Buku Panduan CSL 3 Protected 2
Buku Panduan CSL 3 Protected 2
Edisi Ke-4
Agustus 2016
1
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
2
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Tim Penyusun :
dr. Betta Kurniawan, M.Kes
dr. Oktafany, M.Pd.Ked.
dr. Dian Isti Angraini, M.P.H
dr. Rika Lisiswanti, MMedEd
dr. Oktadoni Saputra, MMedEd
dr. Efriyan Imantika, M.Sc
dr. Rizki Hanriko, Sp. PA
dr. Merry Indah Sari, MMedEd
dr. Intanri Kurniawati
dr. Dwita Oktaria, M.Pd.Ked.
dr. Iswandi Darwis
dr. Dina Tri Amalia
dr. Johan Salim
Editor :
dr. Oktafany, M. Pd. Ked.
dr. Dwita Oktaria, M.Pd.Ked
3
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan buku panduan Clinical Skill Laboratorium (CSL) Semester 3
Edisi 4. Buku ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam proses
pembelajaran CSL pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung (FK Unila) semester 3 tahun ajaran 2016-2017.
Buku panduan edisi keempat ini disusun dengan mengacu pada kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang dokter yang tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun
2012. Pada semester ini mahasiswa diharapkan menguasai keterampilan Anamnesis sistem
endokrin dan penyakit metabolik, anamnesis pediatrik (alloanamnesis), rujukan dan rekam medis,
pemeriksaan perkembangan anak (metode KPSP), anamnesis penyakit tropik infeksi, prosedur
vena puncture dan injeksi, pemeriksaan feses (stool examination), finger prick test dan
pembuatan preparat apusan darah tepi, anamnesis penyakit oftalmologi dan rhinootolaringologi,
pemeriksaan oftalmologi, pemeriksaan rhinootolaringologi, dan pemeriksaan sistem sensoris.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya. Untuk kesempurnaan penyempurnaan berikutnya serta kritik dan saran
juga diharapkan.
Editor
4
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Daftar Isi
5
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
REGULASI CSL
Kegiatan CSL setiap topik terbagi atas 2 sesi.
Pada kegiatan CSL terdapat 2 buku, yakni Buku Panduan CSL dan Buku Kegiatan
CSL yang wajib dibawa setiap sesi.
Keikut sertaan 100% dan hadir tepat waktu.
Jika terlambat ≤ 15 menit dapat mengikuti CSL dengan pre test susulan di ruang
administrasi CSL dan nilai pre test dikurangi 10 poin
Jika terlambat >15 menit tidak diperkenankan mengikuti CSL
Pada Sesi 1 akan dilakukan Pre test secara serentak dan dikumpulkan pada
instruktur yang bertugas
Pada awal sesi 2 akan diumumkan mahasiswa/i yang mendapat nilai pre test <70
Pada Sesi 2 mahasiswa melakukan keterampilan klinik dengan dinilai oleh
rekannya dibawah pengawasan instruktur
Penilaian dilakukan pada buku kegiatan mahasiswa dan ditanda tangani oleh
instruktur saat pelaksanaan skills lab berlangsung sebagai bukti otentik latihan
serta tidak boleh disobek
Pada halaman terakhir Buku Kegiatan CSL terdapat Bukti Penilaian Formatif CSL
yang harus diparaf setiap selesai latihan oleh instruktur yang bertugas.
Pada akhir blok, mahasiswa wajib mengumpulkan buku kegiatan agar rekapitulasi
bukti penilaian tersebut dapat diperiksa dan diberikan rekomendasi
layak/tidaknya mengikuti OSCE oleh PJ CSL blok yang bersangkutan.
Lembar rekomendasi diberikan kepada bagian administrasi seminggu sebelum ujian
OSCE dilaksanakan agar dapat mengikuti OSCE.
Mahasiswa/i yang tidak menghadiri CSL maka harus mendapatkan rekomendari
dari Dekan Fakultas Kedokteran Unila untuk mengikuti CSL susulan dengan
menanggung biaya pelaksanaan CSL tersebut (seperti biaya BHP dan pemeliharaan
alat)
Hal-hal yang belum diatur dalam regulasi ini akan ditetapkan kemudian.
6
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
7
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
10 Pemeriksaan rhinootolaringologi 4
11 Pemeriksaan sistem sensoris 4
LEVEL OF COMPETENCE
Level Kompetensi 1 Mengetahui dan menjelaskan
Level Kompetensi 2 Pernah melihat / didemonstrasikan
Level Kompetensi 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Level Kompetensi 4 Mampu melakukan secara mandiri
8
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Tema
Keterampilan menggali anamnesis sistem endokrin
Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis sistem endokrin dengan terarah,
cepat, dan tepat
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan
dengan permasalahan
1. Menemukan keluhan utama beserta lamanya
2. Menguraikan perkembangan penyakit secara deskriptif
dan kronologis
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai
dengan sosiobudaya pasien dalam hubungan dokter-pasien
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan cross check
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
- Menyimpulkan dugaan kelainan organ berdasarkan data
anamnesis dalam menjelaskan patofisiologi setiap kelainan/keluhan
- Mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan dalam melakukan
anamnesis
- Melaporkan hasil anamnesis secara lisan maupun tulisan
9
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Prosedur
Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem,
anamnesis pribadi.
Identitas:
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama
orang tua atau istri atau suami atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan,
suku bangsa dan agama. Untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah
memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data penelitian ,
asuransi, dan lain sebagainya.
Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau
mencari pertolongan, keluhan utama harus meliputi onset waktu.
Daftar masalah yang dapat dijadikan keluhan utama pasien dengan
gangguan sistem endokrin adalah:
1) Nafsu makan hilang
2) Gangguan gizi (gizi buruk, kurang atau lebih)
3) Berat bayi lahir rendah
4) Kelelahan
5) Penurunan berat badan drastis/ mendadak
6) Tremor
7) Gangguan pertumbuhan
8) Benjolan di leher
9) Berkeringat banyak
10) Polifagi, polidipsi, poliuri
10
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
11
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial dan ekonomi (meliputi pendidikan, pekerjaan,
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan, pola tidur, minum alkohol atau merokok,
obat-obatan,aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan).
1. Diabates Melitus
Pasien DM biasanya datang dengan :
a. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
b. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
c. Kegawatdaruratan:hipoglikemia, koma hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum (KAD),
komplikasi ke organ lainnya
a.Hipoglikemia : ditandai dengan kelaparan, gelisah, lemah, takikardia, berkeringat,
sakit kepala, adanya defisit neurologis atau koma
b.Hiperglikemia atau KAD : ditandai dengan hipotensi, mengantuk, takikardia,
dehidrasi, nyeri perut atau pernafasan Kussmaul
Pada anamnesis riwayat penyakit sekarang (RPS) ditanyakan:
Sejak kapan keluhan mulai dirasakan, bagaimana kualitasnya
Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakitjantung koroner, obesitas, dan
riwayat penyakitkeluarga (termasuk penyakit DM dan endokrin lain)
RPD :
Apakah sebelumnya sudah ada riwayat DM? Bila ya, bagaimana pengobatan
sebelumnya
Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi
gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara
mandiri, serta kepercayaan yang diikuti dalam bidang terapi kesehatan
Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan, perencanaan
makan dan program latihan jasmani
Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar hiperglikemia, dan
hipoglikemia)
Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan traktus urogenitalis
serta kaki
Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik(komplikasi pada ginjal, mata,
saluran pencernaan, dll.)
Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM
12
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Riwayat Pribadi
Pola makan, status nutrisi, dan riwayat perubahan berat badan
Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah
Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan statusekonomi
Kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan kehamilan.
13
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
e. Sindrom Cushing
Merupakan kumpulan gejala yang timbul akibat kelebihan hormon glukokortikoid atau
timbul akibat terapi kortikosteroid yang berlebihan
RPS dijumpai gejala:
14
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Gejala hirsutisme
Peningkatan berat badan dan pembesaran wajah dan ukuran tubuh
Pertumbuhan yang melambat pada anak-anak
Perubahan kulit : jerawat, infeksi kulit, striae di perut, paha, dan payudara, dll
Perubahan otot dan kulit : sakit punggung, kelemahan otot, nyeri tulang dsb
RPD:
Apakah ada riwayat pengobatan kortikosteroid?
Apakah ada riwayat penyakit paru-paru?
d. Hipopituarism
Terjadi defisiensi satu atau lebih hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari seperti hormon
tiroid, adrenal, dan hormon pertumbuhan.
RPS dapat ditemukan gejal:
Apakah ada kelelahan dan anoreksia?
Apakah ada penurunan libido?
Apakah ada gangguan menstruasi (pada wanita)?
Apakah ada tanda-tanda depresi?
Apakah ada kelemahan otot?
Apakah ada nyeri kepala?
Apakah ada tanda dan gejala yang mengarah ke hipotiroid?
RPD :
Apakah sebelumnya terdapat riwayat adenoma kelenjar pituitari?
Apakah pasien pernah mendapatkan terapi non-radiasi untuk gangguan kelenjar
pituitari?
Apakah ada riwayat perdarahan post partum yang berat (pada wanita)?
Riwayat Pribadi
Apakah pernah mengkonsumsi obat-obat seperti tiroksin, hidrokortison,
testosteron, estrogen atau hormon pertumbuhan?
e. Akromegali
Merupakan sindrom akibat adanya kelebihan hormon pertumbuhan, yang salah satunya
disebabkan adanya tumor pada kelenjar pituitari.
Pada RPS gejala yang bisa ditimbulkan adalah:
Apakah ada perubahan bentuk dan ukuran wajah bila dibandingkan dengan
sebelumnya (supraorbital membesar, telinga dan hidung menebal, tonjolan rahang
menebal)?
Apakah terdapat pembesaran ukuran kaki (yang dilihat dari ukuran sepatu) dan
tangan (dinilai dari ukuran cincin)?
Apakah ada penglihatan kabur dan penurunan penglihatan perifer (lapang
pandang)?
Apakah ada tanda-tanda hiperglikemia (polidipsi, poliuria)?
15
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
16
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Riwayat kebiasaan:
Apakah pasien sedang dalam programdiet tertentu?
Apakah pasien sering mengonsumsimakanan yang manis?
Apakah pasien sering mnegonsumsimakanan yang mengandung lemak?
Berapa kali pasien beolah raga dalamsatu minggu?
Apakah pasien sering mengonsumsialkohol?
Berapa banyak pasien mengonsumsigaram dalam sehari?
Berapa banyak pasien minum air putihdalam sehari?
2) Tremor
Pasien datang dengan keluhan tremor (gemetar seluruh badan)
Pada RPS, ditanyakan:
Sejak kapan tremor dirasakan?
Apakah ada keluhan cepat lelah, jantung berdebar-debar dan berkeringat
banyak?
Apakah ada demam terus menerus tanpa rasa menggigil?
Apakah terdapat penurunan berat badan walaupun asupan makan baik atau
bertambah?
17
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
18
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Daftarpustaka
19
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
anamnesis berlangsung
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan keluhan utama
7
Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
8 Menanyakan keluhan lain/tambahan
Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang
(waktu dan lama, sifat, lokalisasi dan penyebaran,hubungan
9 dengan waktu dan aktifitas, keluhan yang mendahului dan
menyertai, pertama kali/ tidak, faktor resiko dan pencetus,
upaya pengobatan & hasilnya)
Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita
10 (Penyakit-penyakit yang meningkatkan prevalensi penyakit
pada kelainan endokrin yang dikeluhkan)
Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
11 (riwayat orang tua atau anggota keluarga lainnya dengan DM,
hipo/hipertiroid, dsb)
Menggali informasi tentang riwayat Pribadi
12 (riwayat merokok, minuman alkohol, obat-obatan, pola diet,
aktifitas )
ITEM PENALARAN KLINIS
Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan
13
terhadap apa yang dikatakan pasien)
Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang
14
jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas).
15 Mencatat semua hasil anamnesis
16 Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis
ITEM PROFESIONALISME
17 Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
18 Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik
20
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
A. TEMA :
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Pediatrik (alloanamnesis)
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis pediatrik (alloanamnesis) dengan baik dan
benar
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan
permasalahan
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami responden
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan cross check
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta menyimpulkan hasil
anamnesis.
D. SKENARIO
Seorang pasien anak laki-laki, umur 2 tahun, datang diantar ibunya ke praktek anda
dengan keluhan demam. Anak rewel dan menangis saat berada di ruang periksa anda. Lakukan
Alloanamnesis pada orang tua pasien.
E. DASAR TEORI
1. Pengertian Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat
dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut sebagai autoanamnesis, atau dilakukan
terhadap orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, yang disebut
sebagai alloanamnesis. Termasuk di dalam alloanamnesis adalah semua keterangan dari dokter
21
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
yang merujuk, catatan rekaman medik (lihat status pediatrik di lampiran 1), dan semua
keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri. Oleh karena bayi dan sebagian besar
anak belum dapat memberikan keterangan sendiri, maka anamnesis pediatri lebih menggunakan
alloanamnesis daripada autoanamnesis.
(Modifikasi Buku Panduan Skill Lab FK UGM, 2001)
2. Teknik Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipta suasana yang
kondusif agar orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat mengemukakan keadaan pasien
dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan. Pada saat yang tepat pemeriksa perlu
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih rinci dan spesifik sehingga dapat diperoleh
gambaran keadaan pasien yang lebih jelas dan akurat. Anak yang sudah besar (usia sekolah-
lanjut) seringkali dapat menceritakan sendiri keadaan sakitnya, bahkan seringkali cukup rinci dan
jelas sehingga membantu pembuatan anamnesis.
Biasanya orang yang paling berkompeten untuk memberikan informasi tentang
keadaan anak adalah ibu pasien, terutama pada anak usia balita. Terkadang bagi ibu yang
bekerja, anamnesis didapatkan dari pramusiwi/ babysitter.
Anamnesis biasanya dilakukan dengan wawancara secara tatap muka, dan
keberhasilannya untuk sebagian besar tergantung pada kepribadian, pengalaman dan kebijakan
pemeriksa. Sebelum mempelajari cara melakukan anamnesis, beberapa keterampilan
komunikasi perlu dimiliki. Keterampilan tersebut adalah menunjukkan empati, melakukan cross
check dan mendapatkan umpan balik.
a. Menunjukkan empati
Empati adalah kemampuan untuk dapat merasakan dan memahami perasaan orang
lain. Empati dapat dilakukan melalui menjadi pembicara dan pendengar yang baik, dapat
bertanya dengan baik,menjaga suasana, serta memahami bahasa verbal dan non verbal.
Cara menunjukkan empati :
Pertama kali melakukan pembicaraan yang baik, sambung rasa tetap dilakukan.
Caranya adalah melalui:
Membangun kepercayaan
Pendekatan yang dilakukan memang berfungsi sebagai alat untuk membangun
kepercayaan. Pewawancara/dokter harus dapat meyakinkan bahwa dia adalah orang yang
tepat untuk dipercaya. Duduk dengan tegak, biarkan keyakinan dan ketenangan bersinar
keluar dari dada. Jangan lupa wajah cerah dan tersenyum. Ingatlah bahwa komunikasi
yang dilakukan adalah demi kepentingan bersama. Dokter membawa kepentingan agar
pasiennya dapat mengungkapkan permasalahannya dan pasien atau keluarganya
membawa kepentingan dan permasalahannya sendiri. Disini dokter harus netral dan tidak
memihak, siapun pasien itu.
Berikan kesempatan.
Agar pasien dapat mempercayai anda, berikan mereka kesempatan untuk berbicara,
bertanya atau mengungkapkan perasaan mereka.
22
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Sederajat.
Ingatlah bahwa komunikasi yang dilakukan adalah sederajat, dalam arti bukan antara raja
dan hamba sahaya, tetapi antara individu yang sederajat dengan individu atau beberapa
individu yang sederajat.
Siapa yang diajak berbicara.
o Perhatikan siapa ayang kita ajak berkomunikasi, satu orang, dua orang, atau
beberapa orang? Mereka berasal dari mana, latar belakangnya apa (pendidikan,
status sosial ekonomi).
Mengetahui tujuan melakukan wawancara; seorang dokter harus tahu tujuan komunikasi
yang dilakukan.
Menggali informasi, memberikan informasi, atau menjawab pertanyaan dan keluhan?
Jangan lupa untuk selalu menggunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang responden.
b. Melakukan cross-check
Cara melakukan cross-check :
Pada saat-saat tertentu seseorang dokter perlu melakukan cross-check terhadap
pertanyaan pasien. Cross-check ini diperlukan agar dokter tidak salah atau keliru menangkap
pembicaraan pasien.
Cross-check dapat dilakukan dengan:
Lakukan paraphrase
Ulanglah beberapa bagian kalimat yang dinyatakan pasien.
Contoh : ― Nyerinya bagaikan tersengat listrik, begitu Pak Marudi?, bisa diceritakan
lebih lanjut serangannya kapan saja?.
Pengulangan bisa dilakukan dengan seluruh kalimat, bila diperlukan.
Terutama bila menghadapi stagnasi (diam terlalu lama)
Contoh : ― Tadi Bapak mengatakan sangat menderita akhir-akhir ini, mau kerja susah,
mau tidur susah, dapat diceritakan lebih lanjut Pak, sejak kapan Bapak merasakan
penderitaan tersebut?.‖
Pertanyaan dapat menggunakan cara dan bahasa yang benar dengan hasil yang
sama.
Cross-check dapat dilakukan di akhir anamnesis dengan memberikan ringkasan
terhadap data yang telah di ungkapkan pasien. ― Jadi Ibu Sumirah sudah menderita
nyeri di kepala sejak dua tahun yang lalu, kumat-kumatan, dan sudah pernah diobati
sendiri, dst‖.
23
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Bila ada pertanyaan mendapatkan jawaban ― dahi berkerut‖, berarti pasien tidak paham
dengan pertanyaan yang diajukan. Tanyakan pada pasien: Apakah Bapak kurang
begitu jelas pertanyaan saya?‖ Bila jawabannya ya, cobalah untuk bertanya kembali,
gunakan bahasa yang lebih sederhana dan singkat.
Setelah anda memberikan nasehat atau informasi, berikan kesempatan pada pasien
untuk bertanya, adakah informasi/nasehat yang kurang jelas.
Umpan balik dapat diberikan pasien setelah selesai anamnesis. Tanyakan pada pasien
apakah ada hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas.
F. PROSEDUR ANAMNESIS
Sistematika dalam melakukan anamnesis adalah dengan menanyakan: identitas
pasien dengan lengkap, keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat pasien ketika di dalam kandungan ibu, riwayat kelahiran, riwayat makanan,
riwayat imunisasi, dan riwayat tumbuh kembang. Setelah dilakukan anamnesis secara lengkap,
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang telitu dan pemeriksaan penunjang yang relevan
sehingga didapatkan diagnosis yang tepat.
(Matondang CS, dkk. Diagnosis Fisik pada Anak, edisi 2)
1.Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Identitas ini
diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak
keliru dengan anak lain. Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis,
etika, maupun hukum. Unsur-unsur yang terdapat pada identitas pasien adalah:
Nama
Umur
Sebaiknya ditanyakan tanggal kelahiran anak. Hal ini penting untuk identitas, untuk
mengetahui periode usia anak (neonates, bayi, prasekolah, sekolah, akil baligh) yang
mempunyai ke-khas-an sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga
diperlukan untuk menginterpretasikan data pemeriksaan klinis apakah sesuai/ normal
pada umurnya.
Jenis kelamin
Nama orang tua
Alamat : ditulis secara lengkap
Umur, pendidikan dan pekerjaan orangtua
Agama dan suku bangsa
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran
keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien. Dalam resume
riwayat keluarga sebaiknya dibuat pedigri, sehingga tergambar dengan jelas hubungan
antara anggota keluarga, terutama apabila ditemukan kelainan yang mempunyai aspek
genetik herediter atau familial.
24
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
25
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
5. Riwayat kelahiran
Yang harus ditanyakan pada riwayat kelahiran mencakup:
a. Tanggal dan tempat kelahiran
b. Siapa yang menolong
c. Cara kelahiran (spontan, ekstraksi cunam, vakum, bedah Caesar). Pada kelahiran dengan
instrument ditanyakan indikasi dari tindakan tersebut.
d. Adanya kehamilan ganda
e. Keadaan segera setelah kelahiran/ APGAR; lebih baik bila bisa melihat catatan medis dari
rumah bersalin, puskesmas,dll. Kalau tidak ada cukup ditanyakan apakah bayi langsung
menangis atau tidak, warna kulit kemerahan/ biru/ merah dan biru, gerakan aktif/ tidak.
f. Morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir (asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum,
ikterus dsb yang mungkin berhubungan dengan keadaan sekarang).
g. Masa kehamilan (apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih bulan)
h. Berat dan panjang bayi (mengetahui masa gestasi dan menilai kesesuaian masa gestasi
dengan BB/PB)
26
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Ekstremitas sedikit
A: Activity Lumpuh Gerakan aktif
fleksi
R: Respiratory effort Tidak ada Lemah dan tak teratur Menangis kuat
JUMLAH
APGAR skor= Normal (7-10), Agak rendah (4-6), rendah (0-3)
(Sumber : Williams Obstetrics, 21st edition. 2001)
6. Riwayat makanan
Pada anamnesis tentang riwayat makan diharapkan dapat diperoleh data tentang:
a. Makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka waktu pendek (beberapa waktu
sebelum sakit) ataupun jangka panjang (sejak bayi).
b. Kualitas dan kuantitas; apakah adekuat atau tidak; yaitu memenuhi angka kecukupan gizi
(AKG) yang dianjurkan.
Pada bayi untuk memperkirakan kuantitas dan kualitas makanan yang diterima perlu
ditanyakan:
a. Susu apa yang diberikan : ASI ataukah PASI (pengganti ASI), atau keduanya.
b. Apabila diberikan ASI apakah secara eksklusif
c. Cara pemberian ASI/ PASI
d. On demand atau ad libitum, ataukah dengan jadwal tertentu.
e. Volume pemberian ASI/PASI.
f. Untuk PASI tanyakan jenis dan mereknya, takaran, frekuensi, dan jumlah setiap kali
pemberian.
g. Pemberian makanan tambahan (MPASI): umur berapa mulai, jenis dan jumlahnya, serta
jadwal pemberian.
Pada hakekatnya anamnesis tentang ambilan (intake) makanan ini merupakan analisis
makanan secara kasar. Hasil analisis ini berperan terutama pada kasus kelainan gizi dan
gangguan tumbuh kembang, serta harus digabungkan dengan data lain, yaitu hasil pemeriksaan
fisis, laboratorium, dan antropometris, sehingga akhirnya dapat disimpulkan status nutrisi pasien
secara lebih akurat.
7. Riwayat imunisasi
Status imunisasi pasien penting untuk ditanyakan, meliputi:
a. Imunisasi Dasar : BCG, polio, DPT, Campak dan Hepatitis-B
Imunisasi ini dikenal juga dengan Imunisasi wajib oleh pemerintah melalui Program
Pengembangan Imunisasi (PPI)
b. Imunisasi lain: MMR (mumps, measles, rubella), hepatitis-A, Hib (untuk mencegah infeksi
Haemophilus influenza tipe b), Influenza, Pneumokokus (PCV), HPV (Human Papilloma
Virus) dan Tifoid
Imunisasi ini dikenal juga sebagai Imunisasi Non-PPI
27
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
c. Imunisasi ulangan/booster
Informasi tentang imunisasi diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik
yang diperoleh, mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (misalnya
penyakit polio hamper tidak pernah terjadi pada anak yang sudah mendapat imunisasi polio
secara benar). Informasi tentang imunisasi juga dapat dipakai sebagai umpan balik tentang
perlindungan pediatrik yang diberikan.
Jadwal lengkap imunisasi dapat dilihat pada gambar berikut :
28
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
G. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM. Yogyakarta
Anonim. 2008. Professional Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia -IDAI Edisi III.
Jakarta. Indonesia
Frankenburg, W.K. 1990. Denver Developmental Screening Test (Denver II)
F. Gary Cunningham. Et al. 2001. Williams Obstetrics, 21st edition. McGraw-Hill
Matondang CS, dkk. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 2. Jakarta
29
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Umpan
No Prosedur/ Aspek Latihan
Balik
ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN
1 Mengucapkan salam pada awal wawancara
2 Mempersilakan duduk berhadapan
3 Memperkenalkan diri
Informed
4 menjelaskan kepentingan penggalian informasi yang
benar tentang sakit pasien (anak)
Consent
5
Meminta waktu & ijin untuk melakukan alloanamnesis
ITEM PROSEDURAL
Menanyakan identitas pasien :
Nama (anak dan orang tua), Umur (anak dan orang tua), jenis
kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan), alamat lengkap,
6 pendidikan & pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa
Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi
tidak harus berurutan dicari lengkap, boleh diselang-seling
saat anamnesis berlangsung
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
a. Menanyakan keluhan utama
7
Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
8 b.Menanyakan keluhan lain/ tambahan
c.Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang
(Lama, sifat, lokalisasi, berat-ringan gejala, hal yang
9
mendahului, pertama kali/ tidak, saudara lain yang terkena,
upaya pengobatan & hasilnya)
10 Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita
Menggali informasi tentang riwayat kehamilan ibu
11 Gali faktor resiko selama kehamilan, umur saat hamil, Peny.
Saat kehamilan, ANC berapa kali, TT, obat-obatan, dll.
