Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 4


BLOK SISTEM RESPIRASI II
“ ADA APA DENGAN ANAKKU ”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

Putu Kirana Pradnyaswari (017.06.0050)


Aaron Ismail Kartakusuma (019.06.0001)
Ad’dhien Surya Permana Suprapto (019.06.0002)
Ahmad Mursyid (019.06.0003)
Aldimas Auli Arrahman (019.06.0004)
Linda Irma Septiana (019.06.0052)
Luthfiyyah Asri Cahyani (019.06.0053)
Made Ngurah Jiyesta Wibawa (019.06.0055)
Muhammad Hanif Imtiyaz (019.06.0061)
Zirtifil Laely (019.06.0095)

Tutor: dr. M. Sadid Faizin S. Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah LBM 4 yang berjudul “Ada apa
dengan anakku ” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyaratan sebagai syarat nilai SGD
(Small Group Discussion). Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. M. Sadid Faizin, S. Ked, selaku tutor dan fasilitator SGD (Small Group Discussion)
kelompok penulis.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.

Mataram, 18 Februari 2021

Penulis

2 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................... 3

BAB I .......................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Skenario LBM 4 ..................................................................................... 4

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 5

1.3 Mind Mapping ......................................................................................6

BAB II ......................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ......................................................................................... 7

BAB III...................................................................................................... 25

PENUTUP.................................................................................................25

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 26

3 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario LBM 4


“ ADA APA DENGAN ANAKKU ”
SESI I
Anak Y, laki laki umur 4 tahun, datang dibawa ibunya ke IGD RS dengan keluhan sesak
nafas sejak tadi. Ibunya mengaku bahwa anaknya 4 hari sebelumnya menderita batuk pilek,
lalu 2 hari kemudian demam yang tidak terlalu tinggi, tetapi semakin lama demam dirasa
semakin tinggi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB = 15 kg, TB = 90cm, HR : 122x/menit
regular, RR : 40x/menit, T = 40o. Terdapat sianosis sirkum oral, nafas cuping hidung, retraksi
intercostal, subcostal, dan suprasternal. Pada asukultasi paru didapatkan hasil vesikuler
meningkat, dengan rhonki dan krepitasi pada kedua lapang paru.

SESI II
Dokter selanjutnya melakukan pemeriksaan rontgen thoraks untuk membantu
menegakkan diagnosis.

4 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


1.2 Identifikasi Masalah
1. Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, dan Faktor Risiko dari
Pneumoni
2. Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, dan Faktor Risiko dari
Bronchopneumoni
3. Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, dan Faktor Risiko dari Sepsis
4. Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, dan Faktor Risiko dari ARDS
5. Pemeriksaan Penunjang dari Skenario
6. Penegakan Diagnosis
7. Epidemiologi dari Dx
8. Tatalaksana dari Dx
9. Prognosis, Komplikasi dan KIE dari Dx

5 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


1.3 Mind Map

“ADA APA DENGAN ANAKKU ”


- Pasien Usia 4 Tahun dengan
Demam 40oC
Gejala Khas
- Retraksi intercostal, subcostal,
dan suprasternal
Pneumonia
- Ronkhi dan Krepitasi Kedua
Lapag Paru (+)
- Sianosis Sirkum Oral
- Napas Cuping Hidung

Epidemiolog Gejala

Patofisiologi Pemeriksan
Penunjang

Bronchopneumonia

Tatalaksana dan KIE Komplikasi dan Prognosis

6 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis, dan Faktor resiko, dari
Pneumonia.

Pneumonia

Definisi

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paaru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

Etiologi

Pneumonia paling sering terjadi karena Streptococcus pneumonia, Legionella


pneumophila atau Klebsiella sp. Meskipun etiologinya tidak bisa ditentukan pada banyak
kasus, namun kemungkinan besar disebabkan oleh S. pneumonia. Pneumonia yang lebih ringan
dengan onset yang lebih lambat bisa disebabkan oleh Mycoplasme pneumoniae (Syamsudin
and Keban, 2013).

Klasifikasi pneumonia secara umum terdiri dari Pneumonia Komunitas dan Pneumonia
Nosokomial yang dibedakan berdasarkan penyebabnya. Tabel 1 menunjukkan perbedaan
penyebab pada pneumonia komuniti dan nosokomial.

7 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


Patofisiologi

Proses patogenesis pneumonia terkait dengan tiga faktor yaitu keaadan (imunitas)
pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama
lain. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan
ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Adanyanya bakteri di paru merupakan
akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.11 Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan: 1) Inokulasi langsung; 2) Penyebaran melalui darah; 3)
Inhalasi bahan aerosol, dan 4) Kolonosiasi di permukaan mukosa.2 Dari keempat cara tersebut,
cara yang terbanyak adalah dengan kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada virus,
mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteria dengan ikuran 0,5-
2,0 mikron melalui udara dapat mencapai brokonsul terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi
proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian
terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil
sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan
kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung
konsentrasi bakteri yang sanagt tinggi 108-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret
(0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuk antibodi. Sel-sel PNM mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian terjadi proses fagositosis. pada waktu
terjadi perlawanan antara host dan bakteri maka akan nampak empat zona pada daerah pasitik
parasitik terset yaitu : 1) Zona luar (edama): alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan
edema; 2) Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah; 3) Zona konsolidasi yang luas (grey hepatization): daerah tempat
terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak; 4) Zona resolusi E: daerah
tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag. (IPD,
2017)

8 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


Manifestasi Klinis

Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau
produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena
pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau
penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil
fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura,
ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.

Faktor Risiko

Meski dapat dialami oleh siapa saja, pneumonia lebih sering terjadi pada anak berusia 2 tahun
ke bawah dan orang tua berusia 65 tahun ke atas. Kemungkinan terjadinya penyakit tersebut
bisa makin tinggi, apalagi bila Anda berurusan dengan faktor risiko pneumonia berikut ini:

• Merokok
Zat beracun yang masuk ke dalam organ paru saat merokok dapat merusak jaringan,
termasuk sistem kekebalan. Akibat melemahnya sistem kekebalan pada paru,
mikroorganisme yang terhirup masuk dapat dengan mudah menyebabkan
pneumonia.
• Penyakit kronis
Orang-orang yang sejak awal mengalami penyakit kronis memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami pneumonia. Beberapa penyakit kronis yang dimaksud,
misalnya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, penyakit jantung,
bronkiektasis, diabetes atau fibrosis kistik.
• Gangguan sistem kekebalan tubuh
Penyakit HIV/AIDS, pengguna obat kemoterapi atau golongan kortikosteroid, atau
mengalami penyakit autoimun adalah sebagian kondisi yang bikin sistem kekebalan
tubuh melemah. Kondisi tersebut membuatnya lebih rentan mengalami pneumonia.
• Perawatan di rumah sakit
Pada saat dirawat di rumah sakit, kondisi sistem kekebalan tubuh biasanya sedang
lemah. Keadaan ini membuat pasien lebih berisiko mengalami pneumonia. Apalagi jika
kualitas udara di rumah sakit tidak terjaga dengan baik sehingga mengandung banyak
mikroorganisme penyebab penyakit tersebut.

9 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


• Penurunan kesadaran
Seseorang yang mengalami penurunan kesadaran lebih berisiko mengalami
pneumonia. Mengapa demikian? Sebab, penurunan kesadaran dapat menyebabkan
gangguan pada kerja otot, termasuk otot yang berperan dalam proses menelan.Pada
akhirnya, gangguan menelan dapat menyebabkan makanan salah masuk ke dalam
saluran napas termasuk organ paru. Kondisi ini dikenal medis dengan istilah pneumonia
aspirasi. Risiko yang sama juga berlaku pada orang-orang yang minum alkohol
berlebihan sehingga mengalami penurunan kesadaran.
• Malnutrisi
Faktanya, malnutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk
gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh lebih rentan terkena
infeksi mikroorganisme yang menjadi penyebab pneumonia.

2.2 Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis, dan Faktor resiko, dari
Bronkoneumonia.
Bronkopneumonia
definsi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi
yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi
primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus
atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al.,
2011).

10 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


Etiologi

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah


• Faktor Infeksi :
Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV). Pada bayi :
Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Pada anak-anak yaitu virus:
Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV. Organisme atipikal: Mycoplasma
pneumonia. Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosi. Pada anak besar –
dewasa muda, Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis. Bakteri:
Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis.
• Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi: Bronkopneumonia
hidrokarbon yang terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde
lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin). Bronkopneumonia
lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,
termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit
tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak.

Manifestasi Klinis
Menurut Ringel, 2017 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :
• Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi
• saluran pernapasan atas.
• Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
• dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
• Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.
• Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi
• kejang.
• Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.
• Batuk disertai sputum yang kental.

11 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


• Nafsu makan menurun.

Patofisiologi

Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh


bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Suhu tubuh meningkat sampai 39-
40 C dan dapat disertai kejang karena demam yang sangat tinggi. Anak yang mengalami
bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan
cuping hidung, serta sianosis disekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis (Riyadi &
Sukarmin, 2009).
Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran napas
yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein
dalam alveoli dan jaringan interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin
serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses
konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat
pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut
akan berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga
berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun
dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat
sampai sianosis.

Faktor Risiko
Bronkopneumonia umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan bisa menular.
Seseorang mungkin untuk terinfeksi penyakit ini jika menghirup percikan ludah yang keluar
dari bersin atau batuk penderita.

Selain itu, ada pula beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
bronkopneumonia, yaitu:

• Usia
Anak berusia di bawah 2 tahun atau lansia (65 tahun ke atas) sama-sama lebih berisiko
menderita bronkopneumonia dan komplikasinya. Alasannya adalah karena daya tahan

12 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


tubuh anak berusia di bawah 2 tahun cenderung belum berkembang dengan sempurna,
sedangkan lansia daya tahan tubuhnya cenderung menurun.
• Kondisi medis tertentu
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS,
kanker, lupus, penyakit jantung, dan diabetes, memiliki risiko yang lebih tinggi
terserang bronkopneumonia.
• Udara yang kurang bersih
Paparan polusi udara, yaitu asap, debu, maupun bahan kimia dapat menyebabkan
peradangan pada paru-paru. Hal ini menyebabkan paru-paru lebih rentan untuk terkena
infeksi pernapasan seperti bronkopneumonia.
• Gaya hidup
Kecanduan alkohol, merokok, dan asupan nutrisi yang tidak baik turut menjadi faktor
risiko bronkopneumonia.
• Infeksi nosokomial
Seseorang yang dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit tertentu berisiko
untuk mengalami infeksi nosokomial, terutama bila orang tersebut dirawat di ruang
ICU (intensive care unit) dan menggunakan ventilator untuk bernapas. Pemakaian
ventilator menyebabkan seseorang kesulitan untuk batuk sehingga dahak sulit keluar
dan kuman terjebak di dalam. Selain itu, berkembangnya bronkopneumonia di rumah
sakit juga bisa disebabkan oleh bakteri yang sudah kebal terhadap antibiotik.

2.3 Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis, dan Faktor resiko, dari Sepsis

Sepsis

Definisi

Sepsis merupakan disfungsi organ akibat gangguan regulasi respons tubuh terhadap
terjadinya infeksi. Kondisi sepsis merupakan gangguan yang menyebabkan kematian. Syok
sepsis merupakan abnormalitas sirkulasi dan metabolisme seluler. Sepsis adalah kondisi
dimana bakteri menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dengan kondisi infeksi yang
sangat berat, bisa menyebabkan organ-organ tubuh gagal berfungsi dan berujung pada
kematian.

13 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


Etiologi

Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat disebabkan
oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur). Mikroorganisme kausal yang paling
sering ditemukan pada orang dewasa adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan
Streptococcus pneumonia. Spesies Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering
ditemukan. Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik
langsung dari mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari
host terhadap infeksi.

Manifestasi Klinis

Demam dan menggigil merupakan gejala yang sering ditemukan pada kasus dengan
sepsis. Gejala atau tanda yang terjadi juga berhubungan dengan lokasi penyebab sepsis.

Faktor Resiko

14 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


Patofisiologi

15 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


2.4 Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis, dan Faktor resiko, dari ARDS.

Acute Respratory Distress Syndrom


Definisi

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan kerusakan paru total akibat berbagai
etiologi. ARDS adalah penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan disebabkan
terhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler (a-c blok) yang disebabkan oleh
karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik interseluler maupun intra
alveolar

Etiologi

ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jarinan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara
langsung dan tidak langsung melukai paruparu

1. Trauma langsung pada paru :


- Pneumoni virus, bakteri, fungal
- Contusio paru
- Aspirasi cairan lambung
- Inhalasi asap berlebih
- Menghisap O2, konsentrasi tinggi dalam waktu lama
2. Trauma tidak langsung :
- Sepsis
- Shock, luka bakar hebat
- Pankreatitis
- Uremia
- Overdosis obat seperti heroin, metadon propoksifen atau aspirin
- Idiopatik

Manifestasi klinis

Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah :

- Distress pernafasan akut takipnea, dispnea, pernafasan menggunakan otot aksesoris


pernafasan dan sianosis sentral
- Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beberapa jam sampai seharian

16 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


- Auskultasi paru : rinkhi basah, krekels halus diseluruh bidang paru, stridor,
wheezing
- Perubahan sensorium yang berkisar dari kelam pikir dan agitasi sampai koma
- Auskultasi jantung : bunyi jantung normal tanpa murmur

Patologis

Epitelium alveolar dan endotelium mikrovaskular mengalami kerusakan pada ARDS.3


Kerusakan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas barier alveolar dan kapiler sehingga
cairan masuk ke dalam ruang alveolar. Derajat kerusakan epithelium alveolar ini menentukan
prognosis.

Epitelium alveolar normal terdiri dari 2 tipe sel, yaitu sel pneumosit tipe I dan sel
pneumosit tipe II. Permukaan alveolar 90% terdiri dari sel pneumosit tipe I berupa sel pipih
yang mudah mengalami kerusakan. Fungsi utama sel pneumosit tipe I adalah pertukaran gas
yang berlangsung secara difusi pasif. Sel pneumosit tipe II meliputi 10% permukaan alveolar
terdiri atas sel kuboid yang mempunyai aktivitas metabolik intraselular, transport ion,
memproduksi surfaktan dan lebih resisten terhadap kerusakan

Kerusakan epitelium alveolar yang berat menyebabkan kesulitan dalam mekanisme


perbaikan paru dan menyebabkan fibrosis.3,4,6,8,9 Kerusakan pada fase aku terjadi
pengelupasan sel epitel bronkial dan alveolar, diikuti dengan pembentukan membran hialin
yang kaya protein pada membran basal epitel yang gundul (dapat dilihat pada gambar 1).
Neutrofil memasuki endotel kapiler yang rusak dan jaringan interstitial dipenuhi cairan yang
kaya akan protein

Keberadaan mediator anti inflamasi, interleukin-1-receptor antagonists, soluble tumor


necrosis factor receptor, auto antibodi yang melawan Interleukin/IL-8 dan IL-10 menjaga
keseimbangan alveolar. Perubahan patofisiologi yang terjadi pada ARDS adalah edema paru
interstistial dan penurunan kapasitas residu fungsional (KRF) karena atelektasis kongestif
difus.

Kerusakan endotel kapiler atau epitel alveoli atau keduanya pada ARDS menyebabkan
peningkatan permeabilitas membran alveoli-kapiler (terutama sel pneumosit tipe I) sehingga
cairan kapiler merembes dan berkumpul didalam jaringan interstitial, jika telah melebihi
kapasitasnya akan masuk ke dalam rongga alveoli (alveolar flooding) sehingga alveoli menjadi
kolaps (mikroatelektasis) dan compliance paru akan lebih menurun. Merembesnya cairan yang

17 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


banyak mengandung protein dan sel darah merah akan mengakibatkan perubahan tekanan
osmotik.

Cairan bercampur dengan cairan alveoli dan merusak surfaktan sehingga paru menjadi
kaku, keadaan ini akan memperberat atelektasis yang telah terjadi. Mikroatelektasis akan
menyebabkan shunting intrapulmoner, ketidakseimbangan (mismatch) ventilasi-perfusi
(VA/Q) dan menurunnya KRF, semua ini akan menyebabkan terjadinya hipoksemia berat dan
progresivitas yang ditandai dengan pernapasan cepat dan dalam. Shunting intrapulmoner
menyebabkan curah jantung akan menurun 40%

Hipoksemia diikuti asidemia, mulanya karena pengumpulan asam laktat selanjutnya


merupakan pencerminan gabungan dari unsur metabolik maupun respiratorik akibat gangguan
pertukaran gas. Penderita yang sembuh dapat menunjukan kelainan faal paru berupa penurunan
volume paru, kecepatan aliran udara dan khususnya menurunkan kapasitas difusi

Secara ringkas, terdapat 3 fase kerusakan alveolus pada ARDS yaitu:

1. Fase eksudatif : fase permulaan, dengan cedera pada endothelium dan epitelium,
inflamasi, dan eksudasi cairan. Terjadi 2-4 hari sejak serangan akut.
2. Fase proliferatif : terjadi setelah fase eksudatif, ditandai dengan influks dan proliferasi
fibroblast, sel tipe II, dan miofibroblast, menyebabkan penebalan dinding alveolus dan
perubahan eksudat perdarahan menjadi jaringan granulasi seluler/ membran hialin.
Merupakan fase menentukan : cedera bisa mulai sembuh atau menjadi menetap, ada
resiko terjadi lung rupture (pneumothorax).
3. Fase fibrotik/recovery : Jika pasien bertahan sampai 3 minggu, paru akan mengalami
remodeling dan fibrosis. Fungsi paru berangsur- angsur membaik dalam waktu 6 – 12
bulan, dan sangat bervariasi antar individu, tergantung keparahan cederanya.

Faktor risiko

- Berusia <65 tahun


- Memiliki kebiasaan merokok
- Mrmiliki kecanduan minum beralkohol
- Menderita penyakit paru kronis
- Menderita kelainan genetik
- Menderita obesitas
- Mengalami overdosis obat-obat tertentu

18 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


2.5 Pemeriksaan penunjang

Berdasarkan gejala di scenario dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk


mengetahui lebih spesifik penyakit yang ada serta infeksi bakteri apay nag terkandung pada
tanda dan gejala pada scenario tersebut. Adapaun pemeriksaan penunjang untuk kasus ini
diantaranya yaitu:
• Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis.Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan air broncogram, penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran
kaviti.Gambaran adanya infiltrate dari foto x-ray merupakan standar yang memastikan
diagnosis. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia
lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa
sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan
Klebsiela pneumonia sering menunjukkankonsolidasi yang terjadi pada lobus atas
kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

• Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai30.000/ul, dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologic diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidakdiobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.

Selain itu juga dilakukan pewarnaan gram untuk memastikan jenis bakteri yang
terdapat pada kelaianan di kasus ini. Karena dengan pewarnaan tersebut kita dengan
cepat mengetahui jenisnya dikarenakan terdapat warna yang cukup signifikan dalam
pewarnaan gram tersebut.

2.6 Penegakan Diagnosis

19 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


Berdasarkan gejala yang terdapat pada skenario anak Y dengan jenis kelamin laki-laki
berumur 4 tahun diantar ibunya menuju rumah sakit karena keluhan sesak nafas sejak tadi pagi.
Keluhan sesak nafas pada sesorang biasanya disebabkan karena adanya kelainan pada paru dan
jantung. Akan tetapi keluhan disertai dengan batuk pilek dari 4 hari yang lalu. Dengan gejala
batuk dan pilek ini maka keluhan penyakit jantung disangkal. Demam, batuk, dan pilek yang
terjadi pada anak tersebut dapat diakibatkan oleh adanya peradangan pada saluran nafas yang
merupakan bentuk kompensasi saluran nafas akibat adanya patogen yang masuk. Demam yang
dirasakan anak tersebut semakin meningkat diakibatkan karena anak belum pernah diberikan
obat pada saat sebelum masuk rumas sakit.

Setelah dilakukan anamnesis kemudian dokter melakukan pemeriksaan fisik


didapatkan peningkatan frekuensi nafas 40x/m,nafas cuping hidung (+), retraksi interkosta,
subkosta, dan suprasternal, serta suara tambahan berupa ronki dan krepitasi pada kedua paru
yang menandakan adanya usaha untuk mengambil oksigen lebih banyak akibat tidak
terpenuhinya oksigen keseluruh tubuh disebabkan oleh penyumbatan saluran nafas. Selain itu
terdapat sianosis pada sirkum oral, sianosis ini akan terjadi bila keadaan pasien memburuk
karena tidak tersuplainya oksigen kearah otak, sehingga perlu dilakukan terapi oksigen.

Kemudian dilakukan dilakukan pemeriksaan foto rontgen yang dimana pada gambaran
rontgen diatas menunjukkan adanya infiltrat pada bronkilolus. Innfiltrat pada bronkus ditandai
oleh hyperopacitis ( lebih putih) dibanding gambaran rontgen dada yang normal,sehingga dari
beberapa gejala dan tanda pemeriksaan diatas dokter menduka adanya penyakit
bronkipneumonia pada pasien anak berinisial Y.

20 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


2.7 Epidemiologi dari dx (Bronkopneumoni)

Epidemiologi pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP) di


Amerika Serikat diperkirakan ~1.600 kasus per 100.000 populasi. Sedangkan di Indonesia
secara nasional adalah 1,8% dimana prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%.
Global

Pneumonia komunitas atau Community-acquired pneumonia (CAP) merupakan


penyakit yang serius dan merupakan penyebab kematian nomor tiga secara global dan
merupakan penyebab kematian dan disabilitas terbesar diantara penyakit pada sistem
pernapasan lainnya. Di Amerika Serikat insidensi CAP diperkirakan ~1.600 kasus per 100.000
populasi tidak jauh berbeda dengan Eropa ~1.100-1.600 kasus per 100.000 populasi. Angka
CAP yang harus dirawat inap diperkirakan ~250 kasus per 100.000 populasi. Terdapat
perubahan tren yaitu peningkatan insidensi CAP dengan patogen yang resisten terhadap obat.
Pada pasien anak di Amerika Serikat, pneumonia merupakan penyebab rawat inap dengan
insidensi rawat inap 15,7 per 10.000 anak per tahun. Insidensi paling tinggi pada grup anak di
bawah 2 tahun yaitu insidensi rawat inap 62,2 per 10.000 anak per tahun. Insidensinya
memuncak pada saat musim gugur dan musim dingin.

Indonesia

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, period


prevalence atau prevalensi periode seluruh pneumonia di Indonesia secara nasional adalah
1,8% dimana prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%. Prevalensi periode paling tinggi pada
kelompok umur 1-4 tahun dan meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun dan kelompok
umur yang lebih tua. Berdasarkan data administratif, terdapat 988 kasus CAP pada tiap 100.000
pasien yang telah keluar dari perawatan inap rumah sakit di Indonesia dengan rata-rata masa
rawat inap atau length of stay adalah 6,1 hari.

21 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


2.8 Penatalaksanaan (Farmakologi dan Non Farmakologi)
Farmakologi
Berikut ini tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien bronkopnemonia

1. Oksigen 1-2 liter


2. IVFD dextrose 10%; NaCl 0,9%=3:1, +KClL 10mEq/500ml cairan.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feading drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transfor mukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
6. Anti biotik sesuai dengan hasil biakan atau berikan:
a) Untuk kasus bronkopneumonia community base:
- Ampicilin 100mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian.

- Chloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.

b) Untuk kasus bronkopneumonia hospital base:

- Cefotaxim 100mg/kgBB/Hari dalam 2 kali pemberian.

- Amikasin 10-15mg/kgBB/Hari dalam 2 kali pemberian.

Non Farmakologi

Dilakukan upaya Pencegahan dan Pengendalian, Karena kejadian CAP yang berat
dengan beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi maka upaya pencegahan dapat
dilakukan dengan cara antara lain:

a) Berhenti merokok
b) Mengurangi konsumsi alkohol
c) Memperbaiki status nutrisi melalui diet
d) Memperhatikan kebersihan gigi
e) Vaksinasi influenza dan streptococcus pneumoniae
f) Cuci tangan dan bila perlu harus menggunakan sarung tangan
g) Menutup mulut dan hidung saat batuk
h) Posisi setengah duduk untuk mencegah aspirasi
i) Mencegah isi lambung yang berlebihan

22 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


2.9 Prognosis Komplikasi dan KIE dari Dx

Prognosis

Prognosis pada kasus bronkopneumonia pada pasien ini baik, umumnya penderita
bahkan dapat sembuh spontan dalam 2-3 minggu dengan pemberian antibiotika yang adekuat.
Pada pasien, berdasarkan gambaran klinis selama perawatan mula membaik. Keluhan juga
telah berkurang secara berangsur-angsur. Hal ini ditandai dengan batuk yang sudah mulai
menghilang, demikian pula dengan retraksi yang berkurang serta pernapasan cuping hidung
sudah mulai menghilang. Namun perlu diperhatikan adanya kemungkinan lain sesak pada
pasien yang diduga memiliki penyakit jantung bawaan. Prognosis penderita ini baik karena
pada pasien ini telah dilakukan pengobatan yang adekuat serta belum ada tanda-tanda yang
mengarah pada komplikasi.

Komplikasi

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah:

1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endocardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

Edukasi

Edukasi kepada ibu dan anggota keluarga pasien yang tinggal 1 rumah mengenai
penyakit pasien berupa bronkopneumonia erat kaitannya dengan kebersihan udara sekitar.
Keluarga diharapkan memahami pentingnya memberi perhatian pada pasien bila pasien
mengalami batuk pilek.

Edukasi dan promosi kesehatan pada pneumonia komunitas atau community-acquired


pneumonia (CAP) dapat dilakukan pada usia anak dengan menggunakan vaksin.

23 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin
pneumokokus pada bayi berumur 7-12 bulan diberikan sebanyak 2 kali dosis dengan rentang
waktu 2 bulan. Sedangkan pada anak di atas 1 tahun diberikan 1 kali. Dosis booster diberikan
setelah 2 bulan baik pada anak yang mendapat imunisasi PVC pertama kali pada umur 7-12
bulan atau di atas 1 tahun. Namun, pada anak di atas 2 tahun pemberian vaksin PVC cukup
diberikan 1 kali. Imunisasi PVC juga dianjurkan pada orang tua dan pasien yang akan
menjalani splenektomi dan kemoterapi. Namun, dikontraindikasikan pada penderita alergi
terhadap polisakarida pneumokokus dan pasien dengan demam berat.
Vaksinasi influenza bukan merupakan vaksinasi wajib, namun dapat diberikan pada
bayi di atas 6 bulan dan orang dewasa dengan 1 dosis dan diulang setiap tahunnya. Pemberian
vaksin influenza harus hati-hati pada pasien yang demam dan kontraindikasi pada pasien
dengan riwayat alergi produk telur dan riwayat anafilaksis terhadap vaksin influenza.

24 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Skenario LBM 1 yang berjudul “Aduh Kakiku Sakit” merupakan skenario yang
menstimulasi sekelompok mahasiswa dalam mendiskusikan permasalahan yang ada. Adapun
permasalahan yang dibahas kelompok 2 berdasarkan skenario ini adalah Definisi, Etiologi, dan
Epidemiologi dari Penyakit Arteri Perifer, Manifestasi klinis dan Faktor resiko dari penyakit
arteri Perifer, Patofisiologi dari penyakit arteri Perifer, Diagnosis skenario dan Diferensial
diagnosis (diagnosis banding) dari Penyakit Arteri Perifer, Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan
penunjang untuk mendukung diagnosis (Penyakit Arteri Perifer), Tatalaksana penyakit
Penyakit Arteri Perifer (Farmakologi dan Non-Farmakologi (KIE, Prognosis)).

Penyakit Bronkopneumonia memiliki bermacam-macampenyebab sehingga perlu


mencermati gejala, tanda, daan temuan laboratorium untuk mengetahui derajat keparahan
penayakit dan prognosis perjalanan penykit. Pada kasus diatas didapatkan anak yang berusia 4
tahun menderita bronkopneumonia yang lama-kelamaan memburuk dan menyebabkan sianosis
sirkel oral yang bertanda kurangnya suplai oksigen pada anak tersebut akibat tersumbatnya
jalan nafas.

Topik-topik permasalahan ini tentunya dapat memperdalam ilmu dan memperluas


wawasan mahasiswa mengenai topik-topik terkait yang sudah disebutkan sebelumnya,
terutama materi ini juga menjadi salah satu ilmu dasar kedokteran. Dengan mempelajari dan
mendiskusikan topik-topik tersebut, diharapkan mahasiswa akan lebih mudah dalam
mempelajari mekanisme patologis dari penyakit ini.

25 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU


DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011. P1606-10.

Wahyuni,NH.2018.Bronkopneumonia.Poltekkes Denpasar.Denpasar

Putra, Ivan Aristo Suprapto.2019. Tatalaksana Sepsis Vol.46 No.11. RSUD Surakarta

UNICEF/WHO. Pneumonia : The Forgotten Killer of Children. Geneva : United Nations Children's
Fund/World Health Organization; 2016. [11 Oktober 2018].

UNICEF/WHO. Pneumonia is The Leading Cause of Death in Children. Geneva: United Nations
Children's Fund/World Health Organization; 2016 [11 Oktober 2018].

Samuel, Andy. 2012. Bronkopneumonia on Pediatric Patient. Lampung; J Agromed UNILA.

Meta Sakina, TA Larasati. 2016. Manajemen Bronkopneumonia pada Bayi 2 Bulan dengan
Riwayat Lahir Prematur. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Lampung.

Samuel, A. 2014. BRONKOPNEUMONIA ON PEDIATRIC PATIENT. Fakultas


Kedokteran, Universitas Lampung. Lampung.
Carpenito,Lynda Jual.2001. Buku saku diagnosa ARDS. EGC:Jakarta
Farid.2006. Adult Respiratory Distress Syndrome Penyakit Sejuta Etiologi

26 | LBM 4 ADA APA DENGN ANAKKU

Anda mungkin juga menyukai