Dosen Pengampu:
Mukti Wiyanto, S.Pd., M.M.
Disusun oleh:
Jurusan Manajemen
Trisakti School of Management
Bekasi
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata
kuliah Pengembangan Diri.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Mukti Wiyanto, S.Pd.,
M.M. berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
Saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan diri.
i
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut bahasa, kata adversity berasal dari kata Inggris yang berarti kegagalan
atau kemalangan (Echols & Shadily, 1993). Adversity sendiri bila diartikan dalam
bahasa Indonesia bermakna kesulitan atau kemalangan, dan dapat diartikan sebagai
mengubah cara berfikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan
Orang yang memiliki adversity quotient yang lemah akan cenderung cepat
1
2
1.3 Tujuan
menghadapi kesulitan.
BAB II
ISI
Menurut Paul G. Stoltz dalam (Putra & Suhariadi, 2021) dalam bukunya
kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
menghadapi tantangan hidup sehari-hari seraya tetap berpegang teguh pada prinsip dan
impian tanpa memperdulikan apa yang sedang terjadi. Menurut (stoltz, 2000),
adversity quotient. Adversity quotient tersebut terwujud dalam tiga bentuk, yaitu :
3
4
cara berfikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan yang
untuk berhasil, ketahanan kita, dan kemampuan untuk bangkit kembali tidak
mengatasi ini. Komunikator yang diperlukan orang yang sulit mengatasi isu-isu
sulit(Leman, 2007).
Didalam merespon suatu kesulitan terdapat tiga kelompok tipe manusia ditinjau
1. Quitters, mereka yang berhenti adalah seseorang yang memilih untuk keluar,
Quitters (mereka yang berhenti), orang-orang jenis ini berhenti di tengah proses
pendakian, gampang putus asa, menyerah ( Stoltz, 2000). Orang dengan tipe ini
cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan dasar atau fisiologis saja dan
yang disertai dengan tantangan dan rintangan. Orang yang seperti ini akan
5
Maslow tipe ini berada pada pemenuhan kebutuhan fisiologis yang letaknya
2. Campers atau satis-ficer (dari kata satisfied= puas dan suffice = mencukupi).
Golongan ini puas dengan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan
diri. Tipe ini merupakan golongan yang sedikit lebih banyak, yaitu
hirarki Maslow. Kelompok ini juga tidak tinggi kapasitasnya untuk perubahan
tetapi setelah mencapai tahap tertentu, campers berhenti meskipun masih ada
Climbers adalah tipe manusia yang berjuang seumur hidup, tidak peduli
seberapa besar kesulitan yang datang. Tipe ini akan selalu siap menghadapi
bahwa kendali peristiwa yang menimbulkan kesulitan dan tetap teguh dalam
niat serta ulet dalam mencari penyelesaian. Demikian sebaliknya, jika semakin
2. Endurance, dimensi ini lebih berkaitan dengan persepsi seseorang akan lama
penilaian tentang situasi yang baik atau buruk. Seseorang yang mempunyai
7
daya tahan yang tinggi akan memiliki harapan dan sikap optimis dalam
mengatasi kesulitan atau tantangan yang sedang dihadapi. Semakin tinggi daya
dalam memandang kesuksesan sebagai sesuatu hal yang bersifat sementara dan
bahwa kesulitan yang sedang dihadapi adalah sesuatu yang bersifat abadi, dan
manakah kesulitan akan menjangkau bagian lain dari individu. Reach juga
berarti sejauh mana kesulitan yang ada akan menjangkau bagianbagian lain dari
kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas. Semakin efektif dalam
berdaya dan perasaan putus asa atau kurang mampu membedakan hal-hal yang
relevan dengan kesulitan yang ada, sehingga ketika memiliki masalah disatu
bidang dia tidak merasa mengalami kesulitan untuk seluruh aspek kehidupan
individu tersebut.
4. Origin dan Ownership (O2), Kepemilikan atau dalam istilah lain disebut dengan
yang skor origin (asalusulnyanya) rendah akan cenderung berfikir bahwa semua
atau kebodohan dirinya sendiri serta membuat perasaan dan pikiran merusak
apakah itu respon AQ yang tinggi atau rendah, serta menyadari dimensi AQ
2. Explored, Pada tahap ini, individu didorong untuk menjajaki asal-usul atau
mencari penyebab dari masalah. Setelah itu menemukan mana yang merupakan
3. Analized, Pada tahap ini, individu diharapkan mampu menganalisa bukti apa
kesulitan itu harus menjangkau wilayah lain dalam kehidupan, serta bukti
mengapa kesulitan itu harus berlangsung lebih lama dari semestinya. Fakta-
9
fakta ini perlu dianalisa untuk menemukan beberapa faktor yang mendukung
AQ individu.
KESIMPULAN
Terdapat tiga bentuk AQ, yaitu: (1) kerangka kerja konseptual yang baru untuk
respon seseorang terhadap kesulitan, dan (3) serangkaian alat untuk memperbaiki
mereka hadapi. AQ juga dijelaskan sebagai kemauan untuk berhasil, ketahanan, dan
kemampuan mereka: quitters (mereka yang berhenti), campers (mereka yang puas
dengan mencukupi diri), dan climbers (mereka yang selalu optimis dan berjuang untuk
10
11
kesulitan dalam kehidupan), dan origin dan ownership (asal-usul dan pengakuan atas
kesulitan).
menghadapi kesulitan, memiliki ketahanan yang lebih baik, dan mencapai kesuksesan
dalam kehidupan.
12
REFERENSI