PENDAHULUAN
Pada era industrialisasi ini, proses kimia mempunyai pengaruh besar dalam
perekonomian Indonesia. Industri kimia masih bertahan walaupun krisis
ekonomi masih berlangsung di Indonesia. Banyaknya inovasi dalam bidang
proses menjadikan proses kimia sebagai salah satu andalan dalam sistem
perekonomian nasional.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai valve disediakan untuk keperluan
perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol
produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem perpipaan ke titik
pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan valve
dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua
peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem
bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.
Pada boiler terdapat efisiensi kinerja penghasilan energi steam yang akan
digunakan. Dimana efisiensi boiler ini berpengaruh pada biaya operasional
industri dan diperlukan analisa teknis pada boiler untuk mengetahui
efisiensinya. Untuk menekan biaya operasional boiler diperlukan peningkatan
efisiensi boiler dengan mengurangi rugi rugi panas pada boiler.
1.3 Tujuan
Ruang lingkup dari tugas khusus ini mencari tahu efisiensi dari boiler yang
digunakan pada industri Ban PT. Gajah tunggal dengan menggunakan
metode tak langsung BS 845. Kemudian dilakukan konservasi energi pada
boiler 01 dengan mengatur O2 yang digunakan pada proses pembakaran,
dan memasang Economizer pada boiler 03 untuk memanfaatkan panas gas
buang yang asih tersisa. Kemudian dilakukan konservasi energi melalui
blowdown water yang dihasilkan untuk direcovery panas yang terkandung
didalamnya. Lalu dilakukan insulasi pada pipa dan tangki kondensat untuk
mengurangi hilangnya panas steam disekitar pipa dan tangki kondensat.
BAB II
METOLOGI PERHITUNGAN
Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada
didalam shell untuk dirubah menjadi steam. Fire tube boilers biasanya
digunakan untuk kapasitas steam yang relative kecil dengan tekanan steam
rendah sampai sedang. Fire tube boilers dapat menggunakan bahan bakar
minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan
ekonomis, sebagian besar fire tube boilers dikonstruksi sebagai “paket”boiler
(dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar.
Gas Stokiometrik
buangUdara berlebih
Bahan Bakar Tidak terbakar
Masuk Steam keluar
OUTPUT
Konv Bl
eksi o Abu dan
& w bagian
Radi do bahan
bakar yang
tidak
terbakar
-
12.7 % Kehilangan
Heat loss duepanas
to drykarena gas buang kering
flue gas
8.1 %
Kehilangan
Dry lossGas
HeatFlue duepanas
Loss
Loss karena
to steam in steam dalam gas buang
flue gas
1.7 %
100.0 % Kehilangan panas
Heat loss due karena kandungan
to moisture in fuel air dalam bahan bakar
0.3 %
Bahan BOILER
BOILER Kehilangan
Heat loss duepanas dikarenakan
to moisture in air kandungan air dalam udara
bakar 2.4 %
Kehilangan panas karena bahan yang tidak terbakar dalam residu
Heat loss due tounburnts in residue
1.0 % Kehilangan panas karena radiasi
Heat loss due to radiation & otherdan kehilangan yang tidak
terhitung
unaccounted loss
73.8 %
Panas
Heat indalam
SteamSteam
Dimana
hg – Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
hf – Entalpi air umpan dalam kkal/kg air
2.3.2.1 Metodelogi USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam
Generating Units.
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang
diakibatkan oleh:
i. Gas cerobong yang kering
ii. Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar
iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar
iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran
v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash
vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash
vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang
disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan
tidak dapat dikendalikan oleh perancangan.
Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang
Suhu gas buang dalam oC (Tf)
Suhu ambien dalam oC (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara
kering
GCV bahan bakar dalam kkal/kg
Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)
GCV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)
Tahap 3: Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok/ kg bahan bakar (AAS)
= m x Cp x (Tf-Ta) x 100
9 x H 2 {584 +C p ( T f −T a ) }
x 100
GCV
iii. Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan
bakar
= Total abu terkumpul/kg bahan bakar yg terbakar x GCV abu terbang x 100
GCV bahan bakar
Kehilangan radiasi dan konveksi aktual sulit dikaji sebab daya emisifitas
permukaan yang beraneka ragam, kemiringan, pola aliran udara, dll. Pada
boiler yang relatif kecil, dengan kapasitas 10 MW, kehilangan radiasi dan
yang tidak terhitung dapat mencapai 1 hingga 2 persen nilai kalor kotor
bahan bakar, sementara pada boiler 500 MW nilainya 0,2 hingga 1 persen.
Kehilangan dapat diasumsikan secara tepat tergantung pada kondisi
permukaan.
Walau demikian, rasio penguapan akan tergantung pada jenis boiler, nilai
kalor bahan bakar dan efisiensi.
K gr ( t 3−t 2 ) [1−0.01 ( L4 gr + L5 gr ) ]
L1 gr =
V CO 2
L2 gr =( m H O +9 H ) ( 2488−4.2 t a+ 2.1t 3 ) ¿ ¿
2
Q gr
K 1 V CO [1−0.01 ( L 4 gr + L5 gr ) ]
L3 gr =
V C O +V CO
2
Fuel Constant k1
Coke 70
Anthracite 65
Coal 63
Fuel oil, BS 2869, classes E, F, G 54
Fuel oil, BS 2869, class D 53
LPG, butane 48
LPG, propane 48
Natural gas 40
33820 M 1 a1
L4 gr=
M f Q gr
V. Losses karena kandungan combustible matter pada debu.
33820 M 2 a2
L5 gr =
M f Q gr
VI. Losses yang terjadi akibat radiasi, konveksi, dan konduksi.
6.7 A 1 ( t k −t 1 ) 53 A 2 Qa gr
L6 gr = +
Qa gr l 1 Q R gr ( t 2−1.3 )
Lt gr=(L1+ L2 + L3 + L4 + L5 + L5 )gr
VIII. Kalkulasi dari efisiensi energi panas boiler
E gr =100−Lt gr
tf
Flow rate of gaseous fuel as measured m3/s
tg
Flow rate of gaseous fuel corrected to standard conditions m3/s
Volume of CO2 in gases leaving boiler, dry basis %
tk
Vm Volume of O2 in gases leaving boiler, dry basis %
V Volume of CO in gases leaving boiler, dry basis %
VCO Stoichiometric volume of CO2 dry basis %
2
Gambar 3.1 menunjukkan distribusi steam dari boiler yang terpasang saat ini di
PT. ABCD. Steam jenuh dibangkitkan dari 3 buah boiler dengan kapasitas
masing-masing 10 ton/jam pada tekanan 17 bar. Kemudian terdapat pembangkit
steam lainnya yaitu Waste Heat Recovery Boiler (WHRB) dari daur ulang panas
cerobong gas engine,namun sedang tidak beroperasi.
Steam dibangkitkan untuk proses pemananas pada mesin curing di sisi eksternal
pada 8 bar dan sisi internal pada 16 bar. Pressure Reducing valve (PRV) dipasang
di aliran high pressure internal steam dan low pressure eksternal steam. Steam
yang terkondensasi menjadi kondensat dari masing-masing curing, kemudian
dialirkan ke 2 buah tangki kondensat. Lalu, kondensat dialirkan dengan pompa ke
tangki deaerator di boiler house. Flash steam dari steam internal dan eksternal,
dibuang dari pipa venting tangki kondensat.
• Load factor 30-60%, rata-rata 40% untuk Boiler 01/02/03 (lihat Gambar
5.2)
• Beban puncak 12-14 TPH dilayani oleh 2 units boiler 10 TPH.
• Boiler akan bekerja sesuai dengan konsumsi steam di proses, sementara
konsumsi steam proses tergantung dari laju produksi.
• Rule of thumb : efisiensi tertinggi pada beban 65 - 85% kapasitas desain,
sehingga laju produksi sangat berpengaruh terhadap beban boiler.
• Boiler bekerja hanya 2 units secara kombinasi antara Boiler 01, 02, 03
untuk memenuhi target running hour.
Gambar 3.1 distribusi steam pada PT. ABCD
Boiler RBU.01 Boiler RBU.02
Boiler RBU.03
Jumlah total unit boiler steam di PT. ABCD adalah 3 unit dengan tipe fire tube boiler, sedangkan WHRB (waste heat recovery boiler)
memanfaatkan panas cerobong dari gas engine untuk membangkitkan steam berjumlah 5 unit masing-masing kapasitas 1 ton/jam. Berikut
spesifikasi boiler yang terpasang.
Tabel 3.1. Data spesifikasi boiler terpasang
Boiler 01/02 Boiler 03
Merk Bosch Bosch
Kapasitas (ton/jam) 10 10
Tekanan Desain (bar) 24 24
Tekanan Kerja (bar) 17 17
Temperatur air umpan (oC) 90 90
Bahan Bakar Minyak atau Gas Minyak atau Gas
Burner Brand Weishaupt Weishaupt
Burner Control System Electronic HMI PLC Electronic HMI PLC
O2 Trimming Tidak ada Tidak ada
Motor Fan (kW) 22 22
Pompa Air Umpan (m3/h) 11,31 11,31
Motor Pompa (kW) 18,5 18,5
Pump Running ON-OFF ON-OFF
Economiser With Eco Without Eco
TDS Control System Automatic & Timer Automatic & Timer
Steam Flowmeter Type Vortex Vortex
Kinerja boiler dinyatakan dalam efisiensi boiler, yang mana dapat dihitung dengan metode langsung atau tak langsung seperti yang
disampaikan pada metodologi perhitungan. Resume efisiensi boiler terpasang disajikan di Tabel 5.2.
Efisiensi boiler saat ini rata-rata adalah 79,0% dan 79,1% untuk Boiler 01 dan 02, sedangkang Boiler 03 pada 74,0%. Perbedaan ini
karena Boiler 01 dan 03 telah terpasang economiser atau sistem daur ulang panas gas cerobong sebagai pemanas air umpan masuk ke
boiler. Efisiensi boiler masih dapat ditingkatkan menjadi target efisiensi lebih dari 80%, seperti tabel berikut ini.
Efisiensi boiler cenderung mengalami penurunan terhadap waktu operasional yang dipengaruhi oleh :
- efisiensi pembakaran,
- rasio bahan bakar terhadap udara,
- scaling pada permukaan penukar panas,
- waktu perawatan boiler,
- kualitas bahan bakar,
- temperatur air umpan
Analisis rugi-rugi panas dan neraca energi dapat membantu mengidentifikasi hilang panas. Monitoring efisiensi boiler secara terus menerus
dapat membantu menemukan penyimpangan efisiensi dari efisiensi optimal dan menentukan target penyelesaian permasalahan sejak dini.
Rugi-rugi panas boiler biasanya meliputi:
- Pengolahan air umpan segar, automatic continues blowdown, dan daur ulang kondensat, dan setting nilai pada titik optimum.
Efisiensi boiler dapat masih dapat ditingkatkan pada level 87% dengan cara sebagai berikut:
4. Insulasi boiler
Pengukuran dengan Thermal imager untuk mengetahui kerugian panas dinding boiler karena konveksi dan radiasi
Hasil perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dapat dilihat di Tabel 4.4 dalam satuan MMBTU/ton steam. Nilai IKE boiler saat ini
rata-rata 2,90 MMBTU/ton steam untuk Boiler 01 dan 02, sedangkan Boiler 03 adalah 3,10 MMBTU/ton steam. Sementara itu, perameter
dari ketiga boiler dapat dilihat di Tabel 3.2.
BAB IV
PELUANG KONSERVASI ENERGI PADA BOILER
Efisiensi boiler dapat masih dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut:
4. Insulasi boiler
Pengukuran dengan Thermal imager untuk mengetahui kerugian panas dinding boiler karena konveksi dan radiasi
Data analisis gas cerobong disajikan di Tabel 4.1. Jika dibandingan dengan typical benchmark pada 3-5%, kandungan oksigen gas
cerobong dari ketiga boiler relatif lebih tinggi sebesar 7-8%. Dampak kandungan oksigen atau excess air yang berlebih adalah energi panas
hasil pembakaran dibawa oleh udara keluar cerobong dan tidak dimanfaatkan untuk menghasilkan steam. Penyebabnya antara lain
pengoperasian kontrol pembakaran yang tidak tepat (lihat Tabel 4.4). Pengendalian udara berlebih pada tingkat yang optimal mampu
menurunkan rugi-rugi panas gas cerobong. Secara umum, setiap penurunan 1 persen kandungan oksigen, memberikan kenaikan efisiensi
boiler kurang lebih 0,6 persen (tergantung dari teknologi burner).
Tabel 4.1 Analisis gas cerobong boiler
BOILER 01, 10 TPH BOILER 02, 10 TPH BOILER 03, 10 TPH
Parameter With Economiser With Economiser Without Economiser
High Firing Low Firing High Firing Low Firing High Firing Low Firing
%O2 7,4 8,2 7,6 8,3 6,6 8,1
%CO2 7,6 7,2 7,5 7,1 8,1 7,0
Temp. Stack Out 130 135 122 136 221 236
Temp. Ambient 33,6 30,5 34,9 31,0 33,3 34,0
Untuk mengendalikan banyaknya oksigen yang masuk setiap saat, diperlukan burner re-setting dan instalasi O2 trimming agar tercapai
pembakaran optimum pada kandungan oksigen pada gas cerobong berkisar 3-5% atau rata-rata = 4 %. Sistem instalasi O 2 trimming
disajikan di Gambar 4.1
Dengan menggunakan teknologi Oksigen trimming dapat memberikan keuntungan untuk dapat mengatur kadar oksigen yang masuk pada
saat pembakaran di burner. Dimana sensor kandungan oksigen pada cerobong gas buang akan memberitahu kandungan oksigen yang masih
ada pada gas buang yang mengurangi efisiensi perpindahan panas pada boiler yang digunakan. Sehingga kontroler nanti dapat mengatur
udara yang masuk ke burner dengan data yang didapatkan dari gas buang pada stack.
Tabel 4.2
No Parameter Boiler 01, 10 TPH Boiler 02, 10 TPH Boiler 03, 10 TPH
1 Efisiensi rata-rata awal, % 79,0 79,1 74,0
2 Kandungan rata-rata O2, % 7,8 8,0 7,4
3 Kandungan target O2, % 4,0 4,0 4,0
4 Efisiensi target, % 80,2 80,3 76,1
5 Kenaikan efisiensi boiler, % 1,2 1,2 2,1
6 Konsumsi gas awal, m3/bulan 208.201 363.037 275.037
7 Konsumsi gas target, m3/bulan 205.317 357.878 267.628
8 Penghematan gas, m3/bulan 2.884 5.159 7.409
9 Penghematan biaya, Rp/bulan 13.451.765 24.063.290 34.556.110
10 Total penghematan biaya, Rp/tahun 161.421.180 288.759.478 414.673.317
11 Retrofit electronic burner control 400.000.000 400.000.000 400.000.000
12 Payback period (bulan) 30 17 12
13 Payback period (tahun) 2,5 1,4 1,0
14 Payback period 3 unit boiler operasi 2,7 tahun
15 % Penghematan biaya thd total gas 1,0 %
Boiler 03 tidak menggunakan sistem daur ulang panas gas cerobong sebagai pemanas air umpan boiler, seperti Economiser, temperatur gas
cerobong mencapai 220-230 oC. Sedangkan pada Boiler 01 dan 02, temperatur gas cerobong adalah 130-140 oC keluar economiser. Hal
tersebut menunjukan bahwa masih dapat dilakukan konservasi energi pada gas buang boiler 03 yang masih memiliki temperatur yang
tinggi.
Gambar 4.2 Boiler 03 without economiser
Panas gas cerobong dapat dimanfaatkan sebgai pemanas awal air umpan melalui economizer (lihat Gambar 4.3). Setiap kenaikan
temperatur air umpan sebesar 6 oC memberikan penghematan konsumsi bahan bakar sebesar hingga 1% atau setiap penurunan suhu gas
buang sebesar 22 oC meningkatkan efisiensi boiler 1%. Kenaikan temperatur juga menurunkan kelarutan udara dalam air umpan, sehingga
kandungan oksigen didalam air menjadi lebih sedikit dan membuat pipa api terhindar dari korosi dan kebocoran.
Gambar 4.3 Diagram daur ulang panas gas cerobong melalui economizer
Setiap penurunan temperatur gas cerobong sebesar 22 oC, akan menaikan efisiensi 1%. Sistem daur ulang panas gas cerobong sebagai
pemanas air umpan pada Boiler 03 akan memberikan prakiraan penghematan biaya sebesar Rp 30,2 juta per bulan (lihat Tabel 4.3).
Dengan investasi harga economiser, maka investasi memberikan payback period 1,2 tahun.
Tabel 4.3
Panas blowdown dari jalur TDS control system dan timer bottom blowdown belum dimanfaatkan, sehingga menimbulkan kepulan flash
steam keluar dari blowdown tank sebagai dampak dari turun tekan dari 17 ke 0 barg.
Potensi daur ulang panas flash steam sebagai pemanas awal (pre-heat) water make up dengan bantuan flash steam vent condenser dengan
konsep pada Gambar 4.4
Sistem daur ulang di atas membutuhkan prakiraan investasi mencapai Rp 650 juta. Potensi investasi konservasi energi ini akan memberikan
payback period 1,7 tahun (lihat Tabel 4.4).
Gambar 4.4 Sistem daur ulang panas blowdown
Tabel 4.4
Blowdown Heat Recovery System
Total boiler 2 unit
Total blowdown 713 kg/jam
Flash steam terbentuk 147 kg/jam
Tekanan flash steam 0 barg
Panas penguapan 2.257 kJ/kg
Energy terbawa flash steam 332.413 kJ/jam
Peluang penghematan gas 9,5 m3/jam
Peluang penghematan gas 6.823,5 m3/bulan
Peluang penghematan biaya 31.826.440 Rp/bulan
Energi yang dibawa blowdown 381.917.282 Rp/tahun
Investasi 650.000.000 Rp
Simple Payback Period 1,7 tahun
% Penghematan dari total biaya gas 1,4 %
Beberapa tangki, pipa kondensat, dan pipa air umpan belum terinsulasi. Hal ini akan memperbesar hilang panas melalui permukaan yang
tak terinsulasi. Gambar 5.12 menyajikan profil temperatur permukaan panas hasil pengukuran thermal imager. Berikut beberapa temuan
permukaan tangki dan pipa yang tak terinsulasi, seperti :
Pipa kondensat 4” tidak terinsulasi dari tangki kondensat ke deaerator sepanjang 50 m
Pipa air umpan dari deaerator ke boiler 4” sepanjang 15 m dan 6” 20 m
Insulasi untuk mencegah hilang panas pada saat distribusi steam menuju alat proses dan meningkatkan safety menjadi prioritas juga pada
usaha konservasi energi. Tabel 4.5 dan 4.6 menunjukkan simulasi rugi-rugi panas antara permukaan insulasi dan tak terinsulasi.
Tabel 4.5. Simulasi rugi-rugi panas permukaan insulasi vs tak-terinsulasi
sebelum insulasi
S 3m panjang sisi kubus
e 0,8 emisivitas
s 5,67E-08 W/m2K4 konstanta Stefan-Boltzman
A1 54,0 m2 Luar permukaan boiler
T1 363,3 K Temperatur permukaan panas (K)
T2 303,3 K Ambient temperature (K)
Qrad, 1 21.942,6 Watt Qrad = e x s x A x (T1^4-T2^4)
78.993,4 kJ/h Total Heat loss Surface tank
setelah insulasi
s 3 m panjang sisi kubus
Ts 90 °C Temperatur permukaan panas (K)
Ta 30 °C Ambient temperature (K)
Hs 42.120 kJ/h Total Heat loss Surface tank
Tabel 4.6
Prakiraan Penghematan Energi :
Penghematan energi dan biaya dengan insulasi permukaan panas disajikan di Tabel 4.7 Dengan biaya investasi yang harus dikeluarkan
sebesar Rp 400.000.000, memberikan payback period mencapai 1,79 tahun.
Tabel 4.7 Penghematan energi dan biaya dengan insulasi permukaan panas
No Parameter Nilai
Total energy losses, kJ/jam (No Insulation) 367824,29
1 Tangki kondensat 324000,00
pipa 4", 15 m 6919,62
Pipa 4", 50 m 23065,41
Pipa 6", 20 m 13839,25
Total energy losses, kJ/jam (With
Insulation) 92422,99
Tangki kondensat 79200,00
pipa 4", 15 m 2152,69
Pipa 4", 50 m 7175,62
2 Pipa 6", 20 m 3894,68
275401,30
3 Penghematan energi, kJ/jam
7 Investasi 400000000,00