Anda di halaman 1dari 114

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA
KEMAYORAN

OLEH

EKA RATNA SARI DEWI

NIM 0911000160

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA

(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)

PERBANAS

JAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2014
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA
KEMAYORAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH

EKA RATNA SARI DEWI

NIM 0911000160

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA

(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)

PERBANAS

JAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2014
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib


Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

Oleh

Nama : Eka Ratna Sari Dewi

NIM : 0911000160

Program Studi : Akuntansi

Telah disetujui untuk diujikan

Jakarta,

Mengetahui,

Ketua Program Studi Akuntansi, Dosen Pembimbing Skripsi

(Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak) (Kara Moestafa,S.H.,M.H)


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib


Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

Telah dipertahankan dihadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada

Hari : Sabtu

Tanggal : 22 November 2014

Waktu : 09.00 Wib

Oleh

Nama : Eka Ratna Sari Dewi

NIM : 0911000160

Program Studi : Akuntansi

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang : Kara Moestafa, S.H., M.H. .......................................

Anggota :Drs. Leonardus Hartono, Ak., M.M. .......................................

Anggota :

Mengetahui,

Ketua Program Studi Akuntansi,

(Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak)


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya

Jakarta, November 2014

Penyusun

Eka Ratna Sari Dewi

NIM 0911000160
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Eka Ratna Sari Dewi


NIM : 0911000160
Program Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Kemayoran

Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupaka hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian
hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya
orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus menerima
sangsi berdasarkan aturan tata tertib di Perbanas Institute.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
unsur paksaan.

Jakarta, November 2014

Penulis

(EkaRatna Sari dewi)


0911000160
ABSTRAK

EKA RATNA SARI DEWI, 0911000160. Pengaruh Penerapan Sistem


Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Skripsi. Jakarta: Asian
Banking Finance & informatics Institute Perbanas. Jakarta. November 2014.
Konsep modernisasi administrasi perpajakan pada prinsipnya adalah merupakan
perubahan pada sistem administrasi perpajakan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku
aparat serta tata nilai organisasi sehingga dapat menjadikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
menjadi suatu institusi yang profesional dengan citra yang baik di masyarakat, Manfaat yang
dapat diperoleh dari penerapan sistem modernisasi administrasi perpajakan bagi Wajib Pajak
adalah simplicity, dimana alur pekerjaan lebih sederhana dengan bantuan Account
Representative; certainity yaitu terdapat kepastian dalam melaksanakan peraturan perpajakan
didukung bidang pelayanan dan penyuluhan di Kanwil serta seksi pelayanan di KPP.
Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk menganalisis pengaruh penerapan sistem
administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada kantor
pelayanan pajak pratama Jakarta kemayoran. Nilai t hitung 8.434 dan nilai t tabel 0,679 jadi
nilai t hitung > t tabel dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan
antara penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak.
Jadi, dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Sistem administrasi perpajakan modern
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kata Kunci: Administrasi perpajakan , Kepatuhan


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran” dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di ABFI Institute Perbanas Jakarta. Penelitian ini dapat

berjalan baik dengan adanya dukungan, bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Melalui

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Tuhan Yang Maha

Esa dan kedua orangtua tercinta Bapak H. Sakino dan Ibu Hj. Rosanah. Adik Adhe Rizky

Septiana, Pacar Ade Sudrajat dan keluaraga besar yang tidak putus memberikan doa, kasih

sayang, nasihat, dukungan moril dan materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Serta penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1.Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, selaku Rektor ABFI Institute Perbanas Jakarta.

2.Dr. Wiwiek Prihandini, Ak., MM selaku Dekan Fakultas Manajemen dan Akuntansi di

ABFI Institute Perbanas Jakarta.

3.Atik Djayanti, SE.,AK., M.Ak selaku ketua Program Studi S1 Akuntansi di ABFI

Institute Perbanas Jakarta.

i
4.Kara Moestafa, S.H., M.H sebagai dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan

banyak waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi terhadap

penulis.

5.Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menjalani perkuliahan

di ABFI Institute Perbanas Jakarta.

6.Kepada Bapak dan Mamah yang selalu menasehati dan mendoakanku serta memotivasi

untuk selalu optimis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7.Kepada adikku Adhe Rizky yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi

ini

8.Kepada pacarku Ade Sudrajat yang selalu memberikan curahan hatinya, menasehati dan

mendoakanku serta memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

9.Si Manis Mio B 6505 PLS yang selalu mengantar penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

10. Sahabatku SMA “ CHEBRENK ” yang telah memberikan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Renny Rosanty, Yohanna Maria, Widiya Ningrum, Diana Afriya Agustin, Megawaty

Novia Herlina, Siti Nur Umairah, dan Tjut Mala Shahreza, Irna Septiana, Yunita

Permata, Retna Dewi, Chintya Mauliana, Yavid Putra Dewa terimakasih atas bantuan

dan juga saran untuk membantu penyelesaian skripsi ini.

12. Kepada Ari Pare yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

13. Uda Rasmi All+ dan Acong terima kasih atas doa dan dukungannya.
14. Keluarga besar, terima kasih sudah memberikan dukungan dan canda tawa selama

proses penyelesaian.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan banyak

terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberikan balasan yang lebih baik.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagai masukan yang berharga.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, November 2014

Penulis

EKA RATNA SARI DEWI


DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 6

1.3. Batasan Masalah .................................................................................... 6

1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

1.6. Sistematika Penelitian ........................................................................... 8

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Teori ........................................................................................... 10

2.1.1 Pajak......................................................................................... 10

2.1.1.1 Definisi Pajak ........................................................... 10

2.1.2 Sistem Perpajakan .................................................................... 19

2.1.2.1 Pengertian Pajak ...................................................... 19

2.1.2.2. Pengertian Sistem Perpajakan .................................. 20

2.1.2.3. Sistem Pemungutan Pajak ........................................ 21

v
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak............................................................ 23

2.1.4 Modernisasi Perpajakan ........................................................... 30

2.1.5 Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi ..................................................... 31

2.2 Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 33

2.3 Kerangka Pemikiran............................................................................... 35

2.4 Perumusan Hipotesis.............................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 37

3.2 Operasionalisasi Variabel....................................................................... 38

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 42

3.4 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 44

3.5 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 44

3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................. 45

3.7 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi ............................................ 47

3.8 Teknik Pengujian Hipotesis ................................................................... 47

3.9 Uji Pre- Test .......................................................................................... 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian..................................................................... 49

4.2 Analisis dan Pembahasan....................................................................... 58

4.3 Interpretasi Hasil .................................................................................... 81


BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 83

5.2 Rekomendasi .......................................................................................... 84

5.3 Keterbatasan........................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

3.1 Operasional Variabel Penelitian ........................................................................ 39

3.2 Skala Likert ....................................................................................................... 42

4.1 Distribusi Kuesioner Penelitian ........................................................................ 59

4.2 Distribusi Responden atas Dasar Jenis Kelamin .............................................. 60

4.3 Distribusi Responden atas Dasar Tingkat Pendidikan ..................................... 61

4.4 Distribusi Responden atas Dasar Usia ............................................................. 62

4.5 Penilaian Kumulatif Variabel Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan

Modern ............................................................................................................. 64

4.6 Penilaian Kumulatif Variabel Kepatuhan Wajib Pajak .................................... 67

4.7 Statistik Deskriptif Pertanyaan ........................................................................ 70

4.8 Hasil Pengujian Validitas atas Variabel Sistem Administrasi ......................... 72

4.9 Hasil Pengujian Validitas atas Variabel Kepatuhan ........................................ 73

4.10 Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel Sistem Administrasi..................... 75

4.11 Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel Kepatuhan ................................... 75

4.12 Hasil Pengujian Normalitas............................................................................. 78

4.13 Hasil Uji T ...................................................................................................... 79

ix
DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................. 36

4.2 Distribusi Responden atas Dasar Jenis Kelamin........................................... 61

4.3 Distribusi Responden atas Dasar Tingkat Pendidikan ................................. 62

4.4 Distribusi Responden atas Dasar Usia ......................................................... 66

4.5 Penilaian Kumulatif Variabel Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan

Modern ......................................................................................................... 66

4.6 Penilaian Kumulatif Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ............................... 69

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber penerimaan kas yang

berasal dari pendapatan di sektor pajak. Pendapatan pajak berfungsi untuk

pelaksaaan dan peningkatan pembangunan nasional dan bertujuan untuk

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Pajak

merupakan suatu alat untuk pemerintah dalam mencapai tujuannya baik yang

bersifat langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari masyarakat yang

akan digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional

dan ekonomi masyarakat. Sistem perpajakan selalu berubah dari tahun ke tahun

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara, baik di dalam bidang

kenegaraan, sosial dan ekonomi. Perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan


1
2

kinerja keuangannya dengan meningkatkan laba perusahaan. Dalam konteks ini,

pajak oleh dunia usaha dianggap sebagai beban atau biaya. Surat Pemberitahuan

Tahunan merupakan gambaran dari peforma kinerja perusahaan yang

menggambarkan laporan keuangannya.

Pasal 28 Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan (KUP) mengatur tentang laporan keuangan dalam

bentuk pembukuan atau pencatatan haruslah benar, lengkap dan jelas. Di dalam

dunia nyata terdapat perbedaan pandangan tentang tujuan pemerintah dan tujuan

dunia usaha. Pemerintah memiliki tujuan potensi pajak sebagai penerimaan

negara, tetapi dunia usaha tidak ingin pajak menjadi beban yang terlalu besar

untuk usahanya karena dapat menyebabkan kerugian.

Reformasi kebijakan perpajakan sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1983

dengan diterbitkannya seperangkat peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan yang menggantikan perundang-undangan yang di buat oleh

pemerintah kolonial belanda seperti ordonansi pajak pendapatan 1944 dan

ordonansi pajak perseroan 1925. Produk hasil reformasi ini bersifat lebih

sederhana (simplicitiy), netral (neutral), adil (equity), dan memberikan kepastian

legal (legal certaity).

Reformasi yang dilakukan ialah penerapan sistem self assesment

menggantikan sistem official assesment. Sistem self assesment memberikan

kepercayaan kepada wajb pajak untuk menghitung sendiri, melaporkan, dan

melunasi kewajibannya. Sistem ini diterapkan melalui reformasi seperangkat

undang-undang perpajakan seperti Undang-undang No 6 Tahun 1983 tentang


3

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang No 7 Tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan, dan Undang-undang No 8 Tahun 1983 tentang PPN.

Reformasi selanjutnya dalam bidang perpajakan dilakukan kembali dengan

melakukan perubahan undang-undang pajak penghasilan tahun 1994 yang

dilanjutkan dengan reformasi ketiga pada tahun 2000 dan keempat pada tahun

2007. Pada dasarnya untuk mengerti reformasi yang terjadi pada administrasi

perpajakan membutuhkan suatu pemahaman terhadap masalah itu sendiri. Banyak

masalah yang timbul yang menjadikan suatu sistem perpajakan di suatu negara

begitu rumit, sehingga membuat wajib pajak sebenarnya tidak mungkin untuk

patuh. Kadang-kadang, sistem politik juga tidak mencari jalan keluar untuk

mengurangi keluhan dari wajib pajak. Seringkali, masalah yang sebenarnya di

dalam administrasi perpajakan adalah ada pada fiskus (pegawai pajak) sendiri.

Masalah SDM yang kurang memiliki integritas, ketidak profesioanalan

(korupsi), dan tidak memiliki strategi yang brilian untuk memperbaiki

administrasi perpajakan atas keluhan wajib pajak. Oleh karena itulah reformasi

administrasi perpajakan harus dilakasanakan untuk memperbaiki efektivitas dan

efisiensi dari administrasi perpajakan. Untuk itu, reformasi harus memperbaiki

pelayanan, penegakan hukum (law enforcement), dan perbaikan pelaksanaan kode

etik fiskus itu sendiri.

Penerimaan pajak merupakan sumber utama pembiayaan pemerintah dan

pembangunan. Tercatat bahwa realisasi penerimaan perpajakan menurut Rahmany

(2012) pada tahun 2011 adalah Rp 872,6 triliun atau mencapai 99,3% dari target

sebesar Rp 878,7 triliun.


4

Dibandingkan dengan realisasi tahun 2010, maka realisasi penerimaan

perpajakan tahun 2011 naik sebesar Rp 149,3 triliun atau mengalami pertumbuhan

sebesar 20,6%. Realisasi rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB (Tax Ratio)

Tahun 2011 mencapai 12,3%, naik sebesar 1,0% dari PDB jika dibandingkan

dengan tax ratio tahun sebelumnya, sebesar 11,3%. Berdasarkan Rancangan

Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun 2012. Penerimaan perpajakan yang

direncanakan sebesar kurang lebih Rp1.019.332,400.000.000,- (satu kuadriliun

sembilan belas triliun tiga ratus tiga puluh dua miliar empat ratus juta rupiah).

