PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vaisesika adalah salah satu bagian dari filsafat India atau Sad Darsana yang
usianya lebih tua dari sistem filsafat Nyaya.Sistem filsafat Vaisasika dipelopori oleh
maharsi Kanada. Dengan demikian filsafat Vaisasika ini dikenal dengan sebutan sistem
Kanada. Sumber pokok ajaran Vaisasika adalah kitab Vaisasika Sutra, buah karya
maharsi Kanada. Kitab ini terdiri dari 10 jilid. Sistem filsafat Vaisasika muncul pada
abad keempat sebelum masehi. Isi pokok ajarannya menerangkan tentang kategori-
kategori dari semua yang ada di alam semesta ini.
Di dalam buku ini membahas tujuh kategori (padharta) yang terdapat pada
filsafat Vaisasika, yaitu : Drawya atau substansi, Guna atau kualitas, Karma atau
aktivitas, Semanya atau sifat umum, Wisesa atau sifat perorangan, Samawaya atau
pelekatan, dan Abhawa atau ketidakadaan. Padharta berarti objek yang dinyatakan oleh
sebuah kata.
Demikian pula padharta berarti semua objek dari ilmu pengetahuan. Menurut
Vaisasika semua objek dinyatakan oleh kata-kata yang semuanya dapat dibagi dua jenis
yaitu, keberadaan dan ketidakadaan (bhawa dan abhawa).yang dimaksud dengan
keberadaan yaitu semua yang dinyatakan dengan faktor-faktor yang positif atau hal-hal
yang ada. Sedangkan yang dimaksud dengan ketidakadaan yaitu faktof-faktor yang
negatif. Di dalam buku ini juga dijelaskan bahwa Vaisasika terdapat dua prama yaitu,
Pratyaksa dan anumana prama.
Dari permasalahan di atas dapat dirumuskan tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah agar pembaca dapat memahami dengan mudah mengenai perkembangan, kategori-
kategori, cara mendapatka pengetahuan, terjadinya alam semesta serta etika dalam
Vaisasika karena dalam makalah ini ajaran dari Vaisasika sudah diperinci sehingga
memudahkan pembaca dalam mempelajarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Waisasika
Sistem filsafat Waisasika dipelopori oleh Rsi Kanada, beliau disebut pula dengan
nama Rsi Uluka, sehingga filsafat waisasika disebut pula dengan sistem Kanada atau
Aulukya. Kata Uluka artinya burung hantu, dahulu ketika Rsi Gautama terjatuh ke dalam
sumur, karena memikirkan tentang dirinya, Rsi Kanada mempergunakan waktunya
dengan menyibukkan dirinya disepanjang hari dengan penyelidikannya dan keluar pada
malam hari untuk mengumpulkan sedekah. Karena ia sepanjang siang hari tidak pernah
keliatan dan hanya berkeliling pada malam hari maka beliau dijuluki dengan nama “si
burung hantu” (Uluka).
Sumber pokok ajaran Waisasika adalah kitab Waisasikasutra, buah karya Rsi
Kanada. Dalam buku Waisasikasutra terdiri dari sepuluh bab, uraian permasalahan dari
masing-masing bab adalah sebagai berikut :
1. Bab I, berisi keseluruhan kelompok Padartha atau katagori-katagori yang dapat
dinyatakan.
2. Bab II, penetapan tentang benda-benda.
3. Bab III, uraian tentang jiva dan indra dalam.
4. Bab IV, uraian tentang badan dan bahan penyusunnya.
5. Bab V, uraian tentang karma atau kegiatan.
6. Bab VI, uraian tentang dharma atau kebajikan menurut kitab suci.
7. Bab VII, uraian tentang sifat-sifat dan Samavaya (keterpaduan; saling
hubungan).
8. Bab VIII, uraian tentang wujud pengetahuan, sumbernya.
9. Bab IX, uraian tentang pemahaman tertentu atau yang konkrit.
10. Bab X, uraian tentang perbedaan sifat dari jiwa.
Dalam perkembangan berikutnya muncullah beberapa kitab komentar dari
Waisasikasutra yang ditulis oleh para tokoh yaitu : Prasastapada yang menulis kitab
Padartha-dharma-sanghara yang juga dikenal dengan nama Bhasya, Sankara menulis
kitab sariraka Bhasya, Wyomasiwa menulis kitab Wyomawati, Udayana menulis kitab
Kirawana dan Sridhara menulis kitab Nyaya-kandali.
