Fenomena Cuaca Antariksa
Fenomena Cuaca Antariksa
cuaca antariksa
Edisi Revisi
sebuah persembahan dari
iii
Daftar Isi
iv v
Cuaca Antariksa Atmosfer atas Satelit
CME
He
3
cuaca antariksa. 1
H
1
H
He
4
Daerah yang
H
1
Aktivitas Matahari
Lanjutkan membaca “Siklus Matahari” kerapatan plasma rendah di korona
di halaman 7
Matahari yang medan magnetnya
terbuka ke angkasa. Lubang korona
Prominensa adalah sumber angin surya berkece-
Hasil pengamatan Matahari memperlihatkan beragam aktivitas pada ba- Prominensa
merupakan plasma yang terangkat ke at- patan tinggi yang dapat mengakibat-
gian-bagian Matahari. Beberapa aktivitas Matahari misalnya sunspot, telah mosfer Matahari dan biasanya berbentuk kan terjadinya corotating interaction
diketahui orang sejak ratusan tahun yang lalu. Sebagian lainnya baru di- busur karena mengikuti bentuk garis region (CIR) di ruang antarplanet.
ketahui sejak satu abad terakhir seiring kemajuan teknologi pengamatan. gaya magnet. Prominensa tampak CIR bisa mempercepat partikel dan
Aktivitas Matahari teramati dalam panjang gelombang berbeda terang dan panas meskipun se- bisa menimbulkan badai geomag-
benarnya lebih dingin diban- net.
dengan melepaskan energi yang berbeda-beda. CME dan
dingkan kromosfer dan ko-
flare merupakan aktivitas Matahari yang berdampak rona. Jika terlihat dari de-
besar pada kondisi cuaca antariksa karena besarnya pan, prominensa akan tampak
energi yang dilepaskan oleh peristiwa tersebut. seperti garis yang melintang di
Matahari (disebut filamen).
Sunspot
Prominensa atau filamen
Sunspot tampak sebagai bintik hitam di permukaan Ma-
dapat bertahan selama
tahari. Daerah dengan sunspot di Matahari memiliki
beberapa hari dan lubang korona
medan magnet yang sangat besar mencapai 1000-4000
dapat terlepas ke ang-
Gauss. Sunspot memiliki suhu yang relatif lebih rendah
kasa sebagai lontaran
dibandingkan daerah lain di permukaan Matahari se-
massa korona (CME).
hingga daerah ini terlihat lebih gelap dibandingkan
sekelilingnya. Sunspot diyakini merupakan penam-
pakan fluks magnet yang menembus permukaan Ma-
tahari. filamen
Flare
CME
Sunspot
merupakan singkatan dari Coronal Mass Ejec-
tion (Lontaran Massa Korona). Saat terjadi CME,
CME yang terlontar dari sebagian massa korona Matahari terlontar ke
Matahari dapat menyebabkan angkasa. Jika menggunakan kamera satelit, CME
badai geomagnet teramati seperti letupan yang menyembur dari
Flare Matahari. Energi yang dilepaskan pada peristiwa
adalah ledakan di Matahari akibat bertemunya dua ini sangat besar karena mengandung massa yang
garis gaya magnet yang saling berlawanan (dise- besar dengan kecepatan tinggi. Pada saat terjadi
but rekoneksi). Selain mampu melepaskan par- CME, sekitar 2 × 1011 kg hingga 4 × 1013 kg materi
tikel berenergi tinggi terutama proton, flare juga korona terlontar dengan energi sebesar 1022 Joule
memancarkan radiasi gelombang elektromagne- Matahari hingga 6 × 1024 Joule. Kecepatan materi CME berva-
tik terutama sinar-X dan UV. Radiasi gelombang riasi dari 20 km/s hingga mencapai 2000 km/s, ra-
EM ini dapat mencapai Bumi hanya dalam waktu ta-rata kecepatannya mencapai 350 km/s. CME ini
sekitar 8 menit, sedangkan proton berenergi tinggi dapat mencapai Bumi dalam waktu 1-5 hari (rata-
Bagian tengah umumnya sekitar 1 jam. Flare bersama fenomena rata 2-3 hari). Sama halnya flare, CME juga mampu
Bagian tepi sunspot
disebut penumbra. sunspot disebut lain di Matahari seperti sunspot, prominensa dan mempercepat partikel hingga menjadi relativistik.
umbra. Suhunya filamen membentuk daerah aktif (active region) di Cakram koronagraf. Koronagraf adalah
Suhunya mencapai Bedanya, CME bisa mengakibatkan badai geomag-
mencapai 4200°C. alat untuk menciptakan efek gerhana
5200°C. mana medan magnetnya memiliki dua kutub. Matahari sehingga korona Matahari net setelah tiba di magnetosfer sedang flare tidak.
5 dapat terlihat 6
Siklus Matahari
Siklus aktivitas Matahari
Kemunculan sunspot tidak hanya berguna
dalam menentukan periode rotasi Matahari,
tapi juga untuk menentukan tingkat aktivitas
Selain berputar mengelilingi pusat galaksi, Matahari juga berputar Menjelang akhir siklus Matahari. Jika jumlah sunspot di permukaan
pada porosnya sendiri. Perputaran Matahari pada porosnya sendiri Jumlah daerah aktif jauh
Matahari banyak berarti aktivitas Matahari
berkurang menunjukkan
ini disebut rotasi. Periode rotasi Matahari dapat diketahui Awal siklus minimnya aktivitas Matahari tinggi, dan begitu pula sebaliknya. Berdasar-
berdasarkan pengamatan sunspot. Dengan melihat Tidak tampak kan pengamatan kemunculan sunspot selama
adanya flare beratus-ratus tahun, para ilmuwan menemu-
pergeseran letak sunspot setiap harinya, maka
kan bahwa kemunculan sunspot memiliki
periode rotasi Matahari dapat diperkirakan.
periode tertentu. Artinya, jumlah kemunculan
Rotasi diferensial sunspot tidaklah bervariasi sembarang terha-
Jika periode rotasi Bumi sama, baik pada daerah ekuator dap waktu, tetapi teratur seperti sebuah sik-
maupun kutubnya, tidak demikian dengan Matahari. Ini lus. Inilah yang menjadi indikator bagi siklus
karena wujud Matahari berupa gas. Untuk daerah aktivitas Matahari.
ekuator satu kali rotasi membutuhkan waktu 25 hari, Jumlah sunspot pada siklus ke-23 dan prediksi siklus ke-24
jumlah sunspot
yang berbeda di Matahari ini dinamakan sebagai
rotasi diferensial. Adanya rotasi diferensial ke-23
diyakini menyebabkan terpuntirnya medan
magnet Matahari sehingga menjadi tidak stabil.
Ketidakstabilan medan magnet di permukaan
Matahari ini lah yang menimbulkan fenomena di
Matahari seperti sunspot, flare, dan CME.
7 8
Dampak Aktivitas Matahari
Selain memancarkan gelombang elektromagnetik, Matahari juga
melepaskan partikel berenergi tinggi. Aliran partikel berenergi tinggi dari
Matahari tersebar ke seluruh penjuru tata surya seperti hembusan angin
di Bumi. Aliran partikel ini disebut angin surya. Angin surya mengandung
partikel-partikel bermuatan listrik yang dapat mempengaruhi dinamika
cuaca antariksa. Angin surya dapat berhembus dengan kecepatan
yang lebih tinggi dari biasanya setelah terjadi CME atau saat ter-
dapat lubang korona di Matahari.
Semburan radio Matahari Badai Matahari dan CIR
Perubahan jumlah dan laju partikel CME dan flare akan menyebabkan pe-
yang terlontar dari Matahari menye- ningkatan intensitas dan kecepatan
babkan berubahnya kondisi plasma angin surya serta radiasi gelombang baca di hlm 15
di atmosfer Matahari. Gangguan ini elektromagnetik. CME dan flare lazim Tumbukan antara partikel bermuatan
dalam angin surya dengan komponen
menyebabkan dipancarkannya gelom- disebut badai Matahari. Badai Matahari satelit misalnya panel surya dapat meng-
bang elektromagnetik pada rentang bisa langsung berdampak pada wahana gagalkan misi satelit tersebut baca di hlm 28
panjang gelombang radio yang dise- antariksa termasuk yang berada di ru- Radiasi sinar-X dan EUV serta
but semburan radio Matahari (solar ang antarplanet (di luar magnetosfer) lontaran partikel bermuatan
radio burst). Karakteristik sinyal sem- melalui badai partikel (SPE) atau ber- dari Matahari dapat menin-
buran radio Matahari dapat digunakan dampak secara tidak langsung melalui gkatkan kerapatan atmosfer
untuk menentukan kecepatan partikel badai geomagnet jika CME berinteraksi di orbit satelit yang dapat
menyebabkan penurunan
berenergi tinggi yang akan sampai ke dengan magnetosfer pada kondisi yang ketinggiannya
Bumi. Di LAPAN, peneliti mengguna- tepat. CIR juga bisa langsung berdampak
kan radiospektrograf untuk menen- pada wahana antariksa melalui partikel
tukan waktu kedatangan partikel ber- energetik yang ditimbulkannya dan me-
energi tinggi ke Bumi. micu badai geomagnet. Bukan hanya
teknologi di ruang angkasa, badai geo-
magnet juga dapat mengganggu bahkan
merusak teknologi di permukaan Bumi.
Astronot dan penumpang pesawat yang Gangguan sistem dan orbit wahana antariksa
melintasi daerah kutub bisa terganggu Aktivitas Matahari bisa mengakibatkan anomali satelit.
secara langsung akibat radiasi EM dan Sebuah proton relativistik yang ditimbulkan oleh badai
partikel. Badai geomagnet dapat diikuti Matahari dapat langsung merusak komponen elektro-
Radiospektrograf dengan badai ionosfer. nik satelit melalui mekanisme single event upset (SEU).
yang dioperasikan Elektron energetik (baik yang relativistik maupun yang
di Tanjungsari, Sumedang. Waspada badai Matahari
energinya lebih rendah) dapat menimbulkan pemua-
Dengan menggunakan teleskop, peneliti
tan (charging) pada satelit yang jika diikuti dengan
LAPAN mengamati jumlah dan posisi
pelepasan muatan (discharging) dapat mengakibatkan
sunspot. Hal ini bermanfaat untuk men-
kerusakan fatal. Gangguan cuaca antariksa juga dapat
getahui kondisi Matahari. Data jumlah
menyebabkan penurunan ketinggian orbit satelit dan
dan posisi sunspot juga diperlukan un-
berkurangnya akurasi prediksi orbit sehingga mening-
tuk memprediksi kapan terjadinya badai
katkan resiko tubrukan antar benda buatan.
9 Matahari. 10
Medan Magnet Bumi
Kutub Selatan Magnet Bumi
Kutub Utara Bumi
Pembentukan geomagnet
Para ahli memperkirakan bahwa
geomagnet berasal dari proses
yang terjadi di dalam inti Bumi Kuat medan magnet di sekitar
ekuator geomagnet = 30 mikrotesla
Garis gaya yang tersusun atas besi dan nikel.
magnet
Inti Bumi tersusun atas inti dalam
yang bersifat padat dan inti luar
yang bersifat cair. Inti luar bergerak
berputar mengelilingi inti dalam,
Gerakan mengikuti gerakan rotasi Bumi. Di Garis-garis gaya magnet
Bumi dapat menjangkau Kutub Selatan Bumi Kutub Utara Magnet Bumi
cairan inti luar juga terjadi perpindahan puluhan ribu kilometer.
berputar
(rotasi) panas secara konveksi. Kedua gerakan
Konveksi
Inti dalam Kutub-kutub magnet Bumi tidak tepat berimpitan dengan kutub-kutub geografi Bumi. Kutub-kutub
(padat)
mengikuti inilah yang membangkitkan arus listrik magnet Bumi berselisih sekitar 11,5° dari kutub geografis dan setiap tahunnya mengalami pergeseran.
rotasi Bumi
sehingga menghasilkan medan magnet
seperti efek dinamo. Proses ini berlang- Vektor geomagnet Pengukuran geomagnet
Inti luar (cair) sung terus-menerus dalam kurun waktu Medan magnet di suatu tempat di Untuk mengukur nilai mutlak dan variasi
sangat lama sehingga menghasilkan geomag- permukaan Bumi dapat digambarkan geomagnet, kita dapat menggunakan
net seperti yang teramati sekarang. sebagai vektor dengan komponen- magnetometer landas-Bumi. Terdapat
komponennya. Ada tujuh komponen dua macam pengukuran geomagnet,
geomagnet yang merepresentasikan yaitu pengukuran bergerak dan statis.
Pembalikan Kutub Magnet Bumi arah dan besarnya. Pengukuran bergerak yang mengguna-
Arah orientasi geomagnet dapat menga- ode sekitar jutaan tahun. Ketika peristiwa kan dua magnetometer dilakukan untuk
X Keterangan:
lami pembalikan. Prosesnya berlangsung ini terjadi, kemungkinan sistem navigasi F : intensitas total medan magnet survei-survei geofisika. Pengukuran sta-
selama ribuan tahun dengan ditandai ter- (penentuan posisi dan arah mengguna- H : komponen horizontal medan tis dilakukan untuk menentukan variasi
jadinya pelemahan kuat medan magnet. kan kompas) akan terganggu. Pelemahan magnet Bumi
medan magnet diurnal (harian) dan non-
Z : komponen vertikal medan
Saat posisi kutub magnet utara-selatan kuat medan magnet diperkirakan hanya magnet Bumi. Z bernilai positif diurnal, serta menentukan nilai absolut
baru tercapai, fase pemulihan kuat me- sepersepuluh dari kuat medan saat ini. jika mengarah ke bawah geomagnet. Di LAPAN, para peneliti geo-
dan magnet terjadi secara cepat. Peris- Oleh karena itu, peristiwa pembalikan ku- X : komponen arah utara-selatan
magnet mengukur variasi medan magnet
Bumi
tiwa pembalikan kutub magnet sering tub magnet Bumi tidak akan terlalu mem- Y : komponen arah timur-barat Bumi diurnal dan nondiurnal. LAPAN memiliki
dihubungkan dengan isu ”kiamat” 2012. berikan dampak pada kehidupan di Bumi. D : sudut deklinasi komponen H dari beberapa stasiun pengamat dirgantara
Berdasarkan rekaman magnetik pada ba- Karena prosesnya berlangsung sangat utara Bumi
yang mengoperasikan magnetometer
I : sudut inklinasi vektor F terhadap
tuan di Bumi, telah terjadi beberapa kali lama, manusia akan mampu beradaptasi bidang horizontal. I bernilai untuk pengamatan variasi harian geo-
pembalikan kutub magnet dengan peri- dengan peristiwa ini. positif jika mengarah ke bawah magnet di beberapa wilayah Indonesia.
11 Z 12
IGRF Bow shock
Terjadi CME. Milyaran ton plasma (gas
Badai Geomagnetik
timbul medan listrik di Bumi yang ke-
mudian menghasilkan medan magnet
sekunder yang cukup besar sehingga
menghasilkan arus listrik induksi di
Tidak semua plasma dalam angin surya mampu ditahan oleh magnetos- permukaan Bumi. Arus listrik induksi
fer. IMF yang mengarah ke selatan dapat menyatu dengan medan magnet inilah yang kemudian dikenal sebagai
Bumi yang mengarah ke utara (mengalami rekoneksi) dan membuka jalan fenomena GIC. Adanya GIC dapat ber-
bagi masuknya plasma dalam angin surya ke magnetosfer. Jika terjadi dampak negatif pada jaringan listrik,
dengan cukup kuat, peristiwa ini mampu melemahkan magnet Bumi telekomunikasi, dan jaringan pipa
bawah tanah. Trafo tegangan tinggi
sehingga disebut badai geomagnetik. Badai geomagnetik menguatkan
pada jaringan listrik menerima beban
terjadinya aurora dan dapat menyebabkan gangguan pada teknologi di berlebih dari GIC yang mengakibat- Substorm
luar angkasa maupun di permukaan Bumi. Badai geomagnet bisa dipicu kan kerusakan dan gangguan pada merupakan fenomena yang mencakup pe-
oleh CME dan CIR namun tidak oleh flare. keseluruhan jaringan listrik. Selain ngumpulan energi (hasil interaksi magnetos-
mengganggu jaringan listrik, GIC juga fer dengan angin surya) di magnetotail dan
menyebabkan korosi jaringan pipa pelepasannya di zona aurora ionosfer (yang
bawah tanah secara elektrokimia, tampak sebagai aurora). Substorm terdiri
serta mempengaruhi jaringan teleko- atas 3 fase, yaitu fase pertumbuhan, ekspan-
munikasi. Kejadian ini banyak diamati si, dan pemulihan. Pada fase pertumbuhan,
di daerah-daerah lintang tinggi. Ke- IMF yang mengarah ke selatan mengakibat-
Rekoneksi antara IMF (mengarah ke selatan) dan Rekoneksi antara sesama medan jadian GIC pernah terjadi saat badai kan rekoneksi dengan magnetosfer sisi siang.
medan magnet Bumi (mengarah ke utara) magnet Bumi di sisi malam memicu
geomagnetik sangat kuat pada tahun Peristiwa ini menimbulkan penimbunan
di sisi siang memicu terjadinya badai geomagnet terjadinya ekspansi substorm. energi di magnetotail sehingga akhirnya
1989, yaitu rusaknya pembangkit
tenaga listrik Quebec, Kanada. terjadi rekoneksi di sisi malam akibat berte-
munya garis-garis medan magnet yang ber-
Mungkinkah GIC terjadi di Indonesia? lawanan arah. Dari lokasi rekoneksi partikel
Selama ini fenomena GIC baru dia- energetik disemburkan ke arah Bumi dan ke
mati di daerah-daerah lintang tinggi arah yang berlawanan. Semburan ini adalah
dan lintang menengah. Hal itu terjadi tanda berlangsungnya fase ekspansi. Sete-
karena efek dari badai magnetik lebih lah energi substorm dilepaskan, fase pe-
mempengaruhi lintang-lintang terse- mulihan terjadi, yaitu magnetosfer kembali
but. Akan tetapi, fenomena badai ke kondisi semula secara perlahan.
merupakan kejadian global yang
efeknya dirasakan pada semua lintang
meskipun dengan intensitas yang ber-
beda. Karena itu, untuk mengantisipa-
si kemungkinan terjadinya fenomena
GIC di Indonesia maka LAPAN melaku-
kan penelitian tentang fenomena GIC
di Indonesia dengan monitoring in-
deks Dst.
Pulsa geomagnetik
Kemunculan pulsa geomagnetik berkore- Klasifikasi Perioda (detik)
lasi dengan IMF, angin surya, substorm,
serta aktifitas geomagnet lainnya. Menu- Pc Pc1 0.2 – 5
rut IAGA, pulsa geomagnetik diklasifikasi- Pc2 5 – 10
kan menjadi dua, yaitu continuous pul- Pc3 10 – 45
sations (Pc) dan irregular pulsations (Pi). Pc4 45 – 150
Pulsa geomagnetik Pc dan Pi ini dibagi Pc5 150 – 600
kembali menjadi tujuh sub tipe berdasar-
kan rentang periodenya. Klasifikasi pulsa Pi Pi1 1 – 40
geomagnetik ini dapat dilihat pada tabel Pi2 40 – 150
Aurora Borealis yang terjadi di Alaska, 9 Oktober 2007 di samping.
17 18
Ketinggian satelit Mengamati Ionosfer
di atas 300 km
Ionosfer
Pengamatan lapisan ionosfer selalu
berkembang. Dahulu pengamatan di-
lakukan dengan roket namun kini yang
umum adalah pemancaran gelombang
radio. Misalnya, penggunaan radar
Selain cahaya tampak, Matahari juga memancarkan sinar ionosfer atau ionosonda. Ionosonda
ultraviolet (UV) yang semakin banyak dengan kejadian flare. memancarkan frekuensi 3 – 30 MHz
Radiasi UV inilah yang memunculkan proses fotoionisasi ke ionosfer. Oleh ionosfer, frekuensi
(ionisasi oleh cahaya) di bagian atas atmosfer. Sinar UV akan tertentu akan dipantulkan kembali ke
mengionisasi molekul-molekul di sana sehingga terbentuk- ionosonda. Oleh ionosonda, frekuensi
balik akan direkam.
lah bagian atmosfer yang berisi ion-ion positif dan elektron.
Bagian atmosfer inilah yang disebut ionosfer.
Variasi harian dan lapisan ion- Variasi musiman dan variasi ter-
Aurora
osfer hadap siklus Matahari
Dalam kondisi harian, ionosfer Tidak hanya rotasi Bumi, ionosfer
terpengaruh oleh rotasi Bumi. juga dipengaruhi oleh pola musi- Lapisan F ionosfer
Pada siang hari, saat pancaran man dan siklus Matahari. Untuk (>120 atau 140 km),
pemantul gelombang
radiasi Matahari maksimum, pola musiman, lapisan D, E, dan radio HF
terbentuk empat bagian lapisan F1 mencapai kerapatan elektron Ionosonda
ionosfer, yaitu lapisan F2, F1, tertinggi pada musim panas, se-
E, dan D yang masing-masing dangkan lapisan F2 mencapai Cahaya malam
berurutan dalam ketinggian. kerapatan elektron tertinggi Pada malam hari, dengan tidak adanya
Pada malam hari, rekombinasi, pada musim dingin. Saat puncak cahaya Matahari, ion-ion di lapisan ion-
kebalikan proses ionisasi, lebih aktivitas Matahari, kerapatan osfer bagian bawah cenderung kembali
terjadi di lapisan bawah ion- elektron semua lapisan ionosfer Termosfer membentuk molekul netral. Elektron-
osfer (lapisan E dan D) serta meningkat. Sebaliknya, saat ak- elektron akan menumbuk ion-ion
lapisan F1 bergabung dengan tivitas Matahari menurun, kera- positif yang kemudian membentuk
Lapisan E ionosfer
F2 sehingga hanya ada satu la- patan elektron semua lapisan molekul atau atom netral tak stabil.
(90-120 atau 140 km)
pisan ionosfer, yaitu lapisan F. ionosfer menurun. Proses ini disebut rekombinasi. Seba-
gian energi hasil reaksi rekombinasi
dalam bentuk cahaya tampak yang
F2 Aurora
F1 lemah (merah atau hijau). Cahaya ini
E disebut airglow yang warnanya me-
D Lapisan D ionosfer nunjukkan molekul penyusun suatu la-
Meteor terbakar
(50-90 km) pisan ionosfer dan ketinggiannya.
di mesosfer Mesosfer
Ionosfer
Lapisan ozon
di stratosfer Statosfer Pendaran cahaya hijau
Lapisan D airglow menunjukkan hasil
menghilang rekombinasi atom oksigen
di lapisan D ionosfer
Lapisan F Lapisan E
bergabung Troposfer
19 Lapisan F hampir menghilang 20
saat malam
Sejarah Penelitian
Ionosfer terdiri atas beberapa lapisan
Adanya lapisan pemantul gelombang radio
di atmosfer membuat para ilmuwan semakin
penasaran ingin mengetahui lebih jauh la-
Ionosfer
pisan tersebut. Di antaranya adalah Edward
Appleton yang pertama kali mengembang-
kan ionosonda pada tahun 1924. Dari saat
itulah, diketahui adanya ionosfer. Setahun
Kendati ionosfer memang dihasilkan dari atmosfer setelah pengembangan ionosonda, Appleton
atas yang berinteraksi dengan sinar UV, namun pe- menemukan adanya lapisan pemantul yang
lain, yaitu lapisan F ionosfer.
nelitian adanya ionosfer bukan berawal dari peneli-
tian tentang ionisasi molekul atmosfer oleh sinar
UV. Penelitian ionosfer diawali dengan ditemu-
kannya teori dan perilaku gelombang elektro-
magnetik, serta komunikasi nirkabel dengan
gelombang radio.
Model 3-D ionosfer
secara global Atas jasanya, Appleton
dianugerahi Nobel pada
Penemuan gelombang radio tahun 1947
Pada tahun 1820, Hans Christian
Oersted, seorang ilmuwan Denmark, Ionosfer hari ini
memperlihatkan jika seutas kawat dialiri Penelitian tentang ionosfer saat ini sangat
arus listrik akan dapat menimbulkan medan penting karena lapisan ini merupakan media
magnet. Eksperimen Oersted membukti- perambatan bagi sinyal-sinyal komunikasi
kan medan listrik menyebabkan medan mag- Penemuan lapisan pemantul satelit dan radio. Tidak hanya ionosonda, ra-
net. Tahun 1864, James Clerk Maxwell secara Tertarik dengan apa yang dilakukan dar, roket, dan satelit sekarang digunakan
matematis mengemukakan teori radiasi elektro- Marconi, Oliver Heaveside dan Arthur untuk mendukung penelitian ionosfer. Ini ka-
magnetik dan adanya gelombang radio. 23 tahun Kennelly melakukan penelitian lebih rena kondisinya selalu berubah atau dinamis.
kemudian, fisikawan Jerman, Heinrich Hertz, mem- lanjut tentang adanya lapisan peman- Radar ionosfer seperti riometer dan incoher-
buktikan teori Maxwell. Hertz dapat mengaplikasikan tul gelombang radio di atmosfer. Tahun ent scatter radar berguna mengamati absorp-
Hans Christian Oersted
teori Maxwell bagaimana menghasilkan dan menerima 1902, mereka membuktikannya. Atas si, kerapatan, suhu, dan komposisi ionosfer.
gelombang radio serta perilakunya. jasa mereka, lapisan ini dinamakan Satelit digunakan untuk mengetahui struktur
lapisan Kennely-Heaviside yang dike- dan dinamika ionosfer. Saat ini, ionosfer pun
mudian hari dikenal sebagai lapisan E sudah dimodelkan dalam 3-D.
Komunikasi jarak jauh
Temuan Hertz tentang gelombang radio kemudian di- ionosfer.
manfaatkan oleh Guglielmo Marconi, seorang Italia Gelombang frekuensi sangat tinggi keluar dari atmosfer
yang lahir 25 April 1874, untuk komunikasi tanpa kabel/ Sebelum dipantulkan
kembali, gelombang
nirkabel (wireless). 12 Desember 1901, Marconi berhasil
frekuensi tinggi
memancarkan sinyal gelombang radio melintasi lautan Gelombang frekuensi melewati ionosfer
Atlantik dari Cornwall (Inggris) ke St. John’s, Newfound- rendah dipantulkan
kembali
land (Kanada) yang berjarak 3380 km. Dari keberhasilan- “lo
mp
nya itu, Marconi membuktikan bahwa sinyal gelombang ata
n”
Ionosfer
Atas jasanya, Marconi dianugerahi radio mengalami pemantulan melalui atmosfer terlebih
Nobel pada tahun 1909 dahulu sebelum diterima oleh penerima gelombang.
21 22
Airglow Imager
Mengamati Ionosfer
lapisan F2. Frekuensi ini disebut frekuensi kritis
lapisan F2 (foF2). Frekuensi gelombang radio di
Ionogram atas foF2 akan diteruskan.
Ionosonda merupakan radar
ionosfer yang menggunakan
Elektron-elektron di masing-masing lapisan ionosfer memilki frekuensi gelombang radio HF, yaitu
osilasi tertentu yang bergantung pada kerapatan elektronnya. Gelombang 2–20 MHZ. Ionosonda meman-
Jejak frekuensi lapisan ionosfer di atas
carkan gelombang dengan
radio yang frekuensinya sama dengan frekuensi osilasi elektron di suatu ketinggian 400 km. Lapisan ini berarti
frekuensi pada range tersebut lapisan F2 ionosfer.
lapisan ionosfer akan dipantulkan oleh elektron-elektron di lapisan secara vertikal ke atas menuju Jejak frekuensi lapisan ionosfer di
tersebut, sedangkan gelombang radio yang frekuensinya lebih rendah ionosfer. Gelombang yang frek-
ketinggian 200-350 km. Lapisan ini
berarti lapisan F1 ionosfer.
akan diserap dan gelombang radio yang frekuensinya lebih tinggi akan uensinya sama dengan freku- Jejak frekuensi lapisan ionosfer di
diteruskan. Sifat lapisan ionosfer inilah yang kemudian digunakan oleh ensi osilasi di suatu lapisan ketinggian 100 km. Lapisan ini berarti
lapisan E ionosfer.
peneliti ionosfer untuk memahami karakteristiknya. ionosfer akan dipantulkan balik Frekuensi (MHz)
ke Bumi. Oleh ionosonda, frek-
Sinyal GPS Total Electron Content (TEC) uensi yang terpantul dari ionos- Ionogram pada siang hari
Satelit GPS yang berguna untuk Perubahan yang terjadi pada sinyal GPS ke- fer akan direkam menjadi jejak
umumnya TEC berkisar antara 1 sampai 200 stasiun ionosonda di dunia, Frekuensi (MHz)
TECU. peneliti ionosfer LAPAN memo-
delkan ionosfer di atas Indone- Ionogram pada malam hari
sia dan sekitarnya. Model ion-
Luas penampang
silinder = 1 m2 satelit osfer yang dikembangkan ini
berupa model nilai foF2 near-real time un-
tuk setiap jam. Selain itu, peneliti ionosfer
LAPAN juga mengembangkan model predik-
si frekuensi radio HF antara Jakarta dan ibu-
kota seluruh provinsi di Indonesia. Model
1000 km nilai TEC Indonesia juga dikembangkan di
LAPAN. Sama dengan model foF2, model
Lapisan ionosfer profil TEC merupakan model near-real time tiap
kerapatan
elektron
jam. Semua model ini dapat dilihat di situs
50 km
http://www.dirgantara-lapan.or.id.
titik tembus di
lapisan ionosfer Lanjutkan membaca “Efek Ionosfer”
di halaman 27
25 Pengamat
Pengukuran elektron menggunakan TEC
26
Satelit komunikasi
Cahaya tampak hingga dan broadcasting
Dampak Ketidakteraturan
ke permukaan Bumi
Sinar-X dan CME
Satelit GPS
aliran proton
dari flare
Lapisan Ionosfer
Flare dan CME dengan intensitas besar jika mengarah ke Bumi Lapisan F
Sintilasi
Delay
akan berdampak pada kondisi magnetosfer dan ionosfer. Lapisan Es Lapisan E propagation
Dampaknya di magnetosfer adalah badai magnetik yang dian- Lapisan D
Absorbsi
taranya dapat merusak jaringan listrik. Di ionosfer, dampaknya gelombang HF
Interferesi
gelombang VHF
adalah perubahan atau dinamika kelistrikan dan kerapatan menyebabkan
elektron di sana. Akibat dari dinamika ionosfer ini adalah SWF
Komunikasi radio HF yang mahal. Hanya perangkat radio HF, Fenomena ini disebut blackout com- magnetosfer. Saat partikel dan energi
Komunikasi radio high frequency/HF antena, dan catu daya yang dibutuhkan munication atau shortwave fadeout itu masuk ke ionosfer, akan terjadi peru-
(3–30MHZ) memanfaatkan ionosfer se- dalam komunikasi ini. (SWF). bahan dalam skala yang luas pada dis-
bagai media pemantul dalam propagasi tribusi kerapatan elektron, kelistrikan,
(perambatan) gelombangnya. Meskipun Komunikasi blackout Kemunculan lapisan E sporadis (Es) dan TEC di lapisan F ionosfer. Fenom-
komunikasi ini terlihat sederhana, komu- Saat flare super besar mengarah ke Kemunculan lapisan E dapat ter- ena ini disebut badai ionosfer. Dampak
nikasi radio HF harus selalu ada dalam Bumi, Matahari akan memancarkan si- jadi pada malam hari, yaitu saat ter- badai ionosfer ada dua, yaitu penurunan
sistem komunikasi suatu negara. Ini ka- nar-X berintensitas sangat tinggi. Dalam jadinya hujan meteor dan perubahan (badai ionosfer negatif) dan peningkatan
rena komunikasi radio HF dapat berper- waktu sekitar 8 menit, sinar-X ini sudah transportasi elektron. Fenomena ini (badai ionosfer positif) kerapatan elek-
an dalam keadaan darurat. Komunikasi mencapai ke lapisan D ionosfer. Di la- disebut E sporadis (Es). ES mempu- tron di lapisan F2. Saat terjadi badai ion-
ini tidak membutuhkan infrastruktur pisan ini sinar-X akan mengionisasi mole- nyai kerapatan elektron yang sangat osfer negatif, terjadi kerapatan elektron
kul-molekul di sana sehingga kerapatan tinggi sehingga dapat memantulkan lapisan F2 turun drastis sehingga nilai
elektronnya meningkat dengan drastis. gelombang VHF. Oleh karena itu, ke- frekuensi kritis F2 (foF2) juga turun dras-
Ini akan menyebabkan penyerapan (ab- munculan Es dapat menyebabkan tis. Efeknya adalah komunikasi radio HF
sorpsi) energi gelombang radio HF, ter- interferensi gelombang VHF untuk si- jarak jauh tidak dapat berjalan karena
utama frekuensi rendah, sehingga ter- aran televisi. komunikasi tersebut menggunakan fre-
jadi pelemahan sinyal (fading). Bahkan, kuensi tinggi. Sebaliknya, badai ionosfer
peningkatan kerapatan elektron yang Badai ionosfer positif bermanfaat bagi komunikasi ra-
sangat besar di lapisan D ionosfer dapat Saat terjadi badai geomagnetik, par- dio frekuensi tinggi karena meningkat-
menyerap semua rentang gelombang tikel dan energi elektromagnetik dari kan kerapatan elektron di ionosfer.
radio HF. Kondisi ini akan menyebab- CME dan flare akan masuk ke lapisan
kan terputusnya komunikasi radio HF. ionosfer Bumi tanpa terhalangi oleh
27 28
Error atau kesalahan GPS Sintilasi
Error atau kesalahan GPS Satelit GPS di- kalah penting adalah menentukan waktu Cahaya bintang tampak berkelap-kelip utama sintilasi adalah auroral particle
gunakan untuk menentukan posisi (navi- tunda sinyal ketika menjalar melalui at- disebabkan karena adanya pergera- precipitation yang terkait dengan sub-
gasi) dan ketinggian suatu objek di Bumi mosfer, yaitu melewati lapisan ionosfer kan dan perubahan kerapatan mole- storm. Sedang untuk daerah ekuator,
(penerima sinyal GPS). Penentuan posisi (mengandung partikel bermuatan) dan kul-molekul di atmosfer Bumi. Sama sintilasi dapat disebabkan oleh plas-
didasari pengukuran waktu penjalaran lapisan troposfer (mengandung uap air). halnya dengan cahaya bintang, gelom- ma bubble yaitu daerah berkerapatan
sinyal gelombang radio dari satelit GPS Pemantulan beberapa kali gelombang ra- bang radio satelit akan mengalami pe- elektron rendah di lapisan F. Seperti
hingga ke penerima sinyal GPS. Untuk dio saat dipermukaan Bumi (multipath) rubahan kuat sinyal dengan cepat ke- halnya substorm, plasma bubble juga
mengukur waktu penjalaran tersebut, juga menjadi faktor kesalahan saat me- tika melewati ionosfer. Perubahan kuat dipengaruhi oleh cuaca antariksa
diperlukan penentu waktu yang akurat nentukan posisi menggunakan GPS. Dari sinyal ini ditandai dengan perubahan am- sehingga ditemukan lebih banyak
pada penerima sinyal GPS. Selain itu, po- semua faktor yang menyebabkan kesala- plitudo dan fase gelombang radio yang plasma bubble saat puncak aktivitas
sisi dan ketinggian orbit satelit juga harus han navigasi GPS, ionosfer adalah yang dinamakan sintilasi. Sintilasi disebab- Matahari. Sintilasi yang dapat diala-
diketahui. Kemudian, hal yang tidak terbesar. kan oleh ketidakhomogenan kerapatan mi oleh satelit GPS maupun satelit
elektron di lapisan F atau yang disebut telekomunikasi juga dapat diindikasi-
spread F. Untuk daerah kutub, penyebab kan oleh TEC.
Grafik yang menunjuk-
Posisi dan kan adanya penurunan
ketinggian orbit kerapatan elektron
Ionosfer menyebabkan sintilasi satelit GPS karena plasma bubble
dan delay propagation
Troposfer membiaskan
gelombang radio GPS
--Faktor-faktor kesalahan navigasi GPS-- Saat melewati ionosfer, gelombang radio mengalami
sintilasi yang disebabkan oleh plasma bubble
29 30
Cuaca Antariksa Ekstrem
Telah
Isu mengenai
kita ketahui
kiamatbahwa
di tahun
cuaca2012
antariksa
menjadi
berpotensi
hangat dibicarakan
merusak teknologi
saat ini.
Sebagian
dan kesehatan
orangbahkan
menghubungkannya
keselamatan manusia.
dengan ramalan
Masalahnya
suku adalah
Maya se-
dan kehancuran
makin hari kita semakin
dunia dibergantung
tahun tersebut.padaJika
teknologi
ditinjauyang
darikita
siklus
ciptakan
Matahari,
sendiri sehingga
tahun gangguan
2012 memang sekecil
merupakan
apapun padatahunteknologi
mening-tersebut bisa
katnya aktivitaskecemasan.
menimbulkan matahari. Seperti
Tapi, perlukah
pada siklus
kita sebelumnya,
cemas secara berlebihan?
pada saat tersebut akan banyak terjadi aktivitas
Belajar
matahari dari sejarah
yang dapat mengganggu magnetosfer dan
Dinamika cuaca antariksa mengakibatkan efeknya senantiasa bervariasi. Umumnya
ionosfer di Bumi.
kita yang tinggal Namun,
di lintang benarkah
rendah itu semua
tidak merasakan efek yang ditimbulkan oleh cua-
dapat
ca menyebabkan
antariksa terjadinya
tersebut bahkan kiamat?
sejak kita lahir. Mereka yang tinggal di lintang tinggi
Mungkinkah badai matahari
seperti di Amerika Utara dan Eropa lebih sering merasakan efek itu dalam wujud
banyak terjadi pada tahun 2012?
indahnya Aurora
Puncak Siklus Borealis. Memang terkadang dampaknya fenomenal seperti yang
Matahari
terjadi pada Maret
Berdasarkan 1989 ketika
penomoran arus induksi
siklus matahari yang berasal dari badai geomagnet
yang
merusak pembangkit
berlaku saat tenaga
ini, sekarang listrik di
Matahari Kanada,
sedang Amerika, dan Inggris.
berada
pada awal siklus ke-24. Menurut perhitungan, puncak
Jika dilihat
siklus dari indeks
matahari ke-24 Dst-nya, badaipada
akan terjadi Maretsekitar tahun
Tabel 25 badai geomagnet terbesar ber-
1989 adalah yang terbesar sejak 1932
2012-2013. Pada saat puncak siklus matahari dasarkan seperti itu,indeks Dst sejak 1932 hingga
dengan nilai Dst
kemungkinan mencapai
terjadinya -548atau
CME nT. flare
Namun, sangat besar. Hanya 2002.
ternyata badai tersebut bukanlah yang
saja, ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini belum
terbesar dalam sejarah,
bisa memprakirakan badai yang
persisnya kapanterjadi
terjadi CME atau flare. Hal
pada
yang September 1859hanyalah
dapat dilakukan diyakini jauh lebih
mengantisipasi kemungkinan ban-
besar (ada yang memperkirakan Dst-nya
yaknya aktivitas matahari dalam rentang waktu yang panjang, sep-
mencapai
erti antara-1760
tahunnT).
2012Untungnya
dan 2013.ketika itu
manusia belum bergantung pada teknologi
seperti sekarang sehingga dampaknya Aktivitasha-Matahari Ekstrem
Catatan
nya merusak jaringan telegraf yang sedang kejadian mengenai aktivitas Ma-
berkembang saat itu. tahari menunjukkan bahwa pada bebera-
pa tahun yang lalu telah terjadi aktivitas
Badai super seperti badai Sept 1859 Matahari
yang yang sangat ekstrem. Salah sa-
terkenal dengan nama Carrington eventadalah kejadian flare pada bulan
tunya
sangat jarang terjadi. Sayangnya catatan hingga November 2003 yang
Oktober
sejarah mengenai badai geomagnet menghasilkan
yang flare terbesar dalam seja-
kita miliki sangat terbatas sehingga rah sulit
pengamatan Matahari modern. Peri-
memperkirakan periode kejadiannya. stiwa Oleh
ini diketahui berpengaruh langsung
karena itu, tidak ada alasan untuk terhadap
kece- kondisi ionosfer, magnetosfer,
masan yang berlebihan. Yang diperlukandan beberapa teknologi landas bumi dan
adalah pemahaman yang lebih baik angkasa. Namun, peristiwa flare be-
luarten-
tang cuaca antariksa sehingga kita sarmampu
ini belum diketahui menyebabkan ke-
mengantisipasi dampak negatifnya hancuran
denganplanet seperti yang dinyatakan Lanjutkan membaca “Antisipasi
lebihFlare yang terjadi pada bulan
baik. oleh ramalan mengenai tahun 2012. Cuaca Antariksa Ekstrem”
Oktober 2003 di halaman 33 32
31
Antisipasi Cuaca Antariksa Ekstrem
Untuk mengantisipasi dampak negatif cuaca antariksa, Pemantauan satelit Pengamatan ionosfer secara real-time
LAPAN, khususnya Pussainsa, membangun sistem peringatan Saat ini, Indonesia memiliki satelit or- Ionosfer yang sangat berpengaruh pada
dini bahaya cuaca antariksa ekstrem. Upaya pertama adalah pem- bit rendah yang digunakan untuk pe- penjalaran gelombang radio juga tidak
mantauan wilayah dan satelit orbit luput dari pengamatan secara online
bangunan sistem pengiriman data dari setiap stasiun pengamatan
tinggi untuk komunikasi. Semua satelit oleh LAPAN. Ionogram merekam ke-
dirgantara ke peneliti-peneliti di Pussainsa secara online. Upaya ini memiliki potensi mengalami keru- adaan ionosfer setiap 15 menit dan
berikutnya pembangunan ruang monitoring cuaca antariksa untuk sakan pada saat terjadi cuaca antariksa hasilnya dikirim secara real-time dari
menampilkan kondisi Matahari, ruang antarplanet, magne- ekstrem. Mengantisipasi hal itu, LAPAN setiap stasiun pengamatan ke Pussain-
tosfer, dan ionosfer secara real-time. Selanjutnya, LAPAN mengembangkan alat pemantau lin- sa Bandung untuk mengetahui kondisi
menyebarkan informasi kondisi cuaca antariksa ke pihak-pihak tasan satelit dan perangkat lunak ionosfer setiap saat. Peneliti ionosfer
untuk menganalisis cuaca antariksa LAPAN juga mengembangkan model
yang membutuhkan informasi ini.
yang berdampak mengganggu sistem ionosfer berupa peta TEC dan foF2 se-
teknologi satelit. cara near real-time.
Waspada badai Matahari Waspada badai geomagnetik
Melalui pengoperasian instru- Secara real-time, data geomag-
men optik seperti teleskop, net dari setiap stasiun penga-
LAPAN memantau secara kon- mataan dikirim ke Pussainsa Monitor
tinu aktivitas Matahari. LAPAN di Bandung. Selanjutnya, data kondisi awan
juga mengoperasikan penga- tersebut diolah menjadi data va- Monitor
kondisi ionosfer
matan antariksa secara radio riasi harian geomagnet, indeks
Monitor
seperti spektrograf tipe SN4000 K, pulsa geomagnetik (Pc3, Pc4, Monitor
kondisi geomagnet
untuk memantau perubahan dan Pc5), dan polarisasi. Hasil kondisi Matahari
dan orbit satelit
spektrum yang dihasilkan oleh pe-ngolahan indeks K, Pc3, dan
aktivitas Matahari. Perubahan Pc5 dijadikan informasi untuk
spektrum ini bermanfaat untuk mengetahui aktivitas geomag-
mengetahui ledakan-ledakan net lokal dan global akibat cuaca
yang terjadi di Matahari mela- antariksa. Pemantauan indeks Dst
lui gelombang radio yang di- secara real-time juga dilakukan
pancarkan mengarah ke Bumi. oleh LAPAN. Selain itu, peneliti
Dengan demikian, semua pe- geomagnet LAPAN mengembang-
ristiwa di Matahari yang ber- kan sistem Deteksi Otomatis SC
potensi memberikan dampak Badai Geomagnetik untuk men-
negatif pada aktivitas manusia deteksi badai geomagnetik.
dapat segera diketahui.
33 34
Layanan evaluasi kanal real-time
Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi EKRT dapat digunakan sebagai pan-
Pussainsa telah menyiapkan paket pro- duan dalam berkomunikasi radio ber-
gram pelayanan yang dapat digunakan basiskan informasi dari data terinte-
untuk melakukan evaluasi kanal real grasi meliputi kondisi matahari, model
time (EKRT) untuk komunikasi radio. prediksi, model regional, dan sistem
Perangkat ini akan terus dikembang- Automatic Link Establishment (ALE).
kan, sejalan dengan perkembangan
hasil penelitian di bidang.
35 36
Jaringan Pengamatan Dirgantara
Pussainsa
Pusat SainsLAPAN
Antariksa
Pusat Sains Antariksa LAPAN, mempunyai lebih dari 30 instrumentasi Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi seperti GPS – GISTM di semua
Pusat Sains Antariksa LAPAN, mempunyai lebih dari 30 instrumentasi
penelitian di 8 lokasi pengamatan di Indonesia. Meliputi instrumentasi lokasi pengamatan dan Ionosonda di 7 lokasi, dan instrumentasi un-
penelitian di 8 lokasi pengamatan di Indonesia. Meliputi instrumentasi
untuk Bidang Matahari dan Antariksa seperti radio spectrograph dan tuk Bidang Geomagnet Antariksa seperti magnetometer yang ter-
untuk Bidang Matahari dan Antariksa seperti radio spectrograph dan
teleskop optik di Tanjungsari dan Watukosek, instrumentasi untuk pasang di 6 lokasi pengamatan.
teleskop optik di Tanjungsari dan Watukosek, instrumentasi untuk
37 38
Jaringan Transfer Data Pengamatan
Pusat Sains Antariksa
Setiap lokasi pengamatan dilengkapi dengan jaringan VPN (Virtual Private Net- hasil litbang Pusat Sains Antariksa ke internet melalui dua layanan portal yang
work) berbasis komunikasi via satelit yang bekerjasama dengan PT. Lintasarta. Ja- dapat diakses pada http://www.dirgantara-lapan.or.id dan http://swm.dirgan-
ringan transfer data ini menghubungkan tiap instrument yang tersebar di daerah tara-lapan.or.id. Alamat yang terakhir merupakan layanan monitoring cuaca
ke pusat data di Bandung. Secara berkala VPN Client mengirimkan data pengama- antariksa yang dibangun dan dikelola untuk memberikan informasi terkini cuaca
tan dari instrumentasi ke Server di Bandung. Data hasil pengamatan kemudian antariksa yang berguna bagi masyarakat dalam mengantisipasi dampak gang-
ditampung dan dikelola dalam Database Server (dapat diakses melalui alamat web guan cuaca antariksa.
http://foss.dirgantara-lapan.or.id). WEB Server kemudian menyebarkan informasi
39 40
Layanan Portal
Pusat Sains Antariksa
Pussainsa memiliki tiga buah portal untuk layanan penelitian. http://www.dirgan- tang keadaan cuaca antariksa dan prediksi gangguan yang mungkin akan timbul.
tara-lapan.or.id merupakan portal layanan informasi yang memuat layanan infor- http://foss.dirgantara-lapan.or.id merupakan portal yang berisi akses kepada
masi aktifitas Matahari dan kemagnetan Bumi serta prediksi frekuensi komuni- data hasil pengamatan yang sifatnya terbatas dan ditujukan sebagai layanan ke-
kasi. http://swm.dirgantara-lapan.or.id merupakan layanan portal yang memuat pada para peneliti untuk mendapatkan dan bertukar data penelitian.
informasi monitoring cuaca antariksa yang selalu menampilkan info terkini ten-
http://www.dirgantara-lapan.or.id
http://swm.dirgantara-lapan.or.id
http://foss.dirgantara-lapan.or.id 42
41
Penutup
Fenomena cuaca antariksa sangat menarik dan penting untuk dipahami. batkan rumah-rumah dan gedung-gedung hancur, mayat-mayat bergelim-
Alam sejak awal telah menghadirkan berbagai fenomena yang menantang pangan di mana-mana tapi yang dipengaruhinya adalah teknologi modern
manusia untuk mengembangkan kapasitasnya lebih jauh lagi. Tiga feno- yang mungkin kita gunakan sehari-hari. Jaringan listrik dan telekomunikasi
mena yakni aurora, sunspot (bintik Matahari), dan pergeseran jarum kom- (via telepon maupun internet) adalah dua contoh teknologi yang banyak
pas awalnya tidak diketahui keterkaitannya satu sama lain. Seiring berjalan- digunakan secara langsung oleh masyarakat dan rawan gangguan cuaca
nya waktu dan perkembangan pengetahuan dan teknologi, akhirnya kita me- antariksa (selain itu teknologi navigasi berbasis satelit juga semakin pop-
ngetahui bahwa aurora dan pergeseran jarum kompas sama-sama terkait uler). Masalahnya adalah semakin hari kita semakin bergantung pada
dengan badai geomagnet yang terjadi karena adanya semburan plasma teknologi-teknologi tersebut sehingga kerusakannya sedikit banyak akan
dari Matahari yang berinteraksi dengan magnetosfer Bumi. Bintik Matahari berdampak secara ekonomi dan sosial.
sendiri adalah indikator aktivitas Matahari. Semakin banyak dan kompleks
bintik Matahari-nya maka semakin kuat semburan plasma yang mampu Potensi bencana akibat cuaca antariksa tidak perlu menghadirkan kece-
dilontarkan Matahari. Semakin kuat pula penampakan aurora dan pergeser- masan yang berlebihan. Pertama, badai Matahari atau ledakan Matahari
an jarum kompas yang mungkin terjadi. tidak menghancurkan seluruh Matahari karena hanya berupa ledakan di
lokasi tertentu yang relatif kecil di Matahari. Kedua, tidak seorang pun tahu
Manusia telah lama bergaul dengan alam dan mengenal sedikit banyak tabi- kapan badai Matahari super besar akan terjadi sehingga tidak ada alasan
atnya. Pada dasarnya kita tinggal di Bumi yang nyaman. Jauh lebih sering kita untuk mengkhawatirkan tanggal atau periode waktu tertentu. Yang dibu-
mendapati Bumi dalam keadaannya yang menyenangkan dibanding dalam tuhkan adalah pemahaman yang lebih baik tentang cuaca antariksa de-
keadaan “murka” dengan gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan seba- ngan memantaunya secara rutin dan mempersiapkan teknologi cadangan
gainya. Dan, ketika manusia dengan teknologi ruang angkasanya “menjauh” (khususnya terkait komunikasi yang sangat penting dalam keadaan daru-
dari Bumi (dengan berbagai alasan), kita pun semakin mengenal alam ini. rat) yang tidak bergantung pada satelit dan ketersediaan listrik. Bagi yang
Semburan plasma (yang berisi partikel energetik) dan radiasi elektromag- tinggal di lintang rendah, resiko akibat cuaca antarika memang lebih kecil
netik mengisi ruang antarplanet dan dapat membahayakan misi luar ang- dibanding bagi mereka di lintang tinggi namun masalah yang timbul di lin-
kasa dan astronotnya. Selain itu, semburan plasma yang kita kenal dengan tang tinggi akan mengimbas ke lintang rendah karena faktor globalisasi.
CME (dan CIR) bisa juga mengakibatkan badai geomagnet yang bukan hanya Pemantauan cuaca antariksa perlu dilakukan sepanjang waktu sebab resiko
dapat merusak teknologi di luar angkasa tapi juga di permukaan Bumi. Se- bukan hanya di puncak aktivitas Matahari. Lubang korona dan sinar kosmik
lanjutnya, badai geomagnet bisa mengakibatkan badai ionosfer yang meng- yang turut mempengaruhi cuaca antariksa cenderung lebih kuat setelah
ganggu sinyal telekomunikasi. puncak dan di masa minimum aktivitas Matahari.
Badai Matahari laksana bencana alam lainnya yang kadang kita temui di Alam pada dasarnya diciptakan untuk manusia. Di alam itu manusia hidup
Bumi. Kebanyakan diantaranya berukuran kecil sehingga umumnya tidak dan beraktivitas dan dengan memahami berbagai fenomena alam terma-
berdampak apa-apa. Frekuensi bencana alam yang super besar sangat ke- suk cuaca antariksa manusia telah belajar banyak hal sehingga mampu
cil. Beda cuaca antariksa dengan bencana alam lainnya adalah pengaruh meningkatkan kemaslahatan hidupnya. Sungguh beruntung seseorang
langsung cuaca antariksa lebih ke teknologi. Badai Matahari, yang kita ke- yang dengan pemahamannya tentang alam menjadikan dia lebih bijak dan
nal, yang paling dahsyat sekalipun (seperti Carrington event) tidak mengaki- semakin mengenal penciptanya.
43 44
Daftar Pustaka
Berman, L. & J.C. Evans. 1983. Exploring the Cosmos. USA: Little Brown and Company.
Davies, Ken. 1965. Ionospheric Radio Propagation. Washington DC: US Government Printing
Office.
Goodman, J. M. 2005. Space Weather and Telecommunications. New York: Springer
Science+Business Media, Inc..
IPS Radio and Space Services Australia. Introduction to HF Radio Propagation. http://www.ips.
gov.au, download 25 Feburari 2003.
Jacobs, J. A. ,et al. 1964. Classification of Geomagnetic Micropulsations. J. Geophys. Res. 69,
180–181.
Kennel, C.F. 1995. Convection and Substorm. New York: Oxford University Press.
Maltsev, Y. P. 2003. The Point of Controversy in Magnetic Storm Study (Review). Physics of Auroral
Phenomena. Proc. XXVI Annual Seminar, Apatity, pp. 33-40.
Menvielle, M. 1998. Derivation and Dissemination of Geomagnetic Indices. Revista Geofisica, 48,
51-66.
Muslim, B., dkk. 2007. Model Sederhana Ionosfer Lintang Rendah Indonesia untuk Parameter foF2
(MSILRI versi 2002). Publikasi Ilmiah LAPAN tentang Pengembangan Model Ionosfer Regional
Indonesia. Jakarta: LAPAN.
Suhartini, S. 2007. Lapisan Ionosfer dan Perambatan Gelombang Radio HF. Publikasi Ilmiah LA-
PAN tentang Lapisan Ionosfer, Manajemen Frekuensi, dan Teknis Komunikasi Radio. Jakarta:
LAPAN.
Viljanen, A., A. Pilkkinen & R. Pirjola. 2002. General Mechanism of Geomagnetically Induced Cur-
rents in Power Systems and Pipelines. Proceedings GA02, p0427, URSI.
Yumoto, K. 2006. Studies on Geomagnetic Field and the Relationship with The Sun, Solar Physics
Seminar 2006, Natl.Obs. Malaysia: National Space Agency.
Sumber gambar:
Cuaca Antariksa: www.clfloyddesign.com, hesperia.gsfc.nasa.gov, science.nasa.gov
Karakteristik Matahari: www.adlerplanetarium.org, www.ias.u-psud.fr, crab0.astr.nthu.edu.tw
Aktivitas Matahari: www.astronomycast.com, 1.bp.blogspot.com, blog.nj.com, folk.uio.no,
astronomy.neatherd.org, www.space.com
Siklus Matahari: apod.nasa.gov, www.sflorg.com, www.nascom.nasa.gov, soho.nascom.nasa.
gov/gallery
Dampak Aktivitas Matahari: www.dii.unisti.it, govcentral.monster.com, Bidang Matsa Pusfat-
sainsa LAPAN
Medan Magnet Bumi: focus.aps.org, http://scienceblogs.com/highlyallochthonous/2008/03/
dynamo, http://anshsmagnetism.files.wordpress.com/2009/01/earth-magfield
Magnetosfer: www.dmi.dk, www.ngdc.noaa.gov, mm04.nasaimages.org
Badai Geomagnetik: nasa-mm04.us.archive.org, www.astrosurf.com, http://svs.gsfc.nasa.gov/
vis/a010000/a010100/a010104/Substorms3_web, www.kva-engineering.com, www.latrobe.
edu.au, images.astronet.ru
Ionosfer: www.rish.kyoto-u.ac.jp, www.windows.ucar.edu, www.iihr.uiowa.edu
Penelitian Ionosfer: woodenspears.com, homepages.tesco.net, phys.bspu.unibel.by, www.
gearthblog.com, radiojove.gsfc.nasa.gov
Penelitian atmosfer di Indonesia: mediaphotobucket.com
Mengamati Ionosfer: www.gisdevelopment.net
Efek Ionosfer: www.dnva.no, www.astrosurf.com, people.bath.ac.uk
Antisipasi Cuaca Antariksa Ekstrem: govcentral.monster.com, Pussainsa LAPAN
45