$*
'#
i:e'
sl
:,*
_qL ;'L
h*+ *
'rsn
; {l*
s*g
rl
'l&
l1 ;
Pendahuluan
(Fbi'
#,1 hitt
(_; "fi,ti
t. )
L
I
o."6q,nrv"r" ,ou. J
a abeLe^
Dasar-dasarendokrin Pendahuluan
(b) hormon penstimulasi folikel (follicle-stimulating Ovarium merupakan kelenjar reproduksi utama wanita dan
hormone, FSH) memacu spermatogenesis pada pria dan memproduksi:
maturasi folikel ovarium pada wanita; 1 estrogen, yang mengatur fungsi reproduksi dan karakteristik
(c) hormon luteinisasi (luteinizing hormone, LH) memacu seksual sekunder:
sintesis testosteron pada pria dan menyebabkan rupturnya 2 progesteron, yang menstimulasi vaskularisasieidometrium
folikel ovarium serta ovulasi pada wanita; serta mempertahankan kehamilan;
(d) prolaktin (PRL) memacu laktasi dan mungkin memiliki 3 relaksin, polipeptida yang juga ditemukan pada plasenta
peran imunomodulasi pada wanita yang tidak menyusui dan dan uterus, yang mungkin berperan penting dalam persalinan
pada pria; dengan melunakkan serviks serta merelaksasi ligamen pelvis;
(e) tirotropin (thyroid-stimulating hormone, TSH) memacu 4 inhibin, yang menghambat produksi FSH.
produksi dan pelepasan hormon tiroid dari kelenjar tiroid; Plasenta merupakan organ kehamilan yang melayani fetus
(f; hormon pertumbuhan fiuga disebut somatotropin; GH) yang sedang berkembang. Hormon yang diproduksi oleh
memacu pertumbuhan otot dan skelet. plasenta termasuk:
2 posterior: I chorionic gonadotrophin (CG; hCG; h = human) yang
(a) oksitosin menyebabkan keluarnya air susu dan kontraksi mempertahankan sintesis progesteron plasenta;
uterus saat persalinan; 2 laktogen plasenta Qtlacental lactogen, PL);
(b) vasopresin (antidiuretic hormone, ADH) memacu 3 estriol, bentuk utama estrogen yang disekresi oleh
reabsorpsi air dari tubulus ginjal. plasenta;
Kelenjar tiroid pada manusia terletak tepat di depan trakea. 4 progesteron, yang mempeftahankanorgan-organ reproduksi
Sel-sel yang memproduksi hormon tiroid tersusun dalam folikel- dalam kehamilan;
folikel, dan mengkonsentrasikan iodin yang digunakan untuk 5 relaksin.
sintesis hormon tiroid. Hormon yang bersirkulasi adalah tiroksin Testis merupakan kelenjar reproduksi utama pria yang
(T/ dan tri'iodotironin (T3). Kelenjar paratiroid menempel memproduksi:
pada tiroid dan memproduksi hormon paratiroid (parathormon; I testosteron yang mengontrol fungsi reproduksi dan
PTH). PTH penting dalam pengontrolan metabolisme kalsium
karakteristik seksual sekunder;
dan fosfat. Sel-sel parafolikular terletak dalam tiroid, tersebar
2 inhibin, yang menghambat sekresi FSH;
di antara folikel. Sel-sel ini memproduksi kalsitonin, yang 3 Miillerian inhibiting hormone (MIH), hormon fetal yang
menghambat resorpsi kalsium tulang.
membuat duktus Miillerii mengalami dediferensiasi.
Kelenjar adrenal terletak tepat di atas ginjal dan tersusun
Traktus gastrointestinal (GIT) merupakan organ endokrin
atas satu lapisan luar, atau korleks, serta satu lapisan dalam,
terbesar dan memproduksi beberapa hormon autokrin, parakrin,
atau medula (suatu ganglion termodifikasi). Hormon yang
dan endokrin termasuk:
diproduksi adalah:
1. korteks: 1 kolesistokinin (cholecystokinin, CCK);
(a) glukokortikoid, terutama kortisol pada manusia. yang 2 peptida inhibitorik gaster (gasrric inhibitory peptide
(GIP);
terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan dalam respons
terhadap stres;
3 gastrin;
(b) mineralokortikoid; terutama aldosteron, mengontrol 4 neurotensin;
keseimbangan elektrolit;
5 sekretin;
(c) androgen, terutama testosteron, dehidroepiandro- 6 substansi P;
stenedion sulfat (DHEAS), serta l7-hidroksiprogesteron. 7 vasoactive intestinal peptide (YIP).
memodulasi karakteristik seksual sekunder dan memiliki Adiposit memproduksi hormon peptida leptin yang penting
efek anabolik. dalam pengontrolan makan dan penggunaan energi.
2 medula: Ginjal memproduksi hormon-hormon yang terlibat dalam
(a) epinefrin memodulasi respons kardiovaskular dan pengontrolan tekanan darah dan eritropoeisis. Renin membelah
respons metabolik terhadap stres; angiotensinogen menjadi angiotensin I di dalam ginjal dan
(b) norepinefrin, terutama merupakan neurotransmiter pada plasma. Eritropoietin menstimulasi produksi sei-sel darah
sistem saraf simpatis perifer; merah dalam sumsum tulang.
(c) dopamin, neurotransmiter pada sistem saraf otonom. Kulit, hati, dan ginjal memproduksi vitamin D yang
Pankreas endokrin terdiri dari sel-sel islet yang tersebar pada memiliki fungsi endokrin tefientu.
pankreas eksokrin yang lebih besar, yang terletak di posterior Jantung memproduksi peptida natriuretik atrium (atrial
abdomen bagian atas. ('Eksokrin'berarti kelenjar yang memiliki natr i wr e t i c p ep t i d e). Elemen-elemen darah yang bersirkulasi,
saluran, tidak dibahas dalam buku ini.) Pankreas endokrin termasuk makrofag, memproduksi peptida seperti sitokin, yang
mengekskresikan: terlibat dalam fungsi imun.
1 insulin, yang mengatur metabolisme glukosa dan lipid; Kelenjar pineal terletak dalam otak dan terlibat dalam
2 glukagon, hormon kontraregulator terhadap insulin yang irama, misalnya irama reproduksi hewan yang berkembang
meningkatkan glukosa darah; biak menurut musim. Perannya pada manusia belum diketahui
3 somatostatin, yang mengatur motilitas gastrointestinal; dengan pasti. Kelenjar pineal memproduksi melatonin.
4 polipeptida pankreas, yang mengatur sekresi gastro- Pembaca harus menyadari bahwa hormon-hormon endokrin
intestinal. putatif masih dilaporkan saat penulisan buku ini.
r:_
AuLokrin
Itvl .,-+
-
Sinaoq
Difusi asnosis
Membran
semiperrneabel
'agjl tr-l
Neuron
,..
Fankrin
ii"
:f"@li
_- L----..J,i
,ft
'ar
{Nc rror
ri.
lleuroendokrin i,jl,.-
lI
t++ _
3el
larqeL
Tra n o p a r te rfa 5 i ita o i
I franspor akLif
K+ Na+ g126,
n=-,1 ar
Endokrin Ruang e,ketrraee u
o
A rzn Aarah
'2h
=ffi ryr\ry
I\t tll
I t ekgtraseular
;rss6o@
N-f
I I
@,car@s€
\{,F +
* -{$^^-€
\Jt4 *' Sttoolacma
-\ffi
Al
-
ll K+ Na+
Cairan ekaLraaelJar
\AodulaEi
presinaplik
Nd rrl ol oq..or a
: ( A"roo";o;;- 'e\
. __,,_,? | r"or.
't
6i | -----
NeuroLralt'mtter p \er ro rat tait er
:-, (d) ?engikaian hormon oleh plasma
l)ormon ?ralafi
(bebae) plaema
\,4etabolieme,
&
JarlnqanLargef,
Klasifikasi hormon-hormon endokrin saraf (neuron) yang melepaskan homon ini dekat dengan sel
Hormon merupakan penyampai pesan (izessenger) kimiawi. target (parakrin), atau melepaskannya ke dalam aliran darah
Hormon dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara (Gambar yang kemudian akan membawanya ke sel target, contohnya
2a1: dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui sistem
I Autokrin: bekerja pada sel yang mensintesis hormon itu portal.
sendiri; contohnya, insulin-like growth factor (lGF-|) yang 5 Neural: ini merupakan neurotransmisi, ketika suatu zat
menstimulasi pembelahan sel di dalam sel yang memproduksi kimia dilepaskan oleh satu neuron dan bekerja pada neuron
hormon tersehut. di sampingnya (Gambar 2b).Zat-zat kimia ini disebut sebagai
2 Parakrin: bekerja pada sel-sel di sekitarnya. Contohnya neurotransmiter. Neurotransmiter memproduksi efek yang
adalah insulin, yang disekresikan oleh sel pankreatik p dan hampir seketika, contohnya adalah asetilkolin, sementara
memengaruhi sekresi glukagon oleh sel pankreatik cr. beberapa zat kimia lain memiliki onset yang lebih lambat namun
3 Endokrin: bekerja pada sel atau organ yang menjadi merniliki efek yang lebih lama pada organ target, yang disebut
tujuannya saat dibawa melalui aliran darah atau melalui sistem sebagai neuromodulator, contohnya beberapa opioid.
saluran cairan lainnya misalnya saluran limf. Contohnya adalah 6 Transmisi feromonal merupakan pelepasan hormon volatil
insulin, estradiol, dan kortisol. yang disebut feromon, ke atmosfer, di mana hormon ini
4 Neuroendokrin: sebetulnya merupakan parakrin atau ditransmisikan ke individu lain dan dikenali sebagai sinyal
endokrin, kecuali bahwa hormon ini disintesis dalam sel olfaktorius.
i3l;fl|H,
@n
Ke.e?tor HIE
I
o
vi
lon l:
+
I
I
rol
Nukleue
Fosforilasr
I, Rl
ae?a ari^aqi ?roteln
atau I
+
hiperpolarlsast
oa
J-___T___-_]
ae) a1 Teel oi
ResVone eelular
+ \al. r",
ra5Iol)a5r
retabo I
Respons eelular
i
I
?rotein rairn +
I
: Y
K"sponsselular il
Tip, Reae?tar yanqterhubunq R.eae?tar yanqberpasanqan AenAan ?ratein G Resepl,or yang Reseqlor eLerotd
reeeptar denqank.anal(ionoLropik) (melabol,ropik\1 1;erhub un q den gan kinaee
f)ormon
17z
lntraaelular Oiaatlqlieerol (DAG)
SNtmulasi nh)bb)
I
Retikulum endoplasma
.as..aroa.o@
a +aaaaattO-
.!.,?.,i,e,,.,. ,,,a,Si, !,,,t .
*
lo
Kalmodulin + Ca2+
lo
+
Ca\/ klnaee
mRNA
J
)inte.to ?ralein
Reeepl;orqlukokori:ikoid E IZ
ReseVl,or androgen
Trol,ein
Res epI,or p r o qesf,e r a n
1
mRNA Reoeryor eslraqen
Domainpenqikat-aNA
E
fll-Domatn
LlI Nomor-nomor Iain Vada blok
(b) Heat shock protein dan zinc finqer at-hormon memberikan ?eroentaoe
Wm lpenorl
6HHJ- h om ol o qi a ekuens den gan
9Ieroid re s e pI; o r gl ukoko rLikoi d
ff,S'R
iFrsP:90fl
i',-.... H ---)
Gffi}
!'::::i::tt:::fJ (d) Mekanismekerja eetrogen dan antagonienya
Eel,roqen a J Antagonls
Reseplor
,"t*rr"t
l
eet ?oqen
-*j**\
I
YY\
D'n"'toaEl l \
w*;TX;::'ffi
konforn..i * - -
I
I r"rruklaran
* ,"u"ptor?
/
)Iruktur resepf,or
l^"^ERE_l
I
I
v
ReeponsterhadaV
Regto estrogenl,idak ada
penqikal;-DNA Regio a1,au abnormal
penqikal;-sLeroid
Makroadenoma hipofreie yang lidak b ertungei yanq muncul dengan def ek lapanq
Mikr o adenom a kelenjar hip ofi ei s pand,ang. Tumor eebesar 2 cm menggeser kiasma oplikum ke kanan diseriai
d,eng an p erlu as an supr as ellar
VanNrikel
laieral
Venlrikelketi\a
Kiaama
opui.u* {Q
Makro-
ad.enoma
ArI:,erl hipoltais
karolid
ififerna
H golalamus T,eaeeua
ou?rao?tikr5
Tangkathpofieie venl,rike) ke,Liqa
- Kiasma
?oaterior
Nu kleus
eupraoVlikue
- venlrcrne)ialis
Krasffia
Korpus
opllkum
rYam ario
Nu kLeua
arkualus
Aderoh:petlsis L Neurohipofisis
(c) Sief,em sekretorik rnaqnoselular- Volon qan eaqila J,
DNA
1 Nukleus liililffiiliEii3l <eoio penskode Transkripsi
mRNA
2 Ribosom e&&.-r.t J .t
lranslasi
'*I
?embelahan
I
3 Rerir:tun.endoptasna Cill;::-J- |
+
?reprohormon
-+F) <--------..]
I ?"mb"lnhnn
+
?rohormon
4AparatusGolqi @@ffi <_ I
{ Tembelahan
Hormon ?engemasan
bGranut @@@@ Glikosilasi
^'
--l
Q) 9;:;imr:hhsekresi ---l
(a) 5 u alu kartu ter api 5terci d (b) Mekaniome umpan b alik
t 9elalu bawa kart) ini dan luniukkan kepada eiaVa saja yang menqobaNi
'"'"" '
f)ormon 2
".'"'-
Anda (misalnya dokter, ?erawat,,farmazi, al,au Aokter qiqi). Aelama eatu I 1
lahun selelah ?enqhenlian obal, Anda harus menyebulkan bahwa Anda
se. tah n-nqq.t.kat ELe-o o.
ll
,
l/l i
t/l
ttti
IH.l\
Ir
| .6)
-t ! Htpofrsts
enreriar
ll\rA n A
I /"\ /^\
A
.'
IJ \\
\\
,
I
,
I
i
I o A r\ajcfltlt tat4n\).
\ " I ,, aln)o riroid.
\\+ * v
i
GTRH
lttt
M Hipotalanug CRH TRH DA GHRH gomatosl,atin
f- I
no.'on
I pe eVae
l. It
\
l.\
lL
I
I
lttt
IH/73H PRL
$Y::!;;
ltl-_] O
ACTH T9H GH
| ,o,^on I
I
ftrord
lt
Kelenjar mammae lali,tulanq
adrenal
T RH: ThyroLrophi n - rel ea si n q ho rmone CRI: Co rl,icotrophin -relea si ng1 h o rm o n e LH. Luteinizinq hormone I
GlRl. Grow\h hormone-releasin7 hormone ACI|: Ad renocort icoLro phic ho rmone Tgl.Thyrotl-sthubl,hyhormone i
l
(aJ Siklus sel serla hormon ?ertumbuhan dan taklor perlumbuhan yanq terkail
+
Sintesio ?raf,eln de navo Kaskade
reakst
intraselular
Skenario klinis fase M. Sel-sel baru ini dapat tetap di Gn (misalnya neuron,
Tumor yang mensekresikan IGF-I dan IGF-2 telah ditemukan sel otot), atau memasuki G, untuk mengulangi siklus. Sel-
pada manusia. Tumor-tumor ini sangat jarangl Tumor ini sel tumor dapat tetap pada Go sebelum kembali memasuki
merupakan bagian dari kelompok tumor neuroendokrin, G,. Faktor pertumbuhan dan hormon bekerja pada fase-fase
yang paling sering adalah karsinoid. Pasien dengan tumor spesifik siklus sel.
neuroendokrin dapat datang dengan episode hipoglikemik berat
dan konfirmasi adanya hipoglikemia pada pasien non-diabetik Faktor pertumbuhan
harus selalu dilakukan. Tumor primer mungkin sulit dilokalisasi Faktor pertumbuhan seperti insulin atau insuline-like growth-
dan pasien membutuhkan terapi spesialis dari tim yang terdiri factor (lGF-l, IGF-2). IGF-1 dan IGF-2 memediasi kerja
dari ahli endokrinologi, ahli bedah, dan ahli onkologi. hormon pertumbuhan dan memiliki efek metabolik penting lain.
GH menyebabkan pelepasan IGF-1 dan IGF-2 dari hati, meski
Pertumbuhan dan proliferasi selular IGF-1 adalah yang paling tergantung GH. Keduanya bersirkulasi
Siklus sel dalam plasma terikat pada protein yang dikenal sebagai protein
Fase pertumbuhan adalah G,, yang mempersiapkan sel untfk pengikat IGF (IGF-binding protein, IGF-BP), dengan 6 tipe
fase sintesis S, dan selama waktu tersebut terjadi duplikasi spesilik yang sudah dikenali. Respons seluiar terhadap IGF
DNA (Gambar 8a). Sel membelah menjadi dua sel anak pada dimediasi oleh reseptor IGF spesifik yang serupa namun
lnieksi Gll
(C, 1 -O,3 n1q/ k1l minqqr')
Terawakan perdek
Vlaiahlampak
)maLur
Ke1emukan Gambaran
scnlra narffi2
Ma55a otat
berkuran,4
I eraVi ho r rn o n p erLumb uh an
(c) Grafikpertumbuhan
Gaqallumbuh,
walah khas
Perawakan pendek pada anak-anak merupakan keluhan yang Kisaran yang yang Kehamilan
Kisaran
sering terjadi. Kebanyakan anak yang pendek tidak mempunyai Usia diharapkan Usia diharapkan ganda
kelainan yang dapat diidentifikasi sehingga perlu dilakukan gestasi (ng/ml) gestasi (ng/ml-) (itg/ml)
pengukuran tinggi badan berkala yang akurat dan penghitungan 1.2 0,3-1,0 2,1 16 318
kecepatan pefiumbuhan. Perawakan pendek dapat disebabkan oleh 13 0,3 1, r
1/ i< t a_17 320
14 0,4-1,6 26 2l 3,0- 18 I a1
berbagai hal, mulai dari faktor nutrisi dan psikososial, sampai
15 \,04,4 28 29 1 )-rn /1a
gangguan endokrin dan sindrom dismorfik genetik.
16 1,4-6,5 30-3 1 3,6 22 525
Defi siensi horrhon perlumbuhan (growt h hormone deJiciency, 1'7 1,5-6,6 J l--l -J 4,6 23 639
GHD; Gambar 9a) dapat disebabkan oleh berbagai hal yang 18 1,6-8,5 34-35 5,r 25 1,39
berhubungan dengan defek kongenital struktur garis tengah 19 1,9 11 36 31 1 )_)A 9-38
hipotalamus dan hipofisis, lesi akibat trauma perinatal atau infeksi 20 2,1 13 38-39 ,6-J /
/ 13-40
sistem saraf pusat, tumor primer dan sekunder pada hipotalamus
21 2,6,14 1042 8,0-39
dan hipofisis, hipoflsitis autoimun, dan pascaradiasi kepala.
Pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui (GHD Tabel 9.2 Kadar estriol dalam kehamilan (sindrom Down)
'idiopatik'; Gambar 9b). Anak dengan GHD datang dengan
gagal tumbuh dan gambaran khas yang berkaitan dengan efek Usia Median Median
gestasi" (nmol/L) (ng/mL)
GH pada komposisi tulang dan tubuh. Tampilan muka terlihat
tidak dewasa dengan depresi zona sentral dan dahi menonjol l-5 19 5,34 1,54
yang merupakan efek kekurangan GH pada maturasi tulang 16 108 1,tr 2,05
I1 311 8.91 ) <7
tengkorak. Anak dengan GHD mengalami penurunan massa otot
ilt r62 10,68 3,08
dan peningkatan deposit lemak sentral akibat kurangnya efek 1so
19 14 12,4s
metabolik GH. Jika tidak diterapi, mereka hanya akan mencapai 20 22 l/ )( 4,|.
65-70Va dari tinggi badan masa dewasa yang diprediksikan dan 21 l6 16,0 r 4,62
hal ini dapat diatasi dengan terapi pengganti GH sedini mungkin
"Usia gestasi 15 minggu berarti 14 minggu + x hari (x < 7); nilai diambil
(Gambar 9a). dengan ultrasonografi. N: jumlah observasi.
Pertumbuhan normal
Pertumbuhan prenatal keluarga. Higiene buruk, kemiskinan, dan malnutrisi menghambat
Laju pertumbuhan merupakan indeks perkembangan fisik pertumbuhan sebelum dan sesudah kelahiran. Merokok,
penyalahgunaan alkohol, dan obat-obatan berdampak buruk pada
dan mental yang informatif, baik prenatal maupun postnatal.
janin dan anak yang sedang tumbuh. Malnutrisi berkaitan dengan
Pertumbuhan dan perkembangan intrauterin yang normal
beberapa efek simpang sistem endokrin, antara lain berkurangnya
bergantung pada asupan makanan dan keadaan kesehatan ibu
konsentrasi IGF-1 yang bersirkulasi, berkurangnya reseptor GH,
dan dihambat oleh asupan alkohol dan perilaku merokok ibu.
dan defek reseptor post-GH yang disertai peningkatan GH serum
Pengaruh endokrin pada pertumbuhan dan perkembangan
yang sudah dapat diperkirakan.
intrauterin belum dapat dijelaskan.
Setiap bentuk penyakit kronik, terutama yang berkaitan
Estriol takterkonjugasi maternal yang bersirkulasi me-
dengan malabsorpsi, seperti penyakit seliaka atau penyakit radang
rupakan indeks pertumbuhan janin normal yang penting. Fungsi
usus, dapat mengganggu pertumbuhan dan harus disingkirkan
estriol belum diketahui sepenuhnya namun hormon ini diketahui
sebelum menyarankan seorang anak menjalani pemeriksaan
diproduksi oleh plasenta dari prekursor steroid yang berasal dari
endokrin yang panjang untuk perawakan pendeknya.
janin dan ibu. Tabel 9.i menunjukkan jumlah yang diharapkan
Hormon endokrin bersifat esensial bagi pertumbuhan
selama kehamilan. Jumlah yang berkurang dapat menunjukkan
postnatal. Hormon pertumbuhari (GH) mengeluarkan efeknya
kemungkinan pertumbuhan janin terhambat atau sindrom Down
secara langsung melalui perantara insulin-like growth .factor.
(Tabel 9.2).
Gangguan sintesis, sekresi, atau kerja GH dapat berasal dari
hipotalamus, kelenjar hipofisis, pada lokasi produksi IGF-1,
Pertumbuhan postnatal atau pada organ target hormon. Oleh karena itu, kelainan GH
Pertumbuhan tinggi dan berat postnatal dinilai berdasarkan pada anak dapat muncul diserlai dengan rendahnya atau tidak
kurva pertumbuhan yang telah distandardisasi (Gambar 9c). adanya konsentrasi GH yang bersirkulasi (seperti pada defisiensi
Laju pertumbuhan tertinggi adalah selama perkembangan janin GH idiopatik), atau dengan peningkatan kadar GH seperti yang
dan sesaat setelah kelahiran. Terdapat lonjakan pertumbuhan terlihat pada kelainan reseptor GH pada sindrom Laron.
pada anak laki-laki dan perempuan antara 6% dan 7 tahun, Hormon tiroid bersifat esensial bagi perkembangan normal
diikuti dengan plateau (fase mendatar) dan kemudian lonjakan intrauterin dan postnatal; defisiensi tiroid padajanin menyebabkan
pertumbuhan pubertas yang tajam. Pertumbuhan berkurang kelainan mental dan keterlambatan perkembangan, sedangkan
saat terjadi fusi epifisis tulang panjang oleh steroid seks, yang hipotiroidisme yang didapat postnatal menghambat pertumbuhan
menandakan telah lengkapnya pertumbuhan dan maturasi. namun biasanya tidak memengaruhi perkembangan mental. Terapi
Pertumbuhan normal dipengaruhi oleh faktor genetik, glukokortikoid berlebihan pada masa anak-anak juga dapat
sosioekonomi, dan nutrisi, serta penyakit kronik. Terdapat korelasi mengganggu pertumbuhan. Steroid seks gonad bersifat esensial
antara tinggi orangtua dan tinggi anak yang bersifat terkait bagi lonjakan pertumbuhan pubertas yang normal, dan individu
jenis kelamin. Korelasi antara panjang lahir, Iaju pertumbuhan, dengan keterlambatan pubertas bisa datang dengan perawakan
dan tinggi badan akhir tercatat dengan jelas pada beberapa pendek sefta keterlambatan perkembangan.
NHz Trolaktin
?ralaktin Hormonpertumbuhan
I
Hormon LakNoqen
perLumbuhan plaeenta
I
I
v Y
lletaboltErne Tranekripei
(b) Kerja ho rmo n p e rlumb uh a n g)ukosa
Kerja direk danindirek N ukleue
9fN giqnal traneducer and activaLor of Lranocripltion
arkuatus
lRg lnoulin recepl:ar gub6t ral;e
, Ad;p"t,t-l
t'pot'gts
I I
[il]
I
F"n;^raK";-*;4
| 5rte,. ll Lipoisis ll?e tvrbvlan-uanal
J
Gliserol, aeam
l::*yJ lemakbebas
IGF-1
(a) G amb ar an klinis akr om eg ali (c) tangan pada akromegali dibandingkan
d en g an I, an g an nor m al (te n g ah)
Teninqkalar )tpalar
gupnatbtla 9akt1;kepa a
Tembeaaran bibir
lKerin4at
dan hiduna
| )l )ran ltaAn Kardtomeqali
Gigt y ang b erjarak )eb ar
TroqnaIi.rne HiperLensi
Iiromeqali Dtabe,Iee
?araslesia
(d) Giqi denqan jaraklebar pada pasien
I Ut ufrn + sinb,rom
akromeqali
Lanqan terawonqar
karVal
Artropalt
t Ukuran kaki
tinqqi
Agonie alfa I
I
Trsnclaq
Y
LCIU"---WF
W NH
o
Aanqun Iid,ur
Hormon Veiumbuhan
Efel Verlumbuhar
(a) ?asien dengan goi'f,er mull,inodular besar (c) Sintesis hormon lircid
Koloid
/\\
/^
(e) Metabolismetiroid
M--r--
Liroid
Ttaemal*vl
AI i;+";r.ll
(d) Hormontiroid
llNHz
,x\ /=\
-ro <( )tr o {( )FcH, - c - coo-
|
-Tt
@eb4a---------->V",kA I,
\Y LY IH
r3
<
I
otluqa,'iT t/T oVaoa Lai'an e.n?edL
lro'0,
ttNHz I
J
,^\ ,^.
r0 -1( .)) o (( )l-c.. -c
ij'in
\-,/ \-,/ -coaH
ttH oaturancerna M
T1
"
ffi"u"u
(a) G amb aran klinis hipoliroidiome (b) Konirol umpan balik hormon liroid
pada relekstendon v
(c) Kontrol hormon tiroid (d) Kerja hormon tiroid pada mamalia
Hipotalamus alak
b,:
/6 N! M '
TRH I
+
i
I\Aenolimulagi
perilaku
nakan
@
Hlqolsis
+ ?ertumbuhan (dengan GH)
.---+ Karol,en -rilamin A
Hipofisis +
\,/ + Absorpsi qlukoea di uEus
\r/
:+,iH\
(jnd
++
-iQry
rA"! Umpan balik d) - -'> LaJu rretabolik
neqabf - >Konsumstoksiqen
T3 13H ] rz ', T7A,
i
Ierhadap
+ rekuenai deny ut ianf,L)n
r4 *.+.
troLl
T^ pelepasan F q
r9l
I :
'; Olikogenhatt
'un
Normal
ffi
9ekresilRl
J
Tiroid Ko eslerolplasma
: Liroid .. peroksldase
rendah
M ,-- Teninqkatan
koneumsi okstqen
: dan sinl;esis lI?
TRArr'eretlmulasi : Tenyakit :.. Tenyakil, Ganqquan l1 di mif,okondrla 1,
VelepasanT)ll : autoimun :, auloimun hipol;alamus Trolein
T)Hmenslimulasi':Anl.lbodl : Anlibodl TelepasanI9ll plasma
I
?ee?)oa:e^e?tor-54 ?erLea' 1 'oii danhormon rmoqeneaig
harmontiraia menelimulasi , yrtenqhambal I ltroid, rend,ah
Horrnanliroid : Velepasan : pelepaaan
t
l
Tiroloksikosis ?enyakil,Graves
(apaVun Venyebabnya) Semua dibaqianktri
dtlambah d,engar:
Mudah tersinggung,
ernaai lebj EksolE almos, ?
r o?t ooie,
keffi oeiz, r etr aksi kelo p ak
Takikardia, AF,
n:ata, VaVlled,en:a
karaiaffiiapaL
GaiIe( affielri1
5030E
diits
ITD Eialollk.
Al ropachiliroid
OeNeoVorosie
SeraI badan {/
naleu makan I
Zrilema palmar
f remor
Oiare
Serkertngat dan
Ltdaktahan panas
Mikeedema
liperrefrel s a
prelibial
Mtksedema pretlbial
Edema periorbil;al,
eksoltalfios, Kelumpuhan
?ra?Looia,kernaoio nervue VI kiri
Zona qlonerulosa
Ho, Ho
fw*k* I
(,,/:\ ,Fc-c-nr
HHH
Hol_ltsc-c-NH
IHH
Kapeul L_/ H I
i
I
Menoekreoiterularna liF-
Adrena qlukoko*ikotd
I
Medula
CAAH c00a HH
jI ;"k,e" --]', Tlrosin p
-------->
Dopa Epinetrin
eVinefrin dar
I
I nore?inefnn
1 f enilalanin hidroketlase
]
Venamedularie 2 liroeinhidrokellase
() an qkah pe mb ata s-l aju)
(c) Kat.ab oli om e kat ekolamin 3 as arn r- ar om atik d ekarb oksil a a e
4 dop amtn beLa-hidroksllaee
|0, HO Ho,- Hg o Hor Ho 5 feniletanolamin
):\ IHH -------->
\,4A0 ,/-\ | IHH
(t\,lAO- HO< >C-C-N-CH3
H0< ,Fc-c-Nl rj!Fu-u-J- "
N- melllLraneferase (PN MT)
\----7 H H \___/ H H
Norepinefrin Aa am 3,4 - dihi dr oksim an del al EVinefrin
+ *
H3CO, ta H3CO,
HH HO
R0{\_---7
,lc-c-Nr R Glukoromda alau sulf aI; R0< H!
H H
\--J/tsc-c-N-cH3
H H
ATP---------------- cAM?
"' "---,rotein
Ha1,i
Otat
,ro)rn otnuu,,nro"t' i kinase aktif lemak
Kelenjar adrenal terletak tepat di atas ginjal (Gambar 15a) Jantung dan
Laju l3-1
dan dapat dibagi secara anatomis dan fungsional menjadi kekuatan I
Vas deferens )
",ce/-
ooteoporosio
Ganqquan llperLensi
l,oleransi glukosa ?reqnenolon -H drokaigregnenolon
1 7 1 7 -Hi dr oksiV ro qe sleron
alau dlabelee 0besitae senl:ral
7Lriae unqu <ulitti?i7,
di abdamen cH20t cHz)H
mudah memar
I
I I I
Nyeri C:O C:O c:a
l,4en51,rua.i tiAak
LeraLur
Via?ali
d - prokeima)
Disfunqsi erekai
(b) ?e ny eb ab ain dro m Cu shin q (d\ Mekanieme kerja genomik pada korf,isol
+ Steroid
:CR.H
,J
Korliaol ll KorEteol ll
(2) Tumor adrenal (3) llipe r gl asia adrena
++
CRH
-l
@G "".riu q'r;,o;i" "
I ati) ?.oteirirh:op
ivl ]
Koriieol ft
(4) Iumor hpofisis (5) Sekred ACTI ekloptk
.---------* it'ii4oiaiamL's
5rl- A,
I r- /6 KH
re1- | \a.6ABA
afirtla^i |I lrelqlarbaf
qelepaoat I I ?ee?a5ar
IJ
I-' :f H'oofiei "
& o''"'n'
|
Oukol-ortikoid
I Oarn
tll+@
la
L- f&*ltr
ffi r""r"
IA('tcru)r
I|
a/reral Relikulum \-/
e.'doptae'na
r/ a'
Kortikotro?
hipolsis
anLeriot
/'\
/I oet
Yl..\
Sirkulasi
lx/et-enkefalin
II DeLa-M)l
rI
cLtT Alfa-M1N
I
Garna-MOH
TeWidal.urunan
-transl2ei
B4-101 1B-39 1_13
inffi,u -L-m
40 Adrenal dan autoimunitas Kelenjar adrenal: lll Hormon adrenokortikotropik (ACTH)
Skenario klinis melalui peningkatan ekspresi gen pro-opiomelanokortin
Seorang desainer interior berusia 28 tahun datang ke dokter Qtro-opiomelanocortin, POMC) yang dimediasi CRH, yang
umum dengan riwayat perubahan penampilan selama 12 mengandung informasi genetik yang dibutuhkan untuk sintesis
bulan, yaitu pertumbuhan rambut di wajah yang berlebihan ACTH dan hormon penstimulasi hormon melanosif'
dan menstruasi yang sedikit dan tidak teratur. Ia mengamati Pelepasan CRH dari hipotalamus distimulasi oleh
pipinya bertambah gemuk dan wajahnya selalu merah, dan neurotransmiter asetilkolin dan serotonin (5HT). Pelepasan
tersebut dihambat oleh asam gamma-aminobutirat (GABA) dan
kemudian kulit menjadi berminyak dan timbul jerawat. Terjadi
pertumbuhan rambut yang nyata pada dagu dan di atas bibir. norepinefrin (NE). Pelepasan CRH dan ACTH dihambat oleh
Pada anamnesis lanjut, ia mengalami peningkatan berat badan
glukokortikoid melalui suatu sistem umpan balik negatif; sistem
'di sekitar tengah' dan menyadari timbulnya tanda regangan ini berguna dalam memeriksa integritas aksis hipotalamus-
(stretch mark) merah pada perutnya. Secara umum ia merasa hipofisis-adrenal (Bab 16).
tidak bersemangat. Pemeriksaan fisik mengarah pada sindrom
Sistem pro-opiomelanokortin Qtro-opiomelanocortin,
Cushing dan ia dirujuk ke klinik endokrin lokal. Ketika ia tiba
POMC). Kortikotrop hipofisis anterior mensintesis suatu
glikoprotein yang mengandung sekuens asam amino komplet
di sana, ditemukan semua gambaran yang telah disebutkan di
yang terdiri dari ACTH, B-iipotrofin ([3-LPH), hormon
atas dan miopati proksimal yang jelas. Pemeriksaan penunjang
penstimulasi melanosit (MSH), met-enkefalin, dan sejumlah
menunjukkan peningkatan kadar kortisoi bebas daiam urin dan
peptida lainnya (Gambar 17c). POMC memiliki 26 sekuens
konsentrasi kortisol plasma 1059 nmol/L pada pukul 09.00
sinyal asam amino, diikuti oleh tiga domain struktural utama,
dan 1003 nmol/L saat tengah malam. Konsentrasi ACTH pada
yaitu: (i) ACTH; (ii) P-LPH pada terminal-C; dan (iii) sekuens
pukul 09.00 adalah 230 ng/L. Pemeriksaan MRI hipoflsis
terminal-N pro- 1-MSH (yang fungsi biologisnya belum
menunjukkan abnormalitas pada sisi kiri kelenjar dan temuan
ditemukan). POMC pertama kali terbelah menjadi p-LPH dan
ini sejalan dengan kateterisasi sinus petrosus dengan pengukuran
ACTH, yang masih berikatan dengan fragmen terminal-N.
ACTH multipel. Ia menjalani pembedahan trans-sfenoid dengan
Pada kortikotrop hipofisis anterior, ACTH dilepaskan pada
pengangkatan adenoma hipoflsis yang memberi pewarnaan yang
pembelahan kedua. Sejumlah moiekul P-LPH mengalami
jelas untuk ACTH pada uji imunohistokimia. Setelah operasi,
pembelahan menjadi B-endorfin dan p-LPH. Pada stimulasi
gejala yang ia alami menghilang.
kortikotrop dengan CRH, seluruh peptida turunan POMC
disekresi secara bersamaan, sehingga hal ini mengarahkan
Hormon adrenokortikotropik
dugaan bahwa seluruh peptida tersebut berada dalam granula
Pengontrolan sekresi hormon adrenokortikotropik (adreno- sekretorik yang sama dan semuanya berasal dari POMC. Pada
corticotropic hormone, ACTH). ACTH disintesis pada sel spesies yang memiliki lobus intermediat hipofisis fungsional
kortikotrop hipofisis anterior dan dilepaskan pada stimulasi sel (misalnya tikus, tapi bukan manusia dewasa), terjadi pembelahan
kortikotrop oleh hormon pelepas kortikotropin (corticotrophin- lebih lanjut berbagai peptida, misalnya pembelahan ACTH
releasing hormone, CRH; Gambar 17a) hipotalamus. CRH menjadi ACTHI r:, yang mengalami a-N-asetilasi menjadi
manusia merupakan peptida yang mengandung 41 asam ct-MSH dan ACTHIs 3e.
amino dan kadang disebut CRH-41. Hormon ini merupakan Mekanisme kerja hormon adrenokortikotropik. ACTH
pelepas ACTH yang poten, balk in vlvo maupun in vitro. berikatan dengan reseptor membran berafinitas tinggi pada
CRH-41 terdistribusi luas di seluruh otak, namun konsentrasi sel adrenal, dan mengaktivasi sistem adenilat siklase (Gambar
terbesarnya adalah pada hipotalamus, di dalam neuron 17d). Stimulasi maksimal steroidogenesis dapat dicapai
parvoselular di nukleus paraventrikularis (lihat Bab 5). Neuron dengan konsentrasi ACTH plasma sekitar 3 nglL. Peningkatan
ini memproyeksikan banyak serat ke eminensia mediana, di konsentrasi cAMP intraselular meningkatkan transpor
mana neuron-neuron tersebut melepaskan CRH ke dalam kolesterol ke enzim pembelahan rantai-samping mitokondria,
sirkulasi portal. Peptida lain, terutama vasopresin, dapat dan mengaktivasi ester kolesterol hidroksilase. Selain itu,
mempotensiasi secara fisiologis efek pelepasan ACTH oleh sintesis protein dan RNA di dalam sel distimulasi dan terjadi
CRH. Interaksi antara CRH dan vasopresin (disingkat AVP, peningkatan fosforilasi protein adrenal.
karena strukturnya arginin-vasopresin) melibatkan interaksi ACTH, CRH, dan sistem imun. CRH menstimulasi
keduanya dengan reseptor pada membran sel kortikotrop proliferasi sel B dan aktivitas NK. CRH juga menstimulasi
anterior (Gambar 17b). produksi IL-l,IL-2, dan IL-6. Reseptor CRH relah ditemukan
AVP mengaktivasi sistem second messenger IPj yang pada sistem imun. Injeksi CRH secara langsung ke dalam
membuka kanal kalsium bergerbang reseptor (rec eptor- gated). ventrikel serebri menghambat fungsi imun. CRH yang
CRH bekerja melalui sistem secorud messenger adenilat diinjeksikan intraserebroventrikular memiliki efek inhibisi yang
siklase-cAMP dan membuka kanal kalsium bergerbang besar terhadap fungsi imun. ACTH telah terbukti menghambat
voltase (voltage-gateQ. Peningkatan Ca2n bebas intraselular produksi antibodi sampai titik tertentu dan memodulasi fungsi
menstimulasi pelepasan ACTH. Sintesis ACTH distimulasi sel B.
Kolesf,erol
r+aoscc
I 7454d7
t eyaigiit"i i:
745OcI7
1 7 -OH-oreanenolon
,o nro
l
zB-asD I
I 7454d7 Y
745Oc17
: ?roqesleron ,,
lz;oa vyoagl!1on :
| ,ouo"r. l rouo"r,
I
| 17[\ r)D
J I +
l- a7a\oik?n!k!ste::"al l,
11-Aeakslkartleol Tegf,osleron
| ,ouo...
.1,
?454 atlokrom?45O
i j p, ! ;,y" n rye|7; 1s1 :, DHEA d ehi d,r o e pi an d r o sL e r o n
H9D \idro\". I "'oid d e\idroge taee
| ,ouo".. ?45Oscc kolesLerol 20,22 penbelahan rantrai eam?inq (side-chain cleavaqe. scc):
.t 745Oc17 17 a-hidrokeilaee
a 4!"t":'r a 745Oc1
?45Oc21
1 1 1 B-hldrokslase
slrukf,ur otrak
202 B ?O2. n
WakLu (jam)
Skenario klinis gen 2l-OH akan menyebabkan efek full-blown pada CAH,
Hiperplasia adrenal kongenital (congenital adrenal hyperplasia, sedangkan mutasi gen menimbulkan gambaran klinis yang lebih
CAH) menggambarkan sejumlah kondisi yang timbul akibat ringan berkaitan dengan kerja enzim yang cacat. Gambaran
tidak adanya atau terganggunya fungsi enzim dalam jalur klinis CAH dianggap akibat jalur steroidogenik. Pada 2l-
steroidogenik adrenal. Lebih dari 957o kasus menggambarkan OHD klasik dengan defisiensi enzim berat, produksi androgen
defisiensi enzim 2l-hidroksilase (21-OHD, CAH 'klasik'), meningkat seiring dengan menurunnya sintesis kortisol dan
dengan abnormalitas 11p-hidroksilase, 3p-hidroksisteroid aldosteron, sehingga timbul gambaran klinis yang khas pada
dehidrogenase, 17ct-hidroksilase, dan defi siensi 20,22-desmolase bayi baru lahir yaitu genitalia ambigu. Pada bayi perempuan,
(Gambar 18a). Gambaran klinis CAH bergantung pada dasar hal ini biasanya diidentilikasi saat lahir sehingga terapi dini
genetik gangguan ini pada seorang pasien. Delesi komplet dapat mencegah krisis kehilangan garam sekunder akibat
c-a c:a
I
ln'oa
*I .n^0,
l'
c:o c:o
a-c/
:
I
v
::^ AT7
.l
rG'
' Hl*-_l'
\Yt
Mitol ondr a
I
Na+
t*
(t-------\
|
?errne^6e )
l-\s.*/ Termtkaan ltmen
Na+
7\asma
+
s
A'ldosteron O
o DukLus koleklivus
K+
s
sq
H+ t
ffi
12
WakIu (jam)
(a) ?igment asi pada penyakit, Addison (b) Teo untuk fungsi aksis adrenal
.\
bl'19'k
"Bf
.(^d*
:irpofs;fis,Tl
'F#
1 ,w. i@ ^.,,
T-
f6Ae;A,,'*6f
1
l@"'"" 1
tfl Hile,ry
Tanqan
Et ek qlukokorlikoi A oinl ef,ik
menekan
hi?otalamue + hipofisis
Korteks adrenal
@ o"*'"
?enurunan pelegasan
il1
Efekkorlisol
Deksamef,ason meningkal;
Co rti cot rop h i n- re I e a s i n 4
hormone TeECRH
n
ViLiliqo alau ae?iEllenlaei berbentukbercak di kulil AuIoimuniIaO
sennqka)i Lerlihal bersamaan dengan peny aktL endokrin I
/a^r\
anIilSH
(c) M ekani om e aur, oimunil a6 \j)->
@,1
Dirn eAiaai anLib odi an qsun q,1
,/}'
Dtmediasi aelI,
\/tis : Tir oi ditis I aehlm ala [)
SelI helryr
O irn edi
Mie: 9LE
asi ko mpl eke imun, t
I
Defek seII
eupresor?
insulin, di mana kelenjar dirusak atau dihancurkan semuanya. TSH pada tirosit. Selain efek yang dimediasi sel T ini, ambilan
Penyakit-penyakit ini merupakan contoh penyakit autoimun iodin dan pengikatan tiroglobulin dapat secara langsung
spesifik-organ yang utama (Gambat 21b). Di sisi lain, pada diganggu oleh antibodi autoreaktif. Lebih jauh lagi, inflamasi
penyakit autoimun sistemik, sistem imun menyerang beberapa yang disebabkan oleh reaksi autoimun dapat memicu apoptosis
jaringan yang secara anatomis mungkin berjauhan. Contoh- pada tirosit. Tirosit, walaupun tidak biasa, kadang-kadang
contoh penyakit autoimun sistemik adalah artritis reumatoid, mengekspresikan ligan reseptor FAS, yang bergabung dengan
skleroderma, dan lupus eitematosus sistemik. Mungkin terdapat reseptor FAS untuk menyebabkan apoptosis pada tirosit.
komponen yang spesifik-organ maupun sistemik pada sebagian 3 Penyakit yang dimediasi kompleks imun: penyakit
besar kasus penyakit autoimun, namun tidak semua. Beberapa autoimun sistemik, seperti SLE, paling mungkin disebabkan
penyakit autoimun dapat memiliki komponen genetik dan/ oleh reaksi yang dimediasi kompleks imun. Pasien dengan SLE
atau endokrin karena beberapa penyakit, terutama penyakit memiliki beberapa autoantibodi (yang bersirkulasi) terhadap
Graves (tirotoksikosis), tiroiditis Hashimoto, artritis reumatoid kandungan sitoplasmik dan kandungan nukleus, misalnya
(rheumatoid arthritis, RA), dan lupus eritematosus sistemik IgG yang diarahkan menyerang DNA nuklear untai-ganda.
(systemic lupus erythematosus, SLE), lebih sering terjadi pada Antigen sitoplasmik dan antigen nuklear mungkin tidak secara
wanita, dan hormon seksual, khususnya estrogen, mungkin sendirinya bersifat patogenik; peristiwa patogenik utama adalah
merupakan faktor pengeksaserbasi yang penting. penumpukan kompleks imun di jaringan sepefii ginjal.
Mekanisme autoimunitas. Masih belum dimengerti Faktor genetik. Penelitian epidemiologis dan familial pada
secara baik pada saat ini, namun sejauh ini telah diketahui hampir semua penyakit autoimun mengarah pada kerentanan
tiga mekanisme penting: (i) dimediasi antibodi langsung; (ii) genetik. Determinan (penentu) genetik yang paling penting
dimediasi sel T; dan (iii) dimediasi kompleks imun (Gambar tampaknya merupakan kompleks histokompatibilitas mayor
2lc). Sementara penyakit autoimun diklasifikasikan sementara (major histocompatibility complex, MHC), suatu seri gen
ke dalam tiga mekanisme tersebut, terdapat kemungkinan pada kromosom 6 yang mengkode untuk antigen, termasuk
ketiganya terlibat dalam penyakit autoimun. sistem human leukocyte antigen (HLA). Penelitian terbaru
1 Penyakit yang dimediasi antibodi langsung: penyakit menunjukkan bahwa terdapat banyak lokus genetik yang
Graves merupakan contoh dari kerja antibodi langsung pada berkontribusi pada penyakit autoimun seperti diabetes melitus
suatu kelenjar yang menyebabkan kerusakan. Penyakit ini bergantung insulin (lnsailn-dependent diabetes melitus, IDDM).
secara pasif dapat ditransfer dari organisme yang sakit kepada Pada kasus IDDM, gen yang mengkode preproinsulin mungkin
organisme yang sehat dengan pemindahan antibodi IgG. merupakan suatu lokus untuk polimorfisme genetik yang
Misalnya, bayi yang dilahirkan dari ibu yang memiliki penyakit mungkin terkait dengan kerentanan terhadap IDDM.
Graves menunjukkan gejala-gejala trioiditis sampai sistem bayi Faktor endokrin. Adanya kemungkinan peran dari homon-
menghancurkan IgG yang sebelumnya dipindahkan melalui hormon endokrin, misalnya estrogen, dalam etiologi penyakit
plasenta. Bayi dapat berhasil diterapi dengan menggunakan autoimun tidak diketahui saat ini, namun dimorflsme seksual
pertukaran plasma. pada distribusi beberapa penyakit autoimun mengarah pada
2 Penyakit yang dimediasi sel T: tiroidits Hashimoto keteriibatan hormon seks. Peran hormon seks yang dikenal
merupakan contoh dari autoimunitas endokrin jenis ini ini didukung oleh fenomena yang terkenal pada remisi RA
(Gambar 21d). Pada pasien-pasien ini, sel T yang autoreaktif selama kehamilan, dan eksaserbasi berulang atau "kambuh"nya
menyebabkan kerusakan jaringan di dalam tiroid melalui dua penyakit setelah parturisi. SLE,, seperti yang disebutkan di
mekanisme utama: (i) sel T ini merekrut dan mengaktivasi atas, jauh lebih umum terjadi pada wanita, khususnya selama
makrofag, yang menghancurkan jaringan; dan (ii) sei T usia reproduktif, dan seringkali kambuh selama kehamilan dan
melepaskan sitokin, misalnya faktor nekrosis jaringan (rlssae setelah parturisi. SLE, mungkin dipicu atau kambuh setelah mulai
necrosis factor, TNF). Kemungkinan, fungsi sel T supresor menggunakan kontrasepsi oral. Telah dilaporkan bahwa pasien-
terganggu pada pasien ini, dan selT helper secara tidak sesuai pasien dengan SLE dan kerabat tingkat-pertama memiliki kadar
menstimulasi produksi autoantibodi di dalam sel B, termasuk l6q,-hidroksiestron serum yang meningkat, yang merupakan
produksi antibodi reseptor TSH, yang berikatan dengan reseptor metabolit feminisasi aktif dari estradiol.
@
avum )permatozoa
)nfeksiTHT berulanq
avarium streak
lnf anr,llisme seksual
rff'''l
Genixalia
eksterna
)rqanseks
eekunder
|""J
Terilaku
seksual
Fungei
hipofiois
K\[
Duklue Mi,tllerii
1u_J/l
11
\o)l
)l .i(
L-'
Janin
E?iAdirnlo
TeeliO
Vae deferens
?rootal Skrottm
Fimbriae
0varium
TubaFallopil
Uxerus
Vaaina
Wanita
lt, \,\**t#
ll
I
i I \
tl
\,"r,l l|j{ lll
\l\l
I
t\_) I
?li
l
\J
)l )l
i
t
\
I
i\ 1t
w
Perlumbuh an r ambul, pubia
\/
w)
,,\ -,,\&r-- '
,lJ 'iPrf{il
|1
t,)l
\
l/1\/ 1
T t\
l
I
/Hj
r ){
SLadium 2 Sta)iurn 3 )tad,ium4 )IadiumS
Anakperempuan
?erkembangan payudara
\ /
] ,/,\ /
0, \ \_/
\
q,_ tl
r/ l"\ t\ t\
I
r) It
tt /i {) \t
Staa rm 1 )ladtum 2 9LadiumZ aladi utr 4 1IaAiln t5
/ ,, ,.,
i,
I
w I
It
lw
/.
\il
/
)
{W
\I
?ladiurn 2 SLadlum 3 ?taAium4 SLaditm 5
(b) Ultrasonografi menunjukkan ovarium prapubert ae (c) ?erubahan pola diurnal pada sekreei FOH dan LH puleatil
dengan Lampilan multifolikel 9elelah masabayt, oekresi qana\ofia?in ht ang eelama maea
anak- anak. hamgtr eelama eaI;u dekade
I
C)
u
?'op.oe'ta" o ne-a.
j
uler tnr
FunAus
J Jtunr
rffiffi Reseplor
@^@'--..
ReEeotor
rl i
FOH
l;:
l
I
9el granJoea
?erf,umbuhan folikel
'"i,ii*^ ?roduksi
W ?rogegl,eron
oleh sel qranuloea
?ro4eeidron
Morfologi ovarium
I)
/\^/\
OO /A Z-.\
0g
Rekrul.men
tolikel
w
Folikel
dorninan
@e5 \/v
Korpus luleurn
.----r
hip ofeie: einNeaie r eeeryor
?roqesleron Daerah
pen1ikaL D a er ah p en 7ik af, h ormon
Efek DNA (AF 2)
estroqen
dalam (d) U li"r a s o n o gr afi o v a ri um p oliki slik
kehidupan
#w
l
ffi 7e)umlahfolikel Teninqkatan
J ?.-'er
erterot I'ar) o\ariL^
I }' .
feka inlerna
(e) Hirsutisme pada pasien denqan sindrom
Teof,osl,eron i Androsl,enedion ovarium polikisf,ik
5el qranulosa
Cairanfolikel
Skenario klinis pada satu waktu ia pernah tidak mendapat menstruasi selama
RB, seorang wanita berusia 24 tahun, datang ke dokter umum 4 bulan. Ia selalu 'kelebihan berat badan' namun ia mengalami
dengan keluhan tumbuh rambut di dagu dan wajah, kulit kenaikan berat sekitar 12 kg selama 2 tahun terakhir. Ibunya
juga mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi dan mendapat
berminyak, dan berjerawat. Pertumbuhan rambut ini telah
berlangsung 5 atau 6 tahun, namun 2 tahun terakhir bertambah terapi subfertilitas sebelum mengandung RB. Nenek dari pihak
parah sehingga ia harus mencukur dagunya tiga kali seminggu ibunya menyandang diabetes tipe 2. Pada pemeriksaan flsik, RB
dan menggunakan krim depilator (penghiiang rambut) yang dijual dinyatakan menyandang obesitas dengan indeks massa tubuh 32
bebas. Pada anamnesis, terungkap bahwa ia juga menyadari kg/m2. Ia mengalami hirsutisme bergantung-androgen dengan
pertumbuhan rambut berlebih di sekitar puting, pada abdomen skor Ferriman dan Galwey sebesar 16. Diagnosis sindrom
bagian bawah, dan pada punggung bagian barvah. Menstruasi ovarium polikistik dikonflrmasi ketika pemeriksaan biokimiawi
pefiamanya terjadi pada usia 12 tahun namun siklusnya lidak menunjukkan peningkatan konsentrasi testosteron 3,2 nmol/L, LH
pernah teratur; menstruasinya terjadi setiap 6-10 minggu dan 14,6UlL, FSH 3,3 U/L, dan ultrasonografi ovarium menunjukkan
di miometrium uteri. Oksitosin terlibat dalam pafiurisi melalui Bagian atas bibir 1: sedikit rambut pada batas luar, sampai
efek kontraktilitasnya pada uterus (lihat Bab 33). 4: kumis meluas sampai garis tengah
Efek metabolik. Estrogen menghambat resorpsi tulang, suatu Dagu l: sedikit rambut lang lersebar. sampai
kerja yang akan terlihat nyata setelah menopause, ketika estrogen 4: tertutup seluruhnya oleh banyak
rambut
berkurang. Estrogen mengurangi motilitas usus. Hormon ini
3 Dada l:rambut di sekitar areola. sampai
memengaruhi fungsi hati dengan menstimulasi sintesis protein, 4: tertutup seluruhnya
termasuk globulin pengikat hormon seks (sex hormone-binding 4 Punggung bagian l: sedikit rambut yang tersebar. sampai
globulin, SHBG) dan globuiin pengikat tiroksin (lihat Bab 12). atas 4: tertutup seluruhnya oleh banyak
Estrogen memengaruhi pembekuan darah dengan menstimulasi rambut
produksi faktor II, VII, IX, dan X, namun mengurangi agregasi 5 Punggung bagian l: rambut pada bagian sakrum. sampai
bawah 4: tertutup seluruhnya
trombosit. Hormon ini memiliki efek penting pada lipid 6 Abdomen bagian 1: sedikit rambut pada garis tengah,
plasma, menurunkan kolesterol total, meningkatkan HDL, dan atas sampai 4: tertutup seluruhnya
menurunkan konsentrasi LDL. 1 Abdomen bagian 1: sedikit rambut pada garis tengah,
Menopause menandai berhentinya masa reproduktif alami bawah sampai 4: pertumbuhan berbentuk
huruf V terbalik
wanita. Ovarium tidak lagi memproduksi ovum, dan sekresi
Lengan atas 1: pertumbuhan jarang, kurang dari seper-
estrogen berkurang, dan akhirnya terhenti. Gejala yang berkaitan empat permukaan ekstremitas. sampai
dengan menopause bervariasi antarindividu dan antarkelompok 4: te(utup seluruhnya oleh banyak
kultural. Instabilitas vasomotor menyebabkan hot flushes dan rambut
berkeringat, kekeringan vagina, dan peningkatan laju resorpsi Lengan bawah Bagian dorsal teftutup seluruhnya;
tulang, sehingga berpotensi menjadi osteopenia dan osteoporosis; l: sedikit rambut, sampai
4: sangat banyak
semuanya merupakan gambaran kekurangan estrogen dan gejala- 10 Paha Sama dengan lengan atas
gejala tersebut mereda dengan terapi pengganti estrogen' 1l Tungkai bawah Sama dengan lengan atas
)vummaf,ur
denqankorona
\ r
radiata 1 J r
9insiliotrofoblas
'@*ffi-@I ,- rronuut"ru
5lI;oNrofoblas
o,',,',lonur,"uu
'-@ GnRH
CRH
lu"nu"u,"ui
Awalpembelahan
TRH
sel pada ovum
9omatostatin
tJnit tef,o?laeenla
Minggukehamllan ,
-iI?r_.
(b) Kerja fi si ol o qi 5 p ro g e oN e ro n
Iermogenik
997- m en qh amb at, s ekr e si
(c) B o si
i nt e ei e e stri ol
EENron
Kolesterol Estradiol Eoiriol
v
tI
"
?roqeef,aron
t
I DHEA-5 16-Affa-AH-DHElr5
I (AdrenalJ gat)
Koleo];eral
konsistensi keras menjadi agak cair. Hal ini akan memfasilitasi perlahan prolaktin plasma maternal. Prolaktin, yang merupakan
pelebaran pubis untuk memungkinkan fetus lewat. Relaksin homon laktogenik postpaftum, berperan dalam kehamilan untuk
menimbulkan efek ini dengan meningkatkan sekresi dua meregulasi penyimpanan dan mobilisasi lemak, dan membantu
enzim, yaitu kolagenase dan aktivator plasminogen, keduanya mempertahankan homeostasis metabolik selama kehamilan.
I *1
TeninTkaLanrreeeplor oksltostn ? ada ul,erus
t zer lqlafaleirfe-i'
?enngkal,an ffiatilitae fi,eruo ?roet.adanain
Hipofids ?aolerior Hipoltsie anterior
I r ?e.-) 'Lr. I
I
@ i$ffi,fl
r :?1F. :,
ylDopaminJ
(d) Menyusui
. 6,484 SItmulasibayi
(ernost)
Hipolsis
lor
TerLumbuhan payudara
Lakl;ogeneete
LuLeotrapik )liftlulaoi
?erLumbuhan rambul, putinq ouou
kelenjar eebasea
M emp erf,ahanka n re s e qlor LH
Walaupun kadar prolaktin (PRL) plasma maternal sudah miskin, seorang ibu dapat menyusui sampai 3 tahun, dan seiama
meningkat sebelum kelahiran, namun perannya dalam kehamilan itu ia relatif infertil. Selama menyusui, sekresi gonadotropin
belum diketahui. Selama kehamilan, payudara membesar, dari hipoflsis terinhibisi, dan produksi hormon seks tetap
akibat efek dari PRL, laktogen plasenta, kortisol, hormon rendah. Hal ini merupakan suatu kontrasepsi alami. Wanita
pertumbuhan, estrogen, dan progesteron terhadap pertumbuhan yang tidak menyusui akan kembali ke aktivitas siklik normal
sistem lobulus-alveolus payudara, namun laktogenesis tidak dalam 4-5 minggu setelah melahirkan, sementara wanita yang
terjadi. Estrogen dan progesteron menghambat produksi susu menyusui tidak mengalami perkembangan folikel ovarium
melalui efek inhibisi langsung pada sintesis reseptor PRL. selama kadar PRL plasmanya tetap tinggi. Setelah penyapihan
Setelah kelahiran, konsentrasi kedua hormon seks tersebut atau berkurangnya isapan, sekresi estradiol dan LH meningkat,
relatif rendah, dan PRL dapat memainkan perannya dalam menunjukkan bahwa fungsi ovarium normal telah pulih.
memacu laktogenesis. Laktogenesis dan sekresi susu dimulai Prolaktin memiliki banyak efek lain baik pada pria
sesaat sesudah kelahiran. Susu diproduksi di sel yang melapisi maupun wanita, banyak di antaranya masih belum sepenuhnya
alveoli, dan tersusun dari laktosa (diproduksi dari glukosa), dimengerti. Hormon ini dilepaskan saat stres, tidur, saat makan
protein susu, yang terpenting adalah kasein dan whey, lipid, dan berolahraga, dan terlibat dalam pertumbuhan rambut.
kation divalen, dan juga antibodi, yang digunakan ibu untuk Selama siklus menstruasi normal, hormon ini mempefiahankan
sementara mentransfer beberapa imunitas kepada bayi. Pada produksi reseptor LH, dan juga mempertahankan reseptor LH
manusia, beberapa obat juga terbawa dalam air susu dan hai selama kehamilan.
(a) Profilhormon selama I jam menunjukkan baqaimanakadarhormonLH dan F1H pada wanita normal (i) dan
padawanila denqan amenoreaterkaitberalbadan (ii).?erhalikanhilanqnya pulsasi sekreaiLH danFSH pada (ii)
:l
l"
tD+
I
I
l
l
I
(l)
I
I4
Amenorea Definisi-belum mengalami menstruasi sampai usia Kegagalan ovarium primer Kegagalan ovarium autoimun
primer 16 tahun Sindrom ovarium resisten
Radioterapi/kemoterapi
Jarang
- setiap kasus sebaiknya diperiksa menyeluruh Pascainfeksi
Penyebab amenorea sekunder dapat muncul sebagai
amenorea primer Pascaoperasi
Amenorea Definisi tidak mengalami menstruasi selama 6 Disgenesis gonad
sekunder bulan atau lebih pada wanita yang telah mengalami Kegagalan ovarium sekunder Hiperprolaktinemia
menstruasi sebelumnya Tumor hipotalamus hipofisis
Sering-penting untuk menyingkirkan gangguan Sindrom sella kosong (empty selkt)
aksis hipotalamus hipofi:is-ovarium lang jarang Sindrom Sheehan
Oligomenorea Definisi-siklus menstruasi yang jarang, tidak teratur Radioterapi/kemoterapi
dan tidak memiliki pola Pascaoperasi
Sering-diagnosis paling sering adalah PCOS Gangguan fungsional Amenorea terkait berat badan
Amenorea terkait olahraga
Psikogenik
Tabel 28.2 Penyebab amenorea primer Penyakit berat
Hipogonadisme hipogonadotropik
Gangguan idiopatik
Sindrom Turner
Sindrom or arium polikisLik
Disgenesis gonad
Gangguan traktus genitalia
Bentuk disgenesis gonad lain yang
Tumor ovarium Pensekresi androgen
jarang , Pensekresi estrogen
Disgenesis traktus genitalia
Gangguan diferensiasi Hermafrodit sejati
genital Pseudohermafroditisme pria dan wanita
Sindrom insensitivitas
ovarium
Perubahan komposisi tubuh, terutama penumnan massa lemak,
Radiasi atau kemoterapi
gonad merupakan hal krusial bagi perubahan hipotalamus berupa
Penyakit hipotalamus- Hipogonadisme hipogonadotropik gangguan sekresi GnRH, hilangnya pulsasi gonadotropin, dan
hipofisis Kombinasi defi siensi hor:rnon hipofi sis hipogonadisme hipogonadotropik (Gamb at 28a).
Radioterapi,&emoterapi
Tumor hipotalamus-hipofi sis
Terapi pada amenorea terkait berat badan dan olahraga
Keterlambatan pubertas Pertumbuhan terlambat adalah meningkatkan berat badan dan mengurangi olahraga.
Penyakit kronik Kedua hal ini akan mengembalikan siklus ovulasi normal
Gangguan psikologis
dan potensi reproduksi, namun mungkin memerlukan terapi
Sindrom ovarium polikistik
jangka panjang oleh tim multidisiplin dari ahli endokrin,
ahli nutrisi, dan psikolog. Jika tidak diterapi, amenorea
hipotalamus dikaitkan dengan penurunan densit4s mineral
gangguan autoimun lainnya atau terapi keganasan sebelumnya. tulang dan akhirnya menyebabkan osteoporosis. Wanita dengan
Pasien dengan prolaktinoma biasanya datang dengan gambaran hipoestrogenemia jangka panjang sebaiknya diperiksa densitas
kelebihan prolaktin, seperti galaktorea. tulangnya. dan jika terdapat osteopenia atau osteoporosis yang
Amenorea hipotalamus. Istilah'gangguan fungsional' ini signiflkan, diterapi dengan terapi pengganti estrogen.
digunakan untuk mendeskripsikan sekelompok kondisi di mana Sindrom ovarium polikistik. Pasien dengan sindrom
tidak terdapat abnormalitas struktur atau abnormalitas sintesis ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome, PCOS) atau
endokdn dalam aksis hipofi sis--ovarium. Amenorea hipotalamus hiperplasia adrenal kongenital non-klasik biasanya datang
biasanya disebabkan oleh diet untuk mengurangi berat badan, dengan oligomenorea dan tanda kelebihan androgen lainnya
sering kali dengan olahraga berlebih agar tetap langsing, dan (Bab 25). Terapinya ditujukan pada gejala hiperandrogenemia
terlihat pada atlet, pada wanita dengan anoreksia nervosa dan dan mengembalikan siklus menstruasi nonnal dengan tujuan
yang mengalami stres dalam bentuk lain, baik stres fisik maupun utamanya adalah fertilitas. Wanita dengan PCOS dapat juga
psikologis. Ini merupakan penyebab amenorea sekunder yang menunjukkan gambaran lain hiperinsulinemia, seperti obesitas
paling sering ditemukan di klinik endokdn. dan rendahnya kadar kolesterol HDL. Dalam jangka panjang,
Walaupun penurunan berat badan sampai l07a di bawah risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular meningkat,
berat badan ideal biasanya dikaitkan dengan amenorea, sehingga penurunan berat badan dan olahraga berperan penting
namun terdapat variasi yang luas pada masing-masing wanita. dalam tata laksana klinis pasien seperti ini.
lnje?si depo
?ra qeoteron
sO \ ?roleoteron
s sd
o
s Maoalah kllnio denqan kontrasepsi oral
d
=
(a) Kontrol hormonal pada fungsi reproduksi pria (c) Metab olisme te slo sleron
lF< o .- ?e-itakL
ui/ot7b^ru. l-----*fEJ-;.
-l-]-*7---> Andro4enil
Tee-.oer-o.'cr
'&)uiponsi" t - I
AelLeydig
EpiIeI
eeminiferue
Fakl;or +
menyeru?ai
GnRH m3L.
I,
lnhibin
9d)e1Loli
,;;.
)nntotn
CHz cHz
fn' I I
C:A c-a
aJ ..-.- aJ .....-
I i,, c-a
I
I
9H.
I
C:O
?ralein e Teef,osleron
plasma
,,,'." gs]
dan pemeliharaan karakteristik seksual sekunder dan penting akan menstimulasi cAMP dan spermatogenesis. Terdapat
untuk mempertahankan spermatogenesis. Fungsi-fungsi ini bukti bahwa FSH, kemungkinan bersama dengan prolaktin,
bergantung pada hormon gonadotropin hipofisis; hormon meningkatkan jumlah reseptor LH pada sel Leydig. Hormon
luteinisasi (LH; diperlukan untuk menstimulasi sel Leydig testis lain yaitu inhibin, diproduksi oleh testis, kemungkinan oleh sel
untuk memproduksi testosteron); dan hormon penstimulasi Sertoli. Inhibin merupakan suatu polipeptida yang menghambat
folikel (FSH; diperlukan untuk perkembangan testis imatur pelepasan FSH dari kelenjar hipoflsis meialui efek umpan balik
dan kemungkinan berperan pada spermatogenesis dewasa). negatif.
Produksi gonadotropin tedadi sebagai respons terhadap stimulasi Biosintesis testosteron di dalam sel Leydig berasal dari
GnRH hipotalamus. Testosteron memberikan umpan balik kolesterol yang dikonversi menjadi pregnenolon (Gambar
negatif terhadap sekresi LH dan FSH. Hormon inhibin-p, yang 30b). Pada manusia, sebagian besar pregnenolon berada dalam
juga disintesis oleh testis, berperan sebagai regulator spesifik bentuk 17-hidroksilasi dan kemudian mengalami pembelahan
bagi FSH. Dalam keadaan kegagalan tubulus seminiferus rantai samping menjadi 17-ketosteroid, yang kemudian
primer, konsentrasi testosteron yang rendah dikaitkan dengan dikonversi menjadi testosteron. Begitu masuk dalam darah,
peningkatan gonadotropin, sedangkan pada keadaan penyakit sekitar 957o testosteron terikat dengan protein plasma, terutama
hipotalamus hipofisis, konsentrasi gonadotropin rendah dengan globulin pengikat hormon seks (sex hormone-binding
(kegagalan testis sekunder). globulin, SHBG), dan dengan albumin. Testosteron mengalami
Spermatogenesis bergantung pada availabilitas testosteron. metabolisme menjadi metabolit inaktif terutama di hati.
Pada kegagalan tubulus seminiferus primer, defisiensi androgen Metabolit inaktif tersebut adalah androsteron dan etiokolanolon
disebabkan oleh beberapa panyebab, antara lain: defek genetik (Gambar 30c) yang kemudian diekskresi sebagai glukuronida
pada kromosom Y dan gen reseptor gonadotropin, inflamasi dan sulfat yang lar,r-rt.
testis sebelumnya seperti orkitis karena gondongan (mumps), Mekanisme kerja testosteron. Testosteron tidak hanya
dan kemoterapi atau radioterapi untuk keganasan. Pasien bekerja sebagai hormon, namun juga sebagai prohormon. Di
dengan tanda defisiensi androgen dan azoospermia dikaitkan sel target, testosteron dapat direduksi menjadi metabolitnya
dengan peningkatan kadar gonadotropin (hipogonadisme yang mengalami reduksi 5o,, yaitu 5a-dihidrotestosteron (DHT;
hipergonadotropik). Terapinya adalah dengan terapi pengganti Gambar 30d), dan juga diaromatisasi menjadi estradiol. Pada
androgen dengan penilaian dan tata laksana di pusat fertilitas. jaringan yang sangat bergantung pada androgen sepgrti prostat,
testosteron berdifusi ke dalam sel dan dikonversi menjadi
Testis 5q,-dihidrotestosteron. Ini merupakan androgen aktif dalam
Testis merupakan gonad pria dan fungsi primernya adalah kelenjar prostat. DHT berikatan dengan reseptor androgen
produksi spermatozoa dan testosteron. Spermatozoa diproduksi intranuklear yang menstimulasi transkripsi. Reseptor androgen
di dalam tubulus seminiferus dan testosteron disintesis di dalam juga dapat berikatan dengan testosteron dan, dalam jumlah yang
sel Leydig. Pada manusia, kedua testis terletak dalam skrotum, lebih sedikit, dengan progesteron. Oleh karena itu, reseptor
dengan panjang sekitar 5 cm dan diameter sekitar 2*3 cm. androgen dikatakan memiliki struktur yang sangat homolog
Testis berada dalam selubung kapsul jaringan ikat yang disebut dengan reseptor progesteron, walaupun keduanya merupakan
tunika albuginea, dan terdiri dari sejumlah tubulus seminiferus tipe reseptor yang berbeda dalam subfamili reseptor steroid
kontortus. Pada setiap testis, tubulus-tubulus menyatu menjadi yang lebih besar (lihat Bab 4). Reseptor androgen memiliki
rete testis, dan membuka untuk memberi makan duktulus pada domain pengikat-hormon dan regio pengikat-DNA, yang terdiri
epididimis. Epididimis memiliki kepala dan ekor; bagian ekor dari dua jari zink (lihat Bab 4).
inilah yang memberi makan pada vas deferens. Antiandrogen telah disintesis dan berkompetisi dengan DHT
Tubulus seminiferus terdiri dari lapisan luar berupa jaringan pada lokasi reseptornya. Antiandrogen ini dibuat berdasarkan
ikat dan otot polos, dikelilingi oleh lapisan dalam yang struktur progesteron, contohnya siproteron, siproteron asetat
mengandung sel Sertoli. Tertanam di dalam dan di antara sel-sel (CA), dan flutamid. Pada pria, CA menyebabkan atrofi pada
Sertoli terdapat sel germinal yang memproduksi spermatozoa. prostat dan vesikula seminalis, dan penurunan libido. CA akan
Spermatozoa dilepaskan ke dalam lumen tubulus dan disimpan menghambat pertumbuhan akne pada remaja. Pada wanita,
di bagian ekor epididimis. Sel Leydig, yang disebut juga sel CA digunakan sebagai terapi virilisasi dan hirsutisme pada
interstisial, terletak di antara tubulus-tubulus seminiferus dan pasien dengan sindrom ovarium polikistik (Bab 28). Inhibitor
mensekresi testosteron. 5a-reduktase finasterid juga efektif.
,--.--\
Kehilan1an )ibtdo
Terlumbuhan
janqquLkuranq
TerLumbuhan
rambut. lubuh kurang
Aeieoporosis F el;us: dif erenei aai s eksu al
D ew as a : inhibisi s ekr esi
?roporsitubuh
gonadotroVrn, libido
eunukoid
Al1permaLoqonia
Tabel31.1
ArOpermalogonia ?enyebab hip oqonadisme hi?oqonadotro?ik pada pria
AaOpermatoqonia GeneLik
9indromKallman
Aa 9perrnat ogonia Mufasi reveplor GnRH
KeEerl amb atan p ub e $ ae ka n a nal
HipoI;alamus 'ifru.i
.
B 1Vermaloqon a Turn : kr a nio f a (i n gi o m
o r a, di e 6er min am a
ln?,ltraai: sarkoi d ozis, hist toeitoslo
3?ermataoit ?ae c ar a dioter api at a u ke m o\ a r a ?i
?r rner ?embelahan Hipofreis
metooia Tumor
9?ermataeil,
lnfark atau perdarahan
ocktnder
Trauma
Traumakepala
Funqeiotal
Tenucunan beraLbadan
?enyakiL
ldto?at
^bl,efiik
S2ermaLid iK
Lainnya (jarang)
9 ndromPrader ,/t/ill
Dadan residu 5indr am Laur en ce-W ao n -fi ie dl
Hiverplaeiaadrenatkor,e:nital :
SVerrraNozoa
Hipofisis
anlterior
\\-,*
_6_
Korteke
adrenal -'t @\
./acta rHi\ Ieerta
tu L_.- Fsr _ (&
F.p
\r Y_/
Or
Q Ketokonazol
@ )Egarat,Go?H
@ FtDramia I
@ nniVisiSa-reduktase
(a) Okaitoein
?eptida
slnyal H2NOC-Gly-Leu-7ro - Cys- Aen- Gln-l la-Tyr-Cys-N H2
NaurofrEin 1 Oksil,osin
N ukl e u e a r av enLrikul a r e
T
t
V
dan supraopl:.ikus
Irakl;us asendens
N!klcus
?aravenlrilr at1 Hipofisis
Nuklaua poslterior
ou?raaryikue
Erninensia
mediana
LenqkunA
akeitosin (dan releks
neuron
vasopresin) Ejekei eueu
diVofisle Hipofsis
KeseVtor reganqan
anlarior ?ooterior Lenqkunq releks
pada servil.e
I
AIiran +
darah Kanlrakei alal
tf,ctt )a
N
E
s
_S
s
.=
0
o
l)
s TarLurtsi:
C)
konlrakei
:r::::". -
?eriodemengtsaq &W.ffi
72 Hormon hipofisis posteriot keseimbangan garam dan air, dan hipertensi Oksitosin
Biosintesis berupa peningkatan rasio estrogen terhadap progesteron. seiring
berkurangnya konsentrasi hormon progesteron selama proses
Oksitosin disintesis dalam badan sel neuron magnoselular dalam
persalinan. Oksitosin dilepaskan dari hipoflsis posterior selama
nukleus paraventrikularis dan supraoptikus hipotalamus (Gambar
proses persalinan dan parturisi, kemungkinan sebagai akibat
33a). Neuron lain pada nukleus yang sama memproduksi
dilatasi serviks yang mengirimkan serat aferen ke sistem saraf
vasopresin (lihat Bab 34). Akson neuron ini berjalan melalui
pusat. Belum diketahui apakah pelepasan oksitosin merupakan
eminensia mediana dan berakhir dekat dengan kapiler berfenestra
penyebab onset persalinan pada manusia.
pada kelenjar hipofisis posterior. Baik oksitosin maupun
Ejeksi susu. Isapan menstimulasi ujung saraf sensorik pada
vasopresin disintesie di retikulum endoplasma kasar dalam badan
puting dan areola payudara, dan impuls tersebut berjalan di
sel, bersama dengan protein yang disebut neurofisin. Oksitosin
sepanjang serat aferen menuju korda spinalis (Gambar 33a),
dan protein neurofisin nya (disebut neurofisin I) disatukan
kemudian akan bergerak naik melalui traktus spinotalamikus
dalam aparatus Golgi pada vesikel atau granula sekretorik
lateral, dorsal, dan ventral menuju otak tengah, di mana serat
yang sama. Vesikel juga mengandung enzim yang membelah
eksitatorik diproyeksikan secara langsung ke neuron oksitosin
oksitosin dari neurofisin saat granula bermigrasi di sepanjang
pada hipotalamus dan kemudian oksitosin diiepaskan dari
akson menuju terminal saraf. Neurofisin I terkadang disebut
kelenjar hipofisis. Oksitosin berikatan dengan reseptor pada
sebagai protein transpor oksitosin. Terdapat bukti bahwa jika
sel mioepitel payudara, menyebabkan kontraksi seratnya yang
neurofisin gagal disintesis, maka oksitosin dan vasopresin tidak
menyerupai otot, dan hal ini meningkatkan tekanan dalam
dapat mencapai hipofisis posterior. Secara kimiawi, oksitosin
payudara. Ejeksi susu dari payudara dapat terjadi bahkan
merupakan nonapeptida dengan jembatan disulfida di antara
sebelum inisiasi refleks isap. Suara tangisan bayi saja dapat
dua residu sisteinnya (Gambar 33a).
menyebabkan susu 'keluar' (Gambar 33b).
Neuron oksitosin tidak hanya mengirim akson ke hipofisis
posterior, namun juga ke pusat yang lebih tinggi di otak, di
Perilaku maternal dapat dipengaruhi oleh oksitosin
(Gambar 33c). Jika tikus perawan diberi oksitosin secara
mana hormon ini bertindak sebagai neurotransmiter yang
langsung ke cairan serebrospinal, mereka akan menunjukkan
memediasi bentuk perilaku tertentu (lihat di bawah).
perilaku maternal untuk mengurus anak. Jika pada tikus ini
dilakukan ovarektomi, oksitosin tidak lagi mempunyai efek,
Sekresi
dan efek ini dapat pulih jika tikus yang telah diovarektomi
Neuron inhibitorik dan neuron kolinergik eksitatorik membuat diberi injeksi estrogen terlebih dahulu. Infus oksitosin ke
kontak sinaps dengan neuron oksitosin neurosekretorik dalam ventrikel oiak tikus perawan atau domba yang tidak
di nukleus paraventrikularis dan supraoptikus. Oksitosin mengandung secara cepat akan menginduksi perilaku maternal.
disekresi dari terminal saraf melalui eksositosis, se$agai akibat Pemberian antibodi oksitosin atau antagonis oksitosin ke
peningkatan Ca2* intraselular karena depolarisasi membran dalam otak mencegah tikus maternal menerima anaknya.
akson, yang membuka kanal kalsium. Oksitosin pada neuron Percobaan ini menunjukkan bahwa perilaku matemal, setidaknya
oksitosin di hipotalamus menstimulasi pelepasan oksitosin dari sebagian, merupakan akibat dari pajanan otak terhadap estrogen
terminal saraf. konsentrasi tinggi, sebelum dipengaruhi oleh kerja oksitosin
yang menstimulasi perilaku maternal, baik oksitosin ini bekerja
Kerja sebagai neurotransmiter, atau sebagai hormon, atau keduanya.
Oksitosin berikatan dengan reseptornya pada sel target, contoh- Namun ini bukan berarli bahwa oksitosin mutlak diperlukan
nya mioepitel payudara, otot polos uterus, dan otak, serta untuk timbulnya perilaku maternal. Tikus yang gen oksitosinnya
mengaktivasi sistem fosfolipase/inositol trifosfat (PLC/IP3), dirusak tetap dapat menunjukkan perilaku maternal, walaupun
yang meningkatkan kalsium intraselular dan efek hormon isapan mengalami gangguan berat.
tersebut diekspresikan. Kemungkinan peranan lain oksitosin, Oksitosin
Parturisi. Oksitosin menginduksi kontraksi otot polos dilepaskan dari hipofisis posterior manusia selama koitus dan
miometrium uteri, pada 2-3 minggu terakhir kehamilan (Gambar orgasme, namun perannya, jika ada, belum diketahui. Oksitosin
33a dan c), Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan tajam mungkin terlibat dalam fasilitasi transpor sperma.
jumlah reseptor oksitosin, yang sintesisnya distimulasi oleh Pelepasan oksitosin dihambat oleh, misalnya, stres akut,
konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang tinggi pada trimester melalui mediasi katekolamin adrenal, yang berikatan dengan
ketiga kehamilan. Pemicu sintesis reseptor oksitosin dapat neuron oksitosin dan menghambat pelepasan oksitosin.
Oksitosin Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi 73
Vasopresin
(a) Vasopresin
Treprovaeopresofian
H2NOC-Gly-Ar4-7ro-Cya-Asn-Gln-Phe-Tyr-Cys-NH 2 Vaeopresstn
91
G kopept b,a Neurofrsin ll Yaeopreatn - \OC tz7 Leu-?'o-C", A r G'r-lle-hr C,- Nh aloi'o.it
Wffi*tF,tl M
\,/' 4@
l*il
Neuron
vaso??e51n
Aliran
Aarah
DAG
a3
Dlasil qliserol
haeitallrifaotaf,
l_l
I I
(b) Kerjavasopresin
I
Yolurne
I ---> K.6.+. ----------------'
eL1L.^i ( -i9
/A\\
f-A /J.- ffi\
'%rloiq
.]r-:l \\
\'---
darah )tak "
rendah
lffi
i---.'-'''--'-'.---.''
d1& : Gtnial (efekutama) Kardiovaekular
ft* : Menin4kal;kan
permeabilll,as eptlel
um e n d uklu s kol ekl;ivus
Meninqkatkan tekanan
A ar ah mel alui ko nolrikoi
tt
efek int berkurang karena
': TiperesepLor=V, vasopresin menquranqi
i
Reeegtor akL.itao eiffi?aIio
Volume darah l
vasopresin I
Ti?e ?eae?tor -V j
iffi i
l.inqgt +
pada lubulue
Tenin qkaLan r e ab e orp si atr
Skenario klinis kadar glukosa, kalium, dan kalsium normal. Pemeriksaan lebih
Seorang wanita berusia 23 tahun dirujuk ke klinik endokrin lanjut menunjukkan volume urin 24 jam adalah 4,3 L dan
karena mengeluh semakin merasa kehausan dan mengeluarkan osmolalitas serum 302 mOsmol/kg dengan osmolalitas urin
urin dalam volume yang besar. Ia minum air sampai 3 botol simultan 276 mOsmol/kg. Selama qi deprivasi air, osmolalitas
berukuran 2 L setiap hari, ditambah teh dan kopi. Selama 6 bulan semm meningkat dengan adanya gangguan respons terhadap
terakhir, ia mulai terbangun di malam hari untuk berkemih dan osmolalitas urin. Setelah pemberian vasopresin des-amino-des-
minum. Ia tidak mengalami sakit kepala, gangguan penglihatan, aspartat-arginin (DDAVP, suatu analog hormon antidiuretik
masalah psikiatrik, tidak ada riwayat yang mengarah ke disfungsi kerja panjang) secara intramuskular, urinnya segera menjadi
hipofisis dan tidak ada riwayat dalam keluarga. Ia tidak iebih pekat (volume berkurang) dan hal ini mengkonfirmasi
mengonsumsi obat-obatan. Pemeriksaan darah menunjukkan diagnosis diabetes insipidus (DI) kranial. Ia awalnya diterapi
74 Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi Vasopresin
dengan DDAVP intranasal, dan selanjutnya terapi diubah melalui Tabel 34.1 Penyebab diabetes insipidus
oral. Pemeriksaan endokrin dan radiologis pada hipotalamus dan
Kranial Idiopatik
hipofisis tidak menunjukkan adanya lesi desak ruang.
Lesi pada tangkai atau hipotalamus -.'
Rasa haus dan poliuria merupakan gejala klinis yang
kraniofaringioma, sarkoidosis, trauma kepala,
penting. Bila tidak ditemukan diabetes melitus, hiperkalsemia,
pascaoperasi hipofisis, meningitis basal,
dan hipokalemia (semuanya menyebabkan DI nefrogenik histiositosis
sekunder; Tabel 34.1), maka perlu dibedakan antara DI kranial, Genetik
DI nefrogenik, dan polidipsia primer (psikogenik). Dominan
Resesif. sindrom DIDMOAD (diabetes insipidus,
Biosintesis diabetes melitus, optic atrophy [atrofi optik],
deafuess lttli))
Vasopresin merupakan suatu nonapeptida yang disintesis Nefrogenik Primer
temtama di terminal saraf neuron paraventrikular dan supraoptik Genetik: resesif terkait seks. sistinosis
magnoselular pada hipotalamus (Gambar 34a). Vasopresin juga Sekunder
disintesis di area otak lainnya. Akson badan sel vasopresin tidak Metabolik: hiperglikemia, hiperkalsemia,
hanya berproyeksi ke hipoflsis posterior, namun beberapa juga hipokalemia
berkontak dengan kapiler berfenestra di sistem portal eminensia Ob at-obatan: litium, demeklosiklin
medianus, sementara yang lain berproyeksi ke korda spinalis Keracunan logam bertt
dan pusat otak lainnya. Biosintesis vasopresin prinsipnya hampir
sama dengan oksitosin, yaitu vasopresin disatukan bersama
suatu neurofisin, yaitu neurofisin II. Pentingnya neuroflsin
diketahui setelah suatu penelitian pada tikus strain mutan, konsentrasi solut dalam plasma. Pada individu sehat. vasopresin
yaitu tikus 'Brattleboro', bahwa delesi nukleotida tunggal meregulasi timbulnya gradien osmotik pada saat filtrat tubulus
pada ekson kedua dari gen yang mengkode regio neurofisin melewati tubulus, dan memastikan tubuh mengkonservasi air.
II(yang sangat terkonservasi) mencegah terjadinya translasi Pelepasan vasopresin dari hipofisis posterior terutama ditentukan
mRNA vasopresin. Tikus-tikus ini menderita hal yang serupa oleh volume darah. Pada hipotalamus, yang secara anatomis
dengan diabetes insipidus pada manusia. dekat dengan nukleus paraventrikularis dan supraoptikus, terdapat
osmoreseptor yang bersifat sensitif selektif terhadap sukrosa atau
Mekanisrne kerja vasopresin ion natrium, yang terpicu oleh peningkatan osmolaritas darah.
Vasopresin dilepaskan dan volume darah meningkat, sehingga
Vasopresin bekerja melalui reseptor spesifik yang tersambung
menghentikan aktivitas osmoreseptor.
dengan protein G pada membran plasma sel target (Gambar
Tekanan darah. Vasopresin terlibat dalam regulasi tekanan
34a). Hal ini telah ditemukan pada banyak organ, termasuk
darah melalui efeknya pada volume darah (Gambar 34c). Ketika
ginjal, hipofisis, otak, pembuluh darah, trombosit, hati, gonad,
tekanan darah meningkat, maka reseptor yang sensitif terhadap
dan sel tumor.
tekanan di sinus karotis, arkus aorta, dan atrium kiri, akan
Reseptor vasopresin. Terdapat tiga subtipe reseptor
mengirimkan sinyai aferen ke batang otak melalui nervus vagus
vasopresin yang telah ditemukan yaitu V1a, V1s, dan V2.
dan glosofaringeus, dan kemudian pelepasan vasopresin diinhibisi.
Reseptor vasopresin V1a memediasi glikogenolisis, agregasi
Vasopresin sendiri, dalam kisaran konsentrasi fisiologis dalam
trombosit, proliferasi sel, dan kontraksi serta pelepasan faktor
aliran darah, tidak akan mengubah tekanan darah.
koagulasi. Reseptor vasopresin V1s sebagian besar diekspresikan
di kelenjar hipofisis anterior dan memediasi pelepasan ACTH, Sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTII) dan
p-endorfln, dan prolaktin. Reseptor vasopresin V2 diekspresikan hormon penstimulasi tiroid (I'SH) dipengaruhi oleh vasopresin,
secara eksklusif di ginjal, dan defek pada reseptor ini yang mencapai kortikotrop hipofisis anterior melalui sistem
menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik. Kerja V1 dimediasi
portal. Vasopresin menyebabkan sekresi ACTH dengan
sendirinya sebagai hormon pelepas, dan juga meningkatkan kerja
melalui sistem IP3, sedangkan V2 melalui AMP siklik (Gambar
faktor pelepas kortikotropin (CRF, ihat Bab 17). Namun belum
34a).
diketahui seberapa penting efek vasopresin dalam mengontrol
pelepasan ACTH. Vasopresin, dalam konsentrasi fisiologis,
Kerja fisiologis vasopresin menstimulasi pelepasan TSH dari tirotrop hipofisis anterior, dan
Ginjal. Vasopresin memengaruhi kemampuan tubulus ginjal bersifat ekuipoten dengan hormon pelepas tirotropin (TRH).
dalam mereabsorpsi air (Gambar 34b). Reseptor untuk vasopresin Telah diketahui juga bahwa vasopresin sebenarnya menginhibisi
terutama berada di ansa Henle pars asendens dan duktus pelepasan TRH, dan diduga vasopresin yang dilepaskan secara
kolektivus, dan beberapa berada di mesangium (bagian perifer) sentral dapat berfungsi dalam hipotalamus sebagai bagian dari
glomerulus. Solut direabsorpsi kuat dari ansa Henle, sementara regulator umpan balik negatif 'short-loop' pada pelepasan
dinding duktus kolektivus mempunyai permeabilitas terhadap air TSH.
yang bervariasi. Bila tidak ada vasopresin, duktus kolektivus Hati" Vasopresin memiliki efek glikogenolitik di hati, dengan
bersifat impermeabel terhadap air, dan urin yang dihasilkan meningkatkan konsentrasi Ca2* intraselular dalam hepatosit.
bersifat hipo-osmotik. Bila keadaan ini berlangsung kronik, inilah Vasopresin mengaktivasi fosforilasi bergantung-kalsium dari
yang disebut diabetes insipidus. Ketika konsentrasi vasopresin enzim fosforilase yang mengkatalisis konversi glikogen menjadi
dalam plasma tinggi, contohnya pada dehidrasi atau perdarahan, glukosa loslat.
duktus kolektivus menjadi permeabel terhadap air, dan urin Otak. Vasopresin dapat terlibat dalam memori dan perilaku
yang dihasilkan bersifat hiperosmotik, sehingga menghasilkan sosial pria.
Vasopresin Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi 75
Sistem reni n-angiotensi n-aldosteron
J ...
I
r-_---*m
o,rt r".t
adrenat
AnAioleneinaqen AnqioIen.irll ,A,art;;il
t*''l A
Enztm pergkonverst
anqtolenS)n
I
I
,t
-4=-}
I
I
ArLeriol
eferen
-t-.-,";l
I
Ka?i e(
qlomerulug
lipovo emia
Tubulus
qrokeirnal
I Olomerulus ginjal
A"ao- er,u el
lOaC-?he-Pro -lis -l e {yr -Val -Arq -NH, Anqrolensin lll --+ ?elepaean a)doeteron?
76 Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi Sistem renin*angiotensin-aldosteron
terhadap perubahan rerata tekanan perfusi ginjal (baroreseptor eferen, sehingga menurunkan laju flltrasi glomerulus yang
ini dapat merupakan bagian dari sel jukstaglomerular itu secara proporsional lebih dari aliran darah ginjal. Hal ini
sendiri); menyebabkan peningkatan osmolaritas darah yang masuk
3 Terdapat inervasi otonom pada sel jukstaglomerular ke kapiler peritubulus, sehingga mendorong solut dan air
(stimulasi simpatis melepaskan renin). kembali ke dalam sel tubulus dan dengan demikian masuk
Terdapat kemungkinan bahwa ketiga teori tersebut signifikan ke aliran darah.
dalam regulasi pelepasan renin. (b) Telah terbukti mengkonstriksi sel mesangial glomerulus,
Kerja. Renin membelah angiotensinogen menjadi angio- yang juga berperan menurunkan laju filtrasi glomerulus.
tensin I dalam plasma dan ginjal (Gambar 35b). Angiotensinogen (c) Memiliki efek langsung pada sel tubulus dalam
merupakan globulin dengan berat molekul sekitar 60 kDa menstimulasi reabsorpsi Na*.
yang disintesis secara kontinu di hati dan dilepaskan dalam 3 Korteks adrenal. Angiotensin II sendiri, atau melalui
sirkulasi. Angiotensin I dikonversi menjadi bentuk yang aktif konversi menjadi angiotensin III, bekerja pada sel glomerulosa
secara biologis, yaitu oktapeptida angiotensin II, oleh enzim untuk meningkatkan sintesis aldosteron.
pengkonversi yang terdapat dalam plasma, sel endotel vaskular, 4 Sistem saraf. Angiotensin II berikatan dengan reseptor
ginjal, paru, dan banyakjaringan lainnya. Enzim pengkonversi
presinaps spesifik pada terminal saraf simpatis untuk
angiotensin (ACE) memiliki fungsi lain dalam inaktivasi
meningkatkan pelepasan norepinefrin. Zat ini terbukti
vasodilator poten yang disebut bradikinin.
mendepolarisasi sel kromafin medula adrenal, menyebabkan
pelepasan epinefrin dan, bila diinjeksi langsung ke dalam otak,
Angiotensin ll menyebabkan peningkatan garam dan rasa haus. Angiotensin
Angiotensin II merupakan vasokonstriktor alami yang paling menstimulasi pelepasan vasopresin dari kelenjar hipofisis
poten hingga saat ini. Hormon ini diinaktivasi cepat oleh posterior, suatu efek yang semakin diperberat oieh dehidrasi.
enzim angiotensinase di kapiler perifer. Salah satu metabolit, 5 Absorpsi air. Angiotensin II menstimulasi absorpsi Nan
yang disebut angiotensin III, terdapat dalam jumlah banyak dan air dari lumen traktus gastrointestinal (GIT) pada dosis
di kelenjar adrenal, dan telah terbukti menstimulasi pelepasan rendah. Selama dehidrasi, perdarahan, atau kehilangan garam,
aldosteron tanpa efek vasopresor yang signif,kan. Angiotensin angiotensin II bekerja pada usus halus untuk mengurangi
III merupakan heptapeptida, yang merupakan hasil pelepasan kehilangan, sementara aldosteron bekerja lebih dominan pada
terminal-N asam aspafiat dari angiotensin IL
usus besar untuk rirengurangi kehilangan.
6 Proliferasi sel. Angiotensin II telah terbukti memiliki efek
Kerja angiotensin ll
trofik pada sel otot polos vaskular, flbroblas, sel adrenokortikal,
I Otot polos vaskular dan jantung. Angiotensin II memiliki dan sel mesangial ginjal janin manusia. Peptida ini menstimulasi
efek vasokonstriktor poten dan langsung pada otot vaskular,
produksi protein spesifik seperti cr-aktin dan dapat berperan
dan memiliki peran yang kritis dalam regulasi tekanan darah
dalam memperbaiki trauma vaskular.
arteri. Terdapat perbedaan yangjelas dalam respons konstriktor
terhadap angiotensin II pada pembuluh darah di regio yang
Subtipe reseptor. Subtipe reseptor angiotensln II telah
berbeda. Pembuluh darah di ginjal, pleksus mesenterikus, ditemukan dengan menggunakan analog-analog angiotensin II
dan kulit sangat responsif terhadap angiotensin II, sementara yang berbeda. Reseptor AI1, bekerja melalui protein G dan
pembuluh pada otak, paru, dan otot skelet kurang berespons sistem second messenger IP3, memediasi peningkatan tekanan
terhadap pemberian peptida. Padajantung, angiotensin II bekerja darah pada volume ekstraselular dan proliferasi sel. Reseptor
pada miosit atrium dan ventrikel selama fase plateau potensial AI2 dapat memediasi proliferasi sel.
aksi, untuk meningkatkan masuknya Ca2* melalui kanal Distribusi subtipe reseptor pada jaringan. Sel otot polos
bergerbang voltase (voltage-gated), sehingga memperpanjang aorta, GIT, ginjal, hati, paru, plasenta, dan kandung kemih
potensial aksi yang akan meningkatkan kekuatan kontraksi mengekspresikan hanya reseptor AT1 saja. Baik reseptor AT1
jantung. maupun AT2 diekspresikan di otak. di mana reseptor AT1 dapat
2 Ginjal. Angiotensin II mengatur permeabilitas glomerulus, memediasi efek sentral angiotensin II terhadap tekanan darah,
reabsorpsi Na* dan air pada tubulus, dan hemodinamik ginjal. keseimbangan air dan elektrolit, arteriol ginjal, sel adrenal,
Angiotensin II memiliki tiga efek yang penting pada ginjal. jantung, dan uterus. Terdapat bukti bahwa ada lebih banyak
(a) Mengkonstriksi arteriol ginjal, terutama arteriol subtipe reseptor angiotensin IL
Sisiem renin-angiotensin-aldosteron Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi 77
Hipertensi endokrin
-l?otalamn
^Y\\l
Esensial
ffi |
' \:,.t/
I
+
ACTH
*
17 a-hid,roksilaee .tf] -------->
Kelenjaradrenal \J *-
?roqesNeron ------)$ 17 a-)H-Troqesleron
I 21..-hiaroku,lu". I 21a-Harnkuiluu"
1 1 -D
I
eoksikort ikostero n OC
I
-DeoksikorEisol
tt
D 17
GinJrl 1-catran,
1 1T-hidrotstlaee 1\T-hiaroou ,au"
I
11F-hidroketlaee ffi
tt
{
Kortikoeleron lB-l,idroksikorfiikoeteron
| |
J
KorLiaol
t
I
Tekanan arheri
X -De\cer: qtnjalberkurang
ffi
78 Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi Hipertensi endokrin
tirotoksikosis, pasien dengan akromegali biasanya mengalami terpenting setelah aldosteron. Kelebihan DOC didiagnosis
hipertensi pada saat datang dan hipertensi seringkali merupakan karena mengurangi produksi renin dan aldosteron melalui umpan
komplikasi obesitas dan diabetes. balik negatif pada kedua hormon tersebut. DOC merupakan
Dua tipe utama hipertensi telah diketahui-pertama adalah mineralokortikoid poten dan bersirkulasi dalam kiinsentrasi
hipertensi esensial, yang merupakan tipe yang paling sering yang sama dengan aldosteron. Namun, DOC normalnya bersifat
terjadi dan tidak memiliki penyebab yang diketahui, namun tidak aktif karena sebagian besar bersirkulasi dalam keadaan
etiologinya dapat berkaitan dengan gangguan fungsi endokrin, terikat dengan protein CBG dan diinaktivasi di hati. Urin tidak
telutama sistem rqnin-angiotensin-aldosteron (Gambar 36a). mengandung DOC. Kelebihan produksi DOC dapat terjadi
Tipe lainnya adalah hipertensi sekunder yang mengenai sekitar melalui overproduksi steroid, seperti pada hiperaldosteronisme
2-57o pasien dan biasanya merupakan akibat dari gangguan primer, penyakit Cushing (lihat Bab 20), atau ketika terjadi
endokrin, contohnya kelebihan glukokortikoid atau katekolamin, deflsiensi kongenital dari enzim yang memetabolisme steroid
atau hiperaldosteronisme. tertentu seperti 11|3-hidroksilase yang juga mengakibatkan
Secara klinis, tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko peningkatan produksi androgen dan virilisasi (lihat Bab 28).
penting penyakit kardiovaskular seperti stroke dan infark Defisiensi 17a-hidroksilase adrenal yang bersifat kongenital
miokard. juga akan memacu kelebihan produksi DOC dan akibatnya
Faktor yang meningkatkan tekanan darah. Tekanan menyebabkan hipertensi bersama dengan gangguan maturasi
darah meningkat (i) ketika jantung berdenyut lebih kuat (efek seksual pada kedua jenis kelamin (lihat Bab 22). Defisiensi
inotropik positif); (ii) ketika arteriol berkonstriksi sehingga 11p-hidroksilase dan 17a-hidroksilase diterapi dengan
meningkatkan resistensi perifer; (iii) ketika terjadi retensi glukokortikoid, yang merupakan terapi standar untuk semua
cairan dan garam; dan (iv) akibat pengaruh pusat pengendali bentuk hiperplasia adrenal kongenital yang berkaitan dengan
kardiovaskular di otak, atau kombinasi dua atau lebih dari retensi Na+.
faktor-faktor di atas.
Hipertensi dengan penyebab dari ginjal
Penyebab hormonal hipertensi dan terapinya Sistem renin-angiotensin-aldosteron normalnya bekerja dengan
Hipertensi dengan penyebab dari adrenal baik melalui mekanisme umpan balik untuk mempertahankan
Feokromositoma. Epinefrin, yang disekresi oleh feokromositoma osmolalitas plasma serta konsentrasi K* dan Na+ yang tepat
(tumor medula adrenal) meningkatkan tekanan darah dan (Gambar 36c). Keseimbangan ini, bersama dengan sistem
efeknya dapat dilawan dengan bloker a dan p. Masalahnya kardiovaskular yang terintegrasi, memastikan tercapainya
dapat diselesaikan dengan pengangkatan tumor. tekanan darah yang sehat. Sistem regulasi ini dapat melibatkan
Hiperaldosteronisme. Kelebihan sekresi aldosteron akibat kerja angiotensin di otak dan/atau organ sirkumventrikel
adenoma adrenal (hiperaldosteronisme primer; sindrom dari otak yang tidak memiliki sawar darah-otak, misalnya
Conn). Aldosteron meningkatkan retensi Na+ dan air dan hal area postrema. Mekanisme pastinya belum diketahui, namun
ini menimbulkan ekspansi volume plasma dan meningkatkan kemungkinan otak meregulasi pelepasan renin dari aparatus
tekanan darah. Keadaan ini dapat diterapi dengan memblokade jukstaglomerular ginjal dan'pengaturan kembali' angka tekanan
reseptor adosteron dengan spironolakton dan diobati dengan darah di otak melalui regulasi pelepasan renin mungkin penting
mengangkat tumor. Sekresi aldosteron juga dapat ditingkatkan bagi etiologi hipertensi esensial (Gambar 36c).
oleh kelebihan sekresi renin, yang meningkatkan produksi
angiotensin II, yang kemudian memacu pelepasan aldosteron Hipertensi dengan penyebab dari endokrin
(hiperaldosteronisme sekunder). Mekanisme ini memiliki Insulin. Terdapat hubungan kuat antara hipertensi, resistensi
peran penting dalam sekuens neurohormonal pada gagal insulin, hiperinsulinemia dan obesitas, sefta hipertensi dapat
jantung. Hiperaldosteronisme sekunder dapat diterapi dengan merupakan konsekuensi dari ketiga kondisi ini. Memang
memblokade produksi angiotensin II dengan inhibitor ACE, banyak pasien obes dengan hipertensi juga mengalami resistensi
atau dengan antagonis reseptor angiotensin II. Reseptor insulin. Pada pasien dengan diabetes tipe 2 (lihat Bab 40),
aldosteron dapat juga distimulasi melalui kelebihan produksi ambilan glukosa ke dalam jaringan terganggu sehingga terjadi
kortisol atau deoksikortikosteron (lihat bawah), yang mengikat peningkatan pelepasan insulin. Insulin menstimulasi aktivitas
reseptor aldosteron dengan afinitas tinggi. Kortisol normalnya simpatis serta meningkatkan ambilan kembali Na* di tubulus
dimetabolisme cepat oleh 11p-hidroksisteroid dehidrogenase, ginjal, dan hal ini dapat berperan dalam timbulnya hipertensi
dan pasien dengan defisiensi herediter atau yang tidak memiliki pada pasien ini.
enzim ini mengalami hiperaldosteronisme yang jelas. Tiroid. Hiperlensi, umumnya diastolik, dapat terjadi pada
Penyakit Cushing. Peningkatan konsentrasi kortisol pasien hipotiroid melalui peningkatan resistensi vaskular perifer
meningkatkan pelepasan angiotensinogen dari hati. Kortisol, seperti akibat hiperkolesterolemia dan peningkatan asam lemak yang
sudah dijelaskan di atas, juga menstimulasi reseptor aldosteron. berkaitan dengan rendahnya fungsi tiroid. Hipertiroidisme
Kelebihan produksi deoksikortikosteron (DOC) (Gambar menyebabkan hipertensi sistolik akibat kombinasi anrara
36b). Secara klinis, DOC merupakan mineralokortikoid kedua peningkatan curah jantung dan penurunan resistensi perifer.
Hipertensi endokrin Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi 79
lnsulin: I Pankreas dan sekresi insulin
Menujukandunq
em?edu - Aukl,us heaal, kus komunis )ela
9etp
Kap ler
9el-6
9elF
Duodenurn
Sekrctin
Glukagon
Gaelnn
7a i?epl aa inhltbitorlk gaeLer
?e2tiaa tnt eetina) vasoakrif
\NakIu
Skenario klinis adanya glukosa dan keton dalam urin. Ia mulai mendapat terapi
Seorang mahasiswa berusia 2l tahun dirujuk ke Klinik insulin dengan regimen 'basal-bolus', mendapat injeksi insulin
Diabetes di rumah sakit setempat. Ia merasa tidak sehat kerja-pendek 30 menit sebelum makan dan insulin kerja-sedang
selama sekitar 4 minggu, menyadari adanya peningkatan sebelum tidur. Gejalanya membaik setelah beberapa minggu
rasa haus, serta berkemih dalam jumlah banyak selama siang dan ia datang ke klinik untuk memperbaiki pola makan dan
dan malam. Secara umum ia merasa lelah dan tidak sehat. edukasi mengenai tes glukosa darah mandiri, penanganan
serta mengalami penurunan berat badan 6 kg selama sebulan serangan hipoglikemia, dan pemantauan komplikasi.
terakhir. Pemeriksaan fisik normal. Diagnosis diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 merupakan kondisi autoimun yang me-
ditegakkan berdasarkan glukosa darah sewaktu 25 mmol/L dan nyebabkan destruksi sel p pankreas (lihat bawah). Terapi DM
80 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal lnsulin: I Pankreas dan sekresi insulin
tipe I adalah insulin yang diberikan melalui injeksi subkutan terminal-C rantai A. Peptida penghubung (peptida-C; Gambar
oleh pasien. Terapi dirancang secara individual bagi pasien dan 37c) berinteryosisi di antara ujung terminal-C rantai B dan
umumnya diberikan insulin bifasik yang mengandung insulin ujung terminal-N rantai A. Pada aparatus Golgi dan,granula
kerja pendek dan sedang serta diberikan dua kali sehari atau penyimpanan, suatu enzim pengkonversi membelah proinsulin
sebagai reglmen'basal-bolus' dengan insulin kerja-sedang menjadi insulin.
diberikan saat sebelum tidur serta insulin kerja-pendek sebelum Sekresi insulin. Sintesis dan sekresi insulin distimulasi
makan. Pasien memantau konsentrasi glukosa darahnya dengan oleh glukosa (Gambar 37d) yang menstimulasi ambilan kalsium
menggunakan strip. uji glukosa darah kapiler dan glukometer (Ca2*) ekstraselular pada sel B. Kation ini memicu mekanisme
portabel. kontraktil, di mana mikrotubulus berperan dalam pergerakan
Hemoglobin terglikasi mencerminkan pengontrolan granula yang mengandung insulin menuju membran sel, di mana
diabetes selama hitungan minggu sampai bulan, mencerminkan granula berfusi dan isi granula dilepaskan ke ruang ekstraselular
masa hidup eritrosit (120 hari), dan digunakan untuk menilai melalui eksositosis. Sekresi insulin sebagai respons terhadap
pengontrolan glikemik pada pasien diabetes. Fraksi yang peningkatan mendadak glukosa dalam sirkulasi terjadi secara
paling sering digunakan adalah hemoglobin Alc (HbA1c) bifasik: terdapat pelepasan segera insulin yang disimpan dan
yang meningkat pada diabetes melalui ikatan kovalen dengan berlangsung kurang dari 1 menit, kemudian diikuti pelepasan
glukosa. Laju pembentukan HbAlc berbanding lurus dengan insulin baik yang disimpan maupun yang baru disintesis dan
konsentrasi glukosa darah. ini berlangsung lebih lama. Banyak zat lainnya menstimulasi
pelepasan insulin, namun tidak semuanya menimbulkan pola
Pendahuluan pelepasan bifasik. Karbohidrat, sebagian besar asam amino,
Pankreas terletak dekat dengan duodenum (Gambar 37a) dan yang lebih sedikit yaitu asam iemak dan keton, semuanya
dan terdiri dari dua tipe jaringan utama yaitu asinar yang menstimulasi pelepasan insulin. Walaupun sejumlah besar
mensekresi cairan digestif ke dalam duodenum, dan pulau hormon saluran cerna dapat menstimulasi pelepasan insulin,
Langerhans yang rnensekresi insulin dan glukagon langsung nalnun signifikansi flsiologisnya belum diketahui. Glukagon,
ke aliran darah sehingga pankreas bersifat endokrin sejati. yang disintesis di sel cr pankreas, menstimulasi pelepasan
Pankreas manusia memiliki 1-2 juta pulau yang terletak teratur insulin melalui efek langsung pada sel p.
di sekitar kapiler kecil di mana hormon disekresi. Sel pulau Pelepasan insulin juga dipengaruhi oleh sistem saraf dan
dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu c, 0, 6 (uga disebut A, neurotransmiter. Asetiikolin menstimulasi pelepasan insulin,
B, D), dan F (Gambar 37b). Sel 13, yung merupakan 607o dari sebagaimana halnya epinefrin, dan bekerja pada reseptor 13.
sel pulau, terletak di tengah pulau dan mensekresi insulin. Sel Pada sisi lain, stimulasi reseptor cr menyebabkan inhibisi
q, mensekresi glukagon dan sel 6 mensekresi somatostatin. pelepasan insulin. Stimulasi area yang berbeda dari hipotalamus
Jenis sel lainnya yaitu sel fl mensekresi polipeptida pankreas. pada hewan percobaan memiliki efek yang berbeda terhadap
Peran fisiologis polipeptida pankreas belum diketahui pasti. pelepasan insulin. Sebagai contoh, stimulasi listrik pada regio
ventrolateral menstimulasi pelepasan insulin, sementarg stimulasi
lnsulin listrik pada regio ventromedial menghambat pelepasan insulin.
Pada manusia, gen yang mengkode insulin terletak di lengan Sekresi basal insulin juga dipengaruhi oleh neurotransmiter.
pendek kromosom 1 1. Insulin disekresi oleh sel B pulau Obat yang memblokade reseptor cr-adrenergik meningkatkan
Langerhans. Insulin merupakan protein yang terdiri dari 2 tonus insulin basal, sementara obat yang memblokade reseptor
rantai, yaitu rantai A yang terdiri dari 27 asam amino dan p mengurangi tonus insulin basal.
rantai B yang terdiri dari 30 asam amino, dan terhubung Metabolisme insulin. Insulin bersirkulasi sebagai monomer
dengan 2 jembatan disulfida (A7B7 dan A20B19; Gambar dan tidak terikat pada protein plasma. Insulin difiltrasi oleh
37c). Jembatan disulfida lainnya menghubungkan .46.411 pada glomerulus namun hampir seluruhnya direabsorpsi pada
rantai A. Insulin dapat berada dalam keadaan monomer (berat tubulus proksimal dan didegradasi oleh ginjal. Hati membuang
molekul 6 kDa), ini merupakan bentuk yang dominan dalam separuh insulin portal hepatik yang melewatinya. Waktu paruh
sirkulasi. Bentuk ini dapat mengalami dimerisasi membentuk insulin dalam plasma adalah sekitar 5 menit. Proinsulin,
suatu dimer dengan berat molekul 12kDa dan tiga dimer dapat yang juga dilepaskan bersama insulin, memiliki waktu paruh
beragregasi dengan adanya dua atom zink membentuk suatu lebih panjang (sekitar 20 menit). Proinsulin tidak mengalami
heksamer dengan berat molekul 36 kDa. pembelahan menjadi insulin dalam plasma. Walaupun hati
Biosintesis. Insulin merupakan hasil pembelahan pro- dan ginjal merupakan lokasi utama degradasi insulin, namun
insulin. Proinsulin merupakan turunan dari prekursor yang sebenarnya semua jaringan dalam tubuh dapat menghancurkan
lebih besar yaitu preproinsulin, yang disintesis di retikulum hormon ini. Insulin dapat didegradasi ekstraselular dan .juga
endoplasma kasar. Proinsulin merupakan rantai kontinu yang intraselular, setelah berikatan dengan reseptomya dan mengalami
berawal di ujung terminal-N rantai B dan berakhir di u.jung internalisasi di dalam sel.
lnsulin: I Pankreas dan sekresi insulin Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 81
lnsulin: ll Kerja insulin
Asam
amino
I
l- I
@l q::9
Y
Merrbran
plaema
ao)- <- a.^^
Lokasi lnlraeelular Iemakbebas i Iemakbebas
kalalisis Tyr ryr
----, /Srknsl\, 6lupoun i------------s Glukos )''.
kinase ge1 4^rr
Tyr
v
\ <."ru l/
A"t.(+)t
+ ,
*:"
(qsulif-----
l^
G 6 ?
*|
Kelon -+-*
He?^lo7:ft
v\:/ -
Ln
Glulosa(
.H ">
&-
& )-o(c
\J *
9er '&
I I I *+l
74" 74" 70, ioo
7A 7o+ IransVorLer
N7 AT7 qlukosa direkruf,
*
---------------- 'o^ | dan didaur ulanq
lvln
2
\)n2+
t-----l
Ree eplor ahIer n alia aei I erin kin as e d1 aktiv asi:
---+ dan d,imasukkankemba| 7enln 0k aI an I? an 6 ? a rt er
ke Aalan membran alukoaa
(a) Kekuranganinsulin
l/\/ \ilV
I Alikoqenoliots :
Far)g < '' HiPerTlikenia
(t.cleha')
) Abkon"o4"n"uis ----+l lla t.1q
I Li?oliste ?etrrntb.'lbd
|
' J
I
I Olikoeuna
I VaeoA alaei I
I
i
Asidoeis perifer I
+
:
hiperketonernla
v
I
?o) dipeta <- Diuresis ooffotik :
I Ai?aLen1i, ra(enaha,'
I
I
hipefierm:a
I
I (d) ArtropatiCharcot,
I
+ v A,rt ro?alt Charcol rnerup akan manifegteei neL)ro?aN
KeLoasid,osls De? eei at aa( dtabeliky ang ebih jaran4 Lerjadt di fiana sendi kaki
Atabel,ikvana dzoat qa ar yan1 meniadi o en qat ti)ak Ieralur Aan arkue kaki kolaVs
berakibalfaf,al :
I da?al,beraktbar, :
e ehinqqa tin:bul
VredleV oetei ulkua
{ atal
EkEudal keras
EkeudaLlunak
TembenLukan
gembduh darah baru
Terdarahan
?rarcLina
Skenario klinis mmol/L; PO2 1,2 kPa; PCO2 3,4 kPa. Diagnosis ketoasidosis
Seorang wanita berusia 22 tahLtn menderita diabetes melitus diabetik ditegakkan dan dilakukan terapi rutin dengan cairan
(DM) tipe I sejak usia 13 tahun. Pada awalnya penyakitnya intravena, kalium, dan insulin sesuai dengan protokol lokal.
terkontrol, namun satu tahun terakhir ia masuk beberapa kali Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi serius
ke Unit Gawat Darurat karena hipoglikemia. Selama beberapa dari DM tipe 1 dan merupakan kegawatan medis. Keadaan ini
hari sebelum masuk ke UGD. ia merasa tidak sehat-ia dapat timbul sebagai penyakit tersendiri atau dapat menunjukkan
menderita infeksi saluran napas atas, dan walaupun memantau kepatuhan yang buruk terhadap diet dan terapi atau merupakan
glukosa darahnya lebih sering serta menggunakan insulin, ia efek suatu penyakit tambahan seperti infeksi dada. Angka
justru mulai muntah 8 jam sebelum masuk UGD. Pada saat di mortalitas KAD cukup signiflkan yaitu sekitar l07o dan harus
UGD, ia lemas dan muntah lagi beberapa kali. Suhu tubuhnya diterapi secara serius, tepat, dan dengan pemantauan ketat
meningkat, ekspirasinya memanjang (pernapasan Kussmaul), terhadap respons terapi.
terciuin bau aseton pada napasnya, serta terlihat dehidrasi
dan tidak sehat. Pemeriksaan Glucostix menunjukkan glukosa Kekurangan insulin
darahnya 24 mmollL dan urinalisisnya menunjukkan glikosuria Kekurangan insulin menimbulkan keadaan katabolik berat
dan ketonuria 3+. Analisis gas darah diiakukan segera dan (Gambar 39a). Tanpa insulin, giukosa tidak dapat diambil
menunjukkan asidosis metabolik dengan pH 1,2; HCO3 14 oleh jaringan sehingga timbul hiperglikemia. Sel kekurangan
84 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal lnsulin: lll Diabetes melitus tipe 1
Tabel 39.1 Komplikasi mikrovaskular
sumber energi dan menimbulkan respons glikogenolisis, sediaan insulin, mulai dari kerja pendek (larut), sampai ke kerja
glukoneogenesis, dan lipolisis untuk menghasilkan glukosa sedang dan panjang. Tujuan terapi adalah mempertahankan
untuk energi. Hal ini memperparah hiperglikemia dan kadar glukosa darah sedekat mungkin dengan nilai nomal, yang
menimbulkan asidosis melalui peningkatan produksi badan bervariasi sekitar 4 9 mmol/L. Pasien memantau kadar glukosa
keton, yang dapat berakibat fatal. Penghancuran protein dan darahnya secara teratur sepanjang hari menggunakan glukometer
Iemak tubuh menyebabkan penumnan berat badan, yang disebut dan mengatur dosis insulinnya sesuai nilai pemeriksaan. Terapi
wasting, dan asidosis menyebabkan vasodilatasi dan hipotermia. modern untuk pasien dengan diabetes tipe 1 menggunakan
Pasien menjadi hiperventilasi untuk membuang asidosis dalam
pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, perawat
bentuk karbon dioksida. Penutunan keadaan anabolik dan spesialis, ahli gizi, ahli mata, dan ahli chiropodil semuanya
memegang peranan penting. Edukasi pasien merupakan hal
hiperglikemia menyebabkan fatig (kelelahan).
Glukosa diekskresi di urin dalam bentuk diuresis yang
vitai dalam terapi-semakin seorang penyandang diabetes
mengefii kondisinya dan dapat mengatur penggunaan insulin
selanjutnya dapat menyebabkan kehilangan cairan dan garam
dan makanannya, maka semakin baik kontrol glukosanya dan
tubuh. Pasien menjadi dehidrasi, selalu merasa haus dan minum
semakin kecil kenlungkinan terjadinya komplikasi serius.
air dalam jumlah banyak (polidipsia). Pasien kemudian akan
TFansplantasi sel B manusia. Kemajuan terkini dalam terapi
jatuh dalam koma, etiologinya belum dimengerti sepenuhnya,
adalah keberhasilan transplantasi pulau Langerhans ke pasien
namun dapat merupakan efek kombinasi dari hiperketonemia,
diabetes tipe 1. Teknik ini memberikan harapan kesembuhan,
termasuk dehidrasi, hiperosmolaritas akibat hiperglikemia, dan
namun pada saat ini, suplai jaringan sangat jarang dan
masalah dengan mikrosirkulasi serebral.
pembentukan pulau dari sel punca (stem cell) sedang diteliti.
lnsulin: lll Diabetes melitus tipe 1 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 85
lnsulin: lV Diabetes melltus tipe 2
(a) Lokasi khas uniuk ulkus akiballekanan (pressure ulcer) pada diabetes,
m en cerminkan oklusi vaskular dan
(b) lskemia ray digital yanq akan menjadi gangren dengan euperinfeksi
keraguan, maka dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa. Gangguan toleransi glukosa
Panduan diagnosis DM ditunjukkan pada Tabel 40.1. Gangguan Puasa <7,0 <6,1 <6,1
toleransi glukosa merupakan kondisi penting dengan risiko 2 jam pascapemberian glukosa >7,8 >6,7 >7,8
tinggi menjadi DM tipe 2 dan memiliki risiko penyakit
makrovaskular lebih tinggi dibandingkan populasi normal.
Terapi diabetes tipe 2 secara umum adalah dengan pengaturan relatif. Mekanisme resistensi insulin pada diabetes tipe 2
pola makan, perubahan gaya hidup, dan obat hipoglikemik masih belum jelas. Walaupun terdapat sejumlah abnormalitas
oral bila diperlukan. Walaupun pasien dengan diabetes tipe 2 genetik dari reseptor insulin yang telah ditemukan, namun pada
tidak menderita ketosis dan tidak membutuhkan insulin untuk beberapa kasus yang berhubungan dengan sindrom resistensi
bertahan hidup, namun beberapa kasus membutuhkan insulin insulin yang jelas, hal ini jarang terjadi dan tidak menjelaskan
untuk mengoptimalkan kontrol glikemik. hiperinsulinemia yang terjadi pada sebagian besar pasien dengan
diabetes tipe 2. Konsekuensi hiperinsulinemia berkepanjangan
Diabetes melitus tipe 2 adalah terjadinya defisiensi insulin. Terdapat predisposisi
Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling genetik yang kuat bagi DM tipe 2 dengan adanya kesesuaian
sering terjadi, mencakup sekitar 85Vo pasien diabetes. Keadaan yang tinggi antara kembar identik dan prevalensi tinggi pada
ini ditandai oleh resistensi insulin disertai deflsiensi insulin komunitas etnik tertentu, terutama penduduk Asia Selatan dan
86 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal lnsulin: lV Diabetes melitus tipe 2
Afrika-Karibia. Namun faktor lingkungan juga berperan penting. Tabel 40.2 Komplikasi makrovaskular pada diabetes
misalnya orang obes memiliki angka resistensi insulin dan DM Penyakit kardiovaskular
tipe 2 yang jauh lebih tinggi. Peningkatan prevalensi hipertensi
Pasien dapat mengeluhkan gejala hiperglikemia seperti Penyakit jantung iskemik yang berhubungan dengan profil lipid
rasa haus dan poliuria walaupun hiperglikemia lebih sering abnomal yang menyebabkan infark miokard, gagal jdntung
terdiagnosis melalui pemeriksaan penunjang rutin atau pada Hiperglikemia mempercepat progresi aterosklerosis
pasien dengan penyakit kardiovaskular dan infeksi saluran kemih Penyakit serebrovaskular
atau kulit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan peningkatan Stroke
konsentrasi glukosa darah dan hemoglobin terglikasi, biasanya Penyakit vaskular perifer
berhubungan dengan dislipidemia. Sekresi insulin residual Klaudikasio intermiten
berarti bahwa seseorang dengan diabetes tipe 2 tidak mengalami Gangren
Penyakit kaki diabetik-iskemia dan ulserasi
ketoasidosis diabetik, walaupun orang tersebut dapat datang
dengan kegawatan yaitu dengan koma hiperosmolar non-ketotik
(hyperosmolar non-ketotic coma, HONK) yang diinduksi oleh
hiperglikemia berkepanjangan serta dehidrasi dan hipernatremia. Diabetes gestasional. Pasien dengan predisposisi diabetes
Pasien ini membutuhkan tata laksana yang ketat dengan tipe 2 dapat mengalami kondisi ini selama kehamilan, biasa-
penggantian cairan dan insulin dosis kecil untuk mengembalikan nya dengan hiperglikemia asimtomatik yang terdiagnosis pada
status euvolemia dan euglikemia sebelum menjalankan perubahan pemeriksaan rutin. Kontrol glikemik yang baik perlu dicapai
pola makan dan terapi hipoglikemik oral. untuk mencegah komplikasi pada bayi baru lahir dan kasus
Dulu diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada pasien berusia ini membutuhkan pemantauan ketat dan terapi insulin, kadang-
di atas 40 tahun. Namun, dengan meningkatnya insidensi kadang dalam dosis besar. Jika perubahan pola makan dan gaya
obesitas di negara barat dan onsetnya yang semakin dini, saat hidup tidak dijalankan setelah kehamilan, maka sebagian besar
ini terjadi peningkatan frekuensi diabetes tipe 2 pada orang (>157o) wanita dengan diabetes gestasional akan menderita
dewasa muda dan anak-anak. diabetes tipe 2 di masa depan.
Komplikasi makrovaskular merupakan penyebab utama
Terapi diabetes tipe 2 kematian pada pasien diabetes tipe 2, mencakup 50% kematian
Tujuan utamanya adalah mengontrol kadar glukosa dan lipid
dalam kelompok ini (Tabel 40.2). Risiko relatif penyakit
kardiovaskular adalah dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi
plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat' Pasien
pada pria dan tiga sampai empat kali lipat lebih tinggi pada
sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti
wanita dengan diabetes daripada kelompok kontrol berusia sama.
merokok, karena keduanya merupakan faktor risiko tambahan
Penyandang diabetes tiga kali lipat lebih berpeluang mengalami
untuk hipertensi dan penyakit kardiovaskular, dan keduanya
stroke dan 15 kali lipat lebih berpeluang mengalami amputasi
lebih sering terjadi pada diabetes tipe 2.
Awalnya diberikan saran perubahan pola makan. Tujuannya
tungkai bawah daripada mereka yang tidak menyandang
diabetes. Dalam jangka panjang, pasien dengan diabetes tipe
adalah mencapai konsentrasi glukosa darah normal dan
mengontrol hiperlipidemia dan tekanan darah. Tujuh puluh
2 juga dapat mengalami komplikasi mikrovaskular seperti
nefropati diabetik yang merupakan penyebab kedua tersering
lima persen pasien mempunyai berat badan berlebih atau obes
penyakit ginjal stadium akhir di Inggris. .
dan pilihan utama terapi awal adalah perubahan pola makan
yang bertujuan menurunkan berat badan pasien menjadi berat
ideal. Ketika berat badan ideal telah dicapai, pola makan Kaki diabetik
dapat disesuaikan untuk mempertahankan berat di angka yang Penyakit kaki pada penyandang diabetes disebabkan oleh
diinginkan. Pasien sebaiknya disarankan untuk berolahraga penyakit vaskular perifer atau oleh neuropati namun seringkali
teratur yang dirancang khusus sesuai kemampuan pasien disebabkan oleh keduanya (Gambar 40a dan b). Gangguan
karena hal ini membantu meningkatkan sensitivitas insulin suplai vaskular yang disertai tekanan eksternal dari sepatu atau
dan mengurangi kadar glukosa darah. Jika kadar lipid dan tekanan di suatu trtrk Qtressure point) merupakan predisposisi
tekanan darah tidak terkontrol, maka dibutuhkan terapi awal nekrosis jaringan dan pembentukan ulkus iskemik dan gangren
dengan obat penurun lipid, biasanya dalam bentuk statin, dan jari. Kaki iskemik ditandai oleh pulsasi nadi yang lemah atau
antihipertensi. Jika tidak tercapai kontrol glikemik yang baik tidak ada, pucat, kulit terasa dingin, dan pengisian kapiler
dengan perubahan pola makan, maka diberikan hipoglikemik yang buruk. Neuropati perifer menyebabkan kelemahan pada
oral. Terapi awal biasanya dalam bentuk sulfonilurea, seperti muskulus interossei dorsalis sehingga muskulus fleksor longus
gliklazid atau glipizid yang memacu sekresi insulin, atau dapat bekerja tanpa mendapat perlawanan sehingga kaki akan
metformin biguanid yang mengubah metabolisme glukosa berbentuk seperti cakar (claw). Terjadi redistribusi tekanan
perifer. Terapi yang lebih baru dapat ditambahkan, antara lain pada kaki sehingga dapat timbul ulserasi pada kaput metatarsal.
tiazolidindion, pioglitazon, dan rosiglitazon yang mengurangi Hilangnya sensasi nyeri dan sensasi posisi sendi semakin
resistensi insulin perifer dan akarbosa yang menghambat a- menambah masalah sepefti halnya iritan eksternal (seperti batu
glukosidase dan menurunkan konsentrasi glukosa postprandial. dalam sepatu) yang tidak dapat dirasakan oleh pasien, sehingga
Insulin dapat dibutuhkan untuk mencapai kontrol glikemik kulit terkelupas dan timbul ulserasi. Kaki neuropatik terasa
yang baik pada pasien diabetes tipe 2 yang telah lama tidak hangat dengan pulsasi kuat dan kulit kering.
terkontrol dan/atau mengalami gejala defisiensi insulin. Tata laksana penyakit kaki pada penyandang diabetes bersifat
Tata laksana klinis diabetes tipe 2 membutuhkan pendekatan kritis bagi pemeliharaan mobilitas dan pencegahan ulserasi,
multidisiplin. gangren. dan kemungkinan amputasi.
lnsulin: lV Diabetes melitus tipe 2 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 87
Glukagon
69 61 ZZ GR?? 1
HOOC NI,
29 2a 15
HOOCahr -Asn-Met -Leu-Irg -GIn -Vd,?he -AsV -Gln-A,Ia-Arg,Ar4 -)er -Aep-Leu Tyr
,HN -His-Aer G)n -GIy Ihr -?he -Ihr -Oer -Asp ly, -Ser -tjs
5 10
Glukagon
llipoqlikemia Etek
Aqonie adrenergikbela G luko n e sis
og e ne he g atik
9trrulasi kolinergtk Li?oliaio
aei hip of,alamus ve nLr o m e di al Glikogenolsie
'tiryul
<olesiotakinin,Vl? AEam amino, dan
3.be a?. d. ar ar ia. yi" a i\a a-qirir qlisero) ) qlukoea
1, inkoordtnasi i
I Non-epesiik: ]
mual. ^aLitleoa]a
<-I
eubunil, a proletn G
?rolein TroLd:n
kinaee I r.,nuu"
aktif inaklif
''
I
Efekhorrror
K3ndun4 empedu
HerW
Ambilan
qlukosa
1'
lrgul rl
olv
ffi I
1'
ffi- oekret'in
ffiF';itffry
Frzr +
tto
(b) F amili p eptida gasf,rin-kole sisi"okinin- (c) Sekresi HCI dari sel parielal lambunq
s eku ens p enl ap e?t.ida karb okeitermin alny a i d entik
Skenario klinis hormon lain meliputi: ACTH (timbul sebagai sindrom Cushing);
Tumor neuroendokrin sistem gastrointestinal merupakan tumor GHRH (menyebabkan akromegali); dan PTHrP (timbul dengan
yang jarang dan biasanya menimbuikan manifestasi yang berkaitan hiperkalsemia). Pasien dengan insulinoma datang dengan gejala
dengan kerja peptida yang disekresinya. Tumor neuroendokrin hipoglikemia; pasien dengan gastrinoma mengalami ulkus peptikum
fungsional meliputi: insulinoma tumor pankreas (mensekresi insulin), kompleks dengan diare; VIPoma menyebabkan diare, gangguan
VlPoma (polipeptida intestin vasoaktif), glukagonoma (glukagon), asam-basa, intoleransi glukosa, dan ruam eritematosa; glukagonoma
gastrinoma (gastrin), dan somatostatinoma (somatostatin); dan menyebabkan lesi kulit nekrolitik khas yang berkaitan dengan
tumor usus halus karsinoid (5HIAA), gastrinoma (gastrin), dan intoleransi glukosa, gangguan usus, masalah neuropsikiatrik,
somatostatinoma (somatostatin). Tumor pankreas dapat merupakan dan trombosis vena; dan pasien dengan somatostatinoma datang
bagian dari sindrom MEN 1 dan terkadang mensekresi sejumlah dengan steatorea, batu kandung empedu, dan diabetes. Tumor
(a) Keseimbangan asupan dan pengeluaran ener4i (c) Rangkuman mel,ab olisme
Asam
amino t I
f__'._-:
i)iet, :--- > }I;aAium inlermed aL l;idak d,itunjukkan
Asupan
enero,i
: A,uu
, amlno
:. ...
I Karbohidral
L
G ukaqon
,,
GlukokorLtk
T4
ln eu lin
la\J Hormon oerLtnbuhan
GLukoLorirLoirl
Glukaqon @
J' ol +
't Fool
I
l
zqArn Amtno fidak diturunkan
i. ."... .... ............
60%
I
I
)nsun
I
-l li
f)ormon Vertumbrt',,
Glukokort ikoid,
|
^
@ I @l
neu tr1
I
lormon ?erlurnbrhan
ol+ Glukokortiko d G)ukagonl^
I
I
EVinefrin
: Bahan b akar rnef,abalik
Glukokor\ikotd
Venl,rikel keliqa
Nukleue arkuatue
Area Sislemlimbik
hiVol;alamus
' . .: :r lateral
.
q-<
Ncrrror
Ranqsanqan
iI
NI3 balanq ar"ak (raeakenyanq)
'I
Le?tin
lnsulin
Glukosa
I
Ghrelln
lnsu in _|__> I
OiNr,r.ou I
Ghrein -------> J
AarrbaLan
perllaku makan
+
Massajarnqan
adiVosaberkuranq
Tele?aaanleryin W
lo
^.
I
W
Wffi <- N,4.rkrr <-
+
Teleqasan
1eprln I
@W
W n AaKT A4out r 4ene-related peptde
Maeea jaringan lc CART ( o. a' ne and amphT I 2 f ; np - yoq sla I ed tranecript
lN Neuropepl,idaY
adiposa mentngkat.
lN Nukleus irakius e ollLariuo
l7
llvM9H
7 ro - o
?i o
M"larocy e-gr imulef
ffi eI a n oko rf,i n
i40 narnoae
l
Skenario klinis insipidus persisten yang diterapi dengan DDAVP (lihat Bab
Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun datang ke klinik 34). Setahun setelah terapi. berat badannya meningkat 22 kg.
endokrin anak dengan keterlambatan pubertas dan keluhan Ia merasa sangat sulit mengontrol asupan makanannya dan
rasa haus serta poliuria. Pemeriksaan penunjang menunjukkan ibunya melihat bahwa ia dapat terus makan makanan apapun
hipopituitarisme dan diabetes insipidus yang disebabkan oleh yang ada di hadapannya. Diet untuk membatasi asupan kalori
kraniofaringioma, suatu tumor kistik pada hipotalamus. Ia gagal dilakukan.
diterapi dengan pembedahan dan radioterapi. Pascaoperasi. ia Homeostasis energi dikontrol oleh integrasi input otonom
mengalami defisiensi seluruh hormon hipoflsis anterior sehingga dan sinyal perifer oleh otak. Regio hipotalamus yang
membutuhkan terapi pengganti hormon dan mengalami diabetes terlibat dalam proses ini telah diidentiflkasi dalam sistem
94 Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas Homeostasis energi: ll Kontrol sentral
eksperimental, yang terutama melibatkan dua populasi neuron, Sebaliknya, neuron pengekspresi POMC/CART menghambat
neuropeptida Y oreksigeniklAgouti-related peptide neurones pusat PVN/LHA. Hipotesis ini didapat dari pengamatan bahwa
dan pro-opiomelanokortin anoreksik/sistem cocaine and leptin, hormon rasa kenyang, menghambat neuron pengekspresi
amphetamine-related transcript (CART). Neuron-neuron ini NPY/AgRP arkuatus dan mengaktivasi neuron POMC/CART
saling berhubungan dan dipengaruhi oleh sejumlah hormon arkuatus (Gambar 44b).
termasuk insulin, glukokortikoid, dan leptin. Sindrom obesitas Neuron POMC memproduksi peptida pro-opiomelanokortin
hipotalamik yang terlihat pada pasien dengan penyakit pada yang kemudian bergabung dengan beberapa peptida aktif lainnya
regio hipotalamus dan suprasela tampaknya berkaitan dengan termasuk cr-MSH (lihat Bab 17). c-MSH diyakini merupakan
gangguan pada m6kanisme homeostasis ini. produk yang beftanggung jawab untuk kerja inhibitorik sistem
POMC pada nafsu makan melalui reseptor MCR-4. Hal ini
Pendahuluan belum dipastikan karena beberapa produk hasil gabungan
Beberapa bukti menunjukkan pentingnya peran saraf dalam POMC, seperti ACTH, 1-LPH, dan I3-MSH dapat berikatan
pengontrolan homeostasis energi, yang statusnya bergantung dengan reseptor MCR-4.
terutama pada sinkronisasi asupan makanan, penggunaan energi. Sinyal dari pusat makan hipotalamus direlay ke perifer
dan penyimpanan energi. Sinkronisasi ini tampaknya sangat melalui nukleus traktus solitarius (NTS) batang otak, yang
dipengaruhi oleh sistem otonom dan sistem neuroendokrin. juga menerima sinyal aferen dari GIT melalui sistem saraf
Lesi di hipotalamus lateral memblokade perilaku makan pada otonom. GIT mengirimkan pesan humoral ke sistem saraf pusat
tikus sampai titik kelaparan, sementara lesi di area ventromedial melalui beberapa hormon lain termasuk hormon gaster ghrelin
menyebabkan perilaku rakus dan tikus menjadi sangat obes yang mengaktivasi neuron pengekspresi NPY/AgRP sementara
(Gambar 44a). Sinyal humoral dari GIT (traktus gastrointestinal), peptida kolon yang disebut PYYf: :ot menghambatnya.
misalnya CCK, atau insulin dari pankreas, atau glukokotikoid LHA memproduksi sejumlah peptida oreksigenik lain yang
dari kelenjar adrenal, bersifat oreksigenik yaitu meningkatkan disebut oreksin atau hipokretin (Gambar 44b). Dua oreksin
perilaku makan, sementara hormon hipotaiamus teftentu seperti telah ditemukan, yaitu A dan B, dan tampaknya berperan dalam
TRH dan CRH bersifat anoreksigenik. Hormon rasa kenyang mediasi perilaku mencari makan, gairah dan pola tidur-bangun
yaitu leptin yang disekresi di sel adiposa, merupakan mediator padabeberapa area otak melaiui aktivasijalur dari LHAke pusat
penting pada keseimbangan antara asupan makanan dengan otak lainnya, termasuk nukleus amigdaloid dan batang otak.
pengeluaran dan konservasi energi. Hipotalamus memantau Neuron oreksin diregulasi oleh rangsang humoral, termasuk
kadarnya dalam darah dan menyesuaikan perilaku makan sesuai yang disebabkan oJeh leptin, glukosa, ghrelin, endokanabinoid,
dengan kadar tersebut. dan neurotransmiter norepinefrin dan asetilkolin.
Singkatnya, tampaknya terdapat loop umpan-balik
Regulasi sentral perilaku makan regulatorik yang mempertahankan keseimbangan antara
asupan dan pengeluaran energi (lihat Gambar 43a). Loop rnt
Nukleus arkuatus secara anatomis merupakan kelompok
memungkinkan otak menilai jumlah jaringan adiposa melalui
kecil sel yang terletak di hipotalamus medial di bagian paling
leptin dan mengarahkan perilaku makan sesuai hasil penilaian
ventral dari ventrikel ketiga di dekat tempat masuknya resesus
tersebut. Pada manusia situasi ini tidak sesedefhana yang
infundibularis (Gambar 44a). Neuron nukleus arkuatus responsif
terhadap beberapa hormon endokrin yang bersirkulasi, termasuk
dikatakan. Produksi leptin berkaitan dengan massa jaringan
steroid gonad dan steroid adrenal, insulin, ghreiin, leptin, adiposa; namun pada manusia, konsentrasi leptin yang
peptida GIT PYY(3 :o; dan glukosa, dan nukleus arkuatus bersirkulasi tidak berkaitan sesederhana itu berkaitan dengan
dapat juga menjadi generator otonom ritme diurnai. Nukleus adipositas. Lebih jauh lagi, tidak tampak adanya perubahan
jangka pendek dalam hal leptin yang bersirkulasi, seperti yang
arkuatus merupakan bagian dari sistem sentral pengontrol nafsu-
makan melalui: (i) neuropeptida Y (NPY) dan neuron Agouti diharapkan dengan mengonsumsi makanan secara intermiten.
gene -related peptide (AgRP) yang stimulasinya meningkatkan Wanita umumnya memiliki kadar leptin dalam sirkulasi yang
perilaku makan, dan (ii) melalui pro-opiomelanokofiin (POMC) lebih tinggi daripada pria. Kemungkinannya, pada manusia leptin
dan neuron cocaine and amphetamine-regulated transcript merupakan bagian dari sistem regulasi untuk mempertahankan
(CAR|) yang stimulasinya mengurangi nafsu makan. Terdapat jumlah simpanan energi untuk kelangsungan hidup jangka
interaksi resiprokal di mana aktivasi oleh neuron pengekspresi panjang. Ghrelin mungkin merupakan regulator endogen bagi
NPY/AgRP akan menghambat neuron POMC/CART. OIeh perilaku makan, sementara peptida PYY mungkin merupakan
karena itu, inhibisi atau kerusakan nukleus arkuatus akan faktor rasa kenyang jangka menengah.
meniadakan kontrol regulasi yang penting dari pusat hipotalamus Pada manusia dan mungkin pada primata lain, perilaku
lateral. yang berkaitan dengan asupan makanan tidak lagi merupakan
Neuron pengekspresi NPYiAgRP arkuatus dan neuron desakan yang bersifat primitif pada loop neuroendokrin, seperti
POMC/CART berproyeksi ke nukleus paraventrikularis tidak adanya lagi desakan yang ditimbulkan oleh perubahan
(PVN) dan ke area hipotalamus lateral (LHA) (Gambar hormonal, yang membolehkan atau melarang perilaku reproduksi
44b), dan kerusakan keduanya, seperti telah dijelaskan di atas, pada wanita. Manusia dapat memilih untuk mengabaikan sinyal
akan menyebabkan hilangnya nafsu makan pada tikus. Aktivasi rasa kenyang, yang mungkin merupakan faktor dalam fenomena
PVN dan LHA oleh neuron pengekspresi NPY/AgRP diduga obesitas manusia, walaupun terdapat bukti adanya predisposisi
meningkatkan nafsu makan melalui aktivasi pusat PVNiLHA. genetik terhadap obesitas (lihat Bab 45).
Homeostasis energi: ll Kontrol sentral Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas 95
Obesitas: I Penyebab obesitas
(a) Gambaran ob eeitao di lnqgris (b) Hubungan anlara berat badan (diukur dengan IMT) dan risiko relatil
Calalan: Arafik di alas 1 998 d eL.Inpolaskan pada 4arislurus CaIaIan: Grelk ni d daearLan ?a^a aate dari ?ene)itian ?erawat wanrta ai
Aer4an nelade kuaA2lierkecil Aar basb aeLaLahrn 1 9BA Afre(ika 7etikalt. ?ene itlan urluL senue arang dewesa frerunjukkar hubunqan
Analbi. Netianal ADeit )ffrce eatl data Heallh 1n/etr lar En4lard yarghamp r sama aniera )MI aan|olko nortaltas ?ada ?r e
'rtrbet:
tunber: l\1an.on J E., Willet M J (1 995) tso4||aiqht and nat'elity enon4||anen.
l.\e|| Er4ijill Joffie!cf Meai.Ine
2,5
o
tO on
2,O
!
o trr
sa o
o10 q 1,o
ll
o,5
a o
Iahun
Iipe wild Oblob Tabel 45.2 ?isiko relatif b erba4ai penyakit pada individu ob es
dibandingkan non-obes
ffi*w try
ffiffiffi i#-ffifu FeWakit, Rlsiko relatif ',
Depreei
Kepercayaan
Ari rendah
Tenyakil; janLunq
iskemik,9a90E
)indrom sleep
apnoea
kanker Vayudara
fraumaliqamen
danlendon
Tromboemboli Hip ert enzi, hlps&oaqul abiliLa\, ateroskleram a,
vefla d,ar per y a < L jatr,tn q k o'oner
98 Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas Obesitas: ll Komplikasi kardiovaskular dan respirasi
Skenario klinis kananjuga terlihat pada pasien obes. Perubahan ini dapat terjadi
sebagai konsekuensi sleep apnoea dan sindrom hipoventilasi
Obesitas dikaitkan dengan sejumlah komplikasi dan komorbiditas.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian obesitas, dan mengakibatkan hipertrofl ventrikel kanan dan
pada pasien obes dan terdapat hubungan langsung antara derajat
hipertensi pulmonal, dan bahkan gagal jantung. Disfungsi
ventrikel kanan dapat juga terjadi sebagai lanjutan disfungsi
obesitas dengan derajat hipertensi. Faktor risiko penyakit
jantung koroner lainnya seperti merokok dan hiperlipidemia ventrikel kiri, sehingga terdapat kegagalan biventrikel.
harus diperhatikan. Risiko tromboemboli dan stroke lebih tinggi
Hipertensi seringkali merupakan konsekuensi obesitas,
pada populasi obes. Komplikasi lainnya adalah osteoartritis, terutama pada pasien dengan hiperinsulinemia dan hiper-
trigliseridemia. Pasien ini memiliki predisposisi infark miokard,
nyeri punggung, trauma ligamen dan tendon, batu empedu,
dan peningkatan risiko kanker tertentu telxtama kolon, rektum,
stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi terkait-obesitas memiliki
payudara, endometrium, dan prostat (Gambar 46a). Sindrom etiologi yang kompleks. Asam lemak bebas, leptin, dan insulin
dapat meningkat pada darah pasien dan dapat bekerja sama
sleep apnoea lebih sering terjadi pada individu obes, terutama
pria. mengaktivasi sistem renin-angiotensin dan memacu aktivitas
simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi dan retensi natrium.
Komplikasi kardiovaskular dari obesitas
Obesitas tidak hanya berkaitan namun juga memprediksi Komplikasi respirasi dari obesitas
aterosklerosis koroner baik pada pria maupun wanita, bahkan Sleep apnoea adalah berhentinya pernapasan saat tidur. Sindrom
dengan sedikit peningkatan IMT (Gambar 46b). Gangguan ini ditandai dengan mendengkur dan episode apnea yang
metabolisme lipid terjadi sebagian melalui penurunan kadar memuncak saat pasien terbangun tiba-tiba karena peningkatan
enzim lipoprotein lipase, suatu enzim pemecah lemak yang PaCO2 arteri. Pasien dapat mengalami beberapa episode apnea
sensitif terhadap insulin. Hal ini menyebabkan peningkatan pada satu malam, sehingga terjadi gangguan tidur dan pasien
trigliserida serum dan penumnan kolesterol HDL. Hiperglikemia menjadi somnolen/mengantuk pada siang hari. Deposit lemak
menyebabkan lebih banyak lagi glikasi LDL, yang meningkatkan di leher dapat menimbulkan kompresi eksternal terhadap jalan
alinitas LDL ke reseptor LDL termodiflkasi di makrofag. Hal ini napas bagian atas dan infrltrasi jaringan adiposa ke dalam otot
akan memacu sitotoksisitas sel endotel; produksi selbusa (foam dapat mengurangi ukuran jalan napas bagian atas, membuat
cell) dan proliferasi otot polos. Plasminogen activator inhibitor- faring menjadi lebih mudah kolaps dan menurunkan compliance
1 (PAI-l) meningkat (Gambar 46b) dan kondisi protrombik dinding dada. Selain itu, lemak abdomen dapat mengganggu
ini juga merupakan faktor risiko penyakit arteri koroner. pergerakan diafragma, terutama dalam posisi terlentang. Pada
Peningkatan kadar protein reaktif C dalam sirkrllasi, suatu sindrom hipoventilasi obesitas dapat terjadi penurunan dorongan
penanda inflamasi sistemik, juga terjadi karena peningkatan respiratorik sentral.
Iemak viseral tampaknya akan meningkatkan respons jalur Pemeriksaan mendetil mengenai tidur sebaiknya dilakukan
inflamasi yang melibatkan fosfolipase A2, molekul adhesi karena sindrom sleep apnoea yang tidak diterapi dapat
intraselular, dan protein reaktif C. berkembang menjadi hipertensi pulmonal dan gagal jantung
Gagal jantung kongestif. Hipertro{i ventrikel kiri merupa- kanan. Alat yang memberikan tekanan jalan napas positif
kan gambaran yang umum terjadi pada obesitas. Walaupun kontinu (continuous positive airway pressure, CPAP; Gambar
tidak terdapat hipertensi, peningkatan curah jantung dan volume 46c) telah tersedia untuk 'membuka'jalan napas bagian atas
sekuncup dengan disfungsi diastolik telah dikaitkan dengan dan mencegahnya kolaps. Alat ini mengurangi penderitaan
kematian mendadak pada pasien obes. Perubahan padajantung akibat .sleep apnoea dan .juga pasangannya.
Obesitas: ll Komplikasi kardiovaskular dan respirasi Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas 99
Obesitas: lll Resistensi insulin dan komplikasi
endokrin
(a) Adipositas oentral yang t erkail (b) Fakror qaya hidup dan penyakit
dengan diabeles lipe 2, konsentrasi
koleslerol HDL r endah, hip ertriglis eridemia +
p eninqkal an risiko kardiov askular
ulA
FFAilnqql Dis)iqoproleln Enzim
aramataoe
Tentnqkalan
fruks
l.
Q6t;. epar+r*.iiii,
ny,gri?unqgufi,q,
kolesl;erol
ffi| I
r
I
Iil + HiDcrrcnsi J
lrtiark.miokatd .
I
Diaberesuee 2
Ko1,ak abu- abu - ?enyakil ?enLinq,
Tge,lyqkAt ay riqlieerida seram KoIak hijau - Fakl;or 4aya hidup y anq menjadi
KolesEercl HDt'endah
Vredieposiel ?enyakiN
tliplrineutinemiadanreo|gteft^ilns$lin,, NIDDM Non-insulin tlependent diabetes mellitua
Pen)nigkaNankadalr frbrinoqen,:plagma : , :'
FFA Free fatLy acid, asamlemakbebas
100 Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas Obesitas: lll Resistensi insulin dan komplikasi endokrin
Skenario klinis korlisol berlebih ke dalam sirkulasi, walaupun obesitas yang
Sindrom metabolik terjadi disebabkan oleh redistribusi lemak ke wajah, leher,
dan regio abdomen. Terjadi juga retensi cairan yang signifikan
Obesitas dikaitkan dengan sejumlah konsekuensi metabolik
dengan masalah kardiovaskular akibat kerja mineralbkortikoid
yang ditandai oleh resistensi insulin dan hiperlipidemia. Hal
oleh kortisol yang berada dalam konsentrasi tingfi di darah.
ini memberi kontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular dan diabetes (Gambar 4la dan Tabel 47.1).
Hipotiroidisme dapat dikaitkan dengan peningkatan berat
badan. Obesitas mengganggu hasil dari tes fungsi hipotalamus-
Sindrom metabolik merupakan istilah yang digunakan untuk
hipof,sis. Tes provokatif seringkali terganggu. Sebagai contoh,
serangkaian gangguan metabolik yang terjadi pada satu
obesitas mengurangi respons pelepasan GH terhadap pemberian
pasien, semuanya harus diperhatikan dan dimodifikasi. Pasien
GHRH. Respons kortisol terhadap CRH juga terganggu pada
dengan sindrom metabolik mengalami resistensi insulin,
pasien obes, dan respons abnormal ini menghilang dengan
yang mendahului onset hipertensi dan DM tipe 2 dan diduga
penurunan berat badan.
merupakan gangguan patologis utama. Sindrom metabolik
meliputi resistensi insulin, hiperinsulinemia, hipertensi,
hipertrigliseridemia, kolesterol HDL rendah, dan obesitas. Terapi obesitas
Pasien dengan sindrom metabolik berisiko tinggi mengalami Obesitas merupakan kelainan kronik yang dikaitkan dengan
penyakit makrovaskular dan terapi harus ditujukan untuk morbiditas signifikan, gangguan kualitas hidup, dan peningkatan
memperbaiki sensitivitas insulin dengan diet dan olahraga serta angka morlalitas. Terapi obesitas cukup sulit, tidak hanya akibat
terapi hiperlipidemia yang agresif. individu obes memerlukan perubahan gaya hidup yang signifikan
(Gambar 47b), tapi juga karena prasangka dari masyarakat
Sindrom ovarium polikistik dan resistensi insulin dan dokter terhadap kondisi obes dan tata laksananya. Prinsip
Obesitas ditemukan pada sekitar 50Vo wanita dengan sindrom penanganan obesitas sebenarnya sederhana-yaitu memproduksi
ovarium polikistik Qtolycystic ovary syndrome, PCOS). Wanita keseimbangan energi negatif yang akan menggunakan
kurus dengan PCOS memiliki derajat hiperinsulinemia dan simpanan energi dan mempertahankan hal ini dalam waktu
resistensi insulin yang iebih ringan, yang berperan daiam lama. Pelaksanaannya jauh lebih rumit, karena membutuhkan
patogenesis PCOS tanpa dipengaruhi oleh obesitas karena edukasi mengenai diet dan aktivitas fisik, dan bila dibutuhkan,
insulin menstimulasi produksi androgen ovarium. Konsekuensi pemberian obat-obatan selain perubahan gaya hidup.
metabolik dari obesitas dan hiperinsulinemia terlihat pada Usaha menciptakan obat antiobesitas yang aman dan efektif
wanita dengan PCOS yang memiliki risiko tinggi menderita berbenturan dengan masalah yang terkait dengan keamanan
gangguan toleransi glukosa dan diabetes tipe 2. Bukti klinis dan efikasi. Obat yang lebih baru seperti inhibitor ambilan
hiperinsulinemia dapat terlihat sebagai akantosis nigrikans. suatu serotonin dan norepinefrin yaitu sibutramin dan orlistat, yang
pigmentasi cokelat keunguan yang biasanya terlihat di leher menghambat lipase pankreas sehingga mengurangi absorpsi
bawah dan aksila pada wanita obes dengan PCOS. lemak di gastrointestinal, keduanya menunjukkan efektivitas dan
telah mendapat izin penggunaan di Inggris. Penelitlan terhadap
Penyebab endokrin lainnya dan implikasi sejumlah obat baru seperti leptin dan antagonis neuropeptida
obesitas Y masih berlangsung. Terapi pembedahan untuk mengurangi
Penyebab endokrin lainnya dan implikasi obesitas meliputi ukuran lambung masih merupakan pilihan bagi pasien dengan
sindrom Cushing (lihat Bab 18) dan hipotiroidisme (lihat Bab obesitas morbid yang gagal diterapi dengan intervensi diet dan
20). Sindrom Cushing mencerminkan gejala akibat sekresi medis.
Obesitas: lll Resistensi insulin dan komplikasi endokrin Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas 101
Kalsium: I Hormon paratiroid (PTH)
fr:/g (r,25-(o-)--D)
-D)
#-4. "l + i
: Vf{":_:*'l
,r"ro , r
,,,.*.1
--,
I
l@D
\- ,-/: O- (.zLr en)2' ,:1r
!f.q..i\
(rrr-) zr'lor1, al
I
[Jr I
I
I
(?rH)
I
Y
I
t
l
:'622+;
:
:l,
, ,c:'':; aE."rt
tE l.: I
_t ? _t
Ginlal
:. Flaema I
Ginial
l-
I
i
uo - . l)
tt
tt
Plaoma
,)'
|I |ta- i
Dtl +v
te6t
AA
+ i i@ rubr
Tulan4
'qtn.la II I
I
(b) Diaqram etruklur ?re?ro?fH manusia
ELsLreqr La'T.J
NHz
Tabel 48. 1 ?erb edaan antara hi? er?aratiroidiome dan hiperkalsemia '...di*;;
akibaf,keganasan I rT!
R.eeepIor + E
lliperyari*uroidisme t+iperkAlsemiaakibat
9?:r m :,trl I dt
Wkiler keganasan f'.ift,i,T,rffi -
+
Kondist kilnie eehatl,
?asienbiaeanya Paaien biasanya,tidak I
102 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Kalsium: I Hormon paratiroid (PTH)
Skenario klinis Sekresi PTH dikontrol oleh kalsium piasma sehingga
terdapat hubungan terbalik antara kalsium plasma dan PTH
Seorang wanita berusia 55 tahun, Ny B, menjalani pemeriksaan
(Gambar 48c). Sel chief paratiroid memiliki situs yang
darah rutin di dokter dan ternyata kadar kalsium serumnya
mengenali kalsium dan second messenger-nya adalah cAMP.
2,88 mmol/L. Ia dirujuk ke klinik endokrin setempat' Ia tidak
PTH mengalami pembelahan di sirkulasi, hati, dan ginjal, dan
mengalami gejala apapun, tidak mengaiami gejala klasik
salah satu fragmennya dalam sirkulasi (1-34) tetap aktif secara
akibat hiperkalsemia seperti nyeri tulang, nyeri abdomen,
biologis.
kolik ginjal, rasa haus, poliuria, atau rasa lelah. Pemeriksaan
penunjang lebih lanjut mengkonfimasi adanya kalsium serum
tinggi yang berhubungan dengan konsentrasi fosfat serum Kerja fisiologis PTH
rendah, konsentrasi vitamin D normal, peningkatan ekskresi Tulang. PTH bekerja pada tulang untuk melepaskan kalsium,
kalsium dalam urin 24 jam, dan peningkatan konsentrasi ortofosfat, magnesium, sitrat, hidroksiprolin, dan osteokaisin,
hormon paratiroid serum. Scan dengan radioisotop sestamibi yang membentuk 1-28% dari seluruh protein tulang dan
menunjukkan adanya abnormalitas tunggal di kelenjar paratiroid memiliki afinitas tinggi terhadap kalsium. Karena itu PTH
kanan bagian atas, dan selanjutnya dilakukan pembedahan yang memiliki efek resorptif pada tulang yang mungkin bekerja
mengkonfirmasi adanya adenoma paratiroid soliter. langsung pada osteoblas, lalu menstimulasi aktivitas osteoklas.
Osteoblas mensintesis kolagen, tempat kalsium fosfat mengendap
-
Peran kalsium menjadi kristal hidroksiapatit. Tulang mengalami demineralisasi
oleh sel osteoklas yang melepaskan asam hialuronat dan asam
Kalsium bersifat esensial untuk: pertumbuhan tulang, pembekuan
fosfatase, yang dapat melarutkan kalsium fosfat.
darah, mempertahankan potensial transmembran, replikasi sel,
Traktus gastrointestinal. PTH menstimulasi ambilan
koupling stimulus-kontraksi dan stimulus-sekresi, dan proses
kalsium dari GIT (gatrointestinal tract, traktus gastrointestinal)
second messenger.
melalui kerja secara tidak langsung pada metabolisme vitamin
Kalsium dalam sirkulasi dan ekstraselular, pada orang
D.
dewasa dipertahankan pada 2,22,6 mmolil. Kesetimbangan ini
Ginjal. PTH meningkatkan ekskresi fosfat di urin melalui
dicapai terutama dalam ginjal dan saluran cerna, dan dengan
kerja secara langsung pada tubulus proksimal ginjal (Gambar
pertukaran antara tulang dan cairan ekstraselular' Sekitar
48a). Hal ini menstimulasi resorpsi kalsium tulang karena
separuh ion yang bersirkulasi berada dalam keadaan bebas dan
hormon ini memacu ionisasi kalsium melalui reduksi pada
sisanya terikat dengan albumin plasma. Kesetimbangan kalsium
produk solubilitas [Ca2*1 x [PO+3 ]. Selain itu, PTH menghambat
dalam sirkulasi terganggu oleh abnomalitas protein, gangguan
reabsorpsi bikarbonat, menstimulasi asidosis metabolik yang
asam*basa. dan perubahan konsentrasi albumin plasma. Tulang
memungkinkan ionisasi kalsium, resorpsi kalsium dari tulang,
merupakanpoo/ kalsium terbesar, poolyang lebih kecil berada
dan disosiasi kalsium dari lokasi pengikatan protein plasma.
di jaringan lunak, dan yang lebih kecil lagi adalah cairan
ekstraselular. Anak memiliki keseimbangan kalsium positif,
dan pada usia l8 tahun akan memiliki sekitar 1 kg kalsium'
Patofisiologi PTH
Hiperkalsemia merupakan gangguan endokrin yang
Regulasi metabolisme kalsiurn umum terjadi. Sebagian besar (977o) merupakan akibat
hiperparatiroidisme primer atau hiperkalsemia yang berhubungan
Regulasi ini pada prinsipnya diatur oleh tiga hormon: hormon dengan keganasan (Tabel 48.i). Hiperkalsemia dapat disebabkan
paratiroid (PTH) dari kelenjar paratiroid (Gambar 48a) yang sarkoidosis, gagal ginjal yang tidak ditangani, tirotoksikosis,
meningkatkan konsentrasi kalsium dalam sirkulasi; kalsitonin meminum susu, alkali, atau vitamin D secara berlebihan, atau
dari sel parafolikular tiroid yang menurunkan kalsium; dan imobilisasi berkepanjangan, namun semua ini jarang terjadi.
1,25-dihidroksi-vitamin D3, suatu metabolit vitamin D, yang Gejala hiperkaisemia meliputi poliuria, polidipsia, nyeri tulang,
meningkatkan ion kalsium dalam sirkulasi. nyeri abdomen akibat batu ginjal, dan depresi. Bukti radiologis
Kelenjar paratiroid terdapat pada semua vertebrata darat. resorpsi tulang dapat dilihat terutama pada falang terminal.
Pada manusia, terdapat empat kelenjar paratiroid yang tertanam Hiperparatiroidisme. Sebagian besar pasien dengan
di setiap kutub kelenjar tiroid dan terdiri dari adiposit dan hiperparatiroidisme primer temyata memiliki adenoma paratiroid
seI chief yang mensintesis hormon. Terdapat sel lain yaitu jinak. Yang lebih jarang, terjadi hiperplasia empat kelenjar
sel oksifil yang jumlahnya meningkat setelah pubertas dan paratiroid atau (yang sangat jarang) karsinoma paratiroid.
fungsinya belum diketahui. Hormon paratiroid disebut juga Pada pasien dengan adenoma paratiroid soliter, kadang-kadang
parathormon dan disingkat PTH. tata laksana konservatif dengan pemantauan kalsium dapat
dilakukan, terutama pada pasien usia lanjut. Namun secara
Sintesis dan sekresi PTH umum, terapi bedah untuk pengangkatan disarankan untuk
Gen PTH terletak di lengan pendek kromosom 1 1. PTH matur mencegah timbulnya penyakit tulang jangka panjang.
merupakan polipeptida yang terdiri dari 84 asam amino, Hiperparatiroidisme sekunder terjadi setelah hipokalsemia
merupakan hasil pembelahan dari pro-PTH yang terdiri dari 90 berkepanjangan, biasanya terjadi pada gagal ginjal kronik.
asam amino, yang merupakan hasil pembelahan dari prepro-PTH Hipoparatiroidisme atau defisiensi PTH menyebabkan
yang terdiri dari 115 asam amino (Gambar 48b). Pembelahan hipokalsemia. Hipoparatiroidisme primer merupakan kondisi
pro-PTH menjadi PTH terjadi sekitar 15 menit setelah pro-PTH autoimun yang jarang terjadi; hipoparatiroidisme lebih sering
sampai di aparatus Golgi. Pro-PTH ini dikemas dalam vesikel terjadi setelah pembedahan tiroid dan kerusakan kelenjar
dan dilepaskan melalui eksositosis. paratiroid yang tidak disengaja.
Kalsium: I Hormon paratiroid (PTH) Kalsium dan penyakit tulang metabolik 103
Kalsiurn: ll Kalsitonin
(a) Sintesis kalsito nin
Tabel 49.1 Sindrom Neoplaaia Endokrin Multipel
mRNA ka sitonrn
: Neo?laeialnAakrjnMulnipel
(Muhiple,Endocrfn*,,., .
Neoplasia,tulEv)merupal"antimbulnyatumorpada,
dua atau lebih orgat er"dokt .n ?aoa 2eoran6 palier,.
Terdapat, dua ,Qe uLa('a 5indrcm rc|qanLunq
pada
kelenjaryanqte-<aqa, VLN 1 (oerkaiEal denqan
Trokalsil;onin
mut aai padak(omaaom 1 1 q1:3) dan MEN ?. MEN 2,
dibaqi menjadi3 +vbqrupyaiEu\,r'EN 2a.2b. dan
kankert,irold medular (Medu$ary fhy*id Caneex MT,?J, :,
Ganpenyalab sindromMEN Zterlerakpada ,t.. ,
Temb el ah an ?r ole olitik kramosom l aeen-1 Oq1 1 . 1indram I,AEN dapat
b e rc|fiaI; f arnili al atau a p o r a dik w al a a,pun p e dy
\^K OH
Eyjdernis en
i"iiii, I'
G::'
ftd
##
Ca2+ V
Mitokondria
W ,25,(OA)?-Dc
(e) Kerja fisioloqis vitamin D
i+
i 1 .25-(O,r) 2-D",
1,25,(0r)?-D3
Faratiroid
ffi
TubuluE
3el aerosa
9eltubulus
(d) Mekanieme ke rja vitamin D
ra;;r",^r;,
1 25 (OH)-'D-
1l
1,25-(Ot1)2
,
Sitoplaema
3e.baq
tl
'it;i' i
Darah
--i Darah
(a) Resorpsi lulanq yanq dimediasi osteoklas (b) Diferensiaoi dan aktivasi osNeoklae
Nukleus /-\
Tulanqluruh dalam
osI;eoklas
'@
l'/ronaeil
baNae rnembran
I
osl;eoklae yangkasar rNF I
rL-1
a: e _
"," '"- ,;1..,:'-.11r uaaq
".;: .,, .:.-
l
I
+
' (.-a; 1 ".r:j,:,
Faoe ielirahal
@
)el sI;roma
@
o7G GM-C)F
Osf,eoklae
M-C)F
tL-6
t>11
ResorVsi RANKL
rGr-p
asteoklas
yanq akllf
'memakan'
@@@
Farmagi 7 ro genllor ooteoklae dini
Osteoid I
I
-
ffi
aeteoklae aktif
I
1l-\
t=:--j
Osteoklas inak+'if
Kevereal
GM-C)F Granulocsr\e macrophaqe-colony stimulal:ing factor
M-C)F Macrophaqe colony ollmdailng facLor
O sie oklas y an q
------+ ", lL-6 lnl,erleukin-6
menqalami a?o?toe g lL-1 1 lnl;erleukin-1 1
O?G )steoprol,e7erin
RANKL Receptor act ivat:.or of nuclearfactorrB liqand
TAF-P Tranaformin47rowbhfactor-B
Remodeling tulang
Struktur selular tulang
Remodeling tulang merupakan siklus yang terdiri dari resorpsi
Matriks tulang tersusun dalam lapisan-laspisan konsentris yang
tulang dan pembentukan tulang baru. Siklus ini bergantung
disebut lamela. Unit struktur pada tulang padat adalah osteon.
pada kerja hotmon sistemik untuk mendapatkan suplai kalsium
Dalam setiap osteon, lamela tersusun di seputar kanal Havers
fosfat yang cukup, dan pada kerja hormon lokal untuk aktivitas
sentral; kanal ini terdiri dari pembuluh darah dan saraf. Osteosit
komunikasi antara osteoblas dan osteoklas. Keseimbangan
terletak dalam lakuna yang berhubungan dengan cabang tubulus
antara suplai mineral ke tulang dan resorpsi tulang di bawah
yang disebut kanalikuli. Kanalikuli menyebar ke luar dari
pengaruh PTH normalnya diseimbangkan oleh koupling sinyal
lakuna membentuk jaringan luas, menghubungkan sel tulang
satu dengan yang lain dan dengan suplai darah.
kimiawi yang belum sepenuhnya dimengerti. Remodeling
tulang merupakan proses yang berlangsung terus-menerus,
sehingga saat tulang diresorpsi, terjadi pembentukan tulang baru
Jenis sel dalam tulang
(osteoid) oleh osteoblas (Gambar 51c). Pada tulang kortikal,
Terdapat tiga jenis sel utama pada tulang yaitu osteoblas,
remodeling terjadi dari dalam dan terdiri dari empat fase:
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas merupakan sel utama
ada fase istirahat ketika osteoklas mulai teraktivasi; selama
penghasil tulang. Sel ini berasal dari sumsum tulang dan
fase resorpsi, sekelompok osteoklas memotong saluran dalam
saat matur memiliki reseptor untuk vitamin D dan hormon
tulang, diikuti oleh osteoblas; selama fase reversal, osteoklas
paratiroid (PTH). Osteoblas matur yang sudah terdiferensiasi
mengalami apoptosis; dan selama fase formasi, osteoblas mulai
akan bermigrasi ke permukaan tulang dan membentuk matriks
menghasilkan tulang baru.
tulang di lamela dan menginduksi mineralisasi. Osteoblas
Pada tulang kortikal, osteoblas menghasilkan silinder-
mengekspresikan fosfatase alkali dan sejumlah protein matriks,
silinder tulang baru, secara progresif mempersempit saluran
termasuk osteokalsin dan kolagen tipe 1. Osteosit merupakan
yang kemudian menjadi kanal Havers. Pada tulang trabekular,
osteoblas yang terperangkap dalam tulang kortikal selama
remodeling berlangsung di permukaan, ketika osteoklas
remodeling; sel ini berkomunikasi dengan osteosit lain dan
membentuk cekungan yang kemudian diisi oleh osteoblas.
dengan kapiler untuk memastikan suplai nutrien.
Untuk kedua jenis tulang,, siklus remodeling berlangsung
Osteoklas merupakan sel multinuklear besar yang berfungsi
meresorpsi tulang (Gambar 51a). Osteoklas berasal dari selama 200 hari. Sistem ini terintegrasi oleh sinyal kimiawi
prekursor mononuklear hematopoietik pada jalur diferensiasi lokal yang belum diidentifikasi tapi kemungkinan melibatkan
monosit/makrofag di bawah pengaruh interleukin-i (IL-1) dan integrin, sistem RANKL dan kalsitonin, PTH dan interleukin.
tumour necrosis /acror (TNF) serta berdiferensiasi di bawah PTH memacu resorpsi untuk mengoreksi hipokalsemia dan
pengaruh sejumlah faktor termasttk macrophage colony- hal ini memicu kerja osteoblas. Osteoblas mempunyai reseptor
stimulating factor (M-CSF; disebut juga CSF-l); GM-CSF untuk PTH dan hal ini mungkin merupakan bagian sistem
(granulocyte macrophage colony-stimulating factor); TGF-13 yang mengaktivasi osteoblas. Beberapa hormon lain juga jelas
(tr ansforming growth fact or - l3); IL-6 dan IL- 1 I ; vitamin D dan memengaruhi sistem ini. Estrogen, misalnya, secara langsung
PTH (Gambar 51b). Terdapat bukti bahwa sel megakariosit menghambat osteoklastogenesis dan memiliki efek regulatorik
mengekspresikan aktivator reseptor pada ligan NF-rb (receptor lain pada osteoblas dan sel stroma sumsum tulang. Estrogen
activator of nuclear factor rcB ligand, RANKL) yang termasuk menunjukkan pengaruhnya yang besar melalui peristiwa
famili ligan TNF dan bersifat esensial bagi proses diferensiasi' osteoporosis yang muncul saat estrogen tidak ada lagi setelah
RANKL melekat pada RANK, suatu reseptor pada permukaan menopause (lihat Bab 53).
@) f ampilan w ajah pada penyakit ?aqet yang (c) 5can t ulang ioot op yang menunjukkan ambilan difus
menunjukkan p enonjolan fronlal pada Lulang t enqkorak pada penyakit?aget
Y/
(
\"-
\ ,=:-:-
lia
.
@
t\ -t \..-
V u-)
110 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Penyakit tulang metabolik: I Penyakit Paget
Skenario klinis ini bukan sepenuhnya merupakan gangguan
tulang. Penyakit
metabolik karena sifatnya fokal pada tulang. Etiologinya
Penyakit Paget (Osteitis deformans) merupakan gangguan tulang
tidak sepenuhnya dimengerti, namun mungkin melibatkan
kronik yang menyebabkan nyeri dan deformitas tulang. Penyakit
infeksi virus kronik karena badan inklusi paramiksovirus telah
ini menyerang sekitar 107o orang berusia lanjut, terutama pria.
ditemukan pada osteoklas pagetik, dan DNA virfis campak
walaupun dapat asimtomatik dan ditemukan pada pemeriksaan
telah diidentiflkasi pada pasien. Penyakit ini mungkin bersifat
darah rutin atau pemeriksaan radiologi. Sebagian besar pasien
familial. Penyakit Paget ditandai oleh gambaran aktivitas tulang
datang dengan nyeri atau deformitas tulang-hal ini merupakan
metabolik yang tinggi, termasuk selularitas dan vaskuiaritas
ciri khas gangguan ini dan meliputi perlengkungan tulang berlebih. Osteoklas, sel multinuklear besar, yang normalnya
panjang, pembesaran tulang tengkorak dengan penonjolan
hanya ada saat tulang diresorpsi, dapat menjadi sangat besar
frontal, dan yang lebih jarang, fraktur patoiogis (Gambar 52a,
dan bernukleus sangat banyak pada penyakit Paget, ketika
b, dan c).
tulang mengalami remodeling berlebihan. Tulang hasil akhirnya,
Penyakit Paget ditandai oleh remodeling tulang abnormal.
sama sepefti pada kondisi lain yang melibatkan turnover tulang
Seringkali penyakit ini ditemukan karena tingginya fosfatase yang tinggi, dapat disebut sebagai woven bone, yang struktur
alkali pada skrining biokimiawi. Konsentrasi kalsium dan
lamela normalnya kurang. Tulang belakang, sakrum, dan femur
PTH normal, tapi pengukuran penanda turnover tulang dapat merupakan tulang yang paling sering terserang, diikuti dengan
membantu. Penanda turnover tulang contohnya adalah fosfatase
tulang tengkorak dan peivis.
alkali spesifik-tulang (bone-specific alkaline phosphatase, B AP) Penelitian terkini dalam identifikasi hormon dan sitokin
dan osteokalsin yang menandakan pembentukan (formasi) yang terlibat dalam modulasi osteoklastogenesis dapat memberi
tulang, serta deoksipiridinolin dan telopeptida terminal-N dalam pencerahan terhadap etiologi penyakit Paget.
urin yang menandakan resorpsi tulang. Komplikasi penyakit Paget mencerminkan implikasi
Pasien dengan penyakit Paget diterapi dengan analgesik deformitas tulang pada jaringan lunak terkait, dan dapat
dan bifosfonat. Bifosfonat akan menurunkan turnover :rtlang bersifat neoplastik, reumatologis, neurologis, dan yang lebih
dan mengurangi gejala. Terdapat peningkatan risiko timbulnya jarang, kardiologis. Korda spinalis dan otak berisiko terkena
perubahan ke arah keganasan pada tulang pagetik, dan setiap kompresi, terutama batang otak dan nervus kranialis, dan
perubahan gejala, seperti timbulnya nyeri akut, rasa panas atau tuli seringkali terjadi akibat efek pada tulang tengkorak.
fraktur pada pasien dengan penyakit yang sudah lama, harus Stenosis (penyempitan) spinalis dapat terjadi pada penyakit
segera diperiksa. Paget vertebra, dan saraf perifer yang terperangkap dapat
menyebabkan, misalnya, sindrom terowongan karpal (carpal
Penyakit Paget pada tulang tunnel syndrome). Osteoartritis merupakan komplikasi yang
Etiologi dan patologi. Penyakit paget merupakan gangguan umum terjadi pada penyakit Paget dan dapat terjadi sarkoma
remodeling tulang yang relatif lambat dan melibatkan laju tulang. Walaupun sangat jarang, pasien dapat mengalami gagal
turnover tulang yang sangat cepat (terakselerasi), arsitektur jantung kongestif high-output (curah tinggi) karena aliran darah
tulang yang abnormal, dan dapat berkembang menjadi deformitas ke tulang yang sangat tinggi.
Penyakit tulang metabolik: I Penyakit Paget Kalsium dan penyakit tulang metabolik 111
Penyakit tulang metabolik: ll osteoporosis primer
(a) ?erubahan deneilas rnine?al tulang sesuai ueia (b) Faktor yanq memengaruhi insidenei osleoporosis
ffi---.-W.-ffi
M\\*
s
E
sf
ssN
N
30
M6\ M
50
Usia (tahun)
t-81,rr6""
Lmejglhihjrlr:
I t j
I
ffi<__ffi
Osleok.)as
inak:tit
Asleoklaa
aktif
112 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Penyakit tulang metabolik: ll Osteoporosis primer
densitas mineral tulang menggunakan scan dual-energy X-ray pada wanita yang mengalami hipogonadisme dengan sebab
absorptiometry (DEXA). Skor pasien diukur berdasarkan skor apapun. Setelah menopause, terjadi akselerasi resorpsi tulang
deviasi standar di bawah puncak massa tulang normal. akibat defisiensi estrogen, yang terdeteksi pada biopsi sebagai
Sejumlah faktor risiko osteoporosis telah diidentifikasi dan peningkatan frekuensi aktivasi unit multiselular dhsar pada
meliputi usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, etnik Kaukasia tulang dan peningkatan permukaan resorpsi. Terjadi peningkatan
atau Asia, riwayat penyakit tiroid, merokok, dan asupan alkohol ekskresi metabolit kolagen dan tulang serta sedikit penurunan
berlebih. Faktor risiko utama untuk fraktur pada orang bemsia sekresi PTH. Mekanisme koupling pada remodeling tetap
lanjut yang mengalami osteoporosis adalah jatuh. Penilaian dipertahankan, dengan peningkatan kadar fosfatase alkali dalam
pasien harus meliputi faktor risiko jatuh seperti gangguan semm, osteokalsin, dan fosfatase alkali spesifik-tulang yang
penglihatan, penyakit kardiovaskular dengan sinkop, kelemahan signifikan. Semua ini mengindikasikan laju turnover tulang
neuromuskular, dan faktor bahaya di lingkungan seperti tangga yang tinggi. Estrogen mengurangi fungsi osteoklas sebagian
atau karpet yang tidak rata. melalui inhibisi aktivasi monosit dan inhibisi aktivitas osteoblas
melalui supresi gen yang mengekspresikan IL-l, IL-6, dan
Etiologi TNF (Gambar 53c).
Osteoporosis adalah hilangnya massa tulang dan merupakan Osteoporosis terkadang timbul tanpa nyeri dan berlangsung
penyakit tulang metabolik yang paling sering terjadi. Jenis perlahan, dan gejala pertamanya adalah fraktur, kecuali bila
kelamin, ras, keturunan, gaya hidup, dan nutrisi, terutama tingkat dilakukan scan tulang rutin. Fraktur spinal khususnya bisa
asupan kalsium selama periode puncak pertumbuhan tulang, berlangsung tanpa nyeri atau muncul sebagai nyeri punggung
menentukan insidensi osteoporosis (Gambar 53b). Fase-fase persisten yang mereda dengan tirah baring dan dieksaserbasi
utama perubahan massa tulang adalah: (i) tercapainya puncak dengan kerja mengangkat beban (Gambar 53d). Penyembuhan
massa tulang selama masa pascapubertas dan terselesaikannya fraktur akan menghilangkan nyeri. Bila terjadi fraktur kompresi
konsolidasi massa tulang antara usia 20 dan 30; (ii) dimulainya spinal multipel, dapat terjadi angulasi ke depan yang tajam yang
kehilangan tulang antara usia 30 dan 40 yang terjadi seimbang disebut kifosis. Deformitas ini disebabkan oleh kolapsnya bagian
antara tulang kortikal dan trabekular-sekitar 257o tulang akan anterior vertebra. Fraktur osteoporotik apendikular (fraktur pada
menghilang; dan (iii) kehilangan tulang pascamenopause akibat tulang ekstremitas) seringkali ditandai oleh fraktur radius distal
hilangnya estrogen, terutama pada tulang trabekular (misalnya dan kaput femoris.
vertebra) (Gambar 53a).
Oran g keturun an Afrika-Kartbia r ata-r ata memiliki puncak
Pemeriksaan'radiologi dan laboratorium
massa tulang lebih tinggi daripada kelompok etnik lain. Densitometri tulang merupakan alat diagnostik yang dapat
Penelitian pada ibu-anak dan saudara kembar menunjukkan diandalkan. Alat ini mengukur densitas tulang total atau
bahwa fraktur panggul lebih besar kemungkinannya terjadi kandungan kalsium pada pergelangan tangan, tulang belakang,
bila terdapat riwayat osteoporosis pada ibu, yang dapat dan tulang panggul. Batas kesalahannya kecil (1-2%) dan dosis
mencerminkan penurunan alel polimorflk dari gen reseptor radiasi yang diberikan hanya merupakan sebagian dari yang
vitamin D pada populasi tefientu. Dari sisi nutrisi. asupan diberikan pada pemeriksaan rontgen. Metode lainnya meliputi
kalsium yang cukup pada anak yang sedang tumbuh dan orang CT kuantitatif yang lebih akurat pada tulang spongiosa daripada
dewasa muda sangat kritikal untuk mencapai puncak massa pada tulang padat. Pemeriksaan rontgen dapat digunakan namun
tulang yang ditentukan secara genetik, dan suplemen kalsium sifatnya kurang sensitif dan dapat memberikan hasil positif
terbukti dapat memperlambat laju kehilangan tulang pada orang palsu karena lilm dengan penetrasi yang terlalu dalam dapat
berusia lanjut, walaupun belum pasti apakah supiemen kalsium memperlihatkan tulang belakang yang normal seakan-akan
menurunkan risiko fraktur. osteopenik. Osteoporosis tidak akan terdeteksi dengan rontgen
Olahraga merupakan faktor penting yang menentukan laju sampai terjadi kehilangan massa tulang sebanyak 35-557a.
kehilangan massa tulang terkait-usia pada pria dan wanita,
serta pada wanita pra dan pascamenopause. Risiko fraktur Parameter laboratorium
panggul dapat berkurang dengan olahraga teratur, walaupun Osteokalsin dan fosfatase alkali spesiflk-tulang, suatu penanda
tidak .ielas apakah ini akibat densitas tulang yang terjaga formasi tulang, dapat meningkat. Indeks hormonal dalam darah
atau akibat kekuatan otot, keseimbangan, dan kegesitan yang lebih sering mencerminkan perubahan terkait usia daripada
terjaga. Merokok terbukti dapat meningkatkan laju metabolisme yang mungkin terkait dengan osteoporosis. Kadar 1,2,5(OH)zD
estrogen eksogen (misalnya pada kontrasepsi oral), walaupun dalam serum dapat rendah pada pasien dengan osteoporosis
tidak diketahui apakah merokok mempunyai efek metabolik tapi hal ini lebih cenderung disebabkan oleh penurunan
terhadap estrogen endogen. Riwayat tirotoksikosis merupakan akibat usia dan dapat dijelaskan dengan penurunan massa
laktor risiko osteoporosis. ginjal. Secara keseluruhan, nilai biokimiawi serum penderita
osteoporosis normal. Kadar fosfatase alkali meningkat bila
Estrogen dan osteoporosis terjadi penyembuhan tulang setelah fraktur osteoporotik.
Osteoporosis akibat defisiensi estrogen tidak tergantung pada
usia; akselerasi (percepatan) kehilangan tulang dapat terjadi
Penyakit tulang metabolik: ll Osteoporosis primer Kalsium dan penyakit tulang metabolik 113
Penyakit tulang metabolik: lll Osteoporosis
sekunder
(a) ?enyeb ab o steoporosis sekunder fabel 54.1 Pencegahan dan t erapi osteoporosis
$iffffi
TiraNoksikoeia
/tI \ i$3f$ffi ?,iperVaraliroidiame
// t\I4 \\
..,., SindromCuohin7
,, @ triperVralaktinemia
Hoftloaisl;eiftuna
latroqenik Terapi qlukokortikoid
F,apafin
Penyakit hat.jkronik
J
Tentnnan Tenurunan Aan guan.jaringanikat A eI ao qe n e si; iffi p e fr ekt a
",;i;i";:;: I
@,.:::*)
\ r4a'aaVularo t
Larnrtya Gaqal ginjalkronik
lmobilisasi
?e ny al ahqun a an alkoh a1
1
Te,nururan abeorpet
lalsturrdariA T I
I
- V
I
I
kal.,iun ur n
114 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Penyakit tulang metabolik: lll Osteoporosis sekunder
Kerja taklangsung (indirek). Glukokortikoid menginhibisi berisiko menderita osteoporosis. Imobilitas lama di tempat
absorpsi kalsium dari GIT (traktus gastrointestinal) dan tidur dapat menurunkan densitas tulang sekitar 0,5% per bulan.
meningkatkan ekskresi oleh ginjal, yang dapat berkontribusi Densitas vertebra lumbal dapat menurun dengan laju,1 7o setiap
terhadap timbulnya hiperparatiroidisme sekunder. Glukokortikoid minggu, sehingga terjadi kehilangan massa tulang sebanyak 50%
dikaitkan dengan penurunan kadar estrogen dan testosteron dalam satu tahun. Hal ini bersifat reversibel dan ririneralisasi
plasma akibat supresi sekresi hormon adrenokortikotropik tulang dimuiai saat pasien bergerak aktif kembali.
(ACTH) dari kelenjar hipofisis anterior, sehingga terjadi
supresi produksi aSrdrogen adrenal. Produksi hormon luteinisasi Pencegahan dan terapi osteoporosis
berkurang dengan konsekuensi terjadi penurunan produksi Pasien dengan risiko osteoporosis harus diberi saran untuk
estradiol pada wanita dan testosteron pada pria. Glukokortikoid mengubah gaya hidup untuk mempertahankan nutrisi yang
.juga menginhibisi produksi hormon pertumbuhan. Pasien adekuat dan berat badan normal, untuk berhenti merokok, dan
dengan sindrom Cushing, yang dikaitkan dengan aktivitas mengurangi asupan alkohol sampai batas sedang, dan untuk
adrenal berlebih, dapat juga berisiko mengalami osteoporosis berolahraga menahan beban (w e i g ht - b e ar in g) sesering mungkin.
dan fraktur. Pasien dengan diagnosis penyakit yang sudah dipastikan dapat
Terapi glukokortikoid merupakan penyebab utama hilangnya terbantu dengan pelindung panggul (hip-protector) jika mereka
massa tulang dengan cepat dan terapi pencegahan primer harus berisiko jatuh, ditambah dengan penilaian terapi okupasional
dipertimbangkan pada setiap pasien yang akan menjalani terapi dan alat bantu berjalan.
steroid selama lebih dari 3 bulan. Terapi pengganti estrogen saat menopause, dengan atau
tanpa progestagen, merupakan terapi utama pada wanita
Gangguan endokrin lainnya untuk mencegah kehilangan tulang pascamenopause. Namun,
Hipertiroidisme dapat menyebabkan osteoporosis melalui data terkini dari penelitian observasional yang luas justru
kerja langsung hormon tiroid pada resorpsi tulang, karena mempertanyakan keamanan terapi ini pada wanita yang
hormon tiroid normalnya dikaitkan dengan turnover Iulangyang berusia di atas 50 tahun terkait dengan peningkatan risiko
tinggi. Fraktur tidak sering terjadi pada hipertiroidisme akibat kanker payudara. Terapi ini tidak lagi direkomendasi sebagai
diagnosis dan terapi yang tepat. Namun, wanita pascamenopause terapi lini pertama untuk mencegah osteoporosis pada wanita
dengan osteoporosis dan riwayat hipertiroidisme berisiko tinggi yang berusia di atas 50 tahun kecuali jika mereka tidak dapat
mengalami fraktur panggul. Diabetes melitus tipe I dikaitkan mentoleransi bentuk terapi yang lain. Wanita yang lebih muda
dengan osteopenia ringan pada tulang kortikal, walaupun dengan kegagalan ovarium dini (premature ovarian failure)
tampaknya insidensi fraktur pada pasien ini tidak tinggi. dapat mengonsumsi estrogen secara kontinu sampai usia 50
Sebaliknya, pasien dengan diabetes melitus tipe 2 biasanya tahun.
memiliki massa tulang normal. Bisfosfonat etidronat, alendronat, dan risendronat telah
terbukti mencegah hilangnya massa tulang pada tulang belakang
Gangguan herediter dan panggul, pada wanita sehat yang telah menopause dan
Beberapa ratus mutasi pada gen kolagen tipe 1 telah ditemukan, pada pasien berusia lanjut dengan osteoporosis.'Alendronat
beberapa di antaranya menyebabkan defek aktivitas osteoblas dan risendronat juga telah terbukti menurunkan angka fraktur
dan menghasilkan tulang yang keropos dan rapuh. Osteogenesis pada wanita dengan osteoporosis.
imperfekta, contohnya, disebabkan oleh mutasi gen yang Osteoporosis yang diinduksi glukokortikoid harus dicegah
mengkode kolagen tipe 1, suatu protein struktural utama pada melalui pencegahan primer pada pasien yang mulai mendapat
matriks tulang. Fenotipe yang berbeda dapat menyebabkan terapi yang disertai juga dengan pemberian bisfosfonat. Pada
berbagai keadaan mulai dari kondisi yang relatif ringan sampai pasien yang mengonsumsi prednisolon 7,5 mg setiap hari atau
kondisi yang bersifat letal terhadap embrio. dosis yang ekuivalen selama 6 bulan atau lebih, scan dual
emission X-ray absorptiometry (DEXA) dapat dilakukan untuk
lmobilisasi dan osteoporosis memastikan densitas mineral tulang sehingga terapi yang sesuai
dapat diberikan.
Pasien yang diimobilisasi dalam waktu lama, contohnya pasien
dengan penyakit neuromuskular atau setelah trauma spinal,
Penyakit tulang metabolik: lll Osteoporosis sekunder Kalsium dan penyakit tulang metabolik 115
Daftar singkatan dan istilah
ABP : andro g en-binding protein, protein pengikat androgen GHRH: growth hormone-releasing hormon, nJ.-on
AGTH: adrenocorticotrophic hormone, hormon pelepas hormon pertumbuhan
adrenokortikotropik glikogenolisis: pemecahan glikogen
ADH: antidiurb ti c hormone (vasopresin), hormon glikosilasi : penambahan rantai samping oligosakarida pada
antidiuretik protein
amenorea: tidak adanya atau berhentinya menstruasi glukagonoma: tumor pensekresi glukagon
amenorea primer: tidak timbul menstruasi saat pubertas glukoneogenesis: sintesis glukosa baru
amenorea sekunder: berhentinya menstruasi GnRH: gonadotrophin-releasing hormone, hormon pelepas
anabolik: peningkatan sintesis protein dan pertumbuhan gonadotropin
jaringan, misalnya penggunaan steroid anabolik GRP: gastrin-releasing peptide, peptida pelepas gastrin
androgen: steroid yang menstimulasi perkembangan organ haploid: sel dengan satu set kromosom
seks pria dan mempertahankan fungsi seksual pria HDL: high density lipoprotein, lipoprotein densitas rendah
apoptosis: kematian sel yang terprogram h i peraldostero me : sindrom akibat kelebihan sekresi
n is
autosomal: sifat genetik yang bukan berasal dari aldosteron adrenal oleh tumor adrenal, menyebabkan
kromosom seks hipertensi
AVP: arginin vasopresin hiperplasia adrenal: peningkatan pertumbuhan sel pada
CA: cyproterone acetate, siproteron asetat kelenjar adrenal
CCK: kolesistokinin h i perprola kti nem ia : peningkatan kadar prolaktin plasma
COC: combination oral contraceptive, kontrasepsi oral secara persisten
kombinasi hipoglikemia: kadar glukosa darah yang rendah
CRH: corticotrophin-releasing hormon, hormon pelepas hipogonadisme: gangguan fungsi testis atau ovarium
kortikotropin HLA: human leufutcyte antigen, antigen leukosit manusia
DAG: diasilgliserol HRE: hormone response element, elemen respons hormon
dermopati: penyakit pada kulit HRT: hormone replacement therapy, terapi pengganti
DES: difluse endocrine system, sistem endokrin difus hormon
DHT dihidrotestosteron IDDM : insulin-dependent diabete s me llitus, diabetes melitus
dimerisasi: kombinasi dua molekul protein tergantung insulin ,
diploid: sel dengan dua set kromosom idiopatik: penyebab tidak diketahui
disgerminoma: tumor ganas pada ovarium, analog dengan fGF-1 : insulin-like growth factor- l
seminoma pada testis; dapat timbul dari sel punca (stem insulinoma: tumor pensekresi insulin
cell) primittf lP3: inositol triphosphate, inositol trifosfat
dismenorea: nyeri saat menstruasi iskemia: kematian jaringan lokal akibat kekurangan
DOC: deoksikortikosteron oksigen
endometriosis: timbulnya jaringan endometrium pada area kantung Rathke: struktur embrionik yang berkontribusi
lain di pelvis selain uterus bagi perkembangan hipoflsis
endoplasmik: sistem membran intraselular kariotipe: pengaturan set kromosom secara berpasangan
ER: estrogen receptor, reseptor estrogen berdasarkan ukuran
eutiroid: fungsi tiroid nomal karotinemia: defisiensi vitamin A
feokromositoma : tumor pensekresi katekolamin; kelenjar ultimobrankial: kelenjar pada burung yang
menyebabkan hipertensi." memproduksi kalsitonin
FFA: free fatty ctcid, asam lemak bebas korteks: Lapisan terluar pada organ atau struktur
fibroblas: sel jaringan ikat yang datar dan iregular kraniofaringioma: tumor otak yang berasal dari sisa
folikel: sekelompok sel dalam unit fungsional, misalnya kantung Rathke embrionik
tiroid, ovarium kriptorkismus: kegagalan penurunan testis ke dalam
F SH: follicle- stimulating hormone, hormon penstimulasi skrotum
folikel leptin: hormon endokrin protein yang diproduksi oleh
gestasi: kehamilan; fetus pada masa intrauterin jaringan adiposa; bekerja pada otak untuk mengurangi
GH: growth hormone, hormon pertumbuhan asupan makanan pada hewan