Anda di halaman 1dari 97

ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA DAERAH (APBD) PADA DINAS PERTANIAN DAN


KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BREBES

TUGAS AKHIR

OLEH

EVA SULISTIANA

NIM 17030105

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2020

i
ii
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir yang berjudul :


ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH (APBD) PADA DINAS PERTANIAN DAN
KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BREBES
Oleh:
Nama : Eva Sulistiana
Nim : 17030105
Program Studi : Akuntansi
Jenjang : Diploma III
Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir
Program Studi DIII Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Tegal, 21 Juli 2020

1. Bahri Kamal, SE, MM ............................


Pembimbing 1
2. Elisa Purwitasari SE, M.Acc, Akt ............................
Pembimbing 2
3. Ida Farida, SE, M.Si ............................
Penguji 1
4. Dewi Sulistyowati, SE ...........................
Penguji 2
Mengetahui
Ketua Program Studi

Yeni Priatna Sari, SE, M.Si, Ak, CA


NIPY. 09.011.062

iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TA

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dalam bentuk Tugas Akhir ini
yang berjudul “ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA DINAS
PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BREBES”
beserta isinya adalah benar – benar hasil karya saya sendiri. Dalam penulisan
Tugas Akhir ini saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutip dengan cara yang
tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam kode etik ilmiah. Demikian
penyataan ini untuk dapat dijadikan pedoman bagi yang berkepentingan dari saya
siap menanggung segala resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya
tulis saya atau adanya klaim terhadap keaslian karya tulis saya.

Tegal, 11 Juni 2020


Yang membuat pernyataan

Eva Sulistiana
NIM 17030105

iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai mahasiswa Program Studi DIII Akuntansi Politekenik Harapan Bersama,
saya yanag bertanda tangani bawah ini,
Nama : Eva Sulistiana
NIM : 17030105
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui memberikan kepada
Program Studi DIII Akuntansi Politeknik Harapan Bersama, Hak Bebas Royalty
Non-ekslusif (Non-exclusive Royalty Free Rigth) atas karya ilmiah saya yang
berjudul “ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA DINAS PERTANIAN DAN
KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BREBES“. Dengan Hak Bebas
Royalty Non-ekslusif , Program Studi DIII Akuntansi Politeknik Harapan
Bersama berhak menyimpan, mengalih mediakan atau formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan
di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik
hak cipta, dengan menetapkan prinsip-prinsip, etika dan atauran hukum yang
berlaku tentang penggunaan informasi, saya bersedia untuk menanggung secara
pribadi tanpa melibatkan pihak Program Studi DIII Akuntansi Politeknik Harapan
Bersama atas segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak
cipta atau plagiatisme dalam karya ilmiah ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenarnya
Tegal, 11 Juni 2020
Yang membuat pernyataan

Eva Sulistiana
NIM 17030144

v
MOTTO

“Kehidupan kita akan menjadi indah, tenang dan bahagia ketika di dalam hati kita
tidak ada rasa benci kepada siapapun”

( AL Habib Anis bin Umar Assegaf)

“Orang yang selalu bersholawat, menyebut, mengingat Nabi Muhammad SAW,


maka hidupnya akan barokah”

( AL Habib Soleh bin Ali Al Attas )

“Manisnya keberhasilan dapat menghapus pahitnya kesabaran”

( Ali bin Abi Thalib R.A )

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk :

 Yang utama dari segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah
SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku,
membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkan ku dengan cinta. Atas
karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya tugas akhir yang
sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah SAW.
 Ayah dan ibu terimakasih atas doa, semangat, pengorbanan, motivasi,
nasihat serta kasih sayang yang tidak pernah henti sampai saat ini.
 Dosen pembimbing Bapak Bahri dan Ibu Elisa terimakasih banyak yang
sudah membimbing dengan sabar sehingga saya dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
 Sahabat Bocah Cilik-Cilik : Putri, Mela, Prisma, Yuli, dan Ugi terimakasih
semua yang sudah memberikan semangat
 Almamaterku Biru tercinta Politeknik Harapan Bersama

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Analisis Kinerja Realisasi Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Pada Dinas Pertanian Dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Brebes”.

Tugas Akhir ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna

mencapai gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Akuntansi Politeknik

Harapan Bersam Tegal

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki,

dalam menyusun Tugas Akhir ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin

menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Bapak Ir. Mc. Chambali,B.Eng.EE M.Kom selaku Bapak Direktur

Politeknik Harapan Bersama

2. Ibu Yeni Priatna Sari, SE,M.Si, Ak, CA, ASEAN, CPA, selaku Ketua

Program Studi D3 Akuntansi Politeknik Harapan Bersama

3. Bapak Bahri Kamal SE, MM selaku dosen pembimbing 1 yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan membantu menyusun menyelesaikan

Tugas Akhir ini

viii
4. Ibu Elisa Purwitasari SE M.Acc. Akt selaku dosen Pembimbing 2 yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan membantu menyusun menyelesaikan

Tugas Akhir ini

5. Segenap Dosen dan staf Pengajar, khususnya Program Studi Akuntansi

Politeknik Harapan Bersama

6. Ibu Yulia Hendrawati selaku Kepala Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Brebes yang telah memberikan izin Praktek Kerja

Lapangan

7. Seluruh pegawai dan Staff Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Brebes.

8. Orang tua yang selalu menguatkan dengan doa

9. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, masih

banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas

segala kekurangan dan kelemahan yang ada. Akhirnya, penulis sangat berharap

Tugas Akhir ini sangat bermanfaat bagi para pembaca.

Tegal, 11 Juni 2020

EVA SULISTIANA
NIM 17030105

ix
ABSTRAK

Eva Sulistiana. 2020. Analisis Kinerja Realisasi APBD pada Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes. Program Studi D-III Akuntansi. Politeknik
Harapan Bersama. Pembimbing I : Bahri Kamal. Pembimbing II : Elisa
Purwitasari.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes merupakan
unsur pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja realisasi anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD) pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Brebes. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan studi pustaka. Metode penelitian ini dengan menggunakan
metode deskriptif kuantitatif. Hasil perhitungan tahun 2017-2019 terdapat selisih
anggaran belanja dengan realisasi yang bersaldo negatif yang termasuk dalam
kategori favourable variance. Hasil perhitungan analisis keserasian tahun 2017
82,30% = prosentase sangat serasi, tahun 2018 94,20% = prosentase sangat
serasi, tahun 2019 95,91% = prosentase sangat serasi. Hasil perhitungan analisis
rasio efisiensi belanja tahun 2017 82,30% = cukup efisien, tahun 2018 94,20% =
kurang efisien, tahun 2019 95,91% = kurang efisien. Dan hasil analisis
pembiayaan menunjukkan hasil sisa anggaran lebih besar, dapat dilihat pada tahun
2017 yaitu sebesar Rp 2.901.288.384.
Kata Kunci : varians belanja, keserasian belanja, rasio efisiensi belanja,
pembiayaan

x
ABSTRACT

Sulistiana, Eva. 2020. The Analysis of the Performance Realization of the Local
Budget (APBD) at Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes.
Diploma III Accounting Study Program of Politeknik Harapan Bersama. First
Advisor : Bahri Kamal. Second Advisor : Elisa Purwitasari.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes is an element
of the implementation of government affairs which are the regional authority. This
study discusses studying the regional budget and expenditure (APBD) at Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes. The data collection
techniques used were observation, interview, and literature study. This research
method was using a quantitative descriptive method. The result of calculation for
2017-2019 there was a difference in the budget with the realization of a negative
balance included in the category of favorable variance. The results of the analysis
of harmony analysis in 2017 82,30% = very harmonious percentage, in 2018
94,20% = very harmonious percentage, in 2019 95,91% = very harmonious
percentage. The results of the calculation of the ratio of expenditure efficiency
analysis in 2017 82,30% = quite efficient, in 2018 94,20% = less efficient, in 2019
95,91% = less efficient. The results of the financing analysis show the results of
the remaining budget is greater, it can be seen in 2017 that is Rp 2.901.288.384.
Keywords : variance, harmony, efficiency ratio, financing.

xi
DAFTAR ISI

TUGAS AKHIR ....................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TA .................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...........................................................v
MOTTO ................................................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ...............................................................................................................x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I .......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................7
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................8
1.6 Kerangka Berpikir .....................................................................................8
1.7 Sistematika Penulisan ..............................................................................12
BAB II ....................................................................................................................15
2.1 Akuntansi Sektor Publik ..........................................................................15
2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik ................................................15
2.1.2 Tujuan Akuntansi Sektor Publik ......................................................16
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akuntansi Sektor Publik ..........17
2.1.4 Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik ........................................19
2.2 Kinerja .....................................................................................................20
2.2.1 Pengertian Kinerja............................................................................20
2.2.2 Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah .........................21

xii
2.3 Anggaran Sektor Publik ..........................................................................24
2.3.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik .................................................24
2.3.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik .......................................................26
2.3.3 Manfaat Anggaran Sektor Publik .....................................................28
2.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah .............................................29
2.4.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ....................29
2.4.2 Landasan Hukum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) ..........................................................................................................30
2.4.3 Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ...........31
2.4.4 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ............32
2.4.5 Proses Penyusunan APBD ...............................................................33
2.4.6 Pelaksanaan Anggaran Belanja ........................................................33
2.4.7 Analisis Belanja Langsung...............................................................34
2.4.8 Standar Akuntansi Pemerintah Daerah ............................................35
2.5 Kinerja Realisasi Anggaran APBD .........................................................36
2.5.1 Pengertian Realisasi Anggaran ........................................................36
2.5.2 Pengertian Realisasi Anggaran APBD .............................................36
2.5.3 Analisis Kinerja................................................................................36
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................41
BAB III ..................................................................................................................42
3.1 Lokasi Penelitian .....................................................................................42
3.2 Waktu Penelitian .....................................................................................42
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................42
3.3.1 Jenis Data .........................................................................................42
3.3.2 Sumber Data .....................................................................................43
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................44
3.5 Metode Analisis Data ..............................................................................45
3.5.1 Analisis Varians Anggaran Belanja .................................................45
3.5.2 Analisis Keserasian Belanja .............................................................47
3.5.3 Analisis Efisiensi Belanja ................................................................48
3.5.4 Analisis Pembiayaan ........................................................................48

xiii
BAB IV ..................................................................................................................50
4.1 Hasil Penelitian........................................................................................50
4.1.1 Hasil Analisis Varians Anggaran Belanja ........................................50
4.1.2 Hasil Analisis Keserasian Belanja ...................................................51
4.1.3 Hasil Analisis Rasio Efisiensi Belanja .............................................53
4.1.4 Analisis Pembiayaan ........................................................................54
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian...................................................................55
4.2.2 Analisis Keserasian Belanja .............................................................57
4.2.3 Analisis Rasio Efisiensi Belanja ......................................................58
4.2.4 Analisis Pembiayaan ........................................................................60
BAB V....................................................................................................................61
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................61
5.2 Saran ........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................64
LAMPIRAN ...........................................................................................................66

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 11

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Varians Anggaran Belanja ........................................................38


Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Keserasian Belanja....................................................38
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Efisiensi Belanja .......................................................39
Tabel 2.4 Tabel Penelitian......................................................................................41
Tabel 3.1 Kriteria Varians Anggaran Belanja ........................................................46
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Keserasian Belanja....................................................47
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Efesiensi Belanja ......................................................48
Tabel 4.1 Data Realisasi dan Anggaran Belanja ....................................................50
Tabel 4.2 Hasil perhitungan dan kriteria analisis varians anggaran belanja ..........51
Tabel 4.3 Rasio Belanja Langsung terhadap total belanja .....................................52
Tabel 4.4 Hasil perhitungan dan kriteria keserasia belanja....................................53
Tabel 4.5 Rasio Efisiensi Belanja ..........................................................................53
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan dan kriteria analisis rasio efisiensi belanja ...............54
Tabel 4.7 Hasil perhitungan dan kriteria analisis pembiayaan ..............................55
Tabel 4.8 Hasil perhitungan dan kriteria analisis varians anggaran belanja ..........55
Tabel 4.9 Hasil perhitungan dan kriteria analisis keserasian belanja.....................57
Tabel 4.10 Hasil perhitungan dan kriteria analisis rasio efisiensi belanja .............58
Tabel 4.11 Hasil perhitungan dan kriteria analisis pembiyaan ..............................60

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Pengawasan Anggaran Definitif Per Kegiatan Tahun 2017

Lampiran 2 Laporan Pengawasan Anggaran Definitif Per Kegiatan Tahun 2018

Lampiran 3 Laporan Pengawasan Anggaran Definitif Per Kegiatan Tahun 2019

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari

oleh seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia merupakan bagian dari

masyarakat dunia yang memiliki kewajiban untuk secara terus menerus

berpartisipasi dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good

governance) untuk menunjang dalam persaingan di era globalisasi.

Menanggapi paradigma baru tersebut maka pemerintah memberikan

otonomi kepada daerah seluas-luasnya yang bertujuan untuk memungkinkan

daerah mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar berdaya guna

dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

serta dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Dega (2018)[1]

Pengelolaan keuangan dalam suatu daerah sangat penting dilakukan

oleh pemerintah. Kinerja dalam merealisasikan anggaran pendapatan dan

belanja daerah jika dilakukan dengan baik dan benar maka akan

menghasilkan perkembangan pembangunan bagidaerah, serta dapat

mensejahterakan masyarakat. Selain itu juga harus meningkatkan

pengelolaan potensi PAD (Pendapatan Asli Daerah) dengan benar dan

sesuai agar dapat menunjang pendapatan untuk perkembangan kabupaten

atau kota yang ada. Pengukuran kinerja merupakan alat untuk menilai

kesuksesan organisasi. Dalam konteks organisasi sektor publik, kesuksesan

1
2

organisasi itu akan digunakan untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan

publik.

Kewajiban pemerintah daerah mengelola potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan sumber daya keuangan secara optimal. maka

diperlukan mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan dengan

memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan

mengelola keuangan daerah, menyalurkan informasi Keuangan yang

disampaikan dengan prinsip akurat, relevan, dan dapat

dipertanggungjawabkan. Pengelolaan Keuangan Daerah harus didukung

dengan sistem dan prosedur akuntansi yang baik sehingga dapat

dilaksanakan dengan mudah tepat, jelas, terukur, dan terlegitimasi

(Halim,2012 : 18)[2]

Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

(APBD)merupakan salah satu alat untuk melihat implementasi dari

kebijakan dan operasionalisasi pelaksanaan pengelolaan keuangan suatu

daerah dalam upaya mewujudkan pelayanan publik yang optimal serta

upaya dalam mendorong pembangunan ekonomi di daerah. Besarnya

realisasi anggaran dan jenis belanjanya mengidentifikasikan besarnya

komitmen dan keseriusan suatu pemerintah daerah pada aspek-aspek yang

menjadi prioritas daerah.

Marizka (2010:41)[3]mengungkapkan bahwa analisis belanja daerah

sangat penting dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan APBN

pemerintah daerah sercara ekonomis, efisien, dan efektif. Sejauh mana


3

pemerintah daerah telah melakukan efisiensi anggaran, menghindari

pengeluaran yang tidak perlu dan pengeluaran yang tidak tepat sasaran.

Mahsun (2006:152)[4] menyatakan bahwa analisis varians merupakan

analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan

anggaran belanja. Marizka (2010:42)[3] juga menyatakan bahwa rasio

keserasian belanja menggambarkan bagaimana pemerintah daerah

memprioritaskan alokasi dananya pada belanja secara optimal. Rasio

efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran

yang dilakukan pemerintah.

Analisis pembiayaan dapat digunakan untuk mengetahui pola

anggaran pemerintah daerah. Juga dapat digunakan untuk membaca

kebijakan pemerintah daerah. Salah satu pos yang paling urgent analisis

pembiayaan ini adalah sisa anggaran yang digunakan untuk suatu keperluan

atau kepentingan pelayanan publik. Apabila semakin besar sisa anggaran

yang didapatkan atau yang diperoleh dari suatu anggaran, maka dapat

dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya penyajian suatu rencana

anggaran. Pengelolaan keuangan negara mengharuskan pertanggungjawaban

dalam pengelolaan keuangan negara dilakukan dalam bentuk perhitungan

anggaran negara atau daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Wujud laporan ini hanya menginformasikan aliran kas APBN atau APBD

sesuai dengan format anggaran yang disahkan oleh legislatif, tanpa

menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah.

Laporan tersebut selain memuat informasi yang terbatas, juga waktu


4

penyampainnya dalam perhitungan anggaran juga sangat rendah karena

sistem akuntansi yang diselenggarakan belum didasarkan pada standar

akuntansi dan tidak didukung oleh perangkat data dan proses yang

memadai.

Upaya konkret dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di

lingkungan pemerintah mengharuskan setiap pengelola keuangan negara

untuk menyampaikan laporan pertanggung jawaban pengelolaan keuangan

dengan cakupan yang lebih luas dan tepat waktu. Undang-undang nomor 17

tahun 2003 tentang Keuangan Negara menegaskan bahwa laporan

pertanggungjawaban keuangan dimaksud dinyatakan dalam bentuk laporan

keuangan yang setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi anggaran, neraca,

laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, dan disusun

berdasarkan SAP.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes

merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah pada bidang pertanian dan

ketahanan pangan yang menjadi kewenangan daerah. Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes dipimpin oleh Kepala Dinas yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Kabupaten

Brebes melalui Sekretaris Daerah. Instansi pemerintah adalah organisasi

yang merupakan kumpulan orang-orang yang dipilih secara khusus untuk

melaksanakan tugas Negara sebagai bentuk pelayanan kepada orang banyak

atau pada masyarakat sekitar.


5

Untuk itu fenomena yang dialami oleh Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes merupakan suatu hal yang menarik

untuk dikaji lebih lanjut, karena akan menganalisis beberapa perhitungan

diantaranya yaitu analisis varians anggaran belanja, analisis keserasian

belanja, analisis rasio efisiensi dan analisis pembiayaan (analisis sisa

anggaran di setiap masing-masing perhitungan). Untuk mengetahui hasil

kinerja keuangan daerah adalah dengan cara memperhitungkan selisih antara

anggran dan realisasi anggaran yang kemudian akan mengetahui sisa

anggaran yang dihasilkan. Jika sisa anggaran yang dihasilkan lebih besar,

maka terdapat kurang tepatnya penyajian suatu rencana anggaran. Dalam

suatu permasalahan realisasi lebih kecil dari yang dianggarkan, sisa

anggaran yang terlalu banyak dan juga kurangnya optimal dalam

penyerapan dana yang terealisasi.

Berdasrkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan : “Analisis Kinerja Realisasi Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Pada Dinas Pertanian Dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes”.


6

1.2 Perumusan Masalah

Berdasrkan urian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja realisasi APBD ditinjau dari analisis varians

anggraan belanja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Brebes?

2. Bagaimana kinerja realisasi APBD ditinjau dari analisis keserasian

belanja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Brebes?

3. Bagaimana kinerja realisasi APBD ditinjau dari analisis rasio efisiensi

belanja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Brebes?

4. Bagaimana kinerja realisasi APBD ditinjau dari analisis pembiayaan

pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui kinerja realisasi APBD ditinjau dari analisis varians

anggaran belanja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Brebes.

2. Untuk mengetahui kinerja realisasi APBD ditinjau dari analisis

keserasian belanja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Brebes.
7

3. Untuk mengetahui kinerja realisasi APBD ditinjau dari analisis rasio

efisiensi belanja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Brebes.

4. Untuk mengetahui kinerja realisasi APBD ditinjau dari analisis

pembiayaan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Brebes.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan

praktis, diamtaranya :

1. Bagi Peneliti

Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal

pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, serta mengukur kemampuan

peneliti dalam menerapkan ilmu yang sudah didapat dalam bangku

perkuliahan, serta untuk menambah wawasan bagi yang lainnya.

