Anda di halaman 1dari 111

g$

$*
'#
i:e'

sl
:,*

_qL ;'L
h*+ *
'rsn
; {l*

s*g
rl
'l&
l1 ;
Pendahuluan

(a) Contoh 1anqguan endokrin eepanjang hidup


f)
-.f,9.-.
'\r L /i
, , ',' li
l.-t
'1-r-
,,..-) €)
(lt\tl
/fiti ,Mi G-'^:r)
r-,l ll '1
t.7b [r_,ltt qILt,1lll,/ I

(Fbi'
#,1 hitt
(_; "fi,ti
t. )

L
I

o."6q,nrv"r" ,ou. J
a abeLe^

aoeL r oera.<. 4arqata. 1.,'ici oat


Lulat q. d aoet er. ?er yat t aArer 2l .'o a.la(, er er aak-int.
"enyakiul
obesitas, diabetea, ganqquan kalsium,
Gangquan perLumbuhan, penyaktttilai'j i
qe ala-aeja a re1aoaJae (pe.engLa")
nevabolik. q tdron d sr ot+t qete tik.
ft1e( dbolir oawaan
"elAinzfi ?eny akit iirota aut,otmun, qa n yq,ut a i i"'piilrii;i, ar
^i adren al, sindrom
;i;';, ;";",
htgol;alamus-hipoFtsie, kalsium dan f,ulan4, qeny akiL
Kelainan?enenf;uan dan diferensiasiseksual,kelainan qenel,tk i kanker en d okrir. r lur unan, hi p erLensi en dokrin

Skenario klinis 3 growth-hormone-releasing hormone (GHRH) menyebabkan


Endokrinologi merupakan ilmu mengenai hormon endokrin dan pelepasan hormon pertumbuhan;
organ-organ yang terlibat dalam pelepasan hormon endokrin. 4 somatostatin menghambat pelepasan hormon per-
Secara klasik, hormon dideskripsikan sebagai penyampai pesan tumbuhan:
(messenger) kimiawi, yang dilepaskan dan bekerja pada lokasi 5 hormon pelepas gonadotropin \gonadotropin-releasing
yang jauh dari tempat pelepasannya. Saat ini telah jelas bahwa hormone, GnRH) menyebabkan pelepasan hormon luteinisasi
terdapat hubungan erat antara hormon dan faktor-faktor lain (LH) dan hormon penstimulasi folikel (FSH);
seperli neurotransmiter dan faktor perlumbuhan yang bekerja 6 thyrotrophin-releasing hormone (TRH) menyebabkan
dengan cara parakrin atau autokrin. Hormon bersifat esensial pelepasan thyroid-stimulating hormone (TSH);
untuk mernpertahankan fungsi fisiologis yang normal dan 7 oksitosin menyebabkan keluarnya air susu dan kontraksi
gangguan hormonal muncul pada semua tahap kehidupan uterus saat persalinan-homon ini disintesis dalam hipotalamus
manusia. Dengan demikian, ahli endokrinologi klinis merawat dan disimpan serta dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior;
pasien pada segala usia dengan berbagai jenis gangguan 8 vasopresin (antidiuretic ,hormone, ADH) meningkatkan
(Gambar la). reabsorpsi air di tubulus ginjal-hormon ini disintesis dalam
hipotalamus dan disimpan serta dilepaskan dari kelenjar hipofisis
posterior;
Prinsip kelenjar endokrin Kelenjar hipofisis terdiri dari dua lobus, anterior dan posterior,
Selain merupakan pengontrol sistem saraf, otak juga salah satu yang memiliki asal embriologis berbeda-lobus anterior berasal
kelenjar endokrin terpenting. Sel-sel saraf yang terspesialisasi, dari kavitas oral embrionik dan lobus posterior dari dasar
terutama pada hipotalamus, mensintesis hormon yang kemudian otak (yaitu berasal dari neural). Kedua lobus tersebut menjadi
ditranspor sepanjang akson ke terminal saraf. Di terminal saraf, berdekatan satu sama lain untuk membentuk kelenjar hipofisis.
hormon kemudian dilepaskan ke dalam sistem darah porlal Manusia memiliki lobus intermediat yang tidak berfungsi,
yang akan membawanya ke kelenjar hipofisis. Dalam beberapa yang pada beberapa hewan lain berukuran lebih besar. Hormon
kasus, akson sel-sel neuroendokrin berproyeksi ke sel hipofisis. utama kelenjar hipofisis adalah:
Hormon hipotalamus yang utama adalah: 1 anterior:
t hormon pelepas kortikotropin (corticotrophin-releasing (a) kortikotropin (.adrenocorticotrophic horm:one, ACTH1
hormone, CRH), mengontrol pelepasan ACTH; melepaskan glukokortikoid dan steroid lain dari korteks
2 dopamin menghambat pelepasan proiaktin; adrenal;

Dasar-dasarendokrin Pendahuluan
(b) hormon penstimulasi folikel (follicle-stimulating Ovarium merupakan kelenjar reproduksi utama wanita dan
hormone, FSH) memacu spermatogenesis pada pria dan memproduksi:
maturasi folikel ovarium pada wanita; 1 estrogen, yang mengatur fungsi reproduksi dan karakteristik
(c) hormon luteinisasi (luteinizing hormone, LH) memacu seksual sekunder:
sintesis testosteron pada pria dan menyebabkan rupturnya 2 progesteron, yang menstimulasi vaskularisasieidometrium
folikel ovarium serta ovulasi pada wanita; serta mempertahankan kehamilan;
(d) prolaktin (PRL) memacu laktasi dan mungkin memiliki 3 relaksin, polipeptida yang juga ditemukan pada plasenta
peran imunomodulasi pada wanita yang tidak menyusui dan dan uterus, yang mungkin berperan penting dalam persalinan
pada pria; dengan melunakkan serviks serta merelaksasi ligamen pelvis;
(e) tirotropin (thyroid-stimulating hormone, TSH) memacu 4 inhibin, yang menghambat produksi FSH.
produksi dan pelepasan hormon tiroid dari kelenjar tiroid; Plasenta merupakan organ kehamilan yang melayani fetus
(f; hormon pertumbuhan fiuga disebut somatotropin; GH) yang sedang berkembang. Hormon yang diproduksi oleh
memacu pertumbuhan otot dan skelet. plasenta termasuk:
2 posterior: I chorionic gonadotrophin (CG; hCG; h = human) yang
(a) oksitosin menyebabkan keluarnya air susu dan kontraksi mempertahankan sintesis progesteron plasenta;
uterus saat persalinan; 2 laktogen plasenta Qtlacental lactogen, PL);
(b) vasopresin (antidiuretic hormone, ADH) memacu 3 estriol, bentuk utama estrogen yang disekresi oleh
reabsorpsi air dari tubulus ginjal. plasenta;
Kelenjar tiroid pada manusia terletak tepat di depan trakea. 4 progesteron, yang mempeftahankanorgan-organ reproduksi
Sel-sel yang memproduksi hormon tiroid tersusun dalam folikel- dalam kehamilan;
folikel, dan mengkonsentrasikan iodin yang digunakan untuk 5 relaksin.
sintesis hormon tiroid. Hormon yang bersirkulasi adalah tiroksin Testis merupakan kelenjar reproduksi utama pria yang
(T/ dan tri'iodotironin (T3). Kelenjar paratiroid menempel memproduksi:
pada tiroid dan memproduksi hormon paratiroid (parathormon; I testosteron yang mengontrol fungsi reproduksi dan
PTH). PTH penting dalam pengontrolan metabolisme kalsium
karakteristik seksual sekunder;
dan fosfat. Sel-sel parafolikular terletak dalam tiroid, tersebar
2 inhibin, yang menghambat sekresi FSH;
di antara folikel. Sel-sel ini memproduksi kalsitonin, yang 3 Miillerian inhibiting hormone (MIH), hormon fetal yang
menghambat resorpsi kalsium tulang.
membuat duktus Miillerii mengalami dediferensiasi.
Kelenjar adrenal terletak tepat di atas ginjal dan tersusun
Traktus gastrointestinal (GIT) merupakan organ endokrin
atas satu lapisan luar, atau korleks, serta satu lapisan dalam,
terbesar dan memproduksi beberapa hormon autokrin, parakrin,
atau medula (suatu ganglion termodifikasi). Hormon yang
dan endokrin termasuk:
diproduksi adalah:
1. korteks: 1 kolesistokinin (cholecystokinin, CCK);
(a) glukokortikoid, terutama kortisol pada manusia. yang 2 peptida inhibitorik gaster (gasrric inhibitory peptide
(GIP);
terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan dalam respons
terhadap stres;
3 gastrin;
(b) mineralokortikoid; terutama aldosteron, mengontrol 4 neurotensin;
keseimbangan elektrolit;
5 sekretin;
(c) androgen, terutama testosteron, dehidroepiandro- 6 substansi P;
stenedion sulfat (DHEAS), serta l7-hidroksiprogesteron. 7 vasoactive intestinal peptide (YIP).
memodulasi karakteristik seksual sekunder dan memiliki Adiposit memproduksi hormon peptida leptin yang penting
efek anabolik. dalam pengontrolan makan dan penggunaan energi.
2 medula: Ginjal memproduksi hormon-hormon yang terlibat dalam
(a) epinefrin memodulasi respons kardiovaskular dan pengontrolan tekanan darah dan eritropoeisis. Renin membelah
respons metabolik terhadap stres; angiotensinogen menjadi angiotensin I di dalam ginjal dan
(b) norepinefrin, terutama merupakan neurotransmiter pada plasma. Eritropoietin menstimulasi produksi sei-sel darah
sistem saraf simpatis perifer; merah dalam sumsum tulang.
(c) dopamin, neurotransmiter pada sistem saraf otonom. Kulit, hati, dan ginjal memproduksi vitamin D yang
Pankreas endokrin terdiri dari sel-sel islet yang tersebar pada memiliki fungsi endokrin tefientu.
pankreas eksokrin yang lebih besar, yang terletak di posterior Jantung memproduksi peptida natriuretik atrium (atrial
abdomen bagian atas. ('Eksokrin'berarti kelenjar yang memiliki natr i wr e t i c p ep t i d e). Elemen-elemen darah yang bersirkulasi,
saluran, tidak dibahas dalam buku ini.) Pankreas endokrin termasuk makrofag, memproduksi peptida seperti sitokin, yang
mengekskresikan: terlibat dalam fungsi imun.
1 insulin, yang mengatur metabolisme glukosa dan lipid; Kelenjar pineal terletak dalam otak dan terlibat dalam
2 glukagon, hormon kontraregulator terhadap insulin yang irama, misalnya irama reproduksi hewan yang berkembang
meningkatkan glukosa darah; biak menurut musim. Perannya pada manusia belum diketahui
3 somatostatin, yang mengatur motilitas gastrointestinal; dengan pasti. Kelenjar pineal memproduksi melatonin.
4 polipeptida pankreas, yang mengatur sekresi gastro- Pembaca harus menyadari bahwa hormon-hormon endokrin
intestinal. putatif masih dilaporkan saat penulisan buku ini.

Pendahuluan Dasar-dasar endokrin


Transmisi kimiawi

(a) lransmisikimiawi (c) lransporkimiawi

r:_
AuLokrin

Itvl .,-+
-
Sinaoq
Difusi asnosis
Membran
semiperrneabel
'agjl tr-l
Neuron
,..
Fankrin
ii"
:f"@li
_- L----..J,i
,ft
'ar
{Nc rror
ri.
lleuroendokrin i,jl,.-

lI
t++ _
3el
larqeL
Tra n o p a r te rfa 5 i ita o i
I franspor akLif
K+ Na+ g126,

n=-,1 ar
Endokrin Ruang e,ketrraee u
o
A rzn Aarah
'2h
=ffi ryr\ry
I\t tll
I t ekgtraseular

;rss6o@
N-f
I I
@,car@s€

\{,F +
* -{$^^-€
\Jt4 *' Sttoolacma
-\ffi
Al
-
ll K+ Na+

Cairan ekaLraaelJar

(b) Terminal saraf

\AodulaEi
presinaplik
Nd rrl ol oq..or a
: ( A"roo";o;;- 'e\
. __,,_,? | r"or.
't

6i | -----
NeuroLralt'mtter p \er ro rat tait er
:-, (d) ?engikaian hormon oleh plasma
l)ormon ?ralafi
(bebae) plaema

\,4etabolieme,

&
JarlnqanLargef,

Klasifikasi hormon-hormon endokrin saraf (neuron) yang melepaskan homon ini dekat dengan sel
Hormon merupakan penyampai pesan (izessenger) kimiawi. target (parakrin), atau melepaskannya ke dalam aliran darah
Hormon dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara (Gambar yang kemudian akan membawanya ke sel target, contohnya
2a1: dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui sistem
I Autokrin: bekerja pada sel yang mensintesis hormon itu portal.
sendiri; contohnya, insulin-like growth factor (lGF-|) yang 5 Neural: ini merupakan neurotransmisi, ketika suatu zat
menstimulasi pembelahan sel di dalam sel yang memproduksi kimia dilepaskan oleh satu neuron dan bekerja pada neuron
hormon tersehut. di sampingnya (Gambar 2b).Zat-zat kimia ini disebut sebagai
2 Parakrin: bekerja pada sel-sel di sekitarnya. Contohnya neurotransmiter. Neurotransmiter memproduksi efek yang
adalah insulin, yang disekresikan oleh sel pankreatik p dan hampir seketika, contohnya adalah asetilkolin, sementara
memengaruhi sekresi glukagon oleh sel pankreatik cr. beberapa zat kimia lain memiliki onset yang lebih lambat namun
3 Endokrin: bekerja pada sel atau organ yang menjadi merniliki efek yang lebih lama pada organ target, yang disebut
tujuannya saat dibawa melalui aliran darah atau melalui sistem sebagai neuromodulator, contohnya beberapa opioid.
saluran cairan lainnya misalnya saluran limf. Contohnya adalah 6 Transmisi feromonal merupakan pelepasan hormon volatil
insulin, estradiol, dan kortisol. yang disebut feromon, ke atmosfer, di mana hormon ini
4 Neuroendokrin: sebetulnya merupakan parakrin atau ditransmisikan ke individu lain dan dikenali sebagai sinyal
endokrin, kecuali bahwa hormon ini disintesis dalam sel olfaktorius.

10 Dasar-dasar endokrin Transmisi kimiawi


Prinsip-prinsip dasar neurotransmisi melintasi membran melawan gradien konsentrasi dan proses
Ketika impuls saraf tiba di terminal saraf, impuls tersebut transpor ini dapat diinterupsi oleh racun metabolik.
akan mencetuskan fusi (penggabungan) tergantung-kalsium Kanal ion memediasi transpor aktif dan terdiri atas
oleh kelompok atau vesikel neurotransmiter dengan membran protein yang mengandung asam amino bermuatanyang dapat
plasma terminal saraf (Gambar 2b), yang diikuti oleh pelepasan membentuk 'gerbang' aktivasi dan inaktivasi. Kanal ion dapat
neurotransmiter ke dalam celah, atau sinaps, di antara sel-sel diaktivasi oleh reseptor, atau oleh perubahan voltase melalui
membran sei. Kanal ion Ca* dapat diaktivasi oleh kedua metode
syaraf. Neurotransmiter dan neuromodulator berikatan dengan
reseptor membran-plasma spesifik, yang mentransmisikan ini.
informasi bahwa neurotransmiter tersebut telah dibawa ke sel Osmosis merupakan pergerakan air secara pasif melalui
penerima melalui protein membran dan 'second messenger' membran semipermeabel, dari satu kompartemen dengan
intraselular lainnya. Neurotransmiter diinaktivasi oleh enzim konsentrasi solut yang rendah ke kompartemen dengan
konsentrasi solut yang lebih tinggi. ('Solut'berafti zat kimia
atau diambil ke dalam saraf yang melepaskannya untuk
yang terlarut dalam 'pelarut', biasanya air pada jaringan
dimetabolisme. Pelepasan neurotransmiter dapat dimodulasi dan
dibatasi oleh: (i) autoreseptor pada terminal saraf dari mana biologis). Sel-sel akan mengerut atau membengkak tergantung
pada konsentrasi solut pada kedua sisi membran.
neurotransmiter dilepaskan, sehingga pelepasan neurotransmiter
Fagositosis dan pinositosis merupakan contoh endositosis.
selanjutnya akan dihambat; dan oleh (ii) inhibisi presinaptik,
Substansi dapat memasuki sel tanpa harus melewati membran
saat neuron lainnya bersinaps dengan terminal saraf.
sel. Fagositosis merupakan ingesti atau'penelanan' partikel
solid (padatan) oleh sel, sementara pinositosis adalah ingesti
Transpor kimiawi
cairan. Endositosis yang dimediasi oleh reseptor merupakan
Pergerakan zat kimia di antara sel dan organ biasanya terkontrol ingesti substansi yang dikenali secara spesifik oleh celah yang
dengan ketat. berselaput. Celah-celah ini merupakan bagian membran yang
Difusi merupakan pergerakan molekul di dalam fase diselaputi oleh protein membran spesifik, misalnya clatrin.
cairan, dalam gerakan termal random (gerak Brown) (Gambar Eksositosis merupakan pergerakan substansi, misalnya hormon,
2c). Jika dua larutan mengandung zat kimia yang sama, satu keluar dari sel. Zat kimia yang disimpan dalam vesikel atau
peka (terkonsentrasi) dan satunya lagi relatif encer, terpisah paket kecil disekresikan atau dilepaskan dari sel tempat
oleh satu membran yang sepenuhnya permeabel serta pasif, penyimpanannya,melalui eksositosis, saat vesikel tersebut
konsentrasi zat kimia pada kedua sisi membran pada akhirnya berfusi dengan membran.
akan menjadi sama karena solut (zat terlarut) akan mengalami T[anspor hormon dalam darah. Ketika hormon disekresi-
difusi sederhana. Hal ini terjadi karena terdapat banyak molekul kan ke dalam darah, banyak yang langsung berikatan dengan
zat kimia pada sisi yang pekat, sehingga terdapat peluang yang protein plasma (Gambar 2d). Protein tersebut dapat mengenali
lebih besar bagi pergerakan dari sisi yang lebih pekat ke sisi hormon secara spesifik dan mengikatnya dengan afinitas serta
membran yang lebih encer. Pada akhirnya ketika konsentrasi spesiflsitas yang tinggi, misalnya pengikatan hormon seks oleh
pada kedua sisi sama, perubahan netto pada kedua sisi menjadi sex hormone-binding globulin (SHBG). Protein 1ain, seperti
nol. Molekul lipofllik seperti etil alkohol dan steroid, misalnya albumin, juga mengikat banyak hormon, termasuk hormon tiroid
estradiol, tampaknya berdifusi secara bebas melintasi semua dan hormon seks, dengan afinitas yangjauh lebih rendah. Antara
membran biologis. hormon bebas dan hormon yang terikat terdapat kesetimbangan
Tianspor terfasilitasi adalah transpor zat kimia melintasi (ekuilibrium), sehingga proporsi hormon yang bergerak bebas
membran oleh protein pembawa. Proses ini tidak membutuhkan dan tidak terikat adalah tetap, sementara sebagian besar dibawa
energi sehingga tidak bisa melakukan transpor zat kimia dalam keadaan terikat. Saat ini dipercaya bahwa hanya fraksi
melawan gradien konsentrasi. Jumlah protein transporter hormon bebaslah yang aktif secara fisiologis dan tersedia bagi
mungkin di bawah pengaruh kontrol hormonal. Glukosa dibawa jaringan dan untuk metabolisme. Saat satu hormon terikat pada
ke dalam sel oleh protein transporter (lihat Bab 38) yang protein plasma, maka hormon tersebut secara fisiologis menjadi
jumlahnya akan meningkat dengan adanya insulin, inaktif dan diproteksi dari enzim metabolik dalam organ seperti
Transpor aktif menggunakan energi dalam bentuk adenosin hati. Beberapa obat, misalnya aspirin, dapat menggeser substansi
trifosfat (adenosine triphosphate, ATP) atau bahan bakar Iain seperti antikoagulan dari lokasi pengikatannya, di mana
metabolik lain. Dengan demikian, zat kimia bisa ditranspor antikoagulan dapat menyebabkan perdarahan.

Transmisi kimiawi Dasar-dasar endokrin 11


Mekanisme kerja hormon: I Reseptor membran

(a) Keluar1a reoepf,or


lorffion ar[an
a
ri{-l )on I

i3l;fl|H,
@n
Ke.e?tor HIE
I

o
vi
lon l:
+
I

I
rol
Nukleue

Fosforilasr
I, Rl
ae?a ari^aqi ?roteln
atau I

+
hiperpolarlsast
oa
J-___T___-_]
ae) a1 Teel oi
ResVone eelular
+ \al. r",
ra5Iol)a5r
retabo I
Respons eelular
i
I
?rotein rairn +
I

: Y
K"sponsselular il

Tip, Reae?tar yanqterhubunq R.eae?tar yanqberpasanqan AenAan ?ratein G Resepl,or yang Reseqlor eLerotd
reeeptar denqank.anal(ionoLropik) (melabol,ropik\1 1;erhub un q den gan kinaee

Contoh ReeeVtorAChnikolintk ReeeVtorAChmuekarinik Reeeplor ineulin Rese?tar e.Lrcqen


Wakl,u MilideLk. Detik l\/enil Jan
respans

(c) 1ist em inosiLol lritoef aI


(b) Adenilatsiklase 1$ Hormon

f)ormon

17z
lntraaelular Oiaatlqlieerol (DAG)

SNtmulasi nh)bb)
I
Retikulum endoplasma
.as..aroa.o@
a +aaaaattO-
.!.,?.,i,e,,.,. ,,,a,Si, !,,,t .

*
lo
Kalmodulin + Ca2+

lo
+
Ca\/ klnaee

mRNA

J
)inte.to ?ralein

12 Dasar-dasar endokrin Mekanisme kerja hormon: I Reseptor membran


Skenario klinis dengan domain ekstraselular, terjadi perubahan bentuk reseptor.
Akromegali biasanya disebabkan oleh tumor kelenjar hipofisis Hal ini menyebabkan domain intraselular mengaktivasi protein
anterior yang mensekresikan hormon pertumbuhan. Dalam G. Protein G memiliki tiga bagian utama: satu subuqit o, satu
subunit p, dan satu subunit r1. Ketika teraktivasi, pertama-tama
30-40Vo kasus, tumor dipikirkan berasal dari mutasi somatik
yang memengaruhi mekanisme sinyal transmembran. Protein G subunit a menggantikan satu molekr.rl GDP untuk sdtu molekul
GTP. Penggantian ini menghasilkan aktivasi protein G. Protein
stimulatorik, Gs, terlibat dalam transduksi sinyal pada reseptor
hormon pelepas hormon-pertumbuhan (GHRH). Mutasi subunit o,
G ini dapat bersifat stimulatorik atau inhibitorik, artinya dapat
menaikkan tingkat aktivitas enzim atau menutunkan tingkat aktivitas
dari protein Gs ke dalam onkogen gsp memperpanjang fase aktivasi
sislem second messenger. Mutasi pada protein G dapat terjadi dan
sistem protein G, lehingga memungkinkan sintesis hormon dan
pembelahan sel yang tidak terhentikan. Gambaran klinis akromegali
mungkin menyebabkan penyakit (lihat Skenario klinis di atas).
Sistem adenilat siklase. Hormon berikatan dengan reseptor,
yang khas dan perkembangan tumor hipofisis terjadi kemudian.
yang mengaktivasi protein G membran, yang bergerak menuju
reseptor (Gambar 3b). Pada keadaan inaktif, protein G mengikat
Pendahuluan GDP, yang ditukar untuk GTP, dan satu subunit protein G
Hormon berinteraksi dengan sel target melaiui interaksi primer mengaktivasi adenilat siklase untuk mengkonversi ATP menjadi
dengan reseptor yang mengenali hormon secara seiektif. Terdapat second messenger AMP siklik. Adenilat siklase terletak pada
beberapa sistem reseptor yang berbeda, yang bervariasi dalam hal membran plasma namun tidak mengikat hormon. Begitu terbentuk
mekanisme dan waktu (Gambar 3a). Ion bermuatan seperti peptida pada sitoplasma, cAMP mengaktivasi subunit katalik pada protein
dan neurotransmiter berikatan dengan reseptor pada membran kinase (PKA) spesilik, yang membentuk bagian dari kaskade
se1. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan konformasi pada fosforilasi intraselular yang menghasilkan respons selular. Karena
protein membran lain yang akan mengaktivasi enzim di dalam hanya satu rnolekul hormon yang menghasilkan produksi banyak
sel, sehingga menghasilkan, contohnya, sintesis secr.tnd messenger, molekul cAMP, ini merupakan satu cara ampliflkasi interaksi
yang mengaktivasi enzim fosforilasi. reseptor-hormon yang sangat efisien. Begitu terbentuk, cAMP
Molekul takbermuatan, seperti hormon steroid berdifusi ke dipecah dengan cepat oleh enzim fosfodiesterase. Salah satu contoh
daiam sel dan berikatan dengan reseptor intraselular (lihat Bab 4). hormon yang bekerja melalui adenilat siklase adalah efinefrin,
Kompleks hormon-reseptor berikatan dengan hormone response melalui reseptor B-adrenergik.
elements (HRE) spesifik pada DNA; hasilnya adalah perubahan pada Hormon dapat menghasilkan efek inhibitorik pada sel, dan hal
RNA dan sintesis protein. Sel akan bereaksi lebih cepat terhadap ini dapat dicapai melalui fakta bahwa beberapa protein G, misalnya
hormon peptida dan neurotransmiter dibandingkan terhadap hormon G,, dapat menghambat adenilat siklase sehingga menghambat
steroid, yang bekerja melalui perubahan sintesis protein yang relatif pembentukan cAMP. Satu contoh dari mekanisme ini adalah inhibisi
lambat. Namun demikian, telah ditemukan reseptor membran untuk (penghambatan) adenilat siklase melalui pengikatan norepinefrin
hormon steroid meski signifikansinya belum jelas. ke reseptor a-2 pada terminal saraf presinaptik.
Sistem inositol trifosfat. Pada sistem ini, interaksi kompleks
Reseptor membran hormon reseptor-protein G mencetuskan enzim membran
fosfolipase C (PLC) yang mengkatalisis hidrolisis fosfoinositol
Terdapat 3 regio pada reseptor membran: domain ekstraselular;
(PIP2) menjadi dua metaboiit penting, yaitu inositol trifosfat (IP3)
domain seluas membran; dan domain intraselular. Domain
dan diasilgliserol (DAG; Gambar 3c). IP3 menghasilkan'peningkaran
terminal-N ekstraselular memiliki domain pengikat-hormon dan
Ca2* bebas dari endotelium encloplasmik, yang bersama dengan
lokasi glikosilasi. Domain ekstraselular yang mengikat reseptor
DAG memacu aktivasi dan migrasi enzim protein kinase C (PKC)
seringkali kaya akan residu sistein, yang membentuk kantung
menuju membran. PKC juga dapat dimobilisasi melalui masuknya
kaku tempat terikatnya hormon. Regio transmembran terdiri dari
Ca2* ke dalam sel. Contoh-contoh hormon dan neurotransmiter
satu atau lebih segmen yang terbuat dari asam amino hidrofobik
(takbermuatan), yang tersusun secara heliks, dan mungkin berperan
yang mengaktivasi sistem ini adalah epinefrin yang bekerja pada
reseptor a-1 dan asetilkolin pada reseptor kolinergik muskarinik.
dalam menahan reseptor pada membran. Berbagai subunit yang
Sistem-sistem ini penting secara klinis karena menyediakan banyak
berbeda dalam membran dapat disatukan dengan ikatan disulflda
(misalnya reseptor insulin, Bab 38). Domain intraselular merupakan kemungkinan target bagi obat-obatan.
regio efektor pada reseptor yang mungkin terhubung dengan sistem
protein membran lainnya, yaitu suatu set enzim yang merupakan Antagonis reseptor
guanosin trifosfatase (GTPase). Reseptor B-adrenergik merupakan Antagonisme reseptor merupakan aspek penting dari endrokinologi
suatu contoh reseptor yang terhubung dengan protein G. Kelas dan penggunaan obat secara umum, tidak hanya dalam hal studi
lainnya, termasuk reseptor insulin, memiliki domain intraselular interaksi hormon-reseptor namun juga dalam hal terapeutik,
seperti protein kinase tirosin. Regio intraselular juga mungkin karena antagonis memiliki peran yang cukup besar dalam terapi
memiliki lokasi fosforilasi tirosin atau serin/treonin regulatorik. penyakit endokrin. Molekul yang berikatan dengan reseptor
dan membangkitkan respons selular normal disebut sebagai
Second messenger agonis. Ligan yang berikatan, namun tidak membangkitkan
Reseptor yang terhubung dengan protein G. Reseptor ini adalah respons, merupakan antagonis. Antagonis bekerja pada membran
reseptor protein pada membran sel, dengan domain ekstraselular dalam beberapa cara. Sebagai contoh, bloker reseptor B,
dan domain intraselular. Rantai peptida yang membentuk protein propanolol, berkompetisi dengan epinefrin pada lokasi pengikatan.
selalu membentang seluas membran. Ketika hormon berikatan Antikonvulsan fenitoin memblokade kanal ion.

Mekanisme kerja hormon: I Reseptor membran Dasar-dasar endokrin 13


Mekanisme kerja hormon: ll Reseptor intraselular
(a) Reseplor ini"r as elul ar (c) An4gola ouperfamili reeeptor steroid

Reeepl;orqlukokori:ikoid E IZ

Reee\ot mirteralokorLikoid EEI 162

ReseVl,or androgen
Trol,ein
Res epI,or p r o qesf,e r a n

1
mRNA Reoeryor eslraqen

Ra1 e?tar agam r et in o at,

Res eVt o r hor mon tiroid (b et a)

Domainpenqikat-aNA
E
fll-Domatn
LlI Nomor-nomor Iain Vada blok
(b) Heat shock protein dan zinc finqer at-hormon memberikan ?eroentaoe
Wm lpenorl
6HHJ- h om ol o qi a ekuens den gan
9Ieroid re s e pI; o r gl ukoko rLikoi d

ff,S'R
iFrsP:90fl
i',-.... H ---)
Gffi}
!'::::i::tt:::fJ (d) Mekanismekerja eetrogen dan antagonienya

Eel,roqen a J Antagonls

Reseplor
,"t*rr"t
l
eet ?oqen
-*j**\
I
YY\
D'n"'toaEl l \
w*;TX;::'ffi
konforn..i * - -
I
I r"rruklaran
* ,"u"ptor?

/
)Iruktur resepf,or

l^"^ERE_l

I
I

v
ReeponsterhadaV
Regto estrogenl,idak ada
penqikal;-DNA Regio a1,au abnormal
penqikal;-sLeroid

Prorein koakLtvatar I iBl ElemenreEoone


{$
eetro4en pada DNA
frofein korepresor

14 Dasar-dasar endokrin Mekanisme kerja hormon: ll Reseptor intraselular


Skenario klinis spesifisitas pengikatan hormon dan kurang terkonservasi pada
Estrogen menstimulasi proliferasi jaringan kanker payudara dan berbagai reseptor yang berbeda.
pajanan terhadap estrogen mungkin penting dalam patogenesis
penyakit tersebut. Pada pengobatan wanita yang menderita Reseptor estrogen
kanker payudara, telah menjadi praktik rutin untuk membuktikan Dua bentuk reseptor utama yang berbeda telah ditemhkan, yaitu
ada (ER positif atau tidaknya (ER negatif) reseptor estrogen ER-a dan ER-p. Kedua reseptor tersebut memiliki afinitas yang
pada sel kanker. Wanita yang memiliki tumor dengan ER berbeda terhadap estradiol dan memiliki distribusi anatomis yang
positif lebih mungkin berespons terhadap manipulasi endokrin berbeda. Sebagai contoh, hanya ER-a yang ditemukan di hati,
setelah pembedahan dan/atau kemoterapi (angka respons dan ER-13 merupakan bentuk yang dominan di prostat. Perbedaan
pada kanker dengan ER positif adalah 50-607o, pada tumor tersebut mungkin berperan pada keragaman kerja estrogen yang
dengan ER negatif adalah 5-10Vo).* Terapi endokrin yang luas di berbagai jaringan dan di bawah keadaan flsiologis dan
paling umum digunakan adalah tamoxifen yang memiliki efek patologis yang berbeda. Sebagai contoh, telah ditemukan bahwa
antagonis estrogen pada payudara, kemungkinan dimediasi oleh di jaringan ovarium sehat bentuk p mendominasi, namun di
perekrutan korepresor untuk kerja reseptor estrogen. Obat ini kanker ovarium bentuk o, yang mendominasi. Mungkin bentuk
menghasilkan penurunan signifikan pada rekurensi tumor dan
p ikut mengatur aktivitas bentuk q,. Bentuk o dan p memiliki
angka kematian bagi wanita dengan penyakit ER positif pada beberapa koaktivator dan represor nuklear, dan aktivitasnya
usia berapa pun. Kemungkinan penggunaan tamoksifen dan obat tergantung pada laju penggantiannya.
yang lebih baru, modulator reseptor estrogen selektif (selective Antagonis reseptor estrogen sangat berguna dalam
estrogen receptor modulator ISERM] misalnya raloksifen, pencegahan dan terapi kanker payudara (lihat Skenario klinis
torimifin) untuk pencegahan kanker payudara tampaknya juga di atas). Senyawa-senyawa tersebut menginterfensi proses
menjanjikan. interaksi hormon-reseptor intraselular yang normal. Hal tersebut
dapat terjadi pada satu atau lebih lokasi (Gambar 4d). Reseptor
Reseptor intraselular sendiri dapat diblokade, atau kejadian-kejadian pascapengikatan-
reseptor, contohnya dimerisasi reseptor, pergantian reseptor, atau
Hormon lipofilik, seperti steroid dan hormon tiroid, lewat
sintesis protein atau mRNA, dapat dihambat. Contoh bloker
dengan mudah melalui membran plasma ke dalam sel, tempat
reseptor estrogen adalah SERMS (selective estrogen receptor
hormon tersebut bergabung dengan protein reseptor spesifik
modulator) seperti tamoksifen, raloksifen dan toremifen. Hal
(Gambar 4a). Pada keadaan inaktif, untuk subfamili reseptor
glukokortikoid, progesteron, estrogen, dan androgen, reseptor
ini menarik karena obat-obat tersebut tampaknya bekerja
sebagai agonis pada beberapa jaringan seperti sel tulang dan
tersebut terikat pada protein syok panas (heat shock protein,
sel hati, sehingga'mungkin merupakan langkah pencegahan
HSP 90; Gambar 4b).
penting untuk menurunkan angka perkembangan osteoporosis
Ketika hormon berikatan dengan reseptor, HSP berdisosiasi
dan untuk menurunkan kadar kolesterol darah. SERMS dapat
dari reseptor tersebut, reseptor membentuk homodimer dan
bekerja dengan mengaktivasi koaktivator atau korepresor yang
kompleks hormon-reseptor berikatan dengan DNA pada lokasi
belum teridentifikasi dan mungkin memodulasi penggantian
spesiflk, disebut sebagai elemen respons hormon (hormone
reseptor estrogen. Kerja SERMS juga ditentukan oleh apakah
response element, HRE) yang terletak sebelum lokasi inisiasi
obat tersebut bergabung dengan reseptor ER-a atau ER-13.
transkripsi. Transkripsi dan sintesis protein selanjutnya akan
berubah. Hormon tiroid dan reseptor asam retinoat tidak
Reseptor hormon tiroid
bergabung dengan HSP pada keadaan inaktif, dan mampu
Seperti anggota famili reseptor nuklear lainnya, reseptor hormon
bergabung dengan elemen responsnya pada DNA bila tidak
tiroid berfungsi sebagai faktor transkripsi yang teraktivasi
ada hormon tersebut, serta bekerja sebagai inhibitor transkripsi
hormon. Namun, berbeda dengan reseptor hormon steroid,
(lihat di bawah). Aktivasi reseptor yang mengekspresikan kerja
reseptor hormon tiroid berikatan dengan DNA pada kondisi tidak
hormon ini tampaknya terjadi melalui fosforilasi, meskipun
ada hormon, yang biasanya menyebabkan represi transkripsi.
pada saat ini proses tersebut tidak begitu dimengerti.
Namun, ketika hormon tiroid berikatan dengan reseptor, hal
ini akan mengakibatkan perubahan konformasi pada reseptor
Sifat reseptor steroid yang mengubah fungsinya sebagai aktivator transkripsional.
Reseptor steroid membentuk bagian dari 'superfamili' besar Seperti banyak reseptor lainnya, reseptor ini memiliki beberapa
reseptor-reseptor pengikat-DNA nuklear, termasuk reseptor isoform. Saat ini telah ditemukan empat isoform, yaitu cr-l,
androgen, estrogen, glukokortikoid, tiroid, dan vitamin D a-2, P-L, dan p-2. Bentuk-bentuk yang berbeda ini tampaknya
(Gambar 4c). Semua reseptor tersebut memiliki dua regio sangat penting dalam perkembangan; isofom yang berbeda
utama, regio pengikat-hormon yang hidrofobik dan regio diekspresikan pada tahap perkembangan yang berbeda dan
pengikarDNAyang terdiri dari dua 'zincfinger (ari zink)'yang pada organ serta jaringan yang berbeda. Sebagai contoh, a-1,
kaya sistein dan asam amino basa. Struktur reseptor-reseptor a-2, dan p-l diekspresikan pada hampir seluruh jaringan di
ini sudah diketahui. Regio 1 merupakan regio pengikat-DNA mana hormon tiroid bekerja, namun p-2 disintesis terurama
dan yang paling dipertahankan (terkonservasi) pada anggota- pada telinga yang sedang berkembang, dan pada kelenjar
anggota famili reseptor ini, artinya regi'o tersebut memiliki hipoflsis anterior serta hipotalamus. Reseptor c-1 merupakan
homologi sekuens yang tinggi dari satu reseptor ke reseptor isoform pefiama yang dideteksi pada konseptus, dan bentuk p
lain seperti terlihat pada Gambar 4c. Diperkirakan bahwa zlnc tampaknya dibutuhkan untuk perkembangan otak yang normal
finger pertama menentukan spesifisitas pengikatan reseptor pada segera setelah lahir.
DNA, sementara yang kedua menstabilkan reseptor pada elemen
responsnya di DNA. Regio 2 dan 3 pada reseptor menentukan xPada saat penulisan, trastuzumab, suatu IgGI manusia terhadap reseptor
HER-2, rnenjanjikan untuk kanker payudara HER negatif.

Mekanisme kerja hormon: ll Reseptor intraselular Dasar-dasar endokrin 15


Hipotalamus dan kelenjar hipofisis

(a) MRI dan diaqram garis kelenjar hipofisis

Makroadenoma hipofreie yang lidak b ertungei yanq muncul dengan def ek lapanq
Mikr o adenom a kelenjar hip ofi ei s pand,ang. Tumor eebesar 2 cm menggeser kiasma oplikum ke kanan diseriai
d,eng an p erlu as an supr as ellar

VanNrikel
laieral
Venlrikelketi\a
Kiaama
opui.u* {Q
Makro-
ad.enoma
ArI:,erl hipoltais
karolid
ififerna
H golalamus T,eaeeua
ou?rao?tikr5
Tangkathpofieie venl,rike) ke,Liqa
- Kiasma

Kelen)ar h polais oplkum


(b) Nukleus hipotalamus ?oton1an oaAlLal
\/ik.roadenofia
ArLeri karotiA hipofists
nf,etna K.omiirra
Lobuelempora) e
1inus sfenotd

?oaterior
Nu kleus
eupraoVlikue
- venlrcrne)ialis
Krasffia
Korpus
opllkum
rYam ario
Nu kLeua
arkualus

Aderoh:petlsis L Neurohipofisis
(c) Sief,em sekretorik rnaqnoselular- Volon qan eaqila J,

NuI eue paraventr I ulan+ --- Kaudal

Nukleug (d) 9isr,em neurosekrelorik parvoselular potongan saqital


5u?rea?til rt
Kiaama
Korpus
a?Likuft1 N ukl eus p a mv enlrikul aris
rnarri aris
Inkt)5
ht?ata arnue- N ukleus
hipoltete ?Eo?tik
AAe,nohtpofiels Neurohipolisis
li?oLalanua
Ktasma
Tembuluh darah oVlikum Nu kleus
arkualus
Rostral Kaudal
Eminenda
meaiana
Sistrern darah
porl;al

16 Dasar-dasar endokrin Hipotalamus dan kelenjar hipofisis


Skenario klinis anterior. Tumor-tumor hipof,sis dapat menyebabkan pelepasan
Seorang pria berusia 51 tahun dirujuk ke Klinik Endokrin hormon yang tidak terbatas, misalnya hiperprolaktinemia (lihat
sebagai suatu kegawatan dengan keluhan hilangnya penglihatan
Skenario klinis dan Gambar 5a).
pada kedua sisi lapang pandang. Ia merasakan kelelahan
yang terus bertambah selama beberapa bulan, merasa Nukleus
'lambat', dan kehilangan seluruh motivasi untuk melakukan Kelompok nukleus supraoptikus: nukleus paraventrikularis
aktivitas rutinnya. Ia bercukur lebih jarang dari biasanya dan (PVN) dan supraoptikus (SON) memiliki akson yang
kehilangan rambut, Ia juga kehilangan ketertarikan pada seks berproyeksi ke hipofisis posterior sebagai traktus hipotalamus-
meski menganggap hal tersebut disebabkan oleh keletihannya hipofisis. PVN dan SON mengandung sel-sel besar yang sangat
dan 'usia tua'. Belakangan ia sering merasa pusing ketika tervaskularisasi, dan keduanya secara bersama disebut sebagai
bangun tidur atau berdiri dari duduk. Pada pemeriksaan, pria sistem sekretorik magnoselular (Gambar 5c). PVN memiliki
ini menunjukkan gambaran klinis pan-hipopituitarisme dan sel-sel lain berukuran lebih kecil yang berkontribusi terhadap
pemeriksaan lapang pandangnya memperlihatkan hemianopia koleksi difus neuron-neuron hipotalamik yang disebut sistem
bitemporal. Pemeriksaan biokimiawi mengkonfirmasi adanya sekretorik parvoselular (Gambar 5d) yang mengontrol fungsi
hiperprolaktinemia (prolaktin semm 35.000 mU/L) dan nilai hipofisis anterior melalui neurohormon yang dikirimkannya ke
kortisol, tiroksin, TSH, LH, FSH, testosteron, dan IGF-1 yang hipofisis anterior. Baik SON maupun PVN mengandung sel-
menurun. Pemindaian MRI memperlihatkan tumor hipofisis sel yang memproduksi dan mensekresi neuropeptida penting,
besar yang meluas ke superior dari fossa hipofisis dan menekan contohnya oksitosin. PVN terhubung dengan regio otonom dan
kiasma optikum. Pasien diterapi dengan cabergoline, agonis regio lain pada korda spinalis dan batang otak, serta dengan
dopamin kerja panjang yang kemudian akan mengecilkan tumor. kelenjar hipofisis.
Contoh tumor hipofisis diperlihatkan pada Gambar 5a. Kelompok nukleus tengah atau tuberalis terlibat dalam
regulasi hipofisis. Nukleus tersebut adalah nukleus ventro-
Hipotalamus medialis, dorsomedialis, dan arkuatus. Seperti PVN, nukleus
ventromedialis terhubung dengan bagian otak lain, termasuk
Hipotalamus terletak di dasar otak pada diensefalon,
korda spinalis, batang otak dan, substansia grisea sentral pada
mengandung sejumlah nukleus neuron yang penting dalam
otak tengah. Nukleus arkuatus yang merupakan generator
pengaturan sekresi hormon dari hipofisis. Beberapa neuron
otonom ritme reproduksi yang penting, akan mengirim banyak
ini memproduksi hormon yang dibawa dalam aliran darah
akson ke eminensia mediana serta ke bagian lain hipotalamus
ke hipofisis. Batas hipotalamus ditentukan secara subjektif
dan otak depan.
berdasarkan struktur-struktur yang terlihat di sekitamya. menuju:
Kelompok nukleus posterior atau mamilaris berjalan
hipotalamus rostral atau supraoptik; hipotalamus tengah atau
secara kaudal ke substansia grisea sentral mesensefalik. Pada
tuberal; dan hipotalamus kaudal atau mamilaris (Gambar 5b).
area ini terdapat lebih banyak neuron magnoseluiar yang
Berjalan secara longitudinal melalui bagian tengah adalah
berproyeksi ke berbagai bagian otak.
ventrikel ketiga yang sempit.
Hipotalamus medial mengandung sejumlah nukleus (Gambar
5b), dikemas padat bersama sel-sel , yang berhubungan dengan
sisa otak melalui serabut akson desendens dan asendes: serabut
H:i:i::[:J,rar SoN dan pvN mengandung neuron
otak depan medial. Zona lateral hipotalamus tidak memiliki yang memproduksi dan mensekresi oksitosin dan vasopresin
nukelus yang berbatas jelas. Eminensia mediana hipotalamus
(homon antiduretik, ADH). Hormon-hormon diproduksi pada
merupakan tempat terjadinya hubungan vaskular antara neuron
neuron-neuron yang berbeda dan dibawa menuju kelenjar
sekretorik hipotalamik dan kelenjar hipofisis. hipofisis posterior melalui aksonnya yang terdiri atas traktus
hipotalamus-hipofi sis.
Neuron sistem neurosekretorik parvoselular mengirimkan
Kelenjar hipofisis
aksonnya menuju eminensia mediana, tempat terminal neuron
Kelenjar hipofisis dibedakan menjadi dua subkelenjar utama, melepaskan'hormon pelepas': corticotrophin-releasing
yaitu hipofisis anterior dan posterior (Gambar 5b; adenohipofisis hormone (CRH) ; gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) ;
dan neurohipof,sis). Dalam perkembangan, kelenjar posterior thyrotrophin-releasing hormone (TRH); dan banyak peprida
merupakan pertumbuhan dari otak. Selama perkembangan lain, termasuk somatostatin dan neurotensin. Substansi lain yang
janin, kelenjar posterior muncul sebagai ekstrusi ke bawah dari masuk ke dalam sistem portal termasuk dinorfin, enkefalin dan
hipotalamus, sehingga kelenjar ini memiliki asal neural. Kelenjar
B-endorfin, GABA, dopamin, dan banyak lagi.
anterior tumbuh ke atas dari kavitas oral primitif yang disebut Neuron GnRH mengirimkan akson tidak hanya ke eminensia
kantung Rathke. Kantung ini tumbuh ke atas sampai berfusi mediana namun juga ke bagian otak lain, menyebabkan
dengan infundibulum yang tumbuh ke bawah, dan sel-selnya timbulnya pikiran bahwa GnRH mungkin juga merupakan
berproliferasi di sekitar dan di sepanjang tangkal hipofisis, neurotransmiter serta regulator utama pada fertilitas.
menghasilkan pars tuberalis. Selama perkembangan, suatu Sel-sel sistem parvoselular PVN kaya akan CRH dan TRH
sistem yang kaya vaskular berkembang pada eminensia mediana. dan berproyeksi ke eminensia mediana. Nukleus arkuatus kaya
Bagian yang tumbuh ke atas kehilangan kontak dengan kavitas akan neuron prolaktin, juga disebut neuron tubero-infundibularis
oral, dan kelenjar hipofisis memiliki kontak neural langsung dopamin. Neuron arkuatus juga mengandung peptida galanin
'dan
dengan hipotalamus meialui hipofisis posterir, dan dengan suatu hormon pelepas homon-pertumbuhan (GHRH), opioid,
hubungan vaskular, yang disebut sistem portal, yang membawa somatostatin dan beberapa substansi lain, banyak di antaranya
zat kimia dari sel-sel hipotalamus menuju kelenjar hipofisis dibawa ke eminensia mediana dan sistem portal.

Hipotalamus dan kelenjar hipofisis Dasar-dasar endokrin 17


Hormon pelepas gonadotropin (GnRH):
suatu hormon peptida
(aJ Sintesis dan pelepasan hormon peplida

DNA
1 Nukleus liililffiiliEii3l <eoio penskode Transkripsi

mRNA

2 Ribosom e&&.-r.t J .t
lranslasi

'*I
?embelahan
I

3 Rerir:tun.endoptasna Cill;::-J- |
+
?reprohormon
-+F) <--------..]

I ?"mb"lnhnn
+
?rohormon
4AparatusGolqi @@ffi <_ I

{ Tembelahan
Hormon ?engemasan
bGranut @@@@ Glikosilasi

^'
--l
Q) 9;:;imr:hhsekresi ---l

(b) Hormon pelepaa 4onadotropin (GnRH, gonadotroph in- releaei ng hormone)

St ruklur d an f un gsi G nRH

t pr, (cil*l -r" -p* - ry,)- oty @u xq -q 61y -


,-l , = oli r-r--ili
+tJ
Menqaktivaoi MenqaNur MengaNur
10

reseVtor GnKH af)nif,aereoeplor aktivitaobioloTle

Tabel 6.1 ?otensi relalifbeberapa agonis GnRH sintetik

18 Dasar-dasar endokrin Hormon pelepas gonadotropin (GnRH): suatu hormon peptida


Skenario klinis asam amino, diikuti oleh sekuens GnRH sendiri dan kemudian
oleh 56 asam amino yang membentuk bagian terminal-C peptida.
Penggunaan terapeutik hormon pelepas gonadotropin
(gonadotrophin-releasing hormone, GnRH) dan analognya Bagian terakhir ini disebut GAP (GnRH-associated, peptide)
yang ternyata merupakan inhibitor sekresi prolaktifi. Hal ini
didasarkan pada penemuan bahrva pajanan pulsatil gonadotrop
menggarisbawahi prinsip bahwa satu prekursor p"ftiOu Ouput
ke GnRH diperlukan untuk mempertahankan fungsi normal
menghasilkan lebih dari satu peptida yang aktif secara fisiologis.
hipoflsis anterior, sementara sekresi GnRH secara kontinu
Peptida sinyal mengarahkan transfernya menuju retikulum
menghasilkan desensitisasi gonadotrop dan supresi pelepasan
endoplasma, dan selama proses tersebut mengalami pembelahan
LH dan FSH. Maka GnRH atau analognya dapat digunakan
untuk membentuk prohormon yang lebih pendek.
dengan cara pulsatil untuk memacu fertilitas pada wanita
Pembelahan dan pengemasan. Dari titik ini, prohormon
dengan defisiensi GnRH terisolasi atau diberikan secara kontinu
ditransfer menuju aparatus Golgi, di mana prohormon akan
untuk menekan sekresi hormon seks pada pasien dengan
dibelah lebih lanjut untuk membentuk hormon final, dalam
kanker terkait-hormon. Analog sintetik GnRH yang stabil telah
kasus ini GnRH dekapeptida. Hormon ini dikemas ke dalam
dikembangkan karena GnRH, meski digunakan untuk terapi
vesikel-vesikel penyimpanan dan dilepaskan berdasarkan
sebagai gonadorelin untuk menilai fungsi hipofisis, bersifat
kebutuhan, dalam kasus ini sebagai respons selular terhadap
tidak stabil dan tidak memuaskan sebagai agen terapeutik. Suatu
aktiv itas neurotransmiter.
analog yang stabil, misalnya buserelin, goserelin, leuprorelin
Eksositosis. Hormon ini dilepaskan dari sel melalui proses
asetat, deslorelin, dan nafarelin, dapat digunakan untuk terapi
eksositosis. Pada stimulasi, C** intraselular bebas dan cAMP
kanker payudara dan prostat, endometriosis, fibroid uterus,
meningkat, menyebabkan kontraksi miofllamen, dan vesikel
dan infertilitas.
dipandu sepanjang mikrotubulus menuju membran sel. Vesikel
berfusi dengan membran melalui satu proses yang membutuhkan
Pendahuluan Ca2*. Membran mengalami lisis dan isinya dilepaskan ke dalam
Hormon pelepas gonadotropin (GnRH) merupakan contoh ruang ekstraselular, memasuki aliran darah melalui kapiler di
sempurna dari hormon peptida untuk studi, karena banyak sekitarnya. Terminal neuron GnRH masuk ke dalam pembuluh
sekali yang diketahui mengenai sifat kimia, produksi, pelepasan, darah potal, sehingga pada saat pelepasan, sejumlah besar
dan kerjanya. GnRH merupakan peptida hipotalamik yang GnRH yang dieksositosis masuk ke dalam sistem portal.
dilepaskan secara pulsatil ke dalam sistem aliran darah portal
hipotalamus-hipof, sis yang memasok kelenjar hipof, sis anterior. Studi struktur-fungsi
Sekresi pulsatil tersebut mempertahankan fungsi gonadotrop
Begitu struktur hormon menjadi jelas, terdapat usaha untuk
hipofisis anterior untuk melepaskan gonadotropin LH dan
mensintesis analog hormon yang lebih stabil untuk penggunaan
FSH yang diperlukan untuk fungsi ovarium dan testis yang
terapeutik, dan, dalam kasus GnRH, substitusi dengan asam
baik. Pengetahuan ini mengarah pada pengembangan analog
amino-D menghasilkan analog poten yang resisten terhadap
GnRH sintetik.
digesti enzim (Gambar 6b; Tabel 6.1).
Karakterisasi reseptor. Analog yang stabil dilabel secara
Sintesis dan pelepasan hormon peptida radioaktif dan digunakan untuk mempelajari lokalisasi dan sifat
'franskripsi. Langkah pertama dalam sintesis peptida seperti reseptor peptida. Dalam kasus GnRH, lokalisasi terletak pada
GnRH adalah transkripsi gen yang mengkode untuk mRNA membran plasma gonadotrop hipofisis anterior, dan stimulasi
hormon (Gambar 6a). Lokasi inisiasi pada gen ini, sebelum reseptor GnRH oleh GnRH menyebabkan peningkatan cAMP
regio pengkode, diaktivasi oleh sinyal dari sitoplasma neuron intraselular yang paralel terhadap sekresi hormon penstimulasi
hipotalamik di mana peptida disintesis. Dalam kasus GnRH, folikel (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
sinyal berasal dari neurotransmiter, mungkin dopamin, yang Pengukuran hormon. Begitu hormon telah diidentifikasi
memicu peningkatan cAMP sitoplasmik, mengakibatkan aktivasi dan disintesis dalam jumlah besar, antibodi terhadap hormon
gen. Sebaliknya, produksi cAMP mungkin dihambat sebagai ini dapat ditingkatkan dan digunakan untuk mengukur hormon
akibat dari kerja neurotransmiter opioid. dalam kondisi fisiologis dan patologis yang berbeda. Pada
Preprohormon. mRNA GnRH disebut sebagai mRNA kasus GnRH, ketersediaan r adioimmunoasscy memungkinkan
prepro-GnRH karena akan ditranslasi menjadi peptida prekursor penemuan bahwa hormon tersebut dilepaskan secara epidosik,
besar yaitu prepro-GnRH. mRNA keluar dari nukleus menuju kurang lebih setiap 90 menit. Pelepasan episodik ini dibutuhkan
sitoplasma, tempat mRNA ini akan ditranslasi oleh ribosom untuk mempertahankan pelepasan gonadotropin, dan dengan
pada retikulum endoplasma menjadi prepro-GnRH. Peptida demikian juga mempertahankan fertilitas, baik pada primata
prekursor ini terdiri atas sekuens sinyal yang terdiri dari 23 perempuan maupun laki-laki, termasuk manusia.

Hormon pelepas gonadotropin (GnRH): suatu hormon peptida Dasar-dasar endokrin 19


Prinsip mekanisme umpan balik

(a) 5 u alu kartu ter api 5terci d (b) Mekaniome umpan b alik

KARTU TERAPI gTEROID


)ay a adalal' paeten dengan r,erapl )lERaD yan4 l,idak boleh dihenlikan
aecara tiba-Itiba
c Jika Anda men4qunakan obai ini lebih dari 3 min4qu , dosie harus d)Lurunkan
secara bertahap ket ika Anda akan berhenli ynenqqunakannya kecuali
dokter menqatakan y anq eeb alikny a.
"w@
o bacalah lembaran informasi unf,uk paoien yanq dlse*akan beraama obat ini.

t 9elalu bawa kart) ini dan luniukkan kepada eiaVa saja yang menqobaNi
'"'"" '
f)ormon 2
".'"'-
Anda (misalnya dokter, ?erawat,,farmazi, al,au Aokter qiqi). Aelama eatu I 1
lahun selelah ?enqhenlian obal, Anda harus menyebulkan bahwa Anda
se. tah n-nqq.t.kat ELe-o o.

. Jika Anda sakit, ar,au)rka Andaberhubunqan den7an siaga aaJa yanq


memilikl Venyakil inleksiua, segeralah berkonsulf,asi ke dokter. JIka Anda
belum pernah menqalarni cacar atr, Anda harus menqhtndari konlak erat l,)mpanba)ik Umpanbalk
dengan orangyan7 menaeril,a cacar air atau shin1les. Jika Andaberkonl;ak neqatif ?aattf
denqan cacar air, aegeralah berobatke dokter.

