, dan mati merupakan siklus hidup yang juga berlaku untuk perusahaan. Namun, perusahaan bisa cepat ‘koit’

dan sampai ke tahap akhir siklus hidupnya kalau tidak ada daya juang personelnya. Bagi perusahaan baru atau kecil, daya juang

malah menjadi modal paling penting. Membangun daya juang dan berlatih menghadapi keadaan darurat akan membuat

perusahaan tahan lebih lama dan berumur panjang.

5. Penyubur ide

Meningkatkan daya juang juga akan memberi inspirasi bagi perusahaan dan personelnya tentang bagaimana bertahan hidup agar

tidak cepat mati dan akan memberi inspirasi pada tumbuhnya ide-ide bisnis baru.

6. Siap susah

Terkadang roda kehidupan lagi ‘di atas’ dan terkadang ‘di bawah’. Segenap personel perusahaan perlu menyiapkan diri kalau

perusahaan lagi susah. Dengan terus menyiapkan diri kalau ‘susah’ datang, maka semua pihak di perusahaan secara bersama-
sama akan menghindarkan diri dari hidup susah dan mudah-mudahan perusahaan tidak pernah hidup susah. Seandainya pun

‘susah’ datang tidak akan menimbulkan kesusahan berkepanjangan.

Daya juang juga berlaku bagi pihak yang diserang dan lagi bertahan. Bisa jadi yang diserang adalah market leader, tetapi bisa juga

market chalener atau bahkan pemain baru yang sedang coba-coba masuk pasar.

Daya juang juga berlaku bagi pihak yang menyerang. Dalam kompetisi bisnis zaman sekarang, perusahaan harus punya semangat

yang tinggi untuk menang. Peluang pasar terbuka lebar, sedangkan kompetitor juga makin banyak dan berkualitas. Tanpa daya

juang tinggi, perusahaan akan gamang dan tidak punya pushing power. Perusahaan harus punya keberanian, semangat, dan tekad

untuk terus maju dan berkembang.

Tidak ada gunanya peta segmentasi pasar yang sampai njelimet menemukan niche market kalau tidak ada daya juang untuk

merebut dan menggempur kompetitor sekaligus merebut pasar. Percuma saja membuat produk hebat dengan beragam manfaat

kalau tidak di-jegurin dan dibawa bertempur.

Ada pemasar yang terkadang lupa dan mengatakan bahwa produknya ‘payah’ dan kalah bertempur. Sesungguhnya yang

bertempur bukan produk karena hanya sebagai alat. Pertempuran pemasaran bukan pertempuran antarproduk, tetapi pertempuran

antarpemasar itu sendiri. Jadi, kalau sampai kalah, sesungguhnya yang kalah bukan produknya, tetapi pemasar itu sendiri.

Maka itu, pemasar harus berani bertempur dengan membawa produknya. Jangan sampai produknya diminta bertempur sendirian

dan hanya di-gerojok dana promosi berlimpah. Bukan itu esensi perang pemasaran.

Esensi kompetisi bisnis adalah daya juang dari pemasar dan segenap personel lain di perusahaan untuk berani menyerang dan

bertahan. Berhasil atau tidaknya perusahaan memasarkan dan memenangkan kompetisi bisnis sangat tergantung pada daya juang

personelnya.

Anda mungkin juga menyukai