Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

HUBUNGAN PARITAS DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


DENGAN STUNTING PADA BALITA
(LITERATURE REVIEW)

Hariyani Sulistyoningsih

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Respati Tasikmalaya


Email: hariyani.s@stikesrespati-tsm.ac.id

ABSTRAK

Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu
lama dan ditunjukkan dengan nilai z skor TB/U kurang dari-2 SD. Stunting pada masa anak
merupakan faktor risiko kematian dan menyebabkan rendahnya kemampuan kognitif serta
perkembangan motorik. Faktor yang berhubungan dengan stunting diantaranya adalah faktor ibu,
genetik, asupan makanan dan penyakit infeksi. Studi literatur dilakukan dengan menelusuri artikel
melalui Google Scholar, mulai tahun 2016-2019. Hasil studi menunjukkan bahwa paritas dan
pemberian ASI Eksklusif berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Keluarga yang
memiliki banyak anak dan disertai kondisi ekonomi yang kurang, memiliki risiko lebih besar untuk
memiliki balita stunting karena keluarga tidak dapat memberikan perhatian dan mencukupi
kebutuhan gizi seluruh anaknya. Pemberian ASI eksklusif harus dilakukan karena ASI mengandung
zat gizi dan imunologik yang lengkap sehingga sangat menunjang pertumbuhan dan meningkatkan
daya tahan tubuh. Untuk itu perlu mendorong keluarga untuk mengatur jarak persalinan dan
memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman yang cukup agar dapat memberikan ASI secara
eksklusif.

Kata Kunci: Paritas, ASI Eksklusif, Balita, Stunting

PENDAHULUAN mengalami gangguan pertumbuhan


Stunting adalah istilah yang digunakan pada tahun 2018. Prevalensi stunting di
untuk menunjukkan pertumbuhan anak Indonesia berdasarkan hasil riset
yang kurang baik, yaitu tinggi badan kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
anak lebih pendek dibandingkan tinggi 2018 sebesar 30,8%. Menurut World
badan anak lain pada usia yang sama, Health Organization (WHO), jika
atau dengan kata lain anak memiliki prevalensi suatu masalah melebihi 20%
tinggi badan yang tidak sesuai dengan maka masalah tersebut menjadi
usianya. Kondisi ini disebabkan oleh masalah kesehatan masyarakat yang
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi serius dan harus segera ditangani.
selama kehamilan (janin) dan masa Angka stunting di di Jawa Barat sendiri
balita. Tidak sedikit masyarakat yang sebesar 29,2% yang artinya terdapat
tidak menyadari bahwa anak balitanya 2,7 juta balita mengalami stunting.
mengalami stunting dikarenakan tidak Angka tertinggi di Kabupaten Garut
memahami ciri-cirinya. Balita stunting (43,2%), kemudian Kabupaten
memiliki proporsi tubuh normal Sukabumi (37,6%), dan Kabupaten
namun terlihat kecil untuk usianya, Cianjur (35,7%). Kondisi ini harus
berat badan rendah untuk usianya menjadi perhatian semua pihak dan
(meskipun terkadang pipi terlihat upaya pencegahan harus menjadi
chubby), serta pertumbuhan tulang prioritas.
tertunda, Stunting harus dicegah dan segera
Saat ini stunting menjadi salah satu ditanggulangi karena banyak kerugian
masalah kesehatan di Indonesia. yang ditimbulkan akibat stunting pada
Sekitar 8 juta anak balita di Indonesia balita, baik kerugian jangka pendek

1|Page
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

maupun jangka panjang. Anak usia menjadi kurang produktif dan sulit
lebih dari 2 tahun yang mengalami mencari pekerjaan layak.
stunting kemungkinan besar tidak akan Upaya pencegahan stunting harus
mampu mengejar pertumbuhan yang menjadi prioritas karena mencegah
hilang. Kerugian jangka pendek dari lebih efektif dan efisien dibandingkan
stunting adalah meningkatnya mengobati atau menanggulangi
kejadian kesakitan dan kematian; dampak suatu masalah. Terdapat tiga
terhambatnya perkembangan kognitif, hal utama yang harus diperhatikan
motorik, dan verbal, serta dalam mencegah stunting, yaitu
meningkatnya biaya kesehatan. perbaikan gizi melalui perbaikan pola
Adapun kerugian jangka panjang dari makan; pola asuh yang tepat; serta
stunting adalah postur tubuh yang perbaikan sanitasi dan akses air bersih.
tidak optimal saat dewasa, Fokus gerakan perbaikan gizi untuk
meningkatnya risiko obesitas dan mencegah stunting ditujukan kepada
penyakit degeneratif lainnya, kelompok usia 1000 hari pertama
menurunnya kesehatan reproduksi; kehidupan, yaitu pada masa kehamilan
kapasitas belajar dan performa yang (konsepsi dan janin) sampai anak
kurang optimal saat masa sekolah; serta berusia 24 bulan.
produktivitas dan kapasitas kerja yang Banyak studi yang telah dilakukan
tidak optimal. untuk mengetahui faktor risiko yang
Selain kerugian yang dialami balita berkaitan dengan stunting pada balita.
secara pribadi, stunting juga Studi literatur ini dilakukan untuk
menyebabkan kerugian bagi negara. menggambarkan kaitan paritas dan
Secara finansial, kerugian negara pemberian ASI eksklusif terhadap
akibat stunting adalah sekitar 300 stunting pada balita.
triliun dalam satu tahun. Angka yang
fantastis dan membebani negara jika TINJAUAN PUSTAKA
tidak dicegah dan segera ditangani. 1. Definisi
Menurut Deputi Menteri Stunting pada balita atau istilah lainnya
Pemberdayaan Perempuan dan adalah kerdil merupakan suatu kondisi
Perlindungan Anak, kerugian ini dimana balita memiliki panjang atau
meliputi aspek pendidikan, ekonomi, tinggi badan kurang jika dibandingkan
dan kesehatan. Dari aspek pendidikan, dengan umur, dengan kata lain anak
seorang anak yang mengalami stunting lebih pendek untuk usianya. Hasil
bisa jadi harus menempuh pendidikan pengukuran panjang atau tinggi badan
SD lebih lama dibandingkan yang balita stunting dibandingkan umurnya
lainnya karena terganggunya adalah lebih dari minus dua standar
perkembangan kognitif, motorik, dan deviasi median (< -2 SD indeks TB
verbal. Tentunya ini berdampak pada atau PB/ U), berdasarkan standar
meningkatnya pembiayaan untuk pertumbuhan anak dari WHO.
proses pendidikan. Pada aspek 2. Penyebab
kesehatan, balita stunting berisiko Stunting termasuk masalah gizi kronik
mengalami berbagai penyakit sehingga yang disebabkan oleh banyak faktor
membebani APBN karena subsidi seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu
untuk kesehatan menjadi meningkat. saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
Selain itu stunting juga membebani kurangnya asupan gizi pada bayi.
aspek ekonomi, karena ketika Determinan utama stunting di
memasuki usia produktif dan harus Indonesia adalah:
memasuki dunia kerja mereka dengan a. ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan
riwayat stunting pada masa balita pertama,

2|Page
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

b. Status ekonomi keluarga yang dan penyakit degeneratif lainnya pada


rendah, saat dewasa.
c. Kelahiran prematur 4. Upaya Pencegahan dan
d. Panjang badan baru lahir yang Penanggulangan
pendek, Intervensi untuk mencegah stunting
e. Ibu yang pendek mulai sebelum masa konsepsi dan terus
f. Tingkat pendidikan orangtua rendah dilakukan setidaknya hingga anak
g. Anak yang tinggal di daerah miskin berusia 24 bulan. Upaya yang
perkotaan dan di daerah pedesaan dilakukan pada masa sebelum konsepsi
3. Dampak adalah melakukan upaya perbaikan
Balita stunting di masa yang akan status gizi perempuan sejak masa
datang akan mengalami kesulitan remaja, dengan cara meningkatkan
dalam mencapai perkembangan fisik kesehatan, mencegah anemia dan
dan kognitif yang optimal. Stunting kekurangan gizi dan menerapkan pola
menyebabkan efek buruk pada balita, hidup sehat. Intervensi untuk bayi
baik jangka panjang maupun jangka sampai usia 24 bulan dilakukan dengan
pendek. Dampak jangka pendek dari dengan “standar emas makanan bayi
stunting adalah meningkatnya angka yang meliputi: Inisiasi Menyusu Dini
kesakitan, kematian dan disabilitas. kepada bayi pada satu jam pertama
Sedangkan dampak jangka panjang kelahiran, memberikan ASI secara
yang akan muncul adalah tidak eksklusif, memberikan MPASI dengan
tercapainya potensi yang ada ketika tepat setelah bayi berusia 6 bulan, dan
dewasa; perawakan pendek; sistem tetap melanjutkan pemberian ASI
kekebalan tubuh yang kurang; balita berusia 24 bulan. Upaya lain
menurunnya kecerdasan, produktivitas yang harus dilakukan adalah mencegah
kerja dan fungsi reproduksi; serta timbulnya penyakit infeksi melalui
meningkatkan risiko untuk mengalami penyediaan sarana air bersih dan
obesitas, menderita diabetes, mempermudah akses pelayanan
hipertensi, penyakit jantung, keganasan kesehatan.

METODE PENELITIAN pada balita. Sumber pencarian


Penelitian ini merupakan literature jurnal melalui google scholar
review dari hasil penelitian di dalam kurun waktu 2016 sampai
beberapa daerah di Indonesia 2019, dan hasil penelitian yang
terkait dengan paritas dan terpilih meliputi 3 penelitian dari 3
pemberian ASI eksklusif serta jurnal yang berbeda.
hubunganya terhadap stunting

3|Page
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Literature review ini menjelaskan tentang paritas dan pemberian ASI eksklusif serta
hubungannya dengan stunting pada balita, berdasarkan tiga hasil penelitian, yang
dapat dilihat pada tabel berikut.

Penulis, Judul dan Daerah Tujuan Metode Kesimpulan


Tahun

Syuhrotut Taufiqoh, Yogyakarta Penelitian ini Penelitian ini Paritas dan


Purnomo dilakukan untuk dilakukan dengan riwayat
Suryantoro, Herlin melihat pendekatan case pemberian ASI
Fitriana Kurniawati. hubungan paritas control. Pengambilan eksklusif
Maternal parity and ibu dan riwayat sampel dengan berhubungan
exclusive pemberian metode purposive secara
breastfeeding ASI eksklusif sampling dan jumlah signifikan
history are dengan kejadian sampel 118 dengan
significantly stunting pada responden. kejadian
associated anak balita usia Pengumpulan data stunting pada
with stunting in 12- dilakukan secara anak
children aged 12-59 59 bulan observasi dan balita usia 12-
months, 2017 wawancara 59 bulan
menggunakan
instrumen kuesioner.
Analisis data
bivariate dengan uji
chi
square dan
multivariate dengan
regresi logistik
dengan batas
kemaknaan 5% dan
tingkat kepercayaan
95%.

Seni Rahayu, Kelurahan Penelitian ini Penelitian Terdapat


Hubungan Cibangkong dilakukan untuk menggunakan metode hubungan
Pengetahuan, Sikap, Bandung, menganalisis kuantitatif dengan antara
Perilaku Dan Jawa Barat hubungan desain observasional, pengetahuan
Karakteristik Ibu pengetahuan, kasus kontrol. Sampel (p= 0,006), dan
Tentang ASI sikap, perilaku diambil dengan teknik perilaku
Eksklusif Terhadap dan karakteristik simple random pemberian ASI
Status Gizi Bayi. Ibu terhadap sampling, terdiri dari eksklusif
2018. pemberian ASI ibu yang memiliki bayi (p=0,013)
eksklusif dengan usia 6-12 bulan dengan dengan status
status gizi bayi masalah gizi (kelompok gizi bayi.
kasus) dan ibu yang Umur dan
memiliki bayi usia 6-12 paritas ibu
dengan status gizi juga
normal (Kelompok berpengaruh
kontrol). Instrumen sebesar 4,3 kali
yang digunakan adalah terhadap status
kuesioner. gizi bayi

4|Page
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

EllySatriani Kota Tujuan penelitian Jenis penelitian yang Nilai Hb Ibu


Harahap,Analisis Pekanbaru ini adalah untuk digunakan adalah Dalam
Faktor Ibu Dengan menganalisis kuantitatif dengan Kehamilan,
Kejadian Memiliki hubungan faktor desain cross sectional. Perilaku Ibu
Anak Balita Stunting ibu dengan Sampel adalah 187 Dalam Pola
Di Kota Pekanbaru. kejadian stunting anak balita yang dipilih Asuh
2019 di Wilayah Kerja secara purposive Pemberian
Puskesmas sampling. Instrumen Makanan
Harapan Raya penelitian Anak Balita,
Kota Pekanbaru menggunakan dan
kuesioner, pedoman Pemberian
wawancara, dan daftar ASI
observasi. Eksklusif
berhubungan
signifikan
dengan
resiko
kejadian
memiliki
anak balita
stunting

Hubungan Paritas Dengan Stunting tercukupinya pemenuhan kebutuhan gizi


Hasil penelitian yang dilakukan Seni selama masa pertumbuhan. Anak yang
Rahayu dkk (2019) menunjukkan bahwa memiliki jumlah saudara kandung yang
ibu dengan paritas primipara dan banyak dapat menyebabkan
multipara (memiliki anak kurang dari 4) keterlambatan pertumbuhan karena
memiliki risiko lebih rendah untuk persaingan untuk sumber gizi yang
memiliki balita stunting dibandingkan tersedia terbatas di rumah. Penelitian
ibu dengan paritas grandemultipara Cheikh Mbacké Faye (2018) yang
(memiliki anak lebih dari 4) (dengan dilakukan di Nairobi menunjukkan
OR= 0,4). Hal ini sejalan dengan bahwa paritas ibu dan status sosial
penelitian yang dilakukan oleh Palino ekonomi rumah tangga adalah faktor
dkk (2017) yang menunjukkan bahwa di penting yang terkait dengan waktu untuk
wilayah kerja Puskesmas Puuwatu pulih dari stunting pada lima tahun
Kendari, balita yang memiliki ibu pertama kehidupan. Hasil penelitian
dengan paritas banyak mempunyai risiko Louise H. Dekker, Mercedes Mora-
3,25 kali lebih besar untuk mengalami Plazas, Constanza Marín, Ana Baylin,
stunting dibandingkan dengan balita dan Eduardo Villamor (2010) juga
yang memiliki ibu dengan paritas sedikit. menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Paritas menjadi faktor tidak langsung yang kuat dan positif paritas ibu dengan
terjadinya stunting, karena paritas stunting (p <0001). Hasil penelitian
berhubungan erat dengan pola asuh dan Cruz, L.M (2017), di Mozambi,
pemenuhan kebutuhan gizi anak, terlebih menunjukkan hasil bahwa jumlah anak
apabila didukung dengan kondisi di bawah lima tahun yang ada dalam
ekonomi yang kurang. Anak yang lahir sebuah rumah tangga berhubungan
dari ibu dengan paritas banyak memiliki signifikan dengan stunting. Sekain itu,
peluang lebih besar untuk mendapatkan hal lain yang berhubungan dengan
pola asuh yang buruk dan tidak stunting adalah berat lahir, status

5|Page
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tinggal di pemahaman mengenai risiko yang akan
daerah pedesaan, ukuran keluarga, terjadi jika memiliki anak dengan jumlah
memasak dengan arang, menghuni banyak, baik risiko bagi ibu maupun
perumahan kayu atau jerami atau bayinya. Keluarga yang telah terlanjur
perumahan tanpa lantai yang layak, memiliki anak dalam jumlah banyak
durasi menyusui secara keseluruhan serta didorong untuk memberikan perhatian
lamanya menyusui eksklusif, dan waktu lebih kepada anaknya terutama yang
inisiasi pemberian makanan pelengkap. berusia balita, dalam hal pemenuhan
Untuk mencegah kondisi ini maka kebutuhan gizi, serta pemeliharaan status
Pasangan Usia Subur (PUS) diberikan kesehatan.

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif ASI merupakan makanan yang paling


Dengan Stunting baik untuk bayi segera setelah lahir.
Menurut WHO ASI eksklusif adalah Pemberian ASI eksklusif dapat
pemberian ASI saja pada bayi sampai memenuhi kebutuhan zat gizi bayi serta
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan penunjang pertumbuhan dan
ataupun makanan lain. ASI dapat perkembangan yang optimal sehingga
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. dapat mempengaruhi status gizi bayi.
Hasil penelitian yang dilakukan Seni Pemberian ASI dianjurkan diberikan
Rahayu dkk (2019) menunjukkan bahwa hingga anak berusia 2 tahun. Bagi bayi
bayi yang tidak mendapatkan ASI secara usia 6-8 bulan, ASI masih memenuhi
eksklusif memiliki risiko 2,62 kali lebih kebutuhan kalori sebanyak 70%, untuk
tinggi untuk mengalami stunting. Hal ini bayi usia 9-11 bulan dapat memenuhi
sejalan dengan penelitian Fitri Lidia kalori sebanyak 55% sementara untuk
(2018) dan Triana Noor Hanida dan bayi usia 12 – 23 bulan dapat memenuhi
Haniyah Siti (2019) yang menunjukkan kalori sebanyak 40%. Keadaan ini akan
adanya hubungan pemberian ASI secara bermakna memenuhi kebutuhan
eksklusif dengan stunting pada balita makanan bayi sampai usia 2 tahun.
(p=0,004). Penelitian yang dilakukan Dengan demikian, pemberian ASI
oleh Fikadu, T., Assegid, S. dan Dube, L terutama ASI eksklusif akan membantu
(2014) pada Balita usia 25-59 bulan di mengurangi angka kejadian kurang gizi
distrik Meskan, Gurage Zone, Etiopia dan pertumbuhan yang terhenti yang
Selatan menunjukkan bahwa anak yang umumnya terjadi pada usia ini. Selain
tidak mendapatkan ASI eksklusif sampai itu, ASI juga memiliki antibodi yang
usia 6 bulan memiliki risiko 3,27 kali lengkap sehingga bayi yang mendapat
lebih tinggi untuk mengalami stunting ASI akan lebih jarang menderita sakit
dibandingkan anak yang tidak dan akan menekan angka kesakitan dan
mendapatkan ASI eksklusif samapi 6 kematian bayi. Hasil penelitian Lamberti,
bulan. Sejalan pula dengan hasil L.M., Fischer Walker, C.L., Noiman, A.
penelitian Lestari, E., Hasanah, F. and et al. (2011) menunjukkan bahwa bayi
Nugroho, N. (2018) yang menunjukkan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
bahwa pemberian ASI eksklusif memiliki risiko kematian akibat diare
merupakan faktor perlindungan terhadap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
stunting, sehingga pemberian ASI bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
eksklusif dapat mengurangi prevalensi (RR: 10,52).
stunting pada anak di bawah usia lima Para ibu yang memiliki bayi harus
tahun. didorong untuk memberikan ASI secara
eksklusif disertai adanya dengan

6|Page
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

dukungan dari suami dan keluarga keberhasilannya. Suami dan keluarga


terdekat. Hal ini dapat diupayakan sejak terdekat juga perlu mendapatkan
ibu menjalani kehamilan dengan informasi terkait ini agar bisa menunjang
memberikan informasi yang tepat terkait keberhasilan ibu dalam memberikan ASI
ASI eksklusif juga berbagai upaya yang eksklusif.
dapat dilakukan untuk menunjang

KESIMPULAN jumlah anak yang dimiliki. Selain itu


para ibu dan juga suami dan keluarga
Berdasarkan studi literatur yang terdekat diberikan pemahaman dan
dilakukan menunjukkan bahwa terdapat kesadaran untuk dapat memberikan ASI
hubungan yang signifikan antara paritas secara eksklusif melalui kegiatan
ibu dan pemberian ASI eksklusif konseling terhadap ibu hamil yang
terhadap kejadian stunting pada balita. berkunjung ke posyandu, atau pada
Tenaga kesehatan, tokoh masyarakat dan kelas ibu hamil. Selain itu kehadiran
tokoh agama harus bersinergi dalam klinik laktasi juga diperlukan agar dapat
melakukan upaya mendorong Pasangan membantu ibu berhasil memberikan ASI
Usia Subur (PUS) dapat mengatur secara eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA Fikadu, T., Assegid, S. & Dube, L. 2014.


Factors associated with stunting among
Badan Penelitian dan Pengembangan. children of age 24 to 59 months in
2019. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Meskan district, Gurage Zone, South
Kementerian Kesehatan. Ethiopia: a case-control study. BMC
Public Health 14, 800.
Cheikh Mbacké Faye, et all. 2018. https://doi.org/10.1186/1471-2458-14-
Factors Associated With Recovery From 800.
Stunting Among Under-Five Children In
Two Nairobi Informal Settlements. Lamberti, L.M., Fischer Walker, C.L.,
https://doi.org/10.1371/journal.pone.021 Noiman, A. et al. 2011. Breastfeeding
5488. [13/03/2020] and the risk for diarrhea morbidity and
mortality. BMC Public Health 11, S15.
Cruz, L.M., Azpeitia, G.G., Súarez, D.R., https://doi.org/10.1186/1471-2458-11-
Rodríguez, A.S., Ferrer, J.F., & Serra- S3-S15
Majem, L. 2017. Factors Associated with
Stunting among Children Aged 0 to 59 Lidia Fitri, 2018. Hubungan BBLR Dan
Months from the Central Region of ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting
Mozambique. Nutrients. Di Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru.
Jurnal Endurance. Volume 3, Nomor 1.
Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat. 2019. Pedoman Pencegahan Lestari, E., Hasanah, F. and Nugroho, N.
dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita. 2018. Correlation between non-exclusive
Jakarta: Kementerian Kesehatan. breastfeeding and low birth weight to
stunting in children. Paediatrica
Indonesiana. 58, 3 (Jun. 2018), 123-7.

7|Page
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020

DOI:https://doi.org/10.14238/pi58.3.201 Children in Karanglewas Health Center.


8.123-7. Advances in Health Sciences Research.
Volume 20.
Louise H. Dekker, Mercedes Mora-
Plazas, Constanza Marín, Ana Baylin,
dan Eduardo Villamor (2010). Stunting
associated with poor socioeconomic and
maternal nutrition status and respiratory
morbidity in Colombian schoolchildren.
Food and Nutrition Bulletin, Vol. 31, no.
2 © 2010, The United Nations
University.

Palino,Inochi, dkk. 2017. Determinan


Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-
59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari Tahun 2016.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. Volume 2, Nomor 6.

Pusat Data dan Informasi. 2018. Buletin


Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Rahayu, Seni dkk. 2019. Hubungan


Pengetahuan, Sikap, Perilaku Dan
Karakteristik Ibu Tentang ASI Eksklusif
Terhadap Status Gizi Bayi. Jurnal
AcTion: Aceh Nutrition Journal,
Volume 4, Nomor 1.

Satriani, Elly, dkk. 2020. Analisis Faktor


Ibu Dengan Kejadian Memiliki Anak
Balita Stunting Di Kota Pekanbaru.
2019. Jurnal Medika Usada. Volume 3,
Nomor 1.

Taufiqoh, Syuhrotut dkk. 2017.


Maternal Parity And Exclusive
Breastfeeding History Are Significantly
Associated With Stunting In Children
Aged 12-59 Months. Majalah Obstetri &
Ginekologi, Volume 25, Nomor 2.

Triana Noor Hanida dan Haniyah Siti.


2019. Relationship of Exclusive
Breastfeeding, Complementary Feeding
and Nutritional Intake with Stunting in

8|Page

Anda mungkin juga menyukai