OLEH
RAJA BAYU SOVISTRA
NIM 1411080075
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
PERSETUJUAN
Oleh
PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Akuntansi
PERNYATAAN
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
Menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di ABFI Perbanas
Institute.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.
Kata Kunci:
Raja Bayu Sovistra 1411080075. Effect Of Tax Socialization And Tax Ispection
On Income Tax Receivable At Jakarta Pasar Minggu Tax Authority Year 2013-
2015. Thesis of Accounting Strata One. Faculty of Economics. Asian Banking
Finance and Informatics Institute Perbanas. Jakarta. August 2017.
This research aimed to find out whether tax socialization, and tax
inspection have a significant influence to income tax receivable in Jakarta Pasar
Minggu Tax Authority. Tax socialization is measured by the number of tax
socialization events that held by Jakarta Pasar Minggu Tax Office with the focus
on personal taxpayer. Tax inspection is being observed from the number of
income tax article 25 tax collection letter that issued for personal taxpayer.
Income tax receivable is being observed from the number of income tax article 25
installment payment revenue that paid by personal taxpayer at Jakarta Pasar
Minggu Tax Office. The data type that being used in this research were
quantitative data by using monthly secondary data from fiscal year 2013 until
2015. The applied statistic test was multiple linier regressions.
This research proved that tax socialization, and tax inspection simultaneously
have a significant influence to income tax receivable at Jakarta Pasar Minggu
Tax Service Office. Tax socialization had no influence, and tax inspection had a
positive influence to income tax receivable at Jakarta Pasar Minggu Tax Service
Office.
Keywords:
Tax Socialization, Tax Inspection, Income Tax Receivable, Income Tax Article 25,
Jakarta Pasar Minggu Tax Service Office.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu
Tahun 2013-2015”. sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa apa yang telah
disajikan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, bimbingan, saran, serta
pengarahan dari semua pihak sangat penulis harapkan demi tercapainya penulisan yang
lebih baik.
1. Kedua orang tua, (alm) Papa Sovistra Armadian dan Mama Atyk Maulana, yang
selama ini telah memberikan dukungan baik secara moril dan materiil, semangat
serta doanya untuk penulis agar diberi kelancaran dan kesuksesan dalam segala
hal apapun.
2. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, selaku Rektor
3. Yang terhormat Bapak Dr. Hidajat Sofyan Widjaja, S.E., M.M. Selaku Dekan
4. Yang terhormat Bapak Jasman, S.E., Ak., M.B.A., C.A. Selaku Kepala Program
5. Bapak Drs. Shaufa, M.M. Selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan
waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini,
6. Melly Ariany yang selalu support penulis kapanpun, dimanapun dan tidak bosan
dalam membuat skripsi sampai harus pulang malam. Kamu the best banget,
8. Mas Ali, Mas Endri dan Mas Yofie Kepala Bagian Ekstensifikasi di Kantor
Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu yang telah memberikan kesempatan kepada
9. Mas Galih dan Mas Fariz yang telah membantu penulis dalam pengolahan data
10. Sahabat penulis dari SD dan ibunya, Fajar Hani Akbar dan Ibu Surimah Dulani
yang selalu mendukung dan menerima selalu untuk menginap dirumahnya. Ibu
11. Sahabat-sahabat GENK HURA HURA yang selalu ada dimanapun kapanpun,
selalu jalan bareng untuk Trip super gilaaaa, senang, duka, nongkrong-
nongkrong gaul Melly Ariany (ILYSM baby), Nadia, Ipank, Ranitha, Bombom,
iii
Arif, Syifa, Ari, Echa. Kalian semua Luaaaaar Biasaaaa guys!!! gada lagi
12. Sahabat paling kacau dari masa SMA, satu band, satu sepermainan sampai
Yudha Setiawan aka salam dari langit, Ahmad Yudistira aka Bang Otot. Bagus
Adi sahabat penulis sampai sekarang yang dari kelas 1 sampai 3 SMA selalu
duduk sebangku dan selalu sekelas, yang ngeselin dan sering berantem tapi
ngangenin. Genk Senjalan Viema Mirzalita aka Bank berjalan penulis selama
kekurangan uang, Cecilia Gunawan aka Ndut sahabat perempuan yang penulis
punya satu-satunya dari jaman SMA. Kalian semua Luar Biasa. Keep Solid
13. Sahabat-sahabat GENK MOTOR yang telah mendukung dan berjuang bersama-
sama dari awal kuliah sampai akhir yaitu Heri Bagus, Dimaz Geni, Bang Algi,
14. Kelas 6204 yang selalu suka dan duka di kelas bersama sama.
15. Dunkin Donuts Menteng yang selalu menemani penulis dalam pengerjaan
16. Tim CDD Middle Office Standard Chartered Bank yang selalu mendukung
penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi, terima kasih Pak Erik Zahid, Kak
Anita Siagian, Mbak Anita Hasan, Dismayanda Maulita, Mbak Widhiarti Andri,
17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kelanjutan pembuatan penelitian ini. Semoga skripsi ini dengan segala kekurangannya
dapat bermanfaat untuk penulis dan pembaca yang dapat diterapkan baik dalam praktik
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR........................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 62
5.2 Keterbatasan Penelitian...................................................................... 63
5.3 Saran................................................................................................... 63
vii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 64
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu.......................................... 28
4.1 Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu.... 49
4.2 Wilayah Kerja KPP Pratama Pasar Minggu................................. 50
4.3 Target Penerimaan Pajak 2017..................................................... 50
4.4 Hasil Uji Normalitas..................................................................... 52
4.5 Hasil Uji Autokorelasi.................................................................. 53
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas........................................................... 54
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas........................................................ 55
4.8 Hasil Analisis Kolerasi Berganda................................................. 56
4.9 Hasil Uji Statistik f....................................................................... 57
4.10 Hasil Uji Statistik t...................................................................... 58
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran................................................................. 30
2.2 Model Penelitian....................................................................... 35
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan iuran wajib yang diberikan rakyat kepada pemerintah dan
sumber yang paling dominan. Pajak memiliki peran yang sangat besar dan semakin
sudah selayaknya apabila setiap individu dalam masyarakat dapat memahami dan
mengerti akan arti penting pajak dalam keberhasilan suatu pemerintahan sesuai
Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan.Menurut Mardiasmo (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
1
2
sebanyak-banyaknya dalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan oleh
sebagai manusia biasa selain mempunyai kebutuhan sehari-hari berupa sandang dan
pangan, juga membutuhkan sarana dan prasarana, seperti jalan untuk transportasi,
taman untuk hiburan atau rekreasi, bahkan keinginan untuk merasakan aman dan
tanggung jawab pemerintah, namun memerlukan biaya yang dipungut dari warga
negara atau masyarakat dalam bentuk pajak (Syahril, 2013:3). Akan tetapi, masih ada
berkurang dilihat dari segi pendapatan penerimaan pajaknya, sehingga berkurang juga
2011:3). Hal itu juga menyebabkan kurangnya manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat atas kontribusi pembayaran pajaknya yang disebabkan wajib pajak yang
terdaftar yang tidak patuh. Akibatnya kurang efisien pembangunan sarana dan
prasarana yang berupa fasilitas umum. Untuk mencapai target penerimaan pajak,
pemeriksaan pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Menurut Vergina dan Juwita (2013:2) penerimaan pajak adalah penerimaan yang
diterima oleh pemerintah dari sektor pajak. Tujuan yang paling dominan dalam
penerimaan pajak baik aspek domestik maupun internasional adalah untuk memenuhi
masyarakat dapat memahami dan mengerti akan arti penting pajak dalam
karena itu Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak dituntut untuk
dalam hal ini tindakan pemeriksaan pajak. Menurut penulis dalam penelitian ini,
penerimaan perpajakan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sosialisasi perpajakan dan
pemeriksaan pajak.
Sosialisasi perpajakan adalah salah satu cara Dirjen Pajak untuk memberi
tentang perpajakan (Amanah & Rustam, 2015:5). Bentuk sosialisasi perpajakan bisa
dan membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi Negara (Winerungan,
2013:963). Dengan sosialisasi ini masyarakat menjadi mengerti dan paham tentang
4
manfaat membayar pajak serta sanksi jika tidak membayar pajak. Sehingga dengan
demikian sosialisasi perpajakan ini dapat berpengaruh untuk menambah jumlah wajib
pajak dan dapat menimbulkan kepatuhan dari wajib pajak sehingga secara otomatis
tingkat kepatuhan wajib pajak akan semakin bertambah juga penerimaan pajak negara
untuk diujikan kembali dalam penelitian ini karena menurut penulis sosialisasi sangat
Faktor kedua adalah pemeriksaan pajak. Pemeriksaan dalam arti luas bermakna
evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Tujuan utama dari
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan (tax compliance) yaitu dengan
peningkatkan penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas negara.
Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar wajib pajak
perpajakan, fiskus berwenang untuk menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) dan
Surat Ketetapan Pajak (SKP). Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) biasanya
merupakan elemen penting dari sikap wajib pajak yang dapat mempengaruhi perilaku
dilakukan oleh Amanah & Rustam (2015) menunjukkan bahwa variabel pemeriksaan
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk itu penulis memilihnya untuk membahas
maka penulis mencoba untuk membuat batasan masalah dalam penulisan skripsi ini,
perpajakan dalam bentuk penyuluhan, media elektronik maupun media cetak, dan
pemeriksaan pajak yang diukur dari bayaknya Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang
diterbitkan oleh fiskus terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Pasar
terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu Tahun 2013-
2015.
Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
saja yang terjadi dalam penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Pasar
Minggu.
8
Direktorat Jendral Pajak (DJP) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam
pajaknya.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dipakai sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah
Jakarta Pasar Minggu dalam penerapan sistem perpajakan yang baik dan
efektif.
c. Penelitian ini diharapkan bermanfaat tidak saja bagi DJP, KPP Pratama
Jakarta Pasar Minggu dan WPOP tetapi juga bagi para praktisi dan dunia
HIPOTESIS
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting untuk
membiayai pengeluaran negara karena semakin tinggi tingkat penerimaan pajak maka
semakin kecil penerimaan pajak maka semakin rendah kemampuan negara dalam hal
Waluyo, 2008:2) pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut
9
10
barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi
diatas tidak tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran
Pajak menurut Soemitro (dalam Waluyo, 2008:3) adalah iuran kepada kas negara
timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
kepada negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
Dari pengertian pajak menurut parah ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pajak merupakan kontribusi yang wajib dibayarkan kepada Negara dan telah diatur
memperoleh keuntungan secara langsung dari pembayaran pajak tetapi wajib pajak
menikmati fasilitas-fasilitas umum yang tersedia seperti jalan raya, fly over, jalan
11
layang non tol, adanya penerangan jalan, adanya rumah sakit umum, adanya sekolah
dan lain-lain.
Fungsi Finansial (budgeter) yaitu memasukkan uang sebanyak banyak nya ke kas
administrasi perpajakan.
Fungsi Mengatur (regulerend) yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur
tertentu.
Official Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang. Cirinya-cirinya:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri.
b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
With Holding System adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
13
Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain atau orang lain. Contoh: Pajak
Penghasilan (PPh).
Pajak tidak Langsung adalah pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada pihak lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat
2. Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif
(PPh). Dalam PPh terdapat Subjek Pajak (Wajib Pajak) orang pribadi.
b. Pajak objektif
Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan.
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga Negara. Contoh: PPh, PPN, PPnBM dan Bea Materai.
15
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah Tingkat I maupun
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,
Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Wallet, Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Tujuan yang paling dominan dalam penerimaan pajak baik aspek domestik
sebagai sumber dana pembangunan, yang hasilnya dinikmati oleh seluruh rakyat,
tidak terkecuali rakyat yang tidak/belum membayar pajak. Sifat pajak yang “tanpa
manfaat yang dapat dirasakan secara langsung (Rahmawati, Santoso & Hamidi,
2014).
16
dengan adanya self assessment system agar wajib pajak menjadi patuh dan siap
menghadapi uji kepatuhan yaitu pemeriksaan pajak, atau dapat dikatakan bahwa
(Suhendra, 2010). Sistem self assessment lebih membutuhkan kesadaran Wajib Pajak
kesadaran Wajib Pajak untuk tepat waktu menyetor pajak, maka diharapkan semakin
besar penerimaan pajak negara. Bila ingin memaksimalkan penerimaan pajak dengan
sistem self assessment, selain berusaha meningkatkan jumlah Wajib Pajak aktif, maka
pemerintah juga harus berupaya agar pembayaran pajak semakin sadar bahwa
peranan membayar pajak sangatlah penting bagi tercapainya penerimaan pajak yang
seiring dengan kegiatan intensifikasi terhadap wajib pajak terdaftar dan kegiatan
ekstensifikasi dalam mengumpulkan wajib pajak baru yang dilakukan KPP Pratama
Jatinegara. Seharusnya semakin banyak wajib pajak baru maka akan semakin banyak
orang yang membayar pajak sehingga penerimaan pajak akan semakin besar pula
adalah dengan adanya sosialisasi perpajakan dan pemeriksaan pajak. Dengan adanya
17
sosialisasi pajak dengan cara Direktorat Jenderal Pajak mengadakan penyuluhan akan
pentingnya membayar pajak dan manfaat yang dirasakan dari membayar pajak maka
adanya pemeriksaan pajak maka akan berdampak kepada kepatuhan wajib pajak yang
cukup besar dalam mensukseskan sosialisasi pajak keseluruh wajib pajak yang
bahwa sosialisasi adalah suatu konsep umum yang dimaknakan sebagai proses
dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir,
merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat
dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan pola perilaku yang
diharapkan oleh kelompok sebagai bentuk transformasi dari orang tersebut sebagai
dalam bidang perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan
pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang
masyarakat akan sistem dan peraturan perpajakan yang berlaku masih sangat kurang.
akhirnya tidak melaksanakan kewajiban itu, dan hal tersebut berdampak pada
Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan dibagi ke dalam tiga fokus, yaitu
SPT dan belum melakukan penyetoran pajak untuk yang pertama kali.
