Anda di halaman 1dari 142

PENGARUH KENAIKAN PTKP TERHADAP PENERIMAAN PPh

ORANG PRIBADI DAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBON JERUK SATU

OLEH

AHMAD ZIKRY FEBRIAN

NIM 1011000259

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA

(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)

PERBANAS

JAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2014

i
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

Pengaruh Kenaikan PTKP Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi dan


Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta
Kebon Jeruk Satu

Oleh
Nama : Ahmad Zikry Febrian
NIM : 1011000259
Program Studi : Akuntansi

Telah disetujui untuk diujikan

Jakarta, 11 September 2014


Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi Dosen Pembimbing Skripsi

Inung Wijayanti, S.E., AK, M.M Vincentius Agus Widodo, SST., AK., M.Acc

ii
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengaruh Kenaikan PTKP Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi dan


Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta
Kebon Jeruk Satu

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi


Pada

Hari : Jum’at
Tanggal : 24 Oktober 2014
Waktu : 14.00-15.30 WIB

Oleh
Nama : Ahmad Zikry Febrian
NIM : 1011000259

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang : Vincentius Agus Widodo, SST., AK., M.AK


Anggota : Subagyo Effendi, SST,MPF,CSRS,CSRA

Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi

Inung Wijayanti, S.E., AK, M.M

iii
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA

(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)

PERBANAS

JAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun

sepenuhnya.

Jakarta, 11 September 2014

Penyusun,

Ahmad Zikry Febrian

1011000259

iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Ahmad Zikry Febrian

NIM : 1011000259

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Kenaikan PTKP Terhadap

Penerimaan PPh Orang Pribadi dan

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi di KPP Pratama Jakarta Kebon

Jeruk Satu

Jakarta, 11 September 2014

Ahmad Zikry Febrian

1011000259

v
ABSTRACT

EFFECT REVENUE INCREASE PTKP ON INDIVIDUAL LEVEL OF


COMPLIANCE AND INDIVIDUAL TAXPAYERS IN KPP PRATAMA
JAKARTA KEBON JERUK SATU

The existence of the actual taxable income is to provide relief to low-


income residents (income redistribution). However, this relief should refer to the
social and economic development that occurs in the lower classes.

Tax serves as a source of funds earmarked for the financing of government


expenditures. For example: The inclusion of taxes in the budget as revenues in the
country. Compliance is an attitude which is a response that appears only when the
individual is exposed to a stimulus that calls for individual reaction.

This study uses quantitative methods, the survey approach. The population
in this study is an individual taxpayer who is registered and located in KPP
Pratama Jakarta Kebun Jeruk Satu. use a method purposive sampling technique
with a sample size of 100 individual taxpayer.

The results tests performed using SPSS, the obtained PPh dependent
variable (Y1) has a positive value, showing the relationship between the taxable
incomeand PTKP is have a significant effect. PTKP variable regression
coefficient of 0.510 means that each increase of taxable income will cause an
increase of 0,510 PPh and compliance variable regression coefficient 0.875 means
that each increase of one of taxable income will lead to an increase of 0.875.

The conclusion of this study of a number of independent variables X is


PTKP give a positive value to the two dependent variables Y1 (Income Tax) and
Y2 (Compliance).

vi
ABSTRAK
PENGARUH KENAIKAN PTKP TERHADAP PENERIMAAN PPh
ORANG PRIBADI DAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBON JERUK SATU

Keberadaan PTKP sebenarnya adalah untuk memberikan keringanan


kepada penduduk berpenghasilan rendah (redistribusi pendapatan). Namun
keringanan ini harus mengacu kepada perkembangan kehidupan sosial dan
ekonomi yang terjadi pada masyarakat kelas bawah.
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh:
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Kepatuhan
adalah suatu sikap yang merupakan respon yang hanya muncul apabila individu
tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan
survey. Populasi pada penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang
terdaftar dan berada di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu.
Teknik pengambilan menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah
sampel sebesar 100 WPOP.
Hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan SPSS, maka
diperoleh variabel dependen PPh (Y1) memiliki nilai positif, menunjukan
hubungan antara PPh dengan PTKP memiliki pengaruh yang signifikan. Koefisien
regresi variabel PTKP sebesar 0,510 mengandung arti setiap peningkatan satu
PTKP akan menyebabkan kenaikan PPh sebesar 0,510 dan Koefisien regresi
variabel kepatuhan sebesar 0,875 mengandung arti setiap peningkatan satu PTKP
akan menyebabkan kenaikan sebesar 0,875
Kesimpulan dari penelitian ini dari angka variabel independen X yaitu
PTKP memberikan nilai positif kepada dua variabel dependen Y1 (PPh) dan Y2
(Kepatuhan).

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berupa

Skripsi. Dalam penulisan karya ilmiah yang berupa Skripsi berjudul “Pengaruh

Kenaikan PTKP Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi dan Tingkat

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta Kebon

Jeruk Satu” disusun untuk melengkapi syarat dalam menempuh ujian akhir guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di ABFI Institute Perbanas.

Dengan selesainya laporan karya ilmiah yang berupa Skripsi ini, maka

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-

pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan

dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah yang berupa

Skripsi ini. Ucapan terima kasih ini secara khusus penulis sampaikan kepada :

1. Keluarga khusunya kedua Orang Tua tercinta (Bunda dan Ayahanda) yang

selalu memberikan dukungan dengan do’a yang terus terucap untuk saya , juga

dengan moril maupun materil kepada penulis untuk membuat skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, M.Sc, Rektor ABFI Institute Perbanas.

3. Inung Wijayanti, S.E., AK, M.M, Ketua Program Studi Akuntansi ABFI

Institute Perbanas.

4. Vincentius Agus Widodo, SST., AK., M.AK, dosen Pembimbing Skripsi ini.

5. Para dosen ABFI Institute Perbanas yang telah memberikan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang ekonomi.

viii
6. Basse Upi Ratih, yang terus memberikan dukungan untuk membuat skripsi ini.

7. Teman-teman seangkatan yang telah berjuang bersama-sama dalam

menempuh kuliah ini, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu dalam

memberikan dukungan.

8. Pimpinan dan seluruh karyawan KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu, yang

telah memberikan izin untuk mengambil data untuk diolah dalam skripsi ini

dan membimbing kepada penulis, terimakasih untuk segala kebaikan, bantuan,

serta partisipasinya untuk melaksanakan laporan skripsi ini.

Dalam keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan dan wawasan yang

dimiliki, penulis menyadari laporan karya ilmiah yang berupa Skripsi ini masih

jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan senang hati untuk

penyempurnaan laporan karya ilmiah yang berupa Skripsi ini dimasa yang akan

datang.

Semoga laporan karya ilmiah yang berupa Skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan pengetahuan bagi semua pihak dan siapa saja yang membacanya.

Jakarta, 11 September 2014

Penulis

Ahmad Zikry Febrian

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................. vi

ABSTRAK.......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 6

1.3. Batasan Masalah ................................................................... 6

1.4. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................ 7

1.6. Sistematika Penulisan ............................................................ 8

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Teori............................................................................. 10

x
2.1.1 Pengetian Pajak ............................................................... 10

2.1.2 Hak Hak Dan Kewajiban Pajak ...................................... 12

2.1.3 Fungsi Pajak .................................................................. 14

2.1.4 Jenis Pajak ..................................................................... 14

2.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak ........................................... 17

2.1.6 Tarif Pajak ...................................................................... 19

2.1.7 Jenis-jenis Surat Pajak..................................................... 21

2.1.8 Ruang Lingkup Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

....................................................................................... 29

2.1.9 Ruang Lingkup Pengertian Kepatuhan. .......................... 47

2.2 Penelitian Sebelumnya ........................................................... 51

2.3 Kerangka Pemikiran............................................................... 56

2.4 Perumusan Hipotesis .............................................................. 57

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................. 58

3.2 Operasionalisasi Variabel ....................................................... 58

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 61

3.4 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 63

3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................... 64

3.6 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi ............................. 65

3.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................... 68

3.8 Metode Analisis Data ............................................................. 69

xi
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 72

4.1.2 Gambaran KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu............ 72

4.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu....... 73

4.1.3 Data Penerimaan PPh Orang Pribadi dan Jumlah Wajib Pajak

Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu.......... 77

4.1.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu

............................................................................................. 79

4.2 Analisis dan Pembahasan ....................................................... 80

4.2.1 Statistik Deskriptif. ......................................................... 80

4.2.1.1 Statistik Deskriptif Kuesioner.................................. 80

4.2.1.2 Statistik Deskriptif Responden................................. 81

4.2.1.3 Statistik Deskriptif Data........................................... 82

4.2.2 Pengujian Instrumen Pengumpulan Data ......................... 83

4.2.2.1 PengujianValiditas................................................... 83

4.2.2.2 Pengujian Reliabilitas.............................................. 87

4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik.................................................... 89

4.2.3.1 Pengujian Normalitas.............................................. 89

4.2.3.2 Pengujian Heteroskedastisitas.................................. 91

4.2.3.3 Pengujian Autokorelasi............................................ 92

4.2.4 Pengujian Hipotesis......................................................... 94

4.2.4.1 Pengujian t................................................................ 94

xii
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 97

5.2 Keterbatasan............................................................................... 98

5.3 Saran ..................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ringkasan APBN Tahun 2009-2013........................................................................ 2

Tabel 2.1 Tarif Pajak dan Lapisan Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi

menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008................................................... 43

Tabel 2.2 Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun menurut Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005................................................................... 44

Tabel 2.3 Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak menurut Undang-Undang PPh Nomor 36

tahun 2008............................................................................................................. 44

Tabel 2.4 Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak menurut PMK-162/PMK.011/2012..... 45

Tabel 2.5 Perubahan dan persentase kenaikan PTKP 2013................................................... 46

Tabel 2.6 Ringkasan Penelitian Terdahulu............................................................................. 51

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ....................................................................................... 61

Tabel 3.2 Kualifikasi Koefisien Korelasi............................................................................... 69

Tabel 4.1 Data Penerimaan PPh OP KPP Jakarta Kebon jeruk Satu .................................... 77

Tabel 4.2 Data Jumlah WP OP Terdaftar KPP Jakarta Kebon Jeruk Satu............................ 78

Tabel 4.3 Distribusi Kuesioner Penelitian.............................................................................. 81

Tabel 4.4 Demografi Responden............................................................................................ 82

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Pertanyaan............................................................................... 82

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Validitas atas Variabel Kenaikan PTKP (X)............................... 85

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Validitas atas Variabel Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y1)..... 85

Tabel 4.8 Hasil uji validitas variabel tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y2)...... 86

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel kenaikan PTKP (X)............................ 87

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y1)..88

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi (Y2)........................................................................................................... 89

xiv
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov............................ 91

Tabel 4.13 Hasil uji Heteroskesdastisitas dengan uji Glejser................................................ 92

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson.................................. 93

Tabel 4.15 Hasil Uji t pada Variabel X Terhadap Y1, X terhadap Y2................................. 95

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran..................................................................................... 56

Gambar 3.1 Posisi angka Durbin-Watson........................................................................ 67

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Jakarta Kebon Jeruk Satu..................................... 79

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot....................................................................................... 90

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN II Hasil-Hasil Pengujian

LAMPIRAN III Surat Permohonan Penelitian

LAMPIRAN IV Surat Riset Penelitian

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga

negara yang kontraprestasinya tidak bersifat langsung. Penerimaan pajak bagi

suatu negara merupakan suatu pos penerimaan yang penting, karena menjadi pos

penerimaan terbesar, seperti halnya di Indonesia. Pajak merupakan sumber

utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin

maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN),

penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar (Muliari,

2011).

Menurut Kementerian Keuangan, besarnya peran pajak dalam membiayai

pembangunan tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

tahun 2013 yang 77,9% dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan

pajak. Mengingat pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini

Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan

penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui reformasi

peraturan perundang-undangan perpajakan dengan diberlakukannya self

assessment system dalam pemungutan pajak sejak tahun fiskal 1984.

Tabel 1.1 menunjukan anggaran belanja Negara Indonesia dalam 3 tahun

terakhir meningkat tajam, dari 1.294.999,2 triliun rupiah pada tahun 2011 menjadi

1..683.011 triliun rupiah pada tahun 2013. Semakin meningkat jumlah anggaran

belanja negara maka membutuhkan sumber penerimaan yang semakin besar pula.

1
2

Data pada tabel di bawah ini menunjukan bahwa sebagian besar kebutuhan untuk

membiayai anggaran belanja diperoleh dari penerimaan dalam negeri, yaitu

penerimaan pajak. Ringkasan APBN tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel

1.1.

Tabel 1.1

Ringkasan APBN tahun 2009-2013

(Dalam miliaran rupiah)

Keterangan 2011 2012 2013

LKPP APBN-P APBN

A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.210.599,6 1.358.205,0 1.529.673,1


I. Penerimaan Dalam Negeri 1.205.345,7 1.357.380,0 1.525.189,5
1. Penerimaan Perpajakan 873.874,0 1.016.237,3 1.192.994,1
a. Pajak Dalam Negeri 819.752,5 968.293,2 1.134.289,2
b. Pajak Perdagangan Internasional 54.121,5 47.944,1 58.704,9
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 331.471,8 341.142,6 332.195,4
II. Hibah 5.253,9 825,1 4.483,6
B. Belanja Negara 1.294.999,2 1.548.310,4 1.683.011,1
I. Belanja Pemerintah Pusat 883.722,0 1.069.534,4 1.154.380,9
II. Transfer Ke Daerah 411.324,8 478.775,9 528.630,2
1. Dana Perimbangan 347.246,2 408.352,1 444.798,8
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 64.078,6 70.423,9 83.831,5
III. Suspen (47,5) 0,0 0,0
C. Keseimbangan Primer 8.862,4 (72.319,9) (40.094,2)
D. Surrplus/Defisit Anggaran (A-B) (84.339,6) (190.105,3) (153.338,0)
E. Pembiayaan 130.948,9 190.105,3 153.338,0
I. Pembiayaan Dalam Negeri 148.748,0 194.531,0 172.792,1
II. Pembiayaan Luar Negeri (neto) (17.799,2) (4.425,7) (19.454,2)

Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 46.549,3 0,0 0,0


Sumber: Kementrian Keuangan RI data pokok APBN 2009-2013
3

Pada awal tahun 1984, sejak dimulainya reformasi sistem perpajakan di

Indonesia, sistem pemungutan pajak berubah dari official assestment system

menjadi self assessment system. Dalam official assessment system tanggung jawab

pemungutan terletak sepenuhnya pada pemerintah, sedangkan pada self

assessment system wajib pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar/menyetor dan melaporkan besarnya pajak terutang,

sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-

undangan perpajakan. Nampak jelas di sini bahwa dalam self assessment system

wajib pajak lebih dipandang sebagai subjek bukan hanya sebagai objek pajak.

Asri dan Vinola (2009) mengemukakan sebagai konsekuensi dari tax reform,

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berkewajiban untuk melakukan pelayanan,

pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi pajak.

Peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang penerimaan

negara dalam rangka kemandirian membiayai pelaksanaan pembangunan

nasional. Untuk itu dibutuhkan peran serta masyarakat dalam bentuk kesadaran

dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak Penghasilan

(PPh).

Negara Indonesia mengenakan pajak penghasilan atas pendapatan orang

pribadi dan badan berdasarkan berbagai ketentuan. Pajak penghasilan yang

berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 yang

dilandasi dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 di mana

terdapat ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan
4

kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran

aktif rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Dengan adanya Undang-Undang Pajak Penghasilan, maka penghasilan

wajib pajak selalu dikenakan pungutan negara berupa pajak, dengan tarifnya

sesuai dengan tingkat penghasilan yang diperoleh. Pajak penghasilan termasuk

jenis pajak yang dipungut pada tingkat nasional, sehingga dapat dikategorikan

dalam kelompok pajak pusat.

Di dalam menentukan pajak yang terhutang terdapat besaran penghasilan

tidak kena pajak (PTKP), keberadaan PTKP sebenarnya adalah untuk

memberikan keringanan kepada penduduk berpenghasilan rendah (redistribusi

pendapatan). Namun keringanan ini harus mengacu kepada perkembangan

kehidupan sosial dan ekonomi yang terjadi pada masyarakat kelas bawah.

Keputusan untuk mengubah PTKP yang ideal berapa besar, dan bagaimana

pengaruhnya terhadap penerimaan PPh 21/PPh orang pribadi merupakan suatu

hal yang sangat penting.

Lebih lanjut hal ini juga ditegaskan oleh Dedi Rudaedi, mantan Sekretaris

Direktorat Jenderal (Sesditjen) pajak, dalam sambutannya pada acara Pekan

Panutan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan

(PPH) Orang Pribadi Tahun 2012 dan Pemberian Apresiasi Pajak di Gedung

Gradhika Bhakti Praja, Semarang yang diselenggarakan pada hari Selasa, 5 Maret

2013. Dia mengungkapkan “Negara ini tegak karena iuran pajak!”, ungkapan

tersebut menggambarkan betapa berat mempertahankan eksistensi sebuah negara


5

supaya bisa berdiri dengan kokoh dan berdaulat

(http://www.pajak.go.id/content/news/negara-berdiri-karena-iuran-pajak).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak merupakan sumber penerimaan

strategis yang dapat digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju

kesejahteraan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu, pajak

harus dikelola dengan baik agar keuangan negara dapat berjalan dengan lancar

dan baik. Karena sektor pajak merupakan penerimaan negara yang sangat penting,

maka perlu diadakan peningkatan pada sektor tersebut. Untuk kembali

meningkatkan penerimaan pajak penghasilan, pemerintah melakukan berbagai

perubahan khususnya dalam peraturan perpajakan. Salah satu perubahan yang

telah dilakukan oleh pemerintah adalah mengenai PTKP. (Novita, 2010)

Menurut Novita (2010) dengan dinaikkannya PTKP ini pemerintah

berharap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak semakin

meningkat. Jika PTKP dinaikkan, maka penghasilan kena pajak akan semakin

sedikit sehingga pajak yang dikenakan semakin sedikit pula. Hal inilah yang

mendasari pemerintah untuk menaikkan PTKP guna mengurangi pajak yang

dikenakan dan mendorong agar wajib pajak semakin taat membayar pajak.

Berdasarkan latar belakang dan pada penelitian-penelitian yang terdahulu

yang sudah terpapar pada pembahasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih dalam mengenai pengaruh perubahan PTKP yang terjadi beberapa

tahun belakangan ini. Dilihat dari penelitian yang terdahulu ada dampak positif

dan negatif atas perubahan PTKP. Untuk itu peneliti akan meneliti lebih dalam

dari kebijakan perubahan PTKP tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
6

mengambil judul: “PENGARUH KENAIKAN PTKP TERHADAP

PENERIMAAN PPh ORANG PRIBADI DAN TINGKAT KEPATUHAN

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA JAKARTA

KEBON JERUK SATU”.

1.2 Rumusan Masalah atau Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah kenaikan PTKP berpengaruh terhadap penerimaan pajak

penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu?

2. Apakah kenaikan PTKP berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu?

1.3 Batasan Masalah

Batasan -batasan penelitian digunakan agar penelitian lebih terarah dan

fokus, maka penulis memberikan batasan penelitian yang menganalisis pengaruh

kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk

Satu pada tahun 2011-2013. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel

independen yaitu kenaikan PTKP (X) dan variabel dependen yaitu penerimaan

PPh OP (Y1) dan kepatuhan wajip pajak OP (Y2).

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris dari dampak perubahan sehubungan dengan perubahan

besaran tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap penerimaan pajak


7

penghasilan, terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi, dan tingkat

kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah

referensi mengenai perpajakan, terutama tentang pengaruh perubahan

tarif PTKP.

2. Instansi Terkait, sebagai bahan informasi/analisis atau masukan

sekaligus pertimbangan bagi KPP terkait agar selalu memperhatikan

setiap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak dan

melaksanakan setiap kebijakan sehingga dapat mengoptimalkan

pendapatan dari sektor perpajakan.

3. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang perubahan tarif PTKP

serta menambah pengetahuan tentang perpajakan dengan memberikan

bukti empiris tentang pengaruh perubahan tarif PTKP terhadap

penerimaan negara.

4. Penelitian selanjutnya, sebagai sarana untuk pembanding, dapat

dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam

penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama.


8

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan serta memahami skripsi ini, maka

penulis membagi dalam 5 bab secara berurutan yang setiap bab dibagi lagi

menjadi beberapa sub bab. Rincian dari masing-masing bab adalah sebagai

berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN

Bab ini menyajikan uraian mengenai latar belakang masalah,

pokok permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang

lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini penulis akan mengetengahkan mengenai tinjauan

kepustakaan yang berkaitan dengan skripsi ini yaitu tentang

pengaruh perubahan PTKP terhadap penerimaan PPh orang pribadi

dan tingkat kepatuhan wajib pajak OP, serta menyajikan kerangka

pemikiran.

BAB 3: METODE PENELITIAN

Pada bab ini dibahas metode penelitian yang digunakan, tingkat

penjelasannya, ruang lingkup penelitian, penentuan data dan

perolehan data, pengumpulan data dan informasi, sumber data, dan

analisis data.

BAB 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membagi menjadi 2 sub bab. Sub bab

pertama akan diuraikan hasil penelitian dari data-data yang


9

terkumpul tentang gambaran dan wilayah kerja dan wajib pajak

yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu, WPOP

yang menggunakan pencatatan dan norma penghitungan

penghasilan neto dan bagaimana teknis penghitungan pajaknya

pada akhir tahun sehubungan dengan adanya penyesuaian besarnya

PTKP, serta penerimaan sebelum dan sesudah adanya kenaikan

PTKP, kemudian diuraikan hasil penelitian penerimaan PPh orang

pribadi dan tingkat kepatuhan wajib pajak.

Sub bab ke dua akan diuraikan analisis atau pembahasan atas hasil

penelitian yang dilakukan. Pada sub bab kedua ini selain analisis

atas hasil penelitian dari data yang diperoleh secara langsung dari

responden juga akan dianalisis korelasinya atau pengaruhnya dari

hasil penelitian tersebut dengan penerimaan PPh orang pribadi

serta tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama

Jakarta Kebon Jeruk Satu.

BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab penutup ini penulis akan menyajikan kesimpulan dari

hasil pembahasan analisis implementasi kenaikan PTKP bagi wajib

pajak orang pribadi di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu dan

bagaimana pengaruhnya terhadap penerimaan dan kepatuhan

secara keseluruhan disertai pula dengan saran / rekomendasi.


Bab II

Kajian Teori, Kerangka Pemikiran, dan Perumusan Hipotesis

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara

dalam pembiayaan pembangunan adalah menggali sumber dana yang berasal dari

dalam negeri berupa pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan yang

berguna untuk kepentingan bersama.

1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Soemitro dalam buku Mardiasmo (2009,1) adalah iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dalam

pengertian secara umum, pajak merupakan iuran wajib rakyat kepada negara.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat

pada pengertian pajak adalah:

a. Iuran dari rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut

berupa uang (bukan barang)

b. Berdasarkan undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.

10
11

c. Tanpa jasa timbal atau kontrapestasi dari negara yang secara

langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat

ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Definisi lain juga dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat dalam buku Siti

Resmi (2011,1) pajak adalah sebagai sesuatu kewajiban menyerahkan sebagian

daripada kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan

perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman,

menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak

ada jasa imbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan

umum.

Sedangkan menurut Sommerfeld dalam buku Darwin (2010,16) pajak

adalah perpindahan harta, sumber ekonomis dari sektor swasta kepada sektor

pemerintah. Perpindahan itu bukan karena denda ataupun hukuman namun dapat

dipaksakan, aturannya telah ditetapkan terlebih dahulu tambahan imbalan khusus

bagi yang membayar , gunanya untuk mencapai tujuan negara dalam bidang

ekonomi dan sosial.

Definisi pajak menurut UU No.28 Tahun 2007: Pajak adalah kontribusi

wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.


12

2.1.2 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Hak Wajib Pajak menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 yang

dikutip oleh Siti Resmi (2011,22):

“ Hak Wajib Pajak

1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan

Masa

2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan

kriteria tertentu

3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan

cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara

lain kepada Direktur Jenderal Pajak

4. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

5. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak

6. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas

Surat Keputusan Keberatan

7. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu

ketetapan pajak

8. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas

Surat Keputusan Keberatan

9. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk

menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan


13

10. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi

berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran

pajak

Sedangkan kewajiban Wajib Pajak menurut Undang undang No. 28 Tahun

2007 yang dikutip Siti Resmi (2011,23):

“ Kewajiban Wajib Pajak

1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP

2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan

menjadi Pengusaha Kena Pajak

3. Mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas

4. Menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan

satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan

Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang

diatur dengan atau berdasrkan Peraturan Menteri Keuangan

6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan perpajakan

7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas


14

2.1.3 Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2009.1) Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi

pajak yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair): Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang

diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Sebagai contoh: Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan

dalam negeri

b. Fungsi Mengatur: Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu

dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi

minuman keras dapat ditekan. Demiakan pula terhadap barang mewah

2.1.4 Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak menurut Siti Resmi (2011,7) yang dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut

sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.

Menurut Waluyo (2008,12), Golongan Pajak dikelompokkan menjadi

pajak langsung dan tidak langsung.

Pengertian Pajak Langsung adalah sebagai berikut:

Menurut Waluyo (2008,13): Pajak langsung adalah pajak yang

pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban

langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.


15

Menurut Siti Resmi (2011,7): Pajak langsung adalah pajak yang harus

dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib

pajak yang bersangkutan.

Menurut Erly Suandy (2011,36): Pajak langsung adalah pajak yang

bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak

dapat dialihkan kepada pihak lain.

Sedangkan pengertian Pajak tidak langsung adalah sebagai berikut:

Menurut Waluyo (2008,12): Pajak tidak langsung adalah pajak yang

pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

Menurut Siti Resmi (2011,7):

Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Menurut Erly Suandy (2011,36): Pajak tidak langsung adalah pajak yang

bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain sehingga sering

disebut juga sebagai pajak tidak langsung.

Menurut Siti Resmi (2011,7), berdasarkan sifatnya pajak dapat

dikelompokan menjadi pajak subjektif dan pajak objektif. Pengertian pajak

subjektif adalah sebagai berikut:

Menurut Siti Resmi (2011,7): Pajak subjektif adalah pajak yang

pengenaanya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak

yang memerhatikan keadaan subjeknya.


16

Menurut Erly Suandy (2011,36): Pajak subjektif adalah pajak yang

memerhatikan kondisi atau keadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya

harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan

materialnya.

Menurut Waluyo (2008,12): Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal

atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari objektifnya, dalam arti

memerhatikan keadaan dari wajib pajak.

Sedangkan pengertian Pajak Objektif adalah sebagai berikut:

Menurut Siti Resmi (2011,8): Pajak objektif adalah Pajak yang

pengenaanya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan,

atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat

tinggal.

Menurut Waluyo (2008,12): Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal

atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Menurut Erly Suandy (2011,39): Pajak objektif adalah pajak yang pada

awalnya memperhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban

membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun badan.

Menurut Siti Remi (2011,7), berdasarkan Lembaga Pemungut, pajak

dikelompokan menjadi pajak negara dan pajak daerah.

Pengertian pajak negara (pajak pusat) adalah sebagai berikut:


17

Menurut Siti Resmi (2011, 7): Pajak negara (pajak pusat) adalah pajak

yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga negara pada umumnya.

Menurut Waluyo (2008,12): Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan, untuk membiayai rumah tangga negara.

Menurut Erly Suandy (2011,36): Pajak pusat/pajak negara adalah pajak

yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

dilakukan oleh Kementrian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.

Sedangkan pengertian pajak daerah adalah sebagai berikut:

Menurut Siti Resmi (2011,8): Pajak daerah adalah pajak yang dipungut

oleh pemerintah daerah tingkat (pajak provinsi) maupun daerah Tingkat II (pajak

Kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-

masing.

Menurut Waluyo (2008,12): Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Menurut Erly Suandy (2011,37): Pajak daerah adalah pajak yang

wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya

dilakukan oleh dinas pendapatan daerah.

2.1.6 Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stesel pajak, asas pemungutan

pajak, dan sistem pemungutan pajak.

Menurut Siti Resmi (2011,7), stelel pajak pemungutan pajak dapat

dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu:


18

1. Stelsel Nyata (Riil) ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan

pada objek sesungguhnya terjadi (untuk PPh maka objeknya adalah

penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat

dilakukan pada akhir tahun

2. Stelsel Anggapan (Fiktif) menyatakan bahwa pengenaan pajak

didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang undang

3. Stelsel Campuran menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan

pada kombinasi antara stelsel nyata dan telsel anggapan

Menurut Waluyo (2008,13), asas–asas pemungutan pajak yaitu:

1. Asas equality pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu

pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan

kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan

manfaat yang diterima. Adil yang dimaksud bahwa setiap wajib pajak

menyumbangkan uang untuk pemerintah sebanding dengan

kepentingan dan manfaat yang diterima

2. Asas Certainty penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-

wenang. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas

dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu

pembayaran

3. Asas Convenience kapan wajib pajak itu harus membayar pajak

sebaiknya sesuai dengan saat – saat yang tidak menyulitkan wajib

pajak
19

4. Asas Economy Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya

pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum

mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak

Menurut Mardiasmo (2009,7), Sistem pemungutan pajak dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu:

1. Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang

2. Self Assessment System merupakan pemungutan pajak yang

memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib

Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar

3. Withholding System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau

memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak

2.1.6 Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2009,9) dan Waluyo (2008,18), ada 4 macam tarif

pajak,yaitu:

1. Tarif sebanding/proporsional,yaitu tarif berupa persentase yang tetap,

terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya

pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai

pajak
20

2. Tarif tetap, yaitu tarif berupa jumlah yang tetap terhadap jumlah yang

dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap

3. Tarif progresif, yaitu tarif persentase yang digunakan semakin besar

bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar

4. Tarif degresif, persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila

jumlah yang dikenai pajak semakin besar

Menurut Erly Suandy (2011, 7), tarif pajak ada(4) empat yaitu:

1. Tarif sebanding/proporsional adalah tarif pajak yang merupakan

persentase yang tetapi jumlah pajak yang terutang akan berubah secara

proporsional atau sebanding pengenaan pajaknya

2. Tarif progresif adalah tarif pajak yang presentasenya semakin besar

jika dasar pengenaan pajaknya meningkat, jumlah pajak yang terutang

akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar

pengenaan pajaknya

3. Tarif degresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika

dasar pengenaan pajaknya meningkat, jumlah pajak yang terutang akan

berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan

pajaknya

4. Tarif tetap adalah tarif pajak yang jumlah nominalnya tetap walaupun

dasar pengenaan pajaknya berbeda/berubah, sehingga jumlah pajak

yang terutang selalu tetap


21

2.1.7 Jenis-jenis Surat Pajak

A. Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Menurut UU No. 28 Tahun 2007

yang dikutip oleh Siti Resmi (2011, 18): Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat

yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau

pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau dan

kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.

Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006, 151): Surat

Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara

wajib pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk

menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang.

Menurut Siti Resmi (2011, 42): Surat Pemberitahuan merupakan sarana

bagi wajib pajak untuk melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban

perpajakan.”

Menurut Siti Resmi (2011, 42) Terdapat dua macam SPT yaitu:

A. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melakukan

pelaporan atas pembayaran pajak bulanan

B. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk

melakukan pelaporan atas pembayaran pajak tahunan

Adapun Fungsi SPT menurut Siti Resmi (2011, 42), adalah sebagai sarana

WP untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan penghitungan jumlah

pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pembayaran atau

pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau
22

pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak,

penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak, harta dan

kewajiban, dan pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1

Masa Pajak.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:

1. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari

setelah akhir Masa Pajak

2. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak

orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak

3. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak

badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak

Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, apabila Surat

Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat

Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi

administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Rp100.000,00 (seratus ribu

rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00

untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan serta

sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.


23

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, pengenaan sanksi

administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud di atas tidak

dilakukan/dikenakan terhadap:

1. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia

2. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha

atau pekerjaan bebas

3. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing

yang tidak tinggal lagi di Indonesia

4. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia

5. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi

belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi

7. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan

8. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan

B. Surat Setoran Pajak

Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan Kantor Penerima

Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil

di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat, atau dengan cara lain melalui

pembayaran pajak secara elektronik (e-payment). Adapun pengertian Surat

Setoran Pajak, yaitu :


24

Menurut Siti Resmi (2011:31) : Surat Setoran Pajak merupakan surat yang

oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak

yang terutang ke kas negara atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan.

Pengertian surat setoran pajak (SSP) menurut Undang-Undang No. 28

Tahun 2007 menyatakan bahwa: Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti

pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan

formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas nagara melalui tempat

pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Fungsi Surat Setoran Pajak

(SSP) sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor

penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatakan validasi.

C. Surat Ketetapan Pajak

Besarnya pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak sebagai ketetapan

pajak, tertuang dalam surat yang diistilahkan dengan Surat Ketetapan Pajak.

Pengertian Surat Ketetapan Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28

tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang

dikutip oleh Waluyo (2008, 51), surat ketetapan pajak adalah: Surat ketetapan

yang meliputi Surat Ketetapan Kurang Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar

Tambahan, Surat Ketetapan Nihil, atau Surat Ketetapan Lebih Bayar. Surat

Ketetapan Pajak ini sebagai suatu ketetapan tertulis yang menimbulkan hak dan

kewajiban, memuat besarnya utang pajak pada tahun tertentu bagi Wajib Pajak

yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat ketetapan pajak. Ketetapan pajak
25

ini merupakan tembusan dari kohir sehingga bentuk dan isi kohir sama dengan

surat ketetapan pajak.

D. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) .

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan: Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan

besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan

pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang

masih harus dibayar. Menyimak Pasal 13 Undang-undang KUP dan Pasal 7

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak

dan Kewajiban Perpajakan berdasarkan undang-undang tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan menyatakan kewenangan Direktur Jendral Pajak untuk

dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dalam hal

terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam jangka waktu 5 tahun setelah

saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau

Tahun Pajak.

Direktur jenderal pajak diberi kewenangan untuk menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang pada hakekatnya hanya terhadap kasus-kasus

tertentu saja. Surat Ketetapan Kurang Bayar tersebut dapat diterbitkan apabila

hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak kurang atau lebih

dibayar, surat pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan dalam jangka waktu

sebagaimana ditetapkan dalam pasal 3 Ayat (3) undang-undang pajak penghasilan

dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
26

ditentukan dalam surat teguran, hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak

seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya tarif 0%,

kewajiban pembukuan sebagaimana diatur dalam pasal 29 tidak dipenuhi

sehingga tidak dapat diketahui besarnya wajib pajak yang terutang, kepada wajib

pajak diterbitkan norma pokok wajib pajak (NPWP) dan atau dikukuhkan sebagai

pengusaha kena pajak secara jabatan.

Fungsi SKPKB sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut

SPT Wajib Pajak, sebagai sarana untuk mengenakan sanksi di bidang perpajakan

sebagai alat untuk menagih hutang pajak. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ini

tetap dapat diterbitkan walaupun jangka waktu 5 tahun telah lewat. Penerbitannya

berdasarkan hasil penelitian terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap terhadap Wajib Pajak yang di pidana karena melakukan

tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

E. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, Surat Ketetapan Kurang

Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah: Surat ketetapan pajak yang menentukan

tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Direktur Jenderal Pajak dapat

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu

5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun

Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan

penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan


27

dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Sebagai

konsekuensinya jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam SKPKBT

ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seraus persen) dari

jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.

F. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Surat Ketetapan Pajak

Nihil adalah: Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama

besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak trutang dan tidak ada kredit

pajak. SKPN ini diterbitkan didasarkan pada hasil pemeriksaan terhadap Surat

Pemberitahuan bila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama

dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit

pajak atau tidak ada pembayaran pajak

G. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Surat Ketetapan Pajak

Lebih Bayar adalah: Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan

pembayaran pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya tidak

terutang. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih

Bayar (SKPLB) berdasarkan hasil penelitian terhadap kebenaran pembayaran

pajak atas permohonan wajib pajak terdapat kelebihan pembayaran pajak yang

seharusnya tidak terutang, hasil pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan

terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada

jumlah pajak yang terutang, hasil pemeriksaan terhadap permohonan


28

pengembalian kelebihan pembayaran pajak terdapat jumlah kredit pajak atau

jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang.

H. Surat Tagihan Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Surat Tagihan Pajak

(STP) adalah: Surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi

berupa bunga atau denda. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat

ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak,

atau Tahun Pajak dalam hal sebelum wajib pajak diberikan atau diterbitkan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

Pajak, bila diperoleh data atau informasi yang menunjukan adanya kewajiban

perpajakan yang belum dipenuhi Wajib Pajak. SPT juga dapat diterbitkan sebelum

dan setelah penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pencabutan

pengukuhan pengusaha kena pajak diperoleh data atau informasi yang

menunjukan adanya kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi Wajib Pajak.

Adapun alasan diterbitkan Surat Tagihan Pajak apabila Pajak Penghasilan

(PPh) dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar, dari hasil penelitian terdapat

kekurangan pembayaran pajak sebagai salah tulis atau salah hitung, wajib pajak

dikenal sanksi administrasi berupa denda atau bunga, pengusaha yang telah

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak membuat faktur

pajak dan tidak tepat waktu, pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak (PKP) yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 Ayat (5) Undang-undang PPN dan PPnBM, Pengusaha

Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
29

pajak, dan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang gagal berproduksi dan telah

diberikan pengembalian pajak masukan.

2.1.8 Ruang Lingkup Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

A. Pengertian Penerimaan Pajak

Pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh negara kita tidak terlepas

dari peran aktif dari pajak, karena sektor pajak telah menjadi penerimaan bagi

negara yang cukup kompeten. Penerimaan atau pendapatan adalah suatu hasil

yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan secara optimal. Menurut John Hutagaol

(2007, 325) dalam Lina Rahmawati (2011), penerimaan pajak adalah: sumber

penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan dapat dikembangkan

secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat.

Adapun pengertian penerimaan pajak menurut Suryadi

(http://www.bppk.depkeu.go.id/artikelvol4no1_suryadi.pdf) penerimaan pajak

adalah: sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin

maupun pembangunan. Penerimaan pajak berasal dari pusat dan daerah yang

merupakan hasil pungutan dari wajib pajak. Jika kontribusi pajak dari rakyat ke

negara lancar, maka pembangunan menjadi lancar dan berjalan secara continue.

B. Pajak Penghasilan (PPh)

Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Siti Resmi (2011:74): Pajak

Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan

yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Menurut Subekti dan

Asrori dalam Dina Fitriani (2009, 139), pengertian Pajak Penghasilan adalah:
30

pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan

berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun.

Menurut Erly Suandy (2011, 36): Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan

terhadap penghasilan, dapat dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam

jangka waktu tertentu baik masa pajak maupun tahun pajak.

C. Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Dasar Hukum Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun

1983. Sampai saat ini Undang-Undang tersebut sudah mengalami perubahan

sebanyak 4 kali perubahan. Perubahan yang pertama adalah dengan

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1991 yang berlaku 1 Januari

1992, yang kedua dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1994 yang

berlaku 1 Januari 1995, selanjutnya dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 17

tahun 2000 yang berlaku 1 Januari 2001 sebagai pengganti Undang-Undang yang

kedua. Pada akhirnya setelah 8 tahun Undang-Undang Nomor 17 tahun tahun

2000 diberlakukan, pemerintah mempertimbangkan bahwa menurutnya dalam

upaya mengamankan penerimaan negara yang semakin meningkat, mewujudkan

sistem perpajakan yang netral, sederhana, steril, lebih memberi keadilan, dan lebih

dapat menciptakan kepastian hukum serta transparansi, maka perlu dilakukan

perubahan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000. Perubahan tersebut

direalisasikan pemerintah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun

2008 yang berlaku 1 Januari 2009. Undaang-Undang Nomor 36 tahun 2008

merupakan perubahan Undang-Undang perubahan yang ke empat.

D. Subjek Pajak Penghasilan


31

Subjek Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi (2011, 75): Segala sesuatu

yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran

untuk dikenakan Pajak Penghasilan. Berdasarkan lokasi geografis, subjek pajak

dapat dibedakan menjadi dua menurut Siti Resmi (2011, 76):

1. Subjek Pajak Dalam Negeri adalah:

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di

Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di

Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi

Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan

Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,

yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang

sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Kecuali

unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

 Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

 Pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD.

 Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah.

 Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional

negara.
32

 Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,

menggantikan yang berhak.

2. Subjek Pajak Luar Negeri adalah:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan

tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia

b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan

badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan

dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di

Indonesia

Berdasarkan Pasal 2 UU No. 36 Tahun 2008 yang dikutip oleh Siti Resmi

(2011, 78), yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah:

1. Kantor perwakilan negara asing

2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain

dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersamasama mereka, dengan

syarat:

 Bukan warga Negara Indonesia


33

 Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan

lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut

 Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Keuangan dengan syarat :

 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut

 tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada

pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :

 Bukan warga negara Indonesia

 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain

untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia

E. Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak merupakan segala sesuatu (barang, jasa, kegiatan, atau

keadaan) yang dikenakan pajak. Menurut Siti Resmi (2011, 79), Objek Pajak

Penghasilan adalah: penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam

bentuk apapun.
34

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis subjek pajak,

menurut Siti Resmi (2011, 80), penghasilan dapat dikelompokan menjadi :

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas

seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris,

aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya

2. Penghasilan dari usaha atau kegiatan

3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak

gerak seperti bunga, dividen, royalti, sewa, keuntungan penjualan harta

atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya

4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain

sebagainya

F. Pajak Penghasilan Pasal 21

PPh 21 adalah pajak atas penghasilan gaji, upah, honorium,

tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh wajib pajak

orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,

jasa, dan kegiatan. (Trisni dan Tarsis.2012.98)

1. Pemotong PPh pasal 21

a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan

b. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah

c. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (Jamsostek)
35

d. Badan yang membayar honorium atau pembayaran lain kepada

jasa tenaga ahli, orang pribadi subjek pajak dalam negeri, dan

peserta pendidikan, pelatihan, dan magang

e. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas

f. Penyelenggara kegiatan

2. Penerima Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21

a. Pegawai tetap

b. Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah, pemberi

jasa, pengelola proyek, peserta perlombaan, petugas dinas luar

asuransi)

c. Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi

atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau

Jaminan Hari Tua

d. Penerima honorium

e. Penerima upah

f. Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan,

Notaris, Penilai, dan Aktuaris)

g. Peserta Kegiatan

3. Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau

penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun

bulanan, upah, honorium (termasuk honorium anggota dewan


36

komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang

lembur, uang sokongan uang tunggu, uang ganti rugi,

tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan, tunjangan

khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran

pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi

yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya

dengan nama apapun

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima

pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa

produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari

raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan dan

penghasilan lainnya yang penghasilannya tidak tetap

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan

yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga

kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang

diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan yang

merupakan calon pegawai

d. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan

Hari Tua, uang pesangon, dan pembayaran sejenis sehubungan

dengan pemutus hubungan kerja

e. Honorium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama

atau dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran

lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan


37

kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam

negeri

G. Penghasilan yang Dikenakan Pajak

Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 36 tahun 2008 dikutip oleh Siti Resmi

(2011,80), Penghasilan yang dikenakan pajak, antara lain :

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk

lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak

Penghasilan

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan

c. Laba usaha

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau

penyertaan modal

 Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan

lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham,

sekutu atau anggota

 Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha

 Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan

atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga


38

sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan

keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan

usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-

pihak yang bersangkutan

 keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau

seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,

atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya

f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang

g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi

h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva


39

n. Premi asuransi

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas\

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

s. Surplus Bank Indonesia.

H. Penghasilan yang Tidak Dikenakan Pajak

Penghasilan yang tidak dikenakan pajak menurut Siti Resmi (2011, 84),

dikutip dari Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yaitu :

a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak atau sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Indonesia

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan

pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi

atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang

ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri


40

Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan

c. Warisan

d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai

pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari

Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan

Wajib Pajak, wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib

Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi

jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat

kedudukan di Indonesia dengan syarat :

 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan

 Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima

dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan

dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

modal yang disetor


41

h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh

pemberi kerja maupun pegawai

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam

bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan

j. laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer

yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,

perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan

kontrak investasi kolektif

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan

pasangan usaha tersebut:

 Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

 Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan, yaitu:

 Diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib

Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan


42

formal/ nonformal yang terstruktur baik di dalam negeri

maupun luar negeri

 Tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik,

komisaris, direksi atau pengurus dari wajib pajak pemberi

beasiswa Komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan

yang dibayarkan ke sekolah, biaya ujian, biaya penelitian yang

berkaitan dengan bidang studi yang diambil, biaya untuk

pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai

dengan daerah lokasi tempat belajar;

m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba

yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang

membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan

prasarana kegiatan bidang pendidikan dan/atau penelitian dan

pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak

diperolehnya sisa lebih tersebut

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

I. Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Tarif pajak untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat dilihat

pada tabel 2.1


43

Tabel 2.1

Tarif Pajak dan Lapisan Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Orang

Pribadi menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008

Penghasilan Kena Pajak Tarif

Rp 0 – Rp 50.000.000,00 5%

Rp 50.000.000,00 – Rp 250.000.000,00 15%

Rp 250.000.000,00 – Rp 500.000.000,00 25%

> Rp 500.000.000,00 30%

Sumber: Undang-Undang PPh Nomor 36 tahun 2008

J. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pengurangan

penghasilan neto yang diperkenankan oleh Undang-Udang Nomor 7 tahun 1983

Dengan yang terbaru Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak

penghasilan. PTKP hanya diberikan kepada Wajib Pajak orang

pribadi/perseorangan sesuai pasal 6 ayat (3) UU PPh.

Secara historis, perlakuan perpajakan di Indonesia banyak mengalami

perubahan yang dimulai dari tahun 1993 dengan dikeluarkannya Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 928/KMK.04/1993 yang terus berubah sampai pada

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 yang berlaku efektif sejak

tahun 2006, kemudian PTKP naik sesuai peraturan Pasal 8 UU Nomor 36 Tahun

2008 sampai dengan aturan yang terbaru sesuai dengan PMK-162/PMK.011/2012

yang berlaku efektif sejak tahun 2013. Berdasarkan perubahan tersebut, maka

besarnya PTKP per tahun dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.


44

Tabel 2.2

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun menurut Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005

Keterangan Nilai PTKP

Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 13.200.000,00

Tambahan untuk Wajib Pajak yang menikah Rp 1.200.000,00

Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan Rp 13.200.000,00

suami

Tambahan untuk setiap tanggungan Rp 1.200.000,00

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005

Tabel 2.3

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak menurut Undang-Undang PPh

Nomor 36 tahun 2008

Keterangan Nilai PTKP

Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 15.840.000,00

Tambahan untuk Wajib Pajak yang menikah Rp 1.320.000,00

Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan Rp 15.840.000,00

suami

Tambahan untuk setiap tanggungan Rp 1.320.000,00

Sumber: Undang-Undang PPh Nomor 36 tahun 2008

Dari data tersebut kita dapat melihat kenaikan persentase dari perubahan

PTKP, dalam perubahan nilai PTKP tersebut, untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
45

mengalami kenaikan sebesar 20%, sedangkan untuk istri dan setiap tanggungan

lainnya mengalami kenaikan sebesar 10%.

Data yang terbaru adalah besarnya PTKP yang mulai diberlakukan pada

tanggal 1 januari 2013 dengan besarnya PTKP dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2.4

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak menurut PMK-162/PMK.011/2012

Keterangan

Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 24.300.000,00

Tambahan untuk Wajib Pajak yang menikah Rp 2.025.000,00

Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan Rp. 24.300.000,00

suami

Tambahan untuk setiap tanggungan Rp 2.025.000,00

Sumber: PMK-162/PMK.011/2012

Dari data-data yang disajikan dapat dilihat bahwa pemerintah telah

beberapa kali mengubah besaran tarif PTKP hingga saat ini yang terbaru dalam

besaran PTKP dapat kita lihat pada tabel 1.4. Dari data tersebut kita dapat melihat

berapa persentase kenaikan dari besaran tarif PTKP menurut UU Nomor 36 tahun

2008 dengan penyesuaian terbaru PMK-162/PMK.011/2012, persentase kenaikan

dapat juga kita lihat pada tabel berikut.


46

Tabel 2.5

Perubahan dan persentase kenaikan PTKP 2013

Keterangan PTKP UU No. 36 PTKP PMK- Presentase

tahun 2008 162/PMK.011/2012 Kenaikan

Wajib Pajak Rp 15.840.000,00 Rp 24.300.000,00

Orang Pribadi

Tambahan untuk Rp 1.320.000,00 Rp 2.025.000,00

Wajib Pajak yang

menikah

Tambahan untuk Rp 15.840.000,00 Rp 24.300.000,00 53,4%

istri yang

penghasilannya

digabung dengan

suami

Tambahan untuk Rp 1.320.000,00 Rp 2.025.000,00

setiap tanggungan

Sumber: UU PPh Nomor 36 tahun 2008, PMK-162/PMK.011/2012

Dengan besaran kenaikan yang terjadi hingga mencapai 53,4%

sehubungan dengan perubahan nilai PTKP, tentu akan berpengaruh terhadap

penerimaan Pajak Penghasilan pada pemerintah. Bila dilihat secara kasat mata

maka kenaikan PTKP ini pastinya akan menurunkan penerimaan negara sektor

pajak dari PPh Pasal 21 dan PPh orang pribadi, karena pengurang penghasilan

akan menjadi lebih besar yang menyebabkan setoran pajak orang pribadi akan
47

menjadi lebih kecil. Seperti yang dikemukakan oleh para ahli, menurut Menteri

Keuangan, Agus Martowadjojo yang menyatakan bahwa jika PTKP pada tahun

2013 dinaikkan maka pendapatan negara akan berkurang sebesar Rp 13,3 Triliun

dalam setahun. Sependapat dengan Menteri Keuangan, Dirjen Pajak Fuad

Rahmany menyatakan pendapatan dari sektor pajak akan menurun sekitar Rp 12

Triliun.

2.1.9 Ruang Lingkup Pengertian Kepatuhan

A. Pengertian Kepatuhan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995, 1013) dalam Sony Devano

dan Siti Kurnia Rahayu (2006, 110), istilah kepatuhan berarti tunduk patuh pada

ajaran atau aturan. Kepatuhan adalah suatu sikap yang merupakan respon yang

hanya muncul apabila individu tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya reaksi individual. Berdasarkan teori tersebut maka dapat

dikatakan bahwa kapatuhan adalah suatu sikap yang akan muncul pada seseorang

yang merupakan suatu reaksi terhadap sesuatu yang ada dalam peraturan yang

harus dijalankan.

B. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang

tinggi. Yaitu, kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai

dengan kebenarannya. Dengan sistem self assesment maka pekerjaan dalam

pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan terutama oleh wajib pajak, bukan

fiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan dalam Self


48

Assesment System, dengan tujuan dapat meningkatkan pendapatan pajak yang

optimal. Kepatuhan pajak merupakan persoalan laten dan aktual yang sejak dulu

ada di perpajakan. Di dalam negeri, rasio kepatuhan Wajib Pajak yang menjadi

indikator kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban

perpajakannya dari tahun ke tahun masih menunjukan presentase yang tidak

mengalami peningkatan secara berarti. Hal ini didasarkan jika kita melihat

perbandingan jumlah wajib pajak yang memenuhi syarat patuh di Indonesia

sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar.

Menurut Chaizi Nasucha yang dalam Sony Devano dan Siti Kurnia

Rahayu (2006, 111): Kepatuhan wajib pajak diidentifikasikan dari: (1). Kepatuhan

Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, (2). Kepatuhan Wajib Pajak untuk

menyetorkan Kembali SPT, (3). Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran

pajak terutang. Kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu,

persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka

tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000

dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006, 112): Kepatuhan perpajakan

adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai

dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan

perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak (Sony

Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006, 110) sebagai: Suatu iklim kepatuhan dan

kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:


49

1. Wajib Pajak Paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan

perundang-undangan perpajakan

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

3. Menghitung pajak yang terhitung dengan benar

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya

Menurut Safri Nurmantu dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu

(2006, 110) Kepatuhan Wajib Pajak yaitu kepatuhan perpajakan yang

didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajb Pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

C. Jenis-Jenis Kepatuhan

Menurut Nurmantu (2003) dalam Widi Widodo (2010, 68), terdapat dua

macam jenis kepatuhan, yaitu:.

1. Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi kewajibannya secara formal sesuai dengan ketentuan dalam

undang-undang perpajakan

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana wajib pajak secara

substantif (hakekat) memenuhi semua ketentuan material perpajakan ,

yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan

Menurut Widi Widodo (2010, 71), pengukuran kepatuhan pajak baik

secara formal maupun material lebih kepada kesadaran seorang individu sebagai

warga negara untuk melakukan kewajibannya bagi kemajuan bangsanya. Dengan

tingginya tingkat kepatuhan maka pendapatan dari sektor pajak akan semakin
50

meningkat sehingga mempelancar pembangunan bangsa. Dari hasil penelitian

secara formal diperlihatkan melalui tingginya angka kesadaran Wajib Pajak untuk

membayar dan melaporkan pajak secara tepat waktu. Sedangkan pada aspek

kepatuhan material ditunjukan dengan kecilnya angka tunggakan pajak yang

dilakukan oleh wajib pajak.

D. Kriteria Wajib Pajak Patuh

Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006, 111),

mengemukakan bahwa:

1. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran

pajak

2. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir

3. Dalam hak pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir

diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak

mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan auditnya harus disusun dalam

bentuk panjang yang menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan

fiskal. Dalam hal Undang-undang Perpajakan laporan keuangannya

tidak diaudit oleh Akuntan Publik, disyaratkan untuk memenuhi

ketentuan.

Adapun indikator kepatuhan wajib pajak orang pribadi yaitu perbandingan

antara jumlah SPT wajib pajak orang pribadi yang lapor dengan jumlah wajib
51

pajak orang pribadi yang terdaftar. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Kepatuhan Wajib Pajak = Jumlah SPT yang lapor / Jumlah Wajib Pajak

terdaftar

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut:

Tabel 2.6
Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Ramli (2006) Analisis Variabel yang Variabel yang 1. Presentase
Perubahan PTKP diteliti: diteliti: potensi wajib
Terhadap Perubahan Perubahan pajak akibat
Penerimaan PPh PTKP PTKP perubahan PTKP
21 dan Ekonomi terhadap sebesar 68,56%
penerimaan dan tidak potensi
PPh pasal 21 sebesar 31,50%
dan ekonomi 2. Besar potensi loss
pendapatan yang
diterima akibat
perubahan PTKP
sebesar 38,39%
3. Disposable
Income yang
diterima sampel
akibat perubahan
PTKP cenderung
naik sebesar
2,63%

Bersambung pada halaman berikutnya


52

Tabel 2.6 (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian


Persamaan Perbedaan
2 Wella Adrianti Pengaruh Variabel yang Variabel yang 1. Ekstensifikasi
(2011) Ekstensifikasi diteliti: diteliti: pajak WP OP
Pajak dan Tingkat Penerimaan Pengaruh memiliki
Kepatuhan Wajib sektor pajak ekstensifikasi signifikansi lebih
Pajak Orang pajak besar dari 0.05,
Pribadi Terhadap yaitu 0.233
Tingkat 2. Ekstensifikasi
Penerimaan Pajak pajak dan tingkat
Penghasilan Pada kepatuhan WP
Kantor Pelayanan OP memiliki
Pajak pratama Kota signifikansi lebih
Tanjungpinang besar dari 0.05,
yaitu 0.086 dan
nilai koefisien
determinasi yang
diperoleh sebesar
8.6%, yang
artinya
ekstensifikasi
pajak dan tingkat
kepatuhan WP
OP hanya
mempengaruhi
tingkat
penerimaan pajak

3 Nuritomo (2006) Pengaruh Variabel yang Variabel yang 1. PTKP


peningkatan diteliti: diteliti: studi memberikan
penghasilan tidak pengaruh kasus pada pengaruh yang
kena pajak terhadap perubahan KPP besar terhadap
penerimaan pajak PTKP yogyakarta penerimaan pajak
studi pada KPP satu PPh pasal 21
yogyakarta satu 2. Penerimaan PPh
pasal 21
mengalami
penurunan
sebesar 26,04%
dengan
diberlakukannya
PTKP baru ini

Bersambung pada halaman berikutnya


53

Tabel 2.6 (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian


Persamaan Perbedaan
4 Noor Azizah Analisis Pengaruh Variabel yang Variabel yang Penerimaan pajak,
(2012) Perubahan Tarif diteliti: diteliti: khususnya pajak
PPh Orang Pribadi Pengaruh PTKP Penerimaan penghasilan,
Terhadap Tingkat terhadap pajak pada Kota/kabupaten
Pertumbuhan Wajib penerimaan kota/kabupaten Malang mengalami
Pajak dan sektor pajak Malang peningkatan secara
Penerimaan Pajak signifikan sejak tahun
Penghasilan di 2008 sampai tahun
Kota/Kabupaten 2011
Malang

5 Vergina dan Ratna Pengaruh Variabel yang Variabel yang


Juwita (2011) Ekstensifikasi dan diteliti: diteliti: 1. Ekstensifikasi
Intensifikasi Penerimaan Pengaruh dan intensifikasi
Terhadap pajak ekstensifikasi berpengaruh
Penerimaan Pajak penghasilan dan signifikan
Penghasilan Orang orang pribadi intensifikasi terhadap
Pribadi di Kantor terhadap penerimaan pajak
Pelayanan Pajak penerimaan penghasilan
Pratama Palembang pajak orang pribadi
Ilir Barat penghasilan 2. Secara parsial
orang pribadi ekstensifikasi
di KPP sebesar 36,2%
Pratama dan intensifikasi
Palembang Ilir sebesar 1,5%
Barat

Dari penelitian-penelitian sebelumnya kita dapat melihat bahwa perubahan

PTKP yang dilakukan oleh pemerintah semata-mata ditujukan untuk terus

meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak karena pemerintah berharap

dengan menaikkan besaran tarif PTKP, wajib pajak bisa termotivasi untuk

membayarkan pajak, seperti yang diungkapkan oleh Noor Azizah (2012),


54

menurutnya dengan dinaikkannya PTKP, pemerintah berharap tingkat kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak semakin meningkat. Jika PTKP dinaikkan,

maka penghasilan kena pajak akan semakin sedikit pula. Hal inilah yang

mendasari pemerintah untuk menaikkan PTKP guna mengurangi pajak yang

dikenakan dan mendorong agar wajib pajak semakin taat membayar pajak.

Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Nuritomo (2006), dia

mengungkapkan perubahan kenaikan tarif PTKP dapat memberikan dampak

penurunan jumlah penerimaan pajak yang besar tetapi meningkatkan penghasilan

masyarakat, sehingga dapat diharapkan dapat meningkatkan belanja masyarakat.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka diekspektasi terdapat dampak

positif kenaikan tarif PTKP wajib pajak orang pribadi yang terjadi mulai tahun

2006 hingga 2012 terhadap penerimaan sektor pajak

Setiap suatu keputusan pasti memiliki dampak baik positif maupun

negatif, begitu juga dengan keputusan menaikkan PTKP ini selain ada dampak

positif pasti ada dampak negatifnya. Hal ini dapat terlihat jelas bila tarif PTKP

dinaikkan otomatis penerimaan pajak akan menurun.

Dalam hasil penelitiannya Nuritomo (2006) menemukan bahwa

peningkatan PTKP memberikan pengaruh yang besar terhadap penerimaan PPh

pasal 21. Penerimaan PPh pasal 21 mengalami penurunan sebesar 26,04% dengan

diberlakukannya PTKP baru ini. Dan menurut Ramli (2006) terdapat besarnya

potential loss akibat perubahan PTKP dari sisi nilai pendapatannya yang diterima

(brdasarkan sampel yang diolah) menunjukkan sebesar Rp 46.913.866,00.

Berdasarkan presentase potential loss pendapatan hasil analisis data sampel, dapat
55

memperkirakan “potential loss” pendapatan dari pajak PPh pasal 21 yang diterima

oleh pemerintah sebesar 38,34%.

Berdasarkan temuan tersebut dapat diekspektasikan bahwa kenaikan tarif

PTKP membawa dampak negatif terhadap PPh yang merupakan salah satu

penerimaan negara dari sektor pajak.


56

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan pada bagian berikut:

Judul:

“PENGARUH KENAIKAN PTKP TERHADAP PENERIMAAN PPH

ORANG PRIBADI DAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP

X”

Kantor Pelayanan Pajak Pratama X

Pengaruh Kenaikan Penerimaan PPh Orang


Penghasilan Tidak Kena Pribadi tahun 2011-2013
Pajak tahun 2011-2013

Tingkat Kepatuhan Wajib


Pajak Orang Pribadi
tahun 2011-2013

Metode analisis data:


Metode Kuantitatif dengan Uji
Hipotesis

Interpretasi dan Kesimpulan

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran
57

2.4 Perumusan Hipotesis

Ho1: Kenaikan PTKP berpengaruh terhadap penerimaan PPh orang

pribadi

Ha1: Kenaikan PTKP tidak berpengaruh terhadap penerimaan PPh orang

pribadi

Ho2: Kenaikan PTKP berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib

pajak orang pribadi

Ha2: Kenaikan PTKP tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi


Bab III

Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena analisis data

dalam penelitian ini menggunakan statistik. Jenis penelitian yang digunakan

adalah explanatory research atau confirmatory. Menurut Singarimbun dan

Effendy (1995:4), explanatory research atau confirmatory digunakan untuk

menjelaskan hubungan kausa; antara variabel melalui pengujian hipotesis. Jenis

penelitian ini juga bertujuan untuk menguji suatu teori hipotesis guna memperkuat

atau bahkan menolak teori tersebut.

Dalam penelitian explanatory research atau confirmatory digunakan

untuk menguji hipotesis tentang adanya pengaruh antara faktor-faktor terkait

kenaikan PTKP yang berpengaruh terhadap penerimaan PPh orang pribadi dan

tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2010:3), pada dasarnya variabel penelitian adalah

suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

independen (X) dan variabel dependen (Y).

1. Variabel Independen

Kenaikan Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak

58
59

Penyesuaian besarnya PTKP didasarkan pada amanah pasal 7 ayat

3 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun

2008. Dalam pasal ini diatur mengenai kewenangan Menteri Keuangan

untuk mengubah besarnya PTKP setelah berkonsultasi dengan Dewan

Perwakilam Rakyat Republik Indonesia, dengan mempertimbangkan

perkembangan dibidang ekonomi dan moneter serta perkembangan harga

kebutuhan pokok yang semakin meningkat. Atas dasar undang-undang

tersebut, pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan

no.162/PMK.011/2012 menaikkan tarif PTKP hingga mencapai 54,3%

dari Rp 15.840.000,00 menjadi Rp 24.300.000,00 per tahun untuk periode

yang dimulai pada 1 Januari 2013. Berarti bila peraturan tentang

penyesuaian besarnya PTKP sudah dibuat dalam Undang-Undang Nomor

7 tahun 1983, maka perubahan kenaikan besarnya PTKP sudah terjadi

sebanyak 8 kali yaitu pada tahun 1984,1989,1993,1998,2004,2005,2008.

2. Variabel Dependen

A. Penerimaan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Penerimaan pajak penghasilan dalam penelitian ini penulis

menggunakan definisi yang di kemukakan oleh John Hutagaol (2007, 325)

dalam Lina Rahmawati (2011), penerimaan pajak adalah : sumber

penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan dapat

dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi

masyarakat.
60

Adapun indikator yang penulis gunakan untuk mengukur variabel

penerimaan pajak penghasilan adalah indikator yang digunakan oleh (Lina

Rahmawati, 2011), nilai penerimaan dapat dirumusakan sebagai berikut:

Penerimaan Pajak Penghasilan = Realisasi Penerimaan Pajak

Penghasilan/Target Penerimaan Pajak Penghasilan

B. Tingkat kepatuhan wajib pajak

Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi dikemukakan

Safri Nurmantu yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu

(2006, 110), kepatuhan wajib pajak adalah: kepatuhan perpajakan yang

didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajb Pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Adapun indikator yang penulis gunakan untuk mengukur variabel

kepatuhan wajib pajak adalah indikator yang digunakan oleh Vania Yuki

Widiyanti (2007), indikator tersebut yaitu perbandingan antara jumlah

SPT wajib pajak orang pribadi yang lapor dengan jumlah wajib pajak

orang pribadi yang terdaftar. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Kepatuhan Wajib Pajak = Jumlah SPT yang lapor/Jumlah Wajib

Pajak Terdaftar

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah Penerimaan PPh

orang pribadi dan tingkat kepatuhan wajib pajak sebagai variabel dependen,

sedangkan perubahan kenaikan besarnya PTKP sebagai variabel independen,

operasionalisasi variabel dapat dilihat dalam Tabel 3.1:


61

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Perubahan kenaikan Penyesuaian besarnya -UU Nomor 36 Rasio
besarnya PTKP (X) PTKP didasarkan pada tahun 2008
amanah pasal 7 ayat 3 -PMK-
Undang-Undang Nomor 7 162/PMK.011/2012
tahun 1983 tentang PPh
sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir
sampai Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2008
dengan peraturan terbaru
PMK-162/PMK.011/2012
Penerimaan PPh Penerimaan pajak =Realisasi Rasio
orang pribadi (Y1) merupakan sumber Penerimaan Pajak
penerimaan yang dapat Penghasilan/Target
diperoleh secara terus- Penerimaan Pajak
menerus dan dapat Penghasilan
dikembangkan secara
optimal sesuai kebutuhan
pemerintah serta kondisi
masyarakat. (John Hutagaol
(2007, 325) dalam Lina
Rahmawati (2011)

Tingkat kepatuhan Kepatuhan wajib pajak = Jumlah SPT yang Rasio


wajib pajak (Y2) adalah kepatuhan lapor/Jumlah Wajib
perpajakan yang Pajak Terdaftar
didefinisikan sebagai suatu
keadaan di mana wajib
pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan
dan melaksanakan hak
perpajakannya. (Safri
Nurmantu dalam Sony
Devano dan Siti Kurnia
Rahayu (2006, 110)
Sumber: Peneliti (2014)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono:2010:115). Berdasarkan definsi tersebut, populasi merupakan


62

objek/subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat

tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.

Populasi pada penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar dan berada di wilayah kerja KPP Pratama Kebon Jeruk Satu.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012, 116), sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan kriteria

yang dijelaskan di atas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Kebon

Jeruk Satu.

Adapun data yang digunakan penulis adalah wajib pajak orang

pribadi yang terdaftar dan berada di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

Kebon Jeruk Satu. Data wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sampai

tahun 2013 sebesar 3296, sedangkan data wajib pajak orang pribadi yang

efektif sebesar 3296.

3.3.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling karena populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan

pertimbangan tertentu, purposive sampling karena penelitian ini

melakukan penelitian dengan sampel wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu.


63

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan rumus Slovin, menurut Umar (2005) sebagaimana dikutip

oleh Singgih dan Bawono (2010) yaitu sebagai berikut:

N
n=
1+N(e)2
Keterangan

n= Ukuran sampel

N= Ukuran populasi

e= error atau tingkat kesalahan yang ditetapkan, namun masih

dapat ditolerir. Tingkat kesalahan ditetapkan sebesar 10%

Perhitungan sampel:

3296
n=
1 + 3296(0,10)2

n= 99,97

Berdasarkan rumus penarikan jumlah sampel diatas, maka sampel yang

diambil penulis sebesar 100.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data sekunder yang

bersifat kuantitatif. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan tidak

dipublikasikan. Adapun data sekunder yang akan diambil dalam penelitian ini

adalah data penerimaan wajib pajak orang pribadi dan kepatuhan wajib pajak

dengan menggunakan data-data yang telah tersedia di KPP Pratama Jakarta Kebon
64

Jeruk Satu, selanjutnya dilakukan proses analisa dan interpretasi terhadap data-

data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian ini juga menggunakan data primer yang bersifat kuantitatif, oleh

karena itu peneliti melakukan penyebaran kuisioner yang akan dianalisa untuk

data penelitian. Adapun data primer ini ditujukan untuk wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu untuk memperoleh teori-teori yang

mendukung penelitian ini dengan cara mempelajari, meneliti,

mengkaji, serta menelaah literatur-literatur berupa buku, makalah,

dan jurnal yang berhubungan dengan topik penelitian. Laporan

penerimaan pajak orang pribadi dan tingkat kepatuhan wajib pajak

dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 yang diperoleh dari

setiap KPP Pratama X. Penulis juga melakukan browsing pada

situs-situs terkait untuk memperoleh tambahan literatur, jurnal, dan

data lainnya yang diperlukan.

b. Dokumentasi (Documentation)

Pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen serta

catatan-catatan yang telah diperoleh di bagian yang terkait dengan

masalah yang diteliti.


65

3.6 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi

Ada beberapa pengujian yang harus dijalankan terlebih dahulu untuk

menguji apakah model yang dipergunakan tersebut mewakili atau mendekati

kenyataan yang ada, ada beberapa pengujian untuk menguji kelayakan model

regresi yang digunakan, diantaranya:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah distribusi variabel terikat

untuk setiap nilai variabel bebas tertentu berditribusi normal atau tidak. Dalam

model regressi linier, asumsi ini ditunjukkan oleh nilai error (e) yang berdistribusi

normal. Model regresi yang baik adalah model regressi yang memiliki distribusi

normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara

statistik. Pengujian normalitas data menggunakan Test of Normality Kolmogorov-

Smirnov dan juga digunakan grafik, yaitu normal probability plot. Deteksi

normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumber diagonal dari

grafik dalam program SPSS.

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika Dhitung < Dtabel

maka tidak ada alasan untuk menggunakan data tidak berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Dengan pendekatan grafik :

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis.
66

2. Uji Autokorelasi

Uji Autikorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

(t-1) dalam model regresi. Jika terdapat korelasi maka model tersebut mengalami

masalah autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2012, 241), model regresi yang

baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi

dapat dilakukan uji statistik Durbin-Watson (DW test). Durbin Watson test

dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0)

Untuk mengambil keputusan ada tidaknya auto korelasi,ada pertimbangan yang

harus dipatuhi, antara lain :

a. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan (4-du), maka

koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi

b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah (dl) maka

koefisien autokorelasi >0, berarti ada autokorelasi positif

c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisisen autokorelasi

<0, berarti terjadi autokorelasi negatif

d. Bila nilai DW terletak antara (du) dan (dl) atau DW terletak antara

(4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan


67

Posisi angka Durbin-Watson dapat diperjelas pada gambar 3.1

Positive No No-Auto No decision Negative


Autocorelation Decision Corelation Autocorelation

0 d1 du 4-du 4-d1 4
Gambar 3.1

3. Uji Homoskedastisitas

Uji Regresi bisa dilakukan jika data bersifat Homoskedastisitas bukan

Heteroskedastisitas. Homoskedastisitas adalah kondisi dalam mana varians dari

data adalah sama pada seluruh pengamatan. Terdapat sejumlah uji guna

mendeteksi gejala heteroskedastisitas misalnya uji Goldfeld-Quandt dan Park.

Namun, Wang and Jain beranggapan bahwa Uji Park dapat lebih teliti dalam

memantau gejala heteroskedastisitas ini. Dengan demikian, penelitian ini akan

menggunakan Uji Park guna menentukan gejala heteroskedastisitas variabel

variabelnya. Uji Park dilakukan dengan meregresikan nilai residual (Lne2) dengan

masing-masing variabel independent. “The Park test suggests that if

heteroscedasticity is present, the heteroscedastic varianc eσ_i^2 may be

systematically related to one or more of the explanatory variables.” Rumus uji

Park sebagai berikut:


68

Hipotesis yang diajukan mengenai masalah homoskedastisitas ini sebagai

berikut:

3.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Pengertian validitas menurut Sekaran (2003,206) adalah suatu instrumen

penelitian dapat dikatakan valid bilamana instrumen tersebut dapat mengukur

variabel yang diteliti secara tepat atau dengan kata lain ada kecocokan diantara

apa yang diukur dengan tujuan pengukuran. Adapun rumus yang digunakan untuk

mengukur korelasi adalah sebagai berikut:

nΣXY - (ΣX) . (ΣY)


rxy=
[nΣX2 - (ΣX)][nΣY2 – (ΣY)2]

Dimana: r= koefisien korelasi

n= banyak sampel

x= variabel dependen

y= variabel independen
69

2. Reliabilitas

Pengertian reliabilitas adalah menunjukkan pada pengertian apakah sebuah

instrumen dapat mengukur suatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke

waktu. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur korelasi adalah alpha

cronbach:

k ΣSb2
α= 1–
k–1 St2

dimana: α = koefisien reliabilitas yang dicari

k = jumlah butir pertanyaan

Sb2 = varian butir pertanyaan

St2 = varian skor total

3. Kriteria Pengujian

Tabel 3.2 Kualifikasi Koefisien Korelasi


Koefsien Korelasi Kualifikasi
0,91 - 1,00 Sangat Tinggi
0,71 - 0,90 Tinggi
0,41 - 0,70 Cukup
0,21 - 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat Rendah
Sumber: Sugiyono (2008,183)

3.8 Metode Analisis Data

3.8.1 Penetapan Hipotesis

Jenis penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif hipotesis,

penelitian menggunakan analisis ini karena peneliti yang akan menggunakan


70

data bersifat sekunder dan primer. Untuk memperkuat hasil analisis koefisien

korelasi, maka dilakukan pengujian hipotesis yang melalui beberapa tahapan

dengan menggunakan uji t.

1. Rumusan Hipotesis

Ho: r ≤ 0 : Perubahan PTKP dengan penerimaan PPh orang pribadi

dan tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi akan

memiliki hubungan yang negatif atau tidak memiliki

pengaruh yang signifikan.

Ho: r < 0: Perubahan PTKP dengan penerimaan PPh orang pribadi

dan tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi akan

memiliki hubungan yang positif atau memiliki hubungan

yang signifikan.

2. Kriteria Pengujian

 Jika t (hitung) > t (tabel), maka Ho ditolak, Ho diterima, berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan PTKP dengan

penerimaan PPh orang pribadi dan tingkat kepatuhan wajib pajak

orang pribadi.

 Jika t (hitung) ≤ t (tabel), maka Ho ditolak, Ho diterima, berarti

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan PTKP

dengan penerimaan PPh orang pribadi dan tingkat kepatuhan wajib

pajak orang pribadi.

3. Menghitung nilai t

Rumus statistik uji t yang digunakan adalah:


71

r√n–2
thitung=
√ 1 – r2

Ket: thitung : nilai uji T

r : koefisien korelasi

n : ukuran sampel

4. Membandingkan antara t hitung dan ttabel

Ho diterima jika t hitung ≤ t (α, df)

Ha diterima jika t hitung > t (α, df)

5. Kesimpulan

 Jika Ho diterima atau Ha ditolak, berarti perubahan PTKP

berhubungan negatif terhadap penerimaan PPh orang pribadi dan

tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

 Jika Ho ditolak atau Ha diterima, berarti perubahan PTKP

berhubungan positif terhadap penerimaan PPh orang pribadi dan

tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3.8.2 Penetapan Tingkat Signifikansi

Tingkat signifikansi {taraf nyata atau taraf arti (α)} atau sering juga

disebut resiko α, yang dipakai adalah 0,05 karena dinilai cukup ketat untuk

mewakili hubungan antara variabel-variabel diatas dan merupakan signifikasi

yang umum digunakan dalam penelitian ilmu sosial serta dianggap dapat

memberikan hasil pengujian yang memuaskan.

α = 5%

df = n – 2
BAB IV

Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran KPP Jakarta Kebon Jeruk Satu

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu adalah salah satu

unit vertikal Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat, Direktorat Jenderal Pajak,

Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang beralamat di Jalan Arjuna

Selatan (samping tol kebon jeruk) Jakarta Barat yang menghimpun penerimaan

negara dari sektor perpajakan berupa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,

Pajak Penjualan Barang Mewah, Bea Meterai.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu merupakan

perluasan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebon Jeruk sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan No. Per-55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei

2007 dan mulai beroperasi pada tanggal 2 Oktober 2007 berdasarkan Keputusan

Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-86/PJ/2007 tanggal 11 Juni 2007.

KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu membawahi 3 (tiga) Kelurahan di

wilayah Kecamatan Kebon Jeruk, yaitu Kelurahan Kedoya Utara dan Kelurahan

Duri Kepa. Luas wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu sebesar

930,2 Ha yang terdiri dari 30 Rukun Warga/RW dan 334 Rukun Tetangga /RT

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat

72
73

 Sebelah Selatan : Kelurahan Kebon Jeruk

 Sebelah Barat : Kelurahan Kembangan Utara dan Kelurahan

Kembangan Selatan

 Sebelah Timur : Kelurahan Tanjung Duren Utara

Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu berlokasi di Jalan KS Tubun No.10

Jakarta Barat. Sejalan dengan visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak, maka

gedung ini telah dirancang dengan tata ruang dan fasilitas gedung yang dapat

mendukung pelayanan dan memberikan kenyamanan bagi Wajib Pajak dan

pegawai. Gedung KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu terdiri dari 4 lantai

dengan peruntukan "

1. Lantai 1 untuk Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), Bank DKI, Seksi

Pelayanan dan Seksi Pengolahan Data dan Informasi

2. Lantai 2 untuk Sub Bagian Umum, Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan

Internal, dan Seksi Ekstensifikasi

3. Lantai 3 untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,Seksi Pengawasan dan

Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi Pengawasan

dan Konsultasi IV, ruang konsultasi, Kelompok Jabatan Fungsional

Pemeriksa Pajak dan Ruang Closing Conference

4. Lantai 4 untuk Seksi Penagihan dan aula

4.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu

Visi dari KPP Jakarta Kebon Jeruk Satu yaitu Menyelenggarakan Fungsi

Administrasi Perpajakan dengan Menerapkan Undang – Undang Perpajakan


74

Secara Adil dalam Rangka Membiayai Penyelenggaraan Negara Demi

Kemakmuran rakyat

Misi dari KPP Jakarta Kebon Jeruk Satu yaitu Menjadi Institusi

Pemerintah Penghimpun Pajak Negara yang Terbaik di Wilayah Asia Tenggara.

1. Tugas Pokok dan Fungsional dan Struktur Organisasi

 Kepala Kantor

Mempunyai tugas mengkoordinir tugas – tugas yang ada di KPP Pratama

sesuai dengan kebijakan, keputusan dan arahan dari Direktur Jenderal Pajak

serta mengkoordinir pelaksanaan tugas para Kepala Seksi di KPP Pratama.

 Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas urusan kepengawasan, keuangan, tata usaha dan rumah

tangga.

Sub Bagian Umum mengurusi beberapa hal sebagai berikut :

a. Tata usaha dan kepengawasan

Menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian

dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan, dan pengadaan,

pencetakan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian dan

pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran.

b. Keuangan

Merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan pendanaan aktivitas

kantor.

c. Rumah tangga
75

Melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan kantor

dari segi material agar dapat menunjang kelancaran jalannya pekerjaan di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.

 Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) terdiri dari beberapa pelaksana

dan seorang Kepala Seksi Pengolahan Data dan Imformasi yang tugasnya

adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian informasi,

melakukan perekaman data Wajib Pajak, pembuatan monografi pajak sesuai

dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

 Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan terdiri dari beberapa pelasksana dan seorang Kepala Seksi

Pelayanan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan pelayanan pada Tempat

Pelayanan Terpadu (TPT), penatausahaan berkas Wajib Pajak, pemindahan dan

pencabutan identitas Wajib Pajak lainnya, pengarsipan berkas penelitian Surat

Pemberitahuan (SPT) dan surat Wajib Pajak Lainnya sesua dengan ketentuan

yang berlaku.

 Seksi Penagihan

Mempunyai tugas di bidang penagihan, antara lain :

a. Penatausahaan piutang pajak, pengusulan penghapusan piutang pajak,

penundaan dan pengangsuran.

b. Pelaksanaan penagihan aktif, yaitu penyiapan surat teguran, surat paksa,

surat perintah penyitaan, sita, usulan lelang dan dukungan penagihan

lainnya.
76

 Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Fungsi umum dari Seksi Wakon adalah melakukan pengawasan dan konsultasi

terhadap Wajib Pajak dalam hal menjalankan seluruh kegiatan administrasinya.

Seksi Waskon dipimpin oleh seorang Kepala Seksi (Kasi), yang tugasnya

adalah mengkoordinir seluruh tugas – tugas Seksi Waskon.

Kepala Seksi Wskon dibantu oleh Account Representative (AR). Tugas dari

Acoount Representative adalah melaksanakan tugas – tugas teknis pada Seksi

Waskon, antara lain :

a. Memberikan penjelasan tentang kegiatan administrasi perpajakan yang

harus dipenuhi oleh Wajib Pajak.

b. Menjalankan fungsi konsultasi bagi para Wajib Pajak.

c. Membuat surat – surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima kasih,

surat pemberitahuan kepada wajib pajak, dan lain sebagainya.

d. Meneliti Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan Wajib Pajak.

e. Menyampaikan aturan perpajkan kepada Wajib Pajak.

 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Tugas Seksi Ekstensifikasi Perpajakan adalah melakukan pengamatan potensi

perpajkan, pendataan objek dan subjek pajak dan penilaian objek pajak dalam

rangka ekstensifikasi pembuatan dan pemeliharaan data grafis PBB.

 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal merupakan seksi baru yangb

sebelumnya dikenal dengan Seksi Pemeriksaan dengan tugas:.


77

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasn, pelaksaan

peraturan pemeriksaan, penerbitan dan peyaluranb Surat Perintah

Pemerikaan serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

b. Melakukan pemantauan pengendalian intern, pengelolaan manajemen

resiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin pegawai, tindak lanjut

hasil pengawasan dan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

 Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

Melakukan kegiatan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dengan tujuan menguji

kepatuhan Wajib Pajak dan tujuan lain sesuai dengan peraturan perundang –

undangan yang berlaku.

4.1.3 Data Penerimaan PPh Orang Pribadi dan Jumlah Wajib Pajak

Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu

Data penerimaan PPh OP dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Penerimaan PPh OP

Jenis Pajak Rencana Realisasi Pencapaian

PPh OP

2011 Rp 60.081.550.000,00 Rp 71.809.619.985,00 119,52%

2012 Rp 81.004.950.256,00 Rp 72.169.084.729,00 89,09%

2013 Rp 75.135.250.000,00 Rp 71.695.985.655,00 95,42%


78

Data jumlah WP OP terdaftar dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Data Jumlah WP OP Terdaftar

2011 2012 2013

Terdaftar Jumlah Terdaftar Jumlah Terdaftar Jumlah

Bayar Bayar Bayar

WPOP 3634 3254 3673 3286 3296 3048


79

Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu

Direktorat Jenderal Pajak

Kanwil DJP Jakarta Barat

KPP Pratama Kebon Jeruk Satu

Kepala Kantor (Ahmad Taufik Alhasyari)

Kepala Seksi Kepala Kepala Kepala Seksi Kepala Seksi


Pengolahan Seksi Seksi Pengawasan Pengawasan
Data dan Pelayanan Penagihan dan dan
Informasi (RR (Azmi ) (Istimutya Konnsultasi I Konnsultasi II
Bintari nto Tri ( Meidijanti) (Candra
Indartni) Nugroho) Mustika
Dewi)

Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala seksi Kepala Seksi Sub Bagian
Pengawasan Pengawasan Ekstensifikasi Pemeriksaan Umum
dan dan Perpajakan ( dan (Mohammad
Konnsultasi Sumarsono) Kepatuhan ( Idris)
Konnsultasi
III ( Irawan) Nurdin)
IV (Farila
Darmandi)
80

4.2 Analisis dan Pembahasan

4.2.1 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan data-data, serta

untuk menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti data

mengenai jumlah data, nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi.

4.2.1.1 Statistik Deskriptif Kuesioner

Pengolahan data dilakukan secara terkomputerisasi, yaitu dengan

menggunakan program SPSS version 20 for windows (Statistical Package for

Social Science). Pengolahan data dengan menggunakan SPSS dapat

meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dalam pengolahan data

secara manual, seperti kesalahan menghitung. Program ini sangat membantu

dalam kegiatan statistik. Dengan bantuan program ini, pengolahan data dirinci

menurut beberapa karakteristik yang dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.

Proses pengolahan data melalui SPSS, yaitu dengan memasukan jawaban

dari kuesioner kedalam komputer dalam bentuk file data, kemudian dilakukan

pengolahan untuk mengetahui jumlah, presentase, serta ukuran statistik lainnya

sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah itu data-data tersebut disajikan dalam

bentuk tabel yang disusun berdasarkan kategori-kategori, sehingga memudahkan

untuk menganalisis data. Data deskriptif berasal dari tabel yang telah di buat dan

menunjukan presentase bagian dalam kategori yang ditentukan.

Pada tabel 4.3 dijelaskan bahwa kuesioner yang disebar sebanyak 100

kuesioner. Kuesioner yang diterima kembali sebanyak 100 kuesioner. Jadi jumlah
81

sampel yang dijadikan untuk pengamatan sebanyak 100 kuesioner. Rincian

jumlah sampel dan tingkat pengembalian kuesioner disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Kuesioner Penelitian

Keterangan Jumlah Kuesioner

Keterangan Jumlah Kuesioner Presentase (100%)


Jumlah Kuesioner yang 100 100
dibagikan
Kuesioner yang tidak 0 0
kembali
Kuesioner yang kembali 100 100
Kuesioner yang tidak 0 0
lengkap (rusak)
Total sampel akhir 100 100
pengamatan

Sumber: Data yang diolah

4.2.1.2 Statistik Deskriptif Responden

Uji yang digunakan dalam menganalisis data diri responden adalah uji

statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk informasi mengenai

karakteristik data demografi responden. Dari hasil penyebaran kuesioner yang

telah dilakukan, dapat dilihat gambaran umum mengenai responden yang

digunakan. Melalui demografi responden yang terdapat dalam tabel 4.4 dapat

dilihat identitas data responded yang meliputi usia, jenis kelamin (gender), tingkat

pendidikan, pengisian SPT , dan pendidikan perpajakan.


82

Tabel 4.4. Demografi Responden

Data deskriptif Keterangan Jumlah Presentase


Usia < 25 tahun 34 34%
≥ 25 tahun 66 66%
Jenis Kelamin Laki-Laki 41 41%
Perempuan 59 59%
Tingkat Pendidikan SMU 0 0%
D3 26 26%
S1 71 71%
S2 3 3%
S3 0 0%
Pekerjaan Wiraswasta 16 16%
Pegawai swasta 46 46%
Pegawai Negri 20 20%
Dan lain lain 18 18%

Sumber: Data responden hasil pengisian kuesioner

4.2.1.3 Statistik Deskriptif Data

Statistik deskriptif data memberikan gambaran menegnai nilai minimum,

nilai maximum, rata-rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation) dari

jawaban responden pada item-item pertanyaan yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5. Statistik Deskriptif Pertanyaan

Descriptive Statistics
N Range Minimu Maximu Mean Std. Variance
m m Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Kenaikan PTKP 100 6.00 9.00 15.00 12.6500 .15659 1.56589 2.452
Penerimaan
100 8.00 12.00 20.00 16.8600 .20549 2.05490 4.223
PPh
Kepatuhan 100 12.00 18.00 30.00 25.2000 .33964 3.39637 11.535
Valid N
100
(listwise)
83

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pertanyaan kenaikan PTKP diatas

memiliki nilai minimum sebesar 9,00 dan nilai maksimum kenaikan PTKP

sebesar 15,00. Rata-rata nilai dari kenaikan PTKP sebesar 12.6500 dengan standar

deviasi sebesar 1.56589. Kemudian, untuk variabel penerimaan PPh orang pribadi

memiliki nilai minimum 12,00 dan nilai maksimum 20,00. Rata-rata nilai dari

penerimaan PPh orang pribadi adalah sebesar 16.8600 dengan standar deviasi

sebesar 2.05490. Variabel kenaikan PTKP memiliki nilai minimum 18,00 dan

nilai maksimum 30,00. Rata-rata nilai dari tingkat kepatuhan wajib pajak orang

pribadi adalah sebesar 25.2000 dengan standar deviasi sebesar 3.39637.

4.2.2 Pengujian Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran dan

pengisian kuesioner, karena itu pengujian instumen pengumpulan data harus

dilakukan sebagai langkah awal untuk memastikan bahwa kuesioner tersebut

layak atau tidaknya suatu item pertanyaan. Sehingga kuesioner dapat

menggambarkan tujuan penelitian (valid) dan juga dapat menggambarkan

kekonsistenan apabila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda

(reliable) digunakan untuk mendapatkan data yang diinginkan dari responden. Uji

instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah :

4.2.2.1 Uji Validitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam

kuesioner, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur
84

apa yang ingin diukur dalam penelitian ini. Teknik pengujian dalam penelitian ini

menggunakan korelasi Bivariate Pearson.

Pengujian validitas ini menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi

0,05. Kriteria pengujiannya sebagai berikut :

1) Jika r hitung ≥ r table (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka item pertanyaan

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

2) Jika r hitung < r table (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka item pertanyaan tidak

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

dengan r tabel. Nilai r tabel dapat dicari, dimana degree of freedom (df) = n –

2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel.

Catatan:

R tabel = 30 (jumlah sampel) – 2 = 28 dengan alpha 0,05 dan dicocokan

dengan tabel R Product Moment (0,05 ; 28) maka didapat nilai r tabel = 0,361

Cara pengambilan keputusan:

r hitung > r tabel = Valid

3) r hitung < r tabel = Tidak valid

Hasil uji validitas variabel kenaikan PTKP (X) dapat dilihat pada tabel 4.6

di bawah ini :
85

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Validitas atas Variabel Kenaikan PTKP (X)

R Hitung >/< R Tabel Keterangan

Pernyataan_1 > 0.361 Valid


.888
Pernyataan_2 > 0.361 Valid
.655
Pernyataan_3 > 0.361 Valid
.787

Pada tabel 4.6 diatas, 5 diatas menunjukan bahwa dari 3 (Tiga) butir

instrumen pada variabel kenaikan PTKP (X), semua butirnya mempunyai korelasi

positif dengan rentang 0.655 – 0,888 ; 3 (Tiga) butir valid yang ditunjukan oleh

nilai koefisien korelasi r lebih besar dari nilai kritisnya 0.361 pada taraf

signifikansi 0.05 untuk n = 30, maka tidak ada butir pertanyaan yang didrop atau

gugur dan semua butir pertanyaan disertakan dalam analisis selanjutnya.

Hasil uji validitas variabel Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y1) dapat dilihat

pada tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Validitas atas Variabel Penerimaan PPh Orang Pribadi

(Y1)

R Hitung >/< R Tabel Keterangan


Pernyataan_1 .809 > 0.361 Valid

Pernyataan_2 .645 > 0.361 Valid

Pernyataan_3 .804 > 0.361 Valid

Pernyataan_4 .806 > 0.361 Valid


86

Pada tabel 4.7 diatas, menunjukan bahwa dari 4 (Empat) butir instrumen

pada variabel Penerimaan PPh orang pribadi (X), semua butirnya mempunyai

korelasi positif dengan rentang 0.645 – 0,809 ; 4 (Empat) butir valid yang

ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi r lebih besar dari nilai kritisnya 0.361 pada

taraf signifikansi 0.05 untuk n = 30, maka tidak ada butir pertanyaan yang didrop

atau gugur dan semua butir pertanyaan disertakan dalam analisis selanjutnya.

Hasil uji validitas variabel tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y2)

dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini :

R Hitung >/< R Tabel Keterangan

Pernyataan_1 > 0.361 Valid


.920
Pernyataan_2 > 0.361 Valid
.908
Pernyataan_3 > 0.361 Valid
.509
Pernyataan_4 > 0.361 Valid
.824
Pernyataan_5 > 0.361 Valid
.824
Pernyataan_6 > 0.361 Valid
.934

Pada tabel 4.8 diatas, menunjukan bahwa dari 6 (Enam) butir instrumen

pada variabel tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi, semua butirnya

mempunyai korelasi positif dengan rentang 0.509 – 0,934 ; 6 (Enam) butir valid

yang ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi r lebih besar dari nilai kritisnya

0.361 pada taraf signifikansi 0.05 untuk n = 30, maka tidak ada butir pertanyaan
87

yang didrop atau gugur dan semua butir pertanyaan disertakan dalam analisis

selanjutnya.

4.2.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut

diulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach

Alpha.

1) Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka pertanyaan-pertanyaan yang

digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah reliabel.

2) Jika nilai Cronbach Alpha < 0,60 maka pertanyaan-pertanyaan yang

digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah tidak reliabel.

Hasil uji reliabilitas variabel kenaikan penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

(X) dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel kenaikan penghasilan tidak

kena pajak (PTKP) (X)

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.670 3

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas pada tabel di atas,

diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel insependen (kenaikan

penghasilan tidak kena pajak) adalah 0,670. Oleh karena nilai Cronbach’s Alpha
88

yang diperoleh sebesar 0,670 berada diatas 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa

setiap item pertanyaan untuk mendapatkan nilai kenaikan penghasilan tidak kena

pajak (PTKP) dapat dinyatakan reliabel atau handal.

Hasil uji reliabilitas variabel penerimaan PPh orang pribadi (Y1) dapat

dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini:

Tabel 4.10. Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel Penerimaan PPh Orang

Pribadi (Y1)

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.757 4

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas pada tabel di atas,

diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel dependen (Penerimaan

PPh Orang Pribadi) adalah 0,757. Oleh karena nilai Cronbach’s Alpha yang

diperoleh sebesar 0,757 berada diatas 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa setiap

item pertanyaan untuk mendapatkan nilai variabel penerimaan PPh orang pribadi

dapat dinyatakan reliabel atau handal.

Hasil uji reliabilitas variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

(Y2) dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini:


89

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Reliabilitas atas Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi (Y2)

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.903 6

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas pada tabel di atas,

diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel dependen (tingkat

kepatuhan wajib pajak orang pribadi) adalah 0,903. Oleh karena nilai Cronbach’s

Alpha yang diperoleh sebesar 0,903 berada diatas 0,60, maka dapat disimpulkan

bahwa setiap item pertanyaan untuk mendapatkan nilai variabel tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi dapat dinyatakan reliabel atau handal.

4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini, pertama-tama harus menggunakan

pengujian asumsi klasik terhadap data dari kuesioner yang digunakan. Dengan

terpenuhinya asumsi klasik yang ada, maka suatu variable layak digunakan untuk

tujuan memprediksi variabel lainnya. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

4.2.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov.

Dasar pengembalian keputusan berdasarkan nilai p-value pada kolom asymp. Sig

(2-tailed) yang dihasilkan, dengan ketentuan sebagai berikut:


90

1) Jika p-value pada kolom asymp. Sig (2-tailed) < 0.05, maka Ho ditolak dan

Ha diterima. Dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal.

2) Jika p-value pada kolom asymp. Sig (2-tailed) > 0.05, maka Ho diterima dan

Ha ditolak. Dengan kata lain, data terdistribusi normal.

Gambar 4.2. Grafik Normal Plot

Dari grafik normal plot diatas dapat disimpulkan bahwa grafik normal plot

terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal. Dengan demikian model regresi penelitian ini memenuhi asumsi

normalitas

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini:
91

Tabel 4.12. Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 100
Mean 0E-7
a,b
Normal Parameters Std.
.69456010
Deviation
Absolute .221
Most Extreme
Positive .146
Differences
Negative -.221
Kolmogorov-Smirnov Z 2.212
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tabel 4.12 di atas terlihat bahwa nilai p-value pada kolom asymp. Sig (2-

tailed) yang dihasilkan adalah sebesar 0,000 oleh karena 0,000 < 0,05 Ho Ha di

tolak. Dengan demikian, data yang diperoleh tidak mempengaruhi distribusi

normal.

4.2.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedstisitas bertujuan untuk mendeteksi apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu penelitian ke penelitian lainnya.

Model regresi yang baik memiliki kesamaan varian atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji

Glejser.

Hasil uji heteroskesdastisitas dengan uji Glejser dapat dilihat pada Tabel

4.13 di bawah ini:


92

Tabel 4.13. Hasil uji Heteroskesdastisitas dengan uji Glejser

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 2,569 ,650 3,954 ,000
1
PTKP -,126 ,059 -,211 -2,140 ,035
Dependent Variable: RES2

Dari hasil pengujian heteroskedstisitas sebagaimana terlihat pada Tabel

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara variabel

independen dalam model regresi atau tidak terjadi heteroskedstisitas. Hal ini dapat

disimpulkan karena nilai signifikansi lebih besar dari pada 0,05 artinya tidak

terjadi heteroskedstisitas.

4.2.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah model regresi ada

korelasi antara residual pada periode t dengan residual p ada periode sebelumnya

(t-1). Model regresi yang baik adalah yang tidak adanya masalah autokorelasi.

Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin-Watson

(uji DW).

Pengambilan keputusan pada uji Durbin-Watson sebagai berikut:

1) du < dw < 4 – du maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi

2) dw < dl atau dw > 4 – dl maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi


93

3) dl < dw < dl atau 4 – du < dw < 4 – dl, artinya tidak ada kepastian atau

kesimpulan yang pasti.

Hasil uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson dapat pada tabel 4.14

dibawah ini:

Tabel 4.14. Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Model Summaryb
Mode R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
l Square the Estimate Watson
a
1 ,494 ,244 ,236 2,837 1,808
a. Predictors: (Constant), PTKP
b. Dependent Variable: Kepatuhan

Dari hasil pengujian autokorelasi sebagaimana terlihat pada Tabel 4.14

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara variabel

independen dalam model regresi atau tidak terjadi autokorelasi. Hal ini dapat

disimpulkan karena nilai Durbin-Watson sebesar 1,808 berada pada daerah antara

4 – du (du< dw < 4 – du). Sedangkan tabel Durbin-Watson dengan signifikansi

0,05 dan jumlah data (n) = 100, serta k = 2 (k adalah jumlah variabel independen)

diperoleh nilai dw sebesar 1,634 dan du sebesar 1,808. Dengan ini maka dapat 4

– du = 2,192 dan 4 – dl = 2,366.

Model Summaryb
Mode R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
l Square the Estimate Watson
a
1 ,499 ,249 ,241 1,632 1,606
a. Predictors: (Constant), PTKP
b. Dependent Variable: PPh
94

Dari hasil pengujian autokorelasi sebagaimana terlihat pada Tabel diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara variabel independen

dalam model regresi atau tidak terjadi autokorelasi. Hal ini dapat disimpulkan

karena nilai Durbin-Watson sebesar 1,606 berada pada daerah antara 4 – du (du<

dw < 4 – du). Sedangkan tabel Durbin-Watson dengan signifikansi 0,05 dan

jumlah data (n) = 100, serta k = 2 (k adalah jumlah variabel independen) diperoleh

nilai dl sebesar 1,634 dan du sebesar 1,606. Dengan ini maka dapat 4 – du = 2,394

dan 4 – dl = 2,366.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Uji t

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen.

Keputusan untuk menolak atau menerima hipotesis yang telah dirumuskan dapat

dilakukan dengan aturan sebagai berikut:

1) Jika p-value α < 0,05 , maka Ho ditolak, dan Ha diterima, ini berarti secara

parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependen.

2) Jika p-value α > 0,05 , maka Ho diterima, dan Ha ditolak, ini berarti bahwa

secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen.


95

Hasil uji t atas variabel Perubahan PTKP (X), terhadap Penerimaan PPh

(Y1), Tingkat kepatuhan Wajib Pajak (Y2) dapat dilihat pada Tabel 4.15.

dibawah ini:

Tabel 4.15. Hasil Uji t pada Variabel X Terhadap Y1, X terhadap Y2

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 8,809 ,990 8,894 ,000
1
PTKP ,510 ,090 ,499 5,693 ,000
a. Dependent Variable: PPh

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 15,194 1,722 8,824 ,000
1
PTKP ,875 ,156 ,494 5,621 ,000
a. Dependent Variable: Kepatuhan
Dari Tabel 4.21 dapat diperoleh hasil dari pengujian hipotesis sebagai berikut:

Dari uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh

variabel dependen PPh (Y1) memiliki nilai positif, menunjukan hubungan antara

PPh dengan PTKP memiliki pengaruh yang signifikan. Koefisien regresi variabel

PTKP sebesar 0,510 mengandung arti setiap peningkatan satu PTKP akan

menyebabkan keniakan PPh sebesar 0,510.

Dari uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh

variabel dependen Kepatuhan (Y2) memiliki nilai positif, menunjukkan hubungan


96

antara Kepatuhan dengan PTKP memiliki pengaruh yang signifikan. Koefisien

regresi variabel kepatuhan sebesar 0,875 mengandung arti setiap peningkatan satu

PTKP akan menyebabkan kenaikan kepatuhan sebesar 0,875.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 wajib pajak orang

pribadi di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu tahun 2014. Variabel yang

diteliti dibedakan menjadi dua, yaitu variabel dependen, dan variabel independen.

Variabel independen penelitian ini adalah kenaikan penghasilan tidak kena pajak

(PTKP). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan PPh orang

pribadi dan tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama

Jakarta Kebon Jeruk Satu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

kenaikan PTKP terhadap penerimaan PPh orang pribadi dan tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Kebon Jeruk Satu tahun 2011-2013.

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil pengujian heteroskedstisitas Hal ini dapat disimpulkan dari hasil

pengujian heteroskedstisitas sebagaimana terlihat pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara variabel

independen dalam model regresi atau tidak terjadi heteroskedstisitas. Hal

ini dapat disimpulkan karena nilai signifikansi lebih besar dari pada 0,05

artinya tidak terjadi heteroskedstisitas.

97
98

2. Berdasarkan hipotesis sementara Dari uji t yang dilakukan dengan

menggunakan SPSS, maka diperoleh Dari uji t yang dilakukan dengan

menggunakan SPSS, Dari uji t yang dilakukan dengan menggunakan

SPSS, maka diperoleh variabel dependen PPh (Y1) memiliki nilai positif,

menunjukan hubungan antara PPh dengan PTKP memiliki pengaruh yang

signifikan. Koefisien regresi variabel PTKP sebesar 0,510 mengandung

arti setiap peningkatan satu PTKP akan menyebabkan kenaikan PPh

sebesar 0,510 dan variabel dependen Kepatuhan (Y2) memiliki nilai

positif, menunjukan hubungan antara Kepatuhan dengan PTKP memiliki

pengaruh yang signifikan. Koefisien regresi variabel kepatuhan sebesar

0,875 mengandung arti setiap peningkatan satu PTKP akan menyebabkan

kenaikan sebesar 0,875.

3. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

variabel independen (kenaikan PTKP) akan memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (Penerimaan PPh OP dan kepatuhan WP OP).

5.2 Keterbatasan

Dalam penelitian ini telah dilakukan seluruh rangkaian penelitian mulai

dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penarikan kesimpulan sebaik

mungkin. Namun, penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan.

Keterbatasan itu antara lain adalah:

1. Jumlah variabel yang digunakan hanya tiga yaitu 1 variabel independen,

serta dua variabel dependen (Penerimaan PPh OP dan Kepatuhan) hal

tersebut mengakibatkan keterbasan dalam hal parameter yang digunakan.


99

2. Jumlah sampel yang digunakan hanya sebesar 100 orang wajib pajak

orang pribadi.

3. Tahun data yang digunakan hanya data penerimaan tahun pajak 2011 sd

2013 (tiga tahun) saja.

5.3 Saran

Dari penelitian ini, saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah :

1. KPP khususnya KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu agar menerapkan

sistem administrasi dan pelayanan yang baik, jika pengelolaan perpajakan

berjalan lancar maka KPP diharapkan penerimaan PPh OP dan tingkat

kepatuhan WP OP akan meningkat.

2. Terkait dengan kenaikan PTKP maka diharapkan bagi KPP Pratama

Jakarta Kebon Jeruk Satu untuk dapat lebih meningkatkan upaya

penggalian potensi perpajakan melalui ekstensifikasi yang lebih baik.

3. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk menambah

jumlah parameter ataupun sampel serta tahun data penelitian sehingga

hasil yang diharapkan akan menjadi lebih baik dan komprehensif.


DAFTAR PUSTAKA

Adrianti, Wella. (2011) . Pengaruh Ekstensifikasi Pajak dan Tingkat Kepatuhan


Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan
Pada Kantor Pelayanan Pajak pratama Kota Tanjungpinang. Fakultas
Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang
Agusti, Asri Fika, dan Vinola Herawaty . (2009) . Pengaruh Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Yang
Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama . Makalah
Simposium Nasional Akuntansi 12. Palembang
Azizah, Noor. (2012) . Analisis Pengaruh Perubahan Tarif PPh Orang Pribadi
Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak
Penghasilan di Kota/Kabupaten Malang
Darwin. (2010) . Perpajakan. Jakarta: Mitra Wacana Media
Devano, Sony. Siti Kurnia Rahayu. (2006) . Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Fernika, Novita E. (2010) . Analisis Penerimaan Pajak Pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar Setelah Pemberlakuan
Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Universitas Negeri Surabaya
Mardiasmo. (2009) . Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Muliari, Setiawan. (2011) . Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan dan
Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur, Jurnal Akuntansi & Bisnis,
volume 6.No.1
Nuritomo. (2006) . Pengaruh peningkatan penghasilan tidak kena pajak terhadap
penerimaan pajak studi pada KPP yogyakarta satu. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya Yogyakarta
Rahmawati, Lina. (2011) . Pengaruh Penagihan Pajak Terhadap Pelunasan
Tunggakan Pajak dan Implikasinya Pada Penerimaan Pajak, Fakultas
Enonomi Universitan Komputer Indonesia
Ramli. (2006) . Analisis Perubahan PTKP Terhadap Penerimaan PPh 21 dan
Ekonomi. Jurnal Wawasan, Volume 11, Nomor 3
Resmi, Siti. (2011). Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Santoso, Singgih. (2012) . Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo
Sekaran, Uma. (2003) . Research methods for business: A skill-building approach.
New York: John Wiley dan Sona, Inc
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. (2010) . Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas
Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia). Simposium
Nasional Akuntansi XIII Purwokerto
Suandy, Erly. (2011) . Hukum Pajak, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. (2008) . Metode Panel . Bandung: CV. Alfabeta
Sugiyono. (2010) . Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Bandung: CV
Alfabeta
Sugiyono. (2012) . Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV . Alfabeta
Suryarini, Trisni . Tarmudji Tarsis. (2011) . Pajak di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat
Vergina, Juwita Ratna. (2011) . Pengaruh Ekstensifikasi dan Intensifikasi Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Palembang Ilir Barat. Jurusan Akuntansi STIE MDP
Waluyo. (2008). Perpajakan Indonesia, Edisi kedelapan, Buku satu. Jakarta: Salemba
Empat
Widiyanti, Vania Yuki. (2007) . Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pendapatan
Perkapita Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP
Madiun. Skripsi (S1): Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra
Widodo, Widi. (2010) . Moralitas, Budaya, dan Kepatuhan Pajak . Bandung: CV
Alfabeta
Anonim. “Negara Berdiri Karena Iuran Pajak”. Artikel ini diakses melalui
http://www.pajak.go.id/content/news/negara-berdiri-karena-iuran-pajak
Data Pokok APBN 2009-2013 Kementrian Keuangan RI, diakses dari
http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/Data%20Pokok%20APBN%2
02013.pdf#page=6&zoom=auto,31,580
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK/04/2000
Nota Keuangan dan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2011
Kementrian RI
Nota Keuangan dan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2012
Kementrian RI
Nota Keuangan dan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2013
Kementrian RI
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012
Undang-Undang PPh Nomor 7 tahun 1983
Undang-Undang PPh Nomor 17 tahun 2000
Undang-Undang PPh Nomor 36 tahun 2008
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007
KUESIONER PENELITIAN

Kepada

Yth. Bpk/Ibu/Saudara sekalian

Di Tempat

Saya adalah Mahasiswa Program Strata Satu (S1) Jurusan Akuntansi Perbanas

Institute yang saat ini sedang melakukan penelitian dalam bidang perpajakan dengan judul

“Pengaruh Kenaikan PTKP Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi dan Tingkat

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu”.

Penelitian ini merupakan syarat untuk kelulusan dijenjang pendidikan Strata Satu (S1).

Penelitian ini semata-mata ditujukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Kerahasiaan data Bpk/Ibu sudah menjadi hal utama. Bpk/Ibu adalah responden yang terpilih

dalam penelitian saya. Semua jawaban Bpk/Ibu pada kuesioner penelitian adalah persepsi

Bpk/Ibu.

Kesuksesan penelitian ini sangat bergantung pada partisipasi Bpk/Ibu sekalian, karena

itu saya sangat berharap kerelaan Bpk/Ibu untuk berpartisipasi dan mengisi kuesioner yang

saya lampirkan. Atas bantuan dan kesediaan Bpk/Ibu dalam mengisi kuesioner ini saya

ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Ahmad Zikry Febrian


Kuesioner ini terdiri dari beberapa item pertanyaan. Bpk/Ibu hanya mengisi

dengantandasilang (X) salah satu jawaban yang menurut Bpk/ibu sekalian merupakan

jawaban yang paling sesuai.

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :.................................................................................................................

2. Usia :.................................................................................................................

3. Pendidikan :.................................................................................................................

4. Pekerjaan :.................................................................................................................

B. BAGIAN INTI

Petunjuk: Pertanyaan di bawah ini berkaitan dengan seberapa jauh Anda setuju atau tidak

setuju dengan masing-masing pertanyaan tersebut. Berilah tanda silang (X) bagi pilihan

Bpk/ibu.

Pilihan jawaban:

STS : Sangat TidakSetuju S : Setuju

TS : TidakSetuju SS : Sangat Setuju

N : Ragu-Ragu / Netral

 KENAIKAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


(Mohon ditandai dengan memberi tanda silang)
No Pertanyaan STS TS N S SS
1 Apakah Anda setuju kenaikan PTKP berpengaruh
terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi?
2 Apakah Anda setuju kenaikan PTKP berpengaruh
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi?
3 Apakah Anda setuju kenaikan PTKP merupakan hal
yang baik bagi wajib pajak orang pribadi?
 PENERIMAAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(mohon ditandai dengan memberi tanda silang)
No Pertanyaan STS TS N S SS
1 Anda sudah melaksanakan fungsi perhitungan untuk
menentukan besarnya pajak terhutang sebagai dasar
menentukan besarnya penghasilan kena pajak
2 Anda sebagai Wajib pajak merasa mudah dalam
melakukan perhitungan pajak
3 Anda sebagai Wajib Pajak merasa diberi kemudahan
dalam melakukan pembayaran pajak Anda di Bank
persepsi ataupun di tempat lain
4 Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat tagihan
pajak apabila dari hasil penelitian terdapat kekurangan
pembayaran pajak akibat terjadinya salah tulis atau
salah hitung

 KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


(mohon ditandai dengan memberi tanda silang)
No Pertanyaan STS TS N S SS
1 Anda telah mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak
secara sukarela ke Kantor PelayananPajak
2 Anda selalu mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
3 Anda menyampaikan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak
tepat waktu sebelum batas akhir penyampaian SPT
4 Anda telah menghitung jumlah pajak yang terutang
dengan benar .
5 Anda melakukan pembayaran pajak sesuai dengan
besaran pajak yang terutang dan membayarnya tepat
waktu.
6 Sebagai Wajib Pajak Anda setuju mendapatkan surat
teguran karena terlambat dalam menyampaikan SPT
Atas kerjasama yang baik, saya mengucapkan banyak terimakasih.
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Kenaikan PTKP 100 6.00 9.00 15.00 12.6500 .15659 1.56589 2.452
Penerimaan PPh 100 8.00 12.00 20.00 16.8600 .20549 2.05490 4.223
Kepatuhan 100 12.00 18.00 30.00 25.2000 .33964 3.39637 11.535
Valid N (listwise) 100
PPh

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 2,569 ,650 3,954 ,000
1
PTKP -,126 ,059 -,211 -2,140 ,035
a. Dependent Variable: RES2

Kepatuhan
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 7,891 ,788 10,011 ,000
1
PTKP -,511 ,071 -,587 -7,170 ,000
a. Dependent Variable: RES2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100

a,b
Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation .69456010
Absolute .221
Most Extreme Differences Positive .146
Negative -.221
Kolmogorov-Smirnov Z 2.212
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -.651 .584 -1.115 .268
1 VAR00001 3.330 .186 1.535 17.881 .000 .058 17.094
VAR00002 -.965 .142 -.584 -6.800 .000 .058 17.094
a. Dependent Variable: VAR00003

b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 .979a .958 .957 .70168 1.970
a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001
b. Dependent Variable: VAR00003
a
Variables Entered/Removed
Model Variables Variables Method
Entered Removed
VAR00002,
1 b
. Enter
VAR00001
a. Dependent Variable: VAR00003
b. All requested variables entered.

b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 .979a .958 .957 .70168 1.970
a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001
b. Dependent Variable: VAR00003

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1094.241 2 547.121 1111.220 .000b
1 Residual 47.759 97 .492
Total 1142.000 99
a. Dependent Variable: VAR00003
b. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -.651 .584 -1.115 .268
1 VAR00001 3.330 .186 1.535 17.881 .000 .058 17.094
VAR00002 -.965 .142 -.584 -6.800 .000 .058 17.094
a. Dependent Variable: VAR00003
Coefficient Correlationsa
Model VAR00002 VAR00001
VAR00002 1.000 -.970
Correlations
VAR00001 -.970 1.000
1
VAR00002 .020 -.026
Covariances
VAR00001 -.026 .035
a. Dependent Variable: VAR00003

Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) VAR00001 VAR00002
1 2.990 1.000 .00 .00 .00
1 2 .010 17.556 .99 .02 .01
3 .000 82.732 .00 .98 .99
a. Dependent Variable: VAR00003

Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 17.7365 29.9947 25.2000 3.32460 100
Residual -3.19516 1.89882 .00000 .69456 100
Std. Predicted Value -2.245 1.442 .000 1.000 100
Std. Residual -4.554 2.706 .000 .990 100
a. Dependent Variable: VAR00003
Kepatuhan
b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 ,494 ,244 ,236 2,837 ,808
a. Predictors: (Constant), PTKP
b. Dependent Variable: KEPATUHAN

PPh
b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 ,499 ,249 ,241 1,632 1,606
a. Predictors: (Constant), PTKP
b. Dependent Variable: PPh
X Correlations
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004
* **
Pearson Correlation 1 .452 .624 .888**
VAR00001 Sig. (2-tailed) .012 .000 .000
N 30 30 30 30
* **
Pearson Correlation .452 1 .143 .655
VAR00002 Sig. (2-tailed) .012 .450 .000
N 30 30 30 30
**
Pearson Correlation .624 .143 1 .787**
VAR00003 Sig. (2-tailed) .000 .450 .000
N 30 30 30 30
** ** **
Pearson Correlation .888 .655 .787 1
VAR00004 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.670 3
Y1 Correlations
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005
* **
Pearson Correlation 1 .155 .424 .961 .809**
VAR00001 Sig. (2-tailed) .413 .020 .000 .000
N 30 30 30 30 30
** **
Pearson Correlation .155 1 .589 .143 .645
VAR00002 Sig. (2-tailed) .413 .001 .450 .000
N 30 30 30 30 30
* ** *
Pearson Correlation .424 .589 1 .429 .804**
VAR00003 Sig. (2-tailed) .020 .001 .018 .000
N 30 30 30 30 30
** *
Pearson Correlation .961 .143 .429 1 .806**
VAR00004 Sig. (2-tailed) .000 .450 .018 .000
N 30 30 30 30 30
** ** ** **
Pearson Correlation .809 .645 .804 .806 1
VAR00005 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.757 4
Y2 Correlations
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007
** * ** ** **
Pearson Correlation 1 .929 .440 .611 .611 .964 .920**
VAR00001 Sig. (2-tailed) .000 .015 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** **
Pearson Correlation .929 1 .429 .589 .589 .962 .908**
VAR00002 Sig. (2-tailed) .000 .018 .001 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
* * *
Pearson Correlation .440 .429 1 .143 .143 .452 .509**
VAR00003 Sig. (2-tailed) .015 .018 .450 .450 .012 .004
N 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** **
Pearson Correlation .611 .589 .143 1 1.000 .624 .824**
VAR00004 Sig. (2-tailed) .000 .001 .450 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** **
Pearson Correlation .611 .589 .143 1.000 1 .624 .824**
VAR00005 Sig. (2-tailed) .000 .001 .450 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
** ** * ** **
Pearson Correlation .964 .962 .452 .624 .624 1 .934**
VAR00006 Sig. (2-tailed) .000 .000 .012 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** **
Pearson Correlation .920 .908 .509 .824 .824 .934 1
VAR00007 Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.903 6
a
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 8,809 ,990 8,894 ,000
1
PTKP ,510 ,090 ,499 5,693 ,000
a. Dependent Variable: PPh

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 15,194 1,722 8,824 ,000
1
PTKP ,875 ,156 ,494 5,621 ,000
a. Dependent Variable: KEPATUHAN
Responden X Y1 Y2
1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6
1 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
2 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
3 5 4 5 14 4 5 5 4 18 5 5 4 5 5 5 29
4 3 4 4 11 4 4 3 4 15 3 3 4 4 4 3 21
5 3 4 3 10 4 3 3 4 14 3 3 4 3 3 3 19
6 4 4 4 12 3 4 4 4 15 3 4 4 4 4 4 23
7 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
8 4 5 4 13 5 4 4 5 18 4 4 5 4 4 4 25
9 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
10 5 4 5 14 4 5 5 4 18 5 5 4 5 5 5 29
11 4 5 4 13 5 4 4 5 18 4 4 5 4 4 4 25
12 4 4 4 12 4 4 5 4 17 4 4 4 4 4 4 24
13 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 5 4 4 4 4 25
14 3 3 3 9 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 18
15 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
16 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
17 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
18 4 4 5 13 4 5 4 4 17 4 4 4 5 5 4 26
19 5 3 5 13 3 5 5 3 16 5 5 3 5 5 5 28
20 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
21 4 3 5 12 3 5 4 3 15 4 4 3 5 5 4 25
22 4 4 5 13 4 5 4 4 17 4 4 4 5 5 4 26
23 4 4 3 11 4 3 4 4 15 4 4 4 3 3 4 22
24 4 4 5 13 4 5 4 4 17 4 4 4 5 5 4 26
25 4 4 3 11 4 3 4 4 15 4 4 4 3 3 4 22
26 3 4 4 11 4 4 3 4 15 3 3 4 4 4 3 21
27 4 4 3 11 4 3 4 4 15 4 4 4 3 3 4 22
28 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
29 4 3 5 12 3 5 4 3 15 4 4 3 5 5 4 25
30 5 5 4 14 5 4 5 5 19 5 5 5 4 4 5 28
31 3 3 3 9 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 18
32 4 5 5 14 5 5 4 5 19 4 4 5 5 5 4 27
33 4 5 4 13 5 4 4 5 18 4 4 5 4 4 4 25
34 2 5 5 12 5 5 2 5 17 2 2 5 5 5 2 21
35 4 3 5 12 3 5 4 3 15 4 4 3 5 5 4 25
36 4 5 4 13 5 4 4 5 18 4 4 5 4 4 4 25
37 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
38 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
39 5 3 2 10 3 2 5 3 13 5 5 3 2 2 5 22
40 5 5 4 14 5 4 5 5 19 5 5 5 4 4 5 28
41 4 5 3 12 5 3 4 5 17 4 4 5 3 3 4 23
42 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
43 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 1 4 4 4 21
44 5 4 5 14 4 5 5 4 18 5 5 4 5 5 5 29
45 3 4 4 11 4 4 3 4 15 3 3 4 4 4 3 21
46 3 4 3 10 4 3 3 4 14 3 3 4 3 3 3 19
47 5 4 4 13 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
48 4 5 4 13 5 4 4 5 18 4 4 5 4 4 4 25
49 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
50 5 4 5 14 4 5 5 4 18 5 5 4 5 5 5 29
51 4 5 4 13 5 4 4 5 18 4 4 5 4 4 4 25
52 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
53 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
54 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 2 4 4 4 4 22
55 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
56 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
57 5 4 5 14 4 5 5 4 18 5 5 4 5 5 5 29
58 3 4 4 11 4 4 3 4 15 3 3 4 4 4 3 21
59 3 4 3 10 4 3 3 4 14 3 3 4 3 3 3 19
60 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
61 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
62 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
63 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
64 5 4 5 14 4 5 5 4 18 5 5 4 5 5 5 29
65 3 4 4 11 4 4 3 4 15 3 3 4 4 4 3 21
66 3 4 3 10 4 3 3 4 14 3 3 4 3 3 3 19
67 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
68 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
69 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
70 4 4 5 13 4 5 4 4 17 4 4 4 5 5 4 26
71 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
72 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
73 4 4 4 12 3 4 4 4 15 4 4 4 4 4 4 24
74 4 5 4 13 5 4 4 5 18 4 4 5 4 4 4 25
75 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
76 4 4 3 11 4 3 4 4 15 4 4 4 3 3 4 22
77 5 4 4 13 4 4 5 4 17 5 5 4 4 4 5 27
78 4 5 5 14 5 5 4 5 19 4 4 5 5 5 4 27
79 5 4 4 13 4 4 5 4 17 5 5 4 4 4 5 27
80 4 5 4 13 5 4 4 5 18 4 4 5 4 4 4 25
81 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
82 5 4 4 13 4 4 5 4 17 5 5 4 4 4 5 27
83 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
84 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
85 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
86 5 5 4 14 5 5 4 5 19 5 4 5 5 5 5 29
87 4 3 4 11 4 3 4 4 15 3 4 4 3 5 3 22
88 3 3 4 10 3 3 4 3 13 3 4 3 3 4 3 20
89 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
90 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
91 4 4 5 13 4 4 5 4 17 4 5 4 4 5 4 26
92 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
93 5 5 4 14 5 5 4 5 19 5 4 5 5 4 5 28
94 4 4 5 13 4 4 5 4 17 4 5 4 4 5 4 26
95 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 5 25
96 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
97 3 3 3 9 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 18
98 5 5 5 15 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 5 30
99 5 4 5 14 4 4 5 4 17 5 5 5 5 5 5 30
100 4 4 4 12 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24
Y
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ahmad Zikry Febrian

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 01 Februari 1992

Agama : Islam

Alamat : Jalan Buncit Raya Pulo Kalibata Rt. 007/005

No. 30 Kelurahan Kalibata, Kecamatan

Pancoran, Jakarta Selatan 12740

No. Telepon : 081288671331/085778151221

Pendidikan : ABFII Perbanas Jakarta sejak tahun 2010

SMA Darunnajah sejak tahun 2007

SMP Darunnajah sejak tahun 2004

MI Fatahillah sejak tahun 1998

Pekerjaan : Mahasiswa

E-mail : zikryfebrian@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai