Anda di halaman 1dari 12

FARMASI KOMUNITAS

PERAN FARMASIS DI PENANGANAN FORENSIK

Dosen Pengampu :
Titi Yulianti M

Disusun Oleh :
Reny Indraswari
(16040006)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2019
Farmasi forensik
(Drh. Darmono MSc.)
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari mengenai obat dan pengobatan, sedangkan
forensik berarti penggunaan/penerapan ilmu dalam aturan dan perundangan. Sehingga farmasi
forensik adalah ilmu pengobatan yang dihubungkan dengan hukum dan perundangan. Seorang
ahli forensik erat hubungannya dengan peraturan atau system pengadilan kriminal. Seorang ahli
farmasi foreinsik mungkin dapat menjadi saksi dalam pengadilan yang berhubungan dengan
aktifitas pelaksanaan peraturan, juga sebagai konsultan hakim atau staf penegak hukum atau
bertindak sebagai karyawan mediko-legal (peraturan medis). Disamping itu ia juga dapat terlibat
dalam proses administrasi dalam berbagai tindak kejahatan yang berhubungan dengan penyalah
gunaan obat.
Ada beberapa apoteker bekerja sebagai karyawan ahli farmasi forensik yangbekerja pada
pemerintah (misalnya FDA, DEA, polisi dsb) atau bekerja sebagai ahli toksikologi forensik.
Kebanyakan ahli farmai forensik bekerja sebagai konsultan part time sementara ia bekerja
fulltime sebagai apoteker di apotik atau rumah sakit, sebagi tenaga peneliti, sebagai dosen
ataupun konsultan klinik. Apoteker yang bekerja sebagi farmasi forensik part time biasanya
dapat menjadi konsultan bagi hakim. Penegak keadilan, atau melayani uji residu obat untuk para
atlit.
1. Hal yang berhubungan dengan farmasi forensik
 Pemalsuan resep
 Faramkologi euthanasia
 Seleksi dan uji penyalahgunaan obat
 Malpraktek profesi
 Kesalahan pengobatan
 Terjadinya kelainan reaksi obat (termasuk interaksi obat)
 Ketidak mampuan mengemudi karena pengaruh obat
 Timbulnya tindakan kekerasan karena pengaruh obat
 Praktek perdukunan, penipuan dalam perawatan kesehatan dan penipuan secara
Ilmiah
 Kerahasiaan pasient
 Keracunan
 Pengaruh psykoaktive pengobatan pada perlakuan pengobatan
 Pemberian obat penenang (mengukur derajat kesakitan dengan manganalisis obat
analgesik)
 Pengawasan/pengendaian penggunaan obat/bahan kimia yang dibatasi
Penggunaannya
 Pengaruh psikofarmakologi sebagai faktor peredaan tindak criminal
 Managemen resiko
2. Beberapa contoh aktivitas dari seorang ahli farmasi forensic
 Menganalisis reaksi obat yang menyebabkan terjadinya gangguan
 Memberi petunjuk pada polisi untuk mengenali jenis obat
 Melayani sebagai tim ahli untuk kontingen olahraga
 Saksi utama pada peristiwa pembunuhan atau tindak kekerasan karena pengaruh obat
 Melayani demi keamanan konsumen pengguna obat untuk FDA
 Sebagai agen spesial DEA
 Sebagai penyelidik antinarkotik atau penyalahgunaan obat
 Sebagai tenaga ahli kriminal pada kepolisian
 Sebagai manager suatu pabrik obat dan sirkulasi obat
 Pelayanan kebutuhan obat disuatu lembaga pemasyarakatan (LP/penjara)
 Sebagai ahli toksikologi pada klinik kesehatan
 Sebagai agen spesial untuk FBI
 Sebagai peninjau adanya klaim kompensasi yang berhubungan dengan farmakoterapi
 Melakukukan interpretasi mengenai tingkat kandungan obat.
Dari beberapa hal tugas ahli forensik tersebut maka hampir sebagian besar difokuskan
pada tindakan perilaku kejahatan. Disamping itu analisis kimia dari penyebab kejadian tersebut
menjadi hal yang penting dan juga sifat-sifat obat/bahan kimia yang menyebabkan tindak
kejahatan tersebut. Dalam kuliah ini akan dibahas bahan kimia yang penting yang dapat
menyebabkan terjadinya perilaku tindak kejahatan dan terjadinya suatu kematian/pembunuhan
dari korban karena bahan kimia tersebut. Maka dalam hal ini ilmu toksikologi forensik juga
merupakan ilmu yang erat hubungannya dengan farmasi forensik.

CONTOH KASUS :
Kematian Teknisi Sukhoi di Makassar
Tugas Makalah Farmasi Forensik
I M. D. M. Purbandika dan I M.A. G. Wirasuta
Jurusan Farmasi-Fakultas MIPA-Universitas Udayana

Sumber Tribun menyebutkan, sejumlah anggota tim garansi pesawat Sukhoi melakukan
pesta miras di mes mereka di kawasan Lanud Sultan Hasanuddin. Beredar kabar, korban tewas
karena keracunan usai meminum minuman keras Ketiga teknisi sukhoi yang meninggal dunia
adalah Alexander Poltorak (50) dengan nomor passport 64No2244141 meninggal pada Senin
(13/09/2010) Pukul 09.10 Wita di RS Lanud Hasanuddin, Sergei Voronin (51) No Passport:
711351508 meninggal Senin pukul 10.10 WITA di RS Stella Maris Makassar, dan Victor
juga meninggal di RS. Stella Maris Makassar. Sementara dua orang lainnya menjalani perawatan
di ruang paviliun Sawit Rumah Sakit Wahidin yakni Andrey Zayestev (48) assembling gear dan
mesin, dan Andrey Shavalov (51) assembling gear, mesin dan electricity. Selama di Makassar,
mereka menginap di mes milik Lanud Sultan Hasanuddin di Kompleks TNI AU atau tak jauh
dari Mes Galaktika TNI AU di kawasan bandara lama.
Kronologi peristiwa, sekitar pukul  07.00  Ketua Team Warranty Rusia Mr Igor
mengecek kesiapan anggotanya yang akan bekerja di Skadron Tehnik (Skatek) 044 Lanud Sultan
Hasannudin untuk melaksanakan asembling, tes terbang, dan garansi pesawat Su-27/30.
Alexander Poltorak ditemukan oleh Mr Igor di dalam kamarnya tergeletak dengan mulut berbusa
dan segera melarikan ke UGD Rumah Sakit Lanud Sultan Hasannudin bersama Sergei Voronin
yang kondisinya juga kurang sehat. Alexander Poltorak tidak tertolong dan meninggal dunia
sekitar pukul 09.10 Wita sedangkan Sergei Voronin dirujuk ke RS Stella Maris dan meninggal di
RS tersebut sekitar pukul 11.00 Wita.
Sedang menurut pihak kepolisian sebagaimana dinyatakan oleh Kadiv Humas Polri
Brigjen Pol Iskandar Hasan di Mabes Polri, Jakarta, kemarin. Laporan yang diterima dari
Kapolda Sulsel dua warga Rusia yang bekerja sebagai teknisi Sukhoi itu, yaitu Alexander dan
Sergei ditemukan tewas di Mess Watimena Lanud Hasanuddin Makasar. Anggota Lanud, yaitu
Serda Anang Budi lalu diperintahkan menjemput ketiganya. Alangkah terkejutnya Anang, saat
sampai di asrama, dia mendapati dua teknisi tersebut sudah terkulai dengan mulut berbusa.
Dihubungilah ambulans lalu dibawa ke RS Lanud Hasanuddin, namun mereka tidak tertolong
lagi, sedangkan Victor meninggal kemudian. Polisi juga akan meminta keterangan dari 22 orang
penghuni asrama ketiga teknisi itu tinggal sementara,yang semuanya warga negara Rusia untuk
mencari tahu penyebab kematian rekannya.
Sementara versi TNI AU melalui situs resminya, www.tni-au.mil.id, menyebutkan, ketiga
korban tewas yakni Alexander Poltorak,  Sergei Voronin, dan Victor Safonov diduga kuat
mencampur miras jenis vodka dengan kopi.   Menurut keterangan Victor sebelum meninggal,
sehari sebelumnya pada saat istirahat dia dan Serge meminum masing-masing segelas vodka
yang diberikan oleh Alexander Poltorak. Setelah itu, mereka kembali bekerja dan tidak
merasakan sesuatu di tubuhnya. pada pukul 18.00 wita, mereka kembali ke mess dan mulai
merasa mengantuk. Saat itulah Victor tidak sadarkan diri dan terbangun sekitar pukul 05.45 dan
langsung minum kopi dengan Sergei teman sekamarnya.
Para korban adalah anggota tim teknisi dari pabrikan Sukhoi yang bertugas memelihara
pesawat selama dalam proses garansi. Bersama dua belas teknisi Rusia lainnya, mereka tiba di
Lanud Sultan Hasanuddin Makassar sejak Minggu 5 September 2010. Mereka menyambut
kedatangan Sukhoi yang tiba di Lanud TNI AU Hasanuddin dengan pesawat angkut raksasa
Antonov 142-100, bertepatan dengan Idulfitri 1431 Hijriyah, atau Jumat, 10 September 2010.
Tim teknisi ini merakit dua pesawat jenis Su-27 SKM dan Su-30 MK 2 buatan Komsomolsk-on-
Amur Aircraft Production Association (KNAAPO) Rusia.
Selain tim warranty, ada juga rombongan lainnya asal Rusia yakni tiga orang pilot, dan
sebanyak 12 orang tim assembling. Selain itu, ada satu teknisi specialist of air craft, satu
specialist of JPC Sukhoi, sembilan teknisi The specialist enterprice sub contractor, dan tiga dari
anggota untuk memantau jalannya proses The Representative of State Corporation
Rostechnologi. Mereka digaji oleh tim dari produsen Sukhoi di Rusia.
Kepala Bagian Konsuler Kedubes Rusia, Vladimir Pronin masih menunggu hasil otopsi 
menurut Vladimir Pronin, pihak Rusia belum mengetahui soal dugaan awal kematian tiga
korban. Selain akan membawa organ tubuh dan obat-obatan yang menjadi barang bukti
penyebab meninggalnya tiga teknisi Sukhoi untuk diteliti di Puslabfor Mabes Polri, besok,
Kamis (15/9), Mabes Polri juga mengaku akan memintakan data rekam medis ketiga teknisi
pesawat Sukhoi tersebut.
  
I. Penanganan Medis
Sebagaimana diberitakan Tribun, Tim dokter RSUP Dr Wahidin, Dr Nu’man Daud
SpPD, mengungkapkan, kedua pasien tersebut dalam kondisi kondisi stabil. Hal tersebut merujuk
pada hasil pemeriksaan medis. “Keduanya masih dapat berkomunikasi dengan lancar. Mereka
hanya mengaku pusing dan mual-mual saja dan mengakui sudah mengonsumi minuman
beralkohol,” kata Nu’man disela-sela pemeriksaan pasien di ruang Sawit. Keduanya dirawat di
sawit sejak pukul 11.00 wita. Sebelumnya mereka dirawat di ruang Unit Gawat Darurat (UGD)
mulai pukul 09.00 wita. Tim dokter sudah memeriksa sisa muntah keduanya. Selain itu, tim
medis juga melakukan pemeriksaan menyeluruh pada  fungsi jantung, hati, dan ginjal. Dihubungi
terpisah ketua tim dokter, Dr Khalid Saleh SpPD,  mengatakan, kedua teknisi pesawat tempur
canggih tersebut akan tetap dirawat RS Wahidin sambil menunggu hasil akhir pemeriksaan
komprehensif.
Menurut Kapolda Sulsel Irjen Polisi Johny Wainal Usman, tim dokter forensik
menemukan sisa cairan minuman beralkohol di lambung korban sedang sampelnya sudah
dikirim ke Puslabfor Mabes Polri karena peralatan di Makassar rusak. Soal penyebab pasti
kematian mereka, masih menunggu hasil pemeriksaan lengkap. Proses autopsi berlangsung
selama hampir delapan jam dengan melibatkan tim gabungan dari Bidang Kedokteran Kepolisian
(Dokkes) Polda Sulsel dan Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin (Unhas).
Kedutaan Besar Rusia di Jakarta mengirim tim dokter ke Makassar untuk melihat tiga
jenazah teknisi pesawat Sukhoi asal Rusia yang diduga tewas karena keracunan minuman
beralkohol. Tim yang dipimpin dokter Sukhonoschenco Markovich tiba di Makassar, Selasa
(14/9) malam. Mereka langsung menuju ke RS Bhayangkara Polda Sulsel untuk melihat tiga
jenazah dan mengunjungi dua lainnya yang masih dirawat di RSUP Dr Wahidin, Tamalanrea.
Tim dokter Rusia ini juga bertemu dengan dengan Kabid Dokkes Polda Sulsel, Kombes dr
Budyo Prasetyo. Menurut Budyo kunjungan tim dokter Rusia tersebut untuk memantau hasil
autopsi tiga  jenazah teknisi Sukhoi tersebut.
Penjelasan Brigadir Jenderal Musaddeq, Kepala Pusat  Kedokteran dan Kesehatan Mabes
Polri (15/09/2010) kepada Tempo menduga, kematian ketiga teknisi sukhoi besar kemungkinan
akibat mengonsumsi  minuman keras dengan campuran methanol atau spiritus. Di tempat
kejadian ditemukan campuran cairan yang mengandung methanol dan lainnya hanya minuman
keras yaitu vodka.. Orang yang biasa mengonsumsi minuman keras, kandungan alkohol biasa
tidak memiliki efek kuat. Karenanya banyak para peminum memberi campuran tambahan untuk
memberi efek keras.
Sedang dari organ dalam korban yang diperiksa, tim dokter menemukan indikasi aspiksia
atau kekurangan oksigen. Dari sampel otak, ginjal, hati, cairan lambung, dan paru kanan serta
kiri ditemukan methanol yang menekan susunan syaraf pusat, itu toxci sekali. Kalau dilihat hasil
otopsi, methanol ada di seluruh organ tubuh itu berarti masuk ke badan dengan cara diminum.
Sebelum meninggal, ketiga warga negara Rusia itu mengalami gejala mual, muntah-muntah,
sesak nafas, dan akhirnya gagal nafas. Dari gejala itu disimpulkan bila kematian mereka diduga
keracunan methanol. Dalam minuman keras itu ada kandungan ethanol, sedangkan methanol tak
boleh dicampur ke ethanol.
II. Kajian Pustaka
2.1 Keracunan akibat penyalahgunaan methanol
            Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai
pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi sehingga
etanol menjadi toksik. Rumus kimia dari Metanol adalah CH3OH dan dikenal dengan nama lain
yaitu metil alkohol, metal hidrat, metil karbinol, wood alkohol atau spiritus (Anonim a, 2009).
Metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar dan
beracun dengan bau yang khas. Dalam dunia industri metanol digunakan antara lain untuk :
 Tekstil sintetik
 Cat rumah
 Perekat
 Plastik daur ulang
 Busa bantal
 Bahan anti beku untuk radio aktif
 Bahan baker, dll
Metanol merupakan senyawa kimia yang sangat beracun bila dibandingkan dengan
etanol. Metanol sering disalah gunakan sebagai bahan pembuat minuman keras. Ia digunakan
sebagai pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif lebih murah juga akibat
ketidakpahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kedua zat tersebut, sehingga banyak
yang beranggaban bahwa sifat dan fungsi metanol adalah sama, sehingga orang yang sudah
kecanduan minuman keras dan kurang memiliki dana untuk membeli minuman keras yang legal
cenderung membuat atau membeli minuman keras yang illegal yaitu minuman keras oplosan
yang dicampur dengan methanol (Anonim a, 2009).
Didalam tubuh metanol mudah teranbsorbsi dan dengan cepat akan terdistribusi kedalam
cairan tubuh. Keracunan Metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation).
Metanol sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan dapat
menyebabkan asidosis metabolic, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah
periode laten selama 6 – 30 jam. Dari berbagai kasus keracunan minuman keras yang terjadi
pada masyarakat terlihat dari hasil pemeriksaan sisa sample ataupun otopsi mayat korban,
ternyata selain etanol ditemukan metanol didalamnya dan korban dinyatakan mengalami
keracunan methanol (Anonim a, 2009).
Minuman keras atau yang dikenal dengan nama minuman beralkohol, bahan dasar
utamanya adalah etanol yang mempunyai batas kadar yang telah ditetapkan oleh pemerintah 1%-
55 %, dan etanol yang ada dalam minuman beralkohol tersebut bukan etanol yang dibuat atau
digunakan untuk industri tetapi etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi dari
buah dan biji bijian misalnya anggur, gandum, beras dll., sedangkan metanol dilarang untuk
digunakan atau ditambahkan dalam makanan atau minuman termasuk minuman keras. Dari
informasi tersebut diatas mungkin dapat dipahami mengapa etanol merupakan bahan yang dapat
digunakan untuk minuman keras sedangkan metanol dilarang padahal kedua zat tersebut diatas
merupakan golongan alkohol (Anonim a, 2009).
            Dalam tubuh metanol akan dimetabolisme di lever oleh enzim Alkohol Dehidrogenase
(DHA) menjadi formaldehide dan selanjutnya oleh enzim Formaldehide dehidrogenase ( FDH )
diubah menjadi asam format. Kedua hasil metabolisme tersebut merupakan zat beracun bagi
tubuh terutama asam format (Anonim a, 2009).
Pada kasus keracunan metanol, formaldehida tidak pernah terdeteksi dalam cairan tubuh
korban karena formaldehida yang terbentuk sangat cepat diubah menjadi asam format ( waktu
paruh 1-2 menit ) dan selanjutnya diperlukan waktu yang cukup lama ( kurang lebih 20 jam )
oleh enzim 10-formyl tetrahydrofolate synthetase ( F-THF-S ) untuk mengoksidasi asam format
menjadi senyawa karbondioksida dan air, sehingga ditemukan adanya korelasi antara konsentrasi
asam format dalam cairan tubuh dengan kasus keracunan methanol (Anonim a, 2009) .
Berat ringannya gejala akibat keracunan metanol tergantung dari besarnya kadar metanol
yang  tertelan. Dosis toksik minimum ( kadar keracunan minimal ) metanol lebih kurang 100
mg/kg dan dosis fatal keracunan metanol diperkirakan 20 – 240 ml ( 20 – 150 g ) (Anonim a,
2009).
2.2 Regulasi Alkohol
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman Beralkohol pada Bab I, Pasal 1 menetapkan bahwa yang dimaksud
dengan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari
bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak,
menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur kosentrat
dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol.
Pada Bab II, pasal 2, ayat 1dijelaskan produksi atau pembuatan minuman beralkohol di
dalam negeri hanya dapat dilakukan dengan izin Menteri Perindustrian dan Perdagangan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri.
Pada Bab III, pasal 3 ayat 1 ditetapkan bahwa produksi minuman beralkohol hasil industri di
dalam negeri dan berasal dari impor, dikelompokkan dalam golongan-golongan sebagai berikut:
1. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol
(C2H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen);
2. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol
(C2H5OH) lebih dari 5 % (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);
3. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol
(C2H5OH) 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).
4. Minuman beralkohol golongan B dan golongan C adalah kelompok minuman keras yang
diproduksi, pengedaran dan penjualannya ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.
Sedangkan pada pasal 3, ayat 2 dijelaskan bahwa produksi minuman beralkohol sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 wajib memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

Pada Bab IV, pasal 4 mengenai pengedaran dan penjualan ditetapkan bahwa:
1. Dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) di tempat umum, kecuali di hotel, bar, restoran dan di tempat
tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
dan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
2. Tempat tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang berdekatan
dengan tempat peribadatan, sekolah, rumah sakit, atau lokasi tertentu lainnya yang
ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala
Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
III. Peran Farmasis
            Berdasarkan Kep.Menkes. No.1197/Menkes/SK/X/2004 salah satu peran farmasis adalah
menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
            Peran farmasis dalam kaitannya dengan forensik dalam kasus ini antara lain dari hasil
penyidikan, farmasi dapat melakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan mengenai
penyebab kematian korban berdasarkan bukti-bukti yang terdapat di TKP. Dengan mengaitkan
antara bukti diTKP dengan gejala yang dialami korban, farmasis dapat mengambil hipotesis
sementara terhadap penyebab kematian korban untuk melakukan analisa lebih lanjut.
Bekerja sama dengan tim dokter atau tenaga ahli forensik lainnya, farmasis dapat
melakukan tindakan  pemeriksaan medis terhadap korban, yaitu melakukan pemeriksaan
terhadap hasil muntah pasien, hingga pemeriksaan menyeluruh pada  fungsi jantung, hati, dan
ginjal untuk mengetahui dan mengevaluasi senyawa atau xenobiotika yang terpapar atau berada
di tubuh korban.
Pada proses penegakan hukum, farmasis dapat menjadi saksi ahli dipersidangan.
Perngertian umum keterangan ahli, sesuai dengan pasal 1 butir 28 KUHAP adalah keterangan
yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlakukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Pasal 186 KUHAP
menjelaskan bahwa: keterangan ahli dapat diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau
jaksa penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah diwaktu menerima jabatan atau pekerjaan (Wirasuta, tt).
Peran farmasis yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pengamanan dan
pengawasan obat dan makanan, terkait dengan peredaran dan penjualan minuman keras melalui
pembentukan tim pengawasan terpadu yang unsurnya terdiri dari Dinas Perindustrian
Perdagangan, Dinas Kesehatan, Balai POM (BPOM), serta pihak Kepolisian.
Pemerintah daerah wajib menertibkan penjualan minuman beralkohol untuk golongan B
(kadar ethanol lebih dari 5 – 20 %) serta golongan C (kadar ethanol lebih dari 20 - 55 % ) bagi
penjual yang tak memiliki izin edar sesuai dengan peraturan. Menurut  Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 43/2009 tentang Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan dan
Pengendalian minuman beralkohol disebutkan bahwa penjualan minuman beralkohol golongan B
dan C hanya boleh dijual di hotel bintang 3,4 dan 5, restoran dengan tanda talam kencana dan
talam selaka serta di lokasi bar atau club malam. Selain lokasi-lokasi tersebut, Pemerintah daerah
setempat melalui tim pengawasan terpadu dapat melakukan penertiban sesuai dengan Peraturan
Menteri Perdagangan tersebut (Anonim b, 2010).
Berdasarkan pada Undang Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu Pasal 44 tentang
pengamanan zat adiktif, disebutkan bahwa: 
1. Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak
mengganggu dan membahayakan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungannya.
2. Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus
memenuhi standar dan atau persyaratan yang ditentukan.
3. Ketentuan mengenai pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Dengan demikian ketentuan pidana bagi pengedar dan penjual minuman keras illegal dapat
dijerat dengan pasal Pasal 80 Ayat (4) Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 yang
berbunyi “ Barang siapa dengan sengaja menghimpun dana dari masyarakat untuk
menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan, yang tidak berbentuk badan hukum dan tidak
memiliki izin operasional serta tidak melaksanakan ketentuan tentang jaminan pemeliharaan
keschatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) dan ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Adapun bunyi dari Pasal 66 Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 ayat 2 dan 3
adalah:
1. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat merupakan cara penyelenggaraan
pemeliharaan kesehatan dan pembiayaannya, dikelola secara terpadu untuk tujuan
meningkatkan derajat kesehatan, wajib dilaksanakan oleh setiap penyelenggara.
2. Penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat harus berbentuk badan
hukum dan memiliki izin operasional serta kepesertaannya bersifat aktif.
Selain dijerat dengan Pasal 80 Ayat (4) Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992,
ketentuan pidana bagi pelaku pengedar dan penjual minuman keras illegal maupun oplosan juga
dapat dijerat dengan Pasal 204 Ayat (1) dan (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
dengan ancaman hukuman 15 tahun hingga seumur hidup. Adapun bunyi pasal 204 Ayat (1) dan
(2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) adalah sebagai berikut:
1. Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan barang yang
diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, sedangkan sifat berbahaya itu
tidak diberitahukannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun
2. Bila perbuatan itu mengakibatkan orang mati, maka Yang bersalah diancam dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua
puluh tahun.

Anda mungkin juga menyukai