Pendapatan negara dan hibah dari mulai tahun 2006 hingga 2011 terus

meningkat, dapat dipastikan bahwa sebagian besar APBN memang berasal dari

realisali pajak yaitu sekitar 70%. Fenomena lain yaitu berdasarkan hasil dari

upaya ekstensifikasi yang dijelaskan oleh Suryanan (2012) bahwa SPT tahunan

tahun 2012 ini target penyampaian SPT adalah 62,5 persen dari jumlah sekitar 20

juta Wajib Pajak perseorangan dan 2 juta WP badan hukum target kepatuhan naik

2,5 persen dari target tahun 2011 sebesar 60 persen. DJP dituntut untuk melayani

pelaporan SPT tahunan secara baik dalam rangka pencapaian target kepatuhan

pelaporan SPT. Dalam pemberlakuan sistem modernisasi administrasi perpajakan

diharapkan kepatuhan wajib pajak meningkat, yang ditandai dengan pelaksanaan

kewajiban perpajakan meningkat. Menurut sejarah reformasi perpajakan,

Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan reformasi besar-besaran pertama kali

pada tahun 1983 dengan merubah sistem pemungutan pajak dari semula official

assessment system menjadi self assesment system yang pada waktu itu kantor

pajak masih dinamakan Kantor Inspeksi Pajak, peraturan tersebut berupaya agar
5

kepatuhan Wajib Pajak lebih bersifat suka rela (voluntary). Sofyan (2005)

menyatakan bahwa penerapan sistem administrasi perpajakan modern pertama

kali ditandai dengan dibentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal

Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar Satu

dan KPP Wajib Pajak Besar Dua yang mulai beroperasi sejak 9 september 2002.

Kanwil dan KPP Wajib Pajak Besar secara khusus menangani administrasi

perpajakan Wajib Pajak besar badan tingkat nasional dengan kriteria peredaran

usaha, pembayaran pajak atau jumlah tunggakan pajak yang terbesar. Sampai saat

ini perbaikan perbaikan terhadap sistem administrasi perpajakan masih terus

dilakukan guna kepatuhan Wajib Pajak

Konsep modernisasi administrasi perpajakan pada prinsipnya adalah

merupakan perubahan pada sistem administrasi perpajakan yang dapat mengubah

pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi sehingga dapat

menjadikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menjadi suatu institusi yang

profesional dengan citra yang baik di masyarakat. Menurut Rahayu dan Lingga

(2009), program reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan

sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain

struktur organisasi yang dirancang berdasarkan fungsi tidak lagi menurut seksi-

seksi berdasarkan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi setiap Wajib Pajak

melalui pembentukan account representative dan compliant center untuk

menampung keberatan Wajib Pajak. Sistem administrasi perpajakan modern juga

mengikuti kemajuan teknologi dengan pelayanan yang berbasis e-system seperti

e-SPT, e-Filing, e-Payment, dan e-Registration yang diharapkan meningkatkan


6

mekanisme kontrol yang lebih efektif yang ditunjang dengan penerapan kode etik

pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam

melaksanakan tugas dan pelaksanaan good governance.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem modernisasi

administrasi perpajakan bagi Wajib Pajak adalah simplicity, dimana alur

pekerjaan lebih sederhana dengan bantuan Account Representative; certainity

yaitu terdapat kepastian dalam melaksanakan peraturan perpajakan didukung

bidang pelayanan dan penyuluhan di Kanwil serta seksi pelayanan di KPP

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil

judul penelitian “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan

Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat

diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada Pengaruh Penerapan Sistem

Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

1.3. Batasan Masalah

Mengingat berbagai keterbatasan peneliti baik dalam hal waktu, biaya, dan

pengetahuan, maka penelitian ini dibatasi hanya untuk menganalisis pengaruh

modernisasi administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dan

penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Adapun modernisasi administrasi


7

perpajakan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi rekstrukturisasi organisasi;

penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi; dan

penyempurnaan manajemen sumber daya manusia yang telah dilakukan di KPP

Pratama Jakarta Kemayoran.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk Menganalisis

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Kemayoran.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1) Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

perbaikan dan penyempurnaan atas kekurangan yang ada dan untuk

mencapai hasil yang lebih baik bagi perusahaan.

2) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pendidikan dan

menjadi masukan yang berguna bagi dunia pendidikan khususnya

mengenai penggelapan pajak (tax evasion).


8

1.6. Sistematika Penelitian

Sebagai sebuah karya ilmiah, penulis berusaha menyusun kerangka

sistematika penulisan seperti yang sudah ada, sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Pada Bab ini berisi tentang berbagai teori yang menjadi landasan

atau dasar yang berkaitan dengan masalah penelitian dan tinjauan

pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada Bab ini berisi paradigma penelitian, pendekatan penelitian,

sifat penelitian, subjek penelitian, tehnik pengumpulan data,

tehnik analisis data, Uji Validitas dan Reliabilitas dan Uji

Regresi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada Bab ini berisi tentang analisis pembahasan penulisan,

disajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui

kuisioner dan studi kepustakaan. Kuisioner merupakan

pertanyaan tertulis untuk mencari data primer penelitian yang


9

berisi data responden dan variabel penelitian . Studi kepustakaan,

yaitu melakukan penelusuran kepustakaan dari menganalisa teori

toeri serta konsep yang telah di kemukakan oleh para ahli.

BAB V PENUTUP

Pada Bab terakhir ini sebagai penutup yang berisi kesimpulan dari

penelitian dan masalah yang diteliti yang dilakukan penulis serta

saran yang diberikan penulis sebagai masukan yang positif bagi

pihak yang terkait dengan penelitian ini.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pajak

2.1.1.1 Definisi Pajak

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro dalam Siti Resmi
(2008:1),
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)

yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi beberapa definisi,

sehingga dapat ditarik kisimpulan

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya.

10
11

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai

public investment.

Menurut Ilyas (2007:10-11) terdapat empat fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair) adalah fungsi yang letaknya di sektor publik

yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai

dengan undang-undang yang berlaku pada waktunya akan digunakan

untuk membiayai pengeluaran negara, dan bila ada surplus akan digunakan

sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.

2. Fungsi mengatur (regulerend) yaitu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut

akan digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

yang letaknya di luar bidang keuangan.

3. Fungsi demokrasi yaitu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau

wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintah dan

pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi ini sering dikaitkan

dengan hak seseorang untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah

apabila ia telah melakukan kewajibannya membayar pajak, bila


12

pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik, pembayar pajak bisa

melakukan protes (complaint).

4. Fungsi distribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur

pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.

Dalam Mardiasmo (2006:6-8), tata cara pemungutan pajak terdiri dari stelsel

pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak. Pemungutan pajak

dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel, yaitu:

1. Stelsel nyata (riel stelsel)

2. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)

3. Stelsel campuran

Asas pemungutan pajak terdiri dari:

1. Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak

yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari

dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam

negeri.

2. Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu bangsa.


13

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,

kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang terutang.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)

untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

Pajak. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang

ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

Menurut Anggito Abimanyu (2003) reformasi perpajakan adalah

perubahan yang mendasar di segala aspek perpajakan. Reformasi perpajakan yang

sekarang menjadi prioritas menyangkut modernisasi administrasi perpajakan

jangka menengah (tiga hingga enam tahun) dengan tujuan tercapainya: pertama,

tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi. Kedua, kepercayaan terhadap administrasi

perpajakan yang tinggi. Dan, ketiga, produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.
14

Menurut Liberti Pandiangan (2008:64) modernisasi perpajakan yang dilakukan

merupakan bagian dari grand design reformasi perpajakan (tax reform) secara

komprehensif. Sebagaimana yang menjadi sasaran sejak tahun 2002, bahwa

reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan

terhadap 3 (tiga) bidang pokok atau utama yang secara langsung menyentuh pilar

perpajakan, yaitu :

1. Bidang Administrasi, yakni melalui modernisasi administrasi perpajakan

2. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap Undang-

Undang Perpajakan.

3. Bidang Pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional

Menurut Summer, Linn dan Archarya yang dikutip oleh Marcus, Sofyan

(2005:15), alasan dilakukannya reformasi perpajakan adalah:

1. Sebagai bagian penyesuaian struktur, reformasi perpajakan digunakan

untuk mengurangi distorsi dari rangsangan ekonomi dan terjadinya

ketidakefisienan dan ketidakadilan dalam alokasi sumber daya.

2. Sebagai bagian dari usaha menstabilkan ekonomi, reformasi perpajakan,

bersamaan pemotongan belanja negara, untuk menghasilkan pendapatan

secara rasional tanpa distorsi adil dan berkelanjutan.

Menurut Gunadi reformasi perpajakan meliputi dua area, yaitu reformasi

kebijakan pajak (tax policy) yaitu regulasi atau peraturan perpajakan yang

berupa undang-undang perpajakan dan reformasi administrasi perpajakan.

Reformasi administrasi memiliki tujuan utama untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kedua, untuk


15

mengadministrasikan penerimaan pajak sehingga transparansi dan

akuntabilitas penerimaan sekaligus pengeluaran pembayaran dana dari pajak

setiap saat bisa diketahui. Yang ketiga, untuk memberikan suatu pengawasan

terhadap pelaksanan pemungutan pajak, terutama adalah kepada aparat

pengumpul pajak, kepada Wajib Pajak, ataupun kepada masyarakat pembayar

pajak.

Menurut Sophar Lumbantoruan (1997:582), administrasi perpajakan ialah

cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Dalam arti sempit,

administrasi perpajakan merupakan penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak

dan kewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik penatausahaan dan pelayanan

yang dilakukan di kantor pajak maupun di tempat wajib pajak. Sedangkan

dalam arti luas, administrasi perpajakan dipandang sebagai: (1) fungsi, (2)

sistem, dan (3) lembaga. Sebagai fungsi, administrasi perpajakan meliputi

fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian

perpajakan. Menurut Carlos A. Silvani (1992) seperti dikutip Gunadi,

administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).

Artinya sejauh mana administrasi pajak mampu mendeteksi dan

mengambil tindakan terhadap anggota masyarakat yang belum terdaftar

sebagai Wajib Pajak walau seharusnya yang bersangkutan sudah

memenuhi ketentuan untuk menjadi Wajib Pajak.


16

2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (stopfiling

tax payers)

Wajib Pajak yang sudah terdaftar di administrasi kantor pajak tetapi tidak

menyampaikan surat pemberitahuan. Administrasi pajak dituntut untuk

dapat mengumpulkan data sekaligus menindaklanjutinya dengan

meminimalkan kasus seperti ini.

3. Penyelundup pajak (tax evaders).

Yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang

seharusnya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Penunggak pajak (delinquent taxpayers).

Dari tahun ke tahun tunggakan pajak yang terjadi menunjukkan

kecenderungan yang semakin meningkat. Permasalahan ini seolah sudah

menjadi benang kusut yang selalu dihadapi oleh otoritas pajak setiap

tahunnya.

Menurut Chaizi Nusucha (2004:37), reformasi administrasi perpajakan

adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu,

kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas

utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang

tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan

efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit

penerimaan pajak sekecil-kecilnya.

Chaizi Nasucha (2004:63), menegmukakan bahwa agar reformasi

admonistrasi perpajakan dapat berhasil, dibutuhkan : (1) struktur pajak


17

disederhanakan untuk kemudahan, kepatuhan, dan administrasi, (2) strategi

reformasi yang cocok harus dikembangkan, (3) komitmen politik yang kuat

terhadap peningkatan administrasi perpajakan.

Menurut Chaizi Nasucha (2004:69-77), empat dimensi reformasi

administrasi perpajakan, yaitu:

1. Struktur organisasi.

2. Prosedur organisasi

3. Strategi organisasi

4. Budaya organisasi.

Menurut Safri Nurmantu (2005:70), kepatuhan perpajakan didefinisikan

sebagai ”suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.” Terdapat dua macam

kepatuhan, yaitu:

1. Kepatuhan formal.

Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam

undang-undang perpajakan.

2. Kepatuhan material.

3. Kepatuhan material adalah keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif

memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni semua isi dan jiwa

undang-undang perpajakan.
18

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

192/PMK.03/2007 Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut

sebagai Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan. Tepat waktu dalam

penyampaian SPT meliputi :

a) penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga)

tahun terakhir;

b) penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun

terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3

(tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut; dan

c) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat telah disampaikan tidak lewat

dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Masa Pajak

berikutnya.

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan

pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga)

tahun berturut-turut.

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.


19

2.1.2. Sistem Perpajakan

2.1.2.1. Pengertian Pajak

Menurut UU KUP dalam Prastowo (2009, 8) pajak adalah:

Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar—besarnya kemakmuran rakyat.

Pengertian pajak menurut Rahayu (2010, 21-22), berdasarkan pendapat

para ahli yaitu menurut Soemitro dalam Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak

Pendapatan menyatakan bahwa:

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari

sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan

tiada mendapat jasa timbale (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukan

dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan kewajiban

dari warga negara untuk membayar pungutan kepada negara dan dipergunakan

untuk kepentingan rakyat sehingga timbal balik berupa sarana prasarana umum,

dan sebagainya.
20

2.1.2.2. Pengertian Sistem Perpajakan

Sistem perpajakan adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur Tax

Policy, Tax Law, dan Tax Administration, yang saling berhubungan satu sama

lain, bersinergi, bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan negara

dalam target perolehan penerimaan pajak secara optimal (Rahayu 2010, 75).

Sistem perpajakan mewajibkan setiap masyarakat dalam hal ini pribadi atau

perusahaan (organisasi) untuk memperhatikan sistem pembayaran pajak sesuai

dengan aturan-aturan yang berlaku.

Menurut Suandy (2006, 5-6) menyatakan bahwa pajak memiliki pengaruh

kepada perusahaan. Bagi perusahaan, pajak yang dikenakan terhadap penghasilan

yang diterima atau diperoleh dapat dianggap sebagai biaya (cost) atau beban

(expense) dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan maupun distribusi

laba kepada pemerintah. Biaya (cost) adalah semua pengurangan terhadap

penghasilan, sedangkan beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi

selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar, atau berkurangnya

aktiva, atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang

tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal. Umumnya, perusahaan

mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan berusaha untuk

meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba. Demikian pula dengan

kewajiban membayar pajak, karena biaya pajak akan menurunkan laba setelah

pajak, tingkat pengendalian, dan arus kas.

Menurut Erly Suandy (2006, 10) menyatakan bahwa sistem perpajakan

menganut prinsip ‘substansi mengalahkan bentuk formal’ (substance over form


21

rule). Walaupun perusahaan telah memenuhi kewajiban perpajakan secara formal,

tetapi kalau ternyata substanti menunjukan lain atau motivasi rekayasa tidak

sesuai dengan jiwa dari ketentuan perpajakan, administrasi pajak (fiskus) dapat

menganggap bahwa Wajib Pajak kurang patuh dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Tax evasion biasanya dilakukan oleh perusahaan dengan cara

membuat faktur palsu, tidak mencatat sebagagia penjualan, atau laporan keuangan

yang dibuat adalah palsu. Perusahaan biasanya melaporkan pajaknya relatif kecil,

sehingga aka nada pemeriksaan oleh aparat pajak. Mengingat pajak adalah beban

dari negara, sehingga banyak perusahaa yang tidak suka rela dalam membayar

pajak. Karena pajak merupakan iuran yang bersifat memaksa, maka negara

membutuhkan ketaatan yaitu perusahaan harus membayar pajak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Pajak merupakan beban bagi perusahaan (yang akan

mengurangi laba bersih bagi perusahaan), maka perusahaan akan berupaya agar

dapat membayar pajak sekecil mungkin.

Sistem perpajakan diterapkan di Indonesia masih belum optimal untuk

dilaksanakan sehingga masih ada beberapa indikasi untuk dilakukannya tax

evasion.

2.1.2.3. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2007, 7) menyatakan bahwa sistem pemungutan pajak

terdiri atas tiga sistem yaitu:


22

a. Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

b. Self Assessment Sytem

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang member wewenang,

kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporakan sendiri besarnya pajak yang

harus dibayar.

c. Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak.

Dalam proses pemungutan pajak tentunya bukan hal yang dapat dilakukan

dengan sembarangan. Pemungutan pajak harus mempertimbangkan keadilan yang

artinya semua warga negara memperoleh perlakuan yang sama dalam undang-

undang perpajakan. Pemungutan pajak juga harus efisien artinya harus

mempertimbangkan biaya-biaya yang timbul dalam proses pemungutan pajak.

Sehingga proses pemungutan pajak harus dilakukan dengan cara yang sederhana,

karena dapat mumdahkan masyarakat atau suatu perusahaan (organisasi) dalam

berpartisipasi untuk membayar pajak. Jika, proses perhitungan pajak dapat

dilakukan dengan mudah, masyarakat dan perusahaan akan rutin dalam

pembayaran pajak. Ini merupakan cara yang efektif, agar tidak terjadi kecurangan

dalam perpajakan.
23

Sistem perpajakan dengan tarif pajak dan kemungkinan korupsi dalam

sistem apapun. Sistem perpajakan yaitu mengenai tinggi rendahnya tarif pajak dan

iuran pajak yang terkumpul apakah benar-benar digunakan untuk pengeluaran

umum atau pengeluaran tersebut disalahgunakan (McGee 2009).

Menurut Supramono dan Damayanti (2010, 7) menyatakan bahwa tarif

pajak adalah:

Tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus

dibayar. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk presentase.

Sistem pemungutan pajak apabila diterapkan dengan baik dan benar maka

akan menjelaskan implementasinya serta manfaatnya bagi masyarakat umum di

Indonesia. Jadi apabila sistem pemungutan perpajakan dilaksanakan dengan baik

akan memperkecil kemungkinan terjadinya tax evasion.

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak

Adapun definisi kepatuhan wajib pajak menurut Kiryanto (1999) menyatakan

bahwa, kepatuhan biasanya berkisar pada istilah tingkat sampai dimana wajib

pajak mematuhi undang-undang dan administrasi perpajakan, tanpa perlunya

kegiatan penegakkan hukum. Kepatuhan wajib pajak menurut International Taxes

Glossary dalam Nasucha (2004) adalah tingkatan yang menunjukkan wajib pajak

patuh atau tidak patuh terhadap aturan pajak di negaranya. Sebagai contoh dalam

pernyataan besarnya penghasilan atau memasukkan Surat Pemberitahuan Pajak

(SPT) dalam waktu yang telah ditentukan. Nasucha (2004) menyatakan bahwa
24

kepatuhan pajak adalah melaporkan semua harta kekayaan wajib pajak yang

tercatat pada waktu yang ditentukan dan pengembalian laporan pertanggung

jawaban pajak yang akurat sesuai dengan kode pemasukkan, peraturan dan

penetapan keputusan pengadilan pada waktu dilakukan pencatatan.

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang

tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai

dengan kebenarannya. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara

sukarela (voluntary of complience) merupakan tulang punggung dari

selfassesment system, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri

kewajiban perpajakan kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam membayar

dan melaporkan pajaknya. Pengertian kepatuhan Wajib Pajak menurut Safri

Nurmantu yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138), menyatakan bahwa

“Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan

hak perpajakannya”.

Pengertian kepatuhan Wajib Pajak menurut Chaizi Nasuchayang dikutip

oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:139), menyatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak

dapat didefinisikan dari:

1) Kewajiban Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri.

2) Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat pemberitahuan.

3) Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang.


25

4) Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000

dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:112), menyatakan bahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu

negara”.

Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak menurut Sony Devano dan Siti

Kurnia Rahayu (2006:110) adalah:

1) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang

perpajakan

2) Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara

substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan

yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-undang pajak kepatuhan material juga

dapat meliputi kepatuhan formal. Misalnya ketentuan batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan

tanggal 31 Maret. Apabila wajib pajak telah melaporkan Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan sebelum atau pada tanggal 31

Maret maka wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi

isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan

dimana Wajib Pajak secara subtantive memenuhi semua ketentuan

material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.


26

Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang

memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan

jujur, lengkap dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan

menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.

Pajak Penghasilan adalah pungutan resmi pemerintah kepada masyarakat yang

memiliki penghasilan atau penghasilan yang dit erima atau diperoleh dalam

Tahun Pajak, pajak ini digunakan untuk penyel enggaraan pemerintahan dan

untuk kepentingan masyarakat. Dasar hukum Pajak Penghasilan adalah Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Peng hasilan yang terakhir diubah

dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Un dang-undang Pajak

Penghasilan berlaku mulai 1984 dan merupakan pengga nti UU Pajak Perseroan

1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PDBR 1970. Pajak Penghasilan dikenakan

terhadap Subjek P ajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam

Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak

menurut UU No: 36 Tahun 2008, Pasal 2 adalah:

1. Yang menjadi subjek pajak adalah :

a) Orang pribadi

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

yang berhak.

b) Badan dan

c) Bentuk Usaha Tetap (BUT)

2. Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek

pajak luar negeri Subjek pajak dalam negeri adalah:


27

a) orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh

tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang

pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan

mem punyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

b) badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,

kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi

kriteria:

1) pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

2) pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah;

3) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah; dan

4) pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan

fungsional negara; dan

c) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

yang berhak.

Subjek pajak luar negeri adalah:

1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12


28

(dua belas) bulan,dan badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap

di Indonesia; dan orang pribadi yang tidak bertempat

tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,dan badan

yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh

penghasilan dari Indonesiatidak dari menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di

Indonesia.

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di

Indonesia, yang dapat berupa:

1. tempat kedudukan manajemen;

2. cabang perusahaan;

3. kantor perwakilan;

4. gedung kantor;

5. pabrik;
29

6. bengkel;

7. gudang;

8. ruang untuk promosi dan penjualan;

9. pertambangan dan penggalian sumber alam;

10. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

11. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan;

12. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

13. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,

sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) haridalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan;

14. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang ke dudukannya tidak

bebas;

15. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau

menanggung risiko di Indonesia; dan komputer, agen elektronik, atau

peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh

penyelenggara transaksielektronik untuk menjalankan kegiatan usaha

melalui internet.

Dan menurut UU No: 36 Tahun 2008, Pasal 4, yang menjadi Objek Pajak

adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan namadan bentuk apapun.


30

2.1.4 Modernisasi Perpajakan

Banyaknya masalah yang muncul dari sistem perpajakan dimasa lalu yang

diakibatkan banyaknya kekurangan didalam pelaksanaan sistem perpajakan.

Kondisi ini tentu mendorong terjadinya penurunan tingkat kepatuhan wajib pajak,

oleh sebab itu dalam rangka memperbaiki kualitas sistem perpajakan di Indonesia

yang terdiri dari struktur, prosedur, strategi hingga budaya tentu perlu dilakukan

sebuah wacana modernisasi seperti yang dijelaskan di bawah ini:

Menurut Arifin (2008) istilah bahasa modernisasi dapat didefinisikan sebagai

pembaharuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa modernisasi merupakan sebuah

kegiatan atau proses yang dilakukan untuk memperbarui sebuah aktifitas atau pun

sistem. Menurut Piliang (2013) kegiatan modernisasi administrasi perpajakan

sangat penting untuk menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi wajib. pajak

pribadi maupun badan dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Proses

modernisasi dilakukan dengan cara melakukan perubahan sistem dari manual ke

sistem yang berbasis teknologi. Modernisasi dibidang administrasi perpajakan

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dari seluruh wajib pajak untuk

berkomitmen kuat memenuhi kewajiban pajaknya. Pemanfaatan teknologi sebagai

bagian dari modernisasi system administrasi perpajakan, diharapkan dapat


31

mempermudah sistem yang di anggap sulit selama ini dan menciptakan

kenyamanan dalam diri sebagai wajib pajak.

2.1.5 Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi

McGee (2009) mengaitkan sistem perpajakan dengan tarif pajak dan

kemungkinan korupsi dalam sistem apapun. Sistem perpajakan yaitu mengenai

tinggi rendahnya tarif pajak dan iuran pajak yang terkumpul apakah benar - benar

digunakan untuk pengeluaran umum atau pengeluaran tersebut disalahgunakan.

Santoso (2008) mendefinisikan kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan

dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan

hak perpajakannya.

Semakin baik suatu sistem perpajakannya maka perilaku penggelapan

pajak dianggap sebagai perilaku yang tidak etis, sebaliknya jika semakin tidak

baik system perpajakannya makan perilaku dari penggelapan pajak dianggap

sebagai suatu perilaku yang cenderung bersifat etis.

