Laporan PKL Jembatan Bangunan Bawah Bara
Laporan PKL Jembatan Bangunan Bawah Bara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya perkembangan suatu daerah dan untuk meningkatkan
taraf hidup serta memajukan perekonomian, diperlukan fasilitas penunjang kelancaran
perhubungan yang fungsinya sangat penting, baik itu perhubungan darat maupun
perhubungan laut.
Pembangunan jembatan sangat penting untuk menunjang perkembangan berbagai
sektor lainya. Jembatan merupakan salah satu fasilitas pendukung kelancaran
perhubungan darat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk kelancaran transportasi
dan pertumbuhan perekonomian yang baik. Dengan lancarnya akses perhubungan pada
suatu wilayah atau daerah akan berdampak pada pesatnya pertumbuhan perekonomian
wilayah tersebut, karena sistem mobilisasi barang dan jasa dapat berjalan lancar dan
efisien. Peran penting adanya jembatan di suatu daerah akan mampu membuka daerah–
daerah terisolasi. Sehingga, dengan adanya infrastruktur jembatan untuk jalan yang
memadai dalam suatu kawasan tertentu baik itu desa, kecamatan, kabupaten, propinsi
maupun negara, akan berdampak pada roda perekonomian masyarakat.
Pembangunan prasarana perhubungan adalah salah satu rencana pembangunan
nasional yang tercantum dalam pembangunan pemerintah. Untuk mewujudkan rencana
tersebut maka pemerintah membangun jembatan tersebut. Pembangunan jembatan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Kupang
Bidang Bina Marga yang secara khusus dalam pembangunan Jalan dan Jembatan baru.
Pada kesempatan praktek ini penulis meninjau Pekerjaan Pembangunan Jembatan
Barate Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang. Pihak yang terlibat dalam proyek ini
adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Kupang Bidang Bina
Marga sebagai pemberi tugas kepada PT.Gajah Perkasa.
Pembangunan jembatan ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :
1. Mempermudah akses petani setempat apabila terjadi banjir dilokasi jembatan.
2. Akses alternatif bagai pegawai kabupaten untuk menghindari kemacetan.
3. Akses alternatif dari perkotaan menuju daerah disekitar lokasi.
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah bagaimana Proses Pelaksanaan
Pembangunan Jembatan Barate khususnya Proses Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan
Barate.
C. Tujuan
1. Tujuan PKL
1. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan ilmu yang didapat dalam
perkuliahan di lokasi PKL.
2. Mengikuti langsung proses pekerjaan bangunan Atas.
3. Membiasakan diri bermasyarakat diluar kampus.
4. Menambah wawasan berfikir ke arah lokasi tempat kerja dikemudian hari.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah dapat menjelaskan Proses Pelaksanaan
Pekerjaan Bangunan Atas pada Pembangunan Jembatan Barate Kecamatan Sulamu
Kabupaten Kupang.
D. Metode Penulisan
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Dalam penulisan laporan PKL menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Observasi
Pengumpulan data secara observasi langsung atau pengamatan langsung dalam
hal ini penulis secara langsung terlibat dalam pekerjaan Peningkatan Ruas Jalan
Sulamu - Naikliu yang diamati sebagai sumber data primer
E. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara penulis dengan pelaksana lapangan
maupun pengawas lapangan.
F. Studi Kepustakaan
Maksud dari metode ini adalah untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik
daerah PKL secara umum, peta lokasi dan lainnya.Dengan metode ini penulis
mendapat data sekunder.
2
E. Masalah / Ruang Lingkup PKL
Mengingat waktu PKL yang sangat terbatas,Maka penulis meninjau beberapa jenis
pekerjaan sebagai berikut:
a. Pekerjaan pada struktur Atas jembatan Barate
b. Pekerjaan pasangan batu
F. Jadwal
Adapun jadwal praktek kerja lapangan (PKL) yang telah di lakukan penulis pada
proyek Pembangunan Jembatan Barate, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang berlangsung
selama satu bulan – satu minggu yaitu di mulai pada tanggal 28 Agustus sampai dengan 06
Oktober 2017.
3
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
A. Manajemen Proyek
1. Pengertian Manajemen Proyek
Kata manajemen berasal dari latin yaitu Managaire yang terdiri dari kata “manus”
yang artinya tangan dan “agriare” artinya melaksanakan atau melakukan. Jadi pengertian
manajemen adalah suatu kegiatan yang membutuhkan keahlian dan keterampilan tertentu
untuk mengkoordinasikan faktor - faktor produksi atau sumber daya serta pengendalian
melalui organisasi untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien tanpa
mengurangi mutu dan fungsi dari pekerjaan tersebut (Husen, A, 2009).
4
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek adalah proses
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta
sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah
ditentukan (Husen, A, 2009).
Sedangkan proyek sendiri berarti suatu kegiatan yang dibatasi waktu, dan yang
ada permulaan dan akhir.Jadi konsep dasar manajemen proyek bertujuan menciptakan
suatu keterkaitan yang erat antara perencanaan, dan pengendalian.Hal ini disebabkan
karena cepatnya terjadi perubahan kegiatan yang berlangsung hanya sekali (Husen, A,
2009).
Suatu pekerjaan akan berhasil dengan baik apabila didukung oleh sistem
manajemen yang baik. Adapun rangkaian manajemen yang sederhana adalah sebagai
berikut.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses kegiatan pemikiran, dugaan dan penentuan
prioritas yang harus dilakukan secara umum sebelum melaksanakan tindakan yang
benar. Pada bagian ini, dipaaparkan tentang kebutuhan penggunaan tenaga kerja,
biaya, waktu, alat dan sumber - sumber lain (Husen, A, 2009).
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses penyusunan, pembagian kerja ke dalam unit
– unit kerja dan fungsinya beserta penetapan kewenangan dan tanggung jawab. Hal
ini dilakukan agar mencapai hasil pembagian kerja yang tepat (Husen, A, 2009).
c. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan adalah proses kegiatan yang dilakukan untuk membina dan
mendorong semangat kerja pada karyawan ( anggota organisasi) demi tercapainya
tujuan (Husen, A, 2009).
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah rangkaian yang harus dilakukan untuk mengadakan
pengawasan, penyempurnaan, dan penilaian untuk menjamin bahwa tujuan akan
tercapai sebagaimana yang telah ditetapkan (Husen, A, 2009).
5
2. Pihak – Pihak Yang Berperan Dalam Pelaksanaan Proyek
Pengelolaan proyak yang terpadu antara setiap unsur yang berperan dalam
pelaksanaan proyek membuat setiap individu merasa bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugasnya. Manajemen proyek yang baik disetiap pihak yang berperan
dalam pelaksanaan proyek akan mempercepat pencapaian hasil yang baik dan
memuaskan dari segi kualitas maupun kuantitas (Dipohusodo, Istimawan, 1996).
Secara garis besar pelaksanaan pada pekerjaan Peningkatan Ruas Jalan Neonmat
– Pope dikelolah oleh tiga unsur yaitu :
1. Pemilik Proyek (Pengguna Jasa)
Pemilik proyek atau pengguna jasa merupakan suatu badan hukum yang
mempunyai gagasan untuk melakukan suatu proyek tertentu dan yang ditunjuk dan
berwenang serta bertanggung jawab sebagai pimpinan di lapangan dan
mengendalikan proyek secara langsung sejak awal sampai akhir kegiatan
pelaksanaan proyek tersebut berlangsung (Dipohusodo, Istimawan, 1996).
Pemilik proyek menyampaikan keinginan kepada ahli bangunan dalam hal
ini konsultan perencana., dan meyerahkan agar dapat direncanakan sesuai dengan
bangunan yang diinginkan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan (Dipohusodo,
Istimawan, 1996).
2. Konsultan (Penyedia Jasa)
Konsultan dibagi menjadi dua bagian menurut tugas dan tanggung jawabnya
masing - masing yaitu :
a. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah Orang atau suatu badan usaha yang
menggunakan keahliannya dalam merencanakan suatu pekerjaan bangunan,
serta merencanakan kebutuhan biaya dalam pekerjaan tersebut, dan
pekerjaannya akan menyalurkan keinginan principal dengan mengindahkan
ilmu keindahan maupun manfaat penggunaan bangunan yang dimaksud
kedalam gambar kerja serta syarat - syarat pelaksanaannya (Dipohusodo,
Istimawan, 1996).
Pemilihan konsultan perencana haruslah berdasarkan kualifikasi dan
bukan hanya sekedar atau berdasarkan pemilihan imbalan jasa yang ditawarkan
namun keberhasilan itulah yang mempengaruhinya karena keberhasilan
pekerjaan sangat dipengaruhi oleh perusahaan dalam aspek - aspek seperti sudah
6
lama didirikan, berpengalaman, mempunyai reputasi yang baik, kuat dalam hal
manajemen serta mempunyai staf ahli (Dipohusodo, Istimawan, 1996).
Konsultan perencana dalam Proyek Pembangunan Jembatan Barate,
Kecamatan Sulamu adalah CV. BAYU PRATAMA.Berikut tugas dan tanggung
jawab Konsultan Perencana adalah sebagai berikut.
1. Merencanakan proyek dengan sebaik mungkin tanpa dipengaruhi oleh pihak
lain.
2. Selalu bekerjasama dengan pemberi tugas, terutama dalam hal memberi
keputusan atas proyek jika terdapat perubahan terhadap rencana awal.
3. Membuat daftar rencana anggaran biaya (RAB) dan jadwal pekerjaan.
b. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas merupakan suatu badan usaha yang mengawasi
pelaksanaan proyek dan juga mempunyai peranan dalam mengarahkan dan
membimbing pelaksanaan proyek sehingga sesuai dengan spesifikasi dan mutu
yang telah ditentukan (Dipohusodo, Istimawan, 1996).
3. Kontraktor (Pelaksana)
Kontraktor adalah peserta lelang yang telah diterima oleh pemilik proyek
dan diberi wewenang untuk melaksanakan proyek tersebut sesuai rencana kerja
yang telah ada (Dipohusodo, Istimawan, 1996).
Dalam hal ini, kontraktor yang melaksanakan pekerjaan pada
Pembangunan Jembatan Barate, Kecamatan Sulamu adalah PT. GAJAH
PERKASA.
3. Hubungan Kerja Antara Pihak Pengelola Proyek
Untuk merealisir suatu kegiatan pelaksanaan proyek, perlu adanya peningkatan
hubungan kerja sama antara semua unsur pengelola, sehingga tugas yang telah
diberikan kepada masing - masing pihak terkait dapat dijalankan dengan baik dan
lancar serta target yang diharapkan dapat dicapai sesuai waktu dan mutu pekerjaan
yang direncanakan (Ervianto, 2002).
Dalam pelaksanaan Proyek Peningkatan Ruas Jalan Neonmat - Pope Kecamatan
Amanuban Barat, keterkaitan unsur - unsur pengelola dalam menjalin hubungan kerja
sama dapat digambarkan sebagai berikut.
7
PEMILIK PROYEK
KONTRAKTOR
KONSULTAN PELAKSANA
Keterangan :
Garis Komando
Garis Koordinasi/Fungsional
Gambar 2.1: Skema Hubungan Kerja Antar Unsur - Unsur Pelaksana Proyek
Sumber : Ervianto, 2002
Hubungan kerja ketiga pihak yang terjadi yaitu Pemilik Proyek, Konsultan, dan
Kontraktor yaitu :
1. Hubungan antara Pemilik Proyek dan Konsultan
Hubungan antara kedua unsur pengelola proyek ini erat sekali, dimana
konsultan merupakan wakil pemilik proyek dalam hal menyangkut perencanaan
maupun pengawasan seperti tertera dalam bagan diatas hubungan ini bersifat
komando atau perintah konsultatif (Ervianto, 2002).
2. Hubungan antara Kontraktor dan Konsultan Pengawas
Hubungan antara kedua unsur pengelola ini boleh dikatakan sangat erat,
dimana semua kegiatan menyangkut pelaksanaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor baru dapat dikerjakan melalui konsultasi atau koordinasi dengan
konsultan pengawas, sedangkan hubungan antara kontraktor dengan konsultan
perencana hampir tidak ada (Ervianto, 2002).
3. Hubungan antara Pemilik Proyek dan Kontraktor
Hubungan ini terbatas pada hal - hal yang bersifat prinsip-prinsip tertentu
antara lain memberikan penjelasan kepada pemilik proyek jika pemilik proyek
mengadakan peninjauan atau inspeksi lapangan dan melakukan pembayaran atas
kemajuan proyek (Ervianto, 2002).
8
B. Struktur Organisasi
9
C. Tugas dan Tanggung Jawab
1. Pemilik Proyek
a. Sebagai penandatangan kontrak dan penanggung jawab secara keseluruhan
terhadap kontrak
b. Berkoordinasi dengan kontraktor pelaksana dalam pelaksanaan pekerjaan
c. Berhubungan langsung dengan Satkers dan PPK dalam pelaksanaan
2. Kontraktor Pelaksana
a. Pemimpin pelaksanaan kegiatan pekerjaan pada proyek secara optimal dan
memenuhi syarat biaya, mutu, dan waktu.
b. Melakukan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan di lapangan agar tercapai
hasil yang efisien dan produktif
c. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan
d. Memberikan keputusan dan solusi terhadap masalah yang terjadi pada proyek
e. Koordinasi dengan pihak-pihak eksternal proyek terkait.
3. Konsultan Perencana
a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik proyek
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan
c. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai
pedoman pelaksanaan.
d. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik proyek ke dalam desain
bangunan
e. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan
f. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi kegagalan
konstruksi.
4. Pengawas Konstruksi
a. Mengevaluasi, mengkoordinasi, dan mengendalikan program kegiatan konstruksi
yang disusun oleh kontraktor
b. Memberikan instruksi-instruksi serta petunjuk-petunjuk yang perlu kepada
kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan agar benar-benar berlangsung sesuai
dengan ketetapan-ketetapan kontrak
c. Melakukan inspeksi dan pemeriksaan seluruh daerah kerja dan semua instansi yang
mendukung pelaksanaan pekerjaan
10
d. Melaksanakan pengecekan terhadap material konstruksi yang diperlukan untuk
memperoleh jaminan bahwa pekerjaan sudah dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi
e. Memeriksa rencana kerja kontraktor sehubungan dengan peralatan-peralatan yang
digunakan, lokasi-lokasi sumber material konstruksi dan menjamin bahwa sifat dan
kontrak material tersebut adalah benar-benar memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi
f. Mengendalikan pekerjaan konstruksi dengan melakukan pengawasan pekerjaan.
5. Pengawas Lapangan
a. Melaksanakan pekerjaan pengawasan secara umum, pengawasan lapangan,
koordinasi dan inspeksi kegiatan-kegiatan pembangunan agar pelaksanaan teknis
maupun administrasi teknis yang dilakukan dapat secara terus menerus sampai
dengan pekerjaan diserahkan untuk kedua kalinya.
b. Mengawasi kebenaran ukuran, kualitas dan kuantitas dari bahan atau komponen
bangunan, peralatan dan perlengkapan selama pekerjaan pelaksanaan di lapangan.
c. Mengawasi kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang cepat dan tepat,
agar batas waktu pelaksanaan minimal sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
d. Memberikan masukan pendapat teknis tentang penambahan atau pengurangan
biaya dan waktu pekerjaan.
e. Memberikan petunjuk, perintah sejauh tidak mengenai pengurangan dan
penambahan biaya dan waktu pekerjaan.
f. Memberikan bantuan dan petunjuk kepada pemborong dalam mengusahakan
perijinan sehubung dengan pelaksanaan pembangunan.
11
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Jembatan
1. Pengertian Jembatan
Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung dua
ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, dan selat atau laut, jalan raya dan
jalan kereta api (SK SNI T-15-1993-03).Dari sisi fungsi, jembatan berfungsi sebagai
penyeberang dalam meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berguna untuk
menaikkan elevasi jalan dari elevasi rintangan yang berada lebih rendah. Elevasi
seringkali tergantung dari seberapa besar rintangan yang harus dilewatinya. Berdasarkan
peranan jembatan maka infrastruktur jembatan ini harus tetap dijaga kinerjanya agar dapat
memenuhi fungsi beroperasi sesuai umur rencana yang ditetapkan. Menurut Supriyadi
(1997) jembatan adalah suatu bangunan yang menghubungkan daerah atau jalan yang
terpisah oleh sungai, danau, laut, lembah dan keadaan terpisah lainnya agar mudah dilalui
oleh kendaraan maupun pengguna lainnya. Secara umum bentuk dan bagian-bagian suatu
struktur jembatan dibagi dalam 4 bagian utama, yaitu struktur atas, struktur bawah,
bangunan pelengkap dan pengaman jembatan serta trotoar.
2. Sejarah Perkembangan Jembatan
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyebrangi rintangan yang
kedudukannya lebih rendah seperti sungai, jurang, teluk dan lain-lain sehingga
memungkinkan untuk dilalui dengan lancar dan aman. Jembatan juga merupakan bagian
dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic
flows). Dapat dikatakan bahwa perkembangan jembatan sejalan dengan waktu
perkembangan peradaban manusia. Tetapi bukan hal yang mudah dan membutuhkan
proses yang panjang dalam pencapaian struktur jembatan seperti yang ada pada saat ini.
Sejarah jembatan diawali dengan proses “cut and try” kemudian dikembangkan dengan
metode empiris beserta pemikiran-pemikiran pengetahuan bahan penyusun jembatan.
a) Jembatan Zaman Purba
Pemikiran pada peradaban zaman purba telah menjadi sumbangan yang
bernilai bagi teknologi jembatan. Manusia zaman purba melintasi sungai dengan
memasang pilar-pilar batu, kayu gelondongan atau pohon yang tumbang dengan
bentang yang sangat pendek. Manusia purba juga memanfaatkan akar-akar atau
ranting-ranting pohon sebagai jembatan gantung untuk bergelantungan melompati
12
dari satu pohon ke pohon yang lain. Tipe zaman purba adalah jembatan balok
sederhana, dan digunakan hanya untuk bentangan yang pendek. Namun pada era ini
juga ditemukan tipe jembatan pelengkung (arch bridge), walau bentuk dan material
konstruksi masih relatif sederhana. Tipe jembatan baru pada periode ini adalah
jembatan tipe pelengkung (arch bridge). Bentuk dan material konstruksi yang
digunakan masih relatif sederhana dan alami, seperti yang dibangun di atas sungai
efrat dan tigris di babylonia (2000 SM).
13
c) Periode Zaman Pertengahan
Zaman pertengahan di Eropa berlangsung dari abad ke-11 sampai abad ke-16
sesudah runtuhnya Romawi. Secara fisik, konstruksi jembatan pada periode ini tidak
jauh berbeda dengan Periode Romawi Kuno. Bentuk jembatan lengkung dan pilar-
pilar batu masih sering digunakan pada jembatan periode ini. Beberapa ahli
mengatakan bahwa Jembatan Rialto yang dibangun pada abad ke-16 di atas Grand
Canal, Venice adalah jembatan terbaik di zaman pertengahan, dalam segi
pengembangan teknik jembatan dan estetika. Pada jembatan ini, jalan raya
menghubungkan dua ruas kawasan perdagangan, yang mempunyai jalan masuk
menuju jalur pejalan kaki (footwalks) yang dibangun dibagian tepi, dalam satu
kesatuan.
14
Gambar 3.4 Jembatan Zaman Besi dan Baja
3. Klasifikasi Jembatan
a. Klasifikasi jembatan menurut fungsi (kegunaannya) dibagi menjadi empat
bagian,yakni :
1) Jembatan jalan raya yaitu jembatan bagi kendaraan bermotor
2) Jembatan kereta api yaitu jembatan diperuntukkan bagi kereta api;
3) Jembatan penyeberangan orang yaitu jembatan khusus pejalan kaki;
4) Jembatan-jembatan khusus antara lain untuk jaringan irigasi, jaringan pipa minyak,
jaringan utilitas, dan lain – lain.
15
Jembatan slab beton bertulang yaitu suatu jembatan slab pada tumpuan
sederhana tersususn dari pelat monolit,dengan bentang dari tumpuan ke tumpuan
tanpa didukungoleh gelagar atau balok melintang(stringer). Jembatan beton
bertulang dengan tipe struktur atas berupa slab akan lebih efisien bila digunakan
untuk bentang pendek. Hal ini disebabkan berat slab yang tidak ekonomis lagi untuk
bentang yang lebih panjang lagi. Struktur slab lebih sesuai untuk bentang ± 10
m,akan tetapi banyak perencana menyatakan bahwa pengguanaannya lebih
ekonomis bila tidak lebih dari ± 6-8m.
5) Jembatan gelagar Kotak (box girder)
Jembatan gelagar kotak (box girder) tersusun dari gelagar longitudinal dengan
slab diatas dan dibawah yang berbentuk rongga(hollow) atau gelagar kotak. Tipe
gelagar ini diguakan untuk jembatan bentang-bentang panjang. Bentang sederhana
sepanjang ± 12 mmenggunakan tipe ini,tetapi biasanya bentang gelagar kotak beton
bertulang lebih ekonomis antara ± 18-30 m dan biasanya didesain sebagai struktur
menerus diatas pilar. Gelagar kotak beton prategang dalam desain biasanya lebih
menguntungkan untuk bentang menerus dengan panjang bentang ± 100 m.
Keutamaan gelagar kotak adalah pada tahanan terhadap torsi.
Pada kondisi lapangan dimana dimana tinggi struktur tidak terlalu
dibatasi,penggunaan gelagar kotak dan balok T kurang lebih mempunyai nilai yang
sama pada bentang ± 25. Untuk bentang yang lebih pendek,tipe balok T biasanya
lebih murah,dan untuk bentang panjang lebih sesuai menggunakan gelagar kotak.
6) Jembatan Gelagar Deck (deck-girder)
Jembatan gelagar-dek terdiri atas gelagar utama arah longitudinal dengan slab
beton membentangi diantaa gelagar. Spasi gelagar longitudinal atau balok lantai
dibuat sedemikian sehingga hanya cukup mampu menggunakan slab lantai sehingga
hanya cukup mampu menggunakan slab tipis,sehingga beban mati menjadi relatif
kecil.
Jembatan tipe ini digunakan secara luas dalam konnstruksi jalan raya,tersusun
dari slab beton yang didukung secara integral dengan gelagar. Penggunaannya akan
lebih ekonomis pada bentangan ± 15-25 m pada kondisi normal (tanpa kesalahan
pekerjaan). Karena kondisi lalulintas atau batasan-batasan ruang bebas,konstruksi
beton pracetak atau beton prategang dimungkinkan untuk digunakan. Akan tetapi
perlu dijamin penyediaan tahanan geser dan daya lekat pada pertemuan gelagar dan
slab. Untuk itu diasumsikan sebagai satu kesatuan struktur balok.
16
Jembatan gelagar-Dek lebih sederhana dalam desain dan relatif mudah untuk
dibangun,serta akan ekonomis bila dibangun pada bentang yang sesuai. Beberapa
variasi gelagar-dek dalam desain dan fabrikasi antara lain:
1. Balok T beton bertulang
a. Balok dan lantai dicetak ditempat (cast in place) secara monolit
b. Balok pracetak dan lantai dicetak ditempat
c. Balok pracetak dan lantai pracetak
17
terhadap gelgar berikutnya, atau seperduabelas panjang bentang atau enam kali tebal
slab.
7) Gorong-gorong,
Dimana bila dilihat dari fungsinya, gorong-gorong juga digolongkan sebagai
jembatan.Jenis gorong-gorong dilihat dari bentuknya dibedakan atas :
a. Gorong-gorong persegi;
b. Gorong-gorong pipa;
c. Gorong-gorong pelengkap.
8) Jembatan kawat (cable stayed)
Yaitu Jembatan yang menggunakan sistim cable stayed terbuat dari baja
berkekuatan tinggi dan tipe deck-orthotropik. Keberhasilan jembatan ini tergantung
pada kemajuan teknik pengelasan. Suatu penelitian menunjukan bahwa cable stayed
lebih unggul dari jembatan gantung.
Soemargono (1995) membedakan jembatan kedalam dua golongan yaitu Jembatan Tetap
(Gol I) dan Jembatan Bergerak (Gol II ). Jembatan– jembatan tetap bagi atas tiga kategori,
yakni :
1) Jembatan kayu yaitu khusus yang digunakan untuk lalu lintas biasa pada bentangan kecil
dan juga sebagai jembatan pembantu.
2) Jembatan baja, dimana jembatan ini dibedakan lagi menjadi lima kategori, sebagai berikut
:
a. Jembatan sederhana dimana lantai kendaraannya langsung berada di atas
gelagar-gelagar (gelagar canal) ;
b. Jembatan-jembatan gelagar kembar, khusus untuk lalu lintas kereta api,
dengan batang rel diantara balok-balok ;
c. Jembatan dengan pemikul lintang dan pemikul memanjang dengan gelagar
induknya ialah gelagar dinding penuh ;
d. Jembatan pelengkungan dengan lantainya didukung oleh gelagar
melengkung;
e. Jembatan gantung dimana plat lantai jembatan ini digantungkan pada kabel-
kabel baja struktur.
3) Jembatan-jembatan dari beton bertulang, dalam golongan ini termasuk juga jembatan-
jembatan yang gelagar-gelagarnya di dalam beton.
18
4. Bagian-Bagian Jembatan
Bagian-bagian jembatan secara garis besar terdiri atas dua bagian yakni bangunan atas
dan bangunan bawah, dengan penjelasan dapat dibaca pada point berikut:
a. Bangunan Atas (upper structure)
Bangunan atas jembatan adalah bagian struktur jembatan yang secara langsung
menerima tekanan beban lalulintas. Beban lalulintas ini adalah kendaraan beserta muatannya
yang lewat diatas jembatan yang diperhitungkan terhadap jembatan dan mempunyai beban
total yang harus lebih kecil atau sama dengan peraturan yang berlaku. Bangunan atas
jembatan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1) Lantai kendaraan (deck)
Lantai kendaraan adalah bagian atas yang secara langsung menerima tekanan
beban laulintas dan disalurkan ke gelagar induk yang kemudian ke bangunan bawah.
Beban laulintas ini adalah kendaraan beserta muatannya yang lewat diatas,
diperhitungkan harus lebih kecil atau sama sesuai peraturan yang berlaku, lantai
kendaraan dapat terbuat dari plat baja, beton maupun kayu.
2) Gelagar induk/gelagar memanjang (primary members)
Gelagar induk adalah gelagar yang membentang antar kepala jembatan/abutmen
dan pilar, yang berfungsi meneruskan beban lantai ke kepala jembatan/pilar.
3) Gelagar melintang (secondary members)
Gelagar melintang adalah gelagar yang dipasang melintang jembatan dan
berfungsi untuk meneruskan beban dari lantai ke gelagar induk, sekaligus
memberikan kestabilan dari kekakuan pada gelagar induk.
4) Trotoar
Trotoar merupakan bangunan pelengkap dari jembatan yang berfungsi sebagai
pembatas lantai kendaraan sehingga kendaraan tidak mudah menabrak tiang sandaran
serta berfungsi untuk pejalan kaki. Dengan lebar berkisar antara 0.5 meter sampai
dengan 1.5 meter.
5) Tiang sandaran
Tiang sandaran merupakan bagian yang terletak pada trotoar untuk keamanan
kendaraan maupun manusia yang mengunakan jembatan.
6) Pipa cucuran (drainase lantai), yang berfungsi untuk:
a. Mengalirkan genangan air diatas lantai jembatan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan.
19
b. Menjamin air secara tidak langsung mengenai bagian strukstur, seperti gelagar yang
berada dibawahnya.
7) Expantion joint
Expantion joint (bidang pertemuan antara bangunan atas dengan abutmen
bangunan bawah), yang dibuat untuk menampung berbagai gesekan bangunan atas
baik rotasi, arah memanjang dan melintang sebagai akibat beban hidup maupun
gesekan muai dan susut akibat perubahan temperatur. Menurut jenis bahan expantion
joint dibedakan atas 2 macam yaitu:
a. Expantion joint baja.
b. Expantion joint karet.
8) Perlengkapan lain
Perlengkapan lain seperti: lampu-lampu, rambu-rambu, lalulintas, papan nama
jembatan, marka jalan, tiang lampu, dan kabel listrik.
20
pendukung. Lapisan tanah pendukung adalah lapisan tanah yang mantap dan kuat
sebagai perletakan dasar pondasi langsung. Seluruh beban dan gaya-gaya yang diterima
tidak akan mengakibatkan deformasi vertikal,lateral, guling, geser dan longsor. Pondasi
jembatan terbagi atas 4 jenis yakni(SK SNI T-06-1993-03):
a. Pondasi langsung (spread footings), adalah salah satu tipe pondasi
yang mekanisme pelimpahan beban dan gaya-gaya lainnya ke lapisan tanah pendukung
melalui dasar bangunan bawah.
b. Pondasi Sumuran (caissons), adalah salah satu tipe pondasi yang
mekanisme pelimbahan beban dan gaya-gaya lainnya ke lapisan tanah pendukung
melalui struktur sumuran, yang dimaksud struktur sumuran adalah struktur bangunan
yang dimasukkan kedalam tanah sampai kedalaman tertentu, mempunyai bentuk
penampang bundar, segi empat, atau oval dimana ratio panjang dan lebar lebih kecil
dari 4.
c. Pondasi tiang pancang (driven piles), adalah bagian dari struktur
jembatan dengan mekanisme pelimpahan beban dan gaya-gaya melalui struktur tiang
pondasi dari kayu, beton pracetak, baja atau komposit, dimasukkan kedalam tanah
dengan cara ditumbuk.
d. Pondasi tiang bor (Bored piles), adalah bagian dari struktur jembatan
dengan mekanisme pelimpahan beban dan gaya-gaya lainnya melalui struktur tiang
pondasi dari beton, pembuatannya dilakukan dengan cara dibor, lalu dicor dengan
beton.
B. Produk Konsultan Perencana
1. Kegiatan Perencanaan
Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana berpedoman pada ketentuan yang
berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung, jalan atau jembatan.
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana adalah meliputi tugas-
tugas perencanaan lingkungan, site/tapak bangunan, dan perencanaan fisik bangunan gedung
negara yang terdiri dari:
a) Persiapan Perencanaan seperti mengumpulkan data dan informasi lapangan, membuat
interpretasi secara garis besar.
b) Menyusun Pra Rencana seperti program dan konsep ruang, perkiraan biaya.
c) Penyusunan pengembangan rencana, antara lain membuat:
1. Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
2. Rencana arsitektur, dan uraian konsep yang mudah dimengerti.
21
3. Rencana sistem Mekanikal / Elektrikal.
4. Rencana utilitas
5. Perkiraan biaya.
d) Penyusunan rencana detail antara lain membuat :
1. Gambar-gambar detail Arsitektur, Struktur, Utilitas yang sesuai dengan gambar rencana
yang telah disetujui
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
3. Rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya pekerjaan.
4. Laporan akhir perencanaan.
5. Membantu Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) dan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) di dalam menyusun dokumen pelelangan dan pelaksanaan
pelelangan.
6. Membantu Panitia Pengadaan pada waktu penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, menyusun kembali dokumen pelelangan dan
melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.
7. Mengadakan pengawasan berkala selama pelaksanaan konstruksi fisik dan
melaksanakan kegiatan seperti:
a. Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada
perubahan.
b. Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa
pelaksanaan konstruksi.
c. Memberikan saran-saran.
d. Membuat laporan akhir pengawasan berkala.
22
(PA/KPA), termasuk dari segi pembiayaan,waktu penyelesaian pekerjaan dan mutu
bangunan yang akan diwujudkan.
c. Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus telah memenuhi peraturan, standar,
dan pedoman teknis bangunan jembatan yang berlaku untuk bangunan pada
umumnya dan yang khusus untuk bangunan jembatan.
23
Perjanjian pemborongan adalah pesetujuan antara pihak yang satu si
pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan
pihak yang lain pihak yang memborong, mengikatkan diri untuk mebayar suatu harga
yang di tentukan.
E. Beton
1. Uraian
Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau semen
24
hidraulik yang setara,agregat halus,agregat kasar,dan air. Mutu beton yang digunakan pada
masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak harus seperti yang ditunjukkan dalam
gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh direksi pekerjaan. Mutu beton yang
digunakan dalam kontrak ini dibagi sebagai berikut:
Tabel 2.2. Mutu beton dan penggunaan
25
Sebelum dilakukan pengecoran,penyedia jasa harus membuat campuran percobaan
manggunakan proporsi campuran hasil rancangan campuran serta bahan yang
diusulkan,dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan,yang menggunakan jenis instalasi
dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan (serta sudah
memperhitungkan waktu pengangkutan dll).dalam kondisi beton segar ,adukan beton
harus memenuhi syarat kelecakan (nilai slump)yang telah ditentukan.pengujian kuat
tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran percobaan harus mencapai kekuatan
minimum 90% dari nilai kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan dalamrancangan
campuran beton (mix desingn)umur 7 hari. Bilamana hasilpengujianbeton berumur 7
haridari campuran percobaan tidak menghasilkan kuat tekan beton yang diisyaratkan
maka,penyedia jasa harus melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab
ketidaksesuaian tersebut,dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten dibidang
beton untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat
tekan beton dilapangan yang sesuai dengan persyaratan. Bilamana percobaan campuran
beton telah sesuaidan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,makapenyedia jasa boleh
melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula Campuran Kerja
(job mix formula.JMF)hasil percobaan campuran.
d) Penyedia jasa harus mengirim gambar detail untuk seluruh perancah yang akan
digunakan dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai.
e) Penyedia jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan sacara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum tanggal rencana mulai pencampuran atau pengecoran setiuap jenis
beton.seperti yang disyaratkan dalam pasal 7.1.1.4 dibawah.
2) Penyimpanan dan perlindungan bahan
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a) Semen disimpan diruangan yang kering dan tertutup rapat.
b) Semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 30 cm dari lantai ruangan.Tidak
menempel/melekat padadinding ruangan dan tinngi timbunan maksimum 8 zak semen.
c) Tumpuan sak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perputaran udara
diantaranya,dan mudahuntuk diperiksa.
d) Semen dari berbagai jenis/merek disimpan secara terpisah.
e) Semen yang baru datang tidak boleh ditumpuk diatas tumpukan semen yang sudah ada
dan penggunaanya harus dilakukan menurut urutan pengiriman.
26
f) Untuk semen yang berbentuk curahharus disimpan dalam silo yang terbuat dari baja
atau beton dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lain.
g) Apabila semen telah disimpan lebih dari 2 (dua) bulan,maka sebelum digunakan harus
diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut masih memenuhi syarat.
3). Kondisi tempat kerja
Penyedia jasa harus menjaga temperatur semua bahan,terutama agregat kasar,dengan
temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar selalu dibawah 30
derajat celcius sepanjang waktu pengecoran.pada kondisi ekstrim,dimana pengecoran
terpaksa dilakukan pada suhu diatas 30 derajat celcius.maka metode pelaksanaan
pekerjaan pengecoran harus mengacu kepada ACI 305R 99 Hot Weather
Concreting.sebagai tambahan,penyedia jasa tidak boleh melakukan pengecoran bilamana :
a) Tingkat penguapan melampui 1,0 kg/m/jam sesuai dengan petunjuk gambar 7.1.2-1.
b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 10%
c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pengerjaan selama turun hujan atau bila udara penuh
debu atau tercemar.
4) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria yang disyaratkan dalam
pasal 7.1.1.(5)atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan
atau yng tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam pasal
7.1.3(1)_harus mengikuti petunjuk yang di perintahkan oleh Direksi pengerjaan dan
dapat meliputi :
i. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pengerjaan yang belum
dikerjakan.
ii. Tambahan perawatan pada bagian stukturyang hasil pengujiannya gagal.
iii. Perkuatan atau pembokaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang di
pandang tidak memenuhi ketentuan.
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada.Direksi pekerjaan dapat meminta penyedia jasa
melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu
pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil.biaya pengujian tambahan
tersebut haruslah menjadi tanggung jawab penyadia jasa.
Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser yang diakibatkan oleh
kelalaian penyedia jasa merupakan tanggung jawab penyedia jasa dan harus dilakukan
dengan biaya sendiri.penyedia jasa tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul
27
akibat bencana alam yang tidak dapat dihindarkan.asalkan pekerjaan yang rusak tersebut
telah diterima dan dinyatakan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis telah selesai. 2.3.2
Bahan
1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland tipe
I.II.III.IV.dan V yang memenuhi SNI 15-2049-2004 tentang semen portland.
b) Semen tipe IA ( semen portland tipe I dengan air_entraining agent ),IIA (semen
portland tipe II dengan air _eintraining agent).PPC (portland pozzolan Cement) dan
PCC( portland Composite Cement)dapat digunakan apabila diijinkan oleh Direksi
Pengerjaan.apabila hal tersebut diijinkan ,maka penyedia jasa harus mengajukan
kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen yang digunakan.
c) Didalam satu proyek hanya dapat digunakan satu merek semen.kecuali jika diijinkan
oleh Direksi Penkerjaan.apabila hal tersebut diijinkan,maka penyedia jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen yang
digunakan.
2) Air
Air yang digunakan untuk campuran ,perawatan,atau pemakain lainnya harus bersih
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,garam,asam basa,gula atau
organik.air harus diuji sesuai dengan : dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-
2002 tentang metode pengujian mutu air yangt diusulkan dan karena sesuatu sebab
pengujian air seperti diatas tidak dapat dilakukan ,maka harus diadakan perbandingan
pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan memakai air yang diusulkan
dan dengan memakai air murni hasil sulingan.air yang diusulkan dapat digunakan apabila
kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur tujuh (7) hari dan 28 (dua puluh delapan)
hari mempnyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk
periode umur yang sama.air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.
3) Agregat
a) Ketentuan gradasi agregat
i. Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
tabel 2.2.2.(1).tetapi atas persetujuan Direksi Pengerjaan.bahan yang tidak
memenuhi ketentuan gradasi tersebut masih dapat digunakan apabila memenuhi
sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam butir 2.1.1.(7) dan 2.2.3.(1) yang
dibuktikan oleh hasil hasil campuran percobaan.
Tabel 2.3. Ketentuan gradasi agregat
28
*Dinaikan menjadi 10% untuk agregat halus pecah
ii. Agregat kasar dapat dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak
lebih dar ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan,atau celah-celah lainnya dimana beton harus dicor.
b) Sifat-sifat agregat
Agregat yang digunakan harus bersih,keras,kuat yag diperoleh dari pemecahan
batu atau koral.atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu)kerikil dan pasir
sungai.
Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian
SNI 03-2816-1992 tentang metode pengujian kotoran organik dalam pasar untuk
campuran mortar dan beton.dan harus memnuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan
dalam tabel 2.2.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan
prosedur yang berhubungan.
29
Tabel 2.4. Ketentuan mutu agregat
30
dengan kekuatan awal yang tinggi :meningkatkan kinerja pengecoran beton didalam air
atau di laut:meningkatkan keawetan jangka panjang beton : meningkatkan kekedapan
beton (mengurangi permeabilitas beton):mengadakan ekspansi beton akibat reaksi
alkali agregat:meningakatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
,meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan meningkatkan ketahanan
beton terrhadap abrasi dan tumbukan.
Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung
udara,maka gelembung udara yang tidak boleh lebih dari 5%.Penggunaan jenis bahan
tambahan kimia untuk maksud apapun harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium
yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan Direksi Pekerjaan.
b) Mineral
Mineral yang berupa tambahan atau bahan limbah dapat berbentuk abu terbang
(fly ash),pozzolan,micro silica atau silica fume.apabila digunakan bahan tambahan
berupa abu terbang ,maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar spesifikasi yang
di tentukan dalam SNI 03-2460-1991tentang spesifikasi abu terbang sebagai bahan
tambahan untuk campuran beton.Penggunaan abu terbang (fly ash) tidak dibenarkan
untuk beton yang menggunakan semen tipe Portland pozzolan cement (PPC) dan
potland composite cement (PCC).Penggunaan jenis bahan tambahan mineral untuk
maksud apapun harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan
bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Direksi P ekerjaan.
31
c. Apabila kuat tekan beton berumur 28 hari tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.maka dimbil tindakan mengikuti ketentuan menurut pasal 7.1.6.(3).(i) dan
pasal 7.1.6.(3).(i)
d. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton.
2) Penyesuaian campuran
a) Penyesuaian sifat kelecakan (workability)
Apabila sifat kelecakan pada beton debngan proporsi yan g semula dirancang sulit
diperoleh,maka penyedia jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat.dengan
syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah.juga rasio
air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan
yang memenuhi tidak dinaikkan.pengadukan kembali beton yang telah dicampur
dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan.
Bahan tambahan(aditif) untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila
secara khusus telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan ,atas persetujuan Direksi
Pekerjaan kadar semen dapat di tingkatkan asalkan tidak melebihi batas kadar semen
dapt ditingkatkan asalkan tidak melebihi batas kadar semen maksimum karena
pertimbangan panas hidrasi (AASIITO LRFD Bridge construction specification
8.4.3.maximum cementitious 5.9.3.kilogram m for high performance concrete).cara
lain dapat juga dengan menurunkan rasio air/semen dengan npemakaian bahan
tambahan jenis plasticizer yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja kelecakan
adukan beton tanpa menambah air atau mengurangi penggunaan air dalam campuran
beton tanpa mengurangi kelecakan adukan beton.
c) Penyesuaian untuk bahan-bahan baru
Perubahan sumber atau karakteristikbahan tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan
tertulis kepada Direksi Pekerjaan .bahan baru tidak boleh digunakan sampai Direksi
Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru
berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh
penyedia jasa.
32
d) Bahan tambahan
Bila untuk penyesuaian campuran perlu menggunakan bahan tambahan, maka dalam
pelaksanaannya harus sesuai dengan pasal 7.1.2.(5).(b) dan mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan.
3) Penakaran bahan
a) untuk mutu beton fe>20 MPa atau K250 seluruh komponen bahan beton harus ditakar
menurut berat.untuk mutu beton fe>20 MPa atau K250 diijinkan ditakar menurut
volume sesuai SNI 03-3976-1995.bila digunakan semen kemasan dalam zak,kuantitas
penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.agregat harus di timbang
beratnya secara terpisah.ukuran setiap penakarantidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
b) Penakaran agregat dan air harus dilakukan dengan basis kondisi agregat jenuh kering
permukaan(JKP). Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan
dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat yang akan digunakan
dengan air paling sedikit 12 (dua belas) jam sebelum penakaran. Apabila agregat tidak
dalam kondisi jenuh kering permukaan ,maka diadakan perhitungan koreksi penakaran
berat air dan agregat dengan menggunakan data resapan dan kadar air agregat lapangan.
Sedangkan apabila ditakar menurut volume,maka harus memperhitungkan faktor
pengembangan (bulking faktor).
4) Pencampuran
a) Beton harus dicor dalam mesinyang dijalakan secara mekanis dari jenis dan ukuran
yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari keseluruhan
bahan.
b) Pencampur harus dilengkapai dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang
akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar,dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukan kedalam campuran
bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukan sebelum waktu
pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran telah
berlangsung untuk mesin berkapasitas 3/4m3atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk
33
mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5
m3.
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur,Direksi pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual,sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada
beton beton non-struktural.
3. Pelaksanaan pengecoran
1) penyiapan tempat kerja
a) penyedia jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton
yang baru atau yang harus di bongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan beton yang baru.pembokaran tersebut harus sesuai dengan syaratkan
dalam Seksi 7.15 dari spesifikasi I ni.
b) Penyedia jasa harus menggali dan menimbun kembali fondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
c) Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam seksi 3.1 dan 3.2 dari spesifikasi ini.dan
harus membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup
luas sehinngga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan,jalan kerja yang
stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut
pekerjaan dapat diperiksa dengan mudeah dan aman.
d) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
sensntiasa kering dan beton tidak boleh dicor diatas tanah yang berlumpur atau
bersampah atau didalam air.atas persetujuan Direksi beton dapat dicor didalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar
sumuran ataucofferdam.
e) Sebelum pengecoran beton dimulai,seluruh acuan tulangan,dan benda lain yang
harus di masukkan kedalam beton (seperti pipa atau selongsong)harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
f) Bila di syaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan ,bahan landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari seksi 2.4 dari
spesifikasi ini.
g) Direksi pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk fondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton
dan dapat memnta penyedia jasa untuk melaksanakan pengujian penetrasi
34
kedalaman tanah keras,pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk
memastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah dibawah fondasi.
Bilamana dijumpai kondis tanah dasar fondasi yangtidak memenuhi ketentuan
.penyedia jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman fondasi
dan atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak.memadatkan tanah
fondasi atau melakukan tindakan sabilisasi lainnya sebagaimana yang di
perintahkan oleh Direksi pekerjaan.
2) Acuan
Acuan dari tanah,bilamana disetujui oleh Direksi pekerjaan harus dibentuk dari
galian,dan sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang
diperlukan . seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
i. Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambunan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran,pemadatan,dan perawatan.
ii. Kayu tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir struktur
yang tidak terekspos,tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus
digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam acuan
harus dibulatkan.
iii. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
3) pengecoran
a) penyedia jasa harus memberitahukan Direksi pekerjaan secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai pengecoran beton,atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi,kondisi pekerjaan,mutu beton,dan tanggal serta waktu pencampuran
beton.
Direksi pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa acuan,dan tulangan seta dapat mengeluarkan persetujuan tertulis
maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Penyedia jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis
dari Direksi pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkanya suatu persetujuan untuk
memulaipengecoran.pengecooranbeton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi
pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untk menyaksikan poperasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
35
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai,acuan harus dibasasahi air atau diolesi
minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam satu jam setelah pencampuran atau dalam waktu
yang lebih pendeksebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan(setting time)semen yang
digunakan,kecuali diberi bahan tambahan(aditif )untuk memperlambat proses
pengerasan (relarder ) yang disetujui oleh Direksi.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai sambungan konstruksi
(construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga terhindar dari segregasi partikel kasar
dan halus dari canpuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak
boleh melampui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g) Bilamana beton dicor kedalam acuan struktur yang memiliki bentuk rumit dan
penulangan yang rapat,maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampui 15 cm. Untuk dinding beton,tinggi pengecoran dapat 30
cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.
Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor didalam air dan pemompaan tidak dilakukan dalam waktu 48
jam setelah pengecoran,maka beton harus di cor dengan metode Tremi atau metode
atau metode drop-bottom-bucket,dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan
untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan
pengaliran beton. Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton dibawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumya.
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran
beton baru.
j) Bidang –bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor,harus terlebih dahulu dikasarkan,dibersihkan daribahan-bahan yang lepas
36
dan rapuh serta telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini,bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan
adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.
4) sambungan konstruksi(construction joint)
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan dan Direksi pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan konstruksi
pada jadwal tersebut,atau sambungn konstruksi tersebut harus diletakkan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.
b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum
c) Bilamana sambungan vertikal diperlukan,baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan kedalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding,pelat dan antara telapak fondasi dan dinding. Untuk pelat
terletak diatas permukaan,sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian
sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampui 40 m2,dengan dimensi yang
lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
e) Penyedia jasa harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang
diperlukanuntuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan
terpalsa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton
atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan,bahaan tambahan (aditif) dapat digunakan untuk
perletakan sambungan konstruksi,cara pengerjaanya harus sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuatannya.
g) pada air asin atau mengandung garam,sambungan konstruksi tidak diperkenankan pada
tempat-tempat 75 cm dibawah muka air terndah atau 75 cm diatas muka air tertinggi
kecuali ditentukan lain dalam gambar.
5) Pemadatan
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis daridalam atau luar yang telah
disetujui. Bilamana diperlukan,dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan
37
,pengggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan
untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ketitik lain didalam cetakan.
b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan diantara serta sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka tulangan dan setiap rongga udara dan gelumbung udara terisi.
38
perawatan. Acuan yang di topang di bawah plat, balok, gelagar, atau struktur busur,
tidak boleh di bongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukan paling sedikit
85% dari kekuatan rancangan beton.
b) Untuk memungkinkan pekerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan yang
diberi hiasan, tiang sandaran atau tembok pengarah(parapet), dan permukaan vertikal
yang terekspos harus di bongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran
dan tidak lebih dari 30 jam, tergantug pada cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
7). Perawatan Beton
1) Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu di atas 10°C dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
2) Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 °C dan dalam kondisi lembab
untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama.
3) Perawatan dipercepat
(a) Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, penguapan pada tekanan atmosfir, panas
dan lembab, atau proses lainnya yang dapat diterima, dapat dilakukan untuk
mempercepat peningkatan kekuatan dan mengurangi waktu perawatan.
(b) Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap
pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana perlu
pada tahap pembebanan tersebut.
(c) Proses perawatan harus sedemikian hingga beton yang dihasilkan mempunyai
tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan oleh metode
perawatan.
(d) Bila diperlukan oleh pengawas lapangan, maka dapat dilakukan penambahan kuat
tekan beton untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan telah
memenuhi persyaratan.
39
agregat halus Penyedia jasa harus melakukan pengujian bahan secara berkala selama
pelaksanaan dengan interval maksimum 1000 m3 untuk gradasi dan maksimum 5000
m3untuk abrasi,sedangkan untuk bahan semen dengan interval setiap maksimum
pengiriman 300 ton. Tetapi apabila menurut Direksi Pekerjaan terdapat indikasi perubahan
mutu atau sifat bahan yang akan digunakan,maka penyedia jasa harus segera melakukan
pengujian bahan kembali sebelum bahan tersebut digunakan,
2) Pengujian untuk kelecakan(workability)
Satu pengujian “slump” atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan,harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang dihasilkan dan dilakukan
sesaat sebelum pengecoran,dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan ter
kecualidisaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Campuran beton yang tidak
memenuhi kelecakan seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada
pekerjaan,terkecuali Direksi pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya
secara terbatas dan secara teknis mutu beton tetap bisa dijaga. Kelecakan (workbility)dan
tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga,celah,gelembung udara,atau gelembung air,dan sedemikian rupa
sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan rata,halus,dan padat.
3) Pengujian kuat tekan
i. Penyedia jasa harus mendapatkansejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji beton
dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata dari dua nilai
kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (satu set 3 buah benda uji) yang selisih
nilai antara keduanya < 5% untuk satu umur,untuk setiap kuat tekan beton dan untuk
setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
ii. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton,Penyedia jasa harus menyediakan benda
uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus 150 x
150 x 150 mm,dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-08-4810-1998. Benda uji
tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari dari beton yang akan dicorkan,dan
kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan dilaboratorium.
iii. Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus menyediakan
data hasil benda uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam
kontrak. Hasil –hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam
kontrak hanya boleh digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton
sebagai dasar pembayaran. Nilai –nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk
40
keperluan ini harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran
sebagai fungsi waktu.
iv. Untuk pencampuran secra manual,maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing –
masing mutu beton <60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiapa maksimum 5 m 3
beto dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian
tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing-masing umur. Apabila pekerjaan
beton mencapai jumlah > 60 m3,maka untuk setiapa maksimum 10 m3 beton berikutnya
setelah 60 m3tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
v. Untuk produksi hasil ready mix,maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing –
masing mutu ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 15 m 3beton
secara acak,dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil
pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pengerjaan beton mencapai > 60
m3 ,maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton berikutnya setelah 60 m3 tercapai harus
diperoleh satu hasil uji.
vi. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam tabel berikut atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Tabel 2.6. Ketentuan kuat tekan
41
Fck = kuat tekan karakteristik beton
Fcm = kuat tekan rata-rata beton
Fci = nilai hasil pengujian
N = jumlah hasil
S = standar deviasi
K = 1,645 untuk tingkat kepercayaan 95 %
Catatan ; simbol-simbol fck,fcm,fci digunakan untuk benda uji silinder 150 – 300
mm sedangkan untuk benda uji kubus 150x150x150 mm dapat digunakan simbol
sebagai pengganti fck,fcm,fci.
viii. Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat,apabila dipenuhi
syarat-syarat berikut:
(i) Tidak boleh melebihi 5% ada diantara jumlah minimum (20 atau 30) nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari fc’.
(ii) Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing – masing mutu
beton dapat terkumpul jumlah minimum benda uji maka,hasil pemeriksaan
benda uji berturut – turut harus memenuhi fck>fc’
(iii) Jika benda uji yang terkumpuk kurang dari jumlah minimum yang telah
ditentukan,maka nilai setandar deviasi(S) harus ditingkatkan dengan faktor
modifikasi yang diberikan tabel berikut:
42
Tabel 2.7. Faktor modifikasi standar deviasi
43
yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton perlu diperhitungkan dan
dilakukan koreksi dalam mendapatkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
x. Apabila dari hasil pengujian yang ditentukan pasal 7.1.6.3 diperoleh hasil yang tidak
memenuhi syarat,maka penyedia jasa harus mengadakan percobaan beban langsung
dengan penuh keahlian. Apabila dari percobaan ini diperoleh suatu hasil nilai lendutan
dan atau regangan beton yang yang terukur lebih kecil dari yang diijinkan pada beban
layan maka bagian konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat. Tetapi
apabila hasilnya tidak mencapai nilai tersebut,maka bagian konstruksi yang
bersangkutan hanya dapat dipertahankan dan pekerjaan yang dihentikan dapat
dilanjutkan kembali setelah dipenuhi salah satu dari kedua tindakan berikut tanpa
mengurangi fungsinya:
1. Mengadakan perubahan-perubahan pada rencana semula sehingga pengaruh
bebang pada konstruksi tersebut dapat dikurangi.
2. Mengadakan perkuatan-perkuatan pada bagian konstruksi tersebut dengan cara
yang dapat dipertanggung jawabkan.
Apabila kedua tindakan diatas tidak dapat dilaksanakan,maka dengan perintah
Direksi Pekerjaan,Penyedia jasa harus segera membongkar beton dari
konstruksi tersebut.
5. Pengukuran dan pembayaran
1) Cara pengukuran
i. pengukuran
(i) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang digunakan
dan diterima sesuai dimensi yang ditunjukkan pada gambar kerja dan atau yang
diperintahkan oleh Direksi pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan
dilakukan untuk volume yang di tempati oleh pipa dengan luasantotal setara
dengan diameter kurang dari 200 mm atau oleh benda lainnya tertanam seperti
“water stop”,baja tulangan,selongsong pipa(conduit) atau lubang
sulingan(wephole).
(ii) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
acuan,perancah untuk balok dan lantai pemompaan,penyelesaian
permukaan,penyedia pipa sulingan pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton,dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap
termasuk dalam harga penawaran untuk pekerjaan beton.
44
(iii) Kuantitas bahan untuk lantai kerja,bahan drainase porous,baja tulangan dan mata
pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah selesai dan
diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada seksi lain pada
spesifikasi ini
(iv) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
struktur atau beton tidak bertulang. Beton struktur harus beton yang disyratkan
atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’= 20 Mpa atau K-250 atau lebih
tinggi dan beton tak bertulang harus beton yang disyaratkan atau disetujui untuk
fc’= 15 Mpa atau K-175 atau fc’= 10 Mpa atau K-125. Apabila beton dengan
mutu(kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan dilokasi untuk
mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah,maka volumenya harus diukur sebagai
beton dengan mutu(kekuatan) yang lebih rendah.
b) Pengukuran untuk beton yang diperbaiki
(i) Apabila pekerjaan telah diperbaiki menurut pasal 7.1.6(3).(i) diatas,kuantitas
yang akan diukur untuk pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar jika
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
(ii) Pekerjaan beton yang diperbaiki dapat diperbaiki dapat diterima dengan
pengurangan pembayaran sebesar 1,5% dari harga satuan untuk setiap
pengurangan kekuatan sebesar 1% dari nilai kekuatan karakteristik rencana.
Volume beton yang tereduksi mengacu kepada kriteria penerimaan pasal 7.1.6.
(3).(h).
(iii) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar
semen atau setiap bahan tambahan,juga tidak untuk tiap pengujian atau
pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
F. Baja tulangan
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan spesifikasi dan gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi
pekerjaan.
2) Penerbitan detail pelaksanaan
45
Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam dokumen kontrak
pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi pekerjaan setelah peninjauan
kembali rancangan awal.
3) Pekerjaan yang berkaitan dengan ini
a. Kajian teknis lapangan
b. Keselamatan dan kesehatan kerja
c. Beton
4) Penyimpanan dan penanganan
a) penyedia jasa harus mengangkut tulangan ketempat kerja dalam ikatan,diberi
label,dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan uuran batang,panjang dan
informasi lainnyan sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram
tulangan.
b) Penyedia jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian
untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.
5) Pengajuan kesiapan kerja
a) Sebelum memesan bahan,seluruh daftar pesanan dan diagram pembekokan harus
disediakan oleh penyedia jasa untuk mendapatkan persetujuan dari direksi
pekerjaan,dan tidak ada bahan yang boleh dipesan sebelum daftar tersebut serta
diagram pembekokan disetujui.
b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan,penyedia jasa harus menyerahkan
kepada direksi pekerjaan daftar yang disahkan pabrik baja yang memberikan
berat satuan nominal dalam kilogram untuk setiap ukuran dan mutu baja tulangan
atau anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam pekerjaan.
6) Mutu pekerjaan dan perbaikan atas pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembekokan dalam segala hal tidak
membebaskan penyedia jasa atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian
dari daftar dan digram tersebut. Revisi bahan yang disediakan sesuai dengan
daftar dan diagram,untuk memenuhi rancangan dalam gambar, harus atas biaya
penyedia jasa.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan:
i. Panjang batang,ketebalan,dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan
yang disyarakan SNI 03-6816-2002.
ii. Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada gambar atau gambar
kerja akhir(Final Shop Drawing).
46
iii. Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau
oleh sebab lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membekokan baja tulangan,batang tulangan
tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi
pekerjaan atau yang sedemikian sehingga akan merusak atau melemah bahan.
Pembekokan kembali dari batang tulangan harus dalam keadaan dingin
terkecuali disetujui oleh Direksi pekerjaan. Dalam segala hal baja tulangan yang
telah dibengkokkan kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak
diijinkan digunakan pada pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh
pembekokan kembali tidak disetujui oleh Direksi pekerjaan,harus diperbaiki
dengan mengganti seliruh batang tersebut dengan batang baru yang
dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang
disyaratkan.
d) Penyedia jasa harus menyediakkan fasilitas ditempat kerja untuk pemotongan
dan pembekokan tulangan ,baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah
dibengkokan maupun tidak,dan harus menyediakan persediaan(stok) batang
lurus yang cukup ditempat,untuk pembekokan sebagaimana yang diperlukan
dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian.
7) Penggatian ukuran batang
Penggatian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan
oleh Direksi pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas penampang yang
sama dengan ukur rancangan awal atau lebih besar.
1. Bahan
1) Baja tulangan
i. Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan gambar
dan memenuhi tabel berikut
Tabel 2.8. Tegangan leleh baja tulangan
47
ii. Bila anyaman baja tulangan diperlukan,seperti tulangan pelat,anyaman tulangan
yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat digunakan.
2) Tumpuan untuk tulangan
Tumpuan tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak
dengan mutu k250 sesuai dengan spesifikasi,terkecuali disetujui lain oleh Direksi
pekerjaan. Kayu,batu,bata,atu bahan lain tidakboleh diijinkan sebagai tumpuan.
3) Pengikat untuk tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI
07-6401-2000 yang dipasang bersilangan.
2. Pembuatan dan penempatan
1) Pembekokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh direksi pekerjaan,seluruh baja tulangan harus
dibengkokan secara dingin,dan sesuai prosedur SNI 03-6816-2002,menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan,bengkokan-
bengkokan atau kerusakan. Bila pembekokan secara panas dilapangan disetujui pleh
direksi pekerjaan,tindakan pengaman harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat
fisik baja tidak terlalu berubah banyak.
b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokan
dengan mesin pembengkok.
2) Pempatan dan pengikatan
a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran,lumpur,oli,cat,karat,dan kerak,percikan adukan ataulapisan lain yang dapat
mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan atau seperti perintah Direksi pekerjaan.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat
(stirrup) terhadap baja tulangan tarik utama tidak diperkenankan.
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai panjang total yang ditunjukkan pada
gambar. Penyambungan atau (splicing) batang tulangan,terkecuali ditunjukkan pada
gambar,tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan
pada titik dengan tegangan tarik minimum.
48
e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui,maka panjang tumpang
tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan
pengait pada ujungnya.
f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan,terkecuali terinci dalam gambar
atau secara khusus diijinkan oleh Direksi pekerjaan secara tertulis. Bilamana direksi
pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan ,maka sambungan dalam hal ni
adalah sambungan dengan penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS
D.2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton
sehingga tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang di las harus dipasang sepanjang mungkin,dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman
harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan,dan harus dihentikan
pada sambungan antara pelat.
i) Bilamana baja tulangan dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,maka
seluruh baja tulangan dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian(semen dan
air saja).
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton,jalan kerja,lantai untuk kegiatan bekerja,atau
beban konstruksi lainya.
3. Pengukuran dan pembayaran
1) Cara pengukuran
a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh
Direksi pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari panjang
aktual yang dipasang atau luas anyaman baja yang dihampar,dan satuan berat dalam
kilogram per meter panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi luas
anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh Direksi pekerjaan akan didasarkan atas
berat nominal yang disediakan oleh pabrik baja,atau bila Direksi pekerjaan
memerintahkan ,atas dasar pengujian penimbangan yang dilakukan penyedia jasa
pada contoh yang dipilih oleh Direksi pekerjaan.
b) Penjepit,pengikat,pemisah,atau bahan lain yang digunakan untuk penempatan atau
pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan dimasukan dalam berat untuk
pembayaran.
49
BAB IV
50
A. Gambaran Umum Obyek Proyek
Data-data yang berhubungan dengan bangunan Jembatan Barate 2 adalah sebagai berikut :
1. Data Administrasi
Data adminsitrasi jembatan meliputi data-data sebagai berikut :
51
i. Fungsi jalan : Jalan lokal
j. Tipe jalan : Tipe II
3. Data eksisting jembatan
Pendataan jembatan dimaksudkan untuk mencatat semua elemen jembatan antara lain:
4. Data sungai :
(1) Pada titik jembatan :
(1) Lebar sungai : 13,00 meter
(2) Tinggi muka air normal (MAN) : - (saat ini tidak ada air)
(2) Pada titik 100 meter (arah hulu):
(1) Lebar sungai : 35,00 meter
(2) Tinggi muka air normal (MAN) : - (saat ini tidak ada air)
(3) Pada titik 100 meter (arah hilir) :
(1) Lebar sungai : 50,00 meter
(2) Tinggi muka air normal (MAN) : - (saat ini tidak ada air)
5. Data Perancangan Bangunan Bawah
a. Tipe Pondasi : Pondasi bored pile
b. Diameter Abutmen : 0,8 meter
c. Tinggi Abutmen : 11,80 meter
d. Panjang Abutmen : 8 meter
e. Tinggi penampang basah : 3,00 meter (perhitungan terlampir)
f. Tebal dinding abutmen : 1,50 meter
52
Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan Jembatan Barate harus melalui beberapa
tahapan pekerjaan yang dilakukan, tahapan yang paling penting yaitu tahap membangun
struktur jembatan karena harus sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan. Tahapan
pekerjaan struktur jembatan di bagi menjadi dua yaitu struktur atas dan struktur bawah.
Terdapat beberapa proses yang dilakukan dalam membangun struktur atas maupun struktur
bawah, struktur bawah meliputi pekerjaan pondasi, pekerjaan abuttment, pekerjaan footing,
pilar dan juga pier head. Sedangkan pekerjaan struktur atas meliputi pekerjaan stressing
girder, pekerjaan lounching girder, pekerjaan diafragma, dan juga RC plat
PilarTimur 8 16 0,8
Jumlah 52
53
Pelaksanaan pondasi bore pile
Pondasi yang digunakan pada proyek Jembatan Barate seluruhnya adalah pondasi
bored pile. Alasan dipakai bore pile dikarenakan pada hasil survey lapangan lebih disarankan
memakai bored pile, dan juga untuk menghindari polusi suara yang muncul akibat bisingnya
alat dari alat pancang, dikarenakan proyek dekat dengan pemukiman dan daerah yang ramai
akan kegiatan (pasar barate). Proses pembuatan besi tulangan bored pile pertama
direncanakan oleh konsultan kemudian dihitung kembali oleh kontraktor.
a. Pembersihan Lahan
Land clearing.
Pembuatan jalan masuk sementara untuk alat berat.
Penggalian tanah
Pembersihan Lahan
b. Pengukuran
Data kedalam bore pile.
Penentuan titik-titik koordinat bore pile.
Pengecekan elevasi tanah asli.
Penentuan elevasi pinjaman
c. Setting alat bore pile
Penempatan posisi alat bore pile pada titik yang akan di bor, Semaksimal
mungkin tidak terlalu mengganggu traffic.
Pemasangan rambu-rambu untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Persiapan peralatan kebersihan (tanki air, peralatan tangan).
Excavator + dump truck untuk mengangkut buangan tanah bore pile
Persiapan pengeboran
54
d. Pengeboran
Casing diangkut dari base camp menggunakan mobil trailer.
Pengeboran bisa dilakukan setelah pada posisi yang pas dan semua peralatan
dan fasilitas pendukung dalam keadaan siap.
Pengangkatan casing dilakuan oleh craine.
Pengeboran dengan sistim Dry Drilling. Pengeboran dilakukan sampai
kedalaman rencana (sesuai desain) dengan menggunakan Auger.
Pemasangan casing dilakukan setelah pengeboran mencapai kedalaman yang
ditentuan ( kedalaman 5 m ) .
55
g. Pengeoran
Pengecoran dilakukan setelah besi tulangan terpasang dengan baik.
Pipa Tremi dipasang sampai mencapai dasar lubang bor.
Sebelum dimulainya pengecoran, terlebih dahulu diambil sample beton
(silinder 15 x 30 cm) untuk pengetesan mutu beton.
Pengecoran dilaukan dengan menggunakan mixer.
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan pipa tremi diameter 8“. Dituang
langsung dari concrete mixer menggunakan concrete pump.
Pengecoran menggunakan beton mutu K-350.
Pipa Tremi dipotong berdasarkan volume beton yang telah dituangkan ke
dalam lubang dengan tetap menjaga jarak tremi minimum 2 m di bawah kepala
beton.
Setelah pengecoran mencapai permukaan/elevasi yang direncanakan, maka
temporary casing dapat dicabut dari pengerjaan bore pile.
56
a. Menyiapkan area untuk pekerjaan footing, dengan memberi batas area yang akan
digali dan memberi patok sebagi tanda,
b. Melakukan pengecoran setebal 10 cm yang berguna sebagai lantai kerja, tujuan dari
proses ini agar memudahkan dalam proses pembesian,
c. Melakukan pembesian pada footing sesuai dengan desain yang telah ada, tujuan dari
pekerjaan ini yaitu untuk mengaitkan besi pile dan juga besi pada footing itu sendiri
agar menjadi sebuah kesatuan dan saling mengikat,
d. Pemasangan bekisting bisa dimulai ketika pembesian telah selesai dilakukan, pada
tahapan ini bekisting menggunakan bahan kayu dan multiplex berbentuk persegi
panjang agar memudahkan untuk dalam proses pengerjaannya, bekisting di pasang
mengelilingi bagian footing yang akan di cor nantinya
e. Setelah bekisting selesai di buat maka pengecoran sudah siap dilakukan, pengecoran
footing pada proyek ini menggunukan mixer yang kemudian di alirkan melalui
saluran yang telah di siapkan, beton cair kemudian masukan kedalam bucket
excavator untuk di tuangkan kedalam area footing yang akan dilakukan pengecoran.
f. Perawatan pengecoran dilakukan dengan cara menjaga suhu beton dengan
menutupnya dengan terpal selama 2-3 hari untuk mengurangi sinar matahari secara
langsung dan juga melakukan penyiraman agar suhu dan kadar air dalam footing tetap
terjaga,
g. Pelepasan bekisting footing dilakukan ketika umur beton mencapai kualitas yang di
inginkan, tahap pertama yang dilakukan melepaskan main frame yang mengunci
bekisting, setelah main frame selesai dilepas barulah bekising bisa di lepas dari
footing tersebut.
57
Abuttment mempunyai fungsi yaitu menerima beban yang berasal dari struktur atas
kemudian di salurkan ke dalam pile yang berada di bawah abuttment agar menyebar ke dalam
tanah, fungsi lain yaitu berguna sebagai dinding penahan tanah. Terdapat dua buah abuttment
dalam pembangunan Jembatan Barate , yang pertama terletak di setelah timur jembatan dan
yang kedua berada pada sebelah barat jembatan. Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan
abuttment adalah sebagai berikut :
a. Melakukan persiapan area pekerjaan yaitu membuat batas – batasan area yang akan
dikerjakan dengan memasangi patok – patok sesuai dengan desain yang sudah di
tentukan,
b. Penggalian tanah pada sekitar abuttment yang bertujuan untuk menyesuaikan desain
yang ada dengan kondisi di lapangan,
c. Melakukan pembesian abuttment sesuai dengan rencana kerja yang sudah ada,
pekerjaan pembesian dilakukan langsung pada lokasi pekerjaan, karena dimensi
pekerjaan yang besar tidak bisa di pindah ke tempat lain,
58
e. Melakukan pengecekan pembesian antara pembesian di lapangan dengan dokumen
perencanaan meliputi jumlah pembesian horizontal dan vertical, nomor tulangan yang
digunakan dan juga jarak antar tulangan,
f. Setelah pengecekan dilakukan maka pengecoran untuk abuttment siap dilaksanakan,
pengecoran dilakukan dengan menggunakan truck mixer yang kemudian di tuangkan
ke saluran yang sudah di siapkan, di ujung saluran sudah ada bucket excavator yang
menerima beton cair kemudian di arahkan ke dalam area abuttment,
59
a. Menyiapkan area pekerjaan pembangunan pilar, kemudian mengecek sambungan
yang akan menghubungkan antara bagian pilar dan juga bagian footing.
b. Melaksanakan pembesian pilar sesuai dengan desain yang telah di tentukan
sebelumnya, pembesian di bagi menjadi beberapa segmen karena jika langsung di
selesaikan maka akan beresiko, oleh karena itu pembesian di lakukan setiap 2 meter,
setelah segmen pertama selesai di cor maka segmen selanjutnya bisa dikerjakan.
Begel yang di gunakan untuk tumpuan yaitu D16 – 150, sedangkan untuk lapangan
D16 – 200
60
Gambar 4 9.Pengecoran Pilar
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
e. Perawatan beton di lakukan dengan menutupi pilar yang dengan terpal selama 3 hari
dan juga menyiraminya dengan air agar suhu dan kadar air tetap terjaga ,
f. Pelepasan pilar dilakukan ketika umur dan kualitas beton sudah sampai pada target
yang diiginkan pekerjaan ini di awali dengan pelepasan balok kayu sebagai pengunci
kemudian dilanjutkan dengan pelepasan bekisting multiplex
5) Pekerjaan Pier Head
Pier head atau yang biasa di sebut kepala pilar merupakan bagian struktur bawah
yang posisinya berada pada paling atas dan bagian ini langsung menerima beban yang
dihasilkan oleh balok girder bagian ini juga menghubungkan kedua pilar yaitu bagian sebelah
timur dan bagian barat, secara garis besar pembuatan pier head adalah sebagai berikut:
Tahapan pekerjaan pier head:
61
Gambar 4 11. Pemasangan Bekisting Dan Pembesian Pier Head
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
d) Sebelum pengecoran dilakukan, pengecekan tulangan di lakukan agar pekerjaan
dilapangan sesuai dengan desain rencana meliputi panjang tulangan yang digunakan,
jumlah tulangan, nomor tulangan yang digunakan dan juga jarak antar tulangan agar
sesuai
e) Pengecoran pier head dilakukan menggunakan beton readymix, dengan tahapan
pengecoran di lakukan dengan bantuan truckmixer concrete lalu di tuang ke saluran
yang sudah di siapkan, di ujung saluran sudah ada bucket dari excavator yang
nantinya akan membantu menuangkan beton cair ke bagian dalam pier head,
f) Pelepasan bekisting pier head dilakukan ketika umur dan kualitas beton sudah sampai
pada target yang diiginkan pekerjaan ini di awali dengan pelepasan balok kayu
sebagai pengunci kemudian dilanjutkan dengan pelepasan bekisting multiplex.
62
dalam proyek pekerjaan Jembatan Barate stressing dilakukan di atas balok perancah yang
sudah dinaikan ke atas pilar jembatan.
Berikut proses pengerjaan stressing girder pada proyek Jembatan Barate :
a. Persiapan peralatan yang di gunakan untuk melakukan stressing,
b. Pekerjaan strand, pada tahapan pekerjaan ini strand dimasukan kedalam lubang
tendon yang berada pada bagian tubuh girder, masing masing lubang tendon berisi 7
straind . Setelah strand dimasukan dapat di setting pada angkur hidup,
63
Gambar 4.14.Proses Stressing
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
f. Perawatan balok girder meliputi pengecekan retakan yang terjadi pada sambungan
antar girder dan juga menjaga suhu dengan menutupinya dengan terpal.
c. Proses erection girder, girder diangkat menggunakan mobile crane menuju area
kerja pada perancah kedua mobile crane mengikat ujung girder tersebut dan
diangkat secara bersamaan menuju balok perancah yang sudah terpasang diatas ,
64
Gambar 4 16.Girder Sudah Terpasang Diatas Perancah
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
d. Setelah pemasangan perancah pada pilar timur ke pilar barat maka dilanjutkan
pemasangan girder
3. Pekerjaan Diafragma
Diafragma merupakan bagian dari struktur atas pada jembatan yang memiliki fungsi
untuk sebagai penstabil girder pada arah melintang jembatan, mutu diafragma yang diunakan
K350 / Fc 29 Mpa diafragma yang digunakan adalah precast dengan pertimbangan lebih
praktis dalam melaksanakan pekerjaanya.
65
Gambar 4 18.Precast Balok Diafragma
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)
4. Pekerjaan RC Plat
RC Plat merupakan plat beton yang diletakan di atas balok girder yang mempunyai
fungsi sebagai alas pada jembatan, RC Plat pada pembangunan Jembatan Barate mempunyai
dimensi 100 cm x 75 cm x 70 cm dan memiliki mutu K - 350, RC plat yang digunakan adalah
precast sehingga lebih praktis dalam proses pengerjaannya.Berikut tahapan pemasangan RC
Plat pada proyek pembangunan Jembatan Sendang: Metode tahapan pelaksanaan precast RC
Plat:
66
Gambar 4 20.RC Plat Dilihat Dari Bawah
Sumber: Dokumentasi Pribadi ( 2017 )
67
Gerinda yang digunakan adalah merek Mactec, gerinda disini berfungsi untuk
memotong besi tulangan atau pun bendrad agar lebih mudah di bandingkan jika memotong
dengan cara konvensional, pemotong atau mata gergaji pada gerinda berbentuk lingkaran
dengan bentuk runcing di ujungnya apabila ujung pada pemotong sudah mulai tumpul maka
harus segera diganti dengan dengan pemotong yang baru.
5. Excavator
Excavator di dalam proyek pembangunan Jembatan Barate berfungsi untuk
melakukan metode cut and fill pada tanah agar elevasi tanah nantinya sesuai dengan desain
rencana, pada awal proyek pembagunan jembatan hanya menggunakan satu buah excavator
tetapi pada pertengahan pelaksanaan ditambah satu buah excavator lagi guna mempercepat
68
pekerjaan. Exavator juga membantu pada saat pengecoran dengan mengangkat beton menuju
ke area pengecoran.
Gambar 4 24.Excavator
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
6. Saluran Untuk Beton Cair
Saluran ini berguna untuk menyalurkan beton cair dari mixer ke tempat area yang
akan dicor. Saluran ini terbuat dari kayu dan triplex yang di bentuk sedemikian rupa agar
beton dapat di alirkan, pada bagian bawah saluran diberi penyangga dari besi ataupun dari
bambu
7. Tandem Roller
Tandem Roller memiliki fungsi sebagai pemadat tanah, pada proyek Jembatan Barate
digunakan untuk memadatkan tanah yang berada di belakang abuttment barat dan abuttment
timur. Tandem roller yang digunakan berkapasitas 8 ton , dengan merk Bitelli Tandem roller
yang digunakan pada proyek berjumlah 1 buah unit. Tandem roller memiliki roda dengan
permukaan halus pada roda depan dan belakang, alat ini menggunkan bahan bakar solar
sebagai penggeraknya.
69
Gambar 4 26.Tandem Roller
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
8. Dump Truck
Dump truk pada proyek pembangunan Jembatan Barate memiliki fungsi sebagai
pengangkut material tanah yang digunakan sebagai timbunan yang terletak di belakang
abuttment barat dan abuttment timur. Pada proyek pembangunan Jembatan ini digunakan
dump truck dengan kapasitas 5 m3 , sedangkan merk yang digunakan adalah Nissan dan Hino
70
Gambar 4 28.Perancah
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
10. Lampu
Lampu yang digunakan merupakan jenis lampu sorot dengan daya 15 watt dengan
merek philips. Biasanya lampu digunakan pada saat melakukan pekerjaan pada malam hari
atau pada saat melakukan pengecoran. Sinar lampu yang digunakan mempunyai sorot
berwarna putih agar lebih jelas pancaran sinar yang dihasilkan
Gambar 4 29.Lampu
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
11. Pompa Air
Pompa air di perlukan pada pembangunan Jembatan Barate untuk menyedot genangan
air yang masuk kedalam galian footing pada bagian pilar timur dan barat. Pompa air yang
digunakam adalah merek Kubota RD 110 DIH -2. Dengan kapasitas2106 m3/ menit. Dalam
proyek ini hanya menggunakan satu buah pompa air kareana dirasa sudah cukup untuk
menangani genangan air yang berada pada galian footing.
71
Bahan yang digunakan harus sesuai dengan rencana awal yang telah di tentukan,
material dan bahan harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan, mutu dari
bahan itu sendiri, waktu untuk melaksanakan pekerjaan serta harus menyesuaikan dengan
anggaran yang dimiliki. Pada pelaksanaan pembangunan Jembatan Sendang bahan material
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tanah
Tanah pada pekerjaan pembangunan jembatan Barate digunakan pada saat tahap
pekerjaan penimbunan. Tanah di peroleh dari metode cut and fill dan ada juga yang tanah
yang di datangkan dengan agregat tanah kelas A .
Beberapa fungsi tanah pada pada proyek :
a. Penimbunan abuttment , yang dimaksud adalah tanah sebagai pengisi bagian di
belakang abuttmenyang di batasi oleh dinding penahan tanah,
b. Untuk menutupi bagian footing agar kontruksi lebih stabil. Footing pada pilar timur
dan barat, dan juga footing pada abuttment timur dan barat semuaya ditimbun oleh
tanah yang di perolah dari metode cut and fill.
72
a. Air sungai digunakan untuk perawatan beton agar suhu tetap terjaga dan juga
menjaga kadar air agar tetap stabil, air di sedot dengan pompa kemudian
disiramkan ke area beton,
b. Air sungai juga digunakan untuk membersihkan peralatan yang digunakan,
misalnya membersihkan bucket excavator yang selesai digunakan untuk mengeruk
tanah.
3. Readymix
Readymix merupakan beton jadi yang sudah siap untuk di aplikasikan kedalam
pekerjaan yang berada di lapangan, pada pekerjaan pembangunan Jembatan Barate sub
kontraktor yang ditunjuk oleh kontraktor adalah PT. Gajah Perkasa.Fungsi readymix pada
pekerjaan pembangunan jembatan Barate digunakan untuk semua pekerjaan pengecoran, baik
itu pengecoran bored pile, footing, abuttment, pilar ataupaun pada pekerjaan pier head.
Berikut spesifikasi agregat beton cair yang di suplai oleh PT. Gajah Perkasa untuk
kebutuhan jembatan Barate :
73
a. Agregat Halus : Untuk kebutuhan agregat halus PT. Gajah Perkasa Beton
mendapatkan suplai pasir dari daerah yang sudah terbukti kualitasnya,
b. Agregat kasar 5/15 : Didapat dari Kabupaten Kupang
c. Agregat kasar 10/25 : Sama seperti agregat kasar 5/15 , agregat kasar 10/25
didapatkan dari quarry diKabupaten Kupang,
d. Semen : Semen yang digunakan adalah semen yang di produksi oleh PT.Semen
Kupang mempunyai fungsi sebagai pengikat antar butiran dalam beton,
e. Air ; Air yang digunakan untuk campuran beton cair harus menggunakan air yang
bersih dan tidak boleh mengandung zat lain yang dapat membuat mutu dari beton
jelek, misalnya adalah minyak
f. Zat Additives : Zat additives berguna untuk mempercepat pematangan beton dan
juga menambah kuat tekan beton, zat additives yang digunakan adalah Retarder
dan Superplasticize Retader
74
Gambar 4 35.Besi Silinder
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
4. Beton Pracetak
Beton pracetak atau precast merupakan beton yang di pabrikasi di pabrik , cara
pembuatan beton pracetak hampir sama dengan cara pembuatan beton pada umumnya,
bedanya hasil beton pracetak memiliki ukuran dan mutu yang sama antara beton satu dengan
beton yang lainnya, karena beton pracetak menggunakan tulangan dan bekisting yang sama
antara satu dengan yang lainnya. Setelah beton selesai dibuat di pabrik maka beton siap
dikirm ke lapangan, penggunaan beton pracetak memiliki keuntungan dari segi waktu karena
praktis dalam proses pelaksanaanya dan akan mempersingkat waktu pekerjaan di lokasi
proyek, beton pracetak / precast pada proyek pembangunan jembatan Barate, adapun
beberapa beton precast yang di suplai adalah sebagai betikut :
No Precast Dimensi
Lebar atas = 80 cm
Lebar Bawah = 70 cm
Tinggi = 160 cm
1 Balok Girder
Tebal badan = 20 cm
Panjang = 600 cm
2 Diafragma Panjang = 80 cm
Lebar = 80 cm
75
Tebal = 10 cm
Panjang = 100 cm
Lebar = 75 cm
3 RC Plat
Tebal = 7 cm
76
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
a. Bekisting footing, pada bagian ini multiplex di potong sesuai dengan tinggi dari
footing, begitu juga dengan balok kayu yang digunakan sebagi main frame, antara
balok kayu dan multiplex di kuatkan dengan cara di paku, bagian yang diberi
bekisting adalah keliling dari footing tersebt.
b. Bekisting abuttment, pemotongan balok kayu dan juga multiplex di sesuaiakan
dengan desian yang telah di tentukan, pemotongan dan juga penyesuian bekisting
dengan dimensi abuttment dilakukan dilapangan, balok kayu digunakan sebagai
main frame pada bekisting tersebut, untuk lebih memperkuat bekisting digunakan
bambu sebagai penyangga, bambu ditumpukan di bagian balok kayu dan juga di
tanah.
77
Gambar 4 40.Pemasangan bekisting Abuttment
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
c. Bekisting Pilar, pada bagian ini barulah kayu dengan bentuk setengah lingkaran
digunakan, pilar pada jembatan berbentuk oval dengan tujuan agar arus sungai dapat
terpecah dan mengurangi kekuatan arus yang membentuk badan pilar, dikarenakan
jumlah kayu yang berbentuk setengah lingakaran terbatas pengerjaan pilar dilakukan
setiap ketinggian 2 meter, jika pilar sudah dilakukan pengecoran maka pembuatan
pilar bisa di teruskan. Pada bagian ini main frame menggunakan
balok kayu. Penyangga bekisting menggunakan bambu agar kuat menahan tekanan
yang ditimbulkan beton cair pada saat pengecoran,
d. Bekisting pier head, balok kayu dan juga multiplex dipotong sesuai dengan desian
yang sudah di tentukan, penyesuian dimensi ukuran dilakukan di lapangan.
Perkuatan antara multiplex dan juga balok kayu dilakukan dengan cara dipaku, pada
bagian bawah pier head disangga dengan bambu dan juga scaffolding agar lebih
kuat.
Tabel 4. 4.Dimensi Kayu, Multiplex dan Bambu
No Jenis Dimensi
Panjang = 300 cm
1 Balok Kayu Lebar = 5 cm
Tebal = 5 cm
Panjang = 150 cm
2 Multiplex Lebar = 100 cm
Tebal = 1 cm
Panjang = 400 cm
3 Bambu
Diameter = ± 10 cm
Sumber: Data teknis PT.Gajah Perkasa
78
Gambar 4 41.Balok Kayu
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
Gambar 4 43.Bambu
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
6. Baja Tulangan
Besi tulangan digunakan pada kontruksi beton untuk memberikan kekuatan tarik dan
tekan pada beton bertulang. Uji baja tulangan yang digunakan pada pembangunan Jembatan
Sendang menggunakan Standard Nasiaonal Indonesia ( SNI ) 07 – 2052 – 2002. Besi baja
digunakan pada penulangan pada jenis pekerjaan seperti bored pile, footing, abuttment, pilar
dan juga pada pekerjaan pier head. Mutu baja uang di gunakan untuk baja tulangan ulir
adalah U – 32, sedangkan mutu baja polos uang digunakan adalah P – 2
79
D 13 U – 32
D 25 U – 32
3 Abuttment D 16 U – 32
D 13 U – 32
D 25 U – 32
4 Pilar
D 16 U – 32
D 25 U – 32
5 Pier Head
D 19 U – 32
Sumber: Data teknis PT.Gajah Perkasa
8. Kawat Bendrat
80
Penggunaan kawat bendrat pada pembangunan Jembatan Sendang memiliki fungsi
untuk mengikat antar besi tulangan yang akan digunakan sebagai tulangan pada beton. Cara
mengaplikasikan kawat bendrat pada tulangan yaitu dengan cara melilitkanya di titik
pertemuan antara tulangan vertical dan tulangan horizontal lalu di puntir menggunakan tang,
potong bagian kawat bendrat yang terlalu panjang. Sebelumya kawat bendarat di potong –
potong sepanjang 30 cm untuk memudahkan pengaplikasianya pada tulangan.
9. Bahan Bakar
Bahan bakar digunakan untuk mengoperasikan alat berat yang digunakan untuk
melaksanakan proyek pembangunan Jembatan Sendang, alat berat yang digunakan antara lain
adalah excavator, boring machine dan juga mobile crane. Bahan bakar yang di gunakan
adalah solar.
81
Untuk bahan kontruksi yang dipilih adalah berdasarkan dengan spesifikasi
struktur yang akan dibangun, bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki
kualitas bagus. Pengujian beton dilakukan sebelum beton cair digunakan untuk
pengecoran pekerjaan dengan mengambil sample yang dimasukan kedalam kerucut
abrams kemudian ditarik dan diamati penurunan beton cair tersebut.
82
jam/hari untuk hari biasa dan biasanya dilakukan penambahan pekerjaan pada malam
hari untuk pekerjaan pengecoran .Untuk mejaga kinerja excavator agar tetap
maksimal setiap operator dibekali dengan keterampilan untuk memperbaikinya jika
terjadi kerusakan standart.
c. Pemilihan tenaga kerja
Pemilihan tenaga kerja dilakukan guna mendapatkan pekerja yang sesuai
dengan pekerjaan yang akan dikerjakan dilapangan, dalam pekerjaan pembangunan
Jembatan Barate para pekerja di awasi oleh seorang mandor yang di tunjuk oleh
kontraktor guna mengawasi pekerja dilapanagan.
83
tentu saja belum termasuk biaya lembur jika terjadi pengecoran pada malam hari, jika
terjadi pengecoran pada malam hari pasti ada penambahan biaya untuk biaya
persewaan alat ,biaya untuk solar dan juga upah lembur untuk operator. Untuk baiaya
satu bulan yang dikeluarkan adalah Rp 154.260.000
c. Tenaga kerja :
Jumlah pekerja yang berada dimpangan disesuaikan dengan pekerjaan yang
ada, dan juga kedatangan bahan di usahakn tidak mengalami ketelambatan karena
akan banyak pekerja yang menganggur hal ini berdampak pada pengeluaran biaya
yang percuma.
3. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu merupakan pengendalian yang dilakukan oleh penyedia jasa agar
pekerjaan yang berlangsung sesuai dengan progres yang telah disepakati. Pengendalian
proyek dilakukan dari proyek di mulai hingga proyek berakhir, patokan yang di gunakan
adalah time schedule . time schedule memiliki data mengenai urutan pelaksaan pekerjaan dan
juga kapan pekerjaan itu harus mulai lakukan dan kapan harus selesai, time schedule juga
juga memuat volume masing– masing pekerjaan pembangunan proyek Jembatan Barate.
Bentuk pengendalian proyek pembanguna Jembatan Barate sebagai berikut :
a. Untuk pengendalian bahan demi mempercepat beton pada proyek pembangunan
jembatan Barate beton cair dicampur dengan zat addictive berupa sika dan sikadur
732 zat ini berguna untuk mempercepat proses pengeringan pada beton cair.
b. Pengendalian waktu untuk alat, pemakaian alat berat pada proyek yaitu sesuai jam
kerja 8 jam/hari itu jika tidak terjadi penambahan waktu kerja , penambahan waktu
kerja untuk mengejar progress biasanya dilakukan rata-rata sekitar 3 jam setiap
lembur. Biaya persewaan alat akan menjadi lebih mahal yaitu menjadi Rp 3.850.000/
hari dan biaya solar juga otomatis akan bertambah menjadi Rp 1.776.500. Untuk
operator uang lembur yang di terima yaitu Rp 100.000 setiap melakukan pekerjaan
lembur. Dalam satu minggu rata – rata pekerjaan lembur dilakukan selama satu
kali.Jika dalam satu bulan terjadi 4 kali terjadi lembur menggunkan alat berat maka
biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan semula sejumlah Rp. 154.260.000 akan
menjadi bertambah menjadi Rp. 172.482.000 dalam satu bulan.
c. Pekerjaan proyek dimulai pada pukul 08.00 WITA dan selesai pada pukul 17.00
WITA dengan jam istirahan siang dilakukan pada pukul 12.00 WIB sampai pukul
13.00 WITA, dan juga dilaukan penambahan pekerja dan juga penambahan jam
lembur jika akan dilakukan pekerjaan lembur pada malam hari.
84
Gambar 4 51.Penambahan Waktu Kerja Pada Malam Hari
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)
85
I. Perhitungan Tinjaun Khusus
Perhitungan Volume
86
perhitungan jumlah kebutuhan multipleks
Volume footing abutmen : Luas Multipleks
= 52m3 : 2,9768 m2
= 17,468 lembar,
Dibulatkan menjadi 18 lembar
b. perhitungan kebutuhan multipleks untuk pekerjaan bekesting pengecoran badan
abutmen
Perhitungan volume badan abutmen
Diketahui :
P = 7,00m
L = 1,00m
T = 7,60m
Volume (V) :
=PxLxT
= 7,00m x 1,00m x 7,60m
= 53,2m3
perhitungan luas multipleks
Diketahui :
P = 2,44m
L = 1,22m
Luas :
=PxL
= 2,44m x 1,22m
= 2,9768 m2
perhitungan jumlah kebutuhan multipleks
Volume badan abutmen : Luas Multipleks
= 53,2 m3 : 2,9768 m2
= 17,871 lembar,
Dibulatkan menjadi 18 lembar
87
= 2,40m x 0,50m x 10,5m
= 12,6m3
Perhitungan Luas Multipleks
Diketahui :
P = 2,44m
L = 1,22m
Luas :
=PxL
= 2,44m x 1,22m
= 2,9768m2
Perhitungan Jumlah Kebutuhan Multipleks
Volume Sayap Abutmen : Luas Multipleks
= 12,6 m3 : 2,9768 m2
= 4,232 lembar,
Dibultakan menjadi 4 lembar
Karena pada Abutmen terdapat 2 sayap maka, jumlah multipleks yaitu
4 x 2 = 8 lembar
d. pengecoran kebutuhan untuk pekerjaan bekesting kepala abutmen
Perhitungan Volume Kepala Abutmen
Diketahui :
P = 7,00m
L = 1,60m
T = 2,89m
Volume (V) :
=PxLxT
= 7,00m x 1,60m x 2,89m
= 32,368m3
Perhitungan Luas Multipleks
Diketahui :
P = 2,44m
L = 1,22m
Luas =PxL
= 2,44m x 1,22m = 2,9768 m2
Perhitungan Jumlah Kebutuhan Multipleks
Volume Kepala Abutmen : Luas Multipleks
= 32,368 m3 : 2,9768 m2
= 10,87 lembar,
Dibulatkan menjadi 11 Lembar
Jadi, total banyaknya multipleks yang di gunakan pada pembuatan bekisting untuk
pengecoran satu buah Abutmen adalah :
18 + 18 + 8 + 11 = 55 Lembar
88
Karena, terdapat 2 buah abutmen Maka, Total abutmen dikali dua yaitu :
55 lembar x 2 = 110 lembar
3. Perhitungan penulangan
a. Kepala Abutmen
Pembesian perletakan/kepala abutmen
Kebutuhan baja tulangan
baja tulangan : Ø16-20
panjang arah X : 7,00m
panjang arah Y : 1,60m
Menghitung baja tulang arah X
7,00m : 0,20m = 35 Batang
Menghitung Baja Tulangan arah Y
1,60m : 0,20m = 8 x 2 = 16 Batang
15cm
40cm
15cm
620cm
89
= 165,06m
Total panjang keseluruhan tulangan untuk 2 perletakan adalah
= 165,06 x 2
= 330,12m
= 330m
Besi masukan/sengkang bagian dalam Ø 12-20
10cm 10cm
150cm
15cm
145cm
100Cm
15cm
90
Panjang besi tulangan = 145 +100 + 40 + 15 + 15
= 315 cm = 3,15 m
Jumlah besi tulangan = 28 buah
Volume = 3,15 x 28 x 1,5782m
= 139,19m
Total jumlah keseluruhan untuk 2 perletakan adalah
= 2x319,19
= 638,38 m
- 16-25
40cm
100cm
15cm 200cm
15ccm
620cm
15cm
91
= 6,5 m
Jumlah besi tulangan = 17 buah
Volume = 6,5 x 17 x 1,5782
= 174,39 m
Total jumlah keseluruhan untuk 2 perletakan adalah
= 2 x 174,39m
= 348,78m
- Besi masukan / sengkang bagian dalam 12
40cm
10cm
92
20cm
760cm
20cm
100cm
= 875 cm
= 8,75 m
= 1888,019 m
= 2 x 1888,019 m
= 3776,038 m
400cm
20cm
100cm
93
620 cm
15cm
= 650 cm
= 6,5 m
= 533,4316m
= 2 x 533,4316 m
= 1066,86 m
10cm
= 105 cm
= 1,05 m
= 99,55 m
= 2 x 99,55m
= 199,10 m
c. Footing Abutmen
Gambara footng abutmen
94
- Kebutuhan tulangan :
- Baja tulangan 25-20 = 2 lapis
- Panjang arah X =7m
- Panjang arah Y =5m
Menghitung tulangan arah X
5 : 0,25m = 20 batang
- Baja tulangan 25-20
85 cm
202 cm
20 cm
75cm
485 cm
95
= 1040,337 m
Total jumlah keseluruhan untuk 2 perletakan adalah
= 2 x 1040 m
= 2080m
- Arah memanjang 16-25
720 cm
15cm
82,5cm
720cm
= 915 cm
= 9,15m
= 288,8106m
= 2 x 288,8106m
= 755,6212 m
96
15cm
82,5 cm
= 4408,23m
312,82
- 12mm = = 26,068
12
= 27 staff
4408,23
- 16mm = = 367,3525
12
= 367 staff
896,09093
- 25mm = = 746,92
12
= 747 staff
97
Tabel: Daftar kebutuhan besi pekerjaan struktur abutmen jembatan Barate
I 0,85m
1,90m
II
III 0,50
IV 0,50m
V 7,60m
VI 0,30m
98
VII 0,90m
0,10 m ¿
5,00m
0,85 m
0,30m
Dietahui :
P = 7,00m
L = 0,30m
T = 0,85m
Volume (V) :
=PxLxT
= 7,00m x 0,30m x 0,85m
= 1,61925m3
b. Volume Bidang II
1,05m
0,50m
Diketahui :
P = 7,00m
L = 0,50m
99
T = 1,05m
Volume (V) :
=PxLxT
= 3,675m3
0.50 m
Diketahui :
P = 7,00m
L = 1,60m
T = 0,50m
Volume (V) :
=PxLxT
= 7,00m x 1,60m x 0,50m
= 5,60m3
0,50m
1,00m
Diketahui :
P = 7,00m
L = 1,60m + 1,00m
T = 0,50m
Volume (V) :
1
= ( Jumlah sisi-sisi sejajar) x t x p
2
1
= ( 1,00m + 1,60m) x 0,50m x 7,00m
2
1
= ( 8,255) m3
2
100
= 4,1275 m3
e. Volume Bidang V
1,00m
7,60m
Diketahui :
P = 7,00m
L = 1,00m
T = 7,60m
Volume (V) :
=PxLxT
= 7,00m x 1,00m x 7,60m
= 53,2m3
f. Volume Bidang VI
1,00m
0,30
5,00m
Diketahui :
P = 7,00m
L = ( 1,00m + 5,00m)
T = 0,30m
Volume (V) :
1
= ( Jumlah sisi-sisi sejajar) x t x p
2
1
= ( 1,00m + 5,00m ) x 0,30m x 7,00m
2
101
1
= ( 6,00m ) x 2,1 m2
2
1
= x 12,6m3
2
= 6,3m3
8,00m
5,00m
Dietahui :
P = 8,00m
L = 5,00m
T = 0,90m
Volume (V) :
=PxLxT
= 36,00m3
- 0,82m3 kelikir
- 0,54 m3 Pasir
- 6,8 zak semen
102
BAHAN
I + II + III + IV + V + VII +
VII
= 3,675 :
= 3,675 : 0,82 = 3,675 x 6,8 = 207
0,54
m3
II 3,675 m3 = 4,48 = 24,99
= 6,8055
= 5 m3 = 25 zak
= 7 m3
= 5,60 :
= 5,60 : 0,82 = 5,60 x 6,8
0,54
III 5,60 m3 = 6,82 = 38,08
= 10,370
= 7 m3 = 38 zak
= 11 m3
= = 4,1275 : = 4,1275 x
4,1275:054 0,82 6,8
IV 4,1275 m3
= 7,6435 = 5,03 = 28,06
= 8 m3 = 5 m3 = 28 zak
= 12 m3 = 8 m3 = 43 zak
= 110,52175 m3
Karena abutmen pada jembatan barate sebanyak 2 buah, maka total volume abutmen
dikalikan dua =
Total volume abutmen = 110,52175 m3 x 2
= 221,04350 m3
Karena abutmen pada jembantan barate sebanyak dua buah, maka total volume
kebutuhan bahan dikalikan dua =
- Pasir = 207 m3 x 2
= 414 m3
- Kelikir = 136 m3 x 2
= 272 m3
- Semen = 752 m3 x 2
= 1504 zak
104