Anda di halaman 1dari 17

“PENGEMBANGAN KONSEP ADVERSITY QUOTIENT PAUL G.

STOLTZ DALAM
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI.”

Ovi Arieka Mefa


Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Email: Ovi21arieka@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kepustakaan (library research) dengan pendekatan analisis isi (content
analysis). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan konsep adversity quotient Paul G
Stoltz dalam pendidikan islam anak usia dini . Latar belakang penelitian ini (1).bagaimana pokok-
pokok pemikiran tentang adversity quotient menurut Paul G.Stoltz? (2).konsep adversity quotient
dalam pendidikan islam? (3).bagaimana perkembangan konsep adversity quotient Paul G.Stoltz dalam
pendidian islam anak usia dini?”. Temuan penelitian ini mengungkapkan konsep kecerdasan adversity
quotient pada pendidikan islam anak usia dini. Adversity quotient atau ketangguhan diri akan sangat
membantu untuk masa depan anak-anak dimasa depannya. Generasi problem solver (pemecah
masalah) adalah kecerdasan yang harus dibentuk sejak usia dini, namun didasarkan dengan
pendidikan islam agar anak-anak tetap menjadi insan yang berguna bagi sesama manusia, agama, dan
negara. Anak usia dini yang dikenal dengan masa keemasan atau golden age adalah suatu kesempatan
yang amat baik untuk menanamkan nilai-nilai dan membentuk generasi problem solver. Generasi
prablem solver adalah suatu konsep yang sangat diperlukan dalam menciptakan generasi-generasi
yang tangguh dimasa depan. Sejak usia dini anak ditanamkan nilai-nilai kesabaran, bersikap dan
bersifat ikhlas, berpikir positif,bersyukur dan berikhtiar, serta bertanggung jawab. Generasi problem
solver atau menyelesaikan masalah dilatih sejak dini agar anak dimasa depan sudah terbentuk untuk
menghadapi dunia. Peran orang tua dan guru sebagai contoh dan panutan bagi anak maka harus
konsisten dan komitmen agar anak menjadi tangguh dan menjadi generasi problem solver.

Kata Kunci:Adversity quotient, PAUD, konsep pendidikan islam, problem solver.

ABSTRACT

This research is a library research with a content analysis approach. The purpose of this study is to
develop Paul G Stoltz's adversity quotient concept in early childhood Islamic education. The
background of this research (1). What are the main points of thought about the adversity quotient
according to Paul G. Stoltz? (2). The concept of adversity quotient in Islamic education? (3). How is
the development of Paul G. Stoltz's adversity quotient concept in early childhood Islamic education?
”. The findings of this study reveal the concept of adversity quotient in early childhood Islamic
education. Adversity quotient or self toughness will be very helpful for the future of the children in the
future. Generation of problem solvers (problem solvers) is intelligence that must be formed from an
early age, but is based on Islamic education so that children remain useful persons for fellow humans,
religion and the state. Early childhood, known as the golden age or golden age, is an excellent
opportunity to instill values and form a generation of problem solvers. The generation of prablem
solvers is a concept that is indispensable in creating strong generations in the future. From an early
age, children are instilled with the values of patience, attitude and sincerity, positive thinking,
gratitude and endeavor, and responsibility. Generation of problem solvers or problem solving is
trained from an early age so that future children are formed to face the world. The role of parents and
teachers as examples and role models for children must be consistent and committed so that children
become tough and become a generation of problem solvers.

Keywords: Adversity quotient, PAUD, Islamic education concept, problem solver.


