Anda di halaman 1dari 118

LAPORAN KERJA PRAKTIK

DI
PT. TIMAH, Tbk.
PANGKAL PINANG – KEPULAUAN BANGKA

AKTIVITAS PENCUCIAN BIJIH TIMAH DAN PERHITUNGAN KADAR


SAMPEL (Sn) MENGGUNAKAN ALAT UC BALANCE DI TB 1.42 PEMALI
PT. TIMAH, Tbk.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikulum


pada Program Studi Teknik Pertambangan

Disusun Oleh:

M. Fahmi
NIM: 1504108010027

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSTAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DI
PT. TIMAH, Tbk.
PANGKAL PINANG – KEPULAUAN BANGKA
(2 Juli – 2 Agustus 2018)

AKTIVITAS PENCUCIAN BIJIH TIMAH DAN PERHITUNGAN KADAR


SAMPEL (Sn) MENGGUNAKAN ALAT UC BALANCE DI TB 1.42 PEMALI
PT. TIMAH, TBK.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikulum


pada Program Studi Teknik Pertambangan

Disusun Oleh:

M. Fahmi
NIM: 1504108010027

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSTAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : M. Fahmi


NIM 1504108010027
Jurusan/Program Studi : Teknik Pertambangan
Judul Laporan Kerja Praktik : Aktivitas Pencucian Bijih Timah dan Perhitungan
Kadar Sampel (Sn) Menggunakan Alat UC BALANCE di TB 1.42 Pemali PT.
TIMAH, Tbk.
Tempat Kerja Praktik : PT. TIMAH Tbk
Periode Kerja Praktik : 2 Juli – 2 Agustus

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Kerja Praktik ini benar-


benar merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap
karya milik orang lain (plagiat). Kutipan pendapat dan tulisan orang lain dirujuk
sesuai dengan tata cara dan norma penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam
tesis ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang
dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Banda Aceh, 26 Desember 2018


Yang Membuat Pernyataan

M. Fahmi
1504108010027

ii
LEMBARAN PENGESAHAN PROGRAM STUDI

Laporan Kerja Praktik ini merupakan laporan akhir dari pelaksanaan kerja praktik
di PT. TIMAH Tbk, TB 1.42 Pemali, Kepulauan Bangka mulai 2 Juli sampai
dengan 2 Agustus 2018.

Laporan kerja praktik ini disusun oleh:

Nama : M. Fahmi
NIM : 1504108010027
Program Studi : Teknik Pertambangan
Judul Laporan Kerja Praktik : Aktivitas Pencucian Bijih Timah dan
Perhitungan Kadar Sampel (Sn) Menggunakan Alat UC BALANCE di TB 1.42
Pemali PT. TIMAH, Tbk.

Banda Aceh, 26 Desesember 2018

Koordinator Kerja Praktik Pembimbing Kerja Praktik

Hendra Harisman, ST, M.Eng,sc Dr. Abrar Muslim, ST, M.Eng


NIP. 198311102018031001 NIP. 197205251999031002
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahiim, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas


rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktik ini.
Kerja Praktik ini berjudul “Aktivitas Pencucian Bijih Timah dan Perhitungan
Kadar Sampel (Sn) Menggunakan Alat UC BALANCE di TB 1.42 Pemali PT.
Timah, Tbk.” , sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu persyaratan
kurikulum studi di Program Studi (S1) Teknik Pertambangan, Jurusan Teknik
Kebumian, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Shalawat dan salam kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-
sahabatnya.
Laporan Kerja Praktik ini penulis susun berdasarkan studi literatur dan hasil
pengamatan di lapangan. Penulisan kerja praktek ini tidak terlepas dari motivasi dan
dukungan semua pihak terkait kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua Orangtua, Ayah, Ibu
serta keluarga yang selalu mendoakan dan memberi dukungan secara moril terhadap
penulis.
Kemudian penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. selaku Rektor Universitas Syiah
Kuala.
2. Bapak Dr. Ir. Taufiq Saidi, M.Eng. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala.
3. Bapak Marwan, S.Si., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kebumian
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
4. Ibu Ir. Pocut Nurul Alam, MT. selaku Koordinator Program Studi (S1)
Teknik Pertambangan Jurusan Teknik Kebumian Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala.

i
5. Bapak Hendra Harisman, ST., M.Eng.Sc. selaku Koordinator Kerja
Praktik Program Studi (S1) Teknik Pertambangan Jurusan Teknik
Kebumian Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
6. Bapak Dr. Abrar Muslim, ST., M.Eng selaku Pembimbing yang telah
membimbing dan membantu penulis dalam penulisan laporan Kerja
Praktik.
7. Bapak Nono Budi Priono selaku Kepala Bidang Rekayasa Penambangan
dan Pengolahan.
8. Bapak Andri Zulfitri selaku Pembimbing I Kerja Praktik yang telah
membantu selama Kerja Praktek.
9. Bapak M. Gibran, S.T selaku Pembimbing II dan Kepala Bagian
Pengawasan Tambang di Tambang Besar 1.42 Pemali PT. Timah Tbk.
10. Kepada kedua orang tua tercinta yang telah mensupport dan memberi
motivasi dalam hal apapun baik materil maupun non materil.
11. Seluruh karyawan Divisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi dan
juga seluruh karyawan yang berada dibawah naungan PT. Timah, Tbk.
12. Rekan seperjuangan kerja praktek, Siti Syariffah Zahra, Syafdarul
Achyar, Naufal Effendi, M. Kahfi Adrian, M. Zaki Mubarak yang telah
membantu dalam penulisan laporan kerja praktek ini.
13. Kepada Lita Aulita Dufanov yang telah membantu dan memotivasi
penulis dalam penulisan laporan kerja praktek ini.
14. Kepada semua rekan dari universitas ITB, AGP, UBB, UNSRI yang telah
memotivasi dan membantu selama Kerja Praktik berlangsung.
Penulis menyadari akan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan Kerja
Praktik ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan laporan ini.
Banda Aceh, 26 November 2018

M. Fahmi
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN......................................................ii
LEMBARAN PENGESAHAN PRODI..............................................................iii
LEMBARAN PENGESAHAN TEMPAT KP...................................................iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sejarah PT. TIMAH Tbk...............................................................................1
1.2 Visi Misi PT. TIMAH Tbk............................................................................3
1.2.1 Visi....................................................................................................3
1.2.2 Misi....................................................................................................4
1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah....................................................................4
1.4 Struktur Organisasi PT. Timah Tbk..............................................................5
1.5 Kepemilikan Saham......................................................................................6
1.6 Bidang Usaha PT.Timah, Tbk.......................................................................6
1.7 Sejarah Eksplorasi.........................................................................................7
1.7.1 Penambangan Darat dan Laut............................................................7
1.7.2 Pengolahan dan Peleburan.................................................................8
1.8 Prestasi dan Penghargaan PT. TIMAH, Tbk. (2011 – 2017).......................8
1.9 Kebijakan K3................................................................................................9

vi
1.10 Pengelolaan Lingkungan...............................................................................10
1.10.1 Eksplorasi..........................................................................................10
1.10.2 Limbah Penamabangan.....................................................................12
1.11 Manajemen Berkelanjutan Perusahaan.........................................................14
1.12 Produk PT. TIMAH Tbk...............................................................................15
1.13 Pemasaran.....................................................................................................16

BAB II URAIAN PROSES


2.1 Penambangan Timah.....................................................................................17
2.2 Eksplorasi......................................................................................................17
2.3 Operasional Penambangan............................................................................18
2.4 Proses Penambangan.....................................................................................18
2.4.1 Land Clearing....................................................................................19
2.4.2 Proses Pengupasan dan Pemindahan Tanah Penutup........................19
2.4.3 Proses Penggalian dan Pemindahan Bijih Timah..............................21
2.5 Peralatan Tambang dan Kegiatan yang Dilakukan.......................................22
2.6 Proses Pencucian dan Pengeringan...............................................................23
2.6.1 Monitor dan pompa...........................................................................24
2.6.2 Screening...........................................................................................25
2.6.3 Jigging...............................................................................................27
2.6.4 Sakhan (Sluice Box)..........................................................................29
2.6.5 Lobi...................................................................................................31
2.6.6 Ball Mill............................................................................................32
2.6.7 Meja Goyang ( Shaking Table).........................................................32
2.7 Rotary Dryer..................................................................................................33
2.8 Magnetic Separator.......................................................................................34
2.9 Transportasi...................................................................................................35
2.10 Produk PT. TIMAH Tbk...............................................................................36

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

vii
3.1 Pengertian Timah..........................................................................................37
3.2 Ganesa Terbentuknya Endapan Bahan Galian Timah..................................39
3.3 Endapan Timah.............................................................................................40
3.3.1 Endapan Timah Primer......................................................................40
3.3.2 Endapan Timah Sekunder.................................................................42
3.4 Metode Penambangan Open Pit....................................................................43
3.4.1 Tahap Persiapan................................................................................44
3.4.2 Operasi Penambangan.......................................................................45
3.4.3 Sistem Penambangan Timah.............................................................46
3.4.4 Alat Pendukung Penambangan..........................................................46
3.5 Alat-Alat Pencucian......................................................................................47
3.5.1 Monitor..............................................................................................47
3.5.2 Pompa................................................................................................48
3.6 Alat-Alat Pemisahan.....................................................................................49
3.6.1 Screen................................................................................................49
3.6.2 Jigging...............................................................................................49
3.6.3 Sakhan (Sluice Box)..........................................................................64
3.6.4 Lobi...................................................................................................65
3.6.5 Meja Goyang.....................................................................................66
3.7 Menentukan kadar Sn dengan alat UC BALANCE.......................................66

BAB IV PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS


4.1 Judul Tugas Khusus......................................................................................67
4.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek............................................67
4.3 Objek Pelaksanaan Tugas Khusus................................................................67
4.4 Latar belakang...............................................................................................67
4.5 Rumusan Masalah.........................................................................................69
4.6 Tujuan Tugas Khusus....................................................................................69

4.7 Batasan Masalah............................................................................................70

viii
4.8 Metodologi Penyelesaian Tugas Khusus......................................................70

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Rencana Kerja...............................................................................................71
5.2 Mekanisme pencucian bijih timah di TB 1.42 Pemali..................................72
5.3 Proses Pencucian...........................................................................................72
5.3.1 Stockpile............................................................................................72
5.3.2 Monitor..............................................................................................74
5.3.3 Pompa................................................................................................75
5.3.4 Grizzly Screen...................................................................................76
5.3.5 Rotary Screen....................................................................................77
5.3.6 Bak Distribusi....................................................................................78
5.3.7 Jig......................................................................................................79
5.3.8 Sakhan (Sluice Box)..........................................................................89
5.3.9 Lobi...................................................................................................90
5.3.10 Shacking Table..................................................................................91
5.4 Perhitungan Kadar Sampel (Sn) pada Jig di TB 1.42 Pemali.......................91
5.4.1 Perhitungan Kadar Sampel (Sn) menggunakan alat
UC BALANCE...................................................................................91
5.4.2 Perhitungan kadar pada masing-masing sampel yang diambil.........93

BAB IV PENUTUP
6.1 Kesimpulan...................................................................................................95
6.2 Saran..............................................................................................................96

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................97
DAFTAR LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Peta Lokasi PT. TIMAH Tbk..........................................................5
Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. TIMAH Tbk.............................................5
Gambar 1.3 Kepemilikan Saham PT. TIMAH Tbk............................................6
Gambar 2.1 Land Clearing.................................................................................19
Gambar 2.2 Pengupasan OB dengan Excavator.................................................20
Gambar 2.3 Proses Merapikan OB dengan Bulldozer........................................20
Gambar 2.4 Articulated Dump Truck.................................................................21
Gambar 2.5 Grizzly Screen.................................................................................26
Gambar 2.6 Rotary Screen..................................................................................26
Gambar 2.7 Jig Primer.......................................................................................27
Gambar 2.8 Spigot..............................................................................................28
Gambar 2.9 Jig Clean Up...................................................................................29
Gambar 2.10 Sakhan Pada Instalasi Jig Sekunder................................................30
Gambar 2.11 Sakhan Pada Gudang Pencucian.....................................................30
Gambar 2.12 Lobi.................................................................................................31
Gambar 2.13 Ball Mill..........................................................................................32
Gambar 2.14 Meja Goyang (Shaking Table)........................................................33
Gambar 2.15 Rotary Dryer...................................................................................34
Gambar 2.16 Magnetic Separator.........................................................................34
Gambar 2.17 Transportasi ke GBT.......................................................................35
Gambar 3.1 Proses Pengendapan Timah Primer dan Sekunder dan
Pengontrol Utamanya......................................................................40
Gambar 3.2 Penampang Pembagian Endapan Placer........................................42
Gambar 3.3 Batas Ukuran Partikel Untuk Proses Konsentrasi...........................50
Gambar 3.4 Proses Pemisahaan Pada Jig...........................................................51

xi
Gambar 3.5 Pulsion............................................................................................52
Gambar 3.6 Suction.............................................................................................53
Gambar 3.7 Differential Acceleration................................................................54
Gambar 3.8 Hindered Settling............................................................................54
Gambar 3.9 Consolidation Trickling..................................................................55
Gambar 3.10 Proses Jigging.................................................................................56
Gambar 3.11 Siklus Jigging..................................................................................56
Gambar 3.12 Sketsa Penampang Bagian Dalam Jig Type Pan-America.............57
Gambar 3.13 Gelombang Pergerakan Panjang Pukulan Pada Jig........................58
Gambar 3.14 Arah Gerak Fluidization Terhadap Terminal Velocity Mineral
Pada (a) Kondisi Pulsion, (b) Kondisi Suction...............................59
Gambar 3.15 Gaya-Gaya yang Berpengaruh pada Gerak Jatuh Partikel di
Fluida..............................................................................................60
Gambar 5.1 Rencana Kerja 2018 TB 1.42 Pemali.............................................71
Gambar 5.2 Diagram Alir Proses Pengolahan di TB 1.42 Pemali......................72
Gambar 5.3 Dumping Area TB 1.42 Pemali.......................................................73
Gambar 5.4 Stockpile TB 1.42 Pemali................................................................73
Gambar 5.5 Monitor...........................................................................................75
Gambar 5.6 Penyemprotan pada Stockpile.........................................................75
Gambar 5.7 Grizzly Screen.................................................................................77
Gambar 5.8 Pulp Menuju Grizzly Screen...........................................................77
Gambar 5.9 Rotary Screening.............................................................................78
Gambar 5.10 Bak Distribusi.................................................................................78
Gambar 5.11 Pulsion dan Suction pada Jigging...................................................80
Gambar 5.12 Proses Pemisahan Jigging...............................................................80
Gambar 5.13 Saringan Jig.....................................................................................82
Gambar 5.14 Batuan Hematite..............................................................................83
Gambar 5.15 Rooster............................................................................................83
Gambar 5.16 Membran.........................................................................................84
Gambar 5.17 Spigot..............................................................................................85
Gambar 5.18 Motor Penggerak jig.......................................................................85
Gambar 5.19 Eksentrik.........................................................................................86
Gambar 5.20 Dimensi Kompartemen...................................................................86
Gambar 5.21 Jig Primer........................................................................................87
Gambar 5.22 Kompartemen Jig Primer................................................................87
Gambar 5.23 Tailing Jig Primer...........................................................................88
Gambar 5.24 Jig Sekunder....................................................................................89
Gambar 5.25 Sakhan (Sluice Box)........................................................................89
Gambar 5.26 Lobi.................................................................................................90
Gambar 5.27 Shaking Table..................................................................................91
Gambar 5.28 Sampel Sn.......................................................................................92
Gambar 5.29 Kaleng yang Diisi dengan 100gr Sampel.......................................92
Gambar 5.30 Perhitungan Kadar dengan UC BALANCE.....................................93
Gambar 5.31 Perhitungan Kadar Sn.....................................................................93
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Jenis-Jenis Tanaman Reklamasi............................................................11
Tabel 2.1 Peralatan Tambang dan Kegiatan yang Dilakukan................................22
Tabel 3.1 Mineral Asosiasi Bijih Timah dan Karakteristik....................................37
Tabel 3.2 Standar Tekanan Air yang Dibutuhkan untuk Pemberaian Lapisan
Tanah......................................................................................................48
Tabel 5.1 Perbedaan Jig Primer dan Jig sekunder pada TB 1.42 Pemali...............86

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN A
A. 1 Tabel Kadar Sn menggunakan uji UC BALANCE..........................................98
LAMPIRAN B
B.1 Perhitungan Kadar Sn menggunakan UC BALANCE......................................99
LAMPIRAN C
C.1 Peta Lokasi Rencana Kerja Penambangan di TB 1.42 Pemali........................100
C.2 Struktur Organisasi PT. TIMAH Tbk..............................................................101

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Sejarah PT. TIMAH Tbk

PT. TIMAH, Tbk merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang usaha pertambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan
eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran dan distribusi. Perseroan
mewarisi sejarah panjang usaha penambangan timah di Indonesia yang sudah
berlangsung lebih dari 300 tahun. Kegiatan penambangan timah secara sederhana di
Pulau Bangka telah berlangsung sejak abad ke-18 atau sekitar tahun 1709 sejak
ditemukannya timah di daerah Merawang dan Muara Ulim.
Sejarah pendirian Perseroan bisa dikelompokkan dalam tiga periode, yaitu
Masa Penjajahan Belanda (Masa Kolonial), Masa Penjajahan Jepang dan Masa
Kemerdekaan. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda sejak tahun 1772,
penambangan mineral timah di Indonesia tersebar di daratan dan perairan sekitar
kepulauan Bangka, Belitung dan Singkep. Selama masa kolonial, penambangan timah
di Bangka, Belitung dan Singkep dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Hindia
Belanda.
Kekuasaan Belanda atas penambangan timah kemudian beralih kepada Jepang
pada masa Perang Dunia II (1942-1945). Penambangan timah dilaksanakan oleh
perusahaan Jepang Mitsubishi Nagyoja Kaisha. Setelah Jepang kalah perang,
penambangan timah dikuasi kembali oleh perusahaan Belanda pada tahun 1946-1952.
Setelah Indonesia merdeka, penguasaan penambangan timah tidak langsung
berpindah tangan, karena pemerintah Belanda baru menyerahkan kedaulatan negara
kepada Indonesia pada tahun 1949, dan masa kontrak perusahaan Belanda baru
berakhir pada tahun 1952. Sekitar tahun 1953-1958, pemerintah Indonesia
menasionalisasikan ketiga perusahaan yang didirikan Pemerintah Hindia Belanda,

1
yaitu BTW, GMB dan NV. SITEM menjadi tiga Perusahaan Negara. Tahun 1961,
Pemerintah membentuk Badan Pimpinan Umum (BPU) perusahaan-perusahaan
pertambangan timah negara, yang mengkoordinasi semua kegiatan penambangan
timah di Pulau Bangka, Pulau Belitung, dan Pulau Singkep. Tahun 1968, ketiga
entitas perusahaan tersebut bersama dengan BPU dikonsolidasikan menjadi
Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah.
Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No.
19 tahun 1969, maka status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah
Mentok pada tahun 1976 berubah menjadi Perusahaan Persero yang 100% sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah. Dan, sesuai Akta No.1 Tahun 1976 yang dibuat pada
tanggal 2 Agustus 1976, nama PN Tambang Timah berubah menjadi PT Tambang
Timah (Persero).
Pada tahun 1985 terjadi krisis industri timah dunia akibat hancurnya The
International Tin Council (ITC). Harga timah dunia yang semula US$ 13.000/ton
terus turun hingga menjadi US$ 5.300/ton pada tahun 1990. Akibat keadaan tersebut
membuat PT. Tambang Timah menghadapi berbagai permasalahan terutama defisit
anggaran hingga 300 milyar rupiah. Hal telah memicu Perseroan untuk melakukan
perubahan mendasar dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi
perusahaan yang dilakukan dalam kurun 1991-1995, meliputi program-program
relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang pada tahun 1991, reorganisasi dengan
melakukan penyusutan karyawan dari 25.000 orang menjadi 5.500 orang pada tahun
1996, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta pelepasan aset dan
fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok Perseroan.
Langkah-langkah restrukturisasi berhasil memulihkan kesehatan dan daya
saing Perseroan. Setelah pembenahan tersebut, Pemerintah pada 1995 melakukan
privatisasi dengan mencatatkan saham PT. Tambang Timah di Bursa Efek Jakarta,
Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) dan Bursa Efek London
(London Stock Exchange) serta mengubah nama perusahaan menjadi PT Timah Tbk.
(Sutedjo, S., 2007).
Sebagai perusahaan induk PT. TIMAH Tbk mempunyai anak-anak
perusahaan yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. PT. Tambang Timah
PT. Tambang Timah bergerak dalam bidang pertambangan timah dan mineral
ikutan lainnya, serta bahan galian industri. PT. Tambang Timah juga bergerak di
bidang jasa dan perdagangan.
2. PT. Timah Industri
PT. Timah Industri bergerak dalam bidang usaha perdagangan, perekayasaan,
keteknikan industri, dan jasa.
3. PT. Timah Eksplomin
PT. Timah Eksplomin bergerak dalam menyediakan jasa di bidang
penyelidikan tambang, eksplorasi, analisis laboratorium contoh mineral bahan galian,
pembuatan studi kelayakan, penyelidikan geologi teknik, dan penyelidikan
geohidrologi.
4. PT. Timah Investasi Mineral
PT. Timah Investasi Mineral bergerak dalam bidang jasa investasi dan
konsultasi usaha pertambangan.
5. PT. Dok dan Perkapalan Air Kantung
PT. Dok dan Perkapalan Air Kantung menyediakan jasa perbengkelan,
galangan kapal, dan jasa pelayanan kapal penumpang untuk karyawan PT. Timah
Tbk.

1.2 Visi Misi PT. TIMAH Tbk

Sebagai salah satu perusahaan yang ternama di Indonesia PT. TIMAH Tbk
mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

1.2.1 Visi
“Menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang ramah
lingkungan”
1.2.2 Misi
1. Membangun sumberdaya manusia yang tangguh, unggul dan bermartabat.
2. Melaksanakan tata kelola penambangan yang baik dan benar.
3. Mengoptimalkan nilai perusahaan dan kontribusi terhadap pemegang saham serta
tanggung jawab sosial.

1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Pulau Bangka adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah Timur Sumatera,
Indonesia dan Termasuk ke dalam Provinsi Bangka Belitung. Pulau Bangka
mempunyai luas ±12.700 km². Bentuk pulau Bangka memanjang ke arah Tenggara
dari Arah Barat sepanjang 180 km. Secara astronomis Pulau Bangka terletak pad
180’ LS
– 370’ LS dan 105’ BT. Secara Geografis pulau Bangka sebelah Utara berbatasan
dengan Laut Cina Selatan dan Laut Natuna, sebelah Selatan dengan Laut Jawa,
Sebelah timus dengan selat Gaspar dan sebelah Barat berbatasan dengan selat
Bangka.
Lokasi kantor pusat PT. Timah Tbk berada di Ibukota Pangkal Pinang,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sedangkan Tambang Besar (TB) 1.42 Pemali
berada di Desa Pemali, Kabupaten Bangka.
Perjalanan yang dilakukan dari Cengkareng, Jakarta melalui jalur udara
dengan waktu tempuh 1 jam 20 menit, sesampaikan di Bandara Depati Amir menuju
ke kantor pusat PT Timah Tbk di Pangkal Pinang, dengan waktu tempuh sekitar 30
menit lewat jalur darat. Sedangkan lokasi ke Tambang Besar (TB) 1.42 Pemali
dibutuhkan waktu sekitar 45 menit lewat jalur darat dengan kondisi jalan beraspal.
Berikut merupakan peta lokasi PT. TIMAH Tbk dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Peta Lokasi PT. TIMAH Tbk

1.4 Struktur Organisasi PT. Timah Tbk

Struktur organisasi suatu perusahaan dibuat guna meningkatkan kinerja dari


setiap divisi penyokong dalam suatu perusahaan. Dengan struktur organisasi yang
optimal maka diharapkan mampu mendukung pencapaian target disetiap tahunnya.
Penyusunan struktur organisasi dibuat berdasarkan spesifikasi dan fungsi kinerja yang
ada sehingga dapat dipertanggung jawabkan seperti Gambar 1.2 dibawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. TIMAH Tbk
1.5 Kepemilikan Saham

Struktur kepemilikan dan grup usaha PT. TIMAH Tbk yaitu tersusun sebagai
berikut yang terlihat pada Gambar 1.3 di bawah ini:

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 1.3 Kepemilikan Saham PT. TIMAH Tbk

1.6 Bidang Usaha PT.TIMAH, Tbk.

Berdasarkan anggaran dasar, PT. TIMAH, Tbk merupakan Badan Usaha


Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan timah
terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan dan peleburan
hingga pemasaran dan distribusi.
1.7 Sejarah Eksplorasi

PT. TIMAH, Tbk sebagai sebuah perusahaan tambang yang bisnis utamanya
di pertambangan timah, secara terus menerus melakukan kegiatan eksplorasi timah
baik di darat maupun di laut. Tahun 2015, luas seluruh Izin Usaha Penambangan
(IUP) yang dimiliki oleh Perseroan di darat sebesar 327.524 hektar, sedangkan luas
IUP di laut 183.837 hektar. Kegiatan eksplorasi telah dilakukan selama lebih dari 50
tahun dan saat ini masih dapat melakukan pengembangan kegiatan eksplorasi untuk
memperbesar jumlah sumber daya yang dimiliki.

1.7.1 Penambangan darat dan laut


PT. TIMAH, Tbk melakukan operasi penambangan timah di darat dan di laut.
Kegiatan penambangan darat dilakukan perusahaan di wilayah Izin Usaha
Pertambangan (IUP) yang berlokasi di sebagian besar Pulau Bangka dan Belitung
serta Kepulauan Riau. Proses penambangan timah darat (alluvial) menggunakan
metode pompa semprot (gravel pump) yang pengoperasiannya sesuai dengan
pedoman atau prosedur penambangan yang baik (Good Mining Practice). Untuk
penambangan lepas pantai, menggunakan kapal keruk dengan jenis Bucket Line
Dredges dengan ukuran mangkuk mulai dari 7 cuft sampai dengan 24 cuft dan dapat
beroperasi mulai dari 15 sampai 50 meter dibawah permukaan laut dengan
kemampuan gali mencapai 3,5 juta meter kubik material setiap bulannya.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi di laut, PT. TIMAH, Tbk
membangun Kapal Isap Produksi dengan kemampuan gali mencapai 25 meter
dibawah permukaan laut sehingga dapat menjangkau cadangan sisa dari kapal keruk
dan pengembangan Bucket Wheel Dredges yang nanti akan menggantikan kapal
keruk jenis Bucket Line yang mempunyai kemampuan gali sekitar 70 meter kubik di
bawah permukaan laut.
1.7.2 Pengolahan dan peleburan
Pengolahan dan peleburan bijih timah yang dihasilkan tambang laut dan
tambang darat dengan kadar Sn yang berkisar antara 20 – 30% diproses di Pusat
Pencucian Bijih Timah untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya dan ditingkatkan
kadarnya hingga mencapai 72 – 74% sebagai syarat utama peleburan. Proses
peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat
diperlukan untuk mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan
kadar Sn yang tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah.
Setelah bijih timah ditingkatkan kadar Sn nya, bijih timah siap dilebur
menjadi logam timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas tinggi dan
kadar timbal (Pb) yang rendah maka harus dilakukan pemurnian dengan
menggunakan crystallizer dan electrolytic refining. Dalam proses peleburan,
perusahaan mengoperasikan 12 tanur, dimana 2 unit tanur berada di daerah Kundur,
Kepri dan 7 unit tanur berada di daerah Mentok, Bangka. Sedangkan yang 3 unit
tanur di Mentok sudah diganti dengan pembangunan fumming. Produk akhir yang
dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala berat
berkisar antara 16 kg sampai dengan 30 kg per batang. Selain itu logam timah juga
dapat dibentuk sesuai dengan permintaan pelanggan dan mempunyai merek dagang
yang bersertifikasi dan terdaftar di Bursa Logam London (LME).

1.8 Prestasi dan Penghargaan PT. TIMAH, Tbk

Berikut ini merupakan daftar prestatsi dan penghargaan yang diperoleh PT.
TIMAH Tbk dari tahun 2011–2017 (PT. TIMAH Tbk):
1. Perdana BPEA 2017, Timah Raih Good Performance
2. BUMN pertambangan timah ini terpilih sebagai satu dari 20 Besar Perusahaan
GCG Terbaik di Indonesia dan Peringkat III dalam kategori Perusahaan
BUMN (Persero) Tbk.
3. The Most Popular Company 2017
4. ANRI(Arsip Nasional Award 2017
5. PT Timah Tbk sebagai pemabayar pajak terbesar
6. PT Timah Tbk sebagai Silver Winner di InMA 2017
7. PT Timah Tbk sebagai The Winner of Indonesia Most Innovative Award 2017
8. PT Timah Tbk sebagai Indonesia Most Trusted & Trusted Company dari IICG
9. PT Timah Tbk sebagai Winner Best Sustainability Reporting Award 2015
10. PT Timah Tbk sebagai Juara 3 Zero Accident Arwad 2016
11. PT Timah Tbk sebagai Cect CSR Award 2016
12. PT Timah Tbk sebagai Silver Winner LLC Award 2016
13. PT Timah Tbk raih Indikator BUMN Award 2015
14. PT Timah Tbk raih Predikat Perusahaan Terpercaya 2014
15. PT Timah Tbk raih Emas “Adhigatra Rekayasa” dalam PII Award 2014
16. PT Timah Tbk raih Zero Accident Award 2012
17. PT Timah Tbk raih Achievement CIO Award 2012 dan 2011
18. PT Timah Tbk raih The Best 3rd IICD Corporate and Award 2011
19. PT Timah Tbk raih ISRA 2011

1.9 Kebijakan K3

PT. TIMAH Tbk sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan


timah menyadari sepenuhnya resiko dan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas
pertambangan terhadap pekerja, karyawan, masyarakat, para pemangku kepentingan
dan lingkungan sekitarnya.
Seluruh jajaran dan manajemen dan karyawan PT. Timah Tbk sepakat dan
bertekad untuk mengoptimalkan dampak positif dan meminimalkan resiko serta
dampak negatif dengan menerapkan Good Mining Practice atau praktek
penambangan yang baik dengan cara:
1. Menaati peraturan perundangan serta norma-norma Keselamatan Kerja dan
pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Mencegah sedini mungkin terjadinya pencemaran, kecelakaan kerja, dan penyakit
akibat kerja.
3. Meningkatkan keterampilan karyawan dalam pemeliharaan Keselamatan
Kesehatan Kerja serta pengendalian dampak lingkungan.
4. Meningkatkan kepedulian terhadap masalah Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Hidup.
5. Melakukan perbaikan secara terus menerus dalam bidang Keselamatan Kerja dan
Lingkungan Hidup.

1.10 Pengelolaan Lingkungan

Dalam melakukan kegiatan penambangan PT. TIMAH Tbk sebagai salah satu
perusahaan yang turut memperhatikan kondisi lingkungan ikut malakukan kegiatan
pengelolaan lingkungan yang diantaranya yaitu mulai dari ekplorasi hingga sampai ke
pengelolaan limbah hasil pengolahan timah.

1.10.1 Eksplorasi
Kegiatan menambang berpotensi mengubah bentang alam dan mengganggu
ekosistem yang berada dikawasan tambang. Oleh sebab itu, sejak adanya kegiatan
operasi penambangan direncanakan PT. TIMAH Tbk memberikan perbaikan khusus
bagi perbaikan kembali kualitas lingkungan. Terutama pada masa pasca tambang
sehingga kondisi lingkungan di upayakan bisa kembali seperti sediakala serta secara
tegas mengatur kegiatan penambangan yang hanya dilakukan di lokasi-lokasi Kuasa
Pertambangan (KP) dan dikawasan yang bukan termasuk hutan lindung.
PT. TIMAH Tbk sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan
timah menyadari sepenuhnya resiko dan dampak yang akan ditimbulkan dari aktivitas
pertambangan terhadap pekerja, karyawan, masyarakat, para pemangku kepentingan
dan lingkungan sekitarnya. Praktek penyusunan dokumen Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) juga telah dilakukan perusahaan sejak tahun 1992. PT.
TIMAH
Tbk sebagai BUMN senantiasa mematuhi semua Undang-Undang dan Peraturan yang
terkait mengenai aspek lingkungan sekitar.
Pada setiap akhir kegiatan pertambangan, semua lahan bekas penambangan
baik berupa lahan darat maupun berupa “kolong air” ditargetkan selesai direklamasi
dan direvegetasi. Kendala yang dihadapi yaitu lahan berbentuk daratan sangat
terbatas kualitas maupun kuantitas top soilnya. Hal itu disebabkan karena sebagian
besar endapan timah berada di rawa-rawa yang tidak mengandung top soil, sedangkan
daerah yang bukan rawa selain jumlahnya relatif sedikit, kelebihan top soilnya sangat
tipis sehingga tidak mungkin digunakan untuk menutup semua daerah yang akan
direklamasi. Adapun untuk tanaman yang akan ditanam untuk tahap reklamasi dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
Sumber air bersih bagi masyarakat dan reklamasi yang telah dilakukan yiatu
sebagai berikut:
a. Reklamasi darat, baik lahan yang terganggu Tambang Perusahaan maupun
tambang yang dikelola oleh Mitra Usaha Tambang.
b. Mereklamasi tepian kolong secara lebih rapat untuk mengurangi erosi dan
mempercepat pemulihan pH air.
c. Pemda (PDAM).
d. Sarana memancing dan rekreasi.

Tabel 1.1 Jenis-Jenis Tanaman Reklamasi


No Jenis Tanaman Nama Latin
1 Karet Hevea brasiliensis
2 Kemiri sunan Reutalis trisperma
3 Ketapang Terminilia catappa
4 Gayam Inocarpus fagiferus

5 Tanjung Mimusops elengi


6 Sengon Albizia falcataria
7 Jambu Mente Anarcadium occdentale
8 Jabon Anthocephalus sp
9 Trambesi Samane saman
10 Meranti Shore sp
11 Rambutan Nephelium lappaceum
12 Cempedak Artocarpus champeden
13 Nangka Artocarpus heterophyllus
14 Cemara Laut Casuaria equisetifolia
15 Angsana Pterocarpus indicus
Sumber: PT. Timah Tbk, 2018

1.10.2 Limbah penambangan


1. Akar-akar kayu/tanggul
Pada pengupasan lapisan tanah bagian atas sering dijumpai adanya akar-akar
kayu atau tanggul yang besarnya bervariasi. Dalam operasi penambangan timah, akar
atau tanggul kayu ini dicegah agar jangan berada dekat dengan front tambang dan
masuk dalam instalasi pencucian. Apabila hal ini terjadi, kemungkinan besar akan
mengganggu proses pencucian.
2. Overburden
Overburden merupakan material yang dipindahkan pada saat stripping.
Overburden umumnya terdiri atas tanah, pasir, tanah liat, kerikil, boulders, dan
sebagainya. Sifatnya heterogen dan tidak kompak (Uncosolidated). Overburden
terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu pedogenic top soil dan sub soil. Pedogenic top
soil merupakan lapisan tanah atas dimana proses oksidasi dan pelapukan berlangsung.
Pada lapisan ini terbentuk struktur dan sifat fisik-kimia tanah yang memungkinkan
tanaman dapat tumbuh diatasnya, sehingga tanaman ini apabila diamankan dapat
digunakan untuk tujuan reklamasi.
Komponen overburden yang terletak dibawah pedogenic top soil adalah sub
soil. Lapisan ini tidak mengalami oksidasi dan pelapukan yang menjadi faktor
penting pembentukkan tanah. Sehingga pada lapisan ini dapat dikatakan hampir tidak
ada bahan organic yang menyokong pertumbuhan tanaman. Lapisan ini umumnya
digunakan untuk pembangunan dam atau tanggul. Namum dilokasi tambang, lapisan
pedogenic top soil dan sub soil sering dijumpai bercampur aduk setelah melalui
stripping.
3. Limbah oversize grizzly dan clay ball
Limbah oversize grizzly dan clay ball secara fisik volumenya lebih sedikit
dibandingkan dengan material overburden. Material ini mempunyai variasi ukuran,
ditemukan bersamaan dengan pasir timah pada saat proses penggalian. Limbah
oversize grizzly dan clay ball adakalanya masih mengandung pasir timah sehingga
untuk mengambil konsentrat timah dilakukan proses crushing terlebih dahulu.
Dilokasi penambangan darat oversize grizzly dan clay ball banyak dijumpai dibawah
palong dan terpisah sebelum bubur tanah masuk ke instalasi pencucian.
4. Sisa pencucian
Sekitar lebih dari 90% tanah yang digali akan menjadi sisa pencucian setelah
proses pencucian. Material utama sisa pencucian yaitu mulai dari pasir sampai slime.
Untuk penambangan timah darat di Pemali dibutuhkan area sisa pencucian diluar
front kerja dengan luas sekitar 9 hektare agar dapat menampung sisa pencucian
selama 20 tahun.
5. Limbah cair
Limbah cair yang berasal dari proses pencucian yang mengalir bersamaan
dengan sisa pencucian. Pada saat keluar dari palong, limbah cair ini berwarna keruh
karena telah bercampur dengan lumpur. Biasanya limbah cair yang mengandung
partikel pasir berupa suspensi. Suspensi ini dialirkan melalui saluran kecil (parit) ke
kolam penampungan. Dari kolam penampungan, air dipompakan menuju kolam
sirkulasi air tertutup sehingga akan diproses menjadi air bersih dan dapat digunakan
kembali untuk air kerja dalam proses penyemprotan tanah dan pencucian. Melalui
sistem sirkulasi tertutup, padatan yang tersuspensi akan mengendap dikolam-kolam
pengendapan sehingga ketika memasuki reservoir sudah jernih kembali. Selain itu,
dengan sistem sirkulasi tertutup perairan disekitar lokasi penambangan darat di
sekitar Pemali tidak tercemar.
6. Limbah padat
Limbah padat merupakan peralatan-peralatan tambang yang sudah tidak
digunakan lagi atau mengalami kerusakan.

