Anda di halaman 1dari 140

PENGARUH KEPERCAYAAN WAJIB PAJAK DAN

KEKUASAAN OTORITAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN


WAJIB PAJAK DENGAN PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(STUDI KASUS PADA UMKM DI WILAYAH DKI JAKARTA)
2023

Oleh:
ROBBI DARUL ALHAQ
NIM 1911000125

INSTITUTE KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA


ASIA
(ASIA BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE
PERBANAS)
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2023
PENGARUH KEPERCAYAAN WAJIB PAJAK DAN KEKUASAAN
OTORITAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(STUDI KASUS PADA UMKM DI WILAYAH DKI JAKARTA)
2023

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhui Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Akutansi

Oleh:

ROBBI DARUL ALHAQ


NIM 1911000125

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2023

i
INSTITUTE KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS JAKARTA
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

PENGARUH KEPERCAYAAN WAJIB PAJAK DAN KEKUASAAN


OTORITAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(STUDI KASUS PADA UMKM DI WILAYAH DKI JAKARTA)
2023

Oleh
Nama : Robbi Darul Alhaq
NIM : 1911000125
Program Studi : S1 Akuntansi
Telah disetujui untuk diujikan

Jakarta, 13 April 2023


Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Akuntansi Dosen Pembimbing Skripsi

Ridarmelli, S.E., Ak., M.Si., C.A., SAS Annathasia P. Erasashanti, S.E., M.Si

Ridarmelli, S.E., Ak., M.Si., C.A., SAS. Annathasia P. Erasashanti, S.E., M.Si

ii
INSTITUTE KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

PENGARUH KEPERCAYAAN WAJIB PAJAK DAN KEKUASAAN


OTORITAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PAJAK DENGAN
PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(STUDI KASUS PADA UMKM DI WILAYAH DKI JAKARTA)
Telah dipertahankan dihadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Oleh
Nama : Robbi Darul Alhaq
NIM : 1911000125

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS


Tim Penguji Skripsi
Ketua Sidang :
Anggota :

Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Akuntansi,

Ridarmelli, SE., Ak., M.Si., CA., SAS.

iii M.Si., CA., SAS.


Ridarmelli, SE., Ak.,
INTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

PERNYATAAN

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.

Jakarta, 13 April 2023


Penyusun,

Robbi Darul Alhaq


1911000125

iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini,


Nama : Robbi Darul Alhaq
NIM : 1911000125
Program Studi : S1 Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak dan Kekuasaan Otoritas Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Pemeriksaan Pajak

Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada UMKM di Wilayah

DKI Jakarta)

Menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini merupakan

hasil karya sendiri atau benar keasliannya. Apabila ternyata dikemudian hari penulisan

skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka

saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan

aturan tata tertib di Perbanas Institute Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada undur

paksaan. Jakarta, 13 April 2023


Penulis

Robbi Darul Alhaq


1911000125

v
PENGARUH KEPERCAYAAN WAJIB PAJAK DAN KEKUASAAN
OTORITAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
PEMERIKSAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(STUDI KASUS PADA UMKM DI WILAYAH DKI JAKARTA)
Robbi Darul Alhaq

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepercayaan wajib pajak dan
kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan pemeriksaan wajib
pajak sebagai variabel moderasi di wilayah DKI Jakarta.Penelitian ini menggunakan
metode kuantattif dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan lalu diisi oleh pelaku UMKM di
wilayah DKI Jakarta sebanyak 100 responden dan penelitian ini menggunakan alat
pengukur skala likert. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Structural Equetion Modelling (SEM) dengan menggunakan software
SmartPLS Versi 4.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Kepercayaan Wajib
Pajak dan Kekuasaan Otoritas Pajak berpengaruh positif secara signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Pemeriksaan Pajak mampu memperkuat pengaruh Kekuasaan
Otoritas Pajak terhadap Kepatuhan Pajak, sedangkan pemeriksaan memperlemah
pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Kata Kunci: Kepercayaan Wajib Pajak, Kekuasaan Otoritas Pajak,


Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak

vi
THE EFFECT OF TAXPAYER TRUST AND THE POWER OF THE TAX
AUTHORITY ON TAXPAYER COMPLIANCE WITH EXAMINATION AS A
MODERATING VARIABLE
(CASE STUDY OF UMKM IN THE DKI JAKARTA AREA)

Robbi Darul Alhaq

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of taxpayer trust and tax
authorities on taxpayer compliance with taxpayer audits as a moderating variable in
the DKI Jakarta area. This study used a quantitative method and the data used in this
study were primary data obtained from questionnaires distributed then filled by MSME
actors in the DKI Jakarta area as many as 100 respondents and this study used a Likert
scale measuring device. The analysis technique used in this research is Structural
Equation Modeling (SEM) analysis using SmartPLS Version 4.0 software. The results
of this study indicate that: Taxpayer Trust and Tax Authority Power have a significant
positive effect on Taxpayer Compliance. Tax Audit is able to strengthen the influence
of the Tax Authority's Power on Tax Compliance, while the audit is not able to
strengthen the influence of Taxpayer Trust on Taxpayer Compliance.
Keywords: Taxpayer Trust, Tax Authorities, Examination, Taxpayer Compliance

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak dan Kekuasaan Otoritas Pajak terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dengan Pemeriksaan Pajak sebagai Variabel Moderasi (Studi

Kasus Pada UMKM di wilayah Jabodetabek”.

Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Perbanas Institute.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan baik dari segi bahasa maupun teknis penyajiannya. Akan tetapi berkat

bimbingan, dorongan serta saran-saran dari berbagai pihak, maka penulis dapat juga

menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan

semangat dalam penyusunan skripsi, antara lain:

1. Kedua orang tuaku yaitu mamah Yuni Atun, bunda Hematiah Sri Anita, dan

Papah Teguh Widodo, serta para adik, kakak dan keluarga lainnya yang selalu

viii
memberikan doa terbaiknya, kasih sayang, motivasi serta dukungan yang tidak

ada hentinya selama ini, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Annathasia P. Erasashanti, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan sabar dan pengertian dalam membimbing penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini serta berbagi pandangan dan pemahaman baru kepada

penulis tentang penelitian yang dilakukan,

3. Bapak Prof. Dr. Hermanto Siregar, M.Ec. selaku Rektor Institut Keuangan dan

Perbankan dan Informatika Asia (IKPIA) Perbanas.

4. Ibu Dr. Hedwigis Esti Riwayati, S.E., M.E., CIFM., CIABV., CILS. selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Keuangan dan Perbankan dan

Informatika Asia (IKPIA) Perbanas.

5. Ibu Ridarmelli, S.E., Ak., M.Si., CA., SAS. selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi Institut Keuangan dan Perbankan dan Informatika Asia (IKPIA)

Perbanas.

6. Ibu Inung Wijayanti R, S.E., MM., Ak., CA. Sekretaris Program Studi S1

Akuntansi Insitut Keuangan dan Perbankan dan Informatika Asia (IKPIA)

Perbanas.

7. Bapak dan Ibu Dosen Perbanas Institute yang telah memberikan ilmu yang

sangat bermanfaat

ix
8. Teruntuk diri saya sendiri Robbi Darul Alhaq, terima kasih sudah bertahan dan

berjuang sampai di titik ini dengan selalu berjuang, berproses, dan berdoa

sehingga penyusunan skripsi ini selesai dengan tepat waktu. Semangat selalu

untuk kedepannya.

9. Teman seperjuangan HIMA 2019, yang selalu memberikan semangat, doa dan

selalu menjadi sahabat terbaik selama masa perkuliahan, terima kasih atas

segalanya. Semoga kalian selalu diberi kemudahan oleh Allah SWT.

10. Untuk sahabat perjuangan selama kuliah dari semester 1 hingga sekarang yaitu

Resti Halimah, Thomas Toda, Aldi, Naufal, dan Nabil, terima kasih sudah

berjuang bersama selama perkuliahan dan terima kasih atas segala dukungan,

doa dan semangat yang diberikan selama penulis berada di Perbanas Institute.

11. Untuk sahabat tongkrongan “JOLUT” yang selalu menemani dikala pusing

dengan skripsi. Terima kasih sudah mau menemani disaat itu.

12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses

penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

x
Penulis ini menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun guna penyempurnaan kualitas di masa yang akan datang. Penulis berharap

agar skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 13 April 2023

Penulis

(Robbi Darul Alhaq)

1911000125

xi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 11
2.1 Studi Pustaka dan Kajian Teori ............................................................. 11
2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................................. 24
2.3 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 30
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 38
3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 38
3.2 Unit Analisis .......................................................................................... 38
3.3 Operasional Variabel ............................................................................. 39
3.4 Populasi dan Teknik Sampel .................................................................. 49
3.5 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 50
3.6 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 50
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 60
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................ 64
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .................................................................... 64
4.2 Analisis Data ......................................................................................... 64
4.3 Interpretasi ............................................................................................. 81
4.4 Pembahasan ........................................................................................... 87
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI ........ 96
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 96
5.2 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 96
5.3 Rekomendasi ......................................................................................... 97

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Persentase UMKM Indonesia Tahun 2021 ................................................... 2


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 24
Tabel 3.1 Operasional Variabel................................................................................... 45
Tabel 3.2 Skala Likert ................................................................................................. 51
Tabel 3.3 Hasil Uji Convergent Validity ..................................................................... 54
Tabel 3.4 Hasil Uji Descriminant Validity.................................................................. 55
Tabel 3.5 Hasil Uji Average Variance Extractied (AVE)........................................... 56
Tabel 3.6 Hasil Uji Composite Reliability .................................................................. 57
Tabel 3.7 Hasil Uji Cronbach’s Alpha ........................................................................ 58
Tabel 3.8 Interval Data ................................................................................................ 61
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................................... 65
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP dan NPPK .......................... 66
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............................................ 67
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Formal .............................................. 68
Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Jenis Bidang Usaha ............................................. 69
Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Pendapatan Per Tahun ......................................... 70
Tabel 4.7 Responden Berdasarkan Metode Pelaporan Pajak ...................................... 71
Tabel 4.8 Responden Berdasarkan Lama Usaha ......................................................... 72
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif ...................................................................................... 73
Tabel 4.10 Interval Data .............................................................................................. 75
Tabel 4.11 Uji Normalitas ........................................................................................... 79
Tabel 4.12 Uji Multikolineritas ................................................................................... 80
Tabel 4.13 Uji Direct Effect dan Indirect Effect ......................................................... 82
Tabel 4.14 Uji Model R-Square .................................................................................. 84

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 31


Gambar 3.1 Hasil Test of Measurement Model (Outer Model ) ................................. 53
Gambar 4.1 Hasl Test of Structural Model (Inner Model) .......................................... 81

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari tahun ke tahun sumber pendapatan Indonesia paling besar bersumber

dari pajak. Pajak adalah sumber penerimaaan sebuah negara untuk menopang

segala pembiayaan pembangunan. Pembangunan infrastruktur menjadi prioritas

utama saat ini untuk memulihkan perekonomian pasca pandemi. Untuk

merealisasikan hal tersebut pemerintah membutuhkan anggaran yang besar.

Semakin besar biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membangun

Indonesia, maka penerimaan yang diterima oleh negara harus ikut ditingkatkan juga

(Prabowo, 2019).

Berdasarkan sumber yang diperoleh pada tahun 2022 dari

https://www.kemenkeu.go.id/, pertumbuhan penerimaan pajak mencapai 31,4%.

Hal tersebut merupakan pencapaian yang baik setelah mengalami penurunan akibat

pandemi covid-19. Setelah masa pandemi berlalu, pemerintah berupaya menjaga

agar penerimaan pajak sebagai sumber utama penerimaan negara tetap stabil. Hal

tersebut dilakukan dengan meningkatkan lapangan kerja dan mendorong kembali

pelaku UMKM untuk tumbuh. Dengan didorongnya kembali UMKM diharapkan

akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Menurut Sitinjak (2018)

peningkatan lapangan pekerjaan dan tumbuhnya UMKM akan meningkatkan daya

konsumsi masyarakat, yang selanjutnya akan meningkatkan produksi barang dan

1
2

jasa oleh industri besar sehingga Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) Wajib Pajak (WP) Badan meningkat. Berikut adalah presentase

UMKM di Indonesia pada tahun 2021.

Tabel 1.1

Persentase UMKM Indonesia Tahun 2021

Indikator Modal Omset Jumlah Persentase


(Rp Milyar) (Rp Milyar) (%)

1. Usaha Besar >50 Milyar >50 Milyar 5.550 0,01


2. Usaha 5 – 10 15 – 50 44.728 0,06
Menengah Milyar Milyar
3. Usaha Kecil 1 – 5 Milyar 2 – 15 Milyar 193.959 0,30
4. Usaha Mikro <1 Milyar < 2 Milyar 63.955.369 99,62
Jumlah UMKM: 64.199.608
Total Lapangan Kerja 99,9
Total Tenaga Kerja 96,9
Kontribusi UMKM 60,5
terhadp PDB
Kontribusi UMKM 15,6
terhadap Ekspor Non
Migas
Total Investasi UMKM 60,0
Nasional
Sumber: Hasil Olah dari Kementrian Koperasi dan UKM( https://kemenkopukm.go.id/)

Sektor UMKM mendominasi usaha di Indonesia. Data dari Kementrian

Koperasi dan UKM menunjukkan dari sekitar 64 juta jumlah usaha di Indonesia,

99,9% di antaranya berbentuk UMKM. UMKM menjadi penyumbang PDB

nasional sebsar 60,5%, dan mampu menyediakan lapangan kerja sebesar 99,9%,

serta mampu menyerap 96,9% tenaga kerja nasional. Akan tetapi pandemi Covid-

19 yang melanda ini membuat seluruh dunia mengalami dampaknya termasuk


3

Indonesia. Selama dua tahun selama pandemi UMKM Indonesia mengalami

berbagai permasalahan.

Data dari Kementrian Koperasi dan UKM menunjukkan dari sekitar 64 juta

jumlah usaha di Indonesia, 99,9% di antaranya berbentuk UMKM. UMKM

menjadi penyumbang PDB nasional sebsar 60,5%, dan mampu menyediakan

lapangan kerja sebesar 99,9%, serta mampu menyerap 96,9% tenaga kerja nasional.

Akan tetapi pandemi Covid-19 yang melanda ini membuat seluruh dunia

mengalami dampaknya termasuk Indonesia. Selama pandemi dari tahun 2020

sampai 2021, UMKM Indonesia mengalami berbagai permasalahan.

Berdasarkan survei dari UNDP dan LPEM UI yang di akses melalui situs

https://www.ekon.go.id/, 48% UMKM mengalami masalah bahan baku, 77%

pendapatannya menurun, 88% UMKM mengalami penurunan permintaan produk,

dan bahkan 97% UMKM mengalami penurunan nilai aset. Dari masalah tersebut

tentu saja timbul permasalahan dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Dari

berita yang didapatkan di https://www.liputan6.com/, Direktorat Jendral Pajak

mencatat, sekitar 60 jutaan UMKM yang ada di Indonesia, baru sekitar 2,3 juta

UMKM yang sudah terdaftar sebagai wajib pajak dan membayar pajaknya. Hal

tersebut merupakan bukti bahwa kepatuhan kewajiban pajak para pelaku UMKM

bisa dikatakan masih rendah.

Belum selesainya masalah jumlah UMKM yang belum terdaftar sebagai

wajib pajak, muncul masalah baru yang justru membuat wajib pajak mulai
4

meragukan kinerja otoritas pajak dan membuat wajib pajak bertanya-tanya kemana

uang yang di bayarkannya. Hal tersebut dikarenakan akibat munculnya masalah

baru pada tahun 2023 di lingkungan kementerian keuangan khusunya sektor pajak.

Dikutip dari berita https://www.kompas.id/, buntut dari masalah yang melibatkan

anak dari pegawai Direktorat Jenderal Pajak yaitu Rafael Alun Trisambodo,

mencuat seruan untuk tidak membayar pajak di masyarakat. Hal ini dikarenakan

pegawai tersebut diduga memiliki jumlah harta yang tidak wajar. Direktur Eksekutif

Institute for Developments of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad

menerangkan, reaksi dari masyarakat tersebut merupakan bentuk penurunan

kepercayaan terhadap institusi pengumpul pajak.

Dari fenomena yang ada, penulis ingin menganalisis bagaimana kepatuhan

wajib pajak para pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta. Terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi kepatuhan pajak diantaranya yaitu kepercayaan wajib pajak,

kekuasaan otoritas pajak, pemeriksaaan pajak, dan lain sebagainya. Faktor

kepercayaan wajib pajak dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Rasa

kepercayaan yang dimiliki oleh wajib pajak memiliki peran penting untuk

melakukan pembayaran pajak. Adanya pemberitaan mengenai korupsi yang terjadi

di lingkungan otoritas pajak, hal tersebut tentu saja akan membuat persepsi bahwa

uang yang mereka bayarkan untuk membayar pajak rawan untuk disalahgunakan.

Kepercayaan terhadap otoritas pajak memainkan peranan penting dalam

mendorong kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak (Vionita & Karina,


5

2022). Penelitian (Madjidainun Rahma, 2019) menyatakan bahwa kepercayaan

wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Hal ini didukung oleh

penelitian dari (Betu & Mulyani, 2020) yang menyatakan hal yang sama. Namun,

terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wahyuni et al., 2022),

(Seran et al., 2020), dan (Adeline & Karina, 2022) menyatakan bahwa kepercayaan

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.

Faktor selanjutnya yaitu kekuasaan otoritas pajak. Meningkatkan kepatuhan

wajib pajak tidak hanya membutuhkan kepercayaan dari wajib pajak, akan tetapi

dibutuhkan kekuatan atau kekuasaan dari otoritas pajak itu sendiri. Apabila wajib

pajak menganggap otoritas pajak memiliki kekuasaan kemungkinan kapatuhan

pajak akan meningkat. Untuk meningkatkan kepatuhan pajak dibutuhkan otoritas

pajak yang mempunyai kekuatan atau kekuasaan untuk menghilangkan perilaku

yang curang dan tidak bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban perpajakan

di Indonesia (Betu & Mulyani, 2020). Penelitian (Betu & Mulyani, 2020) yang

menyatakan bahwa kekuasaan otoritas berpengaruh positif terhadap tingkat

kepatuhan. Hal ini didukung oleh penelitian dari (Wahyuni et al., 2022) yang

menyatakan hal yang sama. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Adeline & Karina, 2022) dan (Seran et al., 2020) yang menyatakan

bahwa kekuatan otoritas tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.

Faktor selanjutnya yang mampu meningkatkan kepatuhan pajak adalah

pemeriksaan pajak. Tindakan pemeriksaan perlu dilakukan sebagai sarana


6

penegakan hukum bagi wajib pajak dan merupakan salah satu langkah penting bagi

otoritas pajak dalam memperkuat kepercayaan dan kekuasaan mereka.

Pemeriksaan merupakan bentuk sarana penegakan hukum bagi wajib pajak. Alasan

peneliti menjadikan pemeriksaan pajak sebagai variabel yang mampu memoderasi

adalah diambil dari penelitian yang dilakukan oleh (Surya, 2019) yang mengatakan

bahwa semakin besar kekuasaan Direktorat Jenderal Pajak dan semakin sering

mereka menggunakan kekuasaannya seperti melakukan pemeriksaan, penagihan

dan penuntutan terhadap wajib pajak maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan

naik. Untuk meningkatkan kepatuhan, pemeriksaan pajak harus didukung dengan

adanya kepercayaan wajib pajak terhadap otoritas pajak dan kekuasaan otoritas.

Maka dari itu terdapat dugaan bahwa pemeriksaan pajak mampu memoderasi

pengaruh kepercayaan dan kekuasaan otoritas terhadap kepatuhan pajak. Penelitian

(Wahda et al., 2018) menyatakan bahwa pemeriksaan berpengaruh terhadap

kepatuhan pajak. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian (Mimi & Mulyani,

2022) yang menyatakan hal yang sama.

Ada beberapa hal yang perlu diperbaiki agar kepatuhan pajak UMKM dapat

meningkat, mengingat UMKM mempunyai peranan penting dalam mendorong

perekonomian negara termasuk penerimaan pajak. Penelitian ini penting untuk

dilakukan karena peneliti ingin mengetahui apakah dengan adanya berita-berita

yang timbul di lingkungan kementrian keuangan khususnya sektor pajak akan

menjadikan UMKM di Indonesia khusunya di wilayah DKI Jakarta ini dapat lebih
7

baik dalam hal kepatuhan pajak atau justru akan menurun. Dari hal ini juga

diharapkan mampu menumbuhkan rasa kepercayaan wajib pajak terhadap otoritas

pajak, memperkuat kekuatan dalam tubuh otoritas pajak, sehingga segala bentuk

pemeriksaan yang dilakukan otoritas pajak dapat dipercayai dan diterima oleh

wajib pajak.

Penelitian ini merupakan penindaklanjutan dari penelitan yang dilakukan

oleh (Wahyuni et al., 2022). Namun terdapat perbedaan penelitian beliau tidak

menggunakan variabel moderasi, sedangkan peneliti sekarang menambahkan

pemeriksaan sebagai variabel moderasi. Selain itu, responden yang digunakan

penelitian beliau adalah wajib pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Batu dengan 47 responden. Sedangkan peneliti sekarang

menggunakan pelaku UMKM sebagai responden dan tersebar hingga jabodetabek

dengan 100 responden. Metode analisis data yang digunakan penelitian sebelumya

dan penulis sekarang sama-sama menggunakan Structural Equation Model (SEM).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang dan

ditemukannya research gap penelitian, maka hal tersebut menjadi dasar pemikiran

penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepercayaan Wajib

Pajak dan Kekuasaan Otoritas Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

dengan Pemeriksaan Pajak Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus UMKM

di Wilayah DKI Jakarta)”.


8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian dari (Wahyuni et al., 2022) dan penelitian (Betu &

Mulyani, 2020) dengan variabel yang sama yaitu kepercyaan wajib pajak ternyata

terdapat perbedaan. Sama dengan penelitian dari (Wahyuni et al., 2022) dan

penelitian (Adeline & Karina, 2022) dengan variabel yang sama yaitu kekuasaan

otoritas pajak ternyata terdapat perbedaan.

Berdasarkan masalah yang sudah dijelaskan, maka terdapat pertanyaan

penelitian yang diantaranya adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh kepercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak pada UMKM di wilayah DKI Jakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak pada UMKM di wilayah DKI Jakarta?

3. Apakah pemeriksaan pajak dapat memoderasi pengaruh kepercayaan wajib

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada UMKM di wilayah DKI Jakarta?

4. Apakah pemeriksaan pajak dapat memoderasi pengaruh kekuasaan otoritas

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada UMKM di wilayah DKI Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak pada UMKM di wilayah DKI Jakarta.


9

2. Untuk mengetahui pengaruh kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak pada UMKM di wilayah DKI Jakarta.

3. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan pajak dapat memoderasi pengaruh

kepercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada UMKM di

wilayah DKI Jakarta.

4. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan pajak dapat memoderasi pengaruh

kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada UMKM di

wilayah DKI Jakarta.

1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Dari tujuan penelitian yang sudah disebutkan diharapkan mampu

memberikan manfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi

yang berkaitan dengan Pendidikan maupun referensi dan pengetahuan

bagi peneliti guna melakukan pengembangan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu memperluas peneliti dalam bidang

perpajakan khususnya tentang kepatuhan wajib pajak baik secara teoritis

ataupun praktik.
10

2. Manfaat Praktis

a. Bagi UMKM

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan wawasan

tentang pentingnya suatu kepatuhan dalam membayar pajak, serta

memberikan gambaran pentingnya kepercayaan dan kekuasaan otoritas

pajak dalam meningkatkan kepatuhan pajak.

b. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah atau otoritas pajak untuk

memberikan informasi dan referensi dalam membuat kebijakan yang

nantinya mampu memberikan rasa kepercayaan wajib pajak kepada

otoritas pajak guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Selain itu juga

diharapkan mampu memberikan bukti empiris mengenai kepatuhan wajib

pajak serta diharapkan mampu membuat sebuah kebijakan baru yang

nantinya dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Studi Pustaka dan Kajian Teori

Peneliti menggunakan studi pustaka untuk referensi agar penelitian ini lebih

akurat dan terarah dengan dukungan berbagai jurnal pilihan. Studi pustaka dan

kajian teori adalah bagian yang penting di dalam sebuah penelitian karena pada bab

ini mengungkapkan berbagai teori yang digunakan dalam penelitian yang sedang

dilakukan ini dan menggunakan pemikiran dengan berbagai rumus tertentu demi

mendukung penelitian.

2.1.1 Teori Slippery Slope Framework

Pada tahun 2008, Erich Kirchler, Erik Hoelzi, dan Ingrid membuat

sebuah teori yang bernama teori slipeery slope framework. Munculnya teori ini

dilatarbelakangi oleh kepatuham wajib pajak tidak hanya menyangkut faktor

ekonomi, akan tetapi juga faktor psikologis sosial. Menurut (Kirchler et al.,

2008) terdapat dua aspek utama yang memperngaruhi kepatuhan pajak yaitu

kepercayaan dan kekuasaan.

Teori slippery slope framework ini menjelaskan mengenai perilaku

wajib pajak dalam membayar pajak dengan mempertimbangkan kepercayaan

wajib pajak dan kekuasaan dari otoritas pajak. Teori ini menyajikan empat

asumsi kepatuhan pajak diantaranya:

11
12

a. Kepercayaan yang tinggi dan kekuasaan otoritas pajak rendah akan

menghasilkan kepatuhan sukarela.

b. Kekuasaan otoritas tinggi dan kepercayaan yang rendah akan menghasilkan

kepatuhan yang dipaksakan.

c. Kepercayaan tinggi dan kepercayaan tinggi akan menghasilkan kepatuhan

yang tinggi.

d. Kekuasaan otoritas pajak dan kepercayaan saling memoderasi.

Dalam teori ini diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan

wajib pajak dan kekuasaan otoritas maka akan semakin tinggi tingkat kepatuhan

pajak. Ketika wajib pajak memiliki tingkat kepercayaan rendah dan kekuatan

otoritas lemah, masyarakat akan memaksimalkan peluang untuk menghindari

pembayaran pajak. Dengan demikian, kepatuhannya rendah (Adeline & Karina,

2022). Maka dari itu otoritas pajak perlu bertindak agar kepercayaan wajib

pajak dapat meningkat dan otoritas pajak juga perlu menggunakan

kekuasaannya dalam melakukan kepatuhan pajak dengan cara melakukan

pemeriksaan pajak. Hal tersebut akan membuat wajib pajak merasa bahwa

otoritas pajak melakukan pemeriksaan sebagai upaya untuk memberikan rasa

kepercayaan dan sebagai upaya untuk memberitahu kepada wajib pajak bahwa

otoritas memiliki kekuasaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan teori

sliperry slope framework karena apabila dilihat dari sudut pandang teori terebut,
13

maka teori ini relavan dengan penelitian perpajakan yang merujuk pada

kepatuhan pajak, khususnya bagaimana rasa kepercayaan wajib pajak dan

kekuasaan otoritas pajak ini mampu untuk memberikan dampak bagi kepatuhan

wajib pajak. Sesuai dengan peneltian yang sedang dilakukan, peneliti memiliki

variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak, maka penulis memilih untuk

menggunakan teori sliperry slope framework.

2.1.2 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

patuh. Patuh artinya suka menurut perintah, taat pada perintah, atauran, dan

berdisiplin. Kepatuhan adalah bentuk perilaku seseorang yang taat pada aturan,

perintah yang telah ditetapkan. Seperti halnya patuh terhadap pajak merupakan

perilaku taat pada aturan dan ketentuan yang sudah ditetapkan didalam

peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Kepatuhan pajak merupakan tindakan yang sangat penting dalam

membantu pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak negara.

Meningkatkan kepatuhan dalam pembayaran pajak merupakan salah satu

langkah awal untuk membangun negara yang lebih baik. Menurut (Agun et al.,

2022) kepatuhan wajib pajak orang pribadi sangat diperlukan dalam membantu

pemerintah dalam upaya peningkatan penerimaan negara dari segi pajak.

Didalam kepatuhan wajib pajak terdapat dua macam kepatuhan, yaitu

kepatuhan formal dan kepatuhan materil. Menurut (Waluyo, 2020) kepatuhan


14

formal adalah suatu perilaku dimana wajib pajak berupaya memenuhi kewajiban

perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan formal dalam undang-undang

perpajakan. Kepatuhan materil adalah suatu perilaku dimana wajib pajak secara

substantif memenuhi semua ketentuan materil perpajakan, yakni sesuai isi dan

jiwa undang-undang perpajakan.

Kepatuhan wajib pajak merupakan tingkat kepatuhan wajib pajak

terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Kepatuhan Perpajakan adalah

tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan

perpajakan yang berlaku dalam suatu negara (Madjidainun Rahma, 2019).

Menurut (Windiarni et al., 2020) kepatuhan Wajib Pajak merupakan

indikator atas tindakan sadar dan patuh akan proses pemenuhan kewajiban dan

ketertiban akan pembayaran perpajakan demi mencapai akan tingkat realisasi

dari target atas penerimaan pajak yang telah ditetapkan sebelumnya di dalam

APBN.

Kepatuhan pajak merupakan sebuah istilah yang menjelaskan mengenai

kesediaan wajib pajak dalam membayarkan kewajiban pajaknya. Wajib pajak

menyatakan semua kewajibannya dengan jujur, seperti melaporkan semua

pendapatan, harta, dan utangnya. Kepatuhan pajak adalah suatu keadaan

dimana seorang wajib pajak mampu memenuhi semua kewajiban perpajakan

dan melaksanakan hak perpajakannya secara benar dan tepat. Atas dasar
15

penjelasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan Wajib

Pajak adalah tindakan wajib pajak yang patuh untuk melaporkan pendapatan

dan melakukan pembayaran pajak secara tepat waktu yang sesuai dengan

ketentuan perpajakan yang berlaku (Wahyuni et al., 2022).

Kepatuhan Wajib Pajak dapat diartikan sebagai tindakan kepatuhan

wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan

ketentuan atau peraturan perpajakan yang berlaku (Widuri & Irawan, 2019).

Kepatuhan merupakan kesediaan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya

sesuai dengan peraturan yang sedang berlaku tanpa adanya pemaksaan, teguran

ataupun denda pajak. Menurut (Widuri & Irawan, 2019) kepatuhan dapat

diukur berdasarkan, yang pertama adalah pemahaman wajib pajak dalam

mengisi formulir pajak dengan benar, lengkap, dan jelas. Yang kedua adalah

wajib pajak dapat menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. Yang

ketiga, wajib pajak membayar dan melaporkan yang terutang tepat waktu.

Kepatuhan pajak merupakan rangkaian kewajiban pemenuhan

kewajiban bagi wajib pajak dalam rangka memberikan sebuah kontribusi

kepada negara. Kepatuhan adalah kondisi dimana wajib pajak dengan sadar

membayarkan kewajiban pajaknya tanpa adanya paksaan. Hal ini berhubungan

dengan bagaimana wajib pajak melaporkan semua pajaknya, mengisi jumlah

pajak terutang dengan benar dan tepat waktu. Dengan pemenuhan perpajakan
16

yang benar dan tepat waktu, diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepatuhan

dari Wajib Pajak (Windiarni et al., 2020).

Dari berbagai teori definisi mengenai kepatuhan wajib pajak, penulis

memilih definisi kepatuhan wajib pajak dari (Wahyuni et al., 2022).

Berdasarkan definisi tersebut, penulis menganggap definisi kepatuhan pajak

yang paling sesuai adalah definisi menurut beliau yang mengatakan bahwa

kepatuhan Wajib Pajak adalah tindakan wajib pajak yang patuh untuk

melaporkan pendapatan dan melakukan pembayaran pajak secara tepat waktu

yang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

2.1.3 Kepercayaan Wajib Pajak

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indoensia, kepercayan berasal dari

kata percaya, yang artinya adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang

dipercayai itu benar atau nyata. Di dalam kepatuhan pajak, kepercayaan menjadi

sesuatu yang sangat perlu diperhatikan dan diperhatikan. Wajib pajak perlu

mempercayai keberadaan otoritas pajak sebagai sesuatu yang dapat dipercayai

untuk mengelola pajak mereka.

Kepercayaan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh

setiap wajib pajak. Menurut (Kirchler et al., 2008) kepercayaan merupakan

bagian dari dimensi yang mampu memperngaruhi kepatuhan pajak.

Kepercayaan merupakan faktor psikologis yang dimana tidak hanya mampu

meningkatkan kepatuhan pajak, akan tetapi dapat menjaga kepatuhan pajak.


17

Menurut (Khasanah et al., 2019) kepercayaan merupakan pengaruh

psikologis wajib pajak terhadap otoritas pajak. Oleh karena itu jika wajib pajak

percaya kepada otoritas pajak, masyarakat secara tidak langsung dan tanpa

kesulitan akan mematuhi otoritas pajak.

Kepatuhan pajak dipengaruhi oleh seberapa besar masyarakat atau wajib

pajak percaya kepada pemerintah atau otoritas pajak. Menurut (Wahyuni et al.,

2022) kepercayaan pada otoritas pajak adalah pendapat umum individu bahwa

otoritas pajak bekerja dengan baik dan melakukan pekerjaannya untuk kebaikan

bersama. Wajib pajak mempercayakan kepada otoritas terkait dengan uang yang

telah dibayarnya untuk digunakan sabagaimana semestinya.

Menurut (Vionita & Karina, 2022) kepercayaan adalah harapan individu

bahwa mereka dapat mengandalkan ucapan orang. . Kepatuhan pajak mungkin

akan meningkat jika pembayar pajak merasa bahwa kepercayaan yang mereka

berikan sebanding dengan apa yang otoritas pajak lakukan pada mereka

Menurut (Hasanah & Widiyati, 2021) keyakinan dapat diartikan dari

berbagai aspek, salah satunya keyakinan terhadap seseorang atau kelompok atau

organisasi. Wajib Pajak akan merasa membayar pajak adalah suatu

kewajibannya ketika tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah tinggi.

Dengan adanya kepercayaan yang tinggi maka akan memberikan kesadaran

pajak yang tinggi dan hal tersebut mampu berdampak pada meningkatnya

kepatuhan pajak.
18

Kepercayaan tidak dapat dilakukan hanya sebelah pihak, namun harus

kedua belah pihak. Kepercayaan perlu adanya timbal balik antara otoritas pajak

dan juga wajib pajak guna terciptanya hubungan kepercayaan yang baik.

Kepercayaan menggambarkan kualitas khusus dari hubungan yang saling

berinteraksi antara otoritas pajak dan pembayar pajak di mana mereka berdua

memiliki persepsi positif pada masing-masing dan termotivasi untuk

mempertahankan hubungan (Betu & Mulyani, 2020).

Dari berbagai teori dan definisi mengenai kepercayaan wajib pajak,

penulis memilih definisi kepercayaan wajib pajak dari (Betu & Mulyani, 2020).

Berdasarkan definisi tersebut, penulis menganggap bahwa definisi kepercayaan

yang paling sesuai adalah definisi menurut beliau dan rekan yang menyatakan

bahwa, kepercayaan menggambarkan kualitas khusus dari hubungan yang

saling berinteraksi antara otoritas pajak dan pembayar pajak di mana mereka

berdua memiliki persepsi positif pada masing-masing dan termotivasi untuk

mempertahankan hubungan.

2.1.4 Kekuasaan Otoritas Pajak

Kekuasaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

kuasa yang artinya adalah kuasa untuk mengurus, memerintah, dan kemampuan

orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan

kewibiwaan, wewenang, karisma, atau kekuatan fisik. Kekuasaan yang

didasarkan atas kewibawaan dan wewenang dimiliki oleh pemerintah atau


19

otoritas pajak. Otoritas pajak memiliki wewenang dalam menjalankan

tugasnnya.

Menurut (Wahyuni et al., 2022) kekuasaan otoritas pajak adalah

pandangan wajib pajak terhadap otoritas pajak mengenai potensi pemeriksaan

untuk mendeteksi penghindaran pajak ilegal.

Menurut (Vionita & Karina, 2022) kekuatan dalam perpajakan

memberikan kewenangan terhadap suatu negara untuk memungut pajak dan

wewenang untuk memberikan sanksi terhadap pelanggar berdasarkan undang-

undang dan aturan di negera tersebut. Kekuasaan yang dimiliki otoritas pajak

dapat mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

Menurut (Wahyuni et al., 2022) kekuasaan menggambarkan kekuatan

otoritas dalam menerapkan Undang-Undang Perpajakan baik melalui anggaran

yang tepat, penghukuman pelanggar hukum pajak, dan audit terhadap wajib

pajak.

Kekuasaan dapat menjadi sebuah pendrong yang penting bagi wajib

pajak untuk melakukan pembayaran pajaknya tepat waktu agar tidak terlambat

dan tidak dikenakan denda ataupun sanksi. Power yang dimiliki oleh

pemerintah dapat mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya.

Pemerintah dapat mengenakan sanksi dan denda terhadap wajib pajak yang

terlambat atau tidak melaporkan pajaknya (Fauziati et al., 2021)


20

Menurut (Widuri et al., 2019) kekuasaan berasal dari otoritas pajak

untuk mengahasilkan undang-undang yang harus dipatuhi oleh setiap wajib

pajak. Otoritas pajak dapat menggunakan kekuasaannya seperti pemeriksaan,

memberikan sasnksi atau denda kepada wajib pajak yang terlambat atau tidak

melaporkan pajaknya.

Dari berbagai teori dan definisi mengenai kekuasaan otoritas pajak,

penulis memilih definisi kekuasaan otoritas pajak dari (Vionita & Karina, 2022).

Berdasarkan definisi yang ada, penulis menganggap bahwa difinisi kekuasaan

otoritas pajak yang tepat adalah definisi menurut beliau dan rekan yang

menyatakan bahwa kekuatan dalam perpajakan memberikan kewenangan

terhadap suatu negara untuk memungut pajak dan wewenang untuk memberikan

sanksi terhadap pelanggar berdasarkan undang-undang dan aturan di negera

tersebut.

2.1.5 Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.

177/PMK.03/2022, pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan

menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan

secara obejektif dan proposional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.
21

Menurut (Mardiasmo, 2018:56) pemeriksaan perpajakan merupakan

suatu kegiatan penghimpunan serta pengolahan data, keterangan, dan bukti

yang dilakukan secara profesional dan objektif berdasarkan pada suatu standar

pemeriksaan yang dipergunakan untuk menguji tingkat kepatuhan atau untuk

mencapai tujuan lain. Pemeriksaan perpajakan dilakukan untuk menguji tingkat

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Menurut (Asterina & Septiani, 2019) pemeriksaan pajak merupakan

salah satu upaya pemerintah untuk memebentuk perilaku kepatuhan wajib pajak

orang pribadi maupun suatu badan usaha.

Menurut (Utama & Setiawan, 2019) pemeriksaan merupakan suatu

kegiatan menghimpun dan mengolah data, bukti dan keterangan pendukung

yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan standar yang

telah ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa dan

menemukan penyimpangan dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Pemeriksaan pajak sangat diperlukan sebagai bentuk pengawasan

terhadap wajib pajak agar wajib pajak tetap berada dalam peraturan pajak yang

berlaku. Penerapan sistem Self Assesment System yang memberikan

kepercayaan terhadap wajib pajak dalam melaporkan beban pajaknya sendiri

dapat meningkatkan ketidakpatuhan oleh wajib pajak berupa kecurangan dalam

melaporkan kewajiban pajaknya.


22

Pemeriksaan pajak adalah kegiatan untuk menguji kepatuhan wajib

pajak dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perpajakan dalam

kerangka sistem self assessment. Pemeriksaan pajak dilakukan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan

kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak (Yanto et al.,

2020).

Menurut (Wahda et al., 2018) kegiatan pemeriksaan adalah menguji

kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga

dari hasil pemeriksaan akan diketahui tingkat kepatuhan wajib pajak, bagi wajib

pajak yang tingkat kepatuhannya rendah, diharapkan dengan dilakukannya

pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-

masa selanjutnya menjadi lebih baik.

Menurut (Windiarni et al., 2020) pemeriksaan perpajakan dilakukan

oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk melaksanakan fungsi pengawasan

sekaligus pembinaan yang merupakan konsekuesi yang dari timbul dari

penerapan self assessment kepada Wajib Pajak. Dengan adanya kegiatan

pemeriksaan perpajakan yang dilakukan oleh petugas pajak dapat

meminimalisir celah dari Wajib Pajak untuk tidak memenuhi kewajiban

perpajakannya.

Dari berbagai teori dan definisi mengenai pemeriksaan pajak, penulis

memilih definisi kekuasaan otoritas pajak dari (Utama & Setiawan, 2019)
23

.Berdasarkan definisi yang ada, penulis menganggap bahwa difinisi

pemeriksaan pajak yang tepat adalah definisi menurut beliau dan rekan yang

menyatakan bahwa pemeriksaan merupakan suatu kegiatan menghimpun dan

mengolah data, bukti dan keterangan pendukung yang dilaksanakan secara

objektif dan profesional berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa dan menemukan

penyimpangan dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan upaya peneliti untuk mencari perbandingan

dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi untuk penelitian selanjutnya. Di

samping itu, kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisiskan penelitian

serta menunjukkan keasilan dari penelitian. Pada tahap ini peneliti mencantumkan

berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang hendak

dilakukan, kemudian membuat ringkasan, baik dari penelitian yang sudah

terpublikasi maupun yang belum terpublikasi. Berikut ini adalah penelitian

terdahulu yang masih terkait dengan judul yang penulis kaji.


24

Tabel 2.1
Peneltian Terdahulu
No. Nama Judul Penelitian Variabel Analisis Data Hasil Penelitian
Peneliti
1. Indah Pengaruh Variabel Dependen: Metode yang X1. Sosialisasi
Jazimatul Sosialisasi Pajak, (Y) Kepatuhan Pajak digunakan berpengaruh positif
Qomariyah Pengetahuan WPOP yakni analisis terhadap Y.
dan Akhmad Pajak, regresi linier X2. Pengetahuan pajak
Riduwan Pemeriksaan Variabel Independen: berganda berpengaruh positif
(2023) Pajak, Sanksi X1. Sosialisasi Pajak Menggunakan terhadap Y
Perpajakan X2. Pengetahuan Pajak program SPSS X3. Pemeriksaan
Terhadap X3. Pemeriksaan Pajak berpengaruh positif
Kepatuhan WPOP X4. Sanksi Pajak terhadap Y
X4. Sanksi pajak
berpengaruh positif
terhadap Y.

2. Endang Dwi Kepatuhan Wajib Variabel Dependen: Teknik X1. Kepercayaan


Wahyuni, Pajak Pada Masa (Y) Kepatuhan Wajib analisis data terhadap otoritas pajak
Annida Pandemi Covid Pajak menggunakan tidak berpengaruh
Utami Putri, 19: Ditinjau Dari partial least terhadap Y.
dan Driana Sliperry Slope Variabel Independen: square X2. Kekuasaan otoritas
Leniwati Framework. X1. Kepercayaan structural pajak berpengaruh
(2022) X2. Kekuasaan equation positif signifikan
Otoritas Pajak modelling terhadap Y.
(PLS-SEM)
dengan
aplikasi
SmartPLS 3.
25

No. Nama Judul Penelitian Variabel Analisis Data Hasil Penelitian


Peneliti
Ivonne Analisis Faktor- Variabel Dependen: Dianalisis X1. Moral pajak
3. Adeline dan Faktor Yang (Y) Kepatuhan Pajak menggunakan berpengaruh terhadap Y.
Ria Karina Mempengaruhi statistik X2. Keadilan pajak tidak
(2022) Kepatuhan Pajak Variabel Independen: deskriptif dan berpengaruh terhadap Y
UMKM di kota X1. Moral Pajak persamaan X3. Kepercayaan pada
Batam. X2. Keadilan Pajak regresi linear pemerintah tidak
X3. Kepercayaan Pada berganda berpengaruh terhadap Y
Pemerintah Dianalisis X4. Kekuatan Otoritas
X.4 Kekuatan Otoritas menggunakan tidak berpengaruh
X.5 Kompleksitas program SPSS terhadap Y
pajak versi 24 X5. Kompleksitas pajak
X.6 Informasi Pajak berpengaruh positif
X7. Kesadaran Pajak terhadap Y
X6. Informasi pajak
berpengaruh positif
terhadap Y
X7. Kesadaran pajak
tidak berpengaruh
terhadap Y

4. Mimi dan Pengaruh Variabel Dependen: Metode X1. Pelayanan


Susi Dwi Pelayanan, (Y) Kepatuhan Wajib analisis data berpengaruh positif
Mulyani Pengawasan Dan Pajak Badan menggunakan terhadap Y
(2022) Pemeriksaan model Partial X2. Pengawasan tidak
Pajak Terhadap Variabel Moderasi: Least Square berpengaruh terhadap Y
Kepatuhan Wajib (Z) Administrasi X3. Pemeriksaan
Pajak Badan Perpajakan berpengaruh positif
Yang Dimoderasi terhadap Y
Digitalisasi Variabel Independen: Z. Administrasi pajak
Administrasi X1. Pelayanan tidak dapat memperkuat
Perpajakan X2. Pengawasan pengaruh X1,X2,X3
X3. Pemeriksaan terhadap Y.

5. Popi Pengaruh Variabel Dependen: Data yang X1. Pendidikan tidak


Fauziati, Pendidikan, Trust, (Y) Kepatuhan Pajak diperoleh berpengaruh terhadap Y
Naila Husna, Dan Power dianalisis X2. Trust berpengeruh
dan Terhadap Variabel Independen: menggunakan positif terhadap Y
Helmawati Kepatuhan Pajak X1. Pendidikan uji regresi. X3. Power berpengaruh
(2021) X2. Trust positif terhadap Y
X3. Power
26

No. Nama Judul Penelitian Variabel Analisis Data Hasil Penelitian


Peneliti
6. Kristina Pengaruh Variabel Dependen: Metode X1. Kepercayaan timbal
Wada Betu Kepercayaan (Y) Kepatuhan Pajak analisis data balik berpengaruh positif
dan Susi Dwi Timbal Balik Dan menggunakan terhadap Y
Mulyani Kekuasaan Variabel Moderasi: Structural X2. Kekuasaan otoritas
(2020) Otoritas Pajak (Z) Voluntary Tax Equation pajak berpengaruh
Terhadap Tingkat Compliance Model (SEM). positif terhadap Y
Kepatuhan Pajak Z. voluntary tax
Dengan Variabel Independen: compliance tidak
Voluntary Tax X1. Kepercayaan terbukti memperkuat
Compliance Timbal Balik pengaruh X1 dan X2
Sebagai Variabel X2. Kekuasaan terhadap Y
Moderasi Otoritas

7. Regita Putri Pengaruh Variabel Dependen: Data X1.Sosialisasi


Windiarni, Sosialisai (Y) Kepatuhan Wajib penelitian perpajakan berpengaruh
Dr. Majidah, Perpajakan, Pajak dianalisis signifikan positif
S.E., M.Si, Pengetahuan dengan terhadap Y
dan Kurnia, Perpajakan, Variabel Independen: menggunakan X2. Pengetahuan
S.AB., M.M Kualitas X1. Sosialisasi statistik perpajakan tidak
(2020) Pelayanan, Dan Perpajakan deskriptif dan berpengaruh terhadap Y
Pemeriksaan X2. Pengetahuan analisis X3. Kualitas pelayanan
Terhadap Perpajakan regresi tidak berpengaruh
Kepatuhan Wajib X3. Kualitas Pelayanan berganda terhadap Y
Pajak (studi pada X4. Pemeriksaan X4. Pemeriksaan
wajib pajak Perpajakan perpajakan berpengaruh
umkm yang signifikan positif
terdaftar di KPP terhadap Y
Pratama Bandung
Cicadas tahun
2020)
27

No. Nama Judul Penelitian Variabel Analisis Data Hasil Penelitian


Peneliti
8. Yanto, Pengaruh Variabel Dependen: Metode X1. Pemeriksaan pajak
Fatchur Pemeriksaan (Y) Kepatuhan Pajak pengumpulan berpengaruh positif
Rohman, dan Pajak, Omset, Hotel dan Restoran di data yang signifikan terhadap Y
Intan Dan Sanksi Kabupaten Jepara digunakan X2. Omset tidak
Ramadhanty Perpajakan dalam berpengaruh terhadap Y
(2020) Terhadap Variabel Independen: penelitian ini X3. Sanksi berpengaruh
Kepatuhan Wajib X1. Pemeriksaan adalah metode positif signifikan
Pajak Hotel Dan X2. Omset kuesioner. terhadap Y.
Restoran Di X3. Sanksi Analisis data
Kabupaten Jepara dalam
penelitian ini
menggunakan
analisis secara
kuantitatif
9. Madjidainun Transparansi Variabel Dependen Model X1. Transparasi pajak
Rahma Pajak Dan (Y) Kepatuhan Pajak pengaruh di berpengaruh positif dan
(2019) Kepercayaan analisa tidak signifikan terhadap
Wajib Pajak Variabel Independen: menggunakan Y
Terhadap X1. Transparasi Pajak analisis SEM X2. Kepercayaan wajib
Kepatuhan Wajib X2. Kepercayaan (Structural pajak berpengaruh
Pajak (Survei Wajib Pajak Equation positif dan signifikan
Pada Wajib Pajak Modeling) terhadap Y
Kota DKI Jakarta) dengan
metode
alternative
PLS (Partial
Least Square)
10. Febriyanto Pengaruh Variabel Dependen: Data X1. Pengetahuan wajib
Dwi Pengetahuan (Y) Kepatuhan Wajib penelitian pajak berpengaruh
Prabowo Wajib Pajak, Pajak dianalisis positif terhadap Y
(2019) Tarif Pajak, dengan X2. Tarif pajak tidak
Kepercayaan Variabel Independen: menggunakan berpengaruh terhadap Y
Kepada Otoritas X1. Pengetahuan statistik X3. Kepercayaan pada
Pajak, Wajib Pajak deskriptif dan otoritas pajak
kemanfaatan X2. Tarif Pajak analisis berpengaruh positif
NPWP, Dan X3. Kepercayaan Pada regresi terhada Y
Kualitas Otoritas Pajak berganda X4. Kemanfaatan NPWP
Pelayanan Fiskus X4. Kemanfaatan berpengaruh positif
Terhaap NPWP terhadap Y
Kepatuhan Wajib X5. Kualitas Pelayan X5. Kualitas pelayanan
Pajak Fiskus fiskus berpengaruh
positif terhadap Y
28

No. Nama Judul Penelitian Variabel Analisis Data Hasil Penelitian


Peneliti
11. Retnaningtya Tax Justice Variabel Dependen: Metode X1. Kepercayaan
s Widuri dan Perception and (Y) Kepatuhan Pajak penelitian pemerintah berpengaruh
Wilson Sean Trust in yang positif terhadap Y
Irawan Government on Variabel Moderasi: digunakan X1. Kepercayaan
(2019) Tax Compliance (Z) Persepsi keadilan adalah pemerintah berpengaruh
pajak Structural positif terhadap Z
Equation Z. Persepsi keadilan
Variabel Independen: Model berpengaruh positif
X1. Kepercayaan terhadap Y
kepada Pemerintah Z. Persepsi keadilan
pajak mampu memediasi
pengaruh X1 terhadap Y
12. Retnaningtya Individual Tax Variabel Dependen: Metode X1. Kepercayaan
s Widuri, Compliance: (Y) Kepatuhan Wajib penelitian berpengaruh positif
Mellyana Jie, Trust versus Pajak yang terhadap Z1
dan Angela Power digunakan Z1. Kepatuhan sukarela
Christie Variabel Moderasi: adalah berpengaruh positif
(2019) (Z1) Kepatuhan Structural terhadap Y
Sukarela Equation X2. Kekuasaan
(Z2) Kepatuhan yang Model berpengaruh positif
dipaksakan terhadap Y
Z2. Kepatuhan yang
Variabel Independen dipaksakan berpengaruh
1. Kepercayaan positif terhadap Y
2. Kekuasaan X1. Kepercayaan
berpengaruh positif
terhadap Y
Z2. Kepatuhan yang
dipaksakan tidak dapat
memediasi pengaruh X2
terhadap Y
13. Putu Nadiani Pengaruh Variabel Dependen: Metode X1. Dimensi keadilan
Putri Utama Dimensi (Y) Kepatuhan WPOP penelitian berpengaruh positif
dan Putu Ery Keadilan, UMKM yang terhadap Y
Setiawan Sosialisasi Pajak, digunakan X2. Sosialisasi pajak
(2019) Sanksi Pajak, Variabel Independen: adalah beperngaruh positif
Penghasilan X1. Dimensi Keadilan accidental terhadap Y
Wajib Pajak dan X2. Sosialisai pajak sampling X3. Sanksi pajak
Pemeriksaan X3. Sanksi Pajak Teknis berpengaruh positif
Pajak Terhadap X4. Penghasilan Wajib analisis data terhadap Y
Kepatuhan WPOP Pajak menggunakan X4. Penghasilan wajib
UMKM X5. Pemeriksaan Pajak regresi linier pajak berpengaruh
berganda positif terhadap Y
29

No. Nama Judul Penelitian Variabel Analisis Data Hasil Penelitian


Peneliti
X5. Pemeriksaan pajak
berpengaruh positif
terhadap Y

14. Yohanes Corporate Variabel Dependen: Metode X1. Kepercayaan


Febronius Taxpayer (Y1) Kepatuhan Pajak pengambilan otoritas pajak tidak
Arujo Seran, Compliance: (Y2) Niat Kepatuhan sampel berpengaruh terhadap Y
Zaki Slippery Slope Pajak menggunakan X2. Kekuasaan otoritas
Baridwan, Framework and sensus, pajak tidak berpengaruh
dan Rosidi Planned Behavior Variabel Moderasi: Metode terhadap Y2
(2019) Theory (Z) Keadilan Pajak penelitian Y2. Niat kepatuhan
Approaches yang pajak berpengaruh
Variabel Independen: digunakan positif terhad Y1
X1. Kepercayaan adalah Z. Keadilan pajak tidak
Otoritas Pajak Structural memperkuat pengaruh
X2. Kekuasaan Equation hubungan X1 dan X2
Otoritas Pajak Model terhadap Y2

15. Fenty Pengaruh Variabel Dependen: Teknik X1. Pemahaman


Astrina dan Pemahaman (Y) Kepatuhan Wajib analisis data peraturan pajak tidak
Chessy Peraturan Pajak, Pajak Orang Pribadi yang berpengaruh terhadap Y
Septiani Sanksi digunakan X2. Sanksi pajak
(2019) Perpajakan, Variabel Independen: adalah regresi berpengaruh positif
Pemeriksaan X1. Pemahaman linier terhadap Y
Pajak Terhadap Peraturan Pajak berganda X3. Pemeriksaan
Kepatuhan Wajib X2. Sanksi Perpajakan dengan berpengaruh terhadap Y
Pajak Orang X3. Pemeriksaan Pajak program SPSS
Pribadi (Wpop) versi 22.
30

No. Nama Judul Penelitian Variabel Analisis Data Hasil Penelitian


Peneliti
16. Najla Ulfa Pengaruh Variabel Dependen: Diolah X1. Religiusitas
Salsabila Religiusitas, (Y) Kepatuhan Wajib menggunakan berpengaruh positif
(2018) Nasionalisme, Pajak Orang Pribadi SPSS Statistic terhadap Y
Kepercayaan 23 X2. Nasionalisme tidak
Variabel Independen Metode berpengaruh terhadap Y
Pada Otoritas,
X1. Religiusitas penentuan X3. Kepercayaan pada
dan Tax X2. Nasionalisme otoritas bepengaruh
Amnesty sampel
X3. Kepercayaan Pada adalah terhadap Y
Terhadap Otoritas X4. Tax amnesty
Kepatuhan metode
X4. Tax Amnesty berpengaruh terhadap Y
Wajib Pajak convenient
Orang Pribadi sampling

2.3 Kerangka Pemikiran

Melihat adanya fenomena bisnis dan research gap yang terjadi, serta

banyaknya teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya sangatlah bermacam-

macam dan tidak konsisten, membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut hal

tersebut. Guna memperjelas tujuan pelaksanaaan penelitian dan mempermudah

dalam pemahaman, maka perlu dijelaskan kerangka pemikiran sebagai pedoman

dalam pembahasan. Berdasarkan tujuan penelitian di atas mengenai pengaruh

kepercayaan wajib pajak dan kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan, maka dibuat sebuah kerangka teori

penelitian sebagai berikut.


31

Kepercayaan Wajib Pajak (X1)


1. Hubungan timbal balik
2. Transparansi
3. Kepuasan Kepatuhan Pajak (Y)
4. Saling Mempecayai
1. Mematuhi ketentuan
Sumber: Kristina Wada Betu perpajakan
dan Susi Dwi Mulyani (2020) 2. Melaporkan pajak
3. Membayar pajak
Kekuasaan Otoritas Pajak (X2)
4. Tepat waktu
1. Memiliki hak dan
Sumber: Endang Dwi
wewenang
Wahyuni, Aninnda Utami
2. Memiliki keahlian
Putri, dan Driana Leniwati
3. Memeriksa
(2022)
Sumber: Vinny Vionita dan
Ria Karina (2022)

Pemeriksaan Pajak (Z)


1. Mengolah data dan bukti
2. Mendeteksi penyimpangan
3. Melakukan tindakan secara
objektif
Sumber: Putu Nadiani Putri
Utama dan Putu Ery Setiawan
(2019)
Sumber: Peneliti 2023

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


32

2.4 Hipotesis Penelitian

Dengan adanya rumusan masalah, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran

dan penelitian terdahulu yang sudah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini

mengajukan beberapa hipotesis. Hipotesis ini merupakan suatu pemikiran

sementara yang akan diterima jika hasil pengujian data menunjukkan bahwa

hipotesis tersebut benar, tetapi jika hasil pengujian data menunjukkan bahwa

hipotesis tersebut salah, maka hipotesis tersebut akan ditolak.

2.4.1 Pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Kepercayaan menggambarkan kualitas khusus dari hubungan yang

saling berinteraksi antara otoritas pajak dan pembayar pajak di mana mereka

berdua memiliki persepsi positif pada masing-masing dan termotivasi untuk

mempertahankan hubungan (Betu & Mulyani, 2020).

Menurut teori slippery slope framework, semakin tinggi tingkat

kepercayaan wajib pajak maka akan semakin tinggi tingkat kepatuhan pajak.

Penelitian (Fauziati et al., 2021) mengatakan bahwa kepercayaan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Hal ini didukung oleh penelitian

dari (Betu & Mulyani, 2020) yang menyatakan hal yang sama. Penelitian

(Madjidainun Rahma, 2019) menyatakan bahwa kepercayaan wajib pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Penelitian (Prabowo, 2019)

menyatakan kepercyaan kepada otoritas berpengaruh positif terhadap kepatuhan


33

wajib pajak. Penelitian (Widuri & Irawan, 2019) menyatakan bahwa

kepercayaan terhadap pemerintah berpengaruh positif terhadap kepatuhan

pajak. Penelitian (Widuri et al., 2019) menyatkan hal yang sama dimana

kepercyaan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Penelitian (Najla

Ulfah Salsabila, 2018) menyatakan bahwa kepercayaan kepada otoritas pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian

tersebut, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

H1: Kepercayaan wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak.

2.4.2 Pengaruh Kekuasaan Otoritas Pajak terhadap Kepatuhan Wajinb

Pajak

Kekuasaan yang dimiki otoritas dapat menjadi sebuah pendrong yang

sangat penting bagi wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajaknya tepat

waktu agar tidak terlambat dan tidak dikenakan denda ataupun sanksi.

Pemerintah dapat mengenakan sanksi dan denda terhadap wajib pajak yang

terlambat atau tidak melaporkan pajaknya (Fauziati et al., 2021)

Menurut teori slippery slope framework, semakin tinggi tingkat

kekuasaan otoritas pajak, maka akan semakin tinggi tingkat kepatuhan pajak.

Penelitian (Wahyuni et al., 2022) mengatakan bahwa kekuasaan otoritas

pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal

tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Fauziati et al., 2021)
34

yang mengatakan bahwa power berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak.

Peneltian (Betu & Mulyani, 2020) mengatakan bahwa kekuasaan otoritas

berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan. Penelitian (Widuri et al., 2019)

mengatakan bahwa kekuasaan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

H2: Kekuasaan otoritas pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan

pajak

2.4.3 Pemeriksaan Pajak Dapat Memoderasi Pengaruh Kepercayaan

Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Pajak

Pemeriksaan perlu dilakukan sebagai sarana penegakan hukum bagi

wajib pajak dan merupakan salah satu langkah penting bagi otoritas pajak

dalam memperkuat kepercayaan wajib pajak terhadap otoritas pajak. . Rasa

kepercayaan yang dimiliki oleh wajib pajak memiliki peran penting untuk

melakukan pembayaran pajak. Kepercayaan terhadap otoritas pajak

memainkan peranan penting dalam mendorong kepatuhan masyarakat dalam

membayar pajak (Vionita & Karina, 2022). Dengan adanya pemeriksaan pajak,

maka wajib pajak akan percaya bahwa otoritas pajak melakukan sebuah

tindakan yang sesuai prosedur yang ada.

Dengan belum adanya penelitian mengenai pemeriksaan pajak mampu

memoderasi pengaruh kepercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan pajak dan

adanya perspektif bahwa pemeriksaan merupakan langkah awal bagi otoritas


35

pajak untuk memberikan kepercayaan kepada wajib pajak, maka penulis ingin

meneliti apakah pemeriksaan ini mampu memperkuat hubungan tersebut.

Ditambah lagi dengan adanya penelitian yang mengatakan bahwa

pemeriksaan ini mampu memberikan hasil yang positif terhadap kepatuhan

pajak. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Qomariyah & Riduwan, 2023)

yang mengatakan bahwa pemeriksaan berpengaruh positif terhadap kepatuhan

pajak. Hal tersebut didukung oleh penelitian (Mimi & Mulyani, 2022) yang

mengatakan bahwa pemeriksaan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian (Windiarni et al., 2020) mengatkan pemeriksaan pajak berpengaruh

positif terhadap kepatuhan pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis

membuat hipotesis sebagai berikut:

H3: Pemeriksaan pajak memoderasi pengaruh kepercayaan wajib pajak

terhadap kepatuhan pajak

2.4.4 Pemeriksaan Pajak Dapat Memoderasi Pengaruh Kekuasaan

Otoritas Pajak terhadap Kepatuhan Pajak

Pemeriksaan pajak sangat diperlukan sebagai bentuk pengawasan

terhadap wajib pajak agar wajib pajak tetap berada dalam peraturan pajak yang

berlaku. Sistem Self Assessment yang diterapkan di Indonesia, dimana otoritas

pajak memberikan kepercayaan terhadap wajib pajak dalam melaporkan beban

pajaknya sendiri dapat menimbulkan kecurangan, maka dari itu otoritas pajak
36

harus tetap melakukan segala upaya pemeriksaan guna menghindari

ketidakpatuhan wajib pajak.

Dari teori slippery slope framework untuk menjelaskan hubungan

kekuasaan otoritas pajak dengan kepatuhan pajak, dapat dipandang melalui sisi

ekonomi dimana otoritas pajak dapat melakukan pemeriksaan pajak dan

mengenakan sanksi pajak. Semakin besar kekuasaan Dirjen Jendral Pajak dan

semakin sering mereka menggunakan kekuasaannya seperti melakukan

pemeriksaan, penagihan dan penuntutan terhadap wajib pajak maka tingkat

kepatuhan wajib pajak akan naik (Surya, 2019).

Dengan belum adanya penelitian mengenai pemeriksaan pajak mampu

memoderasi pengaruh kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan pajak dan

adanya perspektif bahwa pemeriksaan merupakan langkah awal bagi otoritas

pajak untuk memberikan kepercayaan kepada wajib pajak, maka penulis ingin

meneliti apakah pemeriksaan ini mampu memperkuat hubungan tersebut.

Ditambah lagi dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh (Surya,

2019) yang mengatakan bahwa semakin besar kekuasaan Direktorat Jenderal

Pajak dan semakin sering mereka menggunakan kekuasaannya seperti

melakukan pemeriksaan, penagihan dan penuntutan terhadap wajib pajak maka

tingkat kepatuhan wajib pajak akan naik.


37

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Yanto

et al., 2020) mengatakan bahwa pemeriksaan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan pajak. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

(Utama & Setiawan, 2019) yang mengatakan bahwa pemeriksaan pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak orang pribadi. Penelitian

(Asterina & Septiani, 2019) pemeriksaan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis membuat hipotesis

sebagai berikut:

H4: Pemeriksaan memoderasi pengaruh kekuasaan otoritas pajak

terhadap kepatuhan pajak


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif merupakan penelitian yang berdasarkan pengalaman empiris dengan

mengumpulkan data berbentuk angka yang bisa dihitung dan berbentuk numerik.

Metode kuantitatif menurut (Sugiyono, 2020) yaitu metode penelitian yang

berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

suatu sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkanPada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah para

pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan kepatuhan pajak sebagai variabel dependen (Y), kepercayaan wajib

pajak dan kekuasaan otoritas pajak sebagai variabel independen (X), dan

pemeriksaan sebagai variabel moderasi (Z). Data yang didapat berasal dari data

kuesioner yang diisi oleh para pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta.

3.2 Unit Analisis

Unit analisis dalam penleitian ini adalah para pelaku UMKM di wilayah

DKI Jakarta yang memiliki tanggung jawab sebagai bagian dari wajib pajak.

38
39

3.3 Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah batasan dan cara pengukuran variabel

yang akan diteliti (Ulfa, 2019). Dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel yang

terdiri dari dua variabel independen, satu variabel dependen, dan satu variabel

moderasi. Dalam penelitin ini variabel-variabel yang digunakan mengacu pada

teori slippery slape framework. Kepercayaan wajib pajak (X1) dan kekuasaan

otoritas pajak (X2) yang digunakan di dalam penelitian ini dijadikan sebagai

variabel independen, untuk kepatuhan pajak (Y) digunakan sebagai variabel

dependen, dan pemeriksaan pajak digunakan sebagai variabel moderasi (Z).

Berikut merupakan penjelasan singkat dalam penelitian ini terkait dengan variabel-

variabel tersebut:

3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Menurut (Sugiyono, 2020) variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Di dalam penelitian ini kepatuhan wajib pajak dijadikan sebagai

variabel terikat. Kepatuhan pajak merupakan perilaku yang sangat penting

dalam membantu pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak negara.

Meningkatkan kepatuhan dalam pembayaran pajak merupakan salah satu

langkah awal untuk membangun negara yang lebih baik.


40

3.3.1.1 Kepatuhan Pajak

Kepatuhan wajib pajak adalah tindakan wajib pajak yang patuh

untuk melaporkan pendapatan dan melakukan pembayaran pajak secara

tepat waktu yang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku

(Wahyuni et al., 2022).

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan indikator atas tindakan

sadar dan patuh akan proses pemenuhan kewajiban dan ketertiban akan

pembayaran perpajakan demi mencapai akan tingkat realisasi dari target

atas penerimaan pajak yang telah ditetapkan sebelumnya di dalam

APBN (Windiarni et al., 2020).

Menurut (Widuri & Irawan, 2019) kepatuhan dapat diukur

berdasarkanpemahaman wajib pajak dalam mengisi formulir pajak

dengan benar, lengkap, dan jelas Hal ini berhubungan dengan

bagaimana wajib pajak melaporkan semua pajaknya, mengisi jumlah

pajak terutang dengan benar dan tepat waktu.

3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Menurut (Sugiyono, 2020) variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini, kepercayaan wajib pajak

dan kekuasaan otoritas pajak menjadi variabel independen.


41

3.3.2.1 Kepercayaan Wajib Pajak

Menurut (Wahyuni et al., 2022) kepercayaan pada otoritas pajak

adalah pendapat umum individu bahwa otoritas pajak bekerja dengan

baik dan melakukan pekerjaannya untuk kebaikan bersama.

Menurut (Hasanah & Widiyati, 2021) keyakinan dapat diartikan

dari berbagai aspek, salah satunya keyakinan terhadap seseorang atau

kelompok atau organisasi. Wajib Pajak akan merasa membayar pajak

adalah suatu kewajibannya ketika tingkat kepercayaan masyarakat

kepada pemerintah tinggi. Dengan adanya kepercayaan yang tinggi

maka akan memberikan kesadaran pajak yang tinggi dan hal tersebut

mampu berdampak pada meningkatnya kepatuhan pajak.

Kepercayaan menggambarkan kualitas khusus dari hubungan

yang saling berinteraksi antara otoritas pajak dan pembayar pajak di

mana mereka berdua memiliki persepsi positif pada masing-masing dan

termotivasi untuk mempertahankan hubungan (Betu & Mulyani, 2020).

Otoritas pajak dan wajib pajak perlu membangun interaksi yang baik

guna menumbuhkan kepercayaan diantara keduanya. Dengan

mempertahankan hubungan akan mampu meningkatkan kepatuhan

pajak.
42

3.3.2.2 Kekuasaan Otoritas Pajak

Kekuasaan otoritas pajak merupakan sebuah kemampuan untuk

menegakkan kepatuhan pajak. Kekuatan dalam perpajakan memberikan

kewenangan terhadap suatu negara untuk memungut pajak dan

wewenang untuk memberikan sanksi terhadap pelanggar berdasarkan

undang-undang dan aturan di negera tersebut (Vionita & Karina,

2022)v. Kekuasaan yang dimiliki otoritas pajak dapat mendorong

wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

Kekuasaan dapat menjadi sebuah pendrong yang penting bagi

wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajaknya tepat waktu agar

tidak terlambat dan tidak dikenakan denda ataupun sanksi. Kekuasaan

yang dimiliki oleh otoritas pajak dapat mendorong wajib pajak untuk

memenuhi kewajibannya. Pemerintah dapat mengenakan sanksi dan

denda terhadap wajib pajak yang terlambat atau tidak melaporkan

pajaknya (Fauziati et al., 2021).

Menurut (Widuri et al., 2019) kekuasaan berasal dari otoritas

pajak untuk mengahasilkan undang-undang yang harus dipatuhi oleh

setiap wajib pajak. Setiap wajib pajak wajib mematuhi setiap peraturan

perpajakan yang dibuat oleh otoritas pajak agar terhindar dari berbagai

kesalahan dalam melakukan kewajiban pajaknya. Otoritas pajak berhak

menggunakan kekuasaannya seperti pemeriksaan, memberikan sasnksi


43

atau denda kepada wajib pajak yang terlambat atau tidak melaporkan

pajaknya. Hal tersebut sebagai upaya agar wajib pajak tidak menghinari

pajak atau melakukan berbagai kecurangan dalam melakukan

kewajiban pajaknya.

3.3.3 Variabel Moderasi ( Moderating Variable)

Menurut (Sugiyono, 2020) variabel moderasi adalah variabel yang

mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Variabel ini mampu memperkuat maupun

memperlemah suatu hubungan antata variabel bebas dengan variabel terikat.

3.3.3.1 Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak perlu dilakukan sebagai upaya untuk

menguji kepatuhan wajib pajak. Pemeriksaan pajak penting untuk

dilakukan agar kekuasaan otoritas dengan segala wewenangnya dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut sesua dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Surya, 2019) yang menyatakan bahwa

semakin besar kekuasaan Direktorat Jenderal Pajak dan semakin sering

mereka menggunakan kekuasaannya seperti melakukan pemeriksaan,

penagihan dan penuntutan terhadap wajib pajak maka tingkat kepatuhan

wajib pajak akan naik. Maka dari itu peneliti menggunakan

pemeriksaan pajak sebagai variabel yang dapat memoderasi pengaruh


44

kepercayaan wajib pajak dan kekuasaan otoritas pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Menurut (Windiarni et al., 2020) pemeriksaan perpajakan

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk melaksanakan fungsi

pengawasan sekaligus pembinaan yang merupakan konsekuesi yang

dari timbul dari penerapan self assessment kepada Wajib Pajak.

Pemeriksaan perlu dilakukan sebagai upaya penegakan hukum

bagi wajib pajak dan merupakan salah satu cara penting bagi otoritas

pajak dalam memperkuat kepercayaan dan kekuasaan otoritas pajak.

Pemeriksaan merupakan suatu kegiatan menghimpun dan mengolah

data, bukti dan keterangan pendukung yang dilaksanakan secara

objektif dan profesional berdasarkan standar yang telah ditetapkan

(Utama & Setiawan, 2019).

Menurut (Wahda et al., 2018) kegiatan pemeriksaan adalah

menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, sehingga dari hasil pemeriksaan akan diketahui tingkat

kepatuhan wajib pajak, bagi wajib pajak yang tingkat kepatuhannya

rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan terhadapnya

dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-masa selanjutnya

menjadi lebih baik.


45

Tabel 3.1
Definisi Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala
Variabel
Kepercayaan 1. Hubungan 1. Saya dapat
menggambarkan timbal balik merasakan manfaat
kualitas khusus dari kebijakan
dari hubungan otoritas pajak.
yang saling
berinteraksi 2. Transparansi 2. Pemerintah telah
antara otoritas bersifat transparan
Keperca pajak dan dalam pemanfaatan Likert
1. yaan pembayar pajak uang hasil pajak
Wajib di mana mereka untuk pembiayaan
Pajak berdua memiliki pembangunan dan
(X1) persepsi positif kegiatan pemerintah.
pada masing-
masing dan 3. Kepuasan 3. Secara umum saya
termotivasi puas dengan cara
untuk otoritas pajak
mempertahankan memecahkan
hubungan. masalah.
(Betu &
Mulyani, 2020) 4. Saling 4. Secara umum saya
Mempercayai mempercayai
keputusan aparat
pajak.
5. Aparat pajak bisa
dipercaya.
46

No. Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala


Variabel

Kekuatan 1. Memiliki Hak 1. Aparat pajak memiliki


dalam dan wewenang yang luas
perpajakan Wewenang untuk memaksaa
memberikan warga negara agar
Kekuasaan bersikap jujur tentang
2. kewenangan Likert
Otoritas pajak mereka.
Pajak (X2
terhadap suatu
negara untuk 2. Aparat pajak dapat
2. Memiliki
memungut mengungkapkan
Keahlian
pajak dan penghindaran pajak
wewenang yang terjadi karena
untuk mempunyai keahlian
memberikan di bidang perpajakan.
sanksi terhadap
pelanggar 3. Aparat pajak
berdasarkan memerangi kejahatan
undang-undang pajak dengan efektif
dan efisien.
dan aturan di
negera tersebut.
4. Aparat pajak memiliki
(Vionita &
kemampuan yang baik
Karina, 3. Memeriksa untuk memeriksa
2022)vionita
pajak bila ada
kesalahan perhitungan.

5. Aparat pajak memiliki


akses digital yang
memadai sehingga
wajib pajak sulit untuk
melakukan
penggelapan pajak
atau penghindaran
pajak.
47

No Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala


Variabel
Kepatuhan 1. Mematuhi 1. Jika terjadi kesalahan
Wajib Pajak ketentuan dalam perhitungan
adalah tindakan perpajakan pajak, saya
wajib pajak yang senantiasa
patuh untuk melakukan koreksi
melaporkan walupun
pendapatan dan berimplikasi pada
melakukan meningkatnya pajak
pembayaran yang harus saya
pajak secara bayar.
tepat waktu yang 2. Saya mengakui
sesuai dengan semua pendapatan
ketentuan dari sumber
perpajakan yang manapun, walaupun
berlaku. berimplikasi pada
(Wahyuni et al., meningkatnya pajak
2022) yang harus
dibayarkan.
2. Melaporkan 3. Saya melaporkan
pajak jumlah kekayaan
Kepatuhan saya dalam jumlah Likert
3. wajib yang benar.
pajak 4. Pembayaran pajak
(Y) seharusnya dilakukan
3. Membayar secara sukarela tanpa
pajak ada paksaan dari
pihak manapun.
5. Penyampaian SPT
tepat waktu
4. Tepat waktu merupakan cerminan
kapatuhan wajib
pajak
48

No Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala


Variabel
Pemeriksaan 1. Mengolah data 1. Saya pernah terpikir
merupakan suatu dan bukti bahwa perusahaan
kegiatan saya akan diperiksa
menghimpun oleh aparat pajak
dan mengolah karena masalah
data, bukti dan perpajakan.
keterangan 2. Saya berpikir bahwa
pendukung yang aparat pajak akan
dilaksanakan mendapatkan wajib
secara objektif pajak yang tidak
dan profesional melaporkan
4. Pemeriksa berdasarkan penghasilannya.
an Pajak standar yang Likert
(Z) telah ditetapkan. 2. Mendeteksi 3. Saya kemungkinan
(Utama & penyimpangan akan diperiksa oleh
Setiawan, 2019) aparat pajak bila
menggelapkan atau
menghindari pajak.
4. Menurut saya,
kemungkinan besar
penggelapan pajak
dapat terdeteksi
dengan cepat.

3. Melakukan 5. Menurut saya


tindakan pemeriksaan yang
secara objektif dilakukan oleh aparat
pajak sudah sesuai
dengan ketentuan
yang ada.

Sumber: Data Olahan Peneliti 2023


49

3.4 Populasi dan Teknik Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yanag terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta yang berjumlah 1.151.080

berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik.

3.4.2 Teknik Sampling

Berdasarkan jumlah UMKM yang berada di DKI Jakrta yang

berjumlah 1.151.080. Dengan banyaknya jumlah populasi maka,

penentuan jumlah sampel menggunakan teori Slovin dengan rumus

sebagai berikut.

N
n=
1+N (0,10)2

1.151.080
n=
1+1.151.080 (0,10)2

n = 99.991 dibulatkan menjadi 100 responden

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Non-Probability Sampling. Convence sampling yaitu purposive

sampling. Menurut (Sugiyono, 2020) purposive sampling adalah teknik


50

pengambilan data dengan menentukan sampel yang sudah

dipertimbangkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100

responden.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu

kuantitatif, dengan sumber data yaitu data primer yang diperoleh langsung dari

responden. Menurut (Sugiyono, 2020) sumber data premier merupakan sumber

data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber

data pada penelitian ini diperoleh berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan

dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pelaku UMKM di wilayah DKI

Jakarta.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode kuesioner. Menurut (Sugiyono, 2020) metode kuesioner

merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan memberi beberapa

pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Metode kuesioner pada penelitian ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan

kemudian diberikan kepada responden baik secara langsung maupun

menggunakan media online untuk dilakukan pengisian oleh responden.

Kuesioner ini diberikan kepada para pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta.
51

3.6.1 Instrumen Penelitian

Untuk melakukan pengukuran atas pengukuran atas pendapat

yang sudah diisi oleh para responden, maka perlu sebuah perumusan

untuk menghasilkan pengukuran tersebut. Dalam penelitian ini, pendapat

responden diukur dengan skala likert, yaitu angka 7 untuk pendapat

sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk pendapat sangat tidak setuju (STS).

Rincian dari skala likert tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2
Skala Likert

Pernyataan Skor
Sangat Setuju (SS) 7
Setuju (S) 6
Agak Setuju (AS) 5
Netral (N) 4
Agak Tidak Setuju (ATS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Hasil pengolah data primer 2023

3.6.2 Model Pengukuran (Outer Model)

Menurut (Setyobudi & Muchayatin, 2022) Outer Model

menunjukkan bagaimana variabel manifest atau observed variabel

mempresentasi variabel laten untuk diukur. Proses outer model ini

dilakukan untuk mengukur seberapa baik keterkaitan setiap indikator

dalam menjelaskan dan merefleksikan suatu variabel dalam suatu

pemodelan yang dapat dicapai. Pengukuran ini digunakan untuk


52

pengujian validitas dan reabilitas suatu data. Pengujian outer model

meliputi uji validitas dan uji reliabilitas yang dijabarkan sebagai berikut.

3.6.2.1 Uji Validitas

Menurut (Mimi & Mulyani, 2022) pengujian validitas

pada outer model yaitu menggunakan uji validitas konvergen

(Convergent Validity) dan uji validitas diskriminan

(Discriminant Validity). Dilakukannya uji ini adalah untuk

mengetahui kevalidan, keabsahan dari suatu item pernyataan

dalam kuesioner.

3.6.2.1.1 Convergent Validity

Menurut (Setyobudi & Muchayatin, 2022) nilai

convergent validity adalah nilai loading factor pada variabel

laten dengan indikator-indikatornya. Digunakan untuk menguji

validitas setiap indikator di suatu variabel. Ukuran refleksif

individual dikatakan tinggi jika berkorelasi > 0,7 dengan

konstruk yang ingin diukur. Namun untuk penilaian tahap awal

dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai

0,6 di anggap cukup memadai. Dalam penelitian ini

menggunakan batas outer loading sebesar 0,70. Berikut ini


53

merupakan hasil pengujian convergen validity yang dilihat dari

outer loading:

Sumber: Output SmartPLS 2023

Gambar 3.1 Outer Loading


54

Tabel 3.3
Hasil Uji Convergen Validity
Variabel Indikator Outer Loading Critical Value Information
X1.1 0,902 0,7 Valid
X1.2 0,894 0,7 Valid
Kepercayaan Wajib Pajak (X1) X1.3 0,946 0,7 Valid
X1.4 0,941 0,7 Valid
X1.5 0,955 0,7 Valid
X2.1 0,906 0,7 Valid
X2.2 0,909 0,7 Valid
Kekuasaan Otoritas (X2) X2.3 0,949 0,7 Valid
X2.4 0,904 0,7 Valid
X2.5 0,808 0,7 Valid
Y1.1 0,931 0,7 Valid
Y1.2 0,919 0,7 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Y1.3 0,951 0,7 Valid
Y1.4 0,925 0,7 Valid
Y1.5 0,933 0,7 Valid
Z1.1 0,944 0,7 Valid
Z1.2 0,908 0,7 Valid
Pemeriksaan (Z) Z1.3 0,962 0,7 Valid
Z1.4 0,895 0,7 Valid
Z1.5 0,916 0,7 Valid
Sumber : Output SmartPLS yang diolah tahun 2023.

Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa setiap indikator

memiliki nilai outer loading lebih dari > 0.70 yang artinya

semua butir pernyataan dinyatakan baik dan dapat digunakan

untuk pengujian selanjutnya.

3.6.2.1.2 Descriminant Validity

Menurut Setyobudi & Muchayatin, (2022) pengukuran

discriminant validity dengan menggunkan nilai cross loading.

Model ini dapat di anggap baik apabila setiap nilai loading dari

setiap indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai loading


55

yang paling besar dengan nilai loading lain terhadap variabel

laten lainnya.

Tabel 3.4
Hasil Uji Disceiminant Validity

Kepercayaan
Wajib Pajak (X1)
Indikator Kekuasaan Otoritas (X2) Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Pemeriksaan(Z)
X1.1 0,902 0,615 0,500 0,633
X1.2 0,894 0,596 0,489 0,700
X1.3 0,946 0,701 0,535 0,702
X1.4 0,941 0,648 0,503 0,726
X1.5 0,955 0,665 0,570 0,699
X2.1 0,597 0,906 0,486 0,488
X2.2 0,600 0,909 0,530 0,497
X2.3 0,642 0,949 0,610 0,464
X2.4 0,673 0,904 0,582 0,549
X2.5 0,609 0,808 0,415 0,569
Y1.1 0,513 0,538 0,931 0,284
Y1.2 0,531 0,539 0,919 0,281
Y1.3 0,510 0,559 0,951 0,262
Y1.4 0,546 0,597 0,925 0,307
Y1.5 0,513 0,524 0,933 0,284
Z1.1 0,683 0,541 0,299 0,944
Z1.2 0,676 0,497 0,303 0,908
Z1.3 0,689 0,534 0,244 0,962
Z1.4 0,647 0,522 0,258 0,895
Z1.5 0,714 0,492 0,294 0,916
Sumber : Output SmartPLS yang diolah tahun 2023.

Berdasarkan hasil pengujian discriminant validity pada

tabel 3.4 dapat diketahui nilai hubungan suatu nilai loading

memiliki nilai yang lebih besar dari pada hubungan nilai loading

lainnya, maka dari itu peneliti dapat menyimpulkan data yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki discriminant validity

yang baik sehingga data tersebut dapat dilanjutkan untuk

analisis selanjutnya.
56

3.6.2.1.3 Average Variance Extracted (AVE)

Menurut Arfiansyah & Hidajat, (2022) Average

Variance Extracted (AVE) digunakan untuk melihat ukuran

varian indikator yang dikandung dalam variabel latennya.

Menurut Setyobudi & Muchayatin, (2022) hasil temuan

pada pengujian dengan average variance extracted (AVE)

menunjukkan bahwa nilai AVE yang dihasilkan setiap variabel

yang digunakan lebih besar dari >0, 5 maka dapat dikatakan

memenuhi syarat.

Tabel 3.5
Hasil Uji Average Variance Extracteid (AVE)
Variabel Average Variance Extracted (AVE)Critical Value Information
Kepercayaan Wajib Pajak (X1) 0,803 0,5 Valid
Kekuasaan Otoritas Pajak (X2) 0,869 0,5 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0,861 0,5 Valid
Pemeriksaan Pajak (Z) 0,856 0,5 Valid
Sumber : Output SmartPLS yang diolah tahun 2023.

Berdasarkan hasil pengujian reliability and validity pada

tabel 3.5 dapat diketahui setiap variabel memiliki nilai AVE >

0,5 yang artinya dapat disimpulkan bahwa setiap variabel yang

digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai discriminant

validity yang baik.


57

3.6.2.2 Uji Reliabilitas

Menurut (Mimi & Mulyani, 2022) uji reliabilitas data

merupakan suatu uji yang mengukur indikator dari suatu

variabel yang terdapat dalam suatu kuesioner. Pengujian

reliabilitas dapat melihat pada outer model dengan melakukan

uji Internal Consistency Reliability dengan melihat nilai

composite reliability dan cronbach’s alpha.

3.6.2.2.1 Composite Reliability

Menurut (Setyobudi & Muchayatin, 2022) composite

reliability merupakan bagian yang digunakan untuk menguji

nilai reliabilitas indikator variabel. Untuk menentukan sebuah

variabel reliable dapat melihat nilai composite reliability > 0,6.

Berikut adalah hasil pengujian composite reliability.

Tabel 3.6
Hasil Uji Composite Reliability
Variabel Composite Reliability Critical Value Information
Kepercayaan Wajib Pajak (X1) 0,952 0,6 Reliable
Kekuasaan Otoritas Pajak (X2) 0,963 0,6 Reliable
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0,962 0,6 Reliable
Pemeriksaan Pajak (Z) 0,962 0,6 Reliable
Sumber : Output SmartPLS yang diolah tahun 2023.

Berdasarkan hasil uji composite reliability pada tabel 3.6

dapat diketahui bahwa semua variabel yang digunakan dalam


58

penelitian ini memiliki nilai composite reliability > 0,6.

Sehingga dapat dinyatakan reliabel.

a. Croncbach’s Alpha

Menurut Mimi & Mulyani, (2022) dalam uji reabilitas

ini variabel dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha

diatas 0,70. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh

(Arfiansyah & Hidajat, 2022) mengatakan bahwa suatu konstruk

dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika memiliki

diatas cronbach’s alpha >0,6.

Menurut Setyobudi & Muchayatin, (2022) uji reliabilitas

dengan composite reliability dapat diperkuat dengan

menggunakan nilai cronbach's Alpha, kriteria penilaian variabel

apabila nilai croncbach's alpha lebih dari > 0,7 maka dikatakan

relibel. Berikut adalah hasil pengujian crobnach’s alpha.

Tabel 3.7
Hasil Uji Cronbach’s Alpha

Variabel Cronbach's Alpha Critical Value Information


Kepercayaan Wajib Pajak (X1) 0,938 0,7 Reliable
Kekuasaan Otoritas Pajak (X2) 0,962 0,7 Reliable
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0,960 0,7 Reliable
Pemeriksaan Pajak (Z) 0,958 0,7 Reliable
Sumber : Output SmartPLS yang diolah tahun 2023.
59

Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa semua

variabel memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,7. Yang artinya

semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi

persyaratan pada pengujian cronbach’s alpha. Sehingga peneliti

menyimpulkan bahwa semua variabel memiliki tingkat

reliabilitas yang tinggi.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

3.6.3.1 Uji Normalitas


Menurut (Rohmatillah et al., 2023) uji normalitas

dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel berdsitribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dapat

dianalisis dengan SmartPLS. Nilai Excess Kurtosis dianggap

normal apabila alpha 0,01 tidak menjauhi nilai tengah antara -

2,58 sampai 2,58.

3.6.3.2 Uji Multikolineritas


Menurut (Corina et al., 2022) uji multikolineritas

dilakukan dengan tujuan menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji ini dapat

dianalisis dengan melihat inner VIF pada SmartPLS. Pengujian

multikolineritas bertujuan untuk melihat apakah setiap variabel

independen memiliki korelasi antar variabel independen atau


60

tidak. Dikatakan tidak terjadi pelanggaran asumsi

multikolineritas apabila Nilai VIF <3,5 sampai 5 atau bisa

dikatakan kurang dari sama dengan 5,00.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis adalah sebuah proses berkelanjutan dalam penelitian, dengan

analisis awal menginformasikan data yang kemudian dikumpulkan. Setelah

peneliti selesai dalam mengumpulkan data-data maka langkah selanjutnya yaitu

menganalisis data yang telah diperoleh hingga mengahsilkan penelitian yang

bermanfaat dan memperoleh suatu kesimpulan.

3.7.1 Klasifikasi Interval Data

Setelah peneliti mendapatkan beberapa jawaban dari responden

atas kuesiner yang telah dibagikan, penulis akan mengelompokkan data

tersebut dalam interval perhitungan. Perhitungan ini ditentukan

berdasarkan jumlah responden yang telah disesuaikan dengan sampel

yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut adalah rumus untuk mengukur

klasifikasi internal.

Interval = (Nilai Tertinggi x Sampel) – (Nilai Terendah x Sampel)

Jumlah Kelas

Interval = (7 x 100) – (1 x 100)


7
Interval = 700 – 100
7
61

Interval = 85,71 dibulatkan menjadi 86

Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan atas jumlah

responden yang disesuaikan atas sampel yang ditentukan sebelumnya

sebagai berikut:

Tabel 3.8
Interval Data
Interval Jawaban
100 – 185 Sangat Tidak Baik/ Sangat Rendah
186 – 271 Tidak Baik / Rendah
272 – 357 Sedikit Tidak Baik/Tidak Begitu Rendah
358 – 443 Cukup Baik/Cukup Tinggi
444 – 529 Sedikit Baik/Tidak Begitu Tinggi
530 – 615 Baik/ Tinggi/ Tidak Begitu Tinggi
616 – 701 Sangat Baik/Sangat Tinggi
Sumber: Olah Data Penulis Tahun 2023.

3.7.2 Analisis Deskriptif

Statistik Deskriptif menurut (Samrin et al., 2023) yaitu suatu

analisis yang dilakukan untuk memberi gambaran mengenai jawaban

responden atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner dari semua

variabel. Ananlisis ini memberikan suatu informasi yang lebih jelas dan

mudah untuk dipahami. Hasil tersebut dapat dilihat dalam bentuk nilai

rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai minumum, dan

maksimum.
62

3.7.3 Analisis Structural Equation Modelling (SEM)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sebuah metode yaitu

analisis data structural equation modelling (SEM), yang kemudian akan

dilanjutkan dengan analisis Partial Least Square (PLS) dengan

menggunakan software SmartPLS. Menurut (Hama, 2023) PLS (Partial

Least Square) merupakan analisis persamaan sktruktural (SEM)

berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian

model pengukuran sekaligus pengujian model struktural.

1. Analisis Model Struktural (Inner Model)

Menurut (Setyobudi & Muchayatin, 2022) inner model

menunjukkan kekuatan estimasi antar variabel laten atau konstruk.

Pada penelitian ini akan dijelaskan mengenai hasil R-Square, Uji

Hipotesis, Uji F-Square, dan Uji Goodness of fit.

a. Uji R-Square

Menurut (Hama, 2023) koefisien determinasi (R-Square atau

R2) adalah nomor yang menyebutkan dampak variabel laten

eksogen eksklusif terhadap variabel laten endogen apakah memiliki

dampak yang substantif. Menetukan seberapa besar pengaruh

variabel endogen terhadap variabel lainnya dapat digunakan dengan

mengevaluasi nilai coefficient determinan (r-square) sehingga

variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat dikatakan baik,


63

apabila nilai R2 diatas 0,67, nilai sebesar 0,33 – 0,67 dapat dikatakan

sedang, dan nilai 0,19 – 0,33 dikatakan lemah.

b. Uji Hipotesis
Menurut (Setyobudi & Muchayatin, 2022) untuk melihat hasil

dari uji hipotesis pada penelitian dapat dilakukan dengan melihat

hasil dari t-statistics dan nilai p-values. Hipotesis dikatakan diterima

jika nilai t-statistics >1,96 dan nilai p-values <0,05.

c. Uji F-Square
Menurut (Kurnia & Faisal, 2022) pengujian F-Square

bertujuan guna memberi penilaian terhadap dampak relatif dari

variabel eksogen terhadap variabel endogen. Uji ini mempunyai tiga

kriteria, diantaranya adalah apabila nilai f-square 0,02 artinya

pengaruhnya kecil, pengaruh sedang apabila nilainya 0,15, dan 0,35

artinya pengaruhnya besar.

d. Uji Goodness of Fit


Menurut (Wahyuni et al., 2022) goodness of fit digunakan untuk

memvalidasi model keseluruhan. Dilakukannya uji Goodness of Fit

(GoF) adalah untuk mengetahui seberapa baik model yang digunakan

dalam penelitian tersebut. Penilaian uji goodness of fit dapat dilihat

melalui nilai q-square. Nilai q-square memiliki kesaaman dengan r-

square yang ada pada analisis regeresi, nilai q-square yang tinggi

menandakan model yang digunakan semakin fit.


BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

membagikan link google form kepada responden yang berisi beberapa kuesioner.

Objek penelitian ini adalah wajib pajak UMKM yang berada di wilayah DKI

Jakarta. Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Indoensia. Jakarta masuk kedalam

sebuah kawasan metropolitan. Bukannya hanya menjadi pusat pemerintahan, akan

tetapi Jakarta menjadi pusat perekonimian yang dimana sektor-sektor ekonomi dan

bisnis berkembang pesat disini. Salah satunya dengan banyaknya jumlah usaha-

usaha UMKM yang ada di wilayah Jakarta. Menurut data Badan Pusat Statistik

(BPS) jumlah UMKM di Jakarta tercatat terdapat 1.151.080 unit.

Lokasi penelitian ini berada di wilayah DKI Jakarta, dengan objek

penelitian yaitu UMKM yang bergerak di bidang usaha industri manufaktur,

perdagangan, hotel, restoran, jasa, dan lain sebagainya. Pada umumnya, UMKM

yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah usaha yang bersekala kecil sampe

berskala besar.

4.2 Analisis Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan data yang berasal dari hasil

kuesioner yang telah disebarkan ke para pelaku UMKM yang berada di wilayah

64
65

DKI Jakarta. Hasil kuesioner tersebut terdiri dari 100 responden, dengan

perhitungan data kuesioner yang sudah valid dan reliabel.

4.2.1 Profil Responden

Pengambilan data dilakukan kepada para pelaku UMKM yang

berjumlah 100 yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Setelah mendapatkan data

dari responden, penulis akan mengolah data tersebut berdasarkan jenis kelamin,

kepemilikan NPWP dan NPPKP, pendidikan terakhir, pendidikan informal,

jenis usaha, pendapatan per tahun, metode pelaporan pajak, dan lama usaha.

4.2.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Penelitian ini melibatkan beberapa responden yang terdiri dari

55 laki laki dan 45 perempuan. Berikut hasil gambaran responden dari

pengisian kuesioner tersebut.

Tabel 4.1
Profil Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Laki-laki 45 45%
Perempuan 55 55%
Total 100 100%
Sumber: Hasil Olah Data Pribadi Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.1, dapat

diketahui bahwa dari 100 responden yang dilihat dari jenis kelamin,

pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta lebih banyak berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 55 orang dengan persentase sebesar 55%,


66

sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 45 orang

dengan persentase sebesar 45%.

4.2.1.2 Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP dan NPPKP

Responden di dalam penelitian ini terdiri dari orang yang

memiliki NPWP saja sebanyak 49 orang, Tidak memiliki NPWP 11

orang, memiliki NPWP dan NPPKP 23 orang, dan tidak memiliki

NPWP dan NPPKP sebanyak 17 orang

Tabel 4.2
Profil Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP dan NPPKP.
Kepemilikan NPWP & NPPKP Frekuensi Persentase
Memiliki NPWP Saja 49 49%
Tidak Memiliki NPWP 11 11%
Memiliki NPWP & NPPKP 23 23%
Tidak Memiliki NPWP & NPPKP 17 17%
Total 100 100%
Sumber: Hasil Olah Data Pribadi Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.2, dapat

diketahui bahwa dari 100 responden yang dilihat dari kepemilikan

NPWP dan NPPKP, pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta lebih

banyak memiliki NPWP saja yaitu sebanyak 49 orang dengan

persentase sebesar 49%, untuk urutan terbanyak selanjutnya yaitu

memiliki NPWP dan NPPKP sebanyak 23 orang dengan persentase

23%, lalu untuk golongan yang tidak memiliki NPWP dan NPPKP
67

sebanyak 17 orang dengan persentase 17%, dan untuk jumlah yang tidak

memiliki NPWP sebanyak 11 orang dengan persentase 11%.

4.2.1.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden di dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

pendidikan yang terakhir ditempuh yaitu di bawah SMA (SD sampai

SMP), SMA, Diploma 3 (D3), Strata 1 (S1), dan Strata 2 (S2).

Tabel 4.3
Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase


Dibawah SMA 4 4%
SMA 41 41%
D3 9 9%
S1 41 41%
S2 5 5%
Total 100 100%
Sumber: Hasil Olah Data Pribadi Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.2, dapat

diketahui bahwa dari 100 responden yang dilihat dari pendidikan

terakhir, pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta yang terbanyak adalah

S1 dan SMA yang memiliki jumlah yang sama yaitu 41 orang dengan

persentase 41% . Pendidikan D3 sebanyak 9 orang dengan persentase

9%, pendidikan S2 sebanyak 5 orang dengan jumlah persentase 5%, dan

pendidikan di bawah SMA (SD sampai SMP) sebanyak 4 orang dengan

persentase 4%.
68

4.2.1.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Informal

Responden di dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

pendidikan informal yang dimiliki seperti Brevet A, Brevet B, Brevet

C, Brevet AB, dan tidak memiliki Brevet atau tidak memiliki

pendidikan informal.

Tabel 4.4
Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Informal

Pendidikan Informal Frekuensi Persentase


Brevet A 11 11%
Brevet B 3 3%
Brevet C 2 2%
Brevet AB 8 8%
Tidak Memiliki Brevet/ Lainnya 76 76%
Total 100 100%
Sumber: Hasil Olah Data Pribadi Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.3, dapat

diketahui bahwa dari 100 responden yang dilihat dari pendidikan

informal yang dimiliki, pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta lebih

banyak tidak memiliki brevet atau pendidikan informal lainnya yaitu

sebanyak 76 orang dengan persentase 76%, lalu yang memiliki Brevet

A sebanyak 11 orang dengan persentase 11%, Brevet AB sebanyak 8

orang dengan persentase 8%, untuk Brevet B memiliki jumlah sebanyak

3 orang dengan persentase 3%, dan untuk Brevet C sebanyak 2 orang

dengan persentase 2%.


69

4.2.1.5 Responden Berdasarkan Jenis Bidang Usaha

Responden di dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

jenis usaha yang dimiliki, mulai dari jenis usaha manufaktur,

perdagangan, hotel dan/atau restoran, jasa, ataupun lainnya.

Tabel 4.5
Profil Responden Berdasarkan Jensi Bidang Usaha
Jenis Usaha Frekuensi Persentase
Industri Manufaktur 10 10%
Perdagangan 32 32%
Hotel dan Restoran 7 7%
Jasa 15 15%
Lainnya 36 36%
Total 100 100%
Sumber: Hasil Olah Data Pribadi Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.4, dapat

diketahui bahwa dari 100 responden yang dilihat dari kepemilikan jenis

usaha yang dimiliki, pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta lebih

banyak memiliki jenis usaha di bidang usaha lainnya sebanyak 36 orang

dengan persentase 36%, jenis usaha perdagangan sebanyak 32 orang

dengan persentase 32%. Industri manufaktur sebanyak 10 orang dengan

persentase 10%, untuk jenis usaha jasa sebanya 15 orang dengan

persentase 15%, dan untuk usaha di bidang hotel dan/atau restoran

sebanyak 7 orang dengan jumlah persentase 7%.


70

4.2.1.6 Responden Berdasarkan Pendapatan Per Tahun

Responden di dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

jumlah pendapatan per tahun sebesar di bawah Rp1 Milyar, dari

Rp1Milyar sampai di bawah Rp2 Milyar, dari Rp2 Milyar sampai di

bawah Rp3 Milyar, dari Rp3 Milyar sampai di bawah Rp4 Milyar, dan

mulai dari Rp4Milyar sampai di bawah Rp4,8 Milyar.

Tabel 4.6
Profil Responden Berdasarkan Pendapatan Per Tahun

Pendapatan Frekuensi Persentase


Di bawah Rp1.000.000.000 62 69%
Rp1,000,000,000 – di bawah Rp2,000,000,000 10 10%
Rp2,000,000,000 – di bawah Rp3,000,000,000 7 7%
Rp3,000,000,000 – di bawah Rp4,000,000,000 12 12%
Rp4,000,000,000 – di bawah Rp4,800,000,000 9 9%
Total 100 100%
Sumber: Hasil Olah Data Pribadi Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.7, dapat

diketahui bahwa dari 100 responden yang dilihat dari pendapatan per

tahun yang didapatkan, pelaku UMKM di wilayah jabodetabek

terbanyak memiliki pendapatan di bawah Rp1 Miliyar sejumlah 62

orang dengan persentase 62%. Untuk pendapatan Rp3 Milyar sampai

Rp4 Milyar sebanyak 12 orang dengan persentase 12%. Pendapatan

Rp1 Milyar sampai dengan Rp2 Milyar sebanyak 10 orang dengan

persentase 10%. Pendapatan Rp4 Milyar sampai dengan Rp4,8 Milyar


71

sebanyak 9 orang dengan persentase 9%. Lalu pendapatan Rp2 Milyar

sampai Rp3 Milyar sebanyak 7 orang dengan persentase 7%.

4.2.1.7 Responden Berdasarkan Metode Pelaporan Pajak

Responden di dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

metode pelaporan pajak yang digunakan, mulai dari penggunaan PPh

Final 23, Pembukuan, Pencatatan, dan PP 55 tahun 2022.

Tabel 4.7
Profil Responden Berdasarkan Metode Pelaporan Pajak

Metode Pelaporan Pajak Frekuensi Persentase


PPh Final 0,5% (PP 23) 23 23%
Pembukuan 18 18%
Pencatatan 25 25%
PP 55 Tahun 2022 34 34%
Total 100 100%
Sumber: Hasil Olah Data Pribadi Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.8, dapat

diketahui bahwa dari 100 responden yang dilihat dari metode pelaporan

pajak yang digunakan, pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta

terbanyak menggunakan metode pelaporan pajak PP 55 Tahun 2022

dengan jumlah 34 orang dengan persentase 34%, penggunaan metode

pencatatan sebanyak 25 orang dengan persentase 25%. Lalu untuk

penggunaan metode PPh Final 23 sebanyak 23 orang dengan persentase

23%. Sedangkan pembukuan sebanyak 18 orang dengan persentase

18%.
72

4.2.1.8 Responden Berdasarkan Lama Usaha

Responden di dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

lamanya usaha tersebut. Mulai dari <3 tahun, 4 sampai 5 tahun, 6 sampai

10 tahun, dan >11 tahun.

Tabel 4.8
Profil Responden Berdasarkan Lama Usaha

Lama Usaha Frekuensi Persentase


<3 Tahun 42 42%
4 - 5 Tahun 22 22%
6 - 10 Tahun 24 24%
>11 Tahun 12 12%
Total 100 100%
Sumber: Hasil Olah Data Pribadi Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.9, dapat

diketahui bahwa dari 100 responden yang dilihat dari lamanya usaha,

pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta terbanyak baru melakukan

usaha <3 tahun dengan jumlah 42 orang dengan persentase 42%. Lalu

usaha yang beroperasi selama 6 sampai 10 tahun sebanyak 24 orang

dengan persentase 24%. Untuk usaha yang beroperasi selama 4 sampai

5 tahun sebanyak 22 orang dengan persentase 22%. Sedangkan lama

usaha lebih dari 11 tahun sebanyak 12 orang dengan persentase 12%.


73

4.2.2 Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.9
Statistik Deskriptif

Variabel Mean Min Max Standar Deviasi


X1.1 5.900 3.000 7.000 1,05
X1.2 5.580 2.000 7.000 1,28
X1.3 5.650 3.000 7.000 1,10
X1.4 5.550 3.000 7.000 1,17
X1.5 5.590 3.000 7.000 1,18
X2.1 5.670 3.000 7.000 0,77
X2.2 5.620 3.000 7.000 0,82
X2.3 5.610 4.000 7.000 0,79
X2.4 5.700 3.000 7.000 95,00
X2.5 5.920 4.000 7.000 0,96
Z1.1 5.640 3.000 7.000 0,74
Z1.2 5.870 4.000 7.000 0,79
Z1.3 5.830 3.000 7.000 0,78
Z1.4 5.940 4.000 7.000 0,75
Z1.5 5.710 2.000 7.000 0,76
Y1.1 5.810 4.000 7.000 1,21
Y1.2 5.740 4.000 7.000 1,01
Y1.3 5.770 4.000 7.000 0,98
Y1.4 5.760 4.000 7.000 0,92
Y1.5 5.760 4.000 7.000 1,14
Sumber: Hasil Olah Data 2023

Berdasarkan tabel 5.0 maka penulis melakukan interpretasi atas data

tersebut sebagai berikut:

1. Variabel kepercayaan wajib pajak pada setiap indikator memiliki nilai

mean di atas 5. Hal tersebut mempunyai arti bahwa responden dalam

penelitian ini sepakat memberikan jawaban pada indikator ini agak setuju
74

mengarah ke setuju. Nilai standar deviasinya yang paling besar yaitu 1,28,

ini menunjukkan bahwa variasi sebaran indikator X1.2 tersebar paling

lebar yang dimana jawaban responden atas indikator tersebut bervariasi

mulai dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

2. Variabel kekuasaan pada setiap indikator memiliki nilai mean di atas 5.

Hal tersebut mempunyai arti bahwa responden dalam penelitian ini

sepakat memberikan jawaban pada indikator ini agak setuju mengarah ke

setuju. Nilai standar deviasinya yang paling besar yaitu 95,00, ini

menunjukkan bahwa variasi sebaran indikator X2.4 tersebar paling lebar

yang dimana jawaban responden atas indikator tersebut bervariasi mulai

dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

3. Variabel kepatuhan pajak pada setiap indikator memiliki nilai mean di atas

5. Hal tersebut mempunyai arti bahwa responden dalam penelitian ini

sepakat memberikan jawaban pada indikator ini agak setuju mengarah ke

setuju. Nilai standar deviasinya yang paling besar yaitu 1,21, ini

menunjukkan bahwa variasi sebaran indikator Y1.1 tersebar paling lebar

yang dimana jawaban responden atas indikator tersebut bervariasi mulai

dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

4. Variabel pemeriksaan pajak pada setiap indikator memiliki nilai mean di

atas 5. Hal tersebut mempunyai arti bahwa responden dalam penelitian ini

sepakat memberikan jawaban pada indikator ini agak setuju mengarah ke

setuju. Nilai standar deviasinya yang paling besar yaitu 0,79, ini
75

menunjukkan bahwa variasi sebaran indikator Z1.2 tersebar paling lebar

yang dimana jawaban responden atas indikator tersebut bervariasi mulai

dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

4.2.3 Interval Data

Tabel 4.10
Interval Data
Frekuensi dan Persentase
Variabel Indikator Pernyataan Jawaban F % Skor Kriteria
7 6 5 4 3 2 1
Saya dapat merasakan menfaat dari
Hubungan Timbal kebijakan otoritas pajak 34 38 13 14 1 0 0 100 100% 590 Baik
Balik
Pemerintah telah bersifat transparan
dalam pemanfaatan uang hasil pajak
Transparansi 29 32 15 17 6 1 0 100 100% 558 Baik
Kepercayaan untuk pembiayaan pembangunan dan
Wajib Pajak kegiatan pemerintahan
(X1) Secara umum saya puas dengan
Kepuasan dengan cara otoritas pajak 26 35 19 17 2 1 0 100 100% 563 Baik
memecahkan masalah
Secara umum saya mempercayai
Saling 28 27 18 26 1 0 0 100 100% 555 Baik
keputusan aparat pajak
Mempercayai
Aparat pajak bisa dipercaya 29 28 18 23 2 0 0 100 100% 559 Baik
Nilai Rata-rata 565 Baik
Aparat pajak memiliki wewenang yang
Memiliki Hak dan
luas untuk memaksaa warga negara 7 64 19 9 1 0 0 100 100% 567 Baik
Wewenang
agar bersikap jujur tentang pajak
Aparat pajak dapat mengungkapkan
penghindaran pajak yang terjadi karena
8 59 21 11 1 0 0 100 100% 562 Baik
mempunyai keahlian di bidang
Memiliki Keahlian
perpajakan
Kekuasaan
Aparat pajak memerangi kejahatan
Otoritas Pajak 7 60 20 13 0 0 0 100 100% 561 Baik
pajak dengan efektif dan efisien.
(X2)
Aparat pajak memiliki kemampuan
yang baik untuk memeriksa pajak bila 17 53 14 15 1 0 0 100 100% 570 Baik
ada kesalahan perhitungan.
Memeriksa Aparat pajak memiliki akses digital
yang memadai sehingga wajib pajak
31 42 15 12 0 0 0 100 100% 592 Baik
sulit untuk melakukan penggelapan
pajak atau penghindaran pajak.
Nilai Rata-rata 570 Baik
76

Frekuensi dan Persentase


Variabel Indikator Pernyataan F % Skor Kriteria
7 6 5 4 3 2 1
Jika terjadi kesalahan dalam
perhitungan pajak, saya senantiasa
melakukan koreksi walupun 13 62 18 7 0 0 0 100 100% 581 Baik
Mematuhi berimplikasi pada meningkatnya pajak
Ketentuan yang harus saya bayar.
Perpajakan Saya mengakui semua pendapatan
dari sumber manapun, walaupun
12 60 18 10 0 0 0 100 100% 574 Baik
Kepatuhan berimplikasi pada meningkatnya pajak
Wajib Pajak yang harus dibayarkan.
(Y) Saya melaporkan jumlah kekayaan
Melaporkan Pajak 12 63 15 10 0 0 0 100 100% 577 Baik
saya dalam jumlah yang benar.
Pembayaran pajak seharusnya
Membayar Pajak dilakukan secara sukarela tanpa ada 10 65 16 9 0 0 0 100 100% 576 Baik
paksaan dari pihak manapun.
Penyampaian SPT tepat waktu
Tepat waktu merupakan cerminan kapatuhan wajib 11 63 17 9 0 0 0 100 100% 576 Baik
pajak.
Nilai Rata-rata 576 Baik
Saya pernah terpikir bahwa
perusahaan saya akan diperiksa oleh
31 28 20 16 5 0 0 100 100% 564 Baik
aparat pajak karena masalah
Mengolah Data
perpajakan.
dan Bukti
Saya berpikir bahwa aparat pajak
akan mendapatkan wajib pajak yang 33 34 20 13 0 0 0 100 100% 587 Baik
Pemeriksaan tidak melaporkan penghasilannya.
Pajak (Z) Saya kemungkinan akan diperiksa oleh 30 33 28 8 1 0 0 100 100% 583 Baik
Mendeteksi Menurut saya, kemungkinan besar
Penyimpangan penggelapan pajak dapat terdeteksi 33 35 25 7 0 0 0 100 100% 594 Baik
dengan cepat
Melakukan Menurut saya pemeriksaan yang
Tindakan Secara dilakukan oleh aparat pajak sudah 29 35 17 17 1 1 0 100 100% 571 Baik
Objektif sesuai dengan ketentuan yang ada.
Nilai Rata-rata 579 Baik
Sumber: Hasil Pengolahan Kuesioner Tahun 202
77

Berdasarkan hasil perhitungan jawaban yang diberikan oleh responden

UMKM yang tersebar di jabodetabek, penulis kemudian mengelompokkan

berdasarkan pernyataan, maka diperoleh interpretasi sebagai berikut:

1. Dari tabel 4.10 Interval Data pada Variabel Kepercayaan Wajib Pajak

(X1) di atas, perolehan skor tertinggi yaitu 590 untuk pernyataan “ Saya

dapat merasakan manfaat dari kebijakan otoritas pajak”. Untuk skor

terendah yaitu 555 untuk pernyataan “Secara umum saya mempercayai

keputusan aparat pajak.” berada pada kategori baik. Sedangkan untuk nilai

rata-rata dari hasil perhitungan penilaian responden pada variabel

Kepercayaan Wajib Pajak (X1) yaitu 565 yang dimana dapat diartikan

bahwa Kepercayaan Wajib Pajak Pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta

baik.

2. Dari tabel 4.10 Interval Data pada Variabel Kekuasaan Otoritas Pajak (X2)

di atas, perolehan skor tertinggi yaitu 592 untuk pernyataan “Aparat pajak

memiliki akses digital yang memadai sehingga wajib pajak sulit untuk

melakukan penggelapan pajak atau penghindaran pajak.”. Untuk skor

terendah yaitu 561 untuk pernyataan “Aparat pajak memerangi kejahatan

pajak dengan efektif dan efisien.” berada pada kategori baik. Sedangkan

untuk nilai rata-rata dari hasil perhitungan penilaian responden pada

variabel Kekuasaan Otoritas Pajak (X2) yaitu 570 yang dimana dapat
78

diartikan bahwa Kekuasaan Otoritas Pajak dianggap baik oleh para pelaku

UMKM di wilayah DKI Jakarta.

3. Dari tabel 4.10 Interval Data pada Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) di

atas, perolehan skor tertinggi yaitu 581 untuk pernyataan “Jika terjadi

kesalahan dalam perhitungan pajak, saya senantiasa melakukan koreksi

walupun berimplikasi pada meningkatnya pajak yang harus saya bayar”.

Untuk skor terendah yaitu 574 untuk pernyataan “Saya mengakui semua

pendapatan dari sumber manapun, walaupun berimplikasi pada

meningkatnya pajak yang harus dibayarkan.” berada pada kategori baik.

Sedangkan untuk nilai rata-rata dari hasil perhitungan penilaian responden

pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak yaitu 576 yang dimana dapat

diartikan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak para pelaku UMKM di wilayah

DKI Jakarta baik.

4. Dari tabel 4.10 Interval Data pada Pemeriksaan Pajak (Z) di atas,

perolehan skor tertinggi yaitu 594 untuk pernyataan “Menurut saya,

kemungkinan besar penggelapan pajak dapat terdeteksi dengan cepat”.

Untuk skor terendah yaitu 564 untuk pernyataan “Saya pernah terpikir

bahwa perusahaan saya akan diperiksa oleh aparat pajak karena masalah

perpajakan.” berada pada kategori baik. Sedangkan untuk nilai rata-rata

dari hasil perhitungan penilaian responden pada variabel Pemeriksaan

Pajak yaitu 579 yang dimana dapat diartikan bahwa Pemeriksaan Pajak

dianggap baik oleh para pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta.


79

4.2.4 Uji Asumsi

4.2.4.1 Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel berdsitribusi normal atau tidak. Uji

normalitas ini dapat dianalisis dengan SmartPLS. Dapat dilihat

dari nilai Excess Kurtosis dan Skewness, dianggap normal apabila

berada antara -2,58 sampai 2,58.

Tabel 4.11
Uji Normalitas
Variabel Excess Kurtosis Skewness Keterangan
X1.1 -0.434 -0.734 Normal
X1.2 -0.536 -0.643 Normal
X1.3 -0.843 -0.432 Normal
X1.4 -1.351 -0.178 Normal
X1.5 -1.195 -0.292 Normal
X2.1 1.195 -1.043 Normal
X2.2 0,507 -0.832 Normal
X2.3 -0.052 -0.726 Normal
X2.4 -0.162 -0.695 Normal
X2.5 -0.486 -0.648 Normal
Z1.1 -0.814 -0.504 Normal
Z1.2 -0.883 -0.488 Normal
Z1.3 -0.549 -0.426 Normal
Z1.4 -0.794 -0.417 Normal
Z1.5 -0.172 -0.673 Normal
Y1.1 0,645 -0.708 Normal
Y1.2 0,262 -0.705 Normal
Y1.3 0,527 -0.821 Normal
Y1.4 0,75 -0.870 Normal
Y1.5 0,574 -0,792 Normal
80

Sumber: Output SmartPLS yang diolah tahun 2023.

Berdasarkan tabel 5.2, hasil uji normalitas pada setiap

variabel kepercayaan wajib pajak, kekuasaan otoritas pajak,

kepatuhan pajak, dan pemeriksaan pajak sebaran datanya

terdistribusi normal.

4.2.4.2 Uji Multikolineritas


Uji ini dapat dianalisis dengan melihat inner VIF pada

SmartPLS. Pengujian multikolineritas bertujuan untuk melihat

apakah setiap variabel independen memiliki korelasi antar

variabel independen atau tidak. Dikatakan tidak terjadi

pelanggaran asumsi multikolineritas apabila Nilai VIF kurang dari

sama dengan 5,00.

Tabel 4.12
Uji Multikolineritas

Sumber: Output SmartPLS 2023.

Berdasarkan tabel 4.12 Pengaruh Kepercayaan Wajib

Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 3,098. Nilai dari


81

variabel Kekuasaan Otoritas Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak sebesar 2,668. Kemudian nilai dari variabel Pemeriksaan

Memoderasi Pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak terhadap

Kaputahan Wajib Pajak sebesar 1,569. Sedangkan nilai variabel

Pemeriksaan Memoderasi Pengaruh Kekuasaan Otoritas Pajak

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 2,042. Dari masing-

masing variabel memiliki VIF < 5, maka dapat diartikan bahwa

tidak melanggar uji asumsi multikolineritas.

4.3 Interpretasi

4.3.1 Test of Structural Model (Inner Model)

Sumber: Hasil Output SmartPLS Tahun 2023

Gambar 4.2
Hasil Test of Structural Model (Inner Model)
82

4.3.1.1 Uji Hipotesis

Menurut Setyobudi & Muchayatin, (2022) untuk melihat hasil

dari uji hipotesis pada penelitian dapat dilakukan dengan melihat hasil

dari t-statistic dan p- values. Hipotesis akan diterima apabila nilai t-

statistik > 1,96 dan nilai p-values < 0,05. Berikut adalah hasil uji

hipotesis dalam penelitian ini.

Tabel 4.13
Hasil Uji Direct Effect dan Indirect Effect
Original Sample Standard
T Statistics P
Sample Mean Deviation
(|O/STDEV|) Values
(O) (M) (STDEV)
Kepercayaan Wajib Pajak (X1)
0,389 0,393 0,139 2,808 0,006
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Kekuasaan Otoritas Pajak (X2)
0,621 0,625 0,108 5,729 0,000
Kepatuhan Wajib Pajak
Kepercayaan Wajib Pajak (X1) *
Pemeriksaan Pajak Kepatuhan Wajib -0,242 -0,257 0,083 2,937 0,004
Pajak (Y)
Kekuasaan Otoritas Pajak (X2)*
Pemeriksaan Pajak Kepatuhan Wajib 0,383 0,381 0,082 4,688 0,000
Pajak
Sumber: Hasil Output SmartPLS Tahun 2023

1. Uji Hipotesis 1

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa nilai t-statistik

sebesar 2,808 > 1,96 dengan p-values sebesar 0,006 < 0,05 dan untuk

mengetahui arah dari pengaruh tersebut dapat melihat dari hasil original

sampel, di dalam uji hipotesis ini nilai original sample mengarah ke hasil
83

yang positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepercayaan wajib pajak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima.

2. Uji Hipotesis 2

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa nilai t-statistik

sebesar 5,729 > 1,96 dengan p-values sebesar 0,000 < 0,05 dan untuk

mengetahui arah dari pengaruh tersebut dapat melihat dari hasil original

sampel, di dalam uji hipotesis ini nilai original sample mengarah ke hasil

yang positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuasaan otoritas pajak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 diterima.

3. Uji Hipotesis 3

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa nilai t-statistik

sebesar 2,937 > 1,96 dengan p-values sebesar 0,004 < 0,05 dan untuk

mengetahui arah dari pengaruh tersebut dapat melihat dari hasil original

sampel, di dalam uji hipotesis ini nilai original sample mengarah ke hasil

yang negatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan memperlemah

pengaruh kepercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak.

4. Uji Hipotesis 4

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa nilai t-statistik

sebesar 4,688 > 1,96 dengan p-values sebesar 0,000 < 0,05 dan untuk
84

mengetahui arah dari pengaruh tersebut dapat melihat dari hasil original

sampel, di dalam uji hipotesis ini nilai original sample mengarah ke hasil

yang positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan memperkuat

pengaruh kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 diterima.

4.3.1.2 Uji Model R- Square

Uji R-Square merupakan sebuah uji yang digunakan untuk

menilai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Menentukan seberapa besar pengaruh variabel tersebut dapat dilihat

dari besarnya nilai R-Square, apabila nilai R-Square diatas 0,67 artinya

baik, nilai sebesar 0,33 – 0,67 dapat dikatakan sedang, dan nilai 0,19 –

0,33 dikatakan lemah.

Tabel 4.14
Hasil Uji R-Square

Sumber: Hasil Output SmartPLS Tahun 2023

Berdasarkan hasil pengujian R-Square dapat diketahui bahwa

variabel kepatuhan pajak memiliki nilai R-Square sebesar 0,494 atau

49,4%. Dengan demikian berdasarkan hasil dari analisis tersebut maka

dapat diartikan bahwa model di dalam penelitian ini memiliki goodness


85

of fit yang cukup atau sedang karena memiliki nilai R-Square diantara

0,33 sampai 0,67.

4.3.1.3 Uji F-Square

Uji F-Square digunakan untuk memberikan sebuah penilaian

terhadap pengaruh relatif dari variabel eksogen terhadap variabel

endogen. Uji F-Square memiliki penilaian mulai dari pengaruh kecil

sampai dengan pengaruh besar. Apabila Apabila nilai f-square 0,02

maka dianggap pengaruhnya kecil, nilai 0,15 pengaruhnya sedang, dan

nilai 0,35 memiliki pengaruh yang besar.

Tabel 4.15
Hasil Uji F-Square

Sumber: Hasil Output SmartPLS Tahun 2023

Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

nilai f-square variabel kekuasaan otoritas pajak menunjukkan hasil

0,285 berarti variabel otoritas pajak memberikan pengaruh yang sedang

terhadap variabel kepatuhan wajib pajak, nilai f-square variabel

kepercayaan wajib pajak menunjukkan hasil 0,097 yang artinya variabel


86

kepercayaan wajib pajak memberikan pengaruh kecil terhadap variabel

kepatuhan wajib pajak, nilai f –square variabel kepercayaan wajib pajak

yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak menunjukkan hasil 0,051 yang

artinya adalah variabel kepercayaan wajib pajak yang dimoderasi oleh

pemeriksaan pajak memiliki pengaruh kecil terhadap kepatuhan wajib

pajak, dan f-square pada variabel kekuasaan otoritas pajak yang

dimoderasi oleh pemeriksaan pajak menunjukkan hasil 0,126 yang

artinya adalah varibael kekuasaan otoritas yang dimoderasi oleh

pemeriksaan pajak memiliki pengaruh sedang terhadap kepatuhan wajib

pajak.

4.3.1.4 Uji Goodnes of Fit (GoF)

Uji Goodness of fit digunakan untuk memvalidasi model

keseluruhan. Tujuan dilakukannya uji Goodness of Fit (GoF) adalah

untuk mengetahui seberapa layak atau baik model penelitian yang

digunakan. Dalam uji goodness of fit dapat dilihat dari nilai q-square.

Nilai q-square memiliki kesamaan dengan r-square. Apabila nilai q-

square lebih dari 0 dan mendekati 1 maka model yang digunakan

semakin fit atau baik. Berikut adalah rumus perhitungan q-square.

Q square = 1 - ((1-R)

= 1 – (1- 0,494)
87

= 1 – 0,506

= 0,494

Nilai q-square sebesar 49,4%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa model yang digunakan memiliki kualitas yang cukup

atau sedang. Hal tersebut didapatkan dari hasil perhitungan q-square

yang memiliki nilai 0,494 atau sebesar 49,4% yang artinya kepatuhan

wajib pajak dapat dijelaskan dengan kepercayaan wajib pajak,

kekuasaan otoritas pajak sebesar 49,4% sedangkan untuk sisanya

dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ada dalam peneltian ini.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti

dengan tujuan untuk menjawab beberapa hipotesis yang diajukan sebelumnya yaitu

pengaruh kepercayaan wajib pajak dan kekuasaan otoritas pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak di wilayah Jakarta,

pada tahun 2023. Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan

metode structural equation modeling partial least square dengan menggunakan

software SmartPLS 4.0.


88

4.4.1 Pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa nilai

t-statistik sebesar 2,808 > 1,96 dengan p-values sebesar 0,006 < 0,05 dan untuk

mengetahui arah dari pengaruh tersebut dapat melihat dari hasil original

sampel, di dalam uji hipotesis ini nilai original sample mengarah ke hasil yang

positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepercayaan wajib pajak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H1 diterima. Hal tersebut membuat peneliti menyimpulkan

bahwa kepercayaan merupakan kunci awal kepatuhan pajak. Kepercayaan

merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan karena begitu pentingnya dalam

mempengaruhi kepatuhan pajak.

Menurut (Betu & Mulyani, 2020) kepercayaan menggambarkan

kualitas khusus dari hubungan yang saling berinteraksi antara otoritas pajak

dengan pembayar pajak dimana mereka berdua memiliki persepsi positif pada

masing-masing dan termotivasi untuk mempertahankan hubungan.

Kepercayaan yang dimiliki masyarakat kepada otoritas atau kepercayaan

kepada pajak begitu mahal harganya. Sedikit masalah perpajakan yang timbul

dan terdengar di masyarakat akan merubah persepsi masyarakat kepada pajak

ataupun otoritas pajak terkait kepercayaan.


89

Apabila dilihat berdasarkan hasil jawaban atau penilaian responden

mengenai beberapa pernyataan yang diberikan oleh peneliti melalui media

kuesioner, skor yang tertinggi yaitu pada pernyataan “Saya dapat merasakan

menfaat dari kebijakan otoritas pajak” dengan skor 590 yang termasuk kedalam

kategori “Baik”. Artinya adalah Wajib Pajak sudah merasa percaya kepada

otoritas pajak dengan dirasakannya manfaat dari kebijakan yang telah dibuat

oleh otoritas pajak terkait dengan pajak yang dibayarkan wajib pajak. Dengan

adanya rasa percaya tersebut diharapkan otoritas pajak mampu memberikan

pelayanan yang baik agar kepercayaan wajib pajak mampu dipertahankan

sehingga kepatuhan pajak akan meningkat.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh (Najla Ulfah Salsabila, 2018)(Madjidainun Rahma, 2019),

(Prabowo, 2019), (Widuri et al., 2019), (Betu & Mulyani, 2020), dan (Fauziati

et al., 2021) menyatakan bahwa kepercayaan wajib pajak berpengaruh secara

positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Artinya semakin tinggi kepercayaan

wajib pajak kepada pajak ataupun otoritas pajak maka akan semakin

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan kewajiban

pajaknya. Namun, penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Wahyuni et al., 2022), (Adeline & Karina, 2022), dan (Seran et

al., 2020) yang menyatakan bahwa kepercayaan wajib pajak kepada pajak

ataupun otoritas pajak tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib


90

pajak. Hal tersebut dikarenakan banyaknya masalah-masalah yang terjadi

terkait dengan perpajakan, sehingga masyarakat atau wajib pajak mulai merasa

kehilangan kepercayaan atas apa yang telah terjadi pada uang yang mereka

bayarakan.

4.4.2 Pengaruh Kekuasaan Otoritas Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa nilai

t-statistik sebesar 5,729 > 1,96 dengan p-values sebesar 0,000 < 0,05 dan untuk

mengetahui arah dari pengaruh tersebut dapat melihat dari hasil original

sampel, di dalam uji hipotesis ini nilai original sample mengarah ke hasil yang

positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuasaan otoritas pajak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H2 diterima. Hal tersebut membuat peneliti menyimpulkan

bahwa kekuasaan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kepatuhan

pajak. Otoritas pajak berhak menggunakan kekuasaannya untuk meningkatkan

kepatuhan wajib pajak dengan hak dan wewenang yang mereka miliki dengan

melihat ketentuan-ketentuan perundang-undangan atau peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan.

Menurut (Vionita & Karina, 2022) kekuatan dalam perpajakan

memeberikan kewenangan terhadap suatu negara untuk memungut pajak dan

wewenang untuk memberikan sanksi terhadap pelanggar berdasarkan undang-


91

undang dan aturan di negara tersebut. Meningkatkan kepatuhan tidak hanya

membutuhkan rasa kepercayaan dari wajib pajak, akan tetapi dibutuhkan juga

kekuasaan otoritas pajak guna meningkatkan kepatuhan pajak. Kekuasaan

digunakan oleh otoritas pajak guna mencari, menemukan, mengungkapkan, dan

menindak para wajib pajak yang melakukan tindakan-tindakan yang melanggar

ketentuan perpajakan. Dengan adanya kekuasaan yang dimiliki otoritas mampu

mencegah kecurangan-kecurangan yang terjadi sehingga kepatuhan pajak akan

meningkat.

Apabila dilihat berdasarkan hasil jawaban atau penilaian responden

mengenai beberapa pernyataan yang diberikan oleh peneliti melalui media

kuesioner, skor yang tertinggi yaitu pada pernyataan “Aparat pajak memiliki

akses digital yang memadai sehingga wajib pajak sulit untuk melakukan

penggelapan pajak atau penghindaran pajak”. Dengan skor sebesar 592 yang

tergolong “Baik”. Artinya adalah kewenangan yang dimiliki otoritas mampu

memberikan efek kesulitan bagi wajib pajak yang akan melakukan kecurangan

dalam pembayaran pajaknya. Kewenangan disini memang sangat diperlukan

agar para wajib pajak yang melakukan penggelapan pajak atau penghindaran

pajak mampu cepat ditangani dengan adanya kecanggihan digital. Dengan

adanya kekuasaan akan membuat kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak akan meningkat.


92

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh (Wahyuni et al., 2022), (Fauziati et al., 2021), (Betu & Mulyani,

2020), dan (Widuri et al., 2019) yang menyatakan bahwa kekuasaan otoritas

pajak berpenagruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Artinya semakin

tinggi kekuasaan otoritas pajak maka akan meningkatkan kepatuhan wajib

pajak. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Adeline & Karina, 2022), (Seran et al., 2020), dan (Seran et al.,

2020) yang menyatakan bahwa kekuasaan otoritas pajak tidak berpenagruh

terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut dikarenakan wajib pajak merasa

bahwa kewajiban perpajakan seharusnya dilakukan secara sukarela tanpa

adanya paksaan dari pihak manapun termasuk otoritas pajak. Hal ini tentunya

perlu dikaji ulang terkait dengan posisi kekuasaan otoritas pajak.

4.4.3 Pemeriksaan Pajak Dapat Memperkuat Pengaruh Kepercayaan

Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa nilai t-

statistik sebesar 2,937 > 1,96 dengan p-values sebesar 0,004 < 0,05 dan untuk

mengetahui arah dari pengaruh tersebut dapat melihat dari hasil original

sampel, di dalam uji hipotesis ini nilai original sample mengarah ke hasil yang

negatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan memperlemah pengaruh

kepercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H3 ditolak. Hal tersebut membuat penulis menyimpulkan


93

bahwa kepercayaan wajib pajak dapat meningkatkan kepatuhan pajak tanpa

adanya pemeriksaan pajak.

Hasil penelitian ini merupakan kebaruan dari penelitian yang mana

peneliti menjadikan variabel pemeriksaan pajak sebagai variabel moderasi

untuk memperkuat pengaruh kepercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak. Menurut (Windiarni et al., 2020) pemeriksaan perpajakan

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk melaksanakan fungsi

pengawasan sekaligus pembinaan yang merupakan konsekuensi yang timbul

dari penerapan self assessment kepada wajib pajak.

Sebagian wajib pajak berpikiran bahwa pembayaran pajak seharusnya

dilakukan secara sukarela tanpa adanya pemaksaan dari pihak manapun. Kita

tahu bahwa sistem di Indonesia menggunakan sistem selft assessment, yaitu

wajib pajak diberikan kepercayaan oleh otoritas pajak untuk melaporkan

pajaknya sendiri. Namun otoritas pajak tidak semata-semata percaya bahwa

wajib pajak akan melaporkan pajaknya tanpa adanya pemeriksaan yang

dilakukan oleh otoritas pajak.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Vionita & Karina, 2022) yang mengatakan bahwa kepercayaan terhadap

otoritas pajak memainkan peranan penting dalam mendorong kepatuhan

masyarakat dalam membayar pajak. Hal tersebut juga tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Qomariyah & Riduwan, 2023), (Mimi &
94

Mulyani, 2022), dan (Windiarni et al., 2020) yang mengatakan bahwa

pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Maka dari itu

peneliti menyimpulkan bahwa semakin tinggi pemeriksaan pajak maka akan

memperlemah pengaruh kepercayaan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak.

4.4.4 Pemeriksaan Pajak Dapat Memperkuat Pengaruh Kekuasaan

Otoritas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa nilai t-

statistik sebesar 4,688 > 1,96 dengan p-values sebesar 0,000 < 0,05 dan untuk

mengetahui arah dari pengaruh tersebut dapat melihat dari hasil original

sampel, di dalam uji hipotesis ini nilai original sample mengarah ke hasil yang

positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan memperkuat pengaruh

kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H4 diterima. Hal tersebut membuat penulis menyimpulkan

bahwa pemeriksaan pajak dapat memperkuat pengaruh kekuasaan otoritas

pajak terhadap kepatuhan pajak. Ketika kekuasaan otoritas pajak seperti

pemeriksaan digunakan sesuai dengan ketentuan yang ada, maka kepatuhan

wajib pajak akan meningkat.

Hasil penelitian ini merupakan kebaruan dari penelitian yang mana

peneliti menjadikan variabel pemeriksaan pajak sebagai variabel moderasi


95

untuk memperkuat hubungan kekuasaan otoritas pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak. Dari teori slippery slope framework untuk menjelaskan hubungan

kekuasaan otoritas pajak dengan kepatuhan pajak, dapat dipandang melalui sisi

ekonomi dimana otoritas pajak dapat melakukan pemeriksaan pajak.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh (Yanto et al., 2020), (Utama & Setiawan, 2019), dan (Asterina

& Septiani, 2019) yang mengatakan bahwa pemeriksaan berpengaruh positif

terhadap kepatuhan pajak. Penelitian ini juga didukung oleh (Surya, 2019) yang

mengatakan bahwa semakin besar kekuasaan otoritas pajak dan semakin sering

mereka menggunakan kekuasaannya seperti melakukan pemeriksaan maka

tingkat kepatuhan pajak akan naik. Hal ini membuktikan bahwa kekuasaan

yang dimiliki oleh otoritas pajak mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak

dan akan lebih maksimal apabila pemeriksaan pajak rutin dilakukan oleh

otoritas pajak agar para wajib pajak yang mencoba untuk melakukan

penyimpangan atau hal-hal yang mempengruhi kepatuhan pajak dapat teratasi

dengan baik sehingga kepatuhan wajib pajak pun akan lebih terjaga.
BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka terdapat beberapa

kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Kepercayaan wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak para pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta.

2. Kekuasaan otoritas pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak para pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta.

3. Pemeriksaan pajak tidak dapat memperkuat pengaruh kepercayaan wajib pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak para pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta..

4. Pemeriksaan pajak dapat memperkuat pengaruh kekuasaan otoritas pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak para pelaku UMKM di wilayah DKI Jakarta.

5.2 Keterbatasan

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dalam proses

menyelesaikannya, sehingga akan menjadi lebih baik apabila diatasi dalam

penelitian berikutnya. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak, Kekuasaan Otoritas Pajak terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini hanya pada satu wilayah yaitu DKI

Jakarta.

96
97

2. Penelitian ini hanya terbatas pada dua variabel independen saja yaitu

kepercayaan wajib pajak dan kekuasaan otoritas pajak.

3. Di dalam penelitian ini terdapat variabel kebaruan yang di angkat oleh peneltii

yaitu Pemeriksaan Pajak sebagai variabel moderasi yang menunjukkan hasil

tidak memperkuat variabel kepercayaan terhadap kepatuhan pajak.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian di atas, peneliti

ingin memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Rekomendasi Teoritis

a. Bagi Dunia Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk memperluas

pengetahuan bagi para pembaca mengenai bagaimana pentingnya

kepercayaan dan kekuasaan otoritas mempengaruhi kepatuhan pajak.

Selain itu hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber rujukan

atau acuan bagi peneliti selanjutnya.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Di dalam penelitian ini untuk Kepatuhan Pajak, peneliti

selanjutnya dapat lebih memperluas dan mempergunakan variabel-

variabel independen lain dan menggunakan variabel moderasi lainnya

guna memperkuat hasil kepatuhan wajib pajak seperti: Sanksi Pajak,


98

Penghindaran Pajak, Keadilan Sistem Pajak dalam pengambilan data

sehingga dapat diketahui lebih dalam apa saja yang mampu

mempengaruhi, memperkuat atau memperlemah tingkat kepatuhan wajib

pajak.

2. Rekomendasi Praktis

a. Bagi Para Wajib Pajak UMKM

Penelitian ini mampu memberikan rekomendasi kepada para pelaku

UMKM untuk memperhatikan dan mempertahan kepatuhan pajak. Selain

itu, penelitian ini juga dapat menambah informasi dan wawasan terkait

dengan pentingnya kepercayaan dan kekuasaan otoritas pajak dalam

meningkatkan kepatuhan pajak. Para wajib pajak UMKM di harapkan

mempu memberikan kepercayaan kepada otoritas pajak agar kepatuhan

pajak dapat ditingkatkan.

b. Bagi Pemerintah atau Otoritas Pajak

Penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah atau otoritas pajak

untuk membeikan informasi dalam menyusun kebijakan lain terkait yang

tepat untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Selain itu penulis juga

memberikan beberapa rekomendasi untuk otoritas pajak berdasarkan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut.


99

1) Dilihat dari pernyataan terdapat nilai yang rendah dibagian

kepercayaan wajib pajak dengan pernyataan “Secara umum saya

mempercayai keputusan aparat pajak” dapat diartikan wajib pajak

belum terlalu percaya dan menerima akan keputusan yang dibuat oleh

pemerintah terkait pajak. Otoritas pajak perlu melakukan sebuah

sosialisasi kepada para wajib pajak khususnya para UMKM terkait

dengan pemberitaan-pemberitaan yang ada terkait masalah pajak dan

menjelaskan bagaimana langkah yang akan diambil, agar wajib pajak

mampu menerima dan percaya bahwa keputusan otoritas pajak sudah

tepat.

2) Dibagian pernyataan kekauasaan otoritas pajak dengan nilai terendah

pada pernyataan “Aparat pajak memerangi kejahatan pajak dengan

efektif dan efisien” dapat diartikan kejahatan-kejahatan yang terkait

pajak masih minim akan keefektifan dan keefesienan. Otoritas pajak

seharusnya lebih transparan terkait dengan pajak dan lebih tegas

dalam melakukan pemeriksaan kepada para pelaku wajib pajak yang

melakukan penyimpangan pajak.

3) Pada bagian kepatuhan wajib pajak dengan nilai terendah yaitu pada

pernyataan ” Saya mengakui semua pendapatan dari sumber

manapun, walaupun berimplikasi pada meningkatnya pajak yang

harus dibayarkan”. Otoritas perlu melakukan pemeriksaan kepada


100

wajib pajak agar jumlah kewajibannya sesuai dengan perhitungan

yang telah dilakukan.

4) Pada bagian pemeriksaan pajak nilai terendah terdapat pada

pernyataan “ Saya pernah berpikir bahwa perusahaan saya akan

diperiksa oleh aparat pajak karena masalah pajak”. Wajib pajak

merasa bahwa perusahaan mereka tidak akan diperiksa oleh aparat

pajak, maka dari itu perlu adanya sosialisasi kepada wajib pajak

terkait dengan self assessment system. Otoritas pajak juga harus tetap

melakukan upaya pemeriksaan guna memperkuat kekuasaannya

dalam hal pemeriksaan pajak, agar wajib pajak dapat tetap patuh

dalama melaksanakan kewajibannya.


101

DAFTAR PUSTAKA
Adeline, I., & Karina, R. (2022). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
pajak umkm di kota Batam. Akuntabel, 19(2), 242–253.
https://doi.org/10.30872/jakt.v19i2.11087
Agun, W. A. N. U., Datrini, L. K., & Amlayasa, A. A. B. (2022). Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Orang Pribadi. WICAKSANA:
Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan, 6(1), 23–31.
https://doi.org/10.22225/wicaksana.6.1.2022.23-31
Arfiansyah, M. F., & Hidajat, S. (2022). Pengaruh Prosedur Pembayaran Pajak,
Sanksi Pajak, Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Kendaraan Bermotor
Di Samsat Kabupaten Sidoarjo. 6, 86–95.
Asterina, F., & Septiani, C. (2019). Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak, Sanksi
Perpajakan, Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Wpop). Balance : Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 4(2), 595.
https://doi.org/10.32502/jab.v4i2.1986
Betu, K. W., & Mulyani, S. D. (2020). Pengaruh Kepercayaan Timbal Balik Dan
Kekuasaan Otoritas Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Pajak Dengan Voluntary
Tax Compliance Sebagai Variabel Moderasi. Prosiding Seminar Nasional Pakar,
1–10. https://doi.org/10.25105/pakar.v0i0.6888
Corina, V. R., Wahyuni, I., & Sari, L. P. (2022). Pengaruh Leverage Terhadap
Penghindaran Pajak Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Intervening (Studi
Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2020). Jurnal Mahasiswa Entrepreneur (JME) FEB UNARS, 1(1), 272–
286.
Fauziati, P., Husna, N., & Helmawati, H. (2021). Pengaruh Pendidikan, Trust, Dan
Power Terhadap Kepatuhan Pajak. Edukasi: Jurnal Pendidikan, 19(1), 46.
https://doi.org/10.31571/edukasi.v19i1.2333
Hama, A. (2023). Analisis Kesadaran Pajak dan Efektivitas E-Filing Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Literasi Digital Sebagai Variabel Moderasi.
Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 2(09).
https://doi.org/10.36418/comserva.v2i09.556
Haryo Limanseto. (2022). Perkembangan UMKM sebagai Critical Engine
Perekonomian Nasional Terus Mendapatkan Dukungan Pemerintah. Ekon.Go.Id.
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4593/perkembangan-umkm-sebagai-
critical-engine-perekonomian-nasional-terus-mendapatkan-dukungan-
pemerintah
102

Hasanah, N., & Widiyati, D. (2021). Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kepercayaan


Kepada Pemerintah Dan Covid-19 Terhadap Penggelapan Pajak. 9(June), 35–
41.
Kementerian Koperasi dan UKM. (n.d.). Gambaran UMKM Indonesia. Retrieved
March 27, 2023, from https://kemenkopukm.go.id/kumkm-dalam-
angka/?type=indikator-umkm&sub=0
Keuangan, K. (2023). Menkeu : Kinerja Penerimaan Negara Luar Biasa Dua Tahun
Berturut-turut. Kemenkeu.Go.Id. https://www.kemenkeu.go.id/informasi-
publik/publikasi/berita-utama/Kinerja-Penerimaan-Negara-Luar-Biasa
Khasanah, U., T, S., & Mardiati, E. (2019). Coercive Authority and Trust in Tax
Authority in Influencing Voluntary Tax Compliance: A Study of Slippery Slope.
Journal of Accounting and Investment, 20(1).
https://doi.org/10.18196/jai.2001109
Kirchler, E., Hoelzl, E., & Wahl, I. (2008). Enforced versus voluntary tax compliance:
The “slippery slope” framework. Journal of Economic Psychology, 29(2), 210–
225. https://doi.org/10.1016/j.joep.2007.05.004
Kurnia, S. A., & Faisal. (2022). Pengaruh Keadilan Pajak, Sistem Perpajakan,
Diskriminasi Pajak Dan Etika Uang (Money Ethic) Terhadap Niat Wajib Pajak
Mengenai Penggelapan Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi
Terdaftar Di Kpp Pratama Semarang Candisari). Diponegoro Journal of
Accounting, 11(4), 1–14. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Madjidainun Rahma. (2019). Transparansi Pajak Dan Kepercayaan Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Wajib Pajak Kota DKI Jakarta).
Jurnal Buana Akuntansi, 4(1), 1–18. https://doi.org/10.36805/akuntansi.v4i1.632
Mimi, & Mulyani, S. D. (2022). Pengaruh Pelayanan, Pengawasan Dan Pemeriksaan
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Yang Dimoderasi Digitalisasi
Administrasi Perpajakan. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 9(1), 37–54.
https://doi.org/10.25105/jmat.v9i1.10573
Najla Ulfah Salsabila. (2018). Pengaruh Religiusitas, Nasionalisme, Kepercayaan
Pada Otoritas, dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi.
Pardede, R. K. B. (2023). NoKasus Rafael Dapat Berimbas pada Penurunan
Kepatuhan Membayar Pajak. Kompas.Id.
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/03/02/kasus-rafael-dapat-berimbas-
kepada-penurunan-kepatuhan-masyarakat-bayar-pajak
103

Prabowo, F. D. (2019). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, Kepercayaan


Kepada Otoritas Pajak, kemanfaatan NPWP, Dan Kualitas Pelayanan Fiskus
Terhaap Kepatuhan Wajib Pajak. Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 12–26. http://dspace.uii.ac.id/123456789/18346
Qomariyah, I. J., & Riduwan, A. (2023). Pengaruh sosialisasi pajak, pengetahuan
pajak, pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wpop. Jurnal
Ilmu Dan Riset Akuntasni, 12(3).
Rohmatillah, N. N., Sari, L. P., & Pramitasari, T. D. (2023). Pengaruh Capital
Intensityterhadap Penghindaran Pajak Dengan Financial Distresssebagai Variabel
Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Pereode 2017 –2020. Jurnal Mahasiswa Entrepneur (JME), 2(1), 74–
87.
Samrin, L. O. M. A., Mus, A. R., & Lannai, D. (2023). Pengaruh Penggunaan Online
Sistem, Pengetahuan Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak, terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di Kota Makassar. Jurnal Akuntansi Dan Sistem
Informasi, 1(1).
Santia, T. (2020). Baru 2,3 Juta UMKM yang Patuh Bayar Pajak.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4289487/baru-23-juta-umkm-yang-patuh-
bayar-pajak
Seran, Y. F. A., Baridwan, Z., & Rosidi. (2020). Corporate Taxpayer Compliance:
Slippery Slope Framework and Planned Behavior Theory Approaches.
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 7(6),
334–347. http://ijmmu.comhttp//dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v7i6.1795
Setyobudi, & Muchayatin. (2022). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan , Sosialisasi Pajak , Kualitas Pelayanan , Dan Pengetahuan
Mengenai Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Tahun 2022 ( Studi Empiris
Wajib Pajak Di Kabupaten Pati ). 4(1), 275–281.
https://doi.org/10.47065/ekuitas.v4i1.1772
Sitinjak, N. D. (2018). Pengaruh Jumlah UMKM dan Pertumbuhan Tenaga Kerja
Terhadap Penerimaan Pajak. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 6(1), 51–
56. https://doi.org/10.26905/jmdk.v6i1.2065
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.
Surya, G. P. (2019). Voluntary Compliance: Keselarasan Antara Kepercayaan Dan
Kekuasaan Otoritas. Jurnal Akuntansi Unesa, 6(3), 1–23.
Ulfa, R. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik, 6115, 196–
104

215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554
Utama, P. N. P., & Setiawan, P. E. (2019). Pengaruh Dimensi Keadilan, Sosialisasi
Pajak, Sanksi Pajak, Penghasilan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap
Kepatuhan WPOP UMKM. E-Jurnal Akuntansi, 28(2), 1550.
https://doi.org/10.24843/eja.2019.v28.i02.p28
Vionita, V., & Karina, R. (2022). Analisis Pengaruh Kepercayaan Masyarakat Pada
Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Dimoderasi Oleh Kekuatan Otoritas Pajak
Pemerintah: Studi Kasus Pada Mahasiswa Di Kota Batam. 4(3), 691–703.
Wahda, N. S. R., Bigianto, A., & Yuniati. (2018). Pengaruh Pemeriksaan Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dan Dampaknya Terhadap Efektivitas
Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Jurnal Ilmiah Manajemen Ekonomi Dan
Akuntansi, 2(2), 115–143.
Wahyuni, E. D., Putri, A. U., & Leniwati, D. (2022). Kepatuhan Wajib Pajak Pada
Masa Pandemi Covid 19: Ditinjau dari Slippery Slope Framwork. Notes and
Queries, 12(2), 217–217. https://doi.org/10.1093/nq/s1-ix.228.217a
Waluyo, T. (2020). Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak Yang Tidak Menyampaikan
SPT, Ketentuan dan Pemilihannya sesuai SE-15/PJ/2018. In Simposium Nasional
Keuangan Negara 2020 (p. 677).
Widuri, R., & Irawan, W. S. (2019). Tax justice perception and trust in government on
tax compliance. 103(Teams 19), 126–131. https://doi.org/10.2991/teams-
19.2019.20
Widuri, R., Jie, M., & Christie, A. (2019). Individual Tax Compliance: Trust versus
Power. 103(Teams 19), 82–88. https://doi.org/10.2991/teams-19.2019.12
Windiarni, R. P., Majidah, & Kurnia. (2020). Pengaruh Sosialisai Perpajakan,
Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Dan Pemeriksaan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (studi pada wajib pajak umkm yang terdaftar di KPP
Pratama Bandung Cicadas tahun 2020). E-Proceeding of Management, 7(2),
3220–3226. www.nasional.kontan.co.id,
Yanto, Rohman, F., & Ramadhanty, I. (2020). Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Omset,
Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Dan Restoran Di
Kabupaten Jepara. Jurnal Akuntansi Dan Perpajakan, 6(1), 39–51.
https://doi.org/10.26905/ap.v6i1.4126
105

LAMPIRAN
106

LEMBAR BIMBINGAN
107

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2023
Lembar Laporan
Bimbingan Skripsi

Nama Mahasiswa : Robbi Darul Alhaq


Nama Dosen Pembimbing : Annathasia P. Erasashanti, S.E., M.Si.

Tanggal Uraian dan Catatan Catatan Mahasiswa Nama dan


Pembimbing Tanda Tangan
Pembimbing
17/11/2022 1. Perkenalan antara 1. Melanjutkan
mahasiswa dengan untuk membuat
dosen pembimbing Bab 1-3
2. Review dan 2. Memperlajari
Breakdown judul metode
skripsi yang diajukan penelitian
oleh mahasiswa
3. Pemantapan variabel
yang digunakan dalam
penelitian
4. Pengarahan
metodologi yang
108

digunakan dalam Annathasia P.


penelitian Erasashanti,
5. Pengarahan langkah S.E., M.Si.
selanjutnya untuk
mengirim draft Bab 1-
3
Tanggal Uraian dan Catatan Catatan Mahasiswa Nama dan
Pembimbing Tanda Tangan
Pembimbing
15/12/2022 1. Review hasil revisi 1. Melakukan revisi
Bab 1-3 yang penulisan.
dilakukan mahasiswa 2. Memperkuat latar
2. Pengarahan belakang
perumusan hipotesis 3. Memasukan
penelitian dimensi pada
3. Memberikan arahan operasional
agar latar belakang variabel
diperkuat dengan 4. Memastikan ke
mencari data yang DJP terkait data.
menjadi fenomena Annathasia P.
dalam penelitian Erasashanti,
4. Memastikan data dari S.E., M.Si.
DJP bisa untuk
didapatkan.
10/01/2023 1. Pergantian judul 1. Mengganti judul
2. Menggunakan variabel yang
moderasi direkomendasikan
3. Cari penelitian 2. Mencari jurnal
terdahulu yang ada variabel
moderasi
3. Mencari
penelitian Annathasia P.
terdahulu Erasashanti,
S.E., M.Si.
109

25/01/2023 1. Mengarahkan untuk 1. Membuat


pembuatan hipotesis hipotesis
2. Pengarahan untuk 2. Mencari
variabel moderasi variabel
3. Perkuat latar belakang moderasi yang
4. Memberi arahan untuk pas
mencari jurnal 3. Memperkuat
internasional latar belakang
dengan data-
data Annathasia P.
4. Mencar jurnal Erasashanti,
internasional S.E., M.Si.

Tanggal Uraian dan Catatan Catatan Mahasiswa Nama dan


Pembimbing Tanda Tangan
Pembimbing
15/02/2023 1. Mengarahkan untuk 1. Menyusun Bab 1
menyusun bab 1 sampai 3
sampai 3 2. Pemilihan teori
2. Pemilihan teori yang akan
3. Pengarahan terkait digunakan
penggunan uji analisis 3. Mempelajari
dengan SmartPLS SmartPLS
4. Membuat kuesioner 4. Membuat
kuesioner Annathasia P.
Erasashanti,
S.E., M.Si.

02/03/2023 1. Fokus terhadap 100 1. Mengirimkan


responden draft kuesioner
2. Merevisi di bagian bab 2. Merevisi bab 3
3 3. Melanjutkan
3. Melanjutkan sampai untuk pembuatan
bab 5 bab selanjutnya Annathasia P.
Erasashanti,
S.E., M.Si.
110

20/03/2023 1. Meminta untuk 1. Melakukan Uji


dilakukan uji Validitas Validitas dan
dan Reliabilitas Reliabilitas.
terhadap pertanyaan 2. Mempelajari
yang dibuat oleh aplikasi
mahasiswa. SmartPLS
2. Menyarankan untuk 3. Melakukan olah
menggunakan data dari hasil
SmartPLS Versi 3.0 100 responden
atau 4.0
3. Meminta mahasiswa
mengirimkan draft
hasil uji analisis Annathasia P.
4. Meminta untuk Erasashanti,
melakukan uji S.E., M.Si.
hipotesis terhadap 100
responden yang
didapat.
Tanggal Uraian dan Catatan Catatan Mahasiswa Nama dan
Pembimbing Tanda Tangan
Pembimbing
04/04/2023 1. Meminta mahasiswa 1. Membuat draft
membuat draft jurnal jurnal
internasional. internasional
2. Review Bab 1-5 2. Melakukan revisi
pada penulisan
yang typo pada
bab 1 sampai 5

Annathasia P.
Erasashanti,
S.E., M.Si.
111

IDENTITAS RESPONDEN

Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk memberikan tanda centang (√) pada pilihan

berikut ini.

1. Jenis Kelamin: Laki-Laki Perempuan

2. Apakah Memiliki
NPWP & NPPKP: Memiliki NPWP saja Tidak Memiliki NPWP

Memiliki NPWP dan Tidak memiliki NPWP dan


NPPKP NPPKP

3. Pendidikan Terakhir Di Bawah SMA S1

SMA S2
112

D3

4. Pendidikan Informal Brevet A Brevet A-B

Brevet B Tidak Memiliki/Lainnya

Brevet C

5. Jenis Bidang Usaha Industri Manufaktur Jasa

Perdagangan Lainnya

Hotel & Restoran

6. Penghasilan Per-
tahun Di bawah 1 Milyar 3 Milyar sampai < 4 Milyar

4 Milyar sampai <4,8


1 Milyar sampai < 2 Milyar Milyar

2 Milyar sampai < 3 Milyar

7. Metode Pelaporan
Pajak PPh Final 0,5% (PP 23) Pencatatan

Pembukuan PP 55 Tahun 2022

8. Berapa Lama Usaha


Didirikan <3 Tahun 6-10 Tahun

4-5 Tahun >11 Tahun


113

KUESIONER
Pengaruh Kepercayaan Wajib Pajak Dan Kekuasaan Otoritas Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Pemeriksaan Sebagai Variabel Moderasi
(Studi Kasus Pada UMKM Di Wilayah Jabodetabek)

Kepada Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk memberikan jawaban sesuai dengan

keadaan/pengetahuan yang sebenarnya dengan cara memberikan tanda centang (√)

pada salah satu angka yang tertera 1 sampai dengan 5, dengan penjelasan sebagai

berikut:

a. Angka 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)

b. Angka 2 : Tidak Setuju (TS)

c. Angka 3 : Agak Tidak Setuju (ATS)

d. Angka 4 : Netral (N)

e. Angka 5 : Agak Setuju (AS)


114

f. Angka 6 : Setuju (S)

g. Angka 7 : Sangat Setuju (SS)

1. Kepercayaan Wajib Pajak (X1)

1 2 3 4 5 6 7
No Pertanyaan
STS TS ATS N AS S SS
Saya dapat merasakan manfaat dari kebijakan
1
otoritas pajak
Pemerintah telah bersifat transparan dalam
2 pemanfaatan uang hasil pajak untuk pembiayaan
pembangunan dan kegiatan pemerintahan
Secara umum saya puas dengan dengan cara otoritas
3
pajak memecahkan masalah
Secara umum saya mempercayai keputusan aparat
4
pajak
5 Aparat pajak bisa dipercaya

2. Kekuasaan Otoritas Pajak (X2)


115

1 2 3 4 5 6 7
No Pertanyaan
STS TS ATS N AS S SS
Aparat pajak memiliki wewenang yang luas untuk
1 memaksaa warga negara agar bersikap jujur tentang
pajak mereka
Aparat pajak dapat mengungkapkan penghindaran
2 pajak yang terjadi karena mempunyai keahlian di
bidang perpajakan
Aparat pajak memerangi kejahatan pajak dengan
3
efektif dan efisien
Aparat pajak memiliki kemampuan yang baik untuk
4
memeriksa pajak bila ada kesalahan perhitungan
Aparat pajak memiliki akses digital yang memadai
5 sehingga wajib pajak sulit untuk melakukan
penggelapan/penghindaran pajak

3. Pemeriksaan Pajak (Z)


116

1 2 3 4 5 6 7
No Pertanyaan
STS TS ATS N AS S SS
Saya pernah terpikir bahwa perusahaan saya akan
1 diperiksa oleh aparat pajak karena masalah
perpajakan
Saya berpikir bahwa aparat pajak akan mendapatkan
2 Wajib Pajak yang tidak melaporkan penghasilannya

Saya kemungkinan akan diperiksa oleh aparat pajak


3 bila menggelapkan/menghindari kewajiban pajak
saya
Menurut saya, kemungkinan besar penggelapan
4
pajak dapat terdeksi dengan cepat
Besar kemungkinan bagi saya untuk
5 mempertahankan bagian pajak yang tidak akan saya
laporkan

4. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

1 2 3 4 5 6 7
No Pertanyaan
STS TS ATS N AS S SS
Jika terjadi kesalahan dalam perhitungan pajak, saya
senantiasa melakukan koreksi walaupun
1
berimplikasi pada meningkatnya pajak yang harus
saya bayar
Saya mengakui semua pendapatan dari sumber
2 manapun walaupun berimplikasi pada meningkatnya
pajak yang harus dibayarkan
Saya melaporkan jumlah kekayaan saya dalam
3
jumlah yang benar
Pembayaran pajak seharusnya dilakukan secara
4
sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun
Penyampaian SPT tepat waktu merupakan cerminan
6
kepatuhan Wajib Pajak

Hasil Uji Analisis


117

Test of Measurement Model (Outer Model)


118

Uji Convergen Validity


119

Uji Discriminant Validity


120

Average Variance Extractied (AVE) Composite Reliability, Cronbach’s Alpha

Statistik Deskriptif
Variabel Mean Min Max Standar Deviasi
X1.1 5.900 3.000 7.000 1,05
X1.2 5.580 2.000 7.000 1,28
X1.3 5.650 3.000 7.000 1,10
X1.4 5.550 3.000 7.000 1,17
X1.5 5.590 3.000 7.000 1,18
X2.1 5.670 3.000 7.000 0,77
X2.2 5.620 3.000 7.000 0,82
X2.3 5.610 4.000 7.000 0,79
X2.4 5.700 3.000 7.000 95,00
X2.5 5.920 4.000 7.000 0,96
Z1.1 5.640 3.000 7.000 0,74
Z1.2 5.870 4.000 7.000 0,79
Z1.3 5.830 3.000 7.000 0,78
Z1.4 5.940 4.000 7.000 0,75
Z1.5 5.710 2.000 7.000 0,76
Y1.1 5.810 4.000 7.000 1,21
Y1.2 5.740 4.000 7.000 1,01
Y1.3 5.770 4.000 7.000 0,98
Y1.4 5.760 4.000 7.000 0,92
Y1.5 5.760 4.000 7.000 1,14
121

Uji Normalitas

Uji Multikolenaritas
122

Test of Structural Model (Inner Model)


123

Direct Effect dan Indirect Effect

R-Square
124

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


a. Identitas Mahasiswa

NIM : 1911000125

Nama : Robbi Darul Alhaq

Tempat/Tgl Lahir : Kebumen, 31 Oktober 1999

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki- Laki

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jenjang : Strata 1

Program Studi : Akuntansi

Alamat Rumah : Jalan Matrinir Timur VII Blok AB 5 No. Pondok Kelapa,

Jakarta Timur.

Alamat Kantor :-

Nomor Telepon/HP : 083871700984/088809104811

Email : robderobbi@gmail.com / robbi.darul@perbanas.id

b. Pendidikan Formal

Tahun
Jenjang
Nama Institusi Tempat Masu
Pendidikan Keluar
k
SD SDN BANYUROTO 02 KEBUMEN 2006 2009
SD SDS MUHAMMADIYAH 24 JAKARTA 2009 2012
SMP SMPN 202 JAKARTA 2012 2015
SMA SMA DIPONEGORO 1 JAKARTA 2015 2018
125

c. Pengalaman Berorganisasi

Tahun
Nama Organisasi Posisi
Masuk Keluar
Himpunan Mahasiswa Program Studi
Perbanas Institute 2020 2022
Akuntansi (HIMA)

Anda mungkin juga menyukai