Anda di halaman 1dari 58

Bidang Kajian : Matematika Diskrit

MAKALAH KAJIAN MATEMATIKA LANJUT

PENERAPAN GRAF HAMILTON PADA TRAVELLING SALESMAN


PROBLEM (TSP) DENGAN ALGORITMA DUA SISI OPTIMAL

Oleh :

Nama : Rania Febri Hapsari

NIM / Kelas : K1318066 / E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020/2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Makalah Kajian matematika dengan judul “Penerapan Graf Hamilton Pada


Travelling Salesman Problem (TSP) Dengan Algoritma Dua Sisi Optimal” ini
telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan penguji kajian lanjut matematika
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta pada :

Hari :

Tanggal :

Kudus, 04 Mei 2021


Persetujuan
Dosen Pembimbing

Dr. Budi Usodo, M. Pd


NIP. 19680517 1993031002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah Seminar matematika dengan judul “Penerapan Graf Hamilton


Pada Travelling Salesman Problem (TSP) Dengan Algoritma Dua Sisi
Optimal” telah dipertahankan dihadapan penguji seminar matematika Program
Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Kepala Program Studi Dosen Penguji


Pendidikan Matematika Pendidikan Matematika

Dr. Triyanto, S.Si, M.Si Dr. Budi Usodo, M. Pd


NIP. 19720508 1998021001 NIP. 19680517 1993031002

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa makalah seminar


dengan judul “Penerapan Graf Hamilton Pada Travelling Salesman Problem
(TSP) Dengan Algoritma Dua Sisi Optimal” yang disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kajian Matematika Lanjut adalah hasil karya saya sendiri dan
bukan merupakan hasil plagiasi menjiplak karya orang lain. Demikian pernyataan
ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kudus, 04 Mei 2021


Yang membuat pernyataan,

Rania Febri Hapsari

NIM : K1318066

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................v

KATA PENGATANTAR ...................................................................................... vi

BAB I PENDAHULAN ...........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1


B. Perumusan Masalah ...................................................................................4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................4
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................5

A. Kajian Teori ...............................................................................................5


B. Pembahasan Masalah ...............................................................................11

BAB III PENUTUP ...............................................................................................44

A. Kesimpulan ..............................................................................................44
B. Saran ........................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................46

LAMPIRAN ..........................................................................................................47

Lampiran 1 : Saran dan Pertanyaan ................................................................47

Lampiran 2 : Buku Pedoman ..........................................................................48

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penerapan Graf Hamilton
Pada Travelling Salesman Problem (TSP) dengan Algorotma Dua Sisi Optimal”.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kajian Matematika Lanjut.

Dalam penulisan makalah ini banyak sekali hambatan yang penulis alami,
namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan pada segenap pihak antara lain:

1. Dr. Budi Usodo, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Kajian Matematika Lanjut Kelas E yang senantiasa memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis.
2. Keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan serta doa yang
selalu dicurahkan.
3. Teman-teman yang senantiasa memberikan semangat dan saran kepada
penulis.
4. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan serta
bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan dalam makalah


masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi parapembaca pada umumnya.

Kudus, 04 Mei 2021

Penulis

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Graf merupakan salah satu pokok bahasan Matematika Diskrit


yang telah lama dikenal dan banyak diaplikasikan pada berbagai bidang.
Teori graf pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler pada tahun 1736.
Ketika itu Euler memikirkan kemungkinan untuk menyeberangi sebuah
jembatan yaitu jembatan Königsberg tepat satu kali dan kembali ke tempat
semula. Meskipun pada awalnya graf diciptakan untuk diterapkan dalam
penyelesaian kasus, namun graf telah mengalami perkembangan yang sangat
luas di dalam teori graf itu sendiri. Graf sendiri merupakan suatu diagram
yang memuat informasi tertentu jika diinterpretasikan secara tepat.

Dalam kehidupan sehari-hari graf digunakan untuk mengambarkan


berbagai macam struktur yang ada sebagai visualisasi objek-objek agar lebih
mudah dimengerti seperti untuk mempresentasikan suatu jaringan. Misalkan
jaringan jalan raya dengan kota sebagai simpul (vertex) dan jalan yang
menghubungkan setiap kota sebagai sisi (edge) dan bobotnya (weight) adalah
panjang dari jalan tersebut. Seiring dengan perkembangan teori tentang graf,
jenis-jenis graf pun semakin banyak. Dimulai dari graf sederhana, graf ganda
dan hingga ditemukannya graf komplit. Bahkan masih banyak lagi graf yang
lain seperti graf Euler, graf Hamilton, pohon dan lain-lain. Dari beberapa
jenis graf terebut, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai penerapan graf
Hamilton.

Graf Hamilton diambil dari nama Sir William Rowan Hamilton. Graf
Hamilton merupakan graf yang memuat sirkuit Hamilton. Sirkuit Hamilton
ialah sirkuit yang melalui tiap simpul didalam graf tepat satu kali.kecuali
simpul asal (sekaligus simpul akhir) yang dilalui dua kali. Banyak
permasalahan yang bisa diselesaikan dengan konsep graf Hamilton. Misalnya
penerapan graf untuk menentukan lintasan terpendek (short path), contohnya

1
menentukan jarak terpendek / waktu tempuh tersingkat / ongkos termurah
antara dua buah kota dan TSP (Travelling Salesman Problem), contohnya
menentukan sirkuit terpendek yang harus dilalui oleh seorang salesman yang
berangkat dari sebuah kota asal dan mengunjungi setiap kota tepat satu kali
dan kembali lagi ke kota asal keberangkatan. Dari beberapa penerapan Graf
Hamilton pada permasalahan sehari-hari, penulis tertarik untuk membahas
topik mengenai TSP (Travelling Salesman Problem). Penulis tertarik
mengkaji tentang TSP (Travelling Salesman Problem) karena TSP termasuk
ke dalam persoalan yang cukup terkenal dalam teori graf dan merupakan
salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
yaitu penentuan rute perjalanan.

TSP (Travelling Salesman Problem) adalah permasalahan dimana


seorang salesman harus mengunjungi sejumlah kota yang mana tiap kota
hanya dikunjungi sekali, dan harus kembali ke kota asal. Masalah utama yang
dihadapi sebuah TSP (Travelling Salesman Problem) adalah bagaimana
mencari rute terpendek dari perjalanan seorang salesman dengan biaya
minimum. Permasalahan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
diberikan sejumlah kota dan jarak antar kota. Tentukan sirkuit terpendek yang
harus dilalui oleh seorang salesman yang berangkat dari sebuah kota asal dan
mengunjungi setiap kota tepat satu kali dan kembali lagi ke kota asal
keberangkatan. TSP (Travelling Salesman Problem) tidak lain adalah
menentukan suatu sikel Hamilton yang memiliki bobot minimum pada
sebuah graf terhubung.

Terdapat beberapa cara atau algoritma yang dapat dipakai untuk


mencari sebuah sikel Hamilton dengan bobot mendekati minimal pada graf
komplit berbobot, antara lain The Closest Intersection Algorithm, The
Annealing Algorithm and the Karp–Held Heuristics , dan Two-Optimal
Algorithm. Dari beberapa algoritma tersebut, penulis tertarik juga untuk
membahas tentang Two-Optimal Algorithm atau Algoritma Dua Sisi Optimal,
karena menurut penulis algoritma tersebut mudah dipahami walaupun proses

2
pengerjaannya sangat panjang dan juga membutuhkan ketelitian.. Algoritma
Dua Sisi Optimal merupakan metode yang diawali dengan memilih sebuah
sikel Hamilton sebarang pada sebuah graf. Kemudian melakukan sebarisan
modifikasi terhadap sikel tersebut dengan tujuan untuk menemukan sebuah
sikel Hamilton yang lebih kecil dari bobot sikel yang sebelumnya. Proses ini
dilanjutkan sampai diperoleh suatu sikel Hamilton yang bobotnya tidak dapat
diperkecil lagi atau bobot minimum. Penulis mengangkat topic ini
dikarenakan penulis ingin mengetahui bagaimana menyelesaikan
permasalahan TSP (Travelling Salesman Problem) dengan menggunakan
Metode Dua Sisi Optimal. Dengan dilakukannya penulisan ini diharapkan
dapat diterapkan pada penyelesaian permasalahan sehari-hari yang berkaitan
dengan pembahasan.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditentukan rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep Graf Hamilton beserta teorema-teorema yang terkait?


2. Bagaimana penerapan Graf Hamilton pada permasalahan TSP (Travelling
Salesman Problem) menggunakan Algoritms Dua Sisi Optimal?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan


penulisan makalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep Graf Hamilton beserta teorema-teorema yang


terkait.
2. Untuk mengetahui penerapan Graf Hamilton pada permasalahan TSP
(Travelling Salesman Problem) menggunakan Algoritma Dua Sisi
Optimal.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini


yaitu :

1. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain dalam melakukan kajian


matematika yang berkaitan dengan topik pembahasan.
2. Sebagai bahan pengetahuan bagi perusahaan yang dapat digunakan untuk
menentukan rute terpendek dalam distribusi produk.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Graf
a. Definisi Graf

Sebuah graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan


(𝑉 (𝐺), 𝐸 (𝐺)). Graf 𝐺 = (𝑉 (𝐺), 𝐸 (𝐺)) terdiri dari dua himpunan
berhingga 𝑉(𝐺) dan 𝐸(𝐺). 𝑉(𝐺) himpunan simpul dari graf, sering
dilambangkan hanya dengan 𝑉, yaitu sebuah himpunan elemen yang
tidak kosong yang disebut simpul-simpul. 𝐸(𝐺) himpunan sisi graf,
sering kali dilambangkan hanya dengan 𝐸, yaitu himpunan elemen
kosong yang yang disebut sisi-sisi sedemikian rupa sehingga setiap
sisi 𝑒 di 𝐸 diberi pasangan simpul yang tidak berurutan (𝑢, 𝑣),
disebut simpul akhir dari 𝑒. (Clark dan Holton, 1995 : 2)

Gambar 1.1.1 : Graf

Untuk graf pada Gambar 1.1.1 dapat dituliskan himpunan


simpulnya yaitu 𝑉 = {𝑆, 𝑇, 𝑈, 𝑉, 𝑊, 𝑋, 𝑌, 𝑍}. Himpunan sisi 𝐸
memiliki 10 sisi dan sisi ini ditetapkan sebagai pasangan simpul
yang tidak berurutan yaitu:

𝐸 = {(𝑆𝑋), (𝑆𝑍), (𝑇𝑊), (𝑇𝑋), (𝑇𝑍), (𝑈𝑌), (𝑈𝑍), (𝑉𝑊), (𝑉𝑌), (𝑊𝑌)}.

5
Jika e adalah sebuah sisi dengan simpul ujung u dan v maka e
dikatakan bergabung dengan u dan v. Perhatikan bahwa definisi graf
memungkinkan kemungkinan sisi e memiliki simpul ujung identik, yaitu
dimungkinkan untuk memiliki simpul u yang bergabung dengan sisi
tersebut disebut gelang (loop). (Clark dan Holton, 1995 : 2). Jika dua
(atau lebih) sisi dari graf G mempunyai simpul-simpul yang sama, maka
sisi tersebut disebut sisi ganda. (Clark dan Holton, 1995 : 7).

Gambar 1.1.2 : Gelang (loop) Gambar 1.1.3 : Sisi Ganda

b. Jenis-Jenis Graf
1) Graf Sederhana
Sebuah graf disebut sederhana jika graf tersebut tidak
mempunyai gelang (loop) dan sisi ganda. (Clark dan Holton,
1995 : 7).

Gambar 1.1.4 : Graf Sederhana

2) Graf Terhubung
Sebuah graf G disebut graf terhubung jika untuk setiap
dua simpul saling terhubung. (Clark dan Holton, 1995 : 28).
Berarti dapat dituliskan graf G disebut graf terhubung jika setiap
dua simpul u dan v di G terdapat lintasan di G yang
menghubungkan kedua simpul tersebut, sebaliknya graf G
disebut graf tidak terhubung jika untuk setiap dua simpul u dan v
di G tidak terdapat lintasan di yang menghubungkan kedua
simpul tersebut.

6
Gambar 1.1.5 : Graf Terhubung

3) Graf Berbobot
Suatu graf dikatakan sebagai graf berbobot jika setiap
sisinya mempunyai nilai atau bobot tertentu. Bobot pada graf
biasanya dinotasikan dengan w𝑖𝑗 dengan i dan j sebagai simpul
yang terhubung dengan sisi yang memiliki bobot w. Suatu graf
dikatakan sebagai graf tidak berbobot jika setiap sisinya tidak
mempunyai nilai atau bobot tertentu.

9
4

10

Gambar 1.1.6 : Graf Berbobot

4) Graf Komplit
Graf komplit adalah graf sederhana yang setiap pasang
simpulnya dihubungkan dengan sebuah sisi. (Clark dan Holton,
1995 : 10).

K1 K2 K3 K4 K5

Gambar 1.1.7 : Graf Komplit

7
c. Terminologi Graf
1) Bersisian (incident)
Sebuah sisi e pada graf G dikatakan bersisian dengan
simpul v di G jika v adalah simpul ujung e, dan dapat dikatakan
bahwa v bersisian dengan e. (Clark dan Holton, 1995 : 13).

vi vj
e
Gambar 1.1.8 : Bersisian (incident)

Berdasarkan gambar 1.1.8, e bersisian dengan simpul vi


atau e bersisian dengan simpul vj.

2) Bertetangga (adjacent)
Dua sisi e dan f di G yang bersisian dengan simpul v di G
dikatakan bertetangga. (Clark dan Holton, 1995 : 13).

vi vj vk
e f

Gambar 1.1.9 : Bertetangga (adjacent)

Berdasarkan gambar 1.1.9, e bertetangga dengan f atau f


bertetangga dengan e.

3) Derajat (Degree)

Misal v sebuah simpul di graf G. Derajat dari v, d(v), adalah


banyaknya sisi yang bersisian dengan v, setiap gelang (loop)
dihitung dua kali, yakni berapa kali v menjadi simpul ujung dari
sebuah sisi. (Clark dan Holton, 1995 : 14). Pada gambar 1.1.7 di
bawa ini, diperoleh d(vi) = 1 dan d(vj) = 3.

8
vi vj

Gambar.1.10 : Derajat (Degree)

4) Jalan (walk)

Misal G adalah graf. Sebuah pengertian jalan (walk) di G


adalah sebuah barisan berhingga (tak kosong) dan dinotasikan

𝑊 = 𝑣0 𝑒1 𝑣1 𝑒2 𝑣2 … 𝑣𝑘−1 𝑒𝑘 𝑣𝑘

Dimana suku-sukunya bergantian simpul dan sisi, untuk


1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑘 sedemikian hingga 𝑣𝑖-1 dan 𝑣𝑖 adalah ujung simpul
dari sisi ei. (Clark dan Holton, 1995 : 25).

Gambar 1.1.11 : Graf G

Berdasarkan graf G pada gambar 1.1.11 di atas,


𝑊1 = 𝑣1 𝑒1 𝑣2 𝑒5 𝑣3 𝑒10 𝑣3 𝑒5 𝑣2 𝑒3 𝑣5 adalah sebuah jalan.

Gambar 1.1.12 : Jalan

9
Diberikan dua simpul 𝑢 dan 𝑣 dari graf G, sebuah jalan
𝑢 − 𝑣 disebut tertutup atau terbuka tergantung apakah 𝑢 = 𝑣
atau 𝑢 ≠ 𝑣. Contohnya 𝑊1 di atas adalah jalan terbuka.

5) Jejak (trail)

𝑊 disebut jejak jika semua sisi 𝑒1 , 𝑒2 , 𝑒3 , … , 𝑒𝑘 dalam


jalan 𝑊 = 𝑣0 𝑒1 𝑣1 𝑒2 𝑣2 … 𝑒𝑘 𝑣𝑘 berbeda. (Clark dan Holton,
1995 : 26). Jadi, jejak pada graf G adalah jalan tanpa sisi
berulang di graf G. Berdasarkan graf G pada gambar 1.1.11 di
atas, 𝑊2 = 𝑣1 𝑒1 𝑣2 𝑒3 𝑣5 𝑒1 𝑣1 adalah sebuah jejak, dan 𝑊2
merupakan jejak tertutup.

𝒆𝟔

Gambar 1.1.12 : Jejak

6) Lintasan ( path)

𝑊 disebut lintasan jika semua simpul 𝑣0 , 𝑣1 , … , 𝑣𝑘 dalam


jalan 𝑊 = 𝑣0 𝑒1 𝑣1 𝑒2 𝑣2 … 𝑒𝑘 𝑣𝑘 berbeda. (Clark dan Holton,
1995 : 26). Jadi, lintasan adalah sebuah jalan tanpa simpul
berulang. Dengan demikian dalam sebuah lintasan juga tidak
ada sisi yang diulang, sehingga setiap jalan adalah sebuah jejak.
Namun tidak semua jejak adalah lintasan. Berdasarkan graf G
pada gambar 1.1.11 di atas, 𝑊3 = 𝑣1 𝑒1 𝑣2 𝑒3 𝑣5 adalah sebuah
lintasan.

10
3

Gambar 1.1.13 : Lintasan

7) Sikel (cycle)

Sebuah jejak tertutup disebut sikel jika simpul awal dan


simpul internalnya berbeda. Lebih detailnya, jejak tertutup
𝐶 = 𝑣1 𝑒1 𝑣2 … 𝑣𝑛 𝑒𝑛 𝑣1 adalah sikel jika 𝐶 memiliki setidaknya
satu sisi dan 𝑣1 , 𝑣2 , … , 𝑣𝑛 dengan n simpul yang berbeda. (Clark
dan Holton, 1995 : 29). 𝐶 = 𝑣1 𝑒1 𝑣2 𝑒2 𝑣3 𝑒3 𝑣4 𝑒4 𝑣1 adalah
sebuah sikel dari graf H pada gambar 1.1.14.

𝒗𝟏 𝒆𝟏 𝒗𝟐 𝒗𝟏 𝒆𝟏 𝒗𝟐

H 𝒆𝟔 C
𝒆𝟒 𝒆𝟐 𝒆𝟒 𝒆𝟐

𝒗𝟒 𝒆𝟑 𝒗𝟑 𝒗𝟒 𝒆𝟑 𝒗𝟑

Gambar 1.1.14 : C adalah sebuah sikel dari graf H

B. Pembahasan Masalah
1. Graf Hamilton
a. Definisi Lintasan Hamilton

Lintasan Hamilton pada sebuah graf G adalah lintasan yang


memuat seluruh simpul di G. (Clark dan Holton, 1995 : 99).
Berdasarkan definisi lintasan, tidak ada simpul dalam sebuah
lintasan yang diulang, ini berarti lintasan Hamilton di G memuat
seluruh simpul dari G hanya satu kali.

b. Definisi Sikel Hamilton

11
Sikel Hamilton (atau sirkuit Hamilton) pada sebuah graf G
adalah sikel yang memuat seluruh simpul dari G. Berdasarkan
definisi sikel, tidak ada simpul dari sebuah sikel yang diulang selain
simpul akhir yang sama dengan simpul pertama, ini berarti sikel
Hamilton di G dengan simpul awal v memuat semua simpul lainnya
dari G tepat satu kali dan di akhir kembali ke v.

c. Definisi Graf Hamilton

Graf G disebut graf Hamilton jika memiliki sikel Hamilton.


(Clark dan Holton, 1995 : 100)

Dengan menghapus sisi terakhir dari sebuah sikel Hamilton,


kita dapat memperoleh sebuah lintasan Hamilon. Namun begitu,
sebuah graf non-Hamilton mungkin memuat sebuah lintasan
Hamilton, ini berarti, lintasan Hamilton tidak selalu dapat
membentuk sikel Hamilton. (Clark dan Holton, 1995 : 100)

Dengan menghapus sisi terakhir dari sebuah sikel Hamilton,


kita dapat memperoleh sebuah lintasan Hamilon. Namun begitu,
sebuah graf non-Hamilton mungkin memuat sebuah lintasan
Hamilton, ini berarti, lintasan Hamilton tidak selalu dapat
membentuk sikel Hamilton. (Clark dan Holton, 1995 : 100)

Gambar 1.2.1.

12
Contohnya, pada gambar 1.2.1. 𝐺1 tidak memiliki lintasan
Hamilton (juga tidak memiliki sikel Hamilton), 𝐺2 memiliki lintasan
Hamilton 𝑏 𝑎 𝑐 𝑑 tetapi tidak memiliki sikel Hamilton, sementara 𝐺3
memiliki sikel Hamilton 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑎. Karena 𝐺3 memiliki sikel
Hamilton maka 𝐺3 adalah Graf Hamilton.

Graf sederhana G disebut Maximal Non-Hamilton jika bukan


graf Hamilton tetapi penambahan tepi mana pun yang
menghubungkan dua yang tidak berdekatan dapat membentuk Graf
Hamilton. (Clark dan Holton, 1995 : 101)

Grafik Hamiltonian dinamai oleh Sir William Hamilton,


seorang matematikawan Irlandia (1805-1865), yang menemukan
teka-teki, disebut permainan Icosian, yang dia jual seharga 25 guinea
ke produsen game di Dublin. Teka-teki itu melibatkan dodecahedron
(polyhedron apa pun dengan dua belas sisi datar) yang masing-
masing dari 20 simpul itu diberi label dengan nama beberapa ibu
kota di dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk membangun,
menggunakan tepi-tepi dodecahedron, sebuah tur ke semua kota
dengan mengunjungi setiap kota tepat satu kali, dimulai dan diakhiri
pada kota yang sama. Dengan kata lain, seseorang pada dasarnya
harus membentuk sikel Hamilton di grafik yang sesuai dengan
dodecahedron tersebut. (Clark dan Holton, 1995 : 100)

a. Teorema-teorema Graf Hamilton

Berdasarkan John Clark dan Allan Holton (1995 : 102-105)


teorema-teorema yang terkait dengan graf Hamilton yaitu :

Teorema 1 : Jika 𝐺 adalah graf sederhana dengan 𝑛 simpul, dimana


𝑛 ≥ 3, dan derajatnya 𝑑 (𝑣) ≥ 𝑛 / 2 untuk setiap
simpul 𝑣 dari 𝐺, maka 𝐺 adalah graf Hamilton.

Bukti :

13
Andaikan pernyataan tersebut salah, maka untuk
beberapa nilai n ≥ 3, ada sebuah graf non-Hamiltonian
di mana setiap simpul memiliki derajat paling sedikit
𝑛 / 2. Semua rentang supergraf, yaitu, dengan
himpunan simpul yang sama persis, juga memiliki
setiap simpul dengan derajat setidaknya 𝑛 / 2, karena
setiap supergraf yang tepat dari bentuk ini diperoleh
dengan memperkenalkan lebih banyak sisi. Dengan
demikian akan ada graf maksimal non-Hamiltonian G
dengan n simpul dan 𝑑(𝑣) ≥ 𝑛 / 2 untuk setiap 𝑣 di
G. Menggunakan G ini kita mendapatkan kontradiksi.

G tidak bisa lengkap, karena 𝐾𝑛 adalah


Hamiltonian. Jadi ada dua simpul yang tidak
bertetangga yaitu 𝑢 dan 𝑣 di G. Misalkan 𝐺 + 𝑢𝑣
menunjukkan supergraf dari G yang diperoleh dengan
memperkenalkan sebuah sisi dari 𝑢 ke 𝑣. Kemudian,
karena G adalah maksimal non-Hamiltonian, 𝐺 + 𝑢𝑣
harus Hamiltonian. Juga, jika 𝐶 adalah sikel
Hamiltonian dari 𝐺 + 𝑢𝑣, maka 𝐶 harus memuat sisi
𝑢𝑣 (karena jika tidak, maka akan menjadi siklel
Hamiltonian di G). Jadi, dengan memilih 𝐶 seperti itu,
kita dapat menulis 𝐶 = 𝑣1 𝑣2 … 𝑣𝑛 𝑣1 Dimana 𝑣1 = u,
𝑣𝑛 = 𝑣 (dan sisi 𝑣𝑛 𝑣1 hanya 𝑣𝑢, dengan kata lain, 𝑢𝑣).
Sekarang misalkan :

𝑆 = { 𝑣𝑖 ∈ 𝐶: terdapat sebuah sisi dari u ke 𝑣𝑖+1 di G)


dan

𝑇 = {𝑣𝑗 ∈ 𝐶: terdapat sebuah sisi dari 𝑣 ke 𝑣𝑗 di G).

Kemudian 𝑣𝑛 ∉ 𝑇, karena jika tidak, akan ada sisi dari


𝑣 ke 𝑣𝑗 = 𝑣, yaitu, loop, tidak mungkin karena G

14
sederhana. Juga 𝑣𝑛 ∉ 𝑆 (menafsirkan 𝑣𝑖+1 sebagai 𝑣1 ),
karena sebaliknya kita akan mendapatkan loop lagi, kali
ini dari 𝑢 ke 𝑣1 = 𝑢, = u. Jadi 𝑣𝑛 ∉ 𝑆 ∪ 𝑇. Lalu, biarkan
|𝑆|, |𝑇| dan | 𝑆 ∪ 𝑇 | menunjukkan jumlah elemen di
𝑆, 𝑇, dan 𝑆 ∪ 𝑇 masing-masing, kita peroleh

|𝑆∪𝑇| <𝑛

Juga, untuk setiap sisi bersisian dengan 𝑢 terdapat


tepat sesuai dengan satu simpul 𝑣𝑖 di S.

Jadi

| 𝑆 | = 𝑑(𝑢)

Demikian pula

| 𝑇 | = 𝑑(𝑣)

Selain itu, jika 𝑣𝑘 adalah simpul yang dimiliki oleh S


dan T, maka ada sisi e yang bergabung 𝑢 ke 𝑣𝑘+1 dan
sisi f bergabung dengan 𝑣 ke 𝑣𝑘 . Ini akan memberi

𝐶 ′ = 𝑣1 𝑣𝑘+1 𝑣𝑘+2 … 𝑣𝑛 𝑣𝑘 𝑣𝑘−1 … 𝑣2 𝑣1

sebagai sikel Hamiltonian di G, (lihat Gambar 1.2.2),


hal ini kontradiksi karena G adalah non-Hamiltonian.

Gambar 1.2.2

15
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada simpul𝑣𝑘 dalam
𝑆 ∩ 𝑇, yaitu 𝑆 ∩ 𝑇 = ∅. Jadi | 𝑆 ∪ 𝑇 | = | S | + | T |.

Oleh karena itu

𝑑(𝑢) + 𝑑(𝑣) = | 𝑆 | + | 𝑇 | = | 𝑆 ∪ 𝑇 | < 𝑛

Hal ini tidak mungkin karena dalam G, 𝑑 (𝑢) ≥ 𝑛 / 2


dan 𝑑 (𝑣) ≥ 𝑛 / 2, dan 𝑑(𝑢) + 𝑑(𝑣) ≥ 𝑛.

Sehingga pengandaian salah. Oleh karena itu


pernyataan pada teorema benar.

Teorema 2 : Misalkan 𝐺 adalah graf sederhana dengan 𝑛 simpul dan


misalkan 𝑢 dan 𝑣 tidak bersebelahan simpul di 𝐺
sedemikian rupa

𝑑 (𝑢) + 𝑑 (𝑣) ≥ 𝑛.

Misalkan 𝐺 + 𝑢𝑣 menunjukkan supergraf dari 𝐺 yang


diperoleh dengan menggabungkan 𝑢 dan 𝑣 dengan
sebuah tepi. Kemudian 𝐺 adalah graf Hamilton jika dan
hanya jika 𝐺 + 𝑢𝑣 adalah graf Hamilton.

Bukti :

Misalkan G adalah Hamiltonian. Kemudian,


seperti disebutkan sebelumnya, supergraf 𝐺 + 𝑢𝑣 juga
Hamiltonian.

Sebaliknya, anggap 𝐺 + 𝑢𝑣 adalah Hamiltonian.


Lalu, jika G bukan Hamiltonian, seperti pada bukti
Teorema 1 kita mendapatkan pertidaksamaan 𝑑(𝑢) +
𝑑(𝑣) < 𝑛. Namun, oleh hipotesis, 𝑑(𝑢) + 𝑑(𝑣) ≥ 𝑛.
Karenanya G juga harus Hamiltonian, seperti yang
disyaratkan.

16
Termotivasi dari teorema tersebut, dapat
didefinisikan Closure 𝐺 adalah graf yang diperoleh dari
dengan menggabungkan pasangan simpul yang tidak
berdampingan secara rekursif yang jumlah derajatnya
setidaknya 𝑣 sampai tidak ada pasangan yang tersisa.
Closure 𝐺 dinotasikan oleh 𝑐 (𝐺).

Teorema 3 : Grafik sederhana 𝐺 adalah graf Hamilton jika dan hanya


jika Closure 𝑐 (𝐺) adalah graf Hamilton.

Bukti :

Karena c (G) adalah supergraf dari G, jika G


adalah graf Hamilton maka c(G) harus Hamilton.
Sebaliknya, misalkan c(G) adalah Hamiltonian.

Misal 𝐺, 𝐺1 , 𝐺2 , … , 𝐺𝑘−1 , 𝐺𝑘 = 𝑐(𝐺) menjadi


urutan graf yang diperoleh dengan melakukan prosedur
closure pada G. Karena 𝑐(𝐺) = 𝐺𝑘 diperoleh dari 𝐺𝑘−1
dengan menetapkan 𝐺𝑘 = 𝐺𝑘−1 + 𝑢𝑣, di mana u,v
adalah pasangan simpul yang tidak berdekatan di 𝐺𝑘−1
dengan 𝑑(𝑢) + 𝑑(𝑣) ≥ 𝑛, mengikuti Teorema 3.7
bahwa 𝐺𝑘 adalah Hamilton. Demikian pula 𝐺𝑘−2 , lalu
𝐺𝑘−3 , dan 𝐺1 , dan karenanya G harus Hamiltonian,
seperti seharusnya.

2. Travelling Salesman Problem (TSP)

TSP (Travelling Salesman Problem) dikemukakan pada tahun 1800


oleh matematikawan Irlandia, William Rowan Hamilton dan
matematikawan Inggris, Thomas Penyngton. TSP (Travelling Salesman
Problem) dikenal sebagai suatu permasalahan optimasi yang bersifat

17
klasik dimana tidak ada penyelesaian yang paling optimal selain
mencoba seluruh kemungkinan penyelesaian yang ada. TSP (Travelling
Salesman Problem) adalah permasalahan dimana seorang salesman harus
mengunjungi sejumlah kota yang mana tiap kota hanya dikunjungi sekali,
dan harus kembali ke kota asal. (Clark dan Holton, 1995 : 110). Masalah
utama yang dihadapi sebuah TSP (Travelling Salesman Problem) adalah
bagaimana mencari rute terpendek dari perjalanan seorang salesman
dengan biaya minimum. Dalam istilah graf, tujuan TSP adalah untuk
menemukan bobot minimum sikel Hamilton dalam suatu graf lengkap
berbobot. Sikel tersebut dapat disebut sikel optimal.

Berikut ini ciri-ciri permasalahan tersebut adalah TSP (Travelling


Salesman Problem), yaitu :

a. Perjalanan diawali dan diakhiri di kota yang sama sebagai kota asal
sales.
b. Seluruh kota harus dikunjungi satu kali (kecuali kota awal) tanpa
satupun kota yang terlewatkan.
c. Sales tidak boleh kembali ke kota asal sebelum seluruh kota
terkunjungi

Pada persoalan TSP ini, jika setiap simpul mempunyai sisi ke


simpul yang lain, maka graf yang merepresentasikannya adalah graf
lengkap berbobot. Pada sembarang graf lengkap dengan 𝑛 buah simpul
(𝑛−1)!
(𝑛 > 2), jumlah sikel Hamilton yang berbeda adalah ( ). Rumus ini
2

dihasilkan dari kenyataan bahwa dimulai dari sembarang simpul kita


mempunyai 𝑛 − 1 buah sisi untuk dipilih dari simpul pertama, 𝑛 −2 sisi
dari simpul kedua, 𝑛 − 3 dari simpul ketiga, dan seterusnya. Ini adalah
pilihan yang independen, sehingga kita memperoleh (𝑛−1)! pilihan.
Jumlah itu harus dibagi dengan 2, karena tiap sikel Hamilton terhitung
(𝑛−1)!
dua kali, sehingga semuanya ada ( ) buah sikel Hamilton. (Suyitno
2

dan Mashuri, 2019 : 21)

18
Contoh penerapan TSP dalam kehidupan sehari-hari lainnya yaitu :

a. Pak Pos mengambil surat di kotak pos yang tersebar pada n buah
lokasi di berbagai sudut kota.
b. Lengan robot mengencangkan n buah mur pada beberapa buah
peralatan mesin dalam sebuah jalur perakitan.
c. Produksi n komoditi berbeda dalam sebuah siklus.

3. Algoritma Dua Sisi Optimal (Two-optimal Algorithm)

Algoritma ini diawali dengan memilih sebuah sikel Hamilton


sebarang, namakan 𝐶, pada graf 𝐺. setelah melakukan sebarisan
modifikasi terhadap 𝐶, kita berharap menemukan sebuah sikel Hamilton
dengan bobot yang lebih kecil dari bobot 𝐶. Untuk lebih detailnya,
misalkan pada awalnya kita memilih sikel Hamilton 𝐶 = (𝑣1, 𝑣2, … , 𝑣𝑛,
𝑣𝑖) di graf 𝐺. kemudian, untuk setiap pasangan 𝑖,𝑗 sedemikian hingga 1 <
𝑖 + 1 < 𝑗 ≤ 𝑛, kita bentuk sebuah sikel Hamilton baru dari sikel 𝐶 dengan
cara menghapus dua sisi 𝐶 yaitu sisi-sisi 𝑣𝑖𝑣𝑖+1 dan 𝑣𝑗𝑣𝑗+1 dan
menambahkan dua sisi baru yaitu 𝑣𝑖𝑣𝑗 dan 𝑣𝑖+1𝑣𝑗+1. Jika sikel Hamilton
yang baru dilambangkan dengan 𝐶𝑖𝑗, maka

𝐶𝑖𝑗 = (𝑣1, 𝑣2, … , 𝑣𝑖, 𝑣𝑗, 𝑣𝑗−1, … , 𝑣𝑗+1, 𝑣𝑗+2, … , 𝑣𝑛, 𝑣1)

Perlu dicatat bahwa pada saat 𝑗 = 𝑛, 𝐶𝑖𝑗 didefinisikan sebagai


berikut:

𝐶𝑖𝑗 = (𝑣1, 𝑣2, … , 𝑣𝑖, 𝑣𝑛, 𝑣𝑛−1, … , 𝑣𝑖+1, 𝑣1)

Selanjutnya, jika jumlah bobot dua sisi pengganti lebih kecil


daripada jumlah bobot dua sisi yang digantikan maka bobot sikel
Hamilton 𝐶𝑖𝑗 lebih kecil daripada bobot sikel Hamilton 𝐶. Dengan kata
lain, jika (𝑣𝑖𝑣𝑖+1) + (𝑣𝑗𝑣𝑗+1) < (𝑣𝑖𝑣𝑗) + (𝑣𝑖+1𝑣𝑗+1), maka (𝐶𝑖𝑗) < (𝐶) Sehingga
sikel Hamilton C diganti oleh sikel Hamilton 𝐶𝑖𝑗. Selanjutnya, dengan
cara yang sama modifikasi sikel Hamilton 𝐶𝑖𝑗. Proses ini dilanjutkan

19
sampai diperoleh sikel Hamilton yang bobotnya tidak bisa diperkecil lagi
(Suyitno dan Mashuri, 2019 : 22).

Berikut langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan sikel


Hamilton dengan metode dua sisi optimal : (Clark dan Holton, 1995 :
111)

Input 𝐺 graf komplit berbobot dengan 𝑛 titik

Step 1 Misalkan C = 𝑣1, 𝑣2, … , 𝑣𝑛, 𝑣1 sebuah sikel Hamilton di graf


berbobot 𝐺 dengan w adalah bobot dari C, yaitu

w = (𝑣1𝑣2)+𝑤(𝑣2𝑣3)+ ⋯ + 𝑤(𝑣𝑛-1𝑣1) + 𝑤(𝑣𝑛𝑣1).

Step 2 Tulis 𝑖 = 1.

Step 3 Tulis 𝑗 = 𝑖 + 2.

Step 4 Misalkan 𝐶𝑖𝑗 menjadi sikel Hamilton, yaitu

𝐶𝑖𝑗 = 𝑣1, 𝑣2, … , 𝑣𝑖, 𝑣𝑗, 𝑣𝑗−1, … , 𝑣i+1, 𝑣𝑗+1, 𝑣𝑗+2 , … , 𝑣𝑛, 𝑣1

Misalkan w𝑖𝑗 adalah bobot dari 𝐶𝑖𝑗, sehingga

wij = w - 𝑤(𝑣i𝑣i+1) - 𝑤(𝑣j𝑣j+1) + 𝑤(𝑣i𝑣j) + 𝑤(𝑣i+1𝑣j+1).

Jika w𝑖𝑗 < w, yaitu jika (𝑣i𝑣j) + (𝑣i+1𝑣j+1) < (𝑣i𝑣i+1) + (𝑣j𝑣j+1),
maka ganti 𝐶 dengan 𝐶𝑖𝑗 dan ganti w dengan w𝑖𝑗, yaitu C =
𝐶𝑖𝑗, w = w𝑖𝑗 dan kembali ke step 1, Label ulang titik-titik 𝐶
yang baru dengan 𝑣1𝑣2 … 𝑣𝑛 𝑣1.

Step 5 Tulis 𝑗 = 𝑗 +1.

Jika 𝑗 ≤ 𝑛, lakukan step 4; jika tidak tulis 𝑖 = 𝑖 +1.

Jika 𝑖 ≤ 𝑛 − 2, lakukan step 3; jika tidak stop.

20
4. Penyelesaian Permasalahan TSP menggunakan Algoritma Dua Sisi
Optimal

Diberikan permasalahan sebagai berikut :

Seorang salesman dari Kota 1 akan mendistribusikan barang ke


lima daerah lain. Daerah yang dituju yaitu : Kota 2, Kota 3, Kota 4, Kota
5, Kota 6. Setelah mendistribusikan barang ke lima daerah tujuan
tersebut, salesman harus kembali ke daerah asal, yaitu Kota 1.

Setiap pasang daerah memiliki jalan yang menghubungkannya,


dimana jalan serta panjang jalan (dalam km) diilustrasikan dengan graf
Komplit Berbobot dibawah ini.

Gambar 1.2.2 : Graf Komplit Berbobot dengan 𝑛 = 6 simpul

1 18 Keterangan :
2
17 1 : Kota 1
19 26
12 31
2 : Kota 2
30 20
3 : Kota 3
6 9 3

19 23 11 4 : Kota 4
14 16
5 : Kota 5

6 : Kota 6
5 17 4

Tentukan jalur terpendek yang dapat dilewati oleh salesman dari


dari Kota 1 sampai kembali lagi ke Kota 1. Penyelesaian dapat
menggunakan Algoritma Dua Sisi Optimal sebagai berikut : (Clark dan
Holton, 1995 : 112)

21
Input 𝐺 graf komplit berbobot dengan 6 simpul

Step 1 Pilih 𝐶 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣4 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 1 sebuah


sikel Hamilton di 𝐺

1 = v1 18 2 = v2

19 26

6 = v6 3 = v3

14 16

5 = v5 17 4 = v4

w adalah bobot dari C, yaitu

𝑤 = 18 + 26 + 16 + 17 + 14 + 19 = 110

Step 2 Tulis 𝑖 = 1.

Step 3 Tulis 𝑗 = 1 + 2 = 3

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶13, yaitu

𝐶13 = 𝑣1 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣4 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 3, 2, 4, 5, 6, 1

1 = v1 2 = v2
17
19 26

6 = v6 3 = v3

31
14

5 = v5 22 17 4 = v4
Misalkan w13 adalah bobot dari 𝐶13

w13 = 17 + 26 + 31 + 17 + 14 + 19 = 124

Karena w13 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 3 +1 = 4

Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶14, yaitu

𝐶14 = 𝑣1 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 4, 3, 2, 5, 6,1

1 2

19 26
20

6 3

14 23
16

5 4

Misalkan w14 adalah bobot dari 𝐶14

w14 = 23 + 16 + 26 + 20 + 14 + 19 = 118

Karena w14 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 4 +1 = 5

Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶15, yaitu

𝐶15 = 𝑣1 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 5, 4, 3, 2, 6, 1

23
1 2

26
19 30

6 3
12

16

5 17 4

Misalkan w15 adalah bobot dari 𝐶15

w15 = 12 + 17 + 16 + 26 + 30 + 19 = 120

Karena w15 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 5 +1 = 6, Karena 𝑗 = 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶16, yaitu

𝐶16 = 𝑣1 , 𝑣6 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣1 = 1, 6, 5, 4, 3, 2, 1

1 18 2

26
19

6 3

14 16

5 17 4

Misalkan w16 adalah bobot dari 𝐶16

24
w16 = 19 + 14 + 17 + 16 + 26 + 18 = 110

Karena w15 = w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 6 +1 = 7, Karena 𝑗 > 𝑛, tulis 𝑖 = 1 +1 = 2

Karena 𝑖 < 𝑛 − 2, ulangi step 3

Step 3 Tulis 𝑗 = 2 + 2 = 4

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶24, yaitu

𝐶24 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 4, 3, 5, 6,1

1 18
2

19

31

6 3

11
14 16

5 4

Misalkan w24 adalah bobot dari 𝐶24

w24 = 18 + 31 + 16 + 11 + 14 + 19 = 109

Karena w24 < w, ganti 𝐶 dengan 𝐶24 dan w dengan w24 ,


kembali ke step 1.

Step 1 Pilih 𝐶 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣4 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 4, 3, 5, 6,1 sebuah


sikel Hamilton di 𝐺

25
1 = v1 18 2 = v2

19

31

6 = v6 3 = v4

11
14 16

5 = v5 4 = v3

w adalah bobot dari C, yaitu

𝑤 = 18 + 31 + 16 + 11 + 14 + 19 = 109

Step 2 Tulis 𝑖 = 1.

Step 3 Tulis 𝑗 = 1 + 2 = 3

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶13, yaitu

𝐶13 = 𝑣1 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣4 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 4, 2, 3, 5, 6,1

1 2

19
26

31
23
6 3

14
11

5 4

Misalkan w13 adalah bobot dari 𝐶13

26
w13 = 23 + 31 + 26 + 11 + 14 + 19 = 124

Karena w13 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 3 +1 = 4, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶14, yaitu

𝐶14 = 𝑣1 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 3, 4, 2, 5, 6,1

1 2
17
19

6 3
20
31
14
16

5 4

Misalkan w14 adalah bobot dari 𝐶14

w14 = 17 + 16 + 31 + 20 + 14 + 19 = 117

Karena w15 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 4 +1 = 5, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶15, yaitu

𝐶15 = 𝑣1 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 5, 3, 4, 2, 6,1

27
1 2

19 30

31

6 3
12

16
11

5 4

Misalkan w15 adalah bobot dari 𝐶15

w15 = 12 + 11 + 16 + 31 + 30 + 19 = 119

Karena w15 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 5 +1 = 6, Karena 𝑗 = 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶16, yaitu

𝐶16 = 𝑣1 , 𝑣6 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣1 = 1, 6, 5, 3, 4, 2,1

1 18
2

19

31

6 3

11
14 16

5 4

Misalkan w16 adalah bobot dari 𝐶16

w16 = 19 + 14 + 11 + 16 + 31 + 18 = 109

Karena w16 = w, maka dilanjutkan ke step 5.

28
Step 5 Tulis 𝑗 = 6 +1 = 7, Karena 𝑗 > 𝑛, tulis 𝑖 = 1 + 1 = 2

Karena 𝑖 < 𝑛 − 2, ulangi step 3

Step 3 Tulis 𝑗 = 2 + 2 = 4

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶24, yaitu

𝐶24 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 3, 4, 5, 6,1

1 18 2

19 26

6 3

14 16

5 17 4

Misalkan w24 adalah bobot dari 𝐶24

w24 = 18 + 26 + 16 + 17 + 14 + 19 = 110

Karena w24 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 4 +1 = 5, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶25, yaitu

𝐶25 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 5, 3, 4, 6, 1

29
1 18
2

19

20

6 3
11
19
16

5 4

Misalkan w25 adalah bobot dari 𝐶25

w25 = 18 + 20 + 11 + 16 + 19 + 19 = 103

Karena w25 < w, ganti 𝐶 dengan 𝐶25 dan w dengan w25 ,


kembali ke step 1.

Step 1 Pilih 𝐶 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣4 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 5, 3, 4, 6,1 sebuah


sikel Hamilton di 𝐺

1 = v1 18
2 = v2

19

20

6 = v6 3 = v4
11
19
16

5 = v3 4 = v5

w adalah bobot dari C, yaitu

𝑤 = 18 + 20 + 11 + 16 + 19 + 19 = 103

Step 2 Tulis 𝑖 = 1.

30
Step 3 Tulis 𝑗 = 1 + 2 = 3

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶13, yaitu

𝐶13 = 𝑣1 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣4 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 5, 2, 3, 4, 6,1

1 2

19 26
12
20

6 3

16

19

5 4

Misalkan w13 adalah bobot dari 𝐶13

w13 = 12 + 20 + 26 + 16 + 19 + 19 = 112

Karena w13 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 3 +1 = 4, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶14, yaitu

𝐶14 = 𝑣1 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 3, 5, 2, 4, 6,1

1 2
17
19 31

6 20 3
11
19

31
5 4
Misalkan w14 adalah bobot dari 𝐶14

w14 = 17 + 11 + 20 + 31 + 19 + 19 = 117

Karena w14 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 4 +1 = 5, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶15, yaitu

𝐶15 = 𝑣1 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 4, 3, 5, 2, 6,1

1 2

30
19
20

23
6 3

16

11

5 4

Misalkan w15 adalah bobot dari 𝐶15

w15 = 23 + 16 + 11 + 20 + 30 + 19 = 109

Karena w15 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 5 +1 = 6, Karena 𝑗 = 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶16, yaitu

𝐶16 = 𝑣1 , 𝑣6 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣1 = 1, 6, 4, 3, 5, 2,1

32
1 18 2

19

20
6 3

19

16

11

5 4
Misalkan w16 adalah bobot dari 𝐶16

w16 = 19 + 19 + 16 + 11 + 20 + 18 = 103

Karena w16 = w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 6 +1 = 7, Karena 𝑗 > 𝑛, tulis 𝑖 = 1 + 1 = 2

Karena 𝑖 < 𝑛 − 2, ulangi step 3

Step 3 Tulis 𝑗 = 2 + 2 = 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶24, yaitu

𝐶24 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 3, 5, 4, 6,1

1 2
18

19 26

6 3

23 20

5 17 4

Misalkan w24 adalah bobot dari 𝐶24

33
w24 = 18 + 26 + 20 + 17 + 23 + 19 = 123

Karena w24 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 4 +1 = 5, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶25, yaitu

𝐶25 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 4, 3, 5, 6,1

1 2
18

19
31

6 3

11
16
14

5 4

Misalkan w25 adalah bobot dari 𝐶25

w25 = 18 + 31 + 16 + 11 + 14 + 19 = 109

Karena w25 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 5 +1 = 6, Karena 𝑗 = 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶26, yaitu

𝐶26 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣6 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣1 = 1, 2, 6, 4, 3, 5, 1

34
1 18 2

12

30

6 3
11

16

19

5 4

Misalkan w26 adalah bobot dari 𝐶26

w26 = 18 + 30 + 19 + 16 + 11 + 12 = 106

Karena w26 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 6 +1 = 7, Karena 𝑗 > 𝑛, tulis 𝑖 = 2 + 1 = 3

Karena 𝑖 < 𝑛 − 2, ulangi step 3

Step 3 Tulis 𝑗 = 3 + 2 = 5

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶35, yaitu

𝐶35 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 5, 4, 3, 6,1

1 2
18

19
20

6 3
9

16

5 17 4

35
Misalkan w35 adalah bobot dari 𝐶35

w35 = 18 + 20 + 17 + 16 + 9 + 19 = 99

Karena w35 < w, ganti 𝐶 dengan 𝐶35 dan w dengan w35 ,


kembali ke step 1.

Step 1 Pilih 𝐶 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣4 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 5, 4, 3, 6,1 sebuah


sikel Hamilton di 𝐺

1 = v1 2 = v2
18

19
20

6 = v6 3 = v5
9

16

5 = v3 17 4 = v4

w adalah bobot dari C, yaitu

𝑤 = 18 + 20 + 17 + 16 + 9 + 19 = 99

Step 2 Tulis 𝑖 = 1.

Step 3 Tulis 𝑗 = 1 + 2 = 3

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶13, yaitu

𝐶13 = 𝑣1 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣4 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 5, 2, 4, 3, 6,1

36
1 2

19
20
3
1

6 3
9

12
16

5 4

Misalkan w13 adalah bobot dari 𝐶13

w13 = 12 + 20 + 31 + 16 + 9 + 19 = 107

Karena w13 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 3 +1 = 4, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶14, yaitu

𝐶14 = 𝑣1 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 4, 5, 2, 3, 6,1

1 2

19
20 26

6 3
9

23

5 17 4

Misalkan w14 adalah bobot dari 𝐶14

w14 = 23 + 17 + 20 + 26 + 9 + 19 = 114

Karena w14 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 4 +1 = 5, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

37
Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶15, yaitu

𝐶15 = 𝑣1 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 3, 4, 5, 2, 6,1

1 2

19

30 17

6 3

20
16

17 4
5

Misalkan w15 adalah bobot dari 𝐶15

w15 = 17 + 16 + 17 + 20 + 30 + 19 = 119

Karena w15 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 5 +1 = 6, Karena 𝑗 = 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶16, yaitu

𝐶16 = 𝑣1 , 𝑣6 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣2 , 𝑣1 = 1, 6, 3, 4, 5, 2,1

1 2
18

19
20

6 3
9

11
16

5 17 4
38
Misalkan w16 adalah bobot dari 𝐶16

w16 = 19 + 9 + 16 + 17 + 20 + 18 = 99

Karena w16 = w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 6 +1 = 7, Karena 𝑗 > 𝑛, tulis 𝑖 = 1 + 1 = 2

Karena 𝑖 < 𝑛 − 2, ulangi step 3

Step 3 Tulis 𝑗 = 2 + 2 = 4

Step 4 Modivikasi sikel Hamilton misal 𝐶24, yaitu

𝐶24 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 4, 5, 3, 6,1

1 18
2

19
31

6 3
9

11

5 17 4
Misalkan w24 adalah bobot dari 𝐶24

w24 = 18 + 31 + 17 + 11 + 9 + 19 = 105

Karena w24 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 4 +1 = 5, Karena 𝑗 < 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶25, yaitu

39
𝐶25 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 1

1 18 2

19 26

6 3

14 16

5 17 4

Misalkan w25 adalah bobot dari 𝐶25

w25 = 18 + 26 + 16 + 17 + 14 + 19 = 110

Karena w25 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 5 +1 = 6, Karena 𝑗 = 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶26, yaitu

𝐶26 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣6 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣3 , 𝑣1 = 1, 2, 6, 3, 4, 5, 1

1 18 2

30

6 3
9

12
16

17

5 4

40
Misalkan w26 adalah bobot dari 𝐶26

w26 = 18 + 30 + 9 + 16 + 17 + 12 = 102

Karena w26 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 6 +1 = 7, Karena 𝑗 > 𝑛, tulis 𝑖 = 2 + 1 = 3

Karena 𝑖 < 𝑛 − 2, ulangi step 3

Step 3 Tulis 𝑗 = 3 + 2 = 5

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶35, yaitu

𝐶35 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣6 , 𝑣1 = 1, 2, 5, 3, 4, 6,1

1 2
18

19
20

6 3
11
19

16

5 4

Misalkan w35 adalah bobot dari 𝐶35

w35 = 18 + 20 + 11 + 16 + 19 + 19 = 103

Karena w35 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 5 +1 = 6, Karena 𝑗 = 𝑛, kembali ke step 4

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶36, yaitu

𝐶36 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣6 , 𝑣5 , 𝑣4 , 𝑣1 = 1, 2, 5, 6, 3, 4,1

41
1 2
18

23

9
6 3

14 20 16

5 4

Misalkan w36 adalah bobot dari 𝐶36

w36 = 18 + 20 + 14 + 9 + 16 + 23 = 100

Karena w36 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 6 +1 = 7, Karena 𝑗 > 𝑛, tulis 𝑖 = 3 + 1 = 4

Karena 𝑖 = 𝑛 − 2, ulangi step 3

Step 3 Tulis 𝑗 = 4 + 2 = 6

Step 4 Modifikasi sikel Hamilton misal 𝐶46, yaitu

𝐶46 = 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣4 , 𝑣6 , 𝑣5 , 𝑣1 = 1, 2, 5, 4, 6, 3,1

1 18
2

17 20

6 3
9

19

17 4
5
42
Misalkan w46 adalah bobot dari 𝐶46

w46 = 18 + 20 + 17 + 19 + 9 + 17 = 100

Karena w46 > w, maka dilanjutkan ke step 5.

Step 5 Tulis 𝑗 = 6 +1 = 7, Karena 𝑗 > 𝑛, tulis 𝑖 = 4 + 1 = 5

Karena 𝑖 > 𝑛 − 2, maka Stop.

Dari penyelesaian diatas, diperoleh sikel Hamilton dengan bobot


paling minimal yaitu 𝐶 = 1, 2, 5, 4, 3, 6,1 dengan bobot 𝑤 = 99.
Dengan demikian rute terpendek yang dapat dilewati oleh salesman yaitu
Kota 1 – Kota 2 – Kota 5 – Kota 4 – Kota 3 – Kota 6 – Kota 1, dengan
panjang rute 99 km.

43
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Graf Hamilton

Lintasan Hamilton pada sebuah graf G adalah lintasan yang


memuat seluruh simpul di G. Sikel Hamilton (atau sirkuit Hamilton) pada
sebuah graf G adalah sikel yang memuat seluruh simpul dari G. Graf G
disebut graf Hamilton jika memiliki sikel Hamilton.

Teorema Graf Hamilton :

Teorema 1 : Jika 𝐺 adalah graf sederhana dengan 𝑛 simpul, dimana 𝑛 ≥


3, dan derajatnya 𝑑 (𝑣) ≥ 𝑛 / 2 untuk setiap simpul 𝑣 dari
𝐺, maka 𝐺 adalah graf Hamilton.

Teorema 2 : Misalkan 𝐺 adalah graf sederhana dengan 𝑛 simpul dan


misalkan 𝑢 dan 𝑣 tidak bersebelahan simpul di 𝐺
sedemikian rupa

𝑑 (𝑢) + 𝑑 (𝑣) ≥ 𝑛.

Misalkan 𝐺 + 𝑢𝑣 menunjukkan supergraf dari 𝐺 yang


diperoleh dengan menggabungkan 𝑢 dan 𝑣 dengan sebuah
tepi. Kemudian 𝐺 adalah graf Hamilton jika dan hanya jika
𝐺 + 𝑢𝑣 adalah graf Hamilton.

Teorema 3 : Grafik sederhana 𝐺 adalah graf Hamilton jika dan hanya jika
Closure 𝑐 (𝐺) adalah graf Hamilton.

44
2. Penerapan Graf Hamilton Travelling Salesman Problem (TSP)
Menggunakan Algoritma Dua Sisi Optimal

TSP (Travelling Salesman Problem) adalah permasalahan dimana


seorang salesman harus mengunjungi sejumlah kota yang mana tiap kota
hanya dikunjungi sekali, dan harus kembali ke kota asal. Masalah utama
yang dihadapi sebuah TSP (Travelling Salesman Problem) adalah
bagaimana mencari rute terpendek dari perjalanan seorang salesman
dengan biaya minimum. TSP dapat diselesaikan dengan mencari sikel
Hamilton minimum.

Untuk mecari sikel Hamilton minimum dapat menggunakan


Algoritma Dua Sisi Optimal. Algoritma ini diawali dengan memilih
sebuah sikel Hamilton sebarang, namakan 𝐶, pada graf 𝐺. setelah
melakukan sebarisan modifikasi terhadap 𝐶, kita berharap menemukan
sebuah sikel Hamilton dengan bobot yang lebih kecil dari bobot 𝐶.

B. Saran

Saran bagi penulis lain yang ingin mengkaji tentang penerapan Graf
Hamilton Travelling Salesman Problem (TSP) dengan Algoritma Dua SIsi
Optimal, yaitu untuk dapat membandingkan Algoritma Dua Sisi Optimal
dengan algoritma mencari sikel Hamilton yang lain. Bandingkan manakah
yang lebih efektif untuk menyelesaikan permasalahan TSP di antara algoritma
tersebut, sehingga dapat menambah pengetahuan baru bagi penulis dan
pembaca lainnya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Clark, John dan Derek Allan Holton. (1995). A First Look at Graph Theory.
World Scientific Publishing Co, Pte, Ltd. Singapura.

Suyitno, Amin dan Mashuri. (2019). Menyelesaikan Travelling Salesman Problem


Dengan Metode Dua Sisi Optimal Pada Pt. Es Malindo Boyolali. UNNES
Journal of Mathematics, 8(1), 21-22.

46
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Saran dan Pertanyaan dari Dosen Pembimbing dan peserta


Seminar

1. Dosen Pembimbing
- Pada bagian rumusan masalah yang pertama, sebaiknya dituliskan
bagaimana konsep dari topik utamanya yaitu Graf Hamilton kemudian
teorema-teorema yang terkait.
- Pada bagian Teorema dipih teorema yang terkait saja beserta ditunjukkan
buktinya.
- Terdapat beberapa istilah yang belum ada definisinya, yaitu Maksimum
Non-Hamilton dan Closure c(G). Seharusnya dituliskan terlebih dahulu
definisinya pada bagian sebelumnya.
- Berikan keterangan pada graf dalam contoh permasalahan.
- Simpulannya berisi tentang jawaban dari rumusan masalah yaitu konsep
dari graf Hamilton beserta teoremanya, kemudian penerapan TSP yang
dapat diselesaikan dengan menggunakan Algoritma Dua Sisi Optimal.

2. Peserta Seminar
Tidak Ada

47
Lampiran 2 : Buku Pedoman (John Clark dan Allan Holton, 1995)

48
49
50
51
52

Anda mungkin juga menyukai