1.11 Manajemen Berkelanjutan Perusahaan

Pengelolaan manajemen berkelanjutan di PT. TIMAH, Tbk terbagi menjadi 2


bagian yaitu:
1. Program Bina Lingkungan (BL)
Merupakan program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN
melalui pemanfaatan dana BUMN yang di bebankan langsung menjadi biaya
operasional perusahan.
2. Corporate Social Responsibility (CSR)
Merupakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan atas kegiatan
operasi perseroan atau komitmen usaha perseroan untuk membangun kualitas
kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak terkait, dengan masyarakat
dimana perseroan berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara
berkelanjutan dengan menjujung tinggi prinsip-prinsip praktik usaha yang baik,
keadilan ekonomi, keadilan sosial dan keadilan lingkungan.
Kegiatan Program Bina Lingkungan & CSR dari PT. TIMAH, Tbk. Sesuai
berdasarkan pasal 74 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Program CSR merupakan kegiatan wajib perusahaan, yang berkaitan dengan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Untuk mengintegrasikan semua pelaksanaan
CSR dibawah satu direksi PT. TIMAH, Tbk. membentuk komite CSR. Komite ini
melibatkan unit kerja lain seperti Kesehatan, Keselamamatan Kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH), Sumber Daya Manusia (SDM), Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi
dan Bina Lingkungan (UKM, PUKK, BL), Produksi, dan Administrasi Perusahaan.
Antara lain program CSR yang telah dilaksanakan oleh PT. TIMAH, Tbk. adalah:
a. Bantuan pengembangan sarana dan prasarana umum.
b. Bantuan pendidikan dan pelatihan & olah raga.
c. Bantuan sarana ibadah.
d. Sarana kesehatan & sosial
e. Program lingkungan (pariwisata, budaya, pelestarian alam dan bencana alam)

1.12 Produk PT. TIMAH Tbk

Produk-produk yang dihasilkan PT. TIMAH Tbk mempunyai kualitas yang


telah diterima oleh pasar internasional, bersertifikasi dan terdaftar dalam pasar bursa
logam di London (London Metal Exchange/LME) dan Bursa Komoditi Derivatif
Indonesia (BKDI). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin
dengan sertifikat produk (Weight and analysis certificate) yang berstandar
internasional dan berpedoman kepada standar produk yang diterapkan oleh LME
sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT. TIMAH Tbk dibedakan atas
kualitas dan bentuknya. Perusahaan memproduksi logam timah dan turunannya
dengan produk utamanya, meliputi:
a. Bangka Tin (kadar Sn 99,9%)
b. Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
c. Bangka Low Lead (Bangka LL) terdiri atas Bangka LL 100 ppm, Bangka LL 50
ppm,
Bangka LL 40 ppm, Bangka LL 80 ppm, Bangka LL 200 ppm
d. Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80–88%) dan Pewter (kadar 91–95%)
e. Tin Solder, produk solder
Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas:
a. Banka Small Ingot
b. Banka Tin Shot
c. Banka Pyramit
d. Banka Anoda

1.13 Pemasaran

Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam


timah. Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar
di luar negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara
tujuan ekspor logam timah antara lain Wilayah Asia Pasifik yaitu meliputi Jepang,
Korea, Taiwan, China, dan Singapura, sedangkan wilayah Eropa meliputi Inggris,
Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta Amerika dan Kanada.
Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor
sedangkan untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di
Jakarta. Produk yang dihasilkan telah memiliki kualitas yang diterima oleh pasar
Internasional dan terdaftar dalam pasar bursa logam di London. Kualitas setiap
produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and
analysis certificate) yang berstandar Internasional dan berpedoman kepada standar
produk yang ditetapkan oleh London Metal Exchange (LME) sehingga dapat
diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
BAB II
URAIAN PROSES

2.1 Penambangan Timah

Timah adalah sumber daya alam utama pulau Bangka Belitung sejak lama.
Besarnya kandungan biji timah di daerah ini merupakan yang terbesar dari beberapa
daerah lain di Indonesia. Bahkan untuk di dunia, produksi timah asal Indonesia sangat
mempengaruhi harga pasar dunia. Dalam sejarah penambangan timah, telah banyak
mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Proses penambangan timah pun
kian efektif dan efesien berkat kemajuan teknologi pertambangan. Sejak dulu telah
tercatat berbagai teknik penambangan timah yang terjadi di Bangka Belitung. Proses
penambangan timah terdiri dari beberapa tahapan yang dilakukan secara menyeluruh,
hal ini oleh PT. TIMAH Tbk disebut dengan Penambangan Timah Terpadu.

2.2 Eksplorasi

Eksplorasi adalah kegiatan kajian dan analisa sistematis guna mengetahui


seberapa besar cadangan biji timah yang terkandung. Didalam operasional kegiatan
eksplorasi melibatkan beberapa komponen seperti surveyor (pemetaan awal), sumur
bor/small bore (mengambil sample timah dengan teknik bor tanah), lab analisis,
hingga pemetaan akhir geologis (geological map). Proses eksplorasi sangat
menentukan berjalannya suatu proses penambangan timah. Karena dari tahap inilah
muncul Data Peta Geologis secara lengkap sebagai panduan utama dalam kebijakan
penambangan timah. Sehingga proses selanjutnya dapat ditempuh dengan berbagai
analisa operasional yang baik, termasuk rencana anggaran dan sebagainya.
Mulai tahun 1996, perusahaan menggunakan peralatan berteknologi modern
yaitu Global Positioning System (GPS) untuk melengkapi fasilitas kegiatan dan
aktivitas eksplorasi. Hal ini sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keakuratan
dari pemetaan dan pengukuran. Data dari tes laboratorium dan GPS disimpan di
dalam komputer untuk memproduksi dan menghasilkan peta geologis yang sangat
tinggi keakuratannya bagi pertambangan yang sistematis dan efisien.

2.3 Operasional Penambangan

Didalam proses penambangannya, PT. TIMAH Tbk menggunakan 2 metode


penambangan yaitu:
1. Penambangan lepas pantai
Pada kegiatan penambangan lepas pantai, perusahaan mengoperasikan armada
kapal keruk dan kapal isap produksi untuk operasi produksi di daerah lepas pantai
(off shore).
2. Penambangan timah darat
Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka Belitung,
tentunya system operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah
lepas pantai. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot
(gravel pump).

2.4 Proses Penambangan

Kegiatan penambangan di TB 1.42 Pemali dilakukan dengan sistem


penambangan terbuka, metode yang dipilih adalah open pit. Pada metode ini, cara
penggalian endapan bijih timah menuju ke arah bawah permukaan tanah yang
membentuk pit (cekungan).
Penambangan di TB 1.42 Pemali menggunakan metode dry mining yaitu
pengambilan dengan cara kering dikarenakan endapan yang diambil adalah endapan
alluvial dalam (coluvial) namun bahan galian masih bersifat material lepas. Sistem
tracking digunakan untuk mengangkut material dengan alat muat excavator, kemudian
ditimbun dan diangkut menggunakan Articulated Dump Truck menuju stockpile.

2.4.1 Land clearing


Pekerjaan awal yang dilakukan sebelum melakukan aktivitas penambangan
bijh timah adalah dengan mempersiapkan lahan. Pekerjaan ini meliputi pembabatan
dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang akan di tambang
dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan
penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya
gangguan tumbuhan yang ada di daerah penambangan. Kegiatan pembersihan di TB
1.42 dilakukan dengan menggunakan bulldozer seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Land Clearing

2.4.2 Proses pengupasan dan pemindahan tanah penutup


Pekerjaan selanjutnya ialah mengupas tanah penutup (overburden). Pekerjaan
pengupasan tanah penutup ini adalah pekerjaan pemindahan tanah penutup yang
letaknya berada di atas endapan bijih timah atau di atas endapan kaksa. Kemudian
tanah penutup yang ingin dipindahkan ditempatkan di tempat khusus yang biasa
disebut
disposal area. Tujuan dari pengupasan dan pemindahan tanah penutup ini adalah agar
lapisan bijih timah atau endapan timah yang berada dibawahnya dapat mudah
diambil. Pengupasan tanah penutup pada TB 1.42 Pemali dilakukan dengan dua alat
mekanis, yaitu excavator dan bulldozer.
Adapun system pekerjaannya, excavator merk komatsu tipe PC 200 dan
excavator merk komatsu tipe PC 400 menggali material tanah penutup disekitar
excavator beroperasi dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Pengupasan OB dengan Excavator

Dalam melakukan pekerjaannya material yang digali tidak diperoleh melalui


proses pemboran dan peledakan, karena jenis material di TB 1.42 Pemali bersifat
lunak dan mudah digali. Material yang dominan adalah lempung pasir yang swell
factor-nya 0,85. Kemudian tanah penutup yang digali dan dimuat tersebut selanjutnya
di tumpahkan ke sembarang arah yang nantinya akan dirapikan oleh bulldozer agar
tidak memakan tempat dan lebih teratur seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Proses Merapikan OB dengan Bulldozer


Tanah penutup yang sudah digali kemudian dipindahkan ke disposal untuk
memperbaiki tanggul danau. Alat angkut yang digunakan adalah ADT Terex TA 400.
Adapun tahapan pemindahan tanah penutup dengan cara, ADT berjalan tepat kearah
excavator yang akan bersiap-siap melakukan pemuatan (loading) material tanah
penutup ke ADT, kemudian backhoe memuatnya ke bak ADT sampai 10 atau 11 kali
muat. Setelah cukup barulah ADT bergerak kearah disposal seperti yang terlihat pada
Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Articulated Dump Truck

Selain itu, terdapat beberapa kegiatan lainnya yang dilakukan di tambang TB


1.42 Pemali yaitu pemberaian material keras oleh Rock Wheel karena dibagian barat
laut terdapat material yang tidak dapat diberai menggunakan excavator dengan
bucket biasa.

2.4.3 Proses penggalian dan pemindahan bijih timah ke stockpile


Proses pemindahan bijih timah dilakukan secara bertahap melalui mekanisme
kerja yang telah ditentukan. Peralatan yang digunakan untuk proses pemindahan bijih
timah tersebut antara lain 1 unit excavator Komatsu PC 400 untuk penggalian. Rock
wheel bermerk Hyundai R330LC-9A sebanyak 2 unit untuk memotong pada bagian
dinding pit (terrace). Pengangkutan bijih timah menggunakan ADT Terex TA 400
sebanyak 4 unit.
Lapisan bijih timah yang digali dan dipindahkan ke tempat yang lebih dekat
untuk memudahkan excavator pada saat memuat ke ADT. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi terbuangnya bijih timah saat memuat ke ADT. Setelah dimuat ke dalam
ADT maka kemudian dibawa ke stockpile.
Kemudian terdapat 1 unit bulldozer yang berfungsi untuk meratakan tanah dan
memperbaiki jalan yang tambang yang berada didekat pit. Serta terdapat juga grader
yang fungsinya untuk memperbaiki jalan-jalan tambang yang terletak agak jauh dari
pit. Tanah di TB 1.42 merupakan tanah yang berdebu sehingga tidak baik untuk
kesehatan pekerja tambang, untuk itu terdapat 1 unit water truck yang menyiram air
ke jalan tambang.

2.5 Peralatan Tambang dan Kegiatan yang Dilakukan

Adapun peralatan yang digunakan di tambang TB 1.42 Pemali dan kegiatan


yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Peralatan Tambang dan Kegiatan yang Dilakukan


Alat Jumlah Kegiatan
Jenis Merk Tipe (unit)
Articulated Terex TA 400 12 4 bekerja di ore
Dump getting
Truck 6 bekerja di
stripping
2 stan by
Dump Truck Terex TR 60 2 1 bekerja di front
tambang
1 stan by
Excavator Komatsu PC 200 7 2 bekerja di
penggalian kaksa
1 bekerja di
stockpile
1 bekerja melakukan
di stripping
PC 300 3 2 bekerja di
penggalian stripping
PC 400 1 Bekerja melakukan
stripping
Hitachi EX 200 1 Membantu drainase
penyaliran
Bulldozer Komatsu D68ESS-12 1 Bekerja merapikan
jalan di pit
D65P-12 1 Bekerja di stockpile
D85ESS-2A 1 Bekerja merapikan
jalan tambamg
Grader Komatsu GD51A-1 1 Melakukan
perawatan jalan
Rock Wheel Hyundai 300LC-95 1 Bekerja melakukan
pemberaian material
keras
Water Truck 1 Menyiram air di
jalan tambang

2.6 Proses Pencucian dan Pengeringan

Material yang berada di stockpile kemudian akan dicuci dengan tujuan untuk
memisahkan bijih timah dengan pengotornya serta kemudian dikeringkan atau
dihilangkan kadar airnya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi syarat pengolahan
metalurgi yaitu kadar kosentrat bijih timah > 60%. Penimbunan ore getting di
stockpile diletakkan pada bagian utara site tambang dan lebih tinggi dari tempat
penggalian agar memudahkan proses pengolahan. Pada stockpile terdapat beberapa
alat pendukung pada proses pencucian yaitu 1 bulldozer untuk menurukan material
untuk memudahkan kinerja monitor. 1 unit excavator yang berguna untuk melakukan
pemindahan bongkahan material berukuran besar yang tidak dapat di berai oleh
monitor. Adapun alat yang digunakan saat proses pencucian dan pengeringan sebagai
berikut.

2.6.1 Monitor dan pompa


Monitor merupakan pompa semprot yang berada di stockpile yang digunakan
untuk memberai material dengan cara disemprot oleh air yang bertekanan tinggi.
Material yang disemprot membentuk slurry pada feed yang akan diproses. Slurry
merupakan campuran tanah dan air dengan slurry ratio 1 : 10.
Monitor yang digunakan pada proses pencucian di TB 1.42 Pemali
berdiameter 2,5 inch (6,35 cm) dan mempunyai tekanan air sebesar 15-20 mka. Debit
air yang keluar dari kedua monitor sebesar 1.100 m3/jam dan kecepatannya dapat
diatur dengan melonggarkan kran serta dibantu oleh pengaturan besar kecilnya mulut
pipa atau nozzle. Air yang digunakan pada monitor berasal dari tailing pond yaitu
tempat penampungan air bekas pencucian sebelumnya yang diolah kembali
menggunakan 4 kolam pengendapan dan dialirkan melalui nozzle sehingga tidak
membutuhkan sumber air baru.
Pompa merupakan alat mekanik yang digerakkan oleh tenaga mesin. Pompa
digunakan untuk memindahkan suatu fluida (cairan) dari satu tempat ke tempat lain
dengan cara perbedaan tekanan cairan. Kenaikan tekanan digunakan untuk mengatasi
hambatan-hambatan pengaliran. Pompa yang digunakan pada TB 1.42 Pemali ada 3
yaitu:
a. Pompa underwater
Pompa underwater merupakan alat hisap tambahan pada instalansi pencucian.
Pompa ini digunakan untuk menyalurkan air melalui pipa ke header tank yang
kemudian disalurkan kembali ke tiap-tiap jig. Pompa ini menggunakan jenis pompa
sentrifugal. Pompa underwater bekerja saat jig dijalankan. Jig dapat berjalan dengan
baik apabila air yang dialirkan oleh pompa sesuai dengan kebutuhan jig.
b. Pompa semprot
Pompa semprot merupakan alat tambahan pada instalansi pencucian yang
digunakan untuk menyalurkan air melalui pipa ke monitor. Pompa ini digunakan
untuk memberai material yang berada di stockpile selain itu juga berfungsi untuk
menyemprotkan air kearah launder agar aliran menuju grizzly screen tidak terhambat.
c. Pompa tailling
Pompa tailing merupakan alat tambahan yang berada di instalansi pencucian
yang digunakan untuk menyalurkan tailing primer ke Bandar tailing.

2.6.2 Screening

Tahap selanjutnya dari pencucian yaitu screening. Screen adalah suatu alat
yang terbuat dari besi yang digunakan untuk memisahkan material berdasarkan
perbedaan ukuran. Pada TB 1.42 Pemali terdapat dua jenis screen yang digunakan
yaitu grizzly screen dan rotary screen.
a. Grizzly screen
Grizzly screen merupakan saringan statis (diam). Alat ini terbuat dari
batangan besi yang dirangkai secara sejajar serta dipasang dengan kemiringan
tertentu. Jarak antara batangan besi yang satu dengan yang lain adalah 50 mm. Oleh
karena itu material dengan ukuran butir >50 mm maka akan menjadi tailing dan
dipisahkan secara manual oleh operator. Sedangkan material dengan ukuran butir <50
mm akan menuju ke rotary screen melalui lounder (bak yang mengalirkan slurry).
Adapun alat ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Grizzly Screen

b. Rotary screen
Material yang telah lolos dari grizzly screen maka akan disaring kembali oleh
rotary screen. Rotary screen merupakan saringan berputar yang terbuat dari susunan
batang baja yang disusun lebih rapat dibandingkan grizzly screen. Dimensi dari alat
ini yaitu memiliki diameter 134–198 cm. Prinsip kerjanya adalah rotary screen akan
berputar dan material yang lebih besar seperti bongkahan tanah liat, batu krakal atau
kerikil akan dihancurkan kembali oleh bantuan water spray, batuan yang berukuran <
10 mm akan lolos sedangkan material >10 mm akan langsung dibuang menjadi
tailing. Slurry yang lolos nantinya akan mengalir ke jig melalui bak penenang seperti
yang terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Rotary Screen


2.6.3 Jigging

Jigging adalah proses pemisahan material berdasarkan berat jenis dengan


menggunakan alat yang bernama jig. Adapun jig yang digunakan pada TB 1.42
Pemali terdiri dari dua jenis jig yaitu jig primer dan jig sekunder.
a. Jig primer
Pada TB 1.42 Pemali terdapat 6 jig primer dengan ukuran masing-masing 2x4
meter. Jig mendapatkan supply aliran slurry dari 3 buah lounder yang dialirkan ke 6
unit jig. Lounder 1 akan mengalirkan ke jig primer 1 dan 2, lounder 2 akan
mengalirkan ke jig primer 3 dan 4, lounder 3 akan mengalirkan ke jig primer 5 dan 6.
Dalam 1 jig terdapat 2 cell, yang berfungsi untuk menambah produktivitas dari jig itu
sendiri. Pada setiap cell terdapat 4 kompartemen yaitu kompartemen A,B,C dan D,
yang mana pembagian kompartemen ini dimaksudkan agar kosentrat timah yang lolos
dari proses jigging dari kompartemen sebelumnya dapat ditangkap oleh kompartemen
selanjutnya sehingga tidak ada kosentrat timah yang lolos dan ikut terbuang bersama
tailing.

Gambar 2.7 Jig Primer

Kemudian untuk mengoptimalkan proses pencucian, dipasang bed pada setiap


jig yang berfungsi sebagai lapisan pemisah. Pada TB 1.42 Pemali bed yang digunakan
adalah batuan hematite. Pemilihan ini didasarkan pada berat jenis hematite yang lebih
ringan dibandingkan berat jenis timah dan lebih berat dibandingkan mineral
ikutannya.
Pemilihan bed yang berat dimaksudkan agar menghindari lapisan bed itu sendiri agar
tidak ikut terbawa arus dan terbuang bersama tailing. Penambahan kisi pada bed
dilakukan untuk mencegah menumpuknya bed pada ujung-ujung kompartemen.
Ujung tiap jig dihubungkan oleh lounder yang menangkap tailing dari proses untuk
kemudian langsung dialirkan ke kolam penampungan.
Pada proses jigging, terdapat bagian dari jig yang bernama membrane yang
memberikan daya hisapan (suction) dan dorong (pulsion), dimana membran akan
bergerak naik saat memberikan daya dorong dan bergerak turun saat memberikan
daya hisap. Pada saat diberi gaya dorong, bed yang terdapat pada rooster akan
mengembang, lalu pada saat terjadi gaya hisap batuan akan kembali merapat
sekaligus menangkap kosentrat timah yang ada dalam aliran slurry. Kosentrat yang
tertangkap akan mengalir melalui spigot (Gambar 2.8), yaitu bagian jig yang
mengalirkan kosentrat yang sudah berbentuk pasir. Spigot harus terus dipantau karena
rawan tersumbat pasir yang akan menghambat proses pencucian. Spigot akan
dihubungkan dengan selang untuk mempermudah mengalirkan kosentrat ke pipa besi
yang mengarahkan kosentrat ke proses selanjutnya yaitu jig sekunder dapat dilihat
pada Gambar 2.8.

Membran

Spigot

Gambar 2.8 Spigot

b. Jig sekunder
Jig sekunder (clean up) adalah proses lanjutan dari jig primer. Pada tahap ini
yang diolah merupakan hasil dari pengolahan sebelumnya yang berupa pasir
bercampur dengan kosentrat. Pasir berkosentrat ini dialirkan dari spigot ke jig
sekunder melalui pipa besi yang dialiri air untuk mempermudah jalannya feed untuk
masuk ke jig sekunder. Pada ujung pipa besi terdapat 2 cabang untuk mengalirkan
feed kedalam dua cell jig sekunder yang ada di TB 1.42 Pemali dapat dilihat pada
Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Jig Clean Up

Dua jig sekunder pada TB 1.42 Pemali terbagi atas 3 kompartemen, yaitu
kompartemen A,B, dan C. fungsi jig sekunder adalah untuk membersihkan mineral
ikutan yang masih ikut terbawa oleh proses jigging sebelumnya. Lalu kosentrat yang
tertangkap akan kembali mengalir melalui spigot yang terdapat dibawah jig sekunder
untuk kemudian dibawa menuju sakhan melalui pipa besi. Kemudian tailing akan
dibuang melalui lounder ke kolam penampungan ( tailing pond) untuk dibawa
kembali menuju stockpile dan dilakukan penyemprotan ulang.

2.6.4 Sakhan (Sluice Box)


Sakhan atau sluice box merupakan suatu saluran yang dasarnya rata dan
diatasnya dialirkan air bersama butiran-butiran mineral. Cara kerjanya yaitu dimana
air akan dialirkan bersama konsentrat dari proses sebelumnya. Kemudian pemisahan
kosentrat dan tailing berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Dimana material berat
akan mengendap sedangkan material ringan akan terbawa arus air menjadi tailing.
Pada TB 1.42 Pemali terdapat 2 sakhan yang digunakan di instalasi jig dan di
gudang pencucian. Sakhan yang digunakan di instalasi jig (gambar 2.10) berjumlah 2
unit dengan panjang antara 4–6 m, lebar per jalur sekitar 1–1,5 m, dengan tinggi
dinding 40–80 cm dan kemiringan 5–6o. Sedangkan pada instalansi gudang pencucian
(gambar 2.11) juga sama hanya saja perbedaanya, jika jig merupakan tahapan
selanjutnya dari pencucian atau peningkatan kadar kosentrat setelah jig sekunder
sedangkan di instalansi gudang pencucian merupakan hasil dari final kosentrat yang
berasal dari lobi. Dan keduanya terdapat riffle dibagian dasar sepanjang 2 meter, riffle
ini berfungsi sebagai penahan laju aliran slurry agar tidak terlalu cepat sehingga
membuat material lolos bersama tailing dapat dilihat pada Gambar 2.10 dan 2.11.

Gambar 2.10 Sakhan Pada Instalasi Jig Sekunder

Gambar 2.11 Sakhan Pada Gudang Pencucian

Sakhan dioperasikan secara manual dengan menggunakan sekop oleh


operator. Setelah proses pencucian di sakhan kosentrat akan dikemas dalam karung
dengan berat
sekitar 50 kg untuk kemudian dikirim ke lobi untuk dilakukan proses pencucian
selanjutnya.

2.6.5 Lobi
Tahap selanjutnya yaitu mineral dibawa menuju lobi yang berada di gudang
pencucian. Prinsip kerja lobi hampir sama dengan sakhan (sluice box) yaitu
pemisahan kosentrat dengan tailing berdasarkan berat jenisnya. Yang membedakan
antara sluice box dengan lobi adalah tekanan medium air yang diberikan lebih besar
dan air disemburkan dari bagian bawah lobi. Kemudian mineral dengan berat jenis
ringan akan keluar dan turun kebawah sedangkan yang memiliki berat jenis yang
besar akan mengendap. Bijih timah yang mengendap di bawah akan dikeluarkan
melalui keran, Jika berukuran besar makan akan diolah terlebih dahulu di ball mill
dan jika berukuran halus akan di bawa ke pengeringan. Untuk material dengan berat
jenis ringan akan mengalir ke permukaan dan turun ke sakhan. Material yang
mengendap di sakhan akan diambil menggunakan sekop dan diproses lagi di meja
goyang. Sehingga ada 2 jenis produk yang dihasilkan dari lobi yaitu kosentrat yang
langsung ke tahap pengeringan atau kosentrat yang masih harus diproses lagi oleh
meja goyang dikarenakan kandungan tailing yang masih besar. Kadar kosentrat timah
yang dihasilkan dari lobi, yaitu 50–60 % Sn.

Gambar 2.12 Lobi


2.6.6 Ball mill
Ball mill adalah alat yang digunakan untuk menggerus material yang
berukuran besar atau kasar yang tersaring pada jig screen atau disebut juga saton.
Ball mill biasanya berupa kompartemen (shell) yang berbentuk silinder atau konis
yang berputar pada sumbu horizontalnya. Bagian dalamnya berisi bola-bola penggilas
sebagai media penghancur. Partikel-partikel padatan di dalam akan terlempar dan
tergilas bola-bola penggilas menjadi butir-butir yang sangat halus. Hasil dari
penggerusan ini kemudian langsung dibawa ke meja goyang untuk dipisahkan
kosentrat dan tailingnya seperti yang terlihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Ball Mill

2.6.7 Meja goyang (shaking table)


Meja goyang adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis
dengan metode kosentrasi gravitasi. Cara kerjanya dengan memisahkan material
dengan cara mengalirkan air yang tipis pada meja bergoyang yang memiliki
kemiringan 6o. pada meja goyang juga terdapat riffle untuk menahan laju aliran
sehingga tidak ada kosentrat yang lolos. Pada meja goyang dapat dikelompokkan tiga
jenis mineral, yaitu mineral berat yang memiliki berat jenis tinggi, mineral ringan
yang memiliki berat jenis rendah dan mineral middling yang memiliki berat jenis
antara
mineral berat dan ringan. Hasil akhir dari pencucian pada meja goyang didapatkan
kosentrat timah dengan kadar Sn ≥ 63%.
Meja goyang merupakan alat terakhir dari proses pencucian bijih timah.
Selanjutnya kosentrat akan langsung dikemas dalam karung untuk dilanjutkan ke
pengeringan di rotary dryer. Tailing yang didapat dari proses meja goyang tidak akan
diolah kembali oleh PT Putra Tongga Samudra, namun akan diolah oleh PT. TIMAH
Tbk. Karena masih mengandung mineral berharga seperti logam tanah jarang dan
mineral radioaktif.

Gambar 2.14 Meja Goyang (Shaking Table)

2.7 Rotary Dryer

Setelah proses pencucian selesai maka selanjutnya kosentrat akan dikeringkan


dengan alat rotary dryer. Alat ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan air dari
kosentrat dengan menggunakan energi panas hasil pembakaran dari gas LPG
(Liquidied Petroleum Gas) dengan suhu sekitar 300 – 400 oC.
Pengeringan dengan rotary dryer akan diputar berkali-kali hingga kandungan
air yang terdapat dalam kosentrat bijih timah menurun atau habis dengan kecepatan
200 rpm dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Rotary Dryer

2.8 Magnetic Separator

Pada tahap akhir dari proses pencucian dan pengeringan kosentrat bijih timah,
dilakukan pemisahan berdasarkan sifat magnetic mineral. Alat yang digunakan pada
proses ini adalah magnetic separator. Alat ini dihubungkan dengan rotary dryer
melalui belt conveyor sehingga hasil dari rotary dryer akan langsung menjadi hasil
dari magnetic separator. Selanjutnya kosentrat timah yang bersifat non magnetik
akan terpisah dengan yang bersifat magnetik. Konsentrat dari pemisahan magnetic
separator ini kemudian dimasukkan ke dalam karung-karung berkapasitas 50 kg
sebagai produk akhir dari proses pengolahan di TB 1.42 Pemali. Hasil dari pencucian
dan pengeringan di TB 1.42 Pemali menghasilkan kosentrat dengan kadar Sn > 64%
dan akan dibawa ke Gudang Bijih Timah (GBT) untuk dilanjutkan ke tahap
selanjutnya.

Gambar 2.16 Magnetic Separator


2.9 Transportasi

Konsentrat timah yang telah melalui tahapan pencucian dan pengeringan


selanjutnya akan dimuat ke dalam karung sebanyak 50 kg per karung dan dikirim ke
Gudang Bijih Timah di Sungai Liat. Transportasi dari daerah penambangan menuju
gudang biasanya menggunakan truck Dyno dengan kapasitas 5–8 ton, tetapi
pengangkutan timah biasanya hanya 4–5 ton. Bila hasil pengolahan baik pengiriman
ke gudang dapat dilakukan dua hari sekali. Dimana proses pengangkutan konsentrat
dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Transportasi ke GBT

Hasil pengeringan konsentrat timah diambil sebanyak 3 – 4 kg untuk dicek di


laboratorium, apabila kadar Sn < 60%. Konsentrat timah tersebut akan ditolak dan
kemudian akan disimpan lagi ditempat pengeringan TB 1.42 Pemali. Selanjutnya
akan dicampur dengan konsentrat timah dengan kadar tinggi dan barulah dapat
dikirim ulang ke GBT. Jika memiliki kadar Sn 60% maka akan dikirim ke Unit
Metalurgi Muntok untuk dilebur menjadi produk timah.
2.10 Produk PT. TIMAH Tbk

Produk-produk yang dihasilkan PT. TIMAH Tbk mempunyai kualitas yang


telah diterima oleh pasar internasional, bersertifikasi dan terdaftar dalam pasar bursa
logam di London (London Metal Exchange/LME) dan Bursa Komoditi Derivatif
Indonesia (BKDI). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin
dengan sertifikat produk (Weight and analysis certificate) yang berstandar
internasional dan berpedoman kepada standar produk yang diterapkan oleh LME
sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT. TIMAH Tbk dibedakan atas
kualitas dan bentuknya. Perusahaan memproduksi logam timah dan turunannya
dengan produk utamanya, meliputi:
a. Bangka Tin (kadar Sn 99,9%)
b. Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
c. Bangka Low Lead (Bangka LL) terdiri atas Bangka LL 100 ppm, Bangka LL 50
ppm,
Bangka LL 40 ppm, Bangka LL 80 ppm, Bangka LL 200 ppm
d. Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80–88%) dan Pewter (kadar 91–95%)
e. Tin Solder, produk solder

Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas:


a. Banka Small Ingot
b. Banka Tin Shot
c. Banka Pyramit
d. Banka Anoda
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Timah

Timah yaitu suatu bahan galian oksida yang memiliki warna yang beragam.
Dalam keadaan normal (13o–60o C) logam ini mempunyai sifat mengkilap dan sangat
mudah dibentuk serta mempunyai berat jenis 7,1 g/cm 3. Dari analisa laboratorium
secara umum mineral Cassiterite (SnO2) mempunyai kandungan oksigen (O2) 21,4%
dan Tin (Sn) 78,6% sistem kristagonal, berat jenis 6,8–7,1 dan kekerasan 6–7, bersifat
hampir transparan, kilap lemak (admantine), belahan tidak sempurna, tidak bersifat
magnetis, dan dalam satu butir mineral mempunyai warna yang berbeda, yakni coklat
hingga hitam (Azwardi, I., 2007).

Tabel 3.1 Mineral Asosiasi Bijih Timah dan Karakteristik

No Mineral Rumus Kimia Berat Jenis Kekerasan Manget

1 Cassiterite SnO2 6,8 – 7,1 6–7 NM


2 Ilmenite FeTiO3 4,5 – 5 5–6 M
3 Monazite (CeLaYTh) PO4 4,6 – 5,3 5 – 5,5 M
4 Xenotime YPO4 4,4 – 5,3 4–5 M
5 Z ZrSiO4 4,2 – 4,7 7,5 NM
6 Pyrite FeS2 4,8 – 5 6 – 6,5 NM
7 Hematite Fe2O3 5 – 5,2 5,5 – 6,5 M
8 Limonite 2FeO33H2O 3,6 – 4 5 – 5,5 M
9 Tourmaline HgAl3(BOH)2S14O19 3 – 3,2 7 – 7,5 NM
10 Quartz SiO2 2,6 – 2,65 7 NM
(Lanjutan Tabel 3.1)
11 Anatase TiO2 2,9 4–5 NM
12 Magnetite FeOF2O3 4,9 – 5,2 5,5 – 6 M
13 Siderite FeCO3 3,8 – 4 3,5 – 4 M
14 Spinel MgAl2O3 3,5 – 4,1 8 NM
15 Galena PbS 7,4 – 7,6 3 M
16 Wolframite (Fe, Mn)WO4 7,1 – 7,5 5 – 5,5 M
(Fe,Mn)Nb2O6(Fe,
17 Colombite 5,5 - 8,2 6 M
Mn)Ta2O6
18 Tantalite (Fe, Mn)(Nb, Ta)2O6 7,1 – 7,5 6 M
19 Kaoline Al2O3.2SiO2.2H2O 2 – 2,6 2 – 2,5 NM
Sumber : Teknologi Pengolahan Timah, ITB 2018

Keterangan :
NM : Non
Magnetic M :
Magnetic
SM : Semi-Magnetic

Sifat – sifat timah yang juga disebut sebagai timah putih (Sukandarrumidi, 2007):
1. Tahan terhadap udara lembab
2. Kekerasan dan kekuatannya yang sangat rendah, sehingga dimasukkan kedalam
logam lunak
3. Daya tahan terhadap korosi cukup tinggi
4. Tidak beracun
5. Berat jenis rendah 6,9 dan titik cair rendah 2320
6. Tahanan jenis 0,15 ohm mm2/m
3.2 Ganesa Terbentuknya Endapan Bahan Galian Timah

Sumber timah yang terbesar ialah sebesar 80% berasal dari endapan timah
sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau
timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah
primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan
akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan
bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut
oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (Sn02).
Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma
asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan
intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas
maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan
temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit
dan batuan samping.
Pembentukan mineral kasiterit (Sn02) dan mineral berat lainnya, erat
hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah (Sn)
yang membentang dari Mynmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan
sejumlah intrusi batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah (Sn) adalah
granit, adamelit, dan granodiorit. Batholit yang mengandung timah (Sn) pada daerah
Barat ternyata lebih muda (Akhir Kretasius) daripada daerah Timur (Trias).
Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang
mengandung mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke
permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-
mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi
pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya
membentuk vein-vein (urat), yaitu: pada batuan granit dan pada batuan samping yang
diterobosnya.
Jadi proses pembentukan bijih timah primer (Sn) yang mengalami proses
sedimentasi sehingga akhirnya berubah bentuk menjadi endapan bijih timah sekunder
(Sn) antara lain, yaitu: endapan elluvial, endapan kolluvial, endapan alluvial (kaksa),
miencang dan endapan disseminated.

3.3 Endapan Timah

Secara umum penambangan timah secara genesa dapat dibedakan menjadi


dua, yaitu endapan timah primer dan endapan timah sekunder PT. TIMAH (persero),
Tbk (2011).

3.3.1 Endapan timah primer


Proses terbentuknya timah primer yaitu berasosiasi dengan granit.
Terbentuknya pada pegmatite hipotermal yang bersenyawa dengan cairan Volatile
(bagian dari magma).Batuan sumber granit biotit, berumur Trias-Yura, fase
mineralisasi pneumatolitik dan hydrothermal (hypothermal dan mesothermal).
Mineralisasi terdapat pada daerah kontak dan puncak granit berupa skarn, greisen dan
urat (vein) seperti yang terlihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

Sumber: PT. TIMAH (persero), Tbk (2011)


Gambar 3.1 Proses Pengendapan Timah Primer dan Sekunder dan Pengontrol
Utamanya
Berdasarkan konsep diatas, kasiterit primer yang ekonomis terdapat dalam tiga
fase yaitu fase pneumatolitik, fase pneumatolitik -hydrothermal tinggi dan fase
hypothermal-mesothermal. Berikut uraian dari beberapa fase tersebut:
1. Fase pneumatolitik : Terbentuk Greisen muskovit yang mengandung kalsiterit
dalam jumlah jarang terdapat greisen topas dan turmalin.
2. Fase pneumatoliti-hydrothermal tinggi : Mengandung timah yang menerobos
masuk dalam batuan sedimen melalui celah dan mengubah secara metasomatisme
kontak.
3. Fase hypothermal-mesothermal : Mengandung timah dengan komponen utama
mengisi perangkap yang telah ada berupa jalur sesar, kekar, retakan, bidang lapisan,
dicirikan dengan adanya urat-urat kuarsa yang menganudng kalsiterit.

Mineralisasi dan tipe timah primer Bangka dibagi menjadi 3 tipe yaitu:
1. Tipe Greisen : Merupakan endapan hasil proses pneumatolitik atau
merasomatisme kontak beruapa batu lempung, batu pasir, metasedimen maupun
metamorf, berapa di daerah Pemali.
2. Tipe Vein atau Urat : Terbentuk pada granit dekat dengan metasedimen. Asosiasi
endapan ini adalah mineral turmalin, kuarsa, sering dijumpai sebagai urat kuarsa dan
kasiterit saja.
3. Stockwork : Mineral timah primer dalam bentuk urat jejaringan (“stockwork”)
terjadi pada granit gneiss. Asosiaso mineral: monasit, arsenopirit, oksida besi,
wolframit, pirit dan kalpopirit.

Di Bangka endapan yang penting terdapat di pemali dan tempilang. Di pemali


endapan timah didapatkan sebagai jenjaring dan greisen dan granit dan urat
tourmaline kasiterit yang mebujur sejajar dengan sentuhan atau di dekatnya. Batuan
asal dari timah adalah batuan beku bersifat asam yakni granit yang mengalami
mineralisasi. Namun tidak semua jenis granit menghasilkan timah tergantung dari
kandungan magma serta batuan yang diterobos magma.
3.3.2 Endapan timah sekunder
Proses terbentuknya endapan timah sekunder yaitu hasil pelapukan dari timah
primer dimana medianya adalah angin maupun air melalui proses transportasi dan
sedimentasi. Terlampir gambar proses pengendapan timah primer dan sekunder.
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih timah
sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut (PT. TIMAH Tbk) :
1. Endapan Elluvial merupakan endapan bijih timah yang terjadi akibat pelapukan
secara intensif.
2. Endapan Kolluvial merupakan endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran
hasil pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada
suatu gradient yang agak mendatar diikuti dengan pemilahan.
3. Endapan Alluvial merupakan endapan bijih timah yang terjadi akibat proses
transportasi sungai, dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar
akan terendapkan terlebih dahulu.
4. Endapam Miencang merupakan endapan bijih timah yang terjadi akibat
pengendapan yang selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.
5. Endapan Disseminated merupakan endapan bijih timah yang terjadi akibat
transportasi oleh air hujan.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.2 Penampang Pembagian Endapan Placer
Endapan placer terbentuk oleh adanya faktor utama, yaitu: Batuan sumber,
erosi, transportasi dan perangkap (sedimentasi).
a. Batuan Sumber
Endapan timah placer berasal dari sumber primer berupa granit S-type dan
dapat pula berasal dari sumber sekunder berupa endapan placer biasanya.
Pada sumber primer SnO2 terbentuk oleh larutan sisa (folatil) yang mengisi
rekahan- rekahan batuan yang diterobos oleh granit dan dapat pula berupa
polpirit yang mengisi copula dari tubuh granit, adapun sumber sekunder
adalah endapan placer yang mengalami erosi dan diendapkan kembali,
biasanya menjadi endapan timah meichan.
b. Erosi
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi erosi adalah sifat kimia batuan
sumber, iklim (air), tektonik dan gelombang. Batuan granit yang mengandung
feldspar lebih tinggi akan memiliki tingkat pelapukan yang lebih tinggi pula.
Semakin tinggi kelembapan (high humanity) maka tingkat erosinya makin
tinggi. Pola penyebaran struktur dapat dijadikan panduan untuk menelusuri
daerah sumber material sedimen klasik kasar berukuran pasir kasar sampai
kerakal.
c. Transportasi
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi transportasi adalah iklim, media
pembawa, kemiringan lereng dan permukaan air laut. Dengan kondisi iklim
yang basah dan air yang melimpah memungkinkan material rombakan dapat
tertransport dengan jakar yang jauh, sedangkan bila kondisi iklim kering (arit)
rombakan tidak dapat tertransportasi dengan jarak yang jauh.

3.4 Metode Penambangan Open Pit

Penambangan dengan cara Open Pit merupakan penambangan terbuka yang


dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih seperti endapan bijih timah, nikel,
besi, tembaga, dan sebagainya. Penambangan dengan cara ini biasanya dilakukan
untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah.
Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan atau pit
(Hafid, M.D. 2007).

3.4.1 Tahap persiapan


Adapun tahapan-tahapan persiapan yang harus dilakukan oleh PT. TIMAH
Tbk yaitu sebagai berikut:
1. Land clearing
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup
dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh
pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan
daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan
mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan tumbuhan dan hambatan
lainnya. Untuk kegiatan pembersihan lahan ini biasanya menggunakan alat bulldozer,
dengan rata-rata kedalaman untuk kegiatan land clearing ± 1.5m.
2. Stripping
Lapisan penutup pada objek tambang terdiri dari dua jenis, yaitu top soil dan
lapisan overburden. Lapisan top soil dikupas terlebih dahulu dan ditempatkan pada
daerah tertentu untuk tujuan reklamasi. Setelah lapisan top soil terkupas , selanjutnya
dilakukan pengupasan pada lapisan overburden lalu diangkut dan ditempatkan pada
daerah tertentu dan sebagian lagi digunakan untuk pengeras jalan. Kegiatan
pengupasan dilakukan secara bertahap dengan bulldozer, dimana tahap pengupasan
awal dilakukan untuk menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan berikutnya dapat
dilakukan bersamaan dengan tahap produksi. Dalam kegiatan stripping ada beberapa
metode yang digunakan yaitu:
a. Metode excavator-excavator
b. Metode excavator-bulldozer
c. Metode excavator-dump truk-bulldozer
3.4.2 Operasi penambangan
Tujuan dari kegiatan penambangan adalah pengambilan endapan daru batuan
induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan diproses pada proses selanjutnya,
maka dapat dimulai kegiatan operasi penambangan. Kegiatan penambangan terbagi
menjadi atas tiga kegiatan, yaitu pembongkaran, pemuatan, pengangkutan.
1. Pembongkaran
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara endapan bahan
galian dengan batuan induk yang dilakukan setelah pengupasan lapisan tanah penutup
tersebut selesai. Pembongkaran dapat dilakukan dengan menggunakan peledakan,
peralatan mekanis atau peralatan non mekanis.
2. Pemuatan
Pemuatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau
mengisikan material atau bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat angkut.
Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan dilakukan
dengan menggunakan alat gali muat Excavator dan diisikan ke dalam alat angkut.
Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan hasil pembongkaran ke dalam alat
angkut.
3. Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau
membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan ke tempat
pengolahan untuk diproses lebih lanjut. Kegiatan pengangkutan menggunakan Dump
Truck ke tempat pembuangan (Dumping area) yang berupa stockpile.
4. Kegiatan penyemprotan dengan monitor
Setelah material overburden dipindahkan maka akan dilakukan kegiatan
pengambilan ore dengan cara disemprot dengan menggunakan monitor (pompa
semprot) yang sudah didesain dengan spesifikasi tertentu agar nantinya bisa
memberai material.
Setelah material disemprot maka material akan meluncur mengikuti
kemiringan tertentu menuju ke Camuy. Camuy adalah suatu kolam yang dibentuk
untuk menampung material hasil dari monitor sebelum dipompakan dengan
menggunakan pompa tanah (pompa hisap).
Setelah material yang berbentuk Slurry (lumpur) tersebut maka akan
dipompakan dengan menggunakan pompa isap yang nantinya mengarah ke tahap
pencucian selanjutnya yaitu Grizzly.
5. Kegiatan pencucian
Setelah material masuk ke tahapan pencucian berupa Grizzly, Rotary dryer,
Jig, Sakhan akan terjadi proses pemisahan antara bijih timah dengan material ikutan
lainnya karena perbedaan spesific grafity (berat jenis). Karena timah memiliki nilai
SG 6.9–7.1 maka akan lebih cepat terendapkan dan mineral ikutan memiliki SG
dibawah timah akan menuju ke settling pond.

3.4.3 Sistem penambangan timah


Berdasarkan SK Direksi Utama PT. Tambang Timah Nomor 127/TT/SK-
1000/2005-B1 tentang Tata Cara dan Penambangan Timah Darat di Lingkungan PT.
Tambang Timah, objek penambangan timah diklasifikasikan menjadi (Effendi, 2009):
1. Tambang Besar (TB)
2. Tambang Semprot (TS)
3. Tambang Kapal Isap (TKI)
4. Tambang Non Konvensional (TN)

3.4.4 Alat pendukung penambangan


a. Alat gali-muat (excavator backhoe)
Backhoe merupakan alat berat yang multi fungsi yang mampu melakukan
pekerjaan menggali (digging), memuat (loading), dan memecah (breaking). Backhoe
mengaplikasikan hidrolik sebagai sistem penggeraknya, yaitu alat yang dapat bekerja
karena adanya tekanan hidrolik pada mesin dalam pengoperasiannya. Konstruksi
utama backhoe terdiri dari boom, arm, dan bucket (Hafid, M.D., 2007).
b. Alat dorong (bulldozer)
Bulldozer merupakan suatu alat dorong yang biasa digunakan pada kegiatan
pembersihan lahan kerja, pengupasan tanah penutup, meratakan timbunan tanah,
membuat jalan kerja di daerah tambang, memperkeras jalan pada daerah tambang,
mendorong suatu material dan meratakan permukaan bidang rata (finishing). Jenis
alat ini banyak membantu pekerjaan-pekerjaan alat muat.
c. Alat angkut ( dumptruck)
Dumptruck merupakan alat untuk mengangkut material overburden hasil
pengupasan ke area penimbunan (dumping area) dan mengangkut kaksa menuju
stockpile.

3.5 Alat-Alat Pencucian

3.5.1 Monitor
Monitor adalah suatu alat yang dapat mengalirkan pancaran air yang tinggi
sehingga menghancurkan lapisan tanah. Besarnya tekanan air yang dihasilkan monitor
dipengaruhi oleh diameter nozzle, daya motor penggerak, panjang diameter pipa serta
perbedaan tinggi monitor terhadap permukaan air. Tekanan yang keluar dari monitor
harus disesuaikan dengan tekanan yang diperlukan untuk memecahkan lapisan tanah
yang akan disemprot nantinya. Monitor mempunyai bentuk menyerupai meriam atau
canon, monitor ini dihubungkan dengan pipa tekanan tinggi dengan penjepit, letak
badan dari monitor disangga oleh kayu atau penghalang agar kedudukan monitor
tidak goyah oleh getarannya air yang bertekanan tinggi. Tekanan air dapat diatur
kecepatannya dengan melonggarkan kran penutup dan dibantu pula oleh pengaturan
besar kecilnya mulut pipa atau nozzle. Air yang menyemprot dari mulut pipa dapat
ditujukan pada arah tertentu dengan menggunakan kemudi yang diberi pemberat pada
arah kasar, dan apabila lebih mau teliti dapat dibantu dengan penyipat arah yang
namanya diflector. Monitor dapat melakukan gerakan mendatar karena adanya sendi
putar dan gerakan tegak lurus karena adanya sendi peluru untuk proses
penyemprotan. Dalam penggalian tanah, monitor dibantu oleh backhoe untuk
mempermudah dalam
menghancurkan lapisan tanah. Pulp yang merupakan campuran antara tanah dan air
disemprot dengan monitor. Perbandingan antara tanah dan air (pulp ratio) antara 1:10
seperti yang terlihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Standar Tekanan Air yang Dibutuhkan untuk Pemberaian Lapisan Tanah

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Ket: mka = meter kolom air.
Agar tekanan air diujung nozzle maksimum:
1. Pompa semprot diletakkan sedekat mungkin dengan front kerja agar pipa tekan
pendek.
2. Letak pompa semprot sedekat mungkin dengan sumber air agar beda tinggi antar
pompa dengan permukaan air kecil dan penyangga pipa isap pendek.
3. Pipa isap dan pipa tekan tidak boleh bocor.
4. Pipa tekan dipasang selurus mungkin.
5. Ukuran nozzle dipilih yang kecil pada batas yang memungkinkan.
6. Putaran pompa dibuat sebesar mungkin pada batas yang memungkinkan.

3.5.2 Pompa
Pompa ialah alat mekanik yang digerakkan oleh tenaga mesin. Pompa
digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan
cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan
untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu
dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek.
3.6 Alat-Alat Pemisahan

Setelah material terberai maka langkah selanjutnya adalah memisahkan timah


dari mineral pengikut lainnya, peralatan pemisah yang digunakan yaitu:

3.6.1 Screen
Screen yaitu suatu alat yang digunakan untuk pemisahan bijih timah
berdasarkan perbedaan ukurannya. Pada TB 1.42 terdapat dua jenis screening yang
digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Grizzly screen
Grizzly screen yaitu suatu alat screening yang dalam penggolongannya
termasuk dalam dalam jenis Stationary Screening. Grizzly Screen merupakan jenis
ayakan statis, dimana material yang akan diayak mengikuti aliran pada posisi
kemiringan tertentu. Permukaannya sangat keras dan terbuat dari batangan baja yang
dirangkai sejajar dipasang miring disesuaikan dengan angle of repose material (sudut
barang) agar material yang kecil lolos dan yang besar menggelinding.
2. Saringan putar (rotary screen)
Saringan putar yaitu alat pemisah bijih timah selanjutnya setelah melewati
grizzly screen. Material yang menerobos saringan (undersize) pada saringan putar
disalurkan ke jig, material yang tidak lolos (oversize) akan keluar dan langsung
dibuang. Saringan ini dilengkapi dengan pipa pancar dan pipa monitor. Pipa pancar
berfungsi untuk meremukkan material agar dapat melewati celah saringan. Pipa
monitor berfungsi untuk menahan material di dalam saringan agar lebih lama
mengalami proses penyaringan.

3.6.2 Jigging
Jigging yaitu proses pemisahan mineral yang berharga dengan mineral tidak
berharga berdasarkan pada perbedaan berat jenis mineral tersebut dengan aliran fluida
yang vertikal. Dalam jigging terjadi stratifikasi atau perlapisan pada partikel yang
akan dipisahkan. Hal ini terjadi karena partikel-partikel tersebut berbeda berat
jenisnya.
Adapun dasar-dasar pemisahan bijih timah pada jigging pada PT TIMAH Tbk
yaitu sebagai berikut:
Gravity concentration adalah suatu proses pemisahan dari kumpulan suatu
mineral-mineral yang memiliki bentuk, ukuran serta berat jenis yang berbeda-beda
menjadi mineral-mineral yang saling terpisah antara satu mineral dengan mineral
lainya oleh pengaruh gaya gravitasi atau gaya sentripugal. Dalam proses
pemisahaannya perbedaan berat jenis dari mineral merupakan faktor utama
keberhasilan proses pemisahan mineral. Alat-alat pemisahan mineral dengan prinsip
gravity Concentration disebut gravity separation (Willys, Barry A.,1992, “Mineral
Processing Technology”).
Secara umum penggunaan metode dari gravitasi untuk pemisahan mineral,
lebih dititik beratkan pada proses gerak jatuh dari mineral didalam suatu medium
dengan adanya pengaruh gaya gravitasi. Semakin besar nilai specific gravity dari
suatu mineral, maka semakin cepat nilai pengendapan mineral di dalam medium.
Secara umum medium yang digunakan dalam alat gravity separation berupa fluida
(air dan udara). Selain dari berat jenis, ukuran butir mineral juga berpengaruh pada
proses pemisahan. Pemilihan alat pemisahan dapat juga dilihat dari kondisi
karakteristik butir dari mineral serta ukuran butir mineral itu sendiri.
Berikut diagram pemilihan alat pemisahan berdasarkan ukuran butir mineral
menurut Kelly dan Spottswood 1982 (Gambar 3.3)

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.3 Batas Ukuran Partikel Untuk Proses Konsentrasi
Pada TB 1.42 Pemali alat pemisah mineral yang utama adalah jig. Jig
merupakan alat pemisah mineral kasiterit terhadap mineral pengotor lainnya
berdasarkan perbedaan nilai specific gravity dari mineral. Pada dasarnya proses
pemisahan mineral didalam jig dapat terjadi akibat adanya prinsip klasifikasi mineral
pada medium berupa fluida. Dalam hal ini medium yang digunakan adalah air dengan
berat jenis 1,03.
1. Teori Jigging
Jigging yaitu suatu proses pemisahan bijih dalam suatu media cair dengan alat
jig berdasarkan perbedaan berat jenis dari partikel mineral yang mengakibatkan
kesanggupan dari partikel tadi mengatur dirinya dan mengambil kedudukan atau
stratifikasi dalam beberapa lapisan sesuai dengan berat jenisnya dan kemudian
dilanjutkan dengan pengeluarannya. Pemisahan ini terjadi akibat adanya gaya tekan
(pulsion) atau isapan (suction), pada suatu media cair yang dilengkapi saringan dan
media penghambat yang semi stationary (bed) berupa mineral atau batuan hematite.
2. Prinsip Jigging
Prinsip kerja dari alat jigging pada PT TIMAH Tbk yaitu dapat dilihat seperti
pada Gambar 3.4 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.4 Proses Pemisahaan Pada Jig
Pada satu saringan atau kotak dengan dasar yang berlubang, diisi dengan
campuran butiran-butiran mineral yang akan dipisah. Saringan dimasukkan kedalam
suatu bak yang berisi air, didalam air saringan diturunkan dan kemudian diangkat,
diturunkan lagi kemudian diangkat demikian dilakukan secara berulang-ulang.
Akibatnya butiran-butiran mineral tersebut membentuk lapisan-lapisan, dimana
kelihatan butiran-butiran mineral berat berada pada lapisan bawah dan butiran-butiran
mineral ringan berada pada lapisan atas. Kemudian butiran-butiran mineral ringan
dipisahkan dari butiran-butiran mineral berat.

a. Pulsion
Terjadinya pulsion karena adanya motor penggerak yang merupakan alat
berfungsi untuk torak yang mendorong air dimana ada pengendapan atau bed
sehingga terjadi dorongan (pulsion), kemudian partikel diatas saringan
bergerak mengembang dan bed akan terbuka. Kesempatan ini dimanfaatkan
oleh mineral berat untuk menerobos saringan masuk ke hutch sebagai
konsentrat, sedangkan mineral ringan akan terdorong keatas dan terbawa oleh
aliran horizontal diatas permukaan bed untuk menunggu kesempatan pulsion
berikutnya, sehingga material yang mempunyai berat jenis besar akan disaring
dan terpisah dengan berat jenis kecil seperti pada Gambar 3.5 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.5 Pulsion
b. Suction
Apabila terjadi suction maka didalam hutch, akan terjadi penyedotan terhadap
partikel-partikel di atas saringan, bila penyedotan ini besar maka partikel
ringan akan ikut tertarik, untuk memperkecil penyedotan ini diberikan air
tambahan atau underwater agar air didalam tangki tenang sehingga akan
terjadi pemisahan. Pada waktu pulsion, bed akan merenggang, maka material
berat akan menerobos hutch sebagai produk yang dihasilkan berupa material
berharga dan pada waktu suction, bed akan menutup dan material ringan terus
mengikuti aliran air bagian atas seperti pada Gambar 3.6 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.6 Suction
Pada dasarnya pemisahan mineral di dalam jig tersebut dapat terjadi karena
beberapa hal yang utama, yaitu:
a. Differential Acceleration
Merupakan faktor perbedaan jatuh pada partikel pada awal pengendapan
mineral ke bed karena adanya gerakan yang terjadi pada alat jig keadaan ini
dipengaruhi oleh berat jenisnya pada mineral tersebut. Partikel mineral yang
memiliki berat jenis besar akan memiliki kecepatan jatuh yang lebih besar
seperti pada Gambar 3.7 di bawah ini.
Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018
Gambar 3.7 Differential Acceleration

b. Hindered Settling
Merupakan pengendapan dari material yang spesifik gravitasinya besar dengan
ukuran kecil akan sama dengan material yang spesifik gravitinya kecil.
Pengendapan mineral pada kondisi yang bergejolak dan kecepatan
pengendapan dari partikel dipengaruhi oleh berat jenis, ukuran butiran dari
mineral tersebut seperti pada Gambar 3.8 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.8 Hindered Settling

c. Consolidation Trickling
Merupakan suatu proses dimana partikel halus menerobos melalui bed pada
waktu akhir pulsion. Berdasarkan ketiga faktor pemisahan mineral dalam jig
diatas, maka terjadilah proses pemisahan mineral yang berbeda berat jenisnya.
Dalam hal ini mineral berharga seperti kasiterit, xenotin, monazit, ilmenit,
zircon, Pb dan bijih besi dengan mineral tailing yang berupa kuarsa dan clay
(lempung keras). Mineral-mineral yang berat jenisnya lebih besar baik yang
berukuran kecil maupun besar berada di bawah saringan, kemudian masuk
kedalam tangki dan keluar melalui spigot sebagai konsentrat seperti pada
Gambar 3.9 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.9 Consolidation Trickling

Untuk perbedaan percepatan jatuh partikel pada awal pengendapannya bisa


dirumuskan sebagai berikut:
𝑃
d = (1 − ′) g................................................................................(3.1)
𝑃

Keterangan :
d = Percepatan jatuh (m/detik2)
p1 = Berat jenis media pemisah (air = 1,03)
p = Berat jenis mineral (7,0)
g = Percepatan gaya berat (9,8 m/detik2)

Dari rumus diatas, percepatan jatuh partikel pada awal pengendapan untuk
mineral-mineral dapat dihitung, misalnya untuk kasiterite dan kuarsa yaitu:
1,03
d = (1 − ) ................................................................................ (3.2)
7,0
9,8
= 8,4 m/s2

1,03
d = (1 − ............................................................................... (3.3)
)
2,6
9,8
= 5,8 m/s2
Ternyata percepatan jatuh awal cassiterit lebih besar daripada kuarsa
(untuk ukuran butiran yang sama).
Sedangkan mineral pengotor atau mineral ringan baik yang berukuran
kecil ataupun besar akan terdorong oleh desakan dari feed berikutnya dan arus
horizontal diatas permukaan bed dan terbuang sebagai tailing. Apabila ketiga
faktor tersebut disatukan maka proses tersebut dinamakan jigging process. Dari
ketiga proses tersebut terjadilah proses pemisahan mineral yang memiliki
perbedaan dalam berat jenis pada jig. Pada pemisahan mineral tersebut, perbedaan
dari nilai terminal velocity dari suatu mineral menjadi faktor yang utama pada
proses pemisahan seperti yang terlihat pada Gambar 3.10 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.10 Proses Jigging

3. Siklus Jig
Siklus jigging merupakan suatu bentuk gelombang yang bergerak secara
teratur serta berulang-ulang yang diakibatkan oleh adanya pulsion dan suction di jig
seperti yang terlihat pada Gambar 3.11 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.11 Siklus Jigging
Titik A merupakan titik dimulainya siklus. Saat kecepatan aliran keatas terus
meningkat, maka jig bed akan terangkat (mengembang). Jika waktu antara A dan B
sangat kecil, maka akan terjadi differential acceleration.
Pada titik B, kecepatan aliran keatas semakin besar sampai mencapai puncak
pada titik C. Dalam keadaan inimineral yang mempunyai kecepatan pengendapan
yang lebih kecil dari kecepatan aliran keatas akan terus mengendap. Sedangkan
mineral yang mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih kecil dari kecepatan
aliran keatas akan terangkat keatas dan terbawa aliran mendatar (cross flow) dan
menjadi tailing. Pada keadaan ini terjadi effek hindered settling.
Pada titik D, gerakan pengendapan mineral dimulai oleh mineral berukuran
besar, kemudian diikuti mineral yang berukuran halus. Keadaan ini merupakan
kombinasi antara differential acceleration dan hindered settling, dimana sebagian
besar mineral berukuran besar akan terletak pada dasar lapisan jig bed.
Pada titik E, yang merupakan transisi antara pulsion dan suction, lapisan jig
bed mulai menutup. Dalam keadaan inimineral berat yang berukuran kecil masih
berusaha untuk terus bergerak turun menerobos celah-celah jig bed.
Dimana ketika terjadi pulsion ragging akan terbuka, sedangkan suction
ragging akan tertutup. Pada kondisi consolidation trickling, maka gaya yang
dihasilkan panjang pukulan, merupakan gaya suction seperti yang terlihat pada
Gambar 3.12 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.12 Sketsa Penampang Bagian Dalam Jig Type Pan-America
Adapun dalam penentuan nilai panjang pukulan pada jig yaitu sebagai berikut:

Pada jig proses pemisahan mineral dilakukan pada fluida dengan kondisi
hindered settling. Panjang pukulan merupakan mekanisme pembentukan kondisi
hindered settling pada jig. Dalam panjang pukulan terdapat dua variabel utama yang
saling berhubungan, yaitu variabel panjang panjang pukulan dan variabel jumlah
panjang pukulan per menit.
Kedua nilai variabel dari panjang pukulan berhubungan dengan perolehan
kadar konsentrat dari jig. Dalam hal ini konsentrat merupakan mineral casiterite
(SnO2). Pengaturan dari nilai variabel-variabel panjang panjang pukulan dan jumlah
panjang pukulan disesuaikan dengan laju kecepatan pengendapan mineral. Hal ini
dilakukan untuk perolehan kondisi hindered settling yang sesuai dengan gerak jatuh
dari mineral- mineral pada fluida.
Pergerakan panjang pukulan dapat diasumsikan sebagai suatu gelombang
sinusoidal. Dengan nilai amplitudo gelombang sama dengan panjang pukulan dan
frekuensi gelombang sama dengan jumlah pukulan panjang pukulan per menit seperti
yang terlihat pada Gambar 3.13 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.13 Gelombang Pergerakan Panjang Pukulan Pada Jig

Hal ini dapat terlihat dari pergerakan panjang pukulan yang naik turun secara
terus menerus dengan nilai variabel amplitudo dan frekuensi panjang pukulan yang
tetap. Jig merupakan media pemisah mineral berdasarkan kondisi hindered setlling.
Sehingga pergerakan mineral pada jig akan dipengaruhi oleh gaya-gaya dari panjang
pukulan, dan gaya yang mempengaruhi pergerakan mineral. Gaya pulsion dan suction
dari panjang pukulan menghasilkan fluidization velocity. Fluidization velocity
merupakan kecepatan aliran dari fluida yang dihasilkan panjang pukulan. Pada saat
pulsion arah aliran dari fluidization velocity akan berlawanan dengan arah
pengendapan mineral. Sedangkan pada saat suction fluidization velocity akan searah
dengan pengendapan mineral seperti yang terlihat pada Gambar 3.15 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.14 Arah Gerak Fluidization Terhadap Terminal Velocity Mineral Pada (a)
Kondisi Pulsion, (b) Kondisi Suction

Dari perolehan nilai fluidization velocity, diperoleh hubungan antara nilai


variabel panjang pukulan, dengan terminal velocity dari mineral. Hal ini dapat terlihat
dari hubungan gaya dengan kecepatan dari mineral (energi kinetik). Untuk
menciptakan kondisi yang ideal pada hindered settling. Besarnya nilai kecepatan
fluidization harus sama atau mendekati nilai terminal velocity dari mineral konsentrat
(casiterit). Sehingga di peroleh kondisi sebagai berikut:
 U > Vp mineral ringan. Pada saat pulsion mineral ringan akan terdorong
menjauhi dasar bed. Sehingga ketika terjadi suction mineral ringan tidak akan sempat
melewati bed yang telah menutup terlebih dahulu.
 U < Vp mineral ringan. Mineral akan tetap bergerak menuju bed dengan
pengurangan laju kecepatan akibat dari gaya pulsion panjang pukulan,. dan ketika
terjadi suction mineral ringan mampu melewati bed.
 U = Vp mineral berat. Ketika terjadi pulsion, maka kecepatan pengendapan
mineral Vp = 0, dalam hal ini mineral tidak akan terdorong ke permukaan. Dan pada
saat terjadi suction mineral akan bergerak menuju dasar bed dengan kecepatan Vp =
U. Terminal velocity partikel merupakan kecepatan pengendapan partikel didalam
suatu fluida. Dalam pengendapannya, partikel dipengaruhi tiga gaya utama yang
bekerja. Yaitu:
 Gaya gravitasi.
 Gaya tahanan fluida.
 Gaya drag force.
Gaya gravitasi adalah gaya tarik bumi terhadap partikel yang bergerak menuju
dasar fluida. Gayadrag force dan gaya tahanan fluida merupakan gaya yang bergerak
menuju permukaan fluida. Dalam hal ini gaya gravitasi dari bumi akan mengalami
gaya hambatan yang diberikan oleh fluida terhadap partikel yang bergerak. Adapun
gaya penghambat yang bekerja terhadap partikel adalah gaya drag force dan tahanan
fluida seperti yang terlihat pada Gambar 3.15 di bawah ini.

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 3.15 Gaya-Gaya yang Berpengaruh pada Gerak Jatuh Partikel di Fluida
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja jig yaitu:
Pada umumnya proses pencucian bijih timah menggunakan jig bertujuan
untuk meningkatkan kadar dengan recovery yang tinggi sehingga looses dapat ditekan
sekecil-kecilnya. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja jig, antara
lain:
1. Sifat-sifat umpan (feed), yakni:
a. Bentuk dan ukuran feed
Semakin besar (kasar) ukuran butir mineral, maka recovery semakin tinggi.
Tetapi ada satu hal yang harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel
mineral makasemakincepat pula pemadatan pada bed, sehingga terjadi
kebuntuan yangmengakibatkan feed yang masuk berikutnya tidak dapat
menerobosbed.
b. Kadar mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang masuk sebagai feed, maka
recovery akan semakin tinggi. Dan makin banyak kadar mineral pengganggu
yang masuk sebagai feed pemisahan semakin sulit, berarti perolehan recovery
akan rendah.
c. Berat jenis mineral
Semakin tinggi berat jenis mineral berharga terhadap mineral pengganggu
maka recovery akan semakin tinggi.

2. Variabel tetap
a. Ukuran dan jumlah: makin besar ukuran dan jumlah jig perolehan semakin
besar. Ukuran dan jumlah jig disesuaikan dengan pemindahan tanah.
b. Jumlah kompartemen: makin banyak kompartemen perolehan akan semakin
besar tetapi biaya akan semakin besar pula.
c. Bentuk permukaan: jig yang berbentuk kerucut perolehan lebih baik dari yang
berbentuk empat persegi panjang, karena kecepatan aliran semakin lambat.
3. Variabel tidak tetap terhadap proses jig
Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa
variabel tidak tetap yang mempengaruhi proses pemisahan tersebut antara lain:
a. Panjang pukulan
Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari
awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction).Untuk mengatur panjang
pukulan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
o berat jenis
o ukuran butir
o jumlah mineral ikutan
o kekayaan timah yang digali
Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan kadar konsentrat. Jika
ingin mendapatkan konsentrat yang bersih, dapat menggunakan panjang pukulan yang
kecil dan cepat dimana pulsion akan ditahan dengan menggunakan back water dalam
jumlah yang banyak, tetapi cassiterit tidak tertangkap semua terutama yang ukuran
butir halus dan akan lari ke tailing sehingga recovery menjadi rendah.
Untuk mendapatkan tailing yang bersih, panjang pukulan yang digunakan
lebih besar sehingga panjang pukulan bergerak lambat dan suction akan kuat dengan
menggunakan backwater yang sedikit. Panjang pukulan yang relatif pendek dan cepat
dengan back water yang banyak digunakan untuk memisahkan feed yang berkadar
tinggi, tetapi untuk feed dengan kadar yang rendah biasanya digunakan panjang
pukulan yang besar dan lambat.
b. Kecepatan aliran (cross flow)
Kecepatan aliranadalah kecepatan air yang mengalir diatas lapisan bed. Fungsi
aliranadalah untuk membawa material ringan, baik yang berukuran besar
maupun kecil. Untuk kecepatan aliranyang terlalu besar, mineral berukuran
halus akan ikut terbuang bersama tailing.
Sedangkan kecepatan aliran yang lebih kecil dari kecepatan pengendapan
mineral ringan, maka akan mengendap diatas permukaan jig bed sehingga akan
mengganggu proses jigging.
c. Ketebalan dan ukuran bed
Bed adalah bahan padat yang terdiri dari lapisan batuan yang digunakan
sebagai pemisah mineral berat pada jig. Ketebalan dan ukuran bed sangat
mempengaruhi hasil pemisahan dan tergantung kepada mineral yang akan
dipisahkan. Semakin tebal dan besar ukuran butir bed, maka akan semakin
sulit kecepatan aliran vertikal ke atas untuk mendorong lapisan bed,
sehinggasemakin sedikit partikel mineral berharga yang mengendap sebagai
konsentrat.
d. Volume air tambahan (underwater)
Volume air tambahan adalah jumlah air yang dialirkan kedalam tangki jig yang
berguna sebagai air tambahan. Manfaat air tambahan ini adalah untuk
mengurangi hisapan, mengimbangi jangan terlalu banyak aliran air diatas jig
yang menuju kedasar jig dan juga untuk menggantikan air yang keluar melalui
lubang spigot. Volume air didalam jig tangki berpengaruh terhadap proses
pengendapan mineral berharga.
e. Ukuran lubang spigot
Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya
konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot ini akan
mempengaruhi volume air yang terdapat dalam tangki jig. Apabila ukuran
lubang spigot terlalu besar, maka volume air yang keluar melalui lubang
spigot akan menjadi besar.
f. Motor jig
Motor jig merupakan motor penggerak pukulan yang menyebabkan terjadinya
pulsion dan suction pada proses pemisahan. Penentuan daya atau HP motor
yang digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada saatpulsion,
jumlah putaran gear box dan panjang pukul motor yang digunakan.
g. Jigscreen
Jigscreen merupakan saringan yang terbuat dari karet (rubber screen) dimana
ukuran lubang saringan lebih kecil dari ukuran butiran terkecil dari umpan yang
dipasang diantara rooster bawah dan atas. Semakin besar ukuran lubang
bukaan jig screen maka recovery semakin tinggi ( kebuntuan makin lambat).
h. Pipa tambahan
Berguna untuk mengurangi banyaknya air, dan (disliming) sehingga kekentalan
feed dapat diatur. Di daerah ini feed tersebut mengalami gaya horizontal, yang
mana mengakibatkan material berat terlempar kedinding dan turun bergerak ke
arah spigot, sedangkan materialhalus (slim) akan keluarsebagai overflow. Pada
bagian dekat ujung spigot, perlu mendapatkan perhatian yang khusus karena
pada umumnya paling cepat terjadi keausan.

3.6.3 Sakhan (Sluice box)


Prinsipnya yaitu memisahkan antara mineral berharga dengan yang tidak
berharga berdasarkan gaya beratnya. Alat ini berbentuk kotak yang bagian dalamnya
dilengkapi dengan riffle, gunanya untuk menahan material yang mempunyai berat
jenis relatif besar dibandingkan dengan material lain sehingga mampu mengimbangi
gaya dorong dari aliran air.

Faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya operasi pemisahan dengan alat ini
adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan aliran dan ketebalan aliran fluidaBila kecepatan dan ketinggian fluida
terlalu besar maka mineral yang ada baik itu mineral berat maupun ringan dan
ketebalan yang besar dari fluida akan membuat arus turbulen yang besar dan ini yang
membuat material meloncat dari riffle.
2. Berat jenis material yang akan dipisahkan
Berat jenis dari material harus cukup besar karena material itu harus dapat
mengimbangi derasnya arus dengan gaya berat sehingga material itu akan dapat
terhalangi oleh riffle. Bila material itu mampunyai berat jenis yang kecil, akan hanyut
terbawa oleh aliran air.
3. Banyaknya air
Bila air yang digunakan untuk memisahkan mineral ini hanya sedikit, maka mineral
tersebut tidak akan dapat terpisahkan atau hasilnya adalah heterogen.
4. Ketinggian riffle
Ketinggian riffle harus sebanding dengan ketebalan aliran air, paling tidak harus
melebihi 0,5 cm dari permukaan riffle.
5. Panjang box
Panjang box sangat menentukan karena makin panjang akan semakin besar
kemungkinan material itu untuk tersangkut pada riffle sehingga hasilnya semakin
besar.

3.6.4 Lobi
Lobi merupakan salah satu alat pemisahan konsentrat dengan tailing timah.
Prinsip kerja lobi mirip dengan sakhan, yang membedakannya adalah tekanan
medium air yang lebih besar agar mineral lebih terpisahkan berdasarkan SG. Dengan
cara air ditembakan dari bawah dengan kecepatan tertentu dan melewati lubang-
lubang yang terdapat di dasar lobi. Umpan yang masuk ke dalam lobi berasal dari
proses pencucian sebelumnya.
Lobi dioperasikan secara manual yaitu menggunakan sekop oleh operator.
Tailing dari lobi ditampung di sebuah bak dan akan diolah kembali menggunakan
meja goyang (shacking table) sampai benar-benar tidak ekonomis. Sedangkan
material yang terendapkan akan langsung dimasukan ke dalam kampil dan dimasukan
ke dalam umpan dari rotary dryer. Kadar konsentrat timah yang dihasilkan dari lobi,
yaitu 50 – 60 % Sn.
3.6.5 Meja goyang
Meja goyang yaitu alat pengolahan bijih yang digunakan untuk meningkatkan
kadar mineral tertentu. Prinsip pemisahannya berdasarkan pada perbedaan berat jenis.
Pada meja goyang dapat dikelompokkan tiga jenis mineral, yaitu mineral berat yang
memiliki berat jenis tinggi, mineral ringan yang memiliki berat jenis rendah dan
mineral middling yang memiliki berat jenis antara mineral berat dan mineral ringan.

3.7 Menentukan kadar Sn dengan alat UC BALANCE

Perhitungan kadar Sn menggunakan alat UC BALANCE adalah suatu


perhitungan yang menggunakan pendekatan berat jenis, dimana kadar Sn dapat
dihitung berdasarkan persamaan dibawah ini (Persamaan 3.4).

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍(𝒈𝒓)
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑺𝒏 = ∶ 𝑺𝒈 𝒙 𝑵𝒐 𝑨𝒕𝒐𝒎
𝑩𝟏 − 𝑩𝟐

Keterangan:
B1 = Berat bijih + Berat kaleng
B2 = Berat bijih + Berat air
Sg = Berat jenis Sn (7 g/cm3)
No Atom = 78 (Sn)
BAB IV
PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS

4.1 Judul Tugas Khusus

Adapun judul tugas khusus yang diangkat oleh penulis adalah “Aktivitas
Pencucian Bijih Timah dan Perhitungan Kadar Sampel (Sn) Menggunakan Alat Uc
Balance di TB 1.42 Pemali PT. TIMAH, Tbk.”

4.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan dari tanggal 2
Juli hingga 2 Agusutus 2018, dengan tempat di PT. TIMAH Tbk yang berkantor
pusat di Pangkal Pinang, Bangka. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada
TB 1.42 Pemali, Kota Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

4.3 Objek Pelaksanaan Tugas Khusus

Pada kegiatan pelaksanaan tugas khusus kerja praktek ini, objek yang
ditugaskan oleh perusahaan yaitu unit pencucian (Jig) pada TB 1.42 Pemali PT.
TIMAH Tbk.

4.4 Latar belakang

Kerja Prakik merupakan media efektif bagi mahasiswa teknik pertambangan


untuk menerapkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan. Selain untuk
mendapatkan pengalaman bekerja di perusahaan tambang, dimaksudkan juga sebagai
langkah komperehensif mahasiswa untuk bersosialisasi dengan dunia pertambangan
yang sebenarnya. Lebih jauh lagi, Kerja Praktik ini diharapkan juga mampu memberi
bekal lebih saat mereka mengaplikasikan ilmu yang didapat pada dunia kerja.
Dalam sebuah operasi tambang, diperlukan berbagai aspek yang saling
mendukung guna terciptanya produksi yang optimal dan efisien serta meminimalkan
dampak lingkungan dan mengutamakan keselamatan kerja. Untuk semakin
meningkatkan produksi ore, menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan
pemerintah daerah, masyarakat dan lingkungan sekitar tambang pasti diperlukan
perencanaan tambang yang tepat, untuk itu kami sangat ingin belajar mengenai
pengoperasian tambang timah secara menyeluruh di PT. TIMAH Tbk
Timah merupakan salah satu bahan galian yang dimiliki tanah air Indonesia
yang tidak dapat diperbaharui keberadaannya. Indonesia menghasilkan salah satu
produk komoditi ekspor terbesar di dunia. Belakangan ini harga timah di pasaran
dunia cenderung naik sehingga menjadikan timah merupakan komoditi jenis logam
yang dicari keberadaannya sehingga negara negara penghasil timah berusaha untuk
menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan kebutuhannya.
Di Indonesia sendiri pertambangan timah ada di Pulau Bangka dan Pulau
Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat, sedangkan
perusahan milik Negara yang Melakukan penambangan timah adalah PT. Timah Tbk.
PT. Timah Tbk sebagai Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 02 Agustus
1976, dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang
pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995.
PT. Timah merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki segmen
usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan,
pengolahan hingga pemasaran.
Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi juga bidang pertambangan,
perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Kegiatan utama perusahaan
adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan
timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha mereka. Perusahaan
memiliki
beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang perbengkelan dan galangan kapal,
jasa rekayasa teknik, penambangan timah, jasa konsultasi dan penelitian
pertambangan serta penambangan non timah.
Perusahaan berdomisili di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung dan
memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara serta Cilegon, Banten.
Setelah melakukan kerja praktik ini, mahasiswa diharapkan dapat menjadi
tenaga kerja terdidik yang mampu menerapkan metode dan teknologi dalam dunia
pertambangan dengan benar dan tepat guna. Sehingga dapat menjadi langkah awal
bagi mahasiswa pertambangan dalam kehidupan dimasa yang akan datang.

4.5 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini laporan ini yaitu:


1. Bagaimana aktivitas pencucian pada wilayah Tambang Besar (TB) 1.42 Pemali,
PT. TIMAH Tbk ?
2. Bagaimana cara menghitung kadar sampel menggunakan alat UC BALANCE di
PT. TIMAH Tbk ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar dari sampel yang
diambil di Tambang Besar (TB) 1.42 Pemali, PT. TIMAH Tbk ?

4.6 Tujuan Tugas Khusus

Adapun tujuan dari Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui aktivitas pencucian bijih timah di TB 1.42 Pemali
2. Mengetahui proses untuk menghitung nilai kadar bijih timah pada unit Jig di TB
1.42 Pemali dengan menggunakan alat UC BALANCE
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar dari sampel yang
diambil di Tambang Besar (TB) 1.42 Pemali
4.7 Batasan Masalah

Pada kerja praktik ini hanya membahas mengenai proses pencucian bijih
timah dan perhitungan kadar sampel dari unit jig TB 1.42 Pemali menggunakan alat
UC BALANCE.

4.8 Metodologi Penyelesaian Tugas Khusus

Adapun metode penilitian yang digunakan pada laporan kerja praktek ini
untuk melengkapi data yaitu:
1. Pengambilan dan pengumpulan data
a. Data Primer, mencakup pengamatan langsung dari proses kegiatan
penambangan di TB 1.42 Pemali. Data didapatkan dengan melakukan
observasi lapangan serta wawancara langsung dengan pihak-pihak yang
berkompeten.
b. Data Sekunder, mencakup studi literatur berupa laporan tertulis maupun
penelitian sebelumnya serta informasi-informasi terbaru. Data sekunder
didapatkan dari situs resmi PT. TIMAH, Tbk serta buku-buku yang diberikan
oleh PT. TIMAH, Tbk.
2. Pengolahan data yang telah di kumpulkan kemudian diolah berdasarkan objek
yang telah diamati.
3. Penyusunan laporan, data yang telah diolah menjadi suatu informasi kemudian
disusun menjadi sebuah laporan dengan dibantu oleh pembimbing dan orang–
orang yang menguasai ilmu dibidangnya.
4. Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Rencana Kerja

Kegiatan penambangan di TB 1.42 Pemali dilakukan berdasarkan rencana


kerja. Rencana kerja ini merupakan perencanaan penambangan tiap bulannya selama
setahun. Rencana kerja dibuat oleh bidang perencanaan dan evaluasi produksi
tambang darat, PT. TIMAH Tbk. Rencana kerja menjadi pedoman untuk melakukan
penambangan, namun tidak bersifat mengikat atau kaku jika terjadi kendala yang
tidak diinginkan di lapangan. Penambangan yang dilakukan pada TB 1.42 menuju
kearah Selatan dengan luas Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) adalah 212
Ha. Berikut merupakan gambar rencana kerja untuk tanggal 19 Juli 2018 di TB 1.42
Pemali (Gambar 5.1).

Sumber: PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 5.1 Rencana Kerja 2018 TB 1.42 Pemali
5.2 Mekanisme Pencucian Bijih Timah di TB 1.42 Pemali

Proses pengolahan bijih timah dimulai dari pemberaian material


menggunakan monitor hingga pemisahan material berdasarkan sifat kemagnetannya
menggunakan magnetic separator. Proses pengolahan terdiri atas 2 proses yaitu
pencucian dan pengeringan. Berikut ini merupakan mekanisme pengolahan material
di TB 1.42 Pemali (Gambar 5.2).

Gambar 5.2 Diagram Alir Proses Pengolahan di TB 1.42 Pemali

5.3 Proses Pencucian

5.3.1 Stockpile
Setelah aktivitas penggalian, bahan galian yang diangkut menggunakan ADT
dan DT. Kemudian ditimbun ke dua tempat, material stripping ditimbun di Dumping
Area yang akan digunakan saat pasca tambang sedangkan material yang
menggandung
ore/kaksa ditimbun di area stockpile. Penumpukan material di stockpile dimaksud
agar lebih mempermudah proses pengolahan lebih lanjut. Stockpile terletak di Utara
site Tambang Tb 1.42 Pemali, lebih tinggi dari front penggalian untuk mempermudah
proses pengolahan awal seperti yang terlihat pada Gambar 5.3 di bawah ini.

Gambar 5.3 Dumping Area TB 1.42 Pemali

Stockpile

Gambar 5.4 Stockpile TB 1.42 Pemali


5.3.2 Monitor
Monitor merupakan suatu alat yang dapat mengalirkan pancaran air yang
tinggi sehingga menghancurkan lapisan tanah. Besarnya tekanan air yang dihasilkan
monitor dipengaruhi oleh diameter nozzle, daya motor penggerak, panjang diameter
pipa serta perbedaan tinggi monitor terhadap permukaan air. Tekanan yang keluar
dari monitor harus disesuaikan dengan tekanan yang diperlukan untuk memecahkan
lapisan tanah yang akan disemprot nantinya.
Monitor mempunyai bentuk menyerupai meriam atau canon, monitor ini
dihubungkan dengan pipa tekanan tinggi dengan penjepit, letak badan dari monitor
disangga oleh kayu atau penghalang agar kedudukan monitor tidak goyah oleh
getarannya air yang bertekanan tinggi. Tekanan air dapat diatur kecepatannya dengan
melonggarkan kran penutup dan dibantu pula oleh pengaturan besar kecilnya mulut
pipa atau nozzle. Air yang menyemprot dari mulut pipa dapat ditujukan pada arah
tertentu dengan menggunakan kemudian yang diberi pemberat pada arah kasar, dan
apabila lebih mau teliti dapat dibantu dengan penyipat arah yang namanya diflector.
Monitor dapat melakukan gerakan mendatar karena adanya sendi putar dan
gerakan tegak lurus karena adanya sendi peluru untuk proses penyemprotan. Dalam
penggalian tanah, monitor dibantu oleh backhoe untuk mempermudah dalam
menghancurkan lapisan tanah.
Pulp yang merupakan campuran antara tanah dan air disemprot dengan
monitor. Perbandingan antara tanah dan air (pulp ratio) antara 1:10. Sumber air yang
digunakan monitor berasal dari pengendapan di Tailing Pond yang digunakan
kembali sehingga tidak membutuhkan sumber air baru. Monitor yang digunakan
untuk memberai material memiliki tekanan 15-20 mka dengan diameter nozzle
sebesar 2.5 inch ( 6.35 cm). Sedangkan untuk debit air yang dikeluarkan pada ujung
nozel sebesar 1.100 m3/jam. Berikut merupakan tahapan monitoring stockpile seperti
yang terlihat pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6 di bawah ini.
nozle

Gambar 5.5 Monitor

Gambar 5.6 Penyemprotan pada Stockpile

5.3.3 Pompa
Pompa adalah alat mekanik yang digerakkan oleh tenaga mesin. Pompa
digunakan untuk memindahkan suatu fluida (cairan) dari satu tempat ke tempat lain
dengan cara perbedaan tekanan cairan. Kenaikan tekanan digunakan untuk mengatasi
hambatan-hambatan pengaliran. Pompa yang digunakan pada TB 1.42 Pemali ada 3
yaitu:
1. Pompa underwater
Pompa underwater merupakan alat hisap tambahan pada instalansi pencucian.
Pompa ini digunakan untuk menyalurkan air melalui pipa ke header tank yang
kemudian disalurkan kembali ke tiap-tiap jig. Pompa ini menggunakan jenis pompa
sentrifugal. Pompa underwater bekerja saat jig dijalankan. Jig dapat berjalan dengan
baik apabila air yang dialirkan oleh pompa sesuai dengan kebutuhan jig.
2. Pompa semprot
Pompa semprot merupakan alat tambahan pada instalansi pencucian yang
digunakan untuk menyalurkan air melalui pipa ke monitor. Pompa ini digunakan
untuk memberai material yang berada di stockpile selain itu juga berfungsi untuk
menyemprotkan air kearah launder agar aliran menuju grizzly screen tidak terhambat.
3. Pompa tailling
Pompa tailing merupakan alat tambahan yang berada di instalansi pencucian
yang digunakan untuk menyalurkan tailing primer ke bandar tailing.

5.3.4 Grizzly screen


Grizzly screen merupakan saringan statis (diam). Alat ini terbuat dari
batangan besi yang dirangkai secara sejajar serta dipasang dengan kemiringan
tertentu. Jarak antara batangan besi yang satu dengan yang lain adalah 50 mm dengan
total batangan besi sebanyak 25 buah. Oleh karena itu material slurry yang berasal
dari camuy dengan ukuran butir >50 mm maka akan menjadi tailing dan dipisahkan
secara manual oleh operator. Sedangkan material dengan ukuran butir <50 mm akan
menuju ke rotary screen melalui lounder (bak yang mengalirkan slurry dari Grizzly
Screen) seperti yang terlihat pada Gambar 5.7 dan 5.8 di bawah ini.
Gambar 5.7 Grizzly Screen Gambar 5.8 Pulp menuju Grizzly Screen

Keuntungan dari Grizzly Screen adalah:


1. Harga lebih murah
2. Digunakan untuk material kasar
3. Termasuk dalam peralatan sederhana

Kerugian dari Grizzly Screen adalah:


1. Memerlukan tempat yang luas
2. Mudah tersumbat jika terlalu banyak material kasar
3. Apabila tersumbat maka harus dibersihkan secara manual

5.3.5 Rotary screen


Material yang telah lolos dari grizzly screen maka akan disaring kembali oleh
rotary screen. Rotary screen merupakan saringan berputar yang terbuat dari susunan
batang baja yang disusun lebih rapat dibandingkan grizzly screen. Dimensi dari alat
ini yaitu memiliki diameter 134–198cm. Prinsip kerjanya adalah rotary screen akan
berputar dan material yang lebih besar seperti bongkahan tanah liat, batu krakal atau
kerikil akan dihancurkan kembali oleh bantuan water spray, batuan yang berukuran <
10 mm akan lolos sedangkan material >10 mm akan langsung dibuang menjadi
tailing. Slurry yang lolos nantinya akan mengalir ke jig melalui bak distribusi seperti
yang terlihat pada Gambar 5.9 di bawah ini.
Gambar 5.9 Rotary Screening

5.3.6 Bak distribusi


Bak distribusi merupakan tempat dimana material undersize dari rotary
screen didistribusikan menjadi tiga arah yaitu launder yang masing-masing memiliki
lebar 125 cm yang kemudian didistribusikan lagi masig-masing dua arah sehingga
yang masing-masing mengarah pada jig primer sebanyak 6 jig seperti yang terlihat
pada Gambar 5.10 di bawah ini.

Gambar 5.10 Bak Distribusi


5.3.7 Jig
Material yang lolos rotary screen kemudian melalui lounder akan menuju ke
jig primer. Jigging adalah suatu proses pemisahan mineral yang berharga dengan
mineral tidak berharga pada perbedaan berat jenis mineral tersebut dengan aliran
fluida yang vertikal. Dalam jigging terjadi stratifikasi atau perlapisan pada partikel
yang akan dipisahkan. Hal ini terjadi karena partikel-partikel tersebut berbeda berat
jenisnya.
TB 1.42 Pemali menggunakan 2 kali tahap dalam proses jig yaitu Jig Primer
dan Jig Sekunder (Clean Up). Material yang telah melalui rotary screen lalu akan
masuk ke jig primer melalui lounder (saluran) yang terbagi menjadi tiga lounder yang
masing-masing lounder mengarah ke 2 jig primer.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stratifikasi adalah:


1. Differential acceleration
Di dalam jigging partikel bergerak selama periode percepatan dan karena itu
partikel berat akan mempunyai percepatan awal dan kecepatan jatuh lebih besar
daripada partikel ringan.
2. Hindered settling classification
Pada campuran material dengan cairan yang menjadi slurry, akan terjadi
proses pengendapan material setelah mengalami halangan diantara partikel-partikel
itu sendiri berdasarkan besar butir mineral. Untuk material dengan berat jenis besar
akan lebih dulu mengendap demikian juga untuk mineral besar dengan berat jenis
besar juga akan mengendap lebih dulu dibandingkan dengan mineral berberat jenis
ringan.
Peristiwa ini terjadi pada saat jig mengalami pulsion sehingga ada aliran air ke
atas yang akan membuat material tersebar atau terlempar ke arah atas. Material yang
berat jenisnya kecil akan terlempar lebih jauh daripada mineral yang berat jenisnya
besar. Material yang mempunyai berat jenis besar tapi ukurannya kecil memiliki
waktu pengendapan sama dengan material besar dengan berat jenis kecil.
3. Consolidation trickling
Pada waktu akhir dari suction, partikel-partikel berukuran kecil tapi berat
jenisnya besar akan mempunyai kesempatan untuk menerobos diantara partikel-
partikel itu maupun kesempatan menerobos jig bed daripada mineral ringan dan kecil.
Proses pemisahan diawali oleh adanya pulsion atau gaya ke atas pada fluida sehingga
fluida menggerakkan seluruh partikel mineral kemudian terjadi pengendapan akibat
perbedaan densitas seperti yang terlihat pada Gambar 5.11 dan 5.12 di bawah
ini.

Sumber : PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 5.11 Pulsion dan Suction pada Jigging

Sumber : PT. TIMAH Tbk, 2018


Gambar 5.12 Proses Pemisahan Jigging

Gambar diatas merupakan skema proses yang terjadi pada alat jigging. Bijih
dengan lingkaran kecil menggambarkan bijih dengan ukuran kecil, sedangkan
lingkaran yang berwarna hitam menunjukkan mineral yang mempunyai spesific
gravity yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkaran putih.
Cara kerja alat jigging adalah pada saat feed dimasukkan dengan laju konstan,
diafragma akan naik dan turun sehingga menimbulkan tekanan pada air didalam alat
jigging. Pada saat diafragma turun, maka akan menimbulkan tekanan yang
menyebabkan air naik. Pada saat air naik, partikel yang lebih ringan akan terangkat
lebih tinggi daripada partikel yang lebih berat. Pada saat diafragma turun, partikel
yang lebih ringan akan terlambat turun dan partikel yang lebih berat akan turun
dengan cepat, yang sering disebut dengan pulsion dan suction. Lalu pada saat
melewati ragging, partikel yang lebih kecil akan tersaring sehingga akan terpisah
antara partikel berat dan partikel ringan. Partikel berat akan turun melewati ragging
dan menuju hutch sedangkan partikel yang ringan akan terangkat dan keluar bersama
overflow. TB 1.42 Pemali menggunakan alat jig yaitu pan american jig dimana pada
alat jig yang digunakan terdiri atas jig primer dan jig sekunder (clean up) dengan
jenis PA (Pan America).
Bagian-bagian pada jig PA yang terdapat di PT TIMAH Tbk yaitu sebagai
berikut:
a) Saringan pada jig
Tipe saringan pada jig, bergantung pada operasi jig yang dilakukan. Dimana
operasinya terjadi di atas saringan, artinya pengeluaran konsentrat terjadi di atas
saringan, maka ukuran lubang saringan lebih kecil dari ukuran butiran terkecil dari
umpan. Proses jigging yang terjadi melalui lubang saringan dan pengeluaran
konsentrat melalui hutch, maka lubang saringan lebih besar dari ukuran terbesar
dari butiran mineral berat, tetapi lebih kecil dari ukuran butiran material pemisah
material seperti yang terlihat pada Gambar 5.13 di bawah ini.
Gambar 5.13 Saringan Jig

b) Material pemisah (bed material)


Pada jig yang umum dipakai sekarang, diusahakan supaya diperoleh hanya
dua macam produk, yaitu konsentrat yang keluar dari spigot di bawah saringan
dan tailing dari sebelah atas melalui tempat pengeluaran tailing (discharge end).
Hal ini dapat dilakukan kalau ukuran lubang saringan jig dibuat lebih besar dari
ukuran butiran mineral berat yang terbesar, agar konsentrat seluruhnya dapat turun
dan lolos dari saringan jig. Agar butiran mineral ringan tidak ikut turun ke bawah
saringan, maka di atas saringan ditaruh material pemisah material (hematit), yaitu
butiran-butiran yang ukurannya lebih besar dari ukuran lubang saringan dan berat
jenisnya lebih besar dari butiran mineral ringan, tetapi lebih kecil dari butiran
mineral berat, sehingga membentuk material pemisah (hematit).
Apabila terjadi pulsion dan suction, maka di atas saringan butiran-butiran
tersebut akan berstratifikasi dengan susunan lapisan sebagai berikut, butiran
mineral berat di lapisan paling bawah, di atasnya butiran material pemisah
material dan paling atas butiran mineral ringan. Karena ukuran butiran mineral
berat lebih kecil dari ukuran lubang saringan, maka butiran mineral berat
seluruhnya dapat lolos dan turun ke bawah saringan sebagai hutch product dan
keluar dari spigot sebagai konsentrat. Ukuran butiran material pemisah lebih besar
dari lubang saringan, maka material pemisah tertahan pada saringan dan tetap
tinggal di atas
saringan. Butiran mineral ringan yang berada di atas material pemisah terdorong
oleh umpan yang baru masuk dan keluar dari discharge end sebagai tailing seperti
yang terlihat pada Gambar 5.14 di bawah ini.

Gambar 5.14 Batuan Hematite

c) Kisi-kisi (Rooster)
Pada jig juga terdapat rooster yang berfungsi untuk menjaga agar bed
material tidak ikut terbuang bersama ampas dan berfungsi juga untuk mengunci
saringan agar tetap diam. Pada jig, rooster biasanya berupa lempeng besi
sedangkan pada sluice box biasanya terbuat dari papan kayu seperti yang terlihat
pada Gambar
5.15 di bawah ini.

Rooster

Gambar 5.15 Rooster


d) Membran
Fungsi membran adalah memberikan daya hisapan (suction) dan dorong
(pulsion), dimana membran akan bergerak naik saat memberikan daya dorong dan
bergerak turun saat memberikan daya hisap. Saat diberi gaya dorong, bed yang
terdapat pada kisi akan mengembang, lalu saat terjadi gaya hisap batuan akan
kembali merapat sekaligus menangkap konsentrat timah yang ada dalam aliran
pulp. Konsentrat yang tertangkap akan mengalir melalui spigot, yaitu bagian jig
yang mengalirkan konsentrat yang sudah berbentuk pasir. Spigot harus terus
dipantau karena rawan tersumbat pasir yang akan menghambat proses pencucian.
Spigot akan dihubungkan dengan selang untuk mempermudah mengalirkan
konsentrat ke pipa besi menuju ke proses selanjutnya, yaitu jig sekunder seperti
yang terlihat pada Gambar 5.16 di bawah ini.

Membran

Gambar 5.16 Membran


e) Spigot
Spigot berguna untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati
saringan dan mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk dari spigot ialah
kerucut yang berbahan dari besi dengan diameter lubang 1,4 cm seperti yang
terlihat pada Gambar 5.17 di bawah ini.
Spigot

Gambar 5.17 Spigot

f) Motor penggerak jig


Motor penggerak jig digunakan untuk menggerakkan eksentrik yang
berfungsi merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh gear box menajdi
gerakan naik turun seperti yang terlihat pada Gambar 5.18 di bawah ini.

Gambar 5.18 Motor Penggerak jig

g) Eksentrik
Eksentrik merupakan salah satu alat penggerak di pencucian yang
dipergunakan pada tipe jig PA. Eksentrik ini berfungsi untuk merubah gerakan
berputar yang ditimbulkan oleh geor box menjadi gerakan turun naik. Alat ini
yang
menimbulkan isapan dan tekanan pada permukaan bed jig seperti yang terlihat
pada Gambar 5.19 di bawah ini.

Gambar 5.19 Eksentrik

Tabel 5.1 Perbedaan jig Primer dan Jig sekunder pada TB 1.42 Pemali
Parameter Jig Primer Jig Sekunder
Jumlah Jig 6 2
Cell 2 2
Kompartemen 4 3

CELL CELL

A A

B B

C C

D
D 1.2 m
KOMPAR
1.2 m

Gambar 5.20 Dimensi Kompartemen


a. Jig primer
Pada TB 1.42 Pemali terdapat 6 jig primer. Ukuran masing- masing jig
adalah 2.4 x 4.68 meter. Tiap 2 jig mendapat supply aliran pulp dari satu saluran
pembagi (launder). Pada masing-masing jig terdapat 4 kompartemen, yaitu A, B,
C dan D yang mana pembagian kompartemen ini dimaksudkan agar konsentrat
timah yang lolos pada proses jigging di kompartemen sebelumnya dapat ditangkap
oleh kompartemen selanjutnya sehingga tidak ada konsentrat yang lolos dan ikut
terbuang bersama tailing. Ukuran masing- masing kompartemen setiap jig sebesar
1.20 x 1.20 m seperti yang terlihat pada Gambar 5.21 dan 5.22 di bawah ini.

Gambar 5.21 Jig Primer

A
B
C
D A
B
D C

Gambar 5.22 Kompartemen Jig Primer


Untuk bed yang digunakan pada instalasi pencucian di TB 1.42 Pemali
adalah batuan hematit (Gambar 4.15). Pemilihan ini didasarkan pada berat jenis
hematit (5–5,2) yang lebih ringan daripada berat jenis timah (6,8–7) namun lebih
berat daripada kuarsa (2,6–2,65). Dipilihnya bed yang berat dimaksudkan agar
menghindari lapisan bed itu sendiri agar tidak ikut terbawa arus dan terbuang
bersama tailing. Penambahan kisi pada bed dilakukan untuk mencegah
menumpuknya bed pada ujung-ujung kompartemen. Ujung tiap jig dihubungkan
oleh launder. Tailing dari jig primer langsung dialirkan ke kolam penampungan.

Gambar 5.23 Tailing Jig Primer

b. Jig sekunder (clean up)


Pada jig sekunder terjadi proses pemisahan yang sama dengan proses yang
terjadi pada jig primer. Setelah melalui jig primer konsentrat akan dialirkan
melalui spigot menuju jig sekunder melalui pipa. Pada TB 1.42 Pemali terdapat 2
jig sekunder. Jig sekunder terdiri atas 2 sel dan masing-masing sel terdiri atas 3
kompartemen, yaitu kompartemen A, B dan C .
Ukuran masing-masing jig sekunder adalah 2.4 x 3.4 meter. Pembagian
kompartemen ini seperti hal nya pada jig primer untuk mengurangi material loss
pada proses jigging. Fungsi dari jig sekunder sendiri adalah untuk membersihkan
mineral ikutan yang masih ikut terbawa dari proses jigging sebelumnya.
Kemudian tailing akan dibuang melalui lounder menuju ke kolam pengendapan
(tailing pond).
Lalu konsentrat yang tertangkap akan dialirkan melalui spigot menuju sakhan
(sluice box) seperti yang terlihat pada Gambar 5.24 di bawah ini.

Gambar 5.24 Jig Sekunder

5.3.8 Sakhan (Sluice box)


Prinsip kerja sakhan untuk pemisahan konsentrat dan tailing adalah
berdasarkan perbedaan berat jenis dimana air akan dialirkan di atas konsentrat yang
telah didapat dari proses sebelumnya, material berat akan mengendap dan material
ringan akan terbawa arus air dan menjadi tailing. Sakhan dioperasikan secara manual,
yaitu dengan menggunakan sekop oleh operator sakhan yang digunakan pada instalasi
pencucian berjumlah 2 unit dengan panjang antar 4 – 6 m, lebar per jalur sekitar 1 –
1,5 m, dengan tinggi dinding 40 – 80 cm dan kemiringan 5 – 6o. Kadar konsentrat
timah yang dihasilkan dari sakhan, yaitu 40 – 50 % Sn seperti yang terlihat pada
Gambar 5.25 di bawah ini.

Gambar 5.25 Sakhan (Sluice Box)


Setelah proses pencucian selesai, konsentrat kemudian akan dibersihkan
secara manual lalu dimasukan ke dalam karung untuk dilakukan tahapan pengolahan
selanjutnya . Biasanya berat dari biji timah yang dimasukkan kedalam karung sebesar
55 kg.

5.3.9 Lobi
Lobi adalah salah satu alat pemisahan konsentrat dengan tailing timah. Prinsip
kerja lobi mirip dengan sakhan, yang membedakannya adalah tekanan medium air
yang lebih besar agar mineral lebih terpisahkan berdasarkan SG. Dengan cara air
ditembakan dari bawah dengan kecepatan tertentu dan melewati lubang-lubang yang
terdapat di dasar lobi. Umpan yang masuk ke dalam lobi berasal dari proses
pencucian sebelumnya.
Lobi dioperasikan secara manual yaitu menggunakan sekop oleh operator.
Tailing dari lobi ditampung di sebuah bak dan akan diolah kembali menggunakan
meja goyang (shacking table) sampai benar-benar tidak ekonomis. Sedangkan
material yang terendapkan akan langsung dimasukan ke dalam kampil dan dimasukan
ke dalam umpan dari rotary dryer. Kadar konsentrat timah yang dihasilkan dari lobi,
yaitu 50 – 60 % Sn seperti yang terlihat pada Gambar 5.26 di bawah ini.

Gambar 5.26 Lobi


5.3.10 Meja goyang (Shaking table)
Meja goyang merupakan alat pengolahan bijih yang digunakan untuk
meningkatkan kadar mineral tertentu. Prinsip pemisahannya berdasarkan pada
perbedaan berat jenis. Pada meja goyang dapat dikelompokkan tiga jenis mineral,
yaitu mineral berat yang memiliki berat jenis tinggi, mineral ringan yang memiliki
berat jenis rendah dan mineral middling yang memiliki berat jenis antara mineral
berat dan mineral ringan seperti yang terlihat pada Gambar 5.27 di bawah ini.

Gambar 5.27 Shaking Table

5.4 Perhitungan Kadar Sampel (Sn) pada Jig di TB 1.42 Pemali

5.4.1 Perhitungan kadar sampel (Sn) menggunakan alat UC BALANCE


Perhitungan kadar sample (Sn) menggunakan alat UC BALANCE adalah suatu
perhitungan menggunakan pendekatan berat jenis.

1. Langkah-langkah perhitungan
a. Siapkan sampel yang sudah diberi label (Penamaan dan berat) seperti yang
terlihat pada Gambar 5.28di bawah ini.
Gambar 5.28 Sampel Sn

b. Isi air kedalam kaleng hingga air mengisi setengah bagiannya lalu masukkan
100gr sampel kedalamnya disertai dengan mengaduk sampel hingga rata
seperti yang terlihat pada Gambar 5.29 di bawah ini.

Gambar 5.29 Kaleng yang Diisi dengan 100gr Sampel

c. Masukkan kaleng kedalam box timbangan untuk menghitung berat total


sampel didalam kaleng yang berisi air lalu gantungkan ke timbangan
UC BALANCE seperti yang terlihat pada Gambar 5.30 di bawah ini.
Gambar 5.30 Perhitungan Kadar dengan UC BALANCE

5.4.2 Hasil perhitungan kadar pada masing-masing sampel yang diambil


Adapun rumus perhitungan kadar menggunakan alat ini yaitu persamaan (3.4)
yang telah dibahas sebelumnya. Setelah data diolah dengan Ms. Excel maka hasil
yang diperoleh yaitu sebagai berikut (Gambar 5.31).

Gambar 5.31 Perhitungan Kadar Sn

Oleh karena itu dari hasil perhitungan kadar Sn menggunakan UC BALANCE


kita dapat melihat bahwa terjadi peningkatan kadar konsentrat yang hampir dua kali
lebih besar dari sebelumnya. Dimana sampel Sn pada jig primer memberikan hasil
24,11% sedangkan pada jig sekunder 39,8% yang seharusnya pada proses pencucian
di jig sekunder kadarnya bisa mencapai 45 – 50%.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kadar Sn antara lain yaitu:

1. Feed yang berasal dari hasil tailing yang diolah kembali sehingga memiliki
kadar konsentrat yang tinggi.
2. Terjadinya peyumbatan pada sisi-sisi luar dari setiap launder sehingga pulp yang
mengandung Sn tidak terbawa arus.
3. Laju arus terlalu cepat sehingga pulp yang mengandung Sn terbawa arus ke bandar
tailing.
4. Pengaturan kecepatan motor penggerak jig yang tidak sesuai dengan kapasitas
jig sehingga pergerakan pulsion and suction tiap kompartemen tidak bekerja
seperti seharusnya dimana banyaknya pukulan di kompartemen A>B>C>D.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Proses kegiatan penambangan PT. TIMAH Tbk di tambang TB 1.42 Pemali


secara umum terbagi atas kegiatan penambangan, proses pencucian, dan proses
pengeringan.
Dalam kegiatan pencucian terdapat beberapa alat pendukung seperti:
a. Monitor dan pompa
b. Screening ( Grizzly Screen dan Rotary Screen )
c. Jig ( Primer dan Sekunder )
d. Sakhan ( Sluice box )
e. Lobi
f. Meja Goyang ( Shaking Table )
2. Dengan menggunakan alat UC BALANCE kita dapat menghitung kadar sampel
Sn yang diambil dari dua tempat yaitu konsentrat jig primer dan konsentrat jig
sekunder menggunakan persamaan (3.4) sebagaimana sudah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya. Sehingga diperoleh hasil perhitungan kadar konsentrat
Sn pada jig primer yaitu sebesar 24,11 % dan pada jig sekunder yaitu sebesar 39,8
%
3. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar
Sn yaitu:
a. Asal feed yang diumpankan kedalam tahapan pencucian
b. Terjadinya penyumbatan pada rangkaian pencucian
c. Laju arus yang tidak sesuai dengan feed yang diberikan
d. Pengaturan kecepatan motor penggerak jig
6.2 Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan agar tercapainya kelancaran dalam


proses pengolahan yang dilakukan pada proses pencucian bijih timah TB 1.42 Pemali:
1. Kadar yang ditargetkan pada proses pencucian di jig belum mencapai target yang
ideal.
2. Variabel-variabel proses jig seperti underwater, feed rate, tebal bed jig, panjang
dan banyaknya pukulan penggerak jig dan kecepatan aliran harus dijaga sesuai
dengan material yang masuk.
3. Ada baiknya dilakukan pengecekan rutin harian terhadap jig sebelum jig itu
tersumbat.
4. Sebaiknya penambahan alat crusher di dekat stockpile, yang dapat
menghancurkan material ukuran (± 50 mm) yang kaya dengan timah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Azwardi, I., 2007. Pedoman Teknis Penambangan Timah Alluvial di Darat PT.
Tambang Timah Persero Tbk. Jakarta.
2. Effendi, 2009. Materi Pelatihan Teknis Tingkat Dasar Bidang Penambangan
Darat. Timah. Pangkal Pinang.
3. Hafid, M.D. 2007. Pedoman Teknis Penambangan Timah Alluvial Di Darat. PT
Tambang Timah. Bangka Belitung.
4. Kelly, E.G and Spottiswood, D.J., 1982 Introduction to mineral processing, John
Wiley & Son, New Jersey USA
5. PT. TIMAH Tbk, 2018, Divisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Bangka
Belitung
6. PT. TIMAH (persero), Tbk 2011. “Konsep Geologi Endapan Timah”. Diakses
online www.timah.com pada tangggal 1 Desember 2018
7. Sukandarrumidi, 2009. Geologi Mineral Logam. Jogyakarta: Gadjah Mada
University.
8. Sutedjo, S., 2007. Sejarah Pertambangan Timah di Indonesia Abad 18-Abad 20.
PT. TIMAH, Tbk
LAMPIRAN A
TABEL KADAR Sn

A. 1 Tabel Kadar Sn menggunakan uji UC BALANCE

98
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN KADAR

B.1 Perhitungan Kadar Sn menggunakan UC BALANCE

Menghitung kadar sample (Sn) menggunakan alat UC BALANCE dengan


persamaan (3.4) sebagai berikut:
a. Diketahui Sampel Jig Primer
Berat Bijih = 100 gr
Berat Kaleng = 98,8 gr
Berat Air = 52,6
No Atom = 78
Sg (Sn) = 7 g/cm3
Ditanya:
Berapa kadar Sampel (Sn) Jig Primer
𝟏𝟎𝟎(𝒈𝒓)
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑺𝒏 =
𝟏𝟗𝟖,𝟖−𝟏𝟓𝟐,𝟔 ∶ 𝟕 𝒙 𝟕𝟖
= 24,11 %
b. Diketahui Sample Jig Sekunder
Berat Bijih = 100 gr
Berat Kaleng = 98,8 gr
Berat Air = 70,8
No Atom = 78
Sg (Sn) = 7 g/cm3
Ditanya:
Berapa kadar Sampel (Sn) Jig Sekunder
𝟏𝟎𝟎(𝒈𝒓)
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑺𝒏 =
𝟏𝟗𝟖,𝟖−𝟏𝟕𝟎,𝟖 ∶ 𝟕 𝒙 𝟕𝟖
= 39,8 %
LAMPIRAN C

C.1 Peta Lokasi Rencana Kerja Penambangan di TB 1.42 Pemali


C.2 Struktur Organisasi PT.TIMAH, Tbk.

101
CURRICULUM VITAE

BIODATA
NAMA : M. Fahmi
NIM 1504108010027
TTL : Banda Aceh, 18 Desember 1996
ASAL SEKOLAH : SMAN 4 BANDA ACEH
ALAMAT : Jl. AMD MANUNGGAL , COT MESJID
NO. HP 085230036004
EMAIL : emfahmi18@gmail.com

DATA KP
TEMPAT KP : PT. TIMAH Tbk
BAGIAN KP : Perencanaan dan Pengendalian Produksi (P2)
TUGAS KHUSUS :“Aktivitas Pencucian Bijih Timah dan Perhitungan Kadar
Sampel (Sn) Menggunakan Alat UC BALANCE di TB
1.42 Pemali PT. TIMAH, Tbk.”
PERIODE KP : 2 Juli – 2 Agustus 2018

INFORMASI PEMBIMBING
NAMA PEMBIMBING : Andri Zulfitri
JABATAN : Kepala Bagian Rekayasa Pengolahan dan Peleburan

Anda mungkin juga menyukai