PENDAHULUAN intelektual apa pun yang barang-kali
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diberikan oleh permainan genetik kepeda
pada hakikatnya adalah pendidikan yang mereka.1 Kemudian untuk hasil yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk maksimal, sudah ada lagi istilah AQ
memfasilitasi pertumbuhan dan (Adversity Quotient).
perkembangan anak secara menyeluruh Menurut Paul G Stoltz adversity
quotient adalah kemampuan bertahan
atau menekankan pada perkembangan
menghadapi kesulitan dan kemampuan
seluruh aspek kepribadian anak. Oleh untuk mengatasinya, melampaui harapan-
harapan atas kinerja dan potensi mereka
karena itu, PAUD perlu menyediakan
serta tantangan untuk tidak menyerah dan
berbagai aspek perkembangan seperti mencari solusi jalan keluar. 2Adversity
quotient memberikan detail-detail tentang
kognitif, bahasa, sosial,emosi,fisik, dan
jebakan-jebakan yang membuat orang
motorik. Menciptakan generasi yang terpuruk dalam kekalahan ketika kita
dihadapkan dengan perubahan, kegagalan,
unggul di masa depan, tentu upaya sejak
dan kehilangan yang muncul secara tak
dini adalah upaya yang sangat bijaksana terduga. Belajar bagaimana
mengidentifikasi sifat-sifat yang menjadi
untuk dilakukan oleh orang tua dan guru,
ciri-ciri karakter para quitter,camper, dan
agar tercipta generasi yang unggul untuk clamber, dan yang paling penting yaitu
dapat menerapkan teknik-teknik dasarnya
menghadapi kehidupan di masa depan.
secara ilmiah untuk memperkuat respon
Apa yang bisa kita ubah untuk menolong dalam menghadapi kesulitan.3
AQ takes three forms. First, AQ is a
anak-anak kita memiliki nasib kehidupan
new conceptual framework for
yang lebih baik? Faktor-faktor manakah
understanding and enchanching all facest
yang lebih berperan, misalnya, kapan
of success. It builds upon a substantial
orang ber-IQ tinggi gagal dan orang yang
base of landmark research, offering a
ber-IQ rata-rata menjadi sukses?
practical, new combination of knowledge
Daniel Goleman mengatakan bahwa
that redefines what it takes to succed.
perbedaannya sering kali terletak pada
Second, aq is a measure of how you respon
kemampuan-kemampuan yang disini di
to adversity. Unchecked, these
sebut kecerdasaan emosional, yang
subconscious patterns are yours for life.
mencakup pengendalian diri, semangat dan
Now, for the first time, they can measured,
ketekunan, serta kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri. Keterampilan- 1
Daniel Goleman, Emotional Intelegensi,
(Jakarta:PT Gramedia, 2017), h. xiii.
keterampilan ini, sebagaimana nanti akan 2
Paul G Stoltz, Adversity Quotient
kita lihat, dapat diajarkan kepada anak- Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta:
PT Grasindo, 2018), h. 9
3
anak, untuk memberi peluang yang lebih Paul G Stoltz, Adversity Quotient
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta:
baik dalam memanfaatkan potensi PT Grasindo, 2018), h. 401
understood, and changed. Finally, AQ is a luasnya untuk dapat menyelematkan
hidup.6
scientifically-grounded set of tools for
Menurut Werner, anak-anak yang ulet
improving how you respond to adversity itu adalah “perencanaan-perencanaan, dan
orang-orang yang mampu menyelesaikan
and as aresult, your overall personal and
masalah, dan orang-orang yang bisa
professional effectiness. You will learn and memanfaatkan peluang.” Anak-anak yang
kurang ulet akan langsung menyerah.
apply these skills to yourself, others.4
Orang-orang yang semasa kanak-kanaknya
Paul G Stoltz adalah Presiden of sudah pernah menghadapi dan mengatasi
kesulitan tampaknya bernasib lebih baik
PEAK Learning Incorporated, selain
dalam kehidupannya dikemudian hari dari
menjadi pembicara dan konsultan yang pada mereka yang semasa kanak-kanaknya
hidup lebih enak.7
sangat laris untuk topik-topik
Upaya ketangguhan diri dikenal
kepemimpinan, kinerja perusahaan dan
dengan istilah Adversity quotient.Istilah
mengatasi kesulitan. Dengan tiga cabang
adversity quotient diambil dari konsep
ilmu pengetahuan psikologi kognitif,
yang dikembangkan oleh Paul G.Stolz,
psikoneuroimunologi, neurofisiologi.
seseorang konsultan dunia kerja dan
Adversity quotient memasukkan dua
pendidikan berbasis skill. Adversity
komponen penting dari seitap konsep
quotient merupakan kemampuan yang
praktis, yaitu teori ilmiah dan
dimiliki seseorang dalam mengamati
penerapannya di dunia nyata.5
kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut
Adversity quotient menuntun dan
dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga
mengarahkan kita untuk cerdas
mengahdapi masalah. Bahkan tak sekadar menjadi sebuah tantangan untuk
menghadapi. Namun, lebih jauh lagi
diselesaikan.
adalah “mengelola”. Adversity quotient
memengaruhi jiwa manusia untuk mampu Dewasa ini banyak sekali manusia
mengelola masalah dengan arif dan
hanya matang secara usia namun tidak
bijaksana, bukan dengan cara instan dan
emosional. Adversity quotient secara pemikiran dan emosinya apalagi
membimbing manusia untuk mampu
sedikit sekali orang yang mampu
memandang masalah dengan sudut
pandang positive thinking, bukan dengan mengahadapi masalah dan mampu
cara yang pragmatis dan apatis. Adversity
menyelesaikannya. Hal ini dikatakan
quotient juga men-support manusia untuk
selalu siap menghadapi masalah dan bahwa anak kurang bertaggung jawab.
musibah serta mencari peluang seluas-
Salah satu fase penting pendidikan anak di
dalam keluarga yang menjadi tanggung
4
Paul G Stlotz, Adversity Quotient Turning
6
Obstacles IntoOpportunities, (Canada:Includes Miarti Yoga, Adversity Quotient,
Bibliographical Refrence, 1997), h.7 (Solo:Tinta Media,2016), h. 85
5 7
Paul G Stoltz, Adversity Quotient Paul G Stoltz, Adversity Quotient
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang ,
PT Grasindo, 2018), h. 8 (Jakarta:PT Gramedia, 2018), h.89
jawab keluarga adalah fase anak usia dini. tersebut akan marah hingga menangis.
pada fase usia dini ini anak berada pada Kemudian anak yang tidak ingin
masa pertumbuhan dan perkembangan. mengerjakan pekerjaan rumahnya, anak
Baik jasmaninya maupun rohaninya. Pada tersebut lebih mengamuk bahkan merobek
usia ini anak perlu diberikan rangsangan buku pelajarannya dibandingkan
pendidikan anak usia dini ini sangat menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Hal-
menentukan. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut merupakan anak-anak yang
pertimbangan ini sekarang pemerintah memiliki AQ yang rendah.
memberi perhatian yang cukup besar dan Landasan pengembangan kurikulum
mengembirakan terhadap pendidikan anak 2013 PAUD ini yaitu landasan Kurikulum
usia dini. di lingkungan Departemen 2013 Pendidikan Anak Usia Dini yang
