Anda di halaman 1dari 3

WHY DO WE NEED GROWTH MINDSET

Pernahkah Anda berada dalam kondisi yang tidak nyaman dan merasa bahwa kegagalan akan
menghilangkan harapan untuk bertahan dalam kesulitan? Padahal sebetulnya Anda masih
memiliki alternatif sikap yang lebih baik untuk melihat berbagai himpitan sebagai suatu
kesempatan atau tantangan. Sikap tersebut disebut sebagai sebuah perilaku dengan pola pikir
growth mindset.

Mindset seseorang memiliki dampak yang besar dalam kehidupannya. Berbagai disrupsi dan
perubahan yang terjadi dalam pekerjaan seringkali dilihat sebagai situasi yang tidak
menguntungkan. Bagi seseorang dengan fixed mindset, disrupsi dan perubahan diterima
sebagai pengganggu rutinitas yang sudah dijalankan dan sebisa mungkin diabaikan. Kebiasaan
ini kemudian menimbulkan keadaan stagnan dan berdampak pada minimnya pertumbuhan
perkembangan dalam pekerjaan. Sebaliknya, orang dengan growth mindset akan menangkap
tantangan sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri. Namun, mengembangkan growth
mindset di tengah situasi yang tidak mendukung dan penuh tantangan tentunya bukan hal yang
mudah dan tidak semua orang memiliki kecakapan atasnya.

Dweck (2006) mengatakan bahwa growth mindset dapat membantu dalam:


Orang tersebut juga akan memiliki kapasitas untuk bangkit dari ketidakpastian, kesulitan,
konflik, kegagalan atau perubahan yang bersifat positif, kemajuan dan tanggung jawab yang
meningkat.

Memiliki growth mindset akan membuat kita selalu produktif untuk belajar hal baru. Setiap
proses pembelajaran atau bahkan mengalami kegagalan merupakan proses yang akan selalu
dihargai. Seiring dengan pandangan dasar dari growth mindset bahwa kualitas diri seseorang
dapat selalu berkembang seiring dengan usaha yang dilakukan, hal ini berarti bahwa growth
mindset juga dapat diasah jika terus dilatih dan ditantang. Namun, usaha dan proses tersebut
juga harus disertai dengan strategi yang tepat dan masukan dari orang lain.
Selanjutnya, Dweck (2006) juga menyampaikan beberapa manfaat dari diterapkannya growth
mindset:
● Menghasilkan ketekunan dan kegigihan sehingga lebih mungkin untuk terus bekerja
keras meskipun dihadapkan dengan kemunduran dalam prosesnya.
● Pilihan kata dalam menyampaikan feedback yang fokus pada proses dapat
mengembangkan sifat gigih pada diri seseorang.
● Tidak hanya individu, organisasi dengan growth mindset cenderung lebih penuh rasa
percaya, inovatif, berani mengambil resiko, karyawan yang lebih bahagia sehingga
memiliki resistensi yang tinggi.

Dapat dikatakan bahwa lingkungan menjadi salah satu kunci yang mempengaruhi tingkat
perkembangan growth mindset seseorang. Lebih lanjut, Bandura dalam teorinya mengatakan
bahwa tindakan manusia merupakan hasil dari interaksi antara lingkungan, perilaku, dan
kepribadian manusia itu sendiri. Ketika seseorang berhadapan pada lingkungan yang
menantang, penuh tekanan, dan terlihat susah untuk dicapai, maka pada saat itu seseorang
berada dalam situasi yang tidak mendukung atau unfavorable situation. Dalam menghadapi
situasi tidak mendukung, seseorang perlu beradaptasi yang tercermin dalam perilakunya.
Adaptasi yang dilakukan tidak hanya tentang skill, namun juga mengenai mindset. Sehingga,
hadirnya growth mindset ketika menghadapi situasi yang tidak mendukung menjadi kunci
penting dalam menghadapi situasi tersebut.

Lalu, bagaimana growth mindset dapat membantu bangkit ketika seseorang dihadapkan pada
keadaan yang tidak mendukung? Sebuah studi oleh Aronson, et al. (2002) menyebutkan bahwa
ketika seseorang dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung, kehadiran growth mindset
akan membantu seseorang untuk keluar dari situasi yang tidak mendukung tersebut karena
merasa bahwa situasi yang tidak mendukung dianggap sebagai ancaman yang membahayakan
diri mereka. Sehingga, growth mindset dimanfaatkan sebagai cara untuk bertahan ketika
menghadapi situasi yang tidak menguntungkan bagi seseorang. Untuk keluar dari pemikiran
fixed mindset, seseorang harus memiliki keberanian untuk keluar dari comfort zone yang saat
ini mereka miliki. Membuat perubahan pun tidak mudah, seringkali seseorang akan dihadapkan
dengan perasaan takut dan cemas. Oliver Page (2020) lebih lanjut menjelaskan bahwa ada
beberapa tahapan sebelum akhirnya orang dapat mencapai growth zone, zona dimana sudah
terbentuk suatu growth mindset.
Tahapan tersebut berawal dari Comfort Zone, dimana semua hal terasa nyaman dan dapat
dikendalikan dengan baik. Ketika dihadapkan dengan tantangan, maka seseorang akan merasa
takut, tidak percaya diri, cemas, bahkan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini
merupakan tanda bahwa seseorang telah memasuki Fear Zone.

Seseorang dengan growth mindset akan menangkap hal ini sebagai suatu tantangan untuk ia
pelajari. Ia akan mencari tahu bagaimana memecahkan masalah yang dihadapi dan
mengembangkan skill baru. Hal ini menunjukkan orang tersebut berada dalam Learning Zone.
Ketika growth mindset sudah tertanam, secara pelan-pelan sifat resiliensi ini akan terbentuk.
Sifat resiliensi tersebut kemudian membantu bangkitnya seseorang untuk mencari tujuan,
aspirasi, dan mimpinya dalam Growth Zone.

Anda mungkin juga menyukai