Dengan ini saya menyatakan tugas akhir Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan
Pengendalian Risiko Area Produksi Karbonasi RGB di PT Coca Cola Bottling
Indonesia adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing maupun
pembimbing lapangan dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Nindia Arum
Pratiwi
NIM J3E112070
1
RINGKASAN
Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Diploma Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus :
4
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1
Analisis bahaya area produksi karbonasi RGB 17
2 Identifikasi potensi bahaya dan upaya pengendalian di area produksi RGB 27
3 Ukuran kualitatif dari peluang dan akibat 29
4 Matriks Analisis Resiko Kualitatif (Level Resiko) 29
DAFTAR GAMBAR
1
PT Coca Cola Bottling Indonesia 4
2 Diagram alir proses produksi minuman karbonasi kemasan RGB 10
3 Golden Rules PT Coca Cola Bottling Indonesia 11
4 Pecahan botol beling di jalur pedestrian 13
5 Tidak ada sign "wet floor" 13
6 Jenis-jenis bahaya 16
7 Risiko tidak menggunakan APD Sarung Tangan 19
8 Penggunaan APD saat visual inspection 24
9 Machine safeguarding di ruang produksi RGB 25
10 Kondisi lantai area produksi basah dan licin akibat proses CIP 25
11 Unloading barang menggunakan forklift 26
12 Jalur pedestrian (Pejalan Kaki) 26
13 Sinar radiasi saat visual inspection 26
7
DAFTAR LAMPIRAN
1
Struktur organisasi perusahaan 38
2 HIRADC PT Coca Cola Bottling Indonesia .. 39
3 Form JSA ( Job Safety Analysis) 50
4 Form pelaporan kejadian kecelakaan di PT Coca Cola Bottling Indonesia 51
5 APD di PT Coca Cola Bottling Indonesia 53
1
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2 METODE KERJA
Minuman ringan (Soft Drink) Coca cola diciptakan oleh Dr. John S.
Pemberton, seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia,
Amerika Serikat, pada bulan Mei 1886. Ia mencampurkan suatu ramuan khusus
dengan gula murni menjadi sirup yang beraroma segar dan berwarna karamel,
kemudian diaduk bersama air murni. Minuman ini kemudian dikenal dengan
nama Coca cola. Pada awalnya penjualan minuman ini dilakukan dengan
4
menempatkan minuman ringan (Soft Drink) tersebut di dalam guci besar yang
diletakkan ditempat-tempat strategis.Namun adanya peningkatan jumlah
pembelian menyebabkan penggunaan guci tersebut digantikan dengan kemasan
botol yang lebih praktis.
The Coca cola Company didirikan tahun 1892 oleh Asa G. Chandler di
Atlanta, yang juga mempatenkan merek dagang Coca cola. Perusahaan ini
merupakan induk dari semua perusahaan pembotolan yang memiliki merek
dagang Coca cola diseluruh Negara didunia dengan menyediakan bahan baku
konsentratnya. Mulai tahun 1893, The Coca cola Company membangun pabrik
sirupnya diluar Atlanta.
Presiden The Coca cola Company (1919-1955), Robert W. Woudruff,
merupakan orang yang pertama kali mencetuskan gagasan agar minuman Coca
cola tersebut dapat dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja, tetapi juga
untuk dikonsumsi oleh seluruh bangsa di dunia. Untuk merealisasikan gagasan
tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan The Coca cola Export Cooperation,
yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan minuman keseluruh pelosok
negeri di dunia dengan ciri mutu, rasa dan kesegaran yang sama.
Coca cola mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1927, ketika pejabat-
pejabat serta para pedagang Belanda memperkenalkan minuman tersebut dan pada
tahun 1932 saudagar Belanda bernama Bernie Konings pada tahun 1932
mendirikan pabrik Coca cola pertama di Indonesia yang di beri nama
DeNederlands Indice Mineral Water Fabriek. Kemudian pada tanggal 7 Maret
1953 pabrik berganti nama menjadi Indonesia Beverages Limites (IBL). IBL
bergabung dengan Chemical Inc, Mistui & Co.LTD, dan Mikuni Coca cola
Bottling Co pada tanggal 12 April 1971.
Perusahaan Indonesia Beverages Limited berubah menjadi PT Dyaja
Beverage Bottling Company (PT DDBC). Bergabungnya IBL dengan tiga
perusahaan Jepang tersebut, membuat kapasitas pabrik meningkat . Peningkatan
kapasitas produk diikuti dengan berbagai penambahan macam-macam produk
yang dihasilkan dalam berbagai bentuk kemasan. Sejak itu PT DBBC mulai
memproduksi produk minuman ringan lainnya seperti Sprite dan Fanta dngan
berbagai rasa dan aroma.
5
Tanggal 28 April 1987, mayoritas saham telah dimiliki oleh putra Indonesia.
Dua perusahaan Jepang mengundurkan diri dari PT DDBC, dan menjual
sahamnya kepada pihak IBL, pemegang saham di PT DDBC yang menggantikan
dua perusahaan Jepang tersebuta adalah Coca cola Holding (Asia) Ltd. Yang
berpusat di Hongkong. Tepat pada tanggal 6 Oktober 1993 seluruh saham PT
DBBC diambil alih oleh Coca cola Amatil Ltd. yang berpusat di Sidney, dan PT.
DBBC menjadi Coca cola Amatil Indonesia (PT CCAI) beralamat di Jalan Letjen
Suprapto Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Perkembangan permintaan produk Coca cola semakin besar, sedangkan
kapasitas produksi pabrik Cempaka Putih sudah tidak mampu melayani lagi.
Sejak tahun 1994 perusahaan pabrik baru di Cibitung, Bekasi. Tahun 1996 pabrik
dengan kapasitas 3300 botol per menit atau lebih dari 70 juta peti per tahun secara
keseluruhan dioperasikan dan pabrik lama di Cempaka Putih ditutup.
Tahun 1980-an, telah berdiri 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia
untuk memproduksi dan mendistribusikan produk-produk the Coca cola
Company. Tepat pada 1 Januari 1995, perusahaan-perusahaan tersebut bergabung
menjadi perusahaan yang kini dikenal sebagai PT CCBI.
Coca cola merupakan nama dagang sejumlah perusahaan patungan (Joint
Venture) antara perusahaan lokal milik pengusaha Independen dan Coca cola
Amatil Ltd yang juga merupakan produsen dan distributor produk Coca cola
terbesar di Indonesia. Saat ini PT CCBI memproduksi dan menjual jutaan kiat
produk Coca cola setiap tahunnya.
Penjualan Coca cola diseluruh Indonesia, PT CCBI Cibitung Plant
memberikan kontribusi penjualan sebesar 48% untuk pulau Jawa. Hal ini
menunjukkan bahwa PT CCBI Cibitung Plant masih merupakan Bottler yang
terbesar dalam penjualan produk-produk Coca cola. PT CCBI memiliki Sembilan
pabrik di seluruh Indonesia antara lain Cibitung, Cikedokan, Bandung, Bali,
Medan, Padang dan Lampung.
3.3.1 Visi
Visi dari PT. Coca cola Bottling Indonesia, Cibitung-Bekasi yaitu “Menjadi
perusahaan produsen minuman terbaik se-Asia Tenggara”.
3.3.2 Misi
3.5 Ketenagakerjaan
Produk minuman yang dihasilkan oleh PT CCBI dibagi menjadi dua jenis
yaitu carbonated beverage (minuman berkarbonasi) seperti minuman bersoda dan
non carbonated beverage (minuman tidak berkarbonasi) merupakan minuman
yang tidak mengandung soda. Berikut ini merupakan produk carbonated
beverage dan non carbonated beverage :
7
9. Line 9
Memproduksi minuman CSD (Carbonated Soft Drink) kemasan PET
yaitu : Coca cola, Coca cola Zero, Fanta Strawberry, Fanta Orange, Fanta
Royal Mix Fruit, dan Sprite dalam kemasan PET ukuran 1500 ml.
10. Line 10
Memproduksi minuman teh dalam kemasan tetrapack Untuk saat ini line 10
tidak melakukan proses produksi karena sesuai dengan permintaan pasar lebih
banyak permintaan teh dalam kemasan cup.
11. Line 11
Untuk saat ini line 11 tidak melakukan proses produksi karena sesuai
dengan permintaan pasar lebih banyak permintaan teh dalam kemasan cup.
12. Line 12
Memproduksi minuman CSD (Carbonated Soft Drink) kemasan PET
yaitu : Coca cola, Coca cola Zero, Fanta Strawberry, Fanta Orange, Fanta
Royal Mix Fruit, dan Sprite dalam kemasan PET ukuran 1500 ml.
13. Line 13
Memproduksi minuman teh dalam kemasan Cup Frestea rasa Melati dalam
ukuran 300 ml.
1. Depalletizer
Depalletizer merupakan proses penempatan krat berisi botol kaca kotor
yang berjalan di atas case conveyor.
2. Uncasing
Uncasing merupakan proses pengambilan dan permindahan botol –botol
yang berada dalam krat ke conveyor untuk dibawa ke bottle washer. Sementara
itu krat-krat kosong terus dibawa oleh conveyor menuju case washer.
3. Preinspection
Preinspection merupakan proses pemeriksaan awal botol – botol untuk
menentukan apakah botol tersebut memenuhi syarat untuk dicuci atau tidak
sebelum botol sampai ke bottle washer.
4. Bottle washing
Pada proses pencucian ini, botol – botol dari preinspection masuk ke dalam
bottle washer. Dalam mesin ini, botol dicuci dengan sistem penyemprotan
dengan caustic sehingga dihasilkan botol yang bersih.
.
9
6. Mixing
Mixing merupakan proses pencampuran antara finish sirup, CO 2 dan treated
water.
7. Filling
Filling merupakan proses pengisian minuman berkarbonasi ke dalam botol
secara otomatis sesuai dengan volume yang dikehendaki.
8. Crowning
Crowning merupakan proses menutup botol dengan crown (tutup botol)
menggunakan mesin crowner. Crowner adalah mesin penutup botol yang
bekerja secara otomatis sesuai dengan kecepatan mesin pembotolan. Sebelum
crown masuk ke mesin crowner, terlebih dahulu diberikan sinar UV untuk
membersihkan debu dan membunuh mikroba yang terdapat pada tutup botol.
9. Date Coding
Date Coding merupakan proses pemberian kode pada setiap botol. Kode
berupa waktu proses produksi, tempat pembuatan, line yang digunakan untuk
pengemasan serta batas waktu kelayakan produk tersebut untuk dikonsumsi
(kadaluarsa).
12. Palletizing
Palletizing merupakan proses penempatan krat - krat yang telah terisi penuh
oleh botol – botol minuman pada pallet untuk memudahkan proses
pengangkutan oleh forklift menuju gudang penyimpanan sebelum
didistribusikan.
10
Depaletizer
Uncasing
Preinspection
Empty
bottle Dearation Tank
inspector
Finish Syrup
Mixing
Filling CO2
Crown Crowning
Date coding
Full inspection
Case packing
Palletizing
Jika seseorang tidak bisa memenuhi Golden Rules, maka pekerjaan TIDAK
boleh dilaksanakan.
Kecelakaan menurut Suma`mur (1999) kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan oleh karena
peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan yang paling
ringan sampai kepada yang paling berat. Sedangkan kecelakaan akibat kerja
adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan
pekerjaan di suatu tempat kerja. Kadang-kadang kecelakaan kerja diperluas ruang
lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang
terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. (Suma`mur
1981).
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan yang tidak
aman Unsafe action dan kondisi yang tidak aman Unsafe condition. Data
kecelakaan didapatkan 85% sebab kecelakaan adalah faktor manusia, oleh karena
itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam
penciptaan K3. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan
aman dan melakukan pekerjaan dengan aman akan sangat membantu dalam
memperkecil angka kecelakaan kerja (Suma`mur, 1999).
a. Unsafe Action (Tindakan tidak aman)
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu
kecelakaan kerja. Contohnya adalah lalai menggunakan alat pelindung
perorangan, merokok di tempat yang rawan terjadi kebakaran, tidak
13
Gambar 4 Pecahan botol beling di Gambar 5 Tidak ada sign “Wet Floor”
jalur pedestrian
Sumber: PT. Coca cola Bottling Indonesia 2015
14
g. Kelainan umum
h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang mempunyai
kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan,
maupun manusia (Budiono 2003). Menurut (Suardi 2005), bahaya adalah sesuatu
yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi,
proses kerja dan aspek lainnya dari lingkungan kerja.
Berdasarkan kelompoknya, bahaya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Bahaya Keselamatan (Safety Hazard)
Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang
terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat
akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah. Bahaya
keselamatan (safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan
segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja. Jenis-jenis
safety hazard, antara lain:
a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang
bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti terusuk, terpotong,
terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain
b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik,
merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
c. Chemical hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
2. Bahya Kesehatan (Health Hazard)
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia. Dampak
health hazard bersifat kronis, konsekuensi rendah, bersifat terus-menerus, dan
probabilitas untuk terjadi tinggi. Jenis-jenis health hazard, antara lain:
a. Physical Hazard, berupa energi seperti kebisingan, radiasi, pencahayaan,
temperature ekstrim, getaran, dan lain-lain.
b. Chemical Hazard, berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang mempunyai sifat toksik, beracun iritan, dan patologik.
c. Biological Hazard, bahaya dari mikroorganisme, khususnya yang
pathogen yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
d. Ergonomi, merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan sebagai kesehatan ketidaksesuaian desain kerja dengan
pekerja.
16
What if Analysis
Teknik what if merupakan teknik identifikasi rangkaian faktor penyebab
dengan berbagai asumsi. Sebagai contoh:
What if………jika pompa tiba-tiba mati.
What if………jika alat pengaman tidak berfungsi
What if………Jika drum penyimpanan bahan kimia tiba-tiba bocor.
Hazops (Hazards and Operability study)
Hazops merupakan teknik identifikasi bahaya yang lebih detail pada desain
dan operasi. Hazops dilakukan dalam bentuk tim dengan menggunakan kata
bantu (guide word) yang dikombinasikan dengan parameter yang ada dalam
proses seperti level, suhu, tekanan, aliran, dan lainnya. Kata bantu yang
digunakan, antara lain More, No, Low, Less, High, dan lainnya.
Contoh: Kata bantu More dapat dikombinasikan dengan parameter aliran
(flow) akan menjadi More Flow, No Flow, Less Flow, atau Reserve Flow.
Dengan menggunakan kata bantu ini maka dapat diidentifikasi potensi bahaya
apa saja yang dapat terjadi dalam suatu proses.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Teknik ini merupakan suatu teknik identifikasi bahaya yang digunakan pada
kegagalan peralatan atau sistem. Teknik ini mengidentifikasi apa saja
kemungkinan kegagalan yang dapat terjadi serta dampak yang mungkin
ditimbulkannya. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan upaya
pengendalian dan pengamanan yang tepat. Sebagai contoh, FMEA dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya pada suatu turbin gas, kompresor,
alat kontrol, dan katup pengaman.
Analisis Keselamatan Pekerjaan (JSA)
Analisis pekerjaan (Task Analysis) digunakan untuk mengidentifikasi bahaya
yang berkaitan dengan pekerjaan atau suatu tugas. Misalnya, bahaya dalam
aktivitas operator pabrik, tukang las, operator alat berat, dan lainnya.
Gambar Corrective
Unsafe Condition
Action
Mesin kipas motor Mohon mesin kipas
conveyor line RGB motor conveyor
kondisi tanpa cover, dilengkapi cover
potensi bahaya bagi agar aman.
pekerja.
keparahan/ kerugian yang mungkin terjadi dari suatu kecelakaan / loss akibat
bahaya yang ada. Hal ini bisa terkait dengan manusia, properti, lingkungan,dll.
Contoh tingkat keparahan pada manusia: kematian, cacat, perawatan medis, first
aid (P3K). Pemaparan merupakan Frekuensi atau durasi seseorang terpapar
dengan suatu sumber bahaya. Parameter pemaparan ini biasanya dinyatakan
dalam jangka waktu atau periode tertentu, misalnya: Terus menerus / kontinyu
(beberapa kali dalam sehari), seringkali (sekali dalam sehari), kadang-kadang
(sekali seminggu/sekali sebulan), Jarang (sekali dalam setahun atau beberapa
tahun). Agar hasil penilaian bersifat obyektif, diperlukan pengumpulan informasi
sebelum menilai suatu kegiatan.
Informasi kegiatan (jangka waktu, frekuensi, lokasi dan pelaku
Ada pengukuran pengendalian risiko
Peralatan/mesin yang dipakai selama kegiatan
Material bekas dan asal usulnya
Data statistik kecelakaan/penyakit akibat kerja (internal atau eksternal)
Hasil studi, survei/monitor
Literatur/referensi
Perbandingan dengan industri atau perusahaan lain dalam bidang usaha
yang sama
Hasil penilaian spesialis/tenaga ahli, dll
Penilaian resiko dapat dilakukan dengan komponen yang ada diatas dengan
cara mengalikan hasil angka yang didapat dari probability, severity dan frequency.
Berdasarkan matrik rangking tersebut kita dapat mengidentifikasi atau
menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadap setiap risiko. Ketentuan
tindak lanjutnya sebagai berikut :
a. Risiko rendah atau Low Risk
Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Hal yang perlu diperhatikan adalah
jalan keluar yang lebih menghemat biaya atau peningkatan yang tidak
memerlukan biaya tambahan besar. Pemantauan diperlakukan untuk
memastikan bahwa pengendalian dipelihara dan diterapkan dengan baik dan
benar. Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang
diperlukan perlu diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran
pengurangan risiko perlu diterapkan dengan baik dan benar.
b. Risiko sedang atau Medium
Pekerjaan tidak dilaksanakan sampai resiko telah direduksi. Perlu
dipertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi
risiko. Bilamana risiko ada dalam pelaksanaan pekerjaan, maka tindakan
segera dilakukan.
c. Risiko tinggi atau High
Pekerjaan tidak dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah direduksi.
Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi resiko dengan sumber daya yang
terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan.
21
Menurut (Soeripto 1997), Job safety Analysis (JSA) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memeriksa metode kerja dan menentukan bahaya yang
sebelumnya telah diabaikan dalam merencanakan prabik atau gedung dan didalam
rancang bangunan mesin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat kerja,
dan proses.
Terdapat 4 langkah dalam membuat JSA:
1. Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisis.
Pekerjan tidak dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan pengalaman
kecelakaan terburuk seharusnya dianalisis terlebih dahulu. Dalam memilih
pekerjaan untuk dianalisis dan dalam menyusun tata cara analisis,
pengawasan utama yang harus diikuti sebuah departemen adalah:
a) Banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pekerjaan.
b) Kecelakaan yang menghasilkan luka berat.
c) Kecelakaan yang menghasilkan luka cacat.
d) Pekerjaan baru dengan perubahan didalam peralatan kerja atau proses.
2. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa langkah atau kegiatan.
Sebelum penelitian terhadap bahaya dimulai, pekerjaan harus dibagi
kedalam beberapa langkah yang menggambarkan apa yang telah selesai
dikerjakan untuk menghindari dua kesalahan umum:
a) Membagi pekerjaan menjadi terlalu rinci yang seharusnya tidak perlu
menghasilkan sejumlah banyak langkah.
b) Membuat rincian kerja yang terlalu umum, sehingga langkah dasar tidak
tertulis.
3. Melakukan identifikasi terhadap bahaya-bahaya dan kecelakaan yang
potensial.
4. Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk menghilangkan bahaya-
bahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Mengembangkan suatu prosedur kerja yang aman dianjurkan untuk :
a) Mencegah timbulnya kecelakaan.
b) Mencari data baru untuk melakuakan pekerjaan itu.
c) Merubah kondisi fisik yang menimbulkan resiko/bahaya.
d) Menghilangkan bahaya-bahaya yang masih ada.
e) Mengurangi frekuensi melakukan tugas.
Penilaian resiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu resiko yang telah
diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Didasarkan atas
hasil penilaian risiko, selanjutnya ditetapkan apakah risiko tersebut dapat
diterima oleh perusahaan. Jika risiko dimaksud adalah risiko yang tidak dapat
diterima, maka perusahaan harus menentukan pengendalian risiko lanjutan
hingga dicapai tingkat risiko terendah. Ketika tingkat risiko yang dapat
diterima telah tercapai, perusahaan harus menjamin monitoring secara terus
menerus.
Menurut PP Nomor 50 Tahun 2012 tentang sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja, pengendalian bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu:
a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, meminimalisir, hygiene dan sanitasi (engineering
control).
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit.
e. Penegakan hukum.
Sedangkan untuk pengendalian bahaya kecelakaan sesuai dengan OSHAS
18001:2007 klausul 4.3.1 tentang identification hazard risk assessment and
determinant control meliputi :
1. Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengana menghilangkan sumber
bahaya, misalnya lubang di jalan ditutup, ceceran minyak di lantai
dibersihkan, atau mesin yang bising dimatikan. cara ini sangat efektif karena
sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi resiko dapat dihilangkan. Karena
itu teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian resiko.
2. Subtitusi
Subtitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan,
sistem, atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau yang
lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia
berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih
aman.
3. Pengendalian teknis
Sumber bahaya biasanya dari peralatan atau sarana teknis yang ada di
lingkungan kerja. karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui
perbaikan pada desain, penambahan peralatan, dan pemasangan peralatan
pengaman. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis
dengan memasang peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan,
bahaya pada mesin dapat dikurangi dengan memasang pagar pengaman atau
sistem interlock.
4. Administrative control
Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja
dengan lingkungan kerja.
a. Rotasi kerja
b. Pelatihan
23
1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik di area ini adalah bising. Sumber bising di area produksi
berasal dari mesin – mesin proses sehingga pekerja di area produksi memiliki
risiko tinggi terhadap gangguan pendengaran karena bising di area ini >85 db
melebihi NAB.
2. Bahaya Mekanik
Tergores/Tersayat
Sumber potensi bahaya yang dapat mengakibatkan tergores/tersayat adalah
pecahan botol di area line 8. Pengendalian yang dilakukan untuk mencegah hal ini
dengan menggunakan safety shoes , sarung tangan dotting, dan kacamata safety.
.
Terjepit
Potensi bahaya terjepit ditimbulkan dari mesin – mesin produksi seperti
konveyor sehingga dilakukan upaya pengendalian yaitu pemasangan machine
safeguarding.
Terpeleset
Sumber potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terpeleset adalah kondisi
lantai yang basah dan licin. Kondisi lantai yang basah dan licin dikarenakan
proses pencucian botol dan CIP (Clean In Place) yang menggunakan air sehingga
menggenang di beberapa area dan dapat mengakibatkan terpeleset.
Gambar 7 Kondisi lantai area produksi basah dan licin akibat proses CIP
Sumber: PT Coca cola Bottling Indonesia 2015
Tertabrak forklift
Proses produksi tidak terlepas dari kegiatan angkat-angkut, untuk itu
perusahaan menyediakaan sarana berupa forklift. Forklift berada di area produksi
untuk mengangkut produk jadi ke gudang serta mengangkut bahan baku ke area
proses sehingga kendaraan ini berpotensi menimbulkan kecelakaan terhadap
tenaga kerja yaitu tertabrak.
3. Bahaya Kimia
Radiasi
Potensi bahaya radiasi timbul pada proses pengecekan botol. Pekerja yang
kontak langsung dengan sinar radiasi secara terus – menerus akan mengakibatkan
kanker.
26
Caustic Soda
Penggunaan caustic soda digunakan pada proses pencucian botol. Kontak
dengan caustic soda dapat berpotensi iritasi mata dan kulit jika terpercik/tertetes
dibagian kulit dan mata serta iritasi saluran pernafasan jika terhirup uapnya.
Tabel 2 Identifikasi potensi bahaya dan upaya pengendalian di area produksi RGB
Peluang Akibat
A = Hampir pasti akan terjadi 1 = Tidak ada cedera, kerugian materi
(almost certain) kecil
B = Cenderung untuk terjadi 2 = Cedera ringan/P3K, kerugian
(likely) materi sedang
C = Mungkin dapat terjadi 3 = Hilang hari kerja, kerugian cukup
besar
D = Kecil kemungkinan terjadi 4 = Cacat, kerugian materi besar
(unlikely)
E = Jarang terjadi (rare) 5 = Kematian, kerugian materi sangat
besar
a
PT Coca cola Bottling Indonesia 2015
Pel Akibat
uang 1 2 3 4 5
A H H E E E
B M H H E E
C L M H E E
D L L M H E
E L L M H H
Keterangan :
E = Extreme Risk/Risiko Ekstrim, memerlukan penanganan/ tindakan segera
H = High Risk/Risiko Tinggi, memerlukan perhatian pihak senior manajemen
M = Moderate Risk, harus ditentukan tanggung jawab manajemen terkait
L = Low Risk/Risiko Rendah, kendalikan dengan prosedur rutin
a
PT Coca cola Bottling Indonesia 2015
29
a. Pelindung Kepala
Jenis pelindung kepala di PT Coca Cola Bottling Indonesia, yaitu safety
helmet dan topi.
b. Pelindung Muka dan Mata
Jenis pelindung muka dan mata di PT Coca Cola Bottling Indonesia yaitu
kacamata safety (RGB line), safety google, face shield, masker.
c. Pelindung Telinga
Jenis telinga di PT Coca Cola Bottling Indonesia yaitu earmuff dan
earplug.
d. Pelindung Pernafasan
Jenis pelindung kepala di PT Coca Cola Bottling Indonesia yaitu full face
respirator dan half face respirator
e. Pelindung Tangan
Jenis pelindung tangan di PT Coca Cola Bottling Indonesia yaitu sarung
tangan elektrik, sarung tangan karet dan sarung tangan dotting.
f. Pelindung Kaki
Jenis pelindung kaki di PT Coca Cola Bottling Indonesia yaitu safety
shoes dan sepatu boot.
HIRADC dibuat oleh OHS untuk setiap kegiatan baik proses produksi
maupun proses lainnya. Analisa data yang digunakan dilampirkan dalam bentuk
tabel matrik yang dapat dilihat pada lampiran 2 yang ditunjukan sebagai estimasi
penilaian resiko yang bertujuan untuk merencanakan tindakan pengendalian
berdasarkan potensi bahaya dan faktor bahaya yang akan menimbulkan
kecelakaan kerja, cidera atau penyakit akibat kerja yang sudah teridentifikasi
sebagai resiko yang harus ditangani dan dilakukan perbaikan berkelanjutan untuk
mengendalikan potensi bahaya tersebut.
Penilaian resiko dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap tingkat
keparahan dampak yang diakibatkan (severity), keseringan penyebab potensi
bahaya terjadi (occurrence). Nilai resiko didapatkan dari hasil perkalian antara
tingkat keparahan dengan keseringan potensi bahaya. Nilai resiko yang telah
diperoleh kemudian ditentukan kriteria resiko berdasarkan risk ranking. Nilai
resiko dengan kriteria tidak dapat diterima, perlu dilakukan upaya pengendalian
lebih lanjut untuk memperkecil nilai resiko.
6.1 Simpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Febriyanti Tika Nur. 2015. Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada PT.
Coca Cola bottling Indonesia. Bekasi (ID). Politeknik Negeri Semarang.
Notoatmodjo Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
PT. Coca Cola Bottling Indonesia. 2014. Profil Perusahaan PT. CCBI. Bekasi
(ID). PT. Coca Cola Bottling Indonesia.
PT. Coca Cola Bottling Indonesia. 2013. Manual Prosedur OHS. Bekasi (ID). PT.
Coca Cola Bottling Indonesia.
Ramli Soehatman. 2013. Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif. Jakarta : Dian
Rakyat.
Suardi, rudi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta
: PPM.
LAMPIRAN
36
Plant Manager
TWA/T PE C
BA Line T AN Produ Eng
Producti Line Lin HR Plant
ction iner Bussin Purchasin
on Prod e Line ing
Manage ess g
Maint Serv
enanc ies
Penilaian
Penilaian Risiko setelah
Identifikasi Bahaya
Risiko dilakukan Regulasi
Pengendalian
Bahaya control
pengendalian
No. Kegiatan
Tingkat Risiko
Tingkat Risiko
Peluang
Peluang
Akibat
Akibat
1 Loading/Depalletizing R Tertimpa krat dan D 2 L - - - - -
botol
R Luka akibat C 2 M Menggunakan sepatu D 1 L UU No. 1 Tahun
pecahan botol safety, sarung tangan 1970, PER-
safety dan kacamata serta 03/MEN/1998,
awareness K3 Permenakertrans No.
8/MEN/VII/2010
R Luka akibat D 3 M Menggunakan sepatu D 1 L UU No. 1 Tahun
tertabrak forklift safety, pemakaian vest 1970, PER-
dan seragam dengan 03/MEN/1998,
scotlight, jalur pejalan Permenakertrans No.
kaki, SIO untuk operator 8/MEN/VII/2010
forklift
R Keseleo akibat D 2 L - - - - -
salah angkat
38
5 Pelarutan caustic dan R Iritasi karena B 3 H Memakai safety google, D 1 L UU No. 1 Tahun
additive washer kontak langsung sarung tangan safety 1970, KEP-
dengan caustic 333/MEN/1989,
KEP-
187/MEN/1999,
Permenakertrans No.
8/MEN/VII/2010
R Merusak B 1 M Memakai safety masker D 1 L UU No. 1 Tahun
pernafasan akibat 1970, KEP-
terhirup uap 333/MEN/1989,
caustic KEP-
187/MEN/1999,
Permenakertrans No.
8/MEN/VII/2010
6 Penggunaan steam R Luka bakar akibat E 2 L - - - - -
kontak langsung
dengan tubuh
41
Penilaian Risiko
Kegiatan Identifikasi Bahaya Pengendalian Resiko PIC
Akibat Peluang TK Risiko
Akibat
Peluang Penjelasan Akibat
1 2 3 4 5
A H H E E E E = Extreme Ri sk A = hampi r pas ti akan terj adi /al mos t certai n 1 = ti dak ada cedera, kerugia n ma teri kecil
B M H H E E H = Hi gh Ri sk B = cenderung untuk terjadi /l i kel y 2 = cedera ringa n/P3K, kerugia n ma teri s eda ng
C L M H E E M= Moderate Ri s k C = mungki n dapat terjadi 3 = hilang ha ri kerja , kerugian cukup bes ar
D L L M H E L = Low Ri s k D = keci l kemungki nan terjadi /unl i kel y 4 = caca t, kerugia n materi besar
E L L M H H E = jarang terjadi /rare 5 = kema tia n, kerugia n materi sangat besa r
Form No : OHS-MGM-A-F-002.6 Rev : 00 Tgl : 12 Desember 2008 Ol eh : QMS
Disusun oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Sumb
er: PT Coca cola Bottling Indonesia 2015
50
Alat
Pelindung Gambar Potensi Bahaya Lokasi
Diri
1. Topi Terjerat benda Area produksi
berputar, terbentur, Area gudang
benda jatuh (warehouse)
Area Utility
Area CO2
RIWAYAT HIDUP