Anda di halaman 1dari 158

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK

TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara)

OLEH

NABILAH NUR AZIZAH JILAN


NIM 1011000213

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE DAN INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2014
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK
TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
NABILAH NUR AZIZAH JILAN
NIM 1011000213

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE DAN INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2014
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI S1/AKUNTANSI

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK


TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara)

Oleh

Nama : Nabilah Nur Azizah Jilan


NIM : 1011000213
Program Studi : S1/Akuntansi

Telah disetujui untuk diujikan

Jakarta, 24 November 2014


Mengetahui,
Ketua Progaram Studi S1/Akuntansi, Dosen Pembimbing Skripsi,

Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak. Drs. Pontas Pane, S.H., Ak., M.M., CA
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI S1/AKUNTANSI

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK


TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara)

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi


pada

Hari : Jum’at
Tanggal : 21 November 2014
Waktu : 08.00

Oleh

Nama : Nabilah Nur Azizah Jilan


NIM : 1011000213
Program Studi : S1/Akuntansi

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang : Drs. Pontas Pane, S.H., Ak., M.M., CA ................

Anggota : Drs. Nazmel Nazir, Ak., M.B.A ................

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1/Akuntansi,

Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak.


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI S1/AKUNTANSI

PERNYATAAN

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.

Jakarta, 24 November 2014


Penyusun,

Nabilah Nur Azizah Jilan


1011000213
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Nabilah Nur Azizah Jilan

Nim : 1011000213

Program Studi : S1/Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dan


Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara)

Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan
hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan
skripsi ini merupakan hasil plagiat atau menjiplak terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan tata tertib di
Perbanas Institute.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.

Jakarta, 24 November 2014


Penulis

(Nabilah Nur Azizah Jilan)


1011000213
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kepatuhan

Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Jakarta Jatinegara)” yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh

ujian sarjana ekonomi di Perbanas Institute Jakarta.

Penulis sangat merasakan besarnya karunia Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menyusun skripsi ini. Disamping itu

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang memungkinkan selesainya skripsi

ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku papa H. Agus Salim S.E., M.M, mama Hj. Delta Esti

Yulimarti dan dua adikku (Nu’man dan Arista) yang telah memberi dukungan

dengan do’a, semangat, baik secara moril dan materiil serta juga membuat

penulis bangga menjadi anak kalian dan kakak kalian.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo selaku Rektor Perbanas Institute

Jakarta

3. Ibu Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi

Perbanas Institute Jakarta.

i
4. Bapak Drs. Pontas Pane, S.H., Ak., M.M., CA selaku dosen pembimbing yang

telah banyak membantu memberikan waktu, tenaga dan pikirannya dalam

memberikan arahan dan bimbingannya.

5. Segenap dosen pengajar Perbanas Institute Jakarta, terima kasih atas

bimbingannya.

6. Yamaha Rangers: Riri, Wella, Arni, dan Reza yang selalu mencintai penulis,

yang selalu ada menemaniku disaat susah maupun senang dan memberikan

semangat dalam menyusun skripsi ini.

7. The Ladies: Ifa, Vita dan Anin yang selalu menemani penulis dengan

memberikan kasih sayang, dan motivasi yang tinggi dalam menyusun skripsi

ini.

8. Laskar Pontas: Citra dan Kak Rendi yang selalu bersama untuk bimbingan,

saling mendukung, hingga skripsi ini selesai.

9. Widya Agustin yang menemani penulis saat ke KPP dan Brevet Pajak. Kak

Wirando Pratama, S.E. dan Aulia Addin Fatsi yang memotivasi serta

mendo’akan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Cipinang Jokam Youth Crew khususnya Fika dan Mba Hanny (Ncu) yang

telah mendoakan serta mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Keluarga Besar Organisasi Dinamika New Image Crew khususnya Kak Villa,

Kak Agam, Kak Mirza, Kak Mamat, Kak Budi, Bayu, Oji, Esa, Mimy, Nabila,

ii
Aldo, dan Nadya. Terimakasih atas do’a dan hari-hari indah yang kita lalui.

Semoga persahabatan ini akan tetap terjaga.

12. Pak Isriyanto dan Mas Wida (Sub bag umum). Ibu Evi dan Pak Toto (Seksi

PDI). Ibu Yeni dan Mba Yolanda (Seksi Pemeriksaan dan kepatuhan internal).

Pak Bardiyo dan Bu Esti (Seksi Penagihan) di KPP Pratama Jakarta Jatinegara

yang membantu penulis dengan memberikan data untuk keperluan skripsi ini.

13. Karyawan Perbanas Institute khususnya Subag Keuangan dan Anggaran,

Subag SDM (Unit V lt 5) serta Subag Keuangan (Unit VI lt 1) yang telah

memberi izin keluar untuk keperluan skripsi dan memberi semangat kepada

penulis.

14. Teman-teman seperjuanganku dalam menyusun skripsi di Perbanas Institute

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhiri kata, penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan dan semoga hasil penilitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukan.

Jakarta, 24 November 2014


Penulis,

Nabilah Nur Azizah Jilan

iii
Abstrak

Nabilah Nur Azizah Jilan. 1011000213. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib


Pajak Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jatinegara). Skripsi, Jakarta: Asian Banking Finance &
Informatics Institute Perbanas. Jakarta. Oktober 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak
dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib
pajak orang pribadi (Studi kasus di KPP Pratama Jakarta Jatinegara) periode
2009-2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis data yang
dilakukan adalah pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis (uji regresi
linear berganda). Hasil analisa menunjukkan bahwa secara parsial menunjukkan
bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi di KPP
Pratama Jakarta Jatinegara. Begitupun secara parsial menunjukkan bahwa
pemeriksaan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Jakarta
Jatinegara. Hasil yang sama secara simultan pengaruh tingkat kepatuhan wajib
pajak dan pemeriksaan pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi di KPP
Pratama Jakarta Jatinegara.
Kata kunci : kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, pajak penghasilan wajib
pajak orang pribadi.
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ………………………………………. i

DAFTAR ISI …....................................................................... iv

DAFTAR TABEL …………………………………………... x

DAFTAR GAMBAR/ILUSTRASI ………………………… xii

DAFTAR RUMUS ………………………………………… xiii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….. 5

1.3 Batasan Masalah ……………………………………........ 5

1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………... 6

1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………. 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ……………… 8

iv
2.1 Kajian Teori ……………………………………………... 8

2.1.1 Pengertian Pajak…….…………………………….. 8

2.1.2 Pembagian Pajak …………………………………. 11

2.1.3 Fungsi Pajak ……………………………………… 12

2.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak …………………….. 13

2.1.5 Asas Pemungutan Pajak …………………………. 15

2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak ………………………... 16

2.1.7 Pengertian PPh …………………………………… 18

2.1.8 Subjek Pajak dan Tidak Termasuk Subjek PPh …. 20

2.1.8.1 Subjek PPh………………………..……….. 20

2.1.8.2 Subjek Pajak DN dan Subjek LN …………. 20

2.1.8.3 Tidak Termasuk Subjek PPh ……………… 22

2.1.9 Objek Pajak dan Tidak Termasuk Objek PPh …… 23

2.1.9.1 Objek Penghasilan ………………………….. 23

2.1.9.2 Tidak Termasuk Objek PPh .……………….. 25

2.1.10 Menghitung PPh ………………………………… 29

2.1.11 Tarif PPh dan Penerapannya ……………………… 31

2.1.12 Pengertian SPT serta Fungsinya …………………. 33

2.1.13 Kepatuhan Wajib Pajak ………………………….. 35

v
2.1.14 Kriteria Wajib Pajak Patuh ………………………. 36

2.1.15 Kemudahan yang diperoleh atas kepatuhan yang

dilakukan oleh WP OP …………………………. 37

2.1.16 Pemeriksaan Pajak ………………………………. 38

2.1.17 Tujuan Pemeriksaan Pajak ………………………. 39

2.1.18 Ruang Lingkup dan Jenis Pemeriksaan …………… 40

2.1.19 Siklus Pemeriksaan Pajak …………………………. 44

2.1.20 Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak ………………… 46

2.1.21 Surat Tagihan Pajak (STP) ………………………… 47

2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………... 48

2.2.1 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap

Peningkatan Penerimaan PPh WP OP …………………. 51

2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan

Penerimaan PPH WP OP …………………………… 52

2.3 Kerangka Pemikiran …………………………………….. 53

2.4 Perumusan Hipotesis ……………………………………. 54

BAB III METODE PENELITIAN ………………………… 55

3.1 Deskripsi Objek Penelitian ……………………………... 55

3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Jatinegara …… 55

vi
3.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Jatinegara ……… 57

3.1.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Jatinegara … 57

3.1.4 Kegiatan KPP Pratama Jakarta Jatiengara …………… 69

3.1.5 Seksi-seksi Pendukung ………………………………. 71

3.2 Desain Penelitian ….……………………………………. 75

3.3 Operasional Variabel ……………………………………. 75

3.4 Populasi dan Sampel …………………………………… 79

3.5 Jenis dan Sumber Data ….…………………………….. 79

3.6 Metode Pengumpulan Data ……………………………… 80

3.7 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi ……………... 81

3.7.1 Uji Asumsi Klasik …………………………………... 81

3.7.1.1 Uji Normalitas …………………………………... 81

3.7.1.2 Uji Multikoliniearitas …………………………… 83

3.7.1.3 Uji Homoskedastisitas …………………………. 83

3.7.1.4 Uji Autokorelasi …………………………… 83

3.8 Metode Analisis Data ………………………………… 84

3.8.1 Statistik Deskriptif …………………………………... 84

3.8.2 Analisis Regresi Berganda ………………………….. 84

3.8.3 Uji Hipotesis ………………………………………… 85

vii
3.8.3.1 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) …………………. 85

3.8.3.2 Uji Parsial (Uji T) ………………………………. 86

3.8.3.3 Uji Simultan(Uji F) …….……............................... 87

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN ……………………………………. 88

4.1 Analisis Data ……………………………………………. 88

4.2 Interpretasi Hasil ………………………………………... 96

4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik …………………………… 96

4.3 Analisis Uji Hipotesis …………………………………… 101

4.3.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda …………… 101

4.3.2 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ……………… 103

4.3.3 Hasil Uji Parsial (Uji T) ………………………………. 105

4.3.4 Hasil Uji Simultan (Uji F) ………………………… 106

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian …………………………….. 108

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN,

DAN REKOMENDASI ………………………… 112

5.1 Kesimpulan ………………………………………………. 112

5.2 Keterbatasan Penelitian …………...……………………... 113

5.3 Rekomendasi …………………………………………….. 114

viii
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………. 115

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Uraian Halaman

2.1 Penghasilan Tidak kena Pajak WP OP 33

2.2 Tarif WP OP Dalam Negeri 33

2.3 Daftar Penelitian Terdahulu 49

3.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Jakarta Jatinegara 59

3.2 Operasional Variabel Penelitian 78

4.1 Desciptive Statistics 89

4.2 Data Realisasi Jumlah WP OP Terdaftar dan Efektif

Periode Tahun 2009-2013 90

4.3 Data Realisasi Jumlah SPT Yang Disampaikan KB, LB,

Nihil, dan Aktif Periode Tahun 2009-2013 91

4.4 Kepatuhan WP OP di KPP Pratama Jakarta Jatinegara

Periode Tahun 2009-2013 93

4.5 STP Yang Diterbitkan Bagi WP OP

Periode Tahun 2009-2013 94

x
4.6 Data Realisasi Penerimaan PPh WP OP

Periode Tahun 2009-2013 95

4.7 Hasil Uji Multikoliniearitas 98

4.8 Hasil Uji Autokorelasi 100

4.9 Hasil Analisis Regresi Liniear Berganda 102

4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi 104

4.11 Hasil Statistik Uji-T 105

4.12 Hasil Statistik Uji-F 107

xi
DAFTAR GAMBAR

Tabel Uraian Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 53

3.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Jatinegara 59

4.1 Hasil Uji Normalitas 97

4.2 Hasil Uji Homoskedastisitas 99

xii
DAFTAR RUMUS

Uraian Halaman

Pajak Terutang 29

Penghasilan Kena Pajak 29

Kepatuhan Wajib Pajak 76

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia selain menyelenggarakan pemerintahan umum, pemerintah

juga melaksanakan pembangunan di segala bidang (Aryani, 2002). Dalam

peningkatan sistim perpajakan yang jauh lebih adil dan sederhana, maka

pembangunan dan investasi di segala bidang sangat berperan untuk

meningkatkan penerimaan negara ini (Geruh, 2013). Pajak merupakan salah

satu sumber penerimaan utama negara yang banyak digunakan untuk

membiayai berbagai keperluan pembangunan (Sari, 2009). Usaha untuk

mencapai target pajak, membutuhkan kepatuhan masyarakat wajib pajak guna

memenuhi kewajiban pajak yang sesuai dengan ketentuan berlaku (Suhendra,

2010). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi, yaitu kepatuhan wajib pajak dan

pemeriksaan pajak (Suhendra, 2010).

1
2

Kepatuhan adalah kondisi ideal untuk memenuhi peraturan secara akurat

dan jujur (Harinurdin, 2009). Kondisi ideal tersebut, diartikan sebagai suatu

keadaan wajib pajak yang memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya dalam bentuk formal dan kepatuhan material

(Harinurdin, 2009). Jadi, kepatuhan wajib pajak yaitu kemauan dan kesadaran

wajib pajak untuk memenuhi segala kewajiban perpajakannya (Rahayu dan

Lingga, 2009).

Di Indonesia, seorang penerima penghasilan harus melaksanakan

kewajiban untuk membayar pajak, karena pajak digunakan untuk

penyelenggaraan pemerintahan dan untuk kepentingan masyarakat

(Pangemanan, 2013). Pungutan resmi pemerintah kepada masyarakat yang

mempunyai penghasilan atau penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam

tahun pajak disebut pajak penghasilan (Komarawati, 2011 dalam Alfian, 2013).

PPh termasuk pajak langsung dikarenakan pajak ini harus dipikul sendiri oleh

wajib pajak dan tidak bisa dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain

(Pangemanan, 2013).

Di kantor pelayanan pajak (KPP) wajib pajak yang terdaftar ada 2 jenis,

yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan (Pangemanan, 2013).

Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak itu sangat

diperlukan karena dari sektor pajak termasuk posisi yang starategis untuk upaya

peningkatan penerimaan negara (Anggraini, Farida, dan Saryadi, 2013).

PPh orang pribadi merupakan pajak penghasilan yang dikenakan kepada

wajib pajak orang pribadi baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan
3

usaha berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu

tahun pajak (Ratag, 2013). Pajak penghasilan orang pribadi termasuk salah satu

objek pajak. Saat proses pemungutannya perlu diperhatikan agar pajak

penghasilan orang pribadi mempengaruhi kontribusi yang besar ke total

penerimaan pajak (Anggraini, Farida, dan Saryadi, 2013).

Komarawati dan Mukhtaruddin (2011) menyatakan terhadap variabel

kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam hal ini pelaporan SPT tahunan,

ditunjukan dari naik turunnya jumlah SPT tahunan yang dilaporkan ke KPP

Lahat ternyata tidak mempengaruhi terhadap penerimaan pajak penghasilan

setiap tahunnya. Namun, Suryadi (2006) menemukan bahwa tingkat kepatuhan

wajib pajak yang diukur dari jumlah SPT yang disampaikan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak pada wilayah Jawa Timur.

Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari,

mengumpulkan, dan mengolah data atau keterangan lainnya untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan serta untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

(Irawati, 2008). Dalam pemeriksaan pajak, hal pengawasan pelaksanaan sistem

self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada

UU perpajakan. Sistem self assessment untuk pemberdayaan masyarakat ialah

hal yang pokok, dimana prinsip itikad baik merupakan tuntunan moral untuk

keperluan pajak (Irawati, 2008). Dengan demikian, tujuan utama pemeriksaan

pajak tidak lain yaitu upaya untuk menguji dan mendorong wajib pajak supaya

memenuhi kewajiban perpajakannya (tax compliance) sehingga akan berdampak


4

kepada peningkatan penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas

negara (Suhendra, 2010).

Kebijakan umum pemeriksaan pajak, salah satunya yaitu pemeriksaan

sederhana lapangan (PSL). Ketika pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) wajib

pajak orang pribadi lebih bayar, maka untuk menelusuri kebenaran surat

pemberitahuan (SPT) tersebut, berdasarkan perhitungan mereka terdapat

kelebihan setoran dan/atau pajak yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain

dari pajak penghasilan yang seharusnya terutang, sehingga kelebihan tersebut

merupakan hak WP untuk diambil kembali (restitusi) maupun diperhitungkan

dengan pajak masa/tahun berikutnya (kompensasi). Oleh karena itu, berarti ada

sejumlah uang yang telah disetor ke kas negara akan dikembalikan, sehingga

mengurangi jumlah penerimaan pajak (Andi, 2009). Heryanto dan Toly (2013)

menemukan bahwa pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan.

Selain itu, Suhendra (2010) menyatakan pemeriksaan pajak yang diukur dari

jumlah SPT yang diperiksa tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan pada KPP di wilayah Jakarta.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik mengambil judul

“Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak

Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi (Studi Kasus di Kantor Pelayan Pajak Pratama Jakarta

Jatinegara)”.
5

1.2 Rumusan Masalah

Judul yang ingin diteliti memiliki 3 variabel yaitu pengaruh tingkat kepatuhan

wajib pajak, pemeriksaan pajak dan peningkatan penerimaan pajak penghasilan

wajib pajak orang pribadi. Menurut permasalahan diatas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi?

2. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi?

3. Apakah kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak berpengaruh

terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak

orang pribadi?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka perlu

adanya batasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini

bertujuan agar pengkajian dalam penelitian ini tidak terlampau jauh

terhadap apa yang akan diteliti dan apa yang akan disimpulkan. Dalam

penelitian ini penulis akan menganalisis pengaruh tingkat kepatuhan wajib

pajak dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak. Oleh

karena itu, untuk mendapatkan arah pembahasan yang lebih baik sehingga
6

tercapainya tujuan dalam penelitian ini maka penulis akan membatasi ruang

lingkup pembahasan yang ada yaitu sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Pajak yang akan diteliti dan diambil datanya yaitu

hanya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jatinegara periode tahun

2009 sampai dengan tahun 2013.

2. Data tingkat kepatuhan wajib pajak dalam penelitian berdasarkan

periode tahun 2009 sampai dengan 2013 yang dicerminkan dari

beberapa variabel yaitu variabel jumlah wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar dan efektif, serta variabel jumlah penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi.

3. Pemeriksaan pajak dalam penelitian ini dicerminkan berdasarkan

variabel jumlah STP periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013

yang diterbitkan bagi WP OP.

1.4 Tujuan Penelitian

Dalam kaitannya dengan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin

dicapai dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Untuk menganalisis pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap

peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang

pribadi.

2. Untuk menganalisis pengaruh pemeriksaan pajak terhadap

peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang

pribadi.
7

3. Untuk menganalisis pengaruh kepatuhan wajib pajak dan

pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, memberikan

pengetahuan baru dan dapat menjadi refrensi di masa mendatang. Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi KPP Pratama Jakarta Jatinegara

Hasil penelitian ini ialah data dan informasi yang diharapkan dapat

menjadi dasar dalam mengambil langkah-langkah kebijaksaan agar

meningkatkan penerimaan pajak penghasilan.

2. Bagi Civitas Akademik Jurusan Akuntansi ABFI Institute Perbanas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan atau

referensi untuk masa yang akan datang tentang kepatuhan wajib pajak

dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Di Indonesia, dominasi pajak sebagai pos penerimaan dalam negeri telah

terlihat sejak awal berdirinya Republik ini. Bersumber pada data APBN dari tahun

ke tahun yang secara rutin dipublikasikan oleh Departemen Keuangan, diperoleh

informasi bahwa sejak Repelita I (kurun waktu 1969-1974) penerimaan dari

sektor perpajakan telah memberikan sokongan yang cukup signifikan, yaitu di atas

50% dan bahkan untuk 5 tahun terakhir rata-rata peningkatan penerimaan pajak

untuk APBN berkisar 70%. Salah satu syarat mutlak menuju kemandirian bangsa

adalah dengan meningkatkan peran aktif seluruh masyarakat melalui pembayaran

8
9

pajak. Pajak diharapkan mampu meningkatkan pelayanan publik kepada

masyarakat tanpa menegadahkan tangan kepada negara lain (Purwono, 2010:4).

Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU RI No. 16

Tahun 2009 pasal 1 angka 1, pengertian pajak yaitu kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Menurut Soemitro dalam Prabowo, 2002: ―Pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum‖.

Beberapa pengertian pajak menurut para ahli dalam (Purwono, 2010:6-7):

Menurut Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul ―Pajak

Berdasarkan Asas Gotong Royong‖, Universitas Padjajaran, Bandung, 1964,

menyatakan bahwa: ―Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang

dipungut oleh penguasa berdasakan norma – norma hukum, guna menutup biaya

produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan

umum‖.

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Adriani yaitu: ―Pajak adalah iuran

kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib
10

membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi-kembali yang langsung

dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum

terkait dengan tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan‖.

Beaulieu, seorang sarjana dari Perancis, dalam bukunya yang berjudul

Traite de la Science des Finances, 1906 mengemukakan: ―Pajak adalah bantuan,

baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan public dari

penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.‖

Dari beragam pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli ditambah

dengan definisi resmi pajak yang terdapat dalam UU, dapat disimpulkan bahwa

ada beberapa ciri yang melekat pada pajak, yaitu:

a. Iuran atau kontribusi wajib rakyat kepada negara.

b. Dipungut oleh Pemerintah berdasarkan undang-undang sehingga

bersifat memaksa.

c. Tanpa jasa timbal atau kontra-prestasi secara langsung yang dapat

ditunjuk.

d. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan

penyelenggaraan pemerintahan.

e. Secara khusus, undang-undang menambahkan bahwa penggunaan

iuran pajak adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

(pemerataan kesejahteraan).
11

2.1.2 Pembagian Pajak

Waluyo (2011:12) memaparkan pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok, adalah sebagai berikut.

1. Menurut golongan atau pembebanan, dibagi menjadi berikut ini.

a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban

langsung wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh: pajak penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain.

Contoh: pajak pertambahan nilai (PPN).

2. Menurut sifat

Pembagian pajak berdasarkan sifat dimaksudkan pembedaan dan

pembagiannya sesuai ciri-ciri prinsip ada 2 jenis adalah sebagai berikut:

a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti

memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.

Contoh: pajak penghasilan (PPh).


12

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang

mewah.

3. Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut.

a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh: pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah, pajak bumi bangunan selain PBB

pedesaan dan perkotaan serta bea materai.

b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Contoh: retribusi, pajak reklame, pajak hiburan, bea perolehan ha

katas tanah dan bangunan (BPHTB), pajak bumi dan bangunan

sector perkotaan dan pedesaan.

2.1.3 Fungsi Pajak

Menurut Resmi (2011:3) terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair

(sumber keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur).


13

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu

sumber pemerintahan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun

pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya

memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut

ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan

pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti pajak

penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan

atas barang mewah (PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), dan lain-

lain.

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebikajan pemerintah dalam bidang sosial

dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang

keuangan.

2.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak

Dalam bukunya, Prabowo (2002:5) menjelaskan bahwa tata cara

pemungutan pajak yang dilakukan dalam berbagai tingkatan sistem pemungutan

di atas berdasarkan stelsel-stelsel sebagai berikut:


14

1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Stelsel ini menerangkan bahwa pemungutan pajak baru dapat

dilaksanakan pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan

sesungguhnya yang diperoleh dalam masa pajak yang bersangkutan.

2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Dalam stelsel ini pemungutan pajak dapat dilakukan pada awal tahun

pajak, karena berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku, hal ini dimungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan suatu

anggapan penerimaan/pendapatan yang diperoleh oleh wajib pajak.

Anggapan ini dapat menggunakan perbandingan data antara

penerimaan/pendapatan WP pada tahun sebelumnya yang dianggap

sama dan pendapatan yang akan diperoleh pada tahun sekarang.

3. Stelsel Campuran

Dilihat namanya saja dapat disimpulkan bahwa dalam stelsel ini

berlaku pengenaan pajak pada awal tahun yang didasarkan pada suatu

anggapan dan pada akhir tahun yang didasarkan pada suatu kenyataan,

sehingga menurut stelsel ini akan terjadi penghitungan kembali untuk

menentukan masalah lebih atau kekurangan pajak.

Indonesia menggunakan stelsel campuran ini dalam rangka

pemungutan pajak sebagai penerimaan negara.


15

2.1.5 Asas Pemungutan Pajak

Asas utama yang sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk

mengenakan pajak menurut Resmi (2011:10) adalah:

1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di

wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun

luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan

tempat tinggal wajib pajak. Setiap orang yang memperoleh

penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang

diperolehnya tadi.

3. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu negara.

Indonesia dalam melaksanakan pengenaan pajak menggunakan

asas domisili dan asas sumber untuk memungut pajak bagi

penerimaan negara.
16

2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak

Prabowo (2002:5-6) menjelaskan di dalam sistem pemungutan pajak di

Indonesia terdapat dua sistem yaitu:

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh wajib pajak (WP).

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

oleh fiskus.

Pemungutan di Indonesia menggunakan official assessment system

dari mulai Indonesia merdeka sampai dengan tahun 1983.

2. Self-Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.
17

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada wajib pajak sendiri.

b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak menentukan besarnya pajak terutang tetatpi

bersifat mengawasi dan mengoreksi penghitungan yang

disajikan oleh wajib pajak.

Indonesia menggunakan self-assessment system ini sejak tahun

1984 (tax reform) sampai dengan sekarang.

3. Semi Self-Assessment and With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus) dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh

wajib pajak.

Ciri-cirinya:

a. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada

pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

Sistem pemungutan ini juga dilaksanakan di Indonesia sejak tax

reform (tahun 1984) sampai dengan sekarang.


18

2.1.7 Pengertian Pajak Penghasilan

Ada dua pengertian untuk kata pajak penghasilan. Secara bebas arti pajak

dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta

peran aktif warga negara dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai

keperluan negara yang berupa pembangunan nasional dan pelaksanaannya diatur

dalam UU serta peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan negara.

Penghasilan merupakan jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan

orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk

aktifitas ekonomi seperti mengkonsumsi dan atau menimbun serta kekayaan

(Prabowo, 2002:19).

Menurut UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 pengertian penghasilan yaitu

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,

baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, yang bisa digunakan

untuk dikonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkutan, dengannama dan dalam bentuk apapun. Jadi, pengertian pajak

penghasilan merupakan suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat

yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam

tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan

bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya (Prabowo,

2002:19).

Pesatnya perkembangan ekonomi, globalisasi dan reformasi di segala

bidang, maka dibutuhkan adanya perubahan UU PPh dalam upaya pemerintah


19

meningkatkam fungsi dan perannya mendukung kebijakan pembangunan

nasional. Perubahan UU PPh dimaksudkan tetap berpegang teguh pada prinsip-

prinsip perpajakan yang dianut secara universal yaitu keadilan, kemudahan dan

efisiensi administrasi, serta peningkatan dan optimalisasi penerimaan negara

dengan tetap mempertahankan sistem self assessment. Oleh karena itu, arah dan

tujuan peneyempurnaan UU PPh ini adalah untuk (Resmi, 2011:98):

1. Lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak.

2. Lebih memberikan kemudahan kepada wajib pajak.

3. Lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan.

4. Lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi dan transparansi,

serta

5. Lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatan

daya saing dalam menarik investasi langsung di Indonesia baik

penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negri di

bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yang

mendapat prioritas.
20

2.1.8 Subjek Pajak dan Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan

2.1.8.1 Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak penghasilan yaitu segala sesuatu yang mempunyai potensi

untuk mendapatkan penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak

penghasilan (Resmi, 2011:75). Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun

2008, subjek pajak dikelompokkan sebagai berikut:

1. Secara umum subjek pajak yaitu:

a. Subjek pajak orang pribadi.

b. Subjek pajak warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan,

menggantikan yang berhak.

c. Subjek pajak badan.

d. Subjek pajak bentuk usaha tetap (BUT)

2. Subjek pajak penghasilan juga dikelompokan menjadi subjek pajak dalam

negeri dan subjek pajak luar negeri.

2.1.8.2 Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri

Pengelompokkan ini diatur dalam Pasal 2 ayat 2 UU No.36 Tahun 2008,

adalah:
21

1. Subjek Pajak Dalam Negeri

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang

dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk

bertempat tinggal di Indonesia.

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali

unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi criteria:

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang –

undangan;

2. Pembiayaan bersumber dari Anggran Pendapatan dan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah; dan pembukuannya diperiksa oleh aparat

pengawasan fungsional Negara;

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

2. Subjek Pajak Luar Negeri

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh

tiga hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang

tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang


22

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha

tetap di Indonesia;

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh

tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang

tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang

dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak

dari menjalankan usaha atau melakukan usaha atau melakukan

kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2.1.8.3 Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan

Waluyo (2011:102) memaparkan yang stidak termasuk sebagai subjek

pajak adalah sebagai berikut:

1. Kantor perwakilan negara asing.

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada

mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka,

dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak

menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau

pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan

perlakuan timbal balik.


23

3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi

anggota organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain

pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran

pada anggota.

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan

warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari

Indonesia.Organisasi inetrnasional yang tidak termasuk subjek pajak

ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.

2.1.9 Objek Pajak dan Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan

2.1.9.1 Objek Penghasilan

Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar

untuk menghitung pajak terutang. Objek pajak untuk PPh yaitu penghasilan.

Sesuai Pasal 4 ayat (1) UU PPh yang termasuk penghasilan sebagai onjek pajak

dengan nama dan bentuk apa pun termasuk (Purwono, 2010:89-91):

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,

bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali

ditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan;

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;


24

3. Laba usaha;

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya

karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota ;

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan atau pengambilalihan usaha;

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan

atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan

oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang

bersangkutan;

e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam

perusahaan pertambangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;
25

7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi ;

8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

14. Premi asuransi;

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri

dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak;

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur

mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

19. Surplus Bank Indonesia.

2.1.9.2 Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan

Di samping itu, juga ada beberapa jenis penghasilan yang tidak termasuk

objek pajak, yakni:


26

1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat

atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan

para penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya

wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia;

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau

badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi atau orang pribadi yang

menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan

dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak

yang bersangkutan;

3. Warisan;

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti

saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib

Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, wajib

Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan

norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 UU PPh;

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna dan asuransi beasiswa;


27

7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan

modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di

Indonesia dengan syarat :

a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b. bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,

kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah

25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai;

9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-

bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer

yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,

firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi

kolektif;

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa

bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha

atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan

kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Keuangan; dan


28

b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, yaitu:

a. Diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi

beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang

terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri;

b. Tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi

atau pengurus dari wajib pajak pemberi beasiswa;

c. Komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke

sekolah, biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi

yang diambil, biaya untuk pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang

wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat belajar;

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,

yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan

kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan bidang pendidikan

dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4

(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut;

14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Peenyelenggara jaminan

Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.


29

2.1.10 Menghitung Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan yang terutang dihitung dengan mengalikan tarif

tertentu terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP yang digunakan sebagai

dasar menghitung PPh tersebut dihitung dengan cara yang berbeda-beda

tergantung pada jenis wajib pajak (Resmi, 2011:118).

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak


Sumber: Resmi, 2011

Dalam UU PPh Indonesia dikenal dua golongan wajib pajak, yaitu wajib

pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri. Bagi wajib pajak dalam negeri

pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnya PKP, yaitu dengan

metode pembukuan dan menggunakan norma pencatatan (Resmi, 2011:118).

Penghitungan PPh dengan metode pembukuan wajib pajak orang pribadi:

Untuk menghitung PKP bagi wajib pajak orang pribadi, disamping biaya-biaya

yang diperkenankan menurut pajak, penghasilan yang merupakan objek pajak

dikurangi pula dengan PTKP.

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan sebagai objek pajak – biaya – PTKP

Sumber: Resmi, 2011

Penghitungan PPh dengan norma pencatatan wajib pajak orang pribadi:

Untuk mengenakan pajak yang adil dan wajar dengan tetap

memperhatikan kemampuan ekonomis wajib pajak sangat diperlukan data atau

informasi yang benar dan lengkap tentang besarnya penghasilan wajib pajak.

Supaya data atau informasi dimaksud dapat disajikan maka wajib pajak harus

menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak seluruh wajib pajak mampu


30

menyelenggarakan pembukuan. Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan

usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran bruto tertentu,

tidak diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan (Waluyo, 2011:105).

Untuk memberikan kemudahan dalam menghitung besarnya penghasilan

netto bagi wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas dengan peredaran bruto tertentu, DJP menerbitkan norma perhitungan

(Waluyo, 2011:105).

Norma penghitungan sebagai pedoman untuk menentukan besarnya

penghasilan netto yang diterbitkan oleh DJP dan disempurnakan terus menerus.

Penggunaan norma penghitungan tersebut pada dasarnya dilakukan dalam hal-hal:

1. Tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang

lengkap atau

2. Pembukuan atau catatan peredaran bruto wajib pajak ternyata diselenggarakan

secara benar.

Bagi wajib pajak luar negeri, penentuan besarnya PKP dibedakan menjadi

wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dan wajib pajak luar negeri.

Menghitung pajak penghasilan dibedakan menjadi dua yaitu menghitung

pajak atas penghasilan yang diperoleh wajib pajak yang bersangkutan dan

menghitung pajak atas penghasilan pihak lain. Menghitung pajak atas penghasilan

sendiri biasanya disebut dengan menghitung pajak penghasilan terutang.

Menghitung pajak atas penghasilan pihak lain dilakukan pada saat wajib pajak

membayarkan penghasilan kepada pihak lain dilakukan pada saat wajib pajak
31

membayarkan penghasilan kepada pihak lain dalam bentuk gaji, upah, tunjangan,

honorarium, sewa, royalty dan lain lain (Resmi, 2011:118).

2.1.11 Tarif Pajak Penghasilan dan Penerapannya

Tarif pajak merupakan presentase tertentu yang digunakan untuk

menghitung besarnya PPh. Tarif PPh yang berlaku di Indonesia dikelompokkan

menjadi dua yaitu tarif umum sesuai Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 dan tarif

lainnya (Resmi, 2011:119).

1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, bukan pegawai yang memiliki

NPWP dan menerima penghasilan secara berkesinambungan dalam 1

(satu) tahun dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh

dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung

berdasarkan sebagai berikut:

2. Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari

penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp

500.000,00 sebulan); dikurangi iuran pensiun, Iuran jaminan hari tua,

dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

3. Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun

(5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000,00 setahun atau Rp

200.000,00 sebulan) dikurangi PTKP.

4. Bukan Pegawai yang memiliki NPWP dan menerima penghasilan secara

berkesinambungan: 50 % dari Penghasilan bruto dikurangi PTKP

perbulan.
32

5. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan

6. tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikan dengan 50% dari jumlah

penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan yang tidak

berkesinambungan;

7. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan

tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikan dengan jumlah penghasilan bruto

untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah;

8. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta

pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan,

upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi

Rp.150.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak

melebihi Rp. 1.320.000,00 dan atau tidak dibayarkan secara bulanan, maka

PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif

5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp. 150.000,00. Bila dalam

satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp.1.320.000,00 sebulan, maka

besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai

dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima penghasilan yang

bersangkutan dibagi 360.

9. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI yang menerima honorarium

dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau

Keuangan Daerah dipotong PPh Ps. 21 dengan tarif 15% dari penghasilan

bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. IId
33

kebawah, anggota TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun Insp./Tingkat I

kebawah.

10. Besar PTKP adalah:

Tabel 2.1

Penghasilan Tidak Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi

Penerima PTKP Setahun Sebulan


Untuk diri pegawai Rp. 24.300.000,- Rp 2.025.000
Tambahan untuk pegawai yang sudah Rp 2.025.000 Rp 168.750
menikah (kawin)
Tam Rp 2.025.000 Rp 168.750
bahan untuk setiap anggota keluarga
(maksimal 3 orang)
Sumber: Resmi, 2011

11. Berdasarkan UU PPh pasal 17, besarnya tarif pajak penghasilan bagi wajib

pajak orang pribadi dalam negeri dan BUT yaitu:

Tabel 2.2

Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%
Di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
Di atas Rp 500.000.000,- 30%
Sumber: Resmi, 2011

12. Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20 % lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 17.

2.1.12 Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) serta Fungsinya

Menurut Pasal 1 ayat 11 UU Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian surat


34

pemberitahuan (SPT) ialah surat yang oleh wajib pajak dipergunakan untuk

melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan

objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan perpajakan.

Fungsi SPT bagi wajib pajak sebagai berikut:

1. Bagi Pengusaha, bahwa SPT PPh yaitu sebagai sarana WP untuk

melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak

yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu

tahun pajak atau bagian tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek

pajak.

c. Harta dan kewajiban.

d. Pemotongan / pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1

(satu) masa pajak.

2. Bagi Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang

sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. pengkriditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.

b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu
35

masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

3. Bagi pemotong / Pemungut Pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan

dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan

disetorkan.

2.1.13 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:855), definisi patuh ialah

suka menurut (perintah), taat kepada perintah atau aturan, berdisiplin. Sementara

arti kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan. Pengertian ini termasuk kepatuhan

dari diri seseorang maupun kelompok.

Dalam perpajakan kepatuhan bisa diartikan sampai di mana tingkat wajib

pajak mematuhi peraturan perundang-undangan perpajakan (Simanjuntak, 2009).

Jadi, kepatuhan wajib pajak yaitu kemauan dan kesadaran wajib pajak untuk

mematuhi serta memenuhi segala kewajiban perpajakannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan (Rahayu dan Lingga, 2009).

Kepatuhan itu ada dua macam menurut (Rustiyaningsih, 2011) yaitu

kepatuhan formal dan material. Kepatuhan formal adalah keadaan dimana wajib

pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan undang-

undang perpajakan. Kemudian, kepatuhan material ialah keadaan dimana wajib

pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai dengan isi

dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material juga dapat meliputi

kepatuhan formal (Rustiyaningsih, 2011).


36

Dalam upaya peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak, kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak yakni posisi yang strategis (Anggraini, Farida

dan Saryadi, 2013). Karena kepatuhan wajib pajak bisa diartikan sebagai suatu

sikap/perilaku seorang wajib pajak yang melaksanakan semua kewajiban

perpajakannya serta menikmati semua hak perpajakannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Supaya target pajak tercapai,

perlu ditumbuhkan secara terus menerus kepatuhan masyarakat untuk memenuhi

kewajiban perpajakan. Meskipun demikian, dalam prakteknya sulit untuk melihat

bahwa wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya dimotivasi oleh

kepatuhan perpajakan (Siregar, Saryadi, dan Listyorini, 2012).

Oleh sebab itu, pemerintah harus melakukan sosialisasi supaya

masyarakat menyadari kalau pajak digunakan untuk kepentingan bersama.

Terlepas dari sudut pandang masyarakat, bahwa pajak ialah sesuatu yang

memberatkan, maka pemerintah tetap melakukan pemungutan pajak melalui alat

perlengkapan negara dengan memberikan beberapa kemudahan dan selalu

mengadakan pembaharuan di bidang perpajakan sesuai dengan perkembangan dan

perubahan masyarakat. Tujuan pemerintah membuat perubahan kebijakan di

bidang perpajakan tentunya guna meningkatkan pemasukan pajak ke kas negara

untuk menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian (Siregar, Saryadi, dan

Listyorini, 2012).
37

2.1.14 Kriteria Wajib Pajak Patuh

Kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan

No.544/KMK.04/2000 wajib pajak patuh adalah sebagai berikut:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam

dua tahun terakhir.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran

pajak.

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

d. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal

terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada

pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang

paling banyak lima persen.

e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit

oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau

pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak memengaruhi laba rugi

fiskal.

2.1.15 Kemudahan yang Diperoleh atas Kepatuhan yang Dilakukan oleh

Wajib Pajak Orang Pribadi

Ketika wajib pajak memiliki status patuh dalam pemenuhan kewajiban

perpajakannya tentu akan mendapatkan kemudahan serta fasilitas yang lebih


38

dibandingkan dengan pemberian pelayanan terhadap wajib pajak yang belum atau

tidak patuh. Fasilitas yang diberikan dari Dirjen Pajak kepada wajib pajak yang

telah patuh ialah:

1. Pemberian batas waktu penerbitan Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat 3 bulan sejak

permohonan kelebihan pembayaran pajak yang diajukan diterima

untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN, tanpa melalui penelitian dan

pemeriksaan oleh Dirjen Pajak.

2. Adanya kebijakan percepatan penerbitan SKPPKP menjadi paling

lambat 2 bulan untuk PPh dan 7 hari untuk PPN.

2.1.16 Pemeriksaan Pajak

Pasal 1 (25) UU ketentuan umum dan tata cara perpajakan no. 16 tahun

2000 menjelaskan pengertian tentang pemeriksaan yaitu beragam kegiatan untuk

mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan (Irawati, 2008).

Namun, seringkali pemeriksaan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi WP

sebab kesan yang dirasakan saat ini adalah apabila diperiksa berarti konotasinya

negative. Padahal pemeriksaan pajak adalah tindakan pelaksanaan penegakan

hukum (law enforcement) supaya peraturan yang dikeluarkan dilaksanakan

dengan baik. Pemeriksaan pajak yaitu alat bagi pemerintah, dalam hal ini DJP,

untuk menilai kepatuhan WP. Apabila tidak dilakukan penegakan hukum akan
39

menimbulkan ketidakadilan bagi WP yang telah melaksanakan kewajiban

perpajakannya secara baik.

Pemeriksaan sebagai salah satu upaya penegakan hukum mempunyai dua

tujuan ialah yang pertama dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan

No. 545/KMK.04/2000 (Julianti, 2008). Kedua, upaya untuk menguji dan

mendorong wajib pajak supaya memenuhi kewajiban perpajakannya (tax

compliance) sehingga akan berdampak kepada peningkatan penerimaan pajak

pada KPP yang akan masuk dalam kas negara (Suhendra, 2010). Bila telah

memasuki wilayah tindak pidana maka proses pemeriksaan bisa ditingkatkan ke

proses penyidikan. Perlu diketahui kalau pelaksanaan penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan merupakan upaya paling akhir atau ”ultimum remedium”

dalam menjalankan undang-undang perpajakan (Julianti, 2008).

Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk

menghitung, memperhitungkan sendiri, menyetor dan melaporkan kewajiban

perpajakannya. Agar sistem self assessment berjalan sesuai ketentuan, DJP

melaksanakan tiga fungsi yaitu penyuluhan (disseminations), pelayanan

(services), dan pengawasan (law enforcement). Di bidang pengawasan, terdapat

tiga pilar yaitu pemeriksaan (audit), penyidikan (investigation) dan penagihan

pajak (tax collection) (Hutagaol, 2007:2-3).


40

2.1.17 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Tujuan pemeriksaan pajak dan kewenangan pihak yang melakukan

pemeriksaan terhadap wajib pajak diantaranya (Hutagaol, 2007:74):

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan (misalnya

kewajiban pelaporan dan pembayaran pajak baik secara substansi

maupun formal).

2. Tujuan lainnya misal pemberian NPWP secara jabatan, pencabutan

NPWP, dalam proses keberatan, pencocokan data dan atau alat

keterangan, penentuan daerah terpencil.

2.1.18 Ruang Lingkup dan Jenis Pemeriksaan

Berdasarkan ruang lingkupnya, pemeriksaan pajak diklasifikasi atas dua

jenis ialah pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor (Hutagaol, 2007:79).

Pemeriksaan lapangan terdiri dari pemeriksaan lengkap (PL) dan

pemeriksaan sederhana lapangan (PSL), yaitu (Hutagaol, 2007:79-80):

1. Pemeriksaan Lengkap

Pemeriksaan lengkap ialah pemeriksaan lapangan yang dilakukan

dengan menerapkan tehnik-tehnik pemeriksaan yang lazim untuk tahun

pajak berjalan, tahun pajak sebelumnya dan atau tahun-tahun pajak

sebelumnya.

2. Pemeriksaan Sederhana Lapangan

Pemeriksaan sederhana lapangan adalah pemeriksaan lapangan yang

dilakukan dengan menerapkan tehnik-tehnik pemeriksaan yang


41

dipandang perlu untuk tahun pajak berjalan, tahun pajak sebelumnya

dan atau tahun-tahun pajak sebelumnya.

Pemeriksaan kantor terdiri dari pemeriksaan sederhana kantor dan

pemeriksaan korespondensi yaitu (Hutagaol, 2007:80):

1. Pemeriksaan Sederhana Kantor

Pemeriksaan sederhana kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan

dengan mengirim surat panggilan kepada wajib pajak untuk ke kantor

DJP dan meminjamkan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-

dokumen.

2. Pemeriksan Korespondensi

Pemeriksaan korespondensi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan

surat-menyurat secara tertulis antara pemeriksa pajak dengan wajib

pajak melalui jasa pengiriman dan tidak ada kontak langsung dengan

wajib pajak.

Menurut jenisnya, pemeriksaan pajak diklasifikasi menjadi lima jenis yaitu

pemeriksaan rutin, pemeriksaan khusus, pemeriksaan kriteria seleksi, pemeriksaan

untuk tujuan penagihan pajak, dan pemeriksaan bukti permulaan (Hutagaol,

2007:80-81).

a. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin yang dilakukan

terhadap wajib pajak yang berhubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban

perpajakannya, yaitu antara lain dilakukan dalam hal sebagai berikut :


42

1. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk

yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;

2. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi;

3. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu

yang telah ditetapkan;

4. Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak;

5. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada angka 3

tidak dipenuhi.

b. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan yang secara khusus dilakukan terhadap wajib pajak sehubungan

dengan adanya data, informasi, laporan atau pengaduan yang berkaitan dengan

wajib pajak tersebut, atau untuk memperoleh data atau informasi untuk tujuan

tertentu lainnya. Pemeriksaan khusus dilakukan terhadap :

1. Berdasarkan analisis informasi, data, laporan, dan pengaduan terhadap

dugaan bahwa Wajib Pajak tidak patuh

2. Adanya pengaduan masyarakat

3. Permintaan Wajib Pajak

4. Pertimbangan Dirjen Pajak, termasuk pemeriksaan ulang yang dilakukan

apabila terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap

5. Pemeriksaan dalam rangka memperoleh informasi atau data tertentu dalam

rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak


43

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data mengenai harta wajib

pajak atau penanggung pajak yang dapat merupakan objek sita, sehubungan

dengan adanya tunggakan pajak yang penagihannya akan dilakukan sesuai dengan

Undang-Undang Penagihan dengan Surat Paksa. Disamping pemeriksaan-

pemeriksaan diatas yang bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan, rutin diatas, juga dilakukan Pemeriksaan Untuk Tujuan

Lain yaitu: pemeriksaan dilakukan yang pada prinsipnya tidak dimaksudkan untuk

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP).

Pemeriksaan untuk tujuan lain, diantaranya :

1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara Jabatan

2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

3. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

4. Wajib Pajak mengajukan keberatan

5. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

6. Pencocokan data dan/ atau alat keterangan

7. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil

8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai

9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak

10. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas

perpajakan

11. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran

Pajak Berganda .

d. Pemeriksaan Kriteria Seleksi


44

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak badan atau wajib pajak

orang pribadi yang terpilih berdasarkan skor resiko tingkat kepatuhan secara

komputerisasi. Penggunaan sistem kriteria seleksi semacam ini dimaksudkan

untuk mengurangi unsur subjektifitas dalam menentukan pilihan wajib pajak yang

akan diperiksa, karena mekanisme pemilihannya berdasarkan beberapa variabel

yang sudah terukur dalam suatu program aplikasi komputer.

Berdasarkan sistem pemilihan seperti tersebut di atas, wajib pajak yang akan

diperiksa adalah wajib pajak yang mempunyai potensi fiscal tinggi, tetapi

menunjukkan adanya indikasi telah melakukan pelanggaran terhadap kewajiban

perpajakannya.

e. Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang

adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan. Dari hasil

pemeriksaan jenis ini diharapkan penyimpangan, dalam hal tidak dipenuhinya

kewajiban perpajakan oleh wajib pajak yang mengarah ke tindak pidana di bidang

perpajakan dapat semakin dicermati, di samping ada kemungkinan wajib pajak

supaya menyadari resiko akan dihadapkan ke depan pengadilan, merupakan

cerminan upaya penegakan hukum yang sungguh- sungguh akan diwujudkan oleh

Direktoran Jenderal Pajak. Jadi, bukanlah hanya sekedar wacana semata. Apabila

dalam SPT Lebih Bayar terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan dan

pemeriksaan ditingkatkan menjadi penyidikan.


45

2.1.19 Siklus Pemeriksaan Pajak

Langkah-langkah pemeriksaan bisa dijelaskan dalam siklus pemeriksaan

yang diawali dengan penerbitan surat perintah pelaksanaan pemeriksaan (SP3)

dan surat pemberitahuan pemeriksaan pajak yang disampaikan kepada wajib

pajak. Kemudian, pemeriksa pajak menyampaikan surat permintaan peminjaman

buku-buku, catatan dan dokumen. Setelah pemeriksa memperoleh buku-buku,

catatan dan dokumen tersebut maka dilakukan pemeriksaan. Kegiatan

pemeriksaan antara lain berupa:

a. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen

b. Membandingkan dengan data dan informasi dari pihak ketiga

c. Memberikan surat peringatan

d. Melakukan penyegelan

e. Melakukan interview kepada pegawai wajib pajak

f. Melakukan konfirmasi

g. Membahas dengan pimpinan kantor

h. Membuat kertas kerja pemeriksaan

Hasil pemeriksaan dituangkan dalam surat pemeberitahuan hasil

pemeriksaan (SPHP) dan disampaikan kepada wajib pajak untuk direspon. Dalam

jangka waktu 7 hari, wajib pajak memberikan tanggapannya atas temuan

pemeriksaan. Setelah itu, dilakukan pembahasan akhir dan penandatanganan

Berita Acara Hasil Pemeriksaan (BAHP).


46

Pemeriksaan menyusun laporan pemeriksaan pajak (LPP) dan membuat

nota perhitungan (Nothit). Berdasarkan Nothit, KPP menerbitkan surat ketetapan

pajak (SKP) seperti SKPN, SKPKB, SKPKBT, atau SKPLB.

2.1.20 Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan ruang lingkup pemeriksaan pajak, jangka waktu pemeriksaan

diatur sebagai berikut (Hutagaol, 2007:85-86):

a. Pemeriksaan Lengkap

Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan lengkap adalah 2 bulan

sejak surat pemberitahuan pemeriksaan pajak diterima oleh wajib

pajak dan dapat diperpanjang selama 6 bulan.

b. Pemeriksaan Sederhana Lengkap

Jangka Waktu Penyelesaian pemeriksaan sederhana lapangan

adalah 1 bulan sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak

diterima oleh wajib pajak dan dapat diperpanjang selama 1 bulan.

c. Pemeriksaan Sederhana kantor

Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan sederhana kantor adalah 4

minggu sejak Surat Panggilan Pemeriksaan dikirim kepada wajib

pajak dan bisa diperpanjang 2 minggu.

d. Pemeriksaan Korespondensi

Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan korespondensi ialah 4

minggu terhitung sejak Surat Permintaan Keterangan dikirim


47

kepada wajib pajak dan dapat diperpanjang paling lama menjadi 6

minggu.

2.1.21 Surat Tagihan Pajak

Pemeriksaan pajak berhubungan erat dengan laporan pemeriksaan pajak,

yang mana laporan pemeriksaan pajak yaitu laporan hasil pemeriksaan yang

disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang

lingkup dan tujuan pemeriksaan. Laporan pemeriksaan ini yang akan digunakan

sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak

(STP), atau untuk tujuan lain yaitu pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (Herryanto dan Tolly, 2013).

Surat tagihan pajak (STP) merupakan surat untuk melakukan tagihan pajak

dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Timbulnya Surat

Tagihan Pajak (STP) adalah karena keterlambatan kewajiban melaporkan (Denda

Pasal 7), keterlambatan pembayaran, atau karena terdapat kekurangan

pembayaran dari yang seharusnya, dan tunggakan pajak yang terlambat dibayar

(STP bunga Penagihan). Pokok pajak dari kekurangan pembayaran ini dapat

menjadi kredit pajak yang sifatnya mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar

dalam perhitungan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan). Surat tagihan

pajak mempunyai fungsi yaitu:

a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak;

b.Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau denda;

c. Sarana untuk menagih pajak.


48

Menurut pasal 14 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2007 j.o. PMK No.

145/PMK.03/2012 STP ini dapat diterbitkan dalam hal:

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat

salah tulis dan/atau salah hitung;

c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak

membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;

e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak

mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya,

selain: identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf

b Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya; atau

identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan

Nilai 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh

Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;

f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa

penerbitan faktur pajak; atau

g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan

pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a)

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya


49

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

yang digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam penelitian ini.

Tabel 2.3

Daftar Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variable Metode Hasil Analisis


Analisis
1. Suhendra Pengaruh Variabel Analisis Secara simultan tingkat
(2010) Tingkat terikat regresi linier kepatuhan wajib pajak
Kepatuhan adalah berganda badan, pemeriksaan pajak,
Wajib Pajak peningkatan dan pajak penghasilan
Badan penerimaan terutang berpengaruh
Terhadap pajak signifikan terhadap
Peningkatan penghasilan peningkatan penerimaan
Penerimaan badan pada pajak peng-hasilan badan
Pajak KPP. pada kantor pelayanan
Penghasilan pajak wilayah Jakarta.
Badan Variabel Secara parsial antara
bebas tingkat kepatuhan wajib
adalah pajak badan terdapat
tingkat pengaruh positif terhadap
kepatuhan peningkatan penerimaan
wajib pajak PPh badan pada KPP.
badan.

2. Komarawati Analisis Variabel Analisis Bahwa tidak terdapat


dan Tingkat independen Regresi pengaruh yang signifikan
Mukhtarudin Kepatuhan yaitu tingkat kepatuhan WP
(2011) Wajib Pajak kepatuhan dalam melaporkan
Orang wajib pajak. kewajiban perpajakannya
Pribadi Variabel terhadap perubahan
Terhadap dependen penerimaan pajak pada
Tingkat yaitu KPP Lahat.
Penerimaan jumlah
Pajak di penerimaan
Kabupaten PPh.
Lahat
50

No. Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian


Analisis
3. Sukirman Pengaruh Variabel bebas Analisis Uji Uji Peringkat
(2011) Manajemen yang digunakan Normalitas Bertanda
Pemeriksaan adalah perbedaan Kolmogorov- Wilcoxon
Pajak Terhadap antara rata-rata Smirnov dan Uji ternyata hasil
Penerimaan nominal Peringkat pemeriksaan
Pajak Penerimaan PPh Bertanda pajak
badan, rasio laba Wilcoxon meningkatkan
sebelum pajak dan penerimaan PPh
rasio PPh badan. badan (CIT)
untuk masing-
masing wajib
pajak secara
nominal.
4. Sari dan Pengaruh Variabel terikat Analisis regresi Kepatuhan WP
Afriyanti Kepatuhan WP adalah penjualan. linier berganda. dan pemeriksaan
(2012) dan Pemeriksaan Variabel pajak berpengaruh
Pajak Terhadap independen ialah signifikan
Penerimaan PPh kepatuhan wajib terhadap
Pasal 25/29 WP pajak badan. penerimaan pajak
Badan Pada KPP Variabel dependen penghasilan pasal
Pratama yaitu penerimaan 25/29 WP badan
Denpasar Timur pajak penghasilan pada KPP
pasal 25/29 WP Pratama Denpasar
badan. Timur periode
2004-2008.
5. Pangemanan Hubungan Variabel Analisis korelasi Hasil penelitian
(2013) Jumlah dan independen yaitu berganda terhadap variable
Kepatuhan hubungan yang kepatuhan wajib
Wajib Pajak terjadi antara pajak dalam hal
Badan dengan jumlah wajib pajak ini pelaporan
Penerimaan PPh dan kepatuhan SPT tahunan,
KPP Pratama wajib pajak. ditunjukan dari
Manado Variabel dependen naik turunnya
yaitu penerimaan jumlah SPT
pajak penghasilan. tahunan yang
dilaporkan tidak
mendukung
adanya
peningkatan
penerimaan pajak
penghasilan
badan dan
51

menyatakan tidak
terjadi hubungan
diantara kedua
variabel tersebut
Sumber: Berbagai jurnal dan tesis

2.2.1 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Peningkatan

Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Ernawati (2010) kepatuhan wajib pajak ialah tingkah laku WP

yang memasukkan serta melaporkan informasi yang dibutuhkan pada waktunya,

mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada

waktunya tanpa ada tindakan pemaksaan. Seorang penerima penghasilan harus

melaksanakan kewajiban untuk membayar pajak, karena semakin tinggi tingkat

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, maka semakin tinggi pula

penerimaan pajak dalam hal ini pajak penghasilan (Pangemanan, 2013). Ketika

wajib pajak mempunyai penghasilan yang tinggi biasanya cenderung untuk lebih

patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah, karena yang berpenghasilan tinggi

cenderung untuk lebih konservatif dalam pelaporan kewajiban perpajakannya

(Hutagaol, Winarno, dan Pradipta, 2007).

Teori ini juga di dukung dari hasil penelitian Sari dan Afriyanti (2012)

menunjukkan pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak

penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Denpasar Timur

periode 2004-2008. Begitupula dengan penelitian Suhendra (2010) menunjukkan

adanya hubungan positif signifikan antara kepatuhan wajib pajak terhadap tingkat

penerimaan pajak penghasilan yang diukur dari jumlah SPT yang disampaikan.

Tetapi penelitian Alfian (2013) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
52

signifikan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan kewajiban

perpajakannya terhadap perubahan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surabaya Krembangan. Maka dapat dirumuskan sebagai hipotesis

1 sebagai berikut:

Hipotesis 1: Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh siginifikan terhadap

Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi

2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan

Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Pemeriksaan yaitu beragam kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan

mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan (Irawati, 2008). Pemeriksaan pajak merupakan sebagai salah satu alat

bagi pemerintah yang penting, dalam hal ini DJP, untuk menguji dan mendorong

wajib pajak supaya memenuhi kewajiban perpajakannya agar dapat

mempengaruhi penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas negara

(Julianti, 2009 dan Suhendra, 2010).

Hal ini di dukung dari hasil penelitian Sukirman (2011) menemukan

bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh secara nominal terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan badan. Selain itu, Sari dan Afriyanti (2012)

menunjukkan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama

Denpasar Timur periode 2004—2008. Tetapi, Suhendra (2010) menyatakan

pemeriksaan pajak yang diukur dari jumlah SPT yang diperiksa tidak berpengaruh
53

signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP.

Berdasarkan penelitian diatas, maka disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 2: Pemeriksaan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan

Penerimaan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Sesuai hasil hipotesis yang telah dibuat yaitu hipotesis 1 dan 2 maka dapat

dibuat kerangka pemikiran untuk menjelaskan permasalahan di dalam penelitian

secara lebih singkat. Sehingga bisa dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kepatuhan Wajib Pajak


H1 Peningkatan Penerimaan
(X1) PPh WP OP

(Y)
Pemeriksaan Pajak
H2
(X2)
H3

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dilihat bahwa kepatuhan

wajib pajak (X1) dan pemeriksaan pajak (X2) merupakan variabel independen

yang dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan dalam negeri yang diukur

dengan menggunakan indikator penerimaan penghasilan wajib pajak orang


54

pribadi (Y) di KPP sebagai variabel dependen baik secara parsial maupun

simultan.

2.4 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

landasan teori, dan penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran teoritis maka

dalam penelitian ini hipotesis yang akan digunakan untuk menguji variabel-

variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut:

H1: Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan

Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

H2: Pemeriksaan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan Penerimaan

Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

H3: Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan

Wajib Pajak Orang Pribadi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Deskrispsi Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Jatinegara

Sebagai instansi vertikal, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pajak

sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor:

443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil,

KPP, KPPBB, Karikpa dan Kantor Penyuluhan dan Potensi Perpajakan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara berdiri sejak bulan April

1994 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994

tanggal 29 Maret 1994. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara

merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Timur Dua yang

direorganisasi menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak yaitu:

55
56

a. Kantor Pelayanan Pajak Jatinegara

b. Kantor Pelayanan Pajak Kramat Jati

Sejak bulan Juli tahun 2007 Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Jatinegara berubah

menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor: 67/PMK.01/2008 tanggal 06 Mei 2008. Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Jakarta Jatinegara menempati gedung sendiri yang beralamat di Jl.

Slamet Riyadi No.1 Kelurahan Kebon Manggis, Kecamatan Matraman, Jakarta

Timur.

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara terdiri dari

satu kecamatan, yaitu Kecamatan Jatinegara yang meliputi:

1. Kelurahan Balimester

2. Kelurahan Cipinang Cempedak

3. Kelurahan Cipinang Muara

4. Kelurahan Cipinang Besar Utara

5. Kelurahan Cipinang Besar Selatan

6. Kelurahan Kampung Melayu

7. Kelurahan Bidaracina

8. Kelurahan Rawabunga

Batas wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Matraman, Kecamatan Pulogadung

2. Sebelah Timur : Kecamatan Cakung

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Makasar


57

4. Sebelah Barat : Kecamatan Tebet

3.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Jatinegara

1. Visi

Visi dari KPP Pratama Jakarta Jatinegara adalah penerapan sistem administrasi

perpajakan modern didasarkan pada visi Direktorat Jenderal Pajak untuk menjadi

model pelayanan masyarakat yang meyelengarakan sistem dan manajemen

perpajakan berkelas dunia yang dapat dibanggakan dan dipercaya masyarakat.

2. Misi

Misi dari KPP Pratama Jakarta Jatinegara adalah menghimpun dana dari dalam

negeri di bidang perpajakan untuk menuju atau dalam rangka menunjang kemandirian

di dalam pembiayaan Negara baik Pemerintah maupun pembangunan yang tingkat

efektifitas dan efesiensinya tinggi.

3.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara

Tugas KPP adalah melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan

pemeriksaan di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

Pajak Penjualan atas Barang Merah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya

dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sedangkan fungsi yang dijalankan oleh KPP adalah:


58

1. Mengumpulkan, mencari dan mengelola data

2. Mengamati potensi perpajakan serta menyajikan informasi perpajakan.

3. Menetapkan dan menerbitkan produk hukum perpajakan

4. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan

5. Menerima dan mengelola Surat Pemberitahuan, serta menerima surat lainnya

6. Melakukan penyuluhan perpajakan

7. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak

8. Melaksanakan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Wajib Pajak

9. Mentatausahakan piutang pajak dan melaksanakan penagihan pajak

10. Melaksanakan pemeriksaan pajak

11. Mengawasi kepatuhan wajib kewajiban perpajakan Wajib Pajak

12. Melaksanakan konsultasi perpajakan

13. Melaksanakan administrasi Kantor Pelayanan Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 Konsep

pembentukan KPP Pratama adalah penggabungan fungsi antara Kantor Pelayanan

Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dan Kantor Pemeriksaan dan

Penyidikan Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara dipimpin oleh seorang Kepala

Kantor yang membawahi beberapa sub atau seksi sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum


59

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

3. Seksi Ekstensifikasi

4. Seksi Pelayanan

5. Seksi Penagihan

6. Seksi Pemeriksaan

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

8. Kelompok Fungsional

Komposisi dan jumlah pegawai pada KPP Pratama Jakarta Jatinegara melihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Jumlah Pegawai KPP Pratama Jakarta Jatinegara Menurut Tempat Tugas

dan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir

No. Seksi S1/ SM Jumlah


S2 D3 D1
D4 A

1. Kepala Kantor 1 - - - - 1

2. Sub Bagian Umum - 2 3 - 4 9

3. Seksi Pengolah Data dan Informasi - 3 1 2 5 11

4. Seksi Pelayanan 1 1 3 1 11 17

5. Seksi Penagihan - 2 1 2 4 9

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 3 8 6 - 1 18


60

7. Seksi Ekstensifikasi - 2 1 - 4 7

8. Seksi Waskom 6 12 6 2 2 28

9. Kelompok Pejabat Fungsional - 4 4 - - 8

Jumlah Pegawai 11 34 25 7 31 108

Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara pada Sub Bagian Umum tahun 2014

Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jatinegara digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 3.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Jatinegara Tahun 2014

KEPALA
KANTOR

SUB BAGIAN UMUM

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


PDI PELAYANAN PENAGIHAN PEMERIKSAAN EKSTENS WASKOM
DAN KEPATUHAN IFIKASI
INTERNAL

KELOMPOK PEJABAT
FUNGSIONAL

Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara pada Sub Bagian Umum tahun 2014

Keterangan: Seksi Pengawasan dan Konsultasi/Waskom terdiri dari 4 seksi yang dibagi berdasarkan
wilayah kerja masing-masing.
61

Terkait dengan tabel 3.1 dan gambar 3.1 diatas, dalam hal kepatuhan wajib pajak

maka seksi terkait berhubungan dengan seksi PDI, seksi pelayanan dan konsultasi

(Waskom) yang berjumlah sebesar 46 orang. Sedangkan untuk pemeriksaan pajak

akan berhubungan dengan seksi pemeriksaan, kelompok pejabat fungsional dan seksi

konsultasi yang berjumlah sebesar 54 orang.

Berikut uraian tugas pokok, fungsi, dan sub bagian dari bagian-bagian yang ada

dalam struktur organisasi diatas.

1. Kepala Kantor

Setiap KPP Pratama terdiri dari atas Kepala Kantor yang mempunyai tugas dalam

mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib

Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas

Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya

berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Tugas dari Sub Bagian Umum adalah membantu dan menunjang kelancaran

tugas dari Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan

kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian,
62

keuangan, rumah tangga serta kelengkapan untuk menunjang kelancaran tugas dari

KPP, untuk menyelenggarakan tugas tersebut Sub Bagian umum mempunyai 3

fungsi yaitu :

a. Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian yang mempunyai tugas melakukan

urusan tata usaha kepegawaian dan laporan

b. Urusan keuangan yang mempunyai tugas melakukan urusan keuangan

yaitu menyusun rencana anggaran dan meyelenggarakan urusan

keuangan lainnya

c. Urusan Rumah Tangga yang mempunyai tugas melakukan urusan rumah

tangga dan perlengkapan. Menyelenggarakan urusan pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan perlengkapan KPP agar

dapat menunjang pelaksanaan tugas KPP

d. Melaksanakan pencatatan dan pengiriman surat, dokumen atau barang

sesuai ketentuan yang berlaku

3. Seksi Pelayanan

Tugas dari seksi pelayanan adalah membantu tugas Kepala Kantor dalam

mengkoordinasikan penetapan penerbitan produk hukum perpajakan,

pengadministrasian dokumen dan berkas-berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,

pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan

yang berlaku.
63

Seksi Pelayanan menjalankan fungsi antara lain :

a. Penatausahaan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-

surat lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

b. Penyelesaian registrasi dan mutasi Wajib Pajak, objek pajak, dan

atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

c. Penatausahaan SPT Masa, SPT Tahunan,

d. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi

e. Pernerbitan SKP dan STP

f. Penyuluhan Perpajakan

4. Seksi Pengolahan data dan Informasi

Seksi Pengolahan data dan informasi mempunyai tugas membantu Kepala

Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian

informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha

penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan

aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan kinerja,

a. Penata usahaan data dan informasi

Melaksanakan penatausahaan surat masuk dan surat keluar serta laporan

pada seksi pengolahan data dan informasi

b. Operator Console
64

Melaksanakan pemeliharaan dan monitoring data program administrasi

perpajakan, melakukan sosialisasi program administrasi perpajakan,

pengecekan perbaikan komputer dan perangkat penunjangnya serta

mengawasi pengoperasian komputer dan back-up data dalam rangka

memenuhi pelayanan terhadap pemakai

c. Pengolahan data dan Informasi

Melakukan indentifikasi, perekaman dan validasi data dokumen

perpajakan

5. Seksi ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi bertugas membantu tugas dari Kepala Kantor

Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi

perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan

kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Seksi Ekstensifikasi dan Penilaian menjalankan fungsi antara lain :

a. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka intensifikasi dan

ekstensifikasi perpajakan

b. Pencarian data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan /

pemuktahiran bank data

c. Pembuatan monografi fiskal


65

d. Menyiapkan konsep surat tugas dalam rangka pelaksanaan

pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak,

dan penilaian objek pajak

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas membantu Kepala

Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib

Pajak, bimbingan / himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultan teknis

perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,

rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan

melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Seksi pengawasan dan konsultasi ini menjalankan fungsi yang fital di KPP

Pratama. Dalam satu KPP Pratama biasanya terdapat 4 (empat) Kepala Seksi

Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan

wilayah (territorial) tertentu. Seksi pengawasan dan konsultasi I-IV terdiri dari

Account Representative (AR) sebagai ujung tombaknya. Seorang Account

Representative (AR) melaksanakan fungsi pelayanan, bimbingan konsultasi dan

monitoring (pengawasan) terhadap Wajib Pajak yang menjadi tanggung

jawabnya. Penunjukan AR untuk setiap Wajib Pajak juga bertujuan agar segala

permasalahan perpajakan (PPh, PPN dan PTLL) Wajib Pajak dapat segera

ditangani dengan efektif, sehingga diharapkan peningkatan kepatuhan sukarela

(Voluntary Compliance) dari Wajib Pajak yang merupakan kunci suksesnya


66

selft assessment system. Secara rinci fungsi Account Representative (AR) adalah

sebagai berikut :

a. Fungsi pelayanan, antara lain :

1. Pelayanan Surat Keterangan Bebas (SKB)

2. Pelayanan lain

b. Fungsi Bimbingan Konsultasi, antara lain :

1. Bimbingan terhadap WP sehubungan dengan informasi atau analisa

2. Pemberitahuan surat tentang teknis perpajakan (jawaban dan pertanyaan)

3. Bimbingan kepada WP baru

4. Konsultasi langsung melalui media telepon, internet atau ruang konsultasi

c. Fungsi monitoring Wajib Pajak , antara lain :

1. Pemuktahiran data WP (SKT,SPPKP, dll)

2. Penerbitan surat tegoran tidak menyampaikan SPT

3. Pembuatan STP bukan hasil pemeriksaan

4. Pemberian himbauan perbaikan SPT

5. Pencarian dan pengumpulan data eksternal menyangkut WP (internet atau

media masa)

6. Pengawasan dengan Matching data (data internal)

7. Penyusulan pemeriksaan

8. Pembuatan profile WP
67

9. Pembuatan monografi fiskal untuk wilayah kerja Account Representative

(AR)

7. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi pemeriksaan dan Kepatuhan Internal bertugas membantu tugas dari

Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana

pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan melakukan

Pengendalian Internal. Seksi pemeriksaan menjalankan fungsi sebagai berikut :

a. Pengusulan Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan

b. Peminjaman dan pengembalian berkas data Wajib Pajak

c. Penerbitan surat-surat dalam rangka penugasan pemeriksaan

d. Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan

e. Penelitian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang tidak

seharusnya terutang dan permohonan SPTLB Wajib Pajak patuh.

f. Melakukan pengendalian internal kantor yaitu melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan pekerjaan di seksi-seksi yang lainnya suda sesuai

dengan SOP nya apa belum termasuk kalau ada yang melakukan

penyimpangan.
68

8. Seksi Penagihan

Seksi penagihan bertugas membantu tugas dari Kepala Kantor

mengkoordinasikan pelaksanaan dan penata usahaan penagihan aktif, piutang

pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan

piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Seksi penagihan menjalankan fungsi, sebagai berikut :

a. Penatausahaan ketetapan pajak dan pelunasan atas ketetapan pajak

tersebut

b. Permohonan angsuran / penundaan pembayaran piutang pajak

c. Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa

d. Penerbitan surat permintaan pemblokiran rekening WP kepada pimpinan

bank

e. Pembuatan usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap WP tertentu

f. Pelaksanaan penagihan pajak seketika dan sekaligus

g. Menjawab konfirmasi tunggakan pajak

h. Pengusulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri atas pejabat fungsional pemeriksa pajak yang

bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat Fungsional Pemeriksaan Pajak

berkoordinasi dengan seksi Pemeriksaan.


69

3.1.4 Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara

Untuk mendukung visi sebagaiman diuraikan sebelumnya, DJP terus

berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak.

Reformasi administrasi perpajakan merupakan salah satu gebrakan yang telah

dilakukan oleh DJP yang bertujuan memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib

Pajak. Kemudahan, kenyamanan dan kepuasan Wajib Pajak dalam melaksanakan

pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan merupakan orientasi utama dan

senantiasa dijadikan landasan untuk terus memperbaiki diri menuju institusi yang

dipercaya dan dibanggakan.

Dari hal yang telah diuraikan diatas, DJP menciptakan beberapa produk

berbasis teknologi informasi terkini, seperti e-Reg (e-Registration), Modul

Penerimaan Negara (MNP), e-Payment (sistem pembayaran online), E-SPT dan

E-Filing (Sistem Pelaporan Pajak).

1. E-Registration

Merupakan sistem dimana masyarakat dapat mengajukan permohonan

NPWP secara Online dengan melakukan akses ke situs. Memberikan

pelayanan yang optimal kepada Wajib Pajak Melalui efesiensi DJP di

www.pajak.go.id. Penerapan sistem ini bertujuan :

a. Menghemat Waktu, Tenaga dan biaya.

b. Menimalisasikan kontak langsung Wajib Pajak dengan Aparat Pajak


70

c. Administrasi perpajakan semakin baik dan akurat

2. Modul Penerimaan Negara (MPN)

Modul penerimaan Negara merupakan modul penerimaan yang membuat

serangkaian prosedur nilai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data,

pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan

penerimaan Negara dan merupakan bagian dari sistem penerimaan dan anggaran

Negara. Nilai lebih sistem MPN adalah karena terintegrasi dengan sistem

perbankan serta adanya Central Database di Departemen Keuangan untuk

transaksi penerimaan yang dapat diakses oleh unit-unit terkait dilingkungan

Depkeu. SPN mencakup penerimaan Negara dari : Setoran Pajak, setoran bukan

pajak, setoran PBB dan BPHTB, setoran bea masuk dan cukai, setoran pungutan

ekspor, setoran pengembalian belanja Negara, setoran potongan SPM.

3. e-Payment (Sistem Pembayaran online)

Pembayaran dengan menggunakan fasilitas sistem pembayaran on-line dapat

dilaksanakan melalui bank Persepsi / Bank Devisa Persepsi. Sistem ini

menghubungkan bank, DJPBN, dan DJP secara on-line. Setiap pembayaran

direkam oleh Bank dan DJP pada saat yang bersamaan. Sistem yang ada pada

DJP menerbitkan satu nomor menu MP3 unik yang disebut Nomor Tanda

Pembayaran Pajak (NTPP) sebagai validasi setiap setoran pajak. Data

pembayaran pajak di kantor pusat DJP akan ditransfer setiap hari ke sistem yang
71

ada pada KPP, dan data ini secara otomatis akan dibukukan pada rekening Wajib

Pajak

4. e-SPT dan e-Filing (Sistem Pelaporan Pajak)

e-SPT adalah aplikasi yang mempermudah Wajib Pajak dalam pelaporan PPh,

PPN dan PPnBM. Aplikasi e-SPT sendiri disediakan secara gratis melalui para

account representative, termasuk buku petunjuk maupun pelatihan kepada Wajib

Pajak mengenai penggunaan aplikasi tersebut. Data untuk e-SPT dapat di input

dari sistem komputer Wajib Pajak ke dalam aplikasi e-SPT. Data dalam e-SPT

ditransfer ke dalam SIDJP segera setelah diterima dan divalidasi di TPT.

Data ini akan dibukukan secra otomatis ke dalam rekening Wajib Pajak

yang bersangkutan. Wajib Pajak dapat menyampaikan data e-SPT secara

elektronik (e-Filing) melalui satu atau beberapa perusahaan penyedia jasa aplikasi

(ASP) yang ditunjuk oleh DJP.

Untuk mencapai target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, Kantor ini

didukung oleh sumber daya manusia yang cukup handal, yang secara tingkat

pendidikan sudah cukup memadai .

3.1.5 Seksi-seksi pendukung

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara secara organisatoris

berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, dan lebih spesifik


72

lagi adalah berada dibawah komando Direktorat Jenderal Pajak. Kantor ini secara

struktural mempunyai 10 (sepuluh) bagian / seksi untuk melaksanakan tugas yang

ada. Seksi-seksi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum ini dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Umum yang

membawahi beberapa pelaksana dengan mempunyai tugas melakukan urusan

kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga.

2. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang membawahi

beberapa pelaksana dengan mempunyai tugas melakukan penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas

perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta

penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib

Pajak, pelaksanaan ekstensifikasi serta melakukan kerjasama perpajakan. Seksi

ini merupakan peleburan dari Seksi Tata Usaha Perpajakan KPP dan Seksi

Penetapan pada KPPBB sebelum pembentukan KPP Pratama.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

yang membawahi beberapa pelaksana dengan mempunyai tugas melakukan

pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,


73

penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan

dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing serta

penyiapan laporan kerja. Seksi ini merupakan peleburan dari Seksi PDI dan Seksi

Penerimaan dan Keberatan pada KPP serta Seksi PDI dan Seksi Penerimaan pada

KP PBB sebelum pembentukan KPP Pratama.

4. Seksi Ekstensifikasi

Seksi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang membawahi beberapa

pelaksana yang mempunyai tugas pencarian data potensi perpajakan dalam rangka

intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga dalam

rangka pembentukan /pemutakhiran bank data perpajakan, penyusunan monografi

perpajakan.

5. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang membawahi

beberapa pelaksana dan Juru Sita Pajak dengan mempunyai tugas melakukan

urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak,

penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-

dokumen penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan Dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang membawahi

beberapa pelaksana mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana


74

pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dan Penatausahaan Laporan Hasil

Pemeriksaan dan Nota Penghitungan. Seksi ini juga melakukan pengendalian

internal KPP

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

membawahi beberapa Account Representative dan beberapa pelaksana yang

mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib

Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,

melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi serta

melakukan evaluasi hasil banding. Pada setiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama

terdapat 4 (empat) seksi Pengawasan dan Konsultasi dengan penugasan

berdasarkan Wilayah Wajib Pajak.

8. Kelompok Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak

Dalam Kelompok Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak terdiri dari dua orang

supervisor yang membawahi empat tim pemeriksa pajak yang bertanggung jawab

secara langsung kepada Kepala Kantor. Tugas tim pemeriksa ini adalah

melakukan pemeriksaan baik pemeriksaan rutin maupun pemeriksaan tujuan lain

dalam bidang perpajakan.


75

3.2 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat dibutuhkan perencanaan penelitian

agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Rencana

serta struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa supaya diperoleh jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan penelitian disebut desain penelitian. Penelitian ini terdiri

atas dua variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam

penelitian ini kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak. Sedangkan variabel

dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan penerimaan pajak penghasilan

wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah yang ingin

dicapai, maka jenis penelitian ini tergolong jenis penelitian kuantitatif. Jenis

penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis. Ruang lingkup

penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak,

pemeriksaan pajak dan peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak

orang pribadi. Semua definisi operasional variabel tersebut akan dijelaskan

dibawah ini:
76

1. Variabel terikat/Y ( Dependent variable )

Peningkatan penerimaan PPh WP OP (Y) merupakan variabel dependen, bisa

dilihat dari jumlah penerimaan PPh WP OP yang diterima KPP Pratama Jatinegara

Jakarta pertahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, akan tetapi tidak

termasuk penerimaan atas pembayaran bunga, denda, dan kenaikkan.

2. Variabel bebas/X ( Independet variable )

a. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak yaitu kemauan dan kesadaran wajib pajak untuk

memenuhi segala kewajiban perpajakannya (Rahayu dan Lingga, 2009). Di

Indonesia, seorang penerima penghasilan harus melaksanakan kewajiban untuk

membayar pajak, karena semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak OP

dalam membayar pajak, maka semakin tinggi pula penerimaan PPh WP OP di

KPP (Pangemanan, 2013). Tingkat kepatuhan wajib pajak sebagai variabel

bebas (X1) diukur berdasarkan persentase perbandingan jumlah penyampaian

SPT wajib pajak OP dengan jumlah wajib pajak OP efektif yang merupakan

skala rasio (Alfian, 2013). Formulasinya yaitu:

Jumlah WP yang membayar


Kepatuhan Wajib Pajak = ———————————— …………(3.1)
Jumlah WP yang terdaftar
77

b. Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari,

mengumpulkan, dan mengolah data atau keterangan lainnya untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan serta untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

(Irawati, 2008). Jika semakin tinggi pemeriksaan pajak untuk menguji dan

mendorong wajib pajak supaya memenuhi kewajiban perpajakannya (tax

compliance), maka akan berdampak kepada peningkatan penerimaan pajak

pada KPP yang akan masuk dalam kas negara (Suhendra, 2010). Pemeriksaan

pajak sebagai variabel moderator (X2) diukur dengan jumlah STP yang

diterbitkan bagi WP OP pertahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

Variabel pemeriksaan diukur dengan menggunakan STP karena STP

merupakan produk hasil pemeriksaan yang paling banyak diterbitkan oleh KPP

Pratama Jakarta Jatinegara.


78

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

NO. Variabel Skala Definisi Pengukuran


Pengukuran
1. PPh WP Rasio Pengertian pajak Besarnya PPh WP
OP penghasilan badan OP yang terealisasi
merupakan pajak yang setiap tahun dari
dikenakan terhadap tahun 2009 sampai
subyek pajak khususnya dengan 2013 (dalam
badan atas penghasilan Rupiah)
yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun
pajak.
2. Kepatuhan Rasio Kepatuhan wajib pajak Presentase
Wajib bisa diartikan sebagai perbandingan jumlah
Pajak suatu sikap/perilaku WP yang membayar
seorang wajib pajak yang dengan jumlah WP
melaksanakan semua yang terdaftar.
kewajiban perpajakannya
serta menikmati semua
hak perpajakannya sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundangan
yang berlaku.

3. Pemeriksa Rasio Pemeriksaan pajak yaitu Besarnya jumlah


an Pajak beragam kegiatan untuk STP yang
mencari, mengumpulkan, diterbitkan bagi WP
dan mengolah data dan OP.
atau keterangan lainnya
dalam rangka
melaksanakan ketentuan
peraturan.

Sumber: Berbagai Jurnal dan Thesis


79

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Supranto (2009:87) populasi adalah kumpulan seluruh elemen/objek

yang diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Populasi dalam

penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta

Jatinegara, sedangkan sampelnya yaitu wajib pajak orang pribadi yang efektif

(membayarkan pajaknya) pertahun mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 ke

KPP Pratama Jakarta Jatinegara. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel yang

dilakukan dengan memilih sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Dalam teknik ini, sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Wajib pajak orang pribadi yang menyampaikan SPT pada KPP Pratama

Jakarta Jatinegara periode tahun 2009 sampai dengan 2013.

2. Surat tagihan pajak yang diterbitkan untuk WP OP yang aktif di KPP Pratama

Jakarta Jatinegara periode tahun 2009 sampai dengan 2013.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang

baerkaitan dengan objek yang sedang diteliti (Siregar, 2013:37). Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari KPP Pratama Jakarta
80

Jatinegara di lingkungan Jakarta Timur untuk tahun pajak 2009, 2010, 2011, 2012

dan 2013 berupa :

1. Data realisasi penerimaan PPh WP OP pertahun mulai tahun 2009 sampai dengan

tahun 2013.

2. Data realisasi jumlah WP OP yang terdaftar dan WP OP yang efektif pertahun

mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

3. Data jumlah STP yang diterbitkan bagi WP OP pertahun mulai tahun 2009 sampai

dengan tahun 2013.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik

pengumpulan data dokumentasi dan wawancara. Dokumentasi ialah dengan

mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian. Wawancara dengan

petugas KPP Pratama Jakarta Jatinegara dilakukan dengan tujuan mendapatkan

informasi yang bisa berguna untuk penelitian. Data yang diperoleh terkait dengan

kebutuhan penelitian seperti data mengenai pengaruh kepatuhan wajib pajak yang

berupa data jumlah WP OP yang melaporkan SPT tahunan, pengaruh pemeriksaan

pajak berupa jumlah STP yang diterbitkan serta realisasi penerimaan PPh.
81

3.7 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi

Penelitian ini menggunakan analisis regresi. Analisis regresi bertujuan untuk

meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari variabel

independen. Analisis regresi ini merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Analisis regresi yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah regresi linear.

3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji regresi berganda akan dilakukan pengujian asumsi klasik

sebagai berikut:

3.7.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi, variabel dependen

dan independen keduanya meliliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah memiliki distribusi normal mendekati nilai normal dengan cara yaitu

sebagai berikut:

a. Analisis grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat analisis normalitas residual adalah

membandingkan data observasi dengan distribusi yang mendekati normal dengan

melihat grafik histogram. Namun hal ini dapat membingungkan, khususnya untuk

jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah normal

profitability plot yaitu membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.


82

Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data

residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonal.

b. Analisis statistik

Pengujian normal residual dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistic

non-parametrik Kolmogarov-Smirnov (K-S) (Sugiyono, 2010). uji K-S dilakukan

dengan membuat hipotesis:

H0 = Data residual terdistribusi normal

Ha = Data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan uji K-S adalah sebagai berikut:

a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka H0

ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.

b. Apabila probabilitas nila Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka H0

diterima, yang berarti data terdistribusi normal


83

3.7.1.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antara

variabel bebas (Independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

kolerasi antara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

tolerance dan lawanya variance inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Hasil

pengujian ini dapat dilihat dari nilai VIF menggunakan persamaan VIF = 1/tolerance.

Jika nilai VIF < dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas.

3.7.1.3 Uji Homoskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk melihat penyebaran data. Uji ini dapat dilakukan

dengan melihat grafik plot antara nilai perdiksi variabel independen (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu

yang teratur maka diidentifikasi tidak terdapat heteroskedastisitas.

3.7.1.4 Uji Autokolerasi

Pengujian ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan

adanya autokolerasi. Pengujian ini menggunakan model Durbin-Warson (D-W test).

Apabila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) berarti

telah memenuhi asumsi klasik regresi atau berarti tidak dapat autokolerasi (Stiawan,

2009).
84

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis yang dipakai dalam penilitian ini adalah metode kuantitatif.

Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan

sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010:12). Maka data tersebut harus

diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu,

untuk mempermudah dalam menganalisis dengan menggunakan program SPSS.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengujian asumsi klasik,

analisis regresi berganda, dan uji hipotesis.

3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif untuk memberikan gambaran tentang deskripsi variabel

kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan PPh

WP OP. Peneliti menggunakan tabel distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan

angka rata-rata, kisaran, dan deviasi standar.

3.8.2 Analisis Regresi Berganda

Penggunaan analisis regresi berganda pada penelitian ini dengan persamaan:

Y= + 1X1 + 2X2 +
85

Dimana Y = Penerimaan PPh WP OP pada KPP Pratama Jakarta Jateniegara

α = Konstanta

1, 2, = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

X2 = Pemeriksaan Pajak

= Error

3.8.3 Uji Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu untuk membuktikan

apakah variabel kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak berpengaruh secara

signifikan dengan variabel PPh WP OP.

3.8.3.1 Uji Ketepatan Perkiraan/Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian ini mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Hal ini ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi

(R2). Nilai koefisien determinasi antara 0 sampai 1.

Besarnya nilai R2 jika semakin mendekati 1 berarti variabel-variabel indepenen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel


86

dependen. Dengan kata lain semakin besar pengaruh semua variabel independen

terhadap variabel dependen.

3.8.3.2 Uji-T (Pengujian Pengaruh Parsial)

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dan dependen berpengaruh secara signifikan, yaitu dengan tanda positif

atau negatif (Sugiyono, 2010:304). Pengujian dilakukan dengan uji t atau sign test,

yaitu membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. Uji ini dilakukan dengan syarat:

a) Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima yaitu variabel independen

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

b) Jika t hitung > t tabel atau –t hitung > -t tabel, maka H0 ditolah yang berarti

variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai signifikasi t pada tingkat α

yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5%) analisis

didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikasi t dengan nilai signifikasi 0,05,

dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

a) Jika signifikasi t < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b) Jika signifikasi t > 0,05 maka H0 diterima yaitu variabel independen tidak

bepengaruh pada variabel dependen.


87

3.8.3.3 Uji F (Uji Simultan)

Uji statistik F (Uji Simultan) pada dasarnya untuk mengetahui pengaruh

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, apakah

pengaruh signifikan atau tidak. Tahap-tahap pengujian sebagai berikut:

1. Merumuskan Hipotesis Statistik

H0: b1, b2, b3 = 0, kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara

bersama-sama tidak berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan PPh WP

OP.

Ha: b1, b2, b3 ≠ 0, kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara

bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan PPh WP OP.

2. Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansi sebesar 0,05 (5%)

3. Menghitung F hitung dengan menggunakan SPSS

4. Mengambil keputusan, dengan ketentuan:

a. Apabila hasil signifikansi lebih besar (>) dari 0,05 maka H0 diterima

atau,

b. Apabila hasil signifikansi lebih kecil (<) dari 0,05 maka H0 ditolak.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Analisis Data

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Jatinegara

selama tahun 2009 hingga 2013 serta menggunakan data tahunan. Sebelum

membahas pengaruh kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap

peningkatan penerimaan PPh WP OP di KPP Pratama Jakarta Jatinegara, terlebih

dahulu akan disajikan hasil analisa statistik deskriptif masing-masing variabel.

88
89

Tabel 4.1

Descriptive Statistics

Keterangan N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Penerimaan PPh WPOP (Y) 5 437,05 792,37 581,2390 148,67812

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1) 5 ,27 ,65 ,4280 ,14290

Pemeriksaan Pajak (X2) 5 7,00 82,00 49,8000 30,18609

Valid N (listwise) 5

Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara, data diolah 2014

Berdasarkan Tabel 4.1 menjelaskan bahwa untuk masing-masing variabel

yang digunakan dalam penelitian ini selama jangka waktu tahun 2009 sampai dengan

tahun 2013.

Penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi (Y) memiliki nilai rata-

rata sebesar Rp 581,2390 miliar, nilai maksimum sebesar Rp 792,37 miliar, nilai

minimum sebesar Rp 437,05 miliar serta nilai standar deviasi sebesar Rp 148,67812

miliar yang berarti nilai data berkisar mendekati rata-rata.

Tingkat kepatuhan wajib pajak (X1) memiliki nilai rata-rata sebesar 42,8%, nilai

maksimum sebesar 65%, nilai minimum sebesar 27% serta nilai standar deviasi

sebesar 14,29% yang berarti nilai data berkisar mendekati rata-rata.

Pemeriksaan pajak (X2) memiliki nilai rata-rata sebesar 49,8 untuk STP yang

aktif, nilai maksimum sebesar 82 untuk STP yang aktif, nilai minimum sebesar 7
90

untuk STP yang aktif serta nilai standar deviasi sebesar 30,18 untuk STP yang aktif

berarti nilai data berkisar mendekati rata-rata.

4.1.1.1 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta

Jatinegara

Kepatuhan wajib pajak yaitu kemauan dan kesadaran wajib pajak untuk

mematuhi serta memenuhi segala kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan (Rahayu dan Lingga, 2009). Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh gambaran presentase kepatuhan wajib pajak orang pribadi di

KPP Pratama Jakarta Jatinegara sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Realisasi Jumlah WPOP Terdaftar dan Efektif

Periode Tahun 2009-2013

Tahun WPOP Terdaftar WPOP Efektif

2009 86.796 82.812

2010 81.506 77.522

2011 75.372 71.399

2012 64.824 60.868

2013 45.668 41.754

Total 446.935 423.139

Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara Tahun 2014


91

Tabel 4.3

Data Realisasi Jumlah SPT yang Disampaikan KB, LB, Nihil dan Aktif

Periode Tahun 2009-2013

Jenis SPT Tahunan WP OP


Tahun
Kurang Lebih
Nihil Aktif
Pajak Bayar Bayar

2009 21.714 1.841 193 23.748

2010 27.261 2.516 31 29.808

2011 26.079 2.4.89 34 28.602

2012 27.924 2.623 49 30.596

2013 27.309 2.516 61 29.886

Total
SPT
Tahunan 130.287 9.496 368 142.64
PPh OP

Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara Tahun 2014

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dijelaskan bahwa untuk tahun

pajak 2009, jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Jakarta Jatinegara sebanyak 86.796. Dari 86.796 wajib pajak orang

pribadi yang terdaftar, sekitar 82.812 merupakan wajib pajak orang pribadi yang

efektif. Dari jumlah wajib pajak orang pribadi yang efektif, sebanyak 23.748 wajib

pajak telah menyampaikan SPT tahunannya.

Pada tahun pajak 2010, dari 81.506 jumlah wajib pajak orang pribadi

terdaftar, sebanyak 77.522 wajib pajak orang pribadi tercatat sebagai wajib pajak
92

yang efektif. Dari jumlah wajib pajak orang pribadi efektif yang tercatat pada tahun

pajak 2010, sebanyak 29.808 wajib pajak telah menyampaikan SPT tahunannya.

Sementara itu untuk tahun pajak 2011, tercatat sebesar 75.372 wajib pajak

orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Jatinegara. Sebanyak 71.399

wajib pajak tercatat sebagai wajib pajak orang pribadi efektif. Dari 71.399 wajib

pajak orang pribadi efektif, sebanyak 28.602 wajib pajak telah menyampaikan SPT

tahunannya.

Wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada tahun 2012 yaitu sebanyak

64.824. Sesuai dari jumlah wajib pajak yang terdaftar, sebanyak 60.868 wajib pajak

merupakan wajib pajak yang efektif. Dari jumlah wajib pajak yang efektif, sebanyak

30.596 wajib pajak telah menyampaikan SPT tahunannya.

Tercatat di tahun pajak 2013 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada

KPP Pratama Jakarta Jatinegara yaitu sebanyak 45.668. Berdasarkan jumlah wajib

pajak yang terdaftar, sebanyak 41.754 yang termasuk wajib pajak efektif. Dari jumlah

wajib pajak efektif, sebanyak 29.886 wajib pajak telah menyampaikan SPT

tahunannya.
93

Tabel 4.4

Kepatuhan WP OP di KPP Pratama Jakarta Jatinegara

Periode Tahun 2009-2013

Jumlah Prosentase
Jumlah WP Lapor Prosentase
WP yang Peningkatan
Tahun SPT Kepatuhan (%)
Terdaftar Kepatuhan
(2) (3) = (2) : (1)
(1) (%)

2009 86.796 23.748 27%


2010 81.506 29.808 37% 10%
2011 75.372 28.602 38% 1%
2012 64.824 30.596 47% 9%
2013 45.668 29.886 65% 18%
Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara Tahun 2014

Menurut Tabel 4.4 dijelaskan bahwa peningkatan jumlah WP OP yang

terdaftar yang terjadi cukup tinggi yaitu pada tahun 2009 sebesar 86.796. Dari tabel

tersebut terlihat bahwa dari jumlah wajib pajak orang pribadi yang melapor dan

menyampaikan SPT tahunannya ke KPP Pratama Jakarta Jatinegara terus meningkat

setiap tahunnya. Oleh sebab itu, terdapat peningkatan kepatuhan wajib pajak orang

pribadi dalam melaporkan SPT di KPP Pratama Jakarta Jatinegara.

4.1.1.2 Pemeriksaan Pajak di KPP Pratama Jakarta Jatinegara

Pemeriksaan yaitu beragam kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan

mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan (Irawati, 2008). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data STP yang

diterbitkan bagi WP OP pertahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 pada

KPP Pratama Jakarta Jatinegara sebagai berikut:


94

Tabel 4.5

Surat Tagihan Pajak yang Diterbitkan bagi WP OP

Periode Tahun 2009-2013

Prosentase
Jumlah STP yang Kepatuhan WP Penerimaan Pajak dari
Tahun Diterbitkan bagi Setelah Pelunasan STP
WP OP Diperiksa (Rupiah)

36 WP OP 14% 18.895.597.287
2009
7 WP OP 3% 59.033.840
2010
50 WP OP 20% 185.154.844
2011
74 WP OP 30% 329.175.681
2012
82 WP OP 33% 769.375.425
2013
249 WP OP 100% 202.383.370.77
Total
Sumeber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara Tahun 2014

Menurut Tabel 4.5 dijelaskan bahwa kepatuhan wajib pajak orang pribadi

setelah diperiksa, dalam hal pelunasan STP yang diterbitkan oleh seksi pemeriksaan

yaitu pada tahun 2009 sebesar 14%, tahun 2010 sebesar 3%, tahun 2011 sebesar 20%,

tahun 2012 sebesar 30%, dan tahun 2013 sebesar 33%. Sehingga terjadi peningkatan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi setelah diperiksa sebesar 33% di tahun pajak

2013, dalam hal pelunasan STP yang diterbitkan oleh seksi pemeriksaan.

Berdasarkan Tabel 4.4 dijelaskan bahwa dari pelunasan STP terdapat

kenaikkan penerimaan PPh WP OP yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi

sebesar Rp 202.383.370.77 dari tahun pajak 2009 hingga 2013. Peningkatan yang

paling besar terjadi di tahun pajak 2009 sebesar Rp18.895.597.287.


95

4.1.1.3 Penerimaan Pajak Penghasilan WP OP di KPP Pratama Jakarta

Jatinegara

Pengertian pajak penghasilan merupakan suatu pungutan resmi yang

ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang

diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan

masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang

harus dilaksanakannya (Prabowo, 2002:19). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

data realisasi penerimaan PPh WP OP pada KPP Pratama Jakarta Jatinegara sebagai

berikut:

Tabel 4.6

Data Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan WP OP

Periode Tahun 2009-2013

Target Realisasi/Pendapatan
Tahun
(dalam miliar) (dalam miliar)

2009 419,532766 437,0508085

2010 562,016072 468,3299818

2011 577,711789 536,2185527

2012 667,777736 672,223987

2013 873,776318 792,3715273

Total 3,100814681 23,011932690


96

Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.6 dijelaskan bahwa data realisasi penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi dari tahun 2009 hingga 2013 terdapat total

sebesar Rp 23,011932690 miliar.

4.2 Interpretasi Hasil

4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mendeteksi apakah terdapat

pelanggaran asumsi baik itu normalitas, multikolonieritas, autokorelasi ataupun

homoskedestitas yang menyebabkan persamaan regresi menjadi tidak layak untuk

melakukan peramalan.

4.2.1.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel

dependen dan independen keduanya meliliki distribusi normal atau tidak. Untuk

menguji hal tersebut dapat dipergunakan metode grafis normal P-P Plot dari

standardized residual cumulative probability, dengan mengidentifikasi apabila

sebarannya berada di sekitar garis normal, maka asumsi kenormalan bisa dipenuhi.

Selain itu uji Kolmogorov-Sminov juga bisa digunakan untuk melihat kenormalan
97

dengan identifikasi jika nilai p-value lebih besar dari alpha, maka asumsi kenormalan

bisa diterima.

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data Diolah, 2014

Pada gambar 4.1 diperlihatkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal

dan penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa setelah

dilakukan pengolahan data melalui program IBM SPSS 21, persamaan regresi tetap

memenuhi asumsi normalitas.


98

4.2.1.2 Hasil Uji Multikolonieritas

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawanya variance

inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah

yang dijelaskan variabel independen lainnya. Multikolinearitas dapat dilihat dari (1)

nilai tolerance (TOL) dan lawannya (2) Variant Inflation Factor (VIF). Apabila

Tolerance lebih dari 0.1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinearitas

a
Coefficients

Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF

1 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1) .448 2.232

Pemeriksaan Pajak (X2) .448 2.232

a. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)

Sumber: Data Diolah, 2014

Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.7 diatas dilihat pada kolom Collinearity

Statistics bahwa model regresi layak dipakai, karena memenuhi kriteria yang ada

dimana nilai tolerance 0,448<0,1 dan nilai VIF 2,232>1,0. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa persamaan regresi tidak mengalami multikolinearitas dalam model regresi.


99

4.2.1.3 Hasil Uji Homoskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk melihat penyebaran data. Uji ini dapat dilakukan

dengan melihat grafik plot antara nilai perdiksi variabel independen (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu

yang teratur maka diidentifikasi tidak terdapat heteroskedastisitas.

Gambar 4.2

Hasil Uji Homoskedastisitas

Sumber: Data Diolah, 2014


100

Berdasarkan hasil analisis gambar 4.2 uji scatterolot diatas menunjukkan pola

yang menyebar, hal ini mendukung bukti bahwa tidak adanya masalah

heteroskedasitas, dalam model regresi tersebut layak dipakai untuk prediksi

peningkatan penerimaan PPh WP OP.

4.2.1.4 Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan

adanya autokolerasi. Pengujian ini menggunakan model Durbin-Warson (D-W test).

Apabila d < dl atau d>(4-dl) berarti terdapat autokorelasi. Apabila d terletak antara du

dan (4-du) berarti tidak terdapat korelasi. Jika d terletak angtara dl dan du atau antara

(4-dl), maka tidak dapat disimpulkan ada tidaknya korelasinya. Hasil uji autokorelasi

untuk data diolah yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji Autokorelasi

b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model
R R Square Square Estimate Durbin-Watson

a
1 .997 .994 .988 16.14525 3.375

a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1)

b. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)

Sumber: data diolah, 2014


101

Berdasarkan hasil Tabel 4.8 diatas didapat nilai Durbin-Watson (DW) yang

dihasilkan dari model regresi yaitu 3,375 yang berarti model regresi tidak terdapat

masalah autokorelasi.

Disimpulkan bahwa model regresi ganda dapat digunakan untuk menganalisis

data karena sesuai dengan persyaratan data yang baik, yaitu:

1) Terdapat normalitas

2) Tidak terdapat multikolinieritas

3) Tidak terjadi heteroskedastisitas

4) Tidak terdapat autokorelasi.

4.3 Analisis Uji Hipotesis

4.3.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa jauh pengaruh tingkat

kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan PPh

WP OP. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi

linier berganda, sehingga dari variabel tersebut akan membentuk persamaan:

Y= + 1X1 + 2X2 +

Analisis regresi linier berganda ini menggunakan program IBM SPSS 21 yang terlihat

pada tabel.
102

Tabel 4.9

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 181.606 26.170 6.939 .020

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1) 725.951 84.391 .698 8.602 .013

Pemeriksaan Pajak (X2) 1.786 .399 .363 4.470 .047

a. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)

Sumber: data diolah, 2014

Menurut Tabel 4.9 diatas maka model persamaan regresinya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Nilai = 181,606

Nilai 1 = 725,951

Nilai 2 = 1,786

Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat dibuat persamaan regresi linear

berganda sebagai berikut:

Y= + 1X1 + 2X2
103

Y = 181,606+ 725,951X1 + 1,786X2

Nilai sebesar 181,606, artinya bila X1 (Tingkat kepatuhan wajib pajak) dan

X2 (pemeriksaan pajak) sama dengan nol, maka Y (penerimaan PPh WP OP) adalah

sebesar 181,606 satuan.

Nilai 1 sebesar 725,951, artinya X2 (pemeriksaan pajak) sama dengan nol,

maka setiap perubahan satu satuan X1 (tingkat kepatuhan wajib pajak) akan

meningkatkan Y (penerimaan PPh WP OP) sebesar 725,951 satuan.

Nilai 2 sebesar 1,786, artinya X1 (tingkat kepatuhan wajib pajak) sama

dengan nol, maka setiap perubahan satu satuan X2 (pemeriksaan pajak) akan

meningkatkan Y (penerimaan PPh WP OP) sebesar 1,786 satuan.

4.3.2 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan

variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-

Square). Jika Adjusted R-Square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen

seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang

menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai Adjusted RSquare berkisar hampir 1,

berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel

dependen. Sebaliknya, jika nilai Adjusted R-Square semakin mendekati angka 0

berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi


104

variabel dependen. Pengujian ini menggunakan program IBM SPSS 21 yang terlihat

didalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.10

Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Model Summary

Model Std. Error of the


R R Square Adjusted R Square Estimate

a
1 .997 .994 .988 16.14525

a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak


(X1)

Sumber: data diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dijelaskan bahwa nilai Adjusted R Square

hubungan ketiga variabel tersebut yang diperoleh adalah sebesar 0,998 atau 99,8%.

Angka tersebut memberikan arti bahwa terdapat korelasi yang kuat untuk

peningkatan penerimaan PPh WP OP dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan wajib pajak

dan pemeriksaan pajak.

Sedangkan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,994 yang artinya

bahwa kemampuan variabel tingkat kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak

dapat mempengaruhi naik turunnya tingkat penerimaan PPh WP OP sebesar 99,4%

serta terdapat variabel lain sebesar 0,6% yang tidak diteliti mempengaruhi variabel

penerimaan PPh WP OP.


105

4.3.3 Hasil Statistik Uji-T (Pengujian Pengaruh Parsial)

Untuk menjawab masalah, mencapai tujuan dan pembuktian hipotesis serta

untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh secara signifikan

(nyata) terhadap variabel terikat, maka perlu dilakukan uji t.

Tabel 4.11

Hasil Statistik Uji-T (Partial)

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 181.606 26.170 6.939 .020

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1) 725.951 84.391 .698 8.602 .013

Pemeriksaan Pajak (X2) 1.786 .399 .363 4.470 .047

a. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)

Sumber: data diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, dapat dilihat bahwa nilai konstanta ( α) adalah

sebesar 181,606.

Koefisien a sebesar 725,951. Nilai probabilitas signifikansi 0,013 < 0,05 dan

thitung 8,602 > ttabel 4,30265. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ha 1 diterima,
106

sedangkan Ho1 ditolak. Berarti, bahwa variabel tingkat kepatuhan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap variabel penerimaan PPh WP OP.

Koefisien b sebesar 1,786. Nilai probabilitas signifikansi 0,047 < 0,05 dan

thitung 4,470 > ttabel 4,30265. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ha 2 diterima,

sedangkan Ho2 ditolak. Berarti, bahwa variabel pemeriksaan pajak berpengaruh

signifikan terhadap variabel penerimaan PPh WP OP.

4.3.3 Hasil Statistik Uji F (Pengujian Pengaruh Simultan)

Uji F dilakukan untuk menguji hubungan regresi antar variabel dependen

(penerimaan PPh WP OP) dengan seperangkat variabel independen (tingkat

kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak), dimana:

1. Jika Fhitung lebih besar sama dengan Ftabel maka H0 ditolak dan Ha3 diterima,

artinya terdapat pengaruh yang nyata antar variabel bebas terhadap variabel

terikat (Y).

2. Jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antar variabel bebas

terhadap variabel terikat (Y) sebaliknya.

Hasil Uji F dapat dilihat dalam tabel 4.12 sebagai berikut:


107

Tabel 4.12

Hasil Statistik Uji-F (Simultan)

b
ANOVA

Sum of
Model Df Mean Square F Sig.
Squares

a
1 Regression 87899.395 2 43949.698 168.603 .006

Residual 521.338 2 260.669

Total 88420.734 4

a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1)

b. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)

Sumber: data diolah, 2014

Hasil pengolahan statistik analisis regresi menunjukkan nilai F = 168,603

yang signifikan pada level 0,006. Jadi Fhitung 168,603 > Ftabel 10,13 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,006 < 0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka

model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel-variabel penelitian.

Berarti, tingkat kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan

memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak

orang pribadi.
108

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 21,

variabel tingkat kepatuhan wajib pajak memiliki koefisien sebesar 725,951 dan nilai

thitung sebesar 8,602. Berarti, variabel tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan WPOP atau dengan nilai

probabilitas signifikansi 0,013 < 0,05 dan thitung 8,602 > ttabel 4,30265.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan yang telah dilakukan oleh Alfian

(2013) yag menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan tingkat

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakannya terhadap

perubahan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya

Krembangan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial (Uji T) variabel

tingkat kepatuhan wajib pajak mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar

dibandingkan alpha 5% sebesar 0,270>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel tingkat kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Sari dan Afriyanti (2012) menunjukkan pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap

penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama

Denpasar Timur periode 2004-2008. Berdasarkan hasil penelitian pengujian diketahui


109

thitung 2,777 > ttabel 2,02 dan signifikansi sebesar 0,008 < 0,05 (alpha). Begitu pula

dengan penelitian Suhendra (2010) menunjukkan adanya hubungan positif signifikan

antara kepatuhan wajib pajak terhadap tingkat penerimaan pajak penghasilan yang

diukur dari jumlah SPT yang disampaikan, pengujian hipotesis pertama dilakukan

dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis diterima jika t hitung > ttabel atau

nilai sig < α 0,05. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar 0,005 < α 0,05

dan nilai thitung 2,976 > ttabel 1,980. Jadi, hipotesis yang telah dirumuskan sesuai

dengan hasil penelitian sehingga H1 dapat diterima.

Jadi, semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan

SPT, maka akan semakin tinggi pula peningkatan penerimaan pajak penghasilan

wajib pajak orang pribadi.

4.4.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 21,

variabel pemeriksaan pajak memiliki koefisien sebesar 1,786 dan nilai thitung sebesar

4,470. Berarti, variabel pemeriksaan pajak juga berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan penerimaan PPh WPOP atau dengan nilai probabilitas signifikansi 0,047

< 0,05 dan thitung 4,470 > ttabel 4,30265.

Penelitian ini sejalan dengan penelitan yang telah dilakukan oleh Sukirman

(2011) menemukan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh secara nominal terhadap


110

peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Semarang Timur,

berdasarkan hasil analisa uji peringkat bertanda wilcoxon variabel pemeriksaan pajak

mempunyai nilai (CITSpius2) dibandingkan dengan 1 tahun setelah pemeriksaan

(CITSphisi), maka H0 ditolak dan H1 diterima, dengan rata-rata (Mean) CITSp1us2 =

1,143057 % yang lebih besar jika dibandingkan dengan CITSpiusi = 1,104400 %.

Sari dan Afriyanti (2012) menunjukkan pemeriksaan pajak secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib

pajak badan pada KPP Pratama Denpasar Timur periode 2004—2008., berdasarkan

hasil penelitian uji-T menunjukkan thitung 7,186 > ttabel 2,02 dan signifikansi sebesar

0,000<0,05 (alpha), sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.

Tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan Suhendra (2010) menyatakan

pemeriksaan pajak yang diukur dari jumlah SPT yang diperiksa tidak berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP.

Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel.

Hipotesis diterima jika thitung > ttabel atau nilai sig < α 0,05. Hal ini dapat dilihat bahwa

nilai signifikan sebesar 0,277 < α 0,05 dan nilai t hitung -1,101 > ttabel 1,980. Jadi,

hipotesis yang telah dirumuskan sesuai dengan hasil penelitian sehingga H 2 dapat

diterima.

Jadi, ketika dilakukan pemeriksaan pajak tidak lain yaitu upaya untuk menguji

dan mendorong wajib pajak supaya memenuhi kewajiban perpajakannya (tax


111

compliance) sehingga akan berdampak kepada peningkatan penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi pada KPP yang akan masuk dalam kas negara.
BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepatuhan wajib pajak

dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib

pajak orang pribadi di KPP Pratama Jakarta Jatinegara periode tahun 2009 sampai

dengan tahun 2013.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang

telah dijelaskan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan

wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Jakarta Jatinegara karena

berdasarkan nilai probabilitas signifikansi 0,013 < 0,05 dan thitung 8,602 > ttabel

112
113

4,30265. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ha 1 diterima, sedangkan

Ho1 ditolak.

2. Secara parsial menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh secara

signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak

orang pribadi di KPP Pratama Jakarta Jatinegara karena berdasarkan nilai

probabilitas signifikansi 0,047 < 0,05 dan thitung 4,470 > ttabel 4,30265.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ha 2 diterima, sedangkan Ho2

ditolak.

3. Secara simultan menunjukkan pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak dan

pemeriksaan pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama

Jakarta Jatinegara karena berdasarkan hasil pengolahan statistik analisis

regresi menunjukkan nilai Fhitung 168,603 > Ftabel 10,13 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,006 < 0,05.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa keterbatasan yang ada dalam

penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan purposive sampling, sampel yang dihasilkan

semakin sedikit. Sehingga dalam penelitian harus menambah periode

penelitian lagi.
114

2. Penelitian ini hanya di ruang lingkup KPP Pratama Jakarta Jatinegara,

sehingga sampel yang diperoleh lebih sedikit. Demikian hasil penelitian ini

tidak dapat digeneralisasikan untuk kota-kota lain.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan keterbatasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

ada beberapa rekomendasi yang diberikan kepada peneliti selanjutnya, yaitu:

1. Untuk menambah ruang lingkup KPP agar sampel yang dihasilkan lebih

banyak sehingga hasil penelitian selanjutnya lebih akurat.

2. Perlu diadakan sosialisasi agar wajib pajak memahami dalam pengisian SPT,

sehingga kepatuhan wajib pajak sejalan dengan pengisian SPT secara benar.

3. Perlunya penambahan account representative (AR) dan fungsional pemeriksa

dalam upaya percepatan peningkatan kepatuhan dan penerimaan pada KPP

Pratama Jakarta Jatinegara melihat jumlah wajib pajaknya cukup banyak.

Dimana tiap AR mengawasi serta melayani berkisar 15.112 wajib pajak.

Sementara fungsional pemeriksa yang berjumlah 28 orang hanya bisa

menyelesaikan pemeriksaan all taxes berkisar 280 wajib pajak pertahun.


DAFTAR PUSTAKA

Hutagaol, John, Darussalam, dan Danny Septriadi. (2007). Kapita Selekta


Perpajakan. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Prabowo, Yusdianto. (2002). Akuntansi Perpajakan Terapan. Jakarta: PT.


Grasindo.

Purwono, Herry. (2010). Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak.


Jakarta:Erlangga.

Resmi, Siti. (2011). Perpajakan Teori dan Akuntansi. Jilid 2. Jakarta: Salemba
Empat.

Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:


PT. Bumi Aksara.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Supranto. J. (2009). Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi 7, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2000 Pasal 1


Ayat 25 Tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2007 Pasal


1 Tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.

115
116

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2007 Pasal


1 Ayat 6 Tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2007 Pasal


1 Ayat 11 Tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2007 Pasal


14 Ayat 1 Tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 Pasal


2 Ayat 1 Tentang Pajak Penghasilan.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 Pasal


2 Ayat 2 Tentang Pajak Penghasilan.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 Pasal


4 Tentang Pajak Penghasilan.

Departemen Keuangan. 2000. Keputusan Menteri Keuangan R.I


No.544/KMK.04/2000, Tentang Kriteria Wajib Pajak Patuh.

Alfian, Rahmat. (2013). Pengaruh Kepatuhan Wajib pajak Orang pribadi Terhadap
Penerimaan Pajak Di KPP Pratama Surabay Krembangan. Jurnal Akuntansi
UNESA, (Online), Vol. 1, No. 3, (http://ejournal.unesa.ac.id, diakses 25 Juni
2014).

Andi. (2009). Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPh Pasal 25 Terhadap Kepatuhan


Wajib Pajak. Jurnal Kajian Akuntansi, (Online), Vol. 4, No. 1,
(http://repository.upnyk.ac.id, diakses 23 Oktober 2013).

Anggraeni, Intan Yuningtyas, Farida, Naili, & Saryadi. (2013). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah
117

Satu. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, (Online), (http://undip.ac.id , diakses 23


Oktober 2013).

Aryani. (2002). Pengaturan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dalam Rangka Perdagangan Bebas
Era ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2003. Tesis tidak diterbitkan. Semarang:
Program Magister Universitas Diponegoro.

Aryanti, Yessica Dewi. & Hananto, Hari. (2013). Penerapan Perencanaan Pajak
Untuk Meminimalkan Pembayaran Pajak Penghasilan PT. “X” di Semarang.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, (Online), Vol. 2, No. 1,
(http://journal.ubaya.ac.id, diakses 7 Oktober 2013).

Ernawati, Widi Dwi. (2010). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku
yang Dipersepsikan, dan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dengan Niat Sebagai Variabel Intervening, (Online),
(http://purnomo.lecture.ub.ac.id, diakses 14 Desember 2013).

Geruh, Mayazitha Reggina. (2013). Penerapan Akuntansi Terhadap Pajak


Pertambahan Nilai Pada Pengusaha Kena Pajak. Jurnal EMBA, (Online), Vol.
1, No. 3, (http://ejournal.unsrat.ac.id, diakses 7 September 2013).

Harinurdin, Erwin. (2009). Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi, Bisnis dan Birokrasi, (Online), Vol. 16, No. 2,
(http://journal.ui.ac.id, diakses 5 September 2013).

Herryanto, Marissa dan Toly, Agus Arianto. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Tax and
Accounting Review, (Online), Vol.1, No.1, (http://studentjournal.petra.ac.id,
diakses 17 Juli 2014).

Hutagaol, John., Winarno, Wing Wahyu, Pradipta, Arya. (2007). Strategi


Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Perpajakan Indonesia, (Online),
Volume 6, Nomor 2 http://www.tsm.ac.id, diakses 12 Mei 2014)
118

Irawati. (2008). Kebijakan Mengenai Pemeriksaan Pajak. Jurnal Madani, (Online),


Vol. 8, No. 2, (http://ejournal-unisma.net, diakses 24 Oktober 2013).

Julianti. (2008). Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Sebagai Salah Satu Upaya


Penegakan Hukum Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara.
Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro.

Komarawati, Dewi Rina dan Mukhtaruddin. (2011). Analisis Tingkat Kepatuhan


Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak di kabupaten
Lahat. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, (Online), Vol.6, No.1,
(http://ojs.unud.ac.id, diakses 13 September 2013).

Muliari, Ni Ketut dan Setiawan, Putu Ery. (2009). Pengaruh Persepsi Tentang
Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan
Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Denpasar Timur. Jurnal Ilmu
Akuntansi, (Online), (http://ojs.unud.ac.id, diskes 31 Maret 2014).

Nugroho, Riyadi Fitra. (2010). Keterkaitan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Penghasilan di Kota Semarang. Tesis tidak diterbitkan. Semarang:
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Pangemanan, Rima Naomi. (2013). Hubungan Jumlah dan Kepatuhan Wajib Pajak
Badan dengan Penerimaan PPh KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA, (Online),
Vol.1 No.3, (http://unsrat.ac.id, diakses 6 Oktober 2013).

Rahayu, Sri. & Lingga, Ita Salsalina. (2009). Pengaruh Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi,
(Online), Vol. 1, No. 2, (http://maranatha.edu, diakses 6 Oktober 2013).

Ratag, Giantino A. (2013). Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Aktiva


Tetap Untuk Menghitung PPh Badan Pada PT. Bank Sulut. Jurnal EMBA,
(Online), Vol. 1, No. 3, (https://ejournal.unsrat.ac.id, diakses 7 Oktober 2013).
119

Rustiyaningsih, Sri. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib


Pajak. Widya Warta, (Online), No.02, (http://portal.widyamandala.ac.id, diakses
22 Oktober 2013).

Sari, Lya Martha. (2009). Analisis Dampak Reformasi Pajak 2009 Terhadap Kinerja
Pajak di Indonesia (Khususnya PPn dan PPnBM). Jurnal Akuntansi UNESA,
(Online), Vol. 1, No. 2, (http://unesa.ac.id, diakses 10 September 2013).

Sari, Maria M. Ratna dan Afriyanti, Ni Nyoman. (2012). Pengaruh Kepatuhan


Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap penerimaan PPh pasal 25/29
wajib pajak badan pada kpp pratama denpasar timur. Jurnal Ilmiah Akuntansi.
Vol . 7, No. 1, (http://ojs.unud.ac.id, diakses 10 April 2014)

Siregar, Y. Anita, Saryadi, dan Listyorini, Sari. (2012). Pengaruh Pelayanan Fiskus
dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris
terhadap Wajib Pajak di Semarang Tengah). Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis,
(Online), (http://download.portalgaruda.org, diakses 16 Juni 2014).

Suhendra, Euphrasia Susy. (2010). Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak


Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Jurnal
Ekonomi Bisnis, (Online), Vol 15, No. 1,
(http://www.ejournal.gunadarma.ac.id, diakses 10 September 2013).

Sukirman. (2011). Pengaruh Manajemen Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan


Pajak (Studi Kasus: di KPP Semarang Timur). Analisis Manajemen, Vol. 5,
No. 11, (http://jurnal.umk.ac.id, diakses 10 September 2013).

Suryadi. (2006). Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib


Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di
Wilayahnya Jawa Timur. Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1,
(http://www.perpustakaan.depkeu.go.id, diakses 17 November 2013).
LAMPIRAN
Data Realisasi Jumlah WPOP Terdaftar dan Efektif

Periode Tahun 2009-2013

Tahun WPOP Terdaftar WPOP Efektif

2009 86.796 82.812

2010 81.506 77.522

2011 75.372 71.399

2012 64.824 60.868

2013 45.668 41.754

Total 446.935 423.139

Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara

Data Realisasi Jumlah SPT yang Disampaikan KB, LB, Nihil dan

Aktif

Periode Tahun 2009-2013

Jenis SPT Tahunan WP OP


Tahun
Kurang Lebih
Nihil Aktif
Pajak Bayar Bayar

2009 21.714 1.841 193 23.748

2010 27.261 2.516 31 29.808

2011 26.079 2.4.89 34 28.602

2012 27.924 2.623 49 30.596

2013 27.309 2.516 61 29.886

Total SPT
Tahunan 130.287 9.496 368 142.64
PPh OP

Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara


Surat Tagihan Pajak yang Diterbitkan bagi WP OP

Periode Tahun 2009-2013

Prosentase
Jumlah STP yang Kepatuhan WP Penerimaan Pajak dari
Tahun Diterbitkan bagi Setelah Pelunasan STP
WP OP Diperiksa (Rupiah)

36 WP OP 14% 18.895.597.287
2009
7 WP OP 3% 59.033.840
2010
50 WP OP 20% 185.154.844
2011
74 WP OP 30% 329.175.681
2012
82 WP OP 33% 769.375.425
2013

Total 249 WP OP 100% 202.383.370.77


Sumeber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara

Data Penelitian

Tahun Realisasi
Penerimaan PPh Kepatuhan Wajib Jumlah STP yang Aktif
WP OP (Y) Pajak (X1) (X2)
(dalam miliar)
2009 437.0508085 0.27 36
2010 468.3299818 0.37 7
2011 536.2185527 0.38 50
2012 672.223987 0.47 74
2013 792.3715273 0.65 82

Descriptives

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Penerimaan PPh WPOP (Y) 5 437.05 792.37 581.2390 148.67812
Tingkat Kepatuhan Wajib 5 .27 .65 .4280 .14290
Pajak (X1)
Pemeriksaan Pajak (X2) 5 7.00 82.00 49.8000 30.18609
Valid N (listwise) 5
Uji Normalitas
Uji Homokedastisitas

Uji Multikolenieritas

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Tingkat Kepatuhan Wajib .448 2.232


Pajak (X1)

Pemeriksaan Pajak (X2) .448 2.232

a. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)


Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Model Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .997a .994 .988 16.14525 3.375

a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
b. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)

Regression

Determinasi
Model Summary
Model Std. Error of the
R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .997a .994 .988 16.14525
a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak (X1)

Uji F-Simultan
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 87899.395 2 43949.698 168.603 .006a
Residual 521.338 2 260.669
Total 88420.734 4
a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
b. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)

Uji T-Partial
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 181.606 26.170 6.939 .020
Tingkat 725.951 84.391 .698 8.602 .013
Kepatuhan Wajib
Pajak (X1)
Pemeriksaan 1.786 .399 .363 4.470 .047
Pajak (X2)
a. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Nabilah Nur Azizah Jilan


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Juni 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : jhiejilan@gmail.com
Alamat : Jl. Y Cipinang Muara II Rt 05 Rw 03 No.45,
Jatinegara-Jakarta Timur 13420

II. Data Pendidikan


1. Pendidikan Umum
a. Kuliah di Perbanas Institute Jakarta, tahun 2010 – sekarang
b. SMA Negeri 72 Kelapa Gading Jakarta, tahun 2007 – 2010
c. SMP Negeri 52 Jakarta, tahun 2004 – 2007
d. SD Negeri 06 Pagi Jakarta, tahun 1998 – 2004
e. TK Ikhwanusshafa Jakarta, tahun 1997 – 1998
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243 244 245 245 246
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40 19.41 19.42 19.42 19.43
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76 8.74 8.73 8.71 8.70
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94 5.91 5.89 5.87 5.86
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70 4.68 4.66 4.64 4.62
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03 4.00 3.98 3.96 3.94
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60 3.57 3.55 3.53 3.51
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31 3.28 3.26 3.24 3.22
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10 3.07 3.05 3.03 3.01
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94 2.91 2.89 2.86 2.85
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82 2.79 2.76 2.74 2.72
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72 2.69 2.66 2.64 2.62
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63 2.60 2.58 2.55 2.53
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57 2.53 2.51 2.48 2.46
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51 2.48 2.45 2.42 2.40
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46 2.42 2.40 2.37 2.35
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41 2.38 2.35 2.33 2.31
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37 2.34 2.31 2.29 2.27
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34 2.31 2.28 2.26 2.23
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31 2.28 2.25 2.22 2.20
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28 2.25 2.22 2.20 2.18
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26 2.23 2.20 2.17 2.15
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24 2.20 2.18 2.15 2.13
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22 2.18 2.15 2.13 2.11
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20 2.16 2.14 2.11 2.09
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18 2.15 2.12 2.09 2.07
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17 2.13 2.10 2.08 2.06
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15 2.12 2.09 2.06 2.04
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14 2.10 2.08 2.05 2.03
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.13 2.09 2.06 2.04 2.01
31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 2.20 2.15 2.11 2.08 2.05 2.03 2.00
32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 2.19 2.14 2.10 2.07 2.04 2.01 1.99
33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 2.18 2.13 2.09 2.06 2.03 2.00 1.98
34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 2.17 2.12 2.08 2.05 2.02 1.99 1.97
35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 2.16 2.11 2.07 2.04 2.01 1.99 1.96
36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 2.15 2.11 2.07 2.03 2.00 1.98 1.95
37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 2.14 2.10 2.06 2.02 2.00 1.97 1.95
38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 2.14 2.09 2.05 2.02 1.99 1.96 1.94
39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 2.13 2.08 2.04 2.01 1.98 1.95 1.93
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12 2.08 2.04 2.00 1.97 1.95 1.92
41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03 2.00 1.97 1.94 1.92
42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03 1.99 1.96 1.94 1.91
43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02 1.99 1.96 1.93 1.91
44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01 1.98 1.95 1.92 1.90
45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15 2.10 2.05 2.01 1.97 1.94 1.92 1.89

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 1


Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15 2.09 2.04 2.00 1.97 1.94 1.91 1.89
47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14 2.09 2.04 2.00 1.96 1.93 1.91 1.88
48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03 1.99 1.95 1.92 1.89 1.87
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02 1.98 1.95 1.92 1.89 1.87
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02 1.98 1.94 1.91 1.89 1.86
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01 1.97 1.93 1.90 1.88 1.85
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00 1.96 1.92 1.89 1.87 1.84
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00 1.96 1.92 1.89 1.86 1.84
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.95 1.92 1.89 1.86 1.84
61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09 2.04 1.99 1.95 1.91 1.88 1.86 1.83
62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.99 1.95 1.91 1.88 1.85 1.83
63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.85 1.82
66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.84 1.82
67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.98 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.86 1.84 1.81
70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.02 1.97 1.93 1.89 1.86 1.84 1.81
71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.97 1.93 1.89 1.86 1.83 1.81
72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.85 1.83 1.80
75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.83 1.80
76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.80
79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.79
80 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.21 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.84 1.82 1.79
81 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 2.00 1.95 1.91 1.87 1.84 1.82 1.79
82 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 2.00 1.95 1.91 1.87 1.84 1.81 1.79
83 3.96 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.95 1.91 1.87 1.84 1.81 1.79
84 3.95 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.95 1.90 1.87 1.84 1.81 1.79
85 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.84 1.81 1.79
86 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.84 1.81 1.78
87 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.83 1.81 1.78
88 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.81 1.78
89 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78
90 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 2


Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
91 3.95 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78
92 3.94 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.94 1.89 1.86 1.83 1.80 1.78
93 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.83 1.80 1.78
94 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.83 1.80 1.77
95 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.82 1.80 1.77
96 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.80 1.77
97 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.80 1.77
98 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
99 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
100 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.97 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
101 3.94 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.93 1.88 1.85 1.82 1.79 1.77
102 3.93 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.77
103 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.76
104 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.76
105 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.81 1.79 1.76
106 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.79 1.76
107 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.79 1.76
108 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
109 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
110 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
111 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
112 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.96 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
113 3.93 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.92 1.87 1.84 1.81 1.78 1.76
114 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75
115 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75
116 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75
117 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.80 1.78 1.75
118 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.80 1.78 1.75
119 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.78 1.75
120 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.78 1.75
121 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
122 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
123 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
124 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
125 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
126 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
127 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.86 1.83 1.80 1.77 1.75
128 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.86 1.83 1.80 1.77 1.75
129 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74
130 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74
131 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74
132 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74
133 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74
134 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74
135 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.77 1.74

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 3


Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
136 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.77 1.74
137 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
138 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
139 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
140 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
141 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
142 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
143 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
144 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
145 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
146 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.74
147 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
148 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
149 3.90 3.06 2.67 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
150 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
151 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
152 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
153 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73
154 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73
155 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73
156 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.76 1.73
157 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.76 1.73
158 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
159 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
160 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
161 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
162 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
163 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
164 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
165 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
166 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
167 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
168 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
169 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
170 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
171 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
172 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
173 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
174 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
175 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
176 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
177 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
178 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
179 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
180 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.77 1.75 1.72

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 4


Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
181 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.77 1.75 1.72
182 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.77 1.75 1.72
183 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.77 1.75 1.72
184 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.77 1.75 1.72
185 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.75 1.72
186 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.75 1.72
187 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
188 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
189 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
190 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
191 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
192 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
193 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
194 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
195 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
196 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
197 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
198 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
199 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
200 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.98 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
201 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.98 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
202 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.98 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
203 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.05 1.98 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
204 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.05 1.98 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
205 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.05 1.98 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
206 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.05 1.98 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.72
207 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.05 1.98 1.93 1.88 1.84 1.80 1.77 1.74 1.71
208 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.05 1.98 1.93 1.88 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
209 3.89 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.88 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
210 3.89 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.88 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
211 3.89 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.88 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
212 3.89 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.88 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
213 3.89 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.88 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
214 3.89 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.88 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
215 3.89 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
216 3.88 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
217 3.88 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
218 3.88 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
219 3.88 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.77 1.74 1.71
220 3.88 3.04 2.65 2.41 2.26 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.76 1.74 1.71
221 3.88 3.04 2.65 2.41 2.25 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.76 1.74 1.71
222 3.88 3.04 2.65 2.41 2.25 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.76 1.74 1.71
223 3.88 3.04 2.65 2.41 2.25 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.76 1.74 1.71
224 3.88 3.04 2.64 2.41 2.25 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.76 1.74 1.71
225 3.88 3.04 2.64 2.41 2.25 2.14 2.05 1.98 1.92 1.87 1.83 1.80 1.76 1.74 1.71

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 5


Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262
37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com), 2010 Page 1


Titik Persentase Distribusi t (df = 41 – 80)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127
42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595
43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089
44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607
45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148
46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710
47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291
48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891
49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508
50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141
51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789
52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451
53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127
54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815
55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515
56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226
57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948
58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680
59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930
62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696
63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471
64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253
65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041
66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837
67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639
68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446
69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260
70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079
71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903
72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733
73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567
74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406
75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249
76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096
77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948
78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804
79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663
80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com), 2010 Page 2


Titik Persentase Distribusi t (df = 81 –120)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392
82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262
83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135
84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011
85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890
86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772
87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657
88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544
89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434
90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327
91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222
92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119
93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019
94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921
95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825
96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731
97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639
98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549
99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460
100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374
101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289
102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206
103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125
104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045
105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967
106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890
107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815
108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741
109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669
110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598
111 0.67671 1.28922 1.65870 1.98157 2.36041 2.62085 3.16528
112 0.67669 1.28916 1.65857 1.98137 2.36010 2.62044 3.16460
113 0.67667 1.28909 1.65845 1.98118 2.35980 2.62004 3.16392
114 0.67665 1.28902 1.65833 1.98099 2.35950 2.61964 3.16326
115 0.67663 1.28896 1.65821 1.98081 2.35921 2.61926 3.16262
116 0.67661 1.28889 1.65810 1.98063 2.35892 2.61888 3.16198
117 0.67659 1.28883 1.65798 1.98045 2.35864 2.61850 3.16135
118 0.67657 1.28877 1.65787 1.98027 2.35837 2.61814 3.16074
119 0.67656 1.28871 1.65776 1.98010 2.35809 2.61778 3.16013
120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com), 2010 Page 3


Titik Persentase Distribusi t (df = 121 –160)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
121 0.67652 1.28859 1.65754 1.97976 2.35756 2.61707 3.15895
122 0.67651 1.28853 1.65744 1.97960 2.35730 2.61673 3.15838
123 0.67649 1.28847 1.65734 1.97944 2.35705 2.61639 3.15781
124 0.67647 1.28842 1.65723 1.97928 2.35680 2.61606 3.15726
125 0.67646 1.28836 1.65714 1.97912 2.35655 2.61573 3.15671
126 0.67644 1.28831 1.65704 1.97897 2.35631 2.61541 3.15617
127 0.67643 1.28825 1.65694 1.97882 2.35607 2.61510 3.15565
128 0.67641 1.28820 1.65685 1.97867 2.35583 2.61478 3.15512
129 0.67640 1.28815 1.65675 1.97852 2.35560 2.61448 3.15461
130 0.67638 1.28810 1.65666 1.97838 2.35537 2.61418 3.15411
131 0.67637 1.28805 1.65657 1.97824 2.35515 2.61388 3.15361
132 0.67635 1.28800 1.65648 1.97810 2.35493 2.61359 3.15312
133 0.67634 1.28795 1.65639 1.97796 2.35471 2.61330 3.15264
134 0.67633 1.28790 1.65630 1.97783 2.35450 2.61302 3.15217
135 0.67631 1.28785 1.65622 1.97769 2.35429 2.61274 3.15170
136 0.67630 1.28781 1.65613 1.97756 2.35408 2.61246 3.15124
137 0.67628 1.28776 1.65605 1.97743 2.35387 2.61219 3.15079
138 0.67627 1.28772 1.65597 1.97730 2.35367 2.61193 3.15034
139 0.67626 1.28767 1.65589 1.97718 2.35347 2.61166 3.14990
140 0.67625 1.28763 1.65581 1.97705 2.35328 2.61140 3.14947
141 0.67623 1.28758 1.65573 1.97693 2.35309 2.61115 3.14904
142 0.67622 1.28754 1.65566 1.97681 2.35289 2.61090 3.14862
143 0.67621 1.28750 1.65558 1.97669 2.35271 2.61065 3.14820
144 0.67620 1.28746 1.65550 1.97658 2.35252 2.61040 3.14779
145 0.67619 1.28742 1.65543 1.97646 2.35234 2.61016 3.14739
146 0.67617 1.28738 1.65536 1.97635 2.35216 2.60992 3.14699
147 0.67616 1.28734 1.65529 1.97623 2.35198 2.60969 3.14660
148 0.67615 1.28730 1.65521 1.97612 2.35181 2.60946 3.14621
149 0.67614 1.28726 1.65514 1.97601 2.35163 2.60923 3.14583
150 0.67613 1.28722 1.65508 1.97591 2.35146 2.60900 3.14545
151 0.67612 1.28718 1.65501 1.97580 2.35130 2.60878 3.14508
152 0.67611 1.28715 1.65494 1.97569 2.35113 2.60856 3.14471
153 0.67610 1.28711 1.65487 1.97559 2.35097 2.60834 3.14435
154 0.67609 1.28707 1.65481 1.97549 2.35081 2.60813 3.14400
155 0.67608 1.28704 1.65474 1.97539 2.35065 2.60792 3.14364
156 0.67607 1.28700 1.65468 1.97529 2.35049 2.60771 3.14330
157 0.67606 1.28697 1.65462 1.97519 2.35033 2.60751 3.14295
158 0.67605 1.28693 1.65455 1.97509 2.35018 2.60730 3.14261
159 0.67604 1.28690 1.65449 1.97500 2.35003 2.60710 3.14228
160 0.67603 1.28687 1.65443 1.97490 2.34988 2.60691 3.14195

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com), 2010 Page 4


Titik Persentase Distribusi t (df = 161 –200)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
161 0.67602 1.28683 1.65437 1.97481 2.34973 2.60671 3.14162
162 0.67601 1.28680 1.65431 1.97472 2.34959 2.60652 3.14130
163 0.67600 1.28677 1.65426 1.97462 2.34944 2.60633 3.14098
164 0.67599 1.28673 1.65420 1.97453 2.34930 2.60614 3.14067
165 0.67598 1.28670 1.65414 1.97445 2.34916 2.60595 3.14036
166 0.67597 1.28667 1.65408 1.97436 2.34902 2.60577 3.14005
167 0.67596 1.28664 1.65403 1.97427 2.34888 2.60559 3.13975
168 0.67595 1.28661 1.65397 1.97419 2.34875 2.60541 3.13945
169 0.67594 1.28658 1.65392 1.97410 2.34862 2.60523 3.13915
170 0.67594 1.28655 1.65387 1.97402 2.34848 2.60506 3.13886
171 0.67593 1.28652 1.65381 1.97393 2.34835 2.60489 3.13857
172 0.67592 1.28649 1.65376 1.97385 2.34822 2.60471 3.13829
173 0.67591 1.28646 1.65371 1.97377 2.34810 2.60455 3.13801
174 0.67590 1.28644 1.65366 1.97369 2.34797 2.60438 3.13773
175 0.67589 1.28641 1.65361 1.97361 2.34784 2.60421 3.13745
176 0.67589 1.28638 1.65356 1.97353 2.34772 2.60405 3.13718
177 0.67588 1.28635 1.65351 1.97346 2.34760 2.60389 3.13691
178 0.67587 1.28633 1.65346 1.97338 2.34748 2.60373 3.13665
179 0.67586 1.28630 1.65341 1.97331 2.34736 2.60357 3.13638
180 0.67586 1.28627 1.65336 1.97323 2.34724 2.60342 3.13612
181 0.67585 1.28625 1.65332 1.97316 2.34713 2.60326 3.13587
182 0.67584 1.28622 1.65327 1.97308 2.34701 2.60311 3.13561
183 0.67583 1.28619 1.65322 1.97301 2.34690 2.60296 3.13536
184 0.67583 1.28617 1.65318 1.97294 2.34678 2.60281 3.13511
185 0.67582 1.28614 1.65313 1.97287 2.34667 2.60267 3.13487
186 0.67581 1.28612 1.65309 1.97280 2.34656 2.60252 3.13463
187 0.67580 1.28610 1.65304 1.97273 2.34645 2.60238 3.13438
188 0.67580 1.28607 1.65300 1.97266 2.34635 2.60223 3.13415
189 0.67579 1.28605 1.65296 1.97260 2.34624 2.60209 3.13391
190 0.67578 1.28602 1.65291 1.97253 2.34613 2.60195 3.13368
191 0.67578 1.28600 1.65287 1.97246 2.34603 2.60181 3.13345
192 0.67577 1.28598 1.65283 1.97240 2.34593 2.60168 3.13322
193 0.67576 1.28595 1.65279 1.97233 2.34582 2.60154 3.13299
194 0.67576 1.28593 1.65275 1.97227 2.34572 2.60141 3.13277
195 0.67575 1.28591 1.65271 1.97220 2.34562 2.60128 3.13255
196 0.67574 1.28589 1.65267 1.97214 2.34552 2.60115 3.13233
197 0.67574 1.28586 1.65263 1.97208 2.34543 2.60102 3.13212
198 0.67573 1.28584 1.65259 1.97202 2.34533 2.60089 3.13190
199 0.67572 1.28582 1.65255 1.97196 2.34523 2.60076 3.13169
200 0.67572 1.28580 1.65251 1.97190 2.34514 2.60063 3.13148

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com), 2010 Page 5

Anda mungkin juga menyukai