Syahrul Rahadian
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
Surabaya
2015
1. Konsep yang ingin diukur
Pada kesempatan kali ini kelompok kami memilik konsep tentang
Adversity Quotient. Bagaimana ketahanan atau daya tahan mahasiswa ketika
menghadapi masalah. Stein & Book (2004) menjelaskan bahwa ketahanan
adalah kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan
dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif
dan pasif mengatasi kesulitan. Ketahanan ini berkaitan dengan kemampuan
untuk tetap tenang dan sabar, serta kemampuan menghadapi kesulitan dengan
kepala dingin, tanpa terbawa emosi. Orang yang tahan menghadapi kesulitan
akan menghadapi, bukan menghindari, tidak menyerah pada rasa tidak
berdaya atau putus asa.
2. Definisi konseptual
2.1 Definisi Adversity Quotient
Menurut Stoltz (1997), definisi Adversity quotient dapat dilihat dalam tiga
bentuk, yaitu :
Adversity quotient adalah suatu konsep kerangka kerja guna memahami dan
meningkatkan semua segi dari kesuksesan
Adversity quotient adalah suatu pengukuran tentang bagaimana seseorang
berespon terhadap kesulitan.
Adversity quotient merupakan alat yang didasarkan pada pengetahuan sains
untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam berespon terhadap
kesulitan.
A. Psikologi kognitif
Psikologi kognitif merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
memperoleh, mentransformasikan, mempresentasikan, menyimpan, dan menggali
kembali pengetahuan, dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat dipakai untuk
merespon atau memecahkan kesulitan, berfikir dan berbahasa. Orang yang merespon
atau menganggap kesulitan itu abadi, maka jangkauan kendali mereka akan
menderita, sedangkan yang menganggap kesulitan itu mudah berlalu, maka ia akan
tumbuh maju dengan pesat. Respon seseorang terhadap kesulitan mempengaruhi
kinerja, dan kesuksesan. Strategi berespon terhadap kemalangan dengan pola-pola
tersebut akan menetap sepanjang hidup seseorang (Lasmono, 2001: 335).
B. Neuropsikologi
Neuropsikologi adalah bagian psikologi terapan yang berhubungan dengan
bagaimana perilaku dipengaruhi oleh disfungsi otak. Ilmu ini menyumbangkan
pengetahuan bahwa otak secara ideal dilengkapi sarana pembentuk kebiasaan-
kebiasaan, sehingga otak segera dapat diinterupsi dan diubah. Berdasarkan penjelasan
tersebut (Lasmono, 2001: 337) menjelaskan bahwa kebiasaan seseorang dalam
merespon terhadap kesulitan dapat diinterupsi dan segera diubah. Dengan demikian,
kebiasaan baru tumbuh dan berkembang dengan baik. Neuropsikologi merupakan
Speciality (bidang keahlian khusus), tetapi juga dapat dilihat sebagai bagian psikologi
kesehatan. Neuropsikologi maupun psikologi kesehatan berada di bawah payung
besar psikologi klinis.Neuropsikologi memiliki representasi yang tersebar luas dalam
tim timmulti disiplin atau antar disiplin sebagai bagian dari
pendekatanmediskontemporer terhadap penanganan seorang pasien (Nelson dan
Adams, 1997: 338). Gambar 3 menunjukkan bagaimana teknik-teknik asesmen dari
neuropsikologi bersinggungan dan saling tumpang-tindih dengan disiplin-disiplin lain
yang berdekatan.
C. Psikoneuroimunologi
Ilmu ini menyumbangkan bukti-bukti adanya hubungan fungsional antara otak
dan sistem kekebalan, hubungan antara apa yang individu pikirkan dan rasakan
terhadap kemalangan dengan kesehatan mental fisiknya. Kenyataannya pikiran dan
perasaan individu juga dimediasi oleh neurotranmitterdan neuromodulator, yang
berfungsi mengatur ketahanan tubuh. Hal ini esensial untuk kesehatan dan panjang
umur, sehingga seseorang dapat menghadapi kesulitan dan mempengaruhi fungsi-
fungsi kekebalan, kesembuhan, dan kerentanan terhadap penyakit-penyakit yaitu
melemahnya kontrol diri yang esensial akan menimbulkan depresi.
Dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang
terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono
(1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti
pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.
3. Definisi Operasional
Dimensi-Dimensi Adversity Quotient Stoltz (2000: 102) menawarkan empat
dimensi dasar yang akan menghasilkan kemampuan adversity quotient yang tinggi,
yaitu :
A. C = Control (Pengendalian)
B. O = Ownership (Kepemilikan)
C. R = Reach (Jangkauan)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan : berapa lamakah kesulitan
akan berlangsung? Dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung?
Semakin rendah skor Endurance semakin besar kemungkinan seseorang menganggap
kesulitan dan penyebab-penyebabnya akan berlangsung lama.
Jumlah total