Penulis:
Deborah Siregar, Martina Pakpahan, Lina Berliana Togatorop
Evanny Indah Manurung, Yenni Ferawati Sitanggang
Annisaa Fitrah Umara, Riama Marlyn Sihombing
Maria Veronika Ayu Florensa, Mori Agustina Perangin-angin
Mukhoirotin
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
Deborah Siregar, dkk.
Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori dan Aplikasi
Yayasan Kita Menulis, 2021
xiv; 154 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-6840-95-5
Cetakan 1, Februari 2021
I. Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori dan
Aplikasi
II. Yayasan Kita Menulis
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya buku “Pengantar Proses
Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi” ini dapat ditulis dan
diselesaikan dengan baik.
Buku ini telah berhasil disusun melalui kerjasama yang sangat baik
secara kolaborasi beberapa dosen dari berbagai Perguruan Tinggi di
Indonesia, sebagai bentuk perwujudan dari kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
Buku ini disusun dalam 10 bab dan setiap bab ini akan membantu
pembaca untuk memahami mengenai teori dan konsep dari Proses
Keperawatan :
1. Konsep Dasar Proses Keperawatan
2. Teori yang Mendasari Proses Keperawatan
3. Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan
4. Pengkajian Keperawatan
vi Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
5. Diagnosis Keperawatan
6. Perencanaan Keperawatan
7. Implementasi Keperawatan
8. Evaluasi Keperawatan
9. Dokumentasi Keperawatan
10. Aplikasi Proses Keperawatan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan buku ini tentu
masih terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga kami sebagai penulis
berharap saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan buku ini.
Penulis juga berharap buku ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya mengenai proses keperawatan kepada seluruh
pembaca.
Maret 2021
Penulis
Deborah Siregar, dkk
Daftar Isi
2.1 Pendahuluan
Perawatan kesehatan diberikan oleh berbagai tenaga kesehatan profesional,
termasuk perawat dan dokter. Hal ini berlaku di rumah sakit, klinik, perawatan
di rumah, perawatan jangka panjang, dan lain-lain. Setiap disiplin perawatan
kesehatan mempunyai karakteristik tersendiri dalam perawatan klien.
Kolaborasi dan terkadang terjadi tumpang tindih di antara tenaga kesehatan
dalam memberikan asuhan. Misalnya, seorang dokter meminta agar pasien
mampu berjalan dua kali sehari. Rehabilitasi medik berfokus pada otot inti dan
gerakan yang diperlukan untuk berjalan. Namun keperawatan memiliki
pandangan holistik terhadap pasien, termasuk keseimbangan dan kekuatan otot,
serta kepercayaan diri, dan motivasi (NANDA, 2014). Tujuan utama
keperawatan adalah untuk menentukan respons klien dan keluarga terhadap
masalah kesehatan, memberikan perawatan fisik, perawatan emosional,
pengajaran, bimbingan, dan konseling; dan mengimplementasikan intervensi
yang bertujuan untuk mencegah dan membantu klien memenuhi kebutuhannya
sendiri (Ackley, Ladwig and Makic, 2016). Dalam bab ini akan dibahas
mengenai prinsip dari proses keperawatan dan tahapan yang ada dalam proses
keperawatan.
2 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
3. Teacher
Perawat memandang setiap interaksi dengan pasien sebagai
kesempatan untuk mengajar. Pendidikan klien berfokus pada
pemberdayaan klien dengan memberikan informasi yang akan
membantu pasien dalam pemecahan masalah.
4. Client advocate
Perawat harus berbicara dan bertindak atas nama pasien, melindungi
hak asasi dan hukum pasien, memberikan bantuan jika pasien
membutuhkan, dan menjamin hak perawatan kesehatan pasien.
5. Change agent
Perawat sebagai agen pembaharu dalam memodifikasi perilaku pasien.
Perawat harus meyakini bahwa keputusan untuk berubah ada di tangan
pasien dan tidak memaksa pasien untuk melakukan perubahan.
6. Team member
Perawat tidak bekerja sendiri melainkan bekerja dengan tenaga
kesehatan lainnya. Kolaborasi membutuhkan perawat untuk
menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif.
10 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
Bab 2
Teori yang Mendasari Proses
Keperawatan
Gambar 2.4: Basic Nursing Systems (Orem, 2001 dalam Alligood, 2014)
Interaksi dari tiga subsistem pada gambar 2.4 ini menciptakan model kolaborasi
sejati dengan penerima perawatan atau pemberi perawatan.
Teori defisit perawatan diri Orem membantu perawat menilai dan menentukan
mengapa pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan ini, mengidentifikasi tujuan
untuk membantu pasien, campur tangan untuk membantu pasien melakukan
Bab 2 Teori yang Mendasari Proses Keperawatan 19
perawatan diri, dan mengevaluasi seberapa besar perawatan mandiri yang dapat
dilakukan pasien. Menurut teori Orem, tujuan keperawatan adalah untuk
meningkatkan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan diri (Potter et al,
2013). Bila perawat menggunakan teori Orem dalam praktiknya, perawat dapat
menilai dan menafsirkan data untuk menentukan kebutuhan perawatan diri
pasien, defisit perawatan diri, dan kemampuan perawatan diri klien dalam
pengelolaan penyakit. Teori ini membantu desain intervensi keperawatan yang
berpusat pada pasien untuk mempromosikan perawatan diri pasien dalam
mengelola penyakit.
2.2.5 Roy Adaptation Model
Pada tahun 1976 Sister Callista Roy merumuskan Roy Adaptation Model. Teori
atau model ini memandang pasien sebagai sistem adaptif. Menurut model
adaptasi Roy, tujuan keperawatan adalah untuk membantu klien beradaptasi
dengan perubahan dalam kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
hubungan interdependen selama kesehatan dan penyakit (Alligood 2014).
Semua individu harus beradaptasi dengan tuntutan berikut: memenuhi
kebutuhan fisiologis dasar, mengembangkan konsep diri yang positif,
melakukan peran sosial, dan mencapai keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian. Kebutuhan asuhan keperawatan terjadi ketika pasien tidak
dapat beradaptasi dengan tuntutan lingkungan internal dan eksternal. Perawat
menentukan kebutuhan mana yang menyebabkan masalah pasien dan menilai
seberapa mampu pasien beradaptasi dengan hal tersebut (Potter al, 2013).
Asuhan keperawatan diharapkan dapat membantu klien beradaptasi dengan
perubahan.
Sebagai sistem kehidupan terbuka, seseorang menerima masukan atau
rangsangan baik dari lingkungan maupun dari diri sendiri. Tingkat adaptasi
ditentukan oleh efek gabungan dari rangsangan focal, kontekstual, dan residual.
Adaptasi terjadi ketika seseorang tersebut merespon secara positif terhadap
perubahan lingkungan. Respon adaptif ini meningkatkan integritas orang
tersebut, yang mengarah pada kesehatan sedangkan respon yang tidak efektif
terhadap rangsangan menyebabkan terganggunya integritas orang tersebut.
20 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
Gambar 2.6: The Neuman Systems Model (Neuman, 1970 dalam Alligood,
2014)
22 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
3.1 Pendahuluan
Berpikir kritis merupakan proses kognitif yang mencakup analisis rasional
informasi untuk memfasilitasi penalaran klinis, penilaian dan pengambilan
keputusan. Berpikir kritis sebagai kompetensi yang sangat penting dalam
pendidikan dan praktik profesional. Berpikir kritis sangat penting dalam
profesi keperawatan, mengingat potensi dampaknya terhadap perawatan
pasien. Kapasitas profesional keperawatan untuk mencapai peningkatan
kualitas perawatan bergantung terhadap keterampilan seorang perawat dalam
menerapkan berpikir kritis dalam pengambilan keputusan proses asuhan.
Berpikir kritis dalam proses keperawatan merupakan proses yang dapat
dieksplorasi dan kemudian diasimilasi baik selama periode pendidikan dan
karir profesional berikutnya (Alfaro-LeFevre, 2013).
Berpikir kritis diterapkan oleh perawat dalam prosesnya memecahkan masalah
pasien dan pengambilan keputusan proses dengan kreativitas untuk
meningkatkan asuhan keperawatan. Ini proses penting untuk keamanan, efisien
dan terampil dalam intervensi keperawatan. Berpikir kritis menurut Scriven
dan Paul (2019) adalah proses aktif mental dan persepsi halus, analisis, sintesis
26 Pengantar Profesi Keperawatan : Konsep, Teori, dan Aplikasi
7. Ketekunan
Ketekunan yang ditunjukkan oleh perawat dalam mengeksplorasi solusi efektif
untuk masalah pasien dan keperawatan setiap determinasi membantu untuk
memperjelas konsep dan membedakan masalah terkait meskipun ada kesulitan
dan kegagalan. Dengan menggunakan pemikiran kritis, akan menahan godaan
untuk menemukan jawaban yang cepat dan sederhana untuk menghindari
situasi yang tidak nyaman seperti kebingungan dan frustrasi.
8. Keyakinan dalam justifikasi
Penalaran yang termotivasi dengan baik mengarah pada kesimpulan yang
dapat diandalkan. Menggunakan pemikiran kritis perawat mengembangkan
penalaran induktif dan deduktif. Perawat yang memperoleh lebih banyak
pengalaman tentang proses dan peningkatan mental, tidak ragu-ragu untuk
tidak setuju sehingga bertindak sebagai teladan bagi kolega, menginspirasi
untuk mengembangkan pemikiran kritis.
9. Pikiran dan perasaan menarik untuk penelitian
Perawat perlu mengenali, memeriksa atau memodifikasi emosi yang terkait
dengan pemikiran kritis. Menghindari kesimpulan yang terburu-buru dan
keputusan impulsif, mendiskusikan perasaan negatif dengan orang yang
dipercaya, mengkonsumsi sebagian energi.
10. Keingintahuan
Perdebatan internal yang senantiasa diingat bahwa penggunaan berpikir kritis
penuh dengan pertanyaan. Perawat memastikan validitas dan reliabilitasnya.
Standar berpikir kritis (Potter dan Perry, 2020) membagi standar berpikir kritis
atas dua bagian besar yaitu standar intelektual dan standar profesional. Standar
intelektual yang dimiliki seorang perawat dalam berpikir kritis meliputi jelas
(netral dan mudah dipahami); tepat (berfokus pada satu masalah dan
kemungkinan sosial); spesifik (menyebutkan, mendeskripsikan atau
mendefinisikan secara mendetail); akurat (benar dan terbatas dari kesalahan
sesuai fakta baik objektif dan objektif); relevan (esensial dan penting dalam
situasi seperti perubahan status klinis pasien); wajar (beralasan atau
kemungkinan); konsisten (mengekspresikan keyakinan atau nilai yang
konsisten); logis (terlibat dalam penalaran yang tepat); dalam (mengandung
kompleksitas dan hubungan yang multipel); luas (mencakup beberapa sudut
pandang baik pasien dan keluarga); lengkap (berpikir dan mengevaluasi secara
menyeluruh); signifikan (berfokus pada hal penting dan tidak sepele); adekuat
Bab 3 Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan 33
(memuaskan dari secara kualitas dan jumlah); serta adil (berpikir terbuka dan
tidak memihak).
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai dari
tindakan yang dilakukan kepada pasien. Evaluasi diarahkan untuk menentukan
respon pasien terhadap intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tindakan berpikir kritis pada tahap evaluasi adalah :
1. Mengidentifikasi kriteria hasil sehingga dapat mengukur keberhasilan
pencapaian tujuan.
2. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan pencapaian kriteria hasil.
3. Mengulang dan memodifikasi perencanaan sesuai hasil evaluasi.
Pengkajian juga berpengaruh terhadap pengumpulan data dan analisa data yang
nantinya akan digunakan dalam merumuskan diagnosa keperawatan,
mengidentifikasi tujuan dari tindakan keperawatan dan mengidentifikasi
rencana keperawatan, serta mengembangkan intervensi keperawatan yang akan
digunakan untuk mengatasi masalah keperawatan yang sudah ditetapkan.
Tujuan dilakukannya pengkajiannya keperawatan ini adalah sebagai data dasar
yang berisi tentang kesehatan klien, baik itu kesehatan fisik, psikososial, serta
emosional klien, serta mengidentifikasi perilaku promosi kesehatan baik itu
masalah kesehatan yang aktual ataupun potensial (DeLaune & Ladner, 2011).
