OLEH :
IKFINI HAULA HAKIKA
1211060224
2014
ANALISIS PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI ATAS INDUSTRI HULU MIGAS DALAM
PRODUCTION SHARING CONTRACT PADA PT XXX ENERGI (Studi Kasus
di Kalimantan Utara)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
IKFINI HAULA HAKIKA
1211060224
PERSETUJUAN
Oleh
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Akuntansi Dosen Pembimbing Skripsi,
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Hari : Rabu
Tanggal : 19 November 2014
Waktu : 08.00 WIB s/d selesai
Oleh
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Akuntansi
PERNYATAAN
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
Menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan skripi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya akan bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus menerima sangsi berdasarkan aturan tata tertib di ABFI Institute
Perbanas.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
unsur paksaan.
Resmi, Siti. (2009). Perpajakan: Teori dan Kasus. Buku 1, Edisi 5 (Cet.1)
Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal
Peraturan Perundang-undangan
Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur peneliti panjatkan atas berkah, rahmat, dan
karunia Allah SWT yang tak terbatas, sehingga peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini yang
berjudul “Analisis Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Atas
Industri Hulu Migas Dalam Production Sharing Contract Pada PT XXX Energi (Studi Kasus di
Kalimantan Utara)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 studi Akuntansi pada
pihak yang telah membantu, baik secara moril maupun materil. Ucapan terima kasih khususnya
1) Bapak Kara Mustafa, SH. MH sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, saran, nasihat, dan motivasi berharga, sehingga saya peneliti
2) Sahabat-sahabatku di kantor, Mak Ike, Windara, Wanti, Asti, Vanesa, Om Lully, Noviar,
Widhi, dan khususnya Mas Dhika yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini.
3) Semua Karyawan PT XXX Energi yang sudah membantu saya dalam pembuatan skripsi
ini khususnya Mas Anung, Mba Ces, Mba Ega, Hendi Indrawan, Kang Erick, Pak
4) Sahabat-sahabatku dari jurusan S1 Akuntansi Karyawan, Gebi, Riska, Arfi, Idham, Tuluy,
i
Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara
dan teman – teman sekalian. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan dan pembaca dapat memaklumi apabila ada kesalahan - kesalahan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
iii
2.1.7 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan .......................................... 16
iv
4.2 Analisis Data .............................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Migas untuk Areal
Onshore ........................................................................................................ 25
Tabel 2.2 Tabel Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Migas untuk Areal
Offshore......................................................................................................... 26
Tabel 2.3 Tabel Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Migas untuk Tubuh
Bumi .............................................................................................................. 26
Tabel 4.1 Tabel Data Objek PBB Migas Tahun 2007 .................................................. 49
Tabel 4.2 Tabel Data Objek PBB Migas Tahun 2008 .................................................. 50
Tabel 4.3 Tabel Data Objek PBB Migas Tahun 2009 .................................................. 52
Tabel 4.4 Tabel Data Objek PBB Migas Tahun 2010 .................................................. 53
Tabel 4.5 Tabel Data Objek PBB Migas Tahun 2011 .................................................. 55
Tabel 4.6 Tabel Data Objek PBB Migas Tahun 2012 .................................................. 57
Tabel 4.7 Tabel Data Objek PBB Migas Tahun 2013 .................................................. 59
Tabel 4.8 Tabel Perubahan Data Objek PBB Migas (Areal) 2012 – 2013 ................... 60
Tabel 4.9 Tabel Perubahan Data Objek PBB Migas (Bangunan) 2012 – 2013 ............ 61
Tabel 4.10 Tabel Data Objek PBB Migas Tahun 2014 .................................................. 63
Tabel 4.11 Tabel Perubahan Data Objek PBB Migas 2013 – 2014................................ 64
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
SPOP PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi Tahun Pajak 2014 (Onshore)
SPOP PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi Tahun Pajak 2014 (Offshore)
SPOP PBB Minyak Bumi dan Gas Bumi Tahun Pajak 2014 (Tubuh Bumi)
viii
ABSTRAK
Ikfini Haula Hakika. 1211060224. ”Analisis Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Atas Industri Hulu Migas Dalam
Production Sharing Contract Pada PT XXX Energi (Studi Kasus di
Kalimantan Utara)”. Skripsi. Jakarta: Asian Banking Finance Institute Perbanas.
November 2014.
Kata Kunci: Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi, Production Sharing Contract, Industri Hulu Migas
1
BAB I
PENDAHULUAN
kekuasaan Negara.
menyatakan bahwa “Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis
pemegang kuasa pertambangan melalui suatu Badan Pelaksana. Hal itu tertuang
dalam Pasal 4 Ayat (2) dan (3) “Usaha pertambangan minyak dan gas bumi
penguasaan dan pengusahaan migas oleh Negara melalui suatu badan pelaksana
ayat (3) Undang-undang Dasar 1945, minyak dan gas bumi sebagai sumber
mempunyai hak menguasai ataupun memiliki minyak dan gas bumi yang
mengusahakan pertambangan migas dengan nama SKK Migas1 (dahulu peran ini
36/PUU-X/2012).
1
Dahulu peran ini dijalankan oleh PT Pertamina (Persero) yang kemudian dialihkan ke BP Migas sebelum
lembaga tersebut dibubarkan melalui keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012. Berdasarkan
Perpres Nomor 9 Tahun 2013, SKK Migas menjadi lembaga yang mewakili Negara dalam mengawasi
pelaksanaan industri hulu Migas melalui KKS.
3
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 kerja sama Industri Hulu Migas antara
Pemerintah (dalam hal ini diwakili oleh SKK Migas) dengan Kontraktor Kontrak
Sama (“KKS”) yang dapat berbentuk (i) Kontrak Bagi Hasil (atau umum disebut
KKS ini dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip antara lain: (i)
kepemilikan sumber daya Minyak dan Gas Bumi tetap di tangan Pemerintah
sampai pada titik penyerahan (point of export); (ii) pengendalian manajemen atas
operasi yang dilaksanakan oleh KKKS berada pada Badan Pelaksana; (iii) modal
the first country to offer PSAs. Second, they have been one of the most active
countries with regard to this contract form not only in Asia but worldwide. Third,
a large number of FOCs have at one stage or other been involved in oil
contracts. The three generations of contracts so far enable us to analyse how the
Selain itu, Johnston menjabarkan berbagai macam metode dan cara yang
dapat digunakan oleh suatu Negara dalam pengelolaan migas yang dimilikinya
4
dalam Industri Migas, padahal untuk setiap Negara memiliki karakteristik yang
mengenai PSC tetapi hanya dalam tataran analisis ekonomi secara keseluruhan.
bahan yang sangat berguna dan acuan dalam analisis terhadap aspek perpajakan
PSC di Indonesia.
terlibat langsung dalam suatu perusahaan yang melakukan PSC dengan SKK
MIGAS yaitu PT XXX Energi. PT XXX Energi merupakan Bentuk Usaha Tetap
(BUT) yang bergerak untuk Kegiatan Usaha Hulu Migas dengan melakukan
kontrak kerja sama dengan SKK Migas dalam pengelolaan salah satu fencing
area yaitu Blok X. Blok X terletak di daratan Kalimantan Utara sekitar xxx km
dari Kota A dengan luas wilayah kerja 180.000.000 m2. Kerjasama tersebut
migas dengan jangka waktu kontrak selama 20 (dua puluh) tahun termasuk 6
terlibat langsung pada objek penelitian, peneliti dapat memahami lebih jauh
terkait dengan kegiatan perusahaan yang bergerak dalam Industri Hulu Migas
serta aspek-aspek perpajakan dalam PSC khusunya Pajak Bumi dan Bangunan
untuk dapat membahas Pajak Bumi dan Bangunan dalam bentuk kerjasama PSC
Energi?
6
XXX Energi?
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
penelitian dalam ruang lingkup Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
khususnya.
BAB II
Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H
menyatakan Pajak ialah iuran rakyat kepada kas Negara yang dipungut
rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘surplus’-nya
9
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment.”
yaitu:
pemerintah daerah.
terhadap Subjek Pajak atau penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
suatu tahun pajak. Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang
1
Siti Resmi “Perpajakan: Teori dan Kasus”, Buku 1, Edisi 5 (Cet.1;Jakarta:Salemba
Empat,2009) h.1-14
10
Pajak mempunyai fungsi budgetair, yang artinya pajak merupakan salah satu
seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dst.
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
2
Siti Resmi “Perpajakan: Teori dan Kasus”, Buku 1, Edisi 5 (Cet.1;Jakarta:Salemba
Empat,2009) h.3
11
1. pembayaran pajak;
Ada dua yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan adanya
i. Ajaran Materil
akan secara aktif menemukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak
pajak yang harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat
Utang pajak akan berakhir atau terhapuskan jika terjadi hal-hal sebagai
berikut:
1. Pembayaran/Pelunasan
kantor pos)
2. Kompensasi
3. Daluwarsa
Daluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam tertentu,
suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya maka utang pajak
dianggap telah lunas dan berakhir/dihapus dan tidak dapat ditagih lagi.
4. Pembebasan
Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan dihapus oleh fiskus
lagi memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena Wajib Pajak
pemikiran teoritis. Ada setidaknya lima landasan teoritis yang dijadikan dasar
lain:
1. Teori Asuransi. Logika dari teori ini mirip logika dalam pembayaran premi
melindungi jiwa, raga, harta dan hak-hak rakyat. Oleh karenanya, rakyat
negara.
dalam konteks besarnya beban pajak yang harus ditanggung oleh rakyat.
Dalam hal besarnya beban pajak, teori ini menyatakan bahwa besarnya
3
Siti Resmi “Perpajakan: Teori dan Kasus”, Buku 1, Edisi 5 (Cet.1;Jakarta:Salemba
Empat,2009) h.12-14
14
iuran atau kontribusi dalam bentuk pajak yang harus dibayar oleh orang
tersebut.
yang harus ditanggung oleh warga negara. Teori ini menyatakan bahwa
beban pajak harus sama berat bagi semua individu sesuai daya pikulnya.
teori ini adalah bahwa sebagai warga negara yang berbakti, maka rakyat
5. Teori Asas Daya Beli. Teori asas daya beli memberikan landasan
yaitu tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau
persentase tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi tarif tetap, tarif
a. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah uang atau angka yang tetap, berapapun
besarnya dasar pengenaan pajak. Di Indonesia tarif tetap diterapkan pada bea
materai. Pembayaran dengan menggunakan cek atau bilyet giro untuk berapa
pun jumlahnya dikenakan pajak sebesar Rp6.000. Bea Materai juga dikenakan
Tarif proposional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap
pengenaan pajak maka makin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan
4
Siti Resmi “Perpajakan: Teori dan Kasus”, Buku 1, Edisi 5 (Cet.1;Jakarta:Salemba
Empat,2009) h.6-7
16
diterapkan pada PPN (tarif 10%), PPh Pasal 26 (tarif 20%), PPh Pasal 23 (tarif
15% dan untuk jasa lain 2%), PPh WP Badan dalam negeri dan BUT (tarif
Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
5
Siti Resmi “Perpajakan: Teori dan Kasus”, Buku 1, Edisi 5 (Cet.1;Jakarta:Salemba
Empat,2009) h.15-17
17
1. Bumi : Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah objek pajak yang:
dengan itu;
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara
timbal balik;
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata:
Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.
Dalam Pasal 6 UU No.12 Th 1985 jo. UU No.12 Th 1994 jo. Pasal 2 (3)
Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan, yang menjadi dasar
pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)”. NJOP ditetapkan per
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar;
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak
Besarnya tarif PBB atas objek pajak yang dikenakan berdasarkan Pasal 5
UU No.12 Th 1985 jo. UU No.12 Th 1994 adalah 0,5%. Dalam Pasal 6 UU No.12
Th 1985 jo. UU No.12 Th 1994 jo. PP No.25 Tahun 2002, yang menjadi dasar
penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) atau assessment value,
yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya. NJKP ditetapkan
Pasal 7 UU No.12 Th 1985 jo. UU No.12 Th 1994 adalah dihitung dengan cara
20
mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) atau lebih
Pajak Bumi dan Bangunan untuk sektor Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi yang selanjutnya disebut PBB Migas adalah PBB atas Bumi dan/atau
bangunan yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Kegiatan usaha pertambangan Minyak dan
Gas Bumi yang dilakukan oleh Kontraktor adalah antara lain Eksplorasi dan
Eksploitasi.
6
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. (2008). Jakarta: Diperbanyak
oleh PT Mitra Wacana Media.
21
Sejenisnya.
Bumi dan/atau Gas Bumi, dari Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya
“Kawasan” dimana ditegaskan bahwa objek pajak yang dikenakan PBB Migas
adalah bumi dan/atau bangunan yang berada dalam kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Hal tersebut diatur
meliputi beberapa areal seperti (i) Areal Produktif, (ii) Areal Belum
Produktif, (iii) Areal Tidak Produktif, (iv) Areal Emplasemen, dan (v)
Areal Lainnya. Sedangkan untuk areal offshore hanya terdapat satu areal
saja yaitu areal offshore. Areal yang tidak termasuk dalam areal offshore
(i) Areal Produktif adalah areal tanah dan /atau perairan pedalaman di
produksi.
Minyak dan Gas Bumi yang tidak dapat atau telah selesai
Bumi
permukaan bumi. Tubuh Bumi terdiri dari 2 jenis yaitu (i) Tubuh Bumi
(i) Tubuh Bumi Eksplorasi adalah tubuh bumi yang berada di bawah
(ii) Tubuh Bumi Eksploitasi adalah tubuh bumi yang berada di bawah
secara tetap baik di areal onshore dan/atau offshore dan terdiri dari (i)
4. Subjek Pajak PBB Migas adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi
5. SPOP PBB (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) adalah sarana bagi Wajib
Pajak untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan dipakai sebagai dasar
untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (dalam hal ini PBB Migas)
bagian yang tidak terpisahkan dari SPOP. SPOP PBB Migas terdiri dari:
Khusus.
6. Dasar Pengenaan PBB Migas adalah NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) yang
NJOP Bumi terdiri dari (i) Permukaan Bumi, yang merupakan hasil
perkalian antara total luas areal yang dikenakan PBB Migas dengan NJOP
bumi per meter persegi, dan (ii) Tubuh Bumi, merupakan hasil perkalian
antara luas Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya dengan NJOP bumi
per meter persegi. NJOP Bangunan adalah hasil perkalian antara total luas
Tabel 2.1
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Migas untuk Areal Onshore
areal yang sama sekali tidak dapat ditentukan melalui penyesuaian terhadap nilai bumi
Areal Tidak Produktif Luas Areal x Nilai Bumi/M2
diusahakan atau dimanfaatkan. per meter persegi untuk Areal Belum Produktif
Tabel 2.2
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Migas untuk Areal Offshore
AREAL OFFSHORE
Objek Pajak Keterangan Formula NJOP Areal Formula NJOP Bumi/M2 Formula Nilai Bumi/M2 Nilai Bumi/M2
2
Hasil konversi Nilai Bumi/M ke Ditetapkan oleh keputusan Menteri
KEP No.163/PJ/2012 bahwa Nilai
dalam klasifikasi NJOP Bumi. Lihat dengan mempetimbangkan rata-rata nilai
Areal Offshore Areal perairan lepas pantai Luas Areal x NJOP Bumi/M2 Bumi/M2 untuk areal offshore
Lampiran 1A PMK 150 Tahun 2010 bumi untuk areal daratan terdekat dengan
ditetapkan sebesar Rp 3.998,-
mengenai klasifikasi NJOP Bumi areal offshore di wilayah Indonesia
Areal Lainnya Tidak Termasuk objek PBB Migas - - - -
Tabel 2.3
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Migas untuk Tubuh Bumi
TUBUH BUMI
Objek Pajak Keterangan Formula NJOP Areal Formula NJOP Bumi/M2 Formula Nilai Bumi/M2 Nilai Bumi/M2
Keterangan :
** Hasil Produksi Minyak Bumi adalah volume yang terjual (lifting) dalam satu
*** Harga minyak mentah Indonesia ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan
Perubahan.
27
*** Hasil produksi Gas Bumi adalah volume yang terjual (lifting) dalam satu
hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang secara garis besar
pustaka ini, diharapkan dapat memberi informasi mengenai topik penelitian yang
akan dilakukan.
pada Tahun 2005 oleh mahasiswi program sarjana Ilmu Administrasi Fiskal,
7
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2013 tentang Tata Cara Pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Untu Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi
dan Panas Bumi.
28
2009, yaitu berupa skripsi dengan judul “Kepastian Hukum Dalam Production
Sharing Contract”. Tujuan dari penelitian skripsi tersebut adalah untuk mengkaji
dapat digunakan untuk mengamati dan mengawasi pengolahan sumber daya alam
metode analisis data dengan teknik pengumpulan data literir atau library research
dimana teknik ini menggunakan cara mengkaji permasalahan dari segi hukumnya
tersebut.
Tambunan pada tahun 2012 dengan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan
Tujuan dari penelitian ini adalah (i) Menganalisis kontribusi PBB terhadap
penerimaan pajak daerah, dan share PBB terhadap PAD, pengeluaran pemerintah
dan PDRD. (2) Menganalisis dampak peningkatan faktor penentu Pajak Bumi dan
analisis kuantitatif dilakukan dalam model regresi linear berganda untuk variabel
29
Pajak Bumi dan Bangunan yang kemudian diestimasi dengan metode OLS
(Ordinary Least Square) dan dilanjutkan dengan simulasi dampak dan kontribusi
menggunakan metode SIMNLIN. Untuk penjelasan lebih detail, dapat dilihat dari
Tabel 2.4
Kajian Literatur dari Tiga Peneliti, yakni Nilasari Febrianti,
Muhammad Insan C. Paratama dan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Indonesia
mengalami peningkatan.
Peningkatan ini sejalan dengan
semakin meningkatnya
pengelolaan PBB.
4. Sesuai data, jumlah Wajib
Pajak, luas bumi/bangunan yang
dikenakan pajak dan luas
bangunan juga mengalami
peningkatan. Peningkatan nilai
PBB juga berkaitan dengan
semakin meningkatnya aktivitas
ekonomi masyarakat baik dari
jumlah maupun ukurannya.
terletak pada subjek peneilitian. Subjek pajak yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah Aspek Pajak Bumi dan Bangunan dalam Production Sharing Contract
di Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi pada PT XXX Energi. Peneliti akan
membahas apa saja yang menjadi issue pada Pajak Bumi dan Bangunan
khususnya pada sektor pertambangan untuk Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
Peneliti juga akan membahas upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh PT XXX
pemikiran penelitian ini, maka perhatikan melalui skema dari gambar 2.3 yang
akan dianalisis yaitu Industri Hulu Migas, Production Sharing Contract dan Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak dan Gas
35
Kegiatan Industri
Hulu Migas
Production Sharing
Contract
PBB Migas
36
BAB III
METODE PENELITIAN
data yang ada. Jenis penelitian ini tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi
meliputi analisis dan interpretasi tentang arti dari data itu, menjadi suatu wacana
dan konklusi dalam berpikir logis, praktis, dan teoritis. (Irawan: 2004: 60).
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
37
holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Migas dalam Production Sharing
yang mengatur dari segi sektor Migas yang mengaturnya dan dengan
saja yang akan dilakukan oleh Kontraktor dalam hal ini PT XXX Energi.
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
variable saja yaitu Production Sharing Contract. Di mana dari ini akan diperoleh
kaitan atau hubung anantara (i) Production Sharing Contract dengan Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Migas, (ii) Production Sharing Contract dengan Industri
Hulu Migas, dan (iii) Pajak Bumi dan Bangunan sektor Migas dengan Industri
Hulu Migas. Industi Hulu Migas dalam hal ini adalah PT XXX Energi.
