Jtptunimus GDL Arifyulian 8375 3 Babii
Jtptunimus GDL Arifyulian 8375 3 Babii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Universal Precautions
a. Pengertian
World Health Organisation (WHO) dalam Nasronudin (2007),
universal precautions merupakan suatu pedoman yang ditetapkan oleh the
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Atlanta dan the
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk mencegah
transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
Kurniawati dan Nursalam (2009) universal precautions merupakan
upaya-upaya yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk
mengendalikan dan mengurangi resiko penyebaran infeksi yang ditujukan
pada semua pasien pada saat melakukan setiap tindakan, dan dilakukan
disemua tempat pelayanan kesehatan tanpa memandang status infeksi
pasien.
Universal precautions merupakan tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang ditujukan pada semua pasien, saat melakukan
setiap tindakan oleh seluruh tenaga kesehatan yang terlibat di semua
fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Tujuan Universal Precautions
Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa universal
precautions perlu diterapkan dengan tujuan :
11
12
(4) Pastikan tidak ada luka atau sayatan pada permukaan tangan
dan jari.
(5) Berdiri di depan wastafel, usahakan agar tangan dan seragam
tidak menyentuh wastafel.
(6) Gunakan tissue untuk membuka kran air untuk menghindari
tangan yang kotor mengkontaminasi kran air.
(7) Basahi tangan dan pergelangan tangan, tuangkan 5 ml sabun
cair di telapak tangan dan ratakan dengan kedua tangan.
(8) Gosokkan sabun pada kedua permukaan tangan, punggung
tangan, dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
(9) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
(10) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya.
(11) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri
dan sebaliknya.
(12) Bilas telapak tangan sampai pergelangan tangan dengan air
mengalir secara seksama, pertahankan supaya letak tangan di
bawah siku.
(13) Keringkan seluruh permukaan tangan, pergelangan tangan
dengan kertas tissue.
(14) Gunakan kertas tissue untuk menutup kran air.
(15) Buang kertas tissue pada tempat sampah yang telah
disediakan.
(16) Cuci tangan handwash ini dilakukan selama kurang lebih 40-
60 detik.
(b) Cuci Tangan Hand rub
Langkah-langkah cuci tangan hand rub yang berbasis alkohol dan
gliserin menggunakan 7 langkah, adalah :
18
c) Pengaruh kebudayaan
d) Media massa
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
f) Pengaruh faktor emosional
c. Tradisi dan Kepercayaan
Hasbullah (2006) kepercayaan adalah suatu bentuk keinginan untuk
mengambil resiko dalam hubungan sosial yang didasari oleh keyakinan
bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan
senantiasa bertindak dalam suatu tindakan yang saling mendukung. Tindakan
kebersamaan yang didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan dalam mencapai kemajuan
sehingga dapat menyatukan masyarakat serta memberikan kontribusi pada
peningkatan modal sosial.
d. Nilai
Hasbullah (2006) Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun
dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. Nilai
merupakan hal yang penting dalam kebudayaan, biasanya ia tumbuh dan
berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu
serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat
yang pada akhirnya membentuk pola kultural.
e. Tingkat Pendidikan
Soeitoe (1982) dalam Putri (2012) Pendidikan adalah segala usaha
yang dilakukan dengan sadar dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku
manusia ke arah yang baik. Perubahan–perubahan yang ingin dicapai melalui
proses pendidikan pada dasarnya adalah perubahan pola tingkah laku.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta
dalam pembangunan pada umumnya, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi. Pendidikan mempunyai peranan yang
32
kesehatan itu tidak terlalu penting, maka perawat bawahannya juga akan
memiliki persepsi yang sama. Kepemimpinan adalah kemampuan individu
untuk mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang lain mampu
memberikan konstribusinya demi efektifitas dan keberhasilan organisasi.
Kepemimpinan yang dimaksud disini adalah bagaimana pemimpin
mempengaruhi bawahannya dalam upaya mencapai tujuan pelaksanaan
universal precautions yang baik.
m. Desain Pekerjaan atau Job Design
Desain pekerjaan atau job design merupakan faktor penting dalam
suatu organisasi apalagi dalam organisasi rumah sakit, dimana harus
dibutuhkan kejelasan akan sesuatu kegiatan yang dilakukan sehingga dalam
memberikan pelayanan kesehatan dapat optimal dan terjamin keamanannya
sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan dalam hal ini
mengenai universal precautions dimana dibutuhkan buku petunjuk atau SOP
sehingga perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang aman
(Kotwal ,2010) Desain pekerjaan disini berhubungan secara tidak langsung
dengan kinerja perawat dalam melaksanakan universal precautions, dimana
desain pekerjaan yang sesuai dapat menambah pengetahuan perawat dalam
pelaksanaan universal precautions sehingga termotivasi untuk dapat
melaksanakan universal precautions dalam setiap pelayanan kesehatan
kepada pasien.
n. Imbalan
Imbalan diberikan kepada seseorang bukan karena jasa atau prestasi
semata tetapi justru mengharap agar orang yang bersangkutan dapat
berprestasi atau berjasa lebih baik dari yang sudah-sudah (Yahya,1997).
Gibson (1987), setiap perolehan atau imbalan yang didapat mempunyai nilai
yang berbeda bagi bagi orang yang bersangkutan. Perolehan seperti upah,
promosi, teguran atau pekerjaan yang lebih baik mempunyai nilai yang
berbeda bagi orang yang berbeda dan imbalan menjadi pendorong seseorang
36
untuk mau bekerja juga berpengaruh terhadap moral dan disiplin kerja. Hal
ini dimungkinkan karena dalam melaksanakan fungsinya perawat lebih
menekankan kepada pelayanan dan tanggung jawab,tidak semata pada
imbalan yang akan diperolehnya. Secara rutin perawat telah menerima gaji
bulanan yang telah sesuai dengan standar gaji perawat pada umumnya,
sehingga imbalan tambahan di luar gaji pokok tersebut tidak terlalu
mempengaruhi mereka untuk melaksanakan kewaspadaan universal dan
dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor psikologis perawat dimana
persepsi mereka akan terkena oleh infeksi apabila tidak melaksanakan
universal precautions dengan baik. Kompensasi adalah fungsi manajemen
sumber daya manusia yang berkaitan dengan semua bentuk penghargaan
yang dijanjikan akan diterima karyawan sebagai imbalan dari pelaksanaan
tugas dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan.
4. Supervisi
a. Pengertian Supervisi
Swansburg (1999), dikutip oleh Rakhmawati (2009) Supervisi
adalah usaha untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada beberapa
hal yang diperhatikan yaitu menghargai dan mengembangkan potensi setiap
individu serta menerima setiap perbedaan. Definisi lain mengenai supervisi
dikemukakan oleh Sudjana (2004) dalam Nursalam (2011) yaitu upaya
untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang
disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien.
37
b. Manfaat Supervisi
Manfaat Supervisi menurut Nursalam (2011) tiga kegunaan
supervisi antara lain :
a) Untuk meningkatan kemampuan supervisor dalam memberikan layanan
kepada para pelaksanaan kegiatan (perawat). Kemantapan kemampuan
akan dialami apabila supervisor sering melakukan supervisi.
b) Untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan.
c) Untuk menyusun pedoman/petunjuk pelaksanaan layanan professional
kepada pelaksana kegiatan.
c. Unsur Pokok Supervisi
Unsur pokok supervisi menurut Azwar (1996), adalah:
1) Pelaksana
Unsur dapat melaksanakan supervisi dengan baik, ada beberapa
syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi
(supervisor). Syarat atau karakteristik yang dimaksud adalah :
a. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi. Atau apabila hal ini tidak memungkinkan, dapat
ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung
jawab yang jelas.
b. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan
melakukan supervisi, artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta
teknik supervisi.
c. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
d. Pelaksana supervisi harus mempunyai sikap edukatif dan suportif
bukan otoriter.
e. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, tidak
tergesa-gesa dan secara sabar berupaya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dan juga sikap bawahan yang disupervisi.
38
2) Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan serta bawahan yang melakukan pekerjaan.
Sasaran pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, disebut sebagai
supervisi langsung. Sedangkan sasaran bawahan yang melakukan
pekerjaan disebut sebagai supervisi tidak langsung. Disini terlihat jelas
bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan akan disupervisi
dengan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan.
3) Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.
Dalam Nursalam (2011), ketika melakukan supervisi yang tepat harus
dapat menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan
bantuan.
4) Tujuan
Tujuan supervisi memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan memiliki bekal
yang cukup untuk dapat melaksankan tugas atau pekerjaan dengan
hasil yang baik (Nursalam, 2011).
5) Teknik
Teknik pokok supervisi pada dasarnya adalah identik dengan
teknik penyelesaian masalah (problem solving). Bedanya hanya pada
supervisi, cara pengumpulan data ialah dengan mempergunakan
teknik pengamatan langsung (direct observation), serta cara
penyelesaian masalah dilakukan secara langsung bersama di tempat
(on the spot).
d. Prinsip Pokok Dalam Supervisi
Prinsip Pokok Dalam Supervisi diuraikan sebagai berikut :
39
4. Manajemen anggaran.
b) Sasaran Supervisi Keperawatan
Supervisi keperawatan pun memiliki sasaran dan target yang ditarget
yang dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan struktur
dan hierarki tugas. Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanakan
supervisi antara lain yaitu pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat
yang efektif dan ekonomis, sistem dan prosedur yang tidak menyimpang,
pembagian tugas dan wewenang, serta tidak terjadinya penyimpangan /
penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suryanto, 2008
dalam Nainggolan 2010).
c) Tujuan Supervisi Keperawatan
Tujuan supervisi keperawatan adalah pemenuhan dan peningkatan
pelayanan kepada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas
(Nursalam, 2011). Sukardjo (2010) menyebutkan tujuan supervisi adalah
mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak
hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para
tenaga keperawatan dan tenaga lainnya, serta meliputi jumlah persediaan
dan kelayakan perawatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Beberapa
tujuan supervisi keperawatan lainnya adalah :
1. Mengorganisasikan staf dan pelaksana keperawatan dalam menjalankan
tugasnya.
2. Melatih staf dan pelaksana perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien.
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan
mengerti terhadap peran juga fungsi sebagai staf dan pelasanaan asuhan
keperawatan.
4. Memberiakan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
41
2. Pelaksanaan Supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrument yang telah disiapkan.
b) Supervisor mendapatkan beberapa hal yang memerlukan
pembinaan.
c) Supervisor memanggil perawat primer dan perawat pelaksana
untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
d) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan
memvalidasi data sekunder melalui cara :
- Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada. Supervisor
melakukan Tanya jawab dengan perawat.
3. Pasca Supervisi (3F)
a) Supervisor memberikan penilaian supervisi (f-fair).
b) Supervisor memberikan feed back dan klarifikasi.
c) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan.
Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap
harinya Bittel (1987) adalah sebagai berikut dalam (Sukardjo,
2010):
1. Sebelum Pertukaran Shift (15-30 menit)
a) Mengecek kecukupan fasilitas /peralatan/sarana untuk hari
itu.
b) Mengecek jadwal kerja.
2. Pada Waktu Mulai Shift (15-30 menit)
a) Mengecek personil yang ada.
b) Menganalisa keseimbangan personil dengan pekerjaan.
c) Mengatur pekerjaan.
d) Mengidentifakasi kendala yang muncul.
46
5. Sebelum Pulang
a) Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan
berusaha untuk memecahkan persoalan tersebut keesokan
harinya.
b) Memikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjanghari
dengan mengecek hasilnya, kecukupan material dan
peralatannya.
c) Melengkapi laporan harian sebelum pulang.
d) Membuat daftar pekerjaan untukesok hari dan membawanya
pulang untuk dipelajari di rumah sebelum pergi bekerja
kembali.
g) Model Supervisi Keperawatan
Di beberapa negara maju terutama US dan Eropa, kegiatan
supervisi klinis keperawatan di rumah sakit dilakukan dengan sangat
sistematis. Peran dan kedudukan perawat supervisor begitu penting. Peran
supervisor dapat menentukan apakah pelayanan keperawatan (nursing
care delivery) mencapai standar mutu atau tidak. Penelitian Hyrkas dan
Paunonen-Ilmonen (2001), membuktikan bahwa supervisi klinis yang
dilakukan dengan baik berdampak positif bagi quality of care (Supratman
dan Sudaryanto, 2008).
Model tiga fungsi interaktif mengenai supervisi klinis keperawatan
dikemukakan oleh Proctor (1987) & Watson (2002); Royal College of
Nursing (2002), model tersebut adalah yang paling sering dikutip di
Inggris.
1. The Formative Function
Baik perawat supervisor maupun perawat yang disupervisi
sama-sama memiliki tanggung jawab dalam pengembangan pekerja.
Fungsi ini erat kaitannya dengan pengembangan keterampilan dan
peningkatan pengetahuan perawat yang disupervisi.
48
2. Model Ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah
direncanakan sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja.
Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan dengan model ini memiliki
karakteristik antara lain: (a) dilakukan secara berkesinambungan; (b)
dilakukan dengan prosedur, instrumen dan standar supervisi yang baku;
(c) menggunakan data yang obyektif sehingga dapat mengemukakan
bahwa beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan
diberikan umpan balik dan bimbingan; serta (d) menggunakan rating
scale, check list, pedoman wawancara yang berkaitan erat dengan
penelitian.
3. Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme.
4. Model Artistik
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang akan disupervisi. Dengan demikian akan tercipta
hubungan saling percaya sehingga hubungan antara perawat dan
supervisor akan terbuka yang mempermudah supervisi.
Pembagian Supervisi
Menurut Sukriani, et. all. (2013), ada 2 pembagian Supervisi, antara lain :
1) Supervisi baik
2) Supervisi cukup
3) Supervisi kurang
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan kepala ruang
IBS diketahui bahwa supervisi yang diterapkan di IBS, RSUP Dr Kariadi
Semarang adalah :
50
B. Kerangka Teori
PERAWAT
Predisposisi :
- Pengetahuan
- Sikap
-Tradisi
-Kepercayaan
- Nilai
Perilaku Universal
-Tingkat pendidikan Precautions pada
-Persepsi
Perawat
Enabling :
- Sumber daya/dana
- Keterampilan
- Keterjangkauan
- Supervisi
- Kepemimpinan
- Desain pekerjaan
- Imbalan
C. Kerangka Konsep
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati
(Sugiyono, 2007).
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah supervisi kepala ruang.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah perilaku universal precautions pada perawat pelaksana di RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu adanya hubungan
antara supervisi dengan perilaku universal precautions pada perawat pelaksana
di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang.