SKRIPSI
Disusun Oleh:
Azzah Zhafirah
NIM. 155120207111094
NIM : 155120207111094
Azzah Zhafirah
NIM. 155120207111094
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT , berkat rahmat dan kuasa-Nya
pengerjaan skripsi ini tak luput dari doa, support, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada :
skripsi. Tidak luput dukungan materi, motivasi, doa-doa dari Ibu Fenty
menerima keluh kesah peneliti. Terima kasih juga kepada keluarga besar
langsung.
2. Bapak Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
3. Bapak Dr. Antoni, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
4. Ibu Wifka Rahma Syauki, S.I.Kom., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
membimbing peneliti. Terima kasih juga peneliti ucapkan atas waktu, ilmu,
iv
dan saran yang telah diberikan.
5. Ibu Sri Handayani, S.Pd., M. I.Kom., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah
6. Nadya Susheila dan Vayunin Erlingga yang selalu ada sejak hari pertama
7. Desita Sari, Raisa Debrina, Rizky Maghfira, Rizky Virnanda, Bunga Karima
segera menyelesaikan skripsi. Love and miss you all, see you soon.
mahasiswa baru. Thanks for always having my back. We get here together, let’s
graduate together.
9. Amanda Putri Kirana, Jeane Yolanda, Atika Rahma Wahyuni, M. Rizqi Dindra
Setiawan, serta sobat-sobat geng Julyd yang peneliti sayangi dan ingin memarahi.
10. Ilham Novriadi dan Fadil Octaroza yang selalu senantiasa memotivasi peneliti
13. Teman-teman yang peneliti sayangi dan tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
15. Diri sendiri, terima kasih karena telah mau berjuang dan memotivasi dirimu
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian skripsi ini. Oleh
v
karena itu, peneliti menerima kritik dan saran yang membangun sangat
berbagai pihak.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
vii
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 26
3.7 Uji Keabsahan Data ................................................................................ 27
3.8 Etika penelitian ....................................................................................... 28
BAB IV ................................................................................................................. 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 30
4.1. Gambaran Umum ................................................................................... 30
4.2. Profil Informan ....................................................................................... 31
4.3. Pembahasan & Penyajian Data ............................................................... 34
4.3.1. Persepsi Siswa Tentang Boarding School ....................................... 34
4.3.2. Pengalaman Awal Roommate Relationship .................................... 38
4.3.3. Persepsi Tentang Roommate Setelah Memulai Roommate
Relationship .................................................................................................. 43
4.3.4. Manajemen Konflik dalam Roommate Relationship ...................... 47
4.4 Relationship Development dalam Roommate Relationship.................... 52
BAB V................................................................................................................... 59
PENUTUP ............................................................................................................ 59
5.1 Simpulan ................................................................................................. 59
5.2 Saran ....................................................................................................... 60
5.3 Limitasi ................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62
LAMPIRAN ......................................................................................................... 65
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
xii
ABSTRACT
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
para siswa di dalam sebuah ruangan yang sama dalam sebuah institusi pembelajaran
saling kompromi terkait situasi tempat tinggal (Erb, Renshaw, Short & Pollard,
2014). Pada umumnya roommate bukanlah anggota keluarga dan bukan orang
dengan status yang setara, yaitu tidak seperti hubungan orang tua dan anak (Erb,
yang didapatkan berupa dalam bentuk teman, teman sekelas, maupun orang yang
tidak dikenal sekalipun (Moore, 2016). Akibat dari roommate yang tidak dikenal,
terdapat beberapa dari siswa baru dan memasuki dunia perkuliahan yang
mengalami kecemasan terkait kondisi berbagi kamar dengan orang baru (Farell,
2006; Rahim, 2008). Hubungan antar roommate ini juga dapat menimbulkan
Menurut penelitian terdahulu oleh Erb, Renshaw, Short & Pollard (2014)
1
2
para mahasiswa dianggap unik karena mereka tinggal bersama. Frekuensi kontak
antar roommate dapat dikatakan cukup sering, roommate juga mengalami negosiasi
terkait tanggung jawab dalam kamar dan bagaimana kompromi antar roommate
terkait situasi tempat tinggal Erb, Renshaw, Short & Pollard, 2014). Dalam
roommate relationship siswa SMA juga mengalami hal yang serupa, yaitu karena
Hal ini didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan siswa SMA
kesal terhadap roommate akibat dirinya merasa setiap pagi hanya dirinya yang
membersihkan kamar sebelum berangkat ke sekolah. Pada saat hasil nilai asrama
muncul di masa ujian tengah semester, WTM dan roommate berkumpul dan
WTM dan roommate telah berada pada peringkat lebih baik dari sebelumnya.
adanya bentuk negosiasi dan kompromi dalam roommate relationship yang dijalani
oleh WTM selama berada di boarding school. Definisi boarding school menurut
Behagel, Chaisemartin & Gurgand (2017) yaitu “Boarding schools are an intensive
form of education, in which students live at school, and visit their families only for
weekends and vacations” Boarding school ialah bentuk pendidikan yang bersifat
intensif, dengan siswa yang tinggal di sekolah dan mengunjungi keluarganya pada
dari yang berbasis agama seperti pesantren, berbasis militer seperti SMA Taruna
pendidikan umum seperti SMA Dwiwarna (Boarding School) salah satu contohnya.
Sebagai sebuah boarding school terdapat asrama untuk putra yang terdiri dari 2
gedung asrama putra dan 2 gedung asrama putri yang setiap kamarnya dihuni oleh
empat orang siswa yang penentuannya ditentukan oleh pembina asrama. Pembina
Pergantian roommate diadakan setiap pergantian semester, yaitu enam bulan sekali.
Hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa SMA Dwiwarna.
yang baik dengan teman-temannya juga akan lebih dapat menyesuaikan diri dalam
lingkungan asrama, serta siswa yang menjalin hubungan baik dapat menyesuaikan
berpengaruh pada banyak hal, salah satunya ialah popularitas anak dalam kelompok
interpersonal yang baik akan memudahkan dirinya dalam menyesuaikan diri dalam
lingkungan asrama.
tidak terbina dengan baik, terdapat kemungkinan bahwa siswa akan merasakan
4
perasaan kesepian dan mencoba untuk menghilangkan rasa kesepian itu dengan
meninggalkan Sekolah. Hal ini dirasakan oleh salah satu siswa SMA Dwiwarna,
yaitu NFZ. Menurut pernyataan NFZ, pada saat awal berkenalan dengan roommate,
dirinya dianggap sebagai sosok yang tidak ramah sehingga dirinya sempat tidak
disukai oleh teman-temannya. NFZ mengaku dirinya sempat merasa ingin pulang
dari sekolah karena tidak mengerti mengapa dirinya tidak disukai oleh teman-
temannya. Namun, seiring berjalannya waktu dan setelah mengenal satu sama lain,
mereka. (Erb, Keith, Jerome, & Jeffrey, 2014; Omonijo, Anyaegbunam, Nnedum,
Chine & Rotimi, 2015). Di sisi lain, paparan Rahmawati & Lestari (2015)
disebutkan bahwa kepatuhan siswa dipengaruhi oleh teman sebaya. Hal ini sejalan
melalui situs forbes, 78% anak asrama temotivasi oleh teman sebaya dibandingkan
49% anak sekolah umum. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, hal ini dapat
dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung siswa SMA Dwiwarna dalam
Pada masa remaja, individu mengalami berbagai perubahan, baik itu fisik,
psikis, maupun sosial. Dengan adanya perubahan tersebut remaja sering mengalami
menjalin hubungan dan berkomunikasi yang baik dengan orang lain, dapat mengerti
keadaan lingkungan sekitar sehingga memiliki sikap dan perilaku yang positif
(Worowengku, 2007).
sendiri dan kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain. Salah satu kualitas
sosial agar terjalin interaksi yang baik dan lebih efektif (Worowengku, 2007).
komunikasi interpersonal, baik itu hubungan dengan keluarga, rekan kerja, maupun
orang yang dianggap individu tersebut penting (Abadi, Sukmawan & Utari, 2013).
Menurut Griffin (2006, h. 125) kedekatan interpersonal terjadi secara bertahap dan
teratur dari yang tidak intim menjadi intim, agar keintiman bertahan lama
kedalaman dari self-disclosure atau pengungkapan diri. Hal ini dapat dilihat dari
perspektif social penetration theory menurut Altman & Taylor (1973) dalam
akrab. Proses menuju akrabnya hubungan ini yang dinamakan dengan model
6
penetrasi sosial (Gainau,2009). Teori ini juga mengatakan bahwa pada saat dua
individu saling mengenal, mereka saling mengungkapkan tentang diri mereka yang
terdiri atas beberapa lapisan, dimulai dari lapisan terluar hingga lapisan terdalam
salah satunya ialah model relationship development yang dicetuskan oleh Devito
dan juga Knapp. Yang membedakan model Knapp & Devito dengan social
penetration theory ialah dalam model Knapp & Devito, dalam setiap tahapannya
berkembang dari lapisan terluar hingga lapisan inti. Peneliti melihat dalam social
mendalam.
yang akan dilalui oleh pasangan (Littlejohn & Foss 2009). Sedangkan Devito
menyatakan bahwa individu dan orang lain tidak akan langsung menjadi teman
yang akrab setelah satu kali bertemu, melainkan mereka membangun hubungan
yang akrab secara bertahap melalui sebuah langkah atau tahapan (Devito, 2013 h.
dicetuskan oleh Knapp banyak digunkana pada romantic relationship, yang dimana
hal ini tidak sesuai dengan penelitian ini karena roommate relationship berbeda
Short & Pollard (2014) tentang review dan sistem dari college roommate
terjadi pada pasangan suami istri yang mengalami perjodohan. Dan berdasarkan
di boarding school.
roommate di SMA Dwiwarna yang mengalami pergantian setiap enam bulan sekali,
serta roommate yang tidak dapat ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini menarik
perkembangan hubungan para siswa yang menjadi roommate tersebut, dan peneliti
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis proses
berikutnya.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi pandangan lain kepada
boarding school.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
oleh perilaku komunikasi tertentu (Littlejohn & Foss, 2009). Model relationship
relationship yang ada, seperti penelitian Chan & Cheng (2015) tentang
perbandingan kualitas pertemanan online dan offline pada tahapan yang berbeda
milik Park & Floyd yaitu; interdependence, breadth, depth, code change,
understanding, commitment dan network coverage. Hasil penelitian Chan & Cheng
tahapan dalam model Park & Floyd tersebut dibandingkan pertemanan online.
individu bertukar informasi yang bersifat tidak intim (tidak mendalam), akan tetapi
individu tersebut akan berbagi informasi yang bersifat lebih intim seiring
berjalannya waktu jika mereka merasa pasangannya melakukan hal yang sama
9
10
pengembangan hubungan pada pasangan suami istri yang menikah melalui sistem
stage, dan yang terakhir ialah bonding. Knapp menyatakan bahwa model
beberapa serial tahapan yang akan dilalui oleh pasangan (Littlejohn & Foss 2009).
mendeskripsikan apa yang akan terjadi dan apa yang seharusnya tidak terjadi
(Knapp, Vangelisti & Caughlin, 2013). Model milik Knapp juga kerap kali
Sedangkan model milik Devito menyatakan bahwa individu dan orang lain tidak
akan langsung menjadi teman yang akrab setelah satu kali bertemu, melainkan
mereka membangun hubungan yang akrab secara bertahap melalui sebuah langkah
seseorang yang berbagi ruangan tempat tinggal dengan orang lain (Omonijo,
St. Olaf College, disebutkan bahwa banyak orang yang mendapat pengalaman
tahapan-tahapan yang ada dalam model tersebut. Komunikasi ialah kunci utama
dari sebuah hubungan, tanpa komunikasi maka hubungan tidak bisa terjalin, begitu
pula dengan hubungan yang efektif tidak akan terjadi tanpa adanya komunikasi
yang efektif (Devito, 2013 h. 247). Poin utama perbedaan antara model milik
Knapp dan Devito adalah pada fokus hubungan, pada Knapp banyak digunakan
pada semua tipe hubungan. Berikut model relationship development milik Devito :
12
1. Contact : Kontak yang terjadi pada tahapan ini berupa kontak yang bersifat
biasanya yang bersifat umum. Hal-hal yang dilakukan dalam tahapan ini
ialah memberikan first impressions pada lawan bicaranya, tahapan ini juga
roommate tentang roommate yang lain. Peneliti juga ingin melihat bentuk
atau tidak.
hubungan romantis mulai melemah. Fase awal dari deterioriation ini ialah
negatif. Jika hal ini berlanjut, maka akan berlanjut ke fase kedua yaitu,
pasangan. Dalam tahap ini jika terjadi konflik, peneliti ingin mengetahui
5. Repair : Tidak semua hubungan melalui tahap ini, ada beberapa yang
hubungan. Dalam tahapan ini peneliti ingin melihat apakah hubungan antar
pertemanan Dewi & Minza (2016). Menurut Devito (2011, h.257) friendship atau
para remaja untuk menemukan jati dirinya Malihah, Wilodati dan Jerry (2014).
di asrama. . Hal ini juga didukung oleh penelitian Chan & Cheng (2015) tentang
lebih penting dan lebih personal ketika hubungan mereka mengalami sebuah
kemajuan.
Penelitian Hanasono & Nadler (2012) mengatakan bahwa para siswa setelah
meninggalkan kenyamanan masa SMA dan jauh dari rumah, banyak dari para siswa
Nadler (2012) juga menambahkan bahwa pada umumnya dunia perkuliahan, siswa
tahun pertama dituntut untuk tinggal bersama di Asrama milik kampus, namun
siswa, terutama pada masa perkuliahan (Hanasono & Nadler, 2012). Kepuasan
dan tetap tinggal bersama dengan roommatenya menurut Wetzel, Vasu & Schwartz,
pertemanan yang terjadi antara siswa-siswi SMA Dwiwarna tidak hanya sekadar
hubungan pertemanan. Karena sekolah yang berbasis boarding school siswa dan
siswi memiliki roommate atau teman sekamar. Teman sekamar ini ditentukan oleh
pihak asrama dan dengan regulasi pergantian roommate setiap 6 bulan sekali. Dari
belajar tentang diri sendiri, tetapi juga teman sebaya, belajar menyelesaikan
16
konflik akibat perbedaan individu maupun latar belakang budaya (McCorkle &
Mason 2009). Akan tetapi jika roommate relationship memiliki kualitas yang baik,
kehidupan sosial yang baik untuk siswa (Omonijo, 2015). Oleh sebab itu, menjalin
tentunya akan memberikan dampak yang baik, seperti hubungan yang berkembang
Nama Metode
No. Judul Penelitian Hasil
Peneliti Penelitian
antara penelitian terdahulu dan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian ini
SMA sebagai subjek penelitian dikarenakan siswa SMA tergolong dalam kategori
usia remaja dan menurut penelitian Malihah, Wilodati dan Jerry (2014) masa
remaja sebagai satu tahap dimana individu akan merasa sangat butuh untuk
membentuk maupun memasuki suatu kelompok untuk mempelajari orang lain dan
Selain itu, dalam konteks perkembangan hubungan Siswa SMA Dwiwarna yang
roommate yang tidak bisa mereka prediksi sifat dan karakternya. Begitu pula
sehingga interaksi antar teman sebaya sangat penting dalam membentuk perilaku
remaja. Jika dihubungkan dengan kondisi siswa SMA Dwiwarna, para siswa
lakukan ialah subjek penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu ialah pada
berbeda agama. Subjek penelitian yang peneliti teliti ialah terkait siswa SMA yang
menggunakan teori dialektika relasional dan teori penetrasi sosial, serta model
yang berasal dari SMA Dwiwarna boarding school sebagai salah satu sekolah
berasrama. Kondisi sekolah yang berbasis boarding school dan menuntut siswanya
untuk tinggal di asrama, yang dimana siswanya harus memiliki sebuah roommate
Pembina asrama menyebabkan siswa tidak bisa memillih dengan siapa siswa
tersebut akan dipasangkan. Tidak hanya itu, setiap 6 bulan sekali pada saat
pergantian tahun ajaran baru, roommate di SMA Dwiwarna akan mengalami proses
pergantian. Hal ini yang menarik perhatian peneliti, tentang bagaimana para siswa
relationship development stages milik Devito. Setelah itu, peneliti akan melihat
roommate tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
memandang bahwa realitas sosial bersifat ‘fluid’ atau cair dan didalamnya terdapat
persepsi yang berubah-ubah. Deskriptif sendiri menurut Rakhmat (1999, h.24) tidak
yang deskriptif.
sosial atau fenomena sosial, tetapi terdapat 2 tujuan utama dari penelitian
23
24
relationship.
sampling, yang berarti sampel yang bertujuan. Menurut Pujileksono (2015, h.116)
seseorang atau sesuatu yang ditentukan sebagai sampel karena peneliti menganggap
yaitu :
1. Siswa ataupun siswi SMA Dwiwarna yang masih tinggal di asrama dalam
wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab
secara lisan, baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data (Pujileksono,
2015, h.123).
yang dikumpulkan merupakan data kualitatif yang bentuknya berupa gambar, kata-
kata, dan bukan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
sumber data primer. Sugiyono (2019, h.139) mendefiniskan sumber data primer
adalah data yang langsung diberikan kepada pengumpul data dalam penelitian. Data
Huberman & Saldaña. Menurut Yusuf (2014, h. 407) Miles & Huberman
menegaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ini, data kualitatif lebih banyak
berupa kata-kata dan data ini harus “diproses” dan dianalisis terlebih dahulu
Miles, Huberman & Saldaña ( 2014) melihat analisis data sebagai tiga arus
1. Kondensasi data
data sedemikian rupa agar kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
Peneliti dalam hal ini memilah data-data yang ditemukan pada saat
2. Data Display
A. Kredibilitas (credibility)
B. Transferabilitas (transferability)
C. Dependabilitas (dependability)
penelitian.
D. Konfirmabilitas (confirmability)
pihak lain.
metode tersebut terdapat informasi yang bersifat pribadi dan peneliti menegaskan
penelitian :
melakukan wawancara.
mengikuti penelitian.
dilakukan.
informan.
BAB IV
SMA Dwiwarna adalah sebuah sekolah yang berlokasi di Jl. Raya Parung
KM 40, Parung, Bogor, Jawa Barat merupakan sebuah boarding school yang
memiliki siswa dari berbagai macam daerah di Indonesia. SMA Dwiwarna juga
Dwiwarna juga memiliki kerja sama dengan sekolah dari Jerman, Jepang, dan
Australia.
yang memiliki visi yaitu Menjadi institusi pendidikan yang terbaik dalam
membangun manusia yang cerdas, berakhlak mulia, dan berjiwa kebangsaan. SMA
Berdiri di atas tanah seluas 7.5 hektar, SMA Dwiwarna dilengkapi fasilitas
yang sangat menunjang aktivitas siswa dan siswinya. Fasilitas tersebut seperti
sarana olahraga yang sangat memadai, ruang kelas, laboratorium, masjid, aula,
kantin, ruang seni, dan ruang musik. Fasilitas keamanan 24 jam dan dilengkapi
CCTV di asrama maupun lingkungan sekolah. Gedung asrama putra dan putri
30
31
diwajibkan untuk tinggal di asrama, siswa dan siswi SMA Dwiwarna tentunya
Peneliti mewawancara siswa kelas 10,11 dan 12. Peneliti menemukan belum
terjadinya relationship development pada siswa kelas 10, dikarenakan para siswa
tersebut belum lama tinggal bersama. Sedangkan siswa kelas 11 dan 12, masing-
peneliti ialah tentang sistem pergantian roommate yang pada dasarnya diatur oleh
pihak asrama, namun pada saat sebelum pergantian roommate baru beberapa siswa
tersebut dapat berupa nama orang yang diinginkan secara spesifik, atau hanya
berupa kriteria roommate yang diinginkan dan tidak diinginkan. Namun pihak
asrama tidak selalu menyetujui permintaan para siswa tersebut, tetapi tidak juga
memberikan apa yang tidak diinginkan oleh siswa tersebut demi menjaga
sebagai informan dikarenakan siswa dan siswi kelas 10 baru tinggal di SMA
32
Dwiwarna Boarding School selama 3 bulan dan hal ini tidak sesuai dengan kriteria
informan peneliti.
kali selama berada di SMA Dwiwarna. Dari tahun pertama hingga tahun
roommate.
33
3. GPL berusia 16 tahun, berasal dari Jakarta. GPL merupakan siswa SMA
3 kali selama berada di SMA Dwiwarna. GPL pada tahun pertama merasa
gugup dan takut jika tidak cocok dengan roommatenya. Pada tahun kedua,
4. FAF berusia 17 tahun, berasal dari Bandar Lampung. FAF merupakan siswi
yang dia dapatkan. Namun di tahun kedua FAF merasa sedikit tidak nyaman
karena penelitian ini hanya ingin melihat perspektif dari salah satu individu dalam
Saldaña (2014). Menurut Miles, Huberman & Saldaña data kualitatif lebih banyak
berupa kata-kata dan data ini harus “diproses” dan dianalisis terlebih dahulu
Temuan peneliti pada saat wawancara informan, peneliti melihat bahwa ada
beberapa kesamaan antar data yang muncul selama proses pengumpulan data.
Persamaan data yang dimaksud ialah berupa jawaban antar informan yang memiliki
mencoba untuk memaparkan data yang peneliti peroleh terkait persepsi siswa
yang bersekolah di sekolah berasrama atas dorongan dari keluarga, namun juga
“Karena saya awalnya kan papa saya tuh polisi ya kak, jadi kan
pindah-pindah kalo misalnya SMA gitu kan ga boleh pindah-pindah
gitu kan susah, jadi Ayah, Mama saya tuh nyariin ini sekolah yang
boarding tapi ga terlalu ketat gitu. Saya awalnya pengen di Nurul
Fikri tapi ngga jadi karena DW lebih fleksibel”. (NFZ, 14 Oktober
2019).
dan terkait dorongan dari anggota keluarga. Informan TA dan FAF, mengikuti
“Jadi sebenernya aku dari SMP itu udh nyari boarding school yang
international. Terus akhirnya ketemu deh DW dari internet terus aku
liat dari segi facility and backgroundnya juga bagus jadi aku pilih
DW. Meskipun sebenernya international classnya ga dibuka buat
angkatan aku tapi yaudahlah awalnya agak nyesel tapi ya gimana,
tetep enjoy-enjoy aja sih ujungnya belajar pake k13. Terus juga dulu
36
aku ada sepupu di DW gitu jadi kan lebih enak juga kalo udh ada
keluarga gitu di DW.” (FAF, 1 November 2019)
yang pernah bersekolah di SMA Dwiwarna, tak jarang jika di masa yang akan
datang, anggota keluarganya juga akan ada yang mengikuti. Informan FAF
sangat memadai, hal ini sesuai dengan yang peneliti sebutkan sebelumnya
informan GPL yang menganggap akan sangat ketat layaknya sebuah pesantren.
“Sekolah asrama kalo dalam pikiran saya tuh seperti pesantren, tapi
bedanya kalo pesantren tuh kan lebih belajarnya lebih keagamaan
kan, dari baca Al-Qur’annya setiap hari 24 jam penuh kan. Kalo
asrama itu, kalo yang saya liat itu ternyata asrama tuh seperti SMA
biasa cuma bedanya tuh tinggalnya di lingkungan sekolah, di
lingkungan sekolah kan ada asrama, asrama sebagai tempat tinggal
siswa. Jadi waktu pertama kali saya di DW tuh, saya pikir pesantren
ternyata bukan. Walaupun ada ‘rasa pesantrennya’ lah.” (GPL, 30
Oktober 2019)
boarding school seperti penjara, hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan
informan :
saat minggu pulang, atau ada kegiatan sekolah yang dilakukan di luar
teman dikarenakan pada saat dirinya baru tiba di sekolah, semua orang seperti
sudah mengenal satu sama lain, sedangkan dirinya belum mengenal siapa-
“Aku tuh pas baru dateng kayak takut gitu ga ada temen, soalnya
pas temen-temen saya tuh pas di aula langsung kayak heboh gitu ga
tau kenapa, tiba-tiba mereka kok ini kenal ini kenal ini, tapi kan jadi
saya takut sendiri gitu emang. Tapi saya tuh emang orangnya cuek
gitu kan awalnya, jadi kayak malahan dulu kan pas dulu tuh kayak
ada sama mentor-mentor gitu, saya katanya dibenci sama satu
mentor karena saya tuh sombong katanya, gara-gara kaya jutek
gituloh matanya. Terus kaya abis itu kaya kesel sempet kayak
pengen pulang kerumah kan, kayak ini anak-anak pada ngga suka
gatau kenapa, tapinya kayak kesini-sini kan mungkin karena belum
kenal juga jadi akhirnya makin kesini berbaur-berbaur jadi asik deh
kak”. (NFZ, 14 Oktober 2019).
merasa ingin pulang dari sekolah karena dirinya merasa tidak disukai oleh
teman-temannya.
dari keluarga. Oleh sebab itu, peneliti melihat bahwa dalam kaitannya dengan
38
sendiri.
melihat hal ini dalam kaitannya dengan bagaimana para siswa mempersepsi
boarding school sebagai sebuah sekolah yang ketat, terdapat juga informan
yang takut tidak memiliki teman. Peneliti melihat hal ini berpengaruh terhadap
perilaku komunikasi informan, hal ini terjadi pada saat pengalaman awal
Devito (2013) dalam tahap ini contact yang terjadi antar individu bersifat
perseptual. Akibat dari kontak yang perseptual ini individu akan membangun
sebuah gambaran mental maupun fisik terkait lawan bicaranya (Devito, 2013).
school, para siswa tentunya diwajibkan untuk tinggal di asrama milik sekolah
39
informan, peneliti menemukan bahwa informan merasa sedikit gugup pada saat
Peneliti melihat hal ini sebagai bentuk persepsi yang mempengaruhi perilaku
SMA yang suka tidur larut malam. Namun informan juga senang karena
memiliki teman ngobrol, hal ini disebabkan mereka tinggal satu kamar, jadi
informan GPL, namun dirinya merasa senang karena mendapatkan teman baru
terlebih dahulu sebelum memulai obrolan lebih lanjut agar tidak salah
cara menanyakan hal-hal yang bersifat umum seperti daerah asal. Hal ini
“Itu awal sih nanya asal gitu-gitu. Awal banget nanyanya, biar tau
juga latar belakang kan. Soalnya takut kalo misalkan ngomong “A”
kan.”(TA, 22 Oktober 2019).
“Roommate saya tuh kan pas pertama kali tuh ada tiga, saya paling
sedikit gitu di asrama cuma bertiga. Yang pertama tuh dia orangnya
pendiem sampe sekarang dia tuh kayak pendiem, jadi kalo saya tuh
yaudahlah asal dia nggak terlalu ribet gitu kan jadi kayak yaudah
kenalan tapi jarang ngomong, kayak semingguan gitu jarang
ngobrol. Yang satunya lagi dia tuh orangnya tuh kayak rame tapi
dia ini homesick jadi dia pulang, dia ngerengek ke pembina pengen
minta pulang gini-gini , yaudah akhirnya saya berdua aja tuh sama
si roommate, saya tapi jarang ngobrol gitu tapi dikamar kayak
ketemu jarang ngobrol. Tapi saya deket sama yang diluar kamar
sih.” (NFZ, 14 Oktober 2019).
Dan NFZ pun lebih dekat dengan teman yang bukan satu roommate. Berbeda
“Bukan bad influence sih, tapi vibesnya di kamar itu aku ga suka
aja. Karena kayak mereka itu pada males-malesan dan ga ada
motivasi buat semangat belajar, mageran mulu. Untungnya sih aku
ga keikut males. Bukan bad influence tapi lebih tepatnya bad vibes
41
gitu. Dan aku cuma deket sama satu orangnya doang, yang 2 lagi
biasa aja, ga benci ga deket juga”. (FAF, 1 November 2019).
tidak suka dengan tipikal roommate seperti itu. FAF juga merasa tidak dekat
dengan seluruh anggota roommate tersebut, hanya 1 orang dan sisanya FAF
merasa biasa saja terhadap mereka, tidak ada rasa benci maupun suka.
roommate. Kesan awal yang muncul banyak pada tataran persepsi, bagaimana
berinteraksi dan saling menyesuaikan diri secara verbal maupun nonverbal. Hal
tersebut dilakukan agar hubungan yang terbangun tidak mengarah kepada hal-
yang ingin dibangun antar roommate dapat berjalan sesusai dengan apa
contact dan selanjutnya ialah involvement. Pada tahapan ini siswa mulai
Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi tentang gaya, motif, minat,
dan nilai dari orang lain. Pengetahuan ini berfungsi sebagai dasar untuk
namun arti pembicaraan ini tidak kecil. Hal ini dikarenakan, pembicaraan ini
informasi tentang satu sama lain. Selain mengamati seseorang dari tampak luar,
penting juga untuk mengetahui orang tersebut dari sisi yang lebih dalam agar
terdapat peluang untuk berbicara secara nyaman tentang suatu topik dengan
percakapan ini dianggap lebih sulit, karena kondisi siswa SMA Dwiwarna
sulit , namun informan merasa senang ketika mereka dapat mengenal orang
dan mengenal kesukaan dan ketidaksukaan mereka secara lebih baik, begitu
Relationship
intimacy terjadi pada tema ini. Involvement menurut Devito, 2013 ditandai
Intimacy ditandai oleh individu yang mulai berkomitmen pada individu lain
2013).
informan :
“Kalo misalkan yang homesick itu dia apa ya, dia orangnya seru,
terus kebiasaannya tuh, kayak dia misalnya tuh males, dia males tapi
dia ambis, kayak males tapi masih kalo ulangan doang gituloh. Nah
kalo misalnya yang pendiem ini dia pinter banget kayak dia tuh mau
bodo amat, malem harus belajar gini-gini. Nah kayak jadi anak-
anak aspi kan pada males tuh, jadi kalo belajar ke dia gitu. Kalo
misalkan yang satu lebih ke berisik gitu.” (NFZ, 14 Oktober 2019)”
44
“Iya deket kak, kan yang dulunya saya kesel sekarang kayak
seroommate jadi seru gitu , terus ada juga yang emang dari awal-
awal masuk DW tuh temen saya uh saya deket banget, sekarang dia
udah seroommate sama saya 2 kali. Ya dia juga udah sering banget
main kerumah, udah deket banget kak.” NFZ, 14 Oktober 2019)
memiliki sifat pembersih seperti TA. Hal ini didukung oleh pernyataan
informan TA :
“Sebenernya sih ada satu orang yang nggak bisa paling bersihan
gitu, dua orang deh nggak bersihan. Yang dua orang lagi saya sama
temen saya orangnya bersihan banget. Jadi jam segini- jam segini
kalo nggak sore, kalo ngga mau berangkat sekolah itu bersihin dulu
kamar, sisanya mah udah gitu-gitu aja cuma liatin-liatin doang, tapi
emang kamar saya itu ngga bisa gitu liat tidur berantakan dengan
segala macem gitu ga bisa.” TA, 22 Oktober 2019)
“Oh iya sih sebenernya, bukan ke roommate aja sih sebenernya, tapi
kalo ke roommate sih lebih sering bisa ngobrol kan soalnya sekamar
juga, jadi kalo misalkan ada masalah sama keluarga juga saya juga
nggatau mau lari ke siapa ka, soalnya kan saya tipenya tuh kalo
nggak cerita paling ngga bisa. Misalnya saya dapet musibah apa
atau misalkan saya habis ngapain gitu harus cerita banget ke orang
ngga tau siapa ajalah. Nah roommate saya itu orang paling pertama
taulah kalo misalnya terjadi apa-apa.” (TA, 22 Oktober 2019).
dirinya dan roommatenya memiliki hobi yang sama. Akibat memiliki banyak
“Kemudian pada saat berpindah itu ada rasa seneng juga karena
punya temen-temen baru dan itu seperti kayak temen-temen tipe
saya gitu, suka main game dikamar sama nonton gitu-gitu. “(GPL,
30 Oktober 2019).
dengan bagaiman FAF merasa roommatenya sebagai orang yang selalu ada
disaat dirinya sedang sakit. Akibat roommate yang selalu perduli pada
46
informan FAF, FAF pun belajar untuk lebih perduli terhadap orang lain serta
memiliki sifat toleransi terhadap roommate. Informan FAF pun merasa dirinya
“I mean like kalo kita lagi sakit yang ada 24/7 pasti roommates.
Soalnya aku sendiri pernah kayak pas sakit gitu yang ngerawat
roommate sendiri, udah gitu kayak kita jadi lebih care sama orang
dan nurunin ego kita dengan kata lain belajar ngalah sama yang lain.
Yang bikin betah di asrama, jujur sih temen-temennya sih itu faktor
nomor 1. Kayak kalo lagi seneng atau susah pasti ke temen di
asrama, jadi kayak kalo mau curhat gitu-gitu enak kalo satu asrama.
Terus juga belajar nya menurut aku lebih enak juga sih kaya kalo
mau belajar bareng terus ada teamwork, living in a dorm itu much
easier kalo buat belajar in a group.” (FAF, 1 November 2019).
“Masih banget dong kak, soalnya sebagian roommate aku itu emang
best friends aku juga. Sering banget curhat-curhatan, pesen makan
bareng, nonton. Sharing banyak sih, tentang pacar, family,
university yang dituju, jurusan, pelajaran, ngomongin orang,
banyak deh hahaha. Dan kalo tiap minggu, kalo keluar DW mainnya
sama mantan roommate yang sekaligus sahabat aku juga. Terus
juga kayak tentang feelings, terus keluh kesah gitu deh haha, banyak
banget yang diomongin. Ngomongin angkatan atas, angkatan
bawah juga, biasalah typical DW.” (FAF, 1 November 2019).
terhubung dan hal-hal baru yang dipelajari dari roommate mereka. Sebagai
47
dirinya.
repair, yaitu sebuah usaha untuk memperbaiki hubungan. Setelah tahap repair
Tahapan ini akan peneliti ulas lebih lanjut pada tema manajemen konflik dalam
roommate relationship.
Manajemen konflik sendiri berarti terlibat dalam sebuah konflik atau situasi
yang menyebabkan terjadinya rasa tidak sepaham antar individu yang harus
diselesaikan dengan sikap sabar dan penuh pengertian (Littlejohn & Foss, 2009
h. 842).
pada hubungan antar roommate. Fase awal dari deterioriation menurut Devito
secara negatif. Jika hal ini berlanjut, maka akan berlanjut ke fase kedua yaitu,
Dalam tahap ini jika terjadi konflik, dapat diperbaiki melalui tahapan repair
atau jika tidak dapat diperbaiki, hubungan akan rusak sehingga masuk ke tahap
“Iya itu, dia tuh bocah banget kak orangnya, jadi sebelum pas saya
kelas 1 semester 2 kan belum sekamar sama dia, dia tuh berisik
banget sampe satu, kan dulu kita dipisah gedung A gedung B, yang
di gedung B itu dia berisik banget subuh-subuh udah berisik,
kadang kita suka kesel. Nah saya juga kayak “ ah ini orang kesel
banget, duh berisik gini-gini” sampe sekarang, nah dia tuh
orangnya egois gituloh kak, apa namanya… tapi emang kayak,
kayak bocah gitu, makanan maunya diambilin, ini maunya dibikinin,
sampe saya tuh kesel pernah berantem. Saya kayak kasar gitu kan
“emang gua babu apa diginiin gini-gini, ya lu bisakan punya
tangan” terus dia kayak “ya gua minta tolong gini-gini”. Mungkin
sama temennya yang itu dia suka dimanjain, dia ada temen lagi kan,
nah abis itu yaudah berantem tuh. Emang saya tuh lebih nggaenak,
kayak ngerasa lebih paling dewasa gitukan, jadi kayak dia nangis,
abis itu kayak “udalah Ris, yaudah sih ah gua minta maaf” gitu kan,
ya kayak gengsi sih dikit, cuma kayak yaudahlah gitu sih abis itu
main aja lagi bareng.” (NFZ, 14 Oktober 2019).
roommate, NFZ merasa sedikit kesal dengan perilaku roommate yang dia
miliki, hingga suatu waktu NFZ tidak dapat menahan diri dan terjadinya
49
konflik antara NFZ dan roommate. Namun NFZ segera meminta maaf terhadap
roommate tersebut, disinilah terjadi tahapan repair dalam hubungan NFZ dan
roommate.
sebelumnya dekat, bertingkah aneh seperti menarik diri dari TA. Hal ini
“Ada sih akhir-akhir ini, tapi saya belum ngomong. Nih ada nih satu
orang temen saya, roommate saya nih dulu ya bener-bener deket
banget sama saya sampe kelas 3, sebulan- dua bulanan ini kalo
gasalah ya. Kayak dia tuh gimana sih kayak, kita kayak ada feel nih
orang kaya ga beres gitu. Dia tuh setau saya nggali informasi
sendiri tuh, dia tuh ngga suka kalo misalnya, kan gimana ya rumit
banget? Dia punya cewek inceran nih, terus susah gitu dapetinnya
dan udah pernah sempet deket kan. Ceweknya juga udah saya kayak
“udahlah deket aja”, saya bantu-bantuin gitu kan. Terus akhirnya
deket, terus ada satu peristiwa tuh buat mereka renggang lagi. Terus
saya kan setiap hari kan kaya santai udahlah “masalah lu ya
masalah lu, masalah gua ya masalah gua” udah gitu kan. Sama saya
mah ceweknya emang udah deket dari dulu, saya kalo sama orang
cowok cewek bodo amatlah pokoknya temen gitu kan kalo saya kan.
Terus kayaknya ngga suka aja gitu saya deket sama ceweknya,
cewek inceran gitu. Tapi kan saya deketnya tuh sebagai temen dan
setiap hari tuh “Udah lu sama dia aja” padahal saya kaya gitu, tapi
dia belum tau aja sampe sekarang. Saya pengen ngomong tapi ntar
aja deh gitu.” (TA, 22 Oktober 2019).
bakal minta maaf sih, lebih baik minta maaf meskipun ngga salah.
Daripada berlama-lamaan ga enak juga.” (TA, 22 Oktober 2019).
roommate:
secara negatif dengan roommate. Menurut informan GPL, konflik yang terjadi
antara dirinya hanya sebatas adu mulut dan tidak melibatkan adu fisik. Berikut
GPL dengan roommate. Temuan peneliti ialah informan GPL tidak mau
antara GPL dan roommate. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan GPL:
“Saya nggak berusaha ngajak ngobrol lagi sih. Jujur aja kalo
menurut saya enggak karena saya tau sikap dia seperti itu. Soalnya
kadang yang ngajak berantem saya kadang suka ngelanggar aturan,
misalnya kadang dia ngga pernah solat tepat waktu atau misalnya
apel suka telat terus gitu, takutnya saya terpengaruh sama dia.”
(GPL, 30 Oktober 2019).
memiliki kebiasaan buruk. Sehingga GPL pun memilih untuk menghindar dari
GPL juga lebih memilih menarik diri dari roommate tersebut, hal ini
“Saya tetep sabar, karena kalo misalnya saya konflik lagi ntar
tambah masalah. Jadi saya lebih baik berdiam diri dan melakukan
kegiatan saya. Kalo misalnya saya ga bisa tidur ya saya coba
pejamkan mata saya aja. Terus kalo engga kan mulai sekarang tiap
taun ganti roommate jadi saya misalnya kaya minta ke pembina
sekamar sama si ini, ini , itu, itu.” (GPL, 30 Oktober 2019).
meminta roommate yang sesuai kriterianya pada pembina asrama pada saat
pergantian roommate di tahun ajaran baru untuk menghindari orang yang tidak
cocok dengan dirinya. Hal serupa juga dilakukan oleh informan FAF
tidak ingin sekamar dengan beberapa siswa tertentu. Menurut FAF, siswa
tersebut malas dan dirinya merasa tidak nyambung dengan siswa tersebut.
yang sesuai dengan kriteria. Contoh kriteria yang dimaksud dapat berupa siswa
yang rajin. Begitu pula dengan informan GPL, akibat pernah berkonflik dengan
roommate, GPL pun pada saat tahun ajaran baru, meminta roommate dengan
development milik Devito, kecuali tahap dissolution. Tahap contact NFZ dengan
orang yang pendiam dan ada pula yang banyak bicara. Sedangkan informan NFZ
pada saat awal berkenalan dengan teman-teman di asrama, dianggap sebagai orang
yang berwajah tidak ramah atau jutek. Namun menurut NFZ kini dirinya dan teman-
bersifat lebih pribadi dibandingkan pada saat tahap contact. Dalam tahap intimacy,
Namun setelah berkonflik, informan NFZ segera meminta maaf yang mendandakan
54
terjadinya tahapan repair dan tidak terjadinya tahap dissolution dalam roommate
Informan TA dan NFZ mengalami hal yang serupa, yaitu dari tahap contact,
roommate sebagai orang pertama yang akan mengetahui jika terjadi suatu hal
dengan dirinya, maupun sebagai tempat berkeluh kesah, hal ini dapat diartikan
berusaha memperbaiki roommate relationship yang dia miliki. Hal ini yang
Sedangkan informan GPL, dari tahap contact dirinya merasa gugup saat
stages milik Devito, GPL melalui tahap involvement dengan roommate, namun
merasa roommate tersebut akan membawa pengaruh buruk untuk dirinya, sehingga
GPL lebih memilih untuk tidak berteman dengan roommate tersebut. Hal inilah
hubungan.
semakin mengetahui sifat asli orang tersebut. Untuk mencegah konflik di masa
yang akan mendatang, GPL pun meminta kepada pembina asrama untuk
mendapatkan roommate yang sesuai dengan kriterianya. Hal ini sama dengan
informan FAF yang meminta pada Pembina asrama, selaku penentu roommate di
asrama untuk mendapatkan roommate yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan
oleh FAF.
Hal ini juga menyebabkan informan FAF dalam relationship development stages
mempersepsi roommate yang dimiliki sebagai roommate yang pemalas. Pada tahap
FAF dengan roommate ditandai dengan FAF yang merasa roomatenya sebagai
56
sosok yang dapat diandalkan, contohnya ketika sakit roommate yang akan merawat
lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti, latar belakang kepribadian
yang berbeda-beda dan berapa lama siswa menjadi siswa di SMA Dwiwarna.
Ruang lingkup interaksi yang terjadi di SMA Dwiwarna lebih banyak terjadi
kepada teman sebaya. Hal ini disebabkan oleh waktu kebersamaan yang dimiliki
sebaya dan mereka dapat bertemu setiap saat. Di SMA Dwiwarna mereka secara
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, peneliti melihat setidaknya ada dua
fenomena interaksi yang terjadi antara siswa SMA Dwiwarna dengan roommate,
serta bagaimana interaksi yang terjadi antar siswa diluar roommate dengan
berikut;
relationship)
relationship ini menjadi harus tetap berjalan, yaitu peraturan dari asrama
serta rasa kebersamaan antar siswa yagn hidup di SMA Dwiwarna Boarding
sekali mereka akan berganti roommate namun hubungan yang terjalin tidak
serta-merta berakhir atau putus. Namun, ada kalanya mereka akan bertemu
pertemanan atau persahabatan. Hal ini juga disebabkan oleh jarak atau latar
belakang budaya, serta interest yang sama. Komunikasi yang terjadi dalam
kedua belah pihak memahami satu sama lain (Lafasto & Larson, 2001)
Pada fenomena kedua ini terjalin karena faktor lokasi dan kegiatan yang
menjadikan mereka ada pada satu lingkungan yaitu, SMA Dwiwarna. Siswa
merupakan teman untuk belajar, atau teman untuk melakukan sebuah hobi
Salah satu contoh lainnya ialah interaksi antara siswa dengan Pembina
PENUTUP
5.1 Simpulan
Terdapat siswa yang tidak melalui seluruh tahapan. Hal ini disebabkan oleh
dahulu sifat dan perilaku siswa tersebut agar kelak ketika dipasangkan
roommate.
59
60
dari ketiga konflik tersebut, terdapat satu informan yang mengalami tahap
5.2 Saran
Saran Teoritis :
Saran Praktis :
school.
school.
61
5.3 Limitasi
Abadi, T. W., Sukmawan, F., & Utari, D.A. (2013). Media sosial dan
pengembangan hubungan Interpersonal remaja di sidoarjo. Kanal
2(1).95-106.
Behagel, L., Chaisemartin, C., & Gurgand, M. (2017). Ready for boarding? the
effects of boarding school for disadvantaged students. American Economic
Journal: Applied Economics 9(1). 140-164.
Devito, J. (2013). The interpersonal communication book 13th edition. New York:
Pearson.
Erb, S. E., Renshaw, K. D., Short, J. L., & Pollard, J. W. (2014). The importance
of college roommate relationships: a review and systemic
conceptualization. Journal of student affairs research and practice.
Fiore, L. (2009). The college roommate from hell. Florida: Atlantic Publishing
Group.
Griffin, EM. (2006). A first look of communication theories. New York: McGraw
Hill.
Levontin, L. & Yom-Tov, E. (2017). Negative self-disclosure on the web: the role
of guilt relief. Frontiers in psychology 8(1068).1-8.
62
63
Malihah, E., Wilodati & Jerry, G. (2014). Kenakalan remaja akibat kelompok
pertemanan siswa. Forum ilmu sosial 41(1), 15-27.
Mardani, R.I. (2013). Hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri
pada siswa kelas x asrama sma mta Surakarta.
Omonijo, D.O., Anyaegbunam, M.C., Nnedum, O.A.U., Chine, B.C., & Rotimi,
O.A. (2015). Effects of college roommate relationships on student
development at a private university, southern nigeria. Meditteranean
journal of social sciences 6(6),506-516.
Waldron, H. 2017. Why your child should attend boarding school . forbes.com,
diakses pada 28 februari 2019 dari
64
https://www.forbes.com/sites/noodleeducation/2017/04/12/why-your-
child-should-attend-boarding-school/#12fb823a742
INTERVIEW GUIDE
A. Identitas diri
1. Nama (Inisial) :
2. Kelas :
3. Asal :
4. Usia :
B. Sekolah Asrama
1. Dapatkah anda menjelaskan alasan anda memilih SMA Dwiwarna
sebagai sekolah anda?
2. Apakah anda bersekolah disini atas keinginan anda sendiri?
3. Apakah dari awal anda mengetahui bahwa SMA Dwiwarna merupakan
sekolah berasrama?
4. Bagaimana persepsi anda terkait sekolah berasrama?
5. Bagaimana perasaan anda pada saat pertama kali menginjakkan kaki di
asrama?
65
66
Nama :
Umur :
Kelas :
Dengan ini, saya menyatakan persetujuan saya untuk bersedia menjadi informan dalam
boarding school”.
menyatakan bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini saya lakukan secara
Bogor, 2019
Keterangan :
P : Peneliti
NFZ : Informan
Kode Transkrip
P : Disini kamu bisa sebutkan identitas diri nama, kelas,
asal sama usia?
N : Nama saya Najla Fairuz Zahira, saya dipanggilnya
Najla saya kelas 12 IPS 2, asal saya dari Bangka Belitung
terus saya umurnya 17 tahun.
Roommate kurang bisa misal diajakin “ ayo ke pengkol gini-gini” dianya ga mau,
berbaur diem dikamar. Jadi pas itu saya deketnya sama yang ini
Dekat dengan roommate yang homesick ini yang kemaren, nah abis itu kayak lebih
yang lebih mudah berbaur. ke temen diluar kamar.
P : Oke terus, aku mau nanya lagi, jadi sampe sekarang
kamu sama roommate kamu ngga deket?
N : Oh udah deket kak
P : Oh udah deket ya sekarang karena udah kelas 3 ya?
N : Iya
Awal berkenalan dengan P : Berarti kamu kaya udah ngerti sama roommate kamu,
roommate masih kaku udah paham sifatnya mereka gimana?
Mulai merasa seru setelah N : Iya, cuma mungkin karena kan kalo misalkan awal-
beberapa bulan tinggal awal sekolah jadi kaya kaku masih, tapi ujung-ujungnya
Bersama pas udah semester 2 gitu-gitu udah biasa lagi, seru.
P : Oke, terus berarti kamu kayak misalkan udah deket,
bisa nggak kamu ceritain sama aku gimana deketnya kamu
sama roommate kamu itu?
N : Kalo misalnya yang homesick kemaren dia asik sih ya,
Berbagi gosip Bersama kayak misalkan suka main bareng sampe sekarang, kayak
roommate asik cerita gosip lah gini- gini bareng-bareng. Kalo
misalkan yang pendiem itu juga, tapi saya nggak terlalu
Bercanda seperlunya dengan berlebihan gituloh becandanya kayak ya becanda-becanda
roommate yang lebih aja soalnya orangnya pendiem jadi kayak ngga enak
pendiam sendiri gituloh kalo ngomong kasar gitukan kayak aneh.
P : Oh gitu, berarti kamu paham yah kebiasaan-
kebiasannya roommate kamu tuh kamu udah paham
sekarang? Udah paham?
N : udah paham
P : Kayak gimana tuh kebiasaan-kebiasaan mereka?
Roommate memiliki N : Kalo misalkan yang homesick itu dia apa ya, dia
kebiasaan malas belajar, orangnya seru, terus kebiasaannya tuh, kayak dia misalnya
namun rajin ketika ada tuh males, dia males tapi dia ambis, kayak males tapi masih
ulangan kalo ulangan doang gituloh. Nah kalo misalnya yang
pendiem ini dia pinter banget kayak dia tuh mau bodo
Roommate pintar serta amat, malem harus belajar gini-gini. Nah kayak jadi anak-
rajin belajar anak aspi kan pada males tuh, jadi kalo belajar ke dia gitu.
Kalo misalkan yang satu lebih ke berisik gitu.
P : Berarti yang apa tuh roommate kamu yang homesick itu
pinter?
Roommate bisa mengalami N : Ummm yang homesick itu biasa aja, cuma ambis kalo
stres jika mendapat nilai pas mau ulangan aja.
jelek P : Oh berarti satunya yang pendiem?
N : Yang pendiem dia pinter, terus belajar, nilainya harus
bagus, dia agak stress itu kalo nilainya agak turun.
P : Kalo kamu sendiri?
N : Nggatau heheheh
75
Pada awalnya tidak suka, N : Iya deket kak, kan yang dulunya saya kesel sekarang
setelah menjadi roommate kayak seroommate jadi seru gitu , terus ada juga yang
menjadi suka karena seru emang dari awal-awal masuk DW tuh temen saya uh saya
deket banget, sekarang dia udah seroommate sama saya 2
Menjadi teman dekat setelah kali.Iya dia udah sering banget main kerumah gini-gini,
2 kali menjadi roommate udah deket banget kak.
P : Oh udah ampe kaya gitu ya?
Mengenal orang tua N : Iya
roommate P: Berarti udah kenal sama orang tua kamu yah?
Bermain ke rumah N : Udah
roommate P : Berarti kamu pernah ngga sih yang dapet roommate
yang ngga cocok ?
N : Iya ada yang ngga cocok
P : Ada? Gimana bisa diceritakan?
N : Jadi apayah, dia itu emang… nggaenak nih
ngomongnya. Jadi satu orang ini kayak dibenci sama satu
aspi, karena apayah, agak gimana yah gatau dia tuh
orangnya terlalu bucin sih kak, nah itu. Jadi kayak ga
perduli sama yang lain, terus dia kayak seenaknya terus
agak berisik gitu kan, saya seroommate udah dua kali ama
dia, nah abis tuh pas itu pernah ada konflik gitu kan,
sampe..
P : Konfliknya gimana tuh? Kamu sama dia konfliknya?
N : Konfliknya tuh apa yah.. bukan… Cuma dia pacaran
sama ketua angkatan kan, nah terus mereka bikin kek apa
yah… kaya ketauan CCTV lah ngapain, nah abis itu si
ketua angkatannya tuh kena masalah. Kena masalah terus
tuh jadi ya apayah yaudah, jadi kayak temen saya kan
dewasa kan yang sekamar dulu jadi kayak dikasihtau,
diomongin “eh lu tuh jangan kaya gini, kan gua udah
sering ngasitau, maksudnya kasian juga Ricko ketua
angkatan gini-gini-gini”. Tapi dia malah marah, malah
marah balik, dia udah di forum 4 kali kalo ngga salah sama
angkatan saya. Dia malah bilang “ngga gua tuh gua juga
nggatau gini-gini- gini”. Tapi sampe sekarang masih agak
ngga suka gituloh.
P : Berarti pernah seroommate yang itu?
N : Iya pernah 2 kali
P : Oh terus berarti sekarang ngga seroommate kelas 3?
N : nggak
P : Oh berarti ngga cocok aja gitu ya sama dia?
N : Iya karena apayah, ngga nyambung gituloh kak. Kalo
ngobrol kan kayak ga nyambung kan dia ngomongin apa,
dia kan jago bahasa inggris kan, jadi jokes dia tuh jokes
luar, luar negeri. Jadi ngga ngerti gitukan, abis itu juga
ngga deket juga sih jadi yaudahlah.
77
Keterangan :
P : Peneliti
TA : Informan
Kode Transkrip
P : Kamu disini bisa sebutin nama, alamat, sama
usia?
TA : Namanya Thaariq Ahmes, alamatnya di
Malang, Usianya 18 tahun
P : Iya, bisa ga kamu jelasin alesan kamu pilih
DW sebagai sekolah kamu?
Mengikuti jejak kakak TA : Pertama sih ada faktor dari kakak ya, pengen
memasuki boarding school juga nyoba kayaknya temen-temennya asik juga,
Ingin belajar mandiri sama pengen belajar mandiri sih sebenernya.
Sama pengen juga sendiri gitu
P : Oh, terus berarti kamu dari awal udah tau ya
kalo DW itu asrama ?
TA : Iya sudah
P : Oh, terus pendapat kamu tuh tentang sekolah
asrama deh?
TA : Pendapat sekolah asrama sih, pertama kali
terbersit tuh kayak senioritas sih kak, senioritas
Senioritas yang tinggi di sama ya jauh dari mana-mana, terus kayak
boarding school dikurung gitu dipenjara gitu sih sebenernya, ya itu
Merasa terkurung seperti di aja sih kalo asrama tuh.
dalam penjara P : Iya sih asrama, terus perasaan kamu tuh pas
pertama kali nyampe di asrama gimana tuh?
Merasa bingung dan mencoba TA : Kaya masih bingung sih, masih coba
untuk memulai obrolan dengan adaptasi ngobrol satu sama lain dulu, adaptasi
siswa yang lain dulu, kalo misalkan udah nyaman baru ngobrol
lebih dalem, tapi kalo saya sih sebenernya gak
sungkan-sungkan gitu ngomong sama orang
tentang latar belakang, bener-bener langsung saya
79
P : Oh oke, usia?
Ingin mencoba sesuatu yang GPL : Kalo menurut saya, saya pingin mencoba
baru sesuatu yang berbeda. Di sebelum-sebelumnya
kan saya sekolahnya sekolah swasta, ini kan
berasrama dan inikan biar saya agak lebih
mendekatkan diri dengan islam, karena selama
sewaktu SMP saya tuh sering bolos-bolos solat,
kemudian jarang solat di masjid. Jadi saya
tujuannya untuk menambah pengalaman,
mendekatkan diri pada agama saya yaitu islam
GPL : Tau
Merasa homesick karena GPL : Pertama kali tuh saya ada rasa homesick ,
tidak terbiasa jauh dari orang karena kan saya tinggal jauh sama dari Ibu kan
tua tidak sering-sering juga. Dan saya kan, maaf
banget yah jarang nongkrong sama temen-temen
kan.
Jadi pertama ada rasa-rasa homesick, kedua sedih
karena saya udah ngga ada Bapak jadi saya kalo
ngerasa, agak sedih ninggalin Ibu, karena Ibu itu
tinggalnya sama adek saya dua, kemudian dia
yang kerja semuanya dari segi nyupir hingga
masak gitu-gitu dia sendiri. Jadi ada rasa sedih,
homesick. Tapi di sisi lain saya ada rasa seneng
Senang karena teman-teman juga karena ada temen-temen yang bisa
yang menghibur dan mudah menghibur dan juga lebih mudah untuk ngajak
diajak main karena tinggal mainnya.
bersama P : Lebih mudah karena lebih deket ya?
Sudah mengetahui sifat GPL : Iya udah, udah tau. Pas mau ganti
roommate pada saat sebelum roommate itu saya udah tau karena kita kan udah 6
pergantian kamar bulan dan kita udah sering ketemu si itu-itu mulu
kan jadi kita tau dia itu kaya apa orangnya.
Pada saat minggu pulang, P : Terus kalo temen-temen yang ikut kamu
roommate ikut bermain ke pulang? ada ga?
rumah informan
GPL : Ada sih cuma tapi ngga sering-sering juga
Informan merasa lebih baik GPL : Saya tetep sabar, karena kalo misalnya
berdiam diri saya konflik lagi ntar tambah masalah. Jadi saya
lebih baik berdiam diri dan melakukan kegiatan
saya. Kalo misalnya saya ga bisa tidur ya saya
Informan meminta khusus coba pejamkan mata saya aja. Terus kalo engga
pada Pembina asrama untuk kan mulai sekarang tiap taun ganti roommate jadi
satu roommate dengan saya misalnya kaya minta ke pembina sekamar
orang-orang tertentu sama si ini, ini , itu, itu.
GPL : Iya
Transcript Verbatim
Waktu : 10.00-10.30
Keterangan :
P : Peneliti
FAF : Informan
Kode Transkrip
P : Silahkan menyebutkan identitas diri : nama atau inisial,
kelas, asal, usia
FAF : Nama Felicia, kelas 12 IPA, asal Bandar Lampung,
usia 17 tahun.
P : Oke, Felicia boleh ceritain ga alesan kamu milih DW
sebagai sekolah kamu?
FAF : Jadi sebenernya aku dari SMP itu udh nyari
boarding school yang international. Terus akhirnya
Fasilitas dan latar ketemu deh DW dari internet terus aku liat dari segi facility
belakang sekolah yang and backgroundnya juga bagus jadi aku pilih DW.
memadai. Meskipun sebenernya international classnya ga dibuka
buat angkatan aku tapi yaudahlah awalnya agak nyesel tapi
ya gimana, tetep enjoy-enjoy aja sih ujungnya belajar pake
Keluarga yang juga k13. Terus juga dulu aku ada sepupu di DW gitu jadi kan
bersekolah di lebih enak juga kalo udh ada keluarga gitu di DW.
boarding school P : Maksudnya K13 apa ya? Terus sepupu kamu
seangkatan juga? Berarti kamu masuk DW keinginan
sendiri?
FAF : Kurikulum 2013 kak.
Ngga kak, sepupu aku 19, aku 20.
Iya.
P : Oke. terus menurut kamu sekolah asrama itu gimana
sih?
FAF : Asik sih, kayak bisa jd lebih independent gitu and
kebersamaannya kerasa banget. Temen-temen udh bener-
bener kayak keluarga gitu. I mean like kalo kita lagi sakit
92
Boarding school yang ada 24/7 pasti roommates. Soalnya aku sendiri pernah
membuat menjadi kayak pas sakit gitu yang ngerawat roommate sendiri, udah
lebih mandiri gitu kayak kita jadi lebih care sama orang dan nurunin ego
Pertemanan yang kita dengan kata lain belajar ngalah sama yang lain. Yang
sangat dekat hingga bikin betah di asrama, jujur sih temen-temennya sih itu
seperti keluarga faktor nomor 1. Kayak kalo lagi seneng atau susah pasti
sendiri ke temen di asrama, jadi kayak kalo mau curhat gitu-gitu
Pada saat sakit enak kalo satu asrama. Terus juga belajar nya menurut aku
roommate merawat lebih enak juga sih kaya kalo mau belajar bareng terus ada
informan teamwork, living in a dorm itu much easier kalo buat
Teman-teman sebagai belajar in a group.
faktor penyemangat P : Terus perasaan kamu pas pertama kali nyampe di
selama di boarding asrama tuh gimana?
school FAF : Jujur gaada hard feeling karena bakal pisah sama
Teman-teman keluarga dirumah sih, karena aku bawa santai dan enjoy
boarding school aja. Banyak temen juga soalnya jadi kayak aku at ease
memudahkan dalam banget. Seru sih happy-happy aja awal-awal.
belajar kelompok P : Oh gitu, trs selama di DW udah pernah ganti roommate
berapa kali? Terus pas ketemu roommate baru, entah itu
Merasa baik-baik saja pas abaru masuk atau baru ganti roommate gimana
awal berpisah dengan rasanya?
keluarga FAF : Aku udh 5 kali ganti kak, sebenernya aku paling
suka kamar pertama dan kedua sama yang sekarang sih.
Yang ketiga paling gasuka,karena yang ketiga itu kayak
bad influence gitu deh, terus karena roommate yang ketiga
itu males-malesan. Pas baru ganti roommate ga ada kesan
yg gimana-gimana sih, excited-excited aja, apalagi kamar
yang kedua.
P : Bad influence gimana tuh? Jadi kamu keikut males?
FAF : Bukan bad influence sih, tapi vibesnya di kamar itu
aku ga suka aja. Karena kayak mereka itu pada males-
malesan dan ga ada motivasi buat semangat belajar,
mageran mulu. Untungnya sih aku ga keikut males. Bukan
Tidak suka dengan bad influence tapi lebih tepatnya bad vibes gitu. Dan aku
roommate yang malas cuma deket sama satu orangnya doang, yang 2 lagi biasa
dan tidak memiliki aja, ga benci ga deket juga.
motivasi P : Jadi kalo kamu gasuka gitu, gimana cara survive
dikamar itu?
Hanya dekat dengan FAF : aku biasa aja sih seneng juga ngga, benci juga ngga
satu roommate dari 3 gitu kak. Ya tetep communicate kayak biasa aja, interact
kayak senormalnya aja. Tetep becanda-becanda akrab
sama roommate aku kok. Cuma ga intense aja deketnya,
kayak sekadar temen bercanda aja.
Dekat dengan P : Oh gitu. Terus selama 5 kali udah ganti roommate, udah
roommate tetapi tidak tau kebiasaan-kebiasaan roommate kamu gitu ga? kalo iya,
bisa ceritain ga?
93
intim, hanya sebagai FAF : Iya kak, macem-macem sih. Ada yang jarang mandi,
teman bercanda ada juga yang harus mandi tiap pagi. Ada yang agak lelet
gitu, ada yang mageran banget. Ada yang rajin belajar
hampir tiap hari gitu belajar, ada yang gapernah belajar
juga. Rata-rata kalo tidur suka matiin lampu gitu sih
Memahami berbagaim kebiasaannya. Ada yang suka nonton anime, ada yang kalo
macam kebiasaan salat subuh jam 6.10 pas bangun tidur. Ada yang rajin ke
roommate masjid, ada yang engga. Macem-macem sih kak kalo
kebiasaan mereka.
P : Terus sejauh ini pengalaman sama roommate kamu
yang paling berkesan boleh diceritain ga?
FAF : Nonton horror di kamar 2.6, terus di film horrornya
itu ada angka sakral gitu, which is “26”, terus kayak
langsung pada ketakutan gitu tapi lanjut nonton hehehe.
Pernah juga perang baygon trus kejer-kejeran bawa balok
gitu hahaha. Pernah juga tangga kasur copot ngakak
Nonton film horror banget jadi ga bisa naik hahaha.
bersama roommate Terus juga surprisein roommate pas lagi ulang tahun, tapi
Surprise ulang tahun sok surprise jadi agak failed karena dia udh tau mau
roommate disurprisein. Pernah tumpuk-tumpukan juga kayak
sandwich gitu , yang ini sering banget di kamar pertama.
Terus di kamar pertama itu pas kita mau pisah photoshoot
dulu as if ga bakal ketemu lagi hahaha.
P : Hahaha lucu banget kalian. Terus dulu awal-awal
ketemu roommate yang mulai conversation siapa? Dan
ngomongin apa tuh kalo masih inget?
FAF : Aku kak, tentang BTS boyband Korea. Ngomongin
K-Pop gitu deh pokoknya.
P : Terus diantara semua roommate kamu, pernah
berkonflik ga? Kalo iya gimana ceritanya dan endignya?
Membuka FAF : Oh kalo itu ga pernah sih kak, bawa fun aja kalo aku.
pembicaraan dengan Ga pernah sampe berkonflik gitu kok aku, ketawa-ketawa
roommate seputar aja sih kalo sama roommate.
topik K-Pop P : Terus kalo roommate yang ga cocok itu berarti sama
roommate yang ketiga itu aja ? apa ada yang lain?
FAF : Yang ketiga aja kak
P : Sampe sekarang kamu masih deket sama roommate-
roommate kamu? Kalo iya, bisa deskripsiin kedekatan
kalian itu sampe sedeket apa bisa ga? Kayak informasi apa
aja yanf dibagi sama mereka gitu.
FAF : Masih banget dong kak, soalnya sebagian roommate
aku itu emang best friends aku juga. Sering banget curhat-
curhatan, pesen makan bareng, nonton. Sharing banyak
sih, tentang pacar, family, university yang dituju, jurusan,
Roommate merupakan pelajaran, ngomongin orang, banyak deh hahaha. Dan kalo
sahabat baik tiap minggu, kalo keluar DW mainnya sama mantan
94
Curhat, makan, dan roommate yang sekaligus sahabat aku juga. Terus juga
nonton bareng kayak tentang feelings, terus keluh kesah gitu deh haha,
bersama roommate banyak banget yang diomongin. Ngomongin angkatan
Sharing masalah atas, angkatan bawah juga, biasalah typical DW.
pacar, keluarga, dan P : Waktu mau ganti roommate pas kelas 3, kamu request
Universitas yang ingin ga sih orang-orangnya? apa random aja?
dituju FAF : Request banget kak, aku request sama yang
semangat belajarnya tinggi, terus yang rajin. Aku sebut
nama aja ya Andira, Dea, Yassmyn, Yamii.
P : Berarti orang-orang udah pada tau ya roommate kamu
Menghindari itu kaya BFF kamu gitu?
roommate yang malas, FAF : Karena emang mereka deket sama aku, apalagi Dira,
informan meminta Dea, Yasmyyn.
roommate dengan P : Kamu requestnya sebut nama? apa cuma request tipe
kriteria tertentu aja?
FAF : Nama, sampe aku sebut yang mau aku sekamar,
sama yang aku bener-bener ga bisa. Aku sebut nama gitu
ke Bu Afi, aku mau sekamar sama Dira, Dea, Yasmmyn.
Menyebutkan nama- Terus sebut nama yang ga mau sekamar, banyak gitu yang
nama yang tidak aku sebutin sampe Bu Afi ngomong “Buset banyak amat”
diinginkan untuk hahaha. Terus dapetnya bukan yang aku mau, tapi bukan
menjadi roommate yang aku ga sukain juga.
agar menghindari 21:03 Felicia aku ga nyebut nama roommate aku yang skrg
konflik ini ke bu afi. jd istilahnya ya netral2 aja aku sekamar gpp
ga juga ga masalah. untung yg skrg rajin2 aja
21:03 Felicia mageran kakk rataa2!!!! trus emg jokesnya
ga klop sm aku ajaa
Alasan tidak mau P : Alesan kamu gamau sekamar sama yang kamu sebutin
dengan roommate namanya kenapa emang?
tertentu ialah karena, FAF : Mageran kak rata-rata, terus emang jokesnya ga klop
roommate yang malas sama aku aja.
dan bercanda yang P : Terus kalo menurut kamu, yang lebih mengenal kamu
tidak satu frekuensi keluarga apa sobat-sobat roommate?
FAF : Wah ini agak susah. Hmm sebenernya kalo lebih
Menceritakan hal-hal kaya privacy aku lebih cerita ke mantan-mantan roommate
privacy ke mantan aku sih. Kayak pacar, keluh kesah gitu-gitu ke roommate.
roommate Kalo universities dan future itu ke orang tua. Jadi menurut
Menceritakan aku dua-duanya kenal aku, tapi dua-duanya gaada yang
masalah-masalah perfectly knows me best. Kayak half-half, keluarga tau sisi
pacar dan keluh kesah aku yang gini, roommate tau sisi aku yang gitu.
pada roommate yang
sekarang,
95
Kode-kode Tema