38
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua) seperti buku,
jurnal, laporan dan yang lain-lain yang telah dipublikasikan sehingga data tersebut
telah tersedia. Namun karena data sekunder banyak mengandung informasi yang
bersifat subyektif, maka peneliti tetap mencantumkan data primer yang diperoleh
langsung dari objek yang diteliti dalam hal ini PT XXX Energi. Peneliti
a. Studi Kepustakaan
yang terjadi di lapangan dengan cara membaca dari sumber bahan cetak
studi kepustakaan adalah sebagai acuan teori yang akan digunakan untuk
b. Observasi
perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Migas dalam PT XXX Energi yang
bergerak di bidang Industri Hulu Migas, adalah analisis kualitatif. Metode analisis
observasi. Data pustaka dan observasi adalah data utama yang menjadi bahan
yang terkait dengan fenomena sosial. Analisis data dimulai dengan memperoleh
40
diperoleh, selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu
mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data
yang tidak diperlukan. Adapun analisis yang peneliti lakukan adalah dengan
perlakuan Pajak Bumi dan Bangunan Migas dalam Production Sharing Contract
pada Industri Hulu Migas dalam hal ini PT XXX Energi. Sebelum peneliti
judul penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih masalah yang timbul di
bidang Pajak Bumi dan Bangunan sektor Migas dalam Production Sharing
masalah lebih jelas, seperti melihat dasar kebijakan Pajak Bumi dan
Bumi.
data. Objek yang akan diteliti adalah Aspek Pajak Bumi dan Bangunan
Energi.
dilakukan peneliti.
42
BAB IV
Objek penelitian pada skripsi ini ialah PT XXX Energi yang terletak di
Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis aspek perpajakan Pajak
Bumi dan Bangunan sektor Minyak dan Gas Bumi pada PT XXX. PT XXX
bidang Industri Hulu Migas. Sejauh ini PT XXX Energi memiliki wilayah kerja
beberapa blok di dalam maupun luar negeri. PT XXX Energi bergerak di bidang
eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. Perusahaan ini telah memiliki
43
kapasitas produksi minyak bumi sebesar 50,000 barel per hari dan gas bumi
Electric Power Generation, LPG, diesel, transportasi gas, pengeboran rig dan batu
bara. PT XXX Energi berusaha untuk terus meningkatkan jumlah produksi, serta
prospek yang lebih baik. PT XXX Energi memiliki blok produksi yang beroperasi
b. Sumatera Selatan
c. Jawa Timur
d. Kalimantan Utara
e. Sulawesi Tengah
f. Riau
Dan juga memiliki lima wilayah kerja blok eksplorasi di Indonesia, yaitu:
b. Jambi
c. Jawa Timur
d. Kalimantan Utara
e. Kalimantan Tengah
44
a. Visi Perusahaan
b. Misi Perusahaan
menguntungkan.
c. Tata Nilai :
1. Profesional
i. Kompeten di bidangnya
kemampuannya
2. Etis
iii. Mengerti dan menaati etika perseroan dan kebijakan tata kelola
3. Terbuka
semua tingkatan
45
manajemen
yang tinggi
4. Inovatif
d. Strategi Usaha:
akuisisi
kemitraan
46
sebagai berikut:
Pajak Bumi dan Bangunan pada sektor Migas memiliki perbedaan dari
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan secara umum. Ketika berbicara mengenai
Pajak Bumi dan Bangunan Migas di Indonesia, sudah dipastikan bahwa hal ini
berkaitan dengan Industri Hulu Migas dan Production Sharing Contract. Dalam
penelitian ini peneliti akan menganalisis kegiatan perpajakan Pajak Bumi dan
47
Bangunan Migas pada PT XXX Energi khususnya untuk Wilayah Kerja di Blok
Kalimantan Utara. Blok Kalimantan Utara yang dimiliki oleh PT XXX Energi
memiliki luas wilayah sebesar 180.000.000 m2. Blok ini disahkan dalam
pada saat itu masih memegang kendali atas kegiatan Industri Hulu Migas) dan PT
XXX Energi, yang ditandatangani pada tanggal 7 Desember 2001 dengan jangka
Dengan merujuk pada kontrak ini di mana pada Section 5.2.17 disebutkan
tax including the final tax on profits after tax deduction imposed on it pursuant to
the Indonesian Income Tax Laws and its implementing regulations and comply
with the requirements of the tax law in particular with respect to filling returns,
assessments of tax, and keeping and showing of books and records”. Dalam ayat
adalah untuk Pajak Penghasilan dan Pajak Final dan tidak disebutkan Pajak Bumi
sebagai Subjek Pajak. Dalam section lain yaitu Section 5.3.2 juga disebutkan
bahwa ”Except with respect to Contractor’s obligation to pay the Income Tax and
the Final Tax on profits after tax deduction as set forth in clause 5.2.17 of this
including value added tax, transfer tax, export and import duties on materials,
equipment and supplies brought into Indonesia by Contractor, its contractors and
luar kewajiban Kontraktor dalam membayar pajak yang disebutkan dalam section
Indonesia lainnya termasuk Pajak Pertambahan Niilai (PPN), pungutan ekspor dan
Indonesia oleh Kontraktor. Berangkat dari 2 (dua) ayat di atas dapat dilihat bahwa
inilah skema perpajakan yang ada dalam Production Sharing Contract dan tidak
disebutkan adanya Pajak Bumi dan Bangunan yang harus dibayarkan oleh
melaporkan Pajak Bumi dan Bangunan Migas untuk setiap Wilayah Kerjanya
Desember 2006, kontraktor tidak pernah atau tidak diwajibkan atau tidak
diperintahkan untuk menghitung dan melapor Pajak Bumi dan Bangunan Migas
untuk masing-masing Wilayah Kerja nya (dalam hal ini Kalimantan Utara).
BPMIGAS setelah lembaga ini dibentuk pada tanggal 16 Juli 2002 melalui UU
No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta PP No.42 Tahun 2002
Bangunan sektor Migas dialihkan tugas nya kepada Kontraktor (“KKKS”) dalam
hal ini PT XXX Energi. Hal ini tertuang dalam Surat BPMIGAS No.
49
KKKS”. Alasan lain yang tidak tertuang dalam surat maupun peraturan
membantu Pemerintah dalam hal pembukuan perpajakan dalam hal ini Pajak
Bumi dan Bangunan sektor pertambangan Migas. Karena di sisi lain, Pemerintah
perkembangan serta perubahan yang terjadi dalam Wilayah Kerja nya masing-
masing. Berangkat dari hal tertulis di atas, peneliti akan menyajikan data dari
Tahun 2007 hingga Tahun 2014 terkait penghitungan dan pelaporan Pajak Bumi
dan Bangunan Migas pada PT XXX Energi untuk Wilayah Kerja di Kalimantan
Utara.
DATA OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI (Yang
dilaporkan dalam SPOP)
TAHUN 2007
PT XXX ENERGI BLOK KALIMANTAN UTARA
Bumi Bangunan
Luas Daratan Luas Perairan Luas
No Peruntukan Objek Unit
(Onshore)M2 (Offshore)M2 M2
1 Produktif 288,506 - -
2 Areal Belum Produktif
- Areal Penyelidikan Umum 179,711,494
10 Mei 2007 perihal Penyampaian SPOP PBB KKKS, maka dengan ini PT XXX
Energi dan untuk seluruh Kontraktor yang ada di Indonesia untuk pertama kalinya
menghitung sendiri atas objek Pajak Bumi dan Bangunan Migas pada tahun 2007
yang sebelumnya peran ini dilakukan oleh BPMIGAS (sebelum dibubarkan dan
DATA OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
(Yang dilaporkan dalam SPOP)
TAHUN 2008
PT XXX ENERGI BLOK KALIMANTAN UTARA
Onshore Offshore
Luas
No. Peruntukan Objek Luas M2 Unit Unit
M2
A. AREAL
a. Perkantoran 1,338 3
51
b. Gudang 200
2 Bangunan Penambangan
a. Sumur (well) 92
c. Separator 676
d. scrubber 235
e. pump 359
f. compressor 7
g. power generator 24
i. pipa 3,269
k. metering 52
menghitung PBB Migas sendiri, pada tahun berikutnya yaitu Tahun 2008
pelaporan Pajak Bumi dan Bangunan Migas ini termasuk dengan tampilan data
sukbkripsinya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan cara pelaporan data di tahun
areal. Perlu dijelaskan disini adalah Luas Wilayah Kerja seluas 180.000.000 m2
penambangan.
52
DATA OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
(Yang dilaporkan dalam SPOP)
TAHUN 2009
PT XXX ENERGI BLOK KALIMANTAN UTARA
Onshore Offshore
Luas
No. Peruntukan Objek Luas M2 Unit
M2 Unit
A. AREAL
b. Areal Eksplorasi
51,589
a. Perkantoran 1,338 3
2 Bangunan Penambangan
a. Sumur (well) 92 32
e. pump 360 3
f. compressor 7 1
g. power generator 25 3
3,270
k. metering 52
di Areal Eksplorasi yang berubah dari 21.914 m2 pada tahun 2008 dan menjadi
51.589 m2 pada tahun 2009. Hal ini biasa terjadi dalam suatu blok pertambangan
Minyak dan Gas Bumi ketika ada penambahan areal untuk eksplorasi atau
DATA OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
(Yang dilaporkan dalam SPOP)
TAHUN 2010
PT XXX ENERGI BLOK KALIMANTAN UTARA
Onshore Offshore
2 Luas
No. Peruntukan Objek Luas M Unit Unit
M2
A. AREAL
1,338
2 Bangunan Penambangan
a. Sumur (well) 92 32
c. Separator 676 3
d. scrubber 235 3
e. pump 360 6
f. compressor 7 1
g. power generator 25 3
i. pipa 3,270
k. metering 52
Dari tahun 2009 sampai tahun 2010 tidak ada perubahan untuk luasan
wilayah areal. Terlihat dari tahun 2009 sampai 2010 sudah mulai konsisten atas
tahun 2010 yang sebelumnya hanya 3 unit pada tahun 2009. Penambahan pompa
ini memilik alasan yang sama dengan adanya penambahan luas areal eksplorasi
Secara teknis peneliti sebagai awam coba menjelaskan alasan ketika ada
Bumi yaitu ketika pengeboran dalam satu sumur baru saja selesai dilakukan,
minyak/gas yang berada di bawah tanah/sumur tersebut akan mudah untuk keluar.
55
Kemudian ketika minyak/gas yang berada di sumur tersebut sudah mulai terkuras,
minyak/gas yang berada di dalam sumur tersebut atau dipaksa keluar sampai
habis.
DATA OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
(Yang dilaporkan dalam SPOP)
TAHUN 2011
PT XXX ENERGI BLOK KALIMANTAN UTARA
Onshore Offshore
2 Luas
No. Peruntukan Objek Luas M
Unit M2 Unit
A. AREAL
a. Perkantoran 1,338 3
2 Bangunan Penambangan
a. Sumur (well) 92 32
b. Water Treatment Plant (WTP) 8
c. Separator 676 3
d. scrubber 235 3
e. pump 360 3
f. compressor 7 1
g. power generator 25 3
h. tangki (tank) 22
56
1,245
i. pipa 4,118
k. metering 52
Dari data di atas, dapat dilihat di tahun 2011 jumlah pipa yang digunakan
pengurangan kembali menjadi 3 unit. Hal ini bisa terjadi atau bisa disebabkan
karena kegiatan pengeboran pada sumur di tahun 2010 sudah selesai dan di tahun
2011 PT XXX Energi mulai pengeboran di sumur lain. Pengeboran di sumur lain
di tahun 2011 ini memiliki dampak perubahan pada luasan pipa. Dapat dilihat dari
data sebelumnya bahwa luasan pipa pada tahun 2010 adalah seluas 3,270 m2 dan
bertambah di tahun 2011 menjadi 4,118 m2. Penambahan luasan atas bangunan
penambangan dalam hal ini pipa, memilki tujuan yang sama yaitu meningkatkan
bertambah, hal ini bisa dikarenakan setiap sumur yang dieksplorasi memiliki jarak
antara satu sama lain. Ketika para engineer menemukan adanya potensi dari
sumber minyak/gas di setiap wilayah, maka pipa ini digunakan untuk membuka
jalur untuk menuju wilayah yang berpotensi tersebut. Jadi, luasan pipa bisa selalu
DATA OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI (Yang
dilaporkan dalam SPOP)
TAHUN 2012
PT XXX ENERGI BLOK KALIMANTAN UTARA
Onshore Offshore
Luas
No. Peruntukan Objek Luas M2 Unit
M2 Unit
A. AREAL
a. Perkantoran 834 3
2 Bangunan Penambangan
a. Sumur (well) 92 32
c. Separator 676 3
d. scrubber 235 3
e. pump 360 3
f. compressor 7 1
g. power generator 25 3
i. pipa 4,118
k. metering 52
Bangunan sektor Minyak dan Gas Bumi. Dengan adanya sosialisasi atas
perubahan yang disebutkan di atas, pada tahun 2012 untuk “Areal Penyelidikan
Umum” berubah menjadi “Areal Lainnya” di mana defisini dari Areal Lainnya
sendiri adalah areal yang berada di dalam maupun di luar Wilayah Kerja yang
tidak termasuk Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal Tidak Produktif,
Areal Emplasemen dan Areal Pengamanan. Jadi menurut pemahaman yang baru
disebutkan di atas.
Wilayah Kerja Blok Kalimantan Utara. Pada tahun 2011 luas bangunan
perkantoran adalah 1,338 m2 dan berkurang menjadi 834 m2 di tahun 2012. Hal ini
tidak selalu bisa dijelaskan secara detail mengapa PT XXX Energi melakukan
yang ada, bangunan kantor dikurangi dan sisanya akan dibangun untuk gudang
pada tahun 2013. Gudang ini nantinya akan digunakan untuk menyimpan
59
peralatan dan kebutuhan lainnya terkait dengan produksi dan eksplorasi minyak
DATA OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI (Yang
dilaporkan dalam SPOP)
TAHUN 2013
PT XXX ENERGI BLOK KALIMANTAN UTARA
Onshore Offshore
2
No. Peruntukan Objek Luas M Unit Luas M2
Unit
A. AREAL ONSHORE
a. Gudang 121 1
c. Separator 676 4
d. scrubber 235 3
e. pump 360 3
60
f. compressor 14 2
g. power generator 25 3
i. pipa 6,132
k. metering 52
Pajak – Pajak Bumi dan Bangunan sektor Migas sesuai dengan yang telah
Direktur Jenderal Pajak No. PER-11/PJ/2012 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB
Migas. Sesuai dengan yang disosialisasikan pada tahun 2013, belum ada
PBB. Namun dari data yang didapat dari tahun 2013 ini banyak perubahan untuk
a. Areal Produktif berkurang dari 296,296 m2 pada tahun 2012 dan menjadi
b. Areal Belum Produktif bertambah dari 43,652 m2 pada tahun 2012 dan
c. Areal Emplasemen bertambah dari 7,937 m2 pada tahun 2012 dan menjadi
Tabel 4.9 Perubahan Data Objek PBB Migas (Bangunan) 2012 - 2013
a. Gudang, seperti yang sudah dijelaskan pada data sebelumnya yaitu pada
menjadi 132 m2 pada tahun 2013. Unit sumur juga berubah dari 32 sumur
pada tahun 2012 dan bertambah menjadi 44 sumur pada tahun 2013.
Energi.
unit atau 2 kali lipat dari tahun sebelumnya. Salah satu fungsi compressor
d. Dan terakhir adalah pipa, pipa berubah dari 4,118 m2 di tahun 2012 dan
DATA OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI (Yang
dilaporkan dalam SPOP)
TAHUN 2014
PT XXX ENERGI BLOK KALIMANTAN UTARA
Onshore Offshore
No. Peruntukan Objek Luas M2 Unit Luas M2
Unit
A. AREAL ONSHORE
a. Gudang 121 1
b. Bangunan penunjang lainnya
c. Separator 676 4
d. scrubber 237 6
e. pump 360 1
f. compressor 14 1
g. power generator 25 1
i. pipa 4,118 3
j. suar bakar (flare) 2 1
64
k. metering 52 1
l. building compressor 739 1
m. building hydrant pump 221 2
n. building control 66 1
o. tank fire fighting 210 2
Data yang terkahir yang akan diuraikan pada sub bab ini adalah data
Tahun 2014. Pada Tahun 2014 ini bisa dikatakan mulai mendekati cara pelaporan,
dilaksanakan Pemerintah pada tanggal 15-16 Januari 2014 tentang tata cara
pengisian SPOP PBB Migas, maka pada tahun 2014 ini beberapa Areal dan area
b. Areal Emplasemen turut berubah dari 43,106 m2 pada tahun 2013 dan
tahun 2013 luas sumur adalah 132 m2 dan bertambah menjadi 138 m2 serta
junlah sumur yang sebelumnya pada tahun 2013 adalah 44 unit, lalu pada
e. Scrubber adalah suatu fasilitas yang secara teknis digunakan ketika proses
perubahan luas dan unit pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 luas
scrubber adalah 235 m2 dan bertambah menjadi 237 m2 pada tahun 2014
serta jumlah scrubber di tahun 2013 adalah 3 unit dan bertambah menjadi
Tangki ini berubah luasannya dari tahun 2013 seluas 1,245 m2 dan menjadi
1,247 m2 di tahun 2014, serta unit yang bertambah dari 22 unit menjadi 3
unit.
Setelah PBB ini dibukukan oleh Kontraktor, maka tahap selanjutnya adalah
Sebelum masuk pada interpretasi hasil analisis data, peneliti akan terlebih
Berdasarkan pemetaan end to end bisnis Industri Minyak dan Gas Bumi
yang mulai dari pencarian minyak hingga penjualan Minyak dan Gas Bumi,
terdapat 2 jenis kegiatan usaha di industri Minyak dan Gas Bumi yakni usaha inti
(core business) dan usaha penunjang (non core business). Usaha inti terdiri dari
kegiatan hulu dan hilir. (Peneliti hanya akan menjelaskan kegiatan hulu)
Bisnis Hulu Migas memiliki empat karakter utama (i) Pertama, pendapatan
ini memiliki risiko dan ketidakpastian tinggi serta melibatkan teknologi canggih.
(iii) Ketiga, usaha hulu migas memerlukan investasi yang sangat besar. Namun,
dibalik semua risiko tersebut, industri ini memiliki karakter ke (iv) empat, yaitu
adalah yang mampu menyiasati tantangan dan meraih peluang dari empat karakter
tersebut.
Semua kegiatan industri hulu migas diawali oleh kegiatan eksplorasi, yaitu
menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di suatu
perkiraan cadangan migas yang ada dalam suatu Wilayah Kerja dan nilai
rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memproduksi minyak dan gas bumi
Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
68
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004, kegiatan usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
yaitu:
a. Penerimaan Negara;
69
f. Penyelesaian perselisihan;
negeri;
h. Berakhirnya kontrak;
adat; dan
Tahun 2004 juga menyatakan bahwa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
tingkat resiko dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Negara serta ketentuan
70
dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004, Kontrak Bagi Hasil atau
Prodcution Sharing Contract (PSC) adalah salah satu bentuk Kontrak Kerja Sama
Oil Company (IIAPCO). Kontrak ini tercatat sebagai PSC pertama dalam sejarah
PSC dapat diibaratkan dengan model usaha petani penggarap yang banyak
migas, “petani penggarap” ini adalah perusahaan migas baik nasional maupun
asing. Penggarap ini menyediakan semua modal dan alat yang dibutuhkan. Semua
pengeluaran ini tentunya harus disetujui pemilik sawah, karena modal tersebut
akan dikembalikan kelak saat panen. Penggantian ini, yang dalam dunia migas
71
dikenal dengan istilah cost recovery, hanya dilakukan jika “panen” tersebut
migas). Saat “panen” tiba, produksi akan dikurangkan terlebih dahulu dengan
modal yang harus dikembalikan, baru kemudian dibagi antara pemilik sawah
anugrah sumber daya migas karena modal dan teknologi disediakan oleh investor.
Di sisi lain, negara tidak terpapar risiko kegagalan eksplorasi karena biaya modal
dalam kondisi tersebut tidak diganti dalam skema cost recovery. Pemerintah
hulu migas dipegang oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Migas atau SKK Migas (dulu BPMIGAS) sebagai perwakilan Pemerintah dalam
PSC. Dengan adanya institusi ini, kendali atas bisnis hulu migas sepenuhnya di
tangan negara.
Di sisi lain, PSC juga mengatur bahwa sumber daya migas tetap milik
negara sampai titik serah. Berbeda dengan Kontrak Karya yang membagi hasil
penjualan migas, dalam sistem PSC, yang dibagi adalah produksi. Selama sumber
daya migas masih berada dalam wilayah kerja pertambangan atau belum lepas
dari titik penjualan yaitu titik penyerahan barang, maka sumber daya alam migas
tersebut masih menjadi milik Pemerintah Indonesia. PSC sampai saat ini masih
72
dipercaya sebagai model paling ideal untuk Indonesia. Sistem ini menjamin
penguasaan negara atas sumber daya migas sekaligus melindungi negara dari
tingkat risiko dan ketidakpastian yang tinggi dalam bisnis hulu migas
Ring Fencing Policy adalah kebijakan yang membatasi hak dan kewajiban
suatu Kontraktor (dalam hal ini KKKS) di satu Wilayah Kerja, tidak bisa
sama. Kontraktor yang memiliki lebih dari satu Wilayah Kerja tidak boleh
pendapatan di Wilayah Kerja B. Ring Fencing policy ini diatur dalam PP 35 tahun
2004 pasal 7. Tujuan dari kebijakan ini adalah agar kontraktor yang beroperasi di
biaya-biaya dari beberapa wilayah kerja tersebut baik untuk tujuan cost recovery
Sebagai konsekuensi dari ring fencing policy ini adalah adanya implikasi
pada rezim perpajakan yang berlaku, yaitu bahwa suatu entitas usaha hanya
Kerja yang berbeda). Sehingga setiap blok harus memiliki NPWP (SE-
75/PJ/1990).
b. Prinsip Uniformity
pembayaran pajak pada perusahaan biasa. Pembayaran pajak oleh kontraktor dan
juga pembayaran bagian negara atas bagi hasil migas disetor kepada negara (dulu
pajak. Penghitungan PPh migas akan sangat terkait dengan unsur-unsur biaya
dalam PSC. Sehingga apabila terjadi perbedaan pengakuan antara yang boleh di
recovery menurut SKK Migas dengan yang deductible oleh Direktorat Jendral
Pajak maka akan menimbulkan dispute angka PPh Migas. Oleh karena itulah
uniformity. Artinya biaya yang boleh di recovery menurut Badan Pengatur Migas
(SKK Migas) harus sama dan boleh dikurangkan menurut pajak.Dalam kontrak
PSC biasanya disebut dengan Exhibit C. Dengan demikian cost of oil harus sama
dengan cost of tax, atau biaya-biaya operasi yang boleh dibebankan (cost
74
recoverable) menurut kontrak PSC harus sama dengan biaya-biaya yang boleh
bawah ini. Hasil penelitian data yang telah dijabarkan di sub bab 4.2 dari tahun
2007 sampai dengan 2014 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
kegiatan menetapkan subjek Pajak atau Wajib Pajak dan besarnya pajak terutang
menetapkan ini berdampak seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 4.2
mengenai analisis data PBB Migas PT XXX Energi dari tahun 2007 sampai
dengan 2014. Seluruh kondisi yang berada di dalam kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak dan Gas Bumi telah diatur dan
dijelaskan dalam PER-45/PJ/2013 serta telah dibahas dalam kajian teori pada sub
bab 2.1.3.
Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa kegiatan hulu migas ini
secara sederhana dan singkat apa saja kegiatan pertambangan sektor minyak dan
adanya sumber daya minyak dan gas bumi dilihat dari kenampakkan
tersebut.
b. Eksplorasi Lanjut atau Rinci (Pre-Feasibility Study), survey ini terdiri diri
dari survey geologi, geokimia dan geofisika. Tujuan dari survey tersebut
adalah (i) Untuk mendapatkan informasi lebih baik mengenai kondisi geologi
c. Pemboran Eksplorasi, apabila dari data geologi, geokimia dan geofisika yang
diperoleh dari hasil survey rinci menunjukkan bahwa di daerah yang diselidiki
terdapat sumber daya minyak dan/atau gas bumi yang ekonomis untuk
Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah untuk membuktikan bahwa
adanya sumber daya minyak/gas bumi di daerah yang diselidiki dan menguji
model sistem panas bumi yang dibuat berdasarkan data-data hasil survey rinci.
delineasi adalah:
antiklinalnya.
76
cadangan yang dapat dieksploitasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk
menilai apakah sumber daya panas bumi yang terdapat di daerah tersebut
yang telah rusak baik itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya.
lingkungan fisik, kimia dan biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah,
kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan
reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu Pemulihan lahan bekas tambang
i. Asset Retirement & Dismantlement, tahap ini adalah tahap dimana aset-
aset yang telah dibangun pada areal Wilayah Kerja tidak lagi digunakan.
penghentian aset. Hal ini terjadi ketika suatu areal misalkan sumur sudah
nya adalah pipa, ketika pipa sudah tidak lagi digunakan untuk sumur
Dari kegiatan di atas, terdapat juga resiko ketika melakukan tahap-tahap tersebut.
berikut:
2. Kemungkinan jumlah sumur eksplorasi yang berhasil lebih sedikit dari yang di
3. Kemungkinan potensi sumur, baik sumur eksplorasi lebih kecil dari yang
Serangkaian kegiatan pertambangan sektor hulu migas ini yang salah satu
dari banyak menyebabkan perubahan pada luasan objek PBB Migas PT XXX
Energi. Pada tahun 2008 ke 2009 luasan areal Eksplorasi bertambah sebanyak
29,675 m2. Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di atas mengenai kegiatan
pertambangan hulu migas, dari sisi perusahaan hal ini disebabkan oleh ketika
79
titik-titik baru yang berpotensi memiliki sumber daya minyak dan/atau gas bumi
di bawah permukaan. Dengan ditemukannya titik baru selama periodik satu tahun
ini, maka secara otomatis areal eksplorasi dari PT XXX Energi bertambah pada
tahun 2009. Dari sisi Pemerintah hal ini sangat dapat diterima mengingat hal ini
dapat dibuktikan secara eksplisit maupun implisit. Menurut peneliti hal ini masih
tentang tata cara pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan
Migas. Klasifikasi objek pajak di dalam undang-undang jelas telah disebutkan dan
Sesuai dengan data yang didapat dari PT XXX Energi dari tahun 2010
Pertambangan seperti pipa, pompa, scrubber, tangki, compressor dan sumur yang
bertambah maupun berkurang. Secara teknis hal ini merupakan bagian yang tidak
Mulai dari saat pengeboran sumur dilakukan. Ketika sumur ditemukan dan layak
sumur selesai diproduksi dan atau sudah tidak dapat diproduksi lagi, maka kita
dilanjutkan lagi kegiatannya. Dari sisi perusahaan inilah yang dapat terjadi
terhadap objek-objek PBB Migas. Peneliti melihat hal ini masih cukup adil
mengingat ketika aset-aset yang sudah tidak tertanam lagi secara konstruksi di
Fasilitas/Penunjang. Pada tahun 2012 sampai dengan 2014 luasan dan unit
perkantoran serta gudang bertambah dan bekurang. Dari data yang disajikan
didalam penelitian ini belum menjabarkan apa saja detail dari bangunan
detil yang dimaksud. Berbicara tentang bangunan berarti erat kaitannya dengan
penunjang seperti semen, batu bata, kaca, kayu, atap, genteng, pagar, serta
kelas yang terendah hingga yang tertinggi atau murah dan mahal. Di dalam
termasuk objek PBB Migas, namun mengapa pada prakteknya fasilitas tersebut
dijadikan objek. Peneliti melihat hal ini sedikit berlebihan mengingat objek PBB
Migas adalah objek yang berkaitan langsung oleh kegiatan Eksplorasi dan
dan serta jenis semen yang digunakan merupakan fasilitas yang dibuat oleh
menurut Pemerintah hal ini layak ketika Kontraktor tidak dibebankan untuk
jawab Pemerintah dalam menanggung besarnya PBB Migas yang terutang. Hal ini
79 Tahun 2010 seperti halnya Wilayah Kalimantan Utara ini yang tidak
menanggung beban PBB Migas hingga Desember 2021, namun ketika kontrak
kerjasama ini diperpanjang, artinya kontrak kerjasama yang berlaku setelah tahun
menanggung beban PBB Migasnya dan hal ini akan merugikan bagi Kontraktor.
Peneliti bertentangan dalam hal ini mengingat kegiatan Industri Hulu Migas ini
sangat berperan dalam pendapatan Negara dan akan ada wilayah-wilayah baru
yang ditandatangani setelah berlakunya PP 79 Tahun 2010. Selain itu hal ini akan
terus berubah dari tahun ke tahun dan hal lain bisa saja terjadi di mana peraturan
Dalam sub bab ini peneliti akan membahas dan membuktikan kesesuaian
disebutkan bahwa “severally be subject to and pay GOI the income tax including
the final tax on profits after tax deduction imposed on it pursuant to the
Indonesian Income Tax Laws and its implementing regulations and comply with
the requirements of the tax law in particular with respect to filling of returns,
assessment tax, and keeping and showing of books and records”. Serta pada
obligation to pay the income tax and the final tax on profits after tax deduction as
set forth in clause 5.2.17 of this Section V, assume and discharge all other
Indonesian taxes of Contractor including value added tax, transfer tax, import
and export duties on materials, equipment and supplies brought into Indonesia by
Pertamina shall not to be obliged to pay Contractor’s Income Tax including the
final tax on profit after tax deduction nor taxes on tobaccos, liquor and personnel
income tax; and income tax and other taxes not listed above of contractors and
dibebankan oleh Pemerintah untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, dimana hal ini berlaku untuk Kontrak
Berangkat dari pemahaman atas isi Kontrak Kerjasama yang disebutkan di atas,
dilakukan oleh PT XXX Energi adalah hanya sebatas menghitung jumlah, besar
83
dan luasan objek PBB Migas. PT XXX Energi tidak dibebankan untuk
menghitung berapa nominal Rupiah yang harus dibayarkan atas objek PBB Migas
yang terutang sampai Kontrak Kerjasama ini berakhir yaitu pada bulan Desember
Tahun 2021.
tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan
Untuk Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, pada Pasal 9 ayat 1 sampai dengan
(1) Nilai bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
nilai bumi dengan total luas areal yang dikenakan PBB Migas
Jenderal Pajak
(2) Nilai bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
nilai bumi dengan total luas areal yang dikenakan PBB Migas
84
(3) Total nilai bumi untuk permukaan bumi onshore sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a, merupakan jumlah dari
(4) Nilai bumi per meter persegi masing-masing areal sebagaimana dimaksud
diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana
(5) Nilai bumi untuk Tubuh Bumi Eksploitasi dalam hal terdapat hasil
produksi yang terjual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c angka
yang terjual dalam satu tahun sebelum pajak x harga minyak mentah
Indonesia) + (hasil produksi Gas Bumi yang terjual dalam satu tahun
(7) Nilai bangunan per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (6) merupakan hasil pembagian antara total nilai bangunan dengan
(8) Total nilai bangunan sebagaimana dimaksud ayat (7) merupakan jumlah
Bahwa peneliti sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses kegiatan
perpajakan PBB Migas dalam PT XXX Energi, melihat bahwa data yang
dilaporkan oleh PT XXX Energi sudah sesuai dengan apa yang telah diatur dalam
Undang-undang. Data yang disajikan dalam skripsi ini cukup mewakilkan apa
yang telah tertuang dalam PER-45/PJ/2013 pasal 9, namun peneliti masih melihat
adanya kejanggalan dalam perhitungan yang diatur untuk bangunan. Pada Pasal 9
ayat (7), (8), dan (9), pengenaan objek PBB Migas hanya disebutkan untuk total
86
Penghasilan Di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, dimana atas PBB
Migas yang terutang akan dibebankan kepada Kontraktor. Hal ini masih menjadi
karena potensi kerugian yang akan ditanggung oleh para Kontraktor untuk blok-
blok atau wilayah-wilayah yang baru dan yang akan diperpanjang. PT XXX
Energi adalah salah satu dari banyak Kontraktor yang mengajukan pertanyaan
bahwa kelanjutan atas perlakuan Pajak di masa mendatang akan seperti apa,
karena mengingat akan besar sekali beban yang akan ditanggung para Kontraktor
BAB V
5.1 Kesimpulan
“Analisis Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
atas Industri Hulu Migas Dalam Production Sharing Contract Pada PT XXX
Energi (Studi Kasus Kalimantan Utara)” , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Migas terhadap PT XXX Energi sudah sesuai dengan apa yang tertulis di
Hal ini dapat dibuktikan dengan lampiran SPOP PBB PT XXX Energi
dikemudian hari adalah ketika kontrak atas PSC Kalimantan Utara ini
terutang sendiri. Hal ini masih belum mendapatkan keputusan final dari
5.2 Keterbatasan
yang sudah tercatat dan ter-record oleh PT XXX Energi yang berada di
dokumen.
90
Karena seluruh jawaban atas penelitian ini sudah tertulis secara jelas
5.3 Rekomendasi
Pajak atas kejelasan masa depan akan perlakuan PBB Migas yang nantinya
Data Pribadi
Agama : Islam
E-mail : ollazen@yahoo.com
Indonesia