Anda di halaman 1dari 45

BAB VII

BIAYA MODAL
(COST OF CAPITAL)

Pendahuluan
Materi Biaya Modal (Cost of Capital) akan menjelaskan mengenai
pengertian dan pentingnya biaya modal, jenis-jenis biaya modal dan bagaimana
menghitungnya, serta bagaimana penggunaan analisis biaya modal dalam menilai
suatu kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh CFO. Sebagaimana telah
diketahui bahwa ketika perusahaan membutuhkan dana untuk dibelanjakan
(dialokasikan) pada kegiatan investasi, baik pendanaan jangka pendek maupun
pendanaan jangka panjang, baik pendanaan internal maupun pendanaan eksternal.
Apakah keputusan pendanaan (financing decision) yang akan dilakukan oleh
CFO akan diputuskan begitu saja tanpa perhitungan? Tentunya tidak!
Materi Biaya Modal dimaksudkan sebagai bekal bagi mahasiswa untuk
melaksanakan tugas-tugas dalam menilai rencana pendanaan atas suatu investasi
yang akan dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, dengan mengikuti materi ini
mahasiswa dapat membantu CFO dalam menilai kebijakan pendanaan, khususnya
pendanaan jangka panjang dari suatu rencana investasi yang akan dilakukan oleh
perusahaan sesuai kondisi yang dihadapi.

7.1 Pengertian Biaya Modal


Biaya Modal (cost of capital) adalah biaya yang harus dikeluarkan atau
harus dibayar untuk mendapatkan modal dalam membiayai investasi Perusahaan.
Biaya modal ini menjadi dasar perbandingan dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan. Dalam hal ini, hanya modal (dana) jangka panjang saja yang
diperhitungkan karena konsep biaya modal hanya relevan untuk keputusan jangka
panjang. Keputusan jangka panjang itu, khususnya menyangkut masalah
keputusan investasi pada aktiva tetap atau secara luas masalah Penganggaran
Modal (capital budgeting).

Bab 7. Biaya Modal 87


Konsep Biaya Modal didasarkan pada hubungan antara pemilik modal
(owners) dan pengguna modal (users) sebagaimana diilustrasikan pada Gambar
7.1 sebagai berikut:
Penyerahan Dana

OWNERS Kompensasi
USERS

RRoR CoC
____________________________
Gambar 7.1. Konsep dasar hubungan antara RroR dengan CoC

Gambar 7.1 di atas menunjukkan bahwa pemilik modal (owners)


menyerahkan dana kepada pengguna modal (users) maka sebagai timbal baliknya,
pengguna modal menyerahkan kompensasi kepada pemilik modal sebagai
keuntungan bagi pemilik modal (required rate of return/RRoR). Dengan
demikian kompensasi yang diserahkan oleh pengguna modal sebagai biaya modal
(cost of capital/CoC) bagi pengguna modal.
Sebagai gambaran tentang berbagai jenis pemilik modal dan pengguna
modal dapat ditunjukkan pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Jenis-jenis Pemilik Modal dan Pengguna Modal pada Konsep Biaya
Modal

Pemilik Modal (Owners) Pengguna Modal (Users)


Jenis RRoR Jenis CoC
Investor Emiten
Bond Holders Bond Yield Cost of Debt (ki)
Stockholders Dividend Yield Cost of Equity (ke)
Creditor Interest Rate Debitor Cost of Debt (ki)

7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Biaya Modal


Secara umum, yang mempengaruhi besarnya biaya modal adalah besarnya
required rate of return (tingkat keuntungan yang diisyaratkan) yang dilihat dari
pihak dari investor maupun perusahaan. Dari pihak investor, tinggi rendahnya
tingkat keuntungan yang diiisyaratkan merupakan pencerminan atau dipengaruhi

Bab 7. Biaya Modal 88


oleh tingkat risiko, aktiva yang dimiliki dan struktur modal serta faktor
manajemen. Sedangkan bagi perusahaan, tingkat keuntungan yang diminta oleh
pemegang saham merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan
modal dari pemegang saham. Biaya modal juga dapat diukur dengan Rate of
Return Minimum dari investasi baru yang dilakukan perusahaan, tentu dengan
asumsi bahwa tingkat risiko investasi baru tersebut sama dengan risiko aktiva
yang dimiliki perusahaan saat ini.
Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diminta dipengaruhi oleh
tingkat keuntungan bebas risiko (risk free rate) dan risk premium untuk
mengkompensasikan risiko yang melekat pada surat berharga (sekuritas). Dengan
demikian, maka tingkat keuntungan yang diminta (required rate of return
=RRoR) dihitung dengan Persamaan 7.1.
RRoR  R f  R p (7.1)
Keterangan:
RRoR adalah tingkat keuntungan yang diminta
Rf adalah tingkat keuntungan bebas risiko (risk free rate)
Rp adalah premi risiko (risk premium)

Tingkat keuntungan bebas risiko (risk free rate) dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu:
1. Tingkat inflasi yang diharapkan
2. Permintaan dan Penawaran dana dalam ekonomi secara keseluruhan
Sedangkan risk premium dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
1. Risiko Usaha (Business risk)
Business risk ditunjukkan oleh variabilitas laba sebelum bunga dan pajak
(Earning Before Interest and Tax = EBIT) yang ditentukan oleh variabilitas
penerimaan penjualan dan biaya operasi serta operating leverage yang
digunakan perusahaan.
2. Risiko Keuangan (financial risk)
Financial risk ditunjukkan oleh tingkat variabilitasi laba per lembar saham
(earning per share = EPS) karena penggunaan dana dengan beban tetap
seperti utang dan saham preferen.

Bab 7. Biaya Modal 89


3. Marketability risk atas Surat Berharga
Marketability risk menunjukkan kemampuan investor untuk menjual dan
membeli surat berharga perusahaan dengan cepat dan mudah tanpa menderita
kerugian.
4. Risiko Tingkat Suku Bunga (interest rate risk)
Interest rate risk menunjukkan variabilitas tingkat keuntungan atas surat
berharga yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga.
Hubungan antara tingkat risiko dengan tingkat keuntungan secara grafis
ditunjukkan pada Gambar 7.2.

Tingkat Keuntungan (%)

Saham Biasa

Saham Preferen

Utang Perusahaan

Utang Jangka Panjang

Rf

0 Risiko
_______________________________
Gambar 7.2. Hubungan antara Tingkat Keuntungan dengan Risiko

7.3 Jenis-jenis Biaya Modal Individual


Jenis-jenis biaya modal berdasarkan sumber modal yang tersedia bagi
perusahaan meliputi:
1. Biaya Modal Sendiri (Cost of Equity = ke)
Biaya modal sendiri adalah beban yang ditanggung oleh perusahaan atas
penggunaan modal sendiri (ekuitas), seperti saham biasa, saham preferen,
maupun laba ditahan. Perhitungan biaya modal ketiga jenis pendanaan ekuitas
tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda sebagaimana diuraikan
sebagai berikut:

Bab 7. Biaya Modal 90


1) Biaya Modal Saham Biasa (ks)
Biaya modal saham biasa pada dasarnya merupakan dividend yield yang
dibayar oleh emiten kepada investor. Oleh karena itu, besarnya biaya
modal saham biasa sangat ditentukan oleh besarnya tingkat keuntungan
yang diharapkan oleh investor. Untuk menghitung besarnya biaya modal
saham biasa dapat digunakan beberapa pendekatan sebagai berikut:
a) Pendekatan Dividend Discount Model
Pendekatan ini didasarkan pada kondisi bahwa saham biasa jatuh
tempo tidak terbatas sehingga estimasi dividend yield didasarkan pada
dividend yield tahun 1 kemudian ditambahkan estimasi dividen pada
masa yang akan dating sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 7.2,
7.3, dan Persamaan 7.4 sebagai berikut:
D1
ks  g (7.2)
P0
g  (Re tention Rate)(Re turn on Equity)
 EAT 
g  1  payout rate  (7.3)
 Equity 
 DPS  EAT 
g  1    (7.4)
 EPS  Equity 

Contoh 7.1.
Perusahaan “The Blues” menawarkan dividen kepada investornya pada
tahun pertama atas saham yang diterbitkan senilai Rp 1.200,00 per
lembar. Dividen ini diperkirakan meningkat 2 persen per tahun dengan
jumlah yang tetap. Harga pasar saham Rp 12.000,00 per lembar.
Hitunglah besarnya biaya modal ekuitas (cost of equity = ke)
Perusahaan “The Blues”.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan 7.2 dapat dihitung biaya modal
ekuitas (cost of equity = ke) sebagai berikut:

Bab 7. Biaya Modal 91


1.200
ke   2%
12.000
 12%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa untuk
menerbitkan saham, Perusahaan “The Blues” mengeluarkan biaya
sebesar 12% dari setiap dana yang diperoleh. Sebaliknya bagi investor
akan mendapatkan tingkat keuntungan (rate of return) sebesar 12%.
b) Pendekatan Capital Asset Pricing Model
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa biaya modal saham
biasa adalah identik dengan tingkat keuntungan saham biasa secara
matematis ditunjukkan pada Persamaan 7.5.
 
Ri  R f  E ( RM )  R f i (7.5)

Keterangan:
Ri adalah tingkat keuntungan yang diharapkan atas suatu saham
Rf adalah tingkat keuntungan investasi bebas risiko
E(RM) adalah ekspektasi tingkat keuntungan pasar
βi adalah risiko fundamental saham

Contoh 7.2.
Manajemen Perusahaan “The Reds” memutuskan untuk menerbitkan
saham sebagai upaya memenuhi kebutuhan pendanaan atas investasi
yang direncanakan oleh perusahaannya. Diperkirakan beta saham “The
Reds” tersebut adalah 1,25; tingkat suku bunga investasi bebas risiko
yang diindikasikan oleh tingkat suku bunga SBI adalah 8% sedangkan
ekspektasi return pasar adalah 10%. Hitunglah besarnya biaya modal
ekuitas Perusahaan “The Reds”.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan 7.5 dapat dihitung besarnya biaya
modal ekuitas Perusahaan “The Reds” sebagai berikut:
ke  8%  10%  8%  x 1,25
 10,5%

Bab 7. Biaya Modal 92


Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa untuk
menerbitkan saham, Perusahaan “The Reds” mengeluarkan biaya
sebesar 10,5% dari setiap dana yang diperoleh. Sebaliknya bagi
investor akan mendapatkan tingkat keuntungan (rate of return) sebesar
10,5%.
2) Biaya Modal Saham Preferen (kp)
Pada dasarnya, perhitungan biaya modal saham preferen sama dengan
perhitungan biaya modal saham biasa yang didasarkan pada dividend
yield. Oleh karena saham preferen tidak perdagangkan maka besarnya
biaya modal saham preferen dapat dihitung dengan Persamaan 7.6.
DP
kP  (7.6)
P0
Contoh 7.3.
Perusahaan Amanda menerbitkan saham preferen untuk mendapatkan
pendanaan dari investor. Perusahaan ini menawarkan dividen sebesar Rp
5.000,00 per lembar. Harga pasar saham ini Rp 55.000,00 per lembar.
Hitunglah besarnya biaya modal saham preferen Perusahaan Amanda
tersebut.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan 7.6 dapat dihitung besarnya biaya modal
saham preferen sebagai berikut:
5.000
kp 
55.000
 9,09%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa untuk
menerbitkan saham preferen, Perusahaan “Amanda” mengeluarkan
biaya sebesar 9,09% dari setiap dana yang diperoleh. Sebaliknya bagi
investor akan mendapatkan tingkat keuntungan (rate of return) sebesar
9,09%.

Bab 7. Biaya Modal 93


2) Biaya Utang (Cost of Debt = kd)
Biaya Utang Perusahaan adalah beban yang dikeluarkan oleh perusahaan
sehubungan dengan penggunaan modal pinjaman yang besarnya adalah
sebesar tingkat keuntungan yang diminta (required rate of return) oleh
debitur/investor (pemilik modal). Besarnya tingkat keuntungan yang
diminta debitur/investor adalah sama dengan tingkat bunga yang
menyamakan present value penerimaan pada masa yang akan datang
berupa bunga (I) dan pembayaran pokok pinjaman (P) dengan dana yang
diberikan saat ini (harga surat berharga = Po).
Untuk menghitung besarnya biaya modal utang sangat bergantung pada
jenis pendanaan utang yang digunakan oleh perusahaan. Salah satu jenis
pendanaan utang yang menjadi pilihan bagi perusahaan adalah Obligasi
dengan batas jatuh tempo. Rumus yang digunakan Persamaan 7.7, 7.8, dan
7.9.
n
I t  Pt
P0   (7.7)
t 1 (1  k d )
t

I1 I2 In Pn
P0    ........   (7.8)
(1  kd ) (1  kd )
t 2
(1  kd ) n
(1  kd ) n
ki  kd (1  T ) (7.9)
Jika obligasi baru dijual dengan harga sama dengan nilai nominal dan
tidak floation cost, maka biaya utang (cost of debt) adalah sama
dengan tingkat bunga yang menyamakan present value penerimaan
bunga dan pelunasan pokok pinjaman (tingkat = kd). Karena
pembayaran bunga merupakan pengurangan pajak (tax deductible),
maka biaya utang setelah pajak (k1) harus disesuaikan dengan cara
mengalikan (1- pajak).
Contoh 7.4.
Perusahaan Fatamorgana bermaksud menerbitkan obligasi untuk
membiayai rencana investasinya. Perusahaan menerbitkan obligasi
dengan nilai nominal Rp 100.000,00 per lembar dan jatuh tempo 10
tahun serta diperkirakan harga pasarnya pada saat jatuh tempo menjadi

Bab 7. Biaya Modal 94


Rp 120.000,00 per lembar. Perusahaan ini menawarkan bunga kepada
investor sebesar Rp 20.000,00 per lembar. Tarif pajak sebesar 22%.
Hitunglah besarnya biaya modal atas obligasi tersebut.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan 7.8 dapat dihitung besarnya biaya
modal obligasi sebagai berikut:
Data input:
20.000 20.000 20.000 120.000
100.000    .........  
1  kd  1  kd 2
1  kd  1  kd 10
10

Untuk menentukan besarnya biaya modal obligasi tersebut dapat


digunakan dua cara, yaitu secara manual maupun otomatis.
Cara 1. Secara manual menggunakan teknik interpolasi dengan
formulasi matematis ditunjukkan pada Persamaan 7.10.
 
DR  DR  ................ (7.10)
NPV
kd  IRR  DR  
 NPV  NPV 

Untuk dapat mengoperasikan teknik interpolasi tersebut digunakan


secara iterasi (trial and error) guna mendapat NPV bernilai positif
terkecil dan negatif terkecil. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2. Hasil Perhitungan secara Iterasi


DF DF
Periode Cash Flow PV PV
(DR=20%) (DR=22%)
0 -100000 1.000 -100000 1.000 -100000
1 20000 0.833 16667 0.820 16393
2 20000 0.694 13889 0.672 13437
3 20000 0.579 11574 0.551 11014
4 20000 0.482 9645 0.451 9028
5 20000 0.402 8038 0.370 7400
6 20000 0.335 6698 0.303 6066
7 20000 0.279 5582 0.249 4972
8 20000 0.233 4651 0.204 4075
9 20000 0.194 3876 0.167 3340
10 140000 0.162 22611 0.137 19166
Total 3230 -5108

Bab 7. Biaya Modal 95


Berdasarkan Tabel 7.2 di atas dapat dihitung besarnya biaya modal
obligasi dengan Pendekatan IRR dengan menggunakan Persamaan
7.10 sebagai berikut:
 
22%  20% 
3.230
kd  IRR  20%  
 3.230  5.108 
 20%  0,39%
 20,39%

Cara 2. Secara Otomatis


Secara otomatis dapat digunakan Program Excel dan hasilnya adalah
21%. Walaupun hasilnya terdapat perbedaan dengan cara manual yang
disebabkan oleh faktor pembulatan.

7.4 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital =


WACC = ko)

Biaya Modal Rata-rata Tertimbang merupakan biaya modal keseluruhan


(overall cost of capital) adalah perimbangan setiap komponen sumber dana dalam
struktur modal secara keseluruhan. Dari ketiga sumber dana tersebut, maka dapat
dihitung besarnya biaya modal keseluruhan dengan Persamaan 7.10 dan 7.11.
n
ko   k x Wx  (7.10)
x 1

ko  k s (Ws )  k P (WP )  ki (Wi ) (7.11)

Contoh 7.5.
PT ANTARIKSA beroperasi dalam memproduksi meubel. Perusahaan ini
bermaksud mengembangkan perusahaannya. Sejalan dengan rencana tersebut,
perusahaan ini membutuhkan dana sebesar Rp 150.000.000,00. Adapun sumber
modal yang direncanakan ditunjukkan pada Tabel 7.3.
Tabel 7.3. Jumlah dana dan biaya modal individual (ilustrasi PT Antariksa)
Sumber modal Jumlah (Rp) Biaya Modal Setelah Pajak (%)
Utang 45.000.000 15,50
Saham Preferen 30.000.000 18,75
Saham Biasa 45.000.000 24,50

Bab 7. Biaya Modal 96


Laba Ditahan 30.000.000 22,00
Pertanyaan:
Hitunglah besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) atas rencana
investasi tersebut.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan 7.11 dapat dihitung besarnya WACC atau ko
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7.4.

Tabel 7.4. Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) atau ko


(ilustrasi PT Antariksa)

Proporsi Biaya Modal


Sumber modal Jumlah (Rp) WACC (%)
Dana Setelah Pajak (%)
Utang 45.000.000 0,3 15,50 4,65
Saham Preferen 30.000.000 0,2 18,75 3,75
Saham Biasa 45.000.000 0,3 24,50 7,35
Laba Ditahan 30.000.000 0,2 22,00 4,4
Total 150.000.000 20,15

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa biaya modal rata-rata


tertimbang atau biaya modal keseluruhan atas rencana investasi tersebut adalah
20,15%. Biaya modal ini yang akan dibandingkan dengan rate of return dari suatu
rencana investasi untuk menentukan apakah rencana investasi layak atau tidak.

7.5 Penutup
1. Kesimpulan
Pembahasan Biaya Modal di atas telah memberikan gambaran tentang
kegunaan biaya modal, serta bagaimana melakukan perhitungan biaya modal
atas pendanaan yang dilakukan oleh Chief Financial Officer (CFO). Terdapat
tiga jenis biaya modal berdasarkan jenis pendanaannya yaitu biaya modal
saham biasa (ekuitas), biaya modal saham preferen, dan biaya modal utang.
Setiap jenis biaya modal tersebut dapat dihitung sesuai dengan metodenya
masing-masing.

Bab 7. Biaya Modal 97


2. Tes Umpan Balik
1) Jelaskan pengertian Biaya Modal?
2) Lakukan perhitungan atas berbagai sumber pendanaan sesuai pendekatan
yang tersedia?

3. Studi Kasus
Kasus 7.1.
PT SRIAYU memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.500,00 per lembar saham
(EPS) dan dibayar sebagai deviden sebesar Rp 500,00. Hasil netto penjualan
saham sebesar Rp 10.000,00 per lembar saham. Diperkirakan deviden dan
harga saham mempunyai pertumbuhan 5% per tahun.

Pertanyaan :
Tentukan besarnya biaya modal, baik tanpa pertumbuhan maupun adanya
pertumbuhan.

Kasus 7.2.
PT DELTAMAS merupakan sebuah perusahaan yang membutuhkan modal
sebesar Rp 1.000.000,00. Untuk membiayai modal tersebut, perusahaan
mengambil dari laba ditahan sebesar Rp 750.000,00 dan sisanya diperoleh dari
pinjaman bank. Apabila biaya modal laba ditahan sebesar 15% dan biaya
modal pinjaman sebesar 10% serta tarif pajak sebesar 22%.
Pertanyaan :
Tentukan besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (ko)

Kasus 7.3.
Adobe Online Inc. has an equity beta of 1.29 and a debt-to-equity ratio of 1.0.
The expected return on the market is 13 percent and the risk-free rate is seven
percent. The before-tax cost of debt capital is 7 percent. The corporate tax rate
is 35 percent.
1) What is Adobe Online’s cost of equity?

Bab 7. Biaya Modal 98


2) What is Adobe Online’s weighted average cost of capital?
Kasus 7.4.
Calculate the weighted average cost of capital for the Luxury Porcelain
Company. The book value of Luxury’s outstanding debt is $60 million.
Currently, the debt is trading at 120 percent of book value and is priced to
yield 12 percent. The 5 million outstanding shares of Luxury stock are trading
at $20 per share. The required return on Luxury stock is 18 percent. The tax
rate is 25 percent.

Bab 7. Biaya Modal 99


BAB VIII
STRUKTUR MODAL
(CAPITAL STRUCTURE)

Pendahuluan
Materi Struktur Modal (Capital Structure) akan menjelaskan mengenai
pengertian dan pentingnya struktur modal, jenis-jenis pendekatan dalam struktur
modal, serta bagaimana penggunaan pendekatan struktur modal dalam menilai
suatu kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh CFO. Sebagaimana telah
diketahui bahwa ketika perusahaan membutuhkan dana untuk dibelanjakan
(dialokasikan) pada kegiatan investasi, baik pendanaan jangka pendek maupun
pendanaan jangka panjang, baik pendanaan yang memiliki beban finansial yang
bersifat tetap (utang dan saham preferen) maupun yang bersifat tidak tetap (saham
biasa). Apakah keputusan pendanaan (financing decision) yang akan dilakukan
oleh CFO akan diputuskan begitu saja tanpa perhitungan ? Tentunya tidak!
Materi Struktur Modal dimaksudkan sebagai bekal bagi mahasiswa untuk
melaksanakan tugas-tugas dalam menilai rencana pendanaan atas suatu investasi
yang akan dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, dengan mengikuti materi ini
mahasiswa dapat membantu CFO dalam menilai kebijakan pendanaan dari suatu
rencana investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan sesuai kondisi yang
dihadapi.

8.1 Pengertian Struktur Modal


Struktur Modal (Capital Structure) adalah perbandingan antara jumlah
modal sendiri dengan modal pinjaman yang digunakan oleh perusahaan.
Sedangkan Struktur Keuangan (Financial Structure) adalah perbandingan antara
jumlah aktiva dengan jumlah pasiva. Struktur Modal Optimal menunjukkan
Struktur modal yang meminimumkan biaya modal sehingga nilai perusahaan
maksimum dan akhirnya memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.

Bab 7. Biaya Modal 100


8.2 Risiko Keuangan Struktur Modal
Risiko yang ditimbulkan oleh Struktur Modal yang menggunakan modal
pinjaman (utang) sebagai berikut:
1. Risiko tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban finansial
Meningkatkan modal pinjaman (utang) atau saham preferen di dalam struktur
modal mengakibatkan meningkatnya biaya tetap, seperti biaya bunga,dll.
2. Risiko semakin kecilnya dividen
Meningkatkan modal pinjaman (utang) akan meningkat beban tetap (bunga)
yang akhirnya mengakibatkan semakin kecilnya laba yang akan dibagikan
sebagai deviden.

8.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal


Besarnya struktur modal bagi suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
1. Tingkat bunga (biaya modal)
Apabila dari sumber dana memiliki tingkat bunga relatif kecil, maka
perusahaan cenderung memilih sumber-sumber dana tersebut. Sebaliknya,
apabila sumber dana memiliki tingkat bunga relatif besar, maka perusahaan
cenderung tidak memilih sumber dana tersebut.
2. Stabilitas dari Perolehan Laba
Apabila perolehan laba suatu perusahaan relatif stabil, maka perusahaan
cenderung memilih sumber dana pinjaman. Sebaliknya, apabila perolehan laba
relatif tidak stabil, maka perusahaan cenderung memilih modal sendiri.
3. Struktur Aktiva
Apabila perusahaan sebagian besar modalnya dalam bentuk aktiva tetap, maka
perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman
sebagai pelengkap. Sebaliknya, apabila sebagian besarnya modalnya dalam
bentuk aktiva lancar, maka perusahaan cenderung menggunakan modal
pinjaman dan modal sendiri sebagai pelengkapnya.

Bab 7. Biaya Modal 101


4. Tingkat Risiko Aktiva
Apabila tingkat risiko aktiva perusahaan relatif besar, maka perusahaan
cenderung dibiayai dari modal sendiri. Sebaliknya, apabila tingkat risiko
aktiva relatif kecil, maka sebaliknya dibiayai dari modal pinjaman.
5. Sifat Manajemen
Apabila seorang manajer optimis akan prospek usahanya maka perusahaan
cenderung menggunakan modal pinjaman. Sebaliknya, apabila manajemen
pesimis, maka cenderung memilih modal sendiri.
6. Besarnya Jumlah Kebutuhan Modal
Apabila kebutuhan modal relatif kecil, maka sebaiknya menggunakan satu
sumber dana. Sebaliknya, apabila kebutuhan modal relatif besar, maka sumber
modal dapat diperoleh lebih banyak.

8.4 Pendekatan dalam Struktur Modal


Dalam menganalisis Struktur Modal terdapat lima pendekatan yaitu
Pendekatan Laba Bersih, Pendekatan Laba Operasi, Pendekatan Tradisional,
Pendekatan MM, dan Pendekatan EBIT – EPS. Secara umum, konsep yang
mendasari perhitungan Struktur Modal secara matematis ditunjukkan pada
Persamaan 8.1 dan Persamaan 8.2 sebagai berikut:
 E   D 
ko  ke    k1   (8.1)
E  D E  D
EBIT
ko  , dimana V = E + D (8.2)
V
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menganalisis Struktur Modal
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pedekatan Net Income (NI)
Pada pendekatan ini, sebagian laba atas pemegang saham dikapitalisasi
dengan suatu tingkat kapitalisasi yang konstan yaitu ke (biaya modal sendiri)
Asumsi yang mendasari pendekatan Net Income adalah:
o Biaya utang (kl) dan biaya modal sendiri (k e) adalah konstan waupun
struktur modal berubah.

Bab 7. Biaya Modal 102


o Biaya utang sebelum pajak (kd) lebih rendah dari biaya modal sendiri (ke)
Secara grafis ditunjukkan pada Gambar 8.1.
Biaya Modal (%)

ke

ko

ki

0 D/E Ratio
___________________________________
Gambar 8.1. Pendekatan Laba Bersih

2. Pendekatan Net Operating Income (NOI)


Pada Pendekatan Net Operating Income (NOI), tingkat biaya modal rata-rata
tertimbang (ko) adalah konstan. Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah
biaya utang (kl) dan biaya modal keseluruhan (ko) konstan. Pada pendekatan
NOI, perubahan struktur modal, tidak mempengaruhi nilai total perusahaan
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.2.
Biaya Modal (%)

ke

ko

ki

0 D/ERatio
___________________________________
Gambar 8.2. Pendekatan Laba Operasi Bersih

3. Pendekatan Tradisional
Pada pendekatan ini, mengaggap bahwa biaya modal sendiri (ke) akan naik
apabila ratio utang meningkat dan biaya utang (kl) akan meningkat apabila

Bab 7. Biaya Modal 103


melebihi tingkat ratio utang tertentu. Hal ini sebagaimana ditun’jukkan pada
Gambar 8.3.
Biaya Modal (%)

ke

ko

ki

0 D/ERatio
___________________________________
Gambar 8.3. Pendekatan Tradisional

4. Pendekatan Modigliani-Miller (MM)


Pendekatan Modigliani-Miller beranggapan bahwa nilai perusahaan
independen (tidak dipengaruhi) oleh struktur modal dalam pasar modal yang
sempurna dan tidak ada pajak penghasilan. Asumsi yang mendasari
pendekatan ini adalah:
1) Informasi yang tersedia bagi semua investor dan dapat diperoleh tanpa
biaya.
2) Tidak ada biaya transaksi
3) Investor dapat melakukan diversifikasi investasi surat berharga secara
sempurna.
4) Semua investor bersikap dan bertindak rasional.
5) Perusahaan beroperasi dalam kondisi yang sama dan risiko yang sama.
6) Tidak ada pajak penghasilan.

5. Pendekatan EBIT-EPS
Pendekatan EBIT-EPS menentukan hubungan antara laba per lembar saham
(earning per share = EPS) dengan laba sebelum bunga dan pajak (earning
before interest and tax = EBIT) pada beberapa alternatif pembelanjaan yang
berbeda-beda dan titik kesamaan (indifference points) masing-masing
alternatif pembelanjaan tersebut.

Bab 7. Biaya Modal 104


Untuk menentukan titik (indifference point) digunakan Persamaan 8.3 sebagai
berikut:
( EBIT1, 2  I1 )(1  t )  PD1 ( EBIT1, 2  I 2 )(1  t )  PD2
 (8.3)
NS1 NS2
Keterangan:
EBIT1,2 adalah EBIT pada titik kesamaan (indifference point)
I1, I2 adalah besarnya bunga
PD1, PD2 adalah dividen saham preferen
t adalah tarif pajak
NS1, NS2 adalah jumlah lembar saham biasa yang beredar

Untuk mengoperasikan Pendekatan EBIT – EPS dapat digunakan pola


sebagaimana ditunjukkan pada Skema 8.1.

EBIT = XXXXXXXXX
(-) INTEREST EXPENSE (I) = XXXXXXXXX
(=) EBT = XXXXXXXXX
(-) TAX = XXXXXXXXX
(=) EAT = XXXXXXXXX
(-) PD = XXXXXXXXX
(=) EACS = XXXXXXXXX
(:) NS = XXXXXXXXX
(=) EPS = XXXXXXXXX

Contoh 8.1.

PT MENTARI mempunyai modal sebesar Rp 10.000.000,00 yang terdiri atas


modal sendiri seluruhnya. Saat ini, pihak perusahaan melakukan ekspansi
usaha dan memerlukan tambahan dana sebesar Rp 5.000.000,00. Tiga
alternatif pembelanjaan sebagai berikut:
1) Mengeluarkan saham biasa dengan harga Rp 5.000,00 per lembar.
2) Menggunakan utang dengan bunga sebesar 9% per tahun.
3) Mengeluarkan saham preferen dengan deviden 10% dari kebutuhan
modal.
Saat ini, EBIT sebesar Rp 1.400.000,00, tarif pajak sebesar 22% dan saham
biasa yang telah beredar sebanyak 200.000 lembar saham dengan harga
sebesar Rp 5.000,00 per lembar. Tentukan:

Bab 7. Biaya Modal 105


1. Besarnya EPS masing-masing alternatif apabila EBIT diestimasi sebesar
Rp 2.000.000,00.
2. Tentukan besarnya Indifference Point. Kemudian jelaskan hasil
perhitungan di atas.

Penyelesaian:

Langkah 1. Buat Deskripsi Pendanaan


Deskripsi pendanaan diperlukan untuk mempermudah perhitungan EBIT –
EPS sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 8.1.
Tabel 8.1. Deskripsi Pendanaan
Plan Saham Biasa Utang Saham Preferen
Saham Modal 15 juta Modal 0 Modal 0
Biasa Lembar 3.000 Bunga 0 Dividen 0
Utang Modal 10 juta Modal 5 juta Modal 0
Lembar 2.000 Bunga 450.000 Dividen 0
Saham Modal 10 juta Modal 0 Modal 5 juta
Preferen Lembar 2.000 Bunga 0 Dividen 500.000

Langkah 2. Hitung EPS dengan Pola EBIT – EPS


Berdasarkan Skema 8.1 di atas dapat dihitung Pola EBIT – EPS sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 8.2.
1) Sebelum Ekspansi
Tabel 8.2. Hasil Perhitungan Pola EBIT – EPS (sebelum ekspansi)
EBIT (Rp) Rp 1.400.000
Interest Expense (Rp) 0
EBT (Rp) 1.400.000
Tax 22% (Rp) 308.000
EAT (Rp) 1.092.000
PD (Rp) 0
EACS (Rp) 1.092.000
NS (lembar) 2.000
EPS (Rp/lembar) 546

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa sebelum PT


Mentari melakukan ekspansi besarnya EPS yang diperoleh adalah Rp
546,00 per lembar.

Bab 7. Biaya Modal 106


2) Setelah Ekspansi
Berdasarkan Skema 8.1 di atas dapat dihitung Pola EBIT – EPS
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 8.3.
Tabel 8.3. Hasil Perhitungan Pola EBIT – EPS (setelah ekspansi)
Plan A. Plan B. Plan C.
Saham Biasa Utang Saham Preferen
EBIT (Rp) Rp 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Interest Expense (Rp) 0 450.000 0
EBT (Rp) 2.000.000 1.550.000 2.000.000
Tax 22% (Rp) 440.000 341.000 440.000
EAT (Rp) 1.560.000 1.209.000 1.560.000
PD (Rp) 0 0 500.000
EACS (Rp) 1.560.000 1.209.000 1.060.000
NS (lembar) 3.000 2.000 2.000
EPS (Rp/lembar) 520 604,5 530

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa sumber


pendanaan yang memberikan hasil yang paling baik adalah Utang oleh
karena menghasilkan EPS yang paling besar yaitu Rp 604,50 per lembar.
Dan EPS ini lebih besar jika dibandingkan sebelum ekspansi yang hanya
menghasilkan EPS sebesar Rp 546,00 per lembar.

Langkah 3. Hitung Indifference Point


Dengan menggunakan Persamaan 8.3 dapat dihitung indifference point
sebagai berikut:
1) Indifference Point antara Plan A vs Plan B
( EBIT AB  0)(1  22%)  0 ( EBIT AB  450.000)(1  22%)  0

3.000 2.000
0,78 EBIT AB 0,78 EBIT AB  351.000

3.000 2.000
1.560 EBIT AB  2.340 EBIT AB  1.053.000.000
EBIT AB  1.350.000

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa apabila


Perusahaan Mentari menggunakan pendanaan Saham Biasa atau Utang
maka EPS akan sama apabila EBIT sebesar Rp 1.350.000,00.

Bab 7. Biaya Modal 107


2) Indifference Point antara Plan A vs Plan C
( EBIT AC  0)(1  22%)  0 ( EBIT AC  0)(1  22%)  500.000

3.000 2.000
0,78EBIT AC 0,78EBIT AC  500.000

3.000 2.000
1.560 EBIT AC  2.340 EBIT AC  1.500.000.000
EBIT AC  1.923.077
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa apabila
Perusahaan Mentari menggunakan pendanaan Saham Biasa atau Saham
Preferen maka EPS akan sama apabila EBIT sebesar Rp 1.923.077,00.
3) Indifference Point antara Plan B vs Plan C
( EBITBC  450.000)(1  22%)  0 ( EBITBC  0)(1  22%)  500.000

2.000 2.000
0,78 EBITBC  351.000 0,78 EBITBC  500.000

2.000 2.000
1.560 EBITBC  702.000.000  1.560 EBITBC  1.000.000.000
EBITBC  N / A

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa apabila


Perusahaan Mentari menggunakan pendanaan Utang atau Saham Preferen
maka tidak mempunyai indifference point.

8.5 Penutup
1. Kesimpulan
Pembahasan Struktur Modal di atas telah memberikan gambaran tentang
kegunaan struktur modal, serta bagaimana melakukan penilaian terhadap
kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh Chief Financial Officer (CFO).

2. Tes Umpan Balik


3) Jelaskan pengertian Struktur Modal?
4) Jelaskan perbandingan berbagai jenis pendekatan dalam analisis struktur
modal?
5) Jelaskan bagaimana melakukan penilaian aspek keuangan terhadap
struktur modal?

Bab 7. Biaya Modal 108


3. Studi Kasus
Kasus 8.1
PT AULIA mempunyai ekuitas saham biasa Rp 10.000.000,00 dan utang
sebesar Rp 3.000.000,00 dengan bunga sebesar 5% per tahun dan tarif pajak
25%. Perkiraan laba usaha setelah pajak setiap tahun sebesar Rp 1.000.000,00
dengan tingkat kapitalisasi modal sendiri (ke) sebesar 10%. Hitunglah biaya
modal keseluruhan (ko). Apabila perusahaan menambah utangnya menjadi Rp
6.000.000,00 dengan bunga 5% per tahun dan tambahan utang tersebut untuk
membeli saham yang beredar. Hitunglah besarnya nilai perusahaan.

Kasus 8.2
PT AUDINA mempunyai uitang sebesar Rp 3.000.000,00 dengan bunga
sebesar 5% per tahun. Perkiraan laba usaha setiap tahun adalah Rp
1.000.000,00 dengan tingkat kapitalisasi perusahaan (ko) sebesar 10%. Apabila
perusahaan tersebut menambah utangnyamenjadi Rp 6.000.000,00 dengan
bunga 5% per tahun. Tentukan besarnya nilai perusahaan sebelum dan sesudah
penambahan utang.

Kasus 8.3
PT ANANDA mempunyai utang sebesar Rp 3.000.000,00 dengan bunga 5%
per tahun. Perkiraan laba usaha setiap tahun sebesar Rp 1.000.000,00 dengan
tingkat kapitalisasi modal sendiri (k e) sebesar 11%. Apabila perusahaan
tersebut menambah utangnya menjadi Rp 6.000.000,00 dengan tingkat bunga
6% per tahun dan biaya modal sendiri (k e) sebesar 14%. Tentukan besarnya
nilai perusahaan.
Kasus 8.4
PT NITA dan PT NINA beroperasi pada kondisi yang sama. PT NITA tidak
memiliki utang sedangkan PT NINA memiliki obligasi 12% sebesar Rp
300.000,00. Laba operasi bersih masing-masing Rp 100.000,00. biaya modal
sendiri (kS) masing-masing PT NITA sebesar 15% dan PT NINA sebesar 16%.
Tentukan besarnya nilai perusahaan masing-masing perusahaaan.

Bab 7. Biaya Modal 109


Kasus 8.5.
Cybernauts, Ltd., is a new firm that wishes to determine an appropriate capital
structure. It can issue 16 percent debt or 15 percent preferred stock. The total
capitalization of the company will be $5 million, and common stock can be
sold at $20 per share. The company is expected to have a 50 percent tax rate.
Four possible capital structures being considered are as follows:
Plan Debt Preferred Equity
1 0% 0% 100%
2 30% 0% 70%
3 50% 0% 50%
4 50% 20% 30%

a. Construct an EBIT-EPS for the four plans. (EBIT is expected to be $1


million).
b. Compute the indifference point between plans 1 and 3 and between plans 3
and 4.
c. Which plan is best? Why?

Bab 7. Biaya Modal 110


BAB IX
ANALISIS LEVERAGE
(LEVERAGE ANALYSIS)

Pendahuluan
Materi Analisis Leverage akan menjelaskan mengenai pengertian analisis
leverage, pentingnya analisis leverage, serta bagaimana model-model analisis
leverage. Sebagaimana telah disaksikan bahwa perjalanan hidup suatu perusahaan
identik dengan perjalanan hidup atau karir seseorang yaitu bersifat pasang surut.
Kadang sukses dan kadang gagal; kadang meningkat dan kadang menurun, dsb.
Apakah tindakan atau kebijakan yang ditempuh oleh CFO sama pada setiap
keadaan? Tentunya tidak!
Analisis leverage dimaksudkan sebagai bekal bagi mahasiswa untuk
melaksanakan tugas-tugas dalam merencanakan dan mengendalikan keuangan
perusahaan. Oleh karena itu, dengan mengikuti materi ini mahasiswa dapat
menganalisis kebijakan CFO dalam perlakuan atas pembebanan biaya-biaya
operasi dan kebijakan dalam pendanaan yang digunakan perusahaan pada
berbagai kondisi yang berbeda.

9.1 Pengertian Analisis Leverage


Leverage menunjukkan penggunaan biaya tetap (fixed cost) dalam usaha
untuk meningkatkan atau mengungkit profitabilitas. Leverage terdiri atas tiga
jenis, yaitu:
1. Leverage Operasi (Operating Leverage/OL)
Operating Leverage (OL) menunjukkan penggunaan biaya operasi tetap (fixed
operating costs) oleh perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas.
2. Leverage Keuangan (Financial Leverage/FL)
Financial Leverage (FL) menunjukkan penggunaan biaya pendanaan tetap
(fixed financing costs) oleh perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas.
3. Leverage Total (Total Leverage/TL)
Total Leverage (TL) menunjukkan penggunaan biaya operasi dan biaya
pendanaan tetap oleh perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas.

Bab 7. Biaya Modal 111


Hubungan ketiga analisis leverage tersebut ditunjukkan pada kerangka
sebagaimana yang ditunjukkan pada Skema 9.1.

Penjualan xxxxxxx
(-) Harga Pokok Penjualan xxxxxxx
(=) Laba Kotor xxxxxxx OL
(-) Beban-beban Operasi xxxxxxx
(=) Laba Operasi xxxxxxx
(-) Beban Bunga xxxxxxx
(=) Laba sebelum Pajak xxxxxxx TL
(-) Pajak Penghasilan xxxxxxx
(=) Laba setelah Pajak xxxxxxx FL
(-) Dividen Saham Preferen xxxxxxx
(=) Laba bagi Pemegang Saham Biasa xxxxxxx
(:) Jumlah Lembar Saham Biasa xxxxxxx
(=) Laba per Lembar Saham Biasa xxxxxxx
___________________________
Skema 9.1. Kerangka Analisis Leverage

9.2 Pentingnya Analisis Leverage


Analisis Leverage (leverage analysis) keberadaannya sangat penting bagi
perusahaan sebagai instrumen untuk perencanaan dan pengendalian keuangan
perusahaan. Sebagaimana telah dipahami bahwa dalam menjalankan operasinya,
pihak manajemen perusahaan senantiasa mengambil keputusan-keputusan bisnis.
Dan dalam mengambil keputusannya, pihak manajemen perlu mempertimbangkan
dua hal yang saling bertentangan (trade off) yaitu aspek profitabilitas dan risiko.
Semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi tingkat profitabilitas namun
semakin tinggi pula risiko. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat
leverage akan semakin rendah tingkat risiko namun akan semakin rendah pula
tingkat profitabilitas. Oleh karena itu, CFO akan diperhadapkan pada dua pilihan
yaitu:
1. Apakah lebih menekankan pada pencapaian profitabilitas yang tinggi dengan
konsekuensi akan menghadapi risiko yang tinggi pula atau
2. Apakah lebih menekankan risiko yang rendah dengan konsekuensi
profitabilitas yang rendah pula.
Secara khusus kegunaan Analisis Leverage adalah sebagai dasar dalam
mengambil kebijakan berdasarkan perlakuan beban-beban operasi (leverage

Bab 7. Biaya Modal 112


operasi), apakah beban operasi dibebankan sebagai beban tetap atau beban
variabel. Di samping itu, juga sebagai dasar dalam mengambil kebijakan atas
pendanaan perusahaan (leverage keuangan), apakah akan memilih pendanaan
yang memiliki beban tetap (utang atau saham preferen) atau pendanaan yang
memiliki beban tidak tetap (saham biasa). Kedua keputusan di atas didasarkan
pada kondisi perusahaan.
Berdasarkan aksioma dapat digambarkan bahwa bagi perusahaan yang
memiliki kinerja dan prospek yang sangat baik maka sebaiknya tingkat leverage-
nya tinggi. Pilihan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengejar profitabilitas yang
tinggi. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki kinerja dan prospek yang kurang
baik maka sebaiknya tingkat leverage-nya rendah. Pilihan ini dilakukan dengan
tujuan untuk mencapai risiko yang rendah.

9.3 Model Analisis Leverage


Dalam melakukan analisis leverage, perusahaan dapat memilih beberapa
model sesuai dengan jenis leverage-nya. Model-model yang dimaksud adalah:
1. Analisis Operating Leverage
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Operating Leverage
menunjukkan penggunaan biaya operasi yang bersifat tetap untuk
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Analisis ini berkaitan erat dengan
Analisis Break Even Point (BEP) sebagaimana telah dikuliahkan pada
Akuntansi Manajemen. Salah satu syarat untuk menganalisis OL adalah
adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel atas biaya-biaya operasi
yang mencakup Harga Pokok Penjualan dan Beban-beban Operasi. Pemisahan
biaya tetap dan biaya variabel dapat menggunakan beberapa metode
sebagaimana telah dikuliahkan pada Akuntansi Biaya atau Akuntansi
Manajemen.
Untuk melakukan Analisis OL suatu perusahaan dapat didasarkan atas Degree
of Operating Leverage (DOL) yang menunjukan persentase perubahan Laba
Operasi sebagai dampak atas perubahan satu persen output atau penjualan.

Bab 7. Biaya Modal 113


Secara matematis ditunjukkan pada Persamaan 9.1, 9.2, dan 9.3 sebagai
berikut:
Percentage change in EBIT
DOL  (9.1)
Percentage change in output (or sales )
Q( P  V ) Q
DOL  (Q units)   (9.2)
Q( P  V )  FC (Q  QBE )
S  VC EBIT  FC
DOL ( Rp of sales )   (9.3)
S  VC  FC EBIT

Contoh 9.1.
PT Aquoprima saat ini dapat menjual produknya sebanyak 10.000 unit dengan
harga Rp 10.000. Harga pokok penjualan dan beban-beban operasi sebesar Rp
60 juta per tahun. Komposisi biaya tetap sebesar 40% dari seluruh biaya.
Hitunglah besarnya Degree of Operating Leverage (DOL) perusahaan
tersebut.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan 9.2 dapat dihitung besarnya DOL sebagai
berikut:
10.00010.000  3.600
DOL 
10.00010.000  3.600  24.000.000
64.000.000

40.000.000
 1,6
Atau menggunakan Persamaan 9.3 dapat dihitung besarnya DOL sebagai
berikut:
100.000.000  36.000.000
DOL 
100.000.000  36.000.000  24.000.000
64.000.000

40.000.000
 1,6
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tingkat
penjualan sebanyak 10.000 unit, maka setiap perubahan penjualan sebesar 1%
akan mengakibatkan perubahan laba operasi (EBIT) sebesar 1,6%.

Bab 7. Biaya Modal 114


2. Analisis Financial Leverage
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa FL adalah penggunaan
pendanaan yang memiliki beban tetap sebagai usaha untuk meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Untuk melakukan analisis FL suatu perusahaan
dapat didasarkan atas Degree of Financial Leverage (DFL) yang
menunjukkan persentase perubahan Laba per Lembar Saham (EPS) sebagai
akibat perubahan satu persen Laba Operasi. Secara matematis dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan 9.4 dan 9.5 sebagai berikut:

Percentage change in EPS


DFL  (9.4)
Percentage change in EBIT
EBIT
DFL ( EBIT of X rupiah  (9.5)
EBIT  I  PD /(1  t )

Contoh 9.2.
Sejalan dengan Contoh 9.1 di atas, apabila perusahaan ini membayar beban-
beban pendanaan yang meliputi beban bunga sebesar Rp 8.000.000,00 dan
dividen saham preferen sebesar Rp 2.000.000,00. Perusahaan ini juga
membayar pajak penghasilan 22%.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan 9.5 dapat dihitung besarnya DFL sebagai
berikut:
40.000.000
DFL 
40.000.000  8.000.000  2.000.000 / 1  22% 
40.000.000

29.435.897,44
 1,36
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa setiap perubahan
laba operasi (EBIT) sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan laba per
lembar saham (EPS) sebesar 1,36%.

Bab 7. Biaya Modal 115


3. Analisis Total Leverage
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa TL merupakan penggunaan biaya
operasi tetap dan pendanaan yang memiliki beban tetap dalam rangka
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Untuk melakukan analisis TL suatu
perusahaan dapat didasarkan atas Degree of Total Leverage (DTL) yang
menunjukkan persentase perubahan Laba per Lembar Saham (EPS) sebagai
akibat perubahan satu persen Penjualan. Secara matematis dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan 9.6, 9.7, 9.8 dan 9.9 sebagai berikut:

Percentage change in EPS


DTL  (9.6)
Percentage change in output (or sales )
DTL  DOL x DFL (9.7)
Q( P  V )
DTL (Q units )  (9.8)
Q( P  V )  FC  I  PD /(1  t )
EBIT  FC
DTL ( Rp OF sales )  (9.9)
EBIT  I  PD /(1  t )

Contoh 9.3.
Sejalan dengan Contoh 9.1 dan 9.2 di atas, dengan menggunakan Persamaan
9.7 dapat dihitung besarnya DTL sebagai berikut:
DTL = 1,6 x 1,36
= 2,176
Atau menggunakan Persamaan 9.8, dapat dihitung besarnya DTL sebagai
berikut:
10.00010.000  3.600
DTL 
10.00010.000  36.000  24.000.000  8.000.000  2.000.000 / 1  22% 
64.000.000

29.435.897,44
 1,174
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa setiap perubahan
penjualan sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham
(EPS) sebesar 1,174%.

Bab 7. Biaya Modal 116


9.4 Penutup
1. Kesimpulan
Pembahasan Analisis Leverage di atas telah memberikan gambaran tentang
kegunaan analisis leverage, bagaimana melakukan serta bagaimana
menggunakan analisis leverage dalam pengambilan keputusan bagi Chief
Financial Officer (CFO). Secara umum terdapat tiga jenis leverage, yaitu
operating leverage, financial leverage, dan total leverage.

2. Tes Umpan Balik


6) Jelaskan pengertian Analisis Leverage?
7) Jelaskan ruang lingkup analisis leverage berdasarkan Operating Leverage,
Financial Leverage, serta Total Leverage?
8) Jelaskan bagaimana melakukan ketiga analisis tersebut?

3. Studi Kasus
Kasus 9.1.
The Andrea S.Fault Seismometer Company is an all-equity-financed firm. It
earns monthly, after taxes, $24,000 on sales of $800,000. The tax rate of the
company is 40 percent. The company’s only product, “The Desktop
Seismometer,” sells for $200, of which $150 is variable cost.
a. What is the company’s monthly fixed operating cost?
b. What is the monthly operating break-even point in units? In dollars?
c. Compute and plot the degree of operating leverage (DOL) versus quantity
produced and sold for the following possible monthly sales levels: 4,000
units; 4,400 units; 4,800 units; 5,200 units; 5,600 units; and 6,000 units.

Kasus 9.2.
The Crazy Horse Hotel has a capacity to stable 50 horses. The fee for stabling
a horse is $100 per month. Maintenance, depreciation, and other fixed
operating costs total $1,200 per month. Variable operating costs per horse are
$12 per month for hay and bedding and $8 per month for grain.
a. Determine the monthly operating break-even point (in horse stabled)

Bab 7. Biaya Modal 117


b. Compute the monthly operating profit if an average of 40 horses are
stabled.

Kasus 9.3.
Cybernauts, Ltd., is a new firm that wishes to determine an appropriate capital
structure. It can issue 16 percent debt or 15 percent preferred stock. The total
capitalization of the company will be $5 million, and common stock can be
sold at $20 per share. The company is expected to have a 50 percent tax rate.
Four possible capital structures being considered are as follows:
Plan Debt Preferred Equity
1 0% 0% 100%
2 30% 0% 70%
3 50% 0% 50%
4 50% 20% 30%

a. Construct an EBIT-EPS for the four plans. (EBIT is expected to be $1


million).
b. Compute the indifference point between plans 1 and 3 and between plans 3
and 4.
c. Compute the degree of financial leverage (DFL) for each alternative at an
expected EBIT level of $1 million.
d. Which plan is best? Why?

Kasus 9.4.
Hi-Grade Regulator Company currently has 100,000 shares of common stock
outstanding with a market price of $60 per share. It also has $ 2 million in 6
percent bonds. The company is considering a $ 3 million expansion program
that it can finance with all common stock at $60 a share (option 1), straight
bonds at 8 percent
Interest (option 2), preferred stock at 7 percent (option 3), and half common
stock at $60 per share and half 8 percent bonds (option 4).

Bab 7. Biaya Modal 118


a. For an expected EBIT level of $1 million after the expansion program,
calculate the earning per share for each of the alternative methods of
financing. Assume a tax rate of 50 percent.
b. Calculate the indifference points between alternatives. What is your
interpretation of them?
c. Compute the degree of financial leverage (DFL) for each alternative at an
expected EBIT Level of $1 million.

BAB X

Bab 7. Biaya Modal 119


PENGANGGARAN MODAL
(CAPITAL BUDGETING)

Pendahuluan
Materi Penganggaran Modal (Capital Budgeting) akan menjelaskan
mengenai pengertian dan pentingnya penganggaran modal, menyusun proyeksi
cash flow, serta bagaimana penggunaan model-model penganggaran modal dalam
menilai suatu rencana proyek investasi. Sebagaimana telah diketahui bahwa ketika
perusahaan memiliki dana maka tentunya dana tersebut akan dibelanjakan
(dialokasikan) pada kegiatan investasi, baik investasi jangka pendek maupun
investasi jangka panjang, baik investasi pada aktiva riil maupun investasi pada
aktiva keuangan. Apakah keputusan investasi yang akan dilakukan oleh CFO akan
diputuskan begitu saja tanpa perhitungan ? Tentunya tidak!
Penganggaran Modal dimaksudkan sebagai bekal bagi mahasiswa untuk
melaksanakan tugas-tugas dalam menilai suatu rencana proyek investasi riil yang
bersifat jangka panjang yang akan dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, dengan
mengikuti materi ini mahasiswa dapat membantu CFO dalam menilai kelayakan
aspek keuangan dari suatu rencana investasi yang akan dilakukan oleh
perusahaan.

10.1 Pengertian Penganggaran Modal


Penganggaran Modal (Capital Budgeting) merupakan suatu proses
mengidentifikasi, menganalisis, dan menyeleksi proyek-proyek investasi yang
menghasilkan pengembalian (cash flow) diperkirakan lebih dari satu tahun. Jadi
tujuan penganggaran modal adalah untuk menilai suatu rencana proyek investasi
yang akan dilakukan oleh perusahaan. Proses penganggaran modal meliputi lima
tahap yaitu:
1. Menghasilkan usulan proyek investasi
2. Mengestimasi arus kas operasi sebelum pajak atas rencana investasi tersebut
3. Mengevaluasi arus kas proyek investasi
4. Menyeleksi usulan proyek investasi berdasarkan kriteria penerimaan
5. Mengevaluasi kembali proyek investasi yang telah dilaksanakan.

Bab 7. Biaya Modal 120


Jenis-jenis usulan proyek investasi yang memungkinkan bagi perusahaan
sebagai berikut:
1. Produk baru atau perluasan produk yang telah ada
2. Penggantian peralatan atau gedung
3. Riset dan pengembangan (R & D)
4. Eksplorasi
5. Proyek-proyek K3 dan lingkungan

10.2 Menyusun Proyeksi Cash Flow


Penilaian terhadap suatu rencana proyek investasi didasarkan pada penilaian
terhadap proyeksi arus kas (cash flow). Oleh karena itu, estimasi terhadap cash
flow sangat penting dilakukan dalam rangkaian penilaian suatu rencana proyek
investasi. Sebagai pedoman umum dalam menyusun proyeksi cash flow, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagaimana ditunjukkan pada check list
Tabel 10.1.

Tabel 10.1. Check List Pedoman Penyusunan Proyeksi Cash Flow Penilaian
Rencana Proyek Investasi

 Arus Kas (bukan laba akuntansi)


 Arus Operasi (bukan arus pendanaan)
 Arus kas setelah pajak
 Arus kas inkremental

Dalam menyusun proyeksi cash flow terdapat tiga jenis cash flow yaitu:
1. Arus kas keluar mula-mula (initial cash outflow/ICO)
Arus kas keluar mula-mula merupakan pengeluaran yang dilakukan
perusahaan selama pelaksanaan proyek hingga siap dioperasikan. Biaya-biaya
ini akan dikapitalisasi karena terikat dalam investasi. Biaya ini termasuk
biaya-biaya perizinan.
Format dasar penyusunan Initial Cash Outflow ditunjukkan pada Skema 10.1.

a) Biaya atas aktiva baru

Bab 7. Biaya Modal 121


b) + Pengeluaran-pengeluaran yang dikapitalisasi
c) +(-) Peningkatan (penurunan) modal kerja baru
d) - Penerimaan bersih dari penjualan aktiva lama
e) +(-) Pajak (penghematan pajak) atas penjualan aktiva lama
f) = Initial Cash Outflow
Skema 10.1. Pola Penyusunan Initial Cash Outflow

2. Interim Incremental Net Cash Flow


Arus kas ini merupakan arus kas yang terjadi selama periode pengoperasian
proyek, kecuali periode akhir perencanaan. Misalnya, investasi direncanakan
selama empat tahun maka interim cash flow adalah arus kas tahun 1 s/d 3.
Format dasar penyusunan Interim Cash Flow (ICF) sebagaimana ditunjukkan
pada Skema 10.2.
a) Peningkatan (penurunan) bersih pendapatan operasi kurang
(tambah) peningkatan (penurunan) bersih beban-beban operasi,
tidak termasuk biaya penyusutan
b) -(+) Peningkatan (penurunan) bersih beban penyusutan
c) = Perubahan bersih laba sebelum pajak
d) -(+) Peningkatan bersih pajak
e) = Perubahan bersih laba setelah pajak
f) +(-) Peningkatan (penurunan) bersih beban penyusutan
g) = Incremental Net Cash Flow for the period
___________________________________
Skema 10.2. Pola Penyusunan Interim Cash Flow

3. Terminal year incremental net cash flow


Arus kas ini merupakan arus kas yang terjadi pada akhir periode
pengoperasian proyek yang direncanakan. Misalnya, investasi direncanakan
selama empat tahun maka terminal cash flow adalah arus kas tahun 4.
Dalam menyusun proyeksi terminal cash flow pada dasarnya sama dengan
interim cash flow ditambah item “h” s/d “k” sebagaimana ditunjukkan pada
Skema 10.3.
h) + Nilai sisa aktiva baru
i) –(+) Pajak (penghematan pajak) atas penjualan aktiva baru
j) +(-) Penurunan (peningkatan) modal kerja netto
k) = Terminal year incremental net cash flow
________________________________
Skema 10.3. Pola Penyusunan Terminal Cash Flow
Format proyeksi cash flow secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 10.2.

Bab 7. Biaya Modal 122


Tabel 10.2. Format Proyeksi Cash Flow Rencana Proyek Investasi

Tahun
No Uraian
0 1 2 3 4
Biaya atas aktiva baru X
Pengeluaran-pengeluaran yang dikapitalisasi X
Peningkatan (penurunan) modal kerja baru X
Penerimaan bersih dari penjualan aktiva lama X
Pajak (penghematan pajak) atas penj. aktiva lama X
Peningkatan (penurunan) bersih pendapatan
operasi kurang (tambah) peningkatan
(penurunan) bersih beban-beban operasi, tidak
termasuk biaya penyusutan X X X X
Peningkatan (penurunan) bersih beban
penyusutan X X X X
Perubahan bersih laba sebelum pajak X X X X
Peningkatan bersih pajak X X X X
Perubahan bersih laba setelah pajak X X X X
Peningkatan (penurunan) bersih beban
penyusutan X X X X
Nilai sisa aktiva baru X
Pajak (penghematan pajak) atas penj. aktiva baru X
Penurunan (peningkatan) modal kerja netto X
Initial Cash Outflow X
Proyeksi Net Cash
Interim Net Cash flow X X X
Flow
Terminal Net Cash flow X

10.3 Model Penilaian Proyek Investasi


Penilaian proyek investasi dimaksudkan untuk menilai kelayakan aspek
keuangan suatu rencana investasi. Untuk menilai suatu rencana investasi dapat
digunakan beberapa model antara lain: Payback Period (PbP), Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI).
1. Metode Payback Period
Metode Payback Period adalah metode yang digunakan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mengembalikan pengeluaran
investasi. Perhitungan Payback Periode secara matematis ditunjukkan pada
Persamaan 10.1 sebagai berikut:

INITIAL CASH OUTFLOW


PBP 
ANNUALCASH FLOW (10.1)

Bab 7. Biaya Modal 123


Apabila proyeksi initial cash outflow tidak sama setiap periode maka
penghitungan payback period dapat dilakukan cara pengurangan sebagaimana
ditunjukkan pada Skema 10.4.
ICO = xxxxxx
INCF1 = (xxxxxx)
Sisa = xxxxxx
INCF2 = (xxxxxx)
Sisa = xxxxxx
dst sampai mendapatkan sisa nol atau minus
Skema 10.4. Pola Perhitungan Metode Payback Period

Kriteria penerimaan:
Apabila payback period yang dihitung lebih kecil dari payback period yang
direncanakan maka usulan rencana investasi diterima (layak untuk
direalisasikan). Sebaliknya, apabila payback period yang dihitung lebih besar
dari payback period yang direncanakan maka usulan rencana investasi ditolak
(tidak layak untuk direalisasikan). Misalnya, suatu investasi direncanakan
selama 5 tahun dan setelah dihitung payback periodnya 4 tahun maka rencana
investasi tersebut diterima.
2. Metode Net Present Value (NPV)
Metode NPV merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui besarnya
tambahan nilai investasi selama periode yang direncanakan. Secara matematis
NPV adalah selisih antara present value atas seluruh cash flow selama periode
operasi investasi dengan present value atas arus kas keluar mula-mula (ICO)
sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 10.2 dan 10.3 sebagai berikut:
n
 CFt 
NPV    t
 ICO (10.2)
t 1  (1  k 

 CF1 CF2 CFn 


NPV     ......   ICO
(1  k ) n 
(10.3)
 (1  k ) (1  k )
1 2

Keterangan:
CF adalah operating net cash flow (interim dan terminal cash flow)
ICO adalah initial cash outflow
k adalah discount rate (biaya modal)
t adalah periode (tahun)
n adalah jumlah periode yang direncanakan

Bab 7. Biaya Modal 124


Kriteria penerimaan:
Apabila NPV sama dengan nol atau lebih maka rencana investasi diterima
tetapi belum mempertimbangkan faktor sensitivitas. Sebaliknya, apabila
kurang dari nol (bernilai negatif) maka rencana investasi ditolak.
3. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode IRR adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keuntungan (rate of return) atas suatu rencana investasi yang akan
dibandingkan dengan biaya modal (cost of capital) dari suatu rencana
investasi guna menentukan kelayakan suatu rencana investasi.

IRR adalah tingkat diskon (discount rate) yang dapat menyamakan present
value dari suatu rencana investasi selama periode yang direncanakan dengan
present value arus kas keluar mula-mula (initial cash outflow). Secara
matematis ditunjukkan pada Persamaan 10.4, 10.5, dan 10.6 sebagai berikut:

IRR  NPV  0
n
 CFt 
IRR    t 
 ICO  0 (10.4)
t 1  (1  IRR ) 

 CF1 CF2 CFn 


 (1  IRR )1  (1  IRR ) 2  .....  (1  IRR ) n   ICO  0 (10.5)
 
Teknik Interpolasi

IRR  k(  ) 
NPV(  )
NPV(  )  NPV(  )

k(  )  k(  )  (10.6)

Kriteria penerimaan:
Apabila IRR sama dengan tingkat biaya modal (CoC) atau lebih maka
rencana investasi diterima (layak) tanpa memperhitungkan faktor sensitivitas.
Sebaliknya, apabila IRR lebih kecil dari tingkat biaya modal (CoC) maka
rencana investasi ditolak.
4. Metode Profitability Index (PI)
Metode PI adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui rasio
antara present value dari cash flow selama periode yang direncanakan dengan

Bab 7. Biaya Modal 125


present value initial cash outflow. Secara matematis ditunjukkan pada
Persamaan 10.7 dan Persamaan 10.8 sebagai berikut:

n
 CFn 
  (1  k )t 
PI  t 1   (10.7)
ICO
 CF1 CF2 CFn 
 (1  k )1  (1  k ) 2  ....  (1` k ) n 
PI    (10.8)
ICO

Kriteria penerimaan:
Apabila PI sama dengan satu atau lebih maka rencana investasi diterima tetapi
belum mempertimbangkan faktor sensitivitas. Sebaliknya, apabila PI kurang
dari satu maka rencana investasi ditolak.
Perbandingan keempat metode penilaian rencana investasi:
1. Apabila berdasarkan perhitungan Payback Period menunjukkan bahwa
rencana investasi diterima maka belum tentu diterima apabila menggunakan
metode NPV, IRR, dan PI.
2. Apabila berdasarkan perhitungan NPV, IRR, dan PI menunjukkan bahwa
rencana investasi diterima maka sudah tentu diterima apabila menggunakan
perhitungan payback period.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor nilai waktu uang (time value of money).

10.4 Pengaruh Inflasi terhadap Penganggaran Modal


Inflasi (inflation) merupakan faktor ekonomi yang penting, dan harus
dipertimbangkan dalam penganggaran modal. Pada analisis ini, dimulai dengan
pembahasan hubungan antara tingkat suku bunga dengan inflasi.
1. Tingkat Suku Bunga dan Inflasi
Misalnya bahwa suatu bank menawarkan tingkat suku bunga satu tahun
sebesar 10 persen. Ini berarti bahwa seseorang yang mendepositokan sebesar
Rp 5 juta akan menerima pengembalian sebesar Rp 5,5 juta dalam satu tahun.
Sementara 10 persen dapat dilihat seperti pengembalian (return) yang bagus.

Bab 7. Biaya Modal 126


Bayangkan bahwa tingkat inflasi 6 persen selama setahun dan mempengaruhi
seluruh barang secara bersama-sama. Sebagai contoh, sebuah restoran yang
membebani Rp 25.000,00 untuk setiap paket makanan hari ini akan
membebankan Rp 26.500,00 untuk paket makanan yang sama pada akhir
periode. Anda dapat menggunakan uang Anda sebesar Rp 5 juta untuk
membeli 200 paket makanan hari ini. Sebagai alternatif, jika Anda
menempatkan uang Anda di bank, Anda dapat membeli 208 paket makanan.
Secara matematis hubungan antara tingkat suku bunga dengan inflasi
ditunjukkan pada Persamaan 10.9 sampai dengan Persamaan 10.11.
1  No min al int erest rate  1  Re al int erest rate x 1  Inflation Rate  .. (10.9)
1  No min al int erest rate
Re al int erest rate   1 ................ (10.10)
1  Inflation rate
Re al int erest rate  No min al int erest rate  Inflation rate ...... (10.11)

2. Cash Flow dan Inflasi


Analisis di atas mendefinisikan dua jenis tingkat suku bunga, yaitu suku bunga
nominal (nominal rate) dan tingkat suku bunga riil (real rates). Penganggaran
Modal (capital budgeting) membutuhkan data cash flow sama seperti pada
tingkat suku bunga. Seperti tingkat suku bunga, cash flow dapat disajikan
dalam nilai nominal atau nilai riil. Cash flow nominal menunjukkan nilai
aktual yang diterima atau yang dikeluarkan. Sedangkan cash flow riil
menunjukkan cash flow berdasarkan daya beli.

10.5 Analisis Sensitivitas dalam Penganggaran Modal


Faktor sensitivitas dalam suatu penganggaran modal dimaksudkan untuk
mengantisipasi kesalahan (bias) dalam mengestimasi cash flow. Biasanya pihak
perencana menetapkan tingkat faktor sensitivitas tertentu, misalnya 2%, 3%,
dll. Faktor sensitivitas ini akan diperhitungkan dalam menilai rencana investasi,
dimana akan lakukan penyesuaian terhadap biaya modal (menambah biaya
modal).

Bab 7. Biaya Modal 127


10.6 Penutup
1. Kesimpulan
Pembahasan Penganggaran Modal di atas telah memberikan gambaran tentang
kegunaan penganggaran modal, serta bagaimana melakukan penilaian
terhadap suatu rencana investasi bagi Chief Financial Officer (CFO).

2. Tes Umpan Balik


9) Jelaskan pengertian Penganggaran Modal?
10) Jelaskan bagaimana mengestimasi proyeksi cash flow atas rencana
investasi?
11) Jelaskan bagaimana melakukan penilaian aspek keuangan terhadap
rencana investasi?

3. Studi Kasus
Kasus 10.1.
The Best Manufacturing Company is considering a new investment. Financial
projections for the investment are tabulated below. Cash flows are in $
thousands, and the corporate tax rate is 34 percent. Assume all sales revenue is
received in cash, all operating costs and income taxes are paid in cash, and all
cash flows occur at the end of the year.
Year 0 Year 1 Year 2 Year 3 Year 4
Investment $10,000 - - - -
Sales revenue - $7,000 $7,000 $7,000 $7,000
Operating costs - 2,000 2,000 2,000 2,000
Depreciation - 2,500 2,500 2,500 2,500
Net working capital (end of year) 200 250 300 200 -

a. Compute the incremental net income of the investment for each year.
b. Compute the incremental cash flows of the investment for each year.
c. Suppose the appropriate discount rate is 12 percent. What is the NPV of
the project?

Bab 7. Biaya Modal 128


Kasus 10.2.
PT MEDIKA FARMA merupakan salah satu perusahaan yang beroperasi di
sektor farmasi. Perusahaan ini merencanakan suatu investasi baru untuk
mengembangkan lini bisnisnya. Kebutuhan modal investasi sebesar Rp 500
juta. Investasi ini direncanakan selama 5 tahun yang dibiayai dari ekuitas dan
pinjaman dengan tingkat biaya modal sebesar 15%. Proyeksi operating cash
flow selama 5 tahun adalah: Tahun 1. Rp 100 juta; Tahun 2. Rp 200 juta;
Tahun 3. Rp 300 juta; Tahun 4. Rp 300 juta; dan Tahun 5. Rp 300 juta. Tarif
pajak 15%.
Berdasarkan kasus di atas, Saudara diminta:
1. Lakukan penilaian atas rencana investasi tersebut dengan menghitung
besarnya Payback Period, Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), dan Profitability Index (PI).

2. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, apakah rencana investasi tersebut


layak untuk diimplementasikan? Jelaskan.

Kasus 10.3.
You must decide whether or not to purchase new capital equipment. The cost
of the machine is $5,000. It will produce the following cash flows:
Year Cash Flow
1 $700
The appropriate discount rate is 10 percent.
2 900 Should you purchase the equipment?
3 1,000
4 1,000
5 1,000
6 1,000
7 1,250
8 1,375

Bab 7. Biaya Modal 129


Kasus 10.4.
Benson Enterprises is evaluating alternative uses for a three-story
manufacturing and warehousing building that it has purchased for $225,000.
The company can continue to rent the building to the present occupants for
$12,000 per year. The present occupants have indicated an interest in staying
in the building for at least another 15 years. Alternatively, the company could
modify the existing structure to use for its own manufacturing and
warehousing needs. Benson’s production engineer feels the building could be
adapted to handle one of two new product lines. The cost and revenue data for
the two product alternatives are as follows:
Product A Product B
Initial cash outlay for building modifications $36,000 $54,000
Initial cash outlay for equipment 144,000 162,000
Annual pretax cash revenues (generated for 15 years) 105,000 127,000
Annual pretax expenditures (generated for 15 years) 60,000 75,000

The building will be used for only 15 years for either Product A or Product B.
After 15 years, the building will be too small for efficient production of either
product line. At that time, Benson plans to rent the building to firms similar to
the current occupants. To rent the building again, Benson will need to restore
the building to its present layout. The estimated cash cost of restoring the
building if Product A has been undertaken is $3,750. If Product B has been
manufactured, the cash cost will be $28,125. These cash costs can be deducted
for tax purposes in the year the expenditures occur.
Benson will depreciate the original building shell (purchased for $225,000)
over a 30-year life to zero, regardless of which alternative it chooses. The
building modifications and equipment purchases for either product are
estimated to have a 15-year life. They will be depreciated by the straight-line
method. The firm’s tax rate is 34 percent, and its required rate of return on
such investments is 12 percent.

Bab 7. Biaya Modal 130


For simplicity, assume all cash flows occur at the end of the year. The initial
outlays for modifications and equipment will occur today (year 0), and the
restoration outlays will occur at the end of year 15. Benson has other
profitable ongoing operations that are sufficient to cover any losses. Which
use of the building would you recommend to management?

Bab 7. Biaya Modal 131

Anda mungkin juga menyukai