Anda di halaman 1dari 8

HAL-HAL TERKAIT FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA UNTUK

TERCIPTANYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PERAWAT

Ihdina Imanda

Abstrak

Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis pekerjaan
selalu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan
berisiko rendah hingga berisiko tinggi.Disamping itu pemahaman dan penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) masih kurang di perhatikan oleh pekerja formal maupun informal.
Pada hal faktor K3 sangat penting dan harus diperhatikan oleh pekerja dan hal ini menjadi
tanggung jawab bersama, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, perusahaan dan pekerja
agar terhindar dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).Penyakit akibat kerja (PAK) merupakan
salah satu bagian dari masalah kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor disekitarnya.Disini kita mengetahui bahwa penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting untuk semua pekerjaan ataupun profesi, salah
satunya seorang perawat. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan
paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya, namun
banyak perawat tidak menyadari terhadap risiko yang mengancam dirinya, melupakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Keywords : penyakit akibat kerja (PAK),kesehatan dan keselamatan kerja (K3),perawat

LATAR BELAKANG individual juga berperan dalam


Penyakit Akibat Kerja adalah perkembangan penyakit di antara pekerja.
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan Pengalaman kerja yang masih kurang pada
dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK perawat baru dan besarnya pengaruh
antara lain: Golongan fisik, kimiawi, lingkungan tempat kerja menyebabkan
biologis atau psikososial di tempat kerja. terbentuknya unsafe action, karena apabila
Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja perilaku yang biasa dilihat adalah cenderung
merupakan penyebab yang pokok dan kearah unsafe maka secara sadar/tidak
menentukan terjadinya penyakit akibat perawat tersebut akan mengadop perilaku
kerja. Faktor lain seperti kerentanan tersebut, begitupunh sebaliknya. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena yang artifisual atau man made disease.
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas Sejalan dengan hal tersebut terdapat
serta keterampilan pekerja yang kurang pendapat lain yang menyatakan bahwa
memadai. Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah
METODE : Pengkajian dilakukan dengan gangguan kesehatan baik jasmani maupun
mengumpulkan data dari ebook, jurnal, dan rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah
karya tulis ilmiah lainnya. Adapun referensi karena aktivitas kerja atau kondisi yang
akan dicantumkan dengan jelas di daftar berhubungan dengan pekerjaan.( Hebbie
pustaka pada bagian akhir kajian Ilma Adzim, 2013)

HASIL : Hasil yang didapat dari pengkajian


2. Penyebab Penyakit Akibat Kerja
data setelah mengumpulkan beberapa
Terdapat beberapa penyebab PAK
sumber buku dan jurnal terkait penyakit
yang umum terjadi di tempat kerja, berikut
akibat kerja (PAK) dan kesehatan dan
beberapa jenis yang digolongkan
keselamatan kerja (K3) adalah :
berdasarkan penyebab dari penyakit yang
1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK) ada di tempat kerja.

2. Penyebab Penyakit Akibat Kerja a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu


ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan
3. Macam-macam Penyakit Akibat Kerja
Efek pencahayaan pada mata,
4. Faktor-faktor Penyebab Penyakit Akibat kekuatan pencahayaan beraneka ragam,
Kerja yaitu berkisar 2.000-100.000 lux di
tempat terbuka sepanjang hari dan pada
5. Faktor-Faktor untuk Menciptakan
malam hari dengan pencahayaan buatan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
50-500 lux. Kelelahan pada mata
Dapat Diterapkan oleh Perawat di Rumah
ditandai oleh :
Sakit
 Iritasi pada mata / conjunctiva
PEMBAHASAN
 Penglihatan ganda
1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja
 Sakit kepala
(PAK)
 Daya akomodasi dan konvergensi
Penyakit akibat kerja adalah
turun
penyakit yang disebabkan oleh
 Ketajaman penglihatan
pekerjaan,alat kerja, bahan, proses maupun
Upaya perbaikan penggunaan
lingkungan kerja. Dengan demikian,
pencahayaan di tempat kerja.
penyakit akibat kerja merupakan penyakit
Grandjean (1980) menyarankan
sistem desain pencahayaan di tempat berbagai macam penyakit saluran
kerja sebagai berikut: pernapasan atau pneumoconiosis.
 Hindari sumber pencahayaan lokal  Pneumoconiosis adalah penyakit
langsung dalam penglihatan pekerja saluran pernapasan yang disebabkan
Kecelakaan & penyakit akibat kerja oleh adanya partikel (debu) yang
– Badraningsih L., Enny Zuhny K. masuk atau mengendap didalam
 Hindari penggunaan cat mengkilap paru-paru.
terhadap mesin-mesin, meja, kursi, Beberapa jenis penyakit
dan tempat kerja pneumoconiosis yang banyak
 Hindari pemasangan lampu FL dijumpai di daerah yang memiliki
yang tegak lurus dalam garis banyak kegiatan industri dan
penglihatan teknologi, yaitu silikosis, asbestosis,
b. Golongan kimiawi: semua bahan bisinosisi, antrakosis, dan beriliosis.
kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, kabut a. Penyakit Silikosis
c. Golongan biologik: bakteri, virus, Penyakit silikosis disebabkan oleh
jamur, dll pencemaran debu silika bebas,
d. Golongan fisiologik/ergonomik: berupa SiO2 , yang terhisap masuk
desain tempat kerja, beban kerja. ke dalam paru-paru dan kemudian
e. Golongan psikososial: stres psikis, mengendap. Debu silika bebas ini
monotomi kerja, tuntutan pekerjan banyak terdapat di pabrik besi dan
baja, keramik, pengecoran beton,
3. Macam-Macam Penyakit Akibat bengkel yang mengerjakan besi
Kerja (mengikir,menggerinda).
b. Penyakit Asbestosis
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, Penyakit asbestosis adalah penyakit
antara lain: akibat kerja yang disebabkan oleh
 Pencemaran udara oleh partikel debu atau serat asbes yang
dapat disebabkan karena peristiwa mencemari udara. Asbes adalah
alamiah maupun ulah manusia, yaitu campuran dari berbagai macam
lewat kegiatan industri dan silikat, namun yang paling utama
teknologi. adalah magnesium silikat. Debu
Pada umumnya udara yang tercemar asbes banyak dijumpai pada pabrik
oleh partikel dapat menimbulkan dan industri yang menggunakan
asbes, pabrik pemintalan serat asbes, 5) Pelindung mata untuk sinar laser
pabrik beratap asbes dan lain 6) Filter untuk mikroskop
sebagainya.
b. Faktor Kimia
4. Faktor- Faktor Penyebab Penyakit
Asal: bahan baku, bahan tambahan,
Akibat Kerja
hasil sementara, hasil samping(produk), sisa
a. Faktor Fisik produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat
1) Suara tinggi atau bising dapat padat, cair, gas, uap maupun partikel Cara
menyebabkan ketulian masuk tubuh dapat melalui saluran
2) Temperature atau suhu tinggi dapat pernafasan, saluran pencerrnaan kulit dan
menyebabkan Hyperpireksi, Miliaria, Heat mukosa. Masuknya dapat secara akut dan
Cramp, Heat Exhaustion, dan Heat Stroke sevara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi,
3) Radiasi sinar elektromagnetik infra merah alergi, korosif, asphyxia, keracunan
dapat menyebabkan katarak sistematik, kanker, kerusakan kelainan
4) Ultraviolet dapat menyebabkan janin. Terjadi pada petugas/ pekerja yang
konjungtivitis sering kali kontak dengan bahan kimia dan
5) Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat obat-obatan seperti antibiotika.
menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh
manusia Pencegahan :
6) Tekanan udara tinggi menyebabkan 1) Material safety data sheet (MSDS) dari
Coison Disease seluruh bahan kimia yang ada untuk
2. Kecelakaan & penyakit akibat kerja – diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
Badraningsih L., Enny Zuhny K.7) Getaran 2) Menggunakan karet isap (rubber bulb)
menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan atau alat vakum untuk mencegah tertelannya
metabolisme, Polineurutis bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3) Menggunakan alat pelindung diri
Pencegahan: (pelindung mata, sarung tangan, celemek,
1) Pengendalian cahaya di ruang jas laboratorium) dengan benar.
laboratorium. 2. Kecelakaan & penyakit akibat kerja –
2) Pengaturan ventilasi dan penyediaan air Badraningsih L., Enny Zuhny K.2.
minum yang cukup memadai. Kecelakaan & penyakit akibat kerja –
3) Menurunkan getaran dengan bantalan anti Badraningsih L., Enny Zuhny K.
vibrasi 4) Hindari penggunaan lensa kontak, karena
4) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai. dapat melekat antara mata dan lensa.
5) Menggunakan alat pelindung pernafasan 3) Melakukan pekerjaan laboratorium
dengan benar. dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice).
c. Faktor Biologi 4) Menggunakan desinfektan yang sesuai
 Viral Desiases: rabies, hepatitis dan cara penggunaan yang benar.
 Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, 5) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap
Brucellosis, TBC, Tetanus tempat, peralatan, sisa bahan infeksius, dan
 Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, spesimen secara benar.
Schistosomiasis 6) Pengelolaan limbah infeksius dengan
benar.
Lingkungan kerja pada Pelayanan 7) Menggunakan kabinet keamanan biologis
Kesehatan favorable bagi berkembang yang sesuai.
biaknya strain kuman yang resisten, 8) Kebersihan diri dari petugas.
terutama kuman-kuman pyogenic, colli,
bacilli dan staphylococci, yang bersumber d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
dari pasien, benda-benda yang Faktor ini sebagai akibat dari cara
terkontaminasi, dan udara. Virus yang kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan
menyebar melalui kontak dengan darah dan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah.
sekreta (misalnya HIV dan Hepatitis B) Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri
dapat menginfeksi pekerja sebagai akibat otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk,
kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya dislokasi, dan kecelakaan. Ergonomi
karena tergores atau tertusuk jarum yang sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya
terkontaminasi virus. menyerasikan alat, cara, proses, dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan,
Pencegahan : kebolehan, dan batasan manusia untuk
1) Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja
dasar tentang kebersihan, epidemilogi, dan yang
desinfeksi. sehat, aman, nyaman, dan tercapai efisiensi
2) Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan yang setinggi-tingginya.
kesehatan pekerja untuk memastikan dalam
keadaan sehat badan, punya cukup e. Faktor Psikologi
kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan Faktor ini sebagai akibat organisasi
infeksius, dan dilakukan imunisasi. kerja (tipe kepemimpinan, hubungan kerja
komunikasi, keamanan), tipe kerja
(monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, dominan berpengaruh. pada faktor
kerja kurang, kerja shift, dan terpencil). predisposisi ini dibanding yang lain.
Manifestasinya berupa stress. Beberapa Faktor tidak
contoh faktor psikososial yang dapat mempengaruhi keselamatan dan
menyebabkan stress antara lain: kesehatan kerja pada.
 Faktor enabling mempengaruhi
1) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat keselamatan dan kesehatan kerja
emergency dan menyangkut hidup mati pada perawat. Faktor enabling
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium berada pada komponen
kesehatan di tuntut untuk memberikan hukum/aturan karena pada
pelayanan yang tepat dan cepat disertai prinsipnya perilaku seseorang
dengan kewibawaan dan keramahan- dipengaruhi oleh aturan yang ada di
tamahan lingkungannya, sebagai contoh
2) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang seseorang
sangat monoton.  Faktor core-care kurang dominan,
3) Hubungan kerja yang kurang serasi faktor ini berfokus pada
antara pimpinan dan bawahan atau sesama interpersonal dan kepedulian
teman kerja. PENUTUP
4) Beban mental karena menjadi panutan
Penyakit Akibat Kerja merupakan
bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
manifestasi dari kesehatan keja , atau
informal
kondisi kesehatan dari tenaga kerja atau
pekerja. Hal ini merupakan problem bagi
5. Faktor-Faktor untuk Menciptakan para pekerja diberbagai sektor.Sebagian
Kesehatan dan Keselamatan Kerja orang mennyadari bahwa penyakit yang
yang Dapat Diterapkan oleh Perawat diderita besar kemungkinan karena
di Rumah Sakit pekerjaannya, tetapi banyak yang tidak
 Faktor predisposing merupakan menyadari bahwa pekerjaan yang
faktor dominan yang menentukan ditekuninya sehari-hari dan lingkungan
keselamatan dan pekerjaannya lah yang menyebabkan hal
kesehatan kerja pada perawat, tersebut.Kesehatan kerja meliputi berbagai
sedangkan kepercayaan merupakan upaya penyerasian antara pekerja dengan
indikator yang sangat pekerjaandan lingkungan kerjanya, baik
fisik maupun psikis. Penyakit akibat kerja
ini artefisial oleh karena timbulnya BUNDA MEDAN TAHUN 2017.Jurnal
disebabkan oleh adanya pekerjaan. Berat Jumatik, 3(2 )
ringannya penyakit dan cacat tergantung
Badraningsih L,.Enny Zuhny K.tt. (2015).
dari jenis dan tingkat pekerjaanya.Program
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
Kesehatan kerja belum terlaksana secara
Universitas Negeri Yogyakarta
maksimal dikarenakan masih banyak sub
program yang belum berjalan secara optimal DEPKES RI, (2009). Standar Kesehatan

yaitu, Pemeriksaan kesehatan sebelum dan Keselamatan di Rumah Sakit. Dirjend

bekerja, berkala, khusus, pelaksanaan Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.


pendidikan/pelatihan tentang K3RS,
pemantauan lingkungan kerja yang
berkaitan dengan kesehatan kerja, dan Dolongpaha,Winly Vaskiano Gusti dkk.
kegiatan surveilans.Program Keselamatan (2019).GAMBARAN PELAKSANAAN
kerja secara umum belum terlaksana dengan PROGRAM KESEHATAN DAN
baik dikarenakan masih banyak program KESELAMATAN KERJA RUMAH
yang belum berjalan secara optimal dan SAKIT (K3RS) DI RUMAH SAKIT
hanya terdapat program yang berjalan UMUM DAERAH TALAU.Jurnal
dengan cukup baik yakni Pembinaan dan Kesmas,8( 7)
pengawasan terhadap sanitasi, Ketersediaan
Hasugian,Armedy Ronny.(2017).Perilaku
perlengkapan keselamatan kerja, dan
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Tenaga
Pembinaan/pengawasan kesehatan dan
Kerja Indonesia di Kansashi, Zambia:
keselamatan sarana prasarana kesehatan.
Analisis Kualitatif.Media Litbangkes,
27( 2) 111-124

DAFTAR PUSTAKA Maria,Silivia dkk.(2015).KEJADIAN


KECELAKAAN KERJA PERAWAT
Anies.(2005).Seri Kesehatan Umum :
Penyakit Akibat Kerja.Jakarta :PT Gramedia BERDASARKAN TINDAKAN TIDAK
AMAN.Jurnal Care, 3( 2)
Azizah,Nur dkk.(2019).HUBUNGAN
ANTARA PENGAWASAN, PROSEDUR
KERJA DAN KONDISI FISIK DENGAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
TERJADINYA KECELAKAAN KERJA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56
PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT
TAHUN 2016
INAP RUMAH SAKIT PERMATA
UNIT OF HOSPITALS RSD DR.
SOEBANDI JEMBER. The Malaysian
Salawati,Liza.(201)5.PENYAKIT AKIBAT
Journal of Nursing, 3(2), 23-32.
KERJA DAN PENCEGAHAN. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala,(15) 2
Suaeb A.(2013) Keselamatan dan Kesehatan
Simamora, R. H. (2020). Pelatihan
Kerja. Jakarta: Universitas Gunadarma
Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan
Efikasi diri Perawat dalam Pelaksanaan
Identifikasi Pasien. JURNAL ILMIAH
Tukatman dkk.(2015).ANALISIS
KESEHATAN MASYARAKAT: Media
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
Komunikasi Komunitas Kesehatan
KERJA PERAWAT DALAM
Masyarakat, 12(1), 49-54.
PENANGANAN PASIEN DI RUMAH
SAKIT BENYAMIN GULUH
Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT
KABUPATEN KOLAKA.Jurnal Ners 10
OF NURSE RELATIONSHIP WITH
(2), 343-347
PERFORMANCE IN THE EMERGENCY

Anda mungkin juga menyukai