Skrining Fitokimia Dan Penetapan Kandung A849c1d3
Skrining Fitokimia Dan Penetapan Kandung A849c1d3
ABSTRACT
Phytochemical Screening and Determination of Total Flavonoids Content of Methanolic Extracts of
Boroco Herbs (Celocia argentea L). Boroco plant is often used as a traditional medicine for anti
inflammatory, diuretic, hypertension, dysentery. Chemical constituents in boroco herbs (Celocia
argentea L.) are alkaloids and flavanoids, glycosides, tannin and saponin (2003) . Each sample
extraction using 96 % methanol of maceration method. Then performed to determine the class of
phytochemical screening of active compounds are contained in the sample. Determination of total
flavanoids done by chang et al method (2002) of Boroco herbs. Result of the study showed the total
flavanoids content of methanolic extract of boroco herbs calculated as a rutin for 2.57%.
Absorbansi
8
diperhatikan endapannya.
b. Tambahkan 2 tetes larutan FeCl3, dan 6
4 Series2
diperhatikan terjadinya perubahan warna
menjadi hijau violet. 2
c. Ditambahkan 3 mL larutan NaCl-gelatin 0
(gelatin 1% dalam larutan NaCl 10%) dan 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000
diperhatikan adanya endapan. Konsentrasi (ppm)
2. Penentuan Kandungan Flavonoid Total Gambar 2. Kurva kalibrasi rutin pada panjang
(Chang et al, 2002). gelombang 415 nm
Ekstrak sebanyak 10 mg dilarutkan
dalam 10 mL metanol, diambil 1 mL kemudian Tabel 3. Hasil pengukuran kadar flavonoid
ditambahkan 3 mL metanol, 0,2 mL AlCl3 total
10%, 0,2 mL kalium asetat, 5,6 mL Flavonoid
aqubedistilata, simpan 30 menit pada tempat Sampel Absorbansi Konsentrasi
Total
gelap dengan suasana suhu kamar,
absorbansinya di ukur pada spektrofotometri Ekstrak
UV-Vis dengan panjang gelombang 415 nm. herba 1,895 25,71 2,57
Kadar flavonoid total dinyatakan dalam gram boroco
rutin equivalen (RE).
B. Pembahasan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman herba Boroco (Celosia
A. Hasil Penelitian argentea L) dikumpulkan kemudian dilakukan
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia dari Herba proses pencucian, sortir basah dan kering untuk
Buroco mendapatkan simplisia. Tanaman herba
Skrining Fitokimia Sampel Boroco (Celosia argentea L) dikeringkan
dengan cara dijemur ditempat yang tidak
Uji alkaloid + terkena sinar matahari langsung. Setelah kering
Uji flavonoid + sampel diserbukkan. Kemudian dilakukan
Uji glikosida + ekstraksi dengan metode maserasi. Metode
Uji saponin + maserasi dipilih dalam penelitian ini karena
Uji tannin + merupakan metode yang mudah dilakukan dan
menggunakan alat-alat sederhana, yaitu cukup
Tabel 2. Hasil pengukuran absorbansi larutan dengan merendam sampel dalam pelarut
standar rutin (Voigt, 1995).
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metanol. Digunakan
metanol karena pelarut ini dapat melarutkan
2 1,023
hampir semua senyawa organik yang ada pada
4 1,338 sampel, mudah menguap sehingga mudah
8 1,735 dibebaskan dari ekstrak (Andayani, et al.
10 1,89 2008). Rendaman pada saat maserasi disimpan
ditempat yang terlindungi dari cahaya, hal ini
dilakukan untuk mencegah reaksi yang
dikatalisis cahaya atau mencegah terjadinya
perubahan warna (Voigt, 1995).
Setelah didapatkan ekstrak, dilakukan
skrining fitokimia untuk menentukan golongan
senyawa aktif dari tanaman ini. Skrining
fitokimia merupakan cara sederhana untuk
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 1 No.1
3
melakukan analisis kualitatif kandungan Masing-masing konsentrasi rutin
senyawa yang terdapat dalam tumbuhan. Pada dipipet 1 mL dan di reaksikan dengan 3 ml
penelitian ini skrining yang dilakukan adalah metanol yang berfungsi sebagai peningkat
uji alkaloid, uji flavanoid, uji saponin, uji kelarutan, ditambah 0,2ml AlCl3 10% yang
tannin, dan uji glikosida. Karena uji-uji berfungsi untuk memberikan efek batokromik
tersebut sudah mewakili beberapa golongan yaitu menggeser ke panjang gelombang yang
senyawa yang terdapat dalam tanaman. lebih tinggi dan terjadi juga peningkatan
Hasil skrining fitokimia dari herba intensitas larutan standar rutin menghasilkan
boroco (Celosia argentea L) pada tabel 1 warna yang lebih kuning sehingga reaksi warna
menunjukkan positif (+) untuk uji alkaloid, uji yang terbentuk dapat diamati dengan mata
flavonoid, uji tannin, uji saponin dan uji telanjang dan dapat diukur pada
glikosida. Hasil tersebut berbeda dengan spektrofotometri UV-Vis. Kemudian
literatur yang mendapatkan hasil negatif (-) uji ditambahkan 0,2 ml kalium asetat yang
glikosida. berfungsi sebagai penstabil agar efek
Analisa kandungan flavonoid total batokromik yang terjadi dapat dipertahankan.
pada penelitian ini dilakukan dengan Lalu ditambahkan 5,6 ml aquabidestilata,
menggunakan larutan standar rutin dengan menghasilkan warna kuning. Didiamkan pada
konsentrasi (µg/mL) 2, 4, 8, dan 10 pada tabel suhu kamar dalam keadaan gelap selama 30
2 berturut-turut menghasilkan absorbansi menit agar reaksi antara larutan standar rutin
1,023, 1,338, 1,734, 1,89 dengan warna yang dengan pereaksi-pereaksi dapat berlangsung
dihasilkan adalah warna kuning. Senyawa rutin sempurna.
adalah zat padat, berwarna kuning dan larut Pada pengukuran absorbansi sampel,
dalam air, tetapi rutin ini lebih banyak larut ditimbang 10 mg ekstrak dan dilarutkan dengan
dalam air dibandingkan aglikon kuersetin 10ml methanol pa lalu dipipet 1ml dari larutan
(Fitria, 2007).. Semakin tinggi konsentrasi sampel dan ditambahkan 3 ml methanol, 0,2 ml
yang digunakan, maka semakin pekat warna AlCl3 10%, 0,2 ml kalium asetat dan
kuning yang akan dihasilkan. Digunakan aquabidestillata. Kemudian diukur
larutan standar rutin karena kebanyakan absorbansinya dengan spektrofotometri UV-
flavonoid yang paling sering ditemukan dalam Vis pada panjang gelombang 415 nm.
tanaman dalam bentuk glikosida seperti Hasil tersebut dimasukan dalam rumus,
kuarsetin 3-rutinosida (Harbone, 1998). penentuan kadar flavonoid total berdasarkan
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat tesis (Malik, 2011) yaitu:
bahwa kurva kalibrasi dengan persamaan Konsentrasi x Vol.Ekstrak x 100
regresi untuk absorbansi rutin sebesar y = flavonoid total =
0.875+0.107. Larutan standar senyawa Berat ekstrak
flavonoid diperoleh hubungan yang linear Hasil yang diperoleh pada tabel 3 dari
antara absorbansi dengan konsentrasi pada penentuan kadar flavonoid total dalam estrak
pengukuran absorbansi yang ditunjukkan metanol herba boroco yaitu 2,57%.
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.992
Nilai (r). IV. KESIMPULAN
Absorbansi ekstrak metanol herba Dari hasil penelitian yang telah
boroco sebanyak 1,895. Dari nilai absorbansi dilakukan , dapat diambil kesimpulan bahwa
tersebut dapat diketahui konsentrasi flavonoid kadar flavonoid total pada ekstrak metanol
dari ekstrak metanol herba boroco dengan herba boroco (Celosia argentea L ) yaitu 2,57
menggunakan persamaan regresi menghasilkan %.
konsentrasi (mg/L) sebesar 25,71. Untuk
pengukuran kadar flavonoid total ekstrak herba DAFTAR PUSTAKA
boroco diawali dengan pembuatan larutan 1. Ahmad, S.A., 1980. Kimia Organik Bahan
standar rutin, ditimbang 2,5 mg rutin dan Alam. Penerbit Kurnia : Jakarta.
dilarutkan dalam 10 mL methanol pa
menghasilkan 1000 ppm. Larutan standar rutin 2. Andayani, Yovita dan Maimunah. 2008.
dibuat menjadi beberapa konsentrasi (ppm) Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar
yaitu 2, 4, 8 dan 10. Ini dimaksudkan untuk Fenolat Total dan Likopen pada Buah
mengurangi ketidakpastian analisa sehingga Tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal
ketelitian akan meningkat (Wiryawan, 2008).
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 1 No.1
4
Sains dan Teknologi Farmasi. UNAND:
Padang. 15. Mujahid.2011.TESIS pemilihan metode
analisis flavonoid secara spektroskopi
3. Bangun, Abednego. 2012. Ensiklopedia UV-Vis serta penerapannya pada seledri
Tanaman Obat Indonesia. Indonesia (apium graviolens L) murbei (morus alba
Publishing House. 2012. L), patikan kebo (euphorbia hirta L) dan
jeruk nipis (citrus aurantifolia).Program
4. Chang, C. Yang, M. Wen, H. and Chern J. pascasarjana program studi ilmu
2002.Estimation of total flavonoid content farmasi.fakultas farmasi.UGM.
in Propolis by two complementary Yogyakarta.
colorimetric methods.J . FoodDrug A.
16. Nugroho, A.E; Malik, A and Promono,
5. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan S.2013. Total Phenolic And Flavonoid
Makanan, 1979. Farmakope Indonesia Contents, And In Vitro Antihypertension
Edisi III. Departemen Kesehatan RI : Activity Of Purified Extract Of Indonesia
Jakarta. Cashew Leaves. International food
research journal. 20(1):299-305.
6. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan.1995 Farmakope Indonesia 17. Sastrohamidjojo, Hardjono. 1985.
Edisi IV.Departemen Kesehatan RI, Kromatografi. Yogyakarta : Liberty
Jakarta. yogyakarta.
9. Fitria. 2007. Isolasi dan Identifikasi 20. Wildah,Dj. 2001. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid Dalam Daun Paliasa. Flavonoid Pada Daun Kemuning
Universitas Hasanuddin : Makassar. [Skripsi]. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA.
Universitas Hasanuddin : Makassar.
10. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia :
Penuntun cara modern menganalisa 21. Wiryawan A, dkk. 2008. Kimia Analitik.
tumbuhan. Terbitan Kedua. Terjemahan Departemen Pendidikan Nasional :
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Jakarta.
ITB : Bandung.