Oleh
TRI WIDODO SANTOSO
NIM 1111000132
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
TRI WIDODO SANTOSO
NIM 1111000132
PERSETUJUAN
Oleh
Nama : Tri Widodo Santoso
Nim : 1111000132
Program Studi : Akuntansi
PENGESAHAN
Hari : .....................
Tanggal : .....................
Waktu : .....................
Oleh
Anggota : ......................................................................
Anggota : ......................................................................
Mengetahui
PERNYATAAAN
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
Penyusun,
Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan
hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan
skripsi ini merupakan hasil plagiat atas penjiplakan terhadapat karya orang lain, maka
saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sangsi berdasarkan aturan
tata tertib di ABFI Institute Perbanas.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat efektivitas
penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa serta menganalisis besarnya
kontribusi penagihan pajak dengan menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa di
KPP Pratama Jakarta Matraman. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang bersifat deskriptif yang cenderung
menggunakan analisis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
data sekunder, yaitu data yang diperoleh merupakan data olahan dari instansi yang
bersangkutan dan data-data yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian berasal
dari artikel, jurnal, dan sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini menunjukan bahwa penagihan pajak dengan surat teguran
dan surat paksa KPP Pratama Jakarta Matraman pada tahun 2014-2015 tergolong tidak
efektif, hal ini bisa terjadi karena masih kurangnya kesadaran wajib pajak dalam
melunasi utang pajaknya, atau bisa juga disebabkan keterlambatan dalam hal penagihan
dan kurangnya informasi yang didapat untuk melakukan penagihan. Kontribusi
penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa di KPP Pratama Jakarta
Matraman pada tahun 2014-2015 tergolong sangat kurang, hal ini bisa disebabkan
karena tidak sampainya surat teguran ke wajib pajak, rendahnya kesadaran wajib pajak,
kurang aktifnya jurusita pajak, dll.
Kata Kunci: Efektivitas dan kontribusi penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat
Paksa.
ABSTRACT
Tri Widodo Santoso. “The Effectivness of Tax Collection Using a Warning Letter
and Distress Warrant Against Tax Revenue In Tax Office Pratama Jakarta
Matraman the year 2014-2015”, Essay. Jakarta: ABFII Institute Perbanas Jakarta
September 2016
The purpose of this research is to analyze the difference of the effectiveness of tax
collection by the warning letter and distress warant and also to analyze the contribution
of the tax collection using warning letter and distress warant in tax office Pratama
Jakarta Matraman. The method used by the researchers is a qualitative method. The
qualitative method is a method that tends to use descriptive analysis. The data used in
this study using secondary data, ie data obtained is processed the data from the agencies
concerned and the data used to support the research came from articles, journals, and
other sources associated with this research. The results obtained from this research
showed that the tax collection with a warning letter and distress warant in Tax Office
Pratama Jakarta Matraman in 2014-2015 relatively ineffective, it can happen because of
lack of awareness of taxpayers to settle tax debts, or it could be due to delays in billing
terms and the lack of information obtained to do the billing. Contributions for tax
collection with a warning letter and distress warant on Tax Office Pratama Jakarta
Matraman in 2014-2015 relatively very less, this could be because it is not the arrival of
a letter of reprimand to the taxpayer, the taxpayer's low awareness, lack of active bailiff
taxes, etc.
Keywords: Effectiveness and the contribution of tax collection by the Warning Letter
and Distress Warant.
KATA PENGANTAR
Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Pada KPP
Pratama Jakarta Matraman Pada Tahun 2014-2015” dengan baik dan lancar.
materi maupun penulisan yang jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
selalu menantikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat
penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang selama
ini telah membimbing dan mendampingi penulis selama penyelesaian studi antara
lain:
tak terhingga karena berkat doa dan restu mereka, penulis dapat
i
2. Bapak Didit Haryanto, S.E., MSM. selaku dosen pembimbing yang
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, Rektor Institute Perbanas
Jakarta.
Institute Perbanas.
ini.
ii
10. Kepada teman cocomeo yang setia menemani di kampus dan
akhir ini.
11. Kepada teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa bersama
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
HIPOTESIS
iv
2.1.1. Definisi Pajak........................................................................................... 11
2.1.11. Efektivitas............................................................................................... 21
v
2.1.13.4. Penerbittan Surat Teguran........................................................ 31
vi
BAB III METODE PENELITIAN
vii
4.3.1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak....................................................... 62
4.3.3. Pencarian Tunggakan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa....... 66
viii
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan……………......................................................................................... 78
5.3. Saran...........……………..................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA…………….............................................................................. 83
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.3. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Matraman.. 62
Tabel 4.8. Pencairan Tunggakan Pajak Dari Surat Teguran di KPP Pratama Jakarta
Tabel 4.9. Pencairan Tunggakan Pajak Dari Surat Paksa di KPP Pratama Jakarta
x
Tabel 4.10. Pencairan Tunggakan Pajak Dengan Surat Teguran dan Terhadap
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Matraman.. 58
xii
BAB I
PENDAHULUAN
satu sumber penerimaan terbesar suatu negara. Dari tahun ketahun terlihat bahwa
membutuhkan dana yang sangat besar, dimana dana tersebut berasal dari dalam
dan luar negeri. Akan tetapi penerimaan dana diusahakan bertumpu pada
APBN. Hal ini terlihat dari adanya kenaikan penerimaan pajak dari tahun ke
tahun. Penerimaan dari sektor pajak ini merupakan penyumbang APBN terbesar
dari total penerimaan negara, sehingga dapat dikatakan bahwa pajak memegang
peranan yang sangat vital dalam pembiayaan pembangunan nasional. Berikut ini
1
2
Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2011-2015 menurut Badan Pusat Statistik
tahun 2013, dan pada tahun 2014 sebesar Rp1.550.490.000.000.000,00, dan tahun
penerimaan pajak yaitu Self assessment system yang artinya pemungutan pajak
besarnya pajak yang harus dibayar (B Ilyas, 2012). Sedangkan menurut Resmi
(2011) dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus" yaitu sistem pemungutan pajak
yang memberikan wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak
berlaku.
atau mungkin ketidak tahuan para Wajib Pajak atas kewajiban perpajakannya.
pemerintah kepada Wajib Pajak, maka agar self assessment system ini berjalan
upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan Wajib Pajak
perpajaknnya dari segi formal dan material. Misalnya kepatuhan dalam hal waktu
pembayaran pajak.
pajak terus bertambah dari setiap tahun. Oleh karena itu, untuk mencegah hal
melalui kegiatan penagihan pajak baik secara pasif maupun aktif (Pasaleng,
Tindakan penagihan pajak yang selama ini dilaksanakan dan didasari oleh
No.19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa guna
dapat dilakukan dengan baik apabila masyarakat sadar akan tanggung jawabnya.
Dalam hubungan itu maka pemerintah menjatuhkan sanksi bagi mereka yang lalai
Penagihan tunggakan pajak penghasilan dengan surat teguran dan surat paksa
pada KPP Pratama manado berdasarkan pengujian dengan formula efektivitas dan
dengan surat teguran dan surat paksa terhadap penerimaan pajak penghasilan di
Menurut Evi, Rika dan Icha (2013) Pada umumnya wajib pajak kurang
patuh, ini terlihat terus meningkatnya surat paksa tiap tahun. Dan Berdasarkan
hasil uji membuktikan bahwa penagihan pajak dengan surat paksa mempunyai
Bandung Cibeuying.
Jakarta Matraman?
Matraman?
Matraman.
7
1.5.Manfaat Penetilian
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi referensi atau
Dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak” di
Sebagai bahan informasi penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atau hasil kinerja sehingga dapat
9
10
kemakmuran rakyat”.
sebagai berikut:
pemerintah.
dari pemerintah.
yaitu:
pengeluaran-pengeluarannya.
oleh wajib pajak atau pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain. Berbagai
pemungutnya.
1. Menurut Golongannya
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan
adalah pajak yang harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak yang
13
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung
jasa.
2. Menurut Sifatnya
dua, yaitu:
tempat tinggal”.
pajak subjektif dan pajak objektif. Pajak subjektif adalah pajak yang
negara pada umumnya. Contohnya adalah PPh, PPN, PPn BM, dll.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
Menurut Mardiasmo (2011), ada 4 (empat) macam jenis tarif pajak yaitu:
b. Tarif tetap, yaitu tarif berupa jumlah yang tetap terhadap jumlah yang
c. Tarif progresif, yaitu tarif presentase yang digunakan semakin besar bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contohnya adalah tarif PPh.
d. Tarif Degresif, yaitu presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila
a. Asas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak deikenakan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
b. Asas Certainly
Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang,
c. Asas Convenience
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
d. Asas Economy
sebagai berikut:
pertimbangan Pajak.
Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
maupun warganya.
3(tiga) yaitu:
18
a. Ajaran Materiil
b. Ajaran Formil
Menurut Resmi (2011) utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi
sendiri oleh wajib pajak ke kantor penerima pajak (bank-bank Presepsi dan
kantor pos).
2. Kompensasi
3. Daluwarsa
Daluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka
waktu tertentu, suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya maka
ditagih lagi.
Kewajiban pajak oleh wajib pajak tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus
lagi memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena wajib pajak
pembayaran pajak;
dikelompokkan menjadi:
a. Perlawanan pasif
baik.
b. Perlawanan Aktif
melanggar Undang-undang.
perpajakannya.
2.1.11 Efektivitas
mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang dianggarkan.
Efektivitas hanya melihat apakah suatu program mempunyai sasaran yang jelas
22
dan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam setiap kegiatan operasional
tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
tanggal jatuh tempo pembayaran, tanpa didahului surat teguran, sebelum jangka
waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak surat teguran diterbitkan atau sebelum
pajak yang tertunda. Oleh sebab itu, seksi penagihan sangat diperlukan oleh
tertunda.
hukum baik bagi wajib pajak maupun aparatur pajaknya. Menurut Kurniawan
(2011).
23
STP adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak atau
adalah, sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut STP
2007:
kurang dibayar.
harus dibayar.
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan (dalam surat ketetapan pajak
pajak, apabila ditmukan data baru (novum) dan/atau data yang semula
terutang.
f. Pemutusan Banding
Banding.
Proses penagihan pajak menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (2010).
2x24 Jam
14 Hari 14 Hari
Pelaksanaan Pengumuman SPMP
lelang Lelang Penyitaan
Penagihan Penagihan
pajak
diberitahukan kepada
dilunasi
85/PMK.03/2010
Surat Teguran diterbitkan apabila wajib pajak belum juga melunasi hutang
pajak seburan setelah diterbitkannya surat ketetapan pajak. Surat Teguran atau
Surat Peringatan ini dimaksudkan untuk menegur wajib pajak untuk melunasi
hutang pajaknya.
secara khusus dalam satu bagian tersendiri, tetapi hanya merupakan bagian dari
bab mengenai Surat Paksa, seperti yang diatur dalam pasal 8 ayat (1) huruf a dan
ayat (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 yang telah diubah dengan
apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah
diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis”.
Sedangkan ayat (2)-nya menyatakan “Surat Teguran, Surat Peringatan, atau surat
lain yang sejenis diterbitkan apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang
Teguran, Surat peringatan, atau Surat lain yang sejenis merupakan awal tindakan
pajak berikutnya yaitu penyampaian Surat Paksa dan sebagainya. Sesuai pasal 8
ayat (2) Undang-Undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP), Surat
Teguran / Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis diterbitkan apabila
penganggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh
Surat Paksa (PPSP) menyebutkan bahwa Surat Teguran, Surat peringatan atau
surat lain yang sejenis adalah Surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur
Dalam buku KUP oleh Suhartono dan B. Ilyas (2010) Penentuan tanggal
jatuh tempo dalam penerbitan Surat Teguran sangat penting karena tanggal jatuh
tempo menunjukkan timbulnya utang pajak dan juga mulai timbulnya wewenang
pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu
2. Bagi Wajib Pajak usah kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu sesuai
3. Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (SPT PBB) harus dilunasi
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterima oleh Wajib
Pajak.
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali dalam Bea atas Perolehan Hak
atas Tanah dan / atau Bangunan, yang menyebabkan jumlah Bea yang
harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
5. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak
Surat Pajak. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah
surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada
dalam hal wajib pajak tidak melunasi jumlah pajaknya masih dibayar dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, pajak yang masih harus dibayar tersebut
ditagih dengan terlebih dahulu menerbitkan surat teguran. Surat teguran tersebut
DJP.
1. Secara Langsung
3. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman
surat.
33
Paksa, surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan surat paksa,
Lelang, Jasa penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
Wajib Pajak
gugatan.
penagihan pajak;
nilai barang yang diumumkan tidak melalui media massa dalam rangka
efisiensi;
penagihan pajak.
angka 12 UU Penagihan Pajak, Surat Teguran, Surat Paksa adalah surat perintah
keuangan. Dalam hal penagihan pajak yang dilakukan adalah penagihan pajak
36
pusat, maka Menteri Keuangan yang menuntuk Pejabat untuk penagihan pajak
pusat misalnya Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk Wajib Pajak yang terdaftar
di wilayah kerjanya.
Penanggung pajak agar melakukan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan
dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam. Dan kepada Jurusita
milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak apabila dalam waktu 2x24 jam Surat Paksa
ini tidak dipenuhi Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Surat Paksa berdasarkan
atau
surat paksa harus dinyatakan dengan cara dibacakan di depan Penanggung Pajak,
dan salinan Surat Pksa tersebut diserahkan kepada Penanggung Pajak. Tata cara
ini sama seperti tata cara penyampaian putusan Hakim pengadilan yang memiliki
kedudukan hukum yang sama dengan grosse akta, yaitu putusan pengadilan
membacakan isi Surat Paksa dan kedua belah pihak menandatangani Berita Acara
Surat Paksa diserahkan kepada Penanggung Pajak, sedangkan asli Surat Paksa
Menurut pasal 8 ayat (1) UU Penagihan Pajak Dengan Surat Pajak (PPSP)
diterbitkan apabila:
1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh
Surat Paksa harus dinyatakan dengan cara dibacakan di depan Penanggung Pajak,
dan Salinan Surat Paksa tersebut diserahkan kepada Penanggung Pajak. Tata cara
ini sana seperti tata cara penyampaian putusan Hakim Pengadilan yang memiliki
kedudukan hukum yang sama dengan grosse akta, yaitu putusan pengadilan
38
membacakan isi Surat paksa dan kedua belah pihak menandatangani Berita Acara
Surat paksa diserahkan kepada Penanggung Pajak, sedangkan asli Surat Paksa
yang memungkinkan.
c. Salah seorang ahli waris atau pelaksanaan wasiat atau yang mengurus
d. Para ahli waris apabila penanggung pajak yang telah meninggla dunia
2. Kepada Badan
atau likuidator.
6. Putusan Banding
Pajak dan Surat Ketetapan Pajak diterbitkan, dan dalam hal Wajib Pajak
tidak langsung;
diatas.
Dengan Surat Paksa” yang disebut jurusita pajak adalah pelaksana tindakan
Tugas ini diatur dalam pasal 6 UU No 19/2000 yang antara lain jurusita
e. Terjadi penyitaan atas barang Penaggung Pajak oleh pihak ketiga atau
Tata cara pemberitahuan Surat Paksa diatur dalam pasal 10 ayat (1)
UU PPSP yaitu pemberitahuan Surat Paksa dilakukan oeh juru sita dengan
3. Melaksanakan Penyitaan
42
4. Melaksanakan Penyanderaan
pencairan tunggakan pajak antara lain melakukan pembayaran surat setoran pajak
termasuk didalamnya salah setor dan lebih bayar, dan pengurangan atau
Siapa yang digolongkan sebagai Wajib Pajak adalah orang pribadi atau
badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
perundang-undangan perpajakan.
Tabel 2.1
di bawah 60%.
penerimaan pajak
Manado berdasarkan
membuktikan bahwa
pajak.
Cibeuying.
46
pajak yang tidak memenuhi kewajibannya, yaitu membayar pajak, padahal pajak
sendiri merupakan sumber dana yang begitu penting, karena pajak bermanfaat
untuk membangun dan membiayai sarana publik, yang digunakan oleh rakyat.
penerimaan pajak. Sejak saat itu Indonesia menganut sistem perpajakan self
assessment system. Sangat berbeda dari masa sebelumnya, mulai saat itu Wajib
ini sangat ditentukan oleh sukarela wajib pajak dan pengawasan yang optimal dari
pajaknya sendiri. Pajak yang disetor oleh Wajib pajak tersebut dianggap benar,
sebagai akibat dari tidak dilunasinya tunggakan pajak yang semestinya, sehingga
memaksa. Salah satu tindakan penagihan pajak akibat dari hutang pajak yaitu
memaksa, diharapkan para wajib pajak yang belum atau tidak membayar
tindakan penagihan pajak dengan mengelurkan surat teguran, dan apabila wajib
pajak tidak memenuhi kewajiban kewajibannya, maka fiskus dapat bertindak lebih
dengan jumlah nominal yang hampir sama dengan potensi pencairan tunggakan
pajak, maka penagihan pajak dengan surat paksa tersebut efektif. Dengan
pembangunan nasional.
48
Realisasi
Tunggakan Penagihan Pajak Penagihan Pajak pencairan
Pajak dengan surat dengan surat paksa tunggakan
teguran Pajak
Sumber: Penulis
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Untuk mendapatkan data yang lebih
data dari buku yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas. Penulis juga
Jl. Matraman Raya No.43, Matraman, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus
49
50
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio yaitu data
yang dapat dilakukan perhitungan aritmatika dan menggunakan jarak yang sama,
berupa angka-angka. Dalam penelitian ini, data rasio yang dikumpulkan berupa
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
sekunder, yaitu data yang diperoleh merupakan data olahan dari instansi yang
berasal dari artikel, literatur, dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian. Penulis juga menggunakan
berkaitan dengan penagihan pajak oleh jurusita pajak di KPP Pratama Matraman
ini, peneliti menggunakan dua rasio. Rasio yang digunakan yaitu rasio efektifitas
� ℎ� �� � �
%
� ℎ � �
� ℎ� �� � �
%
� ℎ � �
52
Untuk surat teguran dan surat paksa, keduanya dapat disebut efektif
Tabel 3.1
Presentase Kriteria
90-100% Efektif
Dari tabel diatas menunjukan bahwa apabila presentase yang dicapai lebih
dari 100 persen berarti sangat efektif dan apabila presentase kurang dari 60 persen
Pajak
dari penerimaan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh KPP, maka digunakan
analisis rasio penerimaan tunggakan pajak. Dengan menggunakan rasio ini, dapat
53
� �� �
���� = %
� �
Pajak. Semakin besar RPTP maka semakin besar pula kontribusi tunggakan pajak
Tabel 3.2
Presentase Kriteria
diatas 50 persen berarti sangat baik dan presentase yang dicapai kurang dari 10
tugasnya adalah:
Pelayanan Pajak.
56
57
Pelaksana.
tersebut.
58
Gambar 4.1
Kanwil DJP
Jakarta Timur
KPP Pratama
Jakarta Matraman
MULDIRWAN ZEN
Seksi Penagihan
RAHMADI SEHAT
Data Penelitian ini didapat dari Ibu Yuniza Wulandari Yuriski selaku
pelaksana seksi penagihan KPP Pratama Jakarta Matraman berupa: Surat Teguran
dan Surat Paksa yang diterbitkan dan nilai nominalnya atas tunggakan penerimaan
59
pajak tahun 2014-2015, dan pencairan tunggakan pajak dari Surat Teguran dan
ini, peneliti menggunakan dua rasio. Rasio yang digunakan yaitu rasio efektifitas
� ℎ� �� � �
%
� ℎ � �
� ℎ� �� � �
%
� ℎ � �
60
Untuk surat teguran dan surat paksa, keduanya dapat disebut efektif
Tabel 4.1
Presentase Kriteria
90-100% Efektif
Dari tabel diatas menunjukan bahwa apabila presentase yang dicapai lebih
dari 100 persen berarti sangat efektif dan apabila presentase kurang dari 60 persen
Pajak
dari penerimaan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh KPP, maka digunakan
analisis rasio penerimaan tunggakan pajak. Dengan menggunakan rasio ini, dapat
61
� �� �
���� = %
� �
Pajak. Semakin besar RPTP maka semakin besar pula kontribusi tunggakan pajak
Tabel 4.2
Presentase Kriteria
diatas 50 persen berarti sangat baik dan presentase yang dicapai kurang dari 10
Berikut adalah tabel target dan realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama
Jakarta Matraman:
Tabel 4.3
Dalam (RP)
Tahun Target Realisasi Presentase
Dari data diatas dapat dilihat bahwa penerimaan pajak tidak pernah
mencapai target yang telah ditetapkan, tetapi jumlah presentase target dan realisasi
pada tahun ke 2014 ke tahun 2015 meningkat. Hal ini dapat dilihat dari presentase
tahun 2014 sebesar 75% yang hanya terealisasi dan meningkat di tahun 2015
sebesar 81% dari target yang telah ditetapkan KPP Pratama Jakarta Matraman.
63
menyampaikan Surat Teguran kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajak dan
membiayai penagihannya.
Tabel 4.4
Dalam (RP)
Dari tabel diatas, penagihan pajak dengan surat teguran pada umumnya
mengalami peningkatan baik dari jumlah lembar surat teguran dan nilai nominal
Penagihan surat teguran pada tahun 2014 sebanyak 822 lembar dengan
berarti ada kenaikan jumlah lembar penagihan surat teguran sebanyak 644 lembar
Jika dilihat memang dalam nilai nominal dan jumlah lembar yang
diterbitkan mengalami kenaikan dari tahun 2014 ke tahun 2015. Dengan selisih
kenaikan jumlah lembar sebesar 644 lembar dan jumlah nominal sebesar
Rp38.898.833.070,00.
sekaligus.
penyampaian Surat Teguran yang dikirim melalui jas POS sering tidak
5. Wajib Pajak sudah tidak tidak melakukan usaha atau bangkrut sehingga
Surat Paksa merupakan tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak
dengan menyampaikan Surat Paksa kepada wajib pajak untuk melunasi utang
Tabel 4.5
Dalam (RP)
dengan surat paksa pada tahun 2014 sebanyak 256 lembar dengan nilai nominal
lembar penagihan surat paksa sebanyak 361 lembar dan dilihat dari jumlah
66
sedikit yang melakukan penagihan surat paksa ditahun 2014 dibandingkan tahun
2015.
penyampaian Surat Teguran yang dikirim melalui jas POS sering tidak
3. Wajib Pajak sudah tidak tidak melakukan usaha atau bangkrut sehingga
pajaknya.
Dari tabel 4.4 dan 4.5, terlihat lebih banyak yang melakukan penagihan
pajak dengan surat teguran dibandingkan penagihan pajak dengan surat paksa.
4.3.3 Pencairan Tunggakan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa
pajak yang dimiliki oleh wajib pajak. Dengan pencairan tunggakan pajak, maka
67
sehingga membantu pencapaian target penerimaan negara yang berasal dari pajak.
Tabel 4.6
Dalam (Rp)
Penurunan tersebut bisa terjadi karena kinerja fiskus di KPP Pratama Jakarta
Matraman belum maksimal, hal ini bisa disebabkan karena masih banyaknya
wajib pajak yang belum sadar akan kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak tidak
mengakui atau keberatan dengan adanya tunggakan pajak tersebut, Wajib Pajak
ada Wajib Pajak yang tidak mampu melunasi tunggakan pajaknya sekaligus.
68
tunggakan pajak yang dimiliki oleh wajib pajak atau penanggung pajak. Dengan
Tabel 4.7
Dalam (RP)
pada umumnya mengalami peningkatan baik dari jumlah lembar surat paksa
hal ini dapat dilihat penerimaan tunggakan pajak dari surat paksa pada tahun 2014
Peningkatan ini dapat disebabkan karena banyak wajib pajak mulai timbulnya
tunggakan pajak, takut dilakukan penyitaan sehingga Wajib Pajak mau tidak mau
Dari tabel 4.6 dan 4.7 pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa
Karena pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa terjadi kenaikan dari tahun
mengalami penurunan.
penagihan dengan surat teguran, dengan target pencairan tunggakan pajak dengan
surat teguran, dengan asumsi bahwa target pencairan tunggakan pajak dengan
sebagai berikut:
� ℎ� �� � �
%
� ℎ � �
70
pencairan tunggakan dengan surat teguran, dan tingkat efektivitas penagihan pajak
Tabel 4.8
Dalam (Rp)
Efektivitas
tidak efektif.
pajak.
tunggakan pajak.
penagihan dengan surat paksa, dengan target pencairan tunggakan pajak dengan
surat paksa, dengan asumsi bahwa target pencairan tunggakan pajak dengan paksa
� ℎ� �� � �
%
� ℎ � �
72
pencairan tunggakan dengan surat paksa, dan tingkat efektivitas penagihan pajak
Tabel 4.9
Dalam (Rp)
Efektivitas
efektivitas penerbitan surat paksa, pada tahun 2015 tergolong tidak efektif. Dapat
73
dilihat pula tingkat efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa pada tahun
berasal dari pencairan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh KPP, maka
ini, dapat diketahui apakah pencairan tunggakan pajak cukup signifikan terhadap
� �� �
���� = %
� �
penerimaan pajak.
Tabel 4.10
Dalam (Rp)
Tunggakan Pajak
Pajak
terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Matraman pada tahun 2014
75
sebesar 0,65%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar
teguran terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Matraman juga sangat
kecil, yaitu hanya sebesar 0,13%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan
berasal dari pencairan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh KPP, maka
digunakan analisis rasio pencairan tunggakan pajak. Dengan demikian rasio ini,
76
� �� �
���� = %
� �
penerimaan pajak.
Tabel 4.11
Dalam (Rp)
Tunggakan Pajak
Pajak
terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Matraman pada tahun 2014
sebesar 0,67%. Angka tersebut diperoleh dari pencairan tunggakan pajak sebesar
sangat kurang.
diterbitkan dilunasi oleh wajib pajak, sehingga hasil analisis tidak efektif, antara
lain:
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV,
setiap tahunnya.
dan pada tahun 2015 1,68%. Dan dalam pencairan tunggakan pajak
efektif, karena hasil dari pencairan tersebut masih dibawah 60%. Hal
ini bisa disebabkan karena wajib pajak tersebut sudah tidak melakukan
kegiatan usaha lagi, wajib pajak tidak mengetahui bahwa wajib pajak
pajaknya, dll.
2. Kontribusi penagihan pajak dari Surat Teguran dan Surat paksa terhadap
Teguran yaitu hanya sebesar 0,65% pada tahun 2014 dan 1,13% tahun
2015. Dan kontribusi penagihan pajak dengan Surat Paksa yaitu hanya
sebesar 0,67% tahun 2014 dan sebesar 0,88% tahun 2015. Oleh karena
itu, kontribusi penagihan pajak dari Surat Teguran dan Surat Paksa
dan Surat Paksa akibat Sumber Daya Manusia dalam Jurusita Pajak
tunggakan pajak.
5.2 Keterbatasan
pengambilan data-data yang terbatas, dan hanya terhadap penagihan pajak dengan
5.3 Saran
dengan Surat Teguran dan Surat Paksa, maka saran yang dapat penulis berikan
dari seksi penagihan khususnya Jurusita Pajak, karena jika dilihat jumlah
pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran dan surat paksa masih
kendaraan dinas yang sudah tidak layak pakai agar tak lagi digunakan tapi
3. Adanya sanksi lebih tegas bagi para Penanggung Pajak yang tidak mau
efisien.
82
penelitiannya yaitu tidak hanya satu KPP saja yang diteliti, hal ini
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, P.J.A, dalam Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia, Edisi 10, Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Badan Pusat Statistik (BPS). Diakses dari http://www.bps.go.id/. (10/12/2015).
Budiono, Doni, Jessica Tanuwijaya. 2014. Proses Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa Berdasarkan Undang-Undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
Jural Tax & Accounting Review. Vol. 4, No.1, 2014.
Fahtoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT. Rineka Cipta.
Fidel. 2010. Cara Mudah dan Praktis Memahami Masalah-Masalah Perpajakan.
Jakarta: Murai Kencana.
Ilyas, Wirawan B. dan Rudy Suhartono. 2012. Perpajakan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
--------------------------------------------------. 2010. Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP). Jakarta: Salemba Empat.
Kementerian Dalam Negeri. 1996. Nomor 690.900.327. Dalam Pasaleng,
Agustinus, Agus T. Poputra, Steven J. Tangkuman. 2013. Efektivitas
Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada KPP Pratama Manado).
Jurnal EMBA. Vol.1 No. 4 Desember 2013, Hal. 2371-2381.
Kurniawan, Anang Mury. 2011. Upaya Hukum Terkait dengan Pemeriksaan,
Penyidikan, dan Penagihan Pajak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.
Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2012. Keputusan Menteri Keuangan
Nomor: 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan
Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Dalam Rangka Pengebalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Jakarta: Kementerian
Keuangan RI.
Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 85/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan
Dengan Surat Paksa dan Pelaksanan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
Jakarta: Kementerian Keuangan RI.
Murtedjo, Agnes Rosiana Muliady. 2012. Analisis Proses Penagihan Pajak Aktif
Dalam Mengatasi Tunggakan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pada KPP
Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga. Jurnal Tax & Accounting.
84
DATA PRIBADI
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : santosododo@gmail.com
PENDIDIKAN