pajak keseluruh wajib pajak. Indikator sosialisasi oleh Ditjen Pajak tersebut adalah
yaitu:
1. Penyuluhan
Bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Ditjen Pajak melalui berbagai media,
baik media elektronik maupun media massa lainnya bahkan terkadang sampai
Salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak yang lebih
menekankan pada komunikasi dua arah baik dari segi petugas pajak (fiskus)
4. Pemasangan billboard
lainnya yang strategis dan mudah dilihat oleh masyarakat. Berisi pesan
dengan baik.
internet setiap saat dengan cepat dan mudah serta informasi yang
Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan dapat dilakukan dengan dua cara
1. Sosialisasi langsung
berinteraksi langsung dengan Wajib Pajak atau calon Wajib Pajak. Bentuk
sosialisasi langsung yang pernah diadakan antara lain Early Tax Education,
teknis.
ini masyarakat menjadi mengerti dan paham tentang manfaat membayar pajak serta
sanksi jika tidak membayar pajak. Sehingga dengan demikian sosialisasi perpajakan
ini dapat berpengaruh untuk menambah jumlah wajib pajak dan dapat menimbulkan
kepatuhan dari wajib pajak sehingga secara otomatis tingkat kepatuhan wajib pajak
akan semakin bertambah juga penerimaan pajak negara akan meningkat. Kurangnya
penelitian yang dilakukan oleh Amanah & Rustam (2015) variable sosialisasi pajak
juga tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Oleh karena itu,
penulis berharap pada penelitian ini sosialisasi perpajakan mempunyai pengaruh yang
signifikan karena menurut penulis dengan adanya sosialisasi pajak, wajib pajak akan
mengerti dan menyadari akan keuntungan dari membayar pajak sehinggan dapat
Dengan berlakunya Self Assesment System, peranan dan kejujuran wajib pajak
melalui pemeriksaan (Kamila, 2010:18). Sebagai mana telah diatur dalam Undang-
Undang nomor 6 tahun 1983 yang telah direvisi menjadi Undang-Undang nomor 16
tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yaitu dalam pasal 29
ayat (1) bahwa “Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksaan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang digunakan untuk
menguji kebenaran Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) yang disampaikan wajib pajak
Untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap berada dalam koridor peraturan
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkat, sehingga akan berdampak juga pada
bidang pajak diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah Pemeriksaan oleh pejabat
Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan
Pajak (SSP), dan lain-lain. SPT dan lampiran-lampirannya akan menjadi tolak ukur
yang utama dari pemeriksaan pajak, pemeriksaan atas kebenaran dan kelengkapan
kewajiban perpajakan seorang Wajib Pajak yang seperti dinyatakan pada SPT Wajib
yang tercantum pada SPT bersumber dan didukung oleh Laporan Keuangan
pajak adalah untuk menumbuhkan perilaku kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
dilakukan pemeriksaan pajak, akan diperoleh tingkat kebenaran laporan Wajib Pajak
yang dituangkan dalam SPT seperti ketepatan waktu penyampaian SPT dan kelebihan
atau kekurangan pembayaran pajak. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,
akan dapat diukur tingkat kepatuhan atau ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi
akan meningkatkan penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk ke kas negara.
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal (Pangga & Elim, 2015:798), yaitu:
dipenuhi.
sebagai berikut:
keterangan yang diminta, wajib pajak terkait oleh suatu kewajiban untuk
ruangan tertentu, bila wajib pajak tidak memenuhi pada butir dua diatas.
Penelitian yang dilakukan oleh Herryanto & Tolly (2015) menunjukan bahwa
pajak. Penelitian tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Amanah
& Rustam (2015) variable pemeriksaan pajak juga berpengaruh signifikan terhadap
pajak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fiskus mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan pemeriksaan dengan baik dan benar sehingga kepatuhan pajak akan
senantiasa meningkat dari tahun ke tahun yang akan berdampak baik bagi penerimaan
pajak Negara.
Tabel 2.1
2. Herryanto & Pengaruh Kesadaran Variabel bebas Model Kesadaran wajib pajak dan
Tolly (2013) Wajib Pajak, yang digunakan regresi pemeriksaan pajak
Kegiatan Sosialisasi adalah pengaruh berpengaruh signifikan
Perpajakan, dan kesadaran wajib terhadap penerimaan pajak
Pemeriksaan Pajak pajak, kegiatan sedangkan variable sosialisasi
terhadap sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh
Penerimaan Pajak perpajakan dan signifikan terhadap
Penghasilan di KPP pemeriksaan pajak. penerimaan Pajak Penghasilan
Pratama Surabaya di KPP Pratama Surabaya
Sawah Variable terikat Sawahan.
yang digunakan
adalah penerimaan
pajak penghasilan.
29
Variabel terikat
yang digunakan
adalah peningkatan
penerimaan pajak
penghasilan
pemeriksaan pajak terhadap variable terikat yaitu penerimaan pajak.Pada bagian ini
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sosialisasi Perpajakan
Penerimaan Pajak
Pemeriksaan Pajak
1. Sosialisasi Perpajakan
2. Pemeriksaan Pajak
penerimaan pajak.
BAB III
METODE PENELITIAN
Definisi operasional adalah definisi yang diberikan bagi variabel dengan cara
variabel tersebut dapat di ukur. Ada 3 definisi operasional yang digunakan dalam
A. Sosialisasi Perpajakan
umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang
yang berlaku, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan
sosialisasi perpajakan..
32
33
B. Pemeriksaan Pajak
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan atau bukti
undangan perpajakan.
C. Penerimaan Pajak
Rahmawati (2011).
Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain. Variabel ini
sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini memengaruhi atau
2013: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel Sosialisasi
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2013: 39). Variabel dependen dalam penelitian ini
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi dan badan yang
3.2.2. Sampel
pertimbangan tertentu, yaitu hanya wajib pajak yang telah mengikuti sosialisasi
maka penulis dapat menggambarkan model penelitian seperti pada Gambar 3.1
Sosialisasi
Perpajakan
Penerimaan Pajak
Pemeriksaan
Pajak
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, merupakan
data sekunder yang bersumber dari laporan bulanan yang dibuat oleh Seksi
Ekstensifikasi di KPP. Data tersebut adalah data runtut waktu (time series) berupa
data bulanan dari sosialisasi pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu :
b. Penelitian lapangan
keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini dengan cara mengadakan tinjauan secara
langsung terhadap objek yang diteliti di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar
Minggu.
c. Observasi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi
dan korelasi. Sedangkan Untuk mendapatkan persamaan regresi linier yang baik
perlu dilakukan uji asumsi klasik yaitu meliputi uji normalitas, uji autokorelasi,
independen (X) dengan variable dependen (Y). Persamaan regresi adalah sebagai
berikut:
37
Keterangan:
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) (Nachrowi & Usman 2006,
311). Regresi linier berganda adalah regresi yang terdiri dari satu variabel
dependen dan lebih dari satu variabel independen. Tujuan regresi adalah
mendapatkan nilai prediksi terbaik yaitu nilai prediksi yang sedekat mungkin
Untuk mendapatkan persamaan regresi linier yang baik perlu dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu sehingga model yang kita peroleh tidak bias dan
efisien. Uji asumsiklasik yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: uji
a. Uji normalitas
Salah satu asumsi dalam analisis regresi adalah residual berdistribusi normal.
parametrik uji t bisa diaplikasikan. Dengan kata lain, model regresi yang baik
Dasar pengambilan dari asumsi tersebut adalah jika nilai siginifikansi lebih
besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak normal.
b. Uji Autokorelasi
dengan variabel gangguan observasi lain. Salah satu asumsi metode OLS adalah
tidak adanya korelasi antara variabel gangguan (Widarjono 2010, 98). Uji
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
tidak bebas dari satu obserasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
39
pada observasi yang berbeda berasal dari individu. Model regresi yang baik
menggunakan data runtut waktu, serta tidak bersifat stationer. Pengaruh adanya
autokorelasi terhadap model adalah estimator kuadrat terkecil masih linier, bias,
dan tidak mempunyai varian yang minimum sehingga model regresi hanya
memenuhi karakteristik LUE (Winarno 2009, 5.26-5.27). Jika asumsi ini tidak
terpenuhi maka varians penduga akan lebih besar dari varians sesungguhnya, R2
akan lebih besar dari seharusnya sehingga pengujian t dan F tidak valid dan akan
regresi.
Secara rule of thumb, deteksi ada tidaknya autokorelasi ini dengan menggunakan
hitung dengan Durbin-Watson tabel. Dalam aplikasi IBM SPSS 20.0 for windows,
besarnya nilai Durbin-Watson hitung telah disertakan dalam estimasi. Syarat suatu
apakah terdapat autokorelasi atau tidak, maka pengujian lain dapat dilakukan
dengan menambahkan lag dari residual tersebut sebagai variabel bebas. Menurut
Widarjono (2010, 102), dengan uji LM, apabila nilai chi-square hitung lebih kecil
dari χ2 tabel dengan derajat kepercayaan α maka tidak ada autokorelasi; jika nilai
chi-square hitung lebih besar dari χ2 tabel maka terdapat autokorelasi. Tidak
adanya autokorelasi dapat juga dilihat dari nilai probabilitas chi-square yang lebih
besar dari α.
tingkat pertama, estimasi dengan model Autoregressive (AR), dan metode Newey,
c. Uji Multikolinieritas
dalam regresi berganda (Widarjono 2010, 75). Asumsi lain yang harus dipenuhi
adalah tidak adanya hubungan linier yang kuat antar variabel bebasnya. Masalah
ini tidak akan muncul pada model analisis regresi sederhana di mana hanya ada
satu variabel independen yang terlibat (Winarno 2009, 5.1). Multikolinieritas yang
terjadi akan mengakibatkan korelasi yang bias dalam perhitungan varians masing-
tidak signifikan secara statistik karena nilai t-nya terlalu kecil atau sebaliknya.
41
bernilai 1 atau -1. Apabila dalam sebuah model regresi terdapat masalah
multikolinearitas, maka:
memiliki varian dan kovarian yang besar sehingga tidak dapat digunakan
2. Interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji t akan kecil (variabel
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi ( umumnya diatas 0.9
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menetukan tingkat kolonieritas yang
masih dapat ditolerir. Sebab misal nilai tolerance = 0.10 sama dengan
dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui
yang berkorelasi kuat dengan variabel yang lain (apabila memungkinkan menurut
d. Uji Heteroskedastisitas
(Widarjono 2010, 84). Salah satu asumsi metode OLS adalah varian variabel
peramalan tidak bergantung pada variabel bebas, maka kesalahan yang terjadi
observasi lainnya. Menurut Winarno (2009, 5.8), apabila asumsi ini tidak dipenuhi
maka:
unbiasedestimator).
yang didasarkan pada uji F dan uji t juga tidak dapat dipercaya.
Hasil ini dapat dilihat pada tampilan output SPSS apakah ada variabel
nilai Absolut Ut (AbsUt). hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas
tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat dipastikan model regresi tidak mengandung
adanya Heteroskedastisitas.
Dalam kenyataannya nilai residual sulit memiliki varian yang konstan. Untuk
standard errors-nya konsisten maka evaluasi uji t dan F tetap bisa dilakukan.
melakukan uji t. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variable independen
a. Menentukan Hipotesis
dengan variabel Y.
dengan variabel Y.
(tingkat kepercayaan).
c. Uji f
dilakukan untuk menguji apakah semua variabel bebas secara bersama-sama dapat
baik model regresi. Dalam uji F ini, nilai F hitung akan dibandingkan dengan nilai
F tabel.
Ho : β1 = β2 = 0.
Kriteria penentuan hasil dari uji F adalah bila nilai F hitung lebih besar dari F
tabel pada tingkat alpha dengan derajat kebebasan tertentu, maka Ho ditolak
karena paling tidak ada satu koefisien regresi yang tidak sama dengan nol.
hitung lebih besar dari α = 5%. Apabila Ho ditolak berarti persamaan regresi
linear berganda yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat dipergunakan dalam
pajak.
d. Uji t
dilakukan untuk menguji apakah sebuah koefisien variabel bebas regresi sama
dengan nol untuk tingkat signifikansi tertentu. Untuk penelitian ini digunakan
interval keyakinan 95% di mana terdapat probabilitas 95% bahwa suatu variabel
Kriteria penentuan hasil uji t adalah apabila t hitung lebih besar dari t tabel
pada tingkat alpha dengan derajat kebebasan tertentu, maka dapat dikatakan nilai t
berada pada daerah penolakan (Ho ditolak). Itu berarti koefisien regresi signifikan
secara statistik dan dengan demikian bisa dikatakan bahwa variabel bebas
juga bisa dilakukan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas lebih besar 0,05,
maka Ho diterima; jika probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak.
menjelaskan variasi variabel terikat. Dengan kata lain, nilai koefisien determinasi
terikat.
Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol hingga satu. Jika nilai koefisien
ini semakin mendekati satu, maka garis regresi dinilai semakin baik dalam
dalam model regresi dinilai semakin lengkap sebagai faktor-faktor yang mampu
dan kemungkinan akan menaikkan R2. Oleh karena itu, penghitungan adjusted R2
dengan adanya penambahan variabel bebas yang tidak signifikan terhadap model
regresi.
BAB IV
Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas , dan Fungsi Kementerian Negara serta
susunan Organisasi , Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara serta Peraturan
48
49
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Psar Minggu bertempat di Jalan TB.
Simatupang No.39, RT.1/RW.8, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan,
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
URAIAN TARGET
memastikan ada tidaknya penyimpangan yang terjadi dalam model regresi. Uji
asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji
Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini uji
(K-S). Data residual dikatakan terdistribusi normal jika asymptotic significant lebih
dari 0,05 ( asymp sig 2- tailed > 0,05). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.4
Unstandardized Residual
N 36
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .28933496
Most Extreme Differences Absolute .172
Positive .172
Negative -.138
Kolmogorov-Smirnov Z 1.034
Asymp. Sig. (2-tailed) .235
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
53
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 4.6 di atas, diperoleh nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai signifikansi sebesar 0,235. Hal ini berarti nilai
asymptotic significant lebih dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi secara linear antara
(sebelumnya). Uji autokorelasi dapat diketahui dengan cara melakukan uji Durbin-
Tabel 4.5
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,399a .159 .108 .29797 1.726
a. Predictors: (Constant), Ln_Pemeriksaan, Ln_Sosialisasi
b. Dependent Variable: Ln_Penerimaan
Berdasarkan table dapat dilihat nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,726. Jika
melihat tabel DW dengan tingkat signifikansi 5% dan n sebanyak 36, dan jumlah
variabel independen (k=2), maka dapat diketahui nilai dL = 1,3537 dan nilai dU =
1,5872. Oleh karena nilai DW 1,726 lebih besar dari batas atas (dU) 1,5872 dan
kurang dari 4 – 1,5872 (4 – dU), maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak bisa
independen saling berhubungan secara linear. Model regresi yang baik seharusnya
salah satu syarat untuk pengujian regresi berganda. Multikolinearitas dapat dilihat
dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Berikut ini adalah hasil uji
multikolinearitas:
Tabel 4.6
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Ln_Sosialisasi .939 1.065
Ln_Pemeriksaan .939 1.065
a. Dependent Variable: Ln_Penerimaan
Karena semua hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai Tolerance yang lebih
besar dari 0,1 dan VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
Tabel 4.7
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .301 .469 .642 .526
Ln_Sosialisasi .089 .116 .126 .772 .446
Ln_Pemeriksaan -.139 .063 -.362 -2.212 .340
a. Dependent Variable: RES2
Nilai signifikansi dari kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Sehingga
tersebut.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana dan analisis regresi
linear berganda. Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk menguji pengaruh
variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan. Nilai koefisien korelasi
diketahui dari nilai R hasil dari penghitungan regresi berganda berdasarkan tabel
berikut :
Tabel 4.8
Hasil Analisis korelasi berganda
b
Model Summary
sebesar 0,108. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel independen
sebesar 10,8%. Sedangkan sisanya 89,2% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak
hasil penghitungan.
57
Tabel 4.9
Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh nilai F hitung sebesar 31,121. Besarnya
df1 adalah jumlah variabel – 1 = 2-1 =1, df2 adalah n-k-1 = 36-2-1=33
Dengan menggunakan formula FINV dalam excel diperoleh nilai F tabel sebesar
4,14. Dengan F hitung (31,121) lebih besar dari F tabel (3,28) maka dapat
(pemeriksaan pajak dan sosialisasi pajak) terhadap variabel terikat penerimaan pajak.
Uji statistik t disebut juga uji pengaruh parsial antara variabel independen
dan t tabel. t hitung diperoleh dari analisis regresi yang telah dilakukan
merupakan jumlah sampel dan k merupakan jumlah variabel bebas. Hasil uji
Tabel 4.10
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 20.974 .644 32.589 .000
Ln_Sosialisasi .070 .159 .073 .441 .662
Ln_Pemeriksaan .196 .086 .375 2.275 .030
a. Dependent Variable: Ln_Penerimaan
TINV dalam Microsoft excel. Besarnya t tabel dengan tingkat signifikansi (a) = 5%,
Dari tabel dapat kita ketahui nilai koefisien dari variabel-variabel bebas yang
Y = Penerimaan Pajak
X1 = Sosialisasi Pajak
X2 = Pemeriksaan Pajak
mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap penerimaan pajak. Nilai konstanta
59
hitung sebesar 0,441 lebih kecil dari nilai t tabel 2,03224, maka hipotesis pertama
(H0) tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel sosialisasi pajak tidak memiliki
Koefisien regresi variabel sosialisasi pajak sebesar 0,662 yang berarti jika kualitas
kenaikan sebesar 0,662 derajat dengan asumsi variabel lainnya bernilai tetap.
hitung sebesar 2,275 lebih besar dari nilai t tabel 2,03224, maka hipotesis pertama
(H0) ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel pemeriksaan pajak memiliki pengaruh
Koefisien regresi variabel sosialisasi pajak sebesar 0,03 yang berarti jika
mengalami kenaikan sebesar 0,03 derajat dengan asumsi variabel lainnya bernilai
tetap.
60
Berdasarkan uji t yang menyebutkan hasil uji t hitung lebih kecil dari t tabel
agar lebih tepat sasaran dan sehinga meningkatkan kesadaran wajib pajak
penerimaan pajak.
Berdasarkan uji t yang menyebutkan hasil uji t hitung lebih besar dari t tabel
terhadap penerimaan pajak. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal (H1),
penerimaan pajak
61
terhadap penerimaan pajak. Kedua kegiatan ini perlu dilakukan secara rutin
periode sebelumnya.
BAB V
5.1 Kesimpulan
62
63
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data yang digunakan untuk penelitian
maupun media cetak, dan pemeriksaan pajak yang diukur dari bayaknya Surat
Ketetapan Pajak (SKP yang diterbitkan oleh fiskus terhadap penerimaan pajak di
5.3 Saran
penelitian, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :
efisien dan tepat sasaran sehingga dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak
b. Pemeriksaan pajak lebih diperluas untuk semua jenis pajak dan dari berbagai
golongan wajib pajak sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih banyak dalam
Herryanto M., & Tolly. (2009). Pengaruh Kesadaran Wajjib Pajak, Kegiatan
Sosialisasi Perpajakan dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Jurnal UKP Tax &
Accounting Review, Vol.1, No.1,2013.
Kahono, Sulud. (2003). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Tesis Universitas
Diponegoro. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
64
65
Primerdo, Rizki Yuslam. (2015). Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak
Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama
Surakarta). Surakata: Universitas Muhammadiyah Surakarta, (Online).
Syahril, Farid. (2013). Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak dan Kualitas
Pelayanan Fiskus Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPH Orang
Pribadi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, (Online).
Tiraada, Tryana A.M. (2013). Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus
Terhadap Kepatuhan WPOP Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal EMBA
Universitas Sam Ratulangi Manado, (Online), Vol.1, No.3, Hal.999-1008.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan. Jakarta: Direktorat Jendral Pajak.
Vergina. & Juwita, R. (2013). Pengaruh Ekstensifikasi dan Intensifikasi Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Palembang Ilir Barat. Jurnal Akuntansi, (Online).
Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
LAMPIRAN
TOTAL KESELURUHAN KEGIATAN SOSIALISASI PERPAJAKAN
KPP PRATAMA JAKARTA PASAR MINGGU
Realisasi Per Bulan
TAHUN Realisasi
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2013 15 23 21 45 30 17 15 39 30 38 20 28 321
2014 15 24 22 45 30 22 23 40 32 38 22 30 343
2015 15 25 25 45 30 27 25 42 33 38 23 30 358
TOTAL 45 72 68 135 90 66 63 121 95 114 65 88 1022
BULAN PENERIMAAN
1 777170664
2 748997496
3 846047915
4 866778153
5 794279799
6 868335379
7 889520300
8 1055878548
9 1003346307
10 891536626
11 929571373
12 1097425121
13 841369241
14 820117841
15 1436481695
16 1010404647
17 1033290806
18 1131391915
19 1184067481
20 4155353324
21 763081814
22 782344317
23 732734139
24 766800856
25 716097212
26 693404326
27 782047880
28 741351925
29 769882793
30 799499303
31 731509060
32 886740139
33 709358519
34 723690412
35 800379127
36 646145673
Unstandardized Residual
N 36
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .28933496
Most Extreme Differences Absolute .172
Positive .172
Negative -.138
Kolmogorov-Smirnov Z 1.034
Asymp. Sig. (2-tailed) .235
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Std. Error
Adjusted R of the Durbin-
Model R R Square Square Estimate Watson
a
1 ,399 .159 .108 .29797 1.726
a. Predictors: (Constant), Ln_Pemeriksaan, Ln_Sosialisasi
b. Dependent Variable: Ln_Penerimaan
Nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,726. Jika melihat tabel DW dengan tingkat
signifikansi 5% dan n sebanyak 36, dan jumlah variabel independen (k=2), maka dapat
diketahui nilai dL = 1,3537 dan nilai dU = 1,5872. Oleh karena nilai DW 1,726 lebih besar
dari batas atas (dU) 1,5872 dan kurang dari 4 – 1,5872 (4 – dU)=2,4128.
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak bisa ditolak karena tidak terjadi autokorelasi.
Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Uji Heteroskedastisitas
b
Model Summary
Std. Error
Adjusted R of the Durbin-
Model R R Square Square Estimate Watson
a
1 ,412 .170 .119 .21707 1.891
Mean
Model Sum of Squares df Square F Sig.
b
1 Regression .554 2 .277 31.121 ,057
Total 3.484 35
df1 adalah jumlah variabel – 1 = 2-1 =1, df2 adalah n-k-1 = 36-2-1=33.
Dengan menggunakan formula FINV dalam excel diperoleh nilai F tabel sebesar 4,14.
Dengan F hitung (31,121) lebih besar dari F tabel (3,28) maka dapat disimpulkan bahwa
secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas (pemeriksaan pajak dan
sosialisasi pajak) terhadap variabel terikat penerimaan pajak.
Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 20.974 .644 32.589 .000
Ln_Sosialisasi .070 .159 .073 .441 .662
Ln_Pemeriksaan .196 .086 .375 2.275 .030
a. Dependent Variable: Ln_Penerimaan
Tabel t
Agama : Islam
E-mail : rajabayusovistra@gmail.com