Anda di halaman 1dari 6

Nama : Maya Lestari Kalaba

NIM : 040758386
Program Studi : Manajemen-S1
Kode/Nama MK : EKMA4158/Perilaku Organisasi
Tugas :2

1. Hubungan antara motivasi, perilaku dan kinerja

- Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan orang untuk mencapai tujuan yang memberikan kepuasan.

- Perilaku adalah aktivitas yang muncul karena adanya dorongan atau tujuan.

- Kinerja adalah hasil pencapaian dari tujuan yang telah direncanakan.

Hubungan motivasi, perilaku dan kinerja yaitu semakin tinggi motivasi kerja seseorang maka semakin
tinggi pula kinerja karyawan, dan sebaliknya semakin rendah motivasi kerja maka kinerja karjawan juga
semakin rendah. Begitu pula semakin tinggi motivasi seseorang akan menentukan kualitas perilaku yang
dilakukannya. Oleh karena itu seorang pimpinan harus banyak memberikan motivasi yang tepat kepada
bawahannya sehingga mereka merasa puas dalam bekerja dan menghasilkan kinerja yang baik. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu motivasi kerja. Karena karyawan yang memiliki motivisi kerja yang
tinggi membuat dirinya merasa senang dan memperoleh kepuasan tersendiri dalam bekerja, seorang karyawan
akan lebih berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan semangat yang tinggi. Motivasi
dipengaruhi oleh faktor yang ada pada diri seseorang dan faktor lain diluar dirinya. Faktor pada diri seseorang
biasanya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu dan seseorang tersebut berkeinginan
bahwa melalui perusahaan dimana dia bekerja, kebutuhan dan harapannya dapat terpenuhi. Motivasi yang
tepat akan meningkatkan dan menumbuhkan semangat dan kepuasan kerja karyawan sehingga akan tercapai
kinerja karyawan yang tinggi. Jadi diharapkan dengan adanya motivasi dan kepuasan kerja dapat mencapai
tujuan perusahaan yang diinginkan.

2. Macam-macam gaya komunikasi antar individu

1. The Controlling Style


Gaya komunikasi yang bersifat mengendali ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk
membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pkikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau oneway communicators.
Pihak-pihak yang memakai Controlling Style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan disbanding upaya mereka untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan
dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi mereka.

2. The Equalitarian Style


The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan
verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya
komunikasi ini, tidak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi
yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta
kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup
hubungan kerja.

3. The Structuring

Gaya komunikasi yang terstrukturini, memanfaat pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan
guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur
organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang
lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku
dalam organisasi tesebut.

4. The Dynamic Style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan
atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaanya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The
dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang
membawahi para wiranegara (salesmen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi
atau merangsang pekerjaan/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat efektif digunakan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan
mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5. The Relinguishing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima sara, pendapat ataupun gagasan
orng lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengiriman pesan (sender) mempunyai hak
untuk memberi perintah dan menguntrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif
ketika pengiriman pesan atau sender seadng bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas,
berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya

6. The Withdrawal Style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada
keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada
beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi
yang konkret adalah ketika seseorang mengatakan: “saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”.
Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi tetap juga
mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya
komunikasi ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.Gambaran umum yang diperoleh
dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang
ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya : structuring, dunamicdan relinguishing dapat digunakan
secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi.

3. Negosiasi bisa terjadi dimana saja dan setiap orang sangat potensial untuk terlibat dalam proses
negosiasi, hanya saja kadang -kadang asa yang gagal dalam bernegosiasi tetap ada juga yang berhasil.
Berikut adalah pengertian negosiasi, tipe negosiasi dan negosiasi mana yang lebih ideal untuk
diterapkan.

1. Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk
saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu
cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.

Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua
pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen kerja sama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya,
tindakan yang dilakukan ketika berkomuni, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu.

2. Tipe-tipe negosiasi yaitu

Setelah mengetahui lebih dalam mengenai negosiasi, perlu diketahui juga bahwa negosiasi terbagi ke
dalam beberapa jenis yang berbeda. Berikut merupakan jenis-jenis negosiasi tersebut, antara lain:

Jenis Negosiasi Berdasarkan ‘Style’ yang Digunakan

Negosiasi juga terbagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan styleyang dapat digunakan saat melakukan
negosiasi. Terdapat 5 jenis yang dimaksud, antara lain adalah:

Negosiasi Kompetitif (competitive)

Negosiator yang terlibat dapat menerapkan negosiasi kompetitif. Jenis negosiasi ini melibatkan
kepribadian yang kompetitif yang dimilik oleh sang negosiator. Negosiator yang kompetitif sangat
berorientasi pada hasil, fokus dan tegas, dan mereka sering kali bisa menjadi agresif. Mereka cenderung lebih
berusaha untuk menang daripada menjaga hubungan antar kedua belah pihak. Mereka juga pemikir strategis
dan tidak berbasa-basi. Negosiasi Kompetitif bisa kamu digunakan saat diperlukan dengan cepat, ketika
pembahasan sudah tidak bisa dinegosiasikan lagi, dan ketika pihak negosiastor memerlukan kemenangan yang
terjamin atas pihak lain (kemungkinan besar akan menang melawan negosiator yang akomodatif). Perlu
diingat negosiator tetap harus berhati-hati ketika menggunakan negosiasi ini apalagi saat terjadi ketegangan
diantara kedua belah pihak dan pihak lain sangat mungkin menghindari pihak lawan dengan gaya negosiasi
seperti ini. Karena gaya kompetitif seringkali digunakan dalam negosiasi, jadi berhati-hati sangat penting
karena pihak lain mungkin dapat mempersiapkan untuk melawan.

Negosiasi Kolaboratif (collaborative)

Negosiator dengan menerapkan gaya kolaboratif akan menciptakan negosiator yang terbuka dan jujur.
Negosiator kolaboratif akan memahami keprihatinan dan kepentingan pihak lain. Mereka menikmati proses
negosiasi, terutama jika itu melibatkan mereka untuk menemukan solusi kreatif untuk saling memuaskan
kedua belah pihak. Namun, mereka mungkin memiliki kecenderungan untuk mengubah situasi sederhana
menjadi lebih rumit dengan terlalu banyak berpikir dan mengeksplorasi banyak alternatif. Sebaiknya
negosiator menerapkan gaya negosiasi jenis ini ketika kedua belah pihak membutuhkan tujuan mereka
tercapai, brainstorming kreatif diperlukan untuk menemukan solusi untuk masalah yang sulit, mengejutkan
lawan dengan gaya negosiator kompetitif atau (dengan kemungkinan besar menang). Negosiator harus berhati-
hati menggunakan negosiasi jenis ini agar informasi tidak terlalu banyak dibagikan kepada pihak ini dan
memastikan negosiator memiliki cukup waktu yang secara efisien digunakan untuk berkolaborasi.
Negosiasi Berkompromi (compromising)

Dalam menerapkan jenis negosiasi ini, akan memungkinkan negosiator melakukan apa yang adil bagi
kedua belah pihak dan menemukan jalan tengah. Mereka lebih suka berkompromi pada hasil sendiri untuk
memuaskan pihak lain. Mereka mungkin terburu-buru bernegosiasi dan membuat konsesi terlalu cepat yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian. Negosiator dapat menerapkan gaya negosiasi ini ketika dianggap
perlu untuk memperbaiki atau mempertahankan hubungan dengan pihak lain, berusaha mengurangi
ketegangan, dan ketika mereka tidak memiliki hal lain yang dapat ditawarkan dalam negosiasi sehingga harus
berkompromi dengan hasil akhirnya. Kemungkinan besar, negosiasi jenis ini akan menang melawan
negosiator jenis menghindari. Namun yang harus diperhatikan adalah negosiator tidak sebaiknya melabel diri
mereka sebagai tukang kompromi, karena akan dianggap lemah oleh lawan. Jangan gunakan negosiasi jenis
ini ketika hasil yang diinginkan sangat penting untuk kepentingan pihak sendiri.

Negosiasi Menghindari (avoiding)

Negosiator yang cenderung menerapkan gaya menghindari benar-benar tidak menyukai negosiasi.
Mereka mungkin mencoba menghindari situasi yang dapat menimbulkan konflik karena mereka merasa
intimidasi dan stress. Oleh karena itu, jenis negosiator ini sering lebih suka bekerja di belakang layar.
Negosiator bisa saja menerapkan gaya ini ketika masalah yang dibahas merupakan hal sepele dan tidak layak
untuk meluangkan waktu untuk hal-hal seperti ini. Pun ketika negosiator tidak siap, melakukan penghindaran
seperti ini akan lebih baik dan akan menunda negosiasi. Namun, jangan sampai sikap ini dianggap sebagai
pasif agresif oleh pihak lawan karepa bisa menimbulkan konflik. Apalagi ketika negosiasi ini dikejar oleh
waktu dan kepentingan yang mana tidak bisa ditunda.

Negosiasi Akomodatif (accommodating)

Yang terakhir, negosiasi akomodatif memungkinkan negosiator untuk menghabiskan banyak waktu untuk
membangun dan menjaga hubungan dengan pihak lain. Mereka sangat peka terhadap emosi, hubungan, dan
bahasa tubuh dalam situasi negosiasi. Mereka akan berusaha meminimalisir konflik dan memperbaiki
hubungan untuk mengakhiri negosiasi dengan nada positif dan ramah.

Negosiasi dengan gaya ini bisa saja digunakan ketika pihaknya memang perlu membangun atau memperbaiki
hubungan dengan pihak lawan. Untuk negosiasi pada pihak baru, sangat disarankan untuk menerapkan
negosiasi ini untuk menciptakan dinamika positif. Jangan gunakan negosiasi akomodatif secara memaksa,
tidak semua negosiasi berjalan dengan baik dan tidak semua pihak tertarik membangun hubungan.

Jenis Negosiasi Berdasarkan Pendekatan Hasil

Selain dibagi menurut ‘syle’ yang digunakan, negosiasi juga dibagi menurut pendekatan hasil yang disepakati.
Terdapat 4 jenis pendekatan yang berbeda untuk negosiasi dan hasil negosiasi tergantung pada pendekatan
tersebut. Adapun dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

Win-Lose Approach (Distributive Negotiation)

Negosiasi distributif, juga kadang-kadang disebut negosiasi posisi atau tawar-menawar, beroperasi
dalam kondisi zero-sum. Hal ini didasarkan pada premis bahwa keuntungan apa pun yang diperoleh satu pihak
adalah atas pengorbanan pihak lain dan sebaliknya. Untuk alasan ini, negosiasi distributif juga kadang-kadang
disebut win-lose dengan asumsi bahwa keuntungan satu orang adalah kerugian orang lain. Contoh negosiasi
distributif termasuk harga tawar-menawar di pasar terbuka, termasuk negosiasi harga mobil atau rumah.
Adapun karakteristik umumnya adalah:

Ini memiliki karakteristik sebagai berikut:


• Satu sisi ‘menang’ dan satu sisi ‘kalah’.

• Ada sumber daya tetap yang harus dibagi sehingga ketika semakin banyak yang diterima oleh salah satu,
semakin sedikit yang lain dapatkan.

• Kepentingan satu orang bertentangan dengan kepentingan orang lain.

• Prioritas utama dalam jenis tawar-menawar ini biasanya untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri.

• Strategi dominan dalam jenis negosiasi ini termasuk manipulasi, pemaksaan dan pemotongan informasi.

Dalam mode ini, seseorang berusaha mendapatkan keuntungan dengan menyembunyikan informasi,
menyesatkan, atau menggunakan tindakan manipulatif. Tentu saja, metode ini memiliki potensi serius untuk
konsekuensi negatif. Namun bahkan dalam jenis negosiasi ini, kedua belah pihak harus merasa bahwa pada
akhirnya hasilnya adalah yang terbaik yang dapat mereka capai dan bahwa itu layak untuk diterima dan
didukung.

Lose-Lose Approach

Pendekatan negosiasi ini diterapkan ketika salah satu pihak negosiasi merasa bahwa kepentingannya
sendiri terancam dan dia melakukan semua yang dia bisa untuk memastikan bahwa hasil negosiasi tidak sesuai
dengan kepentingan pihak lain juga. Dalam tawar-menawar, kedua belah pihak akhirnya saling kalah. Jenis
situasi ini muncul ketika pihak negosiasi mengabaikan kebutuhan satu sama lain dan kebutuhan untuk saling
menyinggung melebihi kebutuhan untuk menemukan semacam solusi yang dapat diterima. Ini adalah jenis
hasil yang paling tidak diinginkan dan karenanya pendekatan negosiasi ini sebaiknya dihindari.

Compromise Approach

Pendekatan ini memberikan hasil yang merupakan perbaikan dari hasil strategi lose-lose. Untuk
menghindari situasi lose-lose, kedua belah pihak menyerahkan sebagian dari apa yang awalnya mereka cari
dan menerima sesuatu yang kurang dari apa yang mereka cari. Kompromi adalah jalan keluar terbaik ketika
tidak mungkin bagi kedua belah pihak untuk meyakinkan satu sama lain atau ketika sumber daya yang
dipersengketakan terbatas.

Win-Win Approach (Integrative Negotiation)

Pendekatan negosiasi ini juga disebut kolaboratif atau menciptakan pendekatan nilai. Itu lebih unggul
dari semua pendekatan negosiasi. Negosiasi ini akan menghasilkan kedua belah pihak merasa bahwa mereka
mencapai apa yang mereka inginkan. Dan akhirnya pun menghasilkan kepuasan bagi kedua belah pihak.
Adapun karakteristik umumnya adalah sebagai berikut: Ada sumber daya yang cukup untuk dibagi dan kedua
belah pihak dapat ‘menang’. Prioritas utama di sini adalah untuk memaksimalkan hasil bersama. Strategi
dominan meliputi kerja sama, berbagi informasi, dan saling memecahkan masalah. Jenis ini juga disebut
‘menciptakan nilai’ karena tujuan di sini adalah membuat kedua belah pihak meninggalkan perasaan negosiasi
yang memiliki nilai lebih besar dari sebelumnya. Negosiasi integratif sering melibatkan tingkat kepercayaan
yang lebih tinggi dan membentuk suatu hubungan. Ini juga dapat melibatkan pemecahan masalah yang kreatif
yang bertujuan untuk mencapai keuntungan bersama. Negosiasi ini melihat kesepakatan yang baik sebagai
perjanjian yang memberikan keuntungan optimal untuk semua pihak. Masing-masing berusaha untuk
memberikan manfaat yang cukup bagi yang lain.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai