OLEH
HERMAN SETIYADI
NIM 0811000002
2014
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK
PADA WAJIB PAJAK DI KABUPATEN BOGOR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
HERMAN SETIYADI
NIM 0811000002
2014
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERSETUJUAN
Oleh
Nama : Herman Setiyadi
NIM : 0811000002
Program Studi : S1 Akuntansi
PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Akuntansi,
PERNYATAAN
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
Herman Setiyadi
0811000002
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 0811000002
Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan
hasil karya sendiri dan keaslianya. Apbila ternyata di kemudia hari penulisan skripsi
ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sangsi berdasarkan aturan
tata tertib di Perbanas Institute.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.
Penulis
(Herman Setiyadi)
0811000002
ABSTRAK
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan yang
sangat berarti dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis dengan ketulusan hati
1. Allah SWT yang telah memberikan kehidupan dan keluarga yang sempurna. Terima
kasih atas segala karunia, rezeki dan kesempatan yang diberikan sehingga penulis
2. Keluarga tercinta, Ayah (Tarman Suratmin), dan Ibu (Anifah) tercinta, atas kasih
sayang, doa, inspirasi, pengorbanan, masukan dan kritikan yang tak henti selalu
diberikan kepada penulis. Juga Kaka (Astriani Widya Eka Pratiwi, dan Khusnudin),
yang selalu memberikan kasih sayang, bantuan, doa, pesan, kesan dan support selama
3. Ibu Atik Djajanti, SE., Ak., M.Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
telah meluangkan waktu dengan sabar mendengar keluh kesah penulis dan dengan
6. Karyawan dan Karyawati Institut Perbanas yang selalu melayani penulis dalam
serta bantuan dan doa selama perkuliahan, selama proses sebelum penelitian ini dibuat
Pandu Pribadi dan Dwi Handoko serta teman teman Pratama yang selalu mendukung,
memberikan support, menghibur dan memberikan semangat agar skripsi ini cepat
selesai.
9. Para teman dan sahabat seperjuangan Basian 08, 32 Custom, GFJA (Galeri Foto
kritik dan saran, dan canda tawa saat mulai bosan mengerjakan skripsi ini hingga
selesai. Bagol, Tompel, Dhemas, Hafiz, Jaka, Aji, Riscky, Ali, Ibnu, Indra, Ogi,
Topan, Myza, Daksa, Fitri Maul, Endo, Sena, Gilang, Akew yang tidak bisa
10. Kantor Dinas Pendapatan Daerah Bogor yang terlibat dan sudah bersedia membantu
proses penelitian penulis. Semoga selalu menjadi kantor yang baik dan dapat
mempertahankannya.
11. Juga semua pihak yang telah membantu atas selesainya skripsi ini, penulis ucapkan
saran dan kritik masih diperlukan dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis
Herman Setiyadi
0811000002
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR..............……………………………………………………………….. I
DAFTAR ISI ................……………………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL...................………………………………………………………………... X
DAFTAR GAMBAR.................……………………………………………………………..... Xi
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah .……………………………………………………………...... 3
1.3 Pembatasan Masalah ………………...…………………………………………… 3
1.4 Tujuan Penulisan ...……………………………………………………………….. 4
1.5 Manfaat Penelitian ..........…………………………………………………………. 4
BAB 2. KAJIAN TEORI........................................................................................................... 5
2.1 Pajak Bumi dan Bangunan ....................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ............................................................. 7
2.1.2 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan ........................................................ 9
2.1.2.1 Objek Pajak Bumi dan Bangunan ................................................... 9
2.1.2.2 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan .................................................. 11
2.1.2.3 Pendaftaran Objek Pajak ................................................................. 11
2.1.3 Pengertian SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) .................................... 12
2.1.3.1 Sanksi Terkait dengan Pendaftaran Objek PBB ............................. 13
2.1.4 Dasar Pengenaan, Perhitungan dan Terutangnya PBB ................................... 14
2.1.4.1 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ................................. 14
2.1.4.2 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) .................. 15
2.1.4.3 Dasar Perhitungan PBB .................................................................. 16
2.1.4.4 Tarif dan Cara Menghitung PBB .................................................... 16
2.1.4.5 Tahun Pajak, Saat dan Tempat menentukan Pajak Terutang .......... 17
2.1.4.6 Pendataan Objek Pajak .................................................................... 19
2.1.5 Aspek Finansial masyarakat, Hubunganya dengan Kepatuhan Membayar
pajak dan bumi bangunan tepat waktu ............................................................ 20
2.1.5.1 Faktor Finansial Masyarakat Wajib Pajak ....................................... 20
2.1.5.2 Aspek Kepatuhan Hukum Masyarakat Wajib Pajak Untuk
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu ................. 21
2.1.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tentang Ketepatan Membayar
Pajak .................................................................................................................... 22
2.2 Penelitian Sebelumnya ................................................................................................
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................................... 24
2.4 Perumusan Hipotesa ................................................................................................... 26
2.4.1 Pengaruh Faktor Financial Masyarakat terhadap ketepatan Pembayaran Pajak 27
Bumi dan Bangunan tepat waktu .....................................................................
2.4.2 Pengaruh Faktor Kepatuhan Hukum Masyarakat terhadap Pembayaran Pajak 27
Bumi dan Bangunan Tepat Waktu ...........................................................
2.4.3 Pengaruh Kedua Faktor Tersebut Secara Bersamaan Terhadap Ketepatan 28
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Tepat Waktu ...................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 28
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 29
3.2 Operasionalisasi Variabel............................................................................... 29
3.3 Populasi dan sampel ...................................................................................... 31
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 32
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 33
3.6 Pengujian Asumsi-asumsi Model Regresi ....................................................... 34
3.6.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 34
3.6.2 Uji Outlier ............................................................................................. 35
3.6.3 Uji Autikolerasi ..................................................................................... 35
3.6.4 Uji Heteroskedasititas ........................................................................... 36
3.6.5 Uji Multikolinearitas ............................................................................. 36
3.7 Metode Analisis Data ..................................................................................... 37
3.7.1 Statistik Deskriptif .................................................................................. 37
3.7.2 Uji Hipotesis ......................................................................................... 37
3.7.2.1 Uji R Square ............................................................................. 38
3.7.2.2 Uji Adjusted R Square ........................................................... 39
3.7.2.3 Uji Statistik F ............................................................................ 39
4.1.2 Visi dan Misi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Bogor ..................... 41
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Bogor ................ 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pajak Bumi dan Bangunan yang diatur dalam Undang Undang No. 12 Tahun 1985 yang mulai
berlaku sejak 1 Januari Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12
menggantikan peraturan perpajakan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi kehidupan perekonomian
undangan pajak yang dapat memberikan kepastian hukum, terutama untuk menghapuskan
Berdasarkan kenyataan yang ada, banyak anggota masyarakat yang sadar dan tepat waktu
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Tetapi tidak bisa dihindarkan bahwa ternyata masih
terdapat anggota masyarakat yang belum memiliki kesadaran maksimal untuk membayar pajak
tepat pada waktunya, bahkan masih terdapat anggota masyarakat yang mempunyai tunggakan
pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan. Dan untuk mengetahui anggota masyarakat yang
memiliki kesadaran maksimal dalam membayar pajak tepat waktu ini maka perlu dilakukan
penelitian dengan ruang lingkup kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat dalam membayar
Ketika terjadi keterlambatan membayar pajak oleh wajib pajak, maka dampaknya bagi
pemerintah adalah berkurangnya penerimaan Negara dari sektor pajak dan menghambat proses
penyusunan RAPBN. Sedangkan dampak yang terjadi bagi siwajib pajak sendiri apabila terlambat
membayar pajak adalah dikenakan denda bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. Hal tersebut
kepatuhan hukum adalah sebagai berikut: (1) patuh pada hukum karena hukumnya sesuai dengan
sistem nilai dari mereka yang berwenang, (2) patuh pada hukum, namun tidak setuju dengan sistem
nilai dari mereka yang berwenang, (3) patuh pada hukum, namun tidak setuju dengan kaedah
hukum tersebut dan sistem nilai dari mereka yang berwenang, (4) tidak pada hukum, tetapi setuju
dengan kaedah-kaedah maupun sistem nilai dari mereka yang bewenang, (5) tidak patuh pada
hukum, karena tidak setuju padaa kaedah maupun sistem nilai dari mereka yang berwenang.
Dengan alasan pemilihan objek penelitian pada Kabupaten Bogor, dalam upaya menerima
tanggung jawab dan wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk melakukan penerimaan
pajak bumi dan bangunan pedesaan/ perkotaan (PBB-P2) berdasarkan Peraturan Daerah No.10
Tahun 2011. Kebijakan ini diterbitkan disebabkan oleh adanya keinginan pemerintah pusat untuk
menyerahkan pengelolaan PBB kepada pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pendapatan
asli daerah dari sektor pajak. Sebab potensi pajak bumi dan bangunan yang dilimpahkan kepada
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian atas perilaku wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Untuk itu judul yang peneliti ambil adalah
Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan
2. Bagaimana pengaruh faktor kepatuhan hukum masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan
3. Bagaiamana pengaruh kedua faktor tersebut secara bersamaan ketepatan membayar Pajak
1. 3. Pembatasan Masalah
Pada penulisan ini, hal-hal mengenai Pajak Bumi dan Bangunan hanya akan dibatasi pada :
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar di Kabupaten
Bogor.
3. Faktor ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada aspek penghasilan tingkat
masyarakat.
4. Faktor kepatuhan Hukum yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada pengenaan
sanksi bunga.
1. 4. Tujuan Penulisan
2. Untuk meneliti pengaruh faktor kepatuhan hukum masyarakat dalam membayar pajak bumi
3. Untuk mengkaji pengaruh kedua faktor tersebut secara bersamaan ketepatan membayar
1. 5. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis yang diharapkan didalam penelitian ini adalah dapat menambah wawasan
masyarakat pada umumnya tentang pengetahuan hukum perpajakan dan manfaat dari materi
penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan tepat pada waktunya. Serta manfaat penelitian ini dapat dijadikan kebijakan sebagai tolak
ukur pertimbangan anggota wajib pajak lainnya yang memiliki tingkat kesadaran rendah dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat pada
waktunya.
BAB II
Bumi dan Bangunan adalah merupakan barang komoditi atau merupakan barang
ekonmi yang memberikan kelebihan dan atau kedudukan ekonomi yang lebih baik bagi orang
atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya, dan
oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau
kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak. Dari berbagai sebab yang terjadi
ini maka pemerintah menciptkan sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya beberapa
undang-undang perpajakan yang baru diantaranya adalah Undang Undang No. 12 Tahun
”Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan
besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi / tanah / dan
bangunan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar
pajak”.
Hasil penelitian ini adalah mencakup kesadaran hukum yang akan dilihat dari
tingkat pengetahuan wajib pajak terutama tentang peraturan pajak bumi dan bangunan.
Indikatornya adalah isi peraturan perpajakan yaitu pajak bumi dan bangunannya, sikap wajib
pajak dan pemahaman materi tentang pajak bumi dan bangunan tersebut. Kemudian
dijelaskan hubungan antara faktor ekonomi masyarakat wajib pajak dengan kepatuhan dalam
tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa – rawa tambak perairan) serta
2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap
Pokok – Pokok Ketentuan Sistem Tempat Pembayaran PBB ialah seperti yang
tercantum dalam SPPT. Wajib pajak tidak dapat/tidak boleh membayar ke tempat
pembayaran lain, pembayaran PBB hanya dilakukan dalam satu kali pembayaran/tunai
artinya jumlah pajak terhutang tidak dapat diangsur, penyampaian SPPT untuk satu wilayah
pemerintah tertentu kepada wajib pajak dilakukan secara serentak sehingga tanggal jatuh
tempo pembayaran PBB seragam, untuk semua sektor PBB harus diterbitkan SPPT,
administrasi PBB harus dilaksanakan dengan dukungan komputer, pembuatan buku indik
Sanksi terkait dengan pendaftaran pendaftaran obejk PBB ialah seperti Sanksi
Administrasi. Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah
ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka
akan diterbitkan Surat Ketetapan pajak dengan sanksi berupa denda administrasi.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan
pemberian sukarela dalam memelihara kepentingan negara, seperti menyediakan jalan umum,
membayar gaji pegawai dan lain sebagainnya. Dengan bertambah luasnya tugas-tugas negara,
maka dengan sendirinya negara melakukan biaya yang cukup besar, sehubungan dengan itu
maka pembayaran pajak yang tadinya bersifat sukarela bertambah menjadi pembayaran
yangditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk Undang Undang dan dapat
dipaksakan.
Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan
atau bangunan berdasarkan Undang – undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang nomor 12 Tahun 1994 tanggal
9 November 1994.
tentang Pajak Bumi dan Bangunan Undang – Undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi
tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa- rawa tambak perairan) serta
2. Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanam atau diletakan secara tetap
pada tanah dan/ atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat
yang diusahakan.
PBB adalah pajak kebendaan atas bumi dan atau bangunan yang dikenakan terhadap
orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai hak dan atau memperoleh manfaat
atas bumi dan atau memilki menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. PBB
merupakan pajak berganda dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oelh keadaan objek
yaitu bumi/ tanah dan/atau bangunan, sedangkan keadaan subjek ( siapa yang membayarnya )
Besarnya PBB yang terutang diperoleh dari perkalian tarif (0,5%) dengan NJOP.
Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan sebesar 20% dari NJOP (jika NJOP kurang dari 1 miliar
rupiah) atau 40% dari NJOP (jika NJOP senilai 1 miliar rupiah atau lebih). Besaran PBB
yang terutang dalam satu tahun pajak diinformasikan dalam Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT).
d. Kep. Menkeu. No. 1002/KMK.04/1985 Tentang Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak
PBB
f. Kep. Menkeu. No. 1006/KMK.04/1985 Tentang Tata Cara Penagihan PBB dan
Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan/atau bangunan. Pengertian bumi
adalah permukaan bumi (tanah dan perariran) dan tubuh bumk yang ada dibawahnya,
mislanya sawah, lading, kebun, tanahm pekarangan, dan tambang. Sementara itu, bangunan
adalah konstruksi tekhnik yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada tanah dan/atau
1. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kpmpleks bangunan seperti hotel atau
pabrik
2. Jalan tol
3. Kolam renang
4. Pagar mewah
5. Tempat olahraga
7. Taman mewah
Objek pajak yang tidak dikenakan atau dikecualikan dari pengenaan PBB adalah objek
pajak yang:
keuntungan seperti mesjid, rumah sakit, dan sekolah serta panti asuhan
sejenis lainnya
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasi oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani
suatu hak
Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :
Wajib pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki hak dan/atau memperoleh
manfaat atas tanah dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib pajak memiliki kewajiban membayar PBB yang terutang setiap tahunnya. PBB harus dilunasi
paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya
ke Kantor Pelayanan PBB dan Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak
objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang
tersedia gratis di Kantor Pelayanan PBB/Kantor Penyuluhan Pajak setempat. Berikut adalah tahap
2. Mendaftarkan objek tanah dan atau bangunan dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP).
3. Mengisi SPOP dengan benar dan jelas sesuai dengan sesuai kondisi objek pajak seperti luas
tanah maupun luas bangunan serta komponen utama dan pendukung bangunan serta
fasilitas lainnya.
4. Menyerahkan SPOP ke KPBB (Kantor Pajak Bumi dan Bangunan)/KPP Pratama tempat di
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi WP (Wajib Pajak) untuk
memdaftarkan objek pajaknya yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung PBB yang
terutang. Berikut ini adalah beberapa kewajiban wajib pajak yang berkaitan langsung dengan SPOP:
3. Menyampaikan kembali SPOP yang telah diisi WP ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor
4. Melaporkan perubahan data Objek Pajak/WP kepada Kantor Pelayanan PBB atau Kantor
Penyuluhan Pajak setempat dengan cara mengisi SPOP sebagai perbaikan/pembetulan SPOP
sebelumnya.
2. 1. 3. 1. Sanksi Terkait dengan Pendaftaran Objek PBB
1. Sanksi Administrasi
a. Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka akan
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar
b. Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar (lebih kecil),
maka akan diterbitkan SKP degan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari selisih
2. Sanksi Pidana
a. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau mengembalikan SPOP
tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/ atau melampirkan keterangan yang tidak
benar sehingga menimbulkan kerugian bagi negara, dipidana dengan pidana kurungan
selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya 2 (dua) kali lipat pajak yang
terutang;
- Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau
- Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau
- Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;
lamanya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali pajak yang
terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak
pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya
menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya
denda.
Dasar pengenaan PBB adalah dengan menetapkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
NJOP ini lah yang akan menentukan wilayah berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar
2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdektan dan telah
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah suatu harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. NJOP ini ditetapkan sebagai dasar untuk
pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap suatu objek Bumi dan Bangunan.
Apabila tidak diperoleh harga transaksi jual beli, maka NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP
Pengganti.
Selama ini penentuan besarnya NJOP dan klasifikasinya sebagai dasar pengenaan
PBB diatur melalui Peraturan (Keputusan) Menteri Keuangan, dan yang berlaku hingga saat
ketentuan ini sudah sangat lama, dan sudah tidak memadai lagi untuk dijadikan sebagai dasar
dalam pengenaan PBB, maka Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 150/PMK.03/2010 tanggal 27 Agustus 2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai
Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Tetapi dalam dalam pengenaan PBB terdapat suatu batas nilai yang tidak
dikenakan pajak yang disebut Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan No: 201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 ditetapkan batas NJOPTKP
maksimum sebesar Rp12 juta per Wajib Pajak dan ditetapkan secara regional.
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak.
NJOPTKP hanya satu objek pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan
Dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya NJKP
ditentukan serendah-rendahnya adalah 20% dan setinggi-tinggi nya 100%. Besarnya NJKP
Untuk menghitung jumlah pajak bumi dan bangunan yang harus dibayarkan setiap Wajib
= 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)
Objek Pajak pada tanggal 1 Januari. Dengan demikian segala mutasi atau perubahan atas
Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun
berikutnya.
Contoh: A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 1996. Kewajiban PBB Tahun 1996
masih menjadi tanggung jawab A. Sejak Tahun Pajak 1997 kewajiban PBB menjadi
tanggung jawab B. Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada
tahun berikutnya.
Untuk memberitahukan besarnya pajak yang terutang terhadap suatu objek pajak
diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan setiap satu tahun sekali
pada bulan januari oleh KPPBB atau KPP Pratama. SPPT bisa diambil di Kantor Kelurahan atau
1. Tindak pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan apabila pajak yang terutang
sebagaimana tercantum dalam surat tagihan pajak tidak atau kurang dibayar setelah lewat
2. Tindak pelaksanaan penagihan sebagaimana diawali dengan pengeluaran surat teguran oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan atau oleh Pejabat yang ditunjuknya setelah
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan ditunjuk sebagai pejabat yang berwenang
Kepala kantor pelayanan PBB atau kepala kantor pelayanan pajak dapat melaksanakan
tindakan penagihan PBB apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam STP PBB tidak
atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran. Penerbitan Surat Teguran (ST)
sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera setelah 7 hari sejak saat
jatuh tempo pembayaran. Setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkanya ST, jumlah utang pajak
yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala KP PBB atau Kepala KPP
segera menerbitkan Surat Paksa (SP) Setela lewat waktu 2x24 jam sejak Surat Paksa (SP)
diberitahukan kepada Penanggung Pajak, jumlah utang pajak yang masig harus dibayar tidak
dilunasi oleh Pennaggung Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak segera menerbitkan Surat Perintah
Melksanakan Penyitaan (SPMP) Setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksaan
penyitaan, apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh
Penanggung Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak segera melaksanakan Pengumuman Lelang (PL).
Setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal penggumuman lelang, apabila utang pajak dan
biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala Kantor
Pelayanan Pajak segera melaksanakan penjualan baranf sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor
Lelang. Dalam hal dilakukan Penagihan Seketika dan Sekaligus, kepada Penanggung Pajak dapat
diterbitkan SP tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran atau tanpa menunggu lewat
Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan
mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). Dalam rangka pendataan, WP akan
diberikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak untuk diisi dan dikembalikan kepada Direktorat
Jendral Pajak.
2. Identifikasi objek pajak; dilakukan pada daerah yang sudah memiliki peta hingga
mampu menentukan posisi relative objek pajak namun tidak mempunyai data
3. Verifikasi objek pajak; dilakukakn pada daerah yang sudah memiliki peta dan sudah
secara lengkap
4. Pengukuran Bidang objek pajak; dilakukakan pada daerah yang hanya memiliki sket
Menurut Rohmat Soemitro (1988.299) : “Masyarakat tidak akan menemui kesulitan dalam
memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih dibawah
penghasilanya yang sebenarnya mereka peroleh secara rutin”. Faktor financial (Penghasilan
pendapatan) merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban.
Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka
akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya tingkat
pendapatan seseorang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan
Sehubungan dengan itu Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan Wajib Pajak yang
menjadi dasar untuk menghitung pajak penghasilan. Pendapatan kena pajak diatur dalam pasal 6
Undang – undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak Pajak penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang – undang nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat atas Undang –
undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Penghasilan kena pajak didapat dengan
menghitung penghasilan bruto dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan , menagih dan
memelihara penghasilan. Apabila dalam menghitung penghasilan bruto setelah dikurangkan dengan
biaya untuk mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan didapat kerugian maka kerugian
tersebut dikompensasikan mulai dengan penghasilan tahun pajak berikutnya sampai dengan
sebagai imbalan atas perlindungan dan hak-hak yang diberikan negara terhadap kita.
Dengan pembayaran pajak yang dilakukan dengan baik maka wajib pajak dapat
menghendaki agar negara segera menciptakan kehidupan yang adil makmur lahiriah
pemerintahan yang meliputi segala bidang ekonomi, ideologi, politik, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan sehingga kehidupan menjadi maju dan berkembang dalam
suatu negara yang aman dan kuat dan untuk itu masyarakat harus sadar akan kewajiban
terhadap negara, terutama dalam soal pembiayaannya, karena semua hasil pembangunan
harus dibiayai. Salah satu kewajiban masyarakat dalam hal ini ialah sadar dan penuh
tanggung jawab menyerahkan sejumlah uang pajak yang diatur oleh undang – undang.
Dalam Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya
sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, bagi mereka
yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya,
karena mendapat sesuatu hak dan kekuasaan negara, wajar menyerahkan sebagian dari
1985 ).
tinggi dari wajib pajak. Sedangkan pengertian dari kepatuhan mengandung unsur sebagai
berikut :
1. Adanya pengetahuan dan pengertian dari subyek pajak terhadap obyek pajak.
3. Adanya tindakan perbuatan yang konsisten dengan pengetahuan dan sikap yang telah
dimilikinya
Setelah wajib pajak memiliki tingkat kesadaran pajak, maka secara langsung wajib pajak
tersebut akan mendominasi sikap patuh hukum juga. Dengan begitu tingkat kepatuhan hukum
masyarakat wajib pajak tergantung pada tingkat wajib pajak mengenal kesadaran hukum
terlebih dahulu.
Pemahaman wajib pajak adalah persepsi wajib pajak terhadap kesederhanaan dan
daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku wajib pajak dan keberhasilan
perpajakan (Suhardito, B. & Sudibyo, B., 2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Sulistyorini, E. (2012) dengan indikator sebagai berikut:
obyeknya.
c) Subyek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau memperoleh manfaat
perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. Selain itu, wajib pajak
paham tentang UU perpajakan mengisi formulir pajak dengan benar, menghitung pajak
dengan jumlah benar dan membayar pajak tepat pada waktunya. Varabel ini diukur dengan
mengggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Novac, N.D. (2010) dengan indikator
sebagai berikut:
c) Menghitung pajak dengan jumlah benar, dan membayar pajak tepat waktunya.
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek tertentu yang dapat berwujud barang-barang baik
lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk
yang dapat digunakan Wajib Pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan
untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan
diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh Wajib Pajak mengenai perpajakan, yang
dapat dijadikan sebagai suatu informasi dalam bertindak dan mengambil keputusan
sehubungan dengan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan. Oleh karena itu, seorang
Wajib Pajak atau masyarakat harus memiliki pengetahuan arti pajak, baik yang diperoleh dari
media cetak dan media elektronik, mengetahui dan memahami pentingnya membayar pajak,
kemampuan seorang Wajib Pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif
pajak berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang akan
Selanjutnya Ruppert (dalam Kertajaya, 2007) menerangkan bahwa ada tiga cara
sebuah proses belajar dengan didampingi seorang atau beberapa orang pengajar.
elektronik.
dijalani berbeda-beda.
2. 2. Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan hasil analisi data dan penelitian Sumarja dan Nurmayani menyatakan
hubungan kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat terdapat hubungan yang
positif antara kepatuhan hukum masyarakat wajib pajak dengan kepatuhan dalam
pembayaran pajak bumi dan bangunan tepat waktu. Kesimpulan lainnya menyatakan bahwa
tingkat kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB di desa Sukabumi
Kecamatan Suka Rame Kotamadya Bandar Lampung dikategorikan cukup tinggi. Kesadaran
dan kepatuhan hukum masyarakat ini didorong oleh tingkat pendidikan formal dan tingkat
Penyetoran SPT Wajib Pajak Badan Pada KPP Setiabudi I, diketahui bahwa 80% Wajib
Pajak yang sudah mengetahui kelengkapan dalam pengisian SPT, dan 20% Wajib Pajak
belum mengetahui dalam melampirkan SPT yang lengkap. Tingkat kepatuhan SPT masa PPh
Pasal 25 selama Tahun 2004 rata-rata hanya sebesar 25% sampai 29%. Tingkat kepatuhan
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2003 dan 2004 masih kurang baik dilihat dari
penerimaan SPT pada tahun 2003 hanya 34%, sedangkan pada tahun 2004 sebesar 32%
cenderung menurun, itu dikarenakan adanya Wajib Pajak Efektif yang kemudian menjadi
Wajib Pajak Non Efektif, yang dikarenakan satu hal, misalnya usaha Wajib Pajak mengalami
Dipenelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian ini pada variabel bebas yang
digunakan yaitu sanksi denda dan kesadaran perpajakan serta variabel terikat yaitu kepatuhan
wajib pajak. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebas pelayanan fiskus dan lokasi
penelitianya.
2. 3. Kerangka Pemikiran
Pajak merupakan sumber negara yang bersifat memaksa bagi wajib pajak yang
memiliki Nomer Pokok Wajib Pajak. Salah satu sumber negara paling penting berasal dari
penerimaan pembayaran wajib pajak terhadap pajak bumi dan bangunan yang akan
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana lingkungan dan bangunan
dibumi ini. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang dua(2) aspek yang membawa pengaruh
dalam membayar pajak bumi dan bangunan tepat waktu, yaitu kesadaran hukum masyarakat
dan kepatuhan hukum masyarkat. Jika dua aspek ini mampu dipenuhi dengan baik dan
didukung oleh pengetahuan perpajakan yang baik pula, maka akan terjadi penurunan tingkat
kesadaran dan patuh hukum masyarakat sehingga negara dapat merasakan hasil positif dari
dapat dilihat dari indikator tentang pendidikan formalnya. Membayar kewajiban pajak bumi
dan bangunan secara tepat waktu, maka kesadaran hukum masyarakat agar rela memberikan
kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan telah dijalankan dengan baik. Hipotesa
yang diajukan :
Masyarakat yang dikategorikan patuh jika pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan setelah wajib pajak menerima Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang. Tepat waktu adalah ketepatan waktu membayar pajak dalam jangka waktu
Kedua faktor tersebut secara bersamaan Bagi Pemerintah Masyarakat Luas adalah
paham pada peraturan yang berlaku. Pemerintah menggunakan pemberlakuan terhadap wajib
pajak bumi dan bangunan agar membayarkan kewajibannya tepat waktu. Dengan faktor
ekonomi (penghasilan pendapatan wp) dan kepatuhan hukum masyarakat, maka masyarakat
agar pajak dapat dibayarkan dengan tepat waktu. Hipotesa yang diajukan :
METODE PENELITIAN
3. 1. Desain Penelitian
pengetahuan tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Penelitian ini menggunakan deskriptif atau
gambaran secara terperinci tentang kesadaran, kepatuhan, dan kedisiplinan dalam membayar
Pajak Bumi dan Bangunan. Tekhnik yang digunakan adalah mengumpulkan data, data-data
ini berupa data primer dari penyebaran kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah menggambaran
faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan. Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Kabupaten
Bogor . Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik random sampling, diambil
dari 5 kecamatan yang ada di kabupaten bogor diantaranya kecamatan cibinong, kecamatan
3. 2. Operasionalisasi Variabel
Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah Finansial Masyarakat dan
Kepatuhan Hukum Masyarakat. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Ketepatan
sebagai variabel independen. Ringkasan definisi operasional dari masing – masing variabel
dapat dilihat pada tabel 3.1. Tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
Variabel Skala
Pengukuran
Variabel
kewajiban. - Pengalaman
dahulu dimilikinya
- Adanya sikap
setuju dari
subyek
- Adanya
pengetahuan
dan pengertian
dari subyek
pajak terhadap
obyek pajak
pajak. membayar
pajak
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak PBB pada Kabupaten Bogor
dan diambil dari 5 kecamatan yang ada di kabupaten bogor diantaranya kecamatan
ini adalah secara random sampling, dimana sampel penelitian ini adalah yang
memenuhi kriteria tertentu yang dikehendaki peneliti dan kemudian dipilih berdasarkan
diperiksa
2. Sampel terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang tepat waktu dan tidak
N
n
1 N e2
n= Sample
N=Populasi
e2=error
150
n
1 150 0.12
n = 60 sample
Pada penelitian ini terdapat jenis dan sumber data yang akan digunakan. Jenis
Data dari variabel penelitian yang digunakan dalam peneitian adalah kuisioner.
1.Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli. Data primer
dapat berupa opini subjek secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
3. 5. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan
dengan cara melakukan penelitian langsung ke Kabupaten Bogor. Data yang dikumpulkan
1. Observasi:
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang komplek,suatu proses yan tersusun dari
Menurut Prof. Heru mengatakan bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan
mencakup fenomena satu atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari.
Jadi pengertian observasi adalah suatu proses yang komplek yang disengaja dan dilakukan
fenomena satu atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari untuk
2. Kuesioner:
Metode pengumpulan data primer yang dipakai adalah dengan metode angket
(kuesioner). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden melalui
penyebaran kuesioner kepada wajib pajak yang Membayar pajak bumi dan bangunan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden dengan
mendatangi langsung Kantor Dinas Penerimaan Pajak Daerah Bogor. Setiap responden akan
diberi satu set kuesioner disertai dengan surat permohonan pengisian kuesioner.
diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Untuk mengukur pendapat mereka
digunakan skala lima angka yaitu mulai angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan
angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Perincian adalah sebagai berikut.
dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas daftar pertanyaan ( uji kuesioner) dengan
sampel 15 responden. Tujuan pengujian daftar pertanyaan adalah untuk menghasilkan daftar
pertanyaaang yang reliabel dan valid sehingga dapat secara tepat digunakan untuk
menyimpulkan hipotsesi. Suatu angket dikatakan reliabel jika mempunyai nilai Cronbach
Uji normalitas digunakan bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi. Data
residual berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang data penelitianya berdistribusi
normal merupakan model regresi yang baik. Uji statisyik yang dilakukan untuk mengetahui
apakah data residual berdistribusi normal atau tidak adalah Uji Statistik Non-Parametrik
tailed)) lebih besar dari 0.05 maka data berdistribusi normal. Sedabgkan, apbila nilai
probabilitas signifikanya (Asimp. Sig (2-tailed)) lebih kecil dari 0.05 maka data tidak
berdistribusi normal.
Apabila data tidak berdistribusi normal, maka uji outlier dapat digunakan untuk
mengusahakan agar data menjadi berdistribusi normal. Cara yang digunakan adalah
menghilangkan data yang menyimpang atau ekstrim karena berbeda jauh dari observasi-
observasi lainya dalam populasi. Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan
menentukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai outlier yaitu dengan cara
mengkonversi nilai data ke dalam skor standardized atau yang biasa disebut z-score, yang
nilai rata-ratanya (means) sama dengan nol dan standard deviasi sama dengan satu. Uji
Autokorelasi adalah korelasi antara nilai kesalahan penggangu pada periode lalu (t-1)
dengan nilai kesalahan pengganggu pada periode sekarang (t). Timbulnya autokorelasi dapat
menyebabkan proyeksi menjadi tidak efisien sehingga model regresi yang baik adalah yang
tidakterjadi autokorelasi.
Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya masalag autokorelasi dalam suatu observasi
bernilai 2, maka r akan bernilai 0, yang berarti bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi
dalam model regresi. Sedangkan jika hasil statistik Durbin-Watson bernilai 0, maka r akan
bernilai 1, hal ini berarti bahwa terdapat masalah autokorelasi positif dalam model regresi.
Dan jika hasil statistik Durbin-Watson bernilai 4, maka r akan bernilai -1, hal ini berarti
bahwa terdapat masalah autokorelasi negatif dalam model regresi. Salah satu cara mengatasi
apabila terdapat masalah autokorelasi yait dengan menambah variabek bebas lainya yang
Satu hal yang penting dalam sebuah model regresi adalah kesalahan penggangy (u)
dimana kesalahan pengganggu dalam suatu fungsi regresi haruslah bersifat homoskedastik
terjadi jika semua kesalahan pengganggu meiliki varians yang sama atau distribusi varians
dari semua kesalahan pengganggu adalah sama. Jika semua kesalahan pengganggu tidak
Uji statistik yng digunakan dalam penelitian ni untuk mendetaksi ada atau tidak gejala
heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji no-grafik yakni dengan melihat hasil Uji
Glejser. Apbila nilai signifikansi yang terdapat pada tabel anova dari hasil pengujian nilainya
lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5% maka dapat disimpulkan
bahwa pada variable tersebut terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan, apabila nilai signifikansi
yang terdapat pada tabel anova dari hasil pengujian nilainya lebih besar dari nilai signifikansi
yang digunakan yaitu sebesar 5% maka dapat disimpulkan bahwa pada variabek tersebut
variabel independen yang digunakan dalam sebuah oenelitian. Uji multkolinearitas bertujuan
untuk mengkaji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen atau tidak. Model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi multikolinearitas.
Untuk mengetahui apakah terdapat multikolinearitas atau tidak, dapat menggunakan
atau tidak adalah dengan melihat dari nilai Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor
(VIF). Apabila nilai TOL kurang dari 0,1 dan VIF diatas 10, maka terjadi multikolinearitas.
Sedangkan, apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF dibawah 10, maka tidak terjadi
multikolinearitas.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,
karena data yang diambil dan digunakan adalah data primer. Dengan menggunakan analisis
kualitatif diharapkan juga data agar lebih akurat. Metode ini digunakan untuk membuat
independennya.
penting dalam penelitian ini, seperti nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai
standard deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum. Dengan statistik deskriptif, dapat
diketahui gambaran karakteristik, dan kewajaran data observasi yang digunakan , untuk
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah model
regresi berganda (multiple Regression Model), yaitu metode yang digunakan untuk menguji
apakah dalam model penelitian terdapat pengaruh variabel independen terhadap pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dimana jumlah variabel independen yang
digunakan dalam penelitian adalah lebih dari satu. Persamaanregresi uang digunakan adalah :
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ei
Dimana :
a = Konstanta
dan bangunan.
ei = Standard error
yang digunakan sebesar 0.05 (a=0.05). Dalam uji hipotesis, terdapat bebrapa hal yang
diperhatikan yaitu:
variabel independen dengan variabel dependen di dalam sebuah model regresi. Jangkauan
dari nilai R square adalah diantara nol (0) sampai dengan satu (1). Jika nilai dari R square
adalah mendekati satu (1), maka korelasi antara varaiebl independen dengan variabel
dependen adalah kuat sehingga model ini baik digunakan dalam penelitian sebaliknya.
Sedangkan, jika nilai dari R square mendekati nol (0), maka korelasi diantara variabel
independen dan variabel dependen lemah sehingga model ini kurang baik digunakan dalam
penelitian.
3.7.2.2. Uji Adjusted R Square
Uji Adjusted R Square digunakan untuk melihat besarnya persentase variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh vairasi independen sisanya yang tidak dapat dijelaskan
merupakan bagian dari variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model. Nilai Adjusted
R Square adalah antar nol (0) sampai dengan satu (1). Jika nilai dari Adjusted R Square
mendekati nol (0), maka variabel independen memiliki kemampuan terbatas dalam
menjelaskan variasi dari nilai variabel dependennya. Sedangkan , jika nilai Adjusted R
Square yang mendekati satu (1), maka variabel- variabel independen memberikan hampir
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah odel penelitian fit atau tidak fit.
Kriteria yang digunakan untuk menetukan apakah model yang digunakan dalam penelitian fit
atau tidak adalah dengan melihat dari nilai signifikan di dalam tabel ANOVA. Penelitian ini
menggunakan nilai signifikansi 0,05 sehingga Jika angka signifikan lebih kecil dari 0.05,
maka dapat disimpulkan model yang digunakan adalah fit dan layak digunakan dalam
penilitan. Jika angka signifikan lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model
yang digunakan adalah tifak fit dan tidak layak digunakan dalam penelitian.
Uji statistik fdilakukan untuk menentukan variabel independen yang digunakan dalam
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang terdiri dari Hipotsesi nol (Ho) dan
Hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis yang telah dibuat adalah sebagai berikut :
H0 : Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Variabel nilai dari signifikan (Sig) lebih kecil sama dengan 0,05, maka H0 tidak dapat
diterima, yang berarti variabel independen yang digunakan dalam penelitan berpengaruh
terhadap variabel dependen akan tetapi tanda dan besaran dari koefisien meiliki arti dalam
membuat keputusan. Sedangkan, apabila nilai dari signifikan (Sig) lebih besar dari 0,05,
maka H0 tidak dapat ditolak, yang berarti variabel independen yang digunakan dalam
Dinas Pendapatan Daerah adalah Penggalian dan peningkatan pendapatan daerah merupakan
salah satu tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam upaya penyelenggaraan otonomi
daerah secara efektif dan efisien. Pajak ini di lakukan Gunanya untuk membiayai rumah tangga
pemerintah daerah dan tercantum dalam Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
pencapaian sasaran yang telah diterapkan. Dispenda memiliki peran yang strategis, yakni di satu sisi
merupakan pengelolaan pajak daerah, di sisi lain merupakan koordinator pendapatan daerah yang ikut
bertanggung jawab atas kebrhasilan penerimaan pendapatan daerah secara keseluruhan. Berdasarkan
Perda No.8 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah,
tugas poko Dinas Pendapatan Daerah adalah membantu Bupati dalam melaksanakan urusan
1. Visi
3. Tujuan
4. Sasaran
kemudahan, kenyamanan pelayanan terhadap wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah
di Kabupaten Bogor.
kejelasan tentang sistem dan prosedur, sarana pokok dan penunjang yang memadai.
d. Tersedianya dukungan management dan anggaran, dengan indikator terpenuhinya
daerah dan mengadakan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan, serta
h.Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan suku dinas dan unit pelayanan pajak kendaraan
1) Kepala Dinas
2) Sekretariat
b. Kasubag. Kepegawaian.
c. Kasubag. Keuangan.
BPHTB.
b. Kepala Seksi Penagihan dan Pelayanan PBB dan BPHTB.
Pendapatan Daerah.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan yang dikumpulkan
dengan cara mengirimkan kuesioner kepada responden. Data kuesioner tersebut disebarkan
kepada Wajib Pajak di Dinas Pendapatan Daerah Bogor. Responden yang dapat menjadi
subyek penelitian berkaitan dengan partisipasinya dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60
wajib pajak yang mempengaruhi ketepatan membayar pajak. Pada penelitian kali ini hasil
kuesioner akan difokuskan pada wajib pajak yang mempengaruhi ketepatan membayar pajak
pada wajib pajak dikabupaten bogor. Dari hasil kuesioner ini menunjukan partisipasi
responden dalam mengisi daftar pertanyaan yang dibagikan dan mengembalikanya sebesar 60
kuesioner. Tingkat pengembalian dari keseluruhan kuesioner yang dikirim berjumlah 150
Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang mempengaruhi ketepatan
membayar pajak. Deskripsi profil responden terdiri dari usia, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik hasil kuesioner yang diperoleh terdiri dari 3 variable
Finansial
Kepatuhan
Tabel 4.1.5 menggambarkan responden dalam mengisi kuesioner yang terdiri dari 60 orang
responden, dengan perincian setiap variable dalam menyangkut Pengaruh Financial Masyarakat,
Perilaku wajib pajak yang terdiri dari 3 indikator yaitu yang pertama pengaruh finansial masyarakat
yang terdiri dari 7 pertanyaan. Pertanyaan pertama penulis mendapatkan hasil sebesar 50% yang
setuju, pertanyaan kedua dengan hasil 50% yang setuju, pertanyaan ketiga dengan hasil 41,7% yang
setuju, pertanyaan keempat dengan hasil 5.0% yang setuju, pertanyaan kelima dengan hasil 5.0% yang
setuju, pertanyaan keenam dengan hasil 5.0% yang setuju dan pertanyaan ketujuh dengan hasil 45%
yang setuju.
Indikator yang kedua kepatuhan hukum masyrakat yang terdiri dari 7 pertanyaan. Pertanyaan
pertama peneliti mendapatkan hasil 43,3% yang setuju, pertanyaan kedua mendapatkan hasil 41,7%
yang setuju, pertanyaan ketiga mendapatkan hasil 61,7% yang setuju, pertanyaan keempat
mendapatkan hasil 40% yang setuju, pertanyaan keenam mendapatkan hasil 38,3% yang setuju dan
Indikator ketiga ketepatan membayar pajak yang terdiri dari 6 pertanyaan. Pertanyaan
pertama peneliti mendapatkan hasil 31,7% yang setuju, pertanyaan kedua mendapatkan hasil
28,3% yang setuju, pertanyaan ketiga mendapatkan hasil 30% yang setuju, pertanyaan
keempat mendapatkan hasil 31,7% yang setuju, pertanyaan kelima mendapatkan hasil 40%
yang setuju dan pertanyaan keenam mendapatkan hasil 38,3% yang setuju.
4.1.6 Statistik Deskriptif
Tabel 4.1.6 menggambarkan statistik deskriptif finansial masyarakat, kepatuhan hukum pajak variable
Tabel 4.1.6
Statistik deskriptif
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 60
Statisik deskriptif dari varibel – variable yang digunakan dalam penelitian ini dapat terlihat di
table 4.3. Pada table 4.3 dapat dilihat bahwa variable Ketepatan Membayar Pajak dengan jumlah data
(N) sebanyak 60 mempunyai nilai rata- rata 3.7889 dengan nilai minimal yaitu 2.50 dan maksimal
yaitu 5.00. Variabel Finansial masyarakat dengan jumlah data (N) sebanyak 60 mempunyai nilai rata-
rata 3.8595 dengan nilai minimal yaitu 2.86 dan maksimal 5.00. Variabel Kepatuhan hukum dengan
jumlah data (N) sebanyak 60 mempunyai nilai rata- rata 4.0095 dengan nilai minimal yaitu 2.86 dan
maksimal 5.00.
4.2 Analisis Data
dapat dikatakan valid bilamana instrument tersebut dapat mengukur variable yang diteliti secara tepat
atau dengan kata lain ada kecocokan diantara apa yang diukur dengan tujuan pengukuran”.
Adapun cara mengkorelasikan anatar nilai yang diperoleh pada masing- masing item
pertanyaan dengan nilai totak individu. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.2.1 berikut.
Tabel 4.2.1
Finansial
Kepatuhan
Ketepatan Membayar
pajak
Tabel 4.2.1 menunjukan semua variable dinyatakan valid karena indicator- indicator pada
variable yang digunakan dalam penelitian ini semuanya memiliki nilai P-value yang lebih kecil dari
0.05 atau memiliki R hitung (nilai korelasi) yang lebih besar dari R tabel (DF=60 – 2 = 58) sebesar
Pada penelitian ini pengujian reabilitas hanya dilakukan terhadap 60 responden. Pengambilan
keputusan berdasarkan nilai aplpha maka pertanyaan variable tersebut reliable. Pernyataan dalam item
ini pada uji reabilitas dinyatakan valid. Pengertian reabilitas menunjukan pada pengertian apakah
sebuah instrument dapat mengukur suatu ukuran secara konsisten dari waktu ke waktu. Untuk
mengukur reabilitas instrument, dalam penelitian ini menggunakan formulasi KR-20 (kuder dan
Richardson). Hal ini sesuai dengan pendapat Friendberg yang menyatakan, bahwa formula KR-20
dapat digunakan pada setiap bentuk tes yang menggunakan skor dikhotomi (Fridenberg, 1995:198)
dalam Purwoto dan Wahyuni, 2009:127-131. Selain KR-20, kita juga dapat menggunakan formulasi
KR-21, Spearman brown, Flanagan, Rulon, Hoyt. Sedangkan bila skala yang digunakan merupakan
skala bukan dikotonomi digunakan formulasi Alpha Cronbach. Adapun hasil dari pengujian reabilitas
Tabel 4.2
Berdasarkan table 4.2 menunjukan bahwa variabel Finansial, Kepatuhan, dan Ketepatan
membayar pajak dinyatakan reliable, karena nilai Alpha Cronbach menunjukan lebih besar dari 0,7.
Multikolineritas berarti adanya hubungan linear yang sempurna, diantara beberapa atau semua
variabel yang menjelaskan data model regresi. Istilah Multikolineritas berkenaan dengan terdapatnya
lebih dari satu hubungan linear pasti, dan istilah kolinearitas dengan derajatnya satu hubungan linear.
Multikolinearitas yaitu ada hubungan linier yang pasti antara peubah- peubah bebasnya.
Untuk mengetahui ada tidaknya masalah Multikolinearitas dapat mempergunakan nilai VIF (
Variance Inflation Factory). Menurut Hair, dkk (1998:45) dalam Purwanto dan Wahyuni, 2009: 127-
131, jika nilai VIF masih kurang dari 10 maka disimpulkan tidak terjadi Multikolinearitas. Hasil uji
Grafik pada gambar 4.2.3 dan 4.2.4 menunjukan semua data berdistribusi normal. Hal ini
dibuktikan dengan garis normalitas ditunjukan dengan titik- titik yang tidak jauh dari garis
diagonalnya.
Multikolineritas berarti adanya hubungan linear yang sempurna, diantara beberapa atau semua
variabel yang menjelaskan data model regresi. Istilah Multikolineritas berkenaan dengan terdapatnya
lebih dari satu hubungan linear pasti, dan istilah kolinearitas dengan derajatnya satu hubungan linear.
Multikolinearitas yaitu ada hubungan linier yang pasti antara peubah- peubah bebasnya.
Untuk mengetahui ada tidaknya masalah Multikolinearitas dapat mempergunakan nilai VIF (
Variance Inflation Factory). Menurut Hair, dkk (1998:45) dalam Purwanto dan Wahyuni, 2009: 127-
131, jika nilai VIF masih kurang dari 10 maka disimpulkan tidak terjadi Multikolinearitas. Hasil uji
Tabel 4.2.5
Coefficientsa
Tolerance VIF
Berdasarkan table 4.2.5 dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak memiliki masalah
multikolinearitas karena dari data diatas menunjukan nilai VIF untuk Finansial dan Kepatuhan hukum
Untuk menguji ada tidaknya kesamaan varians dari satu oengamtan ke pengamatan yang lain.
Untuk menguji hal ini digunakan scatterplot, dimana sumbu X adalah nilai- nilai prediksi ZRESID =
Regression Standardized Predicted Value dengan sumbu Y adalah nilai yaitu ZRESID = Regression
Standardized Predicted Value. Bila grafik yang diperoleh menunjukan adanya pola tertentu yang
dihasilkan oleh titik- titik yang ada maka dikatan terjadi heteroskedastisitas, namun tidak membentuk
pola tertentu maka dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Homoskedastisitas dapat
Berdasarkan tabel 4.2.6 dapat disimpulkan bahwa regresi ini tidak memiliki masalah
heteroskedastisitas karena dari grafik terlihat titik sebaran menyebar tidak membentuk pola.
Hasil analisis regresi berganda didapatkan keofisien korelasi berganda ( R ) sebesar 0.695
dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,483 atau 48,3%. Hasil uji Regresi dapat dilihat pada table
4.2.4 berikut.
Tabel 4.2.4
Model Summary
Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.695a
d
i
Berdasarkan hasil estimasi regresi pada table 4.12 nilai F regresi sebesar 26.660 dengan
Tabel 4.2.5
ANOVAb
Total 23.381 59
Adapun koefisien –koefisien regresinya seperti yang dapat ditujukan pada table 4.2.6 berikut ini.
Tabel 4.2.6
Coefficientsa
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
Dari table 4.2.6 diatas, didapat persamaan regresi berganda berganda berikut :
1. Finansial memiliki nilai t sebesar 2,036, nilai koefisien b sebesar (0,230), dan tingkat
signifikan sebesar 0.001. hal ini menandakan bahwa koeifisien variabel (X1) Finansial
masyarakat memiliki pengaruh positif sebesar 0.594 terhadap kualitas (Y) tetapi dengan
tingkatan signifikan sebesar 0.046. Artinya Ketepatan membayar pajak berpengaruh positive
terhadap Ketepatan membayar pajak karena tingkat signifikannya positive dibawah nilai
signifikan 0.05.
2. Kepatuhan hukum memiliki nilai t sebesar 5.733, nilai koefisien b 0.657, dan tingkat
signifikan sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa koefisien variable (X2) kepatuhan
hukum masyrakat memiliki pengaruh positif (searah) terhadap ketepatan membayar pajak (Y)
dengan tingkat signifikan 0.000. Artinya semakin tinggi kepatuhan hukum masyrakat maka
3. Konstanta sebesar (0,270) berarti bahwa wajib pajak tetap dapat mempengaruhi ketepatan
Uji hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan analisis regresi linier yaitu analisis yang
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Finansial masyarakat dan Kepatuhan hukum
masyarakat sebagai variable independen terhadap ketepatan membayar pajak sebagai variable
dependen untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh Finansial masyarakat dan Kepatuhan hukum
masyarakat secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap ketepatan membayar
digunakan pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F dan parsial dengan uji T.
Uji t digunakan untuk mengetahui perngaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat yaitu antara Finansial Masyarakat terhadap Membayar pajak Bumi dan Bangunan, dan
Kepatuhan hukum masyarakat terhadap Membayar pajak Bumi dan Bangunan. Dari hasil penelitian,
didapatkan bahwa koefisien regresi, nilai t dan signifikansi secara parsial dapat dilihat pada table 4.2.7
berikut.
Tabel 4.2.7
Coefficientsa
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Sig.
60-2-1 = 57 maka nilai table diperoleh yaitu 2,036. Pada table 4.14 nilai Finansial 0.046 < 0.05 maka
Ho ditolak berarti secara parsial Finansial berpengaruh terhadap ketepatan membayar pajak,
sedangkan nilai Kepatuhan 0.000 < 0.05 maka Ho ditolak secara parsial Kepatuhan berpengaruh
Uji f digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel bebas
terhadap variabel terikat, yaitu dengan membandingkan f table dengan tingkat kepercayaan 95% dan
signifikan 0.05. dari hasil analisis dapat dilihat padatable 4.2.8 berikut.
Tabel 4.2.8
Hasil Uji F
ANOVAb
Total 23.381 59
Berdasarkan table 4.2.8 diperoleh F hitungan sebesar 26.660 dengan menggunakan tingkat
keyakinan 95% dan tingkat signifikan 0.05. Hasil diperoleh untuk F table sebesar 2.030 ( lihat table
pada lampiran ). Maka Ho ditolak artinya Finansial dan Kepatuhan secara bersama- sama berpengaruh
Hipotesis pertama yang akan diuji pada penelitian yaitu bahwa Faktor Financial berpengaruh
Signifikan dan bersifat positif terhadap Ketepatan membayar pajak. Berdasarkan hasil uji t yang telah
dijelaskan bahwa variabel Financial bersifat positif dengan koefisien regresi sebesar 0,230. Hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi Financial yang dimiliki masyarakat maka akan semakin tinggi
Hipotesis kedua yang akan diuji pada penelitian ini bahwa Kepatuhan Hukum berpengaruh
signifikan dan bersifat positif terhadap Ketepatan membayar pajak. Berdasarkan hasil uji t yang telah
dijelaskan bahwa variabel Kepatuhan Hukum bersifat posotif dengan koefisien regresi sebesar 0,657.
Hal ini menunjukan bahwa semakin besar Kepatuhan Hukum yang dimiliki oleh masyarakat maka
secara simultan berpengaruh terhadap Ketepatan Membayara Pajak. Berdasarkan hasil uji F yang
telah dijelaskan bahwa Variabel Financial dan Kepatuhan Hukum terhadap Ketepatan Membayar
Pajak dengan nilai signifikansi 0,0000. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi Financial dan
Kepatuhan Hukum maka akan semakin meningkat pula Kualitas ketepatan membayar pajak sebesar
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis variabel Finansial, Kepatuhan mempunyai hasil yang signifikan
mempengaruhi ketepatan membayar pajak. Variabel Finansial berpengaruh positif terhadap ketepatan
membayar pajak, sedangkan variabel Kepatuhan memberikan pengaruh negatif terhadap ketepatan
membayar pajak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa Kepatuhan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap ketepatan membayar pajak. Jika Kepatuhan semakin tinggi maka ketepatan
membayar pajak akan semakin tinggi. Dan tingkat Finansial mempunyai pengaruh yang signifikan
Jika tingkat finanasial semakin tinggi maka Ketepatan membayar pajak akan semakin tinggi juga.
Variabel Kepatuhan berpengaruh terhadap ketepatan membayar pajak dapat dilihat nilai sig
0.000 (lebih kecil dari 0.05). hal ini berarti bahwa ketepatan membayar pajak dapat dicapai jika
Kepatuhan yang baik. Kepatuhan yang baik tersebut terdiri dari tiga yaitu membayar pajak, minat
perilaku dan pengalaman. Wajib pajak sebagai ujung tombak pelaksanaan pembayaran pajak harus
senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan dapat maksimal diterapkan.
Variabel Finansial berpengaruh terhadap ketepatan membayar pajak dapat dilihat nilai sig
0.46 (lebih kecil dari 0.05). Hal ini berarti bahwa Ketepatan membayar pajak dapat dicapai jika
Finansial yang baik. Finansial tersebut terdiri dari tingkat pendapatan seseorang yang baik, tingkat
pendidikan formalnya dan kesadaran hukum yang baik. Finansial harus ditingkatkan agara dapat
Hasil pengujian ini menunjukan bahwa Kepatuhan hukum dan Finansial mempunyai
pengaruh terhadap Ketepatan membayar pajak, dapat dilihat dari sig 0.000 (lebih kecil dari 0.05).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kepatuhan Hukum dan Finansial secara simultan berpengaruh
Berdasarkan hasil analisis daya diketahui bahwa variabel Kepatuhan hukum, Finansial
positif terhadap ketepatan membayar pajak, dan Variabel Finansial perngaruh positif terhadap
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada Faktor – faktor Yang
Memperngaruhi Ketepatan Membayar Pajak pada Wajib Pajak di Kabupaten Bogor. Maka dapat
Ketepatan Membayar Pajak. Jika tingkat Financial Masyarakat semakin tinggi maka
Pajak dilihat nilai sig 0.000 (lebih kecil dari 0.05). hal ini berarti bahwa Ketepatan
Membayar Pajak dapat dicapai jika Kepatuhan Hukum Masyarakat yang baik. Wajib
Pajak sebagai ujung tombak pelaksanaan pembayaran pajak memang harus senantiasa
dapat dilihat dari hasil penelitian, bahwa Tingkat Financial Masyarakat dan
Kepatuhan Hukum Masyarakat telah berjalan secara efektif. Kemudian dari hasil
mempunyai hasil yang signifikan yang mempunyai pengaruh yang besar dalam
adalah.
1. Penelitian ini terbatas pada objek penelitian wajib pajak, sehingga dimungkinkan
yang berbeda.
2. Pengukuran wajib pajak yaitu yang melakukan pembayaran pajak baik yang telat
bayar dengan yang tepat waktu sangat sulit dimintai keterangan dan tanggapan
digunakan untuk perbaikan dan peningkatan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
dan mewajibkan Wajib Pajak untuk dapat patuh dan menjalankan aturan – aturan
2. Wajib Pajak.
Diharapkan supaya sebagai wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak dengan
tepat waktu, efisiensi waktu dan menaati semua aturan- aturan yang telah dibuat. Agar
kendala dan hambatan yang telah ada dapat diminimalisir yaitu dengan kemampuan
sumber daya manusi (SDM) seperti peningkatan kualitas dan kuantitas kepatuhan
wajib pajak.
Perlu adanya lagi penelitian terhadap Ketepatan Membayar Pajak pada beberapa
tahun mendatang dan menambah jangkauan penelitian yang lebih luas untuk
.
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Vina (2005). Analisa tingkat kepatuhan pelaporan dan penyetoran SPT wajib Pajak
Badan pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu, Jurnal Skripsi FE-Perbanas, Jakarta.
Nugroho Jatmiko, Agus. (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib pajak
(Studi empiris terhadap wajib pajak orang pribadi di Kota Semarang). Tesis Magister
Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Gasperz, Vincent. (1991). Teknik Penarikan Contoh untuk Penelitian Survei. Bandung:
Tarsito.
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Suandy, Erly (2005). Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan. Edisi 6. Jakarta: Salemba empat.
Sumarja., Nurmayani. (2005) Penelitian hubungan kesadaran hukum dan kepatuhan hukum
terhadap kepatuhan hukum masyarakat wajib pajak dengan kepatuhan dengan
pembayaran pajak PBB tepat waktu. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2011. Tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja dinas
pendapatan daerah.
Undang-Undang 12 tahun 1985. Tentang manfaat bumi dan kekayaan alam yang tergantung
didalamnya wajar menyerahkan sebagian dari kenikmatan kepada negara melalui pajak.