Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sylvia Steviani

NIM : 201850599

Summary Ch. 5 Menggali Potensi Kecerdasan 2: AQ Mengubah Hambatan Menjadi Peluang

Definisi Adversity Quotient (AQ)

Teori kecerdasan adversity (AQ) yang diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz pada tahun 2000 merupakan
terobosan penting dalam pemahaman manusia tentang apa yang diperlukan untuk mencapai
kesuksesan. Kecerdasan adversity atau selanjutkan disinkgat Adversity Quotient adalah kecerdasan
seseorang dalam menghadapi situasi-situasi masalah atau hambatan dalam kehidupan. AQ merupakan
bagian dari kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi berbagai problem hidup dan
kesanggupan seseorang bertahan hidup. Untuk mengetahui AQ seseorang dapat dilihat sejauh mana
orang tersebut mampu mengatasi persoalan hidup, bagaimanapun beratnya dengan tidak putus asa.

Merumuskan arti kesuksesan

Sukses adalah kemampuan untuk menjalani hidup anda sesuai dengan keinginan anda, melakukan apa
yang paling dinikmati, dikelilingi oleh orang-orang yang anda senangi dan hormati. Hubungan AQ
dengan kesuksesan Quotient merupakan factor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya,
serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja kita dapat menuntun kita kepada kesuksesan. Orang
yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mencapai kesuksesan dibandingkan orang yang AQ-nya lebih
rendah. Dalam bukunya Adversity Quotient (AQ), Paul G. Stoltz menganalogikan bahwa hidup kita dapat
diibaratkan dengan sebuah pendakian.

Dilema Adversitas VS Pohon Kesuksesan

Menurut Stoltz 2007 hampir kebanyakan orang mengetahui apa yang dibutuhkan agar dapat sukses.
Karena menurutnya setiap manusia diberkahi bebagai macam unsur penting untuk mencapai
kesuksesan. Tetapi, kenyataannya adalah, jika seseorang memiliki adversity quotient yang relatif rendah
dan karenanya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam kesulitan, potensinya juga akan
tetap kerdil. Sebaliknya, orang dengan adversity quotient yang cukup tinggi akan berkembang pesat
seperti pohon di gunung. Oleh karena itu Stoltz membagi potensi yang seseorang miliki seperti bagian-
bagian dari pohon dibawah ini;

1. Daun : Kinerja Daun diberi label kinerja karena merujuk pada bagian dari individu yang paling
mudah terlihat oleh orang lain. Bagian ini yang paling sering dinilai atau dievaluasi. Namun daun
tidak begitu saja tumbuh tanpa adanya cabang pohon.
2. Cabang : Bakat dan Kemauan cabang pertama dapat disebut sebagai bakat yang
menggambarkan keterampilan, kompetensi, dan pengetahuan individu. Cabang kedua disebut
hasrat yang menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan, ambisi dan semangat
individu. Kedua cabang ini saling mempengaruhi kesuksesan, seseorang yang memiliki bakat
akan tetapi tidak mempunyai kemauan sulit untuk menjadi sukses. Seorang harus mempunyai
kemauan yang mungkin disertai bakat untuk mencapai kesuksesan.
3. Batang : Kecerdasan, kesehatan dan karakter kecerdasan Howard Gardner dalam Stoltz, 2007
memperluas pengertian kecerdasan bahwa kecerdasan mempunyai tujuh bentuk; Linguistic,
kinestetik, spasiak, logika matematis, music, interpersonal dan intrapersonal. Setiap individu
memiliki semua kecerdasan tersebut. Namun dalam diri individu beberapa diantara kecerdasan
itu ada yang lebih dominan. Kecerdasan yang lebih dominan tersebutlah yang mempengaruhi
karir, pelajaran-pelajaran yang dipilih, dan hobi-hobi yang dinikmati. Ini berkaitan dengan
cabang pohon yang akan mempengaruhi kesuksesan seseorang. Kesehatan emosi dan fisik
mempengaruhi kemampuan individu dalam menggapai kesuksesan. Jika individu sakit,
penyakitnya akan mengalihkan perhatian individu dari gunung yang sedang didaki atau tujuan
yang akan dicapai. Karena sakit itu pendakian individu bisa menjadi sekedar perjuang hari demi
hari untuk bertahan hidup. Emosi dan fisik yang sehat dapat sangat membantu pendakian diri
individu.

Tiga Tingkat Kesulitan

Stoltz 2000 mengatakan bahwa ukuran dan frekuensi kesulitan yang harus dihadapi setiap orang
semakin besar dari hari ke hari. Kesulitan hidup terus meningkat dan tidak pernah berhenti. Untuk
membantu menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh manusia, Stoltz 2000 memperkenalkan
model “Tiga Tingkat Kesulitan”. Model ini hendak menggambarkan suatu kenyataan bahwa kesulitan
merupakan bagian dari hidup yang ada di mana-mana, nyata, dan tidak terelakkan. Selain itu, model ini
juga hendak memperlihatkan bahwa perubahan positif yang dapat terjadi pada ketiga tingkatnya
berawal dari individu yang mengalami kesulitan.

a. Kesulitan di Masyarakat. Pada zaman sekarang ini, masyarakat dihadapkan pada banyak kesulitan,
misalnya: tindakan kejahatan yang meningkat secara dramatis, kondisi perekonomian yang tak kunjung
stabil, kerusakan lingkungan yang semakin parah, krisis moral yang melanda generasi muda, perubahan
pandangan terhadap kehidupan rumah tangga, dan hilangnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga
pemerintah. Stoltz 2000 menyebut perubahan tersebut sebagai kesulitan masyarakat.

b. Kesulitan di Tempat Kerja. Stoltz 2000 mengatakan bahwa situasi sulit di tempat kerja semakin
meningkat, hal ini menyebabkan frustrasi yang dialami kaum pekerja semakin menumpuk. Mengerjakan
banyak hal dengan upah yang sedikit merupakan salah satu dari sekian banyak kesulitan yang dapat
ditemukan di tempat kerja. Tuntutan-tuntutan dan ketidakpastian yang harus dihadapi seringkali
membuat kaum pekerja berangkat ke tempat kerja dengan perasaan cemas setiap harinya.

c. Kesulitan Individu. Phoolka dan Kaur 2012 menyebutkan beberapa contoh kesulitan yang terjadi pada
tingkat individu, diantaranya adalah rasa kesepian, kurang percaya diri, kehilangan semangat, kelelahan,
dan kesehatan yang buruk. Namun, sesuai dengan penjelasan sebelumnya mengenai model “Tiga
Tingkat Kesulitan”, pada tingkat inilah individu dapat memulai perubahan.
4 Persimpangan AQ

1. Control

Control atau kendali mempertanyakan berapa banyak kendali yang Anda rasakan terhadap sebuah
peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memiliki kendali
dalam suatu masalah yang muncul. Apakah seseorang memandang bahwa dirinya tak berdaya dengan
adanya masalah tersebut, atau ia dapat memegang kendali dari akibat masalah tersebut.
2. Origin dan Ownership

Mempertanyakan dua hal, yaitu siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan, dan sampai sejauh
manakah seseorang mengakui akibat kesulitan itu.

Origin menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memandang sumber masalah yang ada. Apakah ia
cenderung memandang masalah yang terjadi bersumber dari dirinya seorang atau ada faktor - faktor
lain di luar dirinya.

Ownership menjelaskan tentang bagaimana seseorang mengakui akibat dari masalah yang timbul.
Apakah ia cenderung tak peduli dan lepas tanggung jawab, atau mau mengakui dan mencari solusi untuk
masalah tersebut.
3. Reach

Menjelaskan tentang bagaimana suatu masalah yang muncul dapat mempengaruhi segi-segi hidup yang
lain dari orang tersebut. Apakah ia cenderung memandang masalah tersebut meluas atau hanya
terbatas pada masalah tersebut saja.
4. Endurance

Menjelaskan tentang bagaimana seseorang memandang jangka waktu berlangsungnya masalah yang
muncul. Apakah ia cenderung untuk memandang masalah tersebut terjadi secara permanen dan
berkelanjutan atau hanya dalam waktu yang singkat saja.

Keseluruhan nilai dari dimensi ini akan menentukan nilai dari Adversity Quotient seseorang.

Anda mungkin juga menyukai