Anda di halaman 1dari 4

Naskah Koleksi Sanggar Poentoen’ Studiart – Kudus, Retype © 2007 1

ADILA
Disadur dari cerpen karya Laila S. Chudori
Peran: Adila, Ibu, Ayah, Gadis, Pahlawan
(Lampu biru dan merah remang-remang) Seorang gadis kecil sedang asyik
mengaduk-aduk cairan. Dari luar panggung terdengar teriakan-teriakan memanggil
nama gadis itu. Tetapi, gadis itu tidak mendengar. Setelah beberapa kali, barulah
gadis tersebut diam lalu mendengarkan omelan ibunya .(Lampu kuning menyala)
01. IBU : Dila, sekarang kamu sudah besar, sudah remaja.
Bertingkah lakulah seperti seorang gadis remaja, jangan
seperti anak kecil lagi. Tirulah ibu, bagaimana ibu bersikap,
berbicara. Ibu tak ingin kamu bikin malu ayah dan ibu.
Mengerti Dila? (Lampu kuning Black out. Kemudian lampu
hijau I menyala)
02. GADIS : Halo Dila ?
03. ADILA : Siapa kamu ?
04. GADIS : Ooh, apakah kau tidak mengenalku ?
05. ADILA : Kaukah gadis ?
06. GADIS : Ya, aku gadis.
07. ADILA : Gadis… apakah kau selalu menikmati waktu-waktumu,
ketika kau berhasil menghindari teriakan-teriakan dan
ceramah ibumu?
08. GADIS : Dila sayang, ada apa dengan suaramu kelihatannya kau
letih…
09. ADILA : Gadis, aku tak mengerti mengapa aku lahir untuk harus
menjadi bayang-bayang ibuku. Semua tindakan dan
pemikiran yang lahir dari diriku selalu salah. Karena itu, aku
pikir kamar tidur ini adalah tempat yang paling
membahagiakanku. Kasur, bantal, guling, boneka, dan
bahkan cicak-cicak yang menempel di dinding tak akan
berteriak-teriak sekalipun aku telanjang berjam-jam. Mereka
mentolerir keganjilanku.
10. GADIS : Oh …oh…oh Kau suka telanjang Dila?
11. ADILA : Ya, menurutku, alangkah repotnya kita dengan kewajiban
Naskah Koleksi Sanggar Poentoen’ Studiart – Kudus, Retype © 2007 2
mengenakan tetek bengek ini di tubuh kita. Apalagi
perempuan, Gadis, bukankah kau juga setuju,
ketelanjangan adalah sebuah kebahagiaan?
12. GADIS : Ya, aku pernah menari-nari telanjang di atas bukit, di bawah
bulan, sementara kekasihku terlalu gagap untuk memahami
apa yang tengah terjadi.
13. ADILA : Alangkah senangnya jika itu aku bisa juga merasakannya.
14. GADIS : Kau ingin menari Dila?
15. ADILA : Ya…aku ingin menari bersamamu.(Adila dan Gadis menarinari.
Beberapa saat kemudian Gadis berhenti menari)
16. GADIS : Dila kau mengerti apa arti masturbasi? (Dila berhenti menari
dan menggeleng) Pernahkah kau mencoba menyentuh alat
vitalmu dan merasakan kenikmatannya ?
17. ADILA : (Mengangguk) Ya … waktu itu ibu menarik leher bajuku dan
hampir saja menamparku, jika ayah tidak mencegahnya.
18. GADIS : Memang banyak orang tua di dunia yang lebih suka melihat
anaknya melakukan tindakan kriminal daripada melihat
anaknya bermasturbasi.
19. ADILA : Gadis…
20. GADIS : Menangislah Dila … menangislah … Jika kau ingin…
21. IBU : (Lampu kuning menyala) Dila! Dila!
22. ADILA : (Lampu hijau perlahan-lahan Black out) Gadis… jangan
pergi gadis … jangan pergi…
23. IBU : Dila! Sedang apa kamu? Dila, cobalah kamu dengarkan
omongan orang tuamu ini. Kalau diberitahu kamu mesti
masuk kuping kiri ke luar kuping kanan. Dengar! Jangan
lupa bikin pekerjaan rumah. Jangan ke mana-mana dan
jangan nonton TV. Keju di lemari es jangan diganggu gugat.
Awas kalau kamu comot. Kalau nenek telpon, katakan kita
akan mampir ke rumahnya hari minggu. Dan kalau tante
Murni mampir, serahkan saja bungkusan yang di atas meja.
Awas jangan ngupil atau menguap di depan tante Murni.
Nanti dikira ibu tak pernah mengajari sopan santun. Jangan
menggaruk-garuk kepalamu atau membanding-bandingkan
besar pinggulmu dengan pinggulnya. Kamu mengerti!.
Naskah Koleksi Sanggar Poentoen’ Studiart – Kudus, Retype © 2007 3
24. AYAH : Ada apa Dila?
25. ADILA : Eh … Yah apakah ayah pernah bersetubuh sebelum
menikah ?
26. AYAH : Apa-apaan kau bertanya seperti itu, Dila? Kenapa, Dila.
27. ÄDILA : Guruku ibu Maimunah mengatakan berzinah termasuk dosa
besar…(Ayah dan ibu saling berpandangan) Menurut gadis,
orang tua sebaiknya berkata jujur tentang keadaan
mereka…
28. IBU : Persetan dengan Maimunah dan setan belang gadis itu!
Sudah! tidak usah banyak ngomong lagi. Sekali lagi kau
ngomong begitu, aku tampar mulutmu!
29. AYAH : Sudah, Bu … sudah …(Ke arah Adila) pertanyaan itu tak
baik buatmu anakku.
LAMPU BLACK KUNING OUT.
Adila sedang asyik mendekap cairan dalam kendi. (Lampu
hijau II menyala) Di balik bingkai sesosok orang berdiri
memperhatikan.
30. PAHLAWAN Sedang apa kamu ? (Adila terkejut) Apa itu ?
31. ADILA : Ini … Air kehidupan.
32. PAHLAWAN Siapa kamu?
33. ADILA : Kamu itu yang siapa? Ini rumahku …
34. PAHLAWAN Ahh, kau punya rumah? Kau beragama? Dan, kau memiliki
tanah air? Tentu saja … tentu saja…
35. ADILA : Siapa sih kamu ?
36. PAHLAWAN Tidak penting siapa namaku, gadis manis. Tak penting dari
mana aku datang. Dan, tak ada gunanya pula menanyakan
identitasku yang lain seperti petugas imigrasi. Kau
menyukai aku, tapi akhirnya kau menganggap aku
pengecut. Kau ejek aku bahwa aku bukanlah seorang
pahlawan seperti yang ksau kira selama ini.
37. ADILA : Kau … Kau sang pahlawan dalam buku Pahlawan dan
Pengecut !
38. PAHLAWAN Ya … di dalam buku itu, aku digambarkan sebagai seorang
Naskah Koleksi Sanggar Poentoen’ Studiart – Kudus, Retype © 2007 4
pahlawan atau seorang yang bermimpi jadi pahlawan.
39. ADILA : Memang kau bukan pahlawan … Tapi seorang pengecut.
40. PAHLAWAN Aku tak pernah diberi kesempatan menjadi pahlawan!
41. ADILA : Bacalah orasi begomu itu yang kau tulis mendadak ketika
kau terbangun dari tidurmu … " Seorang pahlawan harus
terus berjuang walaupun tahu bahwa akhirnya harus
kalah…" Seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta.
42. PAHLAWAN Ini sudah keterlaluan !
43. ADILA : Tapi, aku teringkus juga oleh sikapmu pada akhir novel itu.
Kenapa? Kenapa kau tinggalkan semua? Keluarga, agama,
dan negaramu?
44. PAHLAWAN: Karena ketiga institusi itulah yang memproduksi aku untuk
bersikap demikian…
45. ADILA : Bukan karena kau menganggap kebebasan sebagai
Tuhanmu ? Bukan kau menganggap seorang pahlawan
wajib untuk lepas dari segala ikatan dan batas-batas ciptaan
manusia?
46. PAHLAWAN: Dila, suatu hari aku akan berlutut didepan Tuhanku dan
membeberkan dosa-dosaku. Aku pernah dengki, aku
pernah bohong, aku pernah tidak beribadah dan yang
mungkin membuat Tuhan berduka ialah ketika ia
mendengar pengakuanku tentang perzinahan…
47. ADILA : Terlalu sederhana meninggalkan agamamu hanya untuk
alasan-alasan itu…
48. PAHLAWAN: Dila, kamu juga seorang yang tertekan. Kau juga ingin
keluar dari ketertindasanmu…
49. ADILA : Ya … kau benar. Itu benar… Itu benar. Gadis benar, ayah
benar, ibu benar, Tuhanpun tidak salah. (Adila menangis
tertelungkup. Lampu biru dan merah redup. Lampu hijau II
black out. Lampu kuning menyala, ayah muncul)
50. AYAH : Dila kenapa kau ? Kenapa bisa begini ? Ayo bangun
sayang…, Dila … ayo cepat mandi … nanti ibu marah
melihatmu seperti ini ! (lampu kuning black out)
51. ADILA : (Lampu biru dan merah mengeras, Adila nampak sedang
Naskah Koleksi Sanggar Poentoen’ Studiart – Kudus, Retype © 2007 5
berhias) Apalagi yang kurang. ( Lampu Hijau I dan II
menyala. Gadis dan pahlawan datang ).
52. GADIS : Hai … kau tampak cantik sekali adila.
53. ADILA : Sungguh ? Hei … kalian datang bersama-sama ke sini ada
urusan apa ?
54. GADIS : Kami datang kemari untuk merayakan reuni kita yang
pertama kali adila…
55. ADILA : Oh … suatu kehormatan bagiku. Ini sudah lama ia kuramu
dan kuaduk-aduk…
56. PAHLAWAN : Mari kita mulai saja acara hebat kita… (mereka bertiga
tersenyum dan meminum cairan di dalam kendi ).
57. ADILA : Untuk kemerdekaan kita.
58. GADIS : Untuk kebebasan kita.
59. PAHLAWAN : Untuk adila … ( Mereka meminumnya dengan semangat.
Adila sempoyongan dan ambruk ke lantai sementara gadis
dan pahlawan tertawa terbaha-bahak ).
LAMPU BIRU, MERAH, SERTA HIJAU I DAN II BLACK
OUT
LAMPU KUNING MENYALA
60. IBU : ( Menangis ) Dila … Dila… kenapa kau mati Dila. Kutang
itu … kutang itu harganya 30 dollar … kutang kesayanganku.
Dan alat-alat rias itu.
Dila…Dila … itu semua harganya ratusan dollar. Bagaimana
kau berani menyentuh benda-benda mahal itu, Dila ? Dila…
Dila … Dila…( ibu berteriak histeris ).
LAMPU KUNING BLACK OUT… DAN BERAKHIRLAH
PEMENTASAN.
Sanggar Teater Institut , 17 Mei 2000
Diadaptasi oleh BASOK PAJAJARENG

Anda mungkin juga menyukai