Oleh
Chycilia Ayu Media Sari
200712096
SKRIPSI
Oleh
Chycilia Ayu Media Sari
200712096
Mengetahui,
Ketua Panitia Ujian Ketua Jurusan Akuntansi
Ketua
Anggota I Anggota II
Drs. Nazmel Nazir, Ak., MBA. Bani Saad, SE., Ak., Msi.
Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Esa dan atas
segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis berbentuk skripsi ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. Shalawat dan salam juga senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang selalu
membantu perjuangan beliau dalam menegakkan dan membela agama Allah SWT.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk
memperoleh gelar Sarjana ekonomi Program Studi Akuntansi pada Sekolah Tinggi Ilmu
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari banyaknya pihak yang
memberikan bantuan baik berupa moril maupun materiil tidak peduli seberapa besar dan
kecilnya bantuan tersebut bagi penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
1. Bapak Drs. Nazmel Nazir, Ak., MBA. sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang dengan ikhlas dan
baik hati untuk meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan
petunjuk, saran, kritik, nasihat, dan motivasi yang begitu berarti sehingga
2. Bapak Gunawan, SE., MM. sebagai dosen pendamping skripsi yang juga turut
andil dalam memberikan bantuan, saran, kritik, nasihat, dan motivasi dalam
4. Ibu Etika Karyani, SE., Ak., MSM. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
5. Bapak Freddy Dwi Artanto selaku Kepala Kantor KPP Pratama Jakarta
Mampang Prapatan, Bapak Dwi Rahmat Handoko selaku Kepala Sub Bagian
Umum, Ibu Ine Mardiana selaku Kepala Seksi Pelayanan, terima kasih karena
telah membantu penulis dalam memberikan ijin memperoleh data. Terima kasih
banyak juga diucapkan kepada Mas Danang atas kesabaran dan pengertiannya
6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Gatot Teguh Budi Santoso dan Ibi Endang
materi maupun doa yang tiada henti dipanjatkan disetiap shalatnya demi masa
depan anak-anaknya.
7. Adik-adik penulis, Galih Satria Putra dan Sakha Rafi Raihan, yang memberikan
dorongan berupa pengertian dan doa. Bude Rina Hastuti dan Pa’poh Edi
Meutia Larasati, Mira Octora Suryacandra, Nur Ayunda, Pingkan Daniati, Ulfha
Chaira Luvita, dan Kurniawan, terima kasih atas semangat dan dorongan kalian
saat penulis mengalami hilang semangat karena penyusunan skripsi ini, atas ilmu
sama selama 4 tahun ini baik senang maupun sedih. Thanks girls and boy.
10. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang diinginkan
dan banyak kekurangan, maka saran dan kritik yang sangat membangun begitu
selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bemanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
Taxes are a vital source of revenue for the country. It is inevitable that the tax
has an important role in supporting the implementation of the state, particularly to
development financing. Therefore, we need a policy to increase tax revenues. One of the
policies conducted by the Directorate General of Taxation is to do a tax reform that is in
the form of improvements to policy and tax administration system. Tax administration
reform carried out with the main goal to improve taxpayer compliance with taxation
obligations through the modernization of tax administration.
One of these modernization activities are in terms of reporting Tax (SPT)
electronically. Electronic SPT is divided into two ways, through the computer (e-SPT)
and via internet (e-Filing). The purpose of this study was to get an overview about the
process of implementing of SPT reporting performed by the Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Jakarta Mampang Prapatan or Taxpayer, and know the benefits gained
by the KPP and the taxpayer, and the obstacles faced by KPP in the reporting using e-
SPT, and the last is to determine the development of Taxpayers who use Electronic SPT
and the number of reporting with the implementation of Electronic SPT.
The results obtained show that this application makes the processing of tax to
be much faster, easier, precise, accurate, and efficient for all parties concerned in it.
Therefore, this study suggested that use of Electronic SPT may be required to Taxpayers
who reported the SPT for the creation of tax reform is expected.
NIM : 200712096
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata dikemudian hari
penuliasan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain
Penulis,
Halaman
Halaman Judul............................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................................ v
Abstract....................................................................................................................... viii
Daftar Isi..................................................................................................................... x
Daftar Gambar............................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
2.1.3 Sistem.................................................................................................. 33
Prapatan ............................................................................................... 61
LAMPIRAN
2.1 SPT Masa PPh dan SPT Masa PPN/PPnBM beserta Lampirannya................. 21
4.2 Perbedaan Antara SPT Secara Manual dan SPT Secara Elektronik................ 71
SPT.................................................................................................................. 96
PENDAHULUAN
yang selama ini berasal dari bantuan luar negeri dan pihak asing lainnya. Untuk
negeri. Dana tersebut dapat dikumpulkan dari potensi sumber daya yang
dimiliki oleh Bangsa Indonesia baik berupa kekayaan alam seperti minyak bumi
dan gas alam maupun iuran yang berasal dari masyarakat yang berbentuk pajak.
Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat vital bagi negara. Pajak
itu sendiri berasal dari iuran masyarakat atas pendapatan yang diterimanya yang
terdaftar.
pajak yang diperoleh dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung tinggi
informasi dewasa ini berlangsung dengan sangat pesat. Dalam waktu yang
kaitan dengan Wajib Pajak, baik perseorangan maupun badan usaha, yang
Payment, dan e-Counseling. Namun yang akan menjadi fokus dalam penelitian
menggunakan media internet secara online dan real time yang disebut e-Filing.
Elektronik SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik
yang diisi oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak
elektronik. Jadi, SPT beserta lampirannya sudah tidak lagi berbentuk kertas,
melainkan dalam bentuk digital. Maksud digital dalam hal ini yaitu suatu
disimpan dan diolah secara digital. Selanjutnya, SPT dalam bentuk digital
Pajak (KPP) dan kemudian diolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Oleh karena itu perlu
dukungan semua pihak dan sosialisasi secara intens serta terus-menerus agar
yang terjadi terhadap penyampaian SPT melalui media elektronik dalam rangka
pelayanan pajak yang terdapat di KPP tersebut. Maka dari itu penulis akan
Mampang Prapatan?
3. Apa manfaat Elektronik SPT bagi Wajib Pajak dan bagi KPP Pratama
Pada penelitian ini, agar penelitian yang dilakukan dapat terarah serta
efektif dan efisien dalam penggunan waktu, biaya, dan tenaga, maka perlu
2. Data Elektronik SPT yang digunakan dari tahun 2005-2010 (bila ada).
Mampang Prapatan.
1. Bagi Penulis
dalam skripsi ini, dan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
dibahas dalam penelitian ini, penulis membagi skripsi ke dalam lima bab
sistematis, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
pihak-pihak lainnya.
LANDASAN TEORITIS
atau definisi tentang “pajak” yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya
adalah :
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang
dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada
pelaksanaannya.
Pajak.
pemerintahan daerah.
maupun pembangunan.
Fungsi mengatur ini sering menjadi tujuan pokok dari sistem pajak, paling
Menurut Golongan
a) Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau
bersangkutan.
orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat
Menurut Sifat
a) Pajak Subjektif
Pajak.
b) Pajak Objektif
(PBB).
b) Pajak Daerah
Hiburan.
Tata cara pemungutan pajak menurut Siti Resmi (2009:9) terdiri atas
Stelsel Pajak
stelsel nyata adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir periode.
Dengan stelsel ini berarti besarnya pajak terutang pada tahun berjalan
akurat.
c) Stelsel Campuran
kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
b) Asas Sumber
diperolehnya tadi.
c) Asas Kebangsaan
pajak.
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak
Pajak dan/atau bukan Objek Pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai
menggunakan SPT. Di bawah ini merupakan fungsi dari SPT bagi pihak-pihak
perpajakan.
oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu
disetorkannya.
meliputi :
Masa Pajak atau pada suatu saat. SPT Masa terdiri dari 2 (dua) macam,
yaitu SPT Masa Pajak Penghasilan dan SPT Masa PPN. Berikut ini
adalah tabel SPT Masa PPh dan SPT Masa PPN, dan kelengkapan
Tabel 2.1
SPT Masa PPh dan SPT Masa PPN/PPnBM beserta Lampirannya
SPT Masa PPh: SPT Masa PPh Pasal 21, dengan lampiran
PPh Pasal 21/26 :
Surat Setoran Pajak (SSP)
Daftar Bukti Pemotongan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
Bukti Pemotongan PPh Pasal 26
PPh Pasal 22 SPT Masa PPh Pasal 22, dengan lampiran :
Surat Setoran Pajak (SSP) yang sekaligus
berlaku sebagai Bukti Pemungutan
PPh Pasal 23/26 SPT Masa PPh Pasal 23/26, dengan lampiran
:
Surat Setoran Pajak (SSP)
b. SPT Tahunan, yaitu SPT untuk suatu Tahun Pajak/Bagian Tahun Pajak
untuk WP Orang Pribadi dan SPT Tahunan untuk WP Badan. Berikut ini
adalah tabel SPT Tahunan, dan kelengkapan dokumen yang harus ada :
Tabel 2.2
SPT Tahunan beserta Lampirannya
b. e-SPT yaitu data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang
pengisian dan penyampaian SPT oleh Wajib Pajak, setiap Wajib Pajak wajib
mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang
Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dan Wajib Pajak yang telah
dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib
(Pasal 3 ayat 1A). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Wajib
Pengisian SPT
a. Benar
b. Lengkap
Pemberitahuan.
c. Jelas
d. Ditandatangani
Penyampaian SPT
tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, yang dapat
dilakukan :
a. Secara langsung;
c. Cara lain.
Jenderal Pajak.
orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;
atau
Tabel 2.3
Batas Waktu Penyampaian SPT Masa
dalam hal tanggal jatuh tempo penyampaian SPT dapat dilakukan paling
ini harus dibubuhi tanda tangan oleh Wajib Pajak dan/atau apabila Wajib
pada ayat (3) untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan
diantaranya :
Pasal 19 ayat 3.
Seperti yang telah diungkapkan, SPT yang telah diisi wajib disampaikan
atau
1. Sanksi Administrasi
untuk SPT Masa PPN dan Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT
rupiah) untuk SPT Tahunan PPH Wajib Pajak Orang Pribadi. Maksud
SPT.
2. Sanksi Pidana
perbuatan yang kedua kali setelah lolos dari sanksi pidana pada
negara.
tahun
Pasal 39 ayat 1)
2.1.3 Sistem
sama.”
“Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
subsistem dan subsistem lainnya tidak dapat dilihat pemisahannya secara tegas
sebab interaksi yang terjalin antara subsistem tersebut begitu kuat dan
Gambar 2.1
Hubungan Antara Sistem dan Subsistem
Sub
Sistem
Sub Sub
Sistem Sistem SISTEM
Sub
Sistem
Sub Sub
Sistem Sistem
Sub
Sistem
Kebanyakan dari suatu sistem adalah terbuka, dalam arti bahwa mereka
kepada lingkungan. Dan kebanyakan dari suatu sistem juga berwujud, karena
sistem.
Tujuan
Sistem
Pengguna
Sumber
(termasuk komponen
atau sumber daya)
Lingkungan Sistem
mendalam dari hanya sekedar input, sistem, dan output, seperti yang
Komponen Sistem
dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem
Lingkungan Sistem
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem
Penghubung Sistem
Masukan Sistem
Pengolah Sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah
Sasaran Sistem
Kalau suatu sistem tidk mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak
akan ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran
atau tujuan.
pengguna.”
dapat digunakan oleh para pengguna. Hal tersebut dapat dirangkum dan
Transaksi
Finansial
Sistem Informasi Keputusan
Informasi Pengguna
Transaksi
Nonfinansial
memenuhi kebutuhan para penggunanya. Oleh karena itu, tujuan khusus dari
kepengurusan manajemen.
subsistem yang saling terkait hingga nantinya dapat membentuk suatu sistem
keamanan), dan penyedia informasi yang pada gilirannya dapat dibagi menjadi
Gambar 2.4
Fungsi-Fungsi dari Sebuah Sistem Informasi
Manajemen
Input Data Output
1. Pengumpulan Data
data, yaitu:
yaitu:
file data.
kuantitatif.
3. Manajemen Data
terbaru.
4. Pengendalian Data
sehingga tidak dapat dicuri dan dipalsukan. Maka dari itu dibuatlah fungsi
aset perusahaan, termasuk data, dan memastikan bahwa data yang akan
diambil merupakan data yang akurat dan lengkap serta diproses dengan
ilegal.
5. Penyedia Informasi
disini diartikan sebagai penyiapan suatu laporan dari data yang telah
Jenderal Pajak (SI DJP). Pada awalnya SIP yang sudah ada akan dimodifikasi
organisasi yang baru, yaitu yang pada awalnya sistem yang berorientasi ke
management) dan alur kerja (work flow). Melalui sistem manajemen kasus,
setiap kasus didistribusikan pada para pegawai dan dimonitor oleh sistem.
Sistem alur kerja menghubungkan suatu tugas dengan tugas lainnya sampai
tugas-tugas tersebut selesai. Dengan SI DJP, setiap Wajib Pajak dapat diawasi
Sistem manajemen kasus atau alur kerja yang diterapkan dalam SI DJP
pembayaran pajak dengan data e-SPT). Semua kasus yang dihasilkan tersebut
Pelayanan Pajak, atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak, dapat dilakukan dengan tiga cara yakni secara langsung, melalui pos
dengan bukti pengiriman surat, atau dengan cara lain yang melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat dan melalu e-
Filling melalui ASP. Dari tiga cara tersebut penyampaian SPT dapat dilakukan
SPT ataupun dengan menggunakan media elektronik, berupa file digital yang
melalui media elektronik dibagi menjadi dua cara yaitu melalui media
disket, dan lain sebagainya) dan melalui internet yang filenya dikirimkan
melalui internet secara online dan real time. Adapun pertimbangan Direktorat
Elektronik SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik
yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang
bentuk digital dengan melalui media komputer dan melalui media internet
(online dan real time) ke KPP. Dengan kata lain Elektronik SPT adalah Surat
softcopy dari aplikasi yang telah dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada
Bentuk Elektronik.
(ASP)
Explorer.
elektronik yang dapat berupa Disket, Compact Disc (CD), Flashdisk, dan
lain sebagainya yang sejenis dengan hal tersebut. Wajib Pajak wajib
telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan merekam data yang
Jenderal Pajak atau dengan mendatangi KPP dimana Wajib Pajak tersebut
Waktu yang lebih cepat untuk merekam data SPT, karena pada
memuat saja
yang dituangkan oleh Wajib Pajak dalam e-SPT harus sama dengan
perpajakannya;
data perpajakan yang terkandung dalam SPT, dan data Surat Setoran
Pajak (SSP);
SPT;
yang dipotong/dipungut;
5. Wajib Pajak mencetak formulir induk SPT Masa PPh dan/atau SPT
SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-
SPT;
berlaku;
dilakukan secara online dan real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi
lampirannya secara online dan real time. Proses penyampaian SPT secara
online melalui e-Filing melibatkan tiga pihak yaitu Wajib Pajak sendiri,
Pajak dapat mengirimkan seluruh data yang telah direkam pada formulir
melalui jasa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh
KPP.
Nyaman; Dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja selama 24 jam
melalui sistem.
lampiran:
Saat ini semua SPT sudah dapat dilaporkan melalui e-SPT kecuali SPT PBB
Tabel 2.6
Daftar e-SPT yang Dimiliki Direktorat Jenderal Pajak
Internet
sistem komputer
elektronis.
melalui seminar, namun hal tersebut tidak dilakukan secara rutin. Oleh
SPT.
Gambar 2.5
Rerangka Pemikiran Penelitian
Pelaporan
SPT
Media
Elektronik
Meningkatkan
Pelayanan Pajak
Terhadap WP
dengan menggunakan teknologi yang ada seperti sekarang ini, yaitu media
Pajak kepada Wajib Pajak. Pelaporan e-SPT beserta lampirannya dibuat dalam
komputer.
SPT memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak untuk merekam data SPT.
Elektronik SPT yang dilakukan baik oleh KPP maupun Wajib Pajak, manfaat
Elektronik SPT yang diperoleh KPP dan Wajib Pajak serta kendala yang
kesimpulan dan saran jika ada yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dari
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam skripsi ini, tempat yang dijadikan objek penelitian yaitu Kantor
secara efektif.
Sedangkan hal yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini adalah
mengenai pelaporan SPT melalui media elektronik. Hal ini bertujuan dalam
elektronik (e-SPT dan e-Filing) baik yang dilakukan oleh KPP Pratama
Jakarta Mampang Prapatan maupun bagi Wajib Pajak yang terdaftar di KPP
Pada penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data yang nantinya
akan digunakan sebagai sumber informasi dalam pembuatan skripsi ini. Dua
a. Data Primer
b. Data Sekunder
data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Dalam
penelitian ini, yang menjadi data sekunder yaitu berupa data yang
a. Wawancara
pihak yang terkait dengan segala informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
Mampang Prapatan. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengamati secara
b. Dokumentasi
yang bersifat teoritis yang nantinya akan digunakan sebagai dasar analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
ini karena dengan metode ini penulis mengumpulkan data sesuai dengan
kenyataan yang ada dengan berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi
yang diselidiki untuk kemudian dianalisa, lalu diinterpretasikan data dan fakta
tersebut sehingga diperoleh suatu kesimpulan dan saran yang baik secara
mulai berdiri pada bulan Maret Tahun 1989 sesuai dengan Surat Keputusan
kecamatan yaitu:
2. Kecamatan Pancoran
4. Kecamatan Jagakarsa
Pancoran
Tata Kerja Kantor Wilayah DJP, Kantor Wilayah, Kantor Palayanan Pajak,
Pancoran.
Jakarta Mampang Prapatan ini berlaku sejak tanggal 12 Juni 2007 sesuai
April 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai
Direktorat Jenderal Pajak di Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta selain
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat. Hal ini bertujuan
administrasi modern.
Pasar Minggu No. 1 Jakarta Selatan adalah salah satu kantor pelayanan pajak
Jenderal Pajak Jakarta Selatan. KPP ini memiliki jumlah pegawai sebanyak
Tabel 4.1
Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan
No Jabatan Jumlah
1 Kepala Kantor 1 Orang
2 Kepala Seksi 9 Orang
3 Fungsional Pemeriksa & Penilai 16 Orang
4 Account Representative 25 Orang
5 Pegawai Pelaksana 59 Orang
Total 110 Orang
Sumber: Sub Bagian Umum KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan
Adapaun Visi dan Misi yang dipegang teguh oleh KPP Pratama Jakarta
Prapatan
Pajak baik langsung maupun tidak langsung. KPP sangat diandalkan oleh
Prapatan merupakan salah satu unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Tidak
dengan ketinggian antara 12m – 29m dari permukaan laut dengan tanahnya
merupakan salah satu pintu gerbang keluar masuk daerah Ibu Kota Jakarta
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan
kelurahan, diantaranya:
5. Kelurahan Bangka
dilihat pada keadaan sosial ekonomi dan hal-hal spesifik sebagai bagian dari
wilayah Ibu Kota Negara Republik Indonesia, wilayah yang meliputi seluruh
banyak yang berpenghasilan rendah. Dan jika dilihat dari lokasi KPP Pratama
Jakarta Mampang Prapatan berada, wilayah KPP ini berada diantara gedung-
apartemen, dan wilayah ini juga berada di daerah pemukiman dan padat
dan pekerjaan yang dilakukan atas dasar pembagian tugas dan wewenang
sehingga dapat bekerja secara efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan
Prapatan adalah organisasi garis dan staf. Organisasi garis dan staf adalah
suatu bentuk organisasi dimana terdapat tenaga ahli yang diperlukan dari
semua tingkat manajer dan karyawan dibagi dalam dua fungsi garis dan staf.
Kantor Terdapat satu sub bagian, sembilan seksi dan kelompok jabatan
terdiri:
9. Seksi Pengawasan & Konsultasi II; (Kasi Waskon II) : Purnawan Agus
10. Seksi Pengawasan & Konsultasi III; (Kasi Waskon III) : Yufina
11. Seksi Pengawasan & Konsultasi IV; (Kasi Waskon IV) : M. Arief M.
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4.2
Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan
KEPALA
KANTOR
SEKSI SEKSI
WASKON WASKON
III IV
berikut:
a. Kepala Kantor
dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
c. Seksi Pemeriksaan
perpajakan lainnya.
d. Seksi Pelayanan
objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai
laporan kinerja.
g. Seksi Penagihan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak
j. Account Representative
sebagainya.
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Tidak
4. Penyuluhan perpajakan;
Bangunan)
melalui media internet (e-Filing) yang disampaikan secara on line dan real
Tabel 4.2
Perbedaan Antara SPT Secara Manual dan SPT Secara Elektronik
Seorang Wajib Pajak harus dapat memahami tanggung jawab dan kewajiban
perpajakannya termasuk dalam hal pelaporan SPT. Maka dari itu, Wajib Pajak
mekanisme pelaporan SPT, baik SPT secara manual maupun secara elektronik.
data SPT yang memberikan kemudahan untuk Wajib Pajak atau KPP dalam
menggunakan cara pelaporan SPT dengan e-SPT ataupun apabila Wajib Pajak
ingin merubah cara pelaporan SPT dari yang sebelumnya menggunakan cara
manual, e-SPT merupakan cara yang paling mudah karena Wajib Pajak tidak
perlu repot dan mengalami kesulitan dalam perekaman data lampiran SPT
yang akan dilaporkan. Dengan adanya aplikasi e-SPT ini Wajib Pajak dapat
aplikasi e-SPT ini telah diatur sedemikian mudah oleh Direktorat Jenderal
Pajak sehingga Wajib Pajak tidak lagi mengalami kesulitan dalam perekaman
komputer yaitu:
Gambar 4.3
Skema Penyampaian Elektronik SPT Melalui Media Komputer
PC - WP
KPP
KPP
baik SPT Masa ataupun SPT Tahunan. Dalam hal ini, Wajib Pajak yang
tersebut. Cara lain yang jauh lebih mudah untuk Wajib Pajak memperoleh
dari sitem yang dimiliki Wajib Pajak kedalam aplikasi e-SPT dengan
mengacu kepada format data yang sesuai dengan aplikasi e-SPT. Format
data yang disyaratkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk aplikasi e-SPT
adalah CSV.
3. Faktur Pajak
5. Data Surat Setoran Pajak (SSP), Seperi: Masa Pajak, Tahun Pajak,
e. Saat Wajib Pajak telah selesai melakukan perekaman data dan telah
induk SPT tersebut harus merupakan tanda tangan basah dari Wajib Pajak.
Dalam hal apabila aplikasi e-SPT tidak dapat dicetak, Wajib Pajak dapat
mengisi induk SPT secara manual berdasarkan dengan data yang telah
f. Wajib Pajak dapat menyimpan seluruh data e-SPT yang telah direkam
Flashdisk/USB.
g. Setelah semuanya dilengkapi, Wajib Pajak mendatangi KPP, dalam hal ini
Surat Setoran Pajak (SSP) (bila ada), dan lampiran rekapitulasi (bila ada).
h. Untuk Wajib Pajak yang telah melaporkan SPT baik yang menggunakan
Mampang Prapatan. BPS ini memuat identitas Wajib Pajak, jenis pajak
yang dilaporkan, nilai nominal pajak yang disetor, tanggal bayar, tanggal
i. BPS ini dapat dijadikan sebagai tanda bukti bahwa Wajib Pajak yang
melaporkan SPT.
Gambar 4.4
Bukti Penerimaan Surat yang Diserahkan Kepada Wajib Pajak
atas e-SPT yang telah dilaporkan, pembetulan dapat dilakukan atas kesadaran
ke- (berapa). Berdasarkan kasus yang kebanyakan terjadi, selama ini untuk
SPT Masa PPN biasanya Wajib Pajak melakukan pembetulan atas kesadaran
sendiri atas perubahan transaksi bulanan mereka, sedangkan untuk SPT PPh
Dikatakan jauh lebih rumit karena dalam pelaporan e-Filing melibatkan pihak
Pihak ketiga dalam hal ini adalah Application Service Provider (ASP) atau
Jenderal Pajak. Namun demikian, meskipun dikatakan jauh lebih rumit secara
Konsentrasi
Perjanjian Kerjasama Data Nasional
KP - DJP
Provider/ASP
e-Filing e-Filing
Warnet
PC - WP KPP
KPP
Kantor Pos
1. Berbentuk badan
Pajak
c. Wajib Pajak dapat memperoleh e-FIN ini dengan mendatangi KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar misalkan dalam hal ini KPP Pratama Jakarta
yang dapat dilihat pada website Direktorat Jenderal Pajak. Disamping itu
Terdaftar
terakhir
terakhir
e. Apabila e-FIN yang diajukan ditolak oleh KPP, maka Wajib Pajak dapat
rekomendasi dari KPP. Dan jika e-FIN yang dimiliki hilang, maka Wajib
1. www.mitrapajak.com
2. www.laporpajak.com
4. www.layananpajak.co.id
5. www.onlinepajak.com
6. www.setorpajak.com
7. www.pajakmandiri.com
8. www.spt.co.id
i. Setelah itu Wajib Pajak dapat langsung mengisi dan melengkapi data
lampiran SPT secara benar, lengkap, jelas, dan dibubuhkan tanda tangan
Wajib Pajak yang dibubuhkan di bagian bawah Induk SPT yang diterima.
2. Tanggal Transaksi
3. Jam Transaksi
6. Nama ASP
14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan SPT dalam hal
14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT dalam hal SPT
selama 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan
disampaikan pada akhir batas waktu pelaporan SPT jatuh pada hari libur
Mampang Prapatan merupakan salah satu cara yang paling mudah dalam hal
pelaporan SPT dengan menggunakan e-SPT, atau terdapat Wajib Pajak yang
ingin merubah cara pelaporan SPT yang selama ini digunakan dari
mambantu Wajib Pajak yang akan meminta aplikasi software jenis e-SPT yang
komputer Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak tidak membawa media elektronik
merekam serta melengkapi data yang dibutuhkan dalam e-SPT, Wajib Pajak
ditandatangani basah oleh Wajib Pajak dan juga Surat Setoran Pajak (SSP)
sebagai data back up-an untuk arsip pribadi KPP. Proses peng-upload-an data
untuk KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan hanya memakan waktu sesaat,
memakan waktu satu hari untuk setelah itu dapat digunakan tegantung dari
server pusat DJP. Selain itu petugas TPT juga berkewajiban mereview file
CSV yang disampaikan oleh Wajib Pajak dan menyandingkan data e-SPT
yang dilaporkan dengan berkas fisik lampiran induk SPT yang disampaikan
TPT mengeluarkan satu lampiran Bukti Penerimaan Surat (BPS) yang terbagi
oleh KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan, dan bagian bawah untuk
diberikan kepada Wajib Pajak. Hal ini menunjukkan sebagai bukti bahwa
Jakarta Mampang Prapatan, yaitu apabila terdapat Wajib Pajak yang ingin
Wajib Pajak yang ingin merubah cara pelaporan SPT yang selama ini
keputusan atas permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak paling lama 2
adalah:
terakhir
Pajak terakhir.
Kepala Seksi Pelayanan atas nama KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan
dapat menandatangani e-FIN tersebut dan diberikan kepada Wajib Pajak untuk
pelaporan SPT secara on line merupakan proses yang tidak melibatkan KPP,
karena dalam dalam tahap ini merupakan tahap yang melibatkan Wajib Pajak
Filing merupakan tahapan yang melibatkan KPP yaitu pada saat penyampaian
keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan dalam SPT yang
tidak dapat disampaikan secara elektronik ke KPP tempat dimana Wajib Pajak
KPP paling lambat 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir penyampaian
SPT, atau jika lewat batas akhir penyampaian, maka batas waktu penyampaian
adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT secara elektronik
menyampaikan SPT. KPP dapat mengakses data pelaporan SPT Wajib Pajak
yang ada di seluruh Indonesia, dan KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan
merupakan salah satu KPP yang tidak luput untuk ikut mendukung dan
pelaporan SPT secara manual. Tujuan utama dari diadakannya e-SPT maupun
e-Filing sendiri adalah untuk menciptakan administrasi data dan berkas secara
lebih kredibel, baik dari sisi Wajib Pajak maupun KPP. Banyak manfaat
baik oleh KPP, khususnya KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan maupun
secara otomatis.
sendirinya.
Prapatan
Dengan aplikasi Elektronik SPT yang digunakan oleh Wajib Pajak, hal
otomatis yang telah diatur dalam aplikasi tersebut sehingga data yang
sebagai data back up-an untuk tujuan tertentu sehingga data perpajakan
untuk Faktur Pajak, data yang disampaikan oleh Wajib Pajak dalam
Faktur Pajak.
Setiap hal di dunia ini dalam menjalankan suatu kegiatan tidak pernah
luput dari yang namanya hambatan ataupun kendala, tidak terkecuali dengan
elektronik. Disamping beberapa manfaat yang diperoleh oleh KPP dan Wajib
Pajak dalam hal pelaporan SPT menggunakan Elektronik SPT baik yang
secara elektronik.
b. Apabila terjadi kerusakan pada program SPT, maka Wajib Pajak harus
saat peng-instalan bila tidak didukung oleh Wajib Pajak dengan file
back up-an dari rekaman data SPT yang telah diisi dan dilengkapi.
Pajak.
cetak aplikasi e-SPT yang telah diisi dan dilengkapi dengan tanda
e. Adanya Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang dalam hal ini
Mampang Prapatan
a. Adanya Wajib Pajak yang tidak mengisi dan melengkapi data secara
benar dan lengkap sehingga pada saat proses peng-upload-an file, file
pelayanannya.
Elektronik SPT, hal yang telah dilakukan oleh pihak KPP untuk mengatasi
kendala tersebut selain sosialisasi yang tengah gencar dilakukan oleh KPP
Representative yang akan ditugaskan untuk membantu Wajib Pajak dalam hal
Pajak telah menyiapkan bagian yang akan membantu Wajib Pajak untuk
KPP).
keterbatasan biaya dan kemampuan dari Wajib Pajak itu sendiri. Namun
upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak agar target tersebut
tercapai selain sosialisasi yang dilakukan baik secara umum maupun melalui
Wajib Pajak yang melakukan transaksi lebih dari 25 (dua puluh lima) Faktur
mulai berjalan lancar pada tahun 2005 seiring dengan sosialisasi yang
cenderung meningkat setiap tahunnya meski ada saat dimana pertumbuhan ini
Elektronik SPT sehingga pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi efektivitas
Tabel 4.3
Jumlah Perkembangan WP yang Melaporkan SPT Menggunakan Elektronik SPT
Persentase WP
Tahun Wajib Pajak yang Melaporkan SPT pengguna
Manual e-SPT e-Filling Total Elektronik SPT
2005 10.150 255 4 10.405 2,49 %
2006 10.511 310 10 10.821 2,96 %
2007 12.092 540 3 12.632 4,3 %
2008 13.927 641 4 14.568 4,4 %
2009 14.546 760 24 15.306 5,12 %
2010 15.051 1.038 32 16.089 6,65 %
Sumber: Masterfile Data SPT Direktorat Jenderal Pajak
sampai dengan 1,5% dilihat dari total Wajib Pajak yang melaporkan SPT,
2007 sebesar 333,33% [(10/3)x100%] atau 3,3 kali dari tahun sebelumnya.
Prapatan berada.
Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang
pada tahun 2010 yang merupakan perbedaan tertinggi antar penggunanya yaitu
1:69, dimana pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 perbedaannya
(satu) bentuk SPT saja, melainkan banyak dari setiap satu orang Wajib Pajak
kewajiban untuk melaporkan banyak bentuk SPT yang telah menjadi tanggung
SPT yang akan masuk ke dalam masterfile data Direktorat Jenderal Pajak yang
jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT
Tabel 4.4
Jumlah Pelaporan Elektronik SPT Melalui Media Komputer (e-SPT)
Tabel 4.5
Jumlah Pelaporan Elektronik SPT Melalui Media Internet (e-Filing)
Dari ketiga tabel diatas, maka hal yang dapat disimpulkan dari ketiga
Tahun 2005
Pada tahun 2005, jumlah Wajib Pajak yang melaporkan e-SPT adalah
sebanyak 255 Wajib Pajak dengan jumlah pelaporan SPT sebesar 764,
yang berarti rata-rata pelaporan SPT per Wajib Pajak yang melaporkan
sebanyak 4 Wajib Pajak dengan jumlah pelaporan SPT sebesar 35, dengan
Tahun 2006
Wajib Pajak dengan jumlah pelaporan SPT sebesar 929 SPT. Hal ini
e-Filing yang sebesar 2,5 kali dari tahun 2005 yaitu 10 Wajib Pajak
Tahun 2007
tahun sebelumnya yaitu sebesar 74,19% atau sebanyak 540 Wajib Pajak
dengan jumlah pelaporan SPT sebanyak 1.619 SPT. Namun hal ini tidak
penurunan sebesar 3,3 kali dari tahun 2006 dengan jumlah pelaporan SPT
sebanyak 18 SPT.
Tahun 2008
Pada tahun 2008, Wajib Pajak yang melaporkan e-SPT tetap mengalami
Untuk tahun 2009, Wajib Pajak yang melaporkan e-SPT tetap mengalami
sebanyak 2.281 SPT. Dan untuk Wajib Pajak yang menggunakan e-Filing
Tahun 2010
Dan dalam tahun 2010, Wajib Pajak yang melaporkan e-SPT kembali
Wajib Pajak atau sebesar 36,58% dengan jumlah pelaporan SPT sebanyak
Selain hal tersebut, informasi lain yang diperoleh penulis dari ketiga
tabel diatas adalah, dalam hal penggunaan e-SPT maupun e-Filing, jenis SPT
yang saat ini paling banyak digunakan oleh Wajib Pajak yaitu SPT Masa PPN,
dan mayoritas Wajib Pajak pengguna e-SPT maupun e-Filing tersebut adalah
Hal yang menjadi dasar alasan mengapa jenis SPT yang paling banyak
digunakan adalah SPT Masa PPN, dan mayoritas penggunanya adalah Wajib
Pajak Badan Hukum adalah karena Wajib Pajak Badan Hukum ini melakukan
transaksi jual/beli yang secara langsung berkaitan dengan Faktur Pajak yang
terhadap transaksi yang berada dibawah 25 Faktur Pajak dalam sebulan untuk
Pajak Badan Hukum yang mayoritas telah terbiasa dan merasakan manfaat
juga tidak menutup kermungkinan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang
namun biasanya hanya Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja sebagai
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
kewajiban perpajakannya.
Cara pelaporan e-SPT bagi Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak mendatangi
Pajak wajib membawa file yang berisikan rekaman data SPT Wajib
Pajak tersebut dan hasil cetak formulir induk dari e-SPT yang telah
ditandatangani basah.
data dari Wajib Pajak, KPP menerima lampiran data e-SPT dalam
SPT, kurangnya informasi yang dimiliki oleh Wajib Pajak dalam hal
melalui e-SPT, dan adanya biaya yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak
Pajak yang tidak mengisi dan melengkapi data secara benar dan lengkap,
secara pusat,
berjalan lancar pada tahun 2005 seiring dengan sosialisasi yang dilakukan
Saran yang dapat diberikan penulis kepada semua pihak yang terlibat
Pajak.
Elektronik SPT.
akan ditimbulkan.
SPT dan KPP yang didalamnya mengandung data mengenai waktu tunggu
H.M, Jogiyanto. 2005. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer (buku 1).
Yogyakarta: BPFE
Hall, James A. 2008. Accounting Information Systems, Sixth edition. United States of
America: Cengage Learning
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A & B
Terpadu. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Indonesia Banking School. 2010. Pedoman dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:
Indonesia Banking School
Mardiasmo. 2006. Perpajakan (Rev.ed). Yogyakarta: Penerbit Andi
Priyono, Adi. 2008. Penerapan e-Filing serta Ppengaruhnya Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran
Lama. Skripsi Program Sarjana. ABFII Perbanas
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat
Sumarsan, Thomas. 2009. Perpajakan Indonesia: Konsep, aplikasi, dan kasus
pembahasan berdasarkan undang-undang tebaru (Seri KUP dan PPh). Bogor:
Esia Media
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia, Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat
Wibowo, Dradjad H. 2004. Reformasi Pajak. Warta Ekonomi Nomor 03/THN.XVI/11
Februari 2004. Jakarta
Widjajanto, Nugroho. 1989. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Wilkinson, Joseph W. 2000. Accounting Information Systems. United States of America:
John Wiley & Sons, Inc
TENTANG
Menimbang :
a. bahwa sesuai dengan perkembangan Teknologi Informasi dan dalam rangka peningkatan
pelayanan kepada Wajib Pajak dipandang perlu untuk memberikan kemudahan kepada
Wajib Pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan dan penyampaian Pemberitahuan
Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 14 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara
Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan dan Penyampaian Surat Pemberitahuan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b
perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Penyampaian
Surat Pemberitahuan dan Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat
Pemberitahuan Tahunan Secara Elektronik (e-Filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa
Aplikasi (ASP);
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4740);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pasal 1
1. Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah Surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak.
3. SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
4. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan adalah pemberitahuan perpanjangan jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan.
5. Kantor Pelayanan Pajak adalah Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.
6. Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider) yang selanjutnya disebut ASP
adalah perusahaan yang telah ditunjuk dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian SPT dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak.
7. e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT dan penyampaian Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time
melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
8. e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib
Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
9. e-SPTy adalah data Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan Wajib Pajak dalam
bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPTy
yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
10. Electronic Filing Identification Number (e-FIN) adalah nomor identitas yang diberikan
oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang
mengajukan permohonan untuk melaksanakan e-Filing.
11. Digital Certificate (DC) adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda
Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukan status subjek hukum para pihak dalam
transaksi elektronik yang dikeluarkan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.
12. Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang meliputi nama, Nomor Pokok Wajib
Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE) dan Nomor Transaksi
Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), yang
tertera pada hasil cetakan SPT Induk dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
13. Tanda Tangan Elektronik atau Tanda Tangan Digital adalah informasi elektronik yang
dilekatkan, memiliki hubungan langsung atau terasosiasi pada suatu informasi elektronik
lain termasuk sarana administrasi perpajakan yang ditujukan oleh Wajib Pajak atau
kuasanya untuk menunjukkan identitas dan status yang bersangkutan.
Pasal 2
Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara
elektronik (e-Filing) melalui satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 3
a. berbentuk badan;
b. memiliki izin usaha penyedia jasa aplikasi (ASP);
c. mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak; dan
d. menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak.
Pasal 4
Perusahaan penyedia jasa aplikasi (ASP) yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak agar ditunjuk sebagai
Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang dapat menyalurkan SPT dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik.
Pasal 5
(1) Wajib Pajak yang akan menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memiliki Electronic Filing
Identification Number (e-FIN)dan memperoleh Sertifikat (digital certificate) dari Direktorat
Jenderal Pajak.
(2) Electronic Filing Identification Number (e-FIN) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar berdasarkan surat
permohonan Wajib Pajak sesuai dengan contoh sebagaimana tersebut pada Lampiran I
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disetujui apabila alamat yang
tercantum pada permohonan sama dengan alamat dalam database (Master File) Wajib Pajak
di Direktorat Jenderal Pajak.
(4) Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan yang
diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (e-
FIN) paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar.
(5) Dalam hal Electronic Filing Identification Number (e-FIN) hilang, Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan pencetakan ulang dengan syarat menunjukkan asli kartu Nomor
Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar, atau bagi Pengusaha Kena Pajak
dengan syarat menunjukkanasli Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Pasal 6
(1) Wajib Pajak yang sudah mendapatkan Electronic Filing Identification Number (e-FIN) harus
mendaftarkan diri melalui website pada satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa
Aplikasi (ASP) yang ditunjuk olehDirektur Jenderal Pajak.
(2) Setelah mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wajib Pajak akan
memperoleh Digital Certificate (DC) dari Direktorat Jenderal Pajak melalui Perusahaan
Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dimana Wajib Pajak mendaftarkan diri.
(3) Digital Certificate (DC) seterusnya akan digunakan sebagai alat yang berfungsi sebagai
pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses penyampaian SPT dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e-Filing) melalui suatu Perusahaan Penyedia
Jasa Aplikasi(ASP) ke Direktorat Jenderal Pajak.
(4) Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) harus mengirimkan:
kepada Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 7
(1) e-SPT dan e-SPTy yang telah diisi dan dilengkapi sesuai dengan ketentuan serta dibubuhi
tanda tangan elektronik atau tanda tangan digital disampaikan secara elektronik ke
Direktorat Jenderal Pajak melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
(2) Tanda Tangan Elektronik atau Tanda Tangan Digital sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah suatu informasi elektronik yang di generateoleh Sistem Direktorat Jenderal Pajak.
(3) Dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan menunjukkan adanya
kewajiban pembayaran pajak, Wajib Pajak wajib mencantumkan Nomor Transaksi
Penerimaan Negara pada e-SPT dan e-SPTy sebagai bukti pembayaran yang telah divalidasi.
(4) Apabila e-SPT dan e-SPTy sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap oleh
Direktorat Jenderal Pajak, maka kepada WajibPajak diberikan Bukti Penerimaan Elektronik.
Pasal 8
(1) Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e-
Filing) dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu
dengan standar Waktu IndonesiaBagian Barat.
(2) SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang disampaikan secara elektronik
pada akhir batas waktu Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.
Pasal 9
(1) Wajib Pajak wajib menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain yang harus
dilampirkan dalam SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak dapat
disampaikan secara elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
secara langsung atau melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat, atau melalui
perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat, kecuali SSP lembar
3 yang dibayarkan melalui Bank Persepsi dan Nomor Transaksi Penerimaan Negara sudah
dicantumkan dalam e-SPT dan/atau e-SPTy, paling lama:
a. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan SPT dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan disampaikan sebelum batas akhir penyampaian;
b. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik dalam hal SPT dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian.
dengan surat pengantar sesuai dengan contoh sebagaimana tersebut pada Lampiran II
Peraturan Direktur Pajak ini.
(2) Apabila Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), SPT
Pasal 10
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku maka:
Pasal 11
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku sejak 1 Maret 2009.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Desember 2008
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
ttd.
DARMIN NASUTION
NIP 130605098
Kepada Yth.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak …..........
Jalan ….............
Berkenaan dengan permohonan diatas, kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kami
telah siap untuk mengikuti program e-Filing di Direktorat Jenderal Pajak, dan menyadari
sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
(………………………………………)
Jabatan
Catatan:
*) Dalam hal :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi permohonan diajukan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan atau
kuasanya dengan melampirkan Surat Kuasa Khusus (asli).
2. Wajib Pajak Badan permohonan diajukan oleh pengurus atau kuasanya dengan melampirkan
Surat Kuasa Khusus (asli).
................,
...........................2008
Kepada Yth.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak …..........
Jalan ….............
Dengan hormat,
Jabatan,
ttd
(.................................)
Nama Jelas
Catatan:
contoh Bukti Penerimaan Elektronik
xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 27/08/2008 15:55:39 xxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxx ASP 001
TENTANG
Menimbang :
bahwa dalam rangka memperlancar penatausahaan pelaporan pajak yang diadministrasikan pada
Kantor Pelayanan Pajak Madya termasuk Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus dan Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, perlu menetapkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Dalam Bentuk Elektronik;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4740);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pasal 1
1. Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya disebut KPP adalah Kantor Pelayanan Pajak
Madya termasuk Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus dan Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar.
Pasal 2
(1) Wajib Pajak wajib menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik (e-SPT).
(2) Saat dimulainya penyampaian e-SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi Wajib Pajak yang telah ditetapkan terdaftar di KPP berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak yang berlaku sebelum Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini
ditetapkan, terhitung sejak tanggal 1 Juli 2009.
b. Bagi Wajib Pajak yang ditetapkan terdaftar di KPP berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak yang berlaku setelah berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak
ini, terhitung sejak awal bulan keenam setelah bulan Wajib Pajak ditetapkan.
a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2); atau
b. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tetapi tidak
melampirkan keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku,
dianggap tidak menyampaikan SPT dan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(4) Wajib Pajak dapat menyampaikan e-SPT sebelum tanggal yang ditentukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) apabila dikehendaki oleh Wajib Pajak.
Pasal 3
(1) Penyampaian e-SPT oleh Wajib Pajak ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dapat dilakukan:
(2) Penyampaian e-SPT dilaksanakan dengan prosedur sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Pasal 4
(1) Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT), wajib
disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT).
(2) Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk kertas (hardcopy), dapat
disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT) atau dalam bentuk bentuk kertas (hardcopy).
Pasal 5
Bagi Wajib Pajak yang telah menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik (e-SPT) sebelum
berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini tetap menyampaikan SPT dalam bentuk
elektronik.
Pasal 6
Tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan dalam bentuk digital atau elektronik yang tidak
sesuai dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Januari 2009
DIREKTUR JENDERAL,
ttd.
DARMIN NASUTION
NIP 130605098
Dengan menggunakan aplikasi e-SPT Wajib Pajak dapat merekam, memelihara, dan men-
generate data Elektronik SPT serta mencetak SPT beserta lampirannya.
TENTANG
Menimbang:
bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan dalam bentuk elektronik untuk Tahun Pajak 2010, untuk lebih memudahkan
Wajib Pajak dan memberikan kepastian hukum yang lebih baik, maka perlu menetapkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan dalam Bentuk Elektronik untuk Tahun Pajak 2010;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, Serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009;
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2009 tentang Tata Cara
Penyampaian Surat Pemberitahuan dalam Bentuk Elektronik;
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2009 tentang Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang pribadi Beserta Petunjuk Pengisiannya
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
66/PJ/2009;
5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2009 tentang Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya;
6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 tentang Bentuk Formulir
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang pribadi dan Wajib
Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
1. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang selanjutnya disebut SPT Tahunan
adalah SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
2. e-SPT Tahunan adalah data SPT Tahunan Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang
dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT Tahunan yang disediakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak;
3. Aplikasi e-SPT Tahunan adalah aplikasi dari Direktorat Jenderal Pajak yang dapat
digunakan Wajib Pajak untuk membuat e-SPT Tahunan;
4. e-SPT Tahunan tahun 2009 adalah e-SPT yang digunakan untuk penyampaian SPT
Tahunan dengan bentuk sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-34/PJ/2009 tentang Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi Beserta Petunjuk Pengisiannya sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/PJ/2009 dan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2009 tentang Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya;
5. e-SPT Tahunan tahun 2010 adalah e-SPT yang digunakan untuk penyampaian SPT
Tahunan dengan bentuk sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-34/PJ/2010 tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk
Pengisiannya.
Pasal 2
(1) Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan Tahun Pajak 2010 dalam bentuk formulir
kertas (hard copy) atau e-SPT Tahunan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Tahun Pajak 2010 dalam bentuk e-
SPT Tahunan maka:
a. Wajib Pajak Badan dapat menggunakan aplikasi e-SPT Tahunan tahun 2009.
b. Wajib Pajak Orang Pribadi menggunakan aplikasi e-SPT Tahunan tahun 2010.
c. Wajib Pajak Orang pribadi yang telah menyampaikan SPT Tahunan Tahun Pajak
2010 dengan menggunakan aplikasi e-SPT Tahunan tahun 2009 dianggap telah
menyampaikan SPT Tahunan dalam hal penyampaiannya dilakukan sebelum
ditetapkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
Pasal 3
Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 juga berlaku bagi Wajib Pajak yang diwajibkan
menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2009 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan
dalam Bentuk Elektronik.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan diberlakukan
untuk penyampaian SPT Tahunan Tahun Pajak 2010.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 April 2011
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
ttd.
A. FUAD RAHMANY
NIP 195411111981121001
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-
19/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN
Menimbang:
bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak terkait dengan penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2009 tentang
Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 534/KMK.04/2000 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan serta Keterangan dan atau Dokumen yang Harus Dilampirkan;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.34/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185/PMK.34/2007 tentang Tata Cara Penerimaan
dan Pengolahan Surat Pemberitahuan;
7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-179/PJ/2007 tentang Tempat Lain yang
Dapat Digunakan untuk Menerima Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2009;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2009 tentang
Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 2
1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau nama Wajib Pajak tidak dicantumkan dalam
SPT Induk dengan lengkap dan jelas;
2. SPT Induk tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya;
3. SPT Induk ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak tetapi tidak dilampiri dengan Surat
Kuasa Khusus atau SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ditandatangani oleh ahli waris
tetapi tidak dilampiri dengan Surat Keterangan Kematian dari Instansi yang berwenang;
4. Terdapat elemen SPT Induk yang diisi tidak lengkap;
5. SPT Kurang Bayar tetapi tidak dilampiri dengan bukti pelunasan berupa SSP yang
sesuai;
6. SPT tidak atau kurang disertai dengan lampiran pada Formulir sebagaimana ditetapkan
pada Lampiran III.1.a. atau III.2.a. atau III.3.a. atau III.4.a pada Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini;
7. SPT/e-SPT tidak atau kurang disertai dengan Lampiran Keterangan dan/atau Dokumen
yang Disyaratkan sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III.1.a s.d. III.4.a atau III.1.b
s.d. III.4.b atau III.1.c s.d. III.4.c pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
Pasal 7
(1) Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan adalah
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
(2) Tanda Terima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan adalah sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
(3) Keterangan dan/atau dokumen lain yang disyaratkan sebagai kelengkapan SPT adalah
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III.1.a, Lampiran III.1.b, Lampiran III.1.c,
Lampiran III.2.a, Lampiran III.2.b, Lampiran III.2.c, Lampiran III.3.a, Lampiran III.3.b,
Lampiran III.3.c, Lampiran III.4.a, Lampiran III.4.b dan Lampiran III.4.c Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini.
Pasal II
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 2010
DIREKTUR JENDERAL,
ttd.
MOCHAMAD TJIPTARDJO
NIP 060044911
1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
dengan cara SPT dimasukkan ke dalam amplop tertutup yang telah ditulis dengan Nama
Wajib Pajak, NPWP, Tahun Pajak, dan Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar), serta
Nomor Telepon yang dapat dihubungi dan menyerahkannya kepada Petugas Penerima SPT di
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) atau Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box.
2. Petugas Penerima SPT menerima amplop tertutup yang berisi SPT Tahunan/e-SPT Tahunan
dari Wajib Pajak, termasuk dari Wajib Pajak yang tidak terdaftar di wilayah kerja KPP di
mana TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box tersebut berada, dan langsung memberikan
Tanda Terima SPT kepada Wajib Pajak tanpa didahului penelitian atas kelengkapan SPT.
3. KPP yang menerima SPT Wajib Pajak selain yang terdaftar di KPP tersebut, mengirimkan
SPT Wajib Pajak ke KPP di tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan Surat
Pengiriman SPT per KPP Tempat Wajib Pajak Terdaftar dan melampirkan Daftar Nominatif
Pengiriman SPT paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari, kecuali untuk SPT
Lebih Bayar (LB) paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak SPT diterima.
4. KPP melakukan penelitian atas kelengkapan SPT paling lama dalam jangka waktu 2 (dua)
bulan setelah SPT diterima sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1), kecuali untuk SPT
Lebih Bayar dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja. Apabila
berdasarkan hasil penelitian SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap, terhadap
Wajib Pajak dikirimkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.
5. Atas permintaan kelengkapan SPT tersebut, paling lambat 30 hari sejak tanggal Surat
Permintaan Kelengkapan SPT, Wajib Pajak wajib menyampaikan kelengkapan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan ke KPP dimana Wajib Pajak terdaftar dan menyerahkannya kepada
Petugas TPT.
6. Petugas TPT menerima dan meneliti kelengkapan SPT yang diminta, selanjutnya mencetak
Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan menyerahkannya kepada Wajib Pajak.
7. Apabila sampai batas waktu 30 hari sejak tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan telah terlampaui dan Wajib Pajak belum menyampaikan
kelengkapan SPT, maka SPT dianggap tidak disampaikan dan kepada Wajib Pajak dikirimkan
surat pemberitahuan yang menyatakan bahwa SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dianggap tidak
disampaikan.
8. Terhadap SPT yang telah dilakukan penelitian dan dinyatakan lengkap, dilakukan perekaman
SPT Lengkap pada menu penerimaan SPT dan dilanjutkan dengan perekaman detil SPT pada
aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak.
9. Jangka waktu perekaman SPT ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan sejak SPT Lebih Bayar
(LB) diterima lengkap atau 3 (tiga) bulan sejak SPT Kurang Bayar (KB)/Nihil (N) diterima
lengkap.
A. Bentuk
B. Ukuran
1. Lebar : 10,0 cm
2. Panjang keseluruhan : 33,0 cm
a. Panjang Lembar Arsip : 7,6 cm
b. Panjang Lembar untuk ditempel di amplop : 12,7 cm
c. Panjang Lembar untuk Wajib Pajak : 12,7 cm
C. Penomoran
1. Nomor harus ditentukan terlebih dahulu (prenumbered)
2. Nomor terdiri dari 13 digit dengan format : aaa-bb-cccccccc
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan III,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan SPT 1770 yang bersangkutan.
e-SPT 1770 yang disampaikan dengan menggunakan media elektronik dinyatakan lengkap
apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan IV, maka
lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan e-SPT 1770 yang bersangkutan.
e-SPT 1770 yang disampaikan melalui e-filing dinyatakan lengkap apabila dipenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan III,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan e-SPT 1770 yang bersangkutan.
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan III,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan SPT 1770 S yang bersangkutan.
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan IV,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan e-SPT 1770 S yang bersangkutan.
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan III,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan e-SPT 1770 S yang bersangkutan.
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan III,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan SPT 1770 SS yang bersangkutan.
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan IV,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan e-SPT 1770 SS yang bersangkutan.
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan III,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan e-SPT 1770 SS yang bersangkutan.
SPT 1771 atau SPT 1771/$ dinyatakan lengkap apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan III,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan SPT 1771 atau 1771/$ dari Wajib
Pajak yang bersangkutan.
e-SPT 1771 atau e-SPT 1771/$ yang disampaikan dengan menggunakan media elektronik
dinyatakan lengkap apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan IV,
maka lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan e-SPT 1771 atau e-1771/$ dari Wajib
Pajak yang bersangkutan.
e-SPT 1771 atau e-SPT 1771/$ yang disampaikan melalui e-filing dinyatakan lengkap apabila
dipenuhi persyaratan sebagai berikut:
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan lampiran selain tersebut pada angka I sampai dengan III, maka
lampiran tersebut merupakan lampiran kelengkapan e-SPT 1771 atau e-1771/$ dari Wajib Pajak yang
bersangkutan.
DATA PRIBADI
E-mail : chycilia.2912@gmail.com
PENDIDIKAN
PELATIHAN