2. Bagi kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes

Bagi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, hasil

peneltian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan saran untuk

lebih memperhatikan dalam mempertimbangkan akan hal kinerja

realisasi APBD. Baik dalam bentuk pengeluaran ataupun pemasukan

dan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori yang

berkaitan dengan kinerja keuangan pemerintah daerah dengan

menggunakan rasio-rasio untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dan

efisiensi penggunaan kinerja APBD.


8

3. Bagi Politeknik Harapan Bersama

Dapat menambah pengetahuan dan dapat digunakan sebagai tambahan

kepustakaan yang bisa dipakai sebagai referensi penelitian berikutnya

bagi mahasiswa Politeknik Harapan Bersama Tegal.

1.5 Batasan Masalah

Permasalahan yang akan dibatasi dalam penyusunan penelitian ini antara

lain :

Dalam pembahasan ini yang sebagai objek utama adalah kinerja

realisasi APBD dalam kurun waktu 3 tahun (periode 2017-2019) di Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, dengan batasan

masalah Analisis Kinerja Realisasi APBD pada Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, yang meliputi perhitungan analisis

varians anggaran belanja, analisis keserasian belanja, analisis rasio efisiensi

belanja, dan analisis pembiayaan.

1.6 Kerangka Berpikir

Kinerja realisasi APBD bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengeluaran selama satu periode ini, dan akan diketahui sisa anggaran yang

tersedia. Jika hasil sisa anggaran tersebut lebih banyak maka kinerja

realisasi APBD pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Brebes kurang sesuai karena antara realisasi dengan yang dianggarkan tidak

terlalu banyak.

APBD adalah suatu rencana operasional keuangan daerah, di satu

pihak menggambarkan penerimaan pendapatan daerah dan di lain pihak


9

merupakan pengeluaran untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin

dan pengeluaran pembangunan untuk membiayai kegiatan-kegiatan dan

proyek-proyek pembangunan daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan dari

anggran yang telah direalisasikan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Brebes tahun periode 2017-2019dengan menggunakan

perhitungan analisis varians (selisih) anggaran belanja, analisis keserasian

belanja, analisis efisiensi belanja, ana analisis pembiayaan (sisa anggaran).

Untuk analisis efisiensi belanja menggunakan rasio efisiensi belanja. Dari

hasil perhitungan tersebut, maka akan diketahui hasil setiap masing-masing

analisis dari pengelolaan dana APBD pada Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Brebes yang kemudian dapat digunakan untuk menilai

kinerja realisasi APBD dilihat dari sisa anggaran yang tersedia pada Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes pada tahun anggaran

yang bersangkutan.

Berdasrkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sebuah instansi atau organisasi sangat perlu memperhatikan hasil kinerja

realisasi APBD, dan kontrol dalam penggunaan anggaran. Untuk menetahui

seberapa sesuai kinerja realisasi anmggaran dapat dilihat perolehan sisa

anggaran yang dihasilkan dalam satu periode. Yamg nantinya akan

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya agar lebih transparan akan

kinerja realisasi APBD dalam kurun waktu 3 tahun (2017-2019). Karena


10

jika sisa anggaran yang dihasilkan terlalu banyak, maka tandanya ada

beberapa realisasi anggaran yang kurang optimal.


11

Untuk lebih jelasnya maka dilakukan penyederhanaan menggunakan

kerangka penelitian pada gambar 1.1 sebagai berikut :

Permasalahan : Pemecahan masalah : Rumusan masalah :

1. Realisasi lebih 1. Penggunaan dana 1. Untuk mengetahui kinerja


kecil dari yang yang di realisasi APBD ditinjau dari
di anggarkan. realisasikan sesuai analisis varians anggaran?
2. Sisa anggaran dengan 2. Untuk mengetahui kinerja
yang terlalu pengeluaran dana realisasi APBD ditinjau dari
banyak. yang dibutuhkan. analisis keserasian belanja?
3. Kurangnya 2. Perencanaan 3. Untuk mengetahui kinerja
optimal dalam kegiatan. realisasi APBD ditinjau dari
penyerapan 3. Peninjauan analisis rasio efisiensi belanja?
dana yang kembali 4. Untuk mengetahui kinerja
terealisasi. penggunaan realisasi APBD ditinjau dari
anggaran. analisis pembiayaan?

Analisis Deskriptif Kuantitatif :

1. Analisis Varians Anggaran Belanja


2. Analisis Keserasian Belanja
3. Analisis Rasio Efisiensi Belanja
4. Analisis Pembiayaan

Kesimpulan :

Umpan Balik Kinerja anggaran pendapatan belanja


daerah belum mencapai kinerja yang baik.
Dengan melihat sisa anggaran yang
diperoleh lebih banyak. Hal ini dapat
dijadikan titik awal untuk menentukan
anggaran tahun yang akan datang.
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
12

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, dibuat sistematika penulisan agar

mudah untuk dipahami dan memberikan gambaran secara umum kepada

pembaca mengenai tugas akhir ini. Sistematika penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut :

a. Bagian Awal

Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman

pengesahan, halaman pernyataan keaslian Tugas Akhir (TA), halaman

pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan

akademis, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar,

intisari atau abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan

lampiran. Bagian awal ini berguna untuk memberikan kemudahan

kepada pembaca dalam mencari bagian-bagian penting secara cepat.

b. Bagian ini terdiri dari lima bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini memuat teori-teori tentang Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes yang


13

akan digunakan dan berbagai acuan dari sumber lain untuk

menyusun proposal tugas akhir.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang lokasi penlitian (tempat

dan alamat penelitian), waktu penelitian, metode

pengumpulan data, jenis dan sumber data penelitian, dan

metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tinjauan umum instansi, seperti

laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisikan garis besar dari inti hasil

penelitian, serta saran dari peneliti yang diharapkan dapat

berguna bagi institusi.

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Daftar berisi tentang daftar buku, literature yang

berkaitan dengan penelitian. Lampiran berisi data yang

mendukung penelitian tugas akhir secara lengkap.

c. Bagian Akhir

LAMPIRAN

Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung

kelengkapan laporan, antara lain Surat Keterangan Telah


14

Melaksanakan Penelitian dari Tempat Penelitian, Kartu Konsultasi,

Spesifikasi teknis serta data-data lain yang diperlukan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Sektor Publik

2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik adalah sebuah mekanisme teknik serta

analisa akuntansi yang dijalankan untuk mengelola dana masyarakat

di lembaga tinggi negara dan departemen dibawahnya. (Bastian : 2010

: 6)[5]

Menurut Halim (2004 : 18)[2] Arti akuntansi sektor publik

merupakan kegiatan jasa dengan tujuan untuk memberikan informasi

kuantitatif terutama yang memiliki sifat keuangan dari entitas

pemerintah guna untuk mengambil keputusan ekonomi yang nalar dari

pihak berkepentingan atas dasar alternatif arah tindakan.

Istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-

macam hal ini merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik,

sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial)

memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut

pandang ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas

yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan

barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

pihak publik.

15
16

Maka kesimpulannya, Akuntansi Sektor Publik merupakan

serangkaian proses dalam mengumpulkan, mengklasifikasikan,

menganalisis, mencatat, hingga menyajikan informasi-informasi

tersebut dalam sebuah laporan yang nantinya dapat digunakan pihak-

pihak terkait untuk pengambilan keputusan. Sistem akuntansi sektor

publik memang diterapkan pada lembaga-lembaga publik negara.

2.1.2 Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Berdasarkan American Accounting Association, menyatakan bahwa

tujuan pada akuntansi sektor publik, yakni :

1. Management Control

Tujuan pertama dari akuntansi sektor publik adalah

management control. Yaitu memberikan informasi yang

dibutuhkan dalam mengelola organisasi secara tepat, efisien,

cepat dan ekonomis dalam hal operasi ataupun penggunaan

sumber daya yang dipercayakan untuk suatu instansi atau

organisasi.

2. Accountability

Akuntabilitas pada akuntansi sektor publik hampir sama

dengan management control. Yakni, untuk menyediakan

informasi bagi manajer dari organisasi sektor publik dalam

melaporkan pertanggung jawaban atas pelaksanaan sumber daya

yang berada di bawah kewenangannya. Tujuan lainnya


17

adalah untuk melaporkan kegiatan pada publik atas operasi

organisasi pemerintah dan anggaran publik.

Bagi organisasi sektor publik, seiring dengan

perkembangan, dalam menjalankan akuntansi sektor publik

dituntut untuk mempertimbangkan value for money. Yakni

konsep pengelolaan sektor publik yang berdasarkan pada 3

elemen. Yakni ekonomi, efisiensi, dan efektifitas tanpa

mengesampingkan keadilan dan pemerataan.

Dalam hal ini, elemen keadilan lebih mengacu pada tidak

ada perbedaan bagi masyarakat dalam memperoleh fasilitas dan

layanan publik yang berkualitas. Sementara elemen pemerataan

adalah tuntutan supaya anggaran publik tidak hanya terfokus pada

satu organisasi saja.

Manfaat dari penerapan value for money adalah

tercapainya peningkatan kualitas pelayanan sektor publik,

meningkatnya efektivitas pelayan publik, dan menurunkan biaya

pelayanan publik.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akuntansi Sektor Publik

Kehadiran akuntansi sektor publik dikarenakan adanya

faktor-faktor pendukung yang membantu pembentukannya, antara

lain:

1. Faktor Ekonomi

a. Pertumbuhan ekonomi
18

b. Tingkat inflasi

c. Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)

d. Struktur produksi

e. Tenaga kerja

f. Arus modal dalam negeri

g. Cadangan devisa

h. Nilai tukar mata uang

i. Utang dan bantuan dalam negeri

j. Infrastruktur

k. Teknologi

l. Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi

m. Sektor informal

2. Faktor Politik

a. Hubungan negara dan masyarakat

b. Legitimasi pemerintah

c. Tipe rezim yang berkuasa

d. Ideologi negara

e. Elit politik dan massa

f. Jaringan internasional

g. Kelembagaan

3. Faktor Kultural

a. Keragaman suku, ras, agama, dan budaya

b. Sistem nilai di masyarakat


19

c. Historis

d. Sosiologi masyarakat

e. Karakteristik masyarakat

f. Tingkat pendidikan

4. Faktor Demografi

a. Pertumbuhan penduduk

b. Struktur usia penduduk

c. Migrasi

d. Tingkat kesehatan

2.1.4 Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan

kehidupan publik dan memiliki wilayah yang lebih luas serta lebih

kompleks dari pada sektor swasta atau sektor privat (bisnis atau

perusahaan). Organisasi sektor publik lebih banyak berkaitan dengan

kehidupan publik, seperti dalam memberikan pelayanan dan

memenuhi kebutuhan publik. Organisasi sektor publik meliputi

pemerintahan (baik pemerintah daerah maupun pusat), badan layanan

umum, yayasan, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan milik

negara dan daerah, rumah sakit, universitas, sekolah-sekolah, dan

organisasi nonprofit lainnya.

Dewasa ini organisasi sektor publik dituntut untuk

melaksanakan akuntabilitas publik. Selama ini, organisasi sektor

publik dianggap kurang ekonomis, kurang efisien, kurang efektif, dan


20

kurang transparan. Oleh karena itu, organisasi sektor publik dituntut

untuk lebih ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabilitas.

Tuntutan untuk berakuntabilitas, bertransparansi, dan berkonsep value

for money menyebabkan organisasi sektor publik berusaha

mengembangkan akuntansi sektor publik, khususnya pemerintah.

Konsep value for money didasarkan pada tiga elemen utama.

Ekonomi adalah upaya untuk memperoleh input dengan

kualitas dan kuantitas tertentu pada harga terendah. Ekonomi

merupakan perbandingan antara input dengan input rupiah. Henley et

al (1990) mendefinisikan ekonomi sebagai biaya minimal atas input

untuk melakukan aktivitas yang dibeli dengan biaya paling murah.

Ekonomi merupakan batasan konsep untuk memberikan pedoman

kepada pengelolaan yang baik.

Efisiensi adalah upaya untuk memperoleh output yang optimal

dengan input tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan antara input

dan output. Henley et al (1990) mendefinisikan efisiensi sebagai

hubungan yang dicapai antara output atas jasa atau kegiatan.Efektif

adalah tingkat pencapaian hasil dengan target yang telah ditentukan

efektif merupakan perbandingan antara output dengan outcome.

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan atau program kebijakan dalam


21

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang

dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering

digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu

maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu

atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan

yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan

atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau

target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat

diketahui karena tidak ada tolak ukurnya (Mahsun, 2015 : 141)[4]

2.2.2 Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas

menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan layanan sosial

masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban

keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil

menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak.

Dalam instansi pemerintahan pengukuran kinerja tidak dapat

diukur dengan rasio-rasio yang biasa didapatkan dari sebuah laporan

keuangan dalam suatu perusahaan seperti, Return Of Investment. Hal

ini disebabkan karena sebenarnya dalam kinerja pemerintahan tidak

ada Net Profit. Kewajiban pemerintah untuk mempertanggung

jawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan

menyampaikan informasi yang relevan sehubungan dengan hasil


22

program yang dilaksanakan kepada wakil rakyat dan juga kelompok-

kelompok masyarakat yang memang ingin menilai kinerja pemerintah.

Pelaporan keuangan pemerintah pada umumnya hanya

menekankan pada pertanggung jawaban apakah sumber yang

diperoleh sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau perundang-

undangan yang berlaku. Dengan demikian pelaporan keuangan yang

ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan sumber

pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi

pemerintah saat itu.

Secara lebih spesifik, paradigma anggaran daerah yang

diperlukan di era otonomi daerah adalah sebagai berikut :

1. Anggaran Daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.

2. Anggaran Daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan

biaya rendah.

3. Anggaran Daerah harus mampu memberikan transparansi dan

akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran.

4. Anggaran Daerah harus dikelola dengan penekatan kinerja untuk

seluruh jenis pengeluaran maupun pendapatan.

5. Anggaran Daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme

kerja di setiap organisasi yang terkait.

6. Anggaran Daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi

para pelaksananya untuk memaksimalkan pengelolaan dananya

dengan memperhatikan prinsip value for money.


23

Untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam

mengelola keuangan daerahnya dapat menggunakan analisis

rasiokeuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan

dilaksanakan. Analisis rasio keuangan APBD dilakukan dengan

membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode

dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat

diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi.

Besaran dana yang dialokasikan dalam APBD dapat

memberikan gambaran ukuran kinerja dalam pengelolaan.

Anggaran daerah merupakan desain teknis untuk melaksanakan

strategi, sehingga apabila pengeluaran pemerintah mempunyai

kualitas yang rendah, maka kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi

pemerintah juga cenderung melemah yang berakibat kepada

wujud daerah dan pemerintah daerah di masa yang datang sulit

untuk dicapai.

Kecenderungan yang terjadi pada perencanaan anggaran

di kabupaten atau kota terkait dengan partisipasi masyarakat

adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan

sosial masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari jumlah dana aloaksi

yang menyangkut kepentingan masyarakat pada APBD masih

dirasakan kurang oleh masyarakat sehingga terjadi peningkatan

angka kemiskinan dan penurunan tingkat kesejahteraan

masyarakat. Kebijakan maupun alokasi anggaran ditengarai


24

belum dapat meningkatkan kondisi kesejahteraan masyarakat.

Ketimpangan proporsi bagi pengeluaran aparatur yang melebihi

pengeluaran publik dengan presentase yang tidak seimbang

mengakibatkan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi

tidak optimal. Perlu dilakukan penelitian lebih dalam apakah

ketimpangan proporsi tersebut telah sesuai dengan tuntunan

aspirasi masyarakat atau belum.

2.3 Anggaran Sektor Publik

2.3.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

Sektor publik merupakan suatu wadah pemerintah untuk

menghasilkan barang dan pelayanan publik untuk memenuhi

kebutuhan publik dengan mengutamakan kesejahteraan masyarakat.

Dalam menjalankan segala aktivitasnya sektor publik menyusun

seluruh kegiatan dan program kerjanya dalam sebuah anggaran.

Konsep anggaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep

anggaran sektor publik. Anggaran pada sektor publik memiliki fungsi

yang sama dengan anggaran pada perusahaan komersil, yaitu sebagai

pernyataan mengenai rencana kerja yang akan dilakukan pada periode

waktu tertentu.

Uraian tersebut di dukung oleh pendapat Mardiasmo

(2004:62)[6] “Anggaran sektor publik merupakan suatu rencana

kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan

pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.”


25

Anggaran sektor publik merupakan rincian seluruh aspek

kegiatan yang akan dilaksanakan yang tersusun atas rencana

pendapatan dan pengeluaran yang akan dilaksanakan dalam kurun

waktu satu tahun. Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu

pemerintah dalam menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti

listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya

agar terjamin secara layak dan tingkat kesejahteraan masyarakat akan

semakin terjamin serta penggunaan dan pengalokasiannya lebih

efektif.

Mardiasmo (2004: 63)[6] mengungkapkan pentingnya Anggaran

sektorpublik karena beberapa alasan berikut:

a. Anggaran merupakan alat pemerintah untuk mengarahkan

pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat

b. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan

masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan

sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena

adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity Of

resources), pilihan (choice), dan trade offs.

c. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah

bertanggung jawab terhadap rakyat.”

Pemerintah menggunakan anggaran sebagai alat untuk

merancang semua program kerja atau langkah-langkah yang


26

akan dilakukan sehingga setiap aktivitas dapat terarah dan

terkontrol dengan baik. Anggaran sektor publik menjadi kendali

dan tolok ukur setiap aktivitas yang dilakukan.

2.3.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik

Fungsi utama anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2002:63-

66)[6], yaitu:

1. Anggaran sebagai alat perencanaan (planning tool).

Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa

yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang

dibutuhkan, dan hasil apa yang diperoleh dari belanja pemerintah

tersebut.

2. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi (coordination

andcommunication tool).

Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam

pemerintahan, sehingga mampu mendeteksi terjadinya

inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan

organisasi.

3. Anggaran sebagai alat pengendalian (control tool).

Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan

pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan

dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran,

pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan

pengeluaran.
27

4. Anggaran sebagai alat motivasi (motivation tool).

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi

manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan

efisien dalam pencapaian target dantujuan organisasi yang telah

ditetapkan.

5. Anggaran merupakan alat politik (political fiscal).

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan

kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor

publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk

komitmen eksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan

dana publik untuk kepentingan keluarga.

6. Anggaran merupakan alat kebijakan fiskal (fiscal tool).

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk

menyetabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi

karena melalui anggaran tersebut dapat diketahui arah kebijakan

fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi dan

estimasi ekonomi.

7. Anggaran merupakan alat penilaian kinerja (performance

measurement tool)

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder

(eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja

eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran

dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Sebagai alat penilai kinerja


28

manajemen, anggaran berfungsi sebagai alat pengendali

perencanaan.

8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (public

sphere)

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat

dan DPRD. Masyarakat, LSM, dan berbagai organisasi

kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran

publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba

mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.

2.3.3 Manfaat Anggaran Sektor Publik

Manfaat proses penganggaran menurut Garrison dan Noreen (2000 :

343)[7] sebagai berikut:

1. Anggaran merupakan alat komunikasi bagi rencana manajemen

melalui organisasi.

2. Anggaran memaksa manajer untuk memikirkan dan

merencanakan masa depan.

3. Proses penganggaran merupakan alat alokasi sumber daya pada

berbagai bagian dari organisasi agar dapat digunakan seefektif

mungkin.

4. Proses penganggaran dapat mengungkap adanya masalah

potensial sebelum terjadinya.

5. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh organisasi

dengan cara mengintegrasikan rencana dari berbagai bagian.


29

6. Anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang dapat berlaku

bagibenchmark untuk mengevaluasi kinerja pada waktu

berikutnya.

2.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

2.4.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBD merupakan suatu rencana keuangan tahunan daerah

yang dibahas serta juga yang disetujui dengan secara bersama oleh

pemerintah daerah serta juga DPRD, dan juga ditetapkan oleh

peraturan daerah (Permendagri No.13 Tahun 2006). Dengan demikian

APBD ini merupakan suatu alat atau juga wadah untuk bisa

menampung bermacam- macam bentuk kepentingan publik yang

diwujudkan itu dengan melalui berbagai macam kegiatan dan juga

program yang mana pada saat tertentu itu manfaatnya akan benar-

benar dapat dirasakan oleh banyak masyarakat.

Menurut menteri negara otonomi daerah RI serta juga PAU-

SE UGM, APBD pada dasarnya merupakan suatu instrumen kebijakan

yang dipakai yakni sebagai alat untuk dapat meningkatkan pelayanan

umum dan juga kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karenanya,

DPRD dan juga pemerintah daerah itu harus dapat selalu berupaya

dengan secara nyata serta juga dengan terstruktur untuk bisa

menghasilkan APBD yang bisa mencerminkan kebutuhan Riil pada

masyarakat atas dasar potensi masing- masing daerah itu dan juga
30

dapat atau bisa memenuhi tuntutan terciptanya suatu anggaran daerah

yang berorientasikan pada kepentingan akuntabilitas publik.

Menurut Mardiasmo (2002:11)[6] mengemukakan, bahwa salah

satu aspek terpenting dari suatu pemerintah daerah yang harus diatur

dengan secara hati-hati ialah masalah pada pengelolaan keuangan

serta juga anggaran daerah.

Anggaran daerah yang tercermin didalam suatu APBD

merupakan suatu instrumen kebijakan utama bagi suatupemerintah

daerah, yang menduduki porsi sentral didalam upaya pengembangan

kapabilitas daerah itu. Anggaran daerah itu seharusnya digunakan

sebagai alat untuk dapat atau bisa menentukan besarnya suatu

pendapatan dan juga belanja, alat bantu suatu pengambilan putusan

serta juga perencanaan pembangunan juga sebagai alat otoritas

pengeluaran pada masa yang akan datang serta juga ukuran standar

untuk dapat mengevaluasi kinerja serta juga alat koordinasi bagi

seluruh aktivitas diberbagai unit kerja.

2.4.2 Landasan Hukum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD)

Landasan hukum penyusunan APBD antara lain sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2003 mengenai pemerintah

daerah

2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003 mengenai perimbangan

keuangan pemerintah pusat serta pemerintah daerah


31

3. Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002

mengenai pedoman pengurusan, serta pertanggung jawaban

keuangan daerah dan juga tata cara pengawasan, penyusunan serta

penghitungan APBD

4. PP Nomor 105 Tahun 2000 mengenai pengelolaan serta

pertanggung jawaban keungan daerah

2.4.3 Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Tujuan APBD ini disusun dengan tujuan untuk dijadikan pedoman

oleh pemerintah daerah didalam mengatur penerimaan serta juga

belanja untuk pelaksanaan pembangunan daerah sehingga kesalahan,

pemborosan serta jua penyelewengan yang merugikan itu dapat

dihindari. Dibawah ini merupakan tujuan APBD yang lain diantaranya

sebagai berikut :

1. Membantu pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah itu

mencapai tujuan fiskal

2. Meningkatkan pengaturan atau juga kordinasi tiap-tiap bagian-

bagian yang berada pada lingkungan pemerintah daerah

3. Membantu menghadirkan serta juga menciptakan efisiensi dan

keadilan terhadap penyediaan barang dan jasa publik dan juga

umum

4. Menciptakan prioritas belanja atau juga kutamaan belanja

pemerintahan daerah
32

5. Menghadirkan serta juga meningkatkan transparansi pemerintah

daerah terhadap masyarakat luas serta juga pemerintah daerah

dapat atau bisa mempertanggung jawabkan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat (DPRD)

2.4.4 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Pada Peraturan Menteri didalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

menyatakan bahwa APBD ini mempunyai beberapa fungsi

diantaranya sebagai berikut :

1. Fungsi Otoritasi

Anggaran daerah itu menjadi dasar untuk dapat atau bisa

melaksanakan pendapatan dan juga belanja daerah ditahun

bersangkutan.

2. Fungsi Perencanaan

Anggaran daerah itu menjadi sebuah pedoman bagi manajemen

didalam hal merencanakan sebuah aktivitas atau kegiatan pada

tahun yang bersangkutan

3. Fungsi Pengawasan

Anggaran daerah itu menjadi sebuah pedoman untuk dapat atau

bisa menilai apakah kegiatan atau aktivitas penyelenggaraan

pemerintah daerah itu sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi
33

Anggaran daerah itu harus diarahkan untuk bisa menciptakan

lapangan kerja maupun juga mengurangi pengangguran dan juga

pemborosan sumber daya, serta juga meningkatkan efisiensi

serta efektifitas perekonomian.

5. Fungsi Distribusi

Anggaran daerah ini juga harus memperhatikan pada rasa

keadilan serta juga kepatuhan

6. Fungsi Stabilitasi

Anggaran daerah ini juga menjadi alat untuk dapat memelihara

dan juga mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian pada suatu daerah.

2.4.5 Proses Penyusunan APBD

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau

output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.

Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan

perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk

setiap sumber pendapatan. Dapat direalisasikan melebihi jumlah

anggaran yang telah ditetapkan.

2.4.6 Pelaksanaan Anggaran Belanja

Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung

dengan bukti yang lengkap dan sah dan harus mendapat pengesahan

oleh pejabat yang berwenang yang bertanggung jawab atas kebenaran


34

material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud dalam

pelaksanaan belanja daerah, harus didasarkan pada prinsip hemat,

tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan praturan

perundang-undangan. Belanja pada setiap SKPD diklasifikasikan

berdasarkan kelompok belanja yaitu, sebagai berikut :

1) Kelompok Belanja Tidak Langsung

Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang

dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan

program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri

dari: belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,

belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

2) Kelompok Belanja Langsung

Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang

dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan

program dan kegiatan.Kelompok belanja langsung terdiri dari:

belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.

2.4.7 Analisis Belanja Langsung

Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja

langsung adalah belanja yang terkait secara langsung dengan kegiatan

(Aktivitas), Mahmudi, (2010:165)[8]. Berdasaran Peraturan Menteri

Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan


35

Permendagri No.59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan

Peraturan Menteri Dalam

Negeri No.21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja langsung

dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai yang

dimaksudkan untuk pengeluaran honorarium/ upah dalam

melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah; belanja

barang dan jasa; dan belanja modal.

1. Belanja pegawai merupakan pengeluaran Pemerintah Daerah

untuk orang/personal yang tidak berhubungan secara langsung

dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap

pegawai.

2. Belanja barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah

untuk penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan

langsung dengan pelayanan publik.

3. Belanja modal merupakan pengeluaran Pemerintah Daerah yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah

aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah

belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan

pemeliharaan.

2.4.8 Standar Akuntansi Pemerintah Daerah

Standar Akuntansi adalah acuan dalam penyajian laporan

keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak di luar organisasi yang

mempunyai otoritas tertinggi dalam kerangka akuntansi berlaku


36

umum. Standar akuntansi berguna bagi penyusunan laporan keuangan

dalam mnentukan informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak

yang di luar organisasi. Dalam akuntansi sektor publik sendiri dikenal

akuntansi pemerintahan, dalam akuntansi pemerintahan ini data

akuntansi digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi

ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif,

dan masyarakat. Sistem akunatnsi pemerintahan direncanakan,

diorganisasikan, serta dijalankan atas dasar dana. Akuntansi

pemerintahan sendiri memiliki standar tersendiri yaitu standar

akuntansi pemerintahan.

2.5 Kinerja Realisasi Anggaran APBD

2.5.1 Pengertian Realisasi Anggaran

Realisasi seluruh kegiatan pelaksanaan anggaran yang juga

meliputi kegiatan analisis serta evaluasi pelaksanaan budget. Tujuan

realisasi anggaran ini adalah untuk memberikan feed back serta follow

up agar diperiode-peroiode berikutnya bisa berjalan lebih baik lagi

2.5.2 Pengertian Realisasi Anggaran APBD

Realisasi Anggaran APBD adalah suatu rencana sistematis

yang berisikan tentang seluruh aktivitas serta kegiatan yang berlaku

dalam jangka tertentu untuk diwujudkan secara nyata.

2.5.3 Analisis Kinerja

Dalam penelitian ini, ada beberapa metode analisis data dimana di

dalamnya terdapat perhitungan, di antarnya sebagai berikut :


37

1. Analisis Varians Anggaran Belanja

Analisis ini merupakan analisis terhadap perbedaan atau

selisish antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Jika

terdapat selisih lebih (realisasi belanja melebihi jumlah yang

dianggarkan maka dapat dikatakan memiliki Kinerja Keuangan

Belanja yang tidak baik, sedangkan jika terdapat selisih kurang

(realisasi belanja kurang dari jumlah yang dianggarkan) maka

Kinerja Keuangan Daerah dapat dinilai baik (Mahmudi 2016:

155)[8].

Menurut Mahmudi (2016: 155)[8] Selisih anggaran belanja

dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Selisih disukai (favorable variance) yaitu jika realisasi

belanja lebih kecil dari anggarannya.

b. Selisih tidak disukai (unfavorable variance) yaitu jika

realisasi belanja lebih besar dari anggarannya.

Menurut Mahmudi (2016: 157)[8] rumus utnuk menghitung

varians belanja dijelaskan sebagai berikut:

Rumus :

(Varians Belanja = Anggaran Belanja-Realisasi Belanja)

Sumber : Mahmudi (2016:157)

Adapun kriteria penilaian varians belanja, perbandingan diukur

dengan kriteria pengukuran kinerja keuangan dapat dilihat

dalam tabel 2.1


38

Tabel 2.1 Kriteria Varians Anggaran Belanja

Kriteria Varians Belanja Ukuran


Baik Realisasi < Anggaran Belanja
Kurang Baik Realisasi > Anggaran Belanja
Sumber : Mahmudi (2010 : 159)

2. Analisis Keserasian Belanja

Menurut Mahmudi (2016:160)[8] keserasian belanja

adalah keseimbangan antar belanja. Keserasian belanja bagi

pemerintah daerah bermanfaat dalam mengalokasikan

keseluruhan belanja sesuai dengan kebutuhan rencana kerja

anggaran. Dengan adanya keserasian belanja maka setiap

pemerintah daerah dapat mengalokasi anggaran belanja yang

menjadi prioritas belanja sesuai peruntukkannya. Jika di tempat

penelitian penulis, hanya menganalisis perhitungan Rasio

Belanja Langsung terhadap Total Belanja.

Rumus :

Total Belanja Langsung X 100%


Total Belanja

Sumber : Mahmudi (2016)

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Keserasian Belanja

Kriteria Keserasian Belanja Rasio Keserasian


Tidak Serasi 0%-20%
Kurang Serasi >20%-40%
Cukup Serasi >40%-60%
Serasi >60%-80%
Sangat Serasi >80%-100%
Sumber : Mahsun, 2006
39

3. Analisis Rasio Efisiensi Belanja

Menurut Mahmudi (2016: 164)[8], rasio efisiensi belanja

merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan

anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk

mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan

pemerintah. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi

anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%, Sebaliknya

jika lebih dari 100% maka mengindikasikan telah terjadi

pemborosan anggaran.

Rumus :

Realisasi Anggaran ×100%


Anggaran Belanja

Sumber : Mahmudi (2016: 164)

Kriteria penilaian efisiensi belanja dapat dilihat dalam tabel 2.3

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Efisiensi Belanja


Prosentase Kriteria
Lebih dari 100% Tidak Efisien
90% - 100% Kurang Efisien
80% - 90% Cukup Efisien
60% - 80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
Sumber: Lestari, Siska Ayu (2017)
40

4. Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan dapat digunakan untuk mengetahui

pola anggaran pemerintah daerah. Juga dapat digunakan untuk

membaca kebijakan pemerintah daerah. Salah satu pos yang

paling urgen analisis pembiayaan ini adalah sisa anggaran yang

di keluarkan untuk suatu keperluan atau kepentingan pelayanan

publik.

a. Kriteria-kriteria Hasil Analisis Pembiayaan

Apabila semakin besar sisa anggaran yang

didapatkan atau yang diperoleh dari suatu anggaran, maka

dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya

penyajian suatu rencana anggaran.


41

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4 Tabel Penelitian


NO NAMA VARIABEL METODE HASIL
PENELITIAN
1 Addina Marizka Kinerja -Metode Kinerja pendapatan pemerintah
(2009) “Analisis Pengelolaan kuantitatif Kota Medan dilihat analisis
Kinerja Pengelolaan Anggaran -Metode varians, secara umum dapat
Anggaran Pendapatan Pendapatan Kualitatif dikatakan cukup baik meskipun
dan Belanja Daerah dan Belanja belum terlampauinya target
Pemerintah Kota Daerah anggaran, dimana dari tahun
Medan” Pemerintah 2003-2007 rata-ratanya hanya
mencapai 96,59%.
2 Agung Ayu Nitya Realisasi metode kualitatif Dalam segi ke-Efektif-an, hal
Saridewi, Piers Anggaran yang dapat mempengaruhinya
Andreas Noak, dan Ni Pendapatan adalah perencanaan awal
Wayan Supriliyani Dan Belanja kegiatan tidak sesuai dengan
(2013) “Analisis Daerah kebutuhan publik sehingga
Faktor-Faktor Yang realisasi pelaksanaan kegiatan
Mempengaruhi Dinas Pekerjaan Umum
Realisasi Anggaran terkadang tidak tepat sasaran
Pendapatan Dan sehingga manfaatnya kurang
Belanja Daerah” dirasakan oleh publik atau
masyarakat.
3 Marchelino Daling realisasi - Metode Kinerja pendapatan dari
(2009-2011) “analisis anggaran kuantitatif pemerintah Kabupaten Minahasa
kinerja realisasi pendapatan - Metode Tenggara belum cukup baik,
anggaran pendapatan dan belanja Kualitatif dapat dilihat dari pendapatan
dan belanja pemerintah periode 2009-2011 yang belum
pemerintah kabupaten mencapai target yang telah
minahasa tenggara” ditetapkan. PAD yang tidak
signifikan menjadi salah satu
factor pendorong pendapatan
yang kurang terealisasi dari yang
telah dianggarkan.
Sumber : Diolah, 2020
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat pada kantor Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Brebe, Jalan Gajah Mada No. 03 Brebes.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama empat bulan, yaitu bulan April sampai

dengan juli 2020

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Kualitatif

Menurut Moleong (2005:6)[9], penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah. Data kualitatif pada penelitian ini adalah

berupa hasil wawancara pada Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Brebes mengenai realisasi APBD dalam

kegiatan yang dilakukan setiap tahun berjalan.

42
43

2. Data Kuantitatif

Menurut Kasiram (2008)[10]penafsiran riset kuantitatif

merupakan tata cara riset yang memakai proses data-data yang

berbentuk angka selaku perlengkapan menganalisis serta

melaksanakan kajian riset, lebih-lebih mengenai apa yang telah

di teliti cermati. Data kuantitatif pada penelitian ini adalah data

realisasi APBD dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (periode

2017-2019) pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Brebes.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang mengacu pada informasi

yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan

dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Sumber data

primer adalah responden individu, kelompok fokus, internet juga

dapat menjadi sumber data primer jika kuesioner disebarkan

melalui internet (Uma Sekaran, 2011)[11]

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi

yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data

sekunder adalah catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi


44

pemerintah, analisis industri oleh media, situs web, internet dan

seterusnya (Uma Sekaran, 2011)[11]

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memberikan data-data atau keterangan yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka metode yang digunakan penulis adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Menurut Supriyati (2011 : 46 )[12] observasi merupakan suatu

metode untuk mengumpulkan data penelitian dengan sifat dasar

naturalistik yang berlangsung dalam konteks natural.

2. Wawancara

Wawancara menurut (Sugiyono, 2016:72)[13]bahwa wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

topik tertentu.

3. Studi Pustaka

Menurut Arikunto, Suharsimi (2017)[14]studi pustaka adalah

metode pengumpulan data dengan cara mencari informasi melalui

buku-buku, koran, majalah, dan literature lainnya. Dalam hal ini

pengumpulan data dilakukan dengan membaca dan nenpelajari tulisan-

tulisan berupa buku-buku literature dan sumber bacaan lainnya yang

berkaitan dengan obyek pembahasan sebagai landasan teori.


45

3.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis

deskriptif kuantitatif. Menurut Sunandar dalam Yanah, Riski (2017)[15]

analisis deskriptif kuantitatif memberikan gambaran atau deskriptif suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, selisih (range) data, sesuai dengan penelitian

yang dilakukan, maka teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif

kuantitatif. Yaitu data atau informasi yang berbentuk angka-angka yang

kemudian ditarik kesimpulan dengan jelas membandingkan satu dengan

yang lain dengan perhitungan yang bersifat kuantitatif.

Untuk menganalisis kinerja realisasi APBD pada Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes terdapat 2 perhitungan dalam

metode analisis yaitu analisis kinerja belanja dan analisis kinerja

pembiayaan dimana didalamnya juga terdapat rasio-rasio perhitungan untuk

membantu dalam penelitian ini yaitu analisis varians anggaran belanja,

analisis keserasian belanja, analisis rasio efisiensi belanja, dan analisis

pembiayaan. Berikut masing-masing rasio perhitungan menurut Mahmudi :

3.5.1 Analisis Varians Anggaran Belanja

a. Pengertian Analisis Varians Anggran Belanja

Analisis ini merupakan analisis terhadap perbedaan atau

selisish antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Jika

terdapat selisih lebih (realisasi belanja melebihi jumlah yang

dianggarkan maka dapat dikatakan memiliki Kinerja Keuangan


46

Belanja yang tidak baik, sedangkan jika terdapat selisih kurang

(realisasi belanja kurang dari jumlah yang dianggarkan) maka

Kinerja Keuangan Daerah dapat dinilai baik (Mahmudi 2016:

155)[8].

Menurut Mahmudi (2016: 155)[8] Selisih anggaran belanja

dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Selisih disukai (flavourable variance) yaitu jika realisasi

belanja lebih kecil dari anggarannya.

b. Selisih tidak disukai (unfavourable variance) yaitu jika

realisasi belanja lebih besar dari anggarannya.

Menurut Mahmudi (2016: 157)[8] rumus utnuk menghitung

varians belanja dijelaskan sebagai berikut:

Rumus :

(Varians Belanja = Anggaran Belanja-Realisasi Belanja)

Sumber : Mahmudi (2016:157)

Tabel 5.1 Kriteria Varians Anggaran Belanja

Kriteria Varians Belanja Ukuran


Baik Realisasi < Anggaran
Belanja
Kurang Baik Realisasi > Anggaran
Belanja
Sumber : Mahmudi (2010 : 159)
47

3.5.2 Analisis Keserasian Belanja

a. Pengertian Analisis Keserasian Belanja

Menurut Mahmudi (2016:160)[8] keserasian belanja

adalah keseimbangan antar belanja. Keserasian belanja

bagi pemerintah daerah bermanfaat dalam mengalokasikan

keseluruhan belanja sesuai dengan kebutuhan rencana

kerja anggaran. Dengan adanya keserasian belanja maka

setiap pemerintah daerah dapat mengalokasi anggaran

belanja yang menjadi prioritas belanja sesuai

peruntukkannya. Jika di tempat penelitian penulis, hanya

menganalisis perhitungan Rasio Belanja Langsung

terhadap Total Belanja.

Rumus :

Total Belanja Langsung X 100%


Total Belanja

Sumber : Mahmudi (2016)

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Keserasian Belanja


Kriteria Keserasian Belanja Rasio Keserasian
Tidak Serasi 0%-20%
Kurang Serasi >20%-40%
Cukup Serasi >40%-60%
Serasi >60%-80%
Sangat Serasi >80%-100%
Sumber : Mahsun, 2006
48

3.5.3 Analisis Efisiensi Belanja

a. Pengrtian Rasio Efisiensi Belanja

Menurut Mahmudi (2016: 164)[8], rasio efisiensi

belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja

dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini

digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran

yang dilakukan pemerintah. Pemerintah daerah dinilai

telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya

kurang dari 100%, Sebaliknya jika lebih dari 100% maka

mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran.

Rumus :

Realisasi Anggaran ×100%


Anggaran Belanja

Sumber : Mahmudi (2016: 164)

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Efesiensi Belanja

Prosentase Kriteria
Lebih dari 100% Tidak Efisien
90% - 100% Kurang Efisien
80% - 90% Cukup Efisien
60% - 80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
Sumber: Lestari, Siska Ayu (2017)

3.5.4 Analisis Pembiayaan

a. Pengertian Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan dapat digunakan untuk

mengetahui pola anggaran pemerintah daerah. Juga dapat


49

digunakan untuk membaca kebijakan pemerintah daerah.

Salah satu pos yang paling urgen analisis pembiayaan ini

adalah sisa anggaran yang di keluarkan untuk suatu

keperluan atau kepentingan pelayanan publik.

b. Kriteria-Kriteria hasil analisis pembiyaan

Untuk mengetahui sisa anggaran yang tersedia,

dapat melihat hasil perhitungan analisis varians anggaran

belanja. Dari perhitungan analisis tersebut maka dapat

diketahui anggaran setiap tahunnya terserat dengan baik

atau tidak.

Apabila semakin besar sisa anggaran yang

didapatkan atau yang diperoleh dari suatu anggaran, maka

dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya penyajian

suatu rencana anggaran.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Untuk menganalisis kinerja keuangan dan realisasi anggaran pada

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes dilakukan

dengan beberapa alat analisis yaitu :

4.1.1 Hasil Analisis Varians Anggaran Belanja

Analisis Varians (selisih) belanja tahun anggaran 2017-2019

dapat di hitumg dengan rumus dibawah ini :

(Varians Belanja = Realisasi Belanja-Anggaran Belanja)

Sumber : Mahmudi (2016 : 157)

Tabel 4.1 Data Realisasi dan Anggaran Belanja

Tahun Realisasi Anggaran Anggaran Belanja


(Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000
2018 11.023.477.617 11.701.517.000
2019 15.166.227.089 15.812.165.000
Sumber : Data diolah (2020)

Data – Data tersebut di masukkan ke dalam perhitungan rumus

sebagai berikut:

50
51

Tahun 2017

= Rp 13.490.963.616 – Rp 16.392.252.000

= Rp -2.901.288.384

Tahun 2018

= Rp 11.023.477.617 – Rp 11.701.517.000

= Rp -678.039.383

Tahun 2019

= Rp 15.166.227.089 – Rp 15.812.165.000

= Rp -645.937.911

Tabel 4.2 Hasil perhitungan dan kriteria analisis varians anggaran belanja

Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Selisih Varians Kriteria


(Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) = (2-3) (5) (6)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000 -2.901.288.384 Realisasi < Baik
Anggaran
2018 11.023.477.617 11.701.517.000 -678.039.383 Realisasi < Baik
Anggaran
2019 15.166.227.089 15.812.165.000 -645.937.911 Realisasi < Baik
Anggaran
Sumber : Data diolah (2020)

4.1.2 Hasil Analisis Keserasian Belanja

Analisis keserasian belanja tahun anggaran 2017-2019

dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :

a. Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja

Total Belanja Langsung X 100%


Total Belanja

Sumber : Mahmudi (2016)


52

Tabel 4.3Rasio Belanja Langsung terhadap total belanja

Tahun Belanja Langsung Total Belanja


(Rp) (Rp)
(1) (2) (3)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000
2018 11.023.477.617 11.701.517.000
2019 15.166.227.089 15.812.165.000
Sumber : Data diolah (2020)

Data-Data tersebut di masukkan ke dalam perhitungan rumus

sebagai berikut :

Tahun 2017

= 13.490.963.616 X 100%

16.392.252.000

= 82,30%

Tahun 2018

= 11.023.477.617 X 100%

11.701.517.000

= 94,20%

Tahun 2019

= 15.166.227.089 X 100%

15.812.165.000

= 95,91%
53

Tabel 4.4 Hasil perhitungan dan kriteria keserasian belanja

Tahun Belanja Langsung Total Belanja Prosentase Kriteria


(Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) = (2:3) (5)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000 82,30% Sangat Serasi
2018 11.023.477.617 11.701.517.000 94,20% Sangat Serasi
2019 15.166.227.089 15.812.165.000 95,91% Sangat Serasi
Sumber : Data diolah (2020)

4.1.3 Hasil Analisis Rasio Efisiensi Belanja

Analisis efisiensi belanja tahun anggaran 2017-2019

dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :

Realisasi Anggaran X 100%


Total Anggaran

Sumber :Mahmudi (2016 : 164)

Tabel 4.5 Rasio Efisiensi Belanja

Tahun Realisasi Anggaran Total Anggaran


(Rp) (Rp)
(1) (2) (3)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000
2018 11.023.477.617 11.701.517.000
2019 15.166.227.089 15.812.165.000
Sumber : Data diolah (2020)

Data-Data tersebut di masukkan ke dalam perhitungan rumus

sebagai berikut :

Tahun 2017

= 13.490.963.616 X 100%

16.392.252.000
54

= 82,30%

Tahun 2018

= 11.023.477.617 X 100%

11.701.517.000

= 94,20%

Tahun 2019

= 15.166.227.089 X 100%

15.812.165.000

= 95,91%

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan dan kriteria analisis rasio efisiensi belanja

Tahun Realisasi Total Anggaran Prosentase Kriteria


Anggaran (Rp) (Rp)
(1) (Rp) (3) (4) = (2:3) (5)
(2)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000 82,30% Cukup Efisien
2018 11.023.477.617 11.701.517.000 94,20% Kurang Efisien
2019 15.166.227.089 15.812.165.000 95,91% Kurang Efisien
Sumber : Data diolah (2020)

4.1.4 Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan ini adalah analisis yang didapatkan dari

sisa anggaran yang diperoleh. Analisis ini dapat juga dilihat dari hasil

perhitungan analisis varians anggaran belanja tahun periode 2017-

2019. Adapun kriteria analisis pembiayaan adalah apabila semakin

besar sisa anggaran yang didapatkan atau yang diperoleh dari suatu

anggaran, maka dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya

penyajian suatu rencana anggaran.


55

Tabel 4.7 Hasil perhitungan dan kriteria analisis pembiayaan

Tahun Realisasi Belanja Anggaran Sisa Kriteria


(Rp) Belanja Anggaran
(1) (2) (Rp) (Rp) (5)
(3) (4)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000 2.901.288.384 Sisa Banyak
2018 11.023.477.617 11.701.517.000 678.039.383 Sisa Kecil
2019 15.166.227.089 15.812.165.000 645.937.911 Sisa Kecil
Sumber : Data diolah (2020)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil dari penelitian kinerja realisasi APBD maka

dapat disampaikannya pembahsan mengenai kinerja anggaran belanja pada

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes.

4.2.1 Analisis Varians Anggaran Belanja

Tabel 4.8 Hasil perhitungan dan kriteria analisis varians anggaran belanja

Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Selisih Varians Kriteria


(Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) = (2-3) (5) (6)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000 -2.901.288.384 Realisasi < Baik
Anggaran
2018 11.023.477.617 11.701.517.000 -678.039.383 Realisasi < Baik
Anggaran
2019 15.166.227.089 15.812.165.000 -645.937.911 Realisasi < Baik
Anggaran
Sumber : Data diolah (2020)

Berdasarkan tabel analisis diatas, hasil analisis varians anggaran

belanja menunjukkan bahwa varians secara umum kinerja anggaran

belanja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes

pada tahun 2017-2019 terdapat selisih anggaran belanja dengan realisasi


56

anggaran belanja yang bersaldo negatif atau bisa dikatakan dengan varians

disukai (Favourable Variance) karena realisasi anggaran lebih kecil dari

saldo penganggarannya. Kinerja belanja akan dinilai baik, apabila realisasi

belanja tidak melebihi jumlah yang dianggarkan. Berdasarkan tabel yang

diatas dilihat dari analisis varians anggaran belanja, tahun 2017 terdapat

selisih yaitu sebesar Rp 2.901.288.384, pada tahun 2018 terdapat selisih

sebesar Rp 678.039.383, dan pada tahun 2019 terdapat selisih belanja yaitu

sebesar Rp 645.937.911.

Penganggaran cenderung lebih besar dari realisasinya di karenakan

dalam perencanaannya untuk tahun yang akan datang biasanya melihat

dari tahun sebelumnya, dengan meramalkan ataupun kebutuhan yang

mungkin akan dibutuhkan pada tahun berikutnya. Dalam penganggaran

yang berpacu pada anggaran tahun sebelumnya dapat dipengaruhi dengan

beberapa kemungkinan-kemungkinanseperti naiknya kurs rupiah dan

adanya kemungkinan bertambahnya belanja yang dibutuhkan untuk

menunjang kegiatan kantor serta kenaikan-kenaikan lainnya menyebabkan

bertambahnya nilai anggaran tersebut namun dalam realisasinya terkadang

tidak sesuai dengan penganggarannya, sehingga penganggaran akan sering

mengalami varians disukai (Favourable Variance) penganggaran lebih

besar dari realisasinya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja anggaran pada

Dinas Pertaninan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes dapat

dikatakan baik karena dapat melakukan penghematan anggaran.

Sebaliknya, dengan varians atau selisih yang masih cukup besar


57

menimbulkan anggapan bahwa dalam penyerapan dana kurang maksimal

yang menyebabkan adanya program kerja yang belm tercapai. Dapat

diharapkan kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Brebes untuk lebih mengoptimalkan belanjanya agar dapat tepat sasaran.

4.2.2 Analisis Keserasian Belanja

Tabel 4.9 hasil perhitungan dan kriteria analisis keserasian belanja

Tahun Belanja Langsung Total Belanja Prosentase Kriteria


(Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) = (2:3) (5)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000 82,30% Sangat Serasi
2018 11.023.477.617 11.701.517.000 94,20% Sangat Serasi
2019 15.166.227.089 15.812.165.000 95,91% Sangat Serasi
Sumber : Data diolah (2020)

Berdasrkan tabel analisis diatas, hasil analisis keserasian belanja

menunjukkan bahwa secara umum kinerja anggaran belanja pada Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes pada tahun 2017

terdapat hasil prosentase yaitu sebesar 82,30%, pada tahun 2018

menunjukkan hasil perhitungan prosentase yaitu sebesar 94,20%, dan

pada tahun 2019 terdapat hasil prosentase yaitu 95,91%. Dari keseluruhan

belanja langsung terhadap total belanja dapat dikategorikan sangat serasi.

Tahun2017 terdapat hasil prosentase yang tinggi. Dikatakan tinggi karena

adanya pengeluaran dana pemerintah untuk kepentingan publik yaitu

ketersediaan penyedia produksi dengan penggunaan total belanja sekitar

Rp 16.392.252.000 Sehingga dikategorikan sangat serasi. Tahun 2018

terdapat hasil prosentase yang tinggi juga karena pada periode ini untuk
58

kegiatan sosialisasi dan kegiatan pembangunan dengan penggunaan total

belanja sekitar Rp 11.701.517.000 sehingga dikategorikan sangat serasi.

Tahun 2019 terdapat hasil prosentase yang tinggi atau besar pula hal ini

disebabkan karena penyerapan dana dalam kepentingan publik untuk suatu

kegiatan infrastruktur peningkatan produktivitas dengan penggunaan total

belanja sekitar Rp 15.812.165.000 sehingga dikategorikan sangat serasi.

Salah satu faktor atau indikator besarnya hasil prosentase adalah

semakin mendekati pula anggaran yang terealisasikan dengan total

anggaran yang tersedia.

4.2.3 Analisis Rasio Efisiensi Belanja

Tabel 4.10 hasil perhitungan dan kriteria analisis rasio efisiensi belanja

Tahun Realisasi Anggaran Total Anggaran Prosentase Kriteria


(Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) = (2:3)
2017 13.490.963.616 16.392.252.000 82,30% Cukup Efisien
2018 11.023.477.617 11.701.517.000 94,20% Kurang
Efisien
2019 15.166.227.089 15.812.165.000 95,91% Kurang
Efisien
Sumber : Data diolah (2020)

Berdasarkan hasil dari perhitungan tabel diatas yaitu analisis rasio

efisiensi belanja menunjukkan bahwa kinerja realisasi APBD pada Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes periode 2017-2019

sebagian besar kurang efisien dapat dilihat pada tahun 2017 adalah tahun

dimana menunjukkan cukup efisien yaitu prosentasenya sebesar 82,30%,

pada tahun 2018 yaitu prosentasenya sebesar 94,20% yang dapat dikatakan

kurang efisien, sedangkan pada tahun 2019 menunjukkan kurang efisien


59

bahwa hasil prosentase sebesar 95,91%. Jadi, semakin mendekati anggaran

yang terealisasikan dengan total anggaran yang tersedia, maka akan

semakin kecil pula prosentase yang dihasilkan atau dapat dikatakan masuk

dalam kriteria efisien. Tahun 2017 tingkat efisiensi anggaran belanja pada

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes yang

penghematan anggarannya kurang stabil sehingga masuk ke dalam kriteria

cukup efisien, cukup efisiennya anggaran belanja pada tahun ini

disebabkan oleh pengeluaran anggaran belanja langsung yang tinggi, hal

ini dilihat dari laporan total anggaran belanja sebesar Rp 16.392.252.000

sedangkan realisasi anggaran yang digunakan oleh Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes sebesar Rp 13.490.963.616 sehingga

mengakibatkan tingkat efisiensi masuk ke dalam kriteria cukup efisien.

Pada tahun 2018-2019 yang penghematan anggarannya tidak stabil.

Peningkatan prosentase anggaran disetiap tahunnya disebabkan oleh

kebutuhan belanja yang meningkat dalam Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Brebes yang sudah dari laporan total anggaran belanja

pada tahun 2018 sebesar Rp 11.701.517.000, pada tahun 2019 sebesar Rp

15.812.165.000 sedangkan realisasi anggaran belanja yang digunakan oleh

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes pada tahun

2018 sebesar Rp 11.023.477.617, pada tahun 2019 sebesar Rp

15.166.227.089 sehingga mengakibatkan tingkat efeisiensi masuk kedalam

kriteria kurang efisien.


60

4.2.4 Analisis Pembiayaan

Tabel 4.11hasil perhitungan dan kriteria analisis pembiyaan

Tahun Sisa Anggaran Kriteria


(Rp)
(1) (2) (3)
2017 2.901.288.384 Sisa Banyak
2018 678.039.383 Sisa Kecil
2019 645.937.911 Sisa Kecil
Sumber : Data diolah (2020)

Berdasarkan hasil dari tabel diatas yaitu analisis

pembiayaan menunjukkan bahwa kinerja realisasi APBD pada

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes periode

2017-2019 hasilnya adalah adanya sisa anggaran yang lebih

banyak yang sangat signifikan yaitu pada tahun 2017 sebesar Rp

2.901.288.384, pada tahun 2018 relatif rendah atau kecil yaitu

sebesar Rp 678.039.383, sedangkan pada tahun 2019 relatif lebih

kecil lagi sebesar Rp 645.937.911 dari tahun sebelumnya. Dapat

dikatakn bahwa semakin banyaknya sisa anggaran yang dihasilkan

maka semakin bagus karena adanya penghematan yang dilakukan

oleh pihak pemerintah, namun sebenarnya situasi atau kondisi

seperti ini yang menjadikan salah satu indikator kurang tepatnya

penyajian dalam perencanaan anggaran. Kurangnya

mengoptimalkan perencanaan anggaran untuk masa satu periode

yang meyebabkan anggaran yang tersedia lebih banyak.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat mnyimpulkan beberapa

kesimpulan, antara lain :

1. Berdasarkan analisis varians anggaran belanja pada Laporan Realisasi

Anggaran Belanja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Brebes periode 2017-2019 menunjukkan bahwa kinerja

varians anggaran belanja sudah baik karena terdapat selisih antara

anggaran belanja dengan realisasi belanja belanja yang bersaldo positif

atau dapat dikatakan dengan varians disukai (Favourable Variance)

karena realisasi anggaran lebih kecil dari saldo penganggarannya.

2. Berdasrkan analisis keserasian belanja pada Laporan Realisasi

Anggaran Belanja Langsung pada Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Brebes periode 2017-2019 menunjukkan bahwa

kinerja keserasian belanja dapat dikategorikan sangat serasi

3. Berdasarkan analisis rasio efisiensi belanja pada Laporan Realisasi

Anggaran pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Brebes periode 2017-2019 menunjukkan bahwa kinerja rasio efisiensi

belanja telah terjadinya pemborosan anggaran dalam penggunaan

anggaran sehingga dapat dikategorikan kurang efisien.

61
62

4. Berdasarkan analisis keserasian belanja pada perhitungan sisa

anggaran pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Brebes periode 2017-2019 menunjukkan bahwa kinerja pembiayaan

belum cukup baik. Dapat dilihat pada periode 2917-2019 menunjukkan

bahwa hasil sisa anggaran yang didapatkan masih sisa banyak. Salah

satu indikator kurang tepatnya penyajian suatu rencana anggaran

adalah sisa lebih banyak dana alokasi yang tersedia.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukan di atas, maka saran yang

akan disampaikan oleh peneliti yang mungkin bermanfaat bagi instansi di

masa mendatang adalah sebagai berikut :

1. Bagi Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes

a. Diharapkan dapat mempertahankan dalam mengalokasikan dana

atau anggaran yang tersedia dari pemerintah yang sudah masuk

dalam kriteria yang baik. Tujuannya agar sebagai acuan untuk

tahun berikutnya.

b. Diharapkan dapat mengoptimalkan dalam penyerapan dana

anggaran belanja pada tahun-tahun berikutnya dengan lebih

memperhatikan standar kinerja penggunaan anggaran sehingga

penggunaan anggaran dapat tepat sasaran

c. Diharapkan dapat mempertahankan dalam penggunaan anggaran

yang terealisasikan dalam penghematan atau nominalnya di bawah


63

total anggaran yang tersedia dari pemerintah. Tujuannya adalah

agar sebagai acuan untuk tahun berikutnya

d. Diharapkan perubahan tidak terlalu banyak dalam proes

penganggaran pada tahun yang akan datang, jika semakin besar

sisa anggaran yang dihasilakan maka akan menunjukkan

kelemahan dalam proses penganggaran.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih rinci lagi dalam

menganalisa kinerja keuangan. Dengan menggunakan berbagai macam

rasio yang lebih banyak dan bisa menggambarkan keadaan keuangan

daerah yang sebenarnya. Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya

untuk menambah lagi jangka waktu penelitian, sehingga penelitiannya

lebih akurat dari pada hasil penelitian oleh penulis.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Vigia,Dega Ayu.(2018). Analisis Kinerja Realisasi Apbd Pada Bidang


Sarpras Di Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Brebes. Brebes : Program Studi D3 Akuntansi Politeknik Harapan
Bersama Kota Tegal.
[2] Halim, Abdul. (2012). Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi ketiga.
Yogyakarta: UPPSTIM YKPN.
[3] Marizka. (2010). Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pemerintah Kota Medan. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Skripsi.
[4] Mahsun, Mohamad. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik.Yogyakarta:
BPFE.
[5] Bastian, Indra. (2010). Akuntansi Sektor Publik Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
[6] Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit CV. ANDI
OFFSET.
[7] Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, (2000). Akuntansi Manajerial, Buku 1, Alih
Bahasa A. Totok Bidisantoso, Jakarta: Salemba Empat.
[8] Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerh. Edisi
Kedua. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
[9] Lexy J, Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
[10] Kasiram, Moh. (2008). Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang pers.
[11] Sekaran, Uma. (2011). Research Methods For Business (Metode Penelitian
Untuk Bisnis). Jakarta: Salemba Empat.
[12] Supriyati. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: Labkat Press.

64
65

[13] Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: PT Alfabet.
[14] Arikunto, Suharsimi. (2017). Pengembangan Instrumen Penelitian dan
Penilaian Program. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[15] Yanah, Riski. (2017). Analisis Efisiensi Laporan Realisasi Anggaran pada
pengadilan negri Slawi Kabupaten Tegal. Tegal: Politeknik Harapan
Bersama Kota Tegal.
LAMPIRAN

66

Anda mungkin juga menyukai