Oleh:
PIAN
3204171129
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita nikmat iman,nikmat
kesehatan dan nikmat kesempatan bagi kita untuk dapat terus memperbaiki diri
menjadi hamba yang taat kepada Allah swt, shalawat beriringkan salam kepada
nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita ke zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Hadirnya laporan ini sebagai salah satu bentuk penyaluran ide yang dimiliki
untuk pengembangan perusahaan agar menjadi lebih baik lagi kedepannya. Serta
laporan ini untuk memenuhi tugas khusus yang telah diberikan.
Tentunya masih banyak kekurangan dalam penyajian laporan ini maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
PT. Cassia Co-op merupakan salah satu perusahaan berstatus Penanam
Modal Asing ( PMA ) di Indonesia yang bergerak pada bidang usaha pengolahan
berbahan baku kayu manis dan nilam yang berlokasi di Desa Koto Dumo,
Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. PT. Cassia Co-
op merupakan induk perusahaan pengolahan kulit kayu manis yang berlokasi di
Kabupaten Kerinci, sedangkan cabang dari perusahaan PT. Cassia Co-op bernama
Cassia Co-op SCE yang berlokasi di Amsterdam, Belanda.
Pada tahun 2012, PT. Cassia Co-op mulai beroperasi dalam bidang
pengolahan dan ekspor kulit kayu manis, dan kemudian disusul dengan produksi
minyak nilam pada awal tahun 2015. Sejak awal berdirihingga sekarang, PT.
Cassia Co-op menghasilkan beberapa bentuk olahan produk, diantaranya berupa
broken and clean, ground, stick, oil dan minyak nilam (phatchouli oil). Tugas
utama dari PT. Cassia Co-op adalah melakukan kegiatan produksi untuk
menghasilkan produk, sedangkan Cassia Co-op SCE bertugas untuk memasarkan
produk olahan kayu manis dan nilam ke Eropa dan seluruh dunia. PT. Cassia Co-
op didirikan dengan berpusat pada prinsip kelestarian dan merupakan perusahaan
pengolahan dan ekspor kayu manis pertama yang berdiri di Kerinci (Sumatera), di
tengah-tengah perkebunan kayu manis.[1]
PT. Cassia memiliki beberapa mesin produksi yang berguna untuk
menunjang produktifitas perusahaan, sesuai dengan permintaan dari setiap
konsumen, salah satunya ialah Mesin Blending. Blending merupakan suatu
proses pencampuran berbagai macam grade kulit kayu manis yang telah melalui
proses crushing sehingga menghasilkan produk akhir (broken and clean) dengan
kadar volatile oil yang sesuai dengan permintaan customer. Dari tahapan crushing
ke blanding maka dibutuhkan tenaga manusia untuk memindahkan material
(broken and clean) yang akan di blanding ke mesin blanding, dengan cara
meletakan material tersebut keatas jaring-jaring dan ditarik menggunakan katrol.
2
Pemindahan broken and clean menggunakan katrol ini tidaklah efektif, karena
menggunakan media katrol sebagai alat bantu kerja ini sangat membutuhkan
waktu yang lama dalam bekerja, pekerja harus memindahkan terlebih dahulu
material-material yang akan di blending di atas jaring-jaring dan dikaitkan ke
katrol penarik, selain itu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, salah
satunya kawat penarik katrol dan jaring-jaring yang digunakan bisa jadi putus
akibat usia pemakaiannya. Penggunaan media katrol ini juga tidak efisiensi,
menggunakan motor induksi 3 phasa yang mana membutuhkan daya yang besar
pada saat starting, ditinjau dari kondisi lapangan motor induksi ini bekerja
(beroperasi) pada saat materialnya sudah di pindahkan ke atas jaring-jaring,
namun ketika materialnya masih belum terkumpulkan, motor yang digunakan
akan dimatikan, dan bekerja kembali pada saat material sudah terkumpul dan siap
untuk dipindahkan. Maka dalam sehari, produksi daya yang digunakan sangatlah
banyak.
Dari permasalahan diatas maka peneliti berinisiatif ingin membuat sebuah
“Bucket Elevator Sebagai Alat Transportasi Broken And Clean Kemesin
Blending” guna mempermudah pekerjaan, mempercepat produksi, memperkecil
daya pengeluaran, dan mengurangi angka kecelakaan kerja.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, rumusan masalah
dari pemindahan hasil akhir crushing (broken and clean) ke mesin blending
sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang sistem kendali untuk memindahkan broken and
clean ke mesin Blending?
2. Bagaimana sistem kerja Bucket Elevator?
3. Bagaimana Perbandingan antara sistem kerja alat yang ada dengan inovasi
yang akan berikan
3
2. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Conveyor yang digunakan jenis ( Bucket Elevator).
