Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU

DENGAN KISTA OVARIUM


Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan

Dosen Pengampu :
Eti Sutiarti, M.Kep. Sp.Mat

Dosen pembimbing :
Eti Sutiarti, M.Kep. Sp.Mat

Disusun oleh :
P17320320053 Daimatul Falah
P17320320056 Faradilla Hapsari

Tingkat 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2021-2022

Jl. DR. Sumeru No. 116, Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16111,
Indonesia (+62 251 8562593)
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah komunikasi
pada pasien dan klien ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah
membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah komunikasi pada pasien dan klien ini dapat hadir seperti sekarang ini tak
lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama
proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah komunikasi pada pasien dan klien ini
masih ada hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari
bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala
kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian demi perbaikan makalah komunikasi pada pasien dan klien ini ke
depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah komunikasi pada pasien dan klien ini dapat
memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah
semoga dapat menambah ilmu pengetahuan bagi yang membacanya.

Bogor, Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A.Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI................................................................................................................................3
A. Pengertian Kista Ovarium..........................................................................................................3
B. Faktor Resiko Kista Ovarium......................................................................................................3
C. Faktor Pencetus Kista Ovarium..................................................................................................3
D. Etiologi Kista Ovarium...............................................................................................................4
E. Patofisiologi Kista Ovarium........................................................................................................5
F. Pemeriksaan Diagnostik Kista Ovarium.....................................................................................5
G. Manifestasi Klinis Kista Ovarium...............................................................................................6
H. Penatalaksanaan Kista Ovarium................................................................................................6
I. Komplikasi Kista Ovarium...........................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................9
TINJAUAN KASUS...............................................................................................................................9
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................................9
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN.....................................................................................................18
C. RENCANA KEPERAWATAN.......................................................................................................19
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI...............................................................................................27
BAB IV..............................................................................................................................................35
PENUTUP.........................................................................................................................................35
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................35
B. SARAN.....................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kista ovarium merupakan kasus ginekologi (penyakit yang ada pada rahim, vagina
dan ovarium atau sistem reprosuksi wanita) terbanyak dari sekian banyak kanker
ginekologi. kista ovarium merupakan penyakit yang banyak menyebabkan kematian.
Kematian yang tinggi tersebut disebabkan karena kista ovarium ini awalnya bersifat
asimptomatik (penyakit yang penderitanya tidak merasakan gejala awal) dan baru
menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis (penyebaran kanker pada organ
lain), karena sebab itu kebanyakan penderita (60%-70%) mereka melakukan pemeriksaan
setelah stadium akhir. Penderita kanker ovarium sendiri di indonesia sudah mencapai
(32%) dari semua kanker ginekoligi dan menyebabkan setidaknya (55%) kematian dari
semua kanker ginekologi.
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista ovarium berarti kantung berisi
cairan, biasanya berukuran kecil yang berada di indung telur (ovarium). Kista indung telur
dapat terbentuk kapan saja, pada periode masa subur sampai monepouse, juga selama masa
kehamilan. Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda,
terutama pada tumor yang kecil. Tanda dan gejala yang biasanya timbul disebabkan oleh
efek massa yang menekan organ-organ abdomen, aktifitas endrokin, atau akibat dari
komplikasi yang terjadi, misalnya perdarahan, infeksi, dan putaran tangkai tumor. Kista
ovarium adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan wanita masa reproduksi. Dengan
perkataan lain apabila seorang wanita masih terjadi proses ovulasi berarti masih terjadi
produksi telur tiap bulan, maka wanita tersebut masih mungkin menderita kista ovarium.
Insidensi kista ovarium antara 5-15%, sedang berdasarkan statistic, sebanyak 18% wanita
pasca menopause masih dapat ditemukan kista ovarium. Kejadian ini merupakan suatu hal
yang mengejutkan oleh karena kista ovarium biasanya terjadi apabila tidak ditemukan
kehamilan pada setiap siklus yang terjadi, dan apabila folikel ataupun telur tidak hilang
setelah proses ovulasi. Pada wanita pasca menopause jelas tidak terjadi ovulasi, sehingga
tidak akan terjadi kehamilan ataupun hilangnya telur, akan tetapi wanita tersebut tetap
berisiko terjadinya kista ovarium.
Kista ovarium juga merupakan tumor yang bersifat jinak yang biasanya berupa
kantong yang tidak normal (abnormal) yang berisi cairan kental atau setengah cair yang
tumbuh atau ada di ovarium. Pengertian indung telur adalah rongga yang mempunyai
bentuk seperti kantong yang terdapat cairan di dalamnya yang berada pada ovarium. Kista
ovarium tersebut dikatakan sebagai kista fungsional karena proses yang terbentuk setelah
telur dilepaskan pada saat terjadinya ovulasi. Kista fungsional tersebut biasanya setelah 1
sampai tiga bulan akan menyusut atau mengkerut
Peran perawat pada pasien dengan kista ovarium memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien yang difokuskan pada penanganan nyeri, dan pencegahan infeksi. Peran
perawat sebagai educator yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit kista
ovarium cara perawatannya sehingga keluarga mampu merawat pasien di rumah dengan
1
baik. Peran perawat sebagai konselor yaitu memberikan edukasi dan memberikan motivasi
pasien agar tidak cemas dengan penyakitnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dokumentasi


keperawatan, yang mana menjelaskan dan memberikan tentang asuhan
keperawatan pada kasus ibu dengan penyakit kista ovarium. Selain itu, menambah
wawasan tentang pentingnya konsep dasar penyakit kista ovarium yang harus
dipahami dan diketahui sejak dini khususnya oleh para wanita yang sudah
mengalami masa pubertas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsep dasar dari kista ovarium.


b. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan kista ovarium.
c. Melakukan analisis asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium mulai
dari pengkajian, rumusan masalah, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kista Ovarium


Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung
yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau
setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. Kista ovarium biasanya
berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah cair.
Kista berarti kantung yang berisi cairan.
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk
kapan saja. Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung
cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi rongga
perut, sehingga menimbulkan sesak nafas. Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang
menimbulkan benjolan abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal
berupa udara, nanah, dan cairan kental.

B. Faktor Resiko Kista Ovarium


Risiko seorang wanita untuk terkena kista ovarium meningkat bila memiliki kondisi
berikut:
 Masalah hormonal. Kista ovarium lebih sering terjadi pada masa subur dan masalah
hormonal dapat sebabkan kondisi ini.
 Kehamilan. Terkadang, kista yang terbentuk ketika seorang wanita berovulasi akan
tetap berada di ovarium selama kehamilan.
 Endometriosis. Kondisi ini menyebabkan sel-sel endometrium uterus tumbuh di
luar rahim kamu. Beberapa jaringan bisa menempel pada ovarium dan bertumbuh
menjadi kista.
 Infeksi panggul yang parah. Bila infeksi menyebar ke ovarium, hal itu dapat
menyebabkan kista.
 Riwayat kista ovarium. Jika pernah memiliki kista ovarium sebelumnya, pengidap
cenderung akan mengalaminya lagi.

C. Faktor Pencetus Kista Ovarium


Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi,
yaitu:

3
a. Faktor internal
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen
protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang bersifat
karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan memicu
terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker
Kolon Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya
penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian alat
reproduksi lainnya.
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang olahraga maka
kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh
sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi
dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang dialami
oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan mengkonsumsi
alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran
darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang
tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat dan
lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-
sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau
sel-sel darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi
dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista, walaupun
sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik sosial
ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap
manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
5) Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress manusia
banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas,
minum alkohol, dan lain-lain.

4
D. Etiologi Kista Ovarium
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya
penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus,
adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan
daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista,
Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan
zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan
resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik

E. Patofisiologi Kista Ovarium


Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat rangsangan
dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra
dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah
sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang
pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana
FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal
tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon
dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal
jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium,
serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita.

