OLEH
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
NABILAH NUR AZIZAH JILAN
NIM 1011000213
PERSETUJUAN
Oleh
Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak. Drs. Pontas Pane, S.H., Ak., M.M., CA
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI S1/AKUNTANSI
PENGESAHAN
Hari : Jum’at
Tanggal : 21 November 2014
Waktu : 08.00
Oleh
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1/Akuntansi,
PERNYATAAN
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
Nim : 1011000213
Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan
hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan
skripsi ini merupakan hasil plagiat atau menjiplak terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan tata tertib di
Perbanas Institute.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Jatinegara)” yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh
memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menyusun skripsi ini. Disamping itu
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang memungkinkan selesainya skripsi
1. Kedua orang tuaku papa H. Agus Salim S.E., M.M, mama Hj. Delta Esti
Yulimarti dan dua adikku (Nu’man dan Arista) yang telah memberi dukungan
dengan do’a, semangat, baik secara moril dan materiil serta juga membuat
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo selaku Rektor Perbanas Institute
Jakarta
3. Ibu Atik Djayanti, S.E., Ak., M.Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
i
4. Bapak Drs. Pontas Pane, S.H., Ak., M.M., CA selaku dosen pembimbing yang
bimbingannya.
6. Yamaha Rangers: Riri, Wella, Arni, dan Reza yang selalu mencintai penulis,
yang selalu ada menemaniku disaat susah maupun senang dan memberikan
7. The Ladies: Ifa, Vita dan Anin yang selalu menemani penulis dengan
memberikan kasih sayang, dan motivasi yang tinggi dalam menyusun skripsi
ini.
8. Laskar Pontas: Citra dan Kak Rendi yang selalu bersama untuk bimbingan,
9. Widya Agustin yang menemani penulis saat ke KPP dan Brevet Pajak. Kak
Wirando Pratama, S.E. dan Aulia Addin Fatsi yang memotivasi serta
10. Cipinang Jokam Youth Crew khususnya Fika dan Mba Hanny (Ncu) yang
11. Keluarga Besar Organisasi Dinamika New Image Crew khususnya Kak Villa,
Kak Agam, Kak Mirza, Kak Mamat, Kak Budi, Bayu, Oji, Esa, Mimy, Nabila,
ii
Aldo, dan Nadya. Terimakasih atas do’a dan hari-hari indah yang kita lalui.
12. Pak Isriyanto dan Mas Wida (Sub bag umum). Ibu Evi dan Pak Toto (Seksi
PDI). Ibu Yeni dan Mba Yolanda (Seksi Pemeriksaan dan kepatuhan internal).
Pak Bardiyo dan Bu Esti (Seksi Penagihan) di KPP Pratama Jakarta Jatinegara
yang membantu penulis dengan memberikan data untuk keperluan skripsi ini.
memberi izin keluar untuk keperluan skripsi dan memberi semangat kepada
penulis.
Akhiri kata, penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dan semoga hasil penilitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan.
iii
Abstrak
Halaman
SAMPUL
ABSTRAK
iv
2.1 Kajian Teori ……………………………………………... 8
v
2.1.14 Kriteria Wajib Pajak Patuh ………………………. 36
vi
3.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Jatinegara ……… 57
vii
3.8.3.1 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) …………………. 85
PENELITIAN ……………………………………. 88
viii
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………. 115
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
4.6 Data Realisasi Penerimaan PPh WP OP
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR RUMUS
Uraian Halaman
Pajak Terutang 29
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
peningkatan sistim perpajakan yang jauh lebih adil dan sederhana, maka
penghasilan wajib pajak orang pribadi, yaitu kepatuhan wajib pajak dan
1
2
dan jujur (Harinurdin, 2009). Kondisi ideal tersebut, diartikan sebagai suatu
(Harinurdin, 2009). Jadi, kepatuhan wajib pajak yaitu kemauan dan kesadaran
Lingga, 2009).
tahun pajak disebut pajak penghasilan (Komarawati, 2011 dalam Alfian, 2013).
PPh termasuk pajak langsung dikarenakan pajak ini harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak bisa dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain
(Pangemanan, 2013).
Di kantor pelayanan pajak (KPP) wajib pajak yang terdaftar ada 2 jenis,
yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan (Pangemanan, 2013).
Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak itu sangat
diperlukan karena dari sektor pajak termasuk posisi yang starategis untuk upaya
wajib pajak orang pribadi baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan
3
usaha berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu
tahun pajak (Ratag, 2013). Pajak penghasilan orang pribadi termasuk salah satu
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam hal ini pelaporan SPT tahunan,
ditunjukan dari naik turunnya jumlah SPT tahunan yang dilaporkan ke KPP
wajib pajak yang diukur dari jumlah SPT yang disampaikan berpengaruh
self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada
hal yang pokok, dimana prinsip itikad baik merupakan tuntunan moral untuk
pajak tidak lain yaitu upaya untuk menguji dan mendorong wajib pajak supaya
kepada peningkatan penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas
pajak orang pribadi lebih bayar, maka untuk menelusuri kebenaran surat
kelebihan setoran dan/atau pajak yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain
dengan pajak masa/tahun berikutnya (kompensasi). Oleh karena itu, berarti ada
sejumlah uang yang telah disetor ke kas negara akan dikembalikan, sehingga
mengurangi jumlah penerimaan pajak (Andi, 2009). Heryanto dan Toly (2013)
Selain itu, Suhendra (2010) menyatakan pemeriksaan pajak yang diukur dari
Jatinegara)”.
5
Judul yang ingin diteliti memiliki 3 variabel yaitu pengaruh tingkat kepatuhan
wajib pajak orang pribadi. Menurut permasalahan diatas maka rumusan masalah
orang pribadi?
adanya batasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini
terhadap apa yang akan diteliti dan apa yang akan disimpulkan. Dalam
karena itu, untuk mendapatkan arah pembahasan yang lebih baik sehingga
6
tercapainya tujuan dalam penelitian ini maka penulis akan membatasi ruang
1. Kantor Pelayanan Pajak yang akan diteliti dan diambil datanya yaitu
variabel jumlah STP periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
pribadi.
pribadi.
7
Hasil penelitian ini ialah data dan informasi yang diharapkan dapat
referensi untuk masa yang akan datang tentang kepatuhan wajib pajak
HIPOTESIS
terlihat sejak awal berdirinya Republik ini. Bersumber pada data APBN dari tahun
sektor perpajakan telah memberikan sokongan yang cukup signifikan, yaitu di atas
50% dan bahkan untuk 5 tahun terakhir rata-rata peningkatan penerimaan pajak
untuk APBN berkisar 70%. Salah satu syarat mutlak menuju kemandirian bangsa
8
9
Tahun 2009 pasal 1 angka 1, pengertian pajak yaitu kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
kemakmuran rakyat.
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
menyatakan bahwa: ―Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang
dipungut oleh penguasa berdasakan norma – norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum‖.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Adriani yaitu: ―Pajak adalah iuran
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib
10
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum
baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan public dari
Dari beragam pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli ditambah
dengan definisi resmi pajak yang terdapat dalam UU, dapat disimpulkan bahwa
bersifat memaksa.
ditunjuk.
penyelenggaraan pemerintahan.
(pemerataan kesejahteraan).
11
2. Menurut sifat
mewah.
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
Menurut Resmi (2011:3) terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair
atas barang mewah (PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), dan lain-
lain.
keuangan.
Dalam stelsel ini pemungutan pajak dapat dilakukan pada awal tahun
3. Stelsel Campuran
berlaku pengenaan pajak pada awal tahun yang didasarkan pada suatu
anggapan dan pada akhir tahun yang didasarkan pada suatu kenyataan,
Asas utama yang sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk
luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2. Asas Sumber
diperolehnya tadi.
3. Asas Kebangsaan
penerimaan negara.
16
Ciri-cirinya:
pada fiskus.
oleh fiskus.
2. Self-Assessment System
terutang.
17
Ciri-cirinya:
kepada pihak ketiga (bukan fiskus) dan bukan wajib pajak yang
wajib pajak.
Ciri-cirinya:
Ada dua pengertian untuk kata pajak penghasilan. Secara bebas arti pajak
peran aktif warga negara dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai
Penghasilan merupakan jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan
orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk
(Prabowo, 2002:19).
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,
baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, yang bisa digunakan
yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam
tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan
2002:19).
prinsip perpajakan yang dianut secara universal yaitu keadilan, kemudahan dan
dengan tetap mempertahankan sistem self assessment. Oleh karena itu, arah dan
serta
mendapat prioritas.
20
2.1.8.2 Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri
adalah:
21
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang
dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
undangan;
berhak.
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang
tetap di Indonesia;
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang
pada anggota.
Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar
untuk menghitung pajak terutang. Objek pajak untuk PPh yaitu penghasilan.
Sesuai Pasal 4 ayat (1) UU PPh yang termasuk penghasilan sebagai onjek pajak
bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
3. Laba usaha;
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan
atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
bersangkutan;
perusahaan pertambangan.
pengembalian utang;
25
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi ;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
Di samping itu, juga ada beberapa jenis penghasilan yang tidak termasuk
1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan
para penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau
yang bersangkutan;
3. Warisan;
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, wajib
Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan
Pasal 15 UU PPh;
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
kolektif;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih
a. Diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi
sekolah, biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi
yang diambil, biaya untuk pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang
13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Peenyelenggara jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
tertentu terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP yang digunakan sebagai
Dalam UU PPh Indonesia dikenal dua golongan wajib pajak, yaitu wajib
pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri. Bagi wajib pajak dalam negeri
pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnya PKP, yaitu dengan
Untuk menghitung PKP bagi wajib pajak orang pribadi, disamping biaya-biaya
informasi yang benar dan lengkap tentang besarnya penghasilan wajib pajak.
Supaya data atau informasi dimaksud dapat disajikan maka wajib pajak harus
usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran bruto tertentu,
netto bagi wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
(Waluyo, 2011:105).
penghasilan netto yang diterbitkan oleh DJP dan disempurnakan terus menerus.
1. Tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang
lengkap atau
secara benar.
Bagi wajib pajak luar negeri, penentuan besarnya PKP dibedakan menjadi
wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dan wajib pajak luar negeri.
pajak atas penghasilan yang diperoleh wajib pajak yang bersangkutan dan
menghitung pajak atas penghasilan pihak lain. Menghitung pajak atas penghasilan
Menghitung pajak atas penghasilan pihak lain dilakukan pada saat wajib pajak
membayarkan penghasilan kepada pihak lain dilakukan pada saat wajib pajak
31
membayarkan penghasilan kepada pihak lain dalam bentuk gaji, upah, tunjangan,
menjadi dua yaitu tarif umum sesuai Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 dan tarif
(satu) tahun dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh
perbulan.
32
6. tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikan dengan 50% dari jumlah
berkesinambungan;
tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikan dengan jumlah penghasilan bruto
untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah;
pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan,
upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi
melebihi Rp. 1.320.000,00 dan atau tidak dibayarkan secara bulanan, maka
PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif
besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai
dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau
Keuangan Daerah dipotong PPh Ps. 21 dengan tarif 15% dari penghasilan
bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. IId
33
kebawah.
Tabel 2.1
11. Berdasarkan UU PPh pasal 17, besarnya tarif pajak penghasilan bagi wajib
Tabel 2.2
12. Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20 % lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 17.
pemberitahuan (SPT) ialah surat yang oleh wajib pajak dipergunakan untuk
objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan perpajakan.
pajak.
2. Bagi Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu
35
undangan perpajakan.
disetorkan.
suka menurut (perintah), taat kepada perintah atau aturan, berdisiplin. Sementara
arti kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan. Pengertian ini termasuk kepatuhan
Jadi, kepatuhan wajib pajak yaitu kemauan dan kesadaran wajib pajak untuk
kepatuhan formal dan material. Kepatuhan formal adalah keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai dengan isi
wajib pajak dalam membayar pajak yakni posisi yang strategis (Anggraini, Farida
dan Saryadi, 2013). Karena kepatuhan wajib pajak bisa diartikan sebagai suatu
Terlepas dari sudut pandang masyarakat, bahwa pajak ialah sesuatu yang
Listyorini, 2012).