Pendidikan Nasional sudah dibentuk satu dikembangkan atas dasar pengkajian
Direktorat untuk menangani pendidikan secara konseptual maupun empiris yang
usia dini, yaitu Direktorat Pendidikan mendalam pada berbagai landasan
Anak Usia Dini (PAUD). Tujuan utama filosofis,yuridis,psikopedagogik,landasan
dibentuknya Direktorat ini untuk teoritis, dan landasan sosiologis. Sesuai
memberikan pembinaan teknis terhadap dengan prinsip pertumbuhannya, maka
upaya pelayanan PAUD pada jalur anak menuju dewasa memerlukan
pendidikan nonformal yang dilaksanakan bimbingan sesuai dengan prinsip yang
pada Taman Penitipan Anak (TPA), dimilkinya, prinsip eksplorasi, jasmani dan
kelompok Bermain (KB), dan satuan rohani manusia akan berfungsi secara
PAUD sejenis..8Ada beberapa contoh yang sempurna jika dipelihara dan dilatih,
menggambarkan bahwa anak memiliki AQ sehingga anak sejak lahir baik jasmani
yang rendah. Sikap-sikap anak yang tidak maupun rohaninya memerlukan
sesuai tapi dianggap biasa, namun akan pengembangan melalui pemeliharaan dan
berdampak buruk bagi perkembangannya latihan berlangsung secara bertahap.
contonya, anak sudah terbiasa dilayani. Demikian juga perkembangan agama pada
Dari bangun tidur hingga akan tidur anak diri anak.9 Sebagaimana diterangkan pada
selalu dilayani sampai mengambil air ayat Al-Quran agar manusia menjadi insan
minum untuk dirinya sendiri anak tersebut yang tangguh.
ingin dilayani, Jika tidak maka anak Berdasarkan uraian berbagai masalah
diatas, peneliti tertarik untuk melakukkan
8
Rohimin, Tafsir Tarbawi, (Yogyakarta:
9
Nusa Media bekerjasama dengan STAIN Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam
Bengkulu, 2017), h. 94. Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.46
penelitian untuk menemukan konsep Berdasarkan rumusan masalah
adversity quotient yang sesuai dengan penelitian di atas, maka penelitian ini
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Sebuah bertujuan untuk mengembangkan konsep
karya Paul G Stolz ini tergolong adversity quotient Paul G Stoltz dalam
pembahasan secara umum tidak ada pendidikan islam anak usia dini.
kaitannya dengan Pendidikan Islam Anak
METODE PENELITIAN
Usia dini. Maka dalam penelitian ini
peneliti akan menemukan sebuah konsep Penelitian ini menggunakan
baru mengenai ketangguhan diri yang meodede penelitian library reseach atau
dipopulerkan oleh pakar Paul G stolz studi kepustakaan yaitu serangkaian
namun dalam tinjauan Pendidikan Islam kegiataan yang berkenaan dengan metode
Anak Usia Dini. Oleh karena itu peneliti pengumpulan data pustaka, membaca dan
ingin melakukan suatu penilitian tentang mencatat serta mengolah bahan penelitian.
10
“Pengembangan Konsep Adversity Penelitian ini merupakan penelitian
Quotient Paul G.Stoltz dalam Pendidikan literatur atau penelitian keputakaan, yaitu
Islam Anak Usia Dini”. penelitian yang sumbernya meliputi
bacaan-bacaan tentang teori, penelitian,
RUMUSAN MASLAH dan bermacam jenis dokumen (misalnya:
Berdasarkan permasalahan di atas biografi, koran, majalah). Dengan
maka dapat dirumuskan masalah dalam mengenali beberapa media cetak tersebut,
penelitian ini adalah kita akan memiliki banyak informasi
tentang latar belakang yang menyebabkan
1. Bagaimana pokok-pokok
kita peka terhadap fenomena yang kita
pemikiran tentang adversity
teliti.11
quotient menurut Paul G. Stoltz?
2. Konsep adversity quotient dalam
LANDASAN TEORI
pendidikan islam ?
A. Deskripsi Konseptual
3. Bagaimana perkembangan konsep
1. Konsep Adversity Quotient
adversity quotient Paul G.Stoltz
Secara konseptual,
dalam pendidian islam anak usia
adversity quotient menurut WHO
dini?”
10
Mestika Zed, “Metode Penelitian
TUJUAN PENELITIAN Kepustakaan”, (Jakarta: , (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008), h. 3
11
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-
dasar Penelitian Kualitatif, (yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2009), h. 31.
mempunyai pengertian keberhasilan seseorang dalam
kesanggupan seseorang untuk tetap kehidupan dan juga bermanfaat
memelihara integritas dirinya untuk memprediksi sikap, tekanan
ketika berada dalam situasi adanya mental, ketekunan, umur panjang,
ancaman, gangguan, hambatandan pembelajaran, dan respons
tantangan. Adversity quotient dapat terhadap perubahan dalam
pula diungkapkan melalui apa yang lingkungan.
dipunyai atau tidak dipunyai oleh The work builds upon the
landmark research dozens of top
individu, misalnya kekuatan ego,
schol-ars and more than 500
harga diri dan keluhan fisik yang studies from around thr world.
Drawing from three major
dimiliki individu. Lebih lanjut
sciences: cognitive psychology,
dikatakan bahwa sesorang yang psychoneuroimmunonolgi, and
neurophysiology, adversity quotient
mempunyai kekuatan ego yang
imbodies two essential components
tinggi akan terhindar dari gangguan of any practical concept, scientific
theory and real world application.
mental, sehingga dapat diartikan
the concepts and tools presented
bahwa tingkat ketahanan here have been honed over years of
application with thousands of
mentalnya tinggi pula.
people from organizations arround
Besides being a determinant the world. 13
of someone's success, AQ is also
becoming an indicator of a Paul mengatakan “Adversity
person's mental health. Among the quotient merupakan sebuah karya
important indicators of the yang diperoleh berdasarkan riset
creation of mental health in a penting lusinan ilmuan kelas atas
person is the ability to bear the dan lebih dari 500 kajian di seluruh
burden of life, to face a crisis, and dunia. Dengan memanfaatkan tiga
to endure various trials. He is cabang ilmu pengetahuan:
never weakened or hopeless in psikologi kognitif,
facing all the problems of life and psikoneuroimunologi, dan
discouraged. People who are able neurofisiologi, Adversity quotient
to deal with difficult trials and memasukkan dua komponen
situations are people who have penting dari setiap konsep praktis,
superior personality and have a yaitu teori ilmiah dan
good level of mental health.12 penerapannya di dunia nyata.
Konsep-konsep dan peralatan yang
AQ adalah salah satu disajikan di sini telah diasah
indikator kemungkinan selama bertahun-tahun dengan
menerapkannya pada ribuan orang
12
Hasan Baharun,Syafiqah Ahimah,
13
Adversity Quotient: Complementary Intelligence In Paul G Stlotz, Adversity Quotient
Estabilishing Mental Endurance Santri In Mengubah Hambatan Menjadi Peluang,
Pesantren, Jurnal Ilmiah islam future Vol. 19 No. 1 (Canada:Includes Bibliographical Refrence, 1997),
(Agustus 2019), h.130 h. 7
dari perusahaan-perusahaan di kesulitan dalam menghadapi tugas
seluruh dunia.”14 perkuliahan. 16

