dilakukan oleh seorang ahli forensik yang telah diberikan wewenang oleh pihak
Pusat Laboratorium. Forensik dan ahli forensik tersebut yang berperan penting
barang bukti lainnya, khususnya yang berkaitan dengan kasus keracunan dan
peracunan.
investigasi, khususnya mengenai catatan adanya gejala fisik, dan bukti apapun
pencarian, misalnya adanya barang bukti seperti obat-obatan, serbuk, residu jejak
dan zat toksik (kimia) apapun yang ditemukan. Dengan informasi tersebut serta
sejumlah sampel yang akan diteliti, seorang ahli forensik dapat menentukan
senyawa toksik apa yang terdapat dalam sampel, berapa jumlah konsentrasinya,
serta efek apa yang mungkin terjadi akibat zat toksik terhadap tubuh.23,25
memenuhi persyaratan sesuai dengan Pasal 129, 130, dan 133 KUHAP. Apalagi
tidak memenuhi syarat maka barang bukti tersebut dikirimkan kembali kepada si
diperiksa juga segala surat-surat serta laporan Tanya jawab dari pihak
Setelah semua barang bukti sudah memenuhi persyaratan maka barang bukti
dibuka dan diperiksa, apakah semuanya sesuai dengan yang disebut dalam laporan
pemeriksaan selesai
Apabila barang bukti tidak cukup untuk dibagi tiga, maka kesemuanya akan
dipakai untuk pemeriksaan, dan hal ini harus diberitahukan kepada pengirim
sebuah laporan dari hasil pemeriksaan yang disebut “expertise” yaitu laporan
tertulis seorang ahli racun. Expertise ini diserahkan kepada penyidik kemudian
obatan,dan racun tertentu atau dengan kata lain ditemukannya gangguan pada
tersebut. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa seorang toxicoloog dapat
dipanggil pada persidangan di pengadilan untuk ditanya segala sesuatunya yang
dalam expertise.27
Dalam KUHP maupun dalam KUHAP, tidak dicantumkan suatu uraian atau
definisi mengenai apakah sebenarnya yang dimaksud dengan racun itu. Yang
disebut hanya “keracunan” (KUHAP 133) dan tindakan yang mengandung arti
tentang Narkotika.24,27
Berdasarkan Pasal 133 ayat (1) KUHAP tersebut, maka penyidik memegang
ditemukan penyebab kematian seseorang yang diakibatkan oleh suatu zat beracun.
Zat beracun yang ditemukan oleh toxicoloog akan menjadi bukti yang dapat
a. Disengaja
mengungkap keadaan atas barang bukti yang berupa tubuh atau bagian dari organ
tubuh manusia, dimana barang bukti tersebut tidak dapat dibawa ke dalam proses
dibuktikan dengan bantuan dokter dan ahli toksikologi. Hal ini dapat
pidana berdasarkan : pasal 203, 205, dan 359 KUHP. Pasal 202-205 KUHP
sengaja dan dengan rencana lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain,
penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.27
Tindak pidana pembunuhan diatur dalam Pasal 338 sampai dengan Pasal
Dilihat dari segi “kesengajaan” (dolus) maka tindak pidana terhadap nyawa ini
terdiri atas :
3. Karena tindak pidana lain, mengakibatkan kematian, yang diatur antara lain
10. Bakta, I Made dan Suastika I Ketut. Gawat Darurat di Bidang Penyakit
Dalam. EGC. Jakarta: 1999.
11. Katz, Kenneth D, 2016. Organophosphate Toxicity.
http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview#showall. Diakses
tanggal 3 Desember 2016
12. John Victor Peter, Thomas Isiah Sudarsan, and John L. Moran. 2014. Clinical
features of organophosphate poisoning: A review of different classification
systems and approaches. Indian J Crit Care Med 18(11): 735–745
15. Thanos CAA, Tomuka D, Mallo NTS, 2016. Livor mortis pada keracunan
insektisida golongan organofosfat di kelinci. Jurnal e-Clinic (eCl). 4(1): 10-
20.
16. Guanovora N, Mallo NTS, Tomuka D, 2016. Kecepatan rigor mortis pada
intoksikasi insektisida golongan organofosfat pada kelinci. Jurnal e-Clinic
(eCl). 4(1): 21-30.
17. Sinaga EJ, 2010. Peranan toksikologi dalam pembuatan visum et repertum
terhadap pembuktian tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan racun.
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
27. Flora HS. 2013. Peranan Toksikologi Forensik dalam Pengungkapan Tindak
Pidana Pembunuhan. Jurnal Saintech. 5(1): 10-16.