1 Akhir
1 Akhir
Tujuan Umum
Perencanaan dan program bisnis dilingkungan disetiap dan disemua
organisasi atau perusahaan secara ideal bertujuan untuk
mempertahaankan dan mengembangkan eksistensinya. Tujuan itu
secara operasional dan kongkrit dibidang bisnis sebuah organisasi
adalah untuk meraih laba kompotitif secara berkelanjutan, karena
hanya dengan laba eksistensi organisasi atau perusahaan dapat
dipertahankan dan dikembangkan.oleh karena itu berarti juga
perencanaan SDM harus mampu menetapkan keputusan mengenai
jumlah dan kualifikasi SDM yang memiliki kemampuan untuk mencapai
tujuan organisasi/perusahaan.
TUJUAN KHUSUS
Oleh karena perencanaan SDM menyangkut prediksi kebutuhan SDM dimasa dating
dilingkungan sebuah organisasi/perusahaan, maka tujuan khusnya terkait pula
dengan waktu yang terdiri dari:
Tujuan perencanaan SDM jangka pendek (perspektif tahunan) adalah
menetapkan prediksi posisi atau jabatan dan pekerjaan yang kosong satu
tahun mendatang yang harus diisi, baik jumlah maupun kualifikasinya dilingkungan
sebuah organisasi atau perusahaan.
Tujuan perencanaan SDM jangka sedang/panjang adalah menetapkan prediksi
permintaan (demand) SDM selama 2-3 tahun atau lebih (maksimal 5 tahun
mendatang), agar perusahaan memiliki kemampuan mempertahaankan dan
mengembangkan eksistensi kompetitif melalui kemampuan meraih laba secara
berkelanjutan.
Kedua tujuan khusus perencanaan SDM tersebut diatas mengharuskan
organisasi/perusahaan menetapkan prediksi jumlah dan kualifikasi SDM secara
akurat, agar memperoleh SDM yang potensial sebagai SDM kompetitif dan
berkualitas dalam bidang bisnis, yang tidak sama antara organisasi/perusahaan
satu dengan yang lainnya.
MANFAAT PERENCANAAN SDM
Sejalan dengan tujuan perencanaan SDM dilingkungan sebuah
organisasi/perusahaan tersebut diatas, berarti terdapat beberapa
manfaat perencanaan SDM yang dimaksud adalah sbb:
• Erly Suandy
Erly Suandy berpendapat bahwa pengertian perencanaan adalah sebuah proses
dalam menentukan tujuan organisasi dan juga menyajikannya secara lebih jelas
dengan berbagai strategi, taktik, dan operasi yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan utama organisasi secara keseluruhan.
• Jacqueline Alder
Alder menerangkan bahwa pengertian perencanaan merupakan suatu proses dalam
menentukan apa yang sebenarnya sangat ingin dicapai di masa depan dan juga
menetapkan berbagai langkah yang diperlukan guna mencapai tujuan tujuan tersebut.
• John Douglas
Douglas mengatakan bahwa pengertian perencanaan adalah suatu proses yang terus-
menerus dalam hal pengkajian, membuat tujuan dan saran, serta mengimplementasikan
dan mengevaluasi ataupun memantaunya.
• George Steiner
Sedangkan Stainer berpendapat bahwa pengertian perencanaan merupakan proses
dalam memulai berbagai tujuan, batasan strategi, kebijakan, dan juga rencana yang
sangat detail dalam mencapainya, pencapaian organisasi untuk menerapkan keputusan
dan juga termasuk tinjauan kinerja dan juga umpan balik dalam hal pengenalan siklus
rencana baru.
PENGERTIAN PERENCANAAN SDM
Pekerjaan atau jabatan (job) adalah sekelompok tugas yang harus dijalankan
agar suatu organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya.
2. lkhtisar Jabatan, yang berisi penjelasan singkat tentang jabatan tersebut; yang
juga memberikan suatu definisi singkat yang berguna sebagai tambahan atas
informasi pada identifikasi jabatan, apabila nama jabatan tidak cukup jelas
3. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Bagian ini adalah merupakan inti dari
Uraian Jahatan dan merupakan bagian yang paling sulit untuk dituliskan secara
tepat. Untuk itu, bisa dimulai menyusunnya dengan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang apa dan mengapa suatu pekerjaan dilaksanakan,
dan bagaimana cara melaksanakannya
4. Pengawasan yang harus dilakukan dan yang diterima. Bagian ini menjelaskan
nama-nama jabatan yang ada diatas dan di bawah jabatan ini, dan tingkat
pengawasan yang terlibat
5. Hubungan dengan jabatan lain. Bagian ini menjelaskan hubungan vertikal dan
horizontal jabatan ini dengan jabatan-jabatan lainnya dalam hubungannya dengan
jalur promosi, aliran serta prosedur kerja
SPESIFIKSI PEKERJAAN
pesifikasi jabatan merupakan suatu daftar dari tuntutan
manusiawi suatu jabatan, yakni pendidikan keterampilan,
kepribadian, dan lain-lain sesuai produk dari analisis
jabatan. Dalam mengembangkan spesifikasi jabatan perlu
mempertimbangkan semua elemen pengetahuan,
kemampuan, kecakapan, dan ciri lainnya.
Spesifikasi jabatan adalah persyaratan minimal yang
harus dipenuhi oleh orang yang menduduki suatu
jabatan, agar ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan baik. Spesifikasi jabatan ini
dapat disusun secara bersama-sama dengan Uraian
Jabatan, tetapi dapat juga di susun secara terpisah.
CONTOH ANALISA JABATAN
Pada umumnya, dalam perencanaan pengumpulan informasi jabatan,
dilakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Job-oriented procedures.
Analisis yang dilakukan menekankan pada hasil spesifik atau hasil
akhir dalam jabatan tertentu (misalnya: surat telah diarsipkan,
dokumen telah ditik, dan sebagainya).
2. Trait-oriented procedures.
Analisis menekankan pada kemampuan atau karakteristik yang
mempengaruhi unjuk-kerja yang memuaskan/efektif.
3. Worker-oriented procedures.
Prosedur ini menekankan pada apa yang dilakukan (perilaku) oleh pegawai,
agar diperoleh hasil tertentu (misalnya : mengelola sistem arsip,
mengoperasikan komputer).
CONTOH : Uraian Jabatan
13
CONTOH : Spesifikasi Jabatan
14
PENGERTIAN KINERJA
Menurut Bintoro (2017) “penilaian kinerja (Performance
Appraisal) adalah suatu proses yang memungkinkan
organisasi mengetahui, mengevaluasi, mengukur dan
menilai kinerja anggota-anggotanya secara tepat dan
akurat. Kegiatan ini sangat terkait dan berpengaruh
terhadap keefektifan pelaksanaan aktivitas-aktivitas
sumberdaya manusia dalam perusahaan, seperti promosi,
kompensasi, pelatihan (training), pengembangan
manajemen karir dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena
fungsi penilaian kinerja dapat memberikan informasi
penting kepada perusahaan untuk memperbaiki
keputusan dan menyediakan umpan balik kepada para
karyawan tentang kinerja mereka yang sesungguhnya.
Menurut Sihombing (2015) “penilaian kinerja merupakan
suatu fungsi dari motifasi dan kemampuan. Untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya
memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah
cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman
yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Kinerja merupakan prilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam
perusahaan.
MANFAAT PENILAIAN
KINERJA
Menurut sadarmayanti dalam Ainnisya & Susilowati (2018)
bahwa banyak manfaat yang didapat dari penlaian kinerja,
yaitu:
1. Meningkatkan prestasi kerja. Dengan adanya penilaian,
baik pimpinan atau karyawan memperoleh umpan balik
dan mereka dapat memperbaiki pekerjaannya atau
prestasinya.
2. Memberi kesempatan kerja adil. Penilaian akurat dapat
menjamin karyawan memperoleh kesempatan menempati
posisi pekerjaan sesuai kemampuannya
3. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Memlalui penilaian
kinerja. Terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah
sehingga memungkinkan adanya program pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan mereka.
TEKNIK PENILAIAN KINERJA
Traditional assessment
Dalam penilaian tradisional, manajer/atasan menilai
langsung kinerja karyawan berdasarkan pengamatan.
Manajer dan karyawan bertemu tatap muka dan berdiskusi
tentang hasil pekerjaan karyawan, tugas dan tanggung
jawab yang dijalankan, dan target pekerjaan yang dicapai.
Karyawan dengan penilaian yang baik mendapat kenaikan
gaji.
Kelebihan dari metode ini adalah sederhana dan mudah
dilakukan. Tetapi, kekurangannya, penilaian bisa sangat
subjektif karena hanya berdasarkan pengamatan satu
pihak, yaitu atasan.
Management by Objectives
(MBO)
Metode ini menilai kinerja karyawan berdasarkan tujuan yang ditetapkan
dalam periode waktu tertentu. Proses MBO terdiri atas tiga tahap:
Planning. Manajer dan karyawan bersama-sama mengidentifikasi dan
menetapkan tujuan yang ingin dicapai beserta timeline. Tujuan ditetapkan
dengan metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time-
sensitive).
Monitoring. Pada tahap ini kedua pihak dapat mengecek progres dan menilai
sasaran kerja, apa yang sudah dicapai dan apa yang belum. Manajer dapat
memberikan umpan balik kepada karyawan.
Reviewing. Di tahap ini manajer dan karyawan mendiskusikan hasil akhir
yang dicapai, kemudian karyawan diberi nilai berdasarkan hasil kinerja
keseluruhan dalam satu periode.
Metode ini cukup baik untuk membangun komunikasi atasan-bawahan
dalam menetapkan dan mencapai tujuan. Kekurangannya, MBO hanya
menilai kinerja berdasarkan tujuan dan mengabaikan faktor-faktor penting
lainnya.
360-Degree Feedback
Metode penilaian kinerja karyawan 360-Degree Feedback menggunakan umpan balik dari
lingkaran pengaruh di sekeliling karyawan, yang meliputi manajer, rekan kerja,
konsumen/pelanggan, dan laporan langsung. Metode ini lebih komprehensif memberikan
penilaian dari beberapa sudut pandang.
Penilaian kinerja ini melibatkan lima komponen:
Self appraisal. Karyawan melihat kembali kinerja mereka dan mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan sendiri, serta menggunakan formulir terstruktur untuk menghindari bias.
Manager review. Manajer melakukan penilaian tradisional terhadap karyawan serta
mengevaluasi tim.
Peer review. Rekan kerja satu tim menilai kemampuan karyawan dalam bekerja sama,
pengambilan inisiatif, dan kontribusi terhadap tim. Namun, pertemanan dan permusuhan
dapat memengaruhi penilaian tidak objektif.
Subordinates Appraising Manager (SAM). Di sini, manajer penilai bawahan mengevaluasi
karyawan berdasarkan laporan langsung.
Customer/client review. Penilaian ini berdasar ulasan pelanggan atau klien yang berinteraksi
dengan karyawan secara teratur.
Selain memberikan umpan balik yang lengkap dari banyak sisi, kelebihan metode ini adalah
meningkatkan kesadaran karyawan tentang pentingnya kinerja mereka bagi stakeholder.
Assessment Center Method
Metode Pusat Penilaian diperkenalkan pertama kali oleh
Angkatan Darat Jerman pada tahun 1930. Selanjutnya,
metode ini mengalami perkembangan dan penyesuaian
penerapan untuk organisasi bisnis.
Assessment Center menggambarkan bagaimana orang
lain mengamati dan menilai karyawan dan pengaruhnya
bagi kinerja karyawan. Penilaian dilakukan dengan
metode partisipasi dalam simulasi sosial, diskusi informal,
latihan pencarian fakta, pengambilan keputusan, dan
permainan peran.
Kelebihan metode ini adalah selain menilai kinerja
individu juga dapat memperkirakan kinerja di masa
depan. Namun, metode ini juga memiliki kekurangan,
yaitu memakan waktu dan biaya yang sulit diprediksi.
Behaviorally Anchored Rating
Scale (BARS)
Metode penilaian kinerja ini dapat mengukur pekerjaan
secara kualitatif dan kuantitatif. BARS membandingkan
kinerja karyawan dengan contoh perilaku spesifik yang
diberi rating angka.
Standar perilaku tersebut menjadi dasar penilaian
kinerja. Misalnya, pelayanan pelanggan sesuai permintaan
diberi rating empat, sedangkan pelayanan pelanggan
sesuai permintaan dan tepat waktu diberi rating lima, dan
seterusnya.
Kelebihan metode ini adalah menggunakan standar yang
jelas dan konkret, analisis kinerja yang akurat, dan
evaluasi yang konsisten. Selain itu, metode ini juga
mengurangi bias.
Psychological Appraisals
Penilaian psikologis lebih banyak digunakan untuk mengidentifikasi potensi tersembunyi dalam
diri karyawan. Fokus metode ini adalah analisis kinerja masa depan ketimbang kinerja masa lalu
karyawan.
Metode ini digunakan untuk menganalisis tujuh komponen utama kinerja karyawan, yaitu:
Keterampilan interpersonal
Kemampuan kognitif
Kemampuan intelektual
Kepemimpinan
Karakter kepribadian
Kecerdasan emosional
Keterampilan terkait
Penilaian ini melibatkan psikolog berkualifikasi untuk memberikan tes, wawancara, dan diskusi.
Misalnya, bagaimana karyawan menunjukkan respons perilaku dan emosi saat berhadapan dengan
pelanggan yang menyebalkan dan bagaimana karyawan mengatasinya.
Metode ini agak rumit dan membutuhkan waktu, serta hasilnya sangat bergantung pada psikolog
yang menilai. Namun, penilaian psikologis punya kelebihan untuk mengungkap potensi karyawan
yang tidak bisa dilakukan dengan penilaian lainnya.
PRODUKTIVITAS KERJA
Promosi Promosi ialah apabila seorang pegawai dipindahkan dari satu pekerjaan
ke pekerjaan lain yang tanggung jawabnya lebih besar, tingkatannya dalam hirarki
jabatan lebih tinggi dan penghasilannya pun lebih besar pula.
a. Kejujuran Karyawan harus jujur terutama pada dirinya sendiri, bawahannya, perjanjian-
perjanjian dalam menjalankan atau mengelola jabatan tersebut, harus sesuai kata dengan
perbuatannya. Dia tidak menyelewengkan jabatannya untuk kepentingan pribadinya.
b)Disiplin Karyawan harus disiplin pada dirinya, tugas-tugasnya, serta mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku baik tertulis maupun kebiasaan.
d)Kecakapan Karyawan itu cakap, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan tugas-tugas pada
jabatan tersebut dengan baik.
e)Loyalitas Karyawan harus loyal dalam membela perusahaan atau korps dari tindakan yang
merugikan perusahaan.
f)Kepemimpinan Dia harus mampu membina dan memotivasi bawahannya untuk bekerja sama
dan bekerja secara efektif dalam mencapai sasaran perusahaan.
g)Komunikatif Karyawan itu dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu menerima atau
mempersepsi informasi dari atasan maupun dari bawahannya dengan baik, sehingga tidak terjadi
miskomunikasi.
h)Pendidikan Karyawan harus telah memiliki ijazah dari pendidikan formal sesuai dengan
spesifikasi jabatan.
TERIMAKASIH
KOMPETENSI,
PEMBELAJARAN
KHAIRANI, S.ST., M.KES
Kompetensi
• Kompetensi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu yang memiliki
nilai jual dan itu teraplikasi dari hasil kreativitas serta inovasi yang dihasilkan. Sebagai
penguat pemikiran kita maka pendapat dari Bpulter juga perlu kita simak. Kompetensi
adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja
superior dalam pekerjannya. (Boulter et. Al, 1996)
• Dalam dunia kerja semakin tinggi kompetensi seseorang maka semakin tinggi nilai jual orang
tersebut, termasuk jika ini dihubungkan dengan nilai finansial, atau kata lainnya perolehan
finansial yang bisa diperoleh akan semakin tinggi. Untuk memperoleh nilai kompetensi
tersebut maka ia dituntut untuk melakukan pengembangan diri baik dari segi education
(pendidikan) maupun pengalaman yang semua ini sering disebut dengan pembalajaran
Therhold Competencies dan
Differentiating Competencies
• Threshold competencies
Threshold competencies merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang, khususnya oleh seorang
karyawan. Contohnya karyawan Threshold competencies harus memiliki kemampuan dasar- dasar komputer dan
kemampuan berkomunikasi yang jelas baik lisan maupun tulisan.
• Differentiating competencies
Differentiating competencies merupakan sebuah kompetensi yang dimiliki oleh seseorang yang membedakan ia
dengan orang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi hasil yang diberikan dimana mereka yang
berkompetensi tinggi mampu mengerjakan tugas- tugas sulit dan selesai dengan baik, namun yang
berkompetensi rendah tidak mampu menyelesaikan tugas- tugas tersebut dengan baik. Contohnya karyawan
yang mampu memprogram dan berbahsa inggris dengan kemampuan TOEFL 550, dan berkarakter cekatan
serta supel dalam pergaulan.
Jenis dan Karakteristik
Dasar Kompetensi
Di sisi lain kita juga perlu memahami jenis- jenis kompetensi. Jenis- jenis
kompetensi ada tiga, yaitu:
• Kompetensi organisasi,
• Kompetensi pekerjaan atau teknis; dan
• Kompetensi individual
Dasar Kompetensi
Lebih jauh kita juga memahami karakteristik kompetensi itu sendiri sebagai bentuk
penguatan pemahaman kompetensi secara lebih utuh. Karakteristik mendasar yang
dimiliki kompetensi ada lima, yaitu:
• Motif,
• Traits,
• Konsep diri,
• Pengetahuan, dan
• Skill
Dasar Penilaian
Kompetensi Karyawan
• Setiap kompetensi memiliki tingkatan yang berbeda- beda, dan perbedaan itu
menjelaskan posisinya masing- masing. Menurut Boulter, et al. (1996). Level
kompetensi secara berurutan adalah sebagai berikut: skill, knowledge, self
concept, self image, trait, dan motive. Kompetensi skill dan knowledge cenderung
lebih nyata (visible) dan relatif berada di permukaan (ujung) sebagai
karakteristik yang dimiliki manusia.
• Social role dan self image cenderung sedikit visible dan dapat dikontrol perilaku
dari luar, sedangkan trait dan motive letaknya lebih dalam dari titik sentrak
kepribadian
Kompetensi dan Kecakapan
Untuk membangun kecakapan kompetensi seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung, dan
seorang karyawan sebaiknya harus memperhatikan apa saja yang menjadi faktor pendukung terwujudnya
kecakapan tersbutFaktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, yaitu:
• Keyakinan dan nilai- nilai,
• Keterampilan,
• Karateristik kepribadian,
• Motivasi,
• Isu emosional,
• Kemampuan intelektual, dan
• Budaya organisasi, (Spencer, 2003:9)
Tujuan Penilaian
Kompetensi Karyawan
• Untuk mengetahui berapa nilai kompetensi karyawan tersebut, apakah ada peningkatan
yang signifikan setiap periode waktunya atau malah terjadi penurunan.
• Sebagai acuan untuk menetapkan dimana posisi karyawan tersebut akan ditempatkan
serja jika diberi promosi jabata maka pada posisi jabatan seperti apa yang layak
diberikan.
• Untuk mengetahui kendala- kendala yang dialami selama ini yang menyebabkan
kompetensinya sulit meningkat, atau kita menyebutnya sebagai diagnosis kompetensi.
• Nilai kompetensi karyawan dapat dijadikan sebagai acuan yang dapat mempengaruhi
nilai reputasi perusahaan/ fasyankes khususnya dalam mengajak para stakeholders’ untuk
bergabung, berinvestasi dan menjadi mitra bisnis di perusahaan/ fasyankes yang
bersangkutan.
Pengertian Pembelajaran
• Pembelajaran adalah perlibatan secara maksimal seluruh perangkat dan pengetahuan
seorang karyawan untuk lebih mendalam dalam memahami tentang pekerjaan yang
sedang dikerjakan. Secara lebih mendalam dalam melaksanakan konsep
pembelajaran tidak bisa dilakukan secara jangka pendek namun harus bersifat terus-
menerus (continious learning).
• Pembelajaran secara terus- menerus (continious learning) mensyaratkan seluruh
karyawan untuk memahami sistem pekerjaan, termasuk hubungannya diantara
pekerjaan dan perusahaan. Konsep pembelajaran secara terus- menerus ini terjadi
kesinambungan ilmu yang terus menjalar dan menyebar pada seluruh karyawan di
berbagai lini perusahaan, sehingga dampak lebih jauh terjadi peningkatan
kompetensi secara lebih baik
Tujuan dan Dampak
Positif Pembelajaran
Pasal 3
• Berdasarkan pendidikan Perekam Medis dikualifikasikan sebagai berikut:
• Standar kelulusan Diploma tiga sebagai Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan;
• Standar kelulusan Diploma empat sebagai Sarjana Terapan Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan
• Standar kelulusan Sarjana sebagai Sarjana Rekam Medis dan Informasi Kesehatan;
dan
• Standar kelulusan Magister sebagai Magister Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Pasal 4
• Perekam Medis untuk dapat melakukan pekerjaannya harus memiliki STR Perekam Medis.
• Untuk dapat memperoleh STR Perekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perekam Medis harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
• STR Perekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh MTKI dengan
masa berlaku selama 5 (lima) tahun.
• STR Perekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Terima kasih
PENGELOLAAN
PROSEDUR KERJA
Prosedur Kerja (PK)
Merupakan gambaran umum tentang langkah-
langkah (tata urutan) yang harus dilakukan
sebagai pedoman bagi siapa saja yg akan
melakukan pekerjaan tsb secara terkendali &
konsiten
Mendiskusikan:
► Sistem dan dokumen yang sudah ada
► Kemungkinan masalah yang timbul
► Aspek-aspek mutu
Membuat definisi :
► Alur sistem/proses
► Format/struktur
► Wewenang yang mengesahkan
► Pendistribusian
Menggambarkan:
► Alur sistem/proses
► Penanggungjawab proses
► Sumber daya yang dibutuhkan
► Kapan harus dilaksanakan
► Pencatatan/formulir yang diperlukan?
Panduan Pembuatan PK
Penulisan lembar/naskah PK berupa tabel dan teks
(lihat contoh lembar PK) dengan keterangan/info
tentang:
1. Kolom judul prosedur, diisi judul PK
2. Kolom No.Kode, diisi nomor prosedur
3. Kolom No. Revisi, diisi Kode Revisi
4. Kolom Tgl mulai berlaku, diisi tanggal PK mulai
diberlakukan
5. Kolom Jumlah Halaman, diisi jumlah halaman PK
6. Kolom Penanggungjawab terdiri dari kolom
Disiapkan yg diisi nama jabatan & ttd yg
membuat PK; kolom Diperiksa diisi nama
jabatan & ttd yg memeriksa PK; dan kolom
Disahkan diisi nama jabatan & ttd yg
mengesahkan PK
7. Tujuan PK, diisi penjelasan tentang tujuan
dalam pembuatan PK
8. Aplikasi Klausul, diisi dengan klausul-klausul
yang terkait
9. Definisi, diisi dimana PK tersebut diperlakukan
10. Penanggung jawab, diisi petugas di unit
yang bersangkutan
11. Kriteria Pencapaian, diisi penjelasan apa
yang ingin dicapai dalam pembuatan PK
tersebut
12. Prosedur, diisi urutan kegiatan yang
dilakukan dalam pembuatan PK tersebut
13. Diagram Alir, diisi diagram dari alur
proses kegiatan dalam pembuatan PK
tersebut
14. Referensi, diisi dengan sumber informasi
yang baku sehubungan dengan PK yang
dibuat
15. Dokumen Terkait, diisi dengan dokumen-
dokumen yang terkait dengan PK yang
dibuat
16. Unit Terkait, diisi dengan unit yang
terkait dalam pembuatan PK dan
mendapat distribusi dok.PK
17. Histori Perubahan, diisi apabila ada hal-
hal yang perlu di revisi
JENIS SOP DAN TEMPLATE SOP
► Pendaftaran pasien rawat inap
► Pendaftaran pasien perjanjian
► Pembatalan pendaftaran pasien
► Penulisan nama pasien
► Pencatatan rekam medis
► Pengisian rekam medis
► Pengambilan rekam medis
► Pendistribusian rekam medis
► Penyimpanan rekam medis
► Peminjaman rekam medis
► Penataan rekam medis rawat jalan
► Penataan rekam medis rawat inap
KERANGKA HUKUM KEBIJAKAN YANG MENGATUR SOP DI
RUMAH SAKIT
► Kepmenkes No. 04 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan disebutkan salah satu tujuan strategi adalah upaya penataan
manajemen kesehatan di era desentralisasi. Salah satu langkah kunci dalam
tujuan tersebut adalah mengembangkan subsistem pemeliharaan dan
optimalisasi pemanfaatan sarana dan alat kesehatan.
► 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
► Pasal 10
► v Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib memprakarsai penyusunan
SOP sesuai dengan jenis dan strata fasilitas pelayanan kesehatan yang
dipimpinannya.
► v SOP harus dijadikan panduan bagi seluruh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
► v SOP disusun dalam bentuk Panduan Praktis Kliniis (clinical practice
guidelines) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway),
algoritma, protokol, prosedur atau standing order.
► v Panduan Prakatis Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memuat
sekurang- kurangnya mengenai pengertian, anamnesis, pemeriksaan fisik,
kriteria diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi,
edukasi, prognosis dan kepustakaan
Terima kasih
SISTEM KREDENSIAL PROFESI PMIK
1. Pengertian Kredensial
2. Konsep Dasar Kredensial
3. Tujuan Kredensial
4. Dokumen- Dokumen kredensial
5. Kompetensi dan Kewenangan Staf
6. Kriteria dan Area Kompetensi
7. Mekanisme Kredensial
8. Formulir- Formulir Kredensial
Pemanfaatan Teknolgi sudah
tidak bisa dihindari lagi…..
Tidak terkecuali, pelayanan
kesehatan…..
Tidak selamanya akan seperti
ini…..
Mengapa menggunakan
komputer…..
• Menemukan data 2 kali lebih cepat
dibandingkan dengan proses
manual (Fries, 1974)
• Reminder elektronik lebih dipatuhi
daripada reminder konvensional
(McDonald,1984,1989)
• Mudah dilink dengan sumber data
elektronik lainnya (Medline,
Internet dll)
UU Praktek Kedokteran (Penjelasan ps 46)
• Ayat (1) : Yang dimaksud dengan "rekam medis" adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
• Ayat (2) : Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan
pencatatan pada rekam medis, berkas,dan catatan tidak boleh
dihilangkan atau dihapus dengan cara apa pun. Perubahan
catatan atau kesalahan dalam rekam medis hanya dapat
dilakukan dengan pencoretan dan dibubuhi paraf petugas yang
bersangkutan.
• Ayat (3): Yang dimaksud dengan "petugas" adalah dokter atau
dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatan
rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik,
kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan
menggunakan nomor identitas pribadi (personal identification
number).
Jenis rekam medis
• Rekam medis konvensional
• Rekam medis elektronik
Koder, Filer,
Distributor????
Dokter
Lalu kita harus
melakukan apa ??
KREDENSIAL
Credentialing = mandat
White
Paper Log book
Asesmen
Kre & Re-Kredensial
Kompetensi PMIK
Porto folio
appraisal
28
Telusur Dokumen
• Penetapan dan pengumuman staf
medis yang dapat melakukan asuhan
pasien secara mandiri (SPK dgn RKK,
tersedia di file kepegawaian, fle
kredensial dan di unit pelayanan)
• Proses dan data kredensialing
• Verifikasi ijasah dan STR dari sumber
aslinya
KREDENSIAL TENAGA KESEHATAN
PENILAIAN
PENDIDIKAN URAIAN KINERJA
KOMPETENSI KEWENANGAN
DAN TUGAS BERBASIS
KLINIS
PELATHAN DI UNIT KERJA URAIAN
TUGAS
Kewenangan klinis
• Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak
khusus seorang staf medis untuk melakukan
sekelompok pelayanan medis tertentu dalam
lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu
yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
(clinical appointment )
• Penugasan klinis (clinical appointment) adalah
penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada
seorang staf medis untuk melakukan sekelompok
pelayanan medis dirumah sakit tersebut berdasarkan
daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan
baginya
Kewenangan klinis
• mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik.
• Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh
komite medik berdasarkan masukan dari subkomite
kredensial
• rekomendasi berupa:
• kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
• kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
• kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
• kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk
waktu tertentu;
• kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
• kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
CARA RUMAH SAKIT MEMASTIKAN BAHWA SETIAP PMIK YANG
KOMPETEN UNTUK MEMBERIKAN PELAYANAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK KEPADA PASIEN SECARA AMAN DAN EFEKTIF,
BERKUALITAS DAN TERJANGKAU
Proses kredensial : pengisian format kewenangan klinis oleh Mitra Bestari yang
ditunjuk
Proses assesmen kompetensi (disepakati), review dan verifikasi oleh Mitra Bestari
Proses Rekomendasi
1
2
Ketua Komite Tenaga Komite Tenaga
rekomendasi PORMIKI
Kesehatan Kesehatan
5 Proses Kredensial
: review, vertifikasi dan
4 evaluasi dokumen/portofolio
kredensial
Sub Komite Kredensial
Mitra Bestari
3
Dokumen Kredensial
a. STR & SIP/SIK yang masih berlaku : Asli
dan Fotocopy
b. Ijazah : Asli dan Fotocopy
c. Sertifikat pelatihan : Asli dan Fotocopy
d. Surat pengalaman kerja (Bila ada) *) Surat Penugasan Kerja berlaku 3 tahun
e. Formulir permohonan kredensial dari
Bagian SDM
White Paper
Definisi White Paper
– Buku Putih adalah dokumen yang berisi syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh PMIK yang
digunakan untuk menentukan Kewenangan Kerja
PMIK
– Buku Putih disusun berdasarkan level/jenjang
PMIK dan berisi tentang kompetensi utama dan
kompetensi khusus yang harus dipenuhi oleh
seorang PMIK di level/jenjangnya.
46
• Buku putih disusun;
– Komite Tenaga Kesehatan Lainnya, profesi PMIK
– melibatkan mitra bestari (Peer Group)
– memperoleh masukan :unsur organisasi profesi,
47
LOG BOOK
• Logbook merupakan suatu buku catatan yg
ditulis untuk keperluan pengalaman
pekerjaan.
LOGBOOK elektronik
FORMULIR KREDENSIAL PMIK
RINCIAN KOMPETENSI
Contoh Rincian Kewenangan
Jadilah..Perekam
Medis yang
PROFESIONAL
*
ESRAIDA, SKM, M.Kes
1. Konsep Pengembangan SDM:
Defenisi Pengembangan SDM
Tujuan dan Manfaat Pengembangan SDM
Bentuk- Bentuk Pengembangan SDM
Prinsip- Prinsip Pengembangan SDM
Metode- Metode Pengembangan SDM
Kendala- Kendala Pengembangan SDM
2. Promosi dan Rotasi:
Pengertian Promosi
Syarat Umum untuk Mendapatkan Promosi
Promosi dan Bakat
Defenisi Rotasi
Rotasi Pekerjaan dan Konsep Kepemimpinan
Tujuan Rotasi Pekerjaan
Rotasi Pekerjaan Menghindari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
*
*Konsep Pengembangan
SDM
Sedarmayanti (2008)
“Pengembangan sumber daya manusia merupakan
suatu usaha yang bertujuan menghasilkan kerangka
kerja yang bertalian secara logis dan komprehensif
untuk mengembangkan lingkungan dimana karyawan
didorong belajar berkembang.”
Handoko (2008)
“Pengembangan merupakan suatu cara efektif
dalam menghadapi tantangan seperti keusangan
karyawan, perputaran tenaga kerja dan perubahan
sosioteknis yang di hadapi oleh banyak organisasi
besar serta merupakan faktor penentu keberhasilan
departemen personalia dalam mempertahankan
sumber daya manusia yang efektif.
Pengembangan SDM juga bertujuan untuk
1. Pelatihan
Pelatihan merupakan program umum
2. Pendidikan
untuk mengembangkan tenaga kerja.
Pengembangan karier karyawan melalui
Bentuknya bisa pelatihan di dalam
pendidikan biasanya bersifat khusus. Ini
perusahaan (internal training) atau
ditujukan untuk karyawan terbaik yang
di luar perusahaan (external training).
dianggap perlu mengembangkan
pendidikannya karena pendidikan
3. Magang sebelumnya belum cukup.
Seperti halnya pelatihan, magang kerja
bisa dilakukan di dalam perusahaan atau
di luar perusahaan. Magang di dalam
perusahaan biasanya lintas departemen 4. Job enrichment
dengan durasi satu sampai tiga bulan. Pengembangan karyawan bisa juga
dilakukan dengan job enrichment.
Singkatnya, program ini adalah
penambahan tugas dan tanggung jawab di
posisi yang sama.
5. Benchmark
Benchmark atau terkadang disebut juga
studi banding adalah mengevaluasi atau
membandingkan sesuatu dengan standar. 6. Uji kompetensi
Cara ini dilakukan bila sesuatu di Uji kompetensi atau uji kemampuan
perusahaan tersebut perlu ditingkatkan. dilakukan juga untuk mengembangkan
karyawan. Uji ini bisa dilakukan oleh
pihak perusahaan sendiri atau Lembaga
7. Rotasi kerja
Sertifikasi Profesi (LSP) yang telah
Metode lain pengembangan karyawan
diakreditasi Badan Nasional Sertifikasi
adalah rotasi kerja. Metode ini bisa di
Profesi (BNSP).
satu departemen atau
antardepartemen dengan waktu
mingguan atau bulanan.
Tujuannya antara lain menyiapkan 8. Coaching
karyawan yang akan mendapat promosi, Coaching (bimbingan) bisa diberlakukan
memberikan tantangan baru, atau pada karyawan berkinerja baik
menambah keterampilan karyawan. atau berkinerja buruk.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas
dan kuantitas kerja, transfer
pengetahuan, menambah keterampilan
bawahan, dan mendekatkan hubungan
kerja atasan-bawahan.
9. Promosi
Metode pengembangan yang terakhir
adalah promosi.
Selain menghargai kinerja bagus
karyawan, promosi ini bertujuan
mengembangkan keterampilan karyawan
dan mempertahankan karyawan
bertalenta dan berkinerja baik agar
tidak mengundurkan diri atau pindah ke
perusahaan lain.
Biasanya, promosi dilakukan bila ada
posisi yang lowong, posisi baru, atau
karyawan bersangkutan telah memenuhi
kualifikasi posisi di atasnya. Sebagai
contoh, setelah tiga tahun di
posisi Penanggungjawab Pendaftaran saya
mendapat promosi menjadi Ka. RM.
Kendala- Kendala Dalam Pengembanagna SDM
Menurut Hasibuan (2003)
*
*Rotasi adalah pemindahan posisi dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan lain dengan tujuan
untuk membangun dan meningkatkan
kompetensi dari karyawan yang bersangkutan
sehingga mampu memahami setiap pekerjaan
lingkungan perusahaan tersebut secara baik.
Kondisi lebih jauh itu bisa membimbing ia untuk
menjadi pemimpin di perusahaan/fasyankes
tersebut dikemudian hari nantinya.
*
Rotasi Pekerjaan dan Konsep Kepemimpinan
1. Kecurangan
2. Kebohongan
3. Penipuan
4. Kejahatan
5. Penggelapan barang-barang
6. Manipulasi data- data
7. Rekayasa informasi
8. Merubah opini publik dengan
memutarbalikkan fakta yang ada
9. Menghilangkan barang bukti secara
sengaja.
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim bahwa:
“Fraud (kecurangan) merupakan tindakan
yang disengaja oleh perorangan atau kesatuan
untuk menipu orang lain yang menyebabkan
kerugian. Khususnya terjadi miss
representation (penyajian yang keliru) untuk
merusak, atau dengan maksud menahan data
bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan
keputusan yang terdahulu”.
Atas dasar sebagai kondisi kejahatan yang mungkin
bisa terjadi dan sudah menjadi kewajiban seorang
manejer SDM untuk mampu mengatasi masalah
sebelum masalah itu terjadi, yaitu salah satunya
dengan tindakan rotasi pekerjaan. Karena
dengan rotasi pekerjaan karyawan diharapkan untuk
selalu harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan
orang-orang baru tentunya yang jelas ia harus
beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orang
baru tentunya yang jelas ia harus mulai membangun
hubungan dan mengetahui karakteristik setiap orang
dari baru kembali.
Contoh rotasi pekerjaan yang paling sering
dilakukan adalah petugas rekam medis dibagian
pelaporan di rotasi kebagian pendaftaran,
perawat IGD di rotasi ke poli rawat jalan, bagian
SIM RS di rotasi dibagian unit rekam medis bagian
pelaporan.
Tujuannya untuk semata-mata menghindari
terjadinya tindakan yang tidak diinginkan
dikemudian hari nantinya, yang jelas tindakan itu
bisa merugikan perusahaan/fasyankes.
PENGAWASAN SDM DI DI
UNIT KERJA RMIK
Esraida, SKM, M.Kes
Sub Topik
Konsep
Pengawasan SDM
Reward and
Punishment
Kedisiplinan
Konsep Pengawasan SDM
Pengertian Pengawasan
(controling)
Pengawasan publik
Pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat/ pelanggan/
costumer/ pasien dan keluarganya. Biasanya dilakukan
melalui media massa atau kotak pos.
Pengawasan nonfungsional
Dilakukan oleh badan- badan yang diberikan kewenangan
untuk melakukan pengawasan (fungsi sosial kontrol) seperti
DPR, Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan.
Manfaat Pengawasan
Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah
dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar ataua
rencana kerja, apakah sumber dayanya sudah digunakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan.
Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
dalam melaksanakan tugas- tugasnya. Jika hal ini diketahui,
pimpinan organisasi akan memberikan pelatihan lanjutan.
Latihan staf digunakan untuk mengatasi kesenjangan
pengetahuan dan ketrampilan staf yang terkait tugasnya.
Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya
mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.
Dapat mengetahui sebab- sebab terjadinya penyimpangan.
Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan,
dipromosikan, atau diberikan pelatihan lanjutan.
Objek Pengawasan
Memperbaiki penyimpangan
yang terjadi sesuai dengan faktor
penyebab.
Metode Pengawasan (Controling)
Menurut Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (Dirjen Binyanmed) (2006), Jenis kegiatan
rekam medis meliputi hal- hal sebagai berikut :
v Assembling (perakitan berkas rekam medis) yaitu kegiatan merakit berkas rekam medis baik
yang belum digunakan maupun setelah digunakan, menyusun formulir rekam medis yang belum
terisi dan menyimpan ke sampul rekam medis sehingga rekam medis tersebut siap digunakan,
tertata rapi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
v Coding (pemberian kode penyakit) yaitu pemberian kode dengan meggunakan huruf atau
angka atau kombinasi huruf dan angka yang mewakili komponen data. Buku panduan yang
digunkan adalah buku dikeluarkan oleh WHO dan untuk kode penyakit menggunakan buku ICD-
10 dan untuk kode tindakan menggunakan buku ICD-9 CM.
v Indeksing (Tabulasi) yaitu membuat tabulasi dengan kode yang sudah dibuat ke dalam indeks
(dapat menggunakan kartu indeks maupun komputerisasi)
v Penyimpanan rekam medis yaitu tata cara penyimpanan dan pemeliharaan rekam medis yang
bertujuan untuk melindungi fisik dan rekam medis dari kerusakan.
v Retensi (Penyusutan) yaitu kegiatan memisahkan arsip dari rak penyimpanan dari dokumen
aktif menjadi in aktif serta pengurangan jumlah formulir yang terdapat di dalam berkas RM
dengan cara memilah nilai guna dari tiap- tiap formulir. Sedangkan pemusnahan yaitu proses
kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilainya.
Penghancuran harus dilakukan secara total dengan membakar habis atau mencacah.
4. Pelaporan rumah sakit yaitu suatu proses untuk menghasilkan laporan secara cepat, tepat
dan akurat sebagai alat untuk pengambilan kebijakan. Secara garis besar jenis pelaporan
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu laporan eksternal dan laporan internal.
Pelayanan rekam medis merupakan merupakan proses kegiatan yang memiliki alur dan prosedur
yang tetap yang harus dilaksanakan berdasarkan Standar Prosedur Operasional yang digunakan
di fasyankes tersebut. Secara umum berikut adalah alur kegiatan pelayanan rekam medis:
1. Pendaftaran
Petugas di tempat penerimaan pasien melakukan pendaftaran dengan mencatat dan melakukan
identifikasi pasien seperti nama, nomor RM, identitas dan data sosial lainnya. Serta menyiapkan/
mengisi data identitas pasien pada lembaran masuk rekam medis. Apabila pasien baru, petugas
pendaftaran mendata identitas sosial pasien, membuat kartu berobat untuk diberikan kepada
pasien baru yang harus dibawa apabila pasien tersebut berobat ulang dan menyiapkan berkas
rekam jejak medis pasien baru. Apabila pasien lama (pasien yang pernah berobat sebelumnya),
pasien hanya menyerahkan kartu pasien (kartu berobat) kepada petugas di tempat pendaftaran
rawat jalan, kemudian petugas mendata antara lain nama pasien, nomor, poliklinik yang dituju,
dan keluhan yang dialami. Selanjutnya, petugas akan mencari dokumen medis pasien lama
tersebut di ruang penyimpanan. Setiap permintaan dokumen rekam medis harus menggunakan
formulir peminjaman atau tracer dan terlebih dahulu dicatat pada buku ekspedisi.
2. Distribusi
Petugas penerimaan pasien rawat inap mengirimkan berkas medis ke poli yang dituju. Pasien
diterima oleh petugas di poli dan dicatat pada buku register. Dokter dan petugas kesehatan
lainnya akan mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, terapi serta semua tindakan
yang diberikan kepada pasien pada formulir medis pasien dan menanda tanganinya.
3. Pengkodean
Petugas memberikan kode diagnosis penyakit dan tindakan pasien berdasarkan buku ICD-10 dan
untuk kode tindakan menggunakan buku ICD-9 CM.
4. Indeksing (Tabulasi)
Petugas membuat tabulasi dengan kode yang sudah dibuat kedalam indeks menggunakan kartu
indeks maupun komputerisasi. Indeks yang dibuat yaitu indeks pasien, indeks dokter, indeks
penyakit, indeks kematian, dan indeks wilayah.
5. Assembling (Perakitan)
Petugas memeriksa kelengkapan berkas medis pasien, sebelum diserahkan ke Instalasi Rekam
Medis dengan menyusun formulir, memeriksa kelengkapan pengisian rekam medis dan merakit
berkas rekam medis yang telah digunakan. Apabila terdapat formulir atau informasi yang belum
lengkap maka akan dikembalikan ke bagian terkait untuk diisi kelengkapannya sehingga rekam
medis tersebut siap digunakan kembali, tertata rapi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
6. Penyimpanan
Setelah pasien keluar dari rumah sakit, berkas medis pasien segera dikembalikan ke Instalasi
Rekam Medis secara lengkap dan benar paling lambat 1x 24 jam setelah pasien keluar. Instalasi
menyimpan berkas-berkas medis pasien sesuai dengan sistem penyimpanan sentralisasi atau
desentralisasi. Apabila berkas medis yang dipinjam sudah kembali dan sudah dicek di dalam
buku ekspedisi peminjaman atau tracer, maka catatan yang dipinjam yang ditulis di dalam buku
ekspedisi dicoret dan ditulis nama jelas serta ditanda tangani oleh petugas yang mengoreksi, dan
formulir peminjamannya tersebut dibuat.
Petugas instalasi mengolah berkas yang sudah lengkap, melewati proses-proses pengkodean,
analisa hingga penyimpanan kembali berkas tersebut yang kemudian diperoleh data hasil
pengolahan yang dalam bentuk laporan statistik rumah sakit. Petugas instalasi membuat
rekapitulasi sensus harian setiap akhir bulan untuk bahan laporan rumah sakit.
Petugas melakukan pemisahan arsip dari dokumen aktif menjadi in aktif serta pengurangan
jumlah formulir yang terdapat di dalam berkas RM dengan cara memilah nilai guna dari tiap-
tiap formulir pada rak file penyimpanan sesuai dengan tanggal kunjungan terakhir berobat.
Selanjutnya terhitung 2 tahun atau jangka waktu tertentu sesuai ketentuan berlaku setelah
dokumen rekam medis tersebut dinyatakan terinaktif maka akan dilakukan pemusnahan.
Pemusnahan yaitu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam medis yang telah
berakhir fungsi dan nilainya. Penghancuran harus dilakukan secara total dengan membakar habis
atau mencacah
Beban Kerja Pelayanan Rekam Medis
Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan
profesional dalam 1 (satu) tahun di fasilitas pelayanan kesehatan. Semua kegiatan menjadi beban
unit kerja dalam periode tertentu. Beban kerja meliputi kegiatan pokok yang dilaksanakan yaitu,
rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok dan standar beban
kerja per tahun. Standar beban kerja adalah waktu kerja tersedia dibagi dengan rata- rata waktu
per kegiatan pokok. Kegiatan pokok merupakan kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar
pelayanan dan standar prosedur operasional (SPO) untuk menghasilkan pelayanan yang
dilaksanakan oleh Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dengan kompetensi tertentu.
Sedangkan rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok, yaitu
suatu waktu yang dibutuhkan kegiatan pokok oleh masing- masing tenaga. Kebutuhan waktu
sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh standar pelayanan, SPO, sarana dan prasarana yang
tersedia serta kompetensi SDM. Rata- rata waktu tersebut dihitung berdasarkan pengamatan,
pengalaman dan kesepakatan bersama, dan sebaiknya ditetapkan berdasarkan SDM yang
memiliki kompetensi dan etos kerja yang baik.
Berdasarkan kegiatan pelayanan rekam medis yang telah dibahas di atas, dapat diperoleh jumlah
beban kerja per tahun. Dari data beban kerja yang diperoleh dapat diperkirakan berapa beban
kerja seorang staf dalam setahun. Beban kerja pelayanan rekam medis ditinjau dari kegiatan rutin
yang wajib dilaksanakan setiap hari oleh unit rekam medis dan informasi kesehatan dan kegiatan
tidak rutin yang ditentukan sesuai dengan kebijakan rumah sakit tersebut.
Kegiatan pendaftaran dimulai dari menerima kartu identitas pasien, wawancara, cek data
identitas pasien, menyiapkan rekam medis, pemberian informasi (general consent) sampai rekam
medis siap dikirim ke klinik yang dituju pasien. Hitung selama 1 (satu) tahun pendaftaran pasien
baru dan lama yang dilaksanakan oleh unit rekam medis dan informasi kesehatan. Selanjutnya
kegiatan pendistribusian yang dimulai dari pemilahan rekam medis yang akan dikirim ke poli,
disusun dan siap dikirim oleh petugas distribusi sampai ke petugas poli yang dituju.
Kegiatan ini dimulai dari membuka sampul rekam medis, membaca diagnose penyakit dan
melakukan analisis data dan kelengkapan penunjang diagnose dan tindakannya. Membuka buku
International Classification of Diseases dari WHO untuk menetapkan kode penyakit dan
tindakan, hingga memasukkan kode ke sistem di komputer.
c) Indeks
Kode penyakit dan tindakan yang sudah ditetapkan dimasukkan ke dalam aplikasi indeks
penyakit di komputer untuk menentukan penyakit terbanyak sebagai bahan laporan internal dan
eksternal.
d) Assembling (perakitan)
Kegiatan ini dimulai sejak membuka rekam medis untuk pemeriksaan kelengkapan data pasien
termasuk identitas pasien, hasil pemeriksaan, hasil tindakan dan kerapihan susunan formulir
rekam medis sesuai ketentuan rumah sakit. Jika ada penggantian kerusakan sampul rekam medis.
Dilanjutkan dengan melakukan analisis kuantitatif kelengkapan formulir rekam medis baik dari
pasien rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan rawat inap.
e) Penyimpanan
Kegiatan penerimaan dimulai dari penerimaan rekam medis yang dikirim oleh petugas rawat
jalan atau petugas ruangan rawat inap kepada petugas penerimaan setelah pasien telah keluar dari
rumah sakit. Kegiatan penyimpanan diawali dengan pengelompokkan rekam medis yang disusun
sesuai kelompok nomor pada sistem penjajaran sampai rekam medis masuk ke rak sesuai nomor
yang tertulis pada rak dengan benar dan tepat. Pada kegiatan pengambilan kembali (retreival)
diawali dengan menerima struk permintaan rekam medis yang tertulis data identitas pasien,
nomor rekam medis dan klinik yang dituju, proses pencarian dokumen rekam medis sampai
pencatatan dalam tracer dan buku espedisi peminjaman.
Kegiatan pengumpulan data sensus harian selama 24 jam, laporan penyakit, laporan kunjungan
dan masuk rawat dan pulang rawat sampai laporan internal dan eksternal disajikan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan tidak rutin, permintaan data dari pihak luar yang diawali
dengan penerimaan surat dan persyaratannya sampai data siap diberikan kepada pasien atau
keluarga yang berhak. Kegiatan ini dimulai dari menerima permintaan, mengecek persyaratan
permintaan data kesehatan sampai data pasien yang diminta disiapkan.
b) Penyusutan
Penyusutan rekam medis diawali dengan pemilahan rekam medis bernilai guna sampai proses
pemindahan ke rak inaktif.
Kegiatan ini diawali dengan pengecekan data, pemeriksaan kelengkapan data sampai
penyusunan hasil untuk bahan laporan ke pimpinan.
Penyusunan standar beban kerja harus memperhatikan volume/kuantitas beban kerja 1 tahun dan
disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (rata-rata
waktu) dan waktu yang tersedia/tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga. Untuk
menentukan standar waktu tiap kegiatan dapat dilakukan dengan pengamatan, pengalaman dan
kesepakatan bersama. Sebaiknya ditetapkan berdasarkan tenaga yang memiliki kompetensi,
kegiatan pelaksanaan, standar pelayanan, SPO dan memiliki etos kerja yang baik.
Analisis beban kerja adalah metode yang digunakan untuk menentukan jumlah waktu, usaha, dan
sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi. Analisis beban
kerja dilaksanakan untuk mengukur dan menghitung beban kerja setiap jabatan/unit kerja dalam
rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan meningkatkan kapasitas organisasi yang
profesional, transparan, proporsional dan rasional. Analisis beban kerja dilakukan pada setiap
jabatan yang ada dalam satuan kerja organisasi. Analisis beban kerja menggunakan metode
membandingkan beban kerja dengan jam kerja efektif per tahun. Beban kerja diperoleh dari hasil
perkalian antara volume kerja dengan norma waktu. Dalam mengukur standar beban kerja maka
perlu dianalisa berdasarkan beberapa aspek yaitu:
1. Norma Waktu
Norma waktu merupakan waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan tugas/kegiatan. Norma
waktu ditetapkan dalam standar norma waktu kerja dengan asumsi tidak ada perubahan yang
menyebabkan norma waktu tersebut berubah. Norma waktu adalah waktu yang wajar dan benar-
benar digunakan secara efektif dengan kondisi normal oleh seorang pemangku jabatan untuk
menyelesaikan satu tahapan penyelesaian pekerjaan. Perubahan norma waktu dapat terjadi
disebabkan perubahan kebijakan, perubahan peralatan, perubahan kualitas SDM, dan perubahan
organisasi, sistem dan prosedur.
2. Volume Kerja
Volume kerja merupakan alat ukur dalam melakukan analisis beban kerja. Volume kerja
diperoleh dari target pelaksanaan tugas untuk memperoleh hasil kerja. Setiap volume kerja yang
berbeda- beda antar unit/jabatan merupakan variabel tidak tetap dalam pelaksanaan analisis
beban kerja. Volume kerja adalah sekumpulan tugas/ pekerjaan yang harus/ dapat diselesaikan
dalam waktu satu tahun.
Jam kerja efektif merupakan alat ukur dalam melakukan analisis beban kerja. Jam kerja kantor
adalah jam kerja formal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Adapun waktu kerja efektif (menit) adalah jam kerja yang harus dipergunakan untuk
berproduksi/menjalankan tugas, yaitu jam kerja kantor dikurangi waktu luang. Waktu luang
adalah jam kerja yang diperkenankan untuk dipergunakan secara tidak produktif.
Workload Indicator Staff Need (WISN) merupakan indikator yang menunjukkan besarnya
kebutuhan tenaga pada sarana berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/relokasi tenaga lebih
mudah dan rasional. Tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan (PMIK) yaitu orang yang mengumpulkan, menyimpan, mengolah, menyampaikan
data dan informasi pelayanan kesehatan pasien yang berkualitas tinggi, dengan memperhatikan
aspek hukum dan etika profesi dalam menjamin fungsi- fungsi rekam medis dan informasi
kesehatan (RMIK). Kelebihan menggunakan metode WISN adalah mudah dioperasionalkan,
digunakan, diterapkan, komprehensif dan realistis.
Untuk dapat melakukan metode perencanaan kebutuhan SDM menggunakan metode WISN
secara baik dan benar, terlebih dahulu perlu ditetapkan alat ukurnya, sehingga pelaksanaannya
dapat dilakukan secara transparan. Keterbukaan/ transparansi ini sebagai suatu syarat agar
pelaksanaan analisis beban kerja dapat dilaksanakan secara obyektif, sehingga laporan hasil
analisis beban kerja benar- benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan formulir isian, berupa pengumpulan data dan inventarisasi
jumlah pemangku jabatan, wawancara, dan pengamatan langsung (observasi). Kriteria suatu alat
ukur yaitu :
1. Valid, artinya alat ukur yang akan dipergunakan mengukur beban kerja sesuai dengan
material yang akan diukur;
2. Konsisten, artinya dalam melakukan analisis beban kerja harus konsisten dari waktu ke
waktu;
3. Universal, artinya alat ukur harus dapat dipergunakan untuk mengukur berbagai unit kerja
maupun hasil kerja, sehingga tidak ada alat ukur yang lain atau khusus untuk suatu unit kerja
atau hasil kerja.
2. Metode perhitungan WISN pada saat ini telah diadaptasi dan digunakan oleh Departemen
Kesehatan RI dalam menghitung jumlah kebutuhan masing- masing kategori tenaga kesehatan
yang dibutuhan di Kantor Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Propinsi, Kabupaten/ Kota, serta
disahkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 81/ SK/ 2004.
2. Metode perhitungan WISN pada saat ini telah diadaptasi dan digunakan oleh Departemen
Kesehatan RI dalam menghitung jumlah kebutuhan masing- masing kategori tenaga kesehatan
yang dibutuhan di Kantor Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Propinsi, Kabupaten/ Kota, serta
disahkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 81/ SK/ 2004.
2. Metode perhitungan WISN pada saat ini telah diadaptasi dan digunakan oleh Departemen
Kesehatan RI dalam menghitung jumlah kebutuhan masing- masing kategori tenaga kesehatan
yang dibutuhan di Kantor Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Propinsi, Kabupaten/ Kota, serta
disahkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 81/ SK/ 2004.
Langkah Penyusunan Kebutuhan SDM dengan WISN
Penyusunan kebutuhan SDM dengan metode WISN dilaksanakan secara sistematis dengan
langkah- langkah sebagai berikut:
4. Menyusun kelonggaran
Berikut penjelasan langkah penyusunan kebutuhan SDM dengan metode WISN secara detail:
Keterangan:
A = Hari Kerja
B = Cuti Tahunan
F = Waktu Kerja
v Hari kerja (A). Suatu contoh, di unit rekam medis pelayanan dilaksanakan selama 24 jam yang
dibagi dalam 3 shif sehingga dalam seminggu terdapat 7 hari kerja
v Cuti tahunan (B). Jumlah cuti tahunan adalah 12 hari dalam satu tahun
v Pendidikan dan pelatihan (C). Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit, Petugas
rekam medis mempunyai hak untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan selama 5 hari kerja per
tahun.
v Hari libur nasional (D). Dalam waktu satu tahun terdapat 15 hari libur nasional.
v Ketidakhadiran kerja (E). Dengan adanya sistem shif, sesudah bertugas pada sore dan malam
hari biasanya mendapatkan ekstra libur selama 1 hari. Sehingga rata ketidakhadiran kerja dalam
satu bulan adalah selama 7 hari.
v Waktu kerja (F). Pada umumnya waktu kerja selama sehari adalah 8 jam.
Menetapkan unit kerja dan kategori sumber daya manusia PMIK, diperlukan:
v Keputusan direktur rumah sakit tentang pembentukan unit kerja rekam medis
v Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja di unit kerja rekam medis
v Standar profesi, standar pelayanan dan Standar Prosedur Operasional di unit kerja rekam medis
Contoh:
2. Ramah
1. Mengidentifikasi pasien
1 Registrasi 3. Jujur D-III RMIK
2. Mengoperasionalkan
komputer
4.Komunikatif
5. Hangat
1. Mengoperasionalkan
1. Teliti
komputer
Klasifikasi 2. Ramah
2. Menggunakan buku ICD-
2 dan D-III RMIK
10 dan ICD-9 CM dengan
Kodefikasi 3. Jujur
benar
4. Komunikatif
3. Menganalisa data pasien
1. Teliti
1. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit instansi sebagaimana yang telah ditetapkan pada
langkah kedua
3. Rata- rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk melaksanakan atau
menyelesaiakn berbagai pelayanan
Beban kerja masing- masing kategori SDM di tiap unit kerja RS adalah meliputi:
1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing- masing kategori SDM. Untuk kegiatan
pokok perlu dibedakan kegiatan langsung dan kegiatan tidak langsung
2. Rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok. Rata- rata
waktu yang ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama bekerja dan
kesepakatan bersama
3. Standar beban kerja per 1 tahun masing- masing kategori SDM. Standar beban kerja adalah
volume/ kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk
suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya
(waktu rata- rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki masing- masing kategori SDM.
Contoh:
Katagori Rata-rata Standar
No Unit kerja/ Kegiatan pokok
SDM waktu Beban kerja
1. DIII RMIK Filling 44.184 menit
· Pengembalian DRM
Maka,
= 44.184 menit
Tujuan penyusunan standar kelonggaran adalah untuk memperoleh faktor kelonggaran SDM
adalah meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang
tidak terkait langsung dengan pelayanan pasien, misalnya rapat atau penyusunan faktor
kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori
tentang:
1. Kegiatan- kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada pasien,
2. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.
Selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja, sebaiknya mulai dilakukan
pencatatan tersendiri apabila ditemukan kegiatan yang tidak dapat dikelompokkan atau sulit
dihitung beban kerjanya karena tidak/kurang berkaitan dengan pelayanan pada pasien untuk
selanjutnya digunakan sebagai sumber data penyusunan faktor kelonggaran tiap kategori SDM.
Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah selanjutnya adalah menyusun
Standar Kelonggaran dengan melakukan perhitungan berdasarkan rumus di bawah ini:
Contoh:
· Faktor kelonggaran:
Maka,
= 0,22
b. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahuan.
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah
dilaksanakan di tiap unit kerja rekam medis selama kurun waktu satu tahun.
Contoh:
Berdasarkan data pelaporan kunjungan pasien di rumah sakit X tahun 2019 dinyatakan bahwa
kunjungan rawat inap adalah 6000 orang, kunjungan rawat jalan 55.500 orang, dan IGD 12.300
orang. Maka kuantitas kegiatan pokok untuk petugas filling adalah 73.800.
Jika standar beban kerja bagian filling adalah 44.184 menit dan standar kelonggaran adalah 0,22.
Maka perhitungan kebutuhan tenaga bagian filing adalah:
= 1,67 + 0,22
= 1,89 ≈ 2 orang
Konsep Dasar Perencanaan Fasilitas di Unit RMIK
Untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kenyamanan, serta untuk menghasilkan RM yang
baik dan berkualitas diperlukan pengaturan tata ruang yang baik, aman, nyaman dan terpelihara.
Kondisi ruang URM yang tidak teratur dan tidak terpelihara, seperti RM tergeletak berhamburan,
ruang penyimpanan penuh debu dan rayap, ruang kerja yang sempit dan berantakan à akan
menghilangkan keakuratan dan nilai guna RM tersebut serta menurunkan kualitas pelayanan.
Sedangkan pengertian prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Sebagai contoh, prasarana pelayanan rekam medis dan informasi
kesehatan berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pelayanan, misalnya lokasi,
bangunan, ruang penyimpanan rekam medis, ruang rapat, dll. Dengan kata lain, secara umum
dari pengertian sarana lebih ditujukan untuk alat atau benda-benda yang bergerak, sedangkan
prasarana lebih ditujukan untuk alat atau benda-benda yang tidak bergerak.
Fungsi sarana dan prasarana dapat berbeda sesuai lingkup dan penggunaannya, misalkan sarana
dan prasarana unit pelayanan keperawatan, unit gawat darurat, unit kerja keuangan berbeda-beda,
namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan
rencana.
Untuk jenis-jenis sarana yang dibutuhkan di unit rekam medis dan informasi kesehatan antara
lain:
Penyekat
Map (folder)
Penunjuk (guide)
Kata tangkap (caption)
Alat bantu kearsipan
Tangga dengan alas karet pada kaki
Visual Display Unit atau Visual Display Terminal ( Siswanto A,1994) adalah bagian dari
komputer yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada operator komputer berupa kesilauan
(glare). Kesilauan dapat disebabkan oleh permukaan yang mengkilap sehingga pantulan cahaya
mengenai mata operator serta penempatan lampu (sumber penerangan) yang tidak tepat.
Gangguan kesehatan pada pengguna komputer antara lain kelelahan mata karena terus- menerus
memandang monitor atau Visual Display Terminal (VDT). Kumpulan gejalan kelelahan pada
mata ini disebut Computer Vision Syndrome (CVS). Sekitar 88-90% pengguna komputer
mengalami CVS (Sirikul et al, 2009; Chu etal, 2011).
Computer Vision Syndrome (CVS) meliputi gejala- gejala meliputi : Kelelahan mata (ketika
menatap komputer, maka kedipan mata berkurang sebesar 2/3 kali dibandingkan kondisi normal,
yang mengakibatkan mata menjadi kering, teriritasi, tegang dan lelah); Sakit kepala; Penglihatan
kabur; Iritasi; Sakit pada leher dan punggung; Kepekaan terhadap cahaya dan penglihatan ganda;
mata kering (dry eyes).
2. Tujuan VDT
3. Manfaat VDT
Seseorang dapat berinteraksi secara aman dan efisien dengan mesin dan lingkungan kerja
mereka
Untuk memberikan informasi yang bagus baik kuantitatif maupun kualitatif
Merencanakan dalam penggunakan komputer tanpa problem kesehatan yang mengurangi
kenyamanan atau menurunkan produktivitas
Mencegah resiko terjadinya masalah kesehatan yang terjadi pada pekerja
a. Posisi kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Keuntungan :
Kerugian :
b. Efek kedipan
Efek kedipan ini terjadi karena loncatan dari tabung sinar katode.
Peningkatan brightness dari screen akan memperbesar atau memperkuat efek kedipan. Kedipan
ini dapat diatasi dengan cara mengatur brightness dari screen akan memperbesar atau
memperkuat efek kedipan. Kedipan ini dapat diatasi dengan cara
mengatur brightness dari screen oleh operator yang bersangkutan.
Kenyamanan pada saat bekerja, sebaiknya menggunakan screen yang berukuran besar; jarak
antara mata operator dan VDT tidak kurang dari 45-60 cm (18- 28 inchi) dan tinggi angka atau
huruf tidak kurang dari 4,5 mm. Screen sebaiknya erwarna hitam dan background berwarna
putih dimana brightness dari screen diatur dengan sebaik- baiknya.
b. Tekan dingin
Komputer dapat bekerja secara optimal, maka ssuhu ruang komputer hendaknya tidak lebih dari
21 atau suhu kering. Keadan normal, suhu tubuh manusia berkisar 36-37 , untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh ke udara ruangan kerja, maka operator perlu memakai pakaian hangat
dan tambahan kalori makanan.
a. Pada petugas Rekam Medis, memerlukan lingkungan kerja yang nyaman. Dimana posisi
pekerja dengan komputer yang digunakan diatur dengan baik sesuai standart agar dapat menjaga
produktivitas kerja pegawai. Untuk mencegah terjadinya resiko problem kesehatan seperti,
kelelahan mata, penglihatan kabur, dry eye, pusing, kesilauan mata akibat pantulan cahaya
komputer, sakit pada leher, bahu dan punggung.
b. Pada kelompok manusia 40- 50 tahun sering terjadi perubahan kemampuan akomodasi mata.
Selain usia dan jenis kelamin, perencanaan VDT yang tidak baik dapat menyebabkan kelainan
refraksi mata. Dari kebiasaan membaca frekuensi mengedip akan berkurang sehingga terjadi
penguapan air mata yang berlebihan mengakibatkan mata menjadi kering.
Pada pekerja VDT efek mengedip berkurang 66% yaitu 3,6 kali/ menit dibandingkan saat tidak
menggunakan VDT (normal rata- rata 15-20 kali/menit). Keadaan mata melihat lurus kedepan
lebih banyak terjaddi penguapan air mata dibandingkan dengan keadaan melihat ke bawah,
karena permukaan mata lebih luas pada saat melihat ke depan.
c. Kontras antara layar monitor dan dokumen dianjurkan tidak terlalu besar yaitu 10:1.
d. Lama bekerja petugas didepan layar komputer terus menerus selama 2-8 jam akan
menyebabkan gangguan refraksi yaitu gangguan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan
sinar tidak difokuskan pada retina. Mencegah kelelahan mata, maka sebaiknya apabila telah
menggunakan komputer selama 1 (satu) jam beristirahat sebentar (Siswanto,1994).
e. Tenaga kerja yang menggunakan komputer lebih baik istirahat pendek setiap 2 jam kerja yaitu
selama 15 menit. Waktu istirahat hendaknya mata melihat pemandangan yang hijau atau melihat
pemandangan yang sejauh- jauhnya melihat pemandangan di luar jendela untuk memfokuskan
obyek pada jarak 20 kaki agar mata relaksasi.
f. Lingkungan kerja petugas rekam medis pengguna VDT, harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Untuk jenis pekerjaan yang melibatkan penglihatan dengan kontras tinggi dan ukuran subyek
besar seperti membaca hasil cetakan (buku, hasil ketikan) tulisan tangan menggunakan tinta
diperlukan tingkat iluminasi 250-500 lux.
2) Lingkungan kerja dianjurkan kelembapan relatif 40-60%. Indonesia suhu dan kelembaban
yang nyaman untuk iklim Indonesia adalah 24-25 dengan kelembapan relatif 65-80%.
g. Petugas rekam medis untuk mengurangi ketegangan pada mata bisa dilakukan :
1) Kurangi cahaya yang menyilaukan mata dengan menjauhka monitor dari jendela, letakkan
lampu di atas atau belakang kepala dan gunakan filter fiber glass didepan layar monitor untuk
mengurangi radiasi atau silauan monitor.
2) Tempatkan kertas kerja sedekat mungkin sehingga anda tidak perlu memfokuskan kembali
pandangan akibat ketika beralih dari layar monitor ke kertas kerja. Anda bisa menggunakan
pengait kertas (paper holder).
3) Tempatkan monitor sedemikian rupa sehingga sudut pandang 10-15 (kira- kira sepertiga dari
sudut 45 derajat ) di bawah horizontal.
4) Beritahu ahli optik bila anda bekerja di depan monitor. Kacamata atau kotak lensa yang anda
pakai selama aktifitas- aktifitas lain mungkin tidak akan cocok atau efektif bila dipakai selama
bekerja di depan monitor.
5) Jika gambar dilayar VDT dilihat buram, pudar atau berkedip- kedip, maka perbaikilah monitor
secepat mungkin.
1) Gunakan kursi yang mendukung punggung anda dan bisa dengan mudah disesuaikan
tingginya sehingga nyaman diduduki.
2) Secara periodik lakukan pelatihan peregangan leher, bahu, dan punggung bagian bawah
dengan cara: putaran kepala anda dalam gerakan melingkar, pertama- tama searah dengan jarum
jam, kemudian berlawanan dengan arah jarum jam.
3) Gerakan bahu anda, ke bawah, ke belakang, kedepan. Ketika berdiri atau duduk tekuklah
pinggang anda pertama- tama ke kiri lalu ke kanan.
Ergonomi dibutuhkan untuk merancang tempat kerja (workplace), proses dan produk yang dapat
digunakan oleh manusia agar mereka dapat bekerja dengan mudah, efisien, dan aman, Dengan
demikian, manusia sebagai pengguna menjadi pusat seluruh aktivitas perancangan/ desain
peralatan kerja. Standarisasi ergonomi bukan mengacu pada ukuran rata-rata orang, melainkan
mengambil yang tertinggi dan terendah, dan untuk itu diperlukan data antropometri.
Antropometri digunakan untuk mengetahui hubungan berbagai dimensi badan seperti panjang
lengan dan tinggi badan. Hubungan ini dapat digunakan untuk merancang atau mengevaluasi
produk. Penerapan antropometri secara sistematik dapat memindahkan penyesuaian yang harus
dilakukan manusia dengan situasi kerja yang tidak mengenakkan sehingga dengan demikian
dapat mengurangi tekanan terhadap otot dan rangka (musculoskletal stress) pada badan.
Antropometri memungkinkan kita mengembangkan persyaratan standar dan spesifik yang dapat
dijadikan dasar untuk mengevaluasi produk, mesin, perkakas, serta peralatan dan memastikan
bahwa semua itu dapat mendukung populasi pemakainya (Roebuck, Kroemer&
Thompson,1975).
Dengan demikian, untuk mendapatkan desain ruang kerja yang optimal maka kita harus
memperhitungkan karakteristik antropometri manusia dalam proses perancangannya. Selain itu
faktor lingkungan seperti pencahayaan, tingkat kebisingan, getaran, dan suhu juga tidak boleh
diabaikan karena semua itu turut berpengaruh pada kenyamanan kerja.
Tujuan pendekatan ergonomi dalm perancangan tempat kerja adalah agar terjadi keserasian
antara manusia dengan sistem kerja (man-machine system) atau dapat dikatakan bahwa desain
sistem kerja harus menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara layak.
1) Illumination /Penerangan
Menurut Newstroom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para
karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahaari dan cahaya
buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang
tetapi tidak menyilaukan.
Menurut Newstrom (1996), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan
penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan
penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan
kinerjanya akan menurun. Suhu udara yang ideal yakni 24-27 .
3) Noise/kebisingan
Menurut Newstrom (1996), bising dapat didefinsikan sebagai bunyi yaang tidak disukai, suara
yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari
oleh siapapun lebih- lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan
akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukan
akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.
Idealnya standar kebisingan ialah 50 dB.
4) Motion/ getaran
Menurut Newstrom (1996), kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran- getaran dapat
menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan
penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.
5) Pollution/ pencemaran
Menurut Newstom (1996), pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-
bahan kimia di tempat kerja dan keanekaragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang
ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku
bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang
beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi
yang memadai.
Menurut Newstrom (1996), faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau- bauan. Musik,
warna dan bau- bauan yang menyenangkan dapat peningkatan kepuasan kerja dalam
melaksanakan pekerjaanya.
7) Ruang gerak
Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya
gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan yang bekerja di
dalamnya barang-barang yang diperlukan di dalam ruang kerja harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap para karyawan.
Jalan- jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang para karyawan hendaknya tidak
dipergunakan untuk meletakkan barang- barang yang tidak pada tempatnya. Dalam
ruangan kerja hendaknya diberi tempat sampah sehingga kebersihan lingkungan kerja
tetap terjaga.
Ruang kerja hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga memberikan kesan nyaman
bagi para karyawan. Untuk itu ruangan kerja harus ditata mengacu pada aliran kerja
sehingga meningkatkan efisiensi dan memudahkan koordinasi antar karyawan. Tempat
kerja yang baik akan selalu menyediakan berbagai sarana yang memadai, hal ini agar
para karyawan merasa senang dan betah di tempat kerja.
Menurut Malayu S.P Hasibuan mengemukakan bahwa “ Agar para karyawan dapat
leluasa bergerak dengan baik, maka ruangan gerak para karyawan perlu diberikan
ruangan yang memadai terlalu sempit ruangan gerak aka menghambat proses kerja para
karyawan. Sebaliknya ruang kerja yang besar merupakan pemborosan ruangan.”
8) Keamanan
Keamanan yang diciptakan suatu tempat kerja akan mewujudkan pemeliharaan karyawan
dengan baik, namun keamanan bekerja akan tercipta bila semua elemen yang ada di
tempat kerja secara bersama- sama menciptakan kondisi keamanan yang stabil.
Keamanan kerja untuk sebuah kantor memang harus diperhatikan baik keamanan
terhadap peralatan yang digunakan dan keamanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja
harus memenuhi syarat- syarat keamanan dari orang- orang yang berniat jahat dan
ruangan yang aman dari aktivitas tamu dan pergerakan umum atau yang mencurigakan.
Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis- jenis
dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja dalam menciptakan macam- macam
kondisi/ psikologi.
Menurut Newstrom (1996:494) Psychological conditions of the work environment that can affect
work performance include feelings of privacy or crowding, the status associated with the amount
or location of workspace, and the amount of control over the work environment.
Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja yang meliputi perasaaan
yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan
sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja.
1) Feeling of privacy
Menurut Newstrom (1996:478), privasi dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang kerja. Ada
ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja, adapula yang didesain untuk beberapa orang,
sehingga penyelia untuk mengawasi interaksi antar karyawan.
Menurut Newstrom (1996), para karyawan tingkat bawah senang dengan desain ruang yang
terbuka karena memberi kesempatan kepada karyawan untuk berkomunikasi secara informal.
Sebaliknya para manajer merasa tidak puas dengan desain ruang yang terbuka karena banyak
gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.
3) Shift
Menurut Newstrom (1996), dalam satu hari sistem kerja shift dapat dibagi menjadi 3 yaitu shift
pagi, shift sore, dan shift malam. Dan berdasarkan banyak penelitian bahwa shift malam
dianggap banyak menimbulkan masalah seperti stres yang tinggi, ketidakpuasan kerja dan
kinerja yang jelek.
Menurut Newstrom (1996), maksudnya adalah mengurangi jumlah hari kerja dalam seminggu,
tetapi menambah jumlah jam kerja perhari. Mengurangi hari kerja dalam seminggu mempunyai
dampak yang positif dari karyawan yaitu karyawan akan merasa segar kembali pada waktu
bekerja karena masa liburnya lebih lama dan juga dapat mengurangi tingkat absensi dari
karyawan.
5) Flextime
Menurut Newstrom (1996), adalah suatu jadwal kerja dimana karyawan dapat memutuskan
kapan mulai bekerja dan kapan mengakhiri pekerjaanya selama karyawan dapat memenuhi
jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh badan usaha. Bekerja mengandung arti melaksanakan
suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang
bersangkutan.
Kondisi kerja dipandang mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kenyaman,
ketenangan, dan keamanan kerja. Terciptanya kondisi kerja yang nyaman akan membantu para
karyawan untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja bisa lebih
dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya penerangan, maupun polusi seta bebas dari
gangguan yang bersifat psikologis maupun temporary seperti privasi yang dimiliki karyawan
tersebut maupun pengaturan jam kerja.
Perhitungan Rak
1. Model rak rekam medis
Seiring perkembangan teknologi dan informasi di bidang manajemen rekam medis dan informasi
kesehatan sarana penyimpanan dapat menggunakan sistem elektronik dan non elektronik. Jika
fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan sistem elektronik akan lebih efisien dan efektif.
Tidak diperlukan lagi rak rekam medis dan ruang penyimpanan rekam medis, namun apabila
masih menggunakan cara penyimpanan non elektronik masih diperlukan rak penyimpanan dan
ruangan sesuai standar yang ditentukan.
Dalam menyusun perencanaan rak rekam medis sebaiknya untuk kebutuhan jangka panjang,
misalnya 5 (lima) tahun, 10 (sepuluh) tahun. Untuk menghitung kebutuhan rak rekam medis
dapat diperlukan data antara lain:
Data jumlah rekam medis yang akan disimpan dapat diambil dari jumlah kunjungan rawat jalan
dan rawat inap selama 1(satu) tahun.
Untuk mendapat data pertumbuhan rekam medis setiap tahun, dapat diambil kunjungan rawat
jalan dan rawat inap selama 5 (lima) tahun. Dengan data ini dapat dihitung berapa persen rata-
rata pertumbuhan rekam medis setiap tahun. Adakalanya naik, adakalanya data kunjungan
menurun.
a) Ruang unit kerja rekam medis harus mempunyai jendela luar agar udara dan cahaya
matahari dapat masuk sehingga ruangan tidak lembab dan pengap.
e) Tempat pendaftaran pasien tentunya mudah diakses oleh semua orang baik pasien atau
tenaga medis lain
f) Tempat pendaftaran pasien dan poliklinik sebaiknya berdekatan dengan ruangan
pengolahan data rekam medis dan lebih baik berdekatan dengan ruangan pelaporan
h) Setiap tempat pendaftaran pasien disediakan tempat menunggu untuk pasien an diusahakan
tidak terlalu sempit
i) Lokasi ruangan rekam medis harus dapat memberi pelayanan cepat kepada seluruh pasien,
mudah dijangkau dari segala penjuru, dan mudah menunjang pelayanan administrasi. Alat
penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu ruangan, perhatian terhadap
faktor keselamatan petugas, bagi suatu ruangan penyimpanan ruangan penyimpanan rekam
medis sagat membantu memelihara dan mendorong kegairahan kerja dan medis dan produktifitas
pegawai. Penerangan atau lampu yang baik, menghindari kelelahan penglihatan petugas. Perlu
diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu dan pencegahan bahaya
kebakaran.
1) Ruangan penyimpanan arsip jangan terlalu lembab perlu diatur berkisar 650 F dan 750 F
dan kelembaban udara sekitar 50% sampai 65%. Untuk dihidupkan selama 24 jam terus-
menerus. Perhatikan AC juga bisa mengurangi banyaknya suhu
2) Ruangan harus terang, dan sebaiknya menggunakan penerangan alam yaitu sinar matahri.
Sinar matahari, selain memberikan oenerangan ruangan, juga dapat membantu membasmi musuh
kertas arsip.
3) Ruangan hendaknya terhindar dari serangan hama, perusak atau pemakan kertas arsip,
antara lain jamur, rayap, ngengat. Untuk menghindarinya dapat digunakan sodium arsenite,
dengan meletakkannya di celah- celah lantai. Setiap enam bulan sekali ruangan disemprot
dengan racun serangga seperti : DDT, Dieldrin, Prythrum, Gama Benzene Hexacloride, dengan
cara menyemprotkan racun pada dinding, lantai dan alat- alat yang dibuat dari kayu.
4) Ruangan penyimpanan arsip sebaiknya terpisah dari ruangan kantor lain untuk menjaga
keamana arsip-arsip tersebut mengingat bahwa arsip tersebut sifatnya rahasia, mengurangi lalu
lintas pegawai lainnya, dan menghindari pegawai lain memasuki ruangan sehingga pencurian
arsip dapat dihindari. Alat penyimpanan rekam medis yang umum dipakai adalah rak terbuka
(open self file unit), lemari lima caci dan roll 0’pack. Alat ini hanya mampu dimiliki oleh rumah
sakit tertentu karena harganya lebih murah, petugas dapat mengambil dan menyimpan rekam
medis lebih cepat, dan menghemat ruangan dengan menampung leih banyak rekam medis dan
tidak terlalu makan tempat. Harus tersedia rak- rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan
mudah atau rak-rak beroda.
5) Jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang, dianjurkan selebar 90 cm. Jika menggunakan
lemari lima laci sejejer satu baris, ruangan lowong didepannya harus 90 cm, jika diletakkan,
saling berhadapan harus disediakan ruang lowong paling tidak 150 cm, untuk memungkinkan
membuka laci- laci tersebut. Lemari lima laci memang tampak lebih rapi dan rekam medis
terlindung dari debu dan kotoran dari luar. Pemeliharaan kebersihan yang baik, akan memelihara
rekam medis tetap rapi dalam hal penggunaan rak- rak terbuka. Faktor- faktor keselamatan harus
diutamakan pada bagian penyimpanan rekm medis.
2. Standar fasilitas
Berdasarkan buku pedoman pelayanan rekam medis RSU. Dr.Soetomo Surabaya Revisi 5, 2015
bahwa standar fasilitas, meliputi:
a. Lokasi
b. Ruangan
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Bekerja dalam sikap duduk akan
mengurangi kelelahan pada kaki, terhindar dari sikap- sikap tidak alamiah dan mengurangi
pemakaian energi. Pemakaian kursi yang tepat tidak menyebabkan keluhan- keluhan pada tenaga
kerja. Ukuran- ukuran kursi kerja yang baik misalnya sebagai berikut :
1) Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel antara 35-38 cm (pakai tambah alas kaki)
2) Tompangan pinggang dapat disetel ke atas ke bawah dan bergerak 8-12 cm di atas alas
duduk
3) Dalamnya tompangan pinggang adalah 35-38 cm dari ujung depan alas duduk
Dalam perencanaan suatu meja kerja perlu disediakan cukup ruangan bagi peralatan, peralatan
kerja, aneka kerja dan aneka tempat penyimpanan, bahkan agar gerakan tidak terganggu. Meja
kerja paling ideal yaitu meja kerja yang dapat disetel menurut tinggi tenaga kerja yang
bersangkutan. Apabila tinggi meja kerja tidak dapat disetel, maka tinggi meja kerja disesuaikan
dengan ukuran tenaga kerja yang tertinggi atau menggunakan tinggi badan yang sepadan untuk
memudahkan perencanaan tinggi meja kerja. Ukuran- ukuran meja kerja yang baik misalnya
sebagai berikut:
1) Tinggi meja kerja adalah 54- 58 cm yang diukur dari permukaan dan meja sampai ke
lamtai
2) Tinggi permukaan atas dari meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh
pada waktu kerja
3) Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan bergerak
pada kaki
4) Permukaan meja rata dan tidak menyilaukan
5) Lebar meja diukur dari pekerjaan ke arah depan dengan ukuran kurang lebih 80 cm.
Penataan meja kerja harus sesuai dengan urutan kerja dari unit rekam medik lainnya agar dapat
meningkatkan kualitas mutu pelayanan dokumen rekam medik itu sendiri.
2) Meja para pekerja sebisa mungkin menghadap kearah yang sama dan berjarak 70-80 cm
3) Setiap tugas sebisa mungkin membutuhkan 2,1 m2 termasuk ruang untuk peralatan dan
jalan
4) Sebaliknya tidak menempatkan ruang filing dekat dengan pintu utma ruang kerja karena
untuk mengurangi kemungkinan masuknya orang yang tidak berwenang
6) Pekerjaan coding umumnya membutuhkan area kerja yang lebih tenang untuk konsentrasi
7) Petugas yang sering terlibat kontak dengan pasien atau dengan petugas lainnya sebaiknya
ditempatkan didekat pintu masuk ruangan
8) Jalur atau gang utama sebaiknya minimal 1,5 dan jalur lainnya minimal selebar 90 cm.
Untuk menunjang keamanan dan keselamatan dalam proses pendaftaran, maka mebel dan
bentuknya harus diperhatikan. Meja loket terbuat dari kayu, papan atau tembok maka harus
dibuat halus, rata serta bagian tepinya jangan lancip agar tidak tajam.
Pekerjaan yang dilakukan pasien ketika mendaftar adalah jenis pekerjaan ringan, maka tinggi
optimum meja loket pendaftaran adalah 5-10 cm dan dibawah tinggi siku.
5. Perancangan manajemen ruang filing
Ruang filing adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan berkas rekam medik
pasien, sedangkan filing adalah kegiatan penataan berkas di sebuah tempat khusus sehingga
untuk kebutuhan referensi dapat dilakukan pengambilan (retrieval) kembali dengan cepat dan
mudah.
a) Volume rak
d) Dalam aktifitas filing mungkin terjadi penambahan berkas (admission) dan penyusutann
(discharge). Tingkat pertumbuhan berkas dapat diperkirakan dengan menggunakan trend atau
formula untuk menghitung beberapa kebutuhan jumlah rak
e) Jarak antara 2 buah rak untuk lalu lalang seharusnya adlah 90 cm. Jika menggunakan lemari
laci dijejer 1 baris, maka ruangan lorong did3pannya harus disediakan ruang minimal 150 cm
untuk keleluasaan pada saat membuka laci
f) Lemari 5 caci lebih rapi terlindung dari debu, dan kotoran luar.
Rak yang paling modern, untuk saat ini adalah “Roll o’pack” kelebihannya: (1) tertutup; (2)
kerahasiaan terjamin; (3) memuat file lebih banyak. Kekurangannya: (1) mahal; (2)
membutuhkan ruangan yang lebih luas.
2. File Expansion
a) Pada sistem penomoran dan pengarsipan unit, perlu tersedia daerah kosong 25 % karena akan
dipakai untuk perluasan catatan medis
b) Pada sistem pengarsipan serial unit yang mengambil catatan medik lama ke depan, akan
terdapat celah- celah di rak arsip karena catatan tersebut dipidahkan
c) Sistem penomoran dan pengarsipan serial jumlah rak akan konstan dan perluasan hanya terjadi
pada satu arah pada saat diterbitkannya nomor baru untuk pasien yang akan datang.
Konsep Dasar Lingkungan Kerja
Menurut Nitisemito 1992, adalah “sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas- tugas yang di bebankan”.
Menurut Sedarmayati 2001, adalah “Keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya,serta pengaturan
kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.
Menurut Bambang 1991, “Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang pegawai”.
Lingkunngan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat
kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsunng maupun tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi menjadi dua kateori yaitu:
a)Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan pegawai seperti pusat kerja, kursi, meja,
dan sebagainya.
b)Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang
mempengaruhi kondisi manusia misalnya temparatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanik, bau tidak sedap, warna, dll.
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan
kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun hubungan dengan sesame rekan kerja ataupun
hubungan dengan bawahan dan atasan.
6. Mobilitas pegawai tidak terganggu oleh letak dan susunan perlengkapan kantor seperti rak dan
lemari
9. Susunan tempat kerja dapat digunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah diubah sewaktu-
waktu
Menurut Gempur Santoso, 2004 dalam buku Ergonomi standar lingkungan kerja fisik meliputi:
1. Temperatur
a) -/+49˚C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan
fisik dan mental
b) -/+30˚C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung membuat kesalahan
dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
e) Produktivitas manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur -/+24˚C sd -
/+27˚C
2. Kelembaban
Udara yang panas dan kelembaban yang tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari
tubuh secara besar- besaran (karena sistem penguapan). Sehingga mempengaruhi semakin
cepatnya denyut jantung, Karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen.
3. Siklus udara
Udara normal mengandung: 21% oksigen, 0,03% karbondioksida, dan 0,9% gas campuran.
Siklus udara yang tidak baik apabila terdapat gejala sesak nafas pada tubuh orang normal. Maka
siklus udara yang baik adalah ventilasi cukup dan tanaman.
4. Pencahayaan
Ukuran jarak pandang untuk membaca idealnya adalah 30 cm tanpa pemaksaan mata,
menggunakan cahaya warna netral seperti putih. Keuntungan cahaya yang baik adalah : (1)
Prestasi lebih besar; (2) Semangat kerja lebih tinggi; (3) Hasil pekerjaan lebih efektif; (4)
Kesalahan berkurang; (5) Keletihan mata berkurang.
Kerugian cahaya yang tidak baik adalah: (1) kelelahan mata; (2) kelelahan mental; (3) kelelahan
daerah mata dan kepala (4) kerusakan indera mata.
Untuk menentukan intensitas cahaya yang layak digunakan pengukuran penerangan dengan foot
candle yaitu sejumlah cahaya/ penerangan dengan jarak 1 kaki dari sebuah lilin 10 watt tiap kaki
persegi memberikan 1,5 foot candle, 200 watt menerangi 1 ruangan yang ukuran 10x10 (3x3
meter persegi) memberikan penerangan 15 candle per foot.
5. Kebisingan
6. Bau
7. Getaran Mekanis
Getaran dipengaruhi oleh intensitas, frekuensi, dan lamanya getaran. Getaran yang tidak baik
ditandai dengan adanya gejala konsentrasi menurun, kelelahan, dan gangguan mata, syaraf, dan
otot.
8. Warna
b) Kuning: Kehangatan matahari, merangsang mata dan syaraf, gembira, riang, melenyapkan
rasa tertekan, terang, dan leluasa.
c) Hijau dan biru: sejuk, aman, menyegarkan, ketentraman, mengurangi ketegangan otot dan
tekanan darah, baik untuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi,.
d) Gelap: Leluasa
Persentase
No Bahan Warna
(%)
1 Putih 100
2 Aluminium, kertas putih 80-85
3 Gading, kuning lemon, kuning dalam, hijau muda, biru pastel, 60-65
pink pale, krim
4 Hijau lime, abu-abu pale, pink, orange dalam, bluegrey 50-55
5 Biru langit, kayu pale 40-45
6 Pale cakwood, semen kering 30-35
7 Merah dalam, hijau rumput, hijau daun, coklat 20-25
8 Biru gelap, merah purple, coklat tua 10-15
9 Hitam 0
Suhu ruangan tidak melebihi 27˚C dan mempunyai kelembaban tidak lebih dari 60%
Terhindar dari pencahayaan secara langsung (menggunakan tirai)
Kualitas pencahayaan terang
Ventilasi sehingga sirkulasi udara bebas & segar
Keselamatan Kerja
Harus dicegah terjatuhnya petugas ketika menyimpan atau mengambil rekam medis, pada rak
yang letaknya di atas. Perlu diadakan tangga yang tidak mudah tergelincir. Ruang gerak untuk
bekerja dalam penyimpanan harus memudahkan pekerjaan. Kebersihan terjaga, adanya
penghisap debu, penggunaan masker, kelembaban dan suhu ruangan perlu diatur untuk
mencegah kebakaran. Penerangan lampu dan sirkulasi udara yang cukup baik untuk
menghindarkan kelelahan.
1. Ada program pencegahan bahaya untuk menjamin arsip tidak hilang, rusak, dan ditangani
dengan baik misal: smoke, detection, fire alarm, APAR, Sprinkle sistem,yang terpasangan di
ruangan penyimpanan
2. Lemari penyimpanan terbuat dari besi aluminium yang dilengkapi dengan alat kunci
pengaman & sistem ril (Roll O’pack)
3. Tersedia tangga dibagian penyimpanan & pengambilan DRM untuk memudahkan petugas.
4. Ruang penyimpanan dilengkapi akses kontrol dimana hanya 1 orang yang memiliki akses
masuk ke ruang penyimpanan DRM
5.Distribusi DRM harus selalu dalam keadaan menutupi identitas pasien, dan diserahkan ke
perawat/ petugas yang menangani pasien.
Kaizen adalah kegiatan sehari- hari yang sederhana bertujuan untuk melampaui peningkatan
produktifitas, juga merupakan sebuah proses apabila dilakukan dengan benar akan
“memanusiawikan” tempat kerja, mengurangi beban kerja yang berlebihan, dan mengajarkan
orang untuk melakukan percobaan dalam pekerjaannya dengan menggunakan metode- metode
ilmiah dan bagaimana belajar mengenali serta mengurangi pemborosan dalam proses kerjanya.
5R di Indonesia meliputi:
1. Seiri (Ringkas)
Seiri berarti membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan serta membuang
yang tidak diperlukan. Prinsip dari seiri yaitu dengan menggunakan stratifikasi dan menangani
sebab masalah. Langkah-langkah dalam penerapan seiri:
Slogan Seiri adalah singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan di tempat kerja (Osada,
2004)
2. Seiton (Rapi)
Seiton adalah menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga kita selalu menemukan barang
yang dibutuhkan. Prinsip dari seiton adalah penyimpanan fungsional dan menghilangkan waktu
untuk mencari barang. Langkah- langkah dalam penerapan seiton :
Pengelompokkan barang
Penyiapan tempat
Pemberian tanda batas
Pemberian tanda pengenal barang
Membuat denah/ peta penyimpanan
Slogan seiton adalah setiap barang yang berada di tempat kerja memiliki tempat yang pasti.
3. Seiso (Resik)
Seiso berarti menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk memperoleh tempat kerja
yang lebih bersih. Prinsip seiso adalah bahwa pembersihan sebagai pemeriksaan dan tingkat
kebersihan. Langkah-langkah dalam penerapan seiso:
Slogan seiso adalah bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja, membersihkan berarti
memeriksa.
4. Seiketsu (Rawat)
Seiketsu berarti memelihara barang dengan teratur, rapi, bersih dan salam aspek personal serta
kaitannya dengan polusi, prinsip seiketsu adalah manajemen visual dan pemantapan 5S.
Langkah- langkah dalam penerapan seiketsu:
Slogan Seiketsu adalah setiap orang memperoleh informasi yang dibutuhkannya di tempat kerja
tepat waktu.
5. Shitsuke (Rajin/Disiplin)
Shitsuke berarti melakukan suatu yang benar sebagai kebiasaan. Prinsip shitsuke adalah
pembentukan kebiasaan dan tempat kerja yang mantap.
Langkah- langkah dalam penerapan shitsuke:
Slogan shitsuke adalah lakukan apa yang harus dilakukan dan jangan lakukan apa yang tidak
boleh dilakukan.
Tujuan
Untuk mengatur/ mengelola tempat kerja menjadi tempat kerja yang lebih baik secara
berkelanjutan serta meningkatkan efisiensi dan kualitas di tempat kerja.
Manfaat
Ruang Lingkup
Seperti yang telah disebutkan bahwa praktek kaizen memiliki tujuan dalam perbaikan maupun
peningkatan secara terus menerus, maka praktek kaizen dalam suatu organisasi perusahaan harus
menyentuh setiap karyawan. Konsep praktek kaizen pada umumnya memiliki dasar:
Pada umumnya praktek kaizen selalu beriringan dengan Total Quality Management (TQM).
Karena sistem mutu dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu dari produk maupun sumber
daya yang ada dalam organisasi perusahaan, jadi kaizen bisa juga dikaitkan dengan kesatuan
pandangan komprehensif dan terintegrasi dengan TQM tersebut. Orientasi kaizen pada TQM
mencangkup:
Kaizen berorientasi pada menejemen dengan memusatkan perhatian pada masalah besar
yang berada pada ruang lingkup seperti masalah strategi dalam perusahaan.
Kaizen yang berorientasi pada kelompok, pada umumnya kaizen ini dilakukan dengan
keikutsertaan karyawan secara suka rela
Kaizen yang berorientasi pada individu, pada umumnya kaizen ini berupa perbaikan
terhadap kinerja individu untuk mencapai hasil yang di inginkan.
Jadi pada umumnya kaizen bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimanapun tempatnya, yang
sangat diperlukan dalam praktek kaizen itu adalah bagaimana.
Pengantar Ergonomi
Pengertian
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi
tubuh manusia ialah untuk menurunkan stres yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa
menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan
suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan
(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat keja, dan meningkatkan kepuasan kerja
Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola
dan mengkoordinir secara tepat dan meningkatkan jaminan sosial selama kurun waktu
usia produktif maupun setelah produktif.
Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai macam aspek seperti aspek
ekonomi, aspek teknis, antropologis dan budaya setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas hidup yang tinggi.
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi kognitif, ergonomi sosial,
ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi
merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang bertujuan untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomis, sehingga didapatkan suatu
rancangan keergonomikan yang terbaik.
Pentingnya Ergonomi
Penghematan kerja
Mengurangi kerja kompensasi pekerja karena lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga
risiko cedera dan kecelakaan kerja dapat diminimalkan.
Sikap kerja
Keuntungan
Ergonomi: penghematan biaya + semangat kerja karyawan + produktivitas dan mutu tinggi +
laba = laba atau investasi.
Dalam pengelolaan rekam medis perlu memperhatikan ergonomi karena untuk mempermudah
tata cara dalam mencapai efisiensi dan efektifitas kerja. Ergonomic juga berpengaruh terhadap
kesalahan kerja yaitu jika sikap dan cara kerja seseorang diantaranya posisi duduk pada saat
bekerja didukung dengan peralatan dan tata letak tidak yang dirancang secara ergonomic akan
lebih nyaman untuk melakukan suatu pekerjaan serta dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Ergonomi juga dapat mengurangi beban kerja yang berpern untuk memaksimalkan keamanan,
kenyamanan dan efisiensi kerja.
Ergonomi Penerangan
1. Pengertian Ergonomi
Menurut keputusan Menteri Kesehatan No.1405 2002, penerangan adalah jumlah penyinaran
pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab
itu salah satu masalah lingkungan di tempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai
pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu
minimal 100 lux.
Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi pekerja, sehingga dapat
menimbulkan gangguan performance ( penampilan ) kerja yang akhirnya dapat memberikan
pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak
harus ada karena berhubungan dengan fungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi
produktifitas bagi tenaga kerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja, standar pencahayaan
untuk ruangan yang dipakai untuk melakukan pekerajaan yang memerlukan ketelitian adalah
500-1000 lux.
2. Tujuan, Manfaat, Ruang Lingkup Ergonomi Penerangan
Untuk mencegah adanya berbagai keluhan pada mata, tujuan utama perancangan pencahayaan
untuk tempaat layar tampilan diletakkan adalah (Santoso,2009):
c. Menghindari cahaya langsung atau cahaya pantulan yang langsung mengenai layar
tampilan
d. Memberikan keyakinan bahwa ada pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang tidak
menggunakan layar taampilan.
Terdapat beberapa manfaat yang ada pada ergonomi, begitu juga dengan ergonomi penerangan.
Manfaat dari ergonomi penerangan adalah sebagai berkut:
c. Menerapkan cara bagi pengguna untuk menghindari cahaya pantulan yang langsung
mengenai layar tampilan
d. Memberi wawasan bagi pengguna bahawa ada pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan
yang tidak menggunakan layar tampilan.
3. Syarat Penerangan
a. Pekerjaan yang hanya membedakan barang- barang kasar seperti menyisihkan barang-
barang yang besar, mengerjakan bahan tanah atau baku, mengangkut dan meletakkan barang di
gudang berdasarkan ketentuan.
b. Pekerjaan yang harus membedakan barang- barang yang kecil, tetapi dilakukan secara
sepintas mengerjakan barang- barang besi dan baja yang setengah selesai, penggilingan padi,
penyisihan bahan kapas, ruang penerima dan pengiriman barang memerlukan penerangan
sedikitnya 100 lux.
c. Penerangan untuk pekerjaan yang akan membedakan barang- barang kecil dengan teliti
seperti pemasangan alat- alat, pekerjaan bubut yang kasar, menjahit bahan yang berwarna- warni,
mengerjakan kayu dan melapisinya memerlukan kekuatan penerangan sebesar 200 lux.
d. Pekerjaan yang membedakan secara teliti terhadap barang- barang yang kecil dan halus
seperti percobaan- percoaan yang teliti, pekerjaan dengan mesin yang rumit dan membutuhkan
ketelitian, pembuatan tepung, penenunan, pekerjaan kantor dalam arti menulis, membaca,
mengarsip dan menyeleksi surat- surat, membutuhkan kekuatan penerangan sebesar 300 lux.
e. Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan membedakan barang- barang yang
sangat halus dan kontras dalam waktu yang lama, seperti pekerjaan dengan mesin- mesin yang
halus dan pemotongan kaca, mengukir kayu, mengetik, pekerjaan akuntansi, memerlukan
kekuatan antara 500-1000 lux.
f. Penerangan untuk pekerjaan membedakan barang yang sangat halus dan kurang kontras,
seperti pekerjaan service dan pembuatan jam tangan, tukang mas, penilaian dan penyisisihan
tembakau, memerlukan kekuatan penerangan sebesar 1000 lux.
4. Jenis Pencahayaan
Jenis sumber cahaya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Untuk mendapatkan penerangan (cahaya) alami banyak hak yang harus diperhatikan antara lain:
3. Tinggi jendela
Jika penerangan dari sinar matahari kurang mencukupi, perlu diupayakan penerangan tambahan
yang didapat dari penerangan buatan yang biasanya berupa bola lampu harus memenuhi
beberapa ketentuan, antara lain: penerangan buatan harus aman, intensitasnya cukup tidak boleh
menimbulkan panas, dan tidak merusak susunan udara
Jika penerangan buatan menimbulkan kenaikan suhu di tempat kerja, kenaikan ini tidak boleh
mencapai lebih dari 32
Sumber cahaya yang digunakan tidak boleh menyebabkan kesilauan pada mata, berkedip- kedip
atau menimbulkan bayangan yang dapat mengganggu
Dalam ruang lingkup dengan dengan pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek,
derajat kontras diantara objek dan sekelilingnya, luminansi (brightness) dari penglihatan, yang
tergantung dari penerangan dan pemantauan pada arah si pengamat serta lamanya melihat.
Salah satu contoh yang sering terjadi di masyarakat khususnya di tempat kerja selalu berhadapan
langsung dengan komputer setiap hari. Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh pencahayaan
yang buruk pada pengguna komputer adalah gangguan penglihatan atau Computer Vision
Syndrome (CVS) atau dikenal dengan sindrom penglihatan komputer.
CVS merupakan sindroma gangguan mata akibat penggunaan komputer dalam jangka waktu
yang lama. Selain itu CVS didefinisikan juga sebagai suatu kondisi sementara akibat
memfokuskan mata pada layar komputerr untuk berlarut- larut, tanpa gangguan dari periode
waktu. CVS terjadi 64% sampai 90% dari pekerja kantor. Gangguan ini sangat mungkin tidak
menyebabkan kerusakan mata permanen. Tetapi, dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna
komputer, Izquerdo,(2010) dalam Azkadina (2012).
b. Gejala CVS
Menurut Affandi, 2005 terdapat beberapa gejala yang terjadi pada seseorang yang menderita
CVS, antara lain:
1) Mata tegang
Mata tegang adalah salah satu istilah kabur yang memiliki arti yang berbeda- beda bagi banyak
orang. Istilah yang dipakai oleh spesialis mata untuk mata tegang adalah asthenopia, istilah itu
sendiri adalah istilah yang kabur. Di dalam lingkungan pemakaian komputer, mata tegang dapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan dan penglihatan yang berbeda- beda.
2) Sakit kepala
Sakit kepala adalah keluhan “tidak nyaman” lainnya dan keluhan itu sering menjadi sebab utama
mengapa orang menjaani pemeriksaan mata. Para pengguna komputer lebih besar
kemungkinannya mengalami sakit kepala jenis otot tegang.
3) Penglihatan kabur
Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda pada
jarak tertentu. Bila pandangan diarahkan ke suatu titik yang jaraknya < 6 meter, mekanisme
pemfokusan mata untuk menambah kekuatan fokus mata dan mendapatkan bayangan yang jelas
di retina harus diaktifkan. Kemampuan mata untuk merubah daya fokusnya disebut akomodasi,
yang berubah tergantung usia. Satu bayangan yang tidak tepat terfokus di retina akan kelihatan
kabur.
Permukaan depan mata diliputi oleh suatu jaringan yan mengandung kelenjar yang menghasilkan
air, mukus dan minyak. Ketiga lapisan itu disebut air mata yang membatasi permukaan mata dan
mempertahankan kelembaban yang diperlukan agar mata dapat berfungsi dengan normal.
Pada situasi kantor, penglihatan pekerja agak terhalang dan harus menyesuaikan posisi tubuh
untuk mengurangi beban pada sistem penglihatan.
Mata dirancang untuk terangsang oleh cahaya dan mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke
dalam mata. Faktor lingkungan kerja yan paling mengganggu adalah kesilauan.
Ketidaknyamanan mata karena kesilauan terutama disebabkan perbedaan terang cahaya pada
lapangan pandang. Sebaiknya sumber cahaya yang sangat terang dihilangkan dari lapangan
pandang dan diusahakan mendapat pencahayaan yang relatif merata. Seseorang akan
menghadapi risiko yang lebih besar mengalami silau yang mengganggu bila sumber cahaya lebih
terang dan lebih dekat ke titik perhatian.
7) Penglihatan Ganda
Ketika melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata mengkonvergensikan kedua mata
ke arah hidung. Konvergensi memungkinkan kedua mata untuk mempertahankan peletakan
kedua bayangan pada tempat yang setara di kedua retina. Bila kemampuan untuk tetap mengunci
posisi kedua mata hilang, mata akan tak searah dan tertuju ke titik yang berbeda. Ketika kedua
mata mentransmisikan bayangan tersebut maka akan terjadi penglihatan ganda.
Beberapa faktor penting dalam mencegah atau mengurangi gejala CVS harus dilakukan
dengan komputer dan bagaimana komputer tersebut digunakan. Ini terrmasuk kondisi
pencahayaan, kenyamanan kursi, lokasi bahan referensi, posisi monitor, dan penggunaan
istirahat.
1) Lokasi layar komputer. Kebanyakan orang merasa lebih nyaman untuk melihat komputer
ketika mata mencari ke bawah. Secara optimal, layar komputer harus 15 sampai 20 di bawah
tingkat mata ( sekitar 4 atau 5 inch ) yang diukur dari tengah layar dan 20 sampai 28 inch dari
mata.
2) Bahan Referensi. Bahan- bahan bacaan lain harus ditempatkan di atas keyboard dan di
bawah monitor. Jika hal ini tidak munngkin, pemegang dokumen dapat digunakan di samping
monitor. Tujuannya adalah untuk posisi dokumen sehungga tidak perlu memindahkan kepala
untuk melihat dari dokumen ke layar.
3) Pencahayaan. Posisi layar komputer untuk menghindari silau, terutama dari pencahayaan
overhead atau jendela. Gunakan tirai atau gorden di jendela dan mengganti bola lampu di lampu
meja dengan lampu watt lebih rendah.
4) Layar anti silau. Jika tidak ada cara untuk meminimalkan silau dari sumber cahaya,
pertimbangkan untuk menggunakan filter silau layar. Filter ini mengurangi jumlah cahaya yang
dipantulkan dari layar. Instalasi filter anti-silau pada minitor bisa diatur sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu, juga bisa menyesuaikan nuansa jendela dan mengubah kontras layar dan
kecerahan dapat membantu mengurangi silau dan pantulan.
5) Posisi duduk kursi harus nyaman empuk dan sesuai dengan tubuh. Ketinggian kursi harus
disesuaikan sehingga kaki beristirahat datar di lantai. Jika kursi memiliki lengan, mereka harus
disesuaikan untuk memberikan dukungan lengan saat mengetik. Pergelangan tangan tidak harus
beristirahat pada keyboard saat mengetik.
6) Istirahat untuk mencegah kelelahan mata, cobalah untuk mengistirahatkan mata ketika
menggunakan komputer untuk waktu yang lama. Istirahatkan mata selama 25 menit setelah dua
jam penggunaan komputer terus menerus. Juga, untuk setiap 20 menit melihat komputer, melihat
ke kejauhan selama 20 detik untuk memungkinkan mata berkesempatan untuk memfokuskan
kembali.
8) Pemeriksaan mata secara teratur dan melihat kebiasaan yang tepat dapat membantu
mencegah atau mengurangi perkembangan gejala yang terkait dengan CVS.
Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Sejarah Kesehatan Kerja
Pada mulanya, kesehatan kerja berkembang dari kesadaran bahwa bekerja dapat
menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja yang memerlukan upaya
pencegahan. Pada jaman prasejarah, orang Mesir telah mengenal manfaat, cadar bagi
perlindungan respirasi saat menambang cinabar (red mercury); di Arabia pada catatan tentang
efek sinar matahari pada pekerja tambang raja Solomon. Pada abad pertengahan sebelum abad
ke-19, Georgius Agricola (1494-1555) dari Bohemia menemukan pekerja tambang dengan gejala
silicosis. Untuk mencegah penyakit tersebut, dia menganjurkan tentang pentingnya kebersihan
udara di lingkungan kerja dan menulis buku of Things Metallic; Teophrastus Bombastus Van
Hohenheim Paracelsus (1493-1541) dari Austria, menyadari hubungan dosis-respons antara
kejadian penyakit pada pekerja pengecoran logam dan beratnya penyakit. Hal tersebut telah
menjadi dasar perkembangandisiplin ilmu toksikologi.
Batasan “sehat” yang menjadi tujuan kesehatan kerja, bukan saja sehat secara fisik, mental
dan sosial sesuai yang di definisikan WHO pada tahun 1948, tetapi juga sehat secara spiritual
sesuai definisi yang disempurnakan WHO pada tahun 2984 dan diamanatkan oleh Wealth Health
Assembly (WHA) tahun 1999. Definisi tentang kesehatan yang tidak jauh berbeda juga
tercantum dalam Undng-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Kesehatan adalah
keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.
Upaya kesehatan yang mengutamakan upaya kuratif dalam jangka panjang bersifat konsumtif
tidak produktif. Dari segi ekonomi, upaya investasi pada orang yang tidak atau belum sakit lebih
cost-effective daripada terhadap orang sakit. Paradigm “sehat” yang dirancangkan Departemen
Kesehatan RI pada tahun 1998, lebih menekankan upaya promotif- preventif daripada upaya
kuratif-rehabilitatif. Prinsip dan paradigma ini berlaku pula pada upaya kesehatan kerja.
Pada zaman penjajahan Belanda, beberapa rakyat Indonesia berstatus sebagai budak. Mereka
dilindungi oleh Regerings Reglement (RR) tahun 1818 pada pasal 115 memerintahkan supaya
diadakan peraturan peraturan mengenai perlakuan terhadap keluarga budak. Beberapa peraturan
terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja pada zaman penjajahan Belanda antara lain:
2. Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige Persoonen ann Boord van
Scepen, Yaitu peraturan tentang pekerjaan anak dan pemuda di kapal. Mulai berlaku 1 Mei 1926.
3. Mijn Politie Reglement, Stb No.341 tahun 1931 (peraturan tentang pengawasan tabang).
4. Voorschriften omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der an motorrijtuigen tentang
waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi kendaraan bermotor)
Perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia boleh dibilang harus lebih
ditingkatkan lagi mengingat setelah Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970, tidak
ada lagi breakthrough dalam catatan dunia Keselamatan dan Kesehatan Kerja Indonesia kecuali
diisi oleh beberapa peraturan. Salah satu peraturan yang penting adalah Undang-undang Nomor
13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.
Tantangan keselamatan dan kesehatan kerja di zaman modern bagi Indonesia bahkan lebih
besar lagi. Di tahun 2012 saja, 9 pekerja meninggal setiap harinya akibat kecelakaan kerja
(Jamsostek, 2014). Bahkan dunia keselamatan kerja Indonesia baru saja dihantam oleh Tragedi
Mandom yang belum jelas pembelajarannya (lesson learn) untuk meningkatkan K3 Indonesia ke
depannya.
Menurut International Labour Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO),
Kesehatan kerja merupakan promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental, dan social
pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik- baiknya (Harrington & Gill, 2005).
Kesehatan kerja adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerjaan dan kesehatan.
Hubungan itu dapat terjadi dua arah. Arah pertama adalah bagaimana pekerjaan mempengaruhi
kesehatan, sedangkan arah kedua adalah bagaimana kesehatan mempengaruhi pekerjaan.
Dalam hal tersebut pertama dipelajari masalah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Dalam hal kedua dipelajari bagaimana pekerjaan
yang sakit agar tetap dapat menjalankan pekerjaan secara produktif. Kesehatan kerja meliputi
segala upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan penyakit akibat kerja dan penyakit
lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya adalah agar tenaga kerja ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan kondisi mentalnya sehingga setiap tenaga kerja berada
dalam keadaan sehat dan sejahtera pada saat ia mulai bekerja sampai selesai masa baktinya.
Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja pedomannya ialah: “Penyakit dan kecelakaan akibat kerja
dapat dicegah”, maka upaya pokok kesehatan kerja ialah pencegahan kecelakaan akibat kerja. Di
samping itu, dalam kaitannya dengan masyarakat di sekitar perusahaan, kesehatan kerja juga
mengupayakan agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbulnya penyakit- penyakit yang
diakibatkan oleh limbah atau produk perusahaan tersebut. Sedangkan upaya promotif
berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan meningkatkan juga
produktivitas kerja. Oleh sebab itu, upaya pokok kesehatan kerja yang kedua adalah prommosi
(peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja dalam rangka peningkatan produktivitas kerja.
1) Menurut Mondy (2008), keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang
disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan
aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.
2) Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman dan tenteram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.
3) Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencangkup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
4) Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan kerja merupakan
suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental, maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat, dan
lingkungan.
Secara implisit rumusan atau batasan ini, bahwa hakikat kesehatan kerja mencangkup 2 hal,
yakni: pertama, sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya. Tenaga kerja disini mencangkup antara lain seperti buruh atau karyawan, petani,
nelayan, pekerja-pekerja sektor non formal, pegawai negeri dan sebagainya. Kedua, sebagai alat
untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan
produktivitas (Sumakmur, 1991). Apabila kedua prinsip tersebut dijabarkan ke dalam bentuk
operasional, maka tujuan utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
5) Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya
pencemaran yang ditimbulkan perusahaan tersebut.
6) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya- bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-
produk perusahaan.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi
syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan
produktif antara lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan/ pencahayaan yang cukup, bebas
dari debu, sikap badan yang baik, alat- alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau
anggotanya (ergonomic) dan sebagainya.
Tujuan utama dalam penerapan K3 berdasarkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970
mengenai Keselamatan Kerja yaitu diantaranya:
1) Melindungi dan menanggung keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
2) Menanggung setiap sumber produksi dapat dipakai dengan cara aman dan efektif
Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
2) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja
1) Menjaga keselamatan para karyawan agar bisa tetap bekerja demi kesejahteraan hidup dan
meningkatkan perekonomian nasional
2) Menjamin keselamatan orang yang memasuki atau berada di lingkungan tempat kerja
3) Memelihara sumber produksi (seperti mesin produksi, dsb) agar digunakan secara aman dan
seefektif mungkin.
2) Karena para karyawan lebih aman dan terlindungi saat bekerja, mereka diharapkan bisa lebih
rajin saat bekerja
3) Agar perlengkapan dan peralatan kerja bisa digunakan dengan maksimal dan sebaik-baiknya
Mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit akibat lingkungan kerja.
1) Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja
2) Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktek kerja termasuk
desain tempat kerja
3) Memberikan saran, informasi pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD
Mengidentifikasi tingkat keselamatan pegawai di area kerja. Hal ini sangat penting dilakukan,
terutama bagi yang bekerja di bidang konstruksi yang mana membangun sebuah bangunan
memiliki banyak sekali resiko yang mengancam keselamatan para pekerja yang terjun langsung
ke lapangan.
Mencegah munculnya penyakit dari lokasi kerja yang dapat menyerang para pegawai yang
bertugas di tempat tersebut. Mengingat penyakit akibat virus yang dapat menular dengan mudah
melalui udara, maka pemeriksaan menyeluruh terhadap tingkat sterilitas lokasi yang digunakan
perlu dilakukan untuk menghindari para tenaga kerja terjangkit virus yang mengendap di lokasi
tersebut. Setidaknya, bila memang tetap harus melakukan pekerjaan di sana, para pegawai perlu
mendapatkan perawatan pencegahan.
Telah diuraikan sebelumnya bahwa lingkungan, beban kerja, kapasitas kerja dan kondisi kerja
yang tidak sesuai merupakan beban tambahan kerja bagi karyawan atau tenaga kerja. Sebaliknya
lingkungan yang higienis di samping tidak menjadi beban tambahan, juga meningkatkan gairah
dan motivasi kerja. Lingkungan kerja ini dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan
lingkungan sosial, dan kedua-duanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja. Lingkungan
fisik mencangkup: pencahayaan, kebisingan dan kegaduhan, kondisi bangunan dan sebagainya.
Kapasitas kerja mencangkup: keterampilan, kesegaran jasmani dan rohani, status kesehatan/gizi,
usia, jenis kelamin dan ukuran tubuh.
Menurut Sedarmayanti (2009) Faktor yang mempengaruhi Keselamatan Kerja terdiri dari 3 (tiga)
faktor, diantaranya:
a) Faktor fisik dan mental: Kurang penglihatan atau pendengaran, otot lemah, reaksi mental
lambat, lemah jantung atau organ lain, emosi dan saraf tidak stabil serta lemah badan
b) Pengetahuan dan keterampilan: Kurang memperhatikan metode kerja yang aman dan baik,
kebiasaan yang salah, dan kurang pengalaman.
c) Sikap: Kurang minat/ perhatian, kurang teliti, malas, sombong, tidak peduli akan suatu akibat,
dan hubungan yang kurang baik
c) Kerusakan teknis
jenis Program Pelayanan Kesehatan Kerja
Program pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:
a) Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi: pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), pemeliharaan berat badan yang ideal, perbaikan dan pemeliharaan
lingkungan kerja yang sehat
c) Pelayanan Kesehatan KErja Kuratif, meliputi: pemeriksaan fisik dan penunjang, pelayanan
yang diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan kesehatan
d) Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat
menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal, penempatan kembali pekerja
secara selektif sesuai kemampuannya.
Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa suatu jenis
pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah-langkah menghilangkan
bahaya yang mungkin terjadi.
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:
a) Melibatkan Karyawan
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses Job Hazard Analysis. Mereka
memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut merupakan informasi yang
tak ternilai untuk menemukan suatu bahaya.
Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera yang pernah terjadi, serta
kerugian yang ditimbulkan bersifat penting. Hal ini merupakan indikator utama dalam
menganalisis bahaya yang mungkin akan terjadi di lingkungan kerja.
c) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka ketahui di lingkungan kerja.
Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan ide atau gagasan yang bertujuan untuk
mengeliminasi atau mengontrol bahaya yang ada.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat diterima atau tinggi,
berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi tingkat risikonya. Hal ini
merupakan prioritas utama dalam melakukan Job Hazard Analysis.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah- langkah yang harus dilakukan
dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
2. Risk Management
1. Safety Engineer
2. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan pekerjaannya, yang
meliputi tugas- tugas yang harus dikerjakan, alat- alat dan perkakas yang digunakan, serta
lingkungan yang digunakannya. dapat melalui: Job Rotation, Personal Protective Equipment/
APD (alat pelindung diri), penggunaan poster, perlakuan yang berhati- hati.