Selain itu tujuan dari pengkajian lainnya yaitu, perawat dapat melihat
kemampuan klien apakah ada yang mengalami kelemahan atau disfungsi dan
menilai pola aktivitas dan gaya hidup sehari-hari. Tujuan lainnya dari
pengkajian yaitu, dengan melakukan pengkajian perawat dapat membangun
hubungan terapetik secara interpesonal dengan klien. Selama klien dilakukan
pengkajian oleh perawat, klien dapat berdiskusi mengenai masalah kesehatan
yang dialami serta mendiskusikan tujuan dari perawatan yang didapatkan.
Fokus dari pengkajian adalah respon klien dari masalah kesehatan yang
dialaminya, yang mencakup kebutuhan klien, masalah kesehatan, pengalaman
terkait, praktik kesehatan, gaya hidup dan nilai-nilai yang diyakini klien dan
terdiri dari pengkajian tahap awal, pengkajian emergency, pengkajian fokus, dan
pengkajian ulang (Berman, et al., 2016). Dalam pengkajian perawat memiliki
tanggung jawab dalam mengumpulkan data baik itu data fisik, fungsional,
psikososial, emosional, kognitif, seksual, budaya, data terkait usia, lingkungan,
spiritual, dan ekomoni.
sumber data dan metode dalam pengumpulan data (DeLaune & Ladner, 2011).
Hal ini menjadi sangat penting karena data menjadi dasar dalam memutuskan
masalah keperawatan dan intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut. Pengumpulan data memungkinkan perawat, klien, dan tim
kesehatan lain untuk mengindentifikasi masalah yang terjadi pada klien yang
menyebabkan perubahan status kesehatan klien (Berman, et al., 2016).
Ada dua jenis tipe data dalam pengkajian, yaitu data subjektif dan objektif. Data
subjektif merupakan data yang berdasarkan pandangan, pendapat, perasaan, dan
persepsi dari klien tersebut, sehingga tidak bisa ditambahkan oleh yang
melakukan pengkajian. Data subjektif meliputi sensasi, perasaan, nilai,
keyakinan, sikap, dan persepsi klien tentang status kesehatannya dan situasi
kehidupan klien itu sendiri (Berman, et al., 2016). Kemudian data objektif
merupakan data yang berasal dari observasi, diagnosa medis, hasil pemeriksaan
diagnostik, hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium juga merupakan data yang
berdasarkan hasil penglihatan, pendengaran dan perasaan yang melakukan
pengkajian bedasarkan standar atau patokan. Pengkajian yang komprehensif
dan akurat merupakan pengkajian yang memiliki data subjektif dan objektif,
sehingga data menjadi lengkap dan detail (DeLaune & Ladner, 2011).
Selain jenis data, sumber data juga menjadi salah satu hal yang memengaruhi
pengkajian menjadi suatu pengkajian yang komprehensif, yaitu data dapat
berasal dari kemungkinan sumber, seperti berasal dari klien itu sendiri, keluarga,
petugas kesehatan lain, rekam medis, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur
yang berhubungan (DeLaune & Ladner, 2011). Sumber data utama dalam
pengkajian merupakan klien itu sendiri. Keluarga dan orang –orang tertentu
dapat menjadi sumber data yang sangat membantu ketika klien memiliki
masalah dalam berkomunikasi. Petugas kesehatan lain, yang pernah
memberikan perawatan kepada klien juga dapat menjadi sumber informasi
terhadap klien. Begitu juga rekam medis, berisi data-data riyawat penyakit klien
yang kemungkinan memiliki hubungan dengan penyakit sekarang.
Sumber data juga terdiri dari sumber data primer dan sekunder (Berman, et al.,
2016). Sumber data primer, berasal dari klien itu sendiri yang merupakan
sumber data paling terbaik karena berasal langsung dari klien tersebut.
Semnetara data sekunder itu berasal diluar dari klien, seperti keluarga, tenaga
kesehatan lain, rekam medis, serta hasil pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium.
40 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
pertanyaan terbuka pertanyaan yang membuat klien dapat menjelaskan hal yang
yang menjadi pertanyaan tersebut. Contoh pertanyaan terbuka yaitu, ”Apa yang
membuat anda menggunakan pelayanan kesehatan ini?”, dengan pertanyaan
seperti ini membuat klien bercerita untuk menjelaskan hal yang ditanyakan.
Tahap terkhir dalam wawancara yaitu, tahap penutup. Tahap penutup
merupakan tahap di mana perawat harus meyakinkan bahwa semua tujuan
wawancara sudah tercapai, dan tidak ada lagi data yang akan dikaji, namun tetap
jika ingin berjanji untuk pertemuan selanjutnya, maka bisa kita gunakan kontrak
waktu untuk kapan akan melakukan wawancara lagi.
Metode dalam pengumpulan data selanjutnya yaitu riwayat kesehatan yang
melihat bagaimana pola kesehatan klien sebelumnya, apakah memiliki penyakit
yang sama atau tidak. Riwayat kesehatan yang menjadi fokus dalam pengkajian
berupa riwayat kesehatan psikososial, sosial, dan aktivitas sehari hari, seperti
kebutuhan makan, eliminasi, pola tidur, aktivitas dan latihan (olahraga).
Metode pengumpulan data yang lain yaitu melakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik merupakan pengamatan langsung yang dilakukan perawat,
untuk melihat apakah ada tanda-tanda menyimpang dari nrmal pada klien dan
juga untuk memvalidasi data subjekti yang dilakukan dengan wawwancara,
serta pemerikasaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data objektif
(DeLaune & Ladner, 2011). Contoh pemeriksaan fisik, yaitu melakukan
pengukuran tanda-tanda vital.
Teknik melakukan pemeriksaan fisik ada 4 cara, yaitu inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi.
1. Inspeksi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan bantuan visual pemeriksaan.
Contoh pemeriksaannya, perawat melakukan pemeriksaan terhadap
luka diabetes yang dialami klien, kemudian perawat melakukan
inspeksi dengan mengobservasi karakteristik luka, warna luka, cairan
yang keluar, lebar dan kedalaman luka, dan sebagainya. Beberapa
peralatan yang dapat membantu dalam pengkajian ini seperti penlight,
otoskop dan lainnya, yang memanfaatkan penggunaan visual. Namun
dalam pengkajian yang dilakukan secara inspeksi, ada kalanya klien
merasa tidak nyaman karena kita mengobservasi klien sehingga perlu
adanya komunikasi yang baik serta penyampaian maksud dan tujuan
42 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
Oleh karena itu, kelengkapan data sangat penting, agar pengkajian menajdi lebih
berkualitas (DeLaune & Ladner, 2011). Dokumentasi terhadap seluruh hasil
pengkajian yang dilakukan perawat harus dilaksanan dengan akurat dan
spesifik, kemudian tidak menuliskan kesimpulan yang didapatkan dari suatu
tanda gejala yang ditunjukkan klien. Setiap data subjektif yang didapatkan,
harus dituliskan sesuai dengan kata-kata yang dikeluarkan klien menggunakan
tanda kutip tanpa mengubah perkataan klien. Kemudian untuk data objektif
harus dicatat dengan spesifik, contoh, ketika perawat mengkaji pola makan
klien, haruslah di catat, berapa piring yang dia makan, jumlah minuman yang di
minum. Jangan langusng menuliskan ”pola makan klien baik” berdasarkan dari
jumlah makanan yang dimakan klien, jumlah minuman yang diminum klien
(Berman, et al., 2016).
5.1 Pendahuluan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan aktual
atau potensial yang membutuhkan intervensi dan manajemen keperawatan
(Carpenito, 2013; Dongoes, Moorhouse and Murr, 2013). Tujuan diagnosis
keperawatan yaitu menarik kesimpulan mengenai kebutuhan klien sehingga
perencanaan perawatan dapat efektif. Diagnosis keperawatan memberikan dasar
untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh perawat. Hal ini berarti merupakan ruang lingkup
dalam praktik keperawatan (Taylor et al., 2011). Diagnosis keperawatan dapat
berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan respon dari pasien.
Dalam fase diagnosis keperawatan, perawat mulai mengelompokkan informasi
dari klien dan merumuskan penilaian evaluatif tentang status kesehatan klien.
Setelah seluruh informasi klien dikumpulkan dan dikelompokkan, perawat
menentukan diagnosis yang tepat berdasarkan data yang didapatkan. Hal ini
merupakan proses berpikir yang dinamakan penalaran klinis (Ackley, Ladwig
and Makic, 2017). Penalaran klinis adalah proses kognitif yang menggunakan
strategi berpikir formal dan informal untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi klien, mengevaluasi signifikansi informasi dan menentukan intervensi
yang tepat (Berman, Snyder and Frandsen, 2016; Ackley, Ladwig and Makic,
50 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
(etiologi) ditandai dengan (tanda dan gejala). Sebagai contoh diagnosis aktual
kecemasan berhubungan dengan krisi situasional ditandai dengan kesedihan,
insomnia dan kegelisahan.
Diagnosis keperawatan berisiko
Diagnosa keperawatan berisiko adalah penilaian klinis mengenai kerentanan
individu, keluarga, kelompok, atau komunitas untuk mengembangkan respons
manusia yang tidak dapat diremehkan terhadap kondisi kesehatan/proses
kehidupan. Diagnosis risiko didukung oleh faktor risiko yang meningkatkan
kerentanan klien, keluarga, kelompok dan komunitas terhadap kejadian yang
tidak sehat. Pada diagnosis ini, adanya faktor risiko yang menunjukkan masalah
cenderung berkembang. Misalnya, semua pasien dirumah sakit memiliki risiko
tertular infeksi namun pasien dengan diabetes melitus atau yang memiliki sistem
kekebalan tubuh rendah akan memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan yang
lain. Formulasi bahasa diagnosis keperawatan risiko adalah juga sama yaitu
masalah berhubungan dengan (etiologi) ditandai dengan (tanda dan gejala).
Sebagai contoh: Risiko jatuh berhubungan dengan perubahan mobilitas ditandai
dengan skala jatuh >100, pasien berjalan tidak tegak.
Diagnosis keperawatan promosi kesehatan
Penilaian klinis mengenai motivasi dan keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan manusia
yang dapat diekspresikan dengan kesiapan untuk meningkatkan perilaku
kesehatan tertentu atau keadaan kesehatan. Promosi kesehatan berbeda
dengan pencegahan kesehatan, promosi kesehatan berfokus menjadi
sesehat mungkin, bukan mencegah penyakit atau masalah. Perbedaan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah alasan perilaku
kesehatan harus selalu positif. Pada diagnosis promosi kesehatan, hasil dan
intervensi harus difokuskan kepada peningkatan kesehatan. Kunci utama
dari diagnosis keperawatan promosi kesehatan adalah ”kesiapan untuk
meningkatkan”, seperti contoh kesiapan untuk meningkatkan asupan
nutrisi. Hal ini bermaksud mengubah pola makan dan makan makanan
yang lebih sehat. Formulasi bahasa diagnosis promosi kesehatan tidak
menggunakan etiologi sehingga hanya masalah dan tanda gejala. Misalnya
kesiapan untuk peningkatan perawatan diri ditandai dengan ungkapan
keinginan untukk meningkatkan perawatan diri.
56 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
6.1 Pendahuluan
Perencanaan keperawatan merupakan merupakan tahapan ketiga dalam proses
keperawatan. Setelah melakukan pengumpulan data dan menegakkan
diagnosis keperawatan, rangkaian proses asuhan keperawatan berikutnya yaitu
membuat perencanaan. Cara mudah untuk mengingat tahapan proses
keperawatan dengan akronim ADPIE (Ackley, Lawdig dan Makic, 2017)
yaitu:
Tujuan juga dibuat untuk jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka
pendek berupa pernyataan yang ditulis dalam format objektif yang
menunjukkan harapan yang ingin dicapai dalam waktu beberapa jam atau hari,
sedangkan tujuan jangka panjang berupa tujuan yang akan dicapai selama
periode waktu beberapa minggu atau bulan (Alfaro-LeFevre, 2008 dalam
DeLaune dan Ladner, 2011; Vaughans, 2011).
Luaran keperawatan terdiri atas indikator-indikator atau kriteria-kriteria hasil
pemulihan masalah (PPNI, 2018b). Kriteria hasil adalah indikator kemajuan
yang dapat diukur khusus untuk mencapai hasil yang diharapkan mencakup
siapa, apa, kapan, dan bagaimana (Vaughans, 2011). Kriteria hasil merupakan
karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur oleh perawat dan dijadikan
sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi keperawatan (PPNI,
2018b).
Contoh penulisan luaran dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka bersihan jalan
napas meningkat, dengan kriteria hasil:
- Batuk efektif meningkat
- Dispnea menurun
- Frekuensi napas 12-20 kali/menit
66 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
7.1 Pendahuluan
Implementasi, langkah keempat dalam proses keperawatan, merupakan
pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang dikembangkan selama tahap
perencanaan. Implementasi mencakup penyelesaian tindakan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan menilai
pencapaian atau kemajuan dari kriteria hasil pada diagnosa keperawatan.
Rencana keperawatan paling baik dilaksanakan ketika pasien mampu dan mau
berpartisipasi serta memiliki kesempatan untuk melakukan perawatan diri.
Anggota keluarga dan support sistem serta tenaga kesehatan lainnya mungkin
terlibat dalam keberhasilan pelaksanaan rencana keperawatan. Tahap
implementasi, seperti tahap lainnya dari proses keperawatan membutuhkan
dasar pengetahuan klinis, perencanaan yang tepat, analisis dan berpikir kritis
dari perawat (DeLaune & Ladner, 2011; Taylor et al., 2011).
Bab ini membahas tujuan implementasi, hubungan implementasi dengan tahap
proses keperawatan yang lain, keterampilan yang perlu dimiliki perawat untuk
dapat menerapkan implementasi secara efektif, jenis dan tipe dari
implementasi. Meskipun diidentifikasi sebagai tahap keempat dari proses
keperawatan, implementasi dimulai dengan pengkajian dan terus berinteraksi
dengan tahapan proses keperawatan lainnya untuk mencerminkan perubahan
72 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
masalah pasien dan respons perawat terhadap masalah tersebut (DeLaune &
Ladner, 2011).
respons pasien yang dievaluasi pada tahap akhir atau tahap evaluasi. Dengan
menggunakan data yang diperoleh selama pengkajian, perawat dapat
melakukan tindakan keperawatan yang tepat pada tahap implementasi dan
menyesuaikan tindakan keperawatan dengan bio-psiko-sosial-kultural pasien
(Berman, Snyder & Frandsen, 2016).
Saat implementasi, perawat juga melakukan pengkajian ulang setiap kali
kontak dengan pasien, mengumpulkan data tentang respons pasien terhadap
tindakan keperawatan dan masalah kesehatan lain yang mungkin muncul.
Perencanaan pasien dengan Manajemen Jalan Nafas pada NIC tertulis
“Auskultasi suara napas setiap 4 jam”. Ketika perawat melakukan auskultasi
maka perawat sedang melakukan intervensi (implementasi) sekaligus juga
melakukan pengkajian. Beberapa tindakan keperawatan yang rutin dilakukan
juga termasuk pengkajian, seperti saat memandikan pasien lansia perawat
mengamati area yang kemerahan di daerah sakrum pasien atau saat
mengosongkan kantong urin kateter, perawat mengukur 200 ml urin berwarna
coklat yang berbau menyengat (Berman, Snyder & Frandsen, 2016).
basal paru-paru. Pengkajian ini dicatat pada laporan timbang terima dinas dan
tindakan keperawatan prioritas berubah menjadi berfokus pada perkembangan
yang baru ini. Perawat perlu mereview dan memodifikasi diagnosis
keperawatan dan perencanaan agar tindakan keperawatan yang dilakukan tepat
waktu dan memenuhi kebutuhan pasien (DeLaune & Ladner, 2011; Potter et
al., 2013).
Modifikasi perencanaan keperawatan mencakup empat langkah: 1) Revisi data
pada kolom pengkajian yang mencerminkan kondisi pasien saat ini. Tuliskan
tanggal dari setiap data yang baru untuk menginformasikan perawat lain waktu
perubahan tersebut terjadi; 2) Revisi diagnosis keperawatan. Ganti diagnosa
keperawatan yang tidak lagi relevan dan tambahkan serta beri tanggal setiap
diagnosis yang baru. Revisi faktor yang terkait dan tujuan, hasil, dan prioritas
pasien. Berikan tanggal revisi tersebut; 3) Revisi intervensi spesifik yang
sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang baru. Revisi harus
mencerminkan kondisi pasien saat ini; 4) Pilih metode evaluasi untuk
menentukan apakah pasien mencapai hasil yang diharapkan (Potter et al.,
2013)
ke unit atau fasilitas kesehatan yang lain secara langsung, melalui rekaman
suara, atau secara tertulis (Berman, Snyder and Frandsen, 2016).
8.1 Pendahuluan
Bagian terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi keperawatan. Kendati
evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir, namun prosesnya
berlangsung secara berkelanjutan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi
keperawatan selain sebagai bagian dari proses keperawatan, juga memiliki peran
yang sangat penting untuk menilai kualitas suatu layanan keperawatan yang
diberikan. Bab ini akan lebih lanjut membahas tentang tujuan evaluasi
keperawatan, komponen evaluasi, metode evaluasi disertai contoh evaluasi
keperawatan.
8.2 Definisi
Kata Evaluasi didefinisikan sebagai pengamatan dan pengumpulan sejumlah
bukti untuk menilai efektifitas suatu obyek, program atau proses yang berkaitan
dengan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya (Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, 2016). Evaluasi dalam proses keperawatan dapat
diartikan sebagai proses pengukuran melalui pengumpulan data- data untuk
mengetahui seberapa besar tujuan telah tercapai (Delaune and K.ladner, 2011).
90 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
8.4.1 Teknik
Perawat dapat melakukan evaluasi yang akurat dengan mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi dan observasi. Melalui komunikasi baik verbal dan non
verbal, terjadi pertukaran informasi antara pasien dan perawat. Teknik
komunikasi yang dilakukan oleh perawat haruslah terapeutik. Perawat dapat
mengkaji respon pasien terhadap asuhan dengan memperhatikan kriteria tujuan
yang ingin dicapai.
suara napas tambahan masih terdengar. Berdasarkan data ini perawat menilai
apakah kondisi pasien telah mencapai sasaran hasil yang diinginkan.
keperawatan, menyesuaikan tujuan yang akan dicapai serta kriteria capaian yang
sesuai dengan kondisi pasien.
Perawat berperan penting dalam proses pemulihan pasien. Dalam pelaksanaan
evaluasi perawat perlu berpikir kritis sebelum memutuskan apakah tetap sesuai
diagnosa yang diangkat ataukah perlu modifikasi. Perawat di rumah sakit juga
perlu memiliki kemampuan dan pengetahuan yang terkini atau ter“update“
(LaCrosse Janousek, Heermann and Eilers, 2003)
sakit pada pasien dan keluarga. Evaluasi dapat dilakukan dalam tiga tahapan
yaitu evaluasi struktur, proses dan hasil.
Evaluasi struktur menilai apakah perawatan pasien memenuhi standar legal dan
profesional asuhan perawatan. Salah satu contoh dari evaluasi struktur yaitu
evaluasi terhadap prosedur keperawatan ataupun kebijakan yang berlaku.
Evaluasi struktur juga dapat berupa evaluasi terhadap fasilitas perawatan, serta
sumber daya perawatan.
Evaluasi proses yaitu evaluasi yang dilakukan selama berlangsungnya proses
keperawatan. Evaluasi proses terjadi setiap saat. Perawat dapat memberikan
masukan atau perbaikan terhadap intervensi keperawatan sewaktu-waktu
dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan pasien dan menganalisis
berdasarkan standar kriteria hasil capaian pasien. Evaluasi hasil yaitu evaluasi
yang dilakukan dengan membandingkan status kesehatan pasien saat ini dengan
hasil yang diharapkan. Sesuai dengan namanya, evaluasi hasil hanya berfokus
pada capaian hasil akhir yaitu status kesehatan pasien.
Proses keperawatan yang diaplikasikan dengan tepat sangat membantu
perbaikan kondisi pasien di rumah sakit. Evaluasi sebagai kontrol agar proses
keperawatan dapat berdampak positif bagi pasien. Ketrampilan perawat dalam
mengaplikasikan proses keperawatan pada pelayanan di rumah sakit sangat
diperlukan. Menjadi sebuah tantangan bagi mahasiswa keperawatan untuk
dapat menerapkan proses keperawatan dengan benar saat merawat pasien,
penelitian tentang kepuasan pasien terhadap proses keperawatan telah dilakukan
dan hasilnya seperti dua belah mata uang, ada merasa puas dan ada juga yang
belum puas dengan penerapan proses keperawatan di rumah sakit (Grace, 2018).
Tabel 8.1: Ilustrasi kasus dan penerapan metode evaluasi
Ilustrasi kasus:
Seorang pasien perempuan usia 27 tahun dirawat di ruang penyakit dalam
dengan keluhan panas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat
pengkajian didapatkan data pasien mengeluh demam dan pusing. Suhu 39 C, 0
9.1 Pendahuluan
Dokumentasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam praktik
keperawatan. Keterampilan dalam melakukan dokumentasi sangat penting
dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman dan berkualitas. Hal ini
sama pentingnya dengan keterampilan perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan lainnya seperti melakukan prosedur memandikan pasien,
memberikan obat, memberikan pendidikan kesehatan, dan lain sebagainya.
Dokumentasi keperawatan merupakan bentuk pertanggungjawaban perawat
atas asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien. Profesionalitas
seorang perawat dapat dilihat dari dokumentasi yang dibuat. Oleh karena itu
perawat perlu menyadari pentingnya melakukan dokumentasi yang baik dan
benar, dan bukan hanya sebagai rutinitas saja. Dokumentasi keperawatan
merupakan inti yang harus dilakukan dengan lengkap, tepat dan merefleksikan
lingkup perawatan dan asuhan yang diberikan. Dengan memastikan
dokumentasi keperawatan yang akurat, spesifik, dapat dibaca, tepat waktu
merupakan kunci untuk mengukur kualitas organisasi (Myrick, et al., 2018).
100 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
10.1 Pendahuluan
Proses keperawatan merupakan inti dan standar praktik dalam profesi
keperawatan (Atashzadeh Shoorideh and Ashktorab, 2011; Ghafourifard et al.,
2012). Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis untuk menilai,
mendiagnosis, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan
individual untuk klien dalam kondisi sehat atau sakit berdasarkan metode
pemecahan masalah ilmiah, yang merupakan dasar dalam praktik keperawatan
(Doenges and Moorhouse, 2012).
Proses keperawatan merupakan suatu metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktik keperawatan dan disebut sebagai pendekatan memecahkan
masalah (problem-solving) yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan
interpersonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang berurutan dan
saling berhubungan satu dengan yang lain, yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Iyer et al., 1996 dalam Nursalam,
2013).
Aplikasi proses keperawatan berkontribusi pada perencanaan dan pelaksanaan
keperawatan yang efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan
pasien (Wagoro and Rakuom, 2015). Apabila proses keperawatan tidak
110 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
10.2.2 Klien
Aplikasi proses keperawatan sangat bermanfaat bagi klien, keluarga, dan
masyarakat karena mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif dengan
melibatkan mereka dalam lima tahap proses keperawatan. Klien menyediakan
sumber untuk pengkajian, validasi dari diagnosis keperawatan, dan umpan balik
untuk evaluasi. Perencanaan keperawatan yang tersusun secara sistematis akan
memungkinkan perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
berkelanjutan atau kontinu, aman dan menciptakan suatu lingkungan yang
terapeutik. Kondisi ini akan membantu mempercepat kesembuhan klien dan
memungkinkan klien dalam beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
10.2.3 Perawat
Proses Keperawatan dapat meningkatan kepuasan dalam bekerja dan dapat
meningkatkan perkembangan profesional. Hubungan perawat dan klien dapat
ditingkatkan melalui proses keperawatan. Proses keperawatan memungkinkan
pengembangan kreativitas dalam menjelaskan masalah klien. Hal ini dapat
mencegah kejenuhan perawat dalam melakukan pendekatan yang berorientasi
pada tugas (task-oriented approach) (Nursalam, 2013).
112 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
1. Kategori Fisiologis
Kategori Fisiologis terdiri dari tujuh subkategori, yaitu: 1) Respirasi;
2) Sirkulasi; 3) Nutrisi dan Cairan; 4) Eliminasi; 5) Aktivitas dan
Istirahat; 6) Neurosensori; 7) Reproduksi dan seksualitas.
2. Kategori Psikologis
Kategori Perilaku terdiri dari tiga subkategori, yaitu: 1) Nyeri dan
kenyamanan; 2) Integritas Ego; 3) Pertumbuhan dan perkembangan.
3. Kategori Perilaku
Kategori Perilaku terdiri dari dua subkategori yaitu: 1) Kebersihan
diri; 2) Penyuluhan dan pembelajaran.
4. Kategori Relasional
Kategori relasional terdiri dari satu subkategori yaitu interaksi sosial.
5. Kategori Lingkungan
Kategori lingkungan terdiri dari satu subkategori yaitu keamanan dan
proteksi.
2. Diagnosis Risiko
2. Indikator Diagnosis
Indikator diagnostik meliputi: penyebab, tanda atau gejala, dan faktor risiko
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Berikut penjelasan dari indikator tersebut.
a. Penyebab (etiology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
status kesehatan. Etiologi meliputi 4 kategori, yaitu: 1) Fisiologis,
biologis dan psikologis; 2) Efek Terapi/Tindakan; 3) Situasional
(lingkungan atau personal); dan 4) Maturasional.
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data obyektif
yang didapat dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
dan prosedur diagnostik. Gejala merupakan data subyektif yang didapat
dari hasil anamnesis. Tanda atau gejala dibagi menjadi dua kategori
yaitu: 1) Mayor dan 2) Minor.
Mayor: Untuk validasi diagnosis tanda atau gejala sekitar 80% - 100%.
Minor: Tidak harus ditemukan tanda atau gejala, tetapi jika ditemukan
dapat mendukung penegakan diagnosis
c. Faktor Risiko adalah suatu situasi atau kondisi yang dapat
meningkatkan kerentanan klien untuk mengalami masalah kesehatan.
2. Identifikasi Masalah
Contoh penulisan:
Menyusui tidak efektif b.d kurang terpapar informasi tentang
pentingnya menyusui dan/atau metode menyusui d.d bayi tidak mampu
melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes/memancar, bayi
menghisap tidak terus menerus dan bayi menangis saat disusui
Contoh penulisan:
Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif
2) Diagnosis Promosi Kesehatan
Contoh penulisan:
Kesiapan peningkatan nutrisi d.d mengekspresikan keinginan untuk
peningkatan nutrisi, makan teratur dan adekuat, mengekspresikan
pengetahuan tentang pilihan makanan dan cairan yang sehat,
mengikuti standar asupan nutrisi yang tepat.
Luaran negatif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang tidak sehat
sehingga penetapan luaran keperawatan dapat mengarahkan pemberian
intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan.
2. Luaran Positif
Komponen ini merupakan nama dari luaran keperawatan yang terdiri dari kata
kunci untuk memperoleh informasi yang terkait dengan luaran keperawatan.
Label luaran keperawatan merupakan kondisi, perilaku atau persepsi pasien
Bab 10 Aplikasi Proses Keperawatan 121
yang dapat diubah atau diatasi dengan intervensi keperawatan. Label luaran
keperawatan dapat berupa beberapa kata (1 – 5 kata) yang diawali dengan kata
benda, berfungsi sebagai deskriptor atau penjelas luaran keperawatan.
2. Ekspektasi
Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur
oleh perawat dan dijadikan dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi
keperawatan. Kriteria hasil disebut sebagai indikator karena menggambarkan
perubahan-perubahan yang ingin dicapai setelah pemberian intervensi
keperawatan. Penulisan kriteria hasil dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:
1) Metode pendokumentasian manual/tulisan, dengan menuliskan nilai yang
diharapkan untuk dicapai; dan 2) Metode pendokumentasian berbasis komputer,
yaitu setiap kriteria hasil ditetapkan dalam bentuk skor dengan kriteria 1 – 5.
Terdapat tiga variasi skala pemberian skor pada kriteria hasil (Gambar 10.2).
122 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Menurun Membaik
Gambar 10.2: Variasi Skala Pemberian Skor pada Kriteria Hasil (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Penerapan Luaran Keperawatan
1. Metode Dokumentasi Manual/Tertulis
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka bersihan jalan nafas meningkat
dengan kriteria hasil:
- Batuk efektif 5
- Produksi sputum 5
- Mengi 5
- Frekuensi nafas 5
Tabel 10.7: Deskriptor Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
No Deskriptor Definisi
1 Dukungan Memfasilitasi, memudahkan, atau melancarkan
2 Edukasi Mengajarkan atau memberi informasi
3 Kolaborasi Melakukan kerjasama atau interaksi
4 Konseling Memberikan bimbingan
5 Konsultasi Memberikan informasi tambahan atau pertimbangan
6 Latihan Mengajukan suatu keterampilan atau kemampuan
7 Manajemen Mengidentifikasi dan mengelola
8 Pemantauan Mengumpulkan dan menganalisis data
9 Pemberian Menyiapkan dan memberikan
10 Pemeriksaan Mengobservasi dengan teliti
11 Pencegahan Meminimalkan risiko atau komplikasi
12 Pengontrolan Mengendalikan
13 Perawatan Mengidentifikasi dan merawat
14 Promosi Meningkatkan
15 Rujukan Menyusun penatalaksanaan lebih lanjut
16 Resusitasi Memberi tindakan secara cepat untuk
mempertahankan kehidupan
17 Skrining Mendeteksi secara dini
18 Terapi Memulihkan kesehatan dan/atau menurunkan risiko
3. Tindakan
Intervensi Keperawatan
- Kemampulaksanaan
intervensi Hasil Kemampuan
- Penerimaan Pasien Penelitian Perawat
Gambar 10.3: Faktor Penentuan Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018)
Bab 10 Aplikasi Proses Keperawatan 129
kali/hari, gosok gigi 2 kali/hari, dan cuci rambut satu kali dengan
bantuan keluarga. Pasien mengatakan tidur siang sekitar 1 jam dan tidur
malam sekitar 5 jam. Pasien mengatakan tidak merokok dan minum
alkohol, serta tidak mengalami ketergantungan obat.
10. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: baik, kesadaran composmentis dan kooperatif.
Tanda-tanda Vital: TD 140/90 mmHg. Frekuensi nadi 110 x/menit,
frekuensi nafas 24 x.menit, suhu 36,7 0C
Rambut hitam, menyebar merata, kulit kepala bersih dan tidak ada
ketombe, wajah meringis kesakitan bila bergerak, wajah tidak anemis,
conjunctiva merah mudah, sklera tidak ikterus, reflek pupil terhadap
cahaya (+), miosis dan isokor. Mulut dan bibir lembab, hidung bersih,
telinga bersih dan tidak ada benda asing.
Mamae membesar, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi,
kolostrum keluar, bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu dan
bayi menangis saat disusui dan menghisap tidak terus menerus. Jalan
nafas bersih, tidak suara nafas tambahan dan tidak menggunakan otot-
otot bantu nafas. Bunyi jantung tunggal, irama reguler.
Abdomen menonjol, terdapat linea nigra dan striae lividae, tidak
terdapat luka bekas operasi, TFU 1 cm di bawah umbilikus midline,
kontraksi uterus kuat.
Kandung kemih kosong, lochea rubra dengan jumlah sedang, perineum
dan luka episiotomi bersih, tidak berwarna, tidak ada oedema dan
jahitan utuh. Tidak didapatkan oedema, homan sign dan varises pada
ekstremitas. Kekuatan otot 5
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laborat: Hb: 11,6 gr/dL; Albumin: 3,60 gr/dL
12. Terapi
Mefenamic acid 3 x 500 mg
132 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
Diagnosis Keperawatan
ANALISA DATA
Edukasi
5. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
134 Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi
Implementasi
Contoh implementasi ini hanya dokumentasi pada satu shift
No Tanggal/ Tindakan Respon/Hasil Paraf
DK Jam
1 10 1. Mengidentifikasi Ibu mengeluh nyeri
Oktober karakteristik dan pada daerah
2020 intensitas nyeri kemaluan dengan
skala 7
09.00 - 2. Mengidentifikasi respon Ibu meringis
9.10 nyeri nonverbal kesakitan menahan
sakit
3. Mengidentifikasi faktor Ibu mengatakan
yang memperberat dan nyeri bertambah
memperingan nyeri berat jika bergerak
dan menurun jika
istirahat
4. Menjelaskan penyebab, Ibu mendengarkan
periode dan pemicu dan kooperatif
nyeri
5. Memberikan tehnik Klien kooperatif dan
nonfarmakologis untuk mendemonstrasikan
mengurangi nyeri tehnik relaksasi nafas
dengan mengalihkan dalam
perhatian klien dari
nyeri yang dirasakan
(distraksi) dan relaksasi
nafas dalam
6. Menganjurkan untuk Ibu mendengarkan
menggunakan analgetik dan menganggukkan
secara tepat yaitu kepala
dengan minum obat
mefenamic acid, 3 kali
sehari dengan dosis 500
mg yang diminum pada
jam 06.00, 14.00 dan
22.00
7. Mengajarkan tehnik Ibu mendengarkan
nonfarmakologi untuk dan memperhatikan
mengurangi nyeri
Bab 10 Aplikasi Proses Keperawatan 137
Evaluasi
Contoh evaluasi ini hanya dokumentasi pada satu shift
Bab 10 Aplikasi Proses Keperawatan 139
Pokorski, S. et al. (2009) ‘Nursing process: from literature to practice. What are
we actually doing?’, Revista Latino-Americana de Enfermagem, 17(3), pp.
302–307. doi: 10.1590/s0104-11692009000300004.
Potter dan Perry, (2010) “Fundamental Keperawatan,” Buku I, Edisi 7.
Indonesia Edition. Elsevier : Singapore
Potter dan Perry, (2020) “Dasar-Dasar Keperawatan,” Volume I, Edisi 9.
Indonesia Edition. Elsevier : Singapore.
Potter, P. A. et al. (2013) Fundamental of Nursing. 8th edn, Elsevier Mosby. 8th
edn. doi: 10.5005/jp/books/12386_1.
Potter, P. A. et al. (2013) Fundamental of nursings. 8th edn. Missouri: Elsevier
Mosby.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A. & Hall, A. M., (2016). Fundamental
Of Nursing 9th Edition. Missouri: Elsevier.
PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. 1st edn. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018b) Standar Luaran Keperawatam Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Ralph; Sheila Sparks, T. C. M. (2011) Nursing Diagnosis Reference Manual.
Eight Edit. China: Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams &
Wilkins.
Sayadi, N. and Rokhafroz, D. (2013) ‘Nursing Students’ Perspectives about a
Mobile Software on Nursing Process for Bedside Use’, Iranian Journal of
Medical Education, 12(12), pp. 975–981.
Scheffer, B.K., Rubenfeld, M.G (2000) “A Consensus Statement on Critical
Thinking in Nursing,” Journal of Nursing Education. 2000; 39: 352-359.
Scriven, M., Paul, R. (2019) “Defining Critical Thinking,” Retrieved February,
2021, from http://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-
thinking/766.
Scroggins, L. M. (2008) ‘The developmental processes for NANDA
International Nursing Diagnoses.’, International journal of nursing
terminologies and classifications : the official journal of NANDA
International, 19(2), pp. 57–64. doi: 10.1111/j.1744-618X.2008.00082.x.
Daftar Pustaka 147
perawat di Rs. Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita (2009-2017). Saat ini
penulis bekerja sebagai dosen di Fakultas Keperawatan Universitas Pelita
Harapan (UPH) dengan mata kuliah yang diampu yaitu; Keperawatan
Komunitas, Keperawatan Keluarga, Health Promotion and Behaviour, Riset dan
Statistik, Introduction Nursing Process and Theory dan Communication in
Healthcare. Penulis juga aktif di Fakultas sebagai sekretaris Research,
Community Service and Training Committee (RCTC) dan Editor Nursing
Current Jurnal Keperawatan UPH. Beberapa buku yang telah dihasilkan penulis,
berkolaborasi bersama penulis lainnya yaitu; Belajar dari Covid-19: Perspektif
Ekonomi & Kesehatan (2020), Ilmu Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan
(2020), Konsep Dasar Keperawatan (2020), Gizi Kesehatan dan Penyakit
(2020), Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan (2020), Asuhan Keperawatan
Pada Kebutuhan Dasar Manusia (2020), Ilmu Kesehatan Anak (2020),
Surveilans Kesehatan Masyarakat (2020), Keperawatan Keluarga (2020),
Keperawatan Komunitas (2020), Penyakit Berbasis Lingkungan (2021), dan
Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (2021).