. ?aetikan inforrnasi pada kartu seldu diperbarui,

(e) Akeis hipotalamo-hipofieis-adrenal


(cJ Aksis neuroendokrin
,ll
\CRH /
,"'-r-/
,'@tAo,n / ,'l\
l-@
li
/
//f\/Y\
,\ACl-)
// /-.'Wrt,
r
(ACr r)

ll
,

l/l i

t/l
ttti
IH.l\

Ir
| .6)
-t ! Htpofrsts
enreriar
ll\rA n A
I /"\ /^\
A
.'
IJ \\
\\
,
I
,
I
i

I o A r\ajcfltlt tat4n\).
\ " I ,, aln)o riroid.
\\+ * v
i

W fpsrt^ oter,t)rn '\: foni-ol I oni-ol


Normal EfekVrednieolon ekeogen

(d) Hormon pelepas dan hormon tropik

GTRH

lttt
M Hipotalanug CRH TRH DA GHRH gomatosl,atin

f- I
no.'on
I pe eVae

l. It
\
l.\
lL
I
I

lttt
IH/73H PRL
$Y::!;;
ltl-_] O
ACTH T9H GH

| ,o,^on I

Etek <- Hormon


|
ff|B
'-n'r
Kebnlartaraer
tt
Gonad KorLeke
I

I
ftrord
lt
Kelenjar mammae lali,tulanq
adrenal

T RH: ThyroLrophi n - rel ea si n q ho rmone CRI: Co rl,icotrophin -relea si ng1 h o rm o n e LH. Luteinizinq hormone I

G nRl, : G o n a d ot ro p h i n - re I ea si n 4 h o rm one DA:Dopamin hormone


79H: Follicte-sl,imulat in(j 1

GlRl. Grow\h hormone-releasin7 hormone ACI|: Ad renocort icoLro phic ho rmone Tgl.Thyrotl-sthubl,hyhormone i
l

20 Dasar-dasar endokrin Prinsip mekanisme umpan balik


Skenario klinis Sebagai contoh sistem 1 (Gambar 7b) melepaskan satu
Terapi glukokortikoid digunakan secara luas untuk mengobati
hormon, hormon 1, yang menyebabkan sistem 2, kelenjar
berbagai gangguan peradangan kronis. Tinjaulah kasus Ny AA lain, melepaskan hormon lain, hormon 2, yang mengalir
yang berusia 69 tahun dengan artritis reumatoid yang sudah dalam aliran darah. Hormon 2 lalu dikenali oleh-sistem l.
berlangsung lama. Selama 5 tahun terakhir ia menggunakan yang membandingkan konsentrasi hormon ini derigan suatu
prednisolon oral dengan dosis 10 mg per hari. Ia mengalami pembanding, dan merespons dengan mengubah keluaran hormon
penipisan kulit dan mudah mengalami memar, gejala yang 1. Jika sistem I memberi respons dengan mengurangi keluaran
merupakan efek samping terapi tersebut. Ny AA tahu bahwa hormon l, maka hal ini disebut sistem umpan balik negatif.
jika ia mengalami penyakit minor maka dosis obatnya harus Satu satu contohnya adalah efek hormon tiroid (hormon 2)
dinaikkan selama beberapa hari dan ia membawa kartu steroid dari kelenjar tiroid (sistem 2), dalam mengurangi keluaran
bersamanya setiap waktu (Gambar 7a). Ia juga tahu jika ia thyroid-stimulating hormone (TSH; hormon 1) dari kelenjar
mulai muntah karena sebab apapun maka ia harus segera hipoflsis anterior (sistem 1; lihat Bab 13).
mencari perlolongan medis. Jika sistem 1 merespons dengan meningkatkan keluaran
Pada keadaan normal, glukokortikoid dilepaskan sebagai hormon 1, maka hal ini disebut sistem umpan balik positif.
respons terhadap stres, misalnya penyakit. Dosis terapeutik Salah satu contohnya adalah efek estrogen (hormon 2) dari
giukokortikoid menghambat aksis umpan balik hipotalamus- ovariurn (sistem 2) pada pelepasan luteinizing hormone (LH:
hipofisis adrenal yang normal sehingga respons stres ini tidak hormon l) dari kelenjar hipofisis anterior (sistem l) tepat
terjadi. Seorang pasien seperti Ny AA bergantung sepenuhnya sebelum ovulasi (lihat Bab 24).
pada dosis harian prednisolon yang tetap untuk menyuplai Dalam endokrinologi, aksis otak-hipofi sis-kelenjar target
kebutuhan glukokorlikoidnya. Jika mengalami penyakit minor, memberikan contoh kerja mekanisme umpan balik (Gambar
maka ia harus meningkatkan dosis tabletnya dan jika muntah ia 7c). Untuk hampir semua hormon hipofisis anterior, terdapat
harus mencari pertolongan medis sehingga glukokortikoidnya hormon-pelepas hipotalamik, dan pada beberapa kasus, hormon-
dapat diberikan secara intravena. Pada kondisi-kondisi di penghambat hipotalamik (Gambar 7d).
mana ia berhenti meminum tablet glukokortikoidnya, ia Sistem umpan balik dapat melibatkan lebih dari dua hormon,
harus menurunkan secara bertahap terapi tersebut sehingga misalnya pengontrolan sekresi hormon tiroid. Otak melepaskan
memungkinkan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal yang thyroid-releasing hormone, yang masuk ke dalam aliran darah
tersupresi kembali pada fungsi normal. portal ke sel tirotrop hipofisis anterior, di mana hormon tersebut
menstimulasi pelepasan TSH. TSH masuk ke dalam aliran
Homeostasls darah menuju kelenjar tiroid dan menstimulasi pelepasan T,
Sistem hidup memiliki lingkungan internalnya sendiri yang dan To. T. kemudian menghambat pelepasan TRH dan TSH.
harus bertahan dalam lingkungan eksternal. (esintasan Akan terlihat jelas bahwa sistem sejenis ini merupakan satu
hidup melibatkan pemeliharaan keseimbangan garam dan alat untuk menguji kesesuaian fungsi sistem umpan balik daiam
air, pengontrolan yang ketat terhadap suhu dalam kasus keadaan sehat dan sakit.
homeotem, dan juga regulasi ketersediaan dan penggunaan Satu hormon-pelepas hipotalamik dapat melepaskan lebih
zat kimia. Hewan poikilotem, misalnya beberapa reptil, yang dari satu hormon hipofisis anterior. Gonadotrophiqt-releasing
suhunya diatur oleh lingkungan eksternal, lebih tergantung pada hormone (GnRH), melepaskan LH dan FSH yang mengatur
lingkungan eksternalnya untuk mempertahankan metabolisme steroidogenesis gonad, pertumbuhan folikel ovarium, dan
yang adekuat. ovulasi pada wanita sefia spermatogenesis pada pria.
Kontrol internal dicapai melalui integrasi berbagai sistem: Pemahaman atas mekanisme umpan balik dasar sangat
neural, biokimiawi, dan fisik. Dalam semua kasus, komponen penting dalam endokrinologi klinis, karena hal ini membentuk
fundamental dari sistem-sistem ini adalah: (i) sinyal; (ii)
dasar bagi tes diagnostik. Sebagai contoh, tumor pada
transduser; (iii) sensor; dan (iv) responder. Sinyal dapat berupa
kelenjar adrenal dapat melepaskan sejumlah besar kortisol.
impuls listrik, atav zat kimia seperti neurotransmiter, hormon,
Sistem umpan balik ke otak dan kelenjar hipofisis anterior
atau antigen. Tfansduser adalah sistem koupling yang belum
ini menekan pelepasan ACTH. Dalam kasus ini, peningkatan
begitu dimengerti, yang mengubah satu bentuk energi menjadi
kadar kortisol serum dengan ACTH yang tidak dapat dideteksi
bentuk lain, misalnya konversi impuls listrik menjadi kuantum
menunjuk pada adrenal sebagai sumber kelebihan kotisol. Jika
neurotransmiter kimiawi. Sensor hampir selalu merupakan
diagnosisnya adalah tumor hipoflsis yang mensekresi ACTH
reseptor atau enzim atau kornbinasi sistem reseptor-<nzim, yang
dan glukokortikoid berlebih, konsentrasi kortisol serum akan
mengenali secara spesifik sinyal yang mengikatnya. Transduser
meningkat dengan konsentrasi ACTH yang meningkat secara
kemudian mengkonversi reaksi pengikatan menjadi respons
listrik atau respons kimiawi. Responder adalah aparatus dalam tidak tepat. Dosis relatif tinggi glukokortikoid, misalnya
prednisolon, yang diresepkan untuk pasien dengan penyakit
sel yang menghasilkan respons hnal, misalnya pelepasan atau
peradangan atau keganasan akan menekan aksis hipotalamus-
inhibisi pelepasan hormon atau neurotransmiter, vasodilatasi,
vasokonstriksi, atau perubahan denyut jantung. hipofisis-adrenal sehingga pasien tersebut akan mematikan
Integrasi sistem endokrin dicapai melalui kerjasama yang produksi kortisol endogennya (lihat Skenario klinis; Gambar 7e).
kompleks dari mekanisme-mekanisme umpan balik regulatorik Ketidakpedulian pada mekanisme umpan balik ini berpotensi
yang bekerja melalui jaringan komunikasi hormonal maupun bahaya bagi pasien, yang sistem respons stresnya benar-benar
neural. Mekanisme terpenting adalah yang disebut umpan tersupresi sementara dalam terapi glukokorlikoid. Terapi ini
balik, di mana sistem membatasi aktivitas masing-masing di harus dihentikan beftahap untuk memungkinkan sistem kembali
sekitar osilator yang sudah diset sebelumnya. pada sekresi korlisol normal.

Prinsip mekanisme umpan balik Dasar-dasar endokrin 21


Pertumbuhan: I Faktor pertumbuhan selular

(aJ Siklus sel serla hormon ?ertumbuhan dan taklor perlumbuhan yanq terkail

lt orm on p erEurrbuh an (GH)


IGF-1
Herno?alelin
lnsulin
?rolaktin
Laklogen plasenLa (?L)

Epidermal qrowLh factor (EGF)


Fibroblast 4rofih factor (FGF)
lnsulin-like 7rowth factor (IGF)
lnLerletkin
Nerve 4rowLh factor
Platelet-derived 4 rowth factor (7D GF)
Transformin4 qromh facLor (IGF)
Daltar iil belufr 5eluruhnya

(b) Mekanisme kerja NGF


NGF berlkaLan denqan dua ?e;e?Lor yanqberbeda yang
memicu ouaLu kaskaAe miqraei membran dan miqrasi inl,raadular
serl;a reakei-reaksl y ang menThas)lkan akf,iv agi trankripsional
Aan sint eoio praNeln
NGF y ang b erikaLan den 1an

ce ree,eryor memicu reakoi


inlraoelulat trt
i$'ffi tj ffi
I

+
Sintesio ?raf,eln de navo Kaskade
reakst
intraselular

Skenario klinis fase M. Sel-sel baru ini dapat tetap di Gn (misalnya neuron,
Tumor yang mensekresikan IGF-I dan IGF-2 telah ditemukan sel otot), atau memasuki G, untuk mengulangi siklus. Sel-
pada manusia. Tumor-tumor ini sangat jarangl Tumor ini sel tumor dapat tetap pada Go sebelum kembali memasuki
merupakan bagian dari kelompok tumor neuroendokrin, G,. Faktor pertumbuhan dan hormon bekerja pada fase-fase
yang paling sering adalah karsinoid. Pasien dengan tumor spesifik siklus sel.
neuroendokrin dapat datang dengan episode hipoglikemik berat
dan konfirmasi adanya hipoglikemia pada pasien non-diabetik Faktor pertumbuhan
harus selalu dilakukan. Tumor primer mungkin sulit dilokalisasi Faktor pertumbuhan seperti insulin atau insuline-like growth-
dan pasien membutuhkan terapi spesialis dari tim yang terdiri factor (lGF-l, IGF-2). IGF-1 dan IGF-2 memediasi kerja
dari ahli endokrinologi, ahli bedah, dan ahli onkologi. hormon pertumbuhan dan memiliki efek metabolik penting lain.
GH menyebabkan pelepasan IGF-1 dan IGF-2 dari hati, meski
Pertumbuhan dan proliferasi selular IGF-1 adalah yang paling tergantung GH. Keduanya bersirkulasi
Siklus sel dalam plasma terikat pada protein yang dikenal sebagai protein
Fase pertumbuhan adalah G,, yang mempersiapkan sel untfk pengikat IGF (IGF-binding protein, IGF-BP), dengan 6 tipe
fase sintesis S, dan selama waktu tersebut terjadi duplikasi spesilik yang sudah dikenali. Respons seluiar terhadap IGF
DNA (Gambar 8a). Sel membelah menjadi dua sel anak pada dimediasi oleh reseptor IGF spesifik yang serupa namun

22 Pertumbuhan Pe(umbuhan: I Faktor pertumbuhan selular


berbeda dari reseptor insulin. Kadar IGF-I dan IGF-2 dalam fibroblas. TGF-a merupakan peptida dengan 50 asam amino,
plasma tetap konstan pada orang dewasa yang sehat karena yang secara struktural serupa dengan EGF. Faktor ini berikatan
stabilitas protein pengikatnya. mRNA IGF-l dapat dideteksi dengan reseptor EGF dan memiliki berbagai kerja ya4g serupa
pada banyak jaringan tubuh dan mungkin memainkan peran yang dengan EGF. TGF-o sendiri paling tidak terdapat dalam lima
tidak tergantung GH dalam pertumbuhan jaringan. Produksinya bentuk (TGF-ct t hingga TGF-a 5).
distimulasi oleh insulin dan hiperinsulinemia pada obesitas dapat TGF-P juga paling tidak terdapat dalam lima bentuk
mempengaruhi konsentrasi IGF-1 dan IGF-BP yang bersirkulasi. (TGF-13 t hingga TGF-13 5) dan pertama kali ditemukan pada
Insulin. Terpisah dari perannya dalam pengontrolan trombosit. TGF-F ada dalam sebagian besar sel, terutama dalam
metabolisme karbdhidrat, insulin merupakan hormon anabolik. matriks tulang di mana faktor ini penting dalam diferensiasi
Tanpa insulin, katabolisme protein akan ditingkatkan dan dan pertumbuhan kondrosit, osteoblas, dan osteoklas.
ambilan asam amino ke dalam otot akan dihambat, seperti TGF-|3 dapat merupakan stimulator atau inhibitor
juga translasi mRNA. peftumbuhan sel-sel nonendotel, tergantung pada ada atau tidak
Laktogen plasenta Qtlacental lactogen, PL) merupakan adanya faktor lain. TGF-P tidak berikatan dengan reseptor EGF.
hormon plasenta. Banyak kerja PL serupa dengan kerja TGF-P dapat mempakan stimulator atau inhibitor pertumbuhan
prolaktin. PL memacu pertumbuhan sistem duktus mamaria, organ dan tumor, serta memodulasi kerja faktor pertumbuhan
sintesis protein susu, dan pemasukan sulfur ke dalam kartilago. lain, termasuk EGF. TGF-[3 memiliki struktur yang homolog
PL mungkin berperan pada perkembangan kelenjar mamaria dengan hormon-penghambat Miillerii dan inhibin.
dan dalam penyiapan kerja prolaktin sesudah melahirkan. Famili faktor pertumbuhan fibroblas (fibroblast growth
PL mengantagonis kerja insulin dan memacu pemanfaatan factor, FGF) mencakup faktor pertumbuhan asam, faktor
asam amino dan glukosa pada fetus. Selama trimester kedua pertumbuhan basa, faktor pertumbuhan keratinosit, dan faktor
kehamilan, PL mungkin mengambil alih peran chorionic pertumbuhan polipeptida lainnya yang memiliki beberapa sifat
gonadotrophin yang kadarnya mulai menurun. yang sama tetmasuk homologi sekuens substansial, peningkatan
Prolaktin (PRL) memacu sintesis susu. Bersama dengan angiogenesis, pengikatan heparin dan kerja mitogenik pada
steroid adrenal dan estrogen, PRL menstimulasi pertumbuhan beberapa tipe sel yang berbeda. Faktor ini juga disebut sebagai
sistem duktus mamaria. faktor pertumbuhan pengikat heparin (heparin-binding growth
Nerve growthlaclor (NGF) memiliki struktur yang serupa factor, HBGF). Pengikatan pada heparin menstabilkan taktor-
dengan proinsulin. Faktor ini disekresikan dalam jumlah besar faktor tersebut dan meningkatkan aktivitas biologisnya.
oleh kelenjar submandibular di bawah pengaturan triiodotironin, I'aktor pertqmbuhan turunan trombosit (platelet-
tiroksin, dan testosteron, dan ada dalam jumlah besar pada derived growth .factor, PDGF) disintesis dan disimpan di
ludah pria. Perlunya NGF sangat kritis bagi pertumbuhan dalam trombosit, dan dilepaskan saat trombosit teraktivasi
dan regenerasi saraf dan mungkin berperan periting dalam selama cedera pembuluh darah. Jaringan lain mensintesis dan
perkelahian, karena dilepaskan ke dalam aliran darah dalam menyimpan PDGF. Peptida ini merupakan heterodimer yang
jumlah besar ketika tikus jantan berkelahi. NGF, sama dengan terdiri dari rantai A dan B. dan membentuk satu famili besar
sebagian besar faktor pertumbuhannya, terikat pada reseptor yang terdiri atas PDGF (AA), (AB), dan (BB). AB merupakan
membran untuk mencetuskan reaksi kaskade intraselular yang bentuk paling dominan yang ada pada trombosit. Terdapat
menghasilkan sintesis protein de novct (Gambar 8b). dua reseptor yang berbeda untuk PDGF, satu yang mengenali
Penyuntikan antiseum NGF pada embrio tikus yang sedang seluruh heterodimer dan satu lagi hanya mengenali BB. PDGF
berkembang menyebabkan kerusakan luas bagian simpatis merupakan promoter pertumbuhan sel yang kuat, memiliki
sistem saraf otonom. NGF menginduksi pertumbuhan neurit sifat kemotaktik kuat dan tampaknya berperan dalam proses
dan berperan dalam menuntun serabut simpatis yang sedang peradangan, serta pertumbuhan tumor dan sel.
berkembang menuju organ yang akan dipersarafl. Sel-sel pada Eritropoietin merupakan faktor penstimulasi eritrosit
jalur pertumbuhan akson mensintesis dan melepaskan NGF. yang diproduksi di ginjal dan menuju sumsum tulang untuk
Pada otak, NGF mungkin berperan dalam mempeftahankan menstimulasi produksi sel-sel darah merah matur. Dalam
memori karena NGF mengembalikan pembelajaran dan memori plasma, eritropoietin memiliki waktu paruh 5 jam, sementara
pada tikus dengan lesi otak yang menandakan NGF mungkin efeknya tidak tampak hingga paling tidak 36 jam, suatu urutan
berguna pada penyakit Alzheimer. waktu yang konsisten dengan peluang bahwa eritropoietin
Faktor pertumbuhan epidermal (epidermal growth menghasilkan urutan kejadian-kejadian hemopoietik yang tidak
factor, EGF) merupakan peptida dengan 53 asam amino yang tergantung pada keberadaannya secara terus-menerus untuk
diisolasi dari kelenjar liur tikus, di mana EGF berikatan dengan penyelesaian.
protein pengikat EGF. EGF dilepaskan oleh agonis adrenegik Interleukin merupakan satu famili yang terdiri dari paling
o, menandakan bahwa pelepasannya dilakukan oleh kontrol tidak delapan protein. Interleukin merupakan contoh sitokin, satu
otonom. Pada embrio tikus dan tikus neonatus, EGF memacu kelompok protein larut air yang bekerja sebagai komunikator
proliferasi sel-sel epidermis, pembukaan kelopak mata, dan interselular. IL-1 diproduksi oleh makrofag teraktivasi, dan
erupsi gigi. EGF memacu maturasi epitel paru-paru yang menstimulasi produksi IL-2 oleh sel T serta proliferasi dan
sedang berkembang, keratinisasi kulit, dan fosforilasi protein. diferensiasi sel-sel B. IL-2 diproduksi oleh sel T yang teraktivasi
EGF terdapat dalam ASI sebagai faktor mitogenik. pada respons imun. IL-6 merupakan interferon-p yang disintesis
Transforming growth factor (TGF). TGF-o dan TGF-p oleh fibroblas dan beberapa sel tumor. IL-6 meningkatkan
merupakan peptida yang menyebabkan pertumbuhan sel-sel sintesis imunoglobulin dan memiliki aktivitas antivirus.

Pertumbuhan: I Faktor pertumbuhan selular Pertumbuhan 23


Pertumbuhan: ll Pertumbuhan normal

(a) Gambaran danlerapi defieienei GH

lnieksi Gll
(C, 1 -O,3 n1q/ k1l minqqr')

Terawakan perdek

Vlaiahlampak
)maLur

Ke1emukan Gambaran
scnlra narffi2

Ma55a otat
berkuran,4

I eraVi ho r rn o n p erLumb uh an

(c) Grafikpertumbuhan

' 3 lo 20 years: Eoys NAME _*,**' ,*_ _-


(b) D efi si ensi GH i di op atik $taturslor-age and Weiglrt ior-*g" percentileg RECoRrs

Gaqallumbuh,
walah khas

24 Pertumbuhan Pertumbuhan: ll Pertumbuhan normal


Skenario klinis Tabel 9.1 Kisaran kadar estriol yang diharapkan dalam kehamilan

Perawakan pendek pada anak-anak merupakan keluhan yang Kisaran yang yang Kehamilan
Kisaran
sering terjadi. Kebanyakan anak yang pendek tidak mempunyai Usia diharapkan Usia diharapkan ganda
kelainan yang dapat diidentifikasi sehingga perlu dilakukan gestasi (ng/ml) gestasi (ng/ml-) (itg/ml)
pengukuran tinggi badan berkala yang akurat dan penghitungan 1.2 0,3-1,0 2,1 16 318
kecepatan pefiumbuhan. Perawakan pendek dapat disebabkan oleh 13 0,3 1, r
1/ i< t a_17 320
14 0,4-1,6 26 2l 3,0- 18 I a1
berbagai hal, mulai dari faktor nutrisi dan psikososial, sampai
15 \,04,4 28 29 1 )-rn /1a
gangguan endokrin dan sindrom dismorfik genetik.
16 1,4-6,5 30-3 1 3,6 22 525
Defi siensi horrhon perlumbuhan (growt h hormone deJiciency, 1'7 1,5-6,6 J l--l -J 4,6 23 639
GHD; Gambar 9a) dapat disebabkan oleh berbagai hal yang 18 1,6-8,5 34-35 5,r 25 1,39
berhubungan dengan defek kongenital struktur garis tengah 19 1,9 11 36 31 1 )_)A 9-38
hipotalamus dan hipofisis, lesi akibat trauma perinatal atau infeksi 20 2,1 13 38-39 ,6-J /
/ 13-40
sistem saraf pusat, tumor primer dan sekunder pada hipotalamus
21 2,6,14 1042 8,0-39
dan hipofisis, hipoflsitis autoimun, dan pascaradiasi kepala.
Pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui (GHD Tabel 9.2 Kadar estriol dalam kehamilan (sindrom Down)
'idiopatik'; Gambar 9b). Anak dengan GHD datang dengan
gagal tumbuh dan gambaran khas yang berkaitan dengan efek Usia Median Median
gestasi" (nmol/L) (ng/mL)
GH pada komposisi tulang dan tubuh. Tampilan muka terlihat
tidak dewasa dengan depresi zona sentral dan dahi menonjol l-5 19 5,34 1,54
yang merupakan efek kekurangan GH pada maturasi tulang 16 108 1,tr 2,05
I1 311 8.91 ) <7
tengkorak. Anak dengan GHD mengalami penurunan massa otot
ilt r62 10,68 3,08
dan peningkatan deposit lemak sentral akibat kurangnya efek 1so
19 14 12,4s
metabolik GH. Jika tidak diterapi, mereka hanya akan mencapai 20 22 l/ )( 4,|.
65-70Va dari tinggi badan masa dewasa yang diprediksikan dan 21 l6 16,0 r 4,62
hal ini dapat diatasi dengan terapi pengganti GH sedini mungkin
"Usia gestasi 15 minggu berarti 14 minggu + x hari (x < 7); nilai diambil
(Gambar 9a). dengan ultrasonografi. N: jumlah observasi.

Pertumbuhan normal
Pertumbuhan prenatal keluarga. Higiene buruk, kemiskinan, dan malnutrisi menghambat
Laju pertumbuhan merupakan indeks perkembangan fisik pertumbuhan sebelum dan sesudah kelahiran. Merokok,
penyalahgunaan alkohol, dan obat-obatan berdampak buruk pada
dan mental yang informatif, baik prenatal maupun postnatal.
janin dan anak yang sedang tumbuh. Malnutrisi berkaitan dengan
Pertumbuhan dan perkembangan intrauterin yang normal
beberapa efek simpang sistem endokrin, antara lain berkurangnya
bergantung pada asupan makanan dan keadaan kesehatan ibu
konsentrasi IGF-1 yang bersirkulasi, berkurangnya reseptor GH,
dan dihambat oleh asupan alkohol dan perilaku merokok ibu.
dan defek reseptor post-GH yang disertai peningkatan GH serum
Pengaruh endokrin pada pertumbuhan dan perkembangan
yang sudah dapat diperkirakan.
intrauterin belum dapat dijelaskan.
Setiap bentuk penyakit kronik, terutama yang berkaitan
Estriol takterkonjugasi maternal yang bersirkulasi me-
dengan malabsorpsi, seperti penyakit seliaka atau penyakit radang
rupakan indeks pertumbuhan janin normal yang penting. Fungsi
usus, dapat mengganggu pertumbuhan dan harus disingkirkan
estriol belum diketahui sepenuhnya namun hormon ini diketahui
sebelum menyarankan seorang anak menjalani pemeriksaan
diproduksi oleh plasenta dari prekursor steroid yang berasal dari
endokrin yang panjang untuk perawakan pendeknya.
janin dan ibu. Tabel 9.i menunjukkan jumlah yang diharapkan
Hormon endokrin bersifat esensial bagi pertumbuhan
selama kehamilan. Jumlah yang berkurang dapat menunjukkan
postnatal. Hormon pertumbuhari (GH) mengeluarkan efeknya
kemungkinan pertumbuhan janin terhambat atau sindrom Down
secara langsung melalui perantara insulin-like growth .factor.
(Tabel 9.2).
Gangguan sintesis, sekresi, atau kerja GH dapat berasal dari
hipotalamus, kelenjar hipofisis, pada lokasi produksi IGF-1,
Pertumbuhan postnatal atau pada organ target hormon. Oleh karena itu, kelainan GH
Pertumbuhan tinggi dan berat postnatal dinilai berdasarkan pada anak dapat muncul diserlai dengan rendahnya atau tidak
kurva pertumbuhan yang telah distandardisasi (Gambar 9c). adanya konsentrasi GH yang bersirkulasi (seperti pada defisiensi
Laju pertumbuhan tertinggi adalah selama perkembangan janin GH idiopatik), atau dengan peningkatan kadar GH seperti yang
dan sesaat setelah kelahiran. Terdapat lonjakan pertumbuhan terlihat pada kelainan reseptor GH pada sindrom Laron.
pada anak laki-laki dan perempuan antara 6% dan 7 tahun, Hormon tiroid bersifat esensial bagi perkembangan normal
diikuti dengan plateau (fase mendatar) dan kemudian lonjakan intrauterin dan postnatal; defisiensi tiroid padajanin menyebabkan
pertumbuhan pubertas yang tajam. Pertumbuhan berkurang kelainan mental dan keterlambatan perkembangan, sedangkan
saat terjadi fusi epifisis tulang panjang oleh steroid seks, yang hipotiroidisme yang didapat postnatal menghambat pertumbuhan
menandakan telah lengkapnya pertumbuhan dan maturasi. namun biasanya tidak memengaruhi perkembangan mental. Terapi
Pertumbuhan normal dipengaruhi oleh faktor genetik, glukokortikoid berlebihan pada masa anak-anak juga dapat
sosioekonomi, dan nutrisi, serta penyakit kronik. Terdapat korelasi mengganggu pertumbuhan. Steroid seks gonad bersifat esensial
antara tinggi orangtua dan tinggi anak yang bersifat terkait bagi lonjakan pertumbuhan pubertas yang normal, dan individu
jenis kelamin. Korelasi antara panjang lahir, Iaju pertumbuhan, dengan keterlambatan pubertas bisa datang dengan perawakan
dan tinggi badan akhir tercatat dengan jelas pada beberapa pendek sefta keterlambatan perkembangan.

Pertumbuhan: ll Pertumbuhan normal Pertumbuhan 25


Pertumbuhan: lll Hormon pertumbuhan

(a) Keluarga hotmon ?oli?eptida (inset: evolusi) (c) Mekaniamekerja


Hormon perLumdthan
roac NHz Hormon 6
gerLumbuhan

HOOC NHz lakloqen


plaeenta

NHz Trolaktin

?ralaktin Hormonpertumbuhan
I

Hormon LakNoqen
perLumbuhan plaeenta

I
I

v Y
lletaboltErne Tranekripei
(b) Kerja ho rmo n p e rlumb uh a n g)ukosa
Kerja direk danindirek N ukleue
9fN giqnal traneducer and activaLor of Lranocripltion
arkuatus
lRg lnoulin recepl:ar gub6t ral;e

Erninensia JAKZ Tirosinkinase


HiVofois
anlteriar ffieAtana I Lokaetfosfarila.iberenerqilinqgi

)el eomalotrop Hlpolsis


?ooLeriar
larmon oerLumbrhan

Kerja tndirek Kerla direk

, Ad;p"t,t-l
t'pot'gts
I I

[il]
I

F"n;^raK";-*;4
| 5rte,. ll Lipoisis ll?e tvrbvlan-uanal
J
Gliserol, aeam

l::*yJ lemakbebas

Kerja di sellemak,hati, dantulang

IGF-1

26 Pertumbuhan Pertumbuhan: lll Hormon pertumbuhan


Skenario klinis menstimulasi lipolisis dan pada otot hormon ini menstimulasi
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mempertahankan sintesis protein. Reseptor GH fungsional juga terdapat di
kesehatan pada masa dewasa maupun untuk memacu tulang, menstimulasi produksi lokal IGF-1 pada kondrosit
pertumbuhan pada masa anak-anak. Orang dewasa dengan
proliferatif.
defisiensi hormon pertumbuhan (growth hormone deficiency,
Kerja direk GH bersifat diabetogenik karena kJrja hormon
GHD) secara flsik dan psikologis kurang normal daripada ini berlawanan dengan insuiin dan bersifat lipolitik di sel lemak
dan glukoneogenik di sel otot. Kerja ini terganggu bila terdapat
orang dengan kadar hormon normal, akibat dampak alami
gangguan pada kerja GH.
GH. Kebanyakan pasien dengan GHD masa dewasa mengidap
penyakit hipotalamus-hipofisis, biasanya adenoma hipofisis. Reseptor hormon pertumbuhan (Gambar 10c). Mekanisme
GHD dapat merupakan bagian dari penyakit atau dapat diinduksi kerja GH masih dalam penelitian. Hormon ini memiliki
reseptor spesifik pada membran sel target. Reseptor hormon
oleh pembedahan atau radioterapi hipofisis. Sejumlah kecil
pasien dengan GHD masa dewasa mengalami GHD idiopatik perlumbuhan merupakan polipeptida dengan 619 residu yang
pada masa anak-anak. terorganisasi ke dalam tiga domain yang berbeda, yaitu domain
Sindrom GHD masa dewasa ditandai dengan kelainan ekstraselular pengikat-ligan, segmen transmembran tunggal, dan
metabolisme, komposisi tubuh dan densitas tulang, serta domain intraselular. Reseptor ini merupakan bagian dari famili
gambaran psikologis seperti mood rendah, kurang percaya diri, reseptor sitokin tipe I hematopoietik. Domain ekstraselular pada
ansietas, dan terisolasi secara sosial. Orang dewasa dengan GHD
reseptor GH terdiri dari 792 residu dan telah ditemukan pada
mengalami peningkatan faktor risiko untuk penyakit jantung, reseptor dan sebagai protein isoform yang bersirkulasi yang
terlihat dari penurunan massa tubuh bebas lemak, peningkatan disebut protein pengikat reseptor hormon pertumbuhan, yang
deposit lemak sentral, peningkatan konsentrasi kolesterol dan digunakan sebagai petanda integritas jumlah reseptor. Setiap
LDL yang berbahaya, serta peningkatan deposit ateromatosa molekul asimetris pada GH berikatan dengan dua domain
di sepanjang sistem arteri. Densitas mineral tulang berkurang pengikat homolog pada dua reseptor GH yang terpisah, dan
dan terdapat peningkatan risiko fraktur. Kualitas hidup yang terdapat efek sekuensial, yaitu satu bagian dari molekul GH
buruk merupakan gambaran yang menonjol dari sindrom ini dan harus berikatan terlebih dulu pada satu reseptor baru kemudian
telah dibuktikan dengan penilaian kesehatan psikologis. Terapi diikuti dengan reaksi pengikatan pada reseptor lain, sehingga
pengganti GH diberikan setiap hari dengan injeksi subkutan sel tersebut memberikan respons yang sesuai.
GH manusia rekombinan. Transduksi sinyal. Tidak ada laporan mengenai perubahan
pada sistem cAMP atau fosfoinositol (PLC/IP3). Setelah terjadi
reaksi pengikatan, domain sitoplasmik pada reseptor akan
Hormon pertumbuhan (GH)
menarik tirosin kinase JAK2 dan kemudian terjadilah fosforilasi
Sifat kimia dan sintesis reseptor dan JAK2. Residu fosfotirosin pada JAK2 dan
GH disintesis di sel somatotrop pada kelenjar hipofisis anterior. reseptor hormon pertumbuhan memiliki l,okasr docking untuk
GH merupakan bagian dari famili hormon polipeptida, bersama beberapa protein intraselular pemberi-sinyal yang memiliki
prolaktin (PRL) dan laktogen plasenta (PL; Gambar 10a). GH motif fosfotirosin, contohnya domain SH2. OIeh'karena itu,
merupakan polipeptida yang terdiri dari 191 asam amino rantai kompleks hormon pertumbuhan-reseptor memungkinkan JAK2
tunggal, dan memiliki banyak struktur yang homolog dengan untuk memfosforilasi sejumlah protein yang berbeda, sehingga
PL dan PRL. Ketiganya merupakan turunan dari prekursor yang timbul respons seiuiar. Substrat fosforilasi oleh JAK2 meliputi
sama, walaupun setiap hormon memiliki gennya tersendiri. substrat reseptor insulin (insulin receptor substrate, IRS),
Ketiganya memiliki gen leluhur yang sama, di mana gen GH/PL reseptor glukokortikoid, reseptor faktor pertumbuhan epidermal,
terpisah sekitar 400 juta tahun yang lalu, sefta gen GH dan transduser sinyal dan aktivator transkripsi (signal transducers
PL terpisah sekita.r 85-100 juta tahun yang lalu. Gen GH dan and activators of transcription, STAI), dan lain-lain.
PL berada sebagai kopi multipel pada kromosom 17, dan gen Respons selular bergantung pada molekul apa yang
PRL merupakan kopi tunggal pada kromosom 6. Fibroblas terfosforilasi, dan hasilnya dapat berupa perubahan metabolik
tikus mensintesis peptida yang disebut proliferin, yang memiliki atau aktivasi atau represi transkripsi. Sebagai contoh, aktivasi
struktur homolog yang signifikan dengan GH, PRL, dan PL, substrat reseptor insulin menghasilkan efek menyerupai-
sehingga famili hormon ini diduga lebih luas daripada yang insulin pada hormon pertumbuhan, sementara aktivasi
semula diperkirakan. GH dan PRL berada di hipofisis dan STAI menyebabkan aktivasi transkripsi. Reseptor hormon
plasma dalam lebih dari satu bentuk; hal ini mencerminkan pertumbuhan diregulasi oleh protein inhibitor intraselular
adanya struktur-struktur yang heterogen. yang mencegah pertumbuhan yang tidak teregulasi. Contoh
regulator antara lain: (i) protein yang mengandung domain
Kerja hormon pertumbuhan (Gambar 10b) SH2, yaitu tirosin fosfatase yang mendefosforilasi reseptor
Kerja GH yang paling dramatis adalah pada pertumbuhan otot dan tirosin kinase JAK2; dan (ii) supresor pada pensinyalan
dan tulang skelet. Kerjanya dapat dibagi menjadi kerja direk sitokin (sapres sors of cytokine signalling, SOCS) yang berikatan
dan indirek. dengan JAK2 dan memblokade aktivitas kinase. Penemuan pada
Kerja indirek hormon pertumbuhan. GH bekerja pada penelitian dasar ini merupakan berbagai macam kemungkinan
hati untuk menstimulasi sintesis dan sekresi IGF-I peptida pendekatan baru bagi terapi penyakit yang berkaitan dengan
yang menstimulasi pertumbuhan tulang. Pada sel lemak, IGF-1 hormon pertumbuhan.

Pertumbuhan: lll Hormon pertumbuhan Pertumbuhan 27


Pertumbuhan: lV PatofisioNogi

(a) G amb ar an klinis akr om eg ali (c) tangan pada akromegali dibandingkan
d en g an I, an g an nor m al (te n g ah)
Teninqkalar )tpalar
gupnatbtla 9akt1;kepa a
Tembeaaran bibir
lKerin4at
dan hiduna
| )l )ran ltaAn Kardtomeqali
Gigt y ang b erjarak )eb ar
TroqnaIi.rne HiperLensi

Iiromeqali Dtabe,Iee

?araslesia
(d) Giqi denqan jaraklebar pada pasien
I Ut ufrn + sinb,rom
akromeqali
Lanqan terawonqar
karVal
Artropalt

t Ukuran kaki

(b) Regulasi sekresi hormon pefi,umbuhan


(e) Gambaranwajah pasienberusia 56 tahun
dengan akromegali
)bal Asanarnlno
Fueal, GHRFI mRNA
Tid,tr Slero d eeke
yanq
0lahraqa )ffi +a
lebih
3trce I

tinqqi
Agonie alfa I
I
Trsnclaq
Y
LCIU"---WF
W NH

GHRH (44 asam amino)

o
Aanqun Iid,ur

Hormon Veiumbuhan

20.40 24.4a o6.aa


lca,1
Jam

Efel Verlumbuhar

28 Pertumbuhan Perlumbuhan: lV Patofisiologi


$kenario klinis atau tidak terdeteksi dengan lonjakan sekresi yang intermiten.
Kelebihan sekresi GH menyebabkan sindrom akromegali yang Tonus somatostatinergik diduga merupakan penentu paling
khas. Tn SJ adalah seorang koki berusia 53 tahun yang selama
penting bagi puncak produksi GH-produksi somarosrarin
ini sehat dan jarang pergi ke dokter. Saat ini ia datang ke ctihubungkan dengan puncak GHRH dan pelepasan QH. Kontrol
dokter umum dengan nyeri pada sendi-sendi tangannya yang umpan balik fisiologis pada pelepasan GH dimediasi oleh faktor
perlumbuhan menyerupai insulin (IGF-1) yang menstimulasi
mengganggu pekerjaannya. Dokter beryikir Tn SJ mengalami
akromegali dan mengajukan beberapa pertanyaan yang sekresi somatostatin dari hipotalamus dan menghambat sekresi
berhubungan dengan gejala-gejalanya, dan kemudian dokter GH secara langsung.
menemukan sejumlah kelainan pada pemeriksaan. Dokter
merujuk Tn SJ ke Klinik Endokrin setempat di mana diagnosis Patofisiologi sekresi hormon pertumbuhan
akromegali dikonfirmasi dengan pemeriksaan biokimiawi. Defisiensi GH
Secara khusus, kadar GH plasma Tn SJ meningkat sampai Penyebab defisiensi GH bisa bersifat genetik, yang menyebabkan
45 mU/L dan gagal tumn selama tes toleransi glukosa dan postur pendek pada anak (Bab 9), atau bersifat didapat, yang
konsentrasi IGF-1 plasmanya meningkat 5 kali lipat di atas menyebabkan sindrom GI{D (growth hormone deJiciency,
batas normal. Pemeriksaan MRI hipofisis membuktikan adanya defisiensi homon pertumbuhan) pada orang der,vasa. Defisiensi
makroadenoma hipofisis yang keluar dari fossa hipofisis ke GH diterapi dengan penggantian hormon pefiumbuhan manusia
dalam rongga suprasellar namun tidak menekan kiasma optikum. (human growth hormone, hGH). hGH awalnya diekstrak
Tumor ini memberikan respons yang baik terhadap pembedahan dari hipofisis manusia yang tetah meninggal, namun saat ini
hipofisis dan radioterapi sesudahnya, dengan resolusi pada disintesis dengan teknik DNA rekombinan, yang mengurangi
banyak gambaran akromegali. Gambaran klinis akrornegali bahaya yang timbul jika menggunakan material dari manusia
ditunjukkan pada Gambar 1la. yang memiliki risiko infeksi.

Regulasi sekresi hornnon pertLrmbuhan Kelebihan GH


Sekresi hormon pertumbuhan (GH) diregulasi terutama oleh Kelebihan sekresi GH mengakibatkan akromegali pada orang
hipotalamus yang memproduksi hormon pelepas hormon dewasa (lihat Skenario klinis) dan gigantisme pada orang
pertumbuhan (growth hormone-releasing hormone, GHRH; dewasa muda jika terjadi sebelum fusi epilisis tulang. Sumber
Gambar 1l b). Kerja ini terintegrasi dengan kerja hormon yang kelebihan sekresi GH yang umum adalah adenoma hipofisis.
disebut ghrelin, yang disekresi terutama oleh sel epitel yang Sumber yang jarang adalah tumor neuroendokrin ektopik yang
meiapisi bagian fundus lambung. Ghrelin merupakan pelepas mensekresi GH, baik saat terisolasi atau sebagai bagian dari
GH dari kelenjar hipofisis anterior yang bersifat poten dengan sindrom MEN 1 (Bab 49). Akromegali menyebabkan pengerasan
berikatan pada reseptor GH hipofisis dan juga berperan dalam gambaran wajah dan jaringan lunak pada tangan (Gambar 11c)
keseimbangan energi (lihat Bab 44). dan kaki. Terjadi pertumbuhan berlebihan mandibula (rahang
GHRH pada manusia merupakan peptida yang terdiri dari bawah), sehingga menyebabkan konfigurasi wajah yang khas
44 asam amino, yang dilepaskan ke sistem portal dan berikatan (Gambar lld dan e). Terdapat hiperlrofi jaringan ikat pada
dengan reseptor spesifik pada somatotrop hipofisis anterior untuk ginjal, jantung, dan hati, dan toleransi glukosa pasien rurun
menstimulasi peiepasan GH. Second messenger yang diaktivasi sampai 507o, sehingga menyebabkan diabetes pada sekitar
oleh GHRH adalah cAMP, walaupun sistem IP3 juga dapat 10% pasien dengan akromegali. Gejala lainnya meliputi nyeri
teraktivasi. Hipotalamus juga memproduksi hormon inhibitor kepala, berkeringat, kolik renal akibat nefrolitiasis, dan artralgia.
yang disebut somatostatin, yang menghambat pelepasan GH Diagnosis akromegali dikonfirmasi dengan adanya peningkatan
dari somatotrop. Somatostatin merupakan peptida yang terdiri kadar GH yang gagal turun selama tes toleransi glukosa oral,
dari 14 asam amino, yang juga terdapat di hipotalamus dalam bersama dengan peningkatan konsentrasi IGF-l serum.
bentuk rangkaian 28 asam amino. Keduanya aktif menghambat Terapi piiihan untuk akromegali adalah pengangkatan
sekresi GH, dengan menghambat produksi cAMP. Baik GHRH adenoma hipofisis secara bedah, dengan atau tanpa radioterapi
maupun somatostatin telah dilokalisafi- rii_n.ukieus aikuatus ajuvan, ftau terapi medis dengan analog somatostatin atau
(lihat Bab 5). GH dilepaskan secara pulsatil dengan puncak agonis dopamin. Bila tidak diterapi, akromegali dihubungkan
sekresi utama terjadi sekitar satu jam setelah mulai tidur. Pada dengan peningkatan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular
orang dewasa, biasanya kadar GH yang bersirkulasi rendah dan kanker.
I

Pertumbuhan: lV Patofisiologi Pertumbuhan 29


Tiroid: I Kelenjar tiroid dan hormon tiroid

(a) ?asien dengan goi'f,er mull,inodular besar (c) Sintesis hormon lircid

Koloid

CHO ---------+ )inf,eEia i ,----> T"


Azarr t l lsFi6l6X
t. roqlob Ll \r-__ -Er
.1
astno ( ruJ
l-----> T"
'c
/ i----->Ta
-i'aein I
li '-T->Tq
li ,l
'I'.
OL.idaei
perokeidaee
i lt" Iiroqlobulln
(b) ?osisi liroid di leher i
cro Karbohidrat

/\\
/^

(e) Metabolismetiroid

lobuekelen)ar ' Tiroid

M--r--
Liroid

Ttaemal*vl
AI i;+";r.ll
(d) Hormontiroid
llNHz
,x\ /=\
-ro <( )tr o {( )FcH, - c - coo-
|
-Tt
@eb4a---------->V",kA I,
\Y LY IH
r3
<
I
otluqa,'iT t/T oVaoa Lai'an e.n?edL
lro'0,
ttNHz I
J
,^\ ,^.
r0 -1( .)) o (( )l-c.. -c
ij'in
\-,/ \-,/ -coaH
ttH oaturancerna M
T1
"
ffi"u"u

30 Tiroid Tiroid: I Kelenjar tiroid dan hormon tiroid


Skenario klinis Hormon tiroid
Penyakit tiroid nodular sering terjadi, mengenai sekitar 57o Sintesis. Sel folikel memiliki mekanisme penangkap iodida
populasi wanita di atas usia 50 tahun. Wanita lebih sering (iodide-trapping) pada membran basalnya yang ;rremompa
terserang daripada pria dan insidensinya meningkat seiring usia. iodida dari makanan ke dalam sel (Gambar 12c). Pompa ini
Contohnya, Ny RB, wanita berusia 59 tahun yang memiliki sangat kuat dan sel dapat mengkonsentrasikan iodida sampai
riwayat pembesaran leher anterior yang telah berlangsung 25-50 kaii lipat dari konsentrasinya dalam plasma. Kandungan
lama. Ukurannya semakin membesar dan sekarang sudah iodin dalam tiroid pada keadaan normal adalah sekitar 600
terlihat cukup jelas. Ia tidak mengalami disfagia atau dispnea, pg/g jaringan.
kelenjar tiroidnya tidak nyeri, ia tidak mengalami suara serak, Pemacu (enhancer) ambilan meliputi: (i) TSH; (ii)
dan tidak ada riwayat radioterapi di daerah leher sebelumnya. defisiensi iodin; (iii) antibodi reseptor TSH; dan (iv)
Ia tidak mengalami gejala abnormalitas produksi hormon autoregulasi. Penghambat (inhibitor) ambilan meliputi: (i)
tiroid dan pada pemeriksaan fisik didapatkan eutiroid secara ion I ; (ii) glikosida jantung (misalnya digoksin); (iii) tiosianat
klinis. Kelenjar tiroidnya membesar asimetris dengan nodul (SCN ); dan (iv) perklorat (PCIO4 ).
yang dapat dipalpasi berukuran 3 x 4 cm pada lobus kanan. Di dalam sel, iodida dioksidasi cepat oleh sistem peroksidase
Kelenjar ini dapat bergerak bebas saat menelan dan tidak menjadi iodin yang lebih reaktif, yang cepat bereaksi dengan
ada limfadenopati. Hasil tes fungsi tiroidnya adalah sebagai residu tirosin dalam glikoprotein tiroid yang disebut tiroglobulin,
berikut: fT4 18,3 pmol/L; TSH 1,2 mU/L; antibodi tiroid untuk membentuk tiroglobulin mono-iodotirosil (T,) atau di-
negatif. Pemeriksaan ultrasonografi tiroid menunjukkan goiter iodotirosil (Tr). Keduanya lalu bersatu membentuk residu tri-
multinodular. Dilakukan aspirasi jarum halus pada nodul yang iodotironin (T.) atau tiroksin (T/ (Gambar 12d), masih berikatan
dominan, dan sitologi aspirat menunjukkan tidak ada sel ganas. dengan tiroglobulin, yang disimpan dalam koloid (yaitu T, +
Ia memutuskan untuk menjalani terapi konservatif dengan T, = Tr; T, + T, = T+). Proses ini distimulasi oleh TSH.
follow-up klinis secara teratur. Di bawah stimulasi TSH, droplet koloid diambil kembali ke
Tata laksana klinis pada pasien dengan penyakit tiroid dalam sitoplasma sel melalui mikropinositosis, di mana droplet
nodular tergantung pada ada tidaknya keganasan, dan kemudian tersebut berfusi dengan lisosom dan diproteolisis sehingga
mengobati goiter berdasarkan ukuran, preferensi pasien, dan melepaskan residu dari glikoprotein. T, dan T, dideiodinasi
kecenderungan penekanan struktur lain di leher dan mediastinum cepat oleh halogenase, dan iodin bebas didaur ulang di
(Gambar 12a). dalam sel folikel. ,Tri-iodotironin dan tiroksin (Gambar 12e)
dilepaskan ke dalam sirkulasi, di mana keduanya terikat dengan
Kelenjar tiroid: anatomi dan struktur. protein plasma, termasuk thyroxine-binding globulin (TBG),
Pada manusia, kelenjar tiroid terletak di leher bagian anterior thyroxine-binding prealbumirz (TBPA), dan albumin (lihat Bab
(Gambar 12b), dan fungsinya adalah sintesis dan sekresi hormon 14). Sebagian besar T. dan To berada dalam keadaan terikat
tiroid tiroksin (T/ dan tri-iodotironin (Tr). Hormon-hormon ini dan tidak aktif secara fisiologis, dan hanya fraksi bebas yang
bersifat esensial untuk tumbuh kembang normal dan homeostasis bersifat aktif.
tubuh dengan meregulasi produksi energi. Kelenjar paratiroid Metabolisme (Gambar 12e). Tiroid mensekresi secara total
yang mensekresi hormon paratiroid (lihat Bab 48) tertanam 80-100 pg T. dan To per hari, dengan rasio T,,:T, sekitar
dalam kelenjar tiroid, dan sel parafolikular yang tersebar di 20:1. Walaupun T. dan T. sama-sama bersirkulasi, namun
antara folikel tiroid memproduksi kalsitonin (lihat Bab 49).
jaringan mendapatkan 90Va dari T. yang dimilikinya dengan
Kelenjar tiroid manusia mulai berkembang sekitar 4 minggu mendeiodinasi To. Iodida yang dibebaskan dari hormon tiroid
setelah konsepsi dan bergerak turun ke leher sejalan dengan diekskresi di urin atau diresirkulasi ke tiroid, tempat iodida
pembentukan struktur bilobular yang khas. Proses ini selesai ini dikonsentrasikan oleh mekanisme perangkap (trapping).
pada trimester ketiga. Sekitar sepertiga To yang keluar dari plasma dikonjugasikan
Pada orang dewasa normal, kelenjar ini memiliki 2 lobus, dengan glukuronida atau sulfat di hati dan diekskresi dalam
dengan berat sekitar 25 g dan terletak dekat dengan trakea empedu. Sebagian kecil dari To bebas direabsorpsi melalui
(Gambar 12b). Kelenjar ini terdiri dari lebih dari satu juta sirkulasi enterohepatik. Waktu paruh To dalam plasma sekitar
kelompok sel, atau folikel. Struktur ini tersusun sfcris dan 6-7 hari; sedangkan T, jauh lebih singkat yaitu sekitar I hari.
terdiri dari sel-sel yang mengelilingi rongga sentral yang T, bersifat jauh lebih poten daripada To.
mengandung zat seperti jeli yang disebut koloid, yang Mekanisme kerja hormon tiroid. Terdapat beberapa
fungsinya menyimpan hormon tiroid sebelum disekresi. Setiap lokasi kerja T, di dalam sel. Pada membran, hormon ini
'sel menstimulasi pompa Na*/K*-AIPase, menimbulkan peningkatan
tiroid memiliki tiga fungsi; (i) eksokrin, karena mensekresi
zat ke dalam koloid; (ii) absorptif, karena mengambil zat ambilan asam amino dan glukosa, sehingga menyebabkan
dari koloid dengan pinositosis; dan (iii) endokrin, karena kalorigenesis (produksi panas). T, bergabung dengan reseptor
mensekresi hormon langsung ke dalam aliran darah. spesifik pada mitokondria menghasilkan energi dan dengan
reseptor intranuklear, yang merupakan modulator transkripsi,
menyebabkan perubahan sintesis protein.

Tiroid: I Kelenjar tiroid dan hormon tiroid Tiroid 31


Tiroid: ll Sekresi dan kerja hormon tiroid

(a) G amb aran klinis hipoliroidiome (b) Konirol umpan balik hormon liroid

D epreei, pstkosis, distun4et serebelum e TRH


-+
Lelargi
lq^
A)op est a al au r ambul kerin q
r+-rr)
Br ad,ikar dt a, angin a, E es ak
na? aa oaaI beraktivilas
Makrooitrosia, (shorl: of brea[h on
aremia axerLion - 9Ots)E)
Kulllkerinq
Anemia ?ercloioea di hipofrsis
Tenln gkal an b er aN b adan
TRH Thyrol:rophin-releasing
hormone T3
AKro?araoteoia
Kanoli?aoi TgH TirolroVin T4
dan Eindrom
Ierowonqan lar?al
Tid,akl;ahan dingtn Iz Tri-iaaalranin
(carpal tu nnel syndrome)
14 Tirokatn

Menoraqta Nyeri eeluruh iubuh


(qeneralisat a)
;t
,o
Kelaksaei terlambat I

pada relekstendon v

(c) Kontrol hormon tiroid (d) Kerja hormon tiroid pada mamalia
Hipotalamus alak
b,:
/6 N! M '
TRH I

+
i
I\Aenolimulagi
perilaku
nakan
@
Hlqolsis
+ ?ertumbuhan (dengan GH)
.---+ Karol,en -rilamin A
Hipofisis +
\,/ + Absorpsi qlukoea di uEus
\r/
:+,iH\
(jnd
++
-iQry
rA"! Umpan balik d) - -'> LaJu rretabolik
neqabf - >Konsumstoksiqen
T3 13H ] rz ', T7A,
i
Ierhadap
+ rekuenai deny ut ianf,L)n
r4 *.+.
troLl
T^ pelepasan F q

r9l
I :
'; Olikogenhatt
'un

Normal
ffi
9ekresilRl
J
Tiroid Ko eslerolplasma

: Liroid .. peroksldase
rendah
M ,-- Teninqkatan
koneumsi okstqen
: dan sinl;esis lI?
TRArr'eretlmulasi : Tenyakit :.. Tenyakil, Ganqquan l1 di mif,okondrla 1,
VelepasanT)ll : autoimun :, auloimun hipol;alamus Trolein
T)Hmenslimulasi':Anl.lbodl : Anlibodl TelepasanI9ll plasma
I
?ee?)oa:e^e?tor-54 ?erLea' 1 'oii danhormon rmoqeneaig
harmontiraia menelimulasi , yrtenqhambal I ltroid, rend,ah
Horrnanliroid : Velepasan : pelepaaan
t
l

menghambal :, hormonliroid hormonl;iroid :.

pelepasanl9H :,lnhiblelrnaeif Stimulaet


: peleVasanT7H pelepasan
i :rsH

Skenario klinis dianamnesis, ia menyadari lebih sering sesak napas, konstipasi,


Seorang wanita berusia 56 tahun datang ke dokter umum dan mengalami nyeri di seluruh tubuh dengan sesekali merasa
dengan keluhan penambahan berat badan, merasa dingin dan kesemutan pada tangan dan kakinya. Dokter menduga ia meng-
lelah sepanjang hari. Rambut dan kulitnya sangat kering. Saat alami hipotiroid dan pada pemeriksaan menemukan bahwa

32 Tiroid Tiroid: ll Sekresi dan kerja hormon tiroid


ekstremitas pasien dingin dengan perubahan miksedema pada 2 Enzim deiodinase di hipofisis memodifikasi efek T, dan To.
kulit, wajahnya pucat dengan sembap pada daerah periorbital, Deiodinase hipotalamus dan hipofisis melepaskan iodin dari To
bradikardia, dan refl eks tendonnya menunjukkan keterlambatan sehingga menghasilkan metabolit aktif T.. Pada hiperttoidisme,
relaksasi. Tidak ada goiter (Gambar 13a). Diagnosis klinis aktivitas deiodinase mengalami down-regulatlon (lenurunan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan biokimiawi saat uji fungsi jumlah reseptor hormon pada permukaan sel) untuk mengurangi
tiroidnya menunjukkan fl4<2,0 pmol/L dan TSH>75 mU/L. Ia efek umpan balik dari To yang bersirkulasi.
memiliki titer antibodi tiroid peroksidase yang tinggi. Ia mulai 3 Sel tiroid mengautoregulasi iodinasi. Pada hipotiroidisme, T,
menjalani terapi pengganti tiroksin dan gejalanya membaik lebih banyak disintesis. Pada hipertiroidisme, sintesis hormon
beberapa minggu kemudian. tiroid mengalami down-re gulation.
Di negara maju, sebagian besar kasus hipotiroidisme primer 4 Antibodi reseptor TSH dapat menghambat atau menstimulasi
disebabkan oleh penyakit autoimun atau terjadi setelah terapi fungsi tiroid.
tirotoksikosis dengan terapi iodin radioaktif atau pembedahan.
Penyakit autoimun berkaitan dengan antibodi tiroid perusak Kerja hormon tiroid (Gambar 13d)
(antibodi antitiroid peroksidase) yang menyebabkan atrofi Kalorigenesis. Organisme homeoterm harus bisa menghasilkan
tiroid, atau yang lebih jarang, berkaitan dengan antibodi panas sendiri, dan hormon tiroid melakukan ini dengan
pemblokade-reseptor-TSH yang menyebabkan goiter pada menstimulasi konsumsi oksigen mitokondrial dan produksi
penyakit Hashimoto. Hipotiroidisme yang diinduksi obat dapat AIP, yang diperlukan untuk pompa natrium.
terjadi, terutama pada orang yang menjalani terapi litium dan, Metabolisme karbohidrat dan lemak. Hormon tiroid
yang lebih jarang, dapat ditemukan kelainan tiroid kongenital bersifat katabolis. Hormon tiroid:
atau dishormogenesis. Hipotiroidisme sekunder, yang ditandai 1 menstimulasi absorpsi glukosa di usus;
oleh rendahnya konsentrasi TSH dan tiroksin dan berkaitan 2 menstimulasi glikogenolisis di hati;
dengan gangguan aksis hipotalamus-hipofi sis, jarang didapatkan 3 menstimulasi penguraian insulin;
pada praktik umum sehari-hari. 4 mempotensiasi efek glikogenolitik dari epinefrin.
Hormon tiroid bersifat lipolitik kuat, baik melalui kerja
direk atau indirek melalui potensiasi kerja hormon lain, seperti
Kontrol sintesis dan sekresi hormon tiroid glukokortikoid, glukagon, hormon peftumbuhan, dan epinefrin.
Kontrol hipotalamus dan hipofisis Hormon tiroid juga meningkatkan oksidasi asam lemak bebas,
Hormon pelepas tirotropin (thyrotrophin-releasing hormone, yang menambah efek kalorigenik. Hormon tiroid menurunkan
TRH) merupakan tripeptida yang disintesis di nukleus kolesterol plasma dengan menstimulasi pembentukan asam
paraventrikularis dan supraoptikus di hipotalamus dirn disimpan empedu di hati, yang menyebabkan ekskresi derivat kolesterol
pada eminensia mediana. Sistem vena portal mentranspor TRH di feses.
ke hipof,sis anterior tempat hormon ini menstimulasi sintesis Pertumbuhan dan perkembangan. Pada manusia, sejumlah
TSH de novo dan juga melepaskan TSH dan prolaktin. T, kecil T, atau T, dari sirkulasi maternal masuk ke sirkulasi
secara langsung menghambat gen TRH dan TSH, sehingga janin. Ketika tiroid janin berdiferensiasi dan berfringsi, yaitu
meregulasi sintesis dan pelepasannya sendiri. TSH menstimulasi pada usia gestasi 10-1i minggu, hormon tiroid menjadi sangat
sintesis dan pelepasan hormon tiroid pada beberapa tempat. esensial untuk diferensiasi dan maturasi normal jaringan janin,
Sebagai tambahan, regulator pulsasi hipotalamus menyebabkan walaupun hormon ini tidak berperan untuk pertumbuhan
pelepasan TRH secara pulsatil (Gambar l3b). normal janin. Oleh karena itu, bayi dengan hipotiroidisme
TSH merupakan anggota famili glikoprotein yang memiliki kongenital mengalami hambatan maturasi otak dan tulang
subunit o, yang sama dan subunit 13 yung spesifik. Subunit namun memiliki berat lahir normal. Pada otak, hormon tiroid
a identik untuk LH, FSH, TSH, dan hCG plasenta. T, dan menyebabkan mielinogenesis, sintesis protein, dan ramiflkasi
To menghambat sintesis dan pelepasan TSH. Sebaliknya, akson. Sebagian perannya dilakukan melalui stimulasi produksi
penurunan kadar T, dan To menstimulasi sintesis dan pelepasan faktor pertumbuhan saraf. Hormon tiroid bersifat esensial untuk
TSH. Pelepasan TSH dihambat oleh hormon lain dan obat- produksi normal hormon pertumbuhan (GH). GH tidak bekerja
obatan, seperti dopamin, agonis dopamin yaitu bromokriptin, efektif bila tanpa adanya hormon tiroid.
glukokorlikoid, dan somatostatin. Hipertiroidisme akan meng-
hentikan pelepasan TSH (Gambar 13c). Pelepasan TRH dan Mekanisme kerja hormon tiroid
TSH dapat terganggu oleh lesi atau tumor hipotalamus atau Pada membran sel, T, menstimulasi pompa Na+/K+-ATPase,
hipofisis. menyebabkan peningkatan ambilan asam amino dan glukosa
Empat mekanisme yang memengaruhi pertumbuhan dan yang menimbulkan kalorigenesis. T, bergabung dengan reseptor
fungsi tiroid adalah: spesifik pada mitokondria menghasilkan energi dan dengan
I Hormon tiroid bebas yang bersirkulasi memberi umpan reseptor intranuklear yang merupakan modulator transkripsi,
balik ke hipotalamus untuk menekan sintesis dan pelepasan menyebabkan perubahan sintesis protein. Terdapat bukti bahwa
TRH, dan ke hipofisis untuk menekan sintesis dan pelepasan reseptor memiliki berbagai isoform yang ekspresinya bervariasi
TSH (Gambar 13b). tergantung usia dan jaringan (Bab 4).

Tiroid: ll Sekresi dan kerja hormon tiroid Tiroid 33


Tiroid: lll Patofisiologi tiroid

(a) G ambaran klinis Liror,oksikosie (b) Gambaran klinis ?enyakit Graves

Tiroloksikosis ?enyakil,Graves
(apaVun Venyebabnya) Semua dibaqianktri
dtlambah d,engar:
Mudah tersinggung,
ernaai lebj EksolE almos, ?
r o?t ooie,
keffi oeiz, r etr aksi kelo p ak
Takikardia, AF,
n:ata, VaVlled,en:a
karaiaffiiapaL
GaiIe( affielri1
5030E
diits
ITD Eialollk.
Al ropachiliroid
OeNeoVorosie
SeraI badan {/
naleu makan I
Zrilema palmar
f remor
Oiare

Serkertngat dan
Ltdaktahan panas

l,/topati qrol aima

Mikeedema
liperrefrel s a
prelibial
Mtksedema pretlbial

Edema periorbil;al,
eksoltalfios, Kelumpuhan
?ra?Looia,kernaoio nervue VI kiri

Skenario klinis setelah berdiskusi mengenai pilihan terapi, ia memilih


Seorang perawat paruh waktu berusia 35 tahun datang ke dokter menjalani terapi l3rl yang dijalani dengan rawat jalan ketika
umum dengan keluhan penurunan berat badan 10 kg selama ia telah berstatus eutiroid. Ia kontrol teratur dan 6 bulan
6 bulan. Pada anamnesis, ia mengaku makan dengan baik kemudian mengeluh lerargi, berat badan meningkat, dan
namun mengalami diare. Ia juga merasa lelah dan mengalami merasa dingin sepanjang waktu. Secara klinis ia mengalami
insomnla. Ketika dianamnesis lebih lanjut ia juga merasa lebih gambaran hipotiroid dan hasil pemeriksaan darahnya adalah
panas dan gemetar, sefia merasa otot kaki lemah, terutama saat sebagai berikut: To bebas 4,5 pmol/L; TSH 25,7 mU/L. Dokter
menaiki tangga. Biasanya ia merasa sehat dan tidak pernah ke ahli endokrin menyarankan terapi pengganti hormon tiroid
dokter sejak kehamilan terakhirnya 8 tahun yang lalu. Hasil dan 3 bulan kemudian ia merasa sehat dan hasil pemeriksaan
pemeriksaan darahnya adalah sebagai berikut: To bebas 49,7 darahnya normal.
pmoi/L; T4 total 225 nmollL TSH <0,01 mU/L.
Ia dirujuk ke dokter ahli endokrin pada rumah sakit lokal Pendahuluan
di mana pemeriksaan awal mengkonfirmasi diagnosis penyakit Terdapat banyak kasus hipertiroidisme, namun lebih dart gOVo
Graves. Ia diterapi dengan karbimazol dan propranolol pada kasus merupakan tirotoksikosis autoimun (penyakit Graves
bulan pertama, dan selanjutnya karbimazol saja. Kemudian sekttar '75Eo), goiter multinodular toksik (sekitar 157a'), dan

34 Tiroid Tiroid: lll Patofisiologi tiroid


adenoma toksik soliter (sekitar 57o). Tirotoksikosis sementara interferensi assay dan dapat dipercaya dalam memprediksi fungsi
dapat berkaitan dengan tiroiditis dan disebabkan oleh beberapa tiroid sesuai prinsip umpan balik negatif. Oleh karena itu, pada
obat, terutama amiodaron. Sangat jarang pasien datang dengan hipertiroidisme, konsentrasi TSH tidak dapat dideteksi. Pada
tirotoksikosis sekunder akibat tumor hipoflsis pensekresi TSH, hipotiroidisme primer, konsentrasi TSH meningkat-dan pada
sindrom resistensi hipofisis terhadap hormon tiroid, kelebihan hipotiroidisme sekunder, rendahnya kadar To bebas disertai
hormon ekstratiroid, atau sekunder akibat karsinoma tiroid. dengan rendahnya konsentrasi TSH.
Secara klinis, gambaran tirotoksikosis dapat dibagi menjadi Pemeriksaan biokimiawi lain untuk fungsi tiroid seperti
gambaran yang disebabkan oleh kelebihan hormon tiroid dan pemeriksaan TRH jarang digunakan karena assay TSH yang
terlihat pada semua kasus hipertiroidisme dan gambaran yang sangat sensitif.
disebabkan oleh autoimun dan hanya terlihat pada penyakit
Graves (Gambar l4a dan b; Tabel 14.1). Terapinya adalah
Pencitraan tiroid
dengan obat antitiroid (tunggal atau dikombinasi dengan terapi
Pemeriksaan biokimiawi untuk fungsi tiroid dapat disertai
pengganti tiroksin), ablasi iodin radioaktif dengan l31I atuu
pembedahan. Pilihan terapi tergantung pada penyebab yang dengan teknik pencitraan untuk memeriksa struktur dan fungsi
mendasari dan dapat dipengaruhi oleh usia pasien, ada tidaknya tiroid:
penyakit penyerta, terutama pada penderita lanjut usia, atau
. Ultrasonografi tiroid akan memperlihatkan adanya nodul
ada tidaknya oftalmopati terkait tiroid. dan kista tunggal atau multipel. Aspirasi jarum untuk sitologi
atau drainase kista dan biopsi tiroid dapat dilakukan dengan
Tes fungsi tiroid panduan ultrasonografi .

Pengukuran hormon tiroid


. Skintigrafi tiroid atau pencitraan radionuklida berguna
Hanya sekitar l%o hormon tiroid berada dalam keadaan 'bebas' dalam mendiagnosis tiroiditis, ketika ambilan isotop sangat
dan aktif secara metabolik karena baik To maupun T, terikat berkurang dan berkebalikan dengan peningkatan yang merata
kuat dengan protein transpor dalam plasma (Bab 12). Assay pada tirotoksikosis. Nodul soliter yang terlihat secara klinis
To atau T, 'total' terutama mengukur hormon yang terikat dapat diperlihatkan sebagai nodul dingin pada pencitraan,
protein. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai keadaan yang dan membutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan
memengaruhi konsentrasi protein. Oleh karena itu, lonjakan kemungkinan keganasan.
tinggi To total akan terjadi pada kehamilan dan pada wanita
yang mengonsumsi pil kontrasepsi oral karena estrogen Kanker tiroid ,

meningkatkan sintesis globulin pengikat tiroksin (thyroxine


binding globulin, TBG). Hasil pengukuran yang sangat rendah
Kanker tiroid biasanya menimbulkan gejala pembesaran
dapat terjadi pada individu dengan defisiensi TBG kongenital
kelenjar tiroid. Keganasan ini relatifjarang dan sebagian besar
atau gangguan hati berat. nodul tiroid bersifat jinak. Pemeriksaan penunjangnya meliputi
Assay hormon tiroid 'bebas' saat ini tersedia luas dan secara sitologi aspirasi jarum halus, dengan atau tanpa skintigrafi
umum tidak terpengaruh oleh perubahan konsentrasi protein tiroid. Sebagian besar keganasan merupakan karsinoma papiler;
pengikat dalam plasma. tumor lainnya meliputi karsinoma folikular yang lebih agresif
dan lesi anaplastik yang lebih cepat dan progresif. Karsinoma
Pengukuran hormon penstimulasi tiroid (TSH) tiroid medular yang berkembang dalam se1 C tiroid dapat
Pengukuran TSH merupakan tes fungsi tiroid yang paling ditemukan sendirian atau sebagai bagian dari sindrom MEN
banyak digunakan. Pengukuran ini relatif tidak terganggu oleh 2 (lthat Bab 49).

Tabel 14.1 Gambaran klinis tirotoksikosis


Gambaran hipertiroidisme Gambaran penyakit Graves
Umum Kurang umum Gambaran hipertiroidisme ditambah dengan
Penurunan berat badan meskipun nafsu Peningkatan berat badan Goiter simetris difus dengan bruit
makan normal/meningkat Anoreksia Eksoftalmos, proptosis
Diare Haus Kemosis
Sesak napas saat aktivitas fisik Muntah Retraksi kelopak mata
Palpitasi, sinus takikardia Peningkatan tekanan darah sistolik Mata berair
Mudah tersinggung dan emosi labil dengan peningkatan tekanan denyut nadi Ulserasi kornea
Tremor Fibrilasi atrial Diplopia dan oftalmoplegia
Kelemahan otot Kardiomiopati, gagal jantung Papiledema, tajam penglihatan berkurang
Fatig Miopati proksimal, miopati bulbar Akropachi tiroid (ari tabuh)
Hiperrefleksia Eritema palmar Miksedema lokal (terutama pretibial)
Lid lag Onikolisis
Edema Subfertilitas, abortus spontan
Berkeringat, tidak tahan panas Ginekomastia
Pruritis Osteoporosis

Tiroid: lll Patofisiologi tiroid Tiroid 35


Kelenjar adrenal: I Medula adrenal

(a) Organieasi selular dalamkelenjar adrenal (b) Epinefrin


Arleri kapeulans

Zona qlonerulosa
Ho, Ho

fw*k* I
(,,/:\ ,Fc-c-nr
HHH
Hol_ltsc-c-NH
IHH
Kapeul L_/ H I

I mineraloko** otd ) CAAH


Zona faeikulal,a Tenilalanin Do?arnin Norepinefrin
;1.] I

i
I

Menoekreoiterularna liF-
Adrena qlukoko*ikotd
I

Korteke irli I '1 4


ffi Medula
Zona relikularie
Menoekreoiterulaffia
eleroid aeks
Arah aliran
darahmelalui
orqzn
HHH
C_C_ NH
HI
\_
HO
,/-\HHH
H0<
Ho HoH
ttH
)-c-c-nH HO<\ >C-C-N-CH=!
\___/ l \_/rr
I

Medula
CAAH c00a HH
jI ;"k,e" --]', Tlrosin p
-------->
Dopa Epinetrin
eVinefrin dar
I
I nore?inefnn
1 f enilalanin hidroketlase
]
Venamedularie 2 liroeinhidrokellase
() an qkah pe mb ata s-l aju)
(c) Kat.ab oli om e kat ekolamin 3 as arn r- ar om atik d ekarb oksil a a e
4 dop amtn beLa-hidroksllaee
|0, HO Ho,- Hg o Hor Ho 5 feniletanolamin
):\ IHH -------->
\,4A0 ,/-\ | IHH
(t\,lAO- HO< >C-C-N-CH3
H0< ,Fc-c-Nl rj!Fu-u-J- "
N- melllLraneferase (PN MT)
\----7 H H \___/ H H
Norepinefrin Aa am 3,4 - dihi dr oksim an del al EVinefrin

l.n* l.r* l.n*


+ + .l'
HrCO, HO l,lrcQ HO O HTCQ HO
IHH rvAO> IHH
H0<\ /Fc-C-r.rH
L-.-/ H H
ro?:)c-1-ou
\___/ H
<vAo nrl_/:-c-N-cH3
Normelanefrin As am 3 - m eI oksl - 4 - hi A r okaim a n d el at Melanefrin
(vN/A)
I
I

+ *
H3CO, ta H3CO,
HH HO
R0{\_---7
,lc-c-Nr R Glukoromda alau sulf aI; R0< H!
H H
\--J/tsc-c-N-cH3
H H

(d) Mekanisme kerja epinef rin

ATP---------------- cAM?
"' "---,rotein
Ha1,i
Otat
,ro)rn otnuu,,nro"t' i kinase aktif lemak

foeforilasebkinaaeinaktif kinaee akti+


lipaseinakLif -----+lipase-P aktif
A-P
< I t':
I
tosforilaee b inaktif ---------------- foefortlasi b aktil
Triqliserida -\6s2.y lerat oeoas
?aaino-qanil t Gikoqe.t ----L- Glukoea-1 ?Oa
(P)\ J
\ Gtukoea-6,?Oa
laLi,a\oL I I

36 Adrenal dan autoimunitas Kelenjar adrenal: I Medula adrenal


Skenario klinis Kerja epinefrin
Seorang pria berusia 32 tahun datang ke Departemen Kesehatan Epinefrin disebut hormon 'fight or flight (lawan atau lari)'. Stres
Kerja di tempat kerjanya karena mengalami sakit kepala dan menyebabkan pelepasan EP segera, yang mempersiap-kan tubuh
palpitasi selama beberapa bulan terakhir. Hal ini semakin untuk aktivitas fisik dan mental yang luar biasa (Tabel 15.1).
lama semakin sering dan rekan kerjanya mengatakan ia sangat Pembuluh darah permukaan menjadi teftutup akibat konstriksi
pucat pada saat mengeluhkan palpitasi. Pada saat serangan, jaringan arteriolar melalui mediasi reseptor cr-1, sehingga
ia mengalami sensasi aneh yaitu ansietas berlebihan dan rasa mengurangi kemungkinan perdarahan pada saat terjadi perlukaan;
takut mati. Tidak ada yang didapatkan pada pemeriksaan fisik sebaliknya pembuluh darah otot menjadi terbuka melalui aktivasi
selain tekanan darah yang tinggi 180/105. Tidak ada riwayat reseptor p-2. Dilatasi bronkiolus meningkatkan efisiensi ambilan
penyakit keluarga yang signifikan. oksigen per unit waktu, dan mobilisasi glukosa ditingkatkan
Dokter perusahaan sangat memperhatikan keluhan ini melalui stimulasi pelepasan glukagon dan inhibisi pelepasan
dan meru.juknya ke Departemen Endokrin lokal. Pemeriksaan insulin. Dilatasi otot radialis iris pada mata meningkatkan jumlah
penunjang menunjukkan peningkatan kadar asam vanililmandelat cahaya yang masuk ke dalam retina, dan kontraksi kapsul limpa
(VMA) dalam urin sefta peningkatan katekolamin dalam plasma melepaskan sel-sel darah ke dalam sirkulasi. Melalui reseptor
dan urin. Pemeriksaan MRI abdomen dan pencitraan radioisotop B-1 pada jantung, kontraktilitas meningkat pesat. Epinefrin
dengan iodine-labelled meta-iodobenzyl guanidlne (MIBG) memacu lipolisis dan termogenesis melalui reseptor p-3. EP juga
menunjukkan masa berukuran 5 x 6 cm di regio kelenjar meningkatkan kewaspadaan, walaupun mekanismenya yang pasti
adrenal kanan yang konsisten dengan suatu feokromositoma. Ia belum diketahui.
diterapi dengan o-adrenoseptor bloker fenoksibenzamin dengan Mekanisme kerja epinefrin (Gambar 15d). Sebuah contoh
tambahan B-bloker propranolol sebelum pembedahan 6 minggu tentang kerja EP adalah mobilisasi energi dalam bentuk glukosa.
kemudian. Pada saat operasi, feokromositoma diangkat dan ia EP juga bekerja pada reseptor p di otot untuk menghambat
kembali pulih. pelepasan asam amino sehingga mengurangi laju proteolisis
Feokromositoma merupakan tumor medula adrenal yang otot. Mekanisme ini mungkin penting dalam respons fight or
mensekresi katekolamin, biasanya norepinefrin, dan jarang flight, ketlka otot akan digunakan sebagai cadangan energi.
terjadi. Sebagian besar kasus merupakan lesi jinak sporadik Walaupun hanya sedikit NE yang dilepaskan dari medula
walaupun sekitar 107o bersifat familial dan 1O7o bersifat ganas. adrenal, namun hormon ini merupakan neutrotransmiter utama
Sekitar 10% kasus terletak ekstramedular sehingga mempersulit sistem saraf simpafis yang teraktivasi selama respons fi.ght or
lokalisasi. Feokromositoma dapat merupakan bagian dari flighr.
sindrom neoplasia endokrin multipel tipe 2 (multiple endocrine
neoplasia type 2, MEN 2) (Bab a9). Tabel 15.1 Kerja epinefrin

Kelenjar adrenal Lokasi kerja Efek Reseptor

Kelenjar adrenal terletak tepat di atas ginjal (Gambar 15a) Jantung dan
Laju l3-1
dan dapat dibagi secara anatomis dan fungsional menjadi kekuatan I

dua suborgan utama: (l) korteks adrenal yang mensekresi kontraksi


meningkat
hormon steroid; dan (2) medula adrenal, suatu ganglion yang
Pembuluh darah
termodifikasi, yang mensekresi katekolamin epinefrin (EP) dan
Kulit l
norepinefrin (NE). Membran mukosa i Kontraksi
Splanknik )
Medula adrenal Otot skelet Dilatasi p-2
Sintesis katekolamin (Gambar l5b). Sel kromafin medula Sistem respirasi Bronkodilatasi p-2
Traktus gastrointestinal
adrenal dapat dibedakan menjadi sel penyimpan EP dan sel
Otot polos Relaksasi n-)
penyimpan NE. Sfingter Kontraksi a-1
EP dan NE disimpan di dalam granula, bersama dengan Darah
suatu protein, yaitu kromogranin, dan adenosin trifosfat (ATP). Waktu pembekuan Berkurang
Ketika dieksositosis, granula melepaskan isinya. Jumlah sel darah I
Metabolisme (Gambar 15c). Katekolamin dimetabolisme merah {hemoglobin ) Meningkat
|
secara ekstraselular dan di dalam hati oleh katekolamin-O- Protein plasma )

metiltransferase (COMT), serta secara intraselular oleh monoamin Metabolisme


Pelepasan insulin Berkurang g-2
oksidase (MAO). MAO terletak dekat dengan adrenoseptor di
Pelepasan glukagon l p-2
mana EP dan NE bekerja. Kerja katekolamin tidak dibatasi Termogenesis Meningkat
I 0-3
oleh enzim, namun oleh ambilan kembali ke dalam sel yang Lipolisis l p-3
melepaskannya. VMA diekskresi di dalam urin. Pada saraf Otot radiaiis-mata Kontraksi a-1
simpatis, NE memberi umpan balik ke reseptor presinaptik ct-2, Otot polos
dan membatasi pelepasan NE selanjutnya. Metabolit diukur di Kapsul limpa I
dalam urin dan bersifat diagnostik pada feokromositoma. IItenrs I Kontraksi cr- 1

Vas deferens )

Kelenjar adrenal: I Medula adrenal Adrenal dan autoimunitas 37


Kelenjar adrenal: ll Hormon adrenokortikal
(a) Gambaran klinie sindrom Cushing (c) Bio sinle sis glukoko *ikoid a drenal
CHz cHz
Alogesia fronlal De?reoi
I I
'Moon face'
Akn€ c_0 c-a
DanI;alanlemak
inf,erskapula
VIelor)k
lireulieme
,^-A --* a*o'
,c0-
Kifosla +
Tolieilemia

",ce/-
ooteoporosio
Ganqquan llperLensi
l,oleransi glukosa ?reqnenolon -H drokaigregnenolon
1 7 1 7 -Hi dr oksiV ro qe sleron
alau dlabelee 0besitae senl:ral
7Lriae unqu <ulitti?i7,
di abdamen cH20t cHz)H
mudah memar

I
I I I
Nyeri C:O C:O c:a
l,4en51,rua.i tiAak
LeraLur
Via?ali
d - prokeima)
Disfunqsi erekai

Korviean (hati) KorLiaal 1 1 -DeokaikorLisol

(b) ?e ny eb ab ain dro m Cu shin q (d\ Mekanieme kerja genomik pada korf,isol
+ Steroid
:CR.H

,J

Korliaol ll KorEteol ll
(2) Tumor adrenal (3) llipe r gl asia adrena

++
CRH

-l
@G "".riu q'r;,o;i" "
I ati) ?.oteirirh:op
ivl ]

Koriieol ft
(4) Iumor hpofisis (5) Sekred ACTI ekloptk

38 Adrenal dan autoimunitas Kelenjar adrenal: ll Hormon adrenokortikal


Tabel 16.1 Gambaran klinis sindrom Cushing dengan penyebab CH terutama ditranspor di darah dalam bentuk lipoprotein
apapun berdasarkan kekerapan densitas rendah (/ow density lipoprotein, LDL). LDL terdiri dari
inti hidrofobik bagian daiam dari ester CH dan trigliserida, dan
Pletorik, 'moon face' dikelilingi oleh lapisan tunggal fosfolipid poiar dan apoprotein.
Obesitas sentral Salah satu apoprotein yaitu apolipoprotein-E (APO-E), berikatan
Gangguan toleransi glukosa atau diabetes
dengan reseptor (reseptor LP) pada membran plasma sel adrenal,
Hipertensi
dan menyebabkan transpor CH ke dalam sel yang distimulasi
Ketidakteraturan menstruasi (wanita), disfungsi ereksi (pria)
Osteoporosis oleh ACTH. Proses ini disebut jalur reseptor LDL.
Striae ungu, terutama di abdomen, dan mudah memar LDL berhubungan dengan penyakit aterosklerosis,
Miopati proksimal dan gangguan genetik yang disebut lipoproteinemia tipe
Hirsutisme dan alopesia frontal (pada wanita, menandakan kelebihan III berhubungan dengan penyakit aterosklerosis prematur,
androgen)
kemungkinan karena sifat alami APO-E pada individu dengan
Edema pada pergelangan kaki
Bantalan lemak interskapula kelainan tersebut. APO-E miliknya tidak berikatan dengan
Akne reseptor LP dalam aiinitas yang normal.
Nyeri muskuloskeletal Setelah dilepaskan dari mitokondria, pregnenolon di-
Depresi metabolisme lebih lanjut di dalam retikulum endoplasma halus,
Penyembuhan luka tidak baik
di mana ikatan ganda diubah dari posisi 5 dalam cincin B ke
Kifosis sekunder akibar osteoporosis
Polisitemia
posisi 4 daiam cincin A, dan gugus hidroksil (OH) di posisi
3 dioksidasi menjadi gugus keto. Kortisol dibentuk melalui
hidroksilasi pada posisi 11 (Gambar 16c). Kortisol merupakan
Skenario klinis glukokortikoid utama pada manusia, walaupun metabolisme
Sindrom Cushing merupakan nama yang diberikan pada Iebih lanjut menjadi glukokortikoid lain, yaitu kor.tison, terjadi
gejala klinis dan tanda fisik yang diinduksi oleh kelebihan di hati.
glukokortikoid (Gambar 16a; Tabel 16.1). Sindrom ini dapat
disebabkan oleh kelebihan sekresi hormon adrenokorlikotropik Sintesis androgen adrenal
(ACTH) pada hiperplasia adrenokortikal atau oleh tumor Androgen adrenal dibiosintesis dari androstenedion, yang
korteks adrenal seperti adenoma jinak atau karsinoma ganas dibentuk dari l7-hidroksiprogesteron melalui pemecahan rantai
(Gambar 16b). Pasien dengan sindrom Cushing ACZtl-dependent samping C17 dan'hidroksilasi di C17. Androstenedion, suatu
dan karsinoma adrenal seringkali menunjukkan hipersekresi androgen adrenal, dapat dibentuk melalui isomerisasi pada posisi
androgen penyerta, yang menyebabkan beberapa gambaran C4-C5, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai
klinis sindrom ini. Sindrom Cushing adrenal dapat didiagnosis glukokortikoid, atau setelah pemecahan pada C17.
jika ditemukan adanya peningkatan konsentrasi kortisol plasma
dengan hilangnya variasi diurnal normal dan kegagalan Sintesis estrogen adrenal
penurunan setelah tes supresi deksametason jangka pendek dan Estrogen dibentuk dari testosteron dan androstenedion dengan
(biasanya) jangka panjang dalam konsentrasi ACTH plasma yang aromatisasi cincin A. Istilah 'aromatisasi' mengacu pada pem-
tidak terdeteksi. Tumor adrenal terlihat dengan MRI atau CT bentukan ikatan-ikatan ganda yang berselang-seling pada cincin
scan dan terapinya adalah dengan pembedahan, diikuti dengan dengan 6 gugus. Konversi ini terjadi melalui pemindahan gugus
kemoterapi adrenolitik pada pasien dengan keganasan. metil pada C19 dan oksidasi lebih lanjut.
Androgen dan estrogen adrenal normalnya tidak diproduksi
Hormon adrenokortikal dalam jumlah yang cukup untuk menjalankan fungsi reproduksi;
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi hormon steroid. testis dan ovarium dibutuhkan untuk menjalankan fungsi
Hormon yang dominan adalah: tersebut, namun androgen dan estrogen adrenal, terutama
. Kortisol: memiliki efek glukokortikoid terhadap metabolisme androgen, menjadi patologis secara signifikan jika diproduksi
karbohidrat dan merupakan respons terhadap stres. Kelebihan dalam konsentrasi yang terlalu tinggi.
glukokortikoid memiliki efek katabolik terhadap metabolisme
protein. Mekanisme kerja kortisol
. Aldosteron: mengatur homeostasis garam dan air. Kortisol, seperti hormon steroid lainnya, masuk dengan bebas
. Androgen: testosteron, androstenedion, 17 hidroksi- ke dalam sitoplasma di mana akan berikatan dengan reseptor
progesteron, dan dehidroepiandrosteron sulfat (DI{EAS) memiliki (Gambar I 6d). Kompleks glukokorlikoid-reseptor ditranslokasi
efek mempertahankan karakteristik seksual sekunder. Kelebihan ke dalam nukleus sehingga akan berikatan dengan elemen
produksi androgen menyebabkan virilisasi pada wanita. respons spesifik dan menyebabkan sintesis RNA dan protein,
walaupun transkripsi terkadang dihambat. Terdapat bukti bahwa
Biosintesis glukokortikoid beberapa efek segera kortisol, misalnya umpan balik ke otak
Pregnenolon dibentuk dari kolesterol (CH) melalui pemecahan dan kelenjar hipofisis, terjadi melalui reseptor membran sel
rantai samping yang dikatalisis oleh sistem enzim desmolase. untuk kortisol.

Kelenjar adrenal: ll Hormon adrenokortikal Adrenal dan autoimunitas 39


Kelenjar adrenal: lll Hormon adrenokortikotropik
(ACrH)
(a) ?engendalian fungsi adrenal

.---------* it'ii4oiaiamL's
5rl- A,
I r- /6 KH
re1- | \a.6ABA
afirtla^i |I lrelqlarbaf
qelepaoat I I ?ee?a5ar
IJ
I-' :f H'oofiei "

& o''"'n'
|
Oukol-ortikoid
I Oarn
tll+@
la
L- f&*ltr
ffi r""r"
IA('tcru)r
I|
a/reral Relikulum \-/
e.'doptae'na
r/ a'
Kortikotro?
hipolsis
anLeriot
/'\
/I oet

Yl..\
Sirkulasi

(c) 1iste m pro - o piom elanokortin


EksonZ EkeonZ
5@D
EkEon 1

SeIa-L?H Tra4men Ierminal-N Teqltda


189 ainyal

BeIa-endorfrn Gana-LPl) TeVtida


59-89 1-56 lerminal-N

lx/et-enkefalin
II DeLa-M)l
rI
cLtT Alfa-M1N
I
Garna-MOH
TeWidal.urunan
-transl2ei
B4-101 1B-39 1_13

(d) Mekanisme kerja hormon adrenokortikotropik (ACTH)

Ft'-r*'e.,''{..,@ *\-- t r^at"-


-l3r;qi""o j
t/tenb an
{ uaia-'=ww*r'
\_ J
1iikjt6;
lntraeelular ' **-;'
,q-r
-f_+ cnvr
aktiv a st p rlt et n kt n a s e

inffi,u -L-m
40 Adrenal dan autoimunitas Kelenjar adrenal: lll Hormon adrenokortikotropik (ACTH)
Skenario klinis melalui peningkatan ekspresi gen pro-opiomelanokortin
Seorang desainer interior berusia 28 tahun datang ke dokter Qtro-opiomelanocortin, POMC) yang dimediasi CRH, yang
umum dengan riwayat perubahan penampilan selama 12 mengandung informasi genetik yang dibutuhkan untuk sintesis
bulan, yaitu pertumbuhan rambut di wajah yang berlebihan ACTH dan hormon penstimulasi hormon melanosif'
dan menstruasi yang sedikit dan tidak teratur. Ia mengamati Pelepasan CRH dari hipotalamus distimulasi oleh
pipinya bertambah gemuk dan wajahnya selalu merah, dan neurotransmiter asetilkolin dan serotonin (5HT). Pelepasan
tersebut dihambat oleh asam gamma-aminobutirat (GABA) dan
kemudian kulit menjadi berminyak dan timbul jerawat. Terjadi
pertumbuhan rambut yang nyata pada dagu dan di atas bibir. norepinefrin (NE). Pelepasan CRH dan ACTH dihambat oleh
Pada anamnesis lanjut, ia mengalami peningkatan berat badan
glukokortikoid melalui suatu sistem umpan balik negatif; sistem
'di sekitar tengah' dan menyadari timbulnya tanda regangan ini berguna dalam memeriksa integritas aksis hipotalamus-
(stretch mark) merah pada perutnya. Secara umum ia merasa hipofisis-adrenal (Bab 16).
tidak bersemangat. Pemeriksaan fisik mengarah pada sindrom
Sistem pro-opiomelanokortin Qtro-opiomelanocortin,
Cushing dan ia dirujuk ke klinik endokrin lokal. Ketika ia tiba
POMC). Kortikotrop hipofisis anterior mensintesis suatu
glikoprotein yang mengandung sekuens asam amino komplet
di sana, ditemukan semua gambaran yang telah disebutkan di
yang terdiri dari ACTH, B-iipotrofin ([3-LPH), hormon
atas dan miopati proksimal yang jelas. Pemeriksaan penunjang
penstimulasi melanosit (MSH), met-enkefalin, dan sejumlah
menunjukkan peningkatan kadar kortisoi bebas daiam urin dan
peptida lainnya (Gambar 17c). POMC memiliki 26 sekuens
konsentrasi kortisol plasma 1059 nmol/L pada pukul 09.00
sinyal asam amino, diikuti oleh tiga domain struktural utama,
dan 1003 nmol/L saat tengah malam. Konsentrasi ACTH pada
yaitu: (i) ACTH; (ii) P-LPH pada terminal-C; dan (iii) sekuens
pukul 09.00 adalah 230 ng/L. Pemeriksaan MRI hipoflsis
terminal-N pro- 1-MSH (yang fungsi biologisnya belum
menunjukkan abnormalitas pada sisi kiri kelenjar dan temuan
ditemukan). POMC pertama kali terbelah menjadi p-LPH dan
ini sejalan dengan kateterisasi sinus petrosus dengan pengukuran
ACTH, yang masih berikatan dengan fragmen terminal-N.
ACTH multipel. Ia menjalani pembedahan trans-sfenoid dengan
Pada kortikotrop hipofisis anterior, ACTH dilepaskan pada
pengangkatan adenoma hipoflsis yang memberi pewarnaan yang
pembelahan kedua. Sejumlah moiekul P-LPH mengalami
jelas untuk ACTH pada uji imunohistokimia. Setelah operasi,
pembelahan menjadi B-endorfin dan p-LPH. Pada stimulasi
gejala yang ia alami menghilang.
kortikotrop dengan CRH, seluruh peptida turunan POMC
disekresi secara bersamaan, sehingga hal ini mengarahkan
Hormon adrenokortikotropik
dugaan bahwa seluruh peptida tersebut berada dalam granula
Pengontrolan sekresi hormon adrenokortikotropik (adreno- sekretorik yang sama dan semuanya berasal dari POMC. Pada
corticotropic hormone, ACTH). ACTH disintesis pada sel spesies yang memiliki lobus intermediat hipofisis fungsional
kortikotrop hipofisis anterior dan dilepaskan pada stimulasi sel (misalnya tikus, tapi bukan manusia dewasa), terjadi pembelahan
kortikotrop oleh hormon pelepas kortikotropin (corticotrophin- lebih lanjut berbagai peptida, misalnya pembelahan ACTH
releasing hormone, CRH; Gambar 17a) hipotalamus. CRH menjadi ACTHI r:, yang mengalami a-N-asetilasi menjadi
manusia merupakan peptida yang mengandung 41 asam ct-MSH dan ACTHIs 3e.
amino dan kadang disebut CRH-41. Hormon ini merupakan Mekanisme kerja hormon adrenokortikotropik. ACTH
pelepas ACTH yang poten, balk in vlvo maupun in vitro. berikatan dengan reseptor membran berafinitas tinggi pada
CRH-41 terdistribusi luas di seluruh otak, namun konsentrasi sel adrenal, dan mengaktivasi sistem adenilat siklase (Gambar
terbesarnya adalah pada hipotalamus, di dalam neuron 17d). Stimulasi maksimal steroidogenesis dapat dicapai
parvoselular di nukleus paraventrikularis (lihat Bab 5). Neuron dengan konsentrasi ACTH plasma sekitar 3 nglL. Peningkatan
ini memproyeksikan banyak serat ke eminensia mediana, di konsentrasi cAMP intraselular meningkatkan transpor
mana neuron-neuron tersebut melepaskan CRH ke dalam kolesterol ke enzim pembelahan rantai-samping mitokondria,
sirkulasi portal. Peptida lain, terutama vasopresin, dapat dan mengaktivasi ester kolesterol hidroksilase. Selain itu,
mempotensiasi secara fisiologis efek pelepasan ACTH oleh sintesis protein dan RNA di dalam sel distimulasi dan terjadi
CRH. Interaksi antara CRH dan vasopresin (disingkat AVP, peningkatan fosforilasi protein adrenal.
karena strukturnya arginin-vasopresin) melibatkan interaksi ACTH, CRH, dan sistem imun. CRH menstimulasi
keduanya dengan reseptor pada membran sel kortikotrop proliferasi sel B dan aktivitas NK. CRH juga menstimulasi
anterior (Gambar 17b). produksi IL-l,IL-2, dan IL-6. Reseptor CRH relah ditemukan
AVP mengaktivasi sistem second messenger IPj yang pada sistem imun. Injeksi CRH secara langsung ke dalam
membuka kanal kalsium bergerbang reseptor (rec eptor- gated). ventrikel serebri menghambat fungsi imun. CRH yang
CRH bekerja melalui sistem secorud messenger adenilat diinjeksikan intraserebroventrikular memiliki efek inhibisi yang
siklase-cAMP dan membuka kanal kalsium bergerbang besar terhadap fungsi imun. ACTH telah terbukti menghambat
voltase (voltage-gateQ. Peningkatan Ca2n bebas intraselular produksi antibodi sampai titik tertentu dan memodulasi fungsi
menstimulasi pelepasan ACTH. Sintesis ACTH distimulasi sel B.

Kelenjar adrenal: lll Hormon adrenokortikotropik (ACTH) Adrenal dan autoimunitas 41


Kelenjar adrenal: lV Kortisol dan androgen

(a) )intesis steroid adrenal

Kolesf,erol

r+aoscc
I 7454d7
t eyaigiit"i i:
745OcI7
1 7 -OH-oreanenolon

,o nro
l

zB-asD I

I 7454d7 Y
745Oc17
: ?roqesleron ,,
lz;oa vyoagl!1on :

| ,ouo"r. l rouo"r,
I

| 17[\ r)D
J I +

l- a7a\oik?n!k!ste::"al l,
11-Aeakslkartleol Tegf,osleron

| ,ouor,. ro"o".. r+sonro^utuu"


I l !
i kTrrt!9erey91 1
Kortisol Estradiol

| ,ouo...
.1,
?454 atlokrom?45O
i j p, ! ;,y" n rye|7; 1s1 :, DHEA d ehi d,r o e pi an d r o sL e r o n
H9D \idro\". I "'oid d e\idroge taee
| ,ouo".. ?45Oscc kolesLerol 20,22 penbelahan rantrai eam?inq (side-chain cleavaqe. scc):
.t 745Oc17 17 a-hidrokeilaee
a 4!"t":'r a 745Oc1
?45Oc21
1 1 1 B-hldrokslase

(b) Kerja Isiolo gis ko rt is ol (c) Rit m e p elep as an korlisol

Melaboltsme jislem saraf ?eprodukoi 3A


intermedtaL Mengendalikan
pelepasan ACTH
?arturiol/?ersalinan
(domba) Daya -\s
LiVolieielemak Laktoqeneeie
lahan
danCRF
hiduV dt N
Tralealgrg alot (riku5) E
0
Glukoneoqeneste hali bawah _s
?ermisif tekanan/
L
?erkembangan
dalam so
I

+ Kelahananhidu? ehteeis aan E


neuton keadaan o
ambtlan w
G)ukoea + sl,?eg
l,leniaqa inteqril,ag kalekolamin
darah I

slrukf,ur otrak
202 B ?O2. n
WakLu (jam)

Skenario klinis gen 2l-OH akan menyebabkan efek full-blown pada CAH,
Hiperplasia adrenal kongenital (congenital adrenal hyperplasia, sedangkan mutasi gen menimbulkan gambaran klinis yang lebih

CAH) menggambarkan sejumlah kondisi yang timbul akibat ringan berkaitan dengan kerja enzim yang cacat. Gambaran
tidak adanya atau terganggunya fungsi enzim dalam jalur klinis CAH dianggap akibat jalur steroidogenik. Pada 2l-
steroidogenik adrenal. Lebih dari 957o kasus menggambarkan OHD klasik dengan defisiensi enzim berat, produksi androgen
defisiensi enzim 2l-hidroksilase (21-OHD, CAH 'klasik'), meningkat seiring dengan menurunnya sintesis kortisol dan
dengan abnormalitas 11p-hidroksilase, 3p-hidroksisteroid aldosteron, sehingga timbul gambaran klinis yang khas pada
dehidrogenase, 17ct-hidroksilase, dan defi siensi 20,22-desmolase bayi baru lahir yaitu genitalia ambigu. Pada bayi perempuan,
(Gambar 18a). Gambaran klinis CAH bergantung pada dasar hal ini biasanya diidentilikasi saat lahir sehingga terapi dini
genetik gangguan ini pada seorang pasien. Delesi komplet dapat mencegah krisis kehilangan garam sekunder akibat

42 Adrenal dan autoimunitas Kelenjar adrenal: lV Kortisol dan androgen


deflsiensi mineralokortikoid. Pada bayi laki-laki, gangguan ini Tabel 18.1 Kerja glukokortikoid
dapat timbul sebagai gagal tumbuh dengan gambaran klinis
muntah, diare, dan kegagalan sirkulasi. Varian yang lebih Jaringan Kerja
ringan dari 21-OHD klasik dapat timbul pada masa anak-anak Hati Glukoneogenesis untuk meningNatkan
dengan virilisasi dan pubertas prekoks. Bayi yang mengalami penyimpanan glikogen
bentuk penyakit 'non-klasik' dapat tidak mengalami tanda Lemak Lipolisis
apapun sampai usia dewasa muda, biasanya wanita muda ParturisiiPersalinan Kortisol janin menginisiasi parturisi pada
mengalami ketidakteraturan menstruasi dan hirsutisme. Terapi domba
CAH adalah dengan terapi pengganti glukokortikoid, sehingga Otot skelet Atrofi karena kehilangan protein
mengembalikan umpan balik negatif pada aksis hipofisis-adrenal Jaringan ikat Hambatan pertumbuhan
dan menurunkan dorongan ACTH untuk memproduksi androgen. Sistem imun dan Supresi sistem imun. atrofi jaringan
Pada wanita muda dengan CAH non-klasik, terapi ini dapat jaringan limfoid limfoid, hambatan mitosis, anti-inflamasi
dikombinasi dengan terapi antiandrogen. ACTH Hambatan pelepasan dari kelenjar hipofisis
Genetika molekular CAH telah banyak diteliti. Diagnosis antenor
prenatal dapat disarankan pada keluarga yang terkena, baik Metabolisme air Retensi air melalui inhibisi filtrasi
dengan pengambilan sampel vili korionik pada tahap awal glomerulus
kehamilan atau amniosentesis pada kehamilan lanjut. Terapi
prenatal dengan glukokortikoid dapat mencegah virilisasi janin
perempuan.
cahaya. Hal ini penting terutama pada hewan yang berkembang
Kerja fisiologis kortisol biak pada musim tertentu, di mana lamanya siang hari dapat
Secara fl siologis, kortisol memengaruhi metabolisme intermediat, menentukan mulainya dan berakhirnya aktivitas reproduksi.
sistem saraf, dan beberapa proses yang berkaitan dengan Glukokortikoid memengaruhi perkembangan saraf pada
reproduksi. Kortisol memungkinkan mediator kimiawi lainnya otak janin dan neonatus. Pemberian glukokortikoid pada
bekerja, dan secara keseluruhan menjadikan organisme mampu tikus neonatus menyebabkan penurunan kadar ACTH basal
bertahan di bawah stres (Gambar 18b; Tabel 18.1). dan ritme diurnal ACTH serta pelepasan glukokortikoid pada
Metabolisme intermediat. Kortisol meningkatkan sintesis orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa glukokortikoid
sejumlah enzim yang berperan penting dalam glukoneogenesis endogen mungkin berperan daiam perkembangan normal aksis
hati. Ini merupakan sifat anabolik kortisol. Namun, di jaringan CRH-ACTH. Pada tikus dewasa, adrenalektomi (pengangkatan
adiposa (lemak) dan otot skelet, korlisol bersifat katabolik, yaitu kelenjar adrenal) menyebabkan hilangnya neuron pada regio
menyebabkan penghancuran jaringan tubuh untuk memobilisasi spesifik hipokampus, yaitu suatu daerah di otak yang berkaitan
energi. Di jaringan ini, ambilan glukosa diinhibisi dan ditemukan dengan memori, proses belajar, dan pengaturan fungsi sistem
substrat lain untuk produksi adenosin trifosfat (AIP) melalui hipotalamus-hipofisis. Pemberian glukokortikoid bersama
proteolisis di otot dan lipolisis di sel lemak. Asam lemak bebas dengan adrenalektomi mencegah hilangnya neurpn, hal ini
yang dilepaskan dari otot dan sel lemak bergerak menuju hati, menunjukkan bahwa glukokortikoid membantu mempertahankan
di sini akan diambil dan digunakan sebagai substrat untuk integritas selular dan struktural pada area-area spesifik di
glukoneogenesis. Hasil akhirnya adalah peningkatan glukosa otak.
atau hiperglikemia. Efek permisif dan stres. Glukokortikoid memungkinkan
Sistem saraf. Hormon adrenokortikotropik (adreno- hormon lain mengeluarkan efek tertendr. Sebagai contoh:
corticotropic hormone, ACTH) dan kortisol disintesis dan glukokortikoid dibutuhkan untuk sintesis dan ambilan kembali
dilepaskan menurut ritme diurnal (Gambar 18c). Ritme ini katekolamin ke sel saraf; glukokortikoid memungkinkan
ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan luar, terutama siklus terjadi proses mobilisasi lemak yang distimulasi katekolamin;
terang-gelap dan pola tidur, dan hal ini berdampak pada otak. dan melalui efeknya pada glukoneogenesis. glukokortikoid
Otak melepaskan hormon pelepas kortikotropin (corticotrophin memungkinkan tubuh mempertahankan suhunya dan responsnya
releasing hormone, CRH), yang akan melepaskan ACTH, yang terhadap stres. Respons tubuh terhadap stres dinamakan General
akan menstimulasi pelepasan glukokortikoid. Glukokotikoid Adaptation System (GAS). Ada tiga fase utama yang sudah
memberikan umpan balik pada hipofisis anterior untuk dipostulatkan: (i) reaksi alam; diikuti oieh (ii) resistensi; dan
membatasi pelepasan ACTH dan pada hipotalamus untuk oleh (iii) rasa lelah (exhaustion). Reaksi alarm merupakan
membatasi pelepasan CRH melalui reseptor intraselularnya dan pelepasan awai epinefrin dari medula adrenal dan pelepasan
mungkin melalui reseptor glukokortikoid membran. Pemberian norepinefrin dari terminal saraf simpatis. Pada saat yang
glukokortikoid sintetik deksametason menghilangkan stimulasi sama, glukokortikoid dilepaskan dan hal ini memungkinkan
CRH pada ACTH. Ritme diurnal pada sekresi glukokortikoid katekolamin bekerja. Onset kerja glukokorlikoid lebih lambat
mencerminkan ritme sekresi ACTH yang hampir sama. Ritme daripada katekolamin, sehingga memberi pertahanan/resistensi
ini diregulasi oleh 'jam biologis'yang mungkin terdapat pada yang kontinu terhadap stres. Jika stres berlangsung lama, hal
area suprakiasma di otak (Bab 5). Sehingga, mekanisme ini akan menyebabkan kelelahan yang ditandai dengan wasting
yang menyebabkan ritme ini telah terbentuk, namun dapat otot, atrofl jaringan sistem imun, tukak lambung, hiperglikemia,
disinkronkan dengan pengaruh eksogen (dari luar) misalnya dan kerusakan vaskular.

Kelenjar adrenal: lV Kortisol dan androgen Adrenal dan autoimunitas 43


Kelenjar adrenal: V Aldosteron

(a) 7io sinlesis aldosf,ero n

clz Zona qlomeruloea CH2AH


?"
l I

c-a c:a
I

Treqnerolon Tro1esteron 1 1 -D e okeikorEiko sler on


(DOC)

ln'oa
*I .n^0,
l'
c:o c:o
a-c/

Aldoeleron 1 B - Hi dr okaiko rl;iko sN er o n Kot\ikasNeron

(b) Kerja aldosteron Lokasikerja aldosl,eron di ginjal


Na+
,z--\
| + Aldosleron Iubulus diEIal
( ro^pu\l I ae-nvl aanbera )a Lokaeikerja
[x.'* ) s,it,i,t J alAosl;eron
l\,--l
*+' I
?eeepto, . aaa'te ar
, K+ t,
'

:
I
v
::^ AT7
.l
rG'

' Hl*-_l'
\Yt
Mitol ondr a
I

, Trotain <- mRNA


lz
I

Na+
t*
(t-------\
|

?errne^6e )
l-\s.*/ Termtkaan ltmen
Na+

7\asma

+
s
A'ldosteron O
o DukLus koleklivus
K+
s
sq
H+ t
ffi
12
WakIu (jam)

44 Adrenal dan autoimunitas Kelenjar adrenal: V Aldosteron


Skenario klinis ACTH, dan angiotensin II dapat meningkatkan pelepasan
Seorang pria berusia 42 tahun dirujuk ke klinik hipertensi di aldosteron.
rumah sakit setempat karena dokter umum telah menyatakan ia Mekanisme kerja aldosteron (Gambar 19b). Aldosteron
terkena hipertensi dengan tekanan darah 180-190/105-110. EKG
menstimulasi transpor aktif natrium melalui dliiding sel
menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri dini namun funduskopi epitel. Pada percobaan, aldosteron terbukti dapat menstimulasi
transpor Na+ melalui kandung kemih dan kulit amfibi. Kerja
normal. Pemeriksaan darah menunjukkan Na* 144 mmol/L, K*
2,8 mmol/L, dengan fungsi ginjal normal. Pemeriksaan ulang ini bergantung pada sintesis protein. Sama dengan hormon
mengkonfirmasi hipokalemia. Perkiraan renin dan aldosteron
steroid lainnya, aldosteron menstimulasi sintesis de novo
plasma pada jam 8 pagi dengan pasien dalam posisi berbaring
protein, yang meningkatkan transpor natrium di sel epitel
tubulus kontor.tus distal ginjal, yang merupakan lokasi kerja
menunjukkan peningkatan konsentrasi aldosteron dan penekanan
aldosteron di nefron (Gambar 19c). Reseptor aldosteron juga
aktivitas renin, sesuai dengan diagnosis hiperaldosteronisme
diregulasi oleh konsentrasi aldosteron, konsentrasi yang tinggi
primer. Konsentrasi aldosteron pada jam 12 siang setelah
akan mengurangi produksinya. Glukokortikoid berikatan dengan
beraktivitas akan turun, menandakan adenoma adrenal sebagai
reseptor aldosteron dengan afinitas yang hampir sama; selain
penyebab hiperaldosteronisme primer. Pada pemeriksaan MRI
itu, elemen respons nuklear yang sama bekerja pada reseptor
abdomen terlihat massa berukuran 4 cm di kelenjar adrenal kiri.
glukokortikoid dan reseptor aldosteron. Oleh karena itu,
Pasien diterapi dengan spironolakton untuk mengontrol tekanan
glukokortikoid hanya memiliki sedikit efek mineralokorrikoid
darah dan mengoreksi hipokalemia, dan setelah 8 minggu
karena glukokortikoid cepat dimetabolisme di sel yang
tekanan darahnya kembali normal, dan ia menjalani operasi
merupakan target utama aldosteron. Sebaliknya, aldosteron
adrenal dan pengangkatan adenoma adrenal kiri. Pascaoperasi,
berikatan lemah dengan reseptor glukokorlikoid, sehingga ini
spironolakton dihentikan dan tekanan darahnya tetap normal
menjelaskan efek glukokortikoidnya jika aldosteron diberikan
walaupun tanpa terapi.
dalam dosis tinggi. Obat spironolakton berkompetisi dengan
aldosteron dalam menduduki reseptor.
Aldosteron Terdapat tiga teori utama mengenai kerja aldosteron:
Aldosteron merupakan mineralokortikoid fisiologis tubuh. (i) meningkatkan jumlah kanal natrium di membran apikal;
Dengan kata lain, aldosteron merupakan kortikosteroid adrenal (ii) meningkatkan jumlah molekul Na*K+-ATPase; (iii)
yang memengaruhi konsentrasi dan pergerakan kation, temtama meningkatkan juml4h molekul adenosin trifosfat (ATP) di dalam
natrium (Na+) dan kalium (K*). sel. Hormon ini menstimulasi sintesis asam lemak bebas dan
Biosintesis aldosteron (Gambar 19a). Selain aldosteron, dapat mengubah komposisi fosfolipid membran sebagai bagian
deoksikortikosteron (DOC), suatu mineralokortikOid lemah, dari mekanisme kerjanya.
juga disekresi. Keduanya disintesis di zona glomemlosa yang Pseudohipoaldosteronisme ditandai dengan terbuangnya
kekurangan enzim 17-hidroksilase. Progesteron dihidroksilasi garam dan gagal tumbuh akibat resistensi aldosteron.
pada C2l dan Cl1-p, menghasilkan kortikosteron yang Penurunan penyakit ini ada yang bersifat dominan autosomal
kemudian dihidroksilasi pada C18 lalu dioksidasi menjadi maupun resesif autosomal. Kadar aldosteron dafi aktivitas
aldehid. Hal ini ditunjukkan mengingat produk reaksi terakhir renin plasma sangat tinggi. Lokasi pengikatan aldosteron di
yaitu bentuk hemiasetal merupakan bentuk yang paling banyak leukosit mononuklear perifer seringkali berkurang atau tidak
ada. Sekresi aldosteron dikontrol oleh sistem renin-angiotensin ada pada pasien seperti ini. Penyakit ini dilaporkan ada yang
(Bab 35) dan, dengan pengaruh yang lebih sedikit, oleh ACTH. bersifat sporadik dan familial. Mungkin terjadi mutasi gen yang
pada dasarnya, hiperkalemia (peningkatan K* dalam darah), mengekspresikan reseptor aldosteron.

Kelenjar adrenal: V Aldosteron Adrenal dan autoimunitas 45


Kelenjar adrenal: Vl Patofisiologi

(a) ?igment asi pada penyakit, Addison (b) Teo untuk fungsi aksis adrenal

.\
bl'19'k
"Bf
.(^d*
:irpofs;fis,Tl
'F#
1 ,w. i@ ^.,,
T-
f6Ae;A,,'*6f
1

l@"'"" 1

tfl Hile,ry

Tanqan
Et ek qlukokorlikoi A oinl ef,ik
menekan
hi?otalamue + hipofisis

Korteks adrenal

@ o"*'"

?enurunan pelegasan
il1
Efekkorlisol
Deksamef,ason meningkal;
Co rti cot rop h i n- re I e a s i n 4

hormone TeECRH

46 Ardrenal dan autoimunitas Kelenjar adrenal: Vl Patofisiologi


Skenario klinis Tabel 20.1 Penyebab kegagalan adrenal
Insufisiensi adrenokortikal timbul sebagai kegagalan adrenal Autoimun Berdiri sendiri atau sebagai bagian dari sindrom
primer jika patologi terletak pada kelenjar adrenal, bukan autoimun poliglandular
kegagalan adrenal sekunder akibat kegagalan sekresi ACTH. Infeksi TB
Gejalanya dapat samar, seperti pada kasus AD, seorang Infeksi jamur
wanita berusia22 tahun yang datang dengan letargi dan fatig. HIV/AIDS
Sitomegalovirus
Ia diketahui menderita hipotiroidisme autoimun dan telah
menjalani terapi pengganti tiroksin selama 2 tahun. Saat ini ia Kongenital CAH
Hipoplasia adrenal
semakin merasa lemas dan mengeluh nyeri perut intermiten. Ia
Mutasi gen reseptor ACTH
merasa sangat tidak sehat satu hari setelah keracunan makanan Sindrom tripel A
dan masuk ke unit gawat darurat dengan diare, muntah, Adrenoleukodistrofi
dan hipotensi. Pemeriksaan flsik menunjukkan peningkatan Adrenomieloneuropati
pigmentasi pada telapak tangan, sekitar lutut dan mulut, sefia Obat-obatan Metirapona
hipotensi dengan penurunan tekanan darah postural sebesar 30 Ketokonazolu
Aminoglutetamida
mmHg. Pemeriksaan darah menunjukkan gula darah 2,6 mmol/
Barbituratb
L, Na 131 mmol/L, K 5,6 mmol/L, dan ureum 12,6 mmollL. Fenitoinb
Sampel darah disimpan untuk pemeriksaan kortisol serta ACTH, Rifampisinb
dan ia diterapi dengan terapi pengganti hidrokortison intravena Lainnya Perdarahan
dan selanjutnya oral. Hasil pemeriksaan kemudian menunjukkan Tumor metastatik
kortisol plasma 95 nmol/L dan konsentrasi ACTH 205 nglL. Amiloidosis
Hemakromatosis
Sarkoidosis
Hipofungsi adrenal Pasca-adrenalektomi
Penyakit Addison. Penyakit yang pertama kali ditemukan
o
oleh Addison tahun 1855 ini disebabkan oleh kerusakan mengurangi sintesis kortisol.
b meningkatkan
jaringan adrenal. Penyakit ini biasanya bersifat autoimun dan bersihan kortisol
autoantibodi adrenal dalam plasma ditemukan pada 75-80Vo
pasien, namun dapat pula disebabkan oleh hal lain (Tabel
20.1). Penyakit ini dapat muncul pertama kali sebagai krisis
Addison dengan demam, nyeri abdomen, kolaps hipofensi, serta tuberkulosis, yang menyebabkan infeksi dan selanjutnya fibrosis
pigmentasi kulit (Gambar 20a) dan membran mukosa akibat kelenjar adrenal, tetap merupakan diagnosis yang paling sering.
konsentrasi ACTH yang sangat tinggi dalam sirkulasi. Area yang Akhir-akhir ini, infeksi lain seperti infeksi sitomegalovirus dan
sering terkena dini adalah kulit bantalan kuku, jaringan parut. infeksi jamur semakin meningkat dalam kasus HIV/AIDS.
dan mukosa bukal. Diagnosis dikonfirmasi dengan mengukur Infiltrasi keganasan juga terjadi; adrenal merupakan lokasi
kortisol dan ACTH (Gambar 20b). Adanya autoantibodi metastatik dari sejumlah keganasan dan pasien dengan AIDS
adrenal merupakan indikator diagnostik yang berguna. Dapat dapat menderita sarkoma Kaposi adrenal.
terjadi hiperkalemia, hiponatremia, hipoglikemia, dan Na+ Hipoaldosteronisme, merupakan defisiensi pelepasan
urin yang tinggi. Terapi awal jika pasien dalam keadaan aldosteron yang menyebabkan kehilangan garam, terjadi
krisis adalah cairan salin intravena untuk mengkoreksi volume pada:
darah yang rendah dan hidrokortison. Kemudian, pasien diberi I penyakit Addison (lihat di aras) atau defisiensi enzim
glukokortikoid oral seperti hidrokortison dan mineralokortikoid spesifik.
sintetik fludrokortison. 2 Diabetes, dan dapat terjadi sekunder akibat defisiensi
Sekitar 507o pasien dengan penyakit Addison autoimun pelepasan renin. Halini terjadi akibat neuropati yang menyerang
memiliki antibodi tiroid yang positif dan/atau fenomena stimulasi p-adrenergik pada pelepasan renin dari ginjal.
endokrin autoimun lainnya (lihat Bab 21). 3 Sangat jarang, beberapa pasien menjadi insensitif terhadap
Di negara Barat, penyakit autoimun merupakan penyebab aldosteron endogen karena adanya defek reseptor aldosteron
sebagian besar insufisiensi adrenal, walaupun di seluruh dunia di sel target.

Kelenjar adrenal: Vl Patofisiologi Adrenal dan autoimunitas 47


Autoimunitas endokrin

(a) b e r c ak- be r c ak hip o pi 6m e nt a si (vit ilig o) (b) Gangguan autoimunilae

n
ViLiliqo alau ae?iEllenlaei berbentukbercak di kulil AuIoimuniIaO
sennqka)i Lerlihal bersamaan dengan peny aktL endokrin I

auloimun, khuousny a hiqotiroldisme qrimer

Mis:?enyakil Addieon Mi e : ArtnI;is r eum al oi d


TenyakiI Gravee RA)
(r h e u m a t o id a rth r iLi s,
Tirotdilie HashinoLo )kleroderma
Aiabel,es melil,us Lu?uo eril em aLosuo aielernik
ber1antunq insulin (ey a1,e n ic I u pu s e rJ/lth e m a La ou o,
9LE)

(d) leori Lenr,ang tiroidilis yang dimediasi selT


9el T menelimulaei sel ts untuk men4hasilkan auf,oantibadi,
Le rm asuk Ab (a nii -TOH R) lerhad,a? reo e4or T9 H (T9 H R,.*am )

/a^r\
anIilSH
(c) M ekani om e aur, oimunil a6 \j)->
@,1
Dirn eAiaai anLib odi an qsun q,1

Mis: Tenyakil Oraves I

,/}'
Dtmediasi aelI,
\/tis : Tir oi ditis I aehlm ala [)
SelI helryr
O irn edi
Mie: 9LE
asi ko mpl eke imun, t
I

Defek seII
eupresor?

Skenario klinis Banyak kondisi endokrin memiliki etiologi autoimun dan


pasien seringkali menunjukkan antibodi terhadap berbagai organ
Seorang wanita 25 tahun, yaitu Ny. G, dirujuk ke klinik
endokrin dan terbukti memiliki penyakit autoimun yang terkait
endokdn setempat. Ia telah mengunjungi dokter umum dengan
seperti anemia pernisiosa, depigmentasi kulit (Gambar 21a), atau
keluhan peningkatan rasa lelah dan fatig dan, selama 4 minggu
penyakit seliak. Dua sindrom poliglandular autoimun spesifik
sebelum muncul keluhan, terdapat rasa melayang sewaktu-
telah dikenal, di mana terdapat dua atau lebih kelenjar endokdn
waktu, khususnya ketika ia bangun dari tempat tidur di pagi
yang terkena dan juga berbagai manifestasi non-endokrin (Tabel
hari atau berdiri dari duduk. Ny. G telah diketahui menderita
2 r- r):
hipotiroidisme dan sedang menjalani terapi pengganti tiroksin.
. PGA I terjadi pada anak-anak dan merupakan kelainan
Hasil dari tes fungsi tiroidnya yang terbaru menunjukkan hasil
yang normal. Dokter umum telah mencatat tekanan darahnya resesif autoimun;
. PGA 2 (uga dikenal sebagai sindrom Schmidt) merupakan
90/45. Di klinik endokrin ini, hipotensinya dikonfirmasi.
gangguan familial yang paling umum terlihat pada wanita dan
Secara umum ia terlihat lebih cokelat dan pada anamnesis ia
dianggap berhubungan dengan HLA DR3.
mengatakan mengalami peningkatan pigmentasi di daerah lutut
dan sekitar pinggang. Suatu tes Synacthen yang singkat telah
dilakukan ketika kadar kortisol plasma basalnya 75 nmol/L Autoimunitas
dan 100 nmol/L pada 30 menit setelah penyuntikan 250 pg Autoimunitas dapat didefinisikan sebagai serangan oleh sistem
ACTH sintetik (Synacthen). Kemudian konsentrasi ACTH imun pejamu terhadap jaringannya sendiri. Serangan ini dapat
basalnya dilaporkan sebesar 550 dan antibodi adrenalnya merupakan reaksi imun sementara terhadap infeksi, misalnya,
positif, yang mengkonflrmasi diagnosis kegagalan adrenal yang dapat membaik secara spontan. Namun, penyakit ini dapat
primer. Ia mulai diberi terapi pengganti glukokortikoid dalam menjadi kronik, dengan konsekuensi patologis. Autoimunitas
bentuk hidrokortison dan pengganti mineralokortikoid dengan endokrin seringkali melibatkan serangan imun pada kelenjar
fludrokortison, yang kemudian gejala-gejalanya dengan cepat endokrin spesifik, misalnya penyakit Addison, penyakit
membaik. Graves, tiroiditis Hashimoto, dan diabetes melitus bergantung

48 Adrenal dan autoimunitas Autoimunitas endokrin


Tabel 21.'l Sindrom autoimun poliglandular (diadaptasi dari J O'Connel1 dan D O'Shea, Addison's disease, dalam:
S Robonson dan K Mseran (ed), Endocrinology Specialist Handbook, Martin Dunitz, London, 2002)
PGA 1 Prevalensi gangguan PGA 2 Prevalensi gangguan
(7o) (.%)

Hipoparatiroidisme 93 Kegagalan adrenal 100


Kandidiasis mukokutaneus 83 Penyakit tiroid autoimun '70
'73
Kegagalan adrenal Diabetes tipe I 50
Hipogonadisme 43 Kegagalan gonad primer s50
Penyakit seliak 15 Vitiligo 4
Anemia pemisiosa 15
Penyakit tiroid l0
Hepatitis aktif kronik )n
Vitiligo 15
Diabetes tipe 1 2

insulin, di mana kelenjar dirusak atau dihancurkan semuanya. TSH pada tirosit. Selain efek yang dimediasi sel T ini, ambilan
Penyakit-penyakit ini merupakan contoh penyakit autoimun iodin dan pengikatan tiroglobulin dapat secara langsung
spesifik-organ yang utama (Gambat 21b). Di sisi lain, pada diganggu oleh antibodi autoreaktif. Lebih jauh lagi, inflamasi
penyakit autoimun sistemik, sistem imun menyerang beberapa yang disebabkan oleh reaksi autoimun dapat memicu apoptosis
jaringan yang secara anatomis mungkin berjauhan. Contoh- pada tirosit. Tirosit, walaupun tidak biasa, kadang-kadang
contoh penyakit autoimun sistemik adalah artritis reumatoid, mengekspresikan ligan reseptor FAS, yang bergabung dengan
skleroderma, dan lupus eitematosus sistemik. Mungkin terdapat reseptor FAS untuk menyebabkan apoptosis pada tirosit.
komponen yang spesifik-organ maupun sistemik pada sebagian 3 Penyakit yang dimediasi kompleks imun: penyakit
besar kasus penyakit autoimun, namun tidak semua. Beberapa autoimun sistemik, seperti SLE, paling mungkin disebabkan
penyakit autoimun dapat memiliki komponen genetik dan/ oleh reaksi yang dimediasi kompleks imun. Pasien dengan SLE
atau endokrin karena beberapa penyakit, terutama penyakit memiliki beberapa autoantibodi (yang bersirkulasi) terhadap
Graves (tirotoksikosis), tiroiditis Hashimoto, artritis reumatoid kandungan sitoplasmik dan kandungan nukleus, misalnya
(rheumatoid arthritis, RA), dan lupus eritematosus sistemik IgG yang diarahkan menyerang DNA nuklear untai-ganda.
(systemic lupus erythematosus, SLE), lebih sering terjadi pada Antigen sitoplasmik dan antigen nuklear mungkin tidak secara
wanita, dan hormon seksual, khususnya estrogen, mungkin sendirinya bersifat patogenik; peristiwa patogenik utama adalah
merupakan faktor pengeksaserbasi yang penting. penumpukan kompleks imun di jaringan sepefii ginjal.
Mekanisme autoimunitas. Masih belum dimengerti Faktor genetik. Penelitian epidemiologis dan familial pada
secara baik pada saat ini, namun sejauh ini telah diketahui hampir semua penyakit autoimun mengarah pada kerentanan
tiga mekanisme penting: (i) dimediasi antibodi langsung; (ii) genetik. Determinan (penentu) genetik yang paling penting
dimediasi sel T; dan (iii) dimediasi kompleks imun (Gambar tampaknya merupakan kompleks histokompatibilitas mayor
2lc). Sementara penyakit autoimun diklasifikasikan sementara (major histocompatibility complex, MHC), suatu seri gen
ke dalam tiga mekanisme tersebut, terdapat kemungkinan pada kromosom 6 yang mengkode untuk antigen, termasuk
ketiganya terlibat dalam penyakit autoimun. sistem human leukocyte antigen (HLA). Penelitian terbaru
1 Penyakit yang dimediasi antibodi langsung: penyakit menunjukkan bahwa terdapat banyak lokus genetik yang
Graves merupakan contoh dari kerja antibodi langsung pada berkontribusi pada penyakit autoimun seperti diabetes melitus
suatu kelenjar yang menyebabkan kerusakan. Penyakit ini bergantung insulin (lnsailn-dependent diabetes melitus, IDDM).
secara pasif dapat ditransfer dari organisme yang sakit kepada Pada kasus IDDM, gen yang mengkode preproinsulin mungkin
organisme yang sehat dengan pemindahan antibodi IgG. merupakan suatu lokus untuk polimorfisme genetik yang
Misalnya, bayi yang dilahirkan dari ibu yang memiliki penyakit mungkin terkait dengan kerentanan terhadap IDDM.
Graves menunjukkan gejala-gejala trioiditis sampai sistem bayi Faktor endokrin. Adanya kemungkinan peran dari homon-
menghancurkan IgG yang sebelumnya dipindahkan melalui hormon endokrin, misalnya estrogen, dalam etiologi penyakit
plasenta. Bayi dapat berhasil diterapi dengan menggunakan autoimun tidak diketahui saat ini, namun dimorflsme seksual
pertukaran plasma. pada distribusi beberapa penyakit autoimun mengarah pada
2 Penyakit yang dimediasi sel T: tiroidits Hashimoto keteriibatan hormon seks. Peran hormon seks yang dikenal
merupakan contoh dari autoimunitas endokrin jenis ini ini didukung oleh fenomena yang terkenal pada remisi RA
(Gambar 21d). Pada pasien-pasien ini, sel T yang autoreaktif selama kehamilan, dan eksaserbasi berulang atau "kambuh"nya
menyebabkan kerusakan jaringan di dalam tiroid melalui dua penyakit setelah parturisi. SLE,, seperti yang disebutkan di
mekanisme utama: (i) sel T ini merekrut dan mengaktivasi atas, jauh lebih umum terjadi pada wanita, khususnya selama
makrofag, yang menghancurkan jaringan; dan (ii) sei T usia reproduktif, dan seringkali kambuh selama kehamilan dan
melepaskan sitokin, misalnya faktor nekrosis jaringan (rlssae setelah parturisi. SLE, mungkin dipicu atau kambuh setelah mulai
necrosis factor, TNF). Kemungkinan, fungsi sel T supresor menggunakan kontrasepsi oral. Telah dilaporkan bahwa pasien-
terganggu pada pasien ini, dan selT helper secara tidak sesuai pasien dengan SLE dan kerabat tingkat-pertama memiliki kadar
menstimulasi produksi autoantibodi di dalam sel B, termasuk l6q,-hidroksiestron serum yang meningkat, yang merupakan
produksi antibodi reseptor TSH, yang berikatan dengan reseptor metabolit feminisasi aktif dari estradiol.

Autoimunitas endokrin Adrenal dan autoimunitas 49


Diferensiasi dan perkembangan seksual:
I Pendahuluan
(a) G amb ar an klinis sindr om lur ner (b) ?eran hormon dalam perkembangan

@
avum )permatozoa
)nfeksiTHT berulanq

Leher bersay ap (webbinq')


?eks qenetik
thield chest

TutinT bueu le??isah jauh Seke gonadal


l
? enin 4k aL an ou dul, an 7kal, I
\ E
(carryin4 an4le) eeksfenotiV,k
--1
L f-
l 75eks---1
0
-o
GinjalNapalkuda
(horaeahoe)

avarium streak
lnf anr,llisme seksual
rff'''l
Genixalia
eksterna
)rqanseks
eekunder
|""J
Terilaku
seksual
Fungei
hipofiois

(c) Diferensiasi seksual organ reprodukei (d) Difereneiaai seksual pria


n a\-
Vn ^V Gonadindiferen

K\[
Duklue Mi,tllerii

Duktue Wolffri Testaoteron

1u_J/l
11
\o)l
)l .i(
L-'
Janin

E?iAdirnlo

TeeliO

Vae deferens

5 - alf a- dihi d,r oL e eI


tot-)
a oI e ro n
----l
Vesikula eeminaliE Tenis

?rootal Skrottm

Fimbriae

0varium

TubaFallopil

Uxerus

Vaaina

Wanita

50 Diferensiasi dan perkembangan seksual Diferensiasi dan perkembangan seksual: I Pendahuluan


Skenario klinis 70 kDa yang menyebabkan atrofi duktus Miillerii. Sel Leydig
Nona JP dirujuk ke klinik endokrin anak pada usia 14 tahun testis juga mulai mensekresi testosteron yang mendukung
karena ia belum menstruasi dan memiliki postur pendek. perkembangan duktus Wolffii. Hal ini kemudian menyebabkan
Pemeriksaan fisik di klinik menunjukkan ia berada di bawah
perkembangan epididimis, vesikula seminalis, dan duktus
persentil ke-3 pada tabel berat menurut usia. Ia memiliki sejumlah deferens. Bila tidak ada ovarium dan testis (misalnya'jika organ
gambaran dismorfik seperti leher bersayap (webbing), srtdut ini diangkat dari janin yang sedang berkembang atau tidak
berfungsi), duktus Miillerii akan berkembang dan duktus Wolffii
angkat (carrying angle) yang lebar pada lengan, dan puting
menghilang. Hal ini menunjukkan bahwa gonad tidak diperlukan
susu terpisah jauh tanpa ada perkembangan payudara (Gambar
untuk perkembangan sistem duktus wanita.
22a). Diagnosis sihdrom Turner dikonfirmasi dengan adanya
peningkatan konsentrasi gonadotropin dengan kariotipe abnormal,
Genitalia eksterna. Bila tidak ada kromosom Y, genitalia
eksterna bedenotipe wanita akan berkembang. Saat testis janin
45XO. Ia diterapi dengan etinilestradiol dosis rendah dan
mulai memproduksi androgen, penis dan skrotum akan terbentuk
hormon pertumbuhan untuk memaksimalkan pertumbuhannya,
dan testis bergerak turun. Pada wanita, tuberkel genital akan
dan peningkatan dosis estradiol selanjutnya untuk menginisiasi
menjadi klitoris dan labia akan berkembang.
perkembangan pubertas, kemudian diikuti kombinasi estrogen/
Sindrom disgenesis gonad jarang terjadi, kecuali sindrom
progestogen untuk menjaga siklus menstruasi.
Turner. Wanita dengan disgenesis gonad biasanya datang
dengan kegagalan perkembangan pubertas dan amenorea primer.
Seks genetik Abnormalitas kromosom X, seperti delesi parsial, multiplikasi,
Diferensiasi seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i) seks dan perubahan struktural, dapat terjadi dengan amenorea primer
genetik dari fenotipe, yaitu apakah XX atau XY tergantung atau sekunder dan pubertas yang tidak terjadi atau terlambat,
kromosom seksnya; dan (ii) berdasarkan karakteristik seksual kemungkinan dengan beberapa abnormalitas somatik yang
yang ditentukan oleh hormon gonad (Gambar 22b). Setiap terlihat pada sindrom Turner. Kadang kala, anak perempuan
manusia pada keadaan normal memiliki 46 kromosom pada setiap dengan keterlambatan pubertas mengalami disgenesis gonad sejati
selnya, terdiri dari22 pasang kromosom autosom, dan sepasang 46XX (terkait dengan tidak terdeteksinyajaringan ovarium) atau
kromosom seks. Seks genetik ditentukan pada saat konsepsi, memiliki kariotipe 46XY. Pada kasus yang terakhir, kegagalan
ketika gamet pria dan wanita berfusi membentuk individu baru. dini perkembangan testis menyebabkan gonad inaktif dan
Adanya kromosom Y menentukan perkembangan jenis kelamin feminisasi genitalia intema dan ekstema. Pasien dengan disgenesis
pria, karena kromosom Y memiliki gen penentu jenis kelamin gonad terkait kromosom Y memiliki risiko tinggi menderita
(sex-determining), yaitu gen Sry yang mengekspresikan antigen tumor gonad pada sisa testis dan pembedahan disarankan untuk
Sry. Antigen ini merupakan pemicu yang mengaktifkan gen pada mengangkat semua, jaringan testis intra-abdomen.
kromosom lain yang menentukan perkembangan testis. Sindrom Klinefelter pada pria ditandai dengan serangkaian
gambaran klinis abnormal, dari feminisasi sampai habitus pria
normal. Kariotipe bervariasi dari XXY, XXYY, XXXX sampai
Seks gonadal bentuk mosaik, biasanya XY/XXY. Terdapat disgenesis tubulus
Pada saat janin manusia berusia sekitar 4 minggu, gonad masih seminiferus yang menyebabkan berkembangnya testis yang padat
indiferen, tidak dapat dibedakan sebagai testis atau ovarium, dan kecil tanpa spermatogenesis (spermatogenesis dan bahkan
dan masih dapat berkembang menjadi salah satu dari keduanya fertilitas dapat dijumpai pada individu mosaik, namqn jarang).
(Gambar 22c). Gonad indiferen sebelum diferensiasi terdiri Sebagian besar pasien dengan sindrom Klinefelter berpostur
dari selapis epitel germinal, mesenkim rigi genital, dan sel tinggi, infetil, dan mengalami ginekomastia.
germinal primordial. Kemudian, di bawah pengaruh antigen Sindrom Turner klasik yang berhubungan dengan kariotipe
Sry (Gambar 22d), sel germinal primordial akan bergerak 45XO merupakan bentuk disgenesis gonad yang paling sering.
ke regio medular gonad primitif. Masih di bawah pengaruh Ovarium hanya terdapat sebagai 'garis' fibrosa sehingga terjadi
Sry, gonad indiferen mulai berkembang menjadi testis. Korda kegagalan pubertas dan amenorea primer. Postur pendek selalu
seks primitif berkembang menjadi tubulus seminiferus, sel terjadi dan dapat berespons terhadap terapi hormon pertumbuhan
epitel pelapisnya akan berdiferensiasi menjadi epitel germinal, (GH) walaupun membutuhkan dosis GH yang lebih tinggi
yang akan menjadi spermatogonia dan sel Sertoli. Sel epitel dibandingkan anak dengan deflsiensi GH terisolasi, dan diduga
ini juga akan berdiferensiasi menjadi sel Leydig yang akan terjadi displasia tulang rangka yang menyebabkan resistensi orgin
memproduksi hormon seks pria, testosteron. Tempat di mana target terhadap terapi. Terdapat respons individual yang sangat
tubulus seminiferus meninggalkan testis akan bercabang luas beragam terhadap GH pada anak perempuan dengan sindrom
membentuk rete testis yang mentranspor sperma ke tubulus. Turner, meskipun sebagian besar menunjukkan perbaikan seteiah
Tanpa antigen Sry, ovariumlah yang akan berkembang. Ovarium diterapi. Sejumlah gambaran klinis dapat terjadi, seperti dalam
berkembang lebih lambat daripada testis, walaupun kedua bentuk Gambar 22a, dan juga berbagai abnormalitas lain terutama di
gonad mengembangkan kemampuan steroidogenik pada saat saluran ginjal dan sistem otolaringeal. Induksi pubertas dengan
yang sama. etinil estradiol dosis rendah berhubungan dengan perkembangan
payudara serta pertumbuhan dan maturasi saluran genital.
Terapi kombinasi estrogen/progestogen selanjutnya dapat
Seks fenotipik: karakteristik seksual sekunder mempertahankan siklus menstruasi dan mencegah osteoporosis.
Diferensiasi duktus. Sebelum mengalami diferensiasi, sistem Pasien lain memiliki kariotipe mosaik (biasanya 45XOl46XX)
duktus bersifat bipotensial. Jika berkembang, maka testis akan dan dapat memiliki beberapa tanda fisik lainnya selain amenorea
memproduksi Miillerian inhibiting ho rmone (hormon-penghambat primer. Pasien tersebut dapat mengalami menstruasi selama
Mtillerii) yang disebut juga anti-Miillerian hormone (AMH). .beberapa tahun dan dapat datang dengan amenorea sekunder,
AMH merupakan glikoprotein dengan berat molekul sekitar namun hal ini jarang terjadi.

Diferensiasi dan perkembangan seksual: I Pendahuluan Diferensiasi dan perkembangan seksual 51


Diferensiasi dan perkembangan seksual:
Il Pubertas
(a) ?erubahan fenolipe gada ?uberlae
Tuberl,ae dievaluasi dengan gemerikeaan klinis ?aAa qerilalia, Vayudara, dan karakLerioLik.eksual aekunder.
)kalayanq d)gunaken Areebut. slad umTanner.
Anak laki'laki .

?erkemb an gan qenit ali a

lt, \,\**t#

ll
I

i I \
tl
\,"r,l l|j{ lll

\l\l
I
t\_) I

?li
l
\J
)l )l
i
t
\
I
i\ 1t

)radtun:1 )lad:un:2 9Ladn 3 StaAium4 SLadlurn 5

w
Perlumbuh an r ambul, pubia
\/

w)
,,\ -,,\&r-- '

,lJ 'iPrf{il
|1
t,)l
\

l/1\/ 1

T t\
l

I
/Hj
r ){
SLadium 2 Sta)iurn 3 )tad,ium4 )IadiumS

Anakperempuan

?erkembangan payudara

\ /
] ,/,\ /
0, \ \_/
\

q,_ tl
r/ l"\ t\ t\
I

r) It
tt /i {) \t
Staa rm 1 )ladtum 2 9LadiumZ aladi utr 4 1IaAiln t5

Terl,umb uh an r amb ul pubis

/ ,, ,.,

i,
I
w I
It
lw
/.

\il
/

)
{W
\I
?ladiurn 2 SLadlum 3 ?taAium4 SLaditm 5

(b) Ultrasonografi menunjukkan ovarium prapubert ae (c) ?erubahan pola diurnal pada sekreei FOH dan LH puleatil
dengan Lampilan multifolikel 9elelah masabayt, oekresi qana\ofia?in ht ang eelama maea
anak- anak. hamgtr eelama eaI;u dekade

I
C)
u

?'op.oe'ta" o ne-a.
j

Wanita --- ?ria ,,:,^!::yY_1


-

52 Diferensiasi dan perkembangan seksual Diferensiasi dan perkembangan seksual: ll Pubertas


Skenario klinis Regulasi endokrin pada pubertas
Keterlambatan pubertas merupakan salah satu kasus rujukan Aksis hipotalamus-hipofisis-gonad bersifat aktif pada masa
tersering ke klinik endokrin anak dan dewasa. Istilah ini janin dengan konsentrasi gonadotropin tinggi pada paruh
didefinisikan sebagai tidak adanya perkembangan payudara pertama gestasi laiu kadar tersebut menurun pada patuh kedua,
pada anak perempuan saat usia 13,5 tahun atau kegagalan diduga akibat berkembangnya sistem umpan balik negatif oleh
perlumbuhan testis sampai >4 mL saat usia 14 tahun pada steroid gonad. Pada periode segera setelah kelahiran, kadar
anak laki-laki. Keterlambatan pubertas konstitusional sejauh ini gonadotropin akan tinggi dan berkaitan dengan hilangnya
mempakan diagnobis tersering pada anak laki-laki, mencakup steroid plasenta dan perubahan menuju ke ekuilibrium umpan
sekitar 8070 kasus, sedangkan keterlambatan pubeftas pada anak balik negatif. Kadar gonadotropin kemudian turun dan tetap
perempuan lebih sering mencerminkan suatu patologi yang rendah selama masa anak-anak, walaupun pulsasi LH dapat
serius. Penilaian klinis pada anak laki-laki dengan keterlambatan terdeteksi mulai usia 6 tahun.
pubertas harus ditujukan untuk mengidentifikasi pasien Onset pubertas ditandai dengan peningkatan sekresi LH yang
dengan dasar patologi tertentu. Jika diagnosis keterlambatan muncul pertama kali sebagai pulsasi noktumal. Hal ini terjadi
konstitusional telah dikonfirmasi, maka terapinya bersifat beberapa tahun sebelum onset pubertas fenotipik dan merupakan
konservatif untuk mengamati perkembangan spontan selama respons terhadap peningkatan sekresi GnRH dan peningkatan
6 8 bulan. Jika tidak ada perubahan dalam pubertas, maka responsivitas gonadotrop hipofisis terhadap stimulus GnRH. Bukti
terapi dengan testosteron dosis rendah akan menginduksi untuk sekresi LH pulsatil dapat terlihat pada ultrasonografi ovarium
pada anak perempuan normal prapubertas yang menunjukkan
aktivitas hipotalamus-hipofisis dan memicu onset puberts. Pada
anak perempuan dengan keterlambatan pubertas dan amenorea
folikel ovarium multipel yang terdistribusi di seluruh ovarium,
suatu gambaran khas dari input LH pulsatil (Gambar 23b).
primer, biasanya penyebab spesifik lebih sering ditemukan.
Faktor yang meregulasi onset sekresi LH pada awal pubertas
Pemeriksaan klinis akan menunjukkan tanda sindrom Turner
belum diketahui sepenuhnya, namun sejumlah neurotransmiter
dan pemeriksaan penunjang lanjutan harus meliputi analisis
dan faktor endokrin, parakrin, dan autokrin yang memodifikasi
kariotipe. Terapinya bersifat spesifik sesuai dengan penyebab
aksis hipotalamus*hipofisis-gonad telah ditemukan. Telah
yang mendasari.
diketahui bahwa berat badan dan komposisi tubuh memengaruhi
onset pubertas dan hormon leptin, yang berasal dari jaringan
Pubertas adiposa perifer, memiliki peran penting dalam memberikan
Pubeftas merupakan serangkaian kejadian yang berkaitan dengan sinyal perubahan komposisi tubuh ke hipotalamus.
lonjakan pertumbuhan dan memuncak pada munculnya maturitas
Sekresi LH meningkat bertahap dengan adanya pulsasi
seksual dan berjalannya fungsi reproduksi. Perubahan fenotipe
LH yang muncul teratur setiap 90 menit selama siang dan
malam hari. Sekresi LH menyebabkan produksi steroid gonad
pada pubertas berjalan menurut suatu pola (Gambar 23a). Setiap
dan muncuinya karakteristik seksual sekunder. Peningkatan
penyimpangan dari'kesesuaian' puberlas menandakan adanya
konsentrasi steroid gonad meregulasi generator pulsasi GnRH,
abnormalitas. Waktu timbulnya pubertas dipengaruhi oleh faktor
menyebabkan variasi diurnal matur dan sistem urfipan balik
genetik dan, secara kritis, dipengaruhi oleh berat badan dan
yang terlihat pada kedua jenis kelamin. Pada anak perampuan,
komposisi tubuh. Selama satu abad terakhir, usia onset pubeftas
kadar estrogen meningkat dramatis setahun sebelum menarke,
di negara barat semakin dini, yang berkaitan dengan peningkatan
menimbulkan umpan balik positif yang diperlukan untuk
tinggi badan. Pada anak laki-laki, pubertas dimulai dengan
menginduksi lonjakan LH praovulasi. Pada anak laki-laki,
berkembangnya volume testis sampai 4 mL namun lonjakan
pulsasi LH yang teratur menyebabkan puncak konsentrasi
pertumbuhan terjadi di akhir pubertas dan diperkirakan terjadi
testosteron di pagi hari (Gambar 23c).
saat volume testis 10 mL. Sebaliknya, pertumbuhan pada anak
perempuan merupakan kejadian pubertas yang terjadi di awal Perkembangan gonad pada masa anak-anak
yang ditandai dengan onset perkembangan payudara. dan pubertas
Pertumbuhan dan pubertas. Peningkatan produksi
Pada pria, terjadi peningkatan produksi testosteron antara
steroid gonad pada pubertas menstimulasi produksi hormon
usia 2 sampai 4 bulan yang berkaitan dengan multiplikasi sel
perlumbuhan. GH disekresi dengan pola pulsatil pada malam
Leydig, namun setelah itu testis relatif tetap inaktif sampai
hari dan terjadi peningkatan amplitudo pulsasi GH selama onset puberlas. Ukuran testis meningkat mulai usia sekitar 10
pubertas normal, walaupun frekuensinya tidak meningkat. tahun, mencerminkan peningkatan sekresi gonadotropin dan
Peningkatan sekresi GH terlihat dari lonjakan pertumbuhan pertumbuhan tubulus seminiferus.
pada masa pubertas yang merupakan bagian krusial dari proses Pada wanita, peningkatan kadar gonadotropin yang terlihat
maturasi selama masa remaja. Keterlambatan atau tidak adanya setelah kelahiran akan berkurang pada usia 2-3 tahun dan
lonjakan pertumbuhan biasanya mengindikasikan kurangnya tetap rendah selama masa anak-anak. Peningkatan sekresi
kesesuaian pubertas dan membutuhkan pemeriksaan lanjutan. gonadotropin yang terlihat pada usia 6 tahun dikaitkan dengan
Adrenarke. Sekresi androgen adrenal meningkat sebelum perkembangan foiikel antral di ovarium dan peningkatan
pubertas, sekitar usia 6-8 tahun, dan dikaitkan dengan onset konsentrasi estrogen. Awal produksi dan pelepasan hormon seks
perkembangan rambut aksila dan pubis, kelenjar keringat selama pubertas ditandai dengan pertumbuhan dan berfungsinya
apokrin, dan biasanya sedikit peningkatan dalam kecepatan gonad dan organ seks tambahan. Akhir masa pubertas ditandai
penambahan tinggi badan. oleh menarke dengan onset siklus ovulasi yang teratur.

Diferensiasi dan perkembangan seksual: ll Pubertas Diferensiasi dan perkembangan seksual 53


Reproduksi wanita: I Siklus menstruasi

(b) Kontrol pertumbuhan folikel oleh hormon lut einisasi (LH)


dan hormon penetimulasi folikel (F9H)

uler tnr
FunAus
J Jtunr
rffiffi Reseplor
@^@'--..
ReEeotor
rl i

FOH
l;:
l
I

And,roqen Androqen ffi


Kor?u5 rtel | @I"?"u"oto,
Ae LekainLerna
*
EeLroqen
ILH
I

9el granJoea

?erf,umbuhan folikel
'"i,ii*^ ?roduksi
W ?rogegl,eron
oleh sel qranuloea

?ro4eeidron

Morfologi ovarium
I)
/\^/\
OO /A Z-.\
0g
Rekrul.men
tolikel
w
Folikel
dorninan
@e5 \/v

Korpus luleurn

54 Reproduksi wanita Reproduksi wanita: I Siklus menstruasi


Skenario klinis produksi estrogen, dan hormon penstimulasi follkel (follicle
Akhir masa pubertas pada wanita berkaitan dengan onset stimulating hormone, FSH) yang memacu pertumbuhan folikel
siklus menstruasi ovulatoir yang teratur. Siklus menstruasi dan menginduksi reseptor LH (Gambar 24c). Sel- granulosa
mencerminkan perubahan hormonal kompleks yang melibatkan ovarium memproduksi hormon protein, yaitu inlibin yang
ovarium, hipotalamus, dan hipofisis, serta ditandai oleh maturasi dapat menekan sekresi FSH dari hipofisis. Telah diketahui
(pematangan) folikel ovarium, ovulasi folikel dominan, dan bahwa subunit inhibin dapat menstimulasi pelepasan FSH,
pembentukan korpus luteum. Hari pertama perdarahan adalah sehingga protein ini memiliki fungsi yang kompleks namun
hari pertama siklus dan menandai dimulainya fase folikular penting dalam regulasi maturasi folikel.
yang memuncak pada lonjakan LH (hari 12-14), ovulasi, dan Estrogen diproduksi oleh ovarium selama maturasi folikel,
mulainya fase luteal. Selama fase luteal, progesteron disekresi dan menstimulasi proliferasi kelenjar pada bagian dalam
oleh korpus luteum dan menyebabkan perubahan endometrium. atau endometrium uteri, disebut fase proliferatif. Pada saat
Bila tidak terjadi kehamilan, perubahan endometrium mengalami yang sama, hormon tersebut menstimulasi sintesis reseptor
progesteron, sehingga mempersiapkan uterus untuk konsentrasi
regresi (kemunduran) pada akhir fase luteal dan menyebabkan
terjadi peluruhan dan mulainya perdarahan. Pada wanita normal, progesteron yang tinggi. Hormon ini membuat endometrium
siklus menstruasi berlangsun g 28 hari walaupun siklus ini dapat bersifat sekretorik sebagai persiapan untuk ovum yang telah
menjadi kurang teratur pada akhir masa reproduksi. difertilisasi. Vagina juga mengalami perubahan secara siklik.
Secara klinis, pemantauan siklus menstruasi bermanfaat Pada saat estrogen meningkat, epitel vagina berproliferasi.
dalam menilai subfertilitas. Pemantauan tanggal siklus Jika fertilisasi tidak terjadi, maka pada akhir fase luteal,
harus dilakukan, termasuk mencari gejala lain seperti nyeri epitel diinvasi oleh leukosit dan luruh digantikan oleh epitel
abdomen bawah pada tengah siklus dan peningkatan sekret di bawahnya, sehingga terjadi pertumbuhan baru pada awal
serviks. Sekresi progesteron menyebabkan suhu tubuh basal siklus berikutnya.
meningkat pada paruh kedua siklus dan peningkatan suhu Karakteristik lendir serviks bergantung pada keadaan
tubuh pagi hari sebesar 0,5oC menandakan mulainya fase hormon. Selama fase folikular, lendir bersifat cair, namun
luteal. Pada penilaian gangguaan ovulasi, ultrasonografi progesteron mengubah lendir ini menjadi lebih kental dengan
dapat digunakan untuk melihat perkembangan folikel dan kanal-kanal kecil yang dilewati spermatozoa saat menuju
peningkatan konsentrasi progesteron serum pada hari ke-21 ovum.
siklus mengkonfirmasi adanya ovulasi. Selama fase pr4ovulasi atau fase folikular, konsentrasi FSH
yang bersirkulasi rendah, namun karena konsentrasi estrogen
dan inhibin meningkat, keduanya terus-menerus memberi umpan
Organ reproduksi wanita
balik untuk menekan pelepasan FSH. Umpan balik negatif dari
Organ reproduksi wanita meliputi ovarium, tuba Fallopii, uterus,
estrogen menjaga LH tetap rendah pada fase folikular awal.
dan vagina (Gambar 24a). Ovarium memproduksi estrogen,
Namun, peningkatan konsentrasi estrogen pada akhir fase
progesteron, dan ovum. Setelah ovulasi, ovum dilepaskan ke
folikular mensensitisasi gonadotrop hipofisis terhadap GnRH,
dalam rongga abdomen, lalu dihanyutkan oleh fimbriae oviduk,
sehingga terjadi lonjakan LH masif praovulasi dan memicu
dan bergerak menuju tuba Fallopii. Di tempat ini ovum dapat
ovulasi.
mengalami fertilisasi, dan ovum yang telah difertilisasi, disebut
Pada saat maturasi, folikel yang kini disebut folikel
morula, bergerak menuju uterus, di mana akan terimplantasi
de Graaf-memproduksi lebih sedikit estrogen dan lebih
dalam endometrium uteri dan tumbuh menjadi fetus. Biasanya,
banyak progesteron. Kedua hormon ini beker.ja sama dan
hanya satu ovum yang dilepaskan dari ovarium pada setiap
bersama dengan GnRH memproduksi pelepasan LH masif
siklus.
ke dalam aliran darah. LH menyebabkan folikel ruptur dan
ovum dilepaskan. Folikel kemudian menjadi korpus luteum
Siklus menstruasi yang mensekresi progesteron, dan masa pascaovulasi disebut
Fungsi utama sistem reproduksi wanita adalah menghasilkan sebagai fase luteal dari siklus menstruasi. Jika fertilisasi tidak
ovum dan memastikan ovum mengalami feftilisasi, mendapat terjadi, korpus luteum secara bertahap akan semakin sedikit
nutrisi dan lingkungan yang baik untuk tumbuh, dan melepaskan progesteron lalu menghabiskan masa hidupnya
mengeluarkannya ke lingkungan luar dengan aman. Produksi dan menjadi korpus albikans (white body). Arteri spiralis
ovum tergantung pada pengaturan sejumlah kejadian tergantung- mengkerut dan endometrium kolaps akibat kekurangan darah,
hormon yang memuncak pada ovulasi (Gambar 24b). Pada dan dinding akan luruh sebagai menstruasi. Kejadian-kejadian
setiap siklus, di dalam ovarium terjadi perkembangan banyak di atas disebut sebagai siklus menstruasi, dan terjadi kurang
folikel atau kumpulan sel, namun hanya satu yang akan lebih setiap bulan selama masa reproduksi seorang wanita.
berkembang penuh dan yang lain akan mengalami atresia Siklus menstruasi bervariasi pada masing-masing individu,
(degenerasi). Folikel berkembang di bawah pengaruh hormon namun rata-ratanya adalah 28 hari, terhitung sejak hari pertama
luteinisasi (luteiniaing hormone, LH) yang menstimulasi perdarahan dari vagina atau menstruasi.

Reproduksi wanita: I Siklus menstruasi Reproduksi wanita 55


Reproduksi wanita: ll Steroid ovarium

(a) Efek eelrogen (b) Komp onen lunqsional rese\or eolrogen


Daerah penqikalll9?9O
menstruasii
m aI;L)raot e? tf el v a qin a ; Atb (AF,1) Domain dimerieaai
lendir serviks lernih; I

p r olif e r a ei endom elr t um : D


ump an b alik hlp oNalarnus / c l/

.----r
hip ofeie: einNeaie r eeeryor

?roqesleron Daerah
pen1ikaL D a er ah p en 7ik af, h ormon
Efek DNA (AF 2)
estroqen
dalam (d) U li"r a s o n o gr afi o v a ri um p oliki slik
kehidupan

(c) Konsep sinlesis dalamkomparf,emen dan pelepasan steroid


seks dari lolikel

#w
l
ffi 7e)umlahfolikel Teninqkatan
J ?.-'er
erterot I'ar) o\ariL^
I }' .

feka inlerna
(e) Hirsutisme pada pasien denqan sindrom
Teof,osl,eron i Androsl,enedion ovarium polikisf,ik

5el qranulosa

Cairanfolikel

Skenario klinis pada satu waktu ia pernah tidak mendapat menstruasi selama
RB, seorang wanita berusia 24 tahun, datang ke dokter umum 4 bulan. Ia selalu 'kelebihan berat badan' namun ia mengalami
dengan keluhan tumbuh rambut di dagu dan wajah, kulit kenaikan berat sekitar 12 kg selama 2 tahun terakhir. Ibunya
juga mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi dan mendapat
berminyak, dan berjerawat. Pertumbuhan rambut ini telah
berlangsung 5 atau 6 tahun, namun 2 tahun terakhir bertambah terapi subfertilitas sebelum mengandung RB. Nenek dari pihak
parah sehingga ia harus mencukur dagunya tiga kali seminggu ibunya menyandang diabetes tipe 2. Pada pemeriksaan flsik, RB
dan menggunakan krim depilator (penghiiang rambut) yang dijual dinyatakan menyandang obesitas dengan indeks massa tubuh 32
bebas. Pada anamnesis, terungkap bahwa ia juga menyadari kg/m2. Ia mengalami hirsutisme bergantung-androgen dengan
pertumbuhan rambut berlebih di sekitar puting, pada abdomen skor Ferriman dan Galwey sebesar 16. Diagnosis sindrom
bagian bawah, dan pada punggung bagian barvah. Menstruasi ovarium polikistik dikonflrmasi ketika pemeriksaan biokimiawi
pefiamanya terjadi pada usia 12 tahun namun siklusnya lidak menunjukkan peningkatan konsentrasi testosteron 3,2 nmol/L, LH
pernah teratur; menstruasinya terjadi setiap 6-10 minggu dan 14,6UlL, FSH 3,3 U/L, dan ultrasonografi ovarium menunjukkan

56 Reproduksi wanita Reproduksi wanita: ll Steroid ovarium


pembesaran bilateral pada ovarium dengan sejumlah folikel Mekanisme kerja estrogen
yang terletak di perifer. Setelah berdiskusi, ia diterapi dengan Estrogen berada di aliran darah, sebagian besar terikat dengan
pengaturan pola makan, olahraga, dan obat metformin. semuanya protein plasma, dan berdifusi ke dalam sel dan nukleus,(inti sel)
untuk menutunkan resistensi insulin dan mengurangi sekresi untuk berikatan dengan protein reseptor spesifik (Bab 4).
androgen ovarium. Kombinasi ini menghasilkan perbaikan pada Dua bentuk utama reseptor estrogen telah ditemrikan, yaitu
hirsutisme dan siklus menstruasinya lebih teratur. ER-o dan ER-p. ER-a merupakan bentuk yang lebih menentukan
Sindrom ovarium polikistik merupakan penyebab paling fungsi dan perilaku seksual, dan mungkin merupakan bentuk
sering untuk hirsutisme dan ketidakteraturan siklus menstruasi. reseptor yang bertanggungjawab untuk kanker payudara dan
Pasien memiliki riwayat yang panjang, biasanya dimulai dari kanker yang berkaitan dengan estrogen lainnya. Terdapat
menarke. Penting untuk melakukan penilaian pada wanita dengan bukti bahwa rasio ER-o,:ER-p merupakan determinan penting
hirsutisme untuk menyingkirkan pasien yang memiliki riwayat bagi kesehatan dan penyakit, terutama yang berkaitan dengan
pendek dan gambaran virilisasi yang mengarah pada tumor karsinogenisitas estrogen. Protein reseptor estrogen telah
ovarium atau kelenjar adrenal yang mensekresi androgen. ditemukan dan diketahui memiliki domain-domain multifungsi
yang berbeda (Gambar 25b). Reseptor tersebut memiliki
Kerja fisiologis estrogen setidaknya dua lokasi fungsional untuk aktivasi transkripsi
Efek estrogen dapat diklasifikasikan secara kronologis ber- (TAF-I dan 2; lihat juga Bab 4), suatu domain pengikat-DNA
dasarkan kejadian-kejadian reproduktif utama pada seorang yang mirip dengan reseptor pengikat-DNA, dan domain pengikat
wanita (Gambar 25a). Secara keseluruhan, pengaruh utama hormon spesifik.
hormon ini adalah mempertahankan fertilitas.
Diferensiasi seksual. Selama perkembangan janin, estrogen Androgen ovarium
tidak dibutuhkan untuk diferensiasi dan perkembangan normal Ovarium juga merupakan sumber produksi androgen yang penting
pada genitalia dan organ seks tambahan, namun hormon ini pada wanita. Androstenedion dan testosteron disintesis di lapisan
dibutuhkan untuk diferensiasi seksual pada otak. sel teka pada folikel yang sedang mengalami maturisasi di
Pubertas. Selama pubertas (lihat Bab 23), estrogen men- bawah pengaruh LH. Keduanya berdifusi ke dalam sel granulosa
stimulasi perkembangan stroma payudara, endometrium, untuk mengalami aromatisasi membentuk estrogen (Gambar
miometrium, dan vagina. Estrogen menyebabkan penutupan 25c). Androgen serta hormon steroid dan hormon peptida
epifisis dan penumpukan lemak yang khas pada jaringan lainnya yang diproduksi di folikel yang sedang berkembang
perifer. merupakan regulator lokal yang penting bagi fungsi ovarium
Dewasa. Pada wanita dewasa, estrogen mempertahankan dan folikulogenesis. Pada wanita dewasa, banyak gangguan
siklus menstruasi dan karakteristik seksual sekunder wanita. fungsi reproduksi yang umum terjadi disebabkan oleh kelebihan
Estrogen memfasilitasi kerja progesteron dengan menstimulasi produksi androgen, kelainan folikulogenesis dan ovulasi, serta
sintesis reseptor progesteron, terutama pada otak dan uterus. subfertilitas yang berkaitan dengan efek perifer dari kelebihan
Kehamilan. Selama kehamilan, estrogen meningkatkan produksi androgen (Gambar 25d dan e).
aliran darah ke dan melalui uterus, menyebabkan hipertrofi
miometrium uteri, dan menstimulasi proliferasi duktus payudara. Tabel 25.1 Sistem kategorisasi hirsutisme menurut Ferriman-Gallwey
Hormon ini meningkatkan retensi cairan dan menstimulasi (disingkat) .
sintesis reseptor progesteron uterus. Sesaat sebelum parturisi
(melahirkan), estrogen menstimulasi sintesis reseptor oksitosin Lokasi

di miometrium uteri. Oksitosin terlibat dalam pafiurisi melalui Bagian atas bibir 1: sedikit rambut pada batas luar, sampai
efek kontraktilitasnya pada uterus (lihat Bab 33). 4: kumis meluas sampai garis tengah
Efek metabolik. Estrogen menghambat resorpsi tulang, suatu Dagu l: sedikit rambut lang lersebar. sampai
kerja yang akan terlihat nyata setelah menopause, ketika estrogen 4: tertutup seluruhnya oleh banyak
rambut
berkurang. Estrogen mengurangi motilitas usus. Hormon ini
3 Dada l:rambut di sekitar areola. sampai
memengaruhi fungsi hati dengan menstimulasi sintesis protein, 4: tertutup seluruhnya
termasuk globulin pengikat hormon seks (sex hormone-binding 4 Punggung bagian l: sedikit rambut yang tersebar. sampai
globulin, SHBG) dan globuiin pengikat tiroksin (lihat Bab 12). atas 4: tertutup seluruhnya oleh banyak
Estrogen memengaruhi pembekuan darah dengan menstimulasi rambut
produksi faktor II, VII, IX, dan X, namun mengurangi agregasi 5 Punggung bagian l: rambut pada bagian sakrum. sampai
bawah 4: tertutup seluruhnya
trombosit. Hormon ini memiliki efek penting pada lipid 6 Abdomen bagian 1: sedikit rambut pada garis tengah,
plasma, menurunkan kolesterol total, meningkatkan HDL, dan atas sampai 4: tertutup seluruhnya
menurunkan konsentrasi LDL. 1 Abdomen bagian 1: sedikit rambut pada garis tengah,
Menopause menandai berhentinya masa reproduktif alami bawah sampai 4: pertumbuhan berbentuk
huruf V terbalik
wanita. Ovarium tidak lagi memproduksi ovum, dan sekresi
Lengan atas 1: pertumbuhan jarang, kurang dari seper-
estrogen berkurang, dan akhirnya terhenti. Gejala yang berkaitan empat permukaan ekstremitas. sampai
dengan menopause bervariasi antarindividu dan antarkelompok 4: te(utup seluruhnya oleh banyak
kultural. Instabilitas vasomotor menyebabkan hot flushes dan rambut
berkeringat, kekeringan vagina, dan peningkatan laju resorpsi Lengan bawah Bagian dorsal teftutup seluruhnya;
tulang, sehingga berpotensi menjadi osteopenia dan osteoporosis; l: sedikit rambut, sampai
4: sangat banyak
semuanya merupakan gambaran kekurangan estrogen dan gejala- 10 Paha Sama dengan lengan atas
gejala tersebut mereda dengan terapi pengganti estrogen' 1l Tungkai bawah Sama dengan lengan atas

Reproduksi wanita: ll Steroid ovarium Reproduksi wanita 57


Reproduksi wanita: lll Kehamilan
(a) Kehamilan

)vummaf,ur
denqankorona
\ r
radiata 1 J r

9insiliotrofoblas

'@*ffi-@I ,- rronuut"ru
5lI;oNrofoblas

o,',,',lonur,"uu

'-@ GnRH
CRH
lu"nu"u,"ui

Awalpembelahan
TRH
sel pada ovum
9omatostatin
tJnit tef,o?laeenla
Minggukehamllan ,
-iI?r_.
(b) Kerja fi si ol o qi 5 p ro g e oN e ro n

Iermogenik
997- m en qh amb at, s ekr e si

GnKH: menqub ah penerim aan s eksu al


Vaqina-men^hambat
kornif'kaeiyang
dlinduksi eolroqien
Ovl duk-fi enebimula oj p e rAu mb uh an
dan perkemban4an untuk tranep or gamel;

Endo m et rium- m ensti mll a oi ? e rLumb uh an


Uterus
dar pe rkemb anqan rnt Lk im?lantaei
I

9ervlke* Ml om etdum- anli a st ro q en (m e n 6ura ngi


meninakalkan rcee?tor eetro4en): hiperpolarisaoi otol: .l
konsiatensi lendir m enurunkan sensrtivitas tre rha da? oksit'obin

(c) B o si
i nt e ei e e stri ol

EENron
Kolesterol Estradiol Eoiriol

Kolesterol Dt-lEA-9 Eslriol


I
v I

v
tI

?re4nenolon Eotron <-- DHEA 16-Affa-AH-DHENg


.t Eotradiol
?ro1eateron

"
?roqeef,aron
t
I DHEA-5 16-Affa-AH-DHElr5
I (AdrenalJ gat)
Koleo];eral

58 Reproduksi wanita Reproduksi wanita: lll Kehamilan


Fertilisasi dan implantasi menghancurkan kolagen. Pada akhir kehamilan, relaksin dapat
disintesis oleh miometrium, desidua (membran mukosa yang
Pronukleus ovum dan sperma berfusi membentuk zigot, yang
melapisi uterus saat kehamilan), dan oleh plasenta. ,
sekarang memiliki jumlah kromosom diploid normal (Gambar
Plasenta, yang mengambil alih produksi hormon kehamilan
26a). Zigot membelah secara mitosis saat bergerak di sepanjang
dari korpus luteum, merupakan bagian yang dinanlakan unit
tuba uteri. dan sekitar hari ke-3 setelah fertilisasi akan memasuki
fetoplasenta. Plasenta mencapai struktur maturnya pada akhir
uterus, dan mulai saat ini disebut morula. Sel morula terus
membelah membentuk rongga, disebut blastokista awal, terdiri
trimester pertama kehamilan. Unit fungsionalnya adalah vili
dari satu lapis sel'trofoblas dan embrioblas, sel inti dalam korionik, terdiri dari inti tengah berupa jaringan ikat longgar,
yang akan membentuk embrio. Setelah implantasi' trofoblas dilapisi kapiler yang berhubungan dengan sirkulasi fetus. Di
akan membentuk hubungan vaskular dengan sirkulasi maternal. sekitar inti terdapat dua lapisan trofoblas, yang lapisan dalam
Setelah sekitar 2 hari di uterus, blastokista diterima oleh epitel yang terdiri dari sel-sel sitotrofoblas dan lapisan luar berupa
endometrium di bawah pengaruh estrogen, progesteron, dan sinsitium. Plasenta bukan hanya merupakan organ endokrin,
faktor endometrium lainnya. Proses terbenamnya blastokista namun juga menyediakan nutrisi bagi fetus yang sedang
atau implantasi ini memicu 'respons desidua', yang meiibatkan berkembang dan membuang zat sisa fetus. Unit fetoplasenta
memproduksi banyak hormon yang dilepaskan oleh aksis
-
pelebaran rongga desidua untuk mengakomodasi pertumbuhan
embrio. Trofoblas yang invasif berproliferasi membentuk massa hipotalamus-hipofi sis-gonad.
sel protoplasmik yang disebut sinsitiotrofoblas, yang akan
membentuk sirkulasi uteroplasenta. Pada hari ke-10' embrio Steroidogenesis
akan tertanam seluruhnya dalam endometrium. Konsentrasi progesteron meningkat secara progresif selama
Jika ovum mengalami fertilisasi dan terimplantasi, kehamilan, dan fungsi utama hormon tersebut diperkirakan
korpus luteum tidak mengalami regresi, namun telus men- adalah menghambat motilitas uterus bersama dengan relaksin,
sekresi progesteron, dan pada hari ke-10 sampai 12 setelah sebagian dengan menutunkan sensitivitas uterus terhadap
ovulasi, sinsitiotrofoblas mulai mensekresi human chorionic oksitosin (Gambar 26b). Plasenta kekurangan l7-hidroksilase
gonadotrophirl (hCG) ke dalam ruang antarviii. Sebagian besar sehingga tidak dapat memproduksi androgen. Hal ini
tes kehamilan didasarkan pada deteksi hCG, yang mengambil dilakukan oleh kelenjar adrenal fetus, dan androgen yang
alih peran hormon luteinisasi (LH) dan menstimulasi produksi dibentuk merupakan prekursor estrogen. Plasenta menkonversi
progesteron, 17-hidroksiprogesteron, dan estradiol oleh korpus dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S) maternal dan feta
luteum. Kadar hCG plasma mencapai puncak antara minggu menjadi testosteron dan androstenedion, yang akan mengalami
ke-9 dan ke-10 kehamilan, ketika fungsi luteal mulai berkurang, aromatisasi menjadi estron dan estradiol.
dan pada minggu ke-20, baik fungsi luteal maupun hCG plasma
Enzim lain yang kurang dimiliki plasenta adalah 16-
telah berkurang.
hidroksilase, sehingga plasenta tidak dapat langsung membentuk
S insitiotrofoblas mensekresi hormon lain, human plac e ntal
estriol dan memerlukan DHEA-S sebagai substrat. Estriol
lactogen (hPL), yang kadarnya dalam sirkulasi maternal (bukan
yang dibentuk oleh plasenta (Gambar 26c) dapat masuk
dalam sirkulasi janin) meningkat seiring dengan pertumbuhan
ke sirkulasi maternal, kemudian akan terkonjugasi di hati
plasenta. Fungsinya mungkin menghambat produksi hormon
untuk membentuk estriol glukoronida yang lebih larut, yang
pertumbuhan maternal, dan juga memiliki beberapa efek
diekskresi di urin, dan kadar estriol digunakan sebagai indeks
metabolik, terutama mencadangkan glukosa dan lipolitik'
pertumbuhan fetus yang normal. Jika fetus tidak memiliki
kemungkinan melaiui efek anti-insulinnya. Akibatnya, plasenta
kelenjar hipofisis, tidak ada ACTH yang diproduksi, dan tidak
memberikan suplai glukosa, asam lemak bebas, dan asam amino
ada DHEA-S sehingga tidak ada estriol. Akibat dari deflsiensi
yang cukup untuk janin.
Korpus luteum mensintesis relaksin, yang merelaksasi otot
estriol adalah persalinan terlambat dan kematian intrauterin,
uterus. Hormon ini terdeteksi dalam vena ovarika, yang ada
kecuali jika dilakukan operasi caesar. Ibu dengan keadaan
selama masa kehamilan dan meningkat pada akhir kehamilan,
demikian resisten terhadap pemberian oksi tosin. mengarahkan
namun jarang ditemukan dalam plasma wanita yang tidak hamil' dugaan adanya defisiensi reseptor oksitosin, yang normalnya
Relaksin bekeria pada simfisis pubis, yaitu titik fusi tulang pubis, diinduksi saat kehamilan cukup bulan (aterm) oleh estradiol.
membuatnya lembut dengan menkonversi jaringan ikatnya dari Peran penting esffogen lainnya adalah menstimulasi peningkatan

konsistensi keras menjadi agak cair. Hal ini akan memfasilitasi perlahan prolaktin plasma maternal. Prolaktin, yang merupakan
pelebaran pubis untuk memungkinkan fetus lewat. Relaksin homon laktogenik postpaftum, berperan dalam kehamilan untuk
menimbulkan efek ini dengan meningkatkan sekresi dua meregulasi penyimpanan dan mobilisasi lemak, dan membantu
enzim, yaitu kolagenase dan aktivator plasminogen, keduanya mempertahankan homeostasis metabolik selama kehamilan.

Reproduksi wanita: lll Kehamilan Reproduksi wanita 59


Reproduksi wanita: lV Parturisi dan laktasi

(a) Parturisi (b) Lakt aoi dan reneko isap


?eninqkaf,an r asio eelroqen / proqeaLeron
pada Vlasma naternal Ai?ol,alamL)e

I *1
TeninTkaLanrreeeplor oksltostn ? ada ul,erus

t zer lqlafaleirfe-i'
?enngkal,an ffiatilitae fi,eruo ?roet.adanain
Hipofids ?aolerior Hipoltsie anterior

I r ?e.-) 'Lr. I

I
@ i$ffi,fl

(c) ?enqontrolan eekreei prolaktin

r :?1F. :,

ylDopaminJ
(d) Menyusui
. 6,484 SItmulasibayi
(ernost)
Hipolsis
lor

TerLumbuhan payudara
Lakl;ogeneete
LuLeotrapik )liftlulaoi
?erLumbuhan rambul, putinq ouou
kelenjar eebasea
M emp erf,ahanka n re s e qlor LH

60 Reproduksi wanita Reproduksi wanita: lV parturisi dan laktasi


Parturisi dan laktasi ini merupakan pertimbangan penting bagi ibu yang menjalani
pengobatan jangka panjang seperti antiepilepsi atau bagi ibu
Faktor yang menstimulasi parturisi (kelahiran) pada
yang mengalami ketergantungan obat.
manusia sangat kompleks, dan mencerminkan serangkaian
Terdapat bukti bahwa PRL menstimulasi prodiiksi susu
kejadian terkait-endokrin yang berlangsung sinkron (Gambar
27a). Seiring peningkatan kadar estrogen selama kehamilan, melalui stimulasi sistem seconcl messenger fosfdlipase ,A2
hormon ini menstimulasi peningkatan reseptor oksitosin pada dan peningkatan sintesis prostaglandin, yang menyebabkan
uterus. Fetus tumbuh dengan cepat menjelang kelahiran; sistem
peningkatkan mRNA untuk kasein. Kortisol dan insulin bersifat
hipotalamus-hipofisis menjadi matur dan mengaktivasi sistem esensial bagi kerja PRL. PRL juga terbukti mengaktivasi
adrenal, menyebabkan peningkatan sekresi kortisol, dan terdapat transpor K* dan Na+ melalui pengaruhnya pada pompa Na*/
bukti bahwa fetus memproduksi oksitosin yang dibutuhkan K+ AIPase, yang terletak temtama di membran basolateral sei
untuk dimulainya proses persalinan. epitel payudara.
Kortisol diketahui bersifat penting pada inisiasi persalinan Refleks isap. Sekresi PRL dari sel laktotrop hipofisis anterior
beberapa mamalia, contohnya pada domba, namun belum dikontrol oleh suatu refleks, yaitu refleks isap neuroendokrin
diketahui apakah korlisol fetus memegang peran penting yang (Gambar 27b). Sekresi prolaktin normalnya berada dalam
serupa pada parturisi manusia. Distensi uterus yang disebabkan kontrol inhibisi oleh dopamin (yang disebut faktor penghambat
oleh pertumbuhan fetus dapatjuga berperan dalam peningkatan prolaktin atau prolactin-inhibitory facror [PIF] dari hipotalamus.
sintesis reseptor oksitosin. Oksitosin, melalui reseptornya, Neurotransmiter GABA (gamma-aminobutyric acid) dapat
dapat juga menstimulasi sintesis prostaglandin (Pg), terutama memediasi pelepasan PIF (Gambar 27c). Ketika ibu mulai
PgF2o dan PGE2. Prostaglandin merupakan sekelompok asam menyusui, stimulasi mekanis pada puting mengirimkan impuls
lemak rantai panjang, tidak jenuh, dan teroksigenasi yang aferen melalui kolumna anterolateral korda spinalis, beberapa
memiliki efek nyata pada hampir semua jaringan, dan PGE2 dan impuis ini akhirnya menyatu pada nukleus supraoptikus
PgF2o bekerja melalui sistem second messenger cAMP untuk (SON) dan paraventrikularis (PVN) di hipotalamus. Oksitosin
meningkatkan Ca2* sitosol dan dengan demikian meningkatkan dilepaskan dari terminal neurosekretorik pada hipofisis posterior
kontraktilitas uterus. Keduanya memiliki peran terapeutik dan berjalan dalam aliran darah menuju kelenjar payudara,
pada induksi persalinan. Selama parturisi, terjadi penurunan tempatnya mengkontraksikan sel mioepitel payudara, sehingga
konsentrasi estrogen dan progesteron plasma maternal secara terjadi semprotan susu. Refleks yang sama ini mengurangi atau
drastis, namun tidak diketahui apa penyebab perubahan yang menghilangkan efek inhibisi oleh dopamin, sehingga terjadi
cepat dan mendadak dari sekresi hotmon seks wanita ini selama pelepasan PRL dari hipofisis anterior.
persal inan. Pengontrolan pelepasan prolaktin oleh otak sangat kompleks
Terdapat bukti bahr.va donor asam nitrat mematangkan dan belum sepenuhnya dimengerti. Peptida pelepas prolaktin
serviks dan enzim nitrat oksida sintase mengalami upregulation yang baru telah ditemukan pada hipotalamus, namun perannya
selama pematangan serviks spontan. Onset persalinan dikaitkan sebagai faktor pelepas PRL spesifik belum diketahui. Hormon
dengan influks leukosit dalam jumlah besar, terutama limfosit pelepas tirotropin (TRH), peptida vasoinhibitor (VIP), dan
T, neutrofll, dan makrofag, ke dalam miometrium. angiotensin II bekerja pada hipotalamus untuk menstimulasi
sekresi PRL dari hipofisis anterior. Produksi susu diperlahankan
Laktasi dan refleks isap selama proses menyusui berlangsung. Pada beberapa masyarakat

Walaupun kadar prolaktin (PRL) plasma maternal sudah miskin, seorang ibu dapat menyusui sampai 3 tahun, dan seiama
meningkat sebelum kelahiran, namun perannya dalam kehamilan itu ia relatif infertil. Selama menyusui, sekresi gonadotropin
belum diketahui. Selama kehamilan, payudara membesar, dari hipoflsis terinhibisi, dan produksi hormon seks tetap
akibat efek dari PRL, laktogen plasenta, kortisol, hormon rendah. Hal ini merupakan suatu kontrasepsi alami. Wanita
pertumbuhan, estrogen, dan progesteron terhadap pertumbuhan yang tidak menyusui akan kembali ke aktivitas siklik normal
sistem lobulus-alveolus payudara, namun laktogenesis tidak dalam 4-5 minggu setelah melahirkan, sementara wanita yang
terjadi. Estrogen dan progesteron menghambat produksi susu menyusui tidak mengalami perkembangan folikel ovarium
melalui efek inhibisi langsung pada sintesis reseptor PRL. selama kadar PRL plasmanya tetap tinggi. Setelah penyapihan
Setelah kelahiran, konsentrasi kedua hormon seks tersebut atau berkurangnya isapan, sekresi estradiol dan LH meningkat,
relatif rendah, dan PRL dapat memainkan perannya dalam menunjukkan bahwa fungsi ovarium normal telah pulih.
memacu laktogenesis. Laktogenesis dan sekresi susu dimulai Prolaktin memiliki banyak efek lain baik pada pria
sesaat sesudah kelahiran. Susu diproduksi di sel yang melapisi maupun wanita, banyak di antaranya masih belum sepenuhnya
alveoli, dan tersusun dari laktosa (diproduksi dari glukosa), dimengerti. Hormon ini dilepaskan saat stres, tidur, saat makan
protein susu, yang terpenting adalah kasein dan whey, lipid, dan berolahraga, dan terlibat dalam pertumbuhan rambut.
kation divalen, dan juga antibodi, yang digunakan ibu untuk Selama siklus menstruasi normal, hormon ini mempefiahankan
sementara mentransfer beberapa imunitas kepada bayi. Pada produksi reseptor LH, dan juga mempertahankan reseptor LH
manusia, beberapa obat juga terbawa dalam air susu dan hai selama kehamilan.

Reproduksi wanita: lV Parturisi dan laktasi Reproduksi wanita 61


Reproduksi wanita: V Patofisiologi

(a) Profilhormon selama I jam menunjukkan baqaimanakadarhormonLH dan F1H pada wanita normal (i) dan
padawanila denqan amenoreaterkaitberalbadan (ii).?erhalikanhilanqnya pulsasi sekreaiLH danFSH pada (ii)

:l
l"
tD+
I
I
l

120 lBO 240 30a 420 4BO


Wakt.u (menlt)

l
I
(l)
I
I4

120 1AO 240 300 360 420


Wakl,u (rnenir,)
(i i)

Skenario klinis dan olahraga berlebih. Setelah berdiskusi, ia setuju untuk


Seorang mahasiswi sejarah berusia 19 tahun bemama CV datang mencoba menaikkan berat badan dan satu tahun kemudian
ke pusat kesehatan universitas meminta kontrasepsi oral. Dokter indeks massa tubuhnya menjadi 20,5kg1m2, dan menstruasinya
melihat bahwa ia terlihat sangat kurus dan menanyakan riwayat menjadi teratur.
menstruasinya. CV menjelaskan bahwa menstruasinya dimulai
saat ia berusia 15 tahun dan walaupun siklusnya teratur selama Patofisiologi reproduksi
1 tahun, namun pada saat menstruasi ke-6, siklusnya menjadi Gangguan fungsi reproduksi pada wanita ditandai dengan
sangat intemiten dan akhirnya terhenti saat ia berusia 17 tahun. ketidakteraturan menstruasi (Tabel 28.1 ).
Ia menyadari penampilannya sangat kurus dan menyukai hal Amenorea primer dan keterlambatan pubertas sebaiknya
itu. Ia mulai berolahraga lari selama hari sekolah dan biasanya diperiksa karena pada sebagian besar kasus penyebab seriusnya
berlari 10 mil empat sampai lima kali seminggu dan berlatih di dapat diketahui dan harus diobati (Tabel 28.2).
gym beberapa kali seminggu. Pada pemeriksaan fisik, indeks Amenorea sekunder. Terdapat sejumlah penyebab
massa tubuhnya 16,5 kglmz.Ia memiliki karakteristik seksual amenorea sekunder (Tabel 28.3), semuanyajarang terjadi pada
sekunder normal dan tidak terdapat temuan fisik abnormal amenorea primer. Pada setiap kasus perlu dilakukan anamnesis
lainnya. Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan LH 1,2 UlL, dan pemeriksaan fisik yang lengkap. dan juga pemeriksaan
FSH 0,9 U/L, estradiol 54 nmol/L, dan prolaktin 235 mIJlL. la penunjang endokrin yang tepat untuk menentukan penyebab.
didiagnosis amenorea hipotalamus terkait berat badan rendah Pasien dengan kegagalan ovarium primer dapat memiliki riwayat

62 Reproduksi wanita Reproduksi wanita: V Patofisiologi


Tabel 28.1 Tabel 28.3 Penyebab amenorea sekunder

Tipe Karakteristik Gangguan Contoh

Amenorea Definisi-belum mengalami menstruasi sampai usia Kegagalan ovarium primer Kegagalan ovarium autoimun
primer 16 tahun Sindrom ovarium resisten
Radioterapi/kemoterapi
Jarang
- setiap kasus sebaiknya diperiksa menyeluruh Pascainfeksi
Penyebab amenorea sekunder dapat muncul sebagai
amenorea primer Pascaoperasi
Amenorea Definisi tidak mengalami menstruasi selama 6 Disgenesis gonad
sekunder bulan atau lebih pada wanita yang telah mengalami Kegagalan ovarium sekunder Hiperprolaktinemia
menstruasi sebelumnya Tumor hipotalamus hipofisis
Sering-penting untuk menyingkirkan gangguan Sindrom sella kosong (empty selkt)
aksis hipotalamus hipofi:is-ovarium lang jarang Sindrom Sheehan
Oligomenorea Definisi-siklus menstruasi yang jarang, tidak teratur Radioterapi/kemoterapi
dan tidak memiliki pola Pascaoperasi
Sering-diagnosis paling sering adalah PCOS Gangguan fungsional Amenorea terkait berat badan
Amenorea terkait olahraga
Psikogenik
Tabel 28.2 Penyebab amenorea primer Penyakit berat
Hipogonadisme hipogonadotropik
Gangguan idiopatik
Sindrom Turner
Sindrom or arium polikisLik
Disgenesis gonad
Gangguan traktus genitalia
Bentuk disgenesis gonad lain yang
Tumor ovarium Pensekresi androgen
jarang , Pensekresi estrogen
Disgenesis traktus genitalia
Gangguan diferensiasi Hermafrodit sejati
genital Pseudohermafroditisme pria dan wanita
Sindrom insensitivitas
ovarium
Perubahan komposisi tubuh, terutama penumnan massa lemak,
Radiasi atau kemoterapi
gonad merupakan hal krusial bagi perubahan hipotalamus berupa
Penyakit hipotalamus- Hipogonadisme hipogonadotropik gangguan sekresi GnRH, hilangnya pulsasi gonadotropin, dan
hipofisis Kombinasi defi siensi hor:rnon hipofi sis hipogonadisme hipogonadotropik (Gamb at 28a).
Radioterapi,&emoterapi
Tumor hipotalamus-hipofi sis
Terapi pada amenorea terkait berat badan dan olahraga
Keterlambatan pubertas Pertumbuhan terlambat adalah meningkatkan berat badan dan mengurangi olahraga.
Penyakit kronik Kedua hal ini akan mengembalikan siklus ovulasi normal
Gangguan psikologis
dan potensi reproduksi, namun mungkin memerlukan terapi
Sindrom ovarium polikistik
jangka panjang oleh tim multidisiplin dari ahli endokrin,
ahli nutrisi, dan psikolog. Jika tidak diterapi, amenorea
hipotalamus dikaitkan dengan penurunan densit4s mineral
gangguan autoimun lainnya atau terapi keganasan sebelumnya. tulang dan akhirnya menyebabkan osteoporosis. Wanita dengan
Pasien dengan prolaktinoma biasanya datang dengan gambaran hipoestrogenemia jangka panjang sebaiknya diperiksa densitas
kelebihan prolaktin, seperti galaktorea. tulangnya. dan jika terdapat osteopenia atau osteoporosis yang
Amenorea hipotalamus. Istilah'gangguan fungsional' ini signiflkan, diterapi dengan terapi pengganti estrogen.
digunakan untuk mendeskripsikan sekelompok kondisi di mana Sindrom ovarium polikistik. Pasien dengan sindrom
tidak terdapat abnormalitas struktur atau abnormalitas sintesis ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome, PCOS) atau
endokdn dalam aksis hipofi sis--ovarium. Amenorea hipotalamus hiperplasia adrenal kongenital non-klasik biasanya datang
biasanya disebabkan oleh diet untuk mengurangi berat badan, dengan oligomenorea dan tanda kelebihan androgen lainnya
sering kali dengan olahraga berlebih agar tetap langsing, dan (Bab 25). Terapinya ditujukan pada gejala hiperandrogenemia
terlihat pada atlet, pada wanita dengan anoreksia nervosa dan dan mengembalikan siklus menstruasi nonnal dengan tujuan
yang mengalami stres dalam bentuk lain, baik stres fisik maupun utamanya adalah fertilitas. Wanita dengan PCOS dapat juga
psikologis. Ini merupakan penyebab amenorea sekunder yang menunjukkan gambaran lain hiperinsulinemia, seperti obesitas
paling sering ditemukan di klinik endokdn. dan rendahnya kadar kolesterol HDL. Dalam jangka panjang,
Walaupun penurunan berat badan sampai l07a di bawah risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular meningkat,
berat badan ideal biasanya dikaitkan dengan amenorea, sehingga penurunan berat badan dan olahraga berperan penting
namun terdapat variasi yang luas pada masing-masing wanita. dalam tata laksana klinis pasien seperti ini.

Reproduksi wanita: V Patofisiologi Reproduksi wanita 63


Reproduksi wanita: Vl Kontrasepsi

(a) Kontrasepsi dan pengonlrolan fertilitas


l',ombinasi ---l ler^oqetl
L ok a si g en q o nf,r ol a n f err,ilit, a O o'oaestooen
Konlraee?.i 3el 'rcnsial I
oral ?roqestaqen saja
Trogestaqen
?ascakoilue

rn Al at; kont r as e pei dal am rahim


s KonL?aee?ei
co
\
s
o'
hormonallain
y an g m el ep askan

lnje?si depo
?ra qeoteron

sO \ ?roleoteron
s sd
o
s Maoalah kllnio denqan kontrasepsi oral
d
=

64 Reproduksi wanita Reproduksi wanita: Vl Kontrasepsi


Skenario klinis Kerugian penggunaan COC. Terdapat sedikit peningkatan
Terdapat banyak sediaan kontrasepsi oral di pasar dan pilihan angka kejadian tromboemboli vena pada seluruh wanita yang
sebaiknya ditujukan pada sediaan dengan konsentrasi estrogen dan mengonsumsi COC, dan adanya riwayat penyakit tromboemboii
progesteron paling rendah yang dapat mengontrol siklus dengan atau faktor risiko tromboemboli lainnya, seperti obesitas,
baik. Kontrasepsi oral kombinasi (combined oral contraceptive, imobilitas, atau adanya riwayat tersebut dalam keluarga,
COC) dapat juga digunakan untuk mengobati sejumlah kondisi merupakan kontraindikasi kontrasepsi ini. Terdapat peningkatan
ginekologis dengan ketidakteraturan siklus, menoragia, atau risiko penyakit vaskular arteri dan COC sebaiknya dihindari
dismenorea. Selain pil progesteron sala Qtrogesterone only pada wanita yang berusia lebih tua, terutama wanita perokok
pill,POP), alat kontrasepsi dalam rahim yang melepaskan dengan obesitas dan/atau hipertensi. Kontraindikasi relatif
progesteron secara lokal dalam endometrium juga tersedia lainnya adalah migren dan sejumlah gangguan hati yang jarang.
(Mirena Intrawterine Systems, Schering Health) dan digunakan COC sebaiknya tidak diberikan pada wanita dengan riwayat
baik sebagai kontrasepsi maupun sebagai terapi endometriosis kanker payudara atau traktus genitalia.
dan gangguan menstruasi lainnya yang disertai nyeri. Pil progestagen saja (POP; mini-pil) diperkenalkan untuk
COC dikontraindikasikan bagi wanita hamil atau yang menghilangkan efek simpang penggunaan estrogen yang pernah
memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, masalah serebro- dilaporkan. Progestagen menghambat pelepasan FSH dan LH
vaskular, gangguan hati tertentu, dan masalah ginekologis yang namun sebagian besar kerjanya adalah dengan mengentalkan
belum didiagnosis. Efek samping harus dipantau, termasuk lendir serviks dan menyebabkan atrofi endometrium.
pengukuran tekanan darah secara teratur. Tingkat kepercayaan metode ini tidak setinggi COC, angka
keberhasilanny a 97 -98Vo, sedangkan COC 99 7o. Efek simpan g
Kontrasepsi oral kontrasepsi oral pil progestagen saja adalah: amenorea;
Kontrasepsi oral merupakan pengontrolan fertilitas dengan perubahan HDL dan LDL plasma*penurunan konsentrasi HDL
derivat hormon seks sintetik aktif oral (Gambar 29a). dan peningkatan LDL plasma; perdarahan sela dan 'spotting';
Kontrasepsi oral kombinasi (COC) mewakili bentuk dan respons abnormal terhadap tes toleransi glukosa.
estrogen dan progestagen yang paling iuas digunakan, dan Kontrasepsi emergensi menggunakan levonorgestrel dan
merupakan metode paling efektif dan dapat diandalkan untuk efektif jika dosis pertama dikonsumsi dalam 72 jam setelah
mencegah kehamilan di banyak negara yang menyediakan hubungan seksual yang tidak aman. Terapi ini membuat
kontrasepsi ini secara luas. COC bekerja dengan mencegah endometrium tidak kondusif bagi blastokista dan kemudian
ovulasi melalui inhibisi umpan balik negatif pada pelepasan diikuti perdarahan yang dapat menjadi banyak.
gonadotropin. Wanita yang mengonsumsi COC tidak
menunjukkan peningkatan FSH pada fase folikular awal, Kegunaan lain dari estrogen
ataupun peningkatan FSH dan LH pada pefiengahan siklus. COC
Terapi pengganti hormon (hormone replacement therapy,
dikonsumsi setiap hari selama 2l hari dan tidak dikonsumsi
HRT) merupakan penggunaan hormon seks untuk menggantikan
selama 7 hari, untuk menginduksi perdarahan. COC dapat
juga bekerja langsung pada uterus dan serviks. Lendir serviks kekurangan hormon endogen akibat berhentiriya fungsi
ovarium siklis pada masa menopause atau pada wanita yang
menjadi lebih kental, kemungkinan untuk menghambat penetrasi
spenna, dan endometrium tidak berkembang ke kondisi yang
mengalami hipogonadisme dengan berbagai alasan. HRT
baik bagi implantasi. diberikan dalam bentuk dosis estrogen harian sekuensial,
COC sekuensial memungkinkan penggunanya mengonsumsi bersama dengan progesteron pada wanita dengan uterus intak
estrogen saja setiap hari selama 14*16 hari, lalu mengonsumsi untuk mencegah risiko hiperplasia endometrium dan keganasan.
eshogen dan progestagen bersamaan selama 5-6 hari, kemudian Terdapat sejumlah sediaan HRT dalam bentuk tablet, patch
tidak mengonsumsi pil selama 7 hari; tujuannya adalah untuk transdermal, dan krim. Keuntungan dan kerugian penggunaan
menyerupai siklus alami. HRT sebaiknya diperhitungkan dengan mempertimbangkan
Keuntungan penggunaan COC. COC merupakan kontra- semua gejala menopause dan sebaiknya tidak dikonsumsi lebih
sepsi yang dapat diandalkan dan bersifat reversibel, serta dari 5-10 tahun, mengingat adanya peningkatan risiko penyakit
memiliki keuntungan lain berupa berkurangnya dismenorea kardiovaskular dan kanker payudara. Tidak ada data yang cukup
dan menoragia, penyakit payudara jinak, dan berkurangnya baik mengenai ini, namun wanita hipogonad sebaiknya diterapi
risiko kanker ovarium dan endometrium. sampai perkiraan usia menopause.

Reproduksi wanita: Vl Kontrasepsi Reproduksi wanita 65


Reproduksi pria: I Testis

(a) Kontrol hormonal pada fungsi reproduksi pria (c) Metab olisme te slo sleron

lF< o .- ?e-itakL
ui/ot7b^ru. l-----*fEJ-;.
-l-]-*7---> Andro4enil

I on<H I l--+ anabottt


).t-
---> tt ,e
<"
I

Tee-.oer-o.'cr

'&)uiponsi" t - I

AelLeydig
EpiIeI
eeminiferue

Fakl;or +
menyeru?ai
GnRH m3L.
I,
lnhibin
9d)e1Loli
,;;.
)nntotn

(b) Sint e si s t e sl o ele ro n di te oli o

CHz cHz
fn' I I

C:A c-a

aJ ..-.- aJ .....-

,"c0- ,{fr" Tre4nerolon Troqesteron "i 17 -Hiirck5i?rcqeeteron

I i,, c-a
I
I

9H.
I

C:O

17 -lidroksipreqnenolon 17 -Hidroksiproqeeteron Androstenedion TeeNosl,eron

L-.g* ---l (d) M ekanieme ke rja a ndroge n

) ehidr o epi an drosteron (D HEA)

?ralein e Teef,osleron
plasma

i --.---1 Protein {- mRNA


i DHT Dihidrol,eetoeteran i

,,,'." gs]

66 Reproduksi pria Reproduksi pria: I Testis


Skenario klinis Pengontrolan fungsi testis (Gambar 30a). Hipotalamus
mengirimkan pulsasi episodik (sekitar 90 menit sekali) berupa
Fertilitas normal pada pria dihasilkan oleh interaksi kompleks
GnRH ke sel gonadotrop hipofisis anterior, yang mensekresi
antara fungsi-fungsi genetik, autokrin, parakrin, dan endokrin.
Kontrol endokrin terhadap fungsi reproduksi pria bergantung FSH dan LH (Bab 5). LH bekerja pada sel Leydjg, tempat
pada aksis hipotalamus-hipofisis-testis yang intak. Testis hormon ini menstimulasi produksi testosteron melalui sistem
second messenger cAMP. FSH bekerja pada sel Sertoli, yang
memiliki peran ganda-produksi spermatozoa serta sintesis
dan sekresi testosteron yang diperlukan untuk perkembangan merupakan tempat di mana FSH ini, bersama dengan testosteron,

dan pemeliharaan karakteristik seksual sekunder dan penting akan menstimulasi cAMP dan spermatogenesis. Terdapat
untuk mempertahankan spermatogenesis. Fungsi-fungsi ini bukti bahwa FSH, kemungkinan bersama dengan prolaktin,
bergantung pada hormon gonadotropin hipofisis; hormon meningkatkan jumlah reseptor LH pada sel Leydig. Hormon
luteinisasi (LH; diperlukan untuk menstimulasi sel Leydig testis lain yaitu inhibin, diproduksi oleh testis, kemungkinan oleh sel
untuk memproduksi testosteron); dan hormon penstimulasi Sertoli. Inhibin merupakan suatu polipeptida yang menghambat
folikel (FSH; diperlukan untuk perkembangan testis imatur pelepasan FSH dari kelenjar hipoflsis meialui efek umpan balik
dan kemungkinan berperan pada spermatogenesis dewasa). negatif.
Produksi gonadotropin tedadi sebagai respons terhadap stimulasi Biosintesis testosteron di dalam sel Leydig berasal dari
GnRH hipotalamus. Testosteron memberikan umpan balik kolesterol yang dikonversi menjadi pregnenolon (Gambar
negatif terhadap sekresi LH dan FSH. Hormon inhibin-p, yang 30b). Pada manusia, sebagian besar pregnenolon berada dalam
juga disintesis oleh testis, berperan sebagai regulator spesifik bentuk 17-hidroksilasi dan kemudian mengalami pembelahan
bagi FSH. Dalam keadaan kegagalan tubulus seminiferus rantai samping menjadi 17-ketosteroid, yang kemudian
primer, konsentrasi testosteron yang rendah dikaitkan dengan dikonversi menjadi testosteron. Begitu masuk dalam darah,
peningkatan gonadotropin, sedangkan pada keadaan penyakit sekitar 957o testosteron terikat dengan protein plasma, terutama
hipotalamus hipofisis, konsentrasi gonadotropin rendah dengan globulin pengikat hormon seks (sex hormone-binding
(kegagalan testis sekunder). globulin, SHBG), dan dengan albumin. Testosteron mengalami
Spermatogenesis bergantung pada availabilitas testosteron. metabolisme menjadi metabolit inaktif terutama di hati.
Pada kegagalan tubulus seminiferus primer, defisiensi androgen Metabolit inaktif tersebut adalah androsteron dan etiokolanolon
disebabkan oleh beberapa panyebab, antara lain: defek genetik (Gambar 30c) yang kemudian diekskresi sebagai glukuronida
pada kromosom Y dan gen reseptor gonadotropin, inflamasi dan sulfat yang lar,r-rt.
testis sebelumnya seperti orkitis karena gondongan (mumps), Mekanisme kerja testosteron. Testosteron tidak hanya
dan kemoterapi atau radioterapi untuk keganasan. Pasien bekerja sebagai hormon, namun juga sebagai prohormon. Di
dengan tanda defisiensi androgen dan azoospermia dikaitkan sel target, testosteron dapat direduksi menjadi metabolitnya
dengan peningkatan kadar gonadotropin (hipogonadisme yang mengalami reduksi 5o,, yaitu 5a-dihidrotestosteron (DHT;
hipergonadotropik). Terapinya adalah dengan terapi pengganti Gambar 30d), dan juga diaromatisasi menjadi estradiol. Pada
androgen dengan penilaian dan tata laksana di pusat fertilitas. jaringan yang sangat bergantung pada androgen sepgrti prostat,
testosteron berdifusi ke dalam sel dan dikonversi menjadi
Testis 5q,-dihidrotestosteron. Ini merupakan androgen aktif dalam
Testis merupakan gonad pria dan fungsi primernya adalah kelenjar prostat. DHT berikatan dengan reseptor androgen
produksi spermatozoa dan testosteron. Spermatozoa diproduksi intranuklear yang menstimulasi transkripsi. Reseptor androgen
di dalam tubulus seminiferus dan testosteron disintesis di dalam juga dapat berikatan dengan testosteron dan, dalam jumlah yang
sel Leydig. Pada manusia, kedua testis terletak dalam skrotum, lebih sedikit, dengan progesteron. Oleh karena itu, reseptor
dengan panjang sekitar 5 cm dan diameter sekitar 2*3 cm. androgen dikatakan memiliki struktur yang sangat homolog
Testis berada dalam selubung kapsul jaringan ikat yang disebut dengan reseptor progesteron, walaupun keduanya merupakan
tunika albuginea, dan terdiri dari sejumlah tubulus seminiferus tipe reseptor yang berbeda dalam subfamili reseptor steroid
kontortus. Pada setiap testis, tubulus-tubulus menyatu menjadi yang lebih besar (lihat Bab 4). Reseptor androgen memiliki
rete testis, dan membuka untuk memberi makan duktulus pada domain pengikat-hormon dan regio pengikat-DNA, yang terdiri
epididimis. Epididimis memiliki kepala dan ekor; bagian ekor dari dua jari zink (lihat Bab 4).
inilah yang memberi makan pada vas deferens. Antiandrogen telah disintesis dan berkompetisi dengan DHT
Tubulus seminiferus terdiri dari lapisan luar berupa jaringan pada lokasi reseptornya. Antiandrogen ini dibuat berdasarkan
ikat dan otot polos, dikelilingi oleh lapisan dalam yang struktur progesteron, contohnya siproteron, siproteron asetat
mengandung sel Sertoli. Tertanam di dalam dan di antara sel-sel (CA), dan flutamid. Pada pria, CA menyebabkan atrofi pada
Sertoli terdapat sel germinal yang memproduksi spermatozoa. prostat dan vesikula seminalis, dan penurunan libido. CA akan
Spermatozoa dilepaskan ke dalam lumen tubulus dan disimpan menghambat pertumbuhan akne pada remaja. Pada wanita,
di bagian ekor epididimis. Sel Leydig, yang disebut juga sel CA digunakan sebagai terapi virilisasi dan hirsutisme pada
interstisial, terletak di antara tubulus-tubulus seminiferus dan pasien dengan sindrom ovarium polikistik (Bab 28). Inhibitor
mensekresi testosteron. 5a-reduktase finasterid juga efektif.

Reproduksi pria: I Testis Reproduksi pria 67


Reproduksi pria: ll Kerja androgen
(b) Konr,rol hormonal pada funqsi reproduksi pria

,--.--\
Kehilan1an )ibtdo

Terlumbuhan
janqquLkuranq
TerLumbuhan
rambut. lubuh kurang
Aeieoporosis F el;us: dif erenei aai s eksu al
D ew as a : inhibisi s ekr esi
?roporsitubuh
gonadotroVrn, libido
eunukoid

Orqan qentla) kect)


Kegagalan ereket
TuberLas perlumbuhan Fefus:diferensiasi Dewasatrambul
oNoI skelet; ?enut)?an danVerLurnbuhan ronLak,ffiem?er-
epifisis: suara menjadl dukl;usWolf\t: Iahankan
bera! perlumbuhan difereneiasi dan a?ermaioqeneoio,
rambut; perl;umbuhan perVumbuhan memperlahankan
penis dan skrolum; qenlf,dia ekst erna ekoterna
perLumbuhan organ dan
^eniLalia
orqan seke
seksLambahan; tambahan;
dlmulainya e?erma- efek anabolik
Noaenegig
(c) 1permalogenesis pada manusia

Al1permaLoqonia
Tabel31.1
ArOpermalogonia ?enyebab hip oqonadisme hi?oqonadotro?ik pada pria

AaOpermatoqonia GeneLik
9indromKallman
Aa 9perrnat ogonia Mufasi reveplor GnRH
KeEerl amb atan p ub e $ ae ka n a nal
HipoI;alamus 'ifru.i
.
B 1Vermaloqon a Turn : kr a nio f a (i n gi o m
o r a, di e 6er min am a
ln?,ltraai: sarkoi d ozis, hist toeitoslo
3?ermataoit ?ae c ar a dioter api at a u ke m o\ a r a ?i
?r rner ?embelahan Hipofreis
metooia Tumor
9?ermataeil,
lnfark atau perdarahan
ocktnder
Trauma
Traumakepala
Funqeiotal
Tenucunan beraLbadan
?enyakiL
ldto?at
^bl,efiik
S2ermaLid iK

Hi?o q a n adi6m e hip o q a n a d W ro pik idlo p atik


)bat -ovavan
, SNeraidanabolik ,

Lainnya (jarang)
9 ndromPrader ,/t/ill
Dadan residu 5indr am Laur en ce-W ao n -fi ie dl
Hiverplaeiaadrenatkor,e:nital :

SVerrraNozoa

Skenario klinis pelepasan gonadotropin sehingga konsentrasi androgen


Efek dari kegagalan kerja androgen paling baik terlihat pada menjadi rendah (Tabel 31.1). Gambaran klinis hipogonadisme
pasien hipogonadisme hipogonadotropik (Gambar 3 1 a). Keadaan hipogonadotropik bergantung pada onsetnya. Pria yang
ini disebabkan oleh kegagalan sekresi GnRH oleh hipotalamus mengalami kondisi tersebut setelah pubertas akan menunjukkan
atau oleh penyakit hipof,sis yang menyebabkan gangguan gambaran kegagalan testis sekunder (libido kurang, hilangnya

Reproduksi pria Reproduksi pria: ll Kerja androgen


karakteristik seksual sekunder, dan subfertilitas). Jika timbul depresi dan perilaku mengancam dari orang lain. Pada koloni
sebelum pubertas, anak lakilaki akan mengalami keterlambatan primata, pejantan yang kedudukannya lebih rendah memiliki
atau kegagalan pubertas yang lebihjarang, kondisi ini terjadi saat prolaktin lebih tinggi dan kadar testosteron plasmanya jauh
masa neonatus dengan akibat kriptorkismus dan mikropenis. lebih rendah.
Hipogonadisme hipogonadotropik idiopatik mencakup pasien
yang tidak memiliki abnormalitas dalam anatomi hipotalamus dan Kerja perifer testosteron
hipofisis serta tidak mengalami gangguan endokrin terkait. Sebagai
Peran fundamental testosteron bersama dengan FSH adalah
contoh, pasien AB datang ke klinik endokrin pada usia 16 tahun.
mempertahankan spermatogenesis. Saat ini diyakini bahwa
Ia mengalami gejala keterlambatan pubefias, tanpa karakteristik FSH menstimulasi sel Serloli untuk memproduksi cAMP yang
seksual sekunder, namun selalu lebih tinggi dibandingkan teman-
menstimulasi sintesis protein spesifik yaitu protein pengikat
temannya di sekolah. Pada saat anamnesis. ia menyadari sensasi
androgen (androgen-binding protein, ABP), yang disekresi ke
penghiduannya buruk dan orangtuanya membenarkan hal ini.
daiam lumen tubulus seminifems. Sel Sertoli juga memproduksi
Pada pemeriksaan fisik, tinggi badannya terletak pada persentil
nutrisi yang dibutuhkan untuk pefiumbuhan dan diferensiasi
ke-75, namun penilaian pubertas menunjukkan tidak ada bukti
spermatozoa. LH menstimulasi sel Leydig untuk memproduksi
maturasi seksual. Pemeriksaan nervus kraniaiis satu menunjukkan
testosteron, yang berikatan dengan ABP, dan kompleks tersebut
anosmia. Hipogonadisme hipogonadotropik dikonfirmasi membawa testosteron mendekat ke spermatosit yang sedang
secara biokimiawi-LH 0,4 UlL, FSH 0,6 U/L, testosteron
berkembang. ABP mungkin juga berfungsi meningkatkan
5,3 nmolil, prolaktin 145 mUlL, TFT dan kortisol normal. konsentrasi lokal testosteron dan mentranspor hormon ini ke
MRI menunjukkan kelenjar hipofisis normal dan scan khusus
epididimis. Sel Leydig juga mensintesis estrogen yang berikatan
hipotalamus menunjukkan abnormalitas yang sesuai dengan dengan ABP, dan bersifat esensial bagi spermatogenesis yang
sindrom Kallman. Ia kemudian diterapi dengan gonadotropin normal. Hormon pertumbuhan bersifat esensial bagi pembelahan
untuk menginduksi perkembangan pubertas. Sindrom Kallman
awal spermatogonia.
disebabkan oleh kegagalan migrasi neuron GnRH dari bulbus
Spermatogenesis (Gambar 31c). Sekitar 120 juta sperrna
olfaktorius ke nukleus arkuatus hipotalamus pada usia fetus dini.
diproduksi setiap hari oleh testis manusia dewasa muda.
Bentuk gangguan yang terkait kromosom X maupun bentuk
Sebagian besar sperma disimpan di vas deferens dan ampula
autosomal telah dipahami, dan mungkin berhubungan dengan
vas deferens, dan akan tinggal di sini dan tetap bersifat fertil
defek garis tengah lainnya serta sinkinesia.
sampai setidaknya 1 bulan. Saat disimpan, sperma bersifat inaktif
akibat beberapa faktor inhibitor, dan akan teraktivasi saat berada
Kerja testosteron di uterus. Di dalam'saluran reproduksi wanita, sperma bertahan
Kerja testosteron (Gambar 3lb) adalah memunculkan dan hidup paling lama 1 atau 2 hari. Sperma berlahan hidup dalam
mempertahankan fungsi pada pria dan mempertahar.rkan libido lingkungan netral atau basa lemah, namun mati dengan cepat
pada wanita. Kerja testosteron dapat diklasifikasikan secara bila berada dalam lingkungan asam kuat. Aktivitas metabolik
garis besar menjadi androgenik dan anabolik. sperrna meningkat tajam bila suhu meningkat, namun ini juga
Otak dan korda spinalis. Pada burung dan mamalia, memperpendek masa hidupnya.
testosteron menyebabkan diferensiasi seksual pada otak janin. Organ seks tambahan. Testosteron mempertahankan
Otak janin mengandung reseptor androgen dan estrogen yang fungsi dan integritas struktural vesikula seminalis dan
memediasi kerja testosteron ini. Pada janin tikus, testosteron kelenjar prostat. Vesikula seminalis berperan penting dalam
bekerja untuk melindungi neuron dari kematian sel. sekresi dan produksi berbagai zat, termasuk sejumlah besar
Pada tikus jantan dewasa, nukleus preoptikus medialis prostaglandin, fruktosa, dan flbrinogen. Selama ejakulasi,
di otak berukuran lebih besar daripada tikus betina, namun vesikula seminalis berkontraksi, mengeluarkan cairan yang akan
diferensiasi ini tidak terjadi jika si jantan dikebiri selama periode membawa spermatozoa. Fruktosa merupakan nutrien penting
kritis diferensiasi seksual otak. Sebaliknya, jika tikus betina untuk sperma, dan prostaglandin membantu pergerakan speffna
diinjeksi testosteron pada masa neonatus, ia akan mengalami dengan mengkontraksikan uterus dan tuba uteri, dan juga dengan
perkembangan regio preoptik medialis menjadi seukuran bereaksi dengan lendir serviks dan membuatnya reseptif untuk
dengan tikus jantan. Proses kastrasi (kebiri) pada tikus dewasa spenna. Selama orgasme dan emisi, kelenjar prostat mensekresi
menyebabkan badan sel dan akson neuron motorik yang terlibat cairan alkali cair yang mengandung profibrinolisin, suatu enzim
dalam kopulasi jantan menjadi mengkerut; ukuran akan kembali pembekuan, kalsium, ion sitrat, dan fosfat asam. Fungsi cairan
normal setelah dilakukan penggantian androgen. Walaupun tidak prostat belum diketahui, kemungkinan untuk mengurangi
ada bukti mengenai efek testosteron tersebut pada manusia, keasaman lingkungan dan meningkatkan motilitas spenna.
namun terdapat bukti bahwa testosteron menyebabkan perubahan Kerja anabolik testosteron. Testosteron meningkatkan
pada otak janin selama periode diferensiasi seksual otak yaitu Iaju metabolisme basal melalui peningkatan sintesis enzim dan
sekitar minggu ke-6. protein lainnya. Testosteron menghasilkan peningkatan produksi
Perilaku. Pengaruh pasti testosteron terhadap perilaku sel darah merah sebesar 70-15Vo selama pubertas, dan pria
belum diketahui karena keterbatasan metode penelitian. Pada memiliki lebih banyak (700.000 atau lebih) sel darah merah
manusia, tampaknya tidak terdapat hubungan antara kadar per mililiter dibandingkan wanita. Testosteron meningkatkan
testosteron plasma dengan perilaku seksual atau agresif. massa otot, walaupun tidak ada reseptor androgen pada otot
Tampaknya perilaku memiliki pengaruh besar terhadap produksi skeiet. Efek ini kemungkinan akibat inhibisi efek katabolik
testosteron, karena stres mengurangi produksi, seperti halnya ..normal oleh glukokortikoid pada otot.

Reproduksi pria: ll Kerja androgen Reproduksi pria 69


Reproduksi pria: lll Patofisiologi

(a) T er api kanke r p r o sf, al

Hipofisis
anlterior
\\-,*
_6_
Korteke
adrenal -'t @\
./acta rHi\ Ieerta
tu L_.- Fsr _ (&
F.p
\r Y_/
Or

Q Ketokonazol
@ )Egarat,Go?H
@ FtDramia I

@ ?ernoedaha t (kaetraei I kebir') |

@ nniVisiSa-reduktase

Tabel 32.1 Aapek klinis infernilii-as pria


(diada?tad Aari Aaker HWG. Manaqemenl af nale infea,ility. balllereo Clinical Endouinalagy and Metabolism 2Oaa; 14(3):aO9-422)

, :., .,ea*l*iEi rut6il.'i.$'..,.,;l,'

;EfekP$arnyiohpx \mlraa1 ;t' ; :' ;


. salazopi,fifrI yr'ftA r eyeietb el,' :
g eny aktL. f efll, p afl a 5,,
da.qzalkitr{a,,., ::,.,,
Defisien,ai atau upreai :
,, 6oh a d otra p:in tkeg agalari,
Iastis,bekund:er}.. .,

70 Reproduksi pria Reproduksi pria: lll Patofisiologi


Skenario klinis erigentes, ke penis. Hasilnya adalah vasodilatasi arteri penis,
yang memungkinkan pengumpulan darah arteri di dalam korpus
Infertilitas pria disebabkan oleh banyak hal, baik masalah
kavernosum dan korpus spongiosum.
endokrin maupun non-endokrin dan sebagian kecil di antaranya
Terapi impotensi mengalami revolusi dengan fiunculnya
tidak dapat ditangani secara spesifik. Pada sebagian besar
sildenafil (Viagra). Obat ini mendilatasi pembuluh darah penis
kasus, diagnosis pasti tidak dapat ditegakkan walaupun sudah
dengan menghambat enzim fosfodiesterase-5 yang normalnya
dilakukan pemeriksaan penunjang dan kondisi tersebut dapat
memetabolisme second messenger GMP siklik, yang akhirnya
disebabkan oleh kerusakan testis, varikokel, atau inflamasi
memperpanjang waktu relaksasi pembuluh darah otot polos di
nonspesifik sebelumnya. Semua pasien sebaiknya diperiksa
penis, sehingga darah terkumpul.
bersama pasangannya di unit fertilitas dan pada kelompok yang
Priapismus merupakan ereksi penis yang persisten dan
tidak dapat didiagnosis, prosedur injeksi sperma intrasitoplasma
dapat menawarkan peluang terbaik untuk mencapai fertilitas.
nyeri, serta dapat disebabkan oleh obat-obatan. Penyebab
Gambaran klinis infertilitas pria ditunjukkan pada Tabel endokrin dari kondisi ini (bila ada) belum diketahui dan
priapismus yang berkepanjangan akhirnya akan menyebabkan
32.1.
fibrosis jaringan erektil spongiosa, sehingga pasien tidak dapat
Patofisiologi reproduksi pria mencapai ereksi lagi di kemudian hari.

Hipogonadisme merupakan kegagalan testis untuk berfungsi,


yaitu untuk memproduksi testosteron dan spermatozoa, dan dapat Patofisiologi prostat
disebabkan oleh defek genetik (lihat Bab 22). Hipogonadisme Hiperplasia prostat jinak (be nign prostate hyperplasia, BPH)
primer disebabkan oleh abnormalitas pada gonad, contohnya merupakan peftumbuhan lobus medial prostat, seringkali terjadi
agenesis (tidak berkembangnya) sel Leydig, atau kegagalan pada pria usia paruh baya, sehingga prostat menekan dan mulai
sel Leydig pada masa dewasa. Kegagalan sel Leydig dapat menyumbat uretra. Kondisi ini disebut 'jinak' karena tidak
terjadi setelah gondongan (mump s). Hipogonadisme sekunder menginvasi jaringan lain dan merusaknya atau bermetastasis
disebabkan oleh defisiensi gonadotropin atau kegagalan sekresi ke lokasi yang jauh. BPH merupakan kondisi yang tergantung
GnRH, dan juga disebut hipogonadisme hipogonadotropik. androgen, distimulasi kuat oleh dihidrotestosteron (DHT), yang
Hipergonadisme berarti kelebihan aktivitas gonad, dapat merupakan metabolit androgenik aktif dari testosteron pada
berupa virilisasi akibat tumor sel Leydig yang mensekresi kelenjar prostat. Terapi yang paling efektif adalah pembedahan
androgen, atau feminisasi akibat tumor sel Leydig yang men- untuk mengangkat seluruh atau sebagian kelenjar. Operasi dapat
sekresi estrogen. Ini merupakan hipergonadisme primer, dilakukan melalui kandung kemih (prostatektomi transvesikal)
sedangkan kelebihan aktivitas gonad akibat kelebihan produksi atau melalui uretra (reseksi transuretral), di mana jaringan
GnRH dan/atau gonadotropin merupakan hipergonadisme prostat dibakar menggunakan elemen pemanas. Saat ini,
sekunder. inhibitor enzim 5s,-reduktase yang mengkonversi testosteron
Resistensi androgen disebabkan oleh mutasi reseptor menjadi DHT telah digunakan untuk mengobati BPH.
androgen, sehingga reseptor ini tidak lagi mengikat androgen Kanker prostat. Karsinoma prostat hampir ,selalu ter-
dengan afinitas yang cukup untuk mempeftahankan respons gantung androgen. Berbagai pendekatan terapi ditunjukkan
androgenik normal, atau akibat tidak adanya reseptor dalam Gambar 32a. Tujuannya adalah mengangkat tumor
androgen. dan semua sumber produksi androgen. Terapi medikamentosa
Ginekomastia merupakan pembesaran payudara pada meliputi pemberian analog GnRH stabil seperti buserelin.
pria. Ini biasanya terjadi karena adanya estrogen eksogen atau Obat ini bila berada terus-menelxs dalam aliran darah dapat
endogen yang abnormal. Ginekomastia yang disertai galaktorea mengurangi produksi gonadotropin oleh hipoflsis anterior
(produksi susu) biasanya merupakan petunjuk tumor yang dengan menyebabkan gonadotrop tidak sensitif terhadap GnRH
mensekresi prolaktin. Ginekomastia terkadang terjadi pada dari hipotalamus. Hasilnya adalah kastrasi secara kimiawi yang
pria berusia lanjut, dapat disebabkan oleh peningkatan rasio bersifat reversibel jika terapi dihentikan, Pendekatan lainnya
estrogen/androgen dalam darah. Kondisi ini juga dilaporkan adalah dengan pemberian bloker reseptor androgen seperti
terjadi setelah mengisap ganja, yang diketahui dapat menurunkan flutamid, finasterid, atau siproteron asetat.
sintesis testosteron dan menurunkan libido. Analog GnRH sebaiknya diberikan bersama antiandrogen
lmpotensi (disfungsi ereksi) merupakan kegagalan dalam ketika pertama kali diberikan. Hal ini disebabkan efek awal
mencapai ereksi penis, dan memiliki sejumlah penyebab dari analog GnRH adalah menstimulasi peningkatan sementara
vaskular dan neurologis, walaupun hanya sebagian kecil yang produksi testosteron, yang justru dapat menyebabkan stimulasi
disebabkan oleh masalah endokrin. Ereksi disebabkan oleh aktivitas tumor. Radioterapi dapat diperlukan sebagai terapi
impuls-impuls saraf yang melalui eferen parasimpatis. nervus ajuvan atau untuk mengurangi nyeri akibat metastasis.

Reproduksi pria: lll Patofisiologi Reproduksi pria 71


Oksitosin

(a) Okaitoein
?eptida
slnyal H2NOC-Gly-Leu-7ro - Cys- Aen- Gln-l la-Tyr-Cys-N H2

HOOC NA2 TreVro-oksifisin ( )ketlo.in


129 1

NaurofrEin 1 Oksil,osin
N ukl e u e a r av enLrikul a r e
T
t
V

dan supraopl:.ikus

Irakl;us asendens

N!klcus
?aravenlrilr at1 Hipofisis
Nuklaua poslterior
ou?raaryikue
Erninensia
mediana
LenqkunA
akeitosin (dan releks
neuron
vasopresin) Ejekei eueu

diVofisle Hipofsis
KeseVtor reganqan
anlarior ?ooterior Lenqkunq releks
pada servil.e
I

AIiran +
darah Kanlrakei alal
tf,ctt )a

(bJ Stimulus pelepaean okoiloein (c) Kerja oksiloain

N
E
s
_S
s
.=
0
o
l)
s TarLurtsi:
C)
konlrakei

:r::::". -
?eriodemengtsaq &W.ffi

72 Hormon hipofisis posteriot keseimbangan garam dan air, dan hipertensi Oksitosin
Biosintesis berupa peningkatan rasio estrogen terhadap progesteron. seiring
berkurangnya konsentrasi hormon progesteron selama proses
Oksitosin disintesis dalam badan sel neuron magnoselular dalam
persalinan. Oksitosin dilepaskan dari hipoflsis posterior selama
nukleus paraventrikularis dan supraoptikus hipotalamus (Gambar
proses persalinan dan parturisi, kemungkinan sebagai akibat
33a). Neuron lain pada nukleus yang sama memproduksi
dilatasi serviks yang mengirimkan serat aferen ke sistem saraf
vasopresin (lihat Bab 34). Akson neuron ini berjalan melalui
pusat. Belum diketahui apakah pelepasan oksitosin merupakan
eminensia mediana dan berakhir dekat dengan kapiler berfenestra
penyebab onset persalinan pada manusia.
pada kelenjar hipofisis posterior. Baik oksitosin maupun
Ejeksi susu. Isapan menstimulasi ujung saraf sensorik pada
vasopresin disintesie di retikulum endoplasma kasar dalam badan
puting dan areola payudara, dan impuls tersebut berjalan di
sel, bersama dengan protein yang disebut neurofisin. Oksitosin
sepanjang serat aferen menuju korda spinalis (Gambar 33a),
dan protein neurofisin nya (disebut neurofisin I) disatukan
kemudian akan bergerak naik melalui traktus spinotalamikus
dalam aparatus Golgi pada vesikel atau granula sekretorik
lateral, dorsal, dan ventral menuju otak tengah, di mana serat
yang sama. Vesikel juga mengandung enzim yang membelah
eksitatorik diproyeksikan secara langsung ke neuron oksitosin
oksitosin dari neurofisin saat granula bermigrasi di sepanjang
pada hipotalamus dan kemudian oksitosin diiepaskan dari
akson menuju terminal saraf. Neurofisin I terkadang disebut
kelenjar hipofisis. Oksitosin berikatan dengan reseptor pada
sebagai protein transpor oksitosin. Terdapat bukti bahwa jika
sel mioepitel payudara, menyebabkan kontraksi seratnya yang
neurofisin gagal disintesis, maka oksitosin dan vasopresin tidak
menyerupai otot, dan hal ini meningkatkan tekanan dalam
dapat mencapai hipofisis posterior. Secara kimiawi, oksitosin
payudara. Ejeksi susu dari payudara dapat terjadi bahkan
merupakan nonapeptida dengan jembatan disulfida di antara
sebelum inisiasi refleks isap. Suara tangisan bayi saja dapat
dua residu sisteinnya (Gambar 33a).
menyebabkan susu 'keluar' (Gambar 33b).
Neuron oksitosin tidak hanya mengirim akson ke hipofisis
posterior, namun juga ke pusat yang lebih tinggi di otak, di
Perilaku maternal dapat dipengaruhi oleh oksitosin
(Gambar 33c). Jika tikus perawan diberi oksitosin secara
mana hormon ini bertindak sebagai neurotransmiter yang
langsung ke cairan serebrospinal, mereka akan menunjukkan
memediasi bentuk perilaku tertentu (lihat di bawah).
perilaku maternal untuk mengurus anak. Jika pada tikus ini
dilakukan ovarektomi, oksitosin tidak lagi mempunyai efek,
Sekresi
dan efek ini dapat pulih jika tikus yang telah diovarektomi
Neuron inhibitorik dan neuron kolinergik eksitatorik membuat diberi injeksi estrogen terlebih dahulu. Infus oksitosin ke
kontak sinaps dengan neuron oksitosin neurosekretorik dalam ventrikel oiak tikus perawan atau domba yang tidak
di nukleus paraventrikularis dan supraoptikus. Oksitosin mengandung secara cepat akan menginduksi perilaku maternal.
disekresi dari terminal saraf melalui eksositosis, se$agai akibat Pemberian antibodi oksitosin atau antagonis oksitosin ke
peningkatan Ca2* intraselular karena depolarisasi membran dalam otak mencegah tikus maternal menerima anaknya.
akson, yang membuka kanal kalsium. Oksitosin pada neuron Percobaan ini menunjukkan bahwa perilaku matemal, setidaknya
oksitosin di hipotalamus menstimulasi pelepasan oksitosin dari sebagian, merupakan akibat dari pajanan otak terhadap estrogen
terminal saraf. konsentrasi tinggi, sebelum dipengaruhi oleh kerja oksitosin
yang menstimulasi perilaku maternal, baik oksitosin ini bekerja
Kerja sebagai neurotransmiter, atau sebagai hormon, atau keduanya.
Oksitosin berikatan dengan reseptornya pada sel target, contoh- Namun ini bukan berarli bahwa oksitosin mutlak diperlukan
nya mioepitel payudara, otot polos uterus, dan otak, serta untuk timbulnya perilaku maternal. Tikus yang gen oksitosinnya
mengaktivasi sistem fosfolipase/inositol trifosfat (PLC/IP3), dirusak tetap dapat menunjukkan perilaku maternal, walaupun
yang meningkatkan kalsium intraselular dan efek hormon isapan mengalami gangguan berat.
tersebut diekspresikan. Kemungkinan peranan lain oksitosin, Oksitosin
Parturisi. Oksitosin menginduksi kontraksi otot polos dilepaskan dari hipofisis posterior manusia selama koitus dan
miometrium uteri, pada 2-3 minggu terakhir kehamilan (Gambar orgasme, namun perannya, jika ada, belum diketahui. Oksitosin
33a dan c), Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan tajam mungkin terlibat dalam fasilitasi transpor sperma.
jumlah reseptor oksitosin, yang sintesisnya distimulasi oleh Pelepasan oksitosin dihambat oleh, misalnya, stres akut,
konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang tinggi pada trimester melalui mediasi katekolamin adrenal, yang berikatan dengan
ketiga kehamilan. Pemicu sintesis reseptor oksitosin dapat neuron oksitosin dan menghambat pelepasan oksitosin.

Oksitosin Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi 73
Vasopresin

(a) Vasopresin
Treprovaeopresofian
H2NOC-Gly-Ar4-7ro-Cya-Asn-Gln-Phe-Tyr-Cys-NH 2 Vaeopresstn
91
G kopept b,a Neurofrsin ll Yaeopreatn - \OC tz7 Leu-?'o-C", A r G'r-lle-hr C,- Nh aloi'o.it
Wffi*tF,tl M

\,/' 4@
l*il

Nuk eus |-6h{ *


?aravenlrikularis
N ukleue
I
7)72 ------+ 173 ------+.
AI7'Mq2+
| Caz+
eupraoVtilus ll lo
Eminensta
mediana
li
*r
+
cAN4P-------) PK-A
DA,G i

Neuron
vaso??e51n

lipolsis t t;, ReseVtor vasopreetn Ilpe 1 v,( r"u",p,r:i,"^-ii-"i1,


..llope
z
G Tralein G f Adet llar
I
?o1Nerlor Ierc Tosfo)tqase C I fK Tosfokinage
. vaeopresin
I

?I?2 7 oet o tno siLol Aif oef atr

Aliran
Aarah
DAG
a3
Dlasil qliserol
haeitallrifaotaf,
l_l
I I

(b) Kerjavasopresin

Trszl ' \ (c) Rin gkasan kerja v asop r esin


mear,- ]P Oemoreseplor
tl
I

I
Yolurne
I ---> K.6.+. ----------------'
eL1L.^i ( -i9
/A\\
f-A /J.- ffi\
'%rloiq
.]r-:l \\
\'---
darah )tak "
rendah

lffi
i---.'-'''--'-'.---.''
d1& : Gtnial (efekutama) Kardiovaekular

ft* : Menin4kal;kan
permeabilll,as eptlel
um e n d uklu s kol ekl;ivus
Meninqkatkan tekanan
A ar ah mel alui ko nolrikoi

,ll a rt eriol erif er, fi amun


I
?
Tubdue 4lnjal lerhadap air

tt
efek int berkurang karena
': TiperesepLor=V, vasopresin menquranqi
i
Reeegtor akL.itao eiffi?aIio
Volume darah l
vasopresin I
Ti?e ?eae?tor -V j
iffi i
l.inqgt +
pada lubulue
Tenin qkaLan r e ab e orp si atr

Skenario klinis kadar glukosa, kalium, dan kalsium normal. Pemeriksaan lebih
Seorang wanita berusia 23 tahun dirujuk ke klinik endokrin lanjut menunjukkan volume urin 24 jam adalah 4,3 L dan
karena mengeluh semakin merasa kehausan dan mengeluarkan osmolalitas serum 302 mOsmol/kg dengan osmolalitas urin
urin dalam volume yang besar. Ia minum air sampai 3 botol simultan 276 mOsmol/kg. Selama qi deprivasi air, osmolalitas
berukuran 2 L setiap hari, ditambah teh dan kopi. Selama 6 bulan semm meningkat dengan adanya gangguan respons terhadap
terakhir, ia mulai terbangun di malam hari untuk berkemih dan osmolalitas urin. Setelah pemberian vasopresin des-amino-des-
minum. Ia tidak mengalami sakit kepala, gangguan penglihatan, aspartat-arginin (DDAVP, suatu analog hormon antidiuretik
masalah psikiatrik, tidak ada riwayat yang mengarah ke disfungsi kerja panjang) secara intramuskular, urinnya segera menjadi
hipofisis dan tidak ada riwayat dalam keluarga. Ia tidak iebih pekat (volume berkurang) dan hal ini mengkonfirmasi
mengonsumsi obat-obatan. Pemeriksaan darah menunjukkan diagnosis diabetes insipidus (DI) kranial. Ia awalnya diterapi

74 Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi Vasopresin
dengan DDAVP intranasal, dan selanjutnya terapi diubah melalui Tabel 34.1 Penyebab diabetes insipidus
oral. Pemeriksaan endokrin dan radiologis pada hipotalamus dan
Kranial Idiopatik
hipofisis tidak menunjukkan adanya lesi desak ruang.
Lesi pada tangkai atau hipotalamus -.'
Rasa haus dan poliuria merupakan gejala klinis yang
kraniofaringioma, sarkoidosis, trauma kepala,
penting. Bila tidak ditemukan diabetes melitus, hiperkalsemia,
pascaoperasi hipofisis, meningitis basal,
dan hipokalemia (semuanya menyebabkan DI nefrogenik histiositosis
sekunder; Tabel 34.1), maka perlu dibedakan antara DI kranial, Genetik
DI nefrogenik, dan polidipsia primer (psikogenik). Dominan
Resesif. sindrom DIDMOAD (diabetes insipidus,
Biosintesis diabetes melitus, optic atrophy [atrofi optik],
deafuess lttli))
Vasopresin merupakan suatu nonapeptida yang disintesis Nefrogenik Primer
temtama di terminal saraf neuron paraventrikular dan supraoptik Genetik: resesif terkait seks. sistinosis
magnoselular pada hipotalamus (Gambar 34a). Vasopresin juga Sekunder
disintesis di area otak lainnya. Akson badan sel vasopresin tidak Metabolik: hiperglikemia, hiperkalsemia,
hanya berproyeksi ke hipoflsis posterior, namun beberapa juga hipokalemia
berkontak dengan kapiler berfenestra di sistem portal eminensia Ob at-obatan: litium, demeklosiklin
medianus, sementara yang lain berproyeksi ke korda spinalis Keracunan logam bertt
dan pusat otak lainnya. Biosintesis vasopresin prinsipnya hampir
sama dengan oksitosin, yaitu vasopresin disatukan bersama
suatu neurofisin, yaitu neurofisin II. Pentingnya neuroflsin
diketahui setelah suatu penelitian pada tikus strain mutan, konsentrasi solut dalam plasma. Pada individu sehat. vasopresin
yaitu tikus 'Brattleboro', bahwa delesi nukleotida tunggal meregulasi timbulnya gradien osmotik pada saat filtrat tubulus
pada ekson kedua dari gen yang mengkode regio neurofisin melewati tubulus, dan memastikan tubuh mengkonservasi air.
II(yang sangat terkonservasi) mencegah terjadinya translasi Pelepasan vasopresin dari hipofisis posterior terutama ditentukan
mRNA vasopresin. Tikus-tikus ini menderita hal yang serupa oleh volume darah. Pada hipotalamus, yang secara anatomis
dengan diabetes insipidus pada manusia. dekat dengan nukleus paraventrikularis dan supraoptikus, terdapat
osmoreseptor yang bersifat sensitif selektif terhadap sukrosa atau
Mekanisrne kerja vasopresin ion natrium, yang terpicu oleh peningkatan osmolaritas darah.
Vasopresin dilepaskan dan volume darah meningkat, sehingga
Vasopresin bekerja melalui reseptor spesifik yang tersambung
menghentikan aktivitas osmoreseptor.
dengan protein G pada membran plasma sel target (Gambar
Tekanan darah. Vasopresin terlibat dalam regulasi tekanan
34a). Hal ini telah ditemukan pada banyak organ, termasuk
darah melalui efeknya pada volume darah (Gambar 34c). Ketika
ginjal, hipofisis, otak, pembuluh darah, trombosit, hati, gonad,
tekanan darah meningkat, maka reseptor yang sensitif terhadap
dan sel tumor.
tekanan di sinus karotis, arkus aorta, dan atrium kiri, akan
Reseptor vasopresin. Terdapat tiga subtipe reseptor
mengirimkan sinyai aferen ke batang otak melalui nervus vagus
vasopresin yang telah ditemukan yaitu V1a, V1s, dan V2.
dan glosofaringeus, dan kemudian pelepasan vasopresin diinhibisi.
Reseptor vasopresin V1a memediasi glikogenolisis, agregasi
Vasopresin sendiri, dalam kisaran konsentrasi fisiologis dalam
trombosit, proliferasi sel, dan kontraksi serta pelepasan faktor
aliran darah, tidak akan mengubah tekanan darah.
koagulasi. Reseptor vasopresin V1s sebagian besar diekspresikan
di kelenjar hipofisis anterior dan memediasi pelepasan ACTH, Sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTII) dan
p-endorfln, dan prolaktin. Reseptor vasopresin V2 diekspresikan hormon penstimulasi tiroid (I'SH) dipengaruhi oleh vasopresin,
secara eksklusif di ginjal, dan defek pada reseptor ini yang mencapai kortikotrop hipofisis anterior melalui sistem
menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik. Kerja V1 dimediasi
portal. Vasopresin menyebabkan sekresi ACTH dengan
sendirinya sebagai hormon pelepas, dan juga meningkatkan kerja
melalui sistem IP3, sedangkan V2 melalui AMP siklik (Gambar
faktor pelepas kortikotropin (CRF, ihat Bab 17). Namun belum
34a).
diketahui seberapa penting efek vasopresin dalam mengontrol
pelepasan ACTH. Vasopresin, dalam konsentrasi fisiologis,
Kerja fisiologis vasopresin menstimulasi pelepasan TSH dari tirotrop hipofisis anterior, dan
Ginjal. Vasopresin memengaruhi kemampuan tubulus ginjal bersifat ekuipoten dengan hormon pelepas tirotropin (TRH).
dalam mereabsorpsi air (Gambar 34b). Reseptor untuk vasopresin Telah diketahui juga bahwa vasopresin sebenarnya menginhibisi
terutama berada di ansa Henle pars asendens dan duktus pelepasan TRH, dan diduga vasopresin yang dilepaskan secara
kolektivus, dan beberapa berada di mesangium (bagian perifer) sentral dapat berfungsi dalam hipotalamus sebagai bagian dari
glomerulus. Solut direabsorpsi kuat dari ansa Henle, sementara regulator umpan balik negatif 'short-loop' pada pelepasan
dinding duktus kolektivus mempunyai permeabilitas terhadap air TSH.
yang bervariasi. Bila tidak ada vasopresin, duktus kolektivus Hati" Vasopresin memiliki efek glikogenolitik di hati, dengan
bersifat impermeabel terhadap air, dan urin yang dihasilkan meningkatkan konsentrasi Ca2* intraselular dalam hepatosit.
bersifat hipo-osmotik. Bila keadaan ini berlangsung kronik, inilah Vasopresin mengaktivasi fosforilasi bergantung-kalsium dari
yang disebut diabetes insipidus. Ketika konsentrasi vasopresin enzim fosforilase yang mengkatalisis konversi glikogen menjadi
dalam plasma tinggi, contohnya pada dehidrasi atau perdarahan, glukosa loslat.
duktus kolektivus menjadi permeabel terhadap air, dan urin Otak. Vasopresin dapat terlibat dalam memori dan perilaku
yang dihasilkan bersifat hiperosmotik, sehingga menghasilkan sosial pria.

Vasopresin Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi 75
Sistem reni n-angiotensi n-aldosteron

(a) Sistem renin-angiolenein-aldoslercn

"*wI Dibl oka d e ol eh inhib tLor ACE

J ...
I
r-_---*m
o,rt r".t
adrenat
AnAioleneinaqen AnqioIen.irll ,A,art;;il
t*''l A
Enztm pergkonverst
anqtolenS)n
I
I

,t
-4=-}
I

I
ArLeriol
eferen
-t-.-,";l
I

Tub ulus konl,o rLus diel,al


I

9el )elmakula densa


jukstajomerular

Ka?i e(
qlomerulug
lipovo emia

Tubulus
qrokeirnal
I Olomerulus ginjal

(b) Sint esis dankerp angbte'n;;ijn

AAAC Hq-le-Va -Val'Ar4-Asg-NH2 A,nqtalensinoyen


lLeu-Hs-?he-?ro-His-lla-Tyr
<"' '|
+
HO a C -Leu -l t el?h e - f ro -n:s -11e -Ty r -V al - Ar q - Aep -NH.. An qiozensin I

Erz n o.ral o.r"r^tl


Y
HOOC-?he-?ro-Hle-1le-Tyr -Val-ArqlAep-NL,2 Anqiatenein)l ---]- \/2s6Q6nr;1riVui

A"ao- er,u el
lOaC-?he-Pro -lis -l e {yr -Val -Arq -NH, Anqrolensin lll --+ ?elepaean a)doeteron?

Skenario klinis Renin


Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron merupakan Renin disintesis dan disimpan dalam sel jukstaglomerular
mekanisme yang penting dalam patoflsiologi gagal jantung ginjal. Sel ini berada di dinding arteriol aferen yang memberi
sebagai bagian dari respons neurohormonal pelawan regulasi suplai pada giomerulus (Gambar 35a). Arteriol ini juga
e r - re g u lat o ryt) terhadap gangguan curah j antun g. B ers ama
(c o unt
mengandung baroreseptor yang akan terletup sebagai respons
dengan dorongan simpatis, terjadi peningkatan vasokonstriksi
terhadap perubahan laju aliran dan tekanan. Sel makula densa
perifer yang dimediasi oleh peningkatan tonus simpatis dan
sensitif terhadap perubahan kation urin seperti Ca2+, Na*, dan
angiotensin II bersama dengan retensi air dan garam yang
C1-. Arteriol aferen, sel jukstaglomerular, dan makula densa,
diinduksi oleh peningkatan konsentrasi aldosteron. Secara
ketiganya disebut aparatus jukstaglomerular.
bersamaan hal-hal tersebut meningkatkan preload dan
Pelepasan. Renin merupakan enzim dengan berat molekul
afterload jantung, semakin mem-perburuk fungsi ventrikel dan
menciptakan lingkaran setan gagal jantung. sekitar 40 kDa yang dilepaskan sebagai respons terhadap
Obat golongan inhibitor ACE (angiotensin-converting peningkatan osmolaritas darah atau hipovolemia, walaupun
enzyme) memblokade peningkatan produksi aldosteron dan terdapat berbagai teori mengenai stimulus fisiologis apa saja
merupakan obat yang efektif dalam tata laksana klinis gagal yang menstimulasi pelepasan. Teori-teori tersebut adalah:
jantung kronik. Pada uji acak terkontrol, inhibitor ACE terbukti I sel makula densa memantau perubahan kation dan
memperbaiki gejala dan mengurangi insidensi kardiak lebih meneruskan informasi tersebut pada sel jukstaglomerular yang
lanjut, termasuk perawatan kembali di rumah sakit karena berdekatan;
gagal jantung, infark miokard, dan kematian. 2 baroreseptor pada arteriol aferen akan terletup sebagai respons

76 Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi Sistem renin*angiotensin-aldosteron
terhadap perubahan rerata tekanan perfusi ginjal (baroreseptor eferen, sehingga menurunkan laju flltrasi glomerulus yang
ini dapat merupakan bagian dari sel jukstaglomerular itu secara proporsional lebih dari aliran darah ginjal. Hal ini
sendiri); menyebabkan peningkatan osmolaritas darah yang masuk
3 Terdapat inervasi otonom pada sel jukstaglomerular ke kapiler peritubulus, sehingga mendorong solut dan air
(stimulasi simpatis melepaskan renin). kembali ke dalam sel tubulus dan dengan demikian masuk
Terdapat kemungkinan bahwa ketiga teori tersebut signifikan ke aliran darah.
dalam regulasi pelepasan renin. (b) Telah terbukti mengkonstriksi sel mesangial glomerulus,
Kerja. Renin membelah angiotensinogen menjadi angio- yang juga berperan menurunkan laju filtrasi glomerulus.
tensin I dalam plasma dan ginjal (Gambar 35b). Angiotensinogen (c) Memiliki efek langsung pada sel tubulus dalam
merupakan globulin dengan berat molekul sekitar 60 kDa menstimulasi reabsorpsi Na*.
yang disintesis secara kontinu di hati dan dilepaskan dalam 3 Korteks adrenal. Angiotensin II sendiri, atau melalui
sirkulasi. Angiotensin I dikonversi menjadi bentuk yang aktif konversi menjadi angiotensin III, bekerja pada sel glomerulosa
secara biologis, yaitu oktapeptida angiotensin II, oleh enzim untuk meningkatkan sintesis aldosteron.
pengkonversi yang terdapat dalam plasma, sel endotel vaskular, 4 Sistem saraf. Angiotensin II berikatan dengan reseptor
ginjal, paru, dan banyakjaringan lainnya. Enzim pengkonversi
presinaps spesifik pada terminal saraf simpatis untuk
angiotensin (ACE) memiliki fungsi lain dalam inaktivasi
meningkatkan pelepasan norepinefrin. Zat ini terbukti
vasodilator poten yang disebut bradikinin.
mendepolarisasi sel kromafin medula adrenal, menyebabkan
pelepasan epinefrin dan, bila diinjeksi langsung ke dalam otak,
Angiotensin ll menyebabkan peningkatan garam dan rasa haus. Angiotensin
Angiotensin II merupakan vasokonstriktor alami yang paling menstimulasi pelepasan vasopresin dari kelenjar hipofisis
poten hingga saat ini. Hormon ini diinaktivasi cepat oleh posterior, suatu efek yang semakin diperberat oieh dehidrasi.
enzim angiotensinase di kapiler perifer. Salah satu metabolit, 5 Absorpsi air. Angiotensin II menstimulasi absorpsi Nan
yang disebut angiotensin III, terdapat dalam jumlah banyak dan air dari lumen traktus gastrointestinal (GIT) pada dosis
di kelenjar adrenal, dan telah terbukti menstimulasi pelepasan rendah. Selama dehidrasi, perdarahan, atau kehilangan garam,
aldosteron tanpa efek vasopresor yang signif,kan. Angiotensin angiotensin II bekerja pada usus halus untuk mengurangi
III merupakan heptapeptida, yang merupakan hasil pelepasan kehilangan, sementara aldosteron bekerja lebih dominan pada
terminal-N asam aspafiat dari angiotensin IL
usus besar untuk rirengurangi kehilangan.
6 Proliferasi sel. Angiotensin II telah terbukti memiliki efek
Kerja angiotensin ll
trofik pada sel otot polos vaskular, flbroblas, sel adrenokortikal,
I Otot polos vaskular dan jantung. Angiotensin II memiliki dan sel mesangial ginjal janin manusia. Peptida ini menstimulasi
efek vasokonstriktor poten dan langsung pada otot vaskular,
produksi protein spesifik seperti cr-aktin dan dapat berperan
dan memiliki peran yang kritis dalam regulasi tekanan darah
dalam memperbaiki trauma vaskular.
arteri. Terdapat perbedaan yangjelas dalam respons konstriktor
terhadap angiotensin II pada pembuluh darah di regio yang
Subtipe reseptor. Subtipe reseptor angiotensln II telah
berbeda. Pembuluh darah di ginjal, pleksus mesenterikus, ditemukan dengan menggunakan analog-analog angiotensin II
dan kulit sangat responsif terhadap angiotensin II, sementara yang berbeda. Reseptor AI1, bekerja melalui protein G dan
pembuluh pada otak, paru, dan otot skelet kurang berespons sistem second messenger IP3, memediasi peningkatan tekanan
terhadap pemberian peptida. Padajantung, angiotensin II bekerja darah pada volume ekstraselular dan proliferasi sel. Reseptor
pada miosit atrium dan ventrikel selama fase plateau potensial AI2 dapat memediasi proliferasi sel.
aksi, untuk meningkatkan masuknya Ca2* melalui kanal Distribusi subtipe reseptor pada jaringan. Sel otot polos
bergerbang voltase (voltage-gated), sehingga memperpanjang aorta, GIT, ginjal, hati, paru, plasenta, dan kandung kemih
potensial aksi yang akan meningkatkan kekuatan kontraksi mengekspresikan hanya reseptor AT1 saja. Baik reseptor AT1
jantung. maupun AT2 diekspresikan di otak. di mana reseptor AT1 dapat
2 Ginjal. Angiotensin II mengatur permeabilitas glomerulus, memediasi efek sentral angiotensin II terhadap tekanan darah,
reabsorpsi Na* dan air pada tubulus, dan hemodinamik ginjal. keseimbangan air dan elektrolit, arteriol ginjal, sel adrenal,
Angiotensin II memiliki tiga efek yang penting pada ginjal. jantung, dan uterus. Terdapat bukti bahwa ada lebih banyak
(a) Mengkonstriksi arteriol ginjal, terutama arteriol subtipe reseptor angiotensin IL

Sisiem renin-angiotensin-aldosteron Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi 77
Hipertensi endokrin

(a) ?eny eb ab hip ertensi (c) Sumber hipertensi dari endokrin

?uoar orak yanqtebil '1""""'-"re


tinqqi ffi <-

-l?otalamn
^Y\\l
Esensial
ffi |

?env eb ab tid ak diketahul | <es"pro,


V
v
Hlpofisis A\
Perifer

' \:,.t/
I

+
ACTH

(b) ? ro duksi DO C b erlebih I

*
17 a-hid,roksilaee .tf] -------->
Kelenjaradrenal \J *-
?roqesNeron ------)$ 17 a-)H-Troqesleron

I 21..-hiaroku,lu". I 21a-Harnkuiluu"

1 1 -D
I
eoksikort ikostero n OC
I
-DeoksikorEisol

tt
D 17

GinJrl 1-catran,
1 1T-hidrotstlaee 1\T-hiaroou ,au"
I

11F-hidroketlaee ffi
tt
{
Kortikoeleron lB-l,idroksikorfiikoeteron
| |
J
KorLiaol
t
I

Tekanan arheri

X -De\cer: qtnjalberkurang
ffi

Skenario klinis sekunder, sebagaimana halnya mereka yang memiliki riwayat


Hipertensi mengenai sekitar 25Vo populasi di negara barat keluarga hipokalemia. Terapi ditujukan langsung pada penyebab
namun hanya 2-5Vo yang memiliki penyebab dasar endokrin yang mendasari.
yang dapat diidentifikasi dan dapat diterapi. Pasien muda Hipertensi dapat menjadi salah satu gambaran sejumlah
dengan hipertensi sebaiknya diperiksa untuk mencari penyebab gangguan endokrin. Hipertensi sistolik merupakan ciri khas

78 Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi Hipertensi endokrin
tirotoksikosis, pasien dengan akromegali biasanya mengalami terpenting setelah aldosteron. Kelebihan DOC didiagnosis
hipertensi pada saat datang dan hipertensi seringkali merupakan karena mengurangi produksi renin dan aldosteron melalui umpan
komplikasi obesitas dan diabetes. balik negatif pada kedua hormon tersebut. DOC merupakan
Dua tipe utama hipertensi telah diketahui-pertama adalah mineralokortikoid poten dan bersirkulasi dalam kiinsentrasi
hipertensi esensial, yang merupakan tipe yang paling sering yang sama dengan aldosteron. Namun, DOC normalnya bersifat
terjadi dan tidak memiliki penyebab yang diketahui, namun tidak aktif karena sebagian besar bersirkulasi dalam keadaan
etiologinya dapat berkaitan dengan gangguan fungsi endokrin, terikat dengan protein CBG dan diinaktivasi di hati. Urin tidak
telutama sistem rqnin-angiotensin-aldosteron (Gambar 36a). mengandung DOC. Kelebihan produksi DOC dapat terjadi
Tipe lainnya adalah hipertensi sekunder yang mengenai sekitar melalui overproduksi steroid, seperti pada hiperaldosteronisme
2-57o pasien dan biasanya merupakan akibat dari gangguan primer, penyakit Cushing (lihat Bab 20), atau ketika terjadi
endokrin, contohnya kelebihan glukokortikoid atau katekolamin, deflsiensi kongenital dari enzim yang memetabolisme steroid
atau hiperaldosteronisme. tertentu seperti 11|3-hidroksilase yang juga mengakibatkan
Secara klinis, tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko peningkatan produksi androgen dan virilisasi (lihat Bab 28).
penting penyakit kardiovaskular seperti stroke dan infark Defisiensi 17a-hidroksilase adrenal yang bersifat kongenital
miokard. juga akan memacu kelebihan produksi DOC dan akibatnya
Faktor yang meningkatkan tekanan darah. Tekanan menyebabkan hipertensi bersama dengan gangguan maturasi
darah meningkat (i) ketika jantung berdenyut lebih kuat (efek seksual pada kedua jenis kelamin (lihat Bab 22). Defisiensi
inotropik positif); (ii) ketika arteriol berkonstriksi sehingga 11p-hidroksilase dan 17a-hidroksilase diterapi dengan
meningkatkan resistensi perifer; (iii) ketika terjadi retensi glukokortikoid, yang merupakan terapi standar untuk semua
cairan dan garam; dan (iv) akibat pengaruh pusat pengendali bentuk hiperplasia adrenal kongenital yang berkaitan dengan
kardiovaskular di otak, atau kombinasi dua atau lebih dari retensi Na+.
faktor-faktor di atas.
Hipertensi dengan penyebab dari ginjal
Penyebab hormonal hipertensi dan terapinya Sistem renin-angiotensin-aldosteron normalnya bekerja dengan
Hipertensi dengan penyebab dari adrenal baik melalui mekanisme umpan balik untuk mempertahankan
Feokromositoma. Epinefrin, yang disekresi oleh feokromositoma osmolalitas plasma serta konsentrasi K* dan Na+ yang tepat
(tumor medula adrenal) meningkatkan tekanan darah dan (Gambar 36c). Keseimbangan ini, bersama dengan sistem
efeknya dapat dilawan dengan bloker a dan p. Masalahnya kardiovaskular yang terintegrasi, memastikan tercapainya
dapat diselesaikan dengan pengangkatan tumor. tekanan darah yang sehat. Sistem regulasi ini dapat melibatkan
Hiperaldosteronisme. Kelebihan sekresi aldosteron akibat kerja angiotensin di otak dan/atau organ sirkumventrikel
adenoma adrenal (hiperaldosteronisme primer; sindrom dari otak yang tidak memiliki sawar darah-otak, misalnya
Conn). Aldosteron meningkatkan retensi Na+ dan air dan hal area postrema. Mekanisme pastinya belum diketahui, namun
ini menimbulkan ekspansi volume plasma dan meningkatkan kemungkinan otak meregulasi pelepasan renin dari aparatus
tekanan darah. Keadaan ini dapat diterapi dengan memblokade jukstaglomerular ginjal dan'pengaturan kembali' angka tekanan
reseptor adosteron dengan spironolakton dan diobati dengan darah di otak melalui regulasi pelepasan renin mungkin penting
mengangkat tumor. Sekresi aldosteron juga dapat ditingkatkan bagi etiologi hipertensi esensial (Gambar 36c).
oleh kelebihan sekresi renin, yang meningkatkan produksi
angiotensin II, yang kemudian memacu pelepasan aldosteron Hipertensi dengan penyebab dari endokrin
(hiperaldosteronisme sekunder). Mekanisme ini memiliki Insulin. Terdapat hubungan kuat antara hipertensi, resistensi
peran penting dalam sekuens neurohormonal pada gagal insulin, hiperinsulinemia dan obesitas, sefta hipertensi dapat
jantung. Hiperaldosteronisme sekunder dapat diterapi dengan merupakan konsekuensi dari ketiga kondisi ini. Memang
memblokade produksi angiotensin II dengan inhibitor ACE, banyak pasien obes dengan hipertensi juga mengalami resistensi
atau dengan antagonis reseptor angiotensin II. Reseptor insulin. Pada pasien dengan diabetes tipe 2 (lihat Bab 40),
aldosteron dapat juga distimulasi melalui kelebihan produksi ambilan glukosa ke dalam jaringan terganggu sehingga terjadi
kortisol atau deoksikortikosteron (lihat bawah), yang mengikat peningkatan pelepasan insulin. Insulin menstimulasi aktivitas
reseptor aldosteron dengan afinitas tinggi. Kortisol normalnya simpatis serta meningkatkan ambilan kembali Na* di tubulus
dimetabolisme cepat oleh 11p-hidroksisteroid dehidrogenase, ginjal, dan hal ini dapat berperan dalam timbulnya hipertensi
dan pasien dengan defisiensi herediter atau yang tidak memiliki pada pasien ini.
enzim ini mengalami hiperaldosteronisme yang jelas. Tiroid. Hiperlensi, umumnya diastolik, dapat terjadi pada
Penyakit Cushing. Peningkatan konsentrasi kortisol pasien hipotiroid melalui peningkatan resistensi vaskular perifer
meningkatkan pelepasan angiotensinogen dari hati. Kortisol, seperti akibat hiperkolesterolemia dan peningkatan asam lemak yang
sudah dijelaskan di atas, juga menstimulasi reseptor aldosteron. berkaitan dengan rendahnya fungsi tiroid. Hipertiroidisme
Kelebihan produksi deoksikortikosteron (DOC) (Gambar menyebabkan hipertensi sistolik akibat kombinasi anrara
36b). Secara klinis, DOC merupakan mineralokortikoid kedua peningkatan curah jantung dan penurunan resistensi perifer.

Hipertensi endokrin Hormon hipofisis posterior, keseimbangan garam dan air, dan hipertensi 79
lnsulin: I Pankreas dan sekresi insulin

(a) ?ankreas (b) ?ulaupankreas

Menujukandunq
em?edu - Aukl,us heaal, kus komunis )ela
9etp

Kap ler

9el-6

9elF
Duodenurn

(c) 5t rukt ur inaulin babi


?eVLida Venyambunq (31 -63)
ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi wffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi ffi **%
#effi
ffi
63 ffi
ffi
Fanlai A
ffi
ffi
ffi51
#
1 7 R:2nIai D

(d) ?engonlr olan sekr esi insulin

Diet Hormonal Neural

Sekrctin
Glukagon
Gaelnn
7a i?epl aa inhltbitorlk gaeLer
?e2tiaa tnt eetina) vasoakrif

9 emu a m enslinial aa e ek re El Semua mengt, mulasi Eekresi

\NakIu

Skenario klinis adanya glukosa dan keton dalam urin. Ia mulai mendapat terapi
Seorang mahasiswa berusia 2l tahun dirujuk ke Klinik insulin dengan regimen 'basal-bolus', mendapat injeksi insulin
Diabetes di rumah sakit setempat. Ia merasa tidak sehat kerja-pendek 30 menit sebelum makan dan insulin kerja-sedang
selama sekitar 4 minggu, menyadari adanya peningkatan sebelum tidur. Gejalanya membaik setelah beberapa minggu
rasa haus, serta berkemih dalam jumlah banyak selama siang dan ia datang ke klinik untuk memperbaiki pola makan dan
dan malam. Secara umum ia merasa lelah dan tidak sehat. edukasi mengenai tes glukosa darah mandiri, penanganan
serta mengalami penurunan berat badan 6 kg selama sebulan serangan hipoglikemia, dan pemantauan komplikasi.
terakhir. Pemeriksaan fisik normal. Diagnosis diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 merupakan kondisi autoimun yang me-
ditegakkan berdasarkan glukosa darah sewaktu 25 mmol/L dan nyebabkan destruksi sel p pankreas (lihat bawah). Terapi DM

80 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal lnsulin: I Pankreas dan sekresi insulin
tipe I adalah insulin yang diberikan melalui injeksi subkutan terminal-C rantai A. Peptida penghubung (peptida-C; Gambar
oleh pasien. Terapi dirancang secara individual bagi pasien dan 37c) berinteryosisi di antara ujung terminal-C rantai B dan
umumnya diberikan insulin bifasik yang mengandung insulin ujung terminal-N rantai A. Pada aparatus Golgi dan,granula
kerja pendek dan sedang serta diberikan dua kali sehari atau penyimpanan, suatu enzim pengkonversi membelah proinsulin
sebagai reglmen'basal-bolus' dengan insulin kerja-sedang menjadi insulin.
diberikan saat sebelum tidur serta insulin kerja-pendek sebelum Sekresi insulin. Sintesis dan sekresi insulin distimulasi
makan. Pasien memantau konsentrasi glukosa darahnya dengan oleh glukosa (Gambar 37d) yang menstimulasi ambilan kalsium
menggunakan strip. uji glukosa darah kapiler dan glukometer (Ca2*) ekstraselular pada sel B. Kation ini memicu mekanisme
portabel. kontraktil, di mana mikrotubulus berperan dalam pergerakan
Hemoglobin terglikasi mencerminkan pengontrolan granula yang mengandung insulin menuju membran sel, di mana
diabetes selama hitungan minggu sampai bulan, mencerminkan granula berfusi dan isi granula dilepaskan ke ruang ekstraselular
masa hidup eritrosit (120 hari), dan digunakan untuk menilai melalui eksositosis. Sekresi insulin sebagai respons terhadap
pengontrolan glikemik pada pasien diabetes. Fraksi yang peningkatan mendadak glukosa dalam sirkulasi terjadi secara
paling sering digunakan adalah hemoglobin Alc (HbA1c) bifasik: terdapat pelepasan segera insulin yang disimpan dan
yang meningkat pada diabetes melalui ikatan kovalen dengan berlangsung kurang dari 1 menit, kemudian diikuti pelepasan
glukosa. Laju pembentukan HbAlc berbanding lurus dengan insulin baik yang disimpan maupun yang baru disintesis dan
konsentrasi glukosa darah. ini berlangsung lebih lama. Banyak zat lainnya menstimulasi
pelepasan insulin, namun tidak semuanya menimbulkan pola
Pendahuluan pelepasan bifasik. Karbohidrat, sebagian besar asam amino,
Pankreas terletak dekat dengan duodenum (Gambar 37a) dan yang lebih sedikit yaitu asam iemak dan keton, semuanya
dan terdiri dari dua tipe jaringan utama yaitu asinar yang menstimulasi pelepasan insulin. Walaupun sejumlah besar
mensekresi cairan digestif ke dalam duodenum, dan pulau hormon saluran cerna dapat menstimulasi pelepasan insulin,
Langerhans yang rnensekresi insulin dan glukagon langsung nalnun signifikansi flsiologisnya belum diketahui. Glukagon,
ke aliran darah sehingga pankreas bersifat endokrin sejati. yang disintesis di sel cr pankreas, menstimulasi pelepasan
Pankreas manusia memiliki 1-2 juta pulau yang terletak teratur insulin melalui efek langsung pada sel p.
di sekitar kapiler kecil di mana hormon disekresi. Sel pulau Pelepasan insulin juga dipengaruhi oleh sistem saraf dan
dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu c, 0, 6 (uga disebut A, neurotransmiter. Asetiikolin menstimulasi pelepasan insulin,
B, D), dan F (Gambar 37b). Sel 13, yung merupakan 607o dari sebagaimana halnya epinefrin, dan bekerja pada reseptor 13.
sel pulau, terletak di tengah pulau dan mensekresi insulin. Sel Pada sisi lain, stimulasi reseptor cr menyebabkan inhibisi
q, mensekresi glukagon dan sel 6 mensekresi somatostatin. pelepasan insulin. Stimulasi area yang berbeda dari hipotalamus
Jenis sel lainnya yaitu sel fl mensekresi polipeptida pankreas. pada hewan percobaan memiliki efek yang berbeda terhadap
Peran fisiologis polipeptida pankreas belum diketahui pasti. pelepasan insulin. Sebagai contoh, stimulasi listrik pada regio
ventrolateral menstimulasi pelepasan insulin, sementarg stimulasi
lnsulin listrik pada regio ventromedial menghambat pelepasan insulin.
Pada manusia, gen yang mengkode insulin terletak di lengan Sekresi basal insulin juga dipengaruhi oleh neurotransmiter.
pendek kromosom 1 1. Insulin disekresi oleh sel B pulau Obat yang memblokade reseptor cr-adrenergik meningkatkan
Langerhans. Insulin merupakan protein yang terdiri dari 2 tonus insulin basal, sementara obat yang memblokade reseptor
rantai, yaitu rantai A yang terdiri dari 27 asam amino dan p mengurangi tonus insulin basal.
rantai B yang terdiri dari 30 asam amino, dan terhubung Metabolisme insulin. Insulin bersirkulasi sebagai monomer
dengan 2 jembatan disulfida (A7B7 dan A20B19; Gambar dan tidak terikat pada protein plasma. Insulin difiltrasi oleh
37c). Jembatan disulfida lainnya menghubungkan .46.411 pada glomerulus namun hampir seluruhnya direabsorpsi pada
rantai A. Insulin dapat berada dalam keadaan monomer (berat tubulus proksimal dan didegradasi oleh ginjal. Hati membuang
molekul 6 kDa), ini merupakan bentuk yang dominan dalam separuh insulin portal hepatik yang melewatinya. Waktu paruh
sirkulasi. Bentuk ini dapat mengalami dimerisasi membentuk insulin dalam plasma adalah sekitar 5 menit. Proinsulin,
suatu dimer dengan berat molekul 12kDa dan tiga dimer dapat yang juga dilepaskan bersama insulin, memiliki waktu paruh
beragregasi dengan adanya dua atom zink membentuk suatu lebih panjang (sekitar 20 menit). Proinsulin tidak mengalami
heksamer dengan berat molekul 36 kDa. pembelahan menjadi insulin dalam plasma. Walaupun hati
Biosintesis. Insulin merupakan hasil pembelahan pro- dan ginjal merupakan lokasi utama degradasi insulin, namun
insulin. Proinsulin merupakan turunan dari prekursor yang sebenarnya semua jaringan dalam tubuh dapat menghancurkan
lebih besar yaitu preproinsulin, yang disintesis di retikulum hormon ini. Insulin dapat didegradasi ekstraselular dan .juga
endoplasma kasar. Proinsulin merupakan rantai kontinu yang intraselular, setelah berikatan dengan reseptomya dan mengalami
berawal di ujung terminal-N rantai B dan berakhir di u.jung internalisasi di dalam sel.

lnsulin: I Pankreas dan sekresi insulin Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 81
lnsulin: ll Kerja insulin

(a) 5lr uktur re s ept o r ins uli n (d) Kerja insulin


i G-6-? Glukosa-7-fosfat *G;-
i F -6-P Frukl;osa-6-fosfat
lurik

Asam
amino
I

l- I

@l q::9
Y
Merrbran
plaema
ao)- <- a.^^
Lokasi lnlraeelular Iemakbebas i Iemakbebas
kalalisis Tyr ryr
----, /Srknsl\, 6lupoun i------------s Glukos )''.
kinase ge1 4^rr
Tyr

v
\ <."ru l/
A"t.(+)t
+ ,

*:"
(qsulif-----
l^
G 6 ?

*|
Kelon -+-*
He?^lo7:ft
v\:/ -

(b) Mekanisme kerja reeept or inaulin Asam:JAsam---.> Llpld i


enal, emak
ao bebae \'. bebaq
I-n
Olul-oEa( ")
w
6
& 1-oi*
&l ws&
ry
.?
s
,L-o ( *e
Tyr Tyr Tyr Tyr Tyr Tyr \/*
5er'&
Ty. 1er 1erl lTyr Tyd lSer )er Tyr Tyr
i I I I

?a^ ?o" 70, 7o+ ?ao ?00


,^r? ,\T7
.-'.-'----------
ltAnz*
--.---------> Mn2*

?1-zai;;;r"ta:'tr;;;;;t-z-i;;- | Efekjangka panjang:


MATK
wtAr \ Mito4en-activated pratein Ktrb96
lV|ruq6n-aouvarca PruLetil kinaoe ekspresi qen
i

lRg )ubetratreee?tor insulin i


Requlasi melabolisme 4lukooa Aan It?iA
o lnsulin I

Efek segera: pe inql,aLat amb oF q. tl oba mer oran

Ln
Glulosa(
.H ">

&-
& )-o(c
\J *

Tyr Tyr Tyr Tyr Iy. Tyr


Ty. )-o ( *v
\r "/ S
I
Tyr Tyt )er )er Tyr I Tyr Tyr
Tyrl
I

9er '&
I I I *+l
74" 74" 70, ioo
7A 7o+ IransVorLer
N7 AT7 qlukosa direkruf,

*
---------------- 'o^ | dan didaur ulanq
lvln
2
\)n2+
t-----l
Ree eplor ahIer n alia aei I erin kin as e d1 aktiv asi:
---+ dan d,imasukkankemba| 7enln 0k aI an I? an 6 ? a rt er
ke Aalan membran alukoaa

82 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal lnsulin: ll Kerja insulin


Skenario klinis Tlansporter glukosa. Insulin menstimulasi ambilan glukosa
secara selular, suatu kerja fisiologis utama insulin. Glukosa
Seorang wanita berusia 45 tahun dirujuk ke dokter umum
diambil ke dalam sel oleh transpofter glukosa melalui proses
karena mengalami peningkatan glukosa darah sewaktu pada
saat pemeriksaan medis asuransi. Pada anamnesis, ia mengakui
difusi terfasilitasi. Transporter dapat mentransfei glukosa
dan gula lainnya melintasi membran sel menuruii gradien
sering merasa lemah akhir-akhir ini dan beratnya meningkat
konsentrasi kimiawi (Gambar 38c). Transporter glukosa
selama setahun terakhir. Ia merokok 15 batang sehari. Ibunya
memiliki struktur dan kebutuhan ion yang berbeda pada jaringan
dan kakek dari ibunya menyandang diabetes tipe 2. Pemeriksaan
satu dengan jaringan lainnya.
fisik menunjukkan. ia obes (indeks massa tubuh 31 kglm2).
Internalisasi reseptor. Setelah reseptor mengikat insulin,
Tekanan darahnya 160/90 dan arteri tibialis posterior kanan
kompleks hormon-reseptor meninggalkan membran melalui
tidak teraba. Pemeriksaan flsik lainnya normal. Pemeriksaan
proses endositosis dan masuk ke dalam sel. Setelah berikatan
penunjang menunjukkan glukosa darah puasa 12,2 mmollL,
dengan reseptor, kompleks tersebut menjadi terselubungi di
HbAlc 9,27o, kolesterol'7,4 mmol/L, fungsi ginjal normal,
dalam suatu celah berlapisan yang dibentuk melalui invaginasi
glikosuria 3+ pada carik celup urin.
dan fusi permukaan sel. Begitu berada di dalam sel, celah
Ia dianjurkan berhenti merokok dan terapi dimulai dengan
tersebut menjadi tidak terlapisi dan membentuk suatu endosom.
obat antihipertensi dan penurun lipid. Ia dirujuk ke perawat
Endosom melepaskan reseptor dan insulin; reseptor kemudian
spesialis dan ahli gizi serta dianjurkan memantau glukosa darah
secara mandiri serta diberi edukasi mengenai diet dan olahraga.
didaur ulang ke membran dan insulin didegradasi. Proses
internalisasi reseptor dapat merupakan suatu regulasi efek
Pada awalnya kemajuannya lambat, namun kemudian ia
insulin dengan membatasi jumlah reseptor yang dapat berikatan
mengalami penurunan berat badan setelah diberi obat metformin.
dengan hormon. Proses ini merupakan mekanisme down-
Hal ini diikuti dengan kontrol glikemik yang membaik.
re gulation reseptor insulin.

Mekanisme kerja insulin


Efek insulin
Reseptor insulin merupakan bagian dari superfamili reseptor
tirosin kinase transmembran. Anggota lain superfamili Setelah makan, insulin memindahkan glukosa dari sirkulasi
reseptor ini adalah reseptor-reseptor untuk faktor pertumbuhan dan memacu konversinya menjadi glikogen dan lipid (Gambar
menyerupai insulin I (IGF-l), faktor pertumbuhan epidermal 38d). Insulin memacu konversi asam lemak menjadi lipid, serta
(EGF), dan faktor pertumbuhan turunan trombosit (PDGF). ambilan asam amino ke dalam hati dan otot skelet, tempat
Reseptor insulin terdiri dari beberapa subunit, yaitu: dua keduanya dikembangkan menjadi protein. Oleh karena itu,
subunit alfa dan dua subunit beta, yang saling berikatan kovalen insulin merupakan suatu hormon anabolik.
melalui jembatan disulflda (Gambar 38a). Subunit alfa terletak Hati. Hati merupakan lokasi utama glukoneogenesis dan
ekstraselular dan mempunyai tempat pengikatan insulin. Subunit ketogenesis. Produksi lipid dan protein juga berlangsung
beta terletak di sepanjang membran dan mentransdusi pengikatan di hati. Insulin menstimulasi sejumlah enzim yang terlibat
insulin ke subunit alfa menjadi sinyal intraselular melalui dalam produksi glikogen, termasuk glikogen sintetase yang
mekanisme berikut. Ketika insulin berikatan dengan lokasi mengkatalisis pembentukan glikogen. Glikogen juga disimpan
reseptor, interaksi ini ditransmisikan ke domain intraselular dalamjumlah kecil di otot skelet dan sel lain yang melnbutuhkan
pada subunit beta. Subunit ini melakukan autofosforilasi yang mobiiisasi simpanan energi dengan cepat. Di dalam sel,
kemudian mengaktivasi protein kinasenya sendiri, menghasilkan glukosa juga dikonversi menjadi glukosa-6-fosfat yang tidak
kaskade reaksi fosforilasi dan defosforilasi intraselular yang dapat meninggaikan sel karena membran plasma bersifat
digunakan untuk mengekspresikan kerja insulin. impermeabel terhadap ester asam fosfat. Hal ini menimbulkan
Kaitan antara reseptor insulin dengan kaskade fosforilasi gradien konsentrasi dan lebih banyak lagi glukosa yang masuk
Iainnya dapat berupa suatu famili protein yang disebut substrat ke dalam sel.
reseptor insulin (lnszlln receptor substrate, IRS). Dua protein Lemak. Sekitar 90% simpanan glukosa berada dalam bentuk
IRS, yaitu IRS-I dan IRS-2, bersifat esensial untuk ekspresi Iipid, maka adiposit merupakan lokasi kerja insulin yang penting.
kerja insulin yang komplet. Autofosforilasi reseptor insulin Insulin dibutuhkan untuk aktivasi enzim lipoprotein lipase. Jika
menyebabkan fosforilasi tirosin pada protein IRS. Hal ini tidak ada insulin, lipoprotein terakumulasi di sirkulasi. Insulin
membuat protein IRS mampu berikatan dengan kelompok juga melawan kerja glukagon (lihat Bab 41), suatu hormon yang
protein sinyal yang mengandung domain pensinyal dan proses memacu produksi badan keton. Badan keton, aseton, asam
pengikatan ini akhirnya menimbulkan berbagai efek insulin asetoasetat, dan asam p-hidroksibutirat, merupakin sumber
pada transpor glukosa, sintesis glikogen, sintesis protein, dan energi bagi otot dan otak, terutama saat puasa lama. Zat-zat
mitogenesis (Gambar 38b). ini merupakan turunan lipid dan diproduksi dalam kondisi
Insulin mengkonversi glukosa menjadi glikogen, dan reaksi kekurangan insulin. Badan keton menghambat oksidasi glukosa
ini dikontrol oleh glikogen sintetase yang bersifat inaktif dalam dan asam lemak sehingga menyebabkan penggunaan badan
keadaan terfosforilasi, dan menjadi aktif oleh defosforilasi. keton sebagai sumber energi. Jika laju produksi melebihi laju
Di sisi lain, fosforilase hepatik diaktivasi oleh fosforilasi. penggunaannya, akan terjadi ketoasidosis.
Fosforilase hepatik mengaktivasi glikogenolisis. Telah diketahui Otot. Insulin menstimulasi ambilan asam amino ke dalam
bahwa insulin bekerja pada metabolisme glikogen melalui otot skelet dan meningkatkan penempelan asam.amino ke
inhibisi fosforilasi kedua enzim ini, kemungkinan melalui -protein. Kedua efek ini bersifat independen, tidak tergantung
mekanisme yang melibatkan domain SH2. pada kerja insulin pada transpor glukosa ke dalam sel.

lnsulin: ll Kerja insulin Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 83


lnsulin: lll Diabetes melitus tipe 1

(a) Kekuranganinsulin

l/\/ \ilV
I Alikoqenoliots :
Far)g < '' HiPerTlikenia
(t.cleha')
) Abkon"o4"n"uis ----+l lla t.1q
I Li?oliste ?etrrntb.'lbd
|

' J
I
I Olikoeuna
I VaeoA alaei I
I
i

Asidoeis perifer I

+
:
hiperketonernla
v
I
?o) dipeta <- Diuresis ooffotik :

I Ai?aLen1i, ra(enaha,'
I
I
hipefierm:a
I
I (d) ArtropatiCharcot,
I
+ v A,rt ro?alt Charcol rnerup akan manifegteei neL)ro?aN
KeLoasid,osls De? eei at aa( dtabeliky ang ebih jaran4 Lerjadt di fiana sendi kaki
Atabel,ikvana dzoat qa ar yan1 meniadi o en qat ti)ak Ieralur Aan arkue kaki kolaVs
berakibalfaf,al :
I da?al,beraktbar, :
e ehinqqa tin:bul
VredleV oetei ulkua
{ atal

(c) Relinopali diab elik proliferat if

EkEudal keras

EkeudaLlunak

TembenLukan
gembduh darah baru
Terdarahan
?rarcLina

Skenario klinis mmol/L; PO2 1,2 kPa; PCO2 3,4 kPa. Diagnosis ketoasidosis
Seorang wanita berusia 22 tahLtn menderita diabetes melitus diabetik ditegakkan dan dilakukan terapi rutin dengan cairan
(DM) tipe I sejak usia 13 tahun. Pada awalnya penyakitnya intravena, kalium, dan insulin sesuai dengan protokol lokal.
terkontrol, namun satu tahun terakhir ia masuk beberapa kali Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi serius
ke Unit Gawat Darurat karena hipoglikemia. Selama beberapa dari DM tipe 1 dan merupakan kegawatan medis. Keadaan ini
hari sebelum masuk ke UGD. ia merasa tidak sehat-ia dapat timbul sebagai penyakit tersendiri atau dapat menunjukkan

menderita infeksi saluran napas atas, dan walaupun memantau kepatuhan yang buruk terhadap diet dan terapi atau merupakan
glukosa darahnya lebih sering serta menggunakan insulin, ia efek suatu penyakit tambahan seperti infeksi dada. Angka
justru mulai muntah 8 jam sebelum masuk UGD. Pada saat di mortalitas KAD cukup signiflkan yaitu sekitar l07o dan harus
UGD, ia lemas dan muntah lagi beberapa kali. Suhu tubuhnya diterapi secara serius, tepat, dan dengan pemantauan ketat
meningkat, ekspirasinya memanjang (pernapasan Kussmaul), terhadap respons terapi.
terciuin bau aseton pada napasnya, serta terlihat dehidrasi
dan tidak sehat. Pemeriksaan Glucostix menunjukkan glukosa Kekurangan insulin
darahnya 24 mmollL dan urinalisisnya menunjukkan glikosuria Kekurangan insulin menimbulkan keadaan katabolik berat
dan ketonuria 3+. Analisis gas darah diiakukan segera dan (Gambar 39a). Tanpa insulin, giukosa tidak dapat diambil
menunjukkan asidosis metabolik dengan pH 1,2; HCO3 14 oleh jaringan sehingga timbul hiperglikemia. Sel kekurangan

84 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal lnsulin: lll Diabetes melitus tipe 1
Tabel 39.1 Komplikasi mikrovaskular

Retinopati Bila tidak diterapi akan menjadi kebutaan


Nefropati Glomerulosklerosis dengan proteinuria progresif dan gagal ginjal
Neuropati Neuropati sensorik simetris perifer dapat timbul ulserasi dan kolaps sendi pada kaki
neuropatik
Artropati Charcot (Gambar 39d)
Mononeuropati dan mononeuritis multipleks termasuk neuropati kranial
Amiotrofi (neuropati motorik proksimal)
Neuropati otonom-takikardia istirahat dan hipotensi postural; kembung akibat
pengosongan'lambung yang lambat, muntah dan diare; kandung kemih atonik;
disfungsi ereksi, berkeringat

sumber energi dan menimbulkan respons glikogenolisis, sediaan insulin, mulai dari kerja pendek (larut), sampai ke kerja
glukoneogenesis, dan lipolisis untuk menghasilkan glukosa sedang dan panjang. Tujuan terapi adalah mempertahankan
untuk energi. Hal ini memperparah hiperglikemia dan kadar glukosa darah sedekat mungkin dengan nilai nomal, yang
menimbulkan asidosis melalui peningkatan produksi badan bervariasi sekitar 4 9 mmol/L. Pasien memantau kadar glukosa
keton, yang dapat berakibat fatal. Penghancuran protein dan darahnya secara teratur sepanjang hari menggunakan glukometer
Iemak tubuh menyebabkan penumnan berat badan, yang disebut dan mengatur dosis insulinnya sesuai nilai pemeriksaan. Terapi
wasting, dan asidosis menyebabkan vasodilatasi dan hipotermia. modern untuk pasien dengan diabetes tipe 1 menggunakan
Pasien menjadi hiperventilasi untuk membuang asidosis dalam
pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, perawat
bentuk karbon dioksida. Penutunan keadaan anabolik dan spesialis, ahli gizi, ahli mata, dan ahli chiropodil semuanya
memegang peranan penting. Edukasi pasien merupakan hal
hiperglikemia menyebabkan fatig (kelelahan).
Glukosa diekskresi di urin dalam bentuk diuresis yang
vitai dalam terapi-semakin seorang penyandang diabetes
mengefii kondisinya dan dapat mengatur penggunaan insulin
selanjutnya dapat menyebabkan kehilangan cairan dan garam
dan makanannya, maka semakin baik kontrol glukosanya dan
tubuh. Pasien menjadi dehidrasi, selalu merasa haus dan minum
semakin kecil kenlungkinan terjadinya komplikasi serius.
air dalam jumlah banyak (polidipsia). Pasien kemudian akan
TFansplantasi sel B manusia. Kemajuan terkini dalam terapi
jatuh dalam koma, etiologinya belum dimengerti sepenuhnya,
adalah keberhasilan transplantasi pulau Langerhans ke pasien
namun dapat merupakan efek kombinasi dari hiperketonemia,
diabetes tipe 1. Teknik ini memberikan harapan kesembuhan,
termasuk dehidrasi, hiperosmolaritas akibat hiperglikemia, dan
namun pada saat ini, suplai jaringan sangat jarang dan
masalah dengan mikrosirkulasi serebral.
pembentukan pulau dari sel punca (stem cell) sedang diteliti.

Diabetes melitus tipe 1 (IDDM) Kontrol diabetik yang buruk-komplikasi


Diabetes tipe 1 merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan mikrovaskular
kerusakan sel p pankreas sehingga timbul defisiensi insulin
Semua pasien dengan DM sebaiknya dipantau ketat dengan
absolut. Keadaan ini timbul pada anak dan dervasa muda
tujuan mencegah timbulnya komplikasi. Pasien dengan diabetes
dan lebih sering terjadi pada populasi Eropa Utara daripada
tipe 1 memiliki risiko tertentu bagi timbulnya komplikasi
kelompok etnis lainnya. Infiltrasi pulau pankreas oleh mikrovaskular (Tabel 39.1). Kontrol glikemik yang baik
makrofag yang teraktivasi, limfosit T sitotoksik dan supresor, mengurangi kemungkinan munculnya komplikasi, terutama
dan limfosit B menimbulkan 'insulitis' destruktif yang sangat retinopati diabetik (Gambar 39c). Pasien sebaiknya menjalani
selektif terhadap populasi sel B. Sekitar 10-90Vo sei p hancur pemeriksaan mata setiap tahun, sebaiknya dengan foto retina dan
sebelum timbul gejala klinis. DM tipe 1 merupakan gangguan oftalmoskopi direk. Onset nefropati ditandai dengan proteinuria,
poligenik dengan peran faktor genetik sebesar 307o. Terdapat awalnya dalam bentuk'mikroalbuminuria', yaitu albuminuria
kaitan dengan HLA halotipe DR3 dan DR4 di dalam kompleks 30-300 mgl24 jam. Sangat penting untuk mengoptimalkan
histokompatibilitas mayor pada kromosom 6, walaupun alel ini kontrol glikemik serta tekanan darah, dan inhibitor ACE terbukti
dapat merupakan marker untuk lokus lain yang berperan dalam memperlambat progresi mikroalbuminuria menjadi nefropati.
antigen HLA klas II yang terlibat dalam inisiasi respons imun. Neuropati sebaiknya ditata laksana dengan perawatan kaki
Faktor lingkungan dapat juga berperan penting sebagai etiologi termasuk chiropodi teratur untuk mengurangi kemungkinan
diabetes tipe I; peran virus dan diet sedang diteliti. pembentukan ulkus neuropatik.
Terapi. Pasien harus menggunakan insulin parenteral dan Secara tradisional, komplikasi mikrovaskular dianggap
menlalankan diet yang ketat. Insulin manusia saat ini dapat hanya ditemukan pada pasien dengan DM tipe 1. Namun,
dihasilkan dengan teknologi DNA rekombinan dan diberikan perbaikan terapi penyakit kardiovaskular pada pasien dengan
dengan berbagai macam alat 'pena' subkutan yang membuat diabetes tipe 2 menunjukkan bahwa komplikasi ini dapat terlihat
pemberian insulin menjadi sederhana. Tersedia sekian banyak pada pasien dengan tipe DM manapun (lihat Bab 40).

lnsulin: lll Diabetes melitus tipe 1 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 85
lnsulin: lV Diabetes melltus tipe 2

(a) Lokasi khas uniuk ulkus akiballekanan (pressure ulcer) pada diabetes,
m en cerminkan oklusi vaskular dan

(b) lskemia ray digital yanq akan menjadi gangren dengan euperinfeksi

Tabel 40.1 Diagnosis diabetes melitus dan gangguan loleransi glukosa


Skenario klinis (panduan WHO, 1999)
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang jumlahnya
semakin naik sehubungan dengan peningkatan obesitas pada Plasma Darah Darah
populasi. Prevalensinya di Inggris sekitar 27o dari populasi, vena vena kapiler
mmol/L mmol/L mmol/L
meningkat seiring usia, dan lebih tinggi pada kelompok etnik
teftentu, termasuk Afrika-Karibia (sekitar 57o) dan Asia Selatan Diabetes melitus
(>l\Vo). Diagnosis diabetes didasarkan pada pemeriksaan Puasa >7,0 >6,1 >6,1
giukosa darah sewaktu lebih dari 11 mmol/L. Jika terdapat
2 jam pascapemberian glukosa >11,0 >10,0 >11.1

keraguan, maka dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa. Gangguan toleransi glukosa
Panduan diagnosis DM ditunjukkan pada Tabel 40.1. Gangguan Puasa <7,0 <6,1 <6,1
toleransi glukosa merupakan kondisi penting dengan risiko 2 jam pascapemberian glukosa >7,8 >6,7 >7,8
tinggi menjadi DM tipe 2 dan memiliki risiko penyakit
makrovaskular lebih tinggi dibandingkan populasi normal.
Terapi diabetes tipe 2 secara umum adalah dengan pengaturan relatif. Mekanisme resistensi insulin pada diabetes tipe 2
pola makan, perubahan gaya hidup, dan obat hipoglikemik masih belum jelas. Walaupun terdapat sejumlah abnormalitas
oral bila diperlukan. Walaupun pasien dengan diabetes tipe 2 genetik dari reseptor insulin yang telah ditemukan, namun pada
tidak menderita ketosis dan tidak membutuhkan insulin untuk beberapa kasus yang berhubungan dengan sindrom resistensi
bertahan hidup, namun beberapa kasus membutuhkan insulin insulin yang jelas, hal ini jarang terjadi dan tidak menjelaskan
untuk mengoptimalkan kontrol glikemik. hiperinsulinemia yang terjadi pada sebagian besar pasien dengan
diabetes tipe 2. Konsekuensi hiperinsulinemia berkepanjangan
Diabetes melitus tipe 2 adalah terjadinya defisiensi insulin. Terdapat predisposisi
Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling genetik yang kuat bagi DM tipe 2 dengan adanya kesesuaian
sering terjadi, mencakup sekitar 85Vo pasien diabetes. Keadaan yang tinggi antara kembar identik dan prevalensi tinggi pada
ini ditandai oleh resistensi insulin disertai deflsiensi insulin komunitas etnik tertentu, terutama penduduk Asia Selatan dan

86 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal lnsulin: lV Diabetes melitus tipe 2
Afrika-Karibia. Namun faktor lingkungan juga berperan penting. Tabel 40.2 Komplikasi makrovaskular pada diabetes
misalnya orang obes memiliki angka resistensi insulin dan DM Penyakit kardiovaskular
tipe 2 yang jauh lebih tinggi. Peningkatan prevalensi hipertensi
Pasien dapat mengeluhkan gejala hiperglikemia seperti Penyakit jantung iskemik yang berhubungan dengan profil lipid
rasa haus dan poliuria walaupun hiperglikemia lebih sering abnomal yang menyebabkan infark miokard, gagal jdntung
terdiagnosis melalui pemeriksaan penunjang rutin atau pada Hiperglikemia mempercepat progresi aterosklerosis
pasien dengan penyakit kardiovaskular dan infeksi saluran kemih Penyakit serebrovaskular
atau kulit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan peningkatan Stroke
konsentrasi glukosa darah dan hemoglobin terglikasi, biasanya Penyakit vaskular perifer
berhubungan dengan dislipidemia. Sekresi insulin residual Klaudikasio intermiten
berarti bahwa seseorang dengan diabetes tipe 2 tidak mengalami Gangren
Penyakit kaki diabetik-iskemia dan ulserasi
ketoasidosis diabetik, walaupun orang tersebut dapat datang
dengan kegawatan yaitu dengan koma hiperosmolar non-ketotik
(hyperosmolar non-ketotic coma, HONK) yang diinduksi oleh
hiperglikemia berkepanjangan serta dehidrasi dan hipernatremia. Diabetes gestasional. Pasien dengan predisposisi diabetes
Pasien ini membutuhkan tata laksana yang ketat dengan tipe 2 dapat mengalami kondisi ini selama kehamilan, biasa-
penggantian cairan dan insulin dosis kecil untuk mengembalikan nya dengan hiperglikemia asimtomatik yang terdiagnosis pada
status euvolemia dan euglikemia sebelum menjalankan perubahan pemeriksaan rutin. Kontrol glikemik yang baik perlu dicapai
pola makan dan terapi hipoglikemik oral. untuk mencegah komplikasi pada bayi baru lahir dan kasus
Dulu diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada pasien berusia ini membutuhkan pemantauan ketat dan terapi insulin, kadang-
di atas 40 tahun. Namun, dengan meningkatnya insidensi kadang dalam dosis besar. Jika perubahan pola makan dan gaya
obesitas di negara barat dan onsetnya yang semakin dini, saat hidup tidak dijalankan setelah kehamilan, maka sebagian besar
ini terjadi peningkatan frekuensi diabetes tipe 2 pada orang (>157o) wanita dengan diabetes gestasional akan menderita
dewasa muda dan anak-anak. diabetes tipe 2 di masa depan.
Komplikasi makrovaskular merupakan penyebab utama
Terapi diabetes tipe 2 kematian pada pasien diabetes tipe 2, mencakup 50% kematian
Tujuan utamanya adalah mengontrol kadar glukosa dan lipid
dalam kelompok ini (Tabel 40.2). Risiko relatif penyakit
kardiovaskular adalah dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi
plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat' Pasien
pada pria dan tiga sampai empat kali lipat lebih tinggi pada
sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti
wanita dengan diabetes daripada kelompok kontrol berusia sama.
merokok, karena keduanya merupakan faktor risiko tambahan
Penyandang diabetes tiga kali lipat lebih berpeluang mengalami
untuk hipertensi dan penyakit kardiovaskular, dan keduanya
stroke dan 15 kali lipat lebih berpeluang mengalami amputasi
lebih sering terjadi pada diabetes tipe 2.
Awalnya diberikan saran perubahan pola makan. Tujuannya
tungkai bawah daripada mereka yang tidak menyandang
diabetes. Dalam jangka panjang, pasien dengan diabetes tipe
adalah mencapai konsentrasi glukosa darah normal dan
mengontrol hiperlipidemia dan tekanan darah. Tujuh puluh
2 juga dapat mengalami komplikasi mikrovaskular seperti
nefropati diabetik yang merupakan penyebab kedua tersering
lima persen pasien mempunyai berat badan berlebih atau obes
penyakit ginjal stadium akhir di Inggris. .
dan pilihan utama terapi awal adalah perubahan pola makan
yang bertujuan menurunkan berat badan pasien menjadi berat
ideal. Ketika berat badan ideal telah dicapai, pola makan Kaki diabetik
dapat disesuaikan untuk mempertahankan berat di angka yang Penyakit kaki pada penyandang diabetes disebabkan oleh
diinginkan. Pasien sebaiknya disarankan untuk berolahraga penyakit vaskular perifer atau oleh neuropati namun seringkali
teratur yang dirancang khusus sesuai kemampuan pasien disebabkan oleh keduanya (Gambar 40a dan b). Gangguan
karena hal ini membantu meningkatkan sensitivitas insulin suplai vaskular yang disertai tekanan eksternal dari sepatu atau
dan mengurangi kadar glukosa darah. Jika kadar lipid dan tekanan di suatu trtrk Qtressure point) merupakan predisposisi
tekanan darah tidak terkontrol, maka dibutuhkan terapi awal nekrosis jaringan dan pembentukan ulkus iskemik dan gangren
dengan obat penurun lipid, biasanya dalam bentuk statin, dan jari. Kaki iskemik ditandai oleh pulsasi nadi yang lemah atau
antihipertensi. Jika tidak tercapai kontrol glikemik yang baik tidak ada, pucat, kulit terasa dingin, dan pengisian kapiler
dengan perubahan pola makan, maka diberikan hipoglikemik yang buruk. Neuropati perifer menyebabkan kelemahan pada
oral. Terapi awal biasanya dalam bentuk sulfonilurea, seperti muskulus interossei dorsalis sehingga muskulus fleksor longus
gliklazid atau glipizid yang memacu sekresi insulin, atau dapat bekerja tanpa mendapat perlawanan sehingga kaki akan
metformin biguanid yang mengubah metabolisme glukosa berbentuk seperti cakar (claw). Terjadi redistribusi tekanan
perifer. Terapi yang lebih baru dapat ditambahkan, antara lain pada kaki sehingga dapat timbul ulserasi pada kaput metatarsal.
tiazolidindion, pioglitazon, dan rosiglitazon yang mengurangi Hilangnya sensasi nyeri dan sensasi posisi sendi semakin
resistensi insulin perifer dan akarbosa yang menghambat a- menambah masalah sepefti halnya iritan eksternal (seperti batu
glukosidase dan menurunkan konsentrasi glukosa postprandial. dalam sepatu) yang tidak dapat dirasakan oleh pasien, sehingga
Insulin dapat dibutuhkan untuk mencapai kontrol glikemik kulit terkelupas dan timbul ulserasi. Kaki neuropatik terasa
yang baik pada pasien diabetes tipe 2 yang telah lama tidak hangat dengan pulsasi kuat dan kulit kering.
terkontrol dan/atau mengalami gejala defisiensi insulin. Tata laksana penyakit kaki pada penyandang diabetes bersifat
Tata laksana klinis diabetes tipe 2 membutuhkan pendekatan kritis bagi pemeliharaan mobilitas dan pencegahan ulserasi,
multidisiplin. gangren. dan kemungkinan amputasi.

lnsulin: lV Diabetes melitus tipe 2 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 87
Glukagon

(a) Sintesis glukaqon


Troglukaqon G)iicnf,in

69 61 ZZ GR?? 1

HOOC NI,

Glukaqon (29 aaam am:no)

29 2a 15
HOOCahr -Asn-Met -Leu-Irg -GIn -Vd,?he -AsV -Gln-A,Ia-Arg,Ar4 -)er -Aep-Leu Tyr

,HN -His-Aer G)n -GIy Ihr -?he -Ihr -Oer -Asp ly, -Ser -tjs
5 10
Glukagon

(b) Kerja dan efek qlukagon

Aoam )emakbeba1 lF R;,"p"*


ln su lin
i Cu TroteinG
Sekretin 1
I
AC AAenilal, oiklaqe
SarnaIoel,atin A
Hiper7likemia
ir<'a llyenkinase
)el alfa pankreas
Gen qregroqlukaqor

llipoqlikemia Etek
Aqonie adrenergikbela G luko n e sis
og e ne he g atik
9trrulasi kolinergtk Li?oliaio
aei hip of,alamus ve nLr o m e di al Glikogenolsie
'tiryul
<olesiotakinin,Vl? AEam amino, dan
3.be a?. d. ar ar ia. yi" a i\a a-qirir qlisero) ) qlukoea

(c) Mekanisme kerja glukagon


- *-
(d) G e1 al a hi p o glike mi a
G)ukagon
+ io".li.^'-
) qemetar,berdebar-
berkerin4aL,
]

deba'. rosa lapar. az+iet as


\le,roo,t o?etV:
I konfuei, menqantuk,aieari,ria, i

1, inkoordtnasi i

I Non-epesiik: ]

mual. ^aLitleoa]a

lipoqlikemla beral: dap aL rneny eb abkan


kejanq,koma, dan aritrnia lantunT
Troleln G
cA\17<-
I AI7
Hipo7likemia b erulan q dap a1; menirnbulkan
qalaqLdl nteleV I sa oqreb't
Q,
AKLivaot oleh adenilal stklaee oleh

<-I
eubunil, a proletn G
?rolein TroLd:n
kinaee I r.,nuu"
aktif inaklif

''
I
Efekhorrror

88 Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal Glukagon


Skenario klinis antara sel a dan sel p pankreas. Sekresi glukagon dipengaruhi
Hipoglikemia merupakan komplikasi penting dari terapi insulin oleh hormon saluran cerna (lihat Bab 42), dan distimulasi
pada pasien diabetes. Pada awal penyakit, sebagian besar pasien oleh kolesistokinin (CCK) dan peptida vasointestinal (VIP).
menyadari gejala (Gambar 41d) dan dapat mengambil tindakan Somatostatin, hormon lain yang disekresi oleh-pankreas,
untuk itu, namun'kewaspadaan terhadap hipoglikemia' menurun menghambat sekresi baik glukagon maupun insulirl.
seiring dengan durasi terapi insulin sehingga setelah 20 tahun Sistem saraf memediasi pelepasan glukagon yang di-
pengaruhi oleh stimulasi kolinergik dan adrenergik-a. Stimulasi
menyandang diabetes, hampir separuh pasien telah kehilangan
kewaspadaan terhadap gejala tersebut. listrik di hipotalamus ventromedial pada hewan percobaan
Hipoglikemia tierat merupakan penyebab penting morbiditas meningkatkan pelepasan glukagon.
dan mortalitas pada penyandang diabetes yang mendapat terapi
Begitu dilepaskan ke dalam sirkulasi, glukagon bersirkulasi
insulin dan terapinya membutuhkan bantuan orang lain. Anggota tanpa terikat ke protein plasma manapun, dan berada dalam
keluarga, teman, atau staf sekolah perlu diedukasi mengenai gejala
berbagai bentuk. Hormon ini memiliki waktu paruh pendek
dan terapinya. Gejala dini dapat diterapi dengan karbohidrat oral;
yaitu sekitar 5 menit, dan cepat didegradasi terutama di ginjal
jika pasien tidak dapat menelan, maka glukagon intramuskular dan hati. Di dalam hati, glukagon berikatan dengan reseptor
atau gel glukosa bukal dapat membantu. Pasien dan kerabatnya membran spesifik, dan setelah didegradasi, proses degradasi
dapat dilatih untuk memberikan glukagon intramuskular. Jika tampaknya menjadi ciri khas glukagon.
terjadi penurunan kesadaran, maka pasien harus mendapat
tindakan medis dan diterapi dengan glukosa intravena. Mekanisme kerja
Glukagon berikatan dengan reseptor membran pada sel
Biosintesis, penyimpanan, dan sekresi target dan mengaktivasi sistem second messenger adenilat
Glukagon terutama disintesis di sel-o pankreas dan merupakan siklase (Gambar 4lc). Melalui penelitian kerja glukagon pada
hasil pembelahan dari molekul prekursor yang jauh lebih glukoneogenesis, sistem second messenger pada respons selular
besar, yaitu preproglukagon (179 asam amino pada manusia). pertama kali diketahui. Glukosa melakukan up-regulation
Gen preproglukagon pada manusia terletak di kromosom terhadap ekspresi reseptor glukagon sementara glukagon dan
2. Preproglukagon membentuk proglukagon (Gambar 41a). zat yang meningkatkan cAMP intraselular melakukan down-
Fragmen terminal-N proglukagon disebut fragmen glicentin- regulation terhadap ekspresi reseptor glukagon.
related polypeprlde (GRPP), disebut demikian karena fragmen
ini mengandung glisentin (glucagon-like immunoreactivity- l), Efek glukagon
suatu polipeptida intestin yang mengandung sekuens glukagon.
Glukagon memiliki efek yang berlawanan dengan insulin.
GRPP dan glukagon disimpan bersamaan di granula dalam
Di hati, hormon ini memacu pembentukan glukosa dari
sel, dan dilepaskan bersamaan dalam jumlah yang hampir
penghancuran glikogen. Glukagon, melalui cAMP, memblokade
ekuimolar.
kaskade enzim yang menimbulkan sintesis glikogen pada
Kedua peptida ini juga disimpan dan dilepaskan dari sel
tahap aktivitas enzim antara fruktosa-6-fosfat dan fruktosa-
di saluran cerna, sefia glukagon dan GRPP membentuk famili
1,6,-difosfat, serta antara piruvat dan fosfoenolpiruvat. Kerja
besar hormon saluran cerna (lihat Bab 42). Kandungan glukagon
glikolitik dari glukagon bersifat esensial untuk mempertahankan
pada pankreas orang dewasa sehat berkisar 3-5 pgig berat
kadar glukosa darah jangka pendek, terutama saat mikan, ketika
pankreas.
simpanan glikogen banyak. Di hati, glukagon memacu konversi
Secara kimiawi, glukagon merupakan polipeptida dengan
asam amino menjadi glukosa. Hormon ini juga memacu konversi
berat molekul sekitar 3,5 kDa, yang terdiri dan 29 asam
asam lemak bebas menjadi badan keton.
amino. Sekuens asam amino glukagon tetap dipertahankan
Di dalam hepatosit, glukagon bersifat lipolitik, membebaskan
selama evolusi, dan keseluruhan sekuens asam amino tersebut
asam lemak bebas dan gliserol, namun kerjanya pada hepatosit
dibutuhkan untuk aktivitas biologisnya. Jika histidin terminal-N
dapat bersifat signifikan hanya ketika konsentrasi insulin
diganti, maka molekul ini akan kehilangan aktivitas biologisnya.
rendah, karena insulin merupakan inhibitor poten pada lipolisis
Di sisi lain, kerja insulin lebih bergantung pada integritas struktur
hepatosit.
tiga dimensinya daripada sekuens asam amino absolutnya. Tidak
seperti insulin, glukagon tidak memiliki struktur tiga dimensi
yang stabil dalam larutan flsiologis, namun mungkin strukturnya Mutasi reseptor glukagon
menjadi stabil saat berikatan dengan reseptor. Seperti mutasi pada reseptor insulin, mutasi pada gen reseptor
Sekresi glukagon (Gambar 41b). Glukagon disekresi glukagon terbukti juga berhubungan dengan diabetes tipe
cepat ketika konsentrasi glukosa plasma turun, dan sekresinya 2. Mutasi missense heterozigot tunggal pada ekson 2 dari
dihambat ketika konsentrasi glukosa meningkat. Sekresinya gen reseptor glukagon, yang mengubah glisin menjadi serin
dihambat juga oleh substrat energi lain, seperti badan keton (Gly40Ser), menyebabkan diabetes pada populasi pasien dengan
dan asam lemak. Asam amino. terutama arginin, menstimulasi diabetes tipe 2. Reseptor yang mengalami mutasi diteliti secara
sekresi glukagon (seperli halnya insulin). Pada keadaan ini, di in vitro dan reseptor mutan tersebut mengikat glukagon dengan
mana insulin dan glukagon dilepaskan secara simultan, efeknya afinitas kurang lebih tiga kali lebih rendah dibandingkan dengan
adalah insulin dapat memacu sintesis protein tanpa mengganggu reseptor tipe wild (tipe yang tidak mengalami mutasi). Lebih
homeostasis glukosa yang normal. jauh lagi, produksi cAMP sebagai respons terhadap glukagon
Insulin menghambat sekresi glukagon (Gambar 41b), berkurang pada sel yang mengekspresikan reseptor mutan
mungkin melalui interaksi resiprokal (timbal-balik) parakrin dibandingkan dengan sel yang mengekspresikan tipe wild.

Glukagon Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 89


Honmon gastrointestinal

(a) Hormon saluran cerna


Hormon saluran cerna

K3ndun4 empedu

HerW
Ambilan
qlukosa

1'
lrgul rl

olv
ffi I

1'
ffi- oekret'in
ffiF';itffry
Frzr +
tto

(b) F amili p eptida gasf,rin-kole sisi"okinin- (c) Sekresi HCI dari sel parielal lambunq
s eku ens p enl ap e?t.ida karb okeitermin alny a i d entik

GaaLrin 17 I R1 -Tyr(90 )-Oly-TrV-Mer-Aep-Pha(NH2)


CCK 33 R'1 -Tyr(9O3) -Gly -T rV - \l et.- Asp-Phe(N H 2) 'l---^r'-, -------l.lr .
(n)
Tabel 421 Kemungkinan mediaf,or pada pH duodenum dan sekresi asam -.0. R-,0- *t(..)
Kemun4kinan kerja Men1hambal Men6timulaoi
\
r2U- \J/-> H-l-.----'{--
Perl a rnb atan pe n 4 o io n q a n
?lasma Lrffien
asam lambun q ke duo denum

I ekresl bikarb onal; dari TolipepLida pankreao CCK f'


I lrt oon aPr .. at' l- a.rH"O"
?anKrea9 9aft1ato6tatin Sekre,tin . girao- oe,-tbawa tt i et dar , -
vct? 7 aonVao'otot
:

Sekreei asam 7ep1;i d a inhib iN arik ga eLer CCK


9ekretirt Gaetrin
Sorfraltoet alin
vt7
Telepaoan 4aslrin ?epti d a inhib ir,o rik qa et e r 9ombeein
Gluka4on Teptida pelepas
3e?-reXin \ae'rin (Aastrin-
gornatastatin raleasin4 peptide,
vt? cR?)

Skenario klinis hormon lain meliputi: ACTH (timbul sebagai sindrom Cushing);
Tumor neuroendokrin sistem gastrointestinal merupakan tumor GHRH (menyebabkan akromegali); dan PTHrP (timbul dengan
yang jarang dan biasanya menimbuikan manifestasi yang berkaitan hiperkalsemia). Pasien dengan insulinoma datang dengan gejala
dengan kerja peptida yang disekresinya. Tumor neuroendokrin hipoglikemia; pasien dengan gastrinoma mengalami ulkus peptikum
fungsional meliputi: insulinoma tumor pankreas (mensekresi insulin), kompleks dengan diare; VIPoma menyebabkan diare, gangguan
VlPoma (polipeptida intestin vasoaktif), glukagonoma (glukagon), asam-basa, intoleransi glukosa, dan ruam eritematosa; glukagonoma
gastrinoma (gastrin), dan somatostatinoma (somatostatin); dan menyebabkan lesi kulit nekrolitik khas yang berkaitan dengan
tumor usus halus karsinoid (5HIAA), gastrinoma (gastrin), dan intoleransi glukosa, gangguan usus, masalah neuropsikiatrik,
somatostatinoma (somatostatin). Tumor pankreas dapat merupakan dan trombosis vena; dan pasien dengan somatostatinoma datang
bagian dari sindrom MEN 1 dan terkadang mensekresi sejumlah dengan steatorea, batu kandung empedu, dan diabetes. Tumor

90 Endokrinoloqi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal Hormon gastroiniestinal


karsinoid merupakan kelompok yang paling sering, pasien datang pelepasan enzim pankreas. CCK menstimulasi pelepasan glukagon
dengan flushing, diare, bronkospasme, aftropati, dan komplikasi seperti halnya VIP. CCK meningkatkan kerja sekretin dalam
jantung. Semua tumor ini sangat jarang dan membutuhkan tata menstimulasi pelepasan bikarbonat dari pankreas dan memperlambat
laksana spesialistik oleh tim gabungan ahli endokrinologi dan pengosongan lambung. CCK atau peptida yang terkait dapat
ahli onkologi. beftindak sebagai hormon yang menyebabkan rasa kehyang.
Sekretin. Pada manusia, sekretin ditemukan dominan pada
Pendahuluan sel S granular, di vili dan kripta mukosa usus halus. Sekretin
dilepaskan sebagai respons terhadap pengasaman isi duodenum,
Hormon endokrin gastrointestinal sebenarnya merupakan peptida.
yaitu masuknya cairan lambung. Sekretin tidak dilepaskan pada pH
Banyak peptida disintesis oleh sel GIT (gastrointestinal tract,
di atas 4,5. Kerja utamanya adalah menstimulasi sekresi bikarbonat
traktus gastrointestinal), namun perannya sebagai hormon masih
dari pankreas, dan meningkatkan pelepasan enzim pankreas yang
belum jelas. Hormon GIT melepaskan enzim yang diperlukan
dipicu oleh CCK. Terdapat hubungan umpan-balik negatif antara
untuk proses pencemaan; hormon ini meningkatkan aktivitas enzim
sekretin dan bikarbonat yang menghambat pelepasan sekretin.
dengan menstimulasi pelepasan asam empedu yang menciptakan pH
Peptida vasointestinal (vasointestinal peptide, VIP). VIP
optimal .untuk banyak enzim, dan juga pelepasan garam empedu;
manusia merupakan polipeptida yang bersifat sangat basa dan terdiri
beberapa hormon GIT mengubah motilitas GIT. Kemungkinan
dari 28 asam amino, serta termasuk peptida dari famili sekretin.
mediator pada sekresi asam dan pengontrolan pH duodenum
VIP terdistribusi luas di selumh tubuh, terutama terutama dalam
ditunjukkan pada Tabel 42.1.
GIT, mulai dari esofagus sampai rektum. Neuron yang mengandung
VIP terutama terkonsentrasi di jejunum, ileum, kolon, dinding
Biosintesis, sifat kimia, dan pelepasan kandung empedu, sfingter, dan pankreas. Pelepasan VIP dari sel
Hormon GIT disintesis di sel 'clear' , dinamakan demikian karena diketahui dapat dimodiflkasi oleh neuron iain yang mengandung
sel ini mengalami pewarnaan selektif dengan garam perak, dan opioid atau somatostatin sebagai neurotransmiter. Fungsi penting
tersebar luas di sepanjang saluran cerna, sehingga membentuk DES VIP di dalam saluran cerna mungkin untuk memacu relaksasi
atau sistem endokrin difits (dffise endocrine system) pada saluran desendens, karena dilepaskan hanya pada saat relaksasi.
cerna. Sel saluran cerna dinamakan secara sembatang, misalnya sel Peptida inhibitorik gaster (gastric inhibitory peptide, GIP)
G (pensekresi gastrin), sel S (pensekresi sekretin), sel D (pensekresi merupakan polipeptida dari famili sekretin yang terdiri dai 42
somatostatin), sel K (pensekresi peptida inhibitorik gaster), dan asam amino, terdapat di saluran cerna dengan konsentrasi paling
sel I (pensekresi kolesistokinin). Hormon 'GIT dikelompokkan tinggi di duodenum dan jejunum. Pelepasan GIP distimulasi oleh
berdasarkan kemiripan strukturalnya menjadi dua famili, yaitu glukosa, asam amino, dan asam lemak bebas, dan pelepasannya
gastrin dan sekretin (Gambar 42a). juga dapat dimodiflllasi oleh hormon lain. Kerja GIP yang penting
Peptida dari famili sekretin, yaitu sekretin, glukagon, VIP, dan adalah meningkatkan sekresi insulin dalam kondisi hiperglikemia.
peptida inhibitorik gaster (GIP) memiliki kesamaan dalam sekuens Asupan oral glukosa lebih poten dalam menstimulasi pelepasan
homolog asam amino. Sekretin dan glukagon memiliki 14 asam insulin daripada pemberian secara intravena, dan hal ini dapat
amino yang sama. Famiii gastrin disebut demikian karena gastrin dijelaskan oleh efek stimulasi glukosa terhadap pelepasan GIP.
dan kolesistokinin (CCK) memiliki sekuens terminal-C yang identik Peptida pelepas gastrin (gastrin-releasing peptide, GRP)
pada lima asam amino pefiamanya (Gambar 42b). merupakan peptida yang terdiri dari 27 asam amino (babi) dan
Gastrin disekresi oleh sel G pada antrum gaster dan duodenum, terdapat di otak dan neuron GIT. GRP yang diberikah pada otak
dan berada dalam sirkulasi dalam beberapa bentuk, yang utama tikus menyebabkan pelepasan gastrin dari sel G. GRP terlokalisasi
adalah G17 dan G34, angka ini mencerminkan jumlah asam pada sel saraf di mukosa antrum dan terbukti menyebabkan
aminonya. G17 ditemukan di lambung dan G34 terutama terdapat pelepasan gastrin.
di duodenum, dan pada manusia, terdapat di sirkulasi. Kerja Enteroglukagon merupakan nama yang diberikan pada
fisiologis utama gastrin adalah melepaskan HCl dari sel parietal sekelompok peptida heterogen di saluran cerna. Molekul
Iambung (Gambar 42a), dan mengatur pertumbuhan mukosa proglukagon terdiri dari fragmen-fragmen, dan meliputi peptida
gaster. Cairan asam lambung yang dihasilkan gastrin mengeksitasi yang dinamakan oksintomodulin, dan glisentin serta GRP.
sekresi pepsinogen dari sel chief dan pelepasan sekretin dari sel S. Konsentrasi tertinggi terdapat di ileum dan kolon, dan 60-80Vo
Pelepasan gastrin terutama distimulasi oleh makanan dan sedikit aktivitasnya dilakukan oleh glisentin. Peptida ini dilepaskan oleh
distimulasi oleh asam lemak bebas, asam amino, dan peptida, namun makanan di saluran cerna, yang bukan mempakan stimulus bagi
gula dari makanan tidak melepaskan gastrin. Hormon ini juga pelepasan glukagon.
dilepaskan melalui stimulasi vagal otonom. Gastrin meningkatkan Ghrelin merupakan hormon peptida yang disintesis dan
aktivitas motorik GIT, menstimulasi sekresi enzim dari pankreas, dilepaskan dari bagian fundus lambung. Ghrelin kuat menstimulasi
merelaksasi sfingter pilorus, dan meningkatkan tekanan sfingter pelepasan holrnon pertumbuhan dari hipofisis. Hormon ini juga
esofagus bagian bawah. Mekanisme pelepasan HCl dari sel parietal bersifat oreksigenik (memacu perilaku makan) melalui kerjanya
gaster ditunjukkan pada Gambar 42c. di hipotalamus (lihat juga Bab 44) sehingga merupakan bagian
Kolesistokinin (CCK). Sel pensekresi CCK (sel I) terutama dari sistem keseimbangan energi.
terdapat di duodenum danjejunum proksimal. CCKjuga ditemukan Motilin merupakan peptida yang disekresi di usus halus dan
di neuron yang menginervasi intestin bagian distal. Dalam GIT, secarakimiawi tidak berkaitan dengan hormon GIT lainnya. Motilin
CCK dilepaskan sebagai respons terhadap asam amino tertentu menyebabkan kontraksi periodik dari otot GIT bagian atas, dan
(terutama triptofan dan fenilalanin), lipid, dan asam lemak bebas. mungkin berperan sebagai 'pembersih' yang menjaga agar GIT
CCK mengkontraksikan kandung empedu dan menstimulasi bebas dari materi yang tidak tercerna.

Hormon gastrointestinal Endokrinologi metabolik: Pankreas dan traktus gastrointestinal 91


Homeostasis energi: I Rangkuman

(a) Keseimbangan asupan dan pengeluaran ener4i (c) Rangkuman mel,ab olisme

DieL -----> ,:. toaa O, r'oqi;


t^
rl
*+
G-6,? + G-1-7
I
v
it,l
iY PirL\dt <---+ L.\Ea-
'
itr
i + col
-->at"aloa.elal ----+ Aee,\oA J

Asam
amino t I
f__'._-:
i)iet, :--- > }I;aAium inlermed aL l;idak d,itunjukkan

Asupan
enero,i

(b) lntegrasi melabolieme lemak, karbohidraL, dan ?rot ein Hormon I


(d) D amp ak relatif d ari f aktor y an g
KarbohidraL i t idak dil,urunkan, laklor genetik, dan faktor
Legtin I

Trof,ein Aanlemak I budaya Lerhadap p erkembangan obesilas


,'',,',,',',','',,1

: A,uu
, amlno
:. ...
I Karbohidral
L

G ukaqon
,,
GlukokorLtk
T4
ln eu lin
la\J Hormon oerLtnbuhan
GLukoLorirLoirl
Glukaqon @

J' ol +
't Fool
I
l
zqArn Amtno fidak diturunkan
i. ."... .... ............
60%
I
I

)nsun
I
-l li
f)ormon Vertumbrt',,
Glukokort ikoid,
|
^
@ I @l
neu tr1
I

lormon ?erlurnbrhan
ol+ Glukokortiko d G)ukagonl^
I
I

EVinefrin
: Bahan b akar rnef,abalik
Glukokor\ikotd

92 Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas Homeostasis energi: I Rangkuman


Skenario klinis Regulasi aliran glukosa adalah melalui kerja hormon
endokrin, yaitu epinefrin, hormon pertumbuhan, insulin,
Beberapa tahun terakhir, jaringan adiposa dikenal sebagai
glukagon, glukokortikoid, dan tiroksin. Insulin merupakan
organ dengan metabolisme yang sangat aktif. Pada tahun
satu-satunya hormon dengan efek hipoglikemik, Sedangkan
1994, ditemukan homon leptin, suatu peptida yang hampir
yang lainnya bersifat hiperglikemik karena meiistimulasi
hanya disekresi oleh sel adiposa saja dan memiliki reseptor
glikogenolisis. Oleh karena itu, penurunan glukosa darah
di hipotalamus dan jaringan perifer. Leptin memiliki sejumlah
menstimulasi pelepasan hormon-hormon tersebut, sedangkan
kerja yang berkaitan dengan pengiriman sinyal rasa kenyang
peningkatan glukosa akan menstimulasi pelepasan insulin; ini
dan pengubahan metabolisme energi. Penemuan yang jarang
merupakan contoh kontrol umpan-balik negatif ganda.
yaitu satu keluarga yang mengalami defisiensi leptin, obesitas
ekstrem, dan resistensi insulin, telah diikuti dengan terapi pada
Integrasi metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein
bersifat esensial untuk pengontrolan pool glukosa yang efektif.
dua anak menggunakan leptin rekombinan dan keberhasilan
D:la pool lainnya yang terkait dengan pool ini adalah pool asam
untuk menurunkan berat badan. Namun, pada sebagian besar
lemak bebas (FFA) dan pool asam amino (AA) (Gambar 43b).
individu obes yang tidak mengalami defisiensi leptin, kadar
Pool FFA mencakup keseimbangan antara FFA dari makanan
leptin dalam sirkulasi tinggi dan berkaitan dengan massa
yang diabsorpsi dari GIT, FFA yang dilepaskan dari jaringan
lemak tubuh, sehingga timbul dugaan resistensi leptin mungkin
adiposa setelah lipolisis, dan FFA yang masuk ke dalam proses
memegang peranan dalam obesitas. Masih diperlukan penelitian
metabolik. Insulin mendorong FFA memasuki simpanan dalam
lebih lanjut untuk mengetahui peran pasti hormon ini dalam
bentuk lipid, sementara glukagon, hormon pertumbuhan, dan
homeostasis energi.
epinefrin menstimulasi lipoiisis. Pool AA dalam aliran darah
mencakup keseimbangan antara sintesis protein dan masuknya
Hormon endokrin dan metabolisme energi asam amino ke dalam jalur glukoneogenik. Rangkuman
Sistem neuroendokrin memegang peran kritis dalam metabolisme metabolisme ditunjukkan pada Gambar 43c.
energi dan homeostasis serta berdampak dalam pengontrolan
perilaku makan. Metabolisme energi berpusat pada pemeliharaan Kontrol endokrin terhadap asupan makanan
suplai glukosa yang cukup untuk metabolisme dan pada Penemuan hormon leptin yang disekresi dari jaringan adiposa
keseimbangan antara penyimpanan dan penggunaan energi
dan yang menghambat perilaku makan pada hewan pengerat
(Gambar 43a). Penyebaran obesitas yang cepat, dengan penyakit
(rodensia), telah menimbulkan ketertarikan terhadap peran
jantung dan diabetes yang menyertai, di komunitas barat yang
sistem neuroendokrin pada perilaku makan dan timbulnya
sejahtera telah memacu penelitian yang berhasil menemukan
obesitas. Terdapat bukti adanya sistem umpan balik di
hormon endokrin yang mengatur, bahkan mendikte, perilaku
hipotalamus (lihat Bab 44). Pada manusia, asupan makanan
makan pada spesies lain (lihat di bawah dan Bab 44).
ditentukan oleh sejumlah faktor termasuk keseimbangan perifer
antara penggunaan dan penyimpanan energi, dan oleh otak
Penyimpanan energi melalui pusat rasa lapar dan kenyangnya yang dapat memicu
Lemak merupakan simpanan energi utama dalam tubuh. dan menghentikan perilaku makan (Gambar 4da). Leptin
Lemak merupakan simpanan energi yang paling efisien dalam disekresi oleh adiposit manusia namun mungkin memiliki
satuan kJ/g, dan tubuh tampaknya dapat menyimpan lemak peran lebih penting (pada manusia) untuk mempertahankan
tanpa batasan, suatu fakta dari terlihat dari fenomena obesitas simpanan energi yang cukup dalam jangka panjang selama
ekstrem. Karbohidrat mencakup <l7o stmpanan energi, dan periode defisiensi energi, bukan hanya sebagai hormon rasa
jaringan seperti otak bergantung sepenuhnya pada suplai glukosa kenyang yang bekerja jangka pendek.
yang konstan, yang didapat dari diet atau glukoneogenesis. Perilaku makan manusia dapat diinisiasi dan dipertahankan
Protein mencakup sekitar 207o simpanan energi tubuh, namun tidak hanya dengan rasa lapar, namun juga melalui kesadaran
karena protein memiliki peran struktural dan fungsional, maka adanya makanan yang enak dan keadaan emosi; mekanisme
integritasnya tetap terjaga kecuali dalam keadaan puasa, dan sentral yang mendasari perilaku ini belum dipahami. Sebaliknya,
simpanan energi ini tidak berada dalam bentuk yang siap perilaku makan dapat ditekan dengan sengaja, misalnya pada
digunakan. anoreksia nervosa, ketika pasien berpuasa tanpa mengetahui
Glukosa yang bersirkulasi dapat dianggap sebagai pool konsekuensi perilaku tersebut. Namun terdapat bukti yang
glukosa (Gambar 43b), yang dalam keadaan ekuilibrium berkembang bahwa pada beberapa keluarga terdapat kontribusi
yang dinamis akan menyeimbangkan antara asupan dan genetik, misalnya mutasi pada gen yang mengekspresikan
pengeluaran glukosa. Sumber asupan adalah diet (karbohidrat) reseptor melanokortin-4 (MCR-4) yang ditemukan pada keluarga
dan glikogenolisis hepatik. Pengeluarannya adalah ke jaringan penyandang obesitas yang tidak mengalami rasa kenyang.
untuk sintesis glikogen, untuk digunakan sebagai energi, atau ke Kontribusi relatif dari faktor budaya, faktor genetik, dan
urin jika konsentrasi plasma mencapai kadar tertentu. Kadar ini faktor yang tidak ditransmisikan bagi berkembangnya obesitas
biasanya tidak tercapai oleh orang yang normal dan sehat. ditunjukkan pada Gambar 43d.

Homeostasis energi: I Rangkuman Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas 93


Homeostasis energi: ll Kontrol sentral
(a) Efek lesi hirotalamuo lerhadap perilaku makan likus

Venl,rikel keliqa

Nukleue arkuatue

Area Leei diht?aNalamu7 Leei di hi?otalamL)5


hipol;alamus venlronedial laleral
lateral (VusaL rasa kenyanq) (pusaI rasalapar)
I
* v
I
l@ L"-
i
ToLon gan rnelintanq p ada hipolalamus Iikus Terilaku makan inlens Kehilangan rasa lapar

(b) ?elepasan dan efekleplin pada massa jaringan adiposa

Area Sislemlimbik
hiVol;alamus
' . .: :r lateral
.
q-<
Ncrrror
Ranqsanqan

iI
NI3 balanq ar"ak (raeakenyanq)

'I
Le?tin
lnsulin
Glukosa
I
Ghrelln
lnsu in _|__> I
OiNr,r.ou I

Ghrein -------> J
AarrbaLan
perllaku makan

+
Massajarnqan
adiVosaberkuranq
Tele?aaanleryin W
lo
^.
I

W
Wffi <- N,4.rkrr <-
+
Teleqasan
1eprln I
@W
W n AaKT A4out r 4ene-related peptde
Maeea jaringan lc CART ( o. a' ne and amphT I 2 f ; np - yoq sla I ed tranecript

lN Neuropepl,idaY
adiposa mentngkat.
lN Nukleus irakius e ollLariuo
l7
llvM9H
7 ro - o
?i o
M"larocy e-gr imulef
ffi eI a n oko rf,i n
i40 narnoae
l

Skenario klinis insipidus persisten yang diterapi dengan DDAVP (lihat Bab
Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun datang ke klinik 34). Setahun setelah terapi. berat badannya meningkat 22 kg.
endokrin anak dengan keterlambatan pubertas dan keluhan Ia merasa sangat sulit mengontrol asupan makanannya dan
rasa haus serta poliuria. Pemeriksaan penunjang menunjukkan ibunya melihat bahwa ia dapat terus makan makanan apapun
hipopituitarisme dan diabetes insipidus yang disebabkan oleh yang ada di hadapannya. Diet untuk membatasi asupan kalori
kraniofaringioma, suatu tumor kistik pada hipotalamus. Ia gagal dilakukan.
diterapi dengan pembedahan dan radioterapi. Pascaoperasi. ia Homeostasis energi dikontrol oleh integrasi input otonom
mengalami defisiensi seluruh hormon hipoflsis anterior sehingga dan sinyal perifer oleh otak. Regio hipotalamus yang
membutuhkan terapi pengganti hormon dan mengalami diabetes terlibat dalam proses ini telah diidentiflkasi dalam sistem

94 Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas Homeostasis energi: ll Kontrol sentral
eksperimental, yang terutama melibatkan dua populasi neuron, Sebaliknya, neuron pengekspresi POMC/CART menghambat
neuropeptida Y oreksigeniklAgouti-related peptide neurones pusat PVN/LHA. Hipotesis ini didapat dari pengamatan bahwa
dan pro-opiomelanokortin anoreksik/sistem cocaine and leptin, hormon rasa kenyang, menghambat neuron pengekspresi
amphetamine-related transcript (CART). Neuron-neuron ini NPY/AgRP arkuatus dan mengaktivasi neuron POMC/CART
saling berhubungan dan dipengaruhi oleh sejumlah hormon arkuatus (Gambar 44b).
termasuk insulin, glukokortikoid, dan leptin. Sindrom obesitas Neuron POMC memproduksi peptida pro-opiomelanokortin
hipotalamik yang terlihat pada pasien dengan penyakit pada yang kemudian bergabung dengan beberapa peptida aktif lainnya
regio hipotalamus dan suprasela tampaknya berkaitan dengan termasuk cr-MSH (lihat Bab 17). c-MSH diyakini merupakan
gangguan pada m6kanisme homeostasis ini. produk yang beftanggung jawab untuk kerja inhibitorik sistem
POMC pada nafsu makan melalui reseptor MCR-4. Hal ini
Pendahuluan belum dipastikan karena beberapa produk hasil gabungan
Beberapa bukti menunjukkan pentingnya peran saraf dalam POMC, seperti ACTH, 1-LPH, dan I3-MSH dapat berikatan
pengontrolan homeostasis energi, yang statusnya bergantung dengan reseptor MCR-4.
terutama pada sinkronisasi asupan makanan, penggunaan energi. Sinyal dari pusat makan hipotalamus direlay ke perifer
dan penyimpanan energi. Sinkronisasi ini tampaknya sangat melalui nukleus traktus solitarius (NTS) batang otak, yang
dipengaruhi oleh sistem otonom dan sistem neuroendokrin. juga menerima sinyal aferen dari GIT melalui sistem saraf
Lesi di hipotalamus lateral memblokade perilaku makan pada otonom. GIT mengirimkan pesan humoral ke sistem saraf pusat
tikus sampai titik kelaparan, sementara lesi di area ventromedial melalui beberapa hormon lain termasuk hormon gaster ghrelin
menyebabkan perilaku rakus dan tikus menjadi sangat obes yang mengaktivasi neuron pengekspresi NPY/AgRP sementara
(Gambar 44a). Sinyal humoral dari GIT (traktus gastrointestinal), peptida kolon yang disebut PYYf: :ot menghambatnya.
misalnya CCK, atau insulin dari pankreas, atau glukokotikoid LHA memproduksi sejumlah peptida oreksigenik lain yang
dari kelenjar adrenal, bersifat oreksigenik yaitu meningkatkan disebut oreksin atau hipokretin (Gambar 44b). Dua oreksin
perilaku makan, sementara hormon hipotaiamus teftentu seperti telah ditemukan, yaitu A dan B, dan tampaknya berperan dalam
TRH dan CRH bersifat anoreksigenik. Hormon rasa kenyang mediasi perilaku mencari makan, gairah dan pola tidur-bangun
yaitu leptin yang disekresi di sel adiposa, merupakan mediator padabeberapa area otak melaiui aktivasijalur dari LHAke pusat
penting pada keseimbangan antara asupan makanan dengan otak lainnya, termasuk nukleus amigdaloid dan batang otak.
pengeluaran dan konservasi energi. Hipotalamus memantau Neuron oreksin diregulasi oleh rangsang humoral, termasuk
kadarnya dalam darah dan menyesuaikan perilaku makan sesuai yang disebabkan oJeh leptin, glukosa, ghrelin, endokanabinoid,
dengan kadar tersebut. dan neurotransmiter norepinefrin dan asetilkolin.
Singkatnya, tampaknya terdapat loop umpan-balik
Regulasi sentral perilaku makan regulatorik yang mempertahankan keseimbangan antara
asupan dan pengeluaran energi (lihat Gambar 43a). Loop rnt
Nukleus arkuatus secara anatomis merupakan kelompok
memungkinkan otak menilai jumlah jaringan adiposa melalui
kecil sel yang terletak di hipotalamus medial di bagian paling
leptin dan mengarahkan perilaku makan sesuai hasil penilaian
ventral dari ventrikel ketiga di dekat tempat masuknya resesus
tersebut. Pada manusia situasi ini tidak sesedefhana yang
infundibularis (Gambar 44a). Neuron nukleus arkuatus responsif
terhadap beberapa hormon endokrin yang bersirkulasi, termasuk
dikatakan. Produksi leptin berkaitan dengan massa jaringan
steroid gonad dan steroid adrenal, insulin, ghreiin, leptin, adiposa; namun pada manusia, konsentrasi leptin yang
peptida GIT PYY(3 :o; dan glukosa, dan nukleus arkuatus bersirkulasi tidak berkaitan sesederhana itu berkaitan dengan
dapat juga menjadi generator otonom ritme diurnai. Nukleus adipositas. Lebih jauh lagi, tidak tampak adanya perubahan
jangka pendek dalam hal leptin yang bersirkulasi, seperti yang
arkuatus merupakan bagian dari sistem sentral pengontrol nafsu-
makan melalui: (i) neuropeptida Y (NPY) dan neuron Agouti diharapkan dengan mengonsumsi makanan secara intermiten.
gene -related peptide (AgRP) yang stimulasinya meningkatkan Wanita umumnya memiliki kadar leptin dalam sirkulasi yang
perilaku makan, dan (ii) melalui pro-opiomelanokofiin (POMC) lebih tinggi daripada pria. Kemungkinannya, pada manusia leptin
dan neuron cocaine and amphetamine-regulated transcript merupakan bagian dari sistem regulasi untuk mempertahankan
(CAR|) yang stimulasinya mengurangi nafsu makan. Terdapat jumlah simpanan energi untuk kelangsungan hidup jangka
interaksi resiprokal di mana aktivasi oleh neuron pengekspresi panjang. Ghrelin mungkin merupakan regulator endogen bagi
NPY/AgRP akan menghambat neuron POMC/CART. OIeh perilaku makan, sementara peptida PYY mungkin merupakan
karena itu, inhibisi atau kerusakan nukleus arkuatus akan faktor rasa kenyang jangka menengah.
meniadakan kontrol regulasi yang penting dari pusat hipotalamus Pada manusia dan mungkin pada primata lain, perilaku
lateral. yang berkaitan dengan asupan makanan tidak lagi merupakan
Neuron pengekspresi NPYiAgRP arkuatus dan neuron desakan yang bersifat primitif pada loop neuroendokrin, seperti
POMC/CART berproyeksi ke nukleus paraventrikularis tidak adanya lagi desakan yang ditimbulkan oleh perubahan
(PVN) dan ke area hipotalamus lateral (LHA) (Gambar hormonal, yang membolehkan atau melarang perilaku reproduksi
44b), dan kerusakan keduanya, seperti telah dijelaskan di atas, pada wanita. Manusia dapat memilih untuk mengabaikan sinyal
akan menyebabkan hilangnya nafsu makan pada tikus. Aktivasi rasa kenyang, yang mungkin merupakan faktor dalam fenomena
PVN dan LHA oleh neuron pengekspresi NPY/AgRP diduga obesitas manusia, walaupun terdapat bukti adanya predisposisi
meningkatkan nafsu makan melalui aktivasi pusat PVNiLHA. genetik terhadap obesitas (lihat Bab 45).

Homeostasis energi: ll Kontrol sentral Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas 95
Obesitas: I Penyebab obesitas

(a) Gambaran ob eeitao di lnqgris (b) Hubungan anlara berat badan (diukur dengan IMT) dan risiko relatil
Calalan: Arafik di alas 1 998 d eL.Inpolaskan pada 4arislurus CaIaIan: Grelk ni d daearLan ?a^a aate dari ?ene)itian ?erawat wanrta ai
Aer4an nelade kuaA2lierkecil Aar basb aeLaLahrn 1 9BA Afre(ika 7etikalt. ?ene itlan urluL senue arang dewesa frerunjukkar hubunqan
Analbi. Netianal ADeit )ffrce eatl data Heallh 1n/etr lar En4lard yarghamp r sama aniera )MI aan|olko nortaltas ?ada ?r e
'rtrbet:
tunber: l\1an.on J E., Willet M J (1 995) tso4||aiqht and nat'elity enon4||anen.
l.\e|| Er4ijill Joffie!cf Meai.Ine

2,5
o
tO on
2,O
!

o trr
sa o
o10 q 1,o
ll
o,5

a o

Iahun

@) fikue tipe wild dan Ob I ob

Iipe wild Oblob Tabel 45.2 ?isiko relatif b erba4ai penyakit pada individu ob es
dibandingkan non-obes

ffi*w try
ffiffiffi i#-ffifu FeWakit, Rlsiko relatif ',

V}aniila ' PrIa

Tabel 45.1 Defrnisi obesilas menurut WHO


Diabe&6ripe2 12,7 5,2 5:98OAAO

Klasiffliasi' tMT {kg/mzJ '' Rietko lio,rnorb,Jdifag


Virerlenei , '4:2' , , ?,q: .,. ,?.1:6?,gpQq.
,

9eran6afl.pnlur,q 5"2 1.5 12bA,frAA


beratbadan <18.fi '
Renda;h (r*asalali
kura:nq ' klinielainnyal ' : Kankerkolon 2;7' , 3'O

Normal 18,5-?4.9 Rala.rata An4ina 1,&, ' ,1.8 z39B0ae


Deralbad,an 25-?9.9 Meninqkal sedikitt ?enyakrr,kandung empedu 1,& 1 ,B :20,
lebih
Kanke| ovarium 1,7
Obes >30
AsaeoafbritiE 1,4 1.9 95O),AQ
Klaal 3O'34:9 9eda;rr7
Klaell 35-69,9, fierat,' 1.3 13 44'Ot08,A
' Klaoji{ >:4O 5a,i+aN?ftaf,,
Kanker 97A00o

Skenario klinis Hubungan antara IMT dan komorbiditas (Gambar 45b)


Obesitas merupakan masalah global dalam kesehatan masyarakat dapat bervariasi antara kelompok-kelompok etnik dan penelitian
dan angka obesitas meningkat di seluruh dunia (Gambar 45a). tertentu menggunakan nilai cut-offyang berbeda karena alasan
WHO mendefinisikan obesitas sebagai 'akumulasi lemak tersebut. Telah dikembangkan graflk khusus untuk menilai
abnormal atau berlebihan di jaringan adiposa sampai pada angka obesitas pada anak. Karena adipositas sentral dikaitkan
tingkat yang mengganggu kesehatan'. Obesitas dikaitkan dengan dengan risiko gangguan metabolik yang lebih tinggi, rasio
peningkatan risiko diabetes tipe 2, hipertensi, hiperlipidemia, pinggang-panggul atau lingkar pinggang telah digunakan secara
penyakit kardiovaskular, sindrom sleep apnoea dan gagal napas, luas untuk mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi.
subfertilitas, aftritis, dan penyakit kandung empedu. Target yang Diperkirakan terdapat 315 juta orang di seluruh dunia yang
ditetapkan menggunakan ukuran Indeks Massa Tubuh (IMT; masuk dalam kategori obesitas menurut WHO. Pada komunitas
berat [kg]/tinggi2[m2]) (Tabel 45.1). yang makmur, seluruh penelitian melaporkan angka obesitas

96 Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas Obesitas: I Penyebab obesitas


sekitar 207o, dengan lebih banyak wanita yang masuk ke dalam minuman enak serta alkohol, dan juga promosinya ke sekolah,
kategori obesitas namun iebih banyak pria yang tergolong berat suatu fenomena yang semakin sering terjadi. Zat tambahan
badan lebih (Iil;4T 25-29,9). Di Amerika, sekitar 607o populasi dalam makanan seperti monosodium glutamat, sukrosa, kafein,
memiliki IMT >25 kg/m2 dan 277o tergolong obes. Gambaran dan penguat rasa menyebabkan makanan-makanan-ini dapat
dari Eropa bervariasi menurut negara dan sedikit lebih rendah menginduksi perilaku makan yang tidak sehat yang saat ini
daripada Amerika Serikat. Di negara yang lebih miskin, terdapat semakin meningkat dan disebut 'binge eating'dalam literatur.
variasi yang luas terutama di negara berkembang. Di Cina, Minuman alkohol berkalori tinggi seperti' alcopops' dipasarkan
angka obesitas dan berat badan lebih semakin meningkat, sekitar sangat agresif. Selain itu, stres akibat masyarakat industri yang
8-127o populasi masuk dalam kategori obes. Di negara miskin sangat kompetitif dan rasa tidak aman secara finansial, ditambah
dan daerah pedesaan di Afrika, angka obesitas tetap rendah dengan perubahan pola hubungan personal, dapat menyebabkan
namun akhir-akhir ini sangat meningkat di Afrika Selatan; timbulnya fenomena yang disebut 'comfort eating' (makan
gambaran serupa yang terkait kemakmuran dan urbanisasi untuk kenyamanan).
dapat dilihat di Amerika Selatan. Bukti adanya penyebab genetik pada obesitas awalnya
Obesitas merupakan hasil dari interaksi kompleks antara diketahui dari obesitas familial. dan dari bukti ilmiah hasil
faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor psikologis. pengamatan obesitas masif pada tlkus oblob mutan dengan
Pengetahuan mengenai beberapa faktor genetik yang berperan penyakit turunan resesif (Gambar 45c). Tikus tersebut makan
dalam obesitas, serta kelainan endokrin dan metabolik yang dengan rakus dan mengalami gejala diabetes tipe 2. Selain
disebabkannya, telah meningkat secara dramatis. Namun, hiperlipidemia, hiperfagia, hiperglikemia, dan resistensi insulin,
epidemi obesitas saat ini berkembang terlalu cepat bila tikus tersebut juga mengalami hipotermia dan infertil. Gen
hanya disebabkan oleh perubahan genetik. Faktor lingkungan ob kemudian diklona dan produknya mengekspresikan leptin
merupakan kunci timbulnya obesitas, terutama penurunan (Yunani leptos, yang artinya kurus). Zat ini diekspresikan
aktivitas fisik akibat kemajuan teknologi dan perubahan diet hanya oleh sel lemak. Peran leptin sebagai hormon endokrin
menjadi tinggi lemak jenuh dan gula. yang mengatur berat badan dan metabolisme energi melalui
kerja pada otak telah dibahas pada Bab 44. Tlkus ob/ob
Pendahuluan memiliki dua kopi gen ob mutan yang tidak mengekspresikan
Ieptin, dan pemberian leptin pada tikus tersebut mengurangi
Obesitas semakin menyebar pada masyarakat modern, terutama
asupan makanan, Qerat badan, meningkatkan aktivitas saraf
pada mereka yang mengonsumsi banyak karbohidrat dan
simpatis dan menurunkan kadar insulin yang bersirkulasi.
lemak, dan tidak hanya terbatas pada populasi yang makmur,
Reseptor leptin ditemukan terutama di otak, walaupun sedikit
namun juga memengaruhi populasi (contohnya di. Meksiko)
varian telah ditemukan di beberapa jaringan di perifer dan di
di mana makanan cepat saji berharga murah tersebar luas. pleksus koroideus, di sini mungkin memediasi transfer leptin
Obesitas terkait erat dengan beberapa gangguan kardiovaskular
ke otak.
dan metabolik yang mengancam jiwa, termasuk penyakit
Tikus obes mutan lainnya,t\kus dbldb, memproduksi leptin
tromboemboli dan diabetes melitus (lihat Bab 40). Manifestasi
tapi tidak responsif terhadap leptin, karena mengekspresikan
serius dari masalah yang terus berkembang ini adalah timbulnya
reseptor leptin mutan yang menyebabkan resistensi leptin.
obesitas dan diabetes tipe 2 pada anak-anak.
Mutasi reseptor leptin belum dikatakan sebagai penyebab
Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan jumlah
obesitas pada manusia walaupun reseptor target lainnya. seperti
jaringan adiposa jika dihubungkan dengan massa tubuh bebas
MCR-4, sedang diteliti secara intensif.
lemak. Obesitas dapat dinilai dengan indeks massa tubuh (IMT;
Hormon endokrin lainnya yang bila bekerja tidak tepat dapat
Tabel 45.1). Rasio pinggang-panggul (waistlo-hip rarlo, WHR)
berkontribusi terhadap timbulnya obesitas adalah glukokortikoid
merupakan indikator risiko lainnya dan didefinisikan sebagai
adrenal, hormon peftumbuhan, insulin, glukagon, dan tiroksin,
rasio antara lingkar pinggang dan lingkar panggul. Rasio sebesar
semuanya berperan penting dalam regulasi aliran glukosa dan
I atau lebih mengindikasikan risiko penyakit jantung dan juga integrasi metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein
masalah lainnya yang terkait obesitas. Secara umum, deposit
(lihat Bab 43).
lemak yang banyak pada pinggang menandakan risiko lebih
Malfungsi otonom juga telah diimplikasikan dalam obesitas
tinggi karena korelasinya dengan resistensi insulin daripada
di mana inervasi simpatis jaringan adiposa cokelat termogenik
lemak di paha atau panggul. Beban ekonomi dan kesehatan
mengalami gangguan pada tikus dengan strain obes, dan
dapat dilihat pada Tabel 45.2, yang dibuat oleh National Audit
aktivitas parasimpatis mendominasi. Bukti lebih lanjut mengenai
Olfice.
keterlibatan otonom adalah pengamatan bahwa pengangkatan
pulau penghasil-insulin pankreas dan transplantasi di bawah
Kemungkinan penyebab obesitas kapsul ginjal, yang menghilangkan pengaruh otonom, dapat
Pengaruh sosial. Pengaruh diet telah dijelaskan di atas dan tidak membalikkan hiperfagia yang disebabkan oleh lesi hipotalamus
diragukan lagi merupakan penyebab obesitas yang signifikan. ventromedial pada tikus. Dengan kata lain, kadar insulin tinggi
Faktor sosial meliputi promosi berlebihan dari makanan dan dalam sirkulasi menekan pusat makan sentral.

Obesitas: I Penyebab obesitas Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas 97


Obesitas: ll Komplikasi kardiovaskular dan
respirasi
(a) Konsekuensi obesitas

Depreei
Kepercayaan
Ari rendah
Tenyakil; janLunq
iskemik,9a90E
)indrom sleep
apnoea
kanker Vayudara

t Rsilo Nyeri punqgunq


kanker kolon bavtah
AoLeoarlrilig
I LDLkeci| lnloleranoi
kanke( ovariun pad,at. qlukosa
b,an ?rooIal

fraumaliqamen
danlendon
Tromboemboli Hip ert enzi, hlps&oaqul abiliLa\, ateroskleram a,
vefla d,ar per y a < L jatr,tn q k o'oner

i HDL Ko estero) high density lipoprotein


LDI Ko eslerol low density lipapral,ein
?At-1 Fla smi noqen a ctivator i nhib itor - 1

(c) ?eng7unaan C?A?

98 Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas Obesitas: ll Komplikasi kardiovaskular dan respirasi
Skenario klinis kananjuga terlihat pada pasien obes. Perubahan ini dapat terjadi
sebagai konsekuensi sleep apnoea dan sindrom hipoventilasi
Obesitas dikaitkan dengan sejumlah komplikasi dan komorbiditas.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian obesitas, dan mengakibatkan hipertrofl ventrikel kanan dan
pada pasien obes dan terdapat hubungan langsung antara derajat
hipertensi pulmonal, dan bahkan gagal jantung. Disfungsi
ventrikel kanan dapat juga terjadi sebagai lanjutan disfungsi
obesitas dengan derajat hipertensi. Faktor risiko penyakit
jantung koroner lainnya seperti merokok dan hiperlipidemia ventrikel kiri, sehingga terdapat kegagalan biventrikel.
harus diperhatikan. Risiko tromboemboli dan stroke lebih tinggi
Hipertensi seringkali merupakan konsekuensi obesitas,
pada populasi obes. Komplikasi lainnya adalah osteoartritis, terutama pada pasien dengan hiperinsulinemia dan hiper-
trigliseridemia. Pasien ini memiliki predisposisi infark miokard,
nyeri punggung, trauma ligamen dan tendon, batu empedu,
dan peningkatan risiko kanker tertentu telxtama kolon, rektum,
stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi terkait-obesitas memiliki
payudara, endometrium, dan prostat (Gambar 46a). Sindrom etiologi yang kompleks. Asam lemak bebas, leptin, dan insulin
dapat meningkat pada darah pasien dan dapat bekerja sama
sleep apnoea lebih sering terjadi pada individu obes, terutama
pria. mengaktivasi sistem renin-angiotensin dan memacu aktivitas
simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi dan retensi natrium.
Komplikasi kardiovaskular dari obesitas
Obesitas tidak hanya berkaitan namun juga memprediksi Komplikasi respirasi dari obesitas
aterosklerosis koroner baik pada pria maupun wanita, bahkan Sleep apnoea adalah berhentinya pernapasan saat tidur. Sindrom
dengan sedikit peningkatan IMT (Gambar 46b). Gangguan ini ditandai dengan mendengkur dan episode apnea yang
metabolisme lipid terjadi sebagian melalui penurunan kadar memuncak saat pasien terbangun tiba-tiba karena peningkatan
enzim lipoprotein lipase, suatu enzim pemecah lemak yang PaCO2 arteri. Pasien dapat mengalami beberapa episode apnea
sensitif terhadap insulin. Hal ini menyebabkan peningkatan pada satu malam, sehingga terjadi gangguan tidur dan pasien
trigliserida serum dan penumnan kolesterol HDL. Hiperglikemia menjadi somnolen/mengantuk pada siang hari. Deposit lemak
menyebabkan lebih banyak lagi glikasi LDL, yang meningkatkan di leher dapat menimbulkan kompresi eksternal terhadap jalan
alinitas LDL ke reseptor LDL termodiflkasi di makrofag. Hal ini napas bagian atas dan infrltrasi jaringan adiposa ke dalam otot
akan memacu sitotoksisitas sel endotel; produksi selbusa (foam dapat mengurangi ukuran jalan napas bagian atas, membuat
cell) dan proliferasi otot polos. Plasminogen activator inhibitor- faring menjadi lebih mudah kolaps dan menurunkan compliance
1 (PAI-l) meningkat (Gambar 46b) dan kondisi protrombik dinding dada. Selain itu, lemak abdomen dapat mengganggu
ini juga merupakan faktor risiko penyakit arteri koroner. pergerakan diafragma, terutama dalam posisi terlentang. Pada
Peningkatan kadar protein reaktif C dalam sirkrllasi, suatu sindrom hipoventilasi obesitas dapat terjadi penurunan dorongan
penanda inflamasi sistemik, juga terjadi karena peningkatan respiratorik sentral.
Iemak viseral tampaknya akan meningkatkan respons jalur Pemeriksaan mendetil mengenai tidur sebaiknya dilakukan
inflamasi yang melibatkan fosfolipase A2, molekul adhesi karena sindrom sleep apnoea yang tidak diterapi dapat
intraselular, dan protein reaktif C. berkembang menjadi hipertensi pulmonal dan gagal jantung
Gagal jantung kongestif. Hipertro{i ventrikel kiri merupa- kanan. Alat yang memberikan tekanan jalan napas positif
kan gambaran yang umum terjadi pada obesitas. Walaupun kontinu (continuous positive airway pressure, CPAP; Gambar
tidak terdapat hipertensi, peningkatan curah jantung dan volume 46c) telah tersedia untuk 'membuka'jalan napas bagian atas
sekuncup dengan disfungsi diastolik telah dikaitkan dengan dan mencegahnya kolaps. Alat ini mengurangi penderitaan
kematian mendadak pada pasien obes. Perubahan padajantung akibat .sleep apnoea dan .juga pasangannya.

Obesitas: ll Komplikasi kardiovaskular dan respirasi Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas 99
Obesitas: lll Resistensi insulin dan komplikasi
endokrin
(a) Adipositas oentral yang t erkail (b) Fakror qaya hidup dan penyakit
dengan diabeles lipe 2, konsentrasi
koleslerol HDL r endah, hip ertriglis eridemia +
p eninqkal an risiko kardiov askular

ulA
FFAilnqql Dis)iqoproleln Enzim
aramataoe
Tentnqkalan
fruks
l.
Q6t;. epar+r*.iiii,
ny,gri?unqgufi,q,
kolesl;erol

ffi| I

r
I

Iil + HiDcrrcnsi J

lrtiark.miokatd .
I

.::5 xa*e' ?enYakt'


,
:roka
|
rt
I
{cF.
'"-3!i33]_-]

Tabel 47.1 Konsekuensi met abolik dari obesitag jffi I

Diaberesuee 2
Ko1,ak abu- abu - ?enyakil ?enLinq,
Tge,lyqkAt ay riqlieerida seram KoIak hijau - Fakl;or 4aya hidup y anq menjadi
KolesEercl HDt'endah
Vredieposiel ?enyakiN
tliplrineutinemiadanreo|gteft^ilns$lin,, NIDDM Non-insulin tlependent diabetes mellitua
Pen)nigkaNankadalr frbrinoqen,:plagma : , :'
FFA Free fatLy acid, asamlemakbebas

100 Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas Obesitas: lll Resistensi insulin dan komplikasi endokrin
Skenario klinis korlisol berlebih ke dalam sirkulasi, walaupun obesitas yang
Sindrom metabolik terjadi disebabkan oleh redistribusi lemak ke wajah, leher,
dan regio abdomen. Terjadi juga retensi cairan yang signifikan
Obesitas dikaitkan dengan sejumlah konsekuensi metabolik
dengan masalah kardiovaskular akibat kerja mineralbkortikoid
yang ditandai oleh resistensi insulin dan hiperlipidemia. Hal
oleh kortisol yang berada dalam konsentrasi tingfi di darah.
ini memberi kontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular dan diabetes (Gambar 4la dan Tabel 47.1).
Hipotiroidisme dapat dikaitkan dengan peningkatan berat
badan. Obesitas mengganggu hasil dari tes fungsi hipotalamus-
Sindrom metabolik merupakan istilah yang digunakan untuk
hipof,sis. Tes provokatif seringkali terganggu. Sebagai contoh,
serangkaian gangguan metabolik yang terjadi pada satu
obesitas mengurangi respons pelepasan GH terhadap pemberian
pasien, semuanya harus diperhatikan dan dimodifikasi. Pasien
GHRH. Respons kortisol terhadap CRH juga terganggu pada
dengan sindrom metabolik mengalami resistensi insulin,
pasien obes, dan respons abnormal ini menghilang dengan
yang mendahului onset hipertensi dan DM tipe 2 dan diduga
penurunan berat badan.
merupakan gangguan patologis utama. Sindrom metabolik
meliputi resistensi insulin, hiperinsulinemia, hipertensi,
hipertrigliseridemia, kolesterol HDL rendah, dan obesitas. Terapi obesitas
Pasien dengan sindrom metabolik berisiko tinggi mengalami Obesitas merupakan kelainan kronik yang dikaitkan dengan
penyakit makrovaskular dan terapi harus ditujukan untuk morbiditas signifikan, gangguan kualitas hidup, dan peningkatan
memperbaiki sensitivitas insulin dengan diet dan olahraga serta angka morlalitas. Terapi obesitas cukup sulit, tidak hanya akibat
terapi hiperlipidemia yang agresif. individu obes memerlukan perubahan gaya hidup yang signifikan
(Gambar 47b), tapi juga karena prasangka dari masyarakat
Sindrom ovarium polikistik dan resistensi insulin dan dokter terhadap kondisi obes dan tata laksananya. Prinsip
Obesitas ditemukan pada sekitar 50Vo wanita dengan sindrom penanganan obesitas sebenarnya sederhana-yaitu memproduksi
ovarium polikistik Qtolycystic ovary syndrome, PCOS). Wanita keseimbangan energi negatif yang akan menggunakan
kurus dengan PCOS memiliki derajat hiperinsulinemia dan simpanan energi dan mempertahankan hal ini dalam waktu
resistensi insulin yang iebih ringan, yang berperan daiam lama. Pelaksanaannya jauh lebih rumit, karena membutuhkan
patogenesis PCOS tanpa dipengaruhi oleh obesitas karena edukasi mengenai diet dan aktivitas fisik, dan bila dibutuhkan,
insulin menstimulasi produksi androgen ovarium. Konsekuensi pemberian obat-obatan selain perubahan gaya hidup.
metabolik dari obesitas dan hiperinsulinemia terlihat pada Usaha menciptakan obat antiobesitas yang aman dan efektif
wanita dengan PCOS yang memiliki risiko tinggi menderita berbenturan dengan masalah yang terkait dengan keamanan
gangguan toleransi glukosa dan diabetes tipe 2. Bukti klinis dan efikasi. Obat yang lebih baru seperti inhibitor ambilan
hiperinsulinemia dapat terlihat sebagai akantosis nigrikans. suatu serotonin dan norepinefrin yaitu sibutramin dan orlistat, yang
pigmentasi cokelat keunguan yang biasanya terlihat di leher menghambat lipase pankreas sehingga mengurangi absorpsi
bawah dan aksila pada wanita obes dengan PCOS. lemak di gastrointestinal, keduanya menunjukkan efektivitas dan
telah mendapat izin penggunaan di Inggris. Penelitlan terhadap
Penyebab endokrin lainnya dan implikasi sejumlah obat baru seperti leptin dan antagonis neuropeptida
obesitas Y masih berlangsung. Terapi pembedahan untuk mengurangi
Penyebab endokrin lainnya dan implikasi obesitas meliputi ukuran lambung masih merupakan pilihan bagi pasien dengan
sindrom Cushing (lihat Bab 18) dan hipotiroidisme (lihat Bab obesitas morbid yang gagal diterapi dengan intervensi diet dan
20). Sindrom Cushing mencerminkan gejala akibat sekresi medis.

Obesitas: lll Resistensi insulin dan komplikasi endokrin Endokrinologi metabolik: Homeostasis energi dan obesitas 101
Kalsium: I Hormon paratiroid (PTH)

fr:/g (r,25-(o-)--D)
-D)

#-4. "l + i

: Vf{":_:*'l
,r"ro , r

,,,.*.1
--,

I
l@D
\- ,-/: O- (.zLr en)2' ,:1r
!f.q..i\
(rrr-) zr'lor1, al
I

[Jr I

I
I

(?rH)
I
Y
I
t
l
:'622+;
:
:l,
, ,c:'':; aE."rt
tE l.: I

_t ? _t
Ginlal
:. Flaema I
Ginial
l-
I
i

ResponsLerhadap p enurun an ko ns enf,raei kalsium pl asm a


(P'1' l(aH)
G) I
<-
FrH ) u-; It_ aF"'"rr
'sfat
--f- - |
\_i
,

uo - . l)
tt
tt
Plaoma
,)'
|I |ta- i

Dtl +v
te6t
AA
+ i i@ rubr
Tulan4

'qtn.la II I

I
(b) Diaqram etruklur ?re?ro?fH manusia
ELsLreqr La'T.J

)ekuena 7ro- ?re-


Fragmen C akltl aekuens Eekuer s

NHz

(c) Regulasi biosintesie ?TH oleh Caz+

Tabel 48. 1 ?erb edaan antara hi? er?aratiroidiome dan hiperkalsemia '...di*;;
akibaf,keganasan I rT!
R.eeepIor + E
lliperyari*uroidisme t+iperkAlsemiaakibat
9?:r m :,trl I dt
Wkiler keganasan f'.ift,i,T,rffi -
+
Kondist kilnie eehatl,
?asienbiaeanya Paaien biasanya,tidak I

dtapatacintomafl:k aahatrdenqankeTanagan TeninqkaIan


;g
st:ad,iumlaniufr aa' tnrra- <--I:T:
ee)ular meng'
t.-ffi''
Kalaiumsarum Meninqkrt Menln4kat
inhibisi 7en ?TH d,ikemaE
FoalaLzertm Re1da" 7TH dalam
qranda
Horffion paratirold Meflin6kat sekrelorik
mRNA
9erutn
?ro?TA
Terapi ?ambedahan lera?icaitandan frn uh:
biolastonat

102 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Kalsium: I Hormon paratiroid (PTH)
Skenario klinis Sekresi PTH dikontrol oleh kalsium piasma sehingga
terdapat hubungan terbalik antara kalsium plasma dan PTH
Seorang wanita berusia 55 tahun, Ny B, menjalani pemeriksaan
(Gambar 48c). Sel chief paratiroid memiliki situs yang
darah rutin di dokter dan ternyata kadar kalsium serumnya
mengenali kalsium dan second messenger-nya adalah cAMP.
2,88 mmol/L. Ia dirujuk ke klinik endokrin setempat' Ia tidak
PTH mengalami pembelahan di sirkulasi, hati, dan ginjal, dan
mengalami gejala apapun, tidak mengaiami gejala klasik
salah satu fragmennya dalam sirkulasi (1-34) tetap aktif secara
akibat hiperkalsemia seperti nyeri tulang, nyeri abdomen,
biologis.
kolik ginjal, rasa haus, poliuria, atau rasa lelah. Pemeriksaan
penunjang lebih lanjut mengkonfimasi adanya kalsium serum
tinggi yang berhubungan dengan konsentrasi fosfat serum Kerja fisiologis PTH
rendah, konsentrasi vitamin D normal, peningkatan ekskresi Tulang. PTH bekerja pada tulang untuk melepaskan kalsium,
kalsium dalam urin 24 jam, dan peningkatan konsentrasi ortofosfat, magnesium, sitrat, hidroksiprolin, dan osteokaisin,
hormon paratiroid serum. Scan dengan radioisotop sestamibi yang membentuk 1-28% dari seluruh protein tulang dan
menunjukkan adanya abnormalitas tunggal di kelenjar paratiroid memiliki afinitas tinggi terhadap kalsium. Karena itu PTH
kanan bagian atas, dan selanjutnya dilakukan pembedahan yang memiliki efek resorptif pada tulang yang mungkin bekerja
mengkonfirmasi adanya adenoma paratiroid soliter. langsung pada osteoblas, lalu menstimulasi aktivitas osteoklas.
Osteoblas mensintesis kolagen, tempat kalsium fosfat mengendap
-
Peran kalsium menjadi kristal hidroksiapatit. Tulang mengalami demineralisasi
oleh sel osteoklas yang melepaskan asam hialuronat dan asam
Kalsium bersifat esensial untuk: pertumbuhan tulang, pembekuan
fosfatase, yang dapat melarutkan kalsium fosfat.
darah, mempertahankan potensial transmembran, replikasi sel,
Traktus gastrointestinal. PTH menstimulasi ambilan
koupling stimulus-kontraksi dan stimulus-sekresi, dan proses
kalsium dari GIT (gatrointestinal tract, traktus gastrointestinal)
second messenger.
melalui kerja secara tidak langsung pada metabolisme vitamin
Kalsium dalam sirkulasi dan ekstraselular, pada orang
D.
dewasa dipertahankan pada 2,22,6 mmolil. Kesetimbangan ini
Ginjal. PTH meningkatkan ekskresi fosfat di urin melalui
dicapai terutama dalam ginjal dan saluran cerna, dan dengan
kerja secara langsung pada tubulus proksimal ginjal (Gambar
pertukaran antara tulang dan cairan ekstraselular' Sekitar
48a). Hal ini menstimulasi resorpsi kalsium tulang karena
separuh ion yang bersirkulasi berada dalam keadaan bebas dan
hormon ini memacu ionisasi kalsium melalui reduksi pada
sisanya terikat dengan albumin plasma. Kesetimbangan kalsium
produk solubilitas [Ca2*1 x [PO+3 ]. Selain itu, PTH menghambat
dalam sirkulasi terganggu oleh abnomalitas protein, gangguan
reabsorpsi bikarbonat, menstimulasi asidosis metabolik yang
asam*basa. dan perubahan konsentrasi albumin plasma. Tulang
memungkinkan ionisasi kalsium, resorpsi kalsium dari tulang,
merupakanpoo/ kalsium terbesar, poolyang lebih kecil berada
dan disosiasi kalsium dari lokasi pengikatan protein plasma.
di jaringan lunak, dan yang lebih kecil lagi adalah cairan
ekstraselular. Anak memiliki keseimbangan kalsium positif,
dan pada usia l8 tahun akan memiliki sekitar 1 kg kalsium'
Patofisiologi PTH
Hiperkalsemia merupakan gangguan endokrin yang
Regulasi metabolisme kalsiurn umum terjadi. Sebagian besar (977o) merupakan akibat
hiperparatiroidisme primer atau hiperkalsemia yang berhubungan
Regulasi ini pada prinsipnya diatur oleh tiga hormon: hormon dengan keganasan (Tabel 48.i). Hiperkalsemia dapat disebabkan
paratiroid (PTH) dari kelenjar paratiroid (Gambar 48a) yang sarkoidosis, gagal ginjal yang tidak ditangani, tirotoksikosis,
meningkatkan konsentrasi kalsium dalam sirkulasi; kalsitonin meminum susu, alkali, atau vitamin D secara berlebihan, atau
dari sel parafolikular tiroid yang menurunkan kalsium; dan imobilisasi berkepanjangan, namun semua ini jarang terjadi.
1,25-dihidroksi-vitamin D3, suatu metabolit vitamin D, yang Gejala hiperkaisemia meliputi poliuria, polidipsia, nyeri tulang,
meningkatkan ion kalsium dalam sirkulasi. nyeri abdomen akibat batu ginjal, dan depresi. Bukti radiologis
Kelenjar paratiroid terdapat pada semua vertebrata darat. resorpsi tulang dapat dilihat terutama pada falang terminal.
Pada manusia, terdapat empat kelenjar paratiroid yang tertanam Hiperparatiroidisme. Sebagian besar pasien dengan
di setiap kutub kelenjar tiroid dan terdiri dari adiposit dan hiperparatiroidisme primer temyata memiliki adenoma paratiroid
seI chief yang mensintesis hormon. Terdapat sel lain yaitu jinak. Yang lebih jarang, terjadi hiperplasia empat kelenjar
sel oksifil yang jumlahnya meningkat setelah pubertas dan paratiroid atau (yang sangat jarang) karsinoma paratiroid.
fungsinya belum diketahui. Hormon paratiroid disebut juga Pada pasien dengan adenoma paratiroid soliter, kadang-kadang
parathormon dan disingkat PTH. tata laksana konservatif dengan pemantauan kalsium dapat
dilakukan, terutama pada pasien usia lanjut. Namun secara
Sintesis dan sekresi PTH umum, terapi bedah untuk pengangkatan disarankan untuk
Gen PTH terletak di lengan pendek kromosom 1 1. PTH matur mencegah timbulnya penyakit tulang jangka panjang.
merupakan polipeptida yang terdiri dari 84 asam amino, Hiperparatiroidisme sekunder terjadi setelah hipokalsemia
merupakan hasil pembelahan dari pro-PTH yang terdiri dari 90 berkepanjangan, biasanya terjadi pada gagal ginjal kronik.
asam amino, yang merupakan hasil pembelahan dari prepro-PTH Hipoparatiroidisme atau defisiensi PTH menyebabkan
yang terdiri dari 115 asam amino (Gambar 48b). Pembelahan hipokalsemia. Hipoparatiroidisme primer merupakan kondisi
pro-PTH menjadi PTH terjadi sekitar 15 menit setelah pro-PTH autoimun yang jarang terjadi; hipoparatiroidisme lebih sering
sampai di aparatus Golgi. Pro-PTH ini dikemas dalam vesikel terjadi setelah pembedahan tiroid dan kerusakan kelenjar
dan dilepaskan melalui eksositosis. paratiroid yang tidak disengaja.

Kalsium: I Hormon paratiroid (PTH) Kalsium dan penyakit tulang metabolik 103
Kalsiurn: ll Kalsitonin
(a) Sintesis kalsito nin
Tabel 49.1 Sindrom Neoplaaia Endokrin Multipel
mRNA ka sitonrn

: Neo?laeialnAakrjnMulnipel
(Muhiple,Endocrfn*,,., .

Neoplasia,tulEv)merupal"antimbulnyatumorpada,
dua atau lebih orgat er"dokt .n ?aoa 2eoran6 palier,.
Terdapat, dua ,Qe uLa('a 5indrcm rc|qanLunq
pada
kelenjaryanqte-<aqa, VLN 1 (oerkaiEal denqan
Trokalsil;onin
mut aai padak(omaaom 1 1 q1:3) dan MEN ?. MEN 2,
dibaqi menjadi3 +vbqrupyaiEu\,r'EN 2a.2b. dan
kankert,irold medular (Medu$ary fhy*id Caneex MT,?J, :,
Ganpenyalab sindromMEN Zterlerakpada ,t.. ,
Temb el ah an ?r ole olitik kramosom l aeen-1 Oq1 1 . 1indram I,AEN dapat
b e rc|fiaI; f arnili al atau a p o r a dik w al a a,pun p e dy

perhalian khuaua bila menyatakan 6ihdr.om jni', , ,


betsifafieporadlk-ang$c.takelrar4a d,en6ipn,,'
? eny akrt t er s eb ut b ie a o aja, e u d ah m eni ngqal s eb elum
TegIid,a Teptida Lerdiaqnob:b
lermtnalC lerminalN
(16 asam amtno)
Gambaranklinis
MENI I, Tanar paratirod,?ankyeae, danhlpofieia
, , kartrekoaArsnaljaranglerkena, ,, ,' :,.,..
(b) Perankalsilonin
MENZa: MTC,feokrowaciltotta,hi?etplaeial i: i. ril
turnor QaraL:rciA
MEN 2b Sepertl ME\l 2a di1anoa4 abaoftr altlab
' :f"arkait.6epar+ineurarrlarnukaaa;
.aambaranMarfana[d,,,.:

104 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Kalsium: ll Kalsitonin


Skenario klinis peningkatan cepat (tiga kali lipat) konsentrasi CT. Bahkan
Kanker tiroid medular (medullary thyroid cancer, MTC) bila sejumlah kecil kalsium (yang tidak mencukupi untuk
merupakan keganasan yang jarang terjadi yang berasal dari sel
meningkatkan konsentrasi ion dalam plasma) masuk ke dalam
C tiroid parafolikular yang mensekresi kalsitonin. Kanker ini traktus gastrointestinal (GIT), CT tetap dilepaskan. Oleh
biasanya timbul sebagai benjolan di kelenjar tiroid atau sebagai karena itu diduga terdapat faktor GIT lain, misaliya gastrin
metastasis nodus limfe di leher. Diagnosis ditegakkan dengan dan/atau kolesistokinin (CCK), yang dapat memicu sekresi
biopsi dan terapinya adalah dengan pembedahan, mungkin CT. Sensitivitas mekanisme pelepasan CT lebih besar pada
bersama dengan kernoterapi ajuvan. MTC dapat bersifat sporadik pria dan responsivitas mekanisme ini menurun seiring dengan
atau familial dan kedua jenis tersebut dapat dikaitkan dengan penuaan. Waktu paruh CT dalam plasma kurang dari 15 menit
feokromositoma atau gambaran lain sindrom MEN (neoplasia dan dapat didegradasi dan diekskresi terutama oleh ginjal.
endokrin multipel) tipe 2. Penting untuk membedakan antara Kerja fisiologis kalsitonin (Gambar 49b). Pada manusia,
kasus sporadik sejati dengan yang merupakan gambaran awal kalsitonin tidak sepenting PTH dalam regulasi metabolisme
penyakit familial karena skrining memungkinkan deteksi dan kalsium. Dua organ target utama untuk CT adalah tulang dan
terapi dini pada anggota keluarga yang lain. ginjal. Pada tulang, CT merupakan inhibitor resorpsi yang poten,
baik in vlvo maupun in vitro, walaupun CT tidak memiliki efek
Kalsitonin pada pembentukan tulang. Terjadi inhibisi resorpsi kalsium oleh
osteoklas dalam periode 20 menit setelah pemberian satu dosis
Kalsitonin merupakan hormon polipeptida hipokalsemik. Pada
mamalia, hormon ini disintesis dan disekresi di sel parafolikular
CT. CT sangat penting terutama pada periode khusus dengan
(C) di kelenjar tiroid. Sel C ditemukan di kelenjar paratiroid ancaman kehilangan kalsium, seperti kehamilan dan laktasi.
Pada ginjal, CT terkonsentrasi di korteks renal. Membran sel
dan timus namun dalam densitas yang jauh lebih rendah. Pada
ikan dan burung, kalsitonin disintesis di dalam organ spesiflk tubulus memiliki reseptor CT spesifik dan second messengernya
yaitu badan ultimobrankial. Badan ultimobrankial berkembang mungkin adalah adenilat siklase, walaupun pemberian CT
pada mamalia selama masa janin, namun kemudian menghilang. sepertinya tidak mengubah kadar cAMP selular. Pada ginjal,
Diduga sel C berevolusi sebelum paratiroid, untuk membantu CT meningkatkan ekskresi kalsium, natrium, dan kalium, serta
hewan air laut beradaptasi dengan kalsium yang konsentrasinya mengurangi ekskresi magnesium.
relatif tinggi dalam air laut. CT dapat berperan penting dalam regulasi perilaku makan
Biosintesis dan sekresi. Gen kalsitonin terletak pada postprandial, untuk mencegah hiperkalsemia akibat makanan.
lengan pendek kromosom 11. Kalsitonin (CT) disintesis di CT dapat juga merupakan hormon rasa kenyang. Pada manusia,
sel C (clear) dari prekursor lebih besar yang terdjri dari 136 injeksi CT akan diikuti dengan penurunan berat badan yang
asam amino, yang disebut prekursor kalsitonin. Prekursor ini signilikan dalam 36 jam, dan CT menghambat perilaku makan
membelah menjadi CT dan dua peptida lainnya yang fungsinya pada monyet dan tikus rhesus. Hormon ini bersifat sangat poten
belum diketahui (Gambar 49a). Gen yang mengkode CT telah bila diberikan langsung ke otak, sehingga diduga memiliki
dikenali dan ekspresinya tidak hanya pada sel C tiroid, tapi peran sentral.
juga pada otak. Namun di jaringan saraf, gen tersebut tidak CT memengaruhi metabolisme vitamin D dengan
mengekspresikan CT melainkan peptida lain yaitu peptida menurunkan kalsium plasma, sehingga terjadi pelepasan PTH
yang terkait gene kalsitonin (calcitonin gene-related peptide, yang akan memacu produksi dan sekresi metabolit vitamin D
CGRP). Hal ini merupakan contoh pengaruh jaringan terhadap di ginjal.
ekspresi suatu gen yang dimiliki bersama. Penggunaan CT sebagai terapi hiperkalsemia dan penyakit
Dalam kadar kalsium plasma normal, CT dilepaskan dalam Paget telah digantikan oleh bifosfonat yang bersifat lebih poten
konsentrasi rendah, namun peningkatan kalsium menyebabkan dan memiliki lebih sedikit efek samping.

Kalsium: ll Kalsitonin Kalsium dan penyakit tulang metabolik 105


Kalsium: Ill Vitamin D

(a) Radio1raf pelvis menunjukkan zona Looeer


mullipel (panah A) pada wanila asimtomalik dengan
hipofosfalemia terkailX . ?anah (ts) menunjukkan
osifkasi helerotopik dini di sekitar aendi panggul
yang bukan gambaran dari osl,eomalasia
bentuklain

\^K OH

Eyjdernis en
i"iiii, I'
G::'

(c) Requlasi vit amin D


9aluran cerna

ftd
##
Ca2+ V

Mitokondria
W ,25,(OA)?-Dc
(e) Kerja fisioloqis vitamin D

i+
i 1 .25-(O,r) 2-D",
1,25,(0r)?-D3

Faratiroid
ffi
TubuluE

3el aerosa

9eltubulus
(d) Mekanieme ke rja vitamin D

ra;;r",^r;,
1 25 (OH)-'D-

1l
1,25-(Ot1)2
,
Sitoplaema

3e.baq

tl

'it;i' i

Darah
--i Darah

106 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Kalsium: lll Vitamin D


Skenario klinis (GIT) menstimulasi reabsorpsi kalsium dari ginjal dan ekskresi
fosfat. Hiperkalsemia menghambat produksi lebih lanjut PTH,
Ny S, seorang wanita keturunan Bangladesh berusia 55 tahun,
yang kemudian membatasi sintesis 1,25-(OH)2-D3 Metabolit
datang ke dokter umum dengan berbagai keluhan yang tidak
aktif diinaktivasi ketika dikonversi menjadi 24,25-"(OH)2-D3
spesiflk termasuk nyeri seluruh tubuh dan kelemahan otot saat
1,25-(OH)2-D3 dapat juga melakukan umpan balik ke kelenjar
berjalan, terutama saat naik tangga. Pemeriksaan penunjang
paratiroid untuk menghambat pelepasan PTH. Kelenjar ini
menunjukkan kadar kalsium serumnya 2,02 mmollL yang
memiliki reseptor untuk 1,25-(OH)z-D:.
dikaitkan dengan peningkatan fosfatase alkali 358 U/L, dan
peningkatan konsentrasi PTH. Konsentrasi vitamin D serum
diperiksa dan hasilnya di bawah kisaran normal. Gejalanya
Mekanisme kerja
teratasi dengan pemberian kalsium dan vitamin D. Reseptor 1,25-(OH)2-D3 temasuk superfamili reseptor hormon
Defisiensi vitamin D merupakan hal yang sering terjadi nuklear, yang berikatan dengan ligannya dan mengubah
terutama pada pasien keturunan Asia dan orang berusia lanjut transkripsi (lihat Bab 4). Hormon ini berjalan dalam aliran
yang tinggal sendirian dengan diet yang buruk. Kadar vitamin darah dalam kesetimbangan antara bentuk bebas dan terikat.
D yang rendah menyebabkan hipokalsemia yang dikompensasi Bentuk bebas dapat masuk ke dalam sel dengan bebas karena
dengan hiperyaratiroidisme sekunder untuk mempertahankan sifat lipofiliknya. Protein pengikat-1,25-(OH)2-D3 (disingkat
kalsium serum pada kadar yang notmal rendah atau sedikit DBP) plasma mengenali hormon ini secara spesifik. I,25-
tertekan. Bila tidak diterapi, defisiensi vitamin D akan (OH)2-D3 berikatan dengan reseptor nuklear; kompleks ini
berkembang menjadi riketsia pada anak atau osteomalasia berikatan dengan elemen respons hormon spesifik pada gen
pada orang dewasa (Gambar 50a), keduanya dikaitkan dengan target di sisi upstream (hulu) dan situs aktivasi transkripsi,
kelainan tulang yang khas. dan terjadi sintesis mRNA dan protein baru (Gambar 50d).
Protein baru yang disintesis meliputi osteokalsin, suatu protein
Vitamin D tulang penting yang sintesisnya disupresi oleh glukokortikoid.
Dalam GIT, protein transpor pengikat-kalsium (calcium-binding
Vitamin secara umum tidak dianggap sebagai hormon, namun
transport protein, CaBP) disintesis sebagai respons terhadap
suatu faktor diet organik yang esensial bagi kesehatan. Karena
aktivasi hormon-reseptor pada genom.
itu istilah 'vitamin' mungkin tidak tepat untuk zat yang
disebut vitamin D. Istilah 'vitamin D' mengacu pada dua zat
Kerja fisiologis vitamin D
kimia mirip steroid, yaitu ergokalsiferol dan kolekalsiferol.
Osteomalasia adalah pelunakan tulang pada orang dewasa yang
Tirlang. Vitamin D menstimulasi resorpsi kalsium dari tulang
menderita defisiensi vitamin D dari makanan, sinar matahari, sebagai bagian dari fungsinya mempefiahankan konsentrasi
atau keduanya. ion yang cukup dalam sirkulasi (Gambar 50e). Vitamin D juga
menstimulasi sintesis osteokalsin.
Traktus gastrointestinal. 1,25-(OH)z-D: menstimulasi
Sintesis vitamin D
absorpsi kalsium dan fosfat dari saluran cerna melplui proses
Bentuk aktif vitamin D adalah 1-alfa, 25-dihidroksivitamin transpor aktif. Hormon ini memacu sintesis transpor kalsium
D3 (1,25-(OH)2-D3). Radiasi ultraviolet dalam sinar matahari dengan meningkatkan sintesis protein pengikat-kalsium (CaBP)
menyebabkan fotoisomerisasi pada prekursor kolesterol, 7- sitosol, yang mentranspor kalsium dari mukosa ke sel serosa
dehidrokolesterol, yang mengkonversinya menjadi previtamin saluran cerna.
D, yang kemudian mengalami isomerisasi termal menjadi Ginjal. 1,25-(OH)2-D3 dapat menstimulasi reabsorpsi
kolekalsiferol (vitamin D3; Gambar 50b). Kolekalsiferol berikatan kalsium ke dalam sel tubulus saat memacu ekskresi fosfat. Se1
dengan protein pengikat di dermis, yang mentranspornya tubulus memiliki reseptor untuk vitamin D dan CaBP.
dalam plasma. Kolekalsiferol kemudian dikonversi menjadi Otot. Sel otot memiliki reseptor vitamin D, dan hormon
25'hidroksivitamin D3 (25-OH-D3) di hati. Metabolit ini ini dapat memediasi kontraksi otot melalui efeknya terhadap
bersirkulasi dan dikonversi menjadi metabolit aktif 1,25-(OH)2- aliran kalsium, dan pada sintesis adenosin trifosfat (ADP).
D3 di ginjal. Kehamilan. Selama kehamil an, terj adi peni n gkatan absorpsi
kalsium dari GIT, dan terjadi peningkatan konsentrasi 1,25-
Regulasi metabolisme (OH)2-D3. DBP, kalsitonin, dan PTH dalam sirkulasi. Selama
Regulasi metabolisme vitamin D3 terhubung dengan hormon 6 bulan terakhir sebelum kelahiran, kalsium dan fosfor
paratiroid (PTH; Gambar 50c). Sekresi PTH dari kelenjar terakumulasi di janin. Plasenta mensintesis 1,25-(OH)2-D3
paratiroid distimulasi oleh hipokalsemia. PTH menstimulasi seperti halnya tulang dan ginjal janin. Namun demikian, janin
enzim mitokondrial korteks ginjal, 1-alfa-hidroksilase, yang juga masih membutuhkan vitamin D maternal.
distimulasi oleh konsentrasi fosfat yang rendah. 1,25-(OH)2-D3 Peran lain. Mtamin D mungkin terlibat dalam maturasi
yang terbentuk masuk ke sirkulasi dan memacu resorpsi kalsium dan proliferasi sel sistem imun, contohnya sel punca (stem
dari tulang. Absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal cell) hematopoietik, dan dalam fungsi sel B dan sel T matur.

Kalsium: lll Vitamin D Kalsium dan penyakit tulang metabolik 107


Remodeling tulang

(a) Resorpsi lulanq yanq dimediasi osteoklas (b) Diferensiaoi dan aktivasi osNeoklae

Nukleus /-\
Tulanqluruh dalam
osI;eoklas
'@
l'/ronaeil
baNae rnembran
I
osl;eoklae yangkasar rNF I

rL-1
a: e _
"," '"- ,;1..,:'-.11r uaaq
".;: .,, .:.-
l
I

+
' (.-a; 1 ".r:j,:,

(c) 5iklua remodeling t ulang

Faoe ielirahal
@
)el sI;roma

@
o7G GM-C)F
Osf,eoklae
M-C)F
tL-6
t>11
ResorVsi RANKL
rGr-p
asteoklas
yanq akllf
'memakan'

@@@
Farmagi 7 ro genllor ooteoklae dini

Osteoid I

I
-
ffi
aeteoklae aktif

I
1l-\
t=:--j
Osteoklas inak+'if

Kevereal
GM-C)F Granulocsr\e macrophaqe-colony stimulal:ing factor
M-C)F Macrophaqe colony ollmdailng facLor
O sie oklas y an q
------+ ", lL-6 lnl,erleukin-6
menqalami a?o?toe g lL-1 1 lnl;erleukin-1 1

O?G )steoprol,e7erin
RANKL Receptor act ivat:.or of nuclearfactorrB liqand
TAF-P Tranaformin47rowbhfactor-B

108 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Remodeling tulang


Pendahuluan sel osteoklas dan prekursor osteoklas, untuk menstimulasi
proliferasi dan diferensiasi sel untuk membentuk osteoklas.
Sifat atami tulang. Tulang merupakan penyangga kaku yang
Osteoprotegerin (OPG) merupakan reseptor pemikat yang larut
esensial bagi tubuh, sesuatu yang bisa mengefektifkan lokomosi,
air dan dihasilkan oleh osteoblas, sel stroma sumsum tulang,
dan sebagai reservoir ion seperli kalsium, fosfat, magnesium'
dan sel lainnya. Reseptor ini memodifikasi efek RANKL dengan
dan natrium. Dua pertiga tulang terdiri dari mineral dan sisanya
menginhibisi interaksi RANKL/RANK. Osteoklas tampaknya
merupakan kolagen tipe 1 dan air. Mineral tulang terutama
tidak memiliki reseptor untuk vitamin D atau PTH. Osteoklas
berupa hidroksiapatit kristal dan sisanya adalah kalsium fosfat
meresorpsi tulang dengan cara melekatkan diri ke matriks
amorf, yang terdapat dalam jumlah lebih banyak pada tulang
tulang, memecah matriks tersebut dengan protease kateptik dan
muda yang sedang aktif tumbuh.
melarutkannya dalam asam (Gambar 51a). Setelah melekatkan
Tulang tidak hanya harus kaku dan kuat, tapi juga cukup
dirinya pada tulang, osteoklas menyegel bagian dasar tulang
ringan sehingga memungkinkan kontraksi otot. Hal ini dipenuhi
dan memisahkannya dari bagian tulang lainnya, dan membentuk
oleh struktur tulang. Struktur pada tulang tubular kortikal
tepi yang terinvaginasi yang disebut 'rffied border' (tepi
terutama terdiri dari lapisan-lapisan kolagen termineralisasi
yang kasar), yang berperan sebagai lisosom besar, meluruhkan
yang dikemas padat, sementara struktur tulang rangka aksial
terdiri dari tulang trabekular spongiosa. Defek tulang kortikal
tulang di sekelilingnya. Resorpsi dapat dikurangi dengan
menurunkan laju pembentukan osteoklas atau menurunkan
menyebabkan fraktur tulang panjang, sementara defek tulang
aktivitas osteoklas.
trabekular menyebabkan fraktur vertebra.

Remodeling tulang
Struktur selular tulang
Remodeling tulang merupakan siklus yang terdiri dari resorpsi
Matriks tulang tersusun dalam lapisan-laspisan konsentris yang
tulang dan pembentukan tulang baru. Siklus ini bergantung
disebut lamela. Unit struktur pada tulang padat adalah osteon.
pada kerja hotmon sistemik untuk mendapatkan suplai kalsium
Dalam setiap osteon, lamela tersusun di seputar kanal Havers
fosfat yang cukup, dan pada kerja hormon lokal untuk aktivitas
sentral; kanal ini terdiri dari pembuluh darah dan saraf. Osteosit
komunikasi antara osteoblas dan osteoklas. Keseimbangan
terletak dalam lakuna yang berhubungan dengan cabang tubulus
antara suplai mineral ke tulang dan resorpsi tulang di bawah
yang disebut kanalikuli. Kanalikuli menyebar ke luar dari
pengaruh PTH normalnya diseimbangkan oleh koupling sinyal
lakuna membentuk jaringan luas, menghubungkan sel tulang
satu dengan yang lain dan dengan suplai darah.
kimiawi yang belum sepenuhnya dimengerti. Remodeling
tulang merupakan proses yang berlangsung terus-menerus,
sehingga saat tulang diresorpsi, terjadi pembentukan tulang baru
Jenis sel dalam tulang
(osteoid) oleh osteoblas (Gambar 51c). Pada tulang kortikal,
Terdapat tiga jenis sel utama pada tulang yaitu osteoblas,
remodeling terjadi dari dalam dan terdiri dari empat fase:
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas merupakan sel utama
ada fase istirahat ketika osteoklas mulai teraktivasi; selama
penghasil tulang. Sel ini berasal dari sumsum tulang dan
fase resorpsi, sekelompok osteoklas memotong saluran dalam
saat matur memiliki reseptor untuk vitamin D dan hormon
tulang, diikuti oleh osteoblas; selama fase reversal, osteoklas
paratiroid (PTH). Osteoblas matur yang sudah terdiferensiasi
mengalami apoptosis; dan selama fase formasi, osteoblas mulai
akan bermigrasi ke permukaan tulang dan membentuk matriks
menghasilkan tulang baru.
tulang di lamela dan menginduksi mineralisasi. Osteoblas
Pada tulang kortikal, osteoblas menghasilkan silinder-
mengekspresikan fosfatase alkali dan sejumlah protein matriks,
silinder tulang baru, secara progresif mempersempit saluran
termasuk osteokalsin dan kolagen tipe 1. Osteosit merupakan
yang kemudian menjadi kanal Havers. Pada tulang trabekular,
osteoblas yang terperangkap dalam tulang kortikal selama
remodeling berlangsung di permukaan, ketika osteoklas
remodeling; sel ini berkomunikasi dengan osteosit lain dan
membentuk cekungan yang kemudian diisi oleh osteoblas.
dengan kapiler untuk memastikan suplai nutrien.
Untuk kedua jenis tulang,, siklus remodeling berlangsung
Osteoklas merupakan sel multinuklear besar yang berfungsi
meresorpsi tulang (Gambar 51a). Osteoklas berasal dari selama 200 hari. Sistem ini terintegrasi oleh sinyal kimiawi
prekursor mononuklear hematopoietik pada jalur diferensiasi lokal yang belum diidentifikasi tapi kemungkinan melibatkan
monosit/makrofag di bawah pengaruh interleukin-i (IL-1) dan integrin, sistem RANKL dan kalsitonin, PTH dan interleukin.
tumour necrosis /acror (TNF) serta berdiferensiasi di bawah PTH memacu resorpsi untuk mengoreksi hipokalsemia dan
pengaruh sejumlah faktor termasttk macrophage colony- hal ini memicu kerja osteoblas. Osteoblas mempunyai reseptor
stimulating factor (M-CSF; disebut juga CSF-l); GM-CSF untuk PTH dan hal ini mungkin merupakan bagian sistem
(granulocyte macrophage colony-stimulating factor); TGF-13 yang mengaktivasi osteoblas. Beberapa hormon lain juga jelas
(tr ansforming growth fact or - l3); IL-6 dan IL- 1 I ; vitamin D dan memengaruhi sistem ini. Estrogen, misalnya, secara langsung
PTH (Gambar 51b). Terdapat bukti bahwa sel megakariosit menghambat osteoklastogenesis dan memiliki efek regulatorik
mengekspresikan aktivator reseptor pada ligan NF-rb (receptor lain pada osteoblas dan sel stroma sumsum tulang. Estrogen
activator of nuclear factor rcB ligand, RANKL) yang termasuk menunjukkan pengaruhnya yang besar melalui peristiwa
famili ligan TNF dan bersifat esensial bagi proses diferensiasi' osteoporosis yang muncul saat estrogen tidak ada lagi setelah
RANKL melekat pada RANK, suatu reseptor pada permukaan menopause (lihat Bab 53).

Remodeling tulang Kalsium dan penyakit tulang metabolik 109


Penyakit tulang metabolik: I Penyakit Paget

@) f ampilan w ajah pada penyakit ?aqet yang (c) 5can t ulang ioot op yang menunjukkan ambilan difus
menunjukkan p enonjolan fronlal pada Lulang t enqkorak pada penyakit?aget

Y/
(

\"-
\ ,=:-:-
lia
.

@
t\ -t \..-
V u-)

(b) Radiograf yan6 menunjukkan penyaki't. ?aqeiluas pada hemipelvis kanan

110 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Penyakit tulang metabolik: I Penyakit Paget
Skenario klinis ini bukan sepenuhnya merupakan gangguan
tulang. Penyakit
metabolik karena sifatnya fokal pada tulang. Etiologinya
Penyakit Paget (Osteitis deformans) merupakan gangguan tulang
tidak sepenuhnya dimengerti, namun mungkin melibatkan
kronik yang menyebabkan nyeri dan deformitas tulang. Penyakit
infeksi virus kronik karena badan inklusi paramiksovirus telah
ini menyerang sekitar 107o orang berusia lanjut, terutama pria.
ditemukan pada osteoklas pagetik, dan DNA virfis campak
walaupun dapat asimtomatik dan ditemukan pada pemeriksaan
telah diidentiflkasi pada pasien. Penyakit ini mungkin bersifat
darah rutin atau pemeriksaan radiologi. Sebagian besar pasien
familial. Penyakit Paget ditandai oleh gambaran aktivitas tulang
datang dengan nyeri atau deformitas tulang-hal ini merupakan
metabolik yang tinggi, termasuk selularitas dan vaskuiaritas
ciri khas gangguan ini dan meliputi perlengkungan tulang berlebih. Osteoklas, sel multinuklear besar, yang normalnya
panjang, pembesaran tulang tengkorak dengan penonjolan
hanya ada saat tulang diresorpsi, dapat menjadi sangat besar
frontal, dan yang lebih jarang, fraktur patoiogis (Gambar 52a,
dan bernukleus sangat banyak pada penyakit Paget, ketika
b, dan c).
tulang mengalami remodeling berlebihan. Tulang hasil akhirnya,
Penyakit Paget ditandai oleh remodeling tulang abnormal.
sama sepefti pada kondisi lain yang melibatkan turnover tulang
Seringkali penyakit ini ditemukan karena tingginya fosfatase yang tinggi, dapat disebut sebagai woven bone, yang struktur
alkali pada skrining biokimiawi. Konsentrasi kalsium dan
lamela normalnya kurang. Tulang belakang, sakrum, dan femur
PTH normal, tapi pengukuran penanda turnover tulang dapat merupakan tulang yang paling sering terserang, diikuti dengan
membantu. Penanda turnover tulang contohnya adalah fosfatase
tulang tengkorak dan peivis.
alkali spesifik-tulang (bone-specific alkaline phosphatase, B AP) Penelitian terkini dalam identifikasi hormon dan sitokin
dan osteokalsin yang menandakan pembentukan (formasi) yang terlibat dalam modulasi osteoklastogenesis dapat memberi
tulang, serta deoksipiridinolin dan telopeptida terminal-N dalam pencerahan terhadap etiologi penyakit Paget.
urin yang menandakan resorpsi tulang. Komplikasi penyakit Paget mencerminkan implikasi
Pasien dengan penyakit Paget diterapi dengan analgesik deformitas tulang pada jaringan lunak terkait, dan dapat
dan bifosfonat. Bifosfonat akan menurunkan turnover :rtlang bersifat neoplastik, reumatologis, neurologis, dan yang lebih
dan mengurangi gejala. Terdapat peningkatan risiko timbulnya jarang, kardiologis. Korda spinalis dan otak berisiko terkena
perubahan ke arah keganasan pada tulang pagetik, dan setiap kompresi, terutama batang otak dan nervus kranialis, dan
perubahan gejala, seperti timbulnya nyeri akut, rasa panas atau tuli seringkali terjadi akibat efek pada tulang tengkorak.
fraktur pada pasien dengan penyakit yang sudah lama, harus Stenosis (penyempitan) spinalis dapat terjadi pada penyakit
segera diperiksa. Paget vertebra, dan saraf perifer yang terperangkap dapat
menyebabkan, misalnya, sindrom terowongan karpal (carpal
Penyakit Paget pada tulang tunnel syndrome). Osteoartritis merupakan komplikasi yang
Etiologi dan patologi. Penyakit paget merupakan gangguan umum terjadi pada penyakit Paget dan dapat terjadi sarkoma
remodeling tulang yang relatif lambat dan melibatkan laju tulang. Walaupun sangat jarang, pasien dapat mengalami gagal
turnover tulang yang sangat cepat (terakselerasi), arsitektur jantung kongestif high-output (curah tinggi) karena aliran darah
tulang yang abnormal, dan dapat berkembang menjadi deformitas ke tulang yang sangat tinggi.

Penyakit tulang metabolik: I Penyakit Paget Kalsium dan penyakit tulang metabolik 111
Penyakit tulang metabolik: ll osteoporosis primer
(a) ?erubahan deneilas rnine?al tulang sesuai ueia (b) Faktor yanq memengaruhi insidenei osleoporosis

ffi---.-W.-ffi
M\\*
s
E
sf
ssN
N

30

M6\ M
50
Usia (tahun)

(c) lnhibisi estrogen terhadap dilereneiasi dan aklivitas oeteoklae


Troqenilor
Mara7iI )el eLroma oeteoklaa din

'@ -i_'@ ..;..--- X,r-r


II,Hl 't'' -l
L M CC-F () f,/

(d) Tulangbelakang ost eoporotik dengan fraktur tush (remuk)

t-81,rr6""
Lmejglhihjrlr:
I t j
I

ffi<__ffi
Osleok.)as
inak:tit
Asleoklaa
aktif

i GM-C)F Granuloc56e maqophaqe colony-stimulal:in| facLor


M-COf
rvr-urr tvborufild4a colony eLimulal)n4 facl;or
Macropha4e
lL-6 lnterleukin-6
lL-11 lnterleukin-'l'l
O?G )steoproLe7erin
RAN KL Recep\or acl)vator of nuclear facl,orr7 li4and
I fCF-F Transformin44rowthfactorB

Skenario klinis namun kemungkinan melibatkan penurunan konsentrasi estrogen


Osteoporosis merupakan penyakit yang sering menyerang orang dan androgen yang terkait usia.
berusia lanjut, mengenai sekitar 2 juta wanita di Inggris, dan Osteoporosis terjadi akibat perubahan densitas tulang yang
berlangsung seumur hidup. Puncak densitas tulang pada pria
dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
dan wanita dicapai pada usia akhir 20-an dan kehilangan
Kondisi ini ditandai dengan' Jragility Jracture' yang didefi nisikan
l:;1ang (bone /oss) terkait usia dimulai pada awal dekade
sebagai fraktur yang terjadi setelahjatuh dari ketinggian kurang
kelima. Puncak massa tulang ditentukan secara genetik dan
dari tinggi badan dan diperkirakan 33Ea wanita dan 20Vo pria
merupakan prediktor utama risiko osteoporosis di masa depan.
di atas usia 80 tahun akan mengalami fraktur panggul akibat
Faktor lainnya meliputi status hormon seks, nutrisi, status
osteoporosis. Lokasi lain yang sering mengalami fraktur
kalsium dan vitamin D, serta tingkat aktivitas flsik. Baik pria
osteoporotik adalah tulang belakang dan radius distal (fraktur
maupun wanita mengalami kehilangan tulang terkait usia mulai
Colles) dan UK National Health Service memperkirakan biaya dekade kelima, namun proses pada wanita menjadi lebih cepat
terapi untuk fraktur osteoporotik adalah L2,l triliun per tahun. (terakselerasi) selama menopause! hal ini mencerminkan peran
Osteoporosis primer pada wanita disebabkan oleh kombinasi estrogen sebagai faktor utama yang mempeftahankan densitas
usia dan def,siensi estrogen; penyebab pada pria kurang jelas, mineral tulang. Osteoporosis didiagnosis dengan menilai

112 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Penyakit tulang metabolik: ll Osteoporosis primer
densitas mineral tulang menggunakan scan dual-energy X-ray pada wanita yang mengalami hipogonadisme dengan sebab
absorptiometry (DEXA). Skor pasien diukur berdasarkan skor apapun. Setelah menopause, terjadi akselerasi resorpsi tulang
deviasi standar di bawah puncak massa tulang normal. akibat defisiensi estrogen, yang terdeteksi pada biopsi sebagai
Sejumlah faktor risiko osteoporosis telah diidentifikasi dan peningkatan frekuensi aktivasi unit multiselular dhsar pada
meliputi usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, etnik Kaukasia tulang dan peningkatan permukaan resorpsi. Terjadi peningkatan
atau Asia, riwayat penyakit tiroid, merokok, dan asupan alkohol ekskresi metabolit kolagen dan tulang serta sedikit penurunan
berlebih. Faktor risiko utama untuk fraktur pada orang bemsia sekresi PTH. Mekanisme koupling pada remodeling tetap
lanjut yang mengalami osteoporosis adalah jatuh. Penilaian dipertahankan, dengan peningkatan kadar fosfatase alkali dalam
pasien harus meliputi faktor risiko jatuh seperti gangguan semm, osteokalsin, dan fosfatase alkali spesifik-tulang yang
penglihatan, penyakit kardiovaskular dengan sinkop, kelemahan signifikan. Semua ini mengindikasikan laju turnover tulang
neuromuskular, dan faktor bahaya di lingkungan seperti tangga yang tinggi. Estrogen mengurangi fungsi osteoklas sebagian
atau karpet yang tidak rata. melalui inhibisi aktivasi monosit dan inhibisi aktivitas osteoblas
melalui supresi gen yang mengekspresikan IL-l, IL-6, dan
Etiologi TNF (Gambar 53c).
Osteoporosis adalah hilangnya massa tulang dan merupakan Osteoporosis terkadang timbul tanpa nyeri dan berlangsung
penyakit tulang metabolik yang paling sering terjadi. Jenis perlahan, dan gejala pertamanya adalah fraktur, kecuali bila
kelamin, ras, keturunan, gaya hidup, dan nutrisi, terutama tingkat dilakukan scan tulang rutin. Fraktur spinal khususnya bisa
asupan kalsium selama periode puncak pertumbuhan tulang, berlangsung tanpa nyeri atau muncul sebagai nyeri punggung
menentukan insidensi osteoporosis (Gambar 53b). Fase-fase persisten yang mereda dengan tirah baring dan dieksaserbasi
utama perubahan massa tulang adalah: (i) tercapainya puncak dengan kerja mengangkat beban (Gambar 53d). Penyembuhan
massa tulang selama masa pascapubertas dan terselesaikannya fraktur akan menghilangkan nyeri. Bila terjadi fraktur kompresi
konsolidasi massa tulang antara usia 20 dan 30; (ii) dimulainya spinal multipel, dapat terjadi angulasi ke depan yang tajam yang
kehilangan tulang antara usia 30 dan 40 yang terjadi seimbang disebut kifosis. Deformitas ini disebabkan oleh kolapsnya bagian
antara tulang kortikal dan trabekular-sekitar 257o tulang akan anterior vertebra. Fraktur osteoporotik apendikular (fraktur pada
menghilang; dan (iii) kehilangan tulang pascamenopause akibat tulang ekstremitas) seringkali ditandai oleh fraktur radius distal
hilangnya estrogen, terutama pada tulang trabekular (misalnya dan kaput femoris.
vertebra) (Gambar 53a).
Oran g keturun an Afrika-Kartbia r ata-r ata memiliki puncak
Pemeriksaan'radiologi dan laboratorium
massa tulang lebih tinggi daripada kelompok etnik lain. Densitometri tulang merupakan alat diagnostik yang dapat
Penelitian pada ibu-anak dan saudara kembar menunjukkan diandalkan. Alat ini mengukur densitas tulang total atau
bahwa fraktur panggul lebih besar kemungkinannya terjadi kandungan kalsium pada pergelangan tangan, tulang belakang,
bila terdapat riwayat osteoporosis pada ibu, yang dapat dan tulang panggul. Batas kesalahannya kecil (1-2%) dan dosis
mencerminkan penurunan alel polimorflk dari gen reseptor radiasi yang diberikan hanya merupakan sebagian dari yang
vitamin D pada populasi tefientu. Dari sisi nutrisi. asupan diberikan pada pemeriksaan rontgen. Metode lainnya meliputi
kalsium yang cukup pada anak yang sedang tumbuh dan orang CT kuantitatif yang lebih akurat pada tulang spongiosa daripada
dewasa muda sangat kritikal untuk mencapai puncak massa pada tulang padat. Pemeriksaan rontgen dapat digunakan namun
tulang yang ditentukan secara genetik, dan suplemen kalsium sifatnya kurang sensitif dan dapat memberikan hasil positif
terbukti dapat memperlambat laju kehilangan tulang pada orang palsu karena lilm dengan penetrasi yang terlalu dalam dapat
berusia lanjut, walaupun belum pasti apakah supiemen kalsium memperlihatkan tulang belakang yang normal seakan-akan
menurunkan risiko fraktur. osteopenik. Osteoporosis tidak akan terdeteksi dengan rontgen
Olahraga merupakan faktor penting yang menentukan laju sampai terjadi kehilangan massa tulang sebanyak 35-557a.
kehilangan massa tulang terkait-usia pada pria dan wanita,
serta pada wanita pra dan pascamenopause. Risiko fraktur Parameter laboratorium
panggul dapat berkurang dengan olahraga teratur, walaupun Osteokalsin dan fosfatase alkali spesiflk-tulang, suatu penanda
tidak .ielas apakah ini akibat densitas tulang yang terjaga formasi tulang, dapat meningkat. Indeks hormonal dalam darah
atau akibat kekuatan otot, keseimbangan, dan kegesitan yang lebih sering mencerminkan perubahan terkait usia daripada
terjaga. Merokok terbukti dapat meningkatkan laju metabolisme yang mungkin terkait dengan osteoporosis. Kadar 1,2,5(OH)zD
estrogen eksogen (misalnya pada kontrasepsi oral), walaupun dalam serum dapat rendah pada pasien dengan osteoporosis
tidak diketahui apakah merokok mempunyai efek metabolik tapi hal ini lebih cenderung disebabkan oleh penurunan
terhadap estrogen endogen. Riwayat tirotoksikosis merupakan akibat usia dan dapat dijelaskan dengan penurunan massa
laktor risiko osteoporosis. ginjal. Secara keseluruhan, nilai biokimiawi serum penderita
osteoporosis normal. Kadar fosfatase alkali meningkat bila
Estrogen dan osteoporosis terjadi penyembuhan tulang setelah fraktur osteoporotik.
Osteoporosis akibat defisiensi estrogen tidak tergantung pada
usia; akselerasi (percepatan) kehilangan tulang dapat terjadi

Penyakit tulang metabolik: ll Osteoporosis primer Kalsium dan penyakit tulang metabolik 113
Penyakit tulang metabolik: lll Osteoporosis
sekunder
(a) ?enyeb ab o steoporosis sekunder fabel 54.1 Pencegahan dan t erapi osteoporosis

I aI^ :tj ?enyeb ab sekund er o st eoporosis


l----lJ,..---;
,n a- ttr
.'t/lt\----- End,okrln/metabolik Hipoqonad.isme

$iffffi
TiraNoksikoeia
/tI \ i$3f$ffi ?,iperVaraliroidiame
// t\I4 \\
..,., SindromCuohin7
,, @ triperVralaktinemia
Hoftloaisl;eiftuna
latroqenik Terapi qlukokortikoid
F,apafin

(b) Efek qlukokortikoid lerhadap maeea tulanq Ke\anagan Mieloma


Leukemia
?enurunan Limloma
kekualan alal
Teny akilt eaitrointegtjn al Malabsorpsi
I

Penyakit hat.jkronik
J
Tentnnan Tenurunan Aan guan.jaringanikat A eI ao qe n e si; iffi p e fr ekt a

?raArkoj formast Lulanq SindramMartan


horman aekc d an q entn4kal an r ee or q si Stndrom Ehl er E-D anl oct

",;i;i";:;: I

@,.:::*)
\ r4a'aaVularo t
Larnrtya Gaqal ginjalkronik
lmobilisasi
?e ny al ahqun a an alkoh a1

1
Te,nururan abeorpet
lalsturrdariA T I
I

- V
I
I

Terurunan -------+ Tentngkatan


kalsiurn serurn reoar?oiLulanq
l.
?entn4l alan I

kal.,iun ur n

Pendahuluan Glukokortikoid dan osteoporosis


Osteoporosis dapat terjadi sebagai masalah sekunder pada Glukokortikoid yang digunakan untuk mengobati gangguan
pasien dengan berbagai gangguan endokrin dan gangguan inflamatorik, dapat menyebabkan osteoporosis, terutama
lainnya (Gambar 54a; Tabel 54.1). Sejumlah besar pasien mengenai tulang trabekular pada tulang rangka aksial sehingga
yang mendapat terapi glukokortikoid jangka panjang menderita fraktur vertebra lebih sering terjadi daripada fraktur panggul.
osteoporosis. Hal tersebut dapat terjadi pada pasien yang Glukokortikoid menyebabkan osteoporosis melalui berbagai
diimobilisasi dalam waktu lama, ketika resorpsi tulang terjadi cara (Gambar 54b).
bersama dengan hiperkalsiuria dan hiperkalsemia, terutama pada Kerja langsung (direk). Glukokortikoid langsung
pasien muda di mana turn.over tulang normalnya berlangsung menginhibisi replikasi osteoblas dan biosintesis sel osteoblas
cepat. Osteoporosis ditemukan juga pada astronot, diduga akibat baru, dan menginduksi apoptosis osteoblas, sebagian melalui
hilangnya efek gravitasi, walaupun etiologi fenomena ini belum interaksinya dengan faktor pertumbuhan seperti insulin-like
diketahui. Gangguan herediter pada ekspresi dan metabolisme growth factor. Selain itu, glukokortikoid dapat langsung
kolagen dapat menyebabkan osteoporosis. Gangguan tersebut menurunkan sintesis osteokalsin, suatu komponen matriks
termasuk sindrom Ehlers-Danlos, homosisteinuria. dan tulang, dan menstimulasi sintesis kolagenase-3, yang memecah
osteogenesis imperfekta. kolagen tipe I dan II, suatu suatu blok pembangun esensial
Sebagian besar pasien dengan osteoporosis mengalami pada tulang. Lebih lanjut lagi, glukokortikoid menstimulasi
kondisi primer namun penyebab osteoporosis sekunder harus aktivitas osteoklas secara langsung, dan kemungkinan secara
selalu dicari ketika melakukan penilaian klinis. tidak langsung, melalui hiperparatiroidisme sekunder.

114 Kalsium dan penyakit tulang metabolik Penyakit tulang metabolik: lll Osteoporosis sekunder
Kerja taklangsung (indirek). Glukokortikoid menginhibisi berisiko menderita osteoporosis. Imobilitas lama di tempat
absorpsi kalsium dari GIT (traktus gastrointestinal) dan tidur dapat menurunkan densitas tulang sekitar 0,5% per bulan.
meningkatkan ekskresi oleh ginjal, yang dapat berkontribusi Densitas vertebra lumbal dapat menurun dengan laju,1 7o setiap
terhadap timbulnya hiperparatiroidisme sekunder. Glukokortikoid minggu, sehingga terjadi kehilangan massa tulang sebanyak 50%
dikaitkan dengan penurunan kadar estrogen dan testosteron dalam satu tahun. Hal ini bersifat reversibel dan ririneralisasi
plasma akibat supresi sekresi hormon adrenokortikotropik tulang dimuiai saat pasien bergerak aktif kembali.
(ACTH) dari kelenjar hipofisis anterior, sehingga terjadi
supresi produksi aSrdrogen adrenal. Produksi hormon luteinisasi Pencegahan dan terapi osteoporosis
berkurang dengan konsekuensi terjadi penurunan produksi Pasien dengan risiko osteoporosis harus diberi saran untuk
estradiol pada wanita dan testosteron pada pria. Glukokortikoid mengubah gaya hidup untuk mempertahankan nutrisi yang
.juga menginhibisi produksi hormon pertumbuhan. Pasien adekuat dan berat badan normal, untuk berhenti merokok, dan
dengan sindrom Cushing, yang dikaitkan dengan aktivitas mengurangi asupan alkohol sampai batas sedang, dan untuk
adrenal berlebih, dapat juga berisiko mengalami osteoporosis berolahraga menahan beban (w e i g ht - b e ar in g) sesering mungkin.
dan fraktur. Pasien dengan diagnosis penyakit yang sudah dipastikan dapat
Terapi glukokortikoid merupakan penyebab utama hilangnya terbantu dengan pelindung panggul (hip-protector) jika mereka
massa tulang dengan cepat dan terapi pencegahan primer harus berisiko jatuh, ditambah dengan penilaian terapi okupasional
dipertimbangkan pada setiap pasien yang akan menjalani terapi dan alat bantu berjalan.
steroid selama lebih dari 3 bulan. Terapi pengganti estrogen saat menopause, dengan atau
tanpa progestagen, merupakan terapi utama pada wanita
Gangguan endokrin lainnya untuk mencegah kehilangan tulang pascamenopause. Namun,
Hipertiroidisme dapat menyebabkan osteoporosis melalui data terkini dari penelitian observasional yang luas justru
kerja langsung hormon tiroid pada resorpsi tulang, karena mempertanyakan keamanan terapi ini pada wanita yang
hormon tiroid normalnya dikaitkan dengan turnover Iulangyang berusia di atas 50 tahun terkait dengan peningkatan risiko
tinggi. Fraktur tidak sering terjadi pada hipertiroidisme akibat kanker payudara. Terapi ini tidak lagi direkomendasi sebagai
diagnosis dan terapi yang tepat. Namun, wanita pascamenopause terapi lini pertama untuk mencegah osteoporosis pada wanita
dengan osteoporosis dan riwayat hipertiroidisme berisiko tinggi yang berusia di atas 50 tahun kecuali jika mereka tidak dapat
mengalami fraktur panggul. Diabetes melitus tipe I dikaitkan mentoleransi bentuk terapi yang lain. Wanita yang lebih muda
dengan osteopenia ringan pada tulang kortikal, walaupun dengan kegagalan ovarium dini (premature ovarian failure)
tampaknya insidensi fraktur pada pasien ini tidak tinggi. dapat mengonsumsi estrogen secara kontinu sampai usia 50
Sebaliknya, pasien dengan diabetes melitus tipe 2 biasanya tahun.
memiliki massa tulang normal. Bisfosfonat etidronat, alendronat, dan risendronat telah
terbukti mencegah hilangnya massa tulang pada tulang belakang
Gangguan herediter dan panggul, pada wanita sehat yang telah menopause dan
Beberapa ratus mutasi pada gen kolagen tipe 1 telah ditemukan, pada pasien berusia lanjut dengan osteoporosis.'Alendronat
beberapa di antaranya menyebabkan defek aktivitas osteoblas dan risendronat juga telah terbukti menurunkan angka fraktur
dan menghasilkan tulang yang keropos dan rapuh. Osteogenesis pada wanita dengan osteoporosis.
imperfekta, contohnya, disebabkan oleh mutasi gen yang Osteoporosis yang diinduksi glukokortikoid harus dicegah
mengkode kolagen tipe 1, suatu protein struktural utama pada melalui pencegahan primer pada pasien yang mulai mendapat
matriks tulang. Fenotipe yang berbeda dapat menyebabkan terapi yang disertai juga dengan pemberian bisfosfonat. Pada
berbagai keadaan mulai dari kondisi yang relatif ringan sampai pasien yang mengonsumsi prednisolon 7,5 mg setiap hari atau
kondisi yang bersifat letal terhadap embrio. dosis yang ekuivalen selama 6 bulan atau lebih, scan dual
emission X-ray absorptiometry (DEXA) dapat dilakukan untuk
lmobilisasi dan osteoporosis memastikan densitas mineral tulang sehingga terapi yang sesuai
dapat diberikan.
Pasien yang diimobilisasi dalam waktu lama, contohnya pasien
dengan penyakit neuromuskular atau setelah trauma spinal,

Penyakit tulang metabolik: lll Osteoporosis sekunder Kalsium dan penyakit tulang metabolik 115
Daftar singkatan dan istilah

ABP : andro g en-binding protein, protein pengikat androgen GHRH: growth hormone-releasing hormon, nJ.-on
AGTH: adrenocorticotrophic hormone, hormon pelepas hormon pertumbuhan
adrenokortikotropik glikogenolisis: pemecahan glikogen
ADH: antidiurb ti c hormone (vasopresin), hormon glikosilasi : penambahan rantai samping oligosakarida pada
antidiuretik protein
amenorea: tidak adanya atau berhentinya menstruasi glukagonoma: tumor pensekresi glukagon
amenorea primer: tidak timbul menstruasi saat pubertas glukoneogenesis: sintesis glukosa baru
amenorea sekunder: berhentinya menstruasi GnRH: gonadotrophin-releasing hormone, hormon pelepas
anabolik: peningkatan sintesis protein dan pertumbuhan gonadotropin
jaringan, misalnya penggunaan steroid anabolik GRP: gastrin-releasing peptide, peptida pelepas gastrin
androgen: steroid yang menstimulasi perkembangan organ haploid: sel dengan satu set kromosom
seks pria dan mempertahankan fungsi seksual pria HDL: high density lipoprotein, lipoprotein densitas rendah
apoptosis: kematian sel yang terprogram h i peraldostero me : sindrom akibat kelebihan sekresi
n is
autosomal: sifat genetik yang bukan berasal dari aldosteron adrenal oleh tumor adrenal, menyebabkan
kromosom seks hipertensi
AVP: arginin vasopresin hiperplasia adrenal: peningkatan pertumbuhan sel pada
CA: cyproterone acetate, siproteron asetat kelenjar adrenal
CCK: kolesistokinin h i perprola kti nem ia : peningkatan kadar prolaktin plasma
COC: combination oral contraceptive, kontrasepsi oral secara persisten
kombinasi hipoglikemia: kadar glukosa darah yang rendah
CRH: corticotrophin-releasing hormon, hormon pelepas hipogonadisme: gangguan fungsi testis atau ovarium
kortikotropin HLA: human leufutcyte antigen, antigen leukosit manusia
DAG: diasilgliserol HRE: hormone response element, elemen respons hormon
dermopati: penyakit pada kulit HRT: hormone replacement therapy, terapi pengganti
DES: difluse endocrine system, sistem endokrin difus hormon
DHT dihidrotestosteron IDDM : insulin-dependent diabete s me llitus, diabetes melitus
dimerisasi: kombinasi dua molekul protein tergantung insulin ,

diploid: sel dengan dua set kromosom idiopatik: penyebab tidak diketahui
disgerminoma: tumor ganas pada ovarium, analog dengan fGF-1 : insulin-like growth factor- l
seminoma pada testis; dapat timbul dari sel punca (stem insulinoma: tumor pensekresi insulin
cell) primittf lP3: inositol triphosphate, inositol trifosfat
dismenorea: nyeri saat menstruasi iskemia: kematian jaringan lokal akibat kekurangan
DOC: deoksikortikosteron oksigen
endometriosis: timbulnya jaringan endometrium pada area kantung Rathke: struktur embrionik yang berkontribusi
lain di pelvis selain uterus bagi perkembangan hipoflsis
endoplasmik: sistem membran intraselular kariotipe: pengaturan set kromosom secara berpasangan
ER: estrogen receptor, reseptor estrogen berdasarkan ukuran
eutiroid: fungsi tiroid nomal karotinemia: defisiensi vitamin A
feokromositoma : tumor pensekresi katekolamin; kelenjar ultimobrankial: kelenjar pada burung yang
menyebabkan hipertensi." memproduksi kalsitonin
FFA: free fatty ctcid, asam lemak bebas korteks: Lapisan terluar pada organ atau struktur
fibroblas: sel jaringan ikat yang datar dan iregular kraniofaringioma: tumor otak yang berasal dari sisa
folikel: sekelompok sel dalam unit fungsional, misalnya kantung Rathke embrionik
tiroid, ovarium kriptorkismus: kegagalan penurunan testis ke dalam
F SH: follicle- stimulating hormone, hormon penstimulasi skrotum
folikel leptin: hormon endokrin protein yang diproduksi oleh
gestasi: kehamilan; fetus pada masa intrauterin jaringan adiposa; bekerja pada otak untuk mengurangi
GH: growth hormone, hormon pertumbuhan asupan makanan pada hewan

116 Daftar singkatan dan istilah


LH: luteinizing hormone, hormon luteinisasi renin: hormon enzim yang dilepaskan ginjal ke dalam
lipolisis: pemecahan lemak darah sebagai respons gejala stres, misalnya pada kanker
pay udara
LPH: p-lipotropin
retinopati: penyakit atau kerusakan retina yang
MCR-4: reseptor melanokortin-4
menyebabkan gangguan penglihatan atau kebuiaan,
medula: lapisan dalam atau tengah pada organ atau struktur
disebabkan (misalnya) oleh hipertensi
metabol ism€ : integrasi reaksi-reaksi biokimiawi dalam
RNA: ribonucleic acid, asam ribonukleat
tubuh
SERM: selective estrogen receptor modulator, modulator
MSH : me lano cy t e - s t imulatin g ho rmo ne, hormon pen stimulasi
reseptor estrogen selektif
melanosit
SHBG: sex hormone-binding globulin, globulin pengikat
nefropati: penyakit atau kerusakan ginjal, menyebabkan
hormon seks
gangguan fungsi ginjal
skleroderma : penyakit autoimun yang menyebabkan
neuromodulator: pelepasan zat kimia yang bekerja relatif penebalan kulit dan dapat menyerang jaringan lain
panjang dari suatu neuron terutama paru
neuropati: penyakit atau kerusakan saraf perifer akibat T3: tri-iodotironin
(misalnya) hiperglikemia pada diabetes melitus
T4: tiroksin
OC: oral contraceptive, kontrasepsi oral teka interna: sel pensekresi estrogen di folikel ovarium
oligomenorea: ketidakteraturan menstruasi TFT tes fungsi tiroid
oligosakarida: gula tereduksi (atau monosakarida) yang
TNF: dssue necrosis factor, faktor nekrosis jaringan
saling terkait T RH: thyrotrophin-releasing hormone, hormon pelepas
osteoklas: sel multinuklear penghancur tulang tirotropin
PlP2: fosfoinositol trimester: periode 3 bulan dalam kehamilan
PKA: protein kinase A tropik: menyebabkan pertumbuhan
PKC: protein kinase C T SH: thyroid- s timulatin g hormone, hormon penstimulasi
PLG: fosfolipase C tiroid
progestas ional : menimbulkan respons menyerupai YIP: vasointestinbl peptide, peptida vasointestinal
progesteron virilisasi: akibat ekstrem dari produksi androgen berlebihan
proteolisis: pemecahan protein pada wanita, yaitu hirsutisme, kebotakan, peningkatan
pseudosesis: kehamilan semu (phantom) massa otot, suara menjadi berat, dan pembesaran klitoris
PTH: parathyroid hormone, hormon paratiroid

Daftar singkatan dan istilah 117

Anda mungkin juga menyukai