Anda di halaman 1dari 80

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK

PADA WAJIB PAJAK DI KABUPATEN BOGOR

OLEH

HERMAN SETIYADI

NIM 0811000002

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
P E R B A N A S
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2014
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK
PADA WAJIB PAJAK DI KABUPATEN BOGOR

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

HERMAN SETIYADI
NIM 0811000002

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
P E R B A N A S
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2014
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul


FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK
PADA WAJIB PAJAK DI KABUPATEN BOGOR

Oleh
Nama : Herman Setiyadi
NIM : 0811000002
Program Studi : S1 Akuntansi

Telah disetujui untuk disajikan

Jakarta, 30 Oktober 2014


Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Akuntansi, Dosen Pembimbing Skripsi,

Atik Djajantii,SE., Ak M. Ak. Alexander Tampubolon,SE., Ak.,MM.


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK


PADA WAJIB PAJAK DI KABUPATEN BOGOR

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada


Hari :
Tanggal :
Waktu :
Oleh
Nama : Herman Setiyadi
NIM : 0811000002

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang : Alexander Tampubolon, S.E., Ak., M.M. ...................

Anggota : Drs. Panubut Simorangkir, Ak.,M.M. ...................

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Akuntansi,

Atik Djajanti., S.E., Ak M. Ak


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.

Jakarta, 30 Oktober 2014


Penyusun,

Herman Setiyadi
0811000002
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Herman Setiyadi

NIM : 0811000002

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB
PAJAK DI KABUPATEN BOGOR.

Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan
hasil karya sendiri dan keaslianya. Apbila ternyata di kemudia hari penulisan skripsi
ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sangsi berdasarkan aturan
tata tertib di Perbanas Institute.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.

Jakarta, Oktober 2014

Penulis

(Herman Setiyadi)
0811000002
ABSTRAK

Herman Setiyadi. 0811000002. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK DI KABUPATEN
BOGOR, Skripsi. Jakarta: Perbanas Institute Oktober 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi


ketepatan membayar pajak pada wajib pajak di kabupaten bogor. Metode penelitian
menggunakan deskriptif. Dimana teknik yang digunakan adalah mengumpulkan data yang
berupa data primer dari penyebaran kuisioner yang hasilnya lalu diolah dengan menggunakan
software spss. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik random sampling,
diambil dari 5 kecamatan yang ada di kabupaten bogor diantaranya kecamatan cibinong,
kecamatan ciomas, kecamatan tamansari, kecamatan rancar bungur dan kecamatan
leuwisadeng. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat ketepatan membayar pajak pada
wajib pajak sudah berjalan dengan efektif, dan terus meningkat setiap tahunya. Dapat
ditunjukan dengan perkembangan tingkat ketepatan membayar pajak pada wajib pajak,
terdapat persentase tingkat ketepatan dari hasil membayar pajak yang telah dilakukan dan
pengaruhnya dalam peningkatan pembayaran pajak. Dan juga peneliti melihat terdapat
beberapa kendala atau hambatan serta upaya- upaya yang dilakukan selama penggalian
terhadap tingkat ketepatan membayar pajak pada wajib pajak dalam rangka meningkatkan
penerimaan pajak. Tingkat ketepatan membayar pajak sudah berjalan dengan baik dilihat
dari peningkatan jumlah wajib pajak setiap tahunya berdampak pula dengan penerimaan
pajak yang mengalami peningkatan secara siqnifikan.
Kata Kunci : Finansial masyarakat, Kepatuhan hukum masyarakat, Ketepatan Membayar
Pajak.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB

PAJAK DI KABUPATEN BOGOR” .Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi

sebagian persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi Program Sarjana S1 Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Institut Perbanas Jakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan yang

sangat berarti dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis dengan ketulusan hati

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kehidupan dan keluarga yang sempurna. Terima

kasih atas segala karunia, rezeki dan kesempatan yang diberikan sehingga penulis

mampu menyelesaikan pendidikan.

2. Keluarga tercinta, Ayah (Tarman Suratmin), dan Ibu (Anifah) tercinta, atas kasih

sayang, doa, inspirasi, pengorbanan, masukan dan kritikan yang tak henti selalu

diberikan kepada penulis. Juga Kaka (Astriani Widya Eka Pratiwi, dan Khusnudin),

yang selalu memberikan kasih sayang, bantuan, doa, pesan, kesan dan support selama

penelitian ini dibuat.

3. Ibu Atik Djajanti, SE., Ak., M.Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi Institut Perbanas Jakarta.

4. Bapak Alexander Tampubolon, SE,Ak,MM. Selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu dengan sabar mendengar keluh kesah penulis dan dengan

bijaksana membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.


5. Dosen-dosen Akuntansi yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas

doa serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

6. Karyawan dan Karyawati Institut Perbanas yang selalu melayani penulis dalam

melengkapi administrasi-administrasi perkuliahan.

7. Rosyidawati yang tiada henti memberikan waktu, perhatian, semangat, dorongan,

serta bantuan dan doa selama perkuliahan, selama proses sebelum penelitian ini dibuat

dan sampai penelitian ini selesai.

8. Para sahabatku Ubaidillah Helmi S.Sos.I, Fikri Irawan, Muhammad Nurhidayat,

Pandu Pribadi dan Dwi Handoko serta teman teman Pratama yang selalu mendukung,

memberikan support, menghibur dan memberikan semangat agar skripsi ini cepat

selesai.

9. Para teman dan sahabat seperjuangan Basian 08, 32 Custom, GFJA (Galeri Foto

Jurnalistik Antara) Unfinished dan Slide Photography Perbanas sebagai teman

seperjuangan perskripsian yang telah menjadi tempat bertukar fikiran, memberikan

kritik dan saran, dan canda tawa saat mulai bosan mengerjakan skripsi ini hingga

selesai. Bagol, Tompel, Dhemas, Hafiz, Jaka, Aji, Riscky, Ali, Ibnu, Indra, Ogi,

Topan, Myza, Daksa, Fitri Maul, Endo, Sena, Gilang, Akew yang tidak bisa

disebutkan satu-persatu, terima kasih atas dukungan dan pertisipasinya.

10. Kantor Dinas Pendapatan Daerah Bogor yang terlibat dan sudah bersedia membantu

proses penelitian penulis. Semoga selalu menjadi kantor yang baik dan dapat

mempertahankannya.

11. Juga semua pihak yang telah membantu atas selesainya skripsi ini, penulis ucapkan

terima kasih. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.


Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu

saran dan kritik masih diperlukan dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Jakarta, 14 Oktober 2014

Penulis

Herman Setiyadi
0811000002
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR..............……………………………………………………………….. I
DAFTAR ISI ................……………………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL...................………………………………………………………………... X
DAFTAR GAMBAR.................……………………………………………………………..... Xi
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah .……………………………………………………………...... 3
1.3 Pembatasan Masalah ………………...…………………………………………… 3
1.4 Tujuan Penulisan ...……………………………………………………………….. 4
1.5 Manfaat Penelitian ..........…………………………………………………………. 4
BAB 2. KAJIAN TEORI........................................................................................................... 5
2.1 Pajak Bumi dan Bangunan ....................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ............................................................. 7
2.1.2 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan ........................................................ 9
2.1.2.1 Objek Pajak Bumi dan Bangunan ................................................... 9
2.1.2.2 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan .................................................. 11
2.1.2.3 Pendaftaran Objek Pajak ................................................................. 11
2.1.3 Pengertian SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) .................................... 12
2.1.3.1 Sanksi Terkait dengan Pendaftaran Objek PBB ............................. 13
2.1.4 Dasar Pengenaan, Perhitungan dan Terutangnya PBB ................................... 14
2.1.4.1 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ................................. 14
2.1.4.2 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) .................. 15
2.1.4.3 Dasar Perhitungan PBB .................................................................. 16
2.1.4.4 Tarif dan Cara Menghitung PBB .................................................... 16
2.1.4.5 Tahun Pajak, Saat dan Tempat menentukan Pajak Terutang .......... 17
2.1.4.6 Pendataan Objek Pajak .................................................................... 19
2.1.5 Aspek Finansial masyarakat, Hubunganya dengan Kepatuhan Membayar
pajak dan bumi bangunan tepat waktu ............................................................ 20
2.1.5.1 Faktor Finansial Masyarakat Wajib Pajak ....................................... 20
2.1.5.2 Aspek Kepatuhan Hukum Masyarakat Wajib Pajak Untuk
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu ................. 21
2.1.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tentang Ketepatan Membayar
Pajak .................................................................................................................... 22
2.2 Penelitian Sebelumnya ................................................................................................
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................................... 24
2.4 Perumusan Hipotesa ................................................................................................... 26
2.4.1 Pengaruh Faktor Financial Masyarakat terhadap ketepatan Pembayaran Pajak 27
Bumi dan Bangunan tepat waktu .....................................................................
2.4.2 Pengaruh Faktor Kepatuhan Hukum Masyarakat terhadap Pembayaran Pajak 27
Bumi dan Bangunan Tepat Waktu ...........................................................
2.4.3 Pengaruh Kedua Faktor Tersebut Secara Bersamaan Terhadap Ketepatan 28
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Tepat Waktu ...................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 28
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 29
3.2 Operasionalisasi Variabel............................................................................... 29
3.3 Populasi dan sampel ...................................................................................... 31
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 32
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 33
3.6 Pengujian Asumsi-asumsi Model Regresi ....................................................... 34
3.6.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 34
3.6.2 Uji Outlier ............................................................................................. 35
3.6.3 Uji Autikolerasi ..................................................................................... 35
3.6.4 Uji Heteroskedasititas ........................................................................... 36
3.6.5 Uji Multikolinearitas ............................................................................. 36
3.7 Metode Analisis Data ..................................................................................... 37
3.7.1 Statistik Deskriptif .................................................................................. 37
3.7.2 Uji Hipotesis ......................................................................................... 37
3.7.2.1 Uji R Square ............................................................................. 38
3.7.2.2 Uji Adjusted R Square ........................................................... 39
3.7.2.3 Uji Statistik F ............................................................................ 39

3.7.2.4 Uji Statistik t ........................................................................... 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .................................................. 41

4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 41

4.1.1 Sejarah dan Latar Belakang ............................................................... 41

4.1.2 Visi dan Misi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Bogor ..................... 41

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Bogor ................ 43

4.1.4 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Bogor ........................ 43


4.1.5 Deskripsi Identitas Sampel atau Responden Penelitian ........................... 45
4.1.6 Statistik Deskriptif .................................................................................... 47
4.2 Analisis Data ........................................................................................................ 48
4.2.1 Uji Validitas........................................................................................ 48
4.2.2 Uji Reliabilitas ................................................................................... 49
4.2.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik .......................................................... 50
4.2.3.1 Uji Multikolineritas ....................................................................... 50
4.2.3.2 Uji Multikolineritas ................................................................ 52
4.2.3.3 Uji Homoskedastisitas ........................................................... 53
4.2.4 Uji Kelayakan Model ......................................................................... 54
4.2.4.1 Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 56
4.2.4.2 Hasil Uji t (Parsial) ....................................................................... 57
4.2.4.3 Hasil uji f (Simultan) .................................................................... 57
4.3 Interpretasi Hasil ................................................................................................. 58
4.4 Pembahasan ........................................................................................................... 59
BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI ................................. 61
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 61

5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 62

5.3 Rekomendasi ........................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Ringkasan definisi operasional ............................................................................. 30


Tabel 4.1.5 Perilaku Wajib Pajak ............................................................................................. 45
Tabel 4.1.6 Statistik Deskriptif ................................................................................................ 47
Tabel 4.2.1 Hasil Pengujian Validitas ...................................................................................... 48
Tabel 4.2.2 Hasil Uji Realibilitas ............................................................................................. 50
Tabel 4.2.3 Hasil Uji Multikolineritas ..................................................................................... 53
Tabel 4.2.4 Hasil Uji Kelayakan Model Summary .................................................................. 55
Tabel 4.2.5 Hasil Uji Kelayakan Model ANOVA ................................................................... 55
Tabel 4.2.6 Hasil Uji Kelayakan Model Koefisien-koefisien hasil perhitungan regresi
Berganda .............................................................................................................. 55
Tabel 4.2.7 Hasil Uji t (parsial) ................................................................................................ 57
Tabel 4.2.8 Hasil Uji F ............................................................................................................. 58
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 27

Gambar 4.2.3 Hasil Uji Multikolineritas .................................................................................. 51

Gambar 4.2.4 Hasil Uji Multikolineritas ................................................................................. 52

Gambar 4.2.5 Hasil Uji Homoskedastisitas ............................................................................. 54


BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Pajak Bumi dan Bangunan yang diatur dalam Undang Undang No. 12 Tahun 1985 yang mulai

berlaku sejak 1 Januari Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12

Tahun 1994 tanggal 9 November 1994 merupakan peraturan perundang-undangan yang

menggantikan peraturan perpajakan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi kehidupan perekonomian

masyarakat di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan peraturan perundang-

undangan pajak yang dapat memberikan kepastian hukum, terutama untuk menghapuskan

bermacam-macam peraturan yang dirasakan masyarakat sebagai pajak berganda.

Berdasarkan kenyataan yang ada, banyak anggota masyarakat yang sadar dan tepat waktu

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Tetapi tidak bisa dihindarkan bahwa ternyata masih

terdapat anggota masyarakat yang belum memiliki kesadaran maksimal untuk membayar pajak

tepat pada waktunya, bahkan masih terdapat anggota masyarakat yang mempunyai tunggakan

pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan. Dan untuk mengetahui anggota masyarakat yang

memiliki kesadaran maksimal dalam membayar pajak tepat waktu ini maka perlu dilakukan

penelitian dengan ruang lingkup kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan.

Ketika terjadi keterlambatan membayar pajak oleh wajib pajak, maka dampaknya bagi

pemerintah adalah berkurangnya penerimaan Negara dari sektor pajak dan menghambat proses
penyusunan RAPBN. Sedangkan dampak yang terjadi bagi siwajib pajak sendiri apabila terlambat

membayar pajak adalah dikenakan denda bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. Hal tersebut

tentunya tidak menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Menurut Soekanto (1982) untuk menjawab permasalahan penilitian mengenai derajat

kepatuhan hukum adalah sebagai berikut: (1) patuh pada hukum karena hukumnya sesuai dengan

sistem nilai dari mereka yang berwenang, (2) patuh pada hukum, namun tidak setuju dengan sistem

nilai dari mereka yang berwenang, (3) patuh pada hukum, namun tidak setuju dengan kaedah

hukum tersebut dan sistem nilai dari mereka yang berwenang, (4) tidak pada hukum, tetapi setuju

dengan kaedah-kaedah maupun sistem nilai dari mereka yang bewenang, (5) tidak patuh pada

hukum, karena tidak setuju padaa kaedah maupun sistem nilai dari mereka yang berwenang.

Dengan alasan pemilihan objek penelitian pada Kabupaten Bogor, dalam upaya menerima

tanggung jawab dan wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk melakukan penerimaan

pajak bumi dan bangunan pedesaan/ perkotaan (PBB-P2) berdasarkan Peraturan Daerah No.10

Tahun 2011. Kebijakan ini diterbitkan disebabkan oleh adanya keinginan pemerintah pusat untuk

menyerahkan pengelolaan PBB kepada pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pendapatan

asli daerah dari sektor pajak. Sebab potensi pajak bumi dan bangunan yang dilimpahkan kepada

daerah memiliki potensi yang besar apabila daerah mampu menggalinya.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian atas perilaku wajib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Untuk itu judul yang peneliti ambil adalah

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB

PAJAK DI KABUPATEN BOGOR.


1. 2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh faktor financial masyarakat terhadap ketepatan pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan tepat waktu ?

2. Bagaimana pengaruh faktor kepatuhan hukum masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan tepat waktu ?

3. Bagaiamana pengaruh kedua faktor tersebut secara bersamaan ketepatan membayar Pajak

Bumi dan Bangunan tepat waktu ?

1. 3. Pembatasan Masalah

Pada penulisan ini, hal-hal mengenai Pajak Bumi dan Bangunan hanya akan dibatasi pada :

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar di Kabupaten

Bogor.

2. Tahun penelitian ini adalah tahun Pajak 2012.

3. Faktor ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada aspek penghasilan tingkat

masyarakat.

4. Faktor kepatuhan Hukum yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada pengenaan

sanksi bunga.
1. 4. Tujuan Penulisan

Terdapat 3 tujuan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Untuk menganalisis pengaruh faktor financial masyarakat terhadap ketepatan pembayaran

pajak bumi dan bangunan tepat waktu.

2. Untuk meneliti pengaruh faktor kepatuhan hukum masyarakat dalam membayar pajak bumi

dan bangunan tepat pada waktunya.

3. Untuk mengkaji pengaruh kedua faktor tersebut secara bersamaan ketepatan membayar

Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu.

1. 5. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis yang diharapkan didalam penelitian ini adalah dapat menambah wawasan

masyarakat pada umumnya tentang pengetahuan hukum perpajakan dan manfaat dari materi

penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan tepat pada waktunya. Serta manfaat penelitian ini dapat dijadikan kebijakan sebagai tolak

ukur pertimbangan anggota wajib pajak lainnya yang memiliki tingkat kesadaran rendah dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat pada

waktunya.
BAB II

KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2. 1. Pajak Bumi dan Bangunan

Bumi dan Bangunan adalah merupakan barang komoditi atau merupakan barang

ekonmi yang memberikan kelebihan dan atau kedudukan ekonomi yang lebih baik bagi orang

atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya, dan

oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau

kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak. Dari berbagai sebab yang terjadi

ini maka pemerintah menciptkan sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya beberapa

undang-undang perpajakan yang baru diantaranya adalah Undang Undang No. 12 Tahun

1985 tentang Undang Undang Pajak Bumi dan Bangunan.

Erly Suandy (2005:61) mengatakan:

”Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan

besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi / tanah / dan

bangunan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar

pajak”.

Hasil penelitian ini adalah mencakup kesadaran hukum yang akan dilihat dari

tingkat pengetahuan wajib pajak terutama tentang peraturan pajak bumi dan bangunan.

Indikatornya adalah isi peraturan perpajakan yaitu pajak bumi dan bangunannya, sikap wajib

pajak dan pemahaman materi tentang pajak bumi dan bangunan tersebut. Kemudian

dijelaskan hubungan antara faktor ekonomi masyarakat wajib pajak dengan kepatuhan dalam

membayar pajak bumi dan bangunan tepat pada waktunya.


Menurut Waluyo (2003:12) mengatakan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah

pajak yang dikenakan terhadap BUmi dan Bangunan seperti berikut :

1. Bumi adalah permukaan / tubuh bumi yang dibawahnya, permukaan meliputi

tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa – rawa tambak perairan) serta

laut wilayah Republik Indonesia

2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap

pada tanah dan atau perairan.

Pokok – Pokok Ketentuan Sistem Tempat Pembayaran PBB ialah seperti yang

tercantum dalam SPPT. Wajib pajak tidak dapat/tidak boleh membayar ke tempat

pembayaran lain, pembayaran PBB hanya dilakukan dalam satu kali pembayaran/tunai

artinya jumlah pajak terhutang tidak dapat diangsur, penyampaian SPPT untuk satu wilayah

pemerintah tertentu kepada wajib pajak dilakukan secara serentak sehingga tanggal jatuh

tempo pembayaran PBB seragam, untuk semua sektor PBB harus diterbitkan SPPT,

administrasi PBB harus dilaksanakan dengan dukungan komputer, pembuatan buku indik

PBB, SPPT, STTS satuanya adalah desa/keluarahan.

Sanksi terkait dengan pendaftaran pendaftaran obejk PBB ialah seperti Sanksi

Administrasi. Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah

ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka

akan diterbitkan Surat Ketetapan pajak dengan sanksi berupa denda administrasi.

Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan

pemberian sukarela dalam memelihara kepentingan negara, seperti menyediakan jalan umum,

membayar gaji pegawai dan lain sebagainnya. Dengan bertambah luasnya tugas-tugas negara,

maka dengan sendirinya negara melakukan biaya yang cukup besar, sehubungan dengan itu
maka pembayaran pajak yang tadinya bersifat sukarela bertambah menjadi pembayaran

yangditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk Undang Undang dan dapat

dipaksakan.

2. 1. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan

atau bangunan berdasarkan Undang – undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang nomor 12 Tahun 1994 tanggal

9 November 1994.

Menurut Siti Resmi (2004:611) mengatakan bahwa sebelum mengemukakan pengertian

tentang Pajak Bumi dan Bangunan Undang – Undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan sebagai berikut :

1. Bumi adalah permukaan / tubuh bumi yang dibawahnya, permukaan meliputi

tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa- rawa tambak perairan) serta

laut wilayah Republik Indonesia.

2. Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanam atau diletakan secara tetap

pada tanah dan/ atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat

yang diusahakan.

PBB adalah pajak kebendaan atas bumi dan atau bangunan yang dikenakan terhadap

orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai hak dan atau memperoleh manfaat

atas bumi dan atau memilki menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. PBB

merupakan pajak berganda dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oelh keadaan objek
yaitu bumi/ tanah dan/atau bangunan, sedangkan keadaan subjek ( siapa yang membayarnya )

tidak ikut menentukan besarnya pajak.

Besarnya PBB yang terutang diperoleh dari perkalian tarif (0,5%) dengan NJOP.

Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan sebesar 20% dari NJOP (jika NJOP kurang dari 1 miliar

rupiah) atau 40% dari NJOP (jika NJOP senilai 1 miliar rupiah atau lebih). Besaran PBB

yang terutang dalam satu tahun pajak diinformasikan dalam Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang (SPPT).

2. 1. 2. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

a. UU No 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan

b. UU No 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan

c. PP No 46 Tahun 1985 Tentang Persentase NJKP pada PBB

d. Kep. Menkeu. No. 1002/KMK.04/1985 Tentang Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak

PBB

e. Kep. Menkeu. No. 1003/KMK.04/1985 Tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya

NJOP sebagai dasar pengenaan pajak.

f. Kep. Menkeu. No. 1006/KMK.04/1985 Tentang Tata Cara Penagihan PBB dan

penunjukkan pejabat yang berwenang mengeluarkan Surat Paksa

g. Peraturan Pelaksanaan lainnya

h. UU No. 12 Tahun 1994

2. 1. 2. 1. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan/atau bangunan. Pengertian bumi

adalah permukaan bumi (tanah dan perariran) dan tubuh bumk yang ada dibawahnya,

mislanya sawah, lading, kebun, tanahm pekarangan, dan tambang. Sementara itu, bangunan
adalah konstruksi tekhnik yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada tanah dan/atau

perariran di Wilayah Republik Indonesia. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

1. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kpmpleks bangunan seperti hotel atau

pabrik

2. Jalan tol

3. Kolam renang

4. Pagar mewah

5. Tempat olahraga

6. Galangan kapal, dermaga

7. Taman mewah

8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak

9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

Objek pajak yang tidak dikenakan atau dikecualikan dari pengenaan PBB adalah objek

pajak yang:

1. Digunakan untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial,

pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh

keuntungan seperti mesjid, rumah sakit, dan sekolah serta panti asuhan

2. Digunakan sebagai tempat pemakaman umum, peninggalan purbakala atau yang

sejenis lainnya

3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

penggembalaan yang dikuasi oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani

suatu hak

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsulat


5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan

oleh Mentri Keuangan

2. 1. 2. 2. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :

 mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;

 memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;

 memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau;

 memperoleh manfaat atas bangunan.

