Disusun oleh:
FARMASETIKA II
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
2012/2013
Kebanyakan sediaan tablet dimaksudkan untuk ditelan, kemudian zat
aktifnya diabsorpsi di saluran cerna. Namun, ada beberapa jenis tablet khusus
yang digunakan dengan cara lain yakni diabsorpsi melalui selaput mukosa. Tablet
bukal dan sublingual merupakan contoh jenis tablet khusus yang dihantarkan
(digunakan) ke dalam rongga mulut.
Tablet bukal atau sublingual yaitu tablet yang disisipkan di pipi dan di
bawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam
kantung pipi atau di bawah lidah untuk diadsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini
berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit
sekali diadsorbsi oleh saluran pencernaan. Walaupun hanya sedikit obat yang
diadsorbsi melalui mukosa mulut, beberapa catatan penting supaya diperhatikan;
nitrogliserin dan banyak senyawa hormon steroid. Tablet dirancang untuk
pemberian disisipkan di pipi (seperti tablet progesteron) dibuat supaya hancur dan
melarut perlahan-lahan atau erosi lambat, sedang yang digunakan melalui di
bawah lidah (seperti tablet nitrogliserin) akan melarut segera untuk memberikan
efek obat dengan cepat (Ansel, 1989).
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk ditahan dalam mulut, tempat
tablet ini melepaskan zat aktif yang dikandungnya, guna diadsorpsi langsung
melalui mukosa mulut. Tablet ini adalah tablet kempa yang biasanya berbentuk
rata, lonjong, dan dimaksudkan guna memberikan kerja sistemik. Tablet bukal
ditempatkan dalam kantong bukal antara pipi dan gusi, sedangkan tablet
sublingual ditempatkan di bawah lidah dan dibiarkan terlarut pada tempat tersebut
(Siregar, 2010).
Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar memberikan
efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik oleh selaput lendir
mulut. Obat yang diserap dari selaput lendir mulut masuk ke aliran darah,
selanjutnya masuk ke aliran darah umum. Obat diserap melalui saluran cerna
masuk ke sirkulasi darah usus, yang langsung berhubungan dengan hati melalui
vena porta. Jadi penyerapan obat melalui rongga mulut menyebabkan obat
terhindar dari metabolisme first-pass. Maka ada beberapa keuntungan yang
mungkin didapat dari pemberian kedua jenis tablet ini. Suasana dalam lambung,
yang dapat menyebabkan penguraian obat yang luas (untuk beberapa jenis steroid
dan hormon) dapat dihindari oleh obat-obat yang diserap dengan baik dalam
mulut. Obat dapat bekerja dalam waktu yang lebih cepat daripada tablet yang
harus ditelan (suatu keuntungan bagi vasodilator yang diberikan dengan cara ini).
Efek first-pass dapat dihindari, seperti telah diuraikan, dan untuk beberapa obat
(misalnya metiltestoteron) rasa mual yang dapat terjadi bila obat tersebut ditelan
dapat dihindari.
Tablet buccal dan sublingual hendaklah diracik dengan bahan pengisi yang
lunak, yang tidak merangsang keluarnya air liur. Ini mengurangi bagian obat yang
tertelan dan lolos dari penyerapan oleh selaput lendir mulut. Di samping itu,
kedua tablet ini hendaklah dirancang untuk tidak pecah, tetapi larut secara lambat,
biasanya dalam jangka waktu 15-30 menit, agar penyerapan berlangsung dengan
baik (Lachman, 1994).
Tablet Bukal
Suatu tablet yang mengalami difusi dan penetrasi secara cepat dapat
diberikan dan diadsorpsi dalam rongga mulut. Suatu tablet yang dirancang untuk
absorpsi obat dalam rongga mulut disebut tablet bukal. Sebagai contoh tablet
sublingual nitrogliserin terlarut di bawah lidah dan diadsorpsi melalui mukosa
mulut. Tablet-tablet bukal pada umumnya mengandung suatu bahan tambahan
yang cepat melarut seperti laktosa, sehingga obat dilepaskan secara cepat. Mula
kerja nitrogliserin sublingual adalah cepat, lebih cepat daripada yang dipakai
secara oral atau yang diadsorpsi melalui kulit. Lama kerja nitrogliserin sublingual
lebih pendek daripada kedua rute yang lain. Obat yang diadsorpsi melalui mukosa
mulut tidak akan melewati hati sebelum mengalami distribusi umum. Oleh karena
itu, untuk suatu obat dengan “first pass effect” yang bermakna, absorpsi bukal
dapat memberikan bioavailabilitas yang lebih baik dibandingkan pemberian oral
(Shargel, 2005).
Tablet bukal mempunyai tempat aplikasi di dalam kantung pipi atau di
ruang antara gusi dan bibir. Dalam bentuk ini hormon steroida, juga alkaloida,
vitamin dan obat lainnya diresorpsi, yang tidak dapat diberikan secara parenteral.
Melalui selaput lendir mulut, bahan obat yang diresorpsi akan langsung mencapai
peredaran darah. Dengan demikian sediaan ini meniadakan pelintasan hati primer
(Voight, 1995).
Tablet bukal dibuat secara kempa dengan tujuan untuk diabsorpsi zat aktif
melalui selaput mukosa mulut. Tablet bukal paling sering digunakan apabila
sasarannya ialah penggantian terapi hormonal. Kesempurnaan absorpsi
dikehendaki untuk dicapai, namun tidak begitu dengan laju absorpsi yang tinggi.
Tablet bentuk datar atau bulat panjang (elipitical) atau kaplet biasanya dipilih
untuk bentuk tablet bukal karena bentuk ini paling mudah ditahan di antara gusi
dan pipi. Pembuluh parotis (kelenjar liur di depan telinga) mengosongkan
cairannya ke dalam mulut melalui saluran yang bermuara pada daerah yang
berhadapan dengan mahkota geraham atas kedua, dekat lokasi tablet bukal
biasanya ditempatkan. Lokasi ini menyediakan media untuk melarutkan tablet dan
untuk pelepasan zat aktif. Metil testosteron dan testosteron propionat paling
umum dibuat sebagai tablet bukal. Formulasi berikut adalah contoh tablet bukal.
Tablet Sublingual
Tablet sublingual mengandung bahan obat, yang akan rusak atau
diinaktivasi dalam saluran pencernaan sehingga harus berhasil diresorpsi melalui
selaput lendir di bawah lidah. Pada umumnya dalam hal ini ditekankan pelepasan
bahan aktif yang lambat (20-70 menit). Dalam kondisi ini, bagaimana bahan obat
dibebaskan, sebaiknya mengikuti proses resorpsi melewati selaput lendir. Jika hal
ini tidak terjadi, bahkan terjadi kehancuran tablet secara cepat (melarut),
dikhawatirkan bahwa selaput lendir tidak dapat meresorpsi seluruh jumlah obat
yang ada, sehingga sebagian akan turut dengan air liur masuk ke dalam lambung,
di mana bahan obat akan mengalami in aktivasi dengan cepat. Khususnya hormon
(misalnya metiltestosteron, estradiol, progesteron) diaplikasikan sebagai tablet
sublingual. Dalam beberapa hal yang khusus tablet sublingual harus dapat hancur
secara tiba-tiba jika mengandung bahan obat (nitrogliserin, eritroltetranitrat) yang
beraksi dalam pengobatan angina pectoris atau asma. Tablet sublingual sebaiknya
kecil, tidak memiliki sisi-sisi tajam dan menunjukkan permukaan yang datar,
sehingga iritasi selaput lendir dan rangsangan aliran air liur (transportasi bahan
obat yang tidak diinginkan ke dalam lambung) dapat dihindari. Tablet berbentuk
lensa dengan luas permukaan yang lebih besar, memungkinkan kontak yang baik
dengan selaput lendir mulut, akan berpengaruh positif pada resorpsi.
ABSORPSI MELALUI SELAPUT MUKOSA ORAL
Pengaruh Tempat pada Absorpsi
Sediaan obat hendaknya diformulasi sedemikian rupa sehingga dapat
diterapkan dengan tepat pada permukaan tertentu tempat zat aktif diabsorpsi. Zat
aktif yang diabsorpsi melalui selaput mukosa mulut yang memiliki banyak
pembuluh darah dibawa melalui kapiler-kapiler bawah lidah (sublingual) atau
kapiler-kapiler bukal (rongga pipi antara selaput mukosa pipi dan gusi) dan vena
ke vena leher dan vena kava atas langsung ke jantung dan sirkulasi arteri tanpa
terlebih dulu melewati hati. Rute ini (rute langsung jantung) dapat efektif apabila
zat aktif yang diabsorpsi melalui saluran cerna dirusak oleh detoksikasi hepatif
yang ekstensif. Daerah sublingual dan bukal merupakan tempat yang baik sekali
untuk menahan tablet sepanjang suatu waktu yang cukup untuk terjadinya
absorpsi.
Rasio Dosis
Zat Aktif Koefisien Partisi Minyak/Air
Sublingual/Subkutan
Kokain 8 2
Apomorfin 20 2
Heroin 17 3
Striknin 21 4
Tebain 12 >4
Emetin 9 >6
Atropin 7 8
Morfin 0,15 10
Hidromorfin HCL 0,2 15
Kodein 2 15
Tablet 11.2. Obat yang Dipasarkan sebagai Tablet Sublingual atau Bukal
Tablet Dosis Dosis Oral Setara
Sublingual
Ergoloid mesilat 0,1-1 mg -
Ergotamin tartrat 2 mg 0,6-1 mg
Erithritil tetranitral 2-10 mg 30 mg
Isoprotenol hidroklorida 10-15 mg -
Isosorbid dinitrat 2,5-5 mg 10-20 mg
Nirogliserin 0,15-0,6 mg 2,5-6 mg (profilaktis)
Bukal
Metiltestosteron 5-20 mg 10-40 mg
Nitrogliserin 1-3 mg 2,5-6 mg (profilaktis)