Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIVITAS BENGKUNG DAN GURITA TERHADAP INVOLUSI UTERUS DAN

PENGELUARAN LOCHEA Di PUSKESMAS KELING KABUPATEN KEDIRI


Dewi Taurisiawati Rahayu

Dosen Prodi DIV Bidan Pendidik STIKES Karya Husada Kediri


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Abstrak

Proses persalinan yang dialami seorang wanita akan membawa dampak terhadap kondisi
tubuhnya, salah satunya adalah perubahan pada uterus yaitu penurunan fundus uteri dan
pengeluaran lochea. Kebanyakan ibu nifas menggunakan bengkung atau gurita setelah
melahirkan dengan alasan faktor budaya dan merasa nyaman.Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kuantitatif. Desain yang digunakan peneliti adalah true eksperimental
design dengan pendekatan posttest only control group design. Data dikumpulkan
menggunakan lembar hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri dan lembar observasi. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Agustus- September 2017 di Wilayah kerja Puskesmas Keling.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Kejadian involusi uterus, dan pengeluaran lochea.
Tehnik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah simple random sampling. Jumlah
sampel pada penelitian ini 27 responden. Berdasarkan uji statistik Chi square test bisa
disimpulkan bahwa H1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan kejadian involusi uterus.
Berdasarkan uji statistik kruskall wallis test bisa disimpulkan bahwa H1 ditolak yang
artinya tidak ada perbedaan kejadian pengeluaran lochea. Rekomendasi dari penelitian ini
adalah ibu nifas boleh memakai bengkung atau gurita denga tehnik yang benar karena bisa
membantu pemulihan kesehatannya. Kata Kunci: Involusi Uterus, Pengeluaran Lochea ,
Bengkung, Gurita.

Abstract

The process of labor experienced by a woman will have an impact on her condition, one of
which is a change in the uterus that is the decrease of uterine fundus and lochea expenditure.
Most postpartum mother use bengkung or gurita after childbirth by reason of cultural factor
and feel comfortable. This research uses quantitative. The researcher uses true experimental
design. The type of design used is posttest only control group design. Data were collected
using high fundus uteri examination sheets and observation sheets. This research was
conducted in August-September 2017 in the working area of Keling community health
center.The dependent variables in this study were the incidence of uterine involution and
lochea expenditure. The sampling technique used by the researcher is simple random
sampling. The number of samples in this study were 27 respondents. Based on statistical test
Chi square test known that there is no difference of involution of uterus. Based on statistical
test kruskall wallis test known that there is no difference of lochea dispensation event. The
recommendation of this research is postpartum mother may use curve or octopus with correct
technique because it can help recovery of health. Keywords : Uterus Involution, Lochea
Expenditure, Bengkung, Gurita

213 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 4, Desember 2018 197 - 254
PENDAHULUAN METODE DAN PEMBAHASAN
Perubahan fisik akan dialami ibu setelah Penelitian ini menggunakan penelitian
melahirkan, salah satunya adalah involusi kuantitatif dan kualitatif. Untuk
atau proses kembalinya rahim ke ukuran pendekatan kuantitatif, peneliti
semula dan pengeluaran lochea atau cairan menggunakan desain eksperimen murni
nifas. Untuk menyikapi hal tersebut ibu yaitu post test only control group design.
nifas menggunakan bengkung atau gurita Total sampel adalah 27 responden dan
setelah melahirkan. Berbagai faktor yang dibagi dalam 3 kelompok, 9 responden
menyebabkan ibu nifas memilih untuk yang tidak menggunakan bengkung dan
menggunakan bengkung atau gurita adalah gurita, 9 responden yang menggunakan
budaya turun-temurun dan anggapan ibu bengkung dan 9 responden yang
nifas tersebut terhadap manfaat bengkung menggunakan gurita. Data dikumpulkan
atau gurita yang bisa membuat ramping, dengan menggunakan lembar pemeriksaan
rasa nyaman yang diperoleh saat untuk mengetahui involusi rahim dan
mengenakan bengkung / gurita, sang ibu lembar observasi untuk pengeluaran
merasa tubuhnya lebih seimbang dan ibu lochea pada ibu nifas di wilayah kerja
merasa lebih percaya diri. Penelitian ini Puskesmas Keling. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas dilaksanakan pada bulan Agustus-
bengkung dan gurita terhadap involusi September 2018. Variabel dependen dalam
uterus dan pengeluaran lochea pada ibu penelitian ini adalah insidensi involusi
setelah melahirkan. uterus dan pengeluaran lochea.

