LAPORAN
KUARTAL 1
PUSKESMAS GAYA BARU
KEC.TELLU LIMPOE, KAB. BONE
PROVINSI SULAWESI SELATAN
LAPORAN KUARTAL 1
PUSKESMAS GAYA BARU
KEC. TELLU LIMPOE, KAB. BONE
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Di susun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kami masih diberikan kesehatan jasmani dan rohani, serta diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan laporan kuartal pertama di Puskesmas Gaya Baru.
Laporan ini berisi kegiatan yang kami laksanakan selama bulan Juni-September 2016.
Kuartal pertama kami di sini belum banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan.
Apalagi belum adanya integrasi antara POA tim Nusantara Sehat dan Puskesmas.
Sehingga sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan merupakan peguatan dari program
yang telah ada. Pada bulan Juni-Agustus 2016 kami fokus dalam mengumpulkan data
tentang Keluarga Sehat dan juga menata kembali manajemen Puskesmas seperti
pencatatan dan pelaporan, serta kegiatan lain yang akan kami jelaskan dalam laporan ini.
Perubahan yang kami lakukan di sini mungkin hanyalah perubahan kecil namun
kami berharap setiap tindakan yang telah dilaksanakan di sini membawa manfaat untuk
semuanya. Keterbatasan yang kami temui terkadang tidak mudah, tapi kami yakin setiap
masalah punya solusi. Kami berupaya semampu mungkin untuk menjadi agent of change
yang membawa inovasi bermanfaat buat semuanya. Semoga Allah ridhoi langkah kami
selalu.
Kami menyadari betul bahwa pada penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan laporan selanjutnya. Harapan kami, saran yang
diberikan dapat menjadikan pedoman bagi kami dalam mengembangkan kinerja Tim
Nusantara sehat selama dua tahun ke depan.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah, masyarakat, dan
tenaga kesehatan beserta para kader di puskesmas, yang telah mendukung program kami.
DAFTAR ISI
MANAJEMEN
PUSKESMAS
6
A. Latar Belakang
D.1.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk melengkapi alat kesehatan
yang masih kurang di puskesmas.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Memudahkan pelayanan di puskesmas
2. Meningkatkan pelayanan kepada pasien
D.1.8 Dokumentasi
Berkas atau arsip merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu
instalasi pelayanan. Berkas atau arsip berisi data-data yang ada
dipuskesmas kesehatan, seperti data pegawai, data pasien serta data
puskesmas lainnya. Kelengkapan berkas disuatu puskesmas akan
memudahkan pegawai atau peneliti lainnya dalam melihat data-data.
Selain itu berkas juga berfungsi sebagai bukti pelayanan kepada pasien,
dengan adanya berkas atau arsip data akan tersusun dengan rapi dan
baik.
11
D.2.1 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah penyusunan dan pengadaan
berkas.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Mempermudah pegawai dalam mencari berkas-berkas yang ada di
puskesmas
2. Menjadi bukti pelayanan kepada pasien
3. Melengkapi berkas/Arsip yang harusnya ada dipuskesmas
D.2.2 Pihak yang terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala puskesmas sebagai
pengambil keputusan dan semua pegawai puskesmas yang harus
mengerti tentang arsi-arsip atau berkas yang harus ada dipuskesmas.
D.2.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah puskesmas dan pegawai Puskesmas Gaya
Baru
D.2.4 Rincian Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memilih beberapa berkas yang
sudah ada di puskesmas. Berkas yang sudah ada dilihat apakah sudah
memenuhi standar atau tidak. Jika belum memenuhi standar berkas
diperbaiki. Sedangkan bagi berkas yang tidak ada di puskesmas
dilakukan pengadaan berkas/arsip.Kemudian dilakukan sosialisasi
kepada pegawai bagaimana cara mencari berkas di lemari arsip agar
memudahkan pegawai jika suatu waktu memerlukannya.
12
D.2.8 Dokumentasi
14
D.3.7 Dokumentasi
lainnya dengan suka hati datang terlambat atau malah tidak hadir pada
hari pasar.Selain itu,kondisi puskesmas Gaya Baru yang kotor tidak
terurus, walaupun memiliki tenaga kebersihan satu orang lingkungan
disekitarnya terlihat tidak terpelihara
Sehingga perlu dilakukan pengaktifan kembali beberapa kegiatan di
puskesmas seperti apel pagi untuk mendisiplinkan pegawai, jumat bersih
agar lingkungan sekitar lebih bersih dan juga senam pada hari jumat.
D.4.1 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah mengaktifkan kembali kegiatan
dipuskesmas yang sempat vakum.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah
1. Meningkatkan kedisiplinan pegawai puskesmas
2. Meningkatkan kebersihan lingkungan puskesmas
D.4.2 Pihak yang terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala puskesmsa
sebagai pengambil keputusan dan juga semua pegawai puskesmas.
D.4.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah semua pegawai puskesmas.
D.4.4 Rincian Kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan cara memberikan penjelasan kepada
kepala puskesmas dan juga kepala bagian tata usaha tentang
kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian kepala puskesmas
dan Kepala Bagian tata Usaha menyampaikan kepada semua pegawai
bahwa kegiatan puskesmas yang sempat vakum seperti apel pagi,
jumat bersih dan senam pada hari jumat akan diaktifkan kembali. Apel
pagi hanya dilakukan pada hari pasar dan jumat saja. Pada hari lain
pegawai tetap tidak masuk kantor.
18
D.4.7 Dokumentasi
20
PROMOSI
KESEHATAN
21
PROMOSI KESEHATAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423
per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun
2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa
tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar 1,3 kali (Hasil kajian
morbiditas diare, Depkes, 2012). Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa
masalah-maslah kesehatan yang ada di masyarakat ternyata masih cukup tinggi.
Menurut data Puskesmas Gaya Baru pada tahun 2015, 10 penyakit terbanyak
yaitu dermatitis, gastritis, hipertensi, batuk, anemia, reumatik, demam, sakit kepala,
gangguan jaringan lunak dan diare. Sehubungan dengan hal tersebut maka pelayanan
kesehatan dimasyarakat perlu terus ditingkatkan baik bersifat kuratif,promotif dan
preventif serta rehabilitatif. Puskesmas sebagai penanggungjawab penyelenggara
upaya kesehatan terdepan, kehadirannya ditengah masyarakat tidak hanya berfungsi
sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Disamping itu, keberadaan
Puskesmas di suatu wilayah dimanfaatkan sebagai upaya-upaya pembaharuan
(inovasi) baik dibidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan lainnya
bagi kehidupan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan
sebagai agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan
timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat.
Namun, dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi berbagai
masalah anatara lain: kegiatan yang dilaksanakan puskesmas kurang berorientasi
pada masalah dan kebutuhan masyarakat setempat tetapi lebih berorientasi pada
masalah dan kebutuhan masyarakat pada pelayanan kuratif bagi pasien yang datang
ke puskesmas. Salah satu azas Puskesmas wajib menyelenggarakan setiap upaya
kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu,
upaya promosi kesehatan puskesmas membantu masyarakat agar mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). (KepMenKes No. 585
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan tahun 2007).
22
B. TUJUAN
Tujuan dari Program Promosi Kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan
masyarakat terkait dengan penyakit.
C. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan dalam program Promosi kesehatan, yaitu:
1. Ceramah terkait informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat
2. Diskusi dengan masyarakat
3. Demonstrasi terkait dengan informasi yang telah diberikan
4. Mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari
5. Evaluasi
D. BENTUK KEGIATAN
D.1 Promosi kesehatan Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun
D.1.1 Latar Belakang
Sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup
manusia itu sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait
dengan promosi kesehatan. Maka promosi kesehatan sangat diperlukan
dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalah-
masalah kesehatan. (KepMenKes No. 585 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan tahun 2007).
Salah satu Promosi kesehatan yaitu Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam Rumah tangga. Ada 10 tatanan yang harus diterapkan dan
harus diPromosikan kepada masyarakat. 10 indikator tersebut adalah
Persalinan dibantu tenaga kesehatan, memberikan ASI Eksklusif selama 6
bulan, berat badan ditimbang secara berkala, menggunakan air bersih,
cuci tangan pakai sabun, menggunakan jamban yang sehat, membasmi
jentik nyamuk, makan sayur dan buah setiap hari, beraktivitas secara
regular setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. Dari 10 indikator
PHBS di dalam rumah tangga ada 1 tatanan yang penting dilaksanakan
oleh perorangan yaitu Cuci tangan Pakai Sabun. Pentingnya Cuci Tangan
Pakai Sabun setelah melakukan kegiatan dikarenakan banyak terdapat
23
D.1.2 Tujuan
Tujuan umum
- Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya
Cuci tangan Pakai Sabun
Tujuan Khusus
- Memahami tentang bahayanya tidak mencuci tangan pakai sabun
- Memahami cara mencuci tangan pakai sabun dengan benar
- Mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari
D.1.9 Dokumentasi
Penyuluhan CTPS
Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di desa Tapong. Kegiatan ini dilakukan
pada saat ada posyandu di Poskesdes.
N
Strategi Indikator Pencapaian Rencana
o Outcome
Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Tindak Lanjut
.
1 Adanya Pengadaan 85% pegawai Hanya pegawai Sosialisasi
. fasilitas fasilitas untuk puskesmas telah Puskesmas kepada pasien
untuk mencuci tangan menerapkan cuci yang yang
mencuci pakai sabun tangan pakai melakukan berkunjung ke
tangan pakai sabun setelah kebiasaan cuci Puskesmas
sabun melakukan tangan pakai untuk
kegiatan sabun melakukan
kebiasaan cuci
tangan pakai
sabun setelah
dilakukannya
pengobatan
atau
pemeriksaan.
Evaluasi Rekomendasi
No.
1. Gallon untuk menampung air terdapat Sebaiknya petugas kebersihan mengganti
jentik nyamuk air yang ada di gallon tersebut
2. Tidak semua sudut terdapat sabun Tersedianya sabun untuk mencuci tangan
3. Tidak tersedianya lap/tisu untuk Tersedianya lap/tissue untuk mengeringkan
mengeringkan tangan tangan
3. Tidak menggunakan air yang mengalir Menyediakan westaffel
4. Tidak tersedia fasilitas cuci tangan di Tersedianya fasilitas untuk mencuci tangan
setiap ruangan di setiap ruangan.
5. Pegawai Puskesmas masih salah dalam Perlu Sosialisasi mengenai cara mencuci
melakukan cara mencuci tangan pakai tangan pakai sabun dengan benar
sabun dengan benar
28
D.2.8 Dokumentasi
Media penyuluhan
Keadaan Tempat cuci tangan sebelum kedatangan kami, hanya gallon berisikan air
dan didalamnya terdapat jentik nyamuk. Selain itu, tidak tersedia sabun. Setelah kedatangan kami di Puskesmas Kami, menerapkan cara mencuci tangan
dengan benar, adanya sabun dan adanya tempat cucitangan dengan air yang
mengalir.
D.3.2 Tujuan
Tujuan umum
- Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit
diare
Tujuan Khusus
- Memahami tentang bahayanya penyakit diare
- Memahami cara penularan penyakit diare
- Memahami cara pencegahan penyakit diare
- Memahami faktor penyebab penyakit diare
- Memahami cara pembuatan oralit di rumah
5. Evaluasi
6. Dokumentasi
D.3.9 Dokumentasi
Penyuluhan Diare
D.4.9 Dokumentasi
36
KESEHATAN
LINGKUNGAN
38
KESEHATAN LINGKUNGAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan, yang pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas
lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
Mengingat Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota serta sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan dalam
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, maka Puskesmas
juga berfungsi sebagai model bangunan sehat, yang diharapkan mampu memotivasi
kemandirian masyarakat untuk meniru dan menerapkannya dirumah.
Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan
dengan kualitas media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap
terjadinya penyakit dan/atau gangguan kesehatan (PerMenKes No. 13 Tahun 2015
tentang Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas).
Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, antara lain penemuan Pneumonia Balita pada tahun
2012 cakupannya sebesar 22,12 %. Angka kesakitan diare pada semua umur
menurun tidak signifikan dari 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411
per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 dan tahun
2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar
1,3 kali (Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012). WHO melaporkan sementara
ini Indonesia pada peringkat 5 dunia jumlah penderita TB Paru (WHO Global
Tuberculosis Control 2010).
39
Menurut data UPTD Puskesmas Gaya Baru pada tahun 2015, dari 10
penyakit terbanyak yang ada 4 diantaranya disebabkan oleh lingkungan seperti
penyakit diare, Dermatitis, Pneumonia, dan TBC. Disamping itu perubahan iklim
(climate change) diperkirakan akan berdampak buruk terhadap lingkungan sehingga
dapat terjadi peningkatan permasalahan terhadap penyakit. Hal lain yang
menyebabkan meningkatnya permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh
keterbatasan akses masyarakat terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63 %
dan penggunaan jamban sehat sebanyak 69% (sekretariat STBM, Bappenas, Tahun
2012). Menurut data kesehatan lingkungan UPTD Puskesmas Gaya Baru pada tahun
2015 yaitu cakupan penggunaan jamban sehat 56,95% dan Cakupan akses air minum
80,64%.
B. TUJUAN
Tujuan Utama dari Program Kesehatan Lingkungan adalah menciptakan
lingkungan yang sehat dan bersih serta terbebasnya dari penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan.
C. METODE PELAKSANAAN
Metode Pelaksanaan dalam Program Kesehatan Lingkungan, yaitu :
a. Melakukan pemilah Sampah Medis, Sampah Non Medis dan Benda Tajam oleh
tenaga kesehatan terutama medis
b. Melakukan Konseling sanitasi terhadap pasien terkait dengan penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan.
D. BENTUK KEGIATAN
D.1 Pemilahan Sampah Medis, Sampah Non Medis Dan Sampah Tajam
D.1.1 Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan medis
hingga rawat jalan, termasuk kegiatan imunisasi yang saat ini dilakukan
dalam skala besar. Dari kegiatannya, PUSKESMAS juga menghasilkan
limbah yang bersifat spesifik, yakni infeksius dan tajam. Limbah dari
40
D.1.2 Tujuan
Tujuan umum
- Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
Tujuan Khusus
- Mencegah Kecelakaan Kerja
- Upaya pencegahan penyakit
- Mencegah bau yang tidak sedap
D.1.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan Pemilahan sampah medis, sampah non
medis dan sampah tajam adalah seluruh pegawai Puskesmas terutama
Tenaga Kesehatan medis.
Evaluasi Rekomendasi
No.
1. Tempat sampah belum memenuhi Perlu pengadaan tempat sampah yang
persyaratan kesehatan. sesuai dengan persyaratan kesehatan
2. Tempat sampah belum tersedia sesuai Perlu pengadaan tempat sampah sesuai
dengan kebutuhan dengan kebutuhan
3. Plastik untuk melapisi tempat sampah Tersedianya Plastik untuk melapisi
tidak tersedia tempat sampah agar mudah dalam
pengangkutan.
4. Pemusnahan sampah tajam belum Tersedianya alat needle destroyer
terlaksana
5. Pemusnahan sampah medis belum Sebaiknya ada kerjasama dengan Dinas
terlaksana dengan baik. Kesehatan untuk pemusnahan sampah
medis atau pengadaan Insenerator di
Puskesmas
6. Masih ada tenaga kesehatan yang belum Perlu sosialisasi kembali mengenai
memilah sampah. pemilahan sampah
D.1.9 Dokumentasi
D.2.2 Tujuan
Tujuan umum
- Meningkatkan informasi dan edukasi kepada pasien.
Tujuan khusus
- Memahami tentang pengertian penyakit yang dideritanya
- Memahami tentang penyebab penyakit yang dideritanya
- Memahami tentang pencegahan penyakit yang dideritanya
D.2.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan adalah pasien dankeluarga pasien.
Klinik sanitasi
PELAYANAN IBU
HAMIL
TERJANGKAU
50
pemantaun intensif untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sayangnya, tidak
semua ibu bisa mengunjungi Fasilitas Kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
Bagi ibu hamil yang berada di remote area mereka hanya bisa menunggu Bidan desa
untuk menghampirinya.
Wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru termasuk remote area. Banyak desa
terpencil yang jauh dari Puskesmas. Sehingga ibu hamil lebih memilih untuk
menunggu proses persalinan dengan sendirinya tanpa memeriksakan kehamilannya.
Terlebih data dari Puskesmas Gaya Baru, 2 dari 5 ibu hamil memiliki faktor risiko.
Sehingga diperlukan pelayanan yang fokus pada individu. Apalagi masih banyak ibu
hamil yang belum mengetahui apa saja faktor risiko dalam dirinya.
Kunjungan rumah ibu hamil adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk
memberi pelayanan pada ibu hamil. Program itu sudah berjalan dengan baik di sini,
sehingga Tim Nusantara Sehat menjadi penguat dalam pelaksanaan program tersebut.
Mengingat pentingnya program ini maka diperlukan keberlanjutan secara berulang tiap
bulannya. Adapun bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam kunjungan rumah ibu
hamil akan dijelaskan dalam laporan ini.
B TUJUAN UTAMA
Meningkatkan pelayanan ANC di wilayah remote area di Puskesmas Gaya Baru
Meningkatkan jangkauan pemberian pelayanan ANC di wilayah kerja Puskesmas
Gaya Baru
Mengetahui faktor risiko Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru.
C. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan program akan dilakukan secara bertahap. Dimulai dari pendataan
ibu hamil setiap bulannya, kemudian dilakukan kunjungan rumah ibu hamil secara
door to door. Dalam kunjungan itu dilakukan pemeriksaan kehamilan untuk
menentukan faktor risiko yang dialami oleh ibu tersebut. Setelah itu akan diberi tanda
berupa pemasangan bendera di depan rumah ibu hamil.
52
D BENTUK KEGIATAN
D.1 Sweeping Ibu Hamil
D.1.1 Latar Belakang
Banyak faktor yang menyebabkan ibu hamil jarang memeriksakan
kehamilannya salah satunya sulitnya akses menuju fasilitas kesehatan.
Sehingga ibu hamil lebih memilih menunggu kehamilannya hingga
proses kelahiran tanpa melakukan pemeriksaan ke Fasilitas Kesehatan.
Sedangkan menurut standarnya, pemeriksaan kehamilan harus
dilakukan minimal satu kali dalam trimester 1, satu kali dalam
trimester 2, dan dua kali dalam trimester 3. Akan tetapi banyak ibu
hamil yang lupa akan pentingnya ANC, sehingga mereka mengabaikan
pemeriksaan itu.
Tidak hanya kurangnya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan
kandungannya, masalah kunjungan ANC juga dikarenakan kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilannya. Kadang ibu dengan paritas
lebih dari 3, tidak lagi peka dengan kehamilannya. Padahal ia sudah
termasuk faktor risiko yang harus dilakukan pemantauan selama
kehamilan. Ibu menjadi kurang peduli dengan kehamilannya, dan hal
itu akan fatal jika sampai kehamilan tua terus diabaikan. Melihat
keadaan itu maka diperlukan program kegiatan pelayanan KIA yang
mampu menjangkau remote area. Salah satu program yang telah
dilakukan pemegang program KIA di wilayah Puskesmas Gaya Baru
adalah sweeping ibu hamil. Hal itu sudah berlangsung dengan baik dan
perlu penguatan lagi oleh tim Nusantara Sehat.
D.1.2 Tujuan Umum
- Untuk meningkatkan cakupan K1
- Untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak
Tujuan Khusus
- Untuk mendapatkan data ibu hamil
- Untuk identifikasi risiko pada ibu hamil
- Untuk mengklasifikasikan ibu hamil yang berisiko
53
D.1.4 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah semua ibu hamil dalam wilayah kerja
Puskesmas Gaya Baru.
Indikator
Outco Pencapaian Rencana
N Strategi pencapaian keberhasila
me kuartal 1 Tindak Lanjut
O n
1 Semua - Pendekatan pada 33% - Dari 11 desa - Melakukan
ibu Masyarakat untuk hanya 1 desa pendataan
hamil memperoleh data ibu yang tim dengan tepat
terdata hamil Nusantara - Memperoleh
- Kerja sama lintas sektor Sehat ikuti data sasaran
dalam mendapatkan kegiatan. yang akurat
jumlah pasangan usia Namun
subur kegiatan ini
sebelumnya
sudah rutin
dilaksanakan
D.1.8 Evaluasi dan Rekomendasi
NO Evaluasi Rekomendasi
1 Sejauh ini program berjalan setiap Sebaiknya bidan desa bekerja sama dengan
bulan dengan baik namun pendataan kader dalam mendapatkan informasi
dilakukan hanya di awal bulan, jumlah ibu hamil terkini, sehingga dapat
sehingga kurang efektif untuk langsung dilakukan kunjungan rumah
mendapatkan data terkini. sesegera mungkin.
2 Selama ini bidan desa melakukan Diadakan kerja sama dengan kader dalam
kegiatan ini tanpa ditemani kader pencarian ibu hamil.
sehingga kewalahan dalam menemukan
ibu hamil dan tidak mendapatkan semua
ibu hamil.
3 Kurang adanya koordinasi dengan lintas Dengan adanya kerja sama lintas sektor
sektor lebih mudah didapat data pasangan usia
subur sehingga mudah mengetahui ibu
yang akan hamil.
55
D.1.9 Dokumentasi
Pelaksanaan Sweeping Ibu Hamil di desa Foto bersama Bidan Desa dan Ibu hamil
Tapong, Kec. Tellu Limpoe yang baru terdeteksi saat kehamilan tuanya
D.2.4 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah ibu hamil yang terdata di wilayah
setempat.
NO Evaluasi Rekomendasi
1 Kunjungan rumah hanya dilakukan Kunjungan dilakukan dalam keadaan yang
sebentar saja sehingga kurang menyenangkan sehingga apa-apa yang
berkualitas disampaikan dapat diterima dengan baik
2 Penyuluhan terkesan hanya Penyuluhan bisa menggunakan media atau
memberikan sekilas info alat peraga
58
D.2.9 Dokumentasi
D.3.4 Sasaran
Semua ibu hamil yang dilakukan kunjungan rumah.
NO Evaluasi Rekomendasi
1 Program ini berjalan dengan baik Pelayanan ANC haruslah berkualitas dan
namun karena keterbatasan yang ada sesuai dengan SOP yang ada sehingga
sehingga pelayanan ANC tidak meskipun ibu tidak mendapat pemeriksaan
sesuai SOP. di fasilitas kesehatan, ia tetap mendapat
pelayanan yang berkualitas
2 Pemeriksaan ANC yang belum Sebaiknya ANC dilakukan sesuai standar
sesuai menyulitkan untuk sehingga dapat mendeteksi risiko yang ada
pengklasifikasian pada ibu.
61
D.3.9 Dokumentasi
warna merah untuk ibu dengan faktor risiko. Pemasangan stiker P4K
ditempatkan di pintu atau jendela depan rumah sehingga bisa terlihat
oleh orang lain. Sedangkan pemasangan bendera ditempatkan di depan
rumah ibu atau juga bisa di tempat yang bisa terlihat dari jauh.
Indikator Rencana
Pencapaian
N Outcome Strategi pencapaian keberhasi Tindak
kuartal 1
O lan Lanjut
1 Setiap rumah - Melakukan sosialisi 66% 2 dari 11 Pemasanga
terpasang pada pejabat desa desa sudah n bendera
stiker p4k sehingga tahu akan dilaksanakan di seluruh
dan bendera maksud pemasangan pemasangan rumah ibu
stiker p4k dan bendera bendera pada hamil
- Melakukan koordiansi ibu hamil setiap desa
dengan kader dalam Pemasanga
pemasangan sehingga n stiker p4k
kader juga mengetahui di setiap
rumah mana saja yang rumah
D dipasang
NO Evaluasi Rekomendasi
1 Stiker P4K sudah terpasang dengan Sosialisasi mengenai cara pengisian yang
baik namun pengisian masih belum benar
benar
2 Pemasangan bendera sudah Persiapan bendera untuk setiap desa perlu
dilakukan perhatian agar dalam kegiatannya tidak
menemui kendala
65
D.4.9 Dokumentasi
D.5.4 Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja maksimal sebanyak 10
orang untuk setiap kelas. Diharapkan suami/keluarga ikut serta
minimal 1 kali pertemuan
NO Evaluasi Rekomendasi
1 Kegiatan berlangsung tanpa Pelaksanaan harus terorganisir jadwal dan
perencanaan atau pemberitahuan materi apa yang akan dibahas
pada ibu.
2 Materi yang disampaikan terlalu Perlu adanya kegiatan lain yang menarik
sedikit atau waktu pertemuan terlalu sehingga ibu ingin terus datang seperti
singkat arisan dan sebagainya
3 Tempat pelaksanaan kegiatan terlalu Perlu adanya perencanaan tempat sebelum
sempit pelaksanaan.
69
D.5.9 Dokumentasi
PERSALINAN
AMAN
71
PERSALINAN AMAN
B. TUJUAN UTAMA
- Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan
- Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan
- Meningkatkan pelayanan pada ibu bersalin normal
- Meningkatkan pengetahuan bidan desa dalam menangani kasus komplikasi
72
C. METODE PELAKSANAAN
Dalam upaya untuk persalinan aman, metode pelaksanaan yang dilakukan adalah
optimalisasi program EMAS dan peningkatan pengetahuan Bidan desa dalam
menangani kasus gawat darurat dalam bentuk simulasi dan drill emergency.
D. BENTUK KEGIATAN
D.1 Optimalisasi Pelaksanaan Program EMAS
D.1.1 Latar Belakang
Tujuan Khusus
D.1.4 Sasaran
Seluruh bidan dan tenaga kesehatan yang terkait dalam optimalisasi
program ini
Rencana
N Indikator Pencapaian
Outcome Strategi pencapaian Tindak
O keberhasilan kuartal 1
Lanjut
1 Sistem Pemantauan sistem kerja 50% - Alat-alat - Melengkapi
kinerja klinik secara rutin emergency alat yang
klinik Perlengkapan alat emergency sudah sebagian masih belum
berkualitas untuk menangani kasus dilengkapi, ada
emergency sudah tersedia -
box emergency meningkatka
maternal dan n
neonatal pengetahuan
-Sudah ada tim tim
emergency emergency
- pembuatan
SOP
-Pelaksanaan
Bongkar
bersih kamar
bersalin
NO Evaluasi Rekomendasi
1 Program sudah berjalan sebagian Pelaksanaan program sebaiknya diupdate
dengan baik, tenaga kesehatan di secara rutin sehingga bisa optimal
Puskesmas antusias
2 Pemenuhan alat-alat emergency Pengajuan daftar alat yang belum ada
masih belum semuanya. Terkendala kepada pihak yang terkait sehingga cepat
dana dalam pemenuhan alat tersebut bisa terpenuhi
3 Tim emergency sebagian sudah Update ilmu diperlukan agar kompetensi
mengerti tugasnya, namun masih tim emergency terus lebih baik
banyak yang belum paham
75
D.1.9 Dokumentasi
D.2.4 Sasaran
Semua bidan desa dalam wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru
NO Evaluasi Rekomendasi
1 Kehadiran bidan desa dalam kegiatan Sebaiknya kehadiran juga dinilai dan menjadi
cukup baik, namun masih ada yang point penting dan diharapkan ada dukungan
belum mengikuti kegiatan. dari pihak Puskesmas untuk menunjang
kehadirannya.
2 Pelaksanaan kegiatan sebulan sekali Sebaiknya kegiatan ditetapkan jadwal pastinya
belum terlaksana dengan baik sehingga bisa direncanakan sebelum
pelaksanaan
82
D.2.9 Dokumentasi
REVITALISASI
POSYANDU
84
A. LATARBELAKANG
Seperti telah tercantum dalam UUD RI 1945, dan juga pasal 28 H ayat 1 dan
UU No. 36 tahun 2009, tentang Kesehatan) bahwa Kesehatan merupakan hak asasi
manusia, dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan
dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar
masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan akhirnya dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan
bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab
bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.
Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama
atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas
hidup manusia.UNDP tahun 2011 melaporkan, bahwa pada tahun 2011 Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sebesar 0,617 dan menduduki peringkat 124
dari 187 negara.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masayarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masayarakat dan meberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila sistem
pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan
secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
layanan kesehatan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga
pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif
masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga
dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-
ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita mereka ke posyandu
85
sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya
setiap bulan (Depkes RI, 2006).
Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada
masyarakat setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80 -100 balita. Dalam keadaan
tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan
atau jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes
RI,2006).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan,
karena di setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu
dicanangkan pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu,
pada Tahun 2005 meningkat menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006), dan pada
Tahun 2008 menjadi 269.202 posyandu (Depkes RI, 2009). Ditinjau dari
aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan
keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2006).
Menurut Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu
merupakan tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu
meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi
posyandu tersebut yaitu meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan
teknis serta dedikasi kader di posyandu, memperluas sistem posyandu dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah,
menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan
prasarana kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam
penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan memperkuat dukungan
pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat,
termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Peningkatan kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi pelayanan
posyandu yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, pemberantasan
penyakit menular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi serta adanya
penimbangan balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu
menyusui,pasangan usia subur dan balita.
86
namun karena peran posyandu sangat menentukan terhadap gambaran kondisi ibu dan
anak secara nasional, maka disetiap daerah perlu dilakukan pemantauan kegiatan
melalui Revitalisasi Posyandu. Frekuensi dan jenis kegiatan Revitalisasi Posyandu
yang dipantau ditetapkan atas kebutuhan masing-masing daerah. Pada tingkat
operasional (desa/kelurahan, kecamatan), pemantauan dilakukan secara
bulanan,dengan melaksanakan kunjungan lapangan (Depkes RI, 2001).
B. TUJUAN
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya posyandu dan meningkatkan
kualitas posyandu agar masyarakat mengerti bahwa posyandu itu penting.
C. METODEPELAKSANAAN
1. Penimbangan dan pengukuran berat badan
2. Penyuluhan Gizi
3. Pemberian vitamin A
4. Pemasangan Bendera
D. BENTUKKEGIATAN
D.1Penimbangan dan Pengukuran
D.1.1 LatarBelakang
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat (Depkes RI, 2005).
Pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan dan lingkar
lengan) sebenarnya sangat mudah dilakukan namun juga sekaligus rawan
terhadap bias dan error data.Untuk menghindari bias dan error data maka
hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas alat yang digunakan dan
ketelitian dalam melakukan pengukuran
Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui
kondisi pertumbuhan dan gizi anak.Penilaian pertumbuhan pada anak
sebaiknya dilakukan dengan jarak yang teratur disertai dengan
pemeriksaan serta pengamatan fisik. Pengukuran berat badan digunakan
88
Melakukan penimbangan dan pengukuran bayi , balita dan ibu hamil dengan
tepat dan benar sehingga hasil yang di dapat valid dan bisa di pertanggung
jawabkan .
89
D.1.8 Dokumentasi
Pengukuran Antropometri
91
D.2Penyuluhan GIZI
D.2.1 LatarBelakang
D.2.3 PihakYangDilibatkandanPeranan
Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas Gizi yang
bertanggung jawab atas semua proses Kegiatan Penyuluhan Gizi dan
Kader yang membantu agar terlaksana program ini, serta Kepala
Puskesmas sebagai pihak yang mengetahui dan menyetujui setiap kegiatan
yang dilakukan.
D.2.4 Sasaran
Sasarannya adalah Semua masyarakat yang datang ke posyandu.
D.2.8 Dokumentasi
D.3.1 LatarBelakang
kapsul pertama, dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian. Dengan dosis ini
maka akan menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi, berkurangnya
penyakit infeksi paska persalinan, mencegah gangguan penglihatan seperti
rabun senja, mempercepat proses pemulihan dan mencegah anemia.
Pemberian vitamin A dosis tinggi selain diberikan pada anak usia
dibawah 5 tahun setiap enam bulan, ibu hamil dan ibu nifas, juga
diberikan pada keadaan tertentu seperti pada anak dengan kasus
xeroftalmia, campak dan gizi buruk (marasmus, kwashiorkor dan
marasmik kwashiorkor). Dosis pemberiannya disesuaikan dengan umur
anak, diberikan pada hari pertama (saat ditemukan), hari kedua dan dua
atau empat minggu kemudian.
Vitamin A ini diberikan secara gratis dan dapat diperoleh di
seluruh sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu (Pustu), polindes/poskesdes, balai pengobatan, praktek
dokter/bidan swasta), posyandu.
D.3.2 Tujuan Umum
Agar Balita dan Ibu nifas tidak kekurangan Vit A.
Tujuan Khusus
1. Agar Tidak ada penyakit yang timbul akibat kekurangan vitamin A
D.3.3 PihakYangDilibatkandanPeranan
Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas Gizi yang
bertanggung jawab atas semua proses Kegiatan , Apoteker yang memberi
kapsul Vitamin A dan Kader yang membantu agar terlaksana program ini,
serta Kepala Puskesmas sebagai pihak yang mengetahui dan menyetujui
setiap kegiatan yang dilakukan.
D.3.4 Sasaran
Sasarannya adalah Ibu nifas dan Balita di atas 6 bulan
97
No Evaluasi Rekomendasi
D.3.8 Dokumentasi
D.4.1 LatarBelakang
Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (WHO, 2005).
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
aktivitas berfikir, dan semua hal yang berhubungan dengan
kehidupan.Kekurangan zat gizi bersifat ringan sampai berat banyak
terjadi pada anak balita .Kondisi gizi kurang yang terus-menerus
menyebabkan kurang energi protein (KEP)yang merupakan salah satu
penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi
maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda,pada derajat yang
ringan sampai berat.Menurut Manjoer Arif(2000) KEP adalah keadaan
dimana kurang gizi yang di sebabkan rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG)Batitagizi kurang adalah batita dengan status
gizi kurang yang berdasarkan indikator BB/U dengan nilai z-score < - 2
SD sampai – 3 SD
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau
menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi
sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan
klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor (Supriasa, 2001).
Pemasangan Bendera di tunjukan untuk balita yang berada pada
garis merah untuk menandai bahwa di rumah itu ada balita garis merah,
agar apa bila terjadi apa-apa bisa di tanganin dengan cepat dan tepat,
warna bendera untuk balita bawah garis merah adalah Warna Ungu.
D.4.2 Tujuan Umum
D.4.4 Sasaran
Balita yang berada di bawah garis merah
D.4.5 Rincian Kegiatan
Setelah Posyandu selesai , apabila ada balita bawah garis merah
,akan di di kunjungi kerumahnya, di berikan sosialisasi ke keluarga
dan masyarakat setempat tentang bendera berwarna ungu, dan di
pasang kerumahnya.
No Evaluasi Rekomendasi
D.3.8 Dokumentasi
REVITALISASI
GIZI
PUSKESMAS
105
A .Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian
wilayah kecamatan (Kepmenkes No.128 th 2004).Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004)
Puskesmas adalah unit kerja terdepan pelaksana program perbaikan gizi di
daerah. Tujuan program perbaikan gizi bertujuan menurunkan angka penyakit gizi
kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah (di
pedesaan maupun perkotaan), terutama pada nak balita dan wanita. Tujuan tersebut
mendukung upaya penurunan angka kematian bayi, balita dan kematian ibu serta
mendorong makin terwujudnya norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Program
ini juga berusaha memperbaiki keadaan gizi masyarakat pada umumnya, melalui
perbaikan pola konsumsi pangan yang makin beraneka ragam, seimbang dan bermutu
gizi.
Sasaran dari program perbaikan gizi yaitu penurunan prevalensi kurang kalori
protein (KKP) pada balita, penurunan prevalensi kurang vitamin A di daerah rawan,
penurunan prevalensi gangguan akibat kekurangan yodium, penurunan prevalensi
anemia gizi pada ibu hamil, dan adanya perubahan pola konsumsi pangan keluarga
yang makin beraneka ragam, seimbang dan bermutu gizi.
Tenaga Gizi adalah setiap orangyang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan , Pelayanan Gizi adalah suatu upaya
memperbaiki atau meningkatkan, makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu
atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan
dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau
sakit.
Peranan Ahli Gizi sangat penting dalam pelayanan kesehatan dasar, karena
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat merupakan salah satu dari 6 upaya kesehatan wajib
106
Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
antara Konselor dan Klien/Pasien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perillaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah
gizi yang sedang di hadapi.Konselor/petugas Konseling adalah orang yang mempunyai
kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) untuk melakukan konseling. Konselor
harus dapat menggali masalah yang dialami oleh klien, memicu penjelasan dan harus
memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan memberikan
alternatif untuk memecahkan masalah yang dihadapi serta membantu klien mengambil
keputusannya.Klien adalah orang yang mempunyai masalah (kesehatan dan gizi) yang
membutuhkan pertolongan, datang ke tempat konseling untuk dibantu. Dalam
konseling terjadi interaksi (perpaduan unik antara konselor dan klien pada saat
bersamaan
B. TUJUAN
Meningkatkan Kualitas dan Kinerja puskesmas
C. METODEPELAKSANAAN
1. Konseling Gizi
2. Menggunakan kembali alat yang ada yang sudah tidak di pakai
3. Mengerjakan laporan
D. BENTUK KEGIATAN
D.3 Konsultasi Gizi
D.3.1 LatarBelakang
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang
mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah antara Konselor dan Klien/Pasien untuk menanamkan
107
D.3.4 Sasaran
Semua pasien yang pergi kepuskesmas dan memilki masalah gizi yang
ingin di konsultasikan
No Evaluasi Rekomendasi
D.3.8 Dokumentasi
Konseling Gizi
D.4 Mengunakan kembali alat yang telah ada , Membuat dan menyusun laporan
Gizi
D.4.1 LatarBelakang
110
Banyak alat kesehatan untuk gizi yang ada di puskesmas gaya baru
tetapi tidak di gunakan atau hanya didiamkan berdebu di tempat
penyimpanan seperti leaftet, poster penyuluhan dll.
Laporan Gizi yang banyak sehingga petugas gizi kebingungan untuk
mengerjakan yang mana dan rata – rata pegawai puskesmas tidak bisa
mengoperasikan laptop apa lagi mahair menggunakan word dan exel
sehingga d laporan kebanyakan di tulis tangan tidak ada file yang di simpan
jadi itu yang membuat petugas gizinya kewalahan dengan kerjaannya ,
seandainya ada data yang di simpan mungkin penkerjaanya menjadi lebih
mudah.
D.4.2 Tujuan Umum
Mempermudah kerja
Tujuan Khusus
1. Memperlengkap alat di klinik gizi
D.4.4 Sasaran
Ahli gizi dan seluruh staf puskesmas
Indikator
N Strategi Pencapaian Rencana tindak
Out come Keberhasila
o pencapaian kuartal 1 Lanjut
n
1 Mengadakan Mengambil satu Sampai Sudah mulai Meminta
kms bagi kms di buku kia semua balita di berikan pengadaan KMS
balita yang yang memiliki memiliki KMS kepada kepada dinas
tidak 2 kms KMS Balita yang
memiliki
2 Membuat Menbuat Ada ruangan Sudah ada Memperindah
ruangan ruangan gizi tempat tempat atau ruangan yang
konsultasi seadanya di konsultasi ruangan ada
Gizi ruang rawat gizi untuk
inap konsultasi
gizi
3 Mengumpul Membuat kotak Sudah ada Sudah ada Membuat kotak
kan alat – penyimpanan rak tempaat kotak yang permanen
alat alat alat gizi penyimpana penyimpanan untuk
konseling n alat alat hanya saja menyimpat alat
yang sudah terbuat dari alat.
ada sepeti kardus
poster leaflet
dan lembar
balik
4 Membantu Mengerjakan Sudah Sudah Membuat papan
merapikan dan menyimpan tersimpan sebagian penyapaian
dan file-file dengan dengan rapi laporan yang sehingga hasil –
mengerjakan baik file-file di kerakan di hasil pencapaian
laporan laporan siimpan di bulan lalu dapat
komputer di tempel.
puskesmas
No Evaluasi Rekomendasi
D.4.8 Dokumentasi
Manajemen
Pelayanan
Rawat Inap
114
A.Latar Belakang
barang-barang penunjang lainnya juga tidak tersedia seperti meja untuk perawat tidak ada
sehingga perawat tidak selalu duduk di ruang rawat inap, lemari alat tidak tersedia
sehingga alat kesehatan diletakkan begitu saja dilantai. Alat tulis seperti pulpen penggaris,
stepler, map tempat berkas juga tidak tersedia. Bahan habis pakai yang seharusnya tersedia
di ruang seperti cairan infus,chateter urine , iv chat tidak ditemukan di ruang rawat inap
sehingga ketika ada pasien yang dirawat bahan habis pakai diambil dari ruangan UGD
bukan dari gudang obat.
Kelengkapan berkas rawat inap sangat kurang seperti rekam medik asuhan
keperawatan tidak ada. Buku register ada tetapi terletak di ruangan aula dan tidak memiliki
format yang sesuai. Asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien malah dituliskan
di buku registrasi. Data-data pasien yang masuk ke ruang rawat inap tidak dikumpulkan
dalam satu folder sehingga staf yang lain kesulitan ketika mencari data pasien yang pernah
dirawat di puskesmas.
Sealin kondisi fisik dan juga kelengkapan alat yang ada dipuskesmas, pelayan yang
diberikan kepada pasien juga kurang bermutu. Pasien yang dirawat di puskesmas tidak
diperhatikan dengan baik oleh perawat. Perawat tidak mengetahui tentang kebutuhan
pasien., baik kebutuhan bio-psiko sosio dan spiritual. Asuhan yang dilakukan hanyalah
menginfus pasien ketika pasien pertama kali datang, mengganti cairan infus jika sudah
habis dan membuka kembali infus pasien jika pasien akan pulang. Pasien yang dirawat
juga tidak pernah dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan atau hal lain yang harausnya
pasien dapatkan.
Jumlah pasien yang dirawat sangat sedikit, untuk satu bulan hanya ada satu pasien
yang di rawat atau malah tidak ada. Masyarakat lebih suka dirawat dirumah dan didatangi
oleh dokter dibandingkan dirawat di puskesmas. Menurut pengakuan masyarakat mereka
lebih suka dirawat dirumah karena perkembangan kesehatan mereka lebih diperhatikan
oleh dokter dan perawat dibandingkan ketika mereka dirawat di puskesmas walaupun
biaya perawatan di rumah lebih mahal. Hal ini menimbulkan kesulitan perawat untuk
melakukan asuhan keperawatan secara berkesinambungan karena rumah pasien tidak
didesain untuk ruang perawatan, perawat harus membawa peralatan medis ke rumah
pasien sedangkan jarak rumah pasien dengan puskesmas berjauhan.
Oleh karena itu diperlukan manajemen dalam ruang rawat inap agar semua berjalan
dengan semestinya dan meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien .
117
B. Tujuan Utama
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memperbaiki manajemen ruang rawat inap
Puskesmas Gaya Baru.
C.Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang dilakukan dalam mencapai tujuan utama adalah :
1. Penataan ruangan
2. Usulan pengadaan barang dan alat kesehatan
3. Sosialisasi
4. Penerapan asuhan keperawatan
D. Bentuk Kegiatan
D.1 Penataan Ruang Rawat Inap dan Penyusunan Arsip
D.1.1 Latar Belakang
Ruang rawat inap adalah ruangan yang diperuntukkan untuk merawat
pasien secara kontiniu yang disebabkan oleh kondisi kesehatan pasien yang
membutuhkan pengawasansecara terkontrol dari tenaga kesehatan seperti
dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain .
Ruang rawat inap yang aman dan nyaman merupakan faktor penting
yang dapat mempengaruhi kesehatan atau kesembuhan pasien. Kualitas aman
dan nyaman suatu rawat inap dapat diukur dari sarana dan juga kebersihan
ruangan, penataan dan pencahayaan yang baik.Semakin baiknya tampilan
ruang rawat inap maka akan menarik pasien untuk datang berobat dan mau
dirawat di puskesmas.
Arsip atau berkas merupakan data-data yang ada di ruang rawat inap
seperti data jumlah pasien, kelengkapan rekam medik dan data lainnya. Data-
data yang berhubungan dengan ruang rawat inap harus diletakkan diruang
rawat inap agar jika suatu waktu data diperlukan maka langsung dapat dilihat.
D.1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk menata kembali ruang rawat inap
dan menyusun arsip yang berantakan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
118
2. Arsip-arsip dan Menata Arsip dan Arsip dan Menyiapkan file box
berkas tertata dengan kembali arsip berkas ruang berkas ruang untuk menyimpan
rapi yang rawat inap rapi rawat inap arsip
berantakan telah rapi
D.1.7 Evaluasi dan Rekomendasi
No Evaluasi Rekomendasi
1. Pegawai puskesmas masih sering Menghimbau kembali semua pegawai
istirahat di tempat tidur pasien dan tidak puskesmas jika sudah menggunkan
merapikan kembali sehingga rawat inap tempat tidur agar dirapikan kembali.
terlihat tidak rapi dan kotor
D.1.8 Dokumentasi
121
No Evaluasi Rekomendasi
1 Ruang rawat inap tidak memiliki lemari Mengusulkan pengadaan lemari
untuk meletakkan bahan habis pakai dan barang
juga alat kesehatan sehingga sering barang
hilang dan tidak tertulis di kartu stok
2 Alat kesehatan kadang tidak difungsikan Sosialisasi penggunaan alat kesehatan
sesuai dengan fungsinya sehingga banyak sesuai dengan fungsinya.
barang yang hilang. Seperti Waskom sering
dijadikan tempat cat
123
D.2.8 Dokumentasi
124
D.3.8 Dokumentasi
127
128
D.4.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang
paripurna kepada pasien.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1.Perawat dapat melakukan pengkajian awal pasien
2.Perawat dapat menemukan masalah keperawatan
3.Perawat dapat menyimpulkan diagnosa keperawatan
4.Perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan
5.Perawat dapat mengevaluasi perkembangan pasien.
D.3.8 Dokumentasi
131
132
OPTIMALISASI
IMUNISASI
133
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang peduli terhadap kehidupan anak. Baik dalam segi
pendidikan maupun kesehatan. Terbukti dari banyaknya program kesehatan yang
dicanangkan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Seperti yang tercantum dalam
UU PerlindunganAnak No.35tahun 2014 bahwa Setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual
dan sosial. Salah satu program kesehatan untuk anak adalah program imunisasi yang juga
tercantum dalam undang-undang Kesehatan no 36 Tahun 2009 bahwa setiap anak berhak
memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit
yang dapat dihindari melalui imunisasi.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes Nomor
42 Tahun 2013).
Imunisasai adalah suatu proses yang meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh atau bagian
bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian imunisasi adalah untuk melakukan
pencegahan terhadap beberapa macam penyakit. Beberapa macam penyakit yang dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi adalah tuberkulosis,campak, difteri, tetanus, polio
dan juga penyakit lainnya. Pelaksanaan iminusasi dapat dilakukan di rumah sakit,
puskesmas, posyandu, klinik praktik dokter dan fasilitas pelayanan lainnya.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derjat kesehatan masyarakat
yang setingi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes 75 Tahun 2014 ).
Sejalan dengan tujuan dari imunisasi, adanya puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
tingkat petama berperan besar dalam upaya kegiatan promotif dan preventif yaitu
pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Hal ini tertuang dalam beberapa program
yang dilaksanakan oleh puskesmas salah satunya adalah program imunisasi. Dalam
134
posyandu merupakan salah satu kegiatan UKBM yaitu Usaha Kesehatan Berbasis
Masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya pelaksana imunisasi dibantu oleh kader. Pada
setiap desa jumlah kader posyandu yang telah ditetapkan sebanyak lima orang tetapi
kebanyakan kader tidak aktif karena tidak diberikan insentif dari desa. Hal itu
menyebabkan pelaksana imunisasi atau bidan desa kesusahan dalam melaksanakan
program posyandu karena sistem lima meja tidak bisa diterapkan dengan baik. Kurangnya
jumlah petugas yang melaksanakan posyandu menyebabkan elemen penting seperti
penyuluhan tidak dapat dilakukan.
Dokumentasi posyandu tidak tercatat dengan baik. Bidan desa kadang lupa
membawa buku registrasi ke tempat posyandu sehingga untuk memberikan imunisasi
bidan desa terlebih dahulu bertanya kepada si ibu tentang imunisasi sebelumnya sudah
didapatkan dan di lokasi mana disuntik sehingga pemberian imunisasi double lebih
berpeluang terjadi. Hal ini tambah dipersulit jika orang tua bayi/balita tidak membawa
KMS ataupun tidak mempunyai buku KMS. Kader yang seharusnya juga mempunyai
buku registrasi kebanyakan tidak memiliki. Kalaupun buku registrasi ada, data tidak
tersusun secara rapi didalamnya. Terkadang buku registrasi dibawa oleh bidan desa ke
rumahnya sehingga ketika dibutuhkan pada saat posyandu tidak tersedia.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi tidak optimalnya pelaksanaan imunisasi
adalah manajemen logistik yang kurang bagus seperti pengelolaan, penyimpanan dan
pendistribusian vaksin masih dilakukan oleh seorang perawat yang telah ditunjuk sebagai
pelaksana imunisasi sebelumnya. Peralatan dan alat logistik imunisasi belum memadai
seperti kulkas vaksin terletak di ruangan kartu dengan kondisi ruangan tidak terkunci.
Bidan desa dapat mengambil sendiri vaksin yang dibutuhkan tanpa ada pengawasan dari
pelaksana imunisasi sehingga stok vaksin sering tidak cukup diakhir bulan dan pada
akhirnya desa yang melaksanakan imunisasi diakhir bulan tidak mendapatkan vaksin.
Selain itu bidan desa juga belum mengerti tentang cara pengambilan vaksin yang ada
didalam lemari es. Lemari es dibiarkan terbuka terlalu lama dan vaksin yang telah diambil
tidak diletakkan kembali ditempatnya sesuai dengan sensitifitas vaksin terhadap suhu. Hal
ini menyebabkan kualitas vaksin juga berkurang pada saat diberikan kepada bayi/balita.
Kulkas vaksin sebagai tempat penyimpanan vaksin kurang bagus sehingga suhu vaksin
tidak sesuai dengan yang diinginkan, jumlah vaccine carriertidak berbanding dengan
jumlah posyandu, ukuran vaccine carrier terlalu besar sehingga sulit dibawa ke medan
136
yang sulit. Program imunisasi tidak memiliki termoter sebagai alat pengukur suhu untuk
mengetahui apakah bayi/balita aman untuk diberikan imunisasi atau tidak. Pada saat
penyuntikan pelaksana imunisasi ataupun bidan desa tidak melakukan disinfeksi pada area
penyuntikan sehingga berpeluang untuk terjadi infeksi. Setelah melakukan posyandu,
biasanya sampah vaksin berupa jarum suntik dibiarkan terbuang di tempat posyandu, dan
diambil oleh anak-anak atau warga sekitar.
Dari beberapa faktor diatas faktor yang paling penting adalah kurangnya
pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi sehingga malas untuk membawa
anaknya ke posyandu. Berbagai alasan yang diutarakan oleh masyarakat adalah anak
setelah diimunisasi sering demam dan rewel, anak sudah besar tidak perlu dilakukan
imunisasi lanjutan lagi, berdasarkan pengalaman orang tua sebelumnya bayi/anak tidak
perlu diimunisasi karena tanpa imunisasi anak juga akan sehat. Selain itu kurangnya
kepedulian masyarakat dan para pemangku jabatan didesa seperti kepala desa atau kepala
dusun terhadap masyarakat lainnya untuk mengingatkan kegiatan imunisasi yang setiap
bulan dilakukan di desa nya.
Oleh karena itu, dari beberapa faktor dan masalah yang sudah dipaparkan diatas,
dianggap perlu untuk dilakukan pengoptimalisasian kegiatan imunisasi melalui revitalisasi
posyandu dengan melakukan berbagai macam kegiatan.
B. Tujuan Utama
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah pengoptimalisasian program imunisasi melalui
revitalisasi posyandu.
C. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang dilakukan adalah :
1. Usulan pengadaan alat kesehatan
2. Advokasi
3. Sosialisasi
4. Penyegaran
5.Penyuluhan
137
D. Bentuk Kegiatan
D.1 Manajemen Penyimpanan, Pengelolaan dan Pendistribusian Vaksin
D.1.1.Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
disebutkan bahwa praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan penyimpanan
dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan itu adalah tenaga
kefarmasian. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian (asisten apoteker).
Oleh karena itu yang yang diberikan kewenangan untu mengatur obat dan
vaksin adalah tenaga kefarmasian yaitu apoteker atau asisten apoteker
D.I.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum sosialisasi ini adalah memberikan pemahaman kepada
pelaksana imunisasi sebelumnya untuk menyerahkan tanggung jawab
pengelolaan dan penyimpanan vaksin kepada apoteker.
Tujuan Khusus
1. Pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian vaksin terkontrol dengan
baik
2. Pendistribusian vaksin sesuai dengan sasaran yang ada
138
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah apoteker, pelaksana imunisasi,
bidan desa dan juga kepala puskesmas sebagai pengambil keputusan untuk
memindahkan kewenangan pengelolaan dan penyimpanan dan pendistribusian
vaksin yang sebelumnya dilakukan oleh pelaksana imunisasi kepada apoteker.
D.1.4 Sasaran
Sasaran dari sosialisasi ini pelaksana imunisasi dan juga bidan desa yang
melakukan imunisasi setiap bulannya. Selain itu kepala puskesmas juga
berperan penting dan juga pegawai lainnya yang terkait.
D.1.5 Rincian Kegiatan
Kegiatan sosialisasi ini dilakukan pada saat lokakarya mini bulanan. Sosialisasi
dilakukan dengan cara memberikan pemahaman kepada pelaksana imunisasi
sebelumnya bahwa semua jenis obat ataupun vaksin yang mengelola
seharusnya adalah seorang apoteker sesuai dengan disiplin ilmu yang pernah
dipelajarinya. Sehingga nanti nya diharapkan vaksin terkelola dan terdistribusi
dengan baik.
No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih ada pelaksana imunisasi atau bidan desa Memberikan pemahaman kembali tentang alur
yang mengambil vaksin tanpa sepengetahuan pengamprahan vaksin.
apoteker
2 Lemari es vaksin terletak diruang kartu dan Pemindahan kulkas vaksin ke gudang obat dan
tidak terkunci sehingga apoteker kesulitan pengadaan kunci ruangan
untuk mengontrol stok vaksin
3 Pengamprahan vaksin masih dilakukan oleh Advokasi kepada kepala puskesmas untuk
petugas imunisasi karena petugas imunisasi pemindahan kewenangan pengampranan vaksin.
bertindak sebagai pemegang program.
D.1.8 Dokumentasi
140
D.2 Penyediaan Logistik Imunisasi (Safety Box, Termometer dan Kapas Alkohol)
D.2.1 Latar Belakang
Berdasarkan PERMENKES NO 42 tahun 2013 yang dimaksud dengan
logistik imunisasi adalah vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency
kitdan dokumen pencatatan imunisasi. Ketersediaan logistik berupa safety
boxakan memperlancar kegiatan imunisasi dan juga mengurangi terjadinya
penyebaran penyakit melalui tertusuknya jarum suntik.
Disinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi. Penyuntikan merupakan salah satu tindakan invasif yang
dilakukan kepada bayi/balita. Sehingga untuk mengurangi peluang terjadinya
infeksi perlu dilakukan disinfeksi terlebih dahulu dengan kapas alkohol
Imunisasi adalah suatu proses memasukkan bakteri kedalam tubuh
manusia sehingga tidak dapat dihindari efek samping berupa demam atau
reaksi anafilaktik lainnya. Ada beberapa kondisi yang menjadi kontraindikasi
dari pemberian vaksin seperti demam tinggi. Oleh karena itu pada kegiatan
imunisasi dibutuhkan alat untuk mengukur suhu tubuh yaitu termometer.
D.2.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah mengadakan logistik imunisasi
sepertisafety box dan termometer, kapas alkohol.
Tujuan Khusus
1.Mengurangi penyebaran penyakit melalui jarum suntik
2.Mengurangi kejadian infeksi pada penyuntikan
3.Mengurai terjadinya KIPI (Kejadian Ikutin Pasca Imunisasi) atau efek
samping yang tidak diinginkan melalui imunisasi
D.2.4 Sasaran
Safety Box
Kegiatan pengadaan safety box ini dilakukan dengan cara memfungsikan
kembali safety box yang sudah ditumpuk dan tidak terpakai dibelakang
puskesmas. Kemudian safety box yang sudah dilipat diberi label dan
diletakkan satu buah diruangan kartu (di dekat lemari vaksin). Fungsi dari
safety box yang diruang kartu adalah untuk mengumpulkan jarum yang
dibawa dari beberapa posyandu. Ketika pergi posyandu untuk kegiatan
imunisasi safety box dibawa dalam keadaan terlipat. Sampainya di tujuan
safety box di rakit kembali menjadi sebuah tempat sampah, dan ketika
posyandu berakhir safety box yang sudah terisi jarum dan benda tajam
lainnya diikat dibelakang motor untuk dibawa kembali ke puskesmas.
Kapas Alkohol
Pengadaan kapas alkohol dilakukan dengan cara memanfaatkan barang
bekas yang ada di puskesmas yaitu berupa botol obat yang sudah tidak
digunakan lagi. Botol obat yang sudah dibersihkan terlebih dahulu diisi
dengan kapas dan diberi alkohol. Kapas alkohol yang sudah jadi di bawa
setiap kali posyandu.
Termometer
Pengadaan termometer untuk kegiatan imunisasi yaitu dengan mengajukan
permohonan alat ke bagian bendahara puskesmas.
142
No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih ada pelaksana imunisasi atau bidan desa Memberikan pemahaman kembali tentang
tidak menggunakan kapas alkohol dan tidak pentingnya disinfeksi sebelum penyuntikan dan
membawa safety box setiap kali posyandu juga pembuangan sampah tajam harus kedalam
safety box
2 Kapas alkohol yang sudah di buat sering hilang Menyimpan kapas alkohol ditempat yang aman
dan dibawa pulang kerumah
143
D.2.8 Dokumentasi
144
Sedangkan masyarakat setempat banyak yang tidak tahu atau tidak peduli
terhadap kondisi kesehatan warga sekitarnya sehingga tidak ada yang
mengingatkan untuk pergi ke posyandu agar bayi/balitanya di imunisasi.
D.3.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah memberikan tanda pada bayi dan balita
yang belum lengkap imunisasinya.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap masyarakat lainnya tentang
kondisi imunisasi warganya
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mengunjungi posyandu
sehinggasasaran imunisasi lebih tercapai
D.3.3 Pihak yang Terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pelaksana imunisasi, bendahara
puskesmas sebagai pengadaan barang, kepala puskesmas sebagai pimpinan
yang harus mengetahui semua perubahan yang terjadi di puskesmas dan juga
kader yang membantu dalam kegiatan puskesmas.
D.3.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah rumah bayi atau balita yang belum lengkap
imunisasi dasar.
145
No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih banyak bayi/balita yang belum Mengusulkan pengadaan bendera di
lengkap imunisasi belum terpasang desa-desa yang belum pernah
bendera di desa-desa lainnya dipasang bendera
2 Dana kurang untuk membeli kain Mengusulkan pengadaan kain
sehingga tersendat dalam pemasangan kepada bendahara puskesmas
bendera
3. Alat transportasi yang kurang sehingga Pemasangan bendera dilakukan
sulit untuk menjangkau daerah yang jauh ketika ada kegiatan ke desa-desa
terjauh.
146
D.2.8 Dokumentasi
147
No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih banyak kader yang belum Resosialisasi sistem 5 meja, pengisian KMS
mengerti tentang sistem 5 meja, cara dan buku registrasi
pengisian KMS dan buku registrasi
2 Banyak kader yang tidak aktif dalam Advokasi kepala desa untuk menyiapkan
kegiatan posyandu honor kader
3. Tidak semua kader bisa dibina karena Sosialisasi dilakukan ketika ada kegiatan
jarak tempuh yang jauh lain di desa yang dituju.
149
D.4.8 Dokumentasi
150
151
D.5. Penyuluhan
D.5.1 Latar Belakang
Penyuluhan merupakan suatu hal yang penting dilakukan kepada masyarakat.
Tujuan dari penyuluhan adalah untuk memberikan edukasi atau pengetahuan
tentang penyakit dan informasi kesehatan lainnya. Dengan penyuluhan
masyarakat diharapkan mampu mengetahui tentang penyakit dan proses
pencegahannya sehingga mereka mampu untuk mengubah perilaku menjadi lebih
sehat lagi.
Banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap kesehatan anaknya terutama
tentang imunisasi sehingga mereka tidak mau membawa anaknya ke posyandu.
Ketidakpedulian ini berawal dari ketidaktahuan masyarakat terhadap pentingnya
imunisasi terhadap anak. Oleh karena itu setiap kegiatan imunisasi perlu
dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat.
D.5.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang imunisasi.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Masyarakat pengetahui pengertian imunisasi
2. Masyarakat mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
melakukan imunisasi
3. Masyarakat mengetahui macam-macam jenis imunisasi beserta fungsinya
4. Masyarakat mengetahui efek samping dari imunisasi
5. Masyarakat mengetahui cara mengatasi efek samping dari imunisasi
6. Masyarakat mengetahui kemana bayi/balita harus dibawa jika efek
samping yang ditimbulkan dari imunisasi tidak hilang.
D.5.3 Pihak yang Terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini dalah pelaksana imunisasi dan juga
kader posyandu.
D.5.4 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat atau ibu yang membawa anaknya
ke posyandu
152
D.4.8 Dokumentasi
154
BINA
OBAT
155
BINA OBAT
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pelayanan
Farmasi pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical). Kegiatan pelayanan kefarmasiaan yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Pelayanan kefarmasian dahulunya hanya manajemen dan peracikan obat saja yang
kemudian diserahkan pada pasien. Namun, pelayanan ini tidak cukup untuk menjamin
bahwa pasien akan memperoleh hasil yang diinginkan setelah menggunakan obat karena
ketidakpahaman dalam penggunaan obat, baik cara pemakaian, waktu penggunaan, jumlah
obat yang akan dikonsumsi bahkan pengetahuan mengenai cara penyimpanan obat yang
benar. Oleh karena itu, terjadi pergeseran paradigma dari “Drug Oriented” menjadi
“Patient Oriented”. Jadi pelayanan farmasi klinis atau yang dikenal dengan
“Pharmaceutical Care” punya peranan yang sangat besar dalam mengatasi permasalahan
tersebut.
Dalam pelaksanaannya pelayanan kefarmasian di Puskesmas sudah diatur dalam
PERMENKES No.30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Dalam kebijakan ini telah dijelaskan bahawa pelayanan kefarmasian di Puskesmas
meliputi Manajemen obat dan bahan medis habis pakai serta pelayanan Farmasi klinis,
dimana kegiatan yang termasuk kedalam pelayanan tersebut sudah dijelaskan secara rinci.
Di Puskesmas Gaya Baru pelayanan kefarmasiannya sudah ada, tetapi belum
terlaksana sesuai dengan yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan dan
ketentuan yang berlaku. Banyak hal yang harus dibenahi demi terwujudnya pelayanan
kefarmasian yang dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan kepada pasien
di wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru. Untuk itu, sebagai Apoteker Tim Nusantara Sehat
Puskesmas Gaya Baru mengupayakan Program Bina Obat ini dalam 3 bulan pertama
untuk meningkatkan upaya kesehatan yang ada di Kecamatan Tellu Limpoe disamping
program-program Puskesmas Gaya Baru lainnya. Bentuk kegiatan dan perubahan yang
sudah dicapai akan dijelaskan secara rinci dalam laporan ini.
156
B. TUJUAN
Tujuan dari program ini adalah untuk terlaksananya pelayanan kefarmasian yang
sesuai dengan Peraturan dan Standar Pelayananan Kefarmasian yang sudah ditetapkan.
Selain itu pelayanan kefarmasian sebagai salah satu bagian dari upaya kesehatan yang ada
di Puskesmas disamping pelayanan lainnya dapat memberikan peranan yang besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
C. METODE PELAKSANAAN
Bina obat ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
a. Melakukan perbaikan manajeman kefarmasian baik di gudang Farmasi, di Apotik
maupun sub unit terkait misalnya dengan memperbaiki dokumentasi yang ada di
Gudang Farmasi dan di Apotek.
b. Melakukan perbaikan pelayanan pengobatan kefarmasian baik di Puskesmas
maupun di luar puskesmas, misalnya pada saat puskesmas keliling dan posyandu
misalnya dengan melakukan konseling.
D. BENTUK KEGIATAN
D.1 Manajemen Kefarmasian
D.1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat,
pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi
Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan
kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu. Peran Apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut
antara lain adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien
yang membutuhkan. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung
157
D.I.4 Sasaran
Sasaran dari program ini adalah Seluruh kegiatan yang menyangkut
Manajemen kefarmasian di Puskesmas Gaya Baru dapat terlaksana dengan
baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
No Evaluasi Rekomendasi
1. Lemari dan Rak Obat yang ada di Pengadaan lemari dan rak obat yang sesuai
gudang farmasi dan di Apotek belum standar, agar obat tidak mengalami
sesuai standar dan sudah ada bagian perubahan secara fisik karena pengaruh
yang dimakan rayap. lingkungan seperti kelembapan atau
kemasan jadi rusak.
2. Tata letak ruang apotek yang kurang Pengadaan instalasi atau pemasangan
sesuai dan penerangan di apotek dan di penerangan pada Apotek dan gudang guna
Gudang Farmasi yang tidak tersedia. memudahkan dalam mencari obat pada
saat malam hari.
3. Bidan Desa yang telat mengumpulkan Bidan Desa mengumpulkan LPLPO setiap
LPLPO kepada petugas terkait sehingga akhir bulan kepada petugas obat dengan
memperlambat penyelesaian LPLPO. format yang sudah ada
4. Arsip dan pembukuan yang ada di Setiap Arsip, Laporan, Pembukuan
Puskesmas sering ditumpuk di ruangan ditempatkan sesuai dengan ruangan yang
obat (Buku Jaga 24 Jam, Buku Operan bersangkutan. Jika ada yang meminjam
Alat UGD, Dokumen Lansia, MTBS) kembalikan ke tempat semula (sudah
tersedia buku ekspedisi setiap ruangan)
sehingga penanggung jawab mengetahui
keberadaan buku, arsip, atau laporan
tersebut
5. Penyiapan obat dan penyerahan obat Membuat SPO tentang obat sehingga
yang belum sesuai dengan aturan ketika memudahkan petugas obat dalam
apoteker tidak berada di tempat memberikan obat guna meningkatkan
pelayanan kepada pasien
163
D.I.9 Dokumentasi
PENGARSIPAN DOKUMEN
Pencataan, pembelajaran
dan Informasi
167
D.2.2 Tujuan
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam pengobatan yang didapatkan di Puskesmas Gaya Baru,
serta memberikan pelayanan untuk menjamin keefektifan, keamanan dan
keberhasilan pengobatan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
menggunakan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) secara tepat
dan rasional.
D.2.4 Sasaran
Dari tujuh macam pelayanan farmasi klinis yang ada beberapa yang sudah
dilaksanakan di Puskesmas Gaya Baru, yaitu:
Pengkajian resep, Penyerahan obat, dan Pemberian Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Konseling
Efek adiktif.
Pasien geriatrik
Pasien pediatrik
Pasien dalam keadaan hamil
Pasien dengan penyakit kronis
Pasien dengan kepatuhan rendah.
171
No Evaluasi Rekomendasi
1. Pemberian Informasi obat tidak Semua petugas terkait hendaknya memiliki
berjalan jika apoteker tidak berada pengetahuan dan keterampilan mengenai
di tempat. pelayanan obat dan informasi obat, sehingga
pelayanan tetap dapat dilaksanakan ketika
tidak ada apoteker
2. Rasa ingin tahu dan inisiatif yang Pada saat waktu luang sebaiknya tenaga
masih kurang dari tenaga kesehatan kesehatan saling berdiskusi mengenai
lainnya untuk mencari tahu tentang perkembangan terkini tentang kesehatan dan
sesuatu yang baru. memanfaatkan PIO untuk menambah
pengetahuan dan memberikan sosialisasi
tentang penting nya PIO kepada tenaga
175
kesehatan lainnya.
3. Pada saat konseling, banyak pasien Sebaiknya pasien dengan kondisi seperti itu,
yang tidak mengerti bahasa ditemani oleh keluarga untuk memastikan
Indonesia, bahkan banyak yang bahwa pasien memahami cara penggunaan
sudah pikun dan rabun, jadi obat yang tepat dan Apoteker mempelajari
informasi yang disampaikan sulit bahasa daerah sekitar misalnya bahasa Bugis.
untuk dimengerti pasien. Jika tidak bisa berbahasa daerah sebaiknya
Apoteker didampingi oleh teman yang
mengerti bahasa daerah.
4. Lembar konseling, lembar check list Menggunakan Lembar Konseling, Lembar
Pemberian informasi obat, dan PMR Check list Pemberian Obat dan menyediakan
masih belum digunakan dan belum dana untuk pengadaan berkas tersebut, karena
diperbanyak. sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan farmasi klinik ini.
5. Pada saat puskesmas keliling obat Pengadaan tempat obat berupa pallet kayu
yang dibawa hanya dimasukkan atau plastik yang sesuai sehingga
kedalam dus, sehingga menyulitkan memudahkan dalam penyimpanan dan
dalam pengambilan obat dan pengambilan obat pada saa pelayanan
kemasan obat dapat rusak karena puskesmas keliling
penyusunan yang tidak sesuai.
6. Pada saat puskesmas keliling dan Pengadaan stamfer dan mortir untuk meracik
posyandu, stamfer dan mortil di obat
Apotek di bawa karena hanya ada
satu
7. Kertas resep obat belum sesuai Pengadaan Kertas resep yang baru yang
dengan ketentuan sesuai dengan kertas resep
8. Etiket obat yang belum ada Pengadaan etiket obat yang belum ada
9. Apoteker belum rutin melaksanakan Melakukan Home Visit Care bersama dokter
pelayanan Home Visit Care kerumah dan tenaga kesehatan lainnya untuk
pasien yang tidak bisa datang ke meningkatkan pelayanan pengobatan pasien
Puskesmas
10. Kinerja Apoteker dan petugas obat Memberikan kuesioner survey kepusaan
176
\ D.2.9 Dokumentasi
Peracikan Obat
178