Penelitian yang dilakukan oleh Amin Subiyakto (2006) dalam tesisnya

yang berjudul Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa yang

bertujuan untuk mempelajari secara mendalam pengaruh reformasi administrasi

perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Perusahaan Masuk Bursa. Penelitian yang dilakukan oleh Amin Subiyakto ini

menggunakan instrument berbentuk kuisioner yang disebarkan kepada 91 orang


32

responden Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan

Masuk Bursa. Kuisioner dibuat berdasarkan skala model Likert, yang berisi

sejumlah pernyataan yang menyatakan obyek yang hendak diungkap. Kuisioner

yang terdiri dari lima jawaban yang bersifat ordinal menggunakan skala

pengukuran Likert’s, diuji menggunakan uji validitas, reliabilitas dan internal

konsistensi pada kuisioner, sehingga dapat diperoleh hasil apakah kuisioner yang

digunakan mampu dan dapat digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini

mengandung dua variabel utama. Variabel bebasnya adalah reformasi administrasi

perpajakan yang meliputi beberapa sub variabel, yaitu: 1) Reformasi struktur

organisasi, 2) Reformasi prosedur organisasi, 3) Reformasi strategiorganisasi, dan

4) Reformasi budaya organisasi. Adapun yang menjadi variable terikatnya adalah

kepatuhan Wajib Pajak yang terdiri dari beberapa sub variabel, yaitu : 1) Core

Citizenship Values, 2) General Tax Belief, 3) Inhibitor Guilt, dan 4)

Behavioral Intentions

Hasil dari penelitian yang diperoleh adalah reformasi administrasi

perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil

analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa reformasi struktur organisasi,

prosedur organisasi, dan budaya organisasi mempunyai korelasi signifikan

terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan strategi organisasi tidak berkorelasi

secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Selanjutnya terdapat pula penelitian yang membahas mengenai pengaruh

sistem administrasi perpajakan modern terhadap biaya kepatuhan yang dilakukan


33

oleh Triyono Ari Nugroho (2009) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Biaya Kepatuhan

Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap

biaya kepatuhan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat.

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil dari penelitian yang diperoleh adalah bahwa ada pengaruh yang

signifikan dari penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap biaya

kepatuhan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat. Dibenarkan bahwa

penerapan sistem administrasi perpajakan modern dapat menurunkan biaya

kepatuhan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat. Selanjutnya

terdapat pula penelitian yang membahas mengenai pengaruh reformasi struktur

organisasi terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dilakukan oleh

Muhammad Fauzi (2009) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Reformasi

Struktur Organisasi Terhadap Peningkatan Pajak Pada Kanwil DJP Jakarta Timur

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengaruh struktur organisasi

terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kanwil DJP Jakarta Timur.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fauzi ini menggunakan instrument

berbentuk kuisioner kepada 185 sampel yang merupakan seluruh anggota populasi

sebagai sampel. Untuk kemudian data kuisioner siap dianalisis menggunakan

aplikasi SPSS. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebasnya

berupa elemen reformasi struktur organisasi, yang terdiri dari sub variabel, yaitu :
34

1) Fungsi pelayanan dan pemeriksaan, 2) Pendelegasian otoritas, 3) Sistem

pelaporan, 4) Pengawasan tugas, dan 5) Koordinasi. Adapun variabel terikatnya

adalah berupa elemen peningkatan penerimaan pajak.

Sinta Setiawan (2010) didalam penelitiannya Pengaruh Penerapan Sistem

Administrasi Perpajakan dalam tujuannya Mengukur sejauh mana penerapan

sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung Bojonagara. Menelaah bagaimana pengaruh penerapan sistem

administrasi perpajakan modern yang meliputi modernisasi struktur

organisasi, modernisasi pro sedur organisasi, modernisasi strategi organisasi,

dan modernisasi budaya organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung Bojonagara Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Evalin Yuanita (2011) tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui

pengaruh penerapan sistemadministrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi di kota manado sertaseberapa besar pengaruh

tersebut.Penelitian tersebut dilakukan pada 100 wajib pajak orang pribadi yang

berdomisili di daerah kecamatan Malalayang dengan memberikan sejumlah

pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang diukur dengan skala likert.

Hasil dari penelitian yang diperoleh adalah bahwa terdapat pengaruh

signifikan dari reformasi struktur organisasi terhadap peningkatan penerimaan

pajak menunjukkan bahwa langkah yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak

adalah tepat di dalam merespon tuntutan peningkatan penerimaan pajak. Hal ini

ditunjukkan juga dengan pengaruh yang sangat kuat dan sangat signifikan antara

fungsi pelayanan dan pemeriksaan, pendelegasian otoritas, sistem pelaporan,


35

koordinasi terhadap peningkatan dan penerimaan pajak pada Kanwil DJP Jakarta

Timur.

2.3. Kerangka Pemikiran

Program reformasi administrasi perpajakan telah mendapat peran cukup

penting dalam menentukan masa depan Direktorat Jenderal Pajak. Tepatnya sejak

program tersebut digulirkan pertama kali pada 2002. Untuk itu dalam praktiknya,

Ditjen Pajak melakukan berbagai pembenahan. Di antaranya pembenahan

organisasi yang kini lebih menyesuaikan pada kebutuhan wajib pajak. Ditjen

Pajak juga melakukan pembaharuan di bidang informasi teknologi, business

redesign process serta sumber daya manusia (SDM).

Adapun modernisasi di bidang teknologi informasi terbukti merupakan

salah satu terobosan yang cemerlang. Sebab para wajib pajak diberikan berbagai

kemudahan dalam proses pelaporan pembayaran pajak. Para wajib juga bisa

mengakses kapan pun, dimana pun serta real time. Terobosan itu terdiri atas

diluncurkannya produk-produk E-System. Antara lain yaitu E-Registration

(pendaftaran NPWP secara on line), MP3 (Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak), dan E-Filling (Pelaporan Surat Pemberitahuan).

Dengan cakupan program modernisasi tersebut, respons positif datang dari

para wajib pajak yang merasakannya. Dari segi antrian sampai dengan SDM-nya,

di samping itu juga ruangannya lebih nyaman dibandingkan dengan KPP (Kantor

Pelayanan Pajak).
36

Berdasarkan dukungan landasan teoritik yang diperoleh dari eksplorasi

teori yang dijadikan rujukan variasi variabel penelitian, maka dapat disusun

Kerangka Pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

Sistem Administrasi Kepatuhan Wajib Pajak


+H2
Perpajakan Modern (X) Orang Pribadi (Y)

Sumber : Diolah penulis dari berbagai sumber

2.4. Perumusan Hipotesis

Bedasarakan kajian teori sebagimana terlah dibahas diatas dan sesuai

dengan kerangka pemikiran maka peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut:

Pertama diduga ada Pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan

modern terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada kantor

pelayanan pajak pratama jakarta kemayoran.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Wirartha (2006, 39), objek penelitian adalah :

Objek penelitian (variabel penelitian) adalah karakteristik tertentu yang

mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit observasi atau

individu yang berbeda. Atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu

nilai.

Objek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah sistem administrasi

perpajakan modern terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada kantor pelayanan pajak pratama jakarta

kemayoran.

37
38

3.2 Operasional Variabel

Untuk meneliti bagaimana Pengaruh sistem administrasi perpajakan

modern, terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak, maka penulis menentukan

operasionalisasi variabel sebagai berikut :

1) Variable Independent atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variable dependent (terikat). Data yang menjadi variabel bebas

adalah sisstem administrasi perpajakan modern (X).

2) Variable Dependent atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi

variabel terikat adalah peningkatan kepatuhan wajib pajak (Y).

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator

dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Selain itu, operasionalisasi

variabel dimaksudkan untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing

variabel, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu statistik

dapat dilakukan dengan benar. Operasionalisasi variabel independen dan variabel

dependen dalam penelitian ini akan disajikan dalam Tabel 3.1.


39

Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian


NO Jumlah
Variabel Dimensi Indikator
Butir Butir

a. Pembenahan fungsi
Struktur pelayanan dan
Organisasi pemeriksaan 1
X 3

Penerapan
Sistem
Administra
si b. Pendelegasian otoritas
Perpajakan kegiatan pelayanan dan
Modern pemeriksaan 1

c. Sistem pelaporan secara


rutin
1

a. pelayanan dan
Prosedur pemeriksaan
Organisasi 1

4
b. Inovasi proses

c. Perubahan metode
operasi
1

d. Informasi
1
40

a. Strategi non
finansial 1
b. Strategi finansial
1

Strategi
Organisasi

Budaya a. Nilai
Organisasi 1
4
b. Norma
1

c. Iklim Organisasi
1

d. Komitmen
pegawai terhadap
tugasnya
1
41

Aspek Yudiris
a. Pendaftaran Wajib Pajak
b. Pelaporan Surat
Pemberitahuan
c. Penghitungan pajak
d. Pembayaran pajak
Kepatuhan

Wajib Pajak

Aspek a. Penyuluhan
b. Pelayanan
Psikologis c. Pemeriksaan

Aspek

Sosiologis a. Kebijakan publik


b. Kebijakan fiskal
c. Kebijakan perpajakan
d. Administrasi perpajakan

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014

Penelitian ini menggunakan skala likert sebagai acuan dalam penyusunan

angket yang disebarkan kepada responden. Skala likert dapat digunakan untuk
42

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang

fenomena sosial (Sugiono 2005, 86).

Adapun alternatif jawaban dengan menggunakan skala likert yaitu

memberikan skor pada masing-masing jawaban pertanyaan alternatif tersebut.

Tabel 3.2. Skala Likert


Bobot Nilai
Jawaban Pertanyaan Bila Positif Bila Negatif
1. Sangat Setuju 5 1
2. Setuju 4 2
3. Ragu-ragu 3 3
4. Tidak Setuju 2 4
5. Sangat Tidak Setuju 1 5
Sumber: Sugiono (2005, 89)

3.3 Populasi dan Sampel

Dalam melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu akan dijelaskan

mengenai populasi yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh keputusan apakah

penelitian ini memerlukan sampel atau tidak dan bagaimana cara pengambilan

sampel tersebut.

3.3.1 Populasi

Menurut Istijanto (2005, 112) menyatakan bahwa populasi adalah:

Jumlah keseluruhan yang mencangkup semua anggota yang diteliti.

Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah

Wajib Pajak Orang Pribadi di kantor pajak pratama jakarta kemayoran dengan

dipilihnya populasi tersebut diharapkan data yang terkumpul dapat mewakili


43

seluruh variabel yang akan diuji pada penelitian ini. Populasi sasaran peneliti

adalah wajib pajak kantor pelayanan pajak pratama jakarta kemayoran sebanyak

115 Orang.

Sample dalam penelitian ini, dengan menggunakan rumus slovin, maka di

peroleh sebesar :

Rumus : N
n =
1 + Ne²

100
n =
100 (0,1)² + 1
100
n =
2

N = 50 Orang

3.3.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Istijanto (2005, 112) adalah:

Sebagai suatu bagian yang yang ditarik dari populasi. Akibatnya, sampel

selalu merupakan bagian yang lebih kecil dari populasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Purposif Sampling yang artinya

cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil

kepada setiap elemen populasi.


44

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran

kuesioner kepada Wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak pratama

jakarta kemayoran.

Teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup, suatu

cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan

kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar

pertanyaan tersebut.

3.4.2 Jenis Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer, yaitu jenis data yang

diperoleh secara langsung dari kuesioner, tidak melalui perantara berupa jawaban

pertanyaan-pertanyaan dari responden yang adalah Wajib pajak orang pribadi

kantor pelayanan pajak pratama jakarta kemayoran.

3.5 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Setelah melakukan analisis data yang ada, selanjutnya data tersebut diolah

dengan menggunakan teknik analisis yaitu pengujian Instrumen Pengumpulan

Data. Pengujian instrumen pengumpulan data merupakan langkah awal yang

harus dilakukan untuk menganalisis data yang tersedia dalam penelitian ini, yang

bertujuan untuk memberi kepastian bahwa data yang didapatkan dari hasil
45

penyebaran kuesioner kepada responden adalah layak untuk digunakan dalam

penelitian. Menurut Ghozali (2006) di dalam buku pedoman penulisan skripsi dan

ujian komprehensif edisi kelima (2007, 40) menyatakan bahwa ada dua konsep

dalam mengukur kualitas data yaitu:

3.5.1 Uji Validitas

Menunjukan seberapa jauh suatu tes atau suatu set dari operasi pengukuran

apa yang seharusnya di ukur . Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau

valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi dari pengukur. Suatu

pengukur dikatakan reliable (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya

dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten.

Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama

diperoleh hasil yang sama.

Reliabilitas sebenarnya adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Dengan bantuan program

SPSS, dapat memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan

menggunakan metode Cronbach Alpha. Menurut Ghozali (2006, 42) menyatakan

bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60.


46

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini dilakukan secara

kuantitatif dengan penekanan data yang bersumber dari data primer, yang mana

data tersebut akan diolah kemudian dianalisis. Di samping itu, analisis data akan

dilakukan secara kuantitatif dengan menerapkan landasan teori yang kuat melalui

studi pustaka sehingga diharapkan akan memperoleh kesimpulan yang berbobot

ilmiah.

Setelah data-data yang dibutuhkan diperoleh, selanjutnya dilakukan

analisis sehingga data tersebut lebih berarti. Teknik perhitungan dan analisis data

menggunakan Analisis regresi berganda yang merupakan suatu alat yang

digunakan untuk memprediksi barubahnya nilai variabel tertentu bila variabel lain

berubah (Sugiyono 2006: 210). Persamaan umum Uji Regresi Linear Sederhana

adalah : ( Y=a+bx )

Keterangan :

Y= Variabel terikat (Dependent)

X= Variabel bebas (Independen)

a= Nilai intercept (konstan) atau harga Y bila X= 0

b= Koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau

penurunan variabel

dependen yang didasarkan pada variabel independent. Bila b (+) maka naik, bila b

(-) maka terjadi penurunan.


47

Nilai a dihitung dengan rumus :

Nilai b dihitung dengan rumus :

3.7 Pengujian Asumsi- Asumsi Model Regresi

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran

mengenai variabel yang diteliti. Uji statistik deskriptif mencangkup jumlah data,

nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi.

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan independen keduanya memiliki distribusi normal ataukah

tidak normal (Ghozali 2006, 110). Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov–Smirnov, data dikatakan berdistribusi

normal jika memiliki nilai probabilitas pengujian yang lebih besar dari 0,05

(Ghozali, 2006). Jika data tidak normal, maka dilakukan perbaikan data dengan

cara menghilangkan data tidak normal tersebut (outlier).

3.8 Teknik Pengujian Hipotesis

Untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat dapat digunakan metode

analisis sebagai berikut:


48

3.8.1 Uji Individu (t-test)

Uji hipotesis (statistik t) ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali 2011). Signifikansinya sebesar 5%. Dasar

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

1) Jika p-value α < 0,05 , maka Ho ditolak, dan Ha diterima, ini berarti

secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen.

2) Jika p-value α > 0,05 , maka Ho diterima, dan Ha ditolak, ini berarti

bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai

pengaruh terhadap pengaruh dependen.

3.8.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi, maka dapat dihitung koefisien

determinasi yaitu untuk melihat presentase pengaruh sistem administrasi

perpajakan modern terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Adapun koefisien determinasi yang di gunakan adalah :

kd = R2 x 100%

Dimana:

Kd = Koefisien determinasi

R2 = Kuadrat dari koefisien korelasi


49

3.9 Uji Pre-Test

Uji pre-test dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30

perusahan secara acak, untuk menguji kelayakan indikator yang digunakan. Jika

telah valid dan reliabel maka akan dilanjutkan untuk penelitian hipotesis.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran adalah sebuah instansi

pemerintah yang bergerak dibidang pelayanan jasa yaitu pajak. Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Jakarta Kemayoran merupakan kepanjangan tangan dari Kantor

Pelayanan Pajak Pusat yang berada di Jl. Gatot Subroto Jakarta.

4.1.1 Sejarah Kantor

Nama Kantor : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

Alamat : JL. Merpati I Blok B-12 No.6

Telepon : 021 - 6541870, 6541871, 6541868, 65418733

Fax : 121 – 6541869

50
51

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. KMK- 254/KMK.01/2004

tanggal 24 Mei 2004 jo KMK-167/KM.01/2005, KPP Pratama Jakarta

Kemayoran, merupakan satu dari 15 KPP modern pertama tingkat pratama di

Indonesia. Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian program Modernisasi

Administrasi Perpajakan Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

perpajakan; meningkatkan kepatuhan WP melalui pengawasan dan penegakan

hukum; meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi melalui reformasi dan

modernisasi; serta meningkatkan profesionalisme dan integritas sumber daya

manusia.

KPP Pratama Jakarta Kemayoran adalah merupakan unit lini depan (front line

unit) dari Direktorat Jenderal Pajak yang sarat dengan tugas, amanah, dan harapan

berupa pengamanan penerimaan pajak, peningkatan pelayanan, peningkatan

kepatuhan pajak, pengelolaan system informasi atau teknologi informasi yang

optimal, dan pengelolaan serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Tugas KPP Pratama Jakarta Kemayoran

KPP Pratama Jakarta Kemayoran mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,

pengawasan administratif, dan pemeriksaan di bidang perpajakan yang meliputi

PPh, PPN, PPnBM, PTLL, dan PBB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


52

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Jakarta Kemayoran menyelenggarakan

fungsi:

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,

pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi WP;

2. Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat

Pemberitahuan Masa, serta berkas WP;

3. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan

Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dan Pajak Tidak

Langsung Lainnya;

4. Penatusahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian

keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan/atau Bangunan dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;

5. Pemeriksaan seluruh jenis pajak;

6. Penerbitan surat ketetapan pajak;

7. Pembetulan surat ketetapan pajak;

8. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan;

9. Pelaksanaan administrasi KPP.


53

4.1.2. Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Kemayoran

Pada dasarnya Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Kemayoran sama

dengan Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak yang selalu dituntut untuk

melakukan terobosan-terobosan positif, dengan kemajuan teknologi, masyarakat

yang kian kritis dan keinginan besar dari dalam institusi DJP sendiri. Seiring

dengan dinamika tersebut Direktorat Jenderal Pajak secara sadar dan bersama-

sama mencoba membuat suatu visi bersama yang ideal yang diperlukan untuk

membangkitkan komitmen dan kesatuan gerak bagi seluruh jajarannya.

Visi

Menjadi Model Pelayanan Masyarakat Yang Menyelenggarakan Sistem

dan Manajemen Perpajakan Kelas Dunia, Yang Dipercaya dan Dibanggakan

Masyarakat.

Misi

Menghimpun Penerimaan Dalam Negeri Dari Sektor Pajak Yang Mampu

Menunjang Kemandirian Pembiayaan APBN Berdasarkan Undang – Undang

Perpajakan Dengan Tingkat Efektivitas dan Efisien Yang Tinggi.


54

4.1.3. Struktur organisasi KPP Pratama Jakarta Kemayoran

a. Kepala Kantor

Kepala Kantor mempunyai tugas mengkoordinasikan pelayanan

penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang

PPh,PPN,PPn BM & PTLL, dan PBB, serta BPHTB dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

b. Kepala Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,

ketatausahaan dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak Pratama 41

Jakarta Kemayoran, Penyuluhan dan publikasi peraturan perpajakan,

pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat

pengawasan fungsional serta penyusunan rencana strategi dan laporan

akuntabilitas yang meliputi: tata cara penerimaan pegawai, pemrosesan dan

penatausahaan dokumen masuk, penyampaian dokumen di KPP,

permintaan pengujian pegawai, Pelantikan sumpah dan serah terima

jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil, pembetulan Kartu

Tanda Pengenal Pemeriksa, penerbitan izin melanjutkan pendidikan di luar

kedinasan, pengajuan peserta pendidikan di luar negeri, laporan

perkawinan pertama pegawai, pengajuan usul permohonan pensiun

janda/duda, pengajuan usul permohonan berhenti bekerja sebagai PNS atas

permintaan sendiri, pengajuan usul pengangkatan bendahara, penyusunan

RKAKL pada KPP, pengurusan gaji, TKPKN dan SPJ, permohonan kartu

tanda peserta asuransi dan Taspen, mekanisme pembayaran anggaran


55

Belanja, pelaksanaan pembayaran langsung kepada rekanan, permintaan

dan pembayaran lembur pegawai, pemberhentian gaji, dan TKPKN,

penyusunan laporan/daftar realisasi anggaran belanja, penyusunan SAKPA

(system akuntansi kuasa pengguna anggaran) tingkat satker/ Unit

Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), penutupan buku kas

umum, penerimaan investaris dari rekanan atau pihak lain, pelaksanaan

penghapusan barang milik negara dengan lelang pada unit KPP,

pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP, pembuatan

laporan tahunan dan penyusunan tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat

Hasil Pemeriksaan (SHP)/Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen

Depkeu/BPK/BPKP/Unit fungsional pemeriksaan lainnya.

c. Seksi Pengolahan data dan informasi

Memiliki tugas tentang tata cara pemrosesan dan penatausahaan dokumen

masuk di seksi PDI, penatausahaan alat keterangan, rencana penerimaan

pajak berdasarkan potensi pajak, perKemayoran ekonomi dan keuangan,

pembentukan bank data, pemanfaatan bank data, pembuatan dan

penyampaian surat perhitungan (SPH) kirim ke kantor pelayanan pajak

lain, peminjaman berkas data/alat keterangan oleh seksi pengolahan data

dan informasi kepada seksi terkait, penatausahaan penerimaan PBB non

elektronik dan pembuatan laporan penerimaan PBB/BPHTB serta

penyelesaian pembagian hasil penerimaan PBB.


56

d. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas mengenai tatacara penatausahaan surat, dokumen dan

laporan wajib pajak pada tempat pelayanan terpadu, pendaftaran Nomor

Wajib Pajak, penyelesaian permohonan pengukuhan PKP, perubahan

identitas Wajib Pajak, penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di kantor

pelayanan pajak lama, penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di kantor

pelayanan pajak baru, penyelesaian PKP di kantor pelayanan pajak baru,

penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh, penerimaan dan

pengolahan SPT masa, penyelesaian permohonan perpanjangan jangka

waktu penyampaian SPT tahunan PPh, penerbitan surat teguran

penyampaian SPT, penerbitan surat teguran penyampaian SPT tahunan

PPh, penelitian hasil keluaran berupa SPPT/STTS/DHKP/DHR,

penyelesaian permohonan pembetulan SPPT/SKP/STP,

peminjaman/pengiriman berkas, pelaksanaan pemenuhan permintaan

konfirmasi dan klarifikasi, penyelesaian permohonan pembukuan dalam

bahasa Inggris dan mata uang dolat Amerika Serikat, penerbitan surat

perintah membayar kelebihan pajak untuk perwakilan negara asing dan

badan-badan Internasional serta Pejabat/Tenaga Ahlinya, penyampaian

permintaan revaluasi aktiva tetap dari Wajib Pajak ke kantor wilayah,

penyelesaian pemberitahuan pengguna norma perhitungan, layanan

permintaan penetapan sebagai daerah terpencil, penerbitan SKP,

penyelesaian penghapusan nomor Wajib Pajak, penyelesaian pencabutan

pengukuhan PKP, pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di


57

seksi pelayanan dan penatausahaan dokumen Wajib Pajak serta penyisihan

anak berkas WP yang tahun/masa pajaknya telah melampaui 10 tahun.

e. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas tentang tata cara pemrosesan dan penatausahaan

dokumen masuk diseksi pemeriksaan, penyelesaian Surat Pemberitahuan

(SPT), Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar, Penyelesaian

Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penjualan

Barang Mewah, Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan

Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai. Untuk Selain Wajib Pajak Patuh,

Penyelesaian Usulan Pemeriksaan, Penyelesaian usulan pemeriksaan bukti

Permulaan, Pengamatan oleh KPP, Pemeriksaan kantor dan pemeriksaan

lapangan serta penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota

perhitungan (Nohit).

f. Seksi Penagihan

Seksi ini bertugas tentang tata cara Pemrosesan dan penatausahaan

dokumen Masuk di seksi penagihan, penatausahaan SKP dan STP beserta

bukti pembayarannya, penatausahaan surat keputusan

pembetulan/keberatan/putusan banding/pengurangan atau pembatalan

ketetapan pajak dan surat keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi pada seksi penagihan, menjawab konfirmasi data tunggakan

Wajib Pajak, penyelesaian permohonan penundaan Wajib Pajak,

penyelesaian usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak,

penagihan pajak seketika dan sekaligus, penghapusan piutang pajak,


58

penerbitan STP Bunga Penagihan, Penerbitan dan penyampaian surat

teguran penagihan, penerbitan dan pemberitahuan surat paksa, penerbitan

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), penerbitan surat

keputusan pencabutan sita, pemindahan berkas dari kantor pelayanan

pajak ke kantor pelayanan pajak lainnya, pembetulan usulan pencegahan

dan penyanderaan terhadap Wajib Pajak tertentu, pelaksanaan lelang,

penyelesaian permohonan pembatalan lelang, dan pembuatan laporan seksi

penagihan ke kantor wilayah serta penyelesaian permohonan mengangsur

pembayaran pajak.

g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Mempunyai tugas dalam bidang tata cara pemrosesan dan penatausahaan

dokumen masuk di seksi Ekstensifikasi Perpajakan, pendaftaran objek

pajak baru dengan penelitian kantor, pendaftaran objek pajak baru dengan

penelitian lapangan, penerbitan himbauan untuk ber-NPWP, pencairan

data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan/pemutakhiran Bank data

Perpajakan, pencairan data potensial perpajakan dalam rangka pembetulan

monografi fiskal, melaksanakan penilaian individual objek PBB,

pembuatan daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB),

pembentukan/penyempurnaan ZNT/NIR, pemeliharaan data objek dan

subjek pajak, penyelesaian mutasi seluruhnya objek dan subjek pajak

PBB, penyelesaian permohonan penundaan pengembalian SPOP dan tata

cara penyelesaian permohonan surat keterangan NJOP serta penerbitan

Daftar Nominatif Untuk Usulan SP3PSL Eksistensi.


59

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Account Representative

Dalam organisasi KPP Pratama terdapat jabatan Account Representative

(Staf Pendukung Pelayanan) yang berada di bawah pengawasan dan bimbingan

Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Ikhtisar tugas Account Representative

adalah sebagai berikut:

Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis

Perpajakan

Penyusunan profil Wajib Pajak

Analisis kinerja Wajib Pajak

Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi

Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku

Memberikan informasi perpajakan.

Pembagian tugas kerja AR dilakukan dengan membagi habis wilayah kerja seksi

Pengawasan dan Konsultasi seluruh pengawasan pemenuhan kewajiban

perpajakannya (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan pajak lainnya). Untuk

mempermudah pembagian wilayah kerja AR dapat digunakan Peta Wilayah/Blok

PBB dengan memperhatikan keseimbangan beban kerja


60

4.2. Analisis Data

4.2.1. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan data-data, serta

untuk menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti data

mengenai jumlah data, nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi.

4.2.1.1. Statistik Deskriptif Kuesioner

Pengolahan data dilakukan secara terkomputerisasi, yaitu dengan

menggunakan program SPSS version 20.0 for windows (Statistical Package for

Social Science). Pengolahan data dengan menggunakan SPSS dapat

meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dalam pengolahan data

secara manual, seperti kesalahan menghitung. Program ini sangat membantu

dalam kegiatan statistik. Dengan bantuan program ini, pengolahan data dirinci

menurut beberapa karakteristik yang dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.

Proses pengolahan data melalui SPSS, yaitu dengan memasukan jawaban

dari kuesioner kedalam komputer dalam bentuk file data, kemudian dilakukan

pengolahan untuk mengetahui jumlah, presentase, serta ukuran statistik lainnya

sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah itu data-data tersebut disajikan dalam

bentuk tabel yang disusun berdasarkan kategoti-kategori, sehingga memudahkan

untuk menganalisis data. Data deskriptif berasal dari tabel yang telah di buat dan

menunjukan presentase bagian dalam kategori yang ditentukan.


61

Perolehan data dilakukan tanggal 2 Oktober 2014- 9 Oktober 2014. Pada

tabel 4.1 dijelaskan bahwa kuesioner yang disebar sebanyak 50 kuesioner.

Kuesioner yang diterima kembali sebanyak 50 kuesioner. Jadi jumlah sampel

yang dijadikan untuk pengamatan sebanyak 50 kuesioner. Rincian jumlah sampel

dan tingkat pengembalian kuesioner disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Kuesioner Penelitian


Keterangan Jumlah Kuesioner

Keterangan Jumlah Kuesioner Presentase (100%)


Jumlah Kuesioner yang 50 100
dibagikan
Kuesioner yang tidak 50 100
kembali
Kuesioner yang kembali 50 100
Kuesioner yang tidak 0 0
lengkap (rusak)
Total sampel akhir 50 100
pengamatan

Sumber: Data yang diolah

4.2.1.2. Statistik Deskriptif Responden

Uji yang digunakan dalam menganalisis data diri responden adalah uji

statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk informasi mengenai

karakteristik data demografi responden. Dari hasil penyebaran kuesioner yang

telah dilakukan, dapat dilihat gambaran umum mengenai responden yang

digunakan. Melalui demografi responden yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat
62

dilihat identitas data responded yang meliputi usia, jenis kelamin (gender), tingkat

pendidikan, pengisian SPT , dan pendidikan perpajakan.

Tabel 4.2.

Distribusi Responden atas Dasar Jenis kelamin

Data deskriptif Keterangan Jumlah Presentase


Jenis Kelamin Laki-Laki 29 64%
Perempuan 21 36%

Gambar 4.2

Distribusi Responden atas Dasar Jenis kelamin

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah

laki-laki yang berjumlah 29 orang (64%), sementara minoritas responden adalah

perempuan yang berjumlah 21 orang (36%).


63

Tabel 4.3.

Distribusi Responden atas Dasar Tingkat Pendidikan

Data deskriptif Keterangan Jumlah Presentase


Tingkat Pendidikan SMU 10 8%
D3 10 27%
S1 21 53%
S2 9 12%
S3 0 0%

Gambar 4.3.

Distribusi Responden atas Dasar Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berlatar

belakang pendidikan perguruan tinggi sebanyak 40 orang dan 10 orang dengan

tingkat pendidikan SMU.


64

Tabel 4.4.

Distribusi Responden atas Dasar Usia

Data Deskriftif Keterangan Jumlah Presentase


Usia < 25 tahun 29 43%
≥ 25 tahun 21 57%

Gambar 4.4.

Distribusi Responden atas Dasar Usia

Dari table 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar wajib pajak yang

menjadi responden dalam penelitian ini adalah mayoritas wajib pajak yang berusia

> 25 tahun, sementara minoritas wajib pajak berusia < 25 tahun.


65

4.2.1.3. Analisis data Pembahasan Jawaban Responden

Penerapan sistem administrasi perpajakan modern adalah proses

penatausahaan dan pelayanan terhadap kewajiban dan hak-hak wajib pajak yang

bedasarkan pada jenis pajak, sehinggga tugas pelayanan, pengawasan dan

pemeriksaan tersebar pada masing-masing seksi teknis. Ada empat dimensi yaitu:

struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasi.

Bedasarkan pengolahan data maka dapat dilihat secara kumulatif sebagai berikut:

Tabel 4.5

Penilaian kumulatif Variabel Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan

Modern

Nil Ket
No Uraian Jawaban ai

SS S CS TS STS
Struktur organisasi pada KPP Sangat
modern telah berubah 216 Baik
menjadi bedasarkan fungsi
1. 16 34 0 0 0
(Fungsi Pelayanan,
pemeriksaan, penagihan,
pengawasan dan konsultan)
Adanya Account
Representative ( 217 Sangat
penghubung antara para Baik
wajib pajak dalam
2. 17 33 0 0 0
menyampaikan informasi)
permasalahan perpajakan
wajib pajak segera ditangani
dengan efektif
66

Account Representative (
penghubung antara para
wajib pajak dalam 220 Sangat
menyampaikan informasi) Baik
3. telah melakukan fungsinya 20 30 0 0 0
dengan benar dalam
membimbing wajib pajak
untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan
Setiap Wajib pajak dalam Sangat
menjalankan hak & 217 Baik
4. 17 33 0 0 0
kewajibannya diawasi oleh
Account Representative
Dalam rangka memenuhi Sangat
kewajiban perpajakannya, 217 Baik
wajib pajak cukup melalui
5. digitalisasi (melalui internet / 17 33 0 0 0
computer dan lain-lain) tanpa
bertatap muka dengan aparat
pajak
Waktu dalam menyelesaikan Sangat
pelaporan SPT masa / 220 Baik
6. 20 30 0 0 0
tahunan Wajib Pajak tidak
menemui hambatan
Dengan dilakukannya
sosialisasi perpajakan oleh 198 Baik
kantor pelayanan pajak
7. (KPP) / ditempat lain / media 9 32 7 2 0
lain maka informasi akan
mudah diterima oleh wajib
pajak
Sistem administrasi modern Sangat
(digitalisasi e-SPT, e-filling, 217 Baik
MP3) Sudah benar-benar
8. dimanfaatkan demi 17 33 0 0 0
kemudahan pemenuhan
kewajiban perpajakan (sesuai
kebutuhan
Pembayaran Pajak Secara Sangat
9 21 29 0 0 0
on-line (teller bank, internet 221 Baik
67

banking, dan ATM)


memudahkan wajib pajak
karena prosesnya cepat
Aparat pajak memberikan 215 Sangat
pelayanan yang sama Baik
terhadap semua wajib pajak
10 15 35 0 0 0
(tanpa memandang besar
kecilnya jumlah hutang
pajak)
Kejujuran aparat pajak 211 Sangat
(ketepatan dan ketegasan Baik
11 15 34 0 0 0
dalam penerapan undang-
undang/peraturan)
Aparat pajak sudah bekerja 217 Sangat
12 sesuai dengan fungsi dan 17 33 0 0 0 Baik
tugasnya masing-masing
Aparat pajak menjaga 220 Sangat
13 kerahasiaan informasi dan 20 30 0 0 0 Baik
data
Sangat
17 35 7 2 0
Nilai Rata-Rata 248 Baik

Gambar 4.5
Penilaian Responden Pada Variabel Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern
68

Berdasarakan Hasil Pengolahan data terhadap variabel penerapan sistem

administrasi perpajakan modern menunjukan bahwa untuk responden dengan

penilaian sangat setuju ada sebanyak 17 responden atau 28% dari total responden,

responden dengan penilaian setuju rata-rata ada sebanyak 35 atau 57% dari total

responden, responden dengan penilaian cukup setuju rata-rata ada sebanyak 7 atau

12% dari total responden, responden dengan penilaian tidak setuju rata-rata ada

sebanyak 2 atau 3% dari total responden, responden dengan penilaian sangat tidak

setuju rata-rata ada sebanyak 0 atau 0% dari total responden.

4.2.1.4. Variabel Keptuhan Wajib Pajak

Kepatuhan suatu pemenuhan kewajiban perpajakan, yang harus

dilakukan wajib pajak melalui tingkat pelaporan surat pemberitahuan (SPT),

Laporan penyelesaian tunggakan pajak dan laporan perkembangan pembayaran

atau penyetoran pajak terhutang.

Berdasarakan hasilpengolahan data maka dapat dilihat secara kumulatif

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Penilaian Kumulatif Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak SS S CS TS STS Nilai Ket


Menurut anda dalam
mendaftarkan diri untuk
1 memiliki NPWP 9 34 7 0 0
membutuhkan waktu yg 202 Baik
lama?

Apakah anda setuju jika


terjadi keterlambatan
2 Pelaporan maupun 8 34 7 1 0 Baik
Pembayaran akan dikenakan 199
sanksi
69

Menurut Anda apakah


pelayanan yang baik, cepat
3 Dan menyenangkan sangat 13 28 8 1 0 Baik
diperlukan 203

Dalam Pengisian Laporan


4 Pajak membutuhkan 11 31 8 0 0 203 Baik
informasi

Untuk melaporkan SPT


Masa/Tahunan Wajib Pajak
sudah memperoleh Baik
5 informasi yang lengkap 8 33 8 1 0 198
dalam menghitung pajak
terhutang

Dalam pengisian SPT


6 Masa/SPT 13 28 8 1 0 203 Baik
Tahunan susah dimengerti

Penyuluhan pajak
merupakan sarana
7 penyampaian informasi 10 33 7 0 0 Baik
perpajakan kepada Wajib 208
Pajak

Dengan penyuluhan pajak


dapat memberikan motifasi
8 bagi wajib pajak agar sadar 8 34 7 1 0 199 Baik
membayar pajak

Penyuluhan perpajakan
yang dilaksanakan oleh DJP 209 Baik
9 ( Direktorat Jenderal Pajak ) 20 20 9 1 0
telah menyelesaikan
persoalan yang anda hadapi

DJP ( Direktorat Jenderal Sangat


Pajak ) sering mengundang 210 Baik
10 anda untuk mengikuti 18 24 8 0 0
penyuluhan pajak

Nilai Rata-Rata 11,8 29,9 7,7 0,6 0 202,9 Baik


70

Gambar 4.6

Penilaian Responden Pada Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan Hasil Pengolahan data terhadap variabel penerapan sistem

administrasi perpajakan modern menunjukan bahwa untuk responden

dengan penilaian sangat setuju ada sebanyak 11,8 responden atau 24% dari

total responden, responden dengan penilaian setuju rata-rata ada sebanyak

29,9 atau 60% dari total responden, responden dengan penilaian cukup

setuju rata-rata ada sebanyak 7,7 atau 15% dari total responden, responden

dengan penilaian tidak setuju rata-rata ada sebanyak 0,6 atau 1% dari total

responden, responden dengan penilaian sangat tidak setuju rata-rata ada

sebanyak 0 atau 0% dari total responden


71

4.2.1.5. Statistik Deskriptif Data

Statistik deskriptif data memberikan gambaran menegnai nilai minimum,

nilai maximum, rata-rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation) dari

jawaban responden pada item-item pertanyaan yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7. Statistik Deskriptif Pertanyaan

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance


Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

sistem 50 14,00 51,00 65,00 56,2200 ,65546 4,63478 21,481


kepatuhan 50 20,00 30,00 50,00 40,5800 ,69757 4,93257 24,330
Valid N (listwise) 50

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pertanyaan Sistem Perpajakan diatas

memiliki nilai minimum sebesar 51,00 dan nilai maksimum sebesar 65,00. Rata-

rata nilai dari sistem perpajakan sebesar 56.2200 dengan standar deviasi sebesar

4.63478. Kemudian, untuk variabel kepatuhan memiliki nilai minimum 30,00 dan

nilai maksimum 50,00. Rata-rata nilai dari sistem perpajakan adalah sebesar

40.5800 dengan standar deviasi sebesar 4.93257.

4.2.2. Pengujian Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran dan

pengisian kuesioner, karena itu pengujian instumen pengumpulan data harus

dilakukan sebagai langkah awal untuk memastikan bahwa kuesioner tersebut

layak atau tidaknya suatu item pertanyaan. Sehingga kuesioner dapat


72

menggambarkan tujuan penelitian (valid) dan juga dapat menngambarkan

kekonsistenan apabila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda

(reliable) digunakan untuk mendapatkan data yang diinginkan dari responden. Uji

instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah :

4.2.2.1. Uji Validitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam

kuesioner, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur

apa yang ingin diukur dalam penelitian ini. Teknik pengujian dalam penelitian ini

menggunakan korelasi Bivariate Pearson.

Pengujian validitas ini menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi

0,05. Kriteria pengujiannya sebagai berikut :

1) Jika r hitung ≥ r table (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka item pertanyaan

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

2) Jika r hitung < r table (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka item pertanyaan tidak

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

dengan r tabel. Nilai r tabel dapat dicari, dimana degree of freedom (df) = n –

2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel.


73

Catatan:

R tabel = 30 (jumlah sampel) – 2 = 28 dengan alpha 0,05 dan dicocokan

dengan tabel R Product Moment (0,05 ; 28) maka didapat nilai r tabel = 0,361

Cara pengambilan keputusan:

r hitung > r tabel = Valid

3) r hitung < r tabel = Tidak valid

Hasil uji validitas variabel Sistem Administrasi (X) dapat dilihat pada tabel

4.4 di bawah ini :

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Validitas atas Variabel Sistem Administrasi (X)

R Hitung >/< R Tabel Keterangan

Pernyataan_1 > 0.361 Valid


.808
Pernyataan_2 > 0.361 Valid
.647
Pernyataan_3 > 0.361 Valid
.744
Pernyataan_4 > 0.361 Valid
.775
Pernyataan_5 > 0.361 Valid
.647
Pernyataan_6 > 0.361 Valid
.744
Pernyataan_7 > 0.361 Valid
.583
Pernyataan_8 > 0.361 Valid
.647
Pernyataan_9 > 0.361 Valid
.710
74

Pernyataan_10 < 0.361 Valid


.853
Pernyataan_11 > 0.361 Valid
.817
Pernyataan_12 < 0.361 Valid
.647
Pernyataan_13 > 0.361 Valid
.744
Sumber: Ouput data pengolahan SPSS 20

Pada tabel 4.4 diatas, 5 diatas menunjukan bahwa dari 13 (Tiga Belas) butir

instrument pada variabel Sistem Perpajakan X, semua butirnya mempunyai

korelasi positif dengan rentang 0.583 – 0,853 ; 11 (Tiga Belas) butir valid yang

ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi r lebih besar dari nilai kritisnya 0.361 pada

taraf signifikansi 0.05 untuk n = 30, maka tidak ada butir pertanyaan yang didrop

dan semua butir pertanyaan yang valid disertakan dalam analisa selanjutnya.

Hasil uji validitas variabel Kepatuhan (Y) dapat dilihat pada tabel 4.5 di

bawah ini :

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Validitas atas Variabel Kepatuhan (Y)

R Hitung >/< R Tabel Keterangan

Pernyataan_1 > 0.361 Valid


.884
Pernyataan_2 > 0.361 Valid
.702
Pernyataan_3 > 0.361 Valid
.757
Pernyataan_4 > 0.361 Valid
.810
Pernyataan_5 < 0.361 Drop
.695
75

Pernyataan_6 > 0.361 Valid


.757
Pernyataan_7 > 0.361 Valid
.863
Pernyataan_8 > 0.361 Valid
.702
Pernyataan_9 > 0.361 Valid
.655
Pernyataan_10 < 0.361 Valid
.717
Sumber: Ouput data pengolahan SPSS 20

Pada tabel 4.5 diatas, menunjukan bahwa dari 10 (Sepuluh) butir instrument

pada variabel Kepatuhan Y, semua butirnya mempunyai korelasi positif dengan

rentang 0.655 – 0,884 ; 10 (Kepatuhan) butir valid yang ditunjukan oleh nilai

koefisien korelasi r lebih besar dari nilai kritisnya 0.361 pada taraf signifikansi

0.05 untuk n = 30, maka tidak ada pertanyaan yang dan semua butir pertanyaan

yang valid disertakan dalam analisa selanjutnya.

4.2.2.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut

diulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach

Alpha.

1) Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka pertanyaan-pertanyaan yang

digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah reliabel.

2) Jika nilai Cronbach Alpha < 0,60 maka pertanyaan-pertanyaan yang

digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah tidak reliabel.


76

Hasil uji reliabilitas variabel Sistem Administrasi (X) dapat dilihat pada

tabel 4.10 di bawah ini:

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel Sistem Administrasi

(X)
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.718 13
Sumber: Ouput data pengolahan SPSS 20

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas pada tabel di atas,

diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel independen (Sistem

Administrasi) adalah 0,718. Oleh karena nilai Cronbach’s Alpha yang diperoleh

sebesar 0,718 berada diatas 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa setiap item

pertanyaan untuk mendapatkan nilai variabel Sistem Administrasi dapat

dinyatakan reliabel atau handal.

Hasil uji reliabilitas variabel Kepatuhan (Y) dapat dilihat pada tabel 4.11 di

bawah ini:

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel Kepatuhan (Y)

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.732 10
Sumber: Ouput data pengolahan SPSS 20

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas pada tabel di atas,

diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Kepatuhan adalah 0,732.
77

Oleh karena nilai Cronbach’s Alpha yang diperoleh sebesar 0,732 berada diatas

0,60, maka dapat disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan untuk mendapatkan

nilai variabel Kepatuhan dapat dinyatakan reliabel atau handal.

4.2.3. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini, pertama-tama harus menggunakan

pengujian asumsi klasik terhadap data dari kuesioner yang digunakan. Dengan

terpenuhinya asumsi klasik yang ada, maka suatu variable layak digunakan untuk

tujuan memprediksi variabel lainnya. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

4.2.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov.

Dasar pengembalian keputusan berdasarkan nilai p-value pada kolom asymp. Sig

(2-tailed) yang dihasilkan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika p-value pada kolom asymp. Sig (2-tailed) < 0.05, maka Ho ditolak dan

Ha diterima. Dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal.

2) Jika p-value pada kolom asymp. Sig (2-tailed) > 0.05, maka Ho diterima dan

Ha ditolak. Dengan kata lain, data terdistribusi normal.


78

Grafik Normal Plot

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot

dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang

menceng (skewness) ke kiri dan tidak normal. Sedangkan pada grafik normal plot

terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya agak

menjauh dari garis diagonal. grafik ini menunjukkan bahwa model regresi

menyalahi asumsi normalitas. Tetapi karena menggunakan grafik, interprestasi

tiap orang dapat berbeda karena unsur subjektifitas, maka dapat menggunakan

metode lainnya, di mana dapat menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov.


79

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini:

Tabel 4.12. Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 50

a,b
Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation 2,94184871
Absolute ,149
Most Extreme Differences Positive ,149
Negative -,078
Kolmogorov-Smirnov Z 1,055
Asymp. Sig. (2-tailed) ,216

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Tabel 4.12 di atas terlihat bahwa nilai p-value pada kolom asymp. Sig (2-

tailed) yang dihasilkan adalah sebesar 0,216 oleh karena 0,216 > 0,05 maka Ho

diterima dan Ha di tolak. Dengan demikian, data yang diperoleh berdistribusi

normal.

4.2.4. Pengujian Hipotesis

4.2.4.1. Uji T

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

secara bersma-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut:


80

1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ini berarti

bahwa secara simultan keempat variabel independen tersebut tidak

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

2) Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti

secara simultan keempat variabel independen tersebut mempunyai

pengaruh pengaruh terhadap variabel dependen.

Hasil uji T atas variabel Sistem Administrasi Perpajakan (X), terhadap

Kepatuhan (Y) dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah ini:

Tabel 4.13 Hasil Uji T pada Variabel X dan Y

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 26,756 3,519 7,604 ,000


1
Sistem ,726 ,086 ,773 8,434 ,000

a. Dependent Variable: Kepatuhan


Dari Tabel 4.21 dapat diperoleh hasil dari pengujian hipotesis sebagai

berikut: Y = a + bX

Y = 26,756+ .726X

Dari uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh

variabel independen Sistem Administrasi perpajakan Modern (X) memiliki nilai

positif, menunjukan Sistem Administrasi perpajakan Modern dengan kepatuhan

wajib pajak orang pribadi berbanding lurus. Koefisien regresi variabel Sistem

Administrasi perpajakan Modern sebesar 0,726 mengandung arti setiap


81

peningkatan satu persen Sistem Administrasi perpajakan Modern akan

menyebabkan keniakan kepatuhan wajib pajak orang pribadi sebesar 0,726

Tabel distribusi t dicari pada a = 5 % : 2 = 2,5% atau 0,25 (uji 2 sisi)

dengan derajat kebebasan (df) n – k – 1 atau 50 – 1 – 1 = 48 (n adalah jumlah

sampel dan k adalah jumlah variabel independen) maka dapat diketahui nilai t

tabel yang di peroleh adalah 0,679 (Priyatno, 2009:71).

Dengan kriteria pengujian:

Ho diterima jika – t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak jika – t hitung < – t tabel atau t hitung > t tabel 0,679

Nilai t hitung 8.434 dan nilai t tabel 0,679 jadi nilai t hitung > t tabel dan

Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara penggunaan

Sistem administrasi perpajakan modern. Jadi, dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Setelah model regresi linier sederhana ini telah dinyatakan valid secara

statistik. Maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah variabel-variabel

independen pengujian-pengujian yang dilakukan meliputi koefisien determinasi

(R Square) Pengujian ini menggunakan program Spss 20 yang terlihat didalam

tabel dibwah ini:

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 ,773 ,597 ,589 2,97234

a. Predictors: (Constant), kepatuhan


82

Dari Hasil perhitungan menggunakan SPSS yang nampak pada tabel di atas,

diketahui nilai R Square sebesar 0,597 atau 59,7%. Hal ini menunjukan pengaruh

antara sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak

cukup.

4.2.5. Interpretasi Hasil

Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini,

hasil yang didapat dari pengujian hipotesis menunjukan bahwa ada pengaruh

antara sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak

cukup

Dengan demikian penelitian yang saya lakukan sejalan dengan penelitian

sebelumnya dapat dilihat sebagai berikut:

Hasil dari penelitian yang diperoleh adalah bahwa ada pengaruh yang

signifikan dari penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap biaya

kepatuhan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat. Dibenarkan bahwa

penerapan sistem administrasi perpajakan modern dapat menurunkan biaya

kepatuhan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat. Selanjutnya

terdapat pula penelitian yang membahas mengenai pengaruh reformasi struktur

organisasi terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dilakukan oleh

Muhammad Fauzi (2009) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Reformasi

Struktur Organisasi Terhadap Peningkatan Pajak Pada Kanwil DJP Jakarta Timur
83

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengaruh struktur organisasi

terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kanwil DJP Jakarta Timur.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fauzi ini menggunakan instrument

berbentuk kuisioner kepada 185 sampel yang merupakan seluruh anggota populasi

sebagai sampel. Untuk kemudian data kuisioner siap dianalisis menggunakan

aplikasi SPSS. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebasnya

berupa elemen reformasi struktur organisasi, yang terdiri dari sub variabel, yaitu :

1) Fungsi pelayanan dan pemeriksaan, 2) Pendelegasian otoritas, 3) Sistem

pelaporan, 4) Pengawasan tugas, dan 5) Koordinasi. Adapun variabel terikatnya

adalah berupa elemen peningkatan penerimaan pajak.

Hasil dari penelitian yang diperoleh adalah bahwa terdapat pengaruh

signifikan dari reformasi struktur organisasi terhadap peningkatan penerimaan

pajak menunjukkan bahwa langkah yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak

adalah tepat di dalam merespon tuntutan peningkatan penerimaan pajak. Hal ini

ditunjukkan juga dengan pengaruh yang sangat kuat dan sangat signifikan antara

fungsi pelayanan dan pemeriksaan, pendelegasian otoritas, sistem pelaporan,

koordinasi terhadap peningkatan dan penerimaan pajak pada Kanwil DJP Jakarta

Timur.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil pengujian bahwa nilai p-value pada kolom asymp. Sig (2-tailed)

yang dihasilkan adalah sebesar 0,004 oleh karena 0,004 < 0,05 maka Ho

diterima dan Ha di tolak. Dengan demikian, data yang diperoleh

berdistribusi tidak normal.

2. Dari hasil pengujian hipotesis di atas dapat disimpulkan Nilai t hitung

8.434 dan nilai t tabel 0,679 jadi nilai t hitung > t tabel dan Ho ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara penerapan

sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak.

84
85

Jadi, dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Sistem administrasi

perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

5.2 Rekomendasi

Dari penelitian ini, saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah :

1. Pengurus pajak pratama jakarta kemayoran harus menerapkan sistem yang

lebih baik agar kedepannya bisa bertahan, dan pengelolaan perpajakan

akan berjalan lancar dan tidak akan terlalu banyak menemui hambatan

yang berarti

2. Wajib Pajak Orang Pribadi untuk meningkatkan kepatuhan tentang pajak

dan kebijakan dalam hal meningkatkan pembangunan negara agar lebih

bisa taat dalam membayar pajak.

5.3 Keterbatasan

Penelitian ini masih jauh dari sempurna, mengingat masih terdapat

keterbatasan-keterbatasan antara lain menyangkut:

1. Dalam penentuan variabel dalam penelitian ini hampir sepenuhnya sama

dengan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, tanpa banyak

kesempatan untuk menelaah lebih seksama.

2. Karena keterbatasan-keterbatasan itu menyebabkan hasil penelitian ini

perlu pengkajian yang lebih seksama dimasa mendatang, dengan melihat

factor-faktor diluar keterbatasan sekarang.


KUESIONER PENELITIAN

Kepada Bpk/Ibu/Sdr yang terhormat,

1. Mohon bantuan Anda untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang kami
berikan pada halaman berikutnya, sesuai dengan keyakinan dan pendapat Anda.
2. Kuesioner ini bersifat tertutup dan seluruh alternative jawaban Anda atas pernyataan
yang diberikan telah disediakan dalam kolom.
3. Kejujuran dan obyektivitas jawaban Andas angat kami harapkan. Kami menjamin
kerahasiaan identitas dan jawaban Anda.

AtaspartisipasiAndadalammengisikuesionerini, saya ucapkanterimakasih.

BAGIAN I
Pertanyaan bagian I adalah pertanyaan yang berhubungan dengan identitas responden.
Berilah tanda silang ataulingkaran pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda.

Usia :
1. < 25 tahun (kurang dari 25 tahun)
2. ≥ 25 tahun (25 tahun atau lebih)

Jeniskelamin:
1. Laki-laki
2. Perempuan

Tingkat pendidikan:
1. SMU
2. D3
3. S1
4. S2
5. S3
Jabatan: ..........................................

Pengisian SPT dilakukan :


1. Perusahaan
2. Dengan bantuan konsultan

Pendidikan Pepajakan :
1. Brevet
2. Pelatihan
3. Penyuluhan
4. Belajar sendiri
PetunjukPengisian :
Berilah tanda silang (X) pada salah satu kolom yang Anda anggap tepat dengan butir-butir isian
sebagai berikut :

Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

1 2 3 4 5

NO URAIAN JAWABAN

Struktur organisasi

1 Struktur organisasi pada KPP modern telah


berubah menjadi bedasarkan fungsi (Fungsi 1 2 3 4 5
Pelayanan, pemeriksaan, penagihan,
pengawasan dan konsultan)

2 Adanya Account Representative ( penghubung


antara para wajib pajak dalam menyampaikan 1 2 3 4 5
informasi) permasalahan perpajakan wajib
pajak segera ditangani dengan efektif

3 Account Representative ( penghubung antara


para wajib pajak dalam menyampaikan
informasi) telah melakukan fungsinya dengan 1 2 3 4 5
benar dalam membimbing wajib pajak untuk
melaksanakan kewajiban perpajakan
Prosedur Organisasi
1
Setiap Wajib pajak dalam menjalankan hak &
kewajibannya diawasi oleh Account 1 2 3 4 5
Representative
2 Dalam rangka memenuhi kewajiban
perpajakannya, wajib pajak cukup melalui
digitalisasi (melalui internet / computer dan 1 2 3 4 5
lain-lain) tanpa bertatap muka dengan aparat
pajak
3
Waktu dalam menyelesaikan pelaporan SPT
masa / tahunan Wajib Pajak tidak menemui 1 2 3 4 5
hambatan
4 Dengan dilakukannya sosialisasi perpajakan
oleh kantor pelayanan pajak (KPP) / ditempat
1 2 3 4 5
lain / media lain maka informasi akan mudah
diterima oleh wajib pajak
StrategiOrganisasi

1
Sistem administrasi modern (digitalisasi e-SPT,
e-filling, MP3) Sudah benar-benar 1 2 3 4 5
dimanfaatkan demi kemudahan pemenuhan
kewajiban perpajakan (sesuai kebutuhan).
2
Pembayaran Pajak Secara on-line (teller bank,
internet banking, dan ATM) memudahkan 1 2 3 4 5
wajib pajak karena prosesnya cepat
BudayaOrganisasi

1
Aparat pajak memberikan pelayanan yang
sama terhadap semua wajib pajak (tanpa 1 2 3 4 5
memandang besar kecilnya jumlah hutang
pajak)
2
Kejujuran aparat pajak (ketepatan dan
ketegasan dalam penerapan undang- 1 2 3 4 5
undang/peraturan)
3 Aparat pajak sudah bekerja sesuai dengan 1 2 3 4 5
fungsi dan tugasnya masing-masing
4 Aparat pajak menjaga kerahasiaan informasi 1 2 3 4 5
dan data
KepatuhanWajibPajak
1 Menurut anda dalam mendaftarkan diri untuk 1 2 3 4 5
memiliki NPWP membutuhkan waktu yg lama?

2 Apakah anda setuju jika terjadi keterlambatan 1 2 3 4 5


Pelaporan maupun Pembayaran akan dikenakan
sanksi

3 Menurut Anda apakah pelayanan yang baik, cepat 1 2 3 4 5


Dan menyenangkan sangat diperlukan

4 Dalam Pengisian Laporan Pajak membutuhkan 1 2 3 4 5


informasi

5 Untuk melaporkan SPT Masa/Tahunan Wajib 1 2 3 4 5


Pajak sudah memperoleh informasi yang lengkap
dalam menghitung pajak terhutang

6 Dalam pengisian SPT Masa/SPT 1 2 3 4 5


Tahunan susah dimengerti

7 Penyuluhan pajak merupakan sarana penyampaian 1 2 3 4 5


informasi perpajakan kepada Wajib Pajak

8 Dengan penyuluhan pajak dapat memberikan 1 2 3 4 5


motifasi bagi wajib pajak agar sadar membayar
pajak

9 Penyuluhan perpajakan yang dilaksanakan oleh 1 2 3 4 5


DJP ( Direktorat Jenderal Pajak ) telah
menyelesaikan persoalan yang anda hadapi

10 DJP ( Direktorat Jenderal Pajak ) sering 1 2 3 4 5


mengundang anda untuk mengikuti penyuluhan
pajak

Demikianhasilkuesionerinidibuatuntukdipergunakansemata-
matauntuktujuanakademis.
LAMPIRAN : HASIL FREQUENSI KUESIONER X

VAR00001

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 34 68,0 68,0 68,0

Valid 5,00 16 32,0 32,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00002

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 33 66,0 66,0 66,0

Valid 5,00 17 34,0 34,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00003

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 30 60,0 60,0 60,0

Valid 5,00 20 40,0 40,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00004

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 33 66,0 66,0 66,0

Valid 5,00 17 34,0 34,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


VAR00005

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 33 66,0 66,0 66,0

Valid 5,00 17 34,0 34,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00006

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 30 60,0 60,0 60,0

Valid 5,00 20 40,0 40,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00007

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 2 4,0 4,0 4,0

3,00 7 14,0 14,0 18,0

Valid 4,00 32 64,0 64,0 82,0

5,00 9 18,0 18,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00008

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 33 66,0 66,0 66,0

Valid 5,00 17 34,0 34,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


VAR00009

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 29 58,0 58,0 58,0

Valid 5,00 21 42,0 42,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00010

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 35 70,0 70,0 70,0


Valid 5,00 15 30,0 30,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00011

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 34 68,0 68,0 68,0

Valid 5,00 16 32,0 32,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00012

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 33 66,0 66,0 66,0

Valid 5,00 17 34,0 34,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


VAR00013

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 30 60,0 60,0 60,0

Valid 5,00 20 40,0 40,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


LAMPIRAN : HASIL FREQUENSI KUESIONER Y

VAR00001

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 7 14,0 14,0 14,0

4,00 34 68,0 68,0 82,0


Valid
5,00 9 18,0 18,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00002

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 1 2,0 2,0 2,0

3,00 7 14,0 14,0 16,0

Valid 4,00 34 68,0 68,0 84,0

5,00 8 16,0 16,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00003

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 1 2,0 2,0 2,0

3,00 8 16,0 16,0 18,0

Valid 4,00 28 56,0 56,0 74,0

5,00 13 26,0 26,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00004

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 8 16,0 16,0 16,0

4,00 31 62,0 62,0 78,0


Valid
5,00 11 22,0 22,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


VAR00005

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 1 2,0 2,0 2,0

3,00 8 16,0 16,0 18,0

Valid 4,00 33 66,0 66,0 84,0

5,00 8 16,0 16,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00006

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 1 2,0 2,0 2,0

3,00 8 16,0 16,0 18,0

Valid 4,00 28 56,0 56,0 74,0

5,00 13 26,0 26,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00007

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 7 14,0 14,0 14,0

4,00 33 66,0 66,0 80,0


Valid
5,00 10 20,0 20,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
VAR00008

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 1 2,0 2,0 2,0

3,00 7 14,0 14,0 16,0

Valid 4,00 34 68,0 68,0 84,0

5,00 8 16,0 16,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00009

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 1 2,0 2,0 2,0

3,00 9 18,0 18,0 20,0

Valid 4,00 20 40,0 40,0 60,0

5,00 20 40,0 40,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

VAR00010

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 8 16,0 16,0 16,0


4,00 24 48,0 48,0 64,0
Valid
5,00 18 36,0 36,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI, 2010, Undang – Undang Ketentuan Umun dan Tata Cara

Perpajakan (KUP) susunan

dalam satu naskah, edisi revisi, Fokusmedia. Bandung.

Brotodihardjo, 2010, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, edisi revisi, penerbit

Eresco, Jakarta

Effendi, 2006, Kebijakan Perpajakan di Indonesia dari Era Kolonial Sampai

Era Orde Baru, Alinea

Pustaka, Jogjakarta.

Khaerani , 2010, Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, edisis revisi, ANDI, Yogyakarta.

Niko, 2010, Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak pada KPP Wajib Pajak Besar I dan II.

Riduwan, 2009, Belajar mudah penelitian, penerbit Alfabeta, Jakarta.

Suprianto, 2010, Perpajakan Indonesia, Graha ilmu, Yogyakarta.

Tjahjono, ahmad dan husain, muhammad, 1997, perpajakan , edisi 1, penerbit

UPP AMP YKPN.

Waluyo, ilyas dan irawan, 2000, Perpajakan Indonesia, Penerbit salemba empat

Jakarta.

Waluyo, 2010, Perpajakan indonesia, penerbit salemba empat jakarta.


Wijayanti, 2010, Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Dari Segi

Modernisasi Prosedur Organisasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (studi kasus pada wajib

pajak di wilayah surakarta)

Sinta Setiana, 2010. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan

Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : EKA RATNA SARI DEWI

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Januari 1992

Alamat : Jl. Bendungan Jago No.2A RT/RW: 009/001

Kel : Utan Panjang Kec:Kemayoran

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Telepon : 085770443939 / (021) 4226467

E-mail : saridewi_ekaratna@yahoo.com

PENDIDIKAN

1. ( 1997 - 2003 ) SDN Kebon Kosong 15 Pagi

2. ( 2003 - 2006 ) SMP Negeri 79

3. ( 2006 - 2009 ) SMA Negeri 10

4. ( 2009 – 2014 ) ABFI INSTITUTE PERBANAS

Anda mungkin juga menyukai