Diajukan oleh :
Nama : Nurhayati Siregar
NIM : 123140074
Proposed by :
Menyetujui, Mengetahui
Pembimbing Tesis Utama Ketua Program Magister Akuntansi
(Dr. Sumiharti, AK., Msi) (Dr. Hj. Susi Dwimulyani, Ak., CA, MM)
i
POST GRADUATE ACCOUNTING
TRISAKTI UNIVERSITY
THESIS APPROVAL
Acknowledge by,
Approved by,
Head of Master Degree in Accounting Program
Thesis Counselor
ii
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
Tanggal 07 April 2017 Ketua : (Dr. Titik Aryati, AK., CA., Msi)
Tanggal 07 April 2017 Penguji I : (Dr. Hj. Susi Dwimulyani, AK., CA, MM)
iii
POST GRADUATE ACCOUNTING
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
TRISAKTI UNIVERSITY
Date April 07th 2017 Chief Examiner : (Dr. Titik Aryati, AK., CA., Msi)
Date April 07th 2017 Examiner I : (Dr. Hj. Susi Dwimulyani, AK., CA, MM)
Date April 07th 2017 Examiner II : (DR. Fakhruddin Nasution SE., MM)
(Nurhayati Siregar)
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya Penulis mampu menempuh dan menyelesaikan tesis ini dengan judul
“Pengaruh Manajemen Laba, Kualitas Audit, Komite Audit, Komisaris
Independen dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak”
Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Sumiharti, AK, Msi telah mencurahkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini
sehingga memberikan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam
melakukan penelitian dengan baik. Semoga Allah SWT dapat
memberikan balas jasa yang lebih baik.
2. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Susi Dwimulyani, Ak,
CA, MM, selaku Ketua Program Magister Akuntansi Universitas
Trisakti dan Ibu Dr.Vinola Herawaty, SE, AK Msc, yang juga banyak
memberikan pelajaran berharga dalam metode penelitian untuk Penulis.
Seluruh dosen dosen-dosen dan staf pengajar yang telah mengajar
Penulis selama ini dan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi
Penulis.
3. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Alm. Papa dan Mama
Deliana yang telah memberikan pondasi pentingnya pendidikan
Penulis, Junata Putra suami tercinta yang telah ikhlas memberikan
dukungan moril kepada Penulis, keluarga besar Penulis yang selalu
mendukung dan doanya yang sangat memotivasi Penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada sahabat tercinta Amrie
Firmansyah yang telah banyak membantu Penulis secara teknis dalam
mengerjakan tesis ini, Yanti, Lia, Kiky, Aan, Hendi dan teman-teman
kuliah yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-satu, rekan-rekan kantor
vi
Penulis yang selalu memberikan dorongan kepada Penulis dalam
menyelesaikan studi, staf Program Magister Akuntansi Universitas
Trisakti (Pak Asep, Mas Aan, Mbak Iis, Bang Aswan dan Mas Yudi)
yang baik hati dan selalu membantu Penulis dalam administratif, serta
pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.
Tesis ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari pihak-pihak di atas,
semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan bantuannya. Penulis
menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan-kekurangan lainnya, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak akan menjadi masukan yang sangat diharapkan.
Akhir kata, Penulis berharap Tesis ini dapat bermanfaat dan menjadi
pembelajaran bagi Penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah di masa yang akan
datang
Nurhayati Siregar
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
TANDA PERSETUJUAN TESIS ........................................................... i
THESIS APPROVAL ................................................................................ ii
PENGESAHAN TESIS .......................................................................... iii
THESIS VALIDITY SHEET ..................................................................... iv
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ........................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
ABSTRAK .............................................................................................. xv
ABSTRAK ................................................................................................ xvi
viii
2.2. Rerangka Konseptual ....................................................................... 33
2.3. Pengembangan Hipotesa .................................................................. 34
2.3.1 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Penghindaran
Pajak ................................................................................. 34
2.3.2 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak ... 36
2.3.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak .... 37
2.3.4 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Penghindaran
Pajak ................................................................................. 38
2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Penghindaran Pajak .......................................................... 39
ix
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 50
3.5.3. Model Regresi ...................................................................... 54
3.5.4. Pemilihan Model Estimasi Data Panel ................................. 57
3.5.5. Model Pengujian Hipotesis .................................................. 59
x
5.2. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 84
5.3. Implikasi .......................................................................................... 84
5.3.1. Implikasi Manajerial ............................................................. 84
5.3.2 Implikasi Untuk Penelitian Selanjutnya ................................ 87
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 88
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3 Hasil Analisis Deskriptif Sebelum Sebelum Uji Outlier ......... 101
Lampiran 4 Hasil Analisis Deskriptif Sebelum Setelah Uji Outlier ........... 102
xiv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen laba, kualitas
audit, komite audit, komisaris independen, dan kepemilkian institusional terhadap
penghindaran pajak yang diproksikan dengan cash effective tax rate (CETR).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2015. Metode penentuan
sampel menggunakan metode purposive sampling yang terdiri dari 29 sampel
perusahaan. Untuk menguji data dalam penelitian ini menggunakan model regresi
data panel. Model persamaan dalam penelitian ini menggunakan metode fixed
effects.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen dan komite
audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Sedangkan manajemen
laba, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Kata Kunci: manajemen laba, kualitas audit, komite audit, komisaris indpenden,
kepemilikan institusional, penghindaran pajak.
xv
ABSTRACT
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
tagih dengan surat paksa, sita, lelang, pencegahan dan sandera.Yang intinya
pelaksanan kewajiban Perpajakan itu dapat dipaksakan apabila Wajib Pajak tidak
melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sejak Pemerintah Indonesia melaksanakan Reformasi Perpajakan tahun
1983 Indonesia menganut self-assessment system di dalam pemungutan pajak,
dimana pemerintah yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
terutang. Peran otoritas pajak adalah melakukan fungsi pembinaan, penelitian,
pengawasan, dan penerapan sanksi administrasi.
Salah satu sektor pajak yang paling besar diperoleh negara adalah pajak
penghasilan. Mulai tahun pajak 2009, tarif PPh Badan menganut sistem tarif
tunggal atau single tax yaitu 28% dan telah menjadi 25% pada tahun 2010 dan
berjalan hingga saat ini. Jadi berapapun penghasilan kena pajaknya, tarif yang
dikenakan adalah satu yaitu 25%. Selain itu, bagi perusahaan yang masuk bursa
(go public) diberikan penurunan tarif sebesar 5% dari tarif normal dengan syarat
lainnya. Dengan begitu, pada tahun pajak 2009 tarif perusahaan yang masuk bursa
(go public) sebesar 23% dan pada tahun pajak 2010 sebesar 20%
(www.pajak.go.id).
Pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilaksanakan oleh perusahaan
dalam bentuk pajak penghasilan dapat mempengaruhi perilaku agresifitas pajak
perusahaan dengan cara memperkecil laba sehingga beban pajak perusahaan akan
semakin kecil. Agresifitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan menurut
Aditama dan Purwaningsih (2014), dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Penggelapan pajak (tax evasion) yaitu penghindaran pajak yang
dilakukan secara sengaja oleh wajib pajak dengan melanggar
ketentuan perpajakan yang berlaku dengan cara memanipulasi
laporan keuangan dengan tidak melaporkan sebagian dari
penghasilan, sehingga dapat memperkecil jumlah pajak terutang
yang sebenarnya untuk mengurangi atau menghilangkan beban pajak.
3
Deutsche Bank, HSBC, Socite Generale, Credit Suisse, UBS dan Commerzbank,
membantu nasabah bank tersebut membangun struktur yang rumit sehingga
kolektor pajak dan penyidik sulit melacak arus uang dari satu tempat ketempat
lain, (www.wikipedia.orgindonesia, diunduh 6 Mei 2016).
Dalam analisis penghindaran pajak menunjukkan adanya keterkaitan dengan
manajemen laba, penghindaran pajak memanfaatkan celah-celah dari ketentuan
hukum yang berlaku sementara itu manajemen laba dilakukan dengan
memanfaatkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab pada
komponen akrual dapat dilakukan permainan angka melalui metode akuntansi
yang digunakan sesuai dengan keinginan manajemen untuk melakukan kenaikan
(penurunan) laba dalam laporan keuangan perusahaan.
Manajemen laba dan kebiasaan penghindaran pajak terkadang dilakukan
oleh perusahaan. Dalam analisis yang terkait dengan manajemen laba dan
penghindaran pajak, ada korelasi positif antara mereka, yang menunjukkan adanya
motivasi penghindaran pajak dalam manajemen laba (Aditama dan Purwaningsih,
2014) Manajemen laba tidak hanya dilakukan oleh perusahaan perusahaan kecil
untuk mengurangi beban pajak, tetapi faktanya semakin besar suatu perusahaan
maka semakin aktif melakukan manajemen laba, hal tersebut untuk kebutuhan
operasional perusahaan.
Alasan manajemen melakukan manajemen laba karena laba merupakan
ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan bisnis. Informasi laba dalam laporan keuangan memberikan informasi
kinerja perusahaan tampak lebih baik oleh pihak eksternal. Namun dibalik itu
baik disadari atau tidak laporan keuangan tidak meyajikan fakta yang sebenarnya
tentang ekonomis dari perusahaan tersebut, sehingga informasi laba yang
disajikan dapat menyesatkan para pengguna laporan.
Melihat begitu pentingnya kualitas laba tersebut bagi para investor,
sebaiknya investor tidak hanya melihat laporan keuangan perusahaan dengan
memfokuskan pada laba perusahaan saja, tanpa memperhatikan proses yang
digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai laba tersebut.
Kondisi yang demikian ini menyebabkan para manajer perusahaan
5
terhadap laporan keuangan, karena saat audior mengaudit laporan keuangan klien
menemukan pelanggaran atau kesalahan maka kualitas audit atas laporan
keuangan tersebut dipertanyakan.
Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor
dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni standar umum,
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Namun selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik
profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik
profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode
etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian
profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang
auditor dalam menjalankan profesinya.
Penelitian tentang pengujian kualitas audit terhadap penghindaran pajak
diukur dari kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan. Perusahaan yang
laporan keuangannya diaudit oleh jasa auditor KAP Big 4 (Price Waterhouse
Cooper - PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young-E&Y) dianggap
lebih kompeten dibandingkan KAP non Big 4.
Di dalam beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maharani
dan Suardana (2014) dan Dewi dan Jati (2014) yang menguji pengaruh kualitas
audit terhadap penghindaran pajak menyatakan bahwa laporan keuangan yang
diaudit oleh auditor KAP Big Four dipercaya lebih rendah untuk melakukan
penghindaran pajak. Maka dapat dikatakan semakin berkualitas audit suatu
perusahaan, maka cenderung perusahaan tersebut tidak melakukan manipulasi
laba untuk keuntungan perpajakan.
Selanjutnya komite audit telah menjadi komponen penting dalam struktur
corporate governance perusahaan publik. Komite audit dirasa penting karena
komite audit memiliki tugas dalam pengawasan proses pelaporan keuangan yang
dilakukan oleh manajemen. Dengan adanya pengawasan oleh komite audit
tersebut diharapkan dapat meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen sehingga tidak terjadi manajemen laba.
7
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi penulis sendiri.
2. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan menambah khasanah mengenai Manajemen laba,
kualitas audit, komite audit, dewan komisaris independent dan kepemilikan
institusional yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak sehingga dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam dan dapat
dijadikan sebgai acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Perusahaan.
Merupakan saran terkait informasi manajemen laba dan Good Corporate
Governace, terhadap penghindaran pajak dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait dengan manajemen laba
yang digunakan dalam perusahaan, agar terhindar dari sanksi pajak.
4. Bagi Regulator.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada Direktorat
Jenderal Pajak untuk meningkatkan perannya dan memperbaiki peraturan
pajak serta mekanisme pelaporan pajak sehingga mempersempit celah untuk
dilakukan penghindaran pajak baik secara legal maupun ilegal.
5. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan rujukan untuk penelitian
selanjutnya baik yang berhubungan dengan keinformatifan manajemen laba
ataupun penelitian sejenisnya terkait dengan penghindaran pajak.
2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1. Rerangka Teoritis
2.1.1.1 Teori Yang Mendasari Manajemen Laba
A. Teori Keagenan (Agency Theory)
Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (lebih-lebih untuk
yang telah terdaftar di pasar modal), seringkali terjadi pemisahan antara
pengelola perusahaan (pihak manajemen, disebut juga sebagai agent) dengan
pemilik perusahaan (atau pemegang saham, disebut juga sebagai principal).
Di samping itu, untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Artinya,
apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka modal sendiri (ekuitas)
yang telah disetorkan oleh para pemilik perusahaan mungkin sekali akan
hilang, tetapi kekayaan pribadi pemilik tidak akan diikutsertakan untuk
menutup kerugian tersebut. Dengan demikian memungkinkan munculnya
masalah-masalah keagenan (agency problem).
Ada beberapa yang mendasari terjadi teori keagenan antara lain
dikemukan oleh Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan pada dasarnya
mengatur hubungan antara satu kelompok pemberi kerja. (prinsipal) dengan
penerima tugas (agen) untuk melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan pemberi kerja (prinsipal) adalah para pemegang saham,
sedangkan penerima tugas (agen) adalah manajemen. Pemegang saham
sebagai pemberi modal ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya
atas hasil investasinya, sedangkan manajemen yang diberi wewenang untuk
mengelola perusahaan diasumsikan ingin mendapatkan kompensasi keuangan
yang tinggi dari perusahaan. Keinginan memaksimalkan kesejahteraan
masing-masing inilah yang terkadang menyebabkan manajemen mengambil
kebijakan perusahaan yang tidak sejalan dengan kepentingan pemegang
saham sehingga terjadinya masalah keagenan.
14
15
yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik. Salah satu parameter
penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen adalah laba.
Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau
pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu
pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa
yang akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini
disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur
berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku
menyimpang (dysfunctional behaviour), yang salah satu bentuknya adalah
earnings management (Widyaningdyah, 2001).
Belum ada definisi yang jelas tentang manajemen laba (earnings
management). Masing-masing peneliti memberikan definisi atas manajemen
laba antara lain Scott (2015) mendefinisikan earnings management sebagai
tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar
tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar
perusahaan. Sementara itu Fischer dan Verrecchia (2000) mendefinisikan
manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan
laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha
yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan)
profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.
Demikian pula Aditama dan Purwaningsih (2014) menunjukan bahwa
manajemen laba terjadi ketika manajer “mempengaruhi” laporan keuangan
baik dengan cara memanipulasi data atau informasi laporan keuangan dengan
cara menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan
transaksi untuk merubah laporan keuangan dengan cara pemilihan metode
akuntansi yang diterima dalam prinsip akuntansi umum, dengan tujuan untuk
memanipulasi besaran laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja
ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak)
19
b) Komite Audit
Komite audit bertanggungjawab untuk menjamin kredibilitas dan
objektifitas laporan keuangan serta pengawasan internal maupun eksternal
perusahaan (Salleh et al., 2004). Pernyataan tersebut diperkuat oleh Cahyono
et al. (2016) yang menyatakan komite audit telah menjadi komponen umum
dalam struktur corporate governance perusahaan publik. Komite ini berfungsi
sebagai pengawas proses pembuatan laporan keuangan dan pengawasan
internal, karena BEI mengharuskan semua emitmen untuk untuk membentuk
dan memiliki komite audit yang diketuai oleh komisaris independen sesuai
dengan surat edaran yang ada sekurang-kurangnya komite audit dalam
perusahaan terdiri atas tiga orang. Sebuah sistem tata kelola perusahaan yang
baik mendorong sistem akuntabilitas. Inti dari komite audit didasarkan pada
dua hal akuntabilitas: pertama, akuntabilitas manajemen kepada dewan dan
kedua, akuntabilitas dewan pemegang saham.
Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris sehingga komite audit
bertanggungjawab kepada dewan komisaris. Komite audit juga digambarkan
sebagai mekanisme monitoring yang dapat meningkatkan fungsi audit untuk
pelaporan eksternal perusahaan. Oleh karena itu komite audit dapat
memonitoring mekanisme yang dapat memperbaiki kualitas informasi bagi
26
c) Komisaris Independen
Dewan komisaris independen adalah salah satu mekanisme yang efektif
dalam memantau proses akuntansi. Komisaris independen didefinisikan
sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang
saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau
dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan
yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut peraturan yang dikelurkan
oleh BEI, jumlah komisaris independen proporsional dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali
dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya tiga
puluh persen (30%) dari seluruh anggota komisaris, disamping hal itu
komisaris independen memahami undang-undang dan peraturan tentang pasar
modal serta diusulkan oleh pemegang saham yang bukan merupakan
pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Pohan,
2008).
28
d) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional merupakan lembaga yang memiliki
kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi
saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab kepada
divisi tertentu untuk mengelola investasi perushaaan. Keberadaan institusi
yang memantau secara profesional perkembangan investasinya menyebabkan
tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi sehingga
potensi dapat ditekan (Cahyono et al., 2016). Lebih lanjut Siregar dan Utama
(2005) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham
perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi keuangan, seperti
perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking.
Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan
institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran keduanya
dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan
dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada
investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa
informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki realsi bisnis yang
lebih kuat dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan
pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam
perusahaan.
5. investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham
sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang
tercermin di tingkat harga.
Penelitian yang dilakukan Shleifer dan Vishney (1986) terhadap
perusahan non keluarga menyatakan bahwa pemilik institusional memainkan
peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer.
Mereka berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional berdasarkan
30
besar dan hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus
pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku
mementingkan diri sendiri. Adanya tanggung jawab perusahaan kepada
fidusia, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk memastikan
bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
Kepemilikan institusional berperan penting dalam mengawasi kinerja
manajemen yang lebih optimal. Dengan tingginya tingkat kepemilikan
institusional maka semakin besar tingkat pengawasan kepada manajerial
sehingga mengurangi konflik kepentingan manajemen, sehingga mengurangi
peluang terjadinya penghindaran pajak (Fadhilah, 2014).
Gambar 2.1
Skema Kerangka Penelitian
Manajemen Laba
Kualitas Audit
Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional
dilanjutkan oleh Lin et al. (2014) yang melakukan studi kasus di perusahaan
publik di China yang hasilnya adanya penurunan tarif pajak dari 33 persen
menjadi 25 persen pada tahun 2014. Mereka mengkaji bagaimana manajer
berperan dalam penuruan tarif pajak tersebut. Mereka menggunakan akrual
diskresioner untuk mengecilkan pendapatan perusahaan.
Sementara itu Martani dan Fontanella (2014) melakukan studi di Indonesia
terhadap perusahaan publik yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2011,
ditemukan perusahaan besar dan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi
akan memiliki Book Tax Different yang besar. Temuan ini konsisten dengan
adanya kekuasaan politik dari perusahaan besar. Penelitian ini juga menemukan
perusahaan yang memiliki kualitas laba rendah akan memiliki Book Tax Different
yang besar, konsisten dengan pandangan bahwa taxable income mengandung
informasi tentang kualitas laba dan insentif untuk melakukan manajemen laba.
Penelitian terdahulu yang dilakukan Wang dan Chen (2012) melakukan
penelitian terhadap pengaruh manajemen laba terhadap penghindaran pajak (Tax
Avoidance) pada perusahaan yang terdaftar selama 2004-2006, hasilnya
menemukan korelasi signifikan positif antara manajemen laba dan penghindaran
pajak. Selain itu Sari et al (2016) melakukan penelitian terhadap 42 perusahaan
makanan dan minuman yang berada di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-
2015 hasilnya adalah manajemen laba berpengaruh positif terhadap tax
agresivitas.
Demikian pula Jian dan Chaohui (2011) melakukan penelitian, apakah
perusahaan menggunakan manajemen laba untuk menghindari pajak dan alasan
mengapa perusahaan membuat manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan
manajemen laba berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak dengan
penjelasan: Pertama, hukum pajak penghasilan perusahaan baru mempromosikan
pelaksanaan manajemen laba dari emiten. Perusahaan dengan tingkat penurunan
akan menerapkan manajemen laba untuk mengurangi beban pajak. Kedua,
semakin besar perusahaan, semakin aktif manajemen laba, ini mungkin kebutuhan
operasional perusahaan dan faktor kreditur. Ketiga, penggunaan manajemen laba
perusahaan yang terdaftar untuk menghindari pajak direspon positif oleh pasar.
36
Hasil penelitian diatas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Desai dan Dharmapala (2006) Untuk menguji implikasi dari agensi model yang
dibahas di atas, ukuran ini penghindaran pajak dapat dikaitkan dengan sifat
insentif manajerial dalam penelitian ini menggunakan panel dari lebih dari 900
perusahaan selama periode 1993-2001 hasil penelitian tersebut manajemen laba
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Sementara Geraldina (2013) menggunakan model penelitian akrual
diskresioner (DA), menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan landasan hasil penelitian sebelumnya, dan atas dasar bukti-
bukti empiris di atas, maka hipotesis kesatu dalam penelitian ini sebagai berikut:
Hipotesis 1: Manajemen Laba Berpengaruh Positif Terhadap
Penghindaran Pajak.
sehingga ia memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang cara mendeteksi dan
memanipulasi laporan keuangan yang mungkin dilakukan oleh perusahaan.
Namun penelitian di atas tidak sejalan dengan penelitian Damayanti dan
Susanto (2013), Marsipah at al. (2015), dan Pranata et al. (2014) yang
menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak
demikiann pula penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012),
Fadhilah (2014) menyatakan kualitas audit berpengaruh positif terhadap tax
avoidance hal ini dikarenakan perusahaan masih dapat mempengaruhi
independensi auditor dengan memberikan keuntungan dan kesejahteraan yang
lebih baik terhadap KAP.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai kulitas audit terhadap
penghindaran pajak, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 2: Kualitas Audit Berpengaruh Negatif Terhadap Penghindaran
Pajak.
METODE PENELITIAN
41
42
ditekan.
Dimana:
ΔREVit = Selisih Pendapatandariperiodesebelumnya.
PPEit = Nilai kotor dari Plant, Property, dan Equipment.
TAi, t-1 = Total asset perusahaan untuk tahun t-1 (tahun sebelumnya).
ROA = Return On Asset
𝑎 = Koefisienregresi
46
Estimasi nilai akrual diskresioner adalah nilai dari residual persamaan, yang
didapatkan dari hasil regresi. Hasil perhitungan DA yang bernilai negatif
menunjukkan perusahaan melakukan income decreasing, sedangkan nilai DA
yang bernilai positif menunjukkan perusahaan melakukan income increasing.
Setelah diperoleh nilai DA masing-masing perusahaan, maka nilai DA tersebut
diabsolutkan sebagai proksi dari besaran manajemen laba. Hal ini dilakukan
karena yang menjadi fokus pada penelitian ini bukan jenis manajemen laba yang
dilakukan melainkan besaran dari manajemen laba (Noralita dan Krisnadewi,
2016). Karena tindakan manajemen laba yang menaikan laba memungkinkan
bahwa perusahaan melakukan penghindaran pajak melalui celah-celah
kelonggaran aturan akuntansi.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
(6)
3.3.3.2. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
ukuran perusahaan adalah total aset karena ukuran perusahaan diproksi dengan Ln
total asset.
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 (𝑆𝑖𝑧𝑒) = 𝐿𝑛 𝑇𝐴𝑡 (7)
48
Tabel 3.1
Variable Penelititan
dokumentasi melalui website resmi dari Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id
dan finance.yahoo.com untuk data pengelompokkan perusahaan yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di BEI. Teknik sampel dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling yang menurut Sekaran (2014) adalah teknik yang
berdasarakan tujuan tertentu yang memenuhi beberapa kriteria sehingga dapat
memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti. Pada penelitian ini kriteria
sampel yang diambil sebagai berikut:
1. Perusahaan yang digunakan di dalam sampel adalah perusahaan manufaktur
yang telah mendaftarkan sahamnya pada Bursa Efek yang listing di Indonesia
yang terdaftar di BEI posisi 31 Desember 2016 dan telah terdaftar di BEI
posisi sebelum tanggal 1 Januari 2010.
2. Memperoleh laba selama periode penelitian.
3. Membayar pajak penghasilan selama periode penelitian.
4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan audited pada tahun 2010,
2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.
5. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
2. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2011) Uji mulltikolinearitas adalah untuk melihat ada
tidaknya korelasi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi
berganda. Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan
multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF). Untuk menguji
multikolinieritas dengan cara melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF)
masing-masing variabel independen tidak ada yang melebihi dari 10 dan nilai,
dan nilai Tolerance tidak ada yag kurang dari 0,10 jika nilai VIF <10, maka
dapat disimpulkan data bebas dari gejala multikolinieritas.
Beberapa alternatif cara dipergunakan untuk mengatasi masalah
multikolinearitas adalah sebagai berikut:
a. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi
tinggi.
b. Menambah jumlah observasi.
c. Mentransformasi data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma
natural atau akar kuadrat.
3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011), uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas, dengan ketentuan
sebagai berikut:
H0 : E i , j 2 i=j ; atau var i2 2 ; data homosedastis
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali, (2011) uji aotokorelasi untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana
adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengaan
data observasi sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu)
dan tidak perlu dilakukan pada data cross section.Dengan ketentuan sebagai
berikut:
H0 :𝜌 = 0 ; atau ; E i , j 0 ;Tidak ada korelasi (Non Autokeralasi)
H1 :𝜌 ≠ 0 ; atau 𝐸(𝜀𝑖 , 𝜀𝑗 ) ≠ 0 ; Ada korelasi, baik positif maupun negatif
(Autokorelasi)
Metode pengujian yang sering digunakan dalam autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dan jika data observasi di atas 100 data
sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM), dengan ketentuan
sebagai berikut:
∑(𝑒𝑖 − 𝑒𝑖 − 1)2
𝑑=
∑ 𝑒𝑖
5. Uji Outlier
Gujarati (2009) menyatakan dalam bukunya outlier merupakan data
observasi yang memiliki perbedaan yang sangat besar dengan data sampel yang
berasal dari populasi yang berbeda.Outlier merupakan data-data yang bersifat
ekstrim dimana data berada diluar rentang normal. Data outlier umumnya terdapat
pada data-data keuangan. Menurut Ghozhali (2011), ada empat penyebab
timbulnya data outlier: (1) kesalahan dalam meng-entri data, (2) gagal
menspesifikasi adanya missingvalue dalam program komputer, (3) outlier bukan
merupakan anggota populasi yang kita ambil sebagai sampel, tetapi distribusi dari
variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai eksttrim dan tidak terdistribusi
54
normal.
Lebih lanjut Ghozhali (2011) menyatakan bahwa untuk mendeteksi
terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang
akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan mengkonversi nilai data
kedalam skor standardized atau yang biasa disebut z-score, yang memiliki nilai
means (rata-rata) sama dengan nol dan standar deviasi sama dengan satu. Menurut
Hair (1998) dalam (Ghozhali, 2011) untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80),
maka standar skor dengan nilai ≥ 2.5 dinyatakan oulier. Untuk sampel besar
standar skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4. Jika standar
skor tidak digunakan, maka kita dapat menentukan data outlier jika data tersebut
nilainya lebih besar dari 2.5 standar deviasi atau antara 3 sampai 4 tergantung dari
besarnya sampel.
2. Uji Hausman
Untuk mengetahui apakah menggunakan model fixed effect atau random
effect dapat dilakukan dengan uji Hausman. Pada dasarnya uji Hausmann ini
dipergunakan untuk melihat konsistensi pendugaan dengan PLS. Ide dasar
58
Hausmann test adalah adanya hubungan yang berbanding terbalik antara model
yang bias dan model yang efisien. Pada metode fixed effect, hasil estimasi tidak
bias namun tidak efisien, sebaliknya metode random effect hasil estimasi adalah
bias namun efisien. Nachrowi dan Usman (2006) menyatakan bahwa karena
metode effect tetap diduga dengan menggunakan PLS, maka dalam pemodelan
data panel, uji Hausman dapat digunakan untuk melihat kelayakan penggunaan
model panel.
Hipotesis :
H0 : ada gangguan antar individu (random effect)
H1 : tidak ada gangguan antar individu (fixed effect)
Statistik uji Hausman ini mengikuti ditribusi statistik Chi-square dengan
degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika
nilai statistik Hausman lebih besar dari pada nilai kritisnya atau hasil dari
Hausman test signifikan (p-value signifikan), maka H0 ditolak, yang berarti
model yang tepat adalah fixed effect, sebaliknya apabila nilai statistik Hausman
lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah random effect
(Nachrowi dan Usman, 2006).
analisis regresi berganda karena dalam penelitian ini terdapat satu variabel
dependen dengan lebih dari satu variabel independen serta variabel kontrol.
Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih selain itu, analisis regresi berganda menunjukkan arah
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun rumus
regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yit= 0+ 1X1 it+ 2X2 it+ 3X3 it+ 4X4 it+5X5 it+6X6 it+7X7 it+e
Keterangan :
Y = Variabel Tax Avoidance
X1 = Manajemen Laba
X2 = Kualitas Audit
X3 = Komite Audit
X4 = Komisaris Independen
X5 = Kepemilikian Institusional
X6 = Leverage
X7 = Ukuran Perusahaan
koefisien regresi parsial
e = error
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
NO KRITERIA JUMLAH
60
61
Berdasarkan hasil uji deskriptif maka dapat dilihat data yang besifat
outlier, maka dilakukan uji outlier sehingga terdapat 14 perusahaan yang
dihilangkan sehingga sampel perusahaan menjadi 29 perusahaan sehingga data
yang diolah menjadi 174 data. Hasil olah data deskriptif setelah uji outlier adalah
sebagai berikut:
62
Tabel4.3
Hasil Uji Deskriptif Setelah Uji Outlier
Variable Mean Maximum Minimum Std. Dev.
Penghindaran Pajak 0.368728 2.698704 0.000000 0.386989
Manajemen Laba 0.078376 0.274314 0.000788 0.066359
Kualitas Audit 0.522989 1.000000 0.000000 0.500913
Komite Audit 2.471264 5.000000 0.000000 1.362920
Komisaris Independen 0.333083 0.750000 0.000000 0.137245
Kepemilikan Institusional 0.673640 0.962000 0.322200 0.175768
Leverage 0.738908 2.450000 0.100000 0.563752
Ukuran Perusahaan 28.38614 32.15098 25.08254 1.774517
Sumber : hasil olah data oleh Eviews 9
Dari tabel di atas analisis deskriptif dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak yang diproksikan dengan CETR mempunyai nilai rata-
rata 0,36 artinya perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian
melakukan pembayaran rata-rata pajak sebesar 0,36 dari laba sebelum
pajaknya. Standar deviasi adalah sebesar 0,38 hal ini menunjukkan variasi
data yang beragam, dilihat dari nilai maksimum sebesar 2.69 artinya ada
perusahaan manufaktur di BEI melakukan pembayaran pajak yang cukup
tinggi dan nilai minimum sebesar 0,00078 artinya ada perusahaan manufaktur
di BEI melakukan pembayaran pajak yang kecil.
2. Manajemen Laba
Manajemen laba dalam penelitian ini yang diambil tidak dibatasi pada
manajemen laba yang bersifat mengurangi laba saja, namun juga termasuk
tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan untuk
meningkatkan laba-nya. Nilai rata rata adalah sebesar 0,07 hal ini
menggabarkan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian
ini melakukan manajemen laba akrual deskresioner sebesar 0,07. Standar
deviasi sebesar 0.06 menunjukkan keragaman data. Dapat dilihat dari nilai
maksimum sebesar 0,27 artinya terdapat perusahaan yang melakukan
tindakan manajemen laba sedangkan nilai minimum sebesar 0 artinya ada
perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
63
3. Kualitas Audit
Variabel kualitas audit memiliki nilai rata sebesar 0.55, artinya rata-rata
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebagian besar
telah menggunakan jasa audit dari KAP big four. Standar deviasi sebesar
0,50 menunjukkan variasi data yang cukup beragam dilihat dari nilai
maksimum 1 artinya perusahaan tersebut menggunakan jasa KAP big four,
namun jika dilihat dari nilai minimum sebesar 0 maka menggambarkan masih
ada perusahaan yang menggunakan jasa bukan dari KAP big four.
4. Komite Audit
Variabel komite audit memiliki rata-rata sebesar 2,47, artinya perusahaan
manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini belum sepenuhnya memenuhi
persyaratan corporate governance, dilihat dari peraturan OJK
No.55/POJK.04/2015 mengacu pada peraturan BAPEPAM Nomor SE
3/PM/2000 menyatakan bahwa komite audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga)
orang. Standar deviasi sebesar 1,36 menunjukkan nilai data yang sangat
bervariasi. Nilai maksimum sebesar 5 menggambar ada perusahaan yang
memiliki komite audit 5 orang dan nilai minimum sebesar 0 yang artinya
masih ada perusahaan yang tidak memiliki komite audit.
Dilihat dari data pada lampiran 10 rata-rata komite audit pada perusahaan
manufaktur yang menjadi penelitian pada periode 2010-2015 terjadi
peningkatan. Perusahaan yang manufaktur tahun 2010 sampai dengan 2012
belum memenuhi persyaratan, namun pada tahun 2013 sampai dengan 2015
sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh OJK dan BAPEPAM
yaitu memiliki jumlah komite audit paling sedikit 3 orang. Namun dilihat dari
nilai minimum 0 dari hasil uji deskriptif artinya hanya sebagian kecil
perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini diduga dikarenakan
64
kurang tegasnya sanksi yang diberikan atas perusahaan yang melanggar aturan
tersebut.
5. Komisaris Independen
Variabel komisaris independen memiliki nilai rata-rata 0,33 hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam
penelitian ini rata-rata memiliki komisaris independen sebesar 33% dan
sudah memenuhi peraturan persyaratan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 33/POJK/2014 mengacu kepada peraturan BAPEPAM LK
Kep-29/PM/2004, yang menyatakan bahwa jumlah Komisaris Independen
wajib memiliki paling kurang 30% dari jumlah seluruh anggota dewan
komisaris. Standar deviasi sebesar 1,36 menggambarkan data yang cukup
beragam dilihat dari nilai maksimum sebesar 0,75 artinya ada perusahaan
yang memiliki komisaris independen yang sangat tinggi yaitu 75%,
sedangkan nilai minimum sebesar 0 artinya masih ada perusahaan yang tidak
memiliki komisaris independen sama sekali di jajaran dewan komisarisnya.
6. Kepemilikan Institusional
Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai rata-rata 0,67 hal ini
menggambarkan bahwa perusahaan manufaktur yang menjadi sampel pada
penelitian ini rata-rata kepemilikan institusinya sebesar 67% dari jumlah
saham yang beredar. Standar deviasi memiliki nilai sebesar 0,17
menunjukkan keragaman data, dapat dilihat dari nilai maksimum sebesar 0,96
yang artinya ada perusahaan yang memiliki kepemilikan institusi sangat
65
besar sebesar 96% dari saham yang beredar. Sedangkan nilai minimum
sebesar 0,32 terdapat perusahaan yang memiliki kepemilikan istitusi sebesar
32% dari saham yang beredar. Hal ini diduga karena perusahaan institusional
lebih menyukai perusahaan yang memiliki nilai saham yang fluktuatif dan
menguntungkan, sehingga persebaran kepemilikan tersebut tidak merata
7. Leverage
Nilai leverage perusahaan rata-rata memiliki nilai sebesar 0,73 artinya
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini memiliki rasio
hutang terhadap aset sebesar 73%. Standar deviasi sebesar 0,56 menunjukan
data yang beragam terlihat dari nilai maksimum sebesar 2,45 artinya
perusahaan tersebut memiliki hutang lebih besar dari asetnya. Dan nilai
nimimum sebesar 0,10 artinya perusahaan tersebut memiliki rasio hutang 10%
dari asetnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun rata-rata perusahaan
manufaktur di Indonesia lebih menyukai variasi pembiayaan dari kreditur
namun terdapat perusahaan yang cenderung menggunakan dana dari
pemegang saham (investor) dibandingkan dengan pinjaman terhadap kreditur.
8. Size
Variabel ini memiliki memiliki nilai rata-rata 28,38 menunjukkan bahwa rata-
rata nilai total asset yang dimilki oleh perusahaan manufaktur yang menjadi
sampel adalah 28,38 miliar. Standar deviasi 1,77.Hal ini menunjukkan
perusahaan yang terdaftar di BEI memiliki variasi total asset yang sangat
beragam, mulai dari ratusan miliar rupiah hingga ratusan triliunan
rupiah.Beragamnya total aset dapat dilihat dari nilai maksimum 32,15
triliunterdapat pada PT. Indofood Sukses Makmur (INDF) dan nilai minimum
sebesar 25,08 miliar terdapat pada PT. Lionmesh Prima Tbk. (LMSH).
observasi yang memiliki perbedaan yang sangat besar dengan data sampel yang
berasal dari populasi yang berbeda. Berdasarkan awal pengolahan data perusahaan
yang diolah sebanyak 43 perusahaan namun setelah di uji outlier terdapat 14
perusahaan yang dibuang sehingga sampel perusahaan menjadi 29 dan data yang
diolah selama periode 2010-2015 menjadi 174 data.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas SebelumUji Outlier
160
Series: Standardized Residuals
140 Sample 2010 2015
Observations 258
120
Mean -5.51e-17
100
Median -0.262975
80
Maximum 34.77985
Minimum -2.929261
60 Std. Dev. 3.025101
Skewness 9.853767
40 Kurtosis 106.7548
20 Jarque-Bera 119899.6
Probability 0.000000
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9
Hasil uji normalitas dapat ditunjukkan dalam gambar 4.1 mendapatkan hasil
Jarque Bera sebesar 119899,6 dan nilai probabilitas sebesar 0.00> 0,05 sehingga
dapat disimpulkan datanya belum berdistribusi normal.
Setelah uji outlier dilakukan kembali uji normalitas terhadap 29 perusahaan
dan hasil Jarque Bera sebesar 1362,333 dengan probabilitas sebesar 0,00> 0,05
sehingga uji normalitas setelah outlier masih belum berdistribusi normal terlihat
pada gambar 4.2.
67
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Setelah Uji Outlier
50
Series: Residuals
Sample 1 174
40 Observations 174
Mean 4.84e-16
30 Median -0.062425
Maximum 2.127628
Minimum -0.478889
Std. Dev. 0.372140
20
Skewness 3.159952
Kurtosis 15.16416
10
Jarque-Bera 1362.333
Probability 0.000000
0
-0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Uji Outlier
Variance Inflation Factors
Sample: 1 258
Included observations: 258
Centered
Variable VIF
DA 1.074846
AUDIT 1.986428
KOMITE 1.090093
INDP 1.059482
INST 1.353822
LEV 1.231943
SIZE 1.703430
C NA
Sumber: Hasil olah data oleh Eviews 9
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Uji Outlier
Variance Inflation Factors
Sample: 1 174
Included observations: 174
Centered
Variable VIF
DA 1.152682
AUDIT 2.391882
KOMITE 1.119363
INDP 1.072019
INST 1.545171
LEV 1.498044
SIZE 2.001075
C NA
Tabel 4.6
Hasil Heteroskedastisitas Uji Glejser Sebelum Uji Outlier
Tabel 4.7
Hasil Heteroskedastisitas Uji Glejser Setelah Uji Outlier
pada 0<dw<dl menunjukkan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini
menolak hipotesa 0 sehingga tidak ada autokorelasi positif. Oleh karena itu dapat
disimpulkan hasil uji autokorelasi terhadap 43 perusahaan sebelum uji outlier
belum terbebas dari masalah autokorelasi, yang terdapat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3
Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Uji Outlier
0 dl du 4-du 4-dl 4
1,70713 1,83067 2 2.16933 2,29287
0 du 4-du 4-dl 4
dl 1,81139 2 2.18861 2,31874
1,68126
Durbin-Watson stat. 2,041093
71
Tabel 4.8
Hasil Uji Chow
b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk memilih model mana yang lebih baik, apakah
menggunakan model fixed effect atau random effect. Hasil Uji Hausman adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Hausman
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Tabel 4.10
Hasil Uji LM
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Berdasarkan hasil Uji LM dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis uji
LM pada kolom both menunjukkan hasil Breusch-Pagan sebesar 0.0051<𝛼 (0.05)
atau dapat dikatakan signifikan, sehingga dapat ditarik kesimpulan model random
lebih baik dari model common effect.
Dari ketiga uji model common effect, random effect dan fixed effect, maka
model regresi yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan model regresi
random effect. Akan tetapi dilihat pada lampiran 6 nilai F statistik model fixed
signifikan dan adjusted R-squared model fixed positif, sedangkan uji F model
random tidak signifikan dan adjusted R-squared model random negatif terdapat
pada lampiran 7, maka lebih baik menggunakan model fixed. Menurut Nachrowi
dan Usman (2006) jika sampel yang diambil tidak acak, maka fixed effect model
lebih cocok untuk digunakan. Maka dari ketiga uji tersebut model yang dipilih
adalah model fixed sebagai model yang tebaik.
74
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.641220
Adjusted R-squared 0.550225
Sumber: hasil olah data oleh Eviews 9
4.2.4.2. Uji Simultan/Uji Serempak/Uji F
Hasil uji simultan pada lampiran 6 nilai p-value dari uji F (F statistic)
sebesar 0.0000<𝛼 = 0.05 dan nilai F statistic sebesar 7.046770> 1,96 (nilai F tabel
untuk observasi sebesar 174 data dan variabel independen = 7) sehingga dapat
disimpulkan modelnya fit atau sesuai atau dengan kata lain variabel-variabel
independen secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen (penghindaran pajak). Berikut hasil uji F:
Tabel 4.12
Hasil Uji F
F-statistic 7.046770
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: hasil olah data oleh Eviews 9
75
Y = 1,24 +0,07𝐷𝐴 + 0,01 𝐴𝑈𝐷𝐼𝑇 + 0,01 𝐾𝑂𝑀𝐼𝑇𝐸 + 0,11 𝐼𝑁𝐷𝑃 + 0,11 𝐼𝑁𝑆𝑇
memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,01, nilai t-statistik 1,65 <1,96 (t
tabel) dan nilai probilitas sebesar 0.05 ≤0,05.
Variabel INDP memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,01 dibawah alpha
0,05. Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada sub bab 3.3.1 bahwa
semakin tinggi CETR ini mengindikasikan semakin rendah tingkat
perusahaan melakukan penghindaran pajak demikian pula sebaliknya
semakin rendah CETR mengindikasikan semakin tinggi perusahaan
melakukan penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1%
INDP akan menurunkan CETR 11%. Artinya komisaris independen
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penghindaran pajak.
Dengan demikian hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini yang
menyatakan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
78
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jian dan
Chaohui (2011) dan Wang dan Chen (2012), Sari et al. (2016) manajemen laba
berpengaruh signifikan positif terhadap penghindaran pajak. Artinya perusahaan-
perusahaan melakukan manajemen laba melalui manipulasi beban diskresioner
dengan motivasi melakukan penghindaran pajak. Dan penelitian Desai dan
Dharmapala (2006) dan Geraldina (2013), yang hasilnya manajeman laba
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak jika. Menurut Desai dan
Dharmapala (2006), kondisi ini dikarenakan perusahaan memberikan bonus dan
insentif terhadap manajer. Apabila manajer hanya menerima gaji dalam bekerja,
manajer tidak terpengaruh untuk melakukan manajemen laba. Namun, apabila
perusahaan memberikan bonus dan insentif kepada manajer, maka memotivasi
manajer untuk melakukan manajemen laba untuk mewujudkan pendapatan
berbasis bonus dan insentif tersebut dan terlibat dalam strategi perencanaan pajak.
lebih rendah dibanding dengan perusahaan yang diaudit oleh non the big four.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa
dan Kurniasih (2012), Fadhilah (2014), Putranti dan Setiawanta (2015), dengan
hasil penelitian kualitas audit berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh KAP big four mencerminkan
kualitas audit yang menambah nilai perusahaan, dan dapat meyakini pemegang
saham non pengendali bahwa kepentingan mereka terlindungi. Disisi lain,
tindakan penghindaran pajak merupakan penghematan pajak yang yang
diperbolehkan, dapat dibenarkan karena tidak melanggar Undang-Undang dalam
hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran.
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan bukti mengenai manajemen
laba, kualita audit, komite audit, komisaris independen dan kepemilikan
institusional terhadap penghindaran pajak yang diproksikan dengan CETR
pada perusahan manufaktur periode 2010-2015. Berdasarkan hasil
pengolahan data menggunakan Eviews 9 pembahasan pada Bab IV, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak
(CETR). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jian dan Chaohui (2011), Wang dan Chen (2012), Sari et
al. (2016), Desai dan Dharmapala (2006) dan Geraldina (2013).
2. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (CETR).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti
dan Susanto (2015) dan Pranata et al. (2014), namun tidak sejalan dengan
penelitain Sandy dan Lukviarman (2015) dan Marsipah et al. (2015),
Annisa dan Kurniasih (2012), Fadhilah (2014) dan Putranti dan
Setiawanta (2015).
3. Komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak (CETR).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsipah et
al. (2015), namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sandy dan Lukviarman (2015).Damayanti dan Susanto (2013), Prakosa
(2014) dan Annisa dan Kurniasih (2012).
4. Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
(CETR). Penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sandy dan Lukviarman (2015) dan Prakosa (2014), namun tidak sejalan
dengan penelitianFadhilah (2014), Pranata et al. (2014).
83
84
5.3. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan manufaktur
maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam perusahaan,
lembaga pemerintah dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan
dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :
5.3.1. Implikasi Manajerial
1. Bagi perusahaan penerapan Good Corporate Governance sebaiknya
diterapkan dengan baik dan benar, mengingat di Indonesia masih kurang
85
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, C.S, Blouin, J.L, Jagolinzer, A.D danLarcker, D.F. 2015. Corporate
Governance, Incentives, and Tax Avoidance.First Version, University of
Toronto research conference, PP 1-44
Asri, N. Khairat, Puspa, Dwi Fitri dan Hamdi, Mukhlizul. 2014. Pengaruh
Corporate Social Responsibility Dan Corporate Governance Terhadap
Agresivitas Pajak Perusahaan Manufaktur Yang Listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2010-1014. Jurnal Akuntansi Vol 9.
Cahyono, D.D., Andini, Rita dan Raharjo, K. 2016. Pengaruh Komite Audit,
Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (Size),
Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Tindakan
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan Yang
Listing BEI Periode Tahun 2011 – 2013. Journal Of Accounting, Volume 2
No.2.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q. dan Shevlin, T. 2010. Are family firms more tax
aggressive than non-family firms? Journal of Financial Economics 95(1),
41– 61.
Ching, Ken M.L., Firth Michael dan Rui, Oliver M. 2002. Earnings Management,
Corporate Governance and the Market Performance of Seasoned Equity
Offerings. Department of Accountancy. The Hong Kong Polytechnic University
Hung Hom, Kowloon Hong Kong. Current Version. 1-31.
Diantari, P. Rista dan Ulupui, IGK. Agung. 2016. Pengaruh Komite Audit,
Proporsi Komisaris Independen Dan Proporsi Kepemilikan Institusional
Terhadap Tax Avoidance. ISSN: 2302-8556. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol.16.1. 702-732
Fischer, P.E.dan R.E. Verrecchia. 2000. “Reporting Bias”, The Accounting Review
75, 229-245.
Geraldina, Ira. 2013. Preferensi Manajemen Laba Akrual atau Manajemen Laba
Riil dalam Aktivitas Tax Shelter. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Volume 10 Nomor 2. 206-224.
90
Godfrey, jayne, Hodgdon, Allan, Tarca, Ann, Hamilton, Jane dan Holmes, Scott.
2010. Accounting Theory 7th edition. Australia: John Wiley & Sons
Australia. Ltd.
Gramlich, Jeffrey D., Limpaphayom, Piman dan Rhee, S. Ghon. 2004. Taxes,
Keiretsu Affiliation, and Income Shifting. University of Illinois Tax
Research Symposium. JEL Classification. Journal of Accounting and
Economics 37. 1-29.
Gujarati, Damodar. 2009. Basic Economics 5th Edition. New York: McGraw –
Hill Book Co.
Harto, Puji, Puspita, Silvia Ratih. 2014. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan
Terhadap Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting. Volume
3, Nomor 2, ISSN (Online): 2337-3806 1-13
Jensen, Michael C, dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics 3. hal. 305-360.
Kohtari, S.P , Leona, Andrew J., Wasley Charles E. 2005. Performance Matched
Discretionary Accrual Measures. 2005. Sloan School of Management
Massachusetts Institute of Technology50 Memorial Drive, E52-325. P 1-49.
Krishnan, G.V. 2003. Audit Quality and The Pricing Of Discretionary Accruals.
Auditing: A Journal of Practice & Theory 22, (1), 109-126.
Lin, Kenny Z., Mills, Lillian F. dan Zhang, Fang. 2014. Public versus Private
Firm Responses to the Tax Rate Reduction in China. American
Accounting Association. DOI: 10.2308/atax-50618. Vol. 36, No. 1 pp. 137–
163
Linda, Maryasih, Lilis dan Nuraini. 2011. Komite Audit dan Kinerja Perusahaan:
Agency Theory atau Stewerdship Theory? Simposium Nasional Akuntansi
XIV. Aceh. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol 5. No.2.
Martani, Dwi, dan Fontanella, Amy. 2014. Pengaruh Karakteristik terhadap Book
tax Differences (BTD) pada perusahaan listed di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XVII.
Pranata, Febri M., Dwi Fitri Puspa dan Herawati. 2014. Pengaruh Karakter
Eksekutif Dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Kumpulan
Artikel Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Wisuda Ke 61 April
2014 E-Journal. (4). hal. 1-14.
Salleh, N.M. Zaki, Haat, C.M. dan Hasan. Audit Committee and Earnings
Management: Pre and Post MCCG. International Review of Management
and Business Research Vol. 3 Issue.1.ISSN: 2306-9007. 307-318.
Sekaran, Uma. 2014. Research Methodes For Business. Edisi 4. Penerbit Salemba
Empat.
Shleifer, A., dan Vishney, R. 1986. Large Shareholders and Corporate Control.
Journal of Political Economy 94: 461-488.
Waluyo, T. Muji, Basri, Y. dan Mutiara, Rusli. 2015. Pengaruh Return on Asset,
Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan
Institusi Terhadap Penghindaran Pajak , SNA XVIII. Vol.20. No. 160. 1-
25.
Wang, Shiweidan Chen, Siyu. 2012. The Motivation for Tax Avoidance in
EarningsManagement.2012. International Conference on Engineering and
Business Management. 477-450.
95
Yasar, A. 2013. Big Four Auditors’ Audit Quality and Earnings Management:
Evidence from Turkish Stock Market. International Journal of Business and
Social Science, 4(17), 153-163.
www.idx.co.id.
www.wikipedia.orgindonesia.
www.bppk.kemenkeu.go.id.
www.pajak.go.id.
96
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
IKHTISAR HASIL PENELITIAN TERDAHULU
2 Wang dan The Motivation for Tax Avoidance 2012 Manajemen laba
Chen in Earnings Management berpengaruh positif
terhadap penghindaran
pajak
Komite audit
berpengaruh positif
terhadap penghindaran
pajak
Komisarais independen
tidak berpengaruh
terhadap penghindaran
pajak
Kepemilikan
instiusional tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
97
Komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap penghindaran
pajak
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
Komite audit
berpengaruhnegatif
terhadap penghindaran
pajak
Komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance
Kepemilikan
98
institusional
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance
Proporsi komisaris
independen
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance
Kualitas Audit
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance
Komite Audit
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance
komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
99
komite audit
berpengaruh positif
terhadap tax avoidance.
Lampiran 2
DAFTAR PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Lampiran 3
Hasil Analisis Deskriptif Sebelum Uji Outlier
Lampiran 4
HASIL ANALISIS DESKRIPTIF SETELAH UJI OUTLIER
Lampiran 5
HASIL UJI AUTOKORELASI SEBELUM UJI OUTLIER
Dependent Variable: CETR
Method: Least Squares
Sample: 1 258
Included observations: 258
Lampiran 6
Effects Specification
Weighted Statistics
Lampiran 7
MODEL RANDOM EFFECT
Dependent Variable: CETR
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/04/17 Time: 19:18
Sample: 2010 2015
Periods included: 6
Cross-sections included: 29
Total panel (balanced) observations: 174
Swamy and Arora estimator of component variances
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Lampiran 8
107
Lampiran 9
HASIL UJI OUTLIER
NO PERUSAHAAN TAHUN RESIDUAL NO PERUSAHAAN TAHUN RESIDUAL
1 ARNA 2010 3,96941 11 KAEF 2010 -2,91614
ARNA 2011 3,96941 KAEF 2011 -2,91614
ARNA 2012 3,96941 KAEF 2012 -2,91614
ARNA 2013 3,96941 KAEF 2013 -2,91614
ARNA 2014 3,96941 KAEF 2014 -2,91614
ARNA 2015 3,96941 KAEF 2015 -2,91614
2 ASII 2013 2,520629 12 MERK 2010 3,529122
ASII 2014 2,575375 13 SMGR 2010 -2,91614
ASII 2015 2,597204 SMGR 2011 -2,91614
3 BUDI 2011 0,285185 SMGR 2012 -2,91614
BUDI 2014 2,867675 SMGR 2013 -2,91614
4 CEKA 2010 5,481718 SMGR 2014 -2,91614
5 DLTA 2012 2,8309 SMGR 2015 -2,91614
6 EKAD 2014 4,581149 14 VOKS 2015 10,09295
7 HMSP 2011 3,101278
8 IMAS 2010 4,778574
IMAS 2014 11,80307
9 INAI 2010 3,480654
INAI 2011 3,772978
INAI 2012 3,316952
INAI 2013 4,860424
INAI 2014 4,965661
INAI 2015 4,264083
10 INDS 2015 2,985634
108
Lampiran 10
RATA-RATA VARIABEL KOMITE AUDIT DAN KOMISARIS
INDEPENDEN PERIODE 2010-2015