The result of 19 years of AQ mempunyai tiga


research and 10 years of
bentuk. Pertama, AQ adalah suatu
application is a major
breakthrough in our understanding kerangka kerja konseptual yang
of what it takes to succeed. Your
baru untuk memahami dan
success in your work and in life is
largely determined by your meningkatkan semua segi
Adversity quotient (AQ):
kesuksesan . AQ berlandaskan
1) AQ tells you how well you
withstand adversity and your pada riset yang berbobot dan
ability to surmount it.
penting, yang menawarkan suatu
2) AQ predict who will overcome
adversity and who will be gabungan pengetahuan yang
crushed.
praktis dan baru, yang
3) AQ predict who will exceed
expectations of their merumuskan kembali apa yang
proformance an potrntial and
diperlukan untuk mencapai
who will tall short.
4) AQ predicts who gives up and kesuksesan.
who prevalls.15
Kedua, AQ adalah suatu
Stoltz menjelaskan Adversity ukuran untuk mengetahui respons
Quotient adalah the capacity of the
Anda terhadap kesulitan. Selama
person to deal with the adversities
of his life. Terjemahan dari ini, pola-pola bawah sadar ini
pendapat tersebut adalah
sebetulnya sudah Anda miliki.
kemampuan seseorang untuk
menghadapi tantangan Sekarang, untuk pertama kalinya,
kesengsaraan dalam hidupnya. AQ
pola-pola tersebut dapat diukur,
merupakan intelejensi khusus yang
berkaitan dengan kemampuan dipahami.
seseorang menghadapi
Terakhir, AQ adalah
problematika kehidupan. Sehingga
dapat dianalogikan bahwa AQ serangkaian peralatan yang
merupakan intelejensi khusus yang
memiliki dasar ilmiah untuk
berkaitan dengan kemampuan
mahasiswa dalam menghadapi memperbaiki respons Anda
kesulitan yang dihadapi. Baik itu
terhadap kesulitan, yang akan
kesulitan dalam belajar maupun
berakibat memperbaiki efektivitas
pribadi dan professional Anda
14
Paul G Stlotz, Adversity Quotient
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang,
16
(Jakarta:PT Gramedia, 2018), h.8 Nida’u Diana, Studi Deskriptif Tentang
15
Paul G Stlotz, Adversity Quotient Adversity Quotient Pada Siswa Akselerasi Di
Turning Obstacles IntoOpportunities, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Malang, (Skripsi
(Canada:Includes Bibliographical Refrence, 1997), S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri
h.7 Malang, Malang,2008), h.13
secara keseuruhan. Anda akan Adversity Quotient dapat
didefinisikan sebagai kecerdasan
belajar dan menerapkan
individu dalam menghadapi
kecakapan-kecakapan ini pada diri kesulitan dan bertahan dari
kesulitan tersebut. Jika seseorang
Anda sendiri, dan orang lain.17
berhadapan dengan berbagai
Ada tiga bentuk yang dapat kesulitan hidup, maka kecerdasan
dijabarkan dari Adversity Quotient yang digunakan adalah Adversity
sebagai suatu pengukuran dari Quotient.20
kecerdasan adversity. Yang pertama
adalah kerangka kerja konseptual Adversity Quotient dapat
dalam melakukan perumusan
dikatakan sebagai ketangguhan
untuk memahami dan
meningkatkan kesuksesan. Yang dalam bertahan danmengatasi
kedua suatu ukuran untuk
cobaan Adversity Quotient berada
mengetahui pola-pola respon
individu terhadap kesulitan dan dalam diri setiap individu dan
tantangan. Yang ketiga serangkaian
setiapindividu dalam menghadapi
kecakapan-kecakapan yang dapat
diperbaiki untuk menuju pada dan mengatasi kesulitan hidup
respon yang lebih baik dalam
berbeda-beda. Tingkat kemampuan
menghadapi kesulitan.18
Stoltz mengelompokkan tersebut yang dimiliki akan
orang kedalam tiga kategori AQ,
berdampak pada kesanggupan
yaitu: quitter (AQ rendah),
camper (AQ sedang), dan climber menjalani hidupdan mampu
(AQ tinggi). Orang yang
memberikan manfaat besar bagi
termasuk kategori quitter memiliki
AQ 59 kebawah. Seseorang kesuksesan.
camper memiliki AQ sebesar 95
Sedangkan menurut Widya
sampai dengan 134, dan seorang
Ayu Puspita AQ adalah adversity
climber memiliki AQ 166 sampai
quotient merupakan ketahanan
dengan 200.19
mental yang dimiliki seseorang
dalam menghadapi kesulitan untuk
Menurut Agustian,
bertahan hidup dan bagaimana
“Adversity Quotient adalah
keterampilan tersebut dapat
kecerdasan yang dimiliki seseorang
menjadikan seseorang mampu
dalam mengatasi kesulitan dan
menemukan jalan keluar dan
bertahan hidup”. Secara sederhana
bertahan ketika harus menghadapi
kesulitan atau masalah, bahkan bisa
17
Paul G Stlotz, Adversity Quotient menjadikan kesulitan sebagai
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, tantangan sekaligus sebagai
(Jakarta:PT Gramedia, 2018)h. 9
18 peluang.21
Widia Ayu Puspita, Pengaruh Adversity
quotient Dan Motivasi Berprestasi Terhadap
20
Kinerja Pendidik Paud Ditnjau Dari Kelompok Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses
Etnis, Jurnal Ilmiah Vol. 4 No.2 (Desember 2019) Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ:
h. 17 7 Emotional Quotient Berdasarkan Enam Rukun
Iman dan Lima Rukun Islam, (Jakarta: Arga, 2001),
19
Paul G Stlotz, Adversity Quotient h. 373
21
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Widia Ayu Puspita, Pengaruh Adversity
(Jakarta:PT Gramedia, 2018)h.139 quotient Dan Motivasi Berprestasi Terhadap
mengelola sebuah peristiwa yang
Dari penjelasan di atas dapat
menimbulkan kesulitan dimasa
disimpulkan bahwa, Adversity
mendatang. Kendali diri ini akan
Quotient (AQ) merupakan
berdampak pada tindakan
kemampuan seseorang dalam
selanjutnya atau respon yang
menghadapi masalah yang
dilakukan individu yang
dianggapnya sulit namun ia akan
bersangkutan, tentang harapan dan
tetap bertahan dan berusaha untuk
identitas individu untuk tetap
menyelsaikan dengan sebaik-
beruhsaha keras mewujudkan
sebaiknya supaya menjadi individu
keingininanya walau sesulit apapun
yang memiliki kualitas baik, hal
keadaannya sekarang.
ini, dapat terbentuk apabila
Kemudian origin-
didalam diri individu terdapat
ownership(asal-usul dan pegakuan
dimensi-dimensi yang
). Origin –ownership atau biasa
menyertainya seperti memiliki
disebut O2 adalah satu kesatuan
keyakinan dan kepercayaan diri
yang tidak bisa dipisahkan. Origin
dalam melakukan tugas semudah
yaitu asal usul dari kesulitan yang
atau sesulit apapun,bertanggung
dialami, siapa atau apa membuat
jawab dan fokus dalam
kesulitan itu terjadi. Hal ini
menyelesaikan tugas.
berkitan dengar rasa bersalah. Rasa
Adversity Quotient memiliki
bersalah sejauh mana orang lain.
dimensi, yaitu control (kendali).
Atau lingkungannya saat menjadi
Kendali umumnya bersifat internal
sumber kesulitan atau kegagalan
dan seringnya sangat bersifat
yang dialami.
individual, karena diri sendirilah
Reach (jangkauan) sejauh
yang bisa menegndalikan respon
mana kesulitan ini akan merubah
yang diterima dari lingkungan.
kehidupan sesorang menunjukkan
Harapan dan tindakan akan tumbuh
bagaimana suatu masalah
jika diwadahi oleh suatu
mengganggu aktivitas lainnya,
kemampuan yang dinamakan
sekalipun tidak berhubungan
kendali. Kemampuan seseorang
dengan masalah yang hadapi.
dalam mengendalikan dan
Adversity Quotient yang rendah
Kinerja Pendidik Paud Ditnjau Dari Kelompok akan membuat kesulitan merembes
Etnis Jurnal Ilmiah Vol. 4 No.2 (Desember 2019)
h. 175
ke segi-segi lain dan kehidupan c) Anak mampu mengembangkan
semua aspek perkembangannya
seseorang.
yakni enam aspek
Terakhir endurance (daya perkembangan: aspek agama
dan moral, aspek fisik
tahan). Endurance mempertanyaan
motoric,aspek kognitif, aspek
dua hal yang berkaitan. Yaitu bahasa, aspek social emosional,
dan aspek seni.
berapa lama kesulitan ini akan
Pendidikan anak usia dini
berlangsung dan beberapa lama sebagai wadaha peletak dasar
pendidikan karakter dilaksanakan
penyebab kesulitan ini akan
dengan mengedepankan prinsip
berlangsung. Endurance melihat yang berorientasi pada kebtuhan
anak, berorientasi pada nilai
ketahanan individu, yaitu sejauh
karakter, baik dalam tataran nilai
mana seorang dapat memecahkan karakter berbasiskan rukun iman
dan rukun islam dan nilai karakter
masalah. Dengan demikian aspek
berbasiskan Pancasila.22
ini melihat berapa lama kesulitan
3. Aspek-aspek Perkembagan Anak
dan penyebab kesulitan dan
Usia Dini
penyebab kesulitan ini akan
Perkembangan anak usia dini
berlangsung .
dimulai sejak proses pembuatan
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia dan terjadinya mitosis. Asupan gizi
Dini dan kualitas rangsang sangat
menentukan proses
Husnul Bahri dalam bukunya
Pendidikan Islam Anak Usia Dini perkembangannya sehingga
menyatakan tujuan melampaui fase-fase yang
penyelenggaraan pendidikan anak
usia dini adalah membantu ditetapkan, yakni fase embrio
perkembangan semua potensi anak (8minggu), janin (10 minggu),
sejak dini yang merupakan modal
untuk memasuki jenjang bayi, toddler, usia TK hingga usia
pendidikan dan kehidupan di tahap SD awal. Perkembangan tersebut
selanjutnya. Secara khusus
diperinsi bahwa tujuan pendidikan meliputi berbagai aspek mulai
anak usia dini adalah: asfek fisik, emotif, sosial, bahasa,
a) Anak memiliki dasar
kepercayaan, keimanan sebagai hingga kognitif.23
makhluk ciptaan Tuhan. a. Fisik motorik
b) Anak memiliki dasar karakter
baik yang terbentuk sebagai b. Kognitif
simultan dari aspek dalam
dirinya dan aspek luar sebagai 22
Husnul Bahri, Pendidikan Islam Anak
respon yang diterimanya. Usia Dini, (Bengkulu: CV. Zigie Utama,2019), h.3
23
Mbak Itads, Cerita Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), h. 5-14
c. bahasa hubungan anatara IQ, EQ, dan
AQ24
PEMBAHASAN
Adversity quotient (AQ)
A. Adversity Quotient Menurut Paul adalah skor yang mengukur
G Stoltz
1. Sejarah singkat perkembangan kemampuan seseorang untuk
Adversity Quotient menghadapi kesulitan dalam
Seiring lajunya hidupnya. Oleh karena itu,
perkembangan zaman yang terkait umumnya dikenal sebagai ilmu
pula dengan kemajuan pendidikan, ketahanan. Istilah ini diciptakan
banyak para ahli di bidang oleh Paul Stoltz pada tahun 1997
pendidikan dan menemukan dalam bukunya Adversity
temuan baru. Meskipun demikian, Quotient: Turning Obstacles Into
secara perlahan kelakuan Opportunities . Untuk mengukur
paradigma tersebut bisa berubah hasil bagi kesulitan, Stoltz
menjadi lebih terbuka. Terbukti mengembangkan metode
ketika aneka ragam kecerdasan penilaian yang disebut Profil
selain IQ (Intelligence Quotient), Respons Adversitas (ARP).
lalu kecerdasan emosional yaitu a) Biografi Paul G Stoltz
(Emotional Quotient), kemudian
SQ (Spiritual Quotient) , dan
Multiple Intelegence.