Sistem filsafat Waisasika muncul pada abad ke empat sebelum masehi yang mula-
mula sebagai sistem filsafat yang berdiri sendiri, akan tetapi kemudian sistem ini menjadi
satu dengan Nyaya. Pada abad ke sebelas masehi kedua sistem filsafat ini berfungsi
secara sempurna, sehingga oleh banyak penulis kedua sistem ini disebut Nyaya-
Waisasika. Tujuan pokok Waisasika bersifat Metafisik. Isi pokok ajarannya menerangkan
tentang dharma, yaitu apa yang memberikan kesejahteraan di dalam dunia ini dan yang
memberikan kelepasan yang menentukan.Yang terpenting dari ajaran Vaisesika adalah
ajaran tentang katagori-katagori dan semua yang ada di Dunia ini.
Kata-kata visesa yang dijadikan dasar bagi penamaan sitem falsafah ini berarti
kekhususan atau partikularitas. Sesuai dengan namanya sistem falsafah ini memusatkan
perhatian pada menonjolnya ciri-ciri khusus dari obyek-obyek pengamatan di alam
semesta. Sebagai sistem kearifan yang tua dalam jajaran falsafah India, Vaisesika lebih
dikenal sebagai falsafah fisika dan metafisika. Sebagai falsafah fisika, Darsana ini diawali
dengan pembahasan mengenai tujuh kategori benda-benda yang disebut padharta. Dari
pembicaraan mengenai masalah fisika kemudian beranjak kepada masalah metafisika,
dengan membincangkan masalah-masalah berkenaan dengan jiwa dan arti spiritual
daripada karma dan Dharma, yang dtentukan oleh tingkat pengetahuan manusia tentang
dunia dan obyek-obyek yang diamatinya dalam kehidupan.
Sebagai sistem falsafah fisika, Vaisesika sebenarnya lebih merupakan perumusan
terhadap padharta (kategori benda-benda). Pengetahuan tentang padharta sangat penting
dasar mencapai kebenaran tertinggi, yaitu pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu.
2.1.1 Cara Mendapatkan Pengetahuan Menurut Waisasika
Alat untuk mendapatkan pengetahuan menurut Waisasika hanya ada 2 yaitu
Pratyaksa Pramana dan Anumana Pramana. Waisasika menolak adanya Upamana dan
Sabda Pramana, karena hal ini dipandang memberikan kebenaran yang meragukan. Maka
Waisasika hanya mengakui dua Pramana yaitu Anumana Pramana dan Pratyaksa
Pramana.
Pratyaksa Pramana atau pengamatan, memberi pengetahuan kepada kita mengenai
sasaran yang diamati menurut ketentuan dari sasaran itu masing-masing. Anumana
berarti pengetahuan yang kemudian. Pengetahuan yang didapat dengan Anumana atau
Kesimpulan adalah dengan melihat suatu tanda yang selalu memiliki hubungan dengan
objek yang ditarik kesimpulannya.
2.2 Padartha
Padartha secara harfiah artinya adalah : arti dari sebuah kata; tetapi disini Padartha
adalah suatu permasalahan benda dalam filsafat. Sebuah Padartha merupakan suatu
obyek yang dapat dipikirkan (artha) dan diberi nama (Pada). Semua hal yang ada, yang
dapat diamati dan dinamai, yaitu semua obyek pengalaman dan Padartha. Benda-benda
majemuk saling bergantung dan sifatnya sementara, sedangkan benda-benda sederhana
sifatnya abadi dan bebas.
Sistem filsafat Waisasika terutama dimaksudkan untuk menetapkan tentang
Padartha, tetapi Rsi Kanada membuka pokok permasalahan dengan sebuah pengamatan
tentang intisari dari dharma, yang merupakan sumber dari pengetahuan inti dari Padartha.
Padartha pada Waisasika, seperti yang disebutkan oleh Rsi Kanada sebenarnya hanya 6
buah katagori, namun satu katagori ditambahkan oleh penulis-penulis berikutnya,
sehingga akhirnya berjumlah 7 kategori (padartha), yaitu :
2.2.1 Drawya (Substansi)
Yang disebut Drawya (substansi) adalah katagori yang bebas dan tidak tergantung
pada katagori yang lain, bahkan Drawya (substansi) mendasari katagori yang lain.
Drawya (substansi) juga disebut sebagai kekuatan dan kegiatan zat-zat yang terdapat
pada lapisan alam yang paling bawah. Tanpa Drawya (substansi) katagori-katagori yang
lain tidak dapat menjelmakan dirinya. Selain dari itu, Drawya (substansi) mempunyai
sifat sebagai sebab yang melekat dalam artian, telah telah ada di dalam sesuatu yang
dihasilkan oleh katagori-katagori yang lain. Ada sembilan jenis Drawya (substansi)
yaitu : tanah (prthiwi), air (apah), api (tejah), udara (vayu), ether (akasa), waktu (kala),
ruang (dis), roh (jiva) dan pikiran (manas). Kesembilan Drawya (substansi) ini bersama-
sama membentuk alam semesta, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.
Di dalam Drawya (substansi) terdapat guna (kualitas), tetapi guna tidak bias
berdiri sendiri tanpa adanya Drawya (substansi). Menurut ajaran Waisasika ada 24 guna
(kualitas), yaitu : rupa (warna), rasa (perasaan), gandha (bau), sparsa (sentuhan), sabda
(suara), sankhya (jumlah/hitungan), parimana (jarak), prthakwa (penerangan), samyoga
(persatuan), wibhaga (tak terbagi), paratwa (tipis/sedikit), aparatwa (dekat), budhi
(pengetahuan), sukha (kesenangan), dukha (kesedihan), iccha (keinginan), dwesa
(kesenangan), prayatna (usaha), gurutwa (keberatan), drawatwa (keadaan cair), sneha
(dalam), samskara (kecenderungan), dharma (berfaedah), adharma (cacat). Sejumlah 8
sifat yaitu : budhi (pengetahuan), sukha (kesenangan), dukha (kesedihan), iccha
(keinginan), dwesa (kesenangan), prayatna (usaha), dharma (berfaedah), adharma (cacat)
merupakan milik dari roh, sedangkan 16 buah lainnya merupakan milik dari substasi
material.
Dari 24 jenis guna yang dikemukakan oleh sistem waisasika maka muncullah
suatu pertanyaan, mengapa ada 24 guna, tidak lebih dan tidak kurang?. Jawaban yang
diberikan oleh Waisasika atas pertanyaan itu adalah sebagai berikut : jika diperhitungkan
berbagai sub bagian dari pada guna itu maka jumlahnya akan banyak sekali. Tetapi di
dalam klasifikasi suatu benda kita mengurangi jumlah itu sehingga mencapai jumlah
terakhir dari sudut pandang tertentu.
Klasifikasi guna yang banyaknya 24 jenis itu diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan dari kesadaran atau keluasannya dan pengurangan serta penambahannya.
Dengan demikian guna (kualitas) adalah apa yang dianggap oleh sistem waisasika
sebagai yang paling sederhana yaitu kualitas yang pasif dari suatu substansi.
Karma atau perbuatan adalah suatu gerakan dari badan. Seperti halnya dengan
Guna, Karma juga tidak dapat berdiri sendiri tanpa danya substansi, namun dalam karma
dan guna memiliki beberapa perbedaan yaitu : guna adalah ciri yang stasis dari sesuatu
sedangkan karma itu sifatnya dinamis, guna tidak bias membuat orang keluar dari
penderitaan sedangkan karma bersifat transitif yang dapat membawa seseorang kepada
suatu Tujuan tertentu. Sehingga dengan demikian antara Guna dan Karma tidak saling
tergantung, melainkan sama-sama berdiri sendiri.
Dalam ajaran Waisasika ada lima macam gerakan (karma) yaitu : Utksepana
(gerakan yang melemparkan ke atas), Awaksepana (gerakan yang melemparkan ke
bawah), Akuncana (gerakan yang menimbulkan goncangan), Prasarana (gerakan yang
menimbulkan perluasan), Gemana (kemampuan bergerak dari suatu tempat ke tampat
lain).
Dalam hubungannya dengan karma, sistem Waisasika mengemukakan ada satu
pokok yang amat penting yang mesti mendapat perhatian, yaitu yang menyebabkan
adanya gerak itu. Terhadap hal ini Waisasika berpendapat bahwa gerak itu senantiasa
dimulai oleh suatu yang memiliki kesadaran.
2.2.4 Samanya (Sifat umum)
Menurut sistem Waisasika, Samanya (sifat umum) itu adalah kekal dan nyata,
tetapi di dalamnya terdapat saling keterikatan antara individu-individu yang ada. Setiap
individu dalam suatu kelompok memiliki suatu sifat umum. Dalam ajaran Waisasika ada
tiga jenis sifat umum yaitu : para (yang tertinggi), apara (yang terendah) dan para-para
(yang menengah)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
“Puji sukur atas kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang mana telah
memberikan nikmat kesehatan dan juga selalu memberikan keberkahan dan
rahmat kepada kami. Tak lupa juga untuk memberikan berkat serta salam
yang selalu tercurahkan dalam setiap doa kepada junjungan kita, yakni Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, yang mana telah membawa kita dari jaman
kegelapan hingga jaman terang benderang seperti halnya sekarang ini.
Berkat limpahan dan rahmatnya beliau kepada kami, kami bisa menuntaskan
tugas makalah ini yang bertujuan untuk menyelesaikan kewajiban tugas
sekolah Agama Hindu.”
Makalah ini dibuat oleh penyusun, yang mana penysusun ketika membuat
dan menyusun makalah ini dihalangi oleh berbagai macam rintangan, baik itu
yang awal mulanya datang dari diri penyusun ataupun yang dari luar
penyusun.
Saya menyadari bahwa isi atau kata dari makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kepada
bapak/Ibu guru, kami meminta sedikit kritikan dan sarannya guna untuk
memperbaiki pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA