Anda di halaman 1dari 126

TESIS

PENGARUH MANAJEMEN LABA, KUALITAS AUDIT,


KOMITE AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN DAN
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP
PENGHIDARAN PAJAK

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna mencapai gelar Magister Akuntansi

Diajukan oleh :
Nama : Nurhayati Siregar
NIM : 123140074

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
THESIS
THE EFFECT OF EARNINGS MANAGEMENT, AUDIT QUALITY,
COMMITTEE AUDIT, AND COMMISSIONER INDEPENDENT OF
INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON TAX AVOIDANCE

Submitted to Accomplish The Requirement for


Master Degree in Accounting

Proposed by :

Name : Nurhayati Siregar


NIM : 123140074

POST GRADUATE ACCOUNTING


FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
TRISAKTI UNIVERSITY
JAKARTA
2017
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI

TANDA PERSETUJUAN TESIS

1. Nama : Nurhayati Siregar


2. NIM : 123140074
3. Kosentarsi Tesis : Pajak
4. Judul Tesis : Pengaruh Manajemen Laba, Kualitas Audit,
Komite Audit, Komisaris Independen dan
Kepemilikan Institusional Terhadap
Penghindaran Pajak.

Jakarta, 07 April 2017

Menyetujui, Mengetahui
Pembimbing Tesis Utama Ketua Program Magister Akuntansi

(Dr. Sumiharti, AK., Msi) (Dr. Hj. Susi Dwimulyani, Ak., CA, MM)

i
POST GRADUATE ACCOUNTING

FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS

TRISAKTI UNIVERSITY

THESIS APPROVAL

1. Name : Nurhayati Siregar


2. NIM : 123140074
3. Concentration : Taxation
4. Thesis Title : The Effect of Earnings Management, Audit Quality,
Committee Audit, Commissioner Independent and
Institusional Ownership on Tax Avoidance.

Jakarta, April 07th 2017

Acknowledge by,
Approved by,
Head of Master Degree in Accounting Program
Thesis Counselor

(Dr. Hj. Susi Dwimulyani, Ak., CA, MM)


(Dr. Sumiharti, AK, Msi)

ii
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

1. Nama : Nurhayati Siregar


2. NIM : 123140074
3. Kosentarsi Tesis : Pajak
4. Judul Tesis : Pengaruh Manajemen Laba, Kualitas Audit,
Komite Audit, Komisaris Independen dan
Kepemilikan Institusional Terhadap
Penghindaran Pajak.

PANITIA PENGUJI TESIS

Tanggal 07 April 2017 Ketua : (Dr. Titik Aryati, AK., CA., Msi)

Tanggal 07 april 2017 Pembimbing : (Dr. Sumiharti, AK., Msi)

Tanggal 07 April 2017 Penguji I : (Dr. Hj. Susi Dwimulyani, AK., CA, MM)

Tanggal 07 April 2017 Penguji II : (DR. Fakhruddin Nasution SE., MM)


Telah disetujui dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna
mencapai gelar Magister Akuntansi.

Jakarta, 07 April 20017


Mengetahui,
Ketua Program Magister Akuntansi

(Dr.Hj. Susi Dwimulyani, Ak., CA, MM)

iii
POST GRADUATE ACCOUNTING
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
TRISAKTI UNIVERSITY

THESIS VALIDITY SHEET

1. Name : Nurhayati Siregar


2. NIM : 123140074
3. Concentration : Taxation
4. Thesis Title : The Effect of Earnings Management, Audit Quality,
Committee Audit, Commissioner Independent and
4.
Institusional Ownership on Tax Avoidance.

THESIS EXAMINERS COMMITTEE

Date April 07th 2017 Chief Examiner : (Dr. Titik Aryati, AK., CA., Msi)

Date April 07th 2017 Counselor : (Dr. Sumiharti, AK, Msi)

Date April 07th 2017 Examiner I : (Dr. Hj. Susi Dwimulyani, AK., CA, MM)

Date April 07th 2017 Examiner II : (DR. Fakhruddin Nasution SE., MM)

It has been approved and accepted to requiremants in order to achieve a degree


of Master of Accounting.

Jakarta, April 07th 2017


Acknowledge by,
Head of Master Degree in Accounting Program

(Dr.Hj. Susi Dwimulyani, Ak., CA, MM)


iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Yang bertandatangan dibawah ini saya :


Nama : Nurhayati Siregar
NIM : 123140074
Program Studi : Magister Akuntansi
Alamat/No. Telp : Jalan Pondok Jaya 1 No. 8B Pela Mampang, Jakarta
Selatan/Telepon 0811144524

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tesis saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya sendiri, dan bukan hasil
karya orang lain dengan mengatasnamakan saya, serta bukan merupakan
hasil peniruan atau penjiplakan (plagiarism) dari karya orang lain. Tesis ini
belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di
Universitas Trisakti maupun di Perguruan Tinggi lainnya;
2. Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
dalam daftar kepustakaan;
3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis tesis ini, serta sanksi-sanksi lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta, 07 April 2017

(Nurhayati Siregar)

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya Penulis mampu menempuh dan menyelesaikan tesis ini dengan judul
“Pengaruh Manajemen Laba, Kualitas Audit, Komite Audit, Komisaris
Independen dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak”
Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Sumiharti, AK, Msi telah mencurahkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini
sehingga memberikan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam
melakukan penelitian dengan baik. Semoga Allah SWT dapat
memberikan balas jasa yang lebih baik.
2. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Susi Dwimulyani, Ak,
CA, MM, selaku Ketua Program Magister Akuntansi Universitas
Trisakti dan Ibu Dr.Vinola Herawaty, SE, AK Msc, yang juga banyak
memberikan pelajaran berharga dalam metode penelitian untuk Penulis.
Seluruh dosen dosen-dosen dan staf pengajar yang telah mengajar
Penulis selama ini dan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi
Penulis.
3. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Alm. Papa dan Mama
Deliana yang telah memberikan pondasi pentingnya pendidikan
Penulis, Junata Putra suami tercinta yang telah ikhlas memberikan
dukungan moril kepada Penulis, keluarga besar Penulis yang selalu
mendukung dan doanya yang sangat memotivasi Penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada sahabat tercinta Amrie
Firmansyah yang telah banyak membantu Penulis secara teknis dalam
mengerjakan tesis ini, Yanti, Lia, Kiky, Aan, Hendi dan teman-teman
kuliah yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-satu, rekan-rekan kantor

vi
Penulis yang selalu memberikan dorongan kepada Penulis dalam
menyelesaikan studi, staf Program Magister Akuntansi Universitas
Trisakti (Pak Asep, Mas Aan, Mbak Iis, Bang Aswan dan Mas Yudi)
yang baik hati dan selalu membantu Penulis dalam administratif, serta
pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.
Tesis ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari pihak-pihak di atas,
semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan bantuannya. Penulis
menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan-kekurangan lainnya, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak akan menjadi masukan yang sangat diharapkan.
Akhir kata, Penulis berharap Tesis ini dapat bermanfaat dan menjadi
pembelajaran bagi Penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah di masa yang akan
datang

Jakarta, 07 April 2017

Nurhayati Siregar

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
TANDA PERSETUJUAN TESIS ........................................................... i
THESIS APPROVAL ................................................................................ ii
PENGESAHAN TESIS .......................................................................... iii
THESIS VALIDITY SHEET ..................................................................... iv
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ........................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
ABSTRAK .............................................................................................. xv
ABSTRAK ................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 10
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10
1.5. Struktur Penulisan Tesis .................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN


HIPOTESIS .............................................................................................. 14
2.1. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 14
2.1.1. Rerangka Teoritis ................................................................. 14
2.1.1.1. Teori Yang Mendasari Manajemen Laba ........... 18
2.1.1.2. Manajemen Laba ................................................ 16
2.1.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ................ 20
2.1.1.4. Corporate Governanance ................................... 23
2.1.2 Penelitian Terdahulu ......................................................... 30

viii
2.2. Rerangka Konseptual ....................................................................... 33
2.3. Pengembangan Hipotesa .................................................................. 34
2.3.1 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Penghindaran
Pajak ................................................................................. 34
2.3.2 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak ... 36
2.3.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak .... 37
2.3.4 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Penghindaran
Pajak ................................................................................. 38
2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Penghindaran Pajak .......................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 41


3.1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 41
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran .............................................. 41
3.2.1. Variabel Terikat (dependen) ................................................ 41
3.2.2. Variabel Bebas (independen) ............................................... 42
3.2.3. Variabel Kontrol .................................................................. 43
3.3. Pengukuran Variabel Penelitian ....................................................... 44
3.3.1. Variabel Dependen ............................................................... 44
3.3.2. Variabel Independen ............................................................ 45
3.3.2.1. Manajemen Laba ................................................ 45
3.3.2.2. Kualitas Audit .................................................... 46
3.3.2.3. Komite Audit ...................................................... 46
3.3.2.4. Komisaris Independen ........................................ 46
3.3.2.5. Kepemilikan Institusional ................................... 47
3.3.3. Variabel Kontrol .................................................................. 47
3.3.3.1. Leverage ............................................................. 47
3.3.3.2. Size ..................................................................... 47
3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 48
3.5. Metode Analisis Data ....................................................................... 49
3.5.1. Statistik Deskriptif. .............................................................. 49

ix
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 50
3.5.3. Model Regresi ...................................................................... 54
3.5.4. Pemilihan Model Estimasi Data Panel ................................. 57
3.5.5. Model Pengujian Hipotesis .................................................. 59

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................... 60


4.1. Deskriptif Data/Obyek Penelitian .................................................... 60
4.1.1. Kriteria Pemilihan Sampel ................................................... 60
4.2. Analisis Hasil Penelitian ................................................................... 61
4.2.1. Statistik Deskriptif ............................................................... 61
4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 65
4.2.2.1. Uji Normalitas .................................................... 66
4.2.2.2. Hasil Uji Multikolinearitas ................................. 67
4.2.2.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................. 69
4.2.2.4. Hasil Uji Autokorelasi ......................................... 69
4.2.3. Pembahasan Hasil Uji Model ............................................... 71
4.2.4. Hasil Uji Kelayakan Model dan Hipotesis ........................... 74
4.2.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R-square) ................. 74
4.2.4.2. Uji Simultan/Uji Serempak/Uji F ....................... 74
4.2.4.3. Uji Parsial/Uji t .................................................. 75
4.3. Pembahasan Hasil penelitian ............................................................ 78
4.3.1. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Penghindaran Pajak .. 78
4.3.2. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak ...... 79
4.3.3. Pengaruh Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak ....... 80
4.3.4. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Penghindaran
Pajak ................................................................................... 81
4.3.5. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Penghindaran Pajak ............................................................ 82

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI ......... 83


5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 83

x
5.2. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 84
5.3. Implikasi .......................................................................................... 84
5.3.1. Implikasi Manajerial ............................................................. 84
5.3.2 Implikasi Untuk Penelitian Selanjutnya ................................ 87
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 88

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Variabel Penelitian .................................................................... 47


Tabel 3.2. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi .............. 53
Tabel 4.1. Kriteria Pemilihan Sampel ........................................................ 60
Tabel 4.2. Hasil Uji Deskriptif Sebelum Outlier ........................................ 61
Tabel 4.3. Hasil Uji Deskriptif Setelah Outlier ........................................... 62
Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Uji Outlier ....................... 68
Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Uji Outlier ....................... 68
Tabel 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser Sebelum Uji Outlier . 69
Tabel 4.7. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Gletser Setelah Uji Outlier .. 69
Tabel 4.8. Hasil Uji Chow ................. .... .................................................. 71
Tabel 4.9 Hasil Uji Hausman ..................................................................... 72
Tabel 4.10 Hasil Uji LM .............................................................................. 73
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................. 74
Tabel 4.12 Hasil Uji F ................................................................................. 74
Tabel 4.13 Hasil Uji t ................................................................................. 75

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Kerangka Penelitian .................................................... 34


Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas Sebelum Uji Oulier ................................ 66
Gambar 4.2. Hasil Uji Normalitas Setelah Uji Outlier .................................. 67
Gambar 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Uji Otlier ............................... 70
Gambar 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Uji Outlier .............................. 70

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ikhtisar Hasil Penelitian Terdahulu .......................................... 96

Lampiran 2 Daftar Perusahaan Yang Terdaftar di BEI ............................... 100

Lampiran 3 Hasil Analisis Deskriptif Sebelum Sebelum Uji Outlier ......... 101

Lampiran 4 Hasil Analisis Deskriptif Sebelum Setelah Uji Outlier ........... 102

Lampiran 5 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Uji Outlier ............................ 103

Lampiran 6 Model Fixed Setelah Ditrasnformasi Dengan GLS Setelah Uji


Outlier ....................................................................................... 104

Lampiran 7 Model Random Effect ........................................................... 105

Lampiran 8 T Tabel ...................................................................................... 106

Lampiran 9 Hasil Uji Outlier ....................................................................... 107

Lampiran 10 Rata-rata Variabel Komite Audit dan Komisaris Independen


Periode 2010-2015 .................................................................... 108

xiv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen laba, kualitas
audit, komite audit, komisaris independen, dan kepemilkian institusional terhadap
penghindaran pajak yang diproksikan dengan cash effective tax rate (CETR).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2015. Metode penentuan
sampel menggunakan metode purposive sampling yang terdiri dari 29 sampel
perusahaan. Untuk menguji data dalam penelitian ini menggunakan model regresi
data panel. Model persamaan dalam penelitian ini menggunakan metode fixed
effects.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen dan komite
audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Sedangkan manajemen
laba, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.

Kata Kunci: manajemen laba, kualitas audit, komite audit, komisaris indpenden,
kepemilikan institusional, penghindaran pajak.

xv
ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of earnings mananagent, quality


audit, the audit committee, independent commissioners, and institusional
ownership to tax avoidance whiche is proxied by Cash Effective Tax Rate (CETR).
This research was performed on manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange period 2010 to 2015. Sampling method in this study
is purposive sampling method that consists of 29 companies. For examining data,
this research using panel data regression model. In this research using fixed
effects method.
The results showed that variabel commissionerrs independent and the
committee audit that effect negatively of the tax avoidance. While earnings
management, audit quality and the institutional ownership are not significantly of
the tax avoidance.

Keywords: earnings management, audit quality, audit committee, commissioners


independent, institutional ownership, tax avoidance

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan dana yang tidak


sedikit, dan dibiayai melalui penerimaan pajak. Pajak merupakan kewajiban
semua warga negara bagi negara-negara diseluruh dunia ini, pajak merupakan
sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara. Oleh karena itu, pajak sangat dominan dalam menopang pembangunan
nasional (http://www.bppk.kemenkeu.go.id). Namun sayangnya kontribusi pajak
yang besar belum mampu berperan maksimal.
Dasar hukum pengenaan pajak di Indonesia adalah Pasal 23A Amandemen
ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan, “pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang.”
Sehingga setiap pajak yang dipungut pemerintah harus berdasarkan Undang-
Undang, pajak harus dipungut dengan Undang-Undang karena didalam
pelaksanaannya akan membebani rakyat, sehingga pajak tersebut harus disetujui
rakyat melalui wakilnya yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kalau sebuah
Undang-Undang sudah disetujui DPR maka dianggap rakyat sudah setuju.
Apabila dalam pelaksanaanya ada yang tidak patuh, dapat dipaksakan.
Definisi Pajak menurut Undang Undang KUP No. 6 Tahun 1983 yang telah
beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor: 16 Tahun 2009 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1 ayat 1 yang berbunyi sebagai
berikut: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Didalam definisi tersebut terdapat ungkapan ”dapat dipaksakan”
mempunyai arti, apabila utang pajak tidak di bayar, utang pajak tersebut akan di

1
2

tagih dengan surat paksa, sita, lelang, pencegahan dan sandera.Yang intinya
pelaksanan kewajiban Perpajakan itu dapat dipaksakan apabila Wajib Pajak tidak
melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sejak Pemerintah Indonesia melaksanakan Reformasi Perpajakan tahun
1983 Indonesia menganut self-assessment system di dalam pemungutan pajak,
dimana pemerintah yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
terutang. Peran otoritas pajak adalah melakukan fungsi pembinaan, penelitian,
pengawasan, dan penerapan sanksi administrasi.
Salah satu sektor pajak yang paling besar diperoleh negara adalah pajak
penghasilan. Mulai tahun pajak 2009, tarif PPh Badan menganut sistem tarif
tunggal atau single tax yaitu 28% dan telah menjadi 25% pada tahun 2010 dan
berjalan hingga saat ini. Jadi berapapun penghasilan kena pajaknya, tarif yang
dikenakan adalah satu yaitu 25%. Selain itu, bagi perusahaan yang masuk bursa
(go public) diberikan penurunan tarif sebesar 5% dari tarif normal dengan syarat
lainnya. Dengan begitu, pada tahun pajak 2009 tarif perusahaan yang masuk bursa
(go public) sebesar 23% dan pada tahun pajak 2010 sebesar 20%
(www.pajak.go.id).
Pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilaksanakan oleh perusahaan
dalam bentuk pajak penghasilan dapat mempengaruhi perilaku agresifitas pajak
perusahaan dengan cara memperkecil laba sehingga beban pajak perusahaan akan
semakin kecil. Agresifitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan menurut
Aditama dan Purwaningsih (2014), dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Penggelapan pajak (tax evasion) yaitu penghindaran pajak yang
dilakukan secara sengaja oleh wajib pajak dengan melanggar
ketentuan perpajakan yang berlaku dengan cara memanipulasi
laporan keuangan dengan tidak melaporkan sebagian dari
penghasilan, sehingga dapat memperkecil jumlah pajak terutang
yang sebenarnya untuk mengurangi atau menghilangkan beban pajak.
3

b. Penghindaran pajak (tax avoidance) memanfaatkan celah peraturan


perpajakan yang ada untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
kewajiban pajak.
Penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh wajib pajak,
khususnya badan dalam bentuk penghindaran pajak, dimungkinkan atau dalam hal
ini tidak bertentangan dengan undang-undang atau ketentuan hukum yang
berlaku, karena dianggap praktek-praktek yang berhubungan dengan
penghindaran pajak lebih kepada pemanfaatan celah-celah dalam undang-undang
perpajakan.
Praktek penghindaran pajak ini akan mempengaruhi penerimaan negara dari
sektor pajak dan menjadi suatu dilema bagi pemerintah, karena wajib pajak
melakukan pengurangan jumlah pajak yang harus dibayar, tetapi dilakukan
dengan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Tetapi
praktik penghindaran pajak (tax avoidance) ini tidak selalu dapat dilaksanakan
karena wajib pajak tidak selalu bisa menghindari semua unsur atau fakta yang
dikenakan dalam perpajakan.
Penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan tentu saja melalui
kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri. Dimana pimpinan
perusahaan sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dalam perusahaan tentu
memiliki karakter yang berbeda-beda. Seorang pemimpin perusahaan bisa saja
memiliki karakter risk taker atau risk averse yang tercermin dari besar kecilnya
risiko perusahaan. Semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka eksekutif
cenderung bersifat risk taker. Sebaliknya, semakin rendah risiko suatu
perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk averse.
Contoh kasus besar saat ini mengenai penghindaran pajak yang merupakan
bocoran besar dalam sejarah industri ekonomi, terungkap awal tahun 2016 adalah
Panama Papers merupakan kumpulan 11,5 juta dokumen rahasia yang dibuat
oleh penyedia jasa asal Panama, Mossack Fonseca. Dokumen ini berisi informasi
mengenai lebih dari 214.000 perusahaan luar negeri, termasuk identitas pemegang
saham dan direkturnya, yang melibatkan sekitar 40 negara. Mossack Fonseca
bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan terbesar di dunia seperti
4

Deutsche Bank, HSBC, Socite Generale, Credit Suisse, UBS dan Commerzbank,
membantu nasabah bank tersebut membangun struktur yang rumit sehingga
kolektor pajak dan penyidik sulit melacak arus uang dari satu tempat ketempat
lain, (www.wikipedia.orgindonesia, diunduh 6 Mei 2016).
Dalam analisis penghindaran pajak menunjukkan adanya keterkaitan dengan
manajemen laba, penghindaran pajak memanfaatkan celah-celah dari ketentuan
hukum yang berlaku sementara itu manajemen laba dilakukan dengan
memanfaatkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab pada
komponen akrual dapat dilakukan permainan angka melalui metode akuntansi
yang digunakan sesuai dengan keinginan manajemen untuk melakukan kenaikan
(penurunan) laba dalam laporan keuangan perusahaan.
Manajemen laba dan kebiasaan penghindaran pajak terkadang dilakukan
oleh perusahaan. Dalam analisis yang terkait dengan manajemen laba dan
penghindaran pajak, ada korelasi positif antara mereka, yang menunjukkan adanya
motivasi penghindaran pajak dalam manajemen laba (Aditama dan Purwaningsih,
2014) Manajemen laba tidak hanya dilakukan oleh perusahaan perusahaan kecil
untuk mengurangi beban pajak, tetapi faktanya semakin besar suatu perusahaan
maka semakin aktif melakukan manajemen laba, hal tersebut untuk kebutuhan
operasional perusahaan.
Alasan manajemen melakukan manajemen laba karena laba merupakan
ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan bisnis. Informasi laba dalam laporan keuangan memberikan informasi
kinerja perusahaan tampak lebih baik oleh pihak eksternal. Namun dibalik itu
baik disadari atau tidak laporan keuangan tidak meyajikan fakta yang sebenarnya
tentang ekonomis dari perusahaan tersebut, sehingga informasi laba yang
disajikan dapat menyesatkan para pengguna laporan.
Melihat begitu pentingnya kualitas laba tersebut bagi para investor,
sebaiknya investor tidak hanya melihat laporan keuangan perusahaan dengan
memfokuskan pada laba perusahaan saja, tanpa memperhatikan proses yang
digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai laba tersebut.
Kondisi yang demikian ini menyebabkan para manajer perusahaan
5

melakukan tindakan-tindakan yang membuat laporan keuangan menjadi baik,


dengan tujuan menjaga kelangsungan hidup perusahaan, agar berjalan secara
stabil yang bertujuan menarik perhatian para investor untuk berinvestasi.
Selain manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen good corporate
governance juga yang memiliki keterkaitan dengan penghindaran pajak, aturan
struktur good corporate governance perusahaan juga mempengaruhi cara
perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tata kelola perusahaan
yang baik muncul karena adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelola
perusahaan yang dapat menimbulkan agency problem.
Penelitian mengenai Manajemen laba terhadap penghindaran pajak antara
lain oleh Wang dan Chen (2012) dan Jian dan Chaohui (2011) hasil Kedua
penelitian di atas berhasil menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh
terhadap praktik penghindaran pajak. Sementara penelitian mengenai corporate
governance terhadap penghindaran pajak antara lain dilakukan oleh Armstrong et
al. (2015) dan Desai dan Dharmapala (2006) melakukan penelitian apakah (atau
bagaimana) corporate governance mempengaruhi penghindaran pajak, hasil
penelitian tersebut menemukan bahwa hubungan antara kompensasi insentif
dengan tindakan penghindaran pajak bersifat negatif.
Pentingnya Good corporate governanace dalam perusahaan bertujuan agar
terciptanya suatu tata kelola perusahaan yang lebih baik, efektif dan efisien.
Sehingga terciptanya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntailitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesataraan. Good corporate governance menunjukkan perbedaan
kepentingan antara manajer dan pemilik suatu perusahaan yang berkaitan
dengan keadaan baik buruknya tata kelola suatu perusahaan terhadap tindakan
pengambilan keputusan perpajakannya.
Seperti yang telah disebutkan diatas salah satu elemen penting dalam
corporate governance yang baik adalah transparansi, transparansi terhadap
pemegang saham dapat dicapai dengan melaporkan hal-hal terkait perpajakan
pada pasar modal dan pertemuan para pemegang saham. Adapun penerapan good
corporate governance pada kualitas audit berpengaruh dalam transparansi
6

terhadap laporan keuangan, karena saat audior mengaudit laporan keuangan klien
menemukan pelanggaran atau kesalahan maka kualitas audit atas laporan
keuangan tersebut dipertanyakan.
Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor
dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni standar umum,
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Namun selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik
profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik
profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode
etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian
profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang
auditor dalam menjalankan profesinya.
Penelitian tentang pengujian kualitas audit terhadap penghindaran pajak
diukur dari kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan. Perusahaan yang
laporan keuangannya diaudit oleh jasa auditor KAP Big 4 (Price Waterhouse
Cooper - PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young-E&Y) dianggap
lebih kompeten dibandingkan KAP non Big 4.
Di dalam beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maharani
dan Suardana (2014) dan Dewi dan Jati (2014) yang menguji pengaruh kualitas
audit terhadap penghindaran pajak menyatakan bahwa laporan keuangan yang
diaudit oleh auditor KAP Big Four dipercaya lebih rendah untuk melakukan
penghindaran pajak. Maka dapat dikatakan semakin berkualitas audit suatu
perusahaan, maka cenderung perusahaan tersebut tidak melakukan manipulasi
laba untuk keuntungan perpajakan.
Selanjutnya komite audit telah menjadi komponen penting dalam struktur
corporate governance perusahaan publik. Komite audit dirasa penting karena
komite audit memiliki tugas dalam pengawasan proses pelaporan keuangan yang
dilakukan oleh manajemen. Dengan adanya pengawasan oleh komite audit
tersebut diharapkan dapat meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen sehingga tidak terjadi manajemen laba.
7

Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite


audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit.
Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang,
anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris
independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua.
Komite audit dibentuk dalam rangka mengoptimalkan kinerja dewan
komisaris. Dengan adanya pengawasan yang optimal dari dewan komisaris akan
membantu mengelola perusahaan dengan efisien dan efektif sesuai dengan aturan
dan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu komite audit memiliki peran yang
cukup penting dalam mewujudkan good coorporate governance. Komite audit
merupakan "mata" dan "telinga" dewan komisaris dalam rangka mengawasi
jalannya perusahaan (Putri dan Laksito, 2012).
Kedudukan dan fungsi komite audit sudah semakin penting dan sangat
menentukan terutama kalau dilihat di dalam pedoman good coorporate
governance, di mana komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk
memastikan: laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum; struktur pengendalian intern dilaksanakan dengan
baik; pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan
standar audit yang berlaku; dan yang terakhir adalah tindak lanjut temuan hasil
audit dilaksanakan manajemen. Bahkan sekarang ini komite audit sudah memiliki
pedoman khusus tentang pembentukan komite audit yang efektif, di mana peran
dan tanggung jawabnya menjadi lebih luas yaitu meliputi pelaporan keuangan,
manajemen risiko dan pengendalian, serta corporate governance.
Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(GCG), saat ini keberadaan komisaris independen sangat diperlukan pada jajaran
dewan komisaris suatu perseroan. Fungsi organ dewan komisaris adalah
pengawasan, yang wajib dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan
perseroan. Tujuan utama adanya komisaris independen dalam jajaran dewan
komisaris pada dasarnya adalah sebagai penyeimbang pengawasan dan
penyeimbang persetujuan atau keputusan yang diperlukan.
8

Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris,


keberadaan komisaris independen adalah sangat diperlukan. Secara langsung
keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena didalam praktek sering
ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan
kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta
stakeholder lainnya. Komisaris independent adalah anggota dewan komisaris yang
tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan. Menurut Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT) Nomor 40 tahun 2007, semua komisaris pada hakekatnya harus
harus bersikap independen dan diharapkan mampu melaksanakan tugasnya secara
independen, semata-mata untuk kepentingan yang dapat berbenturan dengan
kepentingan yang dapat berbenturan dengan kepentingan pihak lain.
Adanya pemegang saham seperti kepemilikan institusional memiliki arti
penting dalam memonitor manajemen. Kepemilikan institusional merupakan
komponen dalam good corporate governance, dalam perusahaan berperan sebagai
pengawasan terhadap perusahaan agar kinerja perusahaan lebih optimal.
Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran
pemegang saham. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan
saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung
atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Mekanisme monitoring tersebut
akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham (Pujiati dan Widanar,
2009).
Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan
masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan
usaha dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semakin besar
prosentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan
pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan
perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost.
9

Dengan adanya kepemilikan institusional diduga lebih mampu untuk


mencegah terjadinya manajemen laba, investor institusional dianggap lebih
professional dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil
kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi, karena mereka
memiliki tingkat pengawasan yang tinggi untuk menghindari terjadinya tindakan
manajemen laba untuk penghindaran pajak.
Penelitian ini dimotivasi dengan maraknya kasus penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan. Bahkan tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia
masih relatif rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia. Selain itu terjadinya
inkonsistensi hasil penelitian-penelitian sebelumnya terkait penghindaran pajak
(tax avoidance) ini juga yang menjadi konsep dasar penelitian ini dilakukan.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Chen (2012) melalui studi
empiris dalam motivasi penghindaran pajak terhadap manajemen laba terdapat
tidak konsistensi. Dalam analisis yang terkait dengan manajemen laba dan
penghindaran pajak, ada korelasi positif yang signifikan antara mereka, yang
menunjukkan motivasi penghindaran pajak signifikan dalam manajemen laba.
Sementara itu, ketika perusahaan memiliki kinerja bisnis yang baik, beban pajak
akan relatif rendah, melemahkan motivasi penghindaran pajak dalam manajemen
laba.
Demikian pula Amstrong et al. (2015) melakukan penelitian secara
langsung, meneliti apakah (atau bagaimana) corporate governance mempengaruhi
penghindaran pajak, merupakan penembangan dari penelitian Desai dan
Dharmapala (2006) yang mengembangkan dan menguji model dengan
menghubungkan ekuitas dan manajer dalam penghindaran pajak agresif. Dan
menduga adanya peran manajer yang memiliki insentif besar akan mmencegah
manajer ini melakukan penghindaran pajak. Sebaliknya, manajer yang memiliki
insentif kecil akan melakukam penghindaran pajak agresif karena kurangnya
pemantauan dan pengawasan dan meungkinan para manajer tersebut mengambil
keuntungan yang dihasilkan dari tax planning.
10

Berdasarkan uraian diatas Penulis tertarik untuk melakukan penelitian


dalam tesis yang berjudul “Pengaruh Manajemen Laba, Kualitas Audit, Komite
Audit, Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap
Penghindaran Pajak”.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
2. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
3. Apakah komite audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
4. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
5. Apakah kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap penghindaran pajak?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menguji apakah manajemen laba berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
2. Untuk menguji apakah kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
3. Untuk menguji apakah komite audit berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
4. Untuk menguji apakah komisaris independen berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
5. Untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak,
antara lain :
11

1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi penulis sendiri.
2. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan menambah khasanah mengenai Manajemen laba,
kualitas audit, komite audit, dewan komisaris independent dan kepemilikan
institusional yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak sehingga dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam dan dapat
dijadikan sebgai acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Perusahaan.
Merupakan saran terkait informasi manajemen laba dan Good Corporate
Governace, terhadap penghindaran pajak dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait dengan manajemen laba
yang digunakan dalam perusahaan, agar terhindar dari sanksi pajak.
4. Bagi Regulator.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada Direktorat
Jenderal Pajak untuk meningkatkan perannya dan memperbaiki peraturan
pajak serta mekanisme pelaporan pajak sehingga mempersempit celah untuk
dilakukan penghindaran pajak baik secara legal maupun ilegal.
5. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan rujukan untuk penelitian
selanjutnya baik yang berhubungan dengan keinformatifan manajemen laba
ataupun penelitian sejenisnya terkait dengan penghindaran pajak.

1.5. Struktur Penulisan Tesis


Penulisan dimaksudkan untuk mempermudah penelitian dan pembahasan
dalam penulisan ini dipaparkan dengan sistematika penulisan sebagai berikut
ini.
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini mengungkapkan latar belakang masalah yang merupakan
landasan pemikiran secara garis besar, pernyataan tentang keadaan
12

yang memerlukan jawaban melalui penelitian yang dirumuskan


dalam perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN


HIPOTESIS
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka yang memberikan
penjelasan dengan menggunakan kajian teori-teori variabel
independen dan variabel dependen, penelitian terdahulu untuk
memberikan gambaran dan membandingkan penelitian saat ini
dengan penelitian terdahulu sehingga menghasilkan suatu analisa,
rerangka konseptual merupakan skema kerangka penelitian antara
varibel dependen dengan variabel independen, dan pengembangan
hipotesis penelitian mengenai manajemen laba, kualitas audit,
komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional dan
penghindaran pajak.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN


Dalam bab ini akan dijelaskan rancangan penelitian, definisi
operasional variabel, pengukuran variabel penelitian dengan
menggunakan metode pengukuran variabel dependen dan vaiabel
indpenden, metode pengumpulan data untuk menentukan populasi
dan pemilihan sampel, metode analisis data untuk menetapkan
model persamaan uji regresi.

BAB IV: ANALISIS DANPEMBAHASAN


Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai obyek penelitian yang
mecangkup kriteria pemilihan sampel, analisis hasil penelitian
menentukan model penelitian, pembahasan hasil penelitian untuk
menganalisis dampak manajemen laba, kualitas audit, komite audit,
komisaris independen dan kepemilikan institusional terhadap
13

penghindaran pajak yang diproksikan dengan CETR.

BABV: KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPILIKASI.


Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian,
keterbatasan penelitian dan impikasi yang merupakan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1. Rerangka Teoritis
2.1.1.1 Teori Yang Mendasari Manajemen Laba
A. Teori Keagenan (Agency Theory)
Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (lebih-lebih untuk
yang telah terdaftar di pasar modal), seringkali terjadi pemisahan antara
pengelola perusahaan (pihak manajemen, disebut juga sebagai agent) dengan
pemilik perusahaan (atau pemegang saham, disebut juga sebagai principal).
Di samping itu, untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Artinya,
apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka modal sendiri (ekuitas)
yang telah disetorkan oleh para pemilik perusahaan mungkin sekali akan
hilang, tetapi kekayaan pribadi pemilik tidak akan diikutsertakan untuk
menutup kerugian tersebut. Dengan demikian memungkinkan munculnya
masalah-masalah keagenan (agency problem).
Ada beberapa yang mendasari terjadi teori keagenan antara lain
dikemukan oleh Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan pada dasarnya
mengatur hubungan antara satu kelompok pemberi kerja. (prinsipal) dengan
penerima tugas (agen) untuk melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan pemberi kerja (prinsipal) adalah para pemegang saham,
sedangkan penerima tugas (agen) adalah manajemen. Pemegang saham
sebagai pemberi modal ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya
atas hasil investasinya, sedangkan manajemen yang diberi wewenang untuk
mengelola perusahaan diasumsikan ingin mendapatkan kompensasi keuangan
yang tinggi dari perusahaan. Keinginan memaksimalkan kesejahteraan
masing-masing inilah yang terkadang menyebabkan manajemen mengambil
kebijakan perusahaan yang tidak sejalan dengan kepentingan pemegang
saham sehingga terjadinya masalah keagenan.

14
15

Selanjutnya Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi


menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.
Timbulnya masalah keagenan, Jensen dan Meckling (1976)
mengemukakan disebabkan karena antara manajer dengan pemegang saham
berpotensi muncul ketika manajer suatu perusahaan memiliki kurang dari 100
persen saham perusahaan, sehingga manajer cenderung bertindak untuk
mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar pada maksimalisasi
nilai dalam mengambil keputusan pendanaan.
Lebih lanjut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan ada dua alasan
yang mendasari timbulkan masalah keagenan yaitu 1) bagian subtantif dari
kekayaan mereka didalam perusahaan, yang membuat mereka non diversible,
2) manajer akan terancam reputasinya, dengan demikian juga kemampuan
menghasilkan laba perusahaan, jika perusahaan menghadapi kebangkrutan.
Sementara itu Prasasti dan Ardianto (2011) menjelaskan masalah agensi
digambarkan dengan adanya asymmetric information antara manajemen dan
pemilik saham. Informasi mengenai financial performance yang diperoleh
manajer sebagai pengelola perusahaan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan, namun karena adanya motivasi dari pihak manajer untuk
meningkatkan kepentingannya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan
pemilik perusahaan, maka informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai
dengan kondisi perusahaan sebenarnya.
Demikian pula Asri et al. (2014) mengemukakan teori agensi didasari
oleh ketidak mampuan pemilik untuk mengelola perusahaan sendiri, sehingga
pemilik melakukan kontrak dengan manajer untuk menjalankan perusahaan.
Sebagai agen, manajer berusaha untuk mengoptimalkan laba perusahaan yang
dipertanggungjawabkan kepada pemilik, dari kinerja yang mampu untuk
16

menghasilkan laba itulah manajer mendapatkan kompensasi sesuai dengan


kesepakatan.

B. Teori Akuntansi Positif


Teori akuntansi positif menjelaskan sebuah proses yang menggunakan
kemampuan, pemahaman dan pengetahuan serta penggunaan kebijakan
akuntasi Godfrey et al. (2010) menyatakan bahwa teori akuntansi positif
berusaha menjelaskan atau memprekdiksi fenomena nyata dan mengujinya
secara empirik. Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya
dengan observasi dengan dunia nyata. Pernyataan tersebut telah menjadikan
teori akuntansi positif sebagai paradigma riset akuntansi yang dominan yang
berbasis empiris kualitatif dan dapat digunakan untuk menjustifikasi
berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau
mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.
Lebih lanjut Godfrey et al. (2010) menyatakan teori akuntansi positif
mencoba untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi
perusahaan. Pada umumnya penilaian terhadap kebijakan akuntansi yang
akan dipilih ditujukan untuk meminimalkan biaya modal dan biaya kontrak
lainnya. Kebijakan akuntansi secara umum ditentukan oleh struktur
organisasi perusahaan, yang dipengaruhi oleh lingkungan dimana perusahaan
berada. Dengan demikian pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan
merupakan bagian dari seluruh proses tata kelola perusahaan. Sebagaimana
diuraikan di atas, maka tujuan utama teori akuntansi positif mampu
menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi, dikaitkan dengan perilaku
individu dalam memilih metode akuntansi yang bisa memaksimisasi
utilitasnya. Untuk bisa memahami kepentingan pihak manajemen dalam
pelaporan keuangan, maka perlu untuk mengapresiasikan konsep
konsekuensi ekonomi (Godfrey et al., 2010)
Watts dan Zimmerman (1986) dalam Aditama dan Purwaningsih (2014)
mengemukan teori akuntansi positif terbagi atas tiga hipotesis yaitu:
1. The Bonus Plan Hypothesis
17

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer


akan cenderung menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat
mempermainkan besar kecilnya angka-angka akuntansi dalam laporan
keuangan. Hal ini dilakukan supaya manajer dapat memperoleh bonus
yang maksimal setiap tahun, karena keberhasilan kinerja manajer
diukur dengan besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan.
2. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
Hipotesis ini berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi
perusahaan di dalam penjanjian utang (debt covenant). Sebagian besar
perjanjian utang mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi
peminjam selama masa perjanjian. Ketika perusahaan mulai terancam
melanggar perjanjian utang, maka manajer perusahaan akan berusaha
untuk menghindari terjadinya perjanjian utang tersebut dengan cara
memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau
laba. Pelanggaran terhadap perjanjian utang dapat mengakibatkan
sanksi yang pada akhirnya akan membatasi tindakan manajer dalam
mengelola perusahaan. Oleh karena itu, manajamen akan
meningkatkan laba (melakukan income increasing) untuk menghindar
atau setidaknya menunda pelanggaran perjanjian.
3. The Political Cost Hypothesis
Perusahaan yang berhadapan dengan biaya politik, cenderung
melakukan rekayasa penurunan laba dengan tujuan untuk
meminimalkan biaya politik yang harus mereka tanggung. Biaya
politik mencakup semua biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan
terkait dengan regulasi pemerintah, subsidi pemerintah, tarif pajak,
tuntutan buruh dan lain sebagainya.

2.1.1.2. Manajemen Laba


Laporan keuangan merupakan media komunikasi dan informasi yang
digunakan untuk pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa
18

yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik. Salah satu parameter
penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen adalah laba.
Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau
pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu
pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa
yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini
disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur
berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku
menyimpang (dysfunctional behaviour), yang salah satu bentuknya adalah
earnings management (Widyaningdyah, 2001).
Belum ada definisi yang jelas tentang manajemen laba (earnings
management). Masing-masing peneliti memberikan definisi atas manajemen
laba antara lain Scott (2015) mendefinisikan earnings management sebagai
tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar
tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar
perusahaan. Sementara itu Fischer dan Verrecchia (2000) mendefinisikan
manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan
laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha
yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan)
profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.
Demikian pula Aditama dan Purwaningsih (2014) menunjukan bahwa
manajemen laba terjadi ketika manajer “mempengaruhi” laporan keuangan
baik dengan cara memanipulasi data atau informasi laporan keuangan dengan
cara menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan
transaksi untuk merubah laporan keuangan dengan cara pemilihan metode
akuntansi yang diterima dalam prinsip akuntansi umum, dengan tujuan untuk
memanipulasi besaran laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja
ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak)
19

yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan, yang pada


akhirnya menguntungkan perusahaan.
Walaupun sudut pandang definisi tentang manajemen laba yang telah
dikemukan oleh beberapa peneliti akuntansi berbeda, namun sebagian besar
definisi tersebut mengarah pada perspektif opportunist. Tindakan oportunistik
yang dilakukan oleh manajer dalam melakukan manajemen laba bertujuan
untuk kepentingan manajer pribadi.
Belkaoui (2004) menjabarkan peruntukan manajemen laba bagi pihak-
pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut, 1) agar para manajer
mampu beradaptasi terhadap berbagai situasi ekonomi. 2) mempengaruhi
tingkat pendapatan perusahaan pada suatu waktu tertentu. 3) memberikan
keuntungan bagi manajemen dan para pemangku kepentingan (Stakeholder).
Bentuk-bentuk pengaturan manajememen laba menurut Scott (2015),
dapat dilakukan dengan cara:
a. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini
diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
b. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang
tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun
drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
20

Sementara itu, Tiswiyanti et al. (2012) mengemukakan bahwa


manajemen laba dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu: fraudalent
accounting, manajemen laba (accruals management) dan manajemen laba rill
(real earning management). Fraudalent accounting merupakan pilihan
akuntansi yang melanggar general accepted accounting principles (GAAP).
Manajemen laba akrual (GAAP) meliputi aneka pilihan dalam GAAP yang
menutupi kinerja ekonomi yang sebenarnya. Manajemen laba rill dilakukan
ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktek yang
sebenarnya untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
Beberapa penelitian motivasi manajemen laba tidak hanya semata-mata
berkaitan dengan penurunan (kenaikan) laba perusahaan seperti yang telah
dijabarkan di atas, berkaitan dengan pengindaran pajak perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2006) menyatakan
jika manajer hanya menerima gaji dalam bekerja, manajer tidak terpengaruh
untuk melakukan manajemen laba. Namun, apabila perusahaan memberikan
bonus dan insentif kepada manajer, maka memotivasi manajer untuk
melakukan manajemen laba untuk mewujudkan pendapatan berbasis bonus
dan insentif tersebut dan terlibat dalam strategi perencanaan pajak (tax
sheltering).

2.1.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2016) pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat dipaksakan) tanpa jasa imbalan yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sementara Harnanto (2015)
menyatakan pajak adalah pembayaran atas pembebanan yang tidak secara
langsung berhubungan dengan barang/jasa yang disediakan oleh pemerintah
kepada masyarakat dan badan/organisasi yang berada didalam wilayah atau
dalam jangkauan pemerintah.
Demikian pula definisi pajak yang dinyatakan oleh Abdullah (2015)
pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh para wajib pajak
21

menurut peraturan perundangan yang berlaku, dengan tidak mendapat prestasi


kembali berguna untuk pembiayaan berbagai pengeluaran umum berkaitan
dengan tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.
Dari definisi tersebut menurut Mardiasmo (2016), dapat disimpulkan
bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut
berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan undang-undang.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pegeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Lebih lanjut Mardiasmo (2016) menyatakan fungsi pajak terbagi
menjadi 2 yaitu: 1) Sebagai fungsi anggaran (budgetair) yaitu pajak berfungsi
sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. 2) Sebagai fungsi pengatur (cregulerend) yaitu
pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Dalam pemungutan pajak tentu ada hambatan-hambatannya, menurut
Mardiasmo (2016) dapat dikelompokkan menjadi:
1. Perlawanan pasif, dimana masyarakat enggan membayar pajak, yang
dapat disebabkan antara lain: a) Perkembangan intelektual dan moral
masyarakat. b) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami
masyarakat. c) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan
dengan baik.
2. Perlawanan aktif, meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan
oleh wajib pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya
22

antara lain: a) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan


tidak melanggar undang-undang. b) Tax evasion, usaha meringankan
beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan
pajak).
Penghindaran pajak adalah rekayasa ‘tax affairs’ yang masih tetap
berada di dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Wajib Pajak
melakukan penghindaran pajak dengan mentaati aturan yang berlaku yang
sifatnya diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan.
Beberapa pendapat yang menyatakan hal tersebut antara lain
Mangonting (1999) berpendapat bahwa tax avoidance yang dilakukan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan karena
penghindaran pajak yang dilakukan ini lebih memanfaatkan celah-celah
dalam Undang-Undang perpajakan tersebut yang akan mempengaruhi
penerimaan negara dari sektor pajak, kebijakan yang diambil oleh perusahaan
memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak
perusahaan seperti dalam menentukan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
hutang atau leverage.
Ngadiman dan Puspitasari (2014), Chen et al. (2010) mengingatkan
bahwa pajak merupakan biaya yang signifikan kepada perusahaan dan
pengurangan arus kas yang tersedia untuk perusahaan dan pemegang saham,
yang mengarah ke insentif perusahaan dan pemegang saham untuk
mengurangi pajak melalui kegiatan agresif pajak.
Secara khusus, Desai dan Dharmapala (2006) berpendapat bahwa
penghindaran pajak dan pencabutan incentive manajerial dapat saling
melengkapi, jika penghindaran pajak mengurangi transparansi perusahaan,
yang pada gilirannya, meningkatkan kesempatan bagi manajer untuk
mengalihkan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi. Pendapat
Desai dan Dharmapala diperkuat dengan pendapat Armstrong et al. (2015)
yang menyatakan para manajer mengurangi pembayaran pajak (karena
pengawasan yang longgar) untuk memiliki insentif yang tinggi.
23

2.1.1.4. Corporate Governance


Penerapan Good Corporate Governance dalam kinerja perusahaan
merupakan mempunyai peranan penting dalam perusahaan untuk memperoleh
keuntungan jangka panjang sehingga dapat bersaing dengan baik dalam bisnis
global. Ketika suatu perusahaan mampu untuk menerapkan corporate
governance secara baik maka secara tidak langsung perusahaan akan mampu
untuk mengelola bisnis yang lebih beretika, memiliki keadilan dan
mempunyai tanggung jawab. Menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance dalam Pedoman Umum Good corporate governance (GCG)
tahun 2004¸ Good corporate governance adalah salah satu pilar dari sistem
ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu
negara.
Good Corporate Governance yang baik dianggap mampu memperkuat
posisi daya saing perusahaan secara berkesinambungan, mengelola risiko dan
sumber daya secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan kepercayaan
investor (Jaya et al., 2013). Dari uraian di atas dapat disimpulkan Good
Corporate Governance adalah sistem peraturan yang mengatur, mengelola
dan mengawasi hubungan antara para pengelola perusahaan dengan
stakeholdes disuatu perusahaan, tidak hanya sebagai alat pengatur dan
pengendali saja namun juga sebagai nilai tambah bagi suatu perusahaan.
Pengukuran Struktur Good Corporate Governance dapat diindikatorkan
dalam :
a) Kualitas Audit
Kulitas audit menurut De Angelo (1981) sebagai probabilitas gabungan
menilai pasar bahwa auditor yang diberikan akan baik mendeteksi salah saji
material dalam laporan keuangan klien dan melaporkan salah saji material.
Oleh karena itu, kualitas audit merupakan fungsi dari kemampuan auditor
untuk mendeteksi salah saji material (kemampuan teknis) dan pelaporan
kesalahan (independensi auditor).
24

Sementara Palmrose (1988) mendefinisikan kualitas audit dalam hal


tingkat jaminan. Karena tujuan dari audit adalah untuk memberikan jaminan
terhadap laporan keuangan, kualitas audit adalah probabilitas bahwa laporan
keuangan tidak mengandung salah saji material. Bahkan, definisi ini
menggunakan hasil audit, yaitu keandalan terhadap laporan keuangan untuk
mencerminkan kualitas audit. Definisi Palmrose menyajikan kualitas audit
yang sebenarnya.
Okolie et al. (2013) mengembangkan pendapat di atas dengan
menyatakan auditor eksternal memainkan peran penting dan sangat
menantang dalam menjamin kredibilitas laporan keuangan. Permasalahannya
apakah kemampuan auditor dapat mendeteksi salah saji laporan keuanngan
sehingga menghasilkan kualitas audit yang diharapkan. Pertanyaan tersebut
dijawab oleh Krishnan (2009) dan Taqi (2013) yang menyatakan kemampuan
auditor dalam mendeteksi salah saji ini menjadi tidak berarti banyak jika
auditor tidak bertindak secara independen sehingga berdampak pada
kemampuan dan kemauan untuk melaporkan salah saji.
Ketidak mampuan dan keengganan untuk melaporkan dampak salah
saji pada kegagalan audit dan memberikan prasangka bahwa kualitas audit
telah menurun. Akurasi dan keandalan informasi keuangan memiliki peran
penting dalam memastikan kualitas auditing, Yasar (2013) dan kegagalan
audit oleh Chadegani (2011) terjadi dalam dua kondisi, yaitu: (a) ketika
prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting
Principles atau GAAP) tidak diikuti oleh auditor (kegagalan GAAP), (b) dan
ketika auditor gagal untuk mengeluarkan atau audit menerbitkan laporan
laporan audit yang berkualitas atau diubah di bawah kondisi lingkungan yang
sesuai dan tepat (kegagalan laporan audit).
Selanjutnya Taqi (2013), menguji kegagalan audit pada perusahaan
mempunyai dampak litigasi tinggi dan reputasi buruk, nilai perusahaan
menurun dan biaya juga menurun. Sebaliknya kualitas audit berdampak pada
biaya yang diterima oleh auditor, mempunyai dampak litigasi rendah dan
25

nilai perusahaan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit


mempunyai dampak terhadap auditor dan auditee.
Okolie et al. (2013) menyatakan audit perusahaan adalah mekanisme
monitoring dan kontrol yang mengurangi asimetri informasi dan melindungi
kepentingan Principle. Proses audit menilai kemungkinan salah saji material
dan mengurangi kemungkinan salah saji. Transparansi terhadap pemegang
saham dapat dicapai dengan melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar
modal dan pertemuan para pemegang saham. Karena asumsi adanya implikasi
dari perilaku pajak yang agresif, maka perusahaan akan mengambil posisi
agresif dalam hal pajak dan mencegah tindakan tersebut (Damayanti dan
susanto, 2015).

b) Komite Audit
Komite audit bertanggungjawab untuk menjamin kredibilitas dan
objektifitas laporan keuangan serta pengawasan internal maupun eksternal
perusahaan (Salleh et al., 2004). Pernyataan tersebut diperkuat oleh Cahyono
et al. (2016) yang menyatakan komite audit telah menjadi komponen umum
dalam struktur corporate governance perusahaan publik. Komite ini berfungsi
sebagai pengawas proses pembuatan laporan keuangan dan pengawasan
internal, karena BEI mengharuskan semua emitmen untuk untuk membentuk
dan memiliki komite audit yang diketuai oleh komisaris independen sesuai
dengan surat edaran yang ada sekurang-kurangnya komite audit dalam
perusahaan terdiri atas tiga orang. Sebuah sistem tata kelola perusahaan yang
baik mendorong sistem akuntabilitas. Inti dari komite audit didasarkan pada
dua hal akuntabilitas: pertama, akuntabilitas manajemen kepada dewan dan
kedua, akuntabilitas dewan pemegang saham.
Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris sehingga komite audit
bertanggungjawab kepada dewan komisaris. Komite audit juga digambarkan
sebagai mekanisme monitoring yang dapat meningkatkan fungsi audit untuk
pelaporan eksternal perusahaan. Oleh karena itu komite audit dapat
memonitoring mekanisme yang dapat memperbaiki kualitas informasi bagi
26

pemilik perusahaan atau Shareholder dan manajemen perusahaan, karena


kedua belah pihak tersebut memiliki level informasi yang berbeda (Linda et
al., 2011).
Salah satu fungsi utama dari komite audit adalah untuk memantau data
keuangan perusahaan secara terus menerus dan memperkuat pengendalian
akuntansi internal, dalam rangka meningkatkan keandalan dan integritas
pelaporan keuangan. Sebuah sistem yang baik dari tata kelola perusahaan
yang membutuhkan koordinasi menyeluruh antara tiga konstituen yaitu audit,
auditor internal dan auditor eksternal. Hal tersebut dinyatakan pada hipotesa
Atu et al. (2013) yang meyatakan bahwa komite audit berfungsi sebagai
jembatan dalam jaringan komunikasi antara auditor internal dan eksternal dan
dewan direksi. Komite Audit membantu untuk memeriksa kegiatan auditor
(baik internal dan eksternal) dan manajemen puncak yang dihasilkan untuk
menjembatani kesenjangan antara pengguna laporan keuangan
Komite audit berpartisipasi, tidak hanya dalam proses dimana
manajemen menyebarkan informasi kepada auditor dan melepaskan informasi
berisi mengurangi asimetri informasi antara orang dalam dan orang luar,
tetapi juga memainkan peran penting dalam memastikan bahwa auditor
hukum tidak dalam pengaruh komite audit management. Sehingga dapat
digunakan sebagai mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan yang
dihadapi oleh perusahaan (Jensen and Meckling, 1976).
Kenneth (2012) menyatakan manfaat komite audit adalah: (i)
membantu dalam membangun dan memperkuat independensi dan objektivitas
dari direksi dan auditor internal dan eksternal (ii) meningkatkan komunikasi
dan meningkatkan kontak, pemahaman dan keyakinan antara direksi,
manajemen dan auditor internal dan eksternal (iii) peningkatan akuntabilitas
auditor internal dan eksternal (iv) untuk menciptakan disiplin dan kontrol
dan mengurangi kesempatan untuk penipuan (v) meningkatkan efisien dan
efektif audit eksternal dan (vi) memperkuat objektivitas dan kredibilitas
pelaporan keuangan.
Islam et al. (2010) dalam jurnal Problem and the Role of Audit
27

Committee menyatakan perusahaan membentuk komite audit dalam dewan


direksi untuk mengambil peran aktif dalam mengawasi kebijakan dan praktek
akuntansi dan pelaporan keuangan perusahaan dan komite audit harus terdiri
dari mayoritas direktur independen atau non-eksekutif yang bukan karyawan
atau karyawan dari perusahaan. Lebih lanjut Lindberg (2004) menyatakan
komite tersebut harus bertindak sebagai penghubung komunikasi antara
manajemen, auditor, dan direktur. Selain itu Locatelli (2002) menyatakan
komite audit sangat efektif, tidak hanya dalam memberikan pengawasan
akuntansi suatu organisasi, tetapi juga dalam membantu untuk mengatur etika
dan memberikan satu aspek yang sangat penting dari tata kelola perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, komite audit dengan wewenang yang dimilikinya
akan dapat mencegah segala perilaku atau tindakan yang menyimpang terkait
dengan laporan keuangan perusahaan. Sehingga dengan adanya komite audit
dalam perusahaan dapat meminimalisir terjadinya praktik tax avoidance
(Diantari dan Ulupui, 2016).

c) Komisaris Independen
Dewan komisaris independen adalah salah satu mekanisme yang efektif
dalam memantau proses akuntansi. Komisaris independen didefinisikan
sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang
saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau
dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan
yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut peraturan yang dikelurkan
oleh BEI, jumlah komisaris independen proporsional dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali
dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya tiga
puluh persen (30%) dari seluruh anggota komisaris, disamping hal itu
komisaris independen memahami undang-undang dan peraturan tentang pasar
modal serta diusulkan oleh pemegang saham yang bukan merupakan
pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Pohan,
2008).
28

Menurut Nugrahani dan Nugroho (2010) beberapa perusahaan di


Indonesia belum sepenuhnya melakukan pengelolaan secara profesional
karena terdapat konsentrasi pemilikan pihak tertentu yang memungkinkan
terjadinya afiliasi antar pemilik, pengawas dan pengelola. Oleh karena itu,
dewan direksi harus terdiri dari independen anggota yaitu non eksekutif dan
atau direksi eksternal. Direktur eksternal dapat meningkatkan kemandirian
dewan dan dapat memonitor manajemen puncak secara efektif (Ching et al.
2002).
Diantari dan Ulupui (2016) menyatakan bahwa kepemimpinan (dewan
komisaris dan dewan direksi) memainkan peran penting dalam pelaksanaan
corporate governance. Dewan komisaris bertindak sebagai pengawas
perusahaan, sedangkan direksi bertanggung jawab untuk kegiatan operasional
perusahaan. Namun demikian, konflik kepentingan sering muncul di antara
mereka. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam
pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap
pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Dengan
demikian keberadaan komite audit dan komisaris independen pada suatu
perusahaan diharapkan dapat meningkatkan integritas laporan keuangan.
Lebih lanjut Diantari dan Ulupui (2016), adanya komisaris independen
dalam perusahaan juga dapat memberikan petunjuk dan arahan untuk
mengelola perusahaan serta merumuskan strategi perusahaan yang lebih baik
termasuk dalam menentukan kebijakan terkait tarif pajak efektif yang akan
dibayarkan perusahaan. Keberadaan komisaris indepeden dalam suatu
perusahaan dapat memiliki dampak positif pada kinerja perusahaan dan nilai
perusahaan. Komisaris independen diharapkan dapat mempengaruhi
penghindaran pajak karena komisaris independen memiliki tanggung jawab
kepada kepentingan pemegang saham, sehingga komisaris independen akan
memperjuangkan ketaatan pajak perusahaan dan dapat mencegah praktik tax
avoidance (Harto dan Puspita, 2014).
29

d) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional merupakan lembaga yang memiliki
kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi
saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab kepada
divisi tertentu untuk mengelola investasi perushaaan. Keberadaan institusi
yang memantau secara profesional perkembangan investasinya menyebabkan
tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi sehingga
potensi dapat ditekan (Cahyono et al., 2016). Lebih lanjut Siregar dan Utama
(2005) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham
perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi keuangan, seperti
perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking.
Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan
institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran keduanya
dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan
dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada
investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa
informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang
lebih kuat dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan
pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam
perusahaan.
5. investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham
sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang
tercermin di tingkat harga.
Penelitian yang dilakukan Shleifer dan Vishney (1986) terhadap
perusahan non keluarga menyatakan bahwa pemilik institusional memainkan
peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer.
Mereka berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional berdasarkan
30

besar dan hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus
pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku
mementingkan diri sendiri. Adanya tanggung jawab perusahaan kepada
fidusia, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk memastikan
bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
Kepemilikan institusional berperan penting dalam mengawasi kinerja
manajemen yang lebih optimal. Dengan tingginya tingkat kepemilikan
institusional maka semakin besar tingkat pengawasan kepada manajerial
sehingga mengurangi konflik kepentingan manajemen, sehingga mengurangi
peluang terjadinya penghindaran pajak (Fadhilah, 2014).

2.1.2. Penelitian Terdahulu


Untuk memberikan gambaran dan rerangka pemikiran dalam penelitian
maka perlu kiranya untuk membahas hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai
acuan dalam membandingkan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu
sehingga akan menghasilkan suatu analisa yang sesuai dengan teori.
Jian dan Chaohui (2011), meneliti tentang hubungan antara reformasi
pajak penghasilan perusahaan dan manajemen laba perusahaan, hasilnya
adalah manajemen laba berpengaruh positif terhadap penghindaraan pajak.
Wang dan Chen (2012), meneliti motivasi penghindaran pajak terhadap
manajemen laba, hasilnya adalah manajemen laba berpengaruh positif
terhadap penghindaran pajak.
Sari et al. (2016), meneliti pengaruh manajemen laba terhadap
agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur subsektor makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI tahun 2010-2016, hasilnya adalah manajemen
laba berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak.
Desai dan Dharmapala (2006), menguji pengaruh insentif terhadap
pajak, hasil penelitian tersebut menemukan bahwa hubungan antara
kompensasi insentif dengan tindakan penghindaran pajak bersifat negatif.
31

Sementara Geraldina (2013), meneliti pengaruh hubungan manajemen


laba akrual dan manajemen laba riil terhadap kemungkinan perusahaan
melakukan aggressive tax shelter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
manajemen laba berpengaruh negatif terhadap manajemen laba riil dan
manajemn laba akrual keduanya meningkatkan kemungkinan perusahaan
terlibat dalam aktivitas aggressive tax shelter.
Annisa dan Kurniasih (2012), meneliti pengaruh good corporate
governance terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di bursa
efek Indonesia, hasil penelitian tersebut menyatakan komite audit, kualitas
audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance perusahaan, sedangkan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance
perusahaan, dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance perusahaan.
Fadhillah (2014), meneliti pengaruh good corporate governance
terhadap tax avoidance perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia,
hasil penelitian tersebut menyatakan good corporate governance yang
diproksikan terhadap komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance
dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance proporsi,
sementara kepemilikan institusioanl tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance, komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Susanto (2015) dalam
pengaruh komite audit, kualitas audit, kepemilikan institusioanl, risiko
perusahaan dan return on assets terhadap tax avoidance, hasil penelitian
tersebut adalah kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance,
komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Marsipah et al. (2015), meneliti pengaruh pemegang saham pengendali
terhadap penghindaran pajak, hasilnya kualitas audit berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak dan komite audit berpengaruh negatif terhadap
penghindaraan pajak.
32

Penelitian yang dilakukan oleh Putranti dan Setiawanta (2015), meneliti


berpengaruh kepemilikan institusional, struktur dewan komiaris, kualitas
audit dan komite audit terhadap tax avoidance, hasilnya kualitas audit
berpengaruh positif terhadap tax avoidance, komite audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance, komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap tax
avoidance.
Waluyo et al. (2015), meneliti pengaruh return on asset, leverage,
Ukuran perusahaan kopensasi rugi fiskal dan kepemilikan institusi terhadap
penghindaran pajak, hasilnya kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak.
Sandy dan Lukviarman (2015), melakukan penelitian tentang pengaruh
corporate governance terhadap tax avoidance, hasilnya corporate governance
yang diproksikan dalam kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
tax avoidance, proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan negatif
terhadap tax avoidance, kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax
avoidance, dan komite audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
Prakosa (2014), meneliti pengaruh profitabilitas, kepemilikan keluarga
dan corporate governance terhadap penghindaran pajak di Indonesia, hasilnya
komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak dan
komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Ngadiman dan Puspitasari (2014), meneliti pengaruh leverage,
kepemilikan intstitusional dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran
pajak pada perusahaan. Hasilnya, kepemilikan institusional berpengaruh
positif terhadap penghindaran pajak.
Sementara itu Pranata et al. (2014) , meneliti pengaruh karakter
eksekutif dan corporate governance terhadap tax avoidance dan hasilnya
adalah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap tax avoidance,
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, komite audit
berpengaruh positif terhadap tax avoidance, kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
33

2.2. Rerangka Konseptual


Pajak merupakan beban untuk perusahaan yang dapat mengurangi laba
bersih. Oleh sebab itu perusahaan berusaha meminimumkan kewajiban pajak yang
harus dibayar, caranya adalah melakukan penghindaran pajak dengan menuruti
peraturan yang ada.
Manajemen laba adalah salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang
dihasilkan perusahaan merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan
sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai
prediktif. Hal tersebut membuat manajemen melakukan meningkatan laba dengan
melakukan praktik penghindaran pajak perusahaan.
Kualitas audit merupakan unsur transparansi dalam melakukan pengauditan
hal tersebut merupakan salah satu unsur dari good corporate governance.
Transparansi dapat menghindarai hal-hal yang terkai dengan pengindaran pajak.
Komite audit Komite audit juga digambarkan sebagai mekanisme
monitoring yang dapat meningkatkan fungsi audit untuk pelaporan eksternal
perusahaan. Anggota komite audit paling sedikit 3 orang diharapkan efektif dalam
mengawasi manajemen dalam melakukan tindakan manajemen laba untuk
kepentingan pajak.
Komisaris independen memiliki kewenangan mengawasi kinerja
kepemimpinan dan pekerjaan yang dilakukan oleh direksi, pengawasan yang
tinggi oleh dewan komisaris independen terhadap manajemen dapat
menghindarkan manajemen dalam melakukan tax avoidance
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi yang umunya bertindak sebagai pihak yang mengawasi dan
pengelolaan perusahaan terhadap kegiatan yang akan merugikan perusahaan
termasuk adanya tindakan penghindaran pajak yang akan dilakukan perusahaan.
34

Gambar 2.1
Skema Kerangka Penelitian

Manajemen Laba

Kualitas Audit

Komite Audit Penghindaran Pajak

Komisaris Independen

Kepemilikan Institusional

2.3. Pengembangan Hipotesis


2.3.1. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Penghidaran Pajak
Penelitian-penelitian mengenai manajeman laba yang terkait dengan
penghindaran pajak, antara lain dilakukan oleh Beuselinck dan Deloof (2012)
melakukan pengujian pengaruh afiliasi kelompok usaha pada keputusan
manajemen laba. Studi ini memberikan bukti bahwa perusahaan berafiliasi dengan
kelompok usaha (holding) melakukan manajemen laba dalam mengelola
pendapatan mereka.
Strategi manajemen laba antara lain dengan meminimalkan pajak dalam
kelompok usaha, contohnya studi yang dilakukan oleh Gramlich et al. (2004),
yang mendokumentasikan bahwa perusahaan di Jepang memanfaatkan afiliasi
kelompok dengan menggeser penghasilan kena pajak antara anggota kelompok,
sehingga meminimalkan beban pajak pada tingkat grup. Kemudian penelitian ini
35

dilanjutkan oleh Lin et al. (2014) yang melakukan studi kasus di perusahaan
publik di China yang hasilnya adanya penurunan tarif pajak dari 33 persen
menjadi 25 persen pada tahun 2014. Mereka mengkaji bagaimana manajer
berperan dalam penuruan tarif pajak tersebut. Mereka menggunakan akrual
diskresioner untuk mengecilkan pendapatan perusahaan.
Sementara itu Martani dan Fontanella (2014) melakukan studi di Indonesia
terhadap perusahaan publik yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2011,
ditemukan perusahaan besar dan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi
akan memiliki Book Tax Different yang besar. Temuan ini konsisten dengan
adanya kekuasaan politik dari perusahaan besar. Penelitian ini juga menemukan
perusahaan yang memiliki kualitas laba rendah akan memiliki Book Tax Different
yang besar, konsisten dengan pandangan bahwa taxable income mengandung
informasi tentang kualitas laba dan insentif untuk melakukan manajemen laba.
Penelitian terdahulu yang dilakukan Wang dan Chen (2012) melakukan
penelitian terhadap pengaruh manajemen laba terhadap penghindaran pajak (Tax
Avoidance) pada perusahaan yang terdaftar selama 2004-2006, hasilnya
menemukan korelasi signifikan positif antara manajemen laba dan penghindaran
pajak. Selain itu Sari et al (2016) melakukan penelitian terhadap 42 perusahaan
makanan dan minuman yang berada di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-
2015 hasilnya adalah manajemen laba berpengaruh positif terhadap tax
agresivitas.
Demikian pula Jian dan Chaohui (2011) melakukan penelitian, apakah
perusahaan menggunakan manajemen laba untuk menghindari pajak dan alasan
mengapa perusahaan membuat manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan
manajemen laba berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak dengan
penjelasan: Pertama, hukum pajak penghasilan perusahaan baru mempromosikan
pelaksanaan manajemen laba dari emiten. Perusahaan dengan tingkat penurunan
akan menerapkan manajemen laba untuk mengurangi beban pajak. Kedua,
semakin besar perusahaan, semakin aktif manajemen laba, ini mungkin kebutuhan
operasional perusahaan dan faktor kreditur. Ketiga, penggunaan manajemen laba
perusahaan yang terdaftar untuk menghindari pajak direspon positif oleh pasar.
36

Hasil penelitian diatas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Desai dan Dharmapala (2006) Untuk menguji implikasi dari agensi model yang
dibahas di atas, ukuran ini penghindaran pajak dapat dikaitkan dengan sifat
insentif manajerial dalam penelitian ini menggunakan panel dari lebih dari 900
perusahaan selama periode 1993-2001 hasil penelitian tersebut manajemen laba
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Sementara Geraldina (2013) menggunakan model penelitian akrual
diskresioner (DA), menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan landasan hasil penelitian sebelumnya, dan atas dasar bukti-
bukti empiris di atas, maka hipotesis kesatu dalam penelitian ini sebagai berikut:
Hipotesis 1: Manajemen Laba Berpengaruh Positif Terhadap
Penghindaran Pajak.

2.3.2. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penghidaran Pajak


Salah satu elemen penting dalam good corporate governance adalah
kualitas audit, transparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan melaporkan
hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para pemegang
saham.laporan keuangan transparansi merupakan unsur penting, sehingga yang di
audit oleh auditor KAP big four menurut beberapa referensi dipercaya lebih
berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena
itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP big four memiliki tingkat
kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh
KAP non big four.
Beberapa penelitian terdahulu antara lain dilakukan oleh Putranti dan
Setiawanta (2015) dan Sandy dan Lukviarman (2015), menunjukkan bahwa
kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kualitas audit yang tinggi dapat mengurangi praktik
penghindaran pajak. Perusahaan yang diaudit oleh KAP besar terbukti tidak
melakukan penghindaran pajak, karena auditor yang termasuk dalam big four
lebih kompeten dan profesional dibandingkan dengan auditor yang non big four,
37

sehingga ia memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang cara mendeteksi dan
memanipulasi laporan keuangan yang mungkin dilakukan oleh perusahaan.
Namun penelitian di atas tidak sejalan dengan penelitian Damayanti dan
Susanto (2013), Marsipah at al. (2015), dan Pranata et al. (2014) yang
menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak
demikiann pula penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012),
Fadhilah (2014) menyatakan kualitas audit berpengaruh positif terhadap tax
avoidance hal ini dikarenakan perusahaan masih dapat mempengaruhi
independensi auditor dengan memberikan keuntungan dan kesejahteraan yang
lebih baik terhadap KAP.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai kulitas audit terhadap
penghindaran pajak, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 2: Kualitas Audit Berpengaruh Negatif Terhadap Penghindaran
Pajak.

2.3.3. Pengaruh Komite Audit Terhadap Penghidaran Pajak


Selain kualitas audit, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas tax avoidance, diantaranya komite audit. Sejak direkomendasikannya
Good Corporate Governance di BEI tahun 2000, komite audit telah menjadi
elemen umum dalam bentuk susunan corporate governance perusahaan publik,
Pohan (2008).
Penelitian Fadhilah (2014), Anisa dan Kurniasih (2012), Pranata et al.
(2014) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap tax
avoidance. Semakin tinggi keberadaan komite audit dalam perusahaan akan
meningkatkan kualitas good corporate governance di dalam perusahaan, namun
praktik penghindaran pajak tetap dilakukan. Namun penelitian yang dilakukan
oleh Sandy dan Lukviarman (2015) dan Marsipah et al. (2015) komite audit
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak yang diukur dengan CETR. Hasil
penelitian ini berhasil membuktikan komite audit yang semakin efektif akan mencegah
pemegang saham pengendali melakukan penghematan pajak.
38

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Susanto


(2015) dan Putranti dan Setiawanta (2015) komite audit tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Pohan (2008) BEI mensyaratkan paling sedikit komite audit
harus tiga orang, kurang dari tiga orang maka tidak sesuai dengan peraturan BEI,
jadi jika jumlah komite audit dalam suatu perusahaan tidak sesuai dengan
peraturan BEI maka akan meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan
minimalisasi laba untuk kepentingan pajak.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas mengenai komite audit berengaruh
terhadap penghindaran pajak, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 3: Komite Audit Berpengaruh Negatif Terhadap Penghindaran
Pajak.

2.3.4. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Penghidaran Pajak


Adanya komisaris independen dalam perusahaan juga dapat memberikan
petunjuk dan arahan untuk mengelola perusahaan serta merumuskan strategi
perusahaan yang lebih baik termasuk dalam menentukan kebijakan terkait tarif
pajak efektif yang akan dibayarkan perusahaan.
Beberapa peneliti mengenai komisaris independen yang terkait dengan
penghindaran pajak antara lain penelitian yang dilakukan oleh Sandy dan
Lukviarman (2015), Prakosa (2013) hasil penelitian terebut adalah komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, hal berarti, jika
komisaris independen mengalami peningkatan maka penghindaran pajak akan
mengalami penurunan, menunjukkan bahwa keberadaan peningkatan komisaris
independen dapat mencegah terjadinya penghindaran pajak. Komisaris
independen dapat melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan dalam
melakukan perumusan strategi termasuk dalam strategi yang berhubungan dengan
pajak.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti tidak sejalan
dengan di atas, antara lain oleh Annisa dan Kurniasih (2012), Fadhilah (2014),
Putranti dan Setiawanta (2015) hasilnya adalah komisaris independen tidak
pengaruh terhadap penghindaran pajak, disebabkan peran komisaris independen
39

dalam pengambilan keputusan pajak dalam perusahaan di Indonesia tidak berjalan


sebagaimana mestinya. Dapat dimungkinkan pula kurang tanggap dan tidak
maksimalnya fungsi perusahaan yang dilakukan anggota dewan komisaris
independen, sehingga kurangnya pengawasan dalam tindakan pajak agresif oleh
perusahaan.
Berdasarkan hasil uraian di atas bahwa komisaris independen berpengaruh
terhadap penghindaran pajak, maka hipotesis keempat penelitian ini adalah:
Hipotesis 4: Komisaris Independen Berpengaruh Negatif Terhadap
Penghindaran Pajak.

2.3.5. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Penghidaran Pajak


Kepemilikan institusional memainkan peran yang penting dalam perusahan
yang mempunyai tugas memantau, mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer.
Kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer dan
memaksa manajer untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang
oportunistik. Dengan tingginya tingkat kepemilikan institusional, maka semakin besar
tingkat pengawasan ke manajer dan dapat mengurangi konflik kepentingan antara
manajemen sehingga masalah keagenan menjadi berkurang dan mengurangi peluang
terjadinya tax avoidance (Diantari dan Ulupui, 2016).
Beberapa penelitian yang mendukung pernyataan di atas antara lain oleh
Putranti dan Setiawanta (2015), kepemilikan institusional berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak hal ini menunjukkan bahwa dengan tingginya
kepemilikan institusional maka dapat menurunkan praktik penghindaran pajak
yang dilakukanoleh manajer. Sementara Ngadiman dan Puspitasari (2014),
Pranata et al. (2013) yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional
memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance. Semakin tinggi kepemilikan
institusional, maka semakin tinggi pula perusahaan melakukan praktik
penghindaran pajak, demikian pula sebaliknya semakin tinggi kepemilikan
instisusial pada perusahaan maka semakin kecil kemungkinan praktik
penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan.
40

Namun penelitian di atas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan


oleh Fadhilah (2014), Damayanti dan Susanto (2015), Waluyo et al. (2015),
Sandy dan Lukviarman (2015) menyatakan kepemilikan istitusional tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Pemilik institusional ikut serta dalam
pengawasan dan pengelolaan perusahaan namun pemilik institusional
mempercayakan pengawasan dan pengelolaan tersebut kepada dewan komisaris
karena itu merupakan tugas dewan komisaris yang mewakili pemilik institusional.
Akan tetapi ada atau tidaknya kepemilikan institusional dalam sebuah perusahaan
tetap saja akan terjadi tax avoidance (penghindaran pajak).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dan atas dasar bukti-bukti empiris
di atas, maka hipotesis kelima sebagai berikut:
Hipotesis 5: Kepemilikan Institusional Berpengaruh Negatif Terhadap
Penghindaran Pajak.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif-verifikatif. Penelitian deskriptif
bertujuan untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual dan akurat
mengenai pengaruh manajemen laba, kualitas audit, komite audit, komisaris
independen dan kepemilikan institusional terhadap penghindaran pajak.
Sedangkan untuk meneliti hubungan antar variable yang diteliti maka sifat
penelitiannya adalah verikatif. Selanjutnya dianalisis secara statistik untuk
diambil suatu kesimpulan.
Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode regresi
panel data. Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan,
dilakukan setelah model regresi yang bebas dari pelanggaran asumsi klasik.
Tujuannya adalah agar supaya hasil penelitian ini dapat diinterpretasikan secara
tepat dan efisien. Interpretasi hasil penelitian, baik secara parsial melalui uji-t
maupun secara simultan melalui uji F, dilakukan terhadap variabel-variabel
independen yang secara statistik mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran


Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas
suatu variabel yang dapat diukur dan dapat memberikan informasi-informasi yang
diperlukan untuk dapat mengukur variabel-variabel yang akan diteliti. yang
terdapat dalam judul penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Adapun
variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
3.2.1. Variabel Terikat (dependen)
Merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran, 2014)
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas dan
mempunyai ketergantungan antara variabel. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah:

41
42

Penghindaran pajak dilakukan dengan tujuan meminimalkan pembayaran pajak.


Penghematan pajak yang timbul dengan memanfaatkan ketentuan perpajakan
yang dilakukan dengan tidak melanggar Undang-Undang yang ada. Variabel
Cash Effective Tax Rate (CETR) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk mengukur tingkat kepatuhan perusahaan dalam mematuhi peraturan pajak.
CETR diharapkan mampu mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak
perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan
sementara (Kurniasih dan Sari, 2013),

3.2.2. Variabel Bebas (independen)


Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel
terikat, entah secara positif atau negatif. Yaitu, jika terdapat variabel bebas,
variabel terikat juga hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas,
terapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat (Sekaran,2014).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan konsep akrual
diskresioner. Akrual diskresioner adalah akrual yang nilainya ditentukan oleh
kebijakan/diskresi manajemen. Akrual diskresioner dianggap memiliki
hubungan dengan aspek-aspek lain perusahaan, seperti akrual total,
pendapatan, piutang, plant, property and equipment (PPE). Menurut Kothari et
al., (2005) usulan model Jones yang telah mereka modifikasi mungkin untuk
menunjukkan kenaikan Akrual Diskresioner pada saat perusahaan tumbuh.
Model yang dikemukakan Khotari tersebut dikenal dengan Performance-
Matched Discretionary Accruals. Model ini memiliki ide dasar bahwa akrual
yang terdapat dalam perusahaan yang sedang memiliki kinerja yang “tidak
biasa” (unusual performance) secara sistematis diharapkan bukan nol sehingga
kinerja perusahaan pastinya berhubungan dengan akrual. Untuk mengontrol
kinerja yang tidak biasa, dalam mengestimasi akrual diskresioner, Kothari
memasukkan variable kinerja, seperti return on asset (ROA) sebagai tambahan
43

variable independen dalam model regresi akrual diskresioner dalam (Siregar


2017)
b. Kualitas audit merupakan segala kemungkinan yang dapat terjadi saat auditor
mengaudit laporan keuangan klien dan menemukan pelanggaran atau
kesalahan yang terjadi, dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan.
Untuk megukur kualitas audit digunakan ukuran Kantor Akuntan Publik
(KAP). Perusahaan yang diaudit oleh KAP besar big four maka kualitas
auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP non big four (KAP kecil) maka
kualitas auditnya rendah (Herawaty, 2008).
c. Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab mengawasi audit
eksternal maupun internal perusahaan. Merupakan suatu komite yang terdiri
dari tiga orang atau lebih. Kehadiran Komite diharapkan dapat memberikan
pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan
keuangan akuntansi dan pengendalian internal. Dalam penelitian ini digunakan
jumlah komite audit dalam suatu perusahaan sebagai alat ukur (Fadhilah, 2014)
d. Komisaris independen mengawasi kepemimpinan dan pekerjaan yang
dilakukan oleh direksi. Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang
yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali,
tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta
tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan pemilik. Komisaris
independen diukur menggunakan persentase jumlah komisaris independen
terhadap jumlah total komisaris dalam susunan dewan komisaris perusahaan
(Prakosa, 2014).
e. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimilki oleh
pemerintah, perusahaan asuransi, investor luar negeri, atau bank, kecuali
kepemilikan individu. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham
yang dimilki oleh pemerintah, perusahaan asuransi, investor luar negeri, atau
bank, kecuali kepemilikan individual investor (Dewi dan Jati, 2014).
Herawaty (2008), menyatakan kepemilikan institusional dapat memantau
secara profesional perkembangan investasi karena tingkat pengendalian
terhadap manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat
44

ditekan.

3.2.3. Variabel Kontrol


Variabel kontrol merupakan variabel independen dalam persamaan regresi
yang tidak dihipotesiskan dalam penelitian. Fungsi variabel kontrol adalah :
1. Meminimalisir variasi ukuran perusahaan yang kecil dan yang besar.
2. Menghindari risiko variabel independan yang dihipotesiskan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen namun variabel konrol
berpotensi untuk memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
sehingga model regresi dapat digunakan dalam penelitian. (meningkatkan
potensi model regresi lolos uji F)
3. Meningkatakan potensi adjustied R2yang berfungsi model regresi lebih layak
digunakan.
Dalam penelitian ini variabel kontrol yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Leverage merupakansumber pendanaan eksternal dari utang jangka panjang.
Pada penelitian ini, diukur dengan debt to equityratio (DER) sebagaimana
penelitian oleh Waluyo et al. (2015) Leverage yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perbandingan antara hutang dan aktiva. Semakin besar
hutang suatu perusahaan dibandingkan dengan aktivanya, maka semakin
besar resiko yang dihadapi oleh perusahaan untuk membayar kewajibannya.
Semakin besar rasio leverage menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin
besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh
perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio leverage (dimana beban
hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap
profitablitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk
membayar kewajibannya.
b. Ukuran perusahaan (Size).
Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
ukuran perusahaan adalah total aset karena ukuran perusahaan diproksi
dengan Ln total asset. Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini
45

dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebihan tanpa


mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya (Waluyo et al,.2014).

3.3. Pengukuran Variabel Penelitian


3.3.1. Variabel Dependen
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pada penelitian ini untuk mengukur penghindaran pajak menggunakan
metode pengukuran Cash Effective Tax Rate (CETR). Menurut Nagadiman dan
Puspitasari. (2014), variabel ini dihitung melalui CETR (Cash Effective Tax Rate)
perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba
sebelum pajak. Semakin tingi CETR ini mengindikasikan semakin rendah tingkat
perusahaan melakukan penghindaran pajak demikian pula sebaliknya semakin
rendah CETR mengindikasikan semakin tinggi perusahaan melakukan
penghindaran pajak. Sehingga hasil pengujian hipotesis interpretasinya dibalik.
CETR dirumuskan sebagai berikut:

𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑇𝑎𝑥 𝑃𝑎𝑖𝑑


𝐶𝐸𝑇𝑅 = (1)
𝑃𝑟𝑒−𝑇𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒

3.3.2. Variabel Independen :


3.3.2.1. Manajemen Laba
Berikut persamaan model Kohtari et al. (2005).

𝐴𝑐𝑐𝑟𝑢𝑎𝑙 1 (∆𝑅𝐸𝑉) 𝑃𝑃𝐸𝑡


= 𝑎0 (𝑇𝐴𝑡−1) + 𝑎1 𝑇𝐴𝑡−1 + 𝑎2 𝑇𝐴𝑡−1 + 𝑎3𝑅𝑂𝐴 + 𝜖𝑡 (2)
𝑇𝐴𝑡−1

Dimana:
 ΔREVit = Selisih Pendapatandariperiodesebelumnya.
 PPEit = Nilai kotor dari Plant, Property, dan Equipment.
 TAi, t-1 = Total asset perusahaan untuk tahun t-1 (tahun sebelumnya).
 ROA = Return On Asset
 𝑎 = Koefisienregresi
46

 t = Residual regresi yang merupakan estimasi akrual diskresioner.

Estimasi nilai akrual diskresioner adalah nilai dari residual persamaan, yang
didapatkan dari hasil regresi. Hasil perhitungan DA yang bernilai negatif
menunjukkan perusahaan melakukan income decreasing, sedangkan nilai DA
yang bernilai positif menunjukkan perusahaan melakukan income increasing.
Setelah diperoleh nilai DA masing-masing perusahaan, maka nilai DA tersebut
diabsolutkan sebagai proksi dari besaran manajemen laba. Hal ini dilakukan
karena yang menjadi fokus pada penelitian ini bukan jenis manajemen laba yang
dilakukan melainkan besaran dari manajemen laba (Noralita dan Krisnadewi,
2016). Karena tindakan manajemen laba yang menaikan laba memungkinkan
bahwa perusahaan melakukan penghindaran pajak melalui celah-celah
kelonggaran aturan akuntansi.

3.3.2.2. Kualitas Audit


Kualitas audit diukur dengan menggunakan variable dummy yang bernilai
1 apabila audit laporan keuangan dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
The Big Four yaitu Price Water House Cooper–PWC, Deloitte Touche
Tohmatsu, KPMG, dan Ernst & Young – E&Y, dan bernilai 0 apabila audit
laporan keuangan tidak dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big
Four (Fadhilah, 2014).

3.3.2.3. Komite Audit


Dalam penelitian ini digunakan jumlah komite audit dalam suatu perusahaan
sebagai alat ukur.

Jumlah Komite Audit (3)

3.3.2.4. Komisaris Independen


Menurut Peraturan yang dikelurkan oleh BEI, jumlah komisaris independen
proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham
47

pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya


tiga puluh persen (30%) dari seluruh anggota komisaris, Pranata et al. (2014).
Proporsi Dewan Komisaris diukur dengan rasio sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛


𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 = (4)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠

3.3.2.5. Kepemilikan Institusional


Kepemilikan institusional diukur dengan berapa besar presentase saham
yang dimiliki institusi dalam struktur saham perusahaan. Kepemilikan
institusional dapat diukur dengan menggunakan rasio sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖


𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 = (5)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

3.3.3. Variabel kontrol


3.3.3.1. Leverage
Leverage diukur dengan debt to equityratio (DER)Leverage yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perbandingan antara hutang dan aktiva.DER dapat
dirumuskan sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
(6)
3.3.3.2. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
ukuran perusahaan adalah total aset karena ukuran perusahaan diproksi dengan Ln
total asset.
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 (𝑆𝑖𝑧𝑒) = 𝐿𝑛 𝑇𝐴𝑡 (7)
48

Tabel 3.1
Variable Penelititan

JENIS VARIABEL NOTASI PERSAMAAN SKALA


VARIABEL
VARIABEL

Variable Penghindaran 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑇𝑎𝑥 𝑃𝑎𝑖𝑑 Rasio


Dependen Pajak (Y) 𝑃𝑟𝑒 − 𝑇𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
CETR

Variable 1. Manajemen DA Nilai Residual dari hasil Rasio


Independen Laba regresi

2. Kualitas AUDIT Big Four = 1 Rasio


Audit
Non Big Four = 0

3. Komite Audit KOMITE Jumlah Komite Audit Nominal

4. Komisaris INDP 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 Rasio


Independen 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠

5. Kepemilikan INST 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖 Rasio


Instiusional 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Variabel 6. Leverage DER 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 Rasio


Kontrol 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

7. Size Ln TAt Ln Total Aset Rasio

3.4. Metode Pengumpulan Data


Objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan diperoleh dari rasio-rasio keuangan manufaktur dan laporan
tahunan emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sesuai dengan kriteria
penelitian selama periode 2010 sampai dengan periode 2015.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, diperoleh
dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory), pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang laporan keuangannya telah diaudit
dan laporan tahunan perusahaan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode
49

dokumentasi melalui website resmi dari Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id
dan finance.yahoo.com untuk data pengelompokkan perusahaan yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di BEI. Teknik sampel dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling yang menurut Sekaran (2014) adalah teknik yang
berdasarakan tujuan tertentu yang memenuhi beberapa kriteria sehingga dapat
memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti. Pada penelitian ini kriteria
sampel yang diambil sebagai berikut:
1. Perusahaan yang digunakan di dalam sampel adalah perusahaan manufaktur
yang telah mendaftarkan sahamnya pada Bursa Efek yang listing di Indonesia
yang terdaftar di BEI posisi 31 Desember 2016 dan telah terdaftar di BEI
posisi sebelum tanggal 1 Januari 2010.
2. Memperoleh laba selama periode penelitian.
3. Membayar pajak penghasilan selama periode penelitian.
4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan audited pada tahun 2010,
2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.
5. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

3.5. Metode Analisis Data


3.5.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah teknik statistik yang bertujuan memberikan
penjelasan atau informasi mengenai karakteristik dari suatu kelompok data
sehingga pemahaman akan ciri-ciri yang unik atau khusus dari kelompok data
tersebut diketahui tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku
umum.Ukuran statistik deskriptif dapat dilihat dari mean (rata-rata), maximum
(nilai tertinggi), minimum (nilai terendah), dan standar deviasi.
Standar deviasi, atau simpangan baku merupakan analisis yang
digunakan untuk mengukur penyebaran dari nilai variabel-variabel yang
diteliti. Semakin data tersebut terbuka lebar maka semakin tinggi pula
penyimpangannya.
50

3.5.2. Uji Asumsi Klasik


Agar menghasilkan estimator yang terbaik (BLUE - Best Linear Unbiased
Estimator), model regresi harus memenuhi asumsi-asumsi klasik, yaitu terbebas
dari masalah multikolinieritas dan heteroskedastisitas.Uji asumi klasik adalah
persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis linear berganda yang
berbasis ordinary least square (OLS)
Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji normalitas,
multikolineritas, uji heterokedasitisitas, uji autokorelasi dan uji lineritas. Tidak
ada ketentuan pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis
dapat dilakukan tergantung pada data yang ada.
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
H0 : data residual berdistribusi normal
H1 : data residual tidak berdistribusi normal
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam penelitian ini untuk
mendeteksi normalitas data menggunakan uji Jarque Bera. Uji Jarque Bera
adalah salah satu uji normalitas jenis goodness of fit test yang mana mengukur
apakah skewness dan kurtosis sampel sesuai dengan distribusi normal.Uji ini
merupakan uji normalitas dengan berdasarkan pada koefisien keruncingan
(kurtosis) dan koefisien kemiringan (skewness), yaitu dengan membandingkan
probabilitas dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika signifikan>0,05 maka data
terdistribusi normal.
Beberapa alternatif cara dipergunakan untuk mengatasi masalah
multikolinearitas adalah sebagai berikut:
a. Mengecek dan menghilangkan data outlier
51

b. Mengecek apakah ada salah entri atau salah satuan


c. Menambah data bila memungkinkan dan mentranformasi data dengan log
atau ln.

2. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2011) Uji mulltikolinearitas adalah untuk melihat ada
tidaknya korelasi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi
berganda. Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan
multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF). Untuk menguji
multikolinieritas dengan cara melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF)
masing-masing variabel independen tidak ada yang melebihi dari 10 dan nilai,
dan nilai Tolerance tidak ada yag kurang dari 0,10 jika nilai VIF <10, maka
dapat disimpulkan data bebas dari gejala multikolinieritas.
Beberapa alternatif cara dipergunakan untuk mengatasi masalah
multikolinearitas adalah sebagai berikut:
a. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi
tinggi.
b. Menambah jumlah observasi.
c. Mentransformasi data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma
natural atau akar kuadrat.

3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011), uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas, dengan ketentuan
sebagai berikut:
H0 : E   i ,  j    2 i=j ; atau var   i2    2 ; data homosedastis

H1 : E   i ,  j    2 i=j; atau var   i2    i2 ; data heterosedastis

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini


dengan menggunakan Uji Glejser. Apabila nilai signifikansi >0,05 maka terjadi
52

homoskedastisitas dan ini yang seharusnya terjadi, namun jika sebaliknya


nilaisignifikansi<0,05 maka terdapat heteroskedastisitas.
Untuk menghilangkan heteroskedastisitas, dapat menggunakan dua metode
sebagai berikut:
a. Mentrasformasikan ke dalam bentuk logaritma, hanya dapat dilakukan
jika semua data positif
b. Membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan
heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali, (2011) uji aotokorelasi untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana
adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengaan
data observasi sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu)
dan tidak perlu dilakukan pada data cross section.Dengan ketentuan sebagai
berikut:
H0 :𝜌 = 0 ; atau ; E   i ,  j   0 ;Tidak ada korelasi (Non Autokeralasi)
H1 :𝜌 ≠ 0 ; atau 𝐸(𝜀𝑖 , 𝜀𝑗 ) ≠ 0 ; Ada korelasi, baik positif maupun negatif
(Autokorelasi)
Metode pengujian yang sering digunakan dalam autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dan jika data observasi di atas 100 data
sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM), dengan ketentuan
sebagai berikut:
∑(𝑒𝑖 − 𝑒𝑖 − 1)2
𝑑=
∑ 𝑒𝑖

d = nilai Durbin Watson


Σei = jumlah kuadrat sisa
53

Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil


perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika

Menolak hipotesa nol, tidak ada Tolak 0 < d < dl


autokorelasi positif
Tidak ada keputusan, tidak ada No Decision dl ≤ d ≤ du
autokorelasi positif
Menolak hipotesa, tidak ada Tolak 4 – dl < d < 4
korelasi negatif
Tidak ada keputusan, tidak ada No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
korelasi negatif
Menerima hipotesa, Tidak ada Tidak du < d < 4-du
autokorelasi, positif atau negative Ditolak
Sumber: Ghozali, 2011
Untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan beberapa cara
yaitu:
a. Mentrasformasi data atau dengan mengubah model regresi ke dalam
bentuk persamaan beda umum.
b. Memasukkan variabel lag dari terikatnya menjadi salah satu variabel
bebas, sehingga data observasi menjadi berkurang 1.

5. Uji Outlier
Gujarati (2009) menyatakan dalam bukunya outlier merupakan data
observasi yang memiliki perbedaan yang sangat besar dengan data sampel yang
berasal dari populasi yang berbeda.Outlier merupakan data-data yang bersifat
ekstrim dimana data berada diluar rentang normal. Data outlier umumnya terdapat
pada data-data keuangan. Menurut Ghozhali (2011), ada empat penyebab
timbulnya data outlier: (1) kesalahan dalam meng-entri data, (2) gagal
menspesifikasi adanya missingvalue dalam program komputer, (3) outlier bukan
merupakan anggota populasi yang kita ambil sebagai sampel, tetapi distribusi dari
variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai eksttrim dan tidak terdistribusi
54

normal.
Lebih lanjut Ghozhali (2011) menyatakan bahwa untuk mendeteksi
terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang
akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan mengkonversi nilai data
kedalam skor standardized atau yang biasa disebut z-score, yang memiliki nilai
means (rata-rata) sama dengan nol dan standar deviasi sama dengan satu. Menurut
Hair (1998) dalam (Ghozhali, 2011) untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80),
maka standar skor dengan nilai ≥ 2.5 dinyatakan oulier. Untuk sampel besar
standar skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4. Jika standar
skor tidak digunakan, maka kita dapat menentukan data outlier jika data tersebut
nilainya lebih besar dari 2.5 standar deviasi atau antara 3 sampai 4 tergantung dari
besarnya sampel.

3.5.3. Model Regresi


Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan regresi berganda, syarat
untuk bisa menggunakan persamaan regresi ini terlebih dahulu dilakukan
beberapa pengujian untuk memilih model, terutama berkenaan dengan banyaknya
variabel bebas, dapat diuraikan seperti berikut ini:
1. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Nachrowi dan Usman (2006) Koefisien Determinasi (Goodness of
Fit) yang dinotasikan dengan R2merupakan suatu yang penting dalam
regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi.
Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi
dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai
koefisien determinasi sama dengan nol (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak
dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi
dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan demikian baik
buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yan mempunyai
nilai antara nol dan satu.
55

2. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F)


Menurut Nachrowi dan Usman (2006), uji statistik F digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas secara keseluruhan
terhadap variabel terikat. Pengujian ini dapat dilakukan dengan mengunakan
analysis of variance (ANOVA). Pembuktian dilakukan dengan cara
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel pada tingkat kepercayaan 5%
dan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k
adalah adalah jumlah variabel. Kriteria pengujian yang digunakan adalah :
a. Jika F hitung> F tabel (n-k-1) maka Ho ditolak. Arti secara statistik data
yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen secara
simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika F hitung< F tabel (n-k-1) maka Ho diterima. Arti secara statistik data
yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai variabel dependen (Y).
Selain itu uji F dapat pula dilihat dari besarnya nilai F pada hasil
perhitungan statistik dibandingkan dengan 0,05 (taraf signifikansi =5%).
Adapun kriteria pengujian yang digunakan adalah:
Jika nilai F < 0.05 maka Ho ditolak.
Jika nilai F > 0,05 maka Ho diterima.

3. Uji signifikan parameter individual (Uji Statistik t)


Menurut Nachrowi dan Usman (2006:18-20) Uji statistik t merupakan
pengujian masing-masing variable independen yang dilakukan untuk
melihat apakah masing-masing variable independen berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik t dalam penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi 5%.
a. Jika t > α, maka H0 diterima, variabel bebas secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat.
b. Jika t <α, maka H0 ditolak, variabel bebas secara individu berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Dalam suatu penelitian adakalanya Peneliti tidak dapat melakukan
56

analisis hanya dengan menggunakan data time seriesmaupun data cross


section yang diamati hanya pada suatu saat(misalnya satu tahun). Dalam
penelitian ini analisis data menggunakan data lebih dari satu tahun dan
datanya yang diolah lebih dari 100 data, maka model penelitian ini
menggunakan data panel dengan menggunakan software Eviews 9, karena
data panel merupakan gabungan dari data cross section dan data time
series, sehingga jumlah pengamatan menjadi sangat banyak, (Nachrowi
dan Usman, 2006).
Mengingat data panel merupakan gabungan dari data cross section
dan data time series, maka modelnya dituliskan:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡; i = 1,2, ..... N; t = 1,2, ...... T
Dimana:
N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
NXT = banyaknya data panel
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat
teknik sebagai berikut :
1. Pooled Least Square (PLS)/Common Effect Model
Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross
section atau time series. Untuk membuat regresi harus menggabungkan
data cross-section dengan data time-series (pool data). Kemudian data
gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang
digunakan untuk mengestimasi model.
2. Fixed Effect Model
Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam
persamaan model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan.
Intercept ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu.
3. Random Effect ModelPada Random Effect Model, perbedaan individu
atau waktu dicerminkan dengan error. Teknik ini juga
memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time
series dan cross section.
57

Selain kriteria di atas, kriteria lainnya untuk memilih model regresi


dapat juga mengikuti pedoman yang disarankan, yaitu:
1. Berdasarkan kesesuaian antara teori dan tanda pada nilai koefisien.
2. Jika sampel yang diambil tidak acak, fixed effect model lebih cocok
untuk digunakan. Sedangkan jika sampel diambil secara acak, random
effect model lebih baik.

3.5.4. Pemilihan Model Estimasi Data Panel


Untuk memilih salah satu model estimasi yang dianggap paling tepat dari
tiga jenis model data panel, maka perlu dilakukan serangkaian uji (tes), yaitu uji F
(Chow Test), uji Hausman, uji LM (Lagrange Multiplier).
1. Uji F statistik (Chow Test)
Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect
Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan uji F-
test atau uji Chow Test.PLS adalah restricted model dimana menerapkan intercept
yang sama untuk seluruh individu.
Seperti yang telah ketahui, terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section
nmemiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan
saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk
mengetahuinya dengan menggunakan restricted F-test /Chow Test. Untuk
menguji hipotesis:
Ho : Model PLS (Restricted)
H1 : Model Fixed Effect (Unrestricted)
Jika nilai Chow Statistics (F Stat) hasil pengujian lebih besar dari F Tabel,
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga
model yang akan digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

2. Uji Hausman
Untuk mengetahui apakah menggunakan model fixed effect atau random
effect dapat dilakukan dengan uji Hausman. Pada dasarnya uji Hausmann ini
dipergunakan untuk melihat konsistensi pendugaan dengan PLS. Ide dasar
58

Hausmann test adalah adanya hubungan yang berbanding terbalik antara model
yang bias dan model yang efisien. Pada metode fixed effect, hasil estimasi tidak
bias namun tidak efisien, sebaliknya metode random effect hasil estimasi adalah
bias namun efisien. Nachrowi dan Usman (2006) menyatakan bahwa karena
metode effect tetap diduga dengan menggunakan PLS, maka dalam pemodelan
data panel, uji Hausman dapat digunakan untuk melihat kelayakan penggunaan
model panel.
Hipotesis :
H0 : ada gangguan antar individu (random effect)
H1 : tidak ada gangguan antar individu (fixed effect)
Statistik uji Hausman ini mengikuti ditribusi statistik Chi-square dengan
degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika
nilai statistik Hausman lebih besar dari pada nilai kritisnya atau hasil dari
Hausman test signifikan (p-value signifikan), maka H0 ditolak, yang berarti
model yang tepat adalah fixed effect, sebaliknya apabila nilai statistik Hausman
lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah random effect
(Nachrowi dan Usman, 2006).

3. Uji Lagrange Multiplier (LM)


Untuk mengetahui apakah menggunakan model random effect atau common
effect dapat dilakukan dengan uji LM. Uji ini bisa juga dinamakan uji signifikansi
random effect Nachrowi dan Usman (2006) Uji LM Bruesch–Pagan ini
didasarkan pada nilai residual dari metode common effect. Dalam pengujian ini
dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :
H0 : Model PLS (Restricted)
H1 : Model Random Effect (Unrestricted)
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan
menggunakan table distribusi chi-square.

3.5.5. Model Pengujian Hipotesis


Penulis membuat model persamaan dalam penelitian ini menggunakan
59

analisis regresi berganda karena dalam penelitian ini terdapat satu variabel
dependen dengan lebih dari satu variabel independen serta variabel kontrol.
Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih selain itu, analisis regresi berganda menunjukkan arah
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun rumus
regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yit= 0+ 1X1 it+ 2X2 it+ 3X3 it+ 4X4 it+5X5 it+6X6 it+7X7 it+e

Keterangan :
Y = Variabel Tax Avoidance
X1 = Manajemen Laba
X2 = Kualitas Audit
X3 = Komite Audit
X4 = Komisaris Independen
X5 = Kepemilikian Institusional
X6 = Leverage
X7 = Ukuran Perusahaan
 koefisien regresi parsial
e = error
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data / Obyek Penelitian


4.1.1. Kriteria Pemilihan Sampel
Dalam penelitian ini pemilihan sampel menggunakan purposive sampling
dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data perusahaan
manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kriteria
pemilihan sampel sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Kriteria Pemilihan Sampel

NO KRITERIA JUMLAH

1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 145


Indonesia posisi 1 Desember 2016

2 Perusahaan manufaktur yang terdaftar setelah 1 Januari (27)


2010

3 Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap selama


periode 2010-2015 dan menyajikan laporan keuangan
dalam mata uang selain rupiah (39)

4 Perusahaan manufaktur yang digunakan dalam 79


penelitian

5 Perusahaan yang rugi selama periode penelitian (36)

6 Perusahaan yang dioutlier (14)

7 Data penelitian (29 X 6 tahun) 174

Sumber: data sekunder yang diolah

Daftar perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini 29 perusahaan yang


sesuai dengan kriteria diatas tercantum dalam lampiran 2.

60
61

4.2. Analisis Hasil Penelitian


4.2.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengambarkan keadaan data tanpa
bermaksud untuk mengambil kesimpulan dari hal tersebut. Analisis ini meliputi
mean (nilai rata-rata data), nilai maksimun, nilai minimumdan standard deviasi.
Tabel di bawah ini menunjukkan hasilstatistikdeskriptif, yang menggambarkan
informasi karakteristik variabel dalam penelitian ini.
Berdasarkan pada olah data awal terhadap 43 perusahan dengan data 258,
dan periode penelitian 2010-2015 dapat dilihat pada tabel 4.2 dan hasil dari uji
deskriptif pada nilai maksimum pada variabel penghindaran pajak menunjukkan
nilai yang sangat tinggi yaitu 37,05903 demikian pula pada nilai standar deviasi
sebesar 3,086952 menggambarkan keragaman variabel penghindaran pajak
cukup besar.
Tabel 4.2
Hasil Uji Desktiptif Sebelum Outlier

Variable Mean Maximum Minimum Std. Dev.


Penghindaran Pajak 0.694210 37.05903 0.000000 3.086952
Manajemen Laba 0.089489 0.524695 0.000788 0.079547
Kualitas Audit 0.538760 1.000000 0.000000 0.499464
Komite Audit 2.472868 5.000000 0.000000 1.372762
Komisaris Independen 0.358112 1.000000 0.000000 0.162023
Kepemilikan Institusional 0.653499 0.981800 0.000000 0.224533
Leverage 0.903295 5.150000 0.100000 0.856877
Ukuran Perusahaan 28.48453 33.13405 25.08254 1.793684
Sumber : hasil olah data oleh Eviews 9

Berdasarkan hasil uji deskriptif maka dapat dilihat data yang besifat
outlier, maka dilakukan uji outlier sehingga terdapat 14 perusahaan yang
dihilangkan sehingga sampel perusahaan menjadi 29 perusahaan sehingga data
yang diolah menjadi 174 data. Hasil olah data deskriptif setelah uji outlier adalah
sebagai berikut:
62

Tabel4.3
Hasil Uji Deskriptif Setelah Uji Outlier
Variable Mean Maximum Minimum Std. Dev.
Penghindaran Pajak 0.368728 2.698704 0.000000 0.386989
Manajemen Laba 0.078376 0.274314 0.000788 0.066359
Kualitas Audit 0.522989 1.000000 0.000000 0.500913
Komite Audit 2.471264 5.000000 0.000000 1.362920
Komisaris Independen 0.333083 0.750000 0.000000 0.137245
Kepemilikan Institusional 0.673640 0.962000 0.322200 0.175768
Leverage 0.738908 2.450000 0.100000 0.563752
Ukuran Perusahaan 28.38614 32.15098 25.08254 1.774517
Sumber : hasil olah data oleh Eviews 9
Dari tabel di atas analisis deskriptif dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak yang diproksikan dengan CETR mempunyai nilai rata-
rata 0,36 artinya perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian
melakukan pembayaran rata-rata pajak sebesar 0,36 dari laba sebelum
pajaknya. Standar deviasi adalah sebesar 0,38 hal ini menunjukkan variasi
data yang beragam, dilihat dari nilai maksimum sebesar 2.69 artinya ada
perusahaan manufaktur di BEI melakukan pembayaran pajak yang cukup
tinggi dan nilai minimum sebesar 0,00078 artinya ada perusahaan manufaktur
di BEI melakukan pembayaran pajak yang kecil.

2. Manajemen Laba
Manajemen laba dalam penelitian ini yang diambil tidak dibatasi pada
manajemen laba yang bersifat mengurangi laba saja, namun juga termasuk
tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan untuk
meningkatkan laba-nya. Nilai rata rata adalah sebesar 0,07 hal ini
menggabarkan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian
ini melakukan manajemen laba akrual deskresioner sebesar 0,07. Standar
deviasi sebesar 0.06 menunjukkan keragaman data. Dapat dilihat dari nilai
maksimum sebesar 0,27 artinya terdapat perusahaan yang melakukan
tindakan manajemen laba sedangkan nilai minimum sebesar 0 artinya ada
perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
63

3. Kualitas Audit
Variabel kualitas audit memiliki nilai rata sebesar 0.55, artinya rata-rata
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebagian besar
telah menggunakan jasa audit dari KAP big four. Standar deviasi sebesar
0,50 menunjukkan variasi data yang cukup beragam dilihat dari nilai
maksimum 1 artinya perusahaan tersebut menggunakan jasa KAP big four,
namun jika dilihat dari nilai minimum sebesar 0 maka menggambarkan masih
ada perusahaan yang menggunakan jasa bukan dari KAP big four.

4. Komite Audit
Variabel komite audit memiliki rata-rata sebesar 2,47, artinya perusahaan
manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini belum sepenuhnya memenuhi
persyaratan corporate governance, dilihat dari peraturan OJK
No.55/POJK.04/2015 mengacu pada peraturan BAPEPAM Nomor SE
3/PM/2000 menyatakan bahwa komite audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga)
orang. Standar deviasi sebesar 1,36 menunjukkan nilai data yang sangat
bervariasi. Nilai maksimum sebesar 5 menggambar ada perusahaan yang
memiliki komite audit 5 orang dan nilai minimum sebesar 0 yang artinya
masih ada perusahaan yang tidak memiliki komite audit.

Dilihat dari data pada lampiran 10 rata-rata komite audit pada perusahaan
manufaktur yang menjadi penelitian pada periode 2010-2015 terjadi
peningkatan. Perusahaan yang manufaktur tahun 2010 sampai dengan 2012
belum memenuhi persyaratan, namun pada tahun 2013 sampai dengan 2015
sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh OJK dan BAPEPAM
yaitu memiliki jumlah komite audit paling sedikit 3 orang. Namun dilihat dari
nilai minimum 0 dari hasil uji deskriptif artinya hanya sebagian kecil
perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini diduga dikarenakan
64

kurang tegasnya sanksi yang diberikan atas perusahaan yang melanggar aturan
tersebut.

5. Komisaris Independen
Variabel komisaris independen memiliki nilai rata-rata 0,33 hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam
penelitian ini rata-rata memiliki komisaris independen sebesar 33% dan
sudah memenuhi peraturan persyaratan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 33/POJK/2014 mengacu kepada peraturan BAPEPAM LK
Kep-29/PM/2004, yang menyatakan bahwa jumlah Komisaris Independen
wajib memiliki paling kurang 30% dari jumlah seluruh anggota dewan
komisaris. Standar deviasi sebesar 1,36 menggambarkan data yang cukup
beragam dilihat dari nilai maksimum sebesar 0,75 artinya ada perusahaan
yang memiliki komisaris independen yang sangat tinggi yaitu 75%,
sedangkan nilai minimum sebesar 0 artinya masih ada perusahaan yang tidak
memiliki komisaris independen sama sekali di jajaran dewan komisarisnya.

Namun dilihat dari rata-rata komisaris independen periode 2010-2015 pada


lampiran 10 bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di BEI sudah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh OJK dan BAPEPAM yaitu perusahaan
paling sedikit harus mempunyai komisaris 30% dari dewan komisaris.
Namun dilihat dari nilai minimum 0 dari hasil uji deskriptif artinya hanya
sebagian kecil perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan.

6. Kepemilikan Institusional
Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai rata-rata 0,67 hal ini
menggambarkan bahwa perusahaan manufaktur yang menjadi sampel pada
penelitian ini rata-rata kepemilikan institusinya sebesar 67% dari jumlah
saham yang beredar. Standar deviasi memiliki nilai sebesar 0,17
menunjukkan keragaman data, dapat dilihat dari nilai maksimum sebesar 0,96
yang artinya ada perusahaan yang memiliki kepemilikan institusi sangat
65

besar sebesar 96% dari saham yang beredar. Sedangkan nilai minimum
sebesar 0,32 terdapat perusahaan yang memiliki kepemilikan istitusi sebesar
32% dari saham yang beredar. Hal ini diduga karena perusahaan institusional
lebih menyukai perusahaan yang memiliki nilai saham yang fluktuatif dan
menguntungkan, sehingga persebaran kepemilikan tersebut tidak merata

7. Leverage
Nilai leverage perusahaan rata-rata memiliki nilai sebesar 0,73 artinya
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini memiliki rasio
hutang terhadap aset sebesar 73%. Standar deviasi sebesar 0,56 menunjukan
data yang beragam terlihat dari nilai maksimum sebesar 2,45 artinya
perusahaan tersebut memiliki hutang lebih besar dari asetnya. Dan nilai
nimimum sebesar 0,10 artinya perusahaan tersebut memiliki rasio hutang 10%
dari asetnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun rata-rata perusahaan
manufaktur di Indonesia lebih menyukai variasi pembiayaan dari kreditur
namun terdapat perusahaan yang cenderung menggunakan dana dari
pemegang saham (investor) dibandingkan dengan pinjaman terhadap kreditur.

8. Size
Variabel ini memiliki memiliki nilai rata-rata 28,38 menunjukkan bahwa rata-
rata nilai total asset yang dimilki oleh perusahaan manufaktur yang menjadi
sampel adalah 28,38 miliar. Standar deviasi 1,77.Hal ini menunjukkan
perusahaan yang terdaftar di BEI memiliki variasi total asset yang sangat
beragam, mulai dari ratusan miliar rupiah hingga ratusan triliunan
rupiah.Beragamnya total aset dapat dilihat dari nilai maksimum 32,15
triliunterdapat pada PT. Indofood Sukses Makmur (INDF) dan nilai minimum
sebesar 25,08 miliar terdapat pada PT. Lionmesh Prima Tbk. (LMSH).

4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik


Hasil uji asumsi klasik dalam penelitian ini adalah setelah hasil olah data uji
outlier. Gujarati (2009) menyatakan dalam bukunya outlier merupakan data
66

observasi yang memiliki perbedaan yang sangat besar dengan data sampel yang
berasal dari populasi yang berbeda. Berdasarkan awal pengolahan data perusahaan
yang diolah sebanyak 43 perusahaan namun setelah di uji outlier terdapat 14
perusahaan yang dibuang sehingga sampel perusahaan menjadi 29 dan data yang
diolah selama periode 2010-2015 menjadi 174 data.

4.2.2.1. Uji Normalitas


Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Jarque Bera. Dengan
kriterian pengambil keputusan yaitudenganmembandingkanprobabilitasdengan
tingkat signifikansi 0,05. Jika Sig.>0,05 makadataterdistribusinormal.Berikut ini
adalah hasil uji normalitas untuk 43 perusahaan sebelum uji outlier:

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas SebelumUji Outlier
160
Series: Standardized Residuals
140 Sample 2010 2015
Observations 258
120
Mean -5.51e-17
100
Median -0.262975
80
Maximum 34.77985
Minimum -2.929261
60 Std. Dev. 3.025101
Skewness 9.853767
40 Kurtosis 106.7548

20 Jarque-Bera 119899.6
Probability 0.000000
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9

Hasil uji normalitas dapat ditunjukkan dalam gambar 4.1 mendapatkan hasil
Jarque Bera sebesar 119899,6 dan nilai probabilitas sebesar 0.00> 0,05 sehingga
dapat disimpulkan datanya belum berdistribusi normal.
Setelah uji outlier dilakukan kembali uji normalitas terhadap 29 perusahaan
dan hasil Jarque Bera sebesar 1362,333 dengan probabilitas sebesar 0,00> 0,05
sehingga uji normalitas setelah outlier masih belum berdistribusi normal terlihat
pada gambar 4.2.
67

Namun menurut teori Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar


statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 (n >30), maka sudah dapat
diasumsikan berdistribusi normal. Namun untuk memberikan kepastian, data yang
dimiliki berdistribusi normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji normalitas.
Menurut A.J. Hildebrand (2008) dalam Actuarial Statistics I apabila jumlah
sampel data yang diambil besar (n >30) maka menurut teorema limit pusat
gaussian masih dapat diasumsikan datanya berdistribusi normal.

Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Setelah Uji Outlier
50
Series: Residuals
Sample 1 174
40 Observations 174

Mean 4.84e-16
30 Median -0.062425
Maximum 2.127628
Minimum -0.478889
Std. Dev. 0.372140
20
Skewness 3.159952
Kurtosis 15.16416
10
Jarque-Bera 1362.333
Probability 0.000000
0
-0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9

4.2.2.2. Hasil Uji Multikolinieritas


Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas juga dapat menggunakan nilai
variance inflation factor (VIF). Uji multikolinieritas dalam penelitian ini yaitu jika
nilai VIF di bawah 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas, sedangkan jika nilai VIF di atas 10 maka dapat disimpulkan
bahwa adanya multikolinearitas.
Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas dengan 43 perusahaan sebelum
uji outlier pada Tabel 4.4 dan hasil uji multikolinearitas dengan 29 perusahaan
setelah uji outlier pada Tabel 4.5.
68

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Uji Outlier
Variance Inflation Factors
Sample: 1 258
Included observations: 258

Centered
Variable VIF

DA 1.074846
AUDIT 1.986428
KOMITE 1.090093
INDP 1.059482
INST 1.353822
LEV 1.231943
SIZE 1.703430
C NA
Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9

Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Uji Outlier
Variance Inflation Factors
Sample: 1 174
Included observations: 174

Centered
Variable VIF

DA 1.152682
AUDIT 2.391882
KOMITE 1.119363
INDP 1.072019
INST 1.545171
LEV 1.498044
SIZE 2.001075
C NA

Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9


Dari 43 data sampel perusahaan sebelum uji outlier dan 29 sampel perusahaan
setelah uji outlier yang menunjukkan nilai VIF semua variabel berada pada nilai
< 10. Sehingga dapat dikatakan sebelum dan setelah dilakukan uji outlier tidak
terjadi korelasi antara variabel-variabel independen yang ada dalam model regresi.
69

4.2.2.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Berikut ini adalah hasil heteroskedastisitas Uji Gletjser terhadap 43
perusahaan sebelum uji outlier dan terhadap 29 perusahaan setelah uji outlier.

Tabel 4.6
Hasil Heteroskedastisitas Uji Glejser Sebelum Uji Outlier

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 1.516318 Prob. F(7,250) 0.1620


Obs*R-squared 10.50776 Prob. Chi-Square(7) 0.1616
Scaled explained SS 521.7001 Prob. Chi-Square(7) 0.0000

Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9

Tabel 4.7
Hasil Heteroskedastisitas Uji Glejser Setelah Uji Outlier

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 4.646051 Prob. F(7,166) 0.0001


Obs*R-squared 28.50505 Prob. Chi-Square(7) 0.0002
Scaled explained SS 50.29525 Prob. Chi-Square(7) 0.0000

Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9

Hasil: H0ditolak dan kesimpulan asumsi heteroskedastisitas terhadap 43 data


perusahaan sebelum uji outlier dan 29 perusahaan setelah uji outlier belum
terpenuhi karena p-value 0.000< alpa (0.05) sehingga model pada tabel 4.7
ditransformasi dengan menggunakan metode estimator GLS.

4.2.2.4. Hasil Uji Autokorelasi


Berdasarkan hasil uji autokorelasi terhadap 43 perusahaan sebelum uji
outlier terdapat pada lampiran 5 memiliki nilai DW 1.597760, dengan jumlah
variabel inedependen 7 (k=7) dan jumlah data 258 (df=174) digunakan alpha
sebesar 5% (0,05) maka dilihat dari tabel Durbin-Watson batas bawah (DL)
1.70713 dan batas atas Du = 1,83067 sehingga 4-du = 2.16933 maka dw berada
70

pada 0<dw<dl menunjukkan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini
menolak hipotesa 0 sehingga tidak ada autokorelasi positif. Oleh karena itu dapat
disimpulkan hasil uji autokorelasi terhadap 43 perusahaan sebelum uji outlier
belum terbebas dari masalah autokorelasi, yang terdapat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3
Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Uji Outlier

auto Tidak ada auto


(+) autokorelasi
(-)
inconclusive inconclusive

0 dl du 4-du 4-dl 4
1,70713 1,83067 2 2.16933 2,29287

Durbin-Watson stat. 1.597760

Selanjutnya dilakukan uji autokorelasi terhadap 29 perusahaan setelah


dilakukan uji outlier dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Gambar 4.4
Hasil Uji Autokorelasi Setelah Uji Outlier

auto Tidak ada auto


(+) autokorelasi
(-)
inconclusive inconclusive

0 du 4-du 4-dl 4
dl 1,81139 2 2.18861 2,31874
1,68126
Durbin-Watson stat. 2,041093
71

Berdasarkan hasil uji autokorelasi terhadap 29 perusahaan setelah uji outlier


yang menggunakan metode estimator GLS Durbin-Watson yang terdapat pada
lampiran 6memiliki nilai 2.041093, dengan jumlah variabel inedependen 7 (k=7)
dan jumlah data 174 (df=174) digunakan alpha sebesar 5% (0,05) makadilihat dari
tabel Durbin-Watson batasbawah (DL) 1,68126 dan batas atas Du =
1,81139sehingga 4-du = 2.18861 maka dw berada pada du<dw<4-du
menunjukkan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini memiliki nilai DW
sebesar 2,041093 berada pada du<dw<4-du berarti berada pada area tidak ada
autokorelasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan model dalam penelitian ini
terbebas dari masalah autokorelasi dalam model regresi.

4.2.3. Pembahasan Hasil Uji Model


Langkah selanjutnya dilakukan uji model terhadap 29 sampel perusahaan
untuk menentukan pemilihan model yang terbaik. Untukmengestimasi
modelregresidengandatapanel,dapat menggunakan model Pooled Least Square
(PLS), fixed effect,atau random effect. Adapun pengolahan regresi model
persamaan dalam penelitian ini dilakukan dengan program EVIEWS 9.Untuk
memilih salah satu dari ketiga model tersebut di atas, dilakukan 3 tahapan
pengujian langkah yang perlu dilakukan adalah:
a. Uji chow (chow test)
Uji chow untuk membandingkan antara model common effect dengan model
fixed effect. Berikut hasil uji Chow:

Tabel 4.8
Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2.080930 (28,138) 0.0030


Cross-section Chi-square 61.285834 28 0.0003

Sumber : hasil olah data oleh Eviews 9


72

Berdasarkan hasil uji Chowmenunjukkan angka cross-section Chi-square


prob 0.0003<𝛼 (0.05) atau dapat dikatakan signifikan, sehingga dapat disimpulan
modelfixed effect lebih baik dari modelcommon.

b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk memilih model mana yang lebih baik, apakah
menggunakan model fixed effect atau random effect. Hasil Uji Hausman adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 4.488701 7 0.7221

Sumber: hasil olah data oleh Eviews 9

Berdasarkan hasil Uji Hausmandiketahui bahwa nilai probabilitas


menunjukkan hasil probabilitas cross section randomsebesar 0.72>𝛼 (0.05) atau
dapat dikatakan tidak signifikan, sehingga dapat disimpulan modelrandom
effectlebih baik dari model fixed effect.

c. Uji Langrange Multiplier (LM)


Selanjutnya dilakukan Uji LM, dalam uji ini untuk menentukan model
mana yang lebih baik apakah menggunakan model common effect atau random
effect. Berikut hasil uji LM:
73

Tabel 4.10
Hasil Uji LM

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects


Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives

Test Hypothesis
Cross-section Time Both

Breusch-Pagan 7.559652 0.278246 7.837897


(0.0060) (0.5979) (0.0051)

Honda 2.749482 -0.527490 1.571186


(0.0030) -- (0.0581)

King-Wu 2.749482 -0.527490 0.584346


(0.0030) -- (0.2795)

Standardized Honda 3.662878 -0.221450 -2.195231


(0.0001) -- --
Standardized King-Wu 3.662878 -0.221450 -2.395749
(0.0001) -- --
Gourierioux, et al.* -- -- 7.559652
(< 0.01)

Sumber: hasil olah data oleh Eviews 9

Berdasarkan hasil Uji LM dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis uji
LM pada kolom both menunjukkan hasil Breusch-Pagan sebesar 0.0051<𝛼 (0.05)
atau dapat dikatakan signifikan, sehingga dapat ditarik kesimpulan model random
lebih baik dari model common effect.
Dari ketiga uji model common effect, random effect dan fixed effect, maka
model regresi yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan model regresi
random effect. Akan tetapi dilihat pada lampiran 6 nilai F statistik model fixed
signifikan dan adjusted R-squared model fixed positif, sedangkan uji F model
random tidak signifikan dan adjusted R-squared model random negatif terdapat
pada lampiran 7, maka lebih baik menggunakan model fixed. Menurut Nachrowi
dan Usman (2006) jika sampel yang diambil tidak acak, maka fixed effect model
lebih cocok untuk digunakan. Maka dari ketiga uji tersebut model yang dipilih
adalah model fixed sebagai model yang tebaik.
74

4.2.4. Hasil Uji Kelayakan Model dan Hipotesis


Sesuai dengan hasil pengujian terhadap asumsi klasik serta pemilihan model
pada sub-bab sebelumnya, maka model fixed dengan menggunakan data 29
perusahaanlah menjadi model yang terpilih. Selanjutnya dilakukan uji kelayakan
model untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam memperkirakan
nilai aktual. Menurut Ghozali (2011) uji kelayakan model dapat diukur dengan
nilai koefisien determinasi (adj R2); uji statistik F dan uji statistik t.
4.2.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R-square)
Berdasarkan hasil uji regresi yang terdapat pada lampiran 6 koefisien
determinasi dalam penelitian ini adjusted R-square yang diperoleh sebesar 0.55ini
berarti bahwa penghindaran pajak yang diproksikan dengan Cash Effective Tax
Rate (CETR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-
2015 dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya yaitu manajemen laba, kualitas
audit, komite audit, komisaris independen dan kepemilikan institusional sebesar
55% dan sisanya 45% oleh variabel lain di luar model.

Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.641220
Adjusted R-squared 0.550225
Sumber: hasil olah data oleh Eviews 9
4.2.4.2. Uji Simultan/Uji Serempak/Uji F
Hasil uji simultan pada lampiran 6 nilai p-value dari uji F (F statistic)
sebesar 0.0000<𝛼 = 0.05 dan nilai F statistic sebesar 7.046770> 1,96 (nilai F tabel
untuk observasi sebesar 174 data dan variabel independen = 7) sehingga dapat
disimpulkan modelnya fit atau sesuai atau dengan kata lain variabel-variabel
independen secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen (penghindaran pajak). Berikut hasil uji F:
Tabel 4.12
Hasil Uji F
F-statistic 7.046770
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: hasil olah data oleh Eviews 9
75

4.2.4.3. Uji Parsial/Uji t


Uji statistik t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen dalam persamaan regresi secara parsial dengan
mengasumsikan variabel lain dianggap konstan.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat probabilitas dari nilai t
hitung. H0 ditolak jika p-value < 0.05 atau t-hitung > t-tabel, yang berarti terdapat
pengaruh signifikan oleh variabel independen terhadap variabel dependen atau
dengan kata lain H1 diterima. Hasil uji t yang terdapat pada lampiran 6, adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji t

Variabel Prediksi Koefisien t-Statistik Probability Keputusan


Arah 1-tail
DA + 0,07 0,52 0,30 H1 ditolak
AUDIT - 0,01 0,39 0,35 H2 ditolak
KOMITE - 0,01 1,65 0,05 H3 diterima
INDP - 0,11 2,33 0,01 H4 diterima
INST - 0,11 1,46 0,07 H5 ditolak
Sumber: hasil olah data oleh Eviews 9
Model persamaan regresi pada penelitian yang diperoleh dari hasil
pengelolahan data statistik adalah sebagai berikut:

Y = 1,24 +0,07𝐷𝐴 + 0,01 𝐴𝑈𝐷𝐼𝑇 + 0,01 𝐾𝑂𝑀𝐼𝑇𝐸 + 0,11 𝐼𝑁𝐷𝑃 + 0,11 𝐼𝑁𝑆𝑇

Penjelasan terhadap variabel CETR adalah semakin tinggi CETR ini


mengindikasikan semakin rendah tingkat perusahaan melakukan penghindaran
pajak demikian pula sebaliknya semakin rendah CETR mengindikasikan semakin
tinggi perusahaan melakukan penghindaran pajak. Sehingga hasil pengujian
hipotesis interpretasinya dibalik. Berdasarkan hasil olahan data statistik pada
Tabel 4.13, maka dapat dilihat pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sebagai berikut:
76

a. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)


Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah manajemen
laba berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan hasil
pengujian regresi secara parsial pada tabel 4.13 diketahui koefisien DA
positif sebesar 0,07, nilai t-statistik 0,52<1,96 (dari t tabel) dan nilai
probabilitas 0.30>0,05.

Sehingga berdasarkan hasil uji regresi penelitian, dapat dilihat bahwa


variabel DA memiliki nilai probabilitas sebesar 0,30 diatas alpha 0,05
artinya manajemen laba tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Dengan demikian hipotesis ketiga (H1) dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak ditolak.

b. Pengujian HipotesisKedua (H2)


Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah kualitas audit
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan hasil
pengujian regresi secara parsial pada tabel 4.13 diketahui variabel AUDIT
memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,01nilai t-statistik 0,39 <1,96 (t
tabel) dan nilai probilitas sebesar 0.35> 0,05.

Sehingga berdasarkan hasil uji regresi, dapat dilihat bahwa variabel DA


memiliki nilai probabilitas sebesar 0,35 diatas alpha 0,05 artinya kualitas
audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian
hipotesis ketiga (H2) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa kualitas
audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak ditolak.

c. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)


Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah komite audit
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan hasil
pengujian regresi secara parsial pada tabel 4.13 diketahui variabel KOMITE
77

memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,01, nilai t-statistik 1,65 <1,96 (t
tabel) dan nilai probilitas sebesar 0.05 ≤0,05.

Sehingga berdasarkan hasil uji regresi penelitian, dapat dilihat bahwa


variabel KOMITE memiliki nilai probabilitas sebesar 0,05 sama dengan
alpha 0,05. Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada sub bab 3.3.1 bahwa
semakin tinggi CETR ini mengindikasikan semakin rendah tingkat
perusahaan melakukan penghindaran pajak demikian pula sebaliknya
semakin rendah CETR mengindikasikan semakin tinggi perusahaan
melakukan penghindaran pajak. Artinya setiap kenaikan 1% komite audit
akan menurunkan CETR sebesar 1%. Dengan demikian hipotesis ketiga
(H3) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa komite audit
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak diterima.

d. Pengujian Hipotesis Keempat (H4).


Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan
hasil pengujian regresi secara parsial pada tabel 4.13 diketahui variabel
INDP memiliki nilai koefisien positifsebesar 0,11, nilai t-statistik 2,33>1,96
(t tabel) dan nilai probilitas sebesar 0.01<0,05.

Variabel INDP memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,01 dibawah alpha
0,05. Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada sub bab 3.3.1 bahwa
semakin tinggi CETR ini mengindikasikan semakin rendah tingkat
perusahaan melakukan penghindaran pajak demikian pula sebaliknya
semakin rendah CETR mengindikasikan semakin tinggi perusahaan
melakukan penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1%
INDP akan menurunkan CETR 11%. Artinya komisaris independen
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penghindaran pajak.
Dengan demikian hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini yang
menyatakan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
78

penghindaran pajak diterima.

e. Pengujian Hipotesis kelima (H5)


Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah kepemilikan
institusional berpengar
uh negatif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan hasil pengujian regresi
secara parsial pada tabel 4.13 diketahui variabel INST memiliki koefisien
positif sebesar 0,11, nilai t-statistik 1,46<1,96 (t tabel)dan nilai probilitas
sebesar 0,07>0,05.

Sehingga berdasarkan hasil uji regresi penelitian, dapat dilihat bahwa


variabel INST memiliki nilai probabilitas sebesar 0,07 diatas alpha 0,05
artinya kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Dengan demikian hipotesis kelima (H5) dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran
pajak ditolak.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian ini merupakan studi yang melakukan analisis untuk menguji
komponen manajemen laba, kualitas audit, komite audit, komisaris independen
dan kepemilikan istitusional terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015. Pembahasan terkait
dengan hipotesis penelitian sebagai berikut:
4.3.1. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Penghindaran Pajak
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari pengujian hipotesis pertama,
dapat disimpulkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Artinya bahwa perusahaan melakukan manajemen laba atau
tidak melakukan manajemen laba bukan berarti karena motivasi perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak. Bisa saja perusahaan tersebut melakukan
manajemen laba dengan meningkatkan laba karena alasan-alasan tertentu
misalnya dengan motivasi bonus dan insentif.
79

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jian dan
Chaohui (2011) dan Wang dan Chen (2012), Sari et al. (2016) manajemen laba
berpengaruh signifikan positif terhadap penghindaran pajak. Artinya perusahaan-
perusahaan melakukan manajemen laba melalui manipulasi beban diskresioner
dengan motivasi melakukan penghindaran pajak. Dan penelitian Desai dan
Dharmapala (2006) dan Geraldina (2013), yang hasilnya manajeman laba
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak jika. Menurut Desai dan
Dharmapala (2006), kondisi ini dikarenakan perusahaan memberikan bonus dan
insentif terhadap manajer. Apabila manajer hanya menerima gaji dalam bekerja,
manajer tidak terpengaruh untuk melakukan manajemen laba. Namun, apabila
perusahaan memberikan bonus dan insentif kepada manajer, maka memotivasi
manajer untuk melakukan manajemen laba untuk mewujudkan pendapatan
berbasis bonus dan insentif tersebut dan terlibat dalam strategi perencanaan pajak.

4.3.2. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak.


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari pengujian hipotesis kedua, dapat
disimpulkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan
Susanto (2015) dan Pranata et al. (2014). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang diaudit oleh KAP big four maupun KAP non big four bisa saja melakukan
tindakan praktik penghindaran pajak, hal tersebut bisa saja karena a uditor
independen yang melakukan audit terhadap perusahaan tidak menjamin bahwa
manajer dalam perusahaan mentaati peraturan perpajakan yang telah ditetapkan,
hal ini dikarenakan ruang lingkup pekerjaan auditor di Indonesia kurang
menyoroti tindakan-tindakan oportunistik manajemen dalam penghindaran pajak.
Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsipah
et al. (2015) Sandy dan Lukviarman (2015) telah membuktikan bahwa kualitas
audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, hal ini menggambarkan
bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dipercaya lebih berkualitas
sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu
perusahaan yang diaudit oleh KAP the big four memiliki tingkat kecurangan
80

lebih rendah dibanding dengan perusahaan yang diaudit oleh non the big four.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa
dan Kurniasih (2012), Fadhilah (2014), Putranti dan Setiawanta (2015), dengan
hasil penelitian kualitas audit berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh KAP big four mencerminkan
kualitas audit yang menambah nilai perusahaan, dan dapat meyakini pemegang
saham non pengendali bahwa kepentingan mereka terlindungi. Disisi lain,
tindakan penghindaran pajak merupakan penghematan pajak yang yang
diperbolehkan, dapat dibenarkan karena tidak melanggar Undang-Undang dalam
hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran.

4.3.3. Pengaruh Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak.


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari pengujian hipotesis ketiga, dapat
disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran
pajak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsipah et al.
(2015), Sandy dan Lukviarman (2015), yang hasil penelitiannya adalah komite
audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hal yang
menggambarkan apabila semakin tinggi jumlah anggota komite audit maka
akansemakin rendah perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan komite audit sudah berjalan sesuai dengan
fungsinya sebagai pengawas internal terhadap kebijakan keuangan perusahaan
dan kinerja perusahaan, komite audit dengan wewenang yang dimiliki dapat
mencegah perilaku atau tindakan manajemen yang menyimpang terkait dengan
laporan keuangan perusahaan.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranata
et al. (2014), hasilnya adalah komite audit berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak artinya bahwa besarnya jumlah komite audit diperusahaan
tidak membuat manajemen taat terhadap peraturan perpajakan dengan tetap
melakukan praktik penghindraan pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah (2014), Damayanti dan Susanto
(2013), Putranti dan Setiawanta (2015) danPrakosa (2014), bahwa komite audit
81

tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini menggambarkan banyak


atau sedikit jumlah komite yang dimiliki oleh perusahaan tidak berpengaruh
terhadap tindakan manajemen dalam mentaati kepatuhan peraturan perpajakan.
Beberapa alasan mengapa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Pertama, perusahaan memiliki jumlah komite audit yang
tidak sesuai dengan peraturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor
55/POJK.04/2015 bahwa komite audit paling sedikit terdiri dari 3 orang, sehingga
pengendalian kebijakan keuangan yang dilakukan oleh komite audit sangat minim
sehingga meningkatkan tindakan penghindaran pajak oleh manajemen. Kedua,
apabila komite audit yang dimiliki perusahaan banyak, tetapi tidak menjalankan
sebagaimana fungsinya untuk menigkatkan integritas laporan keuangan agar
berjalan dengan baik, sehingga manajemen dapat melakukan tindakan
penghindaran pajak.

4.3.4. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Penghindaran Pajak.


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari pengujian hipotesis keempat,
dapat disimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sandy dan Lukviarman (2015) dan Prakosa (2014). Hal ini menggambarkan
bahwa semakin besarkomisaris independen yang dimiliki oleh perusahaan, maka
pengawasan atas kinerja manajemen berjalan dengan baik. Keberadaan komisaris
independen memberikan dampak positif pada kinerja manajemen dengan
menjalankan fungsinya dengan baik sebagai pengawas perusahaan membuat
manajemen patuh terhadap peraturan perpajakan sehingga praktik penghindaran
pajak dapat dicegah.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa
dan Kurniasih (2012), Fadhilah (2014), Putranti dan setiawanta (2015), Waluyo et
al. (2015), Pranata et al. (2014), hasilnya komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Menggambarkan bahwa keberadaan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap tindakan manajemen dalam mentaati
kepatuhan peraturan perpajakan. Menurut peraturan OJK Nomor
82

33/POJK.04/2014 bahwa jumlah Komisaris Independen wajib paling sedikit 30%


(tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris, namun
keberadaannya hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi saja kerena
komisaris independen tidak menjalankan fungsinya yaitu memberikan petunjuk
dan arahan untuk mengelola perusahaan serta merumuskan strategi perusahaan
yang lebih baik.

4.3.5. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak.


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari pengujian hipotesis kelima,
dapat disimpulkan bahwakepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fadhilah (2014), Damayanti dan Susanto (2015), Waluyo et al. (2015).
Dalam hal ini menggambarkan rendah atau tingginya suatu kepemilikan institusi
tidak mempengaruhi manajemen untuk patuh atau tidak patuh terhadap peraturan
perpajakan.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Putranti dan Setiawanta (2005), berdasarkan hasil penelitian ini,
menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak, dimana kepemilikan institusional yang tinggi akan
menyebabkan manajemen patuh terhadap peraturan perpajakan. Kondisi ini akibat
kepemilikan institusional pada perusahaan di Indonesia tidak mau mengambil
risiko yang dapat menghancurkan reputasi perusahaan.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman dan Puspitasari (2014)
dan Pranata et al. (2014) hasilnya kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap penghindaran pajak, hal ini menunjukkan besar kepemilikan
institusional, namun tidak menjamin manajemen patuh terhadap peraturan
perpajakan, hal ini membuktikan bahwa fungsi kepemilikan institusional yang
merupakan salah satu komponen dari corporate governance tidak berjalan sesuai
fungsinya sebagai pengontrol dari kegiatan perusahaan terutama kaitannya dengan
penghindaran pajak.
BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan bukti mengenai manajemen
laba, kualita audit, komite audit, komisaris independen dan kepemilikan
institusional terhadap penghindaran pajak yang diproksikan dengan CETR
pada perusahan manufaktur periode 2010-2015. Berdasarkan hasil
pengolahan data menggunakan Eviews 9 pembahasan pada Bab IV, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak
(CETR). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jian dan Chaohui (2011), Wang dan Chen (2012), Sari et
al. (2016), Desai dan Dharmapala (2006) dan Geraldina (2013).
2. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (CETR).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti
dan Susanto (2015) dan Pranata et al. (2014), namun tidak sejalan dengan
penelitain Sandy dan Lukviarman (2015) dan Marsipah et al. (2015),
Annisa dan Kurniasih (2012), Fadhilah (2014) dan Putranti dan
Setiawanta (2015).
3. Komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak (CETR).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsipah et
al. (2015), namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sandy dan Lukviarman (2015).Damayanti dan Susanto (2013), Prakosa
(2014) dan Annisa dan Kurniasih (2012).
4. Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
(CETR). Penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sandy dan Lukviarman (2015) dan Prakosa (2014), namun tidak sejalan
dengan penelitianFadhilah (2014), Pranata et al. (2014).

83
84

5. Kepemilikan institusioanal tidak berpengaruh terhadap penghindaran


pajak (CETR). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Annisa dan Kurniasih (2012), Waluyo et al. (2015), Fadhilah
(2004),namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ngadiman dan Puspitasari (2014), dan Pranata et al. (2014).

5.2. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini mempunyai keterbatasan, baik dalam pengambilan
sampel maupun dalam pengukuran variabel yang memungkinkan dapat
berpengaruh terhadap hasil penelitian. Beberapa keterbatasan dalam
penelitian ini antara lain sebagai berikut ini.
1. Penelitian hanya didasarkan dari laporan keuangan sehingga kurang
menggambarkan keadaan riilnya penghindaran pajak yang dilakukan
oleh perusahaan, karena data tentang pengindaran pajak yang sebenarnya
sulit diperoleh.
2. Terdapat data outlier sehingga mengurangi sampel daya yang diuji
3. Model estimasi yang diambil menggunakan model data panel sehingga
apabila terdapat sampel data yang tidak masuk kriteria maka seluruh data
pada tahun pengamatan dihilangkan.
4. Penelian ini menguji pengaruh tiap-tiap komponen corporate governance
secara terpisah terhadap penghindaran pajak sehingga tidak dapat
menangkap pengaruh komponen corporate governance secara utuh.

5.3. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan manufaktur
maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam perusahaan,
lembaga pemerintah dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan
dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :
5.3.1. Implikasi Manajerial
1. Bagi perusahaan penerapan Good Corporate Governance sebaiknya
diterapkan dengan baik dan benar, mengingat di Indonesia masih kurang
85

mendapat perhatian yang serius pada perusahaan. Maka dalam mengatasi


masalah tersebut, diperlukan adanya usaha dan upaya dari pihak lembaga
agar lebih tegas terhadap penerapan peraturan perpajakan dan dari pihak
pimpinan untuk menerapkan sistem Good Corporate Governance dalam
perusahaan dengan sebaik-baiknya. Dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan dengan cara mengadakan perbaikan pada variabel Good
Corporate Governance yang dijalankan pada perusahaan yang bersangkutan.
Dengan mengadakan perbaikan pada variabel tersebut diharapkan kinerja
perusahaan akan semakin meningkat, untuk itu perlu adanya upaya-upaya
yang dilakukan antara lain:
a) Perusahaan hendaknya mentaati peraturan Undang-Undang Perpajakan
dan peraturan pelaksanaannya di Indonesia agar tindakan manajemen
dalam mengambil keputusan untuk menaikan atau menurunkan laba
perusahaan tidak dilakukan karena risiko yang ditimbulkan.
b) Agar Perusahaan yang belum memiliki komite audit atau jumlah komite
auditnya masih belum sesuai dengan peraturan OJK
No.55/POJK.04/2015 mengacu pada peraturan BAPEPAM Nomor SE
3/PM/2000 menyatakan bahwa komite audit paling sedikit terdiri dari 3
(tiga) orang, sehingga pengawasan manajemen dan laporan keuangan
dapat berjalan dengan baik dan menghindarkan manajemen dalam
melakukan praktik penghindaran pajak yang tidak sesuai dengan
peraturan perpajakan di Indonesia.
c) Agar Perusahaan yang belum memiliki komisaris independen atau
jumlah komisaris independennya belum sesuai dengan oleh Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 33/POJK/2014 mengacu kepada peraturan
BAPEPAM LK Kep-29/PM/2004, yang menyatakan bahwa jumlah
komisaris independen wajib memiliki paling kurang 30% dari jumlah
seluruh anggota dewan komisaris, sehingga pengawasan terhadap kinrja
manajemen dapat berfungsi dengan baik sehingga mencegah
perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak yang dapat
merugikan negara dan dapat membuat nama dan reputasi perusahaan
86

tersebut menjadi buruk di mata publik.


2. Bagi investor sebaiknya lebih berhati-hati dalam berinvestasi perlu
mempertibangkan beberapa hal sehingga tidak kecewa dan mengalami
kerugian dikemudian hari, antara lain:
a) Mempertimbangkan secara teliti dalam melakukan investasi pada suatu
perusahaan, harus dianalisis secara mendalam terhadap laporan keuangan
tidak hanya melihat dari sisi nilai laba yang dihasilkan oleh perusahaan
tetapi melakukan secara lebih mendalam seperti dari sisi hutang
perusahaan atau dari sisi aktiva perusahaan.
b) Disamping itu juga dianalisa dari sisi good corporate governnace
perusahaan tersebut, apakah perusahaan tersebut memiliki komisaris
independen, kepemilikan institusional, komite audit dan kualitas audit
dan dianalisa apakah berfungsi dengan baik, sehingga investor tidak
dirugikan dikemudian hari.
3. Implikasi terhadap lembaga pemerintah/otoritas perlu adanya aturan yang
jelas dan tegas terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pajak dan
peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM.Untuk itu perlu adanya upaya-
upaya yang harus dilakukan oleh lembaga pemerintah di antaranya sebagai
berikut:
a) Agar menjadi perhatian bagi otoritas pajak agar perusahaan mentaati
peraturan yang dikeluarkan dan memberikan sanksi yang tegas terhadap
perusahaan yang melakukan tindakan penghindaran pajak yang
dilakukan dengan sengaja yang digunakan untuk kepentigan perusahaan.
b) Agar menjadi perhatian terhadap otoritas untuk lebih tegas terhadap
perusahaan yang belum memenuhi peraturan mengenai komite audit
peraturan OJK No.55/POJK.04/2015 mengacu pada peraturan
BAPEPAM Nomor SE 3/PM/2000 dan komisaris independen sesuai
pertauran OJK Nomor 33/POJK/2014 mengacu kepada peraturan
BAPEPAM LK Kep-29/PM/2004 dengan memberikan sangsi yang
berat terhadap perusahaan yang tidak mematuhi peraturan tersebut.
87

5.3.2. Implikasi Untuk Penelitian Selanjutnya


Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan dan perlu dilakukan
penyempurnaan untuk studi dimasa yang akan datang, untuk memperbaiki
keterbatasan penelitian disarankan kepada peneliti selanjutnya, antara lain:
1. Menambah sampel penelitian lain dengan jenis industri yang lain dengan
periode yang berbeda, untuk memperluas objek penelitian seperti disektor
industri perbankan, pertambangan dan perkebunan sehingga dapat diuji lebih
dalam apakah terdapat perbedaan jika penelitian diterapkan pada sektor
industri yang berbeda, tidak hanya pada industri manufaktur.
2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat menguji beberapa faktor
lainnya yang diduga memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak dan
dapat menggunakan atau menambah variabel lainnya seperti kepemilikan
manajerila, karakteristik eksekutif dan profitabilitas.
3. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel lain
untuk mengukur penghindaran pajak tidak hanya menggunakan Cash
Effective Tax Rate (CETR) tetapi dapat dengan menggunakan effective Tax
Rate (ETR) atau dengan Book Tax Gap (BTG), sehingga dapat diuji apakah
terdapat perbedaan jika penelitian menggunakan variabel lain.
88

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Ferry dan Purwaningsih,Anna. 2014. Pengaruh Perencanaan Pajak


Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Nonmanufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. ISSN 0852-1875. MODUS Vol.26 (1):
33-50.

Abdullah, Boedi. 2015. Pengantar Perpajakan. CV Pustaka Setia. Jl. BKR


(Lingkar Selatan) No. 162-164. Bandung.

Armstrong, C.S, Blouin, J.L, Jagolinzer, A.D danLarcker, D.F. 2015. Corporate
Governance, Incentives, and Tax Avoidance.First Version, University of
Toronto research conference, PP 1-44

Annisa, A.N dan Lulus Kurniasih. 2012. Pengaruh Corporate Governance


terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol. 8, hal 95-189.

Asri, N. Khairat, Puspa, Dwi Fitri dan Hamdi, Mukhlizul. 2014. Pengaruh
Corporate Social Responsibility Dan Corporate Governance Terhadap
Agresivitas Pajak Perusahaan Manufaktur Yang Listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2010-1014. Jurnal Akuntansi Vol 9.

Atu, Oghogho Gina, Atu,Omimi-Ejoor Osaretin Kingsley, Atu, Osahenoma


Vivian dan Abusomwan Rachael Eloho. 2013. The Role of Audit Committee
in Enhancing Financial Reporting In Nigeria OSR Journal of Business and
Management (IOSR-JBM).e-ISSN:2278-487X, p-ISSN: 2319-7668.
Volume 13, PP27-34.

Beuselinck, Christof dan Deloof, Marc. 2012. Earnings Management in Business


Groups: Tax Incentives or Expropriation Concealment?. The International
Journal of Accounting 49. 27-52.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2004. AccountingTheory. Fifth Edition. Cengage


Learning Asia Pte.Ltd. 5 Shenton Way, 01-01 UIC Building, Singapore
068808.

Cahyono, D.D., Andini, Rita dan Raharjo, K. 2016. Pengaruh Komite Audit,
Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (Size),
Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Tindakan
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan Yang
Listing BEI Periode Tahun 2011 – 2013. Journal Of Accounting, Volume 2
No.2.

Chadegani, A. Aghaei. 2011. Review of Studies on Audit Quality. International


Conference on Humanities, Society and Culture IPEDR Vol.20. 312-317.
89

Chen, S., Chen, X., Cheng, Q. dan Shevlin, T. 2010. Are family firms more tax
aggressive than non-family firms? Journal of Financial Economics 95(1),
41– 61.

Ching, Ken M.L., Firth Michael dan Rui, Oliver M. 2002. Earnings Management,
Corporate Governance and the Market Performance of Seasoned Equity
Offerings. Department of Accountancy. The Hong Kong Polytechnic University
Hung Hom, Kowloon Hong Kong. Current Version. 1-31.

Diantari, P. Rista dan Ulupui, IGK. Agung. 2016. Pengaruh Komite Audit,
Proporsi Komisaris Independen Dan Proporsi Kepemilikan Institusional
Terhadap Tax Avoidance. ISSN: 2302-8556. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol.16.1. 702-732

De Angelo, L. E., 1981. Auditor Size and Audit Quality,Journal of Accounting


and Economic. 3: 183-199.

Damayanti, Fitridan Susanto ,Tridahus. 2015. Pengaruh Komite Audit, Kualitas


Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan Dan Return On Assets
Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vo. 5. No.2. 187-
206.

Dewi, Ni Nyoman Kristiana dan Jati, I Ketut . 2014. Pengaruh Karakter


Ekdekutif, Karakteristik Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan
yang Baik Pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia. ISSN: 2302-8556.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2 (2014):249-260.

Desai, M. A. dan D. Dharmapala. 2006. Earnings Management and Corporate Tax


Shelter.. Journal of Financial Economics, 79, 145-179.

Eisenhardt, Kathleem.1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy


of Management Review,14.Hal 57-74

Fadhilah, Rahmi. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax


Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia 2009-2011). Jurnal Akuntansi Universitas Negeri
Padang, Vol 2.

Financial Accounting Standard Boards. 1987, Statement of Financial Accounting


Concepts, No. 1 Mc. Graw Hill.

Fischer, P.E.dan R.E. Verrecchia. 2000. “Reporting Bias”, The Accounting Review
75, 229-245.

Geraldina, Ira. 2013. Preferensi Manajemen Laba Akrual atau Manajemen Laba
Riil dalam Aktivitas Tax Shelter. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Volume 10 Nomor 2. 206-224.
90

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Godfrey, jayne, Hodgdon, Allan, Tarca, Ann, Hamilton, Jane dan Holmes, Scott.
2010. Accounting Theory 7th edition. Australia: John Wiley & Sons
Australia. Ltd.

Gramlich, Jeffrey D., Limpaphayom, Piman dan Rhee, S. Ghon. 2004. Taxes,
Keiretsu Affiliation, and Income Shifting. University of Illinois Tax
Research Symposium. JEL Classification. Journal of Accounting and
Economics 37. 1-29.

Gujarati, Damodar. 2009. Basic Economics 5th Edition. New York: McGraw –
Hill Book Co.

Gunawan, Ketut, Darmawan, N.A. Surya, dan Purnamawati, G. Ayu,. 2015.


Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (BEI). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha.
Volume 03, No.01.

Harnanto. 2015. Akuntansi Perpajakan Edisi Pertama. Penerbit BPFE.


Yogyakarta.

Harto, Puji, Puspita, Silvia Ratih. 2014. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan
Terhadap Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting. Volume
3, Nomor 2, ISSN (Online): 2337-3806 1-13

Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai


ModeratingVariable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi DanKeuangan, Vol. 10, NO. 2, November
2008: 97-108.

Hildebrand , A.J. 2008. Actuarial Statistics I.Actuarial Exam Practice Problem


Set 2. University of Illinois, Urban Illinois Spring. P 408.

Islam, M. Zahirul, Islam, M. Nazrul dan Bhattacharjee, Sumon. 2010. Agency


Problem and the Role of Audit Committee: Implications for Corporate
Sector in Bangladesh. International Journal of Economics and Finance ol. 2,
No. 3. 177-188.

Jaya, Arafat, dan Kartika. 2013. Corporate Governance, Konservatisme Akuntansi


dan Tax Avoidance. Jurnal FE Universitas Negeri Jakarta, Prosiding
Simposium Nasional Perpajakan 4. Hal 1:9
91

Jensen, Michael C, dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics 3. hal. 305-360.

Jian, Z. dan Chaohui, C. 2011. Research on the Relationship Between Reform of


Enterprise Income Tax and Enterprise Earnings Management. Proceedings
of the 8th International Conference on Innovation & Management. 729-732.

Kenneth .E.O. 2012. Audit Committee and Integrity of Financial Statements: A


Preventive Mechanism for Corporate Failure. Australian Journal of
Business and Management Research (2) 8 November - 2012 ISSN. Vol.2
No.08. 32-40.

Kohtari, S.P , Leona, Andrew J., Wasley Charles E. 2005. Performance Matched
Discretionary Accrual Measures. 2005. Sloan School of Management
Massachusetts Institute of Technology50 Memorial Drive, E52-325. P 1-49.

Krishnan, G.V. 2003. Audit Quality and The Pricing Of Discretionary Accruals.
Auditing: A Journal of Practice & Theory 22, (1), 109-126.

Lin, Kenny Z., Mills, Lillian F. dan Zhang, Fang. 2014. Public versus Private
Firm Responses to the Tax Rate Reduction in China. American
Accounting Association. DOI: 10.2308/atax-50618. Vol. 36, No. 1 pp. 137–
163

Lindberg, Deborah L. 2004. Corporate Governance – The Role of the Audit


Committee, Scholarly article. 1-19

Linda, Maryasih, Lilis dan Nuraini. 2011. Komite Audit dan Kinerja Perusahaan:
Agency Theory atau Stewerdship Theory? Simposium Nasional Akuntansi
XIV. Aceh. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol 5. No.2.

Locatelli, M. 2002. Good Internal Controls and Auditor Independence. CPA


Journal 72 (10): October, 1215.

Mangonting, Yenni. 1999. Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif


Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.(1). hal. 51-52.

Maharani, I Gusti dan Suardana, Ketut. A,. 2014. Pengaruh Corporate


Governance, Profitabilitas Dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax
Avoidance Perusahaan Manufaktur. ISSN : 2302-8556. E-jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 9.2 : 525-539

Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Penerbit ANDI Yogyakarta.


92

Martani, Dwi, dan Fontanella, Amy. 2014. Pengaruh Karakteristik terhadap Book
tax Differences (BTD) pada perusahaan listed di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XVII.

Marsipah, Diyanty V. dan Fitriasari. D. 2015. Pengaruh Pemegang Saham


Pengendali Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Bisnis dan Manajemen.
Simposium Nasional Akuntansi XVIII. 1-23

Nachrowi, D. dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Prakris


Ekonometrika Untuk Analisa Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ngadiman dan Puspitasari, C. 2014. Pengaruh Leverage, Kepemilikan


Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi/Volume XVIII, No. 03,
September 2014: 408-421.

Narolita, Ekasari dan Krisnadewi, Komang Ayu. 2016. Pengaruh Penerapan


Corporate Governance Pada Manajemen Laba Oleh Chief Executive
Officer Baru. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN:2302-8556.
Januari 2016. Hal: 635-665.

Nugrahani, Tri Siwi dan Nugroho, F. Agus. 2010 Pengaruh Komisaris


Independen dan Pengungkapan Sukarela terhadap Kinerja Perusahaan.
Vol. 4 (2): 132-141.

Okolie, Augustine O., Izedonmi, Famous O. I. Dan Enofe, Augustine O. 2013.


Audit Quality and Accrual – Based Earnings Management of Quoted
Companies in Nigeria. IOSR Journal of Economics and Finance (IOSR-
JEF) e-ISSN: 2321-5933, p-ISSN: 2321-5925. Volume 2, Issue 2, PP 07-16

Palmrose, Z.1988. An Analysis of Auditor Litigation and Audit Service Quality.


The Accounting Review. . 1988, 64(1): 55-73.

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006. Komite Nasional


Kebijakan Governance.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK/2014. Tentang Direkri Dan


Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015. Tentang


Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Audit.
93

Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-29/PM/2004. Tentang Pembentukan


Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

Peraturan BAPEPAM NomorKep-SE 3/PM/2000. Tentang Pembentukan


Pelaksanaan Kerja Komisaris Independen.

Pohan, H. T. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin’s q,


Perata Laba terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik.
http://hotmanpohan. blogspot. Com.

Prakosa, Kesit Bambang. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga,


dan Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi XVII. Mataram, Indonesia. Hal. 1-27.

Pranata, Febri M., Dwi Fitri Puspa dan Herawati. 2014. Pengaruh Karakter
Eksekutif Dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Kumpulan
Artikel Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Wisuda Ke 61 April
2014 E-Journal. (4). hal. 1-14.

Prasati, Brenda dan Ardianto, Jimmy. 2011. Pengaruh Mekanisme Corporate


Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan
yang Termasuk dalam Indeks Kompas 100 tahun 2008-2009). Ultima
Accounting Vol 3. No.1. Juni 2011. 46:65.

Pujiati, Diyah dan Widanar, Erman. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan


Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura 12 (1). 71:86.

Putranti, Anissa Setiawati dan Setiawanta, Yulita. 2015. Pengaruh Kepemilikan


Institusional, Struktur Dewan Komisaris, Kualitas Audit Dan Komite Audit
Terhadap Tax Avaoidance.Jurnal Universitas Dian Nuswantoro 15209. 1-14.

Putri, D. M., dan Laksito, H. 2012. Pengaruh Karakteristik Komite


AuditTterhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-
2009), Jurnal Universitas Diponegoro, Semarang. http://eprint.undip.ac.id.

Salleh, N.M. Zaki, Haat, C.M. dan Hasan. Audit Committee and Earnings
Management: Pre and Post MCCG. International Review of Management
and Business Research Vol. 3 Issue.1.ISSN: 2306-9007. 307-318.

Sari, N. Winda, Pratomo, Dudi dan Yudowati, S.Priyandi. 2016. Pengaruh


Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak. Economic Of Financial
Journal. E-jurnal,Universitas Telkom (1). 1-6.
94

Sandy, Syeldila dan Lukviarman, Niki. 2015. Pengaruh Corporate Governance


Terhadap Tax Avoidance: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur. Tax
& Accounting Review, JAAI Vol. 19, No.2. 85-98

Scott, William R. 2015. Financial Accounting Theory seventh Edition.


Scarrborough Ontario: Prentice Hall Canada, Inc.

Sekaran, Uma. 2014. Research Methodes For Business. Edisi 4. Penerbit Salemba
Empat.

Shleifer, A., dan Vishney, R. 1986. Large Shareholders and Corporate Control.
Journal of Political Economy 94: 461-488.

Siregar, S. Veronica dan Utama, Siddharta. 2005. Pengaruh Struktur


Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). SNA VIII Solo. 475-
490.

Statement Of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1

Taqi, Muhamad. 2013. Consequences of Audit Quality in Signaling Theory


Perspective. GSTF Journal on Business Review (GBR) Vol.2 No.4. 133-136.

Tiswiyanti, Wiwik, Fitriyani Dewi dan Wiralestari. 2012. Analisis Pengaruh


Komisaris Independen, Komite Audit dan Kepemilikan Institusioanl terhadap
Manajemen Laba. ISSN 0852-8349. Volume 14, Nomor 1, Hal. 61-66.

Undang-Undang Dasar Repulik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya. 2013. Kementrian


Keuangan Republik Indonesia. Direktort Jenderal Pajak..

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseron


Terbatas. www.hukumoline.com.

Waluyo, T. Muji, Basri, Y. dan Mutiara, Rusli. 2015. Pengaruh Return on Asset,
Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan
Institusi Terhadap Penghindaran Pajak , SNA XVIII. Vol.20. No. 160. 1-
25.

Wang, Shiweidan Chen, Siyu. 2012. The Motivation for Tax Avoidance in
EarningsManagement.2012. International Conference on Engineering and
Business Management. 477-450.
95

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh


Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di
Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2. 89-101.

Yasar, A. 2013. Big Four Auditors’ Audit Quality and Earnings Management:
Evidence from Turkish Stock Market. International Journal of Business and
Social Science, 4(17), 153-163.

www.idx.co.id.

www.wikipedia.orgindonesia.

www.bppk.kemenkeu.go.id.

www.pajak.go.id.
96

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
IKHTISAR HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Peneliti Judul Tahun Hasil

1 Jian dan Research on the Relationship 2011 Manajemen Laba


Chaohui Between Reform of Enterprise berpengaruh Positif
Income Tax and Enterprise terhadap Penghindaran
Earnings Management Pajak

2 Wang dan The Motivation for Tax Avoidance 2012 Manajemen laba
Chen in Earnings Management berpengaruh positif
terhadap penghindaran
pajak

3 Sari, Pratomo Pengaruh Manajemen Laba 2016 Manajemen laba


dan Yudowati Terhadap Agresivitas Pajak (Stud berpengaruh positif
Kasus pada Perusahaan Manufaktur terhadap agresivitas
Subsektor Makanan dan Minuman pajak
yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -
2016)

4 Desai dan Earnings management and 2006 Manajemen laba


Dharmapala corporate tax shelters berpengaruh negatif
terhadap penghindaran
pajak

5 Geraldina Preferensi Manajemen Laba Akrual 2013 Manajemen laba


atau Manajemen Laba Riil dalam berpengaruh negatif
Aktivitas Tax Shelter terhadap penghindaran
pajak

6 Annisa dan Pengaruh Corporate Governanve 2012 Kualitas audit


Kurniasih terhadap Tax Avoidance berpengaruh positif
terhadap penghindaran
pajak

Komite audit
berpengaruh positif
terhadap penghindaran
pajak

Komisarais independen
tidak berpengaruh
terhadap penghindaran
pajak

Kepemilikan
instiusional tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
97

7 Fadhilah Pengaruh Good Corporate 2014 Kualitas audit


Governanance terhadap Tax berpengaruh positif
Avoidance (Studi Empiris Pada terhadap penghindaran
Perusahaan Manufaktur yang pajak
Terdaftar di BEI 2009-2011)
Komite audit
berpengaruh positif
terhadap penghindaran
pajak

Komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap penghindaran
pajak

Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak

8 Damayanti Pengaruh Komite Audit, Kualitas 2015 Kualitas audit tidak


dan Susanto Audit, Kepemilikan Institusional, berpengaruh terhadap
Risiko Perusahaan Dan Return On penghindaran pajak
Assets Terhadap Tax Avoidance
Komite audit tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak

Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak

9 Marsipah, Pengaruh Pemegang Saham 2015 Kualitas audit


Diyanti dan Pengendali Terhadap Penghindaran berpengaruhnegatif
Fitriasari Pajak terhadap penghindaran
pajak

Komite audit
berpengaruhnegatif
terhadap penghindaran
pajak

10 Putranti dan Pengaruh Kepemilikan 2015 Kualitas audit


Setiawanta Institusional, Struktur Dewan berpengaruh positif
Komisaris, Kualitas Audit dan terhadap tax avoidance
Komite Audit Terhdap Tax
Avoidance Komite audit tidak
berpengaruh terhadap
tax avoidance

Komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance

Kepemilikan
98

institusional
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance

11 Waluyo, Basri Pengaruh Return on Asset, 2015 Kepemilikan


dan Rusli Leverage, Ukuran Perusahaan, istitusional tidak
Kompensasi Rugi Fiskal dan berpengaruh terhadap
Kepemilikan Institusi Terhadap penghindaran pajak
Penghindaran Pajak

12 Sandy dan Pengaruh CorporateGovernance 2015 Kepemilikan


Lukviarman Terhadap Tax Avoidance: Studi institutional tidak
Empiris Pada Perusahaan berpengaruh terhadap
Manufaktur tax avoidance

Proporsi komisaris
independen
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance

Kualitas Audit
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance

Komite Audit
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance

13 Prakosa Pengaruh 2014 komisaris independen


Profitabilitas,Kepemilikan Keluarga berpengaruh negatif
dan Corporate Governance terhadap penghindaran
Terhadap Penghindaran Pajak Di pajak
Indonesia
komite audit tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak

14 Ngadiman dan Pengaruh Leverage, Kepemilikan 2014 Kepemilikan


Puspitasari Institusional, Dan Ukuran institusional
Perusahaan Terhadap Penghindaran berpengaruh positif
Pajak (Tax Avoidance) Pada terhadap peghindaran
Perusahaan Sektor Manufaktur pajak.
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia 2010-2012

15 Pranata, Puspa Pengaruh Karakter Eksekutif Dan 2014 kepemilikan


dan Herawati Corporate Governance Terhadap institusional
Tax Avoidance berpengaruh positif
terhadap tax avoidance.

komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
99

komite audit
berpengaruh positif
terhadap tax avoidance.

kualitas audit tidak


berpengaruh terhadap
tax avoidance.
100

Lampiran 2
DAFTAR PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk

3 APLI Asiaplast Industries Tbk

4 AUTO Astra Otoparts Tbk

5 BATA Sepatu Bata Tbk

6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk

7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk

8 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk

9 GGRM Gudang Garam Tbk

10 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk

11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk

12 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

13 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk

14 KBLI KMI Wire and Cable Tbk

15 KBLM Kabelindo Murni Tbk

16 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk

17 KICI Kedaung Indah Can Tbk

18 KLBF Kalbe Farma Tbk

19 LION Lion Metal Works Tbk

20 LMSH Lionmesh Prima Tbk

21 MYOR Mayora Indah Tbk

22 NIPS Nipress Tbk

23 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk

24 SMCB Holcim Indonesia Tbk

25 SMSM Selamat Sempurna Tbk

26 TCID Mandom Indonesia, Tbk

27 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk

28 ULTJ Ultra Jaya, Tbk

29 UNVR Unilever Indonesia Tbk


101

Lampiran 3
Hasil Analisis Deskriptif Sebelum Uji Outlier

CETR DA AUDIT KOMITE INDP INST LEV SIZE

Mean 0.694210 0.089489 0.538760 2.472868 0.358112 0.653499 0.903295 28.48453


Median 0.270252 0.066258 1.000000 3.000000 0.333333 0.678650 0.585000 28.07723
Maximum 37.05903 0.524695 1.000000 5.000000 1.000000 0.981800 5.150000 33.13405
Minimum 0.000000 0.000788 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.100000 25.08254
Std. Dev. 3.086952 0.079547 0.499464 1.372762 0.162023 0.224533 0.856877 1.793684
Skewness 10.46590 1.813667 -0.155507 -0.928825 0.701595 -1.007012 2.377406 0.385212
Kurtosis 115.7585 7.911727 1.024182 2.733482 8.209905 4.128446 10.34589 2.494145

Jarque-Bera 141390.7 400.7881 43.00629 37.86037 312.9546 57.29409 823.1310 9.131496


Probability 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.010402

Sum 179.1063 23.08809 139.0000 638.0000 92.39286 168.6029 233.0500 7349.008


Sum Sq. Dev. 2449.023 1.626212 64.11240 484.3101 6.746625 12.95670 188.6991 826.8466

Observations 258 258 258 258 258 258 258 258


102

Lampiran 4
HASIL ANALISIS DESKRIPTIF SETELAH UJI OUTLIER

CETR DA AUDIT KOMITE INDP INST LEV SIZE

Mean 0.368728 0.078376 0.522989 2.471264 0.333083 0.673640 0.738908 28.38614


Median 0.269619 0.059939 1.000000 3.000000 0.333333 0.705350 0.530000 28.06912
Maximum 2.698704 0.274314 1.000000 5.000000 0.750000 0.962000 2.450000 32.15098
Minimum 0.000000 0.000788 0.000000 0.000000 0.000000 0.322200 0.100000 25.08254
Std. Dev. 0.386989 0.066359 0.500913 1.362920 0.137245 0.175768 0.563752 1.774517
Skewness 3.559208 1.158835 -0.092051 -0.894258 -1.044430 -0.315482 1.213546 0.127763
Kurtosis 17.10790 3.602726 1.008473 2.809399 5.079525 2.151188 3.708237 2.115816

Jarque-Bera 1810.359 41.57781 29.00052 23.45462 62.98623 8.109829 46.34472 6.141296


Probability 0.000000 0.000000 0.000001 0.000008 0.000000 0.017337 0.000000 0.046391

Sum 64.15875 13.63741 91.00000 430.0000 57.95649 117.2134 128.5700 4939.189


Sum Sq. Dev. 25.90860 0.761803 43.40805 321.3563 3.258640 5.344742 54.98229 544.7614

Observations 174 174 174 174 174 174 174 174


103

Lampiran 5
HASIL UJI AUTOKORELASI SEBELUM UJI OUTLIER
Dependent Variable: CETR
Method: Least Squares
Sample: 1 258
Included observations: 258

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

DA -3.627232 2.493567 -1.454636 0.1470


AUDIT -0.058797 0.539886 -0.108907 0.9134
KOMITE -0.124521 0.145515 -0.855726 0.3930
INDP 1.204771 1.215458 0.991207 0.3225
INST 0.792898 0.991448 0.799737 0.4246
LEV 0.555309 0.247826 2.240722 0.0259
SIZE 0.083419 0.139215 0.599209 0.5496
C -2.468948 4.101523 -0.601959 0.5477

R-squared 0.039671 Mean dependent var 0.694210


Adjusted R-squared 0.012782 S.D. dependent var 3.086952
S.E. of regression 3.067160 Akaike info criterion 5.109898
Sum squared resid 2351.868 Schwarz criterion 5.220068
Log likelihood -651.1769 Hannan-Quinn criter. 5.154198
F-statistic 1.475344 Durbin-Watson stat 1.597760
Prob(F-statistic) 0.176426
104

Lampiran 6

MODEL FIXED SETELAH DITRANSFORMASI DENGAN GLS


SETELAH UJI OUTLIER

Dependent Variable: CETR


Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Sample: 2010 2015
Periods included: 6
Cross-sections included: 29
Total panel (balanced) observations: 174
Linear estimation after one-step weighting matrix
White period standard errors & covariance (d.f. corrected)
WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

DA 0.071346 0.137384 0.519321 0.6044


AUDIT 0.005171 0.013133 0.393714 0.6944
KOMITE 0.008673 0.005266 1.646936 0.1018
INDP 0.106739 0.045847 2.328184 0.0214
INST 0.114566 0.078371 1.461848 0.1461
LEV 0.020566 0.026912 0.764214 0.4460
SIZE 0.042954 0.016221 2.648037 0.0090
C -1.008212 0.451904 -2.231031 0.0273

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.641220 Mean dependent var 1.057127


Adjusted R-squared 0.550225 S.D. dependent var 0.924987
S.E. of regression 0.318215 Sum squared resid 13.97402
F-statistic 7.046770 Durbin-Watson stat 2.041093
Prob(F-statistic) 0.000000
105

Lampiran 7
MODEL RANDOM EFFECT
Dependent Variable: CETR
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/04/17 Time: 19:18
Sample: 2010 2015
Periods included: 6
Cross-sections included: 29
Total panel (balanced) observations: 174
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

DA -0.075407 0.464613 -0.162301 0.8713


AUDIT 0.088475 0.112218 0.788421 0.4316
KOMITE 0.006453 0.023281 0.277187 0.7820
INDP 0.130487 0.239605 0.544592 0.5868
INST 0.344499 0.261988 1.314946 0.1903
LEV 0.094473 0.074638 1.265760 0.2074
SIZE -0.044829 0.030241 -1.482415 0.1401
C 1.239607 0.880417 1.407977 0.1610

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.172189 0.1954


Idiosyncratic random 0.349387 0.8046

Weighted Statistics

R-squared 0.036927 Mean dependent var 0.235222


Adjusted R-squared -0.003685 S.D. dependent var 0.346097
S.E. of regression 0.346734 Sum squared resid 19.95731
F-statistic 0.909269 Durbin-Watson stat 1.852916
Prob(F-statistic) 0.500743
106

Lampiran 8
107

Lampiran 9
HASIL UJI OUTLIER
NO PERUSAHAAN TAHUN RESIDUAL NO PERUSAHAAN TAHUN RESIDUAL
1 ARNA 2010 3,96941 11 KAEF 2010 -2,91614
ARNA 2011 3,96941 KAEF 2011 -2,91614
ARNA 2012 3,96941 KAEF 2012 -2,91614
ARNA 2013 3,96941 KAEF 2013 -2,91614
ARNA 2014 3,96941 KAEF 2014 -2,91614
ARNA 2015 3,96941 KAEF 2015 -2,91614
2 ASII 2013 2,520629 12 MERK 2010 3,529122
ASII 2014 2,575375 13 SMGR 2010 -2,91614
ASII 2015 2,597204 SMGR 2011 -2,91614
3 BUDI 2011 0,285185 SMGR 2012 -2,91614
BUDI 2014 2,867675 SMGR 2013 -2,91614
4 CEKA 2010 5,481718 SMGR 2014 -2,91614
5 DLTA 2012 2,8309 SMGR 2015 -2,91614
6 EKAD 2014 4,581149 14 VOKS 2015 10,09295
7 HMSP 2011 3,101278
8 IMAS 2010 4,778574
IMAS 2014 11,80307
9 INAI 2010 3,480654
INAI 2011 3,772978
INAI 2012 3,316952
INAI 2013 4,860424
INAI 2014 4,965661
INAI 2015 4,264083
10 INDS 2015 2,985634
108

Lampiran 10
RATA-RATA VARIABEL KOMITE AUDIT DAN KOMISARIS
INDEPENDEN PERIODE 2010-2015

TAHUN KOMITE AUDIT KOMISARIS INDEPENDEN


2010 1,31034 0,31477
2011 1,62069 0,32725
2012 2,86206 0,33197
2013 3 0,32571
2014 3,03448 0,34708
2015 3 0,35168

Anda mungkin juga menyukai