STOLTZ DALAM
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI.”
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kepustakaan (library research) dengan pendekatan analisis isi (content
analysis). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan konsep adversity quotient Paul G
Stoltz dalam pendidikan islam anak usia dini . Latar belakang penelitian ini (1).bagaimana pokok-
pokok pemikiran tentang adversity quotient menurut Paul G.Stoltz? (2).konsep adversity quotient
dalam pendidikan islam? (3).bagaimana perkembangan konsep adversity quotient Paul G.Stoltz dalam
pendidian islam anak usia dini?”. Temuan penelitian ini mengungkapkan konsep kecerdasan adversity
quotient pada pendidikan islam anak usia dini. Adversity quotient atau ketangguhan diri akan sangat
membantu untuk masa depan anak-anak dimasa depannya. Generasi problem solver (pemecah
masalah) adalah kecerdasan yang harus dibentuk sejak usia dini, namun didasarkan dengan
pendidikan islam agar anak-anak tetap menjadi insan yang berguna bagi sesama manusia, agama, dan
negara. Anak usia dini yang dikenal dengan masa keemasan atau golden age adalah suatu kesempatan
yang amat baik untuk menanamkan nilai-nilai dan membentuk generasi problem solver. Generasi
prablem solver adalah suatu konsep yang sangat diperlukan dalam menciptakan generasi-generasi
yang tangguh dimasa depan. Sejak usia dini anak ditanamkan nilai-nilai kesabaran, bersikap dan
bersifat ikhlas, berpikir positif,bersyukur dan berikhtiar, serta bertanggung jawab. Generasi problem
solver atau menyelesaikan masalah dilatih sejak dini agar anak dimasa depan sudah terbentuk untuk
menghadapi dunia. Peran orang tua dan guru sebagai contoh dan panutan bagi anak maka harus
konsisten dan komitmen agar anak menjadi tangguh dan menjadi generasi problem solver.
ABSTRACT
This research is a library research with a content analysis approach. The purpose of this study is to
develop Paul G Stoltz's adversity quotient concept in early childhood Islamic education. The
background of this research (1). What are the main points of thought about the adversity quotient
according to Paul G. Stoltz? (2). The concept of adversity quotient in Islamic education? (3). How is
the development of Paul G. Stoltz's adversity quotient concept in early childhood Islamic education?
”. The findings of this study reveal the concept of adversity quotient in early childhood Islamic
education. Adversity quotient or self toughness will be very helpful for the future of the children in the
future. Generation of problem solvers (problem solvers) is intelligence that must be formed from an
early age, but is based on Islamic education so that children remain useful persons for fellow humans,
religion and the state. Early childhood, known as the golden age or golden age, is an excellent
opportunity to instill values and form a generation of problem solvers. The generation of prablem
solvers is a concept that is indispensable in creating strong generations in the future. From an early
age, children are instilled with the values of patience, attitude and sincerity, positive thinking,
gratitude and endeavor, and responsibility. Generation of problem solvers or problem solving is
trained from an early age so that future children are formed to face the world. The role of parents and
teachers as examples and role models for children must be consistent and committed so that children
become tough and become a generation of problem solvers.
26 27
Paul G Stoltz, Adversity Quotient Paul G Stoltz, Adversity Quotient
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta:
PT Grasindo, 2018), h.376 PT Grasindo, 2018), h. 401
lebih mampu mewujudkan cita- 2) Ceramah
cianya dibandingkan orang Dr. Paul G. Stoltz
Adversity Quotient-nya adalah penceramah
28
rendah. dihadapan lebih dari
b) Perjalanan Karir Paul G. Stoltz 100.000 eksekutif,
professional, manajer,
Sebagai Konsultan Ceramah
pemimpin, tenaga
1) Konsultasi
pemasaran, orang tua,
Paul G Stoltz menjadi anggota masyarakat,
konsultan dan pemimpin pelajar, dan pendidik. Ia
dalam bidang pemikiran sering berbicara tentang
untuk berbagai macam berbagai konferensi dan
organisasi di seluruh dunia. peristiwa. Topic-topiknya
Bidang –bidang mencakup manajemen
keahliannya mencakup perubahan, pengembangan
manajemen perubahan, kepemimpinan, manajemen
pengembangan, kinerja, pengembangan
kepemimpinan, manajemen pribadi dan profesi,
kinerja, pengembangan, komunikasi, efektivitas tim,
kepemimpinan, kinerja proses penerimaan pegawai,
atletik, efektivitas tim, penyesuaian organisasi,
proses penerimaan pegawai, visi, tujuan, nilai-nilai,
penyelarasan organisasi, etika, pengelolaan hidup,
visi, tujuan, nilai-nilai, dan keuletan.29
etika, pengelolaan hidup,
dan keuletan. Paul G. Stoltz
membantu klien-kliennya 2. Teori Kecerdasan Adversity
Quotient Paul G Stoltz
dalam menerima dan
a) Teori dasar Adversity Quotient
mengembangkan pegawai
The defininitive barrier
serta perusahaan yang
to emporwerment. Whitout a
tinggi AQ-nya. doubt, you know the
29
Paul G Stoltz, Adversity Quotient
28
Paul G Stoltz, Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta:
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, (Jakarta: PT Grasindo, 2018), h. 402
PT Grasindo, 2018), h. 8
importance of being membentuk Adversity
31
empowered. Children are Quotent.
supposed to be empowered to B. Analisis Konsep Adversity
say”no” to drugs, sex, and Quotient Dalam Pendidikan
abusive situations. Parents Anak Usia Dini
need to empowered to act on 1. Adversity Quotient Dalam
behalf of their children; keep a
Pendidikan Islam Anak Usia Dini
healthy, loving household; and
guide their children’s Setelah manusia dilahirkan
development. Business leaders
ke dunia, manusia akan sangat
must be empowered to
overcome the adversity they bergantung Manusia diciptakan
face from all sides every day.
Allah dilengkapi dengan berbagai
You must be empowered to
continue your ascent. Leraned kelengkapan sesuai dengan
helplessness and
kebtuhan hidupnya, sehingga dapat
empowerment are mutually
exclusive teems. They cannot, menata kehidupan di muka bumi
by definition, coexist. A person
dengan baik. Segala kelengkapan
who suffers from learned
helplessness cannot be itu bersifat potensial. Melalui
empowered and a person who
berbagai tahapan waktu dan
feels empowered does not
suffers from being helpless. perkembangannya akan mampu
Learned helpness is a
membuat kepada bantuan pihak
definitive barrier to
empowerment, and therefore laind dalam menggunakan dan
to your ascent. It is a definable
mengembangkan potensinya itu.
pattern of thought that can
undermine all facets of Untuk mencapai tahap tertentu
success.30
dalam perkembangannya, manusia
Adversity Quotient yaitu
factor utama yang menentukan memerlukan upaya orang lain yang
kemampuan untuk mendaki,
mampu dan rela memberikan
didasarkan pada terobosan-
terobosan di tiga bidang ilmu bimbingan kea rah kedewasaan,
yang berbeda. Psikologi
paling tidak bantuan dari sang ibu.
Kognitif, Neurofisiologi,
Psikoneuroimunologi. Upaya itu dapat disebut sebagai
Masing-masing mewakili
proses pendidikan.
sebuah batu pembangun, yang
apabila digabungkan akan Howard Gardner juga
menyatakan bahwa anak pada usia
lima tahun pertama selalu diwarnai
dengan keberhasilan dalam belajar
segala hal. Dalam lembaga PAUD
menyediakan berbagai kegiatan,
30 30
Paul G Stlotz, Adversity Quotient
31
Turning Obstacles IntoOpportunities, Paul G Stlotz, Adversity Quotient
(Canada:Includes Bibliographical Refrence, 1997), Mengubah Hambatan Menjadi Peluang ,
h.57 (Jakarta:PT Gramedia, 2018), h.73
seperti kognitif, bahasa, emosi, bagaimana sesorang berespon terhadap
fisik, dan mototrik. Kegiatan ini
kesulitan.
bertujuan untuk
menumbuhkembangkan Dalam konsep pendidikan islam
kemampuan anak baik bersifat
telah dijelaskan tentang pendidikan
motorik maupun non-motorik. Di
dalam kandungan anak telah anak untuk belajar sejak anak usia dini,
dirangsang pendidikan oleh ibu,
agar perkembangan anak menjadi
diberikan rangsangan-rangasangan
berupa nyanyian, bacaan Al- optimal dan ketika anak sudah dewasa
Qur’an, belaian kasih dan
sudah dapat menghadapi situasi-situasi
ungkapan-ungkapan sayangnya,
bahkan ketika ibu beraktivitas yang sulit, mampu bertahan dan
sekalipun. Hingga setelah
mencari solusi atau jalan keluar dari
dilahirkan pun ketika anak masih
bayi orang tua juga telah kesulitan tersebut. Hal ini sangat
mendidiknya, baru lahir telah
diperlukan untuk menciptakan
diperdengarkan kalimat-kalimat
terbaik bagi yang diperdengarkan generasi-generasi yang tangguh untuk
kalimat-kalimat terbaik bagi yang
menjalani dan menghadapi kehidupan
beragama islam, yaitu
diperdengarkan suara azan di masa depan.
ditelinga sang bayi, selain itu
Dari teori kecerdasan Paul G
dengan cara mengajak berbicara
sebagai respon yang positif kepada Stoltz tentang adversity quotient dalam
anak untuk memperkuat ikatan
pendidikan islam anak usia dini maka
batin antara ibu dan anak, inilah
rangsangan pendidikan yang paling konsep yang dapat diterapkan adalah
utama bagi seorang anak.32
konsep generasi problem solver.
KESIMPULAN Generasi prablem solver adalah suatu
Berdasarkan analisis data yang
konsep yang sangat diperlukan dalam
telah peneliti lakukan, maka peneliti
menciptakan generasi-generasi yang
dapat menyimpulkan, menurut Paul G
tangguh dimasa depan. Sejak usia dini
Stoltz kecerdasan adversity quotient
anak ditanamkan nilai-nilai kesabaran,
adalah sikap menginternalisasikan
bersikap dan bersifat ikhlas, berpikir
keyakinan, kecerdasan adversitas
positif,bersyukur dan berikhtiar, serta
(adversity quotient) juga merupakan
bertanggung jawab. Generasi problem
kemampuan individu untuk
solver atau menyelesaikan masalah
menggerakkan tujuan hidup ke depan,
dilatih sejak dini agar anak dimasa
dan juga sebagai pengukuran tentang
depan sudah terbentuk untuk
menghadapi dunia. Peran orang tua
32
Husnul Bahri, Konsep Tumbuh Kembang dan guru juga akan sangat membantu
Dan Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini,
(Bengkulu:Vanda Mercon , 2016), h. 61 untuk terciptanya generasi prablem
solver, sebagai contoh dan panutan Mbak Itads, Cerita Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008)
bagi anak maka harus konsisten dan
Nida’u Diana, Studi Deskriptif Tentang
komitmen agar anak menjadi tangguh Adversity Quotient Pada Siswa
Akselerasi Di Sekolah Menengah
dan menjadi generasi problem solver.
Atas Negeri 1 Malang, (Skripsi S1
DAFTAR PUSTAKA Fakultas Psikologi, Universitas
Islam Negeri Malang,
Malang,2008),
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses
Paul G Stlotz, Adversity Quotient
Membangun Kecerdasan Emosi
Mengubah Hambatan Menjadi
dan Spiritual ESQ: Emotional
Peluang , (Jakarta:PT Gramedia,
Quotient Berdasarkan Enam Rukun
2018)
Iman dan Lima Rukun Islam,
Paul G Stlotz, Adversity Quotient Turning
(Jakarta: Arga, 2001)
Obstacles IntoOpportunities,
Husnul Bahri, Konsep Tumbuh Kembang
(Canada:Includes Bibliographical
Dan Kompetensi Pendidikan Anak
Refrence
Usia Dini, (Bengkulu:Vanda
Widia Ayu Puspita, Pengaruh Adversity
Mercon
quotient Dan Motivasi Berprestasi
Husnul Bahri, Pendidikan Islam Anak
Terhadap Kinerja Pendidik Paud
Usia Dini, (Bengkulu: CV. Zigie
Ditnjau Dari Kelompok Etnis,
Utama,2019)
Jurnal Ilmiah Vol. 4 No.2
(Desember 2019)