Anda di halaman 1dari 3

A.

Tranfsui Darah yang Aman


Pada situasi bencana kebutuhan darah akan meningkat dengan banyaknya
penyintas luka berat dan ringan yang membutuhkan darah. Transfusi darah yang rasional
dan aman sangat penting untuk mencegah penularan HIV dan infeksi lain yang dapat
menular melalui transfuse (TTI, Transfusion- Transmissible Infection) seperti Hepatitis
B, Hepatitis C dan sifilis. Jika darah tercemar HIV kepada penerima hampir 100 %.
Selain itu kerentanan terhadap penularan HIV juga sering disebabkan oleh
ketidakpatuhan petugas terhadap standar kewaspadaan. Pastikan darah sudah ditapis/
screening sebelum dilakukan transfuse darah.
Koordinator kesehatan reproduksi harus bekerjasama dengan organisasi / lembaga
yang menangani kesehatan khususnya yang bergerak dibidang HIV dan AIDS untuk
mengurangi penularan HIV sejak permulaan respon saat bencana. Hal – hal yang harus
dilakukan coordinator kesehatan reproduksi dalam kaitannya dengan pencegahan
penularan HIV adalah sebagai berikut :
1. Memastikan kegiatan transfuse darah aman dan rasional yang dilakukan oleh
lembaga/ organisasi yang bergerak dibidangnya, misalnya Palang Merah Indonesi
( PMI )
2. Memastikan fasilitas, perlengkapan dan petugas kompeten tersedia, jika tidak
transfuse darah tidak boleh dilakukan
3. Menekan pentingnya kewaspadaan standar sejak awal dimulainya koordinasi dan
memastikan penerapannya

Transfusi darah yang rasional adalah transfuse darah yang meliputi :

1. Transfusi darah hanya dilakukan untuk keadaan yang mengancam nyawa dan tidak
ada alternative lain
2. Menggunakan obat – obatan untuk mencegah atau mengurangi perdarahan aktif
( misalnya Oksitosin )
3. Jika memungkinkan gunakan pengganti darah untuk mengganti volume yang hiang
seperti cairan pengganti berbasis kristaloid (ringer laktat).

B. Menjami Ketersediaan Kondom Gratis


Kondom merupakan metode perlindungan kunci guna mencegah HIV dan Infeksi
Menular Seksual (IMS) lain. Meskipun tidak semua populasi mengenalnya, namun
kondom harus tersedia di daerah yang dapat diakses dan bersifat pribadi sejak hari – hari
awal situasi darurat sehingga setiap orang yang terbiasa dengannya, baik populasi yang
terkena dampak maupun staf kemanusiaan, dapat mengaksesnya. Ketersediaan kondom
gratis harus terjamin dan pasokan yang memadai harus dipesan segera.
Dalam rangka menjamin ketersediaan kondom diperlukan adanya koordinasi
antara Dinas Kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) atau lembaga lainnya
yang menyediakan layanan ini. Pastikan bahwa kondom tersedia sejak awal bencana.
Kondom hanya diberikan kepada masyarakat apabila tidak ada halangan budaya dan
masyarakat menggunakan kondom sebelumnya. Pendistribuan kondom harus diikuti
dengan informasi tentang cara penggunaannya. Khusus untuk kondom perempuan,
sebainya tidak disediakan apabila masyarakat belum terpapar cara penggunannya.
Disampin menyediakan kondom jika diminta, staf kemanusiaan harus memastikan
kondom dapat terlihat oleh populasi pengungsi internal dan memberikan informasi bahwa
kondom tersedai di berbagai lokasi. Kondom dapat disediakan di fasilitas kesehatan
(puskesmas, Pos Kesehatan, RS, dll) dan di beberapa lokasi lain yang sesuai seperti
tempat distribusi bantuan.

C. Pemantauan HIV pada Situasi Bencana


Berikut adalah indicator yang dipakai untuk pencegahan penularan HIV/ IMS pada
situasi bencana :
1. Pasokan untuk tindak-pencegahan universal: Presentase fasilitas kesehatan dengan
pasokan yang memadai untuk tindak kewaspadaan standar seperti bahan suntikan
sekali-pakai, handscoon, brasscode dan protocol pembuangan yang aman untuk benda
tajam.
2. Transfusi darah yang aman: Presentase rumah sakit tingkat rujukan dengan uji HIV
yang memadai untuk menskrining darah dan penggunaannya
3. Estimasi cakupan kondom: Jumlah kondom yang disediakan dan didistribusikan
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Kita tidak memakai indicator jumlah
pemakaian kondom karena kita tidak bias memastikan bahwa jumlah kondom yang
didistribusikan adalah sama dengan jumlah yang dipakai.

Prioritas Intervensi HIV dalam respon bencana adalah pencegahan penularan HIV
yang termasuk di dalam Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM), yaitu :
1. Memfasilitasi dan menekankan penetapan pencegahan standar
2. Menyediakan Pencegahan pasca paparan (post exposur prophylaxis) untuk
mencegah penularan HIV (sebagai bagian dari perawatan klinis untuk korban
perkosaan dan paparan kerja)
3. Memastikan praktik transfuse darah yang aman
4. Menjaga ketersediaan Kondom gratis
5. Memastikan ketersediaan antiretroviral (ARV) untuk melanjutkan pengobatan
pada orang – orang yang sudah menjalani ARV sebelum bencana, termasuk
pencegahan penularan dari ibu ke anak (PMTCT)
sumber: Kebijakan AIDS Indonesia. 2018. Penanggulangan AIDS dalam Suasan
Tanggap Darurat Bencana. diakses pada 11 Mei 2018 di
http://www.kebijakanaidsindonesia.net

Anda mungkin juga menyukai