Selain EQ, SQ, dan MI,


hadir pula sebuah kecerdasan
yang dikenal dengan istilah
Adversity Quotient. AQ
merupakan faktor penentu
keberhasilan. Perannya
merupakan gabungan antara IQ
dan EQ. ini menggambarkan
bahwa untuk bisa menjadi pribadi
yang berhasil, tidak cukup hanya Paul G Stolz dilahirkan
dengan mengandalkan tanggal 7 januari 1960 di
kemampuan intelektual atau hanya
megandalkan kecerdasan Amerika Serikat. Beliau berasal
emosional semata, melainkan dari keluarga yang sederhana,
perlu menggabungkan keduanya.
Berikut sebuah ilustrasi yang bisa kesederhanaan tersebut Ia
dicerna yang menggambarkan 24
Paul G Stoltz, Adversity Quotient
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta:
PT Grasindo, 2018), h. 16
gambarkan dengan kemampuan mereka untuk
pengalamannya. Orangtuanya memahami kejanggalan di
selalu memberikan masukan, masa lalu dan memeluk
keterlibatan, ide-ide, dan keindahan dalam diri mereka,
perhatian mereka terlebih orang lain, dan kehidupan.
ketika mengajarkan untuk terus Stoltz tinggal bersama
berusaha, karena kasih sayang keluarganya yang dihormati
serta dukungan yang diberikan sekali oleh USE Today sebagai
dapat membantu masa “keluarga Amerika paling
depannya, serta motivasi yang kreatif” yang terletak
diberikan dapat membantu pegunungan pesisir San luis
jebakan-jebakan yang Obispo, California, Amerika
membuatnya terpuruk dalam Serikat.
kekalahan ketika dihadapkan Perjalanan pendidikan
dengan perubahan, kegagalan, yang dilalui Paul G Stoltz
dan kehilangan yang muncul berubah dari waktu ke waktu.
secara tidak terduga, Ibunya Stoltz menerima gelar sarjana
yang selalu memberikan dalam Organisasi Komunikasi
wawasan-wawasan serta dan Ekonomi dan University of
inspirasi-inspirasi yang dpat California. Serta sebagai master
menghangatkan jiwa. Serta dalam bidang bisnis dan ilmu
ayahnya yang membesarkan social Interdisiplinerdan Ph.D
dan berempati.25 dan University of Minnesota.
Paul G Stoltz menikah Ketika Paul G Stoltz
dan dikaruniai dua anak, yang menyelesaikan pendidikan
bernama Chase dan Shean, dua dokotr di university of
anaknya yang selalu Minnesota, Ia mendapat
mmberikan kesabaran dan kehormatan bekerja bersama
hormat. Watak dan kasih guru besar senior di
mereka, sehingga Paul G Stoltz Departemen, Wiliam Howell.
banyak mendapat inspirasi dari Howell dilukiskan sebagai “the
Great White Buffalo (benteng
25
Paul G Stoltz, Adversity Quotient putih yang hebat)” telah
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta:
PT Grasindo, 2018), h. 422 mengumpulkan kebijaksanaan
mengenai praktek-praktek para Business Week, Asia 21.
pemimpin bisnis Jepang Investor Daily Bisnis. CNBC,
selama berpuluh-puluh tahun, CNN, NBC, ABC, Fox, dan
jauh sebelum orang lain Oprah. Dia menjabat sebagai
melakukannya. Howell pelatih eksklusif untuk ][
menyusun model yang (CEO) global atas, dan telah
menggambarkan apa yang terpilih sebagai “salah satu 100
terjadi ketika kita menerima Pemikir Top of Our time”
informasi baru atau mencoba Excellence Magazine
27
mengembangkan keterampilan Executive.
baru. Model ini berlaku untuk Perjalanan hidup Paul G
semua keterampilan baru, Stoltz berubah dari waktu ke
termasuk rangkaian LEAD waktu. Setelah 19 tahun
(Listen,Explore,Analyze,Do).26 melewati penelitian yang
Paul G Stoltz sebagai panjang dan mengkaji lebih
Orignator dari Adversity dari 500 referensi. Paul G
Quotient (AQ). Beliau juga Stoltz mengemukakan satu
pencetus Adversity Quotient kecerdasan Emosional
(AQ) dan ahli terkemuka di (Emotional Quotient).
dunia. Ia mendirikan PEAK Kecerdasan Spiritual (Spiritual
Learning, Inc. Paul G Stoltz Quotient). Yakni kecerdasan
adalah pencipta metode Adversitasi (Adversity
Adversity Quotient(AQ) yang Quotient). Yakni kecerdasan
diakui secara global serta adversitas (Adveristy Quotient)
penulis laris dari tiga buku adalah kecerdasan untuk
bestseller internasional, yaitu mengatasi kesulitan.
Adversity Quotient, Adversity Bagaimana mengubah
Quotient At Work, dan hambatan menjadi peluang atau
Adversity Advantage. Stoltz dengan kata lain, seseorang
secara teratur juga ditampilkan yang memiliki Adversity
di The Wall Street journal. Quotient (AQ) tinggi akan

26 27
Paul G Stoltz, Adversity Quotient Paul G Stoltz, Adversity Quotient
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta:
PT Grasindo, 2018), h.376 PT Grasindo, 2018), h. 401
lebih mampu mewujudkan cita- 2) Ceramah
cianya dibandingkan orang Dr. Paul G. Stoltz
Adversity Quotient-nya adalah penceramah
28
rendah. dihadapan lebih dari
b) Perjalanan Karir Paul G. Stoltz 100.000 eksekutif,
professional, manajer,
Sebagai Konsultan Ceramah
pemimpin, tenaga
1) Konsultasi
pemasaran, orang tua,
Paul G Stoltz menjadi anggota masyarakat,
konsultan dan pemimpin pelajar, dan pendidik. Ia
dalam bidang pemikiran sering berbicara tentang
untuk berbagai macam berbagai konferensi dan
organisasi di seluruh dunia. peristiwa. Topic-topiknya
Bidang –bidang mencakup manajemen
keahliannya mencakup perubahan, pengembangan
manajemen perubahan, kepemimpinan, manajemen
pengembangan, kinerja, pengembangan
kepemimpinan, manajemen pribadi dan profesi,
kinerja, pengembangan, komunikasi, efektivitas tim,
kepemimpinan, kinerja proses penerimaan pegawai,
atletik, efektivitas tim, penyesuaian organisasi,
proses penerimaan pegawai, visi, tujuan, nilai-nilai,
penyelarasan organisasi, etika, pengelolaan hidup,
visi, tujuan, nilai-nilai, dan keuletan.29
etika, pengelolaan hidup,
dan keuletan. Paul G. Stoltz
membantu klien-kliennya 2. Teori Kecerdasan Adversity
Quotient Paul G Stoltz
dalam menerima dan
a) Teori dasar Adversity Quotient
mengembangkan pegawai
The defininitive barrier
serta perusahaan yang
to emporwerment. Whitout a
tinggi AQ-nya. doubt, you know the

29
Paul G Stoltz, Adversity Quotient
28
Paul G Stoltz, Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta:
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta: PT Grasindo, 2018), h. 402
PT Grasindo, 2018), h. 8
importance of being membentuk Adversity
31
empowered. Children are Quotent.
supposed to be empowered to B. Analisis Konsep Adversity
say”no” to drugs, sex, and Quotient Dalam Pendidikan
abusive situations. Parents Anak Usia Dini
need to empowered to act on 1. Adversity Quotient Dalam
behalf of their children; keep a
Pendidikan Islam Anak Usia Dini
healthy, loving household; and
guide their children’s Setelah manusia dilahirkan
development. Business leaders
ke dunia, manusia akan sangat
must be empowered to
overcome the adversity they bergantung Manusia diciptakan
face from all sides every day.
Allah dilengkapi dengan berbagai
You must be empowered to
continue your ascent. Leraned kelengkapan sesuai dengan
helplessness and
kebtuhan hidupnya, sehingga dapat
empowerment are mutually
exclusive teems. They cannot, menata kehidupan di muka bumi
by definition, coexist. A person
dengan baik. Segala kelengkapan
who suffers from learned
helplessness cannot be itu bersifat potensial. Melalui
empowered and a person who
berbagai tahapan waktu dan
feels empowered does not
suffers from being helpless. perkembangannya akan mampu
Learned helpness is a
membuat kepada bantuan pihak
definitive barrier to
empowerment, and therefore laind dalam menggunakan dan
to your ascent. It is a definable
mengembangkan potensinya itu.
pattern of thought that can
undermine all facets of Untuk mencapai tahap tertentu
success.30
dalam perkembangannya, manusia
Adversity Quotient yaitu
factor utama yang menentukan memerlukan upaya orang lain yang
kemampuan untuk mendaki,
mampu dan rela memberikan
didasarkan pada terobosan-
terobosan di tiga bidang ilmu bimbingan kea rah kedewasaan,
yang berbeda. Psikologi
paling tidak bantuan dari sang ibu.
Kognitif, Neurofisiologi,
Psikoneuroimunologi. Upaya itu dapat disebut sebagai
Masing-masing mewakili
proses pendidikan.
sebuah batu pembangun, yang
apabila digabungkan akan Howard Gardner juga
menyatakan bahwa anak pada usia
lima tahun pertama selalu diwarnai
dengan keberhasilan dalam belajar
segala hal. Dalam lembaga PAUD
menyediakan berbagai kegiatan,
30 30
Paul G Stlotz, Adversity Quotient
31
Turning Obstacles IntoOpportunities, Paul G Stlotz, Adversity Quotient
(Canada:Includes Bibliographical Refrence, 1997), Mengubah Hambatan Menjadi Peluang ,
h.57 (Jakarta:PT Gramedia, 2018), h.73
seperti kognitif, bahasa, emosi, bagaimana sesorang berespon terhadap
fisik, dan mototrik. Kegiatan ini
kesulitan.
bertujuan untuk
menumbuhkembangkan Dalam konsep pendidikan islam
kemampuan anak baik bersifat
telah dijelaskan tentang pendidikan
motorik maupun non-motorik. Di
dalam kandungan anak telah anak untuk belajar sejak anak usia dini,
dirangsang pendidikan oleh ibu,
agar perkembangan anak menjadi
diberikan rangsangan-rangasangan
berupa nyanyian, bacaan Al- optimal dan ketika anak sudah dewasa
Qur’an, belaian kasih dan
sudah dapat menghadapi situasi-situasi
ungkapan-ungkapan sayangnya,
bahkan ketika ibu beraktivitas yang sulit, mampu bertahan dan
sekalipun. Hingga setelah
mencari solusi atau jalan keluar dari
dilahirkan pun ketika anak masih
bayi orang tua juga telah kesulitan tersebut. Hal ini sangat
mendidiknya, baru lahir telah
diperlukan untuk menciptakan
diperdengarkan kalimat-kalimat
terbaik bagi yang diperdengarkan generasi-generasi yang tangguh untuk
kalimat-kalimat terbaik bagi yang
menjalani dan menghadapi kehidupan
beragama islam, yaitu
diperdengarkan suara azan di masa depan.
ditelinga sang bayi, selain itu
Dari teori kecerdasan Paul G
dengan cara mengajak berbicara
sebagai respon yang positif kepada Stoltz tentang adversity quotient dalam
anak untuk memperkuat ikatan
pendidikan islam anak usia dini maka
batin antara ibu dan anak, inilah
rangsangan pendidikan yang paling konsep yang dapat diterapkan adalah
utama bagi seorang anak.32
konsep generasi problem solver.
KESIMPULAN Generasi prablem solver adalah suatu
Berdasarkan analisis data yang
konsep yang sangat diperlukan dalam
telah peneliti lakukan, maka peneliti
menciptakan generasi-generasi yang
dapat menyimpulkan, menurut Paul G
tangguh dimasa depan. Sejak usia dini
Stoltz kecerdasan adversity quotient
anak ditanamkan nilai-nilai kesabaran,
adalah sikap menginternalisasikan
bersikap dan bersifat ikhlas, berpikir
keyakinan, kecerdasan adversitas
positif,bersyukur dan berikhtiar, serta
(adversity quotient) juga merupakan
bertanggung jawab. Generasi problem
kemampuan individu untuk
solver atau menyelesaikan masalah
menggerakkan tujuan hidup ke depan,
dilatih sejak dini agar anak dimasa
dan juga sebagai pengukuran tentang
depan sudah terbentuk untuk
menghadapi dunia. Peran orang tua
32
Husnul Bahri, Konsep Tumbuh Kembang dan guru juga akan sangat membantu
Dan Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini,
(Bengkulu:Vanda Mercon , 2016), h. 61 untuk terciptanya generasi prablem
solver, sebagai contoh dan panutan Mbak Itads, Cerita Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008)
bagi anak maka harus konsisten dan
Nida’u Diana, Studi Deskriptif Tentang
komitmen agar anak menjadi tangguh Adversity Quotient Pada Siswa
Akselerasi Di Sekolah Menengah
dan menjadi generasi problem solver.
Atas Negeri 1 Malang, (Skripsi S1
DAFTAR PUSTAKA Fakultas Psikologi, Universitas
Islam Negeri Malang,
Malang,2008),
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses
Paul G Stlotz, Adversity Quotient
Membangun Kecerdasan Emosi
Mengubah Hambatan Menjadi
dan Spiritual ESQ: Emotional
Peluang , (Jakarta:PT Gramedia,
Quotient Berdasarkan Enam Rukun
2018)
Iman dan Lima Rukun Islam,
Paul G Stlotz, Adversity Quotient Turning
(Jakarta: Arga, 2001)
Obstacles IntoOpportunities,
Husnul Bahri, Konsep Tumbuh Kembang
(Canada:Includes Bibliographical
Dan Kompetensi Pendidikan Anak
Refrence
Usia Dini, (Bengkulu:Vanda
Widia Ayu Puspita, Pengaruh Adversity
Mercon
quotient Dan Motivasi Berprestasi
Husnul Bahri, Pendidikan Islam Anak
Terhadap Kinerja Pendidik Paud
Usia Dini, (Bengkulu: CV. Zigie
Ditnjau Dari Kelompok Etnis,
Utama,2019)
Jurnal Ilmiah Vol. 4 No.2
(Desember 2019)

Anda mungkin juga menyukai