Wajib pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki hak dan/atau memperoleh

manfaat atas tanah dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Wajib pajak memiliki kewajiban membayar PBB yang terutang setiap tahunnya. PBB harus dilunasi

paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

2. 1. 2. 3. Pendaftaran Objek Pajak

Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya

ke Kantor Pelayanan PBB dan Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak

objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang

tersedia gratis di Kantor Pelayanan PBB/Kantor Penyuluhan Pajak setempat. Berikut adalah tahap

dalam mendaftarkan objek pajak:

1. Mengambil SPOP di KPBB/KPP Pratama atau di Kantor Kelurahan

2. Mendaftarkan objek tanah dan atau bangunan dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek

Pajak (SPOP).
3. Mengisi SPOP dengan benar dan jelas sesuai dengan sesuai kondisi objek pajak seperti luas

tanah maupun luas bangunan serta komponen utama dan pendukung bangunan serta

fasilitas lainnya.

4. Menyerahkan SPOP ke KPBB (Kantor Pajak Bumi dan Bangunan)/KPP Pratama tempat di

mana objek pajak berada.

2. 1. 3. Pengertian SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak)

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi WP (Wajib Pajak) untuk

memdaftarkan objek pajaknya yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung PBB yang

terutang. Berikut ini adalah beberapa kewajiban wajib pajak yang berkaitan langsung dengan SPOP:

1. Mendaftarkan Objek Pajak dengan cara mengisi SPOP.

2. Mengisi SPOP dengan jelas, benar, dan lengkap.

3. Menyampaikan kembali SPOP yang telah diisi WP ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor

Penyuluhan Pajak setempat selambat-lambatnya 30 hari setelah formulir SPOP diterima.

4. Melaporkan perubahan data Objek Pajak/WP kepada Kantor Pelayanan PBB atau Kantor

Penyuluhan Pajak setempat dengan cara mengisi SPOP sebagai perbaikan/pembetulan SPOP

sebelumnya.
2. 1. 3. 1. Sanksi Terkait dengan Pendaftaran Objek PBB

1. Sanksi Administrasi

a. Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah ditegur

secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka akan

diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar

25% dari PBB yang terutang.

b. Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar (lebih kecil),

maka akan diterbitkan SKP degan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari selisih

besarnya PBB yang terutang.

2. Sanksi Pidana

a. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau mengembalikan SPOP

tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/ atau melampirkan keterangan yang tidak

benar sehingga menimbulkan kerugian bagi negara, dipidana dengan pidana kurungan

selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya 2 (dua) kali lipat pajak yang

terutang;

b. Barang siapa karena dengan sengaja :

- Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jenderal Pajak;

- Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau

melampirkan keterangan yang tidak benar;

- Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau

dipalsukan seolah-olah benar;

- Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;

- Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yan diperlukan.


Sehingga menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara selama-

lamanya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali pajak yang

terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak

pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya

menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya

denda.

2. 1. 4. Dasar Pengenaan, Perhitungan dan Terutangnya PBB

2. 1. 4. 1. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar pengenaan PBB adalah dengan menetapkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

NJOP ini lah yang akan menentukan wilayah berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah

Direktorat Jendral Pajak dengan terlebih dahulu memperhatikan:

1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar

2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdektan dan telah

diketahui harga jualnya

3. Nilai perolehan baru

4. Penentuan nilai jual objek pengganti

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah suatu harga rata-rata yang diperoleh dari

transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. NJOP ini ditetapkan sebagai dasar untuk

pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap suatu objek Bumi dan Bangunan.

Apabila tidak diperoleh harga transaksi jual beli, maka NJOP ditentukan melalui

perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP

Pengganti.
Selama ini penentuan besarnya NJOP dan klasifikasinya sebagai dasar pengenaan

PBB diatur melalui Peraturan (Keputusan) Menteri Keuangan, dan yang berlaku hingga saat

ini adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998. Namun karena

ketentuan ini sudah sangat lama, dan sudah tidak memadai lagi untuk dijadikan sebagai dasar

dalam pengenaan PBB, maka Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 150/PMK.03/2010 tanggal 27 Agustus 2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai

Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Tetapi dalam dalam pengenaan PBB terdapat suatu batas nilai yang tidak

dikenakan pajak yang disebut Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan No: 201/KMK.04/2000 tanggal 6 Juni 2000 ditetapkan batas NJOPTKP

maksimum sebesar Rp12 juta per Wajib Pajak dan ditetapkan secara regional.

2. 1. 4. 2. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak.

Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp 12.000.000 –

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Setiap WP memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam Tahun

Pajak (Per WP);

b. Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan

c. Apablia WP mempunyai beberapa objek pajak, maka yang mendapatkan pengurangan

NJOPTKP hanya satu objek pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan

denga objek pajak lainnya


2. 1. 4. 3. Dasar Perhitungan PBB

Dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya NJKP

ditentukan serendah-rendahnya adalah 20% dan setinggi-tinggi nya 100%. Besarnya NJKP

adalah sebagai berikut:

1. Objek pajak perkebunan adalah 40%

2. Objek pajak kehutanan adalah 40%

3. Objek pajak pertambangan adalah 20%

4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):

- Apabila NJOP-nya > Rp 1.000.000.000,00 adalah 40%

- Apabila NJOP-nya < Rp 1.000.000.000,00 adalah 20%

2. 1. 4. 4. Tarif dan Cara Menghitung PBB

Besarnya tarif pajak bumi dan bangunan adalah 0,5%

Untuk menghitung jumlah pajak bumi dan bangunan yang harus dibayarkan setiap Wajib

pajak adalah sebagai berikut:

PBB → TARIF X NJKP

NJKP → (NJOP BUMI + NJOP BANGUNAN) – NJOPTKP

a. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP)

maka besarnya PBB = 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)

= 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)

b. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP)

maka besarnya PBB = 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)

= 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)

2. 1. 4. 5. Tahun Pajak, Saat dan Tempat menentukan Pajak Terutang


Saat yang menentukan pajak terutang menurut Pasal 8 ayat 2 UU PBB adalah keadaan

Objek Pajak pada tanggal 1 Januari. Dengan demikian segala mutasi atau perubahan atas

Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun

berikutnya.

Contoh: A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 1996. Kewajiban PBB Tahun 1996

masih menjadi tanggung jawab A. Sejak Tahun Pajak 1997 kewajiban PBB menjadi

tanggung jawab B. Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada

tahun berikutnya.

Untuk memberitahukan besarnya pajak yang terutang terhadap suatu objek pajak

diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan setiap satu tahun sekali

pada bulan januari oleh KPPBB atau KPP Pratama. SPPT bisa diambil di Kantor Kelurahan atau

langsung di KP-PBB / KPP Pratama di tempat Objek Pajak terletak.

Dasar Penagihan Pajak

Dasar Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

2. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

3. Surat Tagihan Pajak (STP)

Cara Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

1. Tindak pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan apabila pajak yang terutang

sebagaimana tercantum dalam surat tagihan pajak tidak atau kurang dibayar setelah lewat

jatuh tempo pembayaran.

2. Tindak pelaksanaan penagihan sebagaimana diawali dengan pengeluaran surat teguran oleh

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan atau oleh Pejabat yang ditunjuknya setelah

tujuh hari setelah jatuh tempo pembayaran.


3. Dalam hal Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak dalam jangka waktu sebagaimana telah

dilakukan penagihan, selanjutnya dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1959 tentang penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa.

4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan ditunjuk sebagai pejabat yang berwenang

mengeluarkan Surat Paksa.

Jatuh Tempo Pemabayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Kepala kantor pelayanan PBB atau kepala kantor pelayanan pajak dapat melaksanakan

tindakan penagihan PBB apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam STP PBB tidak

atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran. Penerbitan Surat Teguran (ST)

sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera setelah 7 hari sejak saat

jatuh tempo pembayaran. Setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkanya ST, jumlah utang pajak

yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala KP PBB atau Kepala KPP

segera menerbitkan Surat Paksa (SP) Setela lewat waktu 2x24 jam sejak Surat Paksa (SP)

diberitahukan kepada Penanggung Pajak, jumlah utang pajak yang masig harus dibayar tidak

dilunasi oleh Pennaggung Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak segera menerbitkan Surat Perintah

Melksanakan Penyitaan (SPMP) Setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksaan

penyitaan, apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

Penanggung Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak segera melaksanakan Pengumuman Lelang (PL).

Setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal penggumuman lelang, apabila utang pajak dan

biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala Kantor

Pelayanan Pajak segera melaksanakan penjualan baranf sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor

Lelang. Dalam hal dilakukan Penagihan Seketika dan Sekaligus, kepada Penanggung Pajak dapat

diterbitkan SP tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran atau tanpa menunggu lewat

tenggang waktu 21 hari sejak ST diterbitkan.


2. 1. 4. 6. Pendataan Objek Pajak

Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan

mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). Dalam rangka pendataan, WP akan

diberikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak untuk diisi dan dikembalikan kepada Direktorat

Jendral Pajak.

Pendataan objek pajak dilakukan dengan cara antara lain:

1. Penyebaran SPOP; dilakukan pada daerah yang tidak/belum punya peta

2. Identifikasi objek pajak; dilakukan pada daerah yang sudah memiliki peta hingga

mampu menentukan posisi relative objek pajak namun tidak mempunyai data

administrasi PBB hasil pendekatan 3 tahun terakhir secara lengkap

3. Verifikasi objek pajak; dilakukakn pada daerah yang sudah memiliki peta dan sudah

mempunyai data administrasi pembukaan PBB hasil pendekatan 3 tahun terakhir

secara lengkap

4. Pengukuran Bidang objek pajak; dilakukakan pada daerah yang hanya memiliki sket

desa sehingga belum dapat menentukan posisi relative objek pajaknya.

2. 1. 5. Aspek Finansial masyarakat, Hubunganya dengan Kepatuhan Membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Tepat Waktu

2. 1. 5. 1. Faktor Finansial Masyarakat Wajib Pajak

Menurut Rohmat Soemitro (1988.299) : “Masyarakat tidak akan menemui kesulitan dalam

memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih dibawah

penghasilanya yang sebenarnya mereka peroleh secara rutin”. Faktor financial (Penghasilan

pendapatan) merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban.

Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka

akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya tingkat
pendapatan seseorang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan

kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibanya.

Sehubungan dengan itu Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan Wajib Pajak yang

menjadi dasar untuk menghitung pajak penghasilan. Pendapatan kena pajak diatur dalam pasal 6

Undang – undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak Pajak penghasilan sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang – undang nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat atas Undang –

undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Penghasilan kena pajak didapat dengan

menghitung penghasilan bruto dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan , menagih dan

memelihara penghasilan. Apabila dalam menghitung penghasilan bruto setelah dikurangkan dengan

biaya untuk mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan didapat kerugian maka kerugian

tersebut dikompensasikan mulai dengan penghasilan tahun pajak berikutnya sampai dengan

berturut – turut lima tahun.

2. 1. 5. 2. Aspek Kepatuhan Hukum Masyarakat Wajib Pajak Untuk Membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Tepat Waktu

Masyarakat diberikan kewajiban pembayaran yang disebut pajak terhadap negara

sebagai imbalan atas perlindungan dan hak-hak yang diberikan negara terhadap kita.

Dengan pembayaran pajak yang dilakukan dengan baik maka wajib pajak dapat

menghendaki agar negara segera menciptakan kehidupan yang adil makmur lahiriah

batiniah. Negara telah memberikan hasil-hasil pembangunan melalui kegiatan

pemerintahan yang meliputi segala bidang ekonomi, ideologi, politik, sosial, budaya,

pertahanan dan keamanan sehingga kehidupan menjadi maju dan berkembang dalam

suatu negara yang aman dan kuat dan untuk itu masyarakat harus sadar akan kewajiban

terhadap negara, terutama dalam soal pembiayaannya, karena semua hasil pembangunan

harus dibiayai. Salah satu kewajiban masyarakat dalam hal ini ialah sadar dan penuh

tanggung jawab menyerahkan sejumlah uang pajak yang diatur oleh undang – undang.
Dalam Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya

sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat yang

adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, bagi mereka

yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya,

karena mendapat sesuatu hak dan kekuasaan negara, wajar menyerahkan sebagian dari

kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak ( bagian umum UU No 12 Th

1985 ).

Kelancaran pemungutan pajak bumi dan bangunan membutuhkan kepatuhan yang

tinggi dari wajib pajak. Sedangkan pengertian dari kepatuhan mengandung unsur sebagai

berikut :

1. Adanya pengetahuan dan pengertian dari subyek pajak terhadap obyek pajak.

2. Adanya sikap setuju dari subyek.

3. Adanya tindakan perbuatan yang konsisten dengan pengetahuan dan sikap yang telah

dimilikinya

Setelah wajib pajak memiliki tingkat kesadaran pajak, maka secara langsung wajib pajak

tersebut akan mendominasi sikap patuh hukum juga. Dengan begitu tingkat kepatuhan hukum

masyarakat wajib pajak tergantung pada tingkat wajib pajak mengenal kesadaran hukum

terlebih dahulu.

2. 1. 6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tentang Ketepatan Membayar Pajak

1. Pemahaman Wajib Pajak

Pemahaman wajib pajak adalah persepsi wajib pajak terhadap kesederhanaan dan

daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku wajib pajak dan keberhasilan
perpajakan (Suhardito, B. & Sudibyo, B., 2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan

instrumen yang dikembangkan oleh Sulistyorini, E. (2012) dengan indikator sebagai berikut:

a) PBB merupakan sarana atau sumber penapatan daerah.

b) PBB dikenakan pada benda tidak bergerak, sehingga yang dipentingkan

obyeknya.

c) Subyek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau memperoleh manfaat

dari obyek pajak.

d) Sumber dana pembangunan.

2. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak yaitu ketaatan untuk melakukan ketentuan – ketentuan

perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. Selain itu, wajib pajak

paham tentang UU perpajakan mengisi formulir pajak dengan benar, menghitung pajak

dengan jumlah benar dan membayar pajak tepat pada waktunya. Varabel ini diukur dengan

mengggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Novac, N.D. (2010) dengan indikator

sebagai berikut:

a) Wajib pajak paham dan berusaha memahami UU perpajakan.

b) Mengisi formulir pajak dengan benar.

c) Menghitung pajak dengan jumlah benar, dan membayar pajak tepat waktunya.

3. Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Pajak

Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan

manusia untuk memahami suatu objek tertentu yang dapat berwujud barang-barang baik

lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk

ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.


Menurut Carolina & Simanjuntak (2010) pengetahuan pajak adalah: “informasi pajak

yang dapat digunakan Wajib Pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan

untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajibannya dibidang perpajakan”

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa pengetahuan perpajakan dapat

diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh Wajib Pajak mengenai perpajakan, yang

dapat dijadikan sebagai suatu informasi dalam bertindak dan mengambil keputusan

sehubungan dengan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan. Oleh karena itu, seorang

Wajib Pajak atau masyarakat harus memiliki pengetahuan arti pajak, baik yang diperoleh dari

media cetak dan media elektronik, mengetahui dan memahami pentingnya membayar pajak,

mengetahui sistem perpajakan di Indonesia, memahami dan memiliki kemampuan

menghitung besaran nilai pajak, serta mengetahui undang-undang perpajakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan adalah

kemampuan seorang Wajib Pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif

pajak berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang akan

berguna bagi kehidupan mereka.

Selanjutnya Ruppert (dalam Kertajaya, 2007) menerangkan bahwa ada tiga cara

seseorang untuk mendapatkan informasi sebagai sumber pengetahuan antara lain:

1. Pengetahuan diperoleh melalui belajar. Seseorang memperoleh pengetahuan melalui

sebuah proses belajar dengan didampingi seorang atau beberapa orang pengajar.

2. Pengetahuan diperoleh melalui alat dan teknologi. Seseorang memperoleh

pengetahuan melalui media-media sumber informasi seperti media cetak dan

elektronik.

3. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan perasaan. Seseorang yang

mengalami proses perjalanan dalam hidupnya memiliki informasi lebih luas


dibandingkan dengan orang lainnya. Hal ini terjadi karena proses perjalanan yang

dijalani berbeda-beda.

2. 2. Penelitian Sebelumnya

1. Sumarja dan Nurmayani (2005)

Berdasarkan hasil analisi data dan penelitian Sumarja dan Nurmayani menyatakan

hubungan kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat terdapat hubungan yang

positif antara kepatuhan hukum masyarakat wajib pajak dengan kepatuhan dalam

pembayaran pajak bumi dan bangunan tepat waktu. Kesimpulan lainnya menyatakan bahwa

tingkat kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB di desa Sukabumi

Kecamatan Suka Rame Kotamadya Bandar Lampung dikategorikan cukup tinggi. Kesadaran

dan kepatuhan hukum masyarakat ini didorong oleh tingkat pendidikan formal dan tingkat

pendapat masyarakat yang pada umumnya sudah cukup memadai.

2. Vina Lestari (2005)

Dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Tingkat Kepatuhan Pelaporan dan

Penyetoran SPT Wajib Pajak Badan Pada KPP Setiabudi I, diketahui bahwa 80% Wajib

Pajak yang sudah mengetahui kelengkapan dalam pengisian SPT, dan 20% Wajib Pajak

belum mengetahui dalam melampirkan SPT yang lengkap. Tingkat kepatuhan SPT masa PPh

Pasal 25 selama Tahun 2004 rata-rata hanya sebesar 25% sampai 29%. Tingkat kepatuhan

pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2003 dan 2004 masih kurang baik dilihat dari

penerimaan SPT pada tahun 2003 hanya 34%, sedangkan pada tahun 2004 sebesar 32%

cenderung menurun, itu dikarenakan adanya Wajib Pajak Efektif yang kemudian menjadi

Wajib Pajak Non Efektif, yang dikarenakan satu hal, misalnya usaha Wajib Pajak mengalami

kemunduran sehingga Wajib Pajak tidak dapat membayar kewajiban perpajakannya.


3. Nugroho (2006)

Dipenelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian ini pada variabel bebas yang

digunakan yaitu sanksi denda dan kesadaran perpajakan serta variabel terikat yaitu kepatuhan

wajib pajak. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebas pelayanan fiskus dan lokasi

penelitianya.

2. 3. Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan sumber negara yang bersifat memaksa bagi wajib pajak yang

memiliki Nomer Pokok Wajib Pajak. Salah satu sumber negara paling penting berasal dari

penerimaan pembayaran wajib pajak terhadap pajak bumi dan bangunan yang akan

dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana lingkungan dan bangunan

dibumi ini. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang dua(2) aspek yang membawa pengaruh

dalam membayar pajak bumi dan bangunan tepat waktu, yaitu kesadaran hukum masyarakat

dan kepatuhan hukum masyarkat. Jika dua aspek ini mampu dipenuhi dengan baik dan

didukung oleh pengetahuan perpajakan yang baik pula, maka akan terjadi penurunan tingkat

keterlambatan masyarakat dalam membayar PBB dan penurunan tingkat rendahnya

kesadaran dan patuh hukum masyarakat sehingga negara dapat merasakan hasil positif dari

semua wajib pajak yang membayar PBB tepat waktunya.


2. 4. Perumusan Hipotesa

2. 4. 1. Pengaruh Faktor Financial Masyarakat terhadap ketepatan Pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan Tepat Waktu

Penghasilam ekonomi masyarakat terhadap pembayaran pajak bumi dan bangunan

dapat dilihat dari indikator tentang pendidikan formalnya. Membayar kewajiban pajak bumi

dan bangunan secara tepat waktu, maka kesadaran hukum masyarakat agar rela memberikan

kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan telah dijalankan dengan baik. Hipotesa

yang diajukan :

HO : Faktor Financial masyarakat mempunyai pengaruh terhadap ketepatan pembayaran

pajak bumi dan bangunan tepat waktu.


2. 4. 2. Pengaruh Faktor Kepatuhan Hukum Masyarakat terhadap Pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan Tepat Waktu

Masyarakat yang dikategorikan patuh jika pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan setelah wajib pajak menerima Surat Pemberitahuan

Pajak Terhutang. Tepat waktu adalah ketepatan waktu membayar pajak dalam jangka waktu

tertentu yaitu dalam masa tersebut. Hipotesa yang diajukan :

HO : Faktor kepatuhan hukum masyarakat mempunyai pengaruh terhadap pembayaran

Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu

2. 4. 3. Pengaruh Kedua Faktor Tersebut Secara Bersamaan Terhadap Ketepatan

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Tepat Waktu

Kedua faktor tersebut secara bersamaan Bagi Pemerintah Masyarakat Luas adalah

paham pada peraturan yang berlaku. Pemerintah menggunakan pemberlakuan terhadap wajib

pajak bumi dan bangunan agar membayarkan kewajibannya tepat waktu. Dengan faktor

ekonomi (penghasilan pendapatan wp) dan kepatuhan hukum masyarakat, maka masyarakat

akan dapat menjalankan pemberlakuan peraturan pemerintah tersebut dengan sebaik-baiknya

agar pajak dapat dibayarkan dengan tepat waktu. Hipotesa yang diajukan :

HO : Kedua faktor tersebut secara bersamaan mempunyai pengaruh dalam membayar

pajak bumi dan bangunan tepat waktu.


BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan mencari

pengetahuan tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Penelitian ini menggunakan deskriptif atau

gambaran secara terperinci tentang kesadaran, kepatuhan, dan kedisiplinan dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan. Tekhnik yang digunakan adalah mengumpulkan data, data-data

ini berupa data primer dari penyebaran kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah menggambaran

faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan. Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Kabupaten

Bogor . Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik random sampling, diambil

dari 5 kecamatan yang ada di kabupaten bogor diantaranya kecamatan cibinong, kecamatan

ciomas, kecamatan tamansari, kecamatan rancar bungur dan kecamatan leuwisadeng.

3. 2. Operasionalisasi Variabel

Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah Finansial Masyarakat dan

Kepatuhan Hukum Masyarakat. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Ketepatan

Membayar Pajak. Sedangkan Finansial Masyarakat dan Kepatuhan Hukum Masyarakat

sebagai variabel independen. Ringkasan definisi operasional dari masing – masing variabel

dapat dilihat pada tabel 3.1. Tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas.


Tabel 3.1

Ringkasan definisi Operasional

No Variabel Definisi Variabel Indikator Pengukuran Instrumen dan

Variabel Skala

Pengukuran

Variabel

1 Variabel Faktor Finansial - Pengaruh Skala Ordinal

Independen : ( Penghasilan Finansial

Finansial Pendapatan) terhadap

Masyarakat (X1) merupakan hal Ketepatan

yang sangat Membayar

fundamental dalam Pajak

hal melaksanakan - Minat perilaku

kewajiban. - Pengalaman

2 Kepatuhan Sebagai keinginan - Tindakan Skala Ordinal

Hukum yang ditunjukan perbuatan yang

Masyarakat (X2) dalam tingkatan konsisten

bagaimana wajib dengan

pajak mengenal pengetahuan

kesadaran terlebih dan sikap yang

dahulu dimilikinya

- Adanya sikap

setuju dari

subyek
- Adanya

pengetahuan

dan pengertian

dari subyek

pajak terhadap

obyek pajak

3 VARIABEL Keinginan yang - Sikap wajib Skala Ordinal

DEPENDEN. ditunjukan oleh pajak dalam

Ketepatan wajib pajak untuk ketepatan

Membayar Pajak melakukan proses membayar

(Y1) organisasional yang pajak

dalam hal ini - Kesadaran

adalah membayar dalam

pajak. membayar

pajak

3. 3 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak PBB pada Kabupaten Bogor

dan diambil dari 5 kecamatan yang ada di kabupaten bogor diantaranya kecamatan

cibinong, kecamatan ciomas, kecamatan tamansari, kecamatan rancar bungur dan

kecamatan leuwisadeng. Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian

ini adalah secara random sampling, dimana sampel penelitian ini adalah yang

memenuhi kriteria tertentu yang dikehendaki peneliti dan kemudian dipilih berdasarkan

pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :


1. Sampel terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang diperiksa dan tidak

diperiksa

2. Sampel terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang tepat waktu dan tidak

tepat waktu dalam melaporkan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

N
n
1  N  e2
n= Sample

N=Populasi

e2=error

150
n
1  150  0.12
n = 60 sample

Jadi sample yang digunakan adalah 60 wajb pajak di Kabupaten Bogor.

3. 4. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini terdapat jenis dan sumber data yang akan digunakan. Jenis

Data dari variabel penelitian yang digunakan dalam peneitian adalah kuisioner.

Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer.

1.Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli. Data primer

dapat berupa opini subjek secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap

suatu benda, kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media

perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
3. 5. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan

dengan cara melakukan penelitian langsung ke Kabupaten Bogor. Data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini meliputi data tahun pajak 2007 – 2010.

Melakukan teknik pengumpulan data dengan cara:

1. Observasi:

Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono ( 2011:203 ) mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang komplek,suatu proses yan tersusun dari

berbagai proses biologi dan psikologis.

Menurut Prof. Heru mengatakan bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan

dilakukan secara sistematis,terencana,terarah,pada suatu tujuan dengan mengamati dan

mencakup fenomena satu atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian hasil pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Jadi pengertian observasi adalah suatu proses yang komplek yang disengaja dan dilakukan

secara sistematis terencana,terarah,pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencakup

fenomena satu atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan penelitian.

2. Kuesioner:

Metode pengumpulan data primer yang dipakai adalah dengan metode angket

(kuesioner). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden melalui

penyebaran kuesioner kepada wajib pajak yang Membayar pajak bumi dan bangunan.

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden dengan
mendatangi langsung Kantor Dinas Penerimaan Pajak Daerah Bogor. Setiap responden akan

diberi satu set kuesioner disertai dengan surat permohonan pengisian kuesioner.

Sejumlah pertanyaan diajukan kepada responden dan kemudian responden

diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Untuk mengukur pendapat mereka

digunakan skala lima angka yaitu mulai angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan

angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Perincian adalah sebagai berikut.

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

Angka 3 = Ragu – Ragu (RR)

Angka 4 = Setuju (S)

Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

Sebelum daftar pertanyaan diajukan kepada seluruh responden penelitian,

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas daftar pertanyaan ( uji kuesioner) dengan

sampel 15 responden. Tujuan pengujian daftar pertanyaan adalah untuk menghasilkan daftar

pertanyaaang yang reliabel dan valid sehingga dapat secara tepat digunakan untuk

menyimpulkan hipotsesi. Suatu angket dikatakan reliabel jika mempunyai nilai Cronbach

Alpha diatas 0.6.

3. 6. Pengujian Asumsi-asumsi Model Regresi

3.6.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi. Data

residual berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang data penelitianya berdistribusi

normal merupakan model regresi yang baik. Uji statisyik yang dilakukan untuk mengetahui

apakah data residual berdistribusi normal atau tidak adalah Uji Statistik Non-Parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-Stest). Apabila nilai probabilitas signifikanya (Asimp. Sig (2-

tailed)) lebih besar dari 0.05 maka data berdistribusi normal. Sedabgkan, apbila nilai
probabilitas signifikanya (Asimp. Sig (2-tailed)) lebih kecil dari 0.05 maka data tidak

berdistribusi normal.

3.6.2 Uji Outlier

Apabila data tidak berdistribusi normal, maka uji outlier dapat digunakan untuk

mengusahakan agar data menjadi berdistribusi normal. Cara yang digunakan adalah

menghilangkan data yang menyimpang atau ekstrim karena berbeda jauh dari observasi-

observasi lainya dalam populasi. Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan

menentukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai outlier yaitu dengan cara

mengkonversi nilai data ke dalam skor standardized atau yang biasa disebut z-score, yang

nilai rata-ratanya (means) sama dengan nol dan standard deviasi sama dengan satu. Uji

outlier dapat dilakukan dengan nilai z anatar -3 atau 3.

3.6.3 Uji Autikolerasi

Autokorelasi adalah korelasi antara nilai kesalahan penggangu pada periode lalu (t-1)

dengan nilai kesalahan pengganggu pada periode sekarang (t). Timbulnya autokorelasi dapat

menyebabkan proyeksi menjadi tidak efisien sehingga model regresi yang baik adalah yang

tidakterjadi autokorelasi.

Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya masalag autokorelasi dalam suatu observasi

dalah dengan melakukan pengujian Durbin-Watson. Jika hasil statistik Durbin-Watson

bernilai 2, maka r akan bernilai 0, yang berarti bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi

dalam model regresi. Sedangkan jika hasil statistik Durbin-Watson bernilai 0, maka r akan

bernilai 1, hal ini berarti bahwa terdapat masalah autokorelasi positif dalam model regresi.

Dan jika hasil statistik Durbin-Watson bernilai 4, maka r akan bernilai -1, hal ini berarti

bahwa terdapat masalah autokorelasi negatif dalam model regresi. Salah satu cara mengatasi
apabila terdapat masalah autokorelasi yait dengan menambah variabek bebas lainya yang

penting dalam model penelitian.

3.6.4. Uji Heteroskedasititas

Satu hal yang penting dalam sebuah model regresi adalah kesalahan penggangy (u)

dimana kesalahan pengganggu dalam suatu fungsi regresi haruslah bersifat homoskedastik

terjadi jika semua kesalahan pengganggu meiliki varians yang sama atau distribusi varians

dari semua kesalahan pengganggu adalah sama. Jika semua kesalahan pengganggu tidak

memiliki kesamaan varians maka model regresi tersebut memilki masalah

heteroskedastisitas. Model regresi dikatakan baik apabila tiak terjadi heteroskedastisitas.

Uji statistik yng digunakan dalam penelitian ni untuk mendetaksi ada atau tidak gejala

heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji no-grafik yakni dengan melihat hasil Uji

Glejser. Apbila nilai signifikansi yang terdapat pada tabel anova dari hasil pengujian nilainya

lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5% maka dapat disimpulkan

bahwa pada variable tersebut terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan, apabila nilai signifikansi

yang terdapat pada tabel anova dari hasil pengujian nilainya lebih besar dari nilai signifikansi

yang digunakan yaitu sebesar 5% maka dapat disimpulkan bahwa pada variabek tersebut

tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.5. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi/hubungan antar

variabel independen yang digunakan dalam sebuah oenelitian. Uji multkolinearitas bertujuan

untuk mengkaji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen atau tidak. Model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi multikolinearitas.
Untuk mengetahui apakah terdapat multikolinearitas atau tidak, dapat menggunakan

Analisis Koefisien Korelasi Matriks. Indikator untuk menentukan adanya multikolinearitas

atau tidak adalah dengan melihat dari nilai Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor

(VIF). Apabila nilai TOL kurang dari 0,1 dan VIF diatas 10, maka terjadi multikolinearitas.

Sedangkan, apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF dibawah 10, maka tidak terjadi

multikolinearitas.

3. 7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,

karena data yang diambil dan digunakan adalah data primer. Dengan menggunakan analisis

kualitatif diharapkan juga data agar lebih akurat. Metode ini digunakan untuk membuat

kesimpulan apakah variabel independen yang di uji berpengaruh terhadap variabel

independennya.

3.7.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran-ukuran

penting dalam penelitian ini, seperti nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai

standard deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum. Dengan statistik deskriptif, dapat

diketahui gambaran karakteristik, dan kewajaran data observasi yang digunakan , untuk

masing-masing variabel, sehingga dapat diketahui outlier dalam penelitian.

3.7.2. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah model

regresi berganda (multiple Regression Model), yaitu metode yang digunakan untuk menguji

apakah dalam model penelitian terdapat pengaruh variabel independen terhadap pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dimana jumlah variabel independen yang

digunakan dalam penelitian adalah lebih dari satu. Persamaanregresi uang digunakan adalah :

Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ei

Dimana :

Y = Ketepatan membayar pajak

a = Konstanta

X1 = Faktor finansial masyarakat

X2 = Kepatuhan hukum masyarakat

X3 = Ketepatan membayar pajak bumi dan bangunan

dan bangunan.

ei = Standard error

Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda dengan tingkat probabilitas

yang digunakan sebesar 0.05 (a=0.05). Dalam uji hipotesis, terdapat bebrapa hal yang

diperhatikan yaitu:

3.7.2.1. Uji R Square

Uji R square digunakan untuk mengukur seberapa kuat korelasi/hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen di dalam sebuah model regresi. Jangkauan

dari nilai R square adalah diantara nol (0) sampai dengan satu (1). Jika nilai dari R square

adalah mendekati satu (1), maka korelasi antara varaiebl independen dengan variabel

dependen adalah kuat sehingga model ini baik digunakan dalam penelitian sebaliknya.

Sedangkan, jika nilai dari R square mendekati nol (0), maka korelasi diantara variabel

independen dan variabel dependen lemah sehingga model ini kurang baik digunakan dalam

penelitian.
3.7.2.2. Uji Adjusted R Square

Uji Adjusted R Square digunakan untuk melihat besarnya persentase variasi variabel

dependen yang dapat dijelaskan oleh vairasi independen sisanya yang tidak dapat dijelaskan

merupakan bagian dari variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model. Nilai Adjusted

R Square adalah antar nol (0) sampai dengan satu (1). Jika nilai dari Adjusted R Square

mendekati nol (0), maka variabel independen memiliki kemampuan terbatas dalam

menjelaskan variasi dari nilai variabel dependennya. Sedangkan , jika nilai Adjusted R

Square yang mendekati satu (1), maka variabel- variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.7.2.3. Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah odel penelitian fit atau tidak fit.

Kriteria yang digunakan untuk menetukan apakah model yang digunakan dalam penelitian fit

atau tidak adalah dengan melihat dari nilai signifikan di dalam tabel ANOVA. Penelitian ini

menggunakan nilai signifikansi 0,05 sehingga Jika angka signifikan lebih kecil dari 0.05,

maka dapat disimpulkan model yang digunakan adalah fit dan layak digunakan dalam

penilitan. Jika angka signifikan lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model

yang digunakan adalah tifak fit dan tidak layak digunakan dalam penelitian.

3.7.2.4. Uji Statistik t

Uji statistik fdilakukan untuk menentukan variabel independen yang digunakan dalam

penelitian berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalampengujian ini dilakukan hipotesis

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang terdiri dari Hipotsesi nol (Ho) dan

Hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis yang telah dibuat adalah sebagai berikut :
H0 : Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Variabel nilai dari signifikan (Sig) lebih kecil sama dengan 0,05, maka H0 tidak dapat

diterima, yang berarti variabel independen yang digunakan dalam penelitan berpengaruh

terhadap variabel dependen akan tetapi tanda dan besaran dari koefisien meiliki arti dalam

membuat keputusan. Sedangkan, apabila nilai dari signifikan (Sig) lebih besar dari 0,05,

maka H0 tidak dapat ditolak, yang berarti variabel independen yang digunakan dalam

penelitian tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah dan Latar Belakang

Dinas Pendapatan Daerah adalah Penggalian dan peningkatan pendapatan daerah merupakan

salah satu tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam upaya penyelenggaraan otonomi

daerah secara efektif dan efisien. Pajak ini di lakukan Gunanya untuk membiayai rumah tangga

pemerintah daerah dan tercantum dalam Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

pencapaian sasaran yang telah diterapkan. Dispenda memiliki peran yang strategis, yakni di satu sisi

merupakan pengelolaan pajak daerah, di sisi lain merupakan koordinator pendapatan daerah yang ikut

bertanggung jawab atas kebrhasilan penerimaan pendapatan daerah secara keseluruhan. Berdasarkan

Perda No.8 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah,

tugas poko Dinas Pendapatan Daerah adalah membantu Bupati dalam melaksanakan urusan

Pemerintah Daerah berdasarkan atas otonomi di Bidang Pendapatan Daerah.

4.1.2 Visi dan Misi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Bogor

1. Visi

Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Pendapatan Daerah yang Akuntabel dengan

Berorientasi pada Pelayanan Prima.


2. Misi

a. Meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan pendapatan

c. Meningkatkan kualitas dan kinerja sumber daya aparatur dan organisasi.

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak.

e. Meningkatkan koordinasi, pengendalian dan pengawasan.

3. Tujuan

a. Meningktakan Penerimaan Pendapatan Daerah.

b. Mewujudkan Pelayanan Prima.

c. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Aparatur dan Organisasi.

d. Meningkatkan Pemhaman pada Masyrakat Tentang Arti Penting Pembayaran Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah Bagi Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat.

e. Meningkatkan Peran dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Sebagai Koordinator di

Bidang Pendapatan Daerah.

4. Sasaran

a. Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Daerah, dengan Indikator tingkat kenaikan

penerimaan pendapatan daerah setiap tahun.

b. Terwujudnya pelayanan prima, dengan indicator meningkatnya transparansi, kecepatan,

kemudahan, kenyamanan pelayanan terhadap wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah

di Kabupaten Bogor.

c. Terwujudnya standar operasional prosedur pelayanan, dengan indikator terpenuhinya

kejelasan tentang sistem dan prosedur, sarana pokok dan penunjang yang memadai.
d. Tersedianya dukungan management dan anggaran, dengan indikator terpenuhinya

kebutuhan operasional dan anggaran blenja Dinas.

e. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia dan kinerja kelembagaan, dengan indikator

meningkatnya kompetensi pegawai dibidang pendapatan daerah.

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Bogor

1. Tugas Pokok Dinas Pendapatan Daerah Bogor : Menyelenggarakan pemungutan pendapatan

daerah dan mengadakan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan, serta

pengendalian pemungutan pendapatan daerah.

2. Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Bogor :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan .

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan daerah.

d. Pengkoordinasiaan pelaksanaan pemungutan dana perimbangan.

e. Pemberian izin tertentu di bidang pendapatan daerah.

f. Evaluasi, pemantauan dan pengendalian pungutan pendapatan daerah.

g. Pengelolaan dukungan teknis dan administrasi.

h.Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan suku dinas dan unit pelayanan pajak kendaraan

bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.


4.1.4 Struktur Oragnisasi Dinas Pendapatan Daerah Bogor.

1) Kepala Dinas

2) Sekretariat

a. Kasubag. Umum dan Perencanaan.

b. Kasubag. Kepegawaian.

c. Kasubag. Keuangan.

3) Bidang PAD dan Dana Perimbangan

a. Kepala Seksi Pajak Daerah.

b. Kepala Seksi Retribusi Daerah dan Benda Berharga.

c. Kepala Seksi Dana Perimbangan.

4) Bidang Perencanaan Pendapatan

a. Kepala Seksi Perencanaan Pendapatan.

b. Kepala Seksi Intensifikasi dan Ekstensifikasi.

c. Kepala Seksi Pembukuan Pelaporan.

5) Bidang PBB dan BPHTB

a. Kepala Seksi Pendataan Penilaian dan Penetapan Atas PBB dan

BPHTB.
b. Kepala Seksi Penagihan dan Pelayanan PBB dan BPHTB.

c. Kepala Seksi Data dan Informasi PBB dan BPHTB.

6) Bidang Evaluasi Pengawasan dan Konsultasi

a. Kepala Seksi Seksi Pengawasan Evaluasi dan Kebijakan

Pendapatan Daerah.

b. Kepala Seksi Konsultasi Keberatan dan Banding.

c. Kepala Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan.

4.1.5 Deskripsi Identitas Sampel atau Responden Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan yang dikumpulkan

dengan cara mengirimkan kuesioner kepada responden. Data kuesioner tersebut disebarkan

kepada Wajib Pajak di Dinas Pendapatan Daerah Bogor. Responden yang dapat menjadi

subyek penelitian berkaitan dengan partisipasinya dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60

wajib pajak yang mempengaruhi ketepatan membayar pajak. Pada penelitian kali ini hasil

kuesioner akan difokuskan pada wajib pajak yang mempengaruhi ketepatan membayar pajak

pada wajib pajak dikabupaten bogor. Dari hasil kuesioner ini menunjukan partisipasi

responden dalam mengisi daftar pertanyaan yang dibagikan dan mengembalikanya sebesar 60

kuesioner. Tingkat pengembalian dari keseluruhan kuesioner yang dikirim berjumlah 150

kuesioner dan data tersebut seluruhnya dapat dianalisis.

Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang mempengaruhi ketepatan

membayar pajak. Deskripsi profil responden terdiri dari usia, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik hasil kuesioner yang diperoleh terdiri dari 3 variable

dapat dilihat dari table dibawah ini:


Tabel 4.1.5

Perilaku Wajib Pajak

Finansial

Indikator Kategori Kuesioner SS S RR TS STS

Finansial Pertanyaan 1 23.3% 50.0% 20.0% 6.7% 0.0%

Pertanyaan 2 16.7% 50.0% 20.0% 8.3% 5.0%

Pertanyaan 3 18.3% 41.7% 36.7% 3.3% 0.0%

Pertanyaan 4 0.0% 5.0% 18.3% 56.7% 20.0%

Pertanyaan 5 0.0% 5.0% 23.3% 45.0% 26.7%

Pertanyaan 6 0.0% 5.0% 21.7% 50.0% 23.3%

Pertanyaan 7 25.0% 45.0% 30.0% 0.0% 0.0%

Kepatuhan

Pertanyaan 1 33.3% 43.3% 16.7% 6.7% 0.0%

Pertanyaan 2 18.3% 41.7% 35.0% 5.0% 0.0%

Pertanyaan 3 21.7% 61.7% 15.0% 1.7% 0.0%

Pertanyaan 4 35.0% 45.0% 16.7% 3.3% 0.0%

Pertanyaan 5 30.0% 40.0% 25.0% 5.0% 0.0%

Pertanyaan 6 40.0% 38.3% 15.0% 6.7% 0.0%

Pertanyaan 7 30.0% 50.0% 18.3% 1.7% 0.0%

Ketepatan Membayar Pajak

Pertanyaan 1 35.0% 31.7% 31.7% 1.7% 0.0%

Pertanyaan 2 30.0% 28.3% 36.7% 3.3% 1.7%

Pertanyaan 3 20.0% 30.0% 36.7% 13.3% 0.0%


Pertanyaan 4 21.7% 31.7% 46.7% 0.0% 0.0%

Pertanyaan 5 23.3% 40.0% 31.7% 5.0% 0.0%

Pertanyaan 6 25.0% 38.3% 26.7% 10.0% 0.0%

Tabel 4.1.5 menggambarkan responden dalam mengisi kuesioner yang terdiri dari 60 orang

responden, dengan perincian setiap variable dalam menyangkut Pengaruh Financial Masyarakat,

Kepatuhan Hukum Masyarakat, dan Ketepatan Membayar Pajak.

Perilaku wajib pajak yang terdiri dari 3 indikator yaitu yang pertama pengaruh finansial masyarakat

yang terdiri dari 7 pertanyaan. Pertanyaan pertama penulis mendapatkan hasil sebesar 50% yang

setuju, pertanyaan kedua dengan hasil 50% yang setuju, pertanyaan ketiga dengan hasil 41,7% yang

setuju, pertanyaan keempat dengan hasil 5.0% yang setuju, pertanyaan kelima dengan hasil 5.0% yang

setuju, pertanyaan keenam dengan hasil 5.0% yang setuju dan pertanyaan ketujuh dengan hasil 45%

yang setuju.

Indikator yang kedua kepatuhan hukum masyrakat yang terdiri dari 7 pertanyaan. Pertanyaan

pertama peneliti mendapatkan hasil 43,3% yang setuju, pertanyaan kedua mendapatkan hasil 41,7%

yang setuju, pertanyaan ketiga mendapatkan hasil 61,7% yang setuju, pertanyaan keempat

mendapatkan hasil 45% yang setuju, pertanyaan kelima

mendapatkan hasil 40% yang setuju, pertanyaan keenam mendapatkan hasil 38,3% yang setuju dan

pertanyaan ketujuh mendapatkan hasil 50% yang setuju.

Indikator ketiga ketepatan membayar pajak yang terdiri dari 6 pertanyaan. Pertanyaan

pertama peneliti mendapatkan hasil 31,7% yang setuju, pertanyaan kedua mendapatkan hasil

28,3% yang setuju, pertanyaan ketiga mendapatkan hasil 30% yang setuju, pertanyaan

keempat mendapatkan hasil 31,7% yang setuju, pertanyaan kelima mendapatkan hasil 40%

yang setuju dan pertanyaan keenam mendapatkan hasil 38,3% yang setuju.
4.1.6 Statistik Deskriptif

Tabel 4.1.6 menggambarkan statistik deskriptif finansial masyarakat, kepatuhan hukum pajak variable

independen. Sedangkan Ketepatan membayar pajak sebagai variable dependen.

Tabel 4.1.6

Statistik deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ketepatan Membayar pajak 60 2.50 5.00 3.7889 .62952

Finansial 60 2.86 5.00 3.8595 .57354

Kepatuhan 60 2.86 5.00 4.0095 .56465

Valid N (listwise) 60

Statisik deskriptif dari varibel – variable yang digunakan dalam penelitian ini dapat terlihat di

table 4.3. Pada table 4.3 dapat dilihat bahwa variable Ketepatan Membayar Pajak dengan jumlah data

(N) sebanyak 60 mempunyai nilai rata- rata 3.7889 dengan nilai minimal yaitu 2.50 dan maksimal

yaitu 5.00. Variabel Finansial masyarakat dengan jumlah data (N) sebanyak 60 mempunyai nilai rata-

rata 3.8595 dengan nilai minimal yaitu 2.86 dan maksimal 5.00. Variabel Kepatuhan hukum dengan

jumlah data (N) sebanyak 60 mempunyai nilai rata- rata 4.0095 dengan nilai minimal yaitu 2.86 dan

maksimal 5.00.
4.2 Analisis Data

4.2.1 Uji Validitas

Pengertian validitas menurut sekaran (2003;206-207) adalah “suatu instrument penelitian

dapat dikatakan valid bilamana instrument tersebut dapat mengukur variable yang diteliti secara tepat

atau dengan kata lain ada kecocokan diantara apa yang diukur dengan tujuan pengukuran”.

Adapun cara mengkorelasikan anatar nilai yang diperoleh pada masing- masing item

pertanyaan dengan nilai totak individu. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.2.1 berikut.

Tabel 4.2.1

Hasil pengujian validitas

Variabel/Indikator Korelasi P-Value r-tabel Keterangan

Finansial

1 0,540** 0,000 0,254 Valid

2 0,633** 0,000 0,254 Valid

3 0,745** 0,000 0,254 Valid

4 0,750** 0,000 0,254 Valid

5 0,758** 0,000 0,254 Valid

6 0,799** 0,000 0,254 Valid

7 0,623** 0,000 0,254 Valid

Kepatuhan

1 0,665** 0,000 0,254 Valid

2 0,659** 0,000 0,254 Valid

3 0,620** 0,000 0,254 Valid

4 0,701** 0,000 0,254 Valid

5 0,744** 0,000 0,254 Valid

6 0,771** 0,000 0,254 Valid


7 0,679** 0,000 0,254 Valid

Variabel/Indikator Korelasi P-Value r-tabel Keterangan

Ketepatan Membayar
pajak

1 0.629** 0,000 0,254 Valid

2 0.772** 0,000 0,254 Valid

3 0.648** 0,000 0,254 Valid

4 0.712** 0,000 0,254 Valid

5 0.752** 0,000 0,254 Valid

6 0.699** 0,000 0,254 Valid

Tabel 4.2.1 menunjukan semua variable dinyatakan valid karena indicator- indicator pada

variable yang digunakan dalam penelitian ini semuanya memiliki nilai P-value yang lebih kecil dari

0.05 atau memiliki R hitung (nilai korelasi) yang lebih besar dari R tabel (DF=60 – 2 = 58) sebesar

0.254 dan dikatakan valid.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini pengujian reabilitas hanya dilakukan terhadap 60 responden. Pengambilan

keputusan berdasarkan nilai aplpha maka pertanyaan variable tersebut reliable. Pernyataan dalam item

ini pada uji reabilitas dinyatakan valid. Pengertian reabilitas menunjukan pada pengertian apakah

sebuah instrument dapat mengukur suatu ukuran secara konsisten dari waktu ke waktu. Untuk

mengukur reabilitas instrument, dalam penelitian ini menggunakan formulasi KR-20 (kuder dan

Richardson). Hal ini sesuai dengan pendapat Friendberg yang menyatakan, bahwa formula KR-20

dapat digunakan pada setiap bentuk tes yang menggunakan skor dikhotomi (Fridenberg, 1995:198)
dalam Purwoto dan Wahyuni, 2009:127-131. Selain KR-20, kita juga dapat menggunakan formulasi

KR-21, Spearman brown, Flanagan, Rulon, Hoyt. Sedangkan bila skala yang digunakan merupakan

skala bukan dikotonomi digunakan formulasi Alpha Cronbach. Adapun hasil dari pengujian reabilitas

dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Hasil Uji Reabilitas

Variabel Nilai Alpha Keterangan


Finansial 0,813 Reliabel
Kepatuhan 0,818 Reliabel
Ketepatan Membayar pajak 0,792 Reliabel

Berdasarkan table 4.2 menunjukan bahwa variabel Finansial, Kepatuhan, dan Ketepatan

membayar pajak dinyatakan reliable, karena nilai Alpha Cronbach menunjukan lebih besar dari 0,7.

4.2.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

4.2.3.1 Uji Multikolineritas

Multikolineritas berarti adanya hubungan linear yang sempurna, diantara beberapa atau semua

variabel yang menjelaskan data model regresi. Istilah Multikolineritas berkenaan dengan terdapatnya

lebih dari satu hubungan linear pasti, dan istilah kolinearitas dengan derajatnya satu hubungan linear.

Multikolinearitas yaitu ada hubungan linier yang pasti antara peubah- peubah bebasnya.

Untuk mengetahui ada tidaknya masalah Multikolinearitas dapat mempergunakan nilai VIF (

Variance Inflation Factory). Menurut Hair, dkk (1998:45) dalam Purwanto dan Wahyuni, 2009: 127-

131, jika nilai VIF masih kurang dari 10 maka disimpulkan tidak terjadi Multikolinearitas. Hasil uji

multikolinearitas dapat dilihar pada table 4.2.3 berikut..


Gambar 4.2.3
Gambar 4.2.4

Grafik pada gambar 4.2.3 dan 4.2.4 menunjukan semua data berdistribusi normal. Hal ini

dibuktikan dengan garis normalitas ditunjukan dengan titik- titik yang tidak jauh dari garis

diagonalnya.

4.2.3.2 Uji Multikolineritas

Multikolineritas berarti adanya hubungan linear yang sempurna, diantara beberapa atau semua

variabel yang menjelaskan data model regresi. Istilah Multikolineritas berkenaan dengan terdapatnya

lebih dari satu hubungan linear pasti, dan istilah kolinearitas dengan derajatnya satu hubungan linear.

Multikolinearitas yaitu ada hubungan linier yang pasti antara peubah- peubah bebasnya.

Untuk mengetahui ada tidaknya masalah Multikolinearitas dapat mempergunakan nilai VIF (

Variance Inflation Factory). Menurut Hair, dkk (1998:45) dalam Purwanto dan Wahyuni, 2009: 127-
131, jika nilai VIF masih kurang dari 10 maka disimpulkan tidak terjadi Multikolinearitas. Hasil uji

multikolinearitas dapat dilihar pada table 4.2.5 berikut.

Tabel 4.2.5

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Finansial .859 1.165

Kepatuhan .859 1.165

a. Dependent Variable: Ketepatan Membayar Pajak

Berdasarkan table 4.2.5 dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak memiliki masalah

multikolinearitas karena dari data diatas menunjukan nilai VIF untuk Finansial dan Kepatuhan hukum

masyarakat lebih kecil dari 5, yaitu sebesar 1.165.

4.2.3.3 Uji Homoskedastisitas

Untuk menguji ada tidaknya kesamaan varians dari satu oengamtan ke pengamatan yang lain.

Untuk menguji hal ini digunakan scatterplot, dimana sumbu X adalah nilai- nilai prediksi ZRESID =

Regression Standardized Predicted Value dengan sumbu Y adalah nilai yaitu ZRESID = Regression

Standardized Predicted Value. Bila grafik yang diperoleh menunjukan adanya pola tertentu yang

dihasilkan oleh titik- titik yang ada maka dikatan terjadi heteroskedastisitas, namun tidak membentuk

pola tertentu maka dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Homoskedastisitas dapat

dilihat pada table 4.2.6 berikut.


Tabel 4.2.6

Berdasarkan tabel 4.2.6 dapat disimpulkan bahwa regresi ini tidak memiliki masalah

heteroskedastisitas karena dari grafik terlihat titik sebaran menyebar tidak membentuk pola.

4.2.4 Uji Kelayakan Model

Hasil analisis regresi berganda didapatkan keofisien korelasi berganda ( R ) sebesar 0.695

dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,483 atau 48,3%. Hasil uji Regresi dapat dilihat pada table

4.2.4 berikut.
Tabel 4.2.4

Model Summary

Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

.695a
d
i

1 .483 .465 .46037


m
e
n
s
i
o
n
0

a. Predictors: (Constant), Kepatuhan, Finansial

Berdasarkan hasil estimasi regresi pada table 4.12 nilai F regresi sebesar 26.660 dengan

signifikan si sebesar 0.0000,

Tabel 4.2.5

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 11.301 2 5.650 26.660 .000a

Residual 12.081 57 .212

Total 23.381 59

a. Predictors: (Constant), Kepatuhan, Finansial

b. Dependent Variable: Ketepatan Membayar Pajak

Adapun koefisien –koefisien regresinya seperti yang dapat ditujukan pada table 4.2.6 berikut ini.

Tabel 4.2.6

Koefisien- koefisien hasil perhitungan analisis regresi berganda

Coefficientsa

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta

1 (Constant) .270 .504 .536 .594

Finansial .230 .113 .209 2.036 .046

Kepatuhan .657 .115 .589 5.733 .000

a. Dependent Variable: Ketepatan Membayar Pajak

Dari table 4.2.6 diatas, didapat persamaan regresi berganda berganda berikut :

Y = 0.270 + 0.230X1 + 0.657X2

Berikut adalah penjelasan dari persamaan regresi berganda yang terbentuk :

1. Finansial memiliki nilai t sebesar 2,036, nilai koefisien b sebesar (0,230), dan tingkat

signifikan sebesar 0.001. hal ini menandakan bahwa koeifisien variabel (X1) Finansial

masyarakat memiliki pengaruh positif sebesar 0.594 terhadap kualitas (Y) tetapi dengan

tingkatan signifikan sebesar 0.046. Artinya Ketepatan membayar pajak berpengaruh positive

terhadap Ketepatan membayar pajak karena tingkat signifikannya positive dibawah nilai

signifikan 0.05.

2. Kepatuhan hukum memiliki nilai t sebesar 5.733, nilai koefisien b 0.657, dan tingkat

signifikan sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa koefisien variable (X2) kepatuhan

hukum masyrakat memiliki pengaruh positif (searah) terhadap ketepatan membayar pajak (Y)

dengan tingkat signifikan 0.000. Artinya semakin tinggi kepatuhan hukum masyrakat maka

semakin tinggi tingkat Ketepatan membayar pajak.

3. Konstanta sebesar (0,270) berarti bahwa wajib pajak tetap dapat mempengaruhi ketepatan

membayar pajak sebesar konstanta meskipun variable independenya bebas 0.270.


4.2.4.1 Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan analisis regresi linier yaitu analisis yang

digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Finansial masyarakat dan Kepatuhan hukum

masyarakat sebagai variable independen terhadap ketepatan membayar pajak sebagai variable

dependen untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh Finansial masyarakat dan Kepatuhan hukum

masyarakat secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap ketepatan membayar

digunakan pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F dan parsial dengan uji T.

4.2.4.2 Hasil Uji t (Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui perngaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat yaitu antara Finansial Masyarakat terhadap Membayar pajak Bumi dan Bangunan, dan

Kepatuhan hukum masyarakat terhadap Membayar pajak Bumi dan Bangunan. Dari hasil penelitian,

didapatkan bahwa koefisien regresi, nilai t dan signifikansi secara parsial dapat dilihat pada table 4.2.7

berikut.

Tabel 4.2.7

Keofisien regresi secara parsial dan uji signifikasi

Coefficientsa

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Sig.

B Std. Error Beta t

1 (Constant) .270 .504 .536 .594

Finansial .230 .113 .209 2.036 .046

Kepatuhan .657 .115 .589 5.733 .000

a. Dependent Variable: Ketepatan Membayar pajak


Uji masing masing dapat dilihat pada table 4.2.7 yaitu pada nilai t dengan nilai df = n-k-l =

60-2-1 = 57 maka nilai table diperoleh yaitu 2,036. Pada table 4.14 nilai Finansial 0.046 < 0.05 maka

Ho ditolak berarti secara parsial Finansial berpengaruh terhadap ketepatan membayar pajak,

sedangkan nilai Kepatuhan 0.000 < 0.05 maka Ho ditolak secara parsial Kepatuhan berpengaruh

terhadap Membayar Pajak bumi dan bangunan.

4.2.2.4 Hasil uji f (Simultan)

Uji f digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel bebas

terhadap variabel terikat, yaitu dengan membandingkan f table dengan tingkat kepercayaan 95% dan

signifikan 0.05. dari hasil analisis dapat dilihat padatable 4.2.8 berikut.
Tabel 4.2.8

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 11.301 2 5.650 26.660 .000a

Residual 12.081 57 .212

Total 23.381 59

a. Predictors: (Constant), Kepatuhan, Finansial

b. Dependent Variable: Ketepatan Membayar pajak

Berdasarkan table 4.2.8 diperoleh F hitungan sebesar 26.660 dengan menggunakan tingkat

keyakinan 95% dan tingkat signifikan 0.05. Hasil diperoleh untuk F table sebesar 2.030 ( lihat table

pada lampiran ). Maka Ho ditolak artinya Finansial dan Kepatuhan secara bersama- sama berpengaruh

terhadap Ketepatan membayar pajak.

4.3 Interpretasi Hasil

Hipotesis pertama yang akan diuji pada penelitian yaitu bahwa Faktor Financial berpengaruh

Signifikan dan bersifat positif terhadap Ketepatan membayar pajak. Berdasarkan hasil uji t yang telah

dijelaskan bahwa variabel Financial bersifat positif dengan koefisien regresi sebesar 0,230. Hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi Financial yang dimiliki masyarakat maka akan semakin tinggi

pula tingkat Ketepatan membayar pajak.

Hipotesis kedua yang akan diuji pada penelitian ini bahwa Kepatuhan Hukum berpengaruh

signifikan dan bersifat positif terhadap Ketepatan membayar pajak. Berdasarkan hasil uji t yang telah

dijelaskan bahwa variabel Kepatuhan Hukum bersifat posotif dengan koefisien regresi sebesar 0,657.

Hal ini menunjukan bahwa semakin besar Kepatuhan Hukum yang dimiliki oleh masyarakat maka

semakin tinggi pula tingkat ketepatan membayar pajak.


Hipotesis terakhir yang diuji pada penelitian ini yaitu bahwa Financial dan Kepatuhan Hukum

secara simultan berpengaruh terhadap Ketepatan Membayara Pajak. Berdasarkan hasil uji F yang

telah dijelaskan bahwa Variabel Financial dan Kepatuhan Hukum terhadap Ketepatan Membayar

Pajak dengan nilai signifikansi 0,0000. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi Financial dan

Kepatuhan Hukum maka akan semakin meningkat pula Kualitas ketepatan membayar pajak sebesar

26,660 pada F tabel.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis variabel Finansial, Kepatuhan mempunyai hasil yang signifikan

mempengaruhi ketepatan membayar pajak. Variabel Finansial berpengaruh positif terhadap ketepatan

membayar pajak, sedangkan variabel Kepatuhan memberikan pengaruh negatif terhadap ketepatan

membayar pajak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa Kepatuhan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap ketepatan membayar pajak. Jika Kepatuhan semakin tinggi maka ketepatan

membayar pajak akan semakin tinggi. Dan tingkat Finansial mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap ketepatan membayar pajak.

Jika tingkat finanasial semakin tinggi maka Ketepatan membayar pajak akan semakin tinggi juga.

Variabel Kepatuhan berpengaruh terhadap ketepatan membayar pajak dapat dilihat nilai sig

0.000 (lebih kecil dari 0.05). hal ini berarti bahwa ketepatan membayar pajak dapat dicapai jika

Kepatuhan yang baik. Kepatuhan yang baik tersebut terdiri dari tiga yaitu membayar pajak, minat

perilaku dan pengalaman. Wajib pajak sebagai ujung tombak pelaksanaan pembayaran pajak harus

senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan dapat maksimal diterapkan.

Variabel Finansial berpengaruh terhadap ketepatan membayar pajak dapat dilihat nilai sig

0.46 (lebih kecil dari 0.05). Hal ini berarti bahwa Ketepatan membayar pajak dapat dicapai jika

Finansial yang baik. Finansial tersebut terdiri dari tingkat pendapatan seseorang yang baik, tingkat
pendidikan formalnya dan kesadaran hukum yang baik. Finansial harus ditingkatkan agara dapat

memaksimalkan membayar pajak.

Hasil pengujian ini menunjukan bahwa Kepatuhan hukum dan Finansial mempunyai

pengaruh terhadap Ketepatan membayar pajak, dapat dilihat dari sig 0.000 (lebih kecil dari 0.05).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kepatuhan Hukum dan Finansial secara simultan berpengaruh

terhadap ketepatan membayar pajak.

Berdasarkan hasil analisis daya diketahui bahwa variabel Kepatuhan hukum, Finansial

signifikan mempengaruhi Ketepatan membayar pajak. Variabel Kepatuhan Hukum berpengaruh

positif terhadap ketepatan membayar pajak, dan Variabel Finansial perngaruh positif terhadap

ketepatan membayar Pajak.


BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada Faktor – faktor Yang

Memperngaruhi Ketepatan Membayar Pajak pada Wajib Pajak di Kabupaten Bogor. Maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis variabel Pengaruh Financial Masyarakat mempunyai hasil

yang signifikan mempengaruhi Ketepatan Membayar Pajak. Variabel Pengaruh

Financial Masyarakat berpengaruh positif terhadap Ketepatan Membayar Pajak,

sedangkan variabel Financial Masyarakat memberikan pengaruh negatif terhadap

Ketepatan Membayar Pajak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa

Pengaruh Financial Masyarakat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Ketepatan Membayar Pajak. Jika tingkat Financial Masyarakat semakin tinggi maka

Ketepatan Membayar Pajak juga akan semakin tinggi.

2. Variabel Kepatuhan Hukum Masyarakat berpengaruh terhadap Ketepatan Membayar

Pajak dilihat nilai sig 0.000 (lebih kecil dari 0.05). hal ini berarti bahwa Ketepatan

Membayar Pajak dapat dicapai jika Kepatuhan Hukum Masyarakat yang baik. Wajib

Pajak sebagai ujung tombak pelaksanaan pembayaran pajak memang harus senantiasa

meningkatkan pegetahuan tentang kepatuhan hukum yang telah dimiliki agar

penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Penerapan maksimal

tentunya akan sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman yang dimiliki.


3. Pengaruh kedua Faktor tersebut secara bersamaan dalam ketepatan membayar pajak

dapat dilihat dari hasil penelitian, bahwa Tingkat Financial Masyarakat dan

Kepatuhan Hukum Masyarakat telah berjalan secara efektif. Kemudian dari hasil

penelitian tingkat Financial Masyarakat dan Kepatuhan Hukum Masyarakat Sudah

mempunyai hasil yang signifikan yang mempunyai pengaruh yang besar dalam

ketepatan membayar pajak tepat waktu.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan

pengembangan dalam studi-studi selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan penelitian ini

adalah.

1. Penelitian ini terbatas pada objek penelitian wajib pajak, sehingga dimungkinkan

adanya perbedaan hasil, pembahasan ataupun kesimpulan untuk objek penelitian

yang berbeda.

2. Pengukuran wajib pajak yaitu yang melakukan pembayaran pajak baik yang telat

bayar dengan yang tepat waktu sangat sulit dimintai keterangan dan tanggapan

untuk membayar pajaknya.


5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka rekomendasi yang dapat

digunakan untuk perbaikan dan peningkatan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagi Direktorat Jendral Pajak (DJP)

Diharapkan dapat mensosialisasikan Ketepatan Membayar Pajak dengan menyeluruh

dan mewajibkan Wajib Pajak untuk dapat patuh dan menjalankan aturan – aturan

dalam pembayaran pajak dengan baik

2. Wajib Pajak.

Diharapkan supaya sebagai wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak dengan

tepat waktu, efisiensi waktu dan menaati semua aturan- aturan yang telah dibuat. Agar

kendala dan hambatan yang telah ada dapat diminimalisir yaitu dengan kemampuan

sumber daya manusi (SDM) seperti peningkatan kualitas dan kuantitas kepatuhan

wajib pajak.

3. Bagi Kalangan Peneliti

Perlu adanya lagi penelitian terhadap Ketepatan Membayar Pajak pada beberapa

tahun mendatang dan menambah jangkauan penelitian yang lebih luas untuk

mengetahui perubahan Wajib Pajak terhadap Ketepatan Membayar pajak.

.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Vina (2005). Analisa tingkat kepatuhan pelaporan dan penyetoran SPT wajib Pajak
Badan pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu, Jurnal Skripsi FE-Perbanas, Jakarta.

Nugroho Jatmiko, Agus. (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib pajak
(Studi empiris terhadap wajib pajak orang pribadi di Kota Semarang). Tesis Magister
Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Resmi, Siti. (2004). Buku Perpajakan. Edisi 4. Jakarta: Salemba empat.

.................., (2004). Buku Perpajakan. Edisi 5. Jakarta: Salemba empat.

Gasperz, Vincent. (1991). Teknik Penarikan Contoh untuk Penelitian Survei. Bandung:
Tarsito.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Tambuhan, Sumihar Petrus. (2003). Surat Pemberitahuan Pajak. Jakarta: Kharisma.

Tjahjono, A.,Husein, F.& Muhammad. (2005). Perpajakan. Yogyakarta: YKPN.

Suandy, Erly (2005). Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan. Edisi 6. Jakarta: Salemba empat.

Sumarja., Nurmayani. (2005) Penelitian hubungan kesadaran hukum dan kepatuhan hukum
terhadap kepatuhan hukum masyarakat wajib pajak dengan kepatuhan dengan
pembayaran pajak PBB tepat waktu. Jakarta: Salemba Empat.

Waluyo. (2003). Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2011. Tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja dinas
pendapatan daerah.

Peraturan daerah Nomor 10 tahun 2001 tentang PBB-P2.

Undang-Undang 12 tahun 1985. Tentang manfaat bumi dan kekayaan alam yang tergantung
didalamnya wajar menyerahkan sebagian dari kenikmatan kepada negara melalui pajak.

Undang-Undang 36 tahun 2008. Tentang perubahan pajak penghasilan.

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994.

Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 pasal 6. Pajak penghasilan.

Undang-Undang PBB Nomor 12 tahun 1985.

Anda mungkin juga menyukai