F. Pemeriksaan Diagnostik Kista Ovarium


a. Anamnesis
Anamesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara pasien dan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan
tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien.
b. Pemeriksaan fisik
Pemerisaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan
kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan
keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis.
2) Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang terlihat
tidak normal.
3) Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian tubuh
dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan meneliti
resistensinya.

5
4) Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang terjadi
karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya menggunakan alat bantu
stetoskop
c. Pemeriksaan penunjang/tambahan
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas indikasi tertentu
guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
dalam kasus kista ovarii antara lain :
1) Laparaskopi
Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal dari ovarium atau tidak,
dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau ganas.
2) Ultrasonografi (USG)
Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor melalui abdomen atau vagina, apakah
tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau
solid.
3) Foto rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat cairan yang abnormal atau
tidak seperti gigi dalam tumor.
4) Pemeriksaan darah
Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu protein yang konsentrasinya
sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi
oleh sel jinak sebagai respon terhadap keganasan.
5) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan,
serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-scan dapat
memberikan petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu
dibutuhkan dalam beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam
mengidentifikasi kista ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-scan.

G. Manifestasi Klinis Kista Ovarium


Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium
tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami
gejala ini:
a. Nyeri saat menstruasi.
b. Nyeri di perut bagian bawah.
c. Nyeri saat berhubungan seksual.
d. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
e. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
f. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

H. Penatalaksanaan Kista Ovarium


Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :

6
a. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan nyeri dengan
analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdomen, dan teknik
relaksasi napas dalam.
b. Pemberian obat
Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan kepada pasien
dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin membesar,
lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan
pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi dan laparatomi.
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:
1) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram
tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan
laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga
panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah
dengan garis rambut kemaluan.
2) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan operasi
sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta
kelenjar limfe.
3) Perawatan luka insisi / pasca operasi Beberapa prinsip yang perlu
diimplementasikan antara lain:
a) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
b) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
c) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa pasca
operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk.
d) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus yang sesuai dan
tidak lengket.
e) Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.

I. Komplikasi Kista Ovarium


Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya:
a. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut. Tekanan
terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.
Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang
hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema pada
tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
7
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan
hormon.
c. Akibat komplikasi kista ovarium
1) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan kista membesar,
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi
jika perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista
yang menimbukan nyeri di perut.
2) Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika
dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi
biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak melekat
atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita
usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah,
mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi
pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap
kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
3) Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
4) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau
pukulan pada perut dan lebih sering pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai
hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda
abdomen akut.
5) Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa
kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk
berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik
menjadi penting.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
No. Rekam Medis : 896291

Nama :Ny.Yuni

Jenis Kelamin : Perempuan

Tgl/ Umur : Rangas 31-12-1962

Alamat : Jln. Raya Imam Bonjol, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa


Barat.

Rujukan dari : RS. Citra Medika

Diagnosa : Neoplasma Ovarium Kistik (NOK)

Nama Keluarga :Tn“H”

II. DATA SUBJEKTIF

a. Keluhan Utama

Pasien mengeluh sesak nafas, mual, muntah, lemas, nafsu makan

menurun, merasakan ada benjolan dileher, nyeri perut tembus

belakang sejak ±3 bulan yang lalu, lama-lama membesar dan

memberat ±2 minggu terakhir.

9
b. Riwayat Kesehatan

S :Sign/symptoms (tanda dan gejala)

Pada saat pengkajian pasien mengeluh lemas

A :Allergies (alergi)

Pasien tidak memiliki alergi obat maupun makanan

M :Medications (pengobatan)

Riwayat pengobatan pasien pernah mengkonsumsi obat neurobion

5000 mg

P : Past medical history (riwayat penyakit)

Pasien sebelumnya pernah dirawat dengan keluhan yang sama

L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum

sakit)

Pasien terakhir makan nasi dan minum air putih

E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum

injuri/sakit)

Sebelum kejadian, pasien mengalami mual dan muntah.

c. Riwayat dan Mekanisme Trauma

P: Provokatif (penyebab)

neoplasma ovarium kistik

Q:Quality (kualitas)

Nyeri dirasakan tajam dan menjalar ke belakang

R :Radiation(paparan)

Perut bagian bawah tembus ke belakang

S :Severity (tingkat keparahan)

skala 4 NRS T :Timing (waktu) 5-10 menit

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Secara Umum
10
Tanda-tanda Vital

Frekunsi Nadi : 103x/ menit

Frekuensi Napas : 31x/menit

Tekanan darah : 90/50 mmHg

Suhu tubuh : 37. ºC

B. Secara Head To Toe

1) Kepala

a) Kulit kepala :

(1) Inspeksi : Kulit kepala tampak bersih

(2) Palpasi :Tidak teraba adanya massa dan tidak ada

nyeri tekan

b) Mata

(1) Inspeksi : Konjungtiva anemis, skelera tampak jernih,

tidak ada cedera pada kornea, dan pupil isoko

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa

c) Telinga

(1) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya

serumen.

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada

nyeri tekan

d) Hidung

(1) Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada benjolan pada

hidung, dan tidak terdapat rinorhea.

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa

e) Mulut dan gigi

Inspeksi: Mukosa mulut tampak lembab dan pucat,

gigibersih, tidak terdapat stomatitis dan bibir tampak


11
kering.

f) Wajah

Inspeksi: Wajah tampak meringis dan pucat

2) Leher

Inspeksi : Terdapat pembesaran tonsil, ada distensi

vena Jugularis dan ada nyeri tekan

3) Dada/thoraks

a) Paru-paru

(1) Inspeksi : Simetris antar kedua lapang paru, ada

penggunaanotot bantu pernapasan, frekuensi napas :

31x/menit.

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri di dada kanan

(3) Perkusi : Dada kiri dan dada kanan normal

(4) Auskultasi : Suara napas tambahan ronkhi

b) Jantung

(1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

(2) Palpasi : -

(3) Perkusi :Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri,

batas kananlinea pasteral kanan, batas kiri linea mid

clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri

(4) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler,

bising tidak ada.

4) Abdomen

a) Inspeksi : Abdomen tampak pembesaran perut (96cm), dan

tampak tidak ada luka pada abdomen dan

b) Auskultasi : Peristalti usus 15 x/menit

c) Palpasi : Ada nyeri tekan dan massa sulit dinilai dan asites
12
d) Perkusi : Simetris kiri dan kanan

5) Perineum dan rectum

Inspeksi : ada lubang rectum

6) Genitalia

a) Inspeksi: Tidak ada luka dan perdarahan

b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

7) Ekstremitas

Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ektermitas

a) Kanan bawah pengisian kapiler >3 detik

b) Kiri bawah pengisian kapiler >3 detik

c) Kanan atas pengisian kapiler >3 detik

d) Kiri atas pengisian kapiler >3 detik

8) Neurologis

a) Fungsi sensorik : Pasien dapat merasakan stimulus berupa

sentuhan ringan pada anggota tubuh.

b) Fungsi Motorik : Pasien dapat mengangkat kedua kakinya

dan tangannyadan mampu menahan dorongan.

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan

Pemeriksaan

Hematologi

WBC 6.4 4.00-10.0 10^3/uL

RBC 4.54 4.00-6.00 10^6/uL

HGB 11.4 12.0-16.0 g/dL

HCT 35 37.0-48.0 %

MCV 77 80.0-97.0 fL

13
MCH 25 26.5-33.5 pg

MCHC 32 31.5-35.0 g/dL

PLT 593 150–400 10^3/uL

RDW-CV 11.5 10.0-15.0 fL

LYMPH% 70.60 52-.0-75.0 10^3/Ul

EO 9.3 1.00-3.00 10^3/uL

BASO 0.01 0.00-0.10 10^3/uL

Fungsi Hati

SGOP 44 <38 U/l

SGPT 11 >41 U/l

Albumin 3.0 3.5-5.0 U/l

Kimia Darah

Elektrolit

129 136- 145 Mmol/l


Natrium

3.1 3.5-5.1 Mmol/l


Kalium

92 97- 111 Mmol/l


Klorida

V. Data Penunjang Terapi


ANALISIS DATA

Data Masalah

Keperawatan

14
DS:

Pasien mengatakan sesak nafas Pola napas tidak

efektif
DO :

a. Tampak sesak

b. Spo2 99%

c. Penggunaan otot bantu pernafasan

d. Pemberian oksigen 5 L

e. Frekuensi pernafasan 31x/m

f. Penggunaan otot bantu

pernapasan

g. Ada suara nafas tambahan ronkhi Pola

napas abnormal (takipnea

31kali/menit

DS:

Pasien mengatakan perut membesar Perfusi Perifer

±3 bulan. tidak efektif

15
DO:

a. Akral teraba dingin

b. Warna kulit pucat

c. Pengisian kapiler >3 detik

d. Asites

e. Lab : Hgb:11.4, Hct: 35, Mcv:77,

Mch:25, Plt:593, Sgop:44, Sgpt:

11, Albumin: 3.0, Natrium: 129,

Kalium: 3.1, Klorida: 92.

f. TTV :

TD : 90/50 mmHg

N : 103x/ menit P

: 31x/ menit

S : 37. ºC

DS :

a. Pasien mengatakan perutnya membesar Nyeri akut

sekitar ±3 bulan yang lalu

16
b. Pasien mengatakan nyeri perut n

tembus belakang

P : Neoplasma ovarium kistik

Q : Nyeri dirasakan tajam dan

menjalar kebelakang

R : Perut bagian bawah tembus ke

belakang

S : Skala 4 NRS (Sedang)

T : Hilang timbul 5-10 menit

c. pasien mengatakan nyeri bertambah

berat saat banyak bergerak

DO :

a Pasien tampak memegang area

yang sakit

b Nyeri skala 4 NRS

c Lingkaran perut 96 cm

d Perut pasien tampak membesar e

Perut teraba keras, massa sulit

dinilai

f Asites

g Pasien tampak meringis

h Pola nafas berubah 31x/m

i Frekuensi nadi meningkat 103x/m j

Nafsu makan berubah (berkurang)

k Sulit tidur

17
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

3. Nyeri akut

18
19
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan intervensi

Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas

Pola napas tidakefektif keperawatan 1x45 menit, diharpakan : Observasi

berhubungan dengan sindrom Pasien akan menunjukkanStatus  Monitor pola napas

hipoventilasi pernapasan: kepatenan jalan  Monitor bunyi napas

napasyang dibuktikan dengan kriteria tambahan

1. DS: hasil : Monitor sputum

Pasien mengatakan sesak nafas a. Frekuensi pernapasan dalam Terapeutik

rentang normal (16-24x/i). Pertahankan kepatenan jalan


DO :
b. Irama pernapasan normal (fase napas
a. Tampak sesak
ekspirasi- fase inspirasi)  Posisikan semi fowler
b. Spo2 99%
c. Penggunaan otot bantu Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

19
20
c. Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada. Lakukan pengisapan lendir kurang dari

pernafasan 15 detik

d. Pemberian oksigen 5 L  Berikan oksigen, jika perlu

e. Frekuensi pernafasan Edukasi

31x/m Ajarkan teknik batuk efektif

f. Penggunaan otot bantu Kolaborasi

pernapasan Kolaborasi pemberian

g. Pola napas abnormal bronkodilator, jika perlu

(takipnea 31x/i)

20
21
Perfusi Perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi

berhubungan dengan keperawatan 1x45 menit, Observasi

kekurangan volume cairan DS: diharpakan : keadekuatan aliran darah  Monitor tekanan darah

Pasien mengatakan perut pasien yang dibuktikan  Monitor nadi (frekuensi,

membesar dengan indicator sebagai berikut : Dari kekuatan,irama).

±3 bulan. membaik ke meningkat (4-5) Kriteria  Monitor suhu

hasil :  monitor pernafasan (frekuensi)


DO:
2.
1. Edema perifer menurun  identifikasi penyebab perubahan
a. Akral teraba dingin
2. Akral membaik tanda-tanda vital
b. Warna kulit pucat
3. Turgor kulit membaik Berikan cairan dengan tepat Teraupetik
c. Pengisian kapiler >3
4. Tekanan darah sistolik Atur interval pemantauan sesuai
detik
membaik kondisi pasien
d. Asites
5. Tekanan darah diastole Dokumentasi hasil pemantaun
e. Lab : Hgb:11.4, Hct: 35,
membaik

21
22
Mcv:77, Mch:25, Edukasi

Plt:593, Sgop:44, Sgpt: Jelaskan tujuan dan prosedur

11, Albumin: 3.0, pemantauan

Natrium: 129,  Informasikan hasil pemantauan, jika

Kalium: 3.1, perlu

Klorida: 92.

f. TTV:

TD : 90/50 mmHg

N : 103x/ menit P

: 31x/ menit

S : 37. ºC

22
23
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri

dengan agen fisiologis keperawatan 1x45 menit, diharpakan : Observasi

DS : nyeri teratasi yang dibuktikan dengan  Identifikasi lokasi, karakteristik,

a. Pasien mengatakan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

perutnya membesar sekitar a. Mampu mengontrol nyeri (tahu nyeri

±3 bulan yang lalu penyebab nyeri, mampu  Identifikasi skala nyeri

b. Pasien mengatakan nyeri menggunakan tekhnik Identifikasi respons nyeri non

perut tembus belakang nonfarmakologi untuk verbal

P : Neoplasma ovarium mengurangi nyeri, mencari  Identifikasi faktor yang

kistik bantuan) secara konsisten memperberat dan memperingan nyeri

3. Q : Nyeri dirasakan b. Nyeri berkurang dari skala 4 Identifikasi pengetahuan dan

tajam danmenjalar (sedang) menjadi skala 2 (ringan) keyakinan tentang nyeri Identifikasi

c. Tidak ada ekspresi meringis pengaruh budaya

23
24
kebelakang d. Tidak ada nyeri yang terhadap respon nyeri

R : Perut bagian bawah dilaporkan Identifikasi pengaruh nyeri pada

tembus ke belakang kualitas hidup

S : Skala 4 NRS Monitor keberhasilan terapi

(Sedang) komplementer yang sudah diberikan

T : Hilang timbul 5-10 Monitor efek samping penggunaan

menit analgetik

c. pasien mengatakan nyeri Terapeutik

bertambah berat saat Berikan teknik nonfarmakologis untuk

banyak bergerak mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,

hipnosis, akupresur, terapi musik,


DO :
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
a. Pasien tampak
teknik imajinasi
memegang area yang

sakit

24
25
b. Nyeri skala 4 NRS terbimbing, kompres

c. Lingkaran perut 96 cm hangat/dingin, terapi bermain) Kontrol

d. Perut pasien tampak lingkungan yang

membesar memperberat rasa nyeri (mis. suhu

e. Perut teraba keras, ruangan, pencahayaan,

massa sulit dinilai kebisingan)

f. Asites Fasilitas istirahat dan tidur

g. Pasien tampak meringis Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

h. Pola nafas berubah dalam pemilihan strategi

31x/m meredakan nyeri

i. Frekuensi nadi Edukasi

meningkat 103x/m Jelaskan penyebab, periode, dan

j. Nafsu makan berubah pemicu nyeri

(berkurang) Anjurkan memonitor nyeri secara

25
26
k. Sulit tidur mandiri

Anjurkan menggunakan analgetik

secara tepat

 Ajarkan teknik nonfarmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik

26
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pola napas tidak efektif

Diagnosis Hari / Implementasi dan Hasil Evaluasi

Keperawatan Tanggal

Jam

Pola napas tidak 08-10- S : Pasien mengatakan sesak napas sejak

efektif berhubungan 2019 1. Memonitor pola napas tadi pagi

sindrom hipoventilasi 11.43 Hasil : RR : 28 x/menit, pola napas takhipneu O :

2. Memonitor bunyi nafas tambahan 1. Frekuensi nafas 24x/menit

Hasil: Tidak ada suara napas tambahan 2. Pola nafas : takhipneu

DS: 3. Memposisikan semi fowler 3. Suara napas tambahan ronkhi

Pasien 11.46 Hasil: Pasien merasa nyaman 4. Pengunaan alat bantu otot

mengatakan 4. Memberikan oksigen pernapasan.

sesak nafas A : Ketidakefektifan pola nafas belum

27
Hasil : Terpasang nasal canul 4 teratasi

liter/menit P : Lanjutkan intervensi


DO :

a Tampak

sesak 31x/i

b Spo2 99%

c Penggunaan

otot bantu

pernafasan

d Pemberian

oksigen 5 L

e (takipnea

31kali/menit

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Perfusi Perifer tidak efektif

Diagnosis Hari / Tanggal Implementasi dan Hasil Evaluasi

Keperawatan Jam

28
Perfusi Perifer tidak (08-102019) 1. Memonitor tekanan darah S :-

efektif berhubungan Hasil : 100/70mmHg O:

dengan kekurangan 11.53 2. Memonitor nadi (frekuensi, 1. Edema pada tungkai bawah

volume cairan kekuatan, irama) 2. Warna kulit pucat

DS: 12.50 Hasil : 96x/i 3. Akral teraba dingin

3. Memonitor pernafasan A : Perfusi perifer tidak efektif


Pasienmengatakan
11.56 (frekuensi, kedalaman) P: Lanjutkan intervensi
perut membesar ±3
Hasil : 28x/m 1. Monitor tekanan darah
bulan
4. Memonitor suhu tubuh 2. Monitor nadi

Hasil : 36,7ºc 3. Monitor pernafasan


.

29
DO: 5. Mengukur CRT 4. Berikan cairan dengan tepat

a. Akral teraba Hasil : >3 dtk

dingin 12.00 6. Memberikan cairan dengan

b. Warna kulit pucat tepat

c. Pengisian kapiler Hasil : Diberikan infus RL 28

>3 detik tetes/menit dan neurobion 5000 2

d. Asites Ampls

e. Lab : Hgb:11.4, 7. Mengidentifikasi penyebab

Hct: 35, Mcv:77, perubahan tanda-tanda vital Hasil :

Mch:25, Plt:593, adanya odema pada tungkai bawah

Sgop:44, Sgpt:11, 8. Meginformasikan hasil

Albumin: 3.0, pemantauan

Natrium: 129, Hasil : masih oedema, warna

Kalium: 3.1,

30
Klorida: 92. CRT>3dtk.

f. TTV:

TD : 90/50 mmHg

N :103x/menit

P :31x/ menit

S : 37. ºC

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan nyeri akut

Diagnosis Keperawatan Hari / Tanggal Implementasi dan Hasil Evaluasi

Jam

Nyeri akut 08-10-2019 S:

DS : 12.05 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Pasien mengatakan perut

a Pasien mengatakan karakteristik, durasi, frekuensi, membesar disertai nyeri perut,

perutnya membesar 12.10 kualitas, intensitas nyeri skala nyeri 2 hilang timbul

sekitar Hasil : Pada daerah abdomen bagian O :

± 3 bulan yang lalu bawah tertusuk-tusuk, 5- 10menit, 1. Pasien nampak lemah

b Pasien hilang timbul 2. Perut pasien tampak membesar

12.15 2. Mengidentifikasi skala nyeri

31
mengatakan nyeri Hasil : Skala nyeri 4 NRS 3. Perut teraba keras, massa sulit

perut tembus 12.28 3. Mengidentifikasi respons nyeri non dinilai

belakang verbal A : Nyeri akut belum teratasi

P : Neoplasma Hasil : Pasien tampak meringis saat P : Lanjutkan intervensi

ovarium kistik timbul nyeri

Q : Nyeri dirasakan 4. Mengidentifikasi faktor yang

tajam danmenjalar memperberat dan memperingan

kebelakang nyeri

R : Perut bagian Hasil : Saat bergerak maupun tidak

bawah tembus ke bergerak

belakang 5. Mengasilitas istirahat dan tidur Hasil

S : Skala 4 NRS : Pasien berbaring di

(Sedang) tempat tidur yang telah

T : Hilang timbul 5-10 Disediakan

32
menit 6. Mengajarkan teknik

c pasien mengatakan nyeri nonfarmakologis untuk

bertambah berat saat mengurangi rasa nyeri (teknik napas

banyak bergerak dalam jika merasakan nyeri dengan

cara menarik napas secara perlahan-

DO : lahan melalui hidung kemudian

a Pasien tampak dihembuskan lewat mulut)

memegang area Hasil : Skala nyeri tidak berkurang

yang sakit 7. Mengkolaborasi pemberian

b Nyeri skala 4 NRS c analgetik

Lingkaran perut 96 Hasil : Ketorolac 30 mg/8 jam/IV

cm

d Perut pasien

33
tampak membesar e

Perut teraba

keras, massa sulit

dinilai

f Asites

g Pasien tampak

meringis

h Pola nafas

berubah 31x/m

i Frekuensi nadi

meningkat 103x/m

j Sulit tidur

34
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam menetapkan proses

keperawatan harus dilakukan secara cermat dan teliti serta memerlukan

pendekatan interpersonal yang baik.

2. Masalah yang ditemukan pada teori adalah Ketidakefektifan pola nafas,

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, Nyeri akut, Defisit perawatan diri,

Ansietas, Resiko perdarahan dan Resiko infeksi sedangkan masalah yang

muncul pada kasus adalah: Ketidakefektifan pola nafas, Ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer, dan Nyeri akut.

3. Dalam evaluasi keperawatan, masalah yang ada pada Ny J dengan diagnosa

Kista Ovarium selama kurang lebih 6 jam implementasi yang telah

dilakukan dan diberikan kepada pasien, maka masalah keperawatan 3

diagnosa belum teratasi dikarenakan keterbatsan waktu dalam pemberian

asuhan keperawatan.

B. SARAN

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan maka penulis

mengemukakan saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk penanganan

khusunya terhadap pasien dengan gangguan sistem reproduksi Kista Ovarium

sebagai berikut:

1. Rumah Sakit

Bagi pihak rumah sakit agar dapat mempertahankan asuhan

keperawatan yang konferhensif (melibatkan berbagai kedisiplinan ilmu

kesehatan), kolaborasi serta melibatkan keluarga dalam merawat pasien.

2. Bagi Perawat

Diharapkan perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk lebih


35
meningkatkan pelayanan pada pasien yang mempunyai penyakit Kista

Ovarium. Untuk memberikan penyuluhan akan pentingnya pola hidup

sehat dan menjaga kesehatan alat reroduksi terutama pada wanita.

3. Bagi Pasien

Diharapkan agar pasien bisa berpartisipasi (melihat kondisi pasien)

untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan dan menjalani perawatan

atau terapi agar hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan.

36
DAFTAR PUSTAKA

https://stikespanakkukang.ac.id/assets/uploads/alumni/51192eb24ecc9f04070fee
9fd6b13569.pdf

http://eprints.ums.ac.id/82604/2/BAB%20I.pdf

http://repository.unimus.ac.id/1562/3/5.%20BAB%20II.pdf

https://www.halodoc.com/kesehatan/kista-ovarium

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-intanayuma-7487-2-
babii.pdf

37

Anda mungkin juga menyukai