HASIL DAN PEMBAHASAN paritas dengan kejadian involusi uterus dan


1. Usia pengeluaran lochea. Untuk variabel usia
Tabel 1 diperoleh hasil p value (0,005) < 0,05 yang
Distribusi frekuensi responden artinya ada hubungan antara usia dengan
berdasarkan usia di Puskesmas pengeluaran lochea. Pada ibu yang usianya
Keling lebih tua atau diatas 35 tahun telah terjadi
proses degenerasi, dimana salah satunya
Usia f (%) adalah proses penuaan yaitu terjadi
<20 4 14,82 peningkatan jumlah lemak, penurunan
20-35 19 70,37 elastisitas otot, penurunan penyerapan
> 35 4 14,82 lemak dan protein serta karbohidrat (
Varney, 2009).
Total 27 100
Maturitas dari organ reproduksi ibu akan
Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil menentukan proses involusi uterus, dimana
sebagian besar responden berusia 20-35 proses involusi uterus dipengaruhi oleh usia
tahun yaitu sebanyak 19 responden ibu saat melahirkan (Sinclair, 2010).
(70,37%). Penelitian ini sesuai dengan Menurut pendapat peneliti, usia yang paling
penelitian yang dilakukan oleh Apriliasari aman untuk bereproduksi adalah usia 20-35
(2015) di Kabupaten Mojokerto yang tahun, karena pada rentang usia ini kondisi
meneliti tentang hubungan antara usia dan organ reproduksi termasuk otot-otot uterus

Efektivitas Bengkung dan Gurita terhadap ..... (Dewi TR.) 214


sedang dalam kondisi optimal. Pada usia ini Semakin sering ibu hamil dan melahirkan
kondisi vitalitas ibu sedang prima sehingga maka elastisitas uterusnya semakin
kontraksi otot dan kembalinya alat terganggu, akibatnya uterus tidak
kandungan juga semakin cepat karena berkontraksi dengan sempurna dan
proses regenerasi dari sel-selnya sangat mengakibatkan lebih lamanya proses
bagus. Jika ibu berusia kurang dari 20 pemulihan organ reproduksi pasca
tahun maka elastisitas otot uterus ibu belum persalinan. (Bahiyatun, 2009)
maksimal, sedangkan pada usia lebih dari
35 tahun elastisitas otot ibu sudah 3. Pendidikan terakhir responden
berkurang. Tabel 3
Distribusi frekuensi responden
2. Paritas berdasarkan pendidikan terakhir di
Puskesmas Keling
Tabel 1
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan paritas di Puskesmas Pendidikan f (%)
Keling Rendah 4 14,81
Menengah 20 74,07
Paritas f (%)
Tinggi 3 11,11
Primipara 6 22,22
Multipara 18 66,67 Total 27 100
Grandemultipara 3 11,11
Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil
Total 27 100
sebagian besar responden mempunyai
pendidikan terakhir menengah yaitu SMU
Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil atau sederajat sebanyak 20 responden
sebagian besar responden termasuk (74,07%). Penelitian yang dilakukan oleh
multipara atau pernah melahirkan lebih dari Prihatiningsih (2013) menyebutkan bahwa
1 kali yaitu sebanyak 18 responden tingkat pendidikan sangat mempengaruhi
(66,67%). Faktor paritas memiliki peranan tingkat pengetahuan seseorang termasuk
yang sangat penting. Pada ibu dengan tentang status kesehatan reproduksinya.
paritas yang rendah biasanya proses Dengan latar belakang pendidikan yang
involusi uterus berlangsung lebih cepat. rendah maka akan mempengaruhi
Sedangkan semakin banyak jumlah anak kemampuan sesorang dalam menerima
maka proses peregangan otot dan tingkat informasi dan mengambil sikap tentang
elastisitasnya akan berkurang perawatan masa nifas terkait kesehatan
(Marliandiani, 2015). Menurut pendapat reproduksinya. Menurut peneliti,
peneliti semakin tinggi paritas maka pendidikan bisa mempengaruhi
kondisi organ reproduksinya juga kurang pengetahuan seseorang. Tingkat
optimal karena sudah mengalami beberapa pengetahuan ini akan mempengaruhi sikap
kali proses kehamilan dan persalinan. seseorang atau bahkan prilaku seseorang
Dimana elastisitas otot-otot uterusnya juga terkait pengambilan keputusannya dalam
tidak lebih baik dibandingkan dengan ibu hal ini keputusan responden untuk
yang memiliki paritas yang rendah.

215 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 4, Desember 2018 197 - 254
menggunakan bengkung atau gurita sebagai penelitian lain yang dilakukan oleh
perawatan masa nifasnya. Purnamasari dan kawan-kawan tahun
2016 pada 52 ibu nifas di RSUD Dr. H.
4. Perbedaan Kejadian Involusi Uterus Moh. Ansari Banjarmasin
Tabel 4 menyimpulkan bahwa paritas
Perbedaan kejadian involusi uterus pada berhubungan dengan percepatan involusi
ibu nifas di Puskesmas Keling uterus. Dari penelitian tersebut diperoleh
nilai p value (0,019)< 0,05, sehingga
Involusi Uterus Total dinyatakan ada hubungan antara paritas
Ibu Lamba Normal dengan involusi uterus. Semakin sering
Nifas t
seorang wanita hamil maka uterus
n % n % n %
Tanpa 2 7,4 7 25,9 9 33,3 makin sering mengalami regangan,
memakai sehingga kecepatan involusinya
bengkung cenderung lebih lambat dibandingkan
dan gurita pada ibu primipara (Prawiroharjo,
Bengkung 1 3,7 8 29,7 9 33,3 2008). Secara fisiologis lapisan
Gurita 1 3,7 8 29,7 9 33,3 endometrium pada korpus uteri yang
Total 4 14,8 23 85,2 27 100
merupakan tempat implantasi plasenta
pada ibu multipara sudah mengalami
Berdasarkan tabel chi square diketahui
kemunduran fungsi dan berkurangnya
bahwa nilai asymp.sig. atau nilai
vaskularisasi, hal ini terjadi karena
probabilitas terjadinya involusi uterus
degenerasi di dinding endometrium.
0,527. Diketahui asymp. Sig. (0,527)> α
Selain itu pada ibu multipara, tonus
(0,05) disimpulkan bahwa H1 ditolak
ototnya juga lebih lemah sehingga juga
yang berarti tidak ada perbedaan
memberikan pengaruh terhadap proses
kejadian involusi uterus pada ibu yang
involusi uterus.
mamakai bengkung dan gurita. Banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi
Hasil penelitian ini sejalan dengan
kejadian involusi uterus, antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Maryni (
proses laktasi, mobilisasi dini, asupan
2012) yang menyebutkan bahwa
gizi, paritas, keteraturan senam nifas,
penggunaan bengkung atau stagen tidak
serta penggunaan penyangga perut (
mempengaruhi status kesehatan ibu, karena
Saleha, 2009). Menurut Sulistyowati
stagen bekerja pasif untuk menyamarkan
(2009), pada ibu setelah melahirkan
perut ibu yang melar setelah melahirkan.
pengaruh hormon relaksin menyebabkan
Menurut pendapat peneliti pada primipara
tonus otot abdomen kendur, iskemia
kekuatan kontraksi uterus lebih kuat dan
pada miometrium, adanya autolysis dan
uterus teraba lebih keras, sedangkan pada
efek dari hormon oksitosin
ibu dengan multiparitas yang tinggi
menyebabkan rangkaian kejadian
kontraksi dan retraksi uterus berlangsung
involusi uterus secara fisiologis pada ibu
lebih lama. Jika bengkung atau stagen
nifas.
digunakan sesuai prosedur yang benar
maka tidak akan membahayakan kondisi
Hasil penelitian sebelumnya yang
kesehatan ibu nifas. Bahkan hasil keluaran
sejalan dengan penelitian ini adalah
involusi uterus pada penelitian ini untuk ibu

Efektivitas Bengkung dan Gurita terhadap ..... (Dewi TR.) 216


yang menggunakan bengkung maupun ibu 5. Perbedaan kejadian pengeluaran lochea
yang menggunakan gurita juga tidak Tabel signifikansi pengeluaran lochea
memberikan hasil yang lebih buruk jika Pengeluaran lochea
dibandingkan dengan ibu yang sama sekali Chi square 0,617
tidak menggunakan bengkung maupun Df 2
Asymp, sig. 0,735
gurita. Dan berdasarkan hasil penelitian dan
pengamatan selama 14 hari pada ibu yang
menggunakan bengkung dan gurita, peneliti Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
tidak menemukan kendala yang berarti atau nilai asymp.sig. atau nilai signifikansi atau
bahkan bisa mengganggu kondisi kesehatan nilai probabilitas kejadian pengeluaran
ibu nifas maupun bayinya. lochea sebesar 0,735. Diketahui bahwa
asymp. Sig. (0,735) > α (0,05) maka
Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh disimpulkan bahwa H1 ditolak yang
penelitian yang dilakukan oleh Budiyarti artinya tidak ada perbedaan kejadian
(2011) di Wilayah Kerja Puskesmas pengeluaran lochea pada ketiga kelompok
Karang Tengah Demak menyebutkan sampel. Lapisan luar decidua yang
bahwa penggunaan stagen efektif untuk mengelilingi lokasi plasenta akan nekrotik /
menurunkan tinggi fundus uteri. Selain itu mati sebagai akibat dari involusi uterus.
penggunaan stagen dipercaya efektif untuk Decidua yang mati akan keluar bersamaan
mengembalikan bentuk perut seperti sedia dengan sisa cairan yang disebut lochea.
kala. Pengeluaran lochea ini terjadi secara
bertahap mulai dari berwarna merah segar
Bagi ibu setelah melahirkan, Proses hingga menjadi keputihan seiring dengan
pemulihan organ reproduksi pada masa selesainya masa nifas. Hasil penelitian
nifas merupakan hal yang sangat penting. menunjukkan bahwa semakin tinggi paritas
Hal ini sangat bermanfaat bagi tenaga maka semakin cepat pula pengeluaran
kesehatan dalam melakukan pemantauan lochea . Hal ini bisa disebabkan oleh
proses fisiologis kembalinya uterus ke volume dan kondisi pori-pori pembuluh
kondisi saat tidak hamil. Setelah uterus darah rahim dalam multipara yang lebih
kosong, rongga uterus tetap berpotensi besar sehingga pengeluaran lochea menjadi
untuk membesar lagi karena berbagai hal , lebih cepat daripada ibu dengan paritas
meskipun saat itu sedang mengalami yang lebih sedikit atau bahkan pada
penurunan ukuran secara signifikan. primipara. Berdasarkan hasil penelitian
Karena itulah observasi tinggi fundus uteri menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI
dan derajat kontraksi uterus harus saja cenderung mengalami pengeluaran
dilakukan sepanjang masa nifas (Anderson lokhea normal dan cepat, bila dibandingkan
et al 2007). dengan bayi yang diberi ASI saja atau ASI
dan MPASI. Pengisapan bayi akan
merangsang otot polos puting susu,
stimulasi oleh saraf ini ditransmisikan ke
otak, dan otak memerintahkan kelenjar
pituitari posterior untuk mengeluarkan
hormon oksitosin yang dibawa ke otot
polos payudara.

217 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 4,Desember 2018 197 - 254
Berdasarkan pengamatan dan wawancara pemakaian bengkung dan gurita tidak
yang dilakukan oleh peneliti selama proses boleh terlalu erat agar ibu bisa bernafas
penelitian, responden yang berada dalam lega dan merasa nyaman (Barakbah,
kelompok intervensi yang menggunakan 2007). Sebaiknya responden memantau
bengkung dan gurita menyampaikan bahwa kondisi kesehatannya serta segera ke
mereka menggunakan bengkung selain tenaga kesehatan terdekat jika
karena faktor budaya atau adat, mereka menemukan tanda bahaya masa nifas.
menggunakan bengkung atau gurita untuk
membantu mengembalikan bentuk perut 2. Bagi tenaga kesehatan
dan menekan perut yang menggelambir Tenaga kesehatan sebaiknya aktif
agar nyaman untuk beraktivitas. melakukan kunjungan nifas agar kondisi
kesehatan ibu nifas selama di rumah
tetap terpantau dengan baik. Pendidikan
SIMPULAN kesehatan tentang perawatan masa nifas
yang aman dan nyaman untuk ibu dan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayinya termasuk pemakaian bengkung
tidak ada perbedaan dalam kejadian dan gurita, karena sudah menjadi budaya
involusi uterus dan pengeluaran lochea turun-temurun di masyarakat.
pada ibu nifas yang tidak menggunakan
bengkung dan gurita, ibu postpartum yang 3. Bagi peneliti selanjutnya
menggunakan bengkung dan ibu
postpartum yang menggunakan gurita. Peneliti selanjutnya diharapkan bisa
Saran yang bisa diberikan berdasarkan hasil mengembangkan hasil penelitian ini
penelitian ini adalah : dengan meneliti aspek lain dari budaya
1. Bagi Responden pemakaian bengkung di masyarakat.
Ibu nifas hendaknya lebih arif dalam Juga tentang manfaat bengkung dalam
menyikapi budaya tentang perawatan mengembalikan bentuk perut ibu nifas
kesehatan masa nifas salah satunya agar kembali ramping setelah pemakaian
adalah penggunaan bengkung dan yang cukup lama.
gurita. Prosedur pemakaian bengkung
dan gurita yang aman adalah bengkung 4. Bagi dinas kesehatan
dan gurita hanya boleh dipakai oleh ibu Dinas kesehatan sebaiknya
nifas pasca persalinan normal tanpa mensosialisikan kepa masyarakat terkait
keluhan nyeri luka perineum. Jika prosedur pemakaian bengkung atau
digunakan dengan tehnik yang salah gurita yang benar dan aman, karena
justru akan mengganggu proses masih banyak masyarakat yang
pemulihan kesehatan ibu nifas. menggunakannya dengan cara yang
salah seperti memakainya sepanjang
Persyaratan yang harus dipenuhi agar hari, memakai bengkung terlalu erat
bisa memakai bengkung adalah kondisi sehingga ibu bisa merasa sesak dan
fisik ibu harus sehat, bengkung dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal ini
gurita dipakai maksimal 4-6 jam perhari dikhawatirkan bisa membahayakan ibu
dan dipakai setelah mandi, bengkung nifas itu sendiri.
dan gurita harus diganti setiap hari, dan

Efektivitas Bengkung dan Gurita terhadap ..... (Dewi TR.) 218


DAFTAR PUSTAKA

Anderson et al. 2007. Methylergometrin www.eprints.ums.ac.id diakses pada


during the early puerpurium. Acta tanggal 23 Maret 2017
obstetrica et gynekolgy Scandinavia.
www. elsevier.com diakses pada Marliandiani, Y dan Ningrum, NP. 2015.
tanggal 16 September 2017 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta :
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Salemba Medika
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
EGC Maryni H. 2012. Faktor-Faktor budaya pada
Masa Nifas. Digilib.ui. ac.id diakses
Barakbah, A. 2007. Ensiklopedia Perbidanan pada tanggal 16 September 2017
Melayu : Sebuah Perbendaharaan
Ilmu Perubahan dan Penjagaan Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu
Kesihatan. Kuala Lumpur : Utusan Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Publication and Distributor Sdn. Pustaka
Bhd.
__________________.2008. Buku panduan
Budiyarti, E. 2011. Efektivitas Penggunaan praktis pelayanan kesehatan maternal
Stagen dengan Penurunan Tinggi dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Fundus Uteri pada Ibu Nifas di Pustaka
Wilayah Kerja PKM Karang Tengah.
www.eprints.ums.ac.id diakses pada Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada
tanggal 21 Maret 2017 Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Budiyarto, Eko. 2012. Biostatistik. Jakarta : Sulistyowati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan
EGC Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : Andi Offset
Ismawati. 2014. Efektivitas Penggunaan
Stagen dengan Penurunan TFU pada Varney, Helen, dkk. 2009. Buku Ajar
Ibu Nifas di Wilayah Kerja Asuhan Kebidanan Edisi 4 volume 2.
Puskesmas Karang Tengah. Jakarta : EGC

219 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 4, Desember 2018 197 - 254

Anda mungkin juga menyukai