(AQ)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
NOVITA 20111017
PIPIT PRIMANDA 20111018
PUTRI ALDIYANA 20111019
RAHMA WARDANI 20111020
APA ITU ADVERSITY QUOTIENT?
• Adversity Quotient (AQ) adalah
ukuran atau standar yang dipakai
untuk menentukan tingkat
kemampuan seseorang dalam
menghadapi dan bertahan
terhadap kesulitan hidup dan
tantangan yang dialami.
• Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan
AQ MENURUT STOLZ
untuk mengatasi kesulitan. “AQ
merupakan faktor yang dapat
menentukan bagaimana, jadi atau
tidaknya, serta sejauh mana sikap,
kemampuan dan kinerja Anda terwujud
di dunia,” tulis Stoltz. Pendek kata,
orang yang memiliki AQ tinggi akan
lebih mampu mewujudkan cita-citanya
dibandingkan orang yang AQ-nya lebih
rendah.
Paul G Stolz dalam AQ membedakan 3 tingkatan AQ dalam
masyarakat :
1. Tingkat Quitrers ( orang yang berhenti )Qoitrers adalah orang yang paling
lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi masalah ia langusung berhenti dan
menyerah.
2. Tingkat Campers ( orang yang berkemah )Orang yang memiliki tingkay
Campers memiliki AQ sedang. Ia merasa cukup dan puas dengan apa
yang dicapainya dan ia tidak ingin lebih maju..
3. Tingkat Climbers ( orang yang mendaki )Climbers adalah orang yang ber-
AQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat
bertahan menghadapi kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
1. Ketidakberdayaan yang Dipelajari
Mereka yang tidak bisa dan tidak mau
berusaha untuk menghadapi masalah
tersebut, suatu saat ketika diberi masalah
yang sama atau yang lebih mudah sekalipun
mereka cenderung tidak bisa
menyelesaikannya, sebaliknya mereka yang
selalu mencoba untuk mengerjakan sesuatu
sampai tuntas akan cenderung lebih mudah
untuk menyelesaikan hal lainnya yang lebih
berat .
2. Memupuk Rasa Tidak Berdaya dalam Orang
lain.
Rasa tidak berdaya ditanamkan ketika kita
berada di fase awal anak-anak. Seorang anak
yang dibiarkan untuk tidak melakukan sesuatu
atau istilahnya mereka suka di manja, anak
tersebut cenderung tidak bisa menghadapi
tantangan seorang diri. Contoh lain, pimpinan
yang tidak mau mendengarkan ide dan pendapat
karyawannya, akan mematikan kreatifitas
karyawan tersebut. Contoh-contoh di atas dapat
memupuk rasa ketidakberdayaan di masing-
masing individu tersebut.
3. Imun dari Rasa Tidak Berdaya
Penanaman daya juang, kerja keras, dan
mandiri sejak kecil akan berdampak baik bagi
perkembangan anak tersebut. Mereka yang sudah
dikenalkan dengan hal-hal tersebut akan tumbuh
menjadi manusia yang selalu berusaha, tidak
mudah menyerah, dan selalu bangkit jika mendapat
masalah. Berbeda dengan mereka yang tidak
ditanamkan dari semasa kecilnya. Mereka
cenderung hidup manja dan ketika dihadapkan
pada suatu masalah yang tidak biasa mereka
hadapi, mereka akan mudah menyerah dan pesimis.
Sehingga mereka cenderung tidak siap dalam
menghadapi permasalahan yang ada di kehidupan
nanti.
Menurut Stoltz (2000:12), kesuksesan seseorang dalam menjalani
kehidupan terutama ditentukan oleh tingkat adversity quotient.
Adversity quotient tersebut terwujud dalam tiga bentuk, yaitu :