Menanyakan riwayat kelahiran pasien
12 (per vaginam/bukan, Normal/tidak, yang membantu
persalinan siapa?, dimana? BB/PB bayi, APGAR skor bayi.)
Menggali informasi tentang riwayat makan (kuantitas dan
13
kualitas makanan jangka pendek dan jangka panjang)
30
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
31
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
A. Tema Pembelajaran
Pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan.
B. Tujuan
Mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
e. Dasar Teori
Formulir KPSP adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining / pemeriksaan
KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66
dan 72 bulan.
32
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih
kecil dari usia anak. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah
KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah
KPSP 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai
masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.
Interpretasi hasil KPSP :
Hitunglah berapa jawaban Ya.
o Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
bisa atau pernah atau sering atau
kadang-kadang melakukannya.
o Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
belum pernah melakukan atau
tidak pernah atau ibu/pengasuh
anak tidak tahu.
Jumlah jawaban Ya
o 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya
(S)
o 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
o 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
Intervensi:
Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)
Beri pujian kepada Ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.
Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Berikan stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan
umur dan kesiapan anak.
Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di Posyandu
secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika
anak sudah memasuki usia prasekolah (36 – 72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD, Kelompok Bermin dan Taman
Kanak-Kanak.
Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak
berumur kurng dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.
33
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
f. Prosedur
34
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
35
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
8 Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia Gerak kasar
dapat mengangkat kepalanya sehingga membentuk sudut
45° seperti pada gambar ?
9 Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia Gerak kasar
dapat mengangkat kepalanya dengan tegak seperti pada
gambar?
10 Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak digelitik atau Bicara dan
diraba-raba? bahasa
36
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
37
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
38
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
7 Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah Gerak kasar
bayi duduk sendiri selama 60 detik?
40
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
41
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
42
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
43
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
44
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
45
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
46
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
47
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
49
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
50
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
51
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
53
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
54
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Jangan membantu anak dan jangan memberitahu Gerak halus
nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti
contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3
kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar
seperti contoh ini?
55
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
56
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
57
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
58
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
59
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
A. TEMA
Keterampilan komunikasi pembuatan dan pengisian rekam medis serta surat
rujukan medis.
B. LEVEL KOMPETENSI
Level Kompetensi
No Kompetensi SKDI Target
Capaian
Reporting and making
1 4 4
record
Oral and written
communication with
2 colleagues and other health 4 4
care professional
(referral, consultation)
(Sumber : SKDI, 2012)
C. TUJUAN
Mampu melakukan pengisian rekam medis dengan benar
Mampu menjelaskan manfaat pengisian rekam medis
Mampu menjelaskan jenis jenis rekam medis
Mampu mengusulkan dan membuat rujukan medis kepada ahli yang
relevan
Mampu menentukan indikasi rujukan penyakit
Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan membuat surat rujukan medis
60
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
E. SKENARIO
Kenapa ayahku???
Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun, di antar oleh anaknya ke klinik
dokter keluarga dengan keluhan nyeri dada saat bernafas sejak 3 hari yang lalu. Dari
anamnesis didapatkan pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Pasien mempunyai riwayat
batuk-batuk yang lama sejak 2 tahun yang lalu dan telah berobat ke puskesmas
dilakukan pemeriksaan dahak dan anjurkan berobat rutin selama 6 bulan tapi tidak
tuntas. Dari riwayat keluarga didapatkan istri dari pasien juga menderita batuk-batuk
yang lama.
Pemeriksaan fisik:
o Keadaan umum: tampak sakit sedang, Compos mentis
o Viatal Sign :TD : 100/60 , frekuensi nadi: 120 x/menit, frekuensi nafas: 32 x
/menit, temperatur: 37,8 0 C. TB= 170 cm, BB= 45 kg
o Pemeriksaan mata : konjungtiva anemis
o Pemeriksaan dada:
o Paru: Inspeksi= gerakan dada tidak sama, kanan tampak tertinggal ,tampak
retraksi supraclavikula
Palpasi = Fremitus menurun pada dada kanan bawah
Perkusi= redup pada dada kanan
Auskultasi= Suara vesikuler menghilang pada dada kanan bawah
o Jantung : dalam batas normal
o Abdomen : dalam batas normal
o Ekstremitas : edema -/-
Instruksi:
o Apa diagnosa kerja kasus di atas? Kemudian salinlah data-data pasien tersebut
pada lembar rekam medis.
o Apakah perlu dirujuk atau tidak?
o Jika Iya : buatlah surat rujukan untuk pasien diatas!
F. DASAR TEORI
61
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
62
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
B.Sistem Rujukan
Istilah dalam rujukan:
Konsultasi
Rujukan
Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnya yang lebih
ahli.
63
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Sistem rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan, atau kasus penyakit yang dilakukan secara vertikal atau horizontal.
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan Medik dan rujukan
Kesehatan.
Rujukan Medis adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab untuk
measalah kedokteran. Rujukan pelayanan ini terutama upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas
dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke
rumah sakit umum daerah.
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat .
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi
(pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik
sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
64
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Rujukan Kesehatan :
1. Rujukan tenaga : pengiriman dokter / tenaga kesehatan dari strata pelayanan
kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang
ada dimasyarakat atau pendidikan dan latihan.
2. Rujukan sarana : pengiriman berbagai peralatan medis dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke pelayanan kesehatan yang kurang mampu
untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat atau sebaliknya atau
sebaliknya untuk tindak lanjut.
3. Rujukan operasional : pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penanggulangan masalah kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk
pelayanan tindak lanjut.
65
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Penulisan rujukan
Hal-hal yang harus ada dalam rujukan pasien:
1. Korp surat : rujukan
2. Tanggal dibuatnya surat rujukan
3. Alamat yang dituju : Dokter / RS/ Unit dan alamat
4. Salam pembuka dan permohonan wewenang dan tanggungjawab: misalnya
mohon dilakukan pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut
5. Identitas pasien : nama, usia, alamat pasien
6. Anamnesis : lengkap, ringkas dan jelas
7. Pemeriksaan fisik : yang penting dan mendukung diagnosis
8. Diagnosis kerja / diagnosis sementara : misalnya suspek efusi pleura
9. Terapi atau obat-obat yang sudah diberikan
10. Nama dan tandatangan dokter yang merujuk lengkap dengan NIP atau No Ijin
Praktek
11. Cap / stempel instansi
Format penulisan di atas adalah penulisan standar. Setiap instansi, RS, dokter
boleh membuat format rujukan sesuai SOP yang dijalankan oleh tempat pelayanan
66
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
kesehatan tersebut. Format rujukan tersebut ada yang ditulis tangan, bentuk form atau
surat elektronik.
G. PROSEDUR
Pada praktikum keterampilan klinis pembuatan rekam medis dan rujukan
pasien ini mahasiswa telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang
anamnesis, pemeriksaan fisik dan diagnosis berbagai penyakit serta planning edukasi.
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan telah di catat semua
keterangan tentang pasien di Rekam medis, jika pasien direncanakan dirujuk, dokter
membuat surat rujukan; adapun langkah-langkah :
67
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
H. DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Anhari. 2009. Sistem Kesehatan Indosnesia, 2009
Amelia, Rina: Konsultasi dan Rujukan dalam Praktek Dokter Keluarga.
Dept IKM. FK USU
Anonim. Manual Rekam Medis : Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Indonesia
Anonim. 2006. Standar Kompetensi Dokter. Konsil Kedokteran Indonesia.
Jakarta. Indonesia
Azwar, Azrul. MPh. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga :
Sistem rujukan. Jakarta, Indonesia
Format Rujukan Askes
Format rujukan Jamsostek
Kebijakan Dasar Puskesmas (Kepmenkes No.128 tahun 2004)
Manual On The Family Palnning Client Referal System for The Public
Sector : Health Governance Resource Center. USAID. 2006
Permenkes No.269/Menkes/per/III/2008
UU RI No : 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Jakarta.
Indonesia
68
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Umpan
No Item Latihan
Balik
Komunikasi dr-Pasien
1 Senyum Salam Sapa
2 binalah sambung rasa yang baik dengan pasien
Item Prosedural
3 Lakukan Anamnesis dengan baik (Salam, sambung rasa,
perkenalan,iIdentitas, keluhan utama, menggali keluhan
utama & penyerta, RPS, RPD, RPK, RPL)
4 Isi lembar rekam medis berupa :
Identitas Pasien
5 Tanggal dan Waktu Pemeriksaan
6 Hasil Anamnesis
Keluhan Utama & Menggali KU
Keluhan Penyerta
RPS, RPD, RPK/Lingkungan
7 Lakukan Pemeriksaan Fisik, Penunjang dan tindakan awal
yang diperlukan dengan tetap membina sambung rasa
dengan pasien serta informed consent jika diperlukan
8 Tuliskan hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang dengan
benar pada rekam medis (Status Generalis dan Lokalis)
9 Tuliskan Diagnosis dan Diagnosis banding yang sesuai
10 Tuliskan terapi & tindakan yang telah diberikan serta
rencana tatalaksana lanjutan pada lembar Rekam Medis
11 Lakukan Planning Edukasi dengan baik
12 Tutup pemeriksaan dengan baik
13 Lengkapi rekam medis serta membubuhkan tanda tangan
pada status setelah selesai
RUJUKAN
14 Menuliskan korps surat, Tanggal dan tempat pembuatan
surat rujukan
15 Menuliskan alamat tujuan dengan jelas, bagian/ unit
konsultan yang relevan dengan penyakit pasien.
16 Menulis salam, permohonan pelimpahan wewenang &
tanggung jawab dan identitas pasien yang diperlukan
17 Menuliskan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
69
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
70
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
A. TEMA :
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Penyakit Tropik Infeksi
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pasien Simulasi
Meja dan kursi periksa
71
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
D.SKENARIO
Seorang pasien laki - laki berumur 32 tahun, datang ke praktek anda dengan keluhan
demam naik turun sejak 5 hari yang lalu .
E.DASAR TEORI
Penyakit infeksi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Hal ini
disebabkan karena penyakit infeksi menjadi penyebab kesakitan dan kematian tertinggi,
terutama di negara-negara tropik seperti Indonesia. Penyakit tropik infeksi dapat
disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, jamur maupun parasit.
Jenis penyakit tropik infeksi antara lain:
Penyakit Infeksi oleh Bakteri: TBC, difteria, pertusis, tetanus neonatorum, demam tifoid,
kusta, pes, antraks.
Penyakit Infeksi oleh Virus : DBD, chikungunya, campak, hepatitis, rabies, HIV-AIDS,
varisela, flu burung, SARS, polio.
Penyakit Infeksi oleh Jamur : histoplasmosis, koksidioidomikosis, kandidiasis
Penyakit Infeksi oleh Parasit: malaria, cacing, filariasis
Beberapa penyakit tropik infeksi yang telah dikenal sejak lama dan masih tetap menjadi
masalah seperti malaria dan demam berdarah, akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan
peningkatan angka kesakitan maupun kematian. Di sisi lain, berbagai penyakit yang secara
klinis hanya menunjukkan gejala ringan dan dianggap tidak mengancam jiwa (non life
threatening) seperti malaria tanpa penyulit, toksoplasmosis dan infeksi cacing, sering kali
tidak terdiagnosis, bahkan terlepas dari perhatian kita sehingga tidak tertangani dengan
baik. Untuk menghindari hal ini, selain dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium
sebagai penunjang diagnosis maka kita perlu melakukan anamnesis yang baik. Sebab
anamnesis yang baik seringkali sudah dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis
penyakit tertentu.
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan dokter kepada pasien. Anamnesis dapat
langsung dilakukan terhadap pasien sendiri (autoanamnesis) tetapi dapat juga dilakukan
dengan menanyai keluarga atau yang menemani pasien misal pada anak –anak atau bila
pasien dalam keadaan gawat (allo-anamnesis). Dalam melakukan anamnesis diperlukan
teknik komunikasi dengan rasa empati yang tinggi dan teknik komunikasi ini terdiri atas
komunikasi verbal dan nonverbal yang harus diperhatikan. Pada saat anamnesis,
72
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
tanyakanlah hal-hal yang logis mengenai penyakit pasien, dengarkan dengan baik apa
yang dikatakan pasien serta jangan memotong pembicaraan pasien bila tidak perlu. Selain
melakukan komunikasi verbal, maka selama anamnesis juga harus diperhatikan tingkah
laku non verbal yang secara tidak sadar ditunjukkan oleh pasien, misalnya gelisah, cemas,
kesakitan, dan lain sebagainya. Anamnesis yang baik akan berhasil bila kita membangun
hubungan yang baik dengan pasien, sehingga pasien merasa aman dan nyaman untuk
menceritakan masalah penyakitnya dengan dokter.
Diagnosis dan penatalaksanaan penderita penyakit tropik infeksi dalam praktek sehari-hari
masih sering berdasarkan gejala klinis terutama febris atau demam. Demam pada
umumnya diartikan sebagai suhu tubuh di atas 37,20C. Berikut akan kita bahas beberapa
tipe demam yang akan kita jumpai sehingga dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis:
a. Demam septik : pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi
hari, sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten : pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demam septik. Demam remiten ditemukan pada demam tifoid fase awal dan berbagai
penyakit virus.
c. Demam intermiten : pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua
serangan demam disebut kuartana. Misal: malaria vivax, malaria ovale, malaria
malariae
d. Demam kontinyu : pada tipe demam kontinyu, variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Variasi diurnal yang terjadi antara 0,55-0,82oC. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. Contoh demam
kontinyu meliputi demam tifoid, malaria falciparum, dan sebagainya.
e. Demam siklik : pada tipe demam siklik, terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa
hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
73
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu,
tetapi kadang-kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang
jelas. Bila demam disertai keadaan seperti sakit otot, rasa lemas, tak nafsu makan dan
mungkin ada pilek, batuk dan tenggorok sakit, biasanya digolongkan sebagai influenza atau
common cold. Dalam praktek, 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influenza atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
terhadap suatu infeksi bakterial.
Beberapa hal yang secara khusus perlu diperhatikan pada demam adalah:
C. Cara timbul demam
D. Lama demam
E. Sifat harian demam
F. Tinggi demam
G. Keluhan dan gejala lain yang menyertai demam
Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit virus.
F.PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat penyakit dalam keluarga, dan riwayat
pribadi.
74
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
1. Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Kesalahan
identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika, maupun hukum.
Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang
benar pasien yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi,
dan lain sebagainya. Identitas meliputi: nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, dan agama. Alamat pasien
harus ditanyakan secara jelas dan lengkap sebab selain untuk keperluan data pasien,
juga untuk mengetahui apakah pasien berasal dari daerah endemik suatu penyakit.
Riwayat pekerjaan juga penting ditanyakan untuk menganalisis resiko penyakit dari
lingkungan kerja pasien. Misalnya orang-orang yang bekerja di sawah, pertanian,
perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan, atau orang
– orang yang mengadakan perkemahan di hutan, serta dokter hewan memiliki resiko
tinggi untuk tertular penyakit leptospirosis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang membawanya
pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat dibutuhkan dalam mengumpulan
informasi masalah. Bahkan untuk pasien yang datang hanya untuk sekedar
pemeriksaan rutin. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator
waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Misalnya : buang air besar encer
seperti cucian beras sejak 1 hari yang lalu.
Seringkali keluhan utama bukan merupakan kalimat yang pertama kali diucapkan oleh
pasien, sehingga dokter harus pandai-pandai menentukan yang mana keluhan utama
pasien dari sekian banyak cerita yang disampaikan oleh pasien. Hal lain yang juga
harus diperhatikan adalah pasien mengeluhkan hal-hal yang sebenarnya bukan
masalah pokok atau keluhan utamanya, misalnya mengeluh lemas dan tidak nafsu
makan sejak beberapa hari lalu, tetapi sesungguhnya ia mengalami demam yang tidak
diceritakan segera pada waktu ditanyakan dokter.
Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai pasien
datang berobat. Pasien diminta menceritakan gejala-gejala yang muncul dengan kata-
75
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
katanya sendiri. Informasi tambahan tentang keluhan pasien dapat diperoleh dengan
mengajukan pertanyaan yang spesifik. Riwayat perjalanan penyakit disusun dalam
bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang diceritakan pasien, tidak boleh
menggunakan bahasa kedokteran, apalagi melakukan interpretasi dari apa yang
dikatakan oleh pasien. Dalam mewawancarai pasien gunakanlah kalimat terbuka (kata
tanya apa, mengapa, bagaimana, bilamana), bukan kalimat tertutup/ kata tanya yang
mendesak sehingga pasien hanya dapat ya dan tidak, kecuali bila akan memperjelas
sesuatu yang kurang jelas.
76
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial , atau penyakit infeksi.
Pada penyakit kongenital perlu ditanya juga riwayat kehamilan dan kelahiran.
7. Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Perlu
juga ditanyakan apakah pasien mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
seperti masalah keuangan, pekerjaan dan sebagainya. Kebiasaan pasien yang juga
harus ditanyakan adalah riwayat merokok, minuman alkohol, dan penyalahgunaan
obat-obat terlarang ( Narkoba)
Pasien- pasien yang sering melakukan perjalan juga harus ditanyakan tujuan
perjalanan yang telah dilakukan untuk mencari kemungkinan tertular penyakit infeksi
tertentu di tempat tujuan perjalanannya. Bila ada indikasi, riwayat perkawinan dan
kebiasaan seksualnya harus ditanyakan. Anamnesis juga mengenai lingkungan tempat
tinggal pasien, termasuk keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air minum, ventilasi,
jamban, tempat pembuangan sampah dan sebagainya.
Pada penularan penyakit infeksi, faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat
penting. Berbagai penyakit infeksi ditularkan lewat sekret nasofaringeal, ekskret urine
dan feses, lewat kontak, lewat binatang vektor, atau bahkan lewat partikel udara.
Misalnya : pada penyakit demam tifoid, Salmonella typhi ditransmisikan lewat saluran
gastrointestinal, terutama oleh makanan atau air terkontaminasi yang kemudian masuk
ke saluran cerna. Maka, mungkin saja penderita tertular penyakit lewat teman/ keluarga
satu rumah yang menderita keluhan yang sama. Lingkungan rumah penderita yang
banyak tikusnya, hal ini dapat menjadi suatu dugaan keterkaitan dengan penyakit
78
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Anamnesis mengenai kebiasaan makan dan minum seharti-hari pasien juga penting
ditanyakan. Misalnya, pasien yang memiliki kebiasaan memakan ikan mentah, tidak
memasak air yang akan diminum, atau memakan tumbuhan yang tidak dimasak,
memiliki resiko tinggi terinfeksi cacing hati, dan sebagainya.
G.DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM. Yogyakarta
Soedarmo, Sumarmo S.P, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. IDAI:
Jakarta
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I dan Jilid III. Ilmu
Penyakit Dalam FKUI: Jakarta
Widoyo. 2005. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta
79
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
80
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
81
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
B. LEVEL KOMPETENSI
No Jenis Kompetensi Level Kompetensi
1 Injeksi iv, im, sc 1 2 3 4
2 Vena Puncture 1 2 3 4
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat melakukan prosedur injeksi iv, im, sc dan pengambilan darah vena (Vena
Puncture)
E. SKENARIO
Tn. Andi, 55 tahun, datang ke Poliklinik Unila dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu.
Keluhan lain yang dirasakan adalah muntah dan badan terasa sangat lemas. Kemudian dokter
mengambil sampel darah Tn. Andi untuk melihat gambaran laboratorium darah serta
merencanakan memberikan vitamin melalui penyuntikan untuk Tn. Andi.
82
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
F. DASAR TEORI
INJEKSI INTRAVENA
Penyuntikkan secara intravena diberikan menggunakan teknik ( sama dengan
punksi vena) sebagai berikut : Sebuah tourniket dipasang di sekeliling lengan atas dan
sebuah vena yang jelas dipilih pada fossa antecubiti. Pada saat jarum dengan spuit
yang mengandung obat yang akan disuntikkan sudah dimasukkan ke dalam vena dan
darah terhisap masuk ke dalam spuit, tourniket dilepaskan dan obat dimasukkan.
Pemberian obat dalam volume besar, seperti yang dibutuhkan dalam kemoterapi,
dipermudah dengan memasang sebuah “wing needle” dapat difiksasi secara temporer
dengan menggunakan plester. Obat-obat yang perlu diberikan dalam jangka waktu
lama paling baik diberikan melalui set infus intravena setelah pemasangan sebuah
kanula intravena.
Setelah obat disuntikkan melalui “wing needle “, spuit dan jarum harus
dibuang dan penyuntikkan selanjutnya diberikan dengan mempergunakan sebuah
jarum dan spuit yang baru. Tindakan ini akan mencegah tahap memasukkan kembali
jarum yang lama untuk pemakaian lebih lanjut – suatu tindakan yang akan meletakkan
seorang dokter pada risiko mendapatkan luka inokulasi dari batang jarum.
83
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Posisi
Penderita harus berbaring terlentang dengan lengan yang akan dipunksi diletakkan
dengan baik disisi badan. Untuk punksi vena femoralis , lipatan paha harus terlihat
dengan melakukan ekstensi tungkai dan sedikit abduksi.
Peralatan
(1) Sebuah spuit 21 G
(2) Sebuah spuit (ukuran bergantung pada jumlah obat yang dibutuhkan)
(3) Botol sampel
(4) Tourniket atau manset tekanan darah
Hal-hal penting
Jangan biarkan penderita melakukan fleksi lengan bawah setelah jarum ditarik karena
seringkali akan timbul hematom akibat tindakan tersebut. Risiko terluka akibat batang
jarum dikurangi bila jarum yang telah digunakan dibuang segera tanpa dimasukkan
kembali ke dalam sarungnya.
Komplikasi
(1) Trauma struktur setempat
(2) Pembentukan hematom
(3) Trombosis
PENYUNTIKKAN INTRAMUSKULAR
Teknik ini biasanya digunakan untuk pemberian analgesia dan antibiotik secara
intermitten maupun beberapa vaksin. Gunakan jarum berukuran 21G untuk
penyuntikan secara intramuskular ke dalam bokong atau paha dan gunakan jarum
berukuran 23G untuk penyuntikkan intradeltoid.
Daerah yang aman buat garis imajiner dari spina iliaka posterior superior ke femoral
head,
Daerah di atas garis ini daerah yang aman (kuadran atas luar bokong)
Pegang spuit 3 cc (jarum ukuran 23) dengan tangan dominan. Spuit yang telah berisi
obat-obatan pastikan tidak ada gelembung udara.
Kemudian kulit yang akan disuntik dengan ibu jari dan telunjuk dilebarkan, suntikkan
dengan sudut 90 derajat antara jarum dan kulit sedalam kira-kira 2,5 cm
Aspirasi spuit untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak ada
darah yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut
Setelah menyuntik, pijat dengan kapas alkohol
85
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
PENYUNTIKKAN SUBKUTAN
86
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Gambar. 5.
Penyuntikkan subkutan (deltoid)
87
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses
mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau
nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy
sering dikaitkan dengan venipuncture.
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median
cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan
kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena
chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica
harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf
median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat
dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat
hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
88
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
pengambilan darah vena adalah :
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih
lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat
suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung
silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari
89
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Selain itu pula
berbagai ukuran syring disesuaikan dengan volume yang dapat diisi 1 cc, 3 cc, 5 cc dan 10 cc.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
G. PROSEDUR
INJEKSI INTRAVENA
90
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
INJEKSI INTRAMUSKULAR
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Gunakan sarung tangan
3. Sterilkan daerah gluteus yang akan diinjeksi
4. Daerah yang aman sebagai lokasi injeksi dicari dengan membuat garis imajiner dari spina
iliaka posterior superior, tuber ischiadicum, dan tuberositas mayus. Daerah 1/3 di atas garis
ini daerah yang aman (kuadran atas luar bokong)
5. Pegang spuit 3 cc (jarum ukuran 23) dengan tangan dominan. Spuit yang telah berisi obat
pastikan tidak ada gelembung udara
6. Kulit yang akan disuntik dilebarkan dengan ibu jari dan telunjuk, suntikkan dengan sudut 90
derajat antara jarum dan kulit sedalam kira-kira 2,5 cm
7. Aspirasi spuit untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak ada darah
yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut setelah menyuntik, tekan dengan kapas alcohol
8. Lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat yang telah disediakan
INJEKSI SUBKUTAN
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Gunakan sarung tangan
3. Cari daerah yang bebas scarring dan bebas infeksi. Biasanya dipilih daerah lengan, paha
depan, dan perut bawah
4. Pegang spuit 3 cc (jarum 27) dengan tangan dominan,pastikan spuit yang telah berisi obat
tidak ada gelembung udara
5. Sterilisasi dengan kapas alkohol, kemudian kulit yang akan disuntik dengan ibu jari dan
telunjuk dicubit, sehingga jaringan subkutan bebas dari otot.
6. Suntikkan dengan sudut 45 derajat antara jarum, kemudian cubitan dilepaskan
7. Aspirasi spuit untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak ada darah
yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut
8. Setelah menyuntik, tekan dengan kapas alcohol
91
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
9. Lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat yang telah disediakan
Komplikasi :
Cedera pada arteri dan syaraf
Abses (steril dan infeksi). Lakukan teknik yang baik dan rotasi tempat injeksi
Perdarahan Dapat dikontrol dengan menekan daerah perdarahan.
VENA PUNCTURE
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai
dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan
jarum terpasang dengan erat.
2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum
obat tertentu, tidak puasa dsb.
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
6. Minta pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding
tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk
ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan
sekali tusuk kena.
11. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang
diperlukan untuk pemeriksaan.
12. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa
saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
92
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
H. EVALUASI
Umpan
No Item Penilaian
Balik
Interpersonal
1 Senyum, salam, sapa dan membina sambung rasa
2 Melakukan informed consent
Item Prosedural
3 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum/ needle, manekin
lengan-kulit-otot, syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah
ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih
ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat
4 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan
pasien senyaman mungkin
5 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
6 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat
bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
7 Cuci tangan WHO dan pakai sarung tangan steril
INJEKSI INTRAVENA
8 Pasang torniket hingga vena terlihat
9 Sterilisasi dengan kapas alkohol 70% daerah yang akan dilakukan
injeksi
10 Pastikan spuit yang telah berisi obat tidak ada gelembung udara
11 Pegang spuit dengan tangan dominan, arah jarum searah dengan
posisi vena, posisi ujung jarum tajam di bawah
12 Suntikan dengan posisi sudut antara jarum dan kulit 10-20 derajat
13 Lepaskan torniket perlahan kemudian suntikan obat
14 Setelah menyuntik tekan dengan kapas alkohol
15 Lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat
yang telah disediakan
INJEKSI INTRAMUSKULAR
16 Sterilkan daerah gluteus yang akan diinjeksi
17 Cari daerah aman untuk injeksi
18 Pastikan spuit yang telah berisi obat tidak ada gelembung udara
93
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
94
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
95
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
A. TEMA:
Pembuatan sediaan apus darah tepi dan darah tebal untuk mengidentifikasi malaria
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu melakukan pembuatan sediaan apus darah tepi dan darah tebal
Mampu mengidentifikasi spesies-spesies Plasmodium sp
Alat:
1. Kaca obyek
2. Kaca penghapus
3. Rak mewarnai
4. Pipet
5. Gelas ukur/tabung reaksi
6. Mikroskop ( lensa okuler 10 X, lensa obyektif 40 X )
7. Preparat awetan dari stadium-stadium Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum
dan Plasmodium malariae
8. Lain-lain; buku gambar, alat tulis dan pensil warna.
D. SKENARIO
Anda seorang dokter PTT puskesmas rawat inap di pedalaman Papua. Saat sedang
bertugas, anda kedatangan pasien yang diantar oleh keluarganya dalam keadaan koma. Dari
anamnesis didapatkan riwayat demam intermitten sejak 5 hari yang disertai dengan menggigil
kemudian berkeringat.
Dari pemeriksaan didapatkan Keadaan Umum tampak sakit berat, GCS : E 1V1M1. Vital
sign TD = 120/80 mmHg, N=112x/menit, RR=24x/menit, Temp = 38,4oC. Pemeriksaan fisik
didapatkan konjugtiva anemis, serta hepato-splenomegali. Setelah stabilisasi, anda memutuskan
untuk melakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk pasien.
Instruksi : Lakukan Pembuatan Apusan Darah Tepi (Tebal dan Tipis untuk pemeriksaan
Malaria)
96
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
E. DASAR TEORI
Siklus Hidup Plasmodium sp
Siklus hidup dapat dibagi dalam 2 fase :
1. Fase ekstrinsik (pembiakan seksual (sporogoni)) dengan hospes definitif nyamuk
Anopheles sp. betina (bertindak sebagai vektor)
o Ketika nyamuk mengisap darah penderita penyakit malaria, semua stadium
perkembangan parasit yang ada di dalam darah akan terisap masuk ke dalam lambung
nyamuk.
o Hanya bentuk gametosit (makrogametosit bakal kelamin betina dan mikrogametosit,
bakal kelamin jantan) yang dapat bertahan dan melanjutkan siklusnya.
o Selanjutnya gametosit menjadi gamet (makro dan mikrogamet).
o Mikrogametosit mengalami pembelahan inti menjadi inti multiple yang matang dengan
exflagellasi (proses dimana dalam 10-12 menit menjadi mikrogamet, keluar dari eritrosit
dan motil)
o Makrogametosit berkembang menjadi makrogamet, dimana intinya bergeser
kepermukaan yang merupakan tempat masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet
pada waktu fertilisasi. Makrogamet yang telah mengalami fertilisasi disebut zygote.
Kurang lebih 20 menit setelah fertilisasi terbentuk semacam pseudopodi dan terjadi
perubahan bentuk menjadi lebih langsing. Bentuk motil ini disebut ookinete yang akan
bergerak dan menembus dinding usus untuk menempel pada permukaan luar dinding
usus tersebut. Ookinete membentuk dinding tipis dan tumbuh menjadi ookista yang
berukuran 50 m. Terjadi pematangan ookista dengan pembelahan inti dan
transformasi sitoplasma membentuk beribu-ribu sporozoit yang berada di dalam ookista.
Ookista matang dalam 4-15 hari (tergantung suhu) setelah nyamuk mengisap gametosit.
o Ookista matang akan pecah, sporozoit (berukuran 10-14 m) berhamburan ke dalam
rongga tubuh nyamuk, diantaranya ada yang sampai ke kelenjar liur nyamuk. Nyamuk
infektif yaitu nyamuk yang sudah siap mengeluarkan sporozoit bersama air liurnya
sampai lebih 105 hari. EE schizogony yang terlambat tidak terjadi pada Plasmodium
falciparum dan juga mungkin pada Plasmodium malariae.
o Invasi pada eritrosit, dimulai dengan masuknya merozoit EE ke dalam eritrosit atau
retikulosit. Dalam eritrosit, merozoit membentuk vakuola, berbentuk cincin, kadang-
kadang ameboid dan berinti tunggal, disebut trofozoit sampai inti mulai membelah.
Makanannya haemoglobin yang tidak akan dimetabolisir sempurna sehingga akan
tersisa globin dan Fe porphirin hematin. Pigmen malaria merupakan ikatan hematin
(ferrihemic acid) dengan protein.
o Trofozoit tumbuh sampai intinya membelah dengan cara mitosis, vakuola berisi,
ameboid motiliti akan terhenti, dan akan berubah menjadi skizon matang.
o Skizon matang ini menjalani skizogoni eritrositer, pecah menjadi merozoit eritrositer.
Eritrosit pecah, merozoit masuk ke dalam aliran darah. Banyak diantaranya hancur oleh
kekebalan hospes, tetapi yang lainnya menginvasi eritrosit dan mulai menjalani siklus
skizogoni eritrositer baru.
o Setelah 2 atau 3 generasi erityrositik, penomena gametositogenik dimulai. Beberapa
merozoit intraseluler tidak membentuk skizon akan tetapi berkembang menjadi bakal
kelamin betina makrogametosit atau bakal kelamin jantan mikrogametosit.
98
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
99
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
100
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Plasmodium falciparum
I. Sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa.
Eritrosit tidak membesar; warnanya sering lebih tua; titik Maurer tampak paling jelas
pada trofozoit yang agak lanjut; besar dan jumlahnya tidak teratur.
Plasmodium malariae
I. Dalam sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa.
Eritrosit tidak membesar, tidak tampak titik-titik dalam eritrosit.
1. Trofozoit muda (bentuk cincin)
Protoplasma merupakan cincin biru, inti merah. Cincin lebih besar daripada
cincin Plasmodium falciparum.
2. Trofozoit tua
Plasma sering tampak melintang pada eritrosit, kecil atau lebar (bentuk pita),
kadang-kadang tampak vakuol; inti memanjang sepanjang pita; pigmen kasar
101
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
mulai tampak. Pada trofozoit yang lebih tua plasma menjadi padat membulat,
sering dengan vakuol. Parasit tampak lebih tua warnanya karena pigmen
banyak dan plasma padat.
3. Skizon
Mengisi seluruh eritrosit. Pada Skizon matang pigmen kasar berkumpul di
tengah dan dikelilingi oleh merozoit yang letaknya teratur menyerupai bunga
serunai.
Jumlah merozoit 6 - 12.
4. Gametosit
a. Makrogametosit
Bentuk lonjong atau bulat; plasma biru; inti kecil, padat pigmen kasar,
tersebar.
b. Mikrogametosit
Bentuk bulat, plasma merah muda; inti besar, pucat, tidak padat, pigmen
kasar, tersebar.
102
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
103
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
F. PROSEDUR
SEDIAAN APUS DARAH TEPI
A. Bahan darah kapiler
1. Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol, biarkan kering. Tusuk
dengan blood Lancet tetesan darah pertama hapus dgn kapas kering tetes
darah diteteskan di atas gelas obyek (1 cm dari ujung kaca)
104
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
2. Letakkan kaca penghapus dengan sudut 30-45 terhadap kaca obyek,di depan tetesan
darah
Gambar 12. Cara meletakkan kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi
Gambar 13. Cara menempelkan kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi
4. Dengan gerakan mantap tarik kaca penghapus kearah depan Hapusan darah (3-4 cm) atau
Panjang = ½ - ⅔ kaca obyek dan apusan tidak boleh sampai tepi kaca obyek
Gambar 14. Cara mendorong kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi
105
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Gambar 15. Cara Pewarnaan Giemsa pada pembuatan Apusan Darah Tepi
106
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Gambar 18. Cara Pewarnaan Giemsa (tanpa fiksasi) pada pembuatan Apusan Darah Tebal
107
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
menit (simulasi)
19 Cuci dengan air kran secara perlahan
20 Keringkan dan periksa sediaan apusan dibawah mikroskop
PROFESIONALISME
21 Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan apusan darah
baik tebal maupun tipis (Clinical Reasoning)
22 Melakukan pemeriksaan dengan percaya diri dan memberi label
pada objek gelas pemeriksaan
23 Melakukan dengan tepat waktu dan minimal error
109
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Tema
Keterampilan menggali anamnesis sistem penglihatan dan THT
Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis system penglihatan dan THT
dengan terarah cepat, dan tepat
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan
dengan permasalahan
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan cross check
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
Prosedur
Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayata penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis
susunan system, anamnesis pribadi.
110
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Identitas:
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, nama orang tua atau istri atau suami atau penanggung jawab,
alamat, pendidikan, pekerjaan , suku bangsa dan agama. Untuk memastikan
bahwa pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud,
selain itu juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain
sebagainya.
Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan, keluhan utama harus meliputi onset waktu.
111
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebiasaan. Kebiasaan pasien yang harus ditanyakan riwayat merokok,
minuman alcohol, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba)
112
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
113
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Diplopia pada dewasa biasanya timbul akibat lesi pada batang otak atau
cerebellum, atau akibat kelemahan atau paralysis dari satu atau lebih otot
ekstraokuler . pada horizontal diplopia terjadi akibat disfungsi nervus cranial
III atau VI, atau vertical diplopia akibat disfungsi nervus cranial III atau IV.
Diplopia pada satu mata, ketika mata lain dipejamkan mengindikasikan
adanya masalah dari kornea atau lensa.
Bayi dapat gagal merespon suara orang tua atau suara di lingkungannya.
Anak yang baru belajar berjalan akan memperlihatkan penundaan dalam
perkembangan berbicara. Beberapa penemuan didapatkan berdasarkan
hasil penelitian
Keluhan nyeri telinga, atau nyeri dalam telinga, meruapak keluhan yang
sering saat kunjungan ke dokter. Tanyakan tentang keluhan lain yang
berhubungan dengan keluhan utamanya seperti demam, sakit
tenggorokan, batuk, dan infeksi saluran nafas atas.
Nyeri mengindikasikan adanya masalah pada telinga luar, atau jika berkaitan
dengan gejala infeksi saluran pernafasan, pada telinga tengah, seperti pada
otitis media. Nyeri telinga juga bisa merupakan reffered pain dari struktur
organ lain seperti mulut, tenggorokan, atau leher.
Cairan yang tidak biasa yang konsistensinya seperti lilin halus, debris yang
berasal dari inflamasi, atau ruam pada liang telinga, atau sekresi yang
melalui membrane tymphani yang perforasi akibat otitis media akut atau
kronik
Tinnitus adalah persepsi suara yang tidak berasal dari stimulus eksternal.
Biasanya suara music atau suara bising. Hal ini dapat berkembang di satu
atau kedua telinga. Tinnitus dapat disertai dengan kehilangan pendengaran
115
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
116
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
nyaman pada tenggorokan, dan juga rasa gatal pada mata, hidung, dan
tenggorokan.
Apakah gejala rhinorrhea atau hidung buntu disertai keluhan lain seperti
nyeri di wajah atau di area sinus, sakit kepala atau demam..?
Apakah keluhan hidung buntu terjadi hanya pada 1 sisi? Jika ya, anda
mungkin berhadapan dengan penyebab lain yang membutuhkan
pemeriksaan fisik yang lebih cermat.
Nyeri pada lidah dapat disebabkan karena adanya lesi local atau
penyakit sistemik
Suara serak , sering disekripsikan seperti suara yang parau atau kasar.
Suara serak biasanya dikarenakan oleh masalah yang berasal dari
larink, tetapi dapat juga berasal dari ekstra laring seperti lesi yang
mendesak nervus laring. Tanyakan pengguanan suara yang berlebihab,
alergi, rokok, atau inhalasi iritan lain, dan keluhan-keluhan yang
menyertai . apakah keluhan terjadi tiba-tiba atau sudah berlangsung
lama? Apakah suara serak sudah berlangsung selama lebih dari 2
118
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Daftar pustaka
119
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
121
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
dr. Rizki H, Sp.PA, dr. Efriyan I, M.Sc., dr. Merry IS, MMedEd, dr. Dian Isti A, MPH
A. TEMA
Keterampilan pemeriksaan fisik mata.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu melakukan pemeriksaan optalmologi: fungsi mata (tajam penglihatan,
penglihatan warna dan lapang pandang), pergerakan mata, segmen anterior mata,
tekanan intra okular dan funduskopi dengan baik dan benar
Mampu memilih alat untuk pemeriksaan
Mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan optalmologi
Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan
D. SKENARIO
Kakek Yang Sakit
Santi sedang menemani kakek yang sedang memeriksakan matanya ke dokter. Kakek
sering merasa matanya kabur dan nyeri. Kini ia sering melihat bayangan tirai bila melihat.
Sebagai seorang dokter anda akan melakukan pemeriksaan optalmologi
E. DASAR TEORI
1. Anatomi Mata
Mata terletak di dalam tulang orbita yang berbentuk seperti piramida bersisi empat. Pada
apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan tempat lewatnya saraf optik ke otak.
Fisura orbitalis superior dan inferior merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf
122
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Mata dilindungi oleh kelopak mata yang terdiri dari lapisan kulit, otot - otot orbikularis,
lapisan kolagen, epitel dan konjungtiva. Otot levator palpebra disarafi oleh N III dan
kerusakannya menyebabkan terjadi ptosis.
Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opaque di posterior
(sklera). Sambungan antar keduanya disebut limbus. Otot –otot ekstra okular
melekat pada sklera, sementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui
lempeng kribriformis.
123
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Koroid yang kaya pembuluh darah melapisi segmen posterior mata dan memberi
nutrisi pada retina.
Korpus siliaris mengandung otot siliaris yang kontraksinya mengubah bentuk lensa.
Epitel siliaris mensekresi akueous humor dan mempertahankan tekanan okular.
Korpus siliaris merupakan tempat perlekatan iris.
Lensa terletak di belakang iris dan didukung oleh zonula yang terbentang antara
lensa dan korpus siliaris.
Sudut yang dibentuk iris dan kornea dilapisi jaringan trabekula. Pada sclera, kanal
Schlemm mengalirkan akueous humor dari bilik mata anterior ke sistem vena. Antara
kornea dan lensa serta iris terdapat bilik mata anterior. Diantara iris, lensa, dan
korpus siliar terdapat bilik mata posterior yang keduanya berisi akueous humor.
Antara lensa dan retina terdapat korpus vitreus.
Pada permukaan eksterna mata ditutupi film air mata yang terdiri dari lapisan musin,
lapisan akueous dan lapisan minyak.
2. Fungsi Mata
a.Tajam Penglihatan
- 6 minggu : Mulai melakukan fiksasi; Gerakan mata tidak teratur ke arah sinar
124
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
- 4-6 bulan : Koordinasi penglihatan dengan gerakan mata; Dapat melihat dan mengambil
objek
Secara klinis, derajat ketajaman anak-anak mencapai nilai yang mendekati 6/6 saat
mencapai usia 5 tahun. Hal ini dikarenakan pemeriksaan visus pada anak-anak secara
subjektif maupun objektif tidak dapat menghasilkan data yang valid.
Pemeriksaan tajam penglihatan pada bayi dengan menilai apakah penglihatannya akan
berkembang normal adalah dengan melihat refleks fiksasi. Bayi normal akan dapat
berfiksasi pada usia 6 minggu, sedang mempunyai kemampuan untuk dapat mengikuti
sinar pada usia 2 bulan. Refleks pupil sudah mulai terbentuk sehingga dengan cara ini
dapat diketahui keadaan fungsi penglihatan bayi pada masa perkembangannya. Pada
anak yang lebih besar dapat dipakai benda-benda yang lebih besar dan berwarna untuk
digunakan dalam pengujian penglihatannya
Tes tajam penglihatan (visual acuity) pada anak yang lebih besar dan dewasa dapat
dilakukan dengan menggunakan kartu snellen yang terdiri dari baris-baris huruf yang
ukurannya semakin kecil, E chart atau cincin landolt. Tiap baris diberi nomor dengan
jarak dalam meter. Tajam penglihatan dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter atau 20
kaki) dari huruf terkecil yang dilihat. Jika jarak baca ini 6 meter, maka tajam penglihatan
6/6 atau 20/20; jika jarak baca ini 60 meter, maka tajam penglihatan 6/60. Nilai normal
adalah 6/6, berbeda bila terjadi kelaianan refraksi (miopi, hipermetropi, presbiopi). Bila
terdapat kesalahan (false) dalam membaca snellen chart maka dikoreksi dengan
kacamata pinhole atau dengan koreksi kacamata refraksi.
125
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Apabila pasien tidak dapat membaca huruf pada snellen chart maka pasien diminta untuk
menghitung jari pemeriksa (counting fingers) dengan jarak 1-5 meter. Bila pasien bisa
menghitung jari pemeriksan pada jarak 5 m maka tajam penglihatan/ visusnya adalah
5/60. Bila pasien bisa menghitung jari pemeriksan pada jarak 4 m maka tajam
penglihatan/ visusnya adalah 4/60, dan seterusnya sampai jarak 1 meter (visus 1/60).
Apabila pasien tidak dapat menghitung jari pemeriksa, maka dilakukan tes lambaian
tangan/ hand moving. Bila pasien bisa menyebutkan arah lambaian tangan pemeriksa
dengan benar, maka tajam penglihatan pasien adalah 1/300. Apabila pasien tidak dapat
melihat lambaian tangan pemeriksa maka dilakukan tes sinar, dan diinterpretasikan
sebagai 1/~ PSB (persepsi sinar baik; bila pasien dapat menyebutkan arah sinar dengan
baik) atau 1/~ PSS (persepsi sinar salah; bila pasien SALAH menyebutkan arah sinar).
Apabila pasien sama sekali tidak dapat melihat sinar maka tajam penglihatannya adalah
0 (nol).
SNELLEN CHART
126
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
SNELLEN CHART
Buta warna atau colour blind adalah kelainan pada retina mata seseorang. Yaitu kondisi
dimana sel kerucut retina tidak peka terhadap cahaya yang berwarna. Penderita buta
warna dibedakan menjadi 2, yaitu buta warna partial, dimana penderita tidak dapat
mengenal warna tertentu. Macam buta warna yang satu lagi adalah buta warna total,
dimana penderita tidak dapat membedakan semua jenis warna sehingga dunia hanya
tampak hitam dan putih saja. Buta warna sendiri merupakan penyakit turunan yang
diwariskan oleh gonosom (kromosom seks).
128
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
c. Lapang Pandang
Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual. Untuk mengetahui lapang
pandang dapat dilakukan pemeriksaan konfrontasi dimana objek digerakkan mulai dari
perifer menuju pusat. Dengan tes ini tiap kuadaran diperiksa dan diketahui bila ada defek
sesuai
jalur
visual
yang
terkena.
3. Gerakan Mata
Gerak bola mata yang normal adalah gerak konjugasi dan gerak konvergensi. Gerak
konjugasi adalah gerak kedua bola mata bersama-sama dengan sumbu yang kira-kira
sejajar. Gerak konvergensi adalah gerak kedua bola mata dengan sumbu mata saling
berdekatan dan menyilang di objek fiksasi. Bola mata digerakkan oleh :
M rektus medial disarafi N III
M rektus lateral disarafi N VI
M rectus superior disarafi N III
M rectus inferior disarafi N III
M oblikus superior disarafi N IV
M oblikus inferior disarafi N III
129
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
130
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
a. Penilaian eksternal, dengan inspeksi kelopak mata, inspeksi kelopak mata dengan
eversi kelopak mata atas, inspeksi bulu mata, inspeksi konjuctiva termasuk forniks,
inspeksi sklera, inspeksi orifisium duktus lakrimalis, palpasi limfonodus pre-aurikular.
b. Kornea: inspeksi keadaan kornea: jernih, ada/ tidak ulkus, tes sensitivitas kornea,
inspeksi kornea dengan fluoresensi
c. Pupil
Ukuran pupil (miosis, konstriksi; midriasis, dilatasi) dan responnya terhadap cahaya
dan akomodasi memberikan informasi tentang fungsi jalur aferen (saraf dan traktus
optikus) dan fungsi jalur aferen. Gerakan pupil dikontrol oleh sistem saraf
parasimpatis dan simpatis. Pupil berkonstriksi bila mata terkena cahaya (aktivasi
parasimpatis, relaksasi simpatis) dan berdilatasi dalam gelap (aktivasi simpatis,
relaksasi parasimpatis). Saat berakomodasi mata berkonvergensi dan pupil miosis.
d. Iris, inspeksi bentuk iris
e. Bilik mata depan/ COA/ camera occuli anterior, ada atau tidaknya perdarahan/ hifema,
ada/tidaknya hipopion, dll
f. Lensa mata: inspeksi jernih/ keruh
g. Vitreous
h. Retina
131
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
6. Funduskopi
Suatu bentuk pemeriksaan untuk melihat keadaan retina dan n.opticus sampai ke area
sangat perifer dengan menggunakan oftalmoskop. Oftalmoskopi ada 2 : direk dan indirek.
Oftalmoskopi direk memberikan bayangan reflek fundus dan pandangan yang diperbesar
dari papil saraf optik, makula, pembuluh darah retina dan retina hingga ekuator.
Cara melakukan pemeriksaan adalah bila mata kanan yang akan diperiksa maka
pemeriksa berada disebelah kanan pasien, oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan
dan mata pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa dan berlaku juga sebaliknya.
132
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
F. PROSEDUR
benar pada jarak 5 m maka tajam penglihatnnya adalah 5/60, apabila pasien
bisa menghitung jari pemeriksa dengan benar pada jarak 4 m maka tajam
penglihatnnya adalah 4/60, begitu seterusnya sampai jarak 1 m (visus=1/60)
Apabila pasien tidak dapat menghitung jari, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan lambaian tangan/ hand moving.
Pemeriksaan lambaian tangan: pemeriksa melambaikan tangan dari kiri-
kanan, kanan-kiri, atas-bawah, bawah-atas dsb, dan kemudian pasien
diminta menyebutkan arah lambaian tangan dengan benar. Apabila pasien
dapat menjawab dengan benar maka visusnya adalah 1/300.
Apabila pasien tidak dapat menyebutkan pemeriksaan lambaian tangan,
maka dilakukan pemeriksaan sinar menggunakan penlight; visusnya adalah
1/~ PSB (persepsi sinar baik; bila dapat menyebutkan arah datangnya sinar
dengan BENAR) atau 1/~PSS (persepsi sinar salah; bila SALAH
menyebutkan arah datangnya sinar)
Apabila pasien tidak dapat melihat sinar, maka visusnya adalah 0 (nol).
Interpretasi visus adalah : VOD =..... dan VOS=.....
135
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
136
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
6. Kornea:
a. inspeksi keadaan kornea: jernih, ada ulkus, jaringan parut, erosi, edema dll
b. inspeksi kornea dengan fluoresen; biasanya untuk memastikan defek pada
kornea misalnya ulkus, erosi kornea dll (akan dilakukan lebih dalam di
kepaniteraan klinik)
- Mata pasien yang diperiksa ditetesi dengan anestesi mata lokal
- Pemeriksa meneteskan pewarna fluoresin ke mata pasien yang
diperiksa kemudian melakukan irigasi dengan aquadest atau
cairan normal
- Memeriksa mata yang telah diwarnai fluoresin dengan bantuan
slitlamp atau penlight hijau menggambarkan adanya defek
pada kornea, deskripsikan bentuk dan ukurannya keratitis
numularis, ulkus kornea, dll
c. tes sensitivitas kornea,
- Responden duduk didepan pemeriksa,
- Mata yang akan diperiksa difiksasi dengan cara disuruh melihat kearah
nasal.
- Kapas pilin disentuhkan pada kornea dari temporal.
- Bila terjadi refleks kedip dicatat sebagai sensibilitas kornea positif (+),
sedangkan bila tidak terjadi refleks kedip maka dicatat sensibilitas kornea
negative (-)
- Penurunan atau hilangnya sensitivitas kornea misalnya pada penyakit
kusta
137
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
7. Pupil
a. Inspeksi pupil, bentuk bulat, ukuran normal Θ 3-5 mm (< 2 mm = mengecil/ miosis
dan > 5 mm = midriasis), isokor kedua mata atau anisokor
b. Reflek Pupil
bisa dengan cara direk atau indirek
Pasien duduk kemudian diminta untuk fokus melihat mata pemeriksa.
Kemudian senter mata kanan pasien, lihat adanya reaksi pada pupil dan
ukuran pupil (direk).
Normal pupil akan mengecil disebut reflek cahaya langsung.
Kemudian lihat pupil mata kiri pasien, lihat reaksi yang terjadi. Normal pupil
juga akan mengecil yang disebut dengan reflek konsensuil (indirek).
Suruh pasien melihat jari pemeriksa yang berjarak 10 cm dari mata yang
diperiksa.
Gerakkan jari pemeriksa mendekati mata kanan pasien. Normal pupil akan
mengecil yang disebut akomodasi.
Lakukan untuk mata yang satunya.
138
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
139
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Nilai angka pada skala kemudian diterjemahkan menjadi nilai tekanan bola
mata dalam satuan mmHg berdasarkan besar beban yang digunakan.
12. Funduskopi
Disarankan dilakukan pada ruangan gelap
Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan dan harus merasa nyaman.
Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan pada satu objek jauh.
Lihat pengaturan oftalmoskop ( cahaya dan kekuatan).
Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien, pegang oftalmoskop dengan
tangan kanan untuk memeriksa mata kanan pasien.
140
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
G. DAFTAR PUSTAKA
Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
Afzal Mir: Atlas of clinical diagnosis. Ed 2. Elshevier science limited. 2003
Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007
Pemeriksaan fisik mata
H. CEKLIS LATIHAN PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
No Aspek Umpan
Balik
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa
Salam, Perkenalan diri.
2 Mempersilahkan pasien untuk duduk
3 Inform consent dan meminta persetujuan tindakan
CONTENT
Menilai Tajam Penglihatan
4 Persilahkan pasien duduk menghadap snellen chart dengan jarak 6 meter.
5 Tunjuk huruf/ angka mulai dari yang paling besar sampai terkecil yang bisa
disebutkan pasien
6 Suruh pasien menyebutkan huruf/ angka yang ditunjuk pemeriksa.
141
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
7 Catat dan simpulkan tajam penglihatan pasien. Visus normal 6/6. Bila tidak
maka 6/60 maka lakukan tes hitung jari, lambaian tangan, dan sinar.
Pemeriksaan Penglihatan Warna
8 Minta pasien duduk berhadapan dengan buku tes ishihara di depan
9 Meminta pasien menyebutkan angka, bentuk, pola dll yang ada dalam buku
10 Catat dan simpulkan hasil: NORMAL, buta warna parsial, buta warna total
Pemeriksaan Lapang Pandang Metode Konfrontasi Donders
11 Pinta pasien untuk duduk berhadapan
12 Suruh pasien untuk menutup mata kanan dengan tangan kanan. Pemeriksa
menutup mata pada sisi yang sama (mata kiri dengan tangan kiri).
13 Suruh pasien memfiksasi matanya (fokus melihat ke mata pemeriksa)
14 Gerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dan
pasien. Gerakan dari luar ke dalam dan.
15 Gerakan dari semua arah
16 Pinta pasien untuk memberikan tanda bila ia mulai melihat jari pemeriksa.
Hasilnya adalah dengan membandingkan antara pemeriksa yang dianggap
normal dan orang yang diperiksa.
17 Nilai apakah ada defek pada lapang pandang pasien.
18 Lakukan untuk mata yang satunya.
Pemeriksaan Gerakan Mata
19 Suruh pasien melihat lurus ke depan. Perhatikan adanya arah yang
abnormal pada salah satu mata
20 Kemudian suruh mata pasien untuk mengikuti gerakan jari pemeriksa yang
digerakkan ke arah lateral-medial, lateral-medial atas, lateral-medial bawah,
bergantian jari tangan kanan dan kiri.
21 Tanyakan adanya penglihatan ganda pada pasien.
22 Perhatikan apakah mata pasien mengikuti gerakan tangan pemeriksa dan
perhatikan gerakannya apakah mulus atau kaku
23 Kemudian lakukan tes gerak konvergensi dengan meletakkan jari
pemeriksa/pensil/pena di depan wajah pasien. Pinta pasien fokus menatap
jari pemeriksa/pensil.
24 Perlahan-lahan dekatkan jari/pensil mendekati wajah pasien (di depan
batang hidung). Perhatikan apakah kedua bola mata pasien menyilang
sama baik. Normal mata akan konvergensi menatap objek 5-8 cm di depan
batang hidung.
Penilaian eksternal Mata
25 Inspeksi kelopak mata
26 Inspeksi kelopak mata dengan eversi ke atas
27 Inspeksi bulu mata
28 Inspeksi konjuntiva
142
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
29 Inspeksi sklera
30 Inspeksi orifisium duktus lakrimalis
31 Palpasi limfonosi pre aurikuler (depan tragus)
Penilaian Kornea
32 Inspeksi kornea
33 Tes sensitivitas kornea
Penilaian pupil
34 Inspeksi Pupil
Menilai Reflek Pupil
35 Pinta pasien untuk fokus melihat mata pemeriksa.
36 Dengan menggunakan lampu senter, senter mata kanan pasien, lihat
adanya reaksi pada pupil dan ukuran pupil.
Normal pupil akan mengecil disebut reflek cahaya langsung
37 Kemudian lihat pupil mata kiri pasien, lihat reaksi yang terjadi.
Normal pupil juga akan mengecil yang disebut dengan reflek konsensuil.
38 Suruh pasien melihat jari pemeriksa yang berjarak 10 cm dari mata yang
diperiksa.
39 Gerakkan jari pemeriksa mendekati mata kanan pasien. Normal pupil akan
mengecil yang disebut akomodasi.
40 Lakukan untuk mata yang satunya.
Menilai BMD dan Iris
41 Inspeksi BMD
42 Inspeksi Iris
Menilai lensa Mata
43 Inspeksi lensa mata
Menilai tekanan intra okular
44 Pinta pasien untuk memejamkan mata atau mata melihat ke bawah
45 Gunakan kedua jari telunjuk dan tengah kedua tangan pemeriksa, letakkan
pada kedua bola mata.
46 Tekan bola mata pasien dengan kedua jari secara bergantian
47 Catat dan nilai tekanan intra okular mata pasien.
Tekanan dapat diperkirakan dengan pengalaman dan dinilai dengan N, N-1,
N-2, N+1, N+2
Pemeriksaan Funduskopi dengan Oftalmoskopi direk
48 Buat pasien senyaman mungkin dengan menjelaskan prosedur kerja.
49 Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan pada satu objek jauh.
50 Lihat pengaturan oftalmoskop ( cahaya dan kekuatan).
51 Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien, pegang oftalmoskop dengan
tangan kanan untuk memeriksa mata kanan pasien.
52 Letakkan oftalmoskop pada jarak 30 cm dari mata, perhatikan refleks fundus
143
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
144
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
PEMERIKSAAN RINOOTOLARINGOLOGI
dr.Rizki Hanriko, SpPA, dr. Efriyan Imantika, M.Sc., dr. Merry Indah Sari, MMedEd
A. TEMA
Keterampilan pemeriksaan fisik Rino-oto-laringologi.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mampu melakukan pemeriksaan rino-oto-laringologi
Mampu memilih alat untuk pemeriksaan
Mampu menjelaskan tujuan dan intrepretasi hasil pemeriksaan
Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan
D. SKENARIO
Pagi yang menyebalkan
145
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
E. DASAR TEORI
1. HIDUNG
Hidung terdiri 2 bagian, yaitu:
a. Hidung luar yang meliputi 1/3 bagian berupa tulang yaitu tulang hidung (Os. Nasalis)
dan 2/3 bagian berupa kartilago.
146
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
terdiri dari sepasang sinus maksilaris, ethmoidalis, frontalis dan satu sinus
sphenoidalis.
2. TELINGA
2 bagian yaitu pars tensa dan pars flaccid. Terdiri dari 3 lapisan:kelanjutan dari liang
telinga, lapisan tengah dari jaringan penyambung dan epitel dari membran mukosa
cavum timpani.
148
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
b. Telinga tengah yang berisi udara (cavum timpani) dan terdiri dari tulang-tulang
pendengaran malleus, incus dan stapes (ossicula auditiva). Telinga tengah
berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius yang berfungsi untuk
menjaga tekanan udara antara telinga tengah dengan dunia luar.
c. Telinga dalam yang terdiri dari 1)Labirin osseus yang terdirii dari vestibulum, kanalis
semisirkularis dan koklea dimana terdapat perilimf yang dihubungkan dengan ruang
subarahnoid oleh canalis aquaductus koklearis. 2)Labirin membranus yang terdiri
dari sacculus dan utriculus, terdapat endolimf dan dipisahkan dari labirin osseus oleh
perilimf.
Fungsi telinga yang utama yaitu sebagai organ pendengaran melalui 2 fase: mekanik dan
elektrik. Fase mekanik dimulai dengan ditangkapnya gelombang suara yang akan
menggetarkan gendang telinga dan dikonduksikan ke tulang pendengaran diteruskan ke
vestibulum perilimf. Kemudian skala media yang berisi endolimf juga bergetar yang akan
merangsang sel rambut di organ corti. Fase elektrik mulai dengan getaran sel rambut
sehingga timbul impuls saraf yang akan diteruskan ke pusat pendengaran di otak.
Telinga juga berfungsi sebagai keseimbangan statik dan kinetik tubuh yang diatur oleh
kanal vestibuli yang terdiri dari canalis semisircularis, sacculus dan utriculus.
3. LARINGOSKOPI INDIREK
Pemeriksaan laringoskopi dilakukan pada pasien dengan penyakit yang melibatkan
hipofaring atau laring seringkali mengeluhkan satu atau lebih gejala dibawah ini:suara
serak, batuk, kesulitan menelan (disfagia) dan merasa ada massa, rasa penuh,
pembengkakan atau benda asing.
Laringoskopi indirek, berarti melihat laring secara tidak langsung melalui cermin di dalam
faring. Cermin tersebut disinari dengan cahaya. Keadaan laring pada cermin terlihat dari
bayangan yang dipantulkan dari cermin.
149
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
a. Diperlukan jalan yang lebar untuk cahaya yang dipantulkan oleh cermin dari faring ke
laring sehingga lidah harus dikeluarkan agar pangkal lidah yang menutup jalan itu
bergerak ke ventral
b. Diperlukan tempat yang luas untuk cermin dan tidak boleh ditutup oleh uvula sehingga
penderita diminta bernafas dari mulut agar uvula bergerak keatas dengan sendirinya
dan menutup jalan ke nasofaring
F. PROSEDUR
1. Pemeriksaan hidung
Persilahkan pasien untuk duduk.
Periksa morfologi hidung dengan inspeksi dan palpasi permukaan depan, samping dan
bawah hidung dengan tujuan melihat sebagian dalam hidung.
Pegang spekulum hidung dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah tangan yang
berlawanan dengan hidung yang diperiksa. Jari kelingking untuk menjaga
kenyamanan dengan pasien.
Inspeksi bagian dalam hidung dengan menggunakan spekulum hidung. Tengadahkan
kepala pasien kebelakang dan masukkan spekulum melalui lubang hidung, jangan
terkena septum nasal.
Lakukan pemeriksaan bagian dalam hidung dengan panduan spekulum melalui lubang
hidung depan (nares anterior) sehingga tampak septum nasii, konka inferior dan
media. Observasi mukosa hidung dan septum apakah ada kelainan.
Lakukan palpasi sinus frontalis dengan menekan daerah sinus di bawah kedua alis
dengan menggunakan kedua ibu jari.
Lakukan palpasi sinus maksilaris dengan menekan daerah sinus di bawah prosesus
zigomatikus.
150
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
2.
3. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi daun telinga kanan dan jaringan sekitarnya apakah terlihat
deformitas, benjolan atau lesi kulit.
Pegang daun telinga keatas atau kebawah atau tekan tragus atau tekan perlahan tepat
dibelakang telinga. Perhatikan jika tampak cairan atau ada tidaknya nyeri telinga,
Untuk melihat liang telinga dan gendang telinga gunakan otoskop dengan spekulum
telinga terbesar sehingga gendang telinga dapat terlihat.
Tegakkan kepala pasien, pegang daun telinga dan tarik keatas dan kebawah dengan
lembut menjauhi kepala sehingga liang telinga terlihat jelas.
151
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Pegang otoskop dengan tangan kanan antara ibu jari dan jari telunjuk, jari lainnya
menahan wajah pasien (untuk pemeriksaan yang nyaman dan lege artis pemeriksaan
telinga kanan, maka otoskop dipegang dengan tangan kanan dan sebaliknya).
Masukkan spekulum perlahan ke liang telinga arahkan keatas dan kebawah,
perhatikan adakah cairan, benda asing, pembengkakan atau kemerahan pada
kulitnya.
Perhatikan gendang telinga, lihat warna dan permukaannya, perhatikan refleks cahaya,
bagian Pars tensa dan Pars flaccida.
Lanjutkan pemeriksaan untuk telinga yang sebelah.
4. Laringoskopi Indirek
Persilahkan pasien untuk duduk tegak dan agak membungkuk ke depan dengan posisi
leher sedikit fleksi pada dada dan kepala ekstensi (seperti mendorong dagu ke arah
pemeriksa).
Pinta pasien untuk membuka mulut dan menjulurkan lidahnya.
Pegang lidah pasien dan pertahankan dengan jari-jari tangan kiri (ibu jari di atas lidah,
jari tengah di bawah lidah dan jari telunjuk menekan pipi/ bibir) menggunakan
sepotong kasa dengan tenaga yang optimal.
Punggung cermin laring no.4 dihangatkan di atas lampu alkohol atau menggunakan
cairan anti kabut.
Periksa suhu cermin laring dengan meletakkan punggung cermin pada punggung
tangan pemeriksa sampai panas hilang.
Cermin dipegang dengan tangan kanan seperti memegang pensil dengan arah cermin
ke bawah
Cermin dimasukkan ke dalam faring
152
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Posisikan cermin di depan uvula, menempel pada palatum molle elanjutnya angkat
cermin ke atas secara hati-hati, sehingga tampak hipofaring dan laring. Dengan
mengangkat cermin keatas maka akan terhindar dari menyentuh lidah dan faring
posterior yang akan mengaktifkan reflex muntah
Pemeriksaan tidak boleh tergesa-gesa dan harus sistematis mulai pangkal lidah terus
ke bawah dengan meminta pasien mengucapkan ―eeee‖ sehingga gerakan pita suara
dan tulang rawan aritenoid dapat dinilai.
153
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
G. DAFTAR PUSTAKA
Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
Tony R. bull: color atlas of ENT diagnosis. Ed 4. Thieme. 2003
Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007
Afzal Mir: Atlas of clinical diagnosis. Ed 2. Elshevier science limited. 2003
Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995
155
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
A. TEMA
Keterampilan pemeriksaan fisik fungsi sistem sensoris
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu melakukan pemeriksaan fungsi sistem sensoris
Mampu memilih metode untuk pemeriksaan
Mampu menjelaskan tujuan dan intrepretasi hasil pemeriksaan
Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan
D. SKENARIO
POLINEUROPATI
Seorang laki-laki datang kepada saudara dengan keluhan sekujur tubuh sering gatal-gatal.
Beberapa hari ini kaki dan tangannya terasa kesemutan dan hilang rasa. Dari riwayat penyakit
dahulu didapatkan bahwa pasien sering mengkonsumsi alkohol dan pernah melakukan
pemeriksaan laboratorium gula darah. Anda kemudian melakukan tes fungsi sensori pada pasien
ini.
156
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
E. DASAR TEORI
Untuk mengevaluasi sistem sensoris, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan
sesuai jalur yang terkena, yaitu
1. Tes rasa nyeri dan suhu (traktus spinotalamicus)
2. Tes posisi dan vibrasi ( kolumna posterior)
3. Tes sentuhan halus ( kedua jalur)
4. Sensasi diskriminasi yang melibatkan korteks serebri.
Pada pasien tanpa gejala atau tanda kelainan neurologis, pemeriksaan fungsi sensoris
dapat dilakukan secara cepat pada distal jari tangan dan kaki. Pemeriksa dapat memilih
untuk melakukan tes sentuhan halus, rasa nyeri dan vibrasi. Jika didapatkan hasil yang
normal, maka sisa tes yang lain tidak diperlukan. Akan tetapi jika didapatkan gejala atau
tanda yang menunjukkan adanya kelainan neurologis, pemeriksaan harus dilakukan
semua. Pemeriksaan harus membandingkan masing-masing sisi, distal dan proksimal.
Kelainan neurologis biasanya menimbulkan defisit sensoris yang pertamakali terlihat di
distal dibandingkan proksimal.
Nervus medianus adalah saraf utama yang mempersarafi tangan, karena mempersarafi
permukaan palmar jari-jari tangan yang merupakan bagian tangan yang umumnya
digunakan untuk meraba. Nervus ulnaris dan nervus radialis menyuplai sensasi pada
permukaan tangan seperti terlihat pada gambar di sebelah.
157
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
F. PROSEDUR
1. Persiapan
Persilahkan pasien untuk duduk di bed menghadap pemeriksa yang berada
pada posisi berdiri.
Apa yang akan dilakukan dan apa respon yang harus pasien lakukan.
Selama tes mata pasien dalam posisi tertutup, kecuali saat tertentu kita pinta
membuka mata.
158
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
159
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
4. Tes Vibrasi
Gunakan garpu tala 128 Hz, getarkan dengan memukulkannya ke tumit tangan.
Letakkan garpu tala diatas sendi interfalanx distal jari telunjuk pasien.
Tanyakan apa yang dirasakan pasien. Normal akan merasakan getaran, bila
tidak teruskan tes ke sendi yang lebih proksimal.
Lakukan pada kedua tangan
Kemudian getarkan lagi garpu tala, letakkan di atas sendi interfalanx distal
jempol kaki.
Tanyakan apa yang dirasakan pasien. Normal akan merasakan getaran, bila
tidak teruskan tes ke sendi yang lebih proksimal.
Lakukan pada kedua kaki.
160
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
5. Tes Posisi
Pegang lateral palanx distal jari tengah tangan pasien dengan jempol dan
telunjuk tangan pemeriksa , jempol dan telunjuk tangan lain memegang palanx
intermedia.
Gerakkan palanx distal pasien ke atas dan ke bawah sambil diberitahu kepada
pasien bahwa ini ke atas, ini ke bawah (mata pasien terbuka)
Kemudian suruh pasien memejamkan mata kembali.
Gerakkan palanx distal sambil tanyakan ke pasien kemana palanx tersebut kita
gerakkan. Normal bisa mengetahui kemana gerakan, bila tidak lanjutkan ke
sendi yang lebih proksimal.
Lakukan pada kedua tangan.
Lanjutkan pada jempol kedua kaki.
161
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
b. Identifikasi Nomor
Dalam keadaan mata tertutup, tuliskan dengan ujung pensil yang tumpul
sebuah angka paada telapak tangan pasien
Minta pasien menyebutkan angka yang dituliskan. Normal bisa mengetahui
angka yang dituliskan, abnormal dapat diakibatkan motor impairment, arthritis
dll.
162
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
c. Diskriminasi 2 titik
Gunakan 2 peniti, pegang dengan rapat.
Sentuhkan kedua ujung tajam peniti pada ujung jari jari tengah tangan pasien
pada satu titik lokasi.
Minta pasien menyebutkan apakah yang dirasakan satu atau dua titik sentuhan.
Normal bisa membedakan satu atau dua titik sentuhan. Bila tidak dapat
dirasakan, perlebar jarak kedua titik sentuhan sampai pasien bisa merasakan.
d. Titik Lokasi
Sentuh pasien pada sembarang titik lokasi dengan telunjuk.
Pinta pasien membuka mata dan menunjukkan di mana lokasi yang pemeriksa
barusan sentuh.
Pinta pasien memejamkan mata kembali.
163
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Kemudian sentuh pasien pada dua titik lokasi berbeda dan berlawanan secara
bersamaan. Misalnya pada pipi kiri dan lengan kanan.
Tanyakan kepada pasien di mana letak titik lokasi sentuhan.Orang normal
dapat mengetahui posisi sentuhan. Kelainan yang disebut extiction
phenomenon, tidak dapat membedakan sisi mana yang disentuh( misal, tidak
mengetahui pipi kiri dan lengan kanan tapi pipi dan lengan kanan atau pipi dan
lengan kiri). Kelainan ini disebabkan gangguan pada lobus temporal.
G. DAFTAR PUSTAKA
Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007
Afzal Mir: Atlas of clinical diagnosis. Ed 2. Elshevier science limited. 2003
Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995
164
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
H. CEKLIS LATIHAN
No Aspek Umpan
Balik
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa
Salam dan perkenalan diri.
Sikap terbuka dan ramah.
Kontak mata sewajarnya.
2 Persilahkan pasien untuk duduk di bed menghadap pemeriksa yang berada
pada posisi berdiri.
3 Jelaskan apa yang akan dilakukan dan apa respon yang harus pasien
lakukan.
Selama tes mata pasien dalam posisi tertutup, kecuali saat tertentu kita pinta
membuka mata.
CONTENT
Tes Sentuhan Halus
4 Siapkan kapas kemudian sentuhkan secara halus kapas ke dorsum satu jari
tangan dari distal ke proksimal.
5 Pinta pasien menyebutkan di mana posisi sensasi yang dirasakan
6 Kemudian sentuhkan secara halus ujung kapas ke permukaan salah satu jari
kaki dari distal ke proksimal.
7 Pinta pasien menyebutkan di mana posisi sensasi yang dirasakan
8 Jika sensasi yang dirasakan normal, lanjutkan ke tes berikutnya.
9 Jika sensasi tidak dirasakan, teruskan menyentuh ke arah proksimal sampai
sensasi dirasakan. Catat sampai dermatom mana sensasi tersebut mulai
dirasakan.
Tes Rasa Nyeri
10 Gunakan benda tajam dan tumpul, kali ini peniti.
Sentuhkan ujung tajam dan tumpul secara acak pada punggung tangan
secara halus, hindari melukai atau menyakiti pasien.
11 Tanyakan apakah yang disentuhkan tajam atau tumpul. Orang normal bisa
membedakan sensasi tajam-tumpul. Bila tidak dapat membedakan, teruskan
tes ke arah proksimal tangan.
12 Lakukan pada kedua tangan.
165
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
Tes Posisi
21 Pegang lateral palanx distal jari tengah tangan pasien dengan jempol dan
telunjuk tangan pemeriksa , jempol dan telunjuk tangan lain memegang palanx
intermedia.
22 Gerakkan palanx distal pasien ke atas dan ke bawah sambil diberitahu kepada
pasien bahwa ini ke atas, ini ke bawah (mata pasien terbuka)
23 Kemudian suruh pasien memejamkan mata kembali.
24 Gerakkan palanx distal sambil tanyakan ke pasien kemana palanx tersebut
kita gerakkan. Normal bisa mengetahui kemana gerakan, bila tidak lanjutkan
ke sendi yang lebih proksimal.
25 Lakukan pada kedua tangan.
26 Lanjutkan pada jempol kedua kaki.
Tes Sensasi Diskriminasi
Stereognosis
27 Letakkan objek yang sudah dikenal oleh pasien seperti koin 500, peniti, pensil
dan korek kuping.
Taruh salah satu objek ke tangan pasien.
28 Dengan mata terpejam minta pasien merasakan objek, minta dia menyebutkan
objek yang dirasakan.
29 Minta pasien menyebutkan dan menyebutkan bagian spesifik (misal, bagian
angka dan bagian garuda pada koin 500; kepala dan batang korek kuping,
166
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
CSL Semester 3 Edisi Keempat
PROFESSIONALISM
39 Melakukan dengan penuh percaya diri
40 Melakukan dengan kesalahan minimal
167
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016