Anda di halaman 1dari 179

1

LAPORAN
KUARTAL 1
PUSKESMAS GAYA BARU
KEC.TELLU LIMPOE, KAB. BONE
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Oleh Tim Nusantara Sehat Batch 3 :


Devvy Apriani, Amd.Keb
Farizan Nuriz Risyanu, Amd.Gz
Juanah, SKM.
Meiva Amelia Lubis, S.Farm, Apt
Tiara Kudri, S.Kep, Ns.

TIM NUSANTARA SEHAT


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2016
2

LAPORAN KUARTAL 1
PUSKESMAS GAYA BARU
KEC. TELLU LIMPOE, KAB. BONE
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Di susun oleh :

Devvy Apriani, Amd.Keb


Farizan Nuriz Risyanu, Amd.Gz
Juanah, SKM.
Meiva Amelia Lubis, S.Farm, Apt
Tiara Kudri, S.Kep, Ns.

TIM NUSANTARA SEHAT 2016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kami masih diberikan kesehatan jasmani dan rohani, serta diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan laporan kuartal pertama di Puskesmas Gaya Baru.
Laporan ini berisi kegiatan yang kami laksanakan selama bulan Juni-September 2016.
Kuartal pertama kami di sini belum banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan.
Apalagi belum adanya integrasi antara POA tim Nusantara Sehat dan Puskesmas.
Sehingga sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan merupakan peguatan dari program
yang telah ada. Pada bulan Juni-Agustus 2016 kami fokus dalam mengumpulkan data
tentang Keluarga Sehat dan juga menata kembali manajemen Puskesmas seperti
pencatatan dan pelaporan, serta kegiatan lain yang akan kami jelaskan dalam laporan ini.
Perubahan yang kami lakukan di sini mungkin hanyalah perubahan kecil namun
kami berharap setiap tindakan yang telah dilaksanakan di sini membawa manfaat untuk
semuanya. Keterbatasan yang kami temui terkadang tidak mudah, tapi kami yakin setiap
masalah punya solusi. Kami berupaya semampu mungkin untuk menjadi agent of change
yang membawa inovasi bermanfaat buat semuanya. Semoga Allah ridhoi langkah kami
selalu.
Kami menyadari betul bahwa pada penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan laporan selanjutnya. Harapan kami, saran yang
diberikan dapat menjadikan pedoman bagi kami dalam mengembangkan kinerja Tim
Nusantara sehat selama dua tahun ke depan.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah, masyarakat, dan
tenaga kesehatan beserta para kader di puskesmas, yang telah mendukung program kami.

Tellu Limpoe, November 2016

Tim Nusantara Sehat


4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ 3


Daftar Isi ...................................................................................................... 4
Manajemen Puskesmas ............................................................................... 6
Promosi Kesehatan ...................................................................................... 21
Kesehatan Lingkungan................................................................................ 39
Pelayanan Ibu Hamil Terjangkau .............................................................. 50
Persalinan Aman .......................................................................................... 71
Revitalisasi Posyandu .................................................................................. 84
Revitalisasi Gizi Puskesmas ........................................................................ 105
Manajemen Rawat Inap .............................................................................. 114
Optimalisasi Imunisasi ................................................................................ 133
Bina Obat ...................................................................................................... 155
5

MANAJEMEN
PUSKESMAS
6

A. Latar Belakang

Puskesmas menurut Permenkes No 175 Tahun 2014 didefenisikan


sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan usaha kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugasnya puskesmas menyelenggarakan fungsinya
sebagai UKM atau Usaha Kesehatan Masyarakat dan juga UKP yaitu Usaha
Kesehatan Perorangan. Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan sertamencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Sedangkan Upaya Kesehatan Perorangan
adalah suatu kegiatan dan /atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan utuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perorangan.
Puskesmas sebagai sebuah sistem tentunya harus memiliki manajemen
dengan tujuan utama adalah mengkoordinasikankegiatan UKP dan UKM
menjadisatukesatuan yang tidakterpisahkanmelauiintegrasiseluruh program
danlintas sektor. Sedangkan fungsi dari manajemen puskesmas adalah
merencanakankegiatan-kegiatanpuskesmassecaraterpadu,
penggerakkanpelaksanaan melalui penempatan SDM,menyusun RPK,
mempersiapkansumber dayalainnya, pelaksanaankegiatan-kegiatan,
pemantauan, pengawasandanpengendaliantermasukcorrective action dan
juga penilaian.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sinergsitas antara man,
money matherial, machines dan method yang diproses oleh manajemen
puskesmas sehingga dihasilkan output berupa penyelesaian masalah
kesehatan di wilayah puskesmas secara terpadu dan terintegrasi. Penguatan
manajemen puskesmas melalui beberapa faktor yaitu pertama faktor sumber
7

daya manusia meliputi jumlah, jenis, distribusi, kualitas, kompetensi,


kewenangan, uraian tugas dan juga fungsi.Kedua, struktur dan tata kerja
fasilitas kesehatan.Ketiga, program meliputi sarana dan prasarana yang
memadai sesuai dengan standar, kebutuhan dan perencanaan.Keempat,
keuangan berupaanggaran berbasis perencanan. Kelima ketersediaanalat,
obat, dan BHP (Bahan Habis Pakai).Terakhir yaitu mutu berupa standar yang
harus dicapai.
Puskesmas gaya baru merupakan salah satu puskesmas yang terletak
di wilayah terpencil dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 40
orang,dokter sebanyak 1 orang, perawat 7 orang, bidan 21 orang dengan
jumlah bidan desa sebanyk 11 orang yang tinggal didesanya masing-masing.
Tenaga kesehatan masyarakat berjumlah 4 orang, tenaga gizi 1 orang,
tenaga kesehatan lingkungan 1 orang, tenaga analis 1 orang, operator 1
orang, tenaga administrasi 1 orang, tenaga kebersihan 1 orang, sopir 1
orang. Jumlah pegawai dengan status PNS berjumlah 9 orang, PTT sebanyak
3 orang. Pegawai dengan jenjang pendidikan Profesi sebanyak 2 orang, S1
sebanyak 7 orang, DIV sebanyak 4 orang dan DIII sebanyak 27 orang.
Puskesmas Gaya baru dikepalai oleh seorang tenaga kesehatan
masyarakat, begitu juga dengan kepala tata usaha dikepalai oleh seorang
tenaga kesehatan masyarakat merangkap jadi bendahara puskesmas.
Kurangnya jumlah pegawai di Puskesmas Gaya Baru menyebabkan pegawai
melakukan beberapa double job. Selain itu pekerjaan dilakukan tidak sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai.Jumlah sarana dan prasarana
kurang memadai, ada beberapa ruangan yang tidak dimiliki oleh puskesmas
sehingga ada beberapa program yang tidak mempunyai ruangan masing-
masing hal ini menyebabkan kualitas pelayan kepada pasien juga berkurang.
Keuangan di Puskesmas Gaya Baru berasal dari dana BOK dan juga
JKN yang dianggap sudah memadai untuk melakukan beberapa kegiatan.
Jika dilihat alat, obat dan BHP, Puskesmas Gaya Baru memiliki alat yang
memadai tetapi pegawai tidak memanfaatkan alat tersebut sebagaimana
8

mestinya. Banyak alat-alat kesehatan yang disimpan dilemari dan tidak


digunakan kepada pasien.
Standar mutu Puskesmas Gaya Baru dapat dilihat dari pelayanan yang
diberikan kepada pasien dan juga manajemen kepegawaian. Puskesmas
Gaya baru hanya aktif bekerja pada hari pasar saja yaitu satu kali dalam lima
hari. Pada hari lain pegawai tidak datang ke puskesmas kecuali bagi yang
mempunyai jadwal jaga 24 jam. Pegawai puskesmas melaksanakan tugas
hanya sebatas rutintas dihari pasar saja. Sehingga banyak kegiatan
dipuskesmas tidak terjalankan dengan baik.
Rendahnya kinerja pegawai puskesmas Gaya Baru yang berimbas
kepada rendahnya mutu pelayanan menuntut untuk dilakukan perbaikan
manajemen puskesmas. Oleh karena itu diperlukan perubahan di beberapa
sektor dan bagian.
B. Tujuan Utama
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengubah manajemen
puskesmas.
C. Metode Pelaksanaan
1.Pengadaan barang
2.Penyusunan dan pengadaan berkas
3. Pengaktifan kembali beberapa layanan kesehatan
4. Pengaktifan kegiatan puskesmas
D. Bentuk Kegiatan
D.1.1 Pengadaan Alkes
Obat, alat kesehatan dan juga Bahan Habis Pakai (BHP) merupakan hal
yang dapat menunjang mutu pelayanan puskesmas. Walaupun tersedia
berbagai macam profesi kesehatan yang terdapat didalam puskesmas
dengan skill yang mumpuni tetapi jika tidak dilengkapi dengan alat
kesehatan yang lengkap mutu pelayan kepada pasien juga tidak dapat
ditingkatkan.
9

D.1.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk melengkapi alat kesehatan
yang masih kurang di puskesmas.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Memudahkan pelayanan di puskesmas
2. Meningkatkan pelayanan kepada pasien

D.1.3 Pihak yang Terlibat


Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala puskesmas sebagai
pengambil keputusan dan juga bendahara puskesmas untuk pengajuan
usulan pengadaan alat kesehatan.
D.1.4 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah Puskesmas Gaya Baru
D.1.5 Rincian Kegiatan.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara melihat kebutuhan alat kesehatan
yang masih kurang di puskesmas, mengomunikasikan kepada kepala
puskesmas dan mengusulkan pengadaan alat kesehatan kepada
bendahara puskesmas.
D.1.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan,
Pencapaian Kuartal I dan

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Tercukupialat Mengusulkan Terlengkapi Telah Pengusulan
kesehatan di pengadaan alat alat kesehatan terlengkapi pengadaan alkes
Puskesmas Gaya kesehatan di puskesmas beberapa lebih lanjut
Baru macam alat
kesehatan.
10

D.1.7 Evaluasi dan Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih ada beberapa alat kesehatan Mengusulkan pengadaan alat kesehatan
yang belum dipenuhi terkait dengan lebih lanjut.
biaya

D.1.8 Dokumentasi

D.2 Penyusunan dan Pengadaan Berkas

Berkas atau arsip merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu
instalasi pelayanan. Berkas atau arsip berisi data-data yang ada
dipuskesmas kesehatan, seperti data pegawai, data pasien serta data
puskesmas lainnya. Kelengkapan berkas disuatu puskesmas akan
memudahkan pegawai atau peneliti lainnya dalam melihat data-data.
Selain itu berkas juga berfungsi sebagai bukti pelayanan kepada pasien,
dengan adanya berkas atau arsip data akan tersusun dengan rapi dan
baik.
11

D.2.1 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah penyusunan dan pengadaan
berkas.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Mempermudah pegawai dalam mencari berkas-berkas yang ada di
puskesmas
2. Menjadi bukti pelayanan kepada pasien
3. Melengkapi berkas/Arsip yang harusnya ada dipuskesmas
D.2.2 Pihak yang terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala puskesmas sebagai
pengambil keputusan dan semua pegawai puskesmas yang harus
mengerti tentang arsi-arsip atau berkas yang harus ada dipuskesmas.
D.2.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah puskesmas dan pegawai Puskesmas Gaya
Baru
D.2.4 Rincian Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memilih beberapa berkas yang
sudah ada di puskesmas. Berkas yang sudah ada dilihat apakah sudah
memenuhi standar atau tidak. Jika belum memenuhi standar berkas
diperbaiki. Sedangkan bagi berkas yang tidak ada di puskesmas
dilakukan pengadaan berkas/arsip.Kemudian dilakukan sosialisasi
kepada pegawai bagaimana cara mencari berkas di lemari arsip agar
memudahkan pegawai jika suatu waktu memerlukannya.
12

D.2.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian


Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


o Pencapaian
Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Tersedia Mengadakan Berkas/Arsip/bu Berkas/Arsip/bu Penyusunan
Berkas/arsip/b dan menyusun
kti pelayan kti pelayan berkas/Arsip/b
ukti berkas/asip/bu
pelayanan kti pelayanan tersedia telah tersedia ukti lebih
yang belum di puskesmas
dipuskesmas dipuskesmas lanjut.
ada di
puskesmas

D.2.7 Evaluasi dan Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1. Berkas yang sudah disusun kadang Menyosialisasikan kembali kepada
tidak dirapikan kembali oleh pegawai pegawai agar merapikan kembali jika
jika sudah digunakan telah menggunakan berkas sebelumnya

2. Bukti pelayanan berupa buku Menyosialisasikan kembali kepada


registrasi kadang tidak diisi oleh pegawai agar selalu mengisi buku
pegawai registrasi
3.
Masih ada beberapa unit/ program Mengusulkan pengadaan buku reistrasi
yang tidak memiliki bukti pelayanan untuk setiap program atau unit.
13

D.2.8 Dokumentasi
14

D.3 Pengaktifan kembali beberapa layanan di Puskesmas


Puskesmas sebagai salah satu Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama memiliki tugas sebagai usaha kesehatan Perorangan atau yang
biasa disingkat dengan UKP yaitu bertujuan untuk memulihkan kesehatan
perorangan dan juga UKM yaitu suatu usaha pemecahan masalah
kesehatan dengan pendekatan kepada keluarga, kelompok dan
masyarakat.Selain itu pada Permenkes no 175 Tahun 2014 disebutkan
bahwa pada puskesmas lebih banyak kegiatan promotif dan preventif
dibandingkan dengan kegiatan kuratif.
Jadi, layanan puskesmas tidaklah hanya berfokus kepada individu
saja tetapi juga kepada keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena
itu layanan seperti layanan klinik sanitasi dan juga klinik gizi sangat
penting dilakukan di puskesmas.
D.3.1 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah pengaktifan kembali beberapa
pelayanan yang ada di Puskesmas Gaya Baru.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah meningkatkan pelayan kepada
pasien.
D.3.2 Pihak Yang Terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala puskesmas,
pemegang program sebelumnya yaitu sanitarian untuk klinik sanitasi,
tenaga gizi untuk klinik gizi.
D.3.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah tenaga sanitarian dan juga tenaga gizi.
D.3.4 Rincian Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengajak pemegang program
sebelumnya untuk mengaktifkan kembali pelayanan yang sempat vakum
di puskesmas. Kemudian melengkapi beberapa atribut yang diperlukan
untuk menunjang pelaksanaan pelayanan seperti name tag, bukti
15

pelayanan berupa buku registrasi dan lain sebagainya. Kemudian


mensosialisasikan kepada dokter bahwa layanan yang sebelumnya
sempat vakum sudah aktif kembali agar nanti jika ada pasien yang perlu
dikonsulkan ke bagian klinik sanitasi atau klinik gizi sudah dapat dikirim.
Kemudin dilakukan konseling pada pasien sesuai dengan keluhan
apakah berhubungan dengan klinik sanitasi atau klinik gizi.

D.3.5 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian


Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Klinik sanitasi Mengaktifkan Klinik sanitasi Klinik sanitasi Peningkatan
dan klinik gizi kembali klinik dan klinik gizi dan klinik gizi pelayanan di
aktif kembali sanitasi dan juga aktif telah aktif klinik sanitasi
klinik gizi dan klinik gizi.

D.3.6 Evaluasi dan Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1. Klinik sanitasi dan klinik gizi bukan dipegang Memberikan pemahaman kepada sanitarian
oleh pemilik progam sebelumnya tetapi dan klinik sanitasi sebelumnya bahwa
dialihkan ke sanitarian dan tenaga gizi tenaga nusantara sehat bukan ditunjuk
nusantara sehat, sehingga tidak untuk menggantikan pekerjaan tetapi
memandirikan sanitarian dan tenaga gizi membantu pekerjaan apa yang belum aktif
2. sebelumnya. di puskesmas.
Banyak pasien yang tidak bisa berbahasa Mengadakan transleter jika ada pasien yang
Indonesia sehingga menyulitkan tenaga gizi tidak bisa berbahasa Indonesia.
daan juga sanitarian untuk melakukan
konseling kepada pasien
16

D.3.7 Dokumentasi

D.4 Pengaktifan Kembali Kegiatan di Puskesmas


Puskesmas Gaya Baru merupakan puskesmas yang hanya aktif bekerja
dihari pasar saja yaitu lima hari sekali tepatnya pada tanggal legi. Selain
pada hari pasar tersebut, karyawan puskesmas tidak masuk kantor
kecuali bagi perawat atau bidan yang memiliki jadwal jaga 24 jam. Hal ini
dipengaruhi oleh banyak pegawai puskesmas gaya baru yang berasal dari
kecamatan lain dan dengan alasan jarak tempuh yang jauh ke puskesmas
mereka hanya hadir di hari pasar saja. Pada hari pasar dilakukan
pelayanan kepada pasien bagi yang memiliki tugas di ruangaannya
masing-masing. Bagi yang tidak memiliki tugas seperti bidan desa dan
tenaga lainnya hanya duduk-duduk santai saja di aula.
Rendahnya kinerja pegawai puskesmas menyebabkan beberapa
kendalaseperti pelayanan dilakukan hanya sebatas pelayanan saja,
minimnya tindakan promotif dan preventif, pelayanan hanya menjurus ke
kegiatan kuratif saja. Manajemen puskesmas yang buruk dan juga
pimpinan kepala puskesmas yang kurang tegas menyebabakan pegawai
17

lainnya dengan suka hati datang terlambat atau malah tidak hadir pada
hari pasar.Selain itu,kondisi puskesmas Gaya Baru yang kotor tidak
terurus, walaupun memiliki tenaga kebersihan satu orang lingkungan
disekitarnya terlihat tidak terpelihara
Sehingga perlu dilakukan pengaktifan kembali beberapa kegiatan di
puskesmas seperti apel pagi untuk mendisiplinkan pegawai, jumat bersih
agar lingkungan sekitar lebih bersih dan juga senam pada hari jumat.
D.4.1 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah mengaktifkan kembali kegiatan
dipuskesmas yang sempat vakum.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah
1. Meningkatkan kedisiplinan pegawai puskesmas
2. Meningkatkan kebersihan lingkungan puskesmas
D.4.2 Pihak yang terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala puskesmsa
sebagai pengambil keputusan dan juga semua pegawai puskesmas.
D.4.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah semua pegawai puskesmas.
D.4.4 Rincian Kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan cara memberikan penjelasan kepada
kepala puskesmas dan juga kepala bagian tata usaha tentang
kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian kepala puskesmas
dan Kepala Bagian tata Usaha menyampaikan kepada semua pegawai
bahwa kegiatan puskesmas yang sempat vakum seperti apel pagi,
jumat bersih dan senam pada hari jumat akan diaktifkan kembali. Apel
pagi hanya dilakukan pada hari pasar dan jumat saja. Pada hari lain
pegawai tetap tidak masuk kantor.
18

D.4.5 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian


Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Kegiatan (apel Mengaktifkan Senam pagi, Senam pagi, Apel pagi
pagi, jumat kembali kegiatan jumat bersih jumat bersih dilaksanakan
bersih dan apel pagi, jumat dan apel pagi dan apel setiap hari
senam aktif) bersih dan aktif kembali pagi telah bukan pada hari
senam aktif pasar dan jumat
saja

D.4.6 Evaluasi dan Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1. Apel pagi hanya berlaku pada hari Memberikan penjelasan kepada kepala
pasar dan pada hari jumat saja. puskesmas bahwa apel pagi penting
Sedangkan pada hari lain tidak dilakukan karena dapat meningkatkan
dilakukan apel pagi karena pegawai kedisiplinan pegawai.
tidak masuk kantor.
2. Memberikan penjelasan kepada kepala
Masih ada pegawai yang tidak mau puskesmas agar bertindak lebih tegas
mengikuti apel pagi, senam dan lagi terhadap pegawai yang tidak
jumat bersih mengikuti aturan

3. Tidak ada sanksi (Reward dan Memberikan penjelasan kepada kepala


Punnishman) kepada pegawai yang puskesmas agar bertindak lebih tegas
tidak mematuhi aturan sehingga lagi terhadap pegawai yang tidak
pegawai tidak ada yang mengikuti mengikuti aturan
apel pagi, senam dan jumat bersih.
19

D.4.7 Dokumentasi
20

PROMOSI
KESEHATAN
21

PROMOSI KESEHATAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423
per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun
2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa
tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar 1,3 kali (Hasil kajian
morbiditas diare, Depkes, 2012). Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa
masalah-maslah kesehatan yang ada di masyarakat ternyata masih cukup tinggi.
Menurut data Puskesmas Gaya Baru pada tahun 2015, 10 penyakit terbanyak
yaitu dermatitis, gastritis, hipertensi, batuk, anemia, reumatik, demam, sakit kepala,
gangguan jaringan lunak dan diare. Sehubungan dengan hal tersebut maka pelayanan
kesehatan dimasyarakat perlu terus ditingkatkan baik bersifat kuratif,promotif dan
preventif serta rehabilitatif. Puskesmas sebagai penanggungjawab penyelenggara
upaya kesehatan terdepan, kehadirannya ditengah masyarakat tidak hanya berfungsi
sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Disamping itu, keberadaan
Puskesmas di suatu wilayah dimanfaatkan sebagai upaya-upaya pembaharuan
(inovasi) baik dibidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan lainnya
bagi kehidupan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan
sebagai agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan
timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat.
Namun, dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi berbagai
masalah anatara lain: kegiatan yang dilaksanakan puskesmas kurang berorientasi
pada masalah dan kebutuhan masyarakat setempat tetapi lebih berorientasi pada
masalah dan kebutuhan masyarakat pada pelayanan kuratif bagi pasien yang datang
ke puskesmas. Salah satu azas Puskesmas wajib menyelenggarakan setiap upaya
kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu,
upaya promosi kesehatan puskesmas membantu masyarakat agar mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). (KepMenKes No. 585
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan tahun 2007).
22

B. TUJUAN
Tujuan dari Program Promosi Kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan
masyarakat terkait dengan penyakit.

C. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan dalam program Promosi kesehatan, yaitu:
1. Ceramah terkait informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat
2. Diskusi dengan masyarakat
3. Demonstrasi terkait dengan informasi yang telah diberikan
4. Mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari
5. Evaluasi

D. BENTUK KEGIATAN
D.1 Promosi kesehatan Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun
D.1.1 Latar Belakang
Sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup
manusia itu sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait
dengan promosi kesehatan. Maka promosi kesehatan sangat diperlukan
dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalah-
masalah kesehatan. (KepMenKes No. 585 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan tahun 2007).
Salah satu Promosi kesehatan yaitu Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam Rumah tangga. Ada 10 tatanan yang harus diterapkan dan
harus diPromosikan kepada masyarakat. 10 indikator tersebut adalah
Persalinan dibantu tenaga kesehatan, memberikan ASI Eksklusif selama 6
bulan, berat badan ditimbang secara berkala, menggunakan air bersih,
cuci tangan pakai sabun, menggunakan jamban yang sehat, membasmi
jentik nyamuk, makan sayur dan buah setiap hari, beraktivitas secara
regular setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. Dari 10 indikator
PHBS di dalam rumah tangga ada 1 tatanan yang penting dilaksanakan
oleh perorangan yaitu Cuci tangan Pakai Sabun. Pentingnya Cuci Tangan
Pakai Sabun setelah melakukan kegiatan dikarenakan banyak terdapat
23

kuman di tangan yang akan menimbulkan banyak penyakit. Seperti


Penyakit diare, typhoid dan lain-lain.
Masyarakat yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gaya
Baru masih banyak yang tidak melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun
setelah melakukan kegiatan hal ini terbukti dikarenakan masih tinggi
angka kesakitan penyakit diare. Maka kami Tim NS mempromosikan
tentang pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun setelah melakukan
kegiatan.

D.1.2 Tujuan
Tujuan umum
- Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya
Cuci tangan Pakai Sabun
Tujuan Khusus
- Memahami tentang bahayanya tidak mencuci tangan pakai sabun
- Memahami cara mencuci tangan pakai sabun dengan benar
- Mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari

D.1.3 Pihak Yang Terlibat Dan Peranan


Pihak yang terlibat dan yang berperan dalam Promkes pentingnya cuci
tangan pakai sabun adalah petugas Promkes, semua tenaga kesehatan dan
semua masyarakat.
D.1.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan adalah masyarakat.

D.1.5 Rincian Kegiatan


Rincian kegiatan Promkes pentingnya cuci tangan pakai sabun, yaitu :
1. Membuat Satuan Acara Penyuluhan (SAP).
2. Absensi masyarakat yang mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Memberikan informasi tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun
setelah melakukan kegiatan
4. Demonstrasi tentang cara cuci tangan dengan benar
5. Diskusi serta evaluasi
6. Dokumentasi
24

D.1.6 Metode Pelaksanaan


Metode Pelaksanaan promosi kesehatan mengenai pentingnya cuci tangan
pakai sabun adalah dengan metode ceramah dengan menggunakan leaflet,
lembar balik, pemberian brosur dan poster. Setelah dilakukannya ceramah
kami mempraktekkan cara mencuci tangan pakai sabun dengan benar.
D.1.7 Capaian Indikator Keberhasilan Dan Rencana Tindak Lanjut
N Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana
o Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Tindak
. Lanjut
1 Meningkany Menyediakan 80% masyarakat Semua Dapat
. a kesadaran media promosi mengerti tentang masyarakat terlaksananya
Masyarakat kesehatan pentingnya cuci yang penyuluhan
tentang tentang Cuci tangan pakai mengikuti kesehatan
pentingnya tangan pakai sabun dan penyuluhan tentang
cuci tangan sabun, mengetahui cara tentang pentingnya
pakai sabun melakukan cuci tangan yang pentingnya cuci tangan
dan demonstrasi dan benar. cuci tangan pakai sabun
mengaplikasi diskusi. pakai sabun secara rutin.
kannya di dapat
kehidupan teredukasi
sehari-sehari dengan baik.

D.1.8 Evaluasi Dan Rekomendasi


No. Evaluasi Rekomendasi
1. Tidak adanya media promkes tentang cuci Tersedianya media promkes tentang cuci
tangan pakai sabun tangan pakai sabun.
2. Belum tersedianya form pertanyaan Tersedianya form pertanyaan mengenai
mengenai cuci tangan pakai sabun cuci tangan pakai sabun.
3. Tidak tersedia fasilitas untuk Tersedianya fasilitas untuk mempraktekan
mempraktekan cuci tangan pakai sabun cuci tangan pakai sabun dengan benar.
dengan benar.
4. Keterbatasan bahasa daerah Mempelajari bahasa daerah dan adanya
penerjemaah bahasa indonesia ke bahasa
daerah.
25

D.1.9 Dokumentasi

Penyuluhan CTPS

Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di desa Tapong. Kegiatan ini dilakukan
pada saat ada posyandu di Poskesdes.

D.2 Menerapkan Kebiasaan Cuci tangan Pakai Sabun di Puskesmas


D.2.1 Latar Belakang
Mengingat Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota serta sebagai ujung tombak pembangunan
kesehatan dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat, maka Puskesmas juga berfungsi sebagai model bangunan
sehat, yang diharapkan mampu memotivasi kemandirian masyarakat untuk
meniru dan menerapkannya dirumah. (PerMenKes No. 13 Tahun 2015
tentang Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas).
Dalam menjaga perilaku hidup bersih dan sehat di UPTD
Puskesmas Gaya Baru yaitu menerapkan Kebiasaan mencuci tangan pakai
sabun. Mencuci tangan pakai sabun sangat penting dilakukan guna
mencegah agar tidak terjangkit oleh penyakit. UPTD Puskesmas Gaya
Baru telah menyediakan fasilitas untuk mencuci tangan, tetapi hanya
26

beberapa pegawai saja yang menggunaknnya. Pegawai Puskesmas belum


sepenuhnya melakukan cuci tangan pakai sabun dengan benar dikarenakan
tidak adanya sabun yang tersedia.
D.2.2 Tujuan
Tujuan umum
- Meningkatkan kesadaran kepada pegawai Puskesmas pentingnya cuci
tangan pakai sabun
Tujuan Khusus
- Mengetahui bahayanya tidak mencuci tangan pakai sabun
- Terbiasa cuci tangan pakai sabun setelah melakukan kegiatan atau
setelah menangani pasien
- Melakukan cuci tangan pakai sabun dengan benar
D.2.3 Pihak Yang Terlibat Dan Perannya
Pihak yang terlibat dan yang berperan dalam cuci tangan pakai sabun
adalah pegawai Puskesmas dan pengunjung Puskesmas baik itu Pasien
maupun keluarga Pasien.
D.2.4 Sasaran
Sasaran dalam menerapkan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah
seluruh pegawai Puskesmas.
D.2.5 Rincian Kegiatan
Rincian kegiatan menerapkan mencuci tangan pakai sabun, yaitu :
1. Menyediakan gallon untuk mencuci tangan disetiap sudut puskesmas
2. Menyediakan sabun untuk mencuci tangan
3. Menerapkan cara mencuci tangan dengan benar
D.2.6 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dalam menerapkan kebiasaan mencuci tangan pakai
sabun di Puskesmas adalah Pengadaan gallon untuk mencuci tangan dan
diletakkannya di setiap sudut puskesmas, pengadaan sabun, menerapkan
langkah-langkah mencuci tangan pakai sabun, dan membuat tulisan
biasakan mencuci tangan pakai sabun.
27

D.2.6 Capaian Indikator Keberhasilan Dan Rencana Tindak Lanjut

N
Strategi Indikator Pencapaian Rencana
o Outcome
Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Tindak Lanjut
.
1 Adanya Pengadaan 85% pegawai Hanya pegawai Sosialisasi
. fasilitas fasilitas untuk puskesmas telah Puskesmas kepada pasien
untuk mencuci tangan menerapkan cuci yang yang
mencuci pakai sabun tangan pakai melakukan berkunjung ke
tangan pakai sabun setelah kebiasaan cuci Puskesmas
sabun melakukan tangan pakai untuk
kegiatan sabun melakukan
kebiasaan cuci
tangan pakai
sabun setelah
dilakukannya
pengobatan
atau
pemeriksaan.

D.2.7 Evaluasi Dan Rekomendasi

Evaluasi Rekomendasi
No.
1. Gallon untuk menampung air terdapat Sebaiknya petugas kebersihan mengganti
jentik nyamuk air yang ada di gallon tersebut
2. Tidak semua sudut terdapat sabun Tersedianya sabun untuk mencuci tangan
3. Tidak tersedianya lap/tisu untuk Tersedianya lap/tissue untuk mengeringkan
mengeringkan tangan tangan
3. Tidak menggunakan air yang mengalir Menyediakan westaffel
4. Tidak tersedia fasilitas cuci tangan di Tersedianya fasilitas untuk mencuci tangan
setiap ruangan di setiap ruangan.
5. Pegawai Puskesmas masih salah dalam Perlu Sosialisasi mengenai cara mencuci
melakukan cara mencuci tangan pakai tangan pakai sabun dengan benar
sabun dengan benar
28

D.2.8 Dokumentasi

Media penyuluhan

Pemasangan Cara Mencuci tangan


dengan Benar
29

Sebelum Penulisan Sesudah Penulisan


biasakan CTPS Biasakan CTPS

Tempat Cuci Tangan (sebelum) Tempat Cuci Tangan (sesudah)

Keadaan Tempat cuci tangan sebelum kedatangan kami, hanya gallon berisikan air
dan didalamnya terdapat jentik nyamuk. Selain itu, tidak tersedia sabun. Setelah kedatangan kami di Puskesmas Kami, menerapkan cara mencuci tangan
dengan benar, adanya sabun dan adanya tempat cucitangan dengan air yang
mengalir.

D.3 Promosi Kesehatan mengenai Penyakit Diare


D.3.1 Latar Belakang
Penyakit diare adalah Buang Air Besar dengan frekuensi lebih
sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih dalam 24 jam)
dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari. Berdasarkan
klasifikasi WHO (1996), diare dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Diare cair akut (watery), yaitu Diare yang terjadi tiba-tiba, frekuensi
sering, konsistensi cair yang bersifat watery (cair dan banyak). Diare ini
sering disebabkan oleh Rotavirus, E.coli, Shigella, Campylobacter
jejuni, Cryptosporidium.
2. Disentri yaitu Buang air besar dengan konsitensi tinja cair, frekuensi
sering, sedikit-sedikit, kadang-kadang disertai darah dan/atau lendir.
30

Diare ini dapat disebabkan Shigella, Campylobacter jejuni,


Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC), Salmonella, E. histolytica.
3. Diare persistens, yaitu Diare yang terjadi lebih dari 14 hari, dapat cair
(watery) maupun disentri. Diare ini dapat disebabkan oleh EIEC,
Shigella, Cryptosporidium.
Cara penularan : Diare dapat ditularkan melalui beberapa cara,
seperti makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja yang
mengandung mikroorganisme penyebab diare (orofaecal) atau autoinfeksi.
Pengobatan, pada prinsipnya melakukan rehidrasi oral terhadap cairan
yang keluar melalui diare atau muntah yang terjadi saat menderita diare.
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Memutuskan rantai penularan agen penyebab ke inang penderita baru,
a. Hanya memberikan ASI saja pada bayi sampai berumur 6 bulan
b. Hindari pemberian susu botol pada bayi
c. Menggunakan air bersih
d. Mencuci tangan sebelum makan dan menyiapkan makanan
e. Membuang tinja dengan baik agar terhindar dari kontaminasi.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak terinfeksi agen penyebab
diare
a. Tetap memberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun
b. Memperbaiki status gizi anak dengan makanan sapihan yang sesuai
c. Imunisasi campak

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare, yaitu:


Sanitasi lingkungan yang tidak baik, Higiene perorangan yang tidak baik,
Alat-alat makan yang tercemar mikroorganisme penyebab diare dan Daya
tahan tubuh yang rendah. Pembuatan Oralit dapat dilakukan dengan cara,
yaitu: air 250 cc, gula 1 sendok makan munjung, garam 1 ujung pisau
seujung sendok the dan aduk. Selain itu, penggunaan air tajin juga dapat
diminum untuk mengatasi penyakit diare yang mengandung karbohidrat,
protein dan berbagai mineral dan vitamin.
31

Angka kesakitan diare masih tinggi terjadi di Indonesia. Hal ini


dibuktikkan dengan hasil survey morbiditas tahun 2006 dan tahun 2010
memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan episode diare pada balita
sebesar 1,3 kali (Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012). Menurut
data Puskesmas gaya baru pada tahun 2015 penyakit diare masuk kedalam
10 penyakit terbanyak di wilayah kerja puskesmas. Maka kami Tim NS
mempromosikan tentang penyakit diare.

D.3.2 Tujuan
Tujuan umum
- Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit
diare
Tujuan Khusus
- Memahami tentang bahayanya penyakit diare
- Memahami cara penularan penyakit diare
- Memahami cara pencegahan penyakit diare
- Memahami faktor penyebab penyakit diare
- Memahami cara pembuatan oralit di rumah

D.3.3 Pihak Yang Terlibat Dan Peranan


Pihak yang terlibat dan yang berperan dalam Promkes penyakit diare
adalah petugas Promkes, semua tenaga kesehatan dan semua masyarakat
D.3.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan adalah masyarakat.
D.3.5 Rincian Kegiatan
Rincian kegiatan Promkes penyakit diare, yaitu :
1. Membuat Satuan Acara Penyuluhan (SAP).
2. Absensi masyarakat yang mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Memberikan informasi tentang penyakit diare
4. Diskusi
32

5. Evaluasi
6. Dokumentasi

D.3.6 Metode Pelaksanaan


Metode Pelaksanaan promosi kesehatan mengenai Penyakit diare
adalah dengan metode ceramah dengan menggunakan leaflet, lembar
balik, pemberian brosur dan poster. Setelah dilakukannya ceramah kami
melakukan diskusi Tanya jawab dengan masyarakat, lalu melakukan
evaluasi dan dokumentasi.

D.3.7 Capaian Indikator Keberhasilan Dan Rencana Tindak Lanjut

N Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana


o. Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Tindak
Lanjut
1. Meningkatny Menyediakan 80% masyarakat Semua Dapat
a media promosi mengerti tentang masyarakat terlaksananya
pengetahuan kesehatan penyakit diare yang mengikuti penyuluhan
Masyarakat tentang dan mengetahui penyuluhan kesehatan
tentang penyakit diare cara pembuatan tentang tentang
penyakit oralit. penyakit diare penyakit diare
diare. dapat secara rutin.
teredukasi
dengan baik.
D.3.8 Evaluasi Dan Rekomendasi

No. Evaluasi Rekomendasi


1. Kurangnya media promkes Tersedianya media promkes tentang penyakit
tentang penyakit diare diare
2. Belum tersedianya form Tersedianya form pertanyaan mengenai penyakit
pertanyaan mengenai penyakit diare
diare
3. Keterbatasan bahasa daerah Mempelajari bahasa daerah dan adanya
penerjemaah bahasa indonesia ke bahasa daerah.
33

D.3.9 Dokumentasi

Penyuluhan Diare

Penyuluhan tentang diare di desa Tapong.

Penyuluhan tentang diare di desa Pallawa


dan desa Sadar

D.4 Promosi Kesehatan mengenai HIV/AIDS

D.4.1 Latar Belakang


HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia
dan kemudian menimbulkan AIDS. Sedangkan AIDS adalah Kumpulan
gejala yang disebabkan oleh HIV yang menyebabkan kerusakan pada
sistem kekebalan tubuh. HIV menjadi AIDS memerlukan waktu
pembentukan antibody HIV 1-6 Bulan, HIV Positif tanpa gejala, HIV
positif dengan gejala yaitu munculnya penyakit-penyakit PMS.
Jalur penularannya adalah melalui transmisi seksual, jarum
suntikyang tercemar, dari ibu yang teridentifikasi HIV/AIDS ke anak dan
34

transfusi darah yang mengandung virus. Cairan yang menularkan yaitu


darah, cairan vagina, cairan sperma dan air susu ibu.
Cara Pencegahan penyakit HIV/AIDS yaitu tidak melakukan
perilaku-perilaku berisiko yang tinggi, menjaga agar cairan tubuh yang
tercemar HIV jangan sampai masuk kedalam tubuh dan mencegah kontak
langsung antara selaput lendir atau kulit dengan cairan tubuh yang tercemar
HIV.
Pada tahun 2012 dilakukan estimasi jumlah odha di Indonesia dan
diperoleh hasil 591.823 orang. Jumlah kasus HIV di Indonesia Pada tahun
2015 yaitu 30,935 kasus sedangkan jumlah kasus AIDS 6,081 kasus.
Jumlah HIV yang dilaporkan menurut kelompok umur yang paling tinggi
adalah kelompok umur 25-49 tahun pada tahun 2015 yaitu 21.810 kasus.
Sedangkan AIDS padakelompok umur 20-29 tahun yaitu 31,8%. (Ditjen
P2P).
D.4.2 Tujuan
Tujuan umum
- Meningkatkan pengetahuan kepada siswa/siswi mengenai penyakit
HIV/AIDS
Tujuan Khusus
- Memahami tentang bahayanya penyakit HIV/ AIDS
- Memahami cara penularan penyakit HIV/ AIDS
- Memahami cara pencegahan penyakit HIV/ AIDS
- Memahami faktor penyebab penyakit HIV/ AIDS

D.4.3 Pihak Yang Terlibat Dan Peranan


Pihak yang terlibat dan yang berperan dalam Promkes penyakit HIV/AIDS
adalah petugas Promkes, semua tenaga kesehatan dan semua siswa/siswi.
D.4.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah siswa/siswi SMP dan SMA.
D.4.5 Rincian Kegiatan
Rincian kegiatan Promkes penyakit HIV/AIDS, yaitu :
1. Membuat Satuan Acara Penyuluhan (SAP).
2. Absensi masyarakat yang mengikuti kegiatan penyuluhan
35

3. Memberikan informasi tentang penyakit HIV/AIDS


4. Diskusi
5. Evaluasi
6. Dokumentasi

D.4.6 Metode Pelaksanaan


Metode Pelaksanaan promosi kesehatan mengenai Penyakit HIV/AIDS
adalah dengan metode ceramah dengan menggunakan leaflet, lembar
balik, pemberian brosur, menggunakan laptop berupa power point dan
poster. Setelah dilakukannya ceramah kami melakukan diskusi Tanya
jawab dengan siswa/siswi, lalu melakukan evaluasi dan dokumentasi.
D.4.7 Capaian Indikator Keberhasilan Dan Rencana Tindak Lanjut

N Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Outcome
o. Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Meningkatnya Menyediakan 80% Siswa/siswi Semua Dapat terlaksananya
pengetahuan media promosi mengerti tentang siswa/siswi yang penyuluhan
siswa/siswi kesehatan bahaya penyakit mengikuti kesehatan tentang
tentang tentang HIV/AIDS. penyuluhan penyakit HIV/AIDS
penyakit penyakit tentang penyakit secara rutin disetiap
HIV/AIDS. HIV/AIDS. HIV/AIDS dapat SMP dan SMA.
teredukasi
dengan baik.

D.4.8 Evaluasi Dan Rekomendasi

No. Evaluasi Rekomendasi


1. Kurangnya media promkes tentang Tersedianya media promkes tentang penyakit
penyakit HIV/AIDS HIV/AIDS
2. Belum tersedianya form pertanyaan Tersedianya form pertanyaan mengenai penyakit
mengenai penyakit HIV/AIDS HIV/AIDS
3. Penyuluhan HIV/AIDS dilaksanakan Dilaksanakan penyuluhan HIV/AIDS disetiap
hanya di SMP dan SMA di desa yang SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas.
dekat dengan Puskesmas

D.4.9 Dokumentasi
36

Penyuluhan HIV/ AIDS

Penyuluhan HIV/AIDS di SMA N 1 Tellu


Limpoe

Diskusi dengan siswa/siswi tentang penyakit HIV/AIDS


37

KESEHATAN
LINGKUNGAN
38

KESEHATAN LINGKUNGAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan, yang pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas
lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
Mengingat Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota serta sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan dalam
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, maka Puskesmas
juga berfungsi sebagai model bangunan sehat, yang diharapkan mampu memotivasi
kemandirian masyarakat untuk meniru dan menerapkannya dirumah.
Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan
dengan kualitas media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap
terjadinya penyakit dan/atau gangguan kesehatan (PerMenKes No. 13 Tahun 2015
tentang Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas).
Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, antara lain penemuan Pneumonia Balita pada tahun
2012 cakupannya sebesar 22,12 %. Angka kesakitan diare pada semua umur
menurun tidak signifikan dari 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411
per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 dan tahun
2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar
1,3 kali (Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012). WHO melaporkan sementara
ini Indonesia pada peringkat 5 dunia jumlah penderita TB Paru (WHO Global
Tuberculosis Control 2010).
39

Menurut data UPTD Puskesmas Gaya Baru pada tahun 2015, dari 10
penyakit terbanyak yang ada 4 diantaranya disebabkan oleh lingkungan seperti
penyakit diare, Dermatitis, Pneumonia, dan TBC. Disamping itu perubahan iklim
(climate change) diperkirakan akan berdampak buruk terhadap lingkungan sehingga
dapat terjadi peningkatan permasalahan terhadap penyakit. Hal lain yang
menyebabkan meningkatnya permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh
keterbatasan akses masyarakat terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63 %
dan penggunaan jamban sehat sebanyak 69% (sekretariat STBM, Bappenas, Tahun
2012). Menurut data kesehatan lingkungan UPTD Puskesmas Gaya Baru pada tahun
2015 yaitu cakupan penggunaan jamban sehat 56,95% dan Cakupan akses air minum
80,64%.

B. TUJUAN
Tujuan Utama dari Program Kesehatan Lingkungan adalah menciptakan
lingkungan yang sehat dan bersih serta terbebasnya dari penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan.

C. METODE PELAKSANAAN
Metode Pelaksanaan dalam Program Kesehatan Lingkungan, yaitu :
a. Melakukan pemilah Sampah Medis, Sampah Non Medis dan Benda Tajam oleh
tenaga kesehatan terutama medis
b. Melakukan Konseling sanitasi terhadap pasien terkait dengan penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan.

D. BENTUK KEGIATAN
D.1 Pemilahan Sampah Medis, Sampah Non Medis Dan Sampah Tajam
D.1.1 Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan medis
hingga rawat jalan, termasuk kegiatan imunisasi yang saat ini dilakukan
dalam skala besar. Dari kegiatannya, PUSKESMAS juga menghasilkan
limbah yang bersifat spesifik, yakni infeksius dan tajam. Limbah dari
40

sarana pelayanan kesehatan (PUSKESMAS, rumah sakit, dll) termasuk ke


dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Survei yang dilakukan terhadap limbah padat medis PUSKESMAS,
rata-rata timbulan limbah medis adalah sebanyak 7,5 gram/pasien/hari.
Komposisi timbulan limbah medis PUSKESMAS meliputi 65% dari
imunisasi, 25% dari kontrasepsi dan sisanya dari perawatan medis.
Banyaknya pemakaian jarum suntik setiap tahun terus bertambah, pada
tahun 2003 untuk kegiatan kuratif mencapai 300 juta alat suntik, sedangkan
untuk imunisasi sebanyak 50 juta alat suntik (Pedoman Pengelolaan benda
tajam di Puskesmas).
Benda tajam khususnya jarum suntik meskipun hanya dalam jumlah
sedikit, tetapi dapat menghasilkan dampak yang sangat besar terhadap
kesehatan. Pada tahun 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan
jarum yang terkontaminasi diperkirakan mengakibatkan:
a. terinfeksi virus Hepatitis B sebanyak 21 juta (32% dari semua infeksi
baru),
b. terinfeksi virus Hepatitis C sebanyak 2 juta (40% dari semua infeksi
baru),
c. infeksi HIV sebanyak 260 ribu (5% dari seluruh infeksi baru).
Sampah Medis harus dipisahkan dengan sampah non Medis begitu
juga dengan sampah tajam. Setiap ruangan harus disediakan tempat
sampah untuk sampah Medis, sampah Non Medis dan sampah tajam.
(KepMenKes No 1428 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesling di Puskesmas).
UPTD Puskesmas Gaya Baru salah satu Puskesmas yang terletak
di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Puskesmas Gaya Baru belum
melakukan pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya. Saat Tim NS
datang dan mulai bekerja di Puskesmas, kami menemukan sampah yang
menumpuk, baik itu sampah medis, sampah non medis dan benda tajam
dan semuanya masih bergabung. Sehingga menimbulkan bau yang tidak
sedap. Kami juga mendapatkan banyak sampah tajam tersebar di halaman
puskesmas dan kolam yang ada di Puskesmas.
41

D.1.2 Tujuan
Tujuan umum
- Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
Tujuan Khusus
- Mencegah Kecelakaan Kerja
- Upaya pencegahan penyakit
- Mencegah bau yang tidak sedap

D.1.3 Pihak Yang Terlibat Dan Peranan


Pihak yang terlibat dan yang berperan dalam pemisahan sampah
medis, sampah non medis dan sampah tajam adalah pegawai Puskesmas
dan pengunjung Puskesmas baik itu Pasien maupun keluarga Pasien.

D.1.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan Pemilahan sampah medis, sampah non
medis dan sampah tajam adalah seluruh pegawai Puskesmas terutama
Tenaga Kesehatan medis.

D.1.5 Rincian Kegiatan


Rincian kegiatan pemilahan sampah, yaitu :
1. Penyediaan tempah sampah medis dan non medis
2. Penyediaan Safety Box
3. Sosialisasi Pemilahan Sampah

D.1.6 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan dalam pemilahan sampah medis, sampah non
medis dan sampah tajam, yang dilakukan Tim NS yaitu, merangkai Safety
Box yang ada di Puskesmas yang tidak dipakai oleh Puskesmas. Sebelum
meletakkan Safety box dan memisahkan sampah medis dan sampah non
medis, kami pun mulai bebenah dengan melakukan kerja bakti terlebih dahulu
yaitu membersihkan halaman puskesmas dan membersihkan kolam guna untuk
memisahkan sampah tajam agar tidak ada masyarakat atau orang terluka karena
sampah tajam tersebut. Setelah itu, kami pun mulai meletakkan Safety Box
di setiap Ruangan yang menghasilkan Sampah Tajam seperti Ruang Poli
42

Umum, Poli KIA/ KB, Laboratorium, UGD, Ruang Persalinan, Ruang


Rawat Inap, PUSTU dan POSKESDES. Begitu juga dengan peletakkan
Sampah Medis dan Sampah Non Medis. Untuk Sampah Medis dan
Sampah Non Medis diletakkan di Ruang Apotek, Gudang Obat dan Ruang
Loket. Setelah peletakkan Tempat Sampah dan Safety Box disetiap
ruangan, kami melakukan sosialisasi kepada seluruh pegawai tenaga
kesehatan terutama tenaga medis, membuat tulisan disetiap tempat sampah
dan warna plastik yang berbeda guna memudahkan pemilahan sampah
oleh tenaga kesehatan yang menghasilkan sampah. Pemilahan sampah
langsung dilakukan oleh tenaga kesehatan.

D.1.7 Capaian Indikator Keberhasilan Dan Rencana Tindak Lanjut


N Rencana
Strategi Indikator Pencapaian
o Outcome Tindak
Pencapaian Keberhasilan Kuartal I
. Lanjut
1 Tersedianya Merangkai Safety 50% Tenaga Hanya tenaga Pengadaan
. Safety Box di Box yang ada di Kesehatan telah Kesehatan yang Needle
setiap ruangan. Puskesmas dan melakukan berada di Destroyer
meletakkannya di pemilahan sampah Puskesmas
setiap ruangan tajam. yang
yang melakukan
menghasilkan pemilahan
benda tajam. Sampah tajam.
2 Adanya tempat Menyediakan 65% tenaga Hanya tenaga Kerjasama
. sampah medis tempat sampah kesehatan telah kesehatan yang dengan pihak
dan sampah non medis dan melakukan ada di ketiga untuk
medis di setiap sampah non pemilahan sampah Puskesmas pemusnahan
ruangan. medis yang medis dan sampah yang sampah.
sesuai dengan non medis. melakukan
persyaratan di pemilahan
setiap ruangan. sampah medis
dan sampah
non medis.
43

D.1.8 Evaluasi Dan Rekomendasi

Evaluasi Rekomendasi
No.
1. Tempat sampah belum memenuhi Perlu pengadaan tempat sampah yang
persyaratan kesehatan. sesuai dengan persyaratan kesehatan
2. Tempat sampah belum tersedia sesuai Perlu pengadaan tempat sampah sesuai
dengan kebutuhan dengan kebutuhan
3. Plastik untuk melapisi tempat sampah Tersedianya Plastik untuk melapisi
tidak tersedia tempat sampah agar mudah dalam
pengangkutan.
4. Pemusnahan sampah tajam belum Tersedianya alat needle destroyer
terlaksana
5. Pemusnahan sampah medis belum Sebaiknya ada kerjasama dengan Dinas
terlaksana dengan baik. Kesehatan untuk pemusnahan sampah
medis atau pengadaan Insenerator di
Puskesmas
6. Masih ada tenaga kesehatan yang belum Perlu sosialisasi kembali mengenai
memilah sampah. pemilahan sampah

D.1.9 Dokumentasi

Sebelum dilakukan Pembersihan kolam Sesudah dilakukan pembersihan kolam


44

Kerja bakti membersihkan kolam yang didalamnya


terdapat jarum suntik dan benda tajam lainnya

Kerja Bakti di halaman Puskesmas yang banyak


mendapatkan jarum suntik

Sebelum Melakukan pemilahan sampah tajam,


sampah medis dan sampah non medis
45

Safety box yang tidak Ada Safety box tetapi tidak


digunakan digunakan

Tempat sampah yang sudah sesuai


dengan jenisnya

Proses Pemilahan Sampah yang masih


menyatu
46

Setiap pergi Posyandu petugas


Sosialisasi ke salah satu imunisasi telah membawa safety box
perawat PKM untuk membuang jarum suntik atau
ampul

D.2 Konseling Sanitasi


D.2.1 Latar Belakang
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. (PerMenKes No. 13 Tahun
2015 tentang Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas).
Dalam pelayanan kesehatan lingkungan yang dilakukan di
Puskesmas adalah Konseling Sanitasi. Konseling adalah hubungan
komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan pasien yang
bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan
lingkungan yang dihadapi.
Konseling Sanitasi sangat penting dilakukan di Puskesmas agar
dapat mencegah terjadinya wabah atau tidak terjadi kembali penyakit
tersebut kepada pasien. Selain itu, memberikan solusi untuk tetap
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. (PerMenKes No. 13 Tahun
2015 tentang Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas).
47

UPTD Puskesmas Gaya Baru telah melaksanakan konseling


sanitasi di setiap hari kerja, akan tetapi ruang konseling sanitasi tidak
tersedia dan masih bergabung dengan ruang Apotek. Selain itu, jika
tidak ada sanitarian yang melakukan konseling sanitasi maka tidak ada
untuk menggantikannya. Pada saat Tim NS datang, tenaga Kesehatan
di bidang kesehatan lingkungan dipercaya untuk melakukan konseling
kepada pasien.

D.2.2 Tujuan
Tujuan umum
- Meningkatkan informasi dan edukasi kepada pasien.
Tujuan khusus
- Memahami tentang pengertian penyakit yang dideritanya
- Memahami tentang penyebab penyakit yang dideritanya
- Memahami tentang pencegahan penyakit yang dideritanya

D.2.3 Pihak Yang Terlibat Dan Peranan


Pihak yang terlibat dan yang berperan dalam konseling sanitasi adalah
sanitarian dan Pasien maupun keluarga Pasien.

D.2.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan adalah pasien dankeluarga pasien.

D.2.5 Rincian Kegiatan


Rincian kegiatan Konseling Sanitasi, yaitu :
1. Pencatatan Pasien
2. Menggali Informasi dari pasien
3. Memberikan solusi kepada pasien

D.2.6. Metode Pelaksanaan


Metode Pelaksanaan dalam konseling sanitasi adalah dengan metode
ceramah dengan menggunakan leaflet, lembar balik, pemberian brosur
dan form pertanyaan terkait penyakit yang dideritanya.
48

D.2.7 Capaian Indikator Keberhasilan Dan Rencana Tindak Lanjut


N Rencana
Strategi Indikator Pencapaian
o Outcome Tindak
Pencapaian Keberhasilan Kuartal I
. Lanjut
1 Meningkatnya Menyediaka 80% telah Semua pasein Mengedukasi
. kesadaran Pasien n media dan melakukan konseling petugas
dalam form konseling sanitasi dapat kesehatan
berperilaku hidup pertanyaan sanitasi teredukasi untuk
sehat dan untuk bahan kepada pasien dengan baik memahami
mengaplikasikan konseling cara konseling
nya di kehidupan yang benar.
sehari-sehari.

D.2.8 Evaluasi Dan Rekomendasi


No. Evaluasi Rekomendasi
1. Tidak adanya Ruang Klinik Perlunya pengadaan ruang khusus untuk
Sanitasi klinik sanitasi
2. Tidak adanya form pertanyaan Tersedianya form pertanyaan setiap
penyakit
3. Masih kurangnya media konseling Tersedianya media konseling
D.2.9 Dokumentasi

Klinik sanitasi

Sedang melakukan konsultasi


terkait dengan Penyakit Dermatitis
49

PELAYANAN IBU
HAMIL
TERJANGKAU
50

PELAYANAN IBU HAMIL TERJANGKAU

 Sweeping Ibu hamil


 Program Home Visite Ibu hamil
 Pemeriksaan Kehamilan dan Klasifikasi Ibu Hamil
 Pemasangan stiker P4K dan bendera
 Kelas ibu hamil

A LATAR BELAKANG UTAMA


Kesehatan Ibu dan Anak adalah hal yang paling perlu perhatian. Sebab dari
sana kita bisa mengetahui derajat kesehatan suatu wilayah. Program pembangunan
kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan
derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan
kesehatannya yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi. Setiap kehamilan itu berisiko, walau
di awal kehamilan berjalan normal, belum tentu saat melahirkan akan menjadi baik-
baik saja. Itulah mengapa Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator
yang peka dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu tempat.
Kematian Ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
kecelakaan atau cidera. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan situasi kesehatan ibu di Provinsi Sulawesi Selatan bisa
dilihat dari AKI yang mencapai 70 per 1000 kelahiran pada tahun 2015. Di kabupaten
Bone, AKI mencapai 88,41 per 100.000 kehidupan. Untuk Puskesmas Gaya Baru,
pada tahun 2016 terdapat kematian ibu sejumlah 1 kasus. Hal ini menjadi tugas kita
untuk menemukan solusi kejadian tersebut.
Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah salah satu bentuk upaya preventif
dalam mencegah kematian Ibu. ANC seharusnya dilakukan sebanyak 4 kali dalam
kehamilan yaitu satu kali pada trimester 1, satu kali pada trimester 2 dan dua kali pada
trimester 3, namun banyak sekali ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ketika
sudah memasuki Trimester 2. Melalui ANC kita bisa mengetahui apakah seorang ibu
memiliki faktor risiko dalam kehamilannya, jika ada maka kita bisa melakukan
51

pemantaun intensif untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sayangnya, tidak
semua ibu bisa mengunjungi Fasilitas Kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
Bagi ibu hamil yang berada di remote area mereka hanya bisa menunggu Bidan desa
untuk menghampirinya.
Wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru termasuk remote area. Banyak desa
terpencil yang jauh dari Puskesmas. Sehingga ibu hamil lebih memilih untuk
menunggu proses persalinan dengan sendirinya tanpa memeriksakan kehamilannya.
Terlebih data dari Puskesmas Gaya Baru, 2 dari 5 ibu hamil memiliki faktor risiko.
Sehingga diperlukan pelayanan yang fokus pada individu. Apalagi masih banyak ibu
hamil yang belum mengetahui apa saja faktor risiko dalam dirinya.
Kunjungan rumah ibu hamil adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk
memberi pelayanan pada ibu hamil. Program itu sudah berjalan dengan baik di sini,
sehingga Tim Nusantara Sehat menjadi penguat dalam pelaksanaan program tersebut.
Mengingat pentingnya program ini maka diperlukan keberlanjutan secara berulang tiap
bulannya. Adapun bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam kunjungan rumah ibu
hamil akan dijelaskan dalam laporan ini.

B TUJUAN UTAMA
 Meningkatkan pelayanan ANC di wilayah remote area di Puskesmas Gaya Baru
 Meningkatkan jangkauan pemberian pelayanan ANC di wilayah kerja Puskesmas
Gaya Baru
 Mengetahui faktor risiko Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru.

C. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan program akan dilakukan secara bertahap. Dimulai dari pendataan
ibu hamil setiap bulannya, kemudian dilakukan kunjungan rumah ibu hamil secara
door to door. Dalam kunjungan itu dilakukan pemeriksaan kehamilan untuk
menentukan faktor risiko yang dialami oleh ibu tersebut. Setelah itu akan diberi tanda
berupa pemasangan bendera di depan rumah ibu hamil.
52

D BENTUK KEGIATAN
D.1 Sweeping Ibu Hamil
D.1.1 Latar Belakang
Banyak faktor yang menyebabkan ibu hamil jarang memeriksakan
kehamilannya salah satunya sulitnya akses menuju fasilitas kesehatan.
Sehingga ibu hamil lebih memilih menunggu kehamilannya hingga
proses kelahiran tanpa melakukan pemeriksaan ke Fasilitas Kesehatan.
Sedangkan menurut standarnya, pemeriksaan kehamilan harus
dilakukan minimal satu kali dalam trimester 1, satu kali dalam
trimester 2, dan dua kali dalam trimester 3. Akan tetapi banyak ibu
hamil yang lupa akan pentingnya ANC, sehingga mereka mengabaikan
pemeriksaan itu.
Tidak hanya kurangnya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan
kandungannya, masalah kunjungan ANC juga dikarenakan kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilannya. Kadang ibu dengan paritas
lebih dari 3, tidak lagi peka dengan kehamilannya. Padahal ia sudah
termasuk faktor risiko yang harus dilakukan pemantauan selama
kehamilan. Ibu menjadi kurang peduli dengan kehamilannya, dan hal
itu akan fatal jika sampai kehamilan tua terus diabaikan. Melihat
keadaan itu maka diperlukan program kegiatan pelayanan KIA yang
mampu menjangkau remote area. Salah satu program yang telah
dilakukan pemegang program KIA di wilayah Puskesmas Gaya Baru
adalah sweeping ibu hamil. Hal itu sudah berlangsung dengan baik dan
perlu penguatan lagi oleh tim Nusantara Sehat.
D.1.2 Tujuan Umum
- Untuk meningkatkan cakupan K1
- Untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak
Tujuan Khusus
- Untuk mendapatkan data ibu hamil
- Untuk identifikasi risiko pada ibu hamil
- Untuk mengklasifikasikan ibu hamil yang berisiko
53

D.1.3 Pihak yang dilibatkan


 Bidan desa.
Peran bidan desa dalam kegiatan ini adalah melakukan pendataan
ibu hamil dari sumber yang didapatnya.
 Kader.
Peran kader dalam kegiatan ini yaitu sebagai pemberi informasi
jumlah ibu hamil kepada bidan.

D.1.4 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah semua ibu hamil dalam wilayah kerja
Puskesmas Gaya Baru.

D.1.5 Rincian Kegiatan


a. Pendataan
Dalam hal ini bidan desa melakukan pendataan dari informasi yang
didapat oleh Kader.
b. Sweeping /Penelusuran
Bidan melakukan penelusuran ke lokasi yang terdapat ibu hamil.
Baik ibu hamil yang sudah di data atau pun belum.
c. Pencatatan
Bidan melakukan pencatatan jumlah ibu hamil di wilayah kerjanya.
Selanjutnya akan dilaporkan ke Puskesmas untuk dilaksanakan
kegiatan selanjutnya.

D.1.6 Metode Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan setiap bulannya. Hal itu
dikarenakan jumlah ibu hamil cenderung berbeda setiap bulannya
karena mungkin saja ada ibu hamil yang baru mengetahui
kehamilannya di bulan berikutnya. Kegiatan ini juga langsung
dilakukan perindividu sasaran, sehingga setiap ibu hamil yang ada
akan dikunjungi dan dilakukan pencatatan.
54

D.1.7 Tabel Indikator Keberhasilan

Indikator
Outco Pencapaian Rencana
N Strategi pencapaian keberhasila
me kuartal 1 Tindak Lanjut
O n
1 Semua - Pendekatan pada 33% - Dari 11 desa - Melakukan
ibu Masyarakat untuk hanya 1 desa pendataan
hamil memperoleh data ibu yang tim dengan tepat
terdata hamil Nusantara - Memperoleh
- Kerja sama lintas sektor Sehat ikuti data sasaran
dalam mendapatkan kegiatan. yang akurat
jumlah pasangan usia Namun
subur kegiatan ini
sebelumnya
sudah rutin
dilaksanakan
D.1.8 Evaluasi dan Rekomendasi
NO Evaluasi Rekomendasi
1 Sejauh ini program berjalan setiap Sebaiknya bidan desa bekerja sama dengan
bulan dengan baik namun pendataan kader dalam mendapatkan informasi
dilakukan hanya di awal bulan, jumlah ibu hamil terkini, sehingga dapat
sehingga kurang efektif untuk langsung dilakukan kunjungan rumah
mendapatkan data terkini. sesegera mungkin.
2 Selama ini bidan desa melakukan Diadakan kerja sama dengan kader dalam
kegiatan ini tanpa ditemani kader pencarian ibu hamil.
sehingga kewalahan dalam menemukan
ibu hamil dan tidak mendapatkan semua
ibu hamil.
3 Kurang adanya koordinasi dengan lintas Dengan adanya kerja sama lintas sektor
sektor lebih mudah didapat data pasangan usia
subur sehingga mudah mengetahui ibu
yang akan hamil.
55

D.1.9 Dokumentasi

Pelaksanaan Sweeping Ibu Hamil di desa Foto bersama Bidan Desa dan Ibu hamil
Tapong, Kec. Tellu Limpoe yang baru terdeteksi saat kehamilan tuanya

D.2 Program Home Visite Ibu hamil

D.2.1 Latar Belakang


Setiap kehamilan itu berisiko, tapi sayangnya ibu hamil masih
kurang kepedulian terhadap kehamilannya. Akibatnya banyak ibu
hamil yang tidak tahu apakah ia termasuk faktor risiko atau tidak.
Sehingga sulit memantau perkembangan kehamilannya. Padahal ibu
dengan risiko tinggi harus dipantau perkembangannya untuk mencegah
kejadian yang tidak diinginkan.

Puskesmas Gaya Baru juga mengadakan Posyandu di setiap


desa. Namun sayangnya hal ini belum dimanfaatkan ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya. Sehingga masih banyak ibu hamil yang
rumahnya jauh dari jangkauan tidak mendapat pelayanan ANC. Hal itu
membuat cakupan K1 menjadi rendah. Dari data PWS KIA hingga
September 2016, hanya 2 dari 11 desa yang mencapai target bulan
September. Sehingga hal ini menjadi fokus pelayanan ANC untuk
lebih menjemput bola pada ibu hamil. Jika ibu hamil tidak datang
56

memeriksakan kehamilannya, maka tenaga kesehatan yang akan


datang ke rumahnya untuk melaksanakan pemeriksaan kehamilan.
Dengan adanya kunjungan rumah ibu hamil, maka bidan
memiliki kesempatan untuk memeriksakan kondisi ibu hamil sehingga
dapat langsung mengklasifikasikan apakah ibu termasuk dalam faktor
risiko atau tidak. Hal itu akan memudahkan pemantauan selanjutnya.
Sehingga bidan akan lebih mengetahui siapa saja sasarannya.

D.2.2 Tujuan Umum


- Mengetahui sasaran ibu hamil
Tujuan Khusus
- Melakukan kunjungan pada rumah ibu hamil
- Mengetahui ibu hamil yang berisiko
- Meningkatkan pengetahuan ibu hamil.
D.2.3 Pihak yang Dilibatkan
- Bidan Desa
Perannya melakukan kunjungan ke rumah setiap ibu hamil
- Kader
Menemani bidan dalam melakukan kunjungan

D.2.4 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah ibu hamil yang terdata di wilayah
setempat.

D.2.5 Rincian Kegiatan


a. Mengadakan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil
b. Melakukan pendataan identitas ibu hamil

D.2.6 Metode Pelaksanaan


Kunjungan rumah ibu hamil dilakukan setiap bulan untuk mengetahui
keadaannya agar terpantau. Dilakukan penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil.
57

D.2.7 Tabel Indikator Keberhasilan


Rencana
Indikator Pencapaian
N Outcome Strategi pencapaian Tindak
keberhasilan kuartal 1
O Lanjut
1 Semua ibu - Melakukan koordinasi 33 % Dari 11 desa - Melakukan
hamil dapat dengan kader mengenai di wilayah kunjungan
dikunjungi lokasi ibu hamil Kerja, baru setiap bulan
- Melakukan pendataan 1 desa yang dengan rutin
dengan benar, sehingga dapat diikuti -melaksanakan
ibu yang baru hamil Tim kelas ibu hamil
dapat ketahui secepat Nusantara di setiap desa
mungkin Sehat dalam
kegiatan ini.

D.2.8 Evaluasi dan Rekomendasi

NO Evaluasi Rekomendasi
1 Kunjungan rumah hanya dilakukan Kunjungan dilakukan dalam keadaan yang
sebentar saja sehingga kurang menyenangkan sehingga apa-apa yang
berkualitas disampaikan dapat diterima dengan baik
2 Penyuluhan terkesan hanya Penyuluhan bisa menggunakan media atau
memberikan sekilas info alat peraga
58

D.2.9 Dokumentasi

Pelayanan ANC pada saat kunjungan


rumah

D.3 Pemeriksaan Kehamilan dan Klasifikasi Ibu Hamil


D.3.1 Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan adalah hal penting. Namun tidak
banyak ibu yang melakukannya. Mereka hanya datang ketika ada
keluhan yang dialami seperti mual muntah berlebihan. Padahal setiap
keadaan baik-baik saja sekalipun harus diperiksa guna mengetahui
perkembangan janinnya. Akan tetapi kesadaran ibu akan hal itu masih
rendah.
Jumlah ibu yang memeriksakan kehamilannya di Fasilitas
Kesehatan di wilayah Puskesmas Gaya Baru memang masih sedikit,
mereka masih enggan datang ke fasilitas kesehatan. Selain karena
faktor geografis yang sulit dan akses yang tidak mudah, mereka juga
dipermasalahkan dengan ekonomi. Sehingga untuk meningkatkan
pelayanan ANC, maka perlu diadakan program yang bisa membantu
mereka dalam mengetahui kondisi kehamilannya.
Untuk memudahkan dalam pemeriksaan kehamilan ini, maka
kegiatan ini bisa dilakukan serentak saat melakukan home visite.
59

Sehingga langsung dengan mudah mengetahui kondisi ibu serta dapat


pengklasifikasikan dan tidak membuang banyak waktu.

D.3.2 Tujuan Utama


- Meningkatkan pelayananan ANC per individu
- Meningkatkan cakupan K1 per desa
Tujuan Khusus
- Untuk deteksi dini kehamilan pada ibu hamil
- Mengetahui kesehatan ibu dan janin
- Memberikan pelayanan ANC berkualitas pada ibu yang berada di
remote area
- Mengetahui faktor risiko yang ada pada ibu

D.3.3 Pihak yang dilibatkan


- Bidan desa
 Melakukan pemeriksaan kehamilan serta Pemantauan Wilayah
Setempat
 Melakukan klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan
 Memberikan penyuluhan K.I.E pada ibu hamil
- Kader
Mengajak ibu-ibu hamil untuk datang ke Posyandu atau mendata
ibu hamil yang tidak memeriksakan ke Fasilitas Kesehatan

D.3.4 Sasaran
Semua ibu hamil yang dilakukan kunjungan rumah.

D.3.5 Rincian Kegiatan


a. Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat
pelayanan di Fasilitas Kesehatan.
b. Penilaian hasil pemeriksaan kehamilan.

c. Pengklasifikasikan ibu hamil berdasarkan hasil pemeriksaan


60

D.3.6 Metode Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiataan ini dilakukan setiap kali diadakan kunjungan
rumah. Pelayanan ANC dilaksanakan sesuai standar 10T, namun tidak
terlaksana semua dikarenakan keterbatasan alat dan tenaga.
Pengklasifikasi jenis risiko pada ibu hamil berdasarkan hasil
pemeriksaan dimana yang termasuk risiko yaitu jika terlalu muda,
terlalu banyak anak, terlalu tua, memiliki jarak yang dekat, ibu dengan
Anemia berat, ibu KEK dan lain sebagainya.

D.3.7 Tabel Indikator Keberhasilan


Indikator
1 Strategi Pencapaian Rencana
Outcome keberhasila
pencapaian kuartal 1 Tindak Lanjut
n
1 - Semua ibu - Pendekatan pada 33% - Dari 11 desa - Melaksanakan
hamil yang ibu hamil agar hanya 1 desa pelayanan ANC
dikunjungi mau dilakukan yang tim sesuai SOP.
mendapatkan pemeriksaan Nusantara - Melakukan
pemeriksaan - Pelayanan ANC Sehat ikuti pemantauan ibu
kehamilan berkualitas kegiatan. dengan risiko
serta - Pendekatan Namun tinggi
diklasifikasi dengan Kader kegiatan ini - Pemberian KIE
untuk bisa sebelumnya pada ibu yang
advokasi sudah rutin berisiko tinggi
dilaksanakan
oleh bidan
desa.

D.3.8 Evaluasi dan Rekomendasi

NO Evaluasi Rekomendasi
1 Program ini berjalan dengan baik Pelayanan ANC haruslah berkualitas dan
namun karena keterbatasan yang ada sesuai dengan SOP yang ada sehingga
sehingga pelayanan ANC tidak meskipun ibu tidak mendapat pemeriksaan
sesuai SOP. di fasilitas kesehatan, ia tetap mendapat
pelayanan yang berkualitas
2 Pemeriksaan ANC yang belum Sebaiknya ANC dilakukan sesuai standar
sesuai menyulitkan untuk sehingga dapat mendeteksi risiko yang ada
pengklasifikasian pada ibu.
61

D.3.9 Dokumentasi

Pemeriksaan kehamilan pada saat


kunjungan rumah oleh bidan desa Pemeriksaan urin ibu hamil

penilaian hasil pemeriksaan dan


selanjutnya ibu diklasifikasikan
Pemeriksaan golongan darah ibu berdasarkan faktor risikonya.
hamil
62

D.4 Pemasangan Stiker P4K dan Bendera

D.4.1 Latar Belakang


Peran keluarga dan masyarakat dalam mendukung proses
kehamilan seorang ibu sangat diperlukan. Sehingga ibu melalui masa
kehamilannya dengan nyaman dan aman. Namun tidak semua keluarga
dan masyarakat peduli dengan kehadiran ibu hamil. Bahkan tidak
jarang mereka diabaikan. Terkadang ibu merasa kehamilannya tidak
diterima dalam lingkungan sekitar, sehingga ini akan berakibat dalam
kesehatan kehamilannya.
Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi
(P4K) merupakan kegiatan yang berguna dalam meningkatkan peran
aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil,
termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan. Dengan
menggunakan stiker sebagai media pemberitahuan dalam rangka
meningkatkan cakupan kesehatan ibu dan anak. Selain itu juga dalam
meningkatkan kepedulian untuk menyelamatkan ibu hamil dan bersalin.
Sehingga nantinya masyarakat dapat menganjurkan ibu hamil untuk
melahirkan ke fasilitas kesehatan.
Pemasangan bendera di depan rumah ibu hamil juga merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang
kondisi ibu hamil. Dengan ini dapat memudahkan tenaga kesehatan
dalam melakukan pemantauan. Selain itu juga dapat membantu
masyarakat sekitar untuk mengingatkan ibu tentang keadaan
kehamilannya. Dengan itu ibu yang memiliki faktor risiko menjadi
lebih perhatian pada kehamilannya

D.4.2 Tujuan umum


- Meningkatkan cakupan pelayanan KIA
- Meningkatkan cakupan persalinan Nakes
Tujuan Khusus
63

- Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker p4k di setiap


rumah ibu hamil
- Terpasangnya bendera di setiap rumah ibu hamil
- Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila
terjadi komplikasi selama kehamilan
- Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
persalinan.

D.4.3 Pihak yang dilibatkan


- Bidan Desa
o Melakukan pemasangan stiker P4K dan bendera
o Sosialisasi tentang pemasangan stiker P4K dan bendera
o Melakukan pemantauan pada ibu hamil dengan risiko tinggi
- Kader
o Pemantauan keadaan pada ibu hamil dengan risiko tinggi yang
bisa dijangkau
- Masyarakat
o Mendukung program P4K, dan bisa membantu tenaga
kesehatan dalam mengajak ibu untuk melahirkan di fasilitas
kesehatan.
D.4.4 Sasaran
Semua ibu hamil yang telah dilakukan pemeriksaan dan
pengklasifikasian

D.4.5 Rincian Kegiatan


a. Melakukan sosialisasi mengenai stiker P4K dan Bendera pada Kader
dan pemerintah desa
b. Melakukan pemasangan stiker P4K dan Bendera sesuai dengan data
pasien

D.4.6 Metode Pelaksanaan


Kegiatan ini dilakukan saat awal pendataan ibu hamil. Stiker P4K
di isi sesuai data yang didapat. Pemasangan bendera dilakukan sesuai
dengan klasifikasi ibu hamil, warna hijau untuk ibu hamil normal dan
64

warna merah untuk ibu dengan faktor risiko. Pemasangan stiker P4K
ditempatkan di pintu atau jendela depan rumah sehingga bisa terlihat
oleh orang lain. Sedangkan pemasangan bendera ditempatkan di depan
rumah ibu atau juga bisa di tempat yang bisa terlihat dari jauh.

D.4.7 Tabel Indikator Keberhasilan

Indikator Rencana
Pencapaian
N Outcome Strategi pencapaian keberhasi Tindak
kuartal 1
O lan Lanjut
1 Setiap rumah - Melakukan sosialisi 66% 2 dari 11 Pemasanga
terpasang pada pejabat desa desa sudah n bendera
stiker p4k sehingga tahu akan dilaksanakan di seluruh
dan bendera maksud pemasangan pemasangan rumah ibu
stiker p4k dan bendera bendera pada hamil
- Melakukan koordiansi ibu hamil setiap desa
dengan kader dalam Pemasanga
pemasangan sehingga n stiker p4k
kader juga mengetahui di setiap
rumah mana saja yang rumah
D dipasang

D.4.8 Evaluasi dan Rekomendasi

NO Evaluasi Rekomendasi
1 Stiker P4K sudah terpasang dengan Sosialisasi mengenai cara pengisian yang
baik namun pengisian masih belum benar
benar
2 Pemasangan bendera sudah Persiapan bendera untuk setiap desa perlu
dilakukan perhatian agar dalam kegiatannya tidak
menemui kendala
65

D.4.9 Dokumentasi

Pengisian stiker P4K Pemasangan stiker P4K di pintu


rumah ibu hamil

Pemasangan bendera Hijau Pemasangan bendera Merah untuk ibu


(ibu hamil normal) hamil berisiko.
(foto bersama bidan desa dan kader)
66

sosialisasi Pemasangan bendera dan


stiker P4K tingkat desa. Foto bersama kader dalam kegiatan
(lokasi : desa Tapong) sosialisasi.

D.5 Kelas Ibu Hamil


D.5.1 Latar Belakang
Pengetahuan ibu hamil tentang kehamilannya merupakan suatu
hal yang penting. Untuk memperoleh informasi mengenai
kehamilannya, ibu hamil sering mendapatkannya saat penyuluhan oleh
ibu bidan dan tenaga kesehatan yang lain. Namun kerap kali informasi
yang di dapat hanya sekilas info. Sehingga kurang efektif dalam
meningkatkan pengetahuan ibu hamil.
Dewasa ini penyuluhan kesehatan ibu dan anak pada umumnya
masih banyak dilakukan dengan konsultasi perorangan atau kasus per
kasus yang diberikan pada waktu ibu memeriksakan kehamilannya
atau waktu kegiatan posyandu. Akan tetapi pengetahuan yang
diperoleh hanya terbatas pada masalah kesehatan yang dialami saat
konsultasi. Sehingga ilmu yang diberikan kepada ibu hanyalah
pengetahuan yang dimiliki oleh petugas saja. Untuk itu maka
diperlukan program seperti kelas ibu hamil yang kegiatannya teratur
dan membahas banyak kegiatan.
Kelas ibu hamil merupakan salah satu sarana belajar bersama
tentang kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka dalam
kelompok yang bertujuan untuk meningkaykan pengetahuan dan
67

keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB,


pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktifitas
fisik/senam ibu hamil. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama,
diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal
dan berkesinambungan.

D.5.2 Tujuan Utama


- Meningkatkan pengetahuan ibu hamil
- Merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang periksaan
kehamilan
Tujuan Khusus
- Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta
- Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan, persalinan aman, nifas nyaman, ibu
selamat, bayi sehat, IMD, dan Aktifitas fisik ibu hamil.

D.5.3 Pihak yang dilibatkan


 Bidan Desa
Perannya Fasilitator dan pelaksana
 Kader
Membantu bidan dalam hal teknis seperti mengumpulkan ibu,
membantu perjelas materi yang disampaikan
 Dukun beranak
Bekerja sama dengan bidan dalam hal meningkatkan kehadiran ibu
hamil

D.5.4 Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja maksimal sebanyak 10
orang untuk setiap kelas. Diharapkan suami/keluarga ikut serta
minimal 1 kali pertemuan

D.5.5 Rincian Kegiatan


a. Pelatihan bagi fasilitator
68

b. Sosialisasi pada tokoh agama, tokoh masyarakat dan Stakeholder


c. Pelaksanaan Kelas Ibu hamil
D.5.6 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pertemuan kelas ibu hamil dilakukan sesuai dengan
kesepakatan antara bidan/petugas kesehatan dengan peserta/ibu hamil
dengan tahapan pelaksanaan (minimal 4 kali pertemuan selama hamil).
Pemberian materi disesuaikan dengan usia kehamilan ibu dan
menggunakan prinsip belajar orang dewasa. Selanjutnya dilakukan
monitoring dan evaluasi.

D.5.7 Tabel Indikator Keberhasilan


Rencana
Indikator Pencapaian
Outcome Strategi pencapaian Tindak
NO keberhasilan kuartal 1
Lanjut
1 semua ibu  Melakukan strategi 33% Pelaksanaan Pelaksanaan
memahami penyampaian dengan baru di 1 rutin kelas
materi kelas materi menyenangkan posyandu. ibu hamil
ibu hamil sehingga ibu tidak cepat
bosan

D.5.8 Evaluasi dan Rekomendasi

NO Evaluasi Rekomendasi
1 Kegiatan berlangsung tanpa Pelaksanaan harus terorganisir jadwal dan
perencanaan atau pemberitahuan materi apa yang akan dibahas
pada ibu.
2 Materi yang disampaikan terlalu Perlu adanya kegiatan lain yang menarik
sedikit atau waktu pertemuan terlalu sehingga ibu ingin terus datang seperti
singkat arisan dan sebagainya
3 Tempat pelaksanaan kegiatan terlalu Perlu adanya perencanaan tempat sebelum
sempit pelaksanaan.
69

D.5.9 Dokumentasi

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Dusun Pemberian materi oleh


Urrapai, Desa Gaya Baru.
Bidan Devvy Apriani, A.Md Keb
Terlihat ibu hamil dan dukun beranak hadir.
mengenai Tanda Bahaya pada
Kehamilan
70

PERSALINAN
AMAN
71

PERSALINAN AMAN

 Optimalisasi Pelaksanaan Program Expanding Maternal and Neonatal


Survive (EMAS)
 Update ilmu Bidan Desa

A. LATAR BELAKANG UTAMA


Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan. Oleh
karena itu persalinan yang aman dan nyaman adalah harapan semua ibu. Pertolongan
persalinan harus memenhi 4 pilar safe motherhood yang salah satunya adalah
persalinan bersih dan aman serta ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil.
Menurut Depkes RI (2009), tujuan persioapan persalinan aman adalah agar ibu hamil
dan keluarga tergerak merencanakan tempat dan penolong persalinan yang aman.
Idealnya, persalinan haruslah di tenaga kesehatan dan bertempat di fasilitas
kesehatan.
Pertolongan persalinan yang tidak tepat akan berdampak secara langsung pada
kesehatan ibu. Seperti yang kita ketahui, AKI masih sangat tinggi dibanding negara-
negara tetangga. Berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan,
proporsi tempat melahirkan dari tahun 2010 hingga 2013 yaitu sebanyak 76,1 %
berada di fasilitas kesehatan. Hal itu sudah cukup baik, namun untuk wilayah remote
area seperti dalam wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru, hanya 1 desa saja yang
mencapai target persalinan oleh tenaga kesehatan dan jumlah yang bersalin di
fasilitas kesehatan relatif rendah, menurut data yang didapat dari laporan bidan desa
yaitu 23% pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan (2016). Sehingga perlu
bekerja keras untuk meningkatkan pertolongan persalinan di Fasilitas kesehatan.
Dinas Kesehatan daerah Bone juga mulai banyak melakukan program demi
mengurangi AKI. Salah satunya yaitu program Expanding Maternal and Neonatal
Survive (EMAS) yang merupakan program andalan untuk mengurangi angka
kematian ibu dan bayi di enam provinsi di Indonesia, salah satunya Sulawesi
Selatan. Beruntung, Bone mendapatkan kesempatan dalam melaksanakan program
ini. Program lainnya seperti Rumah Tunggu Kelahiran juga sudah banyak tersedia di
beberapa kecamatan di Bone, namun sayangnya untuk Puskesmas Gaya Baru masih
dalam tahap perencanaan, diharapkan tahun depan sudah bisa berjalan. Keberadaan
tim Nusantara Sehat dalam upaya persalinan yang aman yaitu menguatkan program
Puskesmas dan membantu optimalisasi pelaksanaannya.

B. TUJUAN UTAMA
- Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan
- Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan
- Meningkatkan pelayanan pada ibu bersalin normal
- Meningkatkan pengetahuan bidan desa dalam menangani kasus komplikasi
72

C. METODE PELAKSANAAN
Dalam upaya untuk persalinan aman, metode pelaksanaan yang dilakukan adalah
optimalisasi program EMAS dan peningkatan pengetahuan Bidan desa dalam
menangani kasus gawat darurat dalam bentuk simulasi dan drill emergency.

D. BENTUK KEGIATAN
D.1 Optimalisasi Pelaksanaan Program EMAS
D.1.1 Latar Belakang

Upaya pengurangan Angka Kematian Ibu haruslah


berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga bisa optimal dalam
menekan Angka Kematian Ibu. Untuk itu diperlukan program yang
bisa membantu fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas dalam
meningkatkan kualitas pelayanan terkhusus dalam kasus darurat terkait
ibu dan bayi. Bukan hanya itu, tapi juga mampu melakukan rujukan ke
faskes rujukan dalam kasus yang tidak bisa ditangani. Tetapi
sebenarnya ada banyak ibu di Indonesia yang meninggal akibat hal-hal
yang sebenarnya bisa dicegah misalnya terlambat dalam penanganan.
Sehingga juga diperlukan sistem perujukan yang efektif.
Menurut data dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu tahun 2015,
penyebab kematian ibu sebanyak 31% oleh perdarahan, 28,4% lain-
lain, 26% Hipertensi, 6,9% dari gangguan sistem perdarahan, 6% oleh
infeksi dan sisanya sejumah 1,33% dikarenakan gangguan metabolik.
Salah satu penyebab kematian adalah keracunan kehamilan yang
disertai tekanan darah tinggi dimana sudah ada 1 ibu yang meninggal
di Puskesmas Gaya Baru pada tahun 2016. Salah satu penyebab dari
kejadian itu adalah terlambat penanganan dikarenakan faktor budaya
dan kondisi geografis yang sulit. Sehingga hal ini menjadi point
penting bagi kami untuk meningkatkan persalinan aman di sini.
Kehadiran program EMAS dalam upaya ini tentulah sangat
membantu. EMAS menitikberatkan pada peningkatan kualitas
penanganan di fasilitas kesehatan. Dengan penerapan serangkaian
intervensi yang tepat sasaran dan sarat guna, EMAS diharap mampu
mengurangi AKI dan bisa meningkatkan ketangkasan klinis dan
perbaikan sistem tata kelola klinis Puskesmas. Selain itu EMAS juga
berkonsentrasi untuk memastikan wanita hamil dan bayi baru lahir
datang ke fasilitas kesehatan yang memadai secara tepat waktu dan
memperoleh penanganan yang tepat sehingga nyawa mereka dapat
terselamatkan.

D.1.2 Tujuan Umum


 Meningkatkan persalinan tenaga kesehatan\
 Mengurangi Angka Kematian Ibu
73

Tujuan Khusus

 Meningkatkan pelayanan berkualitas dalam kasus gawat darurat


 Meningkatkan pelayanan rujukan untuk kasus darurat
 Optimalisasi pelaksanaan program EMAS di Puskesmas

D.1.3 Pihak yang dilibatkan


 Bidan Koordinator
Sebagai koordinator dalam melaksanakan optimalisasi program dan
penanggung jawab terlaksananya program EMAS
 Dokter Pendamping Program Emas
Sebagai pendamping mengenai kegiatan dalam program EMAS
 Dokter Puskesmas
Sebagai salah satu pelaksana dari kegiatan program EMAS
 Bidan
Sebagai salah satu tim emergency dalam pelaksanaan kasus gawat
darurat

D.1.4 Sasaran
Seluruh bidan dan tenaga kesehatan yang terkait dalam optimalisasi
program ini

D.1.5 Rincian Kegiatan


a. Melakukan peningkatan sistem kinerja klinik
b. Melengkapi peralatan dan perlengkapan alat emergency
c. Membentuk tim emergency
d. Membuat alur untuk evakuasi pasien gawat darurat
e. Memastikan kamar bersalin dalam keadaan bersih
f. Melakukan penyusunan SOP

D.1.6 Metode Pelaksanaan


Kegiatan optimalisasi program EMAS ini dilakukan bersama-sama
dengan dipimpin Bidan Koordinator. Pembentukan tim emergency
salah satu metode untuk menangani kasus gawat darurat. Kegiatan ini
juga masih dalam bimbingan Dinkes Kabupaten sehingga masih
berjalan tim monitoring dan evaluasi.
74

D.1.7 Tabel Indikator Keberhasilan

Rencana
N Indikator Pencapaian
Outcome Strategi pencapaian Tindak
O keberhasilan kuartal 1
Lanjut
1 Sistem Pemantauan sistem kerja 50% - Alat-alat - Melengkapi
kinerja klinik secara rutin emergency alat yang
klinik Perlengkapan alat emergency sudah sebagian masih belum
berkualitas untuk menangani kasus dilengkapi, ada
emergency sudah tersedia -
box emergency meningkatka
maternal dan n
neonatal pengetahuan
-Sudah ada tim tim
emergency emergency
- pembuatan
SOP
-Pelaksanaan
Bongkar
bersih kamar
bersalin

D.1.8 Evaluasi dan Rekomendasi

NO Evaluasi Rekomendasi
1 Program sudah berjalan sebagian Pelaksanaan program sebaiknya diupdate
dengan baik, tenaga kesehatan di secara rutin sehingga bisa optimal
Puskesmas antusias
2 Pemenuhan alat-alat emergency Pengajuan daftar alat yang belum ada
masih belum semuanya. Terkendala kepada pihak yang terkait sehingga cepat
dana dalam pemenuhan alat tersebut bisa terpenuhi
3 Tim emergency sebagian sudah Update ilmu diperlukan agar kompetensi
mengerti tugasnya, namun masih tim emergency terus lebih baik
banyak yang belum paham
75

D.1.9 Dokumentasi

Pemantauan Sistem Kinerja Klinik oleh Tim EMAS


76

Simulasi Penanganan pasien Eklampsia


UPTD PUSKESMAS GAYA BARU 2016

Simulasi oleh dr Eka (Puskesmas Gaya Baru)


Simulasi oleh bidan desa

UPTD PUSKESMAS GAYA BARU 2016


77

Alat yang masih belum lengkap


Posisi tempat tidur yang masih salah

Alat emergency sebagian masih di dalam lemari

UPTD PUSKESMAS GAYA BARU 2016

Posisi tempat tidur lebih baik dan bisa


membantu proses emergency
terlaksana dengan baik

Ruang bersalin Puskesmas Gaya Baru


UPTD PUSKESMAS GAYA BARU 2016

Box emergency maternal dan neonatal sudah siap digunakan


UPTD PUSKESMAS GAYA BARU 2016
78

UPTD PUSKESMAS GAYA BARU 2016


79

UPTD PUSKESMAS GAYA BARU 2016

D.2 Update ilmu Bidan Desa

D.2.1 Latar Belakang


Salah satu upaya dalam peningkatan derajat kesehatan adalah
dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Untuk itu diperlukan
tenaga kesehatan yang terlatih dan kompeten dibidangnya. Terutama
dalam pertolongan persalinan, jika dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten maka peluang untuk terjadinya komplikasi akan semakin
tinggi. Pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai
masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan
ibu dan perinatal. Dukun tidak dapat mengetahui tanda-tanda bahaya
perjalanan persalinan. Akibat pertolongan persalinan yang tidak tepat
dapat terjadi persalinan kasep, kematian janin dalam rahim, ruptur uteri,
perdarahan (akibat pertolongan salah, robekan jalan lahir, retensio
plasenta, plasenta rest), dan bayi mengalami asfiksia, infeksi, atau
trauma persalinan.
Pada wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru pertolongan persalinan
oleh dukun masih tinggi. Banyak faktor yang menyebabkannya, selain
karena tempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan juga karena budaya
di masyarakat yang masih sangat kental. Untuk itu diperlukan advokasi
dan kemitraan dengan dukun. Sementara ini program tersebut masih
dalam tahap perencanaan.
Dalam mengatasi hal itu, untuk mencegah komplikasi pada
persalinan di desa, maka Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada
di desa harus memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan
80

pertolongan persalinan normal maupun kasus gawat darurat. Sehingga


jika bidan desa sudah cepat tanggap dalam melakukan penanganan
maka dapat mengurangi kasus terlambat penanganan pada ibu bersalin.

D.2.2 Tujuan Utama


 Meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
 Meningkatan pelayanan pada kasus kegawatdaruratan
Tujuan khusus
 Meningkatkan pengetahuan bidan dalam menangani kasus gawat
darurat
 Meningkatkan kompetensi bidan dalam melakukan penanganan
kasus gawat darurat

D.2.3 Pihak yang dilibatkan


 Bidan Koordinator
Sebagai penanggung jawab kegiatan dan fasilitator
 Dokter
Sebagai fasilitator dan pemateri

D.2.4 Sasaran
Semua bidan desa dalam wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru

D.2.5 Rincian Kegiatan


a. Pembuatan jadwal pertemuan dan materi yang akan disampaikan
b. Pelaksanaan kegiatan
c. Evaluasi kegiatan

D.2.6 Metode Pelaksanaan


Kegiatan dilaksanakan satu bulan sekali. Materi yang dibahas adalah
kasus emergency ibu dan anak. Pemberian materi dengan simulasi
yang dibawakan oleh dokter atau pun Bidan Koordinator. Setelah
kegiatan diadakan evaluasi untuk peningkatan kualitas dari kegiatan
tersebut.
81

D.2.7 Tabel Indikator Keberhasilan


Indikator Rencana
N Pencapaian
Outcome Strategi pencapaian keberhasila Tindak
O kuartal 1
n Lanjut
1 Semua - update ilmu dilaksanakan 80% Kegiatan baru - kegiatan
bidan desa sebulan sekali dilaksanakan dilakukan
mampu - memberikan kesempatan satu kali, secara rutin
menangani kepada setiap bidan untuk semua bidan - diadakan
kasus melakukan simulasi hadir dan penilaian
emergency -memberikan penilaian melaksanakan yang objektif
pada setiap bidan untuk simulasi -pembahasan
meningkatkan motiasi dengan baik. kasus segera
mereka dalam dilakukan
simulasi
penangannya

D.2.8 Evaluasi dan Rekomendasi

NO Evaluasi Rekomendasi
1 Kehadiran bidan desa dalam kegiatan Sebaiknya kehadiran juga dinilai dan menjadi
cukup baik, namun masih ada yang point penting dan diharapkan ada dukungan
belum mengikuti kegiatan. dari pihak Puskesmas untuk menunjang
kehadirannya.
2 Pelaksanaan kegiatan sebulan sekali Sebaiknya kegiatan ditetapkan jadwal pastinya
belum terlaksana dengan baik sehingga bisa direncanakan sebelum
pelaksanaan
82

D.2.9 Dokumentasi

Pelaksanaan simulasi Resusitasi Neonatus Pelaksanaan simulasi kasus perdarahan pasca


persalinan dan tim emergency
oleh bidan desa

Pelaksanaan simulasi Resusitasi oleh Bidan


Desa
Simulasi oleh dokter puskesmas
83

REVITALISASI
POSYANDU
84

A. LATARBELAKANG
Seperti telah tercantum dalam UUD RI 1945, dan juga pasal 28 H ayat 1 dan
UU No. 36 tahun 2009, tentang Kesehatan) bahwa Kesehatan merupakan hak asasi
manusia, dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan
dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar
masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan akhirnya dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan
bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab
bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.
Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama
atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas
hidup manusia.UNDP tahun 2011 melaporkan, bahwa pada tahun 2011 Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sebesar 0,617 dan menduduki peringkat 124
dari 187 negara.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masayarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masayarakat dan meberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila sistem
pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan
secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
layanan kesehatan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga
pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif
masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga
dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-
ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita mereka ke posyandu
85

sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya
setiap bulan (Depkes RI, 2006).
Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada
masyarakat setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80 -100 balita. Dalam keadaan
tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan
atau jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes
RI,2006).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan,
karena di setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu
dicanangkan pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu,
pada Tahun 2005 meningkat menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006), dan pada
Tahun 2008 menjadi 269.202 posyandu (Depkes RI, 2009). Ditinjau dari
aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan
keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2006).
Menurut Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu
merupakan tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu
meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi
posyandu tersebut yaitu meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan
teknis serta dedikasi kader di posyandu, memperluas sistem posyandu dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah,
menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan
prasarana kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam
penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan memperkuat dukungan
pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat,
termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Peningkatan kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi pelayanan
posyandu yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, pemberantasan
penyakit menular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi serta adanya
penimbangan balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu
menyusui,pasangan usia subur dan balita.
86

Jumlah Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru berjumlah 29


Posyandu dan 1 Posyandu yang tidak aktif Jumlah. Posyandu yang ada di setiap desa
tidak sama dengan jumlah dusun yang ada di desa. Seperti di desa Gaya Baru jumlah
dusun terdiri 4 dusun tetapi jumlah posyandunya 5, desa polewali terdiri dari 3 dusun
tetapi hanya memiliki 2 posyandu, desa pallawa terdiri dari 2 dusun dan memiliki 3
posyandu, desa sadar memiliki 3 dusun dan memiliki 4 posyandu, dan untuk desa
tondong memiliki 2 dusun tetapi hanya memiliki 1 posyandu.
Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu
dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap
posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan
oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pendaftaran; (2) Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS);
(4) Penyuluhan; dan (5) Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI,
2006), tapi kenyataan yang ada Posyandu di kecamatan Gaya baru di motori oleh
petugas kesehatan karna jumlah kader yang aktif hanya beberapa orang saja di setiap
posyandu bahkan ada posyandu tidak memiliki kader posyandu.
Partisipai masyarakat di kecamatan Tellu Limpoe untuk datang ke posyandu
masih rendah karna orang tua balita yang berprofesi sebagai petani dan memiliki
sawah/kebun di kabupaten bahkan profinsi lain , sehingga apa bila musim panen dan
taman di mulai orang tua biasanya membawa anak dan istri ke kebun dan tinggal di
sana dalam beberapa bulan, sehingga anak tidak bisa datang ke posyandu, salah satu
penyebab kehadiran kurang juga karna masyarakat belum terlalu peduli tentang
kesehatan disini hal itu terjadi karna masih banyak masyarakat disini percaya akan
mistis misalnya di baca – baca doa sembuh, dan masyarakat disini masih
memprioritaskan adat dari pada kesehatan mereka sendiri.
Peningkatan kualitas pelayanan posyandu dapat dilakukan dari berbagai aspek
pelayanan seperti peningkatan fasilitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia,
dan kegiatan pelaksanaan posyandu. Pelayanan posyandu yang berkualitas harus
diikuti oleh tugas dan fungsi institusi pembina posyandu secara keseluruhan yaitu
kelangsungan posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat,
khususnya dari kelompok paling rentan ibu dan anak.Meskipun posyandu merupakan
unit pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat yang berada di desa/kelurahan,
87

namun karena peran posyandu sangat menentukan terhadap gambaran kondisi ibu dan
anak secara nasional, maka disetiap daerah perlu dilakukan pemantauan kegiatan
melalui Revitalisasi Posyandu. Frekuensi dan jenis kegiatan Revitalisasi Posyandu
yang dipantau ditetapkan atas kebutuhan masing-masing daerah. Pada tingkat
operasional (desa/kelurahan, kecamatan), pemantauan dilakukan secara
bulanan,dengan melaksanakan kunjungan lapangan (Depkes RI, 2001).
B. TUJUAN
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya posyandu dan meningkatkan
kualitas posyandu agar masyarakat mengerti bahwa posyandu itu penting.

C. METODEPELAKSANAAN
1. Penimbangan dan pengukuran berat badan
2. Penyuluhan Gizi

3. Pemberian vitamin A

4. Pemasangan Bendera

D. BENTUKKEGIATAN
D.1Penimbangan dan Pengukuran
D.1.1 LatarBelakang
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat (Depkes RI, 2005).
Pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan dan lingkar
lengan) sebenarnya sangat mudah dilakukan namun juga sekaligus rawan
terhadap bias dan error data.Untuk menghindari bias dan error data maka
hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas alat yang digunakan dan
ketelitian dalam melakukan pengukuran
Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui
kondisi pertumbuhan dan gizi anak.Penilaian pertumbuhan pada anak
sebaiknya dilakukan dengan jarak yang teratur disertai dengan
pemeriksaan serta pengamatan fisik. Pengukuran berat badan digunakan
88

untuk mengukur pertumbuhan secara umum atau menyeluruh. Sedangkan


tinggi badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan linier.
D.1.2 Tujuan Umum
Agar Balita dan Ibu hamil mengetahui status Gizinya.
Tujuan Khusus
1. Agar ibu Balita Mengetahui Berat Badan Anak
2. Agar ibu balita Mengetahui Panjang / Tinggi badan Anak
3. Agar ibu Hamil Mengetahui Berat Badannya
4. Agar ibu balita Mengetahui Tinggi badannya
D.1.3 Pihak Yang Dilibatkan dan Peranan
Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas Gizi yang
bertanggung jawab atas semua proses Kegiatan Penimbangan dan
pengukuran Kader yang membantu agar terlaksana program ini, serta Kepala
Puskesmas sebagai pihak yang mengetahui dan menyetujui setiap kegiatan
yang dilakukan.
D.1.4 Sasaran
Sasarannya adalah Balita dan Ibu Hamil agar datang ke posyandu.

D.1.5 Rincian Kegiatan

Melakukan penimbangan dan pengukuran bayi , balita dan ibu hamil dengan
tepat dan benar sehingga hasil yang di dapat valid dan bisa di pertanggung
jawabkan .
89

D.1.6 Out come ,strategi dan pencapaian di kuartal 1

No Out come Strategi Indikator Pencapaian Rencana tindak


pencapaia Keberhasilan kuartal 1 Lanjut
n
1 Melakukan Sosialisasi Dilakukan Sudah dilakukan Selalu
Penimbangan Pentingnya penimbangan Penimbangan tiap Mensosialisasikan
Berat Badan melakukan Setiap bulannya bulannya tetapi tentang pentingnya
di seluruh penimbang dan Kehadiran hanya beberapa posyandu dan
Posyandu an Sasaran Lebih posyandu yang bahaya penyakit
dari 75% mencapai Target yang di timbulkan
Sasaran 75% apa bila kekurangan
atau kelebihan berat
badan
2 Melakukan Sosialisasi Dilakukan Sudah dilakukan Berusaha
pengukuran Pentingnya Pengukuran Pengukuran tiap menyediakan alat
panjang/tingg melakukan Setiap bulannya bulannya tetapi pengukur di setiap
i badan di Pengukuran hanya beberapa posyandu
seluruh posyandu saja
Posyandu

D.1.7 Evaluasi Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih sering kader tidak teliti Kembali di adakan penyegaran kager
pada saat menimbang seperti tidak
melepas sandal dan topi balita
2 Blum adanya timbangan digital Petugas masih bisa membawa timbangan
untuk balita yang sudah bisa yang ada di puskesmas
berdiri / di atas 2 tahun
3 Blum ada alat untuk mengukur Di adakan alat pengukur tinggi badan di
tinggi badan di posyandu posyandu atau petugas yang membawanya
saat datang ke posyandu
90

D.1.8 Dokumentasi

Pengukuran Antropometri
91

D.2Penyuluhan GIZI

D.2.1 LatarBelakang

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu social yang


mempelajari system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang
diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu
bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya A.W. van den
Ban dkk. (1999) dituliskan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan
seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan
tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa
membuat keputusan yang benar.
Penyuluhan kesehatan yaitu merupakan kegiatan penambahan
pengetahuan untuk mencapai tujuan hidup sehat dengan cara
mempengaruhi prilaku masyarakat baik itu secara individu atau pun
kelompok dengan menyampaian pesan.
Mengkonsumsi makanan yang bergizi sangatlah penting dalam
tumbuh kembang anak, baik selama masih didalam kandungan maupun
setelah ia beranjak dewasa. Gizi yang diberikan haruslah seimbang. Gizi
seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan,aktivitas
fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.
Untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jnis dan
jumlah yang tepat, di negara Indonesia, visualisasi dari gizi seimbang
adalah Tumpeng Gizi Seimbang (TGS), yang terdiri atas potongan-
potongan tumpeng. Luasnya potongan menunjukkan porsi yang harus
dikonsumsi setiap hari. TGS dialasi air putih, kemudian karbohidrat,
sayuran, buah-buahan, protein nabati, protein hewani, dan yang terkahir
adalah minyak-gula-garam yang biasa didapat dari makanan-makanan
ringan.
92

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader (masyarakat yang


telah mendapat pelatihan). Jenis pelayanan yang diberikan meliputi:
penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,
penyuluhan gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal,
suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Bila nantinya ditemukan ibu hamil
Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali
berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BMG), kader wajib
segera melakukan rujukan ke Puskesmas
D.2.2 Tujuan Umum
Agar Sasaran mengerti pentingnya Gizi Seimbang
Tujuan Khusus
1. Agar Sasaran mengetahui bahaya kekurangan dan kelebihan gizi

2. Agar Sasaran dapat mengetahui bagaimana makanan bergizi seimbang

3. Agar sasaran dapat mengetahui penyakit – penyakit yang di akibatkan


oleh kekurangan atau kelebihan Gizi

D.2.3 PihakYangDilibatkandanPeranan
Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas Gizi yang
bertanggung jawab atas semua proses Kegiatan Penyuluhan Gizi dan
Kader yang membantu agar terlaksana program ini, serta Kepala
Puskesmas sebagai pihak yang mengetahui dan menyetujui setiap kegiatan
yang dilakukan.

D.2.4 Sasaran
Sasarannya adalah Semua masyarakat yang datang ke posyandu.

D.2.5 Rincian Kegiatan


Melakukan penyuluhan gizi akhir posyandu agar masyarakat yang datang ke
posyandu tidak hanya datang menimbang anaknya saja melainkan mendapat
tambahan pengetahuan.
93

D.2.6 Out come ,strategi dan pencapaian di kuartal 1

Out come Strategi Indikator Pencapaian Rencana tindak


N pencapaian Keberhasila kuartal 1 Lanjut
o n
1 Melakukan Mengajarkan Dilakukan Sudah dilakukan Melatih Kader agar
Penyuluhan setiap kaget Penyuluhan penyuluhan tetapi Mahir melakukan
Gizi di posyandu di setiap oleh petugas Gizi penyuluhan
seluruh bagamana cara posyandu , tetapi belum di
Posyandu melakukan oleh kader setiap posyandu
penyuluhan posyandu karna terhambat
kondisi tempat
yang jauh

D.2.7 Evaluasi Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih banyak sasaran yang belum Perlu di buat kan leaflet agar sasaran dapat
memperhatikan penyuluhan . membaca kembali materi penyuluhan
2 Terkendala bahasa karna banyak Perlu di latih kader untuk melakukan
sasaran kurang mengerti bahasa penyuluhan agar penyuluh bisa melakukan
indonesia dengan bahasa daerah atau perlunya
penerjemah.
94

D.2.8 Dokumentasi

Terkadang perlu penerjemah untuk


melalkukanPenyuluhan

D.3 Pemberian Vitamin A

D.3.1 LatarBelakang

Bulan Februari dan Agustus dikenal sebagai Bulan Vitamin A,


dimana seluruh anak yang berusia 6 bulan sampai 59 bulan akan
mendapatkan vitamin A gratis di Posyandu atau Puskesmas. Menurut data
WHO, diperkirakan terdapat 250 juta anak pra-sekolah di seluruh dunia
mengalami kekurangan vitamin A. Setiap tahun terdapat sekitar 250.000 –
500.000 anak mengalami kebutaan dan separuh anak ini kemudian
meninggal dalam jangka waktu 12 bulan akibat kekurangan vitamin A. Di
95

Indonesia program suplementasi vitamin A aktif dikampanyekan sejak


tahun 1970-an dan masih terus digalakkan hingga saat ini.
Vitamin A atau retinol adalah salah satu vitamin yang larut dalam
lemak, di dalam tubuh disimpan di hati. Vitamin A berfungsi dalam proses
pembentukan dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit dan antibodi
sehingga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Vitamin A juga
bermanfaat bagi kesehatan mata dan kulit, menjaga kesehatan mukosa
saluran pernafasan, berperan dalam proses perkembangan embrio dan
reproduksi. Vitamin A juga merupakan antioksidan kuat yang dapat
menangkal radikal bebas berbahaya bagi tubuh
Suplementasi secara berkala vitamin A dosis tinggi ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan terhadap vitamin A, mencegah defisiensi
vitamin A, dan untuk membangun cadangan vitamin A dalam hati.
Pemberian 200.000 IU (dosisi tinggi) kepada anak usia 6-59 bulan akan
memberikan pengaruh pencegahan selama 3 hinggga 6 bulan atau
bergantung pada ketergantungan vitamin A dalam bahan pangan dan
kecepatan dalam menggunakan vitamin tersebut. Selain itu pemberian
vitamin A pada anak memberikan berbagai manfaat, diantaranya
mengurangi angka kesakitan, mengurangi angka kematian akibat infeksi
campak, diare, mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan
kebutaan, meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi, serta
mencegah anemia
Suplementasi vitamin A juga diberikan kepada ibu nifas (ibu yang
baru melahirkan hingga periode 6 minggu setelah melahirkan). Akibat
kehilangan sejumlah darah saat proses persalinan, seorang ibu nifas dapat
juga mengalami kekurangan vitamin A dalam tubuhnya. Sehingga
pemberian vitamin A dosis tinggi dengan dosis 200.000 IU (kapsul merah)
perlu dilakukan. Disamping itu pula, pemberian kapsul vitamin A pada ibu
setelah melahirkan dapat meningkatkan status vitamin A dan jumlah
kandungan vitamin tersebut dalam ASI. Dosis pemberiannya sebanyak dua
kali, yaitu segera setelah melahirkan sebanyak satu kapsul 200.000 IU,
dilanjutkan satu kapsul pada hari berikutnya minimal 24 jam sesudah
96

kapsul pertama, dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian. Dengan dosis ini
maka akan menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi, berkurangnya
penyakit infeksi paska persalinan, mencegah gangguan penglihatan seperti
rabun senja, mempercepat proses pemulihan dan mencegah anemia.
Pemberian vitamin A dosis tinggi selain diberikan pada anak usia
dibawah 5 tahun setiap enam bulan, ibu hamil dan ibu nifas, juga
diberikan pada keadaan tertentu seperti pada anak dengan kasus
xeroftalmia, campak dan gizi buruk (marasmus, kwashiorkor dan
marasmik kwashiorkor). Dosis pemberiannya disesuaikan dengan umur
anak, diberikan pada hari pertama (saat ditemukan), hari kedua dan dua
atau empat minggu kemudian.
Vitamin A ini diberikan secara gratis dan dapat diperoleh di
seluruh sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu (Pustu), polindes/poskesdes, balai pengobatan, praktek
dokter/bidan swasta), posyandu.
D.3.2 Tujuan Umum
Agar Balita dan Ibu nifas tidak kekurangan Vit A.
Tujuan Khusus
1. Agar Tidak ada penyakit yang timbul akibat kekurangan vitamin A

2. Agar Sasaran dapat mengetahui bahaya kekurangan Vitamin A

D.3.3 PihakYangDilibatkandanPeranan
Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas Gizi yang
bertanggung jawab atas semua proses Kegiatan , Apoteker yang memberi
kapsul Vitamin A dan Kader yang membantu agar terlaksana program ini,
serta Kepala Puskesmas sebagai pihak yang mengetahui dan menyetujui
setiap kegiatan yang dilakukan.
D.3.4 Sasaran
Sasarannya adalah Ibu nifas dan Balita di atas 6 bulan
97

D.3.5 Rincian Kegiatan


Memberi Vitamin A pada sasaran posyandu.saat bulan Vitamin A yaitu
bulan Februari dan Agustus

D.3.6 Out come ,strategi dan pencapaian di kuartal 1

N Out come Strategi Indikator Pencapaian Rencana tindak


o pencapaian Keberhasila kuartal 1 Lanjut
n
1 Melaksanakan Memberikan Vit Apabila Balita yang Melakukan Sweping
Kegiatan A saat Posyandu 100% balita datang saat Vit A bagi balita yang
Pemberian , dan apabila ada dan ibu nifas Posyandu sudah blum mendapatkan Vit
Vitamin A Balita yang mendapatkan di berikan Vit A A
pada Ibu nifas tidak datang Vitamin A semuanya tetapi
dan Balita yang keposyandu Banyak Balita
berumur di atas akan di swiping Yang tidak
6 Bulan kerumahnya datang
pada bulan Posyandu
berikutnya

D.3.7 Evaluasi Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

1 Masih Banyak Balita Yang tidak Melakukan Sweping ke rumah sasaran


datang Keposyandu Langsung ,agar balita
mendapatkan/Memberikan tablet vitamin A
ke pada Kader , Agar kader memberikan
vitamin A saat sasaran ada di rumah.
98

D.3.8 Dokumentasi

Pemberian Kapsul Vitamin A saat


posyandu
99

D.4 Pemasangan Bendera

D.4.1 LatarBelakang

Gizi merupakan faktor penting bagi kesehatan dan kecerdasan


anak. Gizi penting bagi anak tidak hanya dimulai semenjak anak lahir,
tetapi sejak dalam kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
menyebabkan keguguran, cacat bawaan, dan melahirkan bayi dengan
berat badan rendah yang dapat menyebabkan kelainan di masa
mendatang. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dikandung oleh
ibu yang kurang gizi banyak mengalami pertumbuhan otak dan tubuh
yang buruk. Sel-sel otak dapat berkurang secara permanen. (Widodo,
2009).

Tubuh membutuhkan gizi dalam jumlah dan ragam yang sesuai


untuk dapat tumbuh optimal. Ukuran umum kebutuhan gizi dikenal
dengan istilah Angka Kecukupan Gizi (AKG), yang berbeda-beda pada
setiap orang karena perbedaan umur dan berat badan. Pemenuhan gizi
yang tepat adalah gizi seimbang, yaitu terpenuhinya bermacam-macam
zat gizi sesuai jumlah yang dibutuhkan. (Widodo, 2009)

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup


untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar,
kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktifitas, berat
badan dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluaranya
harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan
dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). (Proverawati,
2009)

Gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat


berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
100

Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (WHO, 2005).
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
aktivitas berfikir, dan semua hal yang berhubungan dengan
kehidupan.Kekurangan zat gizi bersifat ringan sampai berat banyak
terjadi pada anak balita .Kondisi gizi kurang yang terus-menerus
menyebabkan kurang energi protein (KEP)yang merupakan salah satu
penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi
maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda,pada derajat yang
ringan sampai berat.Menurut Manjoer Arif(2000) KEP adalah keadaan
dimana kurang gizi yang di sebabkan rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG)Batitagizi kurang adalah batita dengan status
gizi kurang yang berdasarkan indikator BB/U dengan nilai z-score < - 2
SD sampai – 3 SD
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau
menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi
sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan
klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor (Supriasa, 2001).
Pemasangan Bendera di tunjukan untuk balita yang berada pada
garis merah untuk menandai bahwa di rumah itu ada balita garis merah,
agar apa bila terjadi apa-apa bisa di tanganin dengan cepat dan tepat,
warna bendera untuk balita bawah garis merah adalah Warna Ungu.
D.4.2 Tujuan Umum

Agar balita yang berada dibawah garis merah dapat di pantau


perkembangannya.
Tujuan Khusus
1. Agar masyarakat tahu bahwa di rumah yang memiliki bendera ada
101

balita bawah garis merah


2. Agar keluarga bisa sedikit malu dan memperhatikan/ mengurus
anaknya sebaik-baiknya
D.4.3 Pihak Yang Dilibatkan dan Peranan
Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas Gizi,Kader
posyandu,Kepala dusun

D.4.4 Sasaran
Balita yang berada di bawah garis merah
D.4.5 Rincian Kegiatan
Setelah Posyandu selesai , apabila ada balita bawah garis merah
,akan di di kunjungi kerumahnya, di berikan sosialisasi ke keluarga
dan masyarakat setempat tentang bendera berwarna ungu, dan di
pasang kerumahnya.

D.4.6 Out come ,strategi dan pencapaian di kuartal 1

N Strategi Indikator Pencapaian Rencana tindak


Out come
o pencapaian Keberhasilan kuartal 1 Lanjut

1 Pemasangan Setelah Apabila Sudah sebagian Setelah pemasangan


Bendera Posyandu usai 100% balita balita yang di bendera akan di
untuk balita , langsung bawah garis pasangi bendera lanjutkan dengan
yang berada berangkat merah sudah keluarga binaan atau
di bawah mencari rumah di tempelkan di berikan PMT
garis merah balita yang bendera pemulihan
berada di
bawah garis
merah
102

D.4.7 Evaluasi Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

1 Bendera yang di pasang belum Setelah di berikan bendera lebih baik


Lama di pasang banyak yang langsung di tindaki seperti melakukan
hilang keluarga binaan atau memberi PMT
pemulihan sehingga apa bila benderanya
hilang ancam tidak mendapatkan bantuan.
103

D.3.8 Dokumentasi

Pemasangan bendera , pencarian


rumah responden
104

REVITALISASI
GIZI
PUSKESMAS
105

Revitalasi Gizi Puskesmas

A .Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian
wilayah kecamatan (Kepmenkes No.128 th 2004).Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004)
Puskesmas adalah unit kerja terdepan pelaksana program perbaikan gizi di
daerah. Tujuan program perbaikan gizi bertujuan menurunkan angka penyakit gizi
kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah (di
pedesaan maupun perkotaan), terutama pada nak balita dan wanita. Tujuan tersebut
mendukung upaya penurunan angka kematian bayi, balita dan kematian ibu serta
mendorong makin terwujudnya norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Program
ini juga berusaha memperbaiki keadaan gizi masyarakat pada umumnya, melalui
perbaikan pola konsumsi pangan yang makin beraneka ragam, seimbang dan bermutu
gizi.
Sasaran dari program perbaikan gizi yaitu penurunan prevalensi kurang kalori
protein (KKP) pada balita, penurunan prevalensi kurang vitamin A di daerah rawan,
penurunan prevalensi gangguan akibat kekurangan yodium, penurunan prevalensi
anemia gizi pada ibu hamil, dan adanya perubahan pola konsumsi pangan keluarga
yang makin beraneka ragam, seimbang dan bermutu gizi.
Tenaga Gizi adalah setiap orangyang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan , Pelayanan Gizi adalah suatu upaya
memperbaiki atau meningkatkan, makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu
atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan
dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau
sakit.
Peranan Ahli Gizi sangat penting dalam pelayanan kesehatan dasar, karena
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat merupakan salah satu dari 6 upaya kesehatan wajib
106

yang harus diselenggarakan oleh setiap Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)


yang ada.

Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
antara Konselor dan Klien/Pasien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perillaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah
gizi yang sedang di hadapi.Konselor/petugas Konseling adalah orang yang mempunyai
kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) untuk melakukan konseling. Konselor
harus dapat menggali masalah yang dialami oleh klien, memicu penjelasan dan harus
memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan memberikan
alternatif untuk memecahkan masalah yang dihadapi serta membantu klien mengambil
keputusannya.Klien adalah orang yang mempunyai masalah (kesehatan dan gizi) yang
membutuhkan pertolongan, datang ke tempat konseling untuk dibantu. Dalam
konseling terjadi interaksi (perpaduan unik antara konselor dan klien pada saat
bersamaan
B. TUJUAN
Meningkatkan Kualitas dan Kinerja puskesmas

C. METODEPELAKSANAAN
1. Konseling Gizi
2. Menggunakan kembali alat yang ada yang sudah tidak di pakai
3. Mengerjakan laporan
D. BENTUK KEGIATAN
D.3 Konsultasi Gizi
D.3.1 LatarBelakang
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang
mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah antara Konselor dan Klien/Pasien untuk menanamkan
107

dan meningkatkan pengertian, sikap dan perillaku sehingga membantu


klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi yang sedang di hadapi.
Di puskesmas gaya baru sudah ada program konsultasi gizi tetapi
tidak ada yag melakukan atau tidak di lakukan karna kurangnya komunikasi
dengan dokter di poli umum sehingga pasien yang mengalami masalah gizi
tidak ada yang melakukan konsultasi dan mungkin terkendala dengan
masalah ruangan karna gizi tidak memiliki ruangan untuk tempat
melakukan konsultasi

D.3.2 Tujuan Umum


Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat dan berperan serta dalam upaya kesehatan dengan
mengkonsumsi makanan yang sehat.
Tujuan Khusus
1. Agar masalah gizi bisa terdeksi sejak awal

2. Memberi edukasi yang bermanfaat kepada pasien

3. Membantu klien untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah klien


serta memberikan alternatif pemecahan masalah

D.3.3 Pihak Yang Dilibatkan dan Peranan


Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas Gizi,

D.3.4 Sasaran
Semua pasien yang pergi kepuskesmas dan memilki masalah gizi yang
ingin di konsultasikan

D.3.5 Rincian Kegiatan


Pasien datang memeriksakan dirinya ke puskesmas , pasien akan melakukan
pendaftaran setelah pasien akan di periksa di poli umum ,selanjutnya apa
bila pasien ingin atau harus melakukan konsultasi Gizi pasien akan di
arahkan ke rawat inap , karna di rawat inap telah di ubah menjadi ruang
konsultasi sementara.
108

D.3.6 Out come ,strategi dan pencapaian di kuartal 1

N Out come Strategi Indikator Pencapaian Rencana tindak


o pencapaian Keberhasilan kuartal 1 Lanjut

1 Konsultasi Selalu ada di ruang Apa bila Sudah kembali Memperindah


Gizi di konsulasi dan pasien yang di lakukannya ruangan sedanya
puskesmas berkordinasi memiliki konsultasi Gizi dengan poster –
dengan dokter masalah gizi dan membuat poster dan gambar –
langsung ruangan gambar masalah gizi
mendapat konsultasi yang ada di desa
konsultasi seadanya sehingga masyarakat
gizi Sadar pentingnya
(keinginan menjaga pola makan
sendiri)

D.3.7 Evaluasi Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

1 Pasien banyak tapi belum Memperindah ruangan dengan poster-poster


ada kesadaran sendiri untuk bahaya gizi dan pencapaian program gizi di
melakukan konsultasi puskesmas
109

D.3.8 Dokumentasi

Konseling Gizi

D.4 Mengunakan kembali alat yang telah ada , Membuat dan menyusun laporan
Gizi

D.4.1 LatarBelakang
110

Banyak alat kesehatan untuk gizi yang ada di puskesmas gaya baru
tetapi tidak di gunakan atau hanya didiamkan berdebu di tempat
penyimpanan seperti leaftet, poster penyuluhan dll.
Laporan Gizi yang banyak sehingga petugas gizi kebingungan untuk
mengerjakan yang mana dan rata – rata pegawai puskesmas tidak bisa
mengoperasikan laptop apa lagi mahair menggunakan word dan exel
sehingga d laporan kebanyakan di tulis tangan tidak ada file yang di simpan
jadi itu yang membuat petugas gizinya kewalahan dengan kerjaannya ,
seandainya ada data yang di simpan mungkin penkerjaanya menjadi lebih
mudah.
D.4.2 Tujuan Umum
Mempermudah kerja
Tujuan Khusus
1. Memperlengkap alat di klinik gizi

2. Meningkatkan mutu pelayanan

3. Membantu menyusun berkas yang ada

D.4.3 Pihak Yang Dilibatkan dan Peranan


Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas Gizi,

D.4.4 Sasaran
Ahli gizi dan seluruh staf puskesmas

D.4.5 Rincian Kegiatan


 Mengadakan kms bagi balita yang tidak memilikinya dengan cara
,mengambil 1 kms di buku KIA balita lain yang tidak digunakan
 Membuat ruangan konsultasi Gizi di ruang rapat inap
 Mengumpulkan alat alat konseling dan penyuluhan seperti poster ,
leaftet , lembar balik dll.
 Membantu merapikan dokument–dokument gizi dan menyipan file – file
di komputer puskesmas.
D.4.6 Out come ,strategi dan pencapaian di kuartal 1
111

Indikator
N Strategi Pencapaian Rencana tindak
Out come Keberhasila
o pencapaian kuartal 1 Lanjut
n
1 Mengadakan Mengambil satu Sampai Sudah mulai Meminta
kms bagi kms di buku kia semua balita di berikan pengadaan KMS
balita yang yang memiliki memiliki KMS kepada kepada dinas
tidak 2 kms KMS Balita yang
memiliki
2 Membuat Menbuat Ada ruangan Sudah ada Memperindah
ruangan ruangan gizi tempat tempat atau ruangan yang
konsultasi seadanya di konsultasi ruangan ada
Gizi ruang rawat gizi untuk
inap konsultasi
gizi
3 Mengumpul Membuat kotak Sudah ada Sudah ada Membuat kotak
kan alat – penyimpanan rak tempaat kotak yang permanen
alat alat alat gizi penyimpana penyimpanan untuk
konseling n alat alat hanya saja menyimpat alat
yang sudah terbuat dari alat.
ada sepeti kardus
poster leaflet
dan lembar
balik
4 Membantu Mengerjakan Sudah Sudah Membuat papan
merapikan dan menyimpan tersimpan sebagian penyapaian
dan file-file dengan dengan rapi laporan yang sehingga hasil –
mengerjakan baik file-file di kerakan di hasil pencapaian
laporan laporan siimpan di bulan lalu dapat
komputer di tempel.
puskesmas

D.4.7 Evaluasi Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1 Ahli gizi kesenangan Mengajarkan ahli gizi bagaimana
dan menyuruh mengerjakan laporan dengan word dan exel.
mengerjakan
laporannya semua
112

D.4.7 Evaluasi Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

1 Ahli gizi kesenangan Mengajarkan ahli gizi bagaimana


dan menyuruh mengerjakan laporan dengan word dan exel.
mengerjakan
laporannya semua

D.4.8 Dokumentasi

Yeeeee Udah Punya ruangan


113

Manajemen
Pelayanan
Rawat Inap
114

Manajemen Pelayanan Rawat Inap

A.Latar Belakang

Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan usaha
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya (Permenkes 75 Tahun 2014).
Rawat inap atau opname adalah salah satu bentuk proses pengobatan atau
rehabilitasi oleh tenaga pelayanan kesehatan profesional pada pasien yang menderita suatu
penyakit tertentu dengan cara diinapkan di ruang rawat inap tertentu sesuai dengan
penyakit yang dialaminya. Jadi dapat disimpulkan bahwa puskesmas rawat inap adalah
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat menyelenggarakan perawatan dasar
rawat inap bagi pasiennya dengan tetap mengutamakan upaya promotif maupun preventif.
Hal ini sejalan dengan fungsi puskesmas yaitu sebagai Usaha Kesehatan Perseorangan
(UKP) yang lebih memandang pasien sebagai individu dan juga kewenangan puskesmas
yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan terutama rawat inap tentunya harus
menyediakan layanan yang paling terbaik bagi masyarakat sekitarnya. Berbicara tentang
layanan yang terbaik berarti dengan memberikan layanan yang bermutu sehingga
menimbulkan kepuasan kepada pasien dan juga kepada penyedia layanan. Terdapat lima
dimensi mutu pelayanan yaitu pertama wujud nyata yaitu wujud langsung yang meliputi
fasilitas fisik yang mencakup kemutakhiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana dan
kondisi SDM. Kedua adalah kehandalan yaitu kesesuai antara hal yang direncanakan
dengan hal yang dilakukan. Ketiga, ketanggapan adalah keinginan untuk membantu atau
menyediakan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.Keempat yaitu jaminan adalah
menyatakan jasa yang ditawarakan memberikan jaminan keamanan kepada pasien.
Terakhir, empati yaitu berkaiatan dengan memberikan perhatian penuh kepada pasien.
Layanan dengan mutu yang baik akan tercipta jika manajmen rawat inap juga
baik.Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu
115

.Sedangkan manajemen keperawatan adalah berhubungan dengan perencanaan (planning),


Pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading ) dan
pengendalian (controling). Jadi dapat disimpulkan bahwa didalam rawat inap harus
terdapat beberapa fungsi manajemen tersebut dan harus saling berkesinambungan sehingga
tujuan dari rawat inap dapat dicapai.
Terkait dengan mutu dan kepuasan pasien,menurut Jacobalis (1989) ketidakpuasan
pasien yang paling sering dikemukakan adalah ketidakpuasan terhadap sikap dan perilaku
petugas, keterlambatan oleh dokter atau perawat, dokter atau perawat yang merawat sulit
untuk ditemukan, petugas kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses masuk
rawat inap, aspek pelayanan, kebersihan dan ketertiban ruangan. Ketidak puasan pasien
akan menyebabkan pasien malas untuk pergi ke suatu fasilitas pelayanan kesehatan
ataupun puskesmas.
Puskesmas Gaya Baru merupakan puskesmas daerah terpencil yang memiliki
beberapa pelayanan. Salah satunya adalah layanan rawat inap. Dilihat dari kondisinya
puskesmas ini belum memenuhi kriteria sebagai puskesmas rawat inap karena jumlah bed
atau tempat tidur pasiennya hanya tiga buah. Tetapi karena jarak fasilitas pelayanan
tingkat lanjutan dengan puskesmas jauh dan juga luas wilayah cakupan puskesmas yang
lumayan makapuskesmas ini dijadikan sebagai puskesmas rawatan.
Ruang rawat inap puskesmas gaya baru terletak dibagian depan bersebelahan
dengan ruangan bersalin. Paha hari-hari kerja ruang rawat inap dijadikan tempat istirahat
pegawai atau tempat menginap perawat atau bidan yang jaga 24 jam. Setiap selesai
istirahat ruang rawat inap dibiarkan begitu saja sehingga kondisinya tidak rapi dan kurang
bersih. Puskesmas Gaya Baru mempunyai seorang tenaga kebersihan yang tinggal didekat
puskesmas tetapi puskesmas hanya dibersihkan pada hari pasar saja yaitu selama lima hari
sekali. Pada hari lain ruang rawat inap dibiarkan kotor begitu saja.
Inventaris yang ada didalam ruang rawat inap bercampur dengan inventaris poli
KIA/KB. Selain itu susunan barang yang ada diruang rawat inap juga berantakan. Tempat
tidur pasien tidak disusun secara rapi, tidak dipasangkan laken, tidak dilengkapi dengan
bantal dan ada beberapa tempat tidur yang tidak mempunyai penghalang. Inventaris
lainnya seperti alat kesehatan dan juga barang penunjang lainnya yang ada diruang rawat
inap tidak lengkap. Alat kesehatan dasar untuk menilai tanda-tanda vital pasien juga tidak
tersedia seperti stetoskop, tensimeter, termometer dan alat kesehatan lainnya. Sedangkan
116

barang-barang penunjang lainnya juga tidak tersedia seperti meja untuk perawat tidak ada
sehingga perawat tidak selalu duduk di ruang rawat inap, lemari alat tidak tersedia
sehingga alat kesehatan diletakkan begitu saja dilantai. Alat tulis seperti pulpen penggaris,
stepler, map tempat berkas juga tidak tersedia. Bahan habis pakai yang seharusnya tersedia
di ruang seperti cairan infus,chateter urine , iv chat tidak ditemukan di ruang rawat inap
sehingga ketika ada pasien yang dirawat bahan habis pakai diambil dari ruangan UGD
bukan dari gudang obat.
Kelengkapan berkas rawat inap sangat kurang seperti rekam medik asuhan
keperawatan tidak ada. Buku register ada tetapi terletak di ruangan aula dan tidak memiliki
format yang sesuai. Asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien malah dituliskan
di buku registrasi. Data-data pasien yang masuk ke ruang rawat inap tidak dikumpulkan
dalam satu folder sehingga staf yang lain kesulitan ketika mencari data pasien yang pernah
dirawat di puskesmas.
Sealin kondisi fisik dan juga kelengkapan alat yang ada dipuskesmas, pelayan yang
diberikan kepada pasien juga kurang bermutu. Pasien yang dirawat di puskesmas tidak
diperhatikan dengan baik oleh perawat. Perawat tidak mengetahui tentang kebutuhan
pasien., baik kebutuhan bio-psiko sosio dan spiritual. Asuhan yang dilakukan hanyalah
menginfus pasien ketika pasien pertama kali datang, mengganti cairan infus jika sudah
habis dan membuka kembali infus pasien jika pasien akan pulang. Pasien yang dirawat
juga tidak pernah dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan atau hal lain yang harausnya
pasien dapatkan.
Jumlah pasien yang dirawat sangat sedikit, untuk satu bulan hanya ada satu pasien
yang di rawat atau malah tidak ada. Masyarakat lebih suka dirawat dirumah dan didatangi
oleh dokter dibandingkan dirawat di puskesmas. Menurut pengakuan masyarakat mereka
lebih suka dirawat dirumah karena perkembangan kesehatan mereka lebih diperhatikan
oleh dokter dan perawat dibandingkan ketika mereka dirawat di puskesmas walaupun
biaya perawatan di rumah lebih mahal. Hal ini menimbulkan kesulitan perawat untuk
melakukan asuhan keperawatan secara berkesinambungan karena rumah pasien tidak
didesain untuk ruang perawatan, perawat harus membawa peralatan medis ke rumah
pasien sedangkan jarak rumah pasien dengan puskesmas berjauhan.
Oleh karena itu diperlukan manajemen dalam ruang rawat inap agar semua berjalan
dengan semestinya dan meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien .
117

B. Tujuan Utama
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memperbaiki manajemen ruang rawat inap
Puskesmas Gaya Baru.
C.Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang dilakukan dalam mencapai tujuan utama adalah :
1. Penataan ruangan
2. Usulan pengadaan barang dan alat kesehatan
3. Sosialisasi
4. Penerapan asuhan keperawatan

D. Bentuk Kegiatan
D.1 Penataan Ruang Rawat Inap dan Penyusunan Arsip
D.1.1 Latar Belakang
Ruang rawat inap adalah ruangan yang diperuntukkan untuk merawat
pasien secara kontiniu yang disebabkan oleh kondisi kesehatan pasien yang
membutuhkan pengawasansecara terkontrol dari tenaga kesehatan seperti
dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain .
Ruang rawat inap yang aman dan nyaman merupakan faktor penting
yang dapat mempengaruhi kesehatan atau kesembuhan pasien. Kualitas aman
dan nyaman suatu rawat inap dapat diukur dari sarana dan juga kebersihan
ruangan, penataan dan pencahayaan yang baik.Semakin baiknya tampilan
ruang rawat inap maka akan menarik pasien untuk datang berobat dan mau
dirawat di puskesmas.
Arsip atau berkas merupakan data-data yang ada di ruang rawat inap
seperti data jumlah pasien, kelengkapan rekam medik dan data lainnya. Data-
data yang berhubungan dengan ruang rawat inap harus diletakkan diruang
rawat inap agar jika suatu waktu data diperlukan maka langsung dapat dilihat.
D.1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk menata kembali ruang rawat inap
dan menyusun arsip yang berantakan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
118

1. Menjadikan ruang rawat inap lebih rapi


2. Memudahkan pelayanan kepada pasien
3. Meningkatkan minat masyarakat berobat dan di rawat di puskesmas.
4. Menyusun arsip agar menjadi lebih rapi

D.1.3 Pihak yang terlibat


Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pegawai rawat inap, bidan,
perawat dan seluruh pegawai yang ada di puskesmas.
D.1.4 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah ruang rawat inap Puskesmas Gaya Baru.
D.1.5 Rincian Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun semua peralatan yang ada di
ruang rawat inap seperti tempat tidur, meja, kursi, lemari, tabung oksigen dan
benda lainnya. Bedpasien disusun secara sejajar agar memudahkan perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan. Sebelumnya tempat tidur tidak
dilengkapi dengan laken maupun bantal. Adapun satu tempat tidur mempunyai
laken tetapi dengan kondisi yang sangat kotor dan berantakan sehingga perlu
dibersihkan dan melengkapi dengan laken dan juga bantal. Tabung oksigen
yang jarang digunakan diletakkan didekat bed paling belakang agar tidak
mengganggu perawat dalam bergerak. Sebelumnya di ruang rawat inap tidak
terdapat meja tempat meletakkan arsip pasien. Sehingga langkah selanjutnya
adalah memindahkan meja yanga ada diaula ke ruang rawat inap sehingga
file-file dan alat tulis rawat inap tidak berantakan karena ruang rawat inap juga
tidak memiliki lemari. Untuk menghindari tempat tidur yang tidak rapi karena
sering di tempati oleh pegawai puskesmas, pada kepala tempat tidur dipasang
himbauan yang berisi agar merapikan kembali tempat tidur yang sudah
ditempati.
Arsip rawat inap seperti buku register, data pasien, lembaran klaim BPJS
bersebaran dibeberapa ruangan seperti aula dan ruangan lainnya. Langkah
selanjutnya adalah mengumpulkan semua berkas yang berkaitan dengan rawat
inap. Berkas yang sudah dikumpulkan ditata dengan rapi. Seperti data jumlah
pasien dimasukkan kedalam satu map besar dan diberi penanda atau batas
halaman tiap bulannya supaya memudahkan perawat dalam mencari
119

data.Buku register sebelumnya berisi tentang tindakan penggantian infus dan


pemberian obat dialihfungsikan menjadi buku register kembali.
D.1.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian
Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Ruang rawat inap Menata dan Ruang rawat Ruang rawat Pengadaan
bersih dan juga membersihkan inap terlihat inap sudah sampiran,perbaikan
tertata dengan rapi ruang rawat bersih dan bersih dan palang tempat tidur,
inap tertata dengan tertata rapi lemari obat dan
rapi. meja pasien.

2. Arsip-arsip dan Menata Arsip dan Arsip dan Menyiapkan file box
berkas tertata dengan kembali arsip berkas ruang berkas ruang untuk menyimpan
rapi yang rawat inap rapi rawat inap arsip
berantakan telah rapi
D.1.7 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi
1. Pegawai puskesmas masih sering Menghimbau kembali semua pegawai
istirahat di tempat tidur pasien dan tidak puskesmas jika sudah menggunkan
merapikan kembali sehingga rawat inap tempat tidur agar dirapikan kembali.
terlihat tidak rapi dan kotor

2. Dokumen dan arsip-arsip masih sering Menghimbau kembali semua pegawai


terlihat berantakan karena pegawai agar tidak mengganggu dokumen yang
sering duduk-duduk di ruang rawat inap ada diruang rawat inap jika tidak perlu
120

D.1.8 Dokumentasi
121

D.2. Pengadaan Alat Kesehatan dan Bahan Habis Pakai (BHP)


D.2.1 Latar Belakang
Keberhasilan suatu fasilitas pelayanan kesehatan dalam melayani pasien atau
masyarakat bukan hanya tergantung pada sumber daya manusia dan skill saja.
Peralatan yang baik sangat penting dalam melakukan pelayanan. Baik
peralatan medis atau peralatan lainnya memiliki fungsi yang sangat vital
karena tanpa alat pemeriksaan dokter tidak akan dapat menegakkan diagnosa
pasien .
Selain itu bahan habis pakai juga sangat penting. Pasien yang sudah diperiksa
oleh dokter kemudian akan dilakukan tindakan seperti pemasangan infus tetapi
bahannya tidak tersedia, pasien juga tidak dapat dilayani.
D.2.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk melengkapi alat kesehatan dan
juga bahan habis pakai di ruang rawat inap.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Memudahkan pelayanan di ruang rawat inap
2. Meningkatkan pelayanan kepada pasien
122

D.2.3 Pihak yang terlibat


Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala puskesmas sebagai
pengambil keputusan, bendahara puskesmas untuk pengadaan alat kesehatan,
apoteker untuk pengamprahan Bahan Habis Pakai (BHP).
D.2.4 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah ruang rawat inap Puskesmas Gaya Baru.
D.2.5 Rincian Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengusulkan pengadaan alat kesehatan
kepada bendahara puskesmas. Sedangkan untuk pengadaan Bahan Habis Pakai
(BHP) dilakukan dengan cara menghitung jumlah kebutuhan BHP yang ada di
rawat inap dan mengamprah ke gudang farmasi.
D.2.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian
Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Tindak Lanjut
1. Tersedia alat Mengusulkan Ruansg rawat Ruang rawat Pengusulan
kesehatan dan bahan pengadaan alat inap memiliki inap sudah pengadaan alkes
habis pakai di ruang kesehatan dan alat kesehatan memilki alat lebih lanjut
rawat inap pengamprahan dan juga kesehatan dan
bahan habis tersedia bahan bahan habis
pakai habis pakai. pakai
walaupun
belum terlalu
lengkap

D.2.7 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi
1 Ruang rawat inap tidak memiliki lemari Mengusulkan pengadaan lemari
untuk meletakkan bahan habis pakai dan barang
juga alat kesehatan sehingga sering barang
hilang dan tidak tertulis di kartu stok
2 Alat kesehatan kadang tidak difungsikan Sosialisasi penggunaan alat kesehatan
sesuai dengan fungsinya sehingga banyak sesuai dengan fungsinya.
barang yang hilang. Seperti Waskom sering
dijadikan tempat cat
123

D.2.8 Dokumentasi
124

D.3 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Melalui Pengadaan Rekam Medik


Pasien
D.3.1 Latar Belakang
Berdasarkan Permenkes nomor 269 tahun 2008 rekam medis adalah
berkas yang berisikan catatat dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Sedangkan pada pasal 2 dijelaskan bahwa rekam medik harus
dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.
Dokumentasi keperawatan adalah metode sistematis untuk
mengidentifikasi masalah klien, merencanakan, mengimplementasikan strategi
pemecahan masalah mengevaluasi efektifitas tindakan keperawatan yang
telah diberikan.
Tujuan pendokumentasian keperawatan adalah sebagai media untuk
mendefenisikan fokus keperawatan bagi klien dan kelompok, untuk
membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya,
sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
diberikan kepada klien memenuhi persyaratan hukum dan lain-lain.
D.3.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk pengadaan dan
pendokumentasikan tindakan keperawatan dalam rekam medis
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah
1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
2. Mengetahui asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
secara berkesinambungan
3. Meningkatkan kerjasama antar tim tenaga keperawatan dalam merawat
pasien
4. Menciptakan audit pelayanan keperawatan.
5. Aspek legal hukum bagi perawat
125

D.3.3 Pihak yang terlibat


Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah perawat dan bidan yang
memiliki jadwal jaga di Puskesmas Gaya Baru
D.3.4 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah perawat dan bidan yang memiliki jadwal jaga di
puskesmas Gaya Baru
D.3.5 Rincian Kegiatan
Hal pertama yang dilakukan dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan
adalah dengan menyiapkan terlebih dahulu format rekam medis keperawatan
karena sebelumnya belum ada rekam medis keperawatan. Tindakan
keperawatan sebelumnya dicatat di buku registrasi pasien. Beberapa format
dokumentasi keperawatan yang dibuat adalah lembar edukasi terintegrasi,
lembar komunikasi dengan telfon, bendera infus, catatan pemberian obat,
monitoring tanda-tanda vital pasien, catatan implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan. Setelah semua format dokumentasi selesai ketika ada
pasien rawat inap, perawat atau bidan yang dinas diajarkan cara mengisi
format dokumentasi.
D.3.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian
Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Tersedia format Menyediakan Terdapat Format Memberikan
dokumentasi format Format dokumentasi sosisalisasi kepada
keperawatan dokumentasi dokumentasi asuhan perawat dan bidan
diruang rawat keperawatan di asuhan keperawatan tentang cara
inap ruang rawat inap keperawatan sudah ada di pengisisan format
diruang rawat ruang rawat asuhan
inap inap keperawatan
126

D.3.7 Evaluasi dan Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih ada perawat dan bidan yang belum Menyediakan waktu khusus untuk
mengerti tentang cara mengisi format melakukan sosialisasi tentang
dokumentasi asuhan keperawatan pengisisan format dokumentasi asuhan
keperawatan.
2 Format dokumentasi asuhan keperawatan Menyusun format rekan medis secara
belum mencakupi isi rekam medis legkap lengkap
sehingga belum terdapat catatan secara
terintegrasi antar beberapa profesi kesehatan

D.3.8 Dokumentasi
127
128

D.4. Asuhan Keperawatan yang Paripurna


D.4.1 Latar Belakang
Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan kegiatan atau proses
dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien
(pasien)untuk memenuhi kebutuhan objektif klien, sehingga dapat mengatasi
masalah yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan
berdasarakan kaidah-kaidah ilmu keperawatan.Asuhan keperawatan
dilaksanakan untu memenuhi kebutuhan dasar pasien mulai dari kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan
saling memiliki , kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Asuhan keperawatan bukan hanya melakukan pemasangan infus dan
pemberian terapi obat saja tetapi perawat juga mempunyai fungsi edukator
terhadap pasien yaitu memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan
terhadap pasien berupa penyuluhan maupun konseling. Penyuluhan atau
konseling bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap
masalah kesehatan yang sedang dialaminya sehingga ketika mereka sudah
tahu, diharapkan terjadi perubahan perilaku ke arah perilaku hidup sehat.
129

D.4.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang
paripurna kepada pasien.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1.Perawat dapat melakukan pengkajian awal pasien
2.Perawat dapat menemukan masalah keperawatan
3.Perawat dapat menyimpulkan diagnosa keperawatan
4.Perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan
5.Perawat dapat mengevaluasi perkembangan pasien.

D.4.3 Pihak yang terlibat


Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah perawat jaga 24 jam dan juga
pasien sebagai penerima asuhan keperawatan
D.4.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah pasien dan juga perawat jaga 24 jam
D.4.5 Rincian Kegaitan
Kegiatan ini dilakukan kepada pasien langsung. Pertama perawat jaga disuruh
untuk melakukan pengkajian awal kepada pasien kemudian menemukan
masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan. Setelah itu perawat
merencanakan intervensi. Intervensi yang dilakukan dimulai dari pengakajian
setiap kali pergantian jaga, memenuhi kebutuhan dasar pasien, memberikan
penyuluhan kepada pasien, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan konseling seperti konseling farmasi dan juga gizi.
130

D.3.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian


Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Perawat melakukan Mengajarkan Perawat Masih ada Memberikan
asuhan keperawatan perawat cara melakukan beberapa sosisalisasi lebih
secara paripurna melakukan asuhan perawat yang lanjut lagi
asuhan keperawatan belum bisa kepada perawat
keperawatan secara melakukan yang memiliki
paripurna asuhan jadwal jaga 24
keperawatan jam.
secara
paripurna.

D.3.7 Evaluasi dan Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1 Banyak perawat yanng belum bisa Menyediakan waktu khusus untuk
melakukan asuhan keperawatan secara melakukan sosialisasi tentang pelaksanaan
paripurna asuhan keperawatan pariurna
2 Cara pemberian asuhan keperawatan Menyediakan waktu khusus untuk
kepada pasien belum dapat tersosialisasi melakukan sosialisasi tentang pelaksanaan
dengan baik terkait dengan kurang nya asuhan keperawatan pariurna
waktu

D.3.8 Dokumentasi
131
132

OPTIMALISASI
IMUNISASI
133

Pengoptimalisasian Imunisasi Melalui Revitalisasi Posyandu

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang peduli terhadap kehidupan anak. Baik dalam segi
pendidikan maupun kesehatan. Terbukti dari banyaknya program kesehatan yang
dicanangkan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Seperti yang tercantum dalam
UU PerlindunganAnak No.35tahun 2014 bahwa Setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual
dan sosial. Salah satu program kesehatan untuk anak adalah program imunisasi yang juga
tercantum dalam undang-undang Kesehatan no 36 Tahun 2009 bahwa setiap anak berhak
memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit
yang dapat dihindari melalui imunisasi.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes Nomor
42 Tahun 2013).
Imunisasai adalah suatu proses yang meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh atau bagian
bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian imunisasi adalah untuk melakukan
pencegahan terhadap beberapa macam penyakit. Beberapa macam penyakit yang dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi adalah tuberkulosis,campak, difteri, tetanus, polio
dan juga penyakit lainnya. Pelaksanaan iminusasi dapat dilakukan di rumah sakit,
puskesmas, posyandu, klinik praktik dokter dan fasilitas pelayanan lainnya.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derjat kesehatan masyarakat
yang setingi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes 75 Tahun 2014 ).
Sejalan dengan tujuan dari imunisasi, adanya puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
tingkat petama berperan besar dalam upaya kegiatan promotif dan preventif yaitu
pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Hal ini tertuang dalam beberapa program
yang dilaksanakan oleh puskesmas salah satunya adalah program imunisasi. Dalam
134

melaksanakan tugasnya puskesmas menyelenggarakan UKM (Usaha Kesehatan


Masyarakat), UKP (Usaha Kesehatan Perorangan) dan UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat).UKBM adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan. Dengan adanya UKBM diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan untuk memelihara dan melindungi diri baik individual, kelompok atau
masyarakat dari ancaman kesehatan dan juga lebih berperan aktif didalamnya.
Pembentukan kader kesehatan merupakan salah satu peran aktif masyarakat dalam
kesehatan.
Berbagai macam kegiatan UKBM yang diselenggarakan masyarakat salah satunya
adalah posyandu yang lebih dikenal lagi dengan Pos Pelayanan Terpadu. Didalam
Posyandu terdapat 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan imunisasi agar mencapai
mutu pelayanan yang standar adalah petugas yang terampil,manajemenlogistik yang
baik,Coldchain dan vaksin yang berkualitas,pemberian imunisasi yang sesuai SOP.
Sedangkan strategi penguatan imunisasi rutin adalah dengan cara advokasi pada kepala
daerah untuk membangun komitmen, sosialisasi pada tokoh agama/tokoh masyarakat
untuk mendukung program imunisasi, keterpaduan dengan lintas program/lintas sektor
terkait, peningkatan & pemerataan jangkauan pelayanan, penggerakan masyarakat untuk
mau dan mampu menjangkau pelayanan imunisasi.
Puskesmas Gaya Baru adalah puskesmas daerah terpencil dengan wilayah 318,10
km2 dan mempunyai jumlah posyandu sebanyak 29 buah yang terbagi di 11 desa dan 28
dusun. Desa terdekat dapat ditempuh dalam waktu 30 menit sedangkan desa terjauh baru
dapat ditempuh setelah perjalanan darat selama kurang lebih 7 jam. Alat transportasi yang
dapat digunakan adalah roda empat, roda dua ataupun dengan jalan kaki.
Faktor sumber daya manusia adalah faktor utama yang menyebabkan belum
optimalnya pelaksanaan imunisasi. Pada Puskesmas Gaya Baru jumlah perawat sebanyak
delapan orang dengan jumlah perawat laki-laki sebanyak empat orang sedangkan
perempuan sebanyak empat orang. Pelaksana imunisasi ditunjuk satu orang perawat laki-
laki dengan pertimbangan laki-laki lebih bisa menjangkau medan yang sulit dengan
menggunakan kendaraan roda dua. Sedikitnya jumlah perawat laki-laki menyebakan
kegiatan imunisasi dibantu oleh bidan desa. Imunisasi yang terangkum dalam kegiatan
135

posyandu merupakan salah satu kegiatan UKBM yaitu Usaha Kesehatan Berbasis
Masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya pelaksana imunisasi dibantu oleh kader. Pada
setiap desa jumlah kader posyandu yang telah ditetapkan sebanyak lima orang tetapi
kebanyakan kader tidak aktif karena tidak diberikan insentif dari desa. Hal itu
menyebabkan pelaksana imunisasi atau bidan desa kesusahan dalam melaksanakan
program posyandu karena sistem lima meja tidak bisa diterapkan dengan baik. Kurangnya
jumlah petugas yang melaksanakan posyandu menyebabkan elemen penting seperti
penyuluhan tidak dapat dilakukan.
Dokumentasi posyandu tidak tercatat dengan baik. Bidan desa kadang lupa
membawa buku registrasi ke tempat posyandu sehingga untuk memberikan imunisasi
bidan desa terlebih dahulu bertanya kepada si ibu tentang imunisasi sebelumnya sudah
didapatkan dan di lokasi mana disuntik sehingga pemberian imunisasi double lebih
berpeluang terjadi. Hal ini tambah dipersulit jika orang tua bayi/balita tidak membawa
KMS ataupun tidak mempunyai buku KMS. Kader yang seharusnya juga mempunyai
buku registrasi kebanyakan tidak memiliki. Kalaupun buku registrasi ada, data tidak
tersusun secara rapi didalamnya. Terkadang buku registrasi dibawa oleh bidan desa ke
rumahnya sehingga ketika dibutuhkan pada saat posyandu tidak tersedia.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi tidak optimalnya pelaksanaan imunisasi
adalah manajemen logistik yang kurang bagus seperti pengelolaan, penyimpanan dan
pendistribusian vaksin masih dilakukan oleh seorang perawat yang telah ditunjuk sebagai
pelaksana imunisasi sebelumnya. Peralatan dan alat logistik imunisasi belum memadai
seperti kulkas vaksin terletak di ruangan kartu dengan kondisi ruangan tidak terkunci.
Bidan desa dapat mengambil sendiri vaksin yang dibutuhkan tanpa ada pengawasan dari
pelaksana imunisasi sehingga stok vaksin sering tidak cukup diakhir bulan dan pada
akhirnya desa yang melaksanakan imunisasi diakhir bulan tidak mendapatkan vaksin.
Selain itu bidan desa juga belum mengerti tentang cara pengambilan vaksin yang ada
didalam lemari es. Lemari es dibiarkan terbuka terlalu lama dan vaksin yang telah diambil
tidak diletakkan kembali ditempatnya sesuai dengan sensitifitas vaksin terhadap suhu. Hal
ini menyebabkan kualitas vaksin juga berkurang pada saat diberikan kepada bayi/balita.
Kulkas vaksin sebagai tempat penyimpanan vaksin kurang bagus sehingga suhu vaksin
tidak sesuai dengan yang diinginkan, jumlah vaccine carriertidak berbanding dengan
jumlah posyandu, ukuran vaccine carrier terlalu besar sehingga sulit dibawa ke medan
136

yang sulit. Program imunisasi tidak memiliki termoter sebagai alat pengukur suhu untuk
mengetahui apakah bayi/balita aman untuk diberikan imunisasi atau tidak. Pada saat
penyuntikan pelaksana imunisasi ataupun bidan desa tidak melakukan disinfeksi pada area
penyuntikan sehingga berpeluang untuk terjadi infeksi. Setelah melakukan posyandu,
biasanya sampah vaksin berupa jarum suntik dibiarkan terbuang di tempat posyandu, dan
diambil oleh anak-anak atau warga sekitar.
Dari beberapa faktor diatas faktor yang paling penting adalah kurangnya
pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi sehingga malas untuk membawa
anaknya ke posyandu. Berbagai alasan yang diutarakan oleh masyarakat adalah anak
setelah diimunisasi sering demam dan rewel, anak sudah besar tidak perlu dilakukan
imunisasi lanjutan lagi, berdasarkan pengalaman orang tua sebelumnya bayi/anak tidak
perlu diimunisasi karena tanpa imunisasi anak juga akan sehat. Selain itu kurangnya
kepedulian masyarakat dan para pemangku jabatan didesa seperti kepala desa atau kepala
dusun terhadap masyarakat lainnya untuk mengingatkan kegiatan imunisasi yang setiap
bulan dilakukan di desa nya.
Oleh karena itu, dari beberapa faktor dan masalah yang sudah dipaparkan diatas,
dianggap perlu untuk dilakukan pengoptimalisasian kegiatan imunisasi melalui revitalisasi
posyandu dengan melakukan berbagai macam kegiatan.
B. Tujuan Utama
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah pengoptimalisasian program imunisasi melalui
revitalisasi posyandu.

C. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang dilakukan adalah :
1. Usulan pengadaan alat kesehatan
2. Advokasi
3. Sosialisasi
4. Penyegaran
5.Penyuluhan
137

D. Bentuk Kegiatan
D.1 Manajemen Penyimpanan, Pengelolaan dan Pendistribusian Vaksin
D.1.1.Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
disebutkan bahwa praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan penyimpanan
dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan itu adalah tenaga
kefarmasian. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian (asisten apoteker).

Sedangkan menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 18 diterangkan


bahwa pelayanan kefarmasian di puskesmas harus dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian.

Oleh karena itu yang yang diberikan kewenangan untu mengatur obat dan
vaksin adalah tenaga kefarmasian yaitu apoteker atau asisten apoteker

D.I.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum sosialisasi ini adalah memberikan pemahaman kepada
pelaksana imunisasi sebelumnya untuk menyerahkan tanggung jawab
pengelolaan dan penyimpanan vaksin kepada apoteker.
Tujuan Khusus
1. Pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian vaksin terkontrol dengan
baik
2. Pendistribusian vaksin sesuai dengan sasaran yang ada
138

D.I.3 Pihak Yang Terlibat

Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah apoteker, pelaksana imunisasi,
bidan desa dan juga kepala puskesmas sebagai pengambil keputusan untuk
memindahkan kewenangan pengelolaan dan penyimpanan dan pendistribusian
vaksin yang sebelumnya dilakukan oleh pelaksana imunisasi kepada apoteker.

D.1.4 Sasaran
Sasaran dari sosialisasi ini pelaksana imunisasi dan juga bidan desa yang
melakukan imunisasi setiap bulannya. Selain itu kepala puskesmas juga
berperan penting dan juga pegawai lainnya yang terkait.
D.1.5 Rincian Kegiatan

Kegiatan sosialisasi ini dilakukan pada saat lokakarya mini bulanan. Sosialisasi
dilakukan dengan cara memberikan pemahaman kepada pelaksana imunisasi
sebelumnya bahwa semua jenis obat ataupun vaksin yang mengelola
seharusnya adalah seorang apoteker sesuai dengan disiplin ilmu yang pernah
dipelajarinya. Sehingga nanti nya diharapkan vaksin terkelola dan terdistribusi
dengan baik.

D.1.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapain Kuartal


I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Vaksin dan bahan Melakukan Tanggung jawab Tanggung Vaksin dan bahan
logistik kegiatan sosialisasi penyimpanan, jawab logistik imunisasi
imunisasi kepada pengelolaan dan penyimpanan, tetap dikelola oleh
disimpan, dikelola pelaksana pendistribusian pengelolaan apoteker atau pun
dan imunisasi dan vaksin dan dan tenaga terlatih
didistribusikan kepala bahan logistik pendistribusian lainnya
oleh Apoteker puskesmas diberikan vaksin dan
sebagai kepada apoteker bahan logistik Kolaborasi dengan
pengambil sudah apoteker untuk
keputusan. diserahkan memberikan
kepada sosialisasi kepada
apoteker. bidan desa.
139

D.1.7 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih ada pelaksana imunisasi atau bidan desa Memberikan pemahaman kembali tentang alur
yang mengambil vaksin tanpa sepengetahuan pengamprahan vaksin.
apoteker
2 Lemari es vaksin terletak diruang kartu dan Pemindahan kulkas vaksin ke gudang obat dan
tidak terkunci sehingga apoteker kesulitan pengadaan kunci ruangan
untuk mengontrol stok vaksin
3 Pengamprahan vaksin masih dilakukan oleh Advokasi kepada kepala puskesmas untuk
petugas imunisasi karena petugas imunisasi pemindahan kewenangan pengampranan vaksin.
bertindak sebagai pemegang program.

D.1.8 Dokumentasi
140

D.2 Penyediaan Logistik Imunisasi (Safety Box, Termometer dan Kapas Alkohol)
D.2.1 Latar Belakang
Berdasarkan PERMENKES NO 42 tahun 2013 yang dimaksud dengan
logistik imunisasi adalah vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency
kitdan dokumen pencatatan imunisasi. Ketersediaan logistik berupa safety
boxakan memperlancar kegiatan imunisasi dan juga mengurangi terjadinya
penyebaran penyakit melalui tertusuknya jarum suntik.
Disinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi. Penyuntikan merupakan salah satu tindakan invasif yang
dilakukan kepada bayi/balita. Sehingga untuk mengurangi peluang terjadinya
infeksi perlu dilakukan disinfeksi terlebih dahulu dengan kapas alkohol
Imunisasi adalah suatu proses memasukkan bakteri kedalam tubuh
manusia sehingga tidak dapat dihindari efek samping berupa demam atau
reaksi anafilaktik lainnya. Ada beberapa kondisi yang menjadi kontraindikasi
dari pemberian vaksin seperti demam tinggi. Oleh karena itu pada kegiatan
imunisasi dibutuhkan alat untuk mengukur suhu tubuh yaitu termometer.
D.2.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah mengadakan logistik imunisasi
sepertisafety box dan termometer, kapas alkohol.

Tujuan Khusus
1.Mengurangi penyebaran penyakit melalui jarum suntik
2.Mengurangi kejadian infeksi pada penyuntikan
3.Mengurai terjadinya KIPI (Kejadian Ikutin Pasca Imunisasi) atau efek
samping yang tidak diinginkan melalui imunisasi

D.2.3 Pihak yang terlibat


Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pelaksana imunisasi, para bidan
desa, apoteker, tenaga kesehatan lingkungan dan bagian pengadaan barang
dipuskesmas (Bendahara).
141

D.2.4 Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah pelaksana imunisasi, bidan desa, ,bendahara


puskesmas untuk pengadaan barang seperti termometer.

D.2.5 Rincian Kegiatan

 Safety Box
Kegiatan pengadaan safety box ini dilakukan dengan cara memfungsikan
kembali safety box yang sudah ditumpuk dan tidak terpakai dibelakang
puskesmas. Kemudian safety box yang sudah dilipat diberi label dan
diletakkan satu buah diruangan kartu (di dekat lemari vaksin). Fungsi dari
safety box yang diruang kartu adalah untuk mengumpulkan jarum yang
dibawa dari beberapa posyandu. Ketika pergi posyandu untuk kegiatan
imunisasi safety box dibawa dalam keadaan terlipat. Sampainya di tujuan
safety box di rakit kembali menjadi sebuah tempat sampah, dan ketika
posyandu berakhir safety box yang sudah terisi jarum dan benda tajam
lainnya diikat dibelakang motor untuk dibawa kembali ke puskesmas.
 Kapas Alkohol
Pengadaan kapas alkohol dilakukan dengan cara memanfaatkan barang
bekas yang ada di puskesmas yaitu berupa botol obat yang sudah tidak
digunakan lagi. Botol obat yang sudah dibersihkan terlebih dahulu diisi
dengan kapas dan diberi alkohol. Kapas alkohol yang sudah jadi di bawa
setiap kali posyandu.
 Termometer
Pengadaan termometer untuk kegiatan imunisasi yaitu dengan mengajukan
permohonan alat ke bagian bendahara puskesmas.
142

D.2.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian


Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Tersedia kapas alkohol Menyediakan kapas alkohol Kapas alkohol Menjaga agar
untuk program kapas alkohol tersedia untuk sudah tersedia kapas alkohol
imunisasi program untuk kegiatan tetap tersedia
imunisasi imunisasi untuk kegiatan
imunisasi

2. Pelaksana Imunisasi Memberikan 100 % petugas 48 % Kapas Resosialisasi


dan bidan desa pemahaman imunisasi dan alkohol telah tentang
menggunakan kapas kepada bidan desa digunakan pentingnya
alkohol untuk pelaksana menggunakan oleh pelaksana disinfeksi sebelum
desinfeksi sebelum imunsasi dan kapas alkohol imunisasi dan penyuntikan.
penyuntikan vaksin bidan desa pada saat bidan desa
untuk penyuntikan untuk tindakan
menggunakan disinfeksi
kapas alkohol
setiap kali
akan
melakukan
penyuntikan
D.2.7 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih ada pelaksana imunisasi atau bidan desa Memberikan pemahaman kembali tentang
tidak menggunakan kapas alkohol dan tidak pentingnya disinfeksi sebelum penyuntikan dan
membawa safety box setiap kali posyandu juga pembuangan sampah tajam harus kedalam
safety box
2 Kapas alkohol yang sudah di buat sering hilang Menyimpan kapas alkohol ditempat yang aman
dan dibawa pulang kerumah
143

D.2.8 Dokumentasi
144

D.3 Pemasangan bendera


D.3.1 Latar Belakang
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa imunisasi sangat perlu
dilakukan kepada bayi/balita.Tujuannya adalah untuk mencegah bayi/balita
terserang dari berbagai macam penyakit. Banyak orang tua yang memiliki
bayi/balita tidak mengetahui apakah bayi/balita nya sudah lengkap
imunisasinya atau belum.

Sedangkan masyarakat setempat banyak yang tidak tahu atau tidak peduli
terhadap kondisi kesehatan warga sekitarnya sehingga tidak ada yang
mengingatkan untuk pergi ke posyandu agar bayi/balitanya di imunisasi.

Sehingga diperlukan suatu penanda berupa bendera didepan rumah bayi/balita


yang belum lengkap imunisasinya.

D.3.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah memberikan tanda pada bayi dan balita
yang belum lengkap imunisasinya.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap masyarakat lainnya tentang
kondisi imunisasi warganya
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mengunjungi posyandu
sehinggasasaran imunisasi lebih tercapai
D.3.3 Pihak yang Terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pelaksana imunisasi, bendahara
puskesmas sebagai pengadaan barang, kepala puskesmas sebagai pimpinan
yang harus mengetahui semua perubahan yang terjadi di puskesmas dan juga
kader yang membantu dalam kegiatan puskesmas.
D.3.4 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah rumah bayi atau balita yang belum lengkap
imunisasi dasar.
145

D.3.5 Rincian Kegiatan


Langkah awal dari kegiatan ini adalah pengadaan barang berupa kain
berwarna kuning. Pengadaan barang diusulkan kepada bendahara puskesmas.
Setelah disetujui kain dibeli dan dijahit sesuai dengan ukurannya. Berikutnya
diadakan sosialisasi kepada para kader didesa, kepala desa dan kepala dusun
dan pemangku kepentingan lainnya. Selanjutnya dilakukan pemasangan
bendera didepan rumah bayi/balita yang belum lengkap imunisasi dasar
dibantu oleh para kader setempat.
D.3.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian
Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Tersedianya bendera Memasang 100 % rumah 13 % (4 Memasang
berwarna kuning bendera bayi/balita Posyandu)telah bendera pada
didepan rumah berwarna yang belum terpasang daerah cakupan
bayi/balita yang kuning lengkap bendera posyandu
belum lengkap imunisasi lainnya.
imunisasi. terpasang
bendera
berwarna
kuning

D.2.7 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih banyak bayi/balita yang belum Mengusulkan pengadaan bendera di
lengkap imunisasi belum terpasang desa-desa yang belum pernah
bendera di desa-desa lainnya dipasang bendera
2 Dana kurang untuk membeli kain Mengusulkan pengadaan kain
sehingga tersendat dalam pemasangan kepada bendahara puskesmas
bendera
3. Alat transportasi yang kurang sehingga Pemasangan bendera dilakukan
sulit untuk menjangkau daerah yang jauh ketika ada kegiatan ke desa-desa
terjauh.
146

D.2.8 Dokumentasi
147

D.4 Penyegaran Kader


D.4.1 Latar Belakang
Kader posyandu adalah seorang yang karena kecakapan dan kemampuannya
diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin perkembangan posyandu
di suatu tempat atau desa (Depkes, 2008). Sedangkan fungsi kader adalah
membantu dalam pelaksanaan posyandu.
Kader menjadi ujung tombak kesehatan disuatu desa. Karena kader lebih
sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan mengetahui kondisi
kesehatan warganya. Oleh karena itu untuk menunjang kinerja kader posyandu
perlu dilakukan penyegaran kader.
D.4.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah kader kembali mengingat tentang
proses penyelenggaraan posyandu dan pengadaan buku registrasi.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah:
1.Kader dapat menerapakan sistem lima meja setiap kali diadakan posyandu
2.Kader dapat melakukan pengisian KMS
3.Kader dapat mengisi buku registrasi
D.4.3 Pihak yang terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah petugas gizi, petugas iminusasi,
bidan desa dan juga kader posyandu.
D.4.4 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah kader posyandu
D.4.5 Rincian Kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan menyiapkan terlebih dahulu atribut yang
diperlukan seperti pengadaan buku registrasi posyandu (buku pegangan kader)
dan atribut sistem 5 meja. Setelahl itu pada saat posyandu semua kader dibagi
fungsinya berdasarkan meja yang telah ditentukan.
148

D.4.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian


Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.
No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak
Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Kader mengerti Redemostrasi 70 % kader 17 % kader Memberikan
tentang sistem 5 meja sistem 5 meja mengerti mengerti sosialisasi
tentang tentang terhadap kader-
sistem 5 meja sistem 5 meja kader lainnya

2. Kader mengerti Menjelaskan 70% kader 20 % kader Memberikan


tentang pencatatan kepada kader mengerti mengerti sosialisasi
pada buku registrasi tentang tentang tentang cara terhadap kader-
pencatatan sistem 5 meja pengisian kader lainnya
pada buku buku
registrasi registrasi

3. Kader mengerti Menjelaskan 70% kader 13 % kader Memberikan


tentang pencatatan cara mengerti mengerti sosialisasi
pada buku KMS pencacatan tentang tentang terhadap kader-
pada buku pencatatan pencacatan kader lainnya
KMS pada KMS pada buku
KMS

D.4.7 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi
1 Masih banyak kader yang belum Resosialisasi sistem 5 meja, pengisian KMS
mengerti tentang sistem 5 meja, cara dan buku registrasi
pengisian KMS dan buku registrasi
2 Banyak kader yang tidak aktif dalam Advokasi kepala desa untuk menyiapkan
kegiatan posyandu honor kader
3. Tidak semua kader bisa dibina karena Sosialisasi dilakukan ketika ada kegiatan
jarak tempuh yang jauh lain di desa yang dituju.
149

D.4.8 Dokumentasi
150
151

D.5. Penyuluhan
D.5.1 Latar Belakang
Penyuluhan merupakan suatu hal yang penting dilakukan kepada masyarakat.
Tujuan dari penyuluhan adalah untuk memberikan edukasi atau pengetahuan
tentang penyakit dan informasi kesehatan lainnya. Dengan penyuluhan
masyarakat diharapkan mampu mengetahui tentang penyakit dan proses
pencegahannya sehingga mereka mampu untuk mengubah perilaku menjadi lebih
sehat lagi.
Banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap kesehatan anaknya terutama
tentang imunisasi sehingga mereka tidak mau membawa anaknya ke posyandu.
Ketidakpedulian ini berawal dari ketidaktahuan masyarakat terhadap pentingnya
imunisasi terhadap anak. Oleh karena itu setiap kegiatan imunisasi perlu
dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat.
D.5.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang imunisasi.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Masyarakat pengetahui pengertian imunisasi
2. Masyarakat mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
melakukan imunisasi
3. Masyarakat mengetahui macam-macam jenis imunisasi beserta fungsinya
4. Masyarakat mengetahui efek samping dari imunisasi
5. Masyarakat mengetahui cara mengatasi efek samping dari imunisasi
6. Masyarakat mengetahui kemana bayi/balita harus dibawa jika efek
samping yang ditimbulkan dari imunisasi tidak hilang.
D.5.3 Pihak yang Terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini dalah pelaksana imunisasi dan juga
kader posyandu.
D.5.4 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat atau ibu yang membawa anaknya
ke posyandu
152

D.5.5 Rincian Kegiatan


Kegiatan penyuluhan dilakukan setelah selesai acara posyandu. Semua ibu-ibu
yang datang ke posyandu tidak diizinkan pulang terlebih dahulu melainkan
dikumpulkan dan diberikan penyuluhan.
D.5.6 Outcome, Strategi Pencapaian, Indikator Keberhasilan, Pencapaian
Kuartal I dan Rencana Tindak Lanjut.

No Outcome Strategi Indikator Pencapaian Rencana Tindak


Pencapaian Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1. Masyarakat Melakukan 100 % 75 % Memberikan
mengerti penyuluhan masyarakat masyarakat penyuluhan
tentang mengerti tentang telah kepada
imunisasi imunisasi mengerti masyarakat lain.
tentang
imunisasi Melakukan
metode
penyuluhan
yang lebih
menarik

D.4.7 Evaluasi dan Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi
1. Masih ada beberapa masyarakat yang Melakukan penyuluhan kembali terhadap
belum mengetahui pentingnya imunisasi masyarakat yang belum mengerti
153

D.4.8 Dokumentasi
154

BINA
OBAT
155

BINA OBAT

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pelayanan
Farmasi pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical). Kegiatan pelayanan kefarmasiaan yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Pelayanan kefarmasian dahulunya hanya manajemen dan peracikan obat saja yang
kemudian diserahkan pada pasien. Namun, pelayanan ini tidak cukup untuk menjamin
bahwa pasien akan memperoleh hasil yang diinginkan setelah menggunakan obat karena
ketidakpahaman dalam penggunaan obat, baik cara pemakaian, waktu penggunaan, jumlah
obat yang akan dikonsumsi bahkan pengetahuan mengenai cara penyimpanan obat yang
benar. Oleh karena itu, terjadi pergeseran paradigma dari “Drug Oriented” menjadi
“Patient Oriented”. Jadi pelayanan farmasi klinis atau yang dikenal dengan
“Pharmaceutical Care” punya peranan yang sangat besar dalam mengatasi permasalahan
tersebut.
Dalam pelaksanaannya pelayanan kefarmasian di Puskesmas sudah diatur dalam
PERMENKES No.30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Dalam kebijakan ini telah dijelaskan bahawa pelayanan kefarmasian di Puskesmas
meliputi Manajemen obat dan bahan medis habis pakai serta pelayanan Farmasi klinis,
dimana kegiatan yang termasuk kedalam pelayanan tersebut sudah dijelaskan secara rinci.
Di Puskesmas Gaya Baru pelayanan kefarmasiannya sudah ada, tetapi belum
terlaksana sesuai dengan yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan dan
ketentuan yang berlaku. Banyak hal yang harus dibenahi demi terwujudnya pelayanan
kefarmasian yang dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan kepada pasien
di wilayah kerja Puskesmas Gaya Baru. Untuk itu, sebagai Apoteker Tim Nusantara Sehat
Puskesmas Gaya Baru mengupayakan Program Bina Obat ini dalam 3 bulan pertama
untuk meningkatkan upaya kesehatan yang ada di Kecamatan Tellu Limpoe disamping
program-program Puskesmas Gaya Baru lainnya. Bentuk kegiatan dan perubahan yang
sudah dicapai akan dijelaskan secara rinci dalam laporan ini.
156

B. TUJUAN
Tujuan dari program ini adalah untuk terlaksananya pelayanan kefarmasian yang
sesuai dengan Peraturan dan Standar Pelayananan Kefarmasian yang sudah ditetapkan.
Selain itu pelayanan kefarmasian sebagai salah satu bagian dari upaya kesehatan yang ada
di Puskesmas disamping pelayanan lainnya dapat memberikan peranan yang besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

C. METODE PELAKSANAAN
Bina obat ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
a. Melakukan perbaikan manajeman kefarmasian baik di gudang Farmasi, di Apotik
maupun sub unit terkait misalnya dengan memperbaiki dokumentasi yang ada di
Gudang Farmasi dan di Apotek.
b. Melakukan perbaikan pelayanan pengobatan kefarmasian baik di Puskesmas
maupun di luar puskesmas, misalnya pada saat puskesmas keliling dan posyandu
misalnya dengan melakukan konseling.

D. BENTUK KEGIATAN
D.1 Manajemen Kefarmasian
D.1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat,
pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi
Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan
kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu. Peran Apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut
antara lain adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien
yang membutuhkan. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung
157

penggunaan Obat yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, Apoteker


juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan Obat, melakukan
evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk
melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian.
Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai sangat penting dibenahi dan
diperbaiki karena ini diatur khusus dalam Peraturan Menteri Kesehatan dan
Undang-Undang yang berlaku baik pengadaannya sampai pemusnahannya. Di
Puskesmas Gaya Baru pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) sudah dilaksanakan, namun ada beberapa bagian yang harus
diperbaiki dan ditambah agar dalam pengelolaan obat dan alat kesehatan dapat
terkontrol, terdokumentasi, dan dapat dilaporkan sebagaimana mestinya.
D.1.2 Tujuan
Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan sistem pengelolaan
obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang sesuai standar dan aturan
yang berlaku. Serta mempermudah petugas pengelola obat dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) dalam pengontrolan dan pendistribusian obat dan alat
kesehatan, ke seluruh sub unit terkait yang ada di Puskesmas, dengan adanya
pencatatan dan penataan obat yang baik di Gudang Farmasi dan Apotek, guna
terlaksananya pelaporan yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan.

D.1.3 Pihak yang Terlibat dan Peranan


Pihak yang terlibat dalam program ini adalah Petugas obat dalam hal
ini Apoteker penanggung jawab di Puskesmas yang bertanggung jawab atas
semua proses pelayanan kefarmasian yang ada, petugas obat lainnya yang
berperan dalam membantu pengaturan dan pengambilan obat di Gudang
Farmasi dan Apotek, Dokter berperan dalam penyeleksian obat dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) sebelum dilakukan permintaan dan pengadaan
obat dan alat kesehatan, serta Kepala Puskesmas sebagai pihak yang
mengetahui dan menyetujui setiap kegiatan yang dilakukan.
158

D.I.4 Sasaran
Sasaran dari program ini adalah Seluruh kegiatan yang menyangkut
Manajemen kefarmasian di Puskesmas Gaya Baru dapat terlaksana dengan
baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

D.I.5 Rincian Kegiatan


a. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
b. Pendokumentasian dan Pelaporan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP)
c. Pengelolaan Vaksin dan Pendokumentasiannya
d. Peningkatan Pengetahuan Sumber Daya Manusia (SDM)

D.I.6 Metode Pelaksanaan


a Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
1) Melakukan penyusunan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
digudang farmasi berdasarkan sistem FEFO ( First Expired First Out) /
FIFO (First In First Out).
2) Melakukan pemisahan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
kadaluarsa dan pembuatan dokumen Berita Acara Pengembalian Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dari Puskesmas Gaya Baru Ke
Gudang Farmasi Dinas Kesehetan Kabupaten Bone.
3) Melakukan pembenahan layout/ tata letak ruang Apotek untuk
memudahkan akses keluar masuk petugas, pengambilan obat oleh
petugas dan memudahkan Apoteker memberikan konseling kepada
pasien.
4) Membuat label atau keterangan tentang obat pada lemari dan rak obat
baik yang berada di Gudang Farmasi maupun di Apotek.
5) Melakukan sosialisasi kepada petugas/pegawai yang berkaitan dengan
obat (petugas obat, bidan, perawat) tentang tata letak, penyusunan,
pengambilan obat dan penulisan obat dikartu stok baik yang berada di
Gudang Farmasi maupun di Apotek.
159

6) Melakukan pendistribusian obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)


ke sub unit Apotek, UGD, Ruang Pemeriksaan, Ruang Rawat Inap,
Ruang KIA/KB, Ruang Bersalin, Ruang Laboratorium dan bidan Desa.

b. Pendokumentasian dan Pelaporan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


(BMHP)
1) Melakukan perbaikan pendokumentasian baik di Gudang Farmasi
maupun di Apotek (contohnya pembuatan buku registrasi Apotek dan
buku ekspedisi Apotek dan Gudang Farmasi, pembuatan laporan obat
puskesmas keliling, dsb).
2) Melakukan perbaikan pengarsipan (contohnya pengadaan box file,
bundel serta ATK untuk menunjang kebutuhan di Gudang Farmasi dan
Apotek).
3) Mencatat stok obat pada kartu stok serta membuat Laporan Penggunaan
dan Pemakaian Obat (LPLPO) dan mengirimkannya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten.
c. Pengelolaan Vaksin dan Pendokumentasiannya
1) Melakukan penyusunan vaksin berdasarkan pengaturan suhu.
2) Melakukan pendokumentasian vaksin pada logistik vaksin yang
sudah disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bone dan
Melakukan pencatatan vaksin di kartu stok vaksin.
3) Pemantauan suhu Lemari Es Buka Atas setiap hari.
4) Pemantauan VVM (Kelayakan penggunaan vaksin apakah masih
dapat digunakan).
5) Bekerja sama Pelaksana imunisasi dalam mendistribusikan vaksin
kepada petugas imunisasi dan bidan desa sesuai dengan sasaran.
6) Bekerja sama Pelaksana imunisasi dalam membuat Laporan
Pemakaian Vaksin dan mengirimkannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten.

d Peningkatan Pengetahuan Sumber Daya Manusia (SDM)


1) Mengadakan buku Formularium Nasional Kabupaten Bone Tahun
2016 yang diberikan kepada Dokter untuk menambah referensi
160

pemilihan obat yang tersedia dan menyediakan informasi tentang obat


lainnya berupa buku Informasi Obat (ISO) Tahun 2016 dan buku
MIMS Tahun 2016 yang diletakkan di ruang Apotek.
2) Menyediakan brosur tentang kesehatan di Apotek untuk memberikan
informasi kepada pasien maupun kepada tenaga kesehatan lainnya.

D.I.7 Tabel Indikator Keberhasilan


N Strategi Indikator Pencapaian Kuartal Rencana Tindak
Outcome
o Pencapaian Keberhasilan I Lanjut
1 Pengelolaan -Melakukan 50 % Pengelolaan -Pengelolaan Obat - Mengedukasi
Obat dan koordinasi dengan Obat dan Bahan dan BMHP di petugas obat untuk
Bahan Medis tenaga kesehatan Mediis Habis Apotek tertata memahami cara
Habis Pakai terkait tentang Pakai (BMHP) dengan baik pengelola obat yang
(BMHP) pengelolaan obat sudah terkontrol - Pengelolaan Obat benar
dapat dan BMHP dengan benar dan BMHP di -Mensosialisasikan
terkontrol -Membuat label/ Gudang Farmasi kepada Bidan dan
dengan benar keterangan pada tertata dengan baik Perawat tentang
lemari dan rak Pengelolaan Obat
obat yang benar
- Melakukan
pendistibusian
obat dengan sub
unit terkait
2 Pendokumen - Melakukan 40 %
-Telah tersedia - Mengedukasi
tasian dan koordinasi dengan Pendokumentasian buku registrasi petugas obat yang
Pelaporan petugas obat dan pelaporan obatApotek memahami cara
Obat dan dengan dan Bahan Medis - Telah tersedia pendokumentasian
Bahan Medis melakukan Habis Pakai (BMHP)LPLPO Puskesmas dan pelaporan obat
Habis Pakai perbaikan dapat terkontrol
Keliling dan BMHP yang
(BMHP) pendokumentasia dengan benar - Semua obat sudah benar
dapat n obat dan BMHP tercatat dikartu stok -Mensosialisasikan
terkontrol - Melakukan obat kepada Bidan dan
dengan benar pencatatan obat Perawat tentang cara
pada kartu stok pendokumentasian
obat an pelaporan Obat
- Merencanakan yang benar
dan membuat
LPLPO
- Memberikan
pengetahuan
kepada bidan desa
tentang
pembuatan
LPLPO yang
benar
161

3 Pengelolaan - Melakukan 50% - Telah tersedia -Memindahkan


Vaksin dan kordinasi dengan Pengelolaan kartu stok vaksin lemari es dan
Pendokumen pelaksana Vaksin dan -Telah digunakan vaksinnya ke gudang
tasiannya imunisasi dan Pendokumentasi buku logistik farmasi agar lebih
dapat bidan desa an nya dapat vaksin untuk mudah diawasi oleh
terkontrol tentang terkontrol pencatatan Apoteker
dengan benarpengelolaan dengan benar penggunaan vaksin - Memberikan
dokumentasinya Telah dikelola pemahaman kembali
-Melakukan vaksin dengan baik tentang alur
penyusunan sesuai dengan pengamprahan
vaksin pengaturan vaksin
berdasarkan suhunya
pengaturan suhu
- Melakukan
pemantauan suhu
Lemari Es Buka
Atas setiap ahri
- Melakukan
pencatatan vaksin
pada kartu stok
vaksin
4 Peningkatan - Melakukan 70 % - Dokter telah - Melakukan update
Pengetahuan update ilmu/ pengetahuan menggunakan ilmu/informasi
Sumber daya informasi terbaru Sumber Daya Formularium terbaru tentang obat
Manusia tentang obat Manusia (SDM) Nasional sebagai serta mengkaji
(SDM) kepada petugas meningkat referensi pemilihan masalah-masalah
obat dan tenaga obat yang terjadi pada
kesehatan lainnya - Telah tersedia pengobatan setiap 1
-Mengadakan media informasi di bulan sekali
buku Apotek
Formularium - Petugas obat,
Nasional yang perawat, dan bidan
diberikan kepada dapat
Dokter untuk menggunakan
menambah media informasi
referensi yang tersedia
pemilihan obat
yang tersedia
- menyediakan
informasi tentang
obat berupa buku
ISO dan MIMS
serta brosur
tentang kesehatan
yang diletakkan di
Apotek
162

D.I.8 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi
1. Lemari dan Rak Obat yang ada di Pengadaan lemari dan rak obat yang sesuai
gudang farmasi dan di Apotek belum standar, agar obat tidak mengalami
sesuai standar dan sudah ada bagian perubahan secara fisik karena pengaruh
yang dimakan rayap. lingkungan seperti kelembapan atau
kemasan jadi rusak.
2. Tata letak ruang apotek yang kurang Pengadaan instalasi atau pemasangan
sesuai dan penerangan di apotek dan di penerangan pada Apotek dan gudang guna
Gudang Farmasi yang tidak tersedia. memudahkan dalam mencari obat pada
saat malam hari.
3. Bidan Desa yang telat mengumpulkan Bidan Desa mengumpulkan LPLPO setiap
LPLPO kepada petugas terkait sehingga akhir bulan kepada petugas obat dengan
memperlambat penyelesaian LPLPO. format yang sudah ada
4. Arsip dan pembukuan yang ada di Setiap Arsip, Laporan, Pembukuan
Puskesmas sering ditumpuk di ruangan ditempatkan sesuai dengan ruangan yang
obat (Buku Jaga 24 Jam, Buku Operan bersangkutan. Jika ada yang meminjam
Alat UGD, Dokumen Lansia, MTBS) kembalikan ke tempat semula (sudah
tersedia buku ekspedisi setiap ruangan)
sehingga penanggung jawab mengetahui
keberadaan buku, arsip, atau laporan
tersebut
5. Penyiapan obat dan penyerahan obat Membuat SPO tentang obat sehingga
yang belum sesuai dengan aturan ketika memudahkan petugas obat dalam
apoteker tidak berada di tempat memberikan obat guna meningkatkan
pelayanan kepada pasien
163

D.I.9 Dokumentasi

Rak Obat Di Apotek Rak Obat Di Apotek


sebelum dirapikan setelah dirapikan

Sebelum disusun berdasarkan Sesudah disusun berdasarkan


bentuk sediaannya bentuk sediaannya
164

Penyusunan Obt Berdasarkan Bentuk Sedian menurut


Alfabet dan berdasarkan sitem FEFO / FIFO

Pemisahan Obat Kadaluarsa dan


Pengembalian Ke Dinkes
165

Label atau informasi


untuk memudahkan dalam mencari
obat di rak atau lemari

Pengecekan Stock Obat dan Pembuatan LPLPO menyesuaikan dengan


menyesuaikan dengan LPLPO stok obat yang ada diGudang Farmasi

Pencatatan vaksin di Buku Stok Vaksin yang


sebelumnya tidak digunakan
166

PENGARSIPAN DOKUMEN

Pencataan, pembelajaran
dan Informasi
167

D.2 Pelayanan Farmasi Klinis


D.2.1 Latar Belakang
Pelayanan farmasi klinis merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang ada di Puskesmas. Pelayanan farmasi klinis memiliki
peranan yang sangat penting dalam upaya kesehatan di Puskesmas.
Pelayananan kefarmasian ini langsung bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) dengan maksud untuk mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayananan kefarmasian klinik ini
meliputi :
1. Pengkajian Resep;
2. Dispensing;
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
4. Konseling;
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care);
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Namun tidak semua Puskesmas memiliki tenaga kefarmasian, dan
untuk pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dilakukan
oleh petugas kesehatan lainnya seperti perawat, bidan, dan sebagainya.
Begitupun di Puskesmas Gaya Baru sebelum ada Tim Nusantara Sehat
Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dilakukan oleh
tenaga kesehatan lain yaitu tenaga Kesehatan Masyarakat dan dibantu
oleh bidan.
Selain hal tersebut diatas, Apoteker diharapkan juga dapat
memberikan promosi kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat
untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai beberapa penyakit
dan cara penggunaan obat yang rasional sehingga masyarakat dapat
meningkatkan kesadarannya akan pentingnya prilaku hidup sehat dan cara
konsumsi obat yang tepat.
Dengan adanya Tim Nusantara Sehat khususnya Apoteker maka
pelayanan farmasi klinis harus dilaksanakan untuk meningkatkan
168

keberhasilan dalam pengobatan pasien dan pelayanan kefarmasian dapat


dilakukan sesuai dengan ketentuan pelayanan kefarmasian klinis dan hasil
kegiatan akan dijelaskan dalam laporan ini.

D.2.2 Tujuan
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam pengobatan yang didapatkan di Puskesmas Gaya Baru,
serta memberikan pelayanan untuk menjamin keefektifan, keamanan dan
keberhasilan pengobatan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
menggunakan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) secara tepat
dan rasional.

D.2.3 Pihak yang Terlibat dan Peranan


Pihak yang terlibat dalam pelayanan farmasi klinis ini adalah Apoteker
Penanggung Jawab yang akan memberikan pelayanan kepada pasien,
Petugas obat, Bidan, Perawat yang bertugas membantu menyiapkan obat
pasien, Dokter sebagai pihak yang memberikan permintaan berupa resep
dan untuk melakukan konfirmasi jika ada kekeliruan pada resep yang
diterima, dan Kepala Puskesmas sebagai pihak yang mengetahui dan
menyetujui setiap kegiatan yang dilakukan.

D.2.4 Sasaran
Dari tujuh macam pelayanan farmasi klinis yang ada beberapa yang sudah
dilaksanakan di Puskesmas Gaya Baru, yaitu:
 Pengkajian resep, Penyerahan obat, dan Pemberian Informasi Obat
 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
 Konseling

D.2.5 Rincian Kegiatan


a. Pengkajian resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
c. Konseling
d. Promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang penyakit dan cara
penggunaan obat yang tepat
169

D.2.6 Metode Pelaksanaan


a. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
Kegiatan ini dimulai dengan penerimaan resep dokter, kemudian
dilakukan skrining terhadap resep mulai dari skrining administrasi:
 Nama, umur, jenis kelamin
 Tekanan Darah
 Alamat Pasien
 Jenis Kartu
 Tanggal resep
 Keluhan
 Diagnosa
 Pemberian Obat

Masih banyak kekurangan dalam kertas resep yang seharusnya terdapat


Berat Badan Pasien, Nama dan Paraf Dokter dan seharusnya di kertas
resep tidak boleh di masukkan Jenis kartu (JKN/BPJS), Keluhan,
Diagnosa karena Keluhan dan diagnosa dicantumkan pada rekam
medik pasien.

Selanjutnya dilakukan skrining farmasetik:

 Bentuk dan kekuatan sediaan


 Dosis dan jumlah obat
 Stabilitas dan Ketersediaan
 Aturan dan cara penggunaan
 Inkompatibilitas

Bila ada permasalahan lakukan konfirmasi kepada dokter, jika tidak


lanjutkan ke skrining klinis:

 Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan


 Duplikasi pengobatan
 Alergi, interaksi, dan ESO
 Kontraindikasi
170

 Efek adiktif.

Kemudian dilakukan penyiapan obat, jika berupa racikan atau bentuk


puyer maka disiapkan dalam bentuk puyer dengan menggunakan kertas
perkamen.Untuk etiket belum dibuat sesuai ketentuan yaitu etiket
warna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar, namun
aturan pakai obat hanya ditulis pada kemasan dengan spidol, seperti
3x1 atau 2x1, sebelum makan. Kemudian dilakukan dispensing obat
dan disertai dengan Pemberian informasi obat.

b Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat ini dilakukan oleh Apoteker untuk


memberikan informasi secara akurat, jelas, dan terkini kepada pasien
dan petugas kesehatan.
Dalam pelaksanaannya PIO sangat bermanfaat terutama bagi petugas
kesehatan lainnya untuk berdiskusi mengenai obat bersama Apoteker.
Begitupun dengan pasien lainnya diharapkan ada yang menanyakan
tentang obat dan obat tradisional. Dalam pelaksanaannya PIO
didokumentasikan menggunakan Format yang telah disediakan, yang
memuat data penanya, pertanyaan, jenis pertanyaan, jawaban, referensi.
Namun, pada pelaksanaannya masih kurang kesadaran pasien dan tenga
kesehatan dalam mengisi Formulir PIO. Hal ini dikarenakan kurangnya
sosialisasi dari Apoteker.
c Konseling

Konseling obat tidak dilakukan terhadap semua pasien, tetapi dilakukan


terhadap pasien dengan kritria tertentu, yaitu:

 Pasien geriatrik
 Pasien pediatrik
 Pasien dalam keadaan hamil
 Pasien dengan penyakit kronis
 Pasien dengan kepatuhan rendah.
171

Tahapan pada pelaksanaan konseling :


 Pencatatan Pasien
 Menggali Informasi dari pasien
 Memberikan solusi kepada pasien

Untuk tahap awal pasien yang diutamakan dalam konseling adalah


pasien geriatrik dan pasien dengan diagnosa hipertensi. Hal ini
dilakukan karena jumlah pasien hipertensi di Kecamatan Gaya Baru
cukup tinggi, dan ini harus dilakukan konseling karena pasien harus
mengkonsumsi obat antihipertensi dalam jangka lama dan dengan cara
yang benar.

Konseling tidak hanya dilakukan di Puskesmas saja tetapi juga saat


puskesmas keliling maupun posyandu. Metode konseling adalah dengan
metode diskusi dua arah dimana pasien yang memberikan informasi
terkait penyakit atau masalah yang dialami misalnya adanya alergi
ataupun interaksi obat yang tidak diinginkan pemberian informasi dan
solusi dapat menggunakan leaflet, lembar balik, pemberian brosur, dsb.

d. Promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang penyakit dan cara


penggunaan obat yang tepat

Promosi kesehatan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk


meningkatkan kesadaran masayarakat tentang pentingnya mengetahui
segala sesuatu tentang kesehatan baik penyakit maupun pengobatannya
baik pengobatan secra kimia maupun pengobatan secara tradisional.
Untuk itu maka sebagai Apoteker bertanggung jawab terhadap promosi
kesehatan terutama tentang obat kepada masyarakat. Kegiatan promosi
kesehatan atau penyuluhan tentang obat sebelum belum dilaksanakan di
Puskesmas Gaya Baru karena tidak ada tenaga Farmasi atau Apoteker.

Metode Pelaksanaan promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang


penyakit dan cara penggunaan obat yang tepat yaitu :
 Membuat Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
172

 Menyiapkan media penyuluhan seperti leaflet, lembar balik, brosur,


dsb.
 Memberikan ceramah tentang Penyakit dan cara penggunaan obat
yang benar
 Melakukan diskusi dua arah (tanya jawab kepada peserta)
 Melakukan dokumentasi kegiatan

D.2.7 Tabel Indikator Keberhasilan


N Outcome Strategi Pencapaian Indikator Pencapaian Rencana Tindak
o Keberhasilan Kuartal I Lanjut
1 Pengkajian - Melakukan skrining 30 % Pengkajian - Pasien - Membuat format
resep, farmasetik secara tepat resep, penyerahan mendapatkan kertas resep yang
penyerahan - Jika terdapat obat, dan pengobatan baru
obat, dan ketidaksesuaian dalam pemberian sesuai dengan - Membuat etiket
pemberian pengobatan maka informasi obat kebutuhan obat yang sesuai,
informasi konsultasikan dengan sudah terlaksana pengobatannya etiket warna putih
obat sudah dokter - Apoteker dan untuk obat dalam,
terlaksana - mengedukasi petugas petugas obat etiket warna biru
dengan obat dan tenaga kesehatan telah untuk obat luar
tepat yang terkait tentang cara memberikan
skrining farmasetika dan pelayanan
cara penyerahan obat berupa
kepada pasien informasi
- memberikan pelayanan mengenai obat
informasi obat kepada yang diberikan
pasein mengenai
informasi obat, aturan
pakai, dosis, kontra
indikasi, penyimpanan,
dsb
2 Pelayanan - Membuat Formulir PIO 30 % Pelayanan -Telah tersedia - Mengadvokasi
Informasi - Mensosialisasikan Informasi Obat formulir PIO tenaga kesehatan
Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan (PIO) telah untuk
dapat yang ada dipuskesmas dilakukan mengupdate ilmu
173

terlaksana tentang pentingnya PIO mengenai


dengan - Mensosialisasikan pengobatan yang
tepat kepada pasien tentang terbaru
formulir PIO, jika pasien - Mengajak
tidak mengerti tentang tenaga kesehatan
obat baik cara pakai atau setiap setelah
dosis, dsb dapat mengisi pelayanan kepada
formulir PIO diskusi tentang
masalah yang
terjadi akibat
pengobatan atau
mencari
Medication Error
- Mengajak pasien
untuk lebih aktif
dalam upaya
pengobatan
sendiri
(sewamedikasi)
sehingga pasien
akan menanyakan
kepada Apoteker
apa yang belum
diketahuinya
tentang
pengobatan
3 Meningkat - Menyediakan media 80% telah Semua pasein - Mengedukasi
nya konseling seperti leafet, melakukan dapat teredukasi petugas obat
pengetahua lembar balik, atau pun konseling dengan baik untuk memahami
n Pasien formulir pertanyaan kepada pasien cara konseling
dalam pasien yang benar.
menggunak - Menggali informasi
an obat sebanyak mungkin dari
yang benar pasien sehingga Apoteker
dapat menyimpulkan
174

solusi dari masalah


pengobatan pasien
4 Meningkat - Menyiapkan SAP 50% masyarakat Semua Dapat
nya - Menyiapkan media mengerti tentang masyarakat yang terlaksananya
kesadaran penyuluhan seperti leaflet, pentingnya cara mengikuti penyuluhan
Masyarakat lembar balik, kemasan penggunaan penyuluhan secara rutin setiap
tentang obat, brosur obat, dsb obat yang tepat teredukasi bulan saat
pentingnya - Melakukan diskusi 2 indikasi, tepat dengan baik. pelaksanaan
menjaga arah dosis, tepat puskesmas
kesehatan - Melakukan dokumentasi waktu keliling maupun
dan kegiatan penyuluhan pada kegiatan
mengkonsu lainnya.
msi obat
tepat
indikasi,
tepat dosis,
dan tepat
waktu

D.2.8 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi
1. Pemberian Informasi obat tidak Semua petugas terkait hendaknya memiliki
berjalan jika apoteker tidak berada pengetahuan dan keterampilan mengenai
di tempat. pelayanan obat dan informasi obat, sehingga
pelayanan tetap dapat dilaksanakan ketika
tidak ada apoteker
2. Rasa ingin tahu dan inisiatif yang Pada saat waktu luang sebaiknya tenaga
masih kurang dari tenaga kesehatan kesehatan saling berdiskusi mengenai
lainnya untuk mencari tahu tentang perkembangan terkini tentang kesehatan dan
sesuatu yang baru. memanfaatkan PIO untuk menambah
pengetahuan dan memberikan sosialisasi
tentang penting nya PIO kepada tenaga
175

kesehatan lainnya.
3. Pada saat konseling, banyak pasien Sebaiknya pasien dengan kondisi seperti itu,
yang tidak mengerti bahasa ditemani oleh keluarga untuk memastikan
Indonesia, bahkan banyak yang bahwa pasien memahami cara penggunaan
sudah pikun dan rabun, jadi obat yang tepat dan Apoteker mempelajari
informasi yang disampaikan sulit bahasa daerah sekitar misalnya bahasa Bugis.
untuk dimengerti pasien. Jika tidak bisa berbahasa daerah sebaiknya
Apoteker didampingi oleh teman yang
mengerti bahasa daerah.
4. Lembar konseling, lembar check list Menggunakan Lembar Konseling, Lembar
Pemberian informasi obat, dan PMR Check list Pemberian Obat dan menyediakan
masih belum digunakan dan belum dana untuk pengadaan berkas tersebut, karena
diperbanyak. sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan farmasi klinik ini.
5. Pada saat puskesmas keliling obat Pengadaan tempat obat berupa pallet kayu
yang dibawa hanya dimasukkan atau plastik yang sesuai sehingga
kedalam dus, sehingga menyulitkan memudahkan dalam penyimpanan dan
dalam pengambilan obat dan pengambilan obat pada saa pelayanan
kemasan obat dapat rusak karena puskesmas keliling
penyusunan yang tidak sesuai.
6. Pada saat puskesmas keliling dan Pengadaan stamfer dan mortir untuk meracik
posyandu, stamfer dan mortil di obat
Apotek di bawa karena hanya ada
satu
7. Kertas resep obat belum sesuai Pengadaan Kertas resep yang baru yang
dengan ketentuan sesuai dengan kertas resep
8. Etiket obat yang belum ada Pengadaan etiket obat yang belum ada
9. Apoteker belum rutin melaksanakan Melakukan Home Visit Care bersama dokter
pelayanan Home Visit Care kerumah dan tenaga kesehatan lainnya untuk
pasien yang tidak bisa datang ke meningkatkan pelayanan pengobatan pasien
Puskesmas
10. Kinerja Apoteker dan petugas obat Memberikan kuesioner survey kepusaan
176

lainnya belum terukur dengan baik, pasien yang mendapatkan pelayanan


apakah pasien sudah puas dengan pengobatan di Apotek.
pelayanan pengobatan pasien di
Apotek

\ D.2.9 Dokumentasi

Pelayanan Resep dan Penyiapan Obat


177

Peracikan Obat
178

Konseling Kepada Pasien

PENGOBATAN PADA KEGIATAN PUSKESMAS KELILING


179

Anda mungkin juga menyukai