37
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam
pajak.
e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit
fiskal.
dibandingkan dengan pemberian pelayanan terhadap wajib pajak yang belum atau
tidak patuh. Fasilitas yang diberikan dari Dirjen Pajak kepada wajib pajak yang
untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN, tanpa melalui penelitian dan
Pasal 1 (25) UU ketentuan umum dan tata cara perpajakan no. 16 tahun
mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam
sebab kesan yang dirasakan saat ini adalah apabila diperiksa berarti konotasinya
dengan baik. Pemeriksaan pajak yaitu alat bagi pemerintah, dalam hal ini DJP,
untuk menilai kepatuhan WP. Apabila tidak dilakukan penegakan hukum akan
39
pada KPP yang akan masuk dalam kas negara (Suhendra, 2010). Bila telah
maupun formal).
1. Pemeriksaan Lengkap
sebelumnya.
dokumen.
2. Pemeriksan Korespondensi
pajak melalui jasa pengiriman dan tidak ada kontak langsung dengan
wajib pajak.
2007:80-81).
a. Pemeriksaan Rutin
terhadap wajib pajak yang berhubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban
tidak dipenuhi.
b. Pemeriksaan Khusus
dengan adanya data, informasi, laporan atau pengaduan yang berkaitan dengan
wajib pajak tersebut, atau untuk memperoleh data atau informasi untuk tujuan
apabila terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap
pajak atau penanggung pajak yang dapat merupakan objek sita, sehubungan
dengan adanya tunggakan pajak yang penagihannya akan dilakukan sesuai dengan
Lain yaitu: pemeriksaan dilakukan yang pada prinsipnya tidak dimaksudkan untuk
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP).
perpajakan
Pajak Berganda .
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak badan atau wajib pajak
orang pribadi yang terpilih berdasarkan skor resiko tingkat kepatuhan secara
untuk mengurangi unsur subjektifitas dalam menentukan pilihan wajib pajak yang
Berdasarkan sistem pemilihan seperti tersebut di atas, wajib pajak yang akan
diperiksa adalah wajib pajak yang mempunyai potensi fiscal tinggi, tetapi
perpajakannya.
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan. Dari hasil
kewajiban perpajakan oleh wajib pajak yang mengarah ke tindak pidana di bidang
cerminan upaya penegakan hukum yang sungguh- sungguh akan diwujudkan oleh
Direktoran Jenderal Pajak. Jadi, bukanlah hanya sekedar wacana semata. Apabila
dalam SPT Lebih Bayar terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan dan
d. Melakukan penyegelan
f. Melakukan konfirmasi
pemeriksaan (SPHP) dan disampaikan kepada wajib pajak untuk direspon. Dalam
a. Pemeriksaan Lengkap
d. Pemeriksaan Korespondensi
minggu.
yang mana laporan pemeriksaan pajak yaitu laporan hasil pemeriksaan yang
disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuan pemeriksaan. Laporan pemeriksaan ini yang akan digunakan
sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak
(STP), atau untuk tujuan lain yaitu pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
Surat tagihan pajak (STP) merupakan surat untuk melakukan tagihan pajak
pembayaran dari yang seharusnya, dan tunggakan pajak yang terlambat dibayar
(STP bunga Penagihan). Pokok pajak dari kekurangan pembayaran ini dapat
menjadi kredit pajak yang sifatnya mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak;
Menurut pasal 14 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2007 j.o. PMK No.
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
selain: identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
Tabel 2.3
menyatakan tidak
terjadi hubungan
diantara kedua
variabel tersebut
Sumber: Berbagai jurnal dan tesis
mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, maka semakin tinggi pula
penerimaan pajak dalam hal ini pajak penghasilan (Pangemanan, 2013). Ketika
wajib pajak mempunyai penghasilan yang tinggi biasanya cenderung untuk lebih
Teori ini juga di dukung dari hasil penelitian Sari dan Afriyanti (2012)
penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Denpasar Timur
adanya hubungan positif signifikan antara kepatuhan wajib pajak terhadap tingkat
penerimaan pajak penghasilan yang diukur dari jumlah SPT yang disampaikan.
Tetapi penelitian Alfian (2013) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
52
1 sebagai berikut:
Pribadi
mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan (Irawati, 2008). Pemeriksaan pajak merupakan sebagai salah satu alat
bagi pemerintah yang penting, dalam hal ini DJP, untuk menguji dan mendorong
mempengaruhi penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas negara
penerimaan pajak penghasilan badan. Selain itu, Sari dan Afriyanti (2012)
penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama
pemeriksaan pajak yang diukur dari jumlah SPT yang diperiksa tidak berpengaruh
53
Sesuai hasil hipotesis yang telah dibuat yaitu hipotesis 1 dan 2 maka dapat
secara lebih singkat. Sehingga bisa dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
(Y)
Pemeriksaan Pajak
H2
(X2)
H3
wajib pajak (X1) dan pemeriksaan pajak (X2) merupakan variabel independen
pribadi (Y) di KPP sebagai variabel dependen baik secara parsial maupun
simultan.
landasan teori, dan penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran teoritis maka
dalam penelitian ini hipotesis yang akan digunakan untuk menguji variabel-
variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
Jatinegara
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pajak
443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil,
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara berdiri sejak bulan April
merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Timur Dua yang
55
56
Sejak bulan Juli tahun 2007 Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Jatinegara berubah
Pajak Pratama Jakarta Jatinegara menempati gedung sendiri yang beralamat di Jl.
Timur.
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara terdiri dari
1. Kelurahan Balimester
7. Kelurahan Bidaracina
8. Kelurahan Rawabunga
1. Visi
Visi dari KPP Pratama Jakarta Jatinegara adalah penerapan sistem administrasi
perpajakan modern didasarkan pada visi Direktorat Jenderal Pajak untuk menjadi
2. Misi
Misi dari KPP Pratama Jakarta Jatinegara adalah menghimpun dana dari dalam
negeri di bidang perpajakan untuk menuju atau dalam rangka menunjang kemandirian
Pajak Penjualan atas Barang Merah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dan Kantor Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara dipimpin oleh seorang Kepala
3. Seksi Ekstensifikasi
4. Seksi Pelayanan
5. Seksi Penagihan
6. Seksi Pemeriksaan
8. Kelompok Fungsional
Komposisi dan jumlah pegawai pada KPP Pratama Jakarta Jatinegara melihat
Tabel 3.1
Pendidikan Terakhir
1. Kepala Kantor 1 - - - - 1
4. Seksi Pelayanan 1 1 3 1 11 17
5. Seksi Penagihan - 2 1 2 4 9
7. Seksi Ekstensifikasi - 2 1 - 4 7
8. Seksi Waskom 6 12 6 2 2 28
Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara pada Sub Bagian Umum tahun 2014
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Jatinegara Tahun 2014
KEPALA
KANTOR
KELOMPOK PEJABAT
FUNGSIONAL
Sumber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara pada Sub Bagian Umum tahun 2014
Keterangan: Seksi Pengawasan dan Konsultasi/Waskom terdiri dari 4 seksi yang dibagi berdasarkan
wilayah kerja masing-masing.
61
Terkait dengan tabel 3.1 dan gambar 3.1 diatas, dalam hal kepatuhan wajib pajak
maka seksi terkait berhubungan dengan seksi PDI, seksi pelayanan dan konsultasi
akan berhubungan dengan seksi pemeriksaan, kelompok pejabat fungsional dan seksi
Berikut uraian tugas pokok, fungsi, dan sub bagian dari bagian-bagian yang ada
1. Kepala Kantor
Setiap KPP Pratama terdiri dari atas Kepala Kantor yang mempunyai tugas dalam
Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya
Tugas dari Sub Bagian Umum adalah membantu dan menunjang kelancaran
tugas dari Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan
kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian,
62
keuangan, rumah tangga serta kelengkapan untuk menunjang kelancaran tugas dari
fungsi yaitu :
keuangan lainnya
3. Seksi Pelayanan
Tugas dari seksi pelayanan adalah membantu tugas Kepala Kantor dalam
yang berlaku.
63
f. Penyuluhan Perpajakan
b. Operator Console
64
perpajakan
5. Seksi ekstensifikasi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan
ekstensifikasi perpajakan
Seksi pengawasan dan konsultasi ini menjalankan fungsi yang fital di KPP
Pratama. Dalam satu KPP Pratama biasanya terdapat 4 (empat) Kepala Seksi
wilayah (territorial) tertentu. Seksi pengawasan dan konsultasi I-IV terdiri dari
jawabnya. Penunjukan AR untuk setiap Wajib Pajak juga bertujuan agar segala
permasalahan perpajakan (PPh, PPN dan PTLL) Wajib Pajak dapat segera
selft assessment system. Secara rinci fungsi Account Representative (AR) adalah
sebagai berikut :
2. Pelayanan lain
media masa)
7. Penyusulan pemeriksaan
8. Pembuatan profile WP
67
(AR)
dengan SOP nya apa belum termasuk kalau ada yang melakukan
penyimpangan.
68
8. Seksi Penagihan
tersebut
bank
dilakukan oleh DJP yang bertujuan memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib
senantiasa dijadikan landasan untuk terus memperbaiki diri menuju institusi yang
Dari hal yang telah diuraikan diatas, DJP menciptakan beberapa produk
1. E-Registration
penerimaan Negara dan merupakan bagian dari sistem penerimaan dan anggaran
Negara. Nilai lebih sistem MPN adalah karena terintegrasi dengan sistem
Depkeu. SPN mencakup penerimaan Negara dari : Setoran Pajak, setoran bukan
pajak, setoran PBB dan BPHTB, setoran bea masuk dan cukai, setoran pungutan
direkam oleh Bank dan DJP pada saat yang bersamaan. Sistem yang ada pada
DJP menerbitkan satu nomor menu MP3 unik yang disebut Nomor Tanda
pembayaran pajak di kantor pusat DJP akan ditransfer setiap hari ke sistem yang
71
ada pada KPP, dan data ini secara otomatis akan dibukukan pada rekening Wajib
Pajak
e-SPT adalah aplikasi yang mempermudah Wajib Pajak dalam pelaporan PPh,
PPN dan PPnBM. Aplikasi e-SPT sendiri disediakan secara gratis melalui para
Pajak mengenai penggunaan aplikasi tersebut. Data untuk e-SPT dapat di input
dari sistem komputer Wajib Pajak ke dalam aplikasi e-SPT. Data dalam e-SPT
Data ini akan dibukukan secra otomatis ke dalam rekening Wajib Pajak
elektronik (e-Filing) melalui satu atau beberapa perusahaan penyedia jasa aplikasi
Untuk mencapai target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, Kantor ini
didukung oleh sumber daya manusia yang cukup handal, yang secara tingkat
lagi adalah berada dibawah komando Direktorat Jenderal Pajak. Kantor ini secara
Sub Bagian Umum ini dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Umum yang
2. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang membawahi
ini merupakan peleburan dari Seksi Tata Usaha Perpajakan KPP dan Seksi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
penyiapan laporan kerja. Seksi ini merupakan peleburan dari Seksi PDI dan Seksi
Penerimaan dan Keberatan pada KPP serta Seksi PDI dan Seksi Penerimaan pada
4. Seksi Ekstensifikasi
Seksi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang membawahi beberapa
pelaksana yang mempunyai tugas pencarian data potensi perpajakan dalam rangka
intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga dalam
perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang membawahi
beberapa pelaksana dan Juru Sita Pajak dengan mempunyai tugas melakukan
dokumen penagihan.
Seksi Pemeriksaan ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang membawahi
internal KPP
Seksi Pengawasan dan Konsultasi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
melakukan evaluasi hasil banding. Pada setiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Dalam Kelompok Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak terdiri dari dua orang
supervisor yang membawahi empat tim pemeriksa pajak yang bertanggung jawab
secara langsung kepada Kepala Kantor. Tugas tim pemeriksa ini adalah
agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Rencana
serta struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa supaya diperoleh jawaban
atas dua variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak. Sedangkan variabel
wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah yang ingin
dicapai, maka jenis penelitian ini tergolong jenis penelitian kuantitatif. Jenis
penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis. Ruang lingkup
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak,
dibawah ini:
76
dilihat dari jumlah penerimaan PPh WP OP yang diterima KPP Pratama Jatinegara
Jakarta pertahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, akan tetapi tidak
Kepatuhan wajib pajak yaitu kemauan dan kesadaran wajib pajak untuk
SPT wajib pajak OP dengan jumlah wajib pajak OP efektif yang merupakan
b. Pemeriksaan Pajak
(Irawati, 2008). Jika semakin tinggi pemeriksaan pajak untuk menguji dan
pada KPP yang akan masuk dalam kas negara (Suhendra, 2010). Pemeriksaan
pajak sebagai variabel moderator (X2) diukur dengan jumlah STP yang
diterbitkan bagi WP OP pertahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.
merupakan produk hasil pemeriksaan yang paling banyak diterbitkan oleh KPP
Tabel 3.2
yang diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta
Jatinegara, sedangkan sampelnya yaitu wajib pajak orang pribadi yang efektif
(membayarkan pajaknya) pertahun mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 ke
KPP Pratama Jakarta Jatinegara. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
1. Wajib pajak orang pribadi yang menyampaikan SPT pada KPP Pratama
2. Surat tagihan pajak yang diterbitkan untuk WP OP yang aktif di KPP Pratama
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang
baerkaitan dengan objek yang sedang diteliti (Siregar, 2013:37). Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari KPP Pratama Jakarta
80
Jatinegara di lingkungan Jakarta Timur untuk tahun pajak 2009, 2010, 2011, 2012
1. Data realisasi penerimaan PPh WP OP pertahun mulai tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013.
3. Data jumlah STP yang diterbitkan bagi WP OP pertahun mulai tahun 2009 sampai
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik
informasi yang bisa berguna untuk penelitian. Data yang diperoleh terkait dengan
kebutuhan penelitian seperti data mengenai pengaruh kepatuhan wajib pajak yang
pajak berupa jumlah STP yang diterbitkan serta realisasi penerimaan PPh.
81
meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari variabel
independen. Analisis regresi ini merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Analisis regresi yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah regresi linear.
Sebelum dilakukan uji regresi berganda akan dilakukan pengujian asumsi klasik
sebagai berikut:
Uji normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi, variabel dependen
dan independen keduanya meliliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi normal mendekati nilai normal dengan cara yaitu
sebagai berikut:
a. Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat analisis normalitas residual adalah
melihat grafik histogram. Namun hal ini dapat membingungkan, khususnya untuk
jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah normal
Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonal.
b. Analisis statistik
b. Apabila probabilitas nila Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka H0
Pengujian ini bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antara
variabel bebas (Independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
tolerance dan lawanya variance inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap
pengujian ini dapat dilihat dari nilai VIF menggunakan persamaan VIF = 1/tolerance.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat penyebaran data. Uji ini dapat dilakukan
dengan melihat grafik plot antara nilai perdiksi variabel independen (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu
Pengujian ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan
Apabila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) berarti
telah memenuhi asumsi klasik regresi atau berarti tidak dapat autokolerasi (Stiawan,
2009).
84
Metode analisis yang dipakai dalam penilitian ini adalah metode kuantitatif.
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010:12). Maka data tersebut harus
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengujian asumsi klasik,
kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan PPh
Y= + 1X1 + 2X2 +
85
α = Konstanta
X2 = Pemeriksaan Pajak
= Error
apakah variabel kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak berpengaruh secara
variasi variabel dependen. Hal ini ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi
dependen. Dengan kata lain semakin besar pengaruh semua variabel independen
independen dan dependen berpengaruh secara signifikan, yaitu dengan tanda positif
atau negatif (Sugiyono, 2010:304). Pengujian dilakukan dengan uji t atau sign test,
yaitu membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. Uji ini dilakukan dengan syarat:
a) Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima yaitu variabel independen
b) Jika t hitung > t tabel atau –t hitung > -t tabel, maka H0 ditolah yang berarti
Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai signifikasi t pada tingkat α
didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikasi t dengan nilai signifikasi 0,05,
a) Jika signifikasi t < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti variabel independen
b) Jika signifikasi t > 0,05 maka H0 diterima yaitu variabel independen tidak
H0: b1, b2, b3 = 0, kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara
OP.
Ha: b1, b2, b3 ≠ 0, kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara
a. Apabila hasil signifikansi lebih besar (>) dari 0,05 maka H0 diterima
atau,
b. Apabila hasil signifikansi lebih kecil (<) dari 0,05 maka H0 ditolak.
BAB IV
selama tahun 2009 hingga 2013 serta menggunakan data tahunan. Sebelum
88
89
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 5
yang digunakan dalam penelitian ini selama jangka waktu tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013.
Penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi (Y) memiliki nilai rata-
rata sebesar Rp 581,2390 miliar, nilai maksimum sebesar Rp 792,37 miliar, nilai
minimum sebesar Rp 437,05 miliar serta nilai standar deviasi sebesar Rp 148,67812
Tingkat kepatuhan wajib pajak (X1) memiliki nilai rata-rata sebesar 42,8%, nilai
maksimum sebesar 65%, nilai minimum sebesar 27% serta nilai standar deviasi
Pemeriksaan pajak (X2) memiliki nilai rata-rata sebesar 49,8 untuk STP yang
aktif, nilai maksimum sebesar 82 untuk STP yang aktif, nilai minimum sebesar 7
90
untuk STP yang aktif serta nilai standar deviasi sebesar 30,18 untuk STP yang aktif
Jatinegara
Kepatuhan wajib pajak yaitu kemauan dan kesadaran wajib pajak untuk
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Data Realisasi Jumlah SPT yang Disampaikan KB, LB, Nihil dan Aktif
Total
SPT
Tahunan 130.287 9.496 368 142.64
PPh OP
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dijelaskan bahwa untuk tahun
pajak 2009, jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Jatinegara sebanyak 86.796. Dari 86.796 wajib pajak orang
pribadi yang terdaftar, sekitar 82.812 merupakan wajib pajak orang pribadi yang
efektif. Dari jumlah wajib pajak orang pribadi yang efektif, sebanyak 23.748 wajib
Pada tahun pajak 2010, dari 81.506 jumlah wajib pajak orang pribadi
terdaftar, sebanyak 77.522 wajib pajak orang pribadi tercatat sebagai wajib pajak
92
yang efektif. Dari jumlah wajib pajak orang pribadi efektif yang tercatat pada tahun
pajak 2010, sebanyak 29.808 wajib pajak telah menyampaikan SPT tahunannya.
Sementara itu untuk tahun pajak 2011, tercatat sebesar 75.372 wajib pajak
orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Jatinegara. Sebanyak 71.399
wajib pajak tercatat sebagai wajib pajak orang pribadi efektif. Dari 71.399 wajib
pajak orang pribadi efektif, sebanyak 28.602 wajib pajak telah menyampaikan SPT
tahunannya.
Wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada tahun 2012 yaitu sebanyak
64.824. Sesuai dari jumlah wajib pajak yang terdaftar, sebanyak 60.868 wajib pajak
merupakan wajib pajak yang efektif. Dari jumlah wajib pajak yang efektif, sebanyak
Tercatat di tahun pajak 2013 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada
KPP Pratama Jakarta Jatinegara yaitu sebanyak 45.668. Berdasarkan jumlah wajib
pajak yang terdaftar, sebanyak 41.754 yang termasuk wajib pajak efektif. Dari jumlah
wajib pajak efektif, sebanyak 29.886 wajib pajak telah menyampaikan SPT
tahunannya.
93
Tabel 4.4
Jumlah Prosentase
Jumlah WP Lapor Prosentase
WP yang Peningkatan
Tahun SPT Kepatuhan (%)
Terdaftar Kepatuhan
(2) (3) = (2) : (1)
(1) (%)
terdaftar yang terjadi cukup tinggi yaitu pada tahun 2009 sebesar 86.796. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa dari jumlah wajib pajak orang pribadi yang melapor dan
setiap tahunnya. Oleh sebab itu, terdapat peningkatan kepatuhan wajib pajak orang
mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan (Irawati, 2008). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data STP yang
diterbitkan bagi WP OP pertahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 pada
Tabel 4.5
Prosentase
Jumlah STP yang Kepatuhan WP Penerimaan Pajak dari
Tahun Diterbitkan bagi Setelah Pelunasan STP
WP OP Diperiksa (Rupiah)
36 WP OP 14% 18.895.597.287
2009
7 WP OP 3% 59.033.840
2010
50 WP OP 20% 185.154.844
2011
74 WP OP 30% 329.175.681
2012
82 WP OP 33% 769.375.425
2013
249 WP OP 100% 202.383.370.77
Total
Sumeber: KPP Pratama Jakarta Jatinegara Tahun 2014
Menurut Tabel 4.5 dijelaskan bahwa kepatuhan wajib pajak orang pribadi
setelah diperiksa, dalam hal pelunasan STP yang diterbitkan oleh seksi pemeriksaan
yaitu pada tahun 2009 sebesar 14%, tahun 2010 sebesar 3%, tahun 2011 sebesar 20%,
tahun 2012 sebesar 30%, dan tahun 2013 sebesar 33%. Sehingga terjadi peningkatan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi setelah diperiksa sebesar 33% di tahun pajak
2013, dalam hal pelunasan STP yang diterbitkan oleh seksi pemeriksaan.
kenaikkan penerimaan PPh WP OP yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi
sebesar Rp 202.383.370.77 dari tahun pajak 2009 hingga 2013. Peningkatan yang
Jatinegara
diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan
masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang
data realisasi penerimaan PPh WP OP pada KPP Pratama Jakarta Jatinegara sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Target Realisasi/Pendapatan
Tahun
(dalam miliar) (dalam miliar)
penghasilan wajib pajak orang pribadi dari tahun 2009 hingga 2013 terdapat total
melakukan peramalan.
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan independen keduanya meliliki distribusi normal atau tidak. Untuk
menguji hal tersebut dapat dipergunakan metode grafis normal P-P Plot dari
sebarannya berada di sekitar garis normal, maka asumsi kenormalan bisa dipenuhi.
Selain itu uji Kolmogorov-Sminov juga bisa digunakan untuk melihat kenormalan
97
dengan identifikasi jika nilai p-value lebih besar dari alpha, maka asumsi kenormalan
bisa diterima.
Gambar 4.1
dan penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa setelah
dilakukan pengolahan data melalui program IBM SPSS 21, persamaan regresi tetap
inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah
yang dijelaskan variabel independen lainnya. Multikolinearitas dapat dilihat dari (1)
nilai tolerance (TOL) dan lawannya (2) Variant Inflation Factor (VIF). Apabila
Tolerance lebih dari 0.1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.7
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.7 diatas dilihat pada kolom Collinearity
Statistics bahwa model regresi layak dipakai, karena memenuhi kriteria yang ada
dimana nilai tolerance 0,448<0,1 dan nilai VIF 2,232>1,0. Jadi, dapat disimpulkan
Pengujian ini bertujuan untuk melihat penyebaran data. Uji ini dapat dilakukan
dengan melihat grafik plot antara nilai perdiksi variabel independen (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu
Gambar 4.2
Berdasarkan hasil analisis gambar 4.2 uji scatterolot diatas menunjukkan pola
yang menyebar, hal ini mendukung bukti bahwa tidak adanya masalah
Pengujian ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan
Apabila d < dl atau d>(4-dl) berarti terdapat autokorelasi. Apabila d terletak antara du
dan (4-du) berarti tidak terdapat korelasi. Jika d terletak angtara dl dan du atau antara
(4-dl), maka tidak dapat disimpulkan ada tidaknya korelasinya. Hasil uji autokorelasi
Tabel 4.8
b
Model Summary
a
1 .997 .994 .988 16.14525 3.375
a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
Berdasarkan hasil Tabel 4.8 diatas didapat nilai Durbin-Watson (DW) yang
dihasilkan dari model regresi yaitu 3,375 yang berarti model regresi tidak terdapat
masalah autokorelasi.
1) Terdapat normalitas
kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan PPh
WP OP. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi
Y= + 1X1 + 2X2 +
Analisis regresi linier berganda ini menggunakan program IBM SPSS 21 yang terlihat
pada tabel.
102
Tabel 4.9
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1) 725.951 84.391 .698 8.602 .013
Nilai = 181,606
Nilai 1 = 725,951
Nilai 2 = 1,786
Y= + 1X1 + 2X2
103
Nilai sebesar 181,606, artinya bila X1 (Tingkat kepatuhan wajib pajak) dan
X2 (pemeriksaan pajak) sama dengan nol, maka Y (penerimaan PPh WP OP) adalah
maka setiap perubahan satu satuan X1 (tingkat kepatuhan wajib pajak) akan
dengan nol, maka setiap perubahan satu satuan X2 (pemeriksaan pajak) akan
Square). Jika Adjusted R-Square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen
seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang
variabel dependen. Pengujian ini menggunakan program IBM SPSS 21 yang terlihat
Tabel 4.10
Model Summary
a
1 .997 .994 .988 16.14525
hubungan ketiga variabel tersebut yang diperoleh adalah sebesar 0,998 atau 99,8%.
Angka tersebut memberikan arti bahwa terdapat korelasi yang kuat untuk
bahwa kemampuan variabel tingkat kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak
serta terdapat variabel lain sebesar 0,6% yang tidak diteliti mempengaruhi variabel
untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh secara signifikan
Tabel 4.11
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1) 725.951 84.391 .698 8.602 .013
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, dapat dilihat bahwa nilai konstanta ( α) adalah
sebesar 181,606.
Koefisien a sebesar 725,951. Nilai probabilitas signifikansi 0,013 < 0,05 dan
thitung 8,602 > ttabel 4,30265. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ha 1 diterima,
106
sedangkan Ho1 ditolak. Berarti, bahwa variabel tingkat kepatuhan wajib pajak
Koefisien b sebesar 1,786. Nilai probabilitas signifikansi 0,047 < 0,05 dan
thitung 4,470 > ttabel 4,30265. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ha 2 diterima,
1. Jika Fhitung lebih besar sama dengan Ftabel maka H0 ditolak dan Ha3 diterima,
artinya terdapat pengaruh yang nyata antar variabel bebas terhadap variabel
terikat (Y).
2. Jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel maka H0 diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antar variabel bebas
Tabel 4.12
b
ANOVA
Sum of
Model Df Mean Square F Sig.
Squares
a
1 Regression 87899.395 2 43949.698 168.603 .006
Total 88420.734 4
a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
yang signifikan pada level 0,006. Jadi Fhitung 168,603 > Ftabel 10,13 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,006 < 0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
Berarti, tingkat kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan
orang pribadi.
108
variabel tingkat kepatuhan wajib pajak memiliki koefisien sebesar 725,951 dan nilai
thitung sebesar 8,602. Berarti, variabel tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh
probabilitas signifikansi 0,013 < 0,05 dan thitung 8,602 > ttabel 4,30265.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan yang telah dilakukan oleh Alfian
(2013) yag menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan tingkat
tingkat kepatuhan wajib pajak mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar
variabel tingkat kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sari dan Afriyanti (2012) menunjukkan pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap
penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama
thitung 2,777 > ttabel 2,02 dan signifikansi sebesar 0,008 < 0,05 (alpha). Begitu pula
antara kepatuhan wajib pajak terhadap tingkat penerimaan pajak penghasilan yang
diukur dari jumlah SPT yang disampaikan, pengujian hipotesis pertama dilakukan
dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis diterima jika t hitung > ttabel atau
nilai sig < α 0,05. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar 0,005 < α 0,05
dan nilai thitung 2,976 > ttabel 1,980. Jadi, hipotesis yang telah dirumuskan sesuai
SPT, maka akan semakin tinggi pula peningkatan penerimaan pajak penghasilan
variabel pemeriksaan pajak memiliki koefisien sebesar 1,786 dan nilai thitung sebesar
peningkatan penerimaan PPh WPOP atau dengan nilai probabilitas signifikansi 0,047
Penelitian ini sejalan dengan penelitan yang telah dilakukan oleh Sukirman
berdasarkan hasil analisa uji peringkat bertanda wilcoxon variabel pemeriksaan pajak
pajak badan pada KPP Pratama Denpasar Timur periode 2004—2008., berdasarkan
hasil penelitian uji-T menunjukkan thitung 7,186 > ttabel 2,02 dan signifikansi sebesar
pemeriksaan pajak yang diukur dari jumlah SPT yang diperiksa tidak berpengaruh
Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel.
Hipotesis diterima jika thitung > ttabel atau nilai sig < α 0,05. Hal ini dapat dilihat bahwa
nilai signifikan sebesar 0,277 < α 0,05 dan nilai t hitung -1,101 > ttabel 1,980. Jadi,
hipotesis yang telah dirumuskan sesuai dengan hasil penelitian sehingga H 2 dapat
diterima.
Jadi, ketika dilakukan pemeriksaan pajak tidak lain yaitu upaya untuk menguji
penghasilan wajib pajak orang pribadi pada KPP yang akan masuk dalam kas negara.
BAB V
5.1 Kesimpulan
pajak orang pribadi di KPP Pratama Jakarta Jatinegara periode tahun 2009 sampai
telah dijelaskan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
berdasarkan nilai probabilitas signifikansi 0,013 < 0,05 dan thitung 8,602 > ttabel
112
113
Ho1 ditolak.
probabilitas signifikansi 0,047 < 0,05 dan thitung 4,470 > ttabel 4,30265.
ditolak.
regresi menunjukkan nilai Fhitung 168,603 > Ftabel 10,13 dengan nilai
penelitian lagi.
114
sehingga sampel yang diperoleh lebih sedikit. Demikian hasil penelitian ini
5.3 Rekomendasi
Berdasarkan hasil dan keterbatasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
1. Untuk menambah ruang lingkup KPP agar sampel yang dihasilkan lebih
2. Perlu diadakan sosialisasi agar wajib pajak memahami dalam pengisian SPT,
sehingga kepatuhan wajib pajak sejalan dengan pengisian SPT secara benar.
Resmi, Siti. (2011). Perpajakan Teori dan Akuntansi. Jilid 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Supranto. J. (2009). Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi 7, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
115
116
Alfian, Rahmat. (2013). Pengaruh Kepatuhan Wajib pajak Orang pribadi Terhadap
Penerimaan Pajak Di KPP Pratama Surabay Krembangan. Jurnal Akuntansi
UNESA, (Online), Vol. 1, No. 3, (http://ejournal.unesa.ac.id, diakses 25 Juni
2014).
Anggraeni, Intan Yuningtyas, Farida, Naili, & Saryadi. (2013). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah
117
Aryani. (2002). Pengaturan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dalam Rangka Perdagangan Bebas
Era ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2003. Tesis tidak diterbitkan. Semarang:
Program Magister Universitas Diponegoro.
Aryanti, Yessica Dewi. & Hananto, Hari. (2013). Penerapan Perencanaan Pajak
Untuk Meminimalkan Pembayaran Pajak Penghasilan PT. “X” di Semarang.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, (Online), Vol. 2, No. 1,
(http://journal.ubaya.ac.id, diakses 7 Oktober 2013).
Ernawati, Widi Dwi. (2010). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku
yang Dipersepsikan, dan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dengan Niat Sebagai Variabel Intervening, (Online),
(http://purnomo.lecture.ub.ac.id, diakses 14 Desember 2013).
Harinurdin, Erwin. (2009). Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi, Bisnis dan Birokrasi, (Online), Vol. 16, No. 2,
(http://journal.ui.ac.id, diakses 5 September 2013).
Herryanto, Marissa dan Toly, Agus Arianto. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Tax and
Accounting Review, (Online), Vol.1, No.1, (http://studentjournal.petra.ac.id,
diakses 17 Juli 2014).
Muliari, Ni Ketut dan Setiawan, Putu Ery. (2009). Pengaruh Persepsi Tentang
Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan
Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Denpasar Timur. Jurnal Ilmu
Akuntansi, (Online), (http://ojs.unud.ac.id, diskes 31 Maret 2014).
Nugroho, Riyadi Fitra. (2010). Keterkaitan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Penghasilan di Kota Semarang. Tesis tidak diterbitkan. Semarang:
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Pangemanan, Rima Naomi. (2013). Hubungan Jumlah dan Kepatuhan Wajib Pajak
Badan dengan Penerimaan PPh KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA, (Online),
Vol.1 No.3, (http://unsrat.ac.id, diakses 6 Oktober 2013).
Rahayu, Sri. & Lingga, Ita Salsalina. (2009). Pengaruh Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi,
(Online), Vol. 1, No. 2, (http://maranatha.edu, diakses 6 Oktober 2013).
Sari, Lya Martha. (2009). Analisis Dampak Reformasi Pajak 2009 Terhadap Kinerja
Pajak di Indonesia (Khususnya PPn dan PPnBM). Jurnal Akuntansi UNESA,
(Online), Vol. 1, No. 2, (http://unesa.ac.id, diakses 10 September 2013).
Siregar, Y. Anita, Saryadi, dan Listyorini, Sari. (2012). Pengaruh Pelayanan Fiskus
dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris
terhadap Wajib Pajak di Semarang Tengah). Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis,
(Online), (http://download.portalgaruda.org, diakses 16 Juni 2014).
Data Realisasi Jumlah SPT yang Disampaikan KB, LB, Nihil dan
Aktif
Total SPT
Tahunan 130.287 9.496 368 142.64
PPh OP
Prosentase
Jumlah STP yang Kepatuhan WP Penerimaan Pajak dari
Tahun Diterbitkan bagi Setelah Pelunasan STP
WP OP Diperiksa (Rupiah)
36 WP OP 14% 18.895.597.287
2009
7 WP OP 3% 59.033.840
2010
50 WP OP 20% 185.154.844
2011
74 WP OP 30% 329.175.681
2012
82 WP OP 33% 769.375.425
2013
Data Penelitian
Tahun Realisasi
Penerimaan PPh Kepatuhan Wajib Jumlah STP yang Aktif
WP OP (Y) Pajak (X1) (X2)
(dalam miliar)
2009 437.0508085 0.27 36
2010 468.3299818 0.37 7
2011 536.2185527 0.38 50
2012 672.223987 0.47 74
2013 792.3715273 0.65 82
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Penerimaan PPh WPOP (Y) 5 437.05 792.37 581.2390 148.67812
Tingkat Kepatuhan Wajib 5 .27 .65 .4280 .14290
Pajak (X1)
Pemeriksaan Pajak (X2) 5 7.00 82.00 49.8000 30.18609
Valid N (listwise) 5
Uji Normalitas
Uji Homokedastisitas
Uji Multikolenieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Model Summaryb
Model Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
b. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)
Regression
Determinasi
Model Summary
Model Std. Error of the
R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .997a .994 .988 16.14525
a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak (X1)
Uji F-Simultan
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 87899.395 2 43949.698 168.603 .006a
Residual 521.338 2 260.669
Total 88420.734 4
a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
b. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)
Uji T-Partial
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 181.606 26.170 6.939 .020
Tingkat 725.951 84.391 .698 8.602 .013
Kepatuhan Wajib
Pajak (X1)
Pemeriksaan 1.786 .399 .363 4.470 .047
Pajak (X2)
a. Dependent Variable: Penerimaan PPh WPOP (Y)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung