Anda di halaman 1dari 10

Vol.2 No.

1, Mei 2019 ISSN 2621-0878

Jurnal
Teknologi Dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium
(Temapela)

Titin Yuniastutik Penentuan Konsentrasi Pewarna Giemsa, Waktu Dan Hal


Suhu Inkubasi Pada Aktifitas Fagositosis Ikan Lele 52 - 58
(Clarias Sp.) Yang Diinfeksi Bakteri Aeromomonas
Hydrophila Dan Vibrio Harveyi
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019

PENENTUAN KONSENTRASI PEWARNA GIEMSA, WAKTU


DAN SUHU INKUBASI PADA AKTIFITAS FAGOSITOSIS
IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIINFEKSI BAKTERI
Aeromomonas hydrophila DAN Vibrio harveyi
Titin Yuniastutik
Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Penyakit Dan Kesehatan Ikan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya, Malang, 65145

ti2nyunias@gmail.com

Abstrak

Permasalahan yang sering terjadi di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Penyakit Dan Kesehatan Ikan
adalah praktikum hematologi darah terutama uji fagositosis tentang konsentrasi giemsa, waktu inkubasi dan suhu
inkubasi sampel darah masih menggunakan perkiraan. Sehingga menyebabkan hasil pemeriksaan tidak akurat,
tidak optimal, kurang dapat dipercaya untuk menjawab pertanyaan riset dan mempersulit didalam menegakkan
diagnosa suatu penyakit ikan. Diperlukan pemilihan terhadap durasi yang tepat pada proses pewarnaan giemsa.
Ketelitian dan ketepatan sangat diperlukan dalam setiap tahap pembuatan sediaan preparat apusan. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan konsentrasi pewarna giemsa yang digunakan, waktu inkubasi dan suhu inkubasi
darah yang optimal dalam metode aktifitas fagositosis. Metode yang digunakan adalah metode experimen, dengan
menerapkan waktu inkubasi, suhu inkubasi, dan variasi konsentrasi giemsa. Kemudian dilakukan pengamatan dan
masing masing hasil pengamatan dibandingkan untuk mengetahui hasil terbaik. Berdasarkan hasil dari penelitian
yang divisualisasikan melalui pengamatan mikroskop, maka dapat disimpulkan bahwa pada metode aktifitas
fagositosis didapatkan suhu inkubasi sampel darah adalah 30oC, waktu inkubasi sampel darah adalah 40 menit,
konsentrasi giemsa yang digunakan adalah 100% dan secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas gambaran
sel darah ikan. Hal tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang proses praktikum mahasiswa, membantu para
peneliti untuk menjawab permasalahan yang timbul serta sangat diperlukan dalam menunjang diagnosa ikan.

Kata kunci : fagositosis, konsentrasi pewarna giemsa, waktu inkubasi, suhu inkubasi, penyakit dan
kesehatan ikan

Abstract

Problems that often occur in the laboratory are blood hematology practicums, especially phagocytosis
tests about the giemsa concentration used, the incubation time of blood samples and the incubation temperature of
blood samples that still use estimates. This causes the results of the examination to be inaccurate, not optimal and
less reliable to answer research questions and make it difficult in diagnosing a fish disease. The use of the standard
procedure does not guarantee that good results will be obtained, so that the selection of the right duration for the
coloring process requires giemsa dyes. Accuracy and accuracy are needed in each stage of making preparations
for blood smear preparations. The aim of this study was to determine the concentration of giemsa dyes used, the
incubation time of blood samples, and the optimal incubation temperature of blood samples in the phagocytic
activity method. The method used in this study was the experimental method, by applying variations in giemsa
concentration, incubation time, and incubation temperature in the process of making blood samples for
phagocytosis, then observing fish blood cells and each observation result compared to find out the best results.
Data retrieval is done by observation and documentation from the author's routine work in the laboratory. Based
on the results of the study through microscope observation, it can be concluded that the method of phagocytosis of
giemsa concentration used was 100%, the best incubation time for blood samples was 40 minutes, and the best
incubation temperature for blood samples was 30oC and significantly affected the quality of blood cell images.
fish. It is very useful to support teaching materials and student practicum, helping researchers to answer problems
that arise and are very necessary in supporting the diagnosis of fish.

Keywords: phagocytosis, concentration giemsa, incobation time, incubation temperature, fish disease
52
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019

I. Pendahuluan pewarnaan dengan giemsa sangat berpengaruh


Darah ikan terdiri dari komponen cairan terhadap kualitas sel darah ikan. Menurut
(plasma) dan komponen seluler (sel-sel darah). Houwen (2000), fiksasi sebaiknya dilakukan
Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah <1 jam setelah kering angin karena apabila
merah), leukosit (sel darah putih) dan tidak dilakukan fiksasi maka akan memberikan
trombosit (keping darah), yang diedarkan ke latar belakang biru. Fiksasi berfungsi agar
seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup apusan darah melekat pada obyek glass
(Wedemeyer et al., 1990). Fungsi darah ikan sehingga yakin bahwa sel-sel di dalamnya
yaitu mengedarkan sari makanan dan oksigen strukturnya tetap normal dan mampu
ke seluruh tubuh (Lagler et al. 1977). Leukosit menyerap cat dengan sempurna. Fiksasi yang
berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh tidak baik menyebabkan perubahan morfologi
yang akan dikirim secara khusus ke daerah dan warna sediaan.
yang terinfeksi dan mengalami peradangan Penelitian ini bertujuan untuk
yang serius (Moyle dan Chech, 1988). mengetahui pengaruh konsentrasi giemsa
Peningkatan jumlah total leukosit terjadi terhadap kualitas apusan darah ikan dalam
akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap aktifitas fagositosis. Mengetahui pengaruh
kondisi lingkungan pemeliharaan yang buruk, lama waktu inkubasi sel darah ikan terhadap
faktor stres dan infeksi penyakit (Arry, 2007). aktifitas fagositosis. Mengetahui pengaruh
Peningkatan monosit pada leukosit suhu inkubasi sel darah ikan terhadap aktifitas
merupakan indikator peningkatan sistem imun fagositosis.
non spesifik yang fungsinya sebagai sel fagosit
(makrofag), dapat membantu melindungi ikan
II. Metode Penelitian
1. Alat dan Bahan Penelitian
dari serangan bakteri (Anderson, 1992).
Peralatan yang digunakan dalam
Pengamatan terhadap imun dapat
penelitian ini adalah nampan, jarum spuit 1 cc,
diketahui dengan menggunakan metode uji
eppendorf, obyek glass, cover glass, cawan
fagositosis. Metode fagositosis terdapat
petri, ose, bunsen, mikropipet, blue tip, yellow
beberapa tahapan yaitu proses membuat
tip, tabung reaksi, beker glass 250 mL dan
apusan darah, proses fiksasi dengan methanol
mikroskop. Ikan lele sehat sebanyak 1 ekor
dan proses pewarnaan dengan pewarna
dengan panjang kurang lebih 15 cm berumur
giemsa. Pada proses pewarnaan, penggunaan
2-3 bulan sebagai sampel yang akan diambil
konsentrasi giemsa kurang tepat sehingga
darahnya. Bahan untuk proses pengambilan
apusan darah yang diperoleh kurang bagus
darah yaitu minyak cengkeh dan EDTA 2,7%
yang akan mempengaruhi pengamatan sel
sebagai anti koagulan. Bahan yang digunakan
darah ikan dengan menggunakan mikroskop.
untuk membuat inokulan bakteri yaitu bakteri
Menurut Wulandari et al. (2009), uji aktifitas
Aeromonas hydrophila, bakteri Vibrio harveyi,
fagositosis dalam proses pewarnaan dapat
media Nutrient Agar, media Nutrient Broth,
menggunakan pewarna giemsa 7%. Waktu
media Thiosulfate Citrate Bile Sucrose, dan
inkubasi dan suhu inkubasi sampel darah yang
NaCl. Bahan untuk membuat apusan darah
diinfeksi bakteri juga harus tepat karena akan
yaitu, alkohol 70%, methanol pa sebagai
mempengaruhi aktifitas fagositosis dalam sel
bahan untuk fiksasi, pewarna giemsa dengan
darah. Menurut Resmawati et al. (2016),
konsentrasi perlakuan (5%, 10%, 20%, 40%,
campuran darah dan bakteri dihomogenkan
60%, 80%, 100%), aquades, minyak imersi,
dan dapat dilakukan diinkubasi dalam suhu
dan darah yang telah diinfeksi oleh bakteri
ruang selama 20 menit.
Aeromonas hydrophila dan bakteri Vibrio
Permasalahan tersebut menyebabkan
harveyi dengan kepadatan masing-masing
hasil pemeriksaan menjadi tidak akurat, tidak
bakteri 108.
optimal dan kurang dapat dipercaya untuk
menjawab pertanyaan riset dan mempersulit 2. Metode yang digunakan
dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit Metode yang digunakan dalam penelitian
ikan, sehingga perlu dilakukan eksperimen ini adalah metode experimen, dengan
penentuan pewarna giemsa, waktu inkubasi, menerapkan variasi konsentrasi pewarna
dan suhu inkubasi pada uji aktifitas giemsa, waktu inkubasi, suhu inkubasi, dan
fagositosis. Lamanya proses fiksasi dan proses bakteri yang menginfeksi berbeda. Kemudian

53
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019

dilakukan proses pengamatan sel darah ikan c. Proses Pembuatan Sampel Darah
dan masing masing hasil pengamatan Fagositosis
dibandingkan untuk mengetahui hasil yang Pembuatan sampel fagositosis yang
terbaik. Pengambilan data dilakukan dengan pertama dilakukan yaitu meyiapkan media
cara observasi dan dokumentasi dari pekerjaan untuk kultur inokulan bakteri. Media yang
rutin penulis di Laboratorium Budidaya Ikan digunakan untuk kultur bakteri Aeromonas
Divisi Penyakit Dan Kesehatan Ikan. hydrophila yaitu Nutrient Agar (NA) sebanyak
20 g/L dari volume media yang dibutuhkan,
3. Prosedur Penelitian kemudian disterilisasi. Kultur bakteri Vibrio
a. Persiapan Peralatan dan Bahan harveyi menggunakan media Thiosulfate
Peralatan yang akan digunakan disiapkan Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) sebanyak 88
terlebih dahulu yaitu spuit 1 cc dibilas dengan g/L dari volume media yang dibutuhkan dan
EDTA 2,7% (anti koagulan), ikan lele ditambahkan NaCl 2% dari volume media
direndam terlebih dahulu dengan minyak yang dibutuhkan, kemudian disterilisasi.
cengkeh sampai ikan lele pingsan. Obyek glass Setelah media Nutrient Agar dan media
dibersihkan terlebih dahulu dari lemak yang Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose siap,
menempel dengan menggunakan alkohol 70%. kemudian masing-masing dituang dalam
b. Proses Pengambilan Darah Ikan cawan petri steril sebanyak 20 mL, jika sudah
Pengambilan darah dilakukan dengan membentuk agar dilakukan streak quadrant 4.
perbandingan anti koagulan (EDTA 2,7%) dan Kultur bakteri tersebut dilakukan di dalam
darah yaitu 1 : 9, hal ini dilakukan untuk LAF (Laminar Air Flow) dan dilakukan di
memperoleh kualitas darah yang bagus. Darah dekat bunsen agar tidak terjadi kontaminasi.
yang diperoleh dimasukkan ke dalam Kemudian bakteri tersebut diinkubasi selama
eppendorf dan siap dilakukan untuk uji apusan 18-24 jam. Bakteri yang telah siap digunakan,
darah. akan ditanam pada media cair dengan cara
Teknik pengambilan darah menggunakan bakteri yang telah ditanam pada media agar
teknik puncturing the caudal vessel (pembuluh diambil sebanyak satu ose, untuk bakteri
darah bagian caudal). Teknik ini biasa dipakai Aeromonas hydrophila ditanam di media
untuk pengambilan sampel darah ikan Nutrient Broth sebanyak 8 g/L dari volume
berukuran besar (> 10 cm). Teknik ini media yang dibutuhkan, sedangkan untuk
mempunyai kelebihan yaitu bisa dipergunakan bakteri Vibrio harveyi ditanam pada media
berulang pada satu ikan, dengan menggunakan Nutrient Broth sebanyak 8 g/L dari volume
teknik ini dari seekor ikan degan berat 200 gr media yang dibutuhkan dan ditambahkan NaCl
dapat diperoleh darah sebanyak 0,5 -1 ml 2% dari volume media yang dibutuhkan.
dalam setiap minggunya tanpa mengakibatkan Kemudian bakteri tersebut diinkubasi selama
kelemahan dan kematian pada ikan. 18-24 jam.
Pengambilan darah dengan cara tusukkan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap,
jarum spuit pada garis tengah tubuh ikan di tahap pertama untuk menentukan waktu
belakang sirip anal, masukkan jarum kedalam inkubasi dan suhu inkubasi yang terbaik
musculus sampai mencapai tulang belakang dengan konsentrasi giemsa 5%. Tahap kedua
(columna spinalis). Pastikan tidak ada dilakukan untuk menentukan konsentrasi
gelembung air yang masuk dalam spuit, giemsa dengan menggunakan waktu dan suhu
kemudian tarik perlahan-lahan sampai darah inkubasi terbaik pada penelitian tahap
masuk kedalam spuit. Ilustrasinya ditunjukkan pertama.
pada Gambar 1. Metode fagositosis dilakukan dengan
cara diambil 100µL darah dan dimasukkan ke
dalam eppendorf. Disiapkkan bakteri
Aeromonas hydrophila dan Vibrio harveyi
dengan kepadatan masing-masing 108 dan
dicampurkan ke PBS (Phosphate Buffered
Saline) dengan perbandingan bakteri dan PBS
Gambar 1. Teknik puncturing the caudal
yaitu 1:1. Bakteri yang telah tercampur dengan
vessel
PBS diambil 100µL dan ditambahkan ke

54
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019

dalam darah sebanyak 100µL yang ada di ikan dan kemudian dipilih preparat apusan
eppendorf. Dilakukan inkubasi sesuai dengan darah yang terbaik.
perlakuan yaitu pada suhu ruang 25oC dan
suhu inkubator 30oC dan dilakukan selama III. Hasil dan Pembahasan
waktu sesuai perlakuan yaitu 40 menit dan 50 Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, tahap
menit, selanjutnya dilakukan membuat apusan pertama untuk menentukan waktu inkubasi
darah. Pembuatan sediaan apus darah dan suhu inkubasi yang terbaik dengan
menggunakan dua objeck glass yang sangat menggunakan konsentrasi giemsa 5 %. Tahap
bersih dan bebas dari lemak. Objeck glass kedua dilakukan untuk menentukan
pertama digunakan untuk tempat tetes darah konsentrasi giemsa dengan menggunakan
yang akan diperiksa dan objeck glass kedua waktu dan suhu inkubasi terbaik pada
untuk meratakan tetes darah agar didapatkan penelitian tahap pertama. Digunakan 2 jenis
lapisan tipis. Objeck glass untuk meratakan bakteri yaitu Aeromonas hydrophila dan
darah diletakan miring dengan sudut kira- kira Vibrio harveyi bertujuan untuk
45o dan digerakan secara cepat sehingga membandingkan pengaruh perlakukan
terbentuklah selapis tipis. Kemudian sampel terhadap 2 jenis bakteri yang berbeda.
darah dikeringkan pada suhu ruang dan Hasil dari pengamatan penelitian tahap 1
dilakukan fiksasi menggunakan methanol pa aktifitas fagositosis sel darah ikan lele yang
(absolute) yaitu dengan cara meneteskan diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan
methanol ke seluruh apusan darah, selanjutnya Vibrio harveyi dibawah mikroskop perbesaran
apusan darah dibiarkan sampai kering pada 1000x dengan perlakuan waktu inkubasi 40
suhu ruang. Setelah kering, apusan darah menit dan 50 menit dan dengan suhu inkubasi
diwarnai dengan pewarna giemsa menurut 25oC dan 30oC. Dari hasil pengamatan
metode Giemsa dan Wright yang merupakan penelitian tahap 1 diperoleh bahwa waktu
modifikasi metode Romanosky (Maskoeri, inkubasi yang terbaik adalah 40 menit dan
2008). suhu inkubasi terbaik adalah 30oC. Aktifitas
Menurut Wulandari et al. (2009), uji fagositosis maksimal pada waktu inkubasi 40
aktifitas fagositosis dalam proses pewarnaan menit dan suhu inkubasi 30oC. Dan jenis
dapat menggunakan pewarna giemsa 7%. bakteri yang berbeda tidak berpengaruh pada
Berdasarkan literatur tersebut digunakan perlakuan penelitian tahap 1. Sehingga hasil
konsentrasi perlakuan dibawah 7% dan diatas penelitian tahap 1 bisa digunakan untuk semua
7%. Selanjutnya digunakan konsentrasi jenis bakteri yang berbeda. Hasil penelitian
perlakuan (5%, 10%, 20%, 40%, 60%, 80%, tahap 1 ditunjukkan pada gambar sebagai
100%). Pewarnaan giemsa dilakukan dengan berikut.
cara memberi beberapa tetes giemsa diatas No Kegiatan Diinfeksi Diinfeksi
apusan darah dan didiamkan selama 20 menit. Aeromonas Vibrio
Tujuan pewarnaan pada pembuatan apusan hydrophila harveyi
1 Gambar sel darah
darah adalah untuk mempertajam atau hasil pewarnaan
memperjelas berbagai elemen sel, terutama giemsa 5%,
sel-selnya sehingga dapat dibedakan dan waktu inkubasi
ditelaah dengan mikroskop. 40 menit, suhu
inkubasi 25oC
Apusan darah kemudian dibilas dengan
2 Gambar sel darah
aquades mengalir dan dikeringkan pada suhu hasil pewarnaan
ruang. Selanjutnya apusan darah siap untuk giemsa 5%,
dilakukan pengamatan dengan menggunakan waktu inkubasi
mikroskop dengan perbesaran sesuai yang 40 menit, suhu
inkubasi 30oC
diinginkan. Untuk pengamatan dengan 3 Gambar sel darah
perbesaran 1000 x menggunakan minyak hasil pewarnaan
imersi. Kemudian dilakukan pengamatan giemsa 5%
dengan cara membandingkan semua preparat waktu inkubasi
50 menit, suhu
apusan darah dengan macam variasi waktu. inkubasi 25oC
Pengamatan tersebut dilakukan dengan 4 Gambar sel darah
melihat bentuk sel darah ikan, warna sel darah hasil pewarnaan
giemsa 5%
waktu inkubasi 55
50 menit, suhu
inkubasi 30oC
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019

Dari tahap pertama penelitian diatas diperoleh Dari apusan darah ikan lele yang
hasil bahwa suhu inkubasi terbaik adalah 30oC teramati, diperoleh konsentrasi pewarna
dan waktu inkubasi terbaik yaitu 40 menit. geimsa yang paling mudah dalam proses
Pada hasil tersebut juga diperoleh bahwa pengamatan adalah 100%. Tujuan pewarnaan
dengan jenis bakteri yang berbeda tidak giemsa pada pembuatan apusan darah adalah
mempengaruhi hasil aktifitas fagositosis. untuk mempertajam atau memperjelas
Kemudian dilanjutkan penelitian tahap kedua berbagai elemen sel terutama, sehingga dapat
untuk menentukan konsentrasi giemsa, dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop.
konsentrasi giemsa yang digunakan adalah Pada pewarnaan tersebut aktifitas
5%, 10%, 20%, 40%, 60%, 80%,100%. Dan fagositosis sel darah terbentuk secara
penelitian tahap kedua dilakukan dengan satu maksimal, sehingga mudah dalam hal
jenis bakteri yaitu bakteri Aeromonas pengamatan dan perhitungan aktifitas
hydrophila. fagositosis. Pada apusan darah teramati warna
Penentuan konsentrasi giemsa pada eritrosit berwarna ungu muda dan leukosit
penelitian tahap 2 ditunjukkan pada tabel berwarna merah keunguan. Jumlah eritrosit
sebagai berikut : dalam apusan darah ikan sangat banyak
dibanding dengan jumlah leukosit. Eritrosit
Tabel 2. Penelitian Tahap 2 berbentuk bulat dengan sitoplasma berwarna
No Kegiatan Gambar
sangat ungu muda dengan inti yang berwarna
1 Gambar sel darah ungu tua kebiruan. Inti sel eritrosit terwarnai
hasil pewarnaan dengan kuat karena pewarna giemsa yang
giemsa 5%, waktu merupakan zat warna basa dapat terikat
inkubasi 40 menit,
suhu inkubasi 30oC
dengan baik oleh khromatin khromatin dalam
inti sel leukosit yang bersifat asam dan padat.
2 Gambar sel darah Neutrofil termasuk ke dalam jenis leukosit
hasil pewarnaan granulosit namun dalam butir butir dalam
giemsa 10%, waktu sitoplasmanya tidak dapat teramati. Neutrofil
inkubasi 40 menit,
suhu inkubasi 30oC
berfungsi dalam sistem pertahanan karena
mempunyai kemampuan fagositosis dan
3 Gambar sel darah menghancurkan partikel partikel yang
hasil pewarnaan difagositosis dengan enzim enzim yang ada
giemsa 20%, waktu (Subowo, 2002). Granula dari leukosit
inkubasi 40 menit,
suhu inkubasi 30oC eosinofil berwarna ungu tua, granula dari
leukosit neutrofil dan leukosit basofil
4 Gambar sel darah berwarna ungu. Sel darah dengan pewarnaan
hasil pewarnaan giemsa konsentrasi 100% memiliki ukuran sel
giemsa 40%, waktu
yang lebih besar saat teramati dalam
inkubasi 40 menit,
suhu inkubasi 30oC mikroskop. Hal tersebut dapat terjadi karena
pewarna giemsa mampu terserap baik dalam
sel darah akibat peristiwa osmosis. Osmosis
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil merupakan perpindahan cairan melalui selaput
bahwa, suhu inkubasi terbaik adalah 30oC dan semipermeabel. Cairan akan bergerak dari
waktu inkubasi terbaik adalah 40 menit. daerah yang mempunyai konsentrasi larutan
Dengan suhu dan waktu tersebut aktifitas rendah ke daerah yang mempunyai konsentrasi
fagositosis maksimal. Fagositosis merupakan tinggi. Membran plasma akan mengembang
proses penyerapan dan eleminasi mikroba atau jika berada pada lingkungan yang mempunyai
partikel lain oleh sel-sel khusus yang disebut konsentrasi larutan lebih rendah (Roza et al.,
sel fagosit. Yang berperan sebagai sel fagosist 2013). Waktu inkubasi terbaik yaitu 40 menit
yaitu sel-sel darah (leukosit) dan yang dan suhu inkubasi terbaik yaitu 30oC. Pada
berperan sebagai sel yang terserap dan waktu dan suhu tersebut sel leukosit berfungsi
tereleminasi adalah bakteri Aeromonas secara maksimal untuk melakukan fagositosis
hydrophila dan Vibrio harveyi. terhadap benda asing yaitu bakteri Aeromonas
hydrophila dan Vibrio harveyi. Pada waktu

56
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019

inkubasi 50 menit dan suhu inkubasi 25oC bagus dan jelas sehingga memudahkan
didapatkan hasil sel darah mengalami lisis pengamatan dan perhitungan aktifitas
yang artinya sel darah mengalami kerusakan fagositosis, sedangkan dengan konsentrasi
sehingga sel darah tidak mampu berfungsi giemsa dibawah 100% diperoleh gambar yang
sebagai sel fagosit saat diberikan benda asing. kurang jelas sehingga mempersulit proses
Sel darah yang diinfeksi Aeromonas pengamatan.
hydrophila dan Vibrio yang diberikan
perlakuan sama tidak menunjukkan perbedaan IV. Kesimpulan
yang nyata. Hal tersebut berarti bahwa metode Berdasarkan hasil dari penelitian yang
tersebut dapat digunakan untuk uji aktifitas divisualisasikan melalui pengamatan
fagositosis dengan berbagai bakteri yang mikroskop, maka dapat disimpulkan bahwa
menginfeksi darah ikan. pemberian konsentrasi pewarna giemsa yang
Berikut merupakan perbandingan gambar digunakan 100%, waktu inkubasi terbaik
fagositosis dari literatur dengan perlakuan selama 40 menit, dan suhu inkubasi terbaik
pewarna giemsa dengan konsentrasi 7%, yaitu 30oC dan secara signifikan berpengaruh
waktu inkubasi 30 menit, dan suhu inkubasi terhadap kualitas gambaran sel darah ikan. Hal
suhu ruang yang ditunjukkan pada Gambar 2. tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang
sedangakan gambar hasil penelitian dengan bahan pengajaran dan praktikum mahasiswa,
perlakuan pewarna giemsa dengan konsentrasi membantu para peneliti untuk menjawab
100%, waktu inkubasi 40 menit, dan suhu permasalahan yang timbul serta sangat
inkubasi 30oC ditunjukkan pada gambar diperlukan dalam menunjang diagnosa ikan.
berikut.
V. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dapat diberikan saran untuk mencoba metode
ini pada jenis ikan yang berbeda dan ukuran
ikan yang berbeda.

Daftar Pustaka

Gambar 2. Pengamatan fagositosis Amrullah, 2004. Penggunaan Immunostimulan


(Lusiastuti et al., 2013) Spirulina Platensis Untuk Meningkatkan
Ketahanan Tubuh Ikan Koi (Cyprinus carpio)
Terhadap Virus Herpes. IPB. Bogor.

Anderson DP and Siwicki Ak, 1990. Basic


Hematology and Serology for Fish Health
Programs In Disease. In Asia Aquaculture II.
Eds Syarif. M Arthur J.K and R.P Subanghe J.
Asian Fisheries.

Anderson DP. 1992. Immunostimulants,


Gambar 3. Pengamatan fagositosis ikan adjuvants and vaccine carriers in fish:
applications to aquaculture. Annual Rev. of
Dari hasil proses membandingkan Fish Diseases. 2 : 281-307.
gambar fagosistosis literatur dengan gambar
hasil penelitian didapatkan perlakuan pewarna Arry. 2007. Pengaruh Suplementasi Zat Besi
giemsa dengan konsentrasi 100%, suhu (Fe) Dalam Pakan Buatan Terhadap Kinerja
inkubasi terbaik 30oC, waktu inkubasi terbaik Pertumbuhan dan Imunitas Ikan Kerapu
40 menit. Dari hasil suhu dan waktu inkubasi Bebek Cromileptes Altivelis. Skripsi Fakultas
tersebut diperoleh hasil fagositosis yang Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
maksimal. Dan pewarna giemsa dengan Pertanian Bogor.
konsentrasi 100% diperoleh gambar lebih
57
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019

Baratawidjaja, K. G. 2006. Imunologi Dasar Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino
Edisi Ke Tujuh. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. DRM. 1977. Ichthyology. Inc. new York-
London. Hlm 506.
Brown. 2000. Applied Fish Pharmacology.
Kluwer Academic Publisher : Netherland, 309 Lusiastuti, A. M., S. D. Maryanti dan U.
pp. Purwaningsih. 2013. Probiotik Bacillus cereus
untuk pengendalian penyakit Streptococcosis
Hendriyanto, D.A, Martono, Setyawan, D.A, pada ikan nila, Oreochromis niloticus. J. Ris.
Lilianti & Damayanti R, 2007. Aplikasi Akuakultur. 8 (1) : 109-119.
Vitamin C Pada Kasus Infeksi KHV Ikan Mas
(Cyprinus carpio) Di Sumatra Utara. Uji Coba Malole MB, 2006. Virologi Pusat Antar
Balai Karantina Ikan Polonia Universitas. IPB. Bogor

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Moyle PB, Cech Jr JJ. 1988. Fishes An
Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Introduction to Icthyology. Prentice Hall, Inc.
USA. hlm 559.
Juharni dan F. Muchdar. 2013. Peningkatan
aktivitas fagositosis pada ikan kerapu bebek Nasib, R dan F.H Pasaribu, 1989.Patologi Dan
(Cromileptes altivelis) dengan pemberian Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan Dan
imunostimulan (ß-GLUCAN )yang diekstrak Kebudayaan. Direktorat Jendral Bioteknologi.
dari jamur tiram putih (Plerotus ostreatus). IPB. Bogor
Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman
dan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil. 1 (1) :
62-70.

58

Anda mungkin juga menyukai