Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

Program Studi : Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan dan Programm Studi Profesi
Ners
Mata Kuliah : Psikologi
Kelas : 2 RKI
Dosen Pengajar : Indriana Rakhmawati, S.Kp., M.Si.,MTD (HE)

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. A’isyah Arifah Sabrina P3.73.20.2.21.101


2. Athiyyah Kamila .A P3.73.20.2.21.104
3. Faisa Salmaweka P3.73.20.2.21.110
4. Hilda Silvi Widyana P3.73.20.2.21.112
5. Mediana Avrilliani P3.73.20.2.21.118
6. Rantis Aulia Ghifari P3.73.20.2.21.128
7. Talitha Fadiyah Ulima P3.73.20.2.21.138

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


DIV KEPERAWATAN DAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
1. Definisi Adversity Quotient (AQ)
AQ atau kepanjangannya adalah Adversity Quotient merupakan salah satu jenis
kecerdasan pada manusia, yang berfokus pada cara menyelesaikan suatu masalah dan
menghadapi tantangan dalam kehidupan. Dalam jurnal lain, AQ juga kadang disebut
sebagai kemampuan seseorang untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan di
hidupnya.
AQ juga menjadi salah satu faktor penting yang menjadi indikator penentu
kesuksesan seseorang. skor AQ berguna untuk memprediksi bagaimana seseorang
bersikap saat mengalami tekanan mental atau berada dalam tekanan, mengukur
ketekunan, ketahanan, respon dalam pembelajaran dan respon seorang individu dalam
beradaptasi dengan lingkungan.

2. Aspek-Aspek Adversity Quotient (AQ)


Adversity quotient sebagai suatu kemampuan terdiri dari 4 dimensi yang
disingkat dengan CO2RE yaitu dimensi control, origin-ownership, reach, dan
endurance. Berikut ini merupakan penjelasan dari keempat dimensi tersebut :
1) Control (Pengendalian)
Kendali yaitu sejauh mana seseorang mampu mempengaruhi dan mengendalikan
respon individu secara positif terhadap situasi apapun. Kendali yang sebenarnya
dalam suatu situasi hampir tidak mungkin diukur, kendali yang dirasakan jauh lebih
penting.
2) Origin-ownership (Asal Usul dan Pengakuan)
Sejauh mana seseorang menanggung akibat dari suatu situasi tanpa
mempermasalahkan penyebabnya. Dimensi asal-usul sangat berkaitan dengan
perasaan bersalah yang dapat membantu seseorang belajar menjadi lebih baik serta
penyelesaian sebagai motivator.
3) Reach (Jangkauan)
Sejauh mana seseorang membiarkan kesulitan menjangkau bidang laindalam
pekerjaan dan kehidupannya. Seseorang dengan AQ tinggi memiliki batasan
jangkauan masalahnya pada peristiwa yang dihadapi.
4) Endurance (Daya Tahan)
Sejauh mana seseorang membiarkan kesulitan menjangkau bidang laindalam
pekerjaan dan kehidupannya. Seseorang dengan AQ tinggi memiliki batasan
jangkauan masalahnya pada peristiwa yang dihadapi.
3. Tingkatan dalam Adversity Quotient (AQ)
Stoltz mengelompokkan individu berdasarkan daya juangnya menjadi tiga, yaitu
quitter,camper, dan climber. Kemudian menyatakan bahwa orang yang menyerah
disebut quitter, orang yang merasa puas pada pencapaian tertentu sebagai camper, dan
seseorang yang terus ingin meraih kesuksesan disebut dengan climber.
1) Quitter
Quitter yaitu orang yang memilih keluar, menghindari kewajiban, mundur, dan
berhenti. Individu dengan tipe ini memilih untuk berhenti berusaha, mereka
mengabaikan menutupi dan meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk
terus berusaha.
2) Campers
Campers atau orang-orang yang berkemah adalah orang-orang yang telah berusaha
sedikit kemudian mudah merasa puas atas apa yang dicapai nya.Kebanyakan para
campers menganggap hidupnya telah sukses sehingga tidak perlu lagi melakukan
perbaikan dan usaha.
3) Climbers
Climbers atau si pendaki adalah individu yang melakukan usaha sepanjang
hidupnya. Tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan kerugian, nasib baik
maupun buruk, individu dengan tipe ini akan terus berusaha untuk suatu tujuan.

4. Tahapan-Tahapan Adversity Quotient (AQ)


LEAD adalah tahapan-tahapan yang digunakan untuk memberikan respons
saat sebuah kejadian yang berkaitan dengan Adversity Quotient atau sebuah kesulitan
terjadi. LEAD sendiri merupakan singkatan dari Listen-Establish Accountability-
Analyze-Do.
1) Listen
Pada tahap pertama yang penting ini, mendengarkan respons diri terhadap kesulitan
yang terjadi. Pertanyaan pertanyaan yang bisa diajukan untuk memperkuat proses,
bentuknya seperti:
- Kasusnya apakah mencerminkan AQ yang tinggi atau rendah?
- Dimensi CORE mana yang paling berperan dalam kejadian ini?
Contoh pertanyaan:
 Tidak ada yang bisa saya lakukan sama sekali! ( Control rendah )
 Saya memang bodoh sekali ( Origin rendah )
 Seharusnya dia yang harus disalahkan, saya tidak tahu menahu (Ownership
rendah )
 Hancurlah semua hidup saya! ( Reach Rendah )
 Segala sesuatunya tidak akan pernah membaik ( Endurance rendah )
2) Establish Accountability
Di tahap ini mulai menganalisa hal-hal apa yang bisa dilakukan (termasuk
terhadap kemungkinan yang paling kecil) untuk membuat keadaan menjadi lebih
baik. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan:

 Hal-hal apa saja yang akan Anda lakukan (walaupun kecil) untuk
memperbaiki keadaan menjadi lebih baik?
 Kira-kira dalam waktu 1-2 hari apa yang akan terjadi dari tiap jawaban
nomor 1?
 Mana yang akan Anda pilih untuk Anda lakukan?

3) Analyze Evidence
Tahap ini adalah tahap yang ketiga dalam Mengukur Adversity Quotient. Hal-hal
yang bisa dilakukan di tahap ini:
- Pisahkan antara fakta dan asumsi yang ada. Mencampur adukkan antara fakta
dan asumsi bisa membuat solusi yang kita ambil menjadi bias. Misalnya: Hari
ini Anda melakukan presentasi penting. Bahan sudah Anda berikan kepada tim
Anda untuk dikerjakan. Pada saat presentasi, filenya ternyata kena virus. Anda
merasa presentasi Anda menjadi jelek di mata atasan karena atasan Anda begitu
saja meninggalkan ruangan saat Anda selesai presentasi.

Contoh:

 File Anda terkena virus (fakta)


 Presentasi Anda jelek (asumsi), akan menjadi fakta jika ada skor yang
menunjukkan skor Anda 1 dari skala 5.
 Atasan tidak puas? ( sebaiknya diklarifikasi sebelum membuat penilaian
terhadap diri sendiri.)
Penting mempertimbangkan pertanyaan berikut dalam tahap ini:

- Bukti-bukti apa saja yang diluar CORE Anda?

4) Do Something
Tahap ini merupakan kumpulan tindakan (action list) jawaban dari fakta-
fakta CORE apa saja yang telah didata pada tahap sebelumnya yang menjadi
masalah. Misalnya di kasus presentasi diatas salah satu faktanya adalah file Anda
terkena virus. Maka beberapa tindakan yang bisa dilakukan antara lain:

 Alternatif A : Memasang anti virus


 Alternatif B : Membuat file cadangan
 Alternatif C : Bahan presentasi di taruh di server/cloud
Langkah berikutnya adalah membuat Action Funnel. Action funnel ini bertujuan
untuk memprioritaskan dan menuntaskan Action yang akan dilakukan, ada 4 hal
pertanyaan mendasar:

1) Action mana yang akan kita pilih / lakukan terlebih dahulu?


2) Bagaimana melakukannya?
3) Kapan akan dilakukan?
4) Siapa yang akan melakukan?

Misalnya yang dipilih adalah alternatif A, maka:

1. Memasang anti virus


2. Menginstall anti virus di setiap laptop dan komputer
3. Minggu ini hari rabu-jumat

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adversity Quotient (AQ)


Stoltz menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan
adversitas antara lain:
1) Bakat
Bakat menggambarkan penggabungan antara keterampilan, kompetensi,
pengalaman dan pengetahuan yakni apa yang diketahui dan mampu dikerjakan
oleh seorang individu.
2) Kemauan
Kemauan menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan, ambisi, dan
semangat yang menyala-nyala.
3) Kecerdasan
Menurut Gardner terdapat tujuh bentuk kecerdasan, yaitu linguistik, kinestetik,
spasial, logika matematika, musik, interpersonal, dan intrapersonal. Individu
memiliki semua bentuk kecerdasan sampai tahap tertentu dan beberapa di
antaranya ada yang lebih dominan.
4) Kesehatan
Kesehatan emosi dan fisik juga mempengaruhi individu dalam mencapai
kesuksesan.
5) Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian seorang individu seperti kejujuran, keadilan,
ketulusan hati, kebijaksanaan, kebaikan, keberanian dan kedermawanan
merupakan sejumlah karakter penting dalam mencapai kesuksesan.
6) Genetika
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan salah satu
faktor yang mendasari perilaku dalam diri individu.
7) Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat,
perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan
individu.
8) Keyakinan
Keyakinan merupakan ciri umum yang dimiliki oleh sebagian orang-orang
sukses karena iman merupakan faktor yang sangat penting dalam harapan,
tindakan moralitas, kontribusi, dan bagaimana kita memperlakukan sesama kita.

6. Pengaruh Kecerdasan Adversitas dan Kecerdasan Emosional


Kecerdasan adversitas dan kecerdasan emosional turut andil dalam
pembentukan keterampilan sosial seseorang. Kecerdasan emosional didukung dengan
kecerdasan adversitas akan membuat individu tidak hanya mampu mengenali perasaan
diri sendiri dan orang lain, tetapi juga mampu meningkatkan motivasi diri secara
keseluruhan untuk mencapai kesuksesan dan prestasi akademik.
Kecerdasan emosional dan kecerdasan adversitas mempunyai peranan
penting dalam kehidupan. Hal tersebut akan berdampak sebagai faktor pendukung
dalam mencapai kesuksesan dalam belajar.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan adversitas
tinggi akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas. Semakin tinggi sesorang memiliki kedua kecerdasan tersebut
akan lebih efektif menyelesaikan tugas. Kemampunya tersebut menjadi modal yang
sangat penting guna mencapai kesuksesanya di masa yang akan datang. Seseorang yang
memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan adversitas tinggi menganggap kesulitan
dan tantangan sebagai alat untuk meningkatkan potesi diri
DAFTAR PUSTAKA

Admin qep. 2020. Inilah Cara Meningkatkan Kecerdasan AQ. Diakses pada 30 Agustus 2022
melalui https://qep.co.id/works/inilah-cara-meningkatkan-kecerdasan-aq-home/

Stoltz, Paul G. 2000. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Jadi Peluang. Jakarta : PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wardani, W. (2019). Pengaruh kecerdasan adversitas dan kecerdasan emosional melalui model
inkuiri sosial terhadap keterampilan sosial siswa. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran
IPS, 4(2), 66-73.

Anda mungkin juga menyukai