2. Penelitian ini hanya sebatas perancangan .
3. Motor yang digunakan ialah 3 phasa.
4
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang langkah proses mengenai
perancangan, pengujian dan analisa sistem Bucket Elevator sebagai
sarana Pengangkut Broken and Clean.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Gambar 2.1 Bucket Elevator
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)
7
dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi bila beban motor bertambah,
putaran rotor cenderung menurun.(Zuhal, 1995:101).
Kerugian :
1. Kecepatan tidak dapat berubah tanpa pengorbanan efesiensi.
2. Tidak seperti motor DC atau motor shunt, motor induksi tiga fasa kecepatannya
akan menurun seiring dengan tambahan beban.
3. Kopel awal mutunya rendah dibandingkan dengan motor DC shunt.
(Drs. Yon Rijono, 1997:310-311).
8
1. Apabila sumber tegangan tiga fasa dihubungkan pada kumparan stator, akan
timbul medan putar dengan kecepatan (Zuhal, 1995: 105) :
120. f
Ns ¿ ....................................................
P
(2.1)
Ns = kecepatan stator
f = frekuensi jala-jala
P = jumlah kutub
2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
3. Akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi (ggl) sebesar
(Zuhal, 1995: 105) :
ø = fluks magnet
4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup maka E2S akan
menghasilkan arus (I).
5. Adanya arus (I) dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor.
6. Bila kopel awal yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor sudah cukup besar
untuk menggerakkan beban, maka rotor akan berputar searah dengan putar
stator.
7. Tegangan induksi terjadi karena terpotongnya konduktor rotor oleh medan
putar, artinya agar terjadi tegangan induksi maka diperlukan adanya perbedaan
kecepatan antara kecepatan medan putar stator (Ns) dengan kecepatan medan
putar rotor (Nr).
9
2.2.3 Gearbox
Gearbox atau transmisi adalah salah satu komponen utama motor yang
disebut sebagai sistem pemindah tenaga, transmisi berfungsi untuk memindahkan
dan mengubah tenaga dari motor yang berputar, yang digunakan untuk memutar
spindel mesin maupun melakukan gerakan feeding. Transmisi juga berfungsi
untuk mengatur kecepatan gerak dan torsi serta berbalik putaran, sehingga dapat
bergerak maju dan mundur. Transmisi manual atau lebih dikenal dengan sebutan
gearbox, mempunyai beberapa fungsi antara lain :
10
2.2.4 Rotary
Rotary valve adalah berupa katup yang mempunyai beberapa sudu yang
dipasang pada poros utama seperti gambar 2.4 berikut ini :
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
Uraian blok diagram:
1. Sumber Tegangan Listrik
Sumber tegangan listrik ini befungsi untuk mengaktifkan motor induksi 3
Phasa.
2. Box Panel
Box panel terdiri dari push button ON dan OFF, yang mana berfungsi
untuk menghidup dan mematikan sistem kerja. Selain itu Juga terdapat
kontaktor yang berfungsi sebagai pengontrol sistem kerja dari motor
listrik yang digunakan.
3. Motor Induksi 3 phasa
Motor Induksi 3 phasa bergungsi untuk menggerakkan Gearbok yang
terhubung dengan Bucket Elevator.
4. GearBox
Berfungsi sebagai alat bantu hubung antara Motor induksi dengan bucket
elevator, agar ketika motor induksi berkeja (berputar) maka bucket
elevator juga ikut bekerja.
5. Bucket Elevator
Bergerak berputar sambil mengangkut material kayu manis (Broken And
Clean) menuju kemesin blending.
6. Mesin Blending
Setelah material diangkut keatas menggunakan Bucket Elevator, maka
material akan ditumpahkan kedalam mesin blending untuk diaduk hingga
merata.
7. Belt Conveyer
Setelah melalui proses blending maka broken and clean akan dikemas
kedalam keranjang.
13
3.3 Cara Kerja Alat
3.3.1 Flowchart Diagram Alir
Start
Apakah Push
Button ditekan ?
Motor Aktif
Apakah Push
Button Off ditekan ?
Bucket Elevator
Berhenti Bekerja
Selesai
14
2. Push button on kondisi pengaktifan fungsi pada setiap komponen siap .
3. Apakah push button ON ditekan ? adalah menanyakan kondisi apakah push
button bekerja atau tidak. Jika bekerja, maka motor aktif dan bucket elevator
bekerja.
4. Apakah push button OFF ditekan ? adalah menanyakan kondisi apakah push
button bekerja atau tidak. Jika bekerja, maka motor off dan bucket elevator
berhenti.
5. Stop menandakan program berhenti.
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
2. saat ini proses pengangkutan broken and clean yang ingin di blanding
menggunakan alat bantu katrol. Hal ini kurang efektif karena membutukan waktu
yang sangat lama, keamananan kerja yang kurang, serta daya yang digunakan
sangatlah besar. Sehingga digunakan bucket elevator agar dengan waktu yang
sama mampu menghasilkan produk yang lebih banyak, keamanan pekerja
terjamin, serta daya yang digunakan tidak terlalu banyak karena tidak sering
melakukan starting.
4.2 